PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR...

101
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR DALAM PERTANGGUNGJAWABAN DIREKSI PERSEROAN TERBATAS TERKAIT TINDAKAN ULTRA VIRES Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Oleh : Imam Machdi NIM: 109048000073 K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1435H/2014M

Transcript of PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR...

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR DALAM

PERTANGGUNGJAWABAN DIREKSI PERSEROAN TERBATAS TERKAIT

TINDAKAN ULTRA VIRES

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh :

Imam Machdi

NIM: 109048000073

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1435H/2014M

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

i

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR DALAM

PERTANGGUNGJAWABAN DIREKSI PERSEROAN TERBATAS TERKAIT

TINDAKAN ULTRA VIRES

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh :

Imam Machdi

NIM: 109048000073

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1435H/2014M

Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi berjudul Perlindungan Hukum Terhadap Pihak Investor Dalam

Pertanggungjawaban Direksi Perseroan Terbatas Terkait Tindakan Ultra Vires telah

diujikan dalam Sidang Munaqosah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 Januari 2014. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) pada

Program Studi Ilmu Hukum.

Jakarta, 23 Januari 2014

Mengesahkan

Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu syarat memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri ( UIN )

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

semua dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplak orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

iv

ABSTRAK

Imam Machdi. NIM 109048000073. PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP PIHAK INVESTOR DALAM PERTANGGUNGJAWABAN

DIREKSI PERSEROAN TERBATAS TERKAIT TINDAKAN ULTRA VIRES.

Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 H / 2014 M. x +

84 halaman + halaman lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui, memahami dan menganalisis dasar

atau landasan perlindungan hukum terhadap Pihak Ketiga dalam hal Direksi

Perseroan Terbatas melakukan tindakan ultra vires. Penulis ingin mengetahui

bagaimana upaya yang dapat dilakukan terhadap pemulihan hak Pihak Ketiga atas

tindakan ultra vires Direksi Perseroan Terbatas.

Penulis dalam menyusun skripsi ini menggunakan metode dalam kategori

jenis Penelitian Hukum Normatif, dimana pemilihan pada jenis Penelitian Hukum

Normatif didasarkan pada alasan karena perlindungan hukum terhadap Pihak Ketiga

dalam hal Direksi Perseroan Terbatas melakukan tindakan wanprestasi (ultra vires)

merupakan permasalahan kesenjangan hukum.

Hasil ini menunjukan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas mengatur perlindungan hak-hak para pemegang saham secara

lebih terperinci akan tetapi perlindungan hukum terhadap pihak investor yang

sebenarnya sangat berperan penting demi kelangsungan hidup perseroan terbatas

tidak ada pengaturannya atau walaupun ada maka sifatnya kurang jelas atau tidak

adanya pengaturan yang rinci yang mengatur perlindungan pihak investor atau

pemegang saham.

Kata kunci : Perlindungan Hukum Terhadap Pihak Investor dan

Ultra Vires

Pembimbing : Prof. Dr. H. A. Salman Maggalatung, S.H,M.H

H.M.Yasir,S.H,M.H

Daftar Pustaka : Tahun 1956 s.d Tahun 2009

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb

Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan limpahan rahmat, berkah dan nikmat-Nya. Shalawat serta salam

dipanjatkan kepada Nabi Muhammad SAW serta pengikutnya, sehingga pada

akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul

“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR DALAM

PERTANGGUNGJAWABAN DIREKSI PERSEROAN TERBATAS TERKAIT

TINDAKAN ULTRA VIRES“ ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan dan

dorongan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H,M.H,M.M. Selaku

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Djawahir Hejazziey, S.H,M.H dan Drs. Abu Tamrin,

S.H,M.Hum. Selaku ketua dan sekretaris Prodi Ilmu Hukum yang sudah

memberikan luang waktu, saran dan masukan terhadap kelancaran proses

penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. H. A. Salman Maggalatung, S.H,M.H. Selaku dosen

Pembimbing 1 dan Bapak H. M. Yasir, S.H,M.H. Selaku dosen

Pembimbing 2 yang dengan sabar telah memberikan arahan dan masukan

serta bimbingan terhadap proses penyusunan skripsi ini.

4. Orang tua ayahanda Sumardi dan ibunda Dahlia yang penulis sayangi dan

hormati, terima kasih tak terhingga atas kasih sayang, do’a, bimbingan,

materi maupun moril dan segala yang telah diberikan untuk penulis.

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

vi

5. Adik-adik penulis Apis Mawardi, Ahmad Permadi, Amelia Yuniardi dan

Siti Saufia yang penulis sayangi serta banggakan atas dukungan dan do’a

yang diberikan kepada penulis.

6. Ayu Sulistiya Ningsih, Adit Madewa dan Kinanti yang selalu memberikan

perhatiannya kepada penulis, memberikan dorongan, dukungan dan do’a

dalam proses penyusunan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat prodi Ilmu Hukum (Gagat Rahino, Ariawan Zaki,

Maulana Ichsan Setiadi, Sadam As’ad, Zakaria Zakim, Samsul, Farhan

Bestiardi, Roma Rizky, Arif Prasetiyo, Nauval, dkk) dan kawan-kawan

karib (Agung Jago, Wildan Nurasalim, Syarifudin dkk) khususnya prodi

Ilmu Hukum angkatan 2009 terima kasih yang tak terhingga yang sudah

membantu, motivasi, dan yang selalu menghibur penulis dikala penulis

sedang ada masalah.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini, yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu,semoga Allah

SWT memberikan berkah dan karunia-Nya serta membalas kebaikan

mereka (Amin).

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karna itu

kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan

skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis

khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr,Wb.

Jakarta, 23 Januari 2014

Penulis,

Imam Machdi

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

vii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah…………………………………… ………..... .8

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah .................................................... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 9

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ................................................ 10

F. Kerangka Teoridan Konseptual ........................................................ 11

G. Metode Penelitian…………………………………………………..17

H. Sistematika Penulisan………………………………………………21

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWENANGAN BERTINDAK

PERSEROAN TERBATAS DAN ULTRA VIRES ...............................

A. Pengertian Perseroan Terbatas dan Unsur-unsurnya……………….23

B. Eksistensi Organ-organ Perseroan Terbatas……………………… 34

C. Kompetensi Perseroan Terbatas…………………………………… 37

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

viii

BAB III HAK PIHAK INVESTOR ATAS PERLINDUNGAN HUKUM

AKIBAT TINDAKAN DIREKSI ULTRA VIRES ................................

A. Pengertian dan Perkembangan serta Pengaturan Ultra Vires……… 44

B. Prinsip Dasar Perlindungan Hukum……………………………..... .52

C. Urgensi Perlindungan Hukum……………………………….……….….58

BAB IV UPAYA REMEDIAL TERHADAP PIHAK INVESTOR DALAM

PERSPETIF SISTEM PERTANGGUNGJAWABAN

PERSEROANTERBATAS .....................................................................

A. Sistem Pertanggungjawaban Dalam Perseroan ……………… …... 65

B. Pelaksanaan Upaya Remedial Terhadap Pihak Investor ..………... .76

BAB V PENUTUP ................................................................................................

A. Kesimpulan………………………………………………………… 85

B. Saran……………………………………………………………… 88

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perekonomian yang diselenggarakan bedasarkan demokrasi ekonomi dengan

prinsip kebersamaan, efesiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,

kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi

nasional, perlu didukung oleh kelembagaan perekonomian yang kokoh dalam rangka

mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, untuk lebih meningkatkan

pembangunan perekonomian nasioanal dan sekaligus memberikan landasan yang

kokoh bagi dunia usaha dalam menghadapi perkembangan perekonomian dunia dan

kemajuan ilmu pegatahuan dan teknologi pada era globalisasi sekarang dan akan terus

berlanjut pada masa mendatang, juga perlu dukungan lembaga perseroan terbatas

yang dapat menjamin terselenggaranya iklim dunia usaha yang kondusif yang

tentunya digerakan dalam kerangka yang kokoh dari undang-undang yang mengatur

tentang perseroan terbatas.1

Perseroan terbatas (selanjutnya disebut dengan perseroan) sebagai salah satu

pilar pembangunan perekonomian nasional perlu diberikan landasan hukum yang

kuat untuk lebih memacu pembangunan nasional yang disusun sebagai usaha bersama

bedasarkan asas kekeluargaan, dengan tetap memunculkan prinsip-prinsip keadilan

1 Frans Satrio Wicaksono, 2009, Tanggungjawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris

Perseroan Terbatas Jakarta: Visimedia.h.1.

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

2

dalam berusaha. Perseroan terbatas merupakan badan hukum yang didirikan

bedasarkan perjanjian untuk melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang

seluruhnya terbagi dalam saham, serta memenuhi persyaratan yang ditetapkan dengan

undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. Kegiatan usaha dari perseroan harus

sesuai dengan maksud dan tujuan didirikannya perseroan, serta tidak bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan,ketertiban umum , dan atau kesusilaan.

Perseroan terbatas merupakan subjek hukum yang berhak menjadi pemegang

hak dan kewajiban, termasuk menjadi pemilik dari suatu benda atau kekayaan

tertentu. Hanya subjek hukum yang merupakan individu orang perorangan yang

dinilai memiliki kecakapan melakukan perbuatan hukum serta mempertahankan

haknya di dalam hukum, juga badan hukum yang merupakan artificial person, yaitu

sesuatu yang diciptakan oleh hukum untuk memenuhi perkembangan kebutuhan

kehidupan masyarakat. Ketentuan yang diatur dalam pasal 519 Kitab Undang-undang

Hukum Perdata (KUHAPdt) yang berbunyi “Ada barang yang bukan milik siapa pun,

barang lainnya adalah milik Negara, milik perekutuan atau milik perorangan”.2

Hukum positif di Indonesia pada pokoknya mengenal bentuk-bentuk

perusahaan seperti Firma (Fa), Commanditair Vennootschap (CV), Perseroan

Terbatas (PT) dan Koperasi. Akan tetapi bentuk-bentuk seperti itu, selain koperasi

yang memang didorong perkembangannya, maka yang banyak didirikan adalah

Perseroan Terbatas (PT). Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini frekuensi

2Frans Satrio Wicaksono, 2009, Tanggungjawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris

Perseroan Terbatas Jakarta: Visimedia.h.2.

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

3

pendirian perseroan terbatas mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini`dapat

disimak dari pandangan bahwa dari berbagai bentuk perusahaan yang ada di

Indonesia, seperti firma, persekutuan komanditer, koperasi dan lain sebagainya, maka

bentuk perusahaan perseroan terbatas merupakan bentuk yang paling lazim, bahkan

sering dikatakan bahwa perseroan terbatas merupakan bentuk perusahaan yang

dominan.3

Ditinjau dari aspek hukum perjanjian perbuatan mendirikan, memiliki dan

mengelola Perseroan Terbatas (PT) tidaklah merupakan perbuatan tunggal, melainkan

sejak bentuk badan hukum perusahaan dikenal sudah menjadi perbuatan yang

melibatkan lebih dari satu orang bahkan banyak orang. Di dalam PT terdapat berbagai

hubungan hukum yaitu antara pemegang saham yang satu dengan yang lain, antara

perseroan dengan direksi, komisaris, pegawai, dan antara perseroan dengan pihak

investor.

Keberadaan berbagai hubungan tersebut merupakan suatu indikator atau suatu

pertanda yang menunjukan bahwa PT sejak mulai dari perancangan pendiriannya,

tahap operasional sampai dengan berakhirnya jangka waktu untuk PT itu didirikan

sebenarnya penuh dengan berbagai perjanjian. Oleh karena itu dikemukakan bahwa

PT merupakan perwujudan dari perjanjian-perjanjian. Bertumpu pada uraian singkat

tersebut semakin jelaslah di dalam suatu PT terdapat suatu proses yang didukung oleh

berbagai perjanjian. Keberadaan perjanjian-perjanjian itu bersifat menghidupkan,

3http://mhugm.wikidot.com, Irna Nurhayati, Ulasan Tentang Status Badan Hukum

PerseroanTerbatas Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.

H.1.Magister Hukum UGM, diakses tanggal 16/07/2013 jam 19:43.

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

4

memelihara kelangsungan hidup PT yang bersangkutan, bahkan dapat juga

mengantarkan menuju pada proses yang mengakhiri eksistensi PT itu sendiri.

Perjanjian diantara para pemegang saham pada pokoknya bersifat menghidupkan dan

sebaliknya mengakhiri, sedangkan perjanjian dengan direksi, stake holder terutama

karyawan serta pihak investor mengandung sifat yang bertujuan memelihara

kelangsungan hidup PT.

Berkaitan dengan pengelolaan dan pemeliharaan dalam rangka kelangsungan

hidup atau operasional PT, maka pertama terlihat pentingnya kedudukan pemegang

saham termasuk Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan direksi, komisaris

termasuk pula para staf serta pegawai yang dipekerjakan pada PT dan tidak

ketinggalan pihak investor, misalnya perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh Direksi

sebagai wakil PT dengan pihak lain seperti perjanjian dagang. Seluruh komponen

yang telah disebutkan itu pada pokoknya memberikan kontribusi yang tidak kecil

berupa kewajiban-kewajiban dan peranan sesuai porsinya masing-masing dalam

rangka memajukan dan meningkatkan perkembangan PT. Oleh karena itu agar

tercipta suatu keseimbangan, maka dipandang perlu untuk memberikan perhatian

mengenai aspek perlindungan hukumnya.

Sehubungan dengan pandangan bahwa PT merupakan suatu bentuk yang paling

dikenal, banyak digunakan sebagai bentuk dominan dari perusahaan, maka

perkembangan pemanfaatan PT yang pesat ini memperoleh perhatian secara yuridis.

Hal ini dapat dilihat dengan adanya pengaturan PT yang cukup berkembang.

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

5

Pengaturan yang pada awalnya dituangkan dalam Kitab Undang-undang Hukum

Dagang (pasal 26 s/d pasal 56 KUHD) diganti dengan Undang-undang No. 1 Tahun

1995 tentang Perseroan Terbatas yang kemudian diganti dengan Undang-undang No.

40 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106) atau

yang disingkat dengan UUPT. Hal ini dapat dilihat antara lain dalam Pasal 75 ayat (1)

UUPT yang menentukan : “RUPS mempunyai segala wewenang yang tidak diberikan

kepada Direksi atau Komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam Undang-undang

ini dan Anggaran Dasar”. Disamping itu juga hak-hak lain seperti hak untuk

memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari

Direksi dan Komisaris. Sedangkan yang berkaitan dengan pengurusan perseroan,

Pasal 92 ayat (1) UUPT.4

Mengacu pada ketentuan yang terdapat dalam Pasal 92 ayat 1 UUPT tersebut

sebenarnya Direksi sudah dibatasi wewenangnya dimana Direksi dalam menjalan

pengurusan Perseroan harus tetap berpedoman dan tidak bertentangan dengan maksud

sertatujuan Perseroan sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar.

Jika dirinci, maka Direksi dalam menjalankan pengurusan Perseroan tunduk

pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Direksi dalam pengurusan harus memegang prinsip kehati-hatian dalam

bertindak,

4 UUPT Pasal 92 ayat 1“ Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan

Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Penjelasan pasal tersebut menyatakan,

bahwa ketentuan tadi menugaskan Direksi untuk mengurus Perseroan yang antara lain meliputi

pengurusan kegiatan dari perseroan”.

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

6

2. Direksi harus mengutamakan kepentingan-kepentingan Perseroan dari pada

kepentingan pribadinya,

3. Tindakan-tindakan Direksi haruslah tetap sesuai dengan maksud dan tujuan

Perseroan yang tertuang dalam Anggaran Dasar. Apabila Direksi menyimpang

dari prinsip ini terutama terhadap yang ketiga, maka Direksi secara tidak

langsung telah menempatkan Perseroan dalam posisi melakukan tindakan yang

melampaui kewenangan yang telah diberikan. Dalam berbagai kepustakaan

hukum, tindakan ini disebut dengan ultra vires. Tindakan ultra vires itu dapat

menimbulkan kerugian pada Perseroan yang berarti kerugian pula bagi para

pemegang saham.

Di samping itu ultra vires juga dapat merugikan pihak investor. Sebagai contoh

dapat dikemukakan disini misalnya Direksi sebuah Perseroan Terbatas Perbankan

yang justru lebih banyak mengalirkan dana kepada pemegang saham sehingga

mengakibatkan PT Perbankan itu bangkrut atau dilikuidasi serta merugikan nasabah

penyimpan. Dalam hal ini timbul tidak sesuaianya antara norma hukum (dassollen)

pada satu sisi dengan kenyataannya dalam praktek (dassein) pada sisi lain. Dalam hal

ultra vires yang dilakukan Direksi merugikan pemegang saham, maka UUPT telah

menyediakan norma-norma hukum yang dapat dimanfaatkan dalam rangka

memberikan perlindungan hukum kepada pemegang saham baik yang mayoritas

maupun minoritas.

Norma hukum yang dimaksud adalah ketentuan yang mengatur hak pemegang

saham melalui RUPS meminta pertanggungjawaban Direksi, dan ketentuan mengenai

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

7

hak pemegang saham minoritas untuk meminta dilakukannya pemeriksaan atas

jalannya Perseroan. Akan tetapi apabila ultra vires yang dilakukan Direksi merugikan

pihak ketiga, maka pertanggungjawaban Direksi tidaklah jelas dan UUPT tidak

mengaturnya secara tegas atau tidak jelas mengaturnya. Bab VII Bagian Kesatu

UUPT mulai dari Pasal 92 sampai dengan Pasal 107 tidak dijumpai ketentuan yang

secara tegas mengatur mengenai pertangungjawaban tersebut.

Akan tetapi apabila mengacu pada ketentuan di dalam Pasal 97 ayat (1) yang

menentukan Direksi bertanggungjawab atas pengurusan perseroan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1) bahwa Direksi menjalankan pengurusan perseroan

untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan, maka

pada satu sisi dapat dikemukakan terdapat pengaturan tanggungjawab direksi tetapi

pada sisi lain pengaturan itu tidak jelas dan lebih menekankan tanggungjawab

terhadap Perseroan.

Tidak jelasanya pengaturan tersebut merupakan suatu permasalahan hukum

yang harus dicarikan kejelasannya. Di samping dalam rangka keperluan memperjelas

hukum perseroan juga berkaitan dengan upaya menciptakan kepastian hukum dan

rasa aman kepada pihak investor yang sangat berperan dalam kemajuan Perseroan.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis berkeinginan untuk

meneliti dan hasilnya dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul Perlindungan

Hukum Terhadap Pihak investor Dalam Pertanggungjawaban Direksi Perseroan

Terbatas Terkait Tindakan Ultra Vires.

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

8

B. Identifikasi Masalah

1) Bagaimana pendirian suatu Perseroan Terbatas.

2) Apakah tujuan dari Perseroan Terbatas.

3) Bagaimanakah kewenangan direksi Perseroan Terbatas.

4) Apa peran RUPS terkait tindakan wanprestasi (ultra vires).

5) Bagaimanakah tanggungjawab direksi apabila melakukan tindakan ultra vires

terhadap pihak investor.

C. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Batasan masalah ini penulis membatasi permasalahan yang ada di dalam

pendahuluan yang berkaitan dengan latar belakang permasalahan dan Sehubungan

dengan maksud memperoleh hasil analisis yang fokus, maka terhadap permasalahan

di atas perlu diberikan batas-batas atau ruang lingkupnya.

Permasalahan yang pertama yang akan dibahas berkisar pada pertanyaan

bagimana hak-hak pihak pemegang saham, apakah terhadap tindakan ultra vires

Direksi PT terdapat dasar hukum untuk memberikan perlindungan bagi Pihak

investor. Di samping itu relevan pula dibahas adalah mengenai kondisi dasar hukum

tersebut apakah memadai dan dapat diterapkan, serta bagaimana pula bentuk-bentuk

perlindungan hukumnya.

Sehubungan dengan permasalahan yang kedua yakni berkisar mengenai bentuk

dan proses pelaksanaan perlindungan hukumnya bagi Pihak investor, apakah

diberikan secara langsung atau melalui perseroan dan atau pemegang saham

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

9

mengingat direksi itu diangkat oleh dan bertanggungjawab kepada pemegang saham

melalui Rapat Umum Pemagang Saham.

