Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Transcript of Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
PERMASALAHAN PERKEMBANGAN YANG MUNGKIN
TIMBUL PADA MASA KANAK-KANAK
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Perkembangan Peserta Didik
yang dibina oleh Bapak I Made Suardana
OFFERING D4
Kelompok 6 :
Agusta Kwan (140151602569)
Alfin Hanida Alfahmi (140151606195)
An Nisa Nur Rachma (140151605397)
Grace Rosalia (140151605938)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN SEKOLAH DAN PRASEKOLAH
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEPTEMBER 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatnya
kepada kami semua sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan lancar
dan tanpa halangan suatu apapun. Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen
kami Bapak I Made Suardana yang telah memberikan bimbingan kepada kami serta terima
kasih untuk teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini kami buat guna memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen kami dalam
materi pelajaran Perkembangan Peserta Didik. Adapun makalah ini kami susun berdasarkan
beberapa buku rujukan yang telah kami kumpulkan. Dalam makalah ini, kami membahas dan
menjelaskan tentang permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul pada masa kanak-
kanak.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun bukan
mustahil dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan komentar yang dapat dijadikan masukan dalam menyempurnakan
makalah ini dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini bisa memberikan banyak manfaat dan keuntungan bagi pembaca
dalam memenuhi kebutuhannya. Serta dapat dijadikan referensi untuk pembelajaran
selanjutnya.
September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...........................................................................................i
KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................1
C. Tujuan .......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Masa Kanak-kanak ................................................................2
B. Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-kanak Awal.................4
C. Permasalahan Perkembangan yang Terjadi pada Masa Kanak-kanak
Akhir Khususnya Permasalahan Perkembangan Belajar Siswa SD .......10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................15
B. Saran ........................................................................................................15
DAFTAR RUJUKAN ..............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan saat
dimana individu relatif tidak berdaya dan tergantung pada orang lain. Bagi kebanyakan anak-
anak seringkali dianggap tidak ada akhirnya sewaktu mereka tidak sabar menunggu saat
didambakan yakni pengakuan dari masyarakat bahwa mereka bukan anak-anak lagi
melainkan “ Orang Dewasa” masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang
penuh ketergantungan.
Masa kanak-kanak merupakan masa dimana seorang anak manusia memulai suatu hal
yang masih sangat baru bagi kehidupan mereka, rasa ingin tahu, penasaran dan mencontoh
merupakan beberapa hal yang sangat dominan terjadi pada mereka di masa ini mereka belajar
berbagai hal seperti berbicara, berjalan atau pun bersosialisasi dengan teman sebayanya.
Dalam memulai hal yang baru pasti seorang anak mengalami permasalahan-
permasalahan yang berdampak pada perkembangan anak tersebut. Permasalahan-
permasalahan tersebut untuk mencapai berbagai tugas perkembangan yang harus mereka
penuhi agar ketika besar nanti sang anak tidak akan mengalami rasa tidak puas di dalam
dirinya karena semua tugas perkembangannya sudah dapat ia selesaikan pada waktunya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan masa kanak-kanak ?
2. Apakah permasalahan perkembangan yang terjadi pada masa kanak-kanak awal ?
3. Apakah permasalahan perkembangan yang terjadi pada masa kanak-kanak akhir
khususnya permasalahan perkembangan belajar siswa SD?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan masa kanak-kanak.
2. Untuk mengetahui perkembangan yang terjadi pada masa kanak-kanak awal
3. Untuk mengetahui permasalahan perkembangan yang terjadi pada masa kanak-kanak
akhir khususnya permasalahan perkembangan belajar siswa SD.
A. Masa Kanak-Kanak
Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan.
Menurut Winarno Surakhmad dan Anwar Syah (1979: 47) masa kanak-kanak merupakan
suatu periode dalam bentangan kehidupan anak dimana perkembangan yang utama ialah
penguasaan lingkungan. Sedangkan menurut E.B. Hurlock (Istiwidayanti dan
Soedjarwo,1991: 107) mengemukakan bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang
terpanjang dalam rentang kehidupan saat dimana individu relatif tidak berdaya dan
tergantung pada orang lain.
Pada saat ini, secara luas diketahui bahwa masa kanak-kanak harus dibagi menjadi
dua periode :
1. Masa kanak-kanak awal yang berlangsung dari umur dua sampai enam tahun
2. Masa kanak-kanak akhir dari enam sampai tiba saatnya anak yang matang secara
seksual.
Jadi, pengertian masa kanak-kanak secara umum adalah periode masa yang dialami
manusia setelah lahir dan masa bayi terlewati. Dari yang belum mengerti apa-apa, menjadi
tahu dan mulai berlatih kemandirian dan mengembangkan bakatnya.
1. Masa Kanak-Kanak Awal
Masa kanak-kanak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun,yaitu setelah anak
meninggalkan masa bayi. Orang tua sering menyebut masa anak awal sebagai usia sulit dan
mengundang masalah. Mengapa ? Karena pada masa ini anak sedang dalam proses
pengembangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur,
bandel, keras kepala, kadang menentang dan melawan orang tua. Orangtua juga menganggap
masa anak awal sebagai usia bermain karena sebagain besar waktu anak digunakan untuk
bermain. Sementara itu, para pendidik menyebut masa anak awal sebagai usia prasekolah,
dimana anak mulai dititipkan pada tempat penitipan anak (TPA). Kemudian mereka
memasuki kelompok bermain (KB). Pada masa prasekolah ini anak dipersiapkan untuk
mwngikuti kegiatan di sekolah dasar (SD).
Para psikolog perkembangan anak menyebut masa anak awal sebagai usia kelompok.
Mengapa? Karena anak mulai belajar dasar-dasar perilaku melalui interaksi dengan anggota
keluarga dan kelompok bermainnya. Selain itu juga, para psikolog mneyebut masa ini sebagai
masa menjelajah dan usia bertanya. Hal ini dikarenakan anak sudah mampu berjalan sehingga
dapat menjelajah dan ingin tahu sehingga selalu bertanya mengenai segala hal yang ditemui
di lingkungan kehidupan sekitarnya. Masa ini juga disebut masa meniru karena anak senang
belajar dengan cara meniru, terutama menirukan pembicaraan dan tindakan orang lain. Ada
juga yang menyebut anak ini sebagai masa kreatif. Pada periode ini anak memiliki
kecenderungan kuat untuk menunjukkan kreativitas mereka terutama dalam bermain
dibandingkan dengan masa lain kehidupannya.
Inggridwati Kurnia (2007: 18) mengatakan bahwa pada masa kanak-kanak
perkembangan fisik dan motorik anak sangat pesat,juga kemampuan bicaranya dan anak
mulai tertarik pada diri sendiri (egosentris). Emosi yang umum pada masa anak awal adalah
marah,takut,cemburu, ingin tahu ,gembira, sedih, dan kasih sayang. Sosialisasi pada masa
anak awal terjadi melalui interaksi dengan orang-orang di sekitar anak, yaitu anggota
keluarga dan teman bermain. Anak juga mulaibelajar perilaku moral (baik-buruk) melalui
respon menyenangkan atau tidak menyenangkan dari orang tua atau orang dewasa lainnya.
Disiplin mulai dapat diterapkan pada anak sehingga anak dapat mulai belajar hidup secara
tertib. Sikap orang tua dan teman-teman berpengaruh dalam perkembangan kepribadian anak
selanjutnya.
2. Masa Kanak Kanak Akhir
Permulaan massa kanak-kanak akhir ditandai dengan masuknya anak ke sekolah
formal di SD kelas satu. Masuk SD kelas 1 merupakan peristiwa penting bagi kehidupan
setiap anak. Sehingga mengakibatkan perubahan dalam sikap dan perilakunya. Sementara
anak menyesuaikan diri dengan tuntutan dan harapan sosial di sekolah. Kebanyakan anak
berada dalam keadaaan tidak seimbang (disequilibrum).
Orang tua menyebut masa kanak-kanak akhir sebagai usia yang menyulitkan karena
anak pada masa ini lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh
orangtuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang memperhatikan dan tidak
bertanggung jawab terhadap pakaian dana benda-benda disekitarnya, sehingga orangtua
menyebutnya usia tidak rapi. Anak tidak terlalu memperhatikan penampilannya. Mereka
cenderung ceroboh,semaunya,dan tidak rapi dalam memelihara kamar dan barang-
barangnya.
Secara singkat perkembangan pada masa kanak-kanak akhir meliputi perkembangan
berbagai aspek baik fisik maupun psikis (berbicara, emosi, sosial, dll).Perkembangan bahasa
terutama berbicara dan penguasaan kosa kata mengalami peningkatan yang pesat. Sejalan
dengan perkembangan bahasa, terjadi pula kemajuan dalam pengertian. Dengan
demikian,pada periode ini mulai dikembangkan keterampilan dan kemampuan bersekolah
(skolastik) seperti kemampuan dalam membaca menulis dan menghitung, serta pengetahuan
dan keterampilan hidup yang diperlukan sesuai dengan usia dan lingkungan anak SD.
Perkembangan sosial mulai meluas dari lingkungan sosial disekitar rumah menjadi
lingkungan dan teman-teman disekolah. Kelompok anak usia sekolah biasanya merupakan
kelompok bermain yang terdiri atas anggota dari jenis kelamin yang sama, serta ada aturan
dan pemimpinnya yang mempunyai keunggulan dibandingkan anggota kelompok lainnya.
Selain teman bermain pada akhir masa anak SD ini pemilihan teman bukan sekedar teman
bermain, tetapi juga menjadi teman baik/akrab atau sahabat yang dikarenakan adanya
kemiripan dan kesesuaian minat dan sidat dengan dirinya. Status sosial anak yang diperoleh
dari kedudukan anak dalam kelompoknya yang dapat dimanfaatkan untuk pembentukan
kelompok belajar atau kerja kelompok sehingga dapat mendorong anak untuk berprestasi.
Perkembangan moral untuk berperilaku baik atau buruk tidak hanya berdasarkan respon
senang atau tidak senang dari orang lain. Melainkan, mulai berkembang konsep-konsep
moral yang umum dan berkembangnya suara hati yang mulai mengendalikan perilakunya.
Anak pada usia SD senang bermain dalam kelompoknya dengan melakukan
permainan yang konstruktif dan olahraga. Mereka senang permainan olahraga, menjelajah
daerah-daerah baru, mengumpulkan benda-benda tertentu, menikmati hiburan seperti mebaca
buku atau komik, menonton film dan televisi.
B. Permasalahan pada Masa Kanak-Kanak Awal
1. Masalah Fisik
Masalah fisik awal masa kanak-kanak menimbulkan reaksi psikologis maupun fisik, terutama
penyakit, kecelakaan dan kejanggalan.
1) Penyakit
Anak-anak sangat mudah terkena semua jenis penyakit, tetapi yang paling umum
adalah penyakit pernafasan. Sebagian besar penyakit disebabkan karena sebab-sebab
fisiologis, tetapi ada juga yang penyebabnya psikosomatis. Karena adanya “obat-
obatan ajaib” dan banyaknya imunisasi yang dapat diperoleh saat ini, penyakit anak
tidak berlangsung lama dan tidak sehebat dulu dan tidak banyak mengakibatkan cacat
fisik yang menetap.
Hal yang perlu dilakukan orang tua jika anak sakit adalah orangtua agar tetap
tenang . Seringkali orangtua cemas saat anak mengalami sakit. Kecemasan itu
menimbulkan tindakan yang berlebihan. Tapi orangtua juga harus tetap waspada pada
penyakit pada anak. Berikan obat-obat ringan terlebih dahulu kalau tidak ada respon
segera bawa anak ke dokter.
2) Kecelakaan
Kebanyakan anak mengalami luka iris, memar, radang, terbakar, patah tulang,otot
kaku atau gangguan ringan lain sebagai akibat kecelakaan. Anak lain mengalami
kecelakaan yang lebih parah sehingga untuk beberapa saat atau untuk selamanya
menderita ketidakmampuan, itu cenderung parah. Meskipun kebanyakan kecelakaan
dalam awal masa kanak-kanak tidak fatal, tetapi banyak yang meninggalkan cacat fisik
atau psikologis selamanya. Misalnya kecelakaan yang menyebabkan ketidakmampuan.
Ketidakmampuan dapat menyebabkan anak mempunyai perasaan rendah diri atau
menyerah yang akan selamanya mengganggu pola kepribadiannya. Sekalipun
kecelakaan tidak meninggalkan cacat fisik yang menetap, tetapi dapat membuat anak
merasa takut dan malu sedemikian rupa sehingga perasaan ini menghantui penyesuaian
hidupnya.
3) Kegemukan
Kegemukan selalu merupakan bahaya di tingkat manusia manapun juga. Pertama,
kegemukan membahayakan kesehatan. Dibandingkan dengan orang dewasa, anak yang
gemuk cenderung mengembangkan diabetes dan mengalami penyakit tekanan darah
dan jantung daripada anak yang berat tubuhnya kurang lebih normal. Kedua,
kegemukan membahayakan penampilan tubuh yang menarik. Mereka akan diolok-olok
teman-temannya dan disebut ‘gendut’. Disamping itu kegemukan merupakan bahaya
dalam awal masa kanak-kanak karena ini adalah saat terbentuknya kebiasaan makan.
Kebiasaan ini akan menetap dan mengakibatkan penyakit kegemukan yang akan
mengganggu sepanjang hidupnya.
Cara penjegahannya yaitu dengan memberi dan mengajarkan anak tentang pola
makan sehat dan bergizi seimbang. Jika anak sudah mengalami kegemukan hal yang
bisa dilakukan pada anak adalah pertama, beritahu dia gambaran tentang resiko
kegemukan, lalu atur pola makan sehat tanpa anak merasa tersiksa, ajak anak
melakukan olahraga, beri dorongan anak untuk melakukan aktivitas fisik, dan
periksakan anak anda ke dokter secara berkala.
4) Tangan-kidal
Ada alasan lain mengapa tangan kidal dianggap masalah selama tahun-tahun awal
masa kanak-kanak. Kalau anak yang bertangan kidal mempelajari keterampilan dari
orang-orang yang tidak kidal, ia barang kali menjadi bingung bagaimana harus meniru
model bertangan kanan. Kebingungan ini semakin parah dengan bertambah besarnya
anak dan dengan semakin pentingnya peranan keterampilan dalam kehidupannya.
Banyak orang tua yang percaya bahwa tangan kidal merupakan masalah, berusaha
memaksa anak-anak mereka yang bertangan kidal menggunakan tangan kanan. Hal ini
dapat juga berbahaya karena pemaksaan ini semakin menekankan perbedaan antara
mereka apalagi kalau orang tua menggunakan hukuman untuk memaksa anaknya
menggunakan tangan kanan.
Jika anak bertangan kidal hal yang harus dilakukan orangtua adalah jangan
dipaksa untuk menggunakan tangan kanan tetapi orangtua bisa melatihnya. Cara
termudah melatih keterampilan menggunakan tangan kanan pada anak kidal adalah
dengan menempatkan benda-benda yang biasanya dipegang dengan tangan kiri, ke
tengah. Misalkan, letakkan sendok makan ditengah piring. Demikian juga benda-benda
kesayangannya atau makanan kecil kesukaannya seperti kue atau pensil warna. Dengan
demikian anak-anak akan terdorong untuk meraih dengan tangan kanan. Berikan pujian
saat anak kidal mulai terampil menggunakan tangan kanan. Memang perlu waktu yang
lama,jadi orangtua harus sigap dalam memberikan penangan.
2. Masalah Psikologis
Semua bidang perkembangan perilaku anak dikaitkan dengan potensi bmasalah yang dapat
membawa akibat buruk pada penyesuaian pribadi dan sosial. Berikut ini akan dibahas
sejumlah bahaya yang paling umum terjadi.
1. Masalah dalam Berbicara
Bicara merupakan sarana komunikasi dan karena komunikasi penting bagi
kehidupan sosial maka anak-anak yang tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain
akan mengalami hambatan sosial dan akhirnya dalam dirinya timbul perasaan tidak
mampu dan rendah diri.
Masalah umum sehubungan dengan masalah kemampuan anak-anak berkomunikasi,
yaitu:
a) Orang lain tidak mengharapkan anak-anak untuk mengerti apa yang dikatakan
apabila orang lain memakai kata-kata yang tidak di mengerti oleh anak-anak, kalau
orang lain menggunakan ucapan yang tidak dikenal anak-anak atau kalau orang lain
berbicara terlalu cepat. Ketidakberhasilan anak-anak mendengarkan lebih banyak
menyebabkan kegagalan anak untuk mengerti apa yang diucapkan orang laineg. Karena
sebagian besar anak-anak bersikap egosentris dan lebih berminat kepada apa yang ingin
dikatakan kepada orang lain daripada apa yang dikatakan orang lain kepada mereka,
sering kali mereka tidak mendengarkan dengan penuh pengertian sehingga tidak dapat
mengerti apa yang dikatakan. Akibatnya, pembicaraan mereka tidak berhubungan
dengan apa yang dikatakan orang lain dan hal ini membahayakan hubungan sosial
mereka.
b) Dalam awal masa kanak-kanak, kualitas pembicaraan yang buruk dapat di
sebabkan oleh kesalaha pengucapan atau kesalahan tata bahasa, sering kali disebabkan
peniruan contoh yang buruk sampai pada cacat-cacat bicara seperti gagap.
c) Berbahasa dalam dua bahasa merupakan hambatan yang serius dalam
perkembangan sosial anak-anak. Anak-anak yang berbicara dalam bahasa asing di
rumah dan hanya mengerti beberapa kata dalam bahasa Indonesia tidak mungkin dapat
berkomunikasi dengan teman-teman sebayanya dalam bermain, ia juga tidak dapat
mengerti apa yang dikatakan teman-temannya.
2. Masalah Emosional
Masalah emosional yang paling kelihatan adalah pada emosi yang kurang baik,
terutama amarah. Masalah yang juga besar adalah masalah terhadap penyesuaian
pribadi dan sosial berupa ketidakmampuan untuk melakukan empathic complex suatu
ikatan emosional antara individu dan orang-orang yang berarti. Hal ini di sebabkan oleh
dua hal.
a) Anak yang ketika bayi tidak pernah mengalami perilaku kasih sayang karena
hubungannya kurang hangat dan stabil dengan ibu atau orangtuanya, tidak dapat
menyadari kebahagiaan yang dapat di peroleh dari hubungan kasih sayang ini. Dengan
demikian ia tidak berusaha untuk mengadakan hubungan yang hangat dan ramah
dengan orang lain, baik dengan teman-teman sebaya maupun dengan orang-orang lain
cenderung terikat pada diri sendiri, dan ini menghambat dia untuk mengadakan
hubungan emosional dengan orang-orang lain.
b) Anak yang tidak berhasil terikat secara emosional dengan mainan atau benda-
benda mati lainnya, seperti selimut, sering kali mereka tidak aman dalam menghadapi
situasi baru. Kalau anak pada masa kanak-kanak awal ditemani oleh benda-benda
kesayangan, misalnya mainan kegemaran atau selimut maka kegelisahan di dalam
situasi baru akan berkurang dan mempermudah penyesuaian diri di situasi baru.
3. Masalah sosial
Ada sejumlah masalah terhadap berkembangnya penyesuaian sosial yang baik
pada awal masa kanak-kanak di antaranya adalah pertama, kalau pembicaraan atau
prilaku anak, menyebabkan dia tidak dikenal di antara teman-teman sebaya, dia tidak
hanya akan merasakan kesepian tetapi yang lebih penting lagi dia kurang mempunyai
kesempatan untuk belajar berprilaku sesuai dengan harapan teman sebaya.
Kedua, penggunaan teman khayalan dan binatang peliharaan untuk mengurangi
kekurangannya teman. Mempunyai teman khayalan hanyalah penyelesaian sementara
saja terhadap masalah anak kesepian, tetapi dengan demikian sosialisasi anak sangat
sedikit. Meskipun dalam beberapa hal binatang peliharaan dapat memenuhi kebutuhan
sosial anak, tetapi pengaruhnya kurang terhadap sosialisasi yang harus di alami anak.
Hewan peliharaan yang di anggap untuk anak biasanya sangat jinak sehingga dapat
menerima setiap bentuk perlakuan anak tanpa proses. Ini mendorong anak bersikap
agresif dalam hubungannya dengan hewan kesayangan itu. Seperti telah ditekankan
terdahulu, agar anak dapat diterima sebagai anggota kelompok bermain, reaksi agresif
harus diubah menjadi reaksi yang ramah dan penuh kasih sayang.
Ketiga adalah dorongan orang tua untuk lebih banyak menggunakan waktu
dengan anak-anak lain dan tidak terlalu banyak menghabiskan waktu sendiri. Kalau
anak menjadi terbiasa mempunyai teman pada setiap saat ia hendak bermain,
sebagaimana yang sering terjadi bila anak-anak ditempatkan dalam pusat perawatan
anak atau anak yang menghabiskan banyak waktu dalam taman indria atau TK, maka
anak tidak dapat mengembangkan kemampuan untuk menghibur diri sendiri pada saat
ia sendiri, sehingga ia merasa kesepian dan merasa ditinggalkan.
4. Masalah Bermain
Kalau anak kurang mempunyai teman bermain, baik disebabkan karena
lingkungannya atau karena tidak diterima oleh teman-teman bermain, ia terpaksa
bermain sendiri. Pada awal masa anak-anak terutama berkembang melalui bermain
dengan teman-teman, maka anak yang mempunyai sedikit teman bermain akan
kekurangan kesempatan untuk belajar bersikap sosial.
Bila anak tampak enggan terlibat dalam suatu permainan karena merasa tidak
cocok dengan temannya, orang tua dapat mendorongnya bergabung tanpa memaksa.
Misalnya saat bermain ibu-ibuan, selain mendorong anak anak bergabung, orangtua
bisa ikut sebagai salah satu pemainnya. Juga arahkan anak untuk berdialog dengan
teman. Jika anak sudah mulai tampak senang dan bisa menikmati permainan, orang tua
bisa meninggalkannya perlahan.
Yang juga serius adalah kenyataan bahwa karena sebagian besar anak lebih
gemar menonton televisi daripada bermain sendiri, maka anak yang kurang mempunyai
teman bermain terlalu banyak menghabiskan waktu di depan layar televisi. Banyak
orang tua yang menganggap melihat televisi tidak buruk bagi anak karena anak tidak
mengerti apa yang dilihat. Mereka tidak menyadari bahwa pemikiran anak tidak sekritis
orang dewasa, sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh apa yang dilihat daripada orang
dewasa. Suatu acara mungkin tidak dimengerti tetapi anak sering mendapatkan kesan
yang keliru atau konsep yang salah mengenai apa yang ditonton sehingga menimbulkan
akibat buruk.
Hal yang perlu dilakukan orang tua adalah dengan membatasi apa yang dilihat
oleh anaknya. Berikan batasan waktu anak untuk diperbolehkan menonton televisi.
Pengaturan untuk menonton televisi pada anak perlu dilakukan. Beritahu anak-anak
tentang peraturan tersebut dan bicarakan bersama dengan anak. Peraturan ini mencakup
seperti ‘hanya menonton tv program yang dipilih’, ‘televisi akan dimatikan pada jam
tertentu’, dsb. Membuat aturan ini terkadang sulit bagi orangtua tetapi ini perlu
dilakukan oleh orang tua untuk menghindari akibat buruk dari anak menonton televisi.
5. Masalah Moral
Ada 4 masalah umum dalam perkembangan moral selama periode awal masa
kanak-kanak yaitu disiplin yang tidak konsisten memperlambat proses untuk belajar
menyesuaikan diri dengan harapan sosial; jika anak tidak mendapatkan teguran dari
perbuatan yang melanggar maka hal ini akan mendorong anak untuk terus
mempertahankan perilaku yang salah; terlalu banyak penekanan pada hukuman pada
perilaku yang salah dan terlalu sedikit penekanan pada sikap yang kurang baik, anak
lebih sering dihukum daripada diberi hadiah akan menjadi pemberontak dan ingin
menentang orang yang menghukumnya; anak yang terkena disiplin sangat ketat tidak
dapat mengembangkan pengendalian internal terhadap perilaku yang membentuk dasar
bagi perkembangan lebih lanjut hati nurani
Menurut Benjamin Spok (Axioma Soediro 1961:112) hukuman adalah suatu cara
darurat sebagai pengganti bilamana peraturan disiplin yang biasa tidak berhasil.
Hukuman yang baik pada dasarnya adalah sebuah konsekuensi dari perjanjian yang
dibuat orangtua bersama dengan anak. Makna hukuman yang diberikan kepada anak
harus dipahami orang tua pahami bahwa hukuman bukanlah untuk memuaskan nafsu
dan emosi ketika anak berbuat kesalahan. Hukuman pada anak diharapkan diharapkan
akan berpengaruh pada jiwanya, setiap anak akan sadar bahwa apapun perbuatan yang
ia lakukan akan dimintai pertanggungjawaban.
C. Permasalahan Perkembangan yang Terjadi pada Masa Kanak-kanak Akhir
Khususnya Permasalahan Perkembangan Belajar Siswa SD
Prinsip-prinsip Belajar
Menurut Soepartinah Pakarsi (1981: 33) belajar merupakan suatu interaksi antara
anak dan lingkungan. Menurut Imanuel Hitipeuw (2008 : 1) belajar adalah proses perubahan
perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan menurut Crow &
Crow (dalam Inggidwati Kurnia: 64) belajar adalah suatu perubahan dalam diri individu
karena kebiasaan, pengetahuan dan sikap.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat diartikan bahwa belajar adalah suatu proses
kegiatan dari tidak tahu, tidak mengerti, menjadi tahu, mengerti dan bisa karena pengalaman.
Menurut Ingridwati Kurnia ( 2007: 64) bahwa di dalam belajar terdapat tiga ranah
yang satu sama lain sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan tegas. Ketiganya ialah: (1)
ranah kognitif (cognitive domain), (2) ranah afektif (affective domain), serta (3) ranah
psikomotor (psychomotor domain).
Guru-guru SD perlu melatih ketiga ranah belajar tersebut selama proses belajar
mengajar di SD berlangsung dengan memperhatikan prinsip-prinsip belajar. Apa yang
dimaksud dengan prinsip-prinsip belajar ? Prinsip-prinsip belajar adalah :
1. tujuan yang terarah
2. motivasi yang kuat
3. bimbingan untuk mengetahui hambatan dan bimbingan
4. cara belajar dengan pemahaman
5. interaksi yang positif dan dinamis antara individu dan lingkungan
6. teknik-teknik belajar
7. diskusi dan pemecahan masalah; serta
8. mampu menerapkan apa yang telah dipelajari dalam kegiatan sehari-hari.
Anak SD pergi ke sekolah bukan karena terpaksa, melainkan karena suatu kebutuhan.
Oleh karena itu, orang tua dan guru hendaknya tidak memaksa anak agar belajar di SD,
melainkan mengarahkan anak bahwa dengan belajar di SD berarti mempersiapkan hidup
untuk masa depan. Apabila anak mengalami hambatan dan rintangan anak akan memperoleh
bimbingan dari guru, sehingga apa yang dipelajari dapat dipahami dengan mudah. Hubungan
yang positif dan dinamis antara guru dan orang tua memungkinkan anak untuk belajar aktif.
Proses belajar memerlukan teknik-teknik yang bervariasi. Latihan dan ulangan dapat
memperkaya anak untuk belajar. Dengan metode diskusi dan pemecahan masalah siswa SD
belajar berani mengemukakan pendapat.
1. Masalah Kesulitan Belajar
Ada tiga jenis kesulitan belajar yang seringkali ditemui dlam perkembangan seorang
anak.
1. Kesulitan belajar akademis
Kesulitan belajar akademis siswa sekolah dasar sering dinamakan kesulitan
“CALISTUNG”(membaca, menulis, berhitung)
a. Kesulitan membaca dapat disebabkan karena gangguan pertumbuhan
psikologis dan juga hambatan didaktik-metodik. Acapkali anak SD mengenal
bunyi huruf tetapi mereka kesulitan membacanya apabila huruf itu
dirangkaikan menjadi kata. Disamping itu, anak SD juga mengalami
ketidakmampuan membaca yang disebabkan karena faktor-faktor psikologis
(gagap). Anak merasa malu ditertawakan teman-temannya,sehingga terjadi
kesulitan pada saat membaca. Gangguan membaca karena anak kehilangan
kemampuan membaca disebut aphasia. Ketidakmampuannya untuk membaca
karena gangguan fungsi saraf (neurologisnya rusak) disebut dyslexsia.
b. Kesulitan menulis dapat disebabkan karena kemampuan psikomotor kurang
terlatih. Ketidakmampuan motorik melakukan encoding atau menyandikan
lambang atau bentuk-bentuk huruf tertentu, menyebabkan anak mengalami
ketidakmampuan untuk menulis. Seorang anak SD yang tulisannya buruk,
sulit dibaca dan tidak rapi akibat gangguan syaraf disebut disgraphia.
Gerakkkan yang berlebih dan tidak normal misalnya menghentak-hentakan
kaki, bergoyang-goyang terus, berkedip-kedip menggaruk-garuk kepala secara
tidak teratur ddisebut hyperkenesis.
2. Kesulitan belajar karena gangguan simbolik
Kesulitan belajar karena gangguan simbolik antara lain siswa itu mampu mendengar,
tetapi tidak mengerti apa yang didengar. Ia juga mampu mengaitkan objek yang
dilihat,namun mengalami gangguan pengamatan (visual reseptive). Anak juga
mengalami gangguan geraak-gerik (motoraphasia). Siswa yang seperti ini sulit untuk
dpat memahami suatu objek sekalipun ia memiliki pendengaran yang normal
3. Kesulitan belajar karena gangguan nonsimbolik
Kesulitan belajar karena gangguan nonsimbolik adalah ketidakmampuan anak
memahami isi pelajaran karena ia mengalami kesulitan untuk mengenali kembali apa
yang telah dipelajarinya pada pelajaran sebelumnya. Ketidakmampuan pengamatan
akan menimbulkan gangguan keliru karena ia tidak mampu memanipulasi benda
walaupun indra motornya normal
Kesulitan Belajar yang telah disebutkan sangat berdampak pada proses belajar.
Namun, ada pula siswa SD yang karena proses kelahiran atau musibah mengalami
cidera otak, sehingga siswa itu tidak mampu untuk belajar. Ketidakmampuan untuk
melakukan tugas-tugas tertentu yang tidak dapat dilakukan anak-anak yang sebaya
seperti: mandi sendiri, sikat gigi, menulis, membaca disebut learning disability. Anak
yang mengalami kerusakan saraf. Anak yang mempunyai kecerdasan diatas rata-rata,
namun prestasi akademiknya rendah underachiever. Sedangkan anak yang lamban
belajar dan tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat serta waktu
belajarnya lebih lama dibandingkan rata-rata anak seusianya disebut slow learner.
Apa yang dilakukan apabila ada murid SD yang mengalami kesulitan belajar
seperti yang dipaparkan tadi ? Langkah awal yang perlu dilakukan adalah berbbicara
dengan kepala sekolah. Kemudian, melakukan pengamatan yang cermat dan
mendalam. Buatlah Commulatvive Records (Anecdotal Records) setelah memperoleh
informasi dan memahami permasalahan belajar anak tersebut. Lalu carilah
penyuluhan atau referal untuk membuat program Therapy atau Treatment.
2. Masalah Belajar Karena Gangguan Emosional
Setiap guru ingin mengajar murid-murid yang berperilaku baik dan pandai. Pada
umumnya seorang guru ingin membangun keberhasilan dalam proses belajar di kelas.
Sayangnya, tidak semua anak adalah anak yang baik dan pintar. Kadang kala ada juga anak
yang tergolong nakal di kelas dan suka mengganggu temannya maupun gurunya.
Anak seperti itu cenderung tidak bisa diam. Ia cenderung bergerak terus-menerus,
kadang suka berlarian, suka melompat-lompat,bahkan berteriak-teriak di kelas. Anak ini sulit
dikontrol. Ia melakukan aktivitas sesuai dengan kemauannya sendiri. Ia pun suka
mengganggu temannya bahkan gurunya. Anak ini disebut anak hiperaktif.
Ada lagi tipe anak yang cenderung cepat bosan. Ia seringkali mengalihkan
perhatiannya keterbagai objek lain dikelas. Anak ini mudah dipengaruhi, namun tidak dapat
memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang berlangsung dikelas. Anak seperti ini
disebut sebagai distracbility child.
Ada pula anak yang cenderung pendiam di kelas, pasif, atau sangat perasa sehingga
mudah tersinggung. Karakteristik anak seperti ini cenderung tidak berani bertanya atau
menjawab, serta merasa kalau dirinya tidak mampu. Karena itu,ia cenderung kurang berani
bergaul serta suka menyendiri. Anak seperti ini disebut poor self concept.
Ada pula anak yang cepat berekasi setiap guru memberi pertanyaan di kelas.
Namun,jawaban yang diberikan seringkali tidak menunjukkan kemampuan berpikir yang
logis. Anak seperti ini ingin menunjukkan bahwa ia adalah anak yang pandai, padahal cara
anak itu menjawab justru mencerminkan ketidakmampuannya. Anak seperti ini disebut anak
impulsif.
