Perkembangan tp

44
Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com PETA KONSEP PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN KAWASAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN PERMULAAN MODEL DESAIN PEMBELAJARAN SEJARAH TEKNOLOGI PENDIDIKAN PENGERTIAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN SEJARAH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN SEJARAH DESAIN PEMBELAJARAN

description

TUGAS MAKALAH TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Transcript of Perkembangan tp

Page 1: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

PETA KONSEP

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PERKEMBANGAN

TEKNOLOGI

PENDIDIKAN

KAWASAN TEKNOLOGI

PENDIDIKAN

PERMULAAN MODEL DESAIN

PEMBELAJARAN

SEJARAH TEKNOLOGI

PENDIDIKAN

PENGERTIAN TEKNOLOGI

PENDIDIKAN

SEJARAH PERKEMBANGAN

TEKNOLOGI PENDIDIKAN

SEJARAH DESAIN

PEMBELAJARAN

Page 2: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah teknologi pendidikan perlu diketahui seseorang untuk menjadi seorang yang

ahli dalam bidang teknologi pendidikan. Karena untuk menjadi ahli dalam bidang tertentu,

seseorang harus mampu memiliki pengetahuan tentang sejarah dalam bidang bersangkutan.

Bidang teknologi pendidikan meliputi analisis masalah belajar dan kinerja, serta

desain, pengembangan, implementasi, evaluasi dan pengelolaan proses pembelajaran dan

sumber daya yang dimaksudkan dapat meningkatkan pembelajaran dan kinerja dalam

berbagai pengaturan, lembaga pendidikan khususnya dan tempat kerja. Profesional di bidang

teknologi instruksional sering menggunakan prosedur teknologi instruksional yang sistematis

dan menggunakan berbagai media pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir, mereka telah meningkatkan perhatian untuk solusi

non-instruksional untuk beberapa masalah belajar dan kinerja.

Penelitian dan teori yang terkait dengan masing-masing daerah tersebut juga

merupakan bagian penting dari dalam bidang teknologi instruksional.Selama bertahun-tahun,

praktek-penggunaan sistematis prosedur teknologi pendidikan dan penggunaan media untuk

tujuan-instruksional telah membentuk inti dari bidang teknologi pendidikan. Dari perspektif

sejarah, sebagian besar praktek yang berkaitan dengan media pembelajaran telah terjadi

perkembangan yang berhubungan dengan teknologi pendidikan.

Melihat begitu pentingnya sejarah Teknologi Pendidikan sebagai landasan untuk lebih

memahami dan mengetahui bagaimana Teknologi Pendidikan dalam tinjauan perkembangan

sejarahnya, maka sebagai individu yang bergerak dibidang Teknologi Pendidikan, penulis

melakukan pembahasan tentang “perkembangan teknologi pendidikan”.

Dalam makalah ini Penulis akan membahas banyak peristiwa penting dalam rentetan

sejarah bidang teknologi pendidikan yang telah terjadi di duniaa, dan juga penekanan dalam

buku yang menjadi sumber utama bahasan ini pada peristiwa yang telah terjadi di Amerika

Serikat.

B. Rumusan Masalah

1) Pengertian Teknologi Pendidikan

2) Sejarah Perkembangan Teknologi Pembelajaran

3) Sejarah teknologi pembelajaran

4) Sejarah desain pembelajaran

5) Permulaan Model Desain Pembelajaran

6) Kawasan Teknologi Pembelajaran

Page 3: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Rumusan tentang pengertian Teknologi Pembelajaran telah mengalami beberapa

perubahan, sejalan dengan sejarah dan perkembangan dari teknologi pembelajaran itu sendiri.

Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi tentang Teknologi Pembelajaran yang memiliki

pengaruh terhadap perkembangan Teknologi Pembelajaran.

1. Definisi Association for Educational Communications Technology (AECT) 1963

― Komunikasi audio-visual adalah cabang dari teori dan praktek pendidikan yang

terutama berkepentingan dengan mendesain, dan menggunakan pesan guna mengendalikan

proses belajar, mencakup kegiatan : (a) mempelajari kelemahan dan kelebihan suatu pesan

dalam proses belajar; (b) penstrukturan dan sistematisasi oleh orang maupun instrumen

dalam lingkungan pendidikan, meliputi : perencanaan, produksi, pemilihan, manajemen dan

pemanfaatan dari komponen maupun keseluruhan sistem pembelajaran. Tujuan praktisnya

adalah pemanfaatan tiap metode dan medium komunikasi secara efektif untuk membantu

pengembangan potensi pembelajar secara maksimal.‖

Meski masih menggunakan istilah komunikasi audio-visual, definisi di atas telah

menghasilkan kerangka dasar bagi pengembangan Teknologi Pembelajaran berikutnya serta

dapat mendorong terjadinya peningkatan pembelajaran.

2. Definisi Commission on Instruction Technology (CIT) 1970

―Dalam pengertian yang lebih umum, teknologi pembelajaran diartikan sebagai media

yang lahir sebagai akibat revolusi komunikasi yang dapat digunakan untuk keperluan

pembelajaran di samping guru, buku teks, dan papan tulis…..bagian yang membentuk

teknologi pembelajaran adalah televisi, film, OHP, komputer dan bagian perangkat keras

maupun lunak lainnya.‖

―Teknologi Pembelajaran merupakan usaha sistematik dalam merancang,

melaksanakan, dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar untuk suatu tujuan khusus, serta

didasarkan pada penelitian tentang proses belajar dan komunikasi pada manusia yang

menggunakan kombinasi sumber manusia dan manusia agar belajar dapat berlangsung

efektif.‖

Page 4: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

Dengan mencantumkan istilah tujuan khusus, tampaknya rumusan tersebut berusaha

mengakomodir pengaruh pemikiran B.F. Skinner (salah seorang tokoh Psikologi

Behaviorisme) dalam teknologi pembelajaran. Begitu juga, rumusan tersebut memandang

pentingnya penelitian tentang metode dan teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan

khusus.

3. Definisi Silber 1970

―Teknologi Pembelajaran adalah pengembangan (riset, desain, produksi, evaluasi,

dukungan-pasokan, pemanfaatan) komponen sistem pembelajaran (pesan, orang, bahan,

peralatan, teknik dan latar) serta pengelolaan usaha pengembangan (organisasi dan personal)

secara sistematik, dengan tujuan untuk memecahkan masalah belajar‖.

Definisi yang dikemukakan oleh Kenneth Silber di atas menyebutkan istilah

pengembangan. Pada definisi sebelumnya yang dimaksud dengan pengembangan lebih

diartikan pada pengembangan potensi manusia. Dalam definisi Silber, penggunaan istilah

pengembangan memuat dua pengertian, disamping berkaitan dengan pengembangan potensi

manusia juga diartikan pula sebagai pengembangan dari Teknologi Pembelajaran itu sendiri,

yang mencakup : perancangan, produksi, penggunaan dan penilaian teknologi untuk

pembelajaran.

4. Definisi MacKenzie dan Eraut 1971

―Teknologi Pendidikan merupakan studi sistematik mengenai cara bagaimana tujuan

pendidikan dapat dicapai‖

Definisi sebelumnya meliputi istilah, ―mesin‖, instrumen‖ atau ―media‖, sedangkan dalam

definisi MacKenzie dan Eraut ini tidak menyebutkan perangkat lunak maupun perangkat

keras, tetapi lebih berorientasi pada proses.

5. Definisi AECT 1972

Pada tahun 1972, AECT berupaya merevisi defisini yang sudah ada (1963, 1970,

1971), dengan memberikan rumusan sebagai berikut :

―Teknologi Pendidikan adalah suatu bidang yang berkepentingan dengan memfasilitasi

belajar pada manusia melalui usaha sistematik dalam : identifikasi, pengembangan,

pengorganisasian dan pemanfaatan berbagai macam sumber belajar serta dengan pengelolaan

atas keseluruhan proses tersebut‖.

Page 5: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

Definisi ini didasari semangat untuk menetapkan komunikasi audio-visual sebagai

suatu bidang studi. Ketentuan ini mengembangkan gagasan bahwa teknologi pendidikan

merupakan suatu profesi.

6. Definisi AECT 1977

―Teknologi pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang,

prosedur, gagasan, sarana, dan organisasi untuk menganalisis masalah, merancang,

melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar pada

manusia.

Definisi tahun 1977, AECT berusaha mengidentifikasi sebagai suatu teori, bidang dan

profesi. Definisi sebelumnya, kecuali pada tahun 1963, tidak menekankan teknologi

pendidikan sebagai suatu teori.

7. Definisi AECT 1994

― Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan,

pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan sumber untuk belajar.‖

Meski dirumuskan dalam kalimat yang lebih sederhana, definisi ini sesungguhnya

mengandung makna yang dalam. Definisi ini berupaya semakin memperkokoh teknologi

pembelajaran sebagai suatu bidang dan profesi, yang tentunya perlu didukung oleh landasan

teori dan praktek yang kokoh. Definisi ini juga berusaha menyempurnakan wilayah atau

kawasan bidang kegiatan dari teknologi pembelajaran. Di samping itu, definisi ini berusaha

menekankan pentingnya proses dan produk.

Jika kita amati isi kandungan definisi-definisi teknologi pembelajaran di atas,

tampaknya dari waktu ke waktu teknologi pemebelajaran mengalami proses ―metamorfosa‖

menuju penyempurnaan. Yang semula hanya dipandang sebagai alat ke sistem yang lebih

luas, dari hanya berorientasi pada praktek menuju ke teori dan praktek, dari produk menuju

ke proses dan produk, dan akhirnya melalui perjalanan evolusionernya saat ini teknologi

pembelajaran telah menjadi sebuah bidang dan profesi.

Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

demikian pesat, khususnya dalam bidang pendidikan, psikologi dan komunikasi maka tidak

mustahil ke depannya teknologi pembelajaran akan semakin terus berkembang dan

Page 6: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

memperkokoh diri menjadi suatu disiplin ilmu dan profesi yang dapat lebih jauh memberikan

manfaat bagi pencapaian efektivitas dan efisiensi pembelajaran.

Kendati demikian, harus diakui bahwa perkembangan bidang dan profesi teknologi

pembelajaran di Indonesia hingga saat ini masih boleh dikatakan belum optimal, baik dalam

hal design, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, maupun evaluasinya. Kiranya masih

dibutuhkan usaha perjuangan yang sungguh-sungguh dari semua pihak yang terkait dengan

teknologi pembelajaran, baik dari kalangan akademisi, peneliti maupun praktisi.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Sejarah desain pembelajaran dan teknologi perlu diketahui seseorang untuk menjadi

seorang yang ahli dalam bidang desain pembelajaran dan teknologi. Karena untuk menjadi

ahli dalam bidang tertentu harus mampu memiliki pengetahuan tentang sejarah dalam bidang

bersangkutan.

Bidang desain instruksional dan teknologi meliputi analisis masalah belajar dan

kinerja, serta desain, pengembangan, implementasi, evaluasi dan pengelolaan proses

pembelajaran dan sumber daya yang dimaksudkan dapat meningkatkan pembelajaran dan

kinerja dalam berbagai pengaturan, lembaga pendidikan khususnya dan tempat kerja.

Profesional di bidang desain instruksional dan teknologi sering menggunakan prosedur desain

instruksional yang sistematis dan menggunakan berbagai media pembelajaran untuk

mencapai tujuan yang ditentukan. Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir, mereka telah

meningkatkan perhatian untuk solusi non-instruksional untuk beberapa masalah belajar dan

kinerja. Penelitian dan teori yang terkait dengan masing-masing daerah tersebut juga

merupakan bagian penting dari dalam bidang desain instruksional dan teknologi.

Selama bertahun-tahun, dua praktek-penggunaan sistematis prosedur desain

instruksional dan penggunaan media untuk tujuan-instruksional telah membentuk inti dari

bidang desain instruksional dan teknologi . Dari perspektif sejarah, sebagian besar praktek

yang berkaitan dengan media pembelajaran telah terjadi perkembangan yang berhubungan

dengan desain instruksional. Oleh karena itu sejarah dari masing-masing dua set praktek akan

dijelaskan secara terpisah. Hal ini juga harus dicatat bahwa meskipun banyak peristiwa

penting dalam sejarah bidang desain instruksional dan teknologi telah terjadi di negara-

Page 7: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

negara lain, penekanan dalam buku yang menjadi sumber utama bahasan ini pada peristiwa

yang telah terjadi di Amerika Serikat.

Istilah media pembelajaran telah didefinisikan sebagai sarana fisik melalui instruksi

yang disajikan kepada peserta didik (Reiser & Gagnt. 1983). Berdasarkan definisi ini, setiap

fisik berarti pengiriman instruksional, dari instruktur hidup, buku, komputer dan sebagainya,

akan diklasifikasikan sebagai media instruksional. Mungkin lebih bijaksana bagi para praktisi

di bidangnya untuk mengadopsi sudut pandang ini: Namun, dalam diskusi sebagian besar

sejarah media pembelajaran, tiga sarana utama instruksi sebelum abad kedua puluh dan masih

merupakan cara paling umum saat ini yaitu guru, papan tulis, dan buku teks. Ketiga itu telah

dikategorikan secara terpisah dari media lain (ef. Komisi Instructional Technology, 1970).

Dengan demikian, media pembelajaran akan didefinisikan sebagai sarana fisik, selain guru,

papan tulis, dan buku teks, melalui instruksi yang disajikan kepada peserta didik.

C. SEJARAH TEKNOLOGI PENDIDIKAN

1. Museum sekolah

Di Amerika Serikat, penggunaan media untuk tujuan pembelajaran telah dilacak

kembali setidaknya sebagai awal dekade pertama abad kedua puluh (Saettler, 1990). Pada

waktu telah ada sebuah museum sekolah. Saettler (1968) telah mengindikasikan, museum ini

menjabat sebagai unit administrasi pusat untuk instruksi visual dengan distribusi mereka dari

pameran museum portabel, stereograf [tiga-dimensi foto], slide, film, cetakan studi, grafik,

dan bahan instruksional ―(hal. 89). Museum sekolah pertama dibuka di St Louis pada tahun

1905, dan tidak lama kemudian, museum sekolah dibuka di Reading, Pennsylvania, dan

Cleveland, Ohio. Meskipun beberapa museum tersebut telah berdiri sejak awal 1900-an,

daerah pusat terbesar media dapat dianggap modern.

