PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMILIK HAK MEREK TERKENAL...
Transcript of PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMILIK HAK MEREK TERKENAL...
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMILIK HAK MEREK TERKENAL
TERHADAP PENIRUAN MEREK
(Analisis Putusan MA Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh
MOH. RIFKI ALPIANDI
NIM: 1111048000005
KONSENTRASI HUKUM BISNIS
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016 M
iv
ABSTRAK
Moh. Rifki Alpiandi. NIM 1111048000005. PERLINDUNGAN HUKUM
BAGI PEMILIK HAK MEREK TERKENAL TERHADAP PENIRUAN
MEREK (Analisis Putusan MA Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013).
Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis Islam, Fakultas
Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437 H/2016 M. xi + 81 halaman + 115 lampiran.
Penjelasaan Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 15 tahun
2001 tentang Merek menjelaskan persamaan pada pokoknya sebagai
kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antara
merek yang satu dan merek yang lain, yang dapat menimbulkan kesan
adanya persamaan baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara penulisan,
atau kombinasi antara unsur-unsur ataupun persamaan bunyi ucapan yang
terdapat dalam merek-merek tersebut. Tujuan dari skripsi ini untuk
mengetahui pertimbangan hakim dalam Kasasi yang menentukan Merek
BIORF memiliki persamaan pada pokoknya terhadap Merek BIORE,
pertimbangan hakim dalam Peninjauan Kembali (PK) yang menentukan
Merek BIORF memiliki perbedaan pada pokoknya terhadap Merek BIORE
dan dampak hukum pasca dikeluarkannya Putusan Mahkamah Agung Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013 terhadap pemilik hak
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif
dengan menggunakan metode pendekatan perundang-undangan (statute
approach), dan pendekatan kasus (case approach). Pendekatan perundang-
undangan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang
Merek. Sedangkan Pendekatan kasus adalah pendekatan yang dilakukan
dengan cara menelaah suatu kasus yang telah menjadi putusan pengadilan
berkekuatan hukum tetap, dalam hal ini yaitu putusan Mahkamah Agung
Nomor MA No. 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertimbangan hakim dalam
putusan Mahkamah Agung Nomor 590 K/Pdt.Sus/2012 yang menentukan
Merek BIORF memiliki persamaan pada pokoknya terhadap Merek BIORE
sudah tepat. Karena dasar dari pertimbangannya yaitu pada Pasal 6 ayat (1)
butir (a) dan (b), Pasal 4 dan Pasal 5 butir (a) dan (b) Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek. Persamaan pada pokoknya antara
Merek BIORF dengan Merek BIORE sangat jelas terlihat, yaitu dari segi
persamaan bentuk, cara penempatan, cara penulisan, kombinasi huruf dan
persamaan bunyi ucapan atau lafal antara Merek BIORF dan Merek BIORE
persis sama sehingga tidak memiliki daya pembeda antara satu dengan yang
lain. Pertimbangan hakim dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 127
PK/Pdt.Sus-HKI/2013 yang menentukan Merek BIORF memiliki perbedaan
pada pokoknya terhadap Merek BIORE kurang tepat dan mengenai alasan-
alasan pengajuan Peninjauan Kembali (PK) terlalu tendensius dan subjektif
yang hanya mengacu pada kekeliruan nyata hakim serta menyampingkan
fakta-fakta. Perbedaan pada pokoknya antara Merek BIORF dan Merek
v
BIORE tidak telihat jelas. Hakim dalam pertimbangannya hanya melihat
dari segi persamaan bunyi saja dan tidak dari unsur-unsur yang lain seperti
persamaan bentuk, cara penempatan, kombinasi antara unsur-unsur serta
merek yang digunakan untuk barang/jasa sejenis. Kemudian terhadap
penggunaan kata BIO yang merupakan sebagai kata milik umum menjadi
dasar dikabulkannya permohonan Peninjauan Kembali (PK) oleh hakim
sebagai bentuk pertimbangan yang prematur dan terlalu dini dalam
pengambilan kesimpulan. Jadi meskipun Merek BIORF tidak sama secara
keseluruhan dengan Merek BIORE, pemilik Merek BIORF telah
menumpangkan popularitas mereknya terhadap merek lain yang sudah
terkenal dalam hal ini Merek BIORE. Dampak dari Putusan Mahkamah
Agung Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013 yaitu bagi pemilik hak merek
BIORE yang telah terdaftar dan terkenal agar selalu melindungi mereknya
yaitu dengan memperhatikan adanya itikad tidak baik dari pemilik merek
lain. Apabila terdapat merek lain yang telah terdaftar di Dirjen HKI dan
diumumkan dalam Berita Umum Merek, maka pemilik hak merek BIORE
yang telah terdaftar terlebih dahulu segera mengajukan keberatan dan
pembatalan merek tersebut. Gugatan pembatalan merek hendaknya tidak
melebihi 5 (lima) tahun sejak tanggal pendaftaran merek tersebut. Hal ini
berdasarkan ketentuan Pasal 69 UU Merek No. 15 Tahun 2001.
Kata Kunci : Persamaan Unsur Pokok, Merek Terkenal
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Melihat lagi Maha
Mendengar, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehinga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Penyusunan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Hukum (SH) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah
membantu baik materil maupun immateril, oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. H. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H dan Drs. Abu Tamrin,
S.H.,M.Hum., Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum.
3. Dr. H. Nahrowi, SH, MH., dan Fahmi Muhammad Ahamdi, M.Si., dosen
pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu disela-sela
kesibukan dalam memberikan nasihat, kritik dan saran untuk membangun
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Prof. Dr. H. A. Salman Maggalatung, S.H., M.H., sebagai dosen penasihat
akademik yang telah memberikan nasihat dan arahan.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas berbagi
ilmu pengetahuan dan pengalamanya kepada penulis.
6. Ucapan terimakasih yang tak terhingga atas pengorbanan kedua orang tuaku
tercinta Ayahanda Drs. Masnun, S.H., M.H., dan Ibunda Neneng Yuliani,
yang telah memberikan segala dukungan baik materil maupun immateril serta
doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan masa studi S1.
7. Antika Farhani Hakim, Moh. Wildan Fatoni, Mutiara Syifa. Adik-adik
penulis, terima kasih atas doa dan dukungan kalian semua.
vii
8. Seluruh keluarga besar Bentong Residence (BR), Ilyas Aghnini, Andrio,
Idham Katiasan, Rudi Hartono, Dadan Gustiana, Kurnialif, Febyo Hartanto,
Syawal Ritonga, Lisanul Fikri, Nevo Amaba, Ian Nurdiansyah, Bara
Muhammad, Muhammad Iqbal, Angga Ariyana terima kasih atas dukungan
dan pengalaman yang telah diberikan selama kuliah di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
9. Seluruh keluarga besar Asrama Putra UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
angkatan 2011, khususnya Daniel, Yusuf, Deri, Wahyu, Khalil, Bisma,
Ramdan, Abi, Miqdad dan lain-lain, terima kasih atas dukungan yang telah
diberikan selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Teman-teman satu kontrakan di gang bentong, Bara, Iman, Afif, Rizki, Aji
dan Fadli, terima kasih atas kebersamaan kita selama beberapa tahun terakhir
yang tetap rukun hidup disatu atap dan saling mendukung satu sama lainnya.
11. Seluruh teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Hukum angkatan
2011, terimakasih atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan selama
ini.
12. Seluruh keluarga besar KKN KHAMSA, Lisanul Fikri, Hafizs Tamjidi, Rizka
Maftuha, Rand Rasyid, Andhianty Nur P, Aini Soraya, Bayu Nanda Pratama,
Nadya Intan P, Dicha Agustin, Shela Octaviani, Imam Subhan, Asep Azhari,
Arif Dianuari, Deni Hidayat, Ali Bazdawi terima kasih atas dukungan dan
pengalaman yang telah diberikan selama sebulan KKN di Pulau Harapan
Kepulauan Seribu dan kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
13. Seluruh Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Tasikmalaya (HIMALAYA),
khususnya Mang Fuji, Teh Tetty, Mang Iqbal, Awwam, Wandi, Arif, Irfan
dan lain-lain, terima kasih atas dukungan dan pengalaman yang telah
diberikan selama bergabung didalamnya.
14. Seluruh keluarga besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Komisariat
Fakultas Syariah dan Hukum (PMII KOMFAKSAHUM) Cabang Ciputat,
yang telah memberikan banyak pelajaran dan pengalaman kepada penulis.
15. Seluruh keluarga besar ESC SMANDATAS yang telah memberikan
motivasi, semangat, pelajaran dan pengalaman kepada penulis.
viii
16. Seluruh keluarga besar SK-P (Satya Kencana Purbasari SMA Negeri 2 Kota
Tasikmalaya) yang telah memberikan banyak pelajaran dan pengalaman
kepada penulis.
17. Abdul Karim Munthe, S.H., M.H., Lc sebagai senior yang selalu menjadi
tempat penulis mencurahkan keresahan untuk di diskusikan terkait skripsi ini
yang telah penulis anggap sebagai abang sendiri.
18. Rudi Hartono, S.H., sebagai sahabat dan sekaligus mentor penulis dalam
menyelesaikain skripsi ini.
19. Wildan Hilmi Ansori, Agy Rivi, M. Nurhamsah, Fadil Rachman, Tia Mela
Anisa, Fajar Daniegia Kausar, Ari Gustian, Rizki Risanto Bahar, Ami, Dlya
Fuadia, Fia Iwing dan Ligar Anggara P, sebagai Sahabat dan penyemangat
penulis diluar perkuliahan.
20. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT
memberikan berkah dan karunia-Nya serta membalas kebaikan mereka.
Amin.
Demikian ini penulis ucapkan terimakasih dan mohon maaf yang sebesar-
besarnya apabila terdapat kata-kata di dalam penulisan skripsi ini yang kurang
berkenan bagi pihak-pihak tertentu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua
pihak, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Jakarta, 07 Januari 2016
Penulis
Moh. Rifki Alpiandi
ix
DAFTAR ISI
PESETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ........................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ...................................................... 6-7
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ...................................................... 7-8
D. Tinjauan Kajian Terdahulu ........................................................... 8
E. Metode Penelitian ......................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan .................................................................... 13
BAB II MEREK SEBAGAI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
A. HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL DI INDONESIA
1. Definisi Hak Kekayaan Intelektual ............................................... 15
2. Dasar Hukum dan Klasifikasi Hak Kekayaan Intelektual . ............ 19
3. Prinsip-Prinsip Umum Hak Kekayaan Intelektual ......................... 22
B. MEREK DAGANG DAN JASA
1. Definisi Merek ............................................................................. 26
2. Fungsi Merek ............................................................................... 28
3. Jenis Merek .................................................................................. 30
4. Merek Yang Dapat dan Tidak Dapat Didaftarkan ......................... 32
C. MEREK TERKENAL ...................................................................... 35
D. PERLINDUNGAN ATAS PELANGGARAN MEREK
1. Gugatan ........................................................................................ 38
2. Pengadilan Niaga .......................................................................... 39
3. Penetapan Sementara Pengadilan .................................................. 41
4. Arbitrase ...................................................................................... 43
5. Ketentuan Pidana Hak Atas Merek ............................................... 43
x
BAB III PUTUSAN HAKIM DALAM PERKARA ANTARA MEREK
BIORE DAN BIORF
A. Putusan Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
Putusan PN Nomor: 02/MEREK/2012/PN.NIAGA.JKT.PST........... 46
B. Putusan Hakim Mahkamah Agung
Putusan MA Nomor 590 K/Pdt.Sus/2012 ......................................... 51
C. Putusan Hakim Mahkamah Agung
Putusan MA Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013 ............................... 59
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK HAK MEREK TERKENAL
ATAS PENIRUAN MEREK
A. Pertimbangan Hakim Dalam Kasasi Yang Menentukan Merek BIORF
Memiliki Persamaan Pada Pokoknya Terhadap Merek BIORE. ......... 61
B. Pertimbangan Hakim Dalam Peninjauan Kembali (PK) Yang
Menentukan Merek BIORF Memiliki Perbedaan Pada Pokoknya
Terhadap Merek BIORE .................................................................... 64
C. Dampak Hukum Pasca Dikeluarkan Putusan MA Nomor 127
PK/Pdt.Sus-HKI/2013 Terhadap Pemilik Hak Merek BIORE ............ 69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 75
B. Saran .................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 79
LAMPIRAN .................................................................................................... 81
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek
2. Putusan Mahkamah Agung Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013
3. Putusan Mahkamah Agung Nomor 590 K/Pdt.Sus/2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan industri dan perdagangan, merek menjadi
sangat penting dalam dunia periklanan dan pemasaran karena publik sering
mengaitkan suatu image, kualitas atau reputasi barang dan jasa dengan merek
tertentu. Konsumen membeli suatu produk tertentu dengan melihat mereknya
karena menurut mereka, merek tersebut berkualitas tinggi atau aman untuk
dikonsumsi dikerenakan reputasi dari merek tersebut.1
Merek merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, untuk
selanjutnya ditulis UU No. 15 Tahun 2001. Pasal 1 ayat (1) UU No. 15 Tahun
2001 menjelaskan merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata,
huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur
tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang atau jasa.
Kemajuan teknologi informasi dan transfortasi yang sangat pesat, juga
mendorong globalisasi Hak Kekayaan Intelektual. Suatu barang atau jasa
yang hari ini diproduksi di satu negara, di saat berikutnya telah dapat
dihadirkan di negara lain. Kehadiran barang atau jasa yang dalam proses
produksinya telah menggunakan Hak Kekayaan Intektual dengan demikian
1 Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung: P.T. Alumni, 2005),
h. 131.
2
juga telah menghadirkan Hak Kekayaan Intektual pada saat yang sama ketika
barang atau jasa yang bersangkutan dipasarkan. Kebutuhan untuk melindungi
Hak Kekayaan Intektual dengan demikian juga tumbuh bersamaan dengan
kebutuhan untuk melindungi barang atau jasa sebagai komoditi dagang.
Kebutuhan untuk melindungi barang atau jasa dari kemungkinan pemalsuan
atau dari persaiangan yang tidak wajar (curang), juga berarti kebutuhan untuk
melindungi Hak Kekayaan Intektual yang digunakan untuk memproduksi
barang atau jasa tadi. Hak Kekayaan Intektual tersebut tidak terkecuali bagi
merek.2
Kebutuhan untuk melindungi merek dari peniruan atau persaingan
yang curang, maka merek tersebut harus didaftarkan di Direktoral Jenderal
Hak Kekayaan Intelektual. Indonesia telah membuat undang-undang yang
mengatur secara khusus tentang merek, yaitu UU No. 15 Tahun 2001. Selain
peraturan perundang-undangan nasional tentang merek, ada juga peraturan
merek yang bersifat internasional seperti Konvensi Paris Union yang khusus
diadakan untuk memberikan perlindungan pada hak milik perindustrian
(Paris Convention for the Protection of Industrial Property) dan Indonesia
merupakan peserta pada Paris Convention. Oleh karena itu Indonesia juga
turut serta dalam International Union for the Protection of Industrial
Property yaitu organisasi Uni Internasional khusus untuk memberikan
perlindungan pada Hak Milik Perindustrian, yang sekarang ini sekretariatnya
turut diatur oleh Sekretariat Internasional WIPO (World Intelectual Property
2 Budi Agus Riswandi dan Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 82.
3
Organization).3
Pemilik merek baru akan diakui atas kepemilikan mereknya setelah
melakukan pendaftaran. Untuk memenuhi persyaratan pendaftaran, merek
harus memiliki daya pembeda yang cukup, artinya memiliki kekuatan untuk
membedakan antara merek yang dimiliki dengan merek milik pihak lain yang
sejenis. Agar memiliki daya pembeda, merek harus dapat memberikan
penentuan pada barang atau jasa yang bersangkutan.4 Jadi merek yang tidak
memiliki daya pembeda tidak dapat didaftarkan di Direktoral Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual dan secara otomatis tidak akan mendapatkan
perlindungan hukum.
Selain tidak memiliki daya pembeda, pendaftaran merek juga dapat
ditolak pendaftarannya oleh Direktoral Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
apabila mengandung persamaan pokok atau keseluruhan dengan merek pihak
lain yang sudah terdaftar lebih dulu untuk barang dan jasa sejenis, dengan
merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan jasa sejenis, dan
juga dengan indikasi-geografis yang sudah dikenal. Persamaan pokok yang
dimaksud disini adalah suatu kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur-
unsur yang menonjol antara merek yang satu dengan yang lain dan dapat
menimbulkan kesan adanya persamaan mengenai bentuk, cara penempatan,
3 OK. Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
2004), h. 338.
4 Budi Agus Riswandi dan Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 83.
4
cara penulisan atau kombinasi antara unsur-unsur ataupun persamaan bunyi
ucapan yang terdapat dalam merek-merek tersebut.
Salah satu kesulitan yang timbul dari ketentuan UU No. 15 Tahun
2001 yaitu kurangnya pedoman yang jelas untuk menetukan kriteria merek
terkenal, dengan kata lain Undang-Undang merek Indonesia tidak mengatur
secara rinci tentang merek terkenal ini. Namun dalam ketentuan Pasal 6 UU
No. 15 Tahun 2001 dalam penjelasannya tentang penolakan permohonan
yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan merek
terkenal untuk barang dan/atau jasa yang sejenis dilakukan dengan
memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai merek tersebut di
bidang usaha yang bersangkutan. Selain itu, diperhatikan pula reputasi merek
terkenal yang diperoleh karena promosi yang gencar dan besar-besaran,
investasi di beberapa negara di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, dan
disertai bukti pendaftaran merek tersebut di beberapa negara.
Perlindungan merek terkenal merupakan salah satu aspek penting
dalam hukum merek. Perlindungan yang diberikan oleh undang-undang
merek terhadap merek terkenal merupakan pengakuan terhadap keberhasilan
pemilik merek dalam menciptakan image ekslusif dari produknya yang
diperoleh melalui pengiklanan atau penjualan produk-produknya secara
langsung.5 Adanya peniruan merek terkenal pada dasarnya dilandasi iktikad
tidak baik, yaitu mengambil kesempatan dari ketenaran merek orang lain.
Sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi pemilik merek terkenal
5 Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung: P.T. Alumni, 2005),
h. 151.
5
disebabkan ada kemungkinan berkurangnya penjualan produk akibat dari
sebagian konsumennya beralih ke merek yang menyerupainya.
Salah satu sengketa persamaan pokok pada suatu merek terkenal
untuk dua jenis produk barang dan kelas yang sama telah ditangani oleh
Mahkamah Agung dan diputus dalam putusan MA Nomor 127 PK/Pdt.sus-
HKI/2013. Dalam putusan tersebut diselesaikan sengketa antara PT.
SINTONG ABADI selaku pemilik merek BIORF dengan KAO
CORPORATION selaku pemilik merek BIORE.
Putusan MA Nomor 127 PK/Pdt.sus-HKI/2013 permohonan
peninjauan kembali oleh PT. SINTONG ABADI dikabulkan oleh Mahkamah
Agung dikarenakan mereknya ternyata tidak mempunyai persamaan pada
pokoknya dengan merek Biore dan membatalkan putusan Mahkamah Agung
Nomor 590 K/Pdt.Sus/2012., dalam perkara ini tidak sesuai dengan hukum
dan/atau undang-undang, sehingga permohonan peninjauan kembali yang
diajukan oleh Pemohon Peninjauan Kembali PT. SINTONG ABADI tersebut
dikabulkan.
Untuk menentukan kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur-
unsur yang menonjol antara merek yang satu dengan merek yang lainnya,
yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan baik mengenai bentuk,
cara penempatan, cara penulisan atau kombinasi antara unsur-unsur ataupun
persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam merek-merek tersebut,
pendapat para hakim di pengadilan tidaklah selalu sama. Karena kurangnya
aturan secara rinci tentang apa itu merek terkenal dan batasan mengenai
6
kriteria persamaan pada pokoknya dalam Peraturan Perundang-undangan di
Indonesia, sehingga hakim memiliki penafsiran yang berbeda dalam
menyelesaikan sengketa.
Hal ini bisa dilihat dari adanya perbedaan dalam putusan Kasasi
dengan Peninjauan Kembali (PK) dari perkara antara Merek BIORE dengan
BIORF, yang mana di dalam putusan Kasasi menyebutkan bahwa Merek
BIORF memiliki persamaan pada pokoknya terhadap Merek BIORE.
Sedangkan di dalam putusan Peninjauan Kembali (PK) menyebutkan
sebaliknya yaitu Merek BIORF memiliki perbedaan pada pokoknya terhadap
Merek BIORE. Disini jelas terlihat bahwa hakim Mahkamah Agaung
memiliki penafsiran yang berbeda dalam menyelesaikan sengketa ini. Oleh
karena itu penulis merasa penting dan tertarik untuk melakukan penelitian
karya ilmiah ini dengan judul PERLINDUNGAN HUKUM BAGI
PEMILIK HAK MEREK TERKENAL TERHADAP PENIRUAN
MEREK (Analisis Putusan MA Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013).
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan Hak Kekayaan Inetelektual yang
meliputi hak cipta, paten, merek, rahasia dagang, desain industri, varietas
tanaman dan desain tata letak sirkuit terpadu, maka skripsi ini hanya
difokuskan pada persamaan unsur pokok pada Merek BIORE dan BIORF
yang telah diputuskan pada lembaga peradilan di Indonesia.
7
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah, maka
peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana Pertimbangan hakim dalam Kasasi yang menentukan
Merek BIORF memiliki persamaan pada pokoknya terhadap Merek
BIORE?
b. Bagaimana Pertimbangan hakim dalam Peninjauan Kembali (PK)
yang menentukan Merek BIORF memiliki perbedaan pada pokoknya
terhadap Merek BIORE?
c. Bagaimana dampak hukum pasca dikeluarkannya Putusan MA Nomor
127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013 terhadap pemilik hak merek BIORE?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah :
a. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam Kasasi yang
menentukan Merek BIORF memiliki persamaan pada pokoknya
terhadap Merek BIORE.
b. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam Peninjauan Kembali
(PK) yang menentukan Merek BIORF memiliki perbedaan pada
pokoknya terhadap Merek BIORE.
c. Untuk mengetahui dampak hukum pasca dikeluarkannya Putusan MA
Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013 terhadap pemilik hak merek
BIORE.
8
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kajian
Hukum Bisnis di Indonesia Khususnya perkembangan HKI mengenai
merek dalam hal persamaan unsur pokok pada suatu merek terkenal.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
penegak hukum yang ingin memahami lebih jauh dalam penyelesaian
sengketa persamaan unsur pokok suatu merek terhadap merek terkenal.
Selain itu, dapat digunakan sebagai tambahan pemikiran dalam bentuk
data sekunder terhadap permasalahan yang sama.
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, penulis akan
menyertakan beberapa hasil penelitian terdahulu sebagai perbandingan
tinjauan kajian materi yang akan dibahas, sebagai berikut:
“Tinjauan Yuridis Terhadap Peniruan Merek Helm “INK” Oleh
Merek Helm “INX” (Analisis Putusan Nomor:
68/Merek/2012.PN.Niaga.Jkt.Pst)“. Skripsi yang disusun oleh Dwi Anto dari
UIN Syarif Hidayatullah pada tahun 2014 ini menjelaskan mengenai peniruan
merek helm “INK” dan oleh merek “INX”.
9
“Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Merek Dagang Terkenal
Asing Dari Pelanggaran Merek Di Indonesia”. Skripsi ini disusun oleh
Irwansyah Ockap Halomoan dari Universitas Sumatra Utara pada tahun 2008
ini membahas mengenai perlindungan hukum terhadap pemegang merek
dagang terkenal asing dari pelanggaran merek di indonesia.
Buku dari Tim Lindsey, dkk. yang berjudul “Hak Kekayaan
Intelektual; Suatu Pengantar”, yang diterbitkan oleh PT. Alumni, Bandung,
tahun 2013. Pada buku karangan Tim Lindsey, dkk ini hanya menguraikan
secara singkat mengenai merek.
Sebagai perbandingan sekaligus pembeda, pada skripsi ini penulis
menganalisa putusan mengenai persamaan unsur pokok pada suatu merek
terkenal yaitu antara Merek BIORE dan BIORF.
E. Metode Penelitian
Soerjono Soekanto mengatakan “Penelitian hukum merupakan suatu-
kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika tertentu yang
bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan
jalan menganalisanya. Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang
mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan
suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam
gejala yang bersangkutan”.6 Metode penelitian ini disistematikakan dalam
suatu format sebagai berikut:
1. Jenis dan Sifat Penelitian
6 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 2010), h. 43.
10
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode jenis
penelitian yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif adalah penelitian
hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder
belaka.7 Dimana penulis mencari fakta-fakta yang akurat dan valid
tentang sebuah peristiwa konkrit yang menjadi objek penelitian.
Penelitian ini juga dilakukan dan ditujukan pada peraturan-peraturan
tertulis dan bahan-bahan lain, serta menelaah peraturan perundang-
undang yang berhubungan dengan penulisan penelitian ini. Sedangkan
sifat dari penelitian ini adalah deskriptif yaitu tipe penelitian untuk
memberikan data yang seteliti mungkin tentang suatu gejala atau
fenomena, agar dapat membantu dalam memperkuat teori-teori yang
sudah ada, atau mencoba merumuskan teori baru.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan-pendekatan yang digunakan di dalam penelitian
hukum adalah pendekatan undang-undang (statute approach),
pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis (historical
approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dan
pendekatan konseptual (conceptual approach).8
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan perundang-
undangan (statue approach), dan pendekatan kasus (case approach).
Pendekatan perundang-undangan mengacu kepada UU No. 15 tahun
7 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat),
(Jakarta: Rajawali Pers, 2001), h. 14.
8 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 93.
11
2001 tentang Merek. Sedangkan Pendekatan kasus adalah pendekatan
yang dilakukan dengan cara menelaah suatu kasus yang telah menjadi
putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap, dalam hal ini yaitu Putusan
Mahkamah Agung Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013.
3. Data dan Sumber Data
Dalam mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan
difokuskan pada pokok-pokok permasalahan yang ada, sehingga dalam
penelitian ini tidak penyimpangan dan kekaburan dalam pembahasan.
Data yang digunakan hanyalah data sekunder. Data sekunder merupakan
data yang dikumpulkan dalam penelitian kepustakaan. Penelitian
kepustakaan adalah teknik untuk mencari bahan-bahan atau data-data
yang bersifat sekunder yaitu data-data yang erat hubungannya dengan
bahan primer dan dapat dipakai untuk menganalisa permasalahan. Data
sekunder yang dimaksudkan antara lain:
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer diperoleh dari UU No. 15 tahun 2001
dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013
yang bertujuan untuk melengkapi dan mendukung data-data ini, agar
penelitian menjadi lebih sempurna.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder diperoleh dengan melakukan
penelitian kepustakaan (library research) yang diperoleh dari
berbagai literatur yang terdiri dari dokumen-dokumen resmi, buku-
12
buku, dan hasil penelitian yang mempunyai hubungan erat terhadap
permasalahan yang diteliti.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan
petunjuk dan juga penjelasan terhadap data primer dan data sekunder
yang berupa kamus.
4. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) yakni upaya
untuk memperoleh data dari penelusuran literatur kepustakaan, peraturan
perundang-undangan, dan sumber lainnya yang relevan dengan penelitian
ini.
Teknik yang digunakan dalam menganalisis data-data yang
terkumpul adalah analisis hukum. Maksud dari penggunaan metode
tersebut adalah memberikan gambaran terhadap permasalahan yang ada
dengan berdasarkan pendekatan yuridis normatif.
5. Teknik Penulisan
Dalam penyusunan penelitian ini penulis menggunakan metode
penulisan Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Syariah dan
Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2012.
13
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk memudahkan pemahaman dan alur pemikiran yang logis dalam
penelitian ini, penulis akan memberikan gambaran umum secara sistematis
tentang keseluruhan penelitian ini berdasarkan buku pedoman skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
Adapun susunan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini memuat secara keseluruhan mengenai latar belakang
masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan (riview) kajian terdahulu, metode penelitian dan
sistematika penuliusan.
BAB II MEREK SEBAGAI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
Pada bab ini akan dibahas secara umum mengenai Hukum
Kekayaan Intelektual di Indonesia, Merek Dagang dan Jasa dan
Merek Terkenal.
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PUTUSAN
Pada bab ini akan dibahas tentang pertimbangan hakim dalam
memutuskan perkara di Pengadilan Niaga dan Mahkamah Agung.
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMILIK HAK MEREK
TERKENAL TERHADAP PENIRUAN MEREK
Pada bab ini akan dibahas mengenai pertimbangan hakim dalam
Kasasi yang menentukan Merek BIORF memiliki persamaan pada
pokoknya terhadap Merek BIORE, Pertimbangan hakim dalam
14
Peninjauan Kembali (PK) yang menentukan Merek BIORF
memiliki perbedaan pada pokoknya terhadap Merek BIORE dan
dampak hukum pasca dikeluarkannya Putusan MA Nomor 127
PK/Pdt.Sus-HKI/2013 terhadap pemilik hak merek BIORE.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran
15
BAB II
MEREK SEBAGAI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
A. Hukum Kekayaan Intelektual di Indonesia
1. Definisi Hak Kekayaan Intelektual
Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disingkat HKI) atau Hak
Milik Intelektual adalah terjemahan resmi dari Intelellctual Property
Rights atau Geistiges Eigentum, dalam bahasa Jermannya. Berdasarkan
substansinya, HKI berhubungan erat dengan benda tidak berwujud serta
melindungi karya intelektual yang lahir dari cipta, rasa, dan karsa
manusia.1 Istilah atau terminologi HKI digunakan untuk pertama kalinya
pada tahun 1790, adalah Fichte yang pada tahun 1793 mengatakan tentang
hak milik dari si pencipta ada pada bukunya. Yang dimaksud dengan hak
milik disini bukan buku sebagai benda, tetapi buku dalam pengertian
isinya. HKI terdiri dari tiga unsur, yaitu Hak, Kekayaan, dan Intelektual.
Ketiga unsur ini merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.2
Pertama, Unsur Hak. Hak yang dimaksud disini adalah hak yang diberikan
negara kepada para intelektual yang mempunyai hasil karya yang
eksklusif. Eksklusif artinya hasil karyanya baru, atau pengembangan dari
yang sudah ada, mempunyai nilai ekonomi, bisa diterapkan di dunia
industri, mempunyai nilai komersial dan dapat dijadikan aset.
1 Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2010), h. 1.
2 Syopiansyah Jaya Putra dan Yusuf Durrachman, Etika Bisnis dan Hak Kekayaan
Intelektual, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 114-115.
16
Kedua, Unsur Kekayaan. Menurut Paul Scholten dalam
Zaakenrecht, kekayaan adalah sesuatu yang dapat dinilai dengan uang,
dapat diperdagangkan dan dapat diwariskan atau dapat dialihkan. Hal ini
berarti unsur kekayaan pada HKI mempunyai sifat ekonomi, yaitu
mempunyai nilai uang, dapat dimiliki dengan hak yang absolut dan dapat
dialihkan secara komersial. Ketiga, Unsur Intelektual. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), intelektual adalah cerdas, orang yang
berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan, atau yang mempunyai
kecerdasan tinggi. Bahasa Indonesia memberi pengertian intelekual adalah
cendekiawan atau orang yang memiliki sikap hidup yang terus menerus
meningkatkan kemampuan berpikirnya untuk dapat mengetaui atau
memahami sesuatu.
Dari ketiga unsur pemahaman tersebut dapat diartikan Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) adalah sebagai hak atas kepemilikan terhadap
karya-karya yang lahir karena adanya kemampuan intelektualitas manusia
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Karya-karya tersebut
merupakan kebendaan tidak terwujud yang merupakan hasil kemampuan
intelektualitas manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
melalui daya cipta, rasa, karsa dan karyanya, yang memiliki nilai-nilai
moral, praktis dan ekonomi.3
Jika dilihat secara historis, undang-undang mengenai HKI pertama
kali ada di Venice, Italia yang menyangkut masalah paten pada tahun
3 Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, (Bandung: P.T. Alumni, 2003),
h. 2.
17
1470. Caxton, Galileo dan Guttenberg tercatat sebagai penemu-penemu
yang muncul dalam kurun waktu tersebut dan mempunyai hak monopoli
atas penemuan mereka.
Hukum-hukum tentang paten tersebut kemudian di adopsi oleh
kerajaan Inggris di jaman TUDOR tahun 1500-an dan kemudian lahir
hukum mengenai paten pertama di Inggris yaitu Statute of Monopolies
(1623). Amerika Serikat baru mempunyai undang-undang paten tahun
1791. Upaya harmonisasi dalam bidang HKI pertama kali terjadi tahun
1883 dengan lahirnya Paris Convention untuk masalah paten, merek
dagang dan desain. Kemudian Berne Convention 1886 untuk masalah
copyright atau hak cipta.
Tujuan dari konvensi-konvensi tersebut antara lain standarisasi,
pembahasan masalah baru, tukar menukar informasi, perlindungan
minimum dan prosedur mendapatkan hak. Kedua konvensi itu kemudian
membentuk biro administratif bernama the United International Bureau for
the Protection of Intellectual Property yang kemudian di kenal dengan
nama World Intellectual Property Organization (WIPO). WIPO kemudian
menjadi bahan administratif khusus di bawah PBB yang menangani
masalah HKI anggota PBB. Sebagai tambahan pada tahun 2001 WIPO
telah menetapkan tanggal 26 April sebagai Hari Hak Kekayaan Intelektual
Sedunia.4
4 Rahmi Jened, Interface Hukum Kekayaan Intelektual dan Hukum Persaiangan
(Penyalahgunaan HKI), (Jakarta: P.T. RajaGrafindo Persada, 2013), h. 50.
18
Adapun definisi yang diberikan oleh beberapa ahli mengenai HKI
yaitu5: Pertama, menurut Muhammad Djumhana dan R. Dzubaedillah
HKI merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan kreatif suatu
kemampuan daya pikir manusia dalam bidang teknologi, ilmu
pengetahuan maupun seni dan sastra yang diekspresikan kepada khalayak
umum dalam berbagai bentuknya, yang memiliki manfaat serta berguna
dalam menunjang kehidupan manusia, juga mempunyai nilai ekomoni.
Kedua, Ahmad M. Ramli menjelaskan bahwa HKI merupakan suatu hak
yang timbul akibat adanya tindakan kreatif manusia yang menghasilkan
karya-karya inovatif yang dapat diterapkan dalam kehidupan manusia.
Kekayaan merupakan abstraksi yang dapat dimiliki, dialihkan,
dibeli, maupun dijual. Adapun kekayaan intelektual merupakan kekayaan
atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir seperti teknologi,
pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya tulis, karikatur, dan lain-
lain yang berguna untuk manusia. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa HKI adalah hak yang berasal dari hasil kegiatan kreatif suatu
kemampuan daya berpikir manusia yang mengepresikan kepada khalayak
umum dalam berbagai bentuk, yang memiliki manfaat serta berguna dalam
menunjang khidupan manusia, juga mempunyai nilai ekonomis yang
melindungi karya-karya intelektual manusia tersebut.
Sistem HKI merupakan hak privat (private rights). Seseorang bebas
untuk mengajukan permohonan atau mendaftarkan karya intelektualnya
5 Syopiansyah Jaya Putra dan Yusuf Durrachman, Etika Bisnis dan Hak Kekayaan
Intelektual, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 112.
19
atau tidak. Hak eklusif yang diberikan negara kepada individu pelaku
HaKI (inventor, pencipta, pendesain dan sebagainya) tiada lain
dimaksudkan sebagai penghargaan atas hasil karya (kreativitas) dan agar
orang lain terangsang untuk dapat lebih lanjut mengembangkannya lagi,
sehingga dengan sistem HKI tersebut kepentingan masyarakat ditentukan
melalui mekanisme pasar.6
Disamping itu sistem HKI menunjang diadakannya sistem
dokumentasi yang baik atas segala bentuk kreativitas manusia sehingga
kemungkinan dihasilkannya teknologi atau karya lainnya yang sama dapat
dihindari atau dicegah. Dengan dukungan dokumentasi yang baik tersebut,
diharapkan masyarakat dapat memanfaatkannya dengan maksimal untuk
keperluan hidupnya atau mengembangkannya lebih lanjut untuk
memberikan nilai tambah yang lebih tinggi lagi.
2. Dasar Hukum dan Klasifikasi Hak Kekayaan Intelektual
Perlindungan HKI dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia
dengan meratifikasi beberapa konvensi internasional antara lain tentang
pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization)
dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994. Ada dua lembaga
multilateral yang berhubungan dengan HKI yaitu WIPO (World
Intelectual Property Organization) dan TRIPs (Trade Related Aspect Of
Intellectual Property Rights). WIPO berada di bawah lembaga
6 OK. Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
2004), h. 20
20
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan TRIPs yang lahir dalam Putaran
Uruguay diakomodasi oleh WTO.7
Pengaturan internasional tentang merek sebagai salah satu bagian
dari sistem pengaturan tentang HKI telah dicakup kedalam peraturan
internasional yang sangat komprehensif dalam perjanjian TRIPs.
Perjanjian TRIPs merupakan salah satu bagian dari WTO. Indonesia
menjadi negara WTO pada tahun 1994, secara otomatis Indonesia
merupakan pihak pula dalam perjanjian TRIPs. Keikutsertaan Indonesia
dalam perjanjian TRIPs menimbulkan kewajiban internasional bagi
Indonesia yang menuntut komitmen penuh pelaksanaannya, yaitu
kewajiban-kewajiban dalam rangka perlindungan HKI.8
Berdasarkan WIPO hak atas kekayaan intelaktual dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu hak cipta (copyright) , dan hak kekayaan
industri (industrial property right). Hak kekayaan industri (industrial
property right) adalah hak yang mengatur segala sesuatu tentang milik
perindustrian, terutama yang mengatur perlindungan hukum. Hak
kekayaan industri (industrial property right) berdasarkan pasal 1 Konvensi
Paris mengenai perlindungan Hak Kekayaan Industri Tahun 1883 yang
telah di amandemen pada tanggal 2 Oktober 1979, meliputi: Paten, Merek,
7 Syopiansyah Jaya Putra dan Yusuf Durrachman, Etika Bisnis dan Hak Kekayaan
Intelektual, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 113.
8 Titon Slamet Kurnia, Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal di Indonesia Pasca
Perjanjian TRIPs, (Bandung: PT Alumni, 2011), h.10.
21
Varietas Tanaman, Rahasia Dagang, Desain Industri dan Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu.9
Di Indonesia sendiri mengatur secara terpisah mengenai cabang-
cabang dari HKI yaitu:10
pertama, Hak Cipta yaitu melindungi ciptaan
manusia di bidang seni, sastra, dan ilmu pengetahuan. Ciptaan tersebut
seperti program komputer, musik, buku, novel, karya arsitektur, tari, seni,
dan lain-lain. Hak cipta diatur dalam UU No. 28 Tahun 2014. Kedua,
Merek merupakan tanda berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-
angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang
membedakan barang atau jasa dari satu perusahaan dengan barang atau
jasa yang sejenis yang diproduksi oleh perusahaan lain. Merek diatur
dalam UU No. 15 Tahun 2001.
Ketiga, Paten yaitu melindungi invensi di bidang teknologi dan
berisi pemecahan masalah. Paten dapat berupa produk, proses maupun
pengembangan atau penyempurnaan paten produk atau proses. Paten
diatur dalam UU No. 14 Tahun 2001. Keempat, Desain Industri yaitu
melindungi tampilan luar dari kreasi bernilai artistik berupa bentuk,
konfigurasi, kompusisi garis atau warna, garis dan warna, gabungan dari
unsur-unsur tersebut. Desain Industri diatur dalam UU No. 31 Tahun
2000. Kelima, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yaitu melindungi kreasi
9 Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 56.
10 Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2010), h. 7.
22
berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen dalam
sebuah sirkuit terpadu. Cabang ini diatur dalam UU No. 32 Tahun 2000.
Keenam, Rahasia Dagang yaitu melindungi informasi yang tidak
diketahui oleh umum di bidang teknologi dan bisnis seperti metode
produksi, metode pengolahan, metode penjualan, dan informasi lainnya.
Rahasia dagang diatur dalam UU No. 30 Tahun 2000. Ketujuh,
Perlindungan Varietas Tanaman yaitu melindumgi varietas tanaman baru
berupa sekelompok tanaman, jenis atau spesies, bentuk, pertumbunhan,
daun, bunga, biji dan ekspresi karakteristik genotif atau kombinasi genotif.
Cabang ini di atur dalam UU No. 29 tahun 2009.
3. Prinsip-Prinsip Umum Hak Kekayaan Intelektual
Disini akan menjelaskan mengenai prinsip-prinsip umum yang
berlaku di dalam HKI seperti11
: Pertama, Prinsip HKI Sebagai Hak
Ekslusif, yaitu hak yang diberikan oleh sistem HKI bersifat ekslusif.
Maksudnya, hak tersebut bersifat khusus dan hanya dimiliki oleh orang
yang terkait langsung dengan kekayaan intelektual yang dihasilkan.
Melalui hal tersebut, pemegang hak dapat mencegah orang lain untuk
membuat, menggunakan atau berbuat sesuatu tanpa izin. Prinsip ini
merupakan salah satu dasar yang melatarbelakangi tujuan pemberian
perlindungan hukum dalam rezim HKI.
Kedua, Prinsip melindungi karya Intelektual berdasarkan
pendaftaran. Secara umum, pendaftaran merupakan salah satu syarat
11 Tomi Suryo Utomo, Ibid., h. 12-14.
23
kekayaan intelektual yang dihasilkan oleh seseorang. Beberapa cabang
HKI yang mewajibkan seseorang untuk mlakukan pendaftaran adalah
Merek, Paten, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan
Perlindungan Varietas Tanaman. Prinsip ini mendasari semua UU HKI di
seluruh dunia dan membawa konsekuensi bahwa pemilik kekayaan
intelektual yang tidak melakukan pendaftaran tidak dapat menuntut
seseorang yang dianggap telah menggunakan kekeyaan intelektualnya
secara melawan hukum.
Adapun dua cabang HKI lainnya, yaitu Hak Cipta dan Rahasia
Dagang tidak wajib didaftarkan untuk mendapatkan perlindungan hukum
karena sifatnya yang berbeda dengan cabang-cabang HKI lainnya.
Pelindungan hak cipta lahir pada saat ide telah diwujudkan ke dalam
bentuk nyata. Oleh karena itu, hak cipta tidak perlu didaftarkan. Walaupun
beberapa negara mencantumkan tentang pendaftaran hak cipta, tujuan
pendaftaran tersebut adalah sebagai alat bukti di pengadilan jika terjadi
sengketa terhadap hak cipta yang dimiliki seseorang. Sedangkan untuk
rahasia dagang, aturan pendaftaran tidak diwajibkan mengingat sifat
rahasia dagang terkait dengan informasi yang tidak diketahui umum.
Meskipun demikian, perjanjian lisensi terkait rahasia dagang dapat
didaftarkan. Hanya saja yang didaftarkan adalah syarat dan isi
perjanjiannya, bukan rahasia itu sendiri.
Ketiga, Prinsip perlindungan yang dibatasi oleh batasan teritorial.
Didalam sistem HKI mengatur bahwa pendaftaran yang melahirkan
24
perlindungan hukum bersifat teritorial. Artinya, perlindungan hukum
hanya diberikan ditempat pendaftaran tersebut dilakukan. Sistem ini
selaras dengan kedaulatan negara di dalam hukum publik dimana
keputusan yang dihasilkan oleh perangkat administrasi negara tidak dapat
dipaksakan berlaku di negara lainnya. Di dalam rezim HKI setiap negara
bebas untuk menerima sebuah pendaftaran kekayaan intelektual.
Keputusan yang diambil oleh sebuah negara tidak berpengaruh terhadap
putusan yang akan diambil oleh negara lain.
Keempat, Prinsip pemisahan benda secara fisik dengan HKI yang
terkandung di dalam benda tersebut. Sistem ini bersifat sangat unik dan
merupakan ciri khas HKI kerena di dalam cabang hukum lain yang
bersifat berwujud, penguasaan secara fisik dari sebuah benda sekaligus
membuktikan kepemilikan yang sah atas benda tersebut. Di dalam sistem
HKI, seseorang yang menguasai benda secara fisik tidak otomatis
memiliki hak ekslusif dari benda fisik itu. Sebagai contoh, jika seseorang
membeli buku tersebut (benda secara fisik) untuk penggunaan secara
pribadi (misalnya dibaca di rumah).
Hak eksklusif berupa hak untuk mengumumkan dan
memperbanyak tidaklah termasuk di dalam pembelian buku tersebut
karena di dalam sistem HKI yang dibeli adalah benda fisik bukan hak
ciptanya. Hal serupa juga berlaku untuk pembelian kaset atau CD atau
VCD berisi musik atau lagu. Prinsip ini merupakan dasar mengapa
pengusaha hotel, restoran, cafe dan tempat-tempat hiburan lainnya yang
25
telah mengumumkan sebuah ciptaan (musik atau lagu dengan media
apapun) wajib membayar royalti kepada pemegang hak cipta melalui
lembaga pengumpul royalti (collecting societies, misalnya KCI di
Indonesia).
Kelima, Prinsip perlindungan HKI bersifat terbatas. Meskipun ada
cabang HKI (Merek) yang dapat diperpanjang jangka waktu
perlindungannya, secara umum jangka waktu perlindungan HKI tidak
selamanya atau bersifat terbatas. Tujuannya adalah untuk memberikan
kesempatan kepada masyarakat mengakses kekayaan intelektual tersebut
secara optimal melalui usaha-usaha pengembangan lebih lanjut dan
sekaligus mencegah monopoli atas kekayaan intelektual tersebut.
Keenam, Prinsip Kekayaan Intelektual yang berakhir
perlindungannya menjadi Public Domain. HKI yang telah berakhir jangka
waktu perlindungannya akan menjadi milik umum. Semua orang berhak
untuk mengakses HKI yang telah berakhir jangka waktu perlindungannya.
Pasca berakhirnya perlindungan hukum, pemegang HKI tidak boleh
menghalangi atau melakukan tindakan seolah-olah masih memiliki hak
eksklusif . sebagai contoh, perjanjian lisensi dengan kewajiban membayar
royalti bagi pihak licencee, tidak boleh dilakukan jika waktu perlindungan
HKI yang menjadi dasar bagi terjadinya perjanjian tersebut telah berakhir.
26
B. Merek Dagang dan Jasa
1. Definisi Merek
Secara yuridis definisi merek berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001 mendefinisikan merek adalah sebagai
tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
Hak atas merek merupakan hak ekslusif yang diberikan negara kepada
pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka
waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau
memberikan ijin kepada pihak lain untuk menggunakannya.12
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 membagi merek
menjadi dua jenis yaitu, merek dagang dan merek jasa. Pada pasal 1 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 mendefinisikan merek dagang
adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum
untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya, Sedangkan
pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
mendefinisikan merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama
atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
Menurut H.M.N. Purwo Sutjipto, Merek adalah suatu tanda, dengan mana
12 Syopiansyah Jaya Putra dan Yusuf Durachman. Etika Bisnis dan Hak Kekayaan
Intelektual. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 179
27
suatu benda tertentu dipribadikan, sehingga dapat dibedakan dengan benda
lain yang sejenis13
. Pendapat H.M.N. Purwo Sutjipto lebih menekankan
pada suatu tanda tertentu yang dipribadikan, guna membedakan dengan
benda lain yang sejenis.
Menurut Iur Soeryatin Suatu merek dipergunakan untuk
membedakan barang yang bersangkutan dari barang sejenis lainnya oleh
karena itu, barang yang bersangkutan dengan diberi merek tadi
mempunyai; tanda asal, nama, jaminan, terhadap mutunya14
. Pendapat Drs.
Iur Soeryatin lebih menekankan pada pembedaan dengan barang yang
sejenis yang mempunyai tanda asal, nama, dan jaminan mutunya.
Menurut Harsono Adisumitro, merek adalah tanda pengenal yang
membedakan milik seseorang dengan milik orang lain, seperti pada
pemilikan ternak dengan memberi tanda cap pada punggung sapi yang
kemudian dilepaskan di tempat penggembalaan bersama yang luas. Cap
seperti itu memang merupakan tanda pengenal untuk menunjukkan bahwa
hewan yang bersangkutan adalah milik orang tertentu. Biasanya, untuk
membedakan tanda atau merek digunakan inisial dari mana pemilik sendiri
sebagai tanda pembedaan15
. Pendapat Harsono Adisumitro lebih
menekankan merek sebagai tanda kepemilikan seseorang atas barangnya
13 H.M.N. Purwo Sutjipto, Pengertian Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta:
Djambatan, 1984), h. 82
14 Suryatin, Hukum Dagang I dan II, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1980), h. 84
15 Harsono Adisumitro, Hak Milik Perindustrian, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1990),
h.44.
28
dengan menggunakan inisial guna memiliki daya pembeda dengan barang
milik orang lain.
Menurut Philip S. James seorang sarjana dari inggris meyebutkan
bahwa merek dagang merupakan suatu tanda yang dipakai oleh seorang
pengusaha atau pedagang untuk menandakan bahwa suatu bentuk tertentu
tidak perlu penghasilan sebenarnya dari barang-barang itu, untuk
memberikan kepadanya hak untuk memakai sesuatu merek, cukup
memadai jika barang-barang itu ada di tangannya dalam lalulintas
perdagangan16
.
Dari pendapat beberapa ahli tersebut, maupun dari peraturan merek
itu sendiri, secara umum penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa
merek adalah suatu tanda (sign) untuk membedakan barang-barang atau
jasa yang sejenis yang dihasilkan oleh orang lain, yang memiliki daya
pembeda maupun sebagai jaminan atas mutunya dan digunakan dalam
kegiatan perdagangan barang atau jasa.
2. Fungsi Merek
Merek berfungsi untuk memberi identitas pada barang atau jasa dan
menjamin kualitas suatu barang dan jasa bagi konsumen. Bagi orang yang
sudah membeli suatu produk dengan merek tertentu dan merasa puas akan
kualitas produk barang atau jasa tersebut akan mencari produk dengan
16 OK. Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
2004), h. 345
29
merek yang sama di lain waktu. Merek juga dapat menjadi adversiting tool
untuk membantu periklanan dan promosi suatu produk17
.
Selain itu, merek juga berfungsi sebagai pembeda dari produk
barang atau jasa yang dibuat oleh seseorang atau badan hukum dengan
produk barang atau jasa yang dibuat oleh seseorang atau badan hukum
lain. Barang atau jasa yang dibuat tersebut merupakan barang atau jasa
yang sejenis, sehingga perlu diberi tanda pengenal untuk membedakannya.
Sejenis di sini, bahwa barang atau jasa yang di perdagangkan tersebut
harus termasuk dalam kelas barang atau jasa yang sama pula18
.
Menurut Suyud Margono, suatu merek menjalankan beberapa
fungsi sekaligus, baik dalam hubungannya dengan pemilik merek itu
sendiri maupun dengan para konsumen pada umumnya19
. Pertama, Fungsi
Tanda untuk Membedakan (Distinctitive Function) yaitu suatu merek
memberikan identitas atau kepribadian pada barang-barang atau jasa-jasa
yang ditandai merek tersebut, dan sekaligus juga memperbedakan barang-
barang atau jasa-jasa tersebut dari barang-barang atau jasa-jasa sejenis
yang diproduksi dan diperdagangkan oleh lain-lain produsen, pedagang
dan pengusaha bidang jasa.
17 Emmy Yuhassarie, Hak Kekayaan Intelektual dan Perkembangannya, (Jakarta: Pusat
Pengkajian Hukum, 2005), h. 197.
18 Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, (Bandung: P.T. Alumni,
2003), h. 322.
19 Suyud Margono, Hak Milik Industri: Pengaturan dan Praktik di Indonesia, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2011), h.50.
30
Kedua, Fungsi Jaminan Mutu (Quality Product Function) yaitu
merek dagang dari barang-barang yang dibeli oleh para konsumen, lambat
laun akan membentuk kesan di dalam ingatan konsumen yang
bersangkutan bahwa merek dagang tersebut merupakan lambang dari mutu
barang-barangnya. Ketiga, Fungsi Daya Tarik dan Promosi (Promotion
and Impression Function) yaitu merek berfungsi pula sebagai pemberi
daya tarik pada barang-barang dan jasa-jasa, dan sekaligus juga merupakan
iklan atau reklame bagi barang-barang atau jasa-jasa yang ditandai dengan
merek tersebut. Di samping merek dagangnya sendiri, kemasan atau
bungkus dari barang-barang merupakan media iklan yang langsung dapat
dilihat oleh para konsumen sendiri.
Adapun fungsi merek menurut P.D.D. Dermawan ada tiga20
:
pertama, Fungsi Indikator Sumber, artinya merek berfungsi untuk
menunjukkan bahwa suatu produk bersumber sacara sah pada suatu unit
usaha dan karenanya juga berfungsi untuk memberi indikasi bahwa produk
itu dibuat secara profesional. Kedua, Fungsi Indikator Kualitas, artinya
merek berfungsi sebagai jaminan kualitas khususnya dalam kaitan dengan
produk-produk bergengsi dan ketiga, Fungsi Sugestif, artinya merek
memberikan kesan akan menjadi kolektor produk tersebut.
3. Jenis Merek
Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 mengatur juga tentang jenis-
jenis merek, yaitu sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) dan (3)
20 OK. Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
2004), h. 359.
31
Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 yaitu merek dagang dan merek jasa.
Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama
atau badan hukum untuk membedakan barang-barang sejenis lainnya.
Sedangkan merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama
atau badan hukum untuk membedakan jasa-jasa sejenis lainnya.
Selain jenis merek di atas, UU No. 15 Tahun 2001 juga mengenal
jenis merek lainnya, yaitu Merek Kolektif. Pasal 1 angka 4 UU No. 15
Tahun 2001 mendefinisikan merek kolektif sebagai merek yang digunakan
pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang
diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-
sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.
Di samping jenis merek sebagaimana yang tercantum dalam
Undang-Undang No. 15 Tahun 2001, ada juga pengklasifikasian lain yang
didasarkan kepada bentuk atau wujudnya. Bentuk atau wujud merek itu,
menurut Suryatin dimaksudkan untuk membedakan dari barang sejenis
milik orang lain. Oleh karena adanya pembedaan itu, maka terdapat
beberapa jenis merek yakni21
: Merek lukisan (beel mark), Merek kata
(word mark), Merek bentuk (form mark), Merek bunyi-bunyian (klank
mark) dan Merek judul (title merk).
21 Suryatin, Hukum Dagang I dan II, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1980), h. 87
32
Selanjutnya R.M Suryodiningrat mengklasifikasikan merek dalam
tiga jenis yaitu: 22
Pertama, Merek kata yang terdiri dari kata-kata saja.
Misalnya: Good Year, Dunlop, sebagai merek untuk ban mobil dan ban
sepeda. Kedua, Merek lukisan adalah merek yang terdiri dari lukisan saja
yang tidak pernah, setidak-tidaknya jarang sekali dipergunakan. Ketiga,
Merek kombinasi kata dan lukisan, banyak sekali dipergunakan. Misalnya:
Rokok putih merek “Escort” yang terdiri dari lukisan iring-iringan kapal
laut dengan tulisan di bawahnya “Escort”.
4. Merek Yang Dapat dan Tidak Dapat Didaftarkan
Sebuah merek dapat disebut merek bila memenuhi syarat mutlak
berupa adanya daya pembeda yang cukup (capable of distinguishing).
Maksudnya, tanda yang dipakai (sign) tersebut mempunyai kekuatan untuk
membedakan barang atau jasa yang diproduksi sesuatu perusahaan dari
perusahaan lainnya. Untuk mempunyai daya pembeda ini, merek harus
dapat memberikan penentuan (individualisering) pada barang atau jasa
yang bersangkutan23
.
Tidak semua tanda yang memenuhi daya pembeda dapat didaftar
sebagai sebuah merek. Permohonan pendaftaran merek yang diajukan
pemohon yang beritikad tidak baik tidak dapat didaftar. Pasal 4 Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001 menyatakan bahwa merek yang tidak dapat
didaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh pemohon yang
22 R.M. Suryodiningrat, Aneka Hak Milik Perindustrian, (Bandung: Tarsito, 1981), h.15
23 Muhammad Djumhana dan R.Djubaedilah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teoori dan
Prakteknya di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997), h. 156
33
beritikad tidak baik. Pemilik merek yang beritikad baik adalah pemilik
yang mendaftarkan mereknya secara layak dan jujur tanpa apa pun untuk
membonceng, meniru atau menjiplak ketenaran merek pihak lain demi
kepentingan usahanya yang berakibat kerugian pada pihak lain
menimbulkan persaingan curang, mengecoh, atau menyesatkan
konsumen24
.
Pasal 5 Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 menyatakan, merek
tidak dapat didaftar apabila merek tersebut mengandung salah satu unsur
sebagai berikut25
: Pertama, Bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban
umum. Tanda-tanda yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku tidak dapat diterima sebagai merek, karenanya
tidak dapat didaftar. Hanya tanda-tanda yang tidak bertentangan dengan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang dapat diterima
sebagai merek, selanjutnya dapat didaftar.
Demikian pula dilarang pemakaian tanda-tanda yang menurut
pandangan masyarakat umum maupun golongan masyarakat tertentu
bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum,
terutama tanda-tanda yang dapat menimbulkan salah paham di kalangan
pembeli. Dalam pengertian bertentangan dengan moralitas agama,
kesusilaan, atau ketertiban umum adalah apaabila penggunaan tanda
tersebut dapat menyinggung perasaan, kesopanan, ketentraman, dan
24 Rachmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual, (Bandung: PT Alumni, 2003)
h. 326 25 Rachmadi Usman, Ibid, h. 328-329
34
keagamaan dari khalayak umum atau dari golongan masyarakat tertentu.
Misalnya penggunaan nama Allah dan Rasul-Nya.
Kedua, Tidak memiliki daya pembeda. Sesuai dengan sifat merek
sebagai suatu tanda untuk membedakan produk barang atau jasa seseorang
atau badan hukum dengan barang atau jasa sejenis orang lain atau badan
hukum, maka tanda yang tidak memiliki daya pembeda tidak dapat
diterima sebagai merek. Suatu tanda dianggap tidak memiliki daya
pembeda apabila tanda tersebut terlalu sederhana, seperti satu tanda garis
atau satu tanda titik, ataupun terlalu rumit sehingga tidak jelas. Misalnya,
lukisan atau warna barangnya sendiri, atau likisan botol atau kotak yang
dipergunakan untuk barang tersebut. Angka-angka dan huruf-huruf juga
tidak mempunyai daya pembedaan sebagai merek oleh karena lazim
dipergunakan sebagai keterangan-keterangan mengenai barang yang
bersangkutan.
Ketiga, Telah menjadi milik umum. Tanda-tanda yang bersifat
umum dan menjadi milik umum juga tidak dapat diterima sebagai merek.
Misalnya tanda tengkorak diatas dua tulang yang bersilang, yang secara
umum telah diketahui sebagai tanda bahaya. Tanda seperti itu adalah tanda
yang bersifat umum dan telah menjadi milik umum dan selayaknya tidak
dapat dipergunakan sebagai suatu tanda tertentu untuk keperluan pribadi
seseorang. Demi kepentingan umum, tanda-tanda seperti itu harus dapat
dipergunakan secara bebas di dalam masyarakat. Oleh karena itu, tanda-
tanda yang demikian tidak dapat digunakan sebagai merek.
35
Keempat, Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau
jasa yang dimohonkan pendaftarannya. Sebuah merek yang berisikan
keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang akan dimohonkan
pendaftarannya juga tidak dapat diterima untuk didaftar sebagai merek,
karena keterangan tersebut tidak mempunyai daya pembeda. Misalnya
merek kopi atau gambar kopi untuk jenis barang kopi atau untuk produk
kopi.
C. Merek Terkenal
UU No. 15 Tahun 2001 tidak mengatur secara rinci tentang merek
terkenal, namun dalam penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf b UU No. 15 Tahun
2001 disebutkan bahwa untuk menentukan terkenalnya suatu merek harus
diperhatikan yaitu pengetahuan umum masyarakat atas merek tersebut di
bidang usaha yang bersangkutan, reputasi merek terkenal yang diperoleh
karena promosi yang gencar dan besar-besaran, investasi di beberapa negara
di dunia yang dilakukan pemiliknya dan disertai bukti pendaftaran merek
tersebut di beberapa negara. Suyud Margono menyebutkan bahwa merek
terkenal adalah merek dagang yang telah lama dikenal dan dipakai di wilayah
Indonesia oleh seseorang atau badan hukum untuk jenis barang tertentu.26
Kata asing “well-known” diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
menjadi terkenal begitu juga kata “famous”, sehingga pengertian “merek
terkenal” tidak membedakan arti atau tidak menentukan tingkatan arti
“famous mark” dan “well-known mark”. Begitu juga putusan dalam kasus-
26 Suyud Margono, Hak Milik Industri: Pengaturan dan Praktik di Indonesia, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2011), h. 101.
36
kasus merek terkenal. Hakim senantiasa mengacu “merek terkenal” pada
“well-known mark” yang mengaitkan pada Pasal 6 bis Konvensi Paris.27
Oleh
karena itu, acuan yang dipakai dalam perlindungan merek terkenal di
Indonesia yaitu Pasal 6 bis Konvensi Paris dan penjelasan Pasal 6 UU No. 15
Tahun 2001.
Ketentuan ini sering dipakai sebagai dasar dalam perundang-undangan
domestik dari negara-negara yang menandatangani Konvensi Paris tersebut.
Ditentukan dalam Pasal 6 bis ayat (1) menyatakan bahwa negara peserta Uni
secara ex officio dapat menerima dalam perundang-undangan merek atau atas
permohonan dari pihak yang berkepentingan untuk menolak atau untuk
membatalkan pendaftaran dan melarang pemakaian merek yang merupakan
re-produksi. Re-produksi yang dilakukan merupakan suatu imitasi atau suatu
terjemahan dari merek yang sudah dianggap oleh instansi yang berwenang
pada negara yang terkait. Sebab pendaftaran telah dilakukan atau telah
dipakai, sebagai merek terkenal di negara tersebut.28
Yurisprudensi29
Mahkamah Agung RI No.1486/K/1991 menyatakan
bahwa pengertian merek terkenal adalah apabila suatu merek telah beredar
keluar dari batas-batas regional sampai kepada batas-batas transnasional,
27 Insan Budi Maulana, Perlindungan Merek Terkenal di Indonesia Dari Masa ke Masa,
(Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1999), h. 22-23.
28 Sudargo Gautama dan Rizwanto Winata, Konvensi-konvensi Hak Milik Intelektual Baru
Untuk Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1998), h. 15.
29 Yurisprudensi adalah putusan-putusan hakim terdahulu yang telah berkekuatan hukum
tetap dan diikuti oleh para hakim atau badan peradilan lain dalam memutus perkara atau kasus
yang sama. Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Kaidah-Kaidah Hukum Yurisprudensi, (Jakarta:
Kencana, 2004), h. 10.
37
dimana telah beredar keluar negara asalnya dan dibuktikan dengan adanya
pendaftaran merek yang bersangkutan di beberapa negara.30
Suatu merek yang terkenal mempunyai reputasi dan memiliki
pemasaran yang tinggi. Merek ini menjadi pilihan setiap konsumen di mana
saja. Presentase penjualannya tinggi di setiap pelosok dunia dan menjadi asset
kekayaan yang bernilai yang dapat mendatangkan keuntungan yang besar
bagi pemiliknya.31
Namun, pada waktu yang bersamaan dapat menimbulkan
kerugian kepada pemiliknya dan pada sisi lain sangat mendatangkan
keuntungan kepada pihak lain yang beritikad buruk dengan jalan meniru atau
memalsukan dengan mutu yang sangat rendah.32
Perlindungan merek terkenal tidak hanya diberikan pada barang atau
jasa yang sejenis, melainkan juga terhadap barang atau jasa yang tidak
sejenis.33
Misalnya, JAZZ merupakan merek mobil terkenal, apabila ada
pihak yang memproduksi sepeda dengan merek JAZZ, maka pihak JAZZ
dapat mengajukan keberatan karena masyarakat dapat mengira bahwa
keduanya berasal dari pelaku usaha yang sama. Walaupun antara mobil dan
sepeda tidak sejenis, tetapi masih ada keterkaitan karena keduanya
merupakan alat transportasi. Hal ini diatur dalam Pasal 6 ayat (2) UU Merek
30 Casavera, 15 Kasus Sengketa Merek di Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.
196.
31 Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia
Berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 1992, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996), h. 98
32 Yahya Harahap, Ibid., h. 100.
33 Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata, Pembaharuan Hukum Merek Indonesia
(Dalam Rangka WTO, TRIPS), (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1997), h. 46.
38
yang meyebutkan bahwa perlindungan merek terkenal untuk barang dan/atau
jasa tidak sejenis dapat diberlakukan sepanjang memenuhi persyaratan
tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Meskipun sampai saat ini Peraturan Pemerintah mengenai
Pelaksanaan Undang-Undang tentang Merek masih dalam tahap Rancangan
Peraturan Pemerintah dan belum di sah kan, tetapi dengan mengacu kepada
konvensi internasional yang telah diratifikasi oleh pemerintah melalui
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement
Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan
Organisasi Perdagangan Dunia), yaitu Pasal 16 ayat (3) TRIP’s dapat
digunakan sebagai dasar perlindungan hukum terhadap pemilik hak merek
terkenal untuk barang dan/atau jasa tidak sejenis dari merek pihak lain.
D. Perlindungan Atas Pelanggaran Merek
1. Gugatan
Sebagai konsekuensi adanya perlindungan hukum hak atas merek,
pemilik merek terdaftar mempunyai hak untuk mengajukan gugatan yaitu
berupa ganti rugi jika mereknya dipergunakan pihak lain tanpa hak atau
izin darinya. Dalam Pasal 76 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001 tentang Merek, menyatakan bahwa pemilik merek terdaftar dapat
mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang secara tanpa hak
menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya untuk barang atau jasa yang sejenis berupa gugatan ganti
39
rugi, dan/atau penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan
penggunaan merek tersebut.
Dari bunyi Pasal 76 ayat (1) ini, dapat diketahui jenis bentuk
gugatan perdata atas pelanggaran merek terdaftar dapat berupa gugatan
ganti rugi atau penghentian penggunaan merek yang dilanggarnya. Ganti
rugi dapat berupa ganti rugi materiil dan ganti rugi immateriil. Ganti rugi
materiil berupa kerugian yang nyata dan dapat dinilai dengan uang.
Sedangkan ganti rugi immateriil berupa tuntutan ganti rugi yang
disebabkan oleh penggunaan merek dengan tanpa hak, sehingga pihak
yang berhak menderita kerugian secara moral.43
2. Pengadilan Niaga
Pasal 76 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang
Merek, gugatan pelanggaran merek terdaftar diajukan kepada Pengadilan
Niaga. Hal ini berarti kewenangan mengadili sengketa atau perkara
gugatan pelanggaran merek berada di tangan Pengadilan Niaga sebagai
badan peradilan yang khusus Pemberdayaan Pengadilan Niaga dimaksud
agar sengketa merek dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif cepat.
Mengingat merek merupakan bagian dari kegiatan perekonomian atau
dunia usaha, sehingga penyelesaian sengketa merek memerlukan badan
peradilan khusus, yaitu Pengadilan Niaga. Pada Pasal 78 Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek juga memberikan hak kepada hakim
untuk melakukan tindakan tertentu .selama pemeriksaan masih
berlangsung, yaitu bahwa selama masih dalam pemeriksaan dan untuk
40
mencegah kerugian yang lebih besar, hakim atas permohonan pemilik
merek selaku penggugat dapat memerintahkan tergugat untuk
menghentikan produksi, peredaran dan/atau perdagangan barang atau jasa
yang menggunakan merek tersebut secara tanpa hak. Pasal 78 Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek ini menegaskan bahwa
terhadap putusan Pengadilan Niaga hanya dapat diajukan kasasi. Adapun
tindakan untuk untuk menghentikan produksi, peredaran dan/atau
perdagangan barang atau jasa yang menggunakan merek tersebut secara
tanpa hak dengan menggunakan tata cara gugatan pembatalan merek
terdaftar pada Pengadilan Niaga (diatur dalam Pasal 80 sampai dengan
PasaI 81 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek).
Dalam rangka memberikan perlindungan hukum kepada pemilik
merek terdaftar, hakim Pengadilan Niaga dapat menetapkan penetapan
sementara pengadilan, sebagaimana tercantum pada Pasal 85 Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Pengadilan Niaga akan
segera memberitahukan kepada pihak yang dikenai tindakan dan
memberikan kesempatan kepadanya untuk didengar keterangannya bila
penetapan sementara pengadilan telah dilaksanakan, jika hakim
Pengadilan Niaga telah menerbitkan surat penetapan sementara, dalam
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak dikeluarkannya penetapan
sementara hakim Pengadilan Niaga yang memeriksa sengketa tersebut
harus memutuskan untuk mengubah, membatalkan, atau menguatkan
penetapan sementara pengadilan sementara tersebut. Dan bila penetapan
41
sementara pengadilan dikuatkan, uang jaminan yang telah dibayarkan
harus dikembalikan kepada pemohon penetapan dan pemohon penetapan
dapat mengajukan gugatan, sedangkan bila penetapan sementara
dibatalkan, uang jaminan yang telah dibayarkan harus segera diserahkan
kepada pihak yang dikenai tindakan sebagai ganti rugi akibat adanya
penetapan sementara tersebut.
3. Penetapan Sementara Pengadilan
Dalam rangka memberikan perlindungan hukum kepada pemilik
merek terdaftar, hakim Pengadilan Niaga dapat menetapkan penetapan
sementara pengadilan. Pasal 85 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
tentang Merek menyatakan bahwa berdasarkan bukti yang cukup pihak
yang haknya dirugikan dapat meminta hakim Pengadilan Niaga untuk
menerbitkan surat penetapan sementara tentang:
a. Pencegahan masuknya barang yang berkaitan dengan pelanggaran hak
merek. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah kerugian yang
lebih besar pada pihak yang haknya dilanggar, sehingga Pengadilan
Niaga diberi kewenangan untuk menerbitkan penetapan sementara
guna mencegah berlanjutnya pelanggaran dan masuknya barang yang
diduga melanggar hak atas merek ke jalur perdagangan termasuk
tindakan importisasi;
b. Penyimpanan alat bukti yang berkaitan dengan pelanggaran merek
tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pihak pelanggar
menghilangkan barang bukti. Permohonan penetapan sementara
42
diajukan secara tertulis kepada Pengadilan Niaga dengan persyaratan
sebagai berikut:
1) Melampirkan bukti kepemilikan merek, yaitu Sertifikat Merek atau
surat pencatatan perjanjian lisensi bila pemohon penetapan adalah
penerima lisensinya;
2) Melampirkan bukti adanya petunjuk awal yang kuat atas terjadinya
pelanggaran merek;
3) Keterangan yang jelas mengenai jenis barang dan/atau dokumen
yang diminta, dicari, dikumpulkan dan diamankan untuk keperluan
pembuktian;
4) Adanya kekhawatiran bahwa pihak yang diduga melakukan
pelanggaran merek akan dapat dengan mudah menghilangkan
barang bukti; dan
5) Membayar jaminan berupa uang tunai atau jaminan bank, yang
besarnya harus sebanding dengan nilai barang atau nilai jasa yang
dikenai penetapan sementara.
Pengadilan Niaga akan segera memberitahukan kepada pihak yang
dikenai tindakan dan memberikan kesempatan kepadanya untuk didengar
keterangannya bila penetapan sementara pengadilan telah dilaksanakan.
Jika hakim Pengadilan Niaga telah menerbitkan surat penetapan
sementara, dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
dikeluarkannya penetapan sementara hakim Pengadilan Niaga yang
43
memeriksa sengketa tersebut harus memutuskan untuk mengubah,
membatalkan, atau menguatkan
penetapan sementara pengadilan sementara tersebut. Bila
penetapan sementara pengadilan dikuatkan, uang jaminan yang telah
dibayarkan harus dikembalikan kepada pemohon penetapan dan pemohon
penetapan dapat mengajukan gugatan. Sedangkan bila penetapan
sementara dibatalkan, uang jaminan yang telah dibayarkan harus segera
diserahkan kepada pihak yang dikenai tindakan sebagai ganti rugi akibat
adanya penetapan sementara tersebut.
4. Arbitrase
Penyelesaian sengketa atas hak merek juga dapat dilakukan di luar
pengadilan, baik menggunakan arbitrase atau alternatif pilihan
penyelesaian sengketa. Dalam Pasal 84 Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001 menyatakan bahwa selain penyelesaian gugatan melalui Pengadilan
Niaga, para pihak dapat menyelesaikan sengketa melalui Arbitrase atau
Alternatif Penyelesaian Sengketa. Alternatif Penyelesaian Sengketa disini,
bisa negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan sebagainya.
5. Ketentuan Pidana Hak atas Merek
Hak atas merek yang merupakan hak milik perseorangan tentunya
memiliki tuntutan hukuman pidana terhadap pelanggar hak atas merek
terdaftar atas pelanggaran tertentu terhadap Undang-undang Merek.
Dengan kata lain, bahwa hak untuk mengajukan tuntutan ganti kerugian
44
tidak mengurangi hak Negara untuk melakukan tuntutan pidana terhadap
pelanggaran hak atas merek.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek
sebagaimana diatur dalam Pasal 90 sampai dengan Pasal 95 Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek, yaitu adanya ancaman
hukuman pidana kepada siapa saja yang dengan sengaja dan tanpa hak
menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya atau pada pokoknya
dengan merek terdaftar milik pihak lain. Tindak pidana ini merupakan
tindak pidana kejahatan yang ancaman hukuman pidananya diatur dalam
Pasal 90 dan Pasal 91 UU No. 15 Tahun 2001.
Ketentuan Pasal 92 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
Tentang Merek juga mencantumkan ancaman hukuman pidana kepada
siapa saja yang dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang
sama pada keseluruhan atau pada pokoknya dengan indikasi geografis
milik pihak lain. Selanjutnya pada Pasal 93 Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2001 Tentang Merek, memberikan ancaman hukum pidana kepada
siapa saja yang dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang
dilindungi berdasarkan indikasi asal pada barang atau jasa, sehingga dapat
memperdaya atau menyesatkan masyarakat mengenai asal barang atau asal
jasa tersebut. Pasal 94 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang
Merek, menyatakan bagi siapa saja yang memperdagangkan barang
dan/atau jasa yang diketahui atau patut diketahui bahwa barang dan/atau
jasa tersebut menggunakan merek terdaftar milik pihak lain atau
45
menggunakan tanda yang dilindungi berdasarkan indikasi geografis dan
indikasi asal, diancam dengan pelanggaran.
46
BAB III
PUTUSAN HAKIM DALAM PERKARA ANTARA MEREK BIORE DAN
BIORF
A. Putusan Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
Putusan PN Nomor 02/MEREK/2012/PN.NIAGA.JKT.PST
Adanya suatu kasus sengketa merek yang terjadi pada tahun 2012
yaitu antara Merek BIORE dan BIORF. Kasus bermula saat KAO
Corporation mendapati merek sabun BIORF yang diproduksi oleh PT.
Sintong Abadi beredar di pasaran. Merasa dirugikan, KAO Corporation
sebagai produsen BIORE pun mengambil langkah hukum dengan
melayangkan gugatan terhadap PT. Sintong Abadi selaku produsen BIORF ke
Pengadilan Niaga Jakarta pusat pada tanggal 8 Maret 2012. Perusahaan
produk kosmetik KAO Corporation Jepang meminta Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat membatalkan Merek BIORF karena memiliki persamaan
dengan merek BIORE yang telah terdaftar lebih dahulu di Direktorat Merek
Ditjen Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Kementerian Hukum dan HAM.
Adapun rincian dari putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat terhadap
kasus sengketa merek ini sebagai berikut: Kao Corporation dalam hal ini
sebagai pemegang merek BIORE dan juga sebagai penggugat dalam
persidangan di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, mengajukan gugatan kepada
PT. Sintong Abadi selaku pemegang merek BIORF dalam hal ini sebagai
tergugat, dan juga kepada Pemerintah Republik Indonesia Cq. Kementerian
47
Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Cq. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual Cq. Direktorat Merek dalam hal ini sebagai turut tergugat.
Kao Corporation merupakan suatu perusahaan yang didirikan
berdasarkan hukum Negara Jepang, yang berkedudukan di 14-10 Nihonbashi
Kayabacho, 1- Chome, Chuo-ku, Tokyo, Japan. Dalam perkara ini Kao
corporation diwakili oleh Shunici Nakagawa, selaku Member of the Board,
Executive Vice President, dalam hal ini memberi kuasa kepada Purnomo
Suryomurcito, SH., dan Nidya Kalengke, SH, para Advokat, berkantor di
Level 15, One Pacific Place, SCBD, Jalan Jenderal Sudirman, Kav. 52-53,
Jakarta 12910, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 14 Desember 2011.
PT. Sintong Abadi merupakan perseroan terbatas yang didirikan
berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia, yang diwakili oleh Indrawan
Haslim, selaku Direktur, berkedudukan di Jalan Duku, Kelurahan Kedai
Ledang, Kota Kisaran Timur, Asahan 21224, dalam hal ini memberi kuasa
kepada Edi Negara Siahaan, S.H., M.H., dan kawankawan, para Advokat
pada Law Firm “Indo Legal Consult”, berkantor di Majapahit Centre, Jalan
Majapahit/Mergat, No. 8, Medan, Sumatera Utara.
Dalam dalil-dalil gugatan yang diajukan Penggugat, pada pokoknya
mengajukan dalil-dalil gugatan yaitu: Merek BIORF Daftar No.
IDM000292510 atas nama Tergugat memiliki persamaan pada pokoknya
untuk barang sejenis dengan merek yang telah terdaftar lebih dulu milik
Penggugat yaitu merek BIORE Daftar No.496355. Bahwa Merek BIORE
milik Penggugat sebagai merek terkenal, bahwa Merek BIORF Daftar No.
48
IDM000292510 atas nama Tergugat memiliki persamaan pada pokoknya
dengan merek terkenal BIORE untuk barang sejenis, bahwa Merek BIORF
Daftar No. IDM000292510 atas nama Tergugat memiliki persamaan pada
pokoknya dengan merek terkenal BIORE untuk barang tidak sejenis, dan
Bahwa Tergugat beriktikad tidak baik pada waktu mengajukan permohonan
pendaftaran Merek BIORF Daftar No. IDM000292510.
Selanjutnya yaitu pendaftaran Merek BIORF Daftar No.
IDM000292510 atas nama Tergugat adalah bertentangan dengan ketertiban
umum, kemudian juga membatalkan Merek BIORF Daftar No.
IDM000292510 atas nama Tergugat yang terdaftar dalam Daftar Umum
Merek dengan segala akibat hukumnya. Memerintahkan juru sita untuk
menyampaikan putusan kepada para pihak paling lama 14 hari setelah
putusan atas gugatan pembatalan diucapkan sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang Merek yang berlaku. Memerintahkan Turut Tergugat untuk tunduk
dan taat pada putusan Pengadilan dalam perkara ini dengan melaksanakan
pembatalan Merek BIORF Daftar No. IDM000292510 atas nama Tergugat
dari Daftar Umum Merek dengan mencoret merek yang bersangkutan dari
Daftar Umum Merek dan mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Merek yang berlaku.
Memerintahkan Turut Tergugat untuk memberitahukan secara tertulis kepada
Tergugat dengan menyebutkan alasan pembatalan dan penegasan bahwa sejak
tanggal pencoretan dari Daftar Umum Merek, Sertifikat Merek BIORF Daftar
No. IDM000292510 yang bersangkutan dinyatakan tidak berlaku lagi.
49
Kemudian yaitu memerintahkan Tergugat untuk menghentikan semua
tindakan penggunaan Merek BIORF Daftar No. IDM000292510 sebagai
akibat telah dibatalkannya pendaftaran Merek BIORF penggunaan Merek
BIORF merupakan penggunaan secara tanpa hak, dan Bahwa sebagai akibat
telah dibatalkannya pendaftaran Merek BIORF, penggunaan Merek BIORF
Daftar No. IDM000292510 merupakan penggunaan secara tanpa hak.
Terhadap gugatan tersebut, Tergugat mengajukan eksepsi yang isinya
yaitu: Bahwa penggugat telah keliru mengajukan gugatan pembatalan merek
terhadap tergugat, melalui Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, bahwa UU No. 15
Tahun 2001 Tentang Merek pada Bab XI Tentang Penyelesaian Sengketa,
pada Bagian Kedua, Tentang Tata Cara Gugatan Pada Pengadilan Niaga,
pasal 80 ayat (1) secara tegas telah menyatakan: "Gugatan pembatalan
pendaftaran merek diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga dalam wilayah
hukum tempat tinggal atau domisili Tergugat”.
Faktanya didukung oleh Penggugat sebagaimana dalam gugatan yang
diajukan oleh Penggugat, menunjukkan domisili atau tempat tinggal Tergugat
adalah di Jalan Duku, Kelurahan Kedai Ledang, kota Kisaran Timur, Asahan
(Sumatera Utara), Bahwa sesuai dengan Surat Keputusan Presiden Republik
Indonesia No. 97 tahun 1999 tanggal 18 Agustus 1999, mengenai
pembentukan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Ujung Pandang,
Pengadilan Negeri Medan, Pengadilan Negeri Surabaya, dan Pengadilan
Negeri Semarang, pada Pasal 2 ayat 2, menyebutkan daerah hukum
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan meliputi wilayah Provinsi
50
Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, dan Daerah
Istimewa Aceh.
Selanjutnya oleh karena domisili Tergugat berada pada wilayah
hukum Pengadilan Niaga Medan, maka berdasarkan ketentuan Pasal 80 ayat
(1) point 1 dan 2 tersebut di atas, secara formal, yang berwenang untuk
memeriksa dan mengadili sengketa Pembatalan Merek dalam perkara ini
adalah Pengadilan Niaga dimana Tergugat berdomisili, yakni Pengadilan
Niaga Pada Pengadilan Negeri Medan, bukan Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat. Bahwa dengan demikian secara juridis formal, Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat tidak berwenang untuk mengadili dan memeriksa Gugatan
Penggugat mengenai Pembatalan Merek BIORF kelas 3 Daftar No. IDM
000292510, melainkan yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili
perkara ini adalah Pengadilan dimana Tergugat bertempat/berdomisili atau
bertempat tinggal yaitu Pengadilan Niaga Medan.
Kemudian terhadap dimana akan diajukannya gugatan pembatalan
merek bagi Penggugat yang bertempat tinggal di luar wilayah Negeri
Republik Indonesia, telah terdapat beberapa putusan tentang hal tersebut
diantaranya Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor : 74/Merek/
2009/PN.Niaga.Jkt.Pst, yang pertimbangan hukumnya menyatakan "Majelis
Hakim berpendapat bahwa gugatan MATTEL Inc yang
berkedudukan/berdomisili di Amerika Serikat tidak dapat diterima karena
bukan wilayah kewenangan Jakarta Pusat, seharusnya gugatan diajukan ke
Pengadilan Niaga Surabaya disesuaikan dengan domisili pihak Tergugat
51
Yong Hwa Wongso Diredjo, sesuai dengan UU No. 15 Tahun 2001 Tentang
Merek, bahwa gugatan diajukan di tempat Tergugat (Vide Sengketa merek
Hot Wheels, Mattel Inc lawan Yong Hwa Wongso Diredjo) serta Keppres
No. 97 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Pembagian Wilayah Pengadilan
Niaga”.
Terhadap gugatan yang diajukan ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
tersebut, maka Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah memutuskan,
yaitu melalui putusan No. 02/Merek/ 2012/PN.Niaga.Jkt.Pst., tanggal 24 Mei
2012 yang mana di dalam amarnya menyebutkan bahwa menolak terhadap
eksepsi Tergugat dan gugatan Penggugat untuk seluruhnya. Kemudian
membebankan ongkos perkara kepada Penggugat sebesar rp. 866.000,-
(delapan ratus enam puluh enam ribu rupiah).
B. Putusan Hakim Mahkamah Agung
Putusan MA Nomor 590 K/Pdt.Sus/2012
Setelah sudah dijatuhkannya putusan Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam sidang terbuka untuk umum pada
tanggal 24 Mei 2012, kemudian Penggugat dengan perantara kuasanya
berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 14 Desember 2011 diajukan
permohonan kasasi secara lisan pada tanggal 12 Juni 2012 sebagaimana
ternyata dari Akta Permohonan Kasasi No. 21
K/HaKI/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst, Jo. No. 02/Merek/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst.,
yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat,
permohonan mana disusul oleh memori kasasi yang memuat alasan-alasan
52
yang diterima di kepaniteraan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat pada
tanggal 20 Juni 2012.
Pada tanggal 25 Juni 2012 Tergugat telah diberitahu tentang memori
kasasi dari Penggugat. Terhadap hal tersebut Tergugat mengajukan kontra
memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 23 Juli 2012.
Adapun alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/Penggugat
dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya sebagai berikut: Pertama,
Judex Facti1 telah melakukan kesalahan fatal dalam melakukan penerapan
hukum dalam memberikan pertimbangan hukum dan memutuskan perkara
pembatalan merek, yang seyogyanya di pertimbangan dengan dasar hukum
Pasal 68 Ayat (1) jo. Pasal 6 ayat (1) butir (a) dan (b), Pasal 6 ayat (2), Pasal
4 dan Pasal 5 butir (a) Undang-Undang Merek, justru dipertimbangkan
dengan dasar hukum Pasal 76 Undang-Undang Merek. Sehingga, keseluruhan
pertimbangan hukum yang telah diberikan selama merujuk atau mendasarkan
pada ketentuan Pasal 76 Undang-Undang Merek adalah seharusnya
dinyatakan tidak berdasar dan seharusnya dikesampingkan. Dengan alasan ini
pula, mohon Mahkamah Agung berkenan untuk memeriksa dan mengadili
sendiri serta memutu5 permohonan kasasi dalam perkara ini dengan putusan
yang membatalkan Putusan Judex Facti.
1 Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi adalah Judex Facti, yang berwenang memeriksa
fakta dan bukti dari suatu perkara. Judex facti memeriksa bukti-bukti dari suatu perkara dan
menentukan fakta-fakta dari perkara tersebut. C.S.T. Kansil dan Crhistine S.T. Kansil, Kamus
Istilah Aneka Hukum, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001), h. 11.
53
Kedua, Judex Facti telah melakukan kesalahan penerapan hukum
dalam menilai obyek gugatan. Sesuai dengan ketentuan Pasal 68 ayat (1) jo.
Pasal 6 ayat (1) butir (a) dan (b), Pasal 6 ayat (2), Pasal 4 dan Pasal 5 butir (a)
Undang-Undang Merek, dalam perkara ini yang seharusnya dipersoalkan
adalah pendaftaran merek, bukan penggunaan merek BIORF pada jenis-jenis
barang yang diperdagangkan oleh Termohon Kasasi. Ketiga, Judex Facti
melakukan kesalahan penerapan hukum dalam memberikan pertimbangan
hukum dan bagaimana seharusnya menilai ada atau tidaknya persamaan pada
pokoknya merek pada perkara gugatan pembatalan pendaftaran merek
sebagaimana berikut: Pada khususnya, jelas terbukti bahwa antara merek
BIORE milik Pemohon Kasasi dan merek BIORF milik Termohon Kasasi
memiliki persamaan bentuk, cara penempatan, cara penulisan dan sangat kecil
perbedaanya yaitu satu garis kecil pada huruf E dan F.
Kemudian Antara merek BIORE dan merek BIORF, tidak cukup
dapat dibedakan secara pengucapan. Terbukti dalam keputusannya sendiri,
Majelis Judex Facti menyebutkan merek BIORF sebagai BIOREF -secara
fonetik diucapkan bi-yo-ref. Antara 'BIOREF' (dibaca: bi-yo-ref) dan BIORE
(dibaca: bi-yo-re) membuktikan adanya kesan yang sama dalam pengucapan.
Tidak terbukti bahwa kata 'BIO' adalah milik umum untuk jenis barang di
kelas 3. Khususnya, merek BIO ternyata telah terdaftar atas nama Pemohon
Kasasi dan dilindungi di Indonesia sejak tanggal 16 Januari 1997, dan tidak
terbukti bahwa masyarakat mempunyai asosiasi bahwa kata 'BIO' adalah
sediakan mencuci, membersihkan, sabun-sabun, atau jenis barang apapun
54
yang masuk dalam kelas 3. Dengan kata lain, BIO tidak pernah dapat
dibuktikan pernah menjadi jenis barang atau generik di kelas 3.
Selanjutnya Terbukti bahwa Merek BIORE melalui sertifikat
pendaftaran merek Daftar No. 496355, merek BIORF melalui sertifikat
pendaftaran merek Daftar No. IDM000292510 adalah suatu penamaan.
Sehingga seharusnya yang dibandingkan adalah nama BIORE dan BIORF
secara keseluruhan bukan dengan dipenggal menjadi BIO R-E dan BIO RF.
Keempat, Pertimbangan Judex Facti yang menyatakan oleh karena
merek BIORF memiliki "arti kata" sebagai dasar konklusi untuk
membuktikan tidak terpenuhinya persamaan pada pokoknya antara dua merek
dan tidak terpenuhinya dugaan permohonan memiliki itikad baik, jelas-jelas
tidak berdasar dan seharusnya dikesampingkan. Pada khususnya, Termohon
Kasasi tidak pernah mengajukan bukti yang membuktikan kebenaran atau
fakta tentang dalilnya sendiri bahwa arti merek BIORF adalah "Bahan
Organik yang dapat diperbaharui untuk menuju kehidupan lingkungan yang
segar" dan "PAI FUK" dalam bahasa Mandarin. Justru pada faktanya,
sebagaimana dibuktikan pada Sertifikat Pendaftaran Merek BIORF di bawah
Daftar NO. IDM000292510, merek BIORF disebut sebagai suatu penamaan,
tanpa menjelaskan arti lain. Dalil Termohon Kasasi tentang arti merek
BIORF ini, jelas terkesan memaksakan konsep, mengandung rekayasa dan
dengan alasan yang mengada-ada, dan sengaja dibuat untuk menangkis dalil-
dalil Pemohon Kasasi yang menyatakan bahwa BIORF memiliki persamaan
55
dengan merek terkenal BIORE dan diajukan dengan itikad tidak baik serta
bermaksud untuk mendompleng keterkenalan merek terkenal BIORE.
Kelima, Judex Facti melakukan kesalahan penerapan hukum karena
jelas-jelas mengabaikan tidak mempertimbangkan alasan-alasan dan bukti-
bukti yang telah diajukan sehubungan pembatalan terhadap pendaftaran
merek BIORF adalah berdasarkan persamaan pada pokoknya dengan merek
terkenal untuk barang sejenis dan/atau tidak sejenis. Keenam, Judex Facti
melakukan kesalahan penerapan hukum karena jelas-jelas mengabaikan untuk
memberikan pertimbangan dan penilaian mengenai alasan-alasan yang
disertai bukti-bukti bahwa merek BIORF diajukan berdasarkan permohonan
yang diajukan oleh Pemohon yang beriktikad tidak baik. Sebaliknya, Judex
Facti malah mempertimbangkan dalil-dalil Termohon Kasasi yang diajukan
tanpa bukti pendukung sama sekali.
Terhadap alasan-alasan yang dikemukakan oleh pemohon kasasi
(dahulu Penggugat), Mahkamah Agung berpendapat bahwasanya alasan
tersebut dapat dibenarkan, oleh karena Judex Facti telah salah menerapkan
hukum dengan pertimbangan yaitu: Bahwa merek yang digunakan Tergugat
yaitu “Merek BIORF” mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek
BIORE milik Penggugat. Bahwa merek “BIORE” milik Penggugat merupakan
merek terkenal yang sudah terdaftar terlebih dahulu. Dan Bahwa “Merek
BIORF” milik Tergugat yang terdaftar kemudian untuk kelas barang yang
sama, sehingga terbukti Tergugat dengan itikad tidak baik telah membonceng
ketenaran merek Penggugat.
56
Berdasarkan pertimbangan diatas, Hakim Mahkamah Agung
berpendapat bahwa cukup alasan untuk mengabulkan permohonan kasasi dari
Pemohon Kasasi : KAO Corporation dan membatalkan putusan Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 02/Merek/2012/
PN.Niaga.Jkt.Pst., tanggal 24 Mei 2012 serta Mahkamah Agung mengadili
sendiri perkara ini di dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 590
K/Pdt.Sus/2012 yang isi dari amarnya yaitu mengabulkan permohonan kasasi
dari Pemohon Kasasi Kao CORPORATION dan membatalkan putusan
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.
02/Merek/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst.
Kemudian mengadili sendiri perkara ini dengan mengabulkan gugatan
Penggugat (dalam hal ini Kao CORPORATION) untuk seluruhnya.
Menghukum Termohon Kasasi/Tergugat untuk membayar biaya perkara
dalam semua tingkat peradilan yang dalam tingkat kasasi ini ditetapkan
sebesar Rp.5.000.000,00 (lima juta Rupiah).
C. Putusan Hakim Mahkamah Agung
Putusan MA Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013
Sesudah Putusan Mahkamah Agung Nomor 590 K/Pdt.Sus/2012
tanggal 21 Januari 2013 diberitahukan kepada Termohon Kasasi (dahulu
Tergugat) bahwasanya putusan tersebut telah berkuatan hukum tetap,
kemudian terhadap putusan tersebut Termohon Kasasi (dahulu Tergugat)
melalui Kuasanya berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 10 Juni 2013
mengajukan permohonan pemeriksaan peninjauan kembali di kepanitraan
57
Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 3 Juli 2013. Kemudian
permohonan tersebut diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri/Niaga
Jakarta Pusat disertai dengan alasan-alasannya pada tanggal 3 Juli 2013,
sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan Peninjauan Kembali Nomor 05
PK/Pdt.Sus-HaKI/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst jo Nomor 590 K/Pdt.Sus/2012 jo
Nomor 02/Merek/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst,.
Pada tanggal 4 Juli 2013 dan 5 Juli 2013, alasan-alasan peninjauan
kembali telah diberitahukan kepada Penggugat/Pemohon Kasasi dan Turut
Tergugat/Turut Termohon Kasasi, dan pada tanggal 21 Agustus 2013
Pemohon/Termohon Peninjauan Kembali mengajukan jawaban alasan
peninjauan kembali yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri/Niaga
Jakarta Pusat.
Karena di dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang
Merek tidak mengatur mengenai pemeriksaan peninjauan kembali, maka
Mahkamah Agung dalam mempertimbangkan perkara ini mengacu kepada
ketentuan Pasal 67, 68, 69, 71, dan 72 Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana yang telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2009.
Permohonan peninjauan kembali tersebut beserta alasan-alasannya
telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, kemudian diajukan
dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-
undang, sehingga permohonan kasasi tersebut secara formal dapat diterima.
58
Pemohon Peninjauan Kembali telah mengajukan alasan-alasan
peninjauan kembali yang pada pokoknya sebagai berikut: Pertama, putusan
Judex Juris2 Mahkamah Agung RI dalam perkara Register Nomor 590
K/PDT.SUS/2012, tertanggal 21 Januari 2013, telah didasarkan adanya
kekeliruan dan kekhilafan yang nyata, sebagaimana diuraikan berikut ini:
Bahwa Putusan sama sekali tidak memuat/mencantumkan Kontra Memori
Kasasi yang diajukan oleh Termohon Kasasi sekarang Pemohon Peninjauan
Kembali, menunjukkan Judex Juris telah melakukan kekeliruan dan
kekhilafan yang nyata. Bahwa Judex Juris Tidak Mempertimbangkan Kontra
Memori Kasasi sama sekali. Bahwa Pertimbangan Putusan Judex Juris tanpa
dibarengi dasar dan alasan juridis yang memadai. Dan terakhir bahwa
Pertimbangan Hukum Judex Juris Terhadap Penilaian “Persamaan Pada
Pokoknya, Merek Terkenal dan Iktikad Tidak Baik”.
Kedua, apabila kita merujuk pada Keputusan Komisi Banding Merek
Nomor 283/KBMIHK112010 tertanggal 1 Juli 2010 adalah sah dan
dibenarkan serta tidak menyalahi peraturan perundang-undangan di Indonesia
dan Judex Facti yang memeriksa pada tingkat Pertama mempunyai keyakinan
bahwa keputusan komisi banding tersebut telah sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku tentang pendaftaran merek yang pada intinya antara
merek BIORF dengan Biore tidak memiliki persamaan pada pokoknya.
Terhadap alasan-alasan peninjauan kembali tersebut Hakim
Mahkamah Agung berpendapat bahwa alasan tersebut dapat dibenarkan oleh
2 Mahkamah Agung adalah Judex Juris, yang berwenang memeriksa penerapan hukum dari
suatu perkara, dan tidak memeriksa fakta dari perkaranya. J.C.T Simorangkir, Rudy T. Erwin dan
J.T Prasetyo, Kamus Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 78.
59
karena setelah meneliti secara saksama alasan peninjauan kembali tanggal 3
Juli 2013 dan jawaban alasan peninjauan kembali tanggal 21 Agustus 2013
dihubungkan dengan pertimbangan Judex Juris, dalam hal ini Mahkamah
Agung telah melakukan kekeliruan yang nyata dengan pertimbangan sebagai
berikut: Pertama, merek Pemohon Peninjauan Kembali/Tergugat yaitu
BIORF tidak mempunyai/memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek
Termohon Peninjauan Kembali/Penggugat BIORE baik persamaan bunyi
(sound) atau fonetik3 (phonetics) sebagaimana dengan cermat telah
dipertimbangkan oleh Komisi Banding Merek (1 Juli 2010) dan dikuatkan
oleh Judex Facti Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Kedua, dengan demikian walaupun merek Termohon Peninjauan
Kembali/Penggugat telah terdaftar tahun 1997 dan Pemohon Peninjauan
Kembali/ Tergugat tahun 2006/sertifikat merek 2011 untuk kelas yang sama
(3), namun persamaan hanya kata BIO adalah milik umum yang berarti
hidup.
Berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah Agung berpendapat
terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan peninjauan kembali
yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan Kembali: PT. SINTONG ABADI
tersebut, dan membatalkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 590 K/
Pdt.Sus/2012 tanggal 21 Januari 2013 selanjutnya Mahkamah Agung akan
mengadili kembali perkara ini di dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor
127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013 yang isi dari amarnya yaitu mengabulkan
3 Fonetik adalah bidang linguistik tentang pengucapan (penghasilan) bunyi ujar dan/atau
sistem bunyi suatu bahasa. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 387.
60
permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali PT.
SINTONG ABADI dan membatalkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 590
K/Pdt.Sus/2012.
Kemudian mengadili kembali perkara ini dengan menolak eksepsi
Tergugat (Dalam Eksepsi) dan menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya
(Dalam Pokok Perkara). Menghukum Termohon Peninjauan Kembali untuk
membayar biaya perkara dalam pemeriksaan peninjauan kembali ini sebesar
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
61
BAB IV
PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK HAK MEREK TERKENAL ATAS
PENIRUAN MEREK
A. Pertimbangan Hakim Dalam Kasasi Yang Menentukan Merek BIORF
Memiliki Persamaan Pada Pokoknya Terhadap Merek BIORE
Persamaan pada pokoknya tidak mutlak dengan persamaan semua elemen
merek, juga tidak mutlak adanya persamaan kata, warna dan bunyi yang harus
persis betul. Tidak dituntut secara keras adanya persamaan jalur pemasaran,
segmen pemasaran dan cara pemakaian dan pemeliharaan barang. Paling
fundamental dinilai adalah adanya maksud dan niat “membonceng” reputasi
merek orang lain yang biasa dikenal dengan itikad tidak baik atau guna
memperoleh keuntungan secara tidak jujur.1
Sesuai dengan pertimbangan Mahkamah Agung dalam menilai kesalahan
penerapan hukum pada Judex Facti adalah bahwa merek yang digunakan
Tergugat yaitu “Merek BIORF” mempunyai persamaan pada pokoknya dengan
merek BIORE milik Penggugat. Bahwa merek “BIORE” milik Penggugat
merupakan merek terkenal yang sudah terdaftar terlebih dahulu. Dan Bahwa
“Merek BIORF” milik Tergugat yang terdaftar adalah untuk kelas barang yang
sama, sehingga terbukti Tergugat dengan itikad tidak baik telah membonceng
ketenaran merek Penggugat. Berdasarkan pertimbangan diatas, terdapat cukup
1 Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia Berdasarkan
Undang-Undang No. 19 Tahun 1992, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1996), h. 417-418.
62
alasan untuk mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi KAO
Corporation dan membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat No. 02/Merek/2012/ PN.Niaga.Jkt.Pst., tanggal 24 Mei 2012.
Terkait Putusan Hakim Pengadilan Niaga Nomor
02/Merek/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst. yang menyebutkan jika antara Merek BIORF
dengan Merek BIORE tidak memenuhi kriteria memiliki persamaan pada
pokoknya sebagaimana yang tertera pada Pasal 6 ayat (1) butir (a) dan (b) tidak
tepat dan hakim melakukan kesalahan dalam penafsiran hukum. Sebagaimana
penjelasan dari Pasal 6 Ayat (1) Huruf a menjelaskan persamaan pada pokoknya
adalah kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol
antara Merek yang satu dan Merek yang lain, yang dapat menimbulkan kesan
adanya persamaan baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara penulisan atau
kombinasi antara unsur-unsur ataupun persamaan bunyi ucapan yang terdapat
dalam merek-merek tersebut. Sedangkan penjelasan Pasal 6 Ayat (1) Huruf b
Penolakan Permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhan dengan Merek terkenal untuk barang dan/atau jasa yang sejenis
dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai
Merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan.
Penulis dalam menganalisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 590
K/Pdt.Sus/2012 berpedoman pada Pasal 6 ayat (1) butir (a) dan (b), Pasal 4 dan
Pasal 5 butir (a) dan (b) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.
Persamaan pada pokoknya antara Merek BIORF dengan Merek BIORE menurut
63
penulis sangat jelas terlihat. Dasar yang menjadi alasan penulis dalam
menganalisis yaitu beberapa bukti di pengadilan yang sebagai berikut : Pertama,
Merek BIORE dan Merek BIORF memiliki persamaan bentuk, cara penempatan,
cara penulisan dan sangat kecil perbedaanya yaitu satu garis kecil pada huruf E
dan F. Sehingga kemiripan ini dapat memunculkan asumsi oleh masyarakat jika
Merek BIORF sama dengan Merek BIORE, atau anggapan masyarakat jika
Merek BIORE telah berubah nama mereknya menjadi BIORF.
Kedua, penyebutan Merek BIORF sebagai BIOREF secara fonetik
diucapkan bi-yo-ref. Maka antara 'BIOREF' (dibaca: bi-yo-ref) dan BIORE
(dibaca: bi-yo-re) membuktikan adanya kesan yang sama dalam pengucapan.
Penyebutan lafal yang hampir menyerupai akan membuat masyarakat terkecoh
dan mengaitkan merek tersebut satu sama lain. Ketiga, Merek BIO telah terdaftar
atas nama Pemohon Kasasi dan dilindungi di Indonesia sejak tanggal 16 Januari
1997. Kata 'BIO' terbukti bukan sebagai kata milik umum untuk jenis barang di
kelas 3.
Ketiga hal tersebut terbukti jika pihak termohon kasasi atau Merek
BIORF sangat jelas tidak beritikad baik sebagaimana yang dimaksud Pasal 4 dan
bertentangan dengan ketertiban umum sebagaimana Pasal 5 butir (a), sehingga
berdampak pada kerugian bagi pihak pemohon kasasi atau Merek BIORE. Secara
jelas bahwa Putusan Hakim Mahkamah Agung yang mengabulkan permohonan
kasasi KAO Corporation dan membatalkan putusan Pengadilan Niaga No.
02/Merek/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst. menurut penulis sudah sesuai dan tepat.
64
Merek BIORF menurut penulis tidak memenuhi Pasal 5 butir (b), dimana
suatu merek haruslah memiliki daya pembeda dengan merek lain. Perbedaan
pada pokoknya yang menjadi pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Niaga
Jakarta Pusat terbantahkan dengan alasan-alasan yang telah dianalisa penulis.
Segi persamaan bentuk, cara penempatan, cara penulisan, kombinasi huruf dan
persamaan bunyi ucapan atau lafal antara Merek BIORF dan Merek BIORE
persis sama sehingga tidak memiliki daya pembeda antara satu dengan yang lain.
B. Pertimbangan Hakim Dalam Peninjauan Kembali (PK) Yang Menentukan
Merek BIORF Memiliki Perbedaan Pada Pokoknya Terhadap Merek
BIORE
Peninjauan kembali yang dimohonkan oleh pihak pemilik Merek BIORF
terkait Putusan Kasasi oleh Mahkamah Agung tidak berlandaskan undang-
undang merek. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek tidak
mengatur mengenai pemeriksaan peninjauan kembali. Sebagai pertimbangan,
perkara ini mengacu kepada ketentuan Pasal 67, 68, 69, 71, dan 72 Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana yang
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua
dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009.
Peninjauan Kembali dalam sengketa perdata terkait merek dimungkinkan
dapat dilakukan jika terjadi kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan, surat-
surat bukti yang ditemukan kemudian, pengabulan melebihi apa yang dituntut,
65
tuntutan yang diputus tanpa pertimbangan sebab-sebabnya, putusan-putusan
saling bertentangan yang dikeluarkan peradilan yang sama, serta terjadi
kekhilafan atau kekeliruan hakim yang nyata sebagaimana Pasal 67 Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung. Sedangkan alasan
yang digunakan pemohon peninjauan kembali terlalu tendensius dan subjektif
yang hanya mengacu pada kekeliruan nyata hakim menurut penulis
menyampingkan fakta-fakta.
Putusan Mahkamah Agung Nomor 590 K/Pdt.Sus/2012 yang menjadi
alasan dapat dibenarkannya permohonan peninjauan kembali, yaitu setelah
meneliti mengenai alasan peninjauan kembali dan jawaban alasan peninjauan
kembali dihubungkan dengan pertimbangan Judex Juris, maka Mahkamah
Agung pada tingkat kasasi telah melakukan kekeliruan yang nyata dengan
pertimbangan sebagai berikut:
Pertama, merek Pemohon Peninjauan Kembali/Tergugat yaitu BIORF
tidak mempunyai/memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek Termohon
Peninjauan Kembali/Penggugat BIORE baik persamaan bunyi (sound) atau
fonetic (phonetics) sebagaimana dengan cermat telah dipertimbangkan oleh
Komisi Banding Merek (1 Juli 2010) dan dikuatkan oleh Judex Facti Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat. Kedua, dengan demikian walaupun merek Termohon
Peninjauan Kembali/Penggugat telah terdaftar tahun 1997 dan Pemohon
Peninjauan Kembali/Tergugat tahun 2006/sertifikat merek 2011 untuk kelas yang
66
sama (3), namun persamaan hanya kata BIO adalah milik umum yang berarti
hidup.
Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung pada pemeriksaan permohonan
peninjauan kembali menurut penulis dilihat dari bidang keilmuannya bahwa tidak
relevan dan terkesan menyadur/copy-paste atas putusan dari Judex Facti. Alasan-
alasan dari putusan Mahkamah Agung terhadap permohonan peninjauan kembali
yang menyebutkan antara Merek BIORF dan Merek BIORE memiliki perbedaan
pada pokoknya tidak memperhatikan secara detail kedua merek dan tidak pula
menimbang indikasi terdapatnya itikad tidak baik dari salah satu pihak yang
bersengketa.
Penulis mengkritisi pertimbangan Hakim Mahkamah Agung yang
memeriksa permohonan peninjauan kembali adalah sebagai berikut : pertama,
alasan hakim dalam memberi putusan sidang peninjauan kembali tersebut hanya
melihat dari segi persamaan bunyi (sound) atau fonetic (phonetics). Argumentasi
tersebut kontra dengan Majelis Judex Juris yang menyebutkan merek BIORF
sebagai BIOREF -secara fonetik diucapkan bi-yo-ref. Antara 'BIOREF' (dibaca:
bi-yo-ref) dan BIORE (dibaca: bi-yo-re) membuktikan adanya kesan yang sama
dalam pengucapan. Selain itu, hakim tidak memberikan alasan lain dalam
pertimbangannya terkait perbedaan pada pokoknya antara kedua merek tersebut.
Sedangkan menurut penulis, seharusnya hakim melihat detail lain antara kedua
merek yaitu pada persamaan bentuk, cara penempatan, kombinasi antara unsur-
67
unsur serta merek yang digunakan untuk barang/jasa sejenis. Hakim kurang
mendalami mengenai penjelasan dari Pasal 6 ayat (1) huruf (a) dan (b).
Kedua, penggunaan kata BIO yang merupakan sebagai kata milik umum
menjadi dasar dikabulkannya permohonan Peninjauan Kembali (PK) oleh hakim
sebagai bentuk pertimbangan yang prematur dan terlalu dini dalam pengambilan
kesimpulan. Pada dasarnya, persamaan pada pokoknya antara kedua merek
tersebut tidak hanya sebatas penggunaan kata BIO, melainkan penggunaan huruf
R setelah kata BIO. Maka penulis berpendapat, bahwa alasan dari pemohon
peninjauan kembali bahwa merek BIORF yang di milikinya memiliki persamaan
pada pokoknya sebatas pada kata BIO saja tidak bisa dijadikan alasan pembenar.
Sehingga penulis berkesimpulan bahwa, Merek BIORF dan Merek BIORE
sangat nyata pada persamaan pokoknya. Huruf pembeda hanya pada antara huruf
E dan F, sehingga dari pandangan kasat mata kedua huruf tersebut dapat
tersamarkan dari garis horizontal di baris ketiga pada kedua huruf tersebut.
Berdasarkan fakta-fakta yang ada pada putusan Judex Facti, Judex Juris
dan Peninjauan Kembali (PK) penulis menyimpulkan berdasarkan argumentasi
jika pemilik Merek BIORF telah menumpangkan popularitas mereknya terhadap
merek lain yang sudah terkenal, meskipun merek tersebut tidak sama secara
keseluruhan. Seperti contoh penggunaan Merek Bally untuk sepatu yang
mendekati dengan merek yang sudah terkenal Merek Belly dan sama halnya
68
antara merek sabun LUX dengan Merek LAX, bentuk merek ini oleh undang-
undang disebut dengan persamaan pada pokoknya.2
Menurut penulis hakim seharusnya juga mempertimbangkan putusannya
berdasarkan yurisprudensi yang ada, salah satu yurisprudensi tersebut adalah
Putusan Mahkamah Agung RI No. 892 K/PDT.SUS/2012, putusan tentang
merek Cardinal dengan Cardinar. Menurut penulis perkara merek Cardinal
dengan Cardinar ini serupa dengan perkara merek BIORE dengan BIORF. Pada
kasus cardinal dengan cardinar, Judex facti dalam hal mengenai merek
menyebutkan adanya persamaan pada pokoknya antara merek cardinal dengan
cardinar dan menyatakan bahwa merek cardinal merupakan merek yang sudah
terkenal, sedangkan judex juris dalam hal kasus cardinal hakim memberi
keputusan tidak ada kekeliruan dalam penerapan hukum.
Undang-Undang tentang Merek menganut asas konstitutif, yang mana
memberikan perlindungan hukum terhadap merek-merek yang telah terdaftar
dalam Daftar Umum Merek dan bukan mempermasalahkan siapa yang telah
terdaftar terlebih dahulu karena dengan ketentuan hukum tersebut Undang-
Undang tentang Merek hanya memberikan perlindungan terhadap apa yang
dimohonkan untuk didaftar dan tidak untuk semua jenis barang atau kelas
barang, dengan sistem konstitutif tersebut di dalam Daftar Umum Merek dapat
terdaftar merek-merek yang sama sepanjang jenis barang atau jasa yang
2 OK Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), ed.Revisi
ke 6 (Jakarta : PT RajaGRafindo Persada, 2007), h. 357-360.
69
dilindungi berbeda satu sama lainnya. Sehingga dalam sengketa antara merek
BIORE dan BIORF seharusnya dimenangkan oleh merek BIORE karena kedua
jenis merek tersebut menjual jenis produk yang sama. Maka secara jelas putusan
dalam Peninjauan Kembali ini telah melanggar asas konstitutif dalam
pertimbangannya.
C. Dampak Hukum Pasca Dikeluarkannya Putusan MA Nomor 127
PK/Pdt.Sus-HKI/2013 Terhadap Pemilik Hak Merek BIORE
Sengketa merek antara BIORE dan BIORF dapat diselesaikan di
Mahkamah Agung dengan dikeluarkannya Putusan MA Nomor 127 PK/Pdt.Sus-
HKI/2013 dan telah mendapatkan kekuatan hukum tetap. Dalam putusan ini,
kasus antara merek BIORE dan BIORF ini dimenangkan oleh merek BIORF dan
membatalkan putusan Mahkamah Agung sebelumnya yaitu putusan MA Nomor
590 K/Pdt.Sus/2012., tanggal 21 Januari 2013. Hal ini berdasarkan dari
pertimbangan Hakim yang telah disebutkan di atas.
Namun, penulis tidak sepakat dengan pertimbangan Hakim Mahkamah
Agung dalam Peninjauan Kembali (PK) yang menyatakan bahwa merek BIORF
tidak memiliki itikad tidak baik dan persamaan pada pokoknya terhadap merek
BIORE. Menurut hemat penulis, merek BIORF memiliki persamaan pada
pokoknya terhadap merek BIORE dan terdapat itikad tidak baik.
Persamaan pada pokoknya tidak harus sama secara persis terhadap semua
elemen atau unsur merek tersebut, tetapi memiliki kesan mirip atau hampir mirip
70
dapat dikatakan sebagai persamaan pada pokoknya. Hal ini berdasarkan
Penjelasan Pasal 6 ayat (1) hurus UU No. 15 Tahun 2001 yang mengartikan
persamaan pada pokoknya adalah suatu kemiripan. Menekankan pada kata
“Kemiripan” yang berasal dari kata “mirip”. Kata “mirip” dalam KBBI diartikan
“hampir sama” atau “serupa”.3
Merek antara BIORE dan BIORF memiliki kemiripan unsur baik dari segi
bentuk, cara penempatan dan cara penulisan, serta sangat kecil perbedaannya
yaitu satu garis pada huruf E dan F. Selain itu, barang yang diperdagangkan pun
sejenis atau sekelas yaitu barang kelas 3. Berdasarkan hal ini penulis
beranggapan bahwa pemilik merek BIORF memiliki niat “membonceng”
reputasi merek BIORE yang telah dikenal oleh masyarakat dengan itikad tidak
baik atau buruk guna memperoleh keuntungan secara tidak jujur. Jadi penulis
berpendapat bahwa terdapat persamaan pada pokoknya antara merek BIORE dan
BIORF. Adanya sedikit perbedaan unsur-unsur yang dibuat oleh BIORF
merupakan suatu taktik atau strategi agar tidak terdapat persamaan secara
keseluruhan terhadap merek BIORE. Dengan kata lain tidak meniru secara
keseluruhan. Adanya sedikit perbedaaan itu dapat menyesatkan masyarakat yaitu
dapat menimbulkan kesan kepada masyarakat seolah-olah barang atau jasa yang
diproduksinya sama dengan merek yang sudah ada.
3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2008), h. 920.
71
Selain itu, merek BIORE merupakan merek yang telah terkenal.
Terkenalnya merek ini dibuktikan dengan pengetahuan umum masyarakat,
reputasi yang telah diperoleh berkat promosi yang gencar dan besar-besaran yaitu
melalui media iklan. Merek BIORE ini telah terdaftar secara internasional, selain
di negara asalnya Jepang dan di Indonesia, merek BIORE juga telah terdaftar di
banyak negara di dunia. Khususnya di Indonesia merek BIORE sudah terdaftar
sejak tahun 1980. Terkenalnya suatu merek di Indonesia mendapat perlindungan
berdasarkan Pasal 6 bis Konvensi Paris4 dan Pasal 6 ayat (1) huruf b UU No. 15
Tahun 2001.5
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemilik merek
BIORF memiliki itikad tidak baik yaitu adanya niat untuk membonceng
ketenaran dari merek BIORE yang telah terkenal terlebih dahulu dengan
membuat merek yang memiliki persamaan pada pokoknya dan merupakan jenis
atau kelas yang sama. Oleh karena itu, penulis sepakat dengan adanya Putusan
Mahkamah Agung yang memenangkan pihak BIORE, yaitu adanya itikad tidak
baik dan persamaan unsur pokok yang terdapat antara merek BIORE dan BIORF.
Adanya Putusan Mahkamah Agung Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013
memberikan dampak bagi pengusaha yang akan membuat dan mendaftarkan
mereknya agar terlebih dahulu melihat merek milik orang lain yang telah
4 Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia Berdasarkan
Undang-Undang No. 19 Tahun 1992, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996), h. 417-418
5 Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung: P.T. Alumni, 2005), h.
150.
72
terdaftar dan terkenal, sehingga pada saat ingin mendaftarkan mereknya tidak
terdapat persamaan pada pokoknya baik sebagian maupun seluruhnya dan
terhindar dari itikad tidak baik yang ingin membonceng ketenaran merek milik
orang lain yang telah terkenal.
Selain itu, bagi pemilik hak merek BIORE yang telah terdaftar dan
terkenal agar selalu melindungi mereknya yaitu dengan memperhatikan adanya
itikad tidak baik dari pemilik merek lain. Apabila terdapat merek lain yang telah
terdaftar di Dirjen HKI dan diumumkan dalam Berita Umum Merek, maka
pemilik hak merek BIORE yang telah terdaftar terlebih dahulu segera
mengajukan keberatan dan pembatalan merek tersebut. Gugatan pembatalan
merek hendaknya tidak melebihi 5 (lima) tahun sejak tanggal pendaftaran merek
tersebut. Hal ini berdasarkan ketentuan Pasal 69 UU No. 15 Tahun 2001 yaitu
gugatan pembatalan pendaftaran merek hanya dapat diajukan dalam jangka
waktu 5 tahun sejak tanggal pendaftaran merek.
Dengan adanya Putusan Mahkamah Agung Nomor 127 PK/Pdt.Sus-
HKI/2013 ini juga semakin menegaskan bahwa masih terdapatnya kekurangan
atau pemasalahan yang ada pada UU No. 15 Tahun 2001 yang mengatur tentang
Merek, sehingga kelemahan dari Undang-Undang tersebut dapat menimbulkan
kerugian bagi pemilik hak merek. Sebagai contoh dalam sengketa antara merek
BIORE dan BIORF, dimana hak pemilik merek BIORE dirugikan.
Adapun permasalahan yang dimaksud yaitu: Pertama, mengenai
hambatan yang dihadapi dalam lingkup merek yaitu pengertian merek terkenal
73
sampai saat ini belum jelas, karena ada pendapat yang menyebutkan merek
terkenal hanya untuk satu jenis barang. Diluar negeri orang menyebutnya bukan
sebagai “well-known mark” tetapi “famous mark” karena famous lebih kuat
cakupannya sementara “well-known mark” hanya mengenai satu jenis saja. Bisa
dilihat seperti merek “Canon” untuk seprei, ada juga merek “Canon” untuk
kamera, dimana masing-masing terkenal dalam jenisnya.6 Dan juga belum
diaturnya peraturan pelaksanaan mengenai apa yang dimaksud dengan merek
terkenal.
Kedua, mengenai masalah dalam pemeriksaan merek yaitu masalah
mengenai persamaan, apakah yang dimaksudkan itu persamaan pada pokoknya
atau persamaan secara keseluruhan. Sering dijumpai merek-merek yang tidak
sama secara keseluruhan tetapi identik. Untuk memecahkan masalah itu
dipergunakan doktrin/ teori holistic approach dan dominance.
Selanjutnya masalah mengenai penerapan ketentuan tentang barang
sejenis dan tidak sejenis. Suatu barang belum tentu dikatakan sejenis dengan
barang tertentu lainnya, meskipun berada dalam satu kelas yang sama. Misalnya
ada kelas Internasional, nasional, dan kelas-kelas lainnya. Belum tentu dalam
satu kelas jenisnya sama, bisa jadi jenisnya berbeda, hal ini karena pembedaan
kelas hanya untuk pembayaran saja di kantor merek. Itu tidak dapat dikaitkan
dengan sejenis.
6 Suyud Margono, Hak Milik Industri: Pengaturan dan Praktik di Indonesia, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011), h. 108.
74
Sebaliknya dikatakan suatu barang sejenis dengan barang lain walaupun
kelasnya beda karena keterkaitan yang erat. Barang yang berkaitan dengan dunia
fashion, jenisnya bisa berbeda, seperti sepatu dan baju. Karena istilah barang
yang sejenis yang dicantumkan dalam perundang-undangan mempunyai maksud
untuk memperluas jangkauan suatu merek, bahwa terhadap barang-barang lain
yang tidak sama akan tetapi apabila dapat dianggap atau dikualifikasikan sejenis
dengan barang-barang lain, maka hak untuk memakai merek barang lain yang
tidak sama tersebut tidak diberikan Undang-Undang. Untuk menyelesaikan
permasalahan itu dibutuhkan patokan untuk menentukan suatu jenis barang.
Untuk menentukan masuk ke jenis apakah barang tersebut kita dapat
menggunakan patokan berupa tujuan pemakaian, cara pembuatan, atau sifat
barang itu.
Kemudian masalah mengenai merek terkenal, terdapat ketidak jelasan
mengenai apa yang terkenal, kriteria apa yang harus dipenuhi sehingga dapat
dikatakan terkenal. Secara umum, batasan merek terkenal adalah sesuai kriteria
penggolongan, reputasi, kualitas, penjualannya stabil, diperdagangkan di
berbagai negara, memiliki pendaftaran merek di berbagai negara, pengetahuan
masyarakat, dan promosinya. Ketiga permasalahan tersebut muncul karena tidak
adanya ketentuan yang memberikan pedoman yang pasti pada pemeriksaan
merek. Atas beberapa permasalahan tersebut ada baiknya dilakukan revisi
terhadap Undang-Undang tentang merek, agar tercipta kepastian hukum bagi
75
masyarakat dan memudahkan aparat yang berwenang untuk menjalankan
tugasnya.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab
sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan diantaranya sebagai berikut:
1. Pertimbangan hakim dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 590
K/Pdt.Sus/2012 yang menentukan Merek BIORF memiliki persamaan
pada pokoknya terhadap Merek BIORE sudah tepat. Karena dasar dari
pertimbangannya yaitu pada Pasal 6 ayat (1) butir (a) dan (b), Pasal 4 dan
Pasal 5 butir (a) dan (b) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang
Merek. Persamaan pada pokoknya antara Merek BIORF dengan Merek
BIORE sangat jelas terlihat, yaitu dari segi persamaan bentuk, cara
penempatan, cara penulisan, kombinasi huruf dan persamaan bunyi
ucapan atau lafal antara Merek BIORF dan Merek BIORE persis sama
sehingga tidak memiliki daya pembeda antara satu dengan yang lain.
2. Pertimbangan hakim dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 127
PK/Pdt.Sus-HKI/2013 yang menentukan Merek BIORF memiliki
perbedaan pada pokoknya terhadap Merek BIORE kurang tepat dan
mengenai alasan-alasan pengajuan Peninjauan Kembali (PK) terlalu
tendensius dan subjektif yang hanya mengacu pada kekeliruan nyata
hakim serta menyampingkan fakta-fakta. Perbedaan pada pokoknya
antara Merek BIORF dan Merek BIORE tidak telihat jelas. Hakim dalam
pertimbangannya hanya melihat dari segi persamaan bunyi saja dan tidak
76
dari unsur-unsur yang lain seperti persamaan bentuk, cara penempatan,
kombinasi antara unsur-unsur serta merek yang digunakan untuk
barang/jasa sejenis. Kemudian terhadap penggunaan kata BIO yang
merupakan sebagai kata milik umum menjadi dasar dikabulkannya
permohonan Peninjauan Kembali (PK) oleh hakim sebagai bentuk
pertimbangan yang prematur dan terlalu dini dalam pengambilan
kesimpulan. Jadi meskipun Merek BIORF tidak sama secara keseluruhan
dengan Merek BIORE, pemilik Merek BIORF telah menumpangkan
popularitas mereknya terhadap merek lain yang sudah terkenal dalam hal
ini Merek BIORE.
3. Adanya Putusan Mahkamah Agung Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013
memberikan dampak bagi pengusaha yang akan membuat dan
mendaftarkan mereknya agar terlebih dahulu melihat merek milik orang
lain yang telah terdaftar dan terkenal, sehingga pada saat ingin
mendaftarkan mereknya tidak terdapat persamaan pada pokoknya, baik
sebagian maupun seluruhnya dan terhindar dari itikad tidak baik untuk
membonceng ketenaran merek milik orang lain yang telah terkenal.
Selain itu, bagi pemilik hak merek BIORE yang telah terdaftar dan
terkenal agar selalu melindungi mereknya yaitu dengan memperhatikan
adanya itikad tidak baik dari pemilik merek baru lain. Apabila terdapat
merek lain yang telah terdaftar di Dirjen HKI dan diumumkan dalam
Berita Umum Merek, maka pemilik hak merek BIORE yang telah
terdaftar terlebih dahulu segera mengajukan keberatan dan pembatalan
77
merek tersebut. Gugatan pembatalan merek hendaknya tidak melebihi 5
(lima) tahun sejak tanggal pendaftaran merek tersebut. Hal ini
berdasarkan Pasal 69 UU Merek No. 15 Tahun 2001. Kemudian dengan
adanya putusan ini juga semakin menegaskan bahwa masih terdapatnya
kekurangan atau pemasalahan yang ada pada UU No. 15 Tahun 2001
yang mengatur tentang Merek, sehingga kelemahan dari Undang-Undang
tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi pemilik hak merek. Sebagai
contoh dalam sengketa antara merek BIORE dan BIORF, dimana hak
pemilik merek BIORE dirugikan. Yaitu perihal apa itu merek terkenal,
kriteria apa yang harus dipenuhi sehingga dapat dikatakan terkenal,
belum diaturnya peraturan pelaksanaan mengenai apa yang dimaksud
dengan merek terkenal, masalah mengenai persamaan dan masalah
mengenai penerapan ketentuan tentang barang sejenis dan tidak sejenis.
B. Saran
Pada akhir penulisan ini, penulis memberikan beberapa saran
diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk mencegah timbulnya kasus-kasus serupa dengan BIORE dan
BIORF, maka pemerintah perlu secepatnya untuk menerbitkan Peraturan
Pemerintah tentang merek terkenal dan persamaan unsur pokok pada
suatu merek. Diharapkan dengan adanya Peraturan Pemerintah tersebut
akan menjadi pedoman bagi penegak hukum dalam menyelesaikan
sengketa serupa. Selain itu, Hakim Pengadilan Niaga dan Mahkamah
78
Agung perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai merek agar
memiliki kesamaan dalam membuat putusan, sehingga tercapai suatu
kepastian hukum.
2. Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual lebih selektif dalam
menerima pendaftaran suatu merek dalam daftar umum merek. Karena
pendaftaran ini merupakan tahap seleksi yang paling utama, dimana
Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual khususnya daftar umum
merek harus benar-benar dapat membedakan pendaftaran suatu merek
apakah mempunyai persamaan pada pokoknya ataupun keseluruhannya
dengan merek pihak lain yang sudah terdaftar. Untuk itu dibutuhkan
sistem pendaftaran yang baik serta informasi yang tepat dengan didukung
teknologi yang canggih. Hal itu guna meminimalisasi terjadinya sengketa
merek di Indonesia. Selain itu, sebaiknya para pelaku usaha yang ingin
membuat merek agar terlebih dahulu mencari tahu apakah merek yang
akan dibuat tersebut telah ada yang lebih dahulu memilikinya sehingga
terhindar dari unsur peniruan atau membonceng reputasi merek yang
telah terkenal.
79
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku:
Adisumitro, Harsono. Hak Milik Perindustrian. Jakarta: Akademika Pressindo,
1990.
Casavera. 15 Kasus Sengketa Merek di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Djumhana, Muhammad dan R.Djubaedilah. Hak Milik Intelektual Sejarah, Teoori
dan Prakteknya di Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997.
Gautama, Sudargo dan Rizwanto Winata. Konvensi-konvensi Hak Milik
Intelektual Baru Untuk Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1998.
_________________________________. Pembaharuan Hukum Merek Indonesia
(Dalam Rangka WTO, TRIPS), (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1997.
Harahap, Yahya. Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia
Berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 1992. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 1996.
Kamil, Ahmad dan M. Fauzan. Kaidah-Kaidah Hukum Yurisprudensi. Jakarta:
Kencana, 2004.
Kansil, C.S.T. dan Crhistine S.T. Kansil. Kamus Istilah Aneka Hukum. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2001.
Kurnia, Titon Slamet. Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal di
Indonesia Pasca Perjanjian TRIPs. Bandung: PT Alumni, 2011.
Lindsey, Tim. Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar. Bandung: P.T.
Alumni, 2005.
Margono, Suyud. Hak Milik Industri: Pengaturan dan Praktik di Indonesia.
Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana, 2007.
Maulana, Insan Budi. Perlindungan Merek Terkenal di Indonesia Dari Masa ke
Masa. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1999.
Miru, Ahmadi. Hukum Merek. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2005.
80
Nasution, Rahmi Jened Perinduri. Interface Hukum Kekayaan Intelektual dan
Hukum Persaiangan (Penyalahgunaan HKI). Jakarta: P.T. RajaGrafindo
Persada, 2013.
Putra, Syopiansyah Jaya dan Yusuf Durrachman. Etika Bisnis dan Hak Kekayaan
Intelektual. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.
Putusan Mahkamah Agung Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013
Putusan Mahkamah Agung Nomor 590 K/Pdt.Sus/2012
Riswandi, Budi Agus dan Syamsudin. Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya
Hukum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.
Saidin, OK. Aspek Hukum Kekayaan Intelektual. Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2004.
Simorangkir, J.C.T., Rudy T. Erwin dan J.T Prasetyo. Kamus Hukum. Jakarta:
Sinar Grafika, 2008.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press, 2010.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif (Suatu
Tinjauan Singkat). Jakarta: Rajawali Pers, 2001.
Suryatin. Hukum Dagang I dan II. Jakarta: Pradnya Paramita, 1980.
Suryodiningrat, R.M. Aneka Hak Milik Perindustrian. Bandung: Tarsito, 1981.
Sutedi, Adrian. Hak Atas Kekayaan Intelektual. Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
Sutjipto, H.M.N. Purwo. Pengertian Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia.
Jakarta: Djambatan, 1984.
Usman, Rachmadi. Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual. Bandung: P.T.
Alumni, 2003.
Utomo, Tomi Suryo. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global. Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2010.
Yuhassarie, Emmy. Hak Kekayaan Intelektual dan Perkembangannya. Jakarta:
Pusat Pengkajian Hukum, 2005.
Perundang-Undangan:
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.
81
LAMPIRAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001
TENTANG MEREK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensi-konvensi internasional yang telah diratifikasi
Indonesia, peranan Merek menjadi sangat penting, terutama dalam menjaga persaingan usaha yang sehat; b. bahwa untuk hal tersebut di atas diperlukan pengaturan yang memadai tentang Merek guna memberikan
peningkatan layanan bagi masyarakat; c. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a dan huruf b, serta memperhatikan pengalaman dalam
melaksanakan Undang-undang Merek yang ada, dipandang perlu untuk mengganti Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade
Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia), (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564);
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN : Menetapkan : UNDANG UNDANG TENTANG MEREK.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi
dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
2. Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.
3. Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
4. Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.
5. Permohonan adalah permintaan pendaftaran Merek yang diajukan secara tertulis kepada Direktorat Jenderal. 6. Pemohon adalah pihak yang mengajukan Permohonan. 7. Pemeriksa adalah Pemeriksa Merek yaitu pejabat yang karena keahliannya diangkat dengan Keputusan Menteri,
dan ditugasi untuk melakukan pemeriksaan terhadap Permohonan pendaftaran Merek. 8. Kuasa adalah Konsultan Hak Kekayaan Intelektual. 9. Menteri adalah menteri yang membawahkan departemen yang salah satu lingkup tugas dan tanggung jawabnya
meliputi bidang hak kekayaan intelektual, termasuk Merek. 10. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang berada di bawah departemen
yang dipimpin oleh Menteri. 11. Tanggal Penerimaan adalah tanggal penerimaan Permohonan yang telah memenuhi persyaratan administratif. 12. Konsultan Hak Kekayaan Intelektual adalah orang yang memiliki keahlian di bidang hak kekayaan intelektual
dan secara khusus memberikan jasa di bidang pengajuan dan pengurusan Permohonan Paten, Merek, Desain Industri serta bidang-bidang hak kekayaan intelektual lainnya dan terdaftar sebagai Konsultan Hak Kekayaan Intelektual di Direktorat Jenderal.
13. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemilik Merek terdaftar kepada pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) untuk menggunakan Merek tersebut, baik untuk seluruh atau sebagian jenis barang dan/atau jasa yang didaftarkan dalam jangka waktu dan syarat tertentu.
14. Hak Prioritas adalah hak pemohon untuk mengajukan permohonan yang berasal dari negara yang tergabung dalam Paris Convention for the Protection of Industrial Property atau Agreement Establishing the World Trade Organization untuk memperoleh pengakuan bahwa tanggal penerimaan di negara asal merupakan tanggal prioritas di negara tujuan yang juga anggota salah satu dari kedua perjanjian itu, selama pengajuan tersebut
dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan berdasarkan Paris Convention for the Protection of Industrial Property.
15. Hari adalah hari kerja.
BAB II LINGKUP MEREK
Bagian Pertama
Umum
Pasal 2 Merek sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini meliputi Merek Dagang dan Merek Jasa.
Pasal 3 Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.
Bagian Kedua Merek yang Tidak Dapat Didaftar dan yang Ditolak
Pasal 4
Merek tidak dapat didaftar atas dasar Permohonan yang diajukan oleh Pemohon yang beriktikad tidak baik.
Pasal 5 Merek tidak dapat didaftar apabila Merek tersebut mengandung salah satu unsur di bawah ini: a. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban
umum; b. tidak memiliki daya pembeda; c. telah menjadi milik umum; atau d. merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya.
Pasal 6 (1) Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut:
a. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;
b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;
c. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi-geografis yang sudah dikenal. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat pula diberlakukan terhadap barang dan/atau jasa
yang tidak sejenis sepanjang memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
(3) Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut: a. merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain,
kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak; b. merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang atau simbol atau emblem
negara atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang;
c. merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.
BAB III
PERMOHONAN PENDAFTARAN MEREK
Bagian Pertama Syarat dan Tata Cara Permohonan
Pasal 7
(1) Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal dengan mencantumkan: a. tanggal, bulan, dan tahun; b. nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat Pemohon; c. nama lengkap dan alamat Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa; d. warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur-unsur warna; e. nama negara dan tanggal permintaan Merek yang pertama kali dalam hal Permohonan diajukan dengan
Hak Prioritas. (2) Permohonan ditandatangani Pemohon atau Kuasanya.
(3) Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat terdiri dari satu orang atau beberapa orang secara bersama, atau badan hukum.
(4) Permohonan dilampiri dengan bukti pembayaran biaya. (5) Dalam hal Permohonan diajukan oleh lebih dari satu Pemohon yang secara bersama-sama berhak atas Merek
tersebut, semua nama Pemohon dicantumkan dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka. (6) Dalam hal Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Permohonan tersebut ditandatangani oleh salah
satu dari Pemohon yang berhak atas Merek tersebut dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para Pemohon yang mewakilkan.
(7) Dalam hal Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diajukan melalui Kuasanya, surat kuasa untuk itu ditandatangani oleh semua pihak yang berhak atas Merek tersebut.
(8) Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (7) adalah Konsultan Hak Kekayaan Intelektual. (9) Ketentuan mengenai syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai Konsultan Hak Kekayaan Intelektual diatur
dengan Peraturan Pemerintah, sedangkan tata cara pengangkatannya diatur dengan Keputusan Presiden.
Pasal 8 (1) Permohonan untuk 2 (dua) kelas barang atau lebih dan/atau jasa dapat diajukan dalam satu Permohonan. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyebutkan jenis barang dan/atau jasa yang termasuk
dalam kelas yang dimohonkan pendaftarannya. (3) Kelas barang atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 9 Ketentuan mengenai syarat dan tata cara Permohonan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 10 (1) Permohonan yang diajukan oleh Pemohon yang bertempat tinggal atau berkedudukan tetap di luar wilayah
Negara Republik Indonesia wajib diajukan melalui Kuasanya di Indonesia. (2) Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyatakan dan memilih tempat tinggal Kuasa sebagai
domisili hukumnya di Indonesia.
Bagian Kedua Permohonan Pendaftaran Merek dengan Hak Prioritas
Pasal 11
Permohonan dengan menggunakan Hak Prioritas harus diajukan dalam waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan pendaftaran Merek yang pertama kali diterima di negara lain, yang merupakan anggota Paris Convention for the Protection of Industrial Property atau anggota Agreement Establishing the World Trade Organization.
Pasal 12 (1) Selain harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Bagian Pertama Bab ini, Permohonan dengan
menggunakan Hak Prioritas wajib dilengkapi dengan bukti tentang penerimaan permohonan pendaftaran Merek yang pertama kali yang menimbulkan Hak Prioritas tersebut.
(2) Bukti Hak Prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. (3) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak dipenuhi dalam waktu paling lama
3 (tiga) bulan setelah berakhirnya hak mengajukan Permohonan dengan menggunakan Hak Prioritas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Permohonan tersebut tetap diproses, namun tanpa menggunakan Hak Prioritas.
Bagian Ketiga
Pemeriksaan Kelengkapan Persyaratan Pendaftaran Merek
Pasal 13 (1) Direktorat Jenderal melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan persyaratan pendaftaran Merek sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12. (2) Dalam hal terdapat kekurangan dalam kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Direktorat Jenderal meminta agar kelengkapan persyaratan tersebut dipenuhi dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal pengiriman surat permintaan untuk memenuhi kelengkapan persyaratan tersebut.
(3) Dalam hal kekurangan tersebut menyangkut persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, jangka waktu pemenuhan kekurangan persyaratan tersebut paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak berakhirnya jangka waktu pengajuan Permohonan dengan menggunakan Hak Prioritas.
Pasal 14
(1) Dalam hal kelengkapan persyaratan tersebut tidak dipenuhi dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2), Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis kepada Pemohon atau Kuasanya bahwa Permohonannya dianggap ditarik kembali.
(2) Dalam hal Permohonan dianggap ditarik kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1), segala biaya yang telah dibayarkan kepada Direktorat Jenderal tidak dapat ditarik kembali.
Bagian Keempat Waktu Penerimaan Permohonan
Pendaftaran Merek
Pasal 15 (1) Dalam hal seluruh persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10,
Pasal 11, dan Pasal 12 telah dipenuhi, terhadap Permohonan diberikan Tanggal Penerimaan. (2) Tanggal Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat oleh Direktorat Jenderal.
Bagian Kelima Perubahan dan Penarikan Kembali Permohonan Pendaftaran Merek
Pasal 16
Perubahan atas Permohonan hanya diperbolehkan terhadap penggantian nama dan/atau alamat Pemohon atau Kuasanya.
Pasal 17 (1) Selama belum memperoleh keputusan dari Direktorat Jenderal, Permohonan dapat ditarik kembali oleh
Pemohon atau Kuasanya. (2) Apabila penarikan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Kuasanya, penarikan itu harus
dilakukan berdasarkan surat kuasa khusus untuk keperluan penarikan kembali tersebut. (3) Dalam hal Permohonan ditarik kembali, segala biaya yang telah dibayarkan kepada Direktorat Jenderal tidak
dapat ditarik kembali.
BAB IV PENDAFTARAN MEREK
Bagian Pertama
Pemeriksaan Substantif
Pasal 18 (1) Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak Tanggal Penerimaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15, Direktorat Jenderal melakukan pemeriksaan substantif terhadap Permohonan. (2) Pemeriksaan substantif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan ketentuan Pasal 4, Pasal
5, dan Pasal 6. (3) Pemeriksaan substantif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselesaikan dalam waktu paling lama 9
(sembilan) bulan.
Pasal 19 (1) Pemeriksaan substantif dilaksanakan oleh Pemeriksa pada Direktorat Jenderal. (2) Pemeriksa adalah pejabat yang karena keahliannya diangkat dan diberhentikan sebagai pejabat fungsional oleh
Menteri berdasarkan syarat dan kualifikasi tertentu. (3) Pemeriksa diberi jenjang dan tunjangan fungsional di samping hak lainnya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pasal 20 (1) Dalam hal Pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaan substantif bahwa Permohonan dapat disetujui untuk
didaftar, atas persetujuan Direktur Jenderal, Permohonan tersebut diumumkan dalam Berita Resmi Merek. (2) Dalam hal Pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaan substantif bahwa Permohonan tidak dapat didaftar atau
ditolak, atas persetujuan Direktur Jenderal, hal tersebut diberitahukan secara tertulis kepada Pemohon atau Kuasanya dengan menyebutkan alasannya.
(3) Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal penerimaan surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemohon atau Kuasanya dapat menyampaikan keberatan atau tanggapannya dengan menyebutkan alasan.
(4) Dalam hal Pemohon atau Kuasanya tidak menyampaikan keberatan atau tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Direktorat Jenderal menetapkan keputusan tentang penolakan Permohonan tersebut.
(5) Dalam hal Pemohon atau Kuasanya menyampaikan keberatan atau tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dan Pemeriksa melaporkan bahwa tanggapan tersebut dapat diterima, atas persetujuan Direktur Jenderal, Permohonan itu diumumkan dalam Berita Resmi Merek.
(6) Dalam hal Pemohon atau Kuasanya menyampaikan keberatan atau tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dan Pemeriksa melaporkan bahwa tanggapan tersebut tidak dapat diterima, atas persetujuan Direktur Jenderal, ditetapkan keputusan tentang penolakan Permohonan tersebut.
(7) Keputusan penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (6) diberitahukan secara tertulis kepada Pemohon atau Kuasanya dengan menyebutkan alasan.
(8) Dalam hal Permohonan ditolak, segala biaya yang telah dibayarkan kepada Direktorat Jenderal tidak dapat ditarik kembali.
Bagian Kedua Pengumuman Permohonan
Pasal 21
Dalam waktu paling lama 10 (sepuluh) hari terhitung sejak tanggal disetujuinya Permohonan untuk didaftar, Direktorat Jenderal mengumumkan Permohonan tersebut dalam Berita Resmi Merek.
Pasal 22 (1) Pengumuman berlangsung selama 3 (tiga) bulan dan dilakukan dengan:
a. menempatkannya dalam Berita Resmi Merek yang diterbitkan secara berkala oleh Direktorat Jenderal; dan/atau
b. menempatkannya pada sarana khusus yang dengan mudah serta jelas dapat dilihat oleh masyarakat yang disediakan oleh Direktorat Jenderal.
(2) Tanggal mulai diumumkannya Permohonan dicatat oleh Direktorat Jenderal dalam Berita Resmi Merek.
Pasal 23 Pengumuman dilakukan dengan mencantumkan: a. nama dan alamat lengkap Pemohon, termasuk Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa; b. kelas dan jenis barang dan/atau jasa bagi Merek yang dimohonkan pendaftarannya; c. Tanggal Penerimaan; d. nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali, dalam hal Permohonan diajukan dengan
menggunakan Hak Prioritas; dan e. contoh Merek, termasuk keterangan mengenai warna dan apabila etiket Merek menggunakan bahasa asing
dan/atau huruf selain huruf Latin dan/atau angka yang tidak lazim digunakan dalam bahasa Indonesia, disertai terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia, huruf Latin atau angka yang lazim digunakan dalam bahasa Indonesia, serta cara pengucapannya dalam ejaan Latin.
Bagian Ketiga
Keberatan dan Sanggahan
Pasal 24 (1) Selama jangka waktu pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, setiap pihak dapat mengajukan
keberatan secara tertulis kepada Direktorat Jenderal atas Permohonan yang bersangkutan dengan dikenai biaya. (2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan apabila terdapat alasan yang cukup disertai bukti
bahwa Merek yang dimohonkan pendaftarannya adalah Merek yang berdasarkan Undang-undang ini tidak dapat didaftar atau ditolak.
(3) Dalam hal terdapat keberatan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktorat Jenderal dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal penerimaan keberatan mengirimkan salinan surat yang berisikan keberatan tersebut kepada Pemohon atau Kuasanya.
Pasal 25
(1) Pemohon atau Kuasanya berhak mengajukan sanggahan terhadap keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 kepada Direktorat Jenderal.
(2) Sanggahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan salinan keberatan yang disampaikan oleh Direktorat Jenderal .
Bagian Keempat
Pemeriksaan Kembali
Pasal 26 (1) Dalam hal terdapat keberatan dan/atau sanggahan, Direktorat Jenderal menggunakan keberatan dan/atau
sanggahan tersebut sebagai bahan pertimbangan dalam pemeriksaan kembali terhadap Permohonan yang telah selesai diumumkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
(2) Pemeriksaan kembali terhadap Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselesaikan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak berakhirnya jangka waktu pengumuman.
(3) Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis kepada pihak yang mengajukan keberatan mengenai hasil pemeriksaan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
(4) Dalam hal Pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaan bahwa keberatan dapat diterima, Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis kepada Pemohon bahwa Permohonan tidak dapat didaftar atau ditolak; dan dalam hal demikian itu, Pemohon atau Kuasanya dapat mengajukan banding.
(5) Dalam hal Pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaan bahwa keberatan tidak dapat diterima, atas persetujuan Direktur Jenderal, Permohonan dinyatakan dapat disetujui untuk didaftar dalam Daftar Umum Merek.
Pasal 27
(1) Dalam hal tidak ada keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Direktorat Jenderal menerbitkan dan memberikan Sertifikat Merek kepada Pemohon atau Kuasanya dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal berakhirnya jangka waktu pengumuman.
(2) Dalam hal keberatan tidak dapat diterima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (5), Direktorat Jenderal menerbitkan dan memberikan Sertifikat Merek kepada Pemohon atau Kuasanya dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal Permohonan tersebut disetujui untuk didaftar dalam Daftar Umum Merek.