Di kelas adapula siswa yang suka merusak benda-benda yang ada di sekitarnya. Sikap
agresif yang negatif dalam bentuk membanting dan melempar menunjukkan bahwa anak ini
adalah anak yang bermasalah (trouble maker). Anak seperti ini cepat tersinggung. Ia
bertempramen tinggi, yang mengarah kepada perilaku agresif. Anak seperti ini disebut anak
destructive behaviour.
Ada pula anak yang sering mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak sopan. Dengan
nada mengejek, anak ini cenderung menentang guru. Anak seperti ini disebut distruptive
behaviour.
Setiap tahun ajaran baru ada anak yang selalu bergantung pada orangtuanya. Anak
seperti ini sering merasa takut dan tidak mampu untuk berani melakukannya sendiri. Ia sangat
bergantung pada orang-orang disekitarnya. Sikap orangtua terlalu overprotective atau sangat
melindungi membuat anak sangat tergantung. Anak seperti ini disebut dependency child.
Sosial ekonomi masyarakat Indonesia belum merata. Ada anak yang mempunyai
sosial ekonomi yang sangat rendah, sehingga merasa dirinya bodoh dan enggan untuk
mencoba membuat tugas-tugas yang diberikan oleh guru, karena dirinya merasa tidak
mampu. Anak seperti ini disebut withdrawl.
Ada pula anak-anak yang tidak meiliki kemampuan mental setara dengan anak-anak
yang sebya. Anak seperti ini sulit menganalisis, menangkap isi mata pelajaran, dan
menaplikasikan apa yang dipelajari. Anak ini disebut learning disability.
Ada anak yang mempunyai cacat bawaan baik kerusakan fisik maupun syaraf. Anak
seperti ini cenderung sulit untuk belajar secara normal seperti anak-anak yang sebaya. Anak
seperti ini membutuhkan penanganan para ahli yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
khusus,seperti anak yang menderita ( Autism Disorder / ASD ). Anak ini dikelompokkan
dalam kelompok learning disorder.
Ada pula anak yang mempunyai potensi intelektual di atas rata-rata, namun prestasi .
akademiknya di kelas sangat rendah. Semangat belajarnya juga sangat rendah. Anak seperti
ini cenderung menyepelekan tugas-tugas yang diberikan, dan PR sering dilupakan. Anak
seperti ini disebut anak underachiver.
Ada pula anak yang mempunyai semangat belajar yang sangat tinggi, ia merespon
dengan cepta. Anak seperti ini tidak bisa menerima kegagalan. Ia tidak mudah menerima
kritikkan dari siapapun termasuk gurunya. Anak seperti ini disebut overachiver.
Ada pula anak yang sulit mengkap pelajaran di kelas dan membutuhkan waktu yang
lama untuk mendapat menjawab dan mengerjakan tugas-tugasnya. Anak ini disebut anak
slow learner.
Di kelas sering kita jumpai anak yang kurang peka dan tidak peduli terhadap
lingkungannnya. Anak ini kurang tanggap dalam membaca ekspresi dan sulit bergaul dengan
teman-temannya yang ada di kelas. Ia disebut social interseption child.
Dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dia atas bimbingan yang dapat
diberikan seorang guru pada anak didiknya diantaranya :
1. Guru seyogyanya dapat masuk dalam dunia anak, melakukan interaksi bersama anak-
anak. Landasan yang hendaknya digunakan adalah ketulusan dan kasih sayang.
2. Guru seyogyanya memahami keunikan individu anak. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap anak memiliki keunikan tersendiri mereka membawa potensi yang tidak sama
antara satu dengan lainnya walaupun dia anak kembar.
3. Bantu dan bimbing anak pada saat yang tepat. Artinya bahwa guru penting untuk bisa
membaca kondisi saat itu sedang dirasakan oleh anak.
4. Instropeksi diri dan jangan cepat reaktif terhadap permasalahan yang sedang dihadapi,
hal ini mngandung arti bahwa perlu adanya evaluasi terhadap berbagai aspek yang
memungkinkan munculnya permasalahan yang dihadapi.
5. Orang tua dan guru merupakan model bagi anak. Perlu diingat bahwa anak adalah
peniru ulung mereka mampu membaca situasi dan kondisi dan mampu mencontoh apa
yang dilakukan oeleh orang dewasa yang ada disekitarnya.
6. Bangun kerjasama antara orang tua dan guru.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR RUJUKAN
Hurlock, E.B. 1991. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.
Surakhmad, Winarno., Anwar, Syah.1979. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT.Karya
Unipress.
Kurnia, Ingridwati, dkk. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdiknas.
Spock, Benjamin. 1961. Pertumbuhan dan Bimbingan. Alih Bahasa: Axioma Soediro.
Jakarta: PT. Kinta
Pakasi, Soepartinah. 1981. Anak dan Perkembangannya. Jakarta: PT.Gramedia
Hitipeuw, Imanuel.2008. Belajar dan Pembelajaran. Malang: FIP Universitas Negeri Malang