perkerasan-sejarah
-
Upload
ricky-aristio -
Category
Documents
-
view
223 -
download
5
description
Transcript of perkerasan-sejarah
UNIVERSITAS INDONESIA
PERIODISASI SEJARAH PERKERASAN JALAN RAYA DI INDONESIA
PAPER PERANCANGAN STRUKTUR PERKERASAN
RICKY ARISTIO
1206239415
SAMUEL BUDHI SETYANTO
1206217950
VINCENT
1206250052
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM TEKNIK SIPIL
DEPOK
SEPTEMBER 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangannya, dunia memiliki sejarah yang begitu panjang akan
peradaban manusia. Perkembangan peradaban ini bahkan telah dimulai sejak jaman
prasejarah dan hingga saat ini perkembangan tersebut tidak pernah berhenti. Manusia
terus berkembang dari hari ke hari melalui berbagai penemuan-penemuan yang terus
merubah kondisi kehidupannya. Dalam perkembangan inilah, manusia terus bekerja dan
bergerak untuk dapat memenuhi kehidupan dan pencapaian-pencapaian baru yang
diinginkannya. Oleh karena itu, untuk bergerak, manusia butuh transportasi dan sarana
transportasi yang terus berkembang dari zaman dahulu kala.
Sebagai salah satu jenis sarana transportasi manusia, jalan memiliki
perkembangannya juga seiring dengan perkembangan kehidupan manusia. Jalan, sebagai
sarana transportasi, terus berkembang lantaran posisinya sebagai salah satu penggerak
dari pertumbuhan perekonomian. Tanpa sarana transportasi, maka manusia tidak dapat
bergerak untuk bekerja.
Di Indonesia, tentunya jalan juga sudah ada sejak awal-awal peradaban di
nusantara. Mulai dari sejak zaman Hindu-Budha, zaman Kerajaan Islam, zaman kolonial
VOC dan Belanda, zaman pendudukan Jepang, Orde Lama, Orde Baru, bahkan hingga
reformasi saat ini. Tentunya dari tahun ke tahun, perkembangan jalan tidak stagnan dan
terus mengalami perkembangan yang signifikan, baik dari sisi kuantitas, maupun dari
kualitas jalan itu sendiri, demi menunjang kebutuhan akan jalur darat yang semakin
padat dan semakin dipenuhi kendaraan berat. Karenanya, perlu diketahui sejarah dan
perkembangan dari jalan di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Pada makalah ini, ada beberapa masalah yang akan dibahas. Adapun
permasalahan-permasalahan tersebut adalah:
- Bagaimana perkembangan jalan di Indonesia dari zaman kerajaan Hindu
Budha hingga saat ini (2014)?
- Bagaimana perkembangan teknologi perkerasan jalan di Indonesia?
1.3 Tujuan
wAdapun tujuan dari dibuatnya makalah ini antara lain:
- Mengetahui sejarah dan perkembangan jalan di Indonesia
- Mengetahui sejarah dan perkembangan teknologi perkerasan jalan di Indonesia
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Jalan Raya Pra-kemerdekaan Indonesia
Jalan sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari setiap masyarakat,
termasuk di Indonesia. Pada awal perkembangan sejarah Indonesia, yaitu pada masa
Kerajaan Hindu-Budha, kerajaan-kerajaan besar seperti Tarumanegara, Sriwijaya dan
Majapahit juga turut andil dalam perkembangan jalan raya. Kerajaan Tarumanegara,
pada awal tahun ke 400-an mulai melakukan pembangunan jalan untuk keperluan
logistik dan peribadatan. Saat ini, jalan-jalan kuno sisa kerajaan Majapahit dan Pajajaran
masih dapat ditemukan pada Situs Karang Kamulyan, Cijeungjing, Ciamis, Jawa Barat.
Pada masa Kerajaan Islam, Prabu Pucuk Umun dari Banten turut andil dalam
pembangunan Jalan Kelapa Dua. Jalur darat tersebut dibangun sebagai pelengkap jalur
Sungai Cibanten yang menghubungkan pusat pemerintahan dengan Pelabuhan Banten
Lama.
