PERLINDUNGAN HAK CIPTA ATAS KARYA SENI BERBENTUK DUA ...
Transcript of PERLINDUNGAN HAK CIPTA ATAS KARYA SENI BERBENTUK DUA ...
PERLINDUNGAN HAK CIPTA ATAS KARYA SENI BERBENTUK DUA DIMENSI
YANG DIPERGUNAKAN SEBAGAI MEREK (STUDI KASUS: PENGGUNAAN
GAMBAR SKETSA CIPTAAN ALM. HENK NGANTUNG YANG DIPERGUNAKAN
SEBAGAI MEREK)
Oleh: Timothy Solomon Zebua (0906520521)
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai perlindungan yang diberikan hak cipta atas sebuah karya seni
dua dimensi yang dipergunakan sebagai merek. Diawali dengan pembahasan mengenai karya
seni dan pengklasifikasiannya kemudian dibahas mengenai perlindungan Hak Cipta atas karya
seni tersebut. Dikarenakan sebuah karya seni telah dapat mendapatkan perlindungan Hak Cipta
atasnya maka ketentuan mengenai Hak Cipta akan berlaku atasnya. Terkait dengan
penggunaannya sebagai Merek maka perlu dilakukan pengalihan Hak Cipta terlebih dahulu dari
Pencipta kepada pihak yang akan mempergunakan karya tersebut. Terkait dengan
perlindungannya skripsi ini akan membahas teori yang dipaparkan yang nantinya akan dikaitkan
dengan kasus Alm. Henk Ngantung. Alm. Henk Ngantung merupakan seorang seniman, pembuat
sketsa patung selamat datang di bundaran Hotel Indonesia. Gambar sketsa Alm. dipergunakan
sebagai Merek tanpa izin oleh salah satu pusat perbelanjaan ternama di Jakarta yang terletak di
bundaran Hotel Indonesia.
Kata Kunci: Karya Seni Dua Dimensi, Perlindungan Hak Cipta vs Perli
ndungan Merek
ABSTRACT
This mini-thesis discusses about protection of two dimensional works of art which is used as a
Trademark which is granted by Copyright. The discussion starts from artworks, classification
and continues with the protection that granted by Copyright. Due to protection which is granted
by Copyright to artworks, all provision on Copyright Law will apply on it. Related with the use
of artworks as trademarks, before using it, the party who want to use it needs to transfer of
Copyright from Creator. Regarding the protection of artworks, this mini-thesis will discuss
theory which is provided in it and attributed to the Alm. Henk Ngantung case. Alm. Henk
Ngantung, the Artist who is Sketcher of Patung Selamat Datang at Bundaran Hotel Indonesia.
His sketch was used as a trademark by one of the leading shopping centers in Jakarta which is
located at Bundaran Hotel Indonesia without any permission.
Keywords: Two Dimensional Works of Art, Copyright Protection vs Trademarks Protection
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
PENDAHULUAN
Latar Belakang Permasalahan
Di dalam sebuah tayangan televisi, sedang dibahas kasus yang terkait dengan Hukum
Kekayaan Intelektual di bidang seni. Pada salah satu segmen tayangan tersebut digambarkan
seorang ibu yang merasa tidak mendapatkan pengakuan atas karya seni yang dibuat oleh
suaminya, yaitu seorag seniman bernama Henk Ngantung. Henk Ngantung adalah seorang
pelukis dan mantan Gubernur DKI Jakarta pada periode tahun 1964-1965. Henk Ngantung
merupakan pembuat sketsa dari Patung Selamat Datang. Patung tersebut terletak di bundaran
Hotel Indonesia dan menggambarkan sepasang pria dan wanita yang sedang melambaikan
tangan. Ide pembuatan patung ini berasal dari Presiden Soekarno dan desain awalnya dikerjakan
oleh Henk Ngantung pada saat beliau menjabat menjadi wakil Gubernur DKI Jakarta. Selain
membuat sketsa patung selamat datang, beliau juga merupakan pembuat lambang DKI Jakarta.
Permasalahan Hukum Kekayaan Intelektual yang dibahas dalam acara tersebut menyangkut
karya dari Alm. Bapak Henk Ngantung. Permasalahannya yaitu adanya penggunaan karya dari
Alm. Bapak Henk Ngantung yang digunakan sebagai Merek oleh salah satu pusat perbelanjaan
di daerah Bundaran Hotel Indonesia tanpa seizin dari keluarga Alm. Bapak Henk Ngantung.
Setelah melihat dua masalah pada tayangan tersebut, muncul dalam pikiran peneliti beberapa
pertanyaan hukum terkait penggunaan gambar dari sketsa Patung Selamat Datang yang
dipergunakan sebagai Merek oleh pusat perbelanjaan tersebut. Apakah karya seni dapat
diterapkan sebagai Merek? Bagaimana dengan proses penerapannya? Bagaimana pengaturan
tentang hak dan kewajibannya? Berdasarkan beberapa pertanyaan yang muncul tersebut peneliti
akan meneliti kasus tersebut dan membahasnya dalam penelitian ini.
Setelah melihat permasalahan pada tayangan tersebut, muncul dalam pikiran peneliti
beberapa pertanyaan hukum terkait penggunaan gambar dari sketsa Patung Selamat Datang yang
dipergunakan sebagai Merek oleh pusat perbelanjaan tersebut. Apakah karya seni dapat
diterapkan sebagai Merek? Bagaimana dengan proses penerapannya? Bagaimana pengaturan
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
tentang hak dan kewajibannya? Berdasarkan beberapa pertanyaan yang muncul tersebut peneliti
akan meneliti kasus tersebut dan membahasnya dalam penelitian ini.
Sebuah karya seni merupakan perwujudan dari seni. Seni adalah aktivitas manusia untuk
mengungkapkan pengalaman estetis ke dalam wujud lahiriah dengan tata susunan unsur yang
indah sehingga dapat menimbulkan pengalaman baru bagi orang lain.1 Dengan demikian dapat
diartikan suatu karya seni merupakan hasil pemikiran atau aktivitas manusia yang berasal dari
jiwa emosi manusia yang dituangkan melalui garis cat dan bidang datar maupun bidang yang
tidak rata.
Karya seni dapat dibedakan dalam beberapa klasifikasi, salah satunya berdasarkan dimensi.
Berdasarkan dimensinya karya seni dapat dibagi menjadi karya seni rupa dua dimensi (dwi
matra) dan karya seni tiga dimensi (tri matra). Karya seni yang berbentuk dua dimensi
merupakan karya seni yang hanya dapat dilihat dari sudut pandang saja. Karya seni dua dimensi
hanya memiliki panjang dan lebar, dan hanya dapat terlihat dalam satu bidang datar saja. Contoh
dari karya seni dua dimensi adalah lukisan atau gambar, sedangkan karya seni yang berbentuk
tiga dimensi merupakan karya seni yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Karya seni
tiga dimensi memiliki tinggi atau tebal. Tinggi atau tebal pada karya seni yang berbentuk tiga
dimensi ini yang membedakan antara karya seni dua dimensi dengan karya seni tiga dimensi.
