PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan...

182
131 PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI (Studi Fenomenologi Pola Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Jenes di Kelurahan Laweyan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta) Disusun Oleh : IIN PUSPITOSARI NIM D0306039 SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan...

Page 1: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

131

PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI

(Studi Fenomenologi Pola Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Jenes

di Kelurahan Laweyan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta)

Disusun Oleh :

IIN PUSPITOSARI

NIM D0306039

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Sosiologi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

132

PERSETUJUAN

Telah Disetujui Oleh Dosen Pembimbing Skripsi Untuk Dipertahankan

Dihadapan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Hari : Kamis

Tanggal : 6 Mei 2010

Pembimbing

Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si

NIP. 19631014 198803 2 001

Page 3: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

133

PENGESAHAN

Telah Diuji dan Disyahkan oleh Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pada Hari : Jum’at

Tanggal : 14 Mei 2010

Panitia Ujian

1. Drs. Jefta Leibo, SU (.............................................)

NIP. 19501229 199003 1 003 Ketua

2. Siti Zunariyah, S.Sos, M.Si (.............................................)

NIP. 19770719 200801 2 016 Sekretaris

3. Dra.Hj.Trisni Utami, M.Si (.............................................)

NIP. 19631014 198803 2 001 Penguji

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Dekan

Drs. Supriyadi, SN, SU

Page 4: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

134

NIP. 19530128 198103 1 001

MOTTO

Jika pepohonan dijadikan pena

dan laut menjadi tinta

Niscaya tak kan pernah cukup

Tuk menuliskan semua nikmat-Nya

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.....seperti kata

yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang

menjadikannya abu.....Aku ingin mencintaimu dengan

sederhana.....seperti isyarat yang tak sempat

dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

(Kahlil Gibran)

Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia

berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraihnya

(Nidji)

Page 5: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

135

PERSEMBAHAN

Terselesaikannya karya ini merupakan wujud dari Kuasa

dan Kasih Sayang Allah SWT kepada umatnya

Sebuah karya ini kupersembahkan untuk kedua orang tua

tercinta, Bapak dan Ibu yang telah berjuang mencarikan

nafkah hingga aku bisa masuk di Universitas Sebelas

Maret Surakarta dan meraih gelar Sarjana

Kekuatan karya ini berkat dampingan nenekku tercinta

dan adikku tersayang

Kelengkapan karya ini merupakan kumpulan semangat dari

teman,sahabat, dan orang terkasih yang selalu setia

dalam suka dan duka

Almamater Tercinta

Page 6: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

136

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat, hidayah, petunjuk serta karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Perilaku Sosial Masyarakat Bantaran

(Studi Kasus Pola Perilaku Masyarakat Bantaran Kali Premulung di Kelurahan

Tipes Kecamatan Serengan Kota Surakarta)”. Sebagai salah satu syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Sosial Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah

membantu baik secara moril maupun materiil sehingga skripsi ini dapat selesai.

Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima

kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. Supriyadi, SN, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Priyanto Susiloadi, M.Si selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 7: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

137

3. Bapak DR. Drajat Tri Kartono, M.Si selaku Dosen Pembimbing

Akademik.

4. Ibu Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si selaku Ketua Jurusan, Dosen Pembimbing

serta Penguji Skripsi.

5. Bapak Drs. Jefta Leibo, SU selaku Ketua Penguji Skripsi.

6. Ibu Siti Zunariyah, S.Sos, M.Si selaku Sekretaris Penguji Skripsi.

7. Bapak Drs. Sudarsana, PGD,PD Selaku Dosen Pembimbing Kuliah Kerja

Mahasiswa Sosiologi.

8. Bapak-bapak serta Ibu-ibu Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu.

9. Bapak-bapak dan Ibu-ibu staff Tata Usaha, Pengajaran dan Pendidikan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta,

serta pihak-pihak lainnya yang telah membantu dalam mendapatkan

berbagai kemudahan.

10. Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL), Forum

Masyarakat Laweyan Peduli Lingkungan Hidup (FMLPLH) serta

masyarakat Laweyan yang telah bersedia membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi.

11. Bapak dan Ibu, Nenek serta Adikku tercinta yang selalu memberikan

dukungan, semangat serta doa.

Page 8: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

138

12. Teman-teman Sosiologi pada umumnya dan angkatan 2006 pada

khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

13. Orang terkasih yang selalu mendukung dan memberikan semangat serta

motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

14. Semua Pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam penyusunan

skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Walaupun skripsi ini sudah disusun secara maksimal, namun penulis sadar

bahwa karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala

keterbatasan yang ada dan dengan kerendahan hati penulis akan menerima kritik

dan saran yang membangun guna penyempurnaan.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis akan

mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Akhir kata dengan harapan

yang tinggi mudah-mudahan skripsi ini menjadi sebuah karya yang bermanfaat

bagi pembaca.

Sekian

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Surakarta, 6 Mei 2010

Penulis

Page 9: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

139

Iin Puspitosari

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii

HALAMAN MOTTO .................................................................................iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................v

KATA PENGANTAR .................................................................................vi

DAFTAR ISI .............................................................................................ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................xi

DAFTAR MATRIK ............................................................................................xii

DAFTAR BAGAN...............................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xv

ABSTRAK .......................................................................................................xvi

BAB I

PENDAHULUAN

Page 10: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

140

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................1

B. Perumusan Masalah ................................................................................11

C. Tujuan Penelitian ................................................................................11

D. Manfaat Penelitian ................................................................................12

E. Tinjauan Pustaka ................................................................................13

F. Definisi Konseptual ................................................................................29

G. Kerangka Berfikir ................................................................................33

H. Metode Penelitian ................................................................................35

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kota Surakarta ........................................................44

B. Gambaran Umum Laweyan ....................................................................47

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Profil Informan Masyarakat Kelurahan Laweyan

Kecamatan Laweyan Kota Surakarta ........................................................66

B. Gambaran Ekologi Laweyan ....................................................................70

C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ..................102

D. Keterlibatan Masyarakat Laweyan Dalam Kaitannya Dengan

Lingkungan Hidup ..............................................................................105

E. Pengelolaan IPAL oleh Masyarakat ......................................................108

F. Penerapan Eko-efisiensi ..................................................................110

G. Pemakaian Pewarna Alami Berwawasan Lingkungan ..................128

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Fungsi Sungai Bagi Masyarakat Bantaran yang Tinggal

di Bantaran Sungai Jenes di Kelurahan Laweyan ..............................131

B. Pola Perilaku Masyarakat Terhadap sungai

Serta Dampaknya Terhadap Lingkungan di Laweyan ..................139

Page 11: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

141

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................153

B. Implikasi

B.1 Implikasi Teoritik ..............................................................................158

B.2 Implikasi Empiris ..............................................................................160

C. Saran ......................................................................................................161

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tahapan dan Ciri Perkembangan Perilaku ................................31

Tabel 2 Penarikan Sampel ....................................................................39

Tabel 3 Jumlah Penduduk Dalam Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Kelurahan Laweyan Tahun 2009 ............................................55

Tabel 4 Penduduk menurut tingkat pendidikan umur 5 tahun keatas

Kelurahan Laweyan tahun 2009 ............................................57

Tabel 5 Mata Pencaharian Penduduk Laweyan

Usia 10 tahun keatas tahun 2009 ............................................58

Tabel 6 Sumber Air Minum masyarakat di Kelurahan Laweyan ........66

Tabel 7 Jumlah Prasarana Air Bersih Masyarakat Laweyan ....................66

Tabel 8 Jumlah Prasarana Air Bersih Masyarakat Laweyan Menurut

Penggunanya ................................................................................64

Tabel 9 Kualitas Air Minum Masyarakat Kelurahan Laweyan ........69

Tabel 10 Profil Informan ..............................................................................66

Tabel 11 Masyarakat berdasarkan profesinya serta perilakunya………... 106

Page 12: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

142

Tabel 14 Jenis tanaman sebagai pewarna alami ..............................129

DAFTAR MATRIK

Matrik 1 Pemaknaan Sungai Bagi Masyarakat ..........................................137

Matrik 2 Fungsi Sungai Jenes Bagi Masyarakat ..........................................138

Matrik 3 Pola Perilaku Masyarakat Terhadap Sungai dan Lingkungan ......151

Matrik 4 Dampak Perilaku Masyarakat terhadap Sungai dan Lingkungan ......152

Page 13: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

143

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Proses Terbentuknya Sikap ....................................................................35

Bagan 2 Proses Pengumpulan Data ....................................................................42

Bagan 3 Struktur Institusi/Badan Pengelola IPAL Kampoeng Batik Laweyan.....79

Bagan 4 Konsep Keluaran Bukan Produk (KBP) ..........................................113

Bagan 5 Manfaat GHK berupa “Tiga Keuntungan” ..........................................115

Bagan 6 Penerapan Eko-efisiensi ............................................................119

Bagan 7 Delapan Tahapan Siklus Eko-efisiensi ..........................................122

Page 14: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

144

DAFTAR GAMBAR

Gb.1 Rumah Jawa ............................................................................................60

Gb.2 Rumah Indische ................................................................................60

Gb.3 Jalan / Gang di Kampung Laweyan ........................................................62

Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ........................................................64

Gb.5 Kondisi sungai yang tercemar ........................................................65

Page 15: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

145

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Lampiran 3 Jurnal Internasional

Lampiran 4 Surat-Surat

Page 16: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

146

ABSTRAK

. Masalah pencemaran sungai merupakan bagian dari masalah lingkungan.

Banyak pencemaran yang diakibatkan oleh limbah industri pabrik, limbah rumah tangga maupun sampah-sampah. Hal ini mengakibatkan kondisi ekosistem sungai semakin menurun dan berdampak buruk bagi manusia dan juga lingkungan. Pencemaran yang terjadi di sungai sebagai akibat dari perilaku manusia yang semakin mengabaikan lingkungan sekitar. Akibat perilaku manusia yang salah dalam memperlakukan lingkungan sungai akhirnya akan menjadi sebuah bencana yang merugikan manusia itu sendiri. Bencana yang sering melanda yakni bencana banjir. Masyarakat yang paling dekat dengan sungai adalah masyarakat bantaran sungai. Maka dari itu perilaku masyarakat sangat penting dalam menentukan kualitas dan keberlangsungan sebuah sungai.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan metode yang dipakai yakni fenomenologi. Dalam penelitian ini terdapat tujuh informan yang merupakan warga Laweyan dengan berbagai profesi yang berbeda. Teknik pengumpulan datanya melalui observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi sedangkan pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik maksimum variations sampling. Analisa data yang digunakan adalah analisis

Page 17: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

147

interaktif yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keempatnya dilakukan hampir bersamaan dan terus-menerus dengan memanfaatkan waktu yang tersisa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemaknaan masyarakat terhadap sungai hampir semuanya sama yakni sungai dipandang sebagai front belakang. Fungsi sungai bagi masyarakat bantaran juga mengalami perbedaan seiring dengan perubahan kondisi sungai. Perubahan fungsi sungai tersebut berbeda berdasarkan kurun waktunya. Perubahan kondisi sungai ini ikut mempengaruhi perilaku masyarakat sekitar. Ada perilaku yang positif untuk menjaga ekosistem sungai dan juga kelestarian lingkungan hidup di Laweyan, namun ada juga masyarakat yang berperilaku tidak peduli terhadap lingkungan dan cenderung bersikap acuh dan masa bodoh. Perilaku tersebut yakni membuang sampah dan limbah rumah tangga langsung ke sungai. Dari perilaku yang dilakukan oleh masyarakat terdapat suatu dampak yang berakibat buruk terhadap lingkungan khususnya lingkungan sungai dan juga terhadap masyarakat yang tinggal di bantaran. Dampak buruk yang sering terjadi yakni banjir yang menggenangi jalan dan juga rumah warga. Perilaku masyarakat Laweyan tidak hanya berdampak negatif saja, namun juga memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan hidup dan juga kemajuan Laweyan sebagai salah satu daerah wisata budaya. Dampak positifnya yakni dengan adanya program-program yang dibuat oleh Tokoh masyarakat Laweyan membuat wilayah ini menjadi teduh, hijau dan tidak terlihat gersang lagi.

ABSTRACT

Problem of river pollution is part of the environmental problems. Many of

contamination caused by industrial waste plant, waste or household garbage. This resulted in declining condition of the river ecosystem and adversely affect humans and the environment. Pollution in the river as a result of human behavior are increasingly ignoring the surrounding environment. As a result of human behavior is wrong in treating the river environment will eventually become a disaster of adverse human themselves. Disasters that often hit the flood disaster. Communities closest to the river communities along the river is. Thus the behavior of the community is very important in determining the quality and sustainability of a river.

This was a qualitative descriptive study used the phenomenological method. In this study there were seven informants who are citizens Laweyan with a variety of different professions. Engineering data collection through observation, interview and documentation of research conducted while sampling technique with a maximum sampling variations. Analysis of data is interactive analysis that includes data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The four are done almost simultaneously and continuously by utilizing the remaining time.

The results of this study indicate that the meaning of society to the river almost all the same river which is seen as the front-rear. Function for the community bank of the river also experienced a difference in line with changes in

Page 18: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

148

river conditions. Changes in river function differently based on the period of time. Changes in river conditions influence the behavior of the surrounding community. There is a positive attitude to maintain the river ecosystem and environmental conservation in Laweyan, but there are also people who behave do not care about the environment and tend to be indifferent and nonchalant. That behavior that is taking out the trash and household waste directly into rivers. Of behavior by people who have an adverse impact on the environment especially river environment and also against the people who live in the flood plain. Adverse effects that often occur floods inundated roads and also home residents. Laweyan community behavior not only negatively impacted, but also have a positive impact on the environment and also progress Laweyan as one area of cultural tourism. Namely the existence of the positive impact of programs made by community leader Laweyan make this area a calm, green and no longer looks barren.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dan semua benda, daya, keadaan

dan makluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang

mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk

hidup lainnya. Lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang terdapat

Page 19: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

149

disekitar manusia dalam kehidupannya sehari-hari, misalnya udara, tempat

tinggal, tanah sekitarnya, tempat bekerja, tempat berkumpul dan sebagainya.

Permasalahan yang ada dilingkungan hidup sangatlah beragam, mulai dari

mewabahnya penyakit, baik itu penyakit menular ataupun tidak menular,

pencemaran (air dan udara) bahkan juga bencana seperti banjir dan lain

sebagainya.

Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh

berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian

terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan.

Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan

pencemar yang terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan

terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya. Pada saat ini, pencemaran

terhadap lingkungan berlangsung di mana-mana dengan laju yang sangat cepat.

Sekarang ini beban pencemaran dalam lingkungan sudah semakin berat dengan

masuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat .

Masalah kerusakan lingkungan disebabkan oleh tangan-tangan manusia itu

sendiri. Untuk menjaga kelestarian lingkungan, harus ada penegakan hukum

lingkungan. Selain itu, tak kalah penting adalah menumbuhkan kesadaran yang

tinggi pada masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan. Setidaknya wawasan

mengenai lingkungan, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) akan mengarah

pada pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup.

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

Page 20: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

150

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

makhluk hidup lain. Pada dasarnya, adanya perubahan kondisi lingkungan akibat

kerusakan dan pencemaran lingkungan akan mempengaruhi ekosistem di alam.

Bentuk perusakan lingkungan seperti pencemaran udara, pencemaran air, dan

menurunnya kualitas lingkungan akibat bencana alam, yakni banjir, longsor,

kebakaran hutan, krisis air bersih bisa berdampak buruk pada lingkungan,

khususnya bagi kesehatan manusia .

Pencemaran lingkungan yang terjadi di masyarakat dewasa ini,

dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bagaimana cara

pengolalaan sampah yang sesuai sehingga sampah yang tiap hari terus meningkat

tersebut tidak tertangani kemudian jadilah pencemaran dari sampah tersebut, dari

pencemaran udara, tanah bahkan sampai airpun tercemar oleh sampah yang tidak

dikelola dengan baik. Untuk menangani hal ini semua perlu ditumbuhkannya

kesadaran masyarakat dalam pengelolaan limbah, baik limbah rumah tangga

maupun limbah industri. (http://eka548.blogspot.com/2009/01/pencemaran-

lingkungan-dalam-pandangan.html diakses 9 januari 2010 jam 14:15)

Penyakit yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan khususnya

lingkungan sungai adalah penyakit kulit dan juga diare. Kurangnya sarana air

bersih juga menjadi penyebab merebaknya kedua penyakit ini. Berdasarkan

laporan hasil pengamatan dari Dinas Kesehatan Kora Surakarta, selama tahun

2006 ditemukan kasus diare sebanyak 11.758 atau sebanyak 7,64% yang tersebar

diseluruh wilayah Kota Surakarta. Dari jumlah tersebut sebanyak 3.923 diderita

oleh balita. Dengan demikian penyakit diare yang menyerang balita sebesar

Page 21: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

151

33,36%. Jika dilihat angkanya, kasus penyakit diare tergolong rendah. Ini

dimungkinkan karena warga yang berkunjung ke puskesmas untuk memeriksakan

penyakit diare memang sedikit.

Kasus diare mempunyai korelasi dengan perilaku masyarakat, penyediaan

kualitas air bersih dan kepemilikan jamban keluarga yang memenuhi syarat

kesehatan. Jika dilihat kualitas air bersih maka hanya 63% yang memenuhi syarat.

Sedangkan untuk kepemilikan jamban keluarga yang memenuhi syarat sebesar

84%. Dari seluruh total kasus diare yang ada maka yang menyerang penduduk di

Kecamatan Laweyan sebesar 0,22% atau terdapat 878 kasus pada tahun 2006.

Data tersebut berasal dari tiga puskesmas yang ada di Laweyan yakni Puskesmas

Pajang, Puskesmas Penumping dan Puskesmas Purwosari.

Kepemilikan sarana kesehatan lingkungan menjadi salah satu pendukung

agar penyakit diare tidak menyerang warga. Sarana kesehatan tersebut meliputi

kepemilikan Sarana Air Bersih (SAB) dan kepemilikan jamban. Dari 77.067

keluarga yang dilakukan pemeriksaan, yang memiliki sarana penyediaan air bersih

sebesar 94,81%. Sedangkan keluarga yang memiliki jamban sebesar 92,22%.

Data tersebut jika ditampilkan pada tiap kecamatan adalah sebagai berikut :

Page 22: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

152

0

20

40

60

80

100

SAB 84,54 85,79 97,31 55,69 84,12

Jamban 100 100 78,75 100 100

Laweyan Serengan Ps.Kliwon Jebres Bj.Sari

Disamping kasus diare terdapat penyakit lain yang berhubungan dengan

pencemaran lingkungan sungai yakni penyakit kulit. Dari data Dinas Kesehatan

Kota Surakarta maka jumlah penyakit kulit akibat alergi sebanyak 17.079 atau

sebesar 4,32% dan penyakit kulit karena infeksi sebanyak 13.176 atau sebesar

3,33%. (Profil Kesehatan Kota Surakarta:2007)

Sungai merupakan salah satu bagian dari lingkungan, dimana keberadaan

dari sungai sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup

lainnya. Pada zaman dahulu sungai berfungsi sebagai sarana transportasi untuk

menuju ke daerah lain, bahkan sungai juga sebagai tempat mencuci dan mandi,

selain itu sungai juga dapat dimanfaatkan untuk irigasi.

Sungai merupakan tempat pembuangan akhir limbah cair dari berbagai

kegiatan manusia, sebelum akhirnya dialirkan ke danau atau laut. Sistem drainase

kota dimulai dari permukiman, perdagangan dan drainase alami yang alirannya

akan berakhir di sungai. Kondisi ini akan mengakibatkan semua bahan pencemar

yang terlarut dalam bentuk limbah cair akan masuk kedalam aliran sungai.

Page 23: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

153

Besarnya bahan pencemar yang masuk ke sungai akan berpengaruh terhadap

kualitas air sungai. Pada titik tertentu akan mengakibatkan terjadinya pencemaran.

Untuk mencegah terjadinya pencemaran air sungai perlu dilakukan upaya

pengendalian. Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya pencemaran air

sungai adalah memelihara sungai agar tetap memiliki kemampuan untuk

mereduksi dan membersihkan bahan pencemar yang masuk kedalamnya. Upaya

ini diantaranya berupa pengaturan jumlah bahan pencemar yang boleh dibuang

ke sungai. Pengaturan jumlah bahan pencemar yang boleh dibuang ke sungai

didasarkan atas kajian ilmiah tentang daya tampung beban pencemaran pada

sungai. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa bahan pencemar yang

dibuang ke sungai tidak melampaui kemampuan air sungai untuk membersihkan

sendiri. Kemampuan air untuk membersihkan diri secara alamiah dari berbagai

kontaminan dan pencemar dikenal sebagai swa pentahiran atau self purification.

Penentuan daya tampung beban pencemaran sungai (badan air)

merupakan kewenangan pemerintah melalui keputusan Bupati / Walikota dan

Gubernur atau Presiden, sesuai dari kondisi sungai tersebut. Pemerintah

Kabupaten / Kota memiliki kewenangan untuk menetapkan daya tampung beban

pencemaran pada sungai yang berada di wilayahnya (Pasal 18 (3) dan Pasal 20

(a) PP No. 82 Tahun 2001). Sesuai UU No.7 Tahun 2004 Pasal 16 (b) dan Pasal

23 (1) Pemerintah Kabupaten / Kota memiliki kewenangan dan tanggung jawab

dalam hal pengelolaan sumber daya air dan pengelolaan kualitas air serta

pengendalian pencemaran air (sungai) di wilayahnya.

Page 24: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

154

Menurut Metcalf & Eddy, 1979 dalam estimasi beban pencemaran badan

air, bahan pencemar dalam limbah cair yang berasal dari rumah tangga,

permukiman dan perkotaan pada umumnya berupa lebih dari 70% bahan organik.

Bahan pencemar dalam limbah cair yang dapat didegradasi secara alamiah melalui

peristiwa swa pentahiran adalah bahan organik juga. Atas dasar alasan ini, maka

penentuan daya tampung beban pencemaran pada badan air (sungai) lebih dititik

beratkan pada zat organik.(http://www.scribd.com/doc/17668167/Estimasi-Beban-

Pencemaran-Badan-Air diakses 9 januari 2010 jam 15:02).

Permukiman di tepi sungai atau yang sekarang sering disebut Stren Kali

atau bantaran sungai bukanlah hal yang baru. Sungai tidak hanya merupakan

sarana transportasi tetapi juga merupakan sumber daya alam yang sangat

dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi di jaman sekarang dimana biaya

hidup menjadi semakin mahal, maka tidak sedikit orang yang melirik tanah-tanah

dibantaran sungai untuk dijadikan tempat tinggalnya. Hal tersebut juga

sebagaimana yang terjadi di bantaran sungai Jenes, dimana di daerah tersebut

sangat padat dengan bangunan rumah-rumah.

Kondisi sungai akan menetukan kualitas airnya untuk dapat memberikan

manfaat bagi kehidupan manusia. Jika melihat kondisi sungai sekarang sangat

jauh berbeda dengan kondisi sungai jaman dahulu. Pola perilaku masyarakat

bantaran sungai turut menjadi penentu dari kualitas air sungai tersebut. Manusia

selalu berusaha untuk mencintai alam dan hidup selaras dengannya sehingga

menganggap sungai memiliki kehidupan yang patut dihargai. Pada saat yang

bersamaan, juga bisa menjadi sesuatu yang menakutkan bagi manusia. Alam itu

Page 25: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

155

hebat dan kuat. Alam memiliki kekuatan yang dalam waktu singkat mampu

mencabut dan melenyapkan hidup manusia.

Pola perilaku manusia yang salah terhadap sungai akan menimbulkan

banyak permasalahan. Masalah yang sering muncul terkait dengan sungai adalah

banjir serta pencemaran. Efek samping dari hal tersebut adalah timbulnya suatu

penyakit yang akan berdampak buruk bagi kehidupan manusia itu sendiri.

Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air

dalam jumlah yang begitu besar. Bencana banjir hampir setiap musim penghujan

melanda Indonesia, begitupun juga di Solo hampir setiap musim hujan banjir

terjadi dan menggenangi daerah-daerah di Solo. Berdasarkan nilai kerugian dan

frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya peningkatan yang cukup berarti.

Kejadian bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam berupa

curah hujan yang diatas normal dan adanya pasang naik air laut. Disamping itu

faktor ulah manusia juga berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak

tepat (pemukiman di daerah bantaran sungai, di daerah resapan, penggundulan

hutan, dan sebagainya), pembuangan sampah ke dalam sungai, pembangunan

pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya). Banjir juga dapat terjadi

dari adanya limbah-limbah industri yang dibuang ke sungai sehingga

menyebabkan adanya penyumbatan di sungai. Selain itu limbah yang dibuang ke

sungai akan menyebabkan kualitas air sungai menjadi menurun, bahkan dapat

juga mendatangkan suatu penyakit.

Sudarmadji, dosen kesehatan lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Airlangga (Unair) tahun 2009. Menunjukkan, sekitar 40 persen bahan

Page 26: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

156

pencemar sungai berasal dari limbah domestik warga yang berdiam di kawasan

sungai. Limbah itu berasal dari buangan dapur, kamar mandi, dan sampah.

Sebagian besar sampah yang dibuang itu adalah bahan organik. Secara langsung,

itu menurunkan kualitas air. Sebab, mikroba dalam sungai menguraikan zat

organik, padahal mikroba tersebut memerlukan oksigen. Semakin banyak bahan

organik yang dibuang, semakin sedikit kandungan oksigen dalam sungai. Hal

tersebut akan menyebabkan kehidupan makhluk hidup dalam sungai terancam,

sehingga sungai pun tidak layak lagi menjadi bahan baku air minum. Selain itu,

tinja menjadi salah satu limbah domestik yang sangat berperan (sangat cepat

membuat infeksi). Air yang tercemar tinja menyebabkan berbagai penyakit.

Misalnya, gangguan pencernaan, penyakit kulit, dan penyakit mata. Penyakit itu

bisa menjangkit warga yang memakai air sungai sebagai bahan baku air minum

atau mandi. (jawapos.com diakses 9 Desember 2009 jam 12:32).

Pencemaran juga terlihat di beberapa anak sungai, yakni di kali Pepe yang

bermuara ke hilir Bengawan Solo, tepatnya di Kampung Sewu Kecamatan Jebres

Surakarta, mengalirkan air yang berwarna ungu. Limbah itu berasal dari industri

pengecatan dan pencetakan batik di Pasar Kliwon, Semanggi, Surakarta. (Sugino

(59), warga setempat).

Ahli lingkungan dari Universitas Sebelas Maret Surakarta, Sulastoro, yang

turut serta dalam ekspedisi, menjelaskan, limbah industri batik pada umumnya

mengandung zat beracun, seperti Natrium (Na), Cadmium (Cd), dan Chrom (Cr).

Di sejumlah tempat di sisi Bengawan Solo sejak Surakarta hingga Kabupaten

Karanganyar, tim juga menyaksikan banyak ikan sapu-sapu (suckermouth) yang

Page 27: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

157

mati. Ikan jenis itu biasanya bertahan pada air keruh atau kotor. Sebaliknya, ikan

nila dan bader yang banyak ditangkapi masyarakat di bagian hulu tidak lagi

ditemukan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepekatan limbah yang ada di

sungai sudah melampaui batas toleransi.

Retno Rosariastuti, juga mengatakan, banyaknya populasi ikan sapu-sapu

serta tiadanya ikan jenis lain menunjukkan penurunan kualitas air sungai. Ikan

sapu-sapu tahan berada di air berkadar oksigen rendah dan tercemar, sedangkan

ikan jenis lain tidak. Ini menunjukkan kualitas air Sungai Bengawan Solo sekitar

Sukoharjo, Surakarta, dan Sragen sudah tercemar berat. (kompas 13 Juni 2007).

Menurut Tim Ekspedisi Bengawan Solo, Pencemaran juga terlihat di

sekitar Dusun Bacem Desa Langenharjo Kecamatan Serengan Surakarta. Limbah

tersebut dari industri tekstil, industri rumah tangga pengecatan batik dan juga

industri peternakan yang membuang limbah ke sungai secara mencolok. Akibat

dari hal tersebut adalah air sungai tampak berwarna coklat kehitaman. Selain

mencemari kali, limbah itu juga mencemari udara karena menebarkan bau yang

tidak sedap. (Kompas 2007 diakses 9 Desember jam 14:01)

Kepala Kantor Lingkungan Hidup Pemerintah Kota (Pemkot) Solo

Handartono mengatakan, daerah dengan tingkat pencemaran paling tinggi terdapat

di Laweyan dan Pasar Kliwon. Kawasan yang terletak di sepanjang anak sungai

Premulung itu dipenuhi oleh usaha jasa dan industri rumah tangga untuk

penguatan warna tekstil. Sebagian besar usaha jasa itu tidak memiliki instalasi

pengolah air limbah (IPAL) karena biaya pembuatan IPAL sangat besar.

(kompas.com diakses 9 Desember 2009 jam 12:32).

Page 28: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

158

Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO), Lembaga Swadaya

Masyarakat di Surakarta, Jawa Tengah, menyoroti maraknya limbah industri batik

di Laweyan yang langsung dibuang di sungai. Dari hasil penelusuran sepanjang

2008 , ternyata banyak industri batik yang membuang limbahnya ke sungai tanpa

melewati proses pengolahan. Sungai yang biasa dijadikan tempat pembuangan

limbah adalah Kali Premulung yang melewati sisi selatan Surakarta hingga

berakhir di Sungai Bengawan Solo. Hasil akhirnya, sungai-sungai di Surakarta

banyak yang tercemar hingga mengakibatkan kualitas air memburuk. Pada saat

pagi dan sore hari, air sungai berubah menjadi hitam dan merah. Itu karena sungai

tercemar oleh bahan kimia batik. Masyarakat sekitar Laweyan banyak yang

mengeluhkan kualitas air sumur mereka. Ada penduduk yang gatal-gatal dan

iritasi kulit.

Adalah ironi, apabila berkembangnya sebuah kota justru menjadikan

semakin rusaknya lingkungan. Kota terus melakukan sesuatu yang mengancam

dirinya sendiri. Dan ini adalah sesuatu yang harus di bayar mahal.

Suka atau tidak suka, demikianlah adanya. Namun demikian sungai bengawan

solo masih tetap mengalir. Ia masih berusaha menghidupi dan melindungi banyak

kehidupan di sekitarnya.

Permasalahannya pada saat sekarang adalah tingkat kesadaran masyarakat

untuk menjaga kesehatan lingkungan masih sangat kurang. Hal ini dibuktikan

dengan banyaknya tempat pemukiman kumuh disekitar bantaran sungai,

kurangnya sarana air bersih dan sanitasi, sikap dan perilaku masyarakat yang

masih minim dalam pola hidup bersih dan sehat, endemisator beberapa penyakit

Page 29: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

159

menular yang masih tinggi, sebagai sumber penularan/sumber infeksi, kualitas,

kuantitas serta motivasi tenaga sektoral yang kegiatannya berkaitan dengan

pengelolaan program kesehatan lingkungan juga masih kurang.

Semuan permasalahan terkait dengan sungai tersebut tidak akan terjadi

jika masyarakat berperilaku sesuai dengan aturan yakni tidak membuang sampah

di sungai dan juga tidak membuang limbah industri ke sungai yang dapat

menyebabkan air sungai tercemar.

B. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah skripsi ini adalah:

1. Sejauhmana fungsi sungai bagi masyarakat yang tinggal di bantaran

sungai?

2. Bagaimana pola perilaku masyarakat terhadap sungai serta dampaknya

terhadap masyarakat dan lingkungan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui sejauhmana fungsi sungai bagi masyarakat yang tinggal

di bantaran sungai?

2. Untuk mengetahui bagaimana pola perilaku masyarakat bantaran sungai

terhadap sungai serta dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungannya.

Page 30: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

160

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian, diharapkan mampu untuk memberikan pengetahuan

dan informasi tentang :

1. Sejauhmana fungsi sungai bagi masyarakat yang tinggal di bantaran

sungai.

2. Bagaimana pola perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap sungai serta

dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungannya.

3. Dapat dijadikan dasar acuan pada penelitian-penelitian selanjutnya dan

dapat menambah body of knowledge.

4. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai arti pentingnya

pola perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap kondisi sebuah sungai.

5. Sebagai syarat menyelesaikan S1 jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik.

E. Tinjauan Pustaka

Masalah sungai merupakan salah satu bahan kajian dalam sosiologi

lingkungan yaitu terkait dengan ekologi sungai. Bell dalam tulisan Mahmudi Siwi

tahun 2009 menyebutkan bahwa sosiologi lingkungan merupakan kajian

komunitas dalam arti yang sangat luas. Orang, binatang, lahan dan tanaman yang

tumbuh di atasnya, air, udara semuanya memiliki hubungan kait mengait yang

sangat erat. Bersama-sama mereka membentuk semacam solidaritas, yang

kemudian kita sebut dengan ekologi. Seperti dalam banyak komunitas, mereka

juga mengalami konflik ditengah-tengah hubungan tersebut. Sosiolog lingkungan

Page 31: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

161

mengkaji komunitas terluas tersebut dengan maksud untuk memahami asal usul,

dan solusi yang diusulkan dari seluruh konflik sosial dan biofisik yang sangat

nyata.

Masalah lingkungan tidak hanya berupa masalah teknologi dan industri,

ekologi dan biologi, pengendalian polusi dan pencegahan polusi. Masalah

lingkungan juga berupa masalah sosial. Masalah lingkungan adalah masalah bagi

masyarakat merupakan masalah yang mengancam pola-pola organisasi sosial

yang ada dalam masyarakat. Adalah manusia yang menciptakan masalah

lingkungan, dan manusia juga yang harus mencari jalan keluarnya.

(Mahmudisiwi.net diakses 9 januari 2010 jam 12:55).

Hal ini sebagaimana fenomena yang ada dalam Journal of International

Green Bussines Reuters tahun 2009 yang membahas tentang pencemaran

lingkungan di sungai sebagai berikut:

The past one hundred years have marked a period of incredible human advancement. However, these advancements have wrought enormous negative impacts on the environment. One such region that has been impacted is the Nile river. The Nile is a crucial resource for all of the surrounding communities, and the pollution of the area does not only affect the natural landscape, but the African people also. Another problem that the Nile ecosystem faces is that of pollution, and the majority of this comes from human activity. There are many sources of this pollution. In rural areas, sewage is dumped into the river as a result of poor sanitation conditions. This is a problem because citizens of Egypt, for example, "Consumed more animal protein during the second half of the 20th century than they did previously. As food is metabolized, phosphorus and nitrogen are released as waste products in feces and urine" (Nixon, 1). These increasing amounts of phosphorous and nitrogen, when dumped into the water can create algal blooms which can lead to the suffocation of fish. Many industrial establishments do not follow the law, and drain untreated wastewater into the river or even inject it into the groundwater. Usage of pesticides and fertilizers

Page 32: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

162

also pollute the river, as agricultural practices near the river use a lot of chemicals.

(Funannan:2009)

Dalam jurnal tersebut diceritakan tentang pencemaran yang terjadi di

Sungai Nil. Pencemaran yang terjadi sebagian besar berasal dari aktivitas

manusia. Di daerah pedesaan, limbah dibuang ke sungai akibat dari kondisi

sanitasi yang buruk. Selain itu limbah juga berasal dari industri di sekitar dan juga

dari pertanian yang berada dipingir sungai sehingga pestisida dan pupuk yang

digunakan juga menjadi penyebab pencemaran sungai ini.

Dalam skripsi ini juga terjadi pencemaran di Sungai Jenes yang berasal

dari limbah industri dan juga limbah rumah tangga. Namun hal yang membedakan

dengan penemuan di jurnal tersebut adalah pencemaran yang ada di sungai Jenes

bukan berasal dari pertanian karena daerah sekitar sungai sudah tidak ada lagi

sawah atau area pertanian. Pencemaran sungai Jenes lebih diakibatkan oleh

sampah-sampah yang dibuang langsung ke sungai sehingga menyebabkan

penyumbatan di sungai dan hal ini akhirnya membuat aliran air sungai tidak

lancar karena sungai tersumbat oleh tumpukan sampah yang berasal dari rumah

warga yang tinggal di sekitar sungai.

E.1 Konsep yang digunakan

Perilaku

Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa

perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan

tanggapan (respon) dan respons. Ia membedakan adanya 2 respons, yakni :

Page 33: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

163

a. Respondent Respons atau Reflexive Respons

Adalah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan

tertentu. Perangsangan-perangsangan semacam ini disebut eliciting stimuli

karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap, misalnya

makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan

menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Pada umumnya

perangsangan-perangsangan yang demikian itu mendahului respons yang

ditimbulkan.

Respondent respons (respondent behaviour) ini mencakup juga

emosi respons atau emotional behaviour. Emotional respons ini timbul

karena hal yang kurang mengenakkan organisme yang bersangkutan,

misalnya menangis karena sedih atau sakit, muka merah (tekanan darah

meningkat karena marah). Sebaliknya hal-hal yang mengenakkan pun

dapat menimbulkan perilaku emosional misalnya tertawa, berjingkat-

jingkat karena senang dan sebagainya.

b. Operant Respons atau Instrumental Respons

Adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh

perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli

atau reinforcer karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat

respons yang telah dilakukan oleh organisme. Oleh sebab itu, perangsang

yang demikian itu mengikuti atau memperkuat suatu perilaku yang telah

dilakukan. Apabila seorang anak belajar atau telah melakukan suatu

perbuatan kemudian memperoleh hadiah maka ia akan menjadi lebih giat

Page 34: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

164

belajar atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut. Dengan

kata lain responnya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi.

Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu

aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa

perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Dengan demikian

maka suatu rangsangan akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.

Robert Kwick (1974) dalam tulisan Akhmad Sudrajat tentang

perilaku soaial menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan

suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku

tidak sama dengan sikap. Sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk

mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang

menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi

objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.

(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/perilaku-sosial)

Masyarakat

Beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia.

Ø Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang

hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.

Ø Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang

menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat

adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi

secara ekonomi.

Page 35: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

165

Ø Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan

objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.

Ø Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan

kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama

dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu,

mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar

kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.

Faktor-Faktor / Unsur-Unsur Masyarakat

Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur

sebagai berikut ini :

1. Berangotakan minimal dua orang.

2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.

3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang

menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan

membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.

4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan

kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota

masyarakat.

Ciri / Kriteria Masyarakat Yang Baik

Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar

sekumpulan manusia bisa dikatakan / disebut sebagai masyarakat.

1. Ada sistem tindakan utama.

2. Saling setia pada sistem tindakan utama.

Page 36: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

166

3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.

4. Sebagian atan seluruh anggota baru didapat dari kelahiran /

reproduksi manusia.

Bantaran Sungai

Sungai adalah suatu daerah yang didalamnya terdapat air yang

mengalir secara terus-menerus. Sungai merupakan suatu saluran drainase

yang terbentuk secara alamiah. Sungai mempunyai peranan yang sangat

besar bagi perkembangan peradaban manusia diseluruh dunia ini, yakni

terdapat daerah-daerah subur yang umumnya terletak di lembah-lembah

sungai dan sumber air sebagai sumber kehidupan yang paling utama bagi

kemanusiaan. Sungai juga dapat digunakan sebagai sarana transportasi

guna meningkatkan mobilitas serta komunikasi antar manusia. (Yusuf

Gayo:1994).

Bantaran sungai merupakan bagian dari daerah sungai yang

bermanfaat untuk menampung dan mengalirkan sebagian dari aliran banjir.

Drainase pada bantaran sungai perlu diperhatikan agar bantaran dapat

berfungsi dengan baik. Segala sesuatu yang menjadi penghalang seperti

bangunan hendaknya ditiadakan agar tidak mengganggu fungsi dari

bantaran. (Yusuf Gayo:1994).

Perubahan perilaku yang bersifat negatif akan menimbulkan

tekanan terhadap lingkungan yang memiliki keterbatasan dikenal sebagai

daya dukung lingkungan (DDL). Jika tekanan semakin besar maka daya

dukung lingkungan pun akan menurun.

Page 37: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

167

Kondisi air yang tidak bersih karena pencemaran akan

menimbulkan dampak tersendiri bagi manusia seperti mewabahnya

penyakit sebagaimana yang dituliskan dalam Jurnal Internasional “Water

Pollution and Society” berikut:

Pathogens are another type of pollution that prove very harmful. They can cause many illnesses that range from typhoid and dysentery to minor respiratory and skin diseases. Pathogens include such organisms as bacteria, viruses, and protozoan. These pollutants enter waterways through untreated sewage, storm drains, septic tanks, runoff from farms, and particularly boats that dump sewage. Though microscopic, these pollutants have a tremendous effect evidenced by their ability to cause sickness. (David Krantz dan Brad Kifferstein:2009)

Pencemaran air yang terjadi menyebabkan penyakit diantaranya,

tifus, disentri, kulit, penyakit pernafasan kecil yang disebabkan oleh

organisme seperti bakteri, virus, dan protozoa. Polutan ini masuk dari

saluran air yang tidak diobati, seperti septic tank, limbah dari peternakan,

dan terutama perahu yang membuang limbah. Polutan ini mempunyai efek

yang luar biasa yang ditunjukkan oleh kemampuan mereka untuk

menyebabkan penyakit. Jika dibandingkan dengan penelitian ini maka

pencemaran yang ada di sungai Jenes belum sampai separah seperti

pencemaran yang terjadi di Britania. Pencemaran yang ada di Sungai Jenes

berasal dari limbah industri dan limbah rumah tangga. Namun pencemaran

ini tidak sampai menimbulkan penyakit yang mengganggu warga sekitar.

Meskipun ada warga yang terkena penyakit gatal dan juga diare namun itu

bukan karena kondisi sungai yang tercemar namun lebih karena faktor

Page 38: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

168

kurang hati-hati dalam memilih makanan sehingga menyebabkan diare dan

alergi terhadap jenis makanan tertentu sehingga menyebabkan gatal-gatal.

Menurut Miller (1991) terdapat 2 bentuk sumber pencemar, yaitu:

a. Point Sources; merupakan sumber pencemar yang membuang efluen

(limbah cair) melalui pipa, selokan atau saluran air kotor ke dalam

badan air pada lokasi tertentu. Misalnya pabrik, tempat-tempat

pengolahan limbah cair (yang menghilangkan sebagian tapi tidak

seluruh zat pencemar), tempat-tempat penambangan yang aktif dan

lain-lain. Karena lokasinya yang spesifik, sumber-sumber ini relatif

lebih mudah diidentifikasi, dimonitor dan dikenakan peraturan-

peraturan.

b. Non-point sources; terdiri dari banyak sumber yang tersebar yang

membuang efluen, baik ke badan air maupun air tanah pada suatu

daerah yang luas. Contohnya adalah limpasan air dari ladang-ladang

pertanian, peternakan, lokasi pembangunan, tempat parkir dan jalan

raya. Pengendalian sumber pencemar ini cukup sulit dan membutuhkan

biaya yang tinggi untuk mengindentifikasi dan mengendalikan sumber-

sumber pencemar yang tersebar tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan

suatu pendekatan terpadu dengan penekanan pada pencegahan

pencemaran. Pencegahan tersebut dapat dilakukan salah satunya

melalui penataan ruang yang baik (Miller, 1991: 249).

Page 39: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

169

Beberapa jenis kegiatan utama yang menimbulkan pencemaran

sungai menurut Haslam, 1992 yang dikutip dari blogspot.com adalah:

1. Kegiatan domestik; termasuk di dalamnya kegiatan kesehatan

(rumah sakit) dan food additives (seperti bahan pengawet makanan)

serta kegiatan-kegiatan yang berasal dari lingkungan permukiman baik

di daerah perkotaan maupun pedesaan. Efluen yang dibuang biasanya

berupa pencemar organik, tapi ada juga berupa senyawa inorganik,

logam, garam-garaman (seperti deterjen) yang cukup berbahaya karena

bersifat patogen.

2. Kegiatan industri; mempunyai banyak sekali variasi; bisa berupa

efluen organik (dari pabrik makanan dan dapat juga dari industri

minyak dan petrokimia). Sedangkan efluen inorganik dihasilkan oleh

pabrik-pabrik baja, mobil atau industri berat lainnya; partikel dan debu

dapat dihasilkan oleh kegiatan industri pertambangan. Bisa juga berupa

pencemaran panas, misalnya dari pembangkit tenaga listrik.

3. Kegiatan pertanian; terutama akibat penambahan pupuk dan

pembasmi hama, di mana senyawa-senyawa yang terdapat di dalamnya

tidak mudah terurai walaupun dalam jumlah yang sedikit, tetapi justru

aktif pada konsentrasi yang rendah. Selain itu, sedimen termasuk

pencemaran yang cukup besar ketika terjadi penebangan pohon-

pohonan, pembuatan parit-parit, perambahan hutan dan lain-lain. Belum

lagi, efluen organik yang dihasilkan oleh peternakan dapat

menyebabkan pencemaran yang cukup serius.

Page 40: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

170

Menurut Haslam (1992: 13-14) dan Hayward (1992: 168-171), zat

pencemar sungai dapat dibagi dalam 8 jenis utama, yaitu :

1. Organisme patogen (bakteri, virus dan protozoa)

2. Limbah organik biodegradable (limbah cair domestik, limbah pertanian,

limbah perternakan, limbah rumah potong hewan, limbah industri).

3. Bahan inorganik yang larut dalam air (asam, garam, logam berat dan

senyawa-senyawanya, anion seperti sulfida, sulfit dan sianida).

4. Zat hara tanaman (garam-garam nitrat dan fosfat yang larut dalam air),

yang berasal dari penguraian limbah organik seperti limhah cair atau

pelepasan pupuk nitrat, yang jika berlebihan dapat mengakibatkan

eutrofikasi.

5. Bahan-hahan kimia yang larut dan tidak larut (minyak, plastik, pestisida,

pelarut, PCB, fenol, formaldehida dan lain-lain). Zat-zat tersebut

merupakan penyebab yang sangat beracun bahkan pada konsentrasi

yang rendah (< 1 ppm).

6. Sedimen (suspended solid); merupakan partikel yang tidak larut atau

terlalu besar untuk dapat segera larut. Kecenderungan sedimen untuk

tinggal di dasar air tergantung pada ukurannya, rasio aliran (flow rate)

dan besarnya turbulensi yang ada pada suatu badan air. Jumlah sedimen

mempengaruhi turbiditas air, dan kualitasnya mempengaruhi warna.

7. Zat-zat / bahan-bahan radioaktif

8. Pencemaran termal; biasanya dalam bentuk limbah air panas yang

berasal dari kegiatan suatu pembangkit tenaga. Pencemaran ini dapat

Page 41: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

171

mengakibatkan naiknya temperatur air, meningkatkan rasio

dekomposisi dari limbah organik yang biodegradable dan mengurangi

kapasitas air untuk menahan oksigen.

Menurut Haslam (1992) terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi dampak pencemaran sungai, yaitu :

1. Kemampuan pengenceran pencemaran

2. Konsentrasi terlarut pada sungai

3. Jenis polusi

4. Struktur fisik sungai

Pencemaran, selain berdampak pada manusia, baik berupa limbah

maupun sedimentasi yang terjadi di kawasan pesisir, dapat pula

mempengaruhi kegiatan perikanan diantaranya (Dahuri, 1996):

a. Penurunan kandungan oksigen dalam perairan (anoxic) yang

menyebabkan pembatasan habitat ikan (khususnya ikan dasar dekat

pantai), perubahan komunitas air dan dominasi proses dekomposisi

anaerobik.

b. Eutrofikasi perairan yang menyebabkan pertumbuhan alga tidak

terkendali (blooming algae ), contohnya pada peristiwa red tide yang

menimbulkan keracunan pada ikan.

c. Terakumulasinya limbah logam berat beracun (Hg) yang menimbulkan

kematian pada ikan.

Page 42: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

172

Penurunan kualitas sungai yang mencapai kondisi tercemar banyak

diakibatkan oleh ulah manusia. Secara alamiah memang terjadi juga

penurunan kualitas sungai akan tetapi biasanya masih berada pada batas

daya dukung lingkungan. Sedangkan yang diakibatkan oleh ulah manusia

dapat melampaui batas daya dukung lingkungan sehingga perlu upaya agar

hal tersebut tidak terjadi. (Blogspot.com:2009).

E.2 PARADIGMA DAN TEORI YANG DIGUNAKAN

a. Paradigma yang digunakan

Paradigma yang dipakai dalam penulisan ini adalah paradigma

definisi sosial. Max Weber sebagai tokoh utama paradigma ini

mengartikan Sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antar

hubungan sosial. Tindakan sosial itu adalah tindakan individu sepanjang

tindakannya itu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan

diarahkan kepada tindakan orang lain. Tindakan sosial yang dimaksudkan

Weber dapat berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang

lain. Juga dapat berupa tindakan yang bersifat “membatin” atau bersifat

subyektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi

tertentu. Atau merupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai

akibat dari pengaruh situasi yang serupa. Atau berupa persetujuan secara

pasif dalam situasi tertentu. (Ritzer; 2008)

Dalam mempelajari tindakan sosial itu, Weber menganjurkan

melalui penafsiran dan pemahaman (interpretatie understanding) atau oleh

Page 43: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

173

Weber sendiri disebut verstehen. Peneliti harus mencoba

mengintepretasikan tindakan subyek yang diteliti guna mengetahui motif

tindakan tersebut. Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk

menginterpretasikan tindakan yang dilakukan oleh masyarakat bantaran

sungai Jenes yang merupakan anak sungai dari bengawan solo dalam

menjaga kelestarian lingkungan serta menjaga ekosistem sungai.

b. Teori Yang Digunakan

Teori perilaku sosial

Konsep dasar dari teori ini adalah penguat / ganjaran (reward). Teori ini

lebih menitikberatkan pada tingkah laku aktor dan lingkungan.

Asumsinya adalah:

ü Manusia pada dasaranya tidak mencari keuntungan maksimal,

tetapi senantiasa ingin mendapatkan keuntungan dari intraksi

tersebut.

ü Manusia tidak bertindak secara rasional sepenuhnya, tetapi

senantiasa berfikir untung rugi pada saat berinteraksi, walaupun

manusia tidak memiliki info yang cukup untuk mengembangkan

alternatif, tetapi dapat menggunkan info yang terbatas tersebut

untuk mengembangkan alternatif guna memperhitungkan untung

rugi.

ü Manusia terbatas, tapi dapat berkompetisi untuk mendapat

keuntungan. Walau manusia senantiasa berusaha mendapat

keuntungan dari hasil interaksi, tapi mereka dibatasi oleh sumber-

Page 44: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

174

sumber yang tersedia. Manusia berusaha memperoleh wujud materi

tapi mereka melibatkan dan menghasilkan sesuatu yang non materi

(benci, suka, dll)

Bentuk perilaku sosial (5 proposisi)

v Proposisi keberhasilan

Jika tindakannya sering mendapatkan ganjaran, maka semakin

sering dilakukan.

v Proposisi stimulus

Jika stimulus merupakan kondisi dimana seseorang mendapatkan

ganjaran,

maka semakin besar kemungkina mengulangi seperti pada waktu

lalu.

v Proposisi nilai

Semakin bermanfaat maka semakin sering kemungkinan tindakan

tersebut diulangi.

v Proposisi kejenuhan kerugian

Semakin sering seseorang mendapatkan ganjaran yang isitimewa,

maka bagian yang lebih mendalam dari ganjaran tersebut menjadi

kurang bermakna bagi orang lain

v Proposisi persetujuan dan perlawanan

Jika tidak mendapat ganjaran atau hukuman yang tidak diharapkan,

ia akan marah dan semakin besar kemungkinan orang tersebut akan

melakukan perlawanan dan hasil tingkah lakunya makin berharga

Page 45: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

175

bagi dirinya. Jika mendapat ganjaran atau lebih, maka akan

menunjukan tingkah laku persetujuan. Dan hasil tingkah lakunya

semakin berharga baginya

Teori Etika

Etika berarti adat-istiadat atau kebiasaan. Dalam arti ini, etika

berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik,

baik pada diri seseorang atau masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini

dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi lain.

Kebiasaan hidup yang baik ini lalu dibakukan dalam bentuk

kaidah, aturan atau norma yang disebarluaskan, dikenal, dipahami, dan

diajarkan secara lisan dalam masyarakat. Kaidah, norma atau aturan ini

pada dasarnya menyangkut baik buruk perilaku manusia. Kaidah ini

menentukan apa yang baik harus dilakukan dan apa yang buruk harus

dihindari. Etika sering dipahami sebagai ajaran yang berisikan atuaran

tentang bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia.

Etika dipahami dengan pengertian yang berbeda dengan moralitas.

Dalam pengertian ini, etika dimengerti sebagai refleksi kritis tentang

bagaimana manusia harus hidup dan bertindak dalam situasi konkret. Etika

adalah filsafat moral atau ilmu yang membahas dan mengkaji secara kritis

persoalan benar dan salah secara moral, tentang bagaimana harus

bertindak dalam situasi yang konkret.

Page 46: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

176

Ada tiga teori etika :

1). Etika Deontologi

Menurut etika deontologi, suatu tindakan dinilai baik atau buruk

berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban.

Dengan kata lain, suatu tindakan dianggap baik karena tindakan itu

memang baik pada dirinya sendiri, sehingga merupakan kewajiban yang

harus dilakukan. Sebaliknya suatu tindakan dinilai buruk secara moral

karena tindakan itu memang buruk secara moral sehingga tidak menjadi

kewajiban untuk dilakukan.

Etika deontologi tidak mempersoalkan akibat dari tindakan

tersebut, baik atau buruk. Dalam perspektif itu, membuang limbah ke

sungai akan dinilai buruk secara moral bukan karena akibatnya yang

merugikan. Tindakan ini dinilai buruk karena tidak sesuai dengan

kewajiban moral untuk hormat kepada alam (respect for nature).

2). Etika Teleologi

Etika Teleologi menilai baik buruk suatu tindakan berdasarkan tujuan atau

akibat dari tindakan tersebut. Etika Teleologis digolongkan menjadi dua:

a) Egoisme etis yang menilai suatu tindakan baik karena berakibat baik

bagi pelakunya. Walaupun bersifat egoistis, tindakan ini dinilai baik secara

moral karena setiap orang dibenarkan untuk mengejar kebahagiaan bagi

dirinya. Oleh karena itu, setiap tindakan yang mendatangkan kebahagiaan

bagi diri sendiri akan dinilai baik secara moral. Sebaliknya, buruk kalau

kita membiarkan diri kita menderita dan dirugikan. b) Utilitarianisme

Page 47: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

177

menilai baik buruknya suatu tindakan berdasarkan akibatnya bagi banyak

orang.

3) Etika Keutamaan

Etika Keutamaan lebih mengutamakan pengembangan karakter moral pada

diri setiap orang. (Sonny Keraf: 2005)

F. Definisi Konseptual

Krech et. al. (1962:104-106) mengungkapkan bahwa untuk memahami

perilaku sosial individu, dapat dilihat dari kecenderungan-kecenderungan ciri-ciri

respon interpersonalnya, yang terdiri dari : (1) Kecenderungan Peranan (Role

Disposition); yaitu kecenderungan yang mengacu kepada tugas, kewajiban dan

posisi yang dimiliki seorang individu, (2) Kecenderungan Sosiometrik

(Sociometric Disposition); yaitu kecenderungan yang bertautan dengan kesukaan,

kepercayaan terhadap individu lain, dan (3) Ekspressi (Expression Disposition),

yaitu kecenderungan yang bertautan dengan ekpresi diri dengan menampilkan

kebiasaaan-kebiasaan khas (particular fashion).

Lebih jauh diuraikan pula bahwa dalam kecenderungan peranan (Role

Disposition) terdapat pula empat kecenderungan yang bipolar, yaitu :

1. Ascendance-Social Timidity,

Ascendance yaitu kecenderungan menampilkan keyakinan diri, dengan

arah berlawanannya social timidity yaitu takut dan malu bila bergaul dengan orang

lain, terutama yang belum dikenal.

Page 48: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

178

2. Dominace-Submissive

Dominace yaitu kecenderungan untuk menguasai orang lain, dengan arah

berlawanannya kecenderungan submissive, yaitu mudah menyerah dan tunduk

pada perlakuan orang lain.

3. Social Initiative-Social Passivity

Social initiative yaitu kecenderungan untuk memimpin orang lain, dengan

arah yang berlawanannya social passivity yaitu kecenderungan pasif dan tak acuh.

4. Independent-Depence

Independent yaitu untuk bebas dari pengaruh orang lain, dengan arah

berlawanannya dependence yaitu kecenderungan untuk bergantung pada orang

lain

Dengan demikian, perilaku sosial individu dilihat dari kecenderungan

peranan (role disposition) dapat dikatakan memadai, manakala menunjukkan ciri-

ciri respons interpersonal sebagai berikut : (1) yakin akan kemampuannya dalam

bergaul secara sosial; (2) memiliki pengaruh yang kuat terhadap teman sebaya; (3)

mampu memimpin teman-teman dalam kelompok; dan (4) tidak mudah

terpengaruh orang lain dalam bergaul. Sebaliknya, perilaku sosial individu

dikatakan kurang atau tidak memadai manakala menunjukkan ciri-ciri respons

interpersonal sebagai berikut : (1) kurang mampu bergaul secara sosial; (2) mudah

menyerah dan tunduk pada perlakuan orang lain; (3) pasif dalam mengelola

kelompok; dan (4) tergantung kepada orang lain bila akan melakukan suatu

tindakan.

Page 49: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

179

Kecenderungan-kecenderungan tersebut merupakan hasil dan pengaruh

dari faktor konstitutsional, pertumbuhan dan perkembangan individu dalam

lingkungan sosial tertentu dan pengalaman kegagalan dan keberhasilan

berperilaku pada masa lampau.

Sementara itu, Buhler (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan

tahapan dan ciri-ciri perkembangan perilaku sosial individu sebagaimana dapat

dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 1

Tahapan dan Ciri Perkembangan Perilaku

Tahap Ciri-Ciri

Kanak-Kanak Awal ( 0 – 3 ) Subyektif

Segala sesuatu dilihat berdasarkan pandangan sendiri

Kritis I ( 3 – 4 ) Trozt Alter

Pembantah, keras kepala

Kanak – Kanak Akhir ( 4 – 6 ) Masa Subyektif Menuju

Masa Obyektif

Mulai bisa menyesuaikan diri dengan aturan

Anak Sekolah ( 6 – 12 ) Masa Obyektif

Membandingkan dengan aturan – aturan

Kritis II ( 12 – 13 ) Masa Pre Puber

Perilaku coba-coba, serba salah, ingin diuji

Remaja Awal ( 13 – 16 ) Masa Subyektif Menuju

Masa Obyektif

Mulai menyadari adanya kenyataan yang berbeda dengan sudut

pandangnya Remaja Akhir ( 16 – 18 )

Masa Obyektif Berperilaku sesuai dengan tuntutan

masyarakat dan kemampuan dirinya (Akhmad Sudrajat: 2008)

Faktor-faktor personal yang mempengaruhi perilaku manusia

Ada dua macam psikologi sosial.

1. Psikologi sosial dengan huruf P besar

Page 50: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

180

2. Psikologi sosial dengan huruf S besar

Kedua pendekatan ini menekankan faktor-faktor psikologis dan faktor-

faktor sosial. Atau dengan istilah lain faktor-faktor yang timbul dari dalam

individu (faktor personal), dan faktor-faktor berpengaruh yang datang dari luar

individu (faktor environmental).

McDougall menekankan pentingnya faktor personal dalam menentukan

interaksi sosial dalam membentuk perilaku individu. Menurutnya, faktor-faktor

personallah yang menentukan perilaku manusia.

Menurut Edward E. Sampson, terdapat perspektif yang berpusat pada

persona dan perspektif yang berpusat pada situasi. Perspektif yang berpusat pada

persona mempertanyakan faktor-faktor internal apakah, baik berupa instik, motif,

kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan perilaku manusia. Secara garis

besar terdapat dua faktor yang mempengaruhi perilaku manusia. . (Nanath:2008)

Faktor Biologis

Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu

dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku sosial

dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam

jiwa manusia. Pentingnya kita memperhatikan pengaruh biologis terhadap

perilaku manusia seperti tampak dalam dua hal berikut :

a. Telah diakui secara meluas adanya perilaku tertentu yang merupakan

bawaan manusia, dan bukan perngaruh lingkungan atau situasi.

b. Diakui pula adanya faktor-faktor biologis yang mendorong perilaku

manusia, yang lazim disebut sebagai motif biologis. Yang paling

Page 51: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

181

penting dari motif biologis adalah kebutuhan makan-minum dan

istirahat, kebutuhan seksual, dan kebutuhan untuk melindungi diri dari

bahaya.

1. Faktor Sosiopsikologis

Kita dapat mengkalsifikasikannya ke dalam tiga komponen.

Ø Komponen Afektif

merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis, didahulukan

karena erat kaitannya dengan pembicaraan sebelumnya.

Ø Komponen Kognitif

Aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia.

Ø Komponen Konatif

Aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan

bertindak.

(Kuliah komunikasi.com: 2009)

G. Kerangka Pikir

Dari uraian paradigma, teori, dan definisi di atas dapat dijadikan dasar

untuk melihat bagaimana pola perilaku masyarakat bantaran sungai dalam

ikut menjaga ekologi sungai. Dimana dalam skripsi ini adalah masyarakat

bantaran sungai Jenes yang ada di kelurahan Laweyan Kecamatan Laweyan

Kota Surakarta. Dari situ juga dapat diketahui seberapa besar pengaruh pola

perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap eksistensi sebuah sungai atau

dengan kata lain bagaimana perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap

Page 52: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

182

sungai serta dalam menjaga ekosistem sungai agar dapat berfungsi

sebagaimana mestinya.

Sebelum mengungkap pengertian tentang pola perilaku, maka terlebih

dahulu akan dijelaskan mengenai sikap. Perilaku seseorang akan

dilatarbelakangi oleh sikap yang ada pada orang yang bersangkutan. Menurut

Myers (1983) memandang bahwa ada kaitan antara sikap dengan perilaku.

Sebuah perilaku merupakan sesuatu yang mempunyai banyak pengaruh dari

lingkungan. Demikian pula sikap yang diekspresikan (expressed attutudes)

juga merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya.

Sedangkan expressed attutudes adalah perilaku. Orang tidak dapat mengukur

sikap secara langsung, maka yang dapat diukur adalah sikap secara nampak

dan sikap yang nampak adalah perilaku, maka dengan demikian sikap jelas

bahwa sikap mempunyai kaitan dengan perilaku. Perilaku dengan sikap saling

berinteraksi, saling mempengaruhi satu dengan yang lain.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat diketahui bahwa perilaku

masyarakat bantaran sungai berhubungan dengan sikap yang dilakukan

sehari-hari sehingga akan membentuk suatu pola pikir yang akhirnya menjadi

suatu kebiasaan yang berujung pada pola perilaku.

Seperti telah dipaparkan diatas sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi

dibentuk sepanjang perkembangan individu yang bersangkutan. Untuk dapat

menjelaskan bagaimana terbentuknya sikap akan dijelaskan pada bagan

berikut :

Page 53: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

183

Bagan 1

Proses Terbentuknya Sikap

(Bimo Walgito:2002)

H. Metode Penelitian

H.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan termasuk dalam kategori penelitian

kualitatif berdasarkan metode utamanya yang dipakai yaitu

Fenomenologi. Penelitian Fenomenologi dapat diartikan sebagai kajian

terhadap fenomena atau apa-apa yang nampak. Dalam arti luas,

fenomenologi berarti ilmu tentang gejala-gejala atau apa saja yang

tampak. Dalam arti sempit, ilmu tentang gejala-gejala yang

menampakkan diri pada kesadaran kita. Dalam skripsi ini fenomena yang

dilihat adalah Pola Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Jenes di

Kelurahan Laweyan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta yang sering

Faktor eksternal - pengalaman - situasi - norma-norma - hambatan - pendorong -

sikap Obyek sikap

reaksi

Faktor internal - fisiologis - psikologis

Page 54: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

184

membuang sampah dan juga limbah ke sungai. Masyarakat sekitar

bantaran sungai yang berpola perilaku menyimpang yakni perilakunya

tidak sesuai dengan aturan yang semestinya, seperti membuang sampah

ke kali atau membuang limbah rumah tangga lainnya ke sungai akan

mengakibatkan kondisi sungai menjadi tercemar sehingga airnya menjadi

keruh dan kotor. Selain itu juga banyaknya industri yang membuang

limbah produksi batiknya ke sungai juga akan mempengaruhi kualitas

dari air sungai yang semakin kotor dan menjadi keruh. Hal tersebut akan

berdampak buruk bagi kesehatan karena air yang tidak bersih akan

meresap ke sumur-sumur warga dan akan dikonsumsi untuk memasak,

air minum dan sebagainya.

H.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Kelurahan Laweyan Kecamatan Laweyan

Kota Surakarta. Alasan pemilihan tempat penelitian yaitu karena kondisi

Sungai Jenes yang mengalir di Laweyan kondisinya sudah sangat parah.

Apalagi Laweyan sebagai kompleks dari industri batik di Solo yang

terkadang limbah-limbah batik dibuang ke sungai yang menyebabkan air

sungai berwarna keruh. Selain itu rumah-rumah penduduk yang letaknya

berdekatan sehingga tidak ada ruang lagi untuk membangun sebuah

sanitasi yang baik. Dari hal tersebut menjadi menarik untuk diteliti terkait

dengan pola perilaku masyarakat bantaran sungai dalam upaya untuk

menjaga ekosistem sungai.

Page 55: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

185

H.3. Sumber Data

a. Data Primer

Sumber data primer diperoleh secara langsung dari lapangan melalui

observasi dan wawancara dengan informan. Observasi dilakukan

dengan mengamati kondisi fisik sungai dan pemukiman bantaran

sungai dan aktivitas-aktivitas masyarakat bantaran sungai (tindakan

dan perilaku yang dilakukan) di Laweyan. Wawancara dilakukan

secara langsung dari sumbernya yaitu informasi dari masyarakat

bantaran Sungai Jenes di Kelurahan Laweyan.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari buku referensi, surat kabar, data-data

dari Pemerintah Kota surakarta, internet dan berbagai dokumen yang

terkait dengan sungai dan pola perilaku masyarakat bantaran sungai

Jenes.

H.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan hal sangat penting bagi

peneliti yang sedang mengadakan penelitian karena menyangkut

bagaimana cara yang digunakan untuk memperoleh data. Adapun teknik

pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

a. Observasi tidak berpartisipasi

Observasi tidak berpartisipasi adalah kegiatan pengumpulan data yang

bersifat nonverbal dimana peneliti tidak berperan ganda. Peneliti

berperan sebagai pengamat, tidak turut serta sebagai aktor yang

Page 56: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

186

melibatkan diri di dalam suatu kegiatan. (Y.Slamet; 2006; 86). Dari

hasil pengamatan akan dituangkan dalam lembar observasi yang

selanjutnya dijadikan data lapangan.

b. Wawancara mendalam (Indepth Interview)

Teknik wawancara yang dilakukan secara mendalam ini tidak

dilakukan dengan ketat dan formal, hal ini dimaksudkan supaya

informasi yang dikumpulkan memiliki kedalaman yang cukup.

Kelonggaran yang didapat dengan cara ini akan mampu lebih banyak

mengorek keterangan tentang apa yang dijadikan kajian dalam

penelitian ini (pola perilaku) dan tingkat kejujuran informan.

Wawancara dilakukan dengan pedoman panduan wawancara

(interview guide) yang telah dibuat yang berkaitan dengan apa yang

dijadikan kajian dalam penelitian ini.

Selain itu dilakukan pendokumentasian baik berupa catatan,

rekaman, maupun audiovisual dari percakapan, pertemuan yang dianggap

unik dan penting.

H.5. Teknik Pengambilan Sampel

Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan memaksimalkan

jumlah sampel (Maksimum Variation Sampling) yaitu dengan mencari

variasi-variasi maksimal sampai semua data yang diperlukan terkumpul.

Alasan memakai maksimum variation sampling karena peneliti ingin

menginterpretasikan tindakan subyek yang diteliti terkait dengan motif

dari perilaku yang dilakukan. Selain itu peneliti ingin membandingkan

Page 57: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

187

perilaku masyarakat bantaran dilihat dari profesi sehingga diketahui latar

belakang perilaku informan dengan mencari variasi maksimal. Dalam hal

ini orang yang akan dijadikan sampel adalah produsen batik, tokoh

masyarakat dari Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan

(FPKBL), tokoh lingkungan hidup, pedagang batik, usaha batik rumahan

(skala kecil), masyarakat biasa (pegawai pabrik), pengurus IPAL, Pelajar,

Wiraswasta (pedagang) serta ibu rumah tangga.

· Besarnya Sampel

Dari sekian banyak masyarakat yang tinggal di bantaran sungai

Jenes maka akan diambil beberapa sampel yakni produsen batik 1 orang,

tokoh masyarakat 1 orang, tokoh lingkungan hidup 1 orang, pedagang

batik 1 orang, usaha batik rumahan (skala kecil) 1 orang, masyarakat biasa

(pegawai pabrik) 1 orang, pengurus IPAL 1 orang, pelajar 2 orang,

pedagang atau wiraswasta 1 orang serta ibu rumah tangga 1 orang.

Penarikan sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2 Penarikan Sampel

Kategori masyarakat Jumlah

Produsen Batik 1 orang Tokoh Masyarakat (FPKBL) 1 orang Tokoh Lingkungan Hidup 1 orang Pedagang batik 1 orang Usaha batik rumahan 1 orang Pegawai pabrik 1 orang Pengurus IPAL 1 orang Pelajar 2 orang Pedagang / wiraswasta 1 orang Ibu rumah tangga 1 orang

Sumber : hasil observasi dan pra survey penelitian

Page 58: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

188

H.6. Analisis Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa

data model interaktif yang memiliki tiga komponen, yaitu pemilihan

data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Untuk lebih jelasnya

masing-masing tahap (termasuk proses pengumpulan data) dapat

dijabarkan sebagai berikut :

a. Pengumpulan data

Data yang muncul berwujud kata-kata yang dikumpulkan dalam

aneka cara yaitu observasi, wawancara mendalam serta data

dokumentasi, kemudian data yang diperoleh melalui pencatatan di

lapangan dianalisa melalui tiga jalur kegiatan yaitu pemilihan data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan. Data-data tersebut

diperoleh dari wawancara para informan yang berasal dari

masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Jenes di Kelurahan

Laweyan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Semua hasil

wawancara tersebut dikumpulkan tanpa mengalami penyaringan.

b. Pemilihan data atau reduksi data

Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

muncul catatan-catatan tertulis di lapangan (field note). Pemilihan

data sudah dimulai sejak peneliti mengambil keputusan dan

menyatakan bahwa tentang kerangka kerja konseptual, tentang

pemilihan fenomena, pertanyaan yang diajukan dan tentang tata cara

Page 59: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

189

pengumpulan data yang dipakai pada saat pengumpulan data

berlangsung. Pemilihan data berlangsung terus-menerus selama

penelitian kualitatif berlangsung dan merupakan bagian dari analisis.

Reduksi data dilakukan agar data-data yang diperoleh dapat sejalan

dengan masalah yang akan penulis sajikan. Sehingga akan terjadi

pengurangan data yang tidak sesuai dengan permasalahan yang akan

diteliti.

c. Penyajian data

Penyajian data meliputi berbagai jenis gambar atau skema, pola

perilaku, keberkaitan kegiatan dan tabel yang dapat membantu satu

rakitan informasi yang memungkinkan kesimpulan dapat dilakukan.

Hal ini merupakan kegiatan yang dirancang untuk merakit secara

teratur agar mudah dilihat dan dimengerti sebagai informasi yang

lengkap dan saling mendukung.

d. Penarikan kesimpulan

Merupakan proses konklusi yang terjadi selama pengumpulan data

dari awal sampai proses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan

yang perlu diverifikasi yang dapat berupa suatu penggolongan yang

meluncur cepat sebagai pemikiran kedua yang timbul melintas dalam

pikiran peneliti pada waktu penulis dengan melihat kembali sebentar

pada field note.

Page 60: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

190

Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan

dengan skema sebagai berikut

Bagan 2

Proses Pengumpulan Data

(Y.Slamet:2002)

H.7. Validitas Data

Data yang diperoleh selama proses penelitian akan diuji kembali

dengan melakukan pengujian validitas data melalui penggunaan

trianggulasi data. Tringgulasi data adalah teknik pemeriksaan data

dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar untuk keperluan

pengecekan atau pembanding terhadap data itu. Teknik trianggulasi ada

empat macam, yaitu pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan

sumber, metode, penyelidik, teori.

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penyajian data

Penarikan Kesimpulan

Page 61: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

191

Untuk mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi dengan

trianggulasi sumber dapat dengan cara :

a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data yang diperoleh

dari hasil wawancara.

b) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan

apa yang dikatakan secara pribadi

c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

peneliti, dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu

d) Membandingkan keadaan perspektif seseorang dalam berbagai

pendapat dan pandangan orang lain, seperti rakyat biasa, orang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, serta orang

pemerintah.

e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang

berkaitan. (Lexy J. Moleong;2002; 176)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI

Page 62: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

192

A. Gambaran Umum Kota Surakarta

Surakarta dimasa lalu, Surakarta Hadiningrat yang juga dikenal dengan

nama Solo merupakan ibukota kerajaan Surakarta Hadiningrat serta pusat

pemerintahan dan kebudayaan. Sekarang peninggalan budaya zaman dulu itu telah

menjadi salah satu aset yang bisa dijual sehingga tidak salah jika saat ini Kota

Solo memiliki slogan “Solo the Spirit of Java”.

Berkunjung ke Surakarta tidak lengkap rasanya jika tidak melihat keraton

Surakarta yang dibangun pada tahun 1745 oleh Raja Paku Buwono II. Di keraton

Surakarta ini wisatawan masih bisa melihat sisa-sisa keagungan zaman raja-raja

dahulu. Selain itu juga bisa dilihat berbagai peninggalan zaman dahulu yang

menjadi koleksi di museum Keraton Surakarta seperti kuda kereta, senjata kuno

serta keris dan benda-benda antik lainnya.

Tempat lainnya yang masih berhubungan dengan raja-raja zaman dahulu

adalah pura Mangkunegaran. Selain menyimpan benda-benda kuno bersejarah, di

Poro Mangkunegaran ini juga terdapat perpustakaan Reksopustoko yang

menyimpan ribuan naskah kuno berisi filsafat, babad tanah jawa, serta keagamaan

yang masih meggunakan bahasa jawa kuno maupun yang sudah diterjemahkan

baik kedalam bahasa Indonesia maupun bahasa Belanda. Di Pura Mangkunegaran

ini pengunjung bisa menikmati tarian-tarian karena setiap sore pendopo Pura

Mangkunegaran digunakan untuk latihan menari.

Lepas dari wisata budaya belum cukup juga rasanya jika wisatawan tidak

melakukan wisata belanja sekaligus wisata di Kampung Batik di daerah Laweyan.

Berbagai macam jenis batik, mulai dari kain batik sutera hingga batik yang

Page 63: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

193

harganya hanya puluhan ribu juga bisa diperoleh di Kelewer yang letaknya tidak

jauh dari Keraton Surakarta.

Sementara di Kampoeng Batik Laweyan wisatawan akan dibawa

bernostalgia di zaman dahulu di dalam kampung yang dulunya dikenal sebagai

kampung saudagar batik. Bangunan kuno dengan halaman yang luas serta pagar

tembok yang tinggi masih banyak ditemukan disana.

Kota Solo selain dikenal dengan sebutan kota budaya, tampaknya juga

layak untuk disebut sebagai kota kuliner. Banyak menu tradisional yang rasanya

tidak kalah lezat dengan makanan modern. Pada saat ini Kota Solo sedang giat-

giatnya melakukan pembangunan, baik dari segi ekonomi maupun budaya.

Berbagai atraksi seni budaya juga terus digelar untuk meningkatkan pengunjung

maupun wisatawan yang datang ke Kota Solo. Acara yang telah digelar adalah

Sekaten dan Gunungan Maulud Nabi, Selain itu juga akan digelar karnaval batik

tingkat Internasional dengan mengambil tema batik. Acara yang digelar tersebut

bertujuan untuk mengenalkan Solo akan batiknya dan ingin mengenalkan batik ke

dunia Internasional. Dengan hal tersebut pembangunan tidak harus melupakan

budaya khas Solo. (www.Surakarta.online.com)

Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang memiliki kegiatan industri

yang beragam, diantaranya berupa kegiatan produksi batik, keris gamelan, dan

busana jawa serta aktivitas lainnya yang telah ada sejak dulu. Perjalanan sejarah

kegiatan perekonomian tersebut dipengaruhi oleh budaya dari Kerajaan Mataram

Islam dan pemerintahan Belanda serta budaya sebagai kota dagang. Dengan

demikian, aktivitas kegiatan ekonomi masyarakat tersebut tentunya menjadi salah

Page 64: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

194

satu bagian peninggalan sejarah tersendiri, baik dalam bentuk tangible yang

berupa sarana pewadahan aktivitasnya maupun yang berbentuk intangible yang

berupa aktivitas itu sendiri beserta instrumen dan produknya. Pusaka budaya

tersebut atau dapat disebut dengan pusaka industri mampu memberikan bagian

alur cerita sejarah perkembangan kota dari sisi perekonomian dan menjadi bagian

dari nilai sosial catatan kehidupan keseharian masyarakat, dan memberikan sense

of identity yang penting. Oleh karena itu, pusaka industri yang dimiliki perlu

dilestarikan dalam rangka mampu mempertahankan eksistensi aktivitas ekonomi

masyarakat yang telah ada sejak dulu serta mampu mempertahankan bangunan-

bangunan sejarah perkembangan ekonomi bagi Kota Surakarta.

Kota Surakarta dikenal identik dengan kerajinan batik yang sudah terkenal

pada tingkat nasional hingga internasional dengan jumlah pengusaha batik

mencapai 200 lebih industri yang didominasi oleh pengusaha UKM. Jenis usaha

batiknya pun beragam mulai dari hanya pemotifan, hingga yang sudah komplit

dalam satu usaha. Banyaknya usaha batik ini memberikan efek positif dalam

perekonomian, disamping itu ternyata industri batik masih menyisakan persoalan

lingkungan terkait dengan pencemaran akibat limbah cair yang masih belum

diolah atau belum optimal diolah. Biaya pengolahan limbah cair industri batik

yang mahal masih menjadi kendala terbesar bagi UKM Batik.

Banyaknya event yang digelar di Kota Surakarta ini menjadi salah satu

bukti bahwa pemerintah Kota Surakarta benar-benar ingin mengangkat eksistensi

masyarakat Solo dengan citra batiknya yang khas sehingga mampu bersaing

Page 65: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

195

dengan masyarakat Luar Solo atau bahkan dengan masyarakat Internasional.

Salah satu tempat yang menjadi sentra batik di kota Solo adalah Laweyan.

B. Gambaran Umum Laweyan

1. Sejarah Laweyan

Kelurahan Laweyan merupakan kawasan sentra industri batik yang unik,

spesifik dan bersejarah. Desa Laweyan (kini wilayah Kelurahan Laweyan) sudah

ada sebelum munculnya kerajaan Pajang. Sejarah kawasan Laweyan baru berarti

setelah Kyai Ageng Henis bermukin di desa Laweyan pada tahun 1500 an M,

Kyai Ageng Henis adalah putra dari Kyai Ageng Selo yang merupakan keturunan

raja Brawijaya V. Kyai Ageng Henis atau Kyai Ageng Laweyan adalah juga

manggala pinituaning nagara kerajaan Pajang senasa Jaka Tingkir menjadi Adipati

Pajang pada tahun 1546 M. Dari beliaulah seni membatik diperkenalkan kepada

santri-santrinya yang berguru kepadanya di Laweyan dan di kampoeng inilah Ki

Ageng Henis dimakamkan, dan salah satu peninggalannya adalah masjid Laweyan

yang dibangun tahun 1546.

Laweyan tumbuh sebagai pusat perdagangan, terutama perdagangan Lawe

atau benang untuk bahan tenun. Lawe berasal dari pinilan kapas yang saat itu

dihasilkan oleh petani Pedan, Juwiring dan Gawok. yang terletak di selatan pusat

Kerajaan Pajang. Lawe inilah yang kemudian melahirkan nama Laweyan (pakar

sejarah UNS, Drs. Sudarmono.SU).

Lawe dan tenun pasar kemudian dijual keberbagai daerah dengan

memanfaatkan angkutan sungai karena didekat Pasar Laweyan juga terdapat

Page 66: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

196

bandar atau pelabuhan yang bernama Bandar Kabanaran. selain itu juga terdapat

kampung Lor (utara) pasar dan kampung kidul (selatan) pasar. Dari pelabuhan ini

barang dagangan diangkut dengan rakit ke pelabuhan yang lebih besar di

Nusupan, di tepi Bengawan Semanggi yang kini dikenal dengan Bengawan Solo.

Di Utara Pasar Laweyan bermukim Sutowijoyo (cucu Ki Ageng Henis)

anak Ki Gede Pemanahan. Ia populer dengan sebutan Raden Mas Ngabehi Loring

Pasar, karena bermukim di Lor (Utara) pasar. Anak dan Bapak inilah yang

berhasil menyingkirkan musuh Hadiwijoyo, yakni Adipati Jipang, Aryo

Panangsang. Atas jasa ini maka Sultan Pajang memberikan hadiah berupa tanah di

Mentaok untuk Sutowijoyo. Mentaok yang semula hutan ditangan Sutowijoyo

berubah menjadi pedesaan, dan akhirnya menjadi Kota Gede (Imogiri) dan

disinilah Kerajaan Mataram I berdiri dengan Rajanya Sutowijoyo, yang bergelar

Panembahan Senopati.

Seiring berkembangnya Solo sebagai pusat kerajaan, popularitas Laweyan

pun mulai surut. Pasar Laweyan makin berkurang kumandangnya, dan bandar

Kabanaran mulai kehilangan fungsi, setelah transportasi beralih memakai jalan

darat dan kereta api, Kampoeng Laweyan berkembang sebagai pemukiman yang

sebagian besar warganya menggeluti industri tenun lalu menjadi industri batik.

Laweyan kembali tenar di awal abad ke 20, pada masa itu industri batik

tumbuh dengan pesat, sehingga melahirkan para saudagar yang kekayaannya

melebihi kaum bangsawan keraton. Di tahun 1930 an jumlah industri batik di Solo

mencapai 230 an dan sebagian besar berada di Laweyan. Setiap tahun Laweyan

memproduksi batik tidak kurang dari 60.400 potong batik.

Page 67: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

197

Masyarakat Laweyan terdiri dari beberapa kelompok, yakni kelompok

saudagar (pedagang), wong cilik (orang kebanyakan), wong mutihan (muslim)

dan priyayi (bangsawan). Saudagar yang paling dominan adalah saudagar batik.

Mereka memiliki usaha batik dengan jaringan pemasaran yang sangat luas. Kaum

saudagar menjadi kelas menengah, bukan kelas atas seperti bangsawan, namun

memiliki kekuatan ekonomi yang tidak kalah dengan bangsawan.

Kelas menengah tidak hanya eksis secara ekonomi tetapi juga secara

politis. Mereka melibatkan diri dalam pergerakan menuju Indonesia Merdeka. Ini

dibuktikan dengan didirikannya Sarekat Dagang Inslam tahun 1911 oleh seorang

saudagar batik, KH. Samanhudi yang kemudian menjadi Sarekat Islam. Selain itu

juga berdiri Persatoean Peroesahaan Batik Boemipoetra Soerakarta (PPBBS)

tahun 1935. Hebatnya, usaha batik ini justru lebih banyak dikendalikan oleh kaum

perempuan. Mereka adalah perempuan-perempuan yang terampil mengelola

usaha, mulai dari proses membatik, memasarkan, mengelola keuangan hingga

mengembangkan usaha. Sebutan untuk mereka adalah Mbok Mase, dan suami

adalah Mas Nganten.

Peran Mbok Mase dalam industri Batik Laweyan sangat dominan,

sedangkan peran Mas Nganten hanya 25%. Keberhasilan perempuan mengangkat

batik sebenarnya juga merupakan keberhasilan mereka dalam mengangkat status,

bukan lagi perempuan yang terpinggirkan melainkan telah memperoleh posisi

secara proporsional. Mereka tetap menghormati suami sebagai kepala rumah

tangga, dan memberikan kebebasan. Mas Nganten boleh melakukan apa saja

asalkan jangan foya-foya dan poligami.

Page 68: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

198

Gaya hidup saudagar memiliki kelas tersendiri. Penghasilan saudagar bisa

mencapai 60.000 gulden setiap tahunnya dan penghasilan tersebut jauh melebihi

penghasilan kaum ningrat di keraton. Mereka membangun rumah-rumah mewah

dengan arsitektur art deco dan dikelilingi tembok tinggi layaknya benteng.

Mereka memiliki kuda, bahkan kereta hingga mobil.

Pada saat Keraton Kartasura diduduki pemberontak China (1741), Paku

Buwono II melarikan diri ke Ponorogo. Raja Mataram tersebut bermaksud

meminjam kuda para saudagar untuk kepentingan pelarian, tetapi para saudagar

menolaknya. Hal ini merupakan salah satu bentuk perlawanan terhadap kaum

ningrat yang suka foya-foya dan poligami. Penolakan tersebut jelas membuat

Paku Buwono II kecewa, kemudian ia bertitah bahwa keturunan ningrat tidak

boleh menikah dengan keturunan saudagar Laweyan. Namun mitos ini semakin

memudar. Hubungan saudagar dan bangsawan tetap berjalan dengan baik, karena

bagaimanapun batik sulit dipisahkan dengan keraton.

Mbok Mase menyiapkan anak-anak perempuannya menjadi penerus usaha.

Anak perempuan yang disebut Mas Roro ini sejak kecil sudah dilibatkan dalam

industri batik. Kemudian dinikahkan, membina rumah tangga dan

mengembangkan usaha batik hingga akhirnya menjadi pasangan Mbok Mase dan

Mas Nganten.

Alih generasi semacam ini berlangsung hingga beberapa keturunan, namun

memasuki tahun 1970 an industri batik di Laweyan mulai goyah dan surut diterpa

oleh teknologi-teknologi modern dengan pemain-pemain baru yang lebih

Page 69: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

199

bermodal kuat dengan industri tekstil printing. Mbok Mase ternyata tidak berhasil

menyiapkan Mas Roro untuk memasuki industri yang lebih modern.

Sisa-sisa kejayaan saudagar Laweyan hingga kini masih bisa dinikmati,

bangunan Ndalem Cokrosumarto misalnya, rumah ini dibangun tahun 1915 dan

masih utuh dan terawat dengan bagus. Pada masa lalu rumah ini sering

dipergunakan untuk pertemuan kaum pergerakan. Perundingan antar Gerilyawan

RI dengan Belanda berlangsung juga dirumah ini pada tanggal 12 November

1949. Bangunan rumah saudagar terdiri dari pendopo, ndalem, senthong, gandok,

pavilion, pabrik, regol dan halaman depan cukup luas dengan orientasi bangunan

menghadap utara-selatan. Hampir tiap rumah memiliki pintu kecil sebagai

butulan. Pintu ini menghubungkan dengan rumah lainnya agar akses silaturahmi

selalu terjaga. Selain pintu butulan, beberapa rumah saudagar terdapat Bunker

bawah tanah yang berfungsi untuk bersembunyi dari serangan-serangan maupun

untuk menyimpan kekayaan. Bunker tersebut ada yang tembus ke rumah tetangga

yang dihubungkan dengan lorong bawah tanah, namun ada juga yang buntu.

Bunker yang tembus terdapat pada bangunan sebelum abad ke 20 atau pada jaman

kerajaan Pajang. Peninggalan ini masih dapat kita lihat pada kediaman Bp. Harun

Muryadi di Setono Rt.02/II Laweyan. Menurut Harun Muryadi rumah tersebut

peninggalan Hangabehi Kertayuda seorang abdi dalem kerajaan Pajang yang

diberikan kepada ayahnya (R. Wilasdi Wiryosupadmo) yang tidak lain adalah

keturunan ketujuh dari Hangabehi Kertayuda. Akses Bunker yang tembus

ketempat lain banyak yang ditutup setelah pemberontakan PKI tahun 1948 karena

sering disangka sebagai tempat persembunyian orang PKI.

Page 70: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

200

Memasuki tahun 1990 an industri batik di Laweyan kian memprihatinkan,

namun walau demikian Laweyan masih bisa mengumandangkan batik dengan

pembatiknya yang semakin susut. Sekarang setelah ditetapkan sebagai Kampoeng

Batik Laweyan dan menjadi salah satu icon batik di Kota Solo maka semakin

banyak pecinta batik yang berkunjung ke Laweyan mencari atau memesan batik

yang eksklusif apalagi para kolektor batik.

Laweyan sebagai salah satu kawasan bersejarah di Kota Surakarta

memiliki banyak potensi. Selain menyimpan banyak sejarah, Laweyan yang telah

dikenal sejak zaman kerajaan pajang memiliki tradisi yang unik. Sebagian

masyarakatnya bermata pencaharian sebagai pembatik. Umumnya mereka

memproduksi batik-batik hasil olahan mereka sendiri atas permintaan masyarakat

menengah kebawah. Hampir sebagaian besar penduduk di Kelurahan Laweyan

berprofesi sebagai pengrajin batik, baik sebagai pengusaha maupun sebagai buruh

atau pekerja.

Karena tidak ingin Laweyan tenggelam diterpa jaman, maka pada tanggal

25 September 2004 dicanangkan Laweyan menjadi Kampoeng Batik dan

sekaligus sebagai daerah tujuan wisata di Kota Solo. Pada saat yang bersamaan

terbentuklah Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan. Forum ini

memiliki visi “ menjadikan Laweyan sebagai kawasan wisata dan cagar budaya

melalui pengembangan dan pelestarian potensi serta keunikan lokal sehingga

menjadi salah satu identitas Kota Surakarta.” Sedangkan misinya adalah “

memberikan arahan pengembangan/ penataan kawasan dari segi fungsi, struktur

ruang, fasilitas pelayanan dan infrastruktur yang bertumpu pada industri batik dan

Page 71: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

201

non batik, situs bersejarah, arsitektur khas Laweyan, lingkungan serta sosial

budaya”.

Sejak itulah Laweyan dianggap sebagai orang “tertidur” yang mulai

bangkit dan berbenah dengan mengandalkan keunikan-keunikan kawasan dan

industri batik yang dikemas dengan nuansa wisata “ Tiga Zaman”, yaitu zaman

keemasan kerajaan Pajang, zaman kejayaan batik dan zaman kehancuran dan

kebangkitan batik era sekarang. (Suyono:2009)

2. Sosial dan Budaya Masyarakat

Menurut Sarsono dan Suyatno (Widayati, 2002) terdapat pengelompokan

sosial dalam kehidupan masyarakat Laweyan, yaitu : kelompok wong saudagar

(pedagang), wong cilik (orang kebanyakan), wong mutihan (Islam atau alim

ulama) dan wong priyayi (bangsawan atau pejabat). Selain itu dikenal pula

golongan saudagar atau juragan batik dengan pihak wanita sebagai pemegang

peranan penting dalam menjalankan roda perdagangan batik.

Sebagian masyarakat Laweyan masih tampak aktif nguri-uri

(melestarikan) kesenian tradisional, seperti musik keroncong dan karawitan yang

biasanya ditampilkan atau dimainkan sebagai pengisi acara hajatan, seperti

mantenan, sunatan, tetakan dan kelahiran bayi. Dalam bidang keagamaan,

sebagian besar penduduk penduduk Laweyan yang beragama Islam dan terlihat

aktif menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti pengajian,

tadarusan dan aktivitas keagamaan lainnya baik secara terjadwal maupun

insidental.

3. Kondisi Geografis

Page 72: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

202

a) Letak Wilayah dan Batas Desa

Kelurahan Laweyan termasuk pada Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta yang

terletak pada barat daya kota Surakarta yang berbatasan langsung dengan

Kabupaten Sukoharjo. Kelurahan Laweyan terdiri dari 8 kampung kecil yaitu :

· kampung kwanggan

· kampung sayangan kulon

· kampung sayangan wetan

· kampung kramat

· kampung sentono

· kampung lor pasar

· kampung kidul pasar

· kampung klaseman

Secara administratif Kelurahan Laweyan berbatasan dengan :

Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Bumi

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Pajang

Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sondakan

b) Luas Wilayah dan Tata Guna Lahan

Luas wilayah kelurahan Laweyan adalah 0,248 km2, dengan luas pemukiman

hampir mendominasi seluruh lahan yang ada yaitu sekitar 91,9% atau 0,228 km2.

Sedangkan lahan yang digunakan untuk prasarana umum dan lainnya hanya 0,02

km2 atau sekitar 8% saja.

Page 73: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

203

4. Kondisi Demografi

a) Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur, Tenaga Kerja dan Pendidikan

Penduduk Laweyan tersebar pada 8 kampung dengan tingkat kepadatan yang

hampir sama di tiap-tiap kampung. Dengan jumlah penduduk 2565 jiwa,

perbandingan jumlah antara laki-laki dan wanita tidak begitu mencolok. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3

Jumlah Penduduk Dalam Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Kelurahan Laweyan Tahun 2009

Kelompok Umur

Laki-laki Perempuan Jumlah

0 - 4 5 - 9

10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 39 40 - 49 50 - 59

60 +

55 63 113 149 144 145 155 146 161 73

45 84 194 152 154 148 161 162 161 95

100 147 307 301 298 293 316 308 322 168

Jumlah 1204 1361 2565 Sumber : Data monografi kelurahan Laweyan tahun 2009

Laweyan menyimpan potensi tenaga kerja yang belum dikembangkan

secara maksimal. Penduduk usia produktif memang mempunyai ragam pekerjaan

yang berbeda, namun potensi yang jelas terlihat pada sektor tenaga kerja adalah

kemampuan membatik yang diwariskan secara turun temurun. Hal tersebut

terutama terlihat pada wanita yang sudah sejak dahulu mengelola batik dan jika

dikembangkan akan akan mampu menjadi usahawan dengan bisnis batiknya yang

Page 74: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

204

lebih besar lagi. Namun karena stereotype dan beban ganda yang dilekatkan pada

wanita, menyebabkan wanita ini hanya bekerja sebatas lingkungan rumahnya,

sedangkan untuk urusan pemasaran dan hubungan dengan pihak luar lebih

didominasi oleh kaum laki-laki.

Distribusi penduduk 5 tahun keatas menurut pendidikan tertinggi yang

ditamatkan menunjukkan hasil baik. Dari data yang ada menunjukkan bahwa

angka tamat sekolah memang beragam mulai dari tamat SD hingga Strata 2. Dari

hal ini dapat dikatakan bahwa penduduk Laweyan sudah banyak yang

mengenyam pendidikan tinggi dengan jumlah lulusan Sarjana sebanyak 258

orang. Jika dilihat dari distribusi pendidikan memang masyarakatnya cukup baik

dan terbuka dalam hal pendidikan. Hal ini memang sangat dibutuhkan mengingat

Laweyan sebagai salah satu pusat industri batik di Kota Solo yang memang

membutuhkan orang-orang yang pandai dan terampil serta mempunyai

pengetahuan yang luas sehingga diharapkan mampu untuk mengembangkan

industri batik di Laweyan pada khususnya dan industri batik di Solo pada

umumnya.

Tabel 4

Penduduk menurut tingkat pendidikan umur 5 tahun keatas

Kelurahan Laweyan tahun 2009

Tingkat Pendidikan Jumlah

Tidak/belum sekolah

Belum Tamat SD

Tidak Tamat SD

140

155

102

Page 75: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

205

Tamat SD

SLTP/Sederajat

SLTA/Sederajat

Diploma III

Diploma IV/S1

Strata 2

187

288

771

118

235

23

Jumlah 2019

Sumber : Bank Data Kelurahan Laweyan tahun 2009

b) Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Jumlah Kepala Keluarga yang mendiami wilayah ini sebanyak 609 kepala

keluarga. Sebagian besar penduduk Kelurahan Laweyan bermata pencaharian

sebagai buruh industri, terutama industri batik. Selain dikenal sebagai sentra batik,

Laweyan juga dikenal sebagai pemukiman islam dan merupakan bekas poros

keraton Mataram di Kartasura yang masih kental dengan adat dan budaya Jawa.

Selain buruh industri juga masih banyak lagi mata pencaharian penduduk

Laweyan diantaranya adalah nelayan, pengusaha, buruh bangunan, pedagang,

pengangkutan, pensiunan dan lain-lain. Untuk dapat jelasnya dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :

Tabel 5

Mata Pencaharian Penduduk Laweyan

Usia 10 tahun keatas tahun 2009

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1.

2.

Petani Sendiri

Buruh Tani

-

-

Page 76: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

206

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Nelayan

Pengusaha

Buruh Industri

Buruh Bangunan

Pedagang

Pengangkutan

Pegawai NegeriSipil/ ABRI

Pensiunan

Lain-lain

-

60

200

150

50

75

20

28

1111

Jumlah 1694

Sumber : Laporan Monografi Dinamis Kelurahan Laweyan 2009

Sebagai jantung kecamatan Laweyan, Kelurahan Laweyan mempuyai

potensi yang cukup menonjol sebagai sentra industri batik Surakarta. Selain

sebagai pegiat ekonomi rakyat, Laweyan juga berpotensi membangkitkan

kepariwisataan di kota Surakarta sebagai Kota Batik.

5. Sarana dan Prasarana Penunjang

a) Sarana dan Prasarana Perekonomian

Sebagai salah satu kawasan wisata dan sentra batik di Kota Surakarta,

Laweyan mempunyai sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi

masyarakatnya terutama yang mendukung jalannya kegiatan membatik sebagai

kegiatan utama penduduk Laweyan. Sarana penunjang kegiatan perekonomian di

Laweyan berupa sarana pendukung kegiatan produksi batik seperti drainase atau

saluran pembuangan limbah sisa produksi batik, namun karena kurangnya

perhatian dari pemerintah kota, sarana drainase ini kurang memadai untuk

mencukupi kebutuhan bagi industri-industri rumahan yang semakin berkembang

disana. Hal ini terlihat dari keruhnya air sungai yang melintasi Laweyan dan tidak

Page 77: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

207

jarang juga berwarna karena pewarna pakaian yang sering digunakan dalam

industri ini.

b) Sarana dan Prasarana Perumahan

Masyarakat Laweyan bukanlah keturunan bangsawan, tetapi karena

mempunyai hubungan yang erat dengan kraton melalui perdagangan batik serta

didukung dengan kekayaan yang ada, maka corak pemukiman khususnya milik

para saudagar batik banyak dipengaruhi oleh corak pemukiman bangsawan Jawa .

Bangunan rumah saudagar biasanya terdiri dari Pendopo, ndalem, sentong,

gandok, pavilion, pabrik, beteng, regol, halaman depan rumah yang cukup luas

dengan orientasi bangunan menghadap utara-selatan. Atap bangunan kebanyakan

menggunakan atap limasan bukan joglo karena bukan keturunan bangsawan

(Widayati, 2002).

Dalam perkembangannya sebagai salah satu usaha untuk lebih

mempertegas eksistensinya sebagai kawasan yang spesifik, corak bangunan di

Laweyan banyak dipengaruhi oleh gaya arsitektur Eropa dan Islam, sehingga

banyak bermunculan bangunan bergaya arsitektur Indisch (Jawa-Eropah) dengan

façade sederhana, berorientasi ke dalam, fleksibel, berpagar tinggi lengkap

dengan lantai yang bermotif karpet khas Timur Tengah. Keberadaan “beteng”

tinggi yang banyak memunculkan gang-gang sempit merupakan ciri khas

Laweyan selain untuk keamanan juga merupakan salah satu usaha para saudagar

untuk menjaga privacy dan memperoleh daerah “kekuasaan” di lingkungan

komunitasnya.

Page 78: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

208

Gb.1 Rumah Jawa

Gb.2 Rumah Indische

Permukiman Tradisional

Permukiman tradisional biasanya banyak dicirikan dengan munculnya

massa bangunan yang mempunyai tampak berupa dinding – dinding tertutup

menghimpit dan dikelilingi oleh gang atau jalan sempit (Cobusier dalam Carmona

dkk. 2003). Massa bangunan dalam permukiman tradisional saling berhimpitan

antara satu dengan lainnya, muka bangunan berhimpit dengan jalan, tampak

bangunan menyerupai dinding. (Carmona dkk.,2003). Menurut Rowe dan Kotter

dalam Carmona dkk. (2003) massa bangunan dalam kota tradisional atau kuno

biasanya berhubungan satu dengan lainnya membentuk blok bangunan atau urban

block. Antara urban block satu dengan lainnya dipisahkan oleh jalan berpola grid

dan ruang umum sehingga membentuk butiran – butiran urban blocks yang relatif

kecil. Masih menurut Rowe dan Kotter dalam Carmona dkk. (2003) ketinggian

Page 79: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

209

bangunan di kawasan tradisional relatif rendah dan hampir mempunyai ketinggian

sama antara satu dengan yang lainnya, perkecualian di beberapa bangunan umum

dan peribadatan mempunyai massa yang lebih tinggi dan menonjol. Sedangkan

untuk kota modern , massa bangunan biasanya membentuk blok – blok dengan

butiran blok yang besar. Massa bangunan membentuk super blocks dan dikelilingi

oleh taman di sekitarnya. Super blocks biasanya dibatasi oleh jalan – jalan berpola

grid yang merupakan jalan utama penghubung antar kawasan. Kampung Laweyan

sebagai permukiman tradisional, elemen kawasannya dibentuk oleh butiran massa

yang saling berdekatan membentuk jalan lingkungan yang relatif sempit. Massa

bangunan milik juragan batik sebagian besar terdiri dari massa bangunan besar

dan sedang. Bangunan tersebut biasanya dilengkapi dengan pagar tinggi yang

menyerupai “beteng”. Adapun massa bangunan kecil jumlahnya lebih sedikit dan

sebagian besar merupakan milik pekerja batik.

Page 80: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

210

Gb.3 Jalan / Gang di Kampung Laweyan

(Alpha Febela Priyatmono:2004)

c) Sumber Daya Air

Sumber Daya Air di Laweyan yang digunakan sebagai air minum berasal

dari banyak sumber, yakni sumur gali, sumur pompa, bahkan juga hidran umum,

PAM dan sebagainya. Jumlah sumur gali yang ada di Laweyan mencapai 142,

Sumur pompa 25 dan sumur hidran sebanyak 3 dengan kondisi yang bermacam-

macam mulai dari kondisi yang baik hingga kondisi yang rusak atau kurang baik.

Sebagian besar masyarakat Laweyan masih menggunakan air PAM sebagai

konsumsi air minum rumah tangganya. Hal tersebut terbukti dari jumlah

pengguna air PAM sebanyak 305 KK. Untuk kondisi paling sedikit adalah

keluarga yang menggunakan Hidran umum yakni sebanyak 50 KK.

Tabel 6

Sumber Air Minum masyarakat di Kelurahan Laweyan

Sumber air Jumlah (unit) Pengguna

Mata Air

Sumur gali

Sumur pompa

Hidran umum

PAM

Pipa

Sungai

-

142

25

3

-

-

-

-

100 KK

55 KK

50 KK

305 KK

-

-

Sumber : Daftar Potensi Kelurahan Laweyan 2009

Page 81: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

211

Sedangkan untuk jumlah prasarana air bersih yang ada di Kelurahan

Laweyan ada dari berbagai sumber yakni dari sumur pompa, sumur gali dan juga

hidran umum, selain itu juga ada dari fasilitas rumah tangga yang berupa MCK.

Tabel 7

Jumlah Prasarana Air Bersih Masyarakat Laweyan

Prasarana Air Bersih Jumlah Keterangan

Sumur pompa

Sumur Gali

Hidran Umum

MCK

18

98

4

6

Ada

Ada

Ada

Ada

Sumber : Daftar Potensi Kelurahan Laweyan 2009

Untuk ketersediaan sarana air bersih sebagian besar juga berasal dari

sumber air sumur gali yang ada di tiap-tiap rumah penduduk. Banyaknya kepala

keluarga yang menggunakan air bersih dari sumur gali ada sebanyak 215 KK.

Selain itu penduduk juga banyak yang memilih menggunakan pipa-pipa untuk

mendapatkan air bersih yakni sebanyak 260 KK. Masyarakat yang menggunakan

air sungai sebagai konsumsi air bersih mereka tidak ada karena memang air

sungai yang mengalir di Laweyan sangat kotor dan bahkan tak jarang juga sudah

tercemar oleh bahan-bahan pewarna dari industri rumah tangga maupun industri

batik yang ada di daerah tersebut. Sehingga masyarakat enggan untuk

menggunakan air sungai untuk konsumsi sehari-hari. Sungai hanya digunakan

sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga, maka dari itu sangatlah wajar

jika kondisi sungai keruh dan banyak bahan pencemar.

Page 82: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

212

Gb. 4 kualitas air sungai yang keruh

Tabel 8 Jumlah Prasarana Air Bersih Masyarakat Laweyan Menurut Penggunanya

Prasarana Air Bersih Jumlah Pengguna (KK) Air sumur gali

Air sungai Hidran umum Sumur pompa

Perpipaan PAM MCK

215 -

75 50 260

- 50

Sumber : Daftar Potensi Kelurahan Laweyan 2009 Kualitas air minum yang berasal dari sumur baik itu sumur gali ataupun

sumur pompa kondisinya masih baik. Begitu juga dengan Hidran umum yang

tersedia dan juga PAM dan pipa. Sedangkan untuk sungai memang sangat

tercemar. Pencemaran sungai yang ada di Laweyan sedikit banyak juga atas

perilaku dari masyarakat yang ada di Laweyan. Dengan perilaku mereka yang

salah misalnya membuang sampah, baik itu sampah padat maupun cair ke sungai

akan ikut mempengaruhi kualitas dari air sungai terebut. Banyaknya masyarakat

yang berprofesi sebagai pengusaha batik juga menjadikan sungai tercemar jika

limbah pewarna batiknya dibuang ke sungai.

Page 83: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

213

Gb.5 kondisi sungai yang tercemar

Tabel 9

Kualitas Air Minum Masyarakat Kelurahan Laweyan

Sumber Air Kualitas Air Mata air

Sumur gali Sumur pompa Hidran umum

PAM Pipa

Sungai

- Baik Baik Baik Baik Baik

Tercemar Sumber : Daftar Potensi Kelurahan Laweyan 2009

BAB III

HASIL PENELITIAN

Page 84: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

214

A. Profil Informan Masyarakat Kelurahan Laweyan Kecamatan Laweyan

Kota Surakarta.

Dari keseluruhan jumlah penduduk di Laweyan dengan berbagai macam

mata pencaharian, yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah 11 orang

yang dipilih berdasarkan keragaman mata pencaharian atau profesi, jenis kelamin,

usia, jarak rumah atau tempat tinggalnya dengan sungai Jenes dan juga asal

daerah. Hal tersebut dipilih agar dapat dibandingkan pola perilakunya dalam

menjaga kelestarian sungai serta dampak yang dirasakan dari kondisi sungai yang

kualitas airnya semakin keruh.

Gambaran tentang profil informan akan dijabarkan secara ringkas melalui

tabel-tabel dibawah ini, dimana tabel-tabel ini bersumber dari hasil wawancara:

Tabel 10 Profil Informan

No Masyarakat berdasar profesi

Jenis kelamin

Usia (th)

Jarak rumah dengan sungai

Asal daerah

1. Produsen Batik Laki-laki 40 ±100 m Laweyan 2. Tokoh Masyarakat (FPKBL) Laki-Laki 42 ±300 m Laweyan 3. Tokoh Lingkungan Hidup Perempuan 40 ±300 m Laweyan 4. Pedagang batik Laki-Laki 47 ± 5 m Wonogiri 5. Usaha batik rumahan Perempuan 45 ± 5 m Laweyan 6. Pegawai pabrik Laki-Laki 36 ± 5 m Wonogiri

7. Pengurus IPAL Laki-Laki 50 ± 10 m Laweyan 8. Pelajar Laki-laki 4 ± 5 m Laweyan 9. Pelajar Perempuan 7 ± 15 m Laweyan 10. Pedagang/wiraswasta Perempuan 45 ± 15 m Laweyan 11. Ibu Rumah Tangga Perempuan 28 ± 20 m Yogyakarta Sumber : Data primer

Dari tabel diatas dapat digambarkan bahwa jumlah informan dalam

penelitian ini adalah sebanyak 11 orang dengan berbagai profesi yang berbeda.

Page 85: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

215

Dari keragaman profesi tersebut maka akan dilihat bagaimana profesi tersebut

mempengaruhi pola perilaku serta kontribusi yang berbeda pula dalam

mewujudkan lingkungan hidup yang aman, nyaman dan bebas dari penyakit

dimana dalam hal ini adalah lingkungan sungai Jenes, bagaimana ekologi serta

ekosisem yang ada didalamnya sebagaimana yang kita tahu bersama bahwa dalam

kehidupan sehari-hari masyarakat tidaklah mungkin lepas dari lingkungan sekitar

tempat tinggalