Permen Lh 07 Tahun 2007_baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap

14
1 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup perlu dilakukan upaya pengendalian terhadap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup; b. bahwa salah satu usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup adalah usaha dan/atau kegiatan yang mengoperasikan ketel uap; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, perlu menetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

description

..

Transcript of Permen Lh 07 Tahun 2007_baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap

1SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang:a.bahwa dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup perludilakukanupayapengendalianterhadapusaha dan/ataukegiatanyangberpotensimenimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup; b.bahwasalahsatuusahadan/ataukegiatanyang berpotensimenimbulkanpencemarandan/atau kerusakanlingkunganhidupadalahusahadan/atau kegiatan yang mengoperasikan ketel uap; c.bahwaberdasarkanpertimbangansebagaimana dimaksuddalamhurufadanhurufbsertauntuk melaksanakanketentuanPasal28PeraturanPemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara,perlumenetapkanPeraturanMenteriNegara LingkunganHiduptentangBakuMutuEmisiSumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap; Mengingat: 1.Undang-UndangNomor5Tahun1984tentang Perindustrian(LembaranNegaraRepublikIndonesia Tahun1984Nomor22,TambahanLembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3274); 2.Undang-UndangNomor23Tahun1997tentang PengelolaanLingkunganHidup(LembaranNegara RepublikIndonesiaTahun1997Nomor68,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 23.Undang-UndangNomor32Tahun2004tentang PemerintahanDaerah(LembaranNegaraRepublik IndonesiaTahun2004Nomor125,TambahanLembaran NegaraRepublikIndonesiaNomor4437)sebagaimana telahdiubahdenganUndang-UndangNomor8tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan AtasUndang-UndangNomor32Tahun2004tentang PemerintahanDaerahmenjadiUndang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesia Nomor 4437); 4.PeraturanPemerintahNomor27Tahun1999tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran NegaraRepublikIndonesiaTahun1999Nomor59, TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 3838); 5.PeraturanPemerintahNomor41Tahun1999Tentang PengendalianPencemaranUdara(LembaranNegara RepublikIndonesiaTahun1999Nomor68,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3853); 6.PeraturanPresidenRepublikIndonesiaNomor9Tahun 2005tentangKedudukan,Tugas,Fungsi,Kewenangan, SusunanOrganisasi,danTataKerjaKementerianNegara RepublikIndonesia,sebagaimanatelahdiubahterakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005; MEMUTUSKAN: Menetapkan:PERATURANMENTERINEGARALINGKUNGANHIDUP TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP. Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1.Ketel uap adalah sebuah alat penghasil panas yang menggunakan bahan bakuairatauminyakyangdipanaskandenganbahanbakarbiomassa, minyak, batu bara, dan/atau gas. 32.Bahanbakarbiomassaadalahbahanbakaryangberasaldaritumbuhan ataubagian-bagiannyayaitubunga,biji,buah,daun,ranting,batang, dan/atauakartermasuktanamanyangdihasilkanolehkegiatan pertanian, perkebunan, dan/atau hutan tanaman.3.Ampas adalah limbah padat yang dihasilkan dari proses pemerahan tebu di stasiun gilingan pada pabrik gula. 4.Serabutadalahlimbahpadatyangdihasilkandariprosespengepresan buah sawit di industri minyak sawit (Crude Palm Oil). 5.Cangkangadalahkulitintisawit(kernel)yangdihasilkandariproses pemisahan kernel sawit di industri minyak sawit.6.Bahanbakarbatubaraadalahbahanbakarhidrokarbonpadatyang terbentukdaritumbuh-tumbuhandalamlingkunganbebasoksigendan terkena pengaruh panas serta tekanan yang berlangsung lama. 7.Bahan bakar minyakadalah bahan bakar yang berasal dari semua cairan organikyangtidaklarut/bercampurdalamairbaikyangdihasilkandari tumbuh-tumbuhandan/atauhewanmaupunyangdiperolehdari kegiatan penambangan minyak bumi. 8.Bahanbakargasadalahbahanbakarberupahidrokarbonyangdalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa gas. 9.Bahanbakargabunganadalahbahanbakaryangmerupakancampuran dariampas, serabut, cangkang, batu bara, minyak, dan/atau gas. 10.Bakumutuemisisumbertidakbergerakbagiketeluapadalahbatas maksimumemisidariketeluapyangdiperbolehkanmasukatau dimasukkan ke dalam lingkungan. 11.Emisiketeluapadalahzat,energi,dan/ataukomponenlainyang dihasilkanolehketeluapdarikegiatanindustriyangmasukdan/atau dimasukkankedalamudaraambienyangmempunyaidan/atautidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar. 12.Keadaan darurat adalah keadaan tidak berfungsinya ketel uap, cerobong, dan/ataupengendaliemisiudarasebagaimanamestinyakarenaadanya bencana alam, kebakaran, dan/atau huru hara. 13.Kejadiantidaknormaladalahkondisidimanaketeluap,cerobong, dan/ataualatpengendaliemisiudaratidakberoperasisebagaimana mestinyadikarenakanadanyakerusakandan/atautidakberfungsinya peralatan tersebut. 14.MenteriadalahMenteriyangmenyelenggarakanurusanpemerintahandi bidang pengelolaan lingkungan hidup. 