Perkembangan Beragama Usia Lanjut Bibah

14
PERKEMBANGAN BERAGAMA PADA USIA LANJUT A. Pendahuluan Perkembangan manusia dapat digambarkan dalam bentuk dari sisi sebuah trafesium. Sejak bayi hingga mencapai kedewasaan jasmani digambarkan dengan garis miring menanjak. Pertumbuhan fisik berjalan secara cepat hingga mencapai titik puncak perkembangannya, yaitu usia dewasa. Perkembangan selanjutnya digambarkan oleh garis lurus sebagai gambaran terhadap kemantapan fisik yang sudah dicapai. Sejak mencapai usia kedewasaan hingga ke usia sekitar 50 tahun perkembangan fisik manusia lebih dikatakan tidak mengalami perubahan yang banyak. Barulah diatas 50 tahun terjadi penurunan yang derastis hingga mencapai usia lanjut. Oleh sebab itu dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan perkembangan beragama pada usia lanjut. Jika dalam 1

description

cccccccd

Transcript of Perkembangan Beragama Usia Lanjut Bibah

Page 1: Perkembangan Beragama Usia Lanjut Bibah

PERKEMBANGAN BERAGAMA PADA USIA LANJUT

A. Pendahuluan

Perkembangan manusia dapat digambarkan dalam bentuk dari sisi sebuah

trafesium. Sejak bayi hingga mencapai kedewasaan jasmani digambarkan dengan

garis miring menanjak. Pertumbuhan fisik berjalan secara cepat hingga mencapai

titik puncak perkembangannya, yaitu usia dewasa.

Perkembangan selanjutnya digambarkan oleh garis lurus sebagai

gambaran terhadap kemantapan fisik yang sudah dicapai. Sejak mencapai usia

kedewasaan hingga ke usia sekitar 50 tahun perkembangan fisik manusia lebih

dikatakan tidak mengalami perubahan yang banyak. Barulah diatas 50 tahun

terjadi penurunan yang derastis hingga mencapai usia lanjut.

Oleh sebab itu dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai hal-

hal yang berkenaan dengan perkembangan beragama pada usia lanjut. Jika dalam

makalah ini terdapat keganjalan, penulis mengharap kritik dan saran yang

membangaun dari saudara-saudari sekalian.

B. PEMBAHASAN

1. Masa Usia Lanjut

Proses penuaan dapat dikatakan pasti akan dialami oleh setiap individu.

Tidak ada satu pun yang dapat mencegah dan menghambat proses penuaan yang

terjadi pada dirinya. Menua adalah termasuk sunnatullah atau hukum alam. Proses

1

Page 2: Perkembangan Beragama Usia Lanjut Bibah

penuaan itu sudah tentu akan menimbulkan dampak pada berbagai aspek, antara

lain, kesehatan, sosial, psikologis seseorang dan lain sebagainya.1

Manusia usia lanjut dalam penilaian bagi orang manusia yang sudah tidak

produktif lagi. Usia lanjut ini biasanya berumur 65 tahun sampai meninggal

dunia. Kondisi fisiknya rata-rata sudah menurun, sering mengalami gangguan

kesehatan, yang menyebabkan mereka kehilangan semangat dan merasa dirinya

sudah tidak berharga atau kurang dihargai.2

Terdapat beberapa tekanan yang membuat orang usia lanjut menarik diri

keterlibatan sosial:

a. Ketika masa pensiun tiba dan lingkungan berubah, orang mungkin lepas dari

peran dan aktifitasnya selam ini.

b. Penyakit dan menurunnya kemampuan fisik dan mental, membuat ia terlalu

memikirkan diri sendiri secara berlebihan.

c. Orang muda disekitarnya cenderung menjauh darinya.

d. Pada saat kematian semakin mendekat, orang sepertinya ingin membuang hal

yang bagi dirinya tidak bermakna lagi.3

Masa usia lanjut disebut juga dengngan masa usia akhir. Ciri utamanya

adalah pasrah, pada masa ini minat dan kegiatan kurang beragama. Hidup menjadi

1 Rusman Hasibuan, Psikologi Agama, (STAIN: Press Padangsidimpuan, 2004), hlm. 102. 2 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 100. 3 Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 254.

2

Page 3: Perkembangan Beragama Usia Lanjut Bibah

kurang rumit dan lebih berpuasat pada hal-hal yang sungguh-sungguh berarti.

