Perkembangan Penelitian Geologi Kelautan

18
Perkembangan Penelitian Geologi Kelautan Geologi berasal dari bahasa yunani, yaitu geos yang berarti bumi dan logos yang berarti ilmu. secara umum geologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi, termasuk material bumi secara menyeluruh, mulai dari asal mula, struktur, penyusun kerak bumi, proses - proses yang berlangsung selama dan atau setelah pembentukannya, dan yang sedang berlangsung, hingga bumi terlihat seperti saat ini. Salah satu cabang ilmu geologi adalah Geologi Kelautan yang mempelajari fenomena geologi laut, genesis, potensi ekonomi, lingkungan, bencana dan konsep eksplorasi. Dipelajari juga dasar-dasar oceanografi dalam kaitannya proses geologi dengan morfologi pantai dan dasar laut, geologi lereng laut dan laut dalam serta potensinya, dsb. Geologi kelautan sendiri secara prinsip hampir sama dengan geologi dipermukaan atau didaratan, baik itu proses- proses geologinya dan lain sebagainya, hanya saja permukaannya tertutupi suatu massa air. Dalam Geologi kelautan seperti juga kita mempelajari geologi di daratan, akan menampakkan juga suatu kenampakkan geomorfologi, hanya saja sekali lagi kenampakkan itu tertutup oleh massa air. Dalam mempelajari Geologi kelautan, ada beberapa istilah kenampakkan geomorfologi seperti halnya kenampakkan geomorfologi didarat, beberapa diantaranya yaitu : Coastal Plain : Suatu perbatasan antara daratan dan lautan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses di daratan dan lautan Continental shelf : Terbentuk ke arah lautan, kemiringan bertambah ke arah lautan, kedalaman rata-rata 3000 -6000 m, lebar 200 – 300 km

description

Perkembangan Penelitian Geologi Kelautan

Transcript of Perkembangan Penelitian Geologi Kelautan

Page 1: Perkembangan Penelitian Geologi Kelautan

Perkembangan Penelitian Geologi Kelautan

Geologi berasal dari bahasa yunani, yaitu geos  yang berarti bumi dan logos  yang berarti ilmu. secara umum geologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi, termasuk material bumi secara menyeluruh, mulai dari asal mula, struktur, penyusun kerak bumi, proses - proses yang berlangsung selama dan atau setelah pembentukannya, dan yang sedang berlangsung, hingga bumi terlihat seperti saat ini.

Salah satu cabang ilmu geologi adalah Geologi Kelautan yang mempelajari fenomena geologi laut, genesis, potensi ekonomi, lingkungan, bencana dan konsep eksplorasi. Dipelajari juga dasar-dasar oceanografi dalam kaitannya proses geologi dengan morfologi pantai dan dasar laut, geologi lereng laut dan laut dalam serta potensinya, dsb.

Geologi kelautan sendiri secara prinsip hampir sama dengan geologi dipermukaan atau didaratan, baik itu proses-proses geologinya dan lain sebagainya, hanya saja permukaannya tertutupi suatu massa air. Dalam Geologi kelautan seperti juga kita mempelajari geologi di daratan, akan menampakkan juga suatu kenampakkan geomorfologi, hanya saja sekali lagi kenampakkan itu tertutup oleh massa air. Dalam mempelajari Geologi kelautan, ada beberapa  istilah kenampakkan geomorfologi seperti halnya kenampakkan geomorfologi didarat, beberapa diantaranya yaitu :

Coastal Plain             : Suatu perbatasan antara daratan dan lautan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses di daratan dan lautan

Continental shelf      : Terbentuk ke arah lautan, kemiringan bertambah ke arah lautan, kedalaman rata-rata 3000 -6000 m, lebar 200 – 300 km

Continental Slope    : Pada tepian paparan kedalaman bertambah secara tiba-tiba, 100, 200 m , 1500 m, 3500 m, kemiringan terjal, terdapat gawir sesar