(3) Sertifikat Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat: a. nama dan alamat lengkap pemilik Merek yang didaftar; b. nama dan alamat lengkap Kuasa, dalam hal Permohonan diajukan berdasarkan Pasal 10; c. tanggal pengajuan dan Tanggal Penerimaan; d. nama negara dan tanggal permohonan yang pertama kali apabila permohonan tersebut diajukan dengan
menggunakan Hak Prioritas; e. etiket Merek yang didaftarkan, termasuk keterangan mengenai macam warna apabila Merek tersebut
menggunakan unsur warna, dan apabila Merek menggunakan bahasa asing dan/atau huruf selain huruf Latin dan/atau angka yang tidak lazim digunakan dalam bahasa Indonesia disertai terjemahannya dalam bahasa
f. Indonesia, huruf Latin dan angka yang lazim digunakan dalam bahasa Indonesia serta cara pengucapannya dalam ejaan Latin; nomor dan tanggal pendaftaran;
g. kelas dan jenis barang dan/atau jasa yang Mereknya didaftar; dan h. jangka waktu berlakunya pendaftaran Merek.
(4) Setiap pihak dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh petikan resmi Sertifikat Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek dengan membayar biaya.
Bagian Kelima
Jangka Waktu Perlindungan Merek Terdaftar
Pasal 28
Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak Tanggal Penerimaan dan jangka waktu perlindungan itu dapat diperpanjang.
Bagian Keenam Permohonan Banding
Pasal 29
(1) Permohonan banding dapat diajukan terhadap penolakan Permohonan yang berkaitan dengan alasan dan dasar pertimbangan mengenai hal-hal yang bersifat substantif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, atau Pasal 6.
(2) Permohonan banding diajukan secara tertulis oleh Pemohon atau Kuasanya kepada Komisi Banding Merek dengan tembusan yang disampaikan kepada Direktorat Jenderal dengan dikenai biaya.
(3) Permohonan banding diajukan dengan menguraikan secara lengkap keberatan serta alasan terhadap penolakan Permohonan sebagai hasil pemeriksaan substantif.
(4) Alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus tidak merupakan perbaikan atau penyempurnaan atas Permohonan yang ditolak.
Pasal 30
(1) Permohonan banding diajukan paling lama dalam waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal surat pemberitahuan penolakan Permohonan.
(2) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat tanpa adanya permohonan banding, penolakan Permohonan dianggap diterima oleh Pemohon.
(3) Dalam hal penolakan Permohonan telah dianggap diterima sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Direktorat Jenderal mencatat dan mengumumkan penolakan itu.
Pasal 31
(1) Keputusan Komisi Banding Merek diberikan dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan banding.
(2) Dalam hal Komisi Banding Merek mengabulkan permohonan banding, Direktorat Jenderal melaksanakan pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, kecuali terhadap Permohonan yang telah diumumkan dalam Berita Resmi Merek.
(3) Dalam hal Komisi Banding Merek menolak permohonan banding, Pemohon atau Kuasanya dapat mengajukan gugatan atas putusan penolakan permohonan banding kepada Pengadilan Niaga dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya keputusan penolakan tersebut.
(4) Terhadap putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3), hanya dapat diajukan kasasi.
Pasal 32 Tata cara permohonan, pemeriksaan serta penyelesaian banding diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.
Bagian Ketujuh Komisi Banding Merek
Pasal 33 (1) Komisi Banding Merek adalah badan khusus yang independen dan berada di lingkungan departemen yang
membidangi hak kekayaan intelektual. (2) Komisi Banding Merek terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota,
dan anggota yang terdiri atas beberapa ahli di bidang yang diperlukan, serta Pemeriksa senior. (3) Anggota Komisi Banding Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun. (4) Ketua dan wakil ketua dipilih dari dan oleh para anggota Komisi Banding Merek. (5) Untuk memeriksa permohonan banding, Komisi Banding Merek membentuk majelis yang berjumlah ganjil
sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang, satu di antaranya adalah seorang Pemeriksa senior yang tidak melakukan pemeriksaan substantif terhadap Permohonan.
Pasal 34
Susunan organisasi, tugas, dan fungsi Komisi Banding Merek diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedelapan Perpanjangan Jangka Waktu Perlindungan
Merek Terdaftar
Pasal 35 (1) Pemilik Merek terdaftar setiap kali dapat mengajukan permohonan perpanjangan untuk jangka waktu yang
sama. (2) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis oleh pemilik Merek
atau Kuasanya dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu perlindungan bagi Merek terdaftar tersebut.
(3) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan kepada Direktorat Jenderal.
Pasal 36 Permohonan perpanjangan disetujui apabila: a. Merek yang bersangkutan masih digunakan pada barang atau jasa sebagaimana disebut dalam Sertifikat Merek
tersebut; dan b. barang atau jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a masih diproduksi dan diperdagangkan.
Pasal 37 (1) Permohonan perpanjangan ditolak oleh Direktorat Jenderal, apabila permohonan tersebut tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dan Pasal 36. (2) Permohonan perpanjangan ditolak oleh Direktorat Jenderal, apabila Merek tersebut mempunyai persamaan pada
pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek terkenal milik orang lain, dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b dan ayat (2).
(3) Penolakan permohonan perpanjangan diberitahukan secara tertulis kepada pemilik Merek atau Kuasanya dengan menyebutkan alasannya.
(4) Keberatan terhadap penolakan permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat diajukan kepada Pengadilan Niaga.
(5) Terhadap putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya dapat diajukan kasasi.
Pasal 38 (1) Perpanjangan jangka waktu perlindungan Merek terdaftar dicatat dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan
dalam Berita Resmi Merek. (2) Perpanjangan jangka waktu perlindungan Merek terdaftar diberitahukan secara tertulis kepada pemilik Merek
atau Kuasanya.
Bagian Kesembilan Perubahan Nama dan/atau Alamat
Pemilik Merek Terdaftar
Pasal 39 (1) Permohonan pencatatan perubahan nama dan/atau alamat pemilik Merek terdaftar diajukan kepada Direktorat
Jenderal dengan dikenai biaya untuk dicatat dalam Daftar Umum Merek dengan disertai salinan yang sah mengenai bukti perubahan tersebut.
(2) Perubahan nama dan/atau alamat pemilik Merek terdaftar yang telah dicatat oleh Direktorat Jenderal diumumkan dalam Berita Resmi Merek.
BAB V
PENGALIHAN HAK ATAS MEREK TERDAFTAR
Bagian Pertama Pengalihan Hak
Pasal 40 (1) Hak atas Merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena:
a. pewarisan; b. wasiat; c. hibah; d. perjanjian; atau e. sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
(2) Pengalihan hak atas Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dimohonkan pencatatannya kepada Direktorat Jenderal untuk dicatat dalam Daftar Umum Merek.
(3) Permohonan pengalihan hak atas Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan dokumen yang mendukungnya.
(4) Pengalihan hak atas Merek terdaftar yang telah dicatat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diumumkan dalam Berita Resmi Merek.
(5) Pengalihan hak atas Merek terdaftar yang tidak dicatatkan dalam Daftar Umum Merek tidak berakibat hukum pada pihak ketiga.
(6) Pencatatan pengalihan hak atas Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai biaya sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.
Pasal 41
(1) Pengalihan hak atas Merek terdaftar dapat disertai dengan pengalihan nama baik, reputasi, atau lain-lainnya yang terkait dengan Merek tersebut.
(2) Hak atas Merek Jasa terdaftar yang tidak dapat dipisahkan dari kemampuan, kualitas, atau keterampilan pribadi pemberi jasa yang bersangkutan dapat dialihkan dengan ketentuan harus ada jaminan terhadap kualitas pemberian jasa.
Pasal 42
Pengalihan hak atas Merek terdaftar hanya dicatat oleh Direktorat Jenderal apabila disertai pernyataan tertulis dari penerima pengalihan bahwa Merek tersebut akan digunakan bagi perdagangan barang dan/atau jasa.
Bagian Kedua Lisensi
Pasal 43
(1) Pemilik Merek terdaftar berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain dengan perjanjian bahwa penerima Lisensi akan menggunakan Merek tersebut untuk sebagian atau seluruh jenis barang atau jasa.
(2) Perjanjian Lisensi berlaku di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia, kecuali bila diperjanjikan lain, untuk jangka waktu yang tidak lebih lama dari jangka waktu perlindungan Merek terdaftar yang bersangkutan.
(3) Perjanjian Lisensi wajib dimohonkan pencatatannya pada Direktorat Jenderal dengan dikenai biaya dan akibat hukum dari pencatatan perjanjian Lisensi berlaku terhadap pihak-pihak yang bersangkutan dan terhadap pihak ketiga.
(4) Perjanjian Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dicatat oleh Direktorat Jenderal dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek.
Pasal 44
Pemilik Merek terdaftar yang telah memberikan Lisensi kepada pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) tetap dapat menggunakan sendiri atau memberikan Lisensi kepada pihak ketiga lainnya untuk menggunakan Merek tersebut, kecuali bila diperjanjikan lain.
Pasal 45 Dalam perjanjian Lisensi dapat ditentukan bahwa penerima Lisensi bisa memberi Lisensi lebih lanjut kepada pihak ketiga.
Pasal 46 Penggunaan Merek terdaftar di Indonesia oleh penerima Lisensi dianggap sama dengan penggunaan Merek tersebut di Indonesia oleh pemilik Merek.
Pasal 47 (1) Perjanjian Lisensi dilarang memuat ketentuan baik yang langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan
akibat yang merugikan perekonomian Indonesia atau memuat pembatasan yang menghambat kemampuan bangsa Indonesia dalam menguasai dan mengembangkan teknologi pada umumnya.
(2) Direktorat Jenderal wajib menolak permohonan pencatatan perjanjian Lisensi yang memuat larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis penolakan beserta alasannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada pemilik Merek atau Kuasanya, dan kepada penerima Lisensi.
Pasal 48 (1) Penerima Lisensi yang beriktikad baik, tetapi kemudian Merek itu dibatalkan atas dasar adanya persamaan pada
pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek lain yang terdaftar, tetap berhak melaksanakan perjanjian Lisensi tersebut sampai dengan berakhirnya jangka waktu perjanjian Lisensi.
(2) Penerima Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak lagi wajib meneruskan pembayaran royalti kepada pemberi Lisensi yang dibatalkan, melainkan wajib melaksanakan pembayaran royalti kepada pemilik Merek yang tidak dibatalkan.
(3) Dalam hal pemberi Lisensi sudah terlebih dahulu menerima royalti secara sekaligus dari penerima Lisensi, pemberi Lisensi tersebut wajib menyerahkan bagian dari royalti yang diterimanya kepada pemilik Merek yang tidak dibatalkan, yang besarnya sebanding dengan sisa jangka waktu perjanjian Lisensi.
Pasal 49
Syarat dan tata cara permohonan pencatatan perjanjian Lisensi dan ketentuan mengenai perjanjian Lisensi sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.
BAB VI MEREK KOLEKTIF
Pasal 50
(1) Permohonan pendaftaran Merek Dagang atau Merek Jasa sebagai Merek Kolektif hanya dapat diterima apabila dalam Permohonan dengan jelas dinyatakan bahwa Merek tersebut akan digunakan sebagai Merek Kolektif.
(2) Selain penegasan mengenai penggunaan Merek Kolektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Permohonan tersebut wajib disertai salinan ketentuan penggunaan Merek tersebut sebagai Merek Kolektif, yang ditandatangani oleh semua pemilik Merek yang bersangkutan.
(3) Ketentuan penggunaan Merek Kolektif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat : a. sifat, ciri umum, atau mutu barang atau jasa yang akan diproduksi dan diperdagangkan; b. pengaturan bagi pemilik Merek Kolektif untuk melakukan pengawasan yang efektif atas penggunaan
Merek tersebut; dan c. sanksi atas pelanggaran peraturan penggunaan Merek Kolektif.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dicatat dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek.
Pasal 51
Terhadap permohonan pendaftaran Merek Kolektif dilakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 50.
Pasal 52 Pemeriksaan substantif terhadap Permohonan Merek Kolektif dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 18, Pasal 19, dan Pasal 20.
Pasal 53 (1) Perubahan ketentuan penggunaan Merek Kolektif wajib dimohonkan pencatatannya kepada Direktorat Jenderal
dengan disertai salinan yang sah mengenai bukti perubahan tersebut. (2) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam
Berita Resmi Merek. (3) Perubahan ketentuan penggunaan Merek Kolektif berlaku bagi pihak ketiga setelah dicatat dalam Daftar Umum
Merek.
Pasal 54 (1) Hak atas Merek Kolektif terdaftar hanya dapat dialihkan kepada pihak penerima yang dapat melakukan
pengawasan efektif sesuai dengan ketentuan penggunaan Merek Kolektif tersebut. (2) Pengalihan hak atas Merek Kolektif terdaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dimohonkan
pencatatannya kepada Direktorat Jenderal dengan dikenai biaya. (3) Pencatatan pengalihan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicatat dalam Daftar Umum Merek dan
diumumkan dalam Berita Resmi Merek.
Pasal 55 Merek Kolektif terdaftar tidak dapat dilisensikan kepada pihak lain.
BAB VII
INDIKASI-GEOGRAFIS DAN INDIKASI-ASAL
Bagian Pertama Indikasi-Geografis
Pasal 56
(1) Indikasi-geografis dilindungi sebagai suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.
(2) Indikasi-geografis mendapat perlindungan setelah terdaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh: a. lembaga yang mewakili masyarakat di daerah yang memproduksi barang yang bersangkutan, yang terdiri
atas: 1. pihak yang mengusahakan barang yang merupakan hasil alam atau kekayaan alam; 2. produsen barang hasil pertanian; 3. pembuat barang-barang kerajinan tangan atau hasil industri; atau 4. pedagang yang menjual barang tersebut;
b. lembaga yang diberi kewenangan untuk itu; atau c. kelompok konsumen barang tersebut.
(3) Ketentuan mengenai pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 berlaku secara mutatis mutandis bagi pengumuman permohonan pendaftaran indikasi-geografis.
(4) Permohonan pendaftaran indikasi-geografis ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila tanda tersebut: a. bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan, ketertiban umum, atau dapat memperdayakan atau
menyesatkan masyarakat mengenai sifat, ciri, kualitas, asal sumber, proses pembuatan, dan/atau kegunaannya;
b. tidak memenuhi syarat untuk didaftar sebagai indikasi-geografis. (5) Terhadap penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dimintakan banding kepada Komisi Banding
Merek. (6) Ketentuan mengenai banding dalam Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33, dan Pasal 34 berlaku
secara mutatis mutandis bagi permintaan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (5). (7) Indikasi-geografis terdaftar mendapat perlindungan hukum yang berlangsung selama ciri dan/atau kualitas yang
menjadi dasar bagi diberikannya perlindungan atas indikasi-geografis tersebut masih ada. (8) Apabila sebelum atau pada saat dimohonkan pendaftaran sebagai indikasi-geografis, suatu tanda telah dipakai
dengan iktikad baik oleh pihak lain yang tidak berhak mendaftar menurut ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pihak yang beriktikad baik tersebut tetap dapat menggunakan tanda tersebut untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak tanda tersebut terdaftar sebagai indikasi-geografis.
(9) Ketentuan mengenai tata cara pendaftaran indikasi-geografis diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 57 (1) Pemegang hak atas indikasi-geografis dapat mengajukan gugatan terhadap pemakai indikasi-geografis yang
tanpa hak berupa permohonan ganti rugi dan penghentian penggunaan serta pemusnahan etiket indikasi-geografis yang digunakan secara tanpa hak tersebut.
(2) Untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak yang haknya dilanggar, hakim dapat memerintahkan pelanggar untuk menghentikan kegiatan pembuatan, perbanyakan, serta memerintahkan pemusnahan etiket indikasi-geografis yang digunakan secara tanpa hak tersebut.
Pasal 58
Ketentuan mengenai penetapan sementara sebagaimana dimaksud dalam BAB XII Undang-undang ini berlaku secara mutatis mutandis terhadap pelaksanaan hak atas indikasi-geografis.
Bagian Kedua Indikasi-Asal
Pasal 59
Indikasi-asal dilindungi sebagai suatu tanda yang: a. memenuhi ketentuan Pasal 56 ayat (1), tetapi tidak didaftarkan; atau b. semata-mata menunjukkan asal suatu barang atau jasa.
Pasal 60 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 dan Pasal 58 berlaku secara mutatis mutandis terhadap pemegang hak atas indikasi-asal.
BAB VIII PENGHAPUSAN DAN PEMBATALAN
PENDAFTARAN MEREK
Bagian Pertama Penghapusan
Pasal 61
(1) Penghapusan pendaftaran Merek dari Daftar Umum Merek dapat dilakukan atas prakarsa Direktorat Jenderal atau berdasarkan permohonan pemilik Merek yang bersangkutan.
(2) Penghapusan pendaftaran Merek atas prakarsa Direktorat Jenderal dapat dilakukan jika:
a. Merek tidak digunakan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dalam perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir, kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima oleh Direktorat Jenderal; atau
b. Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran, termasuk pemakaian Merek yang tidak sesuai dengan Merek yang didaftar.
(3) Alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a adalah karena adanya: a. larangan impor; b. larangan yang berkaitan dengan izin bagi peredaran barang yang menggunakan Merek yang bersangkutan
atau keputusan dari pihak yang berwenang yang bersifat sementara; atau c. larangan serupa lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
(4) Penghapusan pendaftaran Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicatat dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek.
(5) Keberatan terhadap keputusan penghapusan pendaftaran Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diajukan kepada Pengadilan Niaga.
Pasal 62
(1) Permohonan penghapusan pendaftaran Merek oleh pemilik Merek atau Kuasanya, baik sebagian atau seluruh jenis barang dan/atau jasa, diajukan kepada Direktorat Jenderal.
(2) Dalam hal Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masih terikat perjanjian Lisensi, penghapusan hanya dapat dilakukan apabila hal tersebut disetujui secara tertulis oleh penerima Lisensi.
(3) Pengecualian atas persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dimungkinkan apabila dalam perjanjian Lisensi, penerima Lisensi dengan tegas menyetujui untuk mengesampingkan adanya persetujuan tersebut.
(4) Penghapusan pendaftaran Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek.
Pasal 63
Penghapusan pendaftaran Merek berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (2) huruf a dan huruf b dapat pula diajukan oleh pihak ketiga dalam bentuk gugatan kepada Pengadilan Niaga.
Pasal 64 (1) Terhadap putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 hanya dapat diajukan kasasi. (2) Isi putusan badan peradilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) segera disampaikan oleh panitera pengadilan
yang bersangkutan kepada Direktorat Jenderal setelah tanggal putusan diucapkan. (3) Direktorat Jenderal melaksanakan penghapusan Merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dan
mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek apabila putusan badan peradilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah diterima dan mempunyai kekuatan hukum tetap.
Pasal 65
(1) Penghapusan pendaftaran Merek dilakukan oleh Direktorat Jenderal dengan mencoret Merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dengan memberi catatan tentang alasan dan tanggal penghapusan tersebut.
(2) Penghapusan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan secara tertulis kepada pemilik Merek atau Kuasanya dengan menyebutkan alasan penghapusan dan penegasan bahwa sejak tanggal pencoretan dari Daftar Umum Merek, Sertifikat Merek yang bersangkutan dinyatakan tidak berlaku lagi.
(3) Penghapusan pendaftaran Merek mengakibatkan berakhirnya perlindungan hukum atas Merek yang bersangkutan.
Pasal 66
(1) Direktorat Jenderal dapat menghapus pendaftaran Merek Kolektif atas dasar: a. permohonan sendiri dari pemilik Merek Kolektif dengan persetujuan tertulis semua pemakai Merek
Kolektif; b. bukti yang cukup bahwa Merek Kolektif tersebut tidak dipakai selama 3 (tiga) tahun berturut-turut sejak
tanggal pendaftarannya atau pemakaian terakhir kecuali apabila ada alasan yang dapat diterima oleh Direktorat Jenderal;
c. bukti yang cukup bahwa Merek Kolektif digunakan untuk jenis barang atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis barang atau jenis jasa yang dimohonkan pendaftarannya; atau
d. bukti yang cukup bahwa Merek Kolektif tersebut tidak digunakan sesuai dengan peraturan penggunaan Merek Kolektif.
(2) Permohonan penghapusan pendaftaran Merek Kolektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diajukan kepada Direktorat Jenderal.
(3) Penghapusan pendaftaran Merek Kolektif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicatat dalam Daftar Umum Merek dan diumumkan dalam Berita Resmi Merek.
Pasal 67
Penghapusan pendaftaran Merek Kolektif dapat pula diajukan oleh pihak ketiga dalam bentuk gugatan kepada Pengadilan Niaga berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) huruf b, huruf c, atau huruf d.
Bagian Kedua Pembatalan
Pasal 68
(1) Gugatan pembatalan pendaftaran Merek dapat diajukan oleh pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, atau Pasal 6.
(2) Pemilik Merek yang tidak terdaftar dapat mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah mengajukan Permohonan kepada Direktorat Jenderal.
(3) Gugatan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Pengadilan Niaga. (4) Dalam hal penggugat atau tergugat bertempat tinggal di luar wilayah Negara Republik Indonesia, gugatan
diajukan kepada Pengadilan Niaga di Jakarta.
Pasal 69 (1) Gugatan pembatalan pendaftaran Merek hanya dapat diajukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal
pendaftaran Merek. (2) Gugatan pembatalan dapat diajukan tanpa batas waktu apabila Merek yang bersangkutan bertentangan dengan
moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum.
Pasal 70 (1) Terhadap putusan Pengadilan Niaga yang memutuskan gugatan pembatalan hanya dapat diajukan kasasi. (2) Isi putusan badan peradilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) segera disampaikan oleh panitera yang
bersangkutan kepada Direktorat Jenderal setelah tanggal putusan diucapkan. (3) Direktorat Jenderal melaksanakan pembatalan pendaftaran Merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek
dan mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek setelah putusan badan peradilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima dan mempunyai kekuatan hukum tetap.
Pasal 71
(1) Pembatalan pendaftaran Merek dilakukan oleh Direktorat Jenderal dengan mencoret Merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dengan memberi catatan tentang alasan dan tanggal pembatalan tersebut.
(2) Pembatalan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan secara tertulis kepada pemilik Merek atau Kuasanya dengan menyebutkan alasan pembatalan dan penegasan bahwa sejak tanggal pencoretan dari Daftar Umum Merek, Sertifikat Merek yang bersangkutan dinyatakan tidak berlaku lagi.
(3) Pencoretan pendaftaran suatu Merek dari Daftar Umum Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan dalam Berita Resmi Merek.
(4) Pembatalan dan pencoretan pendaftaran Merek mengakibatkan berakhirnya perlindungan hukum atas Merek yang bersangkutan.
Pasal 72
Selain alasan pembatalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1), terhadap Merek Kolektif terdaftar dapat pula dimohonkan pembatalannya kepada Pengadilan Niaga apabila penggunaan Merek Kolektif tersebut bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1).
BAB IX ADMINISTRASI MEREK
Pasal 73
Administrasi atas Merek sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal.
Pasal 74 Direktorat Jenderal menyelenggarakan sistem jaringan dokumentasi dan informasi Merek yang bersifat nasional, yang mampu menyediakan informasi tentang Merek seluas mungkin kepada masyarakat.
BAB X BIAYA
Pasal 75
(1) Untuk setiap pengajuan Permohonan atau permohonan perpanjangan Merek, permohonan petikan Daftar Umum Merek, pencatatan pengalihan hak, perubahan nama dan/atau alamat pemilik Merek terdaftar, pencatatan perjanjian Lisensi, keberatan terhadap Permohonan, permohonan banding serta
(2) lain-lainnya yang ditentukan dalam Undang-undang ini, wajib dikenai biaya yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, jangka waktu, dan tata cara pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Presiden.
(4) Direktorat Jenderal dengan persetujuan Menteri dan Menteri Keuangan dapat menggunakan penerimaan yang berasal dari biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB XI PENYELESAIAN SENGKETA
Bagian Pertama
Gugatan atas Pelanggaran Merek
Pasal 76 (1) Pemilik Merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang secara tanpa hak menggunakan
Merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya untuk barang atau jasa yang sejenis berupa: a. gugatan ganti rugi, dan/atau b. penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan Merek tersebut.
(2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Pengadilan Niaga.
Pasal 77 Gugatan atas pelanggaran Merek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 dapat diajukan oleh penerima Lisensi Merek terdaftar baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan pemilik Merek yang bersangkutan.
Pasal 78 (1) Selama masih dalam pemeriksaan dan untuk mencegah kerugian yang lebih besar, atas permohonan pemilik
Merek atau penerima Lisensi selaku penggugat, hakim dapat memerintahkan tergugat untuk menghentikan produksi, peredaran dan/atau perdagangan barang atau jasa yang menggunakan Merek tersebut secara tanpa hak.
(2) Dalam hal tergugat dituntut juga menyerahkan barang yang menggunakan Merek secara tanpa hak, hakim dapat memerintahkan bahwa penyerahan barang atau nilai barang tersebut dilaksanakan setelah putusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap.
Pasal 79
Terhadap putusan Pengadilan Niaga hanya dapat diajukan kasasi.
Bagian Kedua Tata Cara Gugatan pada Pengadilan Niaga
Pasal 80
(1) Gugatan pembatalan pendaftaran Merek diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga dalam wilayah hukum tempat tinggal atau domisili tergugat.
(2) Dalam hal tergugat bertempat tinggal di luar wilayah Indonesia, gugatan tersebut diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
(3) Panitera mendaftarkan gugatan pembatalan pada tanggal gugatan yang bersangkutan diajukan dan kepada penggugat diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani panitera dengan tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran gugatan.
(4) Panitera menyampaikan gugatan pembatalan kepada Ketua Pengadilan Niaga dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) hari terhitung sejak gugatan didaftarkan.
(5) Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal gugatan pembatalan didaftarkan, Pengadilan Niaga mempelajari gugatan dan menetapkan hari sidang.
(6) Sidang pemeriksaan atas gugatan pembatalan diselenggarakan dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari setelah gugatan didaftarkan.
(7) Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama 7 (tujuh) hari setelah gugatan pembatalan didaftarkan.
(8) Putusan atas gugatan pembatalan harus diucapkan paling lama 90 (sembilan puluh) hari setelah gugatan didaftarkan dan dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) hari atas persetujuan Ketua Mahkamah Agung.
(9) Putusan atas gugatan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dan dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun terhadap putusan tersebut diajukan suatu upaya hukum.
(10) Isi putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (9) wajib disampaikan oleh juru sita kepada para pihak paling lama 14 (empat belas) hari setelah putusan atas gugatan pembatalan diucapkan.
Pasal 81
Tata cara gugatan sebagaimana diatur dalam Pasal 80 berlaku secara mutatis mutandis terhadap gugatan sebagaimana diatur dalam Pasal 76.
Bagian Ketiga Kasasi
Pasal 82
Terhadap putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (8) hanya dapat diajukan kasasi.
Pasal 83 (1) Permohonan kasasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 diajukan paling lama 14 (empat belas) hari setelah
tanggal putusan yang dimohonkan kasasi diucapkan atau diberitahukan kepada para pihak dengan mendaftarkan kepada panitera yang telah memutus gugatan tersebut.
(2) Panitera mendaftar permohonan kasasi pada tanggal permohonan yang bersangkutan diajukan dan kepada pemohon kasasi diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani oleh panitera dengan tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan pendaftaran.
(3) Pemohon kasasi sudah harus menyampaikan memori kasasi kepada panitera dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak tanggal permohonan kasasi didaftarkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Panitera wajib mengirimkan permohonan kasasi dan memori kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada pihak termohon kasasi paling lama 2 (dua) hari setelah permohonan kasasi didaftarkan.
(5) Termohon kasasi dapat mengajukan kontra memori kasasi kepada panitera paling lama 7 (tujuh) hari setelah tanggal termohon kasasi menerima memori kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan panitera wajib menyampaikan kontra memori kasasi kepada pemohon kasasi paling lama 2 (dua) hari setelah kontra memori kasasi diterima oleh panitera.
(6) Panitera wajib menyamp aikan berkas perkara kasasi yang bersangkutan kepada Mahkamah Agung paling lama 7 (tujuh) hari setelah lewat jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
(7) Mahkamah Agung wajib mempelajari berkas perkara kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan menetapkan hari sidang paling lama 2 (dua) hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung.
(8) Sidang pemeriksaan atas permohonan kasasi dilakukan paling lama 60 (enam puluh) hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung.
(9) Putusan atas permohonan kasasi harus diucapkan paling lama 90 (sembilan puluh) hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung.
(10) Putusan atas permohonan kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (9) yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum.
(11) Panitera Mahkamah Agung wajib menyampaikan isi putusan kasasi kepada panitera paling lama 3 (tiga) hari setelah tanggal putusan atas permohonan kasasi diucapkan.
(12) Juru sita wajib menyampaikan isi putusan kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (11) kepada pemohon kasasi dan termohon kasasi paling lama 2 (dua) hari setelah putusan kasasi diterima.
Bagian Keempat
Alternatif Penyelesaian Sengketa
Pasal 84 Selain penyelesaian gugatan sebagaimana dimaksud dalam Bagian Pertama Bab ini, para pihak dapat menyelesaikan sengketa melalui Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian Sengketa.
BAB XII
PENETAPAN SEMENTARA PENGADILAN
Pasal 85 Berdasarkan bukti yang cukup pihak yang haknya dirugikan dapat meminta hakim Pengadilan Niaga untuk menerbitkan surat penetapan sementara tentang: a. pencegahan masuknya barang yang berkaitan dengan pelanggaran hak Merek; b. penyimpanan alat bukti yang berkaitan dengan pelanggaran Merek tersebut.
Pasal 86 (1) Permohonan penetapan sementara diajukan secara tertulis kepada Pengadilan Niaga dengan persyaratan sebagai
berikut: a. melampirkan bukti kepemilikan Merek; b. melampirkan bukti adanya petunjuk awal yang kuat atas terjadinya pelanggaran Merek; c. keterangan yang jelas mengenai barang dan/atau dokumen yang diminta, dicari, dikumpulkan dan
diamankan untuk keperluan pembuktian; d. adanya kekhawatiran bahwa pihak yang diduga melakukan pelanggaran Merek akan dapat dengan mudah
menghilangkan barang bukti; dan e. membayar jaminan berupa uang tunai atau jaminan bank.
(2) Dalam hal penetapan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 telah dilaksanakan, Pengadilan Niaga segera memberitahukan kepada pihak yang dikenai tindakan dan memberikan kesempatan kepada pihak tersebut untuk didengar keterangannya.
Pasal 87
Dalam hal hakim Pengadilan Niaga telah menerbitkan surat penetapan sementara, hakim Pengadilan Niaga yang memeriksa sengketa tersebut harus memutuskan untuk mengubah, membatalkan, atau menguatkan penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak dikeluarkannya penetapan sementara tersebut.
Pasal 88 Dalam hal penetapan sementara: a. dikuatkan, uang jaminan yang telah dibayarkan harus dikembalikan kepada pemohon penetapan dan pemohon
penetapan dapat mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud Pasal 76; b. dibatalkan, uang jaminan yang telah dibayarkan harus segera diserahkan kepada pihak yang dikenai tindakan
sebagai ganti rugi akibat adanya penetapan sementara tersebut.
BAB XIII PENYIDIKAN
Pasal 89
(1) Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Direktorat Jenderal, diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Merek.
(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang: a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran aduan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Merek; b. melakukan pemeriksaan terhadap orang atau badan hukum yang diduga melakukan tindak pidana di bidang
Merek berdasarkan aduan tersebut pada huruf a; c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana di
bidang Merek; d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan dan dokumen lainnya yang berkenaan dengan tindak
pidana di bidang Merek; e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat barang bukti, pembukuan, catatan, dan
dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang Merek; dan
f. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Merek. (3) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan hasil penyidikannya kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. (4) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan hasil
penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dengan mengingat ketentuan Pasal 107 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XIV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 90 Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 91 Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada pokoknya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
Pasal 92 (1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang sama pada keseluruhan dengan indikasi-
geografis milik pihak lain untuk barang yang sama atau sejenis dengan barang yang terdaftar, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(2) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang sama pada pokoknya dengan indikasi-geografis
(3) milik pihak lain untuk barang yang sama atau sejenis dengan barang yang terdaftar, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
(4) Terhadap pencantuman asal sebenarnya pada barang yang merupakan hasil pelanggaran ataupun pencantuman kata yang menunjukkan bahwa barang tersebut merupakan tiruan dari barang yang terdaftar dan dilindungi berdasarkan indikasi-geografis, diberlakukan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
Pasal 93
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang dilindungi berdasarkan indikasi-asal pada barang atau jasa sehingga dapat memperdaya atau menyesatkan masyarakat mengenai asal barang atau asal jasa tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
Pasal 94 (1) Barangsiapa memperdagangkan barang dan/atau jasa yang diketahui atau patut diketahui bahwa barang dan/atau
jasa tersebut merupakan hasil pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, dan Pasal 93 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
Pasal 95 Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, dan Pasal 94 merupakan delik aduan.
BAB XV KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 96
(1) Permohonan, perpanjangan jangka waktu perlindungan Merek terdaftar, pencatatan pengalihan hak, pencatatan perubahan nama dan/atau alamat, permintaan penghapusan atau pembatalan pendaftaran Merek yang diajukan berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Merek tetapi belum selesai pada tanggal berlakunya undang-undang ini, diselesaikan berdasarkan ketentuan undang-undang tersebut.
(2) Semua Merek yang telah didaftar berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Merek dan masih berlaku pada saat diundangkannya Undang-undang ini dinyatakan tetap berlaku menurut Undang-undang ini untuk selama sisa jangka waktu pendaftarannya.
Pasal 97
Terhadap Merek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 ayat (2) tetap dapat diajukan gugatan pembatalan kepada Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68, berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5 atau Pasal 6.
Pasal 98 Sengketa Merek yang masih dalam proses di pengadilan pada saat Undang-undang ini berlaku tetap diproses berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Merek sampai mendapat putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.
Pasal 99 Semua peraturan pelaksanaan yang dibuat berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Merek yang telah ada pada tanggal berlakunya Undang-undang ini dinyatakan tetap berlaku selama tidak bertentangan atau belum diganti dengan peraturan yang baru berdasarkan Undang-undang ini.
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 100 Dengan berlakunya Undang-undang ini, Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Merek dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 101 Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta pada tanggal 1 Agustus 2001 PRESIDEN REPUBLIK NDONESIA,
ttd
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 1 Agustus 2001 SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, ttd MUHAMMAD M. BASYUNI
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001 NOMOR 110 Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT KABINET Republik Indonesia Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan II, ttd Edy Sudibyo
PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG
MEREK
I. UMUM Salah satu perkembangan yang aktual dan memperoleh perhatian saksama dalam masa sepuluh tahun terakhir ini dan kecenderungan yang masih akan berlangsung di masa yang akan datang adalah semakin meluasnya arus globalisasi baik di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang kehidupan lainnya. Perkembangan teknologi informasi dan transportasi telah menjadikan kegiatan di sektor perdagangan meningkat secara pesat dan bahkan telah menempatkan dunia sebagai pasar tunggal bersama. Era perdagangan global hanya dapat dipertahankan jika terdapat iklim persaingan usaha yang sehat. Di sini Merek memegang peranan yang sangat penting yang memerlukan sistem pengaturan yang lebih memadai. Berdasarkan pertimbangan tersebut dan sejalan dengan perjanjian-perjanjian internasional yang telah diratifikasi Indonesia serta pengalaman melaksanakan administrasi Merek, diperlukan penyempurnaan Undang-undang Merek yaitu Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 81) sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 31) selanjutnya disebut Undang-undang Merek-lama , dengan satu Undang-undang tentang Merek yang baru. Beberapa perbedaan yang menonjol dalam Undang-undang ini dibandingkan dengan Undang-undang Merek-lama antara lain menyangkut proses penyelesaian Permohonan. Dalam Undang-undang ini pemeriksaan substantif dilakukan setelah Permohonan dinyatakan memenuhi syarat secara administratif. Semula pemeriksaan substantif dilakukan setelah selesainya masa pengumuman tentang adanya Permohonan. Dengan perubahan ini dimaksudkan agar dapat lebih cepat diketahui apakah Permohonan tersebut disetujui atau ditolak, dan memberi kesempatan kepada pihak lain untuk mengajukan keberatan terhadap Permohonan yang telah disetujui untuk didaftar. Sekarang jangka waktu pengumuman dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, lebih singkat dari jangka waktu pengumuman berdasarkan Undang-undang Merek-lama. Dengan dipersingkatnya jangka waktu pengumuman, secara keseluruhan akan dipersingkat pula jangka waktu penyelesaian Permohonan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Berkenaan dengan Hak Prioritas, dalam Undang-undang ini diatur bahwa apabila Pemohon tidak melengkapi bukti penerimaan permohonan yang pertama kali menimbulkan Hak Prioritas dalam jangka waktu tiga bulan setelah berakhirnya Hak Prioritas, Permohonan tersebut diproses seperti Permohonan biasa tanpa menggunakan Hak Prioritas. Hal lain adalah berkenaan dengan ditolaknya Permohonan yang merupakan kerugian bagi Pemohon. Untuk itu, perlu pengaturan yang dapat membantu Pemohon untuk mengetahui lebih jelas alasan penolakan Permohonannya dengan terlebih dahulu memberitahukan kepadanya bahwa Permohonan akan ditolak. Selain perlindungan terhadap Merek Dagang dan Merek Jasa, dalam Undang-undang ini diatur juga perlindungan terhadap indikasi-geografis, yaitu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang karena faktor lingkungan geografis, termasuk faktor alam atau faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan. Selain itu juga diatur mengenai indikasi-asal. Selanjutnya, mengingat Merek merupakan bagian dari kegiatan perekonomian/dunia usaha, penyelesaian sengketa Merek memerlukan badan peradilan khusus, yaitu Pengadilan Niaga sehingga diharapkan sengketa Merek dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif cepat. Sejalan dengan itu, harus pula diatur hukum acara khusus untuk menyelesaikan masalah sengketa Merek seperti juga bidang hak kekayaan intelektual lainnya. Adanya peradilan khusus untuk masalah Merek dan bidang-bidang hak kekayaan intelektual lain, juga dikenal di beberapa negara lain, seperti Thailand. Dalam Undang-undang ini pun pemilik Merek diberi upaya perlindungan hukum yang lain, yaitu dalam wujud Penetapan Sementara Pengadilan untuk melindungi Mereknya guna mencegah kerugian yang lebih besar. Di samping itu, untuk memberikan kesempatan yang lebih luas dalam penyelesaian sengketa, dalam Undang-undang ini dimuat ketentuan tentang Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian Sengketa. Dengan Undang-undang ini terciptalah pengaturan Merek dalam satu naskah (single text) sehingga lebih memudahkan masyarakat menggunakannya. Dalam hal ini ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Merek-lama, yang substansinya tidak diubah, dituangkan kembali dalam Undang-undang ini. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Kecuali secara tegas dinyatakan lain, yang dimaksud dengan pihak dalam pasal ini dan pasal-pasal selanjutnya dalam Undang-undang ini adalah seseorang, beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum. Pasal 4 Pemohon yang beriktikad baik adalah Pemohon yang mendaftarkan Mereknya secara layak dan jujur tanpa ada niat apa pun untuk membonceng, meniru, atau menjiplak ketenaran Merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang berakibat kerugian pada pihak lain itu atau menimbulkan kondisi persaingan curang, mengecoh, atau menyesatkan konsumen. Contohnya, Merek Dagang A yang sudah dikenal masyarakat secara umum sejak bertahun-tahun, ditiru demikian rupa sehingga memiliki persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek Dagang A tersebut.
Dalam contoh itu sudah terjadi iktikad tidak baik dari peniru karena setidak-tidaknya patut diketahui unsur kesengajaannya dalam meniru Merek Dagang yang sudah dikenal tersebut. Pasal 5 Huruf a Termasuk dalam pengertian bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum adalah apabila penggunaan tanda tersebut dapat menyinggung perasaan, kesopanan, ketenteraman, atau keagamaan dari khalayak umum atau dari golongan masyarakat tertentu. Huruf b Tanda dianggap tidak memiliki daya pembeda apabila tanda tersebut terlalu sederhana seperti satu tanda garis atau satu tanda titik, ataupun terlalu rumit sehingga tidak jelas. Huruf c Salah satu contoh Merek seperti ini adalah tanda tengkorak di atas dua tulang yang bersilang, yang secara umum telah diketahui sebagai tanda bahaya. Tanda seperti itu adalah tanda yang bersifat umum dan telah menjadi milik umum. Oleh karena itu, tanda itu tidak dapat digunakan sebagai Merek. Huruf d Merek tersebut berkaitan atau hanya menyebutkan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya, contohnya Merek Kopi atau gambar kopi untuk jenis barang kopi atau untuk produk kopi. Pasal 6 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengan persamaan pada pokoknya adalah kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antara Merek yang satu dan Merek yang lain, yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara penulisan atau kombinasi antara unsur-unsur ataupun persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam merek-merek tersebut. Huruf b Penolakan Permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan Merek terkenal untuk barang dan/atau jasa yang sejenis dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai Merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan. Di samping itu, diperhatikan pula reputasi Merek terkenal yang diperoleh karena promosi yang gencar dan besar-besaran, investasi di beberapa negara di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran Merek tersebut di beberapa negara. Apabila hal-hal di atas belum dianggap cukup, Pengadilan Niaga dapat memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri untuk melakukan survei guna memperoleh kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya Merek yang menjadi dasar penolakan. Huruf c Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Huruf a Yang dimaksud dengan nama badan hukum adalah nama badan hukum yang digunakan sebagai Merek dan terdaftar dalam Daftar Umum Merek. Huruf b Yang dimaksud dengan lembaga nasional termasuk organisasi masyarakat ataupun organisasi sosial politik. Huruf c Cukup jelas Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Ayat (1) Pada prinsipnya Permohonan dapat dilakukan untuk lebih dari satu kelas barang dan/atau kelas jasa sesuai dengan ketentuan Trademark Law Treaty yang telah diratifikasi dengan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1997. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pemilik Merek yang akan menggunakan Mereknya untuk beberapa barang dan/atau jasa yang termasuk dalam beberapa kelas yang semestinya tidak perlu direpotkan dengan prosedur administrasi yang mengharuskan pengajuan Permohonan secara terpisah bagi setiap kelas barang dan/atau kelas jasa yang dimaksud. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10 Ayat (1) Ketentuan ini berlaku pula bagi Permohonan dengan menggunakan Hak Prioritas. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 11
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menampung kepentingan negara yang hanya menjadi salah satu anggota dari Paris Convention for the Protection of Industrial Property 1883 (sebagaimana telah beberapa kali diubah) atau Agreement Establishing the World Trade Organization. Pasal 12 Ayat (1) Bukti Hak Prioritas berupa surat permohonan pendaftaran beserta tanda penerimaan permohonan tersebut yang juga memberikan penegasan tentang tanggal penerimaan permohonan. Dalam hal yang disampaikan berupa salinan atau fotokopi surat atau tanda penerimaan, pengesahan atas salinan atau fotokopi surat atau tanda penerimaan tersebut diberikan oleh Direktorat Jenderal apabila Permohonan diajukan untuk pertama kali. Ayat (2) Terjemahan dilakukan oleh penerjemah yang disumpah. Ayat (3) Cukup jelas Pasal 13 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Yang dimaksud dengan tanggal pengiriman adalah tanggal pengiriman berdasarkan stempel pos. Ayat (3) Cukup jelas Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15 Ayat (1) Tanggal Penerimaan dikenal dengan filing date. Tanggal Penerimaan mungkin sama dengan tanggal pengajuan Permohonan apabila seluruh persyaratan dipenuhi pada saat pengajuan Permohonan. Kalau pemenuhan kelengkapan persyaratan baru terjadi pada tanggal lain sesudah tanggal pengajuan, tanggal lain tersebut ditetapkan sebagai Tanggal Penerimaan. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17 Cukup jelas Pasal 18 Cukup jelas Pasal 19 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Yang dimaksud dengan jenjang adalah jenjang kepangkatan pejabat fungsional sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Ayat (1) Yang dimaksud dengan sarana khusus yang disediakan oleh Direktorat Jenderal mencakup antara lain papan pengumuman. Jika keadaan memungkinkan, sarana khusus itu akan dikembangkan dengan antara lain, mikrofilm, mikrofiche, CD-ROM, internet dan media lainnya. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 23 Cukup jelas Pasal 24 Cukup jelas Pasal 25 Cukup jelas Pasal 26 Cukup jelas Pasal 27 Cukup jelas Pasal 28 Cukup jelas Pasal 29
Ayat (1) Permohonan banding hanya terbatas pada alasan atau pertimbangan yang bersifat substantif, yang menjadi dasar penolakan tersebut. Dengan demikian banding tidak dapat diminta karena alasan lain, misalnya karena dianggap ditariknya kembali Permohonan. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Alasan, penjelasan, atau bukti yang disertakan dalam permohonan banding harus bersifat pendalaman atas alasan, penjelasan atau bukti yang telah atau yang seharusnya telah disampaikan. Ketentuan ini perlu untuk mencegah timbulnya kemungkinan banding digunakan sebagai alat untuk melengkapi kekurangan dalam Permohonan karena untuk melengkapi persyaratan telah diberikan dalam tahap sebelumnya. Pasal 30 Cukup jelas Pasal 31 Cukup jelas Pasal 32 Cukup jelas Pasal 33 Ayat (1) Dalam melaksanakan tugasnya, Komisi Banding bekerja secara mandiri (independen) berdasarkan keahlian dan tidak dapat dipengaruhi oleh pihak mana pun. Ayat (2) Ahli yang dapat diangkat sebagai anggota Komisi Banding dapat berasal dari kalangan pemerintah ataupun swasta. Yang dimaksud dengan Pemeriksa senior adalah Pemeriksa yang telah memiliki pengalaman yang cukup dalam melaksanakan pemeriksaan Permohonan. Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Ketentuan bahwa jumlah anggota majelis Komisi Banding berjumlah ganjil agar apabila terjadi perbedaan pendapat, putusan dapat diambil berdasarkan suara terbanyak. Pasal 34 Cukup jelas Pasal 35 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Berbeda dari Undang-undang Merek-lama, dalam Undang-undang ini jangka waktu untuk mengajukan permohonan perpanjangan paling cepat 12 (dua belas) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu perlindungan Merek tersebut sampai dengan tanggal berakhirnya perlindungan Merek. Hal itu dimaksudkan sebagai kemudahan bagi pemilik Merek. Ayat (3) Cukup jelas Pasal 36 Cukup jelas Pasal 37 Cukup jelas Pasal 38 Cukup jelas Pasal 39 Cukup jelas Pasal 40 Ayat (1) Yang dimaksud dengan sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini, misalnya kepemilikan Merek karena pembubaran badan hukum yang semula pemilik Merek. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Dokumen yang dimaksud antara lain Sertifikat Merek dan bukti lainnya yang mendukung pemilikan hak tersebut. Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Penentuan bahwa akibat hukum tersebut baru berlaku setelah pengalihan hak atas Merek dicatat dalam Daftar Umum Merek dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan dan mewujudkan kepastian hukum.
Ayat (6) Cukup jelas Pasal 41 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Pengalihan hak atas Merek Jasa pada ayat ini hanya dapat dilakukan apabila ada jaminan, baik dari pemilik Merek maupun pemegang Merek atau penerima Lisensi, untuk menjaga kualitas jasa yang diperdagangkannya. Untuk itu, perlu suatu pedoman khusus yang disusun oleh pemilik Merek (pemberi Lisensi atau pihak yang mengalihkan Merek tersebut) mengenai metode atau cara pemberian jasa yang dilekati Merek tersebut. Pasal 42 Cukup jelas Pasal 43 Cukup jelas Pasal 44 Cukup jelas Pasal 45 Cukup jelas Pasal 46 Dalam hal pemilik Merek terdaftar tidak menggunakan sendiri Mereknya dalam perdagangan barang atau jasa di Indonesia, penggunaan Merek tersebut oleh penerima Lisensi sama dengan penggunaan oleh pemilik Merek terdaftar yang bersangkutan. Hal itu berkaitan dengan kemungkinan penghapusan pendaftaran Merek yang tidak digunakan dalam perdagangan barang atau jasa dalam waktu 3 (tiga) tahun berturut-turut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (2) huruf a. Pasal 47 Cukup jelas Pasal 48 Cukup jelas Pasal 49 Cukup jelas Pasal 50 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Dengan adanya ketentuan antara lain mengenai sifat, ciri umum, dan mutu barang atau jasa serta pengawasannya, terkandung pengertian adanya persyaratan yang harus diikuti oleh pihak yang ikut menggunakan Merek Kolektif yang bersangkutan. Ayat (4) Cukup jelas Pasal 51 Cukup jelas Pasal 52 Cukup jelas Pasal 53 Cukup jelas Pasal 54 Cukup jelas Pasal 55 Cukup jelas Pasal 56 Ayat (1) Indikasi-geografis adalah suatu indikasi atau identitas dari suatu barang yang berasal dari suatu tempat, daerah atau wilayah tertentu yang menunjukkan adanya kualitas, reputasi dan karakteristik termasuk faktor alam dan faktor manusia yang dijadikan atribut dari barang tersebut. Tanda yang digunakan sebagai indikasi-geografis dapat berupa etiket atau label yang dilekatkan pada barang yang dihasilkan. Tanda tersebut dapat berupa nama tempat, daerah, atau wilayah, kata, gambar, huruf, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut. Pengertian nama tempat dapat berasal dari nama yang tertera dalam peta geografis atau nama yang karena pemakaian secara terus-menerus sehingga dikenal sebagai nama tempat asal barang yang bersangkutan. Perlindungan indikasi-geografis meliputi barang-barang yang dihasilkan oleh alam, barang hasil pertanian, hasil kerajinan tangan; atau hasil industri tertentu lainnya. Ayat (2) Yang dimaksud lembaga yang mewakili masyarakat di daerah yang memproduksi barang adalah lembaga yang diberi kewenangan untuk mendaftarkan indikasi-geografis dan lembaga itu merupakan lembaga Pemerintah atau lembaga resmi lainnya seperti koperasi, asosiasi dan lain-lain. Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4)
Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas Ayat (7) Cukup jelas Ayat (8) Cukup jelas Ayat (9) Cukup jelas Pasal 57 Cukup jelas Pasal 58 Cukup jelas Pasal 59 Cukup jelas Pasal 60 Cukup jelas Pasal 61 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Huruf a Yang dimaksud dengan pemakaian terakhir adalah penggunaan Merek tersebut pada produksi barang atau jasa yang diperdagangkan. Saat pemakaian terakhir tersebut dihitung dari tanggal terakhir pemakaian sekalipun setelah itu barang yang bersangkutan masih beredar di masyarakat. Huruf b Ketidaksesuaian dalam penggunaan meliputi ketidaksesuaian dalam bentuk penulisan kata atau huruf atau ketidaksesuaian dalam penggunaan warna yang berbeda. Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Pasal 62 Cukup jelas Pasal 63 Cukup jelas Pasal 64 Cukup jelas Pasal 65 Cukup jelas Pasal 66 Cukup jelas Pasal 67 Cukup jelas Pasal 68 Ayat (1) Yang dimaksud dengan pihak yang berkepentingan antara lain: jaksa, yayasan/ lembaga di bidang konsumen, dan majelis/lembaga keagamaan. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Pasal 69 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Pengertian bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban umum adalah sama dengan pengertian sebagaimana terdapat dalam penjelasan Pasal 5 huruf a. Termasuk pula dalam pengertian yang bertentangan dengan ketertiban umum adalah adanya iktikad tidak baik. Pasal 70 Cukup jelas
Pasal 71 Cukup jelas Pasal 72 Cukup jelas Pasal 73 Cukup jelas Pasal 74 Cukup jelas Pasal 75 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Dalam Undang-undang ini diatur ketentuan mengenai kemungkinan menggunakan sebagian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) oleh Direktorat Jenderal yang berasal dari semua biaya yang berhubungan dengan Merek. Yang dimaksud dengan menggunakan penerimaan adalah pemakaian PNBP berdasarkan sistem dan mekanisme yang berlaku. Dalam hal ini seluruh penerimaan disetorkan langsung ke kas negara sebagai PNBP. Kemu dian Direktorat Jenderal melalui Menteri mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan untuk menggunakan sebagian PNBP sesuai dengan keperluan yang dibenarkan oleh undang-undang, yang saat ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43) Pasal 76 Cukup jelas Pasal 77 Cukup jelas Pasal 78 Cukup jelas Pasal 79 Cukup jelas Pasal 80 Ayat (1) Yang dimaksud dengan Ketua Pengadilan Niaga adalah Ketua Pengadilan Negeri di tempat Pengadilan Niaga itu berada. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dengan panitera dalam Undang-undang ini adalah panitera pada Pengadilan Negeri/Pengadilan Niaga. Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas Ayat (7) Yang dimaksud dengan juru sita adalah juru sita pada Pengadilan Negeri/Pengadilan Niaga. Ayat (8) Cukup jelas Ayat (9) Cukup jelas Ayat (10) Cukup jelas Pasal 81 Cukup jelas Pasal 82 Cukup jelas Pasal 83 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas
Ayat (6) Yang dimaksud dengan berkas perkara kasasi adalah permohonan kasasi, memori kasasi, dan/atau kontra memori kasasi serta dokumen lain. Ayat (7) Cukup jelas Ayat (8) Cukup jelas Ayat (9) Cukup jelas Ayat (10) Cukup jelas Ayat (11) Cukup jelas Ayat (12) Cukup jelas Pasal 84 Cukup jelas Pasal 85 Huruf a Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak yang haknya dilanggar sehingga Pengadilan Niaga diberi kewenangan untuk menerbitkan penetapan sementara guna mencegah berlanjutnya pelanggaran dan masuknya barang yang diduga melanggar Hak atas Merek ke jalur perdagangan termasuk tindakan importasi. Terhadap penetapan sementara tersebut, tidak dapat dilakukan upaya hukum banding atau kasasi. Huruf b Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pihak pelanggar menghilangkan barang bukti. Pasal 86 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengan bukti kepemilikan Merek adalah Sertifikat Merek. Dalam hal pemohon penetapan adalah penerima Lisensi, bukti tersebut dapat berupa surat pencatatan perjanjian Lisensi. Huruf b Cukup jelas Huruf c Keterangan tersebut berupa uraian jenis barang atau jenis jasa yang diduga sebagai produk hasil pelanggaran Merek. Huruf d Cukup jelas Huruf e Besarnya jaminan sebanding dengan nilai barang atau nilai jasa yang dikenai penetapan sementara. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 87 Cukup jelas Pasal 88 Huruf a Cukup jelas Huruf b Dalam hal uang jaminan berupa jaminan bank, hakim memerintahkan agar jaminan tersebut dicairkan dalam bentuk uang tunai. Pasal 89 Cukup jelas Pasal 90 Cukup jelas Pasal 91 Cukup jelas Pasal 92 Cukup jelas Pasal 93 Cukup jelas Pasal 94 Cukup jelas Pasal 95 Cukup jelas Pasal 96 Cukup jelas Pasal 97 Cukup jelas
Pasal 98 Cukup jelas Pasal 99 Cukup jelas Pasal 100 Cukup jelas Pasal 101 Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4131
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
P U T U S A N
Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
M A H K A M A H A G U N G
memeriksa perkara perdata khusus hak kekayaan intelektual merek pada pemeriksaan
peninjauan kembali telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara antara:
PT. SINTONG ABADI, berkedudukan di Jalan Duku, Kelurahan
Kedai Ledang, Kota Kisaran Timur, Asahan, yang diwakili oleh
Direktur Indrawan Haslim, dalam hal ini memberi kuasa kepada Edi
Negara Siahaan, S.H., M.H dan kawan-kawan, para Advokat,
beralamat di Majapahit Centre, Jalan Majapahit /Mergat Nomor 8,
Medan, Sumatera Utara, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 10
Juni 2013, sebagai Pemohon Peninjauan Kembali dahulu Tergugat/
Termohon Kasasi;
m e l a w a n
KAO CORPORATION, berkedudukan di 14-10, Nihonbashi
Kayabacho, 1-Chome, Chuo-ku, Tokyo, Japan, yang diwakili oleh
Direktur Mitchitaka Sawada, dalam hal ini memberi kuasa kepada
Purnomo Suryomurcito, S.H., dan kawan, para Advokat, beralamat di
Level 15, One Pasific Palace, Sudirman Central Business District,
Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta-12190, Indonesia
berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 31 Juli 2013, sebagai
Termohon Peninjauan Kembali dahulu Penggugat/Pemohon Kasasi;
d a n
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Cq. KEMENTERIAN
HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Rl. Cq. DIREKTORAT
JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL Cq.
DIREKTORAT MEREK, berkedudukan di Jalan Daan Mogot Km.
24, Tangerang, Banten, sebagai Turut Termohon Peninjauan Kembali
dahulu Turut Tergugat/Turut Termohon Kasasi;
Mahkamah Agung tersebut;
Membaca surat-surat yang bersangkutan;
Hal.1 dari 32 hal. Putusan Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa Pemohon
Peninjauan Kembali dahulu Tergugat/Termohon Kasasi telah mengajukan permohonan
peninjauan kembali terhadap Putusan Mahkamah Agung/Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 02/MEREK/2012/PN.NIAGA.JKT.PST.
tanggal 24 Mei 2012 yang telah berkekuatan hukum tetap, dalam perkaranya melawan
Termohon Peninjauan Kembali dahulu Penggugat/Pemohon Kasasi, pada pokoknya
sebagai berikut:
1 Bahwa gugatan pembatalan ini adalah untuk membatalkan merek-merek atas
nama Tergugat yang terdaftar di Daftar Umum Merek pada Kantor Turut
Tergugat sebagai berikut (selanjutnya disebut “Merek Tergugat”);
BIORFMerek: BIORF
Daftar Nomor:IDM000292510
TanggalPendaftaran:
7 Februari 2011
TanggalPenerimaan:
14 Desember2006
Kelas: 3Jenis Barang: Segala macam kosmetika, segala macam beak untuk
wanita dan anak-anak, wangi-wangian/minyak wangi, lotion kulit, shampo, sabun mandi, sabun cuci, sabun cuci cair, cream-cream kulit, cream-cream muka, handbody, kapas kecantikan, cat rambut, kutek kuku, deodorant stick, lipstik.
Yurisdiksi Hukum
2 Bahwa telah di atur dalam ketentuan dalam Pasal 68 ayat (4) Undang-Undang
Merek:
“Dalam hal Penggugat atau Tergugat bertempat tinggal di luar wilayah Negara
Republik Indonesia, gugatan diajukan kepada Pengadilan Niaga di Jakarta”;
3 Bahwa, dengan mempertimbangkan tempat tinggal Penggugat di luar wilayah
Negeri Republik Indonesia yaitu di Tokyo, Jepang, maka berdasarkan ketentuan
di atas gugatan pembatalan merek ini diajukan pada Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat;
4 Sebagaimana diatur dalam Pasal 68 ayat (1) Undang-Undang Merek:“Gugatan
pembatalan pendaftaran Merek dapat diajukan oleh pihak yang berkepentingan
berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, atau Pasal 6”;
Hal.2 dari 32 hal. Put. Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
5 Berdasarkan ketentuan di atas, Penggugat adalah pihak yang berkepentingan
oleh karena Penggugat adalah pemilik merek terkenal BIORE yang telah
terdaftar di Indonesia di mana dalam hal ini merek tersebut pada pokoknya
memiliki persamaan dengan Merek BIORF milik Tergugat;
6 Gugatan pembatalan merek ini didasarkan pada alasan pelanggaran terhadap
ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 4, Pasal 5 butir (a) dan
Pasal 6 ayat (1) butir (a) dan (b), dan Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Merek
sebagai berikut:
• Pasal 4:
“Merek tidak dapat didaftar atas dasar Permohonan yang diajukan oleh
Pemohon yang beriktikad tidak baik”;
• Pasal 5 butir (a):
“Merek tidak dapat didaftar apabila Merek tersebut mengandung salah satu
unsur di bawah ini: a. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum”;
• Pasal 6 ayat (1) butir (a) dan (b):
“(1) Permohonan harus ditoiak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek
tersebut:
a mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
Merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk
barang dan/atau jasa yang sejenis;
b mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau
jasa sejenis’;
• Pasal 6 ayat (2):
“(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat pula
diberlakukan terhadap barang dan/atau jasa yang tidak sejenis sepanjang
memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah”;
Tenggang waktu pengajuan gugatan
7 Sebagaimana diatur pula dalam Pasal 69 Undang-undang Merek:
“(1) Gugatan pembatalan pendaftaran Merek hanya dapat diajukan dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal pendaftaran Merek;
Hal.3 dari 32 hal. Putusan Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
(2) Gugatan pembatalan dapat diajukan tanpa batas waktu apabila Merek
yang bersangkutan bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan,
atau ketertiban umum”;
8 Pada faktanya, Merek Tergugat terdaftar pada tanggal 7 Februari 2011 atau
kurang dari jangka waktu 5 (tahun) sebagaimana di atur dalam ketentuan Pasal
69 ayat (1) di atas. Sehingga, dengan demikian gugatan ini diajukan masih dalam
tenggang waktu yang ditentukan;
Persamaan pada pokoknya;
9 Bahwa, sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (1) butir (a) Undang-Undang
Merek, permohonan merek harus ditolak apabila merek tersebut mempunyai
persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik pihak lain
yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;
10 Bahwa Penjelasan Pasal 6 ayat (1) butir (a) Undang-Undang Merek
menyebutkan:
“Yang dimaksud dengan persamaan pada pokoknya adalah kemiripan yang
disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antara Merek yang satu
dan Merek yang lain, yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan
baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara penulisan atau kombinasi
antara unsur-unsur ataupun persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam
merek-merek tersebut”;
11 Bahwa dengan memperhatikan pada ketentuan di atas, dapat dipahami bahwa
untuk menilai ada atau tidaknya persamaan antara merek-merek adalah
ditentukan dari adanya kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur
yang menonjol dari merek yang satu dan yang lainnya. Sehingga, dalam hal
terdapat persamaan bentuk, cara penempatan, cara penulisan yang terdapat dalam
merek-merek, atau kombinasi antara unsur- unsur dapat dinilai bahwa kedua
merek memiliki persamaan pada pokoknya;
12 Bahwa, merek-merek BIORE milik Penggugat yang telah terdaftar pada Daftar
Umum Merek terlebih dahulu dari pada Merek Tergugat - merek yang paling
pertama terdaftar adalah merek BIORE yang pertama kali diajukan
permohonannya pada tanggal 17 Juni 1982 dan terdaftar di bawah Daftar Nomor
164670 pada tanggal 17 Juni 1982, diperpanjang dengan Daftar Nomor 301846
tertanggal 27 Oktober 1993, diperpanjang kedua kali di bawah Daftar Nomor
496355 tertanggal 31 Desember 2001 yang hingga saat ini berlaku (selanjutnya
Hal.4 dari 32 hal. Put. Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
disebut dengan “Merek BIORE”), memiliki persamaan pada pokoknya dengan
Merek Tergugat - dalam hal ini antara kedua merek secara visual memiliki
persamaan bentuk, cara penempatan, cara penulisan:
Berikut adalah tampilan perbandingan antara Merek BIORE milik Penggugat
dan Merek Tergugat:
TABEL PERBANDINGAN -1
Persamaan pada Pokoknya dengan Merek Terdaftar sebelumnya
Merek BIORE milik Penggugat Daftar Nomor 496355 Merek BIORF atas nama Tergugat Daftar Nomor IDM000292510
BIORE BIORF
Selain Merek BIORE milik Penggugat sebagaimana ditampilkan pada Tabel
Perbandingan di atas, Penggugat telah memperoleh perlindungan di Indonesia
terhadap merek-merek yang mengandung unsur kata ‘BIORE’ sebagaimana akan
ditunjukkan pada persidangan pembuktian perkara ini. Dapat dibuktikan bahwa
semua merek-merek tersebut memiliki persamaan pada pokoknya dengan Merek
Tergugat;
13 Pada faktanya, dapat dilihat dari Tabel Perbandingan - I di atas bahwa, kedua
merek adalah merek kata yang sama-sama yang terdiri dari 5 (lima) huruf. Dari
kelima huruf dalam masing-masing merek, 4 (empat) huruf pertama terdiri dari
huruf-huruf yang sama, yaitu: B, I, O, R dan ditempatkan dalam urutan yang
sama. Kedua merek yang dibandingkan di atas, juga dituliskan dengan cara yang
sama, yaitu dengan menggunakan huruf-huruf besar balok;
Hal.5 dari 32 hal. Putusan Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Secara keseluruhan visual terlihat bahwa, hanya 1 unsur yang menyisakan perbedaan
antara kedua merek yang dibandingkan, yaitu huruf terakhir dari masing-masing
merek - huruf E pada Merek BIORE; dan, huruf F pada Merek BIORF;
Persamaan Jenis Barang:
Bahwa jenis barang yang dilindungi oleh Merek Tergugat adalah sejenis dengan jenis
barang yang dilindungi dengan Merek BIORE milik Penggugat yang terdaftar lebih
dahulu;
Berikut adalah tampilan perbandingan jenis barang yang dilindungi oleh Merek
BIORE milik Penggugat dan Merek Tergugat:
TABEL PERBANDINGAN - II A
Persamaan Jenis Barang Merek Tergugat dengan Merek Terdaftar sebelumnya
Jenis Barang
Kelas 3
Merek BIORE milik Penggugat Daftar Nomor 496355
Jenis BarangKelas 3
Merek BIORF atas nama Tergugat
Daftar No IDM000292510
Sabun-sabun, busa-busa untukmembersihkan, wangi-wangian,
kosmetika, shampoo-shampoo,
sediaan-sediaan untuk
membersihkan rambut, sediaan-
sediaan untuk perawatan rambut.
Segala macam kosmetika, segalamacam bedak untuk wanita dan
anak-anak, wangi-wangian/
minyak wangi, lotion kulit, shampo,
sabun mandi, sabun cuci, sabun
cuci cair, cream-cream kulit, cream- cream muka, handbody, kapas kecantikan, cat
rambut, kutek kuku, deodorant stick, lipstik.
14 Dapat dibuktikan bahwa semua jenis barang-barang yang diajukan
perlindungannya oleh Tergugat, adalah barang-barang yang sejenis dengan
barang-barang yang telah dilindungi dalam pendaftaran Merek BIORE milik
Penggugat;
Berikut ini akan dijelaskan lebih rinci perbandingan jenis barang antara Merek
Tergugat dan Merek BIORE yang telah terdaftar lebih dulu atas nama Penggugat;
TABEL PERBANDINGAN - II B
Perbandingan Jenis Barang Merek Tergugat dengan Merek Terdaftar sebelumnya
Jenis Barang
Kelas 3
Merek BIORE milik Penggugat Daftar Nomor 496355
Jenis BarangKelas 3
Merek BIORF atas nama Tergugat
Daftar No IDM000292510
Hal.6 dari 32 hal. Put. Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Sabun-sabun sabun mandi; sabun cuci; sabun cuci cair;
busa-busa untuk membersihkanwangi-wangian wangi-wangian / minyak wangi,Kosmetika segala macam kosmetika;
segala macam bedak untuk wanita
dan anak-anak;
lotion kulit;
cream-cream kulit;
cream-cream muka;
handbody;
kapas kecantikan;
kutek kuku;
deodorant stick;
shampoo-shampoo shampoo;
sediaan-sediaan untuk membersihkan rambut;
sediaan-sediaan untuk perawatan rambut;
cat rambut;
Keterkenalan Merek BIORE
15 Bahwa, sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (1) butir (b) Undang-Undang
Merek, permohonan merek harus ditolak apabila mempunyai persamaan pada
pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek yang sudah terkenal milik pihak
lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;
16 Bahwa Penjelasan Pasal 6 ayat (1) butir (b) Undang-Undang Merek
menyebutkan:
“Penolakan Permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhan dengan Merek terkenal untuk barang dan/atau jasa yang sejenis
dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai
Merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan;
Di samping itu, diperhatikan pula reputasi Merek terkenal yang diperoleh
karena promosi yang gencar dan besar-besaran, investasi di beberapa negara
di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran
Merek tersebut di beberapa Negara;
Apabila hal-hal di atas belum dianggap cukup, Pengadilan Niaga dapat
memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri untuk melakukan survei guna
Hal.7 dari 32 hal. Putusan Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
memperoleh kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya Merek yang
menjadi dasar penolakan”;
17 Merek BIORE milik Penggugat adalah merek terkenal di banyak negara di
dunia;
18 Merek BIORE milik Penggugat telah diterima secara baik oleh masyarakat atau
konsumen di Indonesia. Hal ini juga adalah sebagaimana telah dinyatakan dalam
surat Tergugat yang diwakili oleh kuasa hukumnya, yaitu para advokat yang
berkantor di Indo Legal Consult Law Firm, yaitu Surat tertanggal 20 Desember
2011, dengan Ref Nomor 067/ILC/XII/2011;
19 Merek BIORE milik Penggugat telah mendapatkan sejumlah penghargaan
konsumen di Indonesia, termasuk namun tidak terbatas pada penghargaan-
penghargaan sebagai berikut:
a IBBA (Indonesia Best Brand Award) and
b ICSA (Indonesia Consumer Satisfaction Award)
20 Merek terkenal BIORE milik Penggugat memiliki sejarah penggunaan yang
panjang baik di Negara asalnya yaitu Jepang maupun di Indonesia. Pada
khususnya, merek terkenal BIORE telah digunakan di Indonesia sejak bulan
Februari 1980;
21 Pada tanggal saat diajukannya permohonan pendaftaran Merek Tergugat, Merek
BIORE milik Penggugat telah terdaftar secara internasional. Selain di negara
asalnya di Jepang dan di Indonesia, Merek BIORE milik Penggugat telah
terdaftar di banyak negara di dunia;
22 Merek BIORE milik Penggugat juga telah mendapatkan pengakuan sebagai
merek terkenal dari lembaga-lembaga yang berwenang di negara-negara di luar
negeri;
23 Penggugat telah melakukan investasi secara besar-besaran, termasuk namun
tidak terbatas dalam mempromosikan Merek BIORE yang dimilikinya;
24 Penjualan produk-produk dengan Merek BIORE telah mencapai angka penjualan
yang tinggi;
25 Merek terkenal BIORE milik Penggugat memiliki persamaan pada pokoknya
dengan Merek Tergugat, pada khususnya persamaan secara visual dengan Merek
Tergugat;
TABEL PERBANDINGAN – III
Persamaan pada Pokoknya dengan Merek Terkenal
Hal.8 dari 32 hal. Put. Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Merek Terkenal BIORE milik Penggugat Merek BIORF atas nama Tergugat
BIORE BIORF
26 Merek Tergugat telah terdaftar di kelas 3 untuk barang-barang yang sejenis
dengan barang-barang yang telah dikenal masyarakat sebagai barang- barang
dihasilkan dan/atau berasal dari Penggugat dengan menggunakan Merek BIORE,
pada khususnya barang-barang yang diklasifikasikan dalam kelas barang
internasional 3 (tiga) termasuk namun tidak terbatas pada jenis barang sabun-
sabun pembersih muka dan sabun pencuci tangan;
27 Sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Merek mengatur
bahwa permohonan merek harus ditolak jika memiliki mempunyai persamaan
pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek yang sudah terkenal milik
pihak lain untuk barang dan/atau jasa tidak sejenis;
28 Walaupun ketentuan Pasal 6 ayat (2) Undang-undang Merek mengatur bahwa
penolakan permohonan merek dengan dasar persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya untuk barang dan/atau jasa tidak sejenis akan ditetapkan lebih
lanjut dengan peraturan pemerintah, dan, walaupun sampai saat ini peraturan
pemerintah tersebut belum pernah diundangkan, namun demikian perlindungan
merek terkenal untuk barang tidak sejenis sebagaimana diatur dalam Undang-
undang Merek adalah kewajiban Indonesia untuk menegakkan hukum atas
perlindungan hak kekayaan intelektual. Hal ini merupakan konsekuensi dari
keikutsertaan Indonesia sebagai anggota World Trade Organization (WTO)
untuk melaksanakan ketentuan Agreement on Trade Related Aspects of
Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPS) sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement
Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan
Organisasi Perdagangan Dunia). Dalam Pasal TRIPS dijabarkan tujuan dari
perlindungan dan penegakan hak kekayaan intelektual, yaitu sebagai berikut:
“Perlindungan dan penegakan hukum hak kekayaan intelektual bertujuan
untuk mendorong timbulnya inovasi, pengalihan, dan penyebaran teknologi
Hal.9 dari 32 hal. Putusan Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
dan diperoleh manfaat bersama antara penghasilan dan pengguna
pengetahuan teknologi, menciptakan kesejahteraan sosial dan ekonomi serta
keseimbangan antara hak dan kewajiban”;
Berdasarkan hal di atas pula, baik Pengadilan Niaga maupun Mahkamah Agung
dalam banyak perkara pembatalan pendaftaran merek, dalam memutuskan
pembatalan suatu pendaftaran merek dengan dasar memiliki persamaan dengan
merek terkenal untuk barang dan/atau tidak sejenis, pada khususnya dengan adalah
dengan mempertimbangkan ketentuan- ketentuan sebagai berikut:
1Pasal 6 bis Konvensi Paris:
“(1) The countries of the Union undertake, ex officio if their legislation so
permits, or at the request on an interest party, to refuse or to cancel the
registration and to prohibit the use of trademark which constitutes a
reproduction, an imitation or a translation, liable to create confusion, of a
mark considered by the competent authority of the country registration or to
use well- known in that country as being already the marks of a person
entitled to the benefit of this Convention and used for identical or similar
goods. These provision shall also apply when the essential part of the marks
constitutes a reproduction of any such well-known mark or imitation liable
to create confusion therewith”;
Apabila diperhatikan maka yang diatur dalam ketentuan di atas dapat di mengerti
sebagai berikut:
Negara Peserta diminta (baik berdasarkan perundang-undangan merek yang
dimiliki atau permintaan pihak yang berkepentingan) menolak permohonan
pendaftaran atau membatalkan pendaftaran dan melarang penggunaan merek
yang memiliki persamaan, merupakan tiruan atau terjemahan, atau dapat
menimbulkan kebingungan (dan seterusnya) dari suatu merek yang menurut
pertimbangan pihak yang berwenang di negara penerima pendaftaran
merupakan merek terkenal atau telah dikenal luas sebagai merek milik pihak
atau seseorang yang berhak memperoleh perlindungan sebagaimana diatur
dalam konvensi dan digunakan pada produk yang sama atau sejenis;
Ketentuan ini juga berlaku ketika bagian yang esensial dari merek yang
mengandung persamaan dengan atau tiruan dari suatu merek terkenal yang
akan menimbulkan kebingungan;
2Pasal 6 bis Konvensi Paris tersebut kemudian diadopsi Pasal 16 ayat (2) dan (3)
TRIPs:
Hal.10 dari 32 hal. Put. Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
“(2) Article 6 bis of the Paris Convention (1967) shall apply, mutatis
mutandis to services. In the determining whether a trademarks is well-
known. Members shall take account of the public including knowledge in the
Member concerned which has been obtained as a result of the promotion of
the trademarks”;
(3) Article 6 bis of the Paris Convention (1967) shall apply, mutatis
mutandis, to goods or services which are not similar to those in respect of
which trademarks is registered, provided that use that trademarks in
relation to those goods or services would indicate a connection between
those goods or services and the owner of the registered trademarks and
provided that the interest of the owner of the registered trademarks are
likely be damaged by such use”;
Konvensi Paris yang telah berlaku di Indonesia sejak tahun 1 Januari 2000,
melarang pendaftaran atau penggunaan merek yang memiliki persamaan
dengan merek terkenal untuk barang tidak sejenis, jika penggunaan merek
tersebut kemudian menimbulkan indikasi adanya hubungan antara pemilik
merek terkenal dengan merek terdaftar tersebut, dalam hal ini kepentingan dari
pemilik merek terkenal menjadi terganggu;
29 Dalam hal Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat c.q. Majelis Hakim tidak
berpendapat bahwa Merek Tergugat didaftarkan untuk barang-barang yang
sejenis dengan barang-barang dengan merek terkenal BIORE yang telah dikenal
berasal dari Penggugat, maka mohon dipertimbangkan alasan Penggugat
mengajukan gugatan pembatalan ini adalah juga dengan dasar bahwa Merek
Tergugat memiliki persamaan pada pokoknya untuk barang-barang tidak sejenis,
berdasarkan pertimbangan hukum sebagaimana diuraikan di atas;
Iktikad tidak baik
30 Sebagaimana diatur dalam Undang-undang Merek, suatu merek tidak dapat
didaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh pemohon yang beriktikad
tidak baik;
31 Tergugat adalah pemohon yang beriktikad tidak baik dalam mengajukan
permohonan pendaftaran Merek Tergugat, pada khususnya:
a Pada saat mengajukan permohonan pendaftaran Merek Tergugat, Tergugat
telah mengetahui bahwa merek yang diajukannya, dalam hal ini Merek
BIORF yang diajukan permohonan pendaftarannya memiliki persamaan
dengan Merek BIORE milik Penggugat;
Hal.11 dari 32 hal. Putusan Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
b Pada saat mengajukan permohonan pendaftaran Merek Tergugat, Tergugat
telah mengetahui bahwa merek yang diajukannya, dalam hal ini Merek
BIORF yang diajukan permohonan pendaftarannya memiliki persamaan
dengan Merek BIORE yang telah terkenal;
c Tergugat bermaksud untuk menggunakan Merek Tergugat untuk barang-
barang yang sejenis dengan barang-barang yang diberikan perlindungan
dalam pendaftaran Merek BIORE milik Penggugat;
d Tergugat bermaksud untuk menggunakan Merek Tergugat untuk barang-
barang yang tidak sejenis dengan barang-barang yang telah diberikan
perlindungannya melalui pendaftaran-pendaftaran Merek BIORE milik
Penggugat;
Ketertiban Umum
32 Sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (a) Undang-undang Merek, merek tidak
dapat didaftar apabila Merek tersebut mengandung salah satu unsur berikut:
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas
agama, kesusilaan, atau ketertiban umum;
33 Penjelasan Pasal 5 ayat (a) Undang-undang Merek mengatur bahwa yang
dimaksud dengan “bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum adalah apabila
penggunaan tanda tersebut dapat menyinggung perasaan, kesopanan,
ketenteraman, atau keagamaan dari khalayak umum atau dari golongan
masyarakat tertentu”;
34 Perasaan, ketenteraman dari khalayak umum atau dari golongan masyarakat di
Indonesia, tentunya akan terganggu oleh karena keadaan perekonomian yang
terganggu dan adanya ketidakpastian hukum yang disebabkan oleh adanya
pendaftaran merek-merek yang diajukan berdasarkan permohonan dari pihak
pemohon yang memiliki iktikad tidak baik, sebagai contoh adalah permohonan
Merek Tergugat yang kemudian terdaftar. Pada khususnya, fakta bahwa suatu
merek diajukan berdasarkan permohonan yang beriktikad tidak baik dan diterima
pendaftarannya oleh Turut Tergugat, jelas-jelas telah mengganggu iklim
investasi di Indonesia;
Pembuktian
Hal.12 dari 32 hal. Put. Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
35 Bahwa semua alasan-alasan hukum dan fakta-fakta tersebut di atas, akan
didukung dengan bukti-bukti yang akan disampaikan pada persidangan
pembuktian;
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Penggugat mohon kepada
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat agar memberikan putusan
sebagai berikut:
1 Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2 Menyatakan bahwa Merek BIORF Daftar Nomor IDM000292510 atas nama
Tergugat memiliki persamaan pada pokoknya untuk barang sejenis dengan
merek yang telah terdaftar lebih dulu milik Penggugat yaitu merek BIORE
Daftar Nomor 496355;
3 Menyatakan bahwa Merek BIORE milik Penggugat sebagai merek terkenal;
4 Menyatakan bahwa Merek BIORF Daftar Nomor IDM000292510 atas nama
Tergugat memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek terkenal BIORE
untuk barang sejenis;
5 Menyatakan bahwa Merek BIORF Daftar Nomor IDM000292510 atas nama
Tergugat memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek terkenal BIORE
untuk barang tidak sejenis;
6 Menyatakan bahwa Tergugat beriktikad tidak baik pada waktu mengajukan
permohonan pendaftaran Merek BIORF Daftar Nomor IDM000292510;
7 Menyatakan bahwa pendaftaran Merek BIORF Daftar Nomor IDM000292510
atas nama Tergugat adalah bertentangan dengan ketertiban umum;
8 Membatalkan Merek BIORF Daftar Nomor IDM000292510 atas nama Tergugat
yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek dengan segala akibat hukumnya;
9 Memerintahkan juru sita untuk menyampaikan putusan kepada para pihak paling
lama 14 hari setelah putusan atas gugatan pembatalan diucapkan sesuai dengan
ketentuan Undang-undang Merek yang berlaku;
10 Memerintahkan Turut Tergugat untuk tunduk dan taat pada putusan Pengadilan
dalam perkara ini dengan melaksanakan pembatalan Merek BIORF Daftar
Nomor IDM000292510 atas nama Tergugat dari Daftar Umum Merek dengan
mencoret merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dan
mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek sesuai dengan ketentuan Undang-
undang Merek yang berlaku;
11 Memerintahkan Turut Tergugat untuk memberitahukan secara tertulis kepada
Tergugat dengan menyebutkan alasan pembatalan dan penegasan bahwa sejak
Hal.13 dari 32 hal. Putusan Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
tanggal pencoretan dari Daftar Umum Merek, Sertifikat Merek BIORF Daftar
Nomor IDM000292510 yang bersangkutan dinyatakan tidak berlaku lagi;
12 Memerintahkan Tergugat untuk menghentikan semua tindakan penggunaan
Merek BIORF Daftar Nomor IDM000292510 sebagai akibat telah dibatalkannya
pendaftaran Merek BIORF penggunaan Merek BIORF merupakan penggunaan
secara tanpa hak;
13 Menyatakan bahwa sebagai akibat telah dibatalkannya pendaftaran Merek
BIORF, penggunaan Merek BIORF Daftar Nomor IDM000292510 merupakan
penggunaan secara tanpa hak;
14 Menghukum Tergugat untuk membayar seluruh biaya yang timbul dalam perkara
ini;
Atau,
Jika Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat c.q. Majelis Hakim yang akan mengadili
perkara aquo berpendapat lain, kami mohon agar berkenan memberikan putusan yang
seadil-adilnya (ex aequo et bono);
Bahwa, terhadap gugatan tersebut di atas, Tergugat mengajukan eksepsi yang
pada pokoknya sebagai berikut:
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Tidak Berwenang Untuk Mengadili Perkara Ini
• Bahwa Penggugat telah keliru mengajukan gugatan pembatalan merek terhadap
Tergugat, melalui Pengadilan Niaga Jakarta Pusat;
• Bahwa Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek pada Bab XI
Tentang Penyelesaian Sengketa, pada Bagian Kedua, Tentang Tata Cara Gugatan
Pada Pengadilan Niaga, Pasal 80 ayat (1) secara tegas telah menyatakan:
“Gugatan pembatalan pendaftaran merek diajukan kepada Ketua Pengadilan
Niaga dalam wilayah hukum tempat tinggal atau domisili Tergugat”;
• Bahwa faktanya didukung oleh Penggugat sebagaimana dalam gugatan yang
diajukan oleh Penggugat, menunjukkan domisili atau tempat tinggal Tergugat
adalah di Jalan Duku, Kelurahan Kedai Ledang, Kota Kisaran Timur, Asahan
(Sumatera Utara);
• Bahwa sesuai dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 97
tahun 1999 tanggal 18 Agustus 1999, mengenai pembentukan Pengadilan Niaga
pada Pengadilan Negeri Ujung Pandang, Pengadilan Negeri Medan, Pengadilan
Negeri Surabaya, dan Pengadilan Negeri Semarang, pada Pasal 2 ayat 2,
menyebutkan daerah hukum Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan
Hal.14 dari 32 hal. Put. Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
meliputi wilayah Provinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Bengkulu,
Jambi, dan Daerah Istimewa Aceh;
• Bahwa oleh karena domisili Tergugat berada pada wilayah hukum Pengadilan
Niaga Medan, maka berdasarkan ketentuan Pasal 80 ayat (1) point 1 dan 2
tersebut di atas, secara formal, yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili
sengketa Pembatalan Merek dalam perkara aquo adalah Pengadilan Niaga
dimana Tergugat berdomisili, yakni Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri
Medan, Bukan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat;
• Bahwa dengan demikian secara juridis formal, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
tidak berwenang untuk mengadili dan memeriksa Gugatan Penggugat mengenai
Pembatalan Merek BIORF kelas 3 Daftar Nomor IDM 000292510, melainkan
yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara a quo adalah
Pengadilan dimana Tergugat bertempat/berdomisili atau bertempat tinggal yaitu
Pengadilan Niaga Medan;
• Bahwa terhadap dimana akan diajukannya gugatan pembatalan merek bagi
Penggugat yang bertempat tinggal di luar wilayah Negeri Republik Indonesia,
telah terdapat beberapa putusan tentang hal tersebut diantaranya Putusan
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 74/Merek/2009/PN.Niaga Jkt.Pst, yang
pertimbangan hukumnya menyatakan “Majelis Hakim berpendapat bahwa
gugatan MATTEL Inc yang berkedudukan/berdomisili di Amerika Serikat tidak
dapat diterima karena bukan wilayah kewenangan Jakarta Pusat, seharusnya
gugatan diajukan ke Pengadilan Niaga Surabaya disesuaikan dengan domisili
pihak Tergugat Yong Hwa Wongso Diredjo, sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, bahwa gugatan diajukan di tempat
Tergugat (Vide Sengketa merek Hot Wheels, Mattel Inc lawan Yong Hwa
Wongso Diredjo) serta Keppres Nomor 97 Tahun 1999 tentang Pembentukan
Pembagian Wilayah Pengadilan Niaga;
• Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas terbukti Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat tidak berwenang mengadili Perkara a quo, oleh karenanya gugatan
Penggugat sudah seharusnya dinyatakan tidak dapat diterima;
Bahwa, terhadap gugatan tersebut Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat telah memberi Putusan Nomor 02/MEREK/2012/PN. NIAGA.JKT.PST,
tanggal 24 Mei 2012 yang amarnya sebagai berikut:
Dalam Eksepsi:
Hal.15 dari 32 hal. Putusan Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Menolak eksepsi Tergugat;
Dalam Pokok Perkara:
• Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
• Membebankan ongkos perkara kepada Penggugat sebesar Rp866.000,00
(delapan ratus enam puluh enam ribu rupiah);
Menimbang, bahwa amar Putusan Mahkamah Agung Nomor 590 K/
Pdt.Sus/2012 tanggal 21 Januari 2013 sebagai berikut:
Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: KAO
CORPORATION tersebut;
Membatalkan Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Nomor 02/MEREK/2012/PN. NIAGA.JKT.PST, tanggal 24 Mei 2012;
1 Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2 Menyatakan bahwa Merek BIORF Daftar Nomor IDM000292510 atas nama
Tergugat memiliki persamaan pada pokoknya untuk barang sejenis dengan
merek yang telah terdaftar lebih dulu milik Penggugat yaitu merek BIORE
Daftar Nomor 496355;
3 Menyatakan bahwa merek BIORE milik Penggugat sebagai merek terkenal;
4 Menyatakan bahwa Merek BIORF Daftar Nomor IDM000292510 atas nama
Tergugat memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek terkenal BIORE
untuk barang sejenis;
5 Menyatakan bahwa Merek BIORF Daftar Nomor IDM000292510 atas nama
Tergugat memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek terkenal BIORE
untuk barang tidak sejenis;
6 Menyatakan bahwa Tergugat beriktikad tidak baik pada waktu mengajukan
permohonan pendaftaran Merek BIORF Daftar Nomor IDM000292510;
7 Menyatakan bahwa pendaftaran Merek BIORF Daftar Nomor IDM000292510
atas nama Tergugat adalah bertentangan dengan ketertiban umum;
8 Membatalkan Merek BIORF Daftar Nomor IDM000292510 atas nama Tergugat
yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek dengan segala akibat hukumnya;
9 Memerintahkan jurusita untuk menyampaikan putusan kepada para pihak paling
lama 14 hari setelah putusan atas gugatan pembatalan diucapkan sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang Merek yang berlaku;
10 Memerintahkan Turut Tergugat untuk tunduk dan taat pada putusan pengadilan
dalam perkara ini dengan melaksanakan pembatalan Merek BIORF Daftar
Hal.16 dari 32 hal. Put. Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Nomor IDM000292510 atas nama Tergugat dari Daftar Umum Merek dengan
mencoret merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dan
mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang Merek yang berlaku;
11 Memerintahkan Turut Tergugat untuk memberitahukan secara tertulis kepada
Tergugat dengan menyebutkan alasan pembatalan dan penegasan bahwa sejak
tanggal pencoretan dari Daftar Umum Merek, Sertifikat Merek BIORF Daftar
Nomor IDM000292510 yang bersangkutan dinyatakan tidak berlaku lagi;
12 Memerintahkan Tergugat untuk menghentikan semua tindakan penggunaan
Merek BIORF Daftar Nomor IDM000292510 sebagai akibat telah dibatalkannya
pendaftaran Merek BIORF penggunaan Merek BIORF merupakan penggunaan
secara tanpa hak;
13 Menyatakan bahwa sebagai akibat telah dibatalkannya pendaftaran Merek
BIORF, penggunaan Merek BIORF Daftar Nomor IDM000292510 merupakan
penggunaan secara tanpa hak;
Menghukum Termohon Kasasi/Tergugat untuk membayar biaya perkara
dalam semua tingkat peradilan yang dalam tingkat kasasi ini ditetapkan sebesar
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah);
Menimbang, bahwa sesudah Putusan Mahkamah Agung Nomor 590 K/
Pdt.Sus/2012 tanggal 21 Januari 2013 yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut
diberitahukan kepada Tergugat/Termohon Kasasi, pada tanggal 14 Mei 2013, terhadap
putusan tersebut, oleh Tergugat/Termohon Kasasi melalui Kuasanya berdasarkan Surat
Kuasa Khusus tanggal 10 Juni 2013 mengajukan permohonan pemeriksaan peninjauan
kembali di Kepaniteraan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 3 Juli
2013 sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan Peninjauan Kembali Nomor 05 PK/
Pdt.Sus-HaKI/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst jo Nomor 590 K/Pdt.Sus/2012 jo Nomor 02/
Merek/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst tanggal 3 Juli 2013, permohonan tersebut disertai dengan
alasan-alasannya yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat
tersebut pada tanggal 3 Juli 2013;
Bahwa alasan-alasan peninjauan kembali telah diberitahukan kepada
Penggugat/Pemohon Kasasi dan Turut Tergugat/Turut Termohon Kasasi pada tanggal 4
Juli 2013 dan 5 Juli 2013, kemudian Pemohon/Termohon Peninjauan Kembali
mengajukan jawaban alasan peninjauan kembali yang diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 21 Agustus 2013;
Hal.17 dari 32 hal. Putusan Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa oleh karena di dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001 tentang Merek tidak mengatur mengenai pemeriksaan peninjauan kembali, maka
Mahkamah Agung dalam mempertimbangkan perkara ini mengacu kepada ketentuan
Pasal 67, 68, 69, 71, dan 72 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004
dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009;
Menimbang, bahwa permohonan peninjauan kembali a quo beserta alasan-
alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam
tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, sehingga
permohonan kasasi tersebut secara formal dapat diterima;
Menimbang, bahwa Pemohon Peninjauan Kembali telah mengajukan alasan-
alasan peninjauan kembali yang pada pokoknya sebagai berikut:
Judex Juris Telah Melakukan Kekhilafan Atau Suatu Kekeliruan Yang Nyata:
• Bahwa putusan Judex Juris Mahkamah Agung RI dalam perkara Register Nomor
590 K/PDT.SUS/2012, tertanggal 21 Januari 2013, telah didasarkan adanya
kekeliruan dan kekhilafan yang nyata, sebagaimana diuraikan berikut ini:
a Putusan sama sekali tidak memuat/mencantumkan Kontra Memori Kasasi yang
diajukan oleh Termohon Kasasi sekarang Pemohon Peninjauan Kembali,
menunjukkan Judex Juris telah melakukan kekeliruan dan kekhilafan yang
nyata;
• Bahwa Judex Juris Mahkamah Agung RI pada putusannya dalam perkara
register Nomor 590 K/PDT.SUS/2012, tertanggal 21 Januari 2013, telah
melakukan kekeliruan dan kekhilafan yang nyata;
• Bahwa kekeliruan dan kekhilafan yang nyata Judex Juris dalam membuat
putusannya adalah jelas terlihat adanya keberpihakan yang tidak
mempertimbangkan prinsip keadilan oleh karena “sengaja atau karena
kelalaiannya” dalam 55 (lima puluh lima) halaman putusannya, Judex Juris sama
sekali tidak ada memuat/menguraikan dalil-dalil kontra memori kasasi Pemohon
Peninjauan Kembali dahulu Termohon Kasasi, apalagi untuk menilai atau
mempertimbangkannya;
• Bahwa padahal Judex Juris telah menyatakan dengan tegas dalam perkara
tingkat kasasi Termohon Kasasi telah mengajukan kontra memori kasasi,
sebagaimana disebutkan dalam putusannya pada halaman 16 alinea 1 “Bahwa
setelah itu oleh Tergugat pada tanggal 25 Juni 2012, telah diberitahu tentang
Hal.18 dari 32 hal. Put. Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
memori kasasi dari Penggugat dan diajukan kontra memori kasasi yang diterima
di Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada
tanggal 23 Juli 2012”;
• Bahwa sesuai dengan Pasal 184 HIR/Pasal 195 Rbg telah menentukan bahwa
setiap putusan dalam perkara perdata harus memuat ringkasan gugatan dan
jawaban dengan jelas, hal ini berarti dalam Putusan Judex Juris Mahkamah
Agung RI dalam perkara Register Nomor 590 K/PDT.SUS/2012, tertanggal 21
Januari 2013, pada tingkat kasasi harus memuat memori kasasi dan kontra
memori kasasi atau setidak-tidaknya memuat ringkasannya;
• Bahwa dengan tidak dimuatnya kontra memori kasasi dalam putusan, maka
Judex Juris telah melakukan kekhilafan yang nyata yakni mengabaikan bagian
dari putusan yang seharusnya dimuat dalam putusan tersebut;
• Bahwa dengan demikian putusan tersebut mengandung cacat hukum dan oleh
karenanya secara juridis sangat beralasan dinyatakan batal demi hukum;
Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 638 K/Sip/1969 menegaskan:
“Putusan yang tidak lengkap atau kurang cukup dipertimbangkan menjadi
alasan untuk kasasi, dan putusan demikian harus dibatalkan”;
b Judex Juris Tidak Mempertimbangkan Kontra Memori Kasasi sama sekali;
• Judex Juris sama sekali tidak mempertimbangkan, bahkan tidak
menyentuh sama sekali dalil kontra memori kasasi yang diajukan oleh
Termohon Kasasi sekarang Pemohon Peninjauan Kembali;
• Bahwa Judex Juris tidak akan dapat mempertimbangkan kontra memori
kasasi yang dimajukan oleh Termohon Kasasi sekarang Pemohon
Peninjauan Kembali, sebab kontra memori kasasi dimaksud tidak pernah
dimuat/dimasukkan dalam putusan;
• Bahwa dengan tidak dipertimbangkannya kontra memori kasasi, yang
dimajukan oleh Termohon Kasasi sekarang Pemohon Peninjauan
Kembali, Judex Juris mengabaikan prinsip-prinsip kepatutan berupa
keadilan dan keseimbangan bagi para pihak;
c Pertimbangan Putusan Judex Juris tanpa dibarengi dasar dan alasan juridis yang
memadai
• Bahwa Judex Juris Mahkamah Agung RI dalam perkara Nomor register
590 K/PDT.SUS/2012 tertanggal 21 Januari 2013 pada putusannya tidak
memberikan pertimbangan hukum yang memadai bahkan apabila
Hal.19 dari 32 hal. Putusan Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
dicermati dari seluruh isi putusan dalam perkara a quo, pertimbangan
hukum Judex Juris tidak lebih dari 3 (tiga) alinea dan tidak lebih
setengah halaman seperti yang termuat dalam putusannya halaman 52
yang menyatakan sebagai berikut:
“Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung
berpendapat:
Bahwa alasan tersebut dapat dibenarkan, oleh karena Judex Facti telah salah
menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai berikut:
Bahwa merek yang digunakan Tergugat yaitu “MEREK BIORF”
mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek BIORE milik
Penggugat;
Bahwa merek “BIORE” milik Penggugat merupakan merek terkenal yang
sudah terdaftar terlebih dahulu;
Bahwa “MEREK BIORF” milik Tergugat yang terdaftar kemudian untuk
kelas barang yang sama, sehingga terbukti Tergugat dengan iktikad tidak
baik telah membonceng ketenaran merek Penggugat;
“Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, menurut pendapat
Mahkamah Agung terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan
kasasi dari Pemohon Kasasi: KAO Corporation dan membatalkan putusan
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 02/
MEREK/2012/PN. NIAGA.JKT.PST, tanggal 24 Mei 2012 serta Mahkamah
Agung mengadili sendiri perkara ini dengan amar putusan sebagaimana yang
akan disebutkan dibawah ini;
“Menimbang, bahwa oleh karena Termohon Kasasi/Tergugat berada di
pihak yang kalah, maka ia harus dihukum untuk membayar biaya perkara
dalam semua tingkat peradilan”;
• Bahwa pertimbangan hukum Judex Juris Mahkamah Agung RI tersebut
di atas adalah pertimbangan yang sama sekali tidak mempunyai dasar
hukum, dan tidak mengindahkan hukum acara perdata karena
pertimbangan hukum Judex Juris pada Mahkamah Agung tersebut adalah
sangat dangkal serta tidak mempunyai bobot hukum;
• Bahwa Judex Juris tidak memberikan alasan ataupun pertimbangan
hukum yang memadai bahkan putusan tanpa didukung oleh suatu alasan-
alasan yuridis maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
dijadikan sebagai dasar dalam memberikan pertimbangan hukum;
Hal.20 dari 32 hal. Put. Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa apabila diteliti halaman per halaman dari seluruh putusannya yang
berjumlah 55 (lima puluh lima) halaman tersebut hanya berisi/ memuat
sebagai berikut:
Halaman 1 sampai halaman 2 alinea 1 (pertama) memuat identitas dari
Pemohon Kasasi dan Termohon Kasasi;
Halaman 2 alinea 2 sampai dengan 14 alinea 1 (pertama) memuat gugatan
Penggugat;
Halaman 14 alinea 2 sampai dengan 15 alinea 1 (pertama) garis 3 memuat
jawaban Tergugat;
Halaman 15 alinea 2 (dua) sampai dengan halaman 16 alinea 3 (tiga)
memuat syarat-syarat formal dalam pengajuan memori kasasi dan kontra
memori kasasi;
Halaman 16 alinea 4 sampai dengan halaman 52 alinea 1 (pertama) memuat
memori kasasi permohonan kasasi;
Halaman 52 alinea 2 (dua) sampai dengan halaman 53 alinea 1 (pertama)
memuat pertimbangan hukum Judex Juris;
Halaman 53 alinea 2 (dua) sampai dengan halaman 54 alinea 1 (pertama)
memuat Amar Putusan, dan;
Halaman 54 alinea 3 sampai dengan halaman 55 adalah merupakan penutup
dari putusan tersebut;
• Bahwa mulai dari halaman 16 sampai dengan halaman 52 (36 halaman)
terlihat dengan jelas hanyalah berupa penyaduran/copy paste secara utuh
dari soft copy memori kasasi Pemohon Kasasi, tanpa ada perbedaan
kalimat ataupun tata cara penulisan dan hanya terjadi perbedaan nomor
yakni nomor 12 sampai dengan nomor 81 pada memori kasasi menjadi
nomor 1 sampai dengan nomor 70 pada putusan Judex Juris;
• Bahwa kemudian dalam hal amar putusan, Judex Facti juga kembali
menyadur/meng-copy paste keseluruhan isi petitum memori kasasi
Pemohon Kasasi halaman 27 sampai dengan halaman 28 dalam bagian
MENGADILI SENDIRI yang terdiri dari 14 point tanpa ada perbedaan
redaksi kalimat sedikit pun. Sedangkan menurut Pasal 178 ayat (1) HIR
hakim wajib mencukupkan segala alasan hukum yang tidak dikemukakan
para pihak yang berperkara;
Hal.21 dari 32 hal. Putusan Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa dari uraian di atas jelas dan nyata Judex Juris Mahkamah Agung
RI dalam membuat putusannya dalam perkara a quo, Judex Juris telah
melakukan kekeliruan yang nyata dalam menerapkan hukum, karena
Judex Juris dalam putusannya tidak memberikan pertimbangan hukum
yang cukup atau tidak layak atau tidak saksama (onvoldoende
gemotiveerd), sehingga putusan Judex Juris a quo harus dinyatakan batal;
• Bahwa juga Judex Juris dalam tugasnya untuk memeriksa dan mengadili
perkara ini terbukti selain telah salah/keliru dalam menerapkan
hukumnya terbukti juga telah amat sangat kurang dan atau sama sekali
tidak memberikan pertimbangan hukum terlebih-lebih atas dalil-dalil
bantahan/alasan-alasan dalam kontra memori kasasi yang telah diajukan
oleh Termohon Kasasi tanpa alasan yang jelas dan patut (onvoldoende
gemotiveerd);
• Bahwa mengenai pertimbangan hukum yang tidak cukup lengkap,
beberapa ahli hukum telah memberikan pendapatnya antara lain:
“Sudikno Mertokusumo, dalam bukunya “Hukum Acara Perdata
Indonesia” (1999), mengatakan adanya alasan-alasan yang kuat dalam
pertimbangan sebagai dasar putusan membuat putusan sang hakim menjadi
objektif dan berwibawa;
Karena itu pula, Pasal 178 ayat (1) HIR, Pasal 189 ayat (1) Rbg, dan Pasal
50 Rv mewajibkan hakim karena jabatannya melengkapi segala alasan
hukum yang tidak dikemukakan oleh para pihak;”
“Yahya Harahap berpendapat onvoldoende gemotiveerd adalah masalah
yuridis;
Konsekuensinya, putusan pengadilan tingkat pertama yang tidak cukup
pertimbangan bisa dibatalkan di tingkat banding. Demikian seterusnya ke
Mahkamah Agung”;
“Retnowulan Sutantio, Alasan hukum adalah kaidah hukum kanun (regel
van het objectieve recht); Apabila Penggugat tidak menyebut dasar gugatan
atau keliru menggunakan dasar gugatan, hakim harus membuat
pertimbangan yang cukup agar status menang kalahnya para pihak menjadi
jelas;”
Hal.22 dari 32 hal. Put. Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa selanjutnya terhadap pertimbangan yang tidak cukup lengkap
(onvoldoende gemotiveerd) telah terdapat beberapa yurisprudensi antara
lain:
Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 638 K/Sip/1969 menegaskan:
“Putusan yang tidak lengkap atau kurang cukup dipertimbangkan menjadi
alasan untuk kasasi, dan putusan demikian harus dibatalkan;”
Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 492 K/Sip/1970 menegaskan:
“Mahkamah Agung menganggap perlu untuk meninjau keputusan
Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi yang kurang cukup
dipertimbangkan (onvoldoende gemotiveerd)”;
Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 67 K/Sip/1972 menegaskan:
“Putusan Judex Facti harus dibatalkan jika Judex Facti tidak memberikan
alasan atau pertimbangan yang cukup dalam hal dalil-dalil tidak
bertentangan dengan pertimbangan-pertimbangannya”;
• Bahwa dalam Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman secara jelas dan tegas menyebutkan
“Putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan, juga
memuat pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan dan sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk
mengadili;”
• Bahwa berdasarkan asas yang terdapat dalam Pasal 50 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009, maka setiap putusan yang dijatuhkan
oleh hakim harus berdasarkan pertimbangan yang jelas dan cukup,
memuat dasar-dasar putusan, serta menampilkan pasal-pasal dalam
peraturan undang-undang tertentu yang berhubungan dengan perkara
yang diputus, serta berdasarkan sumber hukum lainnya, baik berupa
yurisprudensi atau hukum kebiasaan;
• Bahwa Judex Juris juga telah melakukan kekeliruan yang nyata dalam
menerapkan hukum, karena pertimbangan hukum Judex Juris dalam
perkara a quo telah melanggar asas imparsialitas (tidak memihak),
sehingga putusan Judex Juris dalam perkara a quo harus dinyatakan
batal;
“Dengan tidak/kurang memberikan pertimbangan/alasan, bahkan apabila
alasan-alasan itu kurang jelas, sukar dapat dimengerti ataupun bertentangan
Hal.23 dari 32 hal. Putusan Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
satu sama lain, maka hal demikian dapat dipandang sebagai suatu kelalaian
dalam acara (vormverzuim) yang dapat mengakibatkan batalnya putusan
pengadilan yang bersangkutan dalam pemeriksaan di tingkat kasasi”;
Sehingga menurut Yurisprudensi tetap Mahkamah Agung Nomor 492 K/
Sip/1970 dan Nomor 950 K/Pdt/1987 tanggal 28 Februari 1989 serta Nomor
120 K/Pdt/1986 tanggal 20 Juli 1989, harus dibatalkan;
• Bahwa oleh karena didalam putusan perkara a quo terdapat suatu
kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata, mohon kiranya
Majelis Hakim Agung untuk membatalkan putusan Judex Juris tersebut
dan mengadili sendiri;
d Pertimbangan Hukum Judex Juris Terhadap Penilaian “Persamaan Pada
Pokoknya, Merek Terkenal dan Iktikad Tidak Baik”
• Bahwa oleh karena Judex Juris tidak memuat/memasukkan bahkan
mempertimbangkan sama sekali kontra memori kasasi yang dimajukan
oleh Termohon Kasasi sekarang Pemohon Peninjauan Kembali,
khususnya terkait dengan persamaan pada pokoknya, merek terkenal dan
iktikad tidak baik, maka sangat patut dan beralasan putusan Judex Juris
Mahkamah Agung mengandung kekeliruan dan kekhilafan yang nyata;
• Bahwa pertimbangan hukum Judex Juris halaman 52 yang pada intinya
menyatakan bahwa merek BIORF mempunyai persamaan pada pokoknya
dengan Merek Biore, merek Biore merupakan merek terkenal yang sudah
terdaftar terlebih dahulu dan Merek BIORF yang terdaftar kemudian
untuk kelas barang yang sama, sehingga terbukti dengan iktikad tidak
baik telah membonceng ketenaran merek Biore adalah suatu
pertimbangan hukum yang mengandung kekeliruan yang nyata dalam
penerapan hukumnya;
• Bahwa terhadap pertimbangan hukum Judex Juris tersebut pada halaman
52 putusannya, yang hanya memberikan pertimbangan hukum
menyatakan antara merek BIORF dengan Biore memiliki persamaan pada
pokoknya, menyatakan Biore merek terkenal, dan menyatakan Pemohon
Peninjauan Kembali beriktikad tidak baik adalah suatu pertimbangan
hukum yang telah menyalahi peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan lalai/salah dalam menerapkan hukum sebab bertentangan
Hal.24 dari 32 hal. Put. Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
dengan ketentuan Pasal 50 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Putusan Pengadilan;
• Bahwa juga sebagaimana yang telah dijelaskan diatas tentang putusan
Judex Juris yang tidak mempertimbangkan hal-hal yang menjadi dasar-
dasar pengajuan kontra memori kasasi pada tingkat Mahkamah Agung
adalah suatu tindakan yang menyalahi ketentuan hukum acara yang
mewajibkan Hakim harus mendengarkan keterangan kedua belah pihak,
sehingga dengan demikian Judex Juris telah melakukan keberpihakan
dalam perkara a quo dengan memutus mendengar keterangan sepihak
saja (hanya memori kasasi Pemohon Kasasi) tanpa memberikan respon
sedikitpun, sejauh mana yang diajukan oleh pihak Termohon Kasasi
sebagai alasan-alasan kontra memori kasasi;
• Bahwa oleh karena dalam putusan Judex Juris yang tidak
mempertimbangkan kontra memori kasasi dari Pemohon Peninjauan
Kembali/Termohon Kasasi/Tergugat dan penilaian tentang persamaan
pada pokoknya merek terkenal, iktikad tidak baik tidaklah jelas apa yang
menjadi dasar-dasar pertimbangan hukum tersebut, maka kami akan
sampaikan dalam pemeriksaan perkara ini apa yang dipertimbangkan
oleh Judex Juris telah terungkap pada tingkat Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat;
• Bahwa berdasarkan alasan-alasan pengajuan kontra memori kasasi dalam
pemeriksaan perkara a quo bahwa sengketa antara merek BIORF dengan
Biore adalah jelas tidak memiliki persamaan pada pokoknya dan telah
melewati tahap-tahap sebagaimana yang dipersyaratkan oleh Undang-
Undang mengenai pendaftaran Merek;
Putusan Komisi Banding Bidang Merek Nomor 283/KBM/HKI/2010 Tertanggal 1 Juli
2010:
• Bahwa apabila kita merujuk pada Keputusan Komisi Banding Merek Nomor
283/KBMIHK112010 tertanggal 1 Juli 2010 adalah sah dan dibenarkan serta
tidak menyalahi peraturan perundang-undangan di Indonesia dan Judex Facti
yang memeriksa pada tingkat Pertama mempunyai keyakinan bahwa keputusan
komisi banding tersebut telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
tentang pendaftaran merek yang pada intinya antara merek BIORF dengan Biore
tidak memiliki persamaan pada pokoknya;
Hal.25 dari 32 hal. Putusan Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa cukup beralasan untuk dipertimbangkan kembali pada tingkat Peninjauan
Kembali dalil Kontra Memori Kasasi bahwa Judex Facti dalam pertimbangan
hukumnya berdasarkan bukti-bukti atau menghubungkan fakta satu dengan
fakta-fakta lain dalam persidangan, maka Majelis Hakim dapat mempergunakan
keyakinannya, atau dengan kata lain keyakinan hakim merupakan salah satu
sumber hukum pembuktian yang bersifat material yang dapat mempengaruhi isi
dan pembentukan hukum;
• Bahwa sesuai dengan Putusan MARI Nomor 3136 K/Pdt/1983, tanggal 6 Maret
1985, menyatakan “walaupun dalam perkara perdata, kebenaran yang hendak
dicari adalah kebenaran formil, akan tetapi pada dasarnya bagi perkara perdata
tidak dilarang untuk mencari dan menemukan kebenaran materil;”
• Bahwa dengan demikian sistem pembuktian tidak lagi berdasarkan kepada
kebenaran formil saja, tetapi juga kepada kebenaran materil, artinya walaupun
alat bukti telah mencukupi secara formal, namun hakim tidak boleh memutus
perkara kalau tidak yakin hal tersebut terbukti secara materil;
• Bahwa cukup beralasan untuk dipertimbangkan kembali pada tingkat Peninjauan
Kembali dalil Kontra Memori Kasasi bahwa Judex Facti dalam pertimbangan
hukumnya yang mengadopsi Pertimbangan Hukum Majelis Komisi Banding
Merek yang menyatakan bahwa, Bunyi merupakan unsur daya pembeda yang
tinggi sehingga perbedaan lafal antara merek BIORF dan Merek Biore’ yang
tidak sama tidak akan membuat masyarakat terkecoh dan mengaitkan merek
tersebut satu sama lain;
• Bahwa masih dalam putusan Komisi Banding, dinyatakan tentang adanya
perbedaan secara fonetik antara merek BIORF dengan Biore’ yang memiliki
daya pembeda sehingga masih dapat dilihat sebagai 2 merek yang tidak sama
adalah sudah benar dan tepat, oleh karena Judex Facti juga mempunyai
keyakinan dan pendapat yang sama dengan Majelis Komisi Banding Merek;
• Bahwa dukungan juridis Judex Facti terhadap putusan Komisi Banding Merek
tentunya didasari oleh keyakinan juridis, bahwa sesuai dengan Pasal 33 Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, Majelis Komisi Banding Merek
adalah sebagai badan khusus independen yang telah melakukan pengkajian dan
penilaian serta pengujian melalui proses persidangan yang dalam, khususnya
terhadap pertimbangan Direktorat Jenderal HAKI dalam penerapan ketentuan
Pasal 4, 5 dan 8 Undang-Undang RI Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek;
Hal.26 dari 32 hal. Put. Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa oleh karena itu persamaan pendapat antara Majelis Komisi Banding
Merek dengan Pendapat Majelis Judex Facti dapat dibenarkan, dan tidak ada
satu ketentuan Perundang-Undangan di Indonesia yang Melarang , tidak
membenarkan Judex Facti mempunyai pendapat dan pandangan yang sama
dengan Pertimbangan Hukum Majelis Komisi Banding Merek tersebut;
• Bahwa cukup beralasan untuk dipertimbangkan kembali pada tingkat Peninjauan
Kembali dalil Kontra Memori Kasasi Bahwa Pertimbangan Judex Facti yang
menyatakan antara Merek BIORE dan BIORF tidak terdapat lagi konsep
persamaan dengan telah diterimanya pendaftaran kedua merek tersebut melalui
proses pemeriksaan formalitas, pemeriksaan Substantif, pengumuman dan
sertifikasi adalah sudah benar dan tepat oleh karena Judex Facti mengambil
kesimpulan tersebut adalah berdasarkan alasan-alasan yang sudah diuraikan
sebelumnya dalam pertimbangan hukumnya mulai dari halaman 55 sampai
dengan halaman 59 putusannya;
• Bahwa untuk menentukan apakah ada persamaan pada pokoknya atau tidak,
maka tidak cukup hanya berdasarkan persamaan dari bagian-bagian merek
tersebut, dapat dianggap ada persamaan secara keseluruhan;
• Bahwa justru dalam perkara a quo, yang harus diperhatikan adalah titik- titik
perbedaan sehingga dapat dinilai selanjutnya memiliki persamaan atau tidak,
kesan keseluruhan dari merek-merek bersangkutan kepada khalayak ramai itulah
yang dikedepankan untuk diperhatikan, apakah ada persamaan atau tidak;
Jadi pertama-tama harus dilihat pada tingkat lahiriah dari merek bersangkutan, kesan
dari merek itu jika dipandang oleh khalayak ramai yang menentukan apakah terdapat
persamaan dalam suara atau arti sesuatu merek;
• Bahwa oleh karena antara merek BIORF dan Biore’ memiliki unsur ataupun
elemen pembeda yang dapat terlihat secara dominan yakni R-E dan R-F maka
secara nyata hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu untuk penilaian bahwa
atas kedua merek tidak memiliki persamaan dan jelas memiliki daya pembeda
pula sehingga cukup beralasan untuk dipertimbangkan;
• Bahwa apabila diperbandingkan merek BIORF dengan Merek Biore’ secara jelas
ternyata bahwa baik bunyi ucapan, cara penulisan dengan hurufnya memiliki
kesan tersendiri atau khusus pada setiap merek maka dapat disimpulkan pada
bagian ini bahwa merek BIORF (yang pada Produk melekat huruf TM dan
Hal.27 dari 32 hal. Putusan Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
tulisan mandarin) dengan Biore’ tidak memiliki Persamaan pada Pokoknya
maupun secara keseluruhannya yang kemudian dapat disebut jelas memiliki daya
pembeda, sebagaimana terlihat dalam fakta merek berikut ini:
• Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali/Termohon Kasasi/Tergugat membantah
dengan tegas dalam Kontra Memori Kasasinya terhadap dalil Termohon
Peninjauan Kembali/Pemohon Kasasi/Penggugat yang menyatakan ada
persamaan bunyi ucapan, diantara merek BIORF dengan merek Biore’ serta
mendukung pertimbangan Judex Facti alinea ke-1 halaman 53 putusannya, sebab
jika dicermati secara saksama, merek pada etiket merek BIORF milik Pemohon
Peninjauan Kembali/Termohon Kasasi/ Tergugat dengan merek Biore’ milik
Termohon Peninjauan Kembali/ Pemohon Kasasi/Penggugat sangat jelas
terdapat perbedaan baik bentuk tulisan, cara penempatan, cara penulisan,
kombinasi antara unsur-unsur ataupun bunyi ucapan, dan tanda pembeda yang
tidak mungkin menimbulkan kebingungan atau terkecohnya para konsumen;
• Bahwa Termohon Peninjauan Kembali/Pemohon Kasasi/Penggugat menyatakan
bahwa merek Biore’ adalah merek terkenal jika memang benar keterkenalan
suatu merek tersebut telah diakui khalayak ramai (dalam hat ini merek Biore),
maka tentunya Termohon Peninjauan Kembali/Pemohon Kasasi/Penggugat tidak
perlu khawatir akan adanya kebingungan masyarakat konsumen ataupun akan
persaingan usaha yang terjadi dalam memilih produk yang ingin digunakan oleh
Produsen karena masyarakat jelas-jelas mengerti produk apa saja yang
dibutuhkan dan digunakan;
• Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali/Termohon Kasasi/Tergugat sependapat
dengan pertimbangan Judex Facti halaman 58 putusannya, tentang iktikad baik
dalam pendaftaran Merek yang pada intinya mengatakan bahwa Termohon
Kasasi adalah pendaftar merek yang beriktikad baik sebab tidak ada niat dan
sengaja untuk meniru merek orang lain yang sudah diketahui sebelumnya;
Hal.28 dari 32 hal. Put. Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa oleh karena itu, pertimbangan hukum Judex Juris yang menyebutkan
Pemohon Peninjauan Kembali beritikad tidak baik sangatlah tidak relevan karena
Merek dagang Pemohon Peninjauan Kembali telah terdaftar dalam Daftar Umum
Merek dan sebagaimana diketahui bahwa Merek dagang hanya dapat didaftarkan
oleh pemilik Merek yang beriktikad baik;
• Bahwa dengan demikian Judex Juris dalam perkara a quo telah lalai dalam
memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan
yang mengakibatkan kelalaian itu dengan batalnya putusan dalam perkara a quo;
• Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas, pertimbangan-pertimbangan
hukum yang dikemukakan oleh Judex Juris a quo jelas menunjukkan adanya
kekhilafan atau kekeliruan yang nyata, karena pertimbangan - pertimbangan
hukum Judex Juris tanpa disertai alasan-alasan dan dasar hukum. Pertimbangan-
pertimbangan hukum Judex Juris tersebut adalah pertimbangan-pertimbangan
putusan yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum, sehingga putusan Judex
Juris a quo adalah putusan yang membenarkan tidak sah menurut hukum
(onwettig) menjadi sah (wettig); Dengan demikian, beralasan menurut hukum
apabila putusan Judex Juris a quo harus dibatalkan dalam pemeriksaan tingkat
peninjauan kembali;
Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan peninjauan kembali tersebut
Mahkamah Agung berpendapat:
Bahwa alasan tersebut dapat dibenarkan, oleh karena setelah meneliti secara
saksama alasan peninjauan kembali tanggal 3 Juli 2013 dan jawaban alasan peninjauan
kembali tanggal 21 Agustus 2013 dihubungkan dengan pertimbangan Judex Juris,
dalam hal ini Mahkamah Agung telah melakukan kekeliruan yang nyata dengan
pertimbangan sebagai berikut:
• Bahwa merek Pemohon Peninjauan Kembali/Tergugat yaitu BIORF tidak
mempunyai/memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek Termohon
Peninjauan Kembali/Penggugat BIORE baik persamaan bunyi (sound) atau
fonetic (phonetics) sebagaimana dengan cermat telah dipertimbangkan oleh
Komisi Banding Merek (1 Juli 2010) dan dikuatkan oleh Judex Facti Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat;
• Bahwa dengan demikian walaupun merek Termohon Peninjauan Kembali/
Penggugat telah terdaftar tahun 1997 dan Pemohon Peninjauan Kembali/
Hal.29 dari 32 hal. Putusan Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Tergugat tahun 2006/sertifikat merek 2011 untuk kelas yang sama (3), namun
persamaan hanya kata BIO adalah milik umum yang berarti hidup;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah
Agung berpendapat terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan
peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan Kembali: PT.
SINTONG ABADI tersebut, dan membatalkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 590
K/ Pdt.Sus/2012 tanggal 21 Januari 2013 selanjutnya Mahkamah Agung akan mengadili
kembali perkara ini dengan amar sebagaimana yang akan disebutkan di bawah ini;
Menimbang, bahwa karena permohonan peninjauan kembali dari Pemohon
Peninjauan Kembali dikabulkan, maka Termohon Peninjauan Kembali dihukum untuk
membayar biaya perkara dalam semua tingkat peradilan dan pemeriksaan peninjauan
kembali;
Memperhatikan, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek,
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana yang telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, serta peraturan perundang-undangan lain yang
bersangkutan;
M E N G A D I L I:
Mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan
Kembali: PT. SINTONG ABADI tersebut;
Membatalkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 590 K/Pdt.Sus/2012 tanggal 21
Januari 2013;
MENGADILI KEMBALI:
Dalam Eksepsi:
• Menolak eksepsi Tergugat;
Dalam Pokok Perkara:
• Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
Menghukum Termohon Peninjauan Kembali untuk membayar biaya perkara
dalam pemeriksaan peninjauan kembali ini sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah);
Hal.30 dari 32 hal. Put. Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim pada
Mahkamah Agung pada hari Rabu tanggal 5 Maret 2014 oleh Prof. Dr.
Valerine J.L. Kriekhoff, S.H., M.A., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua
Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Prof. Dr. Abdurrahman, S.H., M.H., dan Prof.
Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LL.M., Hakim-hakim Agung, masing-masing sebagai
Anggota, putusan tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu
juga oleh Ketua dan dihadiri oleh Anggota-anggota tersebut dengan dibantu oleh Endah
Detty Pertiwi, S.H., M.H., Panitera Pengganti tanpa dihadiri oleh para Pihak.
Hakim Hakim Anggota, Ketua Majelis,
Ttd./ Ttd./
Prof. Dr. Abdurrahman, S.H., M.H. Prof. Dr. Valerine J.L. Kriekhoff, S.H., M.A.
Ttd./
Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LL.M.
Panitera Pengganti,
Ttd./
Endah Detty Pertiwi, S.H., M.H.
Biaya-biaya:1 Meterai : Rp6.000,00;2 Redaksi : Rp5.000,00;3 Administrasi
Peninjauan kembali : Rp9.989.000,00; +Jumlah :Rp10.000.000,00;
Untuk Salinan:
MAHKAMAH AGUNG RI
Atas nama Panitera,
Panitera Muda Perdata Khusus,
Hal.31 dari 32 hal. Putusan Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
RAHMI MULYATI,S.H.,M.H.NIP. 19591207 1985 12 2 002
Hal.32 dari 32 hal. Put. Nomor 127 PK/Pdt.Sus-HKI/2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
P U T U S A N
No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
M A H K A M A H A G U N G
memeriksa perkara perdata khusus hak atas kekayaan intelektual (merek) dalam tingkat
kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara :
Kao Corporation, suatu perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum
Negara Jepang, berkedudukan di 14-10, Nihonbashi Kayabacho, 1-
Chome, Chuo-ku, Tokyo, Japan, yang diwakili oleh Shunici Nakagawa,
selaku Member of the Board, Executive Vice President, dalam hal ini
memberi kuasa kepada Purnomo Suryomurcito, SH., dan Nidya
Kalengke, SH, para Advokat, berkantor di Level 15, One Pacific Place,
SCBD, Jalan Jenderal Sudirman, Kav. 52-53, Jakarta 12910,
berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 14 Desember 2011;
Pemohon Kasasi dahulu Penggugat ;
m e l a w a n :
P.T. Sintong Abadi, perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan
hukum Negara Republik Indonesia, yang diwakili oleh Indrawan
Haslim, selaku Direktur, berkedudukan di Jalan Duku, Kelurahan
Kedai Ledang, Kota Kisaran Timur, Asahan 21224, dalam hal ini
memberi kuasa kepada Edi Negara Siahaan, S.H., M.H., dan kawan-
kawan, para Advokat pada Law Firm “Indo Legal Consult”, berkantor
di Majapahit Centre, Jalan Majapahit/Mergat, No. 8, Medan, Sumatera
Utara, berdasarkan surat kuasa khusus, tanggal 29 Juni 2012;
Termohon Kasasi dahulu Tergugat ;
d a n :
Pemerintah Republik Indonesia Cq. Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Rl. Cq. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual Cq. Direktorat Merek, beralamat di Jl. Daan Mogot Km.
24, Tangerang, Banten 15119, Turut Termohon Kasasi dahulu Turut
Tergugat ;
Mahkamah Agung tersebut ;
Membaca surat-surat yang bersangkutan ;
Hal. 1 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang Pemohon
Kasasi dahulu sebagai Penggugat telah menggugat sekarang Termohon Kasasi dan
Turut Termohon Kasasi dahulu sebagai Tergugat dan Turut Tergugat di muka
persidangan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada pokoknya
atas dalil-dalil :
1 Bahwa gugatan pembatalan ini adalah untuk membatalkan merek-merek atas nama
Tergugat yang terdaftar di Daftar Umum Merek pada Kantor Turut Tergugat sebagai
berikut (selanjutnya disebut "Merek Tergugat").
BIORF Merek: BIORF
Daftar No.:IDM000292510
Tanggal Pendaftaran: 7 Februari 2011Tanggal Penerimaan: 14 Desember 2006Kelas: 3
Jenis Barang: Segala macam kosmetika, segala macam beak untuk wanita dan anak-anak, wangi-wangian/minyak wangi, lotion kulit, shampo, sabun mandi, sabun cuci, sabun cuci cair, cream-cream kulit, cream-cream muka, handbody, kapas kecantikan, cat rambut, kutek kuku, deodorant stick, lipstik.
Yurisdiksi Hukum
2 Bahwa telah di atur dalam ketentuan dalam Pasal 68 ayat (4) Undang-Undang
Merek:
"Dalam hal Penggugat atau Tergugat bertempat tinggal di luar wilayah
Negara Republik Indonesia, gugatan diajukan kepada Pengadilan Niaga di
Jakarta".
3 Bahwa, dengan mempertimbangkan tempat tinggal Penggugat di luar wilayah
Negeri Republik Indonesia yaitu di Tokyo, Jepang, maka berdasarkan ketentuan di
atas gugatan pembatalan merek ini diajukan pada Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri/Niaga Jakarta Pusat.
4 Sebagaimana di atur dalam Pasal 68 ayat (1) Undang-Undang Merek :
"Gugatan pembatalan pendaftaran Merek dapat diajukan oleh pihak yang
berkepentingan berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,
Pasal 5, atau Pasal 6",
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
5 Berdasarkan ketentuan di atas, Penggugat adalah pihak yang berkepentingan oleh
karena Penggugat adalah pemilik merek terkenal BIORE yang telah terdaftar di
Indonesia di mana dalam hal ini merek tersebut pada pokoknya memiliki persamaan
dengan Merek BIORF milik Tergugat.
6 Gugatan pembatalan merek ini didasarkan pada alasan pelanggaran terhadap
ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 4, Pasal 5 butir (a) dan Pasal 6
ayat (1) butir (a) dan (b), dan Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Merek sebagai
berikut:
• Pasal 4:
"Merek tidak dapat didaftar atas dasar Permohonan yang diajukan oleh
Pemohon yang beriktikad tidak baik".
• Pasal 5 butir (a):
"Merek tidak dapat didaftar apabila Merek tersebut mengandung salah
satu unsur di bawah ini:
a bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum".
• Pasal 6 ayat (1) butir (a) dan (b):
"(1) Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek
tersebut:
a mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek milik
pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang
sejenis;
b mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek yang
sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis."
• Pasal 6 ayat (2):
"(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat
pula diberlakukan terhadap barang dan/atau jasa yang tidak sejenis
sepanjang memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah."
Tenggang waktu pengajuan gugatan
7 Sebagaimana diatur pula dalam Pasal 69 Undang-Undang Merek:
"(1) Gugatan pembatalan pendaftaran Merek hanya dapat diajukan dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal pendaftaran Merek.
Hal. 3 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
(2) Gugatan pembatalan dapat diajukan tanpa batas waktu apabila Merek yang
bersangkutan bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan, atau
ketertiban umum".
8 Pada faktanya, Merek Tergugat terdaftar pada tanggal 7 Februari 2011 atau kurang
dari jangka waktu 5 (tahun) sebagaimana di atur dalam ketentuan Pasal 69 ayat (1)
di atas. Sehingga, dengan demikian gugatan ini diajukan masih dalam tenggang
waktu yang ditentukan.
Persamaan pada pokoknya
9 Bahwa, sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (1) butir (a) Undang-Undang Merek,
permohonan merek harus ditolak apabila merek tersebut mempunyai persamaan
pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik pihak lain yang sudah
terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis.
10 Bahwa Penjelasan Pasal 6 ayat (1) butir (a) Undang-Undang Merek menyebutkan:
"Yang dimaksud dengan persamaan pada pokoknya adalah kemiripan yang
disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antara Merek yang satu
dan Merek yang lain, yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan
baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara penulisan atau kombinasi
antara unsur-unsur ataupun persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam
merek-merek tersebut."
11 Bahwa dengan memperhatikan pada ketentuan di atas, dapat dipahami bahwa untuk
menilai ada atau tidaknya persamaan antara merek-merek adalah ditentukan dari
adanya kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol dari
merek yang satu dan yang lainnya.
Sehingga, dalam hal terdapat persamaan bentuk, cara penempatan, cara penulisan
yang terdapat dalam merek-merek, atau kombinasi antara unsur-unsur dapat dinilai
bahwa kedua merek memiliki persamaan pada pokoknya.
12 Bahwa, merek-merek BIORE milik Penggugat yang telah terdaftar pada Daftar
Umum Merek terlebih dahulu dari pada Merek Tergugat-merek yang paling pertama
terdaftar adalah merek BIORE yang pertama kali diajukan permohonannya pada
tanggal 17 Juni 1982 dan terdaftar di bawah Daftar No. 164670 pada tanggal 17 Juni
1982, diperpanjang dengan Daftar No. 301846 tertanggal 27 Oktober 1993,
diperpanjang kedua kali di bawah Daftar No. 496355 tertanggal 31 Desember 2001
yang hingga saat ini berlaku (selanjutnya disebut dengan "Merek BIORE"),
memiliki persamaan pada pokoknya dengan Merek Tergugat-dalam hal ini antara
kedua merek secara visual memiliki persamaan bentuk, cara penempatan, cara
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
penulisan. Berikut adalah tampilan perbandingan antara Merek BIORE milik
Penggugat dan Merek Tergugat:
Tabel Perbandingan -1
Persamaan pada Pokoknya dengan Merek Terdaftar sebelumnya
Merek BIORE milik Penggugat Daftar No. 496355 Merek BIORF atas nama Tergugat Daftar No. IDM000292510
BIORE BIORF
Selain Merek BIORE milik Penggugat sebagaimana ditampilkan pada Tabel
Perbandingan di atas, Penggugat telah memperoleh perlindungan di Indonesia
terhadap merek-merek yang mengandung unsur kata 'BIORE' sebagaimana akan
ditunjukkan pada persidangan pembuktian perkara ini. Dapat dibuktikan bahwa
semua merek-merek tersebut memiliki persamaan pada pokoknya dengan Merek
Tergugat;
13 Pada faktanya, dapat dilihat dari Tabel Perbandingan-I di atas bahwa, kedua merek
adalah merek kata yang sama-sama yang terdiri dari 5 (lima) huruf. Dari kelima
huruf dalam masing-masing merek, 4 (empat) huruf pertama terdiri dari huruf-huruf
yang sama, yaitu: B, I, O, R dan ditempatkan dalam urutan yang sama. Kedua merek
yang dibandingkan di atas, juga dituliskan dengan cara yang sama, yaitu dengan
menggunakan huruf-huruf besar balok. Secara keseluruhan visual terlihat bahwa,
hanya 1 unsur yang menyisakan perbedaan antara kedua merek yang dibandingkan,
yaitu huruf terakhir dari masing-masing merek-huruf E pada Merek BIORE; dan,
huruf F pada Merek BIORF.
Persamaan Jenis Barang
Hal. 5 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
14 Bahwa jenis barang yang dilindungi oleh Merek Tergugat adalah sejenis dengan
jenis barang yang dilindungi dengan Merek BIORE milik Penggugat yang terdaftar
lebih dahulu.
Berikut adalah tampilan perbandingan jenis barang yang dilindungi oleh Merek
BIORE milik Penggugat dan Merek Tergugat:
Tabel Perbandingan-II A
Persamaan Jenis Barang Merek Tergugat dengan Merek Terdaftar sebelumnya
Jenis Barang
Kelas 3
Merek BIORE milik Penggugat
Daftar No. 496355
Jenis BarangKelas 3
Merek BIORF atas nama Tergugat
Daftar No. IDM000292510
Sabun-sabun, busa-busa untuk membersihkan, wangi-wangian, kosmetika, shampoo-shampoo, sediaan-sediaan untuk membersihkan rambut, sediaan-sediaan untuk perawatan rambut.
Segala macam kosmetika, segala macam bedak untuk wanita dan anak-anak, wangi-wangian/minyak wangi, lotion kulit, shampo, sabun mandi, sabun cuci, sabun cuci cair, cream-cream kulit, cream-cream muka, handbody, kapas kecantikan, cat rambut, kutek kuku, deodorant stick, lipstik.
15 Dapat dibuktikan bahwa semua jenis barang-barang yang diajukan perlindungannya
oleh Tergugat, adalah barang-barang yang sejenis dengan barang-barang yang telah
dilindungi dalam pendaftaran Merek BIORE milik Penggugat.
Berikut ini akan dijelaskan lebih rinci perbandingan jenis barang antara Merek
Tergugat dan Merek BIORE yang telah terdaftar lebih dulu atas nama Penggugat.
TABEL PERBANDINGAN-II B
Perbandingan Jenis Barang Merek Tergugat dengan Merek Terdaftar sebelumnya
Jenis Barang
Kelas 3
Merek BIORE milik Penggugat
Daftar No. 496355
Jenis Barang Kelas 3
Merek BIORF atas nama Tergugat
Daftar No. IDM000292510
Sabun-sabun sabun mandi; sabun cuci;
sabun cuci cair;
busa-busa untuk membersihkanwangi-wangian wangi-wangian/minyak wangi,Kosmetika segala macam kosmetika; segala macam
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
bedak untuk wanita dan anak-anak; lotion kulit; cream-cream kulit; cream-cream muka; handbody; kapas kecantikan; kutek kuku; deodorant stick; lipstick;
shampoo-shampoo shampoo;sediaan-sediaan untuk membersihkan rambut; sediaan-sediaan untuk perawatan rambut;
cat rambut;
Keterkenalan Merek BIORE
16 Bahwa, sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (1) butir (b) Undang-Undang Merek,
permohonan merek harus ditolak apabila mempunyai persamaan pada pokoknya
atau keseluruhannya dengan Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk
barang dan/atau jasa sejenis.
17 Bahwa Penjelasan Pasal 6 ayat (1) butir (b) Undang-Undang Merek menyebutkan:
"Penolakan Permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhan dengan Merek terkenal untuk barang dan/atau jasa yang sejenis
dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai
Merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan. Di samping itu,
diperhatikan pula reputasi Merek terkenal yang diperoleh karena promosi
yang gencar dan besar-besaran, investasi di beberapa negara di dunia yang
dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran Merek tersebut di
beberapa Negara.
Apabila hal-hal di atas belum dianggap cukup, Pengadilan Niaga dapat
memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri untuk melakukan survei guna
memperoleh kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya Merek yang
menjadi dasar penolakan."
18 Merek BIORE milik Penggugat adalah merek terkenal di banyak negara di dunia.
19 Merek BIORE milik Penggugat telah diterima secara baik oleh masyarakat atau
konsumen di Indonesia. Hal ini juga adalah sebagaimana telah dinyatakan dalam
surat Tergugat yang diwakili oleh kuasa hukumnya, yaitu para advokat yang
berkantor di Indo Legal Consult Law Firm, yaitu Surat tertanggal 20 Desember
2011, dengan Ref No. 067/ILC/XI1/2011.
20 Merek BIORE milik Penggugat telah mendapatkan sejumlah penghargaan
konsumen di Indonesia, termasuk namun tidak terbatas pada penghargaan-
penghargaan sebagai berikut:
Hal. 7 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
a IBBA (Indonesia Best Brand Award); and
b ICSA (Indonesia Consumer Satisfaction Award).
21 Merek terkenal BIORE milik Penggugat memiliki sejarah penggunaan yang panjang
baik di Negara asalnya yaitu Jepang maupun di Indonesia. Pada khususnya, merek
terkenal BIORE telah digunakan di Indonesia sejak bulan Februari 1980.
22 Pada tanggal saat diajukannya permohonan pendaftaran Merek Tergugat, Merek
BIORE milik Penggugat telah terdaftar secara internasional. Selain di negara
asalnya di Jepang dan di Indonesia, Merek BIORE milik Penggugat telah terdaftar di
banyak negara di dunia.
23 Merek BIORE milik Penggugat juga telah mendapatkan pengakuan sebagai merek
terkenal dari lembaga-lembaga yang berwenang di negara-negara di luar negeri.
24 Penggugat telah melakukan investasi secara besar-besaran, termasuk namun tidak
terbatas dalam mempromosikan Merek BIORE yang dimilikinya.
25 Penjualan produk-produk dengan Merek BIORE telah mencapai angka penjualan
yang tinggi.
26 Merek terkenal BIORE milik Penggugat memiliki persamaan pada pokoknya
dengan Merek Tergugat, pada khususnya persamaan secara visual dengan Merek
Tergugat:
TABEL PERBANDINGAN-III
Persamaan pada Pokoknya dengan Merek Terkenal
Merek Terkenal BIORE milik Penggugat Merek BIORF atas nama Tergugat
BIORE BIORF
27 Merek Tergugat telah terdaftar di kelas 3 untuk barang-barang yang sejenis dengan
barang-barang yang telah dikenal masyarakat sebagai barang-barang dihasilkan dan/
atau berasal dari Penggugat dengan menggunakan Merek BIORE, pada khususnya
barang-barang yang diklasifikasikan dalam kelas barang internasional 3 (tiga)
termasuk namun tidak terbatas pada jenis barang sabun-sabun pembersih muka dan
sabun pencuci tangan.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
28 Sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Merek mengatur bahwa
permohonan merek harus ditolak jika memiliki mempunyai persamaan pada
pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek yang sudah terkenal milik pihak lain
untuk barang dan/atau jasa tidak sejenis.
29 Walaupun ketentuan Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Merek mengatur bahwa
penolakan permohonan merek dengan dasar persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya untuk barang dan/atau jasa tidak sejenis akan ditetapkan lebih lanjut
dengan peraturan pemerintah, dan, walaupun sampai saat ini peraturan pemerintah
tersebut belum pernah diundangkan, namun demikian perlindungan merek terkenal
untuk barang tidak sejenis sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Merek adalah
kewajiban Indonesia untuk menegakkan hukum atas perlindungan hak kekayaan
intelektual. Hal ini merupakan konsekuensi dari keikutsertaan Indonesia sebagai
anggota World Trade Organization (WTO) untuk melaksanakan ketentuan
Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan
TRIPS) sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 7 Tahun 1994 tentang
Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan
Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia). Dalam Pasal TRIPS dijabarkan
tujuan dari perlindungan dan penegakan hak kekayaan intelektual, yaitu sebagai
berikut.
"Perlindungan dan penegakan hukum hak kekayaan intelektual bertujuan
untuk mendorong timbulnya inovasi, pengalihan, dan penyebaran teknologi
dan diperoleh manfaat bersama antara penghasilan dan pengguna
pengetahuan teknologi, menciptakan kesejahteraan sosial dan ekonomi serta
keseimbangan antara hak dan kewajiban."
Berdasarkan hal di atas pula, baik Pengadilan Niaga maupun Mahkamah Agung
dalam banyak perkara pembatalan pendaftaran merek, dalam memutuskan
pembatalan suatu pendaftaran merek dengan dasar memiliki persamaan dengan
merek terkenal untuk barang dan/atau tidak sejenis, pada khususnya dengan adalah
dengan mempertimbangkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1 Pasal 6 bis Konvensi Paris:
"(1) The countries of the Union undertake, ex officio if their legislation
so permits, or at the request on an interest party, to refuse or to cancel
the registration and to prohibit the use of trademark which constitutes
a reproduction, an imitation or a translation, liable to create
confusion, of a mark considered by the competent authority of the
Hal. 9 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
country registration or to use well-known in that country as being
already the marks of a person entitled to the benefit of this Convention
and used for identical or similar goods. These provision shall also
apply when the essential part of the marks constitutes a reproduction
of any such well-known mark or imitation liable to create confusion
therewith."
Apabila diperhatikan maka yang diatur dalam ketentuan di atas dapat di
mengerti sebagai berikut:
Negara Peserta diminta (baik berdasarkan perundang-undangan merek
yang dimiliki atau permintaan pihak yang berkepentingan) menolak
permohonan pendaftaran atau membatalkan pendaftaran dan melarang
penggunaan merek yang memiliki persamaan, merupakan tiruan atau
terjemahan, atau dapat menimbulkan kebingungan (dan seterusnya)
dari suatu merek yang menurut pertimbangan pihak yang berwenang
di negara penerima pendaftaran merupakan merek terkenal atau telah
dikenal luas sebagai merek milik pihak atau seseorang yang berhak
memperoleh perlindungan sebagaimana diatur dalam konvensi dan
digunakan pada produk yang sama atau sejenis. Ketentuan ini juga
berlaku ketika bagian yang esensial dari merek yang mengandung
persamaan dengan atau tiruan dari suatu merek terkenal yang akan
menimbulkan kebingungan.
2 Pasal 6 bis Konvensi Paris tersebut kemudian diadopsi Pasal 16 ayat (2) dan
(3) TRIPs:
"(2) Article 6 bis of the Paris Convention (1967) shall apply, mutatis
mutandis to services. In the determining whether a trademarks is well-
known. Members shall take account of the public including knowledge
in the Member concerned which has been obtained as a result of the
promotion of the trademarks."
(3) Article 6 bis of the Paris Convention (1967) shall apply, mutatis
mutandis, to goods or services which are not similar to those in respect
of which trademarks is registered, provided that use that trademarks in
relation to those goods or services would indicate a connection between
those goods or services and the owner of the registered trademarks and
provided that the interest of the owner of the registered trademarks are
likely be damaged by such use."
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Konvensi Paris yang telah berlaku di Indonesia sejak tahun 1 Januari 2000,
melarang pendaftaran atau penggunaan merek yang memiliki persamaan
dengan merek terkenal untuk barang tidak sejenis, jika penggunaan merek
tersebut kemudian menimbulkan indikasi adanya hubungan antara pemilik
merek terkenal dengan merek terdaftar tersebut, dalam hal ini kepentingan
dari pemilik merek terkenal menjadi terganggu.
30 Dalam hal Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat c.q. Majelis Hakim tidak
berpendapat bahwa Merek Tergugat didaftarkan untuk barang-barang yang sejenis
dengan barang-barang dengan merek terkenal BIORE yang telah dikenal berasal dari
Penggugat, maka mohon dipertimbangkan alasan Penggugat mengajukan gugatan
pembatalan ini adalah juga dengan dasar bahwa Merek Tergugat memiliki
persamaan pada pokoknya untuk barang-barang tidak sejenis, berdasarkan
pertimbangan hukum sebagaimana diuraikan di atas.
Itikad tidak baik
31 Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Merek, suatu merek tidak dapat didaftar
atas dasar permohonan yang diajukan oleh pemohon yang beriktikad tidak baik.
32 Tergugat adalah pemohon yang beriktikad tidak baik dalam mengajukan
permohonan pendaftaran Merek Tergugat, pada khususnya:
a Pada saat mengajukan permohonan pendaftaran Merek Tergugat, Tergugat telah
mengetahui bahwa merek yang diajukannya, dalam hal ini Merek BIORF yang
diajukan permohonan pendaftarannya memiliki persamaan dengan Merek
BIORE milik Penggugat;
b Pada saat mengajukan permohonan pendaftaran Merek Tergugat, Tergugat telah
mengetahui bahwa merek yang diajukannya, dalam hal ini Merek BIORF yang
diajukan permohonan pendaftarannya memiliki persamaan dengan Merek
BIORE yang telah terkenal;
c Tergugat bermaksud untuk menggunakan Merek Tergugat untuk barang-barang
yang sejenis dengan barang-barang yang diberikan perlindungan dalam
pendaftaran Merek BIORE milik Penggugat;
d Tergugat bermaksud untuk menggunakan Merek Tergugat untuk barang-barang
yang tidak sejenis dengan barang-barang yang telah diberikan perlindungannya
melalui pendaftaran-pendaftaran Merek BIORE milik Penggugat.
Ketertiban Umum
33 Sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (a) Undang-Undang Merek, merek tidak
dapat didaftar apabila Merek tersebut mengandung salah satu unsur berikut:
Hal. 11 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama,
kesusilaan, atau ketertiban umum.
34 Penjelasan Pasal 5 ayat (a) Undang-Undang Merek mengatur bahwa yang dimaksud
dengan "bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum adalah apabila penggunaan tanda
tersebut dapat menyinggung perasaan, kesopanan, ketenteraman, atau keagamaan
dari khalayak umum atau dari golongan masyarakat tertentu".
35 Perasaan, ketenteraman dari khalayak umum atau dari golongan masyarakat di
Indonesia, tentunya akan terganggu oleh karena keadaan perekonomian yang
terganggu dan adanya ketidakpastian hukum yang disebabkan oleh adanya
pendaftaran merek-merek yang diajukan berdasarkan permohonan dari pihak
pemohon yang memiliki iktikad tidak baik, sebagai contoh adalah permohonan
Merek Tergugat yang kemudian terdaftar. Pada khususnya, fakta bahwa suatu merek
diajukan berdasarkan permohonan yang beriktikad tidak baik dan diterima
pendaftarannya oleh Turut Tergugat, jelas-jelas telah mengganggu iklim investasi di
Indonesia.
Pembuktian
36 Bahwa semua alasan-alasan hukum dan fakta-fakta tersebut di atas, akan didukung
dengan bukti-bukti yang akan disampaikan pada persidangan pembuktian.
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Penggugat mohon kepada Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat agar memberikan putusan sebagai berikut :
1Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;
2Menyatakan bahwa Merek BIORF Daftar No. IDM000292510 atas nama Tergugat
memiliki persamaan pada pokoknya untuk barang sejenis dengan merek yang
telah terdaftar lebih dulu milik Penggugat yaitu merek BIORE Daftar
No.496355 ;
3Menyatakan bahwa Merek BIORE milik Penggugat sebagai merek terkenal;
4Menyatakan bahwa Merek BIORF Daftar No. IDM000292510 atas nama Tergugat
memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek terkenal BIORE untuk
barang sejenis;
5Menyatakan bahwa Merek BIORF Daftar No. IDM000292510 atas nama Tergugat
memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek terkenal BIORE untuk
barang tidak sejenis;
6Menyatakan bahwa Tergugat beriktikad tidak baik pada waktu mengajukan
permohonan pendaftaran Merek BIORF Daftar No. IDM000292510;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
7Menyatakan bahwa pendaftaran Merek BIORF Daftar No. IDM000292510 atas
nama Tergugat adalah bertentangan dengan ketertiban umum;
8Membatalkan Merek BIORF Daftar No. IDM000292510 atas nama Tergugat yang
terdaftar dalam Daftar Umum Merek dengan segala akibat hukumnya;
9Memerintahkan juru sita untuk menyampaikan putusan kepada para pihak paling
lama 14 hari setelah putusan atas gugatan pembatalan diucapkan sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang Merek yang berlaku;
10 Memerintahkan Turut Tergugat untuk tunduk dan taat pada putusan Pengadilan
dalam perkara ini dengan melaksanakan pembatalan Merek BIORF Daftar No.
IDM000292510 atas nama Tergugat dari Daftar Umum Merek dengan mencoret
merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dan mengumumkannya
dalam Berita Resmi Merek sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Merek
yang berlaku;
11 Memerintahkan Turut Tergugat untuk memberitahukan secara tertulis kepada
Tergugat dengan menyebutkan alasan pembatalan dan penegasan bahwa sejak
tanggal pencoretan dari Daftar Umum Merek, Sertifikat Merek BIORF Daftar
No. IDM000292510 yang bersangkutan dinyatakan tidak berlaku lagi;
12 Memerintahkan Tergugat untuk menghentikan semua tindakan penggunaan
Merek BIORF Daftar No. IDM000292510 sebagai akibat telah dibatalkannya
pendaftaran Merek BIORF penggunaan Merek BIORF merupakan penggunaan
secara tanpa hak;
13 Menyatakan bahwa sebagai akibat telah dibatalkannya pendaftaran Merek
BIORF, penggunaan Merek BIORF Daftar No. IDM000292510 merupakan
penggunaan secara tanpa hak;
14 Menghukum Tergugat untuk membayar seluruh biaya yang timbul dalam
perkara ini.
Atau:
Jika Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat c.q. Majelis Hakim yang akan mengadili
perkara a quo berpendapat lain, kami mohon agar berkenan memberikan putusan yang
seadil-adilnya (ex aequo et bono).
Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat mengajukan eksepsi
sebagai berikut:
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Tidak Berwenang Untuk Mengadili Perkara Ini.
• Bahwa Penggugat telah keliru mengajukan gugatan pembatalan merek terhadap
Tergugat, melalui Pengadilan Niaga Jakarta Pusat;
Hal. 13 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa UU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek pada Bab XI Tentang Penyelesaian
Sengketa, pada Bagian Kedua, Tentang Tata Cara Gugatan Pada Pengadilan
Niaga, pasal 80 ayat (1) secara tegas telah menyatakan:
"Gugatan pembatalan pendaftaran merek diajukan kepada Ketua Pengadilan
Niaga dalam wilayah hukum tempat tinggal atau domisili Tergugat";
• Bahwa faktanya didukung oleh Penggugat sebagaimana dalam gugatan yang
diajukan oleh Penggugat, menunjukkan domisili atau tempat tinggal Tergugat
adalah di Jalan Duku, Kelurahan Kedai Ledang, kota Kisaran Timur, Asahan
(Sumatera Utara);
• Bahwa sesuai dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 97 tahun
1999 tanggal 18 Agustus 1999, mengenai pembentukan Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Ujung Pandang, Pengadilan Negeri Medan, Pengadilan
Negeri Surabaya, dan Pengadilan Negeri Semarang, pada Pasal 2 ayat 2,
menyebutkan daerah hukum Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan
meliputi wilayah Provinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Bengkulu,
Jambi, dan Daerah Istimewa Aceh;
• Bahwa oleh karena domisili Tergugat berada pada wilayah hukum Pengadilan
Niaga Medan, maka berdasarkan ketentuan Pasal 80 ayat (1) point 1 dan 2
tersebut di atas, secara formal, yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili
sengketa Pembatalan Merek dalam perkara a quo adalah Pengadilan Niaga
dimana Tergugat berdomisili, yakni Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri
Medan, bukan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat;
• Bahwa dengan demikian secara juridis formal, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
tidak berwenang untuk mengadili dan memeriksa Gugatan Penggugat mengenai
Pembatalan Merek BIORF kelas 3 Daftar No. IDM 000292510, melainkan yang
berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara a quo adalah Pengadilan
dimana Tergugat bertempat/berdomisili atau bertempat tinggal yaitu Pengadilan
Niaga Medan;
• Bahwa terhadap dimana akan diajukannya gugatan pembatalan merek bagi
Penggugat yang bertempat tinggal di luar wilayah Negeri Republik Indonesia,
telah terdapat beberapa putusan tentang hal tersebut diantaranya Putusan
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor : 74/Merek/ 2009/PN.Niaga.Jkt.Pst, yang
pertimbangan hukumnya menyatakan "Majelis Hakim berpendapat bahwa
gugatan MATTEL Inc yang berkedudukan/berdomisili di Amerika Serikat tidak
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
dapat diterima karena bukan wilayah kewenangan Jakarta Pusat, seharusnya
gugatan diajukan ke Pengadilan Niaga Surabaya disesuaikan dengan domisili
pihak Tergugat Yong Hwa Wongso Diredjo, sesuai dengan UU No. 15 Tahun
2001 Tentang Merek, bahwa gugatan diajukan di tempat Tergugat (Vide
Sengketa merek Hot Wheels, Mattel Inc lawan Yong Hwa Wongso Diredjo)
serta Keppres No. 97 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Pembagian Wilayah
Pengadilan Niaga”;
• Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas terbukti Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat tidak berwenang mengadili Perkara aquo, oleh karenanya gugatan
Penggugat sudah seharusnya dinyatakan tidak dapat diterima;
Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat telah menjatuhkan putusan, yaitu putusan No. 02/Merek/ 2012/
PN.Niaga.Jkt.Pst., tanggal 24 Mei 2012 yang amarnya sebagai berikut :
Dalam Eksepsi:
• Menolak eksepsi Tergugat;
Dalam Pokok Perkara:
• Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
• Membebankan ongkos perkara kepada Penggugat sebesar Rp.866.000,-
(delapan ratus enam puluh enam ribu rupiah);
Menimbang, bahwa sesudah putusan ini diucapkan pada tanggal 24 Mei 2012
dengan hadirnya kuasa Penggugat kemudian terhadapnya oleh Penggugat dengan
perantaraan kuasanya, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 14 Desember 2011,
diajukan permohonan kasasi secara lisan pada tanggal 12 Juni 2012, sebagaimana
ternyata dari akta permohonan kasasi No. 21 K/HaKI/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst., Jo. No.
02/Merek/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst., yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, permohonan mana disertai dengan memori kasasi yang
diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
tersebut pada tanggal 20 Juni 2012;
Bahwa setelah itu oleh Tergugat yang pada tanggal 25 Juni 2012 telah diberitahu
tentang memori kasasi dari Penggugat diajukan kontra memori kasasi yang diterima di
Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 23
Juli 2012;
Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya telah
diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama, diajukan dalam tenggang waktu dan
Hal. 15 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka oleh karena itu permohonan
kasasi tersebut formal dapat diterima;
Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/
Penggugat dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya ialah:
Judex Facti telah melakukan kesalahan penerapan hukum dalam memberikan
pertimbangan hukum dan memutuskan perkara pembatalan merek dengan dasar hukum
Pasal 76 Undang-Undang Merek
1 Bahwa, Judex Facti dalam putusannya pada halaman 53 sampai dengan halaman
54 menyatakan bahwa:
"Menimbang, bahwa terkait dengan tujuan pokok gugatan Penggugat mengajukan
tuntutan pembatalan merek BIORF milik Tergugat yang telah terdaftar, maka
dengan mengacu pada ketentuan Pasal 76 Undang-Undang Merek hal pokok yang
akan dipertimbangkan selanjutnya adalah sebagai berikut:
• Apakah Merek BIORF mempunyai persamaan pada pokoknya dengan
merek BIORE?"
2 Bahwa, Judex Facti dalam putusannya pada halaman 54 menyatakan bahwa:
"Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 76 UU RI No.15 Tahun 2001
tentang Merek bahwa gugatan hanya dapat diajukan oleh pemilik terdaftar,
dan merek BIORE milik Penggugat telah terdaftar pada Direktorat Merek,
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Indonesia, Departemen
Hukum dan HAM RI".
3 Bahwa, selanjutnya Judex Facti dalam putusannya pada halaman 54 menyatakan
bahwa:
"Menimbang, bahwa alasan merek terkenal tersebut dapat dijadikan untuk
melakukan gugatan terhadap pemilik merek lain, namun bukan sebagai
alasan pembatalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 UU Merek,
karenanya yang utama dibuktikan dalam perkara a quo adalah apakah merek
BIORF memiliki persamaan pada keseluruhannya atau pada pokoknya
dengan merek BIORE".
4 Bahwa, pada halaman 58 putusannya, sebelum memberikan amar putusannya,
Judex Facti menyatakan:
“Memperhatikan, akan pasal undang-undang, khususnya Pasal 76 jo. Pasal 6
ayat 1 huruf b (penjelasan) UU RI No. 15 Tahun 2001 tentang Merek, dan
ketentuan hukum lain yang berkenaan dengan perkara ini ; MENGADILI ..."
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
5 Bahwa, Pasal 76 Undang-Undang Merek yang telah dijadikan dasar hukum oleh
Judex Facti dalam memberikan pertimbangan hukum dan amar putusannya jelas-
jelas bukan merupakan dasar hukum untuk mengajukan Gugatan Pembatalan
Pendaftaran Merek, melainkan merupakan ketentuan yang mengatur tentang
Gugatan atas Pelanggaran Merek, yang bunyinya adalah sebagai berikut :
"(1) Pemilik Merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain
yang secara tanpa hak menggunakan Merek yang mempunyai persamaan
pada pokoknya atau keseluruhannya untuk barang atau jasa yang sejenis
berupa :
a gugatan ganti rugi, dan/atau
b penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan Merek
tersebut.
(2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada
Pengadilan Niaga."
Dasar hukum untuk mengajukan Gugatan Pembatalan Pendaftaran Merek adalah
Pasal 68 Ayat (1) jo. Pasal 4, Pasal 5, atau Pasal 6 Undang-Undang Merek.
Disebutkan dalam Pasal 68 ayat (1) Undang-Undang Merek :
"Gugatan pembatalan pendaftaran Merek dapat diajukan oleh pihak yang
berkepentingan berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,
Pasal 5, atau Pasal 6".
6 Judex Facti dalam memberikan pertimbangan hukumnya telah melakukan
kesalahan dalam menerapkan hukum, pada khususnya kesalahan dalam
mempertimbangkan dan menerapkan ketentuan Pasal 76 Undang-Undang Merek
yang jelas-jelas tidak mengatur ataupun memiliki hubungan dengan gugatan
pembatalan pendaftaran merek.
7 Sudan seharusnya dan sepatutnya Judex Facti dalam memberikan pertimbangan
hukum perkara a quo merujuk pada dasar hukum sebagaimana di atur dalam
Pasal 68 Ayat (1) jo. Pasal 4, Pasal 5, atau Pasal 6 Undang-Undang Merek.
Dasar hukum gugatan pembatalan pendaftaran merek, secara tegas dan jelas
sebagaimana tercantum dalam butir 1 sampai dengan 6 Putusan Judex Facti.
Judex Facti telah melakukan kesalahan penerapan hukum dalam menilai obyek gugatan
dalam perkara pembatalan pendaftaran merek
8 Bahwa, Judex Facti dalam putusannya pada halaman 53 menyatakan bahwa:
"Dalam Pokok Perkara:
Hal. 17 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa yang menjadi inti pokok perselisihan antara Penggugat
dan Tergugat sebagaimana didalilkan oleh Penggugat adalah apakah
Tergugat telah memiliki dan mempergunakan merek BIOREF yang
mempunyai persamaan pada pokoknya dengan Merek terkenal BIORE milik
Penggugat untuk barang sejenis, dan Tergugat tidak beritikad baik
mengajukan Permohonan Pendaftaran Merek BIORF yang bertentangan
dengan ketertiban umum, yang telah terdaftar dalam Daftar Umum Merek
Turut Tergugat di bawah nomor registrasi: IDM000292510, kelas barang 3;"
9 Bahwa, Pemohon Kasasi (dahulu Penggugat) pada butir 4 sampai dengan butir 11
dalam Surat Gugatannya secara tegas dan jelas menjelaskan alasan-alasan
gugatan pembatalan pendaftaran Merek BIORF dimana obyek gugatan adalah
Merek BIORF sebagaimana telah terdaftar di bawah Daftar No.IDM000292510
atas nama Termohon Kasasi (dahulu Tergugat).
Sedangkan, Judex Facti telah menyebutkan bahwa yang menjadi inti pokok
perselisihan adalah bagaimana merek BIORF telah digunakan oleh Termohon
Kasasi.
10 Obyek perkara sebagaimana diuraikan dalam Surat Gugatan adalah Merek
BIORF di bawah Daftar No.IDM000292510 termasuk bentuk merek BIORF dan
jenis barang serta keterangan-keterangan lain sebagaimana telah tercantum
dalam Sertifikat Pendaftaran Merek Daftar No.IDM000292510 dan tercatat
dalam Daftar Umum Merek pada kantor Turut Termohon Kasasi (dahulu Turut
Tergugat), dan sama sekali bukan penggunaan Merek BIORF pada produk-
produk yang diperdagangkan oleh Termohon Kasasi.
11 Bahwa, selain itu pula Judex Facti dalam putusannya pada alinea ke-1 halaman
53 menyatakan bahwa merek yang menjadi obyek perkara adalah "BIOREF". Di
mana, di dalam pertimbangan hukumnya selanjutnya (setelah alinea ke-1) merek
tersebut disebut "BIORF".
Kesalahan atau kekeliruan Judex Facti dalam menyebutkan merek "BIORF"
menjadi "BIOREF", membuktikan adalah kesalahan dalam menentukan obyek
gugatan.
12 Bahwa, berdasarkan penjelasan pada butir 19 sampai dengan butir 21 di atas,
kenyataan bahwa Judex Facti telah salah memahami dan menilai bahwa obyek
gugatan dalam perkara aquo adalah Merek BIORF atas nama Termohon Kasasi
(dahulu Tergugat) sebagaimana merek tersebut telah terdaftar, dan bukan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
sebagaimana merek tersebut digunakan, adalah kesalahan fatal dalam
menerapkan hukum yang dilakukan oleh Majelis Hakim Judex Facti.
Mohon dengan hormat Majelis Hakim Kasasi dapat memeriksa dan mengadili
sendiri perkara a quo.
Judex Facti melakukan kesalahan penerapan hukum dalam memberikan pertimbangan
hukum dan penilaian mengenai "persamaan pada pokoknya" berdasarkan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia
• Tentang pertimbangan hukum dan penilaian bunyi merupakan unsur daya
pembeda yang lebih tinggi
13 Bahwa dalam perkara a quo Pemohon Kasasi Merek BIORF yang dibandingkan
dengan merek terkenal dan terdaftar lebih dulu BIORE milik Pemohon Kasasi
adalah sebagai berikut:
BIORE BIORF
14 Bahwa, Judex Facti dalam pertimbangan hukumnya (pada halaman 55 sampai
dengan 56) telah merujuk pada keputusan Komisi Banding Merek NO.283/
KBM/HKI/2010 tertanggal 1 Juli 2010, di mana tidak ada satupun peraturan
perundang-undangan di Indonesia yang mewajibkan Judex Facti untuk tunduk
dan mengikatkan diri pada keputusan Komisi Banding Merek.
Apalagi keputusan Komisi Banding Merek yang dirujuk oleh Judex Facti ternyata
merupakan keputusan yang mengandung suatu kesalahan penerapan hukum. Pada
khususnya, dalam keputusan Komisi Banding Merek, dinyatakan:
"Menimbang bahwa bunyi merupakan unsur daya pembeda yang lebih tinggi
sehingga perbedaan lafal antara merek "BIORF" dan Merek "BIORE" yang
tidak sama tidak akan membuat masyarakat terkecoh dan mengkaitkan
merek tersebut satu sama lain".
Di mana, tidak ada satupun dasar menurut hukum dan peraturan perundang-
undangan di Indonesia yang mengatur bahwa unsur bunyi merupakan unsur daya
Hal. 19 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
pembeda yang lebih tinggi dalam memberikan penilaian ada atau tidaknya
persamaan pada pokoknya merek-merek.
15 Penilaian bahwa adanya perbedaan secara fonetik dapat digunakan sebagai dasar
konklusi untuk membuktikan tidak terpenuhinya persamaan pada pokoknya
antara dua merek, jelas-jelai merupakan suatu kesalahan dalam mengartikan dan
memahami ketentuan hukum yang sudah di atur dalam Undang-Undang Merek.
Judex Facti dalam merujuk pada Keputusan Komisi Banding Merek di atas, jelas-
jelas telah menerapkan hukum yang salah dan bahkan bertentangan dengan
pertimbangan hukumnya sendiri sebagaimana dikutip di bawah ini (lihat halaman
54 Putusan Judex Facti) :
"Menimbang, bahwa selanjutnya majelis akan mempertimbangkan apakah
terdapat persamaan pada pokoknya antara merek BIORF dengan merek-
merek BIORE ?
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan persamaan pada pokoknya
adalah kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol
antara Merek yang satu dan Merek yang lain, yang dapat menimbulkan
kesan adanya persamaan baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara
penulisan atau kombinasi antara unsur-unsur ataupun persamaan bunyi
ucapan yang terdapat dalam merek-merek tersebut (Lihat penjelasan Pasal 6
ayat 1 huruf a UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek) ;
Menimbang, bahwa sebelum ketentuan di atas, telah terdapat Yurisprudensi
Mahkamah Agung RI yang dianggap relevan dengan perkara a quo dalam
putusannya No.279PK/Pdt/1992 tanggal 6 Januari 1998 menyatakan merek
yang digunakan sama secara keseluruhannya atau mempunyai persamaan
pokoknya dapat dideskripsikan: sama bentuk (similarity of form); sama
komposisi (similarity of composition); sama kombinasi (similarity of
combination); sama unsur (similarity of elements); persamaan bunyi (sound
similarity); persamaan ucapan (phonetic similarity) atau persamaan
penampilan (similarity in appearance) ;
Kedua ketentuan tersebut secara jelas menggunakan kata "atau" dan bukan kata
"dan" dalam menjabarkan aspek-aspek atau unsur-unsur persamaan yang
seharusnya dipertimbangkan. Kutipan di atas jelas menunjukkan bahwa aspek-
aspek persamaan adalah setara atau sederajat satu dengan yang lain. Dengan kata
lain, tidak diatur bahwa terdapat tingkatan yang menempatkan satu parameter
lebih tinggi dibanding parameter lainnya.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Pada khususnya, seharusnya Judex Facti mempertimbangkan bahwa jika memang
terdapat perbedaan secara bunyi ucapan atau fonetik (di mana hal ini jelas-jelas
tidak diakui oleh Pemohon Kasasi), hal ini tidak dapat mengesampingkan fakta
bahwa: kedua merek BIORE dan BIORF jelas-jelas memiliki kemiripan bentuk,
cara penempatan, cara penulisan, atau kombinasi antara unsur-unsur (persamaan
secara visual). Sehingga, oleh karena adanya persamaan visual yang sangat jelas,
dapat dinilai bahwa kedua merek memiliki persamaan pada pokoknya.
16 Bahwa, Judex Facti juga tidak konsisten dalam merujuk pada keputusan Komisi
Banding Merek No.283/KBM/HKI/2010 tertanggal 1 Juli 2010 di atas.
Khususnya, penilaian bahwa antara Merek BIORF dan Merek BIORE memiliki
perbedaan lafal yang tidak sama dan tidak akan membuat masyarakat terkecoh dan
mengkaitkan merek tersebut satu sama lain, justru telah dipatahkan oleh Majelis
Hakim Judex Facti dalam pertimbangan hukumnya sendiri.
Pada khususnya, pada alinea ke-1 halaman 53 Majelis Hakim telah melakukan
kesalahan pengetikan merek atas nama Termohon Kasasi yaitu merek "BIORF"
diketik "BIOREF".
Kesalahan pengetikan tersebut, membuktikan bahwa merek BIORF secara fonetik
dapat diucapkan 'BIOREF' (dibaca: bi-yo-ref). Antara 'BIOREF' (dibaca: bi-yo-
ref) dan BIORE (dibaca: bi-yo-re) membuktikan adanya kesan yang sama dalam
pengucapan. Hal ini juga jelas-jelas membuktikan bahwa Judex Facti telah
terkecoh untuk mengucapkan merek milik Termohon Kasasi (dahulu Tergugat)
dengan cara lafal dan suku kata yang sama dengan merek BIORE milik Pemohon
Kasasi.
• Tentang pertimbangan Judex Facti yang menyatakan oleh karena telah diterima
pendaftaran merek maka tidak terdapat lagi konsep persamaan dan tidak terdapat
itikad buruk
17 Bahwa, Judex Facti dalam putusannya pada alinea ke-5 halaman 57 sampai
dengan halaman 58 telah merujuk pada pendapat hukum Turut Tergugat yang
menyatakan bahwa adanya keputusan penerimaan pendaftaran merek oleh Turut
Tergugat, adalah dasar untuk menentukan bahwa antara merek BIORE dan
BIORF tidak terdapat lagi konsep persamaan, dan oleh karenanya tidak terdapat
itikad tidak baik dalam hal Termohon Kasasi (dahulu Tergugat) mengajukan
permohonan pendaftaran merek BIORF.
Pertimbangan Judex Facti yang semata-mata merujuk pada pendapat Turut
Tergugat sebagaimana diuraikan di atas, jelas-jelas merupakan kesalahan
Hal. 21 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
penerapan hukum karena terhadap merek yang sudah terlanjur diterima
pendaftarannya oleh Direktorat Merek (kantor Turut Termohon Kasasi, dahulu
Turut Tergugat), dimungkinkan digugat pembatalan pendaftarannya kepada
Pengadilan Niaga berdasarkan ketentuan Pasal 68 Ayat (1) dengan alasan-alasan
sebagaimana tersebut dalam Pasal 4, Pasal 5, atau Pasal 6 Undang-Undang Merek.
Oleh karenanya, Judex Facti seharusnya memeriksa dan mengadili sendiri serta
memutus perkara pembatalan pendaftaran merek dengan pertimbangan dan
pendapat hukumnya sendiri.
Pada faktanya pula, nyata-nyata dari apa yang disebutkan dalam Keputusan
Komisi Banding Merek No.283/KBM/HKI/2010 tertanggal 1 Juli 2010 yang telah
diajukan oleh Termohon Kasasi (dahulu Tergugat):
a Pada tanggal 17 Mei 2010, Turut Termohon Kasasi (dahulu Turut Tergugat)
telah menolak permohonan pendaftaran merek BIORF atas nama Termohon Kasasi
(dahulu Tergugat) dengan dasar adanya persamaan pada pokoknya dengan merek
BIORE milik Pemohon Kasasi (dahulu Penggugat) yang telah lebih dahulu terdaftar
(Daftar No.496355) untuk barang sejenis ;
b Termohon Kasasi telah diberitahukan secara tertulis oleh Turut Termohon
Kasasi (dahulu Turut Tergugat) mengenai penolakan permohonan pendaftaran merek
BIORF dengan dasar adanya persamaan pada pokoknya dengan merek BIORE (Daftar
No. 496355) untuk barang sejenis pada tanggal 17 Mei 2010. Namun demikian,
Termohon Kasasi pada kenyataannya tidak mengungkapkan fakta penolakan oleh Turut
Tergugat, pada sidang pembuktian perkara a quo. Termohon Kasasi (dahulu Turut
Tergugat) jelas menyembunyikan fakta tersebut di hadapan Majelis Hakim.
c Turut Termohon Kasasi (dahulu Turut Tergugat) telah diperintahkan oleh
Komisi Banding Merek untuk mendaftarkan merek BIORF. Dengan kata lain, Turut
Termohon Kasasi (dahulu Turut Tergugat) tidak mendaftarkan merek BIORF milik
Termohon Kasasi pada tanggal 7 Februari 2011 berdasarkan hasil keputusan
pemeriksaan substantif-nya sendiri.
• Tentang pertimbangan Judex Facti bahwa BIO adalah milik umum sehingga yang
dibandingkan dalam merek BIORE dan BIORF adalah hanya 2 unsur huruf
terakhir dari masing-masing merek, yaitu unsur R-E dan unsur R-F
18 Bahwa Judex Facti telah terbukti melakukan kesalahan penerapan hukum dan
kekeliruan terkait dengan pernyataan bahwa BIO adalah milik umum. Berikut
kesalahan-kesalahan Judex Facti:
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
a Tidak mempertimbangkan bahwa pada faktanya Pemohon Kasasi telah
memiliki pendaftaran atas merek BIO untuk jenis barang di kelas 3 baik di Indonesia
maupun negara-negara lain. Pemohon Kasasi telah membuktikan sebagai pemilik
pendaftaran merek BIO dalam sidang pembuktian perkara a quo. Sehingga, Pemohon
Kasasi telah memiliki hak eksklusif untuk menggunakan merek BIO di Indonesia
maupun negara-negara lain tempat merek tersebut terdaftar. Namun fakta ini telah
dikesampingkan oleh Majelis Hakim Judex Facti.
b Menyatakan bahwa kata 'BIO' adalah milik umum.
Pada khususnya adalah pada halaman 56 putusannya, Judex Facti,
menyatakan: "... ternyata BIO telah merupakan suatu kata yang ada dalam
kamus dan mengandung arti kehidupan, organisme yang hidup, komposisi
dari unsur-unsur organic/biotik-biotik. Dimana karena kata BIO telah
terdapat dalam kamus dan yang mengandung suatu arti seperti di atas, maka
kata BIO tersebut sudah merupakan milik umum (public domain) siapapun
berhak memakai kata BIO tersebut dan kata BIO telah dipergunakan di
tengah-tengah masyarakat".
19 Bahwa, merujuk pada pernyataan Majelis Hakim Judex Facti di atas, dapat
dibuktikan bahwa Majelis Hakim Judex Facti telah salah memahami pengertian
merek yang menjadi milik umum.
Memang telah diatur dalam Pasal 5 angka 3 Undang-Undang Merek, merek tidak
dapat didaftar apabila merek tersebut telah menjadi milik umum (public domain).
Merek menjadi milik umum apabila fungsi merek sudah menjadi umum atau
generik. Fungsi merek menjadi generik apabila fungsi merek tersebut bagi publik
sudah berubah menjadi jenis barang atau jasa, dan bukan menunjukkan asal
barang dan jasa yang bersangkutan.
Kata 'BIO' memang kata yang ada dalam kamus dan telah diketahui secara umum.
Namun demikian, kata 'BIO' tidak berarti merupakan kata yang umum untuk jenis-
jenis barang dalam kelas 3.
Pada khususnya untuk jenis-jenis barang "Sediaan-sediaan untuk mengelantang
dan mencuci, sediaan-sediaan untuk membersihkan, mengkilatkan, membuang
lemak dan menggosok; sabun-sabun, wangi-wangian, minyak-minyak sari wangi,
kosmetika, minyak-minyak rambut, bahan-bahan pemelihara gigi", telah
dilindungi dalam pendaftaran merek BIO atas nama Pemohon Kasasi (dahulu
Penggugat) sejak tanggal 16 Januari 1997 di bawah Daftar No.IDM000115047
Hal. 23 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
(perpanjangan dari Daftar No.403955) sebagaimana telah dibuktikan oleh
Pemohon Kasasi dalam persidangan pembuktian perkara a quo (Vide-Bukti P 12).
Majelis Hakim Judex Facti telah terbukti keliru dalam memberikan pertimbangan
bahwa kata 'BIO' adalah milik umum. Pada faktanya, Termohon Kasasi tidak
pernah membuktikan bahwa masyarakat mempunyai asosiasi bahwa kata 'BIO'
adalah sediaan mencuci, membersihkan, sabun-sabun, atau jenis barang apapun
yang masuk dalam kelas 3. Dengan kata lain, BIO tidak pernah dapat dibuktikan
pernah menjadi jenis barang di kelas 3.
20 Bahwa Judex Facti telah terbukti melakukan kesalahan penerapan hukum dan
kekeliruan dalam hal menyatakan (lihat halaman 56 Putusan Judex Facti):
"Menimbang, bahwa karena kata BIO telah merupakan kata milik umum
(public domain) dan merupakan bagian dari merek penamaan BIORE dan
BIORF, maka majelis hakim akan melihat perbandingan kedua merek
penamaan ini dari dua huruf terakhir R-Edan R-F;"
Adalah keliru dan tidak benar pendapat Majelis Hakim Judex Facti yang
memenggal merek BIORE menjadi BIO dengan R-E dan memenggal merek
BIORF menjadi BIO dengan R-F. Dan, dengan alasan bahwa BIO adalah kata
milik umum, maka yang akan dinilai ada atau tidaknya persamaan adalah antara
unsur R-E dan unsur R-F, Berikut adalah uraian dalil-dalil Pemohon Kasasi atas
kesalahan penerapan hukum oleh Majelis Hakim Judex Facti di atas.
21 Bahwa menurut Penjelasan Pasal 6 Ayat 1 huruf (a) Undang-Undang Merek,
yang dimaksud dengan persamaan pada poko nya adalah:
"kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antara
Merek yang satu dan Merek yang lain, yang dapat menimbulkan kesan
adanya persamaan baik mengenai bentuk, card penempatan, cara penulisan
atau kombinasi antara unsur-unsur ataupun persamaan bunyi ucapan yang
terdapat dalam merek-merek tersebut."
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menilai persamaan pada
pokoknya harus dilihat dari unsur-unsur merek yang diperbandingkan.
Selanjutnya Definisi 'merek' menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Merek:
"Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-
angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang
memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang
atau jasa".
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Sehubungan dengan Merek BIORF dan Merek BIORE, sebagaimana telah
dibuktikan oleh Pemohon Kasasi melalui Sertifikat Pendaftaran masing-masing
merek yang diperlihatkan kepada Majelis Hakim Judex Facti dalam sidang
pembuktian (vide Bukti T-1 dan vide Bukti P-1), kedua Merek BIORE dan Merek
BIORF, pada kolom arti bahasa/huruf/angka asing pada masing-masing sertifikat
merek, sama-sama dicantumkan arti adalah 'suatu penamaan'. Sehingga, kedua
merek adalah suatu merek nama sesuai dengan ketentuan di atas.
Lebih lanjut, sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Merek di
atas pula, bahwa suatu merek bisa terdiri dari:
• satu unsur (misalnya: satu unsur gambar atau satu unsur nama); atau,
• kombinasi dari lebih dari satu unsur (misalnya: kombinasi unsur nama dan
unsur gambar).
Sehubungan dengan Merek BIORF dan Merek BIORE, sebagaimana telah
dibuktikan, sama-sama merupakan suatu merek yang terdiri dari satu unsur, yaitu
satu unsur nama yang terdiri dari satu kata.
Selanjutnya, harus dilihat apakah dari unsur nama BIORF dan unsur nama BIORE
tersebut ada kesan adanya persamaan baik mengenai bentuk, cara penempatan,
cara penulisan atau kombinasi antara unsur-unsur ataupun persamaan bunyi
ucapan.
Oleh karena kedua merek terbukti merupakan merek nama yang terdiri dari satu
unsur, yaitu unsur nama, seharusnya untuk membandingkan Merek BIORF dan
Merek BIORE adalah dengan membandingkan Merek BIORF secara keseluruhan
dengan Merek BIORE secara keseluruhan. Membandingkan Merek BIORE dan
Merek BIORF dengan cara hanya membandingkan unsur huruf R-E dan unsur R-
F, dengan alasan bahwa BIO adalah kata milik umum, adalah menyesatkan, tidak
ada dasar hukumnya dan seharusnya dikesampingkan.
• Tentang pertimbangan Judex Facti yang menyimpulkan tidak ada persamaan pada
pokoknya berdasarkan pertimbangan bahwa merek BIORF memiliki arti kata
dan merek BIORE tidak memiliki arti kata
22 Bahwa, Judex Facti telah terbukti melakukan kesalahan penerapan hukum dan
kekeliruan dalam hal menyatakan (lihat halaman 56 Putusan Judex Facti)
pertimbangan-pertimbangan di bawah ini oleh karena, tidak relevan dan
didasarkan oleh dalil Termohon Kasasi yang tidak pernah dibuktikan
Hal. 25 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
kebenarannya dalam persidangan pembuktian. Mohon Majelis Hakim Kasasi
mengesampingkan pertimbangan di bawah ini:
"Menimbang bahwa Penggugat tidak menguraikan asal usul kata BIORE
tersebut, melainkan hanya menyatakan merek penamaan BIORE secara
utuh, sedangkan Tergugat berpendapat bahwa penggunaan merek penamaan
BIORE tidak berniat meniru merek BIORE melainkan didasari pengertian
dari BIORF itu yang apabila dikonversi ke bahasa Mandarin terdiri dari 2
(dua) suku kata "PAI" dan "FUK" yang bermakna PAI = semua jenis; FUK :
kaya, sehingga dapat disimpulkan BIORF dalam konteks bahasa Mandarin
bermakna "Berbisnis memiliki berbagai peluang untuk menjadi kaya".
"Menimbang, bahwa selain alasan di atas Tergugat juga menyatakan bahwa
penggunaan merek BIORF juga memiliki penjabaran suku kata dan pengertian
yakni : BIO = kehidupan, organisme yang hidup, komposisi dari unsur-unsur
organic/biotik-biotik; R=Renewal, Renovation, Resolution yang berarti
pembaharuan, renovasi, resolusi; F = Fragrance yang berarti keharuman sehingga
secara keseluruhan BIORF dapat diartikan "Bahan Organik yang dapat
diperbaharui untuk menuju kehidupan lingkungan yang segar";
23 Bahwa, penilaian adanya perbedaan arti merek dapat digunakan sebagai dasar
konklusi untuk membuktikan tidak terpenuhinya persamaan pada pokoknya
antara dua merek dan tidak meniru merek terkenal BIORE jelas-jelas merupakan
suatu kesalahan dalam mengartikan dan memahami ketentuan hukum yang
sudah di atur dalam Undang-Undang Merek.
Penilaian Judex Facti tentang "arti merek" bahkan tidak di atur dan disebutkan
sebagai dasar untuk menilai persamaan merek-merek dalam dasar hukum
Penjelasan Pasal 6 ayat 1 huruf a UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek dan
yurisprudensi yang diyakini oleh Judex Facti relevan dengan perkara a quo
sebagaimana disebutkan dalam pertimbangan hukumnya sendiri sebagaimana
dikutip di bawah ini (lihat halaman 54 Putusan Judex Facti):
"Menimbang, bahwa selanjutnya majelis akan mempertimbangkan apakah
terdapat persamaan pada pokoknya antara merek BIORF dengan merek-
merek BIORE?
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan persamaan pada pokoknya
adalah kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol
antara Merek yang satu dan Merek yang lain, yang dapat menimbulkan
kesan adanya persamaan baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
penulisan atau kombinasi antara unsur-unsur ataupun persamaan bunyi
ucapan yang terdapat dalam merek-merek tersebut (Lihat penjelasan Pasal 6
ayat 1 huruf a UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek) ;
Menimbang, bahwa sebelum ketentuan di atas, telah terdapat Yurisprudensi
Mahkamah Agung RI yang dianggap relevan dengan perkara a quo dalam
putusannya No.279PK/Pdt/1992 tanggal 6 Januari 1998 menyatakan merek
yang digunakan sama secara keseluruhannya atau mempunyai persamaan
pokoknya dapat dideskripsikan: sama bentuk (similarity of form); sama
komposisi (similarity of composition); sama kombinasi (similarity of
combination); sama unsur (similarity of elements); persamaan bunyi (sound
similarity); persamaan ucapan (phonetic similarity) atau persamaan
penampilan (similarity in appearance);
24 Pertimbangan Judex Facti tentang "arti merek" BIORF bahkan jelas-jelas
bertentangan dengan fakta yang sesungguhnya. Pada khususnya, pernyataan di
atas bertentangan dengan informasi yang tercantum dalam Sertifikat Pendaftaran
Merek BIORF di bawah Daftar NO.IDM000292510 yang menyatakan bahwa
Merek BIORF merupakan suatu penamaan.
25 Majelis Hakim Judex Facti jelas-jelas telah mengabaikan fakta bahwa,
Termohon Kasasi dalam sidang pembuktian perkara a quo, dari 7 (tujuh) bukti
yang diajukan oleh Termohon Kasasi dalam sidang pembuktian perkara a quo
tidak satupun bukti yang mendukung dan menguatkan dalil Termohon Kasasi di
bawah ini:
• "arti kata BIORF jika dikonversi ke bahasa Mandarin "PAV' dan "FUK
• "BIORF yang merupakan penjabaran dari: BIO = kehidupan, organisme
yang hidup, komposisi dari unsur-unsur organic/biotik-biotik; R : Renewal, Renovation,
Resolution yang berarti pembaharuan, renovasi, resolusi; F = Fragrance yang berarti
keharuman sehingga secara keseluruhan BIORF dapat diartikan "Bahan Organik yang
dapat diperbaharui untuk menuju kehidupan lingkungan yang segar."
Mohon Majelis Hakim Kasasi dapat mempertimbangkan dengan seadil-adilnya
bahwa simulasi arti merek BIORF ini, terkesan memaksakan konsep, mengandung
rekayasa dan dengan alasan yang mengada-ada.
Dapat dibuktikan bahwa pada faktanya, arti kata BIORF dan penjabaran seperti
yang didalilkan di atas, sama sekali tidak tercantum pada Sertifikat Pendaftaran
Merek BIORF di bawah Daftar NO.IDM000292510 (Vide Bukti T-1). Oleh
karenanya, dapat dibuktikan pula bahwa arti kata BIORF dan penjabaran seperti
Hal. 27 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
yang didalilkan di atas, tidak pernah eksis sejak tanggal permohonan pendaftaran
merek BIORF diajukan kepada Direktorat Merek (Turut Termohon Kasasi).
Dalil di atas dapat disimpulkan muncul belakangan dan direkayasa sedemikian
rupa untuk kepentingan membuktikan bahwa mereknya tidak memiliki persamaan
pada pokoknya dengan merek lain dan tidak terinspirasi oleh Merek terkenal
BIORE milik Pemohon Kasasi.
Tanpa adanya bukti yang mendukung, dalil Termohon Kasasi sudah seharusnya
dikesampingkan oleh karena tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Majelis Hakim
Judex Facti jelas melakukan kesalahan dan melanggar hukum dalam
mempertimbangkan arti merek tanpa bukti, apalagi jika ternyata produk-produk
yang dihasilkannya terbukti bukan merupakan "Bahan Organik yang dapat
diperbaharui untuk menuju kehidupan lingkungan yang segar" sebagaimana di
klaim Termohon Kasasi.
Sebagai pertimbangan Majelis Hakim Kasasi dari 7 (tujuh) bukti yang diajukan
oleh Termohon Kasasi dalam sidang pembuktian perkara a quo 5 bukti
menunjukkan tentang penggunaan merek BIORF pada produk yang dihasilkan
oleh Termohon Kasasi, namun tidak satupun yang membuktikan bahwa produk
tersebut adalah sesuai dengan klaim "Bahan Organik yang dapat diperbaharui
untuk menuju kehidupan lingkungan yang segar.".
• Tentang pertimbangan Judex Facti bahwa bagaimana bentuk merek dan jenis-jenis
barang sebagaimana yang telah digunakan oleh Termohon Kasasi.
26 Sebagaimana disebutkan dalam alinea ke-3 halaman 57 pada Putusan Judex
Facti:
"Menimbang bahwa berdasarkan bukti T-2, T-3, T-4, T-5, T-6 bahwa barang
yang diproduksi Tergugat hanya pembersih lantai, cairan pencuci piring
dan”... merek BIORF masih ditambah Logo di bawah huruf RF ada Tulisan
mandarin (FAI & FU) dan di atasnya ada huruf TM, sehingga baik dari jenis
produk maupun merek yang ditambah logo berupa huruf mandarin menjadi
pembeda antara merek BIORF dengan BIORE".
Bahwa, penilaian adanya persamaan pada pokoknya dengan membandingkan
antara pendaftaran merek BIORE dengan penggunaan merek BIORF berdasarkan
bagaimana dan untuk barang apa merek digunakan sebagai dasar konklusi untuk
membuktikan tidak terpenuhinya persamaan pada pokoknya antara dua merek dan
tidak meniru merek terkenal BIORE jelas-jelas merupakan suatu kesalahan dalam
mengartikan dan memahami ketentuan hukum yang mengatur persamaan pada
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
pokoknya dalam perkara pembatalan merek sesuai dengan ketentuan Pasal 6 jo.
Pasal 68 Undang-Undang Merek, sehingga seharusnya dikesampingkan.
27 Di samping itu pula, telah dibuktikan melalui Tabel Perbandingan jenis-jenis
barang di pada butir 49 di bawah ini bahwa semua jenis barang-barang yang
diajukan perlindungannya oleh Termohon Kasasi (dahulu Tergugat), pada
dasarnya adalah jenis barang-barang digunakan untuk tubuh manusia atau
personal care.
Hal ini jelas-jelas tidak relevan dengan pernyataan Termohon Kasasi (dahulu
Tergugat) yang telah disebutkan dalam pertimbangan hukum Majelis Hakim Judex
Facti di atas, bahwa Termohon Kasasi hanya memproduksi merek BIORF untuk
pembersih lantai, cairan pencuci piring.
Apalagi, ternyata Pemohon Kasasi telah dapat membuktikan dalam sidang
persidangan perkara a quo, bahwa pernyataan Termohon Kasasi jelas-jelas tidak
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Termohon Kasasi pada faktanya
telah memproduksi jenis barang selain pembersih lantai, cairan pencuci piring,
yaitu antara lain:
• hand soap
• pewangi
• fabric softener.
Jenis-jenis produk di atas dipromosikan dalam situs resmi Termohon Kasasi
www.biory.com (Vide Bukti P-16), dimohonkan ijin edarnya kepada di
Kementerian Kesehatan Ml (Vide Bukti P-19, P-20).
Bagaimana seharusnya menilai ada atau tidaknya persamaan pada pokoknya merek pada
perkara gugatan pembatalan pendaftaran merek
28 Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa gugatan adalah mengenai pembatalan
pendaftaran merek berdasarkan Pasal 68 Ayat (1) jo. Pasal 6 ayat (1) butir (a)
dan (b), Pasal 6 ayat (2), Pasal 4 dan Pasal 5 butir (a) Undang-Undang Merek.
Disebutkan dalam Pasal 68 ayat (1) Undang-Undang Merek:
"Gugatan pembatalan pendaftaran Merek dapat diajukan oleh pihak yang
berkepentingan berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,
Pasal 5, atau Pasal 6".
Alasan-alasan diajukannya pembatalan terhadap pendaftaran merek BIORF adalah
berdasarkan:
Hal. 29 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Merek BIORF memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek terdaftar
untuk barang sejenis (Dasar hukum: Pasal 6 ayat (1) butir (a)) ;
• Merek BIORF memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek terkenal
untuk barang sejenis (Dasar hukum: Pasal 6 ayat (1) butir (b)) ;
• Merek BIORF memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek terkenal
untuk barang tidak sejenis (Dasar hukum: Pasal 6 ayat (2)) ;
• Merek BIORF tidak dapat didaftar atas dasar Permohonan yang diajukan
oleh Pemohon yang beriktikad tidak baik (Dasar hukum: Pasal 4) ;
• Merek tidak dapat didaftar apabila Merek tersebut mengandung salah satu
unsur di bawah ini bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
atau ketertiban umum (Dasar hukum: Pasal 5 butir (a)).
29 Bahwa, dasar hukum untuk menilai persamaan merek itu, baik penilaian yang
dilakukan oleh para pemeriksa merek di Direktorat Merek, maupun para hakim
di pengadilan, adalah dengan berdasarkan ketentuan sebagai berikut :
a Pasal 6 ayat (1) huruf a dan b Undang-Undang Merek:
"(1) Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila merek
tersebut:
a mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek milik
pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang
sejenis;
b mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek yang
sudah terkenal milik pihak lain untuk barang/jasa sejenis; ..."
Selain itu, ketentuan Pasal 6 ayat (1) huruf b diperluas dengan dukungan
substansi ayat (2) yang berbunyi sebagai berikut:
"Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat pula
diberlakukan terhadap barang dan atau jasa yang tidak sejenis
sepanjang memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah".
b Penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf a dan b selengkapnya dikutip sebagai berikut:
"Huruf a
Yang dimaksud dengan persamaan pada pokoknya adalah kemiripan
yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antara
Merek yang satu dan Merek yang lain, yang dapat menimbulkan kesan
adanya persamaan baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
penulisan atau kombinasi antara unsure-unsur ataupun persamaan
bunyi ucapan yang terdapat dalam merek-merek tersebut.
Huruf b
Penolakan permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya
atau keseluruhan dengan Merek terkenal untuk barang dan/atau jasa
yang sejenis dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum
masyarakat mengenai Merek tersebut di bidang usaha yang
bersangkutan. Di samping itu, diperhatikan pula reputasi Merek
terkenal yang diperoleh karena promosi yang gencar dan besar-
besaran, investasi di beberapa Negara di dunia yang dilakukan oleh
pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran Merek tersebut di beberapa
Negara. Apabila hal-hal di atas belum dianggap cukup, Pengadilan
Niaga dapat memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri untuk
melakukan survei guna memperoleh kesimpulan mengenai terkenal
atau tidaknya Merek yang menjadi dasar penolakan."
• Apakah Merek BIORF di bawah Daftar No.IDM000292510 memiliki persamaan
pada pokoknya dengan merek terdaftar BIORE di bawah Daftar No. 496355
untuk barang sejenis?
30 Butir 42 sampai dengan 50 adalah argumentasi hukum Pemohon Kasasi dalam
menjawab persoalan hukum tentang adanya persamaan pada pokoknya antara
Merek BIORF dengan Merek BIORE yang telah terdaftar lebih dulu untuk
barang sejenis.
31 Telah diuraikan dalam butir 24 sampai dengan butir 37 kesalahan-kesalahan
Judex Facti dalam memberikan pertimbangan hukum dan penilaian mengenai
"persamaan pada pokoknya" berdasarkan peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia:
• Kesalahan dalam pertimbangan Judex Facti yang menyatakan bahwa bunyi
merupakan unsur daya pembeda yang lebih tinggi serta; dan, bahwa adanya perbedaan
secara fonetik dapat digunakan sebagai dasar konklusi untuk membuktikan tidak
terpenuhinya persamaan pada pokoknya antara dua merek (sebagaimana diuraikan
dalam butir 24 s.d. 26).
• Kesalahan dalam pertimbangan Judex Facti yang menyatakan oleh karena
telah diterima pendaftaran merek BIORF maka tidak terdapat lagi konsep persamaan
dan tidak terdapat itikad buruk (sebagaimana diuraikan dalam butir 27).
Hal. 31 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Kesalahan dalam pertimbangan Judex Facti yang menyatakan oleh karena
BIO adalah milik umum, maka yang dibandingkan antara merek BIORE dan BIORF
dari 2 unsur huruf terakhir RE dan RF (sebagaimana diuraikan dalam butir 28 sampai
dengan 31).
• Kesalahan dalam pertimbangan Judex Facti yang menyatakan oleh karena
merek BIORF memiliki arti kata dan merek BIORE tidak memiliki arti kata sebagai
dasar konklusi untuk membuktikan tidak terpenuhinya persamaan pada pokoknya antara
dua merek (sebagaimana diuraikan dalam butir 32 sampai dengan 35).
• Kesalahan Judex Facti dalam mempertimbangkan bahwa merek BIORF
cukup memiliki daya pembeda jika dibandingkan dengan merek BIORE dari bagaimana
bentuk merek dan jenis-jenis barang sebagaimana yang telah digunakan (sebagaimana
diuraikan dalam butir 36 sampai dengan 37).
32 Pertimbangan-pertimbangan yang mengandung kesalahan penerapan hukum
sebagaimana disebutkan di atas, jelas terlihat tidak berkesinambungan dan
bahkan bertentangan dengan tolok ukur penilaian persamaan pada pokoknya
yang dirumuskan Judex Facti pada awal jawaban atas permasalahan "apakah
terdapat persamaan pada pokoknya antara merek BIORF dengan merek
BIORE?" pada halaman 54 Putusan Judex Facti.
"Menimbang, bahwa selanjutnya majelis akan mempertimbangkan apakah
terdapat persamaan pada pokoknya antara merek BIORF dengan merek-
merek BIORE?
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan persamaan pada pokoknya
adalah kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol
antara Merek yang satu dan Merek yang lain, yang dapat menimbulkan
kesan adanya persamaan baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara
penulisan atau kombinasi antara unsur-unsur ataupun persamaan bunyi
ucapan yang terdapat dalam merek-merek tersebut (Lihat penjelasan Pasal 6
ayat 1 huruf a UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek) ;
Menimbang, bahwa sebelum ketentuan di atas, telah terdapat Yurisprudensi
Mahkamah Agung RI yang dianggap relevan dengan perkara a quo dalam
putusannya No.279PK/Pdt/1992 tanggal 6 Januari 1998 menyatakan merek
yang digunakan sama secara keseluruhannya atau mempunyai persamaan
pokoknya dapat dideskripsikan: sama bentuk (similarity of form); sama
komposisi (similarity of composition); sama kombinasi (similarity of
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
combination); sama unsur (similarity of elements); persamaan bunyi (sound
similarity); persamaan ucapan (phonetic similarity) atau persamaan
penampilan (similarity in appearance);
Menimbang, bahwa dengan memperhatikan pemahaman tersebut di atas,
maka untuk menentukan suatu merek mempunyai persamaan pada pokoknya
dengan merek lain atau tidak adalah dengan membandingkan kedua merek
tersebut, dengan cara melihat secara visual persamaan dan perbedaan-
perbedaannya, memperhatikan ciri-ciri penting dan kesan kemiripan atau
perbedaan yang timbul dari unsur yang dominan atau essensial, apakah
merek penamaan BIORF milik Tergugat memiliki persamaan pada
pokoknya atau keseluruhan" dengan merek penamaan BIORE milik
Penggugat".
33 Bahwa sesuai dengan ketentuan di atas, untuk menilai ada atau tidaknya
persamaan antara merek-merek, langkah pertama seharusnya adalah ditentukan
dari adanya kemiripan atau persamaan bukan adanya perbedaan-perbedaan.
Yang dimaksud persamaan adalah kemiripan atau persamaan bentuk, cara
penempatan, cara penulisan yang terdapat dalam merek-merek, atau kombinasi
antara unsur-unsur, ataupun persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam merek-
merek yang dibandingkan.
34 Secara bentuk, cara penempatan, cara penulisan (secara visual), jika dibanding
secara bersebelahan merek BIORE dan BIORF :
Merek BIORE milik Pemohon Kasasi yang telah terdaftar Merek BIORF atas nama Tergugat
BIORE BIORF
Pemohon Kasasi (dahulu Penggugat) telah mengajukan bukti-bukti berupa
sertifikat-sertifikat pendaftaran merek yang mencakup 8 (delapan) variasi merek
BIORE di Indonesia. Di mana, masing-masing merek dapat dibuktikan memiliki
Hal. 33 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
persamaan dengan merek BIORF atas nama Termohon Kasasi dan telah terdaftar
lebih dahulu dari tanggal diajukannya permohonan pendaftaran merek BIORF
oleh Termohon Kasasi-vide Bukti P 113-120. Perbandingan di atas adalah
perbandingan antara merek BIORF dengan representasi dari merek BIORE yang
telah terdaftar.
35 Persamaan bentuk, cara penempatan, cara penulisan antara BIORE dan merek
BIORF.
Bahwa telah dapat dibuktikan dalam perkara a quo tentang adanya persamaan
secara visual antara merek BIORE dan merek BIORF, pada khususnya:
a 4 huruf pertama pada kedua merek BIORE dan BIORF adalah 4 huruf yang
sama persis atau identik. Hal ini telah diakui oleh Judex Facti dan Judex Facti
telah secara jelas dalam putusannya pada alinea ke-4 halaman 56 menyebutkan:
"Menimbang, bahwa sesuai dengan pertimbangan Komisi Banding
Merek di atas bahwa antara merek "'BIORF" dengan merek "BIORE",
terdapat persamaan 4 huruf yakni B-I-O-R, ...."
b huruf ke-5 pada kedua merek BIORE dan BIORF jelas-jelas memiliki
persamaan. Begitu besar persamaan huruf ke-5, antara kedua unsur tersebut
hanya dibedakan oleh ada atau tidaknya coretan kecil pada bagian bawah huruf
E dan F. Dengan kata lain, penambahan coretan kecil pada huruf ‘F’ akan
membentuk huruf ‘E’.
c secara keseluruhan antara kedua merek BIORE dan BIORF terbukti
menimbulkan kesan adanya persamaan baik mengenai bentuk, cara penempatan,
cara penulisan atau kombinasi antara unsur-unsur yang sangat jelas dan kecil
perbedaannya.
Sehingga, dari penjelasan di atas telah terbukti adanya persamaan visual yang
sangat jelas, sehingga dapat dinilai bahwa kedua merek memiliki persamaan pada
pokoknya.
36 Persamaan bunyi ucapan antara merek BIORE dan merek BIORF
Secara ucapan (phonetic), Majelis Hakim Judex Facti, dalam pertimbangannya
halaman pada alinea ke-1 halaman 53 Putusan Judex Facti, telah menyebutkan
bahwa merek BIORF sebagai 'BIOREF' (bi-yo-ref). Antara 'BIOREF' (dibaca: bi-
yo-ref) dan BIORE (dibaca: bi-yo-re) membuktikan adanya kesan yang sama
dalam pengucapan. Hal ini juga jelas-jelas membuktikan bahwa Judex Facti telah
terkecoh untuk mengucapkan merek milik Termohon Kasasi (dahulu Tergugat)
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
dengan cara lafal dan suku kata yang sama dengan merek BIORE milik Pemohon
Kasasi.
37 Terlepas dari fakta adanya merek BIORF dan merek BIORE secara fonetik
memiliki daya pembeda, sebagaimana dinyatakan dalam putusan Komisi
Banding Merek, secara normatif ketentuan Penjelasan Pasal 6 ayat 1 huruf a,
jelas menggunakan kata "atau" dan bukan kata "dan". Hal ini jelas menunjukkan
bahwa aspek-aspek persamaan adalah setara atau sederajat satu dengan yang
lain. Dengan kata lain, tidak di atur bahwa terdapat tingkatan yang menempatkan
satu parameter lebih tinggi dibanding parameter lainnya.
Pada khususnya, seharusnya Judex Facti mempertimbangkan bahwa jika memang
terdapat perbedaan secara bunyi ucapan atau fonetik (di mana hal ini jelas-jelas
tidak diakui oleh Penggugat), hal ini tidak dapat mengesampingkan fakta bahwa:
kedua merek BIORE dan BIORF jelas-jelas memiliki kemiripan bentuk, cara
penempatan, cara penulisan, atau kombinasi antara unsur-unsur (persamaan secara
visual). Sehingga, oleh karena adanya persamaan visual yang sangat jelas, dapat
dinilai bahwa kedua merek memiliki persamaan pada pokoknya.
38 Pemahaman di atas telah didukung oleh yurisprudensi yang diajukan oleh
Pemohon Kasasi (dahulu Penggugat) pada sidang pembuktian perkara a quo
Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No.54/HKI.Merek/2003/
PN.Niaga.Jkt.Pst (yang dikuatkan oleh Putusan Mahkamah Agung No.44K/N/
HaKI/2003) dalam perkara Merek antara Nokia Corporation melawan Ho Benny
Saputra. Dalam perkara ini, merek yang dimohonkan pembatalannya adalah
merek NOK IIA dengan dasar persamaan pada pokoknya dengan merek terkenal
NOKIA -vide Bukti P-9.
Putusan di atas menunjukkan bagaimana ketentuan mengenai persamaan pada
pokoknya berdasarkan Pasal 6 Ayat (1) huruf (a) Undang-Undang Merek
seharusnya diinterprestasikan, yaitu: merek NOK IIA yang diucapkan 'nok dua A'
dinilai telah cukup memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek NOKIA
yang diucapkan 'nokia' dari segi bentuk, cara penempatan dan penulisan, walaupun
tidak terdapat persamaan secara fonetik.
39 Untuk memeriksa adanya persamaan pada pokoknya dengan merek terdaftar
untuk barang sejenis, mohon Majelis Hakim Kasasi mempertimbangkan
perbandingan jenis barang sebagaimana tercantum dalam kedua sertipikat
pendaftaran merek BIORE dan sertipikat pendaftaran merek BIORF sebagai
berikut:
Hal. 35 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Tabel Perbandingan
Merek BIORE milik Pemohon Kasasi (dahulu Penggugat)
Merek BIORF atas nama Termohon Kasasi (dahulu Tergugat)
BIORE BIORFDaftar No.: 496355 Tanggal Penerimaan Permohonan: 17 June 1982 Kelas: 3 Jenis Barang: Sabun-sabun, busa-busa untuk membersihkan, wangi-wangian, kosmetika, shampoo-shampoo, sediaan-sediaan untuk membersihkan rambut, sediaan-sediaan untuk perawatan rambut.
Daftar No.: IDM000292510 Tanggal Penerimaan Permohonan: 14 Desember 2006 Kelas: 3 Jenis Barang: Segala macam kosmetika, segala macam bedak untuk wanita dan anak-anak, wangi-wangian/minyak wangi, lotion kulit, shampo, sabun mandi, sabun cuci, sabun cuci cair, cream-cream kulit, cream-cream muka, handbody, kapas kecantikan, cat rambut, kutek kuku, deodorant stick, lipstik.
Untuk membantu dalam membandingkan, berikut ini akan dijelaskan lebih rinci
perbandingan jenis barang antara Merek BIORF atas nama Termohon Kasasi dan
Merek BIORE yang telah terdaftar lebih dulu atas nama Pemohon Kasasi (dahulu
Penggugat) :
Jenis Barang Kelas 3 Merek BIORE milik Pemohon Kasasi(dahulu Penggugat) Daftar
No. 496355
Jenis Barang Kelas 3 Merek BIORF milik Termohon Kasasi(dahulu Tergugat) Daftar No. IDM000292510
Sabun-sabun sabun mandi; sabun cuci;
sabun cuci cair;
busa-busa untuk membersihkan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
wangi-wangianwangi-wangian/minyak wangi,
kosmetika segala macam kosmetika; segala macam bedak untuk wanita dan anak-
anak;
lotion kulit;
cream-cream kulit;
cream-cream muka;
handbody;
kapas kecantikan;
kutek kuku;
deodorant stick;
lipstick;
shampoo-shampoo shampoo;
sediaan-sediaan untuk membersihkan rambut; sediaan-sediaan untuk perawatan rambut;
cat rambut;
Hal. 37 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Apakah Merek BIORF di bawah Daftar No.IDM000292510 memiliki persamaan
pada pokoknya dengan merek terkenal BIORE untuk barang sejenis dan/atau
tidak sejenis?
40 Butir 52 sampai dengan butir 58 adalah argumentasi hukum Pemohon Kasasi
dalam menjawab persoalan hukum tentang adanya persamaan pada pokoknya
antara Merek BIORF dengan Merek BIORE yang telah terkenal untuk barang
sejenis. Mohon Majelis Hakim Kasasi dapat mengadili dengan seadil-adilnya
dengan mempertimbangkan fakta-fakta dan argumentasi hukum yang akan
diuraikan di bawah ini.
41 Selain kesalahan-kesalahan pertimbangan hukum yang sebagaimana diuraikan
dalam butir 24 sampai dengan butir 38, dan terangkum dalam butir 42 di atas,
Judex Facti telah melakukan kesalahan penerapan hukum karena tidak
mempertimbangkan fakta keterkenalan merek BIORE dan persamaan pada
pokoknya merek BIORF dengan merek terkenal BIORE.
42 Judex Facti dalam putusannya pada halaman 54 alinea ke-3 menyatakan:
"Menimbang, bahwa alasan merek terkenal tersebut dapat dijadikan untuk
melakukan gugatan terhadap pemilik merek lain, namun bukan sebagai
alasan pembatalan sebagaimana dimaksud dalam pasai 76 UU Merek,
karenanya yang utama dibuktikan dalam perkara a quo adalah apakah merek
BIORF mempunyai persamaan pada keseluruhannya atau pada pokoknya
dengan merek BIORE?"
43 Adalah jelas-jelas merupakan kesalahan penerapan hukum yang dilakukan oleh
Judex Facti dalam mempertimbangkan bahwa keterkenalan suatu merek tidak
dapat digunakan sebagai dasar untuk mengajukan gugatan pembatalan merek.
Secara tegas Undang-Undang Merek mengatur hal yang sebaliknya.
Pasal 68 Ayat (1) Undang-Undang Merek menyatakan bahwa dasar hukum
gugatan pembatalan pendaftaran merek adalah sebagai berikut:
"Gugatan pembatalan pendaftaran Merek dapat diajukan oleh pihak yang
berkepentingan berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,
Pasal 5, atau Pasal 6"
Selanjutnya, Pasal 6 ayat (1) butir (b) Undang-Undang Merek menyatakan:
"(1) Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek
tersebut:
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
a....
b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa
sejenis."
Selain itu, ketentuan Pasal 6 ayat (1) huruf b diperluas dengan dukungan substansi
ayat (2) yang berbunyi sebagai berikut :
"Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat pula
diberlakukan terhadap barang dan atau jasa yang tidak sejenis sepanjang
memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah".
44 Bahwa telah terbukti secara hukum, melalui bukti-bukti yang disampaikan pada
sidang pembuktian bahwa Merek BIORE atas nama Pemohon Kasasi dahulu
Penggugat adalah merek terkenal.
45 Bahwa telah dibuktikan kebenarannya, melalui bukti-bukti yang diajukan oleh
Pemohon Kasasi telah secara substantif membuktikan hal-hal sebagai berikut :
a Merek BIORE milik Penggugat telah diterima secara baik oleh masyarakat
atau konsumen di Indonesia sejak sebelum permohonan pendaftaran merek
BIORF diajukan Tergugat-vide Bukti P-131 s.d. Bukti P-149 ;
b Merek BIORE milik Penggugat telah mendapatkan banyak penghargaan
konsumen (consumen awards) di Indonesia sejak sebelum permohonan
pendaftaran merek BIORF diajukan Tergugat -vide Bukti P-30 s.d. Bukti
P-40;
c Merek terkenal BIORE milik Penggugat memiliki sejarah penggunaan yang
panjang baik di Negara asalnya yaitu Jepang maupun di Indonesia. Pada
khususnya, merek terkenal BIORE telah digunakan di Indonesia sejak bulan
Februari 1980-vide Bukti P-131 s.d. Bukti P-149 ;
d Merek BIORE milik Penggugat telah terdaftar secara internasional. Selain di
negara asalnya di Jepang dan di Indonesia, Merek BIORE milik Penggugat
telah terdaftar di banyak negara di dunia sejak sebelum permohonan
pendaftaran merek BIORF diajukan Tergugat-vide Bukti P-87 s.d Bukti
P-112 ;
e Merek BIORE milik Penggugat juga telah mendapatkan pengakuan sebagai
merek terkenal dari lembaga-lembaga yang berwenang di negara-negara di
luar negeri sejak sebelum permohonan pendaftaran merek BIORF diajukan
Tergugat-vide Bukti P-121 s.d Bukti P-124 ;
Hal. 39 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
f Penggugat telah melakukan investasi secara besar-besaran, termasuk namun
tidak terbatas dalam mempromosikan Merek BIORE yang dimilikinya sejak
sebelum permohonan pendaftaran merek BIORF diajukan Tergugat -vide
Bukti P-135 s.d. Bukti P-160 ; dan
g Penjualan produk-produk dengan Merek BIORE telah mencapai angka
penjualan yang tinggi sejak sebelum permohonan pendaftaran merek BIORF
diajukan Tergugat -vide Bukti P-161 s.d Bukti P-166.
h Merek BIORE telah diakui sebagai merek terkenal international berdasarkan
Laporan Perusahaan market survey international AC NIELSEN yang
menyatakan bahwa BIORE sebagai global Mega Brand Franchises -Bukti
P-168.
Bahwa, keterkenalan merek BIORE terbukti eksis sejak sebelum permohonan
pendaftaran merek BIORF diajukan oleh Termohon Kasasi dahulu Tergugat.
Bahwa, bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon Kasasi telah secara substantif
telah memenuhi syarat tentang Merek terkenal sebagaimana di atur dalam
Penjelasan Pasal 6 ayat (1) butir (b) Undang-Undang Merek yang menyebutkan:
"Penolakan Permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhan dengan Merek terkenal untuk barang dan/atau jasa yang sejenis
dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai
Merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan. Di samping itu,
diperhatikan pula reputasi Merek terkenal yang diperoleh karena promosi
yang gencar dan besar-besaran, investasi di beberapa negara di dunia yang
dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran Merek tersebut di
beberapa Negara.
Apabila hal-hal di atas belum dianggap cukup, Pengadilan Niaga dapat
memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri untuk melakukan survei guna
memperoleh kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya Merek yang menjadi
dasar penolakan."
46 Dalam memeriksa perkara pembatalan merek, Pengadilan Niaga disyaratkan
untuk menilai apakah terdapat persamaan dengan merek terkenal untuk barang
sejenis dengan jenis barang yang telah didaftarkan, dan bukan jenis barang yang
digunakan.
Berikut adalah perbandingan antara jenis barang dalam pendaftaran merek BIORF
atas nama Termohon Kasasi (dahulu Tergugat) yang sejenis dengan jenis barang
yang telah terkenal dengan merek BIORE.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Merek BIORE terkenal milik Pemohon
Kasasi (dahulu Penggugat) dan jenis
barang yang telah terkenal dengan
merek BIORE
Merek BIORF dan barang sejenis dalam pendaftaran atas nama Termohon Kasasi (dahulu Tergugat)
BIORE BIORFSabun-sabun busa-busa untuk membersihkan
sabun mandi; sabun cuci;
sabun cuci cair;
segala macam kosmetika;
shampoo;
Berikut adalah perbandingan antara jenis barang dalam pendaftaran merek BIORF
atas nama Termohon Kasasi (dahulu Tergugat) yang erat hubungannya dengan
jenis barang yang telah terkenal dengan merek BIORE.
Jenis-jenis barang di tabel sebelah kanan di bawah ini, walaupun bisa dianggap
tidak sejenis tapi jelas-jelas merupakan jenis-jenis barang yang tergolong dalam
kelas yang sama yaitu kelas 3, sehingga masih terasa dekat persamaannya, sama-
sama berhubungan dengan kosmetik, personal care atau perawatan tubuh manusia.
Merek BIORE terkenal milik Pemohon Kasasi (dahulu Penggugat) dan
jenis barang yang telah terkenal dengan merek BIORE
Merek BIORF dan barang dalam pendaftaran atas nama Termohon Kasasi (dahulu Tergugat)
BIORE BIORFHal. 41 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Sabun-sabun busa-busa untuk membersihkan
sabun mandi; sabun cuci;
sabun cuci cair;
segala macam kosmetika;
shampoo;
wangi-wangian/minyak wangi, segala macam bedak untuk wanita dan anak-
anak;
lotion kulit;
cream-cream kulit;
cream-cream muka;
handbody;
kapas kecantikan ;
kutek kuku;
deodorant stick;
lipstick;
cat rambut;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Judex Facti adalah kekuasaan kehakiman yang mandiri dan diberikan wewenang untuk
melakukan penilaiannya sendiri dalam memberikan pertimbangan hukum.
47 Tidak benar jika Judex Facti mempertimbangkan dan berpihak pada dalil
Termohon Kasasi bahwa Pendaftaran merek BIORF yang tanggal
pendaftarannya tercatat pada Direktorat Merek, Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual (Kantor Turut Termohon Kasasi dahulu Turut Tergugat)
pada tanggal 7 Februari 2011 adalah alasan mutlak yang dapat menangkis semua
alasan-alasan hukum gugatan pembatalan merek yang diajukan oleh Penggugat.
Butir 62 sampai dengan butir 67 adalah alasan-alasan hukum dari Pemohon
Kasasi.
48 Sebagai upaya untuk menjamin aspek keadilan dan persaingan usaha yang sehat
dalam dunia perdagangan, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Merek
telah diatur sistem atau prosedur pemeriksaan dan pendaftaran suatu merek yang
dilakukan secara bertahap dan seimbang dalam memberikan suatu keputusan
substantif. Dalam prosedur ini diberikan kesempatan pada pemohon merek dan/
atau pihak yang berkepentingan untuk mengajukan banding atau tanggapan
terhadap keputusan-keputusan substantif yang telah dikeluarkan oleh Direktorat
Hal. 43 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Merek. Sesuai dengan Undang-Undang Merek, telah diatur tahap-tahap
prosedural pemeriksaan permohonan merek mulai dari tahap pemeriksaan
formalitas merek sampai dengan pemeriksaan perkara merek di Pengadilan
Niaga dan Mahkamah Agung, sebagai berikut:
a Pemeriksaan substantif suatu permohonan merek (Pasal 18 Undang-Undang
Merek);
b Pengajuan keberatan atau tanggapan terhadap penolakan permohonan merek
sebagai hasil pemeriksaan substantif (Pasal 20 Undang-Undang Merek);
c Keberatan oleh pihak ketiga terhadap permohonan pendaftaran merek (Pasal
24 Undang-Undang Merek);
d Permohonan banding kepada Komisi Banding Merek terhadap keputusan
penolakan permohonan merek yang dikeluarkan oleh Direktorat Merek (Pasal 29
Undang- undang Merek);
e Gugatan kepada Pengadilan Niaga terhadap putusan penolakan permohonan
banding yang dikeluarkan oleh Komisi Banding Merek (Pasal 31 Undang-Undang
Merek);
f Gugatan pembatalan kepada Pengadilan Niaga oleh pihak yang
berkepentingan terhadap pendaftaran merek (Pasal 68 Undang-Undang Merek).
49 Dalam Undang-Undang Merek, terdapat ketentuan yang mengatur hal
pemeriksaan perkara pembatalan pendaftaran merek pada Pengadilan Niaga
terhadap merek yang telah terlanjur diputuskan terdaftar oleh Direktorat Merek.
Undang-Undang Merek mengakui adanya kemungkinan bahwa Direktorat
Merek terlanjur mendaftarkan suatu merek yang seharusnya tidak dapat didaftar
dan yang seharusnya ditolak, atau bahwa Direktorat Merek telah diperintahkan
oleh Komisi Banding Merek untuk mendaftarkan suatu merek yang seharusnya
tidak dapat didaftar dan yang seharusnya ditolak.
50 Termohon Kasasi (dahulu Tergugat) telah mendalilkan bahwa pendaftaran
merek BIORF yang telah melewati tahap-tahap prosedural yang diatur dalam
Undang-Undang Merek sebagai dasar untuk membuktikan bahwa merek BIORF
diajukan berdasarkan itikad baik, tidak bertentangan dengan ketertiban umum,
atau tidak memiliki persamaan dengan merek terdaftar, ataupun merek terkenal,
jelas-jelas menunjukkan kesalahan dalam memahami dan mengerti secara
mendasar mengenai apa yang diatur dalam Undang-Undang Merek.
51 Sebagaimana di atur dalam Pasal 68 jo. Pasal 80 Undang-Undang Merek,
Pengadilan Niaga disyaratkan dan diberikan wewenang untuk memeriksa dan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
mempertimbangkan sendiri secara mandiri suatu perkara gugatan pembatalan
merek yang diajukan kepadanya serta secara lengkap menguraikan pertimbangan
hukum yang mendasari putusan yang dikeluarkannya. Dengan kata lain, Judex
Facti tidak harus dan wajib:
a menerima pendaftaran merek BIORF yang dimintakan pembatalannya
sebagai perlawanan Tergugat terhadap alasan-alasan hukum gugatan Penggugat;
b menerima Keputusan Komisi Banding Merek No. 283/KBM/HKI/2010
tertanggal 1 Juli 2010 (Vided T-7) yang memerintahkan Direktorat Merek untuk
mendaftarkan merek BIORF (dengan mengesamping-kan fakta bahwa pada awalnya
Direktorat Merek telah memutuskan untuk menolak permohonan pendaftaran merek
BIORF atas nama Tergugat) sebagai perlawanan Tergugat terhadap alasan-alasan
hukum gugatan Penggugat.
52 Sesuai dengan ketentuan-ketentuan tentang kekuasaan kehakiman, sudah
seharusnya Judex Facti menjalankan tugas dan kekuasaan kehakimannya dengan
memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a Kemandirian Kekuasaan Kehakiman (Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman)
Majelis Hakim Judex Facti secara fungsional, wajib menjaga kemandirian
dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
b Akuntabilitas (Pasal 52 dan Pasal 53 Undang-Undang No. 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman)
Hakim harus mampu melaksanakan tugasnya menjalankan kekuasaan
kehakiman dengan profesional dan penuh tanggung jawab. Hal ini antara
lain diwujudkan dengan memperlakukan pihak-pihak yang berperkara secara
profesional, membuat putusan yang didasari dengan dasar alasan yang
memadai, serta usaha untuk selalu mengikuti perkembangan masalah-
masalah hukum aktual.
c c) Ketidakberpihakan (Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman)
53 Ketidakberpihakan merupakan syarat utama terselenggaranya proses peradilan
yang jujur dan adil, serta dihasilkannya suatu putusan yang mempertimbangkan
pendapat/kepentingan para pihak terkait. Untuk itu, aparatur peradilan harus
tidak berpihak dalam memperlakukan pihak-pihak yang berperkara.
Majelis Hakim Judex Facti telah melakukan kesalahan pen era pan hukum karena
kelalaiannya tidak mempertimbangkan fakta-fakta bahwa Term oh on Kasasi dahulu
Hal. 45 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Tergugat) telah mengajukan permohonan pendaftaran merek BIORF dengan itikad tidak
baik
54 Telah dibuktikan melalui bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon Kasasi pada
persidangan pembuktian bahwa Termohon Kasasi (dahulu Tergugat) telah
mengajukan permohonan pendaftaran merek BIORF dengan itikad tidak baik,
pada khususnya:
a Pemohon Kasasi (dahulu Penggugat) adalah perusahaan yang bergerak di
bidang usaha pembuatan barang-barang keperluan rumah tangga (consumer goods)
sebagaimana dibuktikan oleh Pemohon Kasasi (dahulu Penggugat) melalui Bukti P-19
s.d. P-20, dan Bukti P27 ;
b Termohon Kasasi (dahulu Tergugat) telah menyadari fakta telah terdaftarnya
merek BIORE milik Penggugat dan keterkenalan merek BIORE milik Penggugat. Hal
ini adalah sebagaimana dibuktikan oleh Pemohon Kasasi (dahulu Penggugat) melalui
bukti-bukti keterkenalan merek BIORE yang diajukan pada persidangan pembuktian ;
c Termohon Kasasi (dahulu Tergugat) telah menggunakan merek BIORF
untuk barang-barang yang sejenis dengan barang-barang yang diberikan perlindungan
dalam pendaftaran Merek BIORE milik Pemohon Kasasi (dahulu Penggugat) (vide
Bukti P-16 s.d. P-28);
d Termohon Kasasi (dahulu Tergugat) telah menggunakan merek BIORF
untuk barang-barang yang sejenis dengan barang-barang yang telah digunakan oleh
Pemohon Kasasi (dahulu Penggugat) dengan merek BIORE (vide Bukti P-17);
55 Judex Facti jelas-jelas tidak mempertimbangkan bahwa Termohon Kasasi
(dahulu Tergugat) berniat untuk menggunakan merek BIORF untuk barang-
barang yang sejenis dengan barang-barang yang digunakan oleh Pemohon
Kasasi (dahulu Penggugat) dengan merek BIORE (vide Bukti P-19 s.d. P-20,
dan Bukti P-27). Hal ini dapat dibuktikan atau didukung oleh fakta bahwa semua
jenis barang yang diajukan oleh Termohon Kasasi adalah jenis barang yang
berhubungan dengan personal care products yang sejenis dengan jenis-jenis
barang yang telah dilindungi dalam pendaftaran merek BIORE milik Pemohon
Kasasi.
Jenis Barang Kelas 3 Merek BIORE milik Pemohon Kasasi (dahulu Penggugat) Daftar
No. 496355
Jenis Barang Kelas 3 Merek BIORF milik Termohon Kasasi (dahulu Tergugat) Daftar No. IDM000292510
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Sabun-sabun sabun mandi;sabun cuci;
sabun cuci cair;
busa-busa untuk membersihkan
wangi-wangianwangi-wangian/minyak wangi;
Kosmetika segala macam kosmetika;segala macam bedak untuk wanita dan anak-
anak;
lotion kulit;
cream-cream kulit;
cream-cream muka;
handbody;
kapas kecantikan;
kutek kuku;
deodorant stick;
lipstick;
Hal. 47 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
shampoo-shampoo shampoo;
sediaan-sediaan untuk membersihkan rambut;sediaan-sediaan untuk perawatan rambut;
cat rambut;
Majelis Hakim Judex Facti telah lalai dalam mempertimbangkan dalil-dalil Termohon
Kasasi (dahulu Tergugat) yang tidak relevan, tidak pernah dibuktikan kebenarannya
dalam sidang pembuktian serta bertentangan dengan dalil-dalil lainnya
56 Mohon Majelis Hakim Judex Facti dapat mempertimbangkan fakta bahwa
Termohon Kasasi (dahulu Tergugat) telah mengajukan dalil-dalil yang tidak
relevan, tidak pernah dibuktikan kebenarannya dalam sidang pembuktian, tidak
tepat baik secara faktual maupun hukum dalam persidangan perkara merek a
quo, sehingga dapat diputuskan untuk dikesampingkan dari perkara a quo. Fakta-
fakta tersebut adalah sebagaimana akan diuraikan dalam butir 68 sampai dengan
butir 72 di bawah ini.
57 Termohon Kasasi (dahulu Tergugat) telah mencoba untuk mengecoh Majelis
Hakim dengan menyampaikan argumen bahwa merek Pemohon Kasasi (dahulu
Penggugat) yang terdaftar adalah merek yang menonjolkan huruf kecil, dimana:
a Pada faktanya, pernyataan di atas tidak benar, karena terbukti Pemohon
Kasasi (dahulu Penggugat) telah memiliki pendaftaran merek BIORE
dalam huruf besar baik di Indonesia maupun di berbagai Negara di dunia.
Penggugat telah mengajukan bukti-bukti P-6, P-7, P-89 to P-95, P-97 s.d.
P-100, P-102 s.d.P-104, P-107 s.d. P-110, P-112; dan,
b Argumen Termohon Kasasi (dahulu Tergugat) adalah tidak relevan
karena gugatan pembatalan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi (dahulu
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Penggugat) dalam perkara aquo adalah sehubungan dengan merek
terdaftar dan terkenal sebagaimana ditunjukkan di bawah ini:
Merek terdaftar dan terkenal BIORE milik Pemohon Kasasi
(dahulu Penggugat)
Merek BIORF atas nama Termohon Kasasi (dahulu Tergugat)
BIORE BIORF
58 Termohon Kasasi mendalilkan bahwa merek BIORF memiliki arti khusus
sebagai "Bahan Organik yang dapat diperbaharui untuk menuju kehidupan
lingkungan yang segar." Namun demikian, tidak pernah dibuktikan kebenaran
dalil tersebut melalui bukti apapun dalam sidang pembuktian perkara a quo,
bahwa arti kata BIORF dan penjabaran seperti yang didalilkan di atas, eksis
sejak tanggal permohonan pendaftaran merek BIORF diajukan kepada
Direktorat Merek (Turut Termohon Kasasi).
Sebaliknya, Termohon Kasasi mencantumkan kata BIORF adalah suatu penamaan
pada Sertifikat Pendaftaran Merek BIORF di bawah Daftar No.IDM000292510
(Vide Bukti T-1).
Mohon Majelis Hakim Kasasi dapat mempertimbangkan dengan seadil-adilnya
bahwa simulasi arti merek BIORF ini, terkesan memaksakan konsep, mengandung
rekayasa dan dengan alasan yang mengada-ada.
59 Termohon Kasasi (dahulu Tergugat) telah menyatakan bahwa Pemohon Kasasi
(dahulu Penggugat) tidak dapat memonopoli penggunaan merek BIO. Namun
demikian:
a Pada faktanya, pernyataan Termohon Kasasi (dahulu Tergugat) di atas tidak
benar dan tidak dapat dibuktikan oleh Termohon Kasasi (dahulu Tergugat) oleh karena
Pemohon Kasasi telah memiliki pendaftaran merek BIO (di bawah Daftar No. 403955,
diperpanjang dengan Daftar No.IDM000115047 tertanggal 23 Maret 2007) di Indonesia,
di mana perlindungannya telah berlaku sejak tanggal penerimaan permohonannya, yaitu
sejak tanggal 16 Januari 1997. Hal ini sebagaimana dibuktikan melalui Bukti P-12. Dan,
Hal. 49 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
sesuai dengan ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Merek, Negara telah memberikan hak
secara eksklusif kepada Pemilik merek terdaftar untuk menggunakan sendiri merek
tersebut; dan
b Argumen-argumen Termohon Kasasi (dahulu Tergugat) mengenai merek
BIO adalah tidak relevan karena gugatan pembatalan pendaftaran merek yang diajukan
oleh Pemohon Kasasi (dahulu Penggugat) dalam perkara a quo adalah sehubungan
dengan Merek BIORF dan Merek BIORE.
c Argumen-argumen Termohon Kasasi (dahulu Tergugat) bahwa kata VBIO'
adalah milik umum untuk jenis barang di kelas 3 juga tidak pernah dibuktikan
kebenarannya. Khususnya, tidak terbukti bahwa masyarakat mempunyai asosiasi bahwa
kata 'BIO' adalah sediaan mencuci, membersihkan, sabun-sabun, atau jenis barang
apapun yang masuk dalam kelas 3. Dengan kata lain, BIO tidak pernah dapat dibuktikan
pernah menjadi jenis barang atau generik di kelas 3.
d Demikian pula, dalil Termohon Kasasi (dahulu Tergugat) mengenai adanya
merek-merek milik pihak ketiga yang memiliki persamaan bunyi, akan tetapi dapat
didaftar dan berdampingan sebagaimana diuraikan pada kalimat terakhir pada halaman
19 Putusan Judex Facti, adalah tidak relevan dan tidak pernah diajukan satu bukti
apapun dalam sidang pembuktian yang mendukung dalil tersebut. Oleh karenanya,
seharusnya dikesampingkan
Sebagaimana telah didalilkan dalam butir 24 sampai dengan 27 bahwa adanya
persamaan bunyi tidak bisa mengesampingkan fakta adanya persamaan secara
visual, kemiripan atau persamaan bentuk, cara penempatan, cara penulisan
yang terdapat dalam merek-merek.
60 Pemohon Kasasi (dahulu Penggugat) telah secara konsisten dalam Surat
Gugatan, Surat Replik dan Daftar Bukti-bukti, dan Kesimpulannya dalam
mendalilkan dan membuktikan bahwa merek BIORE milik Pemohon Kasasi
(dahulu Penggugat) adalah merek yang telah terdaftar dan terkenal sebelum
diajukannya permohonan pendaftaran merek BIORF oleh Termohon Kasasi
(dahulu Tergugat).
Sebaliknya, Termohon Kasasi dahulu Tergugat tidak mengajukan satu bukti
apapun yang menunjukkan bahwa sebelum diajukannya permohonan pendaftaran
merek BIORF oleh Termohon Kasasi (dahulu Tergugat), merek BIORF telah
terbukti berasal dari pemikiran Termohon Kasasi tanpa ada itikad untuk
mendompleng keterkenalan merek BIORE milik Pemohon Kasasi.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
61 Bahkan, alih-alih menangkis dalil-dalil Pemohon Kasasi (dahulu Penggugat) di
atas, Termohon Kasasi (dahulu Tergugat) telah mengajukan bukti-bukti yang
tidak relevan kepada Pengadilan, di mana bukti-bukti tersebut seharusnya
dikesampingkan.
Pada khususnya, bukti yang diajukan oleh Tergugat adalah bukti yang tidak
bertanggal, yaitu Bukti T-6, dari bukti-bukti yang jelas-jelas telah lewat dari
tanggal diajukannya permohonan pendaftaran merek BIORF, yaitu 14 Desember
2006, sebagai berikut:
a Vide Bukti T-2 tertanggal 13 Agustus 2007
b Vide Bukti T-3 tertanggal 12 September 2007
c Vide Bukti T-4 tertanggal 31 Agustus 2009
d Vide Bukti T-2 tertanggal 31 Agustus 2009.
Bukti-bukti yang bertanggal setelah tanggal diajukannya permohonan pendaftaran
merek BIORF, jelas-jelas tidak membuktikan dalil-dalil Termohon Kasasi dan
fakta-fakta yang ada sebelum permohonan pendaftaran merek di ajukan, pada
khususnya tidak bisa mematahkan dalil Pemohon Kasasi bahwa permohonan
merek BIORF di ajukan dengan itikad tidak baik. Oleh karenanya, seharusnya
dikesampingkan.
Kesimpulan
62 Pemohon Kasasi memohon Mahkamah Agung, RI dan Majelis Hakim Kasasi
dapat membatalkan Putusan Judex Facti di atas dengan alasan sebagaimana
diatur dalam ketentuan Pasal 30 Ayat 1 huruf (b) Undang-Undang No.14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung, bahwa Putusan Judex Facti telah salah
menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku.
63 Judex Facti telah melakukan kesalahan fatal dalam melakukan penerapan hukum
dalam memberikan pertimbangan hukum dan memutuskan perkara pembatalan
merek, yang seyogyanya di pertimbangan dengan dasar hukum Pasal 68 Ayat (1)
jo. Pasal 6 ayat (1) butir (a) dan (b), Pasal 6 ayat (2), Pasal 4 dan Pasal 5 butir (a)
Undang-Undang Merek, justru dipertimbangkan dengan dasar hukum Pasal 76
Undang-Undang Merek.
Sehingga, keseluruhan pertimbangan hukum yang telah diberikan selama merujuk
atau mendasarkan pada ketentuan Pasal 76 Undang-Undang Merek adalah
seharusnya dinyatakan tidak berdasar dan seharusnya dikesampingkan. Dengan
alasan ini pula, mohon Mahkamah Agung berkenan untuk memeriksa dan
Hal. 51 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
mengadili sendiri serta memutu5 permohonan kasasi dalam perkara ini dengan
putusan yang membatalkan Putusan Judex Facti.
64 Judex Facti telah melakukan kesalahan penerapan hukum dalam menilai obyek
gugatan. Sesuai dengan ketentuan Pasal 68 ayat (1) jo. Pasal 6 ayat (1) butir (a)
dan (b), Pasal 6 ayat (2), Pasal 4 dan Pasal 5 butir (a) Undang-Undang Merek,
dalam perkara a quo yang seharusnya dipersoalkan adalah pendaftaran merek,
bukan penggunaan merek BIORF pada jenis-jenis barang yang diperdagangkan
oleh Termohon Kasasi. I
65 Judex Facti melakukan kesalahan penerapan hukum dalam memberikan
pertimbangan hukum dan bagaimana seharusnya menilai ada atau tidaknya
persamaan pada pokoknya merek pada perkara gugatan pembatalan pendaftaran
merek sebagaimana berikut:
• Pada khususnya, jelas terbukti bahwa antara merek BIORE milik Pemohon
Kasasi dan merek BIORF milik Termohon Kasasi memiliki persamaan bentuk, cara
penempatan, cara penulisan dan sangat kecil perbedaanya yaitu satu garis kecil pada
huruf E dan F.
• Antara merek BIORE dan merek BIORF, tidak cukup dapat dibedakan
secara pengucapan. Terbukti dalam keputusannya sendiri, Majelis Judex Facti
menyebutkan merek BIORF sebagai BIOREF -secara fonetik diucapkan bi-yo-ref.
Antara 'BIOREF' (dibaca: bi-yo-ref) dan BIORE (dibaca: bi-yo-re) membuktikan adanya
kesan yang sama dalam pengucapan.
• Tidak terbukti bahwa kata 'BIO' adalah milik umum untuk jenis barang di
kelas 3. Khususnya, merek BIO ternyata telah terdaftar atas nama Pemohon Kasasi dan
dilindungi di Indonesia sejak tanggal 16 Januari 1997, dan tidak terbukti bahwa
masyarakat mempunyai asosiasi bahwa kata 'BIO' adalah sediakan mencuci,
membersihkan, sabun-sabun, atau jenis barang apapun yang masuk dalam kelas 3.
Dengan kata lain, BIO tidak pernah dapat dibuktikan pernah menjadi jenis barang atau
generik di kelas 3.
Terbukti bahwa Merek BIORE melalui sertifikat pendaftaran merek Daftar
No. 496355, merek BIORF melalui sertifikat pendaftaran merek Daftar No.
IDM000292510 adalah suatu penamaan. Sehingga seharusnya yang
dibandingkan adalah nama BIORE dan BIORF secara keseluruhan bukan
dengan dipenggal menjadi BIO R-E dan BIO RF.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 52
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
66 Pertimbangan Judex Facti yang menyatakan oleh karena merek BIORF memiliki
"arti kata" sebagai dasar konklusi untuk membuktikan tidak terpenuhinya
persamaan pada pokoknya antara dua merek dan tidak terpenuhinya dugaan
permohonan memiliki itikad baik, jelas-jelas tidak berdasar dan seharusnya
dikesampingkan.
Pada khususnya, Termohon Kasasi tidak pernah mengajukan bukti yang
membuktikan kebenaran atau fakta tentang dalilnya sendiri bahwa arti merek
BIORF adalah "Bahan Organik yang dapat diperbaharui untuk menuju kehidupan
lingkungan yang segar" dan "PAI FUK" dalam bahasa Mandarin.
Justru pada faktanya, sebagaimana dibuktikan pada Sertifikat Pendaftaran Merek
BIORF di bawah Daftar NO. IDM000292510, merek BIORF disebut sebagai suatu
penamaan, tanpa menjelaskan arti lain.
Dalil Termohon Kasasi tentang arti merek BIORF ini, jelas terkesan memaksakan
konsep, mengandung rekayasa dan dengan alasan yang mengada-ada, dan sengaja
dibuat untuk menangkis dalil-dalil Pemohon Kasasi yang menyatakan bahwa
BIORF memiliki persamaan dengan merek terkenal BIORE dan diajukan dengan
itikad tidak baik serta bermaksud untuk mendompleng keterkenalan merek
terkenal BIORE.
67 Judex Facti melakukan kesalahan penerapan hukum karena jelas-jelas
mengabaikan tidak mempertimbangkan alasan-alasan dan bukti-bukti yang telah
diajukan sehubungan pembatalan terhadap pendaftaran merek BIORF adalah
berdasarkan persamaan pada pokoknya dengan merek terkenal untuk barang
sejenis dan/atau tidak sejenis.
68 Judex Facti melakukan kesalahan penerapan hukum karena jelas-jelas
mengabaikan
untuk memberikan pertimbangan dan penilaian mengenai alasan-alasan yang
disertai bukti-bukti bahwa merek BIORF diajukan berdasarkan permohonan
yang diajukan oleh Pemohon yang beriktikad tidak baik. Sebaliknya, Judex Facti
malah mempertimbangkan dalil-dalil Termohon Kasasi yang diajukan tanpa
bukti pendukung sama sekali.
69 Bahwa di samping hal-hal tersebut di atas, Pemohon Kasasi tetap pada dalil-dalil
serta argumen-argumennya sebagaimana telah dikemukakan dalam gugatan,
replik, dan kesimpulannya serta bukti-bukti yang telah diajukan dalam
pemeriksaan tingkat pertama di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Hal. 53 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 53
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
70 Sebagai bahan pertimbangan Majelis Hakim Kasasi, untuk mendukung dalil-
dalil Pemohon Kasasi sebagaimana diuraikan dalam Memori Kasasi ini, mohon
Majelis Hakim Kasasi, dapat mempertimbangkan pendapat hukum dari ahli
kekayaan hak intelektual Prof. M. Hawin, S.H, LLM., Ph.D, Guru Besar
Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan Dr. Henry Soelistyo Budi, SH.,
Ketua Program Magister Hukum, Universitas Pelita Harapan.
Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung
berpendapat :
Bahwa alasan tersebut dapat dibenarkan, oleh karena Judex Facti telah salah
menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai berikut:
Bahwa merek yang digunakan Tergugat yaitu “Merek BIORF” mempunyai
persamaan pada pokoknya dengan merek BIORE milik Penggugat ;
Bahwa merek “BIORE” milik Penggugat merupakan merek terkenal yang sudah
terdaftar terlebih dahulu ;
Bahwa “Merek BIORF” milik Tergugat yang terdaftar kemudian untuk kelas
barang yang sama, sehingga terbukti Tergugat dengan itikad tidak baik telah
membonceng ketenaran merek Penggugat ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, menurut pendapat
Mahkamah Agung terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan kasasi dari
Pemohon Kasasi : KAO Corporation dan membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 02/Merek/2012/ PN.Niaga.Jkt.Pst., tanggal 24 Mei
2012 serta Mahkamah Agung mengadili sendiri perkara ini dengan amar putusan
sebagaimana yang akan disebutkan dibawah ini ;
Menimbang, bahwa oleh karena Termohon Kasasi/Tergugat berada di pihak
yang kalah, maka ia harus dihukum untuk membayar biaya perkara dalam semua tingkat
peradilan ;
Memperhatikan, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek,
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana yang telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, serta peraturan perundang-undangan lain yang
bersangkutan;
M e n g a d i l i:
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 54
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: Kao CORPORATION
tersebut ;
Membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
No. 02/Merek/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst., tanggal 24 Mei 2012 ;
Mengadili Sendiri:
1Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;
2Menyatakan bahwa Merek BIORF Daftar No. IDM000292510 atas nama Tergugat
memiliki persamaan pada pokoknya untuk barang sejenis dengan merek yang
telah terdaftar lebih dulu milik Penggugat yaitu merek BIORE Daftar
No.496355 ;
3Menyatakan bahwa Merek BIORE milik Penggugat sebagai merek terkenal;
4Menyatakan bahwa Merek BIORF Daftar No. IDM000292510 atas nama Tergugat
memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek terkenal BIORE untuk
barang sejenis ;
5Menyatakan bahwa Merek BIORF Daftar No. IDM000292510 atas nama Tergugat
memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek terkenal BIORE untuk
barang tidak sejenis ;
6Menyatakan bahwa Tergugat beriktikad tidak baik pada waktu mengajukan
permohonan pendaftaran Merek BIORF Daftar No. IDM000292510 ;
7Menyatakan bahwa pendaftaran Merek BIORF Daftar No. IDM000292510 atas
nama Tergugat adalah bertentangan dengan ketertiban umum ;
8Membatalkan Merek BIORF Daftar No. IDM000292510 atas nama Tergugat yang
terdaftar dalam Daftar Umum Merek dengan segala akibat hukumnya;
9Memerintahkan juru sita untuk menyampaikan putusan kepada para pihak paling
lama 14 hari setelah putusan atas gugatan pembatalan diucapkan sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang Merek yang berlaku ;
10 Memerintahkan Turut Tergugat untuk tunduk dan taat pada putusan Pengadilan
dalam perkara ini dengan melaksanakan pembatalan Merek BIORF Daftar No.
IDM000292510 atas nama Tergugat dari Daftar Umum Merek dengan mencoret
merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dan mengumumkannya
dalam Berita Resmi Merek sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Merek
yang berlaku;
11 Memerintahkan Turut Tergugat untuk memberitahukan secara tertulis kepada
Tergugat dengan menyebutkan alasan pembatalan dan penegasan bahwa sejak
Hal. 55 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 55
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
tanggal pencoretan dari Daftar Umum Merek, Sertifikat Merek BIORF Daftar
No. IDM000292510 yang bersangkutan dinyatakan tidak berlaku lagi;
12 Memerintahkan Tergugat untuk menghentikan semua tindakan penggunaan
Merek BIORF Daftar No. IDM000292510 sebagai akibat telah dibatalkannya
pendaftaran Merek BIORF penggunaan Merek BIORF merupakan penggunaan
secara tanpa hak;
13 Menyatakan bahwa sebagai akibat telah dibatalkannya pendaftaran Merek
BIORF, penggunaan Merek BIORF Daftar No. IDM000292510 merupakan
penggunaan secara tanpa hak;
Menghukum Termohon Kasasi/Tergugat untuk membayar biaya perkara dalam
semua tingkat peradilan yang dalam tingkat kasasi ini ditetapkan sebesar
Rp.5.000.000,00 (lima juta Rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim pada
Mahkamah Agung, pada hari Senin, tanggal 21 Januari 2013, oleh
I Made Tara, S.H., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung
sebagai Ketua Majelis, Dr. Nurul Elmiyah, S.H., M.H. dan Soltoni Mohdally, S.H.,
M.H., Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka
untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota
tersebut dan dibantu oleh Barita Sinaga, S.H., M.H., Panitera Pengganti, tanpa dihadiri
oleh para pihak;
Hakim-Hakim Anggota; K e t u a;
Ttd./ Ttd./
Dr. Nurul Elmiyah, S.H., M.H. I Made Tara, S.H.
Ttd./
Soltoni Mohdally, S.H., M.H.
Panitera Pengganti;
Ttd./
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 56
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Barita Sinaga, S.H., M.H.
Biaya-biaya:
1 M e t e r a i …………….Rp. 6.000,00
2 R e d a k s i ………….. Rp. 5.000,00
3 Administrasi kasasi……Rp. 4.989.000,00
Jumlah Rp. 5.000.000,00
Untuk Salinan
Mahkamah Agung RI
a.n. Panitera
Panitera Muda Perdata Khusus
Rahmi Mulyati, SH., MH.
NIP. 1959 1207 1985 12 2 002
Hal. 57 dari 57 hal. Put. No. 590 K/Pdt.Sus/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 57