Contoh dari karya seni tiga dimensi adalah patung, ukiran dan anyaman.2
Apakah suatu gambar sketsa termasuk suatu karya seni atau tidak? Gambar sketsa (gambar
sket) adalah gambar yang digunakan untuk merekam keadaan, atau bantuan awal untuk
rancangan melukis dan mematung. Bentuk gambar sketsa ini sangat sederhana karena hanya
memunculkan goresan-goresan yang mewakili objek dalam bentuk garis sederhana.3 Walaupun
gambar sketsa ini dapat dikatakan sebagai sebuah karya sederhana karena berupa goresan-
goresan yang mewakili obyek, tetapi gambar sketsa termasuk sebuah karya seni. Hal tersebut
disebabkan gambar sketsa merupakan hasil dari suatu pemikiran manusia yang dituangkan dalam
1 “Bab V Seni Rupa,” http://www.docstoc.com/docs/128357540/BAB-V-Seni-Rupa (diakses pada 20
Oktober 2012 pukul 20:00) 2 Lukmanul Hakim, “Makalah Pendidikan Seni Rupa Pendidikan Seni Rupa Fakultas Seni dan Desain
Universitas Negri Makasar,” http://edisukarman.blogspot.com/2012/06/makalah-seni-rupa-pendidikan-seni-
rupa.html (diakses pada 23 September pukul 21:50). 3 “Bab V Seni Rupa,” http://www.docstoc.com/docs/128357540/BAB-V-Seni-Rupa (diakses pada 20
Oktober 2012 pukul 20:00)
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
sebuah bidang datar dengan garis sebagai unsur utamanya . Gambar sketsa ini termasuk ke dalam
karya seni, berupa seni gambar. Berdasarkan dimensinya sebuah gambar sketsa merupakan
sebuah karya seni berbentuk dua dimensi karena gambar sketsa ini hanya dapat dilihat dari satu
sudut pandang saja dan hanya memiliki panjang dan lebar.
Sebuah karya seni mendapatkan perlindungan dari hukum melalui Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta atau Undang-Undang Hak Cipta. Dalam pasal 12 ayat (1)
Undang-Undang Hak Cipta diatur mengenai ciptaan yang dilindungi oleh undang-undang, yaitu
ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. Pasal 12 ayat (1) angka 6 Undang-
Undang Hak Cipta mengatur secara rinci mengenai seni rupa yang diatur dalam Undang-
Undang, yaitu seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni pahat,
seni patung, kolase, dan seni terapan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta .
Berdasarkan penjelasan di atas suatu karya seni mendapatkan perlindungan berdasarkan
hukum, selanjutnya bagaimana dengan pencipta dari sebuah karya tersebut? Apakah seorang
pencipta mendapatkan perlindungan atas karya yang telah diciptakan? Pasal 2 ayat (1) Undang-
Undang Hak Cipta mengatur hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang
hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya yang timbul secara otomatis
setelah suatu cipataan dilahirkan. Melihat pada pasal tersebut seorang pencipta dari suatu karya
memiliki hak cipta atas karya yang diciptakan dan hak tersebut secara otomatis muncul setelah
suatu ciptaan tersebut dilahirkan. Otomatis berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki
pengertian yaitu dengan sendirinya.4 Dengan demikian, pencipta dengan sendirinya mendapatkan
perlindungan atas suatu karya atau ciptaan yang diciptakan saat ciptaan atau karyanya selesai
dibuat.
Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menyatakan
bahwa hak cipta adalah hak eksklusif bagi penciptanya atau bagi pemegang hak cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya yang timbul secara otomatis setelah suatu
cipataan dilahirkan. Hak eksklusif yang dimaksud disini memiliki pengertian bahwa hak cipta
mengandung dua esensi hak, yaitu: hak ekonomi (economic right) dan hak moral (moral right).
Hak ekonomi meliputi hak untuk mengumumkan, memperbanyak ciptaannya, termasuk di
4 Kamus Besar Bahasa Indonesia elektronik, arti karta otomatis
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
dalamnya hak dari seorang pencipta untuk mendapatkan keuntungan atas ciptaannya.5 Hak moral
meliputi hak pencipta untuk dicantumkan namanya dalam ciptaannya dan hak pencipta untuk
melarang orang lain mengubah ciptaannya.6 Jadi, seorang pencipta suatu karya seni memiliki
hak ekonomi (economic right) dan hak moral (moral right) atas karya atau ciptaan mereka.7
Merujuk pada kasus, terdapat permasalahan terkait dengan hak eksklusif dari pencipta. Hak
eksklusif yang dipermasalahkan dalam kasus ini adalah hak ekonomi dan hak moral dari Alm.
Bapak Henk Ngantung. Permasalahan hak eksklusif dalam kasus dapat terlihat dari tidak adanya
izin atas penggunaan karya dari Alm. Bapak Henk Ngantung oleh pihak pusat perbelanjaan yang
menggunakan karya beliau sebagai Merek sehingga pihak keluarga Alm. Bapak Henk Ngantung
tidak dapat menikmati keuntungan atas pengunaan karya beliau.
Terkait dengan penggunaan sebuah karya seni sebagai Merek maka yang dimaksud dengan
penggunaan dalam penelitian ini adalah cara atau proses untuk menggunakaan sebuah karya seni
menjadi Merek. Agar sebuah karya seni dapat dipergunakan dan mendapatkan pengakuan
sebagai sebuah Merek maka perlu dilakukan sebuah pendaftaran. Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2001 tentang Merek atau Undang-Undang Merek mensyaratkan bahwa untuk
mendapatkan pengakuan atas suatu Merek harus dilakukan pendaftaran.8 Pendaftaran sebuah
Merek dapat dilakukan oleh siapa saja yang akan menggunakan Merek tersebut dalam kegiatan
perdagangan.9
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek menyatakan bahwa Hak atas
Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik Merek yang terdaftar
dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek
tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya. Dengan demikian,
seorang pemegang hak atas Merek yang telah mendaftarkan Merek barang atau jasa memiliki
hak secara eksklusif untuk menggunakan Merek tersebut.
5 Imam Sjahputra, S.H., LL.M., Hak atas Kekakayaan Intelektual (Suatu Pengantar), (Jakarta: Harvarindo,
2007), 118. 6 DR. Henry, Soelistyo, S.H., LL.M., Hak Cipta Tanpa Hak Moral (Yogyakarta: Rajawali Pers, 2011), 47.
