PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS

28
PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS

description

PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS

PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS

PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS

Perkembangan manusia merupakan interaksi yang berkesinambungan antara hereditas dan lingkungan. Penentu genetik mengungkapkan diri melalui proses maturasi/pematangan: secara alamiah menentukan urutan perkembangan atau perubahan badaniah yang secara relatif tergantung pada lingkungan. Perkembangan motorik misalnya, sebagian besar merupakan suatu proses maturasi karena semua anak menguasai kemampuan seperti merangkak, berdiri, dan berjalan dengan urutan yang sama dan secara umum pada usia yang sama.

Perkembangan berlangsung dalam urutan yang teratur mulai dari perilaku sederhana sampai perilaku yang lebih beraneka ragam dan rumit. Tetapi terdapat pertanyaan yang tidak terjawab, yaitu apakah perkembangan sebaiknya dipandang sebagai suatu proses berkesinambungan dalam memperoleh perilaku baru melalui pengalaman atau sebagai serangkaian tahapan yang berurutan yang secara kualitatif berbeda satu sama lainnya.

Meskipun perkembangan kemampuan fisik sebagian besar tergantung pada maturasi, lingkungan yang terbatas dapat memperlambat perkembangan motorik, dan stimulasi yang meningkat dapat mempercepat perkembangan tersebut.

sambungan Meskipun deprivasi awal atau

stimulasi nampaknya tidak mempunyai pengaruh untuk selamanya pada keterampilan motorik, perkembangan pada segi-segi lain, seperti bahasa, inteligensi, kepribadian, mungkin untuk selamanya dipengaruhi oleh pengalaman awal.

Fase-fase Perkembangan Kognitif Menurut Piaget

Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif, artinya perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Dengan demikian, apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka perkembangan selanjutnya akan memperoleh hambatan.

Fase-fase Perkembangan Kognitif Menurut Piaget

Piaget membagi perkembangan kognitif kedalam empat fase yaitu sensorimotor, fase praoperasional, fase operasi konkret, dan fase operasi formal (Piaget, 1972: 49-91).

1. Fase Sensorimotor (usia 0 - 2 tahun)

Pada masa dua tahun kehidupannya, anak berinteraksi dengan dunia di sekitarnya, terutama melalui aktivitas sensoris (melihat, meraba, merasa, mencium, dan mendengar) dan persepsinya terhadap gerakan fisik, dan aktivitas yang berkaitan dengan sensoris tersebut. Koordinasi aktivitas ini disebut dengan istilah sensorimotor.

Fase sensorimotor dimulai dengan gerakan-gerakan refleks yang dimiliki anak sejak ia dilahirkan. Fase ini berakhir pada usia 2 tahun. Pada masa ini, anak mulai membangun pemahamannya tentang lingkungannya melalui kegiatan sensonimotor seperti menggenggam, menghisap, melihat, melempar, dan secara perlahan la mulai menyadari bahwa suatu benda tidak menyatu dengan lingkungannya, atau dapat dipisahkan dari lingkungan di mana benda itu berada. Selanjutnya, ia mulai belajar bahwa benda-benda itu memiliki sifat-sifat khusus

Keadaan ini mengandung arti, bahwa anak telah mulai membangun pemahamannya terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan hubungan kausalitas, bentuk, dan ukuran, sebagai hasil pemahamannya terhadap aktivitas sensorimotor yang dilakukannya.

Pada akhir usia 2 tahun, anak sudah menguasai pola-pola sensorimotor yang berisi kompleks, seperti bagaimana cara mendapatkan benda yang diinginkannya (menarik, menggenggam atau meminta), menggunakan satu benda dengan tujuan yang berbeda. Dengan benda yang ada di tangannya, la melakukan apa yang diinginkannya. Kemampuan ini merupakan awal kemampuan berpikir secara simbolis, yaitu kemampuan untuk memikirkan suatu suatu objek tanpa kehadiran objek tersebut secara empiris.

2. Fase Praoperasional (usia 2 – 7 tahun)

Pada fase Praoperasional, anak mulai menyadari bahwa pemahamannya tentang benda-benda di sekitamya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Kegiatan simbolis ini dapat terbentuk melalui kegiatan yang bersifat simbolik . kegiatan simbolik ini dapat berbentuk melakukan percakapan melalui telepon mainan atau berpura-pura menjadi bapak atau ibu, dan kegiatan simbolis lainnya. Fase ini memberikan andil besar bagi perkembangan kognitif anak. Pada fase praoperasional, anak tidak berpikir secara operasional, yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu aktifitas yang memungkinkan anak mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya.

Fase ini merupakan masa permulaan bagi anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil ini tidak terorganisasi secara baik. Fase praoperasional dapat bagi dalam tiga subfase, yaitu subfase fungsi simbolis, berpikir secara egosentris, dan subfase berpikir secara intuitif.

subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 2 - 4 tahun. Pada masa ini, anak telah memiliki kemampuan untuk mengambarkan suatu objek yang secara fisik tidak hadir. kemampuan ini membuat anak dapat menggunakan balok-balok kecil ,untuk membagun rumah-rumahan, menyusun puzzle, dan , kegiatan lainya. Pada masa ini, anak sudah dapat menggambar manusia secara sederhana.

subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2 - 4 tahun. Berpikir secara egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspekfif atau cara berpikir orang lain. Benar atau tidak benar, bagi anak pada fase ini, tentukan oleh cara pandangnya sendiri yang disebut dengan istilah egosentris.

Subfase berpikir secara intuitif terjadi pada usia 4 - 7 tahun Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena pada saat ini anak kelihatannya mengerti dan mengetahui sesuai seperti menyusun balok menjadi rumah-rumahan, akan tetap pada hakikatnya la tidak mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan balok itu dapat disusun menjadi rumah. Dengan kata lain, anak belum memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang apa yang ada di balik suatu kejadian

3. Fase Operasional konkret (Usia 7 - 12 th)

Pada fase operasi konkret, kemampuan anak untuk berpikir secara logis sudah berkembang, dengan syarat, objek yang menjadi sumber berpikir logis tersebut hadir secara konkret. kemampuan berpikir logis ini terwujud dalam kemampuan mengklasifikasikan objek sesuai dengan klasifikasinya, mengurutkan benda sesuai dengan tata urutnya, kemampuan untuk memahami cara pandang orang lain, dan kemampuan berpikir secara deduktif.

4. Fase Operasional Formal (12 tahun sampai usia dewasa)

Fase operasi formal ditandai oleh perpindahan dari cara berpikir konkret ke cara berpikir abstrak. Kemampuan berpikir abstrak dapat dilihat dari kemampuan mengemukakan ide-ide, memprediksikan kejadian yang akan terjadi, dan melakukan proses berpikir ilmiah, yaitu mengemukakan hipotesis dan menentukan cara untuk membuktikan kebenaran tersebut.

TAHAPAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

TAHAPAN KARAKTERISASI

1. Sensorimotor (0 – 2 tahun)

- Membedakan diri sendiri dengan setiap objek- Mengenal diri sendiri sebagai pelaku kegiatan dan mulai bertindak sesuai

tujuan tertentu; misalnya menarik seutas tali untuk menggerakkan sebuah mobil atau menggoncangkan mainan supaya berbunyi.

- Menguasai keadaan tetap dari objek (objek permanen); menyadari bahwa benda tetap ada meskipun tidak lagi terjangkau oleh indra.

2. Praoperasional (2 – 7 tahun)

- Belajar menggunakan bahasa dan menggambarkan objek dengan imajinasi dan kata-kata.

- Berpikir masih bersifat egosentris; mempunyai kesulitan menerima pandangan orang lain.

- Mengklasifikasikan objek menurut tanda, misalnya mengelompokkan semua balok merah tanpa memperhatikan bentuknya atau semua balok persegi tanpa memperhatikan warnanya.

3. Operasinal Konkret

(7 – 12 tahun)

- Mampu berpikir logis mengenai objek dan kejadian.- Mengusai konservasi jumlah (usia 7 tahun), jumlah tak terbatas (usia 7 tahun),

dan berat (usia 9 tahun)- Mengklasifikasikan objek menurut beberapa tanda dan mampu menyusunnya

dalam suatu seri berdasarkan satu dimensi, seperti ukuran.

4. Operasional Formal

(12 thn keatas)

- Mampu berpikir logis mengenai soal abstrak serta menguji hipotesis secara sistematis.

- Menaruh perhatian terhadap masalah hipotesis, masa depan, dan masalah ideologis.

Ikatan sosial awal membentuk dasar untuk hubungan akrab antara manusia pada masa dewasa. Sikap keibuan yang tidak sensitif atau perpisahan yang berulang-ulang mungkin melemahkan kepercayaan anak dan membentuk keterikatan tidak aman. Anak-anak yang mempunyai keterikatan aman lebih baik dalam menangani pengalaman baru dan menghubungkannya dengan yang lainnya. Interaksi dengan saudara kandung dan teman sebaya penting bagi perkembangan moral.

Konsep mengenai benar dan salah bagi anak-anak berubah sejalan dengan matangnya mereka. Anak yang lebih muda cenderung mengevaluasi tindakan moral dalam pengertian mengharapkan penghargaan dan hukuman. Dengan bertambahnya umur, menghindari ketidaksetujuan dan menyesuaikan dengan norma-norma sosial menjadi penting. Pada tahapan paling tinggi mengenai berpikiran moral, setiap tindakan dinilai dalam pengertian prinsip etis seseorang. Perilaku moral tergantung pada sejumlah faktor disamping kemampuan berpikir mengenai masalah moral.

