PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN...

128
PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN DAN PASCA KEMERDEKAAN (1934-1950) Tesis Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Humaniora (M.Hum) Oleh: Lathifah Maryam NIM: 21140221000001 MAGISTER SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1490 H/2018 M  

Transcript of PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN...

Page 1: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN DAN PASCA KEMERDEKAAN (1934-1950)

Tesis Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister

Humaniora (M.Hum)

Oleh:

Lathifah Maryam NIM: 21140221000001

MAGISTER SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1490 H/2018 M  

Page 2: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai
Page 3: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai
Page 4: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai
Page 5: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

i  

ABSTRAK

Lathifah Maryam. Perjuangan Hamid Algadri pada Masa Pergerakan dan Pasca Kemerdekaan (1934-1950)

Peranakan Arab merupakan masyarakat yang memiliki darah Arab dan Pribumi Indonesia. Pada masa kolonial Belanda peranakan Arab masuk dalam golongan Timur Asing bersama dengan suku Tionghoa-Indonesia dan India-Indonesia. Menurut Van Den Berg, orang orang Arab di Nusantara tidak memiliki kepedulian terhadap perpolitikan di Nusantara selama kepentingan material dan spiritual mereka tidak menjadi taruhan, orang-orang Arab di Nusantara bersikap netral dan membantu kolonial Belanda. Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai Nasionalisme dan organisasi-organisasi pergerakan untuk mewujudkan kemerdekaan di Indonesia, memberikan kesadaran kebangsaan kepada masyarakat Arab dan peranakan untuk sama-sama berjuang melawan kolonial. Hamid Algadri merupakan peranakan Arab yang turut berjuang melawan kolonial Belanda untuk mewujudkan kemerdekaan di Indonesia. Penelitian dengan judul “Perjuangan Hamid Algadri pada Masa Pergerakan dan Pasca Kemerdekaan (1934-1950)” bertujuan untuk, pertama, menganalisis landasan pergerakan kebangsaan Hamid Algadri di Indonesia yang mendorongnya untuk bergerak melawan kolonial. Kedua, adalah menjelaskan tentang Perjuangan Hamid Algadri pada masa pergerakan dan pasca kemerdekaan di Indonesia. Hasil penelitian ini adalah, bahwa Hamid Algadri merupakan peranakan Arab yang memberikan inspirasi dan berhasil menumbuhkan kesadaran kebangsaan dikalangan peranakan Arab untuk menolak penjajahan dan menjunjung tinggi nasionalisme Indonesia baik masa pergerakan maupun pasca kemerdekaan.

Kata kunci: Hamid Algadri, perjuangan, pergerakan, pasca kemerdekaan.

Page 6: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

ii  

ABSTRACT

Lathifah Maryam. Hamid Algadri’s Struggles on both Movement and Post Independence Period (1934-1950) Arabian Half Breed are society with Arab and Indonesian blood. In the Dutch collonial period the Arabian half breed is classified to a foreign eastern group along with the Chinese-Indonesian and India-Indonesian. According to Van den Berg, the Arabs in the archipelago did not have any concern for politicsin in this archipelago as long a their material and spiritual was not a bet. The Arabs in this archipelago were neutral and support dutch colonialsm. On movement period, it is marked by the emergence ideas of nasionalism and movement organizations which intended to realize the independence of the republic of Indonesia, it gave national awareness to the Arabian and other half breed to fight against colonialism. Hamid Algadri is an Arabian half breed who fight against the Dutch colonialism and to realize the independence attendence of the republic of Indonesia. This research entitled Hamid Algadri’s Struggle on both Movement and post Independence Period (1934-1950), aim are first, it tried to analyze the foundation of national movement of Hamid Algadri in Indonesia which encourages him to move against colonialism. Second, it tried to explains Hamid Algadri’s struggles during both in independence and in post independence period in Indonesia. The result of the study is that Hamid Algadri is an Arabia and half breed who has consistant in thought and action to refuge colonialism and uphold Indonesia’s nationalism both in movement and post independence period. Hamid’s thought and consistency is influenced by ethnically, family and education. Key word: Hamid Algadri, Struggle, Movement, Post Independence period.

 

Page 7: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

iii  

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرمحن الرحيم

Segala puji bagi Allah swt, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas izin dan

berkenaan-Nya, tesis yang berjudul “Perjuangan Hamid Algadri pada Masa

Pergerakan dan Pasca Kemerdekaan (1934-1950)” dapat penulis selesaikan .

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw,

para keluarga dan sahabatnya, Âmîn.

Segala bentuk perjuangan yang penulis hadapi selama ini merupakan

bagian dari sebuah proses panjang dalam menyelesaikan studi. Begitu banyak

pengorbanan yang telah tercurahkan baik waktu dan tenaga yang semuanya

membentuk mental sejauh mana bertahan untuk menyelesaikan studi program

magister ini. Namun, Alhamdulillah berkat pertolongan Allah Swt. dan optimisme

penulis yang diikuti kerja keras , akhirnya selesai semua proses untuk

menyelesaikan tesis ini .

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penyelesaian tesis ini. Semoga segala amal yang telah diberikan

mendapat balasan dari Allah Swt, dan menjadi ibadah mulia. Penulis mengakui

bahwa penulisan tesis ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, maka sebagai tanda penghargaan yang tulus, penulis menghanturkan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA

2. Ketua program Magister Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Sejarah

Kebudayaan Islam, Dr. Halid, M.Ag dan Sekretaris Program Magister Adab dan

Humaniora Dr.M.Adib Misbachul Islam, M.Hum

3. Bapak Dr. Abdul Wahid Hasyim, M.Ag sebagai pembimbing, yang banyak

memberikan saran-saran dan arahan, bimbingan dan motivasi dalam proses

menyelesaikan penelitian ini.

4. Penguji tesis, Dr. Parlindungan Siregar, M.Ag dan Dr. Saidun Derani, MA. yang

telah memberikan arahan terkait perbaikan dalam tesis ini.

Page 8: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

iv  

5. Para dosen pengajar pada Program Magister Fakultas Adab dan Humaniora UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta atas keikhlasannya memberikan ilmu dan tauladan

bermanfaat selama proses studi.

6. Segenap pegawai perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora.

7. Enin tercinta yang senantiasa memberikan motivasi dan doa yang tak kenal lelah,

agar penulis dapat terus berjuang dan menyelesaikan studi ini.

8. Hubby dan Naura, Ameera, Shofwa yang selalu memberikan semangat, perhatian,

pengertian, dan doa untuk penulis.

9. Terima kasih kepada teman-teman Magister Adab dan Humaniora angkatan 2014.

Demikianlah kiranya, semoga tesis ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan

para pembaca pada umumnya, agar dapat menambah wawasan dan informasi

mengenai perjuangan peranakan Arab di Indonesia.

Ciputat, Agustus 2018

 

Page 9: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

v  

DAFTAR ISI

ABSTRAK …………………………………………………………………………..i

ABSTRACT ………………………………………………………………………...ii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………..iii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..v

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..…1

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………..1

B. Permasalahan : Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah,

perumusan Masalah ………………………………………….9

C. Tujuan Penelitian …………………………………………...11

D. Manfaat Penelitian ……………………………………….....11

E. Penelitian Terdahulu ………………………….....................12

F. Kerangka Teori…….. .……………………………………...16

G. Metodologi Penelitian ………………………….. …………19

H. Sistematika Penulisan……………………………………….23

BAB II INDONESIA MASA PERGERAKAN DAN PASCA

KEMERDEKAAN

A. Pengertian Pergerakan Nasional ……………………. …….25

B. Sejarah Pergerakan Nasional ……………………… ……...35

C. Indonesia Pasca Kemerdekaan……...………………………46

D. Perjuangan Masyarakat Keturunan Arab di Indonenesia….55

Page 10: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

vi  

BAB III BIOGRAFI HAMID ALGADRI

A. Riwayat Kehidupan………… ……………………………...66

B. Pendidikan …………..…………… ………………………..67

C. Karir ………………………………………………………...72

D. Karya-karya………………. ………………………………..83

BAB IV PERJUANGAN HAMID ALGADRI MASA PERGERAKAN

DAN PASCA KEMERDEKAAN

A. Landasan Pergerakan Kebangsaan Hamid Algadri…………85

B. Perjuangan Hamid Algadri : Masa Pergerakan……………..90

C. Perjuangan Hamid Algadri Pasca Kemerdekaan…………...98

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………110

B. Saran dan Rekomendasi……………………………………112

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….113

 

Page 11: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

1  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia, kolonial Belanda harus berhadapan dengan kenyataan bahwa

sebagian besar penduduk yang dijajahnya di kepulauan Nusantara ini adalah

beragama Islam yang memiliki sifat nasionalisme dan patriotisme tinggi. Terdapat

teori yang menyatakan bahwa Islam dibawa dari semenanjung Arabia, disetujui

dalam seminar yang diselenggarakan pada tahun 1969 dan 1978 tentang kedatangan

Islam ke Indonesia, dinyatakan bahwa Islam di Indonesia didatangkan langsung dari

Arab tidak dari India dan bahwa agama Islam telah berangsur-angsur datang ke

Indonesia sejak abad-abad pertama Hijriah atau sekitar abad ke 7 dan 8 M, dan

diantara para mubaligh Islam periode pertama itu terdapat orang-orang dari Malabar,

Gujarat, dan Persia tetapi asalnya orang arab juga.1 Teori Abdul Malik Karim

Amrullah (Hamka, w.1981) meyakini bahwa Islam datang ke Nusantara pada abad 7

/ 8 Masehi.2

Berdasarkan teori diatas, keberadaan masyarakat Arab di Indonesia sudah

berlangsung beratus-ratus tahun, diperkirakan sejak penyebaran agama Islam di

wilayah nusantara. Kedatangan orang-orang Arab ke nusantara didorong oleh motif

perdagangan dan agama, orang-orang Arab yang datang ke Indonesia mayoritas

berasal dari Hadramaut hanya satu atau dua diantara mereka yang berasal dari

Maskat di tepian teluk Persia, Hijaz, Mesir, atau dari pantai Timur Afrika.3 Pada

mulanya jumlah pendatang Arab tidaklah banyak, namun jumlah tersebut meningkat

ketika terjadi migrasi besar besaran dari negeri Hadramaut ke sejumlah wilayah di

Afrika dan Asia Timur, seperti India, indocina, Malaya dan Hindia Belanda.

Diperkirakan migrasi besar besaran orang Arab Hadrami ke Hindia Belanda terjadi

pada awal abad ke 18 dan arus migrasi ini bertambah kuat setelah dibukanya terusan                                                             

1 A. Hasjmy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, (almaarif : 1981), h.38 2 Ahwan Mukarrom, Sejarah Islamisasi Nusantara, (Surabaya: Penerbit Jauhar, 2009), hlm.

57-58. 3 Suratmin, Abdul Rahman Baswedan: Karya dan Pengabdiannya, (Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan, 1989), h.2

Page 12: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

2  

Suez oleh Prancis pada tahun 1869.4 Mereka menyebar hampir diseluruh kepulauan

di Nusantara. Mereka berdatangan karena Baghdad hancur oleh serbuan bangsa

Mongol. 5

Maka timbulnya aneka perlawanan seperti perang Paderi (1821-1827), perang

Diponegoro (1825-1830), perang Aceh (1903) dan lain-lainnya tidak terlepas dari

kaitan ajaran ajaran agama Islam. Namun upaya perjuangan tersebut selalu menemui

jalan terjal. Baru pada awal abad ke 20, sistem perjuangan di Indonesia memasuki

babak baru dengan munculnya organisasi-organisasi modern yang memperjuangkan

kedaulatan Bangsa. Perlawanan yang dilakukan tidak lagi bersifat lokal dengan

mengangkat senjata, tapi bersifat nasional melalui organisasi-organisasi modern.

Mereka masuk dalam lini-lini yang strategis, seperti bidang budaya, sosial, ekonomi,

dan politik. Dengan adanya formulasi pergerakan yang baru ini, upaya untuk

mencapai kemerdekaan semakin dekat. Sehingga Indonesia berhasil mengusir

penjajah dan mewujudkan persatuan dan kesatuan.

Inspirasi kebangkitan nasional ini dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang

mendahuluinya. Masyarakat yang menderita di bawah kekuasaan kolonial ratusan

tahun, perlahan memiliki kesadaran untuk memiliki tanah air dan hidup tidak di

bawah cengkeraman penjajah. Oleh karenanya timbul rasa nasionalisme untuk

memperjuangkan tanah airnya.

Bersamaan dengan itu, muncul pergerakan dan perlawanan umat Islam di

Nusantara karena pengaruh gerakan pembaharuan abad ke-19 yaitu Pan Islamisme

yang dicanangkan oleh Jamaluddin al-Afghani (w.1897). Sedangkan kebangkitan

dalam bidang pendidikan dipengaruhi oleh gagasan tokoh reformis Muhammad

Abduh (w.1905) untuk merombak sistem pendidikan semakin maju, khususnya

pembekalan ilmu agama.

Gagasan tentang nasionalisme universal dikemukakan pertama kali oleh Haji

Samanhudi pada Kongres Sarekat Dagang Islam di Surabaya pada 1911 dan

                                                            4 DR. M. Dien Majid, Berhaji Masa Kolonial, (Jakarta: Sejahtera, 2008), h. 4 5 Pada mulanya datang ke Nusantara di abad ke-13, orang-orang Arab telah banyak

berkontribusi terhadap perkembangan Islam di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri, Bangsa Arab berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Nusantara. Penyebaran ajaran Islam sering disebut dengan Islamisasi. M.C. Ricklefs, Islamisation and its opponents in Java: A Political, Social, Cultural and Religious History, c.1930 to the Present, (Singapore: NUS Press, 2012), hlm. 4.

Page 13: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

3  

dipertegas lagi pada kongres Sarekat Islam di Bandung pada 1916. Haji Samanhudi

menyatakan dalam kongres Sarekat Dagang Islam di Surabaya tahun 1911 bahwa

manusia pada prinsipnya dilahirkan dalam fitrahnya sebagai manusia yang bebas.

Apabila dalam hidupnya manusia berada di bawah penindasan manusia lain, maka

itu bertentangan dengan nilai dasar universal tersebut. Oleh karena itu, kebebasan

yang menjadi ciri kehidupan harus diperjuangkan. Ajakan untuk memperjuangkan

kebebasan itu oleh Haji Samanhudi dipertegas kembali pada Kongres Sarekat Islam

di Bandung pada 1916 dengan menyatakan bahwa kebebasan bagi umat Islam yang

identik dengan penduduk pulau jawa hanya dapat diperoleh dengan mengusir

penjajah dari tanah jawa.6

Warga pribumi yang memiliki rasa nasionalis membentuk organisasi Serikat

Islam (1909), Boedi Oetomo (1908),7 Indische Partij (1912), Perhimpunan Indonesia

(1924), dan Partai Nasional Indonesia (1927). Benih nasionalisme juga tumbuh dari

golongan Indo-Eropa, Indische Bond (1899), golongan Indo-China, Partai Tionghoa

Indonesia (1932), dan golongan Indo-Arab (1934). Mereka bermunculan karena

mengalami pengalaman yang sama dengan pribumi di bawah kekuasaan kolonial

Belanda.

Masyarakat Arab dari golongan sayid merespon pembaharuan pendidikan

yang dipelopori oleh Muhammad Abduh (w.1905) tersebut.8 Mereka mendirikan

                                                            6 Taufik Abdullah.,eds, Indonesia Dalam Arus Sejarah: 5, Pergerakan dan Kebangsaan,

(Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 2012), h.228 7Terkait menjadikan Budi Utomo (BU) sebagai organisasi yang pertama kali memiliki

kesadaran kebangsaan tidak sepenuhnya diterima oleh pengkaji sejarah. Ahmad Syafii Maarif misalnya kurang sependapat terkait hal itu. Ia menilai bahwa Budi Utomo adalah organisasi yang terbatas pada Pulau Jawa, belum mencakup seluruh Indonesia. Organisasi modern pertama kali dalam sejarah Indonesia ialah Sarekat Dagang Islam (SDI). Anggotanya terdiri dari kelas menengah, seperti saudagar, pengusaha, dan lain sebagainya, yang hamper merata di wilayah Nusantara. SDI yang selanjutnya bertransformasi menjadi Sarekat Islam (SI) lahir (dan ini juga masih diperdebatkan) pada 16 Oktober 1905, sementara BU lahir pada 20 Mei 1908. (Lihat: Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Politik: Teori Belah Bambu, Masa Demokrasi Terpimpin, 1959-1965, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hlm. 16.

8 Kaum sayid asal Hadramaut mulai menyebar dari negeri asal mereka untuk memulai hidup baru di berbagai kawasan di samudera Hindia. Selain daripada Singapura, India menjadi salah satu tempat migrasi yang cukup populer di masa-masa awal. Di tempat inilah, para Sayid berhasil menjalin tali persaudaraan dengan para aristocrat Muslim sehingga dengan cepat mereka dapat menduduki posisi yang cukup berpengaruh.

Ada beberapa faktor yang memfasilitasi kaum sayid Hadramaut untuk bermukim di banyak kawasan di Samudra Hindia dan memudahkan mereka mendaki tangga sosial. Pertama, kemampuan berpergian dimudahkan oleh jaringan perdagangan. Kedua, hubungan intelektual mereka dengan

Page 14: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

4  

lembaga pendidikan dengan nama Jamiat Kheir. Perkumpulan Jamiat Kheir

didirikan di Batavia pada tahun 1901 membawa misi akademis. Jamiat Kheir

dibentuk dengan tujuan utama mendirikan satu model sekolah modern untuk para

pemuda Arab. Yayasan Jamiat Khair di Batavia menjadi model pendidikan baru bagi

keturunan Arab.9 Meskipun mayoritas anak-anaknya adalah keturunan Arab, anak-

anak Indonesia non Arab juga terdaftar di sana. Model ini kemudian diikuti dengan

munculnya sekolah Al-Irsyad al-Islamiyah10. Al-Irsyad merupakan pecahan dari

organisasi Jamiat Khair, yang pada tahun 1913 telah terjadi perpecahan dikalangan

Jamiat Khair mengenai hak istimewa golongan sayyid. Mereka yang tidak setuju

dengan kehormatan berlebihan bagi sayyid dikecam dan dicap sebagai reformis yang

kemudian mendirikan organisasi Jami’ah al-Islam wa al-Irsyad al-Arabiyah, yang

dikenal dengan Al-Irsyad.11

Kesadaran bangsa Indonesia keturunan Arab muncul pada 4 Oktober 1934

ditandai dengan berdirinya Partai Arab Indonesia (PAI). Timbulnya ide mendirikan

PAI ini didasari pada prinsip pengakuan tentang tanah air bagi peranakan Arab.

Organisasi Islam nasionalis ini dicetuskan oleh AR. Baswedan (w,1986),

beranggotakan pemuda-pemuda peranakan Arab di Nusantara yang memiliki rasa

nasionalisme terhadap tanah air Indonesia.

Tidak dapat dipungkiri bahwa para pemuda adalah faktor yang penting bagi

munculnya organisasi-organisasi nasionalis. Mereka adalah kaum intelegensia dalam

struktur sosial masyarakat yang memiliki semangat membara. Organisasi dijadikan

sebagai muara untuk menyalurkan gagasan, konsep dan ideologi nasionalisme.

                                                                                                                                                                        jaringan ulama yang menjadikan mereka bagian dari komunitas intelektual internasional, sehingga kadar keulamaan mereka mudah dikenali. Dalam hal ini, faktor terpenting adalah keanggotaan mereka dalam madzhab Shafii yang mendominasi pesisir Samudera Hindia. Ketiga, penguasaan terhadap bahasa dan sastra arab menjamin penghormatan para penguasa kepada mereka. Keempat, karakter kosmopolitan dari lokalitas tempat mereka berimigrasi memudahkan mereka berintegrasi dengan masyarakat tanpa harus dicap sebagai golongan asing. Lautan Nusantara, contohnya adalah ranah “pluralism cair” (fluid pluralism). L.W.C van den Berg, Orang Arab di Nusantara, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2010), hlm. xxxii.

9 Jamiat Khair merupakan organisasi yang beranggotakan mayoritas orang-orang Arab, yang didirikan di Batavia pada tanggal 17 Juli 1905., dalam : Deliar Noor, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1991), h. 68

10 Al-Irsyad didirikan pada tahun 1913 dan mendapat pengesahan dari Belanda pada tanggal 11 Agustus 1915, Deliar Noor, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942., h.73

11 Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah,Sekolah : Pendidikan Islam Dalam Kurun Modern, (Jakarta: LP3ES, 1986), h.60

Page 15: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

5  

Mereka turut andil menggerakan semangat masyarakat awam untuk melawan

kolonial. Baik pemuda pribumi maupun non pribumi memiliki kesamaan motivasi

untuk menyatukan kekuatan melawan musuh. Salah satunya adalah tokoh pemuda

peranakan Arab, Hamid Algadri (w.1998).

Hamid Algadri terlibat aktif dalam berbagai usaha perjuangan nasional.

Dimulai dari PAI, ia bersama dengan para pemuda keturunan Arab di Nusantara

berupaya menyatukan pandangan non-pribumi, khususnya Arab untuk ikut serta

memperjuangkan hak-haknya dari Kolonial Belanda.

Bentuk partisipasinya adalah menumbuhkan nasionalisme dalam lingkungan

golongan Arab. Ia menyuarakan gagasannya di dalam PAI dengan menulis berbagai

pendapatnya atas persoalan yang dihadapi komunitasnya dalam permasalahan sosial

dan politik.

Terlahir di Pasuruan, pada tanggal 10 Juli 1912 dari seorang kapten wilayah,

Hamid diarahkan keluarganya untuk mengenyam pendidikan tinggi. Dalam usianya

yang masih belia, ia dapat berpikir dewasa. Saat ia menjadi mahasiswa Rechts

Hogeschool (Sekolah Tinggi Hukum), tetapi merasa memiliki visi yang sama dengan

PAI, sehingga terdorong untuk menyuarakan pendapatnya terhadap kebijakan-

kebijakan pemerintahan Hindia Belanda yang merugikan koloni Arab dan pribumi.

Oleh karenanya ia dipilih menjadi anggota pengurus besar Partai Arab Indonesia

(PAI) di Jakarta.

Hamid Algadri tegas dan konsisten dalam pemikiran dan tindakannya dalam

menolak penjajahan serta kukuh menjunjung nasionalisme Indonesia. Pergerakan

kebangsaan Hamid Algadri semakin terlihat ketika ia melibatkan diri dalam

perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia secara langsung dari tangan penjajah.

PAI berperan penting mengantarkan Hamid menjadi seorang tokoh

peranakan Arab melalui jalan pergerakan kebangsaan bersama tokoh-tokoh

kemerdekaan lainnya. Sejak awal berdirinya, PAI memang telah memiliki orientasi

yang bertipikal pejuang dan anti penindasan. Ia didirikan untuk melestarikan, dan

mengeksplorasi nasionalisme Indonesia dari keturunan Arab. Dalam salah satu misi

PAI ditegaskan bahwa Indonesia adalah tanah air keturunan Arab Indonesia. Oleh

Page 16: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

6  

karenanya keturunan Arab Indonesia harus memenuhi kewajiban sebagai bangsa

Indonesia.

Dalam kurun waktu 1934-1937, PAI terus memompa semangat nasionalisme

dalam kerja dakwah, sosial serta politik. Dalam konteks politik, misi utama adalah

menghapus pemisahan keturunan Arab Indonesia dari warga Indonesia yang diatur

dalam Undang-undang Belanda.

Dalam konferensi yang digelar di Semarang pada 4-5 Oktober 1934 itu para

pemuda Indonesia keturunan Arab membuat sumpah: "Tanah Air kami satu,

Indonesia. Dan keturunan Arab harus meninggalkan kehidupan yang menyendiri

(isolasi)”. Sumpah ini dikenal dengan Sumpah Pemuda Indonesia Keturunan Arab.

Menurut AR Baswedan persatuan adalah modal utama bagi Arab peranakan untuk

kemudian bersama-sama kaum pergerakan nasional bersatu melawan penjajah.12

Sikap kritis Hamid terlihat dari tulisan-tulisannya di media yang seringkali

memprovokasi kebijakan Belanda. Hamid membaca bahwa sikap dan perlakuan

Belanda sangat antipati dan selalu waspada terhadap orang-orang keturunan Arab

tercermin di dalam kebijakan-kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang

diskriminatif. Hingga pada tahun 1854, Pemerintah Hindia Belanda membentuk

kebijakan Regering Regleement yaitu peraturan pemerintah yang membedakan

kelompok masyarakat menjadi tiga kelas di Hindia Belanda yaitu kelas paling atas

adalah kulit putih ( Eropa, Amerika, Jepang ), kelas kedua adalah Timur Asing (

Arab, India, Cina ), dan kelas ketiga adalah pribumi ( masyarakat asli Indonesia ).

Dengan adanya kebijakan atau pembagian strata ini akan memengaruhi tata

kehidupan sosial, ekonomi, dan politik terutama bagi Pemerintah Hindia Belanda

dan orang Timur Asing (orang Arab).13

Kebijakan pemerintah Hindia Belanda lainnya tertuang dalam Exhorbitante

Rechten yakni hak bagi Gubernur Jenderal untuk menentukan tempat tinggal bagi

golongan-golongan penduduk Hindia Belanda atau pribadi sendiri. Dari kebijakan itu

lahirlah kampung Arab, kampung Pecinan, kampung Melayu, pemukiman Eropa,

                                                            12 Hamid Algadri, C.Snouck Hurgronje:Politik Belanda Terhadap Islam dan Keturunan

Arab, (Jakarta: Sinar Harapan, 1984), hlm. 85. 13 Hosniyah, Kebijakan Pemerintah Hindia Belanda Terhadap Komunitas Arab Di Malang

1900-1935, Avatara, e-Journal Pendidikan Sejarah, Volume 4, No. 3, Oktober (2016), hlm. 967.

Page 17: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

7  

dan kampung Pribumi.14 Kampung Arab tersebut dibuat tidak untuk menguatkan

etnis Arab di Nusantara, melainkan politik memisahkan etnis mereka dengan

masyarakat pribumi. Karena Pemerintah melihat bahwa orang Arab diduga akan

mudah merusak kekuasaannya dengan cara memengaruhi orang-orang pribumi untuk

bekerja sama melawan Belanda.

Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintahan Belanda tersebut tidak

lepas dari seorang tokoh yang bernama Snouck Hurgronje. Selama berada di Hindia

Belanda, ia menjabat sebagai penasihat-penasihat masalah pribumi dan Arab bagi

pemerintah Hindia Belanda. Ia memiliki peran besar dalam membentuk politik

terhadap Arab pada tahun 1889.

Hamid mencermati arah kebijakan Belanda untuk memisahkan koloni Arab

dengan masyarakat pribumi semakin keras. Dimulai dari “Politik Segregasi” ketika

menempatkan semua golongan Arab ke dalam strata Vreemde Oosterlingen

(golongan Timur Asing), hingga politik adu domba antar etnis Arab antara kalangan

habib maupun non habib. Oleh karenanya, Hamid di dalam PAI bekerja keras untuk

menyatukan peranakan Arab di Nusantara agar hak-hak mereka terlindungi.

Belanda khawatir kalau masyarakat Arab dan pribumi bersatu, maka

terbentuklah kekuatan yang besar. Masyarakat Arab sangat cepat beradaptasi,

meskipun sebenarnya mereka adalah komunitas yang memegang tradisi primordialis

yang kuat.15 Mereka melakukan interaksi secara terbuka sehingga mencapai pada

kemajuan perekonomian di Jakarta pada paruh kedua abad ke-19. Berawal dari

proses tersebut, maka timbulah berbagai dinamika pada masyarakat Arab di Jakarta

seperti kerjasama perdagangan, kedekatan emosional keagamaan, pendidikan,

solidaritas serta pergerakan sosial dan politik. Dinamika sosial yang terjadi di atas

sangat terlihat pada komunitas Hadrami di Jakarta.

Masyarakat Arab di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari Hadramaut. Karena

orang-orang Arab yang datang ke Indonesia mayoritas berasal dari Hadramaut.

Hanya “satu dua” dari para pendatang Arab yang datang dari Makah, di tepian teluk

                                                            14 Purnawan Basundoro, Dua Kota Tiga Zaman: Surabaya dan Malang sejak Zaman

Kolonial sampai Kemerdekaan, (Yogyakarta: Ombak, 2009), hlm. 34. 15 Siti Hidayati Amal, “Menelusuri Jejak Kehidupan Keturunan Arab - Jawa di Luar Tembok

Keraton Yogyakarta ”, Antropologi Indonesia, vol. 29. No. 2, (2005), hlm. 160.

Page 18: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

8  

Persia, Mesir, atau dari pantai timur Afrika. Sejumah kecil orang Arab yang datang

dari berbagai negeri tersebut jarang ada yang menetap di Nusantara. Jika menetap,

mereka segera berbaur dengan orang Arab dari Hadramaut. 16

Keberadaan orang-orang Arab di Nusantara, terutama di Jawa telah berhasil

dalam dunia perdagangan serta telah berasimilasi dengan penduduk pribumi

terutama kalangan bangsawan Jawa, itulah yang menjadi ancaman bagi Bangsa

Belanda. Demi menyelamatkan kepentingan ekonomi, mereka membuat kebijakan

khusus untuk etnis Arab di Nusantara. Mereka juga khawatir jika pembauran orang

Arab dengan kelompok bangsawan Jawa menjadi kekuatan politik yang kuat. Alasan

lainnya Pemerintahan Belanda menekan hak kehidupan etnis Arab karena masalah

ideologis, yaitu agama Islam. Belanda menganggap Arab identik dengan agama

Islam.

Nama Hamid sebagai peranakan Arab mencuat setelah berhasil melakukan

propaganda-propaganda melalui koran dan siaran-siaran radio. Ia mendukung penuh

pribumi untuk melawan kolonial. Apa yang ia suarakan adalah desakan kepada

bangsa Indonesia dalam percepatan kemerdekaan.

Atas perannya itu, Hamid selalu dilibatkan dalam komponen birokrasi

nasional. Di saat bekerja di Sekretariat Perdana Menteri, Hamid mendapat

kesempatan menemani rombongan Perdana Menteri Sjahrir (w.1966) di dalam KLB

(Kereta Api Luar Biasa) dari Jakarta ke Yogyakarta pada akhir tahun 1945.

Adapun pada tahun 1947 ketika Belanda telah kembali berusaha menguasai

kembali Indonesia, Hamid dipercaya pada posisi Sekretaris Menteri Penerangan,

membantu menjalankan Radio Republik Indonesia dengan menyuarakan propaganda

melawan Belanda. Belanda menganggapnya sebagai seorang teroris besar sehingga

dijebloskan dalam penjara.

Peran Hamid dibutuhkan pemerintah sehingga didaulat menjadi delegasi

Indonesia dalam Perundingan Linggajati dan Renville. Ia juga ditunjuk presiden

                                                            16 Ketika Imam Ahmad Al-Muhajir hijrah dari Irak ke daerah Hadramaut di Yaman,

keturunan Ali bin Abi Thalib ini membawa serta 70 orang keluarga dan pengikutnya. Sejak saat itu berkembanglah keturunan Ali hingga menjadi kabilah atau suku bangsa yang terbesar di Hadramaut, dan dari kota Hadramaut inilah asal-mula peranakan Arab berada di berbagai negara, salah satunya yaitu Indonesia. Suratmin dan Didi Kwartanada, Biografi A.R. Baswedan; Membangun Bangsa Merajut Keindonesiaan (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2014), hlm. 8.

Page 19: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

9  

Sukarno menjadi penasihat delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar di

Den Haag pada tahun 1949.17

Dari latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengkaji mengenai peran

tokoh etnis Arab yang memiliki nasionalisme terhadap bangsa Indonesia. Hamid

tidak hanya memperjuangkan persatuan peranakan Arab, tetapi juga membantu

kedaulatan Indonesia secara penuh, baik dalam kancah nasional maupun di forum

internasional. Peneliti merasa belum banyak menemukan karya tulis ilmiah

mengenai peranan etnis Arab bagi bangsa Indonesia.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

a. Pemerintahan Belanda menerapkan kebijakan politik diskriminasi dan

pemisahan etnis Arab dengan masyarakat pribumi. Tujuannya adalah agar

asimilasi dua etnis tersebut tidak membuat kerjasama dalam melawan

Belanda. Kondisi ini mendorong para pemuda pribumi dan Indo-Arab

untuk melakukan berbagai pergerakan untuk melawan kolonial Belanda.

Pergerakan ini dimulai dari dalam organisasi-organisasi nasionalis.

b. Hamid Algadri membangkitkan semangat nasionalisme masyarakat

bersama organisasi yang ia ikuti yaitu PAI (Partai Arab Indonesia). PAI

memiliki tujuan membentuk gerakan dalam rangka mempersatukan

golongan Arab di Nusantara yang berselisih karena politik adu domba

Belanda.

c. Ideologi dan pemikiran Hamid Algadri banyak yang dituangkan dalam

tulisan-tulisan yang dipublikasikan dalam majalah Al-Insjaf dan Aliran

Baroe. Selain menjadi penulis tetap, ia merangkap menjadi redaktur,

sehingga mudah untuk memproduksi narasi-narasi guna membangkitkan

semangat kebangsaan.

d. Hamid memutuskan terjun dalam dunia politik. Ia masuk di dalam jajaran

birokrasi pemerintahan Indonesia. Peranannya sangat nyata, karena                                                             

17 http://menaracenter.org/2016/08/17/wawancara-eksklusif-hamid-Hamid Algadri-soal-arab-indonesia-ii/ diakses pada 15 maret 2018 pukul 21.00 WIB

Page 20: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

10  

mendapat mandat menjadi penasihat di berbagai forum perjanjian

nasional maupun dalam forum Internasional.

2. Pembatasan Masalah

Berdasar pada identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi

pada pembahasan perjuangan yang dilakukan salah satu tokoh Indo-Arab yang

bernama Hamid Algadri. Hal ini menunjukkan bahwa perjuangan bangsa

Indonesia tidak bisa dilepaskan dari kontribusi komunitas Indo-Arab di

Indonesia. Atas dasar pengalaman ekonomi, sosial politik yang sama, mereka

memutuskan untuk berjuang bersama masyarakat pribumi, Secara garis besar,

yang dimaksud dengan pergerakan kebangsaan adalah keterlibatan Hamid di

dalam upaya-upaya untuk mengkritisi Kebijakan Belanda dan upaya

memerdekakan bangsa Indonesia. Hamid memiliki pengaruh besar di dalam

dua hal. Pertama, peran Hamid di dalam PAI (Partai Arab Indonesia). Ia ikut

menumbuhkan rasa nasionalisme masyarakat etnis Arab di Nusantara yang

sebelumnya terpecah dan terisolasi oleh kebijakan Belanda. Kedua, peranan

Hamid di dalam berbagai birokrasi pemerintahan untuk kemerdekaan bangsa

Indonesia.

Adapun penentuan rentang waktu dalam tesis ini adalah dari tahun 1934

sampai 1950. Kisaran waktu ini didasarkan pada sejarah awal keterlibatan

Hamid dalam pergerakan kebangsaan. Ia memulai kiprahnya di dalam

organisasi yang menampung peranakan Indo-Arab yaitu PAI hingga karir

politiknya mencapai pada puncak prestasinya yaitu ketika ia diangkat sebagai

penasihat pada Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag.

Dalam kurun waktu tersebut, Hamid memberikan kontribusi yang sangat

signifikan bagi keteraturan praktik sosial dan persatuan masyarakat Indo-Arab

dan pribumi serta asimilasi keduanya. Karirnya semakin melejit karena

memegang peranan penting bagi proses perundingan menuju kemerdekaan

bangsa Indonesia. Kontribusinya cemerlang dalam berbagai bidang; pidato,

penulisan, diskusi hingga perundingan.

3. Perumusan Masalah

Page 21: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

11  

Dari pembatasan masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka dapat

dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:

a. Apa Landasan Pergerakan Kebangsaan Hamid Algadri di

Indonesia?

b. Bagaimana perjuangan Hamid Algadri pada masa pergerakan dan

pasca kemerdekaan ?

C. Tujuan Penelitian

Penulisan tentang tokoh sejarah khususnya pada tokoh Hamid Algadri adalah

dalam rangka untuk melihat kontribusi serta peran yang ia torehkan untuk mencapai

kemerdekaan bangsa Indonesia. Hamid yang merupakan representasi golongan Indo-

Arab tercatat memiliki andil dalam sosial politik pergerakan nasional. Secara

individual Hamid adalah orator, penulis dan penasehat. Sedangkan secara kolektif ia

bergabung bersama organisasi-organisasi nasional dan memberikan pengaruhnya.

Atas dasar itu, pertama, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis landasan

pergerakan kebangsaan Hamid di Indonesia. Berbagai latar belakang yang Hamid

alami dalam keluarga dan kehidupannya, sehingga mendorongnya untuk bergerak

melawan kolonial

Kedua, adalah menjelaskan tentang perjuangan Hamid Algadri dalam

pergerakan kebangsaan dan pasca kemerdekaan. Hamid berhasil menumbuhkan

ideologi nasionalisme golongan Indo-Arab di Indonesia pada 1934, saat ia

memutuskan bergabung bersama AR Baswedan dalam PAI. Penelitian ini juga ingin

membuktikan, sepanjang karir politiknya, Hamid memberikan pengaruh positif bagi

keberlangsungan kemerdekaan Indonesia. Ia menorehkan berbagai peristiwa sejarah

yang menghantarkan Indonesia ke gerbang kemerdekaannya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat secara teoritis dan praktis sebagai berikut

1. Secara teoritis, penelitian yang berkaitan dengan kesejarahan tokoh etnis

Arab di Nusantara ini dapat memperkaya khazanah historiografi tentang

Page 22: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

12  

pemikiran, pergerakan serta perjuangannya dalam kehidupan sosial

Indonesia pada masa kolonial Belanda pada abad ke-19 dan abad ke -20.