Continental Rise       : Terletak antara slope (lereng) dan Ocean basin, kemiringan tidak terjal, relief rendah, terbentuk akibat akumulasi sedimen, berasosiasi dengan lantai samudra dalam

Abysal plain             : Diketemukan oleh ekspedisi MAR (1947), berbentuk dataran bawah laut

Oceanic ridge           : Terdiri dari pematang, dan rekahan, menyebar hampir di seluruh samudra, total panjang 80.000km, kedalaman rata-rata 2500m, terbentuk di bagian tengah lautan, topografi kasar, lembah sejajar dengan sumbu kadang-kadang terpotong oleh zona rekahan, tinggi 1000-3000km, lebar 1000m, sedimentasi berkembang  jauh di bawah puncak

Ocean basin floor     : Terdiri dari abyssal floor (lantai tubir), oceanic rise (tonjolan dasar laut dan sea mount (gunung api dasar laut)

Page 2: Perkembangan Penelitian Geologi Kelautan

Rekahan                     : Berbentuk linier, berbentuk gawir, seamount, melebar dan memotong ridge

Abyssal hill               : Berbentuk relatif sempit dan tajam, tingginya tidak lebih 1000m. Dimensi bervariasi antara 1-15km, kemiringan 1-15 derajat, terbentuk secara mengelompok , bentuk tergantung batuan dasar

Sea mount                 : Tingginya mencapai lebih kurang 1000m, tersebar pada dasar laut dalam secara terpencar, kemiringan berkisar antara 5 sampai 15 derajat dan berbentuk kerucut

Marginal trench        : Berbentuk sempit dan sejajar dengan tepian benua, pada umumnya tersebar di samudra pasifik, kerak dibawahnya bersifat continental, kedalaman rumpang paparan rata-rata 130 m, lebar 400 km(rata-rata 78km), kadang-kadang berbentuk teras, dipengaruhi oleh proses erosi dan sedimentasi.

Selain daripada aspek geomorfologi, dalam kerangka geologi kelautan seperti halnya proses geologi yang terjadi di darat, juga terdapat pengaruh sedimentasi, baik itu sedimen di daerah dekat pantai (Nearshore) ataupun di perairan laut dalam (Deepsea).  Sedimentasi di laut sangat penting artinya dalam kerangka geologi kelautan, diantaranya adalah karena morfologi permukaan dasar laut juga ikut dikontrol oleh pengaruh supply sedimen, juga batas-batas antar bagian-bagian morfologi dasar laut juga ikut dikontrol oleh sedimentasi.  Disamping itu proses sedimentasi di laut juga akan mempengaruhi proses-proses di bagian lainnya, sebagai contoh sedimen di daerah dekat pantai dan paparan merupakan kunci bagi sedimen di laut dalam dan dipengaruhi oleh:

•         perubahan muka air laut

•         proses penurunan dasar laut

•         proses dinamika (oseanografi)

Pada sedimentasi dilaut tentunya juga terdapat material yang tersedimentasi, beberapa sumber-sumber material yang mempengaruhi sedimentasi di laut diantaranya adalah :

Material yang berasal dari sungai, meliputi sekitar  85% – 90%

Material hasil glasiasi, meliputi sekitar 7%

Material air tanah, meliputi sekitar 1,2%

dan material yang terangkut oleh angin sekitar 1%

Dimana sekitar 80 % dari produk yang dihasilkan sumber material tersebut merupakan bentuk larutan.

Page 3: Perkembangan Penelitian Geologi Kelautan

Selain daripada aspek morfologi dan sedimentologi di laut, juga perlu ditinjau aspek tektoniknya. Tektonik sangat berpengaruh bukan saja di laut, didaratpun sangat berpengaruh. Implikasi dari proses tektonik baik didarat ataupun dilaut diantaranya adalah dapat merubah tatanan yang sudah terbentuk, diantaranya akibat proses sedimentasi. Faktor utama penyebab tektonik jika dipandang dari sudut pandang ilmu geologi tentu saja dapat dijelaskan dengan baik oleh teori tektonik lempeng. Teori tektonik lempeng sangat familiar dikalangan komunitas geologi, karena sampai saat ini semua peristiwa yang menyangkut segala proses geologi yang berasal dari dalam bumi, terutama tektonisme sangat baik dijelaskan dalam teori ini. Dapat dipastikan bahwa semua komunitas geologi mengerti dan paham akan teori ini, oleh karena itu detailnya tidak akan dibahas dalam tulisan ini. Tetapi yang perlu dijadikan perhatin khusus adalah implikasinya.