Tingkatan Tahapan Gambaran Perilaku

Tingkat I Moralitas Prakonvensional

Orientasi hukuman Mematuhi peraturan untuk menghindari hukuman

Orientasi ganjaran Memastikan akan mendapat ganjaran, mendapat balasan budi

Tingkat IIMoralitas Konvensional

Orientasi anak perempuan baik/anak laki-laki baik

Memastikan penghindaran rasa tidak setuju dari orang lain

Orientasi otoritas Memegang teguh undang-undang dan kaidah sosial untuk menghindari ketidaksetujuan dari pemegang otoritas serta perasaan bersalah tidak “melakukan tugas”

Tingkat IIIMoralitas Pascakonvensional

Orientasi kontrak sosial Tindakan yang dibimbing oleh asas-asas yang biasa disetujui sebagai hal yang penting bagi kesejahteraan umum; asas-asas yang dijunjung tinggi untuk mempertahankan penghargaan dari teman sebaya merupakan penghargaan diri.

Orientasi asas etis Tindakan yang dibimbing oleh asas-asas etis atas pilihan sendiri (yang biasanya menilai keadilan, harga diri, dan persamaan); asas-asas yang dijunjung tinggi untuk menghindari penyesalan diri.

TAHAPAN PERKEMBANGAN MORAL KOHLBERG

Meskipun tidak ada hubungan yang konsisten yang ditemukan antara teknik perawatan anak tertentu dengan ciri kepribadian di kemudian hari, kompetensi dan kepercayaan diri seorang anak paling baik dikembangkan oleh sebuah keluarga yang hangat dan mendidik dimana para orang tuanya memberikan ganjaran bagi perilaku yang bertanggung jawab tetapi juga mendorong tindakan mandiri dan pembuatan keputusan.

Anak-anak memperoleh sikap dan perilaku yang diharapkan masyarakat, yaitu pengendalian diri, kesadaran mengenai baik dan buruk, dan peranan seks yang sesuai, sebagian besar diperoleh melalui proses identifikasi.

Penggolongan tipe seks, kecenderungan memandang kegiatan tertentu yang sesuai bagi satu jenis saja, berkembang melalui pengaruh orang tua dan kebudayaan.

Anak-anak lebih condong mengidentifikasi dirinya dengan orang dewasa yang hangat, mendidik, dan kuat, serta yang mereka anggap mempunyai persamaan dalam beberapa hal dengan mereka.

Usia para remaja mencapai pubertas, atau maturitas seksual, sangat beraneka ragam, meskipun rata-rata anak perempuan matang dua tahun lebih awal daripada anak laki-laki.

Baik laki-laki maupun perempuan, yang terlambat kematangan seksnya, cenderung mempunyai konsep diri yang lebih buruk daripada mereka yang cepat matang.

Data survei menunjukkan bahwa para remaja masa kini mengalami hubungan seks pada usia lebih muda daripada orang tua mereka.

Dalam penelitian tersebut mengenai identitas pribadi, para remaja mencoba mensintesiskan nilai-nilai dan pandangan dari orang-orang yang penting bagi mereka (orang tua, guru, dan teman sebaya) ke dalam sebuah gambaran diri yang kohesif.

Jika nilai-nilai tersebut tidak konsisten, para remaja mungkin mengalami kebingungan peran; mencoba secara bergantian setiap peran sosial sebelum menemukan suatu kesadaran akan adanya suatu identitas individual.

TAHAPAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ERIKSON

TAHAPAN KRISIS PSIKOSOSIAL

HUBUNGAN SOSIAL YANG PENTING

HASIL YANG MENGUNTUNGKAN

1. Tahun Pertama kehidupan

Percaya vs tidak percaya

Ibu atau pengganti ibu Kepercayaan dan optomisme

2. Tahun Kedua Otonomi vs keraguan

Orang tua Kesadaran akan pengendalian diri dan kepuasan akan hal yang berkecukupan

3. Tahun Ketiga sampai Kelima

Insiatif vs kesalahan

Keluarga dasar Tujuan dan arah, kemampuan berinisiatif keaktifan seseorang

4. Tahun Keenam sampai pubertas

Rajin vs rendah diri Lingkungan tetangga; sekolah

Kompetensi dalam kemampuan intelektual, sosial dan fisik.

5. Masa Remaja Identitas vs kebingungan

Kelompok sebaya dan kelompok luar; model kepemimpinan

Gambaran diri sendiri yang utuh sebagai seorang yang unik.

6. Masa Dewasa Awal

Keintiman vs isolasi Partner dalam hub seks;kompetisi, kerjasam

Kemampuan membentuk hubungan dekat dan bertahan;membuat komitmen karir.

7. Masa dewasa pertengahan

Generativity vs konsentrasi diri

Tugas yang berbagi dan berbagi tanggung jawab rumah tangga

Memikirkan soal keluarga, masyarakat, dan generasi mendatang.

8. Masa tua (usia lanjut)

Integritas vs keputusasaan

Kemanusiaan Kesadaran terpenuhinya kehidupan seseorang dari perasaan puas; siap menghadapi kenyataan