PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum...

84
PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL-LIMFOSIT DAN BOBOT BADAN AYAM BROILER DIBERI RANSUM DENGAN KALSIUM MIKROPARTIKEL DITAMBAH Lactobacillus sp. SKRIPSI Oleh JIAN SURYANI PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO S E M A R A N G 2 0 1 9

Transcript of PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum...

Page 1: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

i

PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL-LIMFOSIT

DAN BOBOT BADAN AYAM BROILER DIBERI RANSUM DENGAN

KALSIUM MIKROPARTIKEL DITAMBAH Lactobacillus sp.

SKRIPSI

Oleh

JIAN SURYANI

PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

S E M A R A N G

2 0 1 9

Page 2: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

ii

PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL-LIMFOSIT

DAN BOBOT BADAN AYAM BROILER DIBERI RANSUM DENGAN

KALSIUM MIKROPARTIKEL DITAMBAH Lactobacillus sp.

Oleh

JIAN SURYANI

NIM : 23010114120055

Salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi S1 Peternakan

Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

S E M A R A N G

2 0 1 9

Page 3: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

iii

Page 4: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

iv

Page 5: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

v

RINGKASAN

JIAN SURYANI. 23010114120055. 2019. Perkembangan Organ Limfoid, Rasio

Heterofil-Limfosit dan Bobot Badan Akhir Ayam Broiler diberi Ransum dengan

Kalsium Mikropartikel ditambah Lactobacillus sp. (Pembimbing : NYOMAN

SUTHAMA dan FAJAR WAHYONO).

Penelitian bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian ransum Ca

mikropartikel dari cangkang telur dengan penambahan Lactobacilluas sp.

terhadap bobot relatif organ limfoid, rasio heterofil-limfosit (H/L), dan bobot

akhir. Penelitian dilaksanakan tanggal 19 Desember 2017 sampai 31 Januari 2018

di kandang digesti dan analisis sampel darah dilakukan di Laboratorium Fakultas

Kedokteran Hewan Bagian Patologi Klinik Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

Ternak yang digunakan adalah 160 ekor ayam broiler strain MB 202 New

Lohman sexing yang dipelihara mulai DOC, tetapi perlakuan dimulai umur 15

hari (407,65 ± 16,51 g) sampai umur 42 hari. Penelitian dilaksanakan

menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan,

masing-masing 8 ekor ayam. Perlakuan meliputi T0: ransum dengan protein 21%;

T1: ransum dengan protein 18% menggunakan Ca non-mikropartikel (reguler); T2:

ransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel; T3: ransum dengan

protein 18% menggunakan Ca non-mikropartikel (reguler) + Lactobacillus sp. 1,2

ml; T4: ransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel +

Lactobacillus sp. 1,2 ml. Parameter yang diamati meliputi bobot relatif organ

limfoid (bursa fabrisius, timus dan limpa), rasio H/L, dan bobot badan akhir. Data

dianalis ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan jika perlakuan menunjukkan

pengaruh nyata.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Lactobacillus sp. dalam

ransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata

(P<5%) terhadap bobot relatif organ limfoid (bursa fabrisius, timus dan limpa),

rasio H/L dan bobot badan akhir ayam broiler. Rata-rata bobot relatif bursa

fabrisius T2 berbeda nyata dengan T0 dan T1 tetapi tidak berbeda dengan T3 dan

T4. Rata-rata bobot relatif timus T2 berbeda nyata dengan T1 dan T4 tetapi tidak

berbeda dengan T3 dan T0. Rata-rata bobot relatif limpa T2 berbeda nyata

dengan T0, T1, dan T3 tetapi tidak berbeda dengan T4. Rata-rata rasio heterofil-

limfosit T2 berbeda nyata dengan T0 dan T3 tetapi tidak berbeda dengan T1 dan

T4. Rata-rata bobot badan akhir ayam broiler T3 berbeda nyata dengan T0, T1,

dan T2 tetapi tidak berbeda dengan T4.

Simpulan penelitian adalah pemberian ransum dengan protein kasar level

18% menggunakan Ca mikropartikel ditambah Lactobacillus sp. (T4) dapat

mempertahankan bobot relatif organ limfoid, walaupun bobot relatif bursa

fabrisius rendah dan mengurangi gangguan berdasarkan menurunnya rasio H/L,

serta dapat meningkatkan bobot akhir ayam broiler.

Page 6: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

vi

KATA PENGANTAR

Populasi ayam broiler semakin bertambah dari tahun ke tahun, hal ini

dikarenakan ayam broiler berkonstribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan

protein masyarakat Indonesia. Penggunaan pakan tambahan merupakan alternatif

untuk meningkatkan performa/produktivitas ternak, seperti pemberian

Lactobacillus sp. merupakan probiotik yang digunakan sebagai pakan tambahan

pengganti antibiotik yang tidak menimbulkan resistensi bakteri. Selain itu

penggunaan cangkang telur dalam bentuk mikropartikel juga berfungsi

mempermudah penyerapan oleh dinding usus sehingga dapat dimanfaatkan untuk

pembentukan tulang dan metabolisme protein untuk biosintesis daging.

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat

melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penelitian dengan judul

“Perkembangan Organ Limfoid, Rasio Heterofil-Limfosit dan Bobot Badan Ayam

Broiler diberi Ransum dengan Kalsium Mikropartikel ditambah Lactobacillus

sp.”. Selama penulisan skripsi tidak terlepas dari bimbingan, arahan, saran, dan

kerjasama dari berbagai pihak kepada penulis. Penulis mengucapkan terima kasih

dan penghargaan setinggi-tinggi terhadap pihak dengan penuh hormat kepada :

1. Prof. Ir. Nyoman Suthama, M.Sc., Ph.D. selaku dosen pembimbing utama

dan drh. Fajar Wahyono, M.P. selaku dosen pembimbing anggota atas

bimbingan, arahan dan saran sejak dari penelitian hingga penulisan skripsi.

Page 7: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

vii

2. Dr. Ir. Hanny Indrat Wahyuni, M.Sc dan Ir. Mulyono, M.Si. selaku dosen

penguji yang telah memberikan kritik, saran, nasihat dan pengetahuan yang

bermanfaat bagi penulis.

3. Orang tua yang saya cintai, Bapak Hasan Susilo dan Ibu Tumini, kakak dan

adik serta pihak keluarga lainnya yang telah mendoakan, memberikan kasih

sayang, memotivasi dan pengorbanan dengan setulus hati selama ini.

4. Dr. drh. Enny Tantini Setiatin, M.Sc. selaku Ketua Program Studi S1

Peternakan, Dr. Sri Sumarsih S.Pt., M.P. selaku Pelaksana Tugas Departemen

Peternakan, dan Dr. Ir. Bambang Waluyo H. E. P., M.S., M.Agr. selaku

Dekan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro yang telah

memberikan izin, bimbingan dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.

5. Prof. Ir. Dwi Sunarti M.S., Ph.D. selaku Dosen Wali penulis, yang telah

memberikan arahan, ilmu dan bimbingan yang sangat bermanfaat pada

penulis.

6. Lilik Krismiyanto, S.Pt., M.Si. yang telah memberikan segala masukan,

bantuan dan arahan selama persiapan penelitian sampai pengolahan data

penelitian.

7. Tim penelitian (Risa, Sallu, Imah, Fauzia, Suparti dan Firman), teman-teman

peternakan B atas semua bantuan, semangat dan kerjasama dari awal

penelitian sampai akhir.

8. Lutfi Atur Rosidin yang telah memberikan waktu, cinta, kasih sayang dan

dukungan selama ini.

Page 8: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

viii

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi para pembaca dan meningkatkan perkembangan ilmu

pengetahuan terutama dalam bidang peternakan.

Semarang, Februari 2019

Penulis

Page 9: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

ix

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................. vi

DAFTAR TABEL .................................................................................... x

DAFTAR ILUSTRASI ............................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xii

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 4

2.1. Perkembangan Ayam Broiler ................................................... 4

2.2. Kebutuhan Nutrien Ayam Broiler ........................................... 5

2.3. Probiotik untuk Unggas ............................................................ 9

2.4. Organ Limfoid Unggas ............................................................ 11

2.5. Rasio Heterofil-Limfosit (H/L) sebagai Indikator

Kesehatan ................................................................................. 13

BAB III. MATERI DAN METODE ........................................................ 15

3.1. Ternak dan Ransum Penelitian ................................................. 15

3.2. Prosedur Penelitian .................................................................. 17

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 22

4.1. Persentase Bobot Relatif Bursa Fabrisius ................................. 22

4.2. Persentase Bobot Relatif Timus ............................................... 25

4.3. Persentase Bobot Relatif Limpa ............................................... 29

4.4. Rasio Heterofil-Limfosit (H/L)................................................. 32

4.5. Bobot Badan Akhir ................................................................. 35

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 39

5.1. Simpulan .................................................................................. 39

Page 10: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

x

5.2. Saran ........................................................................................ 39

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 40

LAMPIRAN .............................................................................................. 47

RIWAYAT HIDUP ................................................................................... 71

Page 11: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Standar Performa Ayam Broiler MB 202 New Lohman ............... 4

2. Kebutuhan Nutrien untuk Ayam Broiler ....................................... 6

3. Formulasi Ransum Penelitian ....................................................... 16

4. Persentase Bobot Relatif Bursa Fabrisius. .................................... 22

5. Persentase Bobot Relatif Timus .................................................... 26

6. Persentase Bobot Relatif Limpa .................................................... 29

7. Rasio Heterofil-Limfosit (H/L) ..................................................... 33

8. Bobot Badan Akhir ....................................................................... 36

Page 12: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

xii

DAFTAR ILUSTRASI

Nomor Halaman

1. Prosedur Pembuatan Mikropartikel Tepung Cangkang Telur ...... 17

Page 13: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Analisis Ragam Persentase Bobot Relatif Bursa Fabrisius yang

Diberi Ransum dengan Ca Mikropartikel Ditambah

Lactobacillus sp. ........................................................................... 47

2. Analisis Ragam Persentase Bobot Relatif Timus Ayam Broiler

yang Diberi Ransum dengan Ca Mikropartikel Ditambah

Lactobacillus Sp. ........................................................................... 51

3. Analisi Ragam Persentase Bobot Relatif Limpa Ayam Broiler

yang Diberi Ransum dengan Ca Mikropartikel Ditambah

Lactobacillus Sp. ........................................................................... 56

4. Analisis Ragam Rasio Heterofil-Limfosit (H/L) Ayam Broiler

yang Diberi Ransum dengan Ca Mikropartikel Ditambah

Lactobacillus Sp. ........................................................................... 60

5. Analisi Ragam Bobot Akhir Ayam Broiler yang Diberi Ransum

dengan Ca Mikropartikel Ditambah Lactobacillus Sp. ................. 66

6. Konsumsi Protein, Kecernaan Protein, Total Bakteri Asam

Laktat (BAL), Total Coliform, Limfosit, Heterofil dan Massa

Protein Daging .............................................................................. 70

Page 14: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

1

BAB I

PENDAHULUAN

Ayam broiler merupakan jenis unggas pedaging yang mempunyai

konstribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan protein masyarakat Indonesia.

Populasi ayam broiler semakin bertambah, yang dapat dilihat dari statistik

populasi ayam broiler secara nasional meningkat dari 1.528.329.183 ekor pada

tahun 2015 menjadi 1.698.368.741 ekor pada tahun 2017. Peningkatan tersebut

karena ayam broiler merupakan unggas yang dapat dimanfaatkan berupa daging

dalam waktu singkat sebagai sumber protein bagi konsumen (Direktorat Jenderal

Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2017).

Perkembangan ayam broiler sangat cepat dan membutuhkan asupan

nutrien yang baik dan seimbang sehingga dapat meningkatkan

performa/produktivitas. Oleh karena itu, untuk meningkatkan performa ayam

broiler, beberapa dekade sebelumnya menggunakan feed additve berupa

antibiotik. Penggunaan antibiotik dilakukan peternak dengan tujuan untuk

meningkatkan daya tahan tubuh ternak, namun antibiotik dapat menimbulkan

resistensi bakteri patogen dan menyebabkan residu pada produk ternak yang

berbahaya bagi konsumen. Kondisi tersebut menjadikan pemerintah melarang

penggunaannya yang diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan)

Nomor 14/2017 pasal 15 ayat 1 tentang Klasifikasi Obat Hewan (Peraturan

Menteri Pertanian, 2017).

Pemberian probiotik Lactobacillus sp. dimaksudkan untuk mengganti

antibiotik karena dapat memperbaiki keseimbangan mikroba dalam usus,

Page 15: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

2

mensintesis vitamin yaitu vitamin B1, B2 dan B3, serta menstimulasi sistem

kekebalan tubuh (Amirullah, 2017). Lactobacillus sp. merupakan golongan

bakteri anaerob yang dapat menurunkan pH di usus dengan mengubah gula

menjadi asam laktat sehingga menghambat pertumbuhan bakteri patogen (Sartika,

2017). Kondisi asam di dalam usus halus dapat memudahkan penyerapan kalsium

(Ca), apalagi Ca dengan ukuran mikropartikel dapat lebih meningkatkan absorbsi.

Level protein yang diturunkan agar tidak berdampak negatif pada

kesehatan ternak harus diimbangi dengan pemberian feed additive berupa

probiotik yaitu Lactobacillus sp. sehingga mampu diserap tubuh secara optimal

dan tidak mengganggu pertumbuhan. Penambahan Lactobacillus sp. semakin

mempermudah absorbsi kalsium dan nantinya juga pada penyerapan protein.

Peningkatan absorbsi protein akan mempengaruhi perkembangan jaringan limfoid

yaitu bursa fabrisius, timus dan limpa, sehingga ayam menjadi lebih baik dalam

meningkatkan ketahanan tubuh yang ditandai dengan penurunan nilai rasio H/L.

Disamping itu, penyerapan kalsium (Ca) secara biokimiawi berkaitan dengan

protein disebut calcium binding protein (CaBP) yang berdampak pada proses

deposisi protein. Protein yang dideposisikan dalam daging merupakan protein

selisih dari yang terserap dan dimanfaatkan untuk meningkatkan bobot badan

(Sorensen dan Tribe, 1983).

Sistem ketahanan tubuh berhubungan erat dengan perkembangan organ

limfoid seperti bursa fabrisius, timus dan limpa. Faktor indikator pada darah

adalah rasio heterofil-limfosit, dan capaian akhir dari kondisi kesehatan yang baik

dapat dilihat dari dihasilkannya bobot badan yang maksimal. Penelitian bertujuan

untuk mengetahui pengaruh penurunan level protein dari 21% menjadi 18%

Page 16: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

3

menggunakan Ca mikropartikel ditambah Lactobacillus sp. dalam ransum

terhadap bobot relatif organ limfoid, rasio heterofil-limfosit, dan bobot akhir.

Hipotesis penelitian yaitu ransum yang menggunakan ransum protein 21% dengan

Ca mikropartikel ditambah Lactobacillus sp. 1,2 ml dapat meningkatkan

kesehatan tubuh yang dilihat dari bobot relatif organ limfoid dan menurunnya H/L

rasio serta produktivitas ayam broiler.