2. Rumusan Masalah

Mengingat dari uraian mengenai latar belakang masalah dan batasan masalah

diatas dapatlah dirumuskan masalah sebagai berikut:

a. Apa dasar perlindungan hukum terhadap Pihak investor dalam hal Direksi

Perseroan Terbatas melakukan tindakan ultra vires?

b. Bagaimanakah upaya pemulihan hak-hak Pihak investor atas tindakan ultra vires

Direksi Perseroan Terbatas?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis dasar-dasar atau landasan

perlindungan hukum terhadap Pihak investor dalam hal Direksi Perseroan

Terbatas melakukan tindakan ultra vires

b. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya yang dapat dilakukan terhadap

pemulihan hak Pihak investor atas tindakan ultra vires Direksi Perseroan

Terbatas.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis bagi

pengembangan ilmu hukum khususnya mengenai Perseroan Terbatas dalam berbagai

hubungan hukumnya dengan berbagai pihak.

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

10

Secara praktis hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pedoman yang

komprehensif bagi semua pihak yang terkait pendirian, pemilikan, pengelolaan dan

pihak-pihak yang berhubungan atau mengadakan transaksi dengan Perseroan

Terbatas dalam pemecahan masalah tanggungjawab terhadap pihak investor berkaitan

dengan tindakan ultra vires.

E. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu

Penelitian atau pembuatan skripsi, terkadang ada tema yang berkaitan dengan

peneltian yang kita kerjakan sekalipun arah dan tujuan yang diteliti berbeda. Dari

penelitian ini, penulis menemukan beberapa sumber kajian lain yang lebih dahulu

membahas terkait dengan tindakan Ultra Vires, diantaranya adalah:

1. Skripsi Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung 2012, yang disusun

oleh David Yacob Maruli, dengan judul “Penerapan Doktrin Ultra Vires

Terhadap Direksi Dalam Kepailitan Perseroan Terbatas Ditinjau Dari UUD No

40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan UUD No 37 Tahun 2004

Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang”. Penulis

membahas terkait bagaimana direksi bertanggungjawab sepenuhnya dalam

kepailitan Perseroan Terbatas akibat tindakan ultra vires.

Penelitian ini ditinjau dalam berbagai aspek hukum Perdata terkait dengan

sistem dalam perjanjian dan pertanggungjawaban sebuah perseroan terbatas dengan

subtansi eksistensinya hukum yang mengkaji tentang adanya kejahatan dalam suatu

perjanjian yang dilakukan oleh para pihak yang melakukan perjanjian tersebut.

Dengan ini saya mengkaji bagaimana eksistensinya hukum di Indonesia mengenai

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

11

Perlindungan Hukum Terhadap Pihak investor Dalam Pertanggungjawaban

Direksi Perseroa Terbatas Terkait tindakan ultra vires.

F. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori

Peningkatan pendirian perseroan dapat ditandai terjadinya hampir bersamaan

dengan mulai meningkatnya aktivitas perkenomian Indonesia setelah pertengahan

dasawarsa 1960an. Disusul dengan mengalirnya investasi asing yang masuk

Indonesia dan juga bangkitnya gairah para pemilik modal nasional untuk

menanamkan modalnya baik secara mandiri maupun berpatungan dengan investor

asing. Peningkatan ini berdampak positif terhadap perkembangan pendirian PT.

Di samping itu turut pula memicu peningkatan pendirian PT di Indonesia adalah

semakin berkembangnya aspek yuridis berupa penyempurnaan pengaturan terhadap

bentuk perusahaan ini yang dimulai dengan dibuatnya Undang-undang No. 4 Tahun

1971 tentang Perubahan dan Penambahan atas Ketentuan pasal 54 KUHD.

Dilanjutkan dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

yang menggantikan pasal 21 sampai dengan Pasal 56 KUHD. Terakhir undang-

undang ini diganti dengan Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas. Perkembangan pengaturan tersebut secara tidak langsung menunjukan

perkembangan pemahaman mengenai PT sehingga mengakibatkan banyak yang

memilih bentuk perusahaan ini.

Elemen-elemen di atas maka yang sangat perlu dicermati khususnya karena

menyangkut topik penelitian yang sedang digarap ini adalah elemen yang pertama,

Page 21: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

12

yaitu perjanjian yang menurut Prof. Subekti merupakan suatu peristiwa dimana

seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan suatu hal.5

Apabila dicermati dalam kegiatan-kegiatan mendirikan, memiliki dan mengurus

Perseroan Terbatas ternyata terdapat perjanjian-perjanjian. Pada saat para pendiri

mengadakan kesepakatan mendirikan PT terdapat perjanjian yang kemudian

dituangkan dalam akte pendirian dan anggaran dasar. Sehubungan pemilikan saham

yang sebenarnya berarti pemilikan PT juga dijumpai adanya perjanjian, misalnya

perjanjian jual-beli saham.

Berdasarkan asas Pacta Sun Servanda yang berarti perjanjian harus ditaati para

pihak yang melakukan perjanjian seperti terkandung dalam Pasal 1338 Kitab

Undang-undang Hukum Perdata, sepanjang perjanjian itu tidak bertentangan dengan

undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum tercermin, maka perjanjian itu

berlaku seperti undang-undang atau mengikat para pihak sehingga karena itu harus

ditaati.6

Disamping asas itikad baik, asas kepastian hukum yang menunjuk kepada

berlakunya hukum yang jelas tetap konsisten dan konsekuen mengajarkan agar

5R. Subekti, 1995, Aneka Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 7

6 Kusumohamidjojo, 1986, Pacta Sun Servanda,http:// www.kamushukum.com, 18/07/2013,

14:25 WIB,h. 1

Page 22: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

13

memberikan perlindungan terhadap hak-hak pihak investor yang sangat berperan

dalam menunjang perkembangan perseroan.7

2. Kerangka Konseptual

Suatu kerangka konseptual merupakan kerangka yang menggambarkan

hubungan antara konsep-konsep yang ingin diteliti. Suatu konsep bukan merupakan

gejala yang akan diteliti tetapi merupakan abstraksi dari gejala tersebut. Gejala

biasanya dinamakan fakta, sedangkan konsep merupakan uraian merupakan

hubungan-hubungan dalam fakta tersebut.8

Penulisan skripsi ini menggunakan definisi-definisi sebagai berikut:

a. Perlindungan Hukum

Perlindungan Hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal ini

hanya perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan yang diberikan oleh hukum,

terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh

manusia sebagai subyek hukum dalam interaksinya dengan sesama manusia serta

lingkungannya. Sebagai subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban untuk

melakukan suatu tindakan hukum.9

7Raimond Flora Lamandesa, 2008, Penegakan Hukum, WWW.Scribb.com ,20/07/2013,22:25

WIB, h.1

8 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:UI Press,1986), h.132.

9 CST Kansil. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.h.35.

Page 23: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

14

b. Pihak Investor

Berkaitan dengan pengertian perjanjian menurut Prof. Wirjono Projodjodikoro

perjanjian itu adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua

pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan

sesuatu hal dan untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak atas

pelaksanaan janji itu.10

Dapat disimpulkan dari pengertian tersebut dengan adanya

pihak lain yaitu pihak investor (pihak ketiga) yang berhak atas pelaksanaan

perjanjian.

c. Pertanggungjawaban

Terkait dengan pertanggungjawaban dalam judul skripsi ini yakni perlakuan

tindakan atas kesalahan yang dilakukan oleh direksi perseroan terbatas dalam

tindakan ultra vires.

d. Perseroan Terbatas

K.R.M.T Tirtodiningrat mengemukakan bahwa perseroan terbatas adalah suatu

persekutuan dengan modal tertentu yang dibagi-bagikan dalam beberapa sero atau

saham, dimana tiap-tiap anggota mengambil bagian secara memiliki satu atau

beberapa sero, sedang pemegang-pemegang sero bertanggungjawab atas pinjaman-

pinjaman dari perseroan terbatas hanya hingga jumlah yang tersebut pada sero yang

dimiliki itu.11

Ditambahkan dengan pandangan bahwa Perseroan Terbatas atau yang

disingkat dengan PT, terjadi dari dua kata yaitu perseroan dan terbatas. Perseroan

ialah persekutuan yang modalnya terdiri dari sero-sero atau saham-saham, sedangkan

kata “terbatas” itu tertuju pada tanggungjawab pemegang saham atau persero yang

10

Syarif Basir, 2009, Aspek Hukum Suatu Perjanjian, dalam: Newsletter, Edisi XI, h. 1

11

K.R.M.T. Tirtodiningrat, 1963, Ihtisar Hukum Perdata dan Hukum Dagang,

Pembangunan,Jakarta, h. 132.

Page 24: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

15

bersifat “terbatas” pada jumlah nominal saham-saham yang dimilikinya istilah

“perseroan terbatas” lebih tepat dari pada istilah “Naamloze Vennootschap”, sebab

arti istilah “perseroan terbatas” lebih jelas dan tepat menggambarkan tentang keadaan

pada saat itu.12

e. Ultra Vires

Stephen H. Gifis mengemukakan seperti dikutip Munir Fuady pada pokoknya

menyatakan hukum disetiap negara tanpa melihat ke dalam sistem Perseroan tunduk

umumnya menghadapi masalah yuridis yang disebut dengan “pelampauan

kewenangan” (ultra vires) dari suatu perseroan.13

Terminologi ultra vires dipakai khususnya terhadap tindakan perseroan yang

melebihi kekuasaannya sebagaimana diberikan oleh Anggaran Dasarnya atau oleh

peraturan yang melandasi pembentukan perseroan tersebut. Pandangan tradisional

mengenai utra vires pada pokoknya memandang bahwa tindakan itu dapat

menimbulkan konsekuensi yuridis dimana tindakan tersebut batal demi hukum (null

and void) dan karena itu maka tindakan yang diklasifikan ultra vires itu tidak dapat

diratifikasi atau tidak dapat disahkan oleh perseroan melalui RUPS.

Pandangan secara tradisional juga menyediakan upaya-upaya hukum yang

merupakan konsekuensi yuridis antara lain sebagai berikut:14

12

H.M.N. Purwosutjipto, 1984, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2 (Bentuk

Bentuk Perusahaan), Djambatan, Jakarta, h. 89.

13

Munir Fuady, 2002, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law dan Eksistensinya

DalamHukum Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,h. 110.

14

Munir Fuady, 2002, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law dan Eksistensinya

DalamHukum Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,h. 130.

Page 25: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

16

a. Pihak kreditur mempunyai hak untuk membawa gugatan untuk memaksa

perseroan untuk tidak melaksanakan kontrak ultra vires tersebut jika kreditur

dapat membuktikan bahwa dengan kontrak yang ultra vires tersebut dapat

mengakibatkan tidak cukupnya aset perseroan untuk membayar utang-utangnya,

b. Pihak perseroan dapat mengajukan gugatan terhadap direksi atau pejabat

perseroan yang melakukan perbuatan yang tergolong ultra vires tersebut,

c. Atas nama kepentingan umum, jaksa dapat melakukan gugatan yang disebut

dengan action in quo warranto untuk membubarkan perseroan.

Pandangan mengenai konsekuensi yuridis dari tindakan perseroan yang ultra

vires itu ternyata juga mengalami perkembangan dan dalam perkembangan tersebut

pada pokoknya dikemukakan, sebagai akibat dari berbagai modifikasi terhadap

konsepsi ultra vires, telah berkembang beberapa akibat hukum yang mungkin timbul

dari adanya ultra vires antara lain tanggungjawab pribadi. Tidak selamanya ultra

vires mengakibatkan pembebanan tanggungjawab pribadi dari direksi atau petugas

yang melakukan tindakan ultra vires tersebut.

Terlepas dari persoalan mekanisme tersebut menurut Teori Keadilan Distributif

yaitu keadilan yang memberikan kepada tiap-tiap orang jatah menurut jasanya,

dengan ini dapat dikemukakan bahwa pihak ketiga merupakan pihak yang berjasa

dalam hal ini sebesar nilai transaksi. Sehingga berdasarkan teori ini harus diberikan

keadilan, dalam pengertian hak-haknya dapat dipulihkan.15

Dari uraian-uraian yang telah disajikan mengenai konsep yang berkaitan dengan

judul skripsi ini pada intinya menjelaskan pada satu hal yang sangat penting bahwa

pihak Perseroan Terbatas tetap bertanggungjawab terhadap kerugian-kerugian yang

dialami oleh pihak investor, dan kendati pun masih mengandung beberapa kekaburan

15

L.J. van Apeldoorn, 1978, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, h. 23

Page 26: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

17

pada berbagai aspeknya, akan tetapi uraian-uraian tersebut dapat digali lebih dalam

lagi untuk menemukan penjelasan atas permasalahan yang diangkat melalui skripsi

ini.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Buku Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi Program Studi Ilmu

Hukum dijelaskan Ilmu Hukum mengenal dua jenis penelitian yakni Penelitian

Hukum Normatif dan Penelitian Hukum Empiris. Usulan Skripsi ini termasuk dalam

kategori jenis Penelitian Hukum Normatif.16

Pemilihan pada jenis penelitian di atas didasarkan pada alasan karena

Perlindungan Hukum Terhadap Pihak Investor Terhadap Diresksi Perseroan Terbatas

Melakukan Tindakan ultra vires merupakan permasalahan kesenjangan hukum.

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengatur

perlindungan hak-hak para pemegang saham secara lebih terperinci. Sedangkan

perlindungan hukum terhadap pihak ketiga yang sebenarnya sangat berperan demi

kelangsungan hidup PT tidak ada pengaturannya atau walaupun ada maka sifatnya

kurang jelas. Jadi disinilah terjadi kesenjangan dalam norma hukum.

16

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:UI Press,1986), h.129.

Page 27: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

18

2. Pendekatan Masalah

Pembuatan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian hukum normatif

pada umumnya mengenal 7 jenis pendekatan,dalam hal ini penulis menggunakan

penelitian pendekatan-pendekatan masalah sebagai berikut:17

a. Pendekatan Kasus (The Case Approach)

b. Pendekatan Perundang-undangan (The Statue Approach)

c. Pendekatan Fakta (The Fact Approach)

d. Pendekatan Analisis dan Konsep Hukum (Analitical &Conseptual Approach)

e. Pendekatan Frasa (Words & Phrase Approach),

f. Pendekatan Sejarah (Historical Approach),

g. Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach). Sejalan dengan tujuan dan

rumusan masalahnya, Usulan penelitian ini menggunakan 3 jenis pendekatan

yang terdiri dari:

1. Pendekatan Perundang-undangan (The Statute Approach)

2. Pendekatan Analisis Konsep Hukum (The Analitical & Conceptual Approach)

3. Pendekatan Perbandingan Hukum (comparatif Approach) Pendekatan

Perundang-undangan bertujuan mengalisis peraturan perundangan dalam hal ini

Undang-undang Perseroan Terbatas terutama yang berkaitan dengan kekosongan

atau kekaburan norma hukum yang mengatur tentang perlindungan hukum

terhadap pihak investor.

17

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:UI Press,1986), h.135.

Page 28: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

19

Sedangkan Pendekatan Analisis Konsep Hukum pada pokoknya mengedepankan

analisis-analisis terhadap konsep-konsep hukum. Direksi PT, pihak investor dan ultra

vires merupakan konsep-konsep hukum. Analisis terhadap konsep-konsep ini

ditekankan pengertian, hak dan kewajiban (Direksi, PT, dan Pihak investor), serta

tidak ketinggalan adalah mengenai ruang lingkup dan perkembangan ultra vires.

Akan tetapi karena bahan-bahan yang dianalisis juga berkaitan dengan bahan-bahan

yang diperoleh dari sistem hukum yang berlaku di negara lain, maka tidak tertutup

kemungkinannya, usulan penelitian ini juga menggunakan Pendekatan Perbandingan

(The Comparative Approach).

3. Bahan Hukum

Penelitian hukum normatif menggunakan Bahan Hukum Primer dan Bahan

Hukum Sekunder. Bahan Hukum Primer dalam hal ini terdiri dari Asas Itikad Baik,

Asas Pacta Sun Servanda dan norma-norma hukum yang tersusun terutama dalam

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan peraturan

pelaksanaannya,antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1998 tentang

Nama Perseroan Terbatas. Sedangkan Bahan Hukum Sekunder meliputi buku teks

hukum (legal text book), Jurnal hukum,karya tulis hukum yang memuat pandangan

ahli hukum baik dalam bentuk buku maupun yang termuat dalam media masa,kamus

hukum, ensiklopedi hukum. Dalam penelitian ini digunakan juga bahan-bahan hukum

yang diperoleh dari media internet yang berkembang dengan pesat dewasa ini seperti

definisi-definisi hukum.

Page 29: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

20

4. Bahan Hukum Penunjang Data

Di samping bahan-bahan hukum baik primer maupun sekunder maka dalam

penelitian ini digunakan pula bahan-bahan yang diperoleh dari praktisi hukum dalam

ini Notaris yang berpengalaman atau pihak lain yang memahami permasalahan

mengenai tatacara menyelesaikan tanggungjawab Perseroan Terbatas terhadap pihak

ketiga. Bahan Hukum Penunjang dapat diperoleh melalui penelusuran jaringan

internet yang menyediakan fasilitas informasi yang relevan dengan topik skripsi ini.

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum atau Data

Penelitian ini tidak tertutup kemungkinan diperoleh bahan yang sudah tersusun

dengan rapi baik berupa buku, laporan maupun bentuk-bentuk lain yang bersifat

tertulis dan terhadap bahan-bahan seperti ini tetap diterapkan cardsystem yang

ditekankan pada pencatan mengenai informasi yang relevan dengan topik

permasalahan.

6. Teknik Analisis Bahan Hukum atau Data

Untuk menganalisis data-data yang telah diterapkan teknik-teknik sebagai

berikut:

a. Teknik Interpretasi diterapkan terhadap norma-norma hukum yang tidak jelas

rumusannya sehingga harus ditafsirkan untuk memperoleh pemahaman yang

jelas dan dapat diaplikasikan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi.

b. Teknik evaluasi yang berupa penilaian mengenai tepat atau tidak tepatnya suatu

informasi baik diperoleh dari Bahan Hukum Primer maupun Sekunder juga

Page 30: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

21

diterapkan dalam penelitian ini untuk memperoleh hasil yang benar-benar sesuai

dengan topik yang dibahas.

c. Teknik argumentasi atau alasan-alasan yang merupakan hasil penalaran setelah

dilakukannya teknik evaluasi. Dalam pembahasan masalah penelitian ini sedapat

mungkin akan dilakukan teknik argumentasi menurut kemampuan yang serba

terbatas.

d. Teknik Sistematisasi yang merupakan upaya mencari hubungan suatu norma

hukum antara peraturan perundang-undangan yang sederajat maupun antara yang

tidak sederajat.

e. Teknik Deskripsi merupakan teknik yang paling mendasar dan bersifat mutlak.

Hal ini mengandung pengertian, teknik ini harus dilaksanakan dalam

pembahasan hukum agar pembahasan dapat dipahami oleh orang lain. Dalam

penelitian ini berdasarkan Teknik Deskripsi, isu-isu hukum digambarkan atau

diuraikan secara lengkap dan jelas sehingga dapat diketahui duduk persoalannya

dan dapat ditentukan arahnya untuk mencapai suatu solusi.

H. Sistematika Penulisan

Penyajian skripsi ini akan disusun kedalam 5 (lima) bab. Dimana masing-masing

bab akan terdiri dari beberapa sub-bab agar pembahasan yang dibahas dapat

menjawab permasalahan-permasalahan yang diteliti secara jelas dan komprehensif.

Adapun urutan dan tata letak setiap bab dan pokok pembahasannya adalah

sebagai berikut:

Page 31: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

22

1. Bab pertama dari penelitian ini adalah Bab Pendahuluan. Bab ini membahas

tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metode penelitian, serta sistematika penelitian.

2. Bab kedua dari penelitian ini berkenaan dengan tinjauan umum tentang

perseroan terbatas serta kewenangan bertindak perseroan terbatas yang mengenai

isi dari eksistensi organ-organ perseroan terbatas dan kompetensinya.

3. Bab investor dari penelitian ini berisikan peran hukum untuk melindungi hak

pihak investor dari tindakan ultra vires yang dilakukan oleh direksi perseroan

terbatas.

4. Bab keempat dari penelitian ini berisikan tentang upaya perseroan terbatas

melekukan remedial terhadap pihak investor dalam sistem pertanggungjawaban

perseroan terbatas terkait tindakan ultra vires.

5. Bab kelima berisikan kesimpulan dan saran terkait dengan penelitian yang

dibahas dalam skripsi.

Page 32: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

23

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KEWENANGAN BERTINDAK PERSEROAN

TERBATAS DAN ULTRA VIRES

A. Pengertian Perseroan Terbatas dan Unsur-unsurnya

Menurut Achmad Ichsan dalam pengertian perseroan “naamloos” merupakan

suatu sebutan pada zaman Hindia Belanda untuk perseroan yang diatur dalam Kitab

Undang-undang Hukum Dagang Pasal 36 s/d 56. Sebutan “naamloos” dalam arti

tanpa nama ini disebabkan karena N.V itu tidak mempunyai nama seperti firma dan

pada umumnya juga tidak menggunakan salah satu nama dari anggota perseroannya

identifikasinya terletak dalam obyek perusahaan yang menjadi tujuan usahanya

seperti Perusahaan Dagang Beras.1

Hal ini dapat ditelusuri dari banyaknya definisi yang diberikan oleh para sarjana

yakni M.H. Tirta Amidjaja mengemukakan bahwa perseroan terbatas itu ialah

perseroan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan dengan modal yang

tertentu, yang terbagi atas saham-saham dan tiap-tiap persero pemegang saham turut

serta didalamnya sebanyak satu saham atau lebih dengan tidak bertanggungjawab

sendiri untuk persetujuan-persetujuan perseroan itu.2

K.R.M.T Tirtodiningrat mengemukakan bahwa perseroan terbatas adalah suatu

persekutuan dengan modal tertentu yang dibagi-bagikan dalam beberapa sero atau

saham, dimana tiap-tiap anggota mengambil bagian secara memiliki satu atau

beberapa sero, sedang pemegang-pemegang sero bertanggungjawab atas pinjaman-

1 Achmad Ichsan, 1983, Hukum Dagang; Lembaga Perserikatan, Surat-Surat Berharga,

Aturan-Aturan Angkutan, Pradnya Paramitha, Jakarta, h. 134.

2 M.H. Tirta Amidjaja, 1956, Pokok-Pokok Hukum Perniagaan, Djambatan, Jakarta, h. 108.

Page 33: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

24

pinjaman dari perseroan terbatas hanya hingga jumlah yang tersebut pada sero yang

dimiliki itu.3

Pandangan-pandangan di atas secara tidak langsung menunjukkan perjalanan

sejarah dari istilah atau nama yang dipergunakan secara khusus dan resmi untuk

menggambarkan perseroan yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang

(KUHD) mulai dari Pasal 36 sampai dengan Pasal 56. Pada intinya istilah Perseroan

Terbatas tidaklah merupakan terjemahan dari istilah Naamloze Vennootschap, namun

demikian istilah Perseroan Terbatas disamping merupakan istilah yang dimaknai dari

perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia, istilah tersebut lebih relevan dan dapat

secara lebih tepat mendeskripsikan bentuk dan sifat perseroan yang diatur dalam

pasal-pasal KUHD itu.

Selain itu Prof. Soekardono mengemukakan bahwa pada dasarnya istilah

tersebut lebih sesuai dengan sifat-sifat bentuk perusahaan yang dijalankan.4

Ditambahkan dengan pandangan bahwa Perseroan Terbatas atau yang

disingkat dengan PT, terjadi dari dua kata yaitu perseroan dan terbatas. Perseroan

ialah persekutuan yang modalnya terdiri dari sero-sero atau saham-saham, sedangkan

kata “terbatas” itu tertuju pada tanggungjawab pemegang saham atau persero yang

bersifat “terbatas” pada jumlah nominal saham-saham yang dimilikinya istilah

“perseroan terbatas” lebih tepat dari pada istilah “Naamloze Vennootschap”, sebab

arti istilah “perseroan terbatas” lebih jelas dan tepat menggambarkan tentang keadaan

pada saat itu.5

3 K.R.M.T. Tirtodiningrat, 1963, Ihtisar Hukum Perdata dan Hukum Dagang,

Pembangunan,Jakarta, h. 132.

4 R. Soekardono, 1983, Hukum Dagang Indonesia Jilid I (bagian kedua), CV. Rajawali,

Jakarta,h. 127.

5 H.M.N. Purwosutjipto, 1984, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2 (Bentuk Bentuk

Perusahaan), Djambatan, Jakarta, h. 89.

Page 34: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

25

Sehubungan dengan penjelasan di atas maka makna dari istilah Perseroan

Terbatas menjadi semakin jelas dan pada akhirnya istilah tersebut dipergunakan

sebagai istilah resmi dalam berbagai keperluan baik yang menyangkut dokumen

notaris maupun dokumen-dokumen negara seperti Berita Negara Republik Indonesia

(BNRI) dan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia (TBNRI).

Kendati pun pengaturan mengenai Perseroan Terbatas yang dituangkan dalam

KUHD mulai dari Pasal 26 sampai dengan Pasal 56 secara berturut-turut sudah

digantikan dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 1 Tahun 1995 dan Undang-

undang No. 47 Tahun 2007, penggunaan istilah Perseroan Terbatas masih tetap

dipertahankan. Disamping menggunakan Perseroan Terbatas sebagai nama atau titel,

kedua undang-undang tersebut secara khusus juga mencantumkan pengertian atau

definisi mengenai apa yang dimaksudkan dengan Perseroan Terbatas. Pengertian

tersebut diatur dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 47 Tahun 2007 yang

menentukan Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan

hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,

melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham

dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta peraturan

pelaksanaannya.

Dari pengertian yang ditentukan secara yuridis di atas dapatlah diuraikan adanya

5 (lima) unsur yang pada pokoknya saling berkaitan sebagai berikut:

1. Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,

2. Didirikan berdasarkan perjanjian,

Page 35: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

26

3. Melakukan kegiatan usaha,

4. Modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham,

5. Memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta

peraturan pelaksanaannya.

Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal

Pernyataan yang dituangkan dalam Undang-undang No. 47 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas (UUPT) bahwa Perseroan Terbatas (PT) adalah badan hukum

yang merupakan persekutuan modal mengandung dua hal yakni; pertama,

memberikan ketegasan dan kedua, UUPT tidak menentukan secara rinci penegasan

Perseroan Terbatas sebagai badan hukum persekutuan modal. Mengenai hal yang

pertama, hendaknya patut diberikan apresiasi yang tinggi karena dengan

ditegaskannya bahwa Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan

persekutuan modal, berarti UUPT telah memberikan suatu kepastian hukum

mengenai status hukum Perseroan Terbatas.

Di samping itu penegasan di atas merupakan langkah maju apabila

dibandingkan terutama dengan KUHD yang tidak menentukan secara tegas tentang

status Perseroan Terbatas sebagai badan hukum. Berkaitan dengan hal yang kedua,

perihal badan hukum dan persekutuan modal merupakan pilar-pilar penting bagi

Perseroan Terbatas yang menimbulkan keingintahuan untuk mendalaminya lebih jauh

lagi, akan tetapi UUPT justru UUPT tidak mengatur secara terperinci mengenai

pengertian istilah tersebut. Oleh karena itu pemahamannya dilakukan melalui

penelusuran terhadap sumber bahan hukum sekunder.

Page 36: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

27

Menurut R. Subekti badan hukum adalah suatu perkumpulan/organisasi yang

oleh hukum diperlakukan seperti seorang manusia, yaitu sebagai pengemban hak-hak

dan kewajiban-kewajiban, dapat memiliki kekayaan, dapat menggugat dan digugat

dimuka pengadilan.6 Selanjutnya ditambahkan perseroan terbatas atau NV sebagai

badan hukum atau rechtspersoon berarti bahwa perseroan terbatas mempunyai suatu

kekayaan tersendiri, terlepas dari kekayaan para pesero atau pengurusnya.7

Perseroan Terbatas didirikan bedasarkan sebuah perjanjian sebagaimana telah

dikutip pada halaman terdahulu pada pokoknya merupakan suatu akumulasi atau

kumpulan dari berbagai perjanjian yang dibuat diantara berbagai pihak terutama

dengan para pemegang saham, direksi, tenaga kerja, para suplier dan pelanggan. Jadi

sebenarnya PT itu penuh dengan berbagai perjanjian. Diantara tahap-tahap pendirian

(konstruksi), beroperasi (operasional) dan berakhirnya jangka waktu keberadaan

Perseroan Terbatas (terminasi), maka keberadaan berbagai perjanjian itu memang

sangat dominan ketika PT berada pada tahap operasional.

Akan tetapi hal tersebut tidak berarti bahwa perjanjian tidak terdapat pada

tahap-tahap yang lainnya. Keberadaan perjanjian dalam Perseroan Terbatas

sebenarnya sudah dimulai dan berperan ketika PT itu dirancang pendiriannya oleh

dua atau lebih calon pendiri. Kesepakatan-kesepakatan yang dihasilkan melalui

perjanjian tersebut kemudian dituangkan ke dalam anggaran dasar PT yang

bersangkutan.

6 R. Subekti, 1973, Kamus Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, h. 14.

7 R. Subekti, 1977, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta, h. 171.

Page 37: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

28

Pasal 7 ayat (1) UUPT menentukan Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau

lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan

penafsiran secara gramatikal, ketentuan tersebut mengandung pengertian bahwa

sebelum datang menghadap dihadapan notaris, para pendiri sebenarnya sudah

mempersiapkan kesepakatan-kesepakan yang dihasilkan dari perjanjian pendahuluan

diantara mereka sebelumnya. Adanya perjanjian pendahuluan yang sifatnya

konsensual atau suatu perjanjian yang didasarkan pada kata sepakat itu dan juga akta

notaris yang juga berisi anggran dasar sebagai tonggak awal berdirinya suatu

Perseroan Terbatas tersebut keduanya semakin memperlihatkan dengan pasti bahwa

Peseroan Terbatas didirikan berdasarkan perjanjian. Oleh karena itu dapat

dikemukakan pendirian dan eksistensinya PT sebenarnya merupakan implementasi

atau perwujudan dari perjanjian terutama yang terjadi diantara sesama pendiri.

Berkaitan dengan unsur di atas Pasal 2 UUPT menentukan Perseroan harus

mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan kesusilaan. Pertama

yang patut dikemukakan pasal ini pada pokoknya merupakan suatu konsekuensi logis

dari pemikiran teoritis bahwa pendirian Perseroan Terbatas didasarkan pada

perjanjian dan sebagai hasil implementasi dari perjanjian. Oleh karena itu segala

sesuatunya dan dalam hal ini menyangkut maksud, tujuan serta kegiatan usaha

perseroan tidak boleh bertentangan dengan ketiga batasan sebagaimana diatur dalam

Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata itu.

Page 38: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

29

Perlu pula dikemukakan bahwa untuk melakukan kegiatan usaha merupakan

kewajiban bagi Perseroan Terbatas. Kewajiban melaksanakan kegiatan usaha yang

dibebankan oleh Pasal 2 UUPT disamping karena dirumuskan dengan kata “harus”

sebagai pernyataan perintah yang terdapat dalam pasal itu sendiri, keharusan

melaksanakannya juga dikaitkan kewajiban mengisi format isian untuk memperoleh

Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan (Pasal 9 ayat (1)

Apabila tidak melaksanakan pasal ini maka berlakulah Pasal 10 ayat (4) dimana

sebagai sanksinya Menteri langsung memberitahukan penolakan pengesahan. Secara

ringkas dapatlah diuraikan mengingat Perseroan Terbatas juga merupakan wahana

bisnis, maka melaksanakan kegiatan usaha merupakan aktivitas yang pokok dan

mutlak sifatnya.

Berkaitan uraian mengenai dengan modal perseroan di atas perlu dijelaskan

pengertian tersebut murni merupakan pengertian yuridis tidak ada hubungannya

dengan pengertian ekonomi dan perihal modal perseroan itu praktis selalu

dicantumkan dalam anggaran dasar.8 Pendapat ini semakin relevan karena dalam

UUPT memang telah ditentukan kewajiban untuk mencantum jumlah modal dasar,

modal ditempatkan, dan modal disetor (Pasal 9 ayat 1 huruf d). Apabila ketentuan ini

tidak dipenuhi, maka Menteri dapat melakukan penolakan (Pasal 10 ayat 4). Dari

ketentuan Pasal 31 ayat (1) dapat diketahui modal perseroan terdiri atas seluruh nilai

8 Rudhi Prasetya, 1996, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Citra Aditya Bakti,

Bandung,h. 180.

Page 39: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

30

nominal saham. Ketentuan ini sejalan dengan pendapat bahwa modal Perseroan

Terbatas itu selalu dibagi ke dalam saham-saham.9 Modal perseroan yang kemudian

dibagi ke dalam saham-saham tersebut adalah modal dasar sesuai dengan klasifikasi

saham menurut UUPT.

Sehubungan hal diatas dengan klasifikasi saham, Pasal 48 ayat (1) UUPT

menentukan, saham Perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. Dalam Penjelasan

pasal ini dinyatakan, yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah Perseroan hanya

diperkenankan mengeluarkan saham atas nama pemiliknya dan Perseroan tidak boleh

mengeluarkan saham atas tunjuk. Sedangkan Pasal 53 ayat (1) UUPT menentukan,

anggaran dasar menetapkan 1(satu) klasifikasi saham atau lebih. Pengertian yang

terkandung dalam ketentuan-ketentuan UUPT tersebut menunjukkan seluruh saham

yang dikeluarkan Perseroan merupakan saham atas nama, tidak ada jenis saham

lainya yang boleh dikeluarkan. Jadi setiap saham yang dikeluarkan Perseroan itu

menurut UUPT sebenarnya sama jenisnya dan hanya berbeda klasifikasinya seperti

yang ditentukan dalam Pasal 53 ayat (4) UUPT antara lain:

a. Selanjutnya berdasarkan Pasal 48 ayat (1), Pasal 53 ayat (1) dan ayat (4),

Perseroan hanya diperkenankan mengeluarkan saham atas nama saham dengan

hak suara atau tanpa hak suara

b. Saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota Direksi dan/atau anggota

Dewan Komisaris

c. Saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau ditukar dengan

klasifikasi saham lain

d. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen

lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian dividen secara

kumulatif atau nonkumulatif

9 Nindyo Pramono, 2006, Bunga Rampai Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 133.

Page 40: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

31

e. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima lebih

dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan

Perseroan dalam likuidasi.

Dengan satu klasifikasi atau lebih, dimana menurut Penjelasan Pasal 53 ayat

(4), klasifikasi saham tidak berdiri sendiri tetapi dapat merupakan gabungan dua atau

lebih klasifikasi. Uraian tersebut di atas memperlihatkan kedudukan modal dalam

perseroan dan sehubungan dengan pentingnya peranan modal disetor dalam

menunjang operasional Perseroan, maka permasalahan mengenai penyetoran atas

modal saham Perseroan perlu pula diuraikan secara garis besarnya. Mengenai

penyetoran atas modal saham Perseroan, Pasal 34 UUPT menentukan:

a. Penyetoran atas modal saham dapat dilakukan dalam bentuk uang atau dalam

bentuk lainnya,

b. Dalam hal penyetoran modal saham dilakukan dalam bentuk lain sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), penilaian setoran modal saham ditentukan berdasarkan

nilai wajar yang ditetapkan sesuai dengan harga pasar atau oleh ahli yang tidak

terafiliasi dengan Perseroan,

c. Penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak harus diumumkan dalam

1(satu) Surat Kabar atau lebih, dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah

akta pendirian ditandatangani atau setelah RUPS memutuskan penyetoran saham

tersebut.

Pasal 34 tersebut sebenarnya mengandung makna yang sangat luas dan

memberikan kesempatan yang luas pula kepada semua pihak yang berkeinginan

menanamkan modal melalui pemilikan saham Perseroan. Dalam hal ini Pasal 34 itu

memperbolehkan penyetoran atas modal saham perseroan tidak hanya dalam bentuk

uang, tetapi juga dalam bentuk lainnya yang penilaiannya berdasarkan harga wajar

sesuai harga pasar atau penilaian ahli yang independen.

Page 41: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

32

Uraian di atas mengenai unsur modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam

saham tersebut pada satu sisi memberikan makna bahwa dibaginya modal dasar

kedalam saham sebenarnya dimaksudkan untuk memberikan kesempatan yang luas

kepada khalayak khususnya investor yang berminat menanamkan modal dengan jalan

memiliki saham baik melalui partisipasi langsung ketika Perseroan Terbatas didirikan

maupun bursa efek.

Pada sisi lainnya, pembagian kedalam saham juga dimaksudkan seperti

diungkapkan oleh Mas Soebagio pada pokoknya adalah untuk mengetahui dan dapat

mengukur besarnya tanggungjawab dalam arti hak dan kewajiban setiap pemegang

saham dalam hubungannya dengan Perseroan Terbatas. Berdasarkan uraian tersebut

diatas jelaslah bahwa Perseroan Terbatas merupakan perjanjian-perjanjian dan berarti

tunduk pada Asas Kebebasan berkontrak.10

Di dalam asas tersebut yang dijelaskan di atas terkandung suatu pandangan

bahwa orang bebas melakukan atau tidak melakukan perjanjian, bebas dengan siapa

yang mengadakan perjanjian, bebas tentang apa yang diperjanjikan dan bebas untuk

menetapkan syarat-syarat perjanjian. Asas kebebasan berkontrak perlu didampingi

oleh asas yang lainnya yaitu asas yang menghendaki jaminan keseimbangan dan

kepantasan menurut hukum. Asas-asas ini dapat dijumpai di dalam undang-undang,

kepatutan dan ketertiban umum atau public policy dalam konsep Anglo-Amerikan.11

Pendapat di atas pada pokoknya mengemukakan setiap perjanjian haruslah

mengandung kepantasan dan kepantasan itu sendiri dapat dijumpai dalam undang-

10

Mas Soebagio, 1976, Permasalahan Dalam Bidang Hukum Pidana, Perdata & Dagang,

Alumni, Bandung, h. 135.

11

Peter Mahmud Marzuki, 2003, Batas-Batas Kebebasan Berkontrak dalam : Yuridika Vol

18, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, h. 219.

Page 42: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

33

undang baik secara implisit maupun eksplisit. Oleh karena itu ditentukanlah bahwa

Perseroan Terbatas harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-

undang. Disamping itu pendapatan tersebut juga menyiratkan tentang pentingnya

kedudukan Undang-undang dalam hubungannya dengan perjanjian. Sehubungan

dengan sub bahasan ini sebenarnya terdapat dua istilah yaitu kewenangan dan

kompetensi.

Secara garis besar kedua istilah di atas memiliki pengertian yang hampir sama,

akan tetapi istilah kewenangan itu sendiri pada pokoknya merupakan suatu istilah

yang biasanya dipergunakan dalam Hukum Administrasi Negara. Hal ini dapat

disimak antara lain dari sebuah artikel yang disusun oleh Yosran yakni Pengertian

kewenangan adalah Sumber-sumber kewenangan terdiri atas :12

a. ATRIBUSI, yaitu Pemberian kewenangan pada badan atau lembaga/ pejabat

negara tertentu baik oleh pembentuk Undang-Undang Dasar maupun pembentuk

Undang-Undang. Sebagai contoh : Atribusi kekuasaan Presiden dan DPR untuk

membentuk Undang-Undang.

b. DELEGASI, yaitu Penyerahan atau Pelimpahan kewenangan dari badan

/lembaga pejabat tata usaha negara kepada Badan atau Lembaga pejabat tata

usaha negara lain dengan konsekwensi tanggung jawab beralih pada penerima

delegasi. Sebagai contoh : Pelaksanaan persetujuan DPRD tentang pengajuan

calon wakil kepala daerah.

c. MANDAT, yaitu Pelimpahan kewenangan dengan tanggung jawab masih

dipegang oleh sipemberi mandat. Sebagai contoh : tanggungjawab membuat

keputusan-keputusan oleh menteri dimandatkan kepada bawahannya.

Istilah kewenangan dapat dikatakan sudah menjadi bagian dari dalam hukum

administrasi negara, tampak pula istilah itu tidak ada relevansinya dengan topik

12

Yosran,2008,Teknik Pembuatan Keputusan Tata Usaha, http://ptunpdg.blogspot.com,

h,1,15/09/2013,08:45 WIB.

Page 43: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

34

bahasan tesis ini. Sementara itu istilah kompetensi dapat dijumpai penerapannya

dalam Hukum Acara Perdata meliputi absolute kompetentie dan relatief

kompetentie.13

Absolute kompetentie atau kekuasaan mutlak menyangkut pembagian

kekuasaan antar badan-badan peradilan dilihat dari macamnya pengadilan

menyangkut pemberian kekuasaan untuk mengadili sedangkan relatief kompetentie

atau kekuasaan relatif menyangkut batas wilayah dari satu macam pengadilan.14

Di samping itu istilah kompetensi atau competency dipergunakan baik dalam

hukum pembuktian yang menunjukkan kesempurnaan alat bukti dan dalam hukum

kontrak. Dalam bidang hukum ini, kompetensi pada pokoknya mengandung

pengertian bahwa suatu perjanjian dibuat oleh para pihak yang tidak memiliki cacat

mental atau tidak memiliki kapasitas.

