permintaan potensial 2

24
Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Ponorogo PROPOSAL PENGEMBANGAN POTENSI UNGGULAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO Kerjasama LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS BRAWIJAYA – MALANG dengan BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO 1

Transcript of permintaan potensial 2

Page 1: permintaan potensial 2

Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Ponorogo

PROPOSAL

PENGEMBANGANPOTENSI UNGGULAN DAERAH

KABUPATEN PONOROGO

KerjasamaLEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS BRAWIJAYA – MALANG

dengan

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAHKABUPATEN PONOROGO

2010

I. PENDAHULUAN

1

Page 2: permintaan potensial 2

Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Ponorogo

1.1. Latar BelakangDi era otonomi daerah, pembangunan ekonomi local mestinya

berbasis potensi lokal daerah. Skala prioritas unggulan daerah harus ditetapkan baik secara sektoral maupun skala lebih kecil yaitu jenis produk. Hal ini untuk lebih mengarahkan dalam memberi dukungan pencapaian peningkatan dalam memberikan dukungan perencanaan pembangunan, alokasi sumberdaya, tata ruang wilayah dan lainnya. Termasuk juga cara memasarkan produk sektor tersebut sehingga dapat diketahui dan menarik minat para investor dalam pengembangannya.

Perlu untuk disadari bahwa pemilihan sektor unggulan tidak semata-mata untuk tampil beda menurut ragam karakteristik daerah, tetapi terutama menjadi strategi akselerasi pembangunan daerah sendiri. Dalam identifikasi sektor unggulan perlu memperhatikan enam hal yaitu 1) keterkaitan tingkatan pembangunan, 2) keterkaitan antar sektor, 3) kontribusi terhadap sektor atau struktur ekonomi, 4) penyerapan tenaga kerja, 5) daya dukung SDM dan teknologi dan 6) pertimbangan strategis non ekonomi.

Keenam hal tentang identifikasi sektor unggulan dimuka dapat dijelaskan seperti berikut.

Pertama, sektor unggulan memiliki keterkaitan dengan tingkatan pembangunan daerah terutama pembangunan ekonomi. Struktur ekonomi yang terbagi menjadi sektor primer, sekunder dan tersier. Jenis sektor unggulan akan menjadi bagian penting dalam sektor-sektor ekonomi tersebut.

Ke dua, sektor unggulan dapat kemungkinan memiliki keterkaitan dengan sektor lainnya. Keterkaitan ini dapat ke belakang yaitu sektor penyedia input (backward linkage) atau ke depan yaitu sektor pengguna output (forward linkage). Berarti perkembangan sektor unggulan dapat menjadi pendorong perkembangan sektor lainnya yang masih terkait.

Ke tiga, sektor unggulan dapat memberikan kontribusi yang besar dan dapat diandalkan bagi perekonomian daerah. Perkembangan sektor unggulan dapat meningkatkan atau mengubah struktur ekonomi tertentu yang memiliki sektor unggulan.

Ke empat, peningkatan sektor unggulan dapat memacu pertumbuhan ekonomi daerah. Berarti terjadi peningkatan kegiatan ekonomi sehingga pada gilirannya akan meningkatkan permintaan tenaga kerja. Peningkatan permintaan tenaga kerja akan menambah penyerapan tenaga kerja dalam perekonomian daerah.

Ke lima, pengembangan sektor unggulan harus memperhatikan daya dukung SDM dan teknologi yang dimiliki oleh daerah bersangkutan. Sektor unggulan yang menjadi andalan atau tulang punggung penting bagi perekonomian daerah membutuhkan SDM dan teknologi yang memadai untuk mengelolanya.

Ke enam, pertimbangan strategis non ekonomi perlu juga diperhatikan terkait pengembangan sektor unggulan. Hal ini disebabkan oleh peran penting sektor-sektor ekonomi untuk mendukung aspek kenegaraan lainnya seperti pertahanan dan keamanan nasional.

2

Page 3: permintaan potensial 2

Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Ponorogo

Kabupaten Ponorogo merupakan daerah berbasis pertanian yang cukup menonjol dibanding sektor lain. Sektor Pertanian memiliki beberapa sub sektor yaitu tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan. Sektor tersebut dapat dikembangkan menjadi tulang punggung perekonomian dengan cara mengembangkan produk unggulan daerah berbasis hasil pertanian. Pengembangan ini dapat dari sisi produksi dan juga orientasi pemasaran.