Beberapa penjelasan tentang geologi kelautan diatas, yang meliputi aspek morfologi, sedimentologi, dan tektonik dilaut, kiranya dapat memberikan sedikit pengetahuan geologi kelautan yang selanjutnya akan dimanfaatkan untuk menerapkan implikasinya untuk Indonesia yang notabene merupakan negara yang memiliki laut, yang dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan.

Diantaranya, implikasi aspek geologi kelautan yang saat ini banyak diperbincangkan adalah mengenai penerapannya dalam batas wilayah. Dalam penentuan batas wilayah sendiri seperti kita ketahui regulasi nya yang dikeluarkan oleh pemerintah. Penentuan batas wilayah ini sangat penting artinya bagi Indonesia. Dan aspek geologi kelautan disini memegang peranan penting dalam penentuannya. Hubungannya dengan geologi kelautan tentu saja, disamping menyamngkut morfologi dasar laut yang dijadikan pertimbangan penentuan batas wilayah, disamping itu dari sudut pandang geologinya, sangat memegang peranan penting, yang menyangkut tentang sumberdaya alam.

Sumberdaya alam sangat penting artinya bagi semua negara, karena menyangkut kelangsungan dan kemakmuran suatu negara, atau bisa dikatakan sangat vital. Sumberdaya alam itu sendiri tentu saja dapat dikuasai oleh suatu negara asalkan dalam wilayah kekuasaannya. Seorang ahli geologi disini sangat memegang peranan penting, karena pendapatnya akan sangat diperhatikan.

Seperti kita ketahui bahwa penentuan batas wilayah sendiri sangat didorong oleh keterdapatan sumberaya mineral, hal ini sangat membuat setiap negara ingin menguasai kekayaan alam tersebut, caranya secara tidak langsung adalah melebarkan batas wilayahnya, agar dapat diakui bahwa kekayaan alam tersebut adalah milik negara tersebut.

Salah satu jenis teknologi yang digunakan untuk penelitian geologi lingkungan laut adalah teknologi sonar. Berikut adalah penerapan teknologi akustik bawah air untuk eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya non-hayati laut, berikut ini merupakan bagian dari peranan sonar yaitu :

1)    Pengukuran Kedalaman Dasar Laut (Bathymetry)           Pengukuran kedalaman dasar laut dapat dilakukan dengan Conventional Depth Echo Sounder