B. Eksistensi Organ-Organ Perseroan Terbatas.

Mengingat Perseroan Terbatas itu merupakan suatu badan yang diwajibkan

melaksanakan kegiatan usaha, dimana sejak mulai tahap perancangan, pendirian,

operasional, bahkan sampai dengan tahap Perseroan Terbatas itu berakhir jangka

waktu pendiriannya atau mengalami kepailitan atau likuidasi, maka sudah tentu

banyak sekali orang atau pun pihak yang turut berpartisipasi baik langsung maupun

tidak langsung dalam mewujudkan tahap-tahap tersebut. Untuk mengetahui orang

atau pihak mana yang merupakan organ Perseroan Terbatas sangat perlu dilakukan

13

R. Wirjono Prodjodikoro, 1980, Hukum Acara Perdata Di Indonesia, Sumur

Bandung,Bandung, h. 39.

14

Moh. Taufik Makarao, 2004, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata, Rineka Cipta, Jakarta,

h. 19.

Page 44: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

35

identifikasi terlebih dahulu. Identifikasi pertama-tama dilakukan terhadap istilah

corporate constituent dilanjutkan dengan stakeholder dengan menggunakan kriteria

organ sebagai tolok ukur.

Organ menduduki peranan yang sangat penting dan berkaitan dengan kedudukan

organ dalam perseroan tersebut. Pentingnya kedudukan itu dapat diuarikan pertama

dari pendapat mengenai kedudukan mandiri Perseroan Terbatas dan yang

dimaksudkan itu adalah Bahwa Perseroan Terbatas dalam hukum dipandang berdiri

sendiri otonom terlepas dari orang perorangan yang berada dalam Perseroan Terbatas

tersebut.

Disatu pihak Perseroan Terbatas merupakan wadah yang menghimpun orang-

orang yang mengadakan kerjasama dalam Perseroan Terbatas, namun di lain pihak

segala perbuatan yang dilakukan dalam rangka kerja sama dalam Perseroan Terbatas

itu oleh hukum dipandang semata-mata sebagai perbuatan badan itu sendiri. Karena

itu konsekuensinya, keuntungan yang diperoleh, dipandang sebagai hak dan harta

kekayaan badan itu sendiri. Demikian pula sebaliknya bila terjadi suatu utang atau

kerugian dianggap sebagai beban Perseroan Terbatas sendiri yang dibayarkan dari

harta kekayaan Perseroan Terbatas. semata-mata. Sementara perorangan yang ada

dianggap lepas eksistensinya dari Perseroan Terbatas itu.15

Eksistensi organ-organ dalam suatu badan hukum merupakan sesuatu yang

sangat signifikan. Tanpa adanya organ-organ, suatu badan hukum itu tidak akan

15

Rudhi Prasetya, 1996, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Citra Aditya Bakti,

Bandung,h.9.

Page 45: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

36

fungsional dan operasional. Organ-organ itulah yang membuat badan hukum yang

bersangkutan menjadi dinamis sehingga dengan demikian dapat dikatakan organ

tersebut terutama Direksi dalam struktur korporasi merupakan wakil yang

melaksanakan kehendak yang ada dalam badan hukum.

Struktur korporasi pada pokoknya menekankan pada aspek struktur yang

merupakan satuan kerja yang secara artifisial termuat atau tersusun dalam bagian-

bagian yang dirancang untuk bekerjasama dalam korporasi itu sendiri. Satuan kerja

atau bagian-bagian yang bekerjasama dalam perseroan adalah organ-organ. Dengan

demikian struktur korporasi sebenarnya terdiri dari organ-organ, akan tetapi dalam

kaitan ini persoalannya, organ-organ apa saja yang dapat dimasukan ke dalam

struktur korporasi. Sistem common law dan civil law ternyata tidak secara seragam

mengatur mengenai struktur tersebut.

Cornelius dan Natalie Mulia yang mengutip Piarlie Koh dan Victor Yeo pada

intinya mengemukakan hukum korporasi menurut sistem common law seperti yang

dianut oleh Singapura menganut single-tier management structure dimana

manajemen perseroan di bawah kontrol penuh dari Direksi. Dalam hal ini ditegaskan

pula, Sistem common law tersebut tidak mengenal lembaga Dewan Komisaris.16

C. Kompetensi Perseroan Terbatas

1. Rapat Umum Pemegang Saham(RUPS)

Pasal 1 angka 4 UUPT menentukan bahwa Rapat Umum Pemegang Saham yang

selanjutnya disebut RUPS adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang

tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan

16

Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia, 2009, Organ Perseroan Terbatas, Sinar

Grafika,Jakarta, h. 1.

Page 46: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

37

dalam Undang-undang ini dan/atau anggaran dasar. Pasal tersebut menentukan

pengertian RUPS itu sendiri dan apabila dibandingkan ternyata rumusan

pengertiannya berbeda dengan yang ditentukan dalam Pasal 1 angka 3 UU. No. 1

Tahun 1995 atau UUPT lama yang menentukan bahwa Rapat Umum Pemegang

Saham yang selanjutnya disebut RUPS adalah organ perseroan yang memegang

kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak

diserahkan kepada Direksi atau Komisaris.

Dari rumusan pada UUPT lama tampak dengan jelas undang-undang

menempatkan RUPS sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan.

Sedangkan dalam rumusan UUPT yang baru hal tersebut tidak kelihatan. UUPT

tampak lebih menekankan perbedaan wewenang yang dimiliki RUPS dengan

wewenang organ-organ lainnya.

Penekanan di atas tidaklah mengurangi kedudukan RUPS sebagai pemegang

kekuasaan tertinggi. Kedudukan ini menjadi nyata karena UUPT juga menentukan

pada pokoknya kekuasaan RUPS hanya dapat dibatasi oleh undang-undang Perseroan

Terbatas dan anggaran dasar Perseroan Terbatas yang bersangkutan. Penelusuran

terhadap UUPT pun menunjukkan kompetensi RUPS memiliki ruang lingkup yang

luas. Dari hasil identifikasi terdapat sebanyak 34 pasal UUPT yang menentukan

mengenai kompetensi RUPS.

Page 47: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

38

2. Direksi

Seperti halnya RUPS, maka pengertian mengenai Direksi juga dituangkan

dalam UUPT. Pengertian tersebut diatur dalam Pasal 1 angka 5 yang menentukan

Direksi adalah organ Perseroan yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas

pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan

tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik didalam maupun di luar pengadilan

sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

Dari pengertian di atas tercermin beberapa hal penting antara lain penegasan

yang mendasar seperti halnya terhadap RUPS maka Direksi pun juga dinyatakan

merupakan organ perseroan, Direksi memiliki tanggungjawab penuh atas pengurusan

perseroan, dan memiliki kewenangan mewakili perseroan.

Ketentuan bahwa direksi sebagai agen dari perseroan ini sejalan dengan yang

berlaku dalam sistem hukum common law. Selain direksi, karyawan (officer) atau

orang lain juga dapat mewakili perseroan. Sehubungan dengan itu, undang-undang

membatasi dengan ketentuan bahwa karyawan dapat mewakili perseroan dengan

dibuatkannya kuasa tertulis dari direksi kepada salah satu karyawan perseroan atau

lebih atau orang lain untuk dan atas nama perseroan melakukan perbuatan hukum

tertentu. Dalam hal ini, direksi bertindak selaku pimpinan dari karyawan atau orang

lain yang diberika kuasa.17

Sehubungan dengan ketentuan-ketentuan yang mengatur direksi sebagai agen

dari perseroan, undang-undang No. 40 Tahun 2007 tidak mengatur lebih lanjut.

Secara umum, kewenangan direksi untuk memberikan kuasa atau mewakilkan

17

Frans Satrio Wicaksono, 2009, Tanggungjawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris

Perseroan Terbatas Jakarta: Visimedia.h.121.

Page 48: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

39

tugasnya tersebut tersebut diatur dalam anggaran dasar perseroan, seperti pemberian

kuasa untuk tugas-tugas mengenai pengangkatan dan pemberhentian pegawai,

pemberian penghargaan, atau pengenaan sanksi.

Direksi tidak diperbolehkan melakukan hal-hal dengan atas nama perseroan

atau menggunakan perseroan yang bertujuan bukan untuk kepentingan perseroan atau

bertentangan dengan tujuan perseroan. Direksi tidak boleh mengedepankan

kepentingan pribadi atau pihak luar perseroan. Direksi tidak dapat melakukan

tindakan yang sekalipun untuk kepentingan perseroan sebagaimana tentukan dalam

anggaran dasarnya. Misalnya, suatu perseroan yang di dalam anggaran dasarnya

ditentukan bertujuan untuk melakukan kegiatan jasa pengerah tenaga kerja, tetapi

direksi melakukan kegiatan import. Sekalipun kegiatan tersebut yang dilakukan

direksi sangat menguntungkan perseroan, tetapi direksi dianggap melanggar

ketentuan perundang-undangan.18

Direksi yang pada dasarnya merupakan badan eksekutif atau manajer

perusahaan atau pelaksana kegiatan usaha agar perseroan dapat mewujudkan maksud

dan tujuannya memiliki kewajiban dan tanggungjawab dengan ruang lingkup yang

luas, dan dalam melaksanakan kewajibannya itu Direksi menjunjung prinsip

fiduciaries duties dimana pada pokoknya Direksi memegang sesuatu kepercayaan

kepengurusan untuk kepentingan perseroan.19

18

Frans Satrio Wicaksono, 2009, Tanggungjawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris

Perseroan Terbatas Jakarta: Visimedia.h.128.

19

Munir Fuady, 2002, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law dan Eksistensinya

Dalam Hukum Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,h. 33.

Page 49: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

40

Sebagai manajer perusahaan, Direksi memiliki dua kewajiban pokok terhadap

perseroan yaitu Duty of Care dan Duty of Loyalty. Kewajiban yang pertama

menekankan standar minimal perhatian dan kebijaksanaan. Duty of care menentukan

standar-standar penilaian terhadap kememadaian dari keputusan-keputusan korporasi.

Kewajiban yang kedua menekankan keberpihakan terhadap perseroan bilamana

Direksi sebagai pemegang kepercayaan perseroan melakukan suatu transaksi yang

bertentangan dengan kepentingan perseroan. Intinya, Direksi dalam melaksanakan

fungsi kepengurusannya haruslah selalu mengutamakan kepentingan perseroan dari

pada kepentingan-kepentingan yang lainnya.20

Direksi perseroan merupakan pihak atau organ yang dapat dipercaya dan layak

untuk diberikan kewenangan mewakili. Dari uraian tersebut timbul persoalan

berkaitan dengan ruang lingkup kewenangan yang dapat diberikan kepada Direksi

perseroan, dan untuk ini Pasal 98 ayat (3) UUPT menentukan bahwa Kewenangan

Direksi untuk mewakili Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tidak

terbatas dan tidak bersyarat, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang tersebut,

anggaran dasar, atau keputusan RUPS.

Penjelasan di atas mengingat mewakili pada intinya juga merupakan

representasi, maka salah satu dari ruang lingkup kewenangan mewakili yang

dinyatakan tidak terbatas itu adalah kewenangan membuat atau mengikatkan

20

Munir Fuady, 2002, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law dan Eksistensinya

Dalam Hukum Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,h. 34.

Page 50: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

41

perseroan dalam kontrak (to enter into a contract), dan mempertanggungjawabkan

pelaksanaan dan segala akibat hukum yang ditimbulkannya.

3. Dewan Komisaris

Pengertian Dewan Komisaris dapat diketahui dari Pasal 1 angka 6 UUPT yang

menentukan bahwa Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas

melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar

serta memberi nasehat kepada Direksi. Berbeda halnya dengan negara-negara dengan

sistem common law yang Hukum Perseroannya menganut single-tier management

structure dimana eksistensi Dewan Komisaris sebagai organ bersifat relatif bahkan

tidak ada, maka Hukum Perseroan Indonesia seperti tertuang dalam UUPT, eksistensi

Dewan Komisaris dalam Perseroan baik dari aspek organisasional maupun fungsional

merupakan suatu kewajiban.21

Adanya Dewan Komisaris sebagai salah satu organ dalam struktur organisasi

Perseroan tersebut, maka dapatlah dikemukakan bahwa UUPT pada dasarnya

menuruti pola organisasi yang terdapat dalam suatu tatanan yang disebut dengan the

two-tier management system yang diterapkan dalam Hukum Perseroan pada negara-

negara yang menganut sistem civil law pada umumnya.

Bila dikaji dari aspek fungsionalnya dapat dikemukakan kedua sistem tersebut

sebenarnya sama-sama memandang penting dewan tersebut, akan tetapi hanya the

two-tier management system yang menempatkan sebagai salah satu organ perseroan

21

Munir Fuady, 2002, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law dan Eksistensinya

Dalam Hukum Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,h. 78.

Page 51: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

42

dan sehubungan dengan adanya Dewan Komisaris perlu dikaji lebih jauh lagi

mengenai apa maksud dan tujuan dari keberadaan organ tersebut dalam Perseroan.

Dalam hal ini baik The single-tier management structure maupun the two-tier

management system tidak menjelaskan persoalan itu.

A.Partomuan Pohan pada pokoknya mengemukakan persoalan tersebut dapat

dijelaskan menurut paham “het Contractuele Standpunt” yang dianut antara lain oleh

Molengraaf, Starbusmaan, Van Der Hayden yang berpendapat bahwa Perseroan

Terbatas adalah persetujuan diantara para pendiri yang termasuk dalam ruang lingkup

Buku III. BW dan Perseroan Terbatas adalah suatu bentuk khusus dari Maatschap.

Sedangkan RUPS adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam Perseroan Terbatas,

wewenang organ-organ lainnya dari perseroan dianggap bersumber dari RUPS.

Pengurus dianggap sebagai yang mendapat mandat dari RUPS, sedang Dewan

Komisaris dianggap melakukan pengawasan atas Direksi selaku mewakili atau atas

nama pemegang saham.22

Pandangan di atas sebenarnya hanya mengandung relevansi ketika pengaturan

mengenai Perseroan Terbatas masih bertumpu pada Kitab Undang-undang Hukum

Dagang (KUHD) yang memberi kedudukan yang sangat istimewa kepada pemegang

saham. Sedangkan apabila bertumpu pada UUPT, maka pandanga tersebut sudah

tidak relevan lagi, karena Penjelasan atas Pasal 108 ayat (2) sudah menegaskan,

pengawasan oleh Dewan Komisaris dilakukan untuk kepentingan Perseroan secara

menyeluruh dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.

Eksistensi Organ Dewan Komisaris dalam struktur organisasi Perseroan di

Indonesia sebagai kewajiban dapat disimak dari Pasal 15 ayat (1) huruf “f” yang pada

pokoknya menentukan, Anggaran dasar memuat sekurang-kurangnya nama jabatan

22

A.Partomuan Pohan, 1990, Alokasi Wewenang & Kewajiban Antara Dewan Komisaris,

Direksi Dan Pemegang Saham, dalam : Beberapa Permasalahan Hukum Di Sekitar Penanaman Modal,

Pusat Pengkajian Hukum bekerjasama dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal, Jakarta, h. 30.

Page 52: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

43

dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris, dan Pasal 108 sampai dengan

Pasal 121 UUPT mengenai tugas-tugas Dewan Komisaris pada umumnya. Dengan

adanya kewajiban berdasarkan undang-undang tersebut maka keberadaan organ itu

semakin kuat sehingga harus dilaksanakan dalam setiap pendirian Perseroan. Fungsi

Dewan Komisaris dapat disimak dari Pasal 1 angka 6 UUPT dimana ditentukan organ

tersebut menjalan fungsi pengawasan baik umum maupun khusus dan fungsi

memberi nasehat. Mengenai rincian terhadap fungsi pengawasan dan pemberian

nasehat tersebut, UUPT tidak mengaturnya.

Berbeda halnya dengan kompetensi Dewan Komisaris, dimana dalam hal ini

UUPT mencantumkan pengaturan yang tegas seperti Pasal 117 ayat (1) yang

menentukan, Dalam anggaran dasar dapat ditetapkan pemberian wewenang kepada

Dewan Komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam

melakukan perbuatan hukum tertentu, dan Pasal 118 ayat (1), bahwa berdasarkan

anggaran dasar atau keputusan RUPS, Dewan Komisaris dapat melakukan tindakan

pengurusan Perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu.

Page 53: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

44

BAB III

HAK PIHAK INVESTOR ATAS PERLINDUNGAN HUKUM AKIBAT

TINDAKAN DIREKSI ULTRA VIRES

A. Pengertian dan Perkembangan serta Pengaturan Ultra vires

1. Pengetian Ultra Vires

Istilah ultra vires sebenarnya secara etimologis berasal dari Bahasa Latin. Secara

harfiah Ultra berarti sesuatu yang sangat besar dan melampaui ukuran yang

semestinya, dan vires berarti tindakan. Dengan demikian ultra vires dapat diartikan

sebagai tindakan yang melampaui ukuran yang telah ditetapkan. Dalam hubungan ini

perlu ditegaskan bahwa yang telah diuraikan tadi merupakan pengertian ultra vires

pada umumnya. Ultra vires ternyata dikenal baik dalam Hukum Tata Negara maupun

Hukum Administrasi Negara.1

Hukum Tata Negara kewenangan itu pada pokoknya menyangkut hubungan

antara negara dengan pemerintahnya yang diatur konstitusi. Apabila melampaui

konstitusi maka pemerintah federal, provinsi atau negara bagian dapat dinyatakan

telah melakukan ultra vires. Sementara itu Hukum Administrasi Negara memiliki

pandangan yang lebih beragam. Bidang hukum ini mengenal ultra vires dalam

pengertian sempit dan luas. Dalam pengertian sempit, ultra vires terjadi bilaman

1Munir Fuady, 2002, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law dan Eksistensinya

Dalam Hukum Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,h.110.

Page 54: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

45

pejabat tidak memiliki kewenangan untuk membuat keputusan atau membuat

keputusan dengan prosedur yang cacat.2

Pengertian ultra vires yang luas berlaku apabila terdapat penyalahgunaan

wewenang. Dalam Hukum Perseroan baik yang berorientasi pada sistem common law

maupun yang menganut sistem civil law, wewenang atau kompetensi juga dikenal

dan diterapkan. Namun demikian menemukan uraian pengertian ultra vires dalam

perangkat sistem civil law termasuk dalam UUPT sangatlah sulit bahkan tidak

ditentukan sama sekali. Oleh karena itu uraian mengenai pengertian ultra vires lebih

banyak bertumpu pada sumber-sumber yang mengacu pada sistem common law.3

Dari perspektif Hukum Perseroan pada pokoknya terdapat berbagai pengertian dan

penjelasan yang diberikan bahwa ultra vires adalah sebagai berikut:

Ultra vires menggambarkan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh suatu

korporasi dimana tindakan-tindakan tersebut bersifat melampaui ruang lingkup

kewenangan yang telah ditetapkan dalam anggaran dasarnya atau dalam suatu

ketentuan anggaran rumah tangganya.4

Munir Fuady yang mengutip Stephen H. Gifis mengemukakan terminologi

“ultra vires” dipakai khususnya terhadap tindakan perseroan yang melebihi

kekuasaannya sebagaimana diberikan oleh anggaran dasarnya atau oleh

peraturan yang melandasi pembentukan perseroan tersebut.5

Pandangan-pandangan di atas pada dasarnya mengandung makna, bahwa

perseroan sebagai badan hukum memiliki kompetensi untuk bertindak. Berhubung

2 Wikipedia, the free encyclopedia, http://en.wikipedia.org. hal. 2, 3, 20/09/2013 8:45 WIB.

3 Frans Satrio Wicaksono, 2009, Tanggungjawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris

Perseroan Terbatas Jakarta: Visimedia.h.127..

4 Wikipedia, the free encyclopedia, http://en.wikipedia.org. hal. 2, 3, 20/09/2013 9:00 WIB.

5 Munir Fuady, 2002, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law dan Eksistensinya

Dalam Hukum Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,h.110.

