PERISTIWA POLITIK DAN EKONOMI PASCA PENGAKUAN KEDAULATAN

22
PERISTIWA POLITIK DAN EKONOMI PASCA PENGAKUAN KEDAULATAN A. Kembali ke NKRI - Pasca Pengakuan kedaulatan 27 Desember 1949, RIS terdiri dari 7 negara bagian (RI, NIT, Negara Madura, Pasundan, SumTim, SumSel. Jatim) dan 9 Daerah otonomi (Kalbar, Kaltim, Dayak Besar, Banjar,KalTenggara, Bangka, Belitung, Riau, Jateng) - RIS Presiden : Soekarno PM : M. Hatta Presiden RI : Mr. Asaat

description

PERISTIWA POLITIK DAN EKONOMI PASCA PENGAKUAN KEDAULATAN. A . Kembali ke NKRI - Pasca Pengakuan kedaulatan 27 Desember 1949, RIS terdiri dari 7 negara bagian (RI, NIT, Negara Madura, Pasundan , SumTim , SumSel . Jatim ) dan 9 Daerah otonomi - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of PERISTIWA POLITIK DAN EKONOMI PASCA PENGAKUAN KEDAULATAN

PERISTIWA POLITIK DAN EKONOMI PASCA PENGAKUAN KEDAULATAN

A. Kembali ke NKRI

- Pasca Pengakuan kedaulatan 27 Desember 1949, RIS terdiri dari 7 negara bagian (RI, NIT, Negara Madura, Pasundan, SumTim, SumSel. Jatim) dan 9 Daerah otonomi (Kalbar, Kaltim, Dayak Besar, Banjar,KalTenggara, Bangka,

Belitung, Riau, Jateng)- RIS Presiden : Soekarno

PM : M. HattaPresiden RI : Mr. Asaat

1. Faktor yang mempengaruhi RIS kembali jadi NKRI

1. Bentuk RIS bertentangan dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan 2. RIS tidak sesuai dengan kehendak rakyat 3. RIS warisan Belanda,agar dapat dikuasai Kembali oleh Belanda 4. Muncul berbagai masalah politik, sosial, ekonomi dan SDM

2. GERAKAN KEMBALI KE NKRI

1. Awal Feb 1950 rakyat Jabar menuntut pembubaran negara Pasundan

2. Feb 1950 DPR Negara Sumsel mengembalikan mandat kepada pemerintah RIS

3. Akhir Maret 1950 RIS terdiri hanya Kalbar, Sumtim, NIT, RI4. Mei 1950 RI-RIS berunding menghasilkan kesepakatan: a. RI-RIS sepakat membentuk NKRI b. RI-RIS membentuk panitia perancang UUD NKRI 5. 15 Agustus 1950 presiden RIS membacakan piagam

pembentukan NKRI (secara resmi RIS berakhir 17 Agustus 1950)

B. Demokrasi liberal1950 – 1959

. Prestasi Politik 1. Sistem Multi Partai 2. Pemilu I 1955 3. KAA

. Kemelut politik 1. Ketidak stabilan politik 2. Gangguan keamanan dalam negeri 3. Perdebatan di konstituante

1. Sistem Multi Partai. Maklumat Pemerintah No X , 3 November 1945 Pembentukan partai politik

. Dampak Positif 1. Demokrasi menjadi hidup 2. Membatasi kekuasaan Presiden 3. Sipil pelaksana kedaulatan rakyat

. Dampak Negatif 1. Partai hanya mengutamakan kepentingan golongannya 2. Persaingan tidak sehat

2. Pemilu I 1955

. Masa Kabinet Burhanuddin Harahap

. Pelaksanaan 1. 29 September 1955, memilih anggota DPR 2. 15 Desember 1955 memilih anggota konstituante

. 5 Besar hasil pemilu 1 tahun 1955 1. MASYUMI 2. PNI 3. NU 4. PKI 5. Partai Syarikat Islam

Pemilu yang telah dilaksanakan• 1955• 1971• 1977• 1982• 1987• 1992• 1997• 1999• 2004• 2009• 2014 Insya Allah