4Pasal 2 (1)Baku mutu emisi sumber tidak bergerak bagi ketel uap yang diatur dalam Peraturan Menteri ini meliputi ketel uap yang menggunakan bahan bakar: a.biomassa berupa serabut dan/atau cangkang; b.biomassa berupa ampasdan/atau daun tebu kering; c.biomasa selain yang disebutkan dalam huruf a dan huruf b;d.batu bara; e.minyak; f. gas; dan g.gabungan. (2) Baku mutu emisi sumber tidak bergerak bagi ketel uap yang diatur dalam Peraturan Menteri ini tidak berlaku untuk industri besi dan baja, industri pulpdankertas,industrisemen,pembangkitlistriktenagauap,industri pupuk, dan usaha dan/atau kegiatan minyak dan gas bumi. Pasal 3 (1)Bakumutuemisisumbertidakbergerakbagiketeluapyang menggunakan bahan bakar: a.biomassaberupaserabutdan/ataucangkangadalahsebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini; b.biomassaberupaampasdan/ataudauntebukeringadalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini; c.biomassaselainyangdimaksudpadahurufadanhurufbdiatas adalahsebagaimanatercantumdalamLampiranIIIPeraturanMenteri ini; d.batubara adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Menteri ini; e.minyakadalahsebagaimanatercantumdalamLampiranVPeraturan Menteri ini; f. gasadalahsebagaimanatercantumdalamLampiranVIPeraturan Menteri ini; g.gabunganadalahsebagaimanatercantumdalamLampiranVII Peraturan Menteri ini. (2)Lampiransebagaimanadimaksudpadaayat(1)merupakanbagianyang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. 5Pasal 4 (1)Gubernurdapatmenetapkanbakumutuemisisumbertidakbergerak bagiketeluapsamaataulebihketatdariketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1). (2)Gubernurdapatmenetapkanparametertambahandiluarparameter sebagaimanatercantumdalamLampiranPeraturanMenteriinisetelah mendapat persetujuan Menteri. Pasal 5 DalamhalhasilkajiankelayakanAnalisisMengenaiDampakLingkungan Hidup (AMDAL) atau rekomendasi Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) danUpayaPemantauanLingkunganHidup(UPL)bagisuatuusahadan/atau kegiatan yang mengoperasikan ketel uap mensyaratkan baku mutu emisi lebih ketatdaripadabakumutuemisisebagaimanadimaksuddalamPasal3ayat (1) atau Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri ini, maka diberlakukan baku mutu emisisebagaimanadipersyaratkanolehAMDALataurekomendasiUKLdan UPL. Pasal 6 Penanggungjawabusahadan/ataukegiatanyangmengoperasikanketeluap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) wajib: a.membuangemisigasmelaluicerobongyangdilengkapidengansarana pendukung dan alat pengaman sesuai peraturan yang berlaku; b.melakukanpengujianemisiyangdikeluarkandarisetiapcerobongpaling sedikit2(dua)kaliselamaperiodeoperasisetiaptahunnyabagiketeluap yang beroperasi selama 6 (enam) bulan atau lebih; c.melakukanpengujianemisiyangdikeluarkandarisetiapcerobongpaling sedikit 1 (satu) kali selama periode operasi setiap tahunnya bagi ketel uap yang beroperasikurang dari 6 (enam) bulan; d.menggunakanlaboratoriumyangterakreditasidalampengujianemisi sebagaimana dimaksud dalam huruf b dan huruf c; e.melakukan pengujian emisi setelah kondisi proses pembakaran stabil;f.menyampaikanlaporanhasilanalisispengujianemisisebagaimana dimaksuddalamhurufbatauhurufckepadaBupati/Walikota,dengan tembusan Gubernur dan Menteri paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulansesuaiformatsebagaimanatercantumdalamLampiranVIII Peraturan Menteri ini; dan 6g.melaporkankejadiantidaknormaldan/ataukeadaandaruratyang mengakibatkanbakumutuemisidilampauisertarincianupaya penanggulangannyakepadaBupati/Walikota,dengantembusanGubernur dan Menteri. Pasal 7 Dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak ditetapkannya Peraturan Menteri ini, usaha dan/atau kegiatan yang menggunakan ketel uap berbahan bakar biomassa berupa serabut dan/atau cangkang, biomassa berupa ampas dan/ataudauntebukering,batubara,minyak,dan/ataugasyangsedang berjalandanbakumutunyadiaturdalamLampiranVBKeputusanMenteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-13/MENLH/3/1995 tentang Baku Mutu EmisiSumberTidakBergerakwajibmenyesuaikandenganketentuandalam Peraturan Menteri ini. Pasal 8 Peraturan Menteri inimulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal : 8 Mei 2007 Menteri NegaraLingkungan Hidup, ttd Ir. Rachmat Witoelar. Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, Hoetomo, MPA. Lampiran I Peraturan MenteriNegara Lingkungan Hidup Nomor:07 tahun 2007 Tanggal:8 Mei 2007 BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP YANG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIOMASSA BERUPA SERABUT DAN/ATAU CANGKANG No.ParameterBaku Mutu 1.Partikulat300 mg/m3 2.Sulfur Dioksida (SO2)600 mg/m3 3.Nitrogen Oksida (NO2)800 mg/m3 4.Hidrogen Klorida (HCl)5 mg/m3 5.Gas Klorin (Cl2)5 mg/m3 6.Ammonia (NH3)1 mg/m3 7.Hidrogen Florida (HF)8 mg/m3 8.Opasitas30 % Catatan: -Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2. -Volume Gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm). -Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 6 % Oksigen. -Opasitasdigunakansebagaiindikatorpraktispemantauandan dikembangkanuntukmemperolehhubungankorelatifdengan pengamatan total partikel.

