perkiraan waktu kematian
description
Transcript of perkiraan waktu kematian
PERKIRAAN WAKTU KEMATIAN
Penentuan waktu kematian atau interval dari waktu kematian sampai tubuh
ditemukan (postmortem interval) bisa sulit untuk dilakukan.1 Banyak perubahan
fisiokimia yang terjadi setelah kematian dimana akhirnya akan berujung pada
hancurnya seluruh jaringan otot di tubuh.2 Setiap perubahan yang terjadi memilki
faktor waktu dan kecepatanya masing-masing. Tetapi kecepatan perkembangan
dari perubahan post mortem sangat dipengaruhi oleh keadaan endogen dan faktor
lingkungan.3
Bukti-bukti untuk memperkirakan waktu kematian dapat ditemukan dari 3
sumber:3
1. bukti corporal : bukti yang ada pada tubuh
2. bukti lingkungan : bukti yang ada di daerah sekitar tubuh
3. bukti anamnestik : berdasarkan dari kebiasaan korba, pergerakan, aktivitas
sehari-hari
Metode yang dapat digunakan untuk mempresiksikan waktu kematian ada 2
yaitu:3
1. Rate method : perkiraan berdasarkan evaluasi ada atau tidaknya sebuah
indikator tertentu
2. Concurrence method : perkiraan berdasarkan evaluas kejadian yan terjadi
saat atau mendekati waktu kematian
Perkiraan waktu kematian umumnya berdasakan dari prinsip penggunaan urutan
perubahan seperti postmortem clock. Evaluasi yang dilihat antara lain:2
1. Bukti perubahan fisiokimia pada pemeriksaan langsung tubuh seperti
perubahan suhu tubuh, livor, rigor, dan pembusukan.
2. Perubahan komposisi kimia dari cairan tubuh dan jaringan (contoh:
konsentrasi potassium pada cairan vitreous postmortem).
3. Sisa reaktivasi dari otot dari ransang elektrik atau kimia ( contoh: stimulasi
elektrik pada m. Masseter dan reaksi iris terhadap bahan kimia
1. Swanson, Charles R. 2002. Criminal Investigation 10th Edition. United States: McGraw-Hill. hal. 274-3142. Spit , Werner U. 2006. Spitz and Fisher’s Medicolegal Investigation of Death: Guidelines for the application of
pathology to crime investigation. Illinois: Charles C Thomas Publisher, LTD3. Pounder, Derrick J. 1995. Lecture Note: Time of Death. United Kingdom: Department of Forensic Medicine,
University of Dundee
4. Evaluasi proses fisiologi dengan menentukan waktu awal atau kecepatan
progres dan waktu berhentinya (contoh: wujud dari isi lambung
dipengaruhi oleh waktu pencernaan dan waktu pengosongan lambung)
5. Survival time after injuries, particularly whenthe time of infliction is
known. The nature,extent and severity of injuries as well as thequantitation
of associated complications (e.g. the amount of bleeding, early tissue
reactionto injury) are often useful in determining the time of death.
Algor Mortis
Algor mortis adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan pendinginan
postmortem pada tubuh. Pada sebagian besar kasus segera setelah kematian
terjadi suhu tubuh akan mulai menurun dan akan terus terjadi sampai temperatur
internal sama dengan temperatur lingkungan sekitar. Kecepatan penurunan suhu
pada permukaan tubuh lebih cepat terjadi daripada penurunan suhu pada organ
dalam.2
Pengukuran suhu biasanya dilakukan pada mulut dan rektum. Suhu normal pada
mulut berada antara 35.9oC (96.7oF) dan 37.2oC (99oF). Suhu normal rektum
adalah dari 0.3-0.4oC (0.5o-0.75oF) lebih tinggi dari suhu mulut.3
Pada keadaan rata-rata, penurunan suhu tubuh terjadi dengan kecepatan 2.0° F-
2.5° F perjam pada 1 jam pertama dan kemudian melambat menjadi 1.5° F-2° F
selama 12 jam pertama dan 1° F untuk 12 sampai 18 jam berikutnya.2
Salah satu rumus yang digunakan untuk memperkirakan waktu kematian
berdasarkan suhu tubuh adalah rumus Glaister yaitu
98,4o F−Suhu rektal yangdiukur1,5
=lama waktusetelah kematian
Kecepatan penurunan suhu tubuh ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
suhu tubuh pada saat kematian, luas area tubuh dan berat, pakaian yang dikenakan
dan juga suhu lingkungan.
Rigor Mortis
Pada umumnya setelah terjadi kematian, otot akan menjadi flaccid sehingga
rahang bawah dan ektrimitas dapat digerakan dengan pasif. Relaksasi otot ini akan
diikuti dengan mulai terjadinya kekakuan pada masa otot, yang mana akan
menyebabkan kekakuan pada sendi dan biasanya dikenal dengan kekakuan post
mortem atau rigor. Kekauan ini biasanya akan hilang perlahan dan tubuh akan
terjadi relaksasi lagi.2
Rigor akan terlihat pertama kali pada otot yang lebih kecil dan pendek daripada
otat yang panjang dan besar. Rigor terjadi lebih cepat pada otot yang berukuran
kecil tapi terjadi pada semua otot dengan kecepatan yang sama.
Pada sebagian besar orang yang meninggal pada lingkungan dengan temperatur
70oF, rigor mulai muncul dalam 2-4 jam, mencapai tahap maksimum dalam 6-12
jam. Perlu diingat bahwa sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan, semakin
tinggi suhu makan semakin cepat rigor terbentuk. Ketika mulai terjadi
pembusukan, rigor akan berkurang secra perlahan, biasanya menghilang mulai
dari tempat yang sama dengan mulainya yaitu wajah, rahang dan leher kemudian
diikuti badan dan ekstrimitas. Pada lingkungan pada suhu 70oF rigor mulai
menghilang setelah 18 jam dan hilang total setelah 36 jam. Pada suhu yang sangan
dingin, tidak sampai membeku, rigor dapat bertahan selama beberapa hari.
Mekanisme Onset Mulai Maksimum Menghilang
Perubahan fisik Segera 1-6 jam 6-24 jam 12-36 jam
Tabel waktu onset dan durasi rigor5
Apabila onset terjadinya rigor cepat maka durasi terjadinya akan relatif pendek.
Dua faktor utama yang mempengaruhi onset dan durasi terjadinya rigor adalah3
1. Suhu lingkungan
2. Derajat aktivitas otot sebelum
Livor Mortis
Livor mortis adalah warna merah keunguan akibat terkumpulan darah dari
pembuluh darah kecil pada daerah tertentu pada tubuh yang dipengaruhi oleh
gravitasi. Lebam mayat sering salah dibedakan dengan memar oleh orang yang
belum mengetahui fenomena ini. Livor mortis biasanya muncul dalam 30 menit –
2 jam setelah kematian. Pada orang yang meninggal akibat gagal jantung terminal,
livor mortis muncul antemortem (saat mati). Lvor mortis berkembang perlahan
dan mencapai tahap maksimum setelah 8-12 jam. Pada waktu ini,livor dikatakan
tela menetap. Sebelum dikatakan menetap, livor mortis dapat berpindah apabila
tubuh digerakan. Karena itu apabila korban berbaring telentang maka livor akan
terbentuk pada bagian posterior tubuh. Apabila seseorang membalikan tubuh
tersebut sehingga berbaring telungkup maka darah akan mengalir ke arah anterior
tubuh. Livor mortis dikatakan menetap apabila darah tidak lagi berpindah saat
tubuh digerakkan. Fiksasi dapat terjadi 8-12 jam jika pembusukan terjadi lebih
cepat dan 24-36 jam apabila pembusukan terhambat karena suhu yang dingin.1
Mekanisme Onset Mulai Maksimum Menghilang
Menetap Segera 2-4 jam 8-12 jam ----------------
Tabel onset dan durasi Livor Mortis
Pembusukan
Setelah melewati masa rigor, kulit akan mulai mengalami perubahanwarna
menjadi hijau pertama kali pada bagian abdomen. Perubahan warna ini akan
menyebar ke bagian badan lainnya, tubuh akan mulai mengembang akibat formasi
gas metana bakteri. Bakteri yang tinggal dalam tubuh akan berpoliferasi dan
berkembang dengan cepat dalam tubuh sehingga menghasilkan formasi gas yang
banyak.1
pembusukan terjadi tergantung pada suhu lingkungan dan status kesehatan
individu. Pembusukan akan terjadi akan terjadi lebih cepat pada suhu hangat dan
lebih lambat pada suhu dingin.3 hal ini dipengaruhi oleh ploriferasi dan
perkembangbiakkan bakteri dalam tubuh yang lebih cepat pada suhu hangat
daripada suhu dingin.1 Individu yang meninggal di area yang sama dapat
menunjukkan tahap dekomposisi yang berbeda. Tergantung dari derajat terekpos
sinar matahari atau jarak dengan sumber panas (contoh kompor, radiator dan lain-
lain)2
Suhu badan setelah mati merupakan faktor penting dalam menentukan kecepatan
proses pembusukan. Jika suhu dipertahankan diatas 26oC setelah kematian maka
proses pembusukan dapat dilihat dalam 24 jam dan formasi gas dapat terlihat
dalam 2-4 hari.3
Perubahan Postmortem pada Mata
Kekeruhan kornea akan muncul dalam beberpa jam sampai 24 jam, tergantung
pada terbuka tau tertutupnya kelopak mata, suhu lingkungan, dan pergerakan
udara. Namun kekeruhan pada kornea ini tidak dianjurkan untuk digunakan dalam
memperkirakan waktu kematian karena banyaknya faktor yang
mempengaruhinya.4
Perubahan postmortem lain yang bisa ditemukan pada bola mata alaha
terbentuknya formasi area coklat,kuning, dan hitam berbentuk horizontal pada
sklera pada bagian lateral atau medial dari iris. Area perubahan warna ini disebut
dengan tache noire dan disebabkan karena efek pengeringan pada sklera akibat
gagal menutup sempurnanya kelopak mata setelah kematian.
