PERKEMBANGAN PERTANIAN INDONESIA DALAM MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

21
PERKEMBANGAN PERTANIAN INDONESIA DALAM MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) PAPER diajukan guna untuk melengkapi tugas Matakuliah Perencanaan Bisnis Agroindustri Perkebunan (PBAP) Disusun oleh: Kelompok 1 TEP-B 1. Ika Ila Nurhuddah (121710201010) 2. Nur Aini Hariyo W (121710201018) 3. M. Rizki Safrizal (121710201026) 4. Mastuki Andika M. (121710201038) 5. Bagaskara Citra L. (121710201054) 6. Indra Fajar Ramadhan (121710201064) 0

description

perkembangan pertanian di Indonesia dan MEA

Transcript of PERKEMBANGAN PERTANIAN INDONESIA DALAM MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

PERKEMBANGAN PERTANIAN INDONESIA DALAM MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

PAPERdiajukan guna untuk melengkapi tugas Matakuliah Perencanaan Bisnis Agroindustri Perkebunan (PBAP)

Disusun oleh:Kelompok 1TEP-B1. Ika Ila Nurhuddah (121710201010)2. Nur Aini Hariyo W(121710201018)3. M. Rizki Safrizal(121710201026)4. Mastuki Andika M.(121710201038)5. Bagaskara Citra L.(121710201054)6. Indra Fajar Ramadhan(121710201064)

JURUSAN TEKNIK PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANUNIVERSITAS JEMBER2015

BAB 1. PERKEMBANGAN PERTANIAN INDONESIA

1.1 Agroindustri Agroindustri berasal dari dua kata agricultural dan industry yang berarti suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanyaatau suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau input dalam usaha pertanian. Definisi agroindustri dapat dijabarkan sebagai kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang, dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut, dengan demikian agroindustri meliputi industri pengolahan hasil pertanian, industri yang memproduksi peralatan dan mesin pertanian, industri input pertanian (pupuk, pestisida, herbisida dan lain-lain) dan industri jasa sektor pertanian.Apabila dilihat dari sistem agribisnis, agroindustri merupakan bagian (subsistem) agribisnis yang memproses dan mentranformasikan bahan-bahan hasil pertanian (bahan makanan, kayu dan serat) menjadi barang-barang setengah jadi yang langsung dapat dikonsumsi dan barang atau bahan hasil produksi industri yang digunakan dalam proses produksi seperti traktor, pupuk, pestisida, mesin pertanian dan lain-lain. Dari batasan diatas, agroindustri merupakan sub sektor yang luas yang meliputi industri hulu sampai dengan industri hilir. Industri hulu adalah industri yang memproduksi alat-alat dan mesin pertanian serta industri sarana produksi yang digunakan dalam proses budidaya pertanian, sedangkan industri hilir merupakan industri yang mengolah hasil pertanian menjadi bahan baku atau barang yang siap dikonsumsi atau merupakan industri pasca panen dan pengolahan hasil pertanian (Udayana, 2011).