Tahun 1602, VOC, sebagai salah perusahaan dagang Belanda yang mendapatkan
mandat untuk melakukan monopoli perdagangan di Hindia Timur, mulai masuk ke
Nusantara dan melakukan berbagai kegiatan dagangnya. Untuk memperlancar kegiatan
dagang, pertahanan perang, dll., pada masa VOC berada di Indonesia, dibuatlah berbagai
proyek infrastruktur untuk mendukung kegiatan-kegiatan tersebut. Pada akhir abad ke-
18, VOC bangkrut akibat keuntungan yang terus menurun, korupsi, persaingan dengan
EIC, perang, dll.
Setelah bangkrut, Indonesia di
bawah kendali langsung pemerintah
Belanda, yaitu dengan dibentuknya
pemerintahan Hindia Belanda. Saat-saat
transisi tersebut merupakan saat genting
perang, sehingga diikuti dengan
pembangunan infrastruktur pendukung
pertahanan perang di Indonesia,
khususnya Jawa. Gubernur Jenderal ke-
35 Hindia Belanda, H.W. Daendels, mencanangkan pembangunan jalan pos untuk
mempermudah pergerakan pasukan. Jalan pos atau De Grote Postweg sepanjang lebih
kurang 1000 km tersebut dibangun melalui kerja paksa terhadap buruh pribumi dari
Anyer, Banten hingga Panarukan, Jawa Timur. Pembangunan jalan yang hanya
memakan waktu satu tahun ini dibangun dengan menggunakan peralatan yang sangat
sederhana. Sehingga, banyak bagian jalan yang hanya dibangun dengan melakukan
perkerasan terhadap tanah dasar atau hanya dengan pelapisan kerikil saja. Peralatan
sederhana seperti sekop, kapak (untuk memecah batuan cadas, seperti di daerah
Sumedang), dll., mengakibatkan banyaknya korban jiwa dalam pembangunan jalan ini,
karena kelelahan akibat medan yang terlalu berat untuk dikerjakan.
Masih pada Pemerintahan Hindia Belanda, pada tahun 1864, Gubernur Jenderal
L.A.J Baron melakukan pembangunan infrastruktur lebih luas, yaitu dengan membangun
jalur kereta api secara masif hingga tahun 1939, dimana Hindia Belanda telah
membangun 6.811 km jalur kereta api.
2.2 Perkembangan Jalan Raya Periode Orde Lama dan Orde Baru
Pada jaman Orde Lama, pembangunan infrastruktur di Indonesia masih sangat
lambat karena pemerintah masih memperhatikan urusan diplomasi seperti pembentukan
kabinet maupun undang-undang pasca kemerdekaan Indonesia. Pertumbuhan jalan
terbilang sangat kecil disebabkan karena tingginya tingkat inflasi akibat beredarnya lebih
dari satu mata uang serta blokade ekonomi oleh belanda dan kas negara yang kosong.
Pada tahun 1973, Pemerintah mulai membangun jalan bebas hambatan pertama yang
menghubungkan Jakarta dengan Bogor. Ketika masih dalam tahap pembangunan, jalan
tol Jagorawi masih belum berstatus sebagai jalan tol dan baru benar-benar dioperasikan
pada 1978. Pada saat itu, jalan tol Jagorawi memiliki panjang 59 km, termasuk jalan
akses yang menghubungkan Jakarta, Bogor dan Ciawi. Jalan tol ini diresmikan oleh
Presiden Soeharto pada tanggal 9 Maret 1978. Hingga 1997, ruas jalan tol yang sudah
dibangun dan dioperasikan di Indonesia sepanjang 553 km. Dari total panjang tol itu, 418
km dioperasikan oleh PT Jasa Marga dan 135 km sisanya oleh swasta lain. Pada periode
1995 hingga 1997, dilakukan upaya percepatan pembangunan jalan tol melalui tender 19
ruas jalan tol sepanjang 762 km. Namun upaya ini terhenti akibat adanya krisis moneter
pada Juli 1997 yang menyebabkan pemerintah harus menunda program pembangunan
jalan tol dengan dikeluarkannya Keppres No. 39/ 1997. Akibat penundaan tersebut,
pembangunan jalan tol di Indonesia mengalami stagnansi.