Menteri NegaraLingkungan Hidup, ttd Ir. Rachmat Witoelar. Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, Hoetomo, MPA. Lampiran II Peraturan MenteriNegara Lingkungan Hidup Nomor:07 Tahun 2007 Tanggal:8 Mei 2007 BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAPYANG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIOMASSA BERUPA AMPAS DAN/ATAU DAUN TEBU KERING No.ParameterBaku Mutu1.Partikulat250mg/m3 2.Sulfur Dioksida (SO2)600mg/m3 3.Nitrogen Oksida (NO2)800mg/m3 4.Opasitas30% Catatan: -Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2. -Volume Gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm). -Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 6 % Oksigen. -Opasitasdigunakansebagaiindikatorpraktispemantauandan dikembangkanuntukmemperolehhubungankorelatifdengan pengamatan total partikel. Menteri NegaraLingkungan Hidup, ttd Ir. Rachmat Witoelar. Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, Hoetomo, MPA. Lampiran IIIPeraturan MenteriNegara Lingkungan Hidup Nomor: 07 Tahun 2007 Tanggal: 8 Mei 2007 BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP YANG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIOMASSA SELAIN YANG DIMAKSUD PADA HURUF a DAN HURUF b PASAL 3 AYAT (1)PERATURAN MENTERI INI No.ParameterBaku Mutu Bukan Logam 1.Partikulat350 mg/m3 2.Sulfur Dioksida (SO2)800 mg/m3 3.Nitrogen Oksida (NO2)1000 mg/m3 4.Hidrogen Klorida (HCl)5 mg/m3 5.Gas Klorin (Cl2)10 mg/m3 6.Ammonia (NH3)0,5 mg/m3 7.Hidrogen Florida (HF)10 mg/m3 8.Opasitas30 % 9.Total Sulfur Tereduksi (H2S)35 mg/m3 Logam1.Air Raksa (Hg)5 mg/m3 2.Arsen (As)8 mg/m3 3.Antimon (Sb)8 mg/m3 4.Kadmium (Cd)8 mg/m3 5.Seng (Zn)50 mg/m3 6.Timah Hitam (Pb)12 mg/m3 Catatan: -Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2. -Volume Gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm). -Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 6 % Oksigen. -Opasitasdigunakansebagaiindikatorpraktispemantauandan dikembangkanuntukmemperolehhubungankorelatifdengan pengamatan total partikel. Menteri NegaraLingkungan Hidup, ttd Salinan sesuai dengan aslinyaIr.Rachmat Witoelar. Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, Hoetomo, MPA. Lampiran IV Peraturan MenteriNegara Lingkungan Hidup Nomor:07 Tahun 2007Tanggal:8 Mei 2007 BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP YANG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATUBARA Catatan: -Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2. -Volume Gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm). -Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 6 % Oksigen. -Opasitasdigunakansebagaiindikatorpraktispemantauandan dikembangkanuntukmemperolehhubungankorelatifdengan pengamatan total partikel.