Produk-produk asli daerah tersebut dapat dikembangkan menjadi produk unggulan daerah yang dapat mendukung perekonomian masyarakat setempat. Namun dalam perkembangannya ternyata bukan tanpa kendala meski sudah menjadi unggulan. Permasalahan peningkatan nilai tambah produk dan pemasarannya menjadi hal penting untuk dicermati. Pasar yang dinamis memerlukan inovasi dan kreatifitas yang tiada henti. Tujuannya adalah untuk dapat tetap eksis dipasaran, bahkan harus ditingkatkan. Apabila kondisi ini dapat terwujud maka berimplikasi terhadap peningkatan ekonomi masyarakat dan pendapatan daerah.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan dimuka dapat diketahui bahwa sebenarnya produk unggulan Kabupaten Ponorogo perlu pengembangan pasar. Namun hal ini perlu adanya kajian yang lebih mendalam terkait hal ini. Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan kajian pasar produk unggulan.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengukur potensi unggulan daerah yang berbasis hasil pertanian serta mengukur kemungkinan pengembangan produk unggulan. Selain itu juga untuk memberikan arahan orientasi pasar produk unggulan daerah tersebut.

Tujuan1. Untuk mengidentikasi potensi daerah berbasis hasil pertanian dan

jenis produk unggulan daerah Kabupaten Ponorogo.2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan pengembangan

potensi dan produk unggulan Kabupaten Ponorogo.3. Untuk mengetahui orientasi pasar produk unggulan Kabupaten

Ponorogo.4. Untuk memberikan arahan pengembangan potensi dan produk

unggulan daerah Kabupaten Ponorogo.

1.3. SasaranMaksud dan tujuan dimuka akan dicapai melalui penelitian ini

dengan sasaran sebagai berikut. Sasaran Umum

Sasaran umum studi ini yaitu teridentifikasinya produk unggulan daerah berbasis hasil pertanian dan adanya rekomendasi pengembangan

3

Page 4: permintaan potensial 2

Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Ponorogo

potensi dan produk unggulan daerah untuk mendorong peningkatan perekonomian daerah Kabupaten Ponorogo.

Sasaran KhususMaksud dan tujuan kegiatan yang diuraikan dimuka diarahkan

dapat mencapai beberapa sasaran sebagai berikut:1) Teridentifikasi dan terukurnya potensi dan produk unggulan daerah

berbasis hasil pertanian Kabupaten Ponorogo.2) Tersusunnya rekomendasi penetapan produk unggulan daerah

Kabupaten Ponorogo.3) Tersusunnya rekomendasi orientasi pemasaran produk unggulan

daerah.4) Tersusunnya rekomendasi pengembangan potensi dan produk

unggulan daerah Kabupaten Ponorogo dari aspek keruangan, ekonomi dan pemasaran.

1.4. ManfaatHasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:

a. Sebagai bahan referensi bagi Pemerintah Kabupaten dalam mengambil kebijakan pembangunan terkait perekonomian dan produk lokal.

b. Menjadi informasi awal masyarakat (investor) dalam perencanaan investasi di Kabupaten Ponorogo.

c. Sebagai referensi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan produk lokal.

1.5. Keluaran (Output)Penelitian tentang permintaan pasar terhadap produk unggulan di

Kabupaten Ponorogo akan menghasilkan output, yaitu:1. Rekomendasi penetapan produk unggulan daerah Kabupaten

Ponorogo.2. Rekomendasi pengembangan produksi dan pemasaran produk

unggulan daerah Kabupaten Ponorogo.

4

Page 5: permintaan potensial 2

Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Ponorogo

II. KERANGKA KONSEP

Produk unggulan merupakan produk yang potensial untuk dikembangkan dalam suatu kawasan (desa atau kecamatan) dengan memanfaatkan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia setempat, serta mendatangkan pendapatan bagi masyarakat pelaku usaha dan pemerintah. Produk unggulan juga merupakan produk yang memiliki daya saing, berorientasi pasar dan ramah lingkungan, sehingga tercipta keunggulan kompetitif yang siap menghadapi persaingan global.Logika tentang produk unggulan juga akan sangat relevan jika diterapkan sebagai pendekatan dalam pemberdayaan kawasan pedesaan. Karakteristik khas kawasan pedesaan seperti, keterbatasan infrastruktur, perilaku ekonomi lintas daerah, interaksi sosial lintas daerah, diperkirakan juga akan sangat mempengaruhi pola atau Konsep Pengembangan Produk Unggulan Daerah.Kemampuan suatu daerah (desa ataui kecamatan) dalam kegiatan tertentu dapat diketahui dengan menggunakan Teknik Analisis Kuosien Lokasi (Location Quotient : LQ). Teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diselidiki (misalnya desa atau kecamatan) dengan kemampuan yang sama pada daerah yang lebih luas (misalnya kabupaten). Satuan yang digunakan sebagai ukuran untuk menghasilkan koefisien LQ, adalah jumlah tenaga kerja, hasil produksi, atau satuan lainnya yang dapat digunakan sebagai kriteria. Struktur perumusan LQ memberikan beberapa nilai, yaitu LQ>1, LQ=1, LQ<1.

Jika memakai nilai produksi sebagai bahan perhitungan, maka :

a. LQ lebih besar dari 1 ( LQ > 1 ) : berarti komoditas tersebut merupakan sektor basis artinya produksi komoditas yang bersangkutan sudah melebihi kebutuhan konsumsi di daerah dimana komoditas tersebut dihasilkan dan kelebihannya dapat dijual keluar daerah.

b. LQ lebih kecil dari satu (LQ<1) : produksi komoditas tersebut belum mencukupi kebutuhan konsumsi di daerah yang bersangkutan dan pemenuhannya didatangkan dari daerah lain

c. LQ sama dengan satu (LQ=1) : produksi komoditas yang bersangkutan hanya cukup untuk kebutuhan daerah setempat.

Penggunaan LQ sebagai dasar untuk menentukan sektor basis di dalam satu wilayah mempunyai beberapa kelemahan. Penggunaan satuan tenaga kerja sebagai dasar perhitungan memakai beberapa asumsi seperti misalnya (i) kualitas tenaga kerja setiap jenis industri dianggap sama dan, (ii) tiap industri mempunyai produksi tunggal. Padahal dalam kenyataannya kualitas tenaga kerja bervariasi dan satu industri dapat menghasilkan lebih dari satu jenis produk. Meskipun demikian, pendekatan ini dalam tahap awal sudah mampu

5

Page 6: permintaan potensial 2

Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Ponorogo

memberi gambaran kemampuan sektor yang diamati yang berada pada satu wilayah tertentu. Rumus LQ, dengan dasar perhitungan adalah jumlah lapangan kerja.

Dimana :

Nmi : Lapangan kerja di Kecamatan “m” dalam usaha Industri “i”Nm : Total lapangan kerja di Kecamatan “m” di seluruh usaha IndustriNi : Lapangan kerja Kabupaten dalam industri “i”N : Lapangan kerja Kabupaten dalam seluruh industri

LQ = 1.00 proporsi yang sama dari para pekerja lokal bekerja didalam industri tertentu seperti bekerja didalam industri sejenis diseluruh kabupaten secara keseluruhan.

LQ > 1.00 konsentrasi daerah lokal (kecamatan) lebih berat didalam pemusatan satu industri tertentu dibandingkan dengan rata-rata Kabupaten atau daerah lain. LQ < 1 menunjukkan bahwa daerah (kecamatan) tersebut kecil peranannya dalam industri tertentu dibandingkan dengan rata – rata Kabupaten.

Dalam prakteknya, pada umumnya dipertimbangkan bahwa kuosien lokasi harus dengan mantap lebih besar 1.0 dalam rangka menunjukkan bahwa industri menjadi bagian dari sektor ekspor dari Basis Ekonomi Lokal.

Komoditi Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan

Mengingat data produksi tanaman pangan (misaklnya padi dan palawija ) merupakan salah satu indikator ketahanan pangan nasional, dan penting bagi daerah untuk dapat self sufficient atau mencukupi kebutuhan pangannya sendiri, serta ditinjau dari perhitungan LQ berdasarkan PDRB, dimana LQ untuk usaha pertanian, peternakan, perikanan biasanya di atas 1, maka LQ penting untuk dianalisa.

Pada data di bawah ini ditampilkan 2 data yaitu luas panen dan hasil produksi.

Produksi = luas panen x produktivitas ( hasil per hektar ).

6

Page 7: permintaan potensial 2

Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Ponorogo

LQ dapat dihitung berdasarkan luas panen dan hasil produksi sbb :

a. Berdasarkan luas panen :

LQ = Luas panen komoditi tertentu di Kecamatan / luas panen total komoditi di Kecamatan ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Luas panen komoditi tertentu Ponorogo / luas panen total komoditi Ponorogo

b. Berdasarkan Hasil Produksi :

LQ = Produksi komoditas tertentu di Kecamartan / produksi total komoditas di Kecamatan ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Produksi komoditas tertentu di Ponorogo / Produksi total komoditas di Ponorogo

Upaya pemberdayaan pelaku usaha produk unggulan daerah secara keseluruhan difokuskan pada pengoptimalan pengusahaan produk unggulan terutama yang banyak melibatkan stakeholder masyarakat. Untuk itu, perlu dilakukan inventarisasi dan deskripsi produk-produk unggulan, khususnya di daerah sentra produksi riilnya.Penyusunan diskripsi produk unggulan diawali dengan pemilihan sejumlah komoditas yang volume /sekala produksi aktualnya tertinggi (data sekunder). Tahap berikutnya mengidentifikasi produk unggulan daerah berdasarkan kontribusinya bagi pendapatan daerah. Alat ukur utama adalah dengan memperhatikan PDRB dan subsektor dominannya.

Setelah teridentifikasi sebagai agregat dari produk ungggulan daerah maka bahan informasi ini kemudian didiskusi dengan stakeholder setempat melalui kegiatan FGD. Stakeholder daerah akan menyebutkan berbagai produk yang dianggap sebagai unggulan. Dengan persepsi dan preferensi masing-masing, para stakeholder ini juga dapat diminta untuk membandingkan keunggulan masing-masing produk tersebut. Menggunakan metode analitis lalu dirumuskan urutan produk unggulan daerah berdasarkan persepsi keunggulan stakeholder setempat.

Keunggulan Berbasis Kompetensi

Perkembangan terbaru tentang paradigma usaha produksi yang berbasis sumberdaya adalah adanya fokus pada suatu basis, sesuai dengan asset-asset tangible dan intangible, dan keunggulan berbasis sumberdaya, yaitu kompetensi. Dalam kerangka ini, usaha produksi harus berfokus pada kompetensi inti. Suatu kompetensi inti dapat didefinisikan sebagai seperangkat sumberdaya, ketrampilan dan teknologi yang terintegrasi. Suatu kompetensi usaha produksi bukan suatu hal yang sama dengan ketrampilan individu personelnya, tetapi merupakan integrasi dari keterampilan- keterampilan yang ada. Hal ini juga tidak sama dengan sumberdaya semata, sebab kompetensi lebih merupakan suatu asset. Unit usaha, jaringan distribusi, dan brand, kesemuanya merupakan asset (dan sumberdaya),

7

Page 8: permintaan potensial 2

Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Ponorogo

Sungguhpun demikian, suatu kemampuan khusus untuk mengelola unit usaha, jaringan distribusi, atau brand adalah merupakan kompetensi. Suatu kompetensi dapat diidentifikasi apabila memenuhi syarat-syarat tertentu.

Syarat utama untuk suatu kompetensi adalah keterbukaan terhadap pasar baru, kemungkinan-kemungkinan baru, dan sifat-sifat yang adaptif. Manager suatu usaha produksi bisnis yang memiliki suatu kompetensi harus berpikir tentang bagaimana seperangkat ketrampilan yang terintegrasi diterapkan pada domain-domain produk kompetitif. Oleh karena itu pandangan yang berbasis kompetensi berangkat dari fokus pada strategi level usaha produksi dan mulai menghadapi strategi level korporasi, dan menentukan jenis usaha (bisnis) yang tepat.

Kompetensi dan kapabilitas sumberdaya pada suatu daerah akan menciptakan keunggulan yang dimiliki daerah yang unik meliputi aspek Keterampilan Manusia, Sumber Daya Alam, Lingkungan, Budaya, dan Prospek Pasar, baik untuk produk pertanian primer maupun produk olahannya. Adapun ciri-ciri kapabilitas dan kompetensi inti suatu daerah terdiri dari 3 yaitu:

1. Memiliki akses potensial ke berbagai pasar – kompetensi daerah harus dapat mengembangkan produk atau jasa yang dapat dipasarkan

2. Kompetensi daerah harus menciptakan kontribusi nyata untuk mendapatkan manfaat dari produk-produknya.

3. Kompetensi daerah seharusnya memiliki sesuatu yang sulit ditiru oleh kompetitor lain/daerah lain, dengan kata lain bersifat unik; bauik sumberdaya alamnya, sumberdaya manusianya, maupun infrastruktur pendukungnya.

Metode dan alat analisis yang dapat dipergunakan dalam pengkajian kompetensi unggulan daerah adalah:

a. Metode untuk mengevaluasi kapabilitas sumberdaya alam daerahb. Metode untuk memperoleh peringkat produk unggulan prioritas.b. Analisis Ekonomi Rantai Nilai, yang dimulai dengan melakukan

pemetaan rantai (chain map) atas produk unggulan priotitas yang tergolong sebagai peringkat utama, dengan menggambarkan secara garis besar tahapan mulai dari input hingga pemasaran produk sampai ke tangan konsumen.

Suatu alasan untuk memprioritaskan suatu produk unggulan daerah adalah; (1) dapat menyerap tenaga kerja yang banyak (2) nilai produksinya banyak atau tinggi (3) image tentang produk tersebut adalah menjadi trade-mark bagi daerah.

Dari prioritas produk unggulan daerah selanjutnya dapat dimunculkan produk unggulan utama.

8

Page 9: permintaan potensial 2

Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Ponorogo

Langkah selanjutnya adalah melakukan uji kuesioner dan diskusi dengan narasumber kompeten (FGD) yang memiliki kewenangan serta konsern terhadap produk kompetensi daerah. Selanjutnya dilakukan kriteria pembobotan, di mana memunculkan suatu produk kompetensi unggulan dengan komponennya seperti; keterampilan staf, manajemen brand, daya inovasi, kesetiaan kerja, jaminan kualitas, desain, tenaga kerja banyak, sumber daya lingkungan yang tidak merusak, manajemen harga, daya adopsi, manajemen jaringan dan lain sebagainya.

Peta Rantai Nilai Produk Unggulan Prioritas

Produk unggulan prioritas ditemukan dari kompetensi-kompetensi produk unggulan yang telah diidentifikasi, dimana kriteria pemilihannya adalah dengan mempertimbangkan:

• Keunikan• Daya saing• Keterbukaan terhadap pasar baru• Manfaat yang lebih baik bagi pelanggan/konsumen.

Berdasarkan kategori kompenen-komponen tersebut akhirnya penentuan criteria dapat memunculkan Produk Tententu sebagai produk kompetensi unggulan Daerah.

Analisis Supply Chain Management pada Produk Unggulan

Supply chain management adalah strategi untuk merencanakan, mengelola dan mengawasi aliran barang-jasa dan informasi dari pemasok, perusahaan, distribusi sampai dengan konsumen akhir dengan kualitas yang terjaga sepanjang waktu. Secara sederhana sebuah Supply Chain Management dapat diringkas seperti nampak dalam Gambar 1.

Aktivitas pendukungAktivitas pendukung dalam sebuah rantai nilai terdiri dari empat aktivitas, yaitu antara lain kesetiaan kerja, manajemen brand, tenaga kerja yang banyak serta SDA yang tidak merusak. Bagi produk unggulan daerah, biasanya yang menjadi prioritas utama dalam rantai nilai aktivitas pendukung adalah sebagai berikut:

1. Kesetiaan Kerja secara teoritis adalah lamanya SDM bekerja di mana dalam usaha produk unggulan ini pekerja memiliki suatu ciri unsur kesetiaan/ ketaatan kepada « juragan/pengusaha » dapat diatur dari turnovernya. Hubungan spesifik antara majikan dan pekerja ini memberikan dampak positif terwujudnya daya saing yang kuat bagi produk unggulan daerah.Loyalitas tenaga kerja sangat tinggi, karena mereka bekerjanya mengandalkan ketrampilannya mengerjakan proses produksi, hanya memang karena tingkat pendidikan yang beragam, agak susah dalam

9

Page 10: permintaan potensial 2

Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Ponorogo

mengatur disiplin kerja mereka, ini menyangkut tingkat pendidikan yang relatif kurang. Proses produksi komoditi, para pekerjanya menggunakan banyak ketrampilan dan pengalamannya, sungguhpun tingkat pendidikan relative kurang. Dalam kondisi demikian ini, pelaku usaha yang unggul akan dapat mengatur loyalitas dalam bentuk pengaturan waktu, misalnya dengan cara model pekerja borongan. Atau menggunakan sistem part time untuk pekerjaan-pekerjaan yang memungkinkan.

2. Manajemen Brand, adalah merupakan suatu wujud pencitraan bagi produk unggulan, yang dapat memberikan sentuhan nilai tambah bagi produk unggulan daerah. Ternyata produk unggulan tertentu suatu daerah memiliki karakter sendiri di mata konsumennya. Suatu produk unggulan secara tidak langsung sudah memiliki keunggulan karena daerah produsennya merupakan penghasil produk tersebut secara regional atau nasional. Image “nama lama” sampai sekarang masih dominant mempengaruhi pencitraannya bagi konsumen. Banyak orang-orang dari luar daerah memiliki cita rasa mengenai produk tersebut.

Gambar 1. Supply Chain Management

3. Tenaga kerja yang banyak adalah merupakan jumlah tenaga kerja dalam usaha produk unggulan. Berdasarkan hasil FGD kompetensi tenaga kerja dalam kaitannya dengan produk ini dapat diidentifikasikan kualitas dan kuantitasnya. Tenaga kerja di lingkup usaha produk unggulan biasanya memiliki keterkaitan dengan penyerapan tenaga kerja di sector lain di mana ada tenaga kerja yang berlainan sifatnya. Usaha produk unggulan dapat menyerap TK di bahan baku dan proses produksinya, ternyata sudah dapat membuka peluang tenaga kerja di sektor/industri pengolahannya.

4. SDA di sini adalah merupakan sumberdaya alam yang ramah lingkungan, sifatnya tidak merusak. Usaha Produk unggulan agrokompleks memerlukan komponen SDA seperti lahan dan air. Kapabilitas sumberdaya lahan (dan air) menjadi penentu keberlanjutan usaha produk unggulan.

Suatu contoh Peta Rantai Nilai (Chain Map) Produk Unggulan dalam bentuk bagan skematis sederhana dapat dideskripsikan seperti dalam Gambar 2.

10

Page 11: permintaan potensial 2

Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Ponorogo

Gambar 2. Contoh Peta Rantai Nilai dan Nilai Tambah (Added Value) Kompetensi: Batik Tulis dan Batik Cap

Penyusunan Konsep Pengembangan UKM Produk Unggulan

Penyusunan Konsep Pengembangan UKM di kawasan sentra produk unggulan dilakukan dalam 2 (dua) tahap proses pekerjaan yaitu tahapan mengkaji kawasan sentra produk unggulan, sebagai suatu upaya untuk menemu-kenali kondisi kewilayahan kawasan serta komponen-komponen kegiatan setempat, termasuk kondisi UKM; tahap berikutnya penyusunan Konsep Pengembangan produk unggulan daerah, sebagai suatu upaya untuk mendapatkan pola pemberdayaan. Analisis dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang daerah sentra produksi riil dalam rangka menangani produk unggulan dan pengembangan ekonomi masyarakat lokal, berikut potensi dan permasalahannya terkait dengan kebutuhan pengembangannya.Kajian ini mencakup tahapan antara lain: (1) Pengumpulan data sekunder mengenai kondisi daeerah sentra produksi; (2) Penstrukturan isu-isu tentang kondisi social ekonomi masyarakat, lingkungan, kewilayahan dan budaya; (3) Pemetaan daerah sentra produk unggulan daerah, dan (4) Pernyusunan Konsep Pengembangan Produk Unggulan Daerah.

11

Page 12: permintaan potensial 2

Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Ponorogo

III. METODOLOGI

Metode Kajian

Metode yang digunakan adalah kajian deskriptif, yakni metode kajian yang meneliti suatu keadaan dengan tujuan membuat deskripsi dan gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta di lapangan pengkajian serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Data yang dikumpulkan terdiri atas data sekunder dan data primer. Data primer berasal dari lokasi pengkajian secara langsung, baik yang dilakukan melalui kuesioner, wawancara maupun diskusi. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui survey instansional yang berupa peraturan-peraturan, laporan-laporan dan data tertulis lainnya yang berhubungan dengan pengkajian ini. Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara: survey instansional, melalui kuesioner bagi responden dan diskusi (FGD).

Metode analisis yang digunakan adalah “analisis strategis” melalui pendekatan sistematis dan terstruktur. Pendekatan sistimatis dimana aspek kajian selalu didasarkan pada Aspek Internal dan Aspek Eksternal, baik yang merupakan potensi maupun permasalahan. Sedangkan pendekatan terstruktur, yaitu: langkah-langkah perumusan strategi selalu diawali dengan mengidentifikasi dan mengkaji Aspek Internal dan Aspek Eksternal, yang kemudian dilanjutkan dengan mengkombinasikan kedua aspek tersebut. Seddangkan metode FGD analitis digunakan untuk menyederhanakan pemikiran dalam memilih satu atau beberapa pilihan atau alternatif. Pertimbangan kualitatif dibutuhkan untuk memilih komponen yang lebih penting dan seberapa besar pentingnya dibandingkan komponen-komponen lainnya.

3.1. Lokasi StudiStudi ini membahas tentang Pengembangan Produk

Unggulan Daerah Kabupaten Ponorogo. Lokasi penelitian meliputi seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Ponorogo. Pemilihan lokasi ini didasarkan oleh kemungkinan penyebaran potensi sentra-sentra produk unggulan keseluruh wilayah Kabupaten Ponorogo, baik yang sudah maupun belum dikembangkan secara optimal.