1.2 AgropolitanAgropolitan merupakan suatu model pembangunan yang mengandalkan disentralisasi, pembangunan infrastruktur setara kota di wilayah perdesaan sehingga mendorong kegiatan ekonomi. Agropolitan, diartikan sebagai upaya pengembangan kawasan pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis, yang diharapkan dapat melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Kawasan sentra produksi pangan (agropolitan) merupakan kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Program pengembangan kawasan sentra produksi pangan (agropolitan) adalah pembangunan ekonomi berbasis pertanian yang dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada, yang utuh dan menyeluruh, yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah. 1.2.1 Persyaratan Kawasan Sentra Produksi Pangan (Agropolitan) Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan sentra produksi pangan (agropolitan) harus dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk mengembangkan komoditi pertanian khususnya pangan, yang dapat dipasarkan atau telah mempunyai pasar (selanjutnya disebut komoditi unggulan). b. Memiliki prasarana dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis khususnya pangan, seperti misalnya: jalan, sarana irigasi/pengairan, sumber air baku, pasar, terminal, jaringan telekomunikasi, fasilitas perbankan, pusat informasi pengembangan agribisnis, sarana produksi pengolahan hasil pertanian, dan fasilitas umum serta fasilitas sosial lainnya.c. Memiliki sumberdaya manusia yang mau dan berpotensi untuk mengembangkan kawasan sentra produksi pangan (agropolitan) secara mandiri. d. Konservasi alam dan kelestarian lingkungan hidup bagi kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun ekosistem secara keseluruhan.1.2.2 Strategi Pengembangan Strategi pengembangan kawasan sentra produksi pangan (agropolitan) berorientasi pada kekuatan pasar (market driven), melalui pengembangan masyarakat yang tidak saja diarahkan pada upaya pengembangan usaha budidaya (on-farm) tetapi juga meliputi pengembangan agribisnis hulu (penyediaan sarana pertanian) dan agribisnis hilir (proses dan pemasaran) dan jasa-jasa pendukungnya. Pengembangan suatu kawasan sentra produksi pangan nasional dan daerah (agropolitan) harus mengikuti pengelolaan kawasan tersebut. Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran tata ruang kawasan sentra produksi pangan (agropolitan), arahan pengembangannya sebagai berikut: 1) Pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis setempat 2) Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan agribisnis dan industri pertanian secara lokal.3) Pembangunan prasarana dan infrastruktur fisik yang menunjang kegiatan di kawasan sentra produksi pangan (agropolitan). 4) Adanya keterpaduan rencana tata ruang kawasan sentra produksi pangan (agropolitan) dengan rencana tata ruang wilayah, khususnya aspek kawasan permukiman dan industri.