Penelitian tentang tokoh kemerdekaan nasional Hamid Algadri yang

jarang dikaji ini dapat menambah referensi penulisan sejarah yang baru,

khususnya tentang kajian sejarah tokoh-tokoh non-pribumi yang memiliki

kontribusi yang besar bagi kemajuan bangsa Indonesia melalui organisasi

kemasyarakatan serta mimbar-mimbar perundingan untuk mengkritisi

kebijakan Belanda yang merugikan berbagai pihak.

2. Secara praktis, penelitian ini memberikan informasi penting bagi para

peneliti dan dosen perguruan tinggi dalam melihat metodologi dan

referensi penulisan sejarah. Terutama penulisan sejarah dengan konteks

pemikiran seorang tokoh sejarah di masa lalu agar dapat menghasilkan

penelitian sejarah yang serupa terhadap tokoh lainnya. Penulisan tentang

tokoh sejarah menjadi sangat penting karena dapat memberikan gambaran

berkaiatan dengan kehidupan secara antropologis dan sosiologis serta

suasana politik yang melingkupinya. Penelitian reflektif historis ini juga

dapat memberikan dorongan kepada para peneliti untuk lebih

mengeksplorasi tokoh-tokoh Nusantara yang lahir dari asimilasi budaya

yang berbeda (Indo-Arab).

E. Penelitian Terdahulu

Sejauh penelusuran peneliti, belum ada tulisan yang spesifik membahas

tentang perjuangan Hamid Algadri. Namun terdapat banyak referensi yang berkaitan

dengan variabel pokok tesis ini, meliputi biografi Hamid Algadri, kiprah dan sejarah

kehidupannya, pergerakan golongan Arab-Indo serta upayanya melawan agresi

Belanda. Pertama, Muhammad Ridlo Rachman menulis Pemikiran Hamid Algadri

tentang Indo-Arab dan Tanah Air (Studi Kasus dalam Majalah Insjaf dan ALiran

Baroe pada Masa Kolonial Belanda 1937-1941).18 Penulis artikel ini bertujuan

                                                            18 Muhammad Ridlo Rachman, “Pemikiran Hamid Algadri tentang Indo-Arab dan Tanah

Air (Studi Kasus dalam Majalah Insjaf dan ALiran Baroe pada Masa Kolonial Belanda 1937-1941)”, Jurnal Ilmu Sejarah, Universitas Indonesia (2013).

Page 23: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

13  

mendeskripsikan pemikiran Hamid Algadri khususnya mengenai tema Indo-Arab

dan tanah air. Objeknya terdapat di dalam dua majalah yang terdapat karya Hamid

Algadri yaitu majalah Insjaf dan Aliran Baroe pada rentang periode 1937-1941. Di

dalam risetnya juga digambarkan mengenai latar belakang kehidupan, lingkungan

intelektual, dan gambaran sosial politik yang memengaruhi pemikiran Hamid

Algadri.

Kontribusi pemikiran pentingnya dituangkan ke dalam majalah ketika ia aktif

terlibat di dalam gerakan partainya (Partai Arab Indonesia). Terlebih ketika ia

mendapat posisi sebagai redaktur majalah, membuatknya gencar melancarkan

provokasi untuk melakukan perlawanan terhadap kebijakan Belanda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemikiran Hamid Algadri terbagi ke

dalam dua tema besar yaitu pertama, Indo-Arab. Ia merasa kondisi masyarakat

peranakan Arab (Indo-Arab) di Indonesia diadu domba antara pihak sayid dan non

sayid. Sehingga Ia meminta etnis Arab untuk bersatu bersama masyarakat umum

Indonesia. Kedua, tanah air. Hamid memberikan gagasan bahwa tanah air etnis Arab

di Nusantara adalah Indonesia, bersama pribumi, karena tanah kelahiran mereka ada

di Indonesia, meskipun nenek moyangnya dari Arab.

Tulisan Rachman memberikan kontribusi bagi penulisan tesis ini dalam hal

memberikan informasi tentang penelitian studi tokoh. Tokoh yang diangkat adalah

Hamid Algadri. Namun pembahasan Rachman berbeda dengan tesis ini. ia menitik

beratkan pada kontribusi Hamid dalam perjuangan etnis Arab. Objek yang dikaji

adalah teks. Sedangkan peneliti lebih luas dalam mengeksplorasi sepak terjang

sejarah Hamid dalam pergerakan dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Kedua, Van Den Berg dalam bukunya Orang Arab di Nusantara.19 Buku

ini menjelaskan tentang realita bahwa koloni-koloni Arab adalah golongan yang

paling menentang terhadap dominasi kolonial Belanda di Tanah Air. Orang Arab

Hadramaut meskipun tidak merepresentasikan spiritual bagi Islamisme tetapi mereka

memiliki peran dalam mengokohkan Agama Islam di masyarakat pribumi. Berg di

                                                            19 L.W.C Van Den Berg, Orang Arab di Nusantara, terj. Rahayu Hidayat, (Depok:

Komunitas Bambu, 2010).

Page 24: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

14  

dalam bukunya menjelaskan tentang pengaruh orang Arab terhadap penduduk

pribumi.

Komunitas Hadramaut membentuk jalinan kultural hibrida di Nusantara.

Mereka bertindak sebagai penasihat bagi penguasa, ulama, serta pedagang. Dengan

proses asimilasi dengan pribumi membentuk kekuatan baru untuk melawan penjajah

atas dasar kesamaan agama yaitu Islam. Proses asimilasi ini memberikan dampak

positif bagi perkembangan budaya dan politik untuk menentang keras segala bentuk

penjajahan. Masyarakat pribumi dengan cepat menerima kehadiran mereka karena

sama-sama berada pada posisi yang ditekan oleh kekuasaan Belanda. Mereka

digolongkan sebagai orang asing yang dikekang hidupnya, tidak diberi kebebasan

akses sosial politik dan dituduh sebagai ancaman yang berbahaya bagi kolonial

Belanda. Kondisi serupa dialami oleh masyarakat pribumi yang ditempatkan pada

golongan terbawah sehingga mereka dijadikan budak di negeri sendiri.

Buku ini secara lengkap menceritakan tentang asal usul orang Arab yang

menetap di Nusantara hingga mereka berasimilasi dan membetuk kekuatan bersama

pribumi unuk melawan kebijakan-kebijakan Belanda yang merugikan mereka. antara

orang Arab dan pribumi saling mendukung dalam pergerakan kebangsaan melawan

penjajah.

Bagi penelitian tesis ini, buku Berg berkontribusi memberikan data sejarah

tentang asal mula orang Arab datang ke Nusantara dengan berbagai misinya

kemudian berasimilasi dengan penduduk setempat. Kekuatan yang terbangun antara

keduanya membentuk pergerakan untuk melawan kekuasaan Belanda. Buku ini

menegaskan bahwa orang Arab ikut bergabung dengan warga pribumi dalam

melakukan perlawanan terhadap Belanda.

Ketiga, Disertasi karya Husein Haikal dengan judul Indonesia-Arab

dalam Pergerakan Kemerdekaan Indonesia (1900-1942).20 Karya yang ditulis pada

tahun 1986 di Univesitas Indonesia menyajikan beberapa bagian yang dianggap

penting dari peran Indo-Arab bagi kemerdekaan Indonesia. Husein menjelaskan

bahwa pendatang Arab di Indonesia serta keturunan mereka tidak bisa dipisahkan

                                                            20 Husein Haikal, Indonesia-Arab dalam Pergerakan Kemerdekaan Indonesia (1900-1942),

Disertasi, Universitas Indonesia, 1986.

Page 25: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

15  

dari Islam. Sebagian mereka datang dari hadramaut, tempat dengan praktik-praktik

jahiliyahnya masih berjalan. Ini nampak dalam hal pembagian penduduk, serta

kegemaran mereka untuk bertengkar yang diterapkan pula di kalangan keturunan

mereka di Indonesia.

Husein membagi pendatang Arab menjadi tiga yaitu Arab, Arab-Indonesia,

dan Indonesia-Arab. Dikatakan sebagai Arab bila para pendatang Arab ini setelah

tinggal di Indonesia tapi masih merasa sebagai orang asing, sedangkan Arab

Indonesia adalah para pendatang Arab yang kemudian tinggal dan berhasil

menyesuaikaan dengan keadaan sekeliling. Umumnya mereka menikah dengan

perempuan Indonesia, mereka ikut berjuang bersama orang Indonesia karena ada

ikatan darah dan ikatan agama Islam, sedangkan Indo-Arab umumnya adalah

muwalad yaitu arab peranakan yang darah Indonesia mereka semakin lama semakin

dominan. Mereka tanpa segan berjuang untuk Indonesia bukan hanya karena adanya

ikatan darah, ikatan agama, tapi juga ikatan kebangsaan. Mereka berkiblat seutuhnya

ke Indoneisa dan mengakui Indonesia sebagai satu-satunya tanah air mereka.

Peran Arab-Indonesia juga terlihat dalam mengokohkan Islam di Indonesia

disamping menyiarkan bahasa Arab. Banyak organisasi muncul dari mereka seperti

al irsyad dan jamiat khair meskipun mereka masih terlibat konflik kecil. Namun

dengan lahirnya PAI telah menyatukan peranakan Arab di Indonesia sehingga

terwujud cita-cita yang disebut Baswedan sebagai “Sumpah Pemuda Indonesia

keturunan Arab”. Dari organisasi inilah kerja keras para aktivisnya telah menyatakan

Indonesia sebagai satu-satunya tanah air mereka serta mereka harus berbakti pada

tumpah darah Indonesia. Mereka bersama-sama mengilhami cita-cita kemerdekaan

Indonesia dan sikap memusuhi pemerintah kolonial Belanda.

Kontribusi Husein bagi tesis ini adalah ia menguatkan argumen bahwa

peranakan Arab di Nusantara ikut berpartisipasi dalam mengawal kemerdekaan

bangsa Indonesia. Melalui wadah persatuan orang Arab yaitu PAI, mereka secara

bersama menumbuhkan rasa nasionalisme terhadap tanah yang mereka tinggali.

Sebagai konsekuensinya, mereka ikut berjuang untuk merebut kemerdekaan

Indonesia.

Page 26: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

16  

Dari ketiga penelitian di atas, fokus kajiannya adalah potret sejarah tentang

pergerakan nasional yang telah ditunjukkan oleh golongan peranakan Arab di

Indonesia dalam rangka mewujudkan cita-cita kemerdekaan bersama. Terjadinya

pembauran atau asimilasi etnis Arab dan pribumi yang menghasilkan berbagai

kemajuan dalam bidang ekonomi, pendidikan dan politik. Ketiga penelitian tersebut

berbeda dari topik yang hendak peneliti angkat dalam tesis ini. Tesis ini

mnitikberatkan pembahasan pada tokoh Hamid Algadri yang ikut berjuang dalam

politik kebangsaan untuk mewujudkan kemerdekaan dan mempertahankan

kemerdekaan Indonesia.

F. Kerangka Teori

Judul yang diangkat pada penelitian ini adalah “Perjuangan Hamid Algadri

Masa Pergerakan dan Pasca Kemerdekaan di Indonesia”. Tema utamanya adalah

Hamid Algadri sebagai tokoh peranakan Arab di Nusantara yang berkontribusi besar

dalam realitas sosial golongan Arab untuk mewujudkan rasa tanggung jawab dan

nasionalisme dalam berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah jawaban dan tantangan

(Challenge and response) oleh Arnold Joseph Toynbee (w.1975). Tantangan dan

jawaban adalah sebuah ruang kausalitas pertempuran antara ide, gagasan, wacana

atau gerakan yang muncul dalam suatu kebudayaan yang saling terkait satu sama

lainnnya yang bersifat aksi reaksi. Teori ini memunculkan konsep bahwa munculnya

setiap ide, gagasan, wacana atau gerakan memiliki relasi yang saling berkaitan

dengan beberapa faktor penyebab. Karena itu setiap bentuk gerakan, ide, wacana

atau gagasan akan berakhir pada munculnya sebuah kebudayaan baru yang akan

membentuk logical concequences yang akan menempati berbagai pos pos dalam

pola tantangan dan respon terhadap situasi sosial politik yang berada di sekitarnya.21

Pergerakan Hamid Algadri muncul sebagai tanggapan atas tantangan dari

kondisi kolonial belanda yang mengeksploitasi masyarakat Indonesia dan peranakan

arab. Jadi pergerakan yang dilakukan oleh Hamid Algadri sebagai seorang                                                             

21 Dwi Susanto, Pengantar Ilmu Sejarah (Surabaya : UIN Sunan Ampel Press, 2014), hlm. 83 

Page 27: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

17  

peranakan arab muncul sebagai tanggapan atas tantangan kesadaran sosial peranakan

arab di Indonesia. Kesadaran sosial yang muncul pada Hamid Algadri disebabkan

karena diskriminasi yang Hamid dapatkan dari kolonial Belanda juga diperoleh dari

pendidikan dan keluarga.

Dalam penelitian ini gerakan yang terbentuk adalah pergerakan nasional yang

memiliki arti yaitu usaha, kegiatan dan tindakan terencana yang ditujukan pada suatu

perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk melestarikan pola-pola dan

lembaga-lembaga masyarakat yang ada.22

Adapun secara terminologi, gerakan merupakan media dari masyarakat untuk

menyampaikan rasa ketidak puasan sosial pada penguasa.23 Pergerakan adalah suatu

kekuatan yang terlibat dalam perjuangan rakyat dalam perspektif demonstrasi sosial

masyarakat politik dengna tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota

kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan dan usaha-

usaha oraganisasi.24

Jadi, gerakan dan pergerakan mengandung arti untuk menggerakkan orang-

orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-

sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang

dibutuhkan adalah kepemimpinan. Pergerakan merupakan kebangkitan (untuk

perjuangan atau perbaikan) yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang

untuk memperbaiki suatu kondisi atau keadaan.

Sedangkan kata nasional merupakan kata sifat dari pergerakan. Kata nasional

disini dipergunakan dengan maksud menunjukkan seluruh aktivitas dari pegerakan di

semua lapangan penghidupan yang mempunyai tujuan yang sama, perjuangan

melawan kekuasaan kolonial. Dalam pergerakan nasional menunjukkan pergerakan

dari segala macam aksi yang menggunakan organisasi untuk menentang penjajahan

demi mencapai kemerdekaan.25 Dengan organisasi ini menunjukkan bahwa aksi

                                                            22 KBBI online. Diunduh pada 30 April 2018, pukul 20.00 WIB. 23 Basrowi dan Sukidin, Teori-teori Perlawanan dan Kekerasan Kolektif, (Surabaya: Insan

Cendekia, 2003), hlm. 17. 24 Muchtar E. Harahap, Mahasiswa dalam Politik, (Jakarta: NSEAS, 1993), hlm 36. 25 Sartono Kartodirjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah pergerakan Nasional:

Dari Kolonialisme sampai Nasionalisme, (Yogyakarta: Ombak, 2014), hlm. 270.

Page 28: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

18  

tersebut disusun secara teratur dalam arti ada pemimpinnya, anggota, dasar dan

tujuan yang ingin dicapai.26

Sejarah pergerakan nasional Indonesia merupakan sejarah yang mencakup

aliran-aliran dalam historis yang menuju ke arah pembentukan nasionalisme

Indonesia. Pemahaman sejarah pergerakan nasional berarti pengetahuan atau

penguasaan peristiwa-peristiwa penting yang berlangsung dalam rangka lepas dari

belenggu penjajah, untuk menjadi negara adil dan makmur.27

Sejarah pergerakan nasional Indonesia dapat diartikan pula sebagai fenomena

historis hasil dari perkembangan faktor ekonomi, sosial, politik, kultural dan religius

yang saling ada interaksi. Karenanya, ia dapat dianggap gerajan ekonomi, sosial,

politik, dan kultural yang memperluas motivasi dan orientasi aktivitas organisasi

pergerakan.28 Tujuannya adalah untuk mencapai Indonesia merdeka, yang dijiwai

oleh semangat persatuan dan kesatuan, sehingga melahirkan momentum sejarah yang

amat penting.

Kuntowijoyo mengartikan bahwa sejarah pergerakan nasional adalah

timbulnya gagasan nasionalisme; golongan-golongan sosial; gerakan-gerakan agama;

sosial, kebudayaan, pendidikan dan politik; dekolonisasi.29 Oleh karena itu, jika

membaca sejarah pergerakan nasional bangsa Indonesia, hal itu meliputi periode

sekiar empat puluh tahun, sampai terbentuknya bangsa Indonesia pada tahun 1945,

yang ditandai oleh proklamasi kemerdekaan Indonesia.30

                                                            26 Ayis Budi Santosa dan Encep Supriatna, Sejarah Pergerakan Nasioanl: Dari Budi Utomo

1908 hingga Proklamasi Kemerdekaan 1945, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2008), hlm. 2

27 Trisnowaty Tuahunse, Hubungan Antara Pemahaman Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia dengan Sikap terhadap Bela Negara, https://media.neliti.com/media/publications/125345-ID-none.pdf. diakses pada 20 Maret 2018, pukul 20.30 WIB.

28 Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia dari Budi Utomo Sampai Proklamasi 1908-1945, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), hlm. 3.

29 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: PT Bentang Budaya, 2001), hlm. 55. 30 Ayi Budi Santosa dan Encep Supriatna, Buku Ajar Sejarah Pergerakan Nasional (Dari

Budi Utomo 1908 Hingga Proklamasi Kemerdekaan 1945), (Bandung: Universitas Indonesia, 2008), hlm. 2.

Page 29: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

19  

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang paling relevan digunakan dalam penelitian ini adalah

kualitatif. Demikian karena penelusuran terhadap pemikiran Hamid Algadri secara

historis dan sosiologis merupakan bagian dari produk sosial. Creswell menjabarkan

bahwa penelitian kualitatif adalah cara mengeksplorasi serta memahami makna-yang

oleh sejumlah individu atau sekelompok orang-dianggap berasal dari permasalahan

sosial yang terdapat di dalam masyarakat. Sifat dari penelitian ini adalah

eksploratoris, yaitu mendeskripsikan masalah penelitian dengan cara mengeksplorasi

suatu konsep atau fenomena sehingga mudah dipahami.31

Jika jenis penelitian ini digunakan, maka peneliti harus dapat mengeksplorasi

aktivitas pergerakan kebangsaan Hamid Algadri perspektif sejarah dan sosiologi.

Gambaran hasil penelitian ini akan menjadi jelas manakal peneliti menghadirkan

perspektif-perspektif dari data kepustakaan (library research) untuk mendukung

identifikasi data tokoh yang dikaji.

2. Sumber Data

Berangkat dari jenis penelitian yang kualitatif, maka sumber data yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data literal. Adapun sumber data

dalam penelitian ini ada dua macam: sumber data primer dan sumber data

sekunder.32

Sumber data primer adalah sumber data utama yang terdapat informasi-

informasi pokok mengenai permasalahan yang sedang dikaji. Dalam konteks tesis

ini, peneliti menggunakan buku literal karya Hamid Algadri sebagai referensi utama.

Buku tersebut dapat memberikan pemikiran serta paradigma Hamid terhadap realitas

sosial pada saat itu.

Adapun sumber data sekunder adalah data penunjang yang dijadikan penguat

dari data primer, diperoleh dari buku, jurnal, artikel, hasil penelitian serta majalah

                                                            31 John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed Edisi

Ketiga, terj. Achmad Fawaid, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 4. 32 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Bulan Bintang, 2002), hlm. 83.

Page 30: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

20  

yang memiliki korelasi dengan penelitian yang dikaji, yaitu kontribusi dan peran

Hamid Algadri dalam pergerakan kebangsaan di Indonesia.

3. Tehnik Pengumpulan Data

Di dalam tehnik pengumpulan data kualitatif, dokumen pokok yang

dibutuhkan adalah data-data perpustakaan, bisa berupa koleksi pribadi Hamid

Algadri kumpulan buku karya Hamid, kitab biografinya, berkas surat-surat dan

artikel-artikel yang ia tulis pada media surat kabar. Hal ini karena Hamid pernah

menjadi redaktur majalah USI (Usi-blad, majalah mahasiswa Indonesia) dan majalan

Insjaf. Tulisan-tulisannya dapat dijadikan bahan analisis untuk mengetahui gambaran

perjuangan organisasi, kegiatan kemasyarakatan serta sikap Hamid terhadap

penguasa saat itu.

Adapun langkah pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu

pertama, deskripsi dokumen kepustakaan dan kedua, analisis yang terdiri dari

interpretasi dan historiografi.

Pertama, deskripsi dokumen. Langkah ini bertujuan untuk menguraikan atau

menjelaskan data apa adanya. Sesuai dengan corak kualitatif yaitu lebih menekankan

kepada kedalaman informasi sehingga sampai pada makna yang sebenarnya. Peneliti

dituntut dapat mendeskripsikan masalah penelitian yang benar-benar mudah

dipahami dengan cara eksplorasi suatu konsep atau fenomena tertentu. Dalam

konteks ini, peneliti melakukan eksplorasi terhadap peran Hamid Algadri dalam

pergerakan nasionalnya. Ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan kesejarahan

Hamid yang terdapat dalam sumber data primer dan sumber data sekunder yang

tersedia.

Kedua, analisis. Tehnik ini dimaksudkan untuk menginterpretasi sebuah data

yang telah terkumpul. Kemudian menggunakan analisis historiografi karena tesis ini

adalah kajian kesejarahan.

Interpretasi data dilakukan dengan menyusun hipotesis yang kemudian

diformulasikan baik dengan cara deskriptif maupun proposional. Dalam konteks ini

data-data sejarah Hamid dalam realita sosial peranakan Arab di Indonesia dan

Page 31: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

21  

kiprahnya di parlemen dijadikan media untuk mengungkap seberapa besar perannya

dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Historiografi adalah langkah terakhir dalam sebuah penelitian yang

menggunakan metode sejarah. Langkah yang dilakukan adalah interpretasi terhadap

sejarah menurut pendapat seseorang (peneliti) dan seleksi dilakukan dalam memilih

fakta-fakta sejarah yang akan dikaji dalam sebuah penelitian dengan metode sejarah.

Interpretasi dan seleksi harus melibatkan pendirian pribadi peneliti. Fakta sejarah

yang dibutuhkan dalam historiografi harus diolah terlebih dahulu oleh peneliti

sejarah dari data-data sejarah. Dalam hal ini, peneliti mengintisarikan pergerakan

Hamid Algadri dengan merujuk kepada tulisan-tulisan Hamid Algadri serta

keterlibatan bersama tokoh sejarah nasional.

4. Tehnik Analisis Data

Dalam penelitian, proses analisis data secara keseluruhan melibatkan usaha

memaknai data yang ada berupa teks atau gambar tertentu. Peneliti dituntut

mempersiapkan data, melakukan analisis dengan tinjauan berbeda, memperdalam

pemahaman terhadap data tersebut, menyajikan data dan kemudian membuat

interpretasi makna yang lebih luas.33

Secara umum, analisis penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis,

yaitu metode penelitian dengan tehnik mengumpulkan data sesuai dengan yang

sebenarnya. Kemudian data tersebut diolah, disusun, dan dianalisis sehingga

menggambarkan masalah-masalah dalam penelitian secara objektif.34

Dalam konteks ini, sebagaimana telah disinggung dalam teori analisis

kualitatif, peneliti melakukan beberapa langkah analisis data sebagai berikut:

a. Kodifikasi data. Peneliti mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis.

Langkah ini melibatkan identifikasi karya-karya Hamid Algadri sebagai bahan

analisis utama. Topik yang dicari berkaitan dengan perjuangan kebangsaan Hamid

Algadri.

                                                            33 John W. Creswell, Research Design……, hlm. 274. 34 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016),

hlm. 8

Page 32: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

22  

Langkah ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran utuh mengenai

kontribusi Hamid dalam tingkat nasional. Kodifikasi meliputi rekam jejak Hamid

Algadri sebagai aktivis (anggota) dari PAI (Partai Arab Indonesia), serta informasi-

informasi tambahan yang menguatkan peran Hamid dalam mengkritik keras

kebijakan Pemerintahan Belanda tentang upaya mereka membeda-bedakan antara ras

pribumi dan ras Arab kemudian melakukan isolasi secara teritorial. Ia melakukannya

agar hubungan Arab (Islam) dan masyarakat pribumi yang sudah terlanjur baik tidak

retak karena diskriminasi kelas sosial yang dibuat Belanda.

b. Interpretasi data. Peneliti menganalisis topik-topik yang sudah dipilih,

mendalaminya secara detail untuk menemukan sejarah secara runtut selama masa

hidup Hamid Agadri. Sehingga dapat diketahui bagaimana keabsahan dan validitas

sejarah perjuangan Hamid Algadri dalam kancah nasional.

5. Pendekatan

Dengan melihat topik utama yang membahas tentang peran nyata Hamid

Algadri dalam pergerakan kebangsaan, tentu peneliti harus berhasil mengeksplorasi

fakta-fakta sejarah kehidupan Hamid. Oleh karena itu, peneliti menggunakan

pendekatan historis di dalam tesis ini.

Secara umum pendekatan historis dapat diartikan sebagai penelaahan serta

sumber-sumber lain yang berisi informasi masa lampau dan dilaksanakan secara

sistematis. secara sempit, ia dapat diartikan sebagai peninjauan atas suatu

permasalahan dilihat dari tinjauan sejarah, dan menjawab permasalahan serta

menganalisisnya dengan metode analisis sejarah. Tujuannya adalah untuk membuat

rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif, dengan cara mengevaluasi,

memverifikasi bukti-bukti untuk mengungkapkan fakta dan memperoleh kesimpulan

yang kuat.

Pendekatan historis digunakan dalam tiga macam pendekatan yaitu kajian

teks, kajian konteks sejarah, dan kajian hubungan antara teks dan masyarakatnya.35

Dalam konteks penelitian tesis ini, pendekatan penelitian yang digunakan dapat

                                                            35 Roland N. Stromberg, European Intellectual History Since 1789, (New York: Mereditc-

Century, 1968), 3.

Page 33: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

23  

memudahkan untuk mengekspos dan mengeksplorasi dengan rinci tentang rekam

jejak sejarah hidup Hamid Algadri. Pertama kajian teks. Teks merupakan pangkalan

data yang dapat memberikan informasi sejarah. Teks yang dimaksud adalah buku-

buku karya Hamid, majalah yang memuat tulisan Hamid dan buku dari penulis

lainnya yang berisi tentang historiografi Hamid. Dari analisis terhadap teks karya

Hamid tersebut dapat ditemukan pemikiran tokoh tersebut. Kedua, kajian konteks

sejarah adalah penelusuran secara mendalam tentang sejarah hidup tokoh. Informasi

dapat diperoleh dari berbagai sumber data. Salah satunya saksi hidup yang

mengetahui secara rinci tentang pergerakan kebangsaan Hamid. Ketiga, kajian

hubungan antara teks dan masyarakatnya merupakan implementasi dari pendekatan

sosiologis. Masyarakat pada di masa hidup Hamid juga dapat menjadi gambaran

empiris tentang realitas sejarah. Gambaran tersebut sekaligus menjadi alat uji fakta

sejarah yang valid dan otentik atas apa yang telah ditulis dalam berbagai teks.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang langkah-langkah

penelitian serta tersusun dengan baik sehingga memudahkan pemahaman, maka

penulisan tesis ini disusun secara sistematis dalam lima bab, sebagai berikut

Bab pertama adalah pendahuluan atau gambaran umum yang menjelaskan

latar belakang masalah, permasalahan yang terdiri dari identifikasi, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan signifikansi penelitian, kerangka konseptual,

penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian tesis ini, metodologi penelitian

dan sistematika penulisan.

Bab kedua membahas tentang variable pokok penelitian ini yaitu teori

pergerakan nasional yang meliputi identitas nasional, dan sejarah Indonesia masa

pergerakan dan pasca kemerdekaann . Ini ditulis untuk memberi kerangka batasan-

batasan pergerakan yang dilakukan Hamid Algadri. Bab ini juga menceritakan

perjuangan masyarakat keturunan Arab di Indonesia.

Bab ketiga menjelaskan tentang biografi Hamid Algadri meliputi riwayat

kehidupan, pendidikan, karya-karyanya, dan karir Hamid Algadri. Dalam bab ini

Page 34: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

24  

dapat diketahui lingkungan serta ideologi yang membentuk pemikiran Hamid

Algadri dalam pergerakan kebangsaan.

Bab keempat membahas tentang landasan pergerakan kebangssan Hamid

Algadri dan perjuangan Hamid Algadri untuk mewujudkan kemerdekaan di

Indonesia serta mempertahankan kemerdekaan. Maka perjuangan Hamid Algadri

terbagi menjadi dua yaitu perlawanan terhadap kolonial Belanda dan perjuangan

untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Bab kelima memuat tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang ditemukan

oleh peneliti. Hasil ini berfungsi untuk menjawab rumusan masalah. Bab ini juga

berisi tentang saran dan rekomendasi kepada peneliti selanjutnya sebagai bahan

pengembangan penelitian tentang kontribusi peranakan Arab di Indonesia.  

Page 35: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

25  

BAB II

INDONESIA MASA PERGERAKAN DAN PASCA KEMERDEKAAN

A. Pengertian Pergerakan Nasional

Secara etimologi, pergerakan berasal dari kata gerakan yang berarti peralihan

tempat atau kedudukan. Sedangkan pergerakan memiliki arti yang sama yaitu usaha,

kegiatan dan tindakan terencana yang ditujukan pada suatu perubahan atau sebagai

gerakan perlawanan untuk melestarikan pola-pola dan lembaga-lembaga masyarakat

yang ada.36

Adapun secara terminologi, gerakan merupakan media dari masyarakat untuk

menyampaikan rasa ketidakpuasan sosial pada penguasa.37 Muchtar berpendapat

bahwa pergerakan adalah suatu kekuatan yang terlibat dalam perjuangan rakyat

dalam perspektif demonstrasi sosial masyarakat politik dengan tindakan untuk

mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran

sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha oraganisasi.38

Jadi, gerakan dan pergerakan mengandung arti untuk menggerakkan orang-

orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-

sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang

dibutuhkan adalah kepemimpinan. Pergerakan merupakan kebangkitan (untuk

perjuangan atau perbaikan) yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang

untuk memperbaiki suatu kondisi atau keadaan.

Sedangkan kata nasional merupakan kata sifat dari pergerakan. Kata nasional

disini dipergunakan dengan maksud menunjukkan seluruh aktivitas dari pegerakan di

semua lapangan penghidupan yang mempunyai tujuan yang sama, perjuangan

melawan kekuasaan kolonial. Dalam pergerakan nasional menunjukkan pergerakan

dari segala macam aksi yang menggunakan organisasi untuk menentang penjajahan

                                                            36 KBBI online. Diunduh pada 30 April 2018, pukul 20.00 WIB. 37 Basrowi dan Sukidin, Teori-teori Perlawanan dan Kekerasan Kolektif, (Surabaya: Insan

Cendekia, 2003), hlm. 17. 38 Muchtar E. Harahap, Mahasiswa dalam Politik, (Jakarta: NSEAS, 1993), hlm 36.

Page 36: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

26  

demi mencapai kemerdekaan.39 Dengan organisasi, menunjukkan bahwa aksi

tersebut disusun secara teratur dalam arti ada pemimpinnya, anggota, dasar dan

tujuan yang ingin dicapai.40

Susanto Tiroprojo menjelaskan bahwa istilah “pergerakan” berbeda dengan

istilah “perjuangan”. Pergerakan memiliki pengertian yang khas, sementara

perjuangan mempunyai arti luas. Untuk mengilustrasikan istilah perjuangan ini,

dapat di contohkan dengan perjuangan Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol,

Hasanudin, dan sebagainya, yang selanjutnya disebut sebagai peristiwa-peristiwa

dalam perjuangan nasional Indonesia.41 Perlawanan-perlawanan mereka masih

bersifat lokal dan tidak terorganisir secara modern42, dan secara langsung belum

mensyaratkan akan persatuan Indonesia.

1. Nasional

Nasional yang dimaksudkan ialah membahas tentang cita-cita nasional

dengan beragam aspek yang meliputinya, yang pada dasarnya ditujukan untuk

mencapai kemerdekaan bangsa. Untuk memahaminya secara lebih mendalam tentang

konsep nasional ini, maka tidak berlebihan jika diuraikan tentang identitas nasional

dengan segala turunannya.

a. Identitas Nasional

Sebelum menguraikan mengenai identitas nasional, kiranya perlu menelisik

terlebih dahulu mulai dari dua akar kata yang membentuknya, yakni “identitas” dan

“nasional’. Hal ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman dari akar katanya,

sehingga tanpa ragu dalam mengambil intisari yang ada dalam pengertian tersebut.

Secara etimologi, kata identitas berasal dari kata identity, bahasa Inggris, yang

memiliki pengertian harfiah ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada

seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Dalam terminologi

                                                            39 Sartono Kartodirjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah pergerakan Nasional:

Dari Kolonialisme sampai Nasionalisme, (Yogyakarta: Ombak, 2014), hlm. 270. 40 Budi Santosa dan Encep Supriatna, Sejarah Pergerakan Nasional: Dari Budi Utomo 1908

hingga Proklamasi Kemerdekaan 1945, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2008), hlm. 2 41 Susanto Tirtoprojo, Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia, (Jakarta: PT Pembangunan,

1984), hlm. 7. 42 Tidak terorganisir secara modern yang dimaksud di sini ialah bahwa ia tidak memiliki ciri-

ciri sebagai organisasi modern, seperti memiliki struktur kepengurusan yang tetap, tujuan dan program kerja.

Page 37: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

27  

antropologi, identitas sering diartikan sebagai sifat khas yang menerangkan dan

sesuai dengan kesadaran pribadi sendiri, golongan, kelompok, komunitas dan

negaranya sendiri.43

Identitas juga dapat dipahami sebagai istilah yang merangkum nama manusia

yang mempertalikan mereka dalam kaitan dengan interaksi dengan pihak lain dan

mengorientasikan dirinya dengan berbagai dunia sosial. Sementara dalam kaitannya

dengan dunia sosial, paling tidak terdapat tiga bentuk identitas, yakni identitas sosial,

identitas pribadi, dan identitas kelompok. Ketiga bentuk identitas itu dalam realitas

sosial yang saling berkaitan antara satu identitas dan identitas yang lain.44

Sementara kata nasional dalam identitas nasional dapat diartikan sebagai

identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh

kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti budaya, agama, bahasa maupun non-fisik

seperti keinginan, cita-cita dan tujuan. Sehingga identitas nasional bisa diartikan

sebagai keseluruhan atau totalitas dari kepribadian individu-invidivu secara nasional

yang membentuk bangsa tersebut.45

Konsep mengenai identitas nasional mengacu kepada identitas-identitas yang

sifatnya nasional. Ia bersifat buatan dan sekunder. Bersifat buatan, karena identitas

nasional dibuat, dibentuk, dan disepakati oleh warga suatu bangsa sebagai

indentitasnya setelah mereka bernegara. Sementara disebut sekunder, karena

identitas nasional lahir belakangan dibandingkan dengan identitas kesukubangsaan

yang memang telah dimiliki warga bangsa itu sendiri. Dengan kata lain sebelum

mereka memiliki identitas nasional, warga bangsa telah memiliki identitas primer

yaitu identitas kesukubangsaan.46

Proses pembentukan identitas nasional memutuhkan waktu yang tidak

pendek di antara warga bangsa yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan identitas

merupakan hasil konsensus masyarakat tersebut. Tidak menutup kemungkinan ada

warga bangsa yang tidak setuju dengan identitas yang diajukan oleh kelompok                                                             

43 Maryanto, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan, (Yogyakarta: Andi, 2015), hlm. 2. 44 M.D. La Ode, Etnis Cina Indonesia dalam Politik: Politik Etnis Cina dan Singkawang di

Era Reformasi 1998-2008, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012), hlm. 39. 45 Sidarto Danusubroto dkk, Prosiding Focus Group Discussion Pakar I, (Yogyakarta: Pusat

Studi Pancasila UGM, 2014), hlm. 39. 46 Abd. Rahman dan Baso Madiong, Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi,

(Makassar: Celebes Media Perkasa, 2017), hlm. 82.

Page 38: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

28  

tertentu dan sejenisnya. Inilah penyebabnya sebuah negara yang baru merdeka

mengalami pertikaian internal yang bisa jadi secara larut-larut, karena saling

mengangkat identitas kesukubangsaan menjadi identitas nasional. Indonesia relatif

berhasil membentuk identitas nasionalnya, kecuali pada saat proses pembentukan

ideologi Pancasila.

Jika dilihat dari proses lahirnya identitas nasional, maka identitas nasional itu

dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: Pertama, identitas cultural unity atau

identitas kesukubangsaan. Cultural unity yang dimaksudkan di sini ialah merujuk

pada bangsa dalam pengertian kebudayaan atau bangsa dalam arti sosiologis

antropologi. Cultural unity disatukan oleh kesamaan ras, agama, suku, dan

antargolongan (SARA). Unsur-unsur tersebut menjadi identitas kelompok yang

membedakan dengan kelompok lainnya. Kedua, identitas political unity atau

identitas kebangsaan. Political unity merujuk pada bangsa dalam pengertian politik,

yakni bangsa-negara. Kesamaan primordial dapat saja menciptakan bangsa tersebut

untuk negara, namun hampir bisa dipastikan bahwa negara yang hanya terdiri dari

satu suku bangsa tidak terjadi. Dengan demikian negara baru perlu menciptakan

identitas baru pula untuk bangsanya, yang selanjutnya disebut identitas nasional.47

b. Bentuk Identitas Nasional Indonesia

Dalam konteks identitas nasional Indonesia, ada beberapa bentuk identitas

nasional Indonesia, di antaranya adalah:

1) Bahasa nasional atau Bahasa Persatuan, yaitu Bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia berawal dari bahasa melayu yang digunakan sebagai awal

pergaulan yang kemudian diangkat sebagai bahasa nasional pada tanggal 28

Oktober 1928.

2) Bendera Negara, yaitu Sang Merah Putih

Warna merah menandakan berani dan putih yang berarti suci. Dalam catatan

sejarah, bendera merah putih pertama kali dikibarkan pada tanggal 17 Agustus

1945, namun telah ditunjukkan pada peristiwa Sumpah Pemuda.

3) Lagu Kebangsaan Indonesia, yaitu Indonesia Raya

                                                            47 Abd. Rahman dan Baso Madiong, Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi,

(Makassar: Celebes Media Perkasa, 2017), hlm. 83.

Page 39: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

29  

Lagu Indonesia sebagai lagu kebangsaan pertama kali dinyanyikan pada

tanggal 28 Oktober 1928.

4) Lambang Negara, yaitu Garuda Pancasila

Garuda adalah burung khas Indonesia yang dijadikan sebagai lambang negara.

5) Semboyan Negara, yaitu Bhineka Tunggal Ika

artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Ini menunjukkan bahwa Indonesia

ialah bangsa yang heterogen, namun tetap berkeinginan untuk menjadi bangsa

yang satu, yakni Indonesia.

6) Dasar Falsafah Negara, yaitu Pancasila.

Berisi lima sila yang dijadikan sebagai dasar falsafah dan ideologi dari negara

Indonesia. Pancasila juga berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi

nasional.

7) Hukum Dasar Negara, yaitu UUD 1945

Merupakan hukum dasar tertinggi dalam tata urutan perundang-undangan dan

dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan negara.

8) Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia

Bentuk negara kita adalah kesatuan, bentuk pemerintahannya republik, dan

sistem politik yang digunakan ialah demokrasi.

9) Konsepsi Wawasan Nusantara

Sebagai cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang

serba beragam dan memiliki nilai strategis dengan mengutamakan persatuan

dan kesatuan bangsa, serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan

nasional. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional

dan sebagai negara kesatuan Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa,

sehingga Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat kompleks.

c. Unsur-Unsur Pembentuk Identitas Nasional

Identitas nasional Indonesia terbentuk oleh bermacam unsur fisik, dan non-

fisik. Salah satu identitas yang melekat pada bangsa Indonesia adalah sebutan

sebagai bangsa yang majemuk. Kemajemukan ini merupakan perpaduan dari unsur-

Page 40: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

30  

unsur yang menjadi inti identitas Indonesia, yakni: sejarah, kebudayaan, suku

bangsa, agama, dan bahasa.48

1. Sejarah

Menurut catatan sejarah, sebelum menjadi sebuah negara bangsa (nation

state), Nusantara pernah mengalami masa kejayaan. Dua kerajaan besar yakni

Sriwijaya dan Majapahit dikenal sebagai pusat-pusat kekuasaan di Nusantara, yang

pengaruhnya menembus batas-batas teritorial. Kebesaran dua kerajaan tersebut turut

serta menjadi rujukan semangat perjuangan manusia Nusantara ketika penjajahan

asing mulai menapakkan imperialismenya. Semangat juang tersebut sekaligus

menjadi ciri khas bagi cikal bakal bangsa Indonesia. Selanjutnya ia menjadi unsur

pembentuk identitas nasional sebagai bangsa yang pantang menyerah dan pejuang

kebebasan. Hal ini tercermin dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang

secara tegas menyatakan dukungan bangsa Indonesia bagi kemerdekaan setiap

bangsa di dunia.

2. Kebudayaan

Kebudayaan menjadi unsur pembentukan identitas nasional meliputi tiga

unsur, yaitu akal budi, peradaban, dan pengetahuan. Pertama, aspek akal budi. Ini

tampak dari keramahan dan kesantunan orang Indonesia yang telah dikenal dunia.

Kedua, aspek peradaban. Peradaban tercermin dalam dasar negara (Pancasila) yang

menunjukkan kekuatan atas nilai-nilai bersama yang majemuk. Ketiga, aspek

pengetahuan. Ini dapat dilihat dari kekayaan pencapaian bangsa Indonesia sebagai

bangsa maritim. Kapal Pinisi dan sejumlah candi yang menawan merupakan unsur

identitas pengetahuan bangsa yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Keragaman

budaya lokal merupakan kekuatan dari eksistensi kebudayaan nasional. Hal ini

sekaligus sebagai bukti bahwa nenek moyang bangsa Indonesia adalah manusia yang

kreatif dan inovatif, yang mampu mengadopsi pengetahuan, nilai, dan budaya asing,

lalu mengembangkannya menjadi produk peradaban yang bernilai tambah dan

menjadi ciri khas tersendiri bagi bangsa.

                                                            48 A. Ubaedillah, Pendidikan Kewarganegaraan Pancasila, Demokrasi dan Pencegahan

Korupsi, (Jakarta: Kencana, 2016), hlm. 61.

Page 41: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

31  

3. Suku Bangsa

Kemajemukan merupakan pembentuk identitas lain bangsa Indonesia. Tradisi

bangsa untuk hidup bersama dalam kemajemukan merupakan unsur utama

pembentukan identitas yang perlu terus dipupuk, dikembangkan, dan dilestarikan.

Kemajemukan bangsa yang tercermin dalam ribuan suku, bahasa, dan budaya, serta

kesatuan atas kemajemukan merupakan gambaran bahwa Indonesia adalah kesatuan

atas keberagaman yang secara simbolik diungkapkan dalam semboyan Bhineka

Tunggal Ika, yang dicengkeram burung Garuda.

4. Agama

Identitas lain dari kemajemukan alamiah bangsa Indonesia ialah keragaman

agama dan keyakinan. Urgensi eksistensi keragaman unsur agama dan keyakinan ini

menjadikan para pendiri bangsa menempatkannya pada posisi penting dalam

konstitusi negara, sebagai upaya negara untuk wajib melindungi rahmat Tuhan Yang

Maha Esa. Perumusan dasar negara Pancasila telah sepakat menembatkan dasar

spiritualitas dalam urutan pertama dari kelima sila Pancasila. Hal ini menegaskan

bahwa bangsa Indonesia berkewajiban untuk beragama secara kebudayaan, yakni

suatu sikap dan perilaku beragama yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip toleransi.

5. Bahasa

Unsur lain pembentuk identitas nasional ialah bahasa Indonesia. Keberadaan

bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu telah dijamin oleh UUD 1945. Ribuan

etnis dan keberagaman budaya dapat dipersatukan dengan bahasa Indonesia.

Kesadaran akan unsur pemersatu bahasa Indonesia ini dapat ditelusuri pada peristiwa

lahirnya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Momentum tersebut telah memberikan

nilai tersendiri bagi pembentukkan identitas nasional Indonesia, sebagai unsur

pemacu sekaligus pembentuk pemersatu dan nasionalisme Indonesia yang masih

relevan hingga saat ini.

d. Parameter Identitas Nasional

Ialah suatu ukuran atau patokan yang dapat digunakan untuk menyatakan

sesuatu yang menjadi ciri khas suatu bangsa. Sesuatu yang diukur tersebut ialah

unsur suatu indentitas seperti kebudayaan yang menyangkut adat, norma, dan

teknologi, sesuatu yang secara alami atau ciri yang sudah terbentuk seperti geografis.

Page 42: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

32  

Identitas nasional memiliki indikator-indikator sebagai berikut:49

1. Indentitas nasional menggambarkan pola perilaku yang terwujud melalui

aktivitas masyarakat sehari-harinya. Identitas ini menyangkut adat istiadat,

tata kelakukan, dan kebiasaan. Ramah tamah, hormat kepada orang tua, dan

gotong royong merupakan salah satu identitas nasional yang bersumber dari

adat istiadat dan tata kelakuan.

2. Lambang-lambang yang merupakan ciri dari bangsa dan secara simbolis

menggambarkan tujuan dan fungsi bangsa. Lambang-lambang tersebut

biasanya dinyatakan dalam undang-undang, seperti Garuda Pancasila,

bendera, bahasa dan lagu kebangsaan.

3. Alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, seperti

bangunan, teknologi, dan peralatan manusia. Identitas yang berasal dari alat

perlengkapan ini seperti bangunan yang merupakan tempat ibadah

(Borobudur, Prambanan, masjid dan gereja), peralatan manusia (pakaian adat,

teknologi bercocok tanam), dan teknologi (pesawat terbang, kapal laut, dan

lain-lain)

4. Tujuan yang ingin dicapai suatu bangsa. Indentitas yang bersumber dari

tujuan ini bersifat dinamis dan tidak tetap seperti budaya unggul, prestasi

dalam bidang tertentu.

e. Pengertian Bangsa

Sampai saat ini para ahli belum memiliki definisi tunggal mengenai

pengertian “bangsa”. Artinya, setiap ahli memiliki perbedaan dalam mendifinisikan

“bangsa”. Hal ini tergantung dari sudut pandang yang diambil. Kendati demikian,

dengan sudut pandangnya masing-masing, para ahli tetap berusaha menguraikan

definisi “bangsa”.

Salah satu ahli terkemuka yang mencoba mendifinisikan “bangsa” ialah

Anderson, bahwa bangsa adalah komunitas politik yang dibayangkan (imagined).

Disebut bayangan kaarena anggota-anggota suatu bangsa, termasuk bangsa terkecil,

akan mengenal, menemui, atau mendengar tentang sebagian besar teman-teman

sebaya mereka. Meskipun demikian, dalam pikiran mereka ada perasaan sebagai

                                                            49 Maryanto, Pendidikan Kewarganegaraan….., hlm. 9.

Page 43: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

33  

suatu komunitas. Sebagai suatu bayangan imajener, bangsa bersifat terbatas karena

bangsa yang terbesar sekalipun memiliki batas yang jelas, walaupun elastis, yang

memisahkan mereka dari bangsa-bangsa lain.50

Sementara Ernest Renan (w.1892), mengatakan bahwa bangsa adalah satu

jiwa, une natioan est un ame. Artinya bangsa adalah jiwa. Di tempat lain, Renan

berkata: une nation est un grand solidarite, satu bangsa adalah satu solidariteit yang

besar. Menurutnya, bangsa atau kebangsaan tidak tergantung pada persamaan

bahasa. Bangsa juga tidak memerlukan persatuan agama, bahkan tidak memerlukan

persatuan turunan. Bangsa adalah satu jiwa.51

Maka syarat bangsa ialah: “Kehendak akan bersatu”. Orang-orangnya merasa

diri bersatu dan mau bersatu. Renan menyebut syarat bangsa: “le desir d’etre

ensemble”, yakni kehendak akan bersatu. Menurut definisinya, maka yang menjadi

bangsa ialah satu gerombolan manusia yang mau bersatu, dan meresa dirinya

bersatu.52 Dan yang dapat menjadikan individu-individu bisa bersatu menjadi

sebuah bangsa yang satu adalah karena adanya rasa persamaan nasib, tidaklah cukup

untuk mendirikan bangsa. Harus ada persatuan antara manusia dengan tanah tempat

manusia tersebut hidup dan berpijak.

Hal senada juga disampaikan oleh Bung Hatta (w.1980). Menurutnya,

kebangsaan adalah sesuatu yang berhubungan dengan perasaan terikat dengan suatu

tanah air (home country), suatu wilayah. Dalam perasaan tersebut, kandungan

utamanya ialah kesamaan nasib dan pengalaman sejarah, bukan etnis, agama atau

sekat-sekat primordial lain. Kebangsaan identik dengan cinta tanah air, atau yang

dalam bahasa kontemporer sekarang, untuk kasus Indonesia, berarti keindonesiaan.53

Karenanya, kemerdekaan harus berdasarkan pada asas kebangsaan.

Selanjutnya Bung Hatta mengartikan kebangsaan dengan mengungkapkan:

“Membangun semangat kebangsaan pada bangsa yang tidak merdeka, artinya membangun kemanusiaannya. selanjutnya

                                                            50 Sukadi, Pendidikan Kewarganegaraan, (Yogyakarta: Andi, 2017), hlm. 39. 51 Soekano, Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2006), hlm. 153. 52 Wawan Tunggul Alam, Demi Bangsaku: Pertentangan Bung Karno Vs Bung Hatta,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 187. 53 Zulkifli Suleman, Demokrasi untuk Indonesia: Pemikiran Politik Bung Hatta, (Jakarta:

Penerbit Buku Kompas, 2010), hlm.194.

Page 44: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

34  

membangkitkan kegembiraan dan keberanian menantang maut, sudi menderita sakit yang sesakit-sakitnya, seperti yang dapat dialami sewaktu perang besar 1914-1918. Bagaimana juga bodoh dan penakut orang, pada suatu saat yang penting ia sudi berkorban hendak membela Tanah Airnya”. 54

Kebangsaan, imbuhnya, juga berguna untuk menjadi anggota terhormat

dalam hubungan antar bangsa; bangsa yang diperbudak atau dijajah, berdasarkan

norma dalam hubungan antarnegara, tidak dianggap sebagai anggota aktif dalam

hubungan internasional. Kebangsaan lebih utama daripada semangat internasional

(internasionalisme), khususnya ketika terjadi konflik antar negara.

Suatu negara yang memiliki berbagai suku bangsa dan ras berupaya untuk

membentuk suatu bangsa baru dengan identitas kultural yang baru pula. Hal ini

dilaksanakan guna dapat bertahan lama dan mampu mencapai tujuan. Proses

terbentuknya suatu negara terpusat modern yang penduduknya meliputi satu

nasionalitas (suatu bangsa) merupakan proses penbentukan negara-bangsa. Namun

pengertian satu bangsa berbeda dengan pengertian bangsa dalam istilah bangsa-

negara. Dalam konteks bangsa-negara, bangsa mencakup jumlah kelompok

masyarakat (berbagai suku bangsa dan ras) yang lebih luas daripada dalam suku

bangsa. Adanya kesamaan identitas kultural dalam suku bangsa lebih sempit

cakupannya daripada identitas kulutal dalam bangsa-negara. 55

Para pendiri negara kita sejak dari semula menggagasi terbentuknya sebuah

negara bangsa (nation state). Dalam pandangan politik Eropa, gagasan negara-

bangsa adalah hal baru. Namun cikal-bakal gagasannya telah ada dan pernah terjadi

secara nyata dalam zaman-zaman sebelum zaman modern sekarang ini. Sebagai

bangsa besar, kita harus memahami pengertian “negara-bangsa” itu secara benar.

Negara-bangsa merupakan suatu gagasan tentang negara yang didirikan

untuk seluruh Indonesia. Dalam bahasa Arab, pengertian “bangsa” sering

diungkapkan dengan istilah ummat, seperti “United Nations”, “Persatuan Bangsa”,

yang terjemah Arabnya ialah “al-umam al-Muttahidah”, “Umat-umat Bersatu”.

Sehingga “negara-bangsa” adalah negara untuk seluruh ummat, yang didirikan

                                                            54 Mohammad Hatta, Kumpulan Karangan Jilid I, (Jakarta: Bulan Bintang, 1952), hlm. 91. 55 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, 1992), hlm. 42.

Page 45: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

35  

berdasarkan kesepakatan bersama yang menghasilkan hubungan kontraktual dan

transaksional terbuka antara pihak-pihak yang mengadakan kesepakatan itu.56

Tujuan dibentuknya negara bangsa ini ialah guna mewujudkan maslahat

umum (maslahat al-‘ammah) atau (maslahat al-mursalah), yakni kebaikan untuk

seluruh elemen masyarakat tanpa terkecuali. Dari sini dapat dikatakan bahwa negara-

bangsa bukanlah negara yang pembentukannya didasarkan atas kepeloporan

seseorang tokoh kuat yang dominan seperti negara kerajaan, sebab semua kebijakan

pemerintah harus dibuat dengan sepenuhnya tunduk kepada maslahat umum.57

Sementara itu semangat nasionalisme atau paham kebangsaan sebagaimana

dikemukakan oleh Nurcholish Madjid, meminjam definisi Stanley Benn, bahwa

berkaitan dengan nasionalisme, paling tidak ada lima hal yang melekat bersamanya,

yakni: (1) semangat ketaatan kepada suatu bangsa (semacam patriotisme); (2) dalam

aplikasinya kepada politik, “nasionalisme” menunjuk kepada kepada kecondongan

untuk mengutamakan kepentingan bangsa sendiri; (3) sikap yang melihat amat

pentingnya penonjolan ciri khusus suatu bangsa, dan, karena itu; (4) doktrin yang

memandang perlunya kebudayaan bangsa untuk dipertahankan; (5) nasionalisme

adalah suatu teori politik, atau suatu teori antropologi, yang memberi titik tekan

bahwa manusia secara alami terbagi-bagi menjadi berbagai bangsa, dan bahwa ada

kriteria yang jelas untuk mengenali suatu bangsa beserta para anggotanya itu.58

Sejarah pergerakan nasional Indonesia merupakan sejarah yang mencakup

aliran-aliran dalam historis yang menuju ke arah pembentukan nasionalisme

Indonesia. Pemahaman sejarah pergerakan nasional berarti pengetahuan atau

penguasaan peristiwa-peristiwa penting yang berlangsung dalam rangka lepas dari

belenggu penjajah, untuk menjadi negara adil dan makmur.

B. Sejarah Pergerakan Nasional

Sejarah pergerakan nasional Indonesia dapat diartikan pula sebagai fenomena

historis hasil dari perkembangan faktor ekonomi, sosial, politik, kultural dan religius

                                                            56 Nurcholish Madjid, Indonesia Kita, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm. 42. 57 Nurcholish Madjid, Indonesia Kita, hlm. 43 58 Nurcholish Madjid, Islam, Kemodernan dan Keindonesiaan, (Bandung: Penerbit Mizan,

2013), hlm. 53.

Page 46: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

36  

yang saling berinteraksi. Karenanya, dapat dianggap sebagai gerakan ekonomi,

sosial, politik, dan kultural yang memperluas motivasi dan orientasi aktivitas

organisasi pergerakan.59 Tujuannya adalah untuk mencapai Indonesia merdeka, yang

dijiwai oleh semangat persatuan dan kesatuan, sehingga melahirkan momentum

sejarah yang amat penting.

Tidak jauh berbeda, Kuntowijoyo (w.2005) mengartikan bahwa sejarah

pergerakan nasional adalah timbulnya gagasan nasionalisme; golongan-golongan

sosial; gerakan-gerakan agama; sosial, kebudayaan, pendidikan dan politik;

dekolonisasi.60 Sementara Henk Shculte Nordholt mengartikan bahwa sejarah

pergerakan nasional adalah alat revolusi dalam rangka revolusi Indonesia.61 Oleh

karena itu, jika membaca sejarah pergerakan nasional bangsa Indonesia, hal itu

meliputi periode sekitar empat puluh tahun, yang dimulai sejak lahirnya organisasi-

organisasi modern yang menyuarakan nasionalisme dan kebangsaan sampai

terbentuknya bangsa Indonesia pada tahun 1945, yang ditandai oleh proklamasi

kemerdekaan Indonesia.62

Gagasan tentang nasionalisme universal dikemukakan pertama kali oleh Haji

Samanhudi pada Kongres Sarekat Dagang Islam di Surabaya pada 1911 dan

dipertegas lagi pada kongres Sarekat Islam di Bandung pada 1916. Haji Samanhudi

(w.1956) menyatakan dalam kongres Sarekat Dagang Islam di Surabaya tahun 1911

bahwa manusia pada prinsipnya dilahirkan dalam fitrahnya sebagai manusia yang

bebas. Apabila dalam hidupnya manusia berada di bawah penindasan manusia lain,

maka itu bertentangan dengan nilai dasar universal tersebut. Oleh karena itu,

kebebasan yang menjadi ciri kehidupan harus diperjuangkan. Ajakan untuk

memperjuangkan kebebasan itu oleh Haji Samanhudi dipertegas kembali pada

Kongres Sarekat Islam di Bandung pada 1916 dengan menyatakan bahwa kebebasan

                                                            59 Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia dari Budi Utomo Sampai Proklamasi

1908-1945, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), hlm. 3. 60 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, ), hlm. 55. 61 Henk Shculte Nordholt (ed), Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia, (Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2008), hlm. 117 62 Ayi Budi Santosa dan Encep Supriatna, Buku Ajar Sejarah Pergerakan Nasional (Dari

Budi Utomo 1908 Hingga Proklamasi Kemerdekaan 1945), (Bandung: Universitas Indonesia, 2008), h 2.

Page 47: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

37  

bagi umat Islam yang identik dengan penduduk pulau jawa hanya dapat diperoleh

dengan mengusir penjajah dari tanah jawa.63

Penjajahan Belanda atas Indonesia berlangsung pada awal abad ke-20, yang

diwarnai dengan munculnya kebijakan baru yang dikeluarkan oleh pemerintah

kolonial Belanda 1901. Kebijakan itu terkenal dengan sebutan “Politik Etis”, yang

terdiri atas irigrasi, edukasi dan emigrasi. Kebijakan itu oleh sebagian sejarawan

dianggap sebagai angin segar bagi bangsa Indonesia. Khususnya edukasi yang

diusahakan oleh pemerintah kolonial, pada gilirannya telah menghasikan elite baru

yang semakin menyadari tentang kedudukannya yang dibedakan dalam sistem

masyarakat kolonial. Dari sinilah lahirnya gagasan yang direalisasikan dalam bentuk

pergerakan modern.64

Pergerakan nasional ditandai dengan lahirnya organisasi-organisasi

pergerakan. Pertama masa berdiri organisasi seperti Sarekat Islam, Budi Utomo,dan

Indische Partij. Kedua, Masa radikal/nonkooperasi. Masa ini diawali dengan

berdirinya organisasi seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), Perhimpunan

Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI). Ketiga, Masa

moderat/kooperasi. Pada masa ini berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo, dan

Gapi. Selain itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan

organisasi perempuan.

Satu per satu pergerakan nasional tumbuh di Indonesia, seperti Sarekat Islam

(1912), Indische Partij (1912), Muhammadiyah (1912). dan lain sebagainya.

Bersamaan dengan itu, organisasi lokal dan regional, seperti Rukun Minahasa

(1912), Perkumpulan Pasundan (1914), Sarekat Ambon (1920), Sarekat Celebes

(1930) bermunculan bagaikan cendawan di musim hujan. Kaum pelajar juga tidak

mau kalah ketinggalan. Kaum muda terdidik juga turut ikut serta mendirikan

organisasi yang dikhususkan bagi mereka, sehingga lahirlah organisasi-organisasi

                                                            63 Taufik Abdullah.,eds, Indonesia Dalam Arus Sejarah: 5, Pergerakan dan Kebangsaan,

(Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 2012), h.228 64 Iin Nur Insaniwati, Mohammad Roem: Karier Politik dan Perjuangannya, 1924-1968,

(Magelang: Indonesia Tera, 2002) hlm. 13.

Page 48: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

38  

pemuda seperti Jong Sumatranen Bond (1917), Jong Java (1918), Jong Islamieten

Bond (1925), Jong Celebes dan lain sebagainya.65

Semua organisasi yang berdiri sebelum tahun 1920 tersebut menunjukan

gejala yang sama, yakni pencarian komunitas dan identitas baru yang masih terikat

pada kebudayaan dan agama masing-masing. Pada periode ini, ide tentang

kemerdekaan belum dirumuskan secara jelas karena pada umumnya organisasi

tersebut belum membicarakan tentang bangsa, sehingga nasionalisme yang

dikembangkan lebih bercorak kultural daripada politik.66

Dalam kaitannya dengan pembaharuan Islam sebagai perwujudan dari adanya

gerakan pembaruan di Indonesia, maka muncullah tokoh-tokoh yang terkemuka. Di

Sumatra muncullah tokoh seperti Syaikh Ahmad Khatib (w.1916) dari Minangkabau.

Murid-muridnya antara lain Syaikh Djamil Djambek (w.1947), Haji Abdul Karim

Amrullah (w.1945), dan Haji Abdullah Ahmad (w.1933). Sementara di Jawa, antara

lain Kiai Haji Ahmad Dahlan (w.1923) dengan organisasi Muhammadiyah (1912),

Haji Samanhudi dengan Sarekat Dagang Islamnya (1911), dan Haji Abdul Karim,

pendiri Perserikatan Ulama (1913).

Sebagaimana telah dijelaskan di muka, pada dasarnya pergerakan nasional

ialah meliputi berbagai macam aksi yang dilakukan oleh organisasi-organisasi secara

modern ke arah perbaikan hidup bangsa Indoensia. Dalam hal ini, arah yang ingin

dicapai ialah cita-cita nasional, yakni cita-cita mencapai kemerdekaan bangsa.67

Keinginan masyarakat Indonesia untuk melakukan pergerakan nasional

dilatarbelakangi oleh keadaan bangsa yang memprihatinkan karena dampak dari

penjajahan. Sebagai fenomena historis, Pergerakan Nasional merupakan hasil

konvergensi dari berbagai faktor seperti politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan

dengan semua interelasinya.68 Sebagaimana dipahami bahwa penjajah yang hadir di

Indonesia telah menerapkan sistem eksploitasi kolonial, dengan ciri adanya dominasi

politik, eksploitasi ekonomi, dan penetrasi kultural.

                                                            65 Iin Nur Insaniwati, Mohammad Roem: Karier.. hlm. 14. 66 Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, (Yogyakarta: LKiS, 2005), hlm. 6. 67 Mohamad Sidky Daeng Materu, Sejarah Pergerakan Nasional Bangsa Indonesia, (Jakarta:

PT Gunung Agung, 1985), hlm. 8. 68 Sartono Kartodirdjo, Kolonialisme dan nasionalisme di Indonesia abad 19-20,

(Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1967), hlm. 78.

Page 49: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

39  

Pada perkembangannya sistem yang diterapkan Belanda mengalami

perubahan. Sistem yang dianggap Belanda sudah tidak efisien diganti dengan sistem

baru, yakni liberalisme, pada tahun 1870. Pada masa ini, sistem politik dan ekonomi

yang diterapkkan di Indonesia adalah atas dasar liberal. Indonesia terbuka bagi

modal Belanda dan Negara-negara Eropa lainnya. Mereka dengan mudah dapat

membuka perkebunan-perkebunan, seperti: perkebunan teh, kopi, kina, gula dan

lainnya, yang cukup luas dan tersebar merata di daerah jawa dan Sumatera Timur.69

Hasil politik Liberal, atau yang juga sering disebut Politik Pintu Terbuka tersebut

ternyata lebih menguntungkan daripada Politik Tanam Paksa yang sebelumnya

diterapkan. Meskipun Nampak tidak begitu memeras, namun sistem yang

diterapkannya tersebut juga sama-sama bertujuan eksploitasi.

Pada kisaran abad XX, munculah Politik Etis. Politik ini bisa dianggap

sebagai antitesa atas sistem politik liberal kolonial yang selama ini dijalankan, sebab

politik etis didasarkan pada nilai-nilai kesusilaan. Politik etis ini lahir karena ada

anggapan bahwa bangsa Indonesia telah menyelamatkan Belanda dari kesulitan

ekonomi, sehingga Belanda perlu melakukan balas budi. Salah satu pemimpin

Liberal yang memiliki pengaruh besar dan menitikberatkan perlunya Politik Etis ini

ialah Van Deventer (w.1915). Konsep politik etis tersebut bermula dari tulisannya

dalam majallah De Gits terbitan bulan Agustus tahun 1899 yang berjudul “Een

Ereschuld”. Van Deventer menyebutkan, penderitaan dan kemunduran ekonomi

yang terjadi di antara penduduk pribumi disebabkan oleh eksploitasi kapitalisme

Belanda yang gagal dalam mengangkat kesejahteraan penduduk.70

Van Deventer juga termasuk orang yang mengecam dicampuradukkannya

keuangan negeri induk dengan negeri jajahan.71 Selain itu usulan Van Deventer yang

terkemuka ialah bahwa pemerintah Belanda harus memperlihatkan budi baiknya

dengan melakukan perbaikan-perbaikan dalam bidang pengairan, pendidikan, dan

pemindahan penduduk. Ketiga usulan itulah yang selanjutnya familiar disebut

dengan Trilogi Van Deventer.

                                                            69 Sartono Kartodirdjo dkk, Sejarah Nasional Indonesia, (Jakarta: Dep. Dik Bud, 1975),

hlm. 90. 70 Juniarti, Raja Banawa Dari Belanda, (Semarang: Intra Pustaka Utama, 2004), hlm. 94. 71 Sartono Kartodirdjo dkk, Sejarah Nasional Indonesia., hlm. 36.

Page 50: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

40  

Dalam praktiknya politik balas budi tersebut ibarat pepatah “jauh panggang

dari api”. Pelaksanaanya tidak lebih hanya sebatas pengelabuhan semata, karena

dijadikan simbol secara damai untuk memperoleh dominasi yang lebih kuat. Pada

dasarnya ia juga merupakan eksploitasi. Misalnya, bahwa kaum imperialis menaruh

perhatian pada pendidikan dan pengajaran, tetapi hal itu justru ditujukan agar

penduduk bersedia mengabdi untuk kolonialisme Belanda.72

Di samping adanya rasa tidak suka akan penjajahan yang dilakukan oleh

kaum kolonial, ada faktor-faktor lain yang menginspirasi kaum pribumi mendesak

untuk melakukan pergerakan nasional. Faktor-faktor tersebut di antaranya ialah yang

datang dari dalam negeri dan luar negeri.

a. Faktor dari dalam negeri

Faktor-faktor yang berasal dari dalam negeri,73 di antaranya ialah: Pertama,

kenangan kejayaan masa lampau. Dalam hal ini, sebelum kedatangan bangsa Barat,

di wilayah Nusantara sudah berdiri kerajaan-kerajaan besar seperti: Mataram,

Sriwijaya, dan Majapahit, yang masing-masing memiliki masa kegemilangan.

Kejayaan masa lampau tersebut menjadikan insiprasi untuk melepaskan diri dari

belenggu penjajahan.

Kedua, lahirnya golongan terpelajar. Pada awal abad 20, sejalan dengan

diterapkannya Politik Etis, pendidikan menjadi salah satu aspek yang begitu

diperhatikan oleh Belanda. Namun hanya sebagian kecil rakyat Indonesia yang dapat

mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah modern. Meskipun hanya sedikit, melalui

penguasaan bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah modern tersebut, mereka dapat

mempelajari ide-ide modern yang berkembang saat itu, seperti liberalisme,

nasionalisme, demokrasi, pan-Islamisme, dan sejenisnya. Bahkan gagasan tentang

pergerakan nasional pertama kali muncul dari kaum ini, baik yang ada di Tanah Air

maupun di Negeri Belanda.74

Ketiga, penderitaan dan kesengsaraan akibat imperialisme. Imperialisme

telah melahirkan penderitaan dan sangat menyengsarakan rakyat. Eksploitasi                                                             

72 Mohamad Sidky Daeng Materu, Sejarah Pergerakan Nasional Bangsa Indonesia, hlm. 9. 73 Iramdhan, Paham Nasionalisme dan Pergerakan Kebangsaan di Indonesia dari Tahun

1900-1942, dalam Jurnal SOSIO-E-KONS, Vol. 9 No. 1 April 2017, hlm. 50. 74 Ahmad Syafi’I Maarif, Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan: Sebuah

Refleksi Sejarah, (Bandung: PT Mizan Publika, 2009), hlm. 93.

Page 51: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

41  

kekayaan yang diterapkan kaum penjajah di antaranya ialah dengan cara menarik

pajak yang tinggi kepada pribumi. Pada masa ini, rakyat tertindas oleh dua belah

pihak, yakni kaum feudal dengan hak-hak istimewanya dan dari Belanda dengan hak

monopolinya untuk mengekspoitasi bumi Indonesia.75 Atas eksploitasi ini munculah

ungkapan bahwa “Indonesia adalah gabus tempat negeri Belanda terapung”. Pada

gilirannya politik drainage76 tersebut mencapai puncaknya saat mulai diterapkannya

tanam paksa (cultuurstelsel) dan berlanjut pada sistem ekonomi liberal.

b. Faktor dari luar negeri

Faktor yang datang dari luar negeri, di antaranya: Pertama, Kemenangan

Jepang terhadap Rusia pada tahun 1905. Kemenangan Jepang tersebut telah

mematahkan anggapan yang selama ini mengemuka, bahwa Barat (Eropa) tidak bisa

dikalahkan oleh Timur (Jepang). Kemenangan Jepang atas Rusia tersebut secara

tidak langsung membawa kepercayaan yang kuat akan kekuatan bangsa Asia.77

Kedua, Kebangkitan nasionalisme Negara-negara Asia-Afrika. Hal tersebut

telah memberikan dorongan kuat bagi bangsa Indonesia untuk melawan penindasan

pemerintah kolonial. Di antara bangsa-bangsa yang berjuang melawan dominasi

Barat, yang menginsipasi bangsa Indonesia tersebut di antaranya adalah:

1. Gerakan Turki Muda. Dengan tokoh utamanya Mustofa Kemal Pasha,

gerakan ini berjuang untuk mencapai perbaikan nasib, yang telah

melahirkan revolusi pada tahun 1908. Pada gilirannya, gerakan ini telah

berhasil menjadikan negerinya menjadi bangsa modern.

2. Pemberontakan Boxer di China. Pemberontakan yang terjadi pada tahun

1899 ini berupaya untuk melawan kesewenang-wenangan bangsa Barat.

3. Kebangkitan nasionalisme India, dan kehadirannya tokoh karismatik,

Mahatma Gandhi.

4. Kemerdekaan Cina pada 1912 sebagai buah daru Revolusi Tiongkok dan

pembentukan Partai Kuomintang oleh Sun Yat Sen.                                                             

75 Soegeng Reksodihardjo, Dr. Cipto Mangunkusumo, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan, 1992), hlm. 27.

76 Politik drainage yang dimaksudkan di sini ialah Pengerukan (pengambilan paksa) kekayaan Indonesia oleh Belanda pada saat Penjajahan, seperti dengan melakukan tanam paksa dan sejenisnya.

77 Mohamad Sidky Daeng Materu, Sejarah Pergerakan Nasional Bangsa Indonesia., hlm. 10.

Page 52: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

42  

5. Pemberontakan rakyat Filipina terhadap penjajahan Spanyol.

Ketiga, Masuknya paham-paham baru. Dalam hal ini, terjadinya revolusi

Amerika dan Reolusi Prancis telah melahirkan paham-paham baru seperti

liberalisme, demokrasi, nasionalisme, dan sejenisnya. Sementara pada sisi yang lain

ada gerakan Islam yakni pan-Islamisme. Adanya hubungan antara Eropa, Islam dan

Asia telah menyebabkan paham-paham tersebut menyebar ke wilayah Asia, tak

terkecuali ke Indonesia.

a. Paham Barat

1. Liberalisme

Secara sederhana liberalisme dapat dipahami sebagai paham yang

mengutamakan kebebasan dan kemerdekaan individu. Istilah yang berasal

dari bahasa Latin, libertas, tersebut memiliki artinya kebebasan,

sementara dalam bahasa Inggris, liberty, yang artinya kebebasan. Dalam

hal ini yang dimaksud dengan kebebasan ialah kebebasan individu untuk

memiliki tempat tinggal, mengeluarkan pendapat, dan berkumpul.

Di Negara Eropa, liberalisme didukung oleh kaum borjuis dan

terpelajar di kota. Yang menjadi pokok bahasan utama dalam liberalisme

adalah individu. Paham yang lahir dari reaksi atas penindasan yang

dilakukan oleh kaum bangsawan dan kaum agama di zaman absolute

monarchie ini beranggapan bahwa masyarakat harus mementingkan

individu, sebab dalam komponen masyarakat terdiri atas individu-

individu. Dengan kata lain bahwa masyarakat merupakan akibat dari

adanya individu. Dengan begitu maka kemerdekaan individu harus

dijamin.78

2. Sosialisme

Paham ini menghendaki agar suatu masyarakat disusun secara

kolektif, supaya mereka menjadi suatu masyarakat yang sejahtera. Tujuan

sosialisme adalah untuk mewujudkan masyarakat sosialis. Caranya

                                                            78 Iramdhan, Paham Nasionalisme dan Pergerakan Kebangsaan di Indonesia dari Tahun

1900-1942, dalam Jurnal SOSIO-E-KONS, Vol. 9 No. 1 April 2017, hlm. 49.

Page 53: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

43  

dengan jalan mengendalikan sarana produksi secara kolektif, dan

memperluas tanggung jawab negara bagi kesejahteraan rakyat.

Bapak Sosialisme yakni Karl Marx mengemukakan bahwa sejarah

masyarakat merupakan perjuangan-perjuangan kelas. Sementara

semboyan mereka ialah "bersatulah kaum proletar sedunia." Paham ini

memiliki titik tekan pada masyarakat bukan individu. Dengan demikian,

sosialisme merupakan lawan dari liberalisme.

3. Demokrasi

Dalam arti sempit, demokrasi dapat dipahami sebagai pemerintahan di

tangan rakyat. Sementara dalam arti luas, demokrasi adalah suatu sistem

pemerintahan yang mengakui hak segenap anggota masyarakat untuk

dapat berpartisipasi dalam memengaruhi keputusan politik, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Salah satu tokoh pegiat demokrasi, yakni John Locke (1632 – 1704)

mengamini perjuangan rakyat Inggris untuk menentang kekuasaan mutlak

raja. Menurutnya, pemerintah hanyalah sebagai alat yang dibentuk untuk

menjamin kepentingan rakyat terhadap hak-hak politis, mencakup hak

individu, hak politik, hak atas kebebasan, dan hak milik.

b. Paham Islam (Pan-Islamisme)

Paham yang berasal dari gagasan Jamaluddin al Afgani (1839 – 1897)

ini bertujuan untuk menyatukan umat Islam sedunia. Ide besar tersebut

tidak bisa lepas dari kondisi abad ke-19 pada saat itu. Sebagaimana

dipahami bahwa pada abad ini terjadi kemunduran di negara Islam.

Sementara pada saat bersamaan terjadi kemajuan luar biasa di negara

Barat, yang disertai dengan pengembangan kekuasaan (penjajahan).

