Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

28
Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan By: Widiyana Daniasya START

description

Maaf ya kalo rada nggak danta

Transcript of Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Page 1: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan

Kedaulatan

Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan

Kedaulatan

By: Widiyana DaniasyaBy: Widiyana Daniasya

START

Page 2: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Peristiwa Ekonomi dan Politik Indonesia

Proses Kembali ke NKRI Faktor Pendorong

Terbentuknya RIS

Pemilu 1955

Negara Bagian

Langkah Menuju Negara Kesatuan

Awal Pembentukan

Daerah Otonom

Pelaksanaan

Partai Politik Pasca Kemerdekaan

Usia Pemerintahan per Kabinet

Partai Politik Pergerakan Nasional

Hasil

Page 3: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Peristiwa Ekonomi dan Politik Indonesia

Dampak Hubungan Pusat-Daerah

Dekrit Presiden 1959

Pembaruan Ekonomi Nasional

Konferensi Ekonomi Pertama

Kondisi Ekonomi Indonesia

Pembentukan DPAS

Pembentukan MPRS

Keluarnya Dekrit Presiden

Sidang Konstituante

Pergolakan Sosial Politik

Hubungan Pusat-Daerah

END OF PRESENTATION

Perkembangan Perekonomian Indonesia

Penanaman Modal Asing

Page 4: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Awal PembentukanAwal Pembentukan Hasil Konferensi Meja Bundar salah satunya adalah

mengakui kedaulatan Indonesia sebagai negara federasi. Saat KMB berlangsung, RI dan BFO menandatangani

perjanjian tentang Konstitusi RIS pada 29 Oktober 1949. KNIP mengadakan sidang membahas hasil KMB pada 6-

14 Desember 1949. Delegasi RIS yang dipimpin Moh. Hatta berangkat ke

Belanda untuk menandatangani naskah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada 23 Desember 1949.

Upacara pengakuan kedaulatan di Indonesia dan Belanda pada 27 Desember 1949.

Hasil Konferensi Meja Bundar salah satunya adalah mengakui kedaulatan Indonesia sebagai negara federasi.

Saat KMB berlangsung, RI dan BFO menandatangani perjanjian tentang Konstitusi RIS pada 29 Oktober 1949.

KNIP mengadakan sidang membahas hasil KMB pada 6-14 Desember 1949.

Delegasi RIS yang dipimpin Moh. Hatta berangkat ke Belanda untuk menandatangani naskah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada 23 Desember 1949.

Upacara pengakuan kedaulatan di Indonesia dan Belanda pada 27 Desember 1949.

Home

Page 5: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Negara BagianNegara Bagian

1. Sumatera Timur

2. Sumatera Selatan

3. Pasundan

4. Jawa Timur

5. Madura

6. Negara Indonesia Timur

7. Republik Indonesia

1. Sumatera Timur

2. Sumatera Selatan

3. Pasundan

4. Jawa Timur

5. Madura

6. Negara Indonesia Timur

7. Republik Indonesia

Home

Page 6: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Daerah OtonomDaerah Otonom

1. Riau

2. Bangka

3. Belitung

4. Kalimantan Barat

5. Dayak Besar

6. Banjar

7. Kalimantan Tenggara

8. Kalimantan Timur

9. Jawa Tengah

1. Riau

2. Bangka

3. Belitung

4. Kalimantan Barat

5. Dayak Besar

6. Banjar

7. Kalimantan Tenggara

8. Kalimantan Timur

9. Jawa Tengah

Home

Page 7: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Faktor PendorongFaktor Pendorong

Amerika Serikat terus menekan agar RIS menanggung semua hutang Belanda

Meluasnya gerakan yang menginginkan bentuk negara kesatuan

Keinginan dan tuntutan rakyat untuk kembali ke bentuk negara kesatuan

Amerika Serikat terus menekan agar RIS menanggung semua hutang Belanda

Meluasnya gerakan yang menginginkan bentuk negara kesatuan

Keinginan dan tuntutan rakyat untuk kembali ke bentuk negara kesatuan

Home

Page 8: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Langkah Menuju Negara Kesatuan Langkah Menuju Negara Kesatuan

Pemerintah RIS mengeluarkan UU Darurat No. 11 Tahun 1950 tentang Tata Cara Perubahan Susunan Kenegaraan RIS.