Saettler (1990) juga menyatakan bahwa bahan yang disimpan di museum sekolah

dipandang sebagai bahan pelengkap kurikulum. Mereka tidak dimaksudkan untuk

menggantikan guru atau buku teks. Sepanjang seratus tahun terakhir, pandangan awal tentang

peran media pembelajaran tetap lazim di komunitas pendidikan pada umumnya.

Artinya, banyak pendidik telah melihat media pembelajaran sebagai sarana pelengkap

dalam menyajikan instruksi. Sebaliknya, guru dan buku teks umumnya dipandang sebagai

Page 8: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

sarana utama menyajikan instruksi, dan guru biasanya diberikan kewenangan untuk

memutuskan apa media pembelajaran lain yang akan mereka lakukan. Selama bertahun-

tahun, sejumlah profesional di bidang desain instruksional dan teknologi (misalnya, Heinich,

1970) berpendapat terhadap gagasan ini, menunjukkan bahwa

a. guru harus dilihat pada kedudukan yang sama dengan media instruksional, sebagai hanya

salah satu dari banyak kemungkinan berarti untuk menyajikan instruksi,

b. guru tidak boleh diberikan otoritas tunggal untuk memutuskan apa yang media

pembelajaran yang akan digunakan di ruang kelas. Namun, dalam komunitas pendidikan

yang luas, pandangan ini tidak begitu disukai.

2. Gerakan Visual Instruksi dan Film Instruksional

Seperti Saettler (1990) telah mengindikasikan, di awal abad kedua puluh, kebanyakan

media yang disimpan di museum sekolah media visual, seperti film, slide, dan foto. Jadi pada

saat itu, meningkatnya minat dalam menggunakan media di sekolah itu disebut sebagai

―instruksi visual‖ atau ―pendidikan visual‖ gerakan. Istilah terakhir ini digunakan setidaknya

1908, ketika diterbitkan Perusahaan Tampilkan Keystone Visual Pendidikan, panduan guru

untuk slide lentera dan stereograf.

Selain lentera ajaib (lentera proyektor slide) dan stereopticons (Stereograf pemirsa),

yang digunakan di beberapa sekolah selama paruh kedua abad kesembilan belas (Anderson,

1962), gerakan gambar proyektor adalah salah satu perangkat media pertama digunakan di

sekolah-sekolah. Di Amerika Serikat, katalog pertama film instruksional diterbitkan pada

1910. Setalah 1910, sistem sekolah publik Rochester, New York, menjadi yang pertama

untuk mengadopsi film instruksional untuk penggunaan biasa. Pada tahun 1913, Thomas

Edison menyatakan, ―Buku akan segera menjadi usang di sekolah-sekolah …. Hal ini

dimungkinkan untuk mengajar setiap cabang pengetahuan manusia dengan gerak gambar

sistem sekolah kami akan benar-benar berubah dalam sepuluh tahun mendatang.‖ (Dikutip di

Saettler,, 1968 hlm 98).

Sepuluh tahun setelah Edison membuat perkiraan-nya, apa yang ia meramalkan tidak

datang. Namun, selama dekade ini (1914-1923), gerakan instruksi visual tidak tumbuh. Lima

organisasi profesional nasional untuk instruksi visual didirikan, lima jurnal berfokus pada

instruksi visual yang mulai diterbitkan, lebih dari dua puluh lembaga-lembaga pelatihan guru

mulai menawarkan program dalam instruksi visual, dan setidaknya selusin kota besar sistem

sekolah dikembangkan biro visual pendidikan (Saettler , 1990).

Page 9: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

3. Gerakan Audiovisual Instruksi dan Radio Instruksional

Diakhir tahun 1920 dan sepanjang tahun 1930-an, kemajuan teknologi di berbagai

bidang seperti siaran radio, rekaman suara, dan gambar gerak suara menyebabkan

meningkatnya minat dalam media pembelajaran. Dengan munculnya media yang

menggabungkan suara, gerakan instruksi memperluas visual yang dikenal sebagai gerakan

instruksi audiovisual (Finn, 1972; McCluskey, 1981). Namun, McCluskey (1981), yang

merupakan salah satu pemimpin dalam bidang selama periode ini, menunjukkan bahwa

sementara lapangan terus tumbuh, komunitas pendidikan pada umumnya tidak sangat

dipengaruhi oleh pertumbuhan tersebut. Dia menyatakan bahwa tahun 1930, kepentingan

komersial dalam gerakan instruksi visual yang telah menginvestasikan dan kehilangan lebih

dari $ 50 juta, dan hanya bagian dari kerugian itu karena Depresi Besar, yang dimulai pada

tahun 1929.

Terlepas dari efek ekonomi yang merugikan akibat Depresi Besar, audiovisual dalam

gerakan konstruksi terus berkembang. Menurut Saettler (1990), salah satu peristiwa paling

penting dalam evolusi ini adalah penggabungan pada tahun 1932 dari tiga organisasi yang

ada profesional nasional untuk instruksi visual. Sebagai hasilnya, kepemimpinan dalam

gerakan itu dikonsolidasikan dalam satu organisasi, Departemen Instruksi Visual, yang pada

saat itu merupakan bagian dari National Education Association. Selama bertahun-tahun,

organisasi ini, yang diciptakan pada tahun 1923 dan sekarang disebut Asosiasi untuk

Pendidikan Komunikasi dan Teknologi, telah mempertahankan peran kepemimpinan dalam

bidang desain instruksional dan teknologi.

Selama tahun 1920-an dan 1930-an, sejumlah buku pada topik pembelajaran visual

ditulis. Mungkin yang paling penting dari buku teks adalah Visualisasi Kurikulum, yang

ditulis oleh Charles F. Hoban, Sr, Charles F. Hoban, Jr, dan Stanley B. Zissman (1937).

Dalam buku ini, penulis menyatakan bahwa nilai materi audiovisual adalah fungsi derajat

realisme. Para penulis juga disajikan hirarki media, mulai dari mereka yang bisa hadir hanya

konsep-konsep dengan cara abstrak bagi mereka yang memungkinkan untuk representasi

sangat konkret (Heinich, Molenda, Russell, & Smaldino, 1999). Beberapa ide-ide ini

sebelumnya telah dibicarakan oleh orang lain tetapi belum ditangani secara menyeluruh. Pada

tahun 1946, Edgar Dale kemudian dijabarkan lebih lanjut pada ide-ide ketika dia

mengembangkan terkenal ―Pengalaman Cone.‖ Sepanjang sejarah audiovisual dalam gerakan

Page 10: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

konstruksi, banyak telah menunjukkan bahwa bagian dari nilai bahan audiovisual adalah

kemampuan mereka untuk menyajikan konsep-konsep secara konkret (Saettler, 1990).

Sebuah media yang mendapat perhatian besar selama periode ini adalah radio. Pada

awal 1930-an, penggemar audiovisual banyak yang mengelu-elukan radio sebagai media

yang akan merevolusi pendidikan. Misalnya, dalam mengacu pada potensi instruksional

radio, film, dan televisi, editor publikasi untuk Asosiasi Pendidikan Nasional menyatakan

bahwa ―suatu hari mereka akan seperti buku dan kuat dalam efek mereka pada belajar dan

mengajar‖ (Morgan , 1932, hlm ix). Namun, bertentangan ini, melalui radio dua puluh tahun

ke depan memiliki dampak yang sangat sedikit pada praktek instruksional (Kuba, 1986).

4. Perang Dunia II

Dengan terjadinya Perang Dunia II, pertumbuhan gerakan audiovisual di sekolah-

sekolah melambat, namun, perangkat audiovisual yang digunakan secara luas dalam

pelayanan militer dan dalam industri meningkat. Sebagai contoh, selama perang, Angkatan

Darat Amerika Serikat Angkatan Udara menghasilkan film pelatihan lebih dari 400 dan 6G0

filmstrips, dan selama periode dua tahun (dari pertengahan 1943 sampai pertengahan 1945),

diperkirakan bahwa lebih dari empat juta pertunjukan film pelatihan untuk personel militer

AS. Meskipun ada sedikit waktu dan kesempatan untuk mengumpulkan data mengenai

dampak dari film pada kinerja personil militer, beberapa survei instruktur militer

mengungkapkan bahwa mereka percaya bahwa film pelatihan dan filmstrips yang digunakan

selama perang itu trainintools efektif (Saettler , 1990). Setidaknya beberapa musuh telah

disepakati; pada tahun 1945, setelah perang berakhir, Kepala Staf Umum Jerman

mengatakan, ―Kami memiliki segalanya dihitung sempurna kecuali kecepatan Amerika

mampu melatih orang-orang yang salah perhitungan utama meremehkan penguasaan mereka

cepat dan lengkap pendidikan film ―(dikutip dalam Olsen & Bass, 1982, hal 33)

Selama perang, film-film pelatihan juga memainkan peran penting dalam

mempersiapkan warga sipil di Amerika Serikat untuk bekerja dalam bidang industri. Pada

tahun 1941, pemerintah federal membentuk Divisi Visual Aids untuk Pelatihan Perang. Dari

tahun 1941 sampai 1945, organisasi ini mengawasi produksi film 457 pelatihan. Kebanyakan

direksi pelatihan melaporkan bahwa film mengurangi waktu pelatihan tanpa memiliki

dampak negatif pada efektivitas pelatihan dan bahwa film lebih menarik dan menghasilkan

absensi kurang dari program pelatihan tradisional (Saettler, 1990).

Selain film-film pelatihan dan proyektor film, berbagai bahan dan peralatan

audiovisual lainnya yang bekerja dalam militer dan bidang industri selama Perang Dunia II.

Page 11: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

Perangkat yang digunakan secara luas termasuk proyektor overhead, yang pertama kali

dihasilkan selama perang; proyektor slide, yang digunakan dalam mengajar pengakuan

pesawat dan kapal: peralatan audio, yang digunakan dalam mengajar bahasa asing: dan

simulator dan perangkat pelatihan, yang dipekerjakan dalam pelatihan penerbangan (Olsen &

Bass, 1982 Saettler, 1990).

5. Pasca Perang Dunia II Perkembangan dan Media Penelitian

Perangkat audiovisual yang digunakan selama Perang Dunia II secara umum dianggap

sukses dalam membantu Amerika Serikat memecahkan masalah utama pelatihan: bagaimana

melatih efektif dan efisien individu dengan latar belakang beragam. Sebagai hasil dari

keberhasilan nyata, setelah perang ada minat baru dalam menggunakan perangkat audiovisual

di sekolah-sekolah (Finn. 1972: Olsen & Bass, 1982).

Dalam dekade setelah perang, beberapa program penelitian audiovisual intensif

dilakukan Studi penelitian yang dilakukan sebagai bagian dari program ini dirancang untuk

mengidentifikasi bagaimana berbagai fitur, atau atribut, bahan audiovisual yang terkena

pembelajaran, tujuan untuk mengidentifikasi atribut yang akan memfasilitasi pembelajaran

dalam situasi tertentu. Misalnya, satu program penelitian, yang dilakukan di bawah arahan

ArthurA. Lumsdaine, difokuskan pada identifikasi bagaimana belajar dipengaruhi oleh

berbagai teknik untuk memunculkan respon siswa terbuka selama menonton Film

instruksional (Lumsdaine, 1963).

Pasca-Perang Dunia II program penelitian audiovisual adalah upaya terkonsentrasi

pertama untuk mengidentifikasi prinsip-prinsip belajar yang dapat digunakan dalam desain

bahan audiovisual. Namun, praktik-praktik pendidikan tidak terlalu dipengaruhi oleh

program-program penelitian bahwa praktisi utama mengabaikan atau tidak dibuat sadar

banyak temuan penelitian (Lumsdaine. 1963. 1964).

Sebagian besar penelitian media yang telah dilakukan selama bertahun-tahun

dibandingkan seberapa banyak siswa telah belajar, setelah menerima pelajaran yang disajikan

melalui media tertentu, seperti film, televisi, radio, atau komputer, versus berapa banyak

siswa telah belajar dari hidup instruksi pada topik yang sama. Studi jenis ini, sering disebut

studi media perbandingan, biasanya mengungkapkan bahwa siswa belajar sama baiknya

terlepas dari sarana presentasi (Clark, 1983, 1994; Schramm, 1977). Mengingat temuan ini,

kritikus penelitian tersebut telah menyarankan bahwa fokus studi tersebut harus berubah.

Beberapa berpendapat bahwa peneliti harus fokus pada atribut (karakteristik) media (Levie &

Page 12: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

Dickie, 1973), yang lain menyarankan pemeriksaan bagaimana media mempengaruhi

pembelajaran (Kozma, 1991, 1994), dan yang lainnya telah menyarankan bahwa fokus

penelitian harus pada metode pengajaran, bukan pada media yang memberikan metode-

metode (Clark, 1983, 1994). Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa jenis studi telah

menjadi lebih umum.

6. Teori Komunikasi

Selama awal 1950-an, banyak pemimpin dalam gerakan nstruksi audiovisual menjadi

tertarik pada berbagai teori atau model komunikasi, seperti model yang diajukan oleh

Shannon dan Weaver (1949). Model ini berfokus pada proses komunikasi, sebuah proses

yang melibatkan pengirim dan penerima pesan dan saluran, atau media, melalui mana pesan

yang dikirim. Para penulis model ini menunjukkan bahwa selama perencanaan untuk

komunikasi, maka perlu untuk mempertimbangkan semua unsur dari proses komunikasi dan

tidak hanya fokus pada media, karena banyak di bidang audiovisual cenderung untuk

melakukan. Sebagai Berlo (1963) menyatakan, ―Sebagai orang komunikasi saya harus

berpendapat kuat bahwa itu adalah proses yang sentral dan bahwa media meskipun penting,

adalah hal sekunder‖ (hal. 378). Beberapa pemimpin dalam gerakan audiovisual, seperti Dale

(1953) dan Finn (1954), juga menekankan pentingnya proses komunikasi. Meskipun pada

awalnya, praktisi audiovisual tidak sangat dipengaruhi oleh gagasan (Lumsdaine. 1964;

Mcierhenry, 1980), ekspresi dari sudut pandang akhirnya membantu untuk memperluas fokus

gerakan audiovisual (Ely, 1963, 1970; Silber, 1981 ).

