Perkembangan afektif

24

Transcript of Perkembangan afektif

Page 2: Perkembangan afektif

• Afektif menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa takut atau cinta, mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau makna yang menunjukkan perasaan.

• Perbuatan atau perilaku yang disertai perasaan tertentu disebut warna afektif kadang-kadang kuat, lemah atau tidak jelas.

• Pengaruh dari warna afektif akan berakibat perasaan menjadi lebih mendalam. Perasaan ini di sebut emosi (Sarlito, 1982).

Page 3: Perkembangan afektif

• Menurut Crow & Crow (1958) pengertian emosi adalah sebagai berikut :“ An emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological stirredup states in the individual, and that shows it self in his overt behavior”.(Pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud tingkah laku yang tampak)

Page 4: Perkembangan afektif

Jadi, emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.

Page 5: Perkembangan afektif

• Emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik, antara lain :

1. Reaksi elektris pada kulit : meningkat bila terpesona

2. Peredaran darah : bertambah cepat bila terkejut3. Denyut jantung : bertambah cepat kalau kecewa4. Pernapasan : Bernapas panjang kalau kecewa5. Pupil mata : membesar kalau marah6. Liur : mengering kalau takut dan tegang7. Bulu roma : berdiri kalau takut8. Pencernaan : buang-buang air kalau tegang9. Otot : ketegangan dan ketakutan menyebabkan

otot menegang atau bergetar10. Komposisi darah : kompisi darah akan ikut

berubah karena emosional yang menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif

Page 6: Perkembangan afektif

• Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “ badai dan tekanan”, suatu masa dimana ketegangan keterangan emosional sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.

• Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Perbedaannya terletak pada macam dan deajat rangsangan yang membangkitkan emosinya, dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka.

Page 7: Perkembangan afektif

• a. Cinta / kasih sayangKemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberinya. Perasaan ini dapat disembunyikan.

• b. GembiraRasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya belangsung dengan baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau ia jatuh cinta

Page 8: Perkembangan afektif

• c. Kemarahan dan permusuhanRasa marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian. Melalui rasa marahnya seseorang mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan minatnya sendiri.

• d. Ketakutan dan kecemasanBanyak ketakutan-ketakutan baru muncul karena adanya kecemasan-kecemasan dan rasa berani yang bersamaan dengan perkembangan remaja. Tidak ada seorang pun yang menerjunkan dirinya dalam kehidupan dapat hidup tanpa rasa takut.

Page 9: Perkembangan afektif

Menurut Biehler (1972)• Ciri-ciri emosional remaja berusia 12-15 tahun :1) Banyak murung dan tidak dapat diterka2) Bertingkah laku kasar3) Ledakan kemarahan4) Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan

membenarkan pendapatnya sendiri5) Mulai mengamati orang tua dan guru-guru secara

lebih objektif• Ciri-ciri emosional remaja berusia 15-18 tahun :1) Pemberontakan2) Mengalami konflik dengan orang tua mereka 3) Sering kali melamun, memikirkan masa depan

mereka

Page 10: Perkembangan afektif

Perkembangan emosi bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 960 : 266).

Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi.

Page 11: Perkembangan afektif

1) Belajar dengan cara coba-cobaLebih umum digunakan pada masa kanak-kanak awal, dibandingkan sesudahnya.

2) Belajar dengan cara meniruDengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.

3) Belajar dengan cara mempersamakan diriAnak hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.

Page 12: Perkembangan afektif

4) Belajar melalui pengkondisianDilakukan dengan cara asosiasi, setelah melewati masa kanak-kanak. Penggunaan metode ini semakin terbatas pada perkembangan masa suka dan tidak suka.

5) Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksiAnak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang.Banyak kondisi-kondisi sehubungan dengan pertumbuhan anak sendiri dalam hubungannya dengan orang lain yang membawa perubahan-perubahan untuk menyatakan emosi-emosinya ketika ia merasa remaja. Bertambahnya pengetahuan dan pemanfaatan media massa atau keseluruhan latar belakang pengalaman berpengaruh terhadap perubahan-perubahan emosional ini.

Page 13: Perkembangan afektif

Hubunga Antara Emosi dan Tingkah Laku serta Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah

Laku

Seseorang yang tidak mudah terganggu emosinya cenderung mempunyai pencernaan yang baik.Gangguan emosi juga dapat menjadi penyebab kesulitan berbicara. Sikap malu-malu, takut atau agresif dapat merupakan akibat dari ketegangan emosi atau frustasi dan dapat muncul dengan hadirnya individu tertentu atau situasi tertentu.Rangsangan yang menghasilkan perasaan yang tidak menyenangkan, akan sangat mempengaruhi hasil belajar dan rangsangan yang menyenangkan akan mempermudah siswa belajar.

Page 14: Perkembangan afektif

Perbedaan Individual dalam Perkembangan Emosi

Dalam perkembangan emosi terdapat dalam segi frekuensi, intensitas, serta jangka waktu dari berbagai macam emosi, dan juga saat pemunculannya. Perbedaan ini terlihat mulai sebelum masa bayi berakhir. Ekspresi emosional anak-anak, berbeda-beda disebabkan oleh keadaan fisik anak, taraf intelektual dan kondisi lingkungan.

Page 15: Perkembangan afektif

Upaya Pengembangan Emosi Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan

Pendidikan

Emosi remaja awal cenderung banyak melamun dan sulit diterka, cara yang dapat dilkukan guru adalah konsisten dalam pengelolaan kelas dan memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh tanggung jawab. Untuk mengatasi ledakan kemarahan kita dapat mengubah pokok pembicaraan dan memulai aktivitas baru. Cara yang paling baik untuk menghadapi pemberontakan para remaja adalah mencoba untuk mengerti mereka dan melakukan sagala sesuatu yang dapat dilakukan untuk membantu siswa berhasil berprestasi dalam bidang yang diajarkan.

