perlawanan para petani luzon

download perlawanan para petani luzon

of 31

Transcript of perlawanan para petani luzon

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    1/31

    BAB IV

    PERLAWANAN PARA PETANI LUZON TENGAH DALAM USAHANYA MENUNTUT

    LAND REFORMDARI MASA PENJAJAHAN JEPANG SAMPAI PASCA

    KEMERDEKAAN FILIPINA

    Bab ini menguraikan point-point penting yang ditujukan untuk menjawab pertanyaan-

    pertanyaan penelitian seperti yang dinyatakan dalam perumusan masalah. Dengan demikian

    pemaparan dalam bab ini akan membahas kondisi-kondisi sebelum terjadinya peristiwa

    pemberontakan Hukbalahap, mencakup kondisi sosial dan politik masyarakat, jalannya peristiwa

    pemberontakan, serta akhir dan dampak peristiwa tersebut secara politik dan sosial bagi

    masyarakat Filipina pada umumnya.

    Peristiwa pemberontakan Hukbalahap pada dasarnya terjadi akibat adanya ketidakadilan

    dalam bidang sosial-ekonomi masyarakat Filipina. Perlu diuraikan mengenai bagaimana kondisi

    ketidakpuasan ini mempengaruhi dan mendorong terbentuknya golongan yang tidak puas

    terhadap pemerintah yang berkuasa dan menyalurkan akumulasi ketidakpuasan tersebut dalam

    suatu pemberontakan. Dengan demikian sebelum membahas pemberontakan Hukbalahap yang

    terjadi di Filipina khususnya di Luzon Tengah, maka diperlukan pemaparan mengenai keadaan

    sosial dan ekonomi di Filipina khususnya di Luzon Tengah.

    Sub pembahasan mengenai jalannya peristiwa pemberontakan Hukbalahap akan

    mencakup beberapa point yaitu, latar belakang khusus yang memicu terjadinya peristiwa,

    konsolidasi kekuatan Hukbalahap, jalannya peristiwa, tokoh-tokoh yang berperan dalam

    pemberontakan, reaksi dari pemerintah Filipina terhadap gerakan tersebut, akhir peristiwa serta

    akibatnya bagi kedudukan politis dan kondisi sosial masyarakat Filipina pada umumnya.

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    2/31

    4.1 KONDISI-KONDISI SEBELUM TERJADINYA PERISTIWA

    PEMBERONTAKAN HUKBALAHAP

    4.1.1 Kondisi Sosial

    Filipina sebagai negara kepulauan memiliki pulau-pulau yang tersebar dari utara sampai

    selatan, di antara pulau yang terbesar adalah pulau Luzon dan Mindanao. Filipina dihuni oleh

    berbagai etnis suku bangsa yang tersebar di seluruh kepulauan. Terdapat sepuluh suku bangsa

    yang dominan. Delapan di antara suku bangsa tersebut penduduknya mayoritas memeluk agama

    Kristen, antara lain; Tagalog, Cebuano, Hilongo, Warray, Ilocano, Bicolano, Paganiense, dan

    Pampango. Etnis Cina penduduknya mayoritas memeluk agama Konghuchu, sistem

    kepercayaan yang berkembang di Cina. Suku bangsa Melayu yang penduduknya mayoritas

    memeluk agama Islam, atau disebut juga Moro

    (http://www.asiamaya.com/panduasia/philipina/e-01land/ep-lan12.htm ) .

    Gambar I

    Peta Wilayah Negara Filipina

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    3/31

    Sumber: http://www.statecraft.org/chapter3.html

    Persebaran penduduk di berbagai pulau-pulau dalam wilayah negara Filipina berdampak

    pada perbedaan bahasa daerah yang digunakan. Bahasa-bahasa yang digunakan antara penduduk

    pulau yang satu dengan yang lainnya berbeda. David Steinberg menerangkan bahwa orang-orang

    Filipina sangat sangat kuat kesetiaannya terhadap kelompok sosial dan bahasanya. Ada 87

    kelompok bahasa daerah yang tersebar di berbagai pulau di Filipina ( Bresnan, 1988 : 40).

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    4/31

    Perbedaan bahasa tidak menyurutkan masyarakat Filipina untuk berinteraksi dengan

    kelompok lain. Masyarakat Filipina melakukan interaksi antara kelompok yang satu dengan yang

    lainnya dengan cara menggunakan Lingua Franca atau bahasa perdagangan. Interaksi yang

    kontinyu antar suku bangsa di Filipina telah merubah tatanan sosial dalam kelompok masyarakat

    tersebut. Mereka lebih terbuka dan mau menerima kebudayaan dari kelompok masyarakat lain.

    Pengaruh yang paling jelas adalah dalam hal sistem kekerabatan. Pola kekerabatan yang dianut

    kelompok masyarakat di Filipina dahulu bersifat insklusifyaitu sistem perkawinan antar sesama

    anggota kelompoknya. Terjadinya hubungan ekonomi antar kelompok masyarakat tersebut, telah

    merubah sistem kekerabatan yang dianut. Mereka sekarang lebih ekslusifmau menerima anggota

    kelompok lain masuk kedalam kelompoknya berdasarkan ikatan perkawinan yang dilakukan oleh

    anggota kelompoknya dengan kelompok lain (Bresnan, 1988 : 41).

    Masyarakat Filipina mengenal adanya perbedaan status sosial. Pada masyarakat petani

    status sosial di ukur dengan kepemilikan tanah, senioritas atau lamanya menetap di suatu desa,

    serta kepemimpinan seseorang dalam memangku jabatan formal maupun non formal. Ketiga

    faktor tersebut tidak hanya berkembang dalam masyarakat petani Filipina, tetapi juga

    berkembang dalam masyarakat petani di Asia Tenggara (Halimah, 2002 : 20).

    Popskin membagi petani menjadi tiga bagian tingkatan yaitu petani kaya, petani

    menegah, dan petani miskin (Popkin, 1986 : 50). Pembagian tingkatan ini berdasarkan pada

    faktor ekonomi. Petani kaya memiliki status yang paling tinggi dan menduduki lapisan paling

    atas dalam struktur masyarakat petani. Lapisan atas ini terdiri dari para pemilik tanah (tuan

    tanah), pejabat pemerintah, pemuka agama dan pemuka desa atau elite desa. Petani menengah

    biasanya disebut petani penyewa yang mempunyai modal untuk menyewa tanah pertanian dari

    tuan tanah. Petani miskin dapat di identikkan dengan para petani yang menggantungkan

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    5/31

    kehidupannya pada hasil pertanian saja. Para petani miskin mengandalkan hasil pertaniannya

    untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari tanpa motif lain. Scott melakukan pembagian kembali

    terhadap petani miskin di daerah pedesaan yang terdiri dari : petani pemilik tanah kecil, petani

    penyewa dan buruh tani (Scott, 1989 : 54). Katagori-katagori tersebut biasanya tidak bersifat

    ekslusif, karena ada petani yang selain memiliki lahan sendiri juga menyewa lahan dari orang

    lain. Golongan petani ini berasal dari golongan Mestizo Cina atau orang-orang keturunan Cina.

    Mereka berusaha untuk memperbaiki tingkat ekonominya juga status sosialnya dalam

    masyarakat. Pada masa penjajahan Spanyol di Filipina, pemilik-pemilik tanah yang luas adalah

    para tuan tanah, pejabat pemerintah, elite lokal atau ketua adat, dan pemuka agama.

    Konflik yang terjadi dalam masyarakat Filipina antara para petani dengan para tuan tanah

    bukan lagi menjadi rahasia umum. Konflik lainnya adalah yang ditimbulkan oleh pihak Gereja.