Page 17: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perkembangan Ayam broiler

Ayam broiler atau disebut juga sebagai ayam pedaging merupakan jenis

unggas yang sangat unggul potensi genetiknya yaitu ukuran tubuh besar, proporsi

daging karkas tinggi, memiliki kerangka tulang kuat, pertumbuhan cepat, warna

kulit putih/kuning bersih, konversi pakan baik dan tahan terhadap penyakit

(Fadilah, 2004). Pemenuhan akan kebutuhan protein masyarakat Indonesia, dapat

meningkatkan populasi ayam broiler sebagai sumber protein dari 1.528.329.183

ekor pada tahun 2015 menjadi 1.698.368.741 ekor pada tahun 2017 (Direktorat

Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2017). Karakteristik ayam broiler

adalah memiliki kerangka tubuh besar, pertumbuhan tubuh yang begitu cepat dan

efisiensi dalam mengubah ransum menjadi daging (Hardjoswaro dan Rukminasih,

2000). Standar performa ayam broiler strain MB 202 New Lohman disajikan pada

Tabel 1.

Tabel 1. Standar Performa Ayam Broiler MB 202 New Lohman

Umur (minggu) Berat Badan Konsumsi Pakan

Kumulatif FCR

-------------- (g/ekor/minggu) ------------

1 187 165 0,885

2 477 532 1,115

3 926 1.176 1,270

4 1.498 2.120 1,415

5 2.140 3.339 1,560

6 2.801 4.777 1,705 Sumber: PT. Japfa Comfeed (2008)

Page 18: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

5

Pertumbuhan ayam broiler berbeda-beda, ada yang diawal cepat dan

kemudian melambat karena sangat tergantung dari perlakuan peternak, pembibit,

atau lembaga yang membibitkan ayam tersebut (Rasyaf, 2008). Strain ayam

broiler yang paling banyak dikembangkan di Indonesia antara lain Cobb, Lohman,

Ross dan Hubbard (Tamalluddin, 2012).

2.2. Kebutuhan Nutrien Ayam Broiler

Potensi genetik unggul ayam broiler yang cepat berkembang

pertumbuhannya harus didukung nutrien yang baik, sehingga penyusunan ransum

juga harus didukung dengan kebutuhan protein, energi dan mineral yang

seimbang. Ayam broiler membutuhkan ransum yang harus mengandung energi

yang cukup untuk membantu reaksi metabolik, menyokong pertumbuhan dan

mempertahankan suhu tubuh, dan juga membutuhkan protein seimbang, fosfor,

kalsium dan vitamin (Wahju, 2004). Ransum merupakan campuran dari berbagai

jenis bahan dengan komposisi tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan

produktivitas dan daya tahan tubuh ternak (Siriwa dan Sudarso, 2007). Formulasi

ransum dengan menggunakan energi dan protein lebih tinggi akan menghasilkan

efisiensi pakan yang lebih tinggi, sehingga penggunaan pakan berserat kasar

rendah sangat diperlukan (Tamalluddin, 2014).

Pola pemberian ransum harus disesuaikan dengan kebutuhan tubuh ayam,

yang dapat dilihat dari fase pertumbuhan ayam yaitu fase starter, grower dan

finisher. Ayam broiler fase starter membutuhkan asupan protein lebih tinggi

dibandingkan kebutuhan energi, karena untuk menunjang pertumbuhannya dan

apabila kandungan energi lebih tinggi maka unggas akan mengkonsumsi pakan

Page 19: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

6

lebih sedikit (Rasyaf, 2007). Kebutuhan nutrien ayam broiler yang utama adalah

protein, asam amino, energi, kalsium dan fosfor (Ketaren, 2010). Kebutuhan

nutrien ransum untuk ayam broiler menurut Standar Nasional Indonesia (2006)

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan Nutrien untuk Ayam Broiler

Komponen Starter

(0 – 3 minggu)

Finisher

(6 – 7 minggu)

Protein kasar (%) 19 18

Energi Metabolis (kkl/kg) 2.900 2.900

Kalsium (%) 0,90 0,90

Fosfor tersedia (%) 0,40 0,35

Methionin (%) 0,40 0,30

Methionin + sistin (%) 0,60 0,50

Lysin (%) 1,10 0,90 Standar Nasional Indonesia (2006)

Protein yang dibutuhkan tubuh harus seimbang dengan energi. Protein

merupakan unsur penting yang diperlukan untuk pertumbuhan dan efisiensi pakan

unggas, sehingga jika asupan protein dalam tubuh tercukupi maka metabolisme

sel-sel tubuh berlangsung secara normal (Sari et al., 2014). Penyerapan protein

dalam saluran pencernaan dibantu oleh enzim pepsin dalam proventikulus dan

gizzard sehingga menghasilkan peptida dan asam amino yang selanjutnya diserap

oleh mukosa usus. Fungsi dari protein adalah sebagai pembentuk enzim dan jika

kekurangan protein akan menyebabkan pertumbuhan ayam menurun (Iswanto,

2005). Rendahnya konsumsi protein dapat menghambat pertumbuhan organ

limfoid yaitu bursa fabrisius, karena protein merupakan nutrien pembentuk

antibodi (Jamilah et al., 2013). Protein yang berlebih dapat meningkatkan

produksi asam urat sehingga ayam harus membuangnya agar tidak terjadi

cekaman bagi tubuh. Oleh karena itu, perlu diperhitungkan tingkat keseimbangan

Page 20: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

7

antara energi dan protein sehingga penggunaan ransum menjadi efisien

(Suprijatna et al., 2005). Protein berperan dalam mekanisme pengangkutan

kalsium yang dikenal dengan calcium binding protein (CaBP) yang berfungsi

membawa kalsium ke dalam mukosa usus dan masuk ke pembuluh darah

kemudian diangkut ke jaringan yang membutuhkan (Scott et al., 1982).

Komponen protein yang berfungsi sebagai pembentuk antibodi adalah globulin,

jika protein ransum yang dikonsumsi rendah maka antibodi yang terbentuk sedikit

(Tizard, 1987). Bahan ransum sumber protein harus mengandung asam amino

yang lengkap dan berimbang sehingga penggunaan protein lebih efisien, biasanya

dapat diperoleh dari bungkil kedelai, tepung ikan, meat bone meal (MBM), dan

poultry meat meal (PMM) (Varianti et al., 2017).

Nutrien selain protein yang dibutuhkan ayam broiler adalah energi. Energi

merupakan sumber nutrien yang dibutuhkan ayam untuk pertumbuhan,

pertambahan jaringan tubuh, keperluan produksi, mempertahankan suhu tubuh,

keaktifan dan yang terpenting untuk kelangsungan hidup (Haryono dan Ujianto,

2000). Kekurangan energi dapat menyebabkan metabolisme tubuh terhambat dan

akan menyebabkan ayam menjadi lemas tidak bertenaga (Iswanto, 2005).

Kekurangan energi dapat menyebabkan terhambatnya pembentukan jaringan

tubuh dan produksi telur maupun daging (Fadilah, 2013). Umur ayam yang

semakin bertambah akan membutuhkan energi yang tinggi juga, terutama pada

fase finisher yang digunakan untuk mendukung proses hipertropi (pembesaran

sel) (Tamalluddin, 2014). Sumber energi yang biasa digunakan untuk ransum

adalah jagung, gandum dan dedak.

Page 21: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

8

Ayam broiler selain membutuhkan protein dan energi seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya, juga memerlukan mineral. Mineral merupakan komponen

penting dalam metabolisme dan fungsi kekebalan tubuh pada ayam broiler

(Monoura et al., 2008). Sumber mineral yang biasa digunakan sebagai ransum

adalah kalsium. Fungsi dari kalsium adalah untuk pertumbuhan tubuh, terutama

pada tulang karena performa ayam broiler tidak hanya dilihat dari daging. Jika

kekurangan keduanya akan menyebabkan proses pertumbuhan terganggu

(Iswanto, 2005). Kekurangan mineral pada ayam dapat menyebabkan tulang

keropos (Ketaren, 2002). Kalsium dapat diperoleh dari cangkang telur yang

merupakan salah satu limbah peternakan ternak unggas yang mengandung

kalsium karbonat tinggi yang diperoleh dari saluran telur (Prasetyanti, 2008).

Kebutuhan kalsium dalam tubuh hanya sedikit, namun sangat berperan aktif

dalam pertumbuhan tulang, keseimbangan dalam sel tubuh, membantu pencernaan

dan sistem transportasi nutrien dalam tubuh (Ketaren, 2010). Cangkang telur

mengandung unsur kalsium yang terdapat pada belerang mineral berupa kalsium

carbonat (CaCO3) atau kapur (Syam et al., 2014). Kandungan nutrien yang

terdapat pada cangkang telur adalah air 29 – 35%, protein 1,4 – 4%, lemak kasar

0,10 – 0,20%, abu 89,9 – 91,1%, Ca 35,1 – 36,4%, CaCO3 90,9% dan P 0,12%

(Riyani et al., 2005).

Penyerapan kalsium dalam saluran pencernaan dapat meningkat dengan

adanya modifikasi pengurangan ukuran partikel, yaitu melalui proses pembuatan

mikropartikel. Kalsium mikropartikel merupakan cangkang telur yang telah

diperkecil ukuran partikelnya, sehingga dapat dengan mudah diserap oleh saluran

pencernaan. Pengolahan cangkang telur menjadi partikel berukuran lebih kecil

Page 22: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

9

dapat mempermudah penyerapan (Amerah et al., 2017). Penggunaan cangkang

telur mikropartikel mampu meningkatkan penyerapan Ca, karena Ca dapat diserap

berikatan dengan carrier protein yang disebut calcium binding protein (CaBP)

yang berfungsi sebagai pembawa protein dan kalsium ke dalam sel mukosa usus

dan selanjutnya masuk ke pembuluh darah untuk diangkut ke jaringan yang

membutuhkan (Yogaswara, 2016). Fungsi dari kalsium adalah sebagai

pertumbuhan tulang, dalam hal ini untuk mendukung sistem kekebalan adalah

untuk pertumbuhan tulang panjang yang dapat mengasilkan sumsum tulang

belakang sebagai pembetuk sel darah putih (Purnomo et al., 2015).

2.3. Probiotik untuk Unggas

Probiotik merupakan mikroba hidup yang menguntungkan ternak inang,

melalui perbaikan keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan

(Fuller, 1989). Prinsip kerja probiotik adalah melekat dan berkoloni pada dinding

usus kemudian berkompetisi dengan mikroba patogenik sehingga dapat

memproduksi zat antimikroba serta menstimulasi mukosa usus. Beberapa mikroba

yang mempunyai potensi sebagai probiotik antara lain adalah Lactobacillus

acidophilus, L. casei, L. fermentum, L. plantarum, L. salivarius, L. reuteri, L.

delbrueckti, L. lactis, L. cellobiosus, L. brevis, Aspergillus oryzae,

Bifidobacterium longum, B. pseudologum, B. bifidum, B. suis, B. thermophilum,

Bacillus subtilis, Enterococcus faecum, Saccharomyces cerevisiae, Streptococcus

faecium, dan S. intermedius (Kompiang, 2009).

Bakteri yang umum digunakan sebagai probiotik adalah Lactobacillus sp.

dan Bifidobacteria karena kedua jenis bakteri ini dapat mempengaruhi

Page 23: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

10

peningkatan kesehatan yang dapat menstimulasi respon imun dan menghambat

patogen (Haryati, 2011). Lactobacillus sp. merupakan mikroba probiotik

penghasil asam laktat yang menghasilkan enzim selulosa untuk membantu proses

pencernaan karena dapat memecah komponen serat kasar yang sulit dicerna dalam

saluran pencernaan unggas (Sumarsih et al., 2012). Pemberian Lactobacillus sp.

ini dapat meningkatkan keseimbangan mikroba dalam usus, mensintesis vitamin

dan menstimulasi sistem kekebalan tubuh (Amirullah, 2017). Bakteri asam laktat

(BAL) dalam usus dapat menurunkan pH usus dan bakteri patogen sehingga

berdampak pada perbaikan penyerapan nutrien terutama protein dan kalsium

(Purwati et al., 2005).

Pemberian probiotik dapat merangsang pertumbuhan atau aktivitas

sehingga membatasi perkembangan jumlah bakteri patogen dalam usus (Gibson

dan Roberfroid, 1995). Probiotik Enterococcus faecum yang ditambahkan dalam

ransum ayam broiler dapat meningkatkan panjang vili usus dan performan ayam

broiler terutama bobot badan dan FCR (Samli et al., 2007). Meningkatnya

panjang vili usus menunjukkan peningkatan luas permukaan yang mampu

mempermudah penyerapan nutrien yang tersedia (Caspary, 1992). Semakin luas

permukaan vili dan semakin rapat vili maka area penyerapan semakin meningkat

dan penyerapan nutrien semakin banyak (Lenhardt dan Mozes, 2003). Nutrien

yang mampu terserap melalui usus merupakan prekursor untuk pembentukan sel

darah yang merupakan salah satu indikator rasio H/L (Sakti, 2018). Pemberian

probiotik dapat meningkatkan bakteri asam laktat (BAL) yang dapat menurunkan

pH dalam saluran pencernaan dan bakteriosin diperkirakan bertanggung jawab

atas sifat antagonis terhadap bakteri patogen (Haryati, 2011). Kesehatan saluran

Page 24: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

11

pencernaan berdampak positif terhadap penyerapan protein dan meningkatkan

kecernaan protein untuk deposisi protein daging (Saputri, 2012). Deposisi protein

daging dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ion kalsium dan juga protein

sebagai substrat untuk peningkatan pertumbuhan (Maharani et al., 2013). Semakin

tinggi deposisi protein, dalam bentuk massa protein daging maka semakin besar

pula kontribusinya terhadap bobot badan ayam broiler (Syafitri et al., 2015).

2.4. Organ Limfoid Unggas

Organ limfoid merupakan organ yang berperan dalam menjaga sistem

kekebalan tubuh antara lain timus, bursa fabrisius dan limpa yang berhubungan

dengan limfosit, karena jika bobot organ limfoid menurun maka antibodi yang

dihasilkan oleh limfosit menjadi lebih rendah (Kusnadi, 2009). Bursa fabrisius

merupakan organ limfoid yang sangat dipengaruhi hormon kortikosteron yaitu

hormon yang digunakan untuk merangsang perombakan protein sebagai penyedia

glukosa darah melalui sistem glukoneogenesis sehingga terjadi penurunan

pertumbuhan (Yunianto et al., 1997). Kecepatan tumbuh dan besarnya bursa

fabricius ada hubungannya dengan resistensi terhadap suatu gangguan (Glick,

1956). Bobot bursa fabrisius pada ayam broiler umur 42 hari yaitu 0,098%

(Toghyani et al., 2010). Bursa fabrisius berkembang sepenuhnya pada umur 5 - 7

minggu (Karel et al., 2012). Faktor yang mempengaruhi bobot relatif bursa

fabrisius salah satunya adalah konsumsi protein, dimana jika konsumsi protein

rendah maka dapat menghambat pertumbuhan bursa fabrisius (Jamilah et al.,

2013).