Kesederhanaan lebih sangat menonjol pada usia tua.4

Pada masa ini merupakan masa kematangan. Masalah sentral pada masa

ini adalah menemukan kepuasan bahwa hidup yang dijalaninya merupakan

penemuan dan penyelesaian pada masa tua, terjadi integrasi emosional, sehingga

oleh Erikson disebut sebagai pencapaian kebijaksanaan.

Dalam masa ini Nostalgia dapat menjadi sumber kekuatan dan kedamaian

pribadi yang sejati. Nostalgia dapat menjadi wahana bagi orang usia lanjut untuk

meninjau masa lampau guna memilih nilai-nilai, gagasan-gagasan kegiatan yang

menentramkan. Orang lanjut usia yang religius cenderung conservatif dan makin

intens terlibat dalam pandangan religiusnya.5

2. Agama Pada Masa Usia Lanjut

Kehidupan keagamaan pada usia lanjut menurut hasil penelitian psikologi

agama ternyata meningkat. Sering kali kecenderungan meningkatnya kegairahaan

dalam bidang keagamaan ini dihubungkan dengan penurunan kegairahan seksual.

Menurut William James, usia keagamaan yang luar biasa tanpaknya justru

terdapat pada usia lanjut, ketika kejolak kehidupan seksual sudah berakhir.

Pendapat ini sejalan dengan realitas yang ada dalam kehidupan manusia usia

lanjut yang semakin tekun beribadah. Mereka sudah mulai mempersiapkan diri

untuk belakal hidup diakhirat kelak.

4 Roberthah. W. Crapps, Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), hlm. 31.

5 Sururim, Ilmu Jiwa Agama, (Jsakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 84-85.

3

Page 4: Perkembangan Beragama Usia Lanjut Bibah

Menurut penelitian yang lain terungkap bahwa yang menentukan sikap

keagamaan diusia lanjut diantaranya adalah depersonalisasi. Kecenderungan

hilanya identifikasi diri dengan tubuh dan juga cepat datangnya kematian

merupakan salah satui faktor yang menentukan berbagai sikap keagamaan diusia

lanjut.6

Dan dalam diktat yang disusun Rusman Hasibuan, perhatian mereka

terhadap agama semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Mereka

lebih percaya bahwa agama dapat memberikan jalan bagi pemecahan masalah-

masalah kehidupan. Dan agama juga dirasakan berfungsi sebagai pembimbing

dalam kehidupannya dan dapat menentramkan bathinnya.7 Selain itu, bagi mereka

makin penting kepastian tentang hidup yang kekal (ketuhanan). Kepastian ini

mamainkan peranan yang lebih penting dalam memotivasi orang-orang yang

sudah lanjut usia daripada dalam motivasi orang-orang yang masih muda.8

3. Ciri-ciri Keagamaan Pada Masa Usia Lanjut

Secara garis besar ciri-ciri keberagamaan diusia lanjut adalah:

a. Kehidupan kagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan.

b. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.

c. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara

lebih sungguh-sungguh.

6 Ibid., hlm. 89-90. 7 Rusman Hasibuan., Op.cit, hlm. 102. 8 Nicu Syukur Dister Ofm, Pengalaman dan Motivasi Beragama, (Yogyakarta: Kanisius,

1988), hlm. 96.

4

Page 5: Perkembangan Beragama Usia Lanjut Bibah

d. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antara

sesama manusia, serta sifat-sifat luhur.

e. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan

pertambahan usia lanjutnya.

f. Perasaan takut kepada kematian ini berdampak pada peningkatan

pembentukan sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya kehidupan

abadi (akhirat).9

4. Pembinaan Kehidupan Agama Pada Usia Lanjut

Kemantapan beragama yang terdapat pada usia lanjut harus dibina

berkesinambungan. Salah satu alternatif adlah melalui pendidikan agama non

formal. Bentuk-bentuk pendidikan non formal yang lazim didalam masyarakat

adalah:

a. Pengajian atau Penerangan Agama

Pengajian ini dilaksanakan oleh masyarakat Islam diberbagai tempat, seperti

Mesjid, Mushallah, dan sebagainya. Dalam pengajian ini, diajarkan berbagai

macam ilmu pengetahuan agama.

b. Wirid Yasin

Wirid yasi adalah sejenis perkumpulan masyarakat yang kegiatannya

membaca ayat-ayat al-Qur’an secara bersama-sama, seperti surat Yasin, susat-

surat pendek, tahlil dan do’a.