BAB 2. VISI PEMBANGUNAN PERTANIAN INDONESIA

Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah dengan letak wilayah strategis dan iklim tropis yang memungkinkan radiasi matahari diterima sepanjang tahun. Suhu di Indonesia sangat optimal dan baik bagi pertumbuhan tanaman. Namun faktanya kondisi pertanian Indonesia pada masa kini sangat terpuruk. Saat ini Indonesia menjadi negara perngimpor buah-buahan, ternak dan bahan pangan utama seperti beras, jagung, kedelai dan gula. Kondisi ini berbanding terbalik mengingat pada era tahun 1980-an Indonesia menjadi negara pengekspor utama beras di wilayah Asia. Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis tersebut ditunjukkan dengan kontribusi sektor pertanian terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional, penyedia lapangan kerja, penyedia bahan baku bagi industri, serta sumber pendapatan devisa dari ekspor.Sektor pertanian masih menjadi andalan sebagai sumber bahan pangan untuk kepentingan domestik. Hal ini terlihat ketika harga-harga bahan pangan mengalami kenaikan (Harianto, 2014).Neraca perdagangan produk sektor pertanian secara keseluruhan masih berada pada posisi surplus. Sumbangan surplus neraca perdagangan yang relatif besar berasal dari komoditas perkebunan. Produksi komoditas utama perkebunan diekspor ke negara-negara lain, kecuali gula yang masih diimpor. Sementara komoditas lainnya cenderung pada posisi defisit (Harianto, 2014).Pada saat ini Indonesia menjadi negara net importer untuk komoditas pangan utama. Laju pertumbuhan nilai impor pada periode 2004-2013 secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan nilai ekspornya. Komoditas pangan yang menyumbang impor terbesar adalah kedelai diikuti oleh jagung dan beras. Kinerja perdagangan sub sektor hortikultura tidak berbeda dengan sub sektor tanaman pangan, yaitu berada pada neraca defisit sepanjang periode 2004-2013 (Harianto, 2014).Permasalahan umum yang dihadapi dalam melaksanakan pembangunan pertanian adalah bagaimana meningkatkan produksi pertanian yang dapat memenuhi peningkatan permintaan penduduk Indonesia. Ada beberapa permasalahan yang terjadi yaitu sebagai berikut.1. Peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat, sehingga permintaan terhadap produk pertanian akan terus meningkat.2. Peningkatan produktivitas relatif lambat dan terbatasnya luas areal tanaman menyebabkan rendahnya peningkatan produksi pangan utama.3. Penyusutan lahan akibat konversi lahan, jaringan irigasi yang rusak, sulitnya memperluas areal tanam baru dan perubahan iklim. Hal ini meyebabkan terjadinya peningkatan produksi belum sesuai target.Rumusan visi pertanian 2030 yaitu mempertimbangkan peran statregis yang dimiliki oleh sektor pertanian, maka diajukan rumusan Visi Pertanian 2030 yaitu "Mewujudkan pertanian yang maju, lestari, berdaya saing internasional, dan berkontribusi penting bagi perekonomian bangsa dengan menjunjung tinggi nilai-nilai sosial dan budaya untuk menyejahterakan masyarakat Indonesia yang berperadaban."Indonesia adalah Negara yang besar, maka visi pembangunan (termasuk visi pembangunan pertanian) merupakan suatu kebutuhan mutlak. Visi berperan vital dalam membantu merumuskan tujuan utama pembangunan pertanian, sehingga visi tersebut berfungsi sebagai "guidance" yang akan memberikan panduan arah pembangunan. Di samping membantu dalam merumuskan pilihan strategi, visi juga memberikan "moral content" dan membantu dalam merumuskan "social responsibilities". Melalui perumusan dan penjabaran visi pertanian akan diperoleh "big picture" atau suatu "road map" yang menggambarkan peta jalan yang akan dilalui oleh bangsa, khususnya dalam pembangunan pertanian. Berikut faktor penopang pembangunan pertanian Indonesia.1. Peran pemerintahHasil reformasi menghasilkan pemerintahan yang transparan, akuntabel, efisien, responsif, antisipatif berperan aktif meningkatkan daya penetrasi dan kehandalan pelaku-pelaku ekonomi dalam semua skala kegiatan. Pemerintah hasil reformasi mendudukkan pertanian sebagai pengerak utama roda pembangunan nasional. Sinergi antar stakeholder dalam pembangunan pertanian memacu pembangunan sektor yang lain.2. Peran demokrasiDengan demokrasi akan semakin memperjuangkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang meliputi rajin, hemat, jujur, kerja keras, percaya masa depan, mencintai perdamaian dan menghindari persengketaan.3. Peran Perguruan TinggiPerguruan tinggi harus semakin bersinergi dengan pemerintah dan industri, selain menghasilkan sarjana dan ilmuwan juga menghasilkan teknologi terapan langsung yang mendukung pengembangan pertanian, ilmu-ilmu yang tetap mempertahankan motivasi, sinergi, bergotong-royong dan bekerja sama4. Peran kelompok pembaharuanKelompok pembaharu baik dari parpol, ormas, pemerintah, perguruan tinggi, industri atau institusi lain diharapkan semakin berperan mengawal nilai-nilai demokrasi dan tuntutan rakyat menuju bangsa yang berperadaban tinggi.5. Peran entrepreneur pertanianEntrepreneur pertanian (Agripreneurship) diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah produk pertanian melalui gagasan-gagasan yang inovatif dengan tujuan agar usaha pertanian berkekuatan sepadan dengan sektor industri dan jasa.Visi pertanian 2030 dimaksudkan untuk mengatasi segala permasalahan pertanian yang terjadi pada saat ini. Dengan visi mewujudkan pertanian yang maju, lestari, berdaya saing internasional, dan berkontribusi penting bagi perekonomian bangsa akan mampu menyejahterakan masyarakat Indonesia. Selain mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia diharapkan mampu mengekspor sebagian hasil pertanian untuk menambah devisa. Perbaikan kualitas sumberdaya manusia di pertanian dan pedesaan, melalui pendidikan dan kesehatan, menjadi suatu keharusan untuk meningkatkan daya saing petani Indonesia. Demikian juga, perbaikan akses keluarga tani terhadap sumber-sumber daya produktif menjadi keharusan untuk terus diperluas dan ditingkatkan oleh pemerintah.

BAB 3. PERTANIAN INDONESIA DALAM MEA (MASYARAKAT EKONOMI ASEAN)

3.1 Masyarakat Ekonomi ASEANPada tahun 2015 akan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya system perdagaangan bebas antara Negara-negara asean. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC). MEA terwujud dari keinginan negara-negara ASEAN untuk mewujudkan ASEAN menjadi kawasan perekonomian yang solid, dan diperhitungkan dalam percaturan perekonomian internasional. Tujuan yang ingin dicapai MEA adalah adanya aliran bebas barang, jasa dan tenaga kerja terlatih serta aliran investasi yang lebih bebas (Direktoral Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2014).MenurutDirektoratJenderalKerjaSamaPerdaganganInternasional (2011), menyatakanbahwaMasyarakatEkonomiASEANmemilikikarakteristikutama yaitu pasartunggaldanbasisproduksi, kawasan ekonomi yang bersumberdaya saing tinggi, kawasan pengembangan ekonomi yang merata dan kawasan yang secara penuh terintegrasi ke dalam perekonomian global.

3.2 Pertanian Indonesia dalam MEASalah satu jantung perekonomian Indonesia adalah pertanian. Peningkatan keunggulan komparatif di sektor prioritas integrasi, antara lain adalah pembangunan pertanian perlu terus dilakukan, mengingat bahwa luas daratan yang dimiliki Indonesia lebih besar dan tingkat konsumsi yang tinggi terhadap hasil pertanian. Tindakan pemerintah untuk menopang komitmen Indonesia dalam mewujudkan AEC 2015 melalui penerbitan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, dipandang hanya akan memberikan keuntungan bagi pihak-pihak tertentu, bukan petani Indonesia. Perpres tersebut mengatur mengenai:1. Investasi asing diperbolehkan hingga 49% untuk usaha budidaya tanaman pangan seluas lebih dari 25 hektar seperti padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar.2. Investasi asing diperbolehkan hingga 95% untuk usaha perkebunan dalam hal perbenihan bagi usaha seluas lebih dari 25 hektar yang berlaku bagi tanaman jarak, tebu, tembakau, bahan baku tekstil dan kapas, jambu mete, kelapa, kelapa sawit; teh, kopi, dan kakao; dan lada, cengkeh, minyak atsiri, tanaman obat, rempah-rempah, dan karet.3. Investasi asing diperbolehkan hingga 30% untuk usaha perbenihan dan budidaya horticultural seperti anggur, buah semusim, jeruk, apel, buah beri; sayuran daun, sayuran umbi, dan sayuran buah; tanaman hias dan jamur,Peningkatan daya saing sumberdaya manusia dalam menghadapi AEC dilakukan dengan peningkatan daya saing birokrasi, melalui peningkatan kemampuan dalam mempersiapkan, merumuskan dan menerapkan kebijakan publik sebagai daya saing negara, peningkatan daya saing pelaku usaha melalui peningkatan teknologi yang efisien, dan ramah lingkungan serta manajemen usaha tani yang baik. Dengan kata lain para pelaku usaha harus sudah siap menerapkanGood Agriculture Practice (GAP)sebagai jaminan bahwa produk pertanian yang dihasilkan melalui cara-cara yang aman, bermutu, berwawasan lingkungan serta memperhatikan kesehatan dan standar keamanan pangan untuk dikonsumsi. Inilah yang akan menjadikan daya saing produk pertanian Indonesia. Di sisi lain, Kementerian Pertanian secara kelembagaan dan sumberdaya manusia telah siap memberikan sertifikat GAP melalui OKKP-P dan OKKP-D, yang didukung oleh Fungsional Pengawas Mutu Hasil Pertanian (PMHP) sebagai Auditor atau Inspektor dan Laboratorium Penguji Mutu dan Keamanan Produk Pertanian. Dengan demikian, produk pertanian Indonesia tidak hanya menjadi tuan rumah di negara sendiri, tetapi juga akan mampu bersaing di pasar global atau di negara-negara ASEAN.

BAB 4. PERANAN PERTANIAN BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA

Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Sektor pertanian sebagai penggerak perekonomian memiliki beberapa peranan, yang juga tertuang dalam Repelita VI sebagai berikut:1. Mensejahterakan PetaniSektor pertanian merupakan sumber utama kehidupan dan pendapatan masyarakat petani. Mensejahterakan di sini mengandung arti luas sehingga menumbuhkembangkan partisipasi petani dan mampu meningkatkan keadaan sosial ekonomi petani melalui peningkatan akses terhadap teknologi, modal, dan pasar (Suhariyadi, 2013).2. Menyediakan PanganPeranan klasik dari sektor pertanian dalam perekonomian nasional adalah penyediaan bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang saat ini sudah berjumlah 220 juta jiwa. Dengan peranan pertanian sebagai penyedia bahan pangan yang relatf murah, telah memungkinkan biaya hidup di Indonesia tergolong rendah di dunia. Dan rendahnya biaya hidup di Indonesia menjadi salah satu daya saing nasional. Keberhasilan dalam penyediaan bahan pangan yang cukup dan stabil meimilki peran yang besar dalam penciptaaan ketahanan pangan nasional (food security) yang erat kaitannya dengan stabilitas sosial, ekonomi, dan politik (Suhariyadi, 2013).3. Menghasilkan DevisaSektor pertanian merupakan penghasil devisa yang penting bagi Indonesia. Salah satu subsektor andalannya adalah subsektor perkebunan, seperti ekspor komoditas karet, kopi, teh, kakao, dan minyak sawit. Lebih dari 50% total produksi komoditas-komoditas tersebut adalah untuk diekspor. Pada lima tahun terakhir, subsektor perkebunan secara konsisten menyumbang devisa dengan rata-rata nilai ekspor produk primernya (belum termasuk nilai ekspor produk olahan perkebunan) mencapai US$ 4 milyar per tahun. Sumbangan sector pertanian terhadap pembangunan dan devisa negara ditentukan oleh produktivitas dari sector ini. Karena sektor ini memilik sumbangan besar terhadap perekonomian nasional, maka rendahnya produktivitas pertanian akan berpengaruh terhadap produktivitas perekonomian secara keseluruhan. Sumbangan terbesar sektor pertanian selama PJP I (Pembangunan Jangka Panjang) adalah tercapainya swasembada pangan, khususnya beras dalam tahun. Pada masa tersebut Indonesia mampu mengekspor beras ke beberapa negara miskin sehingga dapat menambah devisa. Dampak swasembada tersebut adalah meningkatnya pendapatan masyarakat, kualitas gizi, serta penghematan devisa. Selain itu, swasembada pangan juga telah meningkatkan kestabilan ekonomi nasional (Suhariyadi, 2013).4. Menyediakan lapangan pekerjaanPeranan sektor pertanian pertama yang bisa mendukung perekonomian di Indonesia adalah mampu membuka lapangan pekerjaan. Subsektor perkebunan memberikan kontribusinya dalam pembangunan nasional. Kontribusi dalam penyediaan lapangan pekerjaannya pun mempunyai nilai tambah tersendiri, karena subsektor perkebunan menyediakan lapangan kerja di pedesaan dan daerah terpencil. Dengan demikian, selain menyediakan lapangan kerja subsektor perkebunan ikut mengurangi arus urbanisasi (Suhariyadi, 2013).5. Sektor Pertanian Mendukung sektor peternakanPeranan sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia adalah dapat mendukung sector perternakan misalnya penyediaan pasokan pupuk kandang yang bisa dimanfaatkan dari sector peternakan sehingga tidak ada sumber daya yang terbuang. Penggunaan pupuk kandang yang dibutuhkan oleh sector pertanian bisa membuka produksi pupuk kandang. Produksi pupuk kandang tersebut bias berimbas terhadap persediaan pupuk yang baik guna membantu peningkatan produksi pertanian. Oleh sebab itu peranan sector pertanian bisa memberikan masukan positif terhadap perekonomian Indonesia (Anonim, 2013).

