PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN DALAM PROSES ...eprints.ums.ac.id/28636/8/Naskah_Publikasi.pdf ·...

20
PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN DALAM PROSES PENYELESAIAN PERKARA PIDANA (Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : WIDYA YUNI ASTOMO C 100.090.138 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

Transcript of PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN DALAM PROSES ...eprints.ums.ac.id/28636/8/Naskah_Publikasi.pdf ·...

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN DALAM PROSES ...eprints.ums.ac.id/28636/8/Naskah_Publikasi.pdf · (Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo) ... KDRT, penganiayaan, kecelakaan lalu lintas

PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN

DALAM PROSES PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

(Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo)

NASKAH PUBLIKASI

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna

Mencapai Derajat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh :

WIDYA YUNI ASTOMO

C 100.090.138

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN DALAM PROSES ...eprints.ums.ac.id/28636/8/Naskah_Publikasi.pdf · (Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo) ... KDRT, penganiayaan, kecelakaan lalu lintas

ii

Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN DALAM PROSES ...eprints.ums.ac.id/28636/8/Naskah_Publikasi.pdf · (Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo) ... KDRT, penganiayaan, kecelakaan lalu lintas

iii

Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN DALAM PROSES ...eprints.ums.ac.id/28636/8/Naskah_Publikasi.pdf · (Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo) ... KDRT, penganiayaan, kecelakaan lalu lintas

1

PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN

DALAM PROSES PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

(Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo)

WIDYA YUNI ASTOMO C.100 090 138

Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Surakarta Jawa Tengah

e-mail : [email protected]

ABSTRAK

Dalam hal ini penulis meneliti mengenai Perlindungan hukum hak-hak

korban dalam proses penyelesaian perkara pidana (studi kasus di kabupaten Sukoharjo). Hasil penelitian dan pembahasan bahwa Perlindungan hukum hak-hak korban dalam proses penyelesaian perkara pidana yaitu dapat diberikan dalam berbagai cara, bergantung kepada penderitaan/kerugian yang diderita oleh korban, seperti kasus terhadap anak, KDRT, penganiayaan, kecelakaan lalu lintas baik luka ringan maupun meninggalnya seseorang, penipuan, penggelapan. Untuk itu penegak hukum memberikan keamanan si korban dilindungi sebaik mungkin untuk menjaga rasa aman dan kedamaiannya. Pemberian perlindungan sendiri sepenuhnya bertujuan untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan/atau korban dalam memberikan keterangan pada semua tahap proses peradilan pidana. Dengan semakin meningkatnya sifat individualisme dalam masyarakat mengakibatkan sifat kebersamaan atau kegotongroyongan dalam masyarakat semakin menurun sehingga masyarakat kurang peka dalam menghadapi kejahatan yang terjadi. Sikap dan pandangan aparat penegak hukum mengenai perlunya upaya-upaya kongkrit pemberian perlindungan hak dan kepentingan korban tindak pidana Sikap dan pandangan aparat bahwa korban adalah orang yang paling dirugikan dengan adanya tindak pidana tersebut. Sehingga sudah seharusnya posisi korban dan masyarakat dalam hukum pidana kita haruslah berada dalam sistem dan juga menjadi tujuan dari pemidanaan untuk dilibatkan dalam proses penyelesaian perkara pidana. Hal ini proses penyelesian perkara pidana pada akhirnya bermuara pada putusan hakim di pengadilan sebagaimana terjadi pada saat ini, tampak cenderung melupakan dan meninggalkan korban. Kata Kunci: perlindungan hukum, hak-hak korban, perkara pidana.

ABSTRACT

In this case the author examines Legal Protection of the rights of victims in the criminal case resolution process (case study in Sukoharjo district). The results and discussion that the legal protection rights of victims in the criminal

1

Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN DALAM PROSES ...eprints.ums.ac.id/28636/8/Naskah_Publikasi.pdf · (Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo) ... KDRT, penganiayaan, kecelakaan lalu lintas

2

case resolution process that can be given in a variety of ways, depending on the suffering/loss suffered by the victim, as in the case of children, domestic violence, assault, traffic accidents either minor injuries or death someone, fraud, embezzlement. For that law enforcement provide security of the victim are protected as best as possible to maintain a sense of security and serenity. Giving shelter themselves fully intended to give a sense of security to the witnesses and/or victims to provide information on all stages of the criminal justice process. With the increasing nature of individualism in society resulted in the nature of community or mutual cooperation within the community so that people are less sensitive to decline in the face of the crime that happened. The attitudes of law enforcement officials about the need concrete measures granting protection rights and interests of victims of crime and the attitude of officials view that the victim is the person most harmed by the criminal act. So it should be the position of the victim and the community in the criminal law we must be in the system and also the purpose of the punishment to be involved in the process of completion of the criminal case. This process adjudication criminal case ultimately comes down to the judge's decision in court, as happened in the moment, seem inclined to forget and leave the victim.