Page 4: Perkembangan Penelitian Geologi Kelautan

dimana kedalaman dasar laut dapat dihitung dari perbedaan waktu antara pengiriman dan penerimaan pulsa suara. Dengan pertimbangan sistim Side-Scan Sonar pada saat ini, pengukuran kedalaman dasar laut (bathymetry) dapat dilaksanakan bersama-sama dengan pemetaan dasar laut (Sea Bed Mapping) dan pengidentifikasian jenis-jenis lapisan sedimen dibawah dasar laut (subbottom profilers).2)    Pengidentifikasian Jenis-jenis Lapisan Sedimen Dasar Laut (Subbottom Profilers)Seperti telah disebutkan diatas bahwa dengan teknologi akustik bawah air, peralatan side-scan sonar yang mutahir dilengkapi dengan subbottom profilers dengan menggunakan prekuensi yang lebih rendah dan sinyal impulsif yang bertenaga tinggi yang digunakan untuk penetrasi kedalam lapisan-lapisan sedimen dibawah dasar laut. Dengan adanya klasifikasi lapisan sedimen dasar laut dapat menunjang dalam menentukkan kandungan mineral dasar laut dalam. Dengan demikian teknologi akustik bawah air dapat menunjang esplorasi sumberdaya non hayati laut.    3)    Pemetaan Dasar Laut (Sea bed Mapping) Dengan teknologi side-scan sonar dalam pemetaan dasar laut, dapat menghasilkan tampilan peta dasar laut dalam tiga dimensi. Dengan teknologi akustik bawah air yang canggih ini dan dikombinasikan dengan data dari subbottom profilers, akan diperoleh peta dasar laut yang lengkap dan rinci. Peta dasar laut yang lengkap dan rinci ini dapat digunakan untuk menunjang penginterpretasian struktur geologi bawah dasar laut dan kemudian dapat digunakan untuk mencari mineral bawah dasar laut.          4)    Pencarian kapal-kapal karam didasar laut Pencarian kapal-kapal karam dapat ditunjang dengan teknologi side-scan sonar baik untuk untuk kapal yang sebagian terbenam di dasar laut ataupun untuk kapal yang keseluruhannya terbenam dibawah dasar laut. Dengan teknologi ini, lokasi kapal karam dapat ditentukan dengan tepat. Teknologi akustik bawah air ini dapat menunjang eksplorasi dan eksploitasi dalam bidang Arkeologi bawah air (Underwater archeology) dengan tujuan untuk mengangkat dan mengidentifikasikan kepermukaan laut benda-benda yang dianggap bersejarah.      5)    Penentuan jalur pipa dan kabel dibawah dasar laut.       Dengan diperolehnya peta dasar laut secara tiga dimensi dan ditunjang dengan data subbottom profiler, jalur pipa dan kabel sebagai sarana utama atau penunjang dapat ditentrukan dengan optimal dengan mengacu kepada peta geologi dasar laut. Jalur pipa dan kabel tersebut harus melalui jalur yang secara geologi stabil, karena sarana-sarana tersebut sebagai penunjang dalam eksplorasi dan eksploitasi di Laut.          6)   Analisa Dampak Lingkungan di Dasar Laut          Teknologi akustik bawah air Side-Scan Sonar ini dapat juga menunjang analisa dampak lingkungan di dasar laut. Sebagai contoh adalah setelah eksplorasi dan ekploitasi sumber daya hayati di dasar laut dapat dilakukan, Side-Scan Sonar dapat digunakan untuk memonitor perubahan-perubahan yang terjadi disekitar daerah eksplorasi tersebut. Pemetaan dasar laut yang dilakukan setelah eksplorasi sumber daya non-hayati tersebut, dapat menunjang analisa dampak lingkungan yang telah terjadi yang akan terjadi.

Page 5: Perkembangan Penelitian Geologi Kelautan

Perkembangan Penelian Geologi Keautan

Sejarah Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) dimulai dengan dibentuknya Seksi Geologi Marin dan Seksi Geofisika Marin pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G) tahun 1979. Pada tanggal 6 Maret 1984 kedua Seksi tersebut kemudian ditingkatkan menjadi Pusat Pengembangan Geologi Kelautan (PPGL) di bawah Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral berdasarkan SK Menteri Pertambangan dan Energi No. 1092 Tahun 1984.

Pada awal berdirinya, PPGL didukung oleh empat bidang teknis, yaitu : Bidang Geologi Kelautan, Bidang Geofisika Kelautan, Bidang Sarana Operasi Kelautan, Bidang Manajemen Informasi dan Bagian Umum, dengan jumlah sumber daya manusia 164 orang. Sarana dan prasarana yang dimiliki sebagian berasal dari P3G. Dalam perjalanannya, PPGL telah membangun Kapal Peneliti Geomarin I dan memiliki berbagai peralatan survei pantai. Kapal Peneliti Geomarin I diopeasikan untuk mendukung kegiatan pemetaan geologi kelautan bersistem skala 1:250.000 di perariran dangkal. Peralatan survei pantai dioperasikan untuk mendukung kajian geologi kelautan tematik di kawasan pesisir. Selanjutnya berdasarkan SK Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 150 Tahun 2001, PPGL dimekarkan menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) di bawah Badan Litbang Energi dan Sumber Daya Mineral.