KONFERENSI ASIA-AFRIKA latar belakang1. Persamaan nasib dan sejarah2. Perang dingin3. Politik Luar Negeri bebas aktif

persiapan1. Konferensi colombo, 28 April-2 Mei 1954, dihadiri : * Ali Sastroamijoyo (Indonesia) * P.J Nehru (India) * Muhammad Ali Jinnah (Pakistan) * U-Nu ( Myanmar) * Sir John Kotelawala (Srilanka) 2. Konferensi panca negara, Bogor 28-29 desember 1954, membicarakan : * Tempat dan Waktu Pelaksanaan * Rancangan Agenda * Undangan

lanjutan KAA Pelaksanaan

1. Waktu 18-25 April 19552. Tempat gedung Merdeka3. Undangan 30, hadir 29

Tujuan1. Memperkokoh kerjasama Bangsa Asia-Afrika2. Mempertimbangkan masalah yang dihadapi bangsa Asia-

Afrika (poleksosbud)3. Mempertegaskan kedudukan bangsa asia-afrika untuk

perdamaian dunia

Hasil Dasa Sila Bandung

Pengaruh1. Sikap bersama menghadapi perang dingin2. Dukungan bangsa Asia-Afrika terhadap

perjuangan merebut kembali Irian Barat3. Menggalang sikap saling mengerti dalam

menyelesaikan masalah Palestina, Indo China, rasialisme

C. Kemelut Politik1. Ketidakstabilan Politik

Periode 1950 – 1959 terjadi 7 kali ganti kabinet :1. Kabinet Natsir September 1950-Maret 1951 Jatuh akibat gagal dalam perundingan dengan Belanda mengenai Irian Barat

2. Kabinet Sukiman April 1951-April 1952 Jatuh, akibat dituduh melenceng dari Politik Luar

Negeri Bebas Aktif

Lanjutan

3. Kabinet Wilopo April 1952-Juni 1953 Jatuh akibat Peristiwa Tanjung Morawa

4. Kabinet Ali Sastroamijoyo I Juli 1953-Juli 1955 Jatuh akibat kemelut dalam tubuh AD, krisis ekonomi

5. Kabinet Burhanudin Harahap Agustus 1955-Maret 1956 Jatuh akibat kurang mendapat dukngan dari hasil pemilu I 1955

6. Kabinet Ali Sastroamijoyo II Maret 1956- Maret 1957 Jatuh akibat pergolakan di daerah, mundurnya dukungan dari MASYUMI

7. Kabinet Juanda April 1957- Juli 1959 Muncul Dekrit Presiden 5 Juli 1959

2. DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 Latar Belakang Tugas Konstituante menyusun UUD pengganti UUDS 1950 Mulai bersidang 10 November 1956 – 1958 tidak menghasilkan apapun sebab masing-masing Parpol hanya mengutamakan kepentingan golongannya saja Usul Soekarno 22 April 1959 agar Konstituante menetapkan kembali UUD 1945 sebagai UUD negara Konstituante merespon dengan melakukan sidang pada 29 Mei 1959, 2Juni 1959 (tidak memenuhi Qorum) kemudian reses

Larangan KASAD 3 Juni 1959 KASAD Letjen AH Nasution melarang semua kegiatan politik

Isi Dekrit Pembubaran Konstituante berlaku kembali UUD 1945 dan tidak berlaku UUDS 1950 Membentuk MPRS dan DPAS

Dampak Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Positif Menyelamatkan negara dari perpecahan dan krisis politik berkepanjangan Memberikan pedoman yang jelas bagi kelangsungan negara Merintis pembentukan MPRS dan DPAS

Negatif Memberikan kekuasaan yang besar bagi Presiden Kalangan Militer terjun dalam dunia politik

D. MASA DEMOKRASI TERPIMPIN5 Juli 1959 - 1966

Menurut UUD 1945 : Kedaulatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

Ciri : Kepemimpinan Tunggal Presiden Soekarno

Pembentukan MPRS Penetapan Presiden no 2 tahun 1959 Terdiri : 61 anggota DPR 94 utusan Daerah 200 wakil golongan

Tugas : menetapkan GBHN Sidang Umum ke-1 (10 Nov-7 Des 1960) : Tap no 1/MPRS/1960 : Manifesto politik sebagai GBHN Sidang Umum ke-2 (15-22 Mei 1963) : Tap No 3/MPRS/1963 : Pengangkatan Soekarno sebagai Presiden seumur hidup Sidang Umum ke-3 (11-16 April 1965) Tap No 5/MPRS/1965 : Pidato Soekarno yang berjudul Berdikari sebagai pedoman revolusi dan politik luar negeri Indonesia