7Lucky Setiawati, “Mungkinkah Transfer Pendaftaran HKI Antar-Negara?,”
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl1821/mungkinkah-transfer-pendaftaran-hki-antar-negara (diakses pada
29 September 2012 pukul 22:05). 8 Hotma, “MEREK DAGANG DIJIPLAK TANPA IZIN,” http://www.lbhmawarsaron.or.id/bantuan-
hukum/Berita/Merek-dagang-dijiplak-tanpa-izin.html (diakses pada tanggal 29 September pukul 20:50). 9 Asian Law Group Pty Ltd, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar (Bandung:Alumni, 2006), 8.
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
Setelah membahas mengenai perlindungan yang diberikan oleh undang-undang kepada
sebuah karya seni dan penciptanya serta pendaftaran Merek maka kemudian muncul pertanyaan
apakah perlindungan hak cipta tersebut masih dapat berlaku saat sebuah karya seni tersebut
dipergunakan sebagai Merek? Hal tersebut menjadi menarik karena seperti yang telah dijelaskan
di atas Merek telah memiliki peraturan yang mengatur Merek secara khusus yaitu dalam
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek atau Undang-Undang Merek.
Berdasarkan hal yang telah disebutkan diatas dan dikaitkan dengan kasus yang terdapat
dalam tayangan televisi tersebut maka peneliti menjadi tertarik untuk membahas perlindungan
atas hak cipta sebuah karya seni yang dipergunakan sebagai Merek. Dengan demikian untuk
penelitian ini peneliti akan memberikan judul Perlindungan Hak Cipta atas Pemanfaatan
Karya Seni Dua Dimensi yang Dipergunakan sebagai Merek (studi kasus: Kasus Henk
Ngantung seniman pembuat sketsa patung selamat datang di Bundaran Hotel Indonesia).
Pokok Permasalahan
Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka pokok
permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah apakah ada perlindungan hak cipta
atas sebuah karya seni dua dimensi yang dipergunakan sebagai Merek?
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
PEMBAHASAN
Posisi Kasus Alm. Bapak Henk Ngantung
Seperti yang telah disebutkan pada bab pertama, bahwa kasus ini belum masuk ke dalam
ranah pengadilan, untuk itu peneliti akan membahas kasus ini berdasarkan keterangan yang
diberikan oleh pihak keluarga dari Alm. Bapak Henk Ngantung, yaitu Evy Ngantung (istri Alm.
Henk Ngantung). Meskipun kasus ini nyata, tetapi karena belum menjadi kasus hukum di
pengadilan, maka pengungkapan kasus ini bersifat hipotesis, sekadar supaya bisa ditelaah dalam
perspektif hukum kekayaan intelektual.
Sekadar awal informasi Henk Ngantung telah meninggal pada tahun 1991.
Alm. Henk Ngantung merupakan Pencipta dari gambar sketsa patung selamat datang yang
terletak di bundaran Hotel Indonesia. Gambar sketsa patung selamat datang tersebut telah dibuat
oleh Alm. Henk Ngantung sekitar awal tahun 1962 yang kemudian dijadikan patung pada tahun
yang sama oleh Edhi Sunarso. Patung tersebut diresmikan pada tahun yang sama oleh Presiden
Soekarno.
Kasus ini bermula dari adanya pemuda yang tinggal di rumah keluarga Alm. Henk Ngantung.
Pemuda tersebut sedang duduk di bundaran Hotel Indonesia (H.I.) kemudian dia melihat pada
gambar yang terdapat di pada logo sebuah pusat berbelanjaan yang terletak di depan bundaran
Hotel Indonesia (H.I.). Sambil bertanya-tanya dalam hatinya, pemuda tersebut kembali ke rumah
keluarga Alm. Henk Ngantung dan menanyakan kepada Evy Ngantung (istri dari Alm. Henk
Ngantung) „bu, tadi saya dari bundaran H.I. lalu saya lihat gambar bapak digunakan sebagai
logo oleh pusat perbelanjaan yang di depan bundaran tersebut, kenapa ibu tidak pernah cerita?‟
Mendengar hal tersebut Evy Ngantung terkejut dan kemudian menanyakan mengenai
penggunaan gambar tersebut kepada kakak pemuda tersebut yang merupakan seorang pengacara.
Lalu setelah menemui pengacara, pertama yang dilakukan oleh pihak keluarga dan pengacara
adalah mengumpulkan bukti-bukti bahwa memang benar gambar sketsa patung selamat datang
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
tersebut merupakan karya Alm. Henk Ngantung. Pertama yang dilakukan adalah melihat sketsa
yang dibuat Alm. Henk Ngantung kemudian melihat apakah memang benar gambar yang
dipergunakan oleh pusat perbelanjaan tersebut adalah benar gambar Alm. Henk Ngantung.
Kemudian yang dilakukan adalah mencari apakah pernah ada dokumen yang ditandatangi untuk
penggunaan Merek tersebut, karena tidak adanya dokumen dan pihak keluarga juga tidak merasa
memberi izin ataupun memberikan persetujuan dalam bentuk apapun terhadap penggunaan
tersebut maka tindakan yang dilakukan selanjutnya adalah menemui pematung dari patung
tersebut. Tujuan dari pertemuan tersebut adalah memastikan kepada pematung patung, bahwa
benar untuk membuat patung tersebut menggunakan sketsa Alm. Henk Ngantung, kemudian
pengacara dan Evy Ngantung meminta pernyataan bahwa benar Alm. Henk Ngantung yang
membuat sketsa patung tersebut.
Setelah adanya bukti tersebut maka kemudian yang dilakukan adalah melihat pada Dirjen
HKI mengenai pendaftaran Merek dari pusat perbelanjaan tersebut. Dalam hal ini, peneliti
melihat sendiri mengenai pendaftaran Merek dari pusat perbelanjaan tersebut dari fasilitas on-
line data Merek yang disediakan oleh Direktorat Jendral HKI. Gambar yang dipergunakan oleh
pihak pusat perbelanjaan tersebut adalah gambar dari patung selamat datang tersebut yang
ditambahkan dengan nama dari pusat perbelanjaannya pada bagian bawah dari gambar tersebut.
Berdasarkan data tersebut maka ditemukan bahwa pihak pusat perbelanjaan tersebut telah
melakukan pendaftaran pada sekitar tahun 2004. Pada pendaftaran pertama tersebut tidak
terdapat adanya gambar dari patung selamat datang yang didaftarakan hanya merupakan tulisan
dari pusat perbelanjaan tersebut. Kemudian pada tahun 2008 pusat perbelanjaan tersebut
mendaftarkan kembali Mereknya tetapi dengan menambahkan gambar patung selamat datang
tersebut pada bagian atas Mereknya dan tetap mempertahankan nama pusat perbelanjaannya di
bawah gambar tersebut. (lampiran data Merek pusat perbelanjaan).
