permodelan perkembangan lahan

181
TUGAS AKHIR – PW 1381 MODEL PERKEMBANGAN PERKOTAAN SURABAYA METROPOLITAN AREA (SMA) (STUDI KASUS : KABUPATEN SIDOARJO DAN KOTA SURABAYA) BONIE SUGIARTO 3605100012 Dosen Pembimbing Dr. Ing Ir. HARYO SULISTYARSO PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2009

description

penelitian permodelan perkembangan lahan dengan metode Gis Statistik

Transcript of permodelan perkembangan lahan

  • TUGAS AKHIR PW 1381

    MODEL PERKEMBANGAN PERKOTAAN SURABAYAMETROPOLITAN AREA (SMA)(STUDI KASUS : KABUPATEN SIDOARJO DAN KOTA SURABAYA)

    BONIE SUGIARTO3605100012

    Dosen PembimbingDr. Ing Ir. HARYO SULISTYARSO

    PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAFakultas Teknik Sipil Dan PerencanaanInstitut Teknologi Sepuluh NopemberSurabaya 2009

  • ii

    MODEL PERKEMBANGAN PERKOTAAN SURABAYAMETROPOLITAN AREA (SMA) (STUDI KASUS :

    KABUPATEN SIDOARJO DAN KOTA SURABAYA)

    Nama Mahasiswa : Bonie SugiartoNRP : 3605 100 015Jurusan : Perencanaan Wilayah dan Kota,

    FTSP ITSDosen Pembimbing : Dr. Ing Ir. Haryo Sulistyarso

    AbstrakPerkembangan Kota Surabaya dan daerah pinggiran

    (hinterland) yang cukup pesat mengindikasikan terjadikecenderungan untuk terus tumbuh semakin membesar secaraspasial. Perkembangan ini dikhawatirkan akan berdampak padalingkungan dan berkurangnya sumberdaya lahan untukpertanian, RTH dan open space berganti dengan bangunan. Olehkarena itu, penelitian ini berupaya untuk mengidentifikasi lebihdalam mengenai model perkembangan perkotaan SurabayaMetropolitan Area.

    Berdasarkan studi literature dan melalui wawancaradengan stakeholder ahli diperoleh faktor-faktor yangmempengaruhi perkembangan perkotaan pada wilayah studi.Faktor-faktor tersebut digunakan sebagai variabel penelitian.Untuk mendapatkan prediksi perkembangan spasial perkotaanyang tepat digunakan dua analisa, pertama menggunakan analisapermodelan dan kedua analisa skenario pertumbuhan. Padaanalisa permodelan digunakan Regresi logistic model dan rulebased model. Sedangkan skenario pertumbuhan digunakan untukmenentukan besaran luas kemungkinan perubahan lahan.

    Kota Surabaya merupakan gabungan dari ketiga unsurbentuk spasial perkembangan kota yaitu konsentris-konstelasi-memanjang dan membentuk pola concentric development.. PadaKabupaten Sidoarjo terlihat bentuk spasial konsentris-

  • iii

    memanjang concentric development dan membentuk pola ribbondevelopment. Berdasarkan prediksi Perkembangan lahanterbangun dengan skenario cepat menunjukkan tidak ada sisalahan pada Kota Surabaya pada tahun 2028, sedangkan padaKabupaten Sidoarjo dengan skenario cepat hanya tersisa 3239ha lahan tidak terbangun. Perkembangan lahan dengan skenariolambat dapat menyisakan sumber daya lahan lebih besar padatahun 2028, yaitu 4918.16 hapada Kota Surabaya dan 42955 hapada Kabupaten Sidoarjo.

    Kata Kunci : model perkembangan kota, perkembangan kotaskenario,

  • iv

    URBAN GROWTH MODEL OF SURABAYAMETROPOLITAN AREA (SMA) (CASE STUDY :SIDOARJO REGENCY AND SURABAYA CITY)

    Name of Student : Bonie SugiartoNRP : 3605 100 015Department : Urban And Regional Planning,

    FTSP ITSSupervisor : Dr. Ing Ir. Haryo Sulistyarso

    AbstractRapidly growth of Urban Area in Surabaya City and its

    hinterland, indicate become more large continuously in spatialcontext. It can make impact for environment and loses of landresources for agricultural, green space and open space, conversewith building. Because of that, this research tried to identifyurban growth model of Surabaya Metropolitan Area.

    Base of reference and interview with expert get resultsof urban growth influence factors. That factors used as variablein this research. To get prediction of urban growth, two processanalyses run in this research, modeling analysis and growthscenario analysis. In modeling analysis, logistic regression modeland rule based model used to get urban growth model. Growthscenario used to prediction sizes of land use change .

    Surabaya city is combination of spatial shape element,that is concentricconstellation-lengthwise and shapingconcentric development pattern. Sidoarjo Regency haveconcentric-lengthwise urban shape and shaping ribbondevelopment pattern. Base on prediction of sizes of built-up areafast scenario show that Surabaya city loses all of land resource in2028. In the Sidoarjo Regency remain just 3239 ha un built-uparea. Prediction with different scenario remaining land resourcesmore large than fast scenario. At the slow scenario remaining

  • v

    4918,16 land resources in Surabaya City and 42955 ha inSidoarjo Regency.

    Key words : urban growth model ,urban growth, scenario,

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur Alhamdulilllah Penulis panjatkan kehadiratAllah SWT atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya,sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhirdengan judul Model Perkembangan Perkotaan SurabayaMetropolitan Area (SMA) (Studi Kasus : Kabupaten SidoarjoDan Kota Surabaya).

    Penulis sangat menyadari tanpa adanya dukungan baikmaterial maupun sprititual dari berbagai pihak, tentunya TugasAkhir ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itudengan segala kerendahan hati maka pada kesempatan ini Penulismengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Kedua orang tua (bapak dan Ibu) yang telah memberikanseluruh cinta dan doanya yang tidak pernah putus,memberikan segala bentuk motivasi, nasehat, kasih sayangdan juga kepercayaan yang telah diberikan selama ini.

    2. Kakakku yang saat ini nan jauh disana, terima kasih atassegala dorongan semangat, doa dan kepedulian yang besar.Serta adikku yang mulai tumbuh, semoga ini dapatmenginspirasimu kelak.

    3. Dr. Ing Ir. Haryo Sulistyarso sebagai dosen pembimbing sertapembimbing seminar, yang banyak memberikan bimbingan,masukan dan nasehat

    4. Ir. Heru Purwadio, yang telah memberi banyak input positifdan Seluruh dosen pengajar yang telah memberikan ilmunyaselama empat tahun dan ikut memberikan masukan dalamproses penelitian.

    5. Staff dan karyawan TU PWK-ITS serta semua teman-temanangkatan 2005 yang banyak memberikan bantuan padakelancaran pengerjaan tugas akhir ini.

  • vii

    6. Teman-teman kontrakan Al-Azzam yang sering menjadipelampiasan kejenuhan dan kebosanan dalam pengerjaantugas akhir ini. Maafkanlah kawan.

    7. Seluruh teman-teman KAMMI, JMMI, serta seluruh ADKyang terus memberikan nasihat baik selama ini teruslahberjuang, perjalanan ini masih panjang saudaraku.

    8. Kepada mas Riska yang telah memberikan pencerahan dalammenyusuri kehidupan ini, hingga kutemukan cahaya dalamkegelapan.

    Surabaya, 14 Juni 2009

    Penulis

  • viii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDULABSTRAKKATA PENGANTARDAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR GAMBAR

    BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang1.2. Rumusan Masalah1.3. Tujuan dan Sasaran1.4. Ruang Lingkup

    1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah1.4.2 Ruang Lingkup Pembahasan

    1.5. Manfaat Penelitian1.6. Kerangka Berpikir Penelitian

    BAB II KAJIAN PUSTAKA2.1. Teori Perkembangan Permukiman Kekotaan sampai

    Megapolis2.2. Perembetan Kenampakan Fisik kekotaan ke arah

    luar (urban sprawl)2.3. Ekspresi Kenampakan kota Secara Fisikal2.4. Model Spasial Terbentuknya Megapolis2.5. Sintesa Penelitian

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN.3.1. Metode Pendekatan3.2. Jenis Penelitian3.3. Variabel Penelitian3.4. Teknik Penelitian

    3.4.1. Teknik Pengumpulan data3.4.2. Teknik Analisa

    3.5. Tahapan Penelitian

    iiiivviiixxi

    114444577

    11

    11

    23252730

    3737383842424559

  • ix

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Gambaran Umum Wilayah Studi4.2 Analisa Faktor-faktor yang mempengaruhi

    perkembangan perkotaan Surabaya MetropolitanArea4.1.1 Eksplorasi komponen tahap I4.1.2 Eksplorasi komponen tahap II

    4.3 Model Perkembangan Perkotaan SurabayaMetroplitan Area4.3.1 Klasifikasi data4.3.2 Regresi Logistik Model4.3.3 Rule Based Model4.3.4 Model Spasial Perkembangan Perkotaan

    SMA4.4 Analisa Prediksi Perkembangan Perkotaan

    Surabaya Metropolitan Area4.2.1 Proyeksi Jumlah Penduduk4.2.2 Prediksi Perkembagnan Luas Area Perkotaan4.2.3 Prediksi Perkembangan Perkotaan Secara

    SpasialBAB V PENUTUP

    5.1 Kesimpulan5.2 Saran5.3 Rekomendasi

    DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN A : ANALISIS STAKEHOLDERLAMPIRAN B : WAWANCARA EKSPLORASI

    DENGAN METODE DELPHILAMPIRAN C : KUESIONER UMPAN BALIK TAHAP

    IILAMPIRAN D : DATA SAMPEL TERHADAP

    VARIABEL

    6363

    646570

    757687113

    119

    138138143

    149157157159159

    161

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1

    Tabel 2.2Tabel 2.3Tabel 3.1Tabel 3.2Tabel 3.3Tabel 3.4

    Tabel 4.1Tabel 4.2Tabel 4.3Tabel 4.4

    Tabel 4.5

    Tabel 4.6

    Tabel 4.7

    Tabel 4.8

    Teori Perkembangan Permukiman Sampai keMegapolisEkspresi Kenampakan Fisiko-Spasial KekotaanSintesa Kajian PusakaVariabel PenelitianData dan Cara Perolehan DataKlasifikasi Penggunaan LahanPerbandingan multi-regression, log-linear danlogistic regressionHasil Eksplorasi Komponen Tahap IHasil Eksplorasi Komponen Tahap IIVariabel Independent Dan Sumber DataJumlah Penduduk Hasil Proyeksi KotaSurabayaJumlah Penduduk Hasil Proyeksi KabupatenSidoarjoJumlah Penduduk Hasil Proyaksi KotaSurabaya dan Kabupaten SidoarjoLuas Perkembangan Lahan TerbangunWilayah Studi Berdasarkan SkenarioPerkembangan LahanPerkembangan Luas Lahan Terbangun DanBerkurangnya Lahan Tidak Terbangun PadaTahun 2028

    132632394351

    53697477

    139

    140

    142

    147

    155

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1Gambar 2.1Gambar 2.2Gambar 2.3Gambar 2.4Gambar 2.5Gambar 3.1Gambar 3.2Gambar 3.3Gambar 3.4

    Gambar 3.5Gambar 3.6

    Gambar 3.7Gambar 4.1Gambar 4.2Gambar 4.3Gambar 4.4Gambar 4.5Gambar 4.6Gambar 4.7Gambar 4.8Gambar 4.9Gambar 4.10Gambar 4.11Gambar 4.12Gambar 4.13

    Gambar 4.14

    Bagan Kerangka Berpikir PenelitianPerkembangan Kota Secara KonsentrisPerkembangan MemitaPerkembangan Lompat KatakPembentukan Kota Pusat NasionalPembentukan Urban System terintegrasiStakeholder MappingTahapan Analisa DelphiIlustrasi Euclidean DistanceMetode Penyebaran Titik Sampel Pada WilayahPenelitianMetode Overlay ArithmaticFlowchart Analisa Prediksi PerkembanganSpasial Surabaya Metropolitan AreaKerangka konsep penelitianLokasi PenelitianPeta Variabel AksesibilitasPeta Variabel Pusat KotaPeta Penggunaan LahanPeta Variabel Jumlah PendudukPeta Jarak Dari Jaringan Jalan UtamaPeta Klasifikasi Jumlah PendudukPeta jarak dari Daerah IndustriPeta jarak Pelabuhan Dan Bandara UdaraPeta Jarak Dari Pusat KotaPeta Jarak Dari TerminalPeta Persebaran Titik Sampel PenelitianTahapan Analisa Model Perkembangan LahanTerbangun Berdasarkan Regresi Logistik ModelKota SurabayaTahapan Analisa Model PerkembanganPerkotaan Berdasarkan regresi Logistik ModelKabupaten Sidoarjo

    8242525293047495153

    55

    57616479818385899193959799101

    106

    110

  • xii

    Gambar 4.15

    Gambar 4.16

    Gambar 4.17

    Gambar 4.18

    Gambar 4.19

    Gambar 4.20

    Gambar 4.21

    Gambar 4.22

    Gambar 4.23

    Gambar 4.24

    Gambar 4.25

    Gambar 4.26

    Gambar 4.27

    Gambar 4.28

    Gambar 4.29Gambar 4.30

    Gambar 4.31

    Peta Model Perkembangan PerkotaanBerdasarkan Perhitungan Regresi LogistikTahapan Analisa Model PerkembanganPerkotaan Berdasarkan Rule based model KotaSurabayaTahapan Analisa Model PerkembanganPerkotaan Berdasarkan Rule based modelKabupaten SidoarjoPeta Jarak Dari Akses Utama Ke Suramadu DanKawasan Semburan LumpurPeta Model Perkembangan PerkotaanBerdasarkan Peranan (Rule based model)Bentuk Spasial Perkembangan PerkotaanSurabayaBentuk Spasial Perkembangan PerkotaanSidoarjoBentuk Spasial Perkembangan Perkotaanberdasarkan hasil permodelanProses Spasial Perkembangan PerkotaanSurabayaProses Spasial Perkembangan PerkotaanSidoarjoProses Spasial Perkembangan Perkotaan HasilPermodelanPembentukan Pusat Kota Model SpasialFriedmannGrafik Perkembangan Jumlah Populasi HasilProyeksiGrafik Perkembangan Luas Lahan TerbangunHasil Proyeksi Berdasarkan SkenarioPeta Kawasan Lindung Dan Konservasi,Peta Prediksi Perkembangan Perkotaan SkenarioLambatPeta Prediksi Perkembangan Perkotaan SkenarioSedang

    111

    114

    114

    115

    117

    121

    123

    125

    131

    133

    135

    137

    142

    145152

    151

    153

  • xiii

    Gambar 4.32

    Gambar 4.33

    Peta Prediksi Perkembangan Perkotaan SkenarioCepatPerkembangan Luas Lahan Terbangun DanBerkurangnya Lahan Tidak Terbangun PadaTahun 2028

    153

    155

  • 1

    BAB IPENDAHULUAN

    1.1 Latar BelakangUnited Nations memperkirakan bahwa jumlah penduduk

    perkotaan di Afrika, Asia dan Amerika Latin akan naik duakali lipat pada 30 tahun mendatang (sejak tahun 2003). Jumlahpenduduk pada daerah tersebut naik dari 1,9 miliar di tahun2000 menjadi 3,9 miliar di tahun 2030. Hampir semua negaradi dunia mengalami proses urbanisasi yang sangat cepat danakan terus berlanjut. Pada beberapa kota, urbanisasi ini jugatercermin pada perubahan luas kawasan perkotaannya.Keadaan tersebut menyebabkan ukuran kota menjadi hal yangperlu mendapat perhatian. Ukuran besar kota ini menjadiperhatian karena pada daerah-daerah administratif yangbersebelahan telah berciri kota yang akan membentukkonurbasi dan menjadi suatu kota yang sangat besar.Fenomena ini di beberapa literatur sering disebut sebagaiMetropolitan, Extended metropolitan ataupun megalopolis (McGee, dan Robison 1995, Jones, 2002; Montgomery, dkk,2003, Doxiadis, 1969).

    Urbanisasi dan pertumbuhan penduduk kota telahmenjadi bagian yang penting dalam pembangunan diIndonesia pada beberapa dekade terakhir. Berdasarkandefinisi dari Badan Pusat Statistik Indonesia, jumlah pendudukkota meningkat dari 32,8 juta jiwa pada tahun 1980 menjadi55,4 juta jiwa pada tahun 1990 dan meningkat kembalimenjadi 86,4 juta jiwa pada tahun 2000. Pada saat yangsama, jumlah penduduk desa meningkat dari 114,5 juta jiwapada tahun 1980 menjadi 122,8 juta jiwa pada tahun 1990.Namun, jumlah tersebut kemudian menurun menjadi 119,4 jutajiwa pada tahun 2000. Pada akhirnya, proporsi pendudukkota meningkat tajam dari 22 persen pada tahun 1980 menjadi42 persen pada tahun 2000 (Metropolitan di Indonesia, 2006).

  • 2

    Selama masih terdapat kesenjangan pembangunan antaradesa dan kota, selama itu pula pengalihan penduduk dari daerahperdesaan akan terus mengalir ke kota. Deteriosasi lingkunganpermukiman akan mengakibatkan berbagai dampak negatifterhadap masyarakat dan lingkungannya sendiri dalamlingkungan permukiman kumuh tersebut maupun terhadapmasyarakat lain di luarnya, karena keberadaan permukimantersebut merupakan bagian sistem kehidupan kekotaan yangtidak dapat dipisahkan dari keberadaan elemen-elemen sistemkekotaan yang lain (Yunus,2005).

    Perkembangan perkotaan di Jawa Timur ternyatamenunjukkan gejala adanya ketidakseimbangan perkembangandalam jangka panjang. Secara umum perkembangan Surabaya danwilayah sekitarnya yakni Gerbangkertosusila ternyatamenunjukkan perkembangan yang lebih besar dari konsepsemula. Fenomena demikian kuat dominasi Kota Surabaya,menimbulkan akibat-akibat negatif, seperti hyper-urbanisasi dankonsentrasi pembangunan modern di Surabaya. PerkembanganKota Surabaya yang sedemikian pesat akhirnya diikuti oleh kota-kota di sekitarnya seperti Gresik, Sidoarjo, Mojokerto danLamongan. Sedangkan di daerah-daerah di luarnya bolehdikatakan terpencil dari perubahan-perubahan (RTRW JawaTimur 2020).

    Keterbatasan luas lahan dan mahalnya harga tanah,mendorong investasi khusunya industri dan permukimanmengarah keluar dari SMA, meskipun cenderung masih tetapberorientasi ke Surabaya dan jaraknya tidak jauh dari Surabaya.Sasarannya adalah lokasi atau wilayah-wilayah yang memilikiakses yang sangat baik ke Surabaya. Kecenderungannya disepanjang jalan arteri primer yang menuju ke Surabaya. Munculpotensi ketidakefisienan pelayanan, penumpukan transportasi danmenunjukkan perkembangan GKS yang konsentris/monosentrisyaitu dengan pusat SMA yang akhirnya akan mendorong semakindominan dan ketidakmerataan pembangunan di GKS dan JawaTimur secara umum (RTRW Jawa Timur 2020).

  • 3

    Terdapat dua faktor sebagai determinan dinamika kota, disatu sisi berkenaan dengan aspek demografis dan di sisi lainberkenaan dengan peningkatan kegiatan manusia. Dari aspekdemografis terlihat bahwa perkembangan jumlah penduduk padakota-kota besar di negara berkembang menunjukkanperkembangan yang luar biasa. Di satu sisi tingkat kelahiranpenduduk baik didaerah perkotaan maupun di daerah perdesaanmasih cukup tinggi, dan disisi lain, tingkat pengaliran pendudukdari daerah perdesaan ke daerah perkotaan juga tinggi. Keduanyamengakibatkan proses densifikasi penduduk dan permukiman dibagian dalam perkotaan yang tidak terkontrol, bahkan dibeberapa daerah permukimannya telah mencapai tingkat yangdisebut sebagai saturated/death point, yaitu fase perkembanganpermukiman di mana didalamnya tidak terdapat lagi ruangkosong yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan bangunanbaru (Yunus,2005).

    Perkembangan Kota Surabaya dan daerah pinggiran(hinterland) yang cukup pesat berdasarkan sumber diatasmengindikasikan terjadi kecenderungan untuk terus tumbuhsemakin membesar dengan intensitas yang tinggi. Prediktifmodeling tidak hanya langkah penting untuk mengantisipasidampak ekologi dari perubahan lahan, tetapi juga mekanismepenting untuk memperoleh ukuran, spasial, temporal danmemvisualisasikan informasi yang krusial untuk perencanaanyang lebih baik, analisa dampak dan public education (Allen &lu, 2003). Pemahaman tentang perkembangan kota danperubahannya sangat penting untuk perencana kota dan pengelolasumberdaya dalam menghadapi perubahan lingkungan yang pesatsaat ini. Sejumlah teknik analisa dan perhitungan urbanmodelling telah dikembangkan dengan berdasarkan pada beragamteori. Model ini menjelaskan perluasan kota dan polaperkembagnan kota pada masa depan secara prediktif. (Meaille &Ward, 1990; Grossman & Eberhardt, 1993; Batty & Longley,1994). Oleh karena itu, penelitian ini berupaya untukmengidentifikasi lebih dalam terkait model perkembangan

  • 4

    perkotaan Surabaya Metropolitan Area yang dapat dijadikanmasukan dalam penentuan kebijakan pembangunan fisik kota.

    1.2. Rumusan MasalahDari hasil uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan

    yang mendasar adalah perkembangan Kota Surabaya dan daerahpinggiran (hinterland) yang cukup pesat mengindikasikan terjadikecenderungan untuk terus tumbuh membesar dengan intensitasyang tinggi. Maka pertanyaan penelitian dalam penelitian iniadalah:

    1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan perkembanganperkotaan Surabaya Metropolitan Area?

    2. Bagaimana model perekembangan perkotaan SurabayaMetropolitan Area?

    3. Bagaimana arah kecenderungan perkembangan perkotaanSurabaya Metropolitan Area dan berapa prediski luasperkembangan perkotaan Surabaya Metropolitan Area?

    1.3 Tujuan PenelitianTujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

    memodelkan kecenderungan perkembangan perkotaan sertamemprediksi luas dan arah perkembangan SurabayaMetropolitan Area (SMA). Adapun sasaran yang hendak dicapaiuntuk merealisasikan tujuan yang diinginkan antara lain:

    1. Menentukan faktor-faktor yang menyebabkanperkembangan kota Surabaya Metropolitan Area (SMA).

    2. Membuat model perkembangan perkotaan SurabayaMetropolitan Area (SMA).

    3. Memprediksi perkembangan perkotaan SurabayaMetropolitan Area (SMA) baik luas maupun arahnya.

    1.4. Ruang lingkup1.4.1 Ruang lingkup wilayah

    Surabaya Metropolitan Area berdasarkan RTRW JawaTimur Tahun 2020 memiliki ruang lingkup yaitu Kota Surabaya,

  • 5

    Kabupten Gresik, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Bangkalan.Pembahasan mengenai model perkembangan kota SurabayaMetropolitan Area menggunakan ruang lingkup wilayah sebagaistudi kasus 2 wilayah kabupaten dan kota, yaitu KabupatenSidoarjo dan Kota Surabaya. Penentuan ini dilandaskan padapemikiran bahwa perkembangan kota Surabaya MetropolitanArea (SMA) secara langsung dapat diidentifikasi melaluiperkembangan perkotaan Kota Surabaya sendiri sebagai inti /pusat perkembangan dan daerah pingggiran yang secara langsungmendapat efek tetesan (trickling down effeck) paling besar dariperkembangan perkotaan Kota Surabaya yaitu KabupatenSidoarjo.

    Berdasarkan kondisi eksisitng tahun 2001 2003,kawasan perbatasan antara SurabayaSidoarjo mengalamiperkembangan yang sangat pesat. Adanya prasarana jalan, sepertipada kawasan koridor waru-krian, jalan yang ada merupakanjalan arteri primer dimana jalan tersebut menghubungkan KotaSurabaya dengan Sidoarjo (Tritianingsih dalam Devira, 2008).Jumlah penduduk Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2001 mencapai1.609.436 jiwa dengan kepadatan mencapai 22 jiwa / ha. Jumlahini diprediksi akan terus bertambah seiring denganberkembangnya Kabupaten Sidoarjo mencapai 2.215.392 jiwadengan kepadatan penduduk sebesar 31 jiwa/Ha pada tahun 2013(RTRW kab.Sidoarjo 2003-2013). Jumlah ini jauh lebih besardari pada jumlah penduduk Kabupaten Gresik yang jugaberbatasan langsung dengan Kota Surabaya. Jumlah pendudukKabupaten Gresik pada tahun 2001 adalah 989.788 jiwa (RTRWGresik 2004-2014).

    1.4.2. Ruang lingkup pembahasanPembahasan yang akan dilakukan dalam penelitian ini

    adalah mengenai model dan prediksi perkembangan perkotaanSurabaya Metropolitan Area. Dalam penelitian ini kataperkembangan kota diterjemahkan sebagai penampakan spaialperkotaan dengan melihat perkembangan penggunaan lahan

  • 6

    terbangun dan tidak terbangun. Sedangakan model adalahrepresentasi secara sederhana dari sistem kehidupan yangsebenarnya melalui gambaran nyata dengan hanya beberapavariabel yang benar-benar mempengaruhi perilaku dari suatusistem, dan dengan menjelaskan hubungan dan interdependensiantara beberapa variable tersebut. Permodelan merupakan bagianpenting untuk menganalisa dan memprediksi perkembangan kota(Taha, 1976). Pada penelitian ini model digunakan untukmemperoleh pola perkembangan perkotaan melalui probabilitasperkembangan lahan terbangun yang selanjutnya akan digunakanuntuk memprediksi perkembagannya.