Pembentukan DPAS Berdasar penpres no 3 tahun 1959 Ketua Presiden Soekarno

Pembentukan dpr gr Penolakan RAPBN tahun 1960 yang diajukan Presiden Berdasar Penpres no 4 tahun 1959

pembentukan kabinet kerja Dibentuk 10 Juli 1959 Ir Juanda sebagai Menteri Pertama

pembentukan front nasionalBerdasar Penpres No 13 tahun 1959 Tujuannya menyatukan segala bentuk potensi Nasional

Pembentukan Dewan Perancang nasional (DEPERNAS) Bertugas merancang dan mengevaluasi pembangunan dengan ketua Moh Yamin, 1963 diganti menjadi Badan perancang Pembangunan Nasional, ketua Soekarno

politik luar negeri masa demokrasi terpimpin

- Banyak ditentukan presiden- Politik LN bebas aktif menjadi konfrontasi yang didasari pandangan adanya dua kekuatan:1. Oldefo (Old Established Forces) kekuatan lama: negara

kapitalis, imperialis2. Nefo (New Emerging Forces) kekuatan baru, negara baru yg

progresif revolusioner anti kolonialisme dan imperisalisme. Kebanyakan negara komunis seperti china, Vietnam Utara korea Utara, Eropa Timur- Langkah yang ditempuh:

3. Mengirim misi safari berdikari ke timur Tengah dan Afrika mencari dukungan utk pelaksanaan konferensi negara-negara NEFO

4. Politik Mercusuar : pembangunan GBK, Jakarta By Pass, Jembatan Ampera, Monas, penyelenggaraan GANEFO

Penataan kehidupan politik

Pemasyarakatan ajaran NASAKOM (nasionalis, agama, komunis) - banyak dimanfaatkan PKI untuk mengekspresikan dirinya - Maksud membentuk pemahaman yang sama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara - Kelompok kritis dari Kalangan kampus dan ABRI

Pemasyarakatan ajaran Resopim (Revolusi, Sosialisme Indonesia, dan Pimpinan Nasional) - Maksud memperkuat kedudukan Presiden Soekarno - Akibatnya semua lembaga negara berada dibawah Presiden Soekarno

Pembatasan Partai-Partai - Makin memperkuat kedudukan Presiden - Partai yang tidak memenuhi ketentuan

Penyimpangan terhadap Pancasila - Pemasyarakatan Nasakom yang membuat kehidupan berbangsa dan bernegara tidak lagi berdasar Pancasila tapi Nasakom Penyimpangan terhadap UUD 45 - Pengangkatan Soekarno sebagai Presiden seumur hidup - Pembentukan MPRS, DPAS, DPR GR - Pembubaran DPR

Peristiwa ekonomi indonesia pasca pengakuan kedaulatan

Kondisi ekonomi menjelang pengakuan kedaulatan - Eksploitasi masa pendudukan Jepang - Blokade ekonomi oleh Belanda

Kebijakan ekonomi pasca pengakuan kedaulatan - Plan Kasimo : menciptakan swasembada pangan, transmigrasi bagi 20 juta penduduk Jawa ke Sumatera - Gunting Syafrudin : 20 Maret 1950 mata uang yang bernilai Rp 2,50 keatas nilainya tinggal setengahnya - Sistem ekonomi gerakan Benteng : Dr. Sumitro joyohadikusumo : perlu ditumbuhkan kelas pengusaha - Nasionalisasi de Javasche Bank : Berdasar UU no 24 tahun 1951 menjadi Bank Indonesia - Sistem Ekonomi Ali-Baba : Mr Iskaq Cokrohadisuryo perlu kerjasama pengusaha pribumi dan Tionghoa

D. KEHIDUPAN EKONOMI PASCA PENGAKUAN KEDAULATAN

1. Kemerdekaan Ekonomi belum terwujud2. Perkebunan dan instalasi industri rusak3. Jumlah penduduk meningkat tajam4. Utang negara meningkat dan inflasi cukup tinggi5. Defisit dalam perdagangan internasional6. Tenaga ahli sangat terbatas7. Penanaman modal asing sangat minim akibat konflik Irian

Barat8. Terjadi disinvestasi yang tajam akibat konflik Irian Barat