Perubahan lain yang digunakan juga untuk memperkirakan waktu kematian adalah
mencoba mengambil cairan vitreous dari bola mata. Apabila cairan vitreous
tidakbisa diambil maka dapat diperkirakan waktu kematian setidaknya 4 hari yang
lalu, dengan suhu temperatur lingkungan 70oF dan korban memiliki suhu tubuh
normal.
Pengukuran kadar komposisi potassium dalam cairan vitreous dapat digunakan
untuk memperkirakan waktu kematian. Setelah kematian dinding sel menjadi
semipermeable yang menyebabkan potassium dapat bocor kedalam sel untuk
mencapai equilibrium. Kebocoran potassium ini terjadi dengan kecepatan yang
stabil sehingga memberikan gambaran waktu kematian. Rumus yang
dikembangkan untuk memperkirakan waktu kematian berdasrkan kebocoran
potassium dengan kecepatan 0,14 mEq/L/hr adalah4
¿
4. Rajinderjit, et al, Role Of Vitreous Potassium Level In Estimating Postmortem Interval And The Factors Affecting It. Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2011 Feb, Vol-5(1):13-15
Isi Lambung
Isi lambung sangat penting untuk diperiksa dalam setiap otopsi. Hal ini dapat
memberikan informasi makanan apa yang terakhir dimakan dan kapan waktu
terakhir makan juga apakan makanan dalam lambung tersebut mempunyai
peranan dalam menyebabkan kematian.
Kecepatan pencernaan seseoran tergantung pada ukuran makanan, kandungan
kalori, padat atau cair, lemak atau pati, alkohol atau narkotik, status psikis, usia
korban, dan penyakit sistemik seperti diabetes.
Lester Adelson menyatakan untuk mencerna makanan ringan dibutuhkan 30
menit–2 jam, makanan sedang 3-4 jam, dan makanan berta 4-6 jam.
Manifestasi Serangga
Identifikasi perbedaan spesies dan tahap perkembangbiakan (telur, larva, pupa,
ulat, lalat dan kumbang) yang terdapat pada mayat dapat memberikan informasi
mengenai interval postmortem, pergerakkan dari korban dan kadang
memperkirakan keadaan saat kematian. Spesies penting dalam hal ini adalah lalat
(Diptera) dan kumbang (Coleoptera). Lalat biasanya meletakan telur mereka pada
tepi luka dan juga daerah yang lembab seperti bibir, kelopak mata, lubang
hidung, mulut, genital dan anus.1
Gambar Lokasi tempat ditemukannya serangga
4. Rajinderjit, et al, Role Of Vitreous Potassium Level In Estimating Postmortem Interval And The Factors Affecting It. Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2011 Feb, Vol-5(1):13-15
Perkiraan waktu kematian dapat dilihat dari tahap perkembangan serangga yang
terdapat pada tubuh. Salah satu contohnya adalah spesies Calliphoridae
Tahap Waktu Deskripsi Observasi
Telur 1 hari 2 mm Ditemukan pada
hidung, mata,
telinga, anus,
penis, vagina, dan
di luka
Larva – tahap 1 1,8 hari 5 mm
Larva – tahap 2 2,5 hari 10 mm
Larva - tahap 3 4-5 hari 17 mm
Prepupa 8-12 hari 12mm
Larva menjadi
bergerak-gerak
dari rubuh
mamsuk ke organ
dan pembuluh
darah
pupa 18-24 hari9 mm menghitam
sesuai usia
Adanya pupa yang
kosong
mengindikasikan
korban telah mati
selama kurang
lebih 20 hari
Tabel Tahapan hidup lalat Calliphoridae5
5. Travis, Jeremy. 1999. Death Investigation: A Guide for the Scene Investigator. Washington: U.S. Department of Justice