Setelah diketahui ternyata pihak pusat perbelanjaan tersebut telah melakukan pendaftaran
maka pihak keluarga Alm Henk Ngantung juga melakukan pendaftaran hak cipta atas gambar
sketsa patung selamat datang tersebut.
Setelah didapatkan bukti-bukti tersebut kemudian pihak pengacara dan pihak keluarga Alm.
Henk Ngantung menemui pihak pusat perbelanjaan tersebut untuk membahas mengenai
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
penggunaan karya Alm. Henk Ngantung yang dipergunakan sebagai Merek oleh pihak pusat
perbelanjaan tersebut. Berdasarkan cerita dari Evy Ngantung telah terjadi beberapa kali mediasi
terkait masalah penggunaan ini. Evy Ngantung mengatakan bahwa „pihak pusat perbelanjaan
sudah mau bayar ke kita sebesar sekian rupiah, tetapi ibu menolak karena mereka seperti tidak
menghargai sebuah karya seni.‟ Pihak keluarga menolak pembayaran yang ditawarkan oleh
pihak pusat perbelanjaan dengan alasan tersebut di atas.
Sampai sekarang kasus ini belum masuk ke dalam ranah pengadilan, tetapi karena peneliti
menemukan terdapat mengenai permasalahan pengggunaan gambar sketsa sebagai Merek tanpa
izin maka peneliti akan membahas kasus yang masih bergulir ini dengan menggunakan teori
yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
Implementasi perlindungan hak cipta atas sebuah karya seni berbentuk dua dimensi yang
dipergunakan sebagai Merek
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa karya seni merupakan hasil perbuatan manusia
untuk mengungkapkan pengalaman estesis ke dalam wujud lahiriah dengan tata susunan unsur
yang indah sehingga dapat menimbulkan pengalaman baru bagi orang lain. Karya seni dapat
dibedakan dalam beberapa klasifikasi dan salah satunya berdasarkan dimensinya. 10
Berdasarkan dimensinya karya seni dapat dibedakan menjadi karya seni dua dimensi dan tiga
dimensi. Karya seni dua dimensi merupakan sebuah karya seni yang hanya dapat dilihat dari satu
sudut pandang saja. Contoh dari karya seni dua dimensi adalah lukisan, gambar, dan
sebagainya. Karya seni tiga dimensi merupakan sebuah karya seni yang dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang. Contoh dari sebuah karya seni tiga dimensi adalah patung, ukiran, dan
anyaman.Tinggi atau tebal pada karya seni yang berbentuk tiga dimensi ini yang membedakan
antara karya seni dua dimensi dengan karya seni tiga dimensi. 11
10
“Materi Seni Rupa Kelas IX,” http://blog.guru-indonesia.net/artikel_detail-9909.html (diakses pada tanggal
29 November 2012 pukul 19:00). 11
“Bab V Seni Rupa,” http://www.docstoc.com/docs/128357540/BAB-V-Seni-Rupa (diakses pada 20 Oktober
2012 pukul 20:00).
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
Gambar merupakan salah satu dari contoh karya seni berbentuk dua dimensi dan merupakan
bentuk seni yang menggunakan medium garis sebagai unsur utamanya.12 Wujud gambar dapat
dihasilkan dengan menggunakan berbagai media dan teknik. Oleh karena itu gambar sketsa yang
merupakan seni yang menggunakan medium garis sebagai unsur utamanya dan dapat
dikategorikan sebagai salah satu bentuk gambar, yang juga merupakan contoh dari karya seni
berbentk dua dimensi.
Berdasarkan kasus, Alm. Henk Ngantung merupakan Pencipta dari gambar sketsa dari
patung selamat datang. Dinamakan gambar sketsa karena gambar tersebut dibuat sebagai bantuan
awal untuk merancang sebuah patung, yakni patung selamat datang. Hal ini berdasarkan posisi
kasus yang telah dijelaskan telah dibenarkan oleh pematung patung tersebut bahwa benar Alm.
Henk Ngantung yang menjadi pembuat gambar sketsa patung selamat datang tersebut. Dikaitkan
dengan penjelasan sebelumnya mengenai karya seni dan pembagiannya maka gambar sketsa
merupakan salah satu dari bentuk karya seni yang berbentuk dua dimensi.
Dapatkah sebuah gambar sketsa dipergunakan sebagai sebuah Merek? Berdasarkan
pengaturan yang terdapat Undang-Undang Merek, Undang-Undang tidak melarang adanya
penggunaan sebuah gambar sketsa sebagai Merek.
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Merek menyatakan Merek adalah tanda yang berupa
gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari
unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan
barang atau jasa. Sehingga berdasarkan pasal tersebut tidak menjadi masalah apabila gambar
sketsa dipergunakan sebagai Merek.
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa Undang-Undang tidak mempermasalahkan mengenai
penggunaan gambar sketsa sebagai Merek tetapi dalam penelitian ini yang ingin dibahas bukan
mengenai penggunaan gambar sketsa sebagai Merek tetapi lebih ke perlindungan hak cipta atas
gambar sketsa yang dipergunakan sebagai Merek.
12
Ibid.
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
Hak Cipta telah diatur secara khusus dalam Undang-Undang Hak Cipta. Dalam Undang-
Undang dinyatakan bahwa cipataan yang dilindungi adalah Ciptaan yang sudah merupakan suatu
bentuk kesatuan yang nyata (fixed)13, yang memungkinkan perbanyakan dari hasil karya tersebut.
Prinsip fixation ini tidak memungkinkan ide untuk mendapatkan perlindungan Hak Cipta.14
Ciptaan itu haruslah sesuatu yang original. Ciptaan asli adalah Ciptaan yang merupakan bentuk
ekspresi ide sendiri, tanpa meniru Ciptaan orang lain serta tidak sama atau serupa dengan karya
yang telah dihasilkan sebelumnya.15
Undang-Undang Hak Cipta mengatur secara khusus mengenai ciptaan apa saja yang
mendapatkan perlindungan oleh Undang-Undang. Pertama, terdapat dalam pasal 10 Undang-
Undang Hak Cipta yang mengatur mengenai Hak Cipta atas Ciptaan yang Penciptanya tidak
diketahui. Dalam pasal tersebut dikatakan bahwa Negara memegang Hak Cipta atas karya yang
tidak diketahui pemiliknya, seperti peninggalan prasejarah, folklor dan hasil kebudayaan
masyarakat yang menjadi milik bersama, dan benda budaya nasional lainnya.