Page 16: Perkembangan afektif

• Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun.

• Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban dan sebagainya. Moral merupakan control dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dimaksud.

• Menurut Gerung, sikap secara umum diartikan sebagai kesediaan bereaksi individu terhadap sesuatu hal.

• Keterkaitan antara nilai, moral, sikap, dan tingkah laku akan tampak dalam pengamalan nilai-nilai. Nilai-nilai perlu dikenal terlebih dulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru akan terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut dan berwujud tingkah laku.

Page 17: Perkembangan afektif

Tiga tingkat perkembangan moral menurut Kohlberg, yaitu tingkat :

I Prakonvensional

II Konvensional

III Post-konvensional

Page 18: Perkembangan afektif

Tingkat I ; PrakonvensionalPada stadium 1, anak berorientasi kepada

kepatuhan dan hukuman Pada stadium 2, Berlaku prinsip Relativistik-

Hedonism. Relativisme ini artinya bergantung pada kebutuhan dan kesanggupan seseorang (hedonistik). Bahwa setiap kejadian mempunyai beberapa segi.

Tingkat II : KonvensionalStadium 3, orientasi mengenai anak yang baik,

anak memperlihatkan orientasi perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain.

Stadium 4, yaitu tahap mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas.

Page 19: Perkembangan afektif

Tingkat III : Pasca - Konvensional

Stadium 5, merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial, hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial dan masyarakat.

Stadium 6. Tahap ini disebut prinsip universal, pada tahap ini ada norma etik disamping norma pribadi dan subjektif. Ada unsur-unsur subjektif yang menilai apakah suatu perbuatan itu baik atau tidak baik.

Page 20: Perkembangan afektif

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap

• Di dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup tertentu ternyata bahwa faktor lingkungan memegang peranan penting, yang sangat penting adalah unsur lingkungan berbentuk manusia yang langsung dikenal atau dihadapi oleh seseorang sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu. Makin jelas sikap dan sifat lingkungan terhadap nilai hidup tertentu dan moral makin kuat pula pengaruhnya untuk membentuk (atau meniadakan) tingkah laku yang sesuai.

• Teori perkembangan moral yang dikemukakan oleh Kohlberg menunjukkan bahwa sikap moral bukan hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari kebiasaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nilai kebudayaan. Tahap-tahap perkembangan moral terjadi dari aktivitas spontan pada anak-anak. Moral yang sifatnya penalaran menurut Kohlberg, perkembangannya dipengaruhi oleh perkembangan nalar sebagaimana dikemukakan oleh Piaget.

Page 21: Perkembangan afektif

Perbedaan individual dalam Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap

• Pengertian moral dan nilai pada anak-anak umur sepuluh atau sebelas tahun berbeda dengan anak-anak yang lebih tua. Pengertian mengenal aspek moral pada anak-anak lebih besar, lebih lentur dan nisbi. Untuk sebagian remaja serta orang dewasa yang penalarannya terhambat atau kurang berkembang, tahap perkembangan moralnya ada pada tahap prakonvensional.

• Menurut Kohlberg, faktor kebudayaan yang mempengaruhi perkembangan moral, terdapat berbagai rangsangan yang diterima oleh anak-anak dan ini mempengaruhi tempo perkembangan moral. Dalam kenyataan sehari-hari selalu saja ada gradasi dalam intensitas penghayatan dan pengamalan individu mengenai nilai-nilai tertentu, apa pun nilai tersebut. Perbedaan-perbedaan individual dalam pemahaman nilai-nilai dan moral sabagai pendukung sikap dan perilakunya. Jadi mungkin terjadi individu atau remaja yang tidak mencapai perkembangan nilai, moral, dan sikap serta tingkah laku yang diharapkan padanya.

Page 22: Perkembangan afektif

Upaya Mengembangkan Nilai, Moral, dan Sikap Remaja serta Implikasinya dalam

Penyelenggaraan Pendidikan

• Perwujudan nilai, moral dan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Proses yang dilalui seseorang dalam pengembangan hidup tertentu adalah sebuah proses yang belum seluruhnya dipahami oleh para ahli (Surakhmad, 1980 : 17).

• Tidak semua individu mencapai tingkat perkembangan moral seperti yang diharapkan, maka kita (guru/ orang tua) dihadapkan dalam masalah pembinaan.

Page 23: Perkembangan afektif

Upaya-upaya Yang Dilakukan dalam Mengembangkan Nilai, Moral, dan Sikap

Remaja

adalah :

a. Menciptakan KomunikasiDalam komunikasi didahului dengan pemberian

informasi tentang nilai-nilai dan moral. Anak-anak harus dirangsang supaya lebih aktif. Di sekolah para remaja hendaknya diberi kesempatan berpartisipasi untuk mengembangkan aspek moral misalnya dalam kerja kelompok.

Page 24: Perkembangan afektif

b. Mencitakan Iklim Lingkungan yang Serasi Usaha pengembangan tingkah laku yang

merupakan pencerminan nilai hidup hendaknya tidak hanya mengutamakan pendekatan-pendekatan intelektual semata-mata tetapi juga mengutamakan adanya lingkungan yang kondusif dimana faktor-faktor lingkungan itu sendiri, merupakan penjelmaan yang konkret dari nilai-nilai tersebut.

Lingkungan sosial terdekat yang terutama terdiri dari mereka yang berfungsi sebagai pendidik dan pembina yaitu orang tua dan guru.