Pada era tersebut PPPGL berkembang dengan semangat menuju kemandirian, sejalan dengan lingkungan strategis globalisasi, AFTA, perkembangan industri kelautan yang pesat, Otonomi Daerah dan kemitraan. Peraturan Menteri ESDM No. 0030 Tahun 2005 mengukuhkan kembali PPPGL sebagai penunjang dalam upaya meningkatkan investasi sektor ESDM terutama penyediaan data klaim atas wilayah landas kontinen, dan peningkatan status cekungan migas di laut. Sesuai dengan tugas dan fungsinya, PPPGL mempunyai tugas melaksanakan litbang bidang geologi kelautan di seluruh wilayah Laut Indonesia dalam rangka menunjang pembangunan Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral.

Untuk melaksanakan tugas tersebut prioritas pokok kegiatan adalah melakukan pengembangan litbang di kawasan pantai dan laut, pengembangan kelembagaan menuju kemandirian dan pengembangan pelayanan jasa riset dan teknologi.Penyelidikan dan pemetaan geologi kelautan pada dekade terakhir ini makin ditingkatkan terutama pada pencarian sumber daya mineral yang bernilai strategis dan ekonomis dalam menunjang pembangunan nasional. Hal ini sehubungan dengan makin terbatasnya sumber daya mineral dan energi di darat. Kegiatan tersebut merupakan perwujudan akan tanggung jawab pemerintah dan negara dalam menggali potensi sumber daya mineral dan energi yang terdapat di dasar laut, mulai kawasan pantai, perairan pantai hingga ke batas terluar Landas Kontinen termasuk Zona Ekonomi Eksklusif.

Page 6: Perkembangan Penelitian Geologi Kelautan

Sumber:

http://hendar08.blogspot.com/2011/04/teknik-eksplorasi-kelautan-dengan.html

http://ojanmaul.wordpress.com/category/geologi-laut/

http://prillygeography.blogspot.com/2010/12/pengertian-geologi.html

Page 7: Perkembangan Penelitian Geologi Kelautan

TUGAS GEOLOGI KELAUTAN

“PERKEMBANGAN PENELITIAN GEOLOGI KELAUTAN”

Disusun oleh:

FIKRI APRI ZENANDA

270110110036

GEOLOGI – D

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2013

Page 8: Perkembangan Penelitian Geologi Kelautan

Lampiran

Geologi   Kelautan

Filed under: geologi laut — Tinggalkan Komentar

Oktober 5, 2010

Geologi Kelautan

Seperti kita ketahui bahwa Indonesia adalah negara kepulauan, yang sebagian besar wilayahnya adalah berupa lautan. Sejumlah 17.508 pulau, baik pulau besar dan kecil terdapat di Indonesia, dengan panjang garis pantai 81.000 km, yang merupakan terpanjang ke 2 di dunia, dan luas wilayah 21 juta km2, Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya. Luas dalam arti sangat besar wilayahnya dan keanekaragaman wilayahnya mulai dari daratan, kepulauan, sampai lautannya. Serta kaya dalam artian sangat berpotensi mempunyai kekayaan alam di wilayah yang sangat luas yang dimilikinya, baik di daratan maupun di lautan, karena seperti kita ketahui sebagai seorang ahli geologi, yang telah memahami proses-proses geologi, seperti tektonik lempeng dan lain sebagainya, bahwa Indonesia berada di zona yang sangat berpotensi terdapatnya sumberdaya alam yang berlimpah.