Kedua, dalam pasal 12 Undang-Undang Hak Cipta juga memberikan perlindungan Hak Cipta
kepada Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang mencakup16:
a. buku, Program Komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan
semua hasil karya tulis lain;
b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
d. lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e. drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
13
Lihat Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, kata “hasil” menunjukkan
bahwa sebuah Ciptaan haruslah dalam bentuk nyata (berwujud), dan Pasal 2 angka 1. 14
Prof. Dr. Agus Sardjono, S.H., M.H., 10. 15
M Zulfa Aulia, Rubik Konsultasi HKI, (Jogjakarta: Sekretariat Pusat HKI FH UII, 2006), dari
http://www.iprcentre.org/index.php?&hal=konsultasi&id=4; internet; diakses tanggal 7 November 2012, pukul
15:25. 16
Indonesia, Undang-Undang Hak Cipta. Undang-Undang No. 19 Tahun 2002, LN No. 85, Tahun 2002, TLN
No. 4220, pasal 12 ayat (1) angka 6.
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
f. seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni
pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;
g. arsitektur;
h. peta;
i. seni batik;
j. fotografi;
k. sinematografi;
l. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil
pengalihwujudan.
Apabila dikaitkan dengan kasus maka gambar sketsa yang diciptakan oleh Alm. Henk
Ngantung merupakan ciptaan yang dilindungi oleh Undang-Undang karena Pertama, karya yang
diciptakan oleh Alm. Henk Ngantung merupakan Ciptaan yang original dan merupakan ide
sendiri. Kedua, berdasarkan pasal 12 ayat (1) huruf f yang menyatakan Ciptaan di bidang
kesenian yang mencakup seni gambar di dalamnya mendapatkan perlindungan Hak Cipta
atasnya.
Perlindungan atas Hak Cipta atas sebuah Ciptaan akan diperoleh secara otomatis. Maksudnya
secara otomatis ini adalah sejak proses fixation selesai dilakukan, sejak saat itu pula Penciptanya
menikmati perlindungan hukum, tanpa memerlukan registrasi atau pendaftaran.17
Sistem perlindungan otomatis ini juga dikenal dalam Undang-Undang Hak Cipta di
Indonesia. Pasal 2 angka 2 angka 1 Undang-Undang Hak Cipta menyebutkan bahwa Hak Cipta
merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau
memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu Ciptaan dilahirkan
tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sistem perlindungan otomatis ini juga terlihat dalam Undang-Undang Hak Cipta yang tidak
mewajibkan adanya pendaftaran. Pendaftaran hanyalah sarana yang disediakan bagi Pencipta
17
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedilliah, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori, dan Praktiknya di
Indonesia), 72.
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
untuk membantu mempermudah proses pembuktian. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang
Hak Cipta “yang dianggap sebagai Pencipta adalah orang yang namanya terdaftar dalam
Daftar Umum Ciptaan. Kata dianggap merupakan kunci bahwa pendaftaran tidak melahirkan
hak bagi si pendaftar.”18 Pendaftaran ini tidak melahirkan hak tetapi akan memberikan manfaat
bagi si pendaftar. Manfaat yang didapatkan adalah pendaftar akan dianggap sebagai Pencipta
sampai ada pihak lain yang dapat membuktikan bahwa dia bukan merupakan Pencipta atas
Ciptaannya di pengadilan.
Kemudian mengenai jangka waktu perlindungan yang diberikan oleh Hak Cipta juga diatur
oleh Undang-Undang. Pasal 29 ayat (1) huruf c Undang-Undang Hak Cipta menyatakan bahwa
“Hak Cipta atas Ciptaan segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni pahat, dan seni
patung berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh)
tahun setelah Pencipta meninggal dunia.”
Penelitian ini membahas mengenai perlindungan Hak Cipta atas sebuah karya seni berbentuk
dua dimensi yang berupa gambar. Dalam rumusan pasal di atas tidak secara eksplisit dinyatakan
bahwa seni gambar termasuk ke dalam perlindungan yang diberikan. Undang-Undang juga tidak
memberikan penjelasan lebih lanjut atas pasal tersebut. Walaupun tidak secara eksplisit
dijelaskan, peneliti dalam penelitian ini mengartikan kata-kata segala bentuk seni rupa dan
cakupannya sama dengan ketentuan pada pasal 12 ayat (1) huruf f di atas. Dengan pengertian
tersebut maka menurut peneliti sebuah seni rupa berbentuk gambar mendapatkan jangka waktu
perlindungan Hak Cipta sebagaimana yang diatur dalam pasal 29 ayat (1) huruf c di atas.
Berdasarkan posisi kasus dari kasus yang diteliti oleh peneliti terlihat bahwa Alm. Henk
Ngantung tidak pernah mendaftarkan Hak Cipta atas gambar sketsa yang dibuat olehnya. Tetapi
setelah diketahui bahwa pihak pusat perbelanjaan telah memakai gambar tersebut sebagai Merek
mereka baru kemudian pihak keluarga Alm. Henk Ngantung mendaftarkan Hak Cipta atas
gambar sketsa tersebut.
Dikarenakan sistem perlindungan otomatis tersebut dianut dalam peraturan perundang-
undangan di Indonesia19 maka gambar sketsa yang merupakan Ciptaan dari Alm. Henk Ngantung
18
Prof. Dr. Agus Sardjono, S.H., M.H., C.N., 28. 19
Undang-Undang Hak Cipta, Pasal 2 angka 2 angka 1.
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
tersebut langsung mendapatkan perlindungan Hak Cipta tanpa perlu adanya pendaftaran.
Telatnya proses pendaftaran juga tidak akan mengubah perlindungan yang akan didapatkan,
karena pendaftaran tersebut hanyalah sebagai bukti tambahan untuk mempermudah sebuah
proses pembuktian.
Kemudian mengenai jangka waktu perlindungan. Dalam posisi kasus telah dijelaskan bahwa
Alm. Henk Ngantung telah meninggal pada tahun 1991, apakah hal tersebut menjadi halangan
agar gambar sketsa yang dibuat atau digambar oleh Alm. Henk Ngantung tidak mendapatkan
perlindungan Hak Cipta? Tentu saja tidak.
Walaupun Alm. Henk Ngantung telah meninggal sejak tahun 1991 tidak membuat Hak Cipta
atas gambar sketsa menjadi hilang. Dengan adanya peraturan dalam pasal 29 ayat (1) huruf c
Undang- Undang hak Cipta, maka waktu perlindungannya tidak hanya selama hidup Pencipta
tetapi saat Pencipta telah meninggal perlindungan akan terus berlangsung sampai dengan 50
tahun setelahnya. Dengan demikian, gambar sketsa yang merupakan Ciptaan dari Alm. Henk
Ngantung yang masih dapat menikmati perlindungan yang diberikan oleh Undang-Undang Hak
Cipta sampai pada tahun 2041 (tahun Alm. Henk Ngantung meninggal yaitu 1991 ditambah
dengan 50 tahun).
