Permainan Tradisional Kelompok 6

10
Permainan Tradisional “Egrang & Lompat Tali “ Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Olahraga & Kesehatan Dosen pembimbing: Matsuri,M.Pd Disusun oleh: 1. Hendri Ristiawan (K7113096) 2. Laurensius Dimas P (K7113124) 3. Mitha Yulia (K7113142) 4. Nia Octavia (K7113151) 5. Novia Diah (K7113156) 6. Nur Raida Fatati (K7113161) 7. Nurhayu Ika Ratri (K7113163) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

description

moga bermanfaat

Transcript of Permainan Tradisional Kelompok 6

Page 1: Permainan Tradisional Kelompok 6

Permainan Tradisional

“Egrang & Lompat Tali “

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Olahraga & Kesehatan

Dosen pembimbing: Matsuri,M.Pd

Disusun oleh:

1. Hendri Ristiawan (K7113096)

2. Laurensius Dimas P (K7113124)

3. Mitha Yulia (K7113142)

4. Nia Octavia (K7113151)

5. Novia Diah (K7113156)

6. Nur Raida Fatati (K7113161)

7. Nurhayu Ika Ratri (K7113163)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: Permainan Tradisional Kelompok 6

“EGRANG”

1. Pengertian

Egrang adalah permainan tradisional Indonesia yang belum diketahui secara

pasti dari mana asalnya, tetapi dapat dijumpai di berbagai daerah dengan nama

berbeda-beda seperti: sebagian wilayah Sumatera Barat dengan nama Tengkak-tengkak

dari kata Tengkak (pincang), Ingkau yang dalam bahasa Bengkulu berarti sepatu

bambu dan di Jawa Tengah dengan nama Jangkungan yang berasal dari nama burung

berkaki panjang. Egrang sendiri berasal dari bahasa Lampung yang berarti terompah

pancung yang terbuat dari bambu bulat panjang. Dalam bahasa Banjar di Kalimantan

Selatan disebut batungkau.

Permainan Traditional Egrang- Egrang adalah alat permainan tradisional

yang terbuat dari 2 batang bambu dengan ukuran selengan orang dewasa, sedangkan

untuk tumpuan bawah bambunya agak besar. Permainan ini sudah tidak asing lagi,

mekipun di berbagai daerah di kenal dengan nama yang berbeda beda. saat ini juga

sudah mulai sulit di temukan, baik di desa maupun di kota, Permainan Egrang sendiri

sudah ada sejak dahulu kala dan merupakan permainan yang membutuhkan

ketrampilan dan keseimbangan tubuh.

Permainan Egrang sendiri sangat unik karena sangat dibutuhkan ketrampilan

dan keseimbangan tubuh bila menaikinya, makanya tidak semua orang baik orang

dewasa maupun anak anak bisa bermain Egrang. Bentu Egrang disesuaikan dengan

pemakainya sesuai dengan umur si pemakai, bila yang bermain orang Dewasa maka

pembuatanya pun panjang dan tinggi, sedangkan untuk anak anak bentuk dan ukuranya

pun pendek.

Page 3: Permainan Tradisional Kelompok 6

Egrang terbuat dari batang bambu dengan panjang kurang lebih 2,5 meter.

Sekitar 50 cm dari bawah, dibuat tempat berpijak kaki yang rata dengan lebar kurang

lebih 20 cm

2.Peraturan Permainan

A. Pemain

Permainan egrang dapat dikategorikan sebagai permainan anak-anak. Pada

umumnya permainan ini dilakukan dilakukan oleh anak laki-laki yang berusia 7-

13 tahun. Jumlah pemainnya 2-6 orang.

B. Tempat dan Peralatan Permainan

Permainan egrang ini tidak membutuhkan tempat (lapangan) yang khusus. Ia

dapat dimainkan di mana saja, asalkan di atas tanah. Jadi, dapat di tepi pantai, di

tanah lapang atau di jalan. Luas arena permainan tilako ini hanya sepanjang 7--

15 meter dan lebar sekitar 3-4 meter.

Peralatan yang digunakan adalah dua batang bambu bata (volo vatu) yang relatif

lurus dan sudah tua dengan panjang masing-masing antara 1,5-3 meter. Cara

membuatnya adalah sebagai berikut. Mula-mula bambu dipotong menjadi dua

bagian yang panjangnya masing-masing sekitar 2-3 meter. Setelah itu, dipotong

lagi bambu yang lain menjadi dua bagian dengan ukuran masing-masing sekitar

20-30 cm untuk dijadikan pijakan kaki. Selanjutnya, salah satu ruas bambu yang

berukuran panjang dilubangi untuk memasukkan bambu yang berukuran

pendek. Setelah bambu untuk pijakan kaki terpasang, maka bambu tersebut siap

untuk digunakan.