Page 25: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

12

Organ limfoid selain bursa yang digunakan sebagai indikator kesehatan

unggas adalah timus. Timus merupakan organ yang terletak pada sisi kanan dan

kiri saluran pernafasan, berwarna kuning kemerahan, bentuk tidak teratur dan

berjumlah 3 – 8 lobi pada masing-masing leher (Adriyana, 2011). Ukuran relatif

timus yang paling besar adalah saat lahir, sedangkan ukuran absolutnya terbesar

pada waktu pubertas dan pada saat dewasa timus hilang karena adanya jaringan

lemak (Febriana, 2008). Timus akan berdiferensiasi menjadi limfosit T yang

berfungsi mengatur respon sistem kekebalan terhadap sel yang terinfeksi

(Dellman, 1989). Bobot timus pada saat ayam menetas lebih besar dan pada saat

sudah dewasa mengalami pengecilan, persentase normal bobot timus pada ayam

broiler yaitu 0,26 – 0,38% (Zhang et al., 2013). Timus yang mengalami atrofi

cepat merupakan reaksi terhadap stres, sehingga ternak yang mengalami timus

kecil berarti terindikasi suatu gangguan (Tizard, 1987).

Organ limfoid selain bursa fabrisius dan timus yang mendukung kesehatan

unggas adalah limpa yang berperan untuk menyimpan sel darah dan memiliki

persentase bobot normal berkisar antara 0,18 - 0,23% dari bobot badan (Putnam,

1991). Limpa sangat berhubungan dengan rasio H/L karena limpa bertugas untuk

mengambil antigen dari dalam darah yang berikatan dengan limfosit dan jika

ukuran limpa membesar berarti semakin banyak menampung antigen yang

mengakibatkan limfosit bebas dalam darah berkurang sehingga rasio H/L

meningkat (Jamilah et al., 2013). Pembesaran limpa terjadi jika dalam tubuh ayam

broiler terinfeksi bakteri karena limpa berperan sebagai daya tahan tubuh dengan

cara memproduksi limfosit (Merryana et al., 2007). Tang et al. (1987)

menyatakan bahwa limpa yang mengalami hipertropi karena adanya

Page 26: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

13

pengambilalihan fungsi bursa fabrisius yang tidak dapat berfungsi secara normal.

Limpa sangat berhubungan dengan indikator stres (H/L rasio), dimana jika organ

limpa membesar akan menyebabkan rasio H/L meningkat dan ketahanan tubuh

menurun (Jamilah et al., 2013)

2.5. Rasio Heterofil-Limfosit (H/L) sebagai Indikator Kesehatan

Darah merupakan sistem sirkulasi didalam tubuh yang mempunyai fungsi

sebagai transportasi nutrien dan pertahanan tubuh terhadap benda-benda asing

(Widjajakusuma dan Sikar, 1986). Jaringan khusus yang terdapat dalam darah

terdiri dari plasma darah yang terdiri dari protein (55%) dan sel-sel darah (45%)

(Sari et al., 2014). Rasio heterofil-limfosit (H/L) merupakan indikator stres utama

pada unggas, dimana jika angka rasio tersebut semakin tinggi maka tingkat stres

juga meningkat (Kusnadi, 2009). Rasio heterofil-limfosit merupakan indikator

stres pada unggas yang dapat diketahui melalui komponen darah (Nugroho, 2014).

Heterofil merupakan unsur penting dalam sistem pertahanan untuk melawan

infeksi dengan cara migrasi ke area yang terinfeksi bakteri, sedangkan fungsi dari

limfosit adalah membentuk antibodi yang bersikulasi dalam darah atau dalam

pengembangan sistem kekebalan seluler (Frandson, 1992).

Heterofil sangat tertarik pada berbagai produk bakteri, berbagai produk

yang dilepaskan oleh sel yang rusak dan berbagai produk reaksi kekebalan

(Tizard, 1987). Sistem kerja heterofil yaitu menghancurkan patogen melalui jalur

oksigen independen dan oksigen dependen (Baratawidjaja dan Rengganis, 2012).

Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya heterofil adalah kondisi lingkungan,

Page 27: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

14

tingkat stress pada ternak, genetik dan kecukupan nutrien pakan (Thaxton dan

Puvadolpirod, 2000).

Limfosit merupakan unsur penting dalam sistem kekebalan tubuh yang

berfungsi merespon antigen dengan membentuk antibodi yaitu yang paling utama

adalah Imunoglobulin G (IgG) (Yalcinkaya et al., 2008). Fungsi dari limfosit

adalah merespon adanya antigen dan stres dengan meningkatkan sirkulasi antibodi

dalam pengembangan sistem imun (Salasia dan Hariono, 2010). Jumlah limfosit

yang berkurang atau menurun dapat mengakibatkan berkurangnya bobot organ

limfoid timus dan bursa fabrisius (Thaxton dan Puvadolpirod, 2000). Penurunan

jumlah limfosit dapat dipengaruhi oleh berkurangnya bobot organ limfoid dan

juga adanya cekaman panas (Siegel, 1995). Jumlah limfosit yang semakin

menurun akan meningkatkan rasio H/L dan kondisi stres akan meningkat (Zulkifli

et al., 2000).

Nilai rasio H/L dapat menentukan tingkat ketahanan tubuh pada unggas

dimana pada ayam broiler sekitar 0,2 (rendah), 0,5 (normal) dan 0,8 (tinggi)

(Emadi dan Kermanshahi, 2007). Ayam dikategorikan stres jika jumlah sel

heterofil darah meningkat dan jumlah sel limfosit menurun (Gross dan Siegel,

1993). Peningkatan rasio heterofil-limfosit dapat terjadi jika penurunan jumlah

limfosit lebih besar dibandingkan dengan penurunan jumlah heterofil darah

(Kusnadi, 2008).

Page 28: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

15

BAB III

MATERI DAN METODE

Penelitian tentang pengaruh penggunaan Lactobacillus sp. dan

mikropartikel cangkang telur terhadap bobot relatif organ limfoid, rasio heterofil-

limfosit dan bobot akhir dilaksanakan pada tanggal 19 Desember 2017 sampai 31

Januari 2018 di Kandang Digesti dan Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan,

Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang. Sampel

darah dianalisis di Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan Bagian Patologi

Klinik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta untuk mengetahui rasio heterofil-

limfosit.

3.1. Ternak dan Ransum Penelitian

Ternak yang digunakan dalam penelitian yaitu ayam broiler strain MB

New Lohman yang diperoleh dari PT. Japfa Comfeed, Salatiga Jawa Tengah

sebanyak 160 ekor umur 14 hari dengan bobot badan rata-rata 407,65 ± 16,51 g,

dipelihara dalam kandang battery yang telah diberi tanda perlakuan secara acak.

Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu Lactobacillus sp. 1,2 ml yang

diperoleh dari Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta, cangkang telur mikropartikel, desinfektan, vaksin ND untuk umur 3

hari dan vaksin Gumboro untuk umur 14 hari. Ransum penelitian tersusun dari

jagung, bekatul, tepung ikan, bungkil kedelai, premix dan tepung cangkang telur

sebagai sumber Ca organik dengan protein step down (21 menjadi 18%) (Tabel 3).

Page 29: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

16

Tabel 3. Formulasi Ransum Penelitian

Bahan Ransum Komposisi

T0 T1 T2 T3 T4

-------------------------- (%) -------------------------

Jagung Giling 44,00 50,00 50,00 50,00 50,00

Bekatul 17,00 19,00 19,00 19,00 19,00

Bungkil Kedelai 31,00 23,00 23,00 23,00 23,00

Tepung Ikan 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50

Tp. Cangkang Telur 2,00 2,00 0,00 2,00 0,00

Tp. Cangkang Telur

Mikropartikel 0,00 0,00 2,00 0,00 2,00

Premiks 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50

Total 100 100 100 100 100

Kandungan Nutrien* (%)

Energi Metabolis** (kkal/kg) 2914,51 2915,67 2915,67 2915,67 2915,67

Protein Kasar 21,21 18,13 18,13 18,13 18,13

Lemak Kasar 2,16 2,22 2,22 2,22 2,22

Serat Kasar 4,31 4,45 4,45 4,45 4,45

Kalsium 1,22 1,20 1,20 1,20 1,20

Fosfor 0,55 0,57 0,57 0,57 0,57

Metionin*** 0,38 0,36 0,36 0,36 0,36

Lisin*** 1,25 1,06 1,06 1,06 1,06

Arginin*** 1,48 1,26 1,26 1,26 1,26 * Berdasarkan hasil analisis proksimat di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas

Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang (2017)

** Dihitung berdasarkan rumus Balton

*** Dihitung berdasarkan kandungan asam amino bahan pakan berdasar Tabel National Research

Council (1994).

T0 : Ransum protein kasar 21% dengan Ca non-mikropartikel (reguler)

T1 : Ransum protein kasar 18% dengan Ca non-mikropartikel (reguler) T2 : Ransum protein kasar 18% dengan Ca mikropartikel

T3 : Ransum protein kasar 18% dengan Ca non-mikropartikel (reguler) ditambah Lactobacillus

sp.1,2 ml

T4 : Ransum protein kasar 18% dengan Ca mikropartikel ditambah Lactobacillus sp.1,2 ml

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu blender untuk

membuat tepung cangkang telur, ultrasonic transducer dengan merk Power Sonic

405 untuk memperkecil ukuran partikel cangkang telur, pelleter untuk membuat

pakan bentuk pellet, tempat ransum, tempat minum, lampu 60 watt sebagai

Page 30: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

17

penerang dan penghangat kandang, timbangan digital, tirai plastik, hygrometer

dan thermometer.

3.2 Prosedur Penelitian

3.2.1. Pembuatan cangkang telur mikropartikel

Cangkang telur diperoleh dari limbah peternakan yang kemudian

dibersihkan dan mengeringkannya. Cangkang telur yang telah kering kemudian

dibuat menjadi tepung. Sebagian tepung cangkang telur kemudian dibuat menjadi

mikropartikel dengan menggunakan sonifikator di laboratorium dengan akuades

perbandingan 1:4 dan dikeringkan kembali. Tepung cangkang telur tanpa

mikropartikel dan dengan mikropartikel kemudian dianalisis proksimat untuk

mengetahui kandungan nutriennya. Tepung cangkang telur mikropartikel diuji

dengan particle size analyzer (PSA) di Laboratorium Kimia Anorganik, Fakultas

Sains dan Matematika, Universitas Negeri Semarang. Cara pembuatan cangkang

telur mikropartikel seperti Ilustrasi 1.

Ilustrasi 1. Prosedur Pembuatan Mikropartikel Tepung Cangkang Telur

Cangkang telur

dibersihkan dan

dikeringkan

Di blender dan

diayak

Mencampur tepung

cangkang telur dengan

akuades perbandingan 1:4

Dipaparkan gelombang

ultrasonik selama 60

menit

Dikeringkan dengan

sinar matahari

Diuji ukuran dengan particle

size analyzer

(1,043 µm)

Page 31: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

18

3.2.2. Pemeliharaan ayam

Tahap ini dimulai dengan pemeliharaan ayam dari day old chicken (DOC)

yaitu ayam umur 1 – 14 hari diberikan ransum BR, selanjutnya mulai umur 15 –

42 hari diberi ransum perlakuan. Selama 1 – 14 hari ayam diberi adaptasi dengan

pemberian ransum secara bertahap yaitu mulai umur 1 – 7 hari diberi ransum

komersial 100%, umur 8 hari pemberian ransum berupa ransum komersial 75% :

25% ransum buatan sendiri (T0), umur 9 hari berupa ransum komersial 50% :

50% ransum buatan sendiri (T0), umur 10 hari berupa ransum komersial 25% :

75% ransum buatan sendiri (T0), umur 11 – 14 hari berupa ransum buatan sendiri

(T0) 100% dan umur 15 - 42 hari diberi ransum perlakuan. Lactobacillus sp. 1,2

mL dicampur dengan sedikit ransum (± 20 g) diberikan setiap pagi dan ditunggu

sampai habis, selanjutnya ditambah ransum tanpa Lactobacillus sp. untuk

memenuhi kebutuhan ransum per hari (T3 dan T4). Vaksinasi menggunakan

vaksin ND IB melalui tetes mata pada umur 4 hari dan vaksin gumboro pada

ayam umur 8 hari sampai 14 hari.

3.2.3. Parameter penelitian

Parameter yang diamati meliputi bobot organ limfoid dan rasio heterofil-

limfosit. Sampel darah untuk analisis raio heterofil-limfosit diambil pada hari ke

42 sebelum carcassing dengan cara membersihkan sayap bagian dalam dengan

alkohol, kemudian syringe disuntikkan pada pembuluh darah vena brachialis.

Darah diambil sebanyak ± 2 ml, kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang

Page 32: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

19

telah diberi antikoagulan berupa EDTA untuk menghindari pembekuan darah,

selanjutnya disimpan di dalam cooling box sampai analisis.

Organ limfoid meliputi bursa fabrisius, limpa, dan timus diperoleh dari

ayam yang telah di dekapitasi (sembelih) kemudian dipisahkan secara teliti dan

bersih dari daging-daging atau lemak-lemak. Bobot organ limfoid ditimbang

dengan menggunakan timbangan analitik dan selanjutnya dihitung bobot relatif

dengan menggunakan rumus:

Bobot badan akhir diperoleh dari penimbangan ayam pada umur 42 hari

sebelum dekapitasi, menggunakan timbangan analitik kapasitas 10 kg dengan

ketelitian 0,01 g.

3.2.4. Rancangan percobaan dan analisis statistik

Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5

perlakuan dan 4 ulangan, masing-masing ulangan terdiri 8 ekor ayam broiler.

Perlakuan yang diberikan pada ayam broiler sebagai berikut:

T0 : Ransum protein kasar 21% dengan Ca non-mikropartikel (reguler)

T1 : Ransum protein kasar 18% dengan Ca non-mikropartikel (reguler)

T2 : Ransum protein kasar 18% dengan Ca mikropartikel

T3 : Ransum protein kasar 18% dengan Ca non-mikropartikel (reguler) ditambah

Lactobacillus sp.1,2 ml

T4 : Ransum protein kasar 18% dengan Ca mikropartikel ditambah Lactobacillus

sp.1,2 ml

Page 33: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

20

Data hasil penelitian diuji secara statistik berdasarkan prosedur analisis

ragam (uji F). Apabila terdapat pengaruh perlakuan yang nyata (P<0,05)

dilanjutkan dengan uji wilayah ganda Duncan pada taraf 5% (Steel et al., 1997).