Menteri NegaraLingkungan Hidup, ttd Ir. Rachmat Witoelar. Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, Hoetomo, MPA. No.ParameterBaku Mutu 1.Partikulat230 mg/m3 2.Sulfur Dioksida (SO2)750 mg/m3 3.Nitrogen Oksida (NO2)825 mg/m3 4.Opasitas20 % Lampiran VPeraturan MenteriNegara Lingkungan Hidup Nomor:07 Tahun 2007Tanggal:8 Mei 2007 BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP YANG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR MINYAK No.ParameterBaku Mutu 1.Partikulat200 mg/m3 2.Sulfur Dioksida (SO2)700 mg/m3 3.Nitrogen Oksida (NO2)700 mg/m3 4.Opasitas15 % Catatan: -Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2. -Volume Gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm). -Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 3 % Oksigen. -Opasitasdigunakansebagaiindikatorpraktispemantauandan dikembangkanuntukmemperolehhubungankorelatifdengan pengamatan total partikel.

Menteri NegaraLingkungan Hidup, ttd Ir. Rachmat Witoelar. Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, Hoetomo, MPA. Lampiran VI Peraturan MenteriNegara Lingkungan Hidup Nomor:07 Tahun 2007 Tanggal:8 Mei 2007 BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP YANG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR GAS No.ParameterBaku Mutu (mg/m3) 1.Sulfur Dioksida (SO2)150 2.Nitrogen Oksida (NO2)650 Catatan: -Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2. -Volume Gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm).

Menteri NegaraLingkungan Hidup, ttd Ir. Rachmat Witoelar. Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, Hoetomo, MPA. Lampiran VII Peraturan MenteriNegara Lingkungan Hidup Nomor: 07 Tahun 2007Tanggal: 8 Mei 2007

BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP YANG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR GABUNGAN Bakumutuemisisumbertidakbergerakbagiketeluapyangmenggunakan bahanbakargabunganditentukanberdasarkanpadaperhitungansebagai berikut: BME (x,m) = [(BME(x,f1) X Q(f1) + (BME (x,f2) X Q(f2)] / Qt Catatan : BME (x,m) =Bakumutuemisiuntukparameterx,jikadilakukan pencampuran bahan bakar. BME(x,f1) =Baku mutu emisi parameter x, untuk bahan bakar f1. Q(f1) =Panas aktual dari bahan bakar f1 yang disuplai ke sistem. BME (x,f2) =Bahan baku emisi parameter x, untuk bahan bakar f2. Q(f2) =Panas aktual dari bahan bakar f2 yang disuplai ke sistem. Qt =Kebutuhan energi total. Contoh Perhitungan : Kegiatan industri minyak sawitdengan ketel uap menggunakan bahan bakar antaraserabut/cangkangkelapasawit(f1)danBatuBara(f2)dengan komposisi sebagai berikut: 1.Kebutuhan Energi TotalQt: 4 X 106KKal 2.Suplai energi aktual dari bahan bakar serabut/cangkang kelapa sawit Q(f1): 2 X 106KKal 3.Suplai energi aktual dari bahan bakar batu baraQ(f2): 2 X 106KKal 4.Baku mutu untuk ketel uap parameter partikulat dengan bahan bakar serabut/cangkang kelapa sawit BME(f1) : 300 mg/m3 5.Baku mutu untuk ketel uap parameter partikulat dengan bahan bakar batu bara BME(f2) : 230 mg/m3 BME(partikulat) = [300 X 2 X 106 ] + [ 230 X 2 X 106] / 4 X 106 = 265 mg/m3 Cara perhitungan yang sama dilakukan juga untuk parameter lain.

Salinan sesuai dengan aslinyaMenteri NegaraDeputi MENLH BidangLingkungan Hidup, Penaatan Lingkungan, ttd Ir. Rachmat Witoelar. Hoetomo, MPA. Lampiran VIII Peraturan MenteriNegara Lingkungan Hidup Nomor: 07 Tahun 2007 Tanggal: 8 Mei 2007 FORMAT LAPORANHASIL ANALISIS PENGUJIAN EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP Nama/merk ketel uap : Kapasitas ketel uap: Kode ketel uap *: Bahan bakar ketel uap:1. 2.Tanggal pengambilan sampel: Jam mulai pengambilan sampel: Jam selesai pengambilan sampel : Tanggal analisis sampel: Spesifikasi cerobong (D,T,P):Debit udara: Hasil analisis: No.ParameterSatuanHasilMetodeBaku Mutu 1 2 3 Tempat dan Tanggal Ttd dilengkapi dengan Cap Lab. (pihak lab yang bertanggungjawab) Keterangan:-Tanda*:dilengkapidenganbagan/layoutposisiketeluap,jikajumlah ketel uap lebih dari 1(satu). -Laporaninidibuatdiataskertasberlogo/koplaboratoriumyang bersangkutan. Salinan sesuai dengan aslinyaMenteri NegaraDeputi MENLH BidangLingkungan Hidup, Penaatan Lingkungan, ttd Ir. Rachmat Witoelar. Hoetomo, MPA.