Terkait dengan titik singgung perlindungan Hak Cipta dan Merek, dapat dilihat bahwa
terdapat titik singgung perlindungan yang diberikan untuk sebuah Ciptaan atau karya. Titik
singgung tersebut terletak pada niat awal dari Pencipta menciptakan sebuah karya seni. Apabila
sebuah gambar diciptakan dengan niat untuk dijadikan sebuah Merek maka gambar tersebut
mendapatkan perlindungan atas Merek apabila diikuti dengan pendaftaran Merek. Sedangkan
apabila niat dari Pencipta gambar tersebut untuk menghasilkan sebuah karya seni maka gambar
tersebut akan mendapatkan perlindungan hak cipta atas gambar tersebut.
Dapat dilihat dalam posisi kasus tidak ada niat dari Alm. Henk Ngantung sebagai Pencipta
gambar sketsa patung selamat datang tersebut untuk menjadikan gambar tersebut sebagai Merek.
Tujuan dari pembuatan gambar sketsa tersebut untuk tujuan menghasilkan sebuah karya seni
karena Alm. Henk Ngantung merupakan seorang seniman. Dikarenakan hal tersebut untuk
gambar sketsa yang telah dipergunakan oleh pihak pusat perbelanjaan tersebut berhak untuk
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
mendapatkan perlindungan hak cipta atasnya dengan jangka waktu sebagaimana yang telah
dijelaskan sebelumnya yaitu sampai dengan tahun 2041.
Selanjutnya yang akan dibahas adalah mengenai hak yang akan diterima oleh Pencipta atas
Ciptaannya. Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
menyatakan bahwa Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Penciptanya atau bagi pemegang Hak
Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak. Hak ekskusif yang dimaksudkan dalam pasal
tersebut memiliki pengertian bahwa Hak Cipta mengandung dua esensi hak, yaitu: hak moral
(moral rights) dan hak ekonomi (economic rights).20
Hak moral (moral rights) berasal dari istilah bahasa Perancis yaitu droit moral. Hak moral
adalah hak yang melekat pada diri Pencipta yang tidak dapat dihilangkan dan bertujuan
untuk melindungi kepentingan pribadi dari si Pencipta dan juga untuk melindungi karya yang
diciptakan.
Melindungi kepentingan pribadi Pencipta dapat terlihat dari tetap dicantumkannya nama
Pencipta pada Ciptaan yang diciptakan, walaupun Hak Cipta atas karya tersebut telah dialihkan.
Hak untuk dicantumkan nama Pencipta merupakan salah satu hak dari hak moral itu sendiri agar
Pencipta atas karya tersebut tetap merasa terlidungi dan merasa diakui atas karya yang telah
diciptakannya.
Melindungi karya yang diciptakan dapat terlihat dari dilarangnya mengubah karya yang telah
diciptakan. Hak ini juga merupakan salah satu hak dari hak moral itu sendiri, karena jika sebuah
karya diubah maka karya tersebut akan kehilangan originalitas untuk itu karya yang telah
diciptakan tidak dapat diubah dengan sembarangan dan jika harus diubah maka Pencipta dari
karya tersebutlah yang berhak melakukannya.
Hak moral ini juga diakui keberadaannya sebagai hak dari Pencipta oleh Undang-Undang
Hak Cipta. Ketentuan yang mengaturnya diatur dalam pasal 24 sampai pasal 26 Undang-Undang
Hak Cipta. Dalam pasal tersebut dapat dilihat bahwa terdapat dua hak moral utama di dalam
Undang-Undang Hak Cipta Indonesia. Hak tersebut adalah:21
20
DR. Henry, Soelistyo, S.H., LL.M., 47. 21
Indonesia Australia Specialised Training Project Phase II, Hak Kekayaan Intelektual Kursus Singkat Khusus
Hak Cipta, (2002), 66.
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
1. Hak untuk memperoleh pengakuan, yaitu: Hak Cipta untuk memperoleh pengakuan
publik sebagai Pencipta suatu karya guna mencegah pihak lain mengklaim karya tersebut
sebagai hasil kerja mereka, atau untuk mencegah pihak lain untuk memberikan
pengakuan pengarang karya tersebut kepada pihak lain tanpa seizin Pencipta;
2. Hak integritas, yaitu hak untuk mengajukan keberatan atas perubahan yang dilakukan
terhadap suatu karya tanpa sepengetahuan si Pencipta.
Setelah membahas mengenai hak moral maka selanjutnya yang akan dibahas adalah hak
ekonomi Pencipta. Hak ekonomi adalah hak yang berkaitan dengan pemanfaatan secara
komersial suatu Ciptaan22 atau bisa dikatakan sebagai hak untuk memperoleh keuntungan
ekonomi atas kekayaan intelektual. Hak ekonomi itu diperhitungkan karena HKI dapat
digunakan/dimanfaatkan oleh pihak lain dalam perindustrian atau perdagangan yang
mendatangkan keuntungan.23
Hak tersebut meliputi24:
1. Hak Reproduksi atau Penggandaan (Reproduction Right);
2. Hak Adaptasi (Adaptation Right);
3. Hak Pengumuman;25
4. Hak Distribusi (Distribution Right);
5. Hak Pertunjukan (Public Performance Right);
6. Hak Penyiaran (Broadcasting Right);
7. Droit de suite;26
22
Sanusi Bintang, M.L.I.S, Hukum Hak Cipta, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1998), 4. 23
Muhammad Abdulkodir, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, Cetakan, ke-1, 2001), 19. 24
Muhammad Djumhara, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia), 72. 25
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2004), 87. 26
Droit de suite dalam konteks hak eksklusif Pencipta untuk mendistribusikan karya cipta ke public (distribute
to the public) adalah sebagai doktrin yang memberikan Pencipta kesempatan untuk memperoleh penghargaan berupa
nilai dari karyanya saat setelah dijual kembali oleh orang yang telah memperoleh penghargaan berupa nilai dari
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
8. Hak Pinjam Masyarakat (Public Lending Right).
Undang-Undang Hak Cipta juga mengatur hak ekonomi ini yaitu di dalam pasal 1 angka 5
dan 6 dan pasal 2 ayat (1). Yang diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta adalah hak untuk
mengumumkan dan memperbanyak.27 Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Hak mengatur mengenai
perlindungan hak ekonomi Pencipta atau pemegang Hak Cipta dalam hal mengumumkan dan
hak untuk memperbanyak Ciptaannya.
Hak ekonomi ini berbeda dengan hak moral. Hak moral bersifat melekat dan tidak dapat
dipisahkan dengan Penciptanya. Sedangkan hak ekonomi dapat dipisahkan dari Penciptanya atau
dengan kata lain terhadap hak ekonomi tersebut dapat dilakukan eksploitasi maupun pengalihan.
Hal tersebut dikarenakan hak ekonomi ini merupakan hak Pencipta untuk memperoleh
keuntungan atas Ciptaannya.