7. Televisi Pembelajaran

Mungkin faktor yang paling penting mempengaruhi gerakan audiovisual pada 1950-

an adalah meningkatnya minat dalam televisi sebagai media untuk memberikan instruksi.

Sebelum tahun 1950-an, telah terjadi sejumlah kasus di mana televisi telah digunakan untuk

tujuan instruksional (Gumpert, 1967; Taylor, 1967). Selama tahun 1950-an, bagaimanapun,

ada pertumbuhan yang luar biasa dalam penggunaan televisi pembelajaran. Pertumbuhan ini

dirangsang oleh setidaknya dua faktor utama.

Salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan televisi pembelajaran adalah

keputusan tahun 1952 oleh Komisi Komunikasi Federal untuk menyisihkan 242 saluran

televisi untuk tujuan pendidikan. Keputusan ini menyebabkan perkembangan pesat sejumlah

besar masyarakat (kemudian disebut ―pendidikan‖) stasiun televisi. Pada tahun 1955, ada

Page 13: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

tujuh belas stasiun seperti di Amerika Serikat, dan pada tahun 1960, jumlah itu meningkat

menjadi lebih dari lima puluh (Blakely, 1979). Salah satu misi utama dari stasiun-stasiun ini

adalah presentasi dari program pembelajaran. Sebagai Hezel (1980) menunjukkan, ―Peran

mengajar telah dianggap berasal dari penyiaran publik sejak asal-usulnya. Terutama sebelum

tahun 1960-an, pendidikan penyiaran dipandang cepat dan efisien, berarti murah untuk

memuaskan kebutuhan pembelajaran bangsa‖ (hal. 173).

Pertumbuhan televisi pembelajaran selama tahun 1950 juga dirangsang oleh dana

yang disediakan oleh Ford Foundation. Diperkirakan bahwa selama tahun 1950-an dan 1960-

an, yayasan dan lembaga yang menghabiskan lebih dari $ 170.000.000 di televisi pendidikan

(Gordon, 1970). (Di Indonesia juga ada televisi pendidikan. Yaitu di era 1970-an. Waktu era

itu disiarkan program ACIL). Proyek yang disponsori oleh yayasan termasuk sistem televisi

sirkuit tertutup digunakan untuk memberikan instruksi dalam semua bidang subjek utama di

semua tingkatan kelas di seluruh sistem sekolah di Washington County (Hagerstown),

Maryland, sebuah kurikulum SMP sampai universitas yang disajikan melalui televisi publik

di Chicago, sebuah program penelitian eksperimental skala besar dirancang untuk menilai

efektivitas dari serangkaian program kuliah yang diajarkan melalui televisi sirkuit tertutup di

Pennsylvania State University, dan Program Midwest pada Instruksi televisi Airborne, sebuah

program yang dirancang untuk secara bersamaan mengirimkan pelajaran televisi dari pesawat

terbang untuk sekolah di enam negara.

Pada pertengahan 1960-an, banyak kepentingan dalam menggunakan televisi untuk

tujuan instruksional mereda. Banyak proyek-proyek televisi pembelajaran yang

dikembangkan selama periode ini memiliki kehidupan yang pendek. Masalah ini sebagian

karena kualitas pembelajaran biasa-biasa saja dari beberapa program yang dihasilkan, banyak

dari mereka tidak lebih daripada saat seorang guru memberikan kuliah. Pada tahun 1963,

Ford Foundation memutuskan untuk memfokuskan dukungan pada televisi publik secara

umum, daripada di sekolah aplikasi televisi instruksional (Blakely, 1979). Banyak sekolah

dihentikan proyek televisi demonstrasi pembelajaran apabila dana eksternal untuk proyek-

proyek dihentikan (Tyler. 1975b). Pemrograman pembelajaran masih merupakan bagian

penting dari misi televisi publik, tapi misi yang sekarang lebih luas, meliputi jenis lain

pemrograman, seperti presentasi budaya dan informasi (Hezel, 1980). Dalam terang

perkembangan ini dan lainnya, pada tahun 1967, Komisi Carnegie di Televisi Pendidikan

menyimpulkan:

Page 14: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

Peran yang dimainkan dalam pendidikan formal oleh televisi pembelajaran di seluruh

satu kecil tidak ada yang mendekati potensi sesungguhnya dari televisi pembelajaran yang

direalisasikan dalam praktek. Dengan pengecualian kecil, hilangnya total televisi

pembelajaran akan meninggalkan sistem pendidikan fundamental tidak berubah. (hal. 80-81)

Banyak alasan yang telah diberikan, mengapa televisi pembelajaran tidak diadopsi

untuk tingkat yang lebih besar. Ini termasuk resistensi guru untuk penggunaan televisi di

ruang kelas mereka, biaya instalasi dan pemeliharaan sistem televisi di sekolah, dan

ketidakmampuan televisi sendiri untuk memadai menyajikan berbagai kondisi yang

diperlukan untuk kepentingan belajar siswa(Gordon, 1970; Tyler , 1975b).

8. Pergeseran Terminologi

Pada awal 1970-an, istilah teknologi pendidikan dan teknologi pembelajaran mulai

menggantikan instruksi audiovisual sebagai istilah yang digunakan untuk menggambarkan

aplikasi media untuk tujuan pembelajaran. Sebagai contoh, pada tahun 1970, nama organisasi

profesional utama dalam bidang itu diubah dari Departemen Audiovisual Instruksi kepada

Asosiasi untuk Komunikasi dan Teknologi Pendidikan (AECT). Kemudian dalam dekade,

nama dari dua jurnal yang diterbitkan oleh AECT juga berubah: Tinjauan Komunikasi

Audiovisual menjadi Komunikasi Pendidikan dan Jurnal Teknologi, dan Instruksi

Audiovisual menjadi Inovator Instruksional. Selain itu, kelompok yang dibentuk pemerintah

AS untuk memeriksa dampak media instruksi disebut Komisi Instructional Technology.

Terlepas dari terminologi, bagaimanapun, sebagian besar individu di lapangan sepakat bahwa

sampai saat itu, media pembelajaran telah memiliki dampak minimal pada praktek-praktek

pendidikan (Komisi Instructional Technology, 1970; Kuba, 1986)

9. Komputer: Dari tahun 1950 sampai 1995

Setelah minat di televisi pembelajaran memudar, inovasi teknologi berikutnya untuk

menangkap perhatian sejumlah besar pendidik adalah komputer. Meskipun minat yang luas

dalam komputer sebagai alat instruksional tidak terjadi sampai tahun 1980-an, komputer

pertama kali, digunakan dalam pendidikan dan pelatihan pada tanggal lebih awal. Banyak

karya awal di komputer-dibantu instruksi (CAI) dilakukan pada tahun 1950 oleh peneliti di

IBM, yang mengembangkan bahasa CAI. Penulisan pertama dan dirancang salah satu

program CAI pertama untuk digunakan di sekolah-sekolah umum. Pelopor lain di daerah ini

termasuk Gordon Pask, yang adaptif mesin mengajar memanfaatkan teknologi komputer

Page 15: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

(Lewis & Pask, 1965; Pask, 1960; Stolorow & Davis, 1965), dan Richard Atkinson dan

Patrick Suppes, yang bekerja selama tahun 1960 menyebabkan beberapa aplikasi CAI awal di

kedua sekolah publik dan tingkat universitas (Atkinson & Hansen, 1966; Suppes & Macken,

1978). Upaya besar lain selama 1960-an dan awal 1970-an termasuk pengembangan sistem

CAI seperti PLATO dan TICCIT. Namun, meskipun pekerjaan yang telah dilakukan, pada

akhir 1970-an, CAI punya dampak yang sangat sedikit pada pendidikan (Pagliaro, 1983).

Pada awal 1980-an, beberapa tahun setelah mikrokomputer tersedia untuk masyarakat

umum, antusiasme terhadap alat ini menyebabkan meningkatnya minat dalam menggunakan

komputer: untuk tujuan pembelajaran. Pada Januari 1983, komputer sedang digunakan untuk

tujuan pembelajaran di lebih dari 40% dari semua sekolah dasar dan lebih dari 75% dari

semua sekolah menengah di Amerika Serikat (Pusat Organisasi Sosial Sekolah, 1983).

Banyak pendidik yang tertarik terhadap mikrokomputer karena mereka relatif dalam

mahal, yang cukup kompak untuk penggunaan desktop, dan bisa melakukan banyak fungsi

yang dilakukan oleh komputer besar yang telah mendahului mereka. Seperti kasus Whe lain-

media baru pertama kali diperkenalkan ke dalam arena pembelajaran, banyak diharapkan

bahwa media ini akan berdampak besar pada praktek pembelajaran. Sebagai contoh, pada

tahun 1984. Papert menunjukkan bahwa komputer akan menjadi ―katalis yang sangat

mendalam dan radio: perubahan dalam sistem pendidikan‖ (hal. 422) dan bahwa pada tahun

1990, satu komputer per anak akan menjadi negara yang sangat umum urusan di sekolah-

sekolah di Amerika Serikat.

Meskipun komputer akhirnya dapat memiliki dampak besar pada praktek

pembelajaran di sekolah, pada pertengahan 1990-an, memiliki dampak kecil. Survei

mengungkapkan bahwa pada 1995, meskipun sekolah-sekolah di Amerika Serikat yang

dimiliki, rata-rata, satu komputer untuk sembilan siswa, dampak komputer pada praktek

pembelajaran sangat minim, dengan sejumlah besar guru pelaporan penggunaan sedikit atau

tidak ada komputer untuk tujuan instruksi. Selain itu, dalam banyak kasus, penggunaan

komputer jauh dari inovatif. Di sekolah dasar, guru melaporkan bahwa komputer sedang

digunakan terutama untuk … dan praktek; pada tingkat menengah, laporan menunjukkan

bahwa komputer digunakan utama untuk mengajar keterampilan yang berkaitan dengan

komputer seperti pengolah kata (Anderson & Ronnkvi1999; Becker, 1998; Kantor

Technology Assessment, 1995)

10. Perkembangan terbaru

Page 16: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

Sejak tahun 1995, kemajuan pesat dalam komputer dan teknologi digital lainnya, serta

Internet, telah menyebabkan minat yang meningkat pesat, dan penggunaan, media ini untuk

tujuan pembelajaran, khususnya dalam pelatihan bisnis dan industri. Sebagai contoh, sebuah

survei terbaru dari lebih dari 750 perusahaan pelatihan industri (Bassi & Van Buren, 1999)

mengungkapkan bahwa persentase dari pelatihan yang disampaikan melalui teknologi baru

seperti CD-ROM, intranet, dan internet meningkat dari kurang dari 6% di tahun 1996

menjadi lebih dari 9% pada tahun 1997 dan diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari

22% pada tahun 2000. Survei lain baru-baru ini melaporkan bahwa pada tahun 1999, 14%

dari semua pelatihan formal disampaikan melalui komputer (―Industri Laporan 1999″, 1999).

Dalam beberapa tahun terakhir, minat dalam menggunakan Internet untuk tujuan

pembelajaran juga telah berkembang pesat dalam pendidikan tinggi dan militer. Sebagai

contoh, antara 1994-95 dan 1997-98 tahun akademik, pendaftaran dalam kursus-kursus

belajar jarak jauh di lembaga pendidikan tinggi di Amerika Serikat hampir dua kali lipat, dan

persentase institusi yang menawarkan program pembelajaran jarak jauh meningkat dari 33%

menjadi 44%, dengan 78% dari publik empat tahun lembaga yang menawarkan program

tersebut. Selain itu, sedangkan pada tahun 1995, hanya 22% dari lembaga pendidikan tinggi

menawarkan program pembelajaran jarak jauh menggunakan teknologi internet berbasis

asynchronous, pada tahun 1997-98 akademik, 60% dari lembaga melakukannya (Lewis.

Salju, Farris, Levin, & Greene, 1999). Dalam militer, pada tahun 2000, Sekretaris Angkatan

Darat AS mengumumkan bahwa 5600000000 akan dihabiskan selama enam tahun ke depan

untuk memungkinkan tentara untuk mengambil kursus pendidikan jarak jauh melalui Internet

(Carr, 2000).

Sejak tahun 1995, ada juga peningkatan yang signifikan dalam jumlah teknologi yang

tersedia di sekolah-sekolah di Amerika Serikat. Sebagai contoh, hasil survei nasional 1998

(Anderson & Ronnkvist, 1999) mengungkapkan bahwa sementara pada tahun 1995 rata-rata

ada satu komputer untuk setiap sembilan siswa, pada tahun 1998 rasio tersebut telah

dikurangi menjadi satu komputer untuk setiap enam siswa. Selain itu, persentase sekolah

yang memiliki akses Internet meningkat dari 50% pada 1995 menjadi 90% pada tahun 1998.

Namun,. sebagaimana telah terjadi sepanjang sejarah media pembelajaran, peningkatan

kehadiran teknologi di sekolah-sekolah tidak selalu berarti peningkatan penggunaan

teknologi yang untuk tujuan pembelajaran. Anderson & Ronnkvist (1999) juga menyatakan

bahwa meskipun jumlah komputer di sekolah telah meningkat, sebagian besar komputer yang

cukup terbatas dalam hal perangkat lunak yang mereka dapat berjalan. Selanjutnya, mereka

Page 17: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar sekolah sekarang memiliki akses Internet,

mahasiswa akses ke Internet terbatas di banyak sekolah, dengan beberapa siswa mampu

menggunakannya untuk sekolah mereka. Pengamatan ini membuat sulit untuk memastikan

sejauh mana praktik pembelajaran di sekolah-sekolah telah dipengaruhi oleh adanya

peningkatan media.

Terlepas dari ketidakpastian tentang sejauh mana penggunaan media di sekolah,

sebagian besar bukti yang dikutip jelas menunjukkan bahwa sejak tahun 1995, telah terjadi

peningkatan yang signifikan dalam penggunaan media pembelajaran dalam berbagai

pengaturan, mulai dari bisnis dan industri untuk pendidikan militer dan lebih tinggi. Dalam

bisnis, industri, dan militer, Internet telah dilihat sebagai sarana memberikan instruksi dan

informasi untuk pelajar tersebar luas dengan biaya yang relatif rendah. Selain itu, dalam

banyak kasus, aksesibilitas komputer yang mudah memungkinkan peserta didik untuk

menerima dukungan instruksi dan / atau kinerja (seringkali dalam bentuk sistem pendukung

kinerja elektronik atau sistem manajemen pengetahuan) kapan dan di mana mereka

membutuhkannya, karena mereka melakukan tugas-tugas pekerjaan tertentu.