Geologi kelautan sendiri secara prinsip hampir sama dengan geologi dipermukaan atau didaratan, baik itu proses-proses geologinya dan lain sebagainya, hanya saja permukaannya tertutupi suatu massa air. Dalam Geologi kelautan seperti juga kita mempelajari geologi di daratan, akan menampakkan juga suatu kenampakkan geomorfologi, hanya saja sekali lagi kenampakkan itu tertutup oleh massa air. Dalam mempelajari Geologi kelautan, ada beberapa istilah kenampakkan geomorfologi seperti halnya kenampakkan geomorfologi didarat, beberapa diantaranya yaitu :

Coastal Plain             : Suatu perbatasan antara daratan dan lautan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses di daratan dan lautan

Continental shelf      : Terbentuk ke arah lautan, kemiringan bertambah ke arah lautan, kedalaman rata-rata 3000 -6000 m, lebar 200 – 300 km

Continental Slope    : Pada tepian paparan kedalaman bertambah secara tiba-tiba, 100, 200 m , 1500 m, 3500 m, kemiringan terjal, terdapat gawir sesar

Continental Rise       : Terletak antara slope (lereng) dan Ocean basin, kemiringan tidak terjal, relief rendah, terbentuk akibat akumulasi sedimen, berasosiasi dengan lantai samudra dalam

Abysal plain             : Diketemukan oleh ekspedisi MAR (1947), berbentuk dataran bawah laut

Oceanic ridge           : Terdiri dari pematang, dan rekahan, menyebar hampir di seluruh samudra, total panjang 80.000km, kedalaman rata-rata 2500m, terbentuk di bagian tengah

Page 9: Perkembangan Penelitian Geologi Kelautan

lautan, topografi kasar, lembah sejajar dengan sumbu kadang-kadang terpotong oleh zona rekahan, tinggi 1000-3000km, lebar 1000m, sedimentasi berkembang  jauh di bawah puncak

Ocean basin floor     : Terdiri dari abyssal floor (lantai tubir), oceanic rise (tonjolan dasar laut dan sea mount (gunung api dasar laut)

Rekahan                     : Berbentuk linier, berbentuk gawir, seamount, melebar dan memotong ridge

Abyssal hill               : Berbentuk relatif sempit dan tajam, tingginya tidak lebih 1000m. Dimensi bervariasi antara 1-15km, kemiringan 1-15 derajat, terbentuk secara mengelompok , bentuk tergantung batuan dasar

Sea mount                 : Tingginya mencapai lebih kurang 1000m, tersebar pada dasar laut dalam secara terpencar, kemiringan berkisar antara 5 sampai 15 derajat dan berbentuk kerucut

Marginal trench        : Berbentuk sempit dan sejajar dengan tepian benua, pada umumnya tersebar di samudra pasifik, kerak dibawahnya bersifat continental, kedalaman rumpang paparan rata-rata 130 m, lebar 400 km(rata-rata 78km), kadang-kadang berbentuk teras, dipengaruhi oleh proses erosi dan sedimentasi.

Istilah-istilah diatas menjelaskan kepada kita tentang kenampakan morfologi dasar laut yang tidak selalu akan kita lihat seperti halnya kita melihat kenampakkan morfologi didarat, tentu saja karena morfologi dasar laut ditutupi oleh massa air diatasnya.

Selain daripada aspek geomorfologi, dalam kerangka geologi kelautan seperti halnya proses geologi yang terjadi di darat, juga terdapat pengaruh sedimentasi, baik itu sedimen di daerah dekat pantai (Nearshore) ataupun di perairan laut dalam (Deepsea).  Sedimentasi di laut sangat penting artinya dalam kerangka geologi kelautan, diantaranya adalah karena morfologi permukaan dasar laut juga ikut dikontrol oleh pengaruh supply sedimen, juga batas-batas antar bagian-bagian morfologi dasar laut juga ikut dikontrol oleh sedimentasi.  Disamping itu proses sedimentasi di laut juga akan mempengaruhi proses-proses di bagian lainnya, sebagai contoh sedimen di daerah dekat pantai dan paparan merupakan kunci bagi sedimen di laut dalam dan dipengaruhi oleh:

•         perubahan muka air laut

•         proses penurunan dasar laut

•         proses dinamika (oseanografi)

Pada sedimentasi dilaut tentunya juga terdapat material yang tersedimentasi, beberapa sumber-sumber material yang mempengaruhi sedimentasi di laut diantaranya adalah :

Material yang berasal dari sungai, meliputi sekitar  85% – 90%

Material hasil glasiasi, meliputi sekitar 7%

Material air tanah, meliputi sekitar 1,2%

Page 10: Perkembangan Penelitian Geologi Kelautan

dan material yang terangkut oleh angin sekitar 1%

Dimana sekitar 80 % dari produk yang dihasilkan sumber material tersebut merupakan bentuk larutan.

Selain daripada aspek morfologi dan sedimentologi di laut, juga perlu ditinjau aspek tektoniknya. Tektonik sangat berpengaruh bukan saja di laut, didaratpun sangat berpengaruh. Implikasi dari proses tektonik baik didarat ataupun dilaut diantaranya adalah dapat merubah tatanan yang sudah terbentuk, diantaranya akibat proses sedimentasi. Faktor utama penyebab tektonik jika dipandang dari sudut pandang ilmu geologi tentu saja dapat dijelaskan dengan baik oleh teori tektonik lempeng. Teori tektonik lempeng sangat familiar dikalangan komunitas geologi, karena sampai saat ini semua peristiwa yang menyangkut segala proses geologi yang berasal dari dalam bumi, terutama tektonisme sangat baik dijelaskan dalam teori ini. Dapat dipastikan bahwa semua komunitas geologi mengerti dan paham akan teori ini, oleh karena itu detailnya tidak akan dibahas dalam tulisan ini. Tetapi yang perlu dijadikan perhatin khusus adalah implikasinya.

Beberapa penjelasan tentang geologi kelautan diatas, yang meliputi aspek morfologi, sedimentologi, dan tektonik dilaut, kiranya dapat memberikan sedikit pengetahuan geologi kelautan yang selanjutnya akan dimanfaatkan untuk menerapkan implikasinya untuk Indonesia yang notabene merupakan negara yang memiliki laut, yang dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan.

Diantaranya, implikasi aspek geologi kelautan yang saat ini banyak diperbincangkan adalah mengenai penerapannya dalam batas wilayah. Dalam penentuan batas wilayah sendiri seperti kita ketahui regulasi nya yang dikeluarkan oleh pemerintah. Penentuan batas wilayah ini sangat penting artinya bagi Indonesia. Dan aspek geologi kelautan disini memegang peranan penting dalam penentuannya. Hubungannya dengan geologi kelautan tentu saja, disamping menyamngkut morfologi dasar laut yang dijadikan pertimbangan penentuan batas wilayah, disamping itu dari sudut pandang geologinya, sangat memegang peranan penting, yang menyangkut tentang sumberdaya alam.

Sumberdaya alam sangat penting artinya bagi semua negara, karena menyangkut kelangsungan dan kemakmuran suatu negara, atau bisa dikatakan sangat vital. Sumberdaya alam itu sendiri tentu saja dapat dikuasai oleh suatu negara asalkan dalam wilayah kekuasaannya. Seorang ahli geologi disini sangat memegang peranan penting, karena pendapatnya akan sangat diperhatikan.

Seperti kita ketahui bahwa penentuan batas wilayah sendiri sangat didorong oleh keterdapatan sumberaya mineral, hal ini sangat membuat setiap negara ingin menguasai kekayaan alam tersebut, caranya secara tidak langsung adalah melebarkan batas wilayahnya, agar dapat diakui bahwa kekayaan alam tersebut adalah milik negara tersebut.

Mengingat begitu pentingnya tinjauan geologi kelautan dalam penentuan batas wilayah yang selanjutnya berimplikasi terhadap penguasaan sumberdaya mineral. Maka, kita sebagai seorang ahli geologi tentunya berusaha untuk mempelajari sebaik-baiknya, dan menerapkannya untuk kemakmuran bangsa Indonesia.