BAB 5. KESIMPULAN

Kesimpulan yang di dapat dari Perkembangan Pertanian Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah sebagai berikut.1. Agroindustri merupakan suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya atau suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau input dalam usaha pertanian sedangkan Agropolitan merupakan upaya pengembangan kawasan pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis. 2. Syarat kawasan sentra pangan adalah memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai, memiliki sumberdaya manusia yang mau dan berpotensi untuk mengembangkan kawasan sentra produksi pangan (agropolitan) secara mandiri, dan konservasi alam dan kelestarian lingkungan hidup bagi kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun ekosistem secara keseluruhan.3. Rumusan visi pertanian 2030 yaitu mempertimbangkan peran statregis yang dimiliki oleh sektor pertanian.4. MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya system perdagaangan bebas antara Negara-negara asean.5. Peran Sektor Terhadap Perekonomian Indonesia ialah Mensejahterakan Petani, Menyediakan Pangan, Menghasilkan Devisa, dan Menyediakan lapangan pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Sektor Pertanian Dalam Peningkatan Perekonomian Indonesia.http://www.bimbie.com/peranan-sektor-pertanian-dalam-perekonomianindonesia.htm. [Serial Online]. [24 Desember 2015].Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2014. PenguatanDaya Saing Produk Pertanian Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean mea2015. [Serial On Line].http://pphp.pertanian.go.id/news/208/penguatan-daya-saing-produkpertanian-menghadapi-masyarakat-ekonomi-asean-mea-2015. [Diaksespada Tanggal 24 Februari 2015].Handoyo, J. M. 2013. Menggagas Visi Pertanian 2030. http://faperta.ugm.ac.id/fokus/menggagas_visi_pertanian_2030.htm. Serial Online. [24 Februari 2015].Harianto, 2014. Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan. http://www.indonesia.go.id/en/ministries/ministers/ministry-of-the-state-secretariat/3086-pangan-energi/14265-posisi-pertanian-yang-tetap-strategis-masa-kini-dan-masa-depan. Serial Online. [24 Februari 2015].Kementerian Pekerjaan Umum. 2014. Sentra Produksi Pertanian Nasional Dan Daerah (Agropolitan). Serial Online: penataanruang.pu.go.id/taru/upload/nspk/pedoman/sentra_prod.pdf [diakses pada 24/02/2015].Saragih, M. 2014. Pertanian Jelang Masyarakat Ekonomi ASEAN . [Serial OnLine]. http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/33768930/10.[Diakses pada Tanggal 24 Februari 2014].Suhariadi, A. 2013. Sektor Pertanian Dalam Peningkatan Pendapatan Nasional.http://www.academia.edu/5607319/Sektor_Pertanian_Dalam_Peningkata_Pendapatan_Nasional. [Serial Online]. [24 Desember 2015].Udayana, P., B. 2011. Peran Agroindustri Dalam Pembangunan Pertanian. JurnalAgroindustri. Edisi 44. Februari 2014.Wangke, H. 2014. Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi Asean 2015.Jurnal Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini. Vol. VI, No.10/II/P3DI/Mei/2014. 7