Dalam pendidikan tinggi, pendidikan jarak jauh melalui Internet telah dilihat sebagai

metode rendah biaya menyediakan instruksi untuk siswa yang, karena berbagai faktor

(misalnya, pekerjaan dan tanggung jawab keluarga jarak geografis.), Tidak mungkin

sebaliknya telah mampu menerimanya. Namun, pertanyaan tentang efektivitas-biaya dari

instruksi tersebut masih belum terjawab (Hawkridge. 1999).

Alasan lain bahwa media baru yang digunakan untuk tingkat yang lebih besar

mungkin karena peningkatan kemampuan interaktif dari media. Moore (1989) menjelaskan

tiga jenis interaksi antara agen yang biasanya terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Interaksi

ini antara peserta didik dan konten pembelajaran, antara pelajar dan instruktur, dan di antara

pembelajar sendiri. Sifat media pembelajaran yang umum selama beberapa bagian dari ketiga

dua yang pertama, dari abad lalu (e., .. film dan televisi pembelajaran) dipekerjakan terutama

sebagai sarana memiliki peserta didik berinteraksi dengan isi pembelajaran . Sebaliknya,

melalui penggunaan fitur seperti e-mail, chat room dan bulletin board, Internet sering

digunakan sebagai sarana untuk peserta didik dengan instruktur dengan pelajar lain, serta

dengan konten instruksional. Ini adalah salah satu contoh bagaimana beberapa media baru

membuatnya lebih mudah untuk mempromosikan, berbagai jenis interaksi yang digambarkan

oleh Moore.

Page 18: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

Selain itu, kemajuan dalam teknologi komputer, khususnya berkaitan dengan

meningkatkannya kemampuan multimedia media ini, membuat lebih mudah bagi pendidik

untuk merancang pengalaman belajar yang melibatkan interaksi antara peserta didik lebih

konten pembelajaran daripada sebelumnya. Misalnya, seperti jumlah dan jenis informasi yang

dapat disajikan oleh komputer telah meningkat, jenis umpan balik serta jenis masalah, yang

dapat disajikan kepada peserta didik telah sangat diperluas. Kemampuan ini meningkatkan

pembelajaran menjadi menarik perhatian banyak pendidik. Selain itu, kemampuan komputer

untuk menyajikan informasi dalam berbagai bentuk, serta memungkinkan peserta didik untuk

mudah link ke berbagai konten, telah menarik minat perancang pembelajaran memiliki

perspektif konstruktivis. Orang yang sangat peduli dengan penyajian masalah otentik (mis.

―dunia nyata‖) dalam lingkungan belajar di mana peserta didik memiliki banyak kontrol atas

kegiatan yang mereka terlibat dalam dan alat-alat dan sumber daya yang mereka gunakan,

menemukan teknologi digital yang baru lebih akomodatif daripada pendahulunya.

Seperti beberapa contoh dalam beberapa paragraf sebelumnya menunjukkan, bahwa

dalam beberapa tahun terakhir komputer, Internet. dan teknologi digital lainnya sering

digunakan untuk meningkatkan pembelajaran dan kinerja melalui beberapa cara non-

tradisional. Sebagai contoh, sistem kinerja komputer dibantu dukungan elektronik. sistem

manajemen pengetahuan, dan pelajar-berpusat lingkungan belajar sering berfungsi sebagai

alternatif untuk pelatihan atau instruksi langsung. Ketika dampak masa kini media

pembelajaran sedang dipertimbangkan, jenis aplikasi tidak boleh diabaikan.

11. Kesimpulan Mengenai Sejarah Media Instruksional

Dari banyak pelajaran yang dapat kita pelajari dengan meninjau sejarah media

pembelajaran, mungkin salah satu yang paling penting melibatkan perbandingan antara efek

diantisipasi dan aktual media pada praktek instruksional. Sebagai mana Kuba (1986) telah

menunjukkan, saat kita meninjau-melihat kembali selama abad terakhir dari sejarah media,

Anda mungkin perlu diperhatikan pola berulang dari harapan dan hasil. Sebagai media baru

memasuki adegan pendidikan, ada banyak minat awal dan antusiasme banyak tentang efek

kemungkinan untuk memiliki pada praktek instruksional. Namun, antusiasme dan

ketertarikan akhirnya memudar, dan pemeriksaan mengungkapkan bahwa media memiliki

dampak minimal terhadap praktek tersebut. Misalnya, prediksi optimis Edison bahwa film

akan merevolusi pendidikan terbukti tidak benar, dan antusiasme untuk televisi instruksional

yang ada selama tahun 1950 sangat berkurang pada pertengahan tahun 1960-an, dengan

Page 19: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

dampak kecil pada instruksi di sekolah. Kedua contoh melibatkan penggunaan media di

sekolah-sekolah, pengaturan di mana penggunaan media pembelajaran telah paling erat

diperiksa. Namun, data mengenai penggunaan media pembelajaran dalam bisnis dan industri

mendukung kesimpulan serupa, yaitu, bahwa meskipun antusiasme tentang penggunaan

media pembelajaran dalam bisnis dan industri, sampai saat ini media yang memiliki dampak

minimal terhadap praktik pembelajaran dalam lingkungan tersebut.

Bagaimana dengan prediksi, pertama dibuat pada 1980-an, bahwa komputer akan

merevolusi instruksi? Sebagai data dari sekolah mengungkapkan, pada pertengahan 1990-an,

bahwa revolusi tidak terjadi. Namun, data dari paruh kedua dekade menunjukkan kehadiran

berkembang, dan mungkin penggunaan, komputer dan internet di sekolah. Selain itu, selama

akhir 1990-an, media ini mengambil peran dukungan semakin besar dalam pembelajaran dan

kinerja dan juga dalam pengaturan lainnya seperti bisnis dan industri dan pendidikan tinggi.

Apakah dampak media pada instruksi lebih besar di masa depan daripada itu telah di masa

lalu?

Berdasarkan alasan tersebut untuk meningkatnya penggunaan media baru, adalah

wajar untuk memperkirakan bahwa selama dekade berikutnya, komputer, internet, dan media

digital lainnya akan membawa perubahan besar dalam praktek instruksional dari media yang

mendahului mereka. Namun, mengingat sejarah media dan dampaknya pada praktik

pembelajaran, adalah juga wajar untuk mengharapkan bahwa perubahan tersebut, baik di

sekolah dan pengaturan instruksional lainnya, cenderung terjadi lebih lambat dan kurang luas

daripada media yang paling penggemar saat ini memprediksi.

D. SEJARAH DESAIN PEMBELAJARAN

Seperti disebutkan sebelumnya, selain erat kaitannya dengan media pembelajaran,

bidang desain pembelajaran dan teknologi juga telah berhubungan erat dengan penggunaan

sistematis prosedur desain pembelajaran. Berbagai set prosedur yang sistematis desain

instruksional (atau model) telah dikembangkan dan telah dirujuk oleh istilah-istilah seperti

pendekatan sistem, sistem desainpembelajaran (ISD) pengembangan pembelajaran, dan

desain pembelajaran. Meskipun kombinasi spesifik dari prosedur sering bervariasi dari satu

model desain pembelajaran ke model berikutnya, sebagian besar model termasuk analisis

masalah pembelajaran dan desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi prosedur

Page 20: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

instruksi dan materi yang bertujuan untuk memecahkan masalah tersebut. Bagaimana proses

desain pembelajaran muncul menjadi ada? Bahasan ini akan fokus pada menjawab

pertanyaan itu.

1. Asal Usul Desain Pembelajaran: Perang Dunia II

Asal-usul prosedur desain pembelajaran telah ditelusuri pada Perang Dunia II (Dick,

1987). Selama perang, sejumlah besar psikolog dan pendidik yang memiliki pelatihan dan

pengalaman dalam melakukan penelitian eksperimental dipanggil untuk melakukan penelitian

dan mengembangkan bahan pelatihan untuk layanan militer. Individu-individu ini, termasuk

Robert Gagne. Leslie Briggs, John Flanagan, dan banyak lainnya, memberikan pengaruh

yang cukup besar pada karakteristik bahan-bahan pelatihan yang dikembangkan, banyak

mendasarkan pekerjaan mereka pada prinsip-prinsip pembelajaran berasal dari penelitian dan

teori instruksi, belajar, dan perilaku manusia (Baker, 1973; Saettler, 1990)

Selain itu, psikolog menggunakan pengetahuan mereka tentang evaluasi dan

pengujian untuk membantu menilai keterampilan peserta pelatihan dan memilih orang yang

paling mungkin bermanfaat dari program pelatihan tertentu. Sebagai contoh, pada satu titik

dalam perang, tingkat kegagalan dalam program pelatihan penerbangan khusus ini sangat

tinggi. Untuk mengatasi masalah ini, psikolog memeriksa keterampilan intelektual,

psikomotor dan persepsi umum dari individu yang berhasil melakukan keterampilan yang

diajarkan dalam program, dan kemudian tes dikembangkan yang diukur sifat-sifat ini. Tes ini

digunakan untuk menyaring calon-calon untuk program ini, orang-orang yang mencetak

sedang diarahkan ke program lain. Sebagai hasil dari menggunakan pemeriksaan

keterampilan masuk sebagai perangkat skrining, militer mampu secara signifikan

meningkatkan persentase personil yang berhasil menyelesaikan program (Gagne, komunikasi

pribadi, 1985).

Setelah perang, banyak psikolog yang bertanggung jawab atas keberhasilan program

pelatihan Dunia II Perang militer terus bekerja pada pemecahan masalah pembelajaran.

Organisasi seperti Institut Amerika untuk Penelitian yang estiablished untuk tujuan ini.

Selama 1940-an dan sepanjang 1950-an, psikolog yang bekerja untuk organisasi tersebut

dimulai melihat pelatihan sebagai suatu sistem, dan mengembangkan sejumlah analisis yang

inovatif, desain, dan prosedur evaluasi (Dick, 1987). Sebagai contoh. selama periode ini,

tugas metodologi analisis rinci dikembangkan oleh Robert B. Miller sementara ia bekerja

pada proyek-proyek untuk militer (Miller. 1953. 1962). Pekerjaannya dan orang-orang dari

Page 21: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

pionir awal lain di bidang desain instruksional dirangkum dalam Prinsip Psikologis dalam

Sistem Dei‘elopmenr, diedit oleh Gagne (1962b).

2. Awal Perkembangan:

a) Gerakan Programmed Instruksi

Gerakan instruksi diprogram, yang berlangsung dari pertengahan 1950-an melalui

pertengahan 1960-an, terbukti menjadi faktor utama dalam pengembangan pendekatan

sistem. Pada tahun 1954, pasal BF Skinner berjudul Ilmu dan Seni Belajar Mengajar memulai

apa yang bisa disebut sebuah revolusi kecil dalam bidang pendidikan. Dalam artikel ini dan

yang kemudian (misalnya, Skinner, 1958), Skinner menggambarkan ide-idenya tentang

persyaratan untuk belajar manusia meningkat dan karakteristik yang diinginkan dari bahan

instruksional yang efektif. Skinner menyatakan bahwa bahan tersebut, yang disebut bahan

pembelajaran diprogram, harus menyajikan instruksi dalam langkah-langkah kecil,

memerlukan respon aktif untuk pertanyaan yang sering dipertanyakan, memberikan umpan

balik segera, dan memungkinkan untuk pelajar diri mondar-mandir. Selain itu, karena setiap

langkah kecil, ia berpikir bahwa peserta didik akan menjawab semua pertanyaan dengan

benar dan dengan demikian secara positif diperkuat oleh umpan balik yang mereka terima.

Proses yang Skinner (lih. Lumsdaine & Glaser, 1960) dijelaskan untuk

mengembangkan instruksi diprogram dicontohkan suatu pendekatan empiris untuk

memecahkan masalah pendidikan: Data mengenai efektivitas bahan dikumpulkan, kelemahan

diidentifikasi pembelajaran, dan bahan direvisi sesuai . Selain itu percobaan dan prosedur

revisi, yang kini disebut evaluasi formatif, proses untuk mengembangkan bahan diprogram

melibatkan banyak langkah yang ditemukan dalam model desain instruksional saat ini.

Sebagai Heinich (1970) menunjukkan:

Instruksi terprogram telah dikreditkan oleh beberapa dengan memperkenalkan

pendekatan sistem untuk pendidikan. Dengan menganalisis dan mogok konten ke tujuan

perilaku tertentu, merancang langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan,

menyiapkan prosedur untuk mencoba dan merevisi langkah-langkah, dan memvalidasi

program terhadap pencapaian tujuan, instruksi program berhasil menciptakan instruksi kecil

tapi efektif dari sistem pembelajaran teknologii. (Hal. 123)

b) Para Popularisasi Tujuan Perilaku

Page 22: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

Sebagaimana ditunjukkan, yang terlibat dalam merancang bahan pembelajaran

diprogram sering kali memulai dengan mengidentifikasi tujuan peserta didik tertentu yang

menggunakan bahan-bahan diharapkan untuk mencapai tujuan. Pada tahun 1962, Robert

Mager mengenali kebutuhan untuk mengajar para pendidik bagaimana menulis tujuan,

menulis, mempersiapkan tujuan untuk tindakan terprogram. Bahasan ini menjelaskan

bagaimana untuk menulis tujuan yang mencakup deskripsi perilaku peserta didik yang

diinginkan, kondisi di mana perilaku harus dilakukan, dan standar (kriteria) dengan mana

perilaku harus dinilai. Masa kini banyak penganut proses desain pembelajaran menganjurkan

persiapan tujuan yang mengandung ketiga unsur.

Meskipun Mager mempopulerkan penggunaan tujuan, konsep itu dibahas dan

digunakan oleh pendidik setidaknya selama awal 1900-an. Di antara pendukung awal

penggunaan tujuan jelas dinyatakan adalah Bobbitt, Charters, dan Burk (Gagne, 1965a).