Sumatera Selatan, Pasundan, Jawa Timur, dan Madura bergabung dengan RI.

Moh. Hatta (RIS), Sukawati (NIT), dan Mansur (Sumatera Timur) mengadakan konferensi pada 19 Mei 1950.

Hasil konferensi (Piagam Persetujuan):- RIS dan RI sepakat membentuk negara kesatuan berdasarkan

Proklamasi 17 Agustus 1945.- Penyempurnaan Konstitusi RIS, dengan memasukkan bagian-

bagian penting UUD 1945.

Pemerintah RIS mengeluarkan UU Darurat No. 11 Tahun 1950 tentang Tata Cara Perubahan Susunan Kenegaraan RIS.

Sumatera Selatan, Pasundan, Jawa Timur, dan Madura bergabung dengan RI.

Moh. Hatta (RIS), Sukawati (NIT), dan Mansur (Sumatera Timur) mengadakan konferensi pada 19 Mei 1950.

Hasil konferensi (Piagam Persetujuan):- RIS dan RI sepakat membentuk negara kesatuan berdasarkan

Proklamasi 17 Agustus 1945.- Penyempurnaan Konstitusi RIS, dengan memasukkan bagian-

bagian penting UUD 1945.

Continue

Page 9: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Pemerintah RIS dan RI menyepakati Rancangan Undang-Undang Dasar pada 21 Juli 1950.

Parlemen RI dan Senat RIS mengesahkan Undang-Undang Dasar Sementara Tahun 1950 pada 14 Agustus 1950.

Presiden Soekarno membacakan piagam terbentuknya NKRI pada 15 Agustus 1950, dan dinyatakan mulai berlaku pada 17 Agustus 1950.

Pemerintah RIS dan RI menyepakati Rancangan Undang-Undang Dasar pada 21 Juli 1950.

Parlemen RI dan Senat RIS mengesahkan Undang-Undang Dasar Sementara Tahun 1950 pada 14 Agustus 1950.

Presiden Soekarno membacakan piagam terbentuknya NKRI pada 15 Agustus 1950, dan dinyatakan mulai berlaku pada 17 Agustus 1950.

Home

Page 10: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Partai Politik Pada Masa Pergerakan Nasional

Partai Politik Pada Masa Pergerakan Nasional

Dari Sisi Perjuangan

1. Partai radikal

SI, PNI, PI, IP, PKI

2. Partai moderat

BU, PBI, Parindra,

Gerindo, GAPI

Dari Sisi Ideologi

1. Agama (SI, SDI, PSII, Masyumi, Partai Katholik)

2. Nasionalis (BU, PNI, PBI, Parindra, IP, Gerindo, GAPI)

3. Sosialis Marxis (ISDV, Partai Buruh Indonesia, PKI)

Dari Sisi Perjuangan

1. Partai radikal

SI, PNI, PI, IP, PKI

2. Partai moderat

BU, PBI, Parindra,

Gerindo, GAPI

Dari Sisi Ideologi

1. Agama (SI, SDI, PSII, Masyumi, Partai Katholik)

2. Nasionalis (BU, PNI, PBI, Parindra, IP, Gerindo, GAPI)

3. Sosialis Marxis (ISDV, Partai Buruh Indonesia, PKI)

Home

Page 11: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Partai Politik yang Lahir Pasca Kemerdekaan