3.2. Data Penunjang

3.2.1. Data DasarData dasar yang dipergunakan dalam kegiatan ini minimal

terdiri dari data dengan periode 5 (lima) tahun terakhir yang meliputi aspek:a. Produksi hasil pertanian,

12

Page 13: permintaan potensial 2

Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Ponorogo

b. Produksi hasil olahan produk pertanian,c. Pemasaran;d. Daya dukung lahan pertanian; e. Sarana prasarana penunjang produksi dan pemasaran hasil

produksi dan olahan hasil pertanian

3.2.2. Referensi PustakaKerangka studi khususnya kerangka analisis dan arahan

rekomendasi dapat didukung oleh pustaka-pustaka teoritis maupun hasil-hasil studi terdahulu yang terkait. Hal ini dapat membantu dalam mengarahkan proses kegiatan sehingga lebih mudah dan tepat sasaran.

3.2.3. Referensi HukumReferensi hukum yang dapat dijadikan dasar dalam

kegiatan studi pengembangan potensi unggulan daerah Kabupaten Ponorogo, yaitu:1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 1992 tentang

Cagar Budaya.2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup.3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan.4) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 tentang

Perkebunan.5) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang

Perikanan.6) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah, dengan perubahan Undang-undang Nomor 12 tahun 2008;

7) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

3.3. Lingkup Kegiatan dan Tenaga Ahli

3.3.1. Lingkup KegiatanRuang lingkup kegiatan Pengembangan Potensi Unggulan

Daerah Kabupaten Ponorogo adalah sebagai berikut:1. Kegiatan Persiapan

Kegiatan ini meliputi persiapan administrasi dan teknis termasuk perekrutan tenaga pelaksana.

2. Survey dan Pengumpulan Data- Untuk mengidentifikasi, memahami karakteristik

lokasi perencanaan berikut potensi yang perlu dikembangkan dan permasalahannya. Pemetaan daerah sentra produksi komoditas yang ada saat ini.

13

Page 14: permintaan potensial 2

Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Ponorogo

- Komoditi / produk unggulan daerah yang akan dikaji meliputi:A. Komoditi Tanaman pangan:

1. Padi 2. Jagung3. Kedelai4. Ubikayu

B. Komoditi Tanaman Perkebunan1. Kopi rakyat2. Kakao3. Tebu4. Cengkeh5. Termbakau

C. Komoditi Tanaman Buah-buahan1. Mangga2. Pisang3. Pepaya4. Salak5. Durian

D. Komoditi Ternak1. Sapi Kereman2. Kambing 3. Domba4. Ayam5. Itik Telur

E. Komoditi Ikan1. Ikan Lele2. Ikan Nila3. Ikan Gurami

F. Komoditi Tanaman Hutan1. Bambu & Kerajinan Bambu2. Jati 3. Sengon4. Mahoni

- Survei dan observasi lapangan, serta FGD untuk mengumpulkan data – data, baik primer dan sekunder untuk bahan pengkajian dan analisa pengembangan.

3. Pengolahan data dan AnalisaKegiatan ini meliputi:

a. Inventarisasi dan pengujian data; b. Analisis data dan penyajian hasilnya.

14

Page 15: permintaan potensial 2

Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Ponorogo

c. Kajian Pembahasan Pengembangan Potensi Produk?komoditi Unggulan Daerah sbb:

Bab I. PENDAHULUAN: 1.1. Latar Belakang Masalah1.2. Tujuan Pengembangan

Bab II. Sentra Produksi dan Wilayah Pengembangannya

2.1. Deskripsi Umum2.2. Peta Lokasi2.3. Kendala Ekologis2.4. Strategi Pengelolaan

Bab III. POLA Kemitraan Terpadu3.1. Organisasi3.2. Pola Kerjasama3.3. Penyiapan Proyek3.4. Mekanisme Proyek3.5. Perjanjian Kerjasama

Bab IV. Aspek Pemasaran4.1. Peluang Pasar dan Persaingan 4.2. Permintaan dan Penawaran4.3. Kapasitas Produksi4.4. Harga-harga4.5. Pemasaran

Bab V. Aspek Produksi5.1. Kawasan Sentra Produksi 5.2. Pola Penanaman5.3. Proses /Teknologi Budidaya 5.4. Panen dan Pascapanen5.5. Analisis Usahatani

Bab VI. Aspek Keuangan6.1. Profil Usaha dan Pola Pembiayaan6.2. Kelayakan Usaha6.3. Biaya Investasi6.4. Proyeksi Laba/Rugi6.5. Proyeksi Aliran Kas

Bab VII. Prospek dan Dampak7.1. Sosial EKonomi Masyarakat

  7.2. Dampak LingkunganBab VIII. Penutup

8.1. Kesimpulan8.2. Saran

4. Jadwal PelaporanPelaporan ini dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Laporan awal, berupa penyampaian metode studi;

15

Page 16: permintaan potensial 2

Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Ponorogo

b. Laporan kemajuan, berupa hasil pengumpulan data dan pembahasan hasil analisis, dan

c. Laporan akhir, berupa laporan pemetaan daerah rawan pangan.