Page 55: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

46

karena perseroan tidak dapat melakukan tindakan sendiri maka dibutuhkan Direksi

sebagai wakil perseroan yang mewujudkan tindakan-tindakan itu. Tindakan-tindakan

yang dilakukan oleh perseroan melalui Direksinya haruslah memperoleh persetujuan

atau termasuk dalam ruang lingkup tindakan-tindakan yang diatur dalam ketentuan-

ketentuan mengenai tujuan perseroan. Apabila tidak sesuai atau tidak tercantum

dalam ketentuan-ketentuan tersebut, maka terjadilah ultra vires atau tindakan yang

melampaui kompetensi.

Berdasarkan penelusuran di atas, maka dapatlah dikemukakan, ultra vires pada

intinya merupakan ajaran tentang penyelesaian akibat tindakan-tindakan yang

melampaui kewenangan yang telah diberikan baik yang dilakukan oleh perseroan.

Dasar pertimbangannya, perseroan dapat diberikan dan memiliki kewenangan atau

kompetensi mengandung pengertian bahwa perseroan itu dapat pula melakukan

tindakan yang melampaui kewenangan. Oleh karena itu subyek hukum tersebut dapat

ditundukkan pada doktrin ultra vires, dan sesuai dengan topik bahasan, maka dalam

tulisan ini uraian mengenai ultra vires secara khusus ditujukan pada tindakan-

tindakan Direksi yang melampaui kewenangan perseroan.

bertumpu pada pengertiannya, Doktrin ultra vires,6 pada pokoknya dapat

diterapkan secara luas dan dari keluasan ruang lingkup tersebut dapatlah

diidentifikasi adanya tiga sifat tindakan ultra vires sebagai berikut:7

6 “ Doktrin ultra vires” adalah sebuah pemahaman dalam lingkup hukum perusahaan yang

mulanya berkembang di negara ”common Law”. Ultra vires adalah tindakan di luar batas kewenangan

yang tercantum dalam anggaran dasar perseroan bekenaan dengan maksud dan tujuan perseroan.

Page 56: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

47

a. Tindakan ultra vires yang bersifat melampaui atau eksesif Tindakan ultra vires yang bersifat eksesif mengandung pengertian bahwa

tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh perseroan melalui Direksi

merupakan aktivitas yang melampaui kewenangan atau kompetensi yang telah

ditetapkan dalam anggaran dasar perseroan yang bersangkutan. Dalam hal ini

tindakan Direksi melebihi batas-batas kompetensi yang diberikan.

b. Tindakan ultra vires yang bersifat tidak beraturan atau iregularitas

Tindakan ultra vires yang bersifat iregularitas lebih menunjukkan pelaksanaan

kegiatan perseroan yang tidak teratur. Dalam hal ini perseroan pada dasarnya

memiliki kompetensi untuk melaksanakan berbagai macam kegiatan, akan tetapi

perseroan melaksanakannya secara tidak beraturan atau tidak konsisten dan

cendrung spekulatif.

c. Tindakan ultra vires yang bersifat bertentangan atau konflik Kedua sifat tindakan ultra vires seperti yang telah diuraikan di atas

menggunakan anggaran dasar sebagai acuan, apakah melampaui atau tidak

konsisten dengan anggaran dasar tersebut. Sedangkan untuk tindakan ultra vires

yang bersifat bertentangan atau konflik, di samping anggaran dasar juga

menggunakan peraturan hukum dan ketertiban umum sebagai acuan.

2. Perkembangan Doktrin Ultra Vires

Perkembangan doktrin mengenai ultra vires berdasarkan perspektif hukum pada

umumnya terdapat tiga aspek pokok yang perlu mendapatkan perhatian yakni

pertama, sejak kapan ultra vires dikenal dalam perseroan, kedua, bagaimana

perkembangannya, dan ketiga bagaimana pengaruhnya.

Aspek pertama yang disebutkan di atas sebenarnya sangat sulit diuraikan karena

tidak dijumpai adanya sumber bahan hukum yang menyebutkan secara pasti sejak

kapan Hukum Perseroan mengenal Doktrin ultra vires. Namun demikian tidaklah

berarti aspek tersebut tidak dapat ditelusuri sama sekali.

7 Munir Fuady, 2002, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law dan Eksistensinya

Dalam Hukum Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,h.114-115.

Page 57: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

48

Sejarah doktrin ultra vires terdapat pandangan pada pokoknya yaitu pada awal

diakuinya suatu badan hukum sebagai badan dengan hak , kewajiban dan

tanggungjawab yang terpisah serta memiliki kekayaan yang terpisah pula dengan

pribadi dilandasi oleh berbagai dasar dan filosofi hukum. Akan tetapi, eksistensi

badan hukum dari perseroan terbatas diakui dengan sangat was-was oleh hukum salah

satu cara menjaga agar perseroan tidak menyimpang dari misinya semula, sehingga

selalu dapat diawasi adalah dengan membatasi dan mengawasi secara ketat

kewenangan-kewenangannya dalam melaksanakan kegiatan suatu perseroan tidak

diperkenankan ke luar dari kewenangan yang sudah ditetapkan dari latar belakang

filosofi seperti inilah kemudian muncul dan berkembang doktrin hukum yang disebut

dengan ultra vires itu.8

Pandangan di atas mengandung makna bahwa pemberian kewenangan atau

kompetensi terhadap perseroan sebagai badan hukum tidaklah bersifat tunggal dalam

pengertian yang diberikan itu tidak hanya kewenangan semata-mata, melainkan pula

diikuti dengan pembatasan-pembatasan terhadap kewenangan itu sendiri.

Sistem hukum dalam hal ini common law dalam upayanya mengatur akibat-

akibat hukum ultra vires tersebut ternyata menunjukkan sifat yang dinamis.

Kedinamisan ini pada akhirnya memperlihatkan perkembangan yang signifikan

mengenai cara pandang hukum dalam menyelesaikan akibat-akibat tindakan ultra

vires.

8 Munir Fuady, 2002, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law dan Eksistensinya

Dalam Hukum Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,h. 114-115.

Page 58: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

49

Doktrin ultra vires yang mengalami perkembangan atau yang disebut dengan

Konsep Tradisional Doktrin Ultra Vires pada pokoknya menganggap batal demi

hukum terhadap tindakan perseroan yang ultra vires.9 Ada pun alasannya adalah

karena perseroan tidak memiliki kewenangan untuk melakukan tidakan tersebut baik

menurut anggaran dasar maupun menurut hukum yang berlaku. Mengingat

konsekuensinya adalah batal demi hukum, maka tindakan ultra vires itu sama sekali

tidak dapat diratifikasi oleh pemegang saham. Dalam kondisi seperti itu, maka

Direksilah yang tetap dibebani tanggungjawab atas kerugian-kerugian yang timbul.

Sejalan dengan perubahan zaman, perkembangan pemahaman dan kebutuhan

akan keadilan bagi pihak-pihak yang terkait serta berkepentingan dengan tindakan

ultra vires, maka apa yang disebut dengan Konsep Tradisional Doktrin Ultra Vires

itu telah banyak mengalami modifikasi.

Apabila dikaji kembali Konsep Tradisional Doktrin Ultra Vires itu memang

tampak sangat kaku dimana dengan dinyatakannya suatu tindakan melampaui, tidak

beraturan dan bertentangan dengan anggaran dasar serta hukum yang berlaku, maka

dengan segera pula tindakan itu dapat dinyatakan sebagai ultra vires, dan sama sekali

tidak memberikan kesempatan baik kepada pemegang saham maupun terhadap

Direksi untuk merevisi dan membela diri. Dalam hal ini dirasakan tidak ada keadilan

bagi Direksi yang merupakan wakil perseroan itu. Adapun modifikasi atau

9 Munir Fuady, 2002, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law dan Eksistensinya

Dalam Hukum Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,h.125.

Page 59: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

50

perkembangan Doktrin Ultra Vires yang dimaksud di atas dapat dilihat dalam hal-hal

sebagai berikut : 10

a. Hak untuk Meratifikasi terdapatnya kasus yang memungkinkan diberikannya

hak untuk meratifikasi oleh pemegang saham terhadap tindakan yang tergolong

ultra vires tersebut. Meskipun secara tradisional, hak untuk meratifikasi tersebut

tidak dibenarkan.

b. Transaksi yang telah dieksekusi terhadap transaksi yang telah dieksekusi dengan

sempurna oleh kedua belah pihak tidak dapat lagi dibatalkan dengan alasan ultra

vires.

c. Peranan Jaksa di Negara-negara tertentu, Jaksa dapat memerintahkan perseroan

untuk menghentikan tindakan yang bersifat ultra vires atau bahkan meminta agar

perseroan dibubarkan.

d. Perbuatan melawan Hukum Perdata atau Pidana terhadap perbuatan melawan

hukum perdata atau pidana tidak dapat diajukan keberatan dengan jalan ultra

vires.

e. Tanggungjawabp ribadi tidak selamanya ultra vires mengakibatkan pembebanan

tanggungjawab pribadi dari Direksi atau petugas yang melakukan tindakan ultra

vires tersebut.

Dari uraian yang merupakan pengembangan Konsep Tradisional Doktrin Ultra

Vires menuju Doktrin Ultra Vires yang Modern itu terdapat suatu poin inti yang perlu

diberikan penjelasan tambahan. Poin yang dimaksudkan adalah Hak untuk

Meratifikasi.

Meratifikasi sebenarnya mengandung pengertian memberikan konfirmasi

terhadap tindakan yang telah dilakukan sebelumnya dalam hal ini oleh pihak pemberi

konfirmasi sendiri. Dengan demikian sehubungan dengan Doktrin ultra vires, maka

meratifikasi berarti memberikan pengakuan terhadap tindakan yang telah dilakukan

sebelumnya oleh Direksi.

10

Munir Fuady, 2002, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law dan Eksistensinya

Dalam Hukum Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,h.126.

Page 60: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

51

Meratifikasi pada pokoknya bertujuan menyatakan bahwa tindakan Direksi

tersebut sah, dan dengan adanya ratifikasi ini tanggungjawab atas tindakan itu dipikul

oleh perseroan. Ratifikasi tersebut diberikan oleh para pemegang saham melalui

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dalam RUPS seperti itu Direksi dapat

dihadirkan dan Direksi dapat memanfaatkan untuk memberikan penjelasan-

penjelasan yang perlu mengenai tindakan-tindakan yang telah dilakukannya.

Pada proses tersebut tampak perkembangan pemahaman mengenai Doktrin ultra

vires tersebut telah memberikan suatu keadilan kepada Direksi untuk hadir dan

memberi penjelasan. Dibandingkan dengan Konsep Tradisional Doktrin Ultra Vires

yang dengan segera dapat menyatakan bahwa tindakan Direksi adalah ultra vires

apabila melampaui kewenangan yang diberikan, maka adanya hak meratifikasi

menurut Doktrin Ultra Vires Modern.

Sebenarnya pada satu sisi merupakan suatu langkah maju yang progresif dan

menguntungkan Direksi, akan tetapi pada sisi lain menimbulkan persoalan yang sulit

dijelaskan. Adapun persoalan yang dimaksud pada pokoknya menyangkut tidak

ditentukannya kriteria mengenai tindakan Direksi yang bagaimana saja yang dapat

diratifikasi oleh pemegang saham. Apakah tindakan Direksi yang dalam

kenyataannya bertentangan dengan anggaran dasar perseroan juga dapat diratifikasi.

Solusi atas persoalan tersebut belum dijumpai dalam Doktrin Ultra Vires Modern. Di

samping memperkenalkan hak meratifikasi, Doktrin Ultra Vires Modern juga

Page 61: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

52

membawa perkembangan yang cukup monumental yaitu perlindungan pihak ketiga

(pihak luar perseroan) yang bertransaksi dengan perseroan.11

B. Prinsip Dasar Perlindungan Hukum

1. Pengaturan Ultra Vires Dalam Hukum Perseroan Dan Dasar Perlindungan

Hukum Terhadap Pihak Investor.

Sebelum menguraikan mengenai dasar perlindungan hukum terhadap pihak

ketiga yang dirugikan akibat perjanjian yang dibuat karena tindakan ultra vires, maka

terlebih dahulu diuraikan dasar penerimaan doktrin tersebut dalam sistem hukum

Indonesia. Penerimaan yang dimaksud dapat dilihat dari aspek pengaturannya dalam

hukum perseroan.

Sebagaimana telah dikemukakan, Doktrin Ultra Vires itu berasal dari sistem

Common Law yang pada awalnya berkembang di Inggris. Namun demikian secara

bertahap doktrin tersebut pada akhirnya diterima dan diterapkan di berbagai negara

seperti Prancis dan negara-negara Eropa lainnya, Amerika Serikat, Australia, dan

lain-lain.

Bagaimana halnya dengan Indonesia yang sampai saat ini sudah memperbarui

sistem hukum perseroannya secara berturut-turut dengan Undang-undang Nomor 1

Tahun 1995 dan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Untuk mengetahui apakah di Indonesia juga berlaku atau diterapkan Doktrin Ultra

Vires yang berasal dari sistem common law itu, maka terlebih dahulu haruslah

11

Munir Fuady, 2002, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law dan Eksistensinya

Dalam Hukum Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,h.127.

Page 62: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

53

diketahui apakah Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(UUPT) mengatur dalam pengertian menerima doktrin tersebut.

Berdasarkan penelusuran terhadap Undang-undang Nomor 40 Tahun

2007(UUPT) yang merupakan hukum perseroan positif di Indonesia, ternyata dalam

undang-undang tersebut tidak dijumpai satu ketentuan pun yang mengatur secara

tegas mengenai ultra vires terutama dari segi konsep atau peristilahannya. Namun

demikian hal tersebut tidaklah mengandung pengertian bahwa Indonesia tidak

menerima Doktrin Ultra Vires, semata-mata karena tidak dijumpai adanya aturan atau

norma dalam sistem hukumnya yang menentukannya secara tegas.

Suatu sistem hukum pada dasarnya tidaklah hanya terdiri dari komponen aturan

atau norma hukum berupa pasal-pasal yang bersifat eksplisit saja. Dalam kaitan

tersebut dimana sistem hukum perseroan juga terdiri dari perjanjian yang tertuang

dalam anggaran dasar dan pendapat-pendapat hukum yang relevan.

Munir Fuady dalam bukunya yang berjudul Doktrin- Doktrin Modern Dalam

Corporate Law & Eksistensinya Dalam Hukum Indonesia, yang masih mendasarkan

pendapatnya pada Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 1 Tahun 1995

mengemukakan bahwa secara prinsip, Doktrin Ultra Vires berlaku di Indonesia

dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Bahwa prinsip ultra vires ini sudah merupakan doktrin yang berlaku universal.

Bahkan di negeri Belanda sendiri, yang merupakan negara dari mana hukum

Indonesia berasal, juga memberlakukan Doktrin Ultra Vires ini.

b. Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 1 Tahun 1995 mengisyaratkan

berlakunya Doktrin Ultra Vires, yang antara lain menempatkan maksud dan

tujuan perseroan pada posisi yang penting. Konsekuensi logisnya adalah bahwa

pelanggaran terhadap maksud dan tujuan tersebut dapat menjadi masalah yang

serius.12

12

Munir Fuady, 2002, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law dan Eksistensinya

Dalam Hukum Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,h.147.

Page 63: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

54

Kendati pun masih mendasarkan pada Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995

yang sudah diganti dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007, pendapat tersebut

pada pokoknya merupakan pendapat yang relevan dan dapat diterima. Hal ini

disebabkan karena kedua undang-undang itu sama-sama memandang bahwa

mengenai maksud dan tujuan perseroan merupakan aspek yang sangat penting

sebagai penentu arah bagi jenis dan jumlah kegiatan perseroan yang harus ditentukan

secara tegas dalam undang-undang dan dituangkan dalam anggaran dasar secara tegas

pula.

Secara implisit UUPT mengakui dan menerima Doktrin Ultra Vires. Pengakuan

dan penerimaan ini tercermin dari adanya ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan

maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan. Sehubungan dengan ini dalam

UUPT terdapat sekitar 3 (tiga) kelompok ketentuan yang mengatur atau berkaitan

dengan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan sebagai berikut:

1. Pasal 2 tentang keharusan memiliki maksud dan tujuan serta kegiatan usaha,

2. Pasal 15 ayat (1) yang mewajibkan untuk menyatakan secara tegas maksud dan

tujuan serta kegiatan usaha perseroan dalam anggaran dasarnya,

3. Pasal 9, 10, 11, 19 sampai dengan Pasal 28 yang mencerminkan ketatnya

prosedur yang harus ditempuh apabila melakukan perubahan maksud dan tujuan

serta kegiatan usaha perseroan.

Dari pengertian dan pandangan di atas dapat diketahui bahwa fungsi-fungsi

anggaran dasar, disamping merupakan suatu wadah yang mengakomodasikan

berbagai ketentuan mendasar mengenai perseroan seperti nama, tempat kedudukan,

jangka waktu berdiri dan maksud serta tujuan pendiri, dalam hubungan ini anggaran

dasar berfungsi pula sebagai pedoman umum untuk mengukur terjadi atau tidaknya

Page 64: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

55

tindakan ultra vires. Oleh karena itu adanya ketentuan mengenai maksud dan tujuan

serta kegiatan usaha perseroan sudah cukup membuktikan bahwa UUPT menerima

Doktrin Ultra Vires, dan dengan demikian terdapat pula dasar hukum untuk

menerapkan doktrin tersebut dalam kasus-kasus yang relevan.

Dicantumkannya tujuan perseroan di dalam anggaran dasar terutama adalah

untuk melindungi investor atau para pemegang saham13

. Sehubungan dengan adanya

tindakan ultra vires yang berdampak merugikan pihak ketiga yang mengadakan

perjanjian dengan perseroan, maka sudah semestinya terdapat pula perlindungan

hukum terhadap pihak ketiga. Kendati pun perjanjian pihak ketiga dengan perseroan

yang bersifat ultra vires itu batal dan tidak dapat diratifikasi, hal ini tidaklah

merupakan dasar untuk mengabaikan perlindungan hukum terhadap pihak ketiga

yang pada hakekatnya juga telah memberikan kontribusi yang tidak kecil bagi

kelangsungan usaha perseroan. Dalam hubungan ini terdapat beberapa dasar yang

dapat dipergunakan sebagai alasan untuk memberikan perlindungan terhadap pihak

ketiga. Dasar-dasar tersebut adalah sebagai berikut:

a. Asas Itikad Baik

Asas Itikad baik pada dasarnya juga mengandung unsur keadilan yaitu

keadilan perbaikan. Konsepsi keadilan ini dimaksudkan untuk mengembalikan

persamaan dengan menjatuhkan hukuman kepada pihak yang bersangkutan.

Keadilan ini merupakan pula suatu titik tengah di antara keuntungan dan

13

Chatamarrasjid Ais, 2004, Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-Soal Aktual Hukum

Perseroan, Citra Aditya Bakri, Bandung, h.40.

Page 65: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

56

kerugian. Konsepsi inilah yang kemudian menjadi pengertian keadilan sebagai

perbaikan terhadap kesalahan dengan memberikan ganti rugi kepada korban

kesalahan atau hukuman kepada pelakunya.14

Bertumpu pada uraian di atas dapat dikemukakan Asas Itikad Baik relevan

sekali dengan perlindungan terhadap pihak ketiga yang mengadakan perjanjian

dengan perseroan yang ultra vires. Dalam hubungan ini, pihak ketiga dapat

dipandang sebagai korban yang harus diberikan perlindungan hukum.

Keberadaan asas tersebut menjadi semakin relevan dengan adanya ketentuan

Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata kalimat terakhir yang

menentukan, persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik,

dan Pasal 1341 paragraf kedua, bahwa hak-hak yang diperolehnya dengan itikad

baik oleh orang-orang pihak ketiga atas barang-barang yang menjadi pokok

perbuatan yang batal itu, diperlindungi. Jadi asas ini memang dapat melindungi

pihak ketiga.

b. Asas Pacta Sun Servanda

Sebagaimana pula telah diuraikan, asas Pacta Sun Servanda mengandung

pengertian, perjanjian harus ditaati para pihak yang melakukan perjanjian.

Keharusan tersebut diperkuat oleh Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum

Perdata, bahwa sepanjang perjanjian itu tidak bertentangan dengan undang-

undang, kesusilaan dan ketertiban umum tercermin, maka perjanjian itu berlaku

seperti undang-undang atau mengikat para pihak sehingga karena itu harus

14

The Liang Gie, Teori-Teori Keadilan, Penerbit Super, Yogyakarta, 1979, h. 23.