Partai Politik yang Lahir Pasca Kemerdekaan

1. Majelis Suro Muslimin Indonesia (Masyumi)

2. Partai Komunis Indonesia (PKI)

3. Partai Buruh Indonesia (PBI)

4. Partai Rakyat Jelata

5. Partai Kristen Indonesia (Parkindo)

6. Partai Sosialis Indonesia (PSI)

7. Partai Rakyat Sosialis (PRS)

8. Partai Katolik Republik Indonesia (PKRI)

9. Partai Rakyat Marhaen Indonesia (Permai)

10. Partai Nasional Indonesia (PNI)

1. Majelis Suro Muslimin Indonesia (Masyumi)

2. Partai Komunis Indonesia (PKI)

3. Partai Buruh Indonesia (PBI)

4. Partai Rakyat Jelata

5. Partai Kristen Indonesia (Parkindo)

6. Partai Sosialis Indonesia (PSI)

7. Partai Rakyat Sosialis (PRS)

8. Partai Katolik Republik Indonesia (PKRI)

9. Partai Rakyat Marhaen Indonesia (Permai)

10. Partai Nasional Indonesia (PNI)

Home

Page 12: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

PelaksanaanPelaksanaan

Tahap pertama (29 September 1955) untuk memilih anggota DPR.

Tahap kedua (15 Desember 1955) untuk memilih anggota Konstituante.

Ada 16 daerah pemilihan. Meliputi 208 kabupaten, 2.139 kecamatan, dan 43.429 desa.

Pemilu dinilai berlangsung tertib dan aman. Pengamat dari luar menyatakan bahwa pemerintah Indonesia telah berhasil menyelenggarakan dan melaksanakan Pemilu dengan baik.

Tahap pertama (29 September 1955) untuk memilih anggota DPR.

Tahap kedua (15 Desember 1955) untuk memilih anggota Konstituante.

Ada 16 daerah pemilihan. Meliputi 208 kabupaten, 2.139 kecamatan, dan 43.429 desa.

Pemilu dinilai berlangsung tertib dan aman. Pengamat dari luar menyatakan bahwa pemerintah Indonesia telah berhasil menyelenggarakan dan melaksanakan Pemilu dengan baik.

Home

Page 13: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

HasilHasilHome

Page 14: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Usia Pemerintahan per KabinetUsia Pemerintahan per Kabinet Kabinet Natsir (6 Oktober 1950-21 Maret 1951) Kabinet Sukiman (27 April 1951-23 Februari 1952 Kabinet Wilopo (3 April 1952-2 Juni 1953) Kabinet Ali Sostroamidjojo I (31 Juli 1953-24 Juli

1955) Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955-3

Maret 1956) Kabinet Ali Sostroamidjojo II (20 Maret 1956-14

Maret 1957) Kabinet Juanda (9 April 1957-10 Juli 1959)

Kabinet Natsir (6 Oktober 1950-21 Maret 1951) Kabinet Sukiman (27 April 1951-23 Februari 1952 Kabinet Wilopo (3 April 1952-2 Juni 1953) Kabinet Ali Sostroamidjojo I (31 Juli 1953-24 Juli

1955) Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955-3

Maret 1956) Kabinet Ali Sostroamidjojo II (20 Maret 1956-14

Maret 1957) Kabinet Juanda (9 April 1957-10 Juli 1959)

Home

Page 15: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Kondisi Perekonomian IndonesiaKondisi Perekonomian Indonesia

Buruknya ekonomi Indonesia dipengaruhi pelaksanaan sistem ekonomi kolonial, eksploitasi SDA pasa masa Jepang, dan perang di berbagai wilayah.

Terjadi inflasi sangat tinggi pada awal kemerdekaan, akibat tak terkendalinya peredaran uang Jepang.

Ekonomi makin parah akibat blokade laut oleh Belanda dan kebijakan Belanda yang mencampuri urusan Indonesia.

Buruknya ekonomi Indonesia dipengaruhi pelaksanaan sistem ekonomi kolonial, eksploitasi SDA pasa masa Jepang, dan perang di berbagai wilayah.

Terjadi inflasi sangat tinggi pada awal kemerdekaan, akibat tak terkendalinya peredaran uang Jepang.

Ekonomi makin parah akibat blokade laut oleh Belanda dan kebijakan Belanda yang mencampuri urusan Indonesia.