Namun, Ralph Tyler sering dianggap sebagai bapak dari gerakan tujuan perilaku. Pada tahun

1934, ia menulis bahwa tujuan harus didefinisikan dalam istilah yang menentukan perilaku

saja harus membantu mengembangkan (dikutip dalam Walbesser & Eisenberg, 1972). Selama

studi Delapan Tahun yang terkenal yang diarahkan Tyler bahwa ditemukan bahwa sekolah

ketika tidak menetapkan tujuan, tujuan tersebut biasanya cukup jelas. Pada akhir proyek,

bagaimanapun, itu menunjukkan bahwa tujuan bisa diklarifikasi dengan menyatakan bahwa

tujuan bisa berfungsi sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas instruksi (Borich, 1980;

Tyler, 1975a).

Pada tahun 1950, tujuan perilaku diberi dorongan lain ketika Benjamin Bloom dan

rekan-rekannya menerbitkan Taksonomi Tujuan Pendidikan (1956). Para penulis dari karya

ini menunjukkan bahwa dalam domain kognitif ada berbagai jenis hasil belajar, bahwa tujuan

dapat diklasifikasikan menurut jenis perilaku peserta didik yang dijelaskan di dalamnya, dan

bahwa ada hubungan hirarki antara berbagai jenis hasil. Selain itu, mereka menunjukkan

bahwa tes harus dirancang untuk mengukur masing-masing jenis hasil. Sebagaimana akan

dilihat dalam bahasan ini, gagasan yang sama dijelaskan oleh pendidik lainnya memiliki

implikasi signifikan untuk desain instruksi yang sistematis.

c) Kriteria-Referensi Gerakan Pengujian

Pada awal 1960-an, faktor lain yang penting dalam pengembangan proses desain

pembelajaran adalah munculnya kriteria-referensi pengujian. Sampai saat itu, tes yang

palingmengacu pada tes norma, dirancang untuk menyebarkan kinerja peserta didik, sehingga

Page 23: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

dalam beberapa siswa baik-baik pada tes dan orang lain melakukan buruk. Sebaliknya, tes

yang mengacu pada kriteria ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa baik seorang individu

dapat melakukan perilaku tertentu atau seperangkat perilaku, terlepas dari bagaimana orang

lain juga melakukan. Pada awal 1932, Tyler telah menunjukkan bahwa tes Bisa digunakan

untuk tujuan tersebut (Dale. 1967). Dan kemudian, Flanagan (1951) dan Ehel (1962)

mendiskusikan perbedaan antara tes tersebut dan ukuran norma. Namun, Robert Glaser

(1963:. Glaser & Klaus 1962) adalah orang pertama yang menggunakan istilah kriteria.

Dalam membahas langkah-langkah tersebut. Glaser (1963) menunjukkan bahwa dapat

digunakan untuk menilai perilaku siswa dan untuk menentukan sejauh mana siswa telah

memperoleh perilaku program pembelajaran dirancang untuk mengajar.

Robert M. Gagne: Domain Belajar, Acara Instruksi, dan Analisis Hirarkis

Peristiwa penting lainnya dalam sejarah desain instruksional terjadi pada tahun 1965,

dengan penerbitan edisi pertama The Conclirions off Belajar, ditulis oleh Robert Gagne

(I965b). Dalam buku ini, Gagne menggambarkan lima domain, atau jenis, pembelajaran hasil

dan informasi lisan, keterampilan intelektual, keterampilan psikomotor, sikap, dan kognitif

strategi, masing-masing yang dibutuhkan berbeda kondisi masing-masingnya untuk

meningkatkan pembelajaran. Gagne juga memberikan deskripsi rinci dari kondisi-kondisi

untuk setiap jenis hasil pembelajaran.

Dalam volume yang sama, Gagne juga menggambarkan peristiwa sembilan instruksi,

atau kegiatan mengajar, bahwa ia dianggap penting untuk mempromosikan pencapaian dari

setiap jenis hasil belajar. Gagne juga menggambarkan kejadian pembelajaran yang secara

khusus penting untuk hasil dan membahas keadaan di mana peristiwa tertentu dapat

dikecualikan. Dalam edisi keempat (Gagne, 1985). Deskripsi Gagne tentang berbagai jenis

hasil pembelajaran dan peristiwa instruksi tetap dari praktek desain pembelajaran.

Gagne bekerja di bidang hierarki belajar dan hirarkis analisis juga memiliki dampak

yang signifikan pada bidang desain pembelajaran. Pada awal 1960-an dan kemudian karirnya

(misalnya,-Gagne, 1962a, 1985; Gagne, Briggs, & Wager, 1992; Gagne & Medsker, 1996),

Gagne menunjukkan bahwa keterampilan dalam domain keterampilan intelektual memiliki

hubungan hirarkis masing-masing: agar mudah belajar melakukan keterampilan

superordinate, yang pertama harus menguasai keterampilan bawahan untuk itu. Konsep ini

mengarah pada gagasan penting yang harus dirancang sehingga untuk memastikan bahwa

peserta didik memperoleh keterampilan bawahan sebelum mereka mencoba untuk

Page 24: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

memperoleh yang lebih tinggi. Gagne melanjutkan untuk menggambarkan proses analisis

hirarkis untuk mengidentifikasi keterampilan bawahan. Proses ini tetap merupakan fitur kunci

dalam banyak model desain pembelajaran.

Sputnik: Launching Langsung Evaluasi Formatif

Pada tahun 1957, ketika Uni Soviet meluncurkan Sputnik, satelit yang mengorbit

ruang pertama, serangkaian acara yang akhirnya berdampak besar pada proses desain

pembelajaran. Pemerintah AS, terkejut oleh keberhasilan upaya Soviet, menanggapi dengan

menuangkan jutaan dolar ke dalam memperbaiki matematika dan pendidikan sains di

Amerika Serikat. Bahan-bahan pembelajaran yang dikembangkan dengan dana ini biasanya

ditulis materi pelajarannnya ditulis oleh dan diproduksi tanpa seleksi. Bertahun-tahun

kemudian, pada pertengahan-I960-an, ketika ditemukan bahwa banyak dari bahan-bahan ini

tidak terlalu efektif, Michael Scriven (1967) menunjukkan perlunya untuk mencoba

rancangan materi pembelajaran dengan peserta didik sebelum bahan dimasukkan ke dalam

bentuk akhir. Proses ini akan memungkinkan pendidik untuk memeriksa bahan dan jika perlu,

merevisinya sementara bahan masih dalam stases formatif. Scriven sebut ini uji coba dan

revisi proses evaluasi formatif dan membandingkannya dengan apa yang ia sebut evaluasi

sumatif, pengujian bahan instruksional setelah mereka dalam bentuk terakhir mereka.

Meskipun istilah formatif dan evaluasi sumatif evaluasi yang diciptakan oleh Scriven,

perbedaan antara pendekatan sebelumnya dibuat oleh Lee Cronbach (1963). Selain itu,

selama 1940-an dan 1950-an, sejumlah pendidik, seperti Arthur Lumsdaine, Mark Mei. dan

CR Carpenter, dijelaskan prosedur untuk mengevaluasi bahan pengajaran yang masih dalam

tahap pembentukan (Cambre, 1981). Namun, meskipun tulisan-tulisan seperti pendidik,

sangat sedikit dari produk pembelajaran yang dikembangkan pada 1940-an dan 1950-an

melewati apapun proses evaluasi formatif. Situasi ini agak berubah pada 1950-an dan 1960-

an melalui banyak bahan pengajaran terprogram yang dikembangkan selama periode yang

diuji ketika mereka sedang dikembangkan. Namun. penulis seperti Susan Markle (1967)

mencela kurangnya ketelitian dalam proses pengujian. Dalam terang masalah ini. Prosedur ini

mirip dengan teknik evaluasi formatif dan sumatif yang umumnya seperti saat kini.

E. PERMULAAN MODEL DESAIN PEMBELAJARAN

Page 25: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

Pada awal dan pertengahan 1960-an, konsep-konsep yang sedang dikembangkan di

berbagai bidang seperti analisis tugas, spesifikasi tujuan, dan kriteria-referensi pengujian

yang dihubungkan bersama untuk membentuk sebuah proses, atau model, untuk secara

sistematis mendesain materi pembelajaran. Di antara individu-individu pertama untuk

menggambarkan model seperti itu Gagne (1962b). Glaser (1962 1965.), Dan Silvem (1964).

Mereka menggunakan istilah-istilah seperti desain pembelajaran, pengembangan sistem,

instruksi yang sistematis, dan sistem pembelajaran untuk menggambarkan model yang

mereka ciptakan. Model desain pembelajaran lainnya yang diciptakan dan digunakan selama

dekade ini termasuk yang dijelaskan oleh Banathy (1968), Barson (1967), dan Hamerus

(1968).

1. Tahun 1970: Kepentingan yang berkembang dalam Desain Instuctional

Selama tahun 1970, jumlah model desain pembelajaran sangat meningkat. Bangunan

pada karya-karya orang terdahulu, banyak orang menciptakan model baru untuk secara

sistematis merancang instruksi (misalnya, Dick & Carey, 1978; Gagne & Briggs, 1974;

Gerlach & Ely, 1971; Kemp, 1971). Memang, oleh er.J dekade, lebih dari empat puluh model

seperti telah diidentifikasi (Andrews & Bagus, 1980).

Selama tahun 1970-an, minat dalam proses desain pembelajaran berkembang dalam

berbagai sektor yang berbeda. Pada tahun 1975, beberapa cabang dari militer AS mengadopsi

model desain pembelajaran (Branson dkk., 1975) yang dimaksudkan untuk memandu

pengembangan bahan pelatihan dalam cabang-cabang. Di akademisi, banyak pusat

peningkatan pengajaran diciptakan selama paruh pertama dekade dengan maksud membantu

penggunaan media fakultas dan prosedur desain pembelajaran untuk meningkatkan kualitas

pengajaran mereka (Gaff. 1975; Gustafson & Bratton, 1984). Selain itu, program

pascasarjana dalam desain pembelajaran banyak diciptakan (Partridge & Tennyson, 1979;

Redfield & Dick, 1984;.. Silber 1982). Dalam bisnis dan industri, banyak organisasi, melihat

nilai dengan menggunakan instruksional sebagai tanda untuk meningkatkan kualitas

pelatihan, mulai mengadopsi pendekatan (lih. Mager, 197: Miles, 1983). Dibanyak negara

internasional seperti Korea Selatan. Liberia. dan Indonesia, melihat manfaat menggunakan

desain pembelajaran untuk memecahkan masalah pembelajaran di negara-negara (Chadwick.

1986; Morgan, 1989). Bangsa ini mendukung program-program desain pembelajaran,

organisasi dibuat untuk mendukung penggunaan desain pembelajaran, dan dukungan yang

diberikan kepada individu menginginkan pelatihan di bidang ini. Banyak dari perkembangan

Page 26: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

ini adalah dicatat dalam Journal of Instructional Pembangunan, sebuah jurnal yang pertama

kali diterbitkan pada tahun 1970-an dan itulah cikal bakal pengembangan bagian Penelitian

dan Pengembangan Teknologi Pendidikan.

2. Tahun 1980-an: Pertumbuhan dan Pengalihan

Dalam banyak sektor, kepentingan dalam desain pembelajaran yang selama dekade

sebelumnya terus tumbuh selama tahun 1980. Kepentingan dalam proses desain pembelajaran

tetap kuat dalam bisnis dan industri (Bowsher, 1989:. Galagan 1989). Dalam militer

(Chevalier, 1990; Finch, 1987; McCombs, 1986), dan di arena internasional (Ely & Plomp,

1986; Morgan 1989.).

Berbeda dengan pengaruhnya di sektor tersebut, selama tahun 1980, desain

pembelajaran memiliki dampak minimal di daerah lain. Dalam arena sekolah umum, upaya

pengembangan kurikulum beberapa terlibat penggunaan dasar proses desain pembelajaran

(misalnya, Spady, 1988), dan beberapa buku desain pembelajaran bagi para guru yang

diproduksi (misalnya, Dick & Reiser, 1989: Gerlach & Ely, 1980; Sullivan & Higgins, 1983).

Namun, meskipun dari upaya ini, bukti menunjukkan bahwa desain pembelajaran mengalami

dampak kecil pada instruksi di sekolah negeri (Branson & Grow, 1987; Burkman, 1987b;

Rossett & Garbosky, 1987). Dalam nada yang sama, dengan beberapa pengecualian

(misalnya, Diamond, 1989), praktek desain pembelajaran memiliki dampak minimal dalam

pendidikan tinggi. Sedangkan pusat peningkatan pengajaran di pendidikan tinggi berkembang

dalam jumlah melalui pertengahan 1970-an, pada tahun 1983 lebih dari seperempat dari

organisasi tersebut telah dibubarkan, dan ada kecenderungan penurunan umum dalam

anggaran pusat yang tersisa (Gustafson & Bratton, 1984) . Burkman (1987a, 1987b)

memberikan analisis mencerahkan satu alasan mengapa upaya desain pembelajaran di

sekolah dan universitas belum berhasil, dan kondisi ini kontras dengan kondisi yang lebih

menguntungkan yang ada di bisnis dan militer.

Selama tahun 1980, ada tumbuh bagaimana prinsip-prinsip psikologi kognitif dapat

diterapkan dalam proses desain pembelajaran, dan sejumlah publikasi menguraikan aplikasi

potensial dijelaskan (misalnya, Bonner, 1988; Divesta & Rieber, 1987; ―Wawancara dengan

Robert M. Gagnc, ―1982; Low, 1980). Namun, beberapa tokoh di lapangan telah

menunjukkan bahwa efek sebenarnya psikologi kognitif pada praktek desain pembelajaran

selama dekade ini agak kecil (Dick, 1987; Gustafson, 1993).

Page 27: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

Faktor yang tidak memiliki efek besar pada praktek desain pembelajaran pada tahun

1980 adalah meningkatnya minat dalam penggunaan mikrokomputer untuk tujuan

pembelajaran. Dengan munculnya perangkat ini. banyak profesional di bidang desain

pembelajaran mengalihkan perhatian mereka untuk memproduksi instruksi berbasis komputer

(Dick, 1987; Shrock, 1995). Lain membahas kebutuhan untuk mengembangkan model baru

dari desain pembelajaran untuk mengakomodasi kemampuan interaktif teknologi ini (Merrill,

Li, & Jones, 1990a, 1990b). Selain itu, komputer mulai digunakan sebagai alat untuk

mengotomatisasi beberapa tugas desain pembelajaran (Merrill & Li. 1989).