3.3.2. Perkiraan Jangka Waktu Pelaksanaan PekerjaanKegiatan penyusunan Pengembangan Potensi Unggulan

Daerah Kabupaten Ponorogo ini akan dilaksanakan selama 3 ( tiga ) bulan, dengan perhitungan berikut:

- Persiapan Survey = 1 minggu- Survey = 2 minggu- Analisa Data = 4 minggu- Rancangan Rencana = 2 minggu- Rencana/Pelaporan = 3 minggu

Disamping kegiatan diatas, untuk lebih terkoordinasi dengan baik, konsultan diwajibkan senantiasa berkonsultasi kepada Tim Teknis/Pimpinan Proyek untuk penyesuaian jadwal apabila ada perubahan sewaktu-waktu.

3.3.3. Tenaga Ahli

Dalam pelaksanaan penyusunan studi Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Ponorogo ini tenaga ahli yang melaksanakannya:

Ketua Tim : Dr Ir Sudarto SU (Ahli Planologi, Survei dan Pemetaan)

1. Kurniawan Sigit Wicaksono SP, MP (Ahli Pertanian).2. Dr Ir Rini Dwi Astuti, MS (Ahli Ekonomi Pembangunan

Pertanian)3. Prof Dr Ir Soemarno MS (Ahli Perencanaan Pengembangan

Wilayah).4. Ir Sri Sulastri (Analisis Usahatani)5. Drs Hasyim (Kelembagaan Kelompok Tani)

3.4. Sumber Pendanaan dan Instansi Penanggungjawab

3.4.1. Sumber PendanaanSeluruh kegiatan penyusunan Studi Pengembangan

Produk Unggulan Daerah Kabupaten Ponorogo ini didanai dari

16

Page 17: permintaan potensial 2

Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Ponorogo

Anggaran Pendapan dan Belanja Daerah ( APBD ) Kabupaten Ponorogo Tahun 2010.

3.4.2. Nama Proyek dan Instansi PenanggungjawabNama : Pengembangan Potensi Unggulan

Daerah Kabupaten ponorogoInstansi / Satuan Kerja : Bidang Statistik, Penelitian dan

Pengembangan Bappeda Kabupaten Ponorogo

4. SISTIM PELAPORANSistem pelaporan yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut:

4.1. Tahapan Pelaporan

1. Laporan PendahuluanLaporan ini berisi tentang uraian rencana substansi studi dan proses pelaksanaannya sesuai dengan kerangka acuan kerja (KAK) yang terdiri atas pendahuluan, kajian teori, pendekatan/metodologi pelaksanaan pekerjaan, rencana kegiatan, dan organisasi kerja. Ukuran laporan yaitu ukuran A4, spasi 1,5.

2. Laporan Fakta Dan AnalisaBuku laporan ini berisikan mengenai hasil survei lapangan dan hasil analisis kegiatan studi ini serta pembahasannya. Ukuran laporan yaitu ukuran A4, spasi 1,5.

3. Laporan AkhirBuku laporan akhir ini berisi tentang pembahasan hasil analisis pengembangan potensi daerah yang berbasis hasil pertanian serta arahan rekomendasi pengembangannya. Ukuran laporan A4, spasi 1,5.

4.2. Teknik Penyajian Ketiga laporan tersebut disajikan dengan metode sebagai berikut:

1. Pengetikan laporan dengan jarak baris 1,5 spasi pada kertas HVS polos warna putih ukuran A4.

2. Seluruh dokumen pelaporan mulai pendahuluan, komplikasi data dan analisa sampai dengan laporan akhir didokumentasikan dalam bentuk Compact Disk (CD).

5. INSTANSI PENANGGUNG JAWAB

Instansi yang bertanggung jawab terhadap kegiatan

17

Page 18: permintaan potensial 2

Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Ponorogo

Pengembangan Potensi Unggulan Daerah Kabupaten Ponorogo adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Ponorogo

6. SUMBER DANA

Sumber dana kegiatan kajian ini berasal dari APBD Kabupaten Ponorogo 2010 sebesar Rp. 74.400.000,- (tujuh puluh empat juta empat ratus ribu rupiah).

18