Home

Page 16: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Konferensi Ekonomi PertamaKonferensi Ekonomi Pertama

1. Pembentukan Badan Persediaan dan Pembagian Bahan Makanan (BPPBM) yang merupakan cikal bakal Bulog

2. Pembentukan Perusahaan Perkebunan Negara (PPN)

3. Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi)

1. Pembentukan Badan Persediaan dan Pembagian Bahan Makanan (BPPBM) yang merupakan cikal bakal Bulog

2. Pembentukan Perusahaan Perkebunan Negara (PPN)

3. Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi)

Home

Page 17: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Perkembangan Perekonomian Indonesia

Perkembangan Perekonomian Indonesia

Pada Kabinet Ali-Wongso, dilaksanakan Sistem Benteng gagasan Sumitro Djojohadikusumo. Bertujuan melindungi pengusaha pribumi dalam persaingan dengan pengusaha non-pribumi.

Pada zaman Ir. Djuanda, terjadi penarikan uang untuk membayar utang kepada Bank Sentral.

Pada masa demokrasi liberal, Indonesia mampu membeli valua asing sebagai simpanan.

Pada kabinet Ali Sostroamidjojo I, ada usaha Indonesianisasi yang lebih intensif. Contohnya yaitu pemberian bantuan kepada pengusaha pribumi.

Pada Kabinet Ali-Wongso, dilaksanakan Sistem Benteng gagasan Sumitro Djojohadikusumo. Bertujuan melindungi pengusaha pribumi dalam persaingan dengan pengusaha non-pribumi.

Pada zaman Ir. Djuanda, terjadi penarikan uang untuk membayar utang kepada Bank Sentral.

Pada masa demokrasi liberal, Indonesia mampu membeli valua asing sebagai simpanan.

Pada kabinet Ali Sostroamidjojo I, ada usaha Indonesianisasi yang lebih intensif. Contohnya yaitu pemberian bantuan kepada pengusaha pribumi.

Home

Page 18: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Penanaman Modal AsingPenanaman Modal Asing

Pemerintah menyadari modal asing perlu adanya untuk mengembangkan SDA dan mendirikan industri modern.

Undang-Undang PMA melarang PMA dalam sejumlah kegiatan, seperti pekerjaan umum, pertambangan, dan lapangan usaha di mana pengusaha pribumi adalah mayoritas.

Situasi politik yang kacau dan radikal tidak menguntungkan usaha menarik arus PMA baru.

Tahun 1958, Presiden Soekarno mencabut UU PMA.

Pemerintah menyadari modal asing perlu adanya untuk mengembangkan SDA dan mendirikan industri modern.

Undang-Undang PMA melarang PMA dalam sejumlah kegiatan, seperti pekerjaan umum, pertambangan, dan lapangan usaha di mana pengusaha pribumi adalah mayoritas.

Situasi politik yang kacau dan radikal tidak menguntungkan usaha menarik arus PMA baru.

Tahun 1958, Presiden Soekarno mencabut UU PMA.

Home

Page 19: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Sidang KonstituanteSidang Konstituante Sidang pertama pada 10 November 1956 di Bandung. Hingga 1958, Konstituante belum berhasil merumuskan

Rancangan UUD sebagaimana diharapkan, karena adanya perbedaan pendapat di antara para anggota mengenai isi.

Anggota Konstituante terpecah menjadi 2, kelompok Islam dan non Islam. Tidak pernah tercapai kesepakatan di antara keduanya.

Konstituante dinilai gagal dalam melaksanakan tugasnya. Hal tersebut karena para anggota menyalahartikan prinsip demokrasi liberal, di mana mereka mementingkan kepentingan pribadi di atas kepentingan bersama.

Sidang pertama pada 10 November 1956 di Bandung. Hingga 1958, Konstituante belum berhasil merumuskan

Rancangan UUD sebagaimana diharapkan, karena adanya perbedaan pendapat di antara para anggota mengenai isi.

Anggota Konstituante terpecah menjadi 2, kelompok Islam dan non Islam. Tidak pernah tercapai kesepakatan di antara keduanya.

Konstituante dinilai gagal dalam melaksanakan tugasnya. Hal tersebut karena para anggota menyalahartikan prinsip demokrasi liberal, di mana mereka mementingkan kepentingan pribadi di atas kepentingan bersama.

Continue

Page 20: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Di saat bersamaan, muncul pemikiran untuk kembali ke UUD 1945. Didukung oleh pimpinan ABRI (Mayjen A. H. Nasution).

Dewan Menteri bersidang pada 19 Februari 1959 dan menghasilkan keputusan mengenai pelaksanaan demokrasi terpimpin dalam rangka kembali ke UUD 1945.

Presiden Soekarno menyampaikan amanat di depan Sidang Konstituante yang berisi anjuran untuk kembali ke UUD 1945 pada 25 April 1959.

Pemungutan suara angggota Konstituante, mengalami kegagalan hingga 3 kali.

Presiden Soekarno menganggap situasi sebagai keadaan darurat.

Di saat bersamaan, muncul pemikiran untuk kembali ke UUD 1945. Didukung oleh pimpinan ABRI (Mayjen A. H. Nasution).

Dewan Menteri bersidang pada 19 Februari 1959 dan menghasilkan keputusan mengenai pelaksanaan demokrasi terpimpin dalam rangka kembali ke UUD 1945.

Presiden Soekarno menyampaikan amanat di depan Sidang Konstituante yang berisi anjuran untuk kembali ke UUD 1945 pada 25 April 1959.

Pemungutan suara angggota Konstituante, mengalami kegagalan hingga 3 kali.

Presiden Soekarno menganggap situasi sebagai keadaan darurat.

Home

Page 21: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Keluarnya Dekrit PresidenKeluarnya Dekrit Presiden Diumumkan secara resmi di Istana Merdeka pada 5 Juli 1959

pukul 17.00. Isi:

- Pembubaran Konstituante

- Pemberlakuan kembali UUD 1945

- Pembentukan MPRS dan DPAS Tanggapan terhadap Dekrit Presiden:

- Sebagian besar masyarakat mendukung

- Kasad memerintahkan seluruh anggota TNI untuk mengamankan pelaksanaan dekrit.

- MA membenarkan dekrit tersebut

- DPR secara aklamasi menyatakan kesediaan untuk terus bekerja sesuai UUD 1945

Diumumkan secara resmi di Istana Merdeka pada 5 Juli 1959 pukul 17.00.

Isi:

- Pembubaran Konstituante

- Pemberlakuan kembali UUD 1945

- Pembentukan MPRS dan DPAS Tanggapan terhadap Dekrit Presiden:

- Sebagian besar masyarakat mendukung

- Kasad memerintahkan seluruh anggota TNI untuk mengamankan pelaksanaan dekrit.

- MA membenarkan dekrit tersebut

- DPR secara aklamasi menyatakan kesediaan untuk terus bekerja sesuai UUD 1945

Home

Page 22: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Pembentukan MPRSPembentukan MPRS Dasar hukum yaitu Penetapan Presiden No. 2

Tahun 1959. Terdiri atas 261 anggota DPR, 94 anggota Utusan

Daerah, dan 200 anggota Wakil Golongan. Susuan pimpinan MPRS:

- Ketua : Chaerul Saleh

- Wakil Ketua : - Mr. Ali Sostroamidjojo

- K. H. Idham Khalid

- D. N. Aidit

- Kolonel Wiluyo Puspoyudo

Dasar hukum yaitu Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1959.

Terdiri atas 261 anggota DPR, 94 anggota Utusan Daerah, dan 200 anggota Wakil Golongan.

Susuan pimpinan MPRS:

- Ketua : Chaerul Saleh

- Wakil Ketua : - Mr. Ali Sostroamidjojo

- K. H. Idham Khalid

- D. N. Aidit

- Kolonel Wiluyo Puspoyudo

Home

Page 23: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Pembentukan DPASPembentukan DPAS Dasar hukum yaitu Penetapan Presiden No. 3 Tahun

1959. Anggota DPAS diangkat dan diberhentikan

presiden. Berjumlah 45 orang, terdiri atas 12 wakil golongan

politik, 8 utusan daerah, 24 wakil golongan, 1 ketua. Tugas DPAS adalah memberi jawaban atas

pertanyaan presiden dan mengajukan usul kepada pemerintah.

Dilantik pada 15 Agustus 1959.

Dasar hukum yaitu Penetapan Presiden No. 3 Tahun 1959.

Anggota DPAS diangkat dan diberhentikan presiden.

Berjumlah 45 orang, terdiri atas 12 wakil golongan politik, 8 utusan daerah, 24 wakil golongan, 1 ketua.

Tugas DPAS adalah memberi jawaban atas pertanyaan presiden dan mengajukan usul kepada pemerintah.

Dilantik pada 15 Agustus 1959.

Home

Page 24: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Hubungan Pusat-DaerahHubungan Pusat-DaerahMunculnya gerakan separatis sebagai protes daerah terhadap kebijakan pemerintah pusat. Daerah menganggap pusat mengabaikan pembangunan dan perekonomian daerah.

- Dewan Banteng (Sumatera Barat), dipimpin Letkol Achmad Husein

- Dewan Gajah (Sumatera Utara), dipimpin Kolonel Simbolon

- Dewan Garuda (Sumatera Selatan), dipimpin Kolonel Barlian

- Dewan Manguni (Sulawesi Utara), dipimpin Kolonel Ventje Sumual

Munculnya gerakan separatis sebagai protes daerah terhadap kebijakan pemerintah pusat. Daerah menganggap pusat mengabaikan pembangunan dan perekonomian daerah.

- Dewan Banteng (Sumatera Barat), dipimpin Letkol Achmad Husein

- Dewan Gajah (Sumatera Utara), dipimpin Kolonel Simbolon

- Dewan Garuda (Sumatera Selatan), dipimpin Kolonel Barlian

- Dewan Manguni (Sulawesi Utara), dipimpin Kolonel Ventje Sumual

Home

Page 25: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Pergolakan Sosial PolitikPergolakan Sosial Politik Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil

(APRA)Tanggal 23 Januari 1950 di Bandung, dipimpin

Raymond WesterlingMemberi ultimatum kepada pemerintah RIS dan

Pasundan agar diakui sebagai “Tentara Pasundan”

Pemberontakan Andi AzisTanggal 5 April 1950 di Makasasar, dipimpin Kapten

Andi AzisMenuntut sejumlah hal, berkaitan Negara Indonesia

Timur

Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)Tanggal 23 Januari 1950 di Bandung, dipimpin

Raymond WesterlingMemberi ultimatum kepada pemerintah RIS dan

Pasundan agar diakui sebagai “Tentara Pasundan”

Pemberontakan Andi AzisTanggal 5 April 1950 di Makasasar, dipimpin Kapten

Andi AzisMenuntut sejumlah hal, berkaitan Negara Indonesia

Timur

Continue

Page 26: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)Tanggal 25 April 1950 di Ambon, dipimpin Dr.

SoumokilTerjadi karena ketidakpuasan terhadap proses

kembalinya RIS ke NKRI

Pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)Tanggal 15 Februari 1958, Achmad Husein

memproklamirkan berdirinya ‘Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia’

Timbul sebagai akibat kurang harmonisnya hubungan pusat-daerah

Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)Tanggal 25 April 1950 di Ambon, dipimpin Dr.

SoumokilTerjadi karena ketidakpuasan terhadap proses

kembalinya RIS ke NKRI

Pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)Tanggal 15 Februari 1958, Achmad Husein

memproklamirkan berdirinya ‘Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia’

Timbul sebagai akibat kurang harmonisnya hubungan pusat-daerah

Continue

Page 27: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

Pemberontakan Piagam Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta)Tanggal 1 Maret 1957 Ventje Sumual mengikrarkan

Gerakan Perjuangan Rakyat SemestaMenuntut dilaksanakannya Repelita (Rencana

Pembangunan Lima Tahun) dan pembagian pendapatan daerah secara adil

Pemberontakan Piagam Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta)Tanggal 1 Maret 1957 Ventje Sumual mengikrarkan

Gerakan Perjuangan Rakyat SemestaMenuntut dilaksanakannya Repelita (Rencana

Pembangunan Lima Tahun) dan pembagian pendapatan daerah secara adil

Home

Page 28: Peristiwa Politik dan Ekonomi Indonesia Pasca Pengakuan Kedaulatan

TERIMA KASIH