Page 66: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

57

ditaati. Asas dan ketentuan tersebut harus dikaitkan dengan pandangan bahwa

Pasal 1338 dan peraturan-peraturan dalam Buku III Kitab Undang-undang

Hukum Perdata adalah pada umumnya hanya merupakan “hukum pelengkap,

bukan hukum keras atau hukum yang memaksa.15

Sehubungan uraian dia atas ditambahkan dengan kewajiban melaksanakan

berdasarkan itikad baik, kendati pun suatu perjanjian dinyatakan tidak sesuai

dengan undang-undang dan ultra vires, maka tidaklah dengan serta merta dapat

mengabaikan asas Pacta Sun Servanda. Pelaksanaan asas ini harus tetap

dikaitkan dengan asas Itikad Baik, sehingga pihak ketiga tetap memperoleh

perlindungan hukum minimal sebatas menyangkut hak-hak pokoknya, seperti

pemberian kompensasi atas modal dan biaya-biaya yang telah dikeluarkan.

c. Doktrin Ultra Vires Modern.

Salah satu perkembangan dari doktrin ultra vires yang cukup monumental

adalah perlindungan pihak ketiga (pihak luar perseroan) yang bertransaksi

dengan pihak perseroan, bahkan tindakan yang tergolong ultra vires tetap

dianggap sah untuk kepentingan pihak lawan transaksi (pihak ketiga) asalkan

memenuhi syarat-syarat seperti pihak ketiga tersebut beritikad baik dan Pihak

ketiga tidak menyadari adanya unsur ultra vires tersebut.16

15

R. Subekti, 1977, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta, h.106.

16

Munir Fuady, 2002, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law dan Eksistensinya

Dalam Hukum Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,h.127.

Page 67: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

58

Perkembangan di atas pada dasarnya bertolak belakang dengan substansi

doktrin ultra vires yang bersifat tradisional, dimana suatu tindakan ultra vires

berakibat batas demi hukum. Berdasarkan perkembangan yang bersifat sangat

progresif itu, perlindungan hukum terhadap pihak ketiga menjadi semakin

kokoh.

C. Urgensi Perlindungan Hukum.

1. Pihak-Pihak Yang Dapat Dirugikan Akibat Tindakan Ultra Vires

Seperti telah dikemukakan pada uraian sebelumnya, Perseroan Terbatas

merupakan a nexus of contracts yang pada pokoknya mengandung pengertian bahwa

Perseroan Terbatas dalam kaitannya dengan pendirian, pelaksanaan kegiatan-kegiatan

usaha dan sampai dengan berakhirnya jangka waktu berdirinya itu terdapat berbagai

perjanjian. Oleh karena itu merupakan sesuatu yang dapat diterima berdasarkan

logika apabila banyak orang atau pihak yang terlibat dalam perjanjian-perjanjian

tersebut. Keterlibatan dari banyak pihak tersebut sebenarnya mencerminkan

banyaknya pula pihak-pihak yang berkompeten terhadap Perseroan Terbatas dan hal

ini secara tidak langsung menyiratkan pihak-pihak yang sangat berkepentingan agar

supaya tindakan yang merupakan ultra vires dilarang dengan tegas.

Munir Fuady mengemukakan, pihak yang berkepentingan tersebut yang disebut

juga dengan constituensies pada pokoknya adalah sebagai berikut17

:

17

Munir Fuady, 2002, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law dan Eksistensinya

Dalam Hukum Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,h.112.

Page 68: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

59

a. Pihak Pemegang Saham

Pemegang saham sebenarnya merupakan sesuatu yang sangat sentral dalam

Perseroan Terbatas, sehingga perlu diketahui deskripsinya kendati pun secara umum,

akan tetapi dalam hal ini UUPT tidak mengatur mengenai pengertian pemegang

saham tersebut. UUPT hanya menentukan pengertian Rapat Umum Pemegang Saham

sebagai Organ Perseroan. Oleh karena itu pengertiannya ditelusuri pada sumber

bahan hukum yang lainnya.

Keuntungan-keuntungan menjadi pemegang saham meliputi penerimaan dividen

yang ditentukan oleh Direksi, hak bersuara dalam RUPS bagi pemegang saham yang

memenuhi persyaratan anggaran dasar, dapat melakukan tindakan derivatif berupa

gugatan apabila perseroan tidak dijalankan dengan baik oleh Direksi, dan turut

memperoleh bagian dari sisa hasil likuidasi(apabila ada). Apabila dikaji dengan

menggunakan Theory of the Corporation yang menekankan pemisahan secara ketat

antara fungsi pendanaan dengan fungsi pengelolaan.18

maka dapat dikemukakan bahwa kedudukan hukum para pemegang saham

adalah sebagai pengembang fungsi pendanaan kegiatan usaha perseroan. Dengan

demikian sudah tersedia cukup pertimbangan untuk mengemukakan bahwa para

pemegang saham itu merupakan investor atau pemilik modal perseroan yang

dibuktikan dengan pemilikan saham, dan sebagai pemilik modal berarti para

pemegang saham itu merupakan pemilik perseroan yang bertanggungjawab terhadap

kewajiban-kewajiban terbatas pada jumlah nominal saham yang dimilikinya. Semakin

18

Shareholder, http://legal-dictionary.com 22/09/2013 : 10.31 WIB

Page 69: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

60

besar jumlah saham yang dimilikinya maka semakin besar pula tanggungjawab yang

diembannya.

Uraian di atas sebenarnya menunjukkan tanggungjawab para pemegang saham

yang besar dan berat berkaitan dengan masalah keuangan perseroan.Kendati pun

demikian penelusuran selanjutnya menemukan bahwa besar dan beratnya

tanggungjawab para pemegang saham ternyata tidak seimbang dengan hak diperoleh

misalnya dalam hal pembagian aset perseroan, walaupun yang bersangkutan

merupakan pemegang saham dengan klasifikasi didahulukan. Sehubungan dengan

pembagian aset yang tersisa misalnya setelah dilakukan likuidasi, sistem common law

menempatkan para pemegang saham pada urutan bawah atau yang disebut dengan

tunduk pada hirarkhi yang dibangun oleh perseroan yang mewajibkan pemegang

saham menunggu setelah claim-claim yang lainnya terpenuhi.

Sistem hukum perseroan Indonesia juga dijumpai konstruksi hukum yang serupa

yaitu yang tertuang dalam Pasal 149 ayat(1) huruf c dan d. Ketentuan tersebut pada

pokoknya menempatkan para pemegang saham pada urutan setelah kreditur

perseroan. Ketidakseimbangan tersebut masih harus ditambahkan lagi dengan

persoalan yang dapat timbul dari kewenangan Direksi yang dikhawatirkan

dipergunakan secara tidak benar atau tidak layak atau setidak-tidaknya tidak

menguntungkan bagi para stakeholder dari suatu perseroan termasuk didalamnya para

pemegang saham.19

19

Munir Fuady, 2003, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Citra Aditya Bakti, Jakarta,

h. 71.

Page 70: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

61

Bertumpu pada uraian di atas dapat dikemukakan bahwa para pemegang saham

memiliki motivasi modal yang telah diinvestasi dalam saham dapat mendatangkan

hasil berupa dividen dan maksud tujuan serta kegiatan usaha perseroan dapat

dilaksanakan dengan baik oleh Direksi. Sehubungan dengan motivasi inilah maka

para pemegang saham sangat berkepentingan agar terdapat pembatasan atau pedoman

terhadap kewenangan Direksi supaya tidak menjadi ultra vires.

b. Pihak Kreditur

Setiap perseroan kecuali yang tidak aktif dapat dipastikan keterlibatannya dalam

menjalankan suatu kegiatan bisnis. Keterlibatan ini membutuhkan sejumlah uang

yang seringkali tidak dapat dipenuhi melalui pemupukan dana dengan jalan

mengeluarkan saham. Adanya kendala tersebut akhirnya menyebabkan perseroan

berpaling pada sumber lain berupa uang pinjaman. Dalam hal ini membiayai

kegiatan-kegiatannya dengan jalan membuat utang.

Uraian ringkas di atas pada pokoknya memperlihatkan latar belakang adanya

kreditur perseroan yang merupakan penanam modal atau investor yang meminjamkan

uangnya kepada perseroan dengan perjanjian memperoleh pembayaran bunga dan

utang pokok. Pihak kreditur yang telah memberikan pinjaman kepada perseroan juga

sangat berkepentingan agar perseroan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang

ultra vires.20

20

Munir Fuady, 2002, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law dan Eksistensinya

Dalam Hukum Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,h.112.

Page 71: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

62

Kepentingan tersebut sangatlah beralasan karena perbuatan-perbuatan yang

bersifat ultra vires akan dapat menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi

kreditur. Disamping perjanjian kreditnya dapat dinyatakan batal demi hukum, untuk

pelunasan utang seperti itu kreditur secara tidak langsung dipaksa mengalokasikan

tenaga, perhatian, waktu yang panjang dan biaya yang tidak murah.

2. Dampak Tindakan Ultra Vires Terhadap Perjanjian Antara Perseroan Dan

Pihak Investor.

Mengenai dampak atau pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh Doktrin Ultra

Vires terhadap perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh perseroan pada dasarnya sudah

disinggung dalam uraian mengenai pengertian ultra vires itu sendiri, dimana

dikemukakan bahwa perjanjian yang demikian adalah tidak sah (ilegal).

Uraian di atas sebenarnya sudah tampak dengan jelas, dimana Doktrin Ultra

Vires memang memiliki pengaruh terhadap perjanjian-perjanjian yang dibuat

perseroan dengan pihak ketiga. Beberapa kepustakaan pada pokoknya

mengemukakan, perjanjian ultra vires yang dinyatakan tidak sah itu adalah batal

demi hukum dan dapat dimohonkan pembatalan.

Namun yang menjadi persoalan, bagaimana uraiannya sehingga perjanjian

tersebut dapat dinyatakan demikian atau sebaliknya. Dalam Kasus PT Dhaeseng/PT

Interland Kontra PT Usaha Sandang terdapat fakta dimana pada pokoknya Presiden

Direktur membuat Surat Pernyataan Hutang kepada PT Usaha Sandang untuk dan

Page 72: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

63

atas nama PT Dhaeseng/PT Interland (badan hukum) tanpa persetujuan Komisaris,

sesuai dengan ketentuan di dalam anggaran dasar.21

Selaku penjelasan di atas tindakan yang dilakukan oleh Presiden Direktur atau

Direksi sebenarnya sudah memenuhi unsur-unsur adanya tindakan melampaui

kompetensi atau ultra vires, karena dalam praktek sudah merupakan suatu kelaziman

menuangkan kedalam anggaran dasar ketentuan mengenai kewajiban Direksi untuk

memperoleh persetujuan Komisaris apabila hendak mengikatkan perseroan dalam

perjanjian hutang-piutang. Ternyata Direksi tidak menempuh prosedur tersebut

sehingga tindakannya itu dapat dikualifikasi sebagai ultra vires.

Pengadilan Negeri yang menangani kasus tersebut pada intinya memutuskan

memang benar bahwa hutang tersebut merupakan tanggungjawab pribadi Presiden

Direktur PT Dhasaeng, dengan hanya menyebutkan, oleh karena tindakan membuat

Surat Pernyataan Hutang itu tanpa persetujuan komisaris, maka hutang tersebut

menjadi tanggungjawab pribadi Presiden Direktur tersebut. Putusan itu sama sekali

tidak menyebut doktrin ultra vires.22

Terlepas dari penerimaan secara substansial, hal

ini dapat disebabkan karena istilah ultra vires belum begitu populer di Indonesia.

Pada tingkat banding, Pengadilan Tinggi bahkan membatalkan Putusan Pengadilan

Negeri.

21

Chatamarrasjid Ais, 2004, Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-Soal Aktual Hukum

Perseroan, Citra Aditya Bakri, Bandung, h. 41

22

Chatamarrasjid Ais, 2004, Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-Soal Aktual Hukum

Perseroan, Citra Aditya Bakri, Bandung, h. 47

Page 73: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

64

Contoh kasus di atas pada dasarnya sudah memperlihatkan dampak atau

pengaruh tindakan yang ultra vires terhadap perjanjian antara perseroan dengan pihak

ketiga. Ada pun dampak yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

1. Karena tindakan ultra vires merupakan tindakan melampaui kompetensi dan

bersifat tidak sah sehingga batal demi hukum, maka perjanjian-perjanjian yang

merupakan hasil perwujudan nyata dari tindakan ultra vires juga bersifat tidak

sah.

2. Karena perjanjian-perjanjian yang pada awalnya dimaksudkan sebagai ikatan

antara perseroan dan pihak ketiga dinyatakan tidak sah, dimana hal ini

menimbulkan dampak berupa beralihnya tanggung jawab Direksi secara pribadi.

Dari setiap dampak tindakan ultra vires tersebut pada dasarnya dapat

menimbulkan kerugian pada pihak ketiga, baik yang menyangkut pelaksanaan

perjanjiannya sendiri maupun kelangsungan eksistensi. Oleh karena itu sangat

berdasar apabila pihak ketiga membutuhkan perlindungan hukum.

Page 74: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

65

BAB IV

UPAYA REMEDIAL TERHADAP PIHAK INVESTOR DALAM

PERSPEKTIF SISTEM PERTANGGUNGJAWABAN PERSEROAN

A. Sistem Pertanggungjawaban Dalam Perseroan

1. Kerugian Pihak Investor Akibat Tindakan Ultra Vires

Uraian ini berkisar pada kerugian yang dialami oleh pihak ketiga. Oleh karena

itu untuk memperjelas maknanya maka perlu diuraikan terlebih dahulu pengertian

kerugian itu sendiri. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian bahwa

kerugian atau damage pada pokoknya sebagai berikut:

a. Kerusakan atau cidera pada harta kekayaan atau orang yang mengakibatkan

pelemahan terhadap kemanfaatan atas kekayaan atau orang tersebut.1

b. Kehilangan atau kerusakan yang terjadi karena cidera atau kecacatan pada orang,

harta kekayaan atau nama baik.2

c. Cidera atau kerusakan pada orang, harta kekayaan atau nama baik, suatu

kehilangan yang mengurangi nilai kurang sempurna dan luka-luka.3

d. Kerugian atau damage pada dasarnya merupakan suatu kehilangan atau

pengurangan dari apa yang dimiliki orang yang terjadi karena kesalahan orang

lain.

e. Suatu kehilangan atau kekurangan yang disebabkan oleh seseorang terhadap

orang lain atau terhadap harta kekayaannya, baik dengan maksud mencederai,

karena kelalaian, dan kekuranghati-hatian, maupun karena kejadian yang tidak

dapat dielakkan.4

1 Damage, http://www.thefreedictionary.com. 30/09/2013 8:29 WIB.

2 Definition of Damage, http://www.merriam-webster.com. 30/09/2013 8:35 WIB.

3 Definition of Damage, http://www.brainyquote.com 30/09/2013 8:38 WIB.

4 Damage, http://www.lectlaw.com. 30/09/2013 8:45 WIB.

Page 75: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

66

Pengertian-pengertian di atas dapat dikelompokan menjadi dua bagian yaitu

pengertian yang bersifat umum yang diuraikan pada huruf a, b, c, dan pengertian

menurut hukum seperti diuraikan pada huruf d serta e. Kedua pengertian tersebut

pada dasarnya mengandung suatu persamaan dan perbedaan atau penekanan-

penekanan tersendiri. Dikaji dari aspek persamaannya, baik pengertian umum

maupun yang secara hukum, keduanya sama-sama memandang bahwa kerugian

merupakan suatu kehilangan atau pengurangan yang dapat menimpa sesuatu dari diri

pribadi atau harta kekayaan baik sudah ada maupun yang diharapkan akan ada

dikemudian hari. Inilah yang merupakan inti persamaan dari seluruh pengertian

kerugian.

Pengertian-pengertian di atas rata-rata menguraikan bahwa sasaran kerugian atau

obyek yang dapat dirugikan itu berkisar pada harta kekayaan berupa benda, dan

bentuk-bentuk seperti luka, cidera atau cacat pada orang. Namun demikian pengertian

yang diuraikan pada huruf b dan c, secara khusus mengemukakan dimana nama baik

juga dapat dirugikan.

Kehilangan atau pengurangan yang menyangkut harta kekayaan atau hak-hak

kebendaan dan cidera atau cacat fisik itu pada pokoknya memperkenalkan istilah

kerugian materil atau fisik.

Sementara itu kerugian yang berkaitan dengan nama baik atau reputasi seseorang

akhirnya menimbulkan istilah kerugian immateril. Dalam hal ini beracara di

pengadilan mengenai kasus-kasus tindakan wanprestasi misalnya selalu disyaratkan

agar identitas baik penggugat maupun tergugat haruslah jelas dan dapat dibuktikan

Page 76: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

67

adanya. Pihak yang mengajukan gugatan atau tuntutan hak disebut penggugat, yakni

orang atau badan hukum yang memerlukan atau berkepentingan akan perlindungan

hukum dan oleh karenanya ia mengajukan gugatan. Syarat mutlak untuk dapat

mengajukan gugatan adalah adanya kepentingan langsung atau melekat dari si

penggugat.5

.

Sehubungan dengan persoalan apakah dari setiap kerugian tersebut melahirkan

hak bagi pihak yang dirugikan untuk bertindak atau menuntut ganti kerugian haruslah

terlebih dahulu dikaji pertama, dari perspektif hak dan kedua, dari bentuk-bentuk

kerugian yang timbul baik dari peristiwa hukum maupun hubungan hukum. Kajian

yang pertama pada pokoknya memperlihatkan terdapatnya dua macam hak, yaitu hak

absolut dan hak relatif sebagai berikut:

a. Hak absolut memberi wewenang bagi pemegangnya untuk berbuat atau tidak

berbuat, yang pada dasarnya dapat melaksanakannya terhadap siapa saja dan

melibatkan setiap orang. Isi hak absolut ini ditentukan oleh kewenangan

pemegang hak. Kalau ada hak absolut pada seseorang maka ada kewajiban bagi

setiap orang lain untuk menghormati dan tidak menggangunya. Pada hak absolut

pihak ketiga berkepentingan untuk mengetahui eksistensinya sehingga

memerlukan publisitas.

b. Hak relatif adalah hak yang berisi wewenang untuk menuntut hak yang hanya

dimiliki seseorang terhadap orang-orang tertentu. Jadi hanya berlaku bagi orang-

orang tertentu seperti kreditur tertentu dan debitur tertentu. Hak relatif ini tidak

berlaku bagi mereka yang tidak terlibat dalam perikatan tertentu. Jadi hanya

berlaku bagi mereka yang mengadakan perjanjian. Hak relatif ini berhadapan

dengan kewajiban seseorang tertentu antara kedua pihak terjadi hubungan hukum

yang menyebabkan pihak yang satu berhak atas suatu prestasi dan yang lain

wajib memenuhi prestasi.6

5 Darwan Prinst, 2002, Strategi Menyusun Dan Menangani Gugatan Perdata, Citra Aditya

Bakti,h. 2.

6 Sudikno Mertokusumo, 1986, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta,

h.45.

Page 77: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

68

Bertumpu pada pandangan pertama di atas dapatlah dikemukakan bahwa

kerugian yang timbul pada pihak ketiga yang mengadakan perjanjian dengan

perseroan yang ultra vires pada pokoknya dapat melahirkan hak relatif.

Penyebutan dengan istilah “pihak ketiga” tidaklah dimaksudkan pihak tersebut

tidak terlibat dalam perjanjian. Penyebutan pihak ketiga dalam hubungannya dengan

ultra vires mengacu pada kreditur dan konstituen-konsituen korporasi lainnya seperti

pemasok dan pelanggan. Oleh karena itu pihak ketiga tersebut merupakan para pihak

dalam perjanjian. Dengan demikian apabila terjadi kerugian, pihak ketiga memiliki

hak relatif, yaitu menuntut ganti kerugian pada perseroan.

Uraian di atas juga diperjelas mengenai kerugian yang dialami oleh pihak ketiga

di dalam perjajian atas tindakan ultra vires juga didukung oleh satu ayat dalam kitab

suci Al-Qur‟an yakni surat At-taubah ayat 4 tentang perjanjian yaitu :

Artinya:

“kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah Mengadakan Perjanjian

(dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu

dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, Maka terhadap

mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai

orang-orang yang bertaqwa”.

Maksud yang diberi tangguh empat bulan itu ialah: mereka yang memungkiri

janji mereka dengan Nabi Muhammad SAW. Adapun mereka yang tidak memungkiri

janjinya Maka Perjanjian itu diteruskan sampai berakhir masa yang ditentukan dalam

Page 78: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

69

Perjanjian itu. sesudah berakhir masa itu, Maka tiada lagi perdamaian dengan orang-

orang musyrikin.