3. Tahun 1990-an: Views Mengubah dan Praktek

Selama tahun 1990-an, berbagai perkembangan memiliki dampak yang signifikan

terhadap prinsip-prinsip desain pembelajaran dan praktek. Sebagaimana ditunjukkan di atas,

salah satu pengaruh utama adalah teknologi kinerja gerakan, yang memperluas lingkup

bidang desain pembelajaran. Sebagai hasil dari gerakan ini, banyak desainer pembelajaran

mulai lebih berhati-hati melakukan analisis tentang penyebab masalah kinerja, dan seringkali

menemukan bahwa pelatihan miskin, atau kurangnya pelatihan, bukan penyebabnya. Dalam

kasus seperti banyak desainer pembelajaran membekali solusi non-instruksional, seperti

perubahan dalam sistem insentif atau dalam lingkungan kerja, untuk memecahkan masalah

tersebut (Dean, 1995).

Faktor lain yang mempengaruhi lapangan selama 1990-an ada masukan yang tumbuh

di konstruktivisme, kumpulan pandangan yang sama terhadap pembelajaran dan instruksi

yang diperoleh meningkatnya popularitas sepanjang dekade. Itu, prinsip-prinsip pembelajaran

yang terkait dengan konstruktivisme meliputi kebutuhan untuk (a) memecahkan masalah

yang kompleks dan realistis, (b) bekerja sama untuk memecahkan masalah tersebut, (c)

memeriksa masalah dari berbagai perspektif, (d) mengambil kepemilikan dari proses

pembelajaran dan (e) menjadi sadar akan peran mereka sendiri dalam proses konstruksi

pengetahuan (Driscoll. 2 (00). Selama dekade terakhir, pandangan konstruktivis pembelajaran

dan pengajaran telah berdampak pada pikiran dan tindakan dari banyak teoretisi dan praktisi

di bidang desain pembelajaran. Sebagai contoh, penekanan pada merancang konstruktivis

―otentik:‖. belajar tugas-tugas yang mencerminkan kompleksitas dari lingkungan dunia nyata

di mana peserta didik akan ia menggunakan keterampilan yang mereka pelajari -memiliki

efek pada bagaimana desain pembelajaran yang sedang dilakukan dan diajarkan (Dick. 1996).

Meskipun beberapa berpendapat ―tradisional‖ mengatakan bahwa praktek desain

Page 28: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivis yang beberapa tahun terakhir telah banyak

menggambarkan bagaimana pertimbangan prinsip-prinsip konstruksi dapat meningkatkan

instruksional desain praktek.

Selama tahun 1990-an, pertumbuhan yang cepat dalam penggunaan dan

pengembangan sistem pendukung kinerja elektronik juga menyebabkan perubahan sakit

dalam sifat pekerjaan yang dilakukan oleh banyak desainer pembelajaran. Mendukung

kinerja elektronik sistem berbasis komputer dirancang untuk menyediakan para pekerja

dengan bantuan kebutuhan untuk tugas-tugas pekerjaan, pada saat mereka membutuhkan

bantuan itu dan dalam bentuk yang akan paling membantu. Nasihat cerdas sistem pembinaan

dan ahli yang memberikan bimbingan dalam melakukan berbagai kegiatan, dan alat

pendukung disesuaikan kinerja yang mengotomatisasi dan sangat menyederhanakan tugas-

tugas pekerjaan banyak. Dengan menyediakan pekerja dengan kinerja alat dan informasi yang

mereka butuhkan, yang dirancang dengan baik sistem kinerja elektronik pendukung dapat

mengurangi kebutuhan untuk pelatihan. Hal ini tidak mengherankan, bahwa selama dekade

terakhir, sejumlah organisasi pelatihan dan desainer pembelajaran berubah sebagian perhatian

mereka jauh dari program-program pelatihan merancang dan menuju merancang sistem

pendukung kinerja elektronik (Rosenberg. 2001).

Prototyping cepat telah tren memiliki efek pada praktek pembelajaran. Proses cepat

prototyping cepat melibatkan mengembangkan produk prototipe dalam tahap sangat awal dari

sebuah proyek desain pembelajaran dan kemudian akan melalui serangkaian ujicoba yang

cepat dan siklus revisi sampai versi diterima dari produk yang dihasilkan (Gustafson &

Cabang. 1997a). Teknik desain telah dianjurkan sebagai sarana memproduksi bahan-bahan

pengajaran yang berkualitas. Selama tahun 1990-an, meningkat minat dalam prototyping

cepat antara praktisi dalam bidang desain instruksional (misalnya, Gustafson & Cabang,

1997a).

Kecenderungan terbaru lain yang telah mempengaruhi profesi desain pembelajaran

telah menjadi perhatian meningkat pesat dalam menggunakan Internet untuk pembelajaran

jarak jauh. Sejak tahun 1995, telah terjadi peningkatan besar dalam penggunaan Internet

untuk memberikan instruksi pada jarak (Bassi & Van Buren, 1999; Lewis, Salju, Farris,

Levin, & Greene, 1999). Sebagai permintaan untuk program pembelajaran jarak jauh telah

berkembang, sehingga memiliki pengakuan bahwa untuk menjadi efektif, program-program

tersebut tidak dapat hanya menjadi on-line replika dari instruksi disampaikan dalam ruang

kelas, melainkan, program tersebut harus hati-hati dirancang dalam terang fitur pembelajaran

Page 29: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

yang bisa, dan tidak bisa, akan dimasukkan ke dalam Internet berbasis program (Institut

Kebijakan Pendidikan Tinggi, 2000).

Manajemen pengetahuan adalah salah satu tren terbaru telah mempengaruhi bidang

desain pembelajaran. Menurut Rossett (1999), manajemen pengetahuan melibatkan

mengidentifikasi, mendokumentasikan, dan menyebarkan pengetahuan eksplisit dan tacit

dalam suatu organisasi dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi tersebut. Seringkali,

pengetahuan yang berguna dan keahlian dalam suatu organisasi tinggal dengan individu

tertentu atau kelompok, tetapi tidak banyak dikenal di luar kelompok atau individu. Namun,

saat ini hari teknologi seperti program database, groupware, dan intranet memungkinkan

organisasi untuk ―mengelola‖ (yaitu, mengumpulkan, menyaring, dan menyebarkan)

pengetahuan dan keahlian dalam cara-cara yang sebelumnya tidak mungkin. Rosenberg

(2001) menjelaskan beberapa contoh tentang bagaimana atau-ganizations telah berubah

beberapa perhatian mereka jauh dari program pelatihan merancang dan untuk menciptakan

sistem manajemen pengetahuan. Rossett dan Donello (1999) menyarankan bahwa sebagai

kepentingan dalam manajemen pengetahuan terus, tumbuh, dan pelatihan profesional lainnya

akan bertanggung jawab tidak hanya untuk meningkatkan kinerja manusia, tetapi juga untuk

menemukan dan memperbaiki akses terhadap pengetahuan organisasi yang bermanfaat. Jadi

minat dalam manajemen pengetahuan adalah mungkin untuk mengubah dan mungkin

memperluas jenis tugas desainer pembelajaran diharapkan untuk melakukan.

F. KAWASAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Ada lima domain atau bidang garapan teknologi pembelajaran atau teknologi

instruksional berlandaskan definisi AECT 1994, yaitu desain, pengembangan, pemanfaatan,

pengelolaan dan penilaian. Kelima hal ini merupakan kawasan (domain) dari bidang

teknologi pembelajaran. Di bawah ini akan diuraikan kelima kawasan tersebut, dengan sub

kategori dan konsep yang terkait :

1. Kawasan Desain

Domain atau kawasan pertama teknologi pembelajaran adalah desain atau

perancangan yang mencakup penerapan berbagai teori, prinsip dan prosedur dalam

melakukan perencanaan atau mendesain suatu program atau kegiatan pembelajaran yang

dilakukan secara sistemik dan sistematik.

Page 30: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

Yang dimaksud dengan desain disini adalah proses untuk menentukan kondisi belajar

dengan tujuan untuk menciptakan strategi dan produk (Seels & Richey, 2000: 32). Kawasan

desain bermula dari gerakan psikologi pembelajaran, terutama diilhami pemikiran B.F.

Skinner (1954) tentang teori pembelajaran berprogram (programmed instructions). Pada

tahun 1969 pemikiran Herbert Simon yang membahas tentang preskriptif tentang desain

turut memicu kajian tentang desain. Pendirian pusat-pusat desain bahan pembelajaran dan

terprogram, seperti ―Learning Resource and Development Center‖ pada tahun 1960 semakin

memperkuat kajian tentang desain. Dalam kurun waktu tahun 1960-an dan 1970-an, Robert

Glaser, Direktur Learning Resource and Development Center tersebut menulis dan

berbicara tentang desain pembelajaran sebagai inti dari teknologi pendidikan.

Aplikasi teori sistem dalam pembelajaran melengkapi dasar psikologi pembelajaran

tersebut. Melalui James Finn dan Leonard Silvern, pendekatan sistem pembelajaran secara

bertahap mulai berkembang menjadi suatu metodologi dan mulai memasukkan gagasan dari

psikologi pembelajaran.

Perhatian terhadap desain pesan pun berkembang selama akhir 1960-an dan pada awal

1970-an. Kolaborasi Robert Gagne dengan Leslie Briggs telah menggabungkan keahlian

psikologi pembelajaran dengan bakat dalam desain sistem yang membuat konsep desain

pembelajaran menjadi semakin hidup.

Kawasan desain ini meliputi empat cakupan utama dari teori dan praktek, yaitu: (a)

desain sistem pembelajaran; (b) desain pesan; (c) strategi pembelajaran; dan (d) karakteristik

peserta didik (Seels & Richey, 2000: 33).

a) Desain Sistem Pembelajaran;

Menurut Seels & Richey (2000: 33) desain sistem pembelajaran yaitu prosedur yang

terorganisasi dan sistematis untuk:: (a) penganalisaan (proses perumusan apa yang akan

dipelajari); (b) perancangan (proses penjabaran bagaimana cara mempelajarinya); (c)

pengembangan (proses penulisan dan pembuatan atau produksi bahan-bahan belajar); (d)

pelaksanaan/aplikasi (pemanfaatan bahan dan strategi) dan (e) penilaian (proses penentuan

ketepatan pembelajaran).

Desain sistem pembelajaran biasanya merupakan prosedur linier dan interaktif yang

menuntut kecermatan dan kemantapan. Agar dapat berfungsi sebagai alat untuk saling

mengontrol, semua langkah–langkah tersebut harus tuntas. Dalam desain sistem

Page 31: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

pembelajaran, proses sama pentingnya dengan produk, sebab kepercayaan atas produk

berlandaskan pada proses.

Sedangkan menurut Twelker, Urbach, Buck (1972) dalam Suparman (2004:36)

pengembangan instruksional adalah suatu cara yang sistematis untuk mengidentifikasi,

mengembangkan, dan mengevaluasi satu set bahan dan strategi pembelajaran untuk mencapai

tujuan tertentu. Wujud pengembangan instruksional adalah produksi dan penggunaan media

instruksional, evaluasi instruksional dan pengelolaan instruksional. Jadi pengembangan

instruksional merupakan salah satu teknologi perangkat lunak (sofware technology) yang

canggih untuk membangun sistem instruksional yang berkualitas tinggi (Suparman, 2004:

31).

b) Desain Pesan

Desain pesan yaitu perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan agar terjadi

komunikasi antara pengirim dan penerima, dengan memperhatikan prinsip-prinsip perhatian,

persepsi,dan daya tangkap (Seels & Richey, 2000: 33-34). Fleming dan Levie (1993)

membatasi pesan pada pola-pola isyarat, atau simbol yang dapat memodifikasi perilaku

kognitif, afektif dan psikomotor.

Desain pesan berkaitan dengan hal-hal mikro, seperti: bahan visual, urutan, halaman

dan layar secara terpisah. Desain pesan harus bersifat spesifik, baik tentang media maupun

tugas belajarnya. Hal ini mengandung makna bahwa prinsip-prinsip desain pesan akan

berbeda, tergantung pada jenis medianya, apakah bersifat statis, dinamis atau kombinasi

keduanya (misalnya, suatu potret, film, atau grafik komputer). Juga apakah tugas belajarnya

tentang pembentukan konsep, pengembangan sikap, pengembangan keterampilan, strategi

belajar atau hafalan. Dengan demikian desain pesan ini melibatkan perancangan untuk

menentukan jenis media dan format sajian yang paling menarik untuk menyampaikan pesan-

pesan pembelajaran kepada peserta didik.

c) Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan

peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu mata pelajaran (Seels & Richey,

2000: 34). Strategi pembelajaran meliputi situasi belajar dan komponen pembelajaran. Dalam

mengaplikasikan suatu strategi pembelajaran tergantung pada situasi belajar, sifat materi dan

jenis belajar yang dikehendaki.

Page 32: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

Strategi instruksional ini merupakan proses memilih dan menyusun kegiatan

pembelajaran dalam sesuatu unit pembelajaran seperti urutan, sifat mateteri, ruang lingkup

materi, metode dan media yang paling sesuai untuk mencapai kompetensi pembelajaran

d) Karakteristik Peserta Didik.

Karakteristik peserta didik yaitu aspek latar belakang pengalaman peserta didik yang

mempengaruhi terhadap efektivitas proses belajarnya. Karaketeristik peserta didik mencakup

keadaan sosio-psiko-fisik peserta didik. Secara psikologis, yang perlu mendapat perhatian

dari karakteristik peserta didik yaitu berkaitan dengan kemampuannya (ability), baik yang

bersifat potensial maupun kecakapan nyata dan kepribadiannya, seperti, sikap, emosi,

motivasi serta aspek-aspek kepribadian lainnya.

2. Kawasan Pengembangan

Kawasan teknologi pembelajaran berikutnya adalah pengembangan yang berarti

proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik. Kawasan pengembangan

mencakup pengembangan teknologi cetak, teknologi audio visual, teknologi berbasis

komputer dan multimedia (Seels & Richey, 2000:38)

Kawasan pengembangan ini berakar pada produksi media. Melalui proses yang

bertahun-tahun perubahan dalam kemampuan media ini berakibat pada perubahan kawasan.

Walaupun perkembangan buku teks dan alat bantu pembelajaran yang lain (teknologi cetak)

mendahului film, namun pemunculan film merupakan tonggak sejarah dari gerakan audio-

visual ke era teknologi pembelajaran sekarang ini. Pada 1930-an film mulai digunakan untuk

kegiatan pembelajaran (teknologi audio-visual). Selama Perang Dunia II, banyak jenis bahan

belajar yang diproduksi terutama film untuk pelatihan militer. Setelah perang, televisi

sebagai media baru digunakan untuk kepentingan pendidikan (teknologi audio-visual).

Selama akhir tahun 1950- an dan awal tahun 1960-an bahan pembelajaran berprograma mulai

digunakan untuk pembelajaran. Sekitar tahun 1970-an komputer mulai digunakan untuk

pembelajaran, dan permainan simulasi menjadi mode di sekolah. Selama tahun 1980-an teori

dan praktek di bidang pembelajaran yang berlandaskan komputer berkembang seperti jamur

dan sekitar tahun 1990-an multimedia terpadu yang berlandaskan komputer merupakan dari

kawasan ini.

Page 33: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

Pada dasarnya kawasan pengembangan terjadi karena: a) pesan yang didorong oleh

isi, b) strategi pembelajaran yang didorong oleh teori, c) manifestasi fisik dari teknologi –

perangkat keras, perangkat lunak, dan bahan pembelajaran.

Kawasan pengembangan ini meliputi: (a) teknologi cetak; (b) teknologi audio-visual;

(c) teknologi berbasis komputer; dan (d) multimedia (Seels & Richey, 2000:39).

a) Teknologi Cetak.

Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan, seperti :

buku-buku, bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui pencetakan mekanis atau

photografis (Seels & Richey, 2000:40). Teknologi ini menjadi dasar untuk pengembangan

dan pemanfaatan dari kebanyakan bahan pembelajaran lain. Hasil teknologi ini berupa

cetakan. Teks dalam penampilan komputer adalah suatu contoh penggunaan teknologi

komputer untuk produksi. Apabila teks tersebut dicetak dalam bentuk ―cetakan‖ guna

keperluan pembelajaran merupakan contoh penyampaian dalam bentuk teknologi cetak.

Dua komponen teknologi ini adalah bahan teks verbal dan visual. Pengembangan

kedua jenis bahan pembelajaran tersebut sangat tlergantung pada teori persepsi visual, teori

membaca, pengolahan informasi oleh manusia dan teori belajar. Secara khusus, teknologi

cetak/visual mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1) Teks dibaca secara linier, sedangkan visual direkam menurut ruang

2) Keduanya biasanya memberikan komunikasi satu arah yang pasif.

3) Keduanya berbentuk visual yang statis

4) Pengembangannya sangat bergantung kepada prinsip-prinsip linguistik dan persepsi

visual.

5) Keduanya berpusat pada pembelajar

6) Informasi dapat diorganisasikan dan distrukturkan kembali oleh pemakai.

b) Teknologi Audio-Visual

Teknologi audio-visual; merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan

dengan menggunakan peralatan dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio dan

visual (Seels & Richey, 2000:41). Pembelajaran audio-visual dapat dikenal dengan mudah

karena menggunakan perangkat keras di dalam proses pengajaran. Peralatan audio-visual

memungkinkan pemroyeksian gambar hidup, pemutaran kembali suara, dan penayangan

visual yang beukuran besar. Pembelajaran audio-visual didefinisikan sebagai produksi dan

Page 34: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

pemanfaatan bahan belajar yang berkaitan dengan pembelajaran melalui penglihatan dan

pendengaran yang secara eksklusif tidak selalu harus tergantung kepada pemahaman kata-

kata dan simbol-simbol sejenis.

Secara khusus, teknologi audio-visual cenderung mempunyai karakteristik sebagai

berikut :

1) Bersifat linier

2) Menampilkan visual yang dinamis

3) Secara khas digunakan menurut cara yang sebelumnya telah ditentukan oleh

desainer/pengembang.

4) Cenderung merupakan bentuk representasi fisik dari gagasan yang riil dan abstrak.

5) Dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip psikologi tingkah laku dan kognitif.

6) Sering berpusat pada guru, kurang memperhatikan interaktivitas belajar si pembelajar.

c) Teknologi Berbasis Komputer

Teknologi Berbasis Komputer; merupakan cara-cara memproduksi dan

menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada mikroprosesor

(Seels & Richey, 2000:42). Pada dasarnya, teknologi berbasis komputer menampilkan

informasi kepada peserta didik melalui tayangan di layar monitor. Berbagai aplikasi

komputer untuk pembelajaran biasanya disebut ―computer-based intruction (CBI)‖,

―computer assisted instruction (CAI”), atau ―computer-managed instruction (CMI)”.

Aplikasi-aplikasi ini hampir seluruhnya dikembangkan berdasarkan teori perilaku dan

pembelajaran terprogram, akan tetapi sekarang lebih banyak berlandaskan pada teori kognitif.

Aplikasi-aplikasi tersebut dapat bersifat: (1) tutorial, pembelajaran utama diberikan, (2)

latihan dan pengulangan untuk membantu peserta didik mengembangkan kefasihan dalam

bahan belajar yang telah dipelajari sebelumnya, (3) permainan dan simulasi untuk memberi

kesempatan menggunakan pengetahuan yang baru dipelajari; dan (5) dan sumber data yang

memungkinkan peserta didik untuk mengakses sendiri susunan data melalui tata cara

pengakasesan (protocol) data yang ditentukan secara eksternal.

Teknologi komputer, baik yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak

biasanya memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Dapat digunakan secara secara acak, disamping secara linier

2) Dapat digunakan sesuai dengan keinginan peserta didik, disamping menurut cara

seperti yang dirancang oleh pengembangnya.

Page 35: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

3) Gagasan-gagasan biasanya diungkapkan secara abstrak dengan menggunakan kata,

simbol maupun grafis.

4) Prinsip-prinsip ilmu kognitif diterapkan selama pengembangan

5) Belajar dapat berpusat pada peserta didik dengan tingkat interaktivitas tinggi.

d) Multimedia

Multimedia atau teknologi terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan

menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan

komputer (Seels & Richey, 2000:43). Keistimewaan yang ditampilkan oleh teknologi

multimedia ini, khususnya dengan menggunakan komputer dengan spesifikasi tinggi, yakni

adanya interaktivitas pembelajar yang tinggi dengan berbagai macam sumber belajar.

Pembelajaran dengan multimedia atau teknologi terpadu ini mempunyai karakteristik

sebagai berikut :

1) Dapat digunakan secara acak, disamping secara. linier

2) Dapat digunakan sesuai dengan keinginan peserta didik, disamping menurut cara seperti

yang dirancang oleh pengembangnya.

3) Gagasan-gagasan sering disajikan secara realistik dalam konteks pengalaman peserta

didik, relevan dengan kondisi peserta didik, dan di bawah kendali peserta didik.

4) Prinsip-prinsip ilmu kognitif dan konstruktivisme diterapkan dalam pengembangan dan

pemanfaatan bahan pembelajaran

5) Belajar dipusatkan dan diorganisasikan menurut pengetahuan kognitif sehingga

pengetahuan terbentuk pada saat digunakan.

6) Bahan belajar menunjukkan interaktivitas peserta didik yang tinggi

7) Sifat bahan yang mengintegrasikan kata-kata dan contoh dari banyak sumber media.

3. Kawasan Pemanfaatan

Domain ketiga dalam teknologi pembelajaran ialah kawasan pemanfaatan.

Pemanfaatan adalah tindakan menggunakan metode dan model instruksional, bahan dan

peralatan media untuk meningkatkan suasana pembelajaran.

Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar (Seels &

Richey, 2000:50). Fungsi pemanfaatan sangat penting karena membicarakan kaitan antara

peserta didik dengan bahan belajar atau sistem pembelajaran. Mereka yang terlibat dalam

pemanfaatan mempunyai tanggung jawab untuk mencocokkan peserta didik dengan bahan

Page 36: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

belajar dan aktivitas yang spesifik, menyiapkan peserta didik agar dapat berinteraksi dengan

bahan belajar dan aktivitas yang dipilih, memberikan bimbingan selama kegiatan,

memberikan penilaian atas hasil yang dicapai peserta didik, serta memasukannya ke dalam

prosedur oragnisasi yang berkelanjutan.

Kawasan pemanfaatan mungkin merupakan kawasan teknologi pembelajaran yang

tertua, mendahului kawasan desain dan produksi media pembelajaran yang sistematis.

Kawasan ini berasal dari gerakan pendidikan visual pada dekade pertama abad ke 20, dengan

didirikannya museum-museum. Pada tahun-tahun awal abad ke-20, guru mulai berupaya

untuk menggunakan film teatrikal dan film singkat mengenai pokok-pokok pembelajaran di

kelas.

Di antara penelitian formal yang paling tua mengenai aplikasi media dalam

pendidikan ialah studi yang dilakukan oleh Lashley dan Watson mengenai penggunaan film-

film pelatihan militer Perang Dunia I (tentang pencegahan penyakit kelamin). Setelah Perang

Dunia II, gerakan pembelajaran audio-visual mengorganisasikan dan mempromosikan

bahan-bahan belajar audio visual, sehingga menjadikan persediaan bahan pembelajaran

semakin berkembang dan mendorong cara-cara baru membantu guru. Selama tahun 1960-an

banyak sekolah dan perguruan tinggi mulai banyak mendirikan pusat-pusat media

pembelajaran.

Karya Dale pada 1946 yang berjudul Audiovisual Materials in Teaching, yang di

dalamnya mencoba memberikan rasional umum tentang pemilihan bahan belajar dan aktivitas

belajar yang tepat. Heinich, Molenda dan Russel dalam buku Instructional Materials and

New Technologies of Instruction (1986) mengemukakan model ASSURE, sebagai acuan

prosedur untuk merancang pemilihan dan pemanfaatan media pembelajaran. Langkah-

langkah ASSURE meliputi: (a) Analyze leraner (menganalisis peserta didik); (b) State

objective (merumuskan tujuan);(c) Select media and materials (memilih media dan bahan);

(d) Utilize media and materials (menggunakan media dan bahan), (e) Require learner

participation (melibatkan peserta didik) ; dan (f) Evaluate and revise (penilaian dan revisi).

a) Pemanfaatan Media.

Pemanfaatan media yaitu penggunaan yang sistematis dari sumber belajar. Proses

pemanfaatan media merupakan proses pengambilan keputusan berdasarkan pada spesifikasi

desain pembelajaran. Misalnya bagaimana suatu film diperkenalkan atau ditindaklanjuti dan

dipolakan sesuai dengan bentuk belajar yang diinginkan. Prinsip-prinsip pemanfaatan media

Page 37: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

juga dikaitkan dengan karakteristik peserta didik. Seseorang yang belajar mungkin

memerlukan bantuan keterampilan visual atau verbal agar dapat menarik keuntungan dari

praktek atau sumber belajar.

b) Difusi Inovasi

Difusi Inovasi adalah proses berkomunikasi malalui strategi yang terencana dengan

tujuan untuk diadopsi. Tujuan akhir yang ingin dicapai ialah untuk terjadinya perubahan.

Selama bertahun-tahun, kawasan pemanfaatan dipusatkan pada aktivitas guru dan ahli media

yang membantu guru. Model dan teori pemanfaatan dalam kawasan pemanfaatan cenderung

terpusat pada perpektif pengguna. Akan tetapi, dengan diperkenalkannya konsep difusi

inovasi pada akhir tahun 1960-an yang mengacu pada proses komunikasi dan melibatkan

pengguna dalam mempermudah proses adopsi gagasan, perhatian kemudian berpaling ke

perspektif penyelenggara.

Rogers (1983) melakukan studi tentang difusi inovasi, yang mencakup berbagai

disiplin ilmu. Hasil studinya telah memperkuat pandangan tentang pentahapan, proses, serta

variabel yang dapat mempengaruhi difusi. Dari hasil studi ini dapat disimpulkan bahwa

pemanfaatan bergantung pada upaya membangkitkan kesadaran, keinginan mencoba dan

mengadopsi inovasi. Dalam hal ini, penting dilakukan proses desiminasi, yaitu yang sengaja

dan sistematis untuk membuat orang lain sadar adanya suatu perkembangan dengan cara

menyebarkan informasi. Desiminasi ini merupakan tujuan awal dari difusi inovasi. Langkah-

langkah difusi menurut Rogers (1983) adalah : (1) pengetahuan; (2) persuasi atau bujukan;

(3) keputusan; (4) implementasi; (5) dan konfirmasi.

c) Implementasi dan Institusionalisasi

Implementasi dan Institusionalisasi; yaitu penggunaan bahan dan strategi

pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya (bukan tersimulasikan). Sedangkan

institusionalisasi penggunaan yang rutin dan pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam

suatu struktur atau budaya organisasi. Begitu produk inovasi telah diadopsi, proses

implementasi dan pemanfaatan dimulai. Untuk menilai pemanfaatan harus ada implementasi.

Bidang implementasi dan institusionalisasi (pelembagaan) yang didasarkan pada penelitian,

belum berkembang sebaik-bidang-bidang yang lain. Tujuan dari implementasi dan

institusionalisasi adalah menjamin penggunaan yang benar oleh individu dalam organisasi.

Sedangkan tujuan dari institusionalisasi adalah untuk mengintegrasikan inovasi dalam

Page 38: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

struktur kehidupan organisasi. Keduanya tergantung pada perubahan individu maupun

organisasi.

d) Kebijakan dan Regulasi

Kebijakan dan Regulasi; adalah aturan dan tindakan yang mempengaruhi difusi dan

pemanfaatan teknologi pembelajaran. Kebijakan dan peraturan pemerintah mempengaruhi

pemanfaatan teknologi. Kebijakan dan regulasi biasanya dihambat oleh permasalahan etika

dan ekonomi. Misalnya, hukum hak cipta yang dikenakan pada pengguna teknologi, baik

untuk teknologi cetak, teknologi audio-visual, teknologi berbasis komputer, maupun

terknologi terpadu.

