Perkembangan Beragama Usia Lanjut Bibah
-
Upload
tamrin-tbn -
Category
Documents
-
view
12 -
download
1
description
Transcript of Perkembangan Beragama Usia Lanjut Bibah
PERKEMBANGAN BERAGAMA PADA USIA LANJUT
A. Pendahuluan
Perkembangan manusia dapat digambarkan dalam bentuk dari sisi sebuah
trafesium. Sejak bayi hingga mencapai kedewasaan jasmani digambarkan dengan
garis miring menanjak. Pertumbuhan fisik berjalan secara cepat hingga mencapai
titik puncak perkembangannya, yaitu usia dewasa.
Perkembangan selanjutnya digambarkan oleh garis lurus sebagai
gambaran terhadap kemantapan fisik yang sudah dicapai. Sejak mencapai usia
kedewasaan hingga ke usia sekitar 50 tahun perkembangan fisik manusia lebih
dikatakan tidak mengalami perubahan yang banyak. Barulah diatas 50 tahun
terjadi penurunan yang derastis hingga mencapai usia lanjut.
Oleh sebab itu dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai hal-
hal yang berkenaan dengan perkembangan beragama pada usia lanjut. Jika dalam
makalah ini terdapat keganjalan, penulis mengharap kritik dan saran yang
membangaun dari saudara-saudari sekalian.
B. PEMBAHASAN
1. Masa Usia Lanjut
Proses penuaan dapat dikatakan pasti akan dialami oleh setiap individu.
Tidak ada satu pun yang dapat mencegah dan menghambat proses penuaan yang
terjadi pada dirinya. Menua adalah termasuk sunnatullah atau hukum alam. Proses
1
penuaan itu sudah tentu akan menimbulkan dampak pada berbagai aspek, antara
lain, kesehatan, sosial, psikologis seseorang dan lain sebagainya.1
Manusia usia lanjut dalam penilaian bagi orang manusia yang sudah tidak
produktif lagi. Usia lanjut ini biasanya berumur 65 tahun sampai meninggal
dunia. Kondisi fisiknya rata-rata sudah menurun, sering mengalami gangguan
kesehatan, yang menyebabkan mereka kehilangan semangat dan merasa dirinya
sudah tidak berharga atau kurang dihargai.2
Terdapat beberapa tekanan yang membuat orang usia lanjut menarik diri
keterlibatan sosial:
a. Ketika masa pensiun tiba dan lingkungan berubah, orang mungkin lepas dari
peran dan aktifitasnya selam ini.
b. Penyakit dan menurunnya kemampuan fisik dan mental, membuat ia terlalu
memikirkan diri sendiri secara berlebihan.
c. Orang muda disekitarnya cenderung menjauh darinya.
d. Pada saat kematian semakin mendekat, orang sepertinya ingin membuang hal
yang bagi dirinya tidak bermakna lagi.3
Masa usia lanjut disebut juga dengngan masa usia akhir. Ciri utamanya
adalah pasrah, pada masa ini minat dan kegiatan kurang beragama. Hidup menjadi
1 Rusman Hasibuan, Psikologi Agama, (STAIN: Press Padangsidimpuan, 2004), hlm. 102. 2 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 100. 3 Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 254.
2
kurang rumit dan lebih berpuasat pada hal-hal yang sungguh-sungguh berarti.
Kesederhanaan lebih sangat menonjol pada usia tua.4
Pada masa ini merupakan masa kematangan. Masalah sentral pada masa
ini adalah menemukan kepuasan bahwa hidup yang dijalaninya merupakan
penemuan dan penyelesaian pada masa tua, terjadi integrasi emosional, sehingga
oleh Erikson disebut sebagai pencapaian kebijaksanaan.
Dalam masa ini Nostalgia dapat menjadi sumber kekuatan dan kedamaian
pribadi yang sejati. Nostalgia dapat menjadi wahana bagi orang usia lanjut untuk
meninjau masa lampau guna memilih nilai-nilai, gagasan-gagasan kegiatan yang
menentramkan. Orang lanjut usia yang religius cenderung conservatif dan makin
intens terlibat dalam pandangan religiusnya.5
2. Agama Pada Masa Usia Lanjut
Kehidupan keagamaan pada usia lanjut menurut hasil penelitian psikologi
agama ternyata meningkat. Sering kali kecenderungan meningkatnya kegairahaan
dalam bidang keagamaan ini dihubungkan dengan penurunan kegairahan seksual.
Menurut William James, usia keagamaan yang luar biasa tanpaknya justru
terdapat pada usia lanjut, ketika kejolak kehidupan seksual sudah berakhir.
Pendapat ini sejalan dengan realitas yang ada dalam kehidupan manusia usia
lanjut yang semakin tekun beribadah. Mereka sudah mulai mempersiapkan diri
untuk belakal hidup diakhirat kelak.
4 Roberthah. W. Crapps, Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), hlm. 31.
5 Sururim, Ilmu Jiwa Agama, (Jsakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 84-85.
3
Menurut penelitian yang lain terungkap bahwa yang menentukan sikap
keagamaan diusia lanjut diantaranya adalah depersonalisasi. Kecenderungan
hilanya identifikasi diri dengan tubuh dan juga cepat datangnya kematian
merupakan salah satui faktor yang menentukan berbagai sikap keagamaan diusia
lanjut.6
Dan dalam diktat yang disusun Rusman Hasibuan, perhatian mereka
terhadap agama semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Mereka
lebih percaya bahwa agama dapat memberikan jalan bagi pemecahan masalah-
masalah kehidupan. Dan agama juga dirasakan berfungsi sebagai pembimbing
dalam kehidupannya dan dapat menentramkan bathinnya.7 Selain itu, bagi mereka
makin penting kepastian tentang hidup yang kekal (ketuhanan). Kepastian ini
mamainkan peranan yang lebih penting dalam memotivasi orang-orang yang
sudah lanjut usia daripada dalam motivasi orang-orang yang masih muda.8
3. Ciri-ciri Keagamaan Pada Masa Usia Lanjut
Secara garis besar ciri-ciri keberagamaan diusia lanjut adalah:
a. Kehidupan kagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan.
b. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.
c. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara
lebih sungguh-sungguh.
6 Ibid., hlm. 89-90. 7 Rusman Hasibuan., Op.cit, hlm. 102. 8 Nicu Syukur Dister Ofm, Pengalaman dan Motivasi Beragama, (Yogyakarta: Kanisius,
1988), hlm. 96.
4
d. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antara
sesama manusia, serta sifat-sifat luhur.
e. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan
pertambahan usia lanjutnya.
f. Perasaan takut kepada kematian ini berdampak pada peningkatan
pembentukan sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya kehidupan
abadi (akhirat).9
4. Pembinaan Kehidupan Agama Pada Usia Lanjut
Kemantapan beragama yang terdapat pada usia lanjut harus dibina
berkesinambungan. Salah satu alternatif adlah melalui pendidikan agama non
formal. Bentuk-bentuk pendidikan non formal yang lazim didalam masyarakat
adalah:
a. Pengajian atau Penerangan Agama
Pengajian ini dilaksanakan oleh masyarakat Islam diberbagai tempat, seperti
Mesjid, Mushallah, dan sebagainya. Dalam pengajian ini, diajarkan berbagai
macam ilmu pengetahuan agama.
b. Wirid Yasin
Wirid yasi adalah sejenis perkumpulan masyarakat yang kegiatannya
membaca ayat-ayat al-Qur’an secara bersama-sama, seperti surat Yasin, susat-
surat pendek, tahlil dan do’a.