Surat at-Taubah ayat ke-4 ini Allah menyatakan, "Orang-orang Musyrik yang

telah menjalin perjanjian dengan kalian, meski mereka tidak konsekuen dengan

perjanjian tersebut, namun selama mereka tidak membantu musuh-musuh kalian,

mereka ini mendapat perkecualian. Mereka diberi kesempatan untuk tetap tinggal di

Mekah sampai berakhirnya waktu perjanjian yang telah mereka jalin dengan kaum

Muslimin. Setelah itu, barulah hukum pengusiran dari kota Mekah, itu akan

diperlakukan kepada mereka."

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:

a. Komitmen dan setia terhadap janji sangat ditekankan Islam, termasuk janji

terhadap orang-orang Musyrik dan musuh-musuh sekalipun, selama pihak lain

juga komitmen dan setia terhadap janji tersebut.

b.Setia dan komitmen pada janji menunjukkan ciri-ciri ketakwaan, sehingga ukuran

orang bertakwa bukan saja rajin melaksanakan shalat dan puasa, namun juga

sikap menjunjung tinggi berbagai perjanjian yang dijalinnya dengan orang lain.

2. Jenis-Jenis Pertanggungjawaban

Pembahasan yang berkaitan dengan pertanggungjawaban dalam perseroan

menjadi semakin menarik, karena pertanggungjawaban tersebut dijadikan sebagai

salah satu pertimbangan mengapa kalangan pengusaha lebih memilih mendirikan

Perseroan Terbatas untuk menjadi badan hukum bagi perusahaannya. Pengutamaan

perseroan dalam pilihan tersebut tercermin pula dari pandangan, bahwa ada beberapa

Page 79: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

70

faktor atau alasan mengapa seorang pengusaha memilih Perseroan Terbatas untuk

menjalankan usaha dibandingkan dengan bentuk perusahaan lain seperti Persekutuan

Perdata, Koperasi, Firma, CV, yaitu semata-mata untuk mengambil manfaat

karakteristik pertanggungjawaban terbatas.7

Namun demikian perlu ditegaskan dari penjelasan di atas bahwa

pertanggungjawaban perseroan terbatas yang pada dasarnya merupakan suatu

instrumen yang khas perseroan terbatas itu tidak semata-mata dimanfaatkan

kemudahannya apalagi disalahgunakan untuk tujuan-tujuan yang tercela dalam dunia

bisnis.

Untuk menuju kinerja perseroan yang efektif dan efisien, Pemegang Saham,

Direksi, Komisaris dan konstituen-konstituen perseroan lainnya harus memahami

tidak hanya pertanggungjawaban terbatas, tetapi juga komponen-komponen lain dari

sistem pertanggungjawaban perseroan pada umumnya. Secara garis besarnya sistem

pertanggungjawaban dalam perseroan terdiri dari :

a. Tanggungjawab Pemegang Saham

Sehubungan dengan uraian mengenai tanggung jawab pemegang saham terlebih

dahulu hendaknya dipisahkan antara Pemegang Saham dan Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS) yang merupakan salah satu organ perseroan. Sementara itu Pemegang

saham pada dasarnya merupakan pribadi atau orang dan atau badan hukum yang

memiliki saham-saham suatu perseroan. Dengan demikian Pemegang Saham

7

Binoto Nadapdap, 2009, Hukum Perseroan Terbatas, Jala Permata Aksara, Jakarta, h. 2.

Page 80: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

71

bukanlah organ perseroan. Berbeda halnya dengan RUPS, Pemegang Saham tidak

memiliki kewenangan, melainkan kewajiban pokok yaitu melakukan penyetoran atas

modal saham yang diambilnya, dan suatu tanggungjawab. Adapun tanggungjawab

yang dimaksud adalah seperti yang tertuang dalam Pasal 3 UUPT yakni

tanggungjawab tersebut meliputi tanggungjawab terbatas dan tanggungjawab pribadi.

Tanggungjawab terbatas mengandung pengertian, dimana pemegang saham

perseroan tidak bertanggungjawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas

nama perseroan dan tidak bertanggungjawab atas kerugian perseroan melebihi saham

yang dimilikinya (Pasal 3 ayat 1).8

Tanggungjawab pribadi mengandung pengertian, pemegang saham perseroan

tidak dibatasi lagi tanggungjawabnya dalam hal persyaratan perseroan sebagai badan

hukum belum atau tidak terpenuhi,yang bersangkutan dengan itikad buruk

memanfaatkan perseroan untuk kepentingan pribadi, yang bersangkutan terlibat

dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh perseroan dan yang

bersangkuatan secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan yang

mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang

Perseroan (Pasal 3 ayat 2).9

8 (Pasal 3 ayat 2) “Pasal Pemegang saham Perseroan tidak bertanggungjawab secara pribadi

atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggungjawab atas kerugian Perseroan

melebihi saham yang dimiliki”.

9 (Pasal 3 ayat 2)”ketentuan-ketentuan yang sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat 1 tidak

berlaku”.

Page 81: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

72

Tanggungjawab pribadi terhadap pemegang saham yang antara lain seperti

tertuang dalam ketentuan tersebut pada intinya merupakan suatu asas atau prinsip

dalam pengertian mengecualikan berlakunya asas tanggungjawab terbatas Pemegang

Saham.

Asas tanggungjawab pribadi bersifat adanya tanggungjawab yang keberadaan

prinsipnya yang selama ini membentengi dan menjadi kebanggaan bagi pemegang

saham. Oleh karena sifatnya yang menguak suatu hambatan, maka kinerja asas

tanggungjawab pribadi tersebut disebut pula dengan Piercing The Corporate Veil

Principle. Berdasarkan Piercing The Corporate Veil Principle, tanggungjawab

terbatas pemegang saham dapat menjadi hapus apabila terbukti telah terjadi

pembauran harta kekayaan pribadi pemegang saham dan harta kekayaan perseroan,

sehinga perseroan yang didirikan semata-mata sebagai alat yang dipergunakan

pemegang saham untuk memenuhi tujuan pribadinya.10

b. Tanggungjawab Komisaris

UUPT pada dasarnya menentukan tanggung jawab Komisaris secara limitatif dan

ketentuan-ketentuannya dapat dijumpai dalam Pasal 114 dan Pasal 115. Dari kedua

pasal tersebut dapat diketahui, bahwa ruang lingkup tanggung jawab Komisaris itu

meliputi dua hal yaitu:

1. Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan perseroan menyangkut kebijakan

pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan

maupun usaha perseroan, dan memberi nasehat kepada Direksi (Pasal 114 ayat 1

yang merujuk Pasal 108 ayat 1),

2. Dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian Dewan Komisaris

dalam melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang dilaksanakan oleh

Direksi dan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban

Perseroan akibat kepailitan tersebut, setiap anggota Dewan Komisaris secara

tanggung renteng ikut bertanggung jawab dengan anggota Direksi atas

kewajiban yang belum dilunasi (Pasal 115).

10 Jamin Ginting, 2007, Hukum Perseroan Terbatas(UU. No. 40 Tahun 2007), Citra Aditya

Bakti,Bandung, h. 19

Page 82: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

73

Jika Komisaris melaksanakan tanggungjawab yang kedua, berarti Komisaris

tunduk pada Sistem Majelis. Sistem Majelis ini dimaksudkan bahwa seseorang tidak

dapat bertindak sendiri terlepas satu sama lain dalam hal mewakili satu kelompok.

Melainkan haruslah selalu bertindak secara bersama-sama.11

Sistem Majelis adalah sesuai dengan Pasal 108 ayat (3) dan (4) yang pada

pokoknya menentukan Dewan Komisaris terdiri atas 1 (satu) orang anggota atau

lebih. Dewan Komisaris yang terdiri atas lebih dari 1 (satu) orang anggota merupakan

majelis dan setiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri,

melainkan berdasarkan keputusan Dewan Komisaris.

UUPT menetapkan organ Komisaris tersebut sebagai dewan atau board, dan

apabila anggotanya lebih dari satu, maka dewan itu sudah merupakan suatu majelis

(assembly). Oleh karena karakteristik kinerja suatu assembly bertumpu pada

kebersamaan dari setiap anggota, maka Dewan Komisaris sebagai majelis harus

bertindak dan bertanggungjawab secara bersama-sama. Tanggungjawab inilah yang

dalam UUPT dikukuhkan dengan konsep Tanggungjawab Renteng.

c. Tanggungjawab Direksi

Seperti halnya Dewan Komisaris, tanggungjawab Direksi pun juga diatur secara

limitatif. Pengatuan mengenai tanggungjawab Direksi dapat dijumpai dalam Pasal 97

ayat (1) ayat (3), dan ayat (4). Ketentuan-ketentuan tersebut pada pokoknya

menentukan, Direksi bertanggungjawab atas pengurusan Perseroan untuk

11

Munir Fuady, 2002, Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek, Buku Ketiga, Citra Aditya

Bakti, Bandung, h. 74.

Page 83: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

74

kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan (Pasal 97 ayat

(1) yang merujuk Pasal 92 ayat 1). Setiap anggota Direksi bertanggungjawab penuh

secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai

menjalankan tugasnya (Pasal 97 ayat 3). Dalam hal Direksi terdiri atas 2(dua) anggota

Direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku

tanggung jawab renteng bagi setiap anggota Direksi (Pasal 97 ayat 4).

Tidak seperti Dewan Komisaris yang dapat merupakan majelis, keberadaan

Direksi menurut UUPT tidak dirancang sebagai majelis, akan tetapi personalia atau

anggotanya dapat terdiri lebih dari 1(satu) orang. Oleh karena itu dari aspek

pertanggungjawaban, pada satu sisi Direksi menganut Sistem Individual

Representatif, dan pada sisi lainnya tunduk pada Sistem Kolegial. Sistem Individual

Representatif memperkenalkan semacam otoritas yang mana seseorang dapat

bertindak sendiri untuk mewakili satu kelompok.12

Implementasi sistem di atas dapat dijumpai dalam Pasal 98 ayat (2) yang pada

pokoknya menentukan, dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari 1 (satu) orang

yang berwenang mewakili Perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali

ditentukan lain dalam anggaran dasar. Dewan Komisaris melaksanakan tugas sesuai

karakteristik majelis, sedangkan Direksi menunaikan tugas-tugas yang dibebankan

berdasarkan model yang bersifat kolegial.13

Sistem kolegial di atas pada intinya juga dapat diterapkan terhadap Direksi yang

melakukan perbuatan hukum atas nama Perseroan yang belum memperoleh status

badan hukum, hanya boleh dilakukan oleh semua anggota Direksi bersama-sama

semua pendiri serta semua anggota Dewan Komisaris Perseroan dan mereka semua

bertanggungjawab secara tanggung renteng atas perbuatan hukum tersebut.14

12 Munir Fuady,Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek, Buku Ketiga,h.74

13Munir Fuady,Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek, Buku Ketiga,h.76.

14 Pasal 14 ayat 1 UUPT No. 40 Tahun 2007.

Page 84: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

75

d. Pertanggungjawaban Dalam Hubungannya Dengan Pihak Investor

Uraian mengenai sistem pertanggungjawaban perseroan yang telah ditentukan

secara limitatif dan telah pula disesuaikan dengan organ 156 organ perseroan tersebut

pada akhirnya menimbulkan persoalan siapakah yang bertanggung jawab dalam hal

pihak ketiga mengalami kerugian akibat perjanjiannya dengan perseroan yang ultra

vires.

Pemegang saham yang tanggungjawabnya juga dapat meliputi antara lain

perbuatan hukum yang dilakukan untuk dan atas nama Perseroan oleh anggota

Direksi sebelum pengangkatannya batal (Pasal 95 ayat 3), pada dasarnya dapat

diminta memberikan pertanggungjawaban secara pribadi sepanjang dapat dibuktikan

bahwa tindakan ultra vires itu dilakukan untuk memenuhi tujuan pribadi pemegang

saham. Demikian pula halnya dengan Dewan Komisaris dan Direksi. Diantara

stakeholder perseroan yang telah disebutkan itu, Direksilah yang menjadi sasaran

yang paling relevan untuk diminta pertanggungjawaban dalam hal pihak ketiga

mengalami kerugian akibat perjanjiannya dengan perseroan yang ultra vires. Hal ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa oleh undang-undang Direksi sudah ditetapkan

sebagai wakil perseroan baik didalam maupun di luar pengadilan. Dengan demikian

Direksilah yang berhadapan langsung dengan pihak ketiga.

Prinsipnya, mengingat pihak ketiga yang beritikad baik dan tidak menyadari

adanya unsur ultra vires itu harus memperoleh perlindungan hukum, maka secara

logika haruslah ada pihak yang dapat diminta pertanggungjawabanya, dalam

Page 85: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

76

pengertian harus terdapat solusi atau upaya-upaya baik yang bertujuan mencegah

maupun yang bersifat remedial atau memulihkan.

B. Pelaksanaan Upaya Remedial Terhadap Pihak Investor.

1. Bentuk-Bentuk Upaya Remedial

Fasilitas yang diberikan itu dapat dilaksanakan terhadap kesalahan pihak lawan

dalam perjanjian. Istilah Remedy pada dasarnya merupakan kata benda yang sudah

umum dipergunakan dalam uraian-uraian mengenai ultra vires sebagai konsep atau

istilah untuk upaya-upaya yang bertujuan memperbaiki dan atau memulihkan

kerugian-kerugian yang dialami oleh pihak ketiga akibat perjanjiannya dengan

perseroan dinyatakan ultra vires.

Dari uraian mengenai pengertian remedy tercermin dua tindakan, pertama,

tindakan yang mengandung aspek memperbaiki dan mencegah, serta yang kedua,

tindakan atau upaya yang mengandung aspek yang bertujuan memulihkan. Oleh

karena itu uraian selanjutnya mengenai bentuk-bentuk upaya remedial sudah tentu

akan disesuaikan dengan aspek-aspek tersebut yaitu :

a. Ratifikasi

Berdasarkan pengertian yang umum, ratifikasi merupakan suatu langkah

memberi konfirmasi terhadap tindakan yang telah dilakukan sebelumnya baik oleh

pihak pihak pemberi konfirmasi maupun yang lainnya sehingga dengan demikian

dapat pula dikemukakan, adanya ratifikasi tersebut sebenarnya menunjukkan adanya

suatu penerimaan atau pengakuan terhadap perjanjian-perjanjian yang sebelumnya

Page 86: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

77

telah dibuat tanpa mengindahkan atau tidak sesuai dengan ruang lingkup wewenang

yang ada.

Perseroan pada umumnya Ratifikasi diberikan melalui RUPS atau merupakan

hasil atau keputusan RUPS. Dengan melaksanakan prosedur ratifikasi seperti itu,

maka segala tindakan dan kontrak yang diratifikasi menjadi sah bahwa itu menjadi

tanggung jawab perseroan. Ratifikasi tidak dapat diberikan semata-mata karena

tindakan atau kontrak yang telah dilakukan menguntungkan perseroan, melainkan

harus sesuai dengan kriteria tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban

umum dan kesusilaan.

Dengan perkataan lain, penilaian dalam rangka ratifikasi tindakan Direksi masih

didasarkan kembali pada ukuran-ukuran apakah dalam melaksanakan tindakan

tersebut sudah dilandasi prinsip fiduciaries duties dimana Direksi memegang

kepercayaan dalam bertindak untuk kepentingan perseroan. Apabila tindakan yang

akhirnya dinyatakan ultra vires itu hendak diakui atau diterima sebagai tindakan yang

intra vires melalui ratifikasi, maka tindakan sebelumnya yang tidak tercantum itu

haruslah dimasukan dan menjadi bagian ketentuan maksud, tujuan serta kegiatan

usaha perseroan dalam anggaran dasar perubahan.

Di Indonesia mengubah anggaran dasar baik secara umum maupun khusus yang

meliputi maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan telah diatur dalam

peraturan undang-undang yaitu Pasal 19 sampai dengan Pasal 28 UUPT. Dalam

proses perubahan ini anggaran dasar perseroan diperiksa dan dinilai kembali oleh

Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia untuk memperoleh pengesahan.

Page 87: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

78

Dilakukannya ratifikasi terhadap tindakan Direksi yang ultra vires justru

memberikan keuntungan tersendiri bagi Direksi. Apabila sebelumnya Direksi karena

tindakan ultra vires yang dilakukannya diwajibkan untuk bertanggungjawab secara

pribadi dengan dilakukannya ratifikasi yang berarti pula merupakan pengesahan

terhadap perjanjian yang ultra vires sehingga menjadi tanggungjawab perseroan,

maka dengan demikian Direksi terbebaskan dari tanggungjawab tersebut. Disamping

Direksi, pihak ketiga pun memperoleh manfaat yang tidak kecil.

Sehubungan oleh itu, maka pihak ketiga dapat mengharapkan keuntungan dan

yang terpenting kerugian yang kemungkinan timbul karena perjanjian dihentikan

akhirnya dapat dicegah. Dari uraian di atas dapatlah dipetik makna bahwa langkah

perseroan dalam hal ini RUPS melakukan ratifikasi terhadap tindakan Direksi yang

ultra vires pada dasarnya merupakan upaya yang bersifat remedial dalam pengertian

ratifikasi tersebut bertujuan memperbaiki kondisi perjanjian dan mencegah kerugian.

b. Ganti rugi

Ganti rugi atau damages pada dasarnya merupakan suatu kompensasi dalam

bentuk pemberian sejumlah uang. Oleh karena itu pemberian ganti rugi juga

merupakan salah satu bentuk upaya remedial untuk menanggulangi kerugian yang

timbul sebagai akibat dihentikanya perjanjian pihak ketiga dengan perseroan yang

ultra vires. Dalam hubungan ini perlu dikemukakan bahwa kajian hukum memang

mengenal lebih dari sekitar 25 (dua puluh lima) jenis ganti rugi. Akan tetapi untuk

menanggulangi kerugian yang timbul dari perjanjian yang ultra vires, tidak semua

jenis ganti rugi tersebut mengandung relevansi untuk dapat diterapkan.

Page 88: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

79

Penerapan jenis-jenis ganti rugi yang efektif dan efisien dalam hubungannya

dengan akibat tindakan ultra vires harus disesuaikan dengan bentuk-bentuk kerugian

yang terjadi, dan sebagaimana telah diuraikan pada pokoknya terdapat dua bentuk

kerugian, pertama, kerugian berupa sumber-sumber yang telah dialokasikan untuk

menunjang sampai tahap pelaksanaan, akan tetapi perjanjianya sendiri dihentikan

sebelum berakhir jangka waktunya, dan kedua, kerugian karena tidak berhasil

memperoleh keuntungan yang terjadi dengan dilaksanakan perjanjian secara penuh.

2. Mekanisme Pelaksanaan

Akibat hukum yang timbul dari perjanjian pihak ketiga dengan perseroan yang

ultra vires sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian-uraian sebelumnya meliputi

konsekuensi-konsekuensi seperti perjanjian dinyatakan tidak sah, perjanjian batal

demi hukum, dan perseroan tidak bertanggungjawab. Dalam kondisi demikian,

Direksilah yang dibebani dan melaksanakan tanggungjawab secara pribadi terhadap

pihak ketiga sebagai yang dirugikan. Pembebanan tanggungjawab tersebut kepada

Direksi pada akhirnya menimbulkan persoalan apakah Direksi selalu harus

bertanggungjawab secara pribadi terhadap setiap tindakan ultra vires. Terhadap

persoalan tersebut terdapat pandangan, bahwa tidak selamanya ultra vires

mengakibatkan pembebanan tanggungjawab pribadi dari direksi yang melakukan

ultra vires. Memang umumnya tindakan ultra vires menyebabkan timbulnya

tanggungjawab pribadi direksi.

Pandangan tersebut berdasarkan pemahaman umum mengenai keadilan terutama

berhubungan dengan pernyataan bahwa Direksi tidak selamanya bertanggungjawab

Page 89: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

80

secara pribadi terhadap tindakan ultra vires dapat diterima,yang intinya menekankan

tanggungjawab pribadi berdasarkan hukum positif dalam hal ini Pasal 3 ayat (2)

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, sebenarnya

menunjukkan kewajiban untuk bertanggungjawab secara pribadi itu hanya

dibebankan kepada pemegang saham.