Model matematis dari rancangan acak lengkap yang digunakan adalah:

i = Perlakuan (1,2,3,4,5)

j = Ulangan (1,2,3,4)

Yijk = Rasio heterofil-limfosit dan bobot relatif organ limfoid ke-j yang

memperoleh perlakuan pemberian Lactobacillus sp. dan mikropartikel

cangkang telur

μ = Nilai tengah umum rasio heterofil-limfosit dan bobot relatif organ

limfoid

τi = Pengaruh perlakuan pemberian Lactobacillus sp. dan mikropartikel

cangkang telur ke-i

εij = Galat percobaan pada rasio heterofil-limfosit dan bobot relatif organ

limfoid ke-j yang memperoleh perlakuan pemberian Lactobacillus sp.

dan mikropartikel cangkang telur.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H0 : τ= 0; tidak ada pengaruh perlakuan pemberian Lactobacillus sp. dan

mikropartikel cangkang telur terhadap rasio heterofil-limfosit dan bobot

relatif organ limfoid

H1 : maksimal ada satu τ ≠ 0; minimal ada satu perlakuan pemberian

Lactobacillus sp. dan mikropartikel cangkang telur terhadap rasio

heterofil-limfosit dan bobot relatif organ limfoid

Yijk = μ + τi + εij

Page 34: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

21

Kriteria pengujian sebagai berikut :

1. Apabila F hitung < F tabel 5%, maka pengaruh perlakuan tidak berbeda nyata

sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.

2. Apabila F hitung ≥ F tabel 5%, maka pengaruh perlakuan berbeda nyata

sehingga H0 diterima dan H1 ditolak.

Page 35: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Persentase Bobot Relatif Bursa Fabrisius

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian ransum

perlakuan menggunakan Ca mikropartikel dan penambahan Lactobacillus sp.

berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase bobot relatif bursa fabrisius

(Tabel 4). Bobot relatif bursa fabrisius pada perlakuan kontrol (T0) berbeda nyata

dan paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Bobot relatif bursa

fabrisius pada perlakuan protein kasar 18% dengan Ca mikropartikel dan

penambahan Lactobacillus sp. (T4) tidak berbeda nyata (P>0,05) dan paling

rendah dibandingkan dengan perlakuan protein kasar 18% dengan Ca

mikropartikel (T2) dan perlakuan protein kasar 18% dengan Ca non-mikropartikel

dengan penambahan Lactobacillus sp. (T3). Perhitungan statistik selengkapnya

pada Tabel 4 tercantum pada Lampiran 1.

Tabel 4. Persentase Bobot Relatif Bursa Fabrisius

Ulangan Perlakuan

T0 T1 T2 T3 T4

----------------------------------- (%) ---------------------------------------

1 0,10 0,08 0,05 0,07 0,05

2 0,11 0,07 0,04 0,05 0,03

3 0,10 0,08 0,04 0,07 0,04

4 0,09 0,08 0,04 0,04 0,04

Jumlah 0,40 0,31 0,18 0,23 0,17

Rata-rata 0,10a 0,08b 0,04cd 0,06c 0,04d

Superskrip yang berbeda pada nilai rata-rata menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)

Page 36: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

23

Berdasarkan Tabel 4 diperoleh hasil bahwa semua perlakuan

menghasilkan bobot bursa fabrisius lebih rendah (P<0,05) dibandingkan dengan

perlakuan kontrol. Rendahnya semua perlakuan tersebut, akibat konsumsi protein

yang rendah (Lampiran 6). Perlakuan T2 dan T4 memiliki bobot bursa fabrisius

rendah, namun memiliki kondisi kesehatan yang lebih baik karena saluran

pencernaan sehat dan penyerapan nutrien juga optimal. Persentase protein yang

tinggi dapat meningkatkan ketersediaan asam amino dalam tubuh sebagai

penunjang perkembangan bursa fabrisius. Jamilah et al. (2013) menyatakan

bahwa perkembangan ketahanan tubuh pada fase awal sangat mempengaruhi fase

selanjutnya dan jika pada starter tidak berkembang, kemungkinan terjadi

immunosupresi yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan bahkan

kematian. Oleh karena itu, untuk mengetahui terhambatnya pertumbuhan tersebut,

dilakukan penelitian mengenai histologi organ limfoid dengan pengamatan

mikroskopis.

Kondisi kesehatan saluran pencernaan dibuktikan dengan peningkatan

BAL dan peningkatan penyerapan nutrien terutama protein, juga dapat ditunjang

dengan penurunan jumlah Coliform. Berdasarkan laporan Salsabila et al. (2018)

bahwa peningkatan bakteri asam laktat (BAL) pada ransum perlakuan protein

kasar 18% dengan Ca mikropartikel dan penambahan Lactobacillus sp. (T4) yaitu

1,08 x 108 CFU/g lebih tinggi dibandingkan dengan ransum tanpa perlakuan

(kontrol) yaitu sebesar 1,3 x 106 CFU/g (Lampiran 6). Sebaliknya, jumlah

Coliform menurun pada ransum perlakuan protein kasar 18% dengan Ca

mikropartikel dan penambahan Lactobacillus sp. yaitu 1,4 x 104 CFU/g,

sedangkan pada ransum tanpa perlakuan (kontrol) sebesar 2,5 x 104 CFU/g

Page 37: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

24

(Lampiran 6). Menurut Kompiang (2009) penggunaan probiotik yang kurang

berpengaruh tersebut dikarenakan beberapa faktor antara lain komposisi

mikrobiota inang, cara pemberian probiotik, umur dan jenis inang dan kualitas

serta jenis probiotik yang digunakan. Faktor lain yang mengindikasikan bahwa

perlakuan ini lebih baik adalah dengan adanya kecernaan protein yang tinggi pada

T4. Hal ini dapat dilihat dari data Warni et al. (2018) bahwa kecernaan protein

pada penelitian yang sama dapat meningkat yaitu T4 85,60% (Lampiran 6).

Persentase bobot relatif bursa fabrisius pada T0 nyata lebih tinggi

dibandingkan perlakuan lainnya. Menurut Toghyani et al. (2010) bobot bursa

fabrisius pada ayam broiler umur 42 hari yaitu 0,098%. Kusnadi (2009)

menyatakan bahwa bobot bursa fabrisius mengecil dan membesar seiring dengan

peningkatan bobot absolut atau umur ternak, dan jika bobot bursa kecil maka

dapat menurunkan jumlah limfosit sehingga antibodi sebagai indikator kekebalan

tubuh menjadi rendah. Pemberian Ca mikropartikel dengan penambahan

Lactobacillus sp. pada penelitian tidak begitu mempengaruhi perkembangan

bobot bursa fabrisius dan hanya dapat menyehatkan saluran pencernaan saja. Hal

ini dibuktikan dari perlakuan T0 tanpa Lactobacillus sp. bobot relatifnya normal.

Tingginya bobot relatif bursa fabrisius pada T0 disebabkan karena

konsumsi protein yang diberikan juga tinggi yaitu T0 26,18% (Lampiran 6.).

Konsumsi protein sesuai kebutuhan atau mencukupi dapat digunakan sebagai

penunjang pembentukan limfosit, karena sebagian besar limfosit dapat terbentuk

dari konsumsi protein. Limfosit merupakan suatu antibodi berbentuk sel darah

putih agranulosit yang berfungsi untuk meningkatkan pengembangan sistem

kekebalan. Hal ini sesuai dengan pendapat Salasia dan Hariono (2010) bahwa

Page 38: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

25

limfosit merupakan sel darah putih yang merespon adanya antigen dan stress

dengan meningkatkan sirkulasi antibodi dalam pengembangan sisitem imun.

Bursa fabrisius merupakan salah satu indikator ketahanan tubuh yang

utama pada unggas, dan jika pada umur 4 – 7 minggu tidak berkembang berarti

terjadi gangguan. Karel et al. (2012) menyatakan bahwa bursa fabrisius

berkembang sepenuhnya pada umur 5 – 7 minggu. Faktor yang mempengaruhi

tinggi rendahnya bobot relatif bursa fabrisius adalah asupan protein. Menurut

Jamilah et al. (2013) protein yang rendah dapat menghambat perkembangan bursa

fabrisius. Sistem kekebalan tubuh memerlukan ransum yang bernutrisi tinggi agar

organ-organnya bisa berkembang dengan cepat.

4.2. Persentase Bobot Relatif Timus

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian ransum

perlakuan menggunakan Ca mikropartikel dan penambahan Lactobacillus sp.

berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase bobot relatif timus (Tabel 5).

Bobot relatif timus pada perlakuan protein kasar 18% dengan Ca mikropartikel

dan penambahan Lactobacillus sp. (T4) berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan

lainnya. Bobot relatif timus pada perlakuan protein kasar 18% dengan Ca non-

mikropartikel dan penambahan Lactobacillus sp. (T3) tidak berbeda nyata

(P<0,05) dengan perlakuan protein kasar 18% dengan Ca mikropartikel (T2) dan

perlakuan kontrol. Bobot relatif timus pada perlakuan protein kasar 18% dengan

Ca non-mikropartikel (T1) berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan lain dan

memiliki bobot limpa paling kecil. Perbedaan pengaruh antar perlakuan tersebut,

tercantum pada perhitungan statistik Lampiran 2.

Page 39: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

26

Tabel 5. Persentase Bobot Relatif Timus

Ulangan Perlakuan

T0 T1 T2 T3 T4

----------------------------------- (%) ---------------------------------------

1 0,17 0,12 0,17 0,17 0,26

2 0,16 0,15 0,19 0,18 0,26

3 0,19 0,13 0,16 0,17 0,25

4 0,17 0,16 0,16 0,17 0,26

Jumlah 0,68 0,56 0,69 0,69 1,03

Rata-rata 0,17b 0,14c 0,17b 0,17b 0,26a

Superskrip yang berbeda pada nilai rata-rata menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)

Berdasarkan Tabel 5, persentase bobot relatif timus tertinggi yaitu T4

sedangkan persentase bobot relatif terendah yaitu T1 yang merupakan ransum Ca

non-mikropartikel dengan protein 18%. Bobot relatif timus pada T0, T1, T2 dan

T3 berada pada kisaran rendah sedangkan T4 berada pada kisaran normal. Zhang

et al. (2013) menyatakan bahwa rentang normal bobot relatif timus antara 0,26 –

0,38%. Tizard (1987) menyatakan bahwa timus yang mengalami atrofi cepat

merupakan reaksi terhadap cekaman, sehingga ternak yang memiliki timus kecil

berarti terindikasi suatu gangguan.

Pemberian ransum Ca mikropartikel dengan protein 18% dan penambahan

Lactobacillus sp. (T4) dapat membuat timus bekerja secara normal dibandingkan

dengan perlakuan yang lain dan memberikan indikasi bahwa ayam broiler tidak

mengalami cekaman. Penambahan Lactobacillus sp. dapat meningkatkan

perkembangan timus walaupun bobot relatif bursa fabrisius kurang normal.

Kondisi ini bukan berarti ayam broiler mengalami gangguan, karena indikator

daya tahan tubuh tidak hanya bursa fabrisius. Indikator kesehatan ternak menurut

hasil penelitian Salsabila et al. (2018) bahwa jumlah Coliform rendah (T0 2,5 x

104 dan T4 1,4 x 104) dan jumlah bakteri asam laktat (BAL) meningkat (T0 1,08 x

Page 40: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

27

108 dan T4 1,3 x 108) dalam saluran pencernaan. Hasil penelitian ini khususnya

yang berkaitan dengan indikasi kesehatan ternak (bobot relatif timus) didukung

dengan data Warni et al. (2018) bahwa kecernaan protein meningkat (T0 85,05%

dan T4 85,60%)

Perlakuan T2 dan T3 tidak berbeda nyata, yang berarti dengan atau tanpa

Ca mikropartikel bobot relatif timus tergolong rendah, pada T3 bobot lebih tinggi

dibandingkan T2. Fenomena fisiologis saluran pencernaan pada T3 menggunakan

Ca non-mikropartikel dengan tambahan Lactobacillus sp. tersebut dapat

meningkatkan penyerapan nutrien. Penambahan Lactobacillus sp. dapat

meningkatkan bakteri asam laktat (BAL) dalam saluran pencernaan sehingga

dapat mempermudah penyerapan nutrien, terutama penyerapan protein dan Ca.

Mineral dalam bahan ransum akan tercerna didalam saluran pencernaan kemudian

akan dirombak menjadi ion mineral yang selanjutnya diserap oleh tubuh unggas.

Kalsium (Ca) sangat berperan penting dalam tubuh, walaupun diperlukan

dalam jumlah sedikit. Monoura et al. (2008) menyatakan bahwa mineral

merupakan komponen yang sangat penting untuk metabolisme dan fungsi

kekebalan tubuh ayam broiler. Ketaren (2010) menyatakan bahwa kalsium

dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit, namun sangat berperan penting dalam

pertumbuhan tulang, keseimbangan dalam sel tubuh, membantu pencernaan dan

sistem transpotasi nutrien dalam tubuh. Solikhatin et al. (2016) berpendapat

bahwa apabila nutrien mikro seperti Ca dan P yang dibutuhkan untuk

metabolisme kurang maka ternak tidak dapat menampilkan potensi genetik yang

sesungguhnya secara maksimal. Proses metabolisme sangat diperlukan dalam

tubuh dan jika menurun maka akan berpengaruh pada fungsi kekebalan tubuh

Page 41: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

28

ayam broiler. Kalsium sangat diperlukan untuk pertumbuhan tulang, termasuk

tulang panjang, dimana tulang panjang di dalamnya terdapat sumsum tulang yang

berfungsi sebagai penghasil sel darah putih (limfosit). Purnomo et al. (2015)

menyatakan bahwa sel darah putih yang termasuk ke dalam agranulosit dibentuk

di dalam sumsum tulang. Salasia dan Hariono (2010) menyatakan bahwa fungsi

dari limfosit adalah merespon antigen dan stress dengan meningkatkan sirkulasi

antibodi dalam pengembangan sistem imun. Penurunan jumlah limfosit akan

berpengaruh terhadap perkembangan organ limfoid khususnya bursa fabrisius dan

timus yang akan semakin mengecil.

Ukuran mikropartikel kalsium dapat mudah terdeteksi didalam saluran

pencernaan kaitannya dengan sekresi HCl dan begitu sebaliknya, bila Ca dengan

ukuran non-mikropartikel maka kalsium sulit terdeteksi. Lactobacillus sp. dapat

menurunkan pH disertai dengan Ca mikro yang mudah terdeteksi sehingga

mempermudah penyerapan. Di sisi lain, ion bikarbonat berfungsi sebagai buffer

(penyangga) agar di dalam saluran pencernaan tetap dalam kondisi stabil. Namun,

dengan pemberian Ca mikropartikel sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya

bahwa Ca mudah terdeteksi dan bersifat antagonis terhadap ion bikarbonat

sehingga kondisi saluran pencernaan dalam kategori asam. Morgan et al. (2014)

menyatakan bahwa ukuran partikel Ca yang halus dapat mudah dideteksi oleh

saluran pencernaan terutama proventrikulus, ventrikulus dan duodenum. Pendapat

tersebut didukung oleh Ekmay dan Coon (2010) bahwa ukuran partikel Ca yang

lebih besar dapat menghambat sekresi HCl karena kurang dapat terdeteksi oleh

proventrikulus sehingga kurang mampu menghambat sifat buffer dari kalsium

Page 42: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

29

bikarbonat, terhambatnya efek buffer dapat mengarah pada pH saluran pencernaan

yang tidak asam.