C. Aturan Permainan

Aturan permainan egrang dapat dibagi menjadi dua, yaitu perlombaan lari dan

pertandingan untuk saling menjatuhkan dengan cara saling memukulkan kaki-

Page 4: Permainan Tradisional Kelompok 6

kaki bambu. Perlombaan adu kecepatan biasanya dilakukan oleh anak-anak yang

berusia antara 7-11 tahun dengan jumlah 2--5 orang. Sedangkan, permainan

untuk saling menjatuhkan lawan biasanya dilakukan oleh anak-anak yang berusia

antara 11-13 tahun dengan menggunakan sistem kompetisi.

D. Jalannya Permainan

Apabila permainan hanya berupa adu kecepatan (lomba lari), maka diawali

dengan berdirinya 3-4 pemain di garis start sambil menaiki bambu masing-

masing. Bagi anak-anak yang kurang tinggi atau baru belajar bermain egrang,

mereka dapat menaikinya dari tempat yang agak tinggi atau menggunakan tangga

dan baru berjalan ke arah garis start. Apabila telah siap, orang lain yang tidak

ikut bermain akan memberikan aba-aba untuk segera memulai permainan.

Mendengar aba-aba itu, para pemain akan berlari menuju garis finish. Pemain

yang lebih dahulu mencapai garis finish dinyatakan sebagai pemenangnya.

Sedangkan, apabila permainan bertujuan untuk mengadu bambu masing-masing

pemain, maka diawali dengan pemilihan dua orang pemain yang dilakukan secara

musyawarah/mufakat. Setelah itu, mereka akan berdiri berhadapan. Apabila telah

siap, peserta lain yang belum mendapat giliran bermain akan memberikan aba-

aba untuk segera memulai permainan. Mendengar aba-aba itu, kedua pemain

akan mulai mengadukan bambu-bambu yang mereka naiki. Pemain yang dapat

menjatuhkan lawan dari bambu yang dinaikinya dinyatakan sebagai

pemenangnya.

3. Manfaat Permainan

Permainan egrang tak hanya membutuhkan kerja keras, tapi juga ketrampilan

dan sportifitas. Pada pembuatan egrang, pemain harus bekerja keras mulai dari

mencari mencari bambu, memotongnnya, hingga proses membuatnya agar seimbang

ketika digunakan. Sikap ketrampilan dan sportifitas ditunjukan ketika permainan

dimulai, ketrampilan dalam menggunakan egrang dan menyeimbangkan tubuh agar

Page 5: Permainan Tradisional Kelompok 6

tidak terjatuh, dan juga tidak berbuat curang dan mau menerima kekalahan sebagai

wujud sportifitas.

Nilai budaya yang terkandung dalam permainan egrang adalah:

A. .Nilai kerja keras tercermin dari semangat para pemain yang berusaha agar

dapat mengalahkan lawannya.

B. Nilai keuletan tercermin dari proses pembuatan alat yang digunakan untuk

berjalan yang memerlukan keuletan dan ketekunan agar seimbang dan mudah

digunakan untuk berjalan

C. Melatih keseimbangan badan.

D. Melatih ketangkasan.

E. Sarana hiburan yang menyenangkan.

Page 6: Permainan Tradisional Kelompok 6

“LOMPAT TALI”

1. Pengertian

Permainan lompat tali adalah permainan yang alatnya disusun dari karet

gelang, permainan ini terbilang sangat populer sekitar tahun 70-an sampai 80-an,

permainan ini favorit saat waktu isitirahat di sekolah dan sore hari ketika di rumah.

Sederhana tapi bermanfaat, bisa dijadikan sarana bermain sekaligus olahraga.

Tali yang digunakan terbuat dari jalinan karet gelang yang banyak terdapat di

sekitar kita. Sebenarnya permainan lompat tali karet sudah bisa dimainkan semenjak

anak usia TK ( sekitar 4 – 5 tahun ) karena motorik kasar mereka telah siap, apalagi

bermain lompat tali dapat menjawab keingintahuan mereka akan rasanya melompat.

Tapi umumnya permainan ini memang baru populer di usia sekolah ( sekitar 6

tahun).

Jenis permainan lompat tali terbagi menjadi dua : Lompat kaki yang bersifat

santai dan yang bersifat sport / olahraga. Lompat tali yang santai biasanya dimainkan

oleh anak perempuan sedangkan yang sport / olahraga dimainkan oleh anak laki –

laki. Dengan kata lain, permainan lompat tali tersebut bisa dimainkan oleh laki – laki

maupun perempuan tanpa memandang gender.

2. Peraturan Permainan

Cara bermainnya bisa dilakukan perorangan atau kelompok, jika hanya

bermain seorang diri biasanya anak akan mengikatkan tali pada tiang atau apa pun

yang memungkinkan lalu melompatinya. Jika bermain secara berkelompok biasanya

melibatkan minimal tiga anak, dua anak akan memegang ujung tali; satu dibagian

Page 7: Permainan Tradisional Kelompok 6

kiri, satu lagi dibagian kanan, sementara anak yang lainnya mendapat giliran untuk

melompati tali. Tali direntangkan dengan ketinggian bergradasi, dari paling rendah

hingga paling tinggi. Yang pandai melompat tinggi, dialah yang keluar sebagai

pemenang. Sementara yang kalah akan berganti posisi menjadi pemegang tali.