    Untuk memperjelas arah dan sasaran yang akan dicapaidalam penelitian ini maka diperlukan batasan-batasanpembahasan, yaitu:

    1. Pembahasan awal pada penelitian ini untukmengidentifikasi perkembangan kota dan factor-faktoryang mempengaruhinya pada Surabaya MetropolitanArea (SMA). Faktor-faktor yang akan diperoleh didasarkan pada kajian pustaka dan hasil wawancara,selanjutnya faktor-faktor yang teridentifikasi digunakansebagai variable dalam analisa berikutnya. Variabelyang digunakan dalam analisa merupakan variabelutama yang mempengengaruhi perkembangan kota danmemiliki tingkat kompleksitas yang rendah yangdiharapkan dapat mewakili variabel-variabel lain yanglebih kompleks.

    2. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasikecenderungan perkembangan perkotaan SurabayaMetropolitan Area (SMA) melalui permodelan dandengan melihat arah serta luas perkembangan yang akanterjadi untuk 20 tahun kedepan.

  • 7

    1.5 Manfaat PenelitianAda dua alasan utama yang dapat diperoleh dari hasil penelitianini adalah :

    1. Manfaat teoritisManfaat teoritis dari studi ini adalah pengembangan dariilmu perencanaan wilayah. Dimana akan dipaparkansuatu suatu metode untuk memprediksi perkembanganspasial area perkotaan, khususnya untuk daerah dengantingkat pertumbuhan cepat. Dengan demikian dapatmembantu para ilmuwan untuk memahami urbanphenomena yang terjadi pada SMA dengan lebih jelas.

    2. Manfaat praktisManfaat yang diharapkan dari studi ini adalahmemberikan masukan yang penting kepada perencana,pemerintah dan masyarakat dalam memprediksi danmembuat kebijakan tata ruang yang tepat.

    1.6 Kerangka Berpikir PenelitianBagan kerangka berpikir dari model perkembangan perkotaanSurabaya Metropolitan Area : Studi Kasus Kota Surabaya danKabupaten Sidoarjo, adalah sebagai berikut

  • 8

    : Alur proses: lingkup penelitian

    Gambar 1.1Bagan Kerangka Berpikir Penilitian

    Sumber : Penulis, 2009

    DINAMIKA KOTA

    TERBATAS

    KegiatanPendudukLahan

    Pertambahan jumlahpenduduk

    PertumbuhanKegiatan

    Dampak Spasial(pemadatan kota, Konversi lahan

    tidak terbangun menjadi terbangun,Urban sprawl, integrasi keruangan

    antar kota)

    Perkembangan fisik Kota

    Tuntutan RuangMeningkat

    Arahan PerkembanganFisik Kota

    Deteriosasi Lingkungan

    Tuntutan RuangMeningkat

    Model PerkembanganKota

    Penilitian

    Prediksi PerkembanganKota

  • 9

    Terdapat dua faktor sebagai determinan dinamika kota,disatu sisi berkenaan dengan aspek demografis dan disisi lainberkenaan dengan peningkatan kegiatan manusia, keduanyadalam perkembangnnya akan mendesak lahan kota yang tidakterbangun menjadi terbangun. Dari aspek demografis terlihatbahwa perkembangan jumlah penduduk kota-kota besar dinegara berkembang, khususnya menunjukkan perkembanganyang luar biasa. Disatu sisi tingkat kelahiran penduduk baikdidaerah perkotaan maupun di daerah perdesaan masih cukuptinggi, dan disisi lain, tingkat pengaliran penduduk dari daerahperdesaan ke daerah perkotaan juga tinggi.

    Keduanya mengakibatkan dampak spasial dari prosesdensifikasi penduduk dan permukiman di bagian dalam perkotaanyang tidak terkontrol, yang dapat mencapai tingkat yang disebutsebagai saturated death point, yaitu fase perkembanganpermukiman di mana didalamnya tidak terdapat lagi ruangkosong yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan bangunanbaru. Berkurangnya lahan terbuka hijau merupakan dampakspasial dari perkembangan dua aspek tersebut. Hal ini akanberpengaruh terhadap kualitas lingkungan. Oleh karena itu, dalamtujuan penelitian ini diperlukan model perkembangan perkotaansebagai masukan untuk menentukan arahan pada perkembanganfisik kota yang dapat dijadikan acauan yang jelas dalamkebijakan menentukan perkembangan fisik kota.

  • 10

    halaman ini sengaja dikosongkan

  • 11

    BAB IITINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Teori Perkembangan Permukiman Kekotaan SampaiKe MegapolisTerdapat 7 teori yang membahas perkembangan

    permukiman kekotaan sampai ke megapolis. Setiap teori memilikisejarah/latar belakang dan pembagian pentahapan perkembanganpermukiman yang berbeda-beda. Secara umum terdapat 4klasifikasi teori berdasarkan pentahapan perkembanganpermukiman yaitu three stage, four stage, six stage dan nine stage.Masing-masing teori di atas akan dipaparkan secara lebih jelasdalam table dibawah ini,

  • 12

    halaman ini sengaja dikosongkan

  • 13

    No Teori tahapan Deskripsi singkat Latar belakang Faktor yg mempengaruhi perkembangan kota(1) (2) (3) (4) (5) (6)

    1 Three stage theoryA. Teori

    Clark(1982)

    a. Periodeekonomipaleoteknik

    Periode 1660-1880 ditandai oleh moda transportasiyang digunakan masih sangat sederhana bahkantenaga manusia masih banyak digunakan.

    Perkembanganpermukimankekotaan dipicuoleh dua peristiwautama yangmewarnaiperkembanganperadaban manusiadi muka bumi ini.Kedua peristiwatersebut dikenaldengan peristiwarevolusi pertaniandan peristiwarevolusi industri.

    1) Perkembangan social ekonomi,Perkembangan peradaban manusia dari kegiatanmenyelenggarakan kehidupan yang berpindah-pindahmenjadi menetap menyebabkan munculnyapermukiman yang berorientasi sector non-pertanian.Minimnya prasarana dan sarana transportasi yangmenunjang mengakibatkan pemadatan penduduk yangtinggi di dalam kota.

    2) Perkembangan industri,Penemuan teknologi baru menandai hampir setiapnafas kekotaanya, sehingga mulai terjadi apa yangdisebut industrial booming dan kebanyakan industrimulai didirikan di daerah pinggiran kota.

    3) Perkembangan transportasi,Kemajuan dibidang transportasi dan telekomunikasi,makin jauh pula jangkauan mobilitas penduduk danfungsi-fungsi. Hal ini ditopang dengan digunakannyasarana transportasi umum, seperti kereta api, trem,bus.Pada perkembangan selanjutnya kesejahteraan yangmeningkat secara signifikan, memicu maraknyapenggunaan mobil-mobil pribadi. Proses desentralisasipenduduk makin tidak terkendali, akibatnya terjadiurban sprawl masing-masing kota secara luar biasa,sehinga beberapa kota akan menyatu secara spasial.

    b. Periodeekonomineoklasik

    Periode 1880-1950 ditandai dengan penemuanteknologi baru menandai hampir setiap nafaskehidupan kekotaannya, sehingga mulai terjadi apayang disebut sebagai industrial booming dankebanyakan industri mulai didirikan didaerahpinggiran kota.

    c. Periodeekonomimanagerial

    Periode ketiga mulai pertengahan abad ke 20sampai saat ini , ditandai dengan semakin majunyateknologi informasi, makin luas pula jaringankegiatan yang dapat diciptakan.

    B. TeoryHaggett(1983)

    a. tahapan abadpertengahan(tahapanminopolitan)

    Pada masa ini kota yang terbentuk masih kecildimana belum terlihat pemisahan yang tegas antarabangunan sebagai tempat tinggal dan bangunansebagai tempat kerja semuanya bercampur aduk.Kota jenis ini dapat dilihat pada kota-kota abad

    Pengklasifikasianevolusiperkembangan kotaini didasarkan padaperkembangan

    1) Pekembangan transportasiInovasi teknologi di bidang transportasi telahmeningkatkan kemampuan mobilitas penduduk, barangmaupun informasi. Hal ini menyebabkan pengenduranhubungan antara tempat kerja dan tempat tinggal.

    Table 2.1 Teori Perkembangan Permukiman Sampai ke Megapolis

  • 14

    No Teori tahapan Deskripsi singkat Latar belakang Faktor yg mempengaruhi perkembangan kota(1) (2) (3) (4) (5) (6)

    pertengahan. Kebanyakan penduduk masih bekerjadi bidang pertanian.

    permukiman padaabad pertengahanhinggakecenderunganperkembangan kotasaat ini.

    Terjadinya densifikasi yang tidak terkendali dibagiandalam kota telah mengakibatkan deteriosasilingkungan yang sangat hebat pada bagian ini.Penduduk yang sudah mapan status sosial-ekonominyacenderung untuk pergi dari dalam kota ke bagianpinggiran kota untuk menikmati kondisi tempat tinggalyang lebih nyaman. Semakin maju dan baiknya saranatransportasi, semakin cepat pula perembetan spasialyang terjadi. Pada daerah diantara dua metropolis,khususnya di sepanjang rute transportasi khususnyayang menghubungkan keduanya berkembang sangatintensif.

    2) Perkembangan pusat kotaPembangunan permukiman dibagian luar kota telahmembentuk kelompok-kelompok hunian yang semakinbesar dan disebut sebagai daerah suburban. Dibeberapadaerah lain telah muncul pula permukiman kekotaanyang berada di tengah-tengah lahan pertanian yangdisertai oleh tumbuhnya fungsi-fungsi kegiatan yangdisebut sebagai kota satelit. Beberapa kota kecil disekitar kota besar mulai menggabung dengan kotabesar utama sehingga ekspresi keruangan kekotaanyagn tercipta menjadi sedemikian besar.

    b. tahapanmetropolitan

    Inovasi teknologi di bidang transportasi telahmeningkatakn kemampuan mobilitas penduduk,barang maupun informasi. Pada tahapan inicenderung tejadi pemisahan (segregasi). Pendudukyang sudah mapan status social-ekonominyacenderung untuk pergi dari dalam kota ke bagianpinggiran kota untuk menikmati kondisi tempattinggal yang lebih nyaman. Pertumbuhan spasialmasing-masing metropolitan pada masa ini masihberjalan secara terpisah antara satu dengan yanglainnya. Beberapa kota-kota kecil disekitar kotabesar, baik suburban maupun kota satelit yangsemula terpisah secara spasial sudah mulaibergabung dengan kota besar utama.

    c. tahapanmegalpolitan

    Pada tahapan ini proses koalisi spasial antaraberbagai metropolis telah terjadi sehingga ekspresispasial kekotaannya menjadi sangat besar. Daerahdiantara dua metropolis khususnya di sepanjangrute transportasi yang menghubungkan keduanyaberkembang sangat intensif dan banyak dikenalsebagai corridor development. Dari sinilah awalmula proses bergabungnya metropolis-metropolismulai terjadi dan sekaligus merupakan awalterbentuknya apa yang disebut sebagaimegapolitan.

    C. TheoryHerbert&Thomas(1992)

    a. tahap pra -industri

    Pada tahapan ini industrialisasi yang ada belummengalami perkembangan industrialisasi dalamskala besar, namun demikian sudah mulai terlihatsebuah pusat kota/inti kota (an urban nucleus),yaitu wilayah kota yang relatif terletak di tengah-tengah permukiman yang terbangun. Kebanyakan

    Keberadaanindustri rumahtangga secaraindividualsebenarnya sudahada pada suatu kota

    1) Perkembangan pusat kota,Beberapa kota yang mempunyai penduduk cukup besaroleh karena suatu sebab, khususnya primate city (kotaprima), yaitu suatu kota yang kegiatan ekonomi,socialdan politiknya mendominasi kegiatan yang ada padasuatu wilayah. Kota-kota ini memiliki daya tarik

  • 15

    No Teori tahapan Deskripsi singkat Latar belakang Faktor yg mempengaruhi perkembangan kota(1) (2) (3) (4) (5) (6)

    kota-kota yang ada mempunyai penduduk tidaklebih dari 50.000 jiwa

    semenjak orangmengenalperadaban kota,sehingga kata atauistilahindustrialisasi akanlebih tepat,khususnya industriyang munculsebagai akibatditemukannyaberbagaicorak/jenis mesindan kemudiandikembangkan dikota-kota dalamskala yang lebihbesar dari sekedarindustri rumahtangga.

    terbesar dibandingkan dengan kota lain, sehinggabanyak penduduk dan fungsi yang berdatangan ke kotaini dan kemudian berkembang disana. Pertumbuhankotanya menjadi semakin besar menjadi sedemikianbesar sehingga jumlah penduduknya berlipat ganda.Pada perkembangan selanjutnya pusat-pusat kegiatanbaru di sekitar komplek permukiman maupun industridan akan membentuk suburban dan kota satelit.Keberadaan suburban dan kota satelit inilah yangkemudian akan berkembang menjadi pusat-pusatkomlementer dari pusat-pusat kegiatan yang sudahberkembang terlebih dulu dalam kota besar.