Keywords : legal protection, the rights of victims, criminal cases.

Pendahuluan

Dalam perlindungan Hak Asasi Manusia telah banyak perlindungan yang

telah dengan jelas dan tegas diatur dalam sebuah peraturan perundang-undangan.

Dalam hukum pidana Indonesia selama ini, hak-hak pelaku tindak pidana dalam

proses peradilan pidana memperoleh pengaturan secara memadai. Di dalam

KUHAP (Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang

Hukum Acara Pidana) hak-hak pelaku tindak pidana ditempatkan secara khusus

dalam bab tersendiri di bawah titel “Hak-hak Tersangka dan Terdakwa”, Bab VI

Pasal 50 hingga Pasal 68. Sementara itu, hak-hak korban sebagai pihak yang

menderita kerugian hanya diatur dalam satu pasal yakni Bab VIII Pasal 98 di

bawah titel “Penggabungan Perkara Gugatan Ganti Kerugian”.

Dalam perkembangan terkini telah berkembang usaha-usaha untuk

memberikan perhatian yang semakin besar kepada korban. Perhatian terhadap

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN DALAM PROSES ...eprints.ums.ac.id/28636/8/Naskah_Publikasi.pdf · (Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo) ... KDRT, penganiayaan, kecelakaan lalu lintas

3

korban dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan perlindungan terhadap hak

dan kepentingannya sebagai pihak yang mengalami kerugian. Upaya ini ditempuh

dengan mempertemukan pihak korban dan keluarganya dengan pihak tersangka

atau terdakwa dan keluarganya yang dibantu oleh pihak ketiga yang berperan

sebagai penengah (mediator). Kemajuan kajian tentang korban tindak pidana telah

mendorong meningkatnya kesadaran perlunya jaminan perlindungan hak dan

kepentingan korban tindak pidana.Perkembangan dalam skala global ini

berdampak pada kebijakan hukum nasional yang ditindaklanjuti dengan

dikeluarkannya berbagai aturan hukum tersebut di atas. Perkembangan ini

menandakan mulai bergesernya orientasi hukum dan sistem pidana sehingga

kemudian tidak hanya memperhatikan hak dan kepentingan pelaku tindak pidana,

tetapi juga memberikan perhatian pada hak dan kepentingan korban tidak pidana.

Konsep dan filosofi hukum pidana dan sistem peradilan pidana yang memberikan

perlindungan secara berimbang hak dan kewajiban pelaku dan korban tindak

pidana, masyarakat dan negara, dewasa ini dikenal dengan peradilan restoratif

sebagai konsep peradilan yang menghasilkan keadilan restoratif.1

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dikaji dalam

penelitian ini adalah 1) Bagaimana perlindungan hukum hak-hak korban dalam

proses penyelesiaan perkara pidana di kabupaten Sukoharjo, 2) Kendala-kendala

apa yang timbul dalam perlindungan hukum hak-hak korban dalam proses

penyelesiaan perkara pidana di kabupaten Sukoharjo, dan 3) Bagaimana sikap dan

pandangan aparat penegak hukum mengenai perlunya upaya-upaya kongkrit

pemberian perlindungan hak dan kepentingan korban tindak pidana.

1Howard Zehr, 2002, The Little Book of Restorative Justice, Pennsylvania : Intercourse, hal. 18.

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN DALAM PROSES ...eprints.ums.ac.id/28636/8/Naskah_Publikasi.pdf · (Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo) ... KDRT, penganiayaan, kecelakaan lalu lintas

4

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka peneliti menentukan tujuan

penelitian, yaitu: 1) Mengetahui perlindungan hukum hak-hak korban dalam

proses penyelesiaan perkara pidana di kabupaten Sukoharjo, 2) Mengetahui

kendala-kendala yang timbul dalam perlindungan hukum hak-hak korban dalam

proses penyelesiaan perkara pidana di kabupaten Sukoharjo, dan 3) Mengetahui

sikap dan pandangan aparat penegak hukum mengenai perlunya upaya-upaya

kongkrit pemberian perlindungan hak dan kepentingan korban tindak pidana.

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat, yaitu:

1) Manfaat Teoritis, mampu memberikan pemahaman kepada mahasiswa pada

khusunya dan masyarakat luas pada umumnya, terkait perlindungan hukum hak-

hak korban dalam proses penyelesiaan perkara pidana, 2) Manfaat Praktis, dapat

memperkaya wacana keilmuan terkait perlindungan hukum hak-hak korban dalam

proses penyelesiaan perkara pidana bagi kemajuan ilmu hukum di Indonesia

khususnya hukum pidana.

Kerangka Pemikiran

Keadilan restoratif (restorative justice) sebagai pendekatan baru dalam

penyelesaian tindak pidana, tidak mengabaikan peran formal dari sistem peradilan

untuk menjatuhkan pidana pada pelaku yang bersalah.2 Namun lebih dari itu,

pendekatan keadilan restoratif (restorative justice) menghendaki penyelesaian

khusus yang disertai dengan upaya-upaya untuk merestorasi atau memperbaiki

dampak negatif yang dialami korban tindak pidana, memulihkan penderitaan yang

dialami si korban, dan memulihkan hubungan antara pihak korban dan pihak

2 Ibid., page 22; Howard Zehr, 2001, Transcending Reflcxions of Crime victims, Pennsylvania :

Intercourse, page 194.

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN DALAM PROSES ...eprints.ums.ac.id/28636/8/Naskah_Publikasi.pdf · (Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo) ... KDRT, penganiayaan, kecelakaan lalu lintas

5

tindak pidana.3 Pendekatan ini membuka kesempatan kepada pihak korban untuk

menerima pertanggungjawaban dan juga permohonan maaf dari pelaku tindak

pidana.4 Dalam kaitan ini, pernyataan penyesalan dan permohonan maaf yang

tulus dan diterima oleh pihak keluarga korban dalam berbagai kasus menjadi

dasar terwujudnya perdamaian. Menurut Susanti Adi Nugroho, upaya damai yang

demikian itu harus membawa konsekuensi hukum, yaitu menutup perkara

bilamana telah dicapai perdamaian.5

Metode Penelitian

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis

sosiologis (empiris).6 Dalam pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini

bersifat lintas disiplin, yakni mengkaji aspek-aspek normatif dan mencoba melihat

bagaimana pelaksanaannya pada tatanan empiris melalui sistem peradilan pidana.

Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif.7 Lokasi penelitian ini

bertempatkan di Kepolisian, Kejaksaan Negeri, dan Pengadilan Negeri yang

berada di kabupaten Sukoharjo. Jenis data dalam penelitian ini adalah data

sekunder, jenis data ini merupakan data yang bersifat kualitatif, yakni deskripsi

naratif. Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan dan penelitian

lapangan dengan melakukan wawancara (interview).8

3 Howard Zehr & Barb Toews eds, 2004, Critical Issues in Restorative Justice, New York:

Criminal Justice Press, page 385. 4 Ibid., page. 26 5 Susanti Adi Nugroho, 2009, Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa, Jakarta: Telaga

Ilmu Indonesia, hal. 173. 6 Bambang Sunggono, 2007, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal.

72-79. 7 Soerjono dan Abdulrahman, 2003, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 23. 8 M Syamsudin, 2007, Operasionalisasi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal.

67.

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN DALAM PROSES ...eprints.ums.ac.id/28636/8/Naskah_Publikasi.pdf · (Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo) ... KDRT, penganiayaan, kecelakaan lalu lintas

6

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Perlindungan Hukum Hak-Hak Korban Dalam Proses Penyelesiaan Perkara

Pidana di Kabupaten Sukoharjo

Perlindungan hukum hak-hak korban dalam penyelesaian perkara pidana

adalah merupakan fenomena hukum acara pidana Indonesia, dimana dalam

penegakannya akan selalu bersinggungan dengan para penegak hukum itu sendiri.

Perlindungan hukum hak-hak korban sangat diperlukan, terutama para korban

dalam proses penyelesaian perkara pidana yang selama ini merasa tidak mendapat

perlindungan oleh hukum, dan bahkan kadang kala ada korban dalam kasus

pidana yang akhirnya malah dijadikan tersangka.

Secara teoritis, bentuk perlindungan terhadap korban kejahatan dapat

diberikan dalam berbagai cara, bergantung kepada penderitaan/kerugian yang

diderita oleh korban. Sebagai contoh, untuk kerugian yang sifatnya mental/psikis

tentunya bentuk ganti rugi dalam bentuk materi/uang tidaklah memadai apabila

tidak disertai dengan upaya pemulihan mental korban.

Perlindungan hukum hak-hak korban dalam proses penyelesaian perkara

pidana di kabupaten Sukoharjo, yaitu: a) Kepolisian Sukoharjo, Berdasarkan

keterangan Suparno, Kaur Bin Ops. Sat. Reskrim Polres Sukoharjo bahwa salah

satu perlindungan hukum hak-hak korban yang diberikan adalah keamanan si

korban wajib diberi pelayanan dan dilindungi sebaik mungkin, untuk menjaga

rasa aman, nyaman dan kedamaian si korban baik secara langsung maupun tidak

langsung. Dalam perlindungan hukum hak-hak korban di kepolisian dalam kasus

KDRT dan kasus anak terdapat perlindungan khusus yang dilakukan oleh polisi

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN DALAM PROSES ...eprints.ums.ac.id/28636/8/Naskah_Publikasi.pdf · (Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo) ... KDRT, penganiayaan, kecelakaan lalu lintas

7

wanita Unit PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak);9 b) Kejaksaan Negeri