4. Kawasan Pengelolaan

Pengelolaan meliputi pengendalian teknologi pembelajaran melalui: perencanaan,

pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervisi. Kawasan pengelolaan bermula dari

administrasi pusat media, program media dan pelayanan media. Pembauran perpustakaan

dengan program media membuahkan pusat dan ahli media sekolah. Program-program media

sekolah ini menggabungkan bahan cetak dan non cetak sehingga timbul peningkatan

penggunaan sumber-sumber teknologikal dalam kurikulum.

Dengan semakin rumitnya praktek pengelolaan dalam bidang teknologi pembelajaran

ini, teori pengelolaan umum mulai diterapkan dan diadaptasi. Teori pengelolaan proyek mulai

digunakan, khususnya dalam proyek desain pembelajaran. Teknik atau cara pengelolaan

proyek-proyek terus dikembangkan, dengan meminjam dari bidang lain. Tiap perkembangan

baru memerlukan cara pengelolaan baru pula.

Keberhasilan sistem pembelajaran jarak jauh bergantung pada pengelolaannya, karena

lokasi yang menyebar. Dengan lahirnya teknologi baru, dimungkinkan tersedianya cara baru

untuk mendapatkan informasi. Akibatnya pengetahuan tentang pengelolaan informasi

menjadi sangat potensial. Dasar teoritis pengelolaan informasi bersal dari disiplin ilmu

informasi. Pengelolaan informasi membuka banyak kemungkinan untuk desain pembelajaran,

khususnya dalam pengembangan dan implementasi kurikulum dan pembelajaran yang

dirancang sendiri.

Page 39: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

a) Pengelolaan Proyek

Pengelolaan Proyek; meliputi : perencanaan, monitoring, dan pengendalian proyek

desain dan pengembangan. Pengelolaan proyek berbeda dengan pengelolaan tradisional (line

and staff management) karena : (a) staf proyek mungkin baru, yaitu anggota tim untuk jangka

pendek; (b) pengelola proyek biasanya tidak memiliki wewenang jangka panjang atas orang

karena sifat tugas mereka yang sementara, dan (c) pengelola proyek memiliki kendali dan

fleksibilitas yang lebis luas dari yang biasa terdapat pada organisasi garis dan staf.

Para pengelola proyek bertanggung jawab atas perencanaan, penjadwalan, dan

pengendalian fungsi desain pembelajaran atau jenis-jenis proyek yang lain. Peran pengelola

proyek biasanya berhubungan dengan cara mengatasi ancaman proyek dan memberi saran

perubahan internal.

b) Pengelolaan Sumber

Pengelolaan Sumber; mencakup perencanaan, pemantauan dan pengendalian sistem

pendukung dan pelayanan sumber. Pengelolaan sumber memliki arti penting karena mengatur

pengendalian akses. Pengertian sumber dapat mencakup, personil keuangan, bahan baku,

waktu, fasilitas dan sumber pembelajaran. Sumber pembelajaran mencakup semua teknologi

yang telah dijelaskan pada kawasan pengembangan. Efektivitas biaya dan justifikasi belajar

yang efektif merupakan dua karakteristik penting dari pengelolaan sumber.

c) Pengelolaan sistem penyampaian.

Pengelolaan sistem penyampaian meliputi perencanaan, pemantauan pengendalian

―cara bagaimana distribusi bahan pembelajaran diorganisasikan‖ Hal tersebut merupakan

suatu gabungan antara medium dan cara penggunaan yang dipakai dalam menyajikan

informasi pembelajaran kepada pembelajar.

Pengelolaan sistem penyampaian memberikan perhatian pada permasalahan produk

seperti persyaratan perangkat keras/lunak dan dukungan teknis terhadap pengguna maupun

operator. Pengelolaan ini juga memperhatikan permasalaan proses seperti pedoman bagi

desainer dan instruktur dan pelatih. Keputusan pengelolaan penyampaian sering bergantung

pada sistem pengelolaan sumber.

d) Pengelolaan informasi

Page 40: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

Pengelolaan informasi meliputi perencanaan, pemantauan, dan pengendalian cara

penyimpanan, pengiriman/pemindahan atau pemrosesan informasi dalam rangka tersedianya

sumber untuk kegiatan belajar. Pentingnya pengelolaan informasi terletak pada potensinya

untuk mengadakan revolusi kurikulum dan aplikasi desain pembelajaran.

5. Kawasan Penilaian

Penilaian merupakan proses penentuan memadai tidaknya pembelajaran dan relajar

yang mencakup: (a) analisis masalah; (b) pengukuran acuan patokan; (c) penilaian formatif;

dan (d) penilaian sumatif.

Dalam kawasan penilaian dibedakan pengertian antara penilaian program, proyek, dan

produk. Penilaian program merupakan evaluasi yang menaksir kegiatan pendidikan yang

memberikan pelayanan secara berkesinambungan dan sering terlibat dalam penyusunan

kurikulum. Sebagai contoh misalnya penilaian untuk program membaca dalam suatu wilayah

persekolahan, program pendidikan khusus dari pemerintah daerah, atau suatu program

pendidikan berkelanjutan dari suatu universitas.

Penilaian proyek – evaluasi untuk menaksir kegiatan yang dibiayai secara khusus

guna melakukan suatu tugas tertentu dalam suatu kurun waktu. Contoh, suatu lokakarya 3

hari mengenai tujuan perilaku. Kunci perbedaan antara program dan proyek ialah bahwa

program diharapkan berlangsung dalam yang tidak terbatas, sedangkan proyek biasanya

diharapkan berjangka pendek. Proyek yang dilembagakan dalam kenyataannya menjadi

program.

Penilaian bahan (produk pembelajaran) merupakan evaluasi yang menaksir kebaikan

atau manfaat isi yang menyangkut benda-benda fisik, termasuk buku, pedoman kurikulum,

film, pita rekaman, dan produk pembelajaran lainnya.

a) Analisis Masalah

Analisis masalah mencakup cara penentuan sifat dan parameter masalah dengan

menggunakan strategi pengumpulan informasi dan pengambilan keputusan. Telah lama para

evaluator yang piawai berargumentasi bahwa penilaian yang seksama mulai saat program

tersebut dirumuskan dan direncanakan. Bagaimanapun baiknya anjuran orang, program yang

Page 41: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

diarahkan pada tujuan yang tidak/kurang dapat diterima akan dinilai gagal memenuhi

kebutuhan.

Jadi, kegiatan penilaian ini meliputi identifikasi kebutuhan, penentuan sejauh mana

masalahnya dapat diklasifikasikan sebagai pembelajaran, identifikasi hambatan, sumber dan

karakteristik pembelajar, serta penentuan tujuan dan prioritas (Seels and Glasgow, 1990).

Kebutuhan telah dirumuskan sebagai ―jurang antara ―apa yang ada‖dan ―apa yang seharusnya

ada‖ dalam pengertian hasil (Kaufman,1972). Analisis kebutuhan diadakan untuk

kepentingan perencanaan program yang lebih memadai.

b) Pengukuran Acuan Patokan

Pengukuran acuan patokan meliputi teknik-teknik untuk menentukan kemampuan

pembelajaran menguasai materi yang telah ditentukan sebelumnya. Penilaian acuan patokan

memberikan informasi tentang penguasaan seseorang mengenai pengetahuan, sikap, atau

keterampilan yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Keberhasilan dalam tes acuan

patokan berarti dapat melaksanakan ketentuan tertentu, biasanya ditentukan dan mereka yang

dapat mencapai atau melampaui skor minimal tersebut dinyatakan lulus.Pengukuran acuan

patokan memberitahukan pada para siswa seberapa jauh mereka dapat mencapai standar yang

ditentukan.

c) Penilaian Formatif dan Sumatif

Penilaian Formatif dan Sumatif; berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang

kecukupan dan penggunaan informasi ini sebagai dasar pengembangan selanjutnya. Dengan

penilaian sumatif berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan untuk

pengambilan keputusan dalam hal pemanfaatan. Penilaian formatif dilaksanakan pada waktu

pengembangan atau perbaikan program atau produk (atau orang dsb). Penilaian ini

dilaksanakan untuk keperluan staf dalam lembaga program dan biasanya tetap bersifat intern;

akan tetapi penilaian ini dapat dilaksanakan oleh evaluator dalam atau luar atau (lebih baik

lagi) kombinasi. Perbedaan antara formatif dan sumatif telah dirangkum dengan baik dalam

sebuah kiasan dari Bob Stake ― Apabila juru masak mencicipi sup, hal tersebut formatif,

apabila para tamu mencicipi sup tersebut, hal tersebut sumatif. Penilaian sumatif

dilaksanakan setelah selesai dan bagi kepentingan pihak luar atau para pengambil keputusan,

sebagai contoh : lembaga penyandang dana, atau calon pengguna, walaupun hal tersebut

dapat dilaksanakan baik oleh evaluator dalam atau dalam untuk gabungan. Untuk alasan

Page 42: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

kredibiltas, lebih baik evaluator luar dilibatkan daripada sekedar merupakan penilaian

formatif. Hendaknya jangan dikacaukan dengan penilaian hasil (outcome) yang sekedar

menilai hasil, biukannya prose — hal tersebut dapat berupa baik formatif maupun sumatif.

Metoda yang digunakan dalam penilaian formatif berbeda dengan penilaian sumatif.

Penilaian formatif mengandalkan pada kajian teknis dan tutorial, uji coba dalam kelompok

kecil atau kelompok besar. Metoda pengumpulan data sering bersifat informal, seperti

observasi, wawancara, dan tes ringkas. Sebaliknya, penilaian sumatif memerlukan prosedur

dan metoda pengumpulan data yang lebih formal. Penilaian sumatif sering menggunakan

studi kelompok komparatif dalam desain kuasi eksperimental.

Page 43: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari materi yang telah di sampaikan di atas semoga bias memberikan kita Pelajaran

yang lebih banyak lagi tentang perkembangan teknologi pendidikan. Dari beberapa sejarah

perkembangan teknologi pendidikan di atas jelaslah bahwa teknologi Pendidikan, sebagai

satu bidang keilmuan, memang tumbuh dari praktek pendidikan dan gerakan komunikasi

audio visual. Terutama pasca Perang Dunia II, teknologi Pembelajaran semula dilihat sebagai

teknologi yang berkaitan dengan penggunaan peralatan, media dan sarana untuk mencapai

tujuan pendidikan. Jadi istilah itu sinonim dengan konsep ‗mengajar berbantuan peralatan

audio-visual‘.

Dari banyak pelajaran yang dapat kita pelajari dengan meninjau sejarah Teknologi

pembelajaran, mungkin salah satu yang paling penting melibatkan perbandingan antara efek

diantisipasi dan aktual media pada praktek instruksional. Sebagai mana Kuba (1986) telah

menunjukkan, saat kita meninjau-melihat kembali selama abad terakhir dari sejarah media,

Anda mungkin perlu diperhatikan pola berulang dari harapan dan hasil. Sebagai media baru

memasuki adegan pendidikan, ada banyak minat awal dan antusiasme banyak tentang efek

kemungkinan untuk memiliki pada praktek instruksional.

Namun, antusiasme dan ketertarikan akhirnya memudar, dan pemeriksaan

mengungkapkan bahwa media memiliki dampak minimal terhadap praktek tersebut.

Misalnya, prediksi optimis Edison bahwa film akan merevolusi pendidikan terbukti tidak

benar, dan antusiasme untuk televisi instruksional yang ada selama tahun 1950 sangat

berkurang pada pertengahan tahun 1960-an, dengan dampak kecil pada instruksi di sekolah.

Kedua contoh melibatkan penggunaan media di sekolah-sekolah, pengaturan di mana

penggunaan media pembelajaran telah paling erat diperiksa. Namun, data mengenai

penggunaan media pembelajaran dalam bisnis dan industri mendukung kesimpulan serupa,

yaitu, bahwa meskipun antusiasme tentang penggunaan media pembelajaran dalam bisnis dan

industri, sampai saat ini media yang memiliki dampak minimal terhadap praktik

pembelajaran dalam lingkungan tersebut.

Berdasarkan alasan tersebut untuk meningkatnya penggunaan media baru, adalah

wajar untuk memperkirakan bahwa selama dekade berikutnya, komputer, internet, dan media

digital lainnya akan membawa perubahan besar dalam praktek instruksional dari media yang

mendahului mereka. Namun, mengingat sejarah media dan dampaknya pada praktik

pembelajaran, adalah juga wajar untuk mengharapkan bahwa perubahan tersebut, baik di

sekolah dan pengaturan instruksional lainnya, cenderung terjadi lebih lambat dan kurang luas

daripada media yang paling penggemar saat ini memprediksi.

B. Saran

Harapannya bahwa kajian ini menjadi pemicu untuk mengkaji lebih lanjut baik dari segi

konsep maupun praktek sehingga benar-benar bermanfaat untuk memfasilitasi pemecahan

masalah belajar yang dialami setiap individu. Diyakini bahwa perkembangan ilmu dan

teknologi serta tuntutan masyarakat mendorong untuk dikembangkannya berbagai model

pendidikan dan pembelajaran yang lebih sesuai dengan harapan. Mudah-mudahan

bermanfaat. Amien.

Page 44: Perkembangan tp

Created By : ROMI DWI SYAHRI (Jurusan KTP UNP ) http://romidwisyahri95.blogspot.com

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Salma Prawiradilaga dan Evaline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta:

Universitas Negeri Jakarta, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas,

Fakultas Ilmu Pendidikan.

Fred Percival dan Henry Ellington, 1998, Teknologi Pendidikan, Jakarta: Erlangga

http://www.oocities.org/teknologipembelajaran/definisi_teknologi_pembelajaran.html

http://tepenr06.wordpress.com/2011/09/27/sejarah-perkembangan-teknologi pembelajaran/

http://www.infodiknas.com/115perkembangan-definisi-dan-kawasan-teknologi-

pembelajaran-serta-perannya-dalam-pemecahan-masalah-pembelajaran/

Nanna Sudjana dan Ahmad Rivai.2007. Teknologi Pengajaran, Bandung: Sinar Baru Algensind