    2) Perkembangan industriPerkembangan industri baru akan berasosiasi denganpekerja yang status ekonominya lebih tinggi danterkonsentrasi di sepanjang rute-rute transportasi utamadiderah pinggiran kota. Jalur-jalur radial makinberkembang secara intensif karena munculnyaindustri-industri baru yang mendorong munculnyakomplek perumahan baru telah mempengaruhiterciptanya bentuk kota secara signifikan.

    3) Perkembangan transportasiPerkembangan sarana dan prasarana transportasimenyebabkan penduduk dan fungsi-fungsi kekotaanbanyak yang mengalir ke daerah pinggiran kota,sehingga kota-kota secara keruangan menjadi semakinluas dan terjadi pertumbuhan yang tidak terkendali.Sistem kekotaan yang terbentuk menjadi sangat luasjangkauannya. Oleh karena kota mengalami perluasanspasial yag terus menerus maka pada suatu saat akantercapai suatu kondisi spasial kota-kota terdekat

    b. tahap industri Pada masa ini, perkembangan transportasimengalami perubahan yang sangat drastisdibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.transport yang berkembang di dalam kota masihdidominasi oleh sarana angkutan umum sehinggapekerja-pekerja cenderung memilih lokasi tempattinggal yang berdekatan dengan kompleks industri.

    c. tahap pascaindustri

    Pada tahapan ini ditandai dengan kemajuanteknologi dibidang transportasi dan komunikasiyang luar biasa. Pada masa ini penduduk danfungsi-fungsi kekotaan banyak yang mengalir kedaerah pinggiran kota, sehingga kota-kota secarakeruangan menjadi semakin luas dan terjadipertumbuhan yang tidak terkendali. Sistemkekotaan yang terbentuk menjadi sangat luasjangkauannya. Oleh karena kota mengalamiperluasan spasial yag terus menerus maka padasuatu saat akan tercapai suatu kondisi spasial kota-kota terdekat bergabung dengan kota utama.

  • 16

    No Teori tahapan Deskripsi singkat Latar belakang Faktor yg mempengaruhi perkembangan kota(1) (2) (3) (4) (5) (6)

    bergabung dengan kota utama.2. Four

    StageTheory(Borchert,1967)

    a. sail andwagon (1790-1830)

    Moda transport yang mulai berkembang adalahkapal-kapal yang berlayar ke pedalaman melaluisungai serta gerobag yang ditarik oleh kuda-kuda.Kegiatan pertanian pada saat ini masih belumberkembang, kota-kota perdagangan mulaiberkembang namun masih kecil. Teknologi yangdikembangkan pada saat itu belum mampumengatasi kendala-kendala alami yang adasehingga kota-kota juga tidak mengalamiperkembangan yang berarti.

    Dua hal yangdianggapdeterminanpembedaan evolusiperkembangankota-kota diAmerika Serikatadalah perubahanteknologitransportasi danperubahanteknologi industri.Beochertmengemukakantesisnyaberdasarakanperbedaan modatransportasi yangmendominasikehidupankekotaanya. Olehkarena tesisnyadicetuskan tahun1967, sarjana inimengemukakangejala evolusi yangterjadi sampai padatahun 1960, namunmasih relevan diacuhingga saat ini.

    1) Perkembangan transportasiPerkembangan transportasi mengakibatkanpeningkatan mobilitas penduduk dan barang semakintinggi, baik frekuensi maupun volumenya. Hal inimendorong terbentuknya pusat-pusat kegiatan baru.Inovasi teknologi transportasi mengakibatkandesentralisasi penduduk dan fungis-fungsinya,sehingga terjadi urban sprawl yang luar biasa yangmengakibatkan kecenderungan bergabungnya kota-kota yang tumbuh semakin besar tersebut menjadi satu-kesatuan urban system.

    2) Perkembangan industri.Sejalan dengan berkembangnya teknologi mesin uap,berkembang pula kegiatan pertambangan, khususnyabatu bara dan biji besi mempunyai dampak yang hebatterhadap perkembangan peradaban manuia yaitudengan munculnya industri-industri. Tumbuhnyaindustri-industri baru menyebabkan bermunculan kota-kota industri besar, akibat kemajuan di bidangtransportasi menyebabkan terjalinnya kota-kota industribesar menjadi satuan urban system yang solid.

    3) Pertambahan jumlah pendudukkonsentrasi penduduk pada kota-kota industri, karenaworking opportunities sehingga jumlahnya meningkat.Adanya kecenderungan industri berlokasi padapingiran kota menyebabkan perkembanganpermukiman didaerah pinggiran kota menunjukkanakselerasi yang lebih besar ketimbang dengan apa yangterjadi dibagian pusat kota.

    b. steamboat andironhorse(1830-1870)

    Mulai dekade ketiga abad sembilan belas,perkembangan kota-kota yang ada di bagian timurlaut Amerika Serikat mulai tampak. Hal ini sejalandengan kemajuan teknologi di bidang transportasi.Sejalan dengan perkembangan teknologi mesinuap berkembang pula kegiatan pertambangan.Berkembanganya kegiatan pertambangan,khusunya batu bara dan besi mempunyai dampakyang hebat terhadap perkembangan peradabanmanusia pada saat itu., yaitu dengan munculnyaindustri-industri.

    c. street and rail(1870-1920)

    Masa ini merupakan masa dimana amerika serikatyang berkembang dengan pesat. Jaringantransportasi darat dikembangkan jauh lebih baik.Hal ini menyebabkan semakin luas jaringantransportasi yang terbentuk yang mengakibatkansemakin luasnya daya jangkau pemasaran industri-industri besar khususnya di bagian timur AmerikaSerikat, Sehingga dengan sendirinya berkembangdan tumbuh menjadi kota-kota industri besar sertaterjalin dalam satuan urban system.

  • 17

    No Teori tahapan Deskripsi singkat Latar belakang Faktor yg mempengaruhi perkembangan kota(1) (2) (3) (4) (5) (6)

    d. auto airamenity(1920-1960)

    Inovasi teknologi utama yang mempunyaipengaruh sangat signifikan terhadap sistemtransportasi dan kegiatan kegitan lain adalahpengenalan Internal Combustion Engine (ICE).Pada masa ini industri berkembang sangat luarbiasa dan kota-kota industri banyak bermunculan.Proses perkembangan spasial yang luar biasa darikota-kota yang ada telah mengakibatkanmunculnya suatu aglomerasi kekotaan yang sangatbesar dan belum pernah terjadi sebelumnya dankemudian dikenal dengan istilah Megapolis.

    3. Six StageTheory(LewisMumford)

    a. Tahap Eopolis Tahapan ini merupakan tahapan yang paling awaldari sebuah peradaban kota yang bermula darimasyarakat tradisional-rural yang menggantungkanhidupnya pada sector pertanian. Adanya kesamaankepentingan bersama yang dihadapi oleh kelompokmasyarakat dalam menyelenggarakankehidupannya menjadi dasar terciptanyapengelompokkan tempat tinggal di sesuatu tempatyang relatif sempit, hal ini menurut Mumfordmerupakan prototype sebuah kota.

    Tesis inidikemukakan olehLewis Mumfordpada dekade abadke 20 setelahmenyaksikanadanyaperkembangankota-kota industriyang menunjukkanperkembanganyang luar biasa.Menurut sarjanaini peradabansebuah kota akanmengalamiperkembanganselayaknya sebuahorganisme yaitumengalami tahap

    1) Pertambahan pendudukOleh karena penduduk yang bertempat tinggal dalamkota semakin bertambah, maka aglomerasi pendudukini menempati wilayah yang lebih luas daripadasebelumnya.

    2) Perkembangan transportasiKamajuan di bidang transportasi menyebabkan secaraspasial masing-masing kota berkembang lebih intensifke arah luar. Perkembangan spasial kota-kota yangterbentuk menunjukkan bentuk seperti gurita ataubintang karena didominasi peranan transportasi dankomunikasi terhadap urban sprawling process.

    b. Tahap Polis Pada tahapan ini frekuensi dan volume kegiatanyang terjalin antar desa dan kelompok bertambahbesar. Oleh karena penduduk yang bertempattinggal dalam kota semakin bertambah, makaaglomerasi penduduk ini menempati wilayah yanglebih luas dari tahapan sebelumnya. Konsekuensikeruangan yang muncul dalam tahap ini adalahterbentuknya kota-kota yang sebagian besarkompak membulat, karena sarana dan prasaranatransportasi yang ada belum banyak.

  • 18

    No Teori tahapan Deskripsi singkat Latar belakang Faktor yg mempengaruhi perkembangan kota(1) (2) (3) (4) (5) (6)

    c. TahapMetropolis

    Masing-masing kota secara spasial mulaiberkembang ke arah luar lebih intensif karenaadanya kemajuan teknologi transportasi dankomunikasi. Hubungan antar kota mulai terjalinlebih intensif, namun masing-masing kota masihberkembang sendiri-sendiri dalam artian bahwa thesprawling process masih terbatas pada daerahsekitar kota utama kedaerah pinggiran atau kedaerah kedesaan disekitar kota yang bersangkutan

    lahir, berkembang,menurun dan mati.

    d. TahapMegalopolis

    Menurut pendapatnya, tahapan ini merupakantahapan dimana kondisi budaya kota mengalamipenurunan dalam hal kualitas peradabannya. Moralpenduduk kota cenderung bersifat tidakmemperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, bersifatlebih kejam. Segala sesuatu diukur denganpenampilan materi dan pembangunan kota lebihditekankan pada tampilan fisikal dan kesejahteraandiukur dari pembangunan-pembangunan fisikalyang dianggap megah tersebut.

    e. TahapTyranopolis

    Kota-kota besar mulai bergabung satu sama laindan membentuk kenampakan kekotaan yang sangatbesar yang disebut sebagai ekumenapolis. Budayakota terus mengalami deteriosasi karena segalasesuatu diukur dengan penampilan dan uang.Budaya parasitisme akan mewarnai peri kehidupankotanya. Tanggung jawab masyarakat terhadapkondisi lingkungan mulai hilang.

  • 19

    No Teori tahapan Deskripsi singkat Latar belakang Faktor yg mempengaruhi perkembangan kota(1) (2) (3) (4) (5) (6)

    f. TahapNekropolis

    Tahap ini merupakan tahap akhir dari sebuahperadaban kota. dalam mengemukakan contohsuatu peradaban Mumford menyebut kota-kotayang saat ini tinggal puing-puing yang menyiratkankejayaan masa lalu. Semenjak terjadinya industrialbooming setelah revolusi industri, sebenarnyakota-kota sudah menunjukkan gejala pemekaranhorizontal sentrifugal yang intensif. Di tambahdengan kemajuan di bidang teknologi komunikasidan transportasi gejala pemekaran fisikal horizontalsentrifugal ini semakin jelas dan hal tersebutberjalan tanpa kendali sampai saat ini.

    4. NineStageTheory(Whynne-Hammond)

    a. Isolateddwelling(hunianterisolir)

    Permukiamn terisolir merupakan bentukpermukiman yang bersifat kedesaan, karenapenghidupan dan kehidupan penghuninya samasekali menggantungkan hidupnya pada usahapertanian. Pada tipe permukiman seperti ini, hanyamerupakan permukiman/hunian yang dihuni olehsatu keluarga saja atau beberapa keluarga namunberada dalam satu bangunan rumah yang agakbesar.

    Berdasarkanstudinya di Inggris,sarjana inimengemukakan 9tahapan perjalananpanjang yangdilalui oleh sebuahpermukiman untuksampai pada tataranmegalopolis.Menurut Whynne-Hammond,kategorisasi inimemang sangatsederhana karenahanya mendasarkanpada data statistikmenganai jumlah

    1) Pertambahan jumlah pendudukPertambahan penduduk yang semakin banyakmengakibatkan bertambahnya jumlah bangunan tempathunian. Semakin besar jumlah penduduk suatu kota makabentuk dan fungsi kegiatan-kegiatan yang ada semakinbertambah banyak dan beraneka ragam. Hal inimengakibatkan jangkauan sistem kekotaanya menjadisemakin luas dan kompleks.

    b. Isolateddwelling(hunianterisolir))

    Telah terlihat beberapa bangunan rumah yangmengelompok pada daerah yang relatif sempitsekitar 5 sampai 6 rumah.

    c. Small village(desa yangsempit)

    Pada tahapan ini jumlah bangunan tempat huniansemakin banyak. Oleh karena penduduknya jugasemakin meningkat maka telah berkembang pulabeberapa pusat pelayanan di samping bentuk-bentuk bangunan umum.