Dalam kasus Alm. Henk Ngantung berhak untuk mendapatkan hak moral dan hak ekonomi
tersebut karena Alm. merupakan Pencipta dari patung selamat datang. Hak moral yang bisa
didapatkan adalah hak untuk pencantuman namanya pada Ciptaannya dan hak untuk tidak
dilakukan perubahan atas Ciptaannya. Hak ekonomi yang didapatkan adalah hak untuk
mengumumkan dan memperbanyak Ciptaannya.
Kemudian terkait dengan penggunaan sebuah Ciptaan sebagai Merek maka penggunaan
tersebut harus didahului dengan pengalihan Hak Cipta. Pengalihan Hak Cipta didasari dengan
motif ekonomi yang bermaksud untuk memperoleh keuntungan secara ekonomi atas hasil
pemanfaatan sebuah Ciptaan. Sehingga dengan adanya kewajiban pengalihan Hak Cipta
sebelum pemanfaaan Ciptaan membuat hak dari Pencipta untuk mendapatkan keuntungan atas
Ciptaannya menjadi terlindungi.
Perlu diingat bahwa yang dapat dialihkan dari Hak Cipta hanya hak ekonomi dari Pencipta
dan bukan hak moral dari Pencipta, karena hak moral merupakan hak yang bersifat melekat dan
tidak dapat dipisahkan dari Penciptanya.
karyanya saat telah dijual kembali oleh orang yang telah memperoleh pengalihan Hak Cipta darinya. Jadi, Pencipta
boleh memperoleh berapa persen dari keuntungan penjualan tersebut. Doktrin ini dikenal di beberapa negara.
(Barret, Intellectual Property, 176). 27
Undang-Undang Hak Cipta, pasal 1 angka 5 dan 6, pasal 2 ayat (1).
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
Pengalihan Hak Cipta tersebut dapat dilakukan melalui pemberian izin (lisensi, baik itu
eksklusif maupun non eksklusif) atau penyerahan (assignment). Dalam Undang-Undang Hak
Cipta, lisensi diartikan sebagai izin yang diberikan dengan jangka waktu oleh pemegang Hak
Cipta atau pemegang hak terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau
memperbanyak. Sedangkan penyerahan (assignment) mengacu pada pengalihan yang berupa
pengalihan seluruh atau sebagian dari hak ekonomi yang dimiliki Pencipta kepada pihak lain.
Untuk dapat memanfaatkan sebuah Ciptaan sebagai sebuah Merek harus didahului dengan
pengalihan Hak Cipta atas Ciptaan tersebut. Pengalihan yang tepat untuk hal tersebut adalah
dengan penyerahan (assignment). Dengan dilakukannya penyerahan (assignment) maka Hak
Cipta atas Ciptaan menjadi beralih kepada pihak lain dan pihak tersebut dapat dengan bebas
menggunakan Ciptaan tersebut karena dia telah menjadi Pemegang Hak Cipta atas Ciptaan
tersebut.
Terkait dengan kasus, peneliti menemukan dalam data Merek online yang diunggah oleh
Dirjen HKI dalam situsnya bahwa pihak pusat perbelanjaan tersebut telah mendaftarkan gambar
Alm. Henk Ngantung sebagai Merek untuk beberapa jenis jasa-jasa berikut:
Dibidang pengelolaan-penyewaan dan penjualan kantor (real estate), apartemen, pusat
perbelanjaan;
Dibidang asuransi, keuangan, moneter;
Dibidang pendidikan;
Hiburan;
Klub, diskotik, bar, karaoke;
Fasilitas olah raga, fitness center;
Bioskop, penyajian pertunjukan hidup;
Informasi hiburan;
Penerbitan buku dan majalah;
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
dan sebagainya.
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa pihak pusat perbelanjaan tersebut telah
memanfaatkan gambar sketsa tersebut sebagai Merek mereka. Dalam posisi kasus, pemanfaatan
tersebut dilakukan tanpa didahului pengalihan Hak Cipta dari pihak Alm. Sendiri maupun dari
pihak keluarga. Dengan tidak adanya pengalihan tersebut maka pihak pusat perbelanjaan tersebut
telah menggunakan gambar sebagai Merek tanpa alas hak yang sah karena pihak pusat
perbelanjaan tersebut bukanlah Pemegang Hak Cipta atas Ciptaan tersebut.
Apabila pemanfaatan Hak Cipta dilakukan tanpa didahului pengalihan Hak Cipta (yang
dapat berbentuk lisensi maupun dalam bentuk penyerahan (assignment)) maka perbuatan
tersebut termasuk ke dalam pelanggaran Hak Cipta.
Berdasarkan posisi kasus dapat dilihat bahwa pihak pusat perbelanjaan tersebut telah
menggunakan gambar tersebut tanpa didahului dengan pengalihan Hak Cipta dari Alm. Henk
Ngantung terlebih dahulu. Dengan tidak adanya pengalihan (dalan bentuk penyerahan
(assignment)) tersebut, pihak pusat perbelanjaan telah melakukan pelanggaran Hak Cipta (baik
itu hak ekonomi maupun hak moral) yang dimiliki oleh Alm. Henk Ngantung.
Pihak pusat perbelanjaan telah melanggar hak ekonomi dan hak moral dari Alm. Henk
Ngantung. Pelanggaran hak ekonomi terjadi ketika pusat perbelanjaan menggunakan karya Alm.
Henk Ngantung tanpa persetujuan dari pihak Alm. maupun keluarga. Persetujuan yang dimaksud
adalah pengalihan Hak Cipta, dalam bentuk penyerahan (assignment). Pelanggaran hak moral
terjadi karena tidak adanya pengakuan dari pihak pusat perbelanjaan bahwa Alm. Henk
Ngantung sebagai Pencipta. Tidak adanya pengakuan disini dapat terlihat dari tidak adanya
permintaan izin terlebih dahulu dari pihak pusat perbelanjaan kepada Alm. maupun keluarga
untuk penggunaan gambar sketsa tersebut sebagai Merek. Meminta izin disini diterjemahkan
sebagai pengalihan Hak Cipta yang dalam penelitian ini, pengalihan yang tepat adalah dengan
melakukan penyerahan (assignment).
Apabila terjadi pelanggaran maka ada dua jalan yang dapat dipilih oleh para pihak untuk
menyelesaikan masalah tersebut, yaitu melalui pengadilan ataupun melalui alternatif
penyelesaian sengketa (negosiasi, mediasi, dan arbitrase). Jika memilih melalui pengadilan
maka dapat juga dipilih dua, yaitu melalui pengadilan niaga untuk meminta ganti rugi dan
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
pengadilan negri biasa apabila melanggar ketentuan pidana dan mendapatkan sanksi pidana
dari pelanggaran tersebut.
Dalam kasus yang terjadi untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi antara pihak keluarga
dan pihak pusat perbelanjaan tersebut sampai pada tahap mediasi dan belum memasuki
pengadilan. Alasan pihak keluarga memilih mediasi adalah pihak keluarga tidak ingin
permasalahan ini menjadi besar dan ingin menyelesaikan masalah ini secara baik-baik.