Permainan secara soliter bisa juga dengan cara skipping, yaitu memegang kedua

ujung tali kemudian mengayunkannya melewati kepala sampai kaki sambil

melompatinya.

Jika bermain secara berkelompok biasanya melibatkan minimal 3 anak.

Diawali dengan gambreng atau hompipah untuk menentukan dua anak yang kalah

sebagai pemegang kedua ujung tali. Dua anak yang kalah akan memegang ujung tali;

satu di bagian kiri, satu anak lagi di bagian kanan untuk meregangkan atau

mengayunkan tali. Lalu anak lainnya akan melompati tali tersebut. Aturan

permainannya simpel; bagi anak yang sedang mendapat giliran melompat, lalu gagal

melompati tali, maka anak tersebut akan berganti dari posisi pelompat menjadi

pemegang tali. Alat yang dibutuhkan cukup sederhana. Bisa berupa tali yang terbuat

dari untaian karet gelang atau tali yang banyak dijual di pasaran yang dikenal dengan

tali skipping.

Model lompatan yang dilakukan masing2 anak/lingkungan bervariasi,

tergantung aturan yang disepati sebelumnya. Aturan permainan dasarnya adalah

awalnya tali diletakkan secara horisontal sejajar dg lutut, kemudian pelompat

memainkan kakinya dg tali (kaki dililit-lilitkan di tali dg menggunakan irama yg

beraturan), atau hanya sekedar melompat. Terserah perintah atau aturan. lompat tali-

ujung tangan

Bila lompatan selutut bisa dilalui pelompat, maka tali akan semakin naik ke

atas, Selama permainan, bila ada pemain yang gagal melakukan lompatan, maka dia

dianggap kalah, dan menggantikan salah satu pemegang tali.

Page 8: Permainan Tradisional Kelompok 6

3. Manfaat Permainan

1. Motorik kasar

Main lompat tali merupakan suatu kegiatan yang baik bagi tubuh. Secara fisik

anak jadi lebih terampil, karena bisa belajar cara dan teknik melompat yang dalam

permainan ini memang memerlukan keterampilan sendiri. Lama- lama, bila sering

dilakukan, anak dapat tumbuh menjadi cekatan, tangkas dan dinamis. Otot-ototnya

pun padat dan berisi, kuat serta terlatih. Selain melatih fisik, mainan ini juga bisa

membuat anak – anak mahir melompat tinggi dan mengembangkan kecerdasan

kinestetik anak. Lompat tali juga dapat membantu mengurangi obesitas pada anak.

2. Emosi

Untuk melakukan suatu lompatan dengan ketinggian tertentu dibutuhkan

keberanian dari anak. Berarti, secara emosi ia dituntut untuk membuat suatu

keputusan besar, mau melakukan tindakan melompat atau tidak.

Dan juga saat bermain, anak – anak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak,

tertawa dan bergerak.

3. Ketelitian dan Akurasi

Anak juga belajar melihat suatu ketepatan dan ketelitian. Misalnya, bagaimana

ketika tali diayunkan, ia dapat melompat sedemikian rupa sehingga tidak sampai

terjerat tali dengan berusaha mengikuti ritme ayunan. Semakin cepat gerak ayunan

tali, semakin cepat ia harus melompat.

4. Sosialisasi

Untuk bermain tali secara berkelompok, anak membutuhkan teman yang berarti

memberi kesempatannya untuk bersosialisasi sehingga ia terbiasa dan nyaman dalam

kelompok. Ia dapat belajar berempati, bergiliran, menaati aturan dan yang lainnya.

5. Intelektual

Saat melakukan lompatan, terkadang anak perlu berhitung secara matematis agar

lompatannya sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan dalam aturan permainan.

Umpamanya, anak harus melakukan lima kali lompatan saat tali diayunkan, bila

lebih atau kurang ia harus gantian menjadi pemegang tali. Anak juga secara tidak

Page 9: Permainan Tradisional Kelompok 6

langsung belajar dengan cara melihat dari teman – temannya agar bisa mahir dalam

melakukan permainan tersebut.

6. Moral

Dalam permainan tradisional mengenal konsep menang atau kalah. Namun,

menang atau kalah tidak menjadikan para pemainnya bertengkar, mereka belajar

untuk bersikap sportif dalam setiap permainan. Dan juga tidak ada yang unggul,

karena setiap orang punya kelebihan masing – masing untuk setiap permainan, hal

tersebut meminimalisir ego di diri anak-anak

Page 10: Permainan Tradisional Kelompok 6

langsung belajar dengan cara melihat dari teman – temannya agar bisa mahir dalam

melakukan permainan tersebut.

6. Moral

Dalam permainan tradisional mengenal konsep menang atau kalah. Namun,

menang atau kalah tidak menjadikan para pemainnya bertengkar, mereka belajar

untuk bersikap sportif dalam setiap permainan. Dan juga tidak ada yang unggul,

karena setiap orang punya kelebihan masing – masing untuk setiap permainan, hal

tersebut meminimalisir ego di diri anak-anak