Menurut Jamaluddin, negara Islam dapat melawan penjajahan

tersebut apabila mereka bersatu. Dengan melihat contoh campur tangan

Inggris di Afganistan, di Mesir, di Irak, dan di Iran, ia yakin bahwa Islam

memang harus bersatu. Pada gilirannya ide ini memperoleh dukungan

hampir dari semua pemimpin Islam, tokoh intelektual. Sekaligus telah

Page 54: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

44  

menginspirasi negeri Islam untuk mengadakan gerakan nasional dalam

melawan penjajahan. 79

Penderitaan-penderitaan yang telah lama dirasakan, ditambah lagi faktor-

faktor yang mengemuka baik dari dalam maupun luar negeri tersebut, telah

mendorong dan sekaligus sebagai katalisator untuk mempercepat lahirnya

Pergerakan Nasional. Pergerakan Nasional pada saat itu bukanlah menjadi pilihan,

melainkan suatu keharusan. Semangat pergerakan nasional yang melahirkan

semangat nasionalisme Indonesia tersebut paling tidak memiliki tiga dimensi dalam

rangka menumbangkan dominasi politik kolonial. Ketiga dimensi tersebut

dimaksudkan untuk membangun suatu masyarakat yang berkeadilan sosial dan

menghentikan penetrasi kultural untuk menghidupkan kembali kepribadian bangsa

ini.

Pergerakan nasional ditandai dengan lahirnya organisasi-organisasi

pergerakan. Sebagaimana dijelaskan di muka bahwa masa Pergerakan Nasional

dapat dibagi dalam tiga tahap berikut, yakni: masa pembentukan, masa

radikal/nonkooperasi, dan masa moderat/kooperasi. Organisasi-organisasi yang lahir

pada masa-masa tersebut memiliki corak dan ciri masing-masing. Meskipun

demikian, tujuannya tetap sama, yakni mencapai kemerdekaan Indonesia dan

melenyapkan kolonialisme yang sudah mengakar kuat di Indonesia.80 Bentuk

pergerakan nasionalnya juga berbeda motif. Ada yang bermotif politik, agama, dan

keduanya.

Ketika Belanda resmi menyerah tanpa syarat kepada Jepang, maka seketika

itu Indonesia merdeka dari kolonial Belanda. Namun, kesejahteraan yang diharapkan

rakyat Indonesia masih jauh dari kenyataan. Pasalnya, menyerahnya Belanda berarti

diserahkannya pula Indonesia kepada bangsa kolonial yang baru, yakni Jepang.

Pada masa penjajahan Jepang, Jepang berusaha mengakomodir dua kekuatan,

Islam dan Nasionalis, Jepang beranggapan bahwa organisasi-organisasi Islamlah

yang sebenarnya memiliki massa yang patuh dan hanya dengan pendekatan agama,

                                                            79 Cahyo Budi Utomo, Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia: dari Kebangkitan

hingga Kemerdekaan, (Semarang: IKIP Semarang Press, 1995), hlm. 27. 80 Abdul Haq, Gerakan Islam di Korea dan Indonesia pada Awal Abad Kedua Puluh,

(Yogyakarta: Dua Dimensi, 1985), hlm. 69.

Page 55: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

45  

penduduk Indonesia dapat dimobilisasi. Organisasi-organisasi besar Islam seperti

Muhammadiyah, NU, Persyarikatan Ulama, Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI)

yang kemudian dilanjutkan dengan Majelis Syuro Muslim Indonesia (Masyumi)

diperkenankan meneruskan kegiatannya.

Hanya para pemimpin Islam di kalangan kelompok-kelompok elite Indonesia,

diberikan izin untuk menerbitkan majalahnya sendiri. Dapat dikatakan bahwa posisi

tertinggi pertama dalam pemerintahan militer yang secara resmi dipercayakan

kepada orang Indonesia adalah jabatan Kepala Kantor Urusan Agama. Yang jauh

lebih penting dari organisasi-organisasi Islam masa pendudukan Jepang, Masyumi

diizinkan untuk mempertahankan identitasnya sampai akhir masa pendudukan. Para

pemimpin federasi Islam pada akhirnya menjadi pegawai pemerintah, dan

dipercayakan beberapa tanggungjawab dalam administrasi pusat dan daerah dalam

masalah-masalah Islam. Orang-orang Islam masa pendudukan Jepang bukan saja

memainkan peran utama dalam korps perwira angkatan bersenjata Indonesia yang

didirikan pada masa pemerintahan Jepang, akan tetapi Masyumi sendiri

diperkenankan untuk mengorganisir pasukan militer atas namanya sendiri.81

Bagi golongan Nasionalis dibentuk lembaga-lembaga baru, seperti Gerakan

Tiga A (Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia) yang

hanya berumur beberapa bulan sejak Mei 1942, dan Poesat Tenaga Rakyat yang

didirikan pada Maret 1943.

Jepang kemudian menjanjikan kemerdekaan Indonesia dengan mengeluarkan

maklumat Gunseikan no.23/29 April 1945, tentang pembentukkan Badan Penyelidik

Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Keanggotaan BPUPKI

didominasi oleh golongan nasionalis, yang disebut dengan golongan kebangsaan.82

Proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Pada tanggal 15 Agustus, Jepang sudah menyerah tanpa syarat kepada sekutu,

menandatangani instrument menyerah pada tanggal 2 September yang secara resmi

mengakhiri perang pasifik dan perang Dunia II.

                                                            

81  Harry J. Benda, Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang, (Bandung: Pustaka Jaya. 1980), hlm.242  

82 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Grafindo, 1993), hlm.264  

Page 56: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

46  

C. Indonesia Pasca Kemerdekaan

Ketika Jepang semakin terdesak dalam perang Pasifik, perdana menteri

Kiniaki Kaiso di depan resepsi Ulimereo Diet (parlemen) yang ke-85 tanggal 7

September 1944 menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia dalam waktu yang

dekat. Sebagai realisasinya pada tanggal 9 April 1945 dibentuk Badan Penyelidik

Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI). BPUPKI terdiri atas 38 orang

anggota, yang terdiri dari 8 orang Jepang dan 15 orang dari golongan Islam, dan

selebihnya dari golongan nasionalis sekuler dan priyayi Jawa.83

Tugas BPUPKI adalah merumuskan bentuk negara, batasan negara, dasar

filsafat negara, dan masalah-masalah lain yang perlu dimasukkan dalam konstitusi.

Dalam sidang-sidangnya BPUPKI mengalami berbagai perdebatan ideologis yang

sengit antara golongan Islam dengan golongan nasional sekuler tentang dasar-dasar

negara yang akan diberlakukan di negara yang akan berdiri. Sebenarnya yang

diperjuangkan oleh para tokoh Islam bukanlah realisasi negara Islam, tetapi lebih

tepat pada adanya jaminan terhadap pelaksanaan syariat ajaran-ajaran Islam.

Sedangkan golongan nasionalis yang dipelopori Sukarno dan Muhammad Hatta

menghendaki negara persatuan nasional yang memisahkan urusan negara dan urusan

Islam.84 

Untuk meredam perpecahan, akhirnya disepakati untuk membentuk “Panitia

Sembilan” yang terdiri dari lima orang dari golongan sekuler, yaitu Sukarno,

Muhammad Hatta, Achmad Subarjo, Muhammad Yamin dan A.A Maramis.

Sedangkan golongan Islam diwakili oleh H. Agus Salim, Kiai Wahid Hasyim,

Abikusno, dan Abdul Kahar Mudzakir. 

Setelah bergumul selama lebih kurang 21 hari, akhirnya pada 22 Juni 1945

suatu sintesis dan kompromi politik dapat diwujudkan antara dua pola pemikiran

yang berbeda. Sintesis inilah yang kemudian dikenal dengan Piagam Jakarta. Dalam

piagam ini terdapat anak kalimat pengiring pada sila pertama: “dengan kewajiban

                                                            83 Abdul Aziz Thaba, Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru ,(Jakarta: Gema Insani

Press, 1996), hlm.154 84 M. Ali Haidar, Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 1998),

hlm.239 

Page 57: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

47  

menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.  85    M. Hatta dalam sidang

PPKI setelah kemerdekaan berhasil dengan mudah meyakinkan anggota bahwa

hanya suatu konstitusi “sekuler” yang mempunyai peluang untuk diterima oleh

mayoritas rakyat Indonesia. Maka demi persatuan bangsa, akhirnya anak kalimat itu

pada tanggal 18 agustus 1945 dibuang dari pembukaan UUD 1945.86

Tujuh kata dalam anak kalimat yang tercantum dalam sila pertama Pancasila

dengan segala konsekuensinya dihapuskan dari konstitusi. Bahkan kantor urusan

agama seperti yang diperoleh Islam selama pendudukan Jepang, oleh panitia pun

ditolak.87

Yang sedikit agak melegakan hati umat Islam adalah keputusan Komite

Nasional Islam Pusat (KNIP), pengganti PPKI, yang bersidang tanggal 25, 26, dan

27 November 1945. Komite yang dipimpin oleh Sutan Syahir, pimpinan utama Partai

Sosialis Indonesia (PSI) itu antara lain membahas usul agar dalam Indonesia

merdeka ini soal-soal keagamaan digarap oleh satu kementrian tersendiri dan tidak

lagi diperlakukan sebagai bagian tangung jawab Kementerian Pendidikan. Sedikit

banyak keputusan tentang kementerian Agama ini merupakan semacam konsesi

kepada kaum muslimin yang bersifat kompromi; kompromi antara teori sekuler dan

teori muslim.88

Meskipun Departemen Agama dibentuk, namun hal itu tidak meredakan

konflik ideologi pada masa sesudahnya. Di beberapa wilayah pinggiran, beberapa

kelompok Muslim menolak sikap kompromi ini dan bersikeras untuk bertempur

demi merealisasikan sebuah negara Islam. Di antara gerakan pemberontakan Islam

yang terbesar adalah Dâr al-Islam, yang didirikan oleh mantan aktivis Sarekat Islam

                                                            85 M. Ali Haidar, Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia ., hlm.29  86  Alasan penerimaan perubahan Piagam Jakarta dari golongan Islam ada tiga: pertama,

golongan Islam yang menerima penghapusan tujuh kata tersebut atas lobbi M. Hatta dalam pembicaraan mereka pada pagi harinya tanggal 18 Agustus 1945.lagipula kata ketuhanan ditambahkan dengan “Yang Maha Esa” menurut interpretasi golongan Islam tentang kalimat itu adalah nama lain dari tauhid dalam Islam, sebab Islam lah yang mengenal keesaan Tuhan (tauhid). Kedua, suhu politik sehari setelah proklamasi, terutama di Jakarta, sangat tinggi, maka tidak harus mengalami perdebatan-perdebatan yang mengancam persatuan bangsa. Ketiga, golonggan Islam berharap setelah enam bulan setelah proklamasi akan diadakan pemilihan umum dimana mereka akan ikut serta dan yakin akan memenangkannya mengingat jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Abdul Aziz Thaba, Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru , hlm.157   

87 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 265 88 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam ., hlm.266  

Page 58: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

48  

bernama Kartosuwiryo. Ia berperang melawan Belanda pada tahun 1947 dan pada

tahun 1948 ia tidak mau menerima perjanjian Renville antara Indonesia dan Belanda,

keluar dari partai Masyumi, bertahan untuk melanjutkan pertempuran militer dengan

caranya sendiri, dan menyatakan dirinya sebagai imam untuk sebuah pemerintahan

Islam sementara, Negara Islam Indonesia. Negara Islam ini ditegaskan sebagai

negara yang berdasarkan al-Qur’an dan hadis, dan sebuah republik konstitusi dengan

sebuah parlemen hasil pemilihan. Sang imam, yang dipilih oleh parlemen,

merupakan kepala negara. Negara baru tersebut menegaskan bahwasanya negara

memberikan perlindungan yang sama di muka hukum, hak standar kehidupan yang

tinggi, dan kebebasan beribadah, berbicara, dan perwakilan untuk seluruh warga.

Pertempuran militer melawan Belanda dan belakangan melawan Republik Indonesia

terus berlangsung hingga gerakan ini akhirnya dibasmi pada tahun 1962.89

Setelah wakil Presiden mengeluarkan maklumat no.x tentang

diperkenankannya mendirikan partai-partai politik, tiga kekuatan muncul kembali.

Pada tanggal 7 November 1945 Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) lahir

sebagai wadah aspirasi umat Islam, 17 Desember 1945 Partai Sosialis yang

mengkristalisasikan falsafah hidup Marxis , dan 29 Januari 1946, Partai Nasional

Indonesia (PNI) yang mewadahi cara hidup nasionalis “sekuler” pun muncul. Partai-

partai yang berdiri sesudah itu dapat dikategorikan ke dalam tiga aliran utama

ideologi yang terdapat di Indonesia di atas. Tiga kekuatan ideologi di atas

memunculkan tiga alternative dasar Negara: Islam, Pancasila, dan Sosial Ekonomi.

Tetapi dalam perjalanan sidang Konstituante itu, perdebatan ideologis mengenai

dasar negaranterkristal menjadi Islam dan Pancasila. 90

Selain munculnya perbedaan ideologi dalam masyarakat Indonesia, setelah

proklamasi bangsa Indonesia juga masih harus berjuang untuk mempertahankan

kemerdekaan Indonesia dari pihak-pihak yang ingin menguasai kembali tanah air

Indonesia.

Indonesia pada era 1945-1949 dimulai dengan masuknya Sekutu diboncengi

oleh Belanda (NICA) ke berbagai wilayah Indonesia setelah kekalahan Jepang, dan

                                                            89 Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam :III, (Jakarta: Grafindo,200), hlm.339   90 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 267   

Page 59: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

49  

diakhiri dengan Pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda pada tanggal 27

Desember 1949. Terdapat banyak sekali peristiwa sejarah pada masa itu, pergantian

berbagai posisi kabinet, Aksi Polisionil oleh Belanda, berbagai perundingan, dan

peristiwa-peristiwa sejarah lainnya.

15 September 1945, tentara Inggris selaku wakil Sekutu tiba di Jakarta,

dengan didampingi Dr. Charles van der Plas, wakil Belanda pada Pihak Sekutu di

Perang Dunia II. Kehadiran tentara Sekutu ini, diboncengi NICA (Netherland Indies

Civil Administration - pemerintahan sipil Hindia Belanda) yang dipimpin oleh Dr.

Hubertus J van Mook.

Peristiwa konflik pertama yang terjadi pasca kemerdekaan adalah peristiwa

10 November 1945 atau pertempuran Surabaya. Pertempuran yang terjadi antara

Belanda dan Indonesia dilatarbelakangi oleh perbedaan persepsi mengenai

kepemilikan senjata. Tentara Keamanan Rakyat dan rakyat Indonesia yang baru saja

mendapatkan senjata rampasan dari tentara Jepang diperintahkan untuk menyerahkan

kembali senjata tersebut kepada sekutu. Hal ini dilakukan Belanda untuk

melemahkan pertahanan Indonesia demi keinginan Belanda untuk kembali menjajah

Indonesia.

Bandung Lautan Api, merupakan peristiwa kebakaran besar yang terjadi di

kota Bandung pada tanggal 24 Maret 1946. Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan

rakyat setempat dengan maksud agar sekutu tidak dapat menggunakan Bandung

sebagai markas strategis militer. Di mana-mana asap hitam mengepul dan

membumbung tinggi di udara, dan semua listrik padam. Tentara Inggris mulai

menyerang sehingga terjadilah pertempuran, pertempuran terbesar terjadi di

Dayeuhkolot yang terletak di sebelah selatan Bandung, terdapat gudang amunisi

besar milik tentara sekutu. Dalam pertempuran ini, Muhammad Toha dan Ramdan

anggota dari BRI (Barisan Rakyat Indonesia) menghancurkan gudang tersebut.

Pembumihangusan Bandung dianggap sebagai strategi yang tepat dalam perang

kemerdekaan Indonesia karena kekuatan TRI dan milisi rakyat Indonesia tidak

Page 60: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

50  

sebanding dengan kekuatan sekutu dan NICA. Setelah peristiwa tersebut, TRI

bersama milisi rakyat melakukan perlawanan secara gerilya.91

Bulan Agustus pemerintah Belanda melakukan usaha lain untuk memecah

halangan dengan menunjuk tiga orang Komisi Jenderal datang ke Jawa dan

membantu Van Mook dalam perundingan baru dengan wakil-wakil republik itu.

Konferensi antara dua belah pihak diadakan di bulan Oktober dan November di

bawah pimpinan yang netral seorang komisi khusus Inggris, Loard Killean.

Bertempat di bukit Linggarjati dekat Cirebon. Setelah mengalami tekanan berat -

terutama Inggris- dari luar negeri, dicapailah suatu persetujuan tanggal 15 November

1946 yang pokok pokoknya sebagai berikut :

Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah

kekuasaan yang meliputi Sumatra, Jawa dan Madura. Belanda harus meninggalkan

wilayah de facto paling lambat 1 Januari 1949, Republik Indonesia dan Belanda akan

bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat, dengan nama Republik

Indonesia Serikat, yang salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia.

Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia -

Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya. Untuk ini Kalimantan dan Timur

Raya akan menjadi komponennya. Sebuah Majelis Konstituante didirikan, yang

terdiri dari wakil-wakil yang dipilih secara demokratis dan bagian-bagian komponen

lain. Indonesia Serikat pada gilirannya menjadi bagian Uni Indonesia-Belanda

bersama dengan Belanda, Suriname dan Curasao. Hal ini akan memajukan

kepentingan bersama dalam hubungan luar negeri, pertahanan, keuangan dan

masalah ekonomi serta kebudayaan. Indonesia Serikat akan mengajukan diri sebagai

anggota PBB. Akhirnya setiap perselisihan yang timbul dari persetujuan ini akan

diselesaikan lewat arbitrase.92

Van Mook kepala Netherland Indies Civil Administration (NICA) yang

kemudian diangkat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda, dengan gigih

memecah RI yang tinggal 3 pulau ini Bahkan sebelum naskah itu ditandatangani

                                                            91 Adi Sudirman, Sejarah Lengkap Indonesia: Dari Era Klasik Hingga Terkini, (Yogyakarta:

Diva Press, 2014), hlm.324  92  George Mc Turnan Kahin, Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik: Nasionalisme dan

Revolusi di Indonesia, (Pustaka Sinar Harapan, 1995), hlm. 248 

Page 61: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

51  

pada tanggal 25 Maret 1947, ia telah memaksa terwujudnya Negara Indonesia Timur

(NIT), dengan presiden Sukowati, lewat Konferensi Denpasar tanggal 18 Desember

1946.93

Pada bulan tanggal 25 Maret 1947 hasil perjanjian Linggajati ditandatangani

di Batavia Partai Masyumi menentang hasil perjanjian tersebut, banyak unsur

perjuang Republik Indonesia yang tak dapat menerima pemerintah Belanda berdaulat

di seluruh Indonesia. Dengan seringnya pecah kekacauan, maka pada prakteknya

perjanjian tersebut sangat sulit sekali untuk dilaksanakan.

Usaha Belanda tidak berakhir sampai di NIT. Dua bulan setelah itu, Belanda

berhasil membujuk Ketua Partai Rakyat Pasundan, Soeria Kartalegawa,

memproklamasikan Negara Pasundan pada tanggal 4 Mei 1947. Secara militer

negara baru ini sangat lemah, ia benar benar sangat tergantung pada Belanda, tebukti

ia baru eksis ketika Belanda melakukan Agresi dan kekuatan RI hengkang dari Jawa

Barat.94

Di awal bulan Mei 1947 pihak Belanda yang memprakarsai berdirinya

Negara Pasundan itu memang sudah merencanakan bahwa mereka harus menyerang

Republik secara langsung. Kalangan militer Belanda merasa yakin bahwa kota-kota

yang dikuasai pihak Republik dapat ditaklukkan dalam waktu dua minggu dan untuk

menguasai seluruh wilayah Republik dalam waktu enam bulan. Belanda terus

"mengembalikan ketertiban" dengan "tindakan kepolisian". Pada tanggal 20 Juli

1947 tengah malam (tepatnya 21 Juli 1947) mulailah pihak Belanda melancarkan

'aksi polisionil' mereka yang pertama.95

Aksi Belanda ini sudah sangat diperhitungkan sekali dimana mereka telah

menempatkan pasukan-pasukannya di tempat yang strategis. Pasukan yang bergerak

dari Jakarta dan Bandung untuk menduduki Jawa Barat (tidak termasuk Banten), dan

dari Surabaya untuk menduduki Madura dan Ujung Timur. Gerakan-gerakan

pasukan yang lebih kecil mengamankan wilayah Semarang. Dengan demikian,

Belanda menguasai semua pelabuhan perairan-dalam di Jawa Di Sumatera,

                                                            93  George Mc Turnan Kahin, Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik: Nasionalisme dan

Revolusi di Indonesia,  hlm. 250 94 Hamid Algadri, Suka Duka Masa Revolusi, hlm. 10 95 Hamid Algadri, Suka Duka Masa Revolusi, hlm. 16 

Page 62: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

52  

perkebunan-perkebunan di sekitar Medan, instalasi- instalasi minyak dan batubara di

sekitar Palembang, dan daerah Padang diamankan. Melihat aksi Belanda yang tidak

mematuhi perjanjian Linggajati membuat Sjahrir bingung dan putus asa, maka pada

bulan Juli 1947 dengan terpaksa mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Perdana

Menteri, karena sebelumnya dia sangat menyetujui tuntutan Belanda dalam

menyelesaikan konflik antara pemerintah RI dengan Belanda.

Menghadapi aksi Belanda ini, bagi pasukan Republik hanya bisa bergerak

mundur dalam kebingungan dan hanya menghancurkan apa yang dapat mereka

hancurkan. Dan bagi Belanda, setelah melihat keberhasilan dalam aksi ini

menimbulkan keinginan untuk melanjutkan aksinya kembali. Beberapa orang

Belanda, termasuk van Mook, berkeinginan merebut Yogyakarta dan membentuk

suatu pemerintahan Republik yang lebih lunak, tetapi pihak Amerika dan Inggris

yang menjadi sekutunya tidak menyukai 'aksi polisional' tersebut serta menggiring

Belanda untuk segera menghentikan penaklukan sepenuhnya terhadap Republik.

Setelah terjadinya Agresi Militer Belanda I pada bulan Juli, pengganti Sjahrir

adalah Amir Syarifudin yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Pertahanan.

Sementara peperangan sedang berlangsung, Dewan Keamanan PBB, atas desakan

Australia dan India, mengeluarkan perintah peletakan senjata tanggal 1 Agustus

1947, dan segera setelah itu mendirikan suatu Komisi Tiga Negara, yang terdiri dari

wakil-wakil Australia, Belgia dan Amerika Serikat, untuk menengahi perselisihan itu

.96

Tanggal 17 Januari 1948 berlangsung konferensi di atas kapal perang

Amerika Serikat, Renville, ternyata menghasilkan persetujuan lain, yang bisa

diterima oleh kedua belah pihak yang berselisih. Akan terjadi perdamaian yang

mempersiapkan berdirinya zone demiliterisasi Indonesia Serikat akan didirikan,

tetapi atas garis yang berbeda dari persetujuan Linggajati, karena plebisit akan

diadakan untuk menentukan apakah berbagai kelompok di pulau-pulau besar ingin

bergabung dengan Republik atau beberapa bagian dari federasi yang direncanakan

                                                            96   George Mc Turnan Kahin, Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik: Nasionalisme dan

Revolusi di Indonesia,  hlm. 281 

Page 63: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

53  

Kedaulatan Belanda akan tetap atas Indonesia sampai diserahkan pada Indonesia

Serikat.

Pada tanggal 19 Januari 1948 ditandatangani persetujuan Renville Wilayah

Republik selama masa peralihan sampai penyelesaian akhir dicapai, bahkan lebih

terbatas lagi ketimbang persetujuan Linggajati : hanya meliputi sebagian kecil Jawa

Tengah (Jogja dan delapan Keresidenan) dan ujung barat pulau Jawa -Banten tetap

daerah Republik Plebisit akan diselenggarakan untuk menentukan masa depan

wilayah yang baru diperoleh Belanda lewat aksi militer.97

Sedikit banyak, ini merupakan ulangan dari apa yang terjadi selama dan

sesudah perundingan Linggajati. Seperti melalui persetujuan Linggajati, melalui

perundingan Renville, Soekarno dan Hatta dijadikan lambang kemerdekaan

Indonesia dan persatuan Yogyakarta hidup lebih lama, jantung Republik terus

berdenyut. Ini kembali merupakan inti keuntungan Seperti sesudah persetujuan

Linggajati, pribadi lain yang jauh dari pusat kembali diidentifikasi dengan

persetujuan -dulu Perdana Menteri Sjahrir, kini Perdana Menteri Amir- yang

dianggap langsung bertanggung jawab jika sesuatu salah atau dianggap salah.

Dari adanya Agresi Militer I dengan hasil diadakannya Perjanjian Renville

menyebabkan jatuhnya pemerintahan Amir Sjarifuddin. Seluruh anggota yang

tergabung dalam kabinetnya yang terdiri dari anggota PNI dan Masyumi meletakkan

jabatan ketika Perjanjian Renville ditandatangani, disusul kemudian Amir sendiri

meletakkan jabatannya sebagai Perdana Menteri pada tanggal 23 Januari 1948.

Soekarno menunjuk Hatta untuk memimpin suatu 'kabinet presidensil' darurat (1948-

1949), dimana seluruh pertanggungjawabannya dilaporkan kepada Soekarno sebagai

Presiden.98

Dengan terpilihnya Hatta, dia menunjuk para anggota yang duduk dalam

kabinetnya mengambil dari golongan tengah, terutama terdiri dari orang-orang PNI,

Masyumi, dan tokoh-tokoh yang tidak berpartai. Amir dan kelompoknya dari sayap

kiri kini menjadi pihak oposisi. Dengan mengambil sikap sebagai oposisi tersebut

membuat para pengikut Sjahrir mempertegas perpecahan mereka dengan pengikut-                                                            

97  Hamid Algadri, Suka Duka Masa Revolusi, hlm. 24  98  George Mc Turnan Kahin, Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik: Nasionalisme dan

Revolusi di Indonesia,  hlm. 292  

Page 64: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

54  

pengikut Amir dengan membentuk partai tersendiri yaitu Partai Sosialis Indonesia

(PSI), pada bulan Februari 1948, dan sekaligus memberikan dukungannya kepada

pemerintah Hatta.

Agresi Militer II terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan

serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta penangkapan

Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya. Jatuhnya ibu kota

negara ini menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di

Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara. Syafruddin Prawiranegara

adalah orang yang ditugaskan oleh Soekarno dan Hatta untuk membentuk

Pemerintahan Darurat RI (PDRI), ketika Presiden Soekarno dan Wakil Presiden

Mohammad Hatta ditangkap pada Agresi Militer II Dengan bedirinya PDRI, roda

pemerintahan tetap berjalan walaupun hanya pemerintahan darurat.99

Dengan adanya PDRI dan Sjafruddin Prawiranegara dipilih sebagai pejabat

Presiden sementara maka eksistensi Negara Indonesia tetap ada serta merdeka dan

berdaulat karena dihadapan pemerintah Belanda, pemerintahan RI de facto di pimpin

oleh Soekarno dari penjara, meskipun sebenarnya de jure pemerintahan berada di

tangan Syafruddin Prawiranegara dan kedudukan Soekarno yang berada dalam

tahanan bukan lagi sebagai kepala Negara yang merdeka dan berdaulat. Jadi, dengan

diberikan mandat dari Presiden kepada kepala pemerintahan darurat RI maka posisi

Mr. Syafruddin Prawiranegara sebagai pejabat Presiden sementara (Ketua PDRI)

karena hanya sebagai pemegang jabatan sementara saja berdasarkan mandat yang

diterimanya dari Presiden Pertama RI Soekarno.100

Sehari setelah PDRI didirikan, Sjafruddin Prawiranegara selaku ketua PDRI

menyampaikan pidato radio yang ditransmisikan ke seluruh stasiun radio. Isi pidato

itu ialah, “Belanda berhasil menawan Presiden dan Wakil Presiden dan mengira

dengan ditawannya para pemimpin tertinggi, menyebabkan aparatur Negara putus

asa. Negara Republik Indonesia tidak hanya Soekarno – Hatta sekalipun keduanya

merupakan pemimpin. Hilangnya Soekarno - Hatta sementara atau selamanya, rakyat

                                                            99 Adnan Buyung Nasution, Benteng Republik di Masa Revolusi ., dalam buku Mr Syafruddin

Prawiranegara: Pemimpin Bangsa Dalam Pusaran Sejarah, (Jakarta: Republika, 2011), hlm. 28 100  Adnan Buyung Nasution, Benteng Republik di Masa Revolusi ., dalam buku Mr

Syafruddin Prawiranegara: Pemimpin Bangsa Dalam Pusaran Sejarah ., hlm. 29 

Page 65: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

55  

Indonesia tetap menghadirkan pemerintahan baru”. Kepada seluruh angkatan perang

Republik Indonesia Sjafruddin Prawiranegara juga menyerukan pertempuran di tiap

tempat dengan berbagai cara untuk membasmi Belanda.

Akibat dari Agresi Militer tersebut, pihak internasional melakukan tekanan

kepada Belanda, terutama dari pihak Amerika Serikat yang mengancam akan

menghentikan bantuannya kepada Belanda, akhirnya dengan terpaksa Belanda

bersedia untuk kembali berunding dengan RI. Pada tanggal 7 Mei 1949, Republik

Indonesia dan Belanda menyepakati Perjanjian Roem-Roijen.101

Selanjutnya perundingan kembali terjadi antara Indonesia dan Belanda dalam

Konferensi Meja Bundar, merupakan pertemuan antara pemerintah Republik

Indonesia dan Belanda yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda dari 23 Agustus

hingga 2 November 1949, yang menghasilkan kesepakatan: Belanda mengakui

kedaulatan Republik Indonesia Serikat dan Irian Barat akan diselesaikan setahun

setelah pengakuan kedaulatan.102

Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949,

berselang empat tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.

Pengakuan ini dilakukan ketika penyerahan kedaulatan ditandatangani di Istana

Dam, Amsterdam.

D. Perjuangan Masyarakat Keturunan Arab di Indonesia

1. Asal-Usul Imigran Arab

Keberadaan orang-orang Arab di Indonesia tidak ada secara serta merta atau

tiba-tiba ada. Ia memiliki latar belakang sejarah yang cukup panjang. Apalagi jika

melihat bahwa ternyata para pahlawan Indonesia tidak sedikit dari mereka adalah

keturunan Arab. Untuk semua itu, kiranya perlu mengkajinya dalam lingkup sejarah

yang cukup memadai.

                                                            101  Adnan Buyung Nasution, Benteng Republik di Masa Revolusi ., dalam buku Mr

Syafruddin Prawiranegara: Pemimpin Bangsa Dalam Pusaran Sejarah ., hlm. 30 102 Adnan Buyung Nasution, Benteng Republik di Masa Revolusi ., dalam buku Mr

Syafruddin Prawiranegara: Pemimpin Bangsa Dalam Pusaran Sejarah ., hlm. 551 

Page 66: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

56  

Pada umumnya orang Arab yang berdiam di Indonesia berasal dari

Hadramaut, daerah pesisi di Tanah Arab paling selatan, yaitu di Yaman (sekarang).

Kedatangan mereka umumnya untuk berdagang, menjual barang-barang jadi dan

membeli rempah-rempah dari negeri kepulauan Indonesia. Menurutnya, kontak

dagang itu telah terjadi jauh sebelum Indonesia kedatangan bangsa Eropa. Tetapi

perjalanan dagang tersebut tidak semuanya langsung mencapai Indonesia. Ada yang

datang melalui Gujarat (pesisir barat India).103

Hadramaut tertelak di sudut barat daya Jazirah Arab, membentar sekitar

empat puluh tujuh tahun sampai lima puluh satu derajat bujur timur. Dalam

sejarahnya, Hadramaut telah dipisahkan dari wilayah Arab oleh Rub al-Khali, atau

Empty Quarter, yakni sebuah kawasan kosong yang merupakan suatu dataran gurun

yang luas sampai ke wilayah utara.104 Sebagai konsekuensinya, kaum Hadrami yang

bermukim atau tinggal di dataran tinggi sudut Samudra Hindia memandang wilayah

selatan dan timur sebagai tujuan kontak ekonomi dan budaya, yang perdagangan

maritimnya sudah aktif sejak sekitar lima abad SM.

Setelah mengalami zaman kemunduran pada abad 300 M, mereka bangkit

kembali sejak masuknya Islam ke Arab Selatan. Sekitar sejak 10 abad M, para

pedangan Hadrami kembali menjelajahi Afrika Timur dan India. Hingga mereka

berhijrah ke Asia Tenggara guna mencoba berdagang dan mencari penghidupan yang

lebih memadai, yang tidak dapat ditemukan dan disediakan oleh tanah airnya.

Van Den Berg dalam buku Orang Arab di Indonesia menjelaskan bahwa pada

abad pertenaghan telah terjalin hubungan dagang yang cukup erat antara Arab

Selatan, khususnya Maskat, Teluk Persia dan Nusantara. Dapat dikatakan bahwa

para navigator dan pedagang Arablah yang telah memperkenalkan Islam di

Nusantara. Pertama, di negeri Aceh, kemudian Palembang dan pada abad XVIII di

Pulau Jawa.105 Sementara itu para ahli lainnya menenggarai bahwa rute perdagangan

tetap antara Arab Selatan dan Kepulauan Asia Tenggara dimulai sejak abad ketujuh.

Adapun gelombang pertama migrasi ke Nusantara berlangsung sekitar akhir abad                                                             

103 Zulyani hidayah, Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia, (Yogyakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015), hlm. 30.

104 Suratmin dan Didi Kwartanada, Biografi A.R. Baswedan: Membangun Bangsa Merajut Keindonesiaan, (Jakarta: Buku Kompas, 2014), hlm. 9.

105 Van Den Berg, Orang Arab di Nusantara, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2010), hlm. 95.

Page 67: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

57  

kedelapan belas. Di sejumlah kota di Indoensia, mereka membentuk koloni seperti di

Jakarta, Cirebon, Aceh, Tegal, Semarang, Surabaya, Pekalongan, Palembang, Aceh,

Gresik, Pontianak, dan lain-lain. Oleh sebab mayoritas penduduk wilayah Nusantara

beragama seperti mereka yakni Islam, maka orang-orang Hadrami dengan mudah

melakukan perbauran. Mereka yang berhijrah ke Indonesia semuanya laki-laki,

karena yang perempuan dilarang berhijrah. Karenanya, mereka selanjutnya

melakukan perkawinan dengan masyarakat pribumi.106

2. Lapisan Sosial Keturunan Arab di Nusantara

Orang-orang Arab terbagi dalam berbagai suku bangsa (qabilah) dan

perkauman, serta beberapa lapisan sosial di daerah asalnya. Identitas itu paling

mudah dikenali dari nama kaum atau hamula (kelompok kekerabatan). Itu sekaligus

menjadi sebab bahwa nama kaum sangat penting bagi mereka. Kelompok

kekerabatan itu dapat ditelusuri sampai kepada tokoh cikal-bakal. Dengan begitu

orang Arab bisa ditelusuri identitas dirinya sejak dari ‘keturunan siapa?’, ‘qabilah

apa?’, ‘sub-qabilah apa?’ dan akhirnya ‘keluarga siapa?’. Sementara itu, nama

keluarga orang Arab didasarkan atas garis keturunan laki-laki.

Dengan kata lain, orang-orang Arab yang datang ke Indonesia ternyata

memiliki sistem pelapisan sosial yang cukup unik. Beberapa pelapisan sosial tersebut

di antaranya107: pertama, golongan Ba Alwe atau Al alwe. Golongan ini terdiri dari

sayid (tuan) yang biasanya disematkan kepada mereka yang berasal dari keturunan

Husin108, dan syarif (orang terhormat) yang digunakan oleh orang-orang keturunan

Hasan. Jika orang-orang dari golongan ini memiliki anak perempuan, maka

kepadanya diberi gelar Syarifah. Golongan pertama ini biasanya berperan dalam

bidang keagamaan, perdagangan, dan politik. Keturunan Syekh Abu Bakar, al-Idrus,

al-Atas, al-Ahbsyi, al-Haddad dan lain sebagainya adalah golongan dari lapisan

pertama yang ada di Indonesia.

                                                            106 Suratmin dan Didi Kwartanada, Biografi A.R. Baswedan: Membangun Bangsa Merajut.,

hlm. 10. 107 Zulyani hidayah, Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia, hlm. 30 108 Hasan dan Husen merupakan cucu Nabi Muhammad dari anak perempuannya Fatimah.

Page 68: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

58  

Kedua, golongan al-Qabail artinya yang memanggul senjata. Golongan ini

biasanya golongan yang menjadi pemimpin qabilah, penguasa dan sulta-sultan. Oleh

karena kekuasaannya, maka golongan kedua ini lebih menonjol daripada golongan

pertama. Golongan kedua ini antara lain: al-Kethiri, al-Fas, al-Faris, al-Makarim, al-

Jabri, Bin Thalib, Bin Mari, Bin Badar, Bin Khamis, dan sebebagainya. Ketiga,

golongan Masyaik atau Masyaikh. Mereka ialah orang-orang yang memiliki keahlian

dalam ilmu pengetahuan, khususnya keagamaan. Di Negara Indonesia, mereka

antara lain keeturunan dari keluarga al-Bafathol, al-Bawazir, al-Amudi, al-Ishak Bin

Afif, dan seterusnya. Keempat, golongan al-Qerwan. Mereka ialah orang-orang yang

terdiri dari kelompok keluarga yang memiliki keterampilan khusus, seperti tukang

kulitm tukang besi, tukang emas, tukang kayu, dan sebagainya. Kelima, golongan al-

Khertan atau para petani.109

3. Interaksi Sosial Keagamaan

Interaksi antara masyarakat Indonesia dan masyarakat Arab, khususnya yang

berasal dari Haframaut (Yaman), telah terjalin sekal masuknya agama Islam ke

Indonesia. Yang membawa dan menyebarkan Islam ke wilayah Indonesia adalah

para pedagang yang berasal dari Hadramaut. M. Riza Sihbudi dalam buku Indonesia

Timur Tengah: Masalah dan Prospek menjelaskan bahwa bahwa sejak saat itulah

jumlah orang-orang Arab yang ada di wilayah Belanda, khususnya yang berasal dari

Hadramaut semakin banyak. Kebanyakan dari mereka adalah kaum Adam, yang

kemudian sebagian besar dari mereka menikahi110 penduduk pribumi.111 Di kota-kota

                                                            109 Zulyani hidayah, Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia.., hlm. 30 110 Dalam kaitannya dengan penggolongan lapisan dengan pernikahannya dengan penduduk

pribumi, mereka cenderung menyesuaikan diri, yakni dengan menganggap bahwa asal-usulnya masih ‘murni’ atas golongan yang terlahir dari perkawinan laki-laki Arab dengan wanita pribumi. Golongan pertama disebut walaiti, sementara golongan kedua disebut muwalla. Golongan kedua tersebut dianggap lebih rendah oleh golongan pertama, karena memiliki darah keturunan pribumi. Namun golongan kedua inilah yang justru mau berbaur dengan penduduk setempat, sehingga membuat mereka lebih mudah diterima daripada suku bangsa keturunan asing lain. (Lihat: Zulyani hidayah, Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia..,hlm.30). Selain itu interaksi tersebut melahirkan ekses berupa pudarnya tradisi Arab dalam berbahasa dan berbusana. Orang Arab campuran cenderung menggunakan budaya Pribumi. Mereka lebih sopan dan mudah bergaul, dibanding dengan orang Arab yang lahir dari Hadramaut. (LihatL Van Den Berg, Orang Arab di Nusantara., hlm. 194.