Dari pengertian di atas yang menjadi dasar untuk meletakkan tanggungjawab

pribadi pada Direksi terhadap tindakan ultra vires. Membebankan tanggungjawab

secara pribadi kepada Direksi tersebut sebenarnya merupakan upaya pamungkas,

suatu langkah yang tidak dapat diterapkan dengan begitu saja. Penelusuran terhadap

kepustakaan hukum menunjukkan adanya beberapa langkah yang dapat dilakukan

sebelum menerapkan tanggungjawab pribadi. Adapun langkah-langkah yang

dimaksud pada pokoknya adalah yang disebut dengan injunction dan tracing.

Secara garis besarnya, dengan melakukan injunction, pihak ketiga dapat

mengupayakan suatu penetapan untuk mencegah perseroan membelanjakan pinjaman

dari pihak ketiga. Sementara itu melalui tracing, pemberi pinjaman dapat menarik

kembali pinjaman sepanjang dapat ditemukan dalam kondisi utuh. Disamping tampak

kurang memperhatikan faktor-faktor yang bersifat yuridis yang justru sangat

diperlukan dalam rangka menanggulangi akibat-akibat tindakan ultra vires, baik

injunction maupun tracing sebenarnya hanya relevan diterapkan untuk tindakan ultra

vires yang berkaitan dengan pihak ketiga yang berkedudukan sebagai kreditur atau

pemberi pinjaman kepada perseroan.

Page 90: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

81

Injunction dan Tracing juga tidak dapat menghindarkan Direksi dari kewajiban

melakukan tanggungjawab secara pribadi. Dengan demikian dalam hal

pertanggungjawaban terhadap kerugian-kerugian pihak ketiga akibat tindakan ultra

vires, pembebanan tanggung jawab pribadi pada Direksi tidak dapat dihindarkan.

Persoalannya, apakah Direksi yang merupakan pengurus perseroan memiliki

kemampuan untuk bertanggungjawab sementara tindakannya yang akhirnya

dinyatakan ultra vires itu dilakukan untuk kepentingan perseroan. Dalam kondisi

demikian langkah apa yang harus ditempuh agar kerugian pihak ketiga memperoleh

pemulihan. Pihak ketiga sebagai pihak yang dirugikan pada dasarnya tidak memiliki

kepentingan mengenai siapa yang harus bertanggungjawab atas kerugian yang

dialaminya apakah perseroan atau Direksi. Pihak ketiga hanya memaklumi bahwa

perjanjian yang dimaksudkan adalah hubungan hukum antara dirinya dengan

perseroan dan Direksi merupakan wakil perseroan.

Tidak ada relevansinya menarik pihak ketiga kedalam persoalan mengenai siapa

yang bertanggungjawab. Pihak ketiga hanya membutuhkan agar kerugian yang

dialaminya segera dapat dipulihkan. Pemulihan kerugian pihak ketiga akibat

perjanjianya dengan perseroan dinyatakan ultra vires, sementara Direksi yang

dibebani tanggungjawab pribadi tidak mampu bertanggungjawab misalnya karena

alasan tidak memiliki kekayaan yang cukup.

Uraian di atas terdapat pandangan bahwa pemulihan tersebut dapat dilakukan

dengan menempuh mekanisme atau tatacara antara lain seperti yang terdapat dalam

lembaga subrogasi Khusus berkaitan dengan uang yang dipinjam perseroan,

Page 91: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

82

pandangan yang lainnya pada pokoknya mengemukakan, apabila uang yang dipinjam

itu sudah dipergunakan untuk membayar utang yang sah dari perusahaan, pemberi

pinjaman dapat menuntut hak subrogasi dan sebagai akibatnya, pemberi pinjaman

dapat menuntut informasi penggunaan uang selanjutnya, akan tetapi subrogasi ini

tidak memberikan prioritas yang sama dengan kreditur yang asli.

Jika berkaitan dengan hukum terutama yang menyangkut utang-piutang yang

tunduk pada sistem hukum perdata yang berlaku di Indonesia pada umumnya juga

terdapat lembaga subrogatie sebagaimana tercantum dalam Pasal 1400 Kitab

Undang-undang Hukum Perdata yang pada pokoknya menentukan bahwa, subrogarsi

atau penggantian hak-hak pihak berpiutang oleh pihak ketiga, yang membayar kepada

pihak berpiutang itu, terjadi baik dengan persetujuan maupun demi undang-undang.

Rumusan Pasal 1400 Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada dasarnya

mengandung dua unsur yaitu penggantian hak-hak kreditur oleh pihak ketiga, dan

pembayaran oleh pihak ketiga. Berkaitan dengan unsur yang pertama perlu diuraikan

yang dimaksud dengan „hak-hak kreditur‟ disini adalah hak-hak yang dipunyai oleh

kreditur terhadap debiturnya, sedangkan „pihak ketiga‟ adalah pihak yang bukan

kreditur maupun debitur (utama). Sementara itu berkaitan dengan unsur yang kedua,

diuraikan, pihak ketiga baru memperoleh hak-hak berdasarkan subrogasi apabila dan

hanya dalam hal utang-utang yang dilunasi.15

Sehubungan dengan subrogasi secara umum timbul persoalan apakah mekanisme

yang tersedia dalam lembaga subrogasi itu relevan untuk diterapkan dalam proses

pemulihan hak pihak ketiga yang mengadakan perjanjian dengan perseroan yang

ultra vires. Persoalan tersebut menjadi semakin membingunkan sehubungan dengan

penyebutan istilah pihak ketiga. Terkait dengan subrogasi istilah itu sudah tepat untuk

15

J. Satrio, 1999, Cessie, Subrogattie, Novatie, Kompensatie, & Percampuran Hutang,

Alumni,Bandung, h. 50-58.

Page 92: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

83

menyebut yang menggantikan kreditur, akan tetapi apabila diterapkan dalam ultra

vires, maka istilah itu akan menghasilkan kebingunan karena dalam hubungannya

dengan perjanjian-perjanjian yang ultra vires, subyek-subyek seperti kreditur

perseroan, pemberi pinjaman terhadap perseroan, pemasok dan pelanggan sebenarnya

sudah menjadi pihak ketiga dan kreditur terlebih dahulu. Sehingga apabila kepada

mereka diberikan lagi kedudukan sebagai pihak ketiga, maka persoalannya hak-

haknya siapa yang mereka gantikan.

Pandangan tersebut dapat dipahami karena memang terdapat faktor-faktor yang

mewajibkan untuk melakukan atau menempuh subrogasi. Faktor-faktor tersebut

adalah sesuai dengan Pasal 1401 dan 1402 Kitab Undang-undang Hukum Perdata

yang pada pokoknya menentukan, subrogasi terjadi dengan persetujuan dan demi

undang-undang. Sepanjang pembayaran oleh pihak ketiga dilakukan tidak dalam

konteksnya dengan Pasal 1401 dan 1402 tersebut, dapatlah dikemukakan bahwa

pembayaran yang dilakukan itu tidak menimbulkan apa yang disebut dengan

subrogasi.

Secara umum dapat dikemukakan, gagasan dan mekanisme yang tercemin dari

subrogasi secara dengan perubahan dan penyesuaian seperlunya dapat diterapkan

dalam rangka pemulihan kerugian pihak ketiga karena perjanjiannya dengan

perseroan dinyatakan ultra vires. Namun demikian sehubungan dengan maksud itu

pula masih tersedia satu mekanisme lagi yang perlu dicermati dan diperbandingkan

karakteristik dan relevansinya.

Page 93: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

84

Adapun mekanisme yang dimaksud adalah upaya yang disebut dengan

substitution, yang secara umum mengandung pengertian, melayani orang lain sebagai

pengganti. Dalam mekanisme substitution terdapat hubungan segitiga di antara

pengganti, yang digantikan dan pihak ketiga. Substitution atau penggantian pada

pokoknya merupakan prinsip yang telah diterima secara luas bahwa dengan prinsip

tersebut seseorang atau pengutang baru dapat menerima utang dari orang lain (debitur

atau debitur asli), dan dengan cara demikian pengutang baru itu kemudian

menggantikan kedudukan debitur.

Upaya penggantian tersebut tidaklah muncul dengan sendiri,melainkan harus

pula didasarkan pada adanya persetujuan penggantian dari krediturnya. Dalam upaya

pemulihan kerugian pihak ketiga akibat perjanjiannya dengan perseroan dinyatakan

ultra vires, persetujuan penggantian yang dimaksud harus diberikan oleh pihak

ketiga. Berdasarkan upaya penggantian atau substitution terjadilah peralihan

kewajiban dari debitur asli kepada debitur baru. Analog dengan pemulihan kerugian

sebagai diuraikan di atas, maka peralihan kewajiban terjadi dari Direksi yang

sebelumnya dibebani tanggungjawab pribadi itu kepada perseroan.

Apabila dibandingkan dari uraian di atas tampaklah suatu perbedaan yang cukup

signifikan, dan secara garis besarnya perbedaan tersebut dapat diuraikan dengan

kalimat proses dalam subrogasi pada pokoknya menghasilkan kreditur baru yang

disebut dengan pihak ketiga, sedangkan mekanisme dalam penggantian atau

substitution menciptakan adanya debitur baru yang berkewajiban sebagai pengganti

melaksanakan kewajiban debitur asli.

Page 94: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

85

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berkaitan dengan permasalahan dalam rumusan masalah, penulis

menyimpulkan mengenai permasalahan yang dijadikan pertanyaan dalam rumusan

masalah yakni :

1. Adapun dasar-dasar perlindungan hukum terhadap pihak investor dalam hal

Direksi Perseroan Terbatas melakukan tindakan ultra vires pada pokoknya dapat

diuraikan dari pandangan bahwa prinsip ultra vires ini sudah merupakan doktrin

yang berlaku secara universal. Di Indonesia dapat dikemukakan secara implisit

UUPT mengakui dan menerima Doktrin Ultra Vires. Pengakuan dan penerimaan

ini tercermin dari adanya ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan maksud

dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan.

Berdasarkan penelusuran terhadap Undang-undang Nomor 40 Tahun

2007(UUPT) yang merupakan hukum perseroan positif di Indonesia, ternyata

dalam undang-undang tersebut tidak dijumpai satu ketentuan pun yang mengatur

secara tegas mengenai ultra vires terutama dari segi konsep atau peristilahannya.

Namun demikian hal tersebut tidaklah mengandung pengertian bahwa Indonesia

tidak menerima Doktrin Ultra Vires, semata-mata karena tidak dijumpai adanya

aturan atau norma dalam sistem hukumnya yang menentukannya secara tegas.

Page 95: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

86

Suatu sistem hukum pada dasarnya tidaklah hanya terdiri dari komponen

aturan atau norma hukum berupa pasal-pasal yang bersifat eksplisit saja. Dalam

kaitan tersebut dimana sistem hukum perseroan juga terdiri dari perjanjian yang

tertuang dalam anggaran dasar dan pendapat-pendapat hukum yang relevan.

Disamping itu terdapat pula beberapa dasar yang dapat dipergunakan

sebagai alasan untuk memberikan perlindungan terhadap pihak ketiga. Dasar-

dasar tersebut meliputi Asas Itikad Baik, Asas Pacta Sun Servanda dan Doktrin

Ultra Vires Modern. Dengan bertumpu pada dasar-dasar tersebut, maka dapatlah

diberikan perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum represif.

2. Bertumpu pada pemahaman mengenai perspektif hak dan bentuk-bentuk

kerugian yang timbul baik dari peristiwa hukum maupun hubungan hukum, maka

kerugian akibat tindakan Direksi perseroan yang ultra vires dapat melahirkan hak

bagi pihak yang dirugikan untuk bertindak atau menuntut ganti kerugian. Proses

penggantian kerugian tersebut meliputi upaya-upaya pemulihan atau upaya-

upaya remedial yang bertujuan untuk mengembalikan atau menggantikan hak-

hak dari pihak yang dirugikan baik yang secara nyata sudah terjadi maupun yang

diharapkan akan terwujud.

Pemahaman mengenai upaya pemulihan atau remedy mencerminkan dua

tindakan, pertama, tindakan yang mengandung aspek memperbaiki dan

mencegah, serta yang kedua, tindakan atau upaya yang mengandung aspek yang

bertujuan memulihkan. Dengan demikian dapat dikemukakan bentuk-bentuk

Page 96: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

87

upaya remedial terhadap kerugian akibat tindakan ultra vires tersebut meliputi

tindakan ratifikasi dan pemberian ganti rugi.

(Pasal 3 ayat 2) “Pasal Pemegang saham Perseroan tidak bertanggungjawab

secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak

bertanggungjawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki”.

Ratifikasi berarti pengesahan terhadap perjanjian yang ultra vires sehingga

menjadi tanggungjawab perseroan, maka dengan demikian Direksi terbebaskan

dari tanggungjawab yang bertujuan memperbaiki kondisi perjanjian dan

mencegah kerugian.

Ganti rugi atau damages pada dasarnya merupakan suatu kompensasi

dalam bentuk pemberian sejumlah uang. Disamping itu pemberian ganti rugi juga

merupakan salah satu bentuk upaya remedial yang bersifat menanggulangi

kerugian yang timbul. Dalam hal pihak ketiga yang dirugikan merupakan

kreditur, maka mereka dapat melakukan injunction atau mencegah perseroan

membelanjakan pinjaman dari pihak ketiga, dan tracing atau menarik kembali

pinjaman sepanjang dapat ditemukan dalam kondisi utuh.

Direksi yang dibebani tanggungjawab pribadi tidak mampu

bertanggungjawab misalnya karena alasan tidak memiliki kekayaan yang cukup,

maka langkah yang dapat dipandang sebagai solusinya adalah melakukan proses

substitution. Dengan langkah ini, perseroan terlebih dahulu melakukan

penalangan terhadap kerugian pihak investor dan selanjutnya Direksi

Page 97: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

88

berkewajiban mempertanggungjawabkannya kepada perseroan. Dalam hubungan

ini yang diutamakan adalah memulihkan hak-hak pihak investor.

B. Saran

1. Prioritas utama dalam penerapan Doktrin Ultra Vires pada dasarnya adalah

pencegahan terhadap tindakan Direksi yang melampaui kewenangan perseroan.

Berkaitan dengan upaya mendukung pencegahan tersebut maka baik direksi

maupun pihak investor yang akan menjalin hubungan kontraktual dengan

perseroan hendaknya memahami terlebih dahulu ketentuan-ketentuan mengenai

maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan yang bersangkutan.

Pemahaman di atas antara lain dapat diperoleh melalui konsultasi hukum.

Dengan pemahaman tersebut akan dapat diketahui kesesuaian antara transaksi

yang hendak dilakukan dengan ketentuan-ketentuan mengenai maksud dan

tujuan serta kegiatan usaha perseroan.

2. Upaya pemulihan hak-hak pihak investor atas tindakan ultra vires direksi

perseroan perlu diatur secara tegas dan terperinci dalam Undang-undang tentang

Perseroan Terbatas dan perlu adanya pengawasan yang lebih di dalam organ

perseroan agar terhindar dari tindakan ultra vires yang dapat merugian pihak

investor (pihak ketiga).

Page 98: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

89

DAFTAR PUSTAKA

Kitab suci:

Al-Qur’an dan Terjemahan.

Buku-buku:

Ais, Chatamarrasjid. Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-Soal Aktual

HukumPerseroan, Bandung:Citra Aditya Bakri,2004.

Apeldoorn, L. J.Van. Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Pradnya Paramita, 1978.

Fuady, Munir. Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law dan Eksistensinya

DalamHukum Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002.

Fuady, Munir. Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek, Buku Ketiga, Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2002.

Gie, The Liang. Teori-Teori Keadilan, Yogyakarta: Penerbit Super, 1979.

Ginting, Jamin. Hukum Perseroan Terbatas (UU. No. 40 Tahun 2007), Bandung:

Citra AdityaBakti,2007.

Ichsan, Achmad. Hukum Dagang; Lembaga Perserikatan, Surat-Surat Berharga,

Aturan-Aturan Angkutan, Jakarta: Pradnya Paramitha, 1983.

Kansil, CST. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka. 1989.

Makarao, Moh. Taufik. Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata, Jakarta: Rineka Cipta,

2004.

Mertokusumo, Sudikno. Mengenal Hukum(Suatu Pengantar), Yogyakarta: Liberty,

1986.

Nadapdap, Binoto. Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Jala Permata Aksara,2009.

Purwosutjipto, H. M. N. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2 (Bentuk-

Bentuk Perusahaan), Jakarta: Djambatan,1984.

Page 99: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

90

Prasetya, Rudhi. Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas,Bandung: Citra Aditya

Bakti, 1996.

Pramono, Nindyo. Bunga Rampai Hukum Bisnis, Bandung:Citra Aditya Bakti, 2006.

Prodjodikoro, R.Wirjono. Hukum Acara Perdata Di Indonesia, Bandung: Sumur

Bandung, 1980.

Prasetya, Rudhi. Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Bandung: Citra Aditya

Bakti, 1996.

Prinst, Darwan. Strategi Menyusun Dan Menangani Gugatan Perdata, Bandung:

Citra Aditya Bakti, 2002.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:UI Press,1986).

Subekti, R. Aneka Perjanjian, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995.

Soekardono, R. Hukum Dagang Indonesia Jilid I (bagian kedua), Jakarta: CV.

Rajawali, 1983.

Subekti, R. Kamus Hukum, Jakarta:Pradnya Paramita, 1973.

Subekti, R. Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta:PT. Intermasa,1977.

Simanjuntak, Cornelius dan Natalie Mulia. Organ Perseroan Terbatas,Jakarta:Sinar

Grafika,2009.

Tirta Amidjaja, M.H. Pokok-Pokok Hukum Perniagaan,Jakarta:Djambatan, 1956.

Tirtodiningrat, K.R.M.T. Ihtisar Hukum Perdata dan Hukum Dagang,Jakarta:

Pembangunan,1963.

Wicaksono, Frans Satrio. Tanggungjawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris

Perseroan Terbatas Jakarta: Visimedia, 2009.

Makalah/Artikel:

A. Partomuan Pohan,Alokasi Wewenang & Kewajiban Antara Dewan Komisaris,

DireksiDan Pemegang Saham, dalam : Beberapa Permasalahan Hukum

DiSekitar Penanaman Modal,Pusat Pengkajian Hukum bekerjasama dengan

BadanKoordinasi Penanaman Modal, Jakarta, 1990.

Page 100: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

91

J. Satrio, Cessie, Subrogattie, Novatie, Kompensatie, & Percampuran Hutang,

Alumni, Bandung, 1999.

Mas Soebagio, Permasalahan Dalam Bidang Hukum Pidana, Perdata & Dagang,

Alumni, Bandung, 1976.

Peter Mahmud Marzuki, Batas-Batas Kebebasan Berkontrak :Yuridika Vol 18,

Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, 2003.

Majalah/Koran:

Syarif Basir, Aspek Hukum Suatu Perjanjian, dalam: Newsletter, Edisi XI, 2009.

Perundang-undangan:

Kitab Undang-undang Perdata.

Kitab Undang-undang Hukum Dagang pasal 26 s/d 56 KUHD.

Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1998 Tentang Nama Perseroan Terbatas.

Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

Undang-undang No.4 Tahun 1971 Tentang Perubahan dan Penambahan Ketentuan

Pasal 54 KUHD.

INTERNET:

Irma Nurhayati,Ulasan Tentang Stasus Badan Hukum Perseroan Terbatas Menurut

Undang-undang Nomor 1Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas H.1.Magister

Hukum UGM, http://mhugm.wikidot.com diakses pada tanggal16/07/2013

19:43WIB.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol3616/perbuatan-melawan di akses pada

tanggal 11/1/2014 pada jam 20:20 WIB

Samuel Label, Perseroan Terbatas dan 15 Elemen Yuridisnya,

Kusumohamidjojo, Pacta Sun Servanda,1986,http:// www.kamushukum.com, diakses

pada tanggal 18/07/2013 14:25 WIB.

Page 101: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK INVESTOR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24999/1/Imam... · Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

92

Flora Raimond Lamandesa, Penegakan Hukum,2008, WWW.Scribb.com diakses

pada tanggal 20/07/2013, 22:25 WIB.

Wikipedia, the free encyclopedia, http://en.wikipedia.org. hal. 2, 3, 20/09/2013

9:00WIB.

Shareholder, http://legal-dictionary.com 22/09/2013 : 10.31 WIB

Damage, http://www.thefreedictionary.com. 30/09/2013 8:29 WIB.

Definition of Damage, http://www.merriam-webster.com. 30/09/2013 8:35 WIB.

Definition of Damage, http://www.brainyquote.com 30/09/2013 8:38 WIB.

Damage, http://www.lectlaw.com. 30/09/2013 8:45 WIB.