Page 11: Perkembangan Penelitian Geologi Kelautan

Sejarah Puslitbang Geologi Kelautan

Sejarah Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) dimulai dengan dibentuknya Seksi Geologi Marin dan Seksi Geofisika Marin pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G) tahun 1979. Pada tanggal 6 Maret 1984 kedua Seksi tersebut kemudian ditingkatkan menjadi Pusat Pengembangan Geologi Kelautan (PPGL) di bawah Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral berdasarkan SK Menteri Pertambangan dan Energi No. 1092 Tahun 1984.

Pada awal berdirinya, PPGL didukung oleh empat bidang teknis, yaitu : Bidang Geologi Kelautan, Bidang Geofisika Kelautan, Bidang Sarana Operasi Kelautan, Bidang Manajemen Informasi dan Bagian Umum, dengan jumlah sumber daya manusia 164 orang. Sarana dan prasarana yang dimiliki sebagian berasal dari P3G. Dalam perjalanannya, PPGL telah membangun Kapal Peneliti Geomarin I dan memiliki berbagai peralatan survei pantai. Kapal Peneliti Geomarin I diopeasikan untuk mendukung kegiatan pemetaan geologi kelautan bersistem skala 1:250.000 di perariran dangkal. Peralatan survei pantai dioperasikan untuk mendukung kajian geologi kelautan tematik di kawasan pesisir. Selanjutnya berdasarkan SK Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 150 Tahun 2001, PPGL dimekarkan menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) di bawah Badan Litbang Energi dan Sumber Daya Mineral.

Pada era tersebut PPPGL berkembang dengan semangat menuju kemandirian, sejalan dengan lingkungan strategis globalisasi, AFTA, perkembangan industri kelautan yang pesat, Otonomi Daerah dan kemitraan. Peraturan Menteri ESDM No. 0030 Tahun 2005 mengukuhkan kembali PPPGL sebagai penunjang dalam upaya meningkatkan investasi sektor ESDM terutama penyediaan data klaim atas wilayah landas kontinen, dan peningkatan status cekungan migas di laut. Sesuai dengan tugas dan fungsinya, PPPGL mempunyai tugas melaksanakan litbang bidang geologi kelautan di seluruh wilayah Laut Indonesia dalam rangka menunjang pembangunan Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral.

Untuk melaksanakan tugas tersebut prioritas pokok kegiatan adalah melakukan pengembangan litbang di kawasan pantai dan laut, pengembangan kelembagaan menuju kemandirian dan pengembangan pelayanan jasa riset dan teknologi.Penyelidikan dan pemetaan geologi kelautan pada dekade terakhir ini makin ditingkatkan terutama pada pencarian sumber daya mineral yang bernilai strategis dan ekonomis dalam menunjang pembangunan nasional. Hal ini sehubungan dengan makin terbatasnya sumber daya mineral dan energi di darat. Kegiatan tersebut merupakan perwujudan akan tanggung jawab pemerintah dan negara dalam menggali potensi sumber daya mineral dan energi yang terdapat di dasar laut, mulai kawasan pantai, perairan pantai hingga ke batas terluar Landas Kontinen termasuk Zona Ekonomi Eksklusif.

Sejarah Eksplorasi Kelautan

Page 12: Perkembangan Penelitian Geologi Kelautan
Page 13: Perkembangan Penelitian Geologi Kelautan

Eksplorasi Geologi Kelautan di Indonesia

Perioda 1930 - 1980 :

Belanda (Ekspedisi Snellius, Ekspedisi Vening - Meinesz). AS - LDEO (R/V Robert Conrad, R/V Vema, R/V Maurice Ewing). AS - SIO (R/V Thomas Washington: Sio Rama, INDOPAC; R/V Atlantis).

Perioda 1980 - 2004:

Belanda - NIOZ (R/V Tyro: Ekspedisi Snellius II). Perancis - Ifremer (R/V Coriolis: CORINDON, GEOINDON; R/V Jean

Charcot: Krakatau; R/V Baruna Jaya; R/V Marion Dufresne) Jerman (R/V Sonne: Ginco I). Jepang - Jamstec (R/V Natsushima-Shinkai).

Perioda 2005 - kini:

Multinasional (R/V Sonne: SeaCause I & II, SO-189; HMS Scott).