9 Jalaluddin, Op.cit., hlm. 100.
5
c. Tabligh-tabligh
Jenis kegiatan pendidikan ini, biasanaya dilaksanakan dalam rangka
memperingati hari-hari besar Islam, seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj dan
sebagainya.
d. Musabaqah Tilawatil Qur’an
Musabaqah Tilawatil Qur’an ini bertujuan untuk memberi motivasi bagi
masyarakat untuk gemar membaca al-Qur’an dan mempelajarinya.10
Orang yang usia lanjut, kondisi ujur di usia tua menyebabkan dibayangi
oleh perasaan tak berdaya dalam menghadapi keamtian. Dan rasa takut akan
kematian ini semakin meningkat pada usia tua.11 Untuk menghilangkan
kecemasan bathin ini, maka bimbingan dan penyuluhan sangat diperlukan oleh
mereka yang berada pada tingkat usia lanjut.
Perlakuan terhadap manusia usia lanjut dianjurkan seteliti dan setelaten
mungkin. Perlakuan orang tua yang berusia lanjut dibebankan kepada anak-anak
mereka, bukan kepada badan atau Panti asuhan. Perlakuan terhadap orang tua
menurut tuntutan Islam berawal dari rumah tangga. Allah menyebutkan
pemeliharaan secara khusus orang tua yang sudah lanjut usia dengan
memerintahkan kepada anak-anaka mereka untuk memperlakukan kedua orangtua
mereka dengan kasih sayang.
10 Zulhammi, Ilmu Jiwa Agama, (Diktat, Padangsidimpuan, 2005), hlm. 49-50. 11 Robert H. Thouless, Pengantar Psikologi Agama, Terjemah Machnun Husein, (Jakarta: raja
Wali, 1992), hlm. 116.
6
Firman Allah, al-Isra’ ayat: 23-24.
إما إحسانا وبالوالدين إياه إال تعبدوا أال ربك وقضى
أف لهما تقل فال كالهما أو أحدهما الكبر عندك يبلغن
كريما قوال لهما وقل تنهرهما جناح . وال واخفضلهما
ربياني كما ارحمهما رب وقل الرحمة من الذل
12.صغيرا
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-
duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka
berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku waktu kecil".
C. KESIMPULAN
Manusia usia lanjut dalam penilaian banyak orang adalah manusia yang
sudah tidak berproduktif lagi. Usia lanjut ini biasanya umur 65 tahun sampai
meninggal. Ciri utamanya adalah pasrah, pada masa ini minat dan kegiatan
12 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarantg: Toha Putra, 1989), hlm. 427-428.
7
kurang beragama. Hidup menjadi kurang rumit dan lebih berpusat pada hal-hal
yang sungguh berarti.
Perhatian mereka terhadap agama semakin meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Mereka lebih percaya bahwa agama dapat memberikan jalan
bagi pemecahan masalah-masalah kehidupan. Dan agama juga dirasakan
berfungsi sebagai pembimbing dalam kehidupannya dan dapat menentramkan
bathinnya.
Ciri-ciri keagamaan pada usia lanjut adalah :
1. Kehidupan kagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan.
2. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.
3. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara
lebih sungguh-sungguh.
4. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antara
sesama manusia, serta sifat-sifat luhur.
5. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan
pertambahan usia lanjutnya.
6. Perasaan takut kepada kematian ini berdampak pada peningkatan
pembentukan sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya kehidupan
abadi (akhirat).
Pembinaan kehidupan beragama pada usia lanjut antara lain:
1. Pengajian atau penerangan agama
2. Wirid Yasin.
8
3. Tabligh-tabligh.
4. Musabaqah Tilawatil Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Crapps, Roberthah. W. Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan. Yogyakarta:
Kanisius, 1994.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Semarantg: Toha Putra,
1989.
Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
Hasibuan, Rusman. Psikologi Agama. STAIN: Press Padangsidimpuan, 2004.
Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.
Ofm, Nicu Syukur Dister. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Yogyakarta:
Kanisius, 1988.
Sururim. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.
Zulhammi. Ilmu Jiwa Agama. Diktat, Padangsidimpuan, 2005.
9