111 M. Riza Sihbudi, Indonesia Timur Tengah: Masalah dan Prospek, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), hlm. 19.

Page 69: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

59  

besar Jawa, golongan Pribumi yang kaya karena memiliki usaha/industri berusaha

mencari hubungan erat dengan orang Arab. Apabila ia menyelenggarakan pesta,

orang Arab selalu diundang. Hal tersebut dipercaya dapat menaikkan harga dirinya,

lebih lagi jika orang Arab tersebut dapat diambil sebagai menantu atau iparnya. Jika

orang Arab dapat memiliki istri dari kaum elite, hal itu berbeda dengan orang Cina

dan Eropa. Orang Cina yang ingin mempersunting orang Pribumi, hanya dapat

memperolehnya dari kelas bawah. Begitu juga dengan orang Eropa yang jarang

sekali mengakui secara sah isteri dari golongan Pribumi. Orang Eropa ini biasanya

mencari gundik dari kelas bawah.112 Orang Arab berhasil dalam hal ini. Tidak

sampai di situ, bahkan yang berasal dari golongan sayid dan/atau syarif, mereka bisa

mendapatkan puteri raja.

Pada tahun 1859 jumlah orang Arab diperkirakan 4992 orang, dan bahkan

hingga tahun 1885 jumlah mereka mencapai 10.888 orang. Dalam pada itu, Hamid

Algadri dalam buku Islam dan Keturunan Arab: dalam Pemberontakan Melawan

Belanda mengatakan bahwa Menurut sensus Belanda pada tahun 1930, orang Arab

seluruhnya (keturunan Arab dan Arab asli) berjumlah 71.345 jiwa. Hal itu tentu

meningkat pesat dibandingkan tahun 1905 yang baru berkisar 30.000 jiwa, dan

45.000 jiwa di tahun 1920. Sementara pada saat yang bersamaan (tahun 1930),

jumlah penduduk Indonesia seluruhnya sebanyak 60,593 juta orang.113

Pada waktu itu juga tentu sudah terjadi interaksi antara masyarakat pribumi

dan orang-orang Arab. Pada saat itu interaksi penduduk Indonesia dan orang-orang

Arab sudah begitu massif. Selain dalam konteks pernikahan dalam kehidupan sosial,

interaksi lain dalam hal ekonomi juga menjadi hal yang tidak bisa ditinggalkan.

Sebagaimana dikemukakan oleh Van Den Berg, terletak pada jenis sarana kehidupan

mereka.114 Pengaruh orang Arab terhadap perekonomian golongan Eropa dan Cina

relatif kecil, karena jumlah mereka yang tidak begitu banyak dan modal yang

terbatas. Begitu juga bagi penduduk Pribumi. Golongan Cina dan Eropa tidak begitu

signifikan. Salah satu yang menjadi sarana kehidupan pribumi pada saat itu ialah

                                                            112 Van Den Berg, Orang Arab di Nusantara., hlm. 184. 113 Hamid Algadri, Islam dan Keturunan Arab: dalam Pemberontakan Melawan Belanda,

(Jakarta: Mizan, 1996), hlm. 185. 114 Van Den Berg, hlm. 182

Page 70: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

60  

berhutang. Meskipun mengandung riba, namun penduduk Pribumi hanya dapat

meminjam hutang kepada golongan Arab. Hal ini bukan berarti penduduk Pribumi

tidak boleh meminjam kepada selain golongan Arab, namun golongan Arablah yang

pandai menarik simpati masyarakat. Saat menjual barang-barang dagangan,

golongan Arab cenderung menerapkan sistem cicilan, sementara yang lain cenderung

tunai. Melekatnya unsur riba yang diterapkan orang Arab bagaimanapun juga, oleh

Berg, dipandang bersifat positif. Ia menguntungkan kaum pribumi. Mereka berperan

sebagai penghubung dengan orang Eropa atau Cina dengan masyarakat yang

setengah, atau bahkan benar-benar biadab.115

Interaksi yang lainnya ialah bidang keagamaan. Dalam konteks ibadah haji

dan/atau menuntut ilmu agama misalnya, jumlah orang-orang Indonesia yang pergi

ke Mekah, Saudi Arabia, semakin meningkat. Deliar Noer mengungkapkan bahwa

tahun 1886 orang-orang Hindia Belanda yang pergi ke Mekah mencapai 5000 orang,

tahun 1890: 7000 orang, dan tahun 1899-1909 rata-rata mencapai 7300 orang.116

Orang-orang yang datang ke Indonesia tidak saja yang berasal dari

Hadramaut. Negara-negara Arab lain seperti Maroko, Saudi Arabia, Mesir, Sudan,

dan Palestina juga menapakkan ‘kakinya’ ke Indonesia.117 Motif utama orang-orang

Arab datang ke Indonesia ialah untuk berdagang. Namun seiring dengan berjalannya

waktu, perhatian mereka juga dicurahkan pada bidang agama dan pendidikan.

Berkaitan dengan hal ini, masyarakat Arab berhasil membentuk lembaga pendidikan

di beberapa daerah. Di Jakarta misalnya, orang-orang Arab mendirikan sekolah

bernama Jamiatul Khair. Lembaga yang didirikan pada 1901 oleh keluarga Shahab,

Ali dan Idrus serta Syekh Said Basandi ini resmi diakui oleh pemerintah kolonial

Belanda pada tahun 1905. Itu pun dengan syarat tidak boleh membuka cabang di luar

Batavia118. Kendati demikian, organisasi yang tempat berdirinya berada di Jl.

Pekojan I, Tambora, Jakarta Barat ini selanjutnya tersebar ke berbagai daerah,

sekalipun dengan nama yang berbeda.119 Lembaga pendidikan tersebut di antaranya

                                                            115 Van Den Berg, Orang Arab di Indonesia, hlm. 183 116 Deliar Doer, Gerakan Modern Islam di Indonesia, hlm. 30. 117 M. Riza Sihbudi, Indonesia Timur Tengah: Masalah dan.., hlm. 20. 118 Batavia adalah nama kota sebelum diubah menjadi Jakarta. 119 Hadiyansyah (ed), Masjid-Masjid Bersejarah Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2011), hlm.

107.

Page 71: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

61  

adalah Al-Jam’iyah al-Arabiyah al-Islamiyah yang didirikan pada tahun 1911 di

Solo dan Al-Irsyad yang didirikan oleh Syaikh Ahmad Soorkati pada 1913.

Organisasi-organisasi tersebut mempunyai peranan penting dalam rangka

mempererat hubungan antara orang-orang Arab dan penduduk pribumi. Apalagi pada

saat itu lembaga pendidikan tersebut mendatangkan guru-guru dari Negara Arab

secara langsung. Selain mempererat hubungan kultural, interaksi tersebut juga

mengakibatkan terjadinya perkembangan Islam di masing-masing wilayah. Hal itu

disebabkan misalnya, kedatangan kaum cendikiawan dan ulama Arab juga dibarengi

dengan masuknya penerbitan dari Arab ke Indonesia. Beberapa penerbitan tersebut

antara lain: Al-Want (Kairo), Al-janna (Beirut), Rawdat al-Iskandariyah (Iskandaria),

Al-Jawaib (Istanbul), Al-Ahram (Iskandaria), Tsamarat al-Funun (Beirut), Al-Insan

(Istanbul), Lisan al-Hal (Beirut), Al- dan Al-‘Urwat al-Wutsqa (Paris).120

4. Reaksi Keturunan Arab Terhadap Gerakan Nasional

a. Adat-Istiadat

Perkembangan sosial masyarakat Indonesia selaras dengan kesadaran akan

identitas nasional cukup memengaruhi identitas diri keturunan Arab. Hal ini sebagai

konsekuensi logis, misalnya atas berlakunya pelapisan sosial yang ada pada orang-

orang Arab. Pergerakan dan kebangkitan nasionalisme telah memengaruhi sikap

sosial mereka. Hal tersebutlah yang mendorong gerakan modernism Arab Indonesia.

Salah satu hasilnya adalah penyempitan golongan Keturunan Arab menjadi dua,

yaitu: golongan Ba alwe atau Al alwe dan golongan Al Irsyad yang menyebut dirinya

Irsyadin.

Kedua golongan tersebut masih tetap mencermintakan pengelompok

berdasarkan garis keturunan. Bahwa golongan pertama merasa sebagai keturunan

Nabi, sementara yang kedua menganggap diri sebagai keturunan Arab yang lebih

terbuka dan moderat. Hubungan antara keduanya dalam aktivitas sehari-hari tidak

bisa harmonis. Hal ini dikarenakan adanya sikap yang secara cukup ketat

mengagungkan kemurnian keturunan. Dapat disinyalir bahwa perkawinan antar

kedua golongan tersebut tidak muda terjadi.                                                             

120 M. Riza Sihbudi, Indonesia Timur Tengah: Masalah dan.., hlm. 21

Page 72: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

62  

Bagi keturunan Arab, hubungan kekerabatan sangatlah penting. Bentuk

keluarga yang terjadi cenderung keluarga luas terbatas. Pada bentuk ini keluarga

batih (ahlel) yunior lebih suka tinggal bersama dalam lingkungan rumah tangga

senior (ahlel bet). Keturunan Arab di Pekalongan misalnya, pengertian ahlel

diartikan keluarga batih (terdiri dari ayah ibu dan anak-anak yang belum kawin).

Bisa pula diartikan keluarga luas atau famili atau kesatuan saudara dekat. Yang

termasuk dalam saudara dekat adalah mereka yang berasal dari garis keturunan satu

kakek-moyang. Tentu saja masih saling mengenal. Hal tersebut tanpa mengecualikan

pada garis keturunan nenek moyang. Banyak kasus keturunan dari pihak wanita

sampai dua generasi ke bawah juga dapat digolongkan keluarga ini.

Menurut adat orang Arab di Indonesia, perkawinan yang ideal adalah antara

seolang laki-laki dengan gaadis anak saudara perempuan ayah. Dengan begitu

perkawinan tersebut cenderung bersifat endogamy klen (kawin dalam lingkungan

keluarga sendiri). Namun sementara ini sebagaian orang Arab sekarang lebih suka

mengembangan kekerabatan melalui perkawinan keluar klen, yang berarti

mempererat hubungan sesame keturunan Arab.121

Di Indonesia, orang Arab dikenal sebagai pedangang. Kendati demikian,

mereka tidak ekspansif seperti orang Cina. Mereka lebih dikenal sebagai pedangan

atau pengusaha tekstil, rempah-rempah, perkayuan dan permata. Namun saat ini

corak generasi Arab Indonesia lebih beragam. Mereka dapat merambat ke dalam

pekerjaan politik, teknokrat, dan birokrasi. Hal ini terjadi lantaran mereka memiliki

kemampuan berbaur yang tinggi.

b. Membentuk Partai Politik

Dalam segi kebudayaan, orang-orang Arab sudah memiliki corak pekerjaan

yang beragama. Mereka tidak lagi berkutat pada aspek perdagangan, sebagaimana

motivasi awal mereka berhijrah ke Nusantara. Saah satu ranah yang mulai ditapakki

orang-orang Arab ialah pada pekerjaan politik. Pada tahun 1930-an, orang-orang

Indonesia keturunan Arab, yang biasanya disebut sebagai golongan Indo-Arab mulai

terlibat dalam kegiatan politik. Kiprah keturunan Arab dalam bidang politik sudah

berlangsung sejak lama. Namun baru nampak saat mereka mereka mendirikan

                                                            121 Zulyani hidayah, Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia..,hlm. 32

Page 73: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

63  

Persatuan Arab Indonesia (PAI)122 tahun 1934. PAI didirikan oleh Abdurrachman

Baswedan, salah satu poltisi Indo-Arab yang menonjol.123

Jika menelisik sejarahnya lebih dalam, proses pendirian PAI itu tidak

gampang. Semua itu tidak terlepas dari kerja keras A.R Baswedan. Pada waktu itu ia

menggalang koloni-koloni masyarakat Arab yang ada di Indonesia untuk menghadiri

Konferensi Masyarakat Arab di Semarang. Wakil-wakil dari Al Irsyad dan Arrabitah

dari berbagai kota berkenan menghadiri konferensi tersebut. Pada gilirannya

pertikaian dan perdebatan antara kedua kelompok itu tidak dapat dihindarkan.

Namun pada akhirnya, konferensi tersebut menyepakati untuk membentuk sebuah

organisasi masyarakat Arab di Indonesia yang diberi nama Persatuan Arab Indonesia

(PAI), dan dikhususkan untuk Arab peranakan saja.124 Momen konferensi125

tersebutlah yang dikenal dengan Sumpah Pemuda Keturunan Arab.

Awal mulanya, PAI berbentuk persatuan. Karena suhu politik menentang

penjajah meningkat, pada tahun 1940-an PAI mengubah namanya menjadi Partai

Arab Indonesia. Perubahan tersebut sekaligus membawa pesan tersirat bahwa telah

lahir kesadaran baru masyarakat Indonesia untuk secara proaktif terlibat dalam

persoalan kebangsaan yang dihadapi oleh bangsa. Orang-orang Arab tidak lagi

mengidentifikasikan dirinya sebagai orang asing. Sebalinya mereka merasa bahwa

mereka telah menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Kompromi pun dilakukan untuk

melepaskan gelar “syarif” dan “sayid”. Sementara itu penggunaan kata “Arab” tetap

dipakai bukan berarti mereka hendak mempertahankan identitasnya. Akan tetapi hal

tersebut dilakukan tidak lain hanya untuk menggalang solidaritas semata.

Sebetulnya persoalan kebangsaan pada saat itu menjadi salah satu hal yang

cukup mendapat perhatian serius oleh orang-orang Arab. Di satu sisi terdapat                                                             

122 Ketika PAI berdiri PNI telah membubarkan diri akibat desakan dari pemerintah Belanda. Pemimpinnya, Soekarno dimasukkan ke dalam penjara. Selanjutnya Hatta dan Syahrir membentu PNI-Baru. Tidak berlangsung lama, partai itu juga harus bubar dan mereka diasingkan di Digul.

123 M. Riza Sihbudi, dkk, Konflik dan diplomasi di Timur Tengah, (Bandung: PT Eresco, 1993), hlm. 154.

124 Dundin Zainudin, Dinamika kewarganegaraan kelompok sosial di perkotaan: studi kasus di Bandung dan Semarang, (Jakarta: LIPI, 2010), hlm. 138.

125 Dalam Wikipedia Ensiklopedia Bebas disebutkan dalam konferensi itu disepakati pengurusan PAI sebagai berikut: AR Baswedan (Ketua), Nuh Alkaf (Penulis I), Salim Maskati (Penulis II), Segaf Assegaf (Bendahara), Abdurrahim Argubi (Komisaris). Tokoh PAI lainnya adalah Hamid Algadri, Ahmad Bahaswan, HMA Alatas, HA Jailani, Hasan Argubi, Hasan Bahmid, A. Bayasut, Syechan Shahab, Husin Bafagih, Ali Assegaf, Ali Basyaib, dll.

Page 74: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

64  

gagasan agar masyarakat Arab melebur ke dalam bangsa Indonesia. Hal tersebut

terus bergema di kalangan Arab terutama yang sudah sadar bahwa mereka adalah

bagian dari bangsa Indonesia. Sementara pada sisi yang lain, sebagian besar

masyarakat Arab juga tidak mau mengakui Indonesia sebagai tanah air mereka. Oleh

sebab itu, pada saat itu pula A.R. Baswedan terus mendorong kesadaran tersebut agar

tumbuh dan membesar. Ia sadar betul bahwa jika persoalan tersebut belum tuntas dan

dibiarkan terus berlangsung, maka potensi ancaman yang tidak diinginkan bisa

meledak sewaktu-waktu. A.R Baswedan menyadari bahwa sentimen antar ras adalah

sesuatu yang laten di berbagai belahan dunia. Dengan demikian, jika masyarakat

Arab tetap mengaku dirinya sebagai orang asing, maka kemungkinan besar mereka

juga akan menjadi korban dari sentimen antar ras yang ada di Indonesia.126

PAI secara total memperjuangkan Indonesia. Mereka tidak lagi sebagai

organisasi yang hanya mendorong orang-orang Arab untuk menjadi bagian dari

bangsa Indonesia. Lebih dari itu, mereka adalah sebuah organisasi yang turut andil

proaktif menggagas lahirnya bangsa Indonesia di kemudian hari. Oleh karena itu PAI

gigih mendukung mosi Volksraad yang dipromotori oleh M.H. Thamrin, Soetardjo,

dan Wiwoho. Mereka menuntut pemerintah Belanda untuk menggunakan istilah

‘Indonesier” (orang Indonesia) sebagai pengganti kata inlander (pribumi). Semua itu

harus diterapkan dalam dokumen-dokumen resmi dan menetapkan kewarganegaraan

Hindia. Selanjutnya melakukan penyelidikan agar mengubah Volksraad menjadi

semacam parlemen yang sesungguhnya.127 Ternyata kekuasaan pemerintah kolonial

amat kuat dan besar. Karenanya mosi tersebut tidak pernah berhasil diwujudkan.

Meskipun demikian, paling tidak adanya mosi tersebut telah menjadi simbol mulai

bersatunya bangsa Indonesia dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Ialah hak-hak

yang selama masa penjajahan diabaikan oleh pemerintah Belanda. Tak terkecuali hak

untuk memerintah dirinya-sendiri secara otonom.

Hamid Algadri dalam buku Suka Duka Masa Revolusi menjelaskan bahwa

dalam perjalanan sejarah, PAI tidak segan mengkritik dengan tajam segala

ketidakberesan golongan pendiri. PAI juga giat melakukan pembinaan asas                                                             

126 Purnawan Basundoro, “A.R Baswedan: dari Ampel ke Indonesia,” dalam Jurnal Lakon Vol. 1 No. 1 Mei 2012, hlm. 29.

127 Purnawan Basundoro, “A.R Baswedan: dari Ampel ke Indonesia,” 45.

Page 75: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

65  

kebangsaan Indonesia. Selain itu, PAI selalu berpihak pada gerakan nasional, tanpa

menghiraukan tentangan dari pihak Belanda.128 Selaras dengan hal itu, pemerintah

kolonial mulai menyoroti gerak-gerik PAI. Pemerintah kolonial gelisah dan khawatir

terhadap gerakan baru kalangan Arab tersebut. Hal ini dikarenakan mereka secara

nyata menarik kaum Arab peranakan kepada pihak anti penjajahan. Pada saat itu

Pemerintah Belanda telah dan terus melakukan penangkapan terhadap para

pemimpin utama partai politik berhaluan nasioal yang dianggap radikal, dan

membubarkan partainya. Tak luput juga mangasingkan mereka.129 Tidak jarang PB

PAI dan rumah-rumah pemukanya didatangi oleh intelijen menanyakan soal kegiatan

yang dilakukan.

Ketika tentara Jepang masuk ke Indonesia, tak lama kemudian pada tanggal 8

Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah di Kalijati. Penyerangan tersebut

dipimpin oleh Gubernur Jendral Tjarda Van Strakenborg Stachouwer. Pada zaman

Jepang itulah semua partai politik dibubarkan oleh Jepang. Dengan demikian, Partai

Arab Indonesia juga bubar.130 Pada akhir 1945, ia bergabung dengan Mohammad

Natsir dan Mohammad Roem dalam partai Masyumi.131  

                                                            128 Hamid Algadri, Suka Duka Masa Revolusi, (Jakarta: UI press , 1991), hlm. 50. 129 Sutarmin, Abdul Rahman Baswedan: Karya dan Pengabdiannya, 67. 130 Sutarmin, Abdul Rahman Baswedan: Karya dan Pengabdiannya, hlm. 97. 131 M. Riza Sihbudi, Indonesia Timur Tengah: Masalah dan .., hlm. 22.

Page 76: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

66  

BAB III

BIOGRAFI HAMID ALGADRI

A. Riwayat Kehidupan

Hamid Algadri merupakan keturunan arab (peranakan Arab) di Nusantara

yang memiliki kontribusi besar bagi bangsa Indonesia. Ia termasuk salah seorang

pejuang anti kolonialisme (Belanda) sekaligus menjadi perintis kemerdekaan

Indonesia melalui berbagai forum-forum nasional dan internasional yang penting.

Ia terlahir di Pasuruan pada 10 Juli 1912 dari seorang ayah yang bernama

Muhammad Hamid Algadri. Saat itu Pasuruan adalah daerah pesisir yang terletak di

utara pulau Jawa. Tempatnya sangat strategis dan menjadi kota Bandar karena

terdapat pelabuhan serta berbagai aktivitas perdagangan dan transportasi angkutan

perdagangan. Di sepanjang pantainya didirikan banyak pabrik gula oleh Belanda.

Ayahnya adalah tokoh muslim di Pasuruan. Ia diangkat sebagai Kapitein der

Arabieren (Kepala masyarakat Arab) di Pasuruan.132 Secara silsilah keturunan,

Hamid Algadri berasal dari tanah Hadramaut di jazirah Arab dan dari garis

keturunan ibu dari Malabar, India. Namun Hamid Algadri lahir di tanah Jawa.

Meskipun gelar yang didapat ayah dan kakeknya adalah pangkat prestis yang

diberikan Belanda, namun perlu ditegaskan bahwa jabatan tersebut tidak

memengaruhi prinsip dasar ayahnya sebagai etnis Arab di Nusantara dan berpihak

pada kebijakan Belanda. Namun ia menganggap jabatan ini menguntungkannya

untuk memberikan perlindungan terhadap golongan etnis Arab di Nusantara agar

tidak mendapat perlakuan semena-mena dari Belanda seperti dalam engenaan pajak

                                                            132  Saat itu pemerintah Hindia Belanda meggolongkan penduduk di Indonesia menjadi

beberapa golongan: orang Eropa (Europeanen), orang Timur Asing (Vreemde Oosterlingen) dan orang pribumi (Inlanders). Orang Cina dan Arab masuk golongan Vreemde Oosterlingen. Sikap dan perlakuan Belanda yang sangat antipati dan selalu waspada terhadap orang-orang keturunan Arab tercermin di dalam kebijakan-kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang diskriminatif. Hingga pada tahun 1854, Pemerintah Hindia Belanda membentuk kebijakan Regering Regleement yaitu peraturan pemerintah yang membedakan kelompok masyarakat menjadi tiga kelas di Hindia Belanda yaitu kelas paling atas adalah kulit putih ( Eropa, Amerika, Jepang ), kelas kedua adalah Timur Asing ( Arab, India, Cina ), dan kelas ketiga adalah pribumi ( masyarakat asli Indonesia ). Hosniyah, Kebijakan Pemerintah Hindia Belanda Terhadap Komunitas Arab Di Malang 1900-1935, Avatara, e-Journal Pendidikan Sejarah, Volume 4, No. 3, Oktober (2016), hlm. 967. 

Page 77: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

67  

tinggi dan mengurus surat-menyurat kependudukan serta mendapatkan perlindungan

hidup.133

Hamid menikah dengan Zena binti Husein Alatas yang merupakan anak dari

pimpinan PAI (Persatuan Arab Indonesia) pada tahun 1942. Pada saat itu Hamid

berusia 32 tahun. Sedangkan Zena baru berusia 18 tahun.

Pernikahan dilangsungkan di kediamannya yaitu Pasuruan. Banyak tokoh

PAI yang datang untuk memberikan selamat pada keduanya. Dari pernikahan

Hamid-Zena lahir empat anak, yaitu Ny Atika Nono Anwar Makarim, Maher Hamid

Algadri (pengusaha dari Kodel Grup), Ny Adila Suwarno Soepeno dan Sadik Hamid

Algadri (pengusaha).

Hamid tutup usia pada hari Minggu tanggal 25 Januari 1998 setelah lima hari

dirawat di di Rumah Sakit Medistra, Jakarta karena kerapuhan tulang dan radang

paru-paru. Ia dikuburkan di pemakaman Tanah Kusir, Jakarta.

B. Pendidikan

Meskipun terlahir dari etnis Arab (Hadrami), Hamid mengenyam pendidikan

modern Barat. Keluarganya berpandangan bahwa sekolah kolonial tidak sampai pada

tahapan merusak agama. Namun justru memberikan wawasan luas mengenai

pendidikan. Langkah keluarganya dalam pendidikan memang berbeda dari mayoritas

etnis Arab yang anti terhadap segala sesuatu dari Barat, termasuk lembaga

pendidikannya.

Hamid memulai pendidikan formalnya dari sekolah dasar Europesche Lag

School (ELS) setelah menyelesaikan sekolah taman kanak-kanak (Frobel School)

selama dua tahun. Untuk dapat masuk ke ELS, bukanlah perkara yang mudah karena

pada umumnya hanya anak Belanda yang dapat mengambil pendidikan di ELS.

Namun karena Hamid merupakan anak dari Kapitein Arab di Pasuruan, sehingga

dengan susah payah, ayahnya meminta kebijakan Belanda agar anaknya bisa ikut

belajar disana. Adapun pendidikan di lembaga asing Frobel dilatarbelakangi oleh

keinginan keluarganya agar Hamid lancar berbicara bahasa Belanda karena bahasa                                                             

133 Hamid Algadri, Mengarungi Indonesia Memoar Seorang Perintis Kemerdekaan, (Jakarta: Lentera, 1992), hlm. 2.

Page 78: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

68  

pengantar di ELS menggunakan bahasa Belanda. Kemudian Hamid melanjutkan

sekolah menengah MULO dan AMS-A bagian klasik Barat.

Adapun pada tahun 1936, Hamid tercatatat sebagai mahasiswa Rechts Hoge

School (Pendidikan Tinggi Hukum) di Batavia. Sehingga ia merupakan keturunan

Arab pertama yang menuntut pelajaran di universitas. Namun, peristiwa penutupan

RHS oleh pemerintah pendudukan Jepang membuatnya belum sempat

menyelesaikan studinya. Sehingga pendidikan ilmu hukum baru diselesaikannya di

Universitas Indonesia tahun 1952 melalui inisatif Prof. Djokosoetono yang membuka

kesempatan bagi para mahasiswa yang belum sempat menyelesaikan studinya pada

masa pendudukan Jepang. Gelar sarjana hukum didapat HA cukup mudah, hanya

menempuh ujian tingkat akhir serta mendapat keringanan-keringanan karena alasan

telah matang selama masa perjuangan.134

Pada masa itu, orang Arab dan keturunan Arab menentang anaknya

bersekolah di sekolah Belanda, baik yang khusus seperti ELS untuk anak-anak

Belanda, maupun yang umum yang disediakan untuk anak pribumi seperti HIS

(Hollandsch Inlandsche School). Dasar mereka adalah pendidikan Barat adalah

bagian dari sekolah Kristen yang akan merusak agama anak-anak mereka. mereka

lebih memilih untuk mengirim anak mereka ke sekolah agama seperti madrasah,

yang mengutamakan pendidikan agama.135

Keluarga Hamid tidak kawatir sebagaimana pandangan umum para kiai dan

santri-santri desa. Menurut mereka sekolah Belanda tersebut maju dan dapat

menyesuaikan dengan situasi yang menuntut modernitas. Namun keluarga Hamid

tetap memikirkan pendidikan yang terbaik baginya. Agar berimbang antara

pendidikan umum dan agama, sekaligus sebagai antisipasi terhadap kekawatiran

masyarakat pada umumnya, Hamid disekolahkan di madrasah pada siang harinya.

Jika jadwal sekolah Belanda dan madrasah bertabrakan, orang tuanya mengundang

                                                            134 Muhammad Ridho Rachman dalam artikel yang berjudul Pemikiran Hamid Algadri

Tentang Indo-Arab Dan Tanah Air (Studi Kasus dalam Majalah Insjaf dan Aliran Baroe pada Masa Kolonial Belanda, 1937-1941). https://www.researchgate.net/publication/318960129. Diakses pada 26 Mei 2018, pukul 22.26 WIB.

135 Hamid Algadri, Islam dan Keturunan Arab dalam Pemberontakan melawan Belanda, (Bandung: Mizan, 1996), cet.1 edisi 3, hlm. 29. Hal serupa dialami oleh para kiai dan santri di desa-desa yang secara tegas menolak pendidikan Barat dan segala yang berbau Barat. Mereka lebih mempercayakan kepada lembaga pendidikan seperti pesantren dan madrasah.

Page 79: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

69  

guru ngaji ke rumahnya atau lebih dikenal dengan istilah “madrasah rumahan”. Pada

sesi ini, guru mengaji memberikan pengarahan dan penjelasan tentang bahaya-

bahaya yang akan terjadi dengan sistem pendidikan Belanda.

Setelah menjalani aktivitas pendidikan Belanda, apa yang dikawatirkan

terjadi. Beberapa kesulitan dihadapi Hamid, karena ia mengenakan terbus (kopiah

khas Turki berwarna merah). Terbus identik dengan gerakan Pan-Islamisme136 yang

menjadi ketakutan pihak kolonial Belanda. Gerakan ini memberikan pengaruh yang

signifikan bagi Indonesia dalam pergerakan dan perjuangan melawan segala jenis

kolonialisme. Jamaluddin Al-Afghani sebagai penggagasnya diikuti Muhammad

Abduh secara massif menyebarkan spirit gerakan yang berpusat di Turki ini ke bumi

Nusantara. Salah pengaruh yang ketara adalah lahirnya Jamiatul Kheir di Pekojan,

Batavia, pada 1901 sebagai organiasi sosial yang membawa semangat tolong

menolong. Solidaritas muslim Nusantara terbangun dari komunitas ini.

Ayah dan kakek Hamid merupakan penganut gerakan ini sehingga ia

mengharuskan Hamid mengenakan kopiah merah saat bersekolah. Hamid mendapat

perlakuan yang tidak adil. Sebab kopiahnya, ia diejek oleh murid-murid Belanda,

bahkan nyaris terlibat perkelahian. Begitulah terus dialami Hamid pada hari-hari

berikutnya karena ia tidak menerima ejekan tersebut. Untuk melerai pertikaian yang

berkelanjutan, guru Belanda menyarankan orang tua Hamid untuk melepas kopiah

pada anaknya agar tidak kembali mengganggu aktivitas belajar di sekolah.

Meski mayoritas murid di sekolah tersebut adalah anak-anak Belanda, namun

terdapat beberapa anak Indonesia yang merupakan putra-putra para pegawai tinggi

Indonesia di kota Pasuruan. Mereka tidak luput dari ejekan anak Belanda, bahkan

mendapatkan perlakuan yang lebih parah daripada Hamid.

                                                            136 Pan Islamisme adalahpaham politik yang lahir pada saat Perang Dunia II (April 1936).

Kemudian berkembang menjadi gerakan mempersatukan umat Islam. Gerakan ini secara samar-samar pernah diutarakan oleh Al-Thah-Thawi dengan memakai istilah persaudaraan seagama, dan kemudian ditegaskan oleh Sayid Jamaluddin Al-Afgani dan Syekh Muhammad Abduh. B.Setiawan dkk, Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 12, (Jakarta: Cipta Adi Pustaka, 1990), hlm.82. Gerakan ini kemudian memengaruhi bangkitnya pergerakan nasional Indonesia, karena dalam periode peralihan abad ke-20, Islam merupakan ciri utama kebudayaan Indonesia. Salah satu sisi dari gerakan reformasi itu ialah mengidentifikasikan Islam dengan bangsa dan dengan rasa yang semakin tidak sabar terhadap kedudukan sebagai bangsa yang terjajah. Noer menegaskan bahwa pada masa peralihan abad ke-19 ke abad ke-20, Islam identik dengan kebangsaan. Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia, dan Studi Islam, (Jakarta: LP3S, 1990), hlm. 8-20.

Page 80: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

70  

Setelah selesai mengenyam pendidikan dasar, Hamid melanjutkan ke MULO

(Meer Utgebreid Lager Onderwijs) yang merupakan sekolah menengah pertama

yang terutama disediakan untuk murid pribumi pada tahun 1928 – 1933. Awalnya

Hamid ingin belajar di HBS (Hogere Burgerschool), sekolah yang juga disediakan

untuk murid Belanda, akan tetapi guru kepala tidak mengizinkannya kendati nilai

pelajaran Hamid memenuhi syarat untuk bersekolah disana.

Keputusan mengambil pendidikan MULO sangatlah tepat. Hamid dapat

berkumpul dengan murid-murid yang sebagian besarnya adalah pribumi. Kondisi ini

tidak membuat Hamid terjepit seperti pada ELS, bahkan memiliki kesamaan

pandangan dengan murid lainnya yang anti Belanda. Di sekolah MULO Hamid

terlibat aktif pada ikatan pemuda Islam JIB (Jong Islamieten Bond). Untuk

menyuarakan gagasannya, terbitlah majalah JIB (Het Licht) dalam bahasa Belanda

untuk memberikan penerangan dan pembela agama terhadap segala bentuk serangan

terhadap Islam.

JIB berdiri atas anjuran para pemimpin Islam-nasionalis, antara lain The

Grand Old Man, Haji Agus Salim, penyebar paham Islam modern, dan oleh karena

itu dengan sendirinya sikap JIB juga berwarna Islam-nasionalis dan anti-Belanda.137

Selagi mahasiswa di Rechts Hoge School (Pendidikan Tinggi Hukum),

Hamid bergabung dengan Persatuan Arab Indonesia (PAI) yang didirikan oleh AR

Baswedan138 tahun 1934. Dengan PAI sebagai wadah, orang Arab ingin menjadi

orang Indonesia dan menerima Sumpah Pemuda tahun 1928 yaitu satu tanah air, satu

bangsa, satu bahasa ialah Indonesia.

                                                            137 Hamid Algadri, Islam dan Keturunan Arab……….., hlm.33. 138 A.R Baswedan adalah pendiri Persatuan Arab Indonesia (PAI). Seorang yang lahir di

Surabaya, 9 September 1908 ini adalah seorang nasionalis, jurnalis, pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat, dan juga sastrawan Indonesia. AR Baswedan pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Wakil Menteri Muda Penerangan RI pada Kabinet Sjahrir, Anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), Anggota Parlemen, dan Anggota Dewan Konstituante. AR Baswedan adalah salah satu diplomat pertama Indonesia dan berhasil mendapatkan pengakuan de jure dan de facto pertama bagi eksistensi Republik Indonesia yaitu dari Mesir. Bersama dengan Haji Agus Salim (Menteri Muda Luar Negeri), Rasyidi (Sekjen Kementrian Agama), Muhammad Natsir dan St. Pamuncak, AR Baswedan (Menteri Muda Penerangan) menjadi delegasi diplomatik pertama yang dibentuk oleh negara baru merdeka ini. Mereka melobi para pemimpin negara-negara Arab. https://id.wikipedia.org/wiki/Abdurrahman_Baswedan. Diakses pada 26 Mei 2018 pukul 10.46 WIB.

Page 81: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

71  

Kontribusi Hamid yang signifikan bagi PAI membuatnya diangkat menjadi

ketua PAI Cabang Jakarta pada 1936, kemudian menjadi anggota pengurus besar

PAI sampai tahun 1942.

Semangat nasionalisme dalam jiwanya berkobar dari berbagai pengalaman

hidupnya. Ayahnya telah menanamkan jiwa nasionalisme padanya sejak kecil.

Kemudian karir pendidikannya juga memberikan pengalaman berharga untuk

semakin yakin untuk mengkritisi kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintahan

Belanda.

Sebut saja keterlibatannya dalam gerakan pemuda JIB pada 1930 yang ia

ikuti semasa studi di MULO. Aktif di organisasi ini merupakan titik awal baginya

untuk memperjuangkan hak-hak rakyat etnis Arab maupun pribumi di tengah

pusaran kekuasaan Belanda. JIB memberikan sarana padanya untuk menyalurkan

aspirasi dan gagasan dalam bentuk masa.

Tercatat bahwa Hamid pernah mengikuti berbagai organisasi pada masa

kuliahnya, yaitu Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) pada tahun 1926.

Organisasi yang diprakarsai oleh Raden Tumenggung Djaksodipoera bersama 5

kawannya (Soegondo, Soewirjo, Goelarso, Darwis, dan Abdoellah Sigit) ini

menirukan Indonesisch Vereniging (Perhimpunan Indonesia) yang didirikan oleh

Mohammad Hatta di Negeri Belanda tahun 1908. PI menjadi sarana untuk

menyebarkan ide-ide antikolonial. Dalam 2 edisi pertama, Hatta menyumbangkan

tulisan kritik mengenai praktik sewa tanah industri gula Hindia Belanda yang

merugikan petani.139

Hamid juga terlibat dalam suatu panitia yang disebut Komisi Besar sebagai

wadah perkumpulan organisasi pemuda. Panitia ini menjadi pangkal dari lahirnya

putusan Kongres Pemuda-Pemudi Indonesia (dikenal dengan Sumpah Pemuda, 28

Oktober 1928).

Pada durasi tahun 1936-1942, Hamid juga menjabat pada posisi yang penting

dalam GAPI (Gabungan Partai Politik Indonesia). Saat itu PAI menjadi salah satu

anggotanya. Sehingga Hamid didaulat menjadi wakil PAI dalam GAPI bersama

                                                            139 https://id.wikipedia.org/wiki/Perhimpunan_Pelajar_Pelajar_Indonesia. Diakses pada 26

Mei 2018, pukul 11.30 WIB.

Page 82: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

72  

ketua PB PAI H.M.A Hoesin Alatas yang merupakan mertuanya. Pada kurun waktu

yang sama Hamid juga terlibat dalam berbagai gerakan nasional seperti Petisi

Sietardjo dan Indonesia Berparlemen dengan memprogandakannya dalam rapat-rapat

umum.

Organisasi pelajar terakhir yang Hamid ikuti adalah USI (Unitas Studiosorum

Indonesiensis). Arah organisasi ini bukan pada politik, melankan pada kegiatan

akademik dan kesenian. Ketika USI berfusi menjadi PPI (Perhimpunan Pelajar

Indonesia), Hamid terpilih menjadi wakil ketua setelah sebelumnya ia diamanahi

menjadi redaktur majalah USI (Usi-blad, majalah mahasiswa Indonesia). Adapun

gagasan politiknya, ia salurkan pada majalah Insjaf yang pada saat itu Hamid

menjadi redakturnya.

Karirnya dalam organisasi kepemudaan sangat menonjol pada saat ia

menangani USI. Pada saat yang bersamaan ia menjadi wakil ketua BAPERPI (Badan

Perwakilan Pelajar-pelajar Indonesia). Tidak lama ia berkecimpung di organisasi

tersebut, Hamid bergabung menjadi anggota kader gerakan anti Jepang yang

dipimpin oleh Mr. Amir Sjarifuddin pada 1942-1945. Setelah Amir ditangkap,

diteruskan dalam gerakan yang dipimpin oleh Sjahrir. Inilah awal karir kebangsaan

Hamid Algadri.

C. Karir

Hamid aktif pada sejumlah perjuangan kemerdekaan Indonesia dan masa-

masa awal pemerintahan Indonesia.

1. Peran Hamid Algadri dalam PAI (1934-1942)

Nama Hamid Algadri mencuat ke permukaan saat ia menjadi anggota

Pengurus Besar PAI. Cita-cita Hamid menggabungkan diri dalam gerakan ini adalah

mencoba mengubah citra buruk keturunan Arab di Nusantara yang mulai menjalar di

kalangan intelektual dengan siapa ia bergaul sehari-hari di dalam kalangan

masyarakat pribumi. Pasalnya citra buruk etnis Arab selalu diberitakan dalam harian

dan majalah Belanda yang banyak dibaca oleh kaum intelektual Indonesia. Meskipun

kenyataannya banyak diantara etnis Arab yang mempraktikkan riba dalam

Page 83: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

73  

perdagangan, menjadi renternir di pasar-pasar, ditambah dengan golongan keturunan

Arab yang keras menentang pendidikan Barat.

Dalam suasananya yang demikian, Hamid hendak meluruskan bahwa

perilaku sebagian etnis Arab tidak menggambarkan sebenarnya golongan Arab, tidak

hanya di Indonesia, di negara sendiri pun, praktik yang demikian juga dilarang

karena bertentangan dengan ajaran Islam. Hamid menilai bahwa Belanda berusaha

meruncingkan masalah dengan mengeneralisasi praktik buruk etnis Arab, sehingga

antara pribumi dengan keturunan Arab tidak akur.

Di sisi lain, mereka secara aktif mendorong rentenir dan orang jahat lainnya

untuk datang ke Indonesia. Belanda ingin terus menciptakan citra buruk bangsa

Arab. Sehingga pribumi benci terhadap keturunan Arab.

PAI menegaskan bahwa Indonesia merupakan tanah air mereka. Dengan kata

lain, keturunan Arab adalah putra dan bangsa Indonesia dan harus mengabdi pada

tanah air Indonesia, sama dengan suku bangsa Indonesia lainnya.

Jika terdapat oknum-oknum tertentu yang merusak citra golongan mereka,

PAI tegas mengkritik perilaku tersebut dan menkonfirmasi kepada pers secara

terbuka tentang perilaku yang menyimpang dari kebiasaan asli etnis Arab.

PAI mendukung penuh dan memihak kepada gerakan nasional, bahkan PAI

membantu upaya pergerakan nasional. Oleh karena memiliki cita-cita yang sama

untuk melawan Belanda dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, dalam

kongres PAI yang kedua di Surabaya pada 25 Maret 1937, PAI mendukung penuh

Petisi Sutardjo.

Untuk memperbaiki citra buruk yang sudah terlanjur disebarkan oleh surat

kabar Belanda, PAI terjun langsung memberantas kaum renternir di kalangan Arab

agar terwujud suasana kehidupan yang aman dan sejahtera. Citra Arab yang identik

dengan renternir harus diubah dengan usaha pemberantasannya. Oleh karenanya,

Hamid mendukung sepenuhnya woekeordonansi yang dimaksudkan untuk

memberantas renternir tersebut serta mendesak partai agar tegas menghukum dan

memberantas woeker di kalangan Arab.

Salah satu pemimpin dari masyarakat Arab pada waktu itu, Husin Bafagih,

menulis sebuah drama yang disebut “Fatima” tentang kebencian Arab terhadap riba.

Page 84: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

74  

Drama itu dilakukan di kota-kota besar di Jawa seperti Jakarta, Semarang, Surabaya

dan lain sebagainya sehingga menjadi sangat populer dengan masyarakat umum.

Awalnya propaganda Belanda terhadap orang-orang Arab hampir berhasil

untuk merenggangkan hubungan orang Arab dan masyarakat pribumi. Namun

menjadi kandas seketika ketika PAI bergerak untuk meluruskan persepsi yang keliru

itu.

Pada saat majalah Aliran Baroe diterbitkan oleh seorang pemuka PAI, Hosein

Bafagih di Surabaya, menyebarkan paham baru Islam-antara lain tentang tanah air,

tentang persamaan kedudukan wanita dan pria dalam Islam, dan sebagainya. Banyak

di antara penulis dalam majalah tersebut adalah pengikut paham Rasyid Ridha,

murid Muhammad Abduh, dan penerbit majalah Al Manar di Mesir, penganjur

reformasi dalam Islam. Jasa besar majalah ini adalah ketegasan dan tidak segan

mengkritik tentang kebobrokan masyarakat Arab di Indonesia.140

Hamid berpandangan bahwa Partai Arab Indonesia yang didirikan di

Semarang pada tanggal 4 Oktober 1934 lebih pada nilai “Persatuan” ketimbang

sebuah Partai. Hamid beserta para generasi muda pada waktu itu bersepakat

menentang sistem stratifikasi yang telah membagi komunitas Arab. Untuk

menyatukan komunitas Arab secara internal, Hamid memanggil dari kelompok

Alawi dan non-Alawi untuk bersatu dalam bendera identitas yang sama. Untuk

menyeragamkan identitas etnis Arab, segala gelar dilepaskan dan menggantinya

dengan panggilan “saudara”. Cara inilah yang digunakan untuk menyamakan rasa

persaudaraan, menguatkan komunitas dan tidak diskriminatif terhadap stratifikasi

sosial.

Secara umum, PAI terbentuk untuk menyatukan diri dengan masyarakat

pribumi agar tidak ada kesenjangan dan perbedaan, karena sama-sama berjuang

untuk kemerdekaan Indonesia dan mengusir penjajah. Rasa nasionalisme anggota

PAI tertuang dalam sumpah pemuda Indonesia Keturuan Arab pada tahun 1934.

Sumpah pemuda Indonesia Keturunan Arab yang disahkan Mohammad Hatta

ini berisikan dua poin:

                                                            140 Hamid Algadri, Islam dan Keturunan Arab dalam Pemberontakan melawan Belanda,

(Bandung: Penerbit Mizan, 1996), hlm. 174.

Page 85: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

75  

1. Tanah Air Peranakan Arab adalah Indonesia 2. Karenanya mereka harus meninggalkan kehidupan menyendiri (isolasi) Memenuhi kewajibannya terhadap tanah air dan bangsa Indonesia adalah tepat sekali. Dengan sumpah ini, yang ditepati pula sejak itu dalam perjuangan nasional Indonesia menentang penjajahan sambil ikut dalam organisasi Gapi dan kemudian lagi ikut dalam peperangan Kemerdekaan Indonesia dengan laskarnya dengan memberikan kurban yang tidak sedikit, ternyata bahwa Pemuda Indonesia Keturunan Arab, benar-benar berjuang untuk kemerdekaan Bangsa dan Tanah airnya yang baru. Sebab itu tidak benar apabila warga keturan Arab disejajarkan dengan WNI keturunan CIna. Dalam praktik hidup kita alami juga banyak sekali WNI turunan CIna yang pergi dan memihak kepada bangsa aslinya RRC, WN Indonesia keturunan Arab boleh dikatakan tidak ada yang semacam itu. Indonesia sudah benar-benar menjadi tanah airnya. Sebab itulah, salah benar apabila kedua macam WNI itu disejajarkan dalam istilah non pribumi. 141 Jakarta, 24 November 1975

Pada awalnya PAI yang merupakan bentuk persatuan, menekankan pada

upaya mempersatukan dua golongan yang bermusuhan dalam masyarakat Arab

daripada terjun dalam bidang politik murni. Tetapi sikap ini tidak dapat

dipertahankan lama. Pada tahun 1937, PAI terjun dalam dunia politik dan baru pada

tahun 1940, PAI mengubah namanya dari “Persatuan” menjadi “Partai” dalam

kongres lustrumnya pada tanggal 18-25 April 1940 di Jakarta.

PAI beserta partai-partai lainnya dibubarkan pada saat Jepang masuk dan

berkuasa di Indonesia. Kemudian militer Jepang gencar melakukan invasi yang

dimulai pada 8 Maret 1942. Pada saat kondisi politik sedang hangat karena

kependudukan Jepang, Hamid beserta para pimpinan PAI ikut serta dalam gerakan

anti-Jepang, yang mula-mula dipimpin oleh Mr. Amir Sjarifoeddin. Ketika ia

ditangkap, diambil alih oleh Sjahrir. Pada bulan agustus, Jepang menyerah pada

sekutu dan pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta memproklamirkan

kemerdekaan Indonesia.

                                                            141 Hamid Algadri, Islam dan Keturunan Arab……, hlm. 177.

Page 86: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

76  

Hamid mengakhiri karirnya di PAI pada saat organisasi ini bubar. Pada 3

November 1945, pemerintah Indonesia mengeluarkan maklumat pemerintah tentang

partai politik. Meskipun pemerintah menganjurkan agar partai politik yang sudah

dibubarkan dapat kembali berdiri, namun pimpinan PAI tetap memutuskan untuk

tetap membubarkan PAI dan mempersilahkan mantan anggotanya untuk bergabung

bersama partai-partai yang berdiri lagi sesuai dengan ideologi masing-masing.

Banyak diantara mereka bergabung menjadi anggota PNI, Masyumi, PSI sampai ke

PKI dengan tujuan agar mereka diakui sebagai orang Indonesia secara penuh.

Demikian mereka lakukan karena PAI sudah dibubarkan sehingga tidak ada lagi

wadah yang bisa menampung aspirasi untuk mempertahankan etnis Arab di

Indonesia.

2. Karir Hamid Algadri Pasca Kemerdekaan

Hamid adalah tokoh etnis Arab di Indonesia yang tercatat aktif pada sejumlah

perjuangan kemerdekaan Indonesia dan masa-masa awal pemerintahan Indonesia. Ia

adalah seorang pejuang yang merintis kemerdekaan Indonesia keturunan arab dalam

berbagai perundingan seperti perundingan Linggajati, perundingan Renville, KMB.

Keterlibatannya sebagai salah satu anggota parlemen pada masa awal berdirinya

negara Republik Indonesia menjadi jasa yang sangat berharga bagi negara ini.

Berikut beberapa catatan karir Hamid dalam pergerakan nasional.

a. Sekretariat Perdana Menteri (1947)

Pada tahun 1947, Hamid bekerja di sekretariat Perdana Menteri. Perdana

Menteri Indonesia merupakan pimpinan kabinet dalam pemerintahan Republik

Indonesia yang pernah diterapkan dari tahun 1945 hingga tahun 1959. Menurut

UUD 1945, Indonesia memang dibangun dengan sistem presidensial, sehingga

perdana menteri tidak memiliki ketentuan konstitutional. Namun posisi

tersebut kemudian dijamin oleh Pasal 52 UUD Sementara 1950. Ia dipilih oleh

Presiden untuk menangani bisnis rutin pemerintah dan yang bertanggung

jawab atas Kabinet, yang bertanggung jawab kepada Presiden dan Wakil

Page 87: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

77  

Presiden. Selain itu Perdana Menteri bertanggung jawab kepada Badan Pekerja

Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) atau Dewan Perwakilan Rakyat

Sementara (DPRS).

Inilah awal mula Hamid merasakan duduk di bangku pemerintahan

secara langsung, terlibat dalam membantu tugas-tugas perdana menteri.

Posisinya sebagai pekerja tinggi pada sekretariat PM tersebut memberikannya

dorongan untuk terus berkhidmat pada bangsa ini.

Hamid Algadri sudah lama akrab dengan Sjahrir.142 Di saat Sjahrir

memimpin gerakan bawah tanah dalam rangka melakukan perlawanan

terhadap Jepang, Hamid bergabung dengan kelompoknya hingga Indonesia

memproklamirkan kemerdekaannya. Oleh karena pada saat Sjahrir diangkat

sebagai Perdana Menteri Indonesia, Hamid ditugaskan bekerja di sana. Dalam

tugasnya tersebut, ia sempat menemani rombongan Sjahrir di dalam KLB

(Kereta Api Luar Biasa) dari Jakarta ke Yogyakarta akhir 1945.

b. Pegawai Tinggi Kementerian Luar Negeri (1946)

Hamid tercatat juga menjadi pegawai tinggi Kementerian luar negeri

setelah selesai tugas membantu perdana menteri Sjahrir. Dalam menjalani

tugasnya di kementerian tersebut, Hamid memiliki banyak mendapatkan

manfaat diplomasi secara internasional. Melalui sidang-sidang dan pertemuan

diplomatis ini, Hamid banyak belajar tentang membangun eksistensi Indonesia

di mata dunia. Secara optimal ia menggunakan forum ini untuk kepentingan

bangsa Indonesia.

Perundingan pertama yang mencapai hasil sebuah perjanjian dari

serangkaian perudingan yang dilakukan oleh Republik Indonesia dengan

Pemerintahan Belanda dikenal dengan Perundingan Linggajati. Peristiwa

bersejarah ini diselenggarakan di Desa Linggajati pada tanggal 11-13                                                             

142 Sutan Syahrir adalah seorang intelektual, perintis, dan revolusioner kemerdekaan Indonesia yang lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, 5 Maret 1909 dan meninggal di Zürich, Swiss, 9 April 1966 pada umur 57 tahun. Ia menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia dari 14 November 1945 hingga 20 Juni 1947. Syahrir mendirikan Partai Sosialis Indonesia pada tahun 1948. Sjahrir adalah orang yang sangat rasional Sjahrir lebih menekankan perjuangan politik pada pendidikan politik. Hamid Algadri, Suka Duka Masa Revolusi, (Jakarta: Penerbit UI, 1991), hlm. 91.

Page 88: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

78  

November. Persetujuan Linggajati yang ditandatangani oleh kedua belah pihak

pada tanggal 25 Maret 1947 di Istana Rijswijk (kini Istana Merdeka) di Jakarta.

Adapun isi pokok yang dicapai dari Perundingan Linggajati antara lain:143

1) Pengakuan Belanda secara De facto atas eksistensi Negara Republik

Indonesia yang meliputi Sumatera, Jawa dan Madura,

2) Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk

negara Indonesia Serikat, yang salah satu negara bagiannya adalah Republik

Indonesia, dan

3) Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia -

Belanda dengan Ratu Belanda selaku ketuanya.

Nilai perjuangan diplomasi yang terkandung dalam perundingan Linggajati

sangat besar. Peristiwa ini menampilkan bagaimana para pemimpin bangsa saat itu

berusaha agar Republik Indonesia yang baru merdeka 1 tahun diakui sebagai negara

yang eksis oleh negara-negara lain karena telah menyatakan kemerdekaannya pada

tanggal 17 Agustus 1945. Para pemimpin bangsa saat itu berjuang agar kedaulatan

Indonesia dipertahankan dari agenda-agenda kolonialisasi. Cita-cita mereka akhirnya

terwujud karena Inggris pada tanggal 31 Maret 1947 mengakui kekuasaan de facto

dari Republik Indonesia yang disusul Amerika Serikat tanggal 23 April 1947, lalu

Mesir pada tanggal 10 Juni 1947 juga mengakui RI secara de facto sekaligus de jure,

dan selanjutnya oleh negara-negara timur tengah seperti Lebanon, Syiria, Irak,

Afghanistan, Saudi Arabia, Yaman dan Burma.144

c. Anggota KNIP dan Badan Pekerja KNIP (1945-1946)

Ketika Sjahrir diangkat menjadi ketua KNIP (Komite Nasional Indonesia

Pusat), Hamid diangkat sebagai anggota badan ini kemudian duduk dalam

Badan Pekerja KNIP. Hamid yang masih berada di Pasuruan dipanggil dan

diberi tugas di Jakarta.

                                                            143https://www.kemlu.go.id/id/tentang-kemlu/bangunan-bersejarah/Pages/Museum-

Konferensi-Linggajati.aspx diakses pada 1 Mei 2018, pukul 20.00 WIB. 144 https://www.kemlu.go.id/id/tentang-kemlu/bangunan-bersejarah/Pages/Museum-

Konferensi-Linggajati.aspx diakses pada 1 Mei 2018, pukul 20.00 WIB

Page 89: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

79  

KNIP merupakan komite yang dibentuk berdasarkan Pasal IV, Aturan

Peralihan, Undang-Undang Dasar 1945 dan dilantik serta mulai bertugas sejak

tanggal 29 Agustus 1945 sampai dengan Februari 1950. KNIP merupakan

Badan Pembantu Presiden, yang keanggotaannya terdiri dari pemuka-pemuka

masyarakat dari berbagai golongan dan daerah-daerah termasuk mantan

anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). KNIP ini diakui

sebagai cikal bakal badan legislatif di Indonesia.

Hatta menetapkan bahwa KNIP sebelum terbentuk MPR dan DPR

diserahi kekuasaan legislatif, ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan

Negara (GBHN). Pekerjaan KNIP sehari-hari dijalankan oleh sebuah badan

pekerja yang bertanggungjawab pada kondisi negeri yang genting. Badan

Pekerja KNIP (BP-KNIP) akhirnya dibentuk dan diketuai oleh Sutan Syahrir

dan wakilnya Amir Syarifuddin serta beranggotakan 28 orang, salah satunya

adalah Hamid Algadri. Tugas mereka adalah mengurusi ketatanegaraan

Indonesia seperti membuat GBHN dan peran legislatif lainnya

.

d. Karir di Kementerian Penerangan (1947)

Pada tahun 1947 Hamid mendapat amanat sebagai sekretaris Menteri

Penerangan. Dalam kapasitasnya tersebut, tugas Hamid adalah membantu

menjalankan Radio Republik Indonesia (RRI) untuk mengimbangi dalam

propaganda Belanda yang sangat gencar. Menduduki jabatan tersebut tidaklah

mudah, karena ia harus bisa mencari informasi-informasi penting serta

strategis, bahkan rahasia dari kolonial dan menyebarkan kepada rakyat melalui

media radio.

Apa yang gencar disuarakan Hamid membuat Belanda gusar dan

menganggapnya sebagai seorang teroris besar. Bahkan Hamid menyatakan rasa

tegangnya ketika Belanda mendatangi rumah Hamid untuk menangkapnya di

tengah malam. Tiga puluh tentara mengepung rumah Hamid.

Pengawasan Belanda terhadap Hamid semakin intensif pada hari-hari

setelah itu. Militer Belanda masih berkeinginan memperbesar kekuatannya di

Page 90: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

80  

Indonesia, namun keadaan mereka lemah dan menderita pasca Perang Dunia II.

Pada periode ini, Hamid terlibat banyak dalam upaya negoisasi politik dengan

Belanda. Sehingga ia sering mengalami penangkapan oleh militer Belanda.

e. Konferensi Meja Bundar (KMB) (1949)

Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan yang dilaksanakan di

Den Haag, Belanda, dari 23 Agustus hingga 2 November 1949 antara

perwakilan Republik Indonesia, Belanda, dan BFO (Bijeenkomst voor Federaal

Overleg), yang mewakili berbagai negara yang diciptakan Belanda di

kepulauan Indonesia.145 Indonesia diketuai oleh Moh. Hatta. Ia membawa

beberapa anggota. Adapun BFO (Delegasi “Sub-Wilayah” yang masih

diduduki oleh Belanda. Sub-Wilayah termasuk daerah Timur Kepulauan

Indonesia) diketuai oleh Sultan Pontianak Hamidi II dan Belanda diketuai oleh

Van Maarseveen

Konferensi ini digelar Untuk mengakhiri perselisihan antara negara

Indonesia dan Belanda dengan jalan melaksanakan perjanjian-perjanjian yang

telah diadakan antara Republik Indonesia dengan Belanda, terutama mengenai

pembentukan Negara Serikat.

Hamid ikut dalam peristiwa yang sangat penting bagi kedaulatan bangsa

Indonesia ini. Ia didaulat sebagai penasihat dalam KMB tersebut. Karena

Hamid banyak berpartisipasi dalam proses menuju kemerdekaan pada

perjanjian renvile dan linggajati, sehingga Presiden Sukarno menunjuknya

sebagai penasihat delegasi Indonesia dalam KMB itu mendampingi wakil

Presiden Hatta. Setelah melalui banyak negosiasi, pada bulan Desember 1949

akhirnya forum tersebut bersepakat untuk Pengalihan Kedaulatan ke negara

Indonesia yang baru.

                                                            145 https://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Meja_Bundar. diakses pada 1 juni 2018 pukul

21.00 WIB.

Page 91: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

81  

f. Karir sebagai Anggota DPRS (1950-1955)

Hamid pernah diangkat menjadi anggota DPR-RIS. Pada 25 Desember

1950 di Malang, diadakan konferensi orang keturunan Arab yang dihadiri

wakil-wakil dari 21 kota di seluruh Idnonesia untuk membicarakan praeadives

Hamid dan konsep Abdullah Bayasut. Pada 26 Desember 1950, konferensi

tersebut mengambil keputusan diantaranya:

Pertama, membentuk badan yang diberi nama Badan Konferensi Bangsa

Indonesia Keturunan Arab.

Kedua, menerima struktur badan konferensi tersebut dengan rencana

kerjanya ke luar dan dalam.

Ketiga, memilih susunan sekretariat pusat sebagai berikut: (a) badan

pekerja terdiri dari Hamid Algadri, Said Bahreisj dan Hoesin Bafagih; (b)

pembantu di provinsi di seluruh Indonesia.146

Pergerakan nasional Hamid saat menjadi anggota parlemen sangat

strategis. Ia duduk dalam Komisi Luar Negeri sering mengadakan kunjungan

resmi ke berbagai negara di Asia dan Eropa.

Pada Tahun 1950-an yang lebih dikenal dengan periode demokrasi

parlementer, Hamid terlibat dengan PSI (Partai Sosialis Indonesia) sebagai

anggota Biro Pusat. Kemudian ia terpilih sebagai anggota dalam pemilu 1955.

Setelah pemilu 1955 ia menjadi ketua fraksi PSI dalam Konstituante yang

bersidang di Bandung menyusun konstitusi baru. Perannya yang signifikan

adalah Hamid menyuarakan sikap politik PSI yaitu tidak menyetujui

pembentukan negara Islam di negara Indonesia. Kodisi politik yang sempat

menagang akhirnya hasil akhir dalam sidang Konstituante menyatakan

Indonesia disetujui kembali ke UUD 1945 sebagai jalan alternatif jalan tengah.

Konstituante dibubarkan dan Presiden Soekarno mendekritkan kembali ke

UUD 1945.

Karir Hamid terus melejit dalam parlemen. Salah satu kegiatan Hamid dalam

parlemen adalah menjadi sekjen Panitia Pembantu Perjuangan Kemerdekaan Tunisia

                                                            146 Hamid Algadri, Islam dan Keturunan….., hlm. 188.

Page 92: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

82  

dan Aljazair. Panitia ini didirikan pada tahun 1956 ini juga diikuti tokoh-tokoh

parpol seperti Mohammad Natsir, Kasimo, Mr Sunario dan lain sebagainya.

Rumah Hamid yang terletak di Jalan Tosari 50 menjadi ramai karena

dijadikan tempat berkumpulnya pejuang-pejuang dari Afrika Utara (Maghribi). Pada

tahun 1952, Habib Bourguiba dan Tayeb Salim dari NeoDestour Partai Tunisia

datang ke Indonesia untuk meminta bantuan dalam melawan Prancis dan menjadi

republik baru. Demikian juga pada tahun 1956, dua pemuda Aljazair, Lakhdhar

Brahimi dan Muhammad Benyahya, datang meminta bantuan yang sama.

Parlemen memberi Hamid tanggung jawab resmi untuk membantu kedua

kelompok tersebut. Kemudian Hamid diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Aljazair

dan Tunisia Aid Committee. Dua negara tersebut mengharapkan dukungan moral

dari partai politik dan dukungan material untuk perjuangan mereka. Hamid juga

mengirimkan pejuang gerilya yang berpengalaman, seperti Jenderal Suwarto, ke

Aljazair.

Apa yang dilakukan Hamid terhadap kedua negara tersebut karena faktor

idealisme dan primordialisme. Pertama Hamid ingin membantu negara-negara ini

dalam perjuangan mereka melawan kolonialisme sebagaimana Hamid pernah

melakukannya pada saat berjuang melawan kolonialisme Belanda yang

berkepanjangan di tanah air untuk meraih kemerdekaan bangsa Indonesia sebagai

negara yang berdaulat dan mendapat pengakuan dari negara-negara lainnya. Yang

kedua, Hamid menganggap Tunisia dan Aljazair adalah saudara sendiri karena

memiliki ras yang sama, yaitu bangsa Arab. Kedekatan tersebut mendorongnya

untuk membantu secara optimal.

Usaha Hamid dalam mendukung perjuangan mereka, pada 1957 Hamid

diberikan bintang kehormatan dari Republik Tunisia dan Aljazair. Beberapakali

Hamid beserta istrinya diundang sebagai tamu kenegaraan ke Tunisia dan Aljazair.

Diantara penghargaannya adalah penghargaan Nishan Iftighar oleh Kerajaan Tunisia

dan kemudian pada tahun 1992 dianugerahi Wism Jumhuria dari Republik Tunisia.

Pada tahun yang sama ia juga dianugerahi Masaf al-Istihaqaq al-Watani. Ketiga

pernghargaan tersebut adalah bentuk penghargaan tertinggi. Atas jasanya di luar

Page 93: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

83  

negerriAdapun di dalam negeri, ia dianugerahi Satya Lencana 1978 dan diakui

sebagai Perintis Kemerdekaan.

Pada akhir karirnya, yaitu setelah tiada lagi jadi anggota parlemen, Hamid

aktif di bidang sosial, misalnya menjadi direktur Yayasan Dana Bantuan.

D. Karya-karya

Hamid Algadri merupakan seorang keturunan Arab yang turut serta dalam

pergerakan nasional di Indonesia. Kiprahnya di dalam PAI menjadi permulaan

sehingga karirnya melejit. Hal itu karena Hamid terampil dalam mengolah kata. PAI

turut memberikan ruang pada Hamid untuk mengembangkan pemikiran kritisnya.

Kegemarannya menulis kemudian dituangkan dalam berbagai bentuk karya.

Ketertarikannya dalam dunia pena dilatar belakangi oleh riwayat

pendidikannya yang tinggi serta pemikirannya yang kritis terhadap kebijakan-

kebijakan Belanda yang seringkali mengancam eksistensi koloni-koloni Arab di

Nusantara. Berikut karya-karya Hamid Algadri yang merepresentasikan pemikiran

kebangsaannya.

Buku yang berjudul “C. Snouck Hurgronje, Politik Belanda terhadap Islam

dan Keturunan Arab” pada tahun 1984. Buku dengan judul Suka Duka Masa

Revolusi pada tahun 1991. Hamid juga menulis buku dengan judul Mengarungi

Indonesia Memoar Seorang Perintis Kemerdekaan pada tahun 1999 dicetak oleh

penerbit Lentera Jakarta. Prime Minister Sjahrir as Statesmen and Diplomat: How

the allies became friends of Indonesia and opponents of the Dutch (1945-1949) yang

diterbitkan oleh LP3S pada tahun 1995 berbahasa Inggris.

Artikel Hamid Algadri dalam Insjaf dan Aliran Baroe

a. Dalam Insjaf

Oktober 1937 Soal Tanah Air dari Joeroesan

Staatrecht

November 1937 Soal Tanah Air dan Masjarakat

Indonesia

Page 94: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

84  

Januari 1938 Soembangan oentoek Petitie Sutardjo

Februari 1938 Keboetoehan Bangsa Arab kepada

Westerch Onderwijs

April 1938 Zaman Baroe: Zaman PAI

Agustus 1938 Pemandangan Oemoem terhadap

Bangsa Arab

Oktober 1938 Volsraad dan Golongan Arab

Desember 1938 Hak Kerakjatan (Onderdaanschap)

Januari 1939 Sekeliling Soal Indo

Maret-Arpil 1939 Soal Indo di Indonesia

Februari-Maret 1940 Soal Indo, Indonesia dan Hadramaut,

Stellingen Badan Statistik

April 1941 Halaman Pernyataan, Tafsiran AD

PAI

Mei 1941 Tafsiran AD

b. Dalam Aliran Baroe

April 1939 Aliran Baroe dan Modernisme, Indo

Arab dan Arab Indonesia

Desember 1940 Soal Indo di Indonesia147

 

                                                            147 Muhammad Ridlo Rachman, “Pemikiran Hamid Algadri tentang Indo-Arab dan Tanah

Air (Studi Kasus dalam Majalah Insjaf dan ALiran Baroe pada Masa Kolonial Belanda 1937-1941)”, Jurnal Ilmu Sejarah, Universitas Indonesia (2013)  

Page 95: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

85  

BAB IV

PERJUANGAN HAMID ALGADRI MASA PERGERAKAN DAN

PASCA KEMERDEKAAN

A. Landasan Pergerakan Kebangsaan Hamid Algadri

Pergerakan kebangsaan yang ditampilkan Hamid tidak terlepas dari latar

belakang keluarga, pendidikan serta kesukuannya. Pertama, faktor kesukuan.

Tercatat sebagai etnis Arab yang lahir di tanah Jawa (Pasuruan), Hamid menganggap

dirinya dan keluarganya adalah bagian dari masyarakat Indonesia. Sehingga ia

merasa risih jika ada pihak tertentu yang berusaha untuk mendiskriminasi

kesukuannya. Rasa nasionalismenya muncul saat ia terlibat secara aktif mengkritik

kebijakan dan sistem pemerintahan Kolonial Belanda.

Suatu pendapat yang tersebar luas di kalangan Eropa, khususnya penjajah di

Nusantara adalah bahwa koloni-koloni Arab menentang dominasi mereka. Meskipun

pandangan itu keliru untuk menggambarkan tentang orang-orang Hadramaut di

Nusantara, namun gagasan ini begitu kuat berakar karena semua orang menyaksikan

bahwa keinginan orang Arab Hadramaut adalah menguasai masyarakat.148

Melihat kenyataan itu, Hamid berupaya untuk menghilangkan pendapat yang

keliru itu. Jauh sebelum Nusantara dijajah oleh Belanda, orang-orang Arab telah

datang dengan damai, menyebarkan ajaran agama. Mereka membawa spiritualisme

untuk memberikan tatanan kehidupan lebih baik. Sebaliknya, dalam pandangan

orang Hadramaut, negeri Belanda hanya dikenal sebagai kekuasaan penjajah di

Nusantara. Konfigurasi politik di Nusantara saat itu menunjukkan bahwa Arab yang

diidentikan dengan Islam adalah musuh yang berbahaya bagi Belanda yang identik

dengan misi penguasaan dan kristenisasi. Sehingga eksistensi Arab mendapat

perhatian yang penuh dari pemerintah Belanda. Dari sinilah kebijakan-kebijakan

politik ekspansi Belanda muncul.

Hamid telah membaca gerak gerik dan rencana Belanda di Nusantara.

Sebenarnya Belanda kawatir akan timbulnya pemberontakan orang-orang Islam

                                                            148 L.W.C. Van Den Berg, Orang Arab di Nusantara, terj. Rahayu Hidayat, (Jakarta:

Komunitas Bambu, 2010), hlm. 155. 

Page 96: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

86  

fanatik sehingga mengganggu ekspansi mereka. Sistem politik yang khusus

diberlakukan untuk umat Islam dan etnis Arab semakin diperkuat setelah kedatangan

Snouck Hurgronje pada tahun 1889.149 Pemerintah Hindia Belanda mempunyai

kebijaksanaan yang jelas mengenai masalah Islam.

Meskipun Snouck menegaskan bahwa hakekat orang Islam di Indonesia itu

tidak penuh damai dalam menjalankan ibadahnya, namun ia pun tidak buta terhadap

kemampuan politik fanatisme Islam. Ia menganggap musuh kolonialisme adalah

Islam sebagai doktrin politik.150

Masih menurut Snouck, Islam seringkali menimbulkan bahaya terhadap

kekuasaan Belanda. Kenyataannya memang demikian, bahwa agama Islam di

Indonesia telah menjadi pengikat kuat persaudaraan. Islam merupakan titik identitas

yang melambangkan perlawanan terhadap pemerintahan Asing (kolonial).

Kekawatiran Snouck terhadap kekuatan politik Islam di Nusantara didasari

oleh dua aspek: internal dan eksternal. Secara internal, kelompok-kelompok

keagamaan seperti tarekat tampak memiliki kekuatan yang dapat menjaring dan

merangkul masyarakat Islam. Tarekat membentuk kekuatan melalui amalan-amalan

spiritual. Sehingga masyarakat tertarik kepadanya. Gerakan ini tidak bisa dianggap

remeh, karena bisa saja perkumpulan tersebut menggerakkan perlawanan terhadap

kaum Kafir. Adapun secara eksternal, kekhawatiran Snouck muncul ketika banyak

dari masyarakat Islam pribumi yang pergi ke timur tengah dengan berbagai alasan.

Sebagaian dari mereka lama merantau untuk menuntut ilmu. Ilmu yang diperoleh

menjadi bahan dakwah di tengah masyarakat untuk menguatkan ideologi keislaman,

sehingga sikap dan semangat melawan kolonial menjadi tinggi. Di lain hal,

masyarakat muslim pribumi melakukan perjalanan ke sana untuk memenuhi

panggilan Allah, berhaji. Tingkat religiusitas para jamaah meningkat setelah pulang

                                                            149 Christian Snouck Hurgronje diangkat sebagai kepala kantor penasehat urusan Arab dan

Islam (Adviseur Voor Arabische-en Islamitische Zaken) pada tahun 1889. Snouck adalah salah seorang negarawan-kolonial besar negeri Belanda. Pengetahuan Snouck tentang sifat Islam-Indonesia sangat besar artinya dalam menjalankan politik Islam Belanda menuju sukses. Harry J. Benda menyatakan bahwa hasil terbesar yang diperoleh Belanda adalah karena peranan yang dimainkan Snouck dalam reorientasi politik bersamaan dengan perbaikan taktik militer yang pada akhirnya mengakibatkan perang Aceh. Harry J Benda, “Christian Snouck Hurgronje and the Foundation of Dutch Islamic Policy in Indonesia”, Collected Journal Articles, Continuity and Change in South East Asia, New Haven: Yale University SEA Studies, Monograph Series No. 18, 1970, hlm. 83.

150 Harry J. Benda, The Crescent and the Rising Sun, (The Hague, 1958), hlm. 22.

Page 97: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

87  

dari haji, sehingga jika ada yang mengusik keimanan mereka, mereka

mempertaruhkan.

Sensitifitas agama menjadi salah satu pemicu Belanda menerapkan aturan-

aturan yang ketat. Agama Islam yang dianut masyarakat pribumi maupun etnis Arab

menjadi musuh bagi kolonial. Pada akhirnya hal itu berdampak pada kebijakan

politik, kebijakan kemasyarakatan dan tata negara Hindia Belanda untuk etnis Arab

dan warga pribumi yang beragama Islam.

Belanda menerapkan passen-stelsel, yaitu orang Timur Asing (sebutan etnis

Arab di Nusantara) hanya boleh pergi ke tempat lain dari tempat tinggalnya jika

mendapat pas izin untuk bepergian.151 Snouck tidak menginginkan adanya

pembauran antara keturunan Arab dan warga pribumi (Regerings Reglement) karena

dianggap dapat menguntungkan mereka dan merugikan pihak kolonial yang gencar

ingin mempercepat penguasaan terhadap tanah Nusantara. Padahal pembauran ini

sudah terjadi sejak lama.

Hamid merasa perlu memberikan kritik atas status keturunan Arab di

Indonesia. Karena di negara-negara bekas koloni Barat, keturunan Arab mempunyai

status yang sama dengan orang-orang yang merupakan mayoritas Islam. Seperti di

Malaysia, India, Pakistan dan Bangladesh, keturunan Arab memiliki status hukum

yang sama dengan warga asli sebelum dan sesudah berdaulat, namun tidak demikian

keadaannya di Indonesia. Oleh karenanya pada tahun 1940-an, Hamid ikut

bergabung dengan pergerakan-pergerakan nasional yang terdiri dari kaum peranakan

Arab. Ia menyoal status etnis Arab yang telah lahir di Nusantara adalah bagian dari

warga pribumi yang mengakui kedaulatan negara, bertanah air dan berbangsa

Indonesia.

Pemisahan keturunan Arab di Nusantara dengan pribumi sebagaimana diatur

dalam undang-undang Belanda justru dapat melemahkan kekuatan “Islam” untuk

melawan Belanda. Hamid yang melek sejarah paham bahwa para pendahulunya di

perang Paderi, perang Diponegoro dan lainnya memperjuangnkan bangsa dengan

segenap jiwa raga dari penguasaan penjajah. Oleh karena itu, Hamid memupuk rasa

                                                            151 Hamid Algadri, Islam dan Keturunan Arab dalam pemberontakan melawan Belanda,

(Bandung: Mizan, 1996), edisi 3, hlm. 98.

Page 98: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

88  

nasionalisme tersebut untuk meneruskan kiprah mereka menentang penjajahan

Belanda di bumi Nusantara.

Kedua, faktor pendidikan.ketidak sukaan Hamid terhadap kolonial Belanda

juga dilatarbelakangi dari riwayat pendidikannya. Memang pada waktu itu orang

Arab atau keturunan Arab di Nusantara melarang anak-anaknya untuk bersekolah di

sekolah Belanda dengan alasan bahwa pendidikan Barat dianggap sebagai sekolah

Kristen yang akan merusak agama yang sudah diajarkan dari lingkup keluarganya.

Meskipun pada akhirnya Hamid masuk ke sekolah ELS (Europeesche Lagere

School), namun ia mendapat perlakukan yang tidak baik dari teman-teman Belanda.

Hamid sering diejek dan tidak jarang harus melayani berkelahi dengan teman-

temannya. Keadaan menjadi lebih gawat ketika salah seorang guru Protestan fanatik

menunjukkan sikap anti-Islamnya kepada Hamid dengan mengejek agama dan

Nabinya.

Kejadian yang pernah dirasakan Hamid sejak berada di sekolah tersebut

memberi banyak arti dalam kehidupannya. Hamid dewasa menjadi aktivis. Ia terlibat

dalam Ikatan Pemuda Islam (Jong Islamieten Bond) atau disingkat dengan JIB.

Perasaan anti-Belanda seperti pengalamannya saat bersekolah membentuk jiwa kritis

yang dituangkan dalam tulisan. Majalah JIB adalah salah satu yang diterbitkan dalam

bahasa Belanda yang merupakan penerangan dan pembela agama terhadap segala

bentuk serangan Belanda terhadap Islam, karena majalah ini menjangkau orang non-

Islam. Hamid berkembang sedemikian rupa dan mendedikasikan hidupnya untuk

memperjuangkan kedaulatan Indonesia

Ketiga, faktor keluarga. Meskipun kakek dan ayah Hamid memangku jabatan

honorer dari pemerintahan Belanda saat itu yaitu sebagai Kapitein Arab di Pasuruan,

tapi bukan berarti mereka mengajarkan Hamid untuk cinta dan membela kebijakan-

kebijakan Belanda. Jabatan tersebut tidak memiliki ikatan khusus untuk membela

Belanda. Faktanya kakek dan ayah Hamid masih pada pendiriannya sebagai

keturunan Arab yang cinta terhadap tanah air Indonesia. Jika dipandang, posisi

sebagai kapten daerah sangat prestis. Kapten sama dengan kepala daerah yang

memiliki wewenang politis pada suatu daerah tertentu. Namun jabatan itu tidak

membuat kakek dan ayah Hamid lupa terhadap etnisnya. Mereka mengajarkan nilai-

Page 99: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

89  

nilai agama sejak kecil dan memberikan pendidikan yang optimal agar Hamid dapat

berpikir terbuka terhadap lingkungan sekitar.

Salah satu doktrin pergerakan yang melekat pada keluarga Hamid adalah

Pan-Islamisme. Hal ini dapat terlihat pada Hamid ketika bersekolah di ELS, ia

mengenakan terbus (kopiah merah khas Turki). Pemerintahan Belanda selalu was-

was jika ada gerakan yang mengancam kekuasaannya. Jika tarekat adalah bahaya

dari dalam, maka gerakan Pan Islam merupakan bahaya yang berasal dari luar.

Kecurigaan Belanda banyak mengarah kepada segolongan yang berbau Arab dan

Islam, seperti masyarakat pribumi yang menuntut ilmu di timur tengah dan para

jamaah haji.

Pan Islam merupakan penyatuan seluruh dunia Islam di bawah satu

kekuasaan politik dan agama. Turki berusaha menggunakan gerakan ini untuk

menyatukan seluruh umat Islam di bawah kerajaan Usmani. Menariknya, situasi saat

itu hampir seluruhnya negara-negara di Asia-Afrika dijajah Barat. Gerakan yang

menghidupkan ukhuwah islamiyah ini dianggap berbahaya oleh negara-negara

penjajah karena bisa membangkitkan semangat perlawanan bangsa-bangsa Islam.

Termasuk di Indonesia, gerakan yang cenderung mengarah pada Pan Islam akan

mendapat sorotan khusus pemerintah Belanda.

Meskipun jarak kepulauan Indonesia dengan Turki dan negara-negara Arab

cukup jauh namun Indonesia tidak lepas dari perhatian dunia Islam. Arab dan Turki

terus melihat kekuasaan Belanda yang semakin menindas. Apalagi hubungan timur

tengah dengan Indonesia sangat baik dengan semakin meningkatkan jumlah jamaah

haji tiap tahunnya.

Nilai-nilai perjuangan Islam yang ditanamkan keluarga pada Hamid sangat

membekas, sehingga ia memiliki semangat yang tidak pernah pudar untuk terus

melakukan perlawanan terhadap Belanda. Perlawanan yang ia lakukan bukan dengan

mengangkat senjata, melainkan melalui media masa karena keahliannya adalah

menulis sebagaimana telah lama ia geluti sejak di bangku sekolah. Adapun peran lain

Hamid lebih signifikan bagi bangsa Indonesia yaitu pasca kemerdekaan. Ia masuk ke

dalam birokrasi pemerintah Indonesia sebagai bagian penting dalam konferensi-

konferensi dan penerangan publik.

Page 100: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

90  

B. Perjuangan Hamid Algadri : Masa Pergerakan

Sebagaimana diteorikan dalam bab sebelumnya bahwa pergerakan nasional

menunjukkan pergerakan dari segala macam aksi yang menggunakan organisasi

untuk menentang penjajahan demi mencapai kemerdekaan. Maka secara garis

besar, peneliti membagi perjuangan Hamid Algadri menjadi dua yaitu pertama,

perjuangan masa Pergerakan. Kedua perjuangan Hamid Algadri pasca kemerdekaan

Indonesia.

1. Kritik terhadap Kolonial Belanda

Di dalam melawan kolonial Belanda, Hamid tidak melakukannya dengan

senjata dan fisik. Hamid melakukan perlawanan terhadap Belanda dengan cara

propaganda melalui Media Massa.

Hamid memiliki peran dalam melawan kolonialisasi Belanda di tanah air

Indonesia melalui propaganda-proganda yang ia sebarkan di media masa. Dalam

konteks ini, Hamid memberikan banyak peran berupa pemikiran kritis terhadap

kebijakaan-kebijakan Belanda. Apa yang ia lakukan memantik semangat perjuangan

rakyat lainnya dalam mempertahankan hak-hak hidup di tanah air sendiri dan

melawan segala bentuk penindasan.

Sikap kritis Hamid sudah terlihat sejak berada di bangku sekolah. Ia juga

mahir dalam menulis. Keterampilan ini menjadi media untuk menyalurkan

aspirasinya. Hamid sering menyampaikan sikapnya terhadap kolonialisasi Belanda

melalui media masa. Tulisannya merupakan kritik terhadap kebijakan-kebijakan

yang dirasa sangat merugikan dan tidak adil terhadap keturunan Arab dan

masyarakat pribumi. Media koran atau majalah merupakan alat yang strategis untuk

menyampaikan data faktual dan propaganda pada saat itu. Selain mudah dijangkau

oleh segala kalangan, media masa cukup efektif untuk memberikan informasi

penting kepada masyarakat.

Dalam masa pendidikan di Rechts Hogeschool, Hamid sering menulis artikel

dalam majalah Insjaf. Majalah ini pernah menyebut Hamid sebagai pionier (perintis)

dalam masyarakat keturunan Arab atau Arab Indonesia yang meningkatkan

Page 101: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

91  

pengetahuan dalam sekolah tinggi dan “menjadi pohon pengharapan di kemudian

hari”. Sejak saat itu memang banyak pemuda Arab Indonesia yang mengikuti jejak

Hamid dengan memasuki Sekolah Dasar (Lagere School).

Majalah ini dinamai Insjaf dengan tujuan agar selalu ingat bahwa yang

sebenarnya masyarakat Arab butuhkan adalah keInsjafan sehingga memperoleh

kemajuan. Terbitnya majalah ini memberikan kesadaran serta tanggungjawab kepada

peranakan Arab di Nusantara bahwa mereka adalah bangsa Indonesia yang harus

berjuang bersama pribumi untuk menuntuk hak negara kepada pemerintahan

Belanda.

Salah satu artikel Hamid dalam Insjaf yang berjudul “Soal Tanah Air, dari

jurusan Staatsrecht” (Hukum Tata Negara) terbitan Oktober 1937, menjelaskan

tentang paham ras dan paham natie (kebangsaan). Hamid tegaskan di situ bahwa

paham ras harus dihilangkan dalam Staatrecht, sebagaimana terjadi di negara-negara

Eropa, dan harus diganti dengan paham natie yang berarti adanya satu golongan

dengan satu negara, satu kepentingan dan satu nasib tanpa mempersoalnkan apakah

golongan ini terdiri dari satu keturunan atau lebih. Hamid mengambil contoh,

misalnya orang neger di Amerika, yang menurut paham ras memang orang neger,

tetapi menurut paham natie ia adalah bangsa Amerika yang sejati. Adapun PAI

mencampuri politik, yang bergantung pada staatrecht, bukan suatu perhimpunan

para antropolog yang mengenali paham ras.152

Demikian juga dalam artikel Hamid yang berjudul “Kabar Baik, Soal Tanah

Air dan Masyarakat Indonesia” dalam Insjaf terbitan November 1937 Hamid

menegaskan bahwa PAI berikhtiar dan bertujuan menunjang kebangunan kerakyatan

Indonesia yang satu, sebagaimana juga dikehendaki oleh Petisi Sutardji153 dengan

rancangan Indisch Burgerschap (kewarganegaan Hindia), yang telah diterima oleh

Volksraad. Memang Volsraad masih belum sempurna sehingga badan ini belum

dianggap sebagai Badan perwakilan dari masyarakat Indonesia dalam arti yang

sesungguhnya tetapi dalam soal Indisch Burgerschap bolehlah diercaya suara

                                                            152 Hamid Algadri, Suka Duka Masa Revolusi, (Jakarta: UI Press, 1991), hlm. 51. 153 Mengenai petisi Sutardjo, Hamid menjelaskannya dalam artikel yang ia tulis berjudul

“Sumbangan untuk orientasi Petisi Sutardjo” yang menghendaki pemerintahan bentuk baru di negeri ini, bukan merupakan koloni tapi sama kedudukannya dengan Nederland.

Page 102: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

92  

Volksraad adalah suara masyarakat Indonesia. Dan diterimanya prinsip Indisch

Burgerschap oleh Volksraad itu bisa diartikan sebagai diterimanya dan diakuinya

tujuan PAI terhadap soal tanah air oleh masyarakat Indonesia.154

Hamid memiliki karakter khusus pada setiap tulisannya di Insjaf. Tulisannya

bersifat kritik terhadap kebijakan-kebijakan Pemerintah. Sistem kehidupan

peranakan Arab di Nusantara pun tak luput dari kekritisannya. Tulisannya yang

berbobot itu seringkali memprovokasi pihak lawan (Belanda) sehingga tak jarang,

Hamid menjadi buronan mereka. Namun apa yang ia tulis bukanlah atas

subjektifitasnya, melainkan disertai penjelasan ilmiah dan alasan ketidaksetujuan

terhadap sistem dan kebijaksaan yang diberlakukan Pemerintah Belanda.

Salah satu contoh kritiknya terhadap pemerintah adalah dengan

mempertanyakan inkonsistensi pemerintah dalam menjalankan Undang-undang yang

telah dibuat dan diberlakukan. Misalnya adalah implementasi UU dasar perubahan

Inlandsch Staatregeling pada tahun 1922. Hamid secara tegas menyatakan bahwa

peraturan tersebut hanya formalistik, demi meredam tuntutan dari golongan Etisch di

Perlemen Belanda sehingga perubahan UU yang demokratis kepada penduduk

Hindia Belanda dilakukan. Hamid tidak segan untuk mengatakan pemerintah hanya

pandai membual tanpa ada praktik.

Yang menjadi bahan kritik lainnya adalah tentang aturan kewarganegaraan.

Ia mempersoalkan hak kewarganeraan yang masih dualistik yaitu pada bidang

staatrecht dan privaatrecht khususnya untuk gologan asing yang lahir di Indonesia.

Aturan yang diberlakukan adalah sistem rasial. Hal ini memang sangat

menguntungkan pemerintah Belanda untuk memisahkan antara golongan Arab

dengan masyarakat pribumi sehingga meminimalisir tingkat pemberontakan terhadap

pemerintah yang sedang berkuasa.

2. Peran Hamid dalam PAI

Orientasi kebernegaraan (statehood) komunitas keturunan Arab awal abad ke

20 masih ditujukkan pada Negara Hadramaut yang secara langsung tercermin dalam

kurikulum dan bahasa pengantar yang digunakan dalam lembaga pendidikan mereka.                                                             

154 Hamid Algadri, Suka Duka Masa Revolusi, hlm. 51

Page 103: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

93  

Pengajarnya pun didatangkan dari Negara Arab yang mengadopsi sistem pendidikan

modern, seperti Irak, Hijaz, Mesir, dan Lebanon. Orientasi kebernegaraan ini

menjadi kendala ketika paham kebangsan mulai melanda berbagai wilayah,

khususnya tanah jajahan, termasuk Hindia Belanda. Identitas dan orientasi politik

kearaban yang diwacanakan dalam komunitas arab di Hindia Belanda menjadi

kendala ketika dihadapkan pada realitas sosial keturunan Arab. Mayoritas keturunan

arab di Hindia Belanda beradat istiadat lokal, berbahasa setempat, dan menjadi

bagian dari komunitas etnis lokal melalui perkawinan. Maka, sulit bagi mereka untuk

menjadikan Hadramaut sebagai tanah air yang dicita-citakan.155

Deklarasi yang dikumandangkan oleh berbagai organisasi pemuda dalam

Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang melintasi batas etnik dan agama

berpengaruh pada orientasi kebernegaraan komunitas Arab di Hindia Belanda.

deklarasi kebangsaan ini menimbulkan kesulitan bagi komunitas keturunan Arab

karena status hukum mereka sebagai orang asing dengan orientasi kebernegaraan

kepada negeri yang jauh, yaitu Hadramaut, akan tetapi secara kultural mereka terikat

dengan budaya lokal di mana mereka mengembangkan hidupnya. Kondisi inilah

yang pada akhirnya menimbulkan perbedaan pandangan tentang semangat

kebangsaan yang dimiliki oleh masyarakat keturunan arab di Indonesia, selain

perdebatan secara internal di kalangan keturunan arab mengenai golongan-golongan

yang terdapat pada masyarakat arab.

Pada tahun 1930 berdiri satu perkumpulan yang menamakan dirinya Indo

Arabisch Verbond (IAV) pada tahun 1939 berganti menjadi IAB (Indo Arabische

Beweging), pengambil inisiatif dan pendiri perkumpulan ini adalah M.B.A Alamudi,

seorang keturunan arab kelahiran Amboina. Sebelum mendirikan IAV, Alamudi

sudah berkeliling di kota pulau Jawa dan mendapat sambutan yang cukup besar. Saat

itu masyarakat arab mulai menyadari bahwa perpecahan yang seringkali terjadi

diantara mereka sangat merugikan golongan Arab di Indonesia dan dengan

berdirinya IAV diharapkan dapat mempersatukan kembali golongan tersebut. IAV

banyak mengandalkan dukungan dari orang kaya dari golongan arab dan masih

belum dapat melepaskan diri dari sistem sosial di Hadramaut. IAV kurang

                                                            155 Nabil a. Karim Hayaze, A.R. Baswedan: Revolusi Batin Sang Perintis, h.36

Page 104: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

94  

mengaitkan diri dengan kenyataan dalam masyarakat Indonesia sendiri yang

sebagian besar keturunan Arabnya sudah membaur dan sudah terlepas dari sistem

sosial di Hadramaut.156

Organisasi IAV yang belum bisa melepaskan diri dari sistem sosial pada

akhirnya juga menyebabkan beberapa keturunan arab yang tidak puas dengan sepak

terjang IAV. Salah satunya adalah A.R. Baswedan yang menjadi pelopor tercetusnya

sumpah yang menyatakan Indonesia sebagai tanah air mereka pada tanggal 4

Oktober 1934 di Semarang, dilanjutkan dengan mendirikan Persatuan Arab

Indonesia (PAI) pada tanggal 5 Oktober 1934. PAI merupakan gerakan Islam-

Nasionalis yang memulai gerakannya dari sumpah pemuda arab, sumpah mengaku

Indonesia sebagai tanah air keturunan Arab.

PAI didirikan di Semarang tanggal 4 Oktober 1934 dengan dasar bahwa

Indonesia adalah tanah air mereka. Dengan singkat: Keturunan Arab adalah putra

dan berbangsa Indonesia dan harus mengabdi pada tanah airnya, sama dengan suku

bangsa Indonesia lainnya. Gerakan ini yang biasanya dinamakan Gerakan Sumpah

Pemuda Keturunan Arab.157 PAI mengakui Indonesia sebagai tanah air keturunan

arab harus memenuhi kewajiban mereka sebanyak mungkin terhadap tanah air

mereka dan terhadap masyarakat Indonesia. Untuk melakukan kewajiban itu, mereka

harus memperbaiki kedudukan mereka di bidang social, ekonomi, dan politik.

Kebudayaan keturunan arab adalah kebudayaan Indonesia sepanjang kebudayaan itu

tidak bertentangan dengan Islam.

Lain halnya dengan IAB yang didirikan oleh M.B.A. Alamudi, pada rapat

pertamanya dikatakan bahwa nasionalisme adalah berbahaya dan bahwasanya

gerakan nasionalisme tidaklah sehat.158 Pandangan ini justru sangatlah bertolak

belakang dengan pandangan PAI yang sangat menjunjung tinggi nasionalisme

Indonesia. Maka dapat dikatakan bahwa IAB bertujuan memperkuat ras bahwa

keturunan arab adalah orang arab dan harus tetap tinggal di Arab, sedangkan PAI

adalah perkumpulan Indo-Arab yang menjunjung tinggi nasionalisme Indonesia.

                                                            156 Hamid Algadri, Islam dan Keturunan Arab., h.167 157 Nabil a. Karim Hayaze, A.R. Baswedan: Revolusi Batin Sang Perintis, h. 37 158 Hamid Algadri, C. Snouck Hurgronje: Politik Belanda Terhadap Islam dan Keturunan

Arab, 155

Page 105: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

95  

Peran Hamid ketika ia memutuskan untuk menggabungkan diri dalam PAI

adalah menyatukan golongan arab untuk menjadi bagian dari Arab-Indo bukan Indo-

Arab dan mencoba mengubah citra buruk keturunan Arab di Nusantara yang mulai

menjalar di kalangan intelektual. Pasalnya citra buruk etnis Arab selalu diberitakan

dalam harian dan majalah Belanda yang banyak dibaca oleh kaum intelektual

Indonesia. Hamid tidak menginginkan asimilasi yang telah terjadi puluhan tahun lalu

dan hubungan baik Arab dengan Indonesia rusak karena citra buruk ini.

Gerakan keturunan Arab ini cepat diterima dalam gerakan nasional. Setelah

berhasil menyatukan dua pandangan kelompok keturunan Arab yang berbeda, Hamid

mendorong anggota PAI agar memiliki rasa nasionalisme yang tinggi.

Konsekuensinya, mereka harus mengakui Indonesia sebagai tanah airnya. Langkah

Hamid yang berada pada posisi ketua PAI cabang Jakarta kemudian menjadi

pengurus besar PAI sampai tahun 1942 sangat signifikan. Ia dapat ikut menentukan

prinsip dan ideologi PAI. Apalagi saat Hamid ditunjuk sebagai wakil PAI dalam

GAPI (Gabungan Partai Politik Indonesia)159 bersama ketua PB PAI H.M.A Hosein

Alatas.

Atas keahliannya berorasi dan berunding, Hamid Algadri sering ditunjuk

sebagai pembicara dalam rapat-rapat penting yang diselenggarakan oleh PAI. Salah

satu contohnya ketika ia ditunjuk menjadi jubir dalam rangka aksi masa Petisi

Soetardjo dan tuntutan Indonesia Berparlemen. Hamid menyampaikan sikap dan

pandangan PAI sehingga bermunculan simpati dari partai-partai nasional.

Pada tahun 1939 PAI semakin berkembang. Banyak peranakan Arab yang

menyatakan diri bergabung dengan PAI. Oleh karena sudah menyebar dibentuklah

cabang-cabang dan juga ranting. Hamid Algadri berperan menguatkan pandangan

bahwa PAI ini adalah organisasi yang tidak hanya mengakui Indonesia sebagai tanah

air mereka saja, tetapi bahwa keturunan Arab adalah nasionalis yang siap

memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari tangan para penjajah.

Hamid Algadri ikut berpartisipasi dalam rangka memperjuangkan penyamaan

hukum dengan pribumi. Ikut di dalam Petisi Sutarjo merupakan sebuah langkah awal

                                                            159 GAPI adalah suatu organisasi yang menjadi payung dari partai-partai dan organisasi-

organisasi politik di Indonesia. GAPI berdiri pada tanggal 21 Mei 1939 di Jakarta.

Page 106: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

96  

memperjuangkan status Indo-Arab melalui jalur politik. Dalam kongres PAI yang

kelima di Jakarta tahun 1940, sebagaimana cita-cita Hamid Algadri PAI dapat

mencetuskan program perjuangan partainya, sebagai berikut:

Politik

1. Mencapai adanya satu massa peranakan Arab Indonesia sebagaimana dicita-citakan oleh PAI

2. Menuntut perubahan politik yang mewujudkan natie Indonesia yang satu. Oleh karenanya menuntut: (a) hapusnya ras criterium yang menjadi dasar dalam membagi masyarakat menjadi beberapa golongan: (b) adanya hak pengadilan yang sama bagi seluruh rakyat

3. Menuntut adanya suatu Parlemen Indonesia yang dipilih oleh dan untuk rakyat serta tempat pemerintah menanggung jawab: (a) menuntut adanya pemerintahan berasaskan kerakyatan (demokrasi): (b) menuntut hak memilih bagi umum dengan cara yang langsung

4. Menuntut Indonesia pada jabatan negeri 5. Menuntut: (a) luasnya hak berkumpul dan bersidang: (b) hak berbicara dan

kemerdekaan menyatakan pikiran 6. Menuntut penghapusan rupa-rupa beban adat seperti rodi Agama 1. Menuntut hapusnya artikel 178 I.S dan Goeroe Ordonnantie 2. Menuntut kembalinya hak mengurus warisan pada umat Islam pada Raad

Agama 3. Menuntut hak pemakaian masjid dan kas masjid kembali pada umat Islam 4. Menuntut hapusnya subsidi pada segala agama160

Hasil kongres PAI yang kelima sebagaimana disebutkan diatas, tidak terlepas

dari munculnya beberapa kebijakan kolonial Belanda terkait dengan perkembangan

agama Islam di Indonesia. Pada tahun 1905 pemerintah Belanda dalam Staatsblad

1905 mengeluarkan Ordonansi Guru, yang menyebutkan bahwa siapa saja yang akan

memberikan pelajaran agama untuk meminta izin tertulis terhadap pemerintah

kolonial. Disamping itu guru harus membuat daftar dari murid-muridnya dan

mengirimkannya secara berkala kepada kepala daerah setempat. Izin tersebut dapat

ditarik kembali apabila guru tersebut berulang-ulang melanggar peraturan.161

                                                            160 Hamid Algadri, Suka Duka Masa Revolusi., hlm.52 161  Husni Rahim, Sistem Otoritas dan Administrasi Islam:  Studi tentang Pejabat Agama

Masa Kesultanan dan Kolonial di Palembang, (Jakarta: Logos, 1998), hlm. 127 

Page 107: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

97  

Sementara itu kawasan agama yang benar benar netral dan bebas dari campur

tangan Belanda semakin menyempit. Maka campur tangan Belanda dapat terlihat

pada beberapa hal, yaitu:

1. Peradilan Agama, yang sudah diatur sejak tahun 1882

2. Pengangkatan Penghulu sebagai penasehat pada Pengadilan Umum

3. Pengawasan terhadap perkawinan dan perceraian bagi umat Islam, sejak

tahun 1905

4. Ordonansi Perkawinan untuk luar Jawa, 1932

5. Pengawasan terhadap pendidikan Islam

6. Ordonansi Guru 1905

7. Pengawasan terhadap kas Masjid, sejak 1893

8. Pengawasan terhadap Ibadah Haji162

Dalam majalah Insjaf Hamid Algadri juga membuat tafsiran mengenai

anggaran dasar PAI mengenai Asas Islam. Menurut Hamid Algadri, Indonesia

merupakan tempat peranakan Arab lahir dan menjadi tanah air bagi peranakan Arab.

Merupakan kewajiban bagi peranakan Arab untuk turut serta dalam memprioritaskan

kepentingan masyarakat Indonesia, karena itulah dalam PAI Hamid Algadri

menekankan dan tidak mempermasalahkan golongan Arab yang berasal dari mana,

bahwa keturunan Arab adalah orang Indonesia dan memiliki hak serta kewajiban

yang sama dengan warga asli Indonesia (pribumi).

PAI tidak menginginkan keturunan Arab menggunakan sistem Hadramaut,

tetapi meleburkan diri dengan sistem yang berlaku di Indonesia. Hal ini sangat logis

karena mereka telah beranak pinak di negeri ini. Maka aturan-aturan yang harus

mereka gunakan adalah sesuai dengan kebijakan negara Indonesia.

Pada kongres kelima PAI yang diadakan di Jakarta tahun1940 nama PAI

yang semula Persatuan Arab Indonesia berganti menjadi Partai Arab Indonesia.

Pergantian ini dimaksudkan untuk menyatakan lebih tegas bahwa PAI merupakan

partai politik. Ketika GAPI (Gabungan Politik Indonesia) didirikan pada 21 Mei

                                                            162 Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta: LP3ES, 1996), hlm. 30  

Page 108: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

98  

1939, PAI masuk menjadi anggota dan secara aktif turut serta dalam gerakan

Indonesia berparlemen.163

Hamid Algadri menuliskan di dalam bukunya bahwa Ki Hajar Dewantara

berpendapat bahwa PAI-lah yang dalam segala sepak terjangnya selalu berdekatan

dengan cita-cita kebangsaaan dan kenegaraan partainya sendiri di masa lampau yaitu

Indische Partij yang di bubarkan oleh gubernur Jendral pada tahun 1921, mengenang

pembubaran diri sendiri PAI pada tahun 1946, yaitu dengan masuknya anggota PAI

ke partai politik yang ada untuk membaur di dalamnya, dengan begitu maka salahkah

jika mereka disatukan pada golongan yang kini di sebut golongan minoritiet karena

mereka tidak mengasingkan diri dari golongan umum merekayang sudah bersatu

dalam masyarakat kebangsaan kita. Sambutan itu yang di bacakan oleh Ki Hajar

Dewantara dan sebagi penutup dari sambutan itu beliau berkata, karena itu kami

doakan semoga idam-idaman saudara-saudara sebangsa keturunan Arab tadi menjadi

contoh bagi golongan lain yang berketurunan asing lainnya.164

C. Perjuangan Hamid Algadri Pasca Kemerdekaan Indonesia

Sesaat setelah memproklamirkan kemerdekaan bukan berarti Indonesia

terlepas dari belenggu penjajahan. Perjuangan belum berakhir. Indonesia masih harus

berjuang mempertahankan kemerdekaannya. Sebab sesaat Sekutu datang ke

Indonesia dan diboncengi NICA, tentara Belanda yang ingin kembali menguasai

Indonesia. Mereka mulai melakukan penyerangan dan upaya-upaya lain agar

Indonesia kembali dalam “kepangkuannya”.

Pada tahun 1947 Hamid Algadri menjabat sebagai Sekretaris Kementerian

Penerangan, ketika NICA (Netherlands Indies Civil Administration) atau Pemerintah

Sipil Belanda datang kembali ke Indonesia, para serdadu Belanda sering meledakkan

peluru dan menangkap siapa saja yang dianggap sebagai teroris dan ekstrimis.

Setelah dilaksanakan Perjanjian Linggajati pada tanggal 25 Maret 1947, yang

menyatakan bahwa Belanda mengakui kekuasaan de facto Republik di Sumatera,

Jawa, dan Madura, tetapi Belanda mendesak untuk membentuk Gendarmerie, yaitu

                                                            163 Hamid Algadri, Suka Duka Masa Revolusi, hlm.53  164 Hamid Algadri, Islam dan Keturunan., hlm. 130.

Page 109: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

99  

polisi yang “bersama-sama” dengan pasukan Indonesia berkewajiban menjaga

keamanan dan ketertiban di daerah Republik, dalam arti tentara Belanda boleh

masuk kembali dalam wilayah Indonesia. Hamid Algadri, seringkali berpidato ketika

melakukan siaran di RRI (Radio Republik Indonesia), dalam pidatonya Hamid selalu

memberikan pesan-pesan positif terhadap masyarakat Indonesia untuk terus berjuang

mempertahankan kemerdekaan dan tidak gentar dalam melawan Belanda, hal ini

dimaksudkan agar bangsa Indonesia tidak terpengaruh oleh propaganda NICA.165

Pada malam hari tanggal 20 Juli 1947, beberapa serdadu Belanda mendatangi

kediaman Hamid Algadri di Jl. Serang 13, Hamid Algadri diangkat dengan

menggunakan jeep ke tangsi Jagamonyet yang berada di seberang gedung Harmoni.

Hamid Algadri ditahan di penjara Bukitduri bersama dengan Mr. Ali Budiarjo, Dr.

Darma Setiawan, Walikota Suwiryo, Wakil Walikota Yusuf Yahya, dan Kepala RRI

Yusuf Ronodipuro. Penangkapan Hamid Algadri oleh serdadu Belanda karena

Hamid Algadri dianggap sebagai ekstremis yang selalu berpidato dalam siarannya di

RRI. Akan tetapi pada keesokan harinya Hamid Algadri dan beberapa tawanan

lainnya termasuk M.Natsir dipindahkan ke gedung Sekolah Kristen, Jl.Diponegoro

82, kemudian dibebaskan pada malam harinya.

Setelah penangkapan yang terjadi pada beberapa tokoh di RRI termasuk

Hamid Algadri, kantor RRI yang berada di Merdeka Barat dan kantor telepon di

Gambir dirampas dan dikuasai oleh Belanda, akibatnya Hamid Algadri dan beberapa

tokoh RRI tidak lagi dapat mengudara dalam menyampaikan protes terhadap

Belanda. Seorang utusan dari Dr. Ozinga seorang kepala d RVD (Regering

Voorlichting Dients) Dinas Penerangan Belanda mendatangi Hamid Algadri untuk

membujuk dan mengajak Hamid Algadri agar bekerja di RVD karena RRI sudah

dikuasai oleh Belanda, akan tetapi tawaran tersebut ditolak oleh Hamid Algadri

dengan menyatakan bahwa “saya adalah seorang republikein yang tidak akan pernah

bekerja di RVD tempat tuan bekerja”166.

Setelah perjanjian Renville pada tahun 1948 dan Hamid Algadri menjadi

salah satu staf delegasi Indonesia, NICA mengeluarkan pengumuman terkait dengan

                                                            165 Hamid Algadri, Suka Duka Masa Revolusi., hlm.2 166 Hamid Algadri, Suka Duka Masa Revolusi., hlm.17 

Page 110: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

100  

perintah pengusiran terhadap tiga puluh keluarga Republik dari Jakarta dan pindah

ke Yogya sebagai tahanan rumah, termasuk Hamid Algadri. Alasan Hamid Algadri

termasuk dalam daftar tiga puluh keluarga yang diusir dari Jakarta, karena: Pertama

Hamid Algadri merupakan penasihat Panitia Politik Arab Indonesia yang membela

Republik. Pendirian Panitia Politik Arab ini bertujuan untuk menentang usaha

Belanda yang hendak menarik orang-orang Arab agar berpihak kepada Belanda.

Hasilnya Belanda tidak dapat menarik keturunan Arab untuk berpihak kepada

mereka. Kedua Hamid Algadri dituduh telah menerima candu mentah sebanyak

1734,6 kg dari Mukarto, mantan Menteri Luar Negeri untuk dikirim ke Bukitinggi

dan Filipina, tuduhan ini merupakan kekeliruan yang sengaja dibuat oleh Belanda

agar dapat mengusir Hamid Algadri dari Jakarta dan menjadi tahanan rumah di

Yogya.167 Pada Agresi Militer 2, Hamid Algadri ditahan kembali oleh Belanda di

penjara Wirogunan.168

Perjuangan Hamid Algadri setelah masa pergerakan terus berlanjut hingga

turut serta mempertahankan kemerdekaan demi tercapainya kedaulatan bangsa

Indonesia, karena itu berbagai perlawanan perjuangan fisik dan diplomasi atau

perjanjian digalakkan untuk mempertahankan kemerdekaan. Beberapa perjanjian

atau diplomasi yang diikuti Hamid Algadri, di antaranya: Perundingan Linggajati,

Perundingan Renville, dan Konferensi Meja Bundar (KMB). Sebab pada realitanya,

selain sebagai sekretaris kementerian penerangan, Hamid Algadri juga diangkat

sebagai penasehat dalam delegasi RI pada perundingan-perundingan tersebut.169

1. Peran Hamid dalam PSI

Semangat kebangsaan Hamid Algadri juga bisa dilihat setelah PAI

dibubarkan. Sebagaimana dipahami bahwa sesaat PAI dibubarkan, tokoh-tokoh PAI

kemudian bergabung kepada partai-partai lainnya. AR Baswedan bergabung dengan

Masyumi. Oleh karena ia bergabung dengan partai Islam, ia selanjutnya "dicap"

sebagai orang yang tidak tidak nasionalis. Sementara itu Hamid Algadri bergabung

                                                            167 Hamid Algadri, Suka Duka Masa Revolusi., hlm. 29 168 Hamid Algadri, Suka Duka Masa Revolusi., hlm. 35  169 Hamid Algadri dan Hamid Basyaib, Mengarungi Indonesia: Memoar Perintis

Kemerdekaan Mr. Hamid Algadri, ( Bandung: Lentera, 1999), hlm. 64.

Page 111: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

101  

dengan Partai Sosialis Indonesia (PSI), pimpinan Sutan Sjahrir. Karena Hamid

Algadri bergabung dengan partai sosialis, maka ia "dituduh" oleh sebagian

peranakan Arab bahwa ia adalah anti-Islam. "Mereka berpendapat, secara tradisional

saya seharusnya bergerak di kalangan politik Islam dan menjadi anggota salah satu

partai Islam," kata Hamid Algadri (meninggal 1998) dalam memoarnya, Mengarungi

Indonesia (1999).

Hamid Algadri mengaku bahwa saat itu kebanyakan dari keturunan Arab

bergabung dan menjadi anggota partai Masyumi, Nahdlatul Ulama, atau partai-partai

Islam lainnya. Sementara itu tidak banyak yang bergabung di PSI. Sebagai keturunan

Arab Hamid Algadri memiliki latar belakang Islam yang kuat, dengan keyakinan dan

pemahaman Islam yang kuat, di internal PSI sendiri, Hamid Algadri sering

melakukan ceramah dan pidato-pidato hingga ke daerah-daerah. berceramah dan

berpidato, teman-temannya di PSI sering bergurau bahwa ia lebih pantas menjadi

anggota partai politik Islam daripada anggota PSI.

Hamid Algadri sendiri mengakui bahwa AD/ART PSI tidak sama sekali

menyebutkan hal-hal yang terkait Islam. Apalagi soal ideologi. Tetapi menurutnya,

AD/ART PSI tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Ia juga meyakini bahwa ajaran

PSI itu benar selaras dengan ajaran agama Islam yang ia yakini. Dalam pada itu,

dalam rapat-rapat umum di daerah-daerah, Hamid Algadri juga selalu mengaitkan

ajaran-ajaran PSI dengan ajaran-ajaran Islam, seperti mengenai keadilan, kebenaran,

pemerataan, dan sejenisnya.

Melihat bergabungnya Hamid Algadri dengan PSI, maka tidak berlebihan

jika dikatakan bahwa sikap kesukuan atau rasialnya sudah tidak begitu ditonjolkan

lagi. Meskipun mayoritas rakyat Indonesia sudah beragama Islam, namun dalam hal

kepartaian pun dianggapnya sama. Semua pihak dipandang memiliki hak dan

kewajiban yang sama. Semuanya bisa berdiri sama tinggi dan berduduk sama rata.

Jika semangat kebangsaan yang benar itu tidak dimilikinya, secara logis otomatis

dalam kalkulasi politik bisa saja ia akan dikucilkan oleh anggota-anggota partai itu.