  • 20

    No Teori tahapan Deskripsi singkat Latar belakang Faktor yg mempengaruhi perkembangan kota(1) (2) (3) (4) (5) (6)

    d. Small town(kota kecilyang sempit)

    Semua bentuk dan fungsi kegiatan-kegiatn yangada semakin bertambah banyak dan beranekaragam sejalan dengan peningkatan jumlahpenduduknya. Konsekuensi ekonomi paling nyatamuncul adalah terjadinya persaingan bisnis yangsemakin ketat antar beberapa fungsi sejenis.

    penduduk saja.Untuk negaraInggris secaraumum, hal inisangat cocokwalaupun adabeberapaperkecualian.e. Large town

    ((kota kecilyang luas)

    Pada tahapan ini merupakan kelanjutan proses daritahapan pembentukan small village. Makin besarkotanya dengan sendirinya akan makin besar danbanyak pula fungsi-fungsi yang muncul. Disamping jaringan ekonomi kotanya mulai terlihatberbagai gejala spesialisasi fungsi juga mulainampak.

    f. City (kotabesar)

    City adalah permukiman kekotaan yang didalamnya terdapat diversitas fungsi dan lengkap.City jauh lebih besar dari pada town danmenampilkan dirinya sebagai pusat kegiatanekonomi yang besar dan mempunyai jarak jangkaupengaruh yang jauh lebih luas dan meliputiberbagai town disekitarnya. Kebanyakan city masihmerupakan sebuah kota yang berdiri sendiriditinjau dari segi spasialnya.

    g. Conurbation(konurbasi)

    Konurbasi dimaksudkan untuk sebuah kota yangmempunyai wilayah yang sangat luas danterbentuk Karena bergabungnya beberapa kota-kota baik kecil maupun besar. Dalamperkembangannya kemudian terdapat dua macamkonurbasi, yaitu konurbasi polysentris dankonurbasi monosentris. Konurbasi polysentrisadalah sebuah konurbasi yang tercipta daribergaungnya beberapa kota-kota besar atau kecil,sedangkan konurbasi monosentris adalah konurbasi

  • 21

    No Teori tahapan Deskripsi singkat Latar belakang Faktor yg mempengaruhi perkembangan kota(1) (2) (3) (4) (5) (6)

    yang tercipta dari bergabungnya sebuah kota besarkearah luar semata dan membentuk kenampakankekotaan yang besar.

    h. Megalopolis(kota mega)

    Kota megolpolis merupakan istilah yang digunakanuntuk memberikan julukan perkembangan palingakhir dari proses urbanisasi. Urbanisasi dalam halini merupakan suatu proses perkembangan menujuke sifat kekotaan. Suatu kota disebut sebagaimegalopolis apabila kota tersebut terbentuk darigabungan berbagai metropolis / konurbasi sehinggamembentuk sistem kekotaan yang sangat luas.

    Sumber : Adaptasi dari Yunus, 2005

  • 22

    halaman ini sengaja dikosongkan

  • 23

    2.2 Perembetan Kenampakan Fisik kekotaan ke arah luar(urban sprawl)Proses ini merupakan proses transformasi fisiko spasial dari

    bentuk-bentuk kedesaan menjadi bentuk-bentuk kekotaan. Prosestransformasi fisiko spasial ini dapat terjadi lebih dahulu datiproses transformasi sosio kultural, namun dapat pula terjadisesudah terjadinya transformasi sosio kultural kedesaan menjadibersifat kekotaan. Ketiga bentuk urbanisasi fisiko spasial tersebutadalah (1) perkembangan konsentris (concentric development);(2) perkembangan memita (ribbon development); (3)perkembangan lompat katak (leap frog development).

    Perkembangan konsentris adalah bentuk perubahankenampakan kedesaan menjadi kenampakan kekotaan yangsebaran spasialnya berada di sekitar lahan terbangun utama danmerata. Proses ini akan mengakibatkan terciptanya kota yangkompak, namun dengan proses perkembangan spasial yang relatiflambat. Beberapa pengamat mengatakan bahwa bentuk ini palingideal dibandingkan dengan bentuk spasial yang lain, oleh karenajarak terluar dari kenampakan kekotaan ke pusat kota mempunyaijarak yang relatif sama. Keadaan ini akan memudahkanpemerintah kota dalam hal pemenuhan fasilitas-fasilitas kota sertapemanfaatannya yang sangat efektif dan efisien dan tidakmengakibatkan pemborosan energi dalam jangka penjang.Investasi jaringan instalasi yang di keluarkan dapat ditekan dalamjumlah minimal namu dapat dimanfaatkan bagi kepentingandalam jumlah yang maksimal. Sebaran penduduk yang memusatdan terkonsentrasi dalam permukiman yang kompak merupakanpenyebab tercapainya tingkat pemanfaatan yang efektif danefisien (Yunus, 2005).

  • 24

    Gambar 2.1 Perkembangan Kota Secara Konsentris(Sumber : Yunus, 2005)

    Perkembangan memita adalah bentuk perubahankenampakan kedesaan menjadi kekotaan dalam artian fisik, dimana perubahan tersebut terjadi di sepanjang jalur-jalur linier,baik jalur-jalur radial maupun jalur-jalur lainnya. Peranantransportasi menjadi faktor determinan yang menyebabkanterjadinya perubahan kenampakan fisikal kedesaan menjadikenampakan fisikat kekotaan. Apabila proses perubahankenampakan tersebut didominasi perubahan yang terjadi padajalur-jalur radial, maka kota yang terbentuk akan menjadi kotabintang atau gurita.

    Urbanisasi yang terjadi sebagai bentuk pemanfaatan lahanpertanian menjadi non-pertanian atau dari pemanfaatan lahankedesaan menjadi pemanfaatan lahan kekotan akan selalu diikutioleh transformasi ekonomi, social dan kultural. Pada umumnyaproses pengkotaan yang terbentuk memita ini, paling umumadalah bentuk radial, karena jalur-jalur transportasi radialmerupakan jalur transportasi utama yang menghubungkan kotayang bersangkutan dengan pusat-pusat kegiatan lain, sedangkanperkembangan memita yang terjadi pada jalur-jalur radial yangada seperti ring road. Sepanjang ring road sangat mungkin terjadiperkembangan yang memita juga, yang skalanya tidak akansebesar pada jalur-jalur radial, namun intensitas dan akselerasinyadapat sama atau bahkan lebih cepat dari pada apa yang terjadi disepanjang jalur radial.

    Areaperkembangankota

  • 25

    Gambar 2.2 Perkembangan Memita(Sumber : Yunus, 2005)

    Perkembangan lompat katak merupakan bentuk urbanisasifisiko spasial yang terjadi di daerah pinggiran kota secarasporadic dalam satuan lahan yang bervariasi. Beberapa perubahanberukuran kecil terjadi karena dilaksanakan oleh perorangansecara individual. Namun, beberapa bentuk lainnya meliputi lahanyang luas karena dibangun oleh pengembang, baik berwujudkompleks perumahan maupun non perumahan seperti komplekspabrik, kompleks kampus pendidikan dan lain sejenisnya.Perkembangan ini menurut beberapa pakar merupakan bentukperubahan kenampakan kedesaan menjadi kekotaan yang palingoffensive.

    Gambar 2.3 Perkembangan Lompat Katak(Sumber : Yunus, 2005)

    2.3 Ekspresi Kenampakan kota Secara FisikalBentuk kenampakan kota secara fisikal sebagai

    bertambahnva areal kekotaan di bagian terluar dari daerah kekotaanterbangun sangat bervariasi. Secara garis besar terlihat ada 4kenampakan ekspresi fisiko spasial kekotaan, yaitu (l)bentuk

    Areaperkembangankota

    Areaperkembangankota

  • 26

    konsentris; (2)bentuk konstelasi; (3)bentuk memanjang dan;(4)bentuk terserak. Dari empat bentuk utama itu memunculkanbentuk gabungan sehingga keseluruhan terdapat sepuluh macambentuk ekspresi kekotaan, yaitu1) bentuk konsentris,2) bentuk simpul multi,3) bentuk memanjang,4) bentuk terserak,5) bentuk konsentris

    bersimpul multi ,

    Tabel 2.2Ekspresi Kenampakan Fisiko-Spasial Kekotaan

    Bentuk konsentris konstelasi memanjang Terserak(1) (2) (3) (4) (5)

    konsentris

    konstelasi

    memanjang

    Terserak

    Sumber : Ruswurm, 1980; Yunus, 2005

    5) bentuk konsentris memanjang,6) bentuk konsentris terserak,7) bentuk memanjang bersimpul multi,8) bentuk linear/memanjang terserak,9) bentuk bersimpul multi terserak.

  • 27

    2.4 Model Proses Spasial Terbentuknya MegalopolisMenurut Friedmann, perkembangan permukiman

    kekotaan disebabkan oleh dua proses yang terkait satu sama lain,yaitu proses-proses sosial-ekonomi dan proses-proses spasial.Pada umumnya proses-proses sosial ekonomi mendahului proses-proses spasial, namun adakalanya proses spasial mendahuluiproses sosial-ekonomi pada suatu wilayah. Sebagai contoh dapatdikemukakan adalah terjadinya peningkatan kesejahteraanpenduduk karena peningkatan pendapatan yang meningkat sertapendidikan yang bertambah baik, maka akan diikuti olehbertambahnya prasarana ekonomi maupun sosial yang dibangun.Konsekuensi spasial yang muncul adalah makin bertambahnyaruang kekotaan yang berarti makin meluasnya kota yangbersangkutan. Namun dapat pula terjadi perkembangan spasialyang terjadi terlebih dahulu baru kemudian diikuti oleh perbaikankondisi sosial-ekonomi. Pada suatu wilayah yang terisolir,kemudian dibangun prasarana transportasi yang lebih baiksehingga isolasi wilayah dapat dihilangkan dan wilayah tersebutkemudian mempunyai jaringan akses ke berbagai tempat yanglain. Hal ini mendorong terciptanya kegiatan ekonomi produktifmasyarakat dan akibatnya terjadi peningkatan kesejahteraandalam hal peningkatan penghasilan dan tingkat pendidikan .

    Menurut Friedmann, beroperasinya proses sosial ekonomidan proses spasial, akan menciptakan organisasi keruanganwilayah yang dicerminkan dalam ekspresi spasial dari kota-kotayang ada dalam suatu wilayah. Menurutnya, ada 4 tahapan proseskeruangan kota untuk menjadi sebuah megapolitan, yaitu :

    1. Tahapan terbentuknya kota-kota lokal yang berdirisendir-sendiri,Pada tahapan ini terdapat kota-kota dalam skala kecilyang hanya berperanan secara sosial dan ekonomi ditingkat lokal saja. Kota yang ada secara keruangan masihmerupakan sebuah desa yang besar, namun sudahmenunjukkan peforma sebuah kota, dimana sebagianbesar kegiatan yang ada merupakan kegiatan non-agraris.

  • 28

    Kota yang ada merupakan pusat pasar bagi pendudukkota sendiri maupun penduduk petani yang ada disekitarnya. Oleh karena hubungan dengan kota-kota lainbelum terjalin dengan baik dan nyaris tidak ada, makahubungan keluar yang terjalin hanya antara kota-kotatersebut dengan daerah perdesaan di sekitarnya saja.

    2. Tahapan terjadinya dominasi kota dalam perekonomianregional terhadap kota-kota lain,Pada tahapan ini perkembangan kota juga dimotori olehmulaui berkembangnya industrialisasi. Mulailah terjadiperkembangan wilayah, khusunya perkembanganekonomi yang baik dan diikuti oleh perkembangankesejahteraan secara signifikan. Kota-kota yang adasecara fisiko spasial mengalami urban sprawl di bagianpinggiran kota sehingga kota-kota bertambah luas.Pada saat itu pula sudah tumbuh beberapa pusat-pusatkegiatan di sekitar kota, atau katakanlah kota-kota kecil,namun peranan kota-kota kecil ini tidak cukup memadaiuntuk berfungsi sebagai katalisator pengembanganwilayah di sekitarnya dan malah terdominasi oleh kotabesar utama. Kota utama di wilayah itu akan muncul kotaprima (primate city) karena begitu besarnya peranansosial, ekonomi, politik dan jumlah penduduk kota besarutama tersebut dibandingkan dengan kota-kota padarangking di bawahnya. Hubungan fungsional dengankota-kota lain mulai terjalin, namun masing-masing kotabesar utama masih mendominasi sangat kuat atasbeberapa kota-kota kecil sebagai pusat pertumbuhanlokal.