9 Jalaluddin, Op.cit., hlm. 100.

5

Page 6: Perkembangan Beragama Usia Lanjut Bibah

c. Tabligh-tabligh

Jenis kegiatan pendidikan ini, biasanaya dilaksanakan dalam rangka

memperingati hari-hari besar Islam, seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj dan

sebagainya.

d. Musabaqah Tilawatil Qur’an

Musabaqah Tilawatil Qur’an ini bertujuan untuk memberi motivasi bagi

masyarakat untuk gemar membaca al-Qur’an dan mempelajarinya.10

Orang yang usia lanjut, kondisi ujur di usia tua menyebabkan dibayangi

oleh perasaan tak berdaya dalam menghadapi keamtian. Dan rasa takut akan

kematian ini semakin meningkat pada usia tua.11 Untuk menghilangkan

kecemasan bathin ini, maka bimbingan dan penyuluhan sangat diperlukan oleh

mereka yang berada pada tingkat usia lanjut.

Perlakuan terhadap manusia usia lanjut dianjurkan seteliti dan setelaten

mungkin. Perlakuan orang tua yang berusia lanjut dibebankan kepada anak-anak

mereka, bukan kepada badan atau Panti asuhan. Perlakuan terhadap orang tua

menurut tuntutan Islam berawal dari rumah tangga. Allah menyebutkan

pemeliharaan secara khusus orang tua yang sudah lanjut usia dengan

memerintahkan kepada anak-anaka mereka untuk memperlakukan kedua orangtua

mereka dengan kasih sayang.

10 Zulhammi, Ilmu Jiwa Agama, (Diktat, Padangsidimpuan, 2005), hlm. 49-50. 11 Robert H. Thouless, Pengantar Psikologi Agama, Terjemah Machnun Husein, (Jakarta: raja

Wali, 1992), hlm. 116.

6

Page 7: Perkembangan Beragama Usia Lanjut Bibah

Firman Allah, al-Isra’ ayat: 23-24.

إما إحسانا وبالوالدين إياه إال تعبدوا أال ربك وقضى

أف لهما تقل فال كالهما أو أحدهما الكبر عندك يبلغن

كريما قوال لهما وقل تنهرهما جناح . وال واخفضلهما

ربياني كما ارحمهما رب وقل الرحمة من الذل

12.صغيرا

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah

selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan

sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-

duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali

janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan

janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka

perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka

berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku,

kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik

aku waktu kecil".

C. KESIMPULAN

Manusia usia lanjut dalam penilaian banyak orang adalah manusia yang

sudah tidak berproduktif lagi. Usia lanjut ini biasanya umur 65 tahun sampai

meninggal. Ciri utamanya adalah pasrah, pada masa ini minat dan kegiatan

12 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarantg: Toha Putra, 1989), hlm. 427-428.

7

Page 8: Perkembangan Beragama Usia Lanjut Bibah

kurang beragama. Hidup menjadi kurang rumit dan lebih berpusat pada hal-hal

yang sungguh berarti.

Perhatian mereka terhadap agama semakin meningkat sejalan dengan

bertambahnya usia. Mereka lebih percaya bahwa agama dapat memberikan jalan

bagi pemecahan masalah-masalah kehidupan. Dan agama juga dirasakan

berfungsi sebagai pembimbing dalam kehidupannya dan dapat menentramkan

bathinnya.

Ciri-ciri keagamaan pada usia lanjut adalah :

1. Kehidupan kagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan.

2. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.

3. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara

lebih sungguh-sungguh.

4. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antara

sesama manusia, serta sifat-sifat luhur.

5. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan

pertambahan usia lanjutnya.

6. Perasaan takut kepada kematian ini berdampak pada peningkatan

pembentukan sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya kehidupan

abadi (akhirat).

Pembinaan kehidupan beragama pada usia lanjut antara lain:

1. Pengajian atau penerangan agama

2. Wirid Yasin.

8

Page 9: Perkembangan Beragama Usia Lanjut Bibah

3. Tabligh-tabligh.

4. Musabaqah Tilawatil Qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

Crapps, Roberthah. W. Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan. Yogyakarta:

Kanisius, 1994.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Semarantg: Toha Putra,

1989.

Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.

Hasibuan, Rusman. Psikologi Agama. STAIN: Press Padangsidimpuan, 2004.

Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.

Ofm, Nicu Syukur Dister. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Yogyakarta:

Kanisius, 1988.

Sururim. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.

Zulhammi. Ilmu Jiwa Agama. Diktat, Padangsidimpuan, 2005.

9