    Para pastor telah memanfaatkan tanah-tanah milik Gereja untuk di sewakan kepada para petani

    penyewa. Uang hasil dari menyewakan tanah tersebut digunakan untuk memperkaya diri. Para

    petani miskin yang merupakan jemaat Gereja merasa kecewa dengan ulah para oknum pastor.

    Sisi baiknya adalah para petani miskin yang terdiri dari para buruh tani dapat berkerja mengarap

    lahan tersebut (Agoncillo, 1990 :442)

    Hubungan patron-clien, hubungan sosial antara petani dengan tuan tanah merupakan

    hubungan yang biasa dalam masyarakat petani. Relasi patron-clien ini mempunyai peranan

    penting bagi kehidupan masyarakat petani, karena hubungan ini dapat menjamin kebutuhan

    subtensi petani. Menurut Popkin, hubungan patron-clien adalah hubungan petani dan tuan tanah,

    yang meliputi kewajiban-kewajiban timbal balik yang berspektrum luas tetapi tidak jelas, yang

    konsisten dengan kepercayaan bahwa patron itu harus melindungi cliennya yang hampir

    menyerupai seorang bapak melindungi keluarganya (Popkin, 1986 : 11).

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    6/31

    Gambaran konsep patron-clien merupakan suatu keseimbangan kehidupan antara petani

    dengan tuan tanah dalam mayarakat pedesaan. Keseimbangan ini terkadang berubah menjadi

    tidak selaras ketika terjadi gesekan-gesekan dalam kehidupan masyarakat petani diakibatkan

    adanya ekploitasi oleh tuan tanah. Gesekan tersebut biasanya terjadi apabila salah satu dari

    patron atau klien merasa ada yang dirugikan, seperti klien yang menuntut perbaikan dalam upah

    setelah berhasil memberikan keuntungan. Faktor tersebut yang menjadi penyebab konflik di

    Filipina selama bertahun-tahun, dimana pada masa penjajahan Spanyol, Amerika, Jepang dan

    bahkan sesudah Filipina merdeka pun nasib para petani kecil selalu terbaikan atau bahkan tidak

    tersentuh sama sekali.

    Petani miskin di Luzon tengah selalu diekploitasi oleh para tuan tanah atau para petani

    penyewa dengan bekerja selama satu hari penuh tanpa mendapat imbalan yang cukup. Apabila

    mereka menolak bekerja di lahan pertanian, keluarga para petani ini dijadikan pembantu di

    rumah para tuan tanah tersebut atau bahkan anak gadisnya dijadikan budak nafsu para tuan tanah

    (Agoncillo, 1990 : 443). Sikap para tuan tanah yang tidak menusiawi telah memicu reaksi dari

    para petani miskin untuk berontak melawan ketidakadilan. Perlawanan yang dilakukan oleh para

    petani tidak berarti sama sekali, karena masih bersifat perorangan, sehingga mudah dikalahkan.

    Selain tuan tanah (land lord), mereka juga merupakan orang-orang yang duduk dalam

    pemerintahan kolonial, yang dapat menggunakan wewenangnya untuk menghukum para buruh

    tani yang membangkang.

    Perubahan sistem kepemilikan tanah yang berlaku di Filipina juga dapat dijadikan

    penyebab terjadinya konflik antara para tuan tanah dan para petani. Sebelum kedatangan Spanyol

    ke Filipina tanah di miliki secara adat oleh kelompok-kelompok masyarakat. Anggota dari

    kelompok masyarakat tersebut diberi hak yang sama untuk menggarap tanah adat. Kepemilikan

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    7/31

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    8/31

    lahan yang dapat menguntungkan dengan cara menyewakan atau menjualnya kepada para

    pemilik modal yang berasal dari Spanyol, maupun orang keturunan (Bresnan, 1988 : 43-49).

    Pengaruh penjajahan Spanyol yang cukup signifikan dalam kehidupan masyarakat

    Filipina terlihat dalam segi kehidupan beragama. Sebelum kedatangan Spanyol orang-orang

    Filipina menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme, mereka percaya terhadap roh nenek

    moyang sebagai pelindung mereka dari berbagai bencana. Kedatangan Spanyol dengan

    membawa agama Katholik merubah pandangan masyarakat Filipina tentang keagamaan. Mereka

    dengan tangan terbuka menerima agama Katholik masuk kedalam sendi-sendi kehidupan

    mereka. Agama Katholik dapat dengan cepat masuk seluruh penjuru Filipina kecuali Filipina

    Selatan khususnya daerah Mindanau yang penduduknya mayoritas memeluk agama Islam

    (Majul, 1987 : 63). Peranan para Misionaris yang datang langsung dari Spanyol untuk

    menyebarkan agama Katholik dengan menggunakan pendekatan sosio-budaya, banyak

    membantu pemerintah Spanyol dalam memberikan informasi mengenai adat dan tradisi

    masyarakat Filipina. Penyebaran agama Katholik yang dilakukan oleh para Misionaris di mulai

    tahap demi tahap, baik secara langsungface to facemaupun budaya. Pendekatan secara budaya

    agar agama Katholik mudah diterima di tengah- tengah masyarakat, harus disesuaikan dengan

    sistem kepercayaan masyarakat Filipina sebelumnya. Hubungan manusia dengan Tuhan

    dipahami sebagai hubungan dalam keluarga masyarakat pedesaan. Tuhan diibaratkan dengan

    bapak yang bijaksana, Perawan Maria diibaratkan dengan ibu tercinta, sedangkan Kristus sebagai

    juru selamat bangsa Filipina diibaratkan sebagai kakak yang selalu mengasihi (Bresnan, 1988 :

    36-37). Membaurnya dogma-dogma agama dengan nilai-nilai lokal telah menarik masyarakat

    Filipina untuk menganut agama Katholik, juga telah membentuk suatu Gereja yang khas, yaitu

    Gereja Filipina dengan segala implikasinya (Bresnan et.al, 1988 : 37).

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    9/31

    4.1.2 Kondisi Ekonomi

    Mayoritas masyarakat Filipina menggantungkan kehidupan ekonominya pada sektor

    agraris. Masyarakat Filipina khususnya yang tinggal di Pulau Luzon menggantungkan hidupnya

    pada sektor pertanian, hal tersebut didukung pula oleh keadaan lahannya sangat subur. Tanah

    yang subur di daerah Luzon, dikarenakan oleh keberadaan Gunung Pinatubo, gunung berapi

    yang berada di pulau tersebut. Material- material yang keluar dari Gunung Pinatubo telah

    membuat tanah di sekelilingnya menjadi subur. Luzon Tengah telah tumbuh menjadi lumbung

    padi negara tersebut (http://www.asiamaya.com/panduasia/ philipina/e-01land/ep-lan12.htm).

    Sektor agraris yang dikembangkan di Filipina antara lain: padi, jagung, tembakau, gula,

    dan kelapa. Komoditi tersebut banyak dihasilkan di Luzon Tengah. Penghasil komoditi-komoditi

    tersebut antara lain : daerah Pampanga yang menghasilkan padi, Nueva Ejica yang menghasilkan

    jagung serta tembakau, dan Balucan yang memproduksi gula

    (http://www.asiamaya.com/panduasia/ philipina/e-01land/ep-lan12.htm).

    Pulau Luzon yang subur dengan berbagai sektor agraris yang dihasilkannya, juga

    merupakan pusat pemerintahan Filipina. Manila sebagai ibu kota negara itu berada di Pulau

    Luzon bagian Selatan. Pulau Luzon sebagai pusat pemerintahan dan politik, merupakan tempat

    yang baik bagi masuknya ideologi baru ke Filipina. Kondisi mayoritas masyarakat Filipina

    berpendidikan rendah menciptakan peluang yang baik bagi munculnya Ideologi Komunis dan

    Sosialis. Orang-orang komunis melakukan perekrutan anggotanya kepada para buruh tani dan

    serikat-serikat pekerja yang selalu mendapat ketidakadilan. Sebagian besar para buruh kecil dan

    petani penggarap menggabungkan diri dalam dua kelompok ideologi tersebut. Pada tahun 1930-

    an di mana serikat buruh seluruh Filipina yang tergabung dalam KPMP ikut serta dalam suatu

    kongres buruh internasional di Cina yang disponsori oleh golongan komunis. Banyaknya para

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    10/31

    petani dan buruh taniyang masuk organisasi tersebut dikarenakan adanya visi dan misi yang

    sama yaitu menuntut adanya land reform dan kesejahteraan para petani kecil dan buruh tani

    (Agoncillo, 1990 : 445)

    Masuknya tentara Jepang ke Filipina, awalnya di sambut dengan baik oleh rakyat

    Filipina. Rakyat Filipina sangat tertarik terhadap propaganda Jepang. Propaganda yang dilakukan

    tentara pendudukan Jepang terhadap negara-negara Asia Tenggara lainnya, bertujuan

    membentuk persepsi bagi bangsa-bangsa yang didudukinya sebagai saudara mudanya.

    Berkuasanya Jepang atas Filipina, tidak banyak membawa perubahan bagi para petani, yang

    terjadi malah sebaliknya para petani harus berkerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan

    pokok tentara Jepang (Agoncillo,1990 : 446)

    Perkembangan perekonomian Filipina pada masa pendudukan tentara Jepang di wilayah

    ini memperlihatkan terjadinya perubahan dalam hal orientasi komoditi pangan. Prioritas

    pemerintah tentara pendudukan Jepang di Filipina, meletakkan prioritas tanaman padi sebagai

    komoditi primer yang perlu untuk dikembangkan oleh rakyat Filipina. Tujuannya untuk

    memenuhi kebutuhan logistik tentara Jepang dalam menghadapi pasukan Sekutu di kawasan

    Pasifik dan Asia Tenggara (Bresnan, 1988 : 202).

    Konsep perang yang dijalankan oleh Jepang, bahwa wilayah-wilayah di Asia Tenggara

    difungsikan sebagai produsen yang diharapkan dapat menyuplai kebutuhan konsumsi maupun

    industri militernya. Aplikasi dari konsep seperti ini menyebabkan terjadinya eksploitasi besar-

    besaran terhadap wilayah-wilayah pendudukan. Filipina mengalami eksploitasi bahan-bahan

    pangan, yaitu padi yang produksinya terus diintensifkan, guna memenuhi stok pangan tentara

    pendudukan Jepang. Sistem pertanian subsisten yang biasa dijalankan oleh para petani Filipina

    secara mendadak harus berubah mengikuti sistem Jepang, sehingga di kemudian hari akan

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    11/31

    menimbulkan ketidakpuasan sebagai akumulasi dari tekanan-tekanan yang dialami oleh para

    petani Filipina. Sistem pertanian subsisten yang biasa dijalankan oleh para petani Filipina adalah

    untuk memenuhi kebutuhan pangan secara temporer, yaitu sesuai dengan kebutuhan konsumsi

    para petani itu sendiri. Adapun sistem ekonomi perang Jepang telah memaksa para petani

    Filipina untuk meninggalkan serta merubah sistem pertanian yang selama ini dijalankannya

    (Besnan, 1988 : 202-203).

    Pemerintah pendudukan Jepang melakukan pemaksaan untuk menjaga kestabilan stok

    pangan dalam upaya menunjang kebutuhan pangan tentara Jepang dalam perang Asia Timur.

    Selain mengeksploitasi hasil-hasil pertanian, tentara pendudukan Jepang di Filipina juga

    memberlakukan sistem perpajakan terhadap penduduk Filipina. Pajak yang ditarik oleh tentara

    Jepang berupa barang-barang yang memiliki nilai guna bagi mereka, yaitu uang maupun hasil-

    hasil pertanian. Penarikan pajak terasa sangat memberatkan rakyat dan menjadi beban bagi

    mereka, terutama bagi mereka yang berasal dari kalangan para petani kecil (Agoncillo, 1990 :

    399-402).

    Petani di Filipina dapat dibedakan berdasarkan kepemilikannya terhadap tanah-tanah

    yang digarap. Istilah para petani besar atau para tuan tanah (landlord) ditujukan kepada

    sekelompok orang yang mempunyai kepemilikan tanah dalam ukuran yang sangat luas. Istilah

    petani penggarap ditujukan kepada sekolompok petani yang tidak mempunyai tanah yang luas,

    tapi mereka tetap dapat menggarap tanah yang lebih luas karena membayar biaya sewa kepada

    para tuan tanah. Sedangkan istilah buruh tani ditujukan kepada mereka yang sama sekali tidak

    memiliki tanah sehingga sangat tergantung kepada dua kelompok diatas. Petani kecil

    diasosiasikan dengan para buruh tani. Dengan demikian, kelompok buruh tani inilah yang paling

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    12/31

    merasakan tekanan akibat pemberlakuan eksploitasi dan perpajakan yang diberlakukan oleh

    pemerintah pendudukan Jepang (Agoncillo, 1990 : 401).

    4.2 JALANNYA PERISTIWA

    4.2.1 Pemberontakan Hukbalahap Pada Masa Pendudukan Jepang

    Sebelum memasuki pembahasan mengenai aksi pemberontakan yang dilakukan oleh

    Hukbalahap terhadap pemerintah Filipina dan pemerintahan pendudukan Jepang maka perlu

    diuraikan terlebih dahulu mengenai proses masuknya kekuatan Jepang ke Filipina, reaksi dari

    beberapa kekuatan lokal yang ada di Filipina, serta langkah-langkah politik yang ditempuh oleh

    Jepang sehingga menimbulkan reaksi dari para anggota Hukbalahap.

    Tahun 1942 tentara Jepang menyerbu masuk ke kawasan Asia Tenggara, termasuk

    kepulauan Filipina. Di kepulauan ini pasukan Jepang memulai invasinya dari arah utara

    (Agoncillo, 1990 : 279). Kekuatan tentara Jepang sulit diimbangi oleh kekuatan-kekuatan

    bersenjata lokal dan asing lainnya. Tentara Amerika Serikat sendiri bahkan sempat mengalami

    kekalahan telak dalam aksi invasi Jepang ke Filipina yang mengakibatkan jatuhnya Filipina ke

    tangan Jepang. Persenjataan yang dimiliki oleh pasukan Jepang serta semangat para prajuritnya

    sukar diimbangi oleh kekuatan-kekuatan lain yang ada pada waktu itu. Tidak mengherankan jika

    kemudian dalam waktu yang cepat pasukan pendudukan Jepang telah mengibarkan bendera

    Hinomaru-nya di wilayah Filipina. Pasukan Amerika Serikat melakukan gerakan mundur ke

    daerah Bataan, suatu wilayah di Luzon Tengah yang dijadikan sebagai basis pertahanan terakhir

    pasukan Amerika di Filipina (Elizabeth, 1989 : 78). Pasukan Amerika yang tergabung dalam

    USAFFE terus melakukan perlawanan dengan bergerilya di wilayah Bataan bahu-membahu

    dengan tentara Filipina dengan sisa-sisa pasukan yang ada.

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    13/31

    Tanggal 9 April 1942 propinsi Bataan yang merupakan pertahanan terakhir tentara

    USAFFE dan Filipina jatuh ketangan tentara pendudukan Jepang. Menyerahnya pasukan

    Amerika Serikat dan Filipina kepada tentara pendudukan Jepang yang dikenal dengan peristiwa

    Kematian Maret, karena sebanyak 36.000 tentara Amerika Serikat dan Filipina dan para gerilya

    diperlakukan secara tidak manusiawi oleh tentara Jepang sebagai tahanan perang. Dalam

    bukunya Agoncillo menjelaskan :

    the Surrender Filipino-American troops were forced at gunpoint to march from

    Bataan to San Fernando, Pampanga, under the hot tropical sun. Those who could

    not march because of phyisical weakness were shot or bayoneted. So inhuman wasthe forced march that the event has been called the Death March. In Capas, the

    prisoners were huddled together like animals, hungry and sick (Agoncillo, 1990 :394).

    Para tawanan ini dibawa dari Bataan menuju kamp tawanan di San Fernando propinsi Pampanga

    dengan cara berjalan kaki tanpa dikasih makan dan minum, dengan kata lain tentara pendudukan

    Jepang membunuh para tahanan perang tersebut secara pelan-pelan

    (http://www.asiamaya.com/panduasia/philipina/e-01land/ep-lan12.htm .). Berkurangnya kekuatan

    pasukan USAFFE dan Filipina telah melemahkan mental pasukan-pasukan lainnya yang juga

    berjuang melawan Jepang di daerah lainnya. Menyerahnya tentara Amerika Serikat dan Filipina

    di Bataan, maka pada tanggal 6 Mei 1942 di Correigedor 12.000 tentara Amerika dan Filipina

    menyusul lagi menyerah pada pasukan pendudukan Jepang, sehingga pemerintah pendudukan

    Jepang telah dapat menguasai seluruh wilayah Filipina

    (http://www.asiamaya.com/panduasia/philipina/e-01land/ep-lan12.htm .).

    Kekuatan lokal lainnya yang tidak dapat diabaikan oleh tentara pendudukan Jepang

    adalah Hukbalahap. Berbeda dengan USAFFE yang sejak awal telah melakukan perlawanan,

    maka pada awalnya tidak terdapat reaksi dari Hukbalahap pada masa awal masuknya tentara

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    14/31

    Jepang ke Filipina. Hal ini dikarenakan Hukbalahap sendiri baru terbentuk pada tanggal 29

    Maret 1942. Pada tahun 1943, Hukbalahap baru mulai melakukan perlawanan terhadap

    pemerintah pendudukan Jepang yang melantik Jose P. Laurel sebagai Presiden Filipina pada

    tanggal 15 September 1943. Pengangkatan Jose P. Laurel sebagai Presiden boneka buatan Jepang

    merupakan faktor pemicu munculnya perlawanan yang dilakukan oleh golongan Huk, selain itu

    juga Jose P. Laurel merupakan orang yang berasal dari kalangan tuan tanah yang menolak keras

    land reform (http://www.asiamaya.com/panduasia/philipina/e-01land/ep-lan12.htm )

    Langkah-langkah politik pemerintah pendudukan Jepang di Filipina cukup penting bagi

    dinamika perkembangan kelompok kekuatan lokal. Sikap-sikap tidak setuju telah mulai

    berkembang di kalangan rakyat ketika Jepang menawarkan komposisi personil-personil

    pemerintahan boneka yang dibentuknya. Pejabat yang diangkat oleh tentara pendudukan Jepang

    dalam pemerintahan bonekanya adalah orang-orang dari kaum konservatif yang merupakan para

    pemilik modal, yaitu para tuan tanah yang menentang land reform. Golongan ini merupakan para

    spekulan politik yang mengikuti arah perubahan kekuasaan setiap rezim asing yang berkuasa di

    Filipina. Keberadaan serta sikap politik yang ditunjukkan oleh kelompok ini telah menimbulkan

    suatu reaksi antipati terhadap bentuk pemerintahan boneka yang dibentuk oleh tentara Jepang.

    Reaksi-reaksi tersebut ditampilkan dengan cara konkret, yaitu gerakan pemberontakan yang

    dilakukan oleh para petani-petani yang tergabung dalam organisasi Hukbalahap. Pemberontakan

    Hukbalahap menentang dua pihak sekaligus, di satu pihak Hukbalahap menentang pemerintahan

    Filipina bentukan Jepang, dan di pihak lain Hukbalahap menentang terang-terangan terhadap

    pemerintahan pendudukan Jepang itu sendiri (Agoncillo, 1990 : 397-399).

    Pemberontakan tersebut dilakukan dalam berbagai bentuk perlawanan, di antaranya

    sabotase terhadap konvoi-konvoi pasukan Jepang, serta melakukan gerakan-gerakan

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    15/31

    penyerangan terhadap pos-pos penjagaan dan pertahanan pasukan Jepang baik di dalam kota

    maupun di pedesaan (Greenberg, 1987 : 13-15). Perlawanan golongan Huk terhadap tentara

    pendudukan Jepang telah menyulitkan pihak Jepang. Tentara pendudukan Jepang dihadapkan

    pada dua kekuatan besar yang dapat mengancam kedudukannya di wilayah tersebut. Kekuatan

    pertama adalah tentara Amerika dan Filipina yang sewaktu-waktu dapat mengancam posisi

    mereka. Kekuatan kedua golongan Huk sebagai laskar gerilya yang juga dapat mengancam.

    Usaha yang dilakukan oleh pemerintah pendudukan Jepang dalam menghadapi kedua kekuatan

    tersebut yaitu, pemerintah pendudukan Jepang membentuk pasukan yang di beri nama Makapili,

    Makapili pasukan yang anggotanya adalah orang-orang Filipina (Greenberg, 1987 : 15). Pasukan

    Makapili ini bertugas untuk meneror masyarakat Luzon Tengah untuk mendapatkan informasi

    tentang keberadaan golongan Huk yang bergerilya. Aksi teror yang biasa dilakukan oleh pasukan

    tersebut ditujukan kepada masyarakat biasa dan para keluarga anggota Huk. Mereka melakukan

    pemerkosaan terhadap para wanita dan anak-anak perempuan para anggota keluarga Huk

    (Greenberg, 1987 : 15). Kekejaman tentara Makapili ini telah melecut semangat patriotisme

    seluruh masyarakat Filipina khususnya di Luzon Tengah untuk melawan tentara pendudukan

    Jepang.

    Pembentukan pasukan Makapili ternyata tidak membawa perubahan berarti yang dapat

    mengurangi aksi-aksi sabotase dan penyerangan terhadap pos-pos pertahanan Jepang. Malahan

    para gerilyawan Huk melakukan penyerangan terhadap pos-pos pertahanan tentara Jepang secara

    frontal langsung kepada sasaran.. Dua kubu perlawanan yang sama-sama menghadapi musuh

    bersama yaitu tentara pendudukan Jepang, Hukbalahap dan USAFFE pernah melakukan

    koordinasi dan kerja sama untuk melakukan perlawanan terhadap kekuatan pasukan Jepang.

    Perwira USAFFE Letnan Kolonel Thorpe pernah mengirimkan tiga prajuritnya kedaerah Danau

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    16/31

    Candaba untuk menemui Castro Alejandro wakil Panglima Tertinggi Hukbalahap. Dalam

    pertemuan tersebut Letnan Kolonel Thorpe meminta agar Hukbalahap berada dibawah komando

    USAFFE dalam menghadapi tentara Jepang. Luis Taruq selaku Panglima Tertinggi Hukbalahap

    menolak dengan dalih perjuangan mereka murni perjuangan rakyat tanpa ada campur tangan

    politik (Greenberg, 1987 : 18-19).

    Hukbalahap dan USAFFE berjuang secara bersama-sama dan menghadapi musuh yang

    sama, bukan berarti diantara mereka tidak terdapat unsur-unsur perbedaan satu sama lainnya.

    Menurut Elisabeth, perbedaan yang paling nampak di antara mereka adalah latar belakang para

    anggotanya (Elisabeth, 1989 : 78). Pihak Hukbalahap terdiri dari para petani atau rakyat sipil

    yang bersenjata, sedangkan di pihak lain komposisi anggota USAFFE semuanya terdiri dari para

    prajurit dengan latar belakang pendidikan militer Amerika yang kental.

    Terdapatnya unsur-unsur perbedaan ini diperuncing dengan adanya saling tuduh

    menuduh di antara mereka mengenai pelaku dari aksi-aksi pemerasan terhadap para penduduk

    desa untuk mendapatkan makanan dan uang dalam upaya survive selama gerilya. Menurut

    Adriana Elisabeth (1989), secara ideologi politik, Hukbalahap berorientasi pada organisasi

    politik pedesaan, dimana nilai-nilai tradisi yang sudah mengakar pada masyarakat tetap

    dipertahankan seperti nilai demokrasi dalam pemilihan ketua kampung dan juga kesepakatan

    dalam menjatuhkan sanksi terhadap anggota yang melanggar hukum. Pandangan para anggota

    USAFFE terhadap nilai-nilai tradisional tersebut ditafsirkan sebagai suatu bentuk dari suatu

    pemerintahan lain yang dianggap tidak sah atau legal, mereka tidak mengenal adanya extra

    governmentalatau pemerintahan lain di pedesaan (Elisabeth, 1989 : 78). Hukbalahap menganut

    pola garis keras dalam strategi perjuangannya melawan tentara pendudukan Jepang, yang

    disebabkan karena minimnya teknik-teknik militer yang mereka miliki. Adapun USAFFE

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    17/31

    meletakan prioritas pada aspek rasional dalam strategi perlawanan, konkretnya berkaitan dengan

    pertimbangan-pertimbangan data intelijen yang dikumpulkan sambil menunggu bantuan tentara

    Amerika secara langsung dari pusatnya sehubungan telah hancurnya pangkalan militer Amerika

    di Pearl Harbour (Greenberg, 1987 : 35-38)

    Hubungan yang kurang haromis antara gerilyawan Hukbalahap dengan USAFFE, dapat

    mengagalkan upaya perjuangan mereka melawan tentara pendudukan Jepang. Perpecahan

    tersebut semakin serius, bahkan sempat terjadi bentrokan senjata antara USAFFE dengan

    Hukbalahap. Insiden tersebut membuat Amerika melakukan upaya khusus untuk menghadapi

    kekuatan Hukbalahap dengan langkah membentuk dinas khusus yaitu suatu kelompok anti

    Hukbalahap yang diberi nama Police Constabulary (PC) yang tergabung di bawah USSAFE

    (Nadeak dan Atmadji, 1986 : 200).

    Terjadinya hubungan yang kurang harmonis antara Hukbalahap dengan USAFFE, telah

    memunculkan kelompok baru yang tidak menyukai gerakan Hukbalahap. Mereka merupakan

    para pendukung USAFFE dari kalangan kolaborator, khususnya golongan para tuan tanah dan

    elite-elite politik lokal. Mereka menganggap golongan Huk sebagai gerilyawan liar yang

    meresahkan masyarakat. Keadaan tersebut sangat menyudutkan golongan Hukbalahap.

    Meskipun demikian dukungan rakyat petani terhadap gerakan ini tidak mengalami perubahan

    (Nadeak dan Atmadji, 1986 : 206) .

    4.2.2 Pemberontakan Hukbalahap Terhadap Pemerintah Filipina

    Pemerintahan yang berdiri di Filipina setelah kalahnya Jepang dalam Perang Dunia II

    merupakan pemerintahan yang dibantu oleh Amerika Serikat. Pemerintah Filipina telah

    berhutang budi (utaang na loob) kepada Amerika Serikat dalam mengusir tentara pendudukan

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    18/31

    Jepang, dan juga turut andil dalam kemerdekaan Filipina pada tanggal 4 Juli 1946. Pada awalnya

    Hukbalahap tidak menunjukkan penentangan terhadap pemerintahan ini, bahkan sempat

    mengikuti Pemilu. Tujuan Hukbalahap pasca kemerdekaan adalah menginginkan adanya

    reformasi politik dan ekonomi di Filpipina, seperti yang dijelaskan oleh Kustigar Nadeak dan

    Atmadji (1986) ada tiga poin penting dari reformasi tersebut yaitu:

    Pertama menghalangi orang Filipina yang berkolaborasi dengan Jepang dalam

    mendapatkan posisi politis penting. Ke-dua melakukan kampanye agar kelak bisa lepasdari pengaruh Amerika. Ke-tiga adanya pembangunan ekonomi yang lebih

    mementingkan golongan bawah dan menengah ketimbang golongan atas (Nadeak dan

    Atmadji, 1986 : 201)

    Tujuan yang dicanangkan oleh golongan Huk pasca kemerdekaan Berdampak pada hasil

    pemilihan umum. Golongan Hukbalahap yang tergabung dalam Democratic Alliance (DA)

    mendapatkan 6 kursi di parlemen. Perolehan kursi parlemen oleh para anggota Democrtic

    Alliance di tentang oleh orang-orang yang berkolaborator dengan Jepang dan juga pemerintah

    Amerika.. Orang-orang yang dianggap sebagai kolaborator Jepang mengadakan mosi tidak

    percaya terhadap anggota-angota Huk yang duduk dalam parlemen. Tujuan mereka adalah

    mengantisipasi kemungkinan terjadinya perubahan undang-undang berkenaan dengan land

    reform yang merupakan tujuan utama golongan Huk. Mantan Gubernur Pampanga Jose David

    yang juga kolaborator Jepang memberikan informasi kepada pemerintah Amerika Serikat yang

    mengatakan bahwa pemerintah pendudukan Jepang telah memaksa dirinya untuk menyerahkan

    pemerintahannya dan wilayahnya kepada gerilyawan Huk. Pengaduan itu makin memperkuat

    kepercayaan para perwira Amerika Serikat, bahwa golongan Huk bersifat anti Amerika (Nadeak

    dan Atmadji, 1986 : 201). Keterangan lain yang didapat oleh para perwira Amerika Serikat dari

    kolaborator Jepang ialah para anggota Democratic Alliance yang duduk dalam parlemen akan

    mengubah ideologi negara menjadi Ideologi Komunis. Mendengar penjelasan tersebut

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    19/31

    pemerintah Amerika Serikat melakukan intervensi terhadap kebijakan-kebijakan politik

    pemerintahan Filipina untuk segera menurunkan orang-orang Huk dari kursi parlemen Filipina

    (Greenberg , 1987 : 43-44, Nadeak dan Atmadji, 1986 : 202)

    Intervensi politik yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat terhadap pemerintah

    Filipina bertujuan mengantisipasi meluasnya pengaruh Ideologi Komunis di kalangan rakyat

    Filipina. Adanya intervensi politik Amerika Serikat terhadap kepentingan dalam negeri Filipina

    tidak dapat ditolak karena pemerintah Filipina merasa berhutang budi kepada Amerika Serikat

    yang telah membantu kemerdekaan Filipina atas Jepang.

    Pencekalan anggota-anggota Democratic Alliance di Parlemen oleh pemerintah Filipina

    telah menyulut suhu politik yang panas di dalam negeri Filipina. Democratic Alliance yang salah

    satu anggotanya adalah Luis Taruc dan Castro Alejandro yang merupakan Panglima Tertinggi

    Hukbalahap yang ikut berjuang mengusir tentara pendudukan Jepang merasa dikhianati hak-

    haknya oleh pemerintah. Upaya menurunkan orang-orang Huk di parlemen memperlihatkan

    keberhasilan dengan adanya keputusan sidang di parlemen Filipina untuk menurunkan orang-

    orang Hukbalahap setelah jangka waktu 3 bulan semenjak di selenggarakannya pemilihan umum

    (Greenberg, 1987 : 45).

    Perjuangan golongan Hukbalahap melalui jalan politik telah mengalami kebuntuan

    dengan di turunkannya para wakil-wakil mereka di dalam parlemen secara In-kontintusional.