4.3. Persentase Bobot Relatif Limpa

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian ransum

perlakuan menggunakan Ca mikropartikel dan penambahan Lactobacillus sp.

berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase bobot relatif limpa (Tabel 6).

Bobot relatif limpa pada perlakuan protein kasar 18% dengan Ca mikropartikel

dan penambahan Lactobacillus sp. (T4) tidak berbeda nyata dengan ransum

perlakuan protein kasar 18% dengan Ca mikropartikel (T2), namun berbeda nyata

(P<0,05) dengan perlakuan lainnya. Bobot relatif limpa pada perlakuan protein

kasar 18% dengan Ca non-mikropartikel dan penambahan Lactobacillus sp. (T3)

tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan kontrol dan perlakuan protein

kasar 18% Ca non-mikropartikel (T1) berbeda nyata (P<0,05) dengan semua

perlakuan. Perhitungan analisis mengenai perbedaan pengaruh antar perlakuan

tercantum pada Lampiran 3.

Tabel 6. Persentase Bobot Relatif Limpa

Ulangan Perlakuan

T0 T1 T2 T3 T4

----------------------------------- (%) ---------------------------------------

1 0,12 0,16 0,23 0,12 0,20

2 0,14 0,15 0,24 0,13 0,19

3 0,12 0,18 0,23 0,15 0,23

4 0,14 0,16 0,23 0,13 0,24

Jumlah 0,51 0,65 0,93 0,53 0,85

Rata-rata 0,13c 0,16b 0,23a 0,13c 0,21a

Superskrip yang berbeda pada nilai rata-rata menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)

Page 43: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

30

Berdasarkan Tabel 6 persentase bobot relatif limpa T2 dan T4 sama tinggi

dan nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan T0, T1, dan T3. Bobot relatif limpa

pada T0, T1 dan T3 sama rendah dan berada pada kisaran di bawah normal,

sedangkan T2 dan T4 termasuk normal. Kondisi ini memberikan arti bahwa

perlakuan T2 dan T4 mendapat asupan nutrien, khususnya protein dan kalsium,

akibat pemberian Lactobacillus sp. yang dikombinasi dengan Ca mikropartikel.

Persentase limpa pada perlakuan T2 dan T4 tergolong normal dan sesuai dengan

pendapat Putnam (1991) bahwa persentase limpa ayam broiler berkisar antara

0,18 – 0,23%.

Limpa merupakan organ limfoid sekunder yang bertugas untuk mengambil

antigen dari dalam darah yang berkaitan dengan limfosit dan jika ukuran limpa

membesar berarti semakin banyak menampung antigen yang mengakibatkan

limfosit bebas dalam darah berkurang. Tang et al. (1987) menyatakan bahwa

limpa yang mengalami hipertropi (pembesaran) disebabkan karena terjadi

pengambilalihan fungsi bursa fabrisius yang tidak dapat berfungsi secara normal.

Ukuran limpa membesar jika dalam tubuh terindikasi suatu gangguan. Merryana

et al. (2007) menyatakan bahwa pembesaran limpa terjadi pada ayam yang

terinfeksi bakteri karena secara tidak langsung limpa berperan dalam fungsi daya

tahan tubuh dengan cara memproduksi limfosit. Jumlah limfosit yang dihasilkan

dalam tubuh semakin banyak menandakan bahwa ternak dalam kondisi tahan

terhadap suatu gangguan, misalnya indikasi suatu penyakit rendah.

Pemberian ransum Ca mikropartikel dan penambahan Lactobacillus sp.

menjadikan limpa bekerja dengan normal dan hal ini mengindikasikan bahwa

ayam broiler dalam kondisi sehat seperti telah dibahas sebelumnya. Ukuran

Page 44: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

31

kalsium mempermudah penyerapan dan adanya penambahan Lactobacillus sp.

dapat meningkatkan bakteri asam laktat (BAL) dan menekan pertumbuhan bakteri

patogen khususnya Coliform sehingga saluran pencernaan sehat. Hal tersebut

sesuai dengan data Salsabila et al. (2018) dengan perlakuan yang sama, total BAL

pada T4 tinggi (T4 1,3 x 108) dan Coliform rendah (T4 1,4 x 104). Saluran

pencernaan yang sehat memungkinkan penyerapan nutrien, khususnya protein

dan kalsium. Kondisi tersebut dapat dibuktikan dengan kecernaan protein pada T2

sama dengan kontrol dan T4 yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan kontrol.

Warni et al. (2018) menyatakan bahwa dengan perlakuan yang sama, kecernaan

protein T2 83,13% dan T4 85,60% lebih tinggi dari perlakuan kontrol T0

85,05%. Purwati et al. (2005) menyatakan bahwa probiotik dapat menambah

jumlah bakteri asam laktat (BAL) dan menekan bakteri merugikan dengan cara

berkompetisi untuk hidup di dalam saluran pencernaan yaitu melalui mekanisme

competitive exclution (CE), sehingga mempermudah penyerapan nutrien.

Rendahnya bobot relatif limpa pada perlakuan T0, T1, dan T3 dikarenakan

tidak adanya peran Lactobacillus sp., dan dimungkinkan penyerapan nutrien

(protein dan kalsium) kurang maksimal sehingga kemampuan membentuk

limfosit (protein) juga rendah. Selain sebagai pembentuk limfosit, protein juga

digunakan untuk mengikat Ca yang disebut calcium binding protein (CaBP) agar

dapat dengan mudah diserap oleh dinding usus. Maghfiroh et al. (2014)

menyatakan bahwa protein mempunyai peranan dalam mekanisme pengangkutan

Ca yang dikenal dengan calcium binding protein (CaBP) yang berfungsi sebagai

pembawa kalsium ke dalam sel mukosa usus dan masuk ke dalam pembuluh darah

dan diangkut ke jaringan yang membutuhkan. Berdasarkan penelitian dengan

Page 45: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

32

penambahan Lactobacillus sp. pada ransum protein mikropartikel (Erfah, 2018)

bahwa retensi Ca dengan penambahan probiotik nyata paling tinggi dibandingkan

perlakuan tanpa probiotik (T4 9,60%), sedangkan penelitian dengan penambahan

Lactobacillus sp. pada ransum Ca mikropartikel (Warni et al., 2018) memiliki

kecernaan protein yang tinggi (T4 85,60%). Kondisi seperti diuraikan diatas dapat

dikaitkan dengan dengan kecernaan protein, sehingga semakin banyak protein, Ca

yang terikat juga semakin tinggi dan dapat meningkatkan bobot limpa.

4.4. Rasio Heterofil-Limfosit (H/L)

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian ransum perlakuan

menggunakan Ca mikropartikel dan penambahan Lactobacillus sp. berpengaruh

nyata (P<0,05) terhadap nilai H/L rasio (Tabel 7). Nilai H/L rasio pada perlakuan

kontrol (T0) tidak berbeda nyata dengan ransum perlakuan protein 18%

menggunakan Ca non-mikropartikel dengan penambahan Lactobacillus sp. (T3)

namun, berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Nilai H/L rasio pada perlakuan

protein 18% menggunakan Ca non-mikropartikel (T1) berbeda nyata dengan

perlakuan kontrol namun, tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Nilai

H/L rasio pada perlakuan protein 18% menggunakan Ca non-mikropartikel

dengan penambahan Lactobacillus sp. (T3) berbeda nyata dengan perlakuan

ransum perlakuan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel (T2) dan tidak

berbeda dengan ransum perlakuan lainnya. Perhitungan statistik mengenai

perbedaan pengaruh antar perlakuan pada Tabel 7 tercantum pada Lampiran 4.

Page 46: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

33

Tabel 7. Rasio Heterofil-Limfosit (H/L)

Ulangan Perlakuan

T0 T1 T2 T3 T4

1 0,33 0,31 0,28 0,55 0,42

2 0,48 0,37 0,22 0,41 0,33

3 0,60 0,26 0,26 0,33 0,29

4 0,42 0,34 0,29 0,41 0,38

Jumlah 1,83 1,28 1,05 1,70 1,42

Rata-rata 0,67a 0,56bc 0,51c 0,65ab 0,59abc Superskrip yang berbeda pada nilai rata-rata menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)

Berdasarkan Tabel 7, persentase H/L rasio tertinggi yaitu pada T0 yang

merupakan perlakuan kontrol sedangkan yang terendah pada T2 (ransum protein

18% dengan Ca mikropartikel). Perlakuan T2 menggunakan kalsium

mikropartikel yang lebih mudah diserap didalam usus dibandingkan dengan

kalsium biasa, sehingga lebih banyak protein yang dapat berikatan dengan Ca.

Kemampuan protein dalam mengikat Ca dapat dikenal dengan istilah calcium

binding protein (CaBP). Kondisi pada penelitian ini menunjukkan bahwa bobot

relatif bursa fabrisius pada T2 rendah, sehingga limpa mengambil alih fungsi

bursa yang mempunyai bobot relatif tinggi (T2 0,23%, Tabel 5). Kusnadi (2009)

menyatakan bahwa limfosit selain dihasilkan oleh bursa fabrisius, juga dihasilkan

oleh kelenjar lain, seperti timus dan limpa. Semakin tinggi bobot limpa maka

ayam broiler semakin tahan terhadap suatu gangguan/cekaman karena semakin

banyak limfosit yang dapat diproduksi (Lampiran 6) sebagai pertahanan terhadap

suatu gangguan. Yalcinkaya et al. (2008) menyatakan bahwa bagian terbanyak

dari sel darah putih pada ayam adalah limfosit yang menghasilkan sistem

kekebalan yaitu Imunoglobulin G (IgG) yang berdampak pada kesehatan ayam

ditandai dengan menurunnya rasio heterofil-limfosit.

Page 47: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

34

Rasio heterofil-limfosit berkaitan dengan rendahnya heterofil dan

tingginya limfosit, karena semakin tinggi jumlah limfosit dan semakin rendah

heterofil maka rasio heterofil-limfosit semakin rendah yang berarti tingkat

cekaman semakin ringan. Hal ini didukung dengan data limfosit yang lebih tinggi

daripada heterofil pada T2 dibandingkan perlakuan lainnya sebesar 76% untuk

limfosit dan 4,44% untuk heterofil (Lampiran 6). Nugroho (2014) menyatakan

bahwa rasio heterofil-limfosit dapat digunakan sebagai indikator ketahanan tubuh

terhadap faktor penyebab cekaman yang dapat diketahui dari komponen darah.

Pembentukan limfosit sangat berhubungan dengan kecernaan protein yang tinggi,

karena protein merupakan komponen dari darah sebagai pembentuk antibodi.

Kondisi pada penelitian ini, menurut Warni et al. (2018) dengan perlakuan

ransum yang sama, kecernaan protein pada perlakuan T2 (83,13 %) tidak berbeda

nyata dengan perlakuan kontrol (83,13%). Emadi dan Kermanshahi (2007)

menyatakan bahwa tingkat ketahanan tubuh unggas ditentukan oleh nilai rasio

heterofil-limfosit sekitar 0,2 tergolong rendah, 0,5 adalah normal dan 0,8

termasuk tinggi.

Perlakuan T1, T3 dan T4 memiliki nilai rasio H/L yang tidak berbeda

nyata, karena jumlah limfosit pada ketiga perlakuan tersebut sama yaitu T1 71%,

T3 66,25% dan T4 70,5% (Lampiran 6). Semakin tinggi jumlah limfosit, maka

tingkat cekaman ayam broiler semakin rendah, seperti telah dijelaskan

sebelumnya. Penelitian ini bila dilihat secara numerik memiliki nilai rasio

heterofil-limfosit pada kisaran normal. Kondisi ini menandakan bahwa pada

protein ransum tinggi (T0) dapat digunakan sebagai pemacu pembentuk limfosit.

Perlakuan T4, walaupun dengan protein ransum rendah, memiliki kecernaan

Page 48: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

35

nutrien yang tinggi karena terdapat Lactobacillus sp. yang dapat meningkatkan

bakteri asam laktat di dinding usus dan menurunkan Coliform sesuai yang telah

dijelaskan sebelumnya (Salsabila et al., 2018). Kalsium baik dalam bentuk

mikropartikel maupun non-mikropartikel, serta protein lebih mudah diserap secara

optimal. Purwati et al. (2005) menyatakan bahwa bakteri asam laktat (BAL)

dalam usus dapat bersaing dengan bakteri patogen melalui mekanisme competitive

exclution (CE), sehingga berdampak pada perbaikan penyerapan nutrien, terutama

protein dan kalsium. Probiotik dapat menjaga keseimbangan mikroba dalam

saluran pencernaan melalui mekanisme competitive exclution (CE) yaitu

kompetisi antara bakteri patogen tak hidup dalam saluran pencernaan dan keluar

bersama ekskreta (Zurmiati et al., 2014).

4.5. Bobot Badan Akhir

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian ransum

perlakuan menggunakan Ca mikropartikel dan penambahan Lactobacillus sp.

berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot badan akhir (Tabel 8). Bobot badan

akhir pada ransum perlakuan protein 18% menggunakan Ca non-mikropartikel

dan penambahan Lactobacillus sp. (T3) tidak berbeda nyata dengan ransum

perlakuan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel dan penambahan

Lactobacillus sp. (T4), namun, berbeda dengan perlakuan lain. Bobot badan akhir

pada ransum perlakuan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel (T2) tidak

berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (T0) dan perlakuan protein 18%

menggunakan Ca non-mikropartikel (T1). Perhitungan statistik pada tabel 8

tercantum pada Lampiran 5.

Page 49: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

36

Tabel 8. Bobot Badan Akhir

Ulangan Perlakuan

T0 T1 T2 T3 T4

----------------------------------- (g) ---------------------------------------

1 1795 1880 1783 1876 1985

2 1635 1770 1780 1950 1975

3 1820 1830 1785 1885 1902,5

4 1750 1710 1855 1867 1930

Jumlah 7000 7190 7202,5 7577,5 7692,5

Rata-rata 1750b 1797,5b 1800,6b 1894,38a 1923,13a Superskrip yang berbeda pada nilai rata-rata menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)

Berdasarkan Tabel 8 bobot badan ayam broiler pada perlakuan T3 dan T4

lebih tinggi dibandingkan perlakuan lain. Ini menandakan bahwa dengan

perlakuan tersebut dapat memperbaiki bobot badan ayam broiler dan apabila

dikaitkan dengan bobot organ limfoid (Tabel 5,6,7) dan rasio H/L (Tabel 8)

seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kondisi kesehatan ayam pada T4 lebih

baik. Kondisi kesehatan tersebut berdampak pada kecernaan protein yang semakin

meningkat yaitu T4: 85,60% dibandingkan dengan T0: 85,05% (Warni et al.,

2018). Kecernaan protein yang tinggi tersebut tidak lepas dari kondisi saluran

pencernaan yang sehat, didukung dengan peningkatan bakteri asam laktat (BAL)

dan penurunan Coliform (Salsabila et al., 2018), sehingga proses penyerapan

nutrien, terutama kalsium dan protein maksimal. Fenomena diatas sesuai dengan

hasil Thomas et al. (2010) bahwa bakteri asam laktat (BAL) menghasilkan

antimikroba melalui produksi enzim ß-glukosidase yang dapat menghambat

perkembangan bakteri patogen, khususnya Coliform yang pada akhirnya toksin

berupa enzim ß-glukuronidase menurun.