Penyelesaian sengketa lewat mediasi ini juga diperbolehkan oleh Undang-Undang yaitu di
dalam pasal 65, jadi sejauh ini tindakan yang dilakukan oleh pihak keluarga yang berusaha
untuk menyelesaikan persoalan ini melalui mediasi sudah sesuai dengan ketentuan yang
terdapat dalam Undang-Undang.
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
1. Sebuah karya seni dapat dilindungi dengan Hak Cipta. Dalam sistem Hak Cipta,
perlindungan yang diberikan mencakup hak ekonomi dan hak moral. Hak ekonomi dari
sebuah karya seni tersebut dapat dialihkan. Salah satu tujuan dari pengalihan tersebut
adalah untuk penggunaan karya seni tersebut sebagai Merek;
2. Pengalihan yang tepat untuk pemanfaatan karya seni sebagai Merek adalah dengan
penyerahan (assignment). Dengan dilakukannya penyerahan (assignment) tersebut maka
Hak Cipta atas Ciptaan menjadi beralih kepada pihak lain dan pihak tersebut dapat
dengan bebas menggunakan Ciptaan tersebut karena dia telah menjadi Pemegang Hak
Cipta atas Ciptaan tersebut;
3. Apabila pemanfaatan karya seni sebagai Merek tidak didahului dengan penyerahan
(assignment) Hak Cipta dari Pencipta kepada pihak lain maka perbuatan tersebut
termasuk ke dalam pelanggaran Hak Cipta;
4. Terkait dengan titik singgung perlindungan Hak Cipta dan Merek, maka karya seni dua
dimensi yang dipergunakan sebagai Merek masih dapat mendapatkan perlindungan Hak
Cipta atasnya. Perlindungan tersebut diberikan dengan syarat niat awal Pencipta karya
tersebut adalah untuk menghasilkan sebuah karya seni dan apabila karya seni tersebut
dibuat untuk penggunaan Merek, maka dapat diikuti dengan pendafataran Merek;
5. Dalam kasus, gambar sketsa yang diciptakan oleh Alm. Henk Ngantung mendapatkan
perlindungan Hak Cipta Karena dilindungi oleh Hak Cipta tersebut maka penggunaan
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
gambar sketsa milik Alm. Henk Ngantung sebagai Merek harus didahului dengan
pengalihan Hak Cipta (dalam bentuk penyerahan (assignment)) dari Alm. Henk
Ngantung ataupun keluarga kepada pihak pusat perbelanjaan.
6. Dalam kasus pemanfaatan gambar sketsa sebagai Merek tersebut tidak didahului dengan
pengalihan Hak Cipta (dalam bentuk penyerahan (assignment)). Dengan tidak didahului
pengalihan Hak Cipta (dalam bentuk penyerahan (assignment)) maka perbuatan yang
dilakukan oleh pihak pusat perbelanjaan tersebut telah melanggar Hak Cipta yang
dimiliki oleh Alm. Henk Ngantung sebagai Pencipta gambar sketsa tersebut.
Saran
Adapun saran yang dapat peneliti berdasarkan penelitian ini adalah:
1. Untuk pihak pusat perbelanjaan sebelum memanfaatkan gambar sketsa karya Alm Henk
Ngantung sebagai sebuah Merek seharusnya dapat mencari terlebih dahulu siapa Pencipta
dari karya tersebut. Setelah menemukan Penciptanya meminta untuk dilakukannya
pengalihan Hak Cipta atas gambar sketsa dari Alm. Henk Ngantung kepada pihak pusat
perbelanjaan dengan penyerahan (assignment) agar dapat dipergunakan sebagai Merek.
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-Undangan:
Indonesia, Undang-Undang Hak Cipta. Undang-Undang No. 19 Tahun 2002, LN No. 85, Tahun
2002, TLN No. 4220.
Indonesia, Undang-Undang Merek. UNDANG-UNDANG No. 15 Tahun 2001, LN No. 110,
Tahun 2001, TLN No. 4131.
Buku:
Abdulkodir, Muhammad. 2001. Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual. Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti.
Asian Law Group Pty Ltd. 2006. Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar. Bandung:Alumni.
Bintang, Sanusi dan Dahlan. 2000. Pokok-Pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Djumhana, Muhammad dan R. Djubaedilah. 1997. Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori dan
Prakteknya di Indonesia). Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Riswandi, Budi Agus dan M. Syamsudin. 2004. Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum,
(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Sjahputra, Imam S.H., LL.M.. 2007. Hak atas Kekakayaan Intelektual (Suatu Pengantar).
Jakarta: Harvarindo.
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
Soelistyo, DR. Henry, S.H., LL.M.. 2011 Hak Cipta Tanpa Hak Moral. Yogyakarta: Rajawali
Pers.
Wawancara:
Evy Ngantung, Istri Alm. Henk Ngantung. Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan tatap
muka di tempat kediaman Ibu Evy Ngantung.
Kamus:
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Black Law Dictionary
Jurnal, Artikel, dan Sumber Lainnya:
Aulia, M Zulfa, Rubik Konsultasi HKI, (Jogjakarta: Sekretariat Pusat HKI FH UII, 2006),
diperoleh dari http://www.iprcentre.org/index.php?&hal=konsultasi&id=4; diakses tanggal 7
November 2012, pukul 15:25.
Hakim, Lukmanul, Makalah Pendidikan Seni Rupa Pendidikan Seni Rupa Fakultas Seni dan
Desain Universitas Negri Makasar, diperoleh dari
http://edisukarman.blogspot.com/2012/06/makalah-seni-rupa-pendidikan-seni-rupa.html;
diakses pada 23 September pukul 21:50.
Hotma, Merek Dagang Dijiplak Tanpa Izin, diperoleh dari
http://www.lbhmawarsaron.or.id/bantuan-hukum/Berita/Merek-dagang-dijiplak-tanpa-
izin.html; diakses pada tanggal 29 September pukul 20:50.
Setiawati, Lucky, Mungkinkah Transfer Pendaftaran HKI Antar-Negara?, diperoleh dari
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl1821/mungkinkah-transfer-pendaftaran-hki-
antar-negara; diakses pada 29 September 2012 pukul 22:05.
Bab V Seni Rupa, diperoleh dari http://www.docstoc.com/docs/128357540/BAB-V-Seni-Rupa;
diakses pada 20 Oktober 2012 pukul 20:00.
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013
Materi Seni Rupa Kelas IX, diperoleh dari http://blog.guru-indonesia.net/artikel_detail-
9909.html; diakses pada tanggal 29 November 2012 pukul 19:00.
Perlindungan hak ..., Timothy Solomon Zebua, FH UI, 2013