    Luis Taruc dan Castro Alejandro sebagai anggota parlemen dari Democratic Alliance (DA)

    menyerukan kepada anggota Hukbalahap untuk kembali berjuang melawan pemerintah.

    Golongan Hukbalahap menilai pemerintah sudah tidak mau merespon aspirasi masyarakat

    kebanyakan. Pemerintah lebih cenderung mengakomodir kepentingan Amerika Serikat di

    karenakan takut tidak diberi bantuan ekonomi dan militer (Nadeak dan Atmadji 1986 : 204).

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    20/31

    Peristiwa yang paling berpengaruh setelah pencopotan anggota DA dari parlemen,

    adalah terbunuhnya Juan Feleo pemimpin gerakan tani di Nueva Ejica tahun 1946, hal ini

    menyebabkan semakin meruncingnya permusuhan antara orang-orang Huk dengan pemerintah.

    Peristiwa tersebut juga telah melahirkan pembentukan sayap militer Huk yang di beri nama

    HMB (Hukbong Mapagpalaya ng Bayan), yaitu Tentara Pembebasan Rakyat yang menghimpun

    seluruh unsur perlawanan Huk dan kekuatan politik dalam satu kesatuan yang terpadu. HMB

    pada akhirnya menjadi suatu gerakan militer yang kuat, tersebar hampir di seluruh Luzon Tengah

    dan mendapat dukungan kuat dari rakyat. Dukungan rakyat ini diberikan sepenuhnya karena

    HMB melidungi rakyat dari tekanan pemerintah. Perkembangan selanjutnya HMB membentuk

    dua daerah komando, yaitu Central Luzon Command dan Southern Luzon Command (Elisabeth,

    1989 : 78).

    Komandan lapangan di wilayah Luzon Tengah dipimpin langsung oleh Luis Taruc

    sebagai panglima tertinggi HMB, sedangkan komandan lapangan di daerah Luzon Selatan

    dipimpin oleh Castro Alejandro. Setiap Field comamndersberanggotakan 500-700 orang dengan

    persenjataan yang cukup lengkap. Senjata yang mereka gunakan adalah senjata peninggalan

    Perang Dunia II, selain itu juga sumber senjata yang diperoleh oleh anggota HMB berasal dari

    anggota PC dan tentara Filipina yang membutuhkan uang (Nadeak dan Atmadji, 1986 : 206).

    Pertahanan kelompok Hukabalahap di daerah selatan Pulau Luzon di tempatkan di daerah

    pengunungan Arayat dan Danau Candapa seperti tampak dalam peta di bawah ini:

    Gambar II

    Peta Wilayah Gerilya Hukbalahap di Luzon Selatan

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    21/31

    Sumber : Greenberg,1987 : 14

    Pertahanan kelompok Hukbalahap yang diapit oleh pegunungan dan danau menyulitkan

    pasukan pemerintah Filipina dan Amerika Serikat untuk menyerang wilayah pemberontak

    melalui jalan darat. Pemberontak Huk bergerilya di pegunungan Zambales, pegunungan Arayat,

    pegunungan Sierra Modre dan pegunungan Caraballo. Antara pegunungan Zambales, Arayat

    dengan pegunungan Sierra Modre dipisahkan oleh Danau Candaba, sehingga pasukan

    pemerintah sulit untuk menembus daerah-daerah gerilya golongan Huk. Faktor lain yang menjadi

    kendala bagi pasukan pemerintah adalah pasokan logistik yang kurang mendukung yang

    diakibatkan oleh keengganan masyarakat setempat untuk memberi bantuan kepada pasukan

    pemerintah. Melihat kondisi alam yang bergunung-gunung yang sangat sulit untuk dicapai oleh

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    22/31

    pasukan darat pemerintah Filipina dan Amerika Serikat, maka pasukan pemerintah mengerahkan

    Angkatan Udaranya untuk menghancurkan pos-pos pertahanan Hukbalahap yang terdapat di

    daerah pegunungan dengan menggunakan pesawat tempurnya (Bridgewater, 1989: 42-43).

    Penyerangan yang dilakukan oleh tentara pemerintah secara terus-menerus terhadap pos

    pertahanan Hukbalahap, tidak membuat para anggota Hukbalahap menyerah, mereka terus

    berjuang melawan tentara pemerintah Filipina. Bahkan anggota Hukbalahap yang mayoritas para

    petani dan pemuda mencapai 10.000 orang (Greenberg, 1987 : 27). Penyerangan terhadap

    kantong-kantong gerilya golongan Huk telah membangkitkan semangat juang bagi para anak-

    anak muda yang berasal dari kalangan petani untuk bersama-sama berjuang bersama orang

    tuanya melawan pasukan pemerintah.

    Gambar III

    Peta wilayah basis golongan Hukbalahap

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    23/31

    Sumber: (Greenberg, 1987 : 43)

    Wilayah yang dikuasai oleh golongan Huk di Luzon Tengah meliputi Tarlac, Balucan,

    Pampanga, Nueva Ejica. Keempat daerah tersebut merupakan basis golongan Huk atau disebut

    Huklandia. Wilayah-wilayah yang dikuasai oleh golongan Huk juga menggunakan hukum-

    hukum yang dibuat oleh golongan Huk itu sendiri berdasarkan kesepakatan para pemimpinnya

    yang disebut dengan Huk Justice, Huk justice berfungsi menegakkan hukum terhadap orang-

    orang yang menindas para petani kecil dan para penjahat lainnya seperti pembunuh (Elisabeth,

    1989 : 74).

    Puncak gerakan pemberontakan Hukabalahap terjadi antara tahun 1949-1951 hal ini

    sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Grant Bridgewater yang menerangkan bahwa ;

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    24/31

    (..) ada dua fase yang dilakukan oleh Hukbalahap dalam upaya menghimpun

    kekuatan, fase pertama tahun 1946-1949 adalah khusus untuk mengkonsolidasikanke dalam. Fase kedua tahun 1949-1950 adalah fase ujuk kekuatan yang dimiliki

    oleh golongan Hukabalahap (..) (Bridgewater, 1989 : 39-40).

    Melihat kecenderungan tersebut bahwa golongan Hukbalahap memiliki peluang untuk mencapai

    tujuannya pada fase tahun 1949-1950, maka tidak mengherankan bahwa sering terjadi peristiwa-

    peristiwa yang memiliki pengaruh pada masa-masa ini.

    Reaksi pemerintah Filipina sendiri terhadap pemberontakan Hukbalahap bersifat represif

    dengan tujuan membasmi kelompok ini agar kehilangan pengaruhnya di kalangan rakyat.

    Pemerintah Filipina membentuk pasukan khusus langsung dibawah kendali Presiden. Pasukan

    Khusus yang di bentuk dan di biayai oleh pemerintah Amerika diberi waktu selama 60 hari untuk

    menumpas pemberontakan Hukbalahap. Presiden Roxas telah gagal menumpas pemberontakan

    Hukbalahap seperti yang dijanjikannya. Kegagalan tersebut di akibatkan oleh intelejen Filipina

    terlalu optimis menilai kemampuan mereka sendiri (Nadeak dan Atmadji, 1986 : 204).

    Luis Taruc, pemimpin pusat Hukbalahap menawarkan perjanjian perdamaian kepada

    pemerintah Filipina yang mencakup beberapa point, yaitu ;

    1. Penegakkan kembali undang-undang mengenai hak-hak asasi manusia.

    2. Pembatalan semua tuntutan terhadap kaum Huk.

    1. Pemberhentian semua pejabat pemerintah dan daerah yang Fasis.2. Pengembalian hak seluruh anggota Democratic Alliance (DA) untuk menjadi anggota

    kongres.