Peningkatan kecernaan protein memberikan kontribusi terhadap asupan

protein untuk pembentukan protein daging, jadi penyerapan protein yang lebih

Page 50: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

37

baik dapat meningkatkan massa protein daging pada ayam broiler tersebut. Warni

et al. (2018) menyatakan bahwa dengan perlakuan yang sama yaitu Ca

mikropartikel maupun non-mikropartikel dengan penambahan Lactobacillus sp.

dapat meningkatkan massa protein daging (MPD) ayam broiler sebesar 128,43 g

(T3) dan 130,67 g (T4). Saputri (2012) menyatakan bahwa peningkatan bakteri

asam laktat (BAL) dalam saluran pencernaan berdampak positif terhadap

penyerapan protein sehingga dapat meningkatkan asupan protein untuk deposisi

protein daging.

Penyerapan kalsium baik bentuk mikropartikel maupun non-mikropartikel

pada saluran pencernaan sangat berkaitan dengan protein, karena protein

membentuk ikatan dengan Ca yang secara biokimiawi disebut calsium binding

protein (CaBP) sehingga memungkinkan memberikan kontribusi sebagai asupan

protein lebih tinggi untuk dideposisikan dalam daging. Kalsium yang berkaitan

dengan proses deposisi protein berasal dari kalsium ransum yang diserap dalam

usus halus kemudian masuk ke dalam darah ditransportasikan ke jaringan yang

membutuhkan, seperti tulang dan daging (Yogaswara, 2016).

Asupan nutrien terutama protein yang sama (Warni et al., 2018) sebagai

komponen untuk biosintesis jaringan daging menghasilkan pertambahan bobot

badan yang sama pula. Kondisi tersebut dapat diketahui pada perlakuan T0, T1

dan T2 yang menghasilkan massa protein daging (MPD) dan bobot badan yang

sama tetapi lebih rendah dibanding T3 dan T4 karena memang didukung dengan

asupan protein yang sama pula. Massa protein daging pada T4 (130,67%) dan T3

(128,43%) lebih tinggi dibanding T1 (110,84%) dan T2 (109,59%) (Warni et al.,

2018). Ini menunjukkan bahwa tanpa pemberian Lactobacillus sp. menyebabkan

Page 51: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

38

pertambahan bobot badan rendah karena bakteri asam laktat (BAL) dalam saluran

pencernaan juga rendah dan tidak maksimal memberikan kontribusi terhadap

penggunaan nutrien terutama protein. Penurunan protein ransum baik yang

menggunakan Ca mikropartikel maupun non-mikropartikel dengan penambahan

Lactobacillus sp. berdampak positif terhadap peningkatan bobot badan.

Page 52: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

39

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Perlakuan menggunakan ransum dengan protein kasar level 18%

menggunakan Ca mikropartikel dan penambahan Lactobacillus sp. (T4) dapat

mempertahankan bobot relatif organ limfoid, walaupun bobot relatif bursa

fabrisius rendah dan mengurangi gangguan berdasarkan menurunnya rasio H/L,

serta dapat meningkatkan bobot akhir ayam broiler.

5.2. Saran

Perlu dilakukan pemeriksaan dan analisis lebih lanjut mengenai histologi

jaringan organ limfoid untuk mengetahui tingkat atrofi atau hiperplasia.

Page 53: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

40

DAFTAR PUSTAKA

Adriyana, L. 2011. Suplementasi Selenum dan Vitamin E terhadap Kandungan

Mda, Gsh-Px Plasma Darah dan Bobot Organ Limfoid Ayam Broiler yang

Diberi Cekaman Panas. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor,

Bogor (Skripsi).

Amerah. A. M., V. Ravindra., R. G. Lentle dan D. D. Thomas. 2007. Feed partile

size: implication on the digestion and performance of poultry. Poult. Sci.

63 (3): 439 – 455.

Amirullah. 2017. Pengaruh Pemberian Probiotik terhadap Organ Dalam pada

Broiler. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Alauddin,

Makassar (Skripsi).

Baratawidjaja, K. G dan I. Rengganis. 2012. Imunologi Dasar. Edisi IX. Badan

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Caspary, W. F. 1992. Physiology and pathophysiology of intestinal absorption.

Am. J. Clin. Nutr. 55: 299S–308S.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2017. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Jakarta.

Dellman B. 1989. Buku Teks Histologi Veteriner I. Indonesia University Press,

Jakarta (Diterjemahkan oleh R. Hartono).

Ekmay, R. D. dan C. N. Coon. 2010. The effect of limestone particle size on the

performance of three broiler breeder pure lines. Int. Poult. Sci. 9: 1038 –

1042.

Emadi, M. and H. Kermanshahi. 2007. Effect of turmenic rhizome powder on the

activity of some blood enzyme in broiler chicken. Int. Poult. Sci. 6 (1): 48

– 51.

Erfah, M.N. 2018. Retensi Kalsium dan Pertumbuhan Tulang pada Ayam Broiler

yang diberi Ransum dengan Protein Mikropartikel dan Probiotik. Fakultas

Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang (Skripsi).

Fadilah, R. 2004. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial.

AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Fadilah, R. 2013. Super Lengkap Beternak Ayam Broiler. AgroMedia Pustaka,

Jakarta.

Page 54: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

41

Febriana, E. 2008. Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius dan Timus pada

Ayam Broiler yang Terinfeksi Marek dan Pengaruh Pemberian Bawang

Putih, Kunyit dan Zink. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Bogor, Bogor (Skripsi).

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta (Diterjemahkan oleh Srigandono dan K. Praseno).

Fuller, R. 1989. Probiotic in man and animals. J. Appl. Bacteriol. 66 (5): 365 –

378.

Gibson, G. R. dan M. B. Roberfroid. 1995. Dietary modulation of human colonic

microbiota: Introducing the concept of prebiotic. J. Nutr. 125:1401–1412.

Glick, B. 1956. Normal growth of the bursa of fabricius in chickens. Poult. Sci.

35: 845 – 851.

Gross, W. B. dan H. S. Siegel. 1993. Evaluation of heterophil/lymphocyte ratio as

a measure of stress in chickens. J. Avian Diseases. 27 (4): 972 – 979.

Hardjoswaro dan Rukminasih. 2000. Peningkatan Produksi Ternak Unggas.

Penebar Swadaya, Jakarta.

Haryati, T. 2011. Probiotik dan prebiotik sebagai pakan imbuhan nonruminansia.

Balai Penelitian Ternak, Bogor. Hal. 125- 132.

Haryono dan A. Ujianto. 2000. Penentuan energi metabolis (EM) bahan ransum

ayam di Kandang Percobaan unggas Ciawi. Temu Teknis Fungsional non

Peneliti. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Hal. 185 – 192.

Iswanto, H. 2005. Ayam Kampung Pedaging. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Jamilah, N. Suthama dan L.D. Mahfudz. 2013. Performa produksi dan ketahanan

tubuh broiler yang diberi pakan step down dengan penambahan asam sitrat

sebagai acidifier. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 18 (4): 251 – 257.

Karel, A. S., B. Kaspers dan P. Kaiser. 2012. Avian Immunology. Academic

Press, New York.

Ketaren, P. P. 2002. Kebutuhan gizi itik petelur dan itik pedaging. Wartazoa. 12

(2) : 37 – 46.

Ketaren, P. P. 2010. Kebutuhan gizi ternak unggas di Indonesia. Wartazoa. 20 (4)

: 172 – 180.

Page 55: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

42

Kompiang, I. P. 2009. Pemanfaatan mikroorganisme sebagai probiotik untuk

meningkatkan produksi ternak unggas di Indonesia. Pengembangan

Inovasi Pertanian. 2 (3): 177 – 191.

Kusnadi, E. 2008. Temperatur kandang terhadap konsumsi ransum dan komponen

darah ayam broiler. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. 33 (3): 197

– 202.

Kusnadi, E. 2009. Perubahan malonaldehida hati, bobot relatif bursa fabricius dan

rasio heterofil/limfosit (H/L) ayam broiler yang diberi cekaman panas.

Media Peternakan. 32 (2): 81 – 87.

Lenhardt, L. dan S. Mozes. 2003. Morphological and functional changes of the

small intestine in growth-stunted broilers. Acta Vet. Brno. 72: 353-358.

Maghfiroh, K., B. Sukamto dan L. D. Mahfudz. 2014. Penggunaan sorgum atau

kulit pisang terhidrolisis terhadap retensi kalsium dan massa kalsium

tulang pada ayam broiler. Agromedia. 32 (1) : 54 – 62.

Maharani, P., N. Suthama, dan H.I. Wahyuni. 2013. Massa kalsium dan protein

daging pada ayam Arab petelur yang diberi ransum menggunakan Azolla

microphylla. Anim. Agric. J. 2 (1) : 18 – 27.

Merryana, F. O., M. Nahrowi, A. Ridla, R. Setiyono dan Ridwan. 2007.

Performan broiler yang diberi pakan silase dan ditantang Salmonella

typhimurium. Prosiding Seminar Nasional AINI VI. Yogyakarta, 26-27

Juli 2007. Hal. 186 – 194.

Monoura, P. M. Rahman, M. F. R. Khan, M. B. Rahman dan M.M. Rahman.

2008. Effect of vitamin, mineral, and probiotics on production of antibody

and live weight gain following vaccination with BCRDV in broiler birds.

Bangl. J. Vet. Med. 6: 31 - 36.

Morgan, N.K., C.L. Walk, M.R. Bedford dan E. J. Burton. 2014. The effect of

dietary calcium inclusion on broiler gastrointestinal pH: quantification and

method optimization. Poult. Sci. 93: 354 – 363.

Nugroho, S. H. 2014. Penambahan Asam Asetat pada Ransum dengan Protein

Berbeda terhadap Bakteri Salmonella sp. dan Rasio Heterofil Limfosit

Darah pada Ayam Broiler. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas

Diponegoro, Semarang (Skripsi).

Peraturan Menteri Pertanian. 2017. Klasifikasi Obat Hewan. Kementrian

Pertanian, Jakarta.

Page 56: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

43

Prasetyanti, F. 2008. Pemanfaatan Cangkang Telur Ayam untuk Sintesis

Hidroksiapatit dengan Reaksi Kering. Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor, Bogor (Skripsi).

PT. Japfa Comfeed Indonesia. 2008. Broiler Management Program PT. Japfa

Comfeed. Jakarta.

Purnomo, D., Sugiharto, dan Isroli. 2015. Total leukosit dan diferensial leukosit

darah ayam broiler akibat penggunaan tepung onggok fermentasi Rhizopus

oryzae pada ransum. Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan 25 (3): 59 – 68.

Purwati, E., S. Syukur dan Z. Hidayat. 2005. Lactobacillus sp. isolasi dari

Biovicophitomega sebagai probiotik. Prosiding Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Januari 2005. Hal. 24 – 25

Putnam, P.A. 1991. Handbook of Animal Science. Academic Press, San Diego.

Rasyaf, M. 2007. Beternak Ayam Broiler. Edisi Ke-1. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rasyaf, M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Edisi Ke-1. Penebar

Swadaya, Jakarta.

Riyani E., A. Maddu dan D.S. Soejoko, 2005. Karakterisasi senyawa kalsium

fosfat karbonat hasil pengaruh penambahan ion F- dan Mg2+. Jurnal

Biofisika 1 :82 – 89.

Sakti, F. K. 2018. Evaluasi Pemberian Probiotik Bacillus coagulans Strain D3372

terhadap Densitas, Tinggi, Luas Permukaan Vili dan Profil Darah Ayam

Broiler. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor (Skripsi).

Salasia, S. I. O dan B. Hariono. 2010. Patologi Klinik Veteriner. Samudra Biru,

Yogyakarta.

Salsabila, F., N. Suthama dan S. Sumarsih. 2018. Pengaruh pemberiaan kalsium

mikropartikel dan probiotik Lactobacillus sp. terhadap kondisi usus halus

ayam broiler. Prosiding Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan III,

Semarang, 3 Mei 2018. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas

Diponegoro. Semarang. Hal. 283 – 290.

Samli, H. E., N. Senkoylu, F. Koc, M. Kanter dan A. Agma. 2007. Effects of

Enterococcus faecium and dried whey on broiler performance, gut

histomorphology and microbiota. Arch. Anim. Nutr. 61: 42–49.

Saputri, F. 2012. Pengaruh Pemberian Probiotik Bakteri Asam Laktat (BAL)

Pediococcus pentosaceus terhadap Keseimbangan Mikroflora Usus dan

Trigliserida Daging Itik Pitalah. Magister Ilmu Kimia, Program

Pascasarjana Universitas Andalas, Padang (Tesis).

Page 57: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

44

Sari, K,A., B. Sukamto dan B. Dwiloka. 2014. Efisiensi penggunaan protein pada

ayam broiler dengan pemberian pakan mengandung tepung daun

kayambang (Salvinia molesta). Agripet. 14 (2) : 76 – 83.

Sartika. 2017. Pengaruh Pemberian Probiotik terhadap Performa Broiler.

Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar (Skripsi).

Scott, M.L., Nesheim dan R. J. Young. 1982. Nutrition of the Chicken. 3rd Ed. M.

L. Scott and Associates, Ithaca, New York.

Siegel, H.S. 1995. Stress, strain and resistence. Br. Poult. Sci. 36 (1): 3 – 22.

Siriwa, A. dan Y. Sudarso. 2007. Ransum Ayam dan Itik. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Solikhatin, E., F. Poernama, N. D. Dono dan Zuprizal. 2016. Kebutuhan kalsium

ayam broiler fase starter dengan penambahan enzim fitase. Buletin

Peternakan 40 (3): 170 – 177.

Sorensen, A. N. dan D. E. Tribe. 1983. Dynamic Biochemistry of Animal

Production. 3rd Ed. Elsevier, New York.

Standar Nasional Indonesia. 2006. Pakan Anak Ayam Ras Pedaging (Broiler

Finisher). Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Steel, R. G., J. H. Torrie dan D. A. Dickey. 1997. Principles and Procedures of

Statistic a Biomedical Approach, 3rd Edit. McGraw – Hill, Inc.,

Singapore.

Sumarsih, S., B. Sulistiyanto, C. I. Sutrisno dan E. S. Rahayu. 2012. Peran

probiotik bakteri asam laktat terhadap produktifitas unggas. Jurnal

Litbang. 10 (1): 1 – 9.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak

Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Syafitri, Y. E., V. D. Y. B. Ismadi dan N. Suthama. 2015. Pemberian

ekstrak daun belutas (Pluchea indica Less) dan klorin terhadap massa

kalsium dan massa protein daging pada ayam broiler. Anim. Agric. J. 4

(1): 155-164.