Ia pun bisa jadi tidak dibutuhkan. Namun realita berbicara lain. Ia justru dianggap

baik dan dipercaya oleh anggota PSI. Kepercayaan itu bisa dilihat dari posisinya

Page 112: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

102  

yang ditempatkan pada posisi sentral partai, yakni sebagai Ketua Fraksi Demokrat

Sosial di Parlemen pada 1958. Hamid mengatakan:

“Saya terlibat dengan PSI sebagai anggota Biro Pusat. Saya berpartisipasi dalam parlemen, ditunjuk pertama tahun 1950, dan terpilih sebagai anggota dalam pemilu 1955. Partai kami percaya pada demokrasi multi-partai, sangat mendukung gagasan hak asasi manusia yang kemudian dideklarasikan di PBB, dan mendorong ekonomi terencana dengan gabungan publik dan sektor swasta. Pada tahun 1958, sebagai Ketua Fraksi Demokrat Sosial, saya menyampaikan pidato mengenai advokasi hak asasi manusia yang berjudul “Perjuangan Manusia Terhadap Alam dan Pengikutnya Selama Berabad-abad.170

2. Perundingan Linggajati

Sebagaimana dipahami bahwa Perundingan Linggajati merupakan

perundingan antara Indonesia dan Belanda yang dilaksanakan di Linggajati, Jawa

Barat. Perundingan yang ditandatangani pada November 1946 dan sah oleh kedua

negara pada 25 Maret di Istana Merdeka ini menghasilkan persetujuan tentang status

kemerdekaan Indonesia. Perundingan ini dilatarbelakangi oleh masuknya AFNEI171

(Allied Forces Netherland East Indies) yang diboncengi tentara Belanda yakni NICA

(Netherlands Indies Civil Administration) ke Indonesia, sesaat setelah Jepang

menyerah kepada Sekutu dan menetapkan “status quo” atas Indonesia. Kehadiran

AFNEI ke Indonesia ini pada gilirannya telah melahirkan konflik yang

berkepanjangan di Indonesia, seperti peristiwa 10 November 1945, yang selanjutnya

perisitiwa itu diperingati sebagai hari Pahlawan.172

                                                            170 Cynthia Myntti, Wawancara Eksklusif: Hamid Algadri Soal Arab Indonesia (II), dalam

http://menaracenter.org/2016/08/17/wawancara-eksklusif-hamid-Algadri-soal-arab-indonesia-ii/#go-features., diakses pada 19 Juli 2018

171 AFNEI ialah tentara sekutu yang diberi tugas khusus datang ke Indonesia untuk; 1) menerima penyerahan dari pihak Jepang, 2) membebaskan tawanan perang dan interniran serikat, 3) melucuti dan mengumpulkan orang Jepang, kemudian dipulangkan ke negerinya, 4) menegakkan dan mempertahankan keadaan damai kemudian menyerahkan kekuasaan pada pemerintah sipil, dan lainnya. (Lihat: Erwiza Erman dan Ratna Saptari, Dekolonisasi Buruh Kota dan Pembentukan Bangsa, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2013), hlm. 115.

172 Dalam rententan konflik berkepanjangan itu diketahui bahwa pada 30 Oktober 1945 pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur yakni Brigadir Jenderal Mallaby terbunuh oleh tentara Indonesia. Sehingga hal tersebut membuat pemerintah Inggris murka, dengan lahirnya keputusan Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh (pengganti Mallaby) dalam bentuk ultimatum 10 November 1945 untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA.

Page 113: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

103  

Pada saat yang sama, pemerintah Inggris didaulat Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB) untuk bertanggung jawab atas penyelesaian konflik politik dan militer

di Asia. Sir Archibald Clark Kerr, diplomat Inggris saat itu, mengundang Indonesia

dan Belanda untuk melakan perundingan di Hooge Veluwe. Perundingan tersebut

gagal karena Indonesia meminta Belanda pengakuan kedaulatan Indonesia atas Jawa,

Sumatera, dan Madura, sementara Belanda hanya bersedia mengakui Jawa dan

Madura saja. Selanjutnya bertempat di Konsulat Inggris di Jakarta, pada 7 Oktober

1946, dengan ditengahi Lord Killearn (Inggris), telah terjadi persetujuan untuk saling

melakukan genjatan senjata pada 14 Oktober, sebelum mengarah pada perundingan

Linggajati.

Kemudian pada 11 November 1946 dilaksanakan perundingan di Linggajati.

Perundingan yang menghasilkan 17 pasal, di antaranya berisi: Pertama, Belanda

mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera dan

Madura. Kedua, Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1

Januari 1949. Ketiga, Pihak Belanda dan Indonesia sepakat membentuk negara

Republik Indonesia Serikat (RIS). Keempat, Dalam bentuk RIS Indonesia harus

tergabung dalam Commonwealth/Persemakmuran Indonesia-Belanda dengan

mahkota negeri Belanda sebagai kepala uni.

Hasil perundingan ini tentu cukup berarti bagi Indonesia. Bagaimanapun juga

isi perjanjian tersebut memberikan peluang baru bagi Indonesia. Paling tidak

Indonesia mendapatkan kedaulatan di negerinya sendiri. Kendati demikian, tak dapat

dipungkiri pula bahwa Belanda juga mendapatkan keuntungan dari hasil

perundingan. Hamid Algadri mengakui bahwa pencapaian persetujuan tersebut amat

rumit. Namun bagaimanapun juga Indonesia memerlukan pengakuan dari dunia

internasional, sehingga suaranya akan didengar oleh PBB, dan kedudukan Indonesia

akan sederajat dengan Negara-negara lain, tak terkecuali Belanda.

Berbarengan dengan dilaksanakannya perundingan tersebut, sementara ketua

delegasi RI Sjahrir masih di Linggajati, pada suatu kesempatan Hamid Algadri juga

berusaha melakukan counter propaganda Belanda melalui RRI. Ini dilakukan Hamid

Algadri supaya rakyat tidak terpengaruh atas propaganda Belanda melalui RVD

(Regerings Voorlichting Dienst). Tidak jarang Hamid Algadri melakukannya dengan

Page 114: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

104  

cukup keras. Saking kerasnya, sampai-sampai pernah ditegur Sjahrir (yang masih di

Linggajati), bahwa Hamid Algadri diminta hati-hati karena Belanda bisa melakukan

tindakan sewaktu-waktu.173 Misalnya saat terjadi bentrokan beberapa orang Belanda

oleh masyarakat Pribumi, Belanda menggambarkan bahwa pemuda Indonesia

pengacau. Hal itu kemudian ditanggapi Hamid Algadri dengan menyesalkan

perbuatan tersebut, dan Belanda tidak berhak memprotesnya dengan mengungkapkan

sekaligus mengingatkan peristiwa pembantaian peduduk Bandaneira yang dilakukan

oleh Belanda. Sehinnga atas ungkapannya tersebut membuat Belanda naik pitam.

Pada gilirannya kesepakatan itu tidak lantas membuat keadaan kedua belah

pihak (Indonesia-Belanda) membaik. Belanda, karena memiliki penafsiran yang

berbeda174 atas isi perjanjian tersebut, melalui Gubernur Jendral H.J van Mook, pada

20 Juli 1947 menyatakan tidak terikat lagi dengan perjanjian tersebut. Sehari setelah

itu Belanda melakukan agresi militernya, yang dikenal dengan Agresi Militer

Belanda I.

Perlu diakui bahwa persetujuan Linggajati telah melahirkan pro dan kontra,

baik di kalangan bangsa Indonesia maupun di pihak Belanda. Piahk yang kontra

balasan bahwa pemerintah bersama rakyat Indonesia masih cukup kuat dan mampu

menghadapi Belanda. Pihak kontra ini menginginkan kemerdekaan seutuhnya,

sehingga merasa tidak puas dengan apa yang dicapai dalam persetujuan Linggajati.

Sementara itu pihak pro beranggapan bahwa menerima persetujuan Lianggarjati

ialah suatu syarat perjuangan untuk memperoleh dasar perjuangan baru dalam

menyelesaikan revolusi nasional. Terlebih jika ini bila dikaitkan dengan situasi

politik di luar dan dalam negeri.

                                                            173 Hamid Algadri, hlm. 2. 174 Penafsiran Belanda yang berbeda atas perjanjian tersebut, di antaranya: Pertama, secara

hukum Internasional, Belanda beranggapan bahwa ia masih berdaulat di Hindia Belanda termasuk Republik Indonesia. Kedua, dalam antisipasi pembentukan Negara Indonesia Serikat dan Uni Indonesia-Belanda, selama masa peralihan harus sudah dibentuk sebuah lembaga federal. Selain itu juga harus dibentuk pasukan keamanan. (Lihat: Rosihan Anwar, Sutan Sjahrir: Demokrat Sejati, Pejuang Kemanusiaan, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010), hlm. 77. Hamid Algadri menjelaskan bahwa Belanda membuat karangan penafsiran perjanjian tersebut dengan mendesak dibentuknya gendarmerie, semacam polisi, yang bersama-sama pasukan Indonesia, bersama-sama berkewajiban menjaga keamanan dan ketertiban di daerah Republik. Bahkan desakan itu disertai dengan ancaman dan ultimatum. (Lihat: Hamid Algadri, Suka-Duka Masa Revolusi, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1991), hlm. 2.

Page 115: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

105  

Betapapun kerasnya pro-kontra itu tidak bisa dipandang secara hitam-putih.

Keduanya harus dimaknai sebagai upaya-upaya yang semuanya ditujukan kepada

kebaikan bangsa, dalam tingkatan kadarnya masing-masing. Bagi Hamid Algadri,

perundingan Linggajati ini amat penting akan eksistensi Indonesia. Hamid Algadri

bahkan sudah memahami akan adanya penafsiran berbeda atas kesepakatan

Linggajati yang dilakkan oleh Belanda. Dalam hal ini ia mengungkapkan bahwa

Hamid Algadri bahwa Belanda akan menggunakan tafsirannya sendiri dalam

pelaksanaan perjanjian Linggajati. Namun, bagi Hamid Algadri, seandainya Belanda

akan melanggarnya dan menyerbu ke pedalaman, RI sebagai negara baru sudah

memperoleh pengakuan internasional akan mudah menarik campur tangan dari PBB.

Dan perhitungan ini akhirnya terbukti saat Syahrir berdebat di forum PBB.175

Untuk menengahi konflik ini, Dewan Keamanan PBB membentuk suatu

komite yang selanjutnya lebih populer disebut Komisi Tiga Negara (KTN)176.

Bahkan saat menghadiri konferensi Indonesia-Belanda di bawah pengamatan KTN,

Hamid Algadri, B. M Diah dan beberapa kawannya di Kaliurang sempat dimasukkan

di penjara Wirogunan.177 Pada saat mereka dipenjara, tersiar kabar kematian Supeno,

anggota teras Angkatan Baru Indonesia, yang mati ditembak Belanda dalam

pertempuran di Jawa Tengah. Sesaat setelah mereka dipindahkan ke Jakarta, mereka

kemudian dibebaskan.

3. Perjanjian Renville

Setelah Perjanjian Linggajati gagal, Indonesia (dalam hal ini Hamid Algadri,

Sjahrir, dan lainnya) tanpa mengenal lelah dan putus asa, dan bahkan selalu

menyalakan harapan dalam dada bahwa cita-cita mendirikan negara merdeka akan

menemukan jalan terang. Mereka setiap hari membahas situasi politik dan mencari

celah-celah kesempatan guna memperkuat kedudukan Indonesia menghadapi

                                                            175 Hamid Algadri, Suka-Duka Masa Revolusi, hlm. 10. 176 Disebut Komisi TIga Negara (KTN) karena komisi ini beranggotakan tiga negara, yakni

Australia (yang ditunjuk Indonesia), Belgia (ditunjuk Belanda), dan Amerika Serikat (sebagai kubu netral), dengan perwakilannya masing-masing yakni Richard C. Kirby, Paul van Zeeland dan Dr. Frank Graham.

177 Dasman Djamaluddin, Catatan B.M Diah: Peran “Pivotal” Pemuda Seputar Lahirnya Proklamasi 17-8-’45, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indoinesia, 2018), hlm. 328

Page 116: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

106  

tekanan Belanda.178 Kemudian mereka berusaha mengupayakan perundingan

selanjutnya, yakni melalui Perjanjian Renville179. Perjanjian Renville merupakan

perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang ditandatangani pada tanggal 17

Januari 1948. Nama Renville digunakan sebagai identitas bahwa perjanjian tersebut

dilaksanakan di atas geladak kapal perang Amerika Serikat bernama USS Renville,

yang pada saat itu sedang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

Perundingan yang dimulai pada 8 Desember 1947, dengan ditengahi oleh Komisi

Tiga Negara (KTN), diadakan dengan tujuan khusus yakni untuk menyelesaikan

perselisihan atas Perjanjian Linggajati. Perjanjian ini berisi mengenai batas antara

wilayah Indonesia dengan Belanda, yang selanjutnya lebih populer disebut dengan

istilah “Van Mook Line” (Garis Van Mook).180 Pada 29 Agustus 1947, Belanda

mencetuskan garis Van Mook yang membagi dan membatasi Republik Indonesia

menjadi tinggal sepertiga, yaitu Pulau Jawa dan kebanyakan pulau di Sumatra.

Dalam pada itu, garis tersebut secara sengaja dibuat agar Indonesia tidak

mendapatkan wilayah utama penghasil makanan.181

Menurut Hamid Algadri, Perundingan Renville lebih alot dibandingkan

Perundingan Linggajati. Persoalan yang menjadi perdebatan panjangnya ialah ikhwal

status Indonesia, sebelum dan sesudahnya Negara Indonenesia terbentuk. Bahwa

nanti RI hanya akan menjadi satu Negara bagian dalam Negara Indonesia Serikat,

dan ini tentu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945. Sekalipun Negara

Indonesia Serikat dalam persekutuannya dengan Balanda dijanjikan kesamaan

derajatnya, tetapi karena Uni Indonesia-Belanda akan dikepalai oleh Raja Belanda,

dan itu yang sulit diterima.182 Banyak pihak yang menganggap Renville adalah

bentuk pengkhianatan terhadap cita-cita revolusi Agustus ’45, yang menuntut

                                                            178 Hamid Algadri, Suka-Duka Masa Revolusi, hlm. 21. 179 Perjanjian Renville ini berisi lima poin di antaranya: 1) wilayah Indonesia diakui

berdasarkan garis demarkasi (garis van Mook); 2) Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai Republik Indonesia Serikat terbentuk; 3) Kedudukan RIS dan Belanda sejajar dalam Uni Indonesia-Belanda; 4) RI merupakan bagian dari RIS, dan; 5) Pasukan RI yang berada di daerah kantong harus ditarik ke daerah RI.

180 Moehammad Jasin, Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang: Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), hlm. 130

181 https://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Renville diakses pada 2 Juli 2018, pukul 18.00 WIB

182 Hamid Algadri, Suka-Duka Masa Revolusi, hlm. 24.

Page 117: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

107  

kemerdekaan nasional tanpa bisa ditawar-tawar. Juga bentuk pengkhianatan

perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa yang terjajah. Sebab dalam rumusan itu

berkonsekuensi bahwa Indonesia mempunyai kedudukan yang sama seperti negara-

negara Republik boneka bentukan Belanda, seperti Negara Sumatra Timur, Negara

Indonesia Timur, Negara Madura, dan semacamnya. Jelas bahwa kedaulatan

Indonesian telah merosot. Apalagi di atas Indonesia Serikat ada takhta Ratu Belanda

yang mempunyai wewenang di atas semua Negara anggota Serikat.183

Perjanjian ini bernasib sama dengan Perjanjian Linggajati. Belanda

mencabik-cabik kesepakatan tersebut dengan mendirikan beberapa wilayah, di

antaranya Negara Pasundan (27 Februari 1948) dan Negara Madura (15 Maret 1948),

untuk menandingi RI. Belanda juga menuntut agar diakui sebagai pemegang

kedaulatan atas wilayah Hindia Belanda selama masa peralihan sampai terbentuk

Negara Indonesia Serikat. Tidak sebatas itu, karena RI hanya dianggap Negara

bagian, maka Belanda juga mendesak agar TNI dibubarkan.

Dalam Perjanjian Renville terdapat klause mengenai rencana diadakannya

plebisit daerah-daerah di bawah pendudukan Belanda, yakni suatu pertanyaan

kepada masyarakat bahwa mereka ingin bergabung dengan Republik Indonesia atau

dengan Negara lain dalam ikatan Negara Indonesia Serikat sebagaimana rekayasa

Belanda. Dalam hal ini, Hamid Algadri dan staf delegasi lainnya mendapatkan tugas

untuk melakukan kampanye di daerah Jawa Barat. Motto yang demonstrasikan ialah

from the bullet to the ballot, dari perjuangan yang mempergunakan peluru beralih ke

kartu penmungutan suara. Hamid Algadri dan yang lainnya mendirikan Gerakan

Peblisit Republik Indonesia (GPRI), untuk menggalang kekuatan pro Republik.

Dengan rencananya yang begitu demikian rupa, hasilnya ialah terjadinya proses

percepatan penggabungan negara-negara federal kepada Republik.184

Hamid Algadri dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda, termsuk

dalam daftar orang-orang yang harus diusir dari Jakarta. Pengusiran tersebut

disinyalir karena Hamid Algadri telah menjadi penasehat Panitia Politik Arab

                                                            183 Hersri Setiawan, Memoar Perempuan Revolusioner, (Yogyakarta: Galangpress, 2006),

hlm. 128. 184 Hamid Algadri, Suka-Duka Masa Revolusi, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1991),

hlm. 27.

Page 118: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

108  

Indonesia, bentukkannya sendiri, yang sengaja dibentuk untuk menentang usaha

Belanda yang hendak menarik orang-orang Arab agar pro terhadap Belanda.

4. Peran Hamid dalam KMB (Konferensi Meja Bundar)

Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan sebagai suatu usaha

diplomasi Indonesia dalam mendapatkan pengakuan kedaulatan dan kemerdekaan.

Pertemuan ini sebagai kelanjutan Perjanjian Roem-Royen. KMB dilaksanakan di

Den Haag, Belanda, pada 23 Agustus hingga 2 November 1949. Pihak-pihak yang

turut serta dalam pertemuan tersebut di antaranya ialah perwakilan Republik

Indonesia, Belanda, BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg)185, dan UNCI

(United Nations Commission for Indonesia)186 Konferensi ini berakhir dengan

kesediaan Belanda untuk menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia

Serikat.

Peran Hamid Algadri di dalam KMB sangat signifikan, yaitu menjadi

penasehat delegasi RI. Dalam pertemuan tersebut, Belanda menginginkan adanya

keterlibatan keturunan Arab yang pro terhadap Belanda. Sultan Hamid187 (bukan

Hamid Algadri) selaku Ketua BFO, sudah memiliki calon delegasi yang siap

membantu Belanda. Namun keinginan tersebut ditolak oleh Hamid Algadri.

Bersama-sama mantan aktivis Partai Arab Indonesia (PAI), Hamid Algadri

menyatakan bahwa tidak perlu ada delegasi dari minoritas Arab. Ia berpandangan

bahwa keturunan Arab adalah termasuk bangsa Indonesia. Dengan demikian tidak

perlu ada delegasi dari keturunan Arab. Pada gilirannya delegasi BFO tetap bertolak

ke Belanda. Ada dua orang keturunan Arab yang ditunjuk untuk menjadi penasehat

BFO, yakni Abdulkadir Alsegaf dan Yahya Alaydrus. Ternyata keduanya ialah

mantan pengurus dan simpatisan PAI. Saat di Belanda, keduanya menyerahkan

                                                            185 BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg) merupakan negara-negara yang diciptakan

Belanda di kepulauan Indonesia. 186 UNCI adalah Komisi Keamanan PBB 187 Sultan Hamid II, lahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung Sultan

Pontianak ke-6, Sultan Syarif Muhammad Alkadrie (lahir di Pontianak, Kalimantan Barat, 12 Juli 1913 – meninggal di Jakarta, 30 Maret 1978 pada umur 64 tahun) adalah Perancang Lambang Negara Indonesia, Garuda Pancasila. Dalam tubuhnya mengalir darah Arab-Indonesia. Di dalam KMB, ia menjadi perwakiland dari BFO. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Sultan_Hamid_II. pada 22 Juli 2018 pukul 20.00 WIB.

Page 119: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

109  

semua urusan politik dalam KMB kepada Hamid Algadri. Penerimaan Hamid

Algadri atas pengangkatannya sebagai penasehat delegasi RI disetujui lantaran

anjuran Sjahrir. Selain sebagai penasehat, saat berkirim surat kepada Sjahrir

mengenai proses pelaksanaan KMB, Hamid Algadri meminta Sjahrir secara

langsung agar mendukung pelaksanaan KMB tersebut. Hamid Algadri yakin KMB

paling tidak akan menghasilkan penyerahan kedaulatan kepada RI.188

Setelah penyerahan kedaulatan dan lahirnya Republik Indonesia Serikat

sebagai akibat persetujuan KMB, RI hasil proklamasi tidak seluas lagi daerahnya.

Sebab berdasarkan hasil KMB, penyerahan kedaulatan RI atas wilayahnya semuanta

diserahkan kecuali Papua Bagian Barat. Setahun setelah itu, karena belum merasa

sempurna hasilnya dengan tidak masuknya Irian Barat dalam RI, maka pada 1951

Hamid Algadri dan yang lainnya membentuk delegasi yang menuntut agar Irian

Barat dimasukkan wilayah RI. Ini selaras dengan hasil KMB bahwa masalah Irian

Barat akan diselesaikan setahun setelah KMB ditandatangi. Kendati demikian,

namun Belanda menunjukkan gelagat yang tidak baik. Sehingga usaha Hamid

Agadri dan delegasi lainnya berbuah kesia-siaan. Bahkan pada 1953, secara terang-

terangan Belanda berencana untuk membentuk “Negara Papua” yang lepas dari

Indonesia. Usaha pengembalian Irian Barat melalui perundingan mengalami “jalan

buntu”. Karenanya, pada 3 Mei 1956 ditandatangani undang-undang pembatalan

KMB.  

                                                            188 Hamid Algadri, Suka-Duka Masa Revolusi, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1991),

hlm. 64.

Page 120: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

110  

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Hamid Algadri, sekalipun terlahir sebagai bagian dari peranakan Arab di

Nusantara, namun ia memiliki peran yang tak kalah penting bagi perjuangan bangsa

Indonesia. Tidak hanya masyarakat pribumi yang menginginkan hidup tenang tanpa

penjajahan, Hamid memiliki rasa yang sama karena ia mengaku bertanah air di

Indonesia. Ia memiliki rasa nasionalisme yang ditumbuhkan keluarganya. Oleh

karenanya Hamid berpartisipasi aktif dalam pergerakan kebangsaan. Hal ini karena

ia menginginkan kedaulatan dan eksistensi Indonesia di mata dunia, serta dapat

merebut kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda.

Hamid terlahir dari dalam lingkungan keluarga yang memperhatikan dunia

pendidikan modern pada zaman itu. Padahal pada umumnya anak keturunan Arab

dilarang orangtuanya bergaul dengan Belanda. Mereka anti terhadap sistem

pendidikan Barat karena kekawatiran akan merusak agama anak-anak mereka. hal ini

tidak berlaku bagi keluarga Hamid. Meskipun Hamid bersekolah di pendidikan

modern, orang tuanya juga membekalinya dengan ilmu agama di madrasah pada

siang harinya.

Pendidikan yang ia dapatkan menjadi pintu gerbang lahirnya kesadaran

nasionalisme. Nasionalisme terhadap bangsa Indonesia telah tertanam dalam

benaknya. Landasan pergerakan Hamid Algadri dilatarbelakangi oleh kesukuan,

pendidikan dan keluarga. Pergerakan kebangsaan Hamid memang tidak semenonjol

para pahlawan revolusi seperti Sjahrir, Soekarno maupun Hatta, tapi kiprah Hamid

penting bagi proses merebut kemerdekaan dari tangan Belanda.

Perjuangan Hamid dalam PAI yaitu berhasil ikut serta menyatukan dua

pandangan kelompok keturunan Arab yang berbeda, Hamid mendorong anggota PAI

agar memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Konsekuensinya, mereka harus

mengakui Indonesia sebagai tanah airnya.

Page 121: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

111  

Hamid melakukan perlawanan terhadap Belanda dengan cara propaganda

melalui Media Massa. Hamid memiliki peran dalam melawan kolonialisasi Belanda

di tanah air Indonesia melalui propaganda-proganda yang ia sebarkan di media masa.

Dalam konteks ini, Hamid memberikan banyak peran berupa pemikiran kritis

terhadap kebijakaan-kebijakan Belanda. Apa yang ia lakukan memantik semangat

perjuangan rakyat lainnya dalam mempertahankan hak-hak hidup di tanah air sendiri

dan melawan segala bentuk penindasan.

Perjungannya adalah berusaha melakukan counter propaganda Belanda

melalui RRI. Ini dilakukan Hamid Algadri supaya rakyat tidak terpengaruh atas

propaganda Belanda melalui RVD (Regerings Voorlichting Dienst). Hamid Algadri

mendirikan Gerakan Peblisit Republik Indonesia (GPRI), untuk menggalang

kekuatan pro Republik. Dengan rencananya yang begitu demikian rupa, hasilnya

ialah terjadinya proses percepatan penggabungan negara-negara federal kepada

Republik.

Hamid Algadri merupakan salah seorang pejuang kemerdekaan yang lahir

dari peranakan Arab, yang pada masanya peranakan Arab tidak dipandang sebagai

bagian dari Indonesia yang turut serta dalam pergerakan dan perjuangan bangsa.

Namun Hamid Algadri dengan gigih menyerukan kepada peranakan Arab di

Indonesia untuk turut serta mewujudkan kemerdekaan. Dengan berbagai macam

tulisan Hamid Algadri bertemakan kebangsaan dan Nasionalisme pada akhirnya

dapat menyatukan dan membuka pandangan keturunan Arab, bahwa mereka

merupakan bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki kewajiban untuk

menciptakan kemerdekaan. Ia ikut menumbuhkan rasa nasionalisme masyarakat

etnis Arab di Nusantara yang sebelumnya terpecah dan terisolasi oleh kebijakan

Belanda. Kedua, peranan Hamid di dalam berbagai birokrasi pemerintahan untuk

kemerdekaan bangsa Indonesia.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945, perjuangan Hamid

Algadri tidak berhenti. Hamid Algadri terus menyuarakan kepada bangsa Indonesia

untuk tidak terpengaruh pada propaganda Belanda dan terus bersatu

mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Nasionalisme Hamid Algadri

menjadikannya sebagai Perintis Kemerdekaan pada tahun 1978.

Page 122: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

112  

B. Saran Dan Rekomendasi

Pembahasan mengenai tokoh peranakan Arab di Indonesia memang sangat

sedikit diekspos dan dijadikan sebagai penelitian ilmiah. Padahal peran dan

kontribusi mereka tidak sedikit. Mereka turut mengantarkan Indonesia pada gerbang

kemerdekaan. Mengangkat Hamid Algadri sebagai tokoh Indo-Arab memberikan

banyak informasi bahwa rasa nasionalisme dapat juga ditunjukkan oleh orang non

pribumi. Komitmen Hamid Algadri dalam berbagai pentas perundingan penting

menjadikannya tokoh perintis kemerdekaan. Tesis ini mengangkat materi yang

sangat substansial. Adapun saran bagi peneliti setelahnya adalah mengangkat kajian

tokoh peranakan Arab lainnya yang berkontribusi bagi kemerdekaan Indonesia dan

upaya mengusir penjajah dari tanah air.

Page 123: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

113  

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Primer

Algadri, Hamid C.Snouck Hurgronje:Politik Belanda Terhadap Islam dan Keturunan Arab, Jakarta: Sinar Harapan, 1984

Algadri, Hamid, Suka Duka Masa Revolusi, Jakarta: UI Press, 1991 Algadri, Hamid, Mengarungi Indonesia Memoar Seorang Perintis Kemerdekaan,

Jakarta:Lentera , 1992 Algadri, Hamid, Indo Arab dan Arab Indonesia, Aliran Baroe, April, 1939 Algadri, Hamid, Aliran Baroe dan Moderinisme, Aliran Baroe, Agustus, 1940 Algadri, Hamid, Soal Indo di Indonesia, Aliran Baroe, Aliran Baroe, April, 1939 Sumber Sekunder Buku Abdullah, Taufik. Indonesia Dalam Arus Sejarah: 5, Pergerakan dan Kebangsaan,

Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 2012. Anwar, Rosihan. Sutan Sjahrir: Demokrat Sejati, Pejuang Kemanusiaan, (Jakarta:

PT Kompas Media Nusantara, 2010. Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian, Jakarta: Bulan Bintang, 2002. Aziz Thaba, Abdul. Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru ,Jakarta: Gema

Insani Press, 1996. Basrowi dan Sukidin, Teori-teori Perlawanan dan Kekerasan Kolektif, Surabaya:

Insan Cendekia, 2003. Basundoro, Purnawan. Dua Kota Tiga Zaman: Surabaya dan Malang sejak Zaman

Kolonial sampai Kemerdekaan, Yogyakarta: Ombak, 2009. Benda, Harry Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam Indonesia pada Masa

Pendudukan Jepang, Bandung: Pustaka Jaya. 1980 . Berg, L.W.C van den. Orang Arab di Nusantara, Jakarta: Komunitas Bambu, 2010. Budi Utomo , Cahyo, Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia: dari

Kebangkitan hingga Kemerdekaan, Semarang: IKIP Semarang Press, 1995.

Page 124: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

114  

Buyung Nasution,Adnan Benteng Republik di Masa Revolusi ., dalam buku Mr

Syafruddin Prawiranegara: Pemimpin Bangsa Dalam Pusaran Sejarah, Jakarta: Republika, 2011.

Creswell, John W. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed

Edisi Ketiga, terj. Achmad Fawaid, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Danusubroto, Sidarto . Prosiding Focus Group Discussion Pakar I, Yogyakarta:

Pusat Studi Pancasila UGM, 2014. Djamaluddin, Dasman. Catatan B.M Diah: Peran “Pivotal” Pemuda Seputar

Lahirnya Proklamasi 17-8-’45, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indoinesia, 2018.

Erman , Erwiza dan Ratna Saptari, Dekolonisasi Buruh Kota dan Pembentukan

Bangsa, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2013. Hadiyansyah (ed), Masjid-Masjid Bersejarah Indonesia, Jakarta: Erlangga, 2011. Hasjmy, Ahmad. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, almaarif,

1981. Haidar, M. Ali. Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Gramedia,

1998 Haikal, Husein Indonesia-Arab dalam Pergerakan Kemerdekaan Indonesia (1900-

1942), Disertasi, Universitas Indonesia, 1986. Harahap, Muchtar Mahasiswa dalam Politik, Jakarta: NSEAS, 1993. Hatta, Mohammad . Kumpulan Karangan Jilid I, Jakarta: Bulan Bintang, 1952. Hidayah, Zulyani. Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia, Yogyakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonesia, 2015. Insaniwati, Iin Nur. Mohammad Roem: Karier Politik dan Perjuangannya, 1924-

1968, Magelang: Indonesia Tera, 2002. Jasin, Moehammad. Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang: Meluruskan Sejarah

Kelahiran Polisi Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010. Juniarti, Raja Banawa Dari Belanda, .Semarang: Intra Pustaka Utama, 2004. Kartodirdjo , Sartono dkk, Sejarah Nasional Indonesia, Jakarta: Dep. Dik Bud,

1975.

Page 125: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

115  

Kartodirdjo,Sartono. Kolonialisme dan nasionalisme di Indonesia abad 19-20,

Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1967. Kartodirjo, Sartono. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah pergerakan

Nasional: Dari Kolonialisme sampai Nasionalisme, Yogyakarta: Ombak, 2014.

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: PT Bentang Budaya, 2001. La Ode, M.D. Etnis Cina Indonesia dalam Politik: Politik Etnis Cina dan

Singkawang di Era Reformasi 1998-2008, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012.

Lapidus, Ira M. Sejarah Sosial Umat Islam :III, Jakarta: Grafindo,2000. Madjid, Nurcholish. Indonesia Kita, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004. Madjid, Nurcholish .Islam, Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung: Penerbit

Mizan, 2013. Majid, M. Dien. Berhaji Masa Kolonial, Jakarta: Sejahtera, 2008. Maryanto, Pendidikan Kewarganegaraan, Yogyakarta: Andi, 2015 Mohamad Daeng Materu, Sidky. Sejarah Pergerakan Nasional Bangsa Indonesia,

Jakarta: PT Gunung Agung, 1985. Mukarrom, Ahwan. Sejarah Islamisasi Nusantara, Surabaya: Penerbit Jauhar, 2009. Noor, Deliar. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1991. Nordholt, Henk Shculte (ed), Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia, Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2008. Rahim, Husni. Sistem Otoritas dan Administrasi Islam: Studi tentang Pejabat Agama

Masa Kesultanan dan Kolonial di Palembang, Jakarta: Logos, 1998. Rahman, Abd. dan Baso Madiong, Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan

Tinggi, Makassar: Celebes Media Perkasa, 2017. Reksodihardjo, Soegeng Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta: Direktorat Jenderal

Kebudayaan, 1992. Ricklefs, M.C. Islamisation and its opponents in Java: A Political, Social, Cultural

and Religious History, c.1930 to the Present, Singapore: NUS Press, 2012.

Page 126: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

116  

Santosa , Ayis Budi dan Supriatna, Encep. Sejarah Pergerakan Nasioanl: Dari Budi

Utomo 1908 hingga Proklamasi Kemerdekaan 1945, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2008.

Setiawan, Hersri. Memoar Perempuan Revolusioner, Yogyakarta: Galangpress,

2006. Sihbudi,M. Riza. Indonesia Timur Tengah: Masalah dan Prospek, Jakarta: Gema

Insani Press, 1997. Sihbudi, M. Riza. Konflik dan diplomasi di Timur Tengah, Bandung: PT Eresco,

1993. Soekano, Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno, Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2006. Steenbrink, Karel A. Pesantren, Madrasah,Sekolah : Pendidikan Islam Dalam

Kurun Modern, Jakarta: LP3ES, 1986. Stromberg, Roland N. European Intellectual History Since 1789, New York:

Mereditc-Century, 1968. Sudirman, Adi. Sejarah Lengkap Indonesia: Dari Era Klasik Hingga Terkini,

Yogyakarta: Diva Press, 2014. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,

2016. Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia dari Budi Utomo Sampai

Proklamasi 1908-1945, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994. Sukadi, Pendidikan Kewarganegaraan, Yogyakarta: Andi, 2017. Suleman, Zulkifli .Demokrasi untuk Indonesia: Pemikiran Politik Bung Hatta,

Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010. Suminto, Aqib . Politik Islam Hindia Belanda, Jakarta: LP3ES, 1996. Suratmin. Abdul Rahman Baswedan: Karya dan Pengabdiannya, Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1989. Suratmin dan Kwartanada, Didi . Biografi A.R. Baswedan; Membangun Bangsa

Merajut Keindonesiaan, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2014. Surbakti,Ramlan Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Grasindo, 1992.

Page 127: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

117  

Susanto, Dwi. Pengantar Ilmu Sejarah , Surabaya : UIN Sunan Ampel Press, 2014. Syafii Maarif, Ahmad. Islam dan Politik: Teori Belah Bambu, Masa Demokrasi

Terpimpin, 1959-1965, Jakarta: Gema Insani Press, 1996. Syafi’I Maarif,Ahmad Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan:

Sebuah Refleksi Sejarah, Bandung: PT Mizan Publika, 2009. Tirtoprojo, Susanto. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia, Jakarta: PT

Pembangunan, 1984. Tunggul Alam, Wawan. Demi Bangsaku: Pertentangan Bung Karno Vs Bung Hatta,

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003. Turnan Kahin, George Mc. Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik: Nasionalisme

dan Revolusi di Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, 1995. Ubaedillah,A. Pendidikan Kewarganegaraan Pancasila, Demokrasi dan

Pencegahan Korupsi, Jakarta: Kencana, 2016. Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Grafindo, 1993 . Zainudin, Dundin. Dinamika kewarganegaraan kelompok sosial di perkotaan: studi

kasus di Bandung dan Semarang, Jakarta: LIPI, 2010. Zulkarnain, Iskandar. Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, Yogyakarta: LKiS, 2005. JURNAL

Amal, Siti Hidayati. (2005). “Menelusuri Jejak Kehidupan Keturunan Arab - Jawa di Luar Tembok Keraton Yogyakarta”. Antropologi Indonesia, vol. 29. No. 2.

Danusubroto, Sidarto dkk Prosiding Focus Group Discussion Pakar I. Yogyakarta:

Pusat Studi Pancasila UGM tahun 2014. Dijk, Kees Van. (2015). “Dakwah The Dissemination and Indigenous Culture of the

Islam” 154, no. 2. Hosniyah. (2016). Kebijakan Pemerintah Hindia Belanda Terhadap Komunitas Arab

Di Malang 1900-1935. Avatara e-Journal Pendidikan Sejarah. Volume 4. No. 3, Oktober.

Iramadhan, Paham Nasionalisme dan Pergerakan Kebangsaan di Indonesia dari

Tahun 1900-1942. Jurnal SOSIO-E-KONS, Vol. 9 No. 1 April 2017.

Page 128: PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42192/1/... · Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai

118  

Rachman, Muhammad Ridlo. (2013). “Pemikiran Hamid Algadri tentang Indo-Arab dan Tanah Air (Studi Kasus dalam Majalah Insjaf dan ALiran Baroe pada Masa Kolonial Belanda 1937-1941)”, Jurnal Ilmu Sejarah, Universitas Indonesia.

Riddel, Peter G. (2001). “Arab Migrants and Islamizatin in The Malay World during

The Colonial Period”. Indonesian and The Malay World. vol. 29. No. 84.

WEBSITE

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/127911-D%2000959%20Makna%20nasionalisme-

%20Literatur.pdf.

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/127911-D%2000959%20Makna%20nasionalisme-

%20Literatur.pdf

http://menaracenter.org/2016/08/17/wawancara-eksklusif-hamid-Hamid Algadri-

soal-arab-indonesia-ii/

http://menaracenter.org/2016/08/17/wawancara-eksklusif-hamid-Hamid Algadri-

soal-arab-indonesia-ii/#go-features.

https://id.wikipedia.org/wiki/Abdurrahman_Baswedan

https://id.wikipedia.org/wiki/Perhimpunan_Pelajar_Pelajar_Indonesia.

https://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Meja_Bundar

https://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Renville

https://media.neliti.com/media/publications/125345-ID-none.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/125345-ID-none.pdf.

https://www.kemlu.go.id/id/tentang-kemlu/bangunan-bersejarah/Pages/Museum-

Konferensi-Linggajati.aspx

https://www.researchgate.net/publication/318960129.