    3. Pelaksanaan rencana Presiden Roxas tentang land reform(Elisabeth, 1989 : 79).Sikap pemerintah Filipina terhadap tawaran perjanjian tersebut adalah menolak secara

    keras tanpa ada satupun point penawaran perjanjian yang disetujuinya. Alasan untuk reaksi

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    25/31

    tersebut adalah dugaan yang kuat bahwa orang-orang Huk selalu ingin menumbangkan

    pemerintahan dengan cara kekerasan untuk kemudian mendirikan pemerintahannya sendiri di

    Filipina (Elisabeth, 1989 : 79).

    Penolakan poin-poin perjanjian ini tidak menunjukkan sikap menyerah bagi orang-orang

    Huk. Jalan diplomasi yang pernah ditawarkannya berganti lagi menjadi aksi militer melawan

    pemerintah Filipina, yang terutama nampak pada masa pemerintahan Presiden Quirino yang

    menggantikan Presiden Roxas yang meninggal dunia secara mendadak ketika mengunjungi

    pangkalaan udara Amerika di Clark pada tanggal 15 April 1948 (Nadeak dan Atmadji, 1986 :

    205). Presiden Quirino menawarkan pemberian amnesti kepada anggota-anggota Huk yang

    bersedia menyerahkan diri. Pada kenyataannya ketika anggota-anggota Huk menerima tawaran

    tersebut dan bermaksud menyerahkan diri, para aparat militer khususnya anggota PC (police

    Contabulary) melakukan penangkapan terhadap anggota HMB di karenakan adanya miss

    cominicationmengenai pengerian amesti oleh panglima PC Jenderal Castaneda (Elisabeth, 1989

    : 79, Nadeak dan Atmadji 1986 : 205).

    Penangkapan terhadap anggota HMB telah membuat perlawanan Hukbalahap menjadi

    semakin lama dan berlarut. Perundingan yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah Presiden

    Quirino dan pimpinan HMB menjadi macet dan memunculkan konflik-konflik baru (Nadeak da

    Atmadji 1986 : 205-206). Usaha pemerintah untuk memadamkan pemberontakan Hukbalahap

    tidak pernah berakhir. Tahun 1950 politisi muda Ramon Magsaysay sebagai Menteri Pertahanan

    mempunyai visi yang luas mengenai pemberontakan dan motif-motifnya. Dalam pandangan

    Magsaysay sebab paling utama dalah keresahan para petani yang hak-haknya tidak pernah

    diperhatikan dan masa depannya tidak menentu. Usahan yang dilakukan oleh Magsaysay adalah

    dengan disususnya program kilat untuk memperbaiki nasib para petani. Mereka diberikan

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    26/31

    kemudahan untuk mendapatkan kredit, membangun klinik-klinik kesehatan dan mendirikan

    pengadilan agraria yang bertugas menengahi pertentangan petani dan para tuan tanah (Nadeak

    dan Atmadji, 1986 : 208-209).

    Pada tahun 1952-1955 pemerintah Filipina meluncurkan program yang diberi nama

    EDCOR (Economic Development Corp). Program pengembangan ekonomi terpadu ini serupa

    dengan cara-cara pemerintah Indonesia dengan program transmigrasinya. Para petani yang

    selama ini bersimpatik terhadap Hukbalahap mulai di mukimkan di Mindanau dengan diberi

    tanah pertanian oleh pemerintah. Program ini cukup berhasil menarik para simpatisan Huk untuk

    bergabung dalam program tersebut. Sekitar 950 keluarga simpatisan Huk telah dimukimkan di

    Mindanau (Elisabeth, 1989 : 80). Program EDCOR secara tidak langsung telah melemahkan

    kekuatan Hukbalahap, kerena golongan Huk menganggap EDCOR merupakan propaganda

    pemerintah agar mereka mau menyerah.

    EDCOR yang disponsori oleh Magsaysay telah membawa dirinya duduk sebagai

    Presiden Filipina tahun 1953 menggantikan presiden sebelumnya Quirino. Pada masa

    pemerintahannya Magsaysay mengangkat seorang wartawan muda Benigno S. Aquino Jr sebagai

    utusan pribadinya untuk menemui Luis Taruc di pedalaman. Tugasnya membujuk Luis Taruc

    untuk mau berunding dengan pemerintah. Setelah 4 bulan berunding Luis Taruc turun ke

    Manila dan menghadap Magsaysay untuk meyerahkan diri. Pada akhirnya Luis Taruc di hukum

    penjara selama 15 tahun (Nadeak dan Atmadji, 1986 : 209).

    Meyerahnya Luis Taruc sebagai pimpinan tertinggi HMB telah mematahkan semangat

    juang para anggotanya, para anggota Huk juga turut menyerah terhadap pemerintah adalah

    Castro Alejandro dan Jesus Lava. Faktor lain yang menjadi penyebab padamnya pemberontakan

    Hukbalahap adalah para anggotanya mengalami suatu titik jenuh dalam bertempur (Battle

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    27/31

    fatigue) dalam pemberontakannya (Elisabeth, 1989 : 80). Dengan demikian, kekuatan kaum

    pemberontak ini sedikit demi sedikit telah melemah. Kondisi ini semakin diperlemah lagi dengan

    berkurangnya bantuan dana dari masyarakat yang menyokongnya. Kejenuhan juga dialami oleh

    masyarakat pendukung Hukbalahap, mengingat telah lamanya mereka mensuplai dana namun

    hasilnya tak kunjung tercapai.

    Hukbalahap seolah-olah mengalami kondisi mati suri. Dari sudut militer keberadaan

    Hukbalahap 1956 tidak lagi dianggap membahayakan secara signifikan, karena hanya terdiri dari

    beberapa puluh orang saja. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa Hukbalahap secara resmi

    telah membubarkan diri. Beberapa puluh orang yang masih aktif dalam Hukbalahap hanya terdiri

    dari para kader muda saja (Elisabeth, 1989 : 80)

    4.3 Dampak Peristiwa Pemberontakan Hukbalahap

    Pemberontakan Hukbalahap, baik yang terjadi pada masa pendudukan Jepang maupun

    pada masa setelah tercapainya kemerdekaan Filipina, berdampak secara tidak langsung terhadap

    dinamika perkembangan politik, ekonomi dan sosial.

    4.3.1 Dampak dalam bidang politik.

    Dampak langsung dalam bidang politik dari pemberontakan Hukbalahap setelah

    tercapainya kemerdekaan adalah ketergantungan pemerintah Filipina terhadap bantuan militer

    Amerika. Pemerintah Filipina dan Amerika berkerja sama dalam bidang pertahanan dengan di

    tanda tangani kesepakatan Military Bases Agrement (MBA) pada tahun 1947 (Bresnan, 1988 :

    18) kesepakatan tersebut berisi mengenai pemberian ijin pemerintah Filipina kepada Amerika

    Serikat untuk membangun pangkalan pangkalan militernya di Filipina. Subic Bay dijadikan

    pangkalan Angkatan Laut Amerika, Clark Field dijadikan pangkalan Angkatan Udara Amerika.

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    28/31

    Tetapi disebutkan pula sejumlah pangkalan militer yang lebih kecil yang sudah dikembangkan

    untuk dikontrak selama sembilan puluh sembilan tahun (Bresnan, 1988 : 18).

    Pada masa pemerintahan Presiden Magsaysay terjalin kerjasama militer yang dikenal

    dengan nama Joint U.S. Military Advisory group (JUSMAG). Kerjasama ini lebih menitik

    beratkan pada memoderenkan Angkatan Bersenjata Filipina dengan membuka tempat-tempat

    pelatihan militer seperti halnya tempat pelatihan militer Amerika di West Point (Gojo, 1987 :

    14). Untuk meningkatkan kerjasama tersebut pemerintah Amerika mengirimkan perwiranya

    yaitu Letnan Kolonel Landsdale. Tugas Landsdale adalah sebagai penasehat presiden dalam

    bidang militer. Pemberontakan Hukbalahap dapat diatasi berkat masukan-masukan Landsdale

    kepada Presiden Magsaysay yang memberikan nasehat pemberontakan Huk dapat diatasi dengan

    cara diplomasi bukan dengan cara militer (Greenberg, 1987 : 81-82).

    Pemberian hak istimewa terhadap Amerika telah membawa pro dan kontra di dalam

    masyarakat Filipina sendiri. Sebagian masyarakat Filipina menilai kehadiran pangkalan-

    pangkalan militer Amerika dapat membantu perekonomian mereka, karena mereka dapat

    berdagang menyediakan kebutuhan para prajurit Amerika. Para tokoh intelektual yang kontra

    dengan kehadiran pangkalan-pangkalan militer Amerika di Filipina menilai bahwa angkan

    terjadinya dekadesi moral orang-orang Filipina yang tinggal dekat pangkalan Amerika. Hal

    tersebut dapat terjadi karena sub-kultur yang berbeda antara Amerika dan Filipina (Bresnan,

    1988 : 25). Polemik yang berkembang dalam masyarakat Filipina terhadap ketergantungan

    negara kepada Amerika telah memunculkan konflik baru yang harus dihadapi oleh pemerintah

    Filipina. Konflik tersebut adalah munculnya kembali gerakan separatis yang dikenal dengan

    NPA (New People Army). Gerakan yang mengusung ideologi komunis ini merupakan kelanjutan

    dari pemberontakan Hukbalahap. Pendiri NPA adalah kader-kader muda Hukbalahap yang ingin

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    29/31

    mengubah Filipina lepas dari dominasi Amerika Serikat. Mereka menilai bahwa pemerintah

    tidak bisa lepas dari ketergantungan terhadap Amerika dari berbagai hal. Untuk itulah mereka

    melakukan pemberontakan terhadap pemeritah (Elisabeth, 1989 : 82-83)

    Peristiwa lain adalah masalah Moro yang terjadi di Mindanau. Orang-orang Moro yang

    mayoritas beragama Islam menginginkan suatu otonomi khusus untuk mengatur daerahnya

    dengan perangkat-perangkat hukum Islam. Pemerintah Filipina sendiri selalu antipati terhadap

    tuntutan-tuntutan dari orang-orang Moro yang berada di Mindanau. Mereka menganggap orang-

    orang Moro yang ada di Filipina Selatan akan berusaha melepaskan diri dari Filipina, sehingga

    pemerintah meredamnya dengan kekuatan senjata dan pada akhirnya konflik ini berlanjut

    hingga sekarang ( Adib Majul, 1987 : 44).

    4.3.3 Dampak dalam bidang ekonomi

    Kerjasama antara pemeritah Filipina dengan Amerika Serikat di tandani dengan

    dikeluarkannya Bill Trade Acttahun 1946. Mulanya kerjasama ini dimaksukan untuk membantu

    pemerintah Filipina dalam pemulihan ekonomi negara tersebut. Dalam kerjasama tersebut para

    investor Amerika diberikan hak-hak yang sama dengan orang-orang Filipina dalam mengurus

    ijin usaha. Alasan yang dijadikan landasan pertimbangan, yaitu Filipina yang porak-poranda

    memerlukan dana rehabilitasi dari Amerika dan modal Amerika untuk membiayai prakarsa-

    prakarsa baru, serta preferensi perdagangan demi pemulihan ekonomi (Bresnan, 1988 : 18).

    Hubungan ekonomi Filipina-Amerika serikat dijalin berdasarkan kesadaran akan kepentingan

    kedua bangsa tersebut. Hubungan yang bersifat resposif terhadap kebutuhan yang berubah-ubah

    dari waktu ke waktu. Pasca Perang Dunia II pemerintah Amerika membantu membangun

    kembali pabrik gula dan minyak kelapa supaya pemerintah Filipina mendapatkan devisa guna

    mengimpor komoditi dari Amerika (Bresnan, 1988 : 264).

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    30/31

    Ketergantungan perekonomian Filipina atas Amerika serikat sangat berpengaruh kepada

    sektor pertanian Filipina. Filipina yang menggantungkan ekonomi pada sektor tersebut harus

    mau menerima hasil pertanian dari Amerika, sehingga adanya persaingan dalam bidang hasil

    pertanian. Scott menjelaskan dominasi perekonomian Amerika telah mematikan produk dalam

    negeri sendiri, (Scott, 1993 : 134-135). Produk Amerika seperti tekstil, barang-barang elektronik

    bahkan film-film Amerika dengan mudah masuk ke Filipina. Sedangkan untuk produk Filipina

    pemerintah Amerika menetapkan kuota ekspor. Hal ini disebabkan posisi yang berbeda, Filipina

    sebagai negara yang baru merdeka dengan fondasi-ekonomi yang masih labil di hadapkan

    dengan Amerika sebagai negara yang besar dengan fondasi ekonomi yang sudah mapan. Maka

    produk-produk Filipina di sesuaikan dengan pasar yang berkembang di Amerika (

    Bresnan, 1988 : 265).

    Kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi masih belum dapat dirasakan oleh rakyat

    Filipina terutama para petani kecil. Pemerintah mengambil suatu kebijakan yang keliru dalam

    mengembangkan perekonomiannya. Para petani di Filipina di hadapkan dengan liberalisasi

    perekonomian yang di jalin oleh pemerintahnya. Hal ini membuat para petani Filipina tidak lebih

    baik dari sebelumnya.

    4.3.3 Dampak dalam bidang sosial.

    Pemberontakan Hukbalahap telah membawa suatu perubahan bagi sosial bagi masyarakat

    Filipina. Perubahan tersebut adalah adanya asimilasi kebudayaan antara orang-orang pribumi dan

    keturunan. Orang-orang keturunan Cina pada masa pemberontakan Hukbalahap berlangsung

    banyak mengungsi kedaerah-daerah pedesaan yang mayoritas di huni oleh orang-orang pribumi.

    Selama dalam pengungsian, mereka mengalami akulturasi perilaku, jauh lebih mengenal cara,

    sikap, dan nilai-nilai orang Filipina (Gungwu, 1991 : 248). Mereka juga mengalami akulturasi

  • 8/13/2019 perlawanan para petani luzon

    31/31

    struktural dengan bermukim di lingkungan orang-orang Filipina, yang akhirnya melonggarkan

    dari pengaruh kelompok keluarga besar Cina yang tradisional.

    Semangat nasionalisme di kalangan masyarakat pribumi, telah membawa dampak yang

    signifikan bagi kehidupan sosial. Masyarakat keturunan yang secara ekonomi lebih dominan di

    bandingkan dengan orang-orang pribumi turut andil di dalamnya. Mereka memohon kepada

    pemeritah Filipina untuk menaturalisasi kewarganegaraanya, orang-orang keturunan yang sudah

    menjadi warga negara Filipina kemudian mengganti namanya dengan nama-nama Filipina

    (Gungwu, 1991 : 254).

    Kelompok lain yang juga tergugah oleh semangat nasionalisme adalah orang-orang

    Mestizo, orang mestizo adalah orang-orang Filipina keturunan asing, baik itu keturunan Spanyol

    maupun Amerika. Kelompok ini sebenarnya lebih awal memiliki kesadaran dalam berbangsa,

    karena mereka secara pendidikan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang keturunan

    Cina. Orang-orang mestizo ini merubah identitasnya menjadi Filipino yaitu orang-orang yang

    lahir di Filipina dan berbangsa Filipina tanpa memandang asal usulnya (Bresnan, 1988 : 46).

    Semangat kesadaran dalam berbangsa inilah yang dapat dijadikan modal dasar dalam

    membangun bangsa dan negara kearah yang lebih baik lagi.