Syam, Z.Z., H.A. Ammirudin. dan M. Nurdin. 2014. Pengaruh serbuk cangkang

telur ayam terhadap tinggi tanaman kamboja Jepang (Adenium obesum). E-

Jipbiol. 3: 9 – 15.

Tamalluddin. F. 2012. Ayam Broiler 22 Panen Lebih Untung. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Page 58: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

45

Tamalluddin, F. 2014. Panduan Lengkap Ayam Broiler. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Tang, K.N., O. J. Fletcher dan P. Villegas. 1987. Comparative study of the

pathogenicity of avian reoviruses. J. Avian Diseases 31 (3): 577-583.

Thaxton, J. P. dan S. Puvadolpirod. 2000. Model of physiological stress in

chicken. Poult. Sci. 79 :391 – 395.

Thomas, D. V., A. L. Molan dan V. Ravindran. 2010. The ability of green tea to

positively modify the gut microflora in broiler chickens. Poult. Sci. 203-

206.

Tizard, I. R. 1987. Pengantar Imunologi Veteriner. Airlangga University Press,

Surabaya (Diterjemahkan oleh H. Soehardjo).

Toghyani, M., M. Tohidi, A. A. Gheisari dan S. A. Tabeidian. 2010. Performance,

immunity, serum biochemical and hematological parameters in broiler

chicks fed dietary thyme as alternative for an antibiotic growth promoter.

Afr. J. Biotechnol. 9 (40): 6819 - 6825.

Varianti, N. M., U. Atmomarsono dan L. D. Mahfudz. 2017. Pengaruh pemberian

pakan dengan sumber protein berbeda terhadap efisiensi penggunaan

protein ayam lokal persilangan. Agripet. 17 (1): 53 – 59.

Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Edisi Ke-4. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Warni, S., B. Sukamto dan N. Suthama. 2018. Massa kalsium dan protein daging

pada ayam broiler yang diberi ransum menggunakan kalsium

mikropartikel dengan suplementasi probiotik Lactobacillus sp. Prosiding

Seminar Regional BAPPEDA Provinsi Jawa Tengah. Semarang, 26 Juli

2018. Hal. 206 – 211.

Widjajakusuma, R. dan S. H. S. Sikar. 1986. Fisiologi Hewan. Institut Pertanian

Bogor Press, Bogor.

Wulandari, A. S. 2018. Penambahan Ekstrak Glukomanan dari Umbi Porang

Amorphopallus onchophyllus dalam Ransum terhadap Retensi Kalsium

dan Kualitas Tulang Ayam Broiler. Fakultas Peternakan dan Pertanian

Universitas Diponegoro, Semarang (Skripsi).

Yalcinkaya, I., T. Gungor, M. Basalan dan E. Erdem. 2008. Mannan

oligosaccharides (MOS) from Saccharomyces cerevisiae in broilers:

Effects on performance and blood biochemistry. J. Vet. Anim. Sci. 32 (1) :

43 – 48.

Page 59: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

46

Yogaswara, R.S. 2016. Pemanfaatan Protein dan Kalsium Ransum yang diberi

Aditif Inulin dari Umbi Dahlia dan Lactobacillus sp. pada Ayam Kedu

Periode Grower. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas

Diponegoro, Semarang (Skripsi).

Yunianto, V. D., K. Hayashi, S. Kaneda, A. Ohtsuka, dan Y. Tomita. 1997. Effect

of environmental temperature on muscle protein turnover and heat

production in tube-fed broiler chickens. Br. J. Nutr. 77 (6): 897 – 909.

Zhang, Z. F., J. H. Cho and L. H. Kim. 2013. Effects of Bacillus sibtilis UBT-

MO2 on growth performance, relative immune organ weight, gas

concentration in excreta, and intestinal microbial shedding in broiler

chickens. J. Livest. Sci. 155: 343 – 347.

Zulkifli, I., M. T. C. Norma, C. H. Chong dan T. C. Loh. 2000. Heterophil to

lymphocyte ratio and tonic immobility reactions to preslaughter handling

in broiler chickens treated with ascorbic acid. Poult. Sci. 79 (3): 401- 406.

Zurmiati, M. E. Mahata, M. H. Abbas dan Wizna. 2014. Aplikasi probiotik untuk

ternak itik. Jurnal Peternakan Indonesia. 16 (2): 134 – 144.

Page 60: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

47

LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Ragam Persentase Bobot Relatif Bursa Fabrisius Ayam

Broiler yang Diberi Ransum dengan Ca Mikropartikel Ditambah

Lactobacillus sp.

Perlakuan Bobot Hidup Bobot Bursa Fabrisius

Bobot Relatif

Bursa Fabrisius

-------------------- (g) -------------------- ------ (%) ------

T0U1 1795 1,80 0,10

T0U2 1635 1,74 0,11

T0U3 1820 1,86 0,10

T0U4 1750 1,80 0,10

T1U1 1880 1,50 0,08

T1U2 1770 1,22 0,07

T1U3 1830 1,50 0,08

T1U4 1710 1,36 0,08

T2U1 1783 1,00 0,06

T2U2 1780 0,77 0,04

T2U3 1785 0,74 0,04

T2U4 1855 0,84 0,05

T3U1 1876 1,17 0,06

T3U2 1950 1,04 0,05

T3U3 1885 1,30 0,07

T3U4 1904 0,69 0,04

T4U1 1985 1,03 0,05

T4U2 1875 0,65 0,03

T4U3 1903 0,84 0,04

T4U4 1930 0,68 0,04

Contoh perhitungan

Bobot relatif bursa fabrisius =

× 100%

T0U1 =

= 0,10%

Page 61: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

48

Lampiran 1. (lanjutan)

Perlakuan

T0 T1 T2 T3 T4

---------------------------------- (%) ------------------------------------

Ulangan 1 0,10 0,08 0,06 0,06 0,05

2 0,11 0,07 0,04 0,05 0,03

3 0,10 0,08 0,04 0,07 0,04

4 0,10 0,08 0,05 0,04 0,04

Jumlah 0,41 0,31 0,19 0,23 0,17

Rata-rata 0,10 0,08 0,05 0,06 0,04

db total = (rt) - 1 = (4 x 5) - 1 = 19

db perlakuan = (t-1) = (5 - 1) = 4

db galat = t (r-1) = 5 (4 - 1) = 15

FK =

=

= 0,065

JK (X) = ∑ x 2 – FK

= {(0,10)2+(0,11)

2+(0,10)

2 +......+(0,04)

2} – 0,065

= 0,0114

JK (T) = ∑

-

=

= 0,0103

JK (G) = JK (X) - JK (T) = 0,0109 – 0,0097

= 0,0011

KT perlakuan =

-

=

-

= 0,0026

KT galat =

-

=

= 0,000071

Page 62: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

49

Lampiran 1. (lanjutan)

F Hitung =

=

= 36,55

Tabel Anova

Sumber

Keragaman db JK KT F.Hit F.Tabel 5%

Perlakuan (T) 5 0,0097 0,0024 33,36* 3,06

Galat (G) 15 0,0011 0,000073

Total 20 0,0108 0,0025

Keterangan : *) = berbeda nyata (P<0,05)

Rataan Total =

=

= 0,065

CV = √

- × 100%

= √

× 100%

= 12,98%

Uji Jarak Berganda Duncan

Perlakuan Hasil Urutan

T0 0,10 1

T1 0,08 2

T3 0,06 3

T2 0,05 4

T4 0,04 5

Menghitung Nilai Galat Baku Selisih Nilai Tengah (Sd)

Sd = √

= √

= 0,004

Page 63: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

50

Lampiran 1. (lanjutan)

Menghitung Nilai (t-1) dari Shortest Significant Range

Rp =[(rp) x (Sd)]

R2 = 3,014× 0,004 = 0,013

R3 = 3,16 × 0,004 = 0,013

R4 = 3,25 × 0,004 = 0,014

R5 = 3,31 × 0,004 = 0,014

Keterangan : rp = Nilai tabel dari Shortest Significant Range

p = Urutan jarak diantara pasangan nilai tengah perlakuan yang

dibandingkan (2,3,4,5)

Nilai Rp dengan db galat 15 pada taraf beda nyata 5% yaitu

P 2 3 4 5

rp 5% 3,014 3,16 3,25 3,312

Rp 0,013 0,013 0,014 0,014

Selisih T0

0,10

T1

0,08

T3

0,06

T2

0,05

T4

0,04 Notasi

T0 0,10 - - - - - a

T1 0,08 0,02* - - - - b

T3 0,06 0,04* 0,02* - - - c

T2 0,05 0,05* 0,03* 0,010 - - cd

T4 0,04 0,06* 0,04* 0,02* 0,010 - d

Keterangan : *) = signifikan

Perlakuan T0a T1

b T3

c T2

cd T4

d

Nilai tengah 0,10 0,08 0,06 0,05 0,04

Hasil a

b

c

d

Page 64: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

51

Lampiran 2. Analisis Ragam Persentase Bobot Relatif Timus Ayam Broiler yang

Diberi Ransum dengan Ca Mikropartikel Ditambah Lactobacillus sp.

Perlakuan Bobot Hidup Bobot Timus Bobot Relatif

Timus

--------------------- (g) ------------------- ------ (%) ------

T0U1 1795 2,98 0,17

T0U2 1635 2,56 0,16

T0U3 1820 3,40 0,19

T0U4 1750 2,98 0,17

T1U1 1880 2,32 0,12

T1U2 1770 2,58 0,15

T1U3 1830 2,43 0,13

T1U4 1710 2,73 0,16

T2U1 1783 3,11 0,17

T2U2 1780 3,32 0,19

T2U3 1785 2,90 0,16

T2U4 1855 3,00 0,16

T3U1 1876 3,14 0,17

T3U2 1950 3,42 0,18

T3U3 1885 3,28 0,17

T3U4 1904 3,28 0,17

T4U1 1985 5,24 0,26

T4U2 1875 4,96 0,26

T4U3 1903 4,67 0,25

T4U4 1930 4,96 0,26

Contoh perhitungan

Bobot relatif timus =

× 100%

T0U1 =

= 0,17%

Page 65: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

52

Lampiran 2. (lanjutan)

Perlakuan

T0 T1 T2 T3 T4

----------------------------------- (%) -----------------------------

Ulangan 1 0,17 0,12 0,17 0,17 0,26

2 0,16 0,15 0,19 0,18 0,26

3 0,19 0,13 0,16 0,17 0,25

4 0,17 0,16 0,16 0,18 0,26

Jumlah 0,68 0,56 0,69 0,69 1,03

Rata-rata 0,17 0,14 0,17 0,17 0,26

db total = (rt) - 1 = (4 x 5) - 1 = 19

db perlakuan = (t-1) = (5 - 1) = 4

db galat = t (r-1) = 5 (4 - 1) = 15

FK =

=

= 0,665

JK (X) = ∑ x 2 – FK

= {(0,17)2+(0,16)

2+(0,19)

2 +......+(0,26)

2} – 0,665

= 0,033

JK (T) = ∑

-

=

= 0,031

JK (G) = JK (X) - JK (T) = 0,034 – 032

= 0,0019

KT perlakuan =

-

=

-

= 0,0078

KT galat =

-

=

= 0,000127

Page 66: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

53

Lampiran 2. (lanjutan)

FHitung =

=

= 61,45

Tabel Anova

Sumber

Keragaman db JK KT F.Hit F.Tabel 5%

Perlakuan 4 0,032 0,008 53,35* 3,06

Galat 15 0,002 0,00015

Total 19 0,034 0,00815

Keterangan : *) = berbeda nyata (P<0,05)

Rataan Total =

=

= 0,18

CV = √

- × 100%

= √

× 100%

= 6,18 %

Uji Jarak Berganda Duncan

Perlakuan Hasil Urutan

T4 0,26 1

T3 0,17 2

T2 0,17 3

T0 0,17 4

T1 0,14 5

Page 67: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

54

Lampiran 2. (lanjutan)

Menghitung Nilai Galat Baku Selisih Nilai Tengah (Sd)

Sd = √

=√

= 0,0056

Menghitung Nilai (t-1) dari Shortest Significant Range

Rp =[(rp) x (Sd)]

R2 = 3,014× 0,0056 = 0,017

R3 = 3,16 × 0,0056 = 0,018

R4 = 3,25 × 0,0056 = 0,018

R5 = 3,31 × 0,0056 = 0,019

Keterangan : rp = Nilai tabel dari Shortest Significant Range

p = Urutan jarak diantara pasangan nilai tengah perlakuan yang

dibandingkan (2,3,4,5)

Nilai Rp dengn db galat 15 pada taraf beda nyata 5% yaitu

P 2 3 4 5

rp 5% 3,014 3,16 3,25 3,312

Rp 0,017 0,018 0,018 0,019

Page 68: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

55

Lampiran 2. (lanjutan)

T4 T3 T2 T0 T1 Notasi

0,26 0,17 0,17 0,17 0,14

T4 0,26 - - - - - a

T3 0,17 0,09* - - - - b

T2 0,17 0,09* 0,01 - - - b

T0 0,17 0,09* 0,01 - - - b

T1 0,14 0,12* 0,03* 0,03* 0,03* - c

Keterangan : *) = signifikan

Perlakuan T4a T3

b T2

b T0

b T1

c

Nilai tengah 0,26 0,17 0,17 0,17 0,14

Hasil a

b

c

Page 69: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

56

Lampiran 3. Analisis Ragam Persentase Bobot Relatif Limpa Ayam Broiler yang

Diberi Ransum dengan Ca Mikropartikel Ditambah Lactobacillus sp.

Perlakuan Bobot Hidup Bobot Limpa Bobot Relatif

Limpa

--------------------- (g) ------------------- -------- (%) --------

T0U1 1795 2,22 0,12

T0U2 1635 2,30 0,14

T0U3 1820 2,26 0,12

T0U4 1750 2,38 0,14

T1U1 1880 2,97 0,16

T1U2 1770 2,72 0,15

T1U3 1830 3,22 0,18

T1U4 1710 2,72 0,16

T2U1 1783 4,18 0,23

T2U2 1780 4,33 0,24

T2U3 1785 4,02 0,23

T2U4 1855 4,18 0,23

T3U1 1876 2,27 0,12

T3U2 1950 2,53 0,13

T3U3 1885 2,78 0,15

T3U4 1904 2,53 0,13

T4U1 1985 3,92 0,20

T4U2 1875 3,50 0,19

T4U3 1903 4,31 0,23

T4U4 1930 4,70 0,24

Contoh perhitungan

Bobot relatif limpa =

× 100%

T0U1 =

= 0,12%

Page 70: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

57

Lampiran 3. (lanjutan)

Perlakuan

T0 T1 T2 T3 T4

-------------------------------- (%) ----------------------------

Ulangan 1 0,12 0,16 0,23 0,12 0,20

2 0,14 0,15 0,24 0,13 0,19

3 0,12 0,18 0,23 0,15 0,23

4 0,14 0,16 0,23 0,13 0,24

Jumlah 0,51 0,65 0,93 0,53 0,85

Rata-rata 0,13 0,16 0,23 0,13 0,21

db total = (rt) - 1 = (4 x 5) - 1 = 19

db perlakuan = (t-1) = (5 - 1) = 4

db galat = t (r-1) = 5 (4 - 1) = 15

FK =

=

= 0,606

JK (X) = ∑ x 2 – FK

= {(0,12)2+(0,14)

2+(0,12)

2 +......+(0,24)

2} – 0,606

= 0,0376

JK (T) = ∑

-

=

= 0,0344

JK (G) = JK (X) - JK (T) = 0,035 – 0,031

= 0,0032

KT perlakuan =

-

=

-

= 0,0086

KT galat =

-

=

= 0,00021

Page 71: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

58

Lampiran 3. (lanjutan)

FHitung =

=

= 40,96

Tabel Anova

Sumber

Keragaman db JK KT F.Hit F.Tabel 5%

Perlakuan 5 0,0344 0,0086 40,96* 3,06

Galat 15 0,0032 0,00021

Total 20 0,0376 0,0088

Keterangan : *) = berbeda nyata (P<0,05)

Rataan Total =

=

= 0,17

CV = √

- × 100%

= √

× 100%

= 8,32 %

Uji Jarak Berganda Duncan

Perlakuan Hasil Urutan

T2 0,23 1

T4 0,21 2

T1 0,16 3

T3 0,13 4

T0 0,13 5

Menghitung Nilai Galat Baku Selisih Nilai Tengah (Sd)

Sd = √

=√

= 0,0072

Page 72: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

59

Lampiran 3. (lanjutan)

Menghitung Nilai (t-1) dari Shortest Significant Range

Rp =[(rp) x (Sd)]

R2 = 3,014× 0,0072= 0,022

R3 = 3,16 × 0,0072 = 0,023

R4 = 3,25 × 0,0072 = 0,024

R5 = 3,31 × 0,0072 = 0,024

Keterangan : rp = Nilai tabel dari Shortest Significant Range

p = Urutan jarak diantara pasangan nilai tengah perlakuan yang

dibandingkan (2,3,4,5)

Nilai Rp dengan db galat 15 pada taraf beda nyata 5% yaitu

P 2 3 4 5

rp 5% 3,014 3,16 3,25 3,312

Rp 0,022 0,023 0,024 0,024

Selisih T2 T4 T1 T3 T0 Notasi

0,23 0,21 0,16 0,13 0,13

T2 0,23 - - - - - a

T4 0,21 0,02 - - - - a

T1 0,16 0,07* 0,05* - - - b

T3 0,13 0,10* 0,08* 0,03* - - c

T0 0,13 0,10* 0,08* 0,03* 0 - c

Keterangan : *) = signifikan

Perlakuan T2a T4

a T1

b T3

b T0

b

Nilai tengah 0,23 0,21 0,16 0,13 0,13

Hasil a

b

c

Page 73: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

60

Lampiran 4. Analisis Ragam Rasio Heterofil-Limfosit (H/L) Ayam Broiler yang

Diberi Ransum dengan Ca Mikropartikel Ditambah Lactobacillus sp.

Perlakuan Heterofil Limfosit Rasio H/L

--------------------- (%) ------------------

T0U1 23 70 0,33

T0U2 31 64 0,48

T0U3 36 60 0,60

T0U4 27 65 0,42

T1U1 22 72 0,31

T1U2 26 71 0,37

T1U3 19 74 0,26

T1U4 23 67 0,34

T2U1 21 75 0,28

T2U2 17 79 0,22

T2U3 20 77 0,26

T2U4 21 73 0,29

T3U1 34 62 0,55

T3U2 27 66 0,41

T3U3 23 69 0,33

T3U4 28 68 0,41

T4U1 28 66 0,42

T4U2 24 72 0,33

T4U3 22 75 0,29

T4U4 26 69 0,38

Contoh perhitungan

Nilai Rasio H/L =

T0U1 =

= 0,33

Page 74: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

61

Lampiran 4. (lanjutan)

Perlakuan

T0 T1 T2 T3 T4

Ulangan 1 0,33 0,31 0,28 0,55 0,42

2 0,48 0,37 0,22 0,41 0,33

3 0,60 0,26 0,26 0,33 0,29

4 0,42 0,34 0,29 0,41 0,38

Jumlah 1,83 1,28 1,05 1,7 1,42

Rata-rata 0,46 0,32 0,26 0,43 0,36

db total = (rt) - 1 = (4 x 5) - 1 = 19

db perlakuan = (t-1) = (5 - 1) = 4

db galat = t (r-1) = 5 (4 - 1) = 15

FK =

=

= 2,65

JK (X) = ∑ x 2 – FK

= {(0,33)2+(0,48)

2+(0,60)

2 +......+(0,38)

2} – 2,65

= 0,18

JK (T) = ∑

-

=

= 0,099

JK (G) = JK (X) - JK (T)

= 0,18 – 0,099 = 0,08

KT perlakuan =

-

=

-

= 0,024

KT galat =

-

=

= 0,005

Page 75: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

62

Lampiran 4. (lanjutan)

F Hitung =

=

= 4,49

Tabel Anova

Sumber

Keragaman db JK KT F.Hit F.Tabel 5%

Perlakuan 4 0,099 0,024 4,49* 3,06

Galat 15 0,08 0,005

Total 19 0,181 0,03

Keterangan : *) = berbeda nyata (P<0,05)

Rataan Total =

=

= 0,36

CV = √

- × 100%

= √

× 100%

= 20,405 %

Karena CV > 15, maka dilakukan Transformasi √ untuk nilai Rasio heterofil-

limfosit (H/L)

Perlakuan

T0 T1 T2 T3 T4

(%)

Ulangan 1 0,57 0,56 0,53 0,74 0,65

2 0,69 0,61 0,47 0,64 0,57

3 0,77 0,51 0,51 0,57 0,54

4 0,65 0,58 0,54 0,64 0,62

Jumlah 2,69 2,26 2,05 2,60 2,38

Rata-rata 0,67 0,56 0,51 0,65 0,59

FK =

=

= 7,16

Page 76: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

63

Lampiran 4. (lanjutan)

JK (X) = ∑ x 2 – FK

= {(0,57)2+(0,69)

2+(0,77)

2 +......+(0,62)

2} – 7,16

= 0,117

JK (T) = ∑

-

=

= 0,06

JK (G) = JK (X) - JK (T)

= 0,12 – 0,06

= 0,05

KT perlakuan =

-

=

-

= 0,016

KT galat =

-

=

= 0,003

F Hitung =

=

= 4,99

Tabel Anova

Sumber

Keragaman db JK KT F.Hit F.Tabel 5%

Perlakuan 4 0,067 0,016 4,99* 3,06

Galat 15 0,05 0,003

Total 19 0,117 0,021

Keterangan : *) = berbeda nyata (p<0,05)

Rataan Total =

=

= 0,059

Page 77: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

64

Lampiran 4. (lanjutan)

CV = √

- × 100%

= √

× 100%

= 9,68%

Uji Jarak Berganda Duncan

Perlakuan Hasil Urutan

T2 0,23 1

T4 0,21 2

T1 0,16 3

T3 0,13 4

T0 0,13 5

Menghitung Nilai Galat Baku Selisih Nilai Tengah (Sd)

Sd = √

=√

= 0,028

Menghitung Nilai (t-1) dari Shortest Significant Range

Rp =[(rp) x (Sd)]

R2 = 3,014× 0,028 = 0,080

R3 = 3,16 × 0,028 = 0,092

R4 = 3,25 × 0,028 = 0,094

R5 = 3,31 × 0,028 = 0,096

Keterangan : rp = Nilai tabel dari Shortest Significant Range

p = Urutan jarak diantara pasangan nilai tengah perlakuan yang

dibandingkan (2,3,4,5)

Page 78: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

65

Lampiran 4. (lanjutan)

Nilai Rp dengn db galat 15 pada taraf beda nyata 5% yaitu

P 2 3 4 5

rp 5% 3,014 3,16 3,25 3,312

Rp 0,08 0,094 0,092 0,096

Selisih T0 T3 T4 T1 T2 Notasi

0,67 0,65 0,59 0,56 0,51

T0 0,67 - - - - - a

T3 0,65 0,02 - - - - ab

T4 0,59 0,08 0,06 - - - abc

T1 0,56 0,11* 0,09 0,03 - - bc

T2 0,51 0,16* 0,14* 0,08 0,05 - c

Keterangan : *) = signifikan

Perlakuan T0a T3

ab T4

abc T1

bc T2

c

Nilai tengah 0,23 0,21 0,16 0,13 0,13

Hasil a

b

c

Page 79: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

66

Lampiran 5. Analisis Ragam Bobot Akhir Ayam Broiler yang Diberi Ransum

dengan Ca Mikropartikel Ditambah Lactobacillus sp.

Perlakuan Bobot Hidup

------ (g) -------

T0U1 1795

T0U2 1635

T0U3 1820

T0U4 1750

T1U1 1880

T1U2 1770

T1U3 1830

T1U4 1710

T2U1 1783

T2U2 1780

T2U3 1785

T2U4 1855

T3U1 1876

T3U2 1950

T3U3 1885

T3U4 1904

T4U1 1985

T4U2 1875

T4U3 1903

T4U4 1930

Page 80: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

67

Lampiran 5. (lanjutan)

db total = (rt) - 1 = (4 x 5) - 1 = 19

db perlakuan = (t-1) = (5 - 1) = 4

db galat = t (r-1) = 5 (4 - 1) = 15

FK =

=

= 67206945,31

JK (X) = ∑ x 2 – FK

= {(1795)2+(1635)

2+(1820)

2 +......+(1930)

2} – 67206945,31

= 135637,33

JK (T) = ∑

-

=

– 67206945,31

=84346,88

JK (G) = JK (X) - JK (T)

= 135637,33– 84346,88

= 51290,45

KT perlakuan =

-

=

-

= 21086,72

KT galat =

-

=

= 3419,36

Ulangan Perlakuan

T0 T1 T2 T3 T4

-------------------------------------- (g) ---------------------------------------

1 1795 1880 1783 1876 1985

2 1635 1770 1780 1950 1975

3 1820 1830 1785 1885 1902,5

4 1750 1710 1855 1867 1930

Jumlah 7000 7190 7202,5 7577,5 7692,5

Rata-rata 1750 1797,5 1800,6 1894,38 1923,13

Page 81: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

68

Lampiran 5. (lanjutan)

F Hitung =

=

= 6,17

Tabel Anova

Sumber

Keragaman db JK KT F.Hit F.Tabel 5%

Perlakuan 4 84346,88 21086,72 6,17* 3,06

Galat 15 51290,45 3419,36

Total 19 135637,33 24506,08

Keterangan : *) = berbeda nyata (P<0,05)

Rataan Total =

=

=1833,13

CV = √

- × 100%

= √

× 100%

= 3,19 %

Uji Jarak Berganda Duncan

Perlakuan Hasil Urutan

T2 0,23 1

T4 0,21 2

T1 0,16 3

T3 0,13 4

T0 0,13 5

Menghitung Nilai Galat Baku Selisih Nilai Tengah (Sd)

Sd = √

=√

= 29,24

Page 82: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

69

Lampiran 5. (lanjutan)

Menghitung Nilai (t-1) dari Shortest Significant Range

Rp =[(rp) x (Sd)]

R2 = 3,014× 29,24 = 88,12

R3 = 3,16 × 29,24 = 92,39

R4 = 3,25 × 29,24 = 95,02

R5 = 3,31 × 29,24 = 96,78

Keterangan : rp = Nilai tabel dari Shortest Significant Range

p = Urutan jarak diantara pasangan nilai tengah perlakuan yang

dibandingkan (2,3,4,5)

Nilai Rp dengn db galat 15 pada taraf beda nyata 5% yaitu

P 2 3 4 5

rp 5% 3,014 3,16 3,25 3,312

Rp 88,12 92,39 95,02 96,78

Selisih T4 T3 T2 T1 T0 Notasi

1923,13 1894,38 1800,63 1797,5 1750

T4 1923,13 - - - - - a

T3 1894,38 28,75 - - - - a

T2 1800,63 122,5* 93,75* - - - b

T1 1797,5 125,63* 96,88* 3,13 - - b

T0 1750 173,13* 144,38* 50,63 47,50 - b

Keterangan : *) = signifikan

Perlakuan T4a T3

a T2

b T1

b T0

b

Nilai tengah 1923,13 1894,38 1894,38 1797,5 1750

Hasil a

b

Page 83: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

70

Lampiran 6. Konsumsi Protein, Kecernaan Protein, Total Bakteri Asam Laktat

(BAL), Total Coliform, Limfosit, Heterofil dan Massa Protein

Daging

Data Pendukung Perlakuan

T0 T1 T2 T3 T4

Kecernaan Protein (%)1)

85,05ab

82,79c 83,13

bc 84,96

abc 85,60

a

MPD (g)1)

116,82b 110,84

b 109,59

b 128,43

a 130,67

a

Total BAL (CFU/g)2)

1,3x106b

5,0x106b

7,2x106b

1,2x107b

1,08x108a

Total Coliform (CFU/g)2)

2,5x104b

4,03x104a

2,5x104b

2,3x104b

1,4x104c

Konsumsi Protein (g)

26,18a 22,37

b 22,29

b 22,69

b 22,12

b

Heterofil (%) 5,39a 4,74

bc 4,44

c 5,28

ab 4,99

abc

Limfosit (% 64,75c 71

ab 76

a 66,25

bc 70,5

ab

1)Warni (2018);

2)Salsabila (2018)

Page 84: PERKEMBANGAN ORGAN LIMFOID, RASIO HETEROFIL …eprints.undip.ac.id/71061/7/FULL_TEKS_JIAN.pdfransum dengan protein 18% menggunakan Ca mikropartikel berpengaruh nyata (P

1

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Wonogiri pada tanggal 2 Januari

1997, merupakan putri dari Bapak Hasan Susilo dan Ibu

Tumini. Penulis bertempat tinggal di Desa Ngunggahan,

Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri Provinsi

Jawa Tengah. Penulis pernah menempuh pendidikan

dasar di SD Negeri 2 Ngunggahan (2002 – 2008), SMP

Negeri 2 Wuryantoro (2008 – 2011) dan SMA Negeri 1

Wuryantoro (2011 – 2014). Tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan di

Universitas Diponegoro Semarang pada program Studi S1 Peternakan, Jurusan

Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian.

Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan dengan judul “Kecukupan

Nutrien pada Sapi Dara di Kelompok Ternak Sapi Perah Maju Makmur desa Krajan

Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten Jawa Tengah”. Bulan Juli 2018, penulis

mengikuti Seminar Regional BAPPEDA Provinsi Jawa Tengah dengan tema

“Pembangunan Sektor Strategis Berbasis Pengembangan Wilayah Guna

Mendukung Daya Saing Jawa Tengah”.