  • 29

    Gambar 2.4 Pembentukan Kota Pusat Nasional(Sumber: Friedmann dalam Yunus, 2005)

    3. Tahapan terjadinya penggabungan antara kota-kota yanglebih kecil ke dalam suatu wilayah,Pada tahapan ini perkembangan kota-kota regional telahberkembang sedemikian rupa dalam arti sosial, ekonomidan fisiko-spasialnya. Kota-kota regional yang telah adamenjadi semakin besar karena bergabungnya kota-kotakecil disekitarnya menjadi satu-kesatuan urban sistem.Dalam hal inilah oleh beberapa pengamat dikatakanbahwa peforma kota yang terbentuk sudah sampai kesuatu tahapan pembentukan metropolis atau konurbasi.Dalam hal ini hubungan center-pheriphery yang semulamendominasi bentuk hubungan dalam tahap ke dua, telahberubah menjadi bentuk hubungan antar metropolitan dankondisi perekonomian nasinal telah terbawa kesatuanurban sistem sehingga sangat dipercaya bahwa tahapanini akan membawa peningkatan terhadap keadaanpereknomian nasional.

    4. Tahapan terjadinya penggabungan kota-kota dominan itusendiri menjadi suatu sistem kekotaan yang amat besar.Pada tahapan inilah tercapai klimaks perkembanganfungsional dari sebuah urban sistem dimana masing-masing metropolis telah berkembang sedemikiansehingga masing-masing metropolis yang ada telahmencapai tataran integrasi sosial, ekonomi dan menjadisatu kesatuan urban system dan secara keruangan di

  • 30

    beberapa tempat telah benar-benar telah terintegrasi.Masing-masing pusat metropolis berfungsi sebagai pusat-pusat kegiatan dalam urban system yang besar tersebutdanm terjalinlah functionally interdependent system.Inter metropolitan pheripheries yang masih terlihat dalamtahapan ketiga, tidak lagi terdapat dalam tahapan keempatini, disparitas pembangunan antar wilayah dapatdiminimasikan berhubung hampir setiap bagian wilayahtelah terintegrasi dalam satu kesatuan perkembanganwlayah yang nyaris merata.

    Gambar 2.5 Pembentukan Urban System terintegrasi(Sumber: Friedmann; Yunus, 2005)

    2.5 Sintesa PenelitianBerdasarkan kajian pustaka diatas dapat disentesakan

    sebagai berikut :1) Berdasarkan teori perkembangan permukiman kekotaan

    sampai ke megapolis, terdapat beberapa model evolusipermukiman perkotaan menurut pakar yang berbeda-beda.Hal ini disebabkan penentuan model yang dilakukanmemiliki latar belakang daerah penelitian dan waktupenelitian yang berbeda. Berdasarkan teori-teori yang telahdipaparkan tersebut dapat diperoleh 5 faktor yangmempengaruhi perkembangan kota menuju ke perkembangankota yagn lebih besar hingga megapolis yaitu :

    a. Pertambahan jumlah penduduk,Berdasarkan Four Stage Theory oleh Borchert, SixStage Theory oleh Lewis Mumford, Nine StageTheory Whynne-Hammond.

    b. perkembangan pusat kota,berdasarkan three stage theory oleh Herbert &Thomas, 1992 dan three stage teory oleh Hagget.

  • 31

    c. kemajuan di bidang transportasi,berdasarkan three stage teory oleh Clark, Hagget,Herbert & Thomas, Four Stage Theory olehBorchert, dan Six Stage Theory oleh Lewis Mumford.

    d. perkembangan social ekonomi,berdasarkan three stage teory oleh Clark

    e. pertumbuhan industri.berdasarkan three stage teory oleh Clark, Herbert &Thomas dan Four Stage Theory oleh Borchert.

    2) Perkembangan kota berdasarkan kajian pustaka dapat disintesakan pada penelitian ini sebagai model perkembangankota secara spasial yang terbagi ke dalam dua kategori, modelperkembangan kota yang dilihat dari bentuknya dan modelperkembangan kota yang dilihat dari prosesperkembangannya.a. model perkembangan kota yang dilihat dari bentuknya

    dapat didasarkan pada teori mengenai ekspresikenampakan kota Secara Fisikal (ruswurn, 1980). Padateori ini dijelaskan bahwa secara garis besar terlihat ada 4kenampakan ekspresi fisiko spasial kekotaan, yaitu(l)bentuk konsentris; (2)bentuk konstelasi; (3)bentukmemanjang dan; (4)bentuk terserak. Dari empat bentukutama itu memunculkan bentuk gabungan sehinggakeseluruhan terdapat sepuluh macam bentuk ekspresikekotaan, yaitu :

    1. bentuk konsentris,2. bentuk simpul multi,3. bentuk memanjang,4. bentuk terserak,5. bentuk konsentris bersimpul multi ,6. bentuk konsentris memanjang,7. bentuk konsentris terserak,8. bentuk memanjang bersimpul multi,9. bentuk linear/memanjang terserak,

  • 32

    10. bentuk bersimpul multi terserak.b. Model perkembangan kota yang dilihat dari proses

    perkembangannya didasarkan pada teori mengenaiPerembetan Kenampakan Fisik kekotaan ke arah luar(urban sprawl) dan Model Spasial Friedmann (yunus,2005). Perembetan kenampakan fisik kekotaan dijelaskan

    kedalam tiga bentuk yaitu (1)perkembangankonsentris (concentric development); (2)perkembangan memita (ribbon development); (3)perkembangan lompat katak (leap frog development).

    Menurut Friedmann ada 4 tahapan proses keruangankota untuk menjadi sebuah megapolitan, yaitu 1.Tahapan terbentuknya kota-kota lokal yang berdirisendir-sendiri, 2. Tahapan terjadinya dominasi kotadalam perekonomian regional terhadap kota-kota lain,3. Tahapan terjadinya penggabungan antara kota-koata yang lebih kecil kedalam suatu wilayah, 4.Tahapan terjadinya penggabungan kota-kota dominanitu sendiri menjad suatu sistem kekotaan yang amatbesar.

    Tabel 2.3Sintesa Kajian Pusaka

    Sumber Faktor-faktor dari teori factor yang diteliti(1) (2) (3)

    faktor yang mempengaruhi perkembangan kotaTheoryClark(1982)

    1) Perkembangansocial ekonomi,

    2) Perkembanganindustri,

    3) Perkembangantransportasi/Aksesibilitas,

    1) Perkembangansocial ekonomi,

    2) Perkembanganindustri,

    3) Perkembangantransportasi/Aksesibilitas,

    4) Perkembanganpusat kota,

    TheoryHaggett

    1) Perkembangantransportasi

  • 33

    Sumber Faktor-faktor dari teori factor yang diteliti(1) (2) (3)

    (1983) 2) Perkembanganpusat kota

    5) Pertambahanjumlah penduduk

    TheoryHerbert &Thomas(1992)

    1) Perkembangantransportasi/Aksesibilitas,

    2) Perkembanganindustri

    3) Perkembanganpusat kota,

    Four StageTheory(Borchert,1967)

    1) Perkembangantransportasi/Aksesibilitas,

    2) Perkembanganindustri.

    3) Pertambahanjumlah penduduk

    Six StageTheory(LewisMumford)

    1) Pertambahanpenduduk

    2) Perkembangantransportasi

    Nine StageTheory(Whynne-Hammond)

    1) Pertambahanjumlah penduduk

    Model Spasial Perkembangan KotaEkspresiKenampakan kotaSecaraFisikal(ruswurn,1980)

    1) bentuk konsentris,1) bentuk simpul

    multi,2) bentuk memanjang,3) bentuk terserak,4) bentuk konsentris

    bersimpul multi ,

    Dilihat dari bentuknya:1) bentuk konsentris,2) bentuk simpul

    multi,3) bentuk memanjang,4) bentuk terserak,5) bentuk konsentris

  • 34

    Sumber Faktor-faktor dari teori factor yang diteliti(1) (2) (3)

    5) bentuk konsentrismemanjang,

    6) bentuk konsentristerserak,

    7) bentuk memanjangbersimpul multi,

    8) bentuklinear/memanjangterserak,

    9) bentuk bersimpulmulti terserak.

    bersimpul multi6) bentuk konsentris

    memanjang,7) bentuk konsentris

    terserak,8) bentuk memanjang

    bersimpul multi,9) bentuk

    linear/memanjangterserak,

    10) bentuk bersimpulmulti terserak.

    ModelSpasialFriedmann

    1. Tahapan terbentuknyakota-kota lokal yangberdiri sendir-sendiri,

    2. Tahapan terjadinyadominasi kota dalamperekonomianregional terhadapkota-kota lain,

    3. Tahapan terjadinyapenggabungan antarakota-kota yang lebihkecil kedalam suatuwilayah,

    4. Tahapan terjadinyapenggabungan kota-kota dominan itusendiri menjad suatusistem kekotaan yangamat besar.

  • 35

    Sumber Faktor-faktor dari teori factor yang diteliti(1) (2) (3)

    PerembetanKenampakan Fisikkekotaan kearah luar(urbansprawl)(yunus,2005)

    1) Perkembangankonsentris

    2) Perkembanganmemita

    3) PerkembanganLompat Katak

    Dilihat dari bentukperkembagnannya:

    1) Perkembangankonsentris

    2) Perkembanganmemita

    3) PerkembanganLompat Katak

    Dilihat dari prosesperkembagnannya:

    1. Tahapanterbentuknya kota-kota lokal yangberdiri sendir-sendiri,

    2. Tahapan terjadinyadominasi kota dalamperekonomianregional terhadapkota-kota lain,

    3. Tahapan terjadinyapenggabungan antarakota-kota yang lebihkecil kedalam suatuwilayah,

    4. Tahapan terjadinyapenggabungan kota-kota dominan itusendiri menjad suatusistem kekotaanyang amat besar

    Sumber : Penulis, 2009

  • 36

    halaman ini sengaja dikosongkan

  • 37

    BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

    Metode penelitian merupakan hal yang mutlak dalam upayauntuk mendapatkan suatu pedoman yang benar dan dapatmemandu peneliti dalam menentukan urutan atau langkah-langkah bagaimana penelitian itu dilakukan.

    Pada bab ini berisi tentang metode yang akan dilakukandalam penelitian. Dalam metode ini meliputi pendekatanpenelitian, jenis penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknikanalisis.

    3.1 Metode PendekatanDalam penelitian ini metode pendekatan yang digunakan

    menurut paradigma keilmuannya adalah pendekatan paradigmarasionalisme. pendekatan Rasionalisme adalah pendekatan yangbersumber pada teori dan kebenaran empirik dan etik (Muhadjir,1990:13-34). Pendekatan rasionalisme digunakan dalampenyusunan kerangka konseptualisasi teoritik, yaitu semua ilmuberasal dari pemaknaan intelektual yang dibangun ataskemampuan berargumentasi secara logik. Ditekankan padapemaknaan sensual, etik, logik dengan syarat empirik yangrelevan.

    Penarikan kesimpulan pada penelitian ini dilakukan secaradeduktif, dimana kesimpulan secara umum terletak pada bagianakhir setelah melalui pembahasan pada hal yang lebih khusus.obyek penelitian tetap dilihat dalam konteksnya yang tercakupdalam konstruksi teoritik yang telah dirumuskan, karena padadasarnya topik yang berkaitan dan tak dapat berdiri sendiri.Keterkaitan tersebut menghasilkan suatu analisis pembahasanyang selanjutnya secara generalisasi dapat ditarik suatukesimpulan.

  • 38

    3.2 Jenis PenelitianPenelitian ini berdasarkan jenisnya dapat digolongkan

    sebagai penelitian perkembangan atau prediktif. penelitianPerkembangan atau prediktif yaitu jenis penelitian untukmenentukan pola-pola perubahan di masa lampau agar dapatmeramalkan pola-pola dan kondisi-kondisi di waktu yang akandatang (Hermawan, 2008). Jenis penelitian ini memiki ciri-cirisebagai berikut (1) Penelitian perkembangan memusatkanperhatian pada studi mengenai variabel-variabel danperkembangannya selama beberapa bulan atau beberapa tahun.Tugasnya adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan"bagaimanakah pola-pola pertumbuhanya, lajunya, arahnya,perurutannya, dan bagaimana berbagai faktor berhubungan satusama lain dan mempengaruhi sifat-sifat perkembangan ini?".(2)Studi-studi kecenderungan mengandung kelemahan bahwa faktor-faktor yang tak dapat diramalkan mungkin masuk danmemodifikasi atau membuat kecenderungan yang didasarkanmasa lampau menjadi tidak sah. pada umumnya, ramalan untukmasa yang panjang adalah hanya educated guess, sedang ramalanuntuk waktu yang pendek lebih reliabel dan lebih valid.