Sukoharjo, Berdasarkan keterangan Yeni Astuti, Jaksa Kejaksaan Negeri

Sukoharjo bahwa perlindungan hukum hak-hak korban yang dilakukan kejaksaan,

seperti pada kasus yang korbannya anak jaksa mendampingi secara penuh dalam

proses persidangan maupun diluar persidangan. Untuk kasus yang lain jaksa

melihat dari keadaan atau kondisi si korban dan menyarankan agar korban

meminta perlindungan lebih lanjut ke Kepolisian maupun Lembaga Perlindungan

Saksi dan Korban (LPSK);10 c) Pengadilan Negeri Sukoharjo, Berdasarkan

keterangan Evi Firtiastuti, Hakim Pengadilan Negeri Sukoharjo bahwa

perlindungan hukum hak-hak korban di sidang pengadilan yaitu dengan cara

hakim melihat dari keadaan atau kondisi si korban harus diperhatikan betul,

dilihat dari luka fisik yang di alami si korban. Dalam kasus pidana khusus yang

melibatkan anak, hakim melihat dari usia anak, kondisi psikis dan fisik anak. Hak

korban untuk dilindungi orang tua, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Penasehat

Hukum juga diperhatikan. Semua ini demi perwujudan restoratif justice.11

Beberapa pendapat penegak hukum yang diwawancarai tentang bentuk

perlindungan hukum hak-hak korban yang didapatkan selama ini sebagai berikut:

“Perlindungan hukum yang diterima korban selama ini belum sepenuhnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada, baik dalam KUHAP, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang P-KDRT maupun Undang-undang Nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban serta perundang-undangan lainnya. Perlindungan hukum yang diberikan sebaiknya berdasarkan urgensi dari kasus itu dalam pengertian tidak semua korban mendapat perlindungan hukum tergantung dari kasusnya”.

9 Suparno, Kaur Bin Ops. Sat. Reskrim Polres Sukoharjo, Wawancara Pribadi, Sukoharjo, 7

Oktober 2013, pukul 09:30 WIB. 10Yeni Astuti, Jaksa Kejaksaan Negeri Sukoharjo, Wawancara Pribadi, Sukoharjo, 8 Oktober

2013, pukul 08:00 WIB. 11Evi Firtiastuti, Hakim Pengadilan Negeri Sukoharjo, Wawancara Pribadi, Sukoharjo, 7 Oktober

2013, pukul 08:00 WIB.

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN DALAM PROSES ...eprints.ums.ac.id/28636/8/Naskah_Publikasi.pdf · (Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo) ... KDRT, penganiayaan, kecelakaan lalu lintas

8

Dalam Pasal 98 KUHAP memberi kesempatan kepada korban atau

keluarganya untuk menggabungkan perkara gugatan ganti kerugian ke dalam

proses peradilan pidana. Penggabungan gugatan ganti kerugian dalam perkara

pidana akan membantu korban atau keluarganya karena tidak perlu mengajukan

gugatan tersendiri. Di samping itu dalam KUHAP tidak mengatur apabila pelaku

tidak mau atau tidak mampu membayar ganti rugi tersebut kepada korban. Dalam

Pasal 99 ayat (2) KUHAP disebutkan bahwa hakim dapat menolak atau menerima

permohonan penggabungan gugatan ganti kerugian yang diajukan oleh korban

atau keluarganya. Pasal 99 ayat (1) KUHAP mengadakan pembatasan, dimana

ganti kerugian yang diajukan hanya ganti kerugian yang bersifat materiil, sedang

kerugian yang bersifat immaterial tidak dapat diajukan.

Kendala-kendala Yang Timbul Dalam Perlindungan Hukum Hak-Hak Korban Dalam Proses Penyelesiaan Perkara Pidana di Kabupaten Sukoharjo

Dalam proses penegakan hukum pidana paling sedikit ada dua pihak yang

terkait di dalamnya, yaitu pihak pelaku tindak pidana (offenders) dan pihak

korban kejahatan (victims).12 Oleh karena itu, maka kedua pihak tersebut harus

mendapat perhatian yang seimbang. Dengan demikian, dalam proses penyelesaian

perkara pidana tidak ada pihak yang merasa dirugikan baik dipandang dari sudut

penegakan hukum pidana maupun dalam usaha penanggulangan kejahatan yang

terjadi dalam masyarakat.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan tidak terungkapnya jumlah

kriminalitas yaitu:13 a) Korban memang tidak tahu bahwa dirinya menjadi korban,

misalnya kehilangan harta milik yang sama sekali tidak dirasakan, karena harta

12Saparinah Sadli, 2000, Pemberdayaan Peremouan dalam Perspektif Hak Asasi Manusia, dalam

T.O. Ihromi dkk (Eds.), Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita, Bandung: Alumni, hal. 8. 13Ibid, hal. 10.

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN DALAM PROSES ...eprints.ums.ac.id/28636/8/Naskah_Publikasi.pdf · (Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo) ... KDRT, penganiayaan, kecelakaan lalu lintas

9

milik tersebut banyak sekali jumlahnya; b) Korban tidak mengetahui bahwa

secara yuridis ia dapat menuntut kerugian yang ditimbulkan oleh kecurangan

pihak lain, misalnya ada kecurangan dalam jual beli barang konsumsi di toko

yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Dalam hal ini korban tidak

tahu atau tidak tahu harus berbuat apa; c) Korban enggan bersusah payah

berhubungan dengan aparat penegak hukum, karena dirasakan kerugiannya tidak

terlalu besar dan dapat diabaikan saja, atau merasa bahwa tidak ada gunanya

melaporkan; d) Korban justru khawatir akan menderita keadaan yang lebih

memalukan jika apa yang dialaminya dilaporkan pada penegak hukum, misalnya

dalam hal kejahatan perkosaan dan kejahatan seksual lainnya; e) Korban takut

akan terjadinya pembalasan dari pelaku jika ia melaporkan kejadian yang

menimpa dirinya dan korban merasa tidak ada kepastian untuk mendapatkan

perlindungan.

Menurut Evi Fitriastuti, Hakim Pengadilan Negeri Sukoharjo, selama ini

kendala-kendala perlindungan hukum hak-hak korban dalam proses penyelesaian

perkara pidana di kabupaten Sukoharjo, yaitu:14 a) Ganti kerugian yang dilakukan

terdakwa secara materiil. Ganti kerugian yang diberikan terdakwa terhadap

korban tidak sesuai dengan apa yang diharapkan korban/keluarganya karena

keterbatasan ekonomi terdakwa tindak pidana.contohnya pada kasus kecelakaan

lalu lintas maupun penganiayaan yang mengalami luka berat, yang dimanakorban

menghabiskan biaya operasi dan perawatan hampir berpuluh-puluh juta akan

tetapi keluarga tersangka/terdakwa hanya bisa mengganti beberapa persen saja; b)

Untuk bentuk kerugian immateriil yakni perasaan takut, sakit, sedih, kejutan

psikis dan lain sebagainya dalam perkara pidana tidak bisa dilakukan. 14Evi Firtiastuti, Hakim Pengadilan Negeri Sukoharjo, Wawancara Pribadi, Sukoharjo, 7 Oktober

2013, pukul 08:00 WIB.

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN DALAM PROSES ...eprints.ums.ac.id/28636/8/Naskah_Publikasi.pdf · (Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo) ... KDRT, penganiayaan, kecelakaan lalu lintas

10

Sebagaimana diketahui bahwa Undang-undang Nomor 8 tahun 1981,

tentang Kibab Undang-undang Hukum Acara Pidana manganut sistem peradilan

pidana yang mengutamakan perlindungan hak-hak asasi manusia, namun apabila

ketentuan ketentuan mengenai hal itu diperhatikan secara lebih mendalam,

ternyata hanya hak-hak tersangka/terdakwa yang banyak ditonjolkan sedangkan

hak hak dari korban kejahatan sangat sedikit diatur. Sejalan dengan asas tersebut

masyarakat khususnya media massa lebih banyak menyoroti mengenai hak-hak

tersangka/terdakwa daripada mempermasalahkan mengenai perlindungan terhadap

korban kejahatan.

Sikap dan Pandangan Aparat Penegak Hukum Mengenai Perlunya Upaya-Upaya Konkrit Pemberian Perlindungan Hak dan Kepentingan Korban Tindak Pidana

1. Sikap Aparat Penegak Hukum

Berdasarkan wawancara dengan aparat penegak hukum di kabupaten

Sukoharjo tentang sikap dan pandangan aparat penegak hukum mengenai

perlunya upaya-upaya kongkrit pemberian perlindungan hak dan kepentingan

korban tindak pidana. Masing-masing lembaga penegak hukum memberikan

keterangannya sebagai berikut:

Sikap aparat penegak hukum dalam pemberian perlindungan hak-hak

korban, yaitu: a) Kepolisian bersikap pro-aktif, dimana setiap ada

laporan/aduan akan segera mungkin untuk menindaklanjuti laporan/aduan

tersebut demi memberikan perlindungan hak-hak si korban;15 b) Kejaksaan

bersikap pasif, hanya memberikan masukkan kepada kedua belah pihak untuk

15Suparno, Kaur Bin Ops. Sat. Reskrim Polres Sukoharjo, Wawancara Pribadi, Sukoharjo, 7

Oktober 2013, pukul 09:30 WIB.

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN DALAM PROSES ...eprints.ums.ac.id/28636/8/Naskah_Publikasi.pdf · (Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo) ... KDRT, penganiayaan, kecelakaan lalu lintas

11

melakukan mediasi perdamaian secara baik-baik;16 c) Pengadilan hanya

menjebatani kedua belah pihak, dan hakim memberikan masukan melalui

jaksa agar kedua belah pihak melakukan perdamaian secara tertulis dan

ditandatangani kedua belah pihak di atas meterai, kemudian jaksa

menyerahkan berkah perkara yang sudah terselip surat perdamaian tersebut.17

Perlindungan hukum hak-hak korban dan langkah perlindungan yang

diberikan lebih bersifat kurang pro-aktif. Dikatakan kurang pro-aktif karena

langkah ini ditujukan kepada mereka yang telah mengalami atau menjadi

korban kejahatan dan melaporkannya kepada pihak yang berwajib untuk

diproses lebih lanjut. Disini peran kepolisian yang diperlukan untuk

mengungkap kasus kejahatan yang terjadi. Peran pro-aktif kepolisian dapat

membantu terungkapnya kejahatan yang tidak dilaporkan oleh masyarakat.

Dengan demikian, peran pro-aktif kepolisian dapat membantu dalam hal

perlindungan hukum hak-hak korban dalam proses penyelesaian perkara

pidana, baik dari awal laporan tindak pidana sampai dengan dilaksanakannya

putusan hakim. Termasuk dimana Kepolisian dapat memperdamaikan kedua

belah pihak antara tersangka dengan korban sebelum kasus dilimpahkan ke

kejaksaan. Dengan perdamaian di kepolisian tersebut maka kasus dapat

dihentikan, Agar di kemudian hari tidak ada rasa saling balas dendam.

Perdamaian yang dilakukan kepolisian dapat dilakukan dengan cara

bagaimana kepolisian menjelaskan perkara terhadap tersangka agar meminta

maaf dan mengganti kerugian yang dialami korbannya.

16Yeni Astuti, Jaksa Kejaksaan Negeri Sukoharjo, Wawancara Pribadi, Sukoharjo, 8 Oktober

2013, pukul 08:00 WIB. 17Evi Firtiastuti, Hakim Pengadilan Negeri Sukoharjo, Wawancara Pribadi, Sukoharjo, 7 Oktober

2013, pukul 08:00 WIB.

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN DALAM PROSES ...eprints.ums.ac.id/28636/8/Naskah_Publikasi.pdf · (Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo) ... KDRT, penganiayaan, kecelakaan lalu lintas

12

Perlindungan terhadap korban dalam suatu perkara pidana sudah

semestinya harus diberikan jaminan perlindungan hukum oleh Negara,

sebagaimana salah satu ciri dari Negara hukum itu sendiri, yaitu harus

didasarkan atas asas kesamaan di depan hukum (equality before the law).

Dari aspek hak asasi manusia, Arif Gosita menyebutkan bahwa

“Perlindungan terhadap korban merupakan kewajiban asasi manusia baik

seseorang, sebagai anggota keluarga, masyarakat, maupun pemerintah “.18

2. Pandangan Aparat Penegak Hukum

Perlindungan korban kejahatan dalam sistem hukum nasional

nampaknya belum memperoleh perhatian serius. Hal ini terlihat dari masih

sedikitnya hak-hak korban kejahatan memperoleh pengaturan dalam

perundang-undangan nasional. Menurut Evi Fitriastuti, Hakim Pengadilan

Negeri Sukoharjo memberikan pandangan mengenai perlunya upaya-upaya

konkrit perlindungan hak dan kepentingan korban tindak pidana yang dapat

dilakukan, yaitu:19 a) Dengan cara penggabungan perkara ganti rugi, untuk

memberikan perlindungan hukum hak-hak korban, maka hakim melalui jaksa

untuk menjembatani kedua belah pihak agar melakukan perdamaian dan

kesepakatan ganti kerugian yang terjadi dengan menceritakan kronologi

kejadian dan hukuman yang akan di kenakan kepada pelaku/terdakwa.

Dengan cara seperti itu diharapkan keluarga terdakwa mau mencicil ganti

kerugian yang dialami korban atau keluarganya; b) Perlunya upaya hukum

lebih lanjut mengenai perlindungan korban dengan melihat kondisi si korban

tersebut demi terwujudnya restoratif justice.

18Arif Gosita, 2000, Masalah Korban Kejahatan, Jakarta: Penerbit Akademika Pressindo, hal. 41. 19Evi Firtiastuti, Hakim Pengadilan Negeri Sukoharjo, Wawancara Pribadi, Sukoharjo, 7 Oktober

2013, pukul 08:00 WIB.

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN DALAM PROSES ...eprints.ums.ac.id/28636/8/Naskah_Publikasi.pdf · (Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo) ... KDRT, penganiayaan, kecelakaan lalu lintas

13

Mengingat bahwa korban dalam hukum pidana berada dalam posisi

sentral, karena korban adalah orang yang paling dirugikan dengan adanya

tindak pidana tersebut. Dengan demikian, sudah seharusnya posisi korban dan

masyarakat dalam hukum pidana haruslah berada dalam sistem peradilan

pidana dan juga menjadi tujuan dari pemidanaan untuk dilibatkan dalam

proses penyelesaian perkara pidana. Penyelesaian perkara pidana diharapkan

menguntungkan bagi semua pihak antara pelaku, korban, dan masyarakatpun

menjadi wacana yang menarik dalam hukum pidana di Indonesia.

Berdasarkan hal itu maka diperlukan adanya perubahan pandangan

baru dalam sistem hukum pidana, yang dimana dengan melihat dari sikap dan

perilaku tersangka/terdakwa terhadap korban sesudah terjadinya tindak

pidana, kepribadian keseharian tersangka/terdakwa, serta komitmen terhadap

penyelesaian kasus yang dihadapinya. Sikap dan perilaku tersangka/terdakwa

dapat dilihat bagaimana tersangka/terdakwa menghargai korban, menyesali

perbuatan yang telah dilakukan, meminta maaf terhadap korban dan

memberikan santunan atau bantuan. Kepribadian keseharian, pernah

melakukan perbuatan tindak pidana atau tidak. Sementara itu, perilaku

tersangka/terdakwa dalam proses peradilan pidana dapat menjadi

pertimbangan hukuman yang meringankan atau memberatkannya.

Penutup

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis dapat

disimpulkan bahwa: 1) Perlindungan hukum hak-hak korban dalam proses

penyelesaian perkara pidana di kabupaten Sukoharjo yaitu hanya diberikan

pada urgensi kasusnya atau bergantung kepada penderitaan/kerugian yang

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN DALAM PROSES ...eprints.ums.ac.id/28636/8/Naskah_Publikasi.pdf · (Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo) ... KDRT, penganiayaan, kecelakaan lalu lintas

14

diderita oleh korban tindak pidana, seperti kasus terhadap anak, KDRT,

penganiayaan luka ringan, kecelakaan lalu lintas baik luka ringan. Untuk

penganiayaan luka berat dan kecelakaan lalu lintas dengan meninggalnya

seseorang, berkas perkara tetap berjalan walaupun sudah terjadi perdamaian

antara kedua belah pihak. Sementara itu, dalam kasus-kasus pembunuhan,

asusila atau pemerkosaan, perampokan dan lain sebagainya, belum

sepenuhnya para aparat penegak hukum memberikan perlindungan terhadap

korban/keluarga korban tindak pidana; 2) Kendala-kendala yang timbul

dalam perlindungan hukum hak-hak korban dalam proses penyelesiaan

perkara pidana di kabupaten Sukoharjo: a) Pelaku kriminal sendiri, dimana

pelaku kejahatan tersebut sangat pandai dalam melakukan kejahatan sehingga

tidak ketahuan atau tidak tertangkap; b) Sikap masyarakat, dimana sikap

masyarakat yang acuh tak acuh dalam menghadapi kriminalitas yang terjadi

di lingkungannya, sehingga masyarakat kurang peka dalam menghadapi

kejahatan yang terjadi; c) Ganti kerugian yang diberikan pelaku terhadap si

korban tidak sesuai dengan apa yang diharapkan si korban karena

keterbatasan ekonomi pelaku tindak pidana; d) Untuk kerugian immateriil

dalam perkara pidana tidak bisa dilakukan. 3) Selama ini para aparat penegak

hukum belum bersikap pro-aktif dalam pemberian perlindungan hak dan

kepentingan korban tindak pidana. Para korban tindak pidana tidak

mengetahui tentang adanya gugatan ganti kerugiaan yang dapat mereka

ajukan dalam proses penyelesaian perkara pidana. Masih banyak masyarakat

yang tidak tahu tentang apa saja hak-haknya sebagai korban tindak pidana

dan bagaimana cara mendapatkan hak-haknya tersebut sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4) Perlindungan hak dan

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN DALAM PROSES ...eprints.ums.ac.id/28636/8/Naskah_Publikasi.pdf · (Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo) ... KDRT, penganiayaan, kecelakaan lalu lintas

15

kepentingan korban tindak pidana dapat dilakukan dengan cara, yaitu:

penggabungan perkara gugatan ganti rugi dan upaya hukum mengenai

perlindungan korban dengan meminta bantuan perlindungan baik dari aparat

penegak hukum maupun dari lembaga swadaya masyarakat yang bergerak

dalam perlindungan korban tindak pidana.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka penulis

dapat memberikan saran sebagai berikut: 1) Dengan minimnya komponen

hukum maupun mengenai pendanaan dalam penegakkan perlindungan korban

hendaknya tidak menjadikan hukum itu lemah dan tidak efektif; 2) Khusus

mengenai formulasi hukum perlindungan hak-hak korban, hendaknya

dijadikan satu dalam sebuah undang-undang yang mencakup semua

perlindungan hukum bagi semua orang dalam satu sistem hukum yang

namanya adalah hukum perlindungan masyarakat, sehingga mudah dipahami

oleh masyarakat tentang apa-apa yang dilindungi oleh hukum; 3)

Perlindungan hukum bagi korban dalam proses peradilan pidana sangat

diperlukan, karena selama ini korban merasa tidak mendapat perlindungan

oleh hukum, di sini diperlukan peran aktif para aparat penegak hukum dalam

menyampaikan informasi kepada korban tentang apa saja hak-haknya dan

bagaimana cara memperoleh hak-haknya tersebut; 4) Penegak hukum harus

lebih memperhatikan kondisi dan keadaan korban, karena seorang korban

telah mendapat kerugian immateriil dan materiil. Kerugian immateriil dan

materiil ini dapat dilakukan dan diberikan kepada korban atau keluarganya

tinggal bagaimana kebijaksanaan aparat penegak hukum dalam memberikan

perlindungan kepada korban tindak pidana, untuk meringankan beban

penderitaan korban atau keluarganya.

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN DALAM PROSES ...eprints.ums.ac.id/28636/8/Naskah_Publikasi.pdf · (Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo) ... KDRT, penganiayaan, kecelakaan lalu lintas

16

DAFTAR PUSTAKA

Adi Nugroho, Susanti, 2009, Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa,

Jakarta: Telaga Ilmu Indonesia. Asshiddiqie, Jimly, 2007, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca

Reformasi, Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. Atmasasmita, Romli, 2010, Sistem Peradilan Pidana Kontemporer, Jakarta:

Kencana Prenada Media Grup. Chaerudin & Syarif Fadillah, 2004, Korban Kejahatan dalam Perspektif

Viktimologi & Hukum Pidana Islam, Jakarta: Grahadhika Press. Gosita, Arif, 2000, Masalah Korban Kejahatan, Jakarta: Penerbit Akademika

Pressindo. Gosita, Arif, 2004, Masalah Korban Kejahatan, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer –

Kelompok Gramedia. Howard Zehr & Barb Toews eds, 2004, Critical Issues in Restorative Justice,

New York: Criminal Justice Press. Manan, Bagir, 2006, Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa, dalam

Varia Peradilan No. 248 Juli 2006. Muhammad, Rusli, 2007, Hukum Acara Pidana Kontemporer, Bandung: Citra

Aditya Bakti.

Muladi, 2005, HAM Dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana, dalam Muladi, ed., Hak Asasi Manusia Hakekat, Konsep dan Implikasinya dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat, Bandung: Refika Aditama.

Raharjo, Satjipto, 2010, Masalah Penegakan Hukum, Yogyakarta: Genta

Publishing. Reksodiputro, Mardjono, 2007, Kriminologi Dan Sistem Peradilan Pidana,

Jakarta: Pusat Pelayanan dan Pengabdian Hukum Universitas Indonesia.

Robert Bodgan & Steven J. Taylor, 1993, Kualitatif Dasar-Dasar Penelitian (Diterjemahkan oleh A. Khizin Afandy), Surabaya: Usaha Nasioanal.

Soekanto, Soerjono, 2010, Faktor-faktor Yang Memengaruhi Penegakan Hukum,

Yogyakarta: Genta Publishing. Soerjono dan Abdulrahman, 2003, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka

Cipta.

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK KORBAN DALAM PROSES ...eprints.ums.ac.id/28636/8/Naskah_Publikasi.pdf · (Studi Kasus di Kabupaten Sukoharjo) ... KDRT, penganiayaan, kecelakaan lalu lintas

17

Sudarto, 1990, Hukum Pidana I, Semarang: Yayasan Sudarto d/a Fakultas Hukum UNDIP.

Sadli, Saparinah, 2000, Pemberdayaan Peremouan dalam Perspektif Hak Asasi

Manusia. Dalam T.O. Ihromi dkk (Eds.), Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita, Bandung: Alumni.

Sudaryono & Natangsa Surbakti, 2005, Buku Pegangan Kuliah Hukum Pidana,

Surakarta: Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sunggono, Bambang, 2007, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja grafindo

Persada.

Serikat Putra Jaya, Nyoman, 2006, Sistem Peradilan (Criminal Justice System), Bahan Kuliah, Porgram Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro.

Syamsudin, M., 2007, Operasionalisasi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Termorshuizen, Marjane, 1999, Kamus Hukum Belanda-Indonesia, Jakarta: Penerbit Djambatan.

Wisnubroto, Al., 2002, Praktek Peradilan Pidana Proses Persidangan Perkara

Pidana, Jakarta: PT. Galaxy Puspa Mega. Zehr, Howard, 2002, The Little Book of Restorative Justice, Pennsylvania:

Intercourse. Zehr,Howard, 2001, Transcending Reflcxions of Crime victims, Pennsylvania:

Intercourse. Alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana. Undang-Undang No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 Tentang

Kompensasi, Restituti, dan Rehabilitasi Terhadap Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Berat.