Perkembangan Penyakit Hipertensi Di Indonesia

of 22 /22
Perkembangan Penyakit Hipertensi di Indonesia 04 September 2013 jam 10:58:02 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Prevalensi hipertensi tertinggi di provinsi Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Provinsi Jawa Timur, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Bangka Belitung, Riau, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Nusa Tenggara Barat, merupakan provinsi yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka Nasional. Untuk kabupaten/kota yang terendah adalah jayawijaya 6,78% dan tertinggi Natuna 53,3%. Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE saat menyampaikan perkembangan penyakit Hipertensi di Indonesia. Prof. Tjandra menuturkan bahwa Hipertensi saat ini telah menduduki peringkat ke 7 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di Rumah sakit setelah Diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi), Demam berdarah dengue, Demam tifoid dan paratifoid, Penyulit kehamilan dan persalinan lainnya, Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan Multipel dan Dispepsia. 1

Embed Size (px)

Transcript of Perkembangan Penyakit Hipertensi Di Indonesia

Perkembangan Penyakit Hipertensi di Indonesia04 September 2013 jam 10:58:02

BerdasarkanRiset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Prevalensi hipertensi tertinggi di provinsi Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Provinsi Jawa Timur, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Bangka Belitung, Riau, Kalimantan Tengah,Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Nusa Tenggara Barat, merupakan provinsi yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka Nasional. Untuk kabupaten/kota yang terendah adalah jayawijaya 6,78% dan tertinggi Natuna 53,3%.Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE saat menyampaikan perkembangan penyakit Hipertensi di Indonesia.Prof. Tjandra menuturkan bahwa Hipertensi saat ini telah menduduki peringkatke 7 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di Rumah sakit setelahDiare dangastroenteritisoleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi), Demam berdarah dengue, Demam tifoid dan paratifoid,Penyulit kehamilan dan persalinan lainnya, Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan Multipel dan Dispepsia.Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah sistolik 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik 90 mmHg (Joint National Committe on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High PressureVII/ JNC-VII, 2003), kata Prof. Tjandra.Prof. Tjandra menambahkan, kini juga berkembang kriteria diagnosis lain dari beberapa organisasi internasional yang ada.

Berikut Tabel Klasifikasi hipertensi menurut JNC-VII Tahun 2003.Tabel1.Klasifikasi hipertensi menurut JNC-VII 2003 Kategori TDS (mmHg) TDD (mmHg)

NormalPre-hipertensiHipertensi tingkat 1Hipertensi tingkat 2 < 120 dan 120 139 atau 140 159 atau 160 atau < 80 80 89 90 99 100

Hipertensi Sistolik Terisolasi 140dan 160>100YaGunakan kombinasi 2 obat (biasanya diuretik jenis thiazide dan ACEi/ARB/BB/CCB

Keterangan:TDS, Tekanan Darah Sistolik; TDD, Tekanan Darah DiastolikKepanjangan Obat: ACEi, Angiotensin Converting Enzim Inhibitor; ARB, Angiotensin Reseptor Bloker; BB, Beta Bloker; CCB, Calcium Chanel Bloker* Pengobatan berdasarkan pada kategori hipertensi Penggunaan obat kombinasi sebagai terapi awal harus digunakan secara hati-hati oleh karena hipotensi ortostatik. Penanganan pasien hipertensi dengan gagal ginjal atau diabetes harus mencapai nilai target tekanan darah sebesar