    3.3 Variabel PenelitianVariabel penelitian adalah faktor-faktor yang diteliti,

    yang memiliki ukuran yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.Berdasarkan hasil tinjauan pustaka tentang factor-faktor yangmempengaruhi perkembangan kota didapatkan variabel-variabelyang akan dianalisis lebih lanjut. Variabel yang akan diteliti initerbagi menjadi 1 variabel tergantung (dependent) dan 5 variabelbebas (independent).

  • 39

    Tabel 3.1Variabel Penelitian

    Variabel Sub Variabel TypeVariabell

    Deskripsi dan definisiOperasional

    (1) (2) (3) (4)

    Penggunaan lahan

    Penggunaanlahanterbangundan tidakterbangun

    binary,dependent

    1:penggunaan lahanterbangun

    0:penggunaan lahantidak terbangun

    Aksesibilitas

    Jarak darijalan arteriprimer dankolektorprimer

    Continuous,independent

    Jarak dari jalan yangdihitung berdasarkantitik terdekat denganjalan. Untukmenunjukkan pengaruhjalan terhadapperkembangan kota.

    Jarak dariterminal

    continuous,independent

    Jarak dari terminalyang dihitungberdasarkan titikterdekat denganterminal. Untukmenunjukkan pengaruhterminal terhadapperkembangan kota.

    Jarak daribandaraudara Juanda

    continuous,independent

    Jarak dari Bandaraudara Juanda yangdihitung berdasarkantitik terdekat denganBandara udara Juanda.Untuk menunjukkanpengaruh keberadaanBandara udara Juandaterhadapperkembangan kota.

  • 40

    Variabel Sub Variabel TypeVariabell

    Deskripsi dan definisiOperasional

    (1) (2) (3) (4)

    Jarak daristasiunkereta api

    continuous,independent

    Jarak dari stasiunkereta api yangdihitung berdasarkantitik terdekat denganstasiun kereta api.Untuk menunjukkanpengaruh keberadaanstasiun kereta apiterhadapperkembangan kota.

    Jarak dariPelabuhanLaut Perak

    continuous Jarak dari PelabuhanLaut Perak yangdihitung berdasarkantitik terdekat denganstasiun kereta api.Untuk menunjukkanpengaruh keberadaanPelabuhan Laut Perakterhadapperkembangan kota.

    Perkembanganpusatkota,

    Jarak daripusat kota

    continuous,independent

    Jarak dari pusat kotayang dihitungberdasarkan titikterdekat dengan pusatkota. Untukmenunjukkan pengaruhperkembangan pusatkota terhadapperkembangan kota.

  • 41

    Variabel Sub Variabel TypeVariabell

    Deskripsi dan definisiOperasional

    (1) (2) (3) (4)

    PerkembanganIndustri

    Jarak dariindustri

    continuous,independent

    Jarak dari area industriyang dihitungberdasarkan titikterdekat dengan areaindustri. Untukmenunjukkan pengaruhkeberadaan areaindustri terhadapperkembangan kota.

    PerkembanganSosialeconomi

    Pusatperdagangan

    Continous,independent

    Jarak dari area industriyang dihitungberdasarkan titikterdekat dengan pusatperdagangan. Untukmenunjukkan pengaruhkeberadaan pusatperdagangan terhadapperkembangan kota.

    PertambahanjumlahPenduduk

    Jumlahpenduduk

    kategori,independent

    Kepadatan pendudukdibagi menjadi 3klasifikasi berdasarkanpada wilayahadmnistrasi(kelurahan),1:jumlah pendudukrendah,2: jumlah penduduksedang,3: jumlah penduduktinggi

    Sumber : hasil kajian pustaka, 2009

  • 42

    3.4 Teknik Penelitian3.4.1. Teknik Pengumpulan data

    Teknik pengumpulan data merupakan teknik yangdigunakan dalam mengumpulkan data-data yang dibutuhkan.Dalam peneltian ini menggunakan 2 metode pengumpulan data,yaitu:1. Survey sekunderData sekunder ini diperoleh melalui literatur yang berkaitandengan studi yang diambil. Studi literatur ini terdiri dari tinjauanteoritis dan pengumpulan data instansi. Untuk tinjauan teoritis,kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajariteori-teori pendapat para ahli yang berkaitan dengan pembahasanstudi. Pengumpulan data dari instansi-instansi terkait diperlukanguna mendukung pembahasan studi yang disesuaikan dengankebutuhan data yang diperlukan. Instansi-instansi yang terkaittersebut adalah :

    a) BappekabDapat diperoleh dokumen perencanaan wilayah dankarakteristik penggunaan lahan khususnya di KabupatenSidoarjo dan Kota Surabaya.b) BappeprovDapat diperoleh dokumen perencanaan wilayah dankarakteristik penggunaan lahan terkait SurabayaMetropolitan Area.c) BPS Jawa TimurData yang akan diperoleh dari BPS Jawa Timur adalah datamengenai Jumlah penduduk.d) Dinas-dinas yang terkaitData yang diperoleh dari dinas-dinas yang terkait sepertiDinas Perhubungan, dinas Kependudukan, Dinasperindustrian dan perdagangan merupakan data yangbersifat untuk melengkapi kekurangan data yang ada.

  • 43

    2. Survey data primerTeknik survey ini dilakukan dalam bentuk wawancara langsungkepada pihak-pihak dan instansi-instansi yang terkait denganpenelitian yang dilakukan. Wawancara tersebut digunakan untukmengetahui data-data tambahan serta mengetahui karakteristikpenggunaan lahan di Kabupaten Sidoarjo dan Kota Surabaya.Dalam wawancara ini, daftar pertanyaan disusun untukmemperoleh jawaban atas daftar pertanyaan yang sifatnyaterbuka, akan tetapi peneliti tetap mengarahkan responden secaratidak langsung untuk menyatakan pendapatnya.

    Tabel 3.2Data dan Cara Perolehan Data

    No Data Sumbar Data Instansi/penyedia data

    (1) (2) (3) (4)

    I. Data Sekunder

    1. Karakteristikkondisi fisikWilayah

    RTRW,Peta KesesuaianLahan time series

    Bappekab ,Bappeko,Dinas tata kotaBakosurtanal

    2. KondisiKependudukanSurabayaMetropolitanArea(KabupatenSidoarjo danKota Surabaya)

    Kabupaten dalamangka,monografikecamatan,

    BPSDispenduk

  • 44

    No Data Sumbar Data Instansi/penyedia data

    (1) (2) (3) (4)

    3. KondisitransportasiSurabayaMetropolitanArea(KabupatenSidoarjo danKota Surabaya)

    Masterplantransportasi,RTRW

    Bappekab ,Bappeko,Dinas tata kota,

    4. KondisiPenggunaanlahan IndustriSurabayaMetropolitanArea(KabupatenSidoarjo danKota Surabaya)

    RTRWProfil KawasanIndustri

    Bappekab ,Bappeko,Dinas tata kota,

    5. Pusat KotaSurabayaMetropolitanArea(KabupatenSidoarjo danKota Surabaya)

    RTRW Bappekab ,Bappeko,Dinas tata kota,

    6 Kondisi pusatperdaganganSurabayaMetropolitanArea(KabupatenSidoarjo danKota Surabaya)

    RTRW Bappekab ,Bappeko,Dinas tata kota,

  • 45

    No Data Sumbar Data Instansi/penyedia data

    (1) (2) (3) (4)

    II. Data Primer1. Data dan

    InformasikarakteristikperkembanganperkotaanSurabayaMetropolitanArea (KabupatenSidoarjo danKota Surabaya)

    Informasikarakteristikperkembangan kota

    BappedaKabupatenSidoarjo,BappekoSurabaya, DinasTata Kota.

    Sumber : Penulis, 2009

    3.4.2. Teknik AnalisaUntuk melaksanakan penelitian sehingga tujuan penelitian

    dapat tercapai, perlu digunakan metode analisa yang tepat untukmengolah data-data dan informasi yang telah dikumpulkanmelalui survey primer dan sekunder. Pada penelitian inimenggunakan beberapa teknik analisa yang kemudiandigabungkan. Pada sasaran pertama yaitu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan perkotaan SurabayaMetropolitan Area menggunakan metode analisa wawancaraterhadap stakeholder kunci. Kemudian pada sasaran kedua modelperkembangan perkotaan Surabaya Metropolitan Area digunakanmetode regresi logistik dan rule based model untuk mendapatkanmodel dan analisa deskriptif berdasarkan teori untuk menganalisabentuk dan proses perkembangan perkotaan berdasarkan kondisieksisting dan hasil permodelan. Pada sasaran yang ketiga yaituprediksi perkembangan perkotaan Surabaya Metropolitan Areaanalisa ramalan kuantitatif dengan metode proyeksi berdasarkanestimation model untuk proyeksi penduduk dan skenariopertumbuhan untuk proyeksi penggunaan lahan terbangun.

  • 46

    3.4.2.1. Analisa Faktor-Faktor Penyebab Perkembanganperkotaan Surabaya Metropolitan Area.

    A. Analisa StakeholderPenelitian ini melibatkan beberapa stakeholders di

    dalam proses analisisnya. untuk dapat memperoleh informasiyang interpretatif maka diperlukan stakeholders utama yangmemilki kapasitas dan kompetensi di dalam lingkup penataanruang dan perkembangan perkotaan Surabaya MetropolitanArea. Oleh karena itu, diperlukan suatu analisis stakeholdersuntuk dapat mengidentifikasi stakeholders utama yang layakdijadikan sebagai narasumber.

    Stakeholders adalah orang, kelompok atau institusiyang dikenai dampak dari suatu intervensi program (baikpositif maupun negatif) atau pihak-pihak yang dapatmempengaruhi dan atau dipengaruhi hasil intervensi tersebut(Mc. Cracken: 1998), dalam studi ini, stakeholders yangdimaksud cukup banyak. Analisis stakeholders merupakanalat yang penting untuk memahami konteks sosial daninstitusional dari suatu program, proyek ataupunkebijaksanaan. Alat ini dapat menyediakan informasi awaldan mendasar tentang:1) Siapa yang akan terkena dampak dari suatu program

    (dampak positif maupun negatif);2) Siapa yang dapat mempengaruhi program tersebut

    (positif maupun negatif);3) Individu atau kelompok mana yang perlu dilibatkan

    dalam program tersebut,4) Bagaimana caranya, serta kapasitas siapa yang perlu

    dibangun untuk memberdayakan mereka dalamberpartisipasi.

  • 47

    Gambar 3.1 Stakeholder Mapping(Sumber : UNCHS Habitat : 2001 dalam Akhyar, 2007)

    Penelitian ini berupaya untuk mencari pandangan, ataupenilaian dari stakeholder yang memiliki pengaruh terhadappengembangan penggunaan perkotaan di Kabupaten Sidoarjodan Kota Surabaya. Berdasarkan proses identifikasi yang ada,stakeholder yang terkait di bidang ini yaitu :

    1) Bappedaa. Sub bidang tata ruangb. Sub bidang perhubungan

    2) Akademisi3) praktisi (konsultan)

    B. Purposive Sampling Sebagai Representasi Dari KelompokStakeholders Utama

    Penentuan sampling dilakukan setelah stakeholdersutama yang menjadi obyek penelitian dapat teridentifikasi.

    KelompokStakeholdersyang palingrendah

    prioritasnya

    Pengaruh Rendah Pengaruh Tinggi

    Kelompok yangbermanfaat untukmerumuskan ataumenjembatani

    keputusan dan opini

    KelompokStakeholders yangpenting namunbarangkali perlupemberdayaan

    KelompokStakeholders yang

    paling kritis

    KepentinganRendah

    KepentinganTinggi

  • 48

    Pemilihan sampling yang dinilai diharapkan dapatmerepresentasikan masing-masing kelompok stakeholdersutama tersebut. Oleh karena metode evaluasi yang digunakandalam studi ini adalah metode evaluasi kualitatif, maka dalampenentuan sampling lebih difokuskan pada informasi yangdiperlukan dalam studi penelitian. Obyek yang menjadisampling adalah obyek yang memiliki kapasitas dan dapatmemberikan informasi yang dibutuhkan terkait identifikasiperkembangan perkotaan Surabaya Metropolitan Area.Dalam penentuan sampling kualitatif tidak ada aturanmengenai ukuran atau sampel (Patton: 1990).

    Secara praktis sampel yang diambil merupakansampel nonprobabilitas atau non-random. Tekniknonprobabilitas yang tepat adalah purposive sample orjudgemental sampling, yaitu bentuk sampling yang dapatditerima untuk situasi-situasi khusus. Menurut Paton (1990),terminologi yang digunakan adalah purposive sampling yangmemiliki kelebihan berupa kemampuannya untuk memilikikasus yang kaya informasi (informastion-rich cases). Dengankata lain, melalui purposeful sampling, sampel yang diambilmerupakan representasi dari kelompoknya dan dapatmemberikan informasi yang spesifik berdasarkan pandangandan kepentingan kelompok tersebut sebanyak dan seakuratmungkin.

    C. Tahapan-tahapan analisa DelphiDi bawah ini adalah tahapan analisa delphi yang dilakukandalam penelitian ini.

  • 49

    Gambar 3.2 Tahapan Analisa Delphi(Sumber : Penulis, 2009)

    3.4.2.2. Analisa Model Perkembangan Perkotaan SurabayaMetropolitan Area

    Model adalah representasi secara sederhana dari sistemkehidupan yang sebenarnya melalui gambaran nyata denganhanya beberapa variabel yang benar-benar mempengaruhiperilaku dari suatu sistem, dan dengan menjelaskan hubungan daninterdependensi antara beberapa variabel tersebut. Permodelan

    Eksplorasi faktor-faktoryang mempengaruhi

    Perkembangan perkotaan

    faktor-faktor yang mempengaruhiPerkembangan perkotaan Surabaya

    Metropolitan Area (SMA)

    Iterasipertama

    Wawancara 1(berdasarkan Kajian pustaka:

    faktor-faktor yang mempengaruhiPerkembangan perkotaan)

    Eksplorasi faktorpenyebab baru

    Kuisioner/ Wawancara 3Uji kesepakatan faktor-faktor

    yang mempengaruhiPerkembangan perkotaan)

    Kuisioner/ Wawancara 2(berdasarkan Pendapat stekeholder:faktor-faktor yang mempengaruhi

    Perkembangan perkotaan)

    Iterasikedua

    Proses IterasiAlur proses

  • 50

    merupakan bagian penting untuk menganalisa dan memprediksiperkembangan kota (Taha, 1976).

    Model dalam penelitian ini digunakan untukmemperoleh gambaran kecenderungan perkembangan perkotaanSurabaya Metropolitan Area (SMA). Variabel yang digunakanuntuk mendapatkan model diperoleh dari hasil sintesa pustaka dandivalidasi melalui hasil wawancara dengan menggunakan teknikdelphi. Teknik analisa yang digunakan untuk memperoleh modelperkembangan perkotaan Surabaya Metropolitan Area (SMA)adalah model regresi logistik dan rule based model.

    A. Penyiapan dataBerdasarkan variabel penelitian yang telah

    ditentukan hasil dari hasil sintesa pustaka, proses permodelanperkembangan perkotaan SMA membutuhkan data antaralain adalah penggunaan lahan, jarak dari jalan arteri primerdan kolektor primer, jarak dari terminal, jarak dari bandaraudara juanda, jarak dari stasiun kereta api, jarak daripelabuhan laut perak, jarak dari pusat kota, jarak dariindustri, pusat perdagangan, dan kepadatan penduduk. Padadata penggunaan lahan diklasifikasikan menjadi 2 klasifikasiyaitu penggunaan lahan terbangun dan penggunaan lahantidak terbangun.

  • 51

    Tabel 3.3Klasifikasi Penggunaan Lahan

    Penggunaan lahan Klasifikasi(1) (2)

    Industri Lahan TerbangunPerdagangan dan jasautilitastransportasipermukimanTanah kosong Lahan Tidak terbangunRawaSungaiDanau,HutanSawah

    Sedangkan untuk menghitung jarak dari variabeldigunakan teknik analisa Euclidean Distanc. Pada Penelitianeuclidean distance dihitung dari titik tengah sumber sell(variabel) ke titik tengah setiap sell (titik sampel) yang ada disekililingnya, Konsep algoritma euclidean didasarkan setiap selljarak dihitung pada setiap sumber sell dengan menghitung rumus,dimana x-maksimum dan y maksimum sebagai dua lengan padasegitiga. Hasil perhitungan euclidean distance yang benar, bukansell, tetapi jarak. Euclidean distance raster menunjukkan jaraksetiap Variabel pada sumber titik sampel terdekat.

    Gambar 3.3 Ilustrasi Euclidean Distance(sumber : Arcgis 9.3, 2008)

    Sumber :Anderson dalam Allen, 2003

  • 52

    Dari gambar ilustrasi diatas terlihat pada source_rasterdapat dua jenis data yang ditampilkan dengan nilai 1 dan2. Dengan teknik analisa Euclidean distance dapat diperolehjarak dari dua jenis data tersebut untuk seluruh area.

    B. Sampel dan populasiTeknik yang digunakan untuk menghitung jarak dari

    variabel dengan sistem nilai grid adalah euclidean distance,dimana data yang dihasilkan berupa data raster. Data rasterpada penelitian ini menggunakan grid 30x30 m untukmendapatkan resolusi yang baik. Hal ini menyebabkan gridyang dihasilkan untuk wilayah studi kabupaten Sidoarjosebanyak 793.333 grid dan Kota Surabaya sebanyak 326.633grid. Oleh karena jumlah grid sebagai populasi yangdihasilkan sangat banyak jumlahnya, maka digunakan titiksampel untuk mengidentifikasi nilai jarak dari seluruhvariabel.

    Pengambilan sampel merupakan bagian pentingdalam proses permodelan. Semakin sedikit sampel yangdigunakan maka hasil model akan semakin kurang baik,sebaliknya untuk mendapatkan model yang semakin baikmaka sampel yang digunakan juga semakin besar (Stehmandan Overton dalam Jianquan, 1996). Oleh karena itu, jumlahtitik sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 10%dari total jumlah grid yang dihasilkan oleh data raster. Dariperhitungan 10% sampel diperoleh sampel untuk KotaSurabaya sebesar 33.828 sampel, sedangkan pada KabupatenSidoarjo sampel yang digunakan sebanyak 71.607 sampel.Titik sampel disebar secara regular atau teratur pada seluruhwilayah studi. Pada penelitian ini menggunakan metoderegular random sample. Pada metode ini sampel disebarkansecara beraturan pada seluruh wilayah studi secara merata.Dengan demikian, dapat dipastikan tidak ada penumpukantitik sampel pada satu lokasi, sehingga hasil yang diperoleh

  • 53

    lebih dapat mewakili seluruh populasi dan menghindariunsur subyektif dari peneliti.

    :Titik sampel: wilayah Penelitian

    Gambar 3.4 Metode Penyebaran Titik Sampel PadaWilayah Penelitian(sumber : Penulis, 2009)

    C. Model Regresi logistikTeknik analisa statistik tradisional seperti multiple

    regression and logistic regression masih sering digunakandalam pattern modelling. Contohnya, Lopez, 2001menggunakan regresi linear untuk mengeksplorasi hubunganantara perkembangan kota dengan pertumbuhan populasi.Wu dan yeh (1997) dan Wu (2000) menggunakan regresilogistik untuk mempelajari perkembangan pola danpenentuan lokasi industri (Jianquan, 2003). Teknik analisadikembangakan untuk mendapatkan beberapa variabel yangdigunakan dalam mendapatkan gambaran tentang fenomenaperkembangan kota secara jelas.

    Table 3.4Perbandingan multi-regression, log-linear dan logistic

    regression

    Sumber : Jianquan, 2003

  • 54

    Berdasarkan tabel perbandingan antara multipleregression, log-linear, logistic regression diperoleh hasilyang menunjukkan bahwa logistic regression lebih baikdalam dependent variabel, explanatory variabel dannormality assumption. Dengan demikian, untuk membuatmodel perkembangan perkotaan Surabaya MetropolitanArea (SMA) digunakan perhitungan statistik regresi logistik.

    Regresi logistik adalah prosedur pemodelan yangditerapkan untuk memodelkan variabel respon (Y) yangbersifat kategori berdasarkan satu atau lebih variabelprediktor (X), baik itu yang bersifat kategori maupunkontinu. Apabila variabel responnya terdiri dari 2 kategoriyaitu Y=1 (sukses) dan Y=0 (gagal) maka metode regresilogistik yang dapat diterapkan adalah regresi logistik biner.Untuk satu buah objek penelitian, kondisi dengan 2kategori tersebut mengakibatkan y berdistribusiBernoulli. Fungsi distribusi peluang untuk y denganparameter adalah P (Y = y )= dengan y = 0 ,1 .Sehingga probabilitas untuk masing-masing kategoriadalah P(Y=1)= dan P (Y = 0 ) = 1 -dengan E (y )= , 01 .. Secara umum model probabilitas regresi logistikdengan melibatkan beberapa variabel prediktor (x) dapatdiformulasikan sebagai berikut :

    Fungsi ( x) merupakan fungsi non linier sehinggaperlu dilakukan transformasi logit untuk memperoleh fungsiyang linier agar dapat dilihat hubungan antara variabelrespon (y ) dengan variabel prediktornya (x) (Hosmer danLemeshow, 2000).

  • 55

    D. Rule Based ModelRule based model adalah bentuk model yang diperoleh

    melalui overlay dari seluruh variabel penelitian yang ada.Metode yang digunakan dalam overlay ini menggunakanmetode arithmetic overlay / weighted sum dimana semuavariabel mempunyai nilai yang sama. Pada overlay ini semuavariabel terlebih dahulu dimasukkan kedalam proses analisaperhitungan jarak dengan menggunakan alat analisa yangterdapat pada software Arcgis 9.3 yaitu Euclidean distance.

    Gambar 3.5 Metode Overlay Arithmatic(sumber : Kusuma, 2008)

    Arithmetic overlay digunakan untuk meng-overlaypeta-peta output euclidean distance yang multilayer,sehingga diperoleh sebuah peta yang memiliki beberapa nilaiyang berupa klasifikasi seperti rendah, sedang, tinggi danseterusnya. Gambar ilustrasinya seperti gambar 3.4.

    3.4.2.3. Analisa Prediksi Perkembangan PerkotaanSurabaya Metropolitan AreaPada flowchart di bawah dapat dilihat proses dari

    persiapan data yang dibutuhkan hingga proses analisa untukmenghasilkan informasi dari hasil prediksi menganaiperkembangan spasial pada masa yang akan datang. Peta yangmasih berupa vector atau image di konversi ke dalam bentuk petaraster. Pada peta raster ini kemudian ditentukan ukuran grid yang

  • 56

    dibutuhkan untuk analisa. Untuk mendapatkan prediksiperkembangan spasial perkotaan yang tepat digunakan duaanalisa, pertama menggunakan analisa permodelan dan keduaanalisa skenario pertumbuhan. Pada analisa permodelandigunakan Regresi logistic model dan rule based model untukmendapatkan kemungkinan perubahan lahan dari tidak terbangunmenjadi terbangun melalui variabel independent sebagai predictor(lihat subbab 3.3). Sedangkan scenario pertumbuhan digunakanuntuk menentukan besaran luas kemungkinan perubahan lahan.Kemudian dari hasil kedua prediksi ini divisualisasikan dalambentuk peta.

  • 57

    : alur Proses: umpan balik

    Gambar 3.6 Flowchart Model dan Prediksi PerkembanganPerkotaan Surabaya Metropolitan Area

    (Sumber : adaptasi dari Allen, 2003)

    Data spasial (petapenggunaan lahan)

    Peta prediksiperkembangan

    spasial

    Peta prediksiTime series

    Informasi Perkembanganspasial

    Peta modelseries

    Variable gridMenentukanukuran sel

    grid

    SpatialStatistic model

    Prediksi perkembanganspasial

    Proyeksipopulasi

    Ratiopertumbuhan

    scenariopertumbuhan

    Menentukanukuranspasial

    Prediksiperkembangan spasialberdasarkan demand

    errorasessment

    Rule basedModel

  • 58

    A. Analisa Prediksi Pertumbuhan PendudukDalam memperhitungkan proyeksi penduduk digunakan

    data eksisiitng diatas dengan metode perhitungan curveestimation dengan menggunakan alat bantu analisis SPSS13.0. Terdapat 10 model yang dapat digunakan untukmemperhitungkan proyeksi penduduk,yaitu:a. Linear. Model whose equation is Y = b0 + (b1 * t). The

    series values are modeled as a linear function of time.b. Logarithmic. Model whose equation is Y = b0 + (b1 *

    ln(t)).c. Inverse. Model whose equation is Y = b0 + (b1 / t).d. Quadratic. Model whose equation is Y = b0 + (b1 * t) +

    (b2 * t**2).e. Cubic. Model defined by the equation Y = b0 + (b1 * t) +

    (b2 * t**2) + (b3 * t**3).f. Power. Model whose equation is Y = b0 * (t**b1) or

    ln(Y) = ln(b0) + (b1 * ln(t)).g. Compound. Model whose equation is Y = b0 * (b1**t)

    or ln(Y) = ln(b0) + (ln(b1) * t).h. S-curve. Model whose equation is Y = e**(b0 + (b1/t))

    or ln(Y) = b0 + (b1/t).i. Logistic. Model whose equation is Y = 1 / (1/u + (b0 *

    (b1**t))) or ln(1/y-1/u)= ln (b0) + (ln(b1)*t).j. Exponential. Model whose equation is Y = b0