Pada tahun 1980-an, Jakarta yang memang sudah mengalami kendala kemacetan
lalu lintas, banyak membangun jalan layang sebagai salah satu solusi meningkatkan
infrastruktur lalu lintas. Pada saat itu, PT. Hutama karya mendapatkan order membangun
jalan raya di atas by pass Ahmad Yani di mana pembangunannya harus memastikan
bahwa jalan tersebut tetap berfungsi. Dengan permasalahan tersebut, para direksi
berdiskusi setelah mendapatkan order pembangunan jalan layang antara Cawang sampai
Tanjung Priok sekitar tahun 1987. Persoalan rumit diurai, yang diperlukan untuk
menyangga badan jalan itu adalah deretan tiang beton, satu sama lainnya berjarak 30
meter, di atasnya membentang tiang beton selebar 22 meter. Batang vertikalnya (Pier
Shaft) berbentuk segi enam bergaris tengah 4 meter, berdiri di jalur hijau. Hal ini tidak
sulit, yang merepotkan adalah mengecor lengannya. Jika dengan cara konvensional, yang
dilakukan adalah memasang besi penyangga (bekisting) di bawah bentangan lengan itu,
tetapi bekisting itu akan menyumbang jalan raya di bawahnya. Di tengah masalah
tersebut, Ir. Tjokorda Raka Sukawati mengajukan gagasan bahwa membangun tiang
terlebih dahulu kemudian mengecor lengannya dalam posisi sejajar dengan jalur hijau,
setelah itu diputar membentuk bahu. Dan kemudian teknologi tersebut dikenal sebagai
teknik Sosrobahu. Yang kemudian sistem ini terus digunakan sebagai salah satu teknik
pembangunan elevated toll road yang dibawahnya mengalami kendala lalu lintas karena
sangat aplikatif dan teruji secara teknis dan ekonomis.
Pada tahun 1990an, pembangunan jalan raya yang ada di Indonesia umumnya
memakai sistem rigid pavement baik bertulang maupun plain. Rigid pavement adalah
perkerasan jalan dengan menggunakan beton sebagai lapisan utamanya. Template desain
rigid pavement ini biasanya diawali dengan lean concrete tebal 10 cm (K-BO), kemudian
surface tebal 27 cm (K-300) dilengkapi dengan dowel (besi polos 25 mm) dan tie bar
besi ulir diam 16 mm. Jalan tersebut umumnya dilakukan pavement dimana pavement
tersebut adalah bagian dari konstruksi jalan yang langsung menerima beban kendaraan di
atasnya, atau tepatnya lapisan permukaan.
Permasalahan klasik perkerasan jalan nasional seakan tak kunjung terselesaikan.
Pelayanan jalan selalu dianggap kurang memuaskan padahal fungsi jalan sangat vital
bagi perekonomian suatu negara. Banyak upaya yang telah dilakukan namun belum ada
yang memberikan hasil yang baik. Permasalahan perkerasan tersebut sangat kompleks.
Upaya yang biasa dilakukan untuk mengatasi kerusakan jalan di Indonesia ada dua cara.
Pertama yaitu mengganti seluruh lapisan perkerasan dengan meng-excavate seluruh
lapisan jalan. Upaya kedua yang biasa dilakukan adalah overlay terhadap perkerasan
yang rusak, baik segmen maupun total. Namun kekurangannya adalah jika dilakukan
overlay terus menerus maka elevasi jalan semakin lama akan semakin bertambah tinggi.
Kemudian masalah retak yang tidak bisa dihindari karena retak pada lapisan lama akan
ter-transfer pada lapisan overlay baru diatasnya. Jadi dalam waktu singkat lapisan
overlay yang baru sudah akan mengalami retak-retak.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dilakukanlah metode alternatif
daur ulang (recycling). Yaitu suatu metoda rekonstruksi lapis perkerasan dengan cara
daur ulang campuran dingin menggunakan foam bitumen yang telah dicoba dilakukan di
Jalur Pantura. Metoda alternatif ini sudah pernah dilaksanakan pada tahun 1990-an di
Indonesia, yaitu pada jalur Bawen-Kartosuro (Jawa Tengah) dan Bekasi-Cikampek (Jawa
Barat). Metode tersebut disebut Hot Recycling dan Hot In Place Recycling. Prinsip kerja
recycling perkerasan sendiri adalah memanfaatkan semaksimal mungkin bahan-bahan
eksisting pada jalan. Sehingga meminimalisir penggunaan material baru yang mengambil
langsung dari alam dengan tujuan kelestarian dan penghematan sumber daya alam.
2.2 Perkembangan Jalan Raya Periode Reformasi
Pada masa reformasi, perkembangan jalan di Indonesia cukup berkembang
ditengah perjuangan Indonesia berjuang terlepas dari krisis ekonomi 1998.
Perkembangan jalan yang ada melanjutkan proyek-proyek dari periode orde baru, namun
ada pula proyek-proyek pembangunan jalan yang cukup besar dibuat pada periode
reformasi. Proyek-proyek yang ada antara lain pembangunan jalan raya, pembangunan
jembatan pengubung dan pembagunan jalan tol. Hingga tahun 2010, 742 km jalan tol
telah dibangun sejak pembangunan jalan tol dimulai pertama kali sejak 1978. Selain
pembangunan jalan tol, banyak pula pembangunan jembatan pada masa reformasi baik
jembatan penghubung skala kecil hingga skala besar antar pulau.
Proyek jalan tol yang cukup besar adalah pembuatan tol Cipularang yang
menghubungkan Jakarta dan Bandung dimana selesai dibangun pada akhir April 2005
guna menyambut KTT Asia-Afrika dan dibangun dalam 2 tahap. Tahap 1
menghubungkan Cikampek-Sadang dan Padalarang-Cikamuning (17.5 km) dan tahap 2
menghubungkan Sadang-Cikamuning (41.0 km). Bagian atas jalan tol menggunakan
rigid pavement yang sama dengan teknologi jalan tol pada masa orde baru dimana
menggunakan beton sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk kering jika
dibandingkan dengan aspal. Hal ini menjadi masalah karena jalan ini waktu
pembuatannya sangat cepat sehingga proses pengeringannya juga dipercepat sehingga
kepadatan bagian bawah jalan berkurang. Akibatnya sering terjadi kerusakan pada
daerah lereng yang berupa daerah timbunan. Solusi untuk mengatasi jalan amblas
tersebut adalah dengan memasang tiang-tiang beton dan injeksi bahan kimia ke dalam
tanah.
Salah satu proyek lain yang cukup besar pada masa reformasi adalah
pembangunan jalan tol Bali Mandara yang menghubungkan Pelabuhan Benoa dan
Bandara Ngurah Rai. Pembangunan jalan tol yang bertujuan untuk menyambut APEC ini
memakan waktu 14 bulan dengan panjang 12,7 km dimana merupakan jalan tol pertama
di Indonesia yang melintas di atas laut dengan biaya 2,4 triliun. Konstruksi jalan tol bali
ini menggunakan tiang pancang majemuk di atas rawa yang terletak di perairan dangkal.
Selain pembangunan jalan tol, pembangunan jalan yang cukup menyita perhatian
pada periode reformasi adalah pembangunan Jembatan Nasional Suramadu yang
menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Madura dengan panjang total 5438 m dan lebar
30 m dimana merupakan jembatan terpanjang di Indonesia. Jembatan Suramadu terdiri
dari tiga bagian yakni jalan layang, jembatan penghubung dan jembatan utama. Berikut
adalah ringkasan konsruksi masing-masing bagian. Untuk jalan layang menggunakan
bentang jembatan 40 meter dengan tipe struktur atas berupa PCI girder. Untuk jembatan
penghubung menggunakan bentang 80 meter dengan tipe struktur atas dari box girder
beton dengan metode balance cantilever. Untuk jembatan utama menggunakan tipe
cable-stayed yang ditopang menara kembar (pylon) setinggi 140 meter dan menggunakan
pondasi bored pile. Sementara untuk lantai jembatan menggunakan konstruksi komposit
setebal 2,4 meter.
Salah satu proyek besar yang masih menjadi rencana akan dibangun di Indonesia
adalah Jembatan Selat Sunda. Jembatan ini menghubungkan pulau Jawa dan Sumatera
dan diharapkan akan meningkatkan perekonomian Indonesia dengan terhubungnya kedua
pulau tersebut. Untuk pembangunan Jembatan ini masih dalam tahap rencana dan tarik-
ulur masih terjadi. Pembangunan jembatan ini menerapkan teknologi konstruksi modern
yaitu Delta Qualstone S.K 125 dimana dapat mentoleransi gempa hingga 9 skala richter
dimana dicetak dari bahan dasar batu koral, semen, pasir yang saling mengikat dan
mengunci dan pemasangan tanpa menggunakan bahan perekat.
Berbagai proyek perkerasan lainnya telah dalam proses pembangunan dan
direncanakan pemerintah kedepannya. Diantaranya yaitu Jalan Tol Pekanbaru-Kandis-
dumai di Riau, Jembatan Tol atas laut Kalimantan, Jalan tol Balikpapan-Samarinda di
Kalimantan Timur, Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan di Jawa Barat, serta Jalan Tol
Serpong-Balaraja. Dan yang terbaru Jakarta akan membangun 6 ruas jalan tol baru guna
menyambut Asian Games 2018. Dari proyek tersebut, tentu sebagian akan menggunakan
teknologi-teknologi perkerasan yang lebih modern sehingga proses pembuatan jalan akan
menjadi lebih baik dan pemerataan pembangunan jalan di Indoesia dapat terwujud.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejarah perkembangan jalan di Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa periode dimana
tiap periode memiliki ciri-ciri sistem perkerasan yang berbeda:
Periode Kerajaan Hindu-Buddha: pembangunan jalan untuk keperluan logistik dan
peribadatan.
Periode Kerajaan Islam: menghubungkan pusat pemerintahan dengan pelabuhan.
Periode VOC: memperlancar kegiatan dagang dan pertahanan perang.
Periode Pemerintahan Hindia Belanda: pendukung pertahanan perang di
Indonesia.
Periode Orde Lama: perkembangan stagnan karena pemerintah lebih sibuk
mengurusi masalah politik.
Periode Orde Baru: perkembangan pembangunan jalan sangat pesat. Jalan tol dan
jalan layang dibuat sebagai solusi infrastruktur lalu lintas. Pembangunan jalan
raya umumnya memakai sistem rigid pavement bertulang maupun plain.
Periode Reformasi: melanjutkan pembangunan jalan dari periode Orde Baru.
Banyak jalan tol dan jembatan baru yang dibangun dengan skala yang lebih besar
dan modern dengan waktu yang sangat singkat. Untuk teknologi perkerasan masih
tidak berbeda jauh seperti masih digunakan sistem rigid pavement.
3.2 Saran
Tidak ada kegiatan ekonomi tanpa transportasi yang memadai dan sebaliknya,
tanpa perekonomian maka tidak perlu membuat transportasi. Kondisi di Indonesia masih
membutuhkan transportasi jalan. Perkembangan pembangunan jalan dan teknologi
perkerasan harus kita pelajari lebih lanjut untuk mengetahui pembuatan jalan yang efisien
dan efektif dengan metode terbaik sesuai dengan kebutuhan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Daendels Perintis Infrastruktur. http://www.nederlandsindie.com/daendels-perintis-infrastruktur/. 4 September 2014.
Anonim. (Februari 2014). Ir. Harmein Rahman: Ambalsnya Tol Cipularang dari Sudut Pandang Rekayasa Perkerasan. http://www.itb.ac.id/news/4182.xhtml. 3 September 2014.
Anonim. Jalan Tol Bali Segera Terwujud. http://www.jasamarga.com/id_/berita/item/242-jalan-tol-bali-segera-terwujud.html. 3 September 2014.
Anonim. Jalan Tol Nusa Dua. http://www.hutama-karya.com/project/jalan-tol-nusa-dua-ngurah-rai-benoa-bali. 4 September 2014.
Anonim. Jembatan Suramadu. http://www.hutama-karya.com/project/jembatan-suramadu-0. 4 September 2014.
Anonim (Mei 2014). Sejarah Kerajaan Tarumanegara. http://www.zonasiswa.com/ 2014/05/sejarah-kerajaan-tarumanagara.html. 3 September 2014.
Anonim (2010). What Is Delta Technology Qualstone SK 125. http://technomaritime.wordpress.com/2010/10/14/what-is-delta-technology-qualstone-sk-125/. 5 September 2014.
Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), http://bpjt.pu.go.id/. 4 September 2014.
BALITBANG Kementrian Pekerjaan Umum, http://www. litbang.pu.go.id/. 4 September 2014.
PT. KA Properti Manajemen (2014). Sejarah Perkeretaapian. http://kapm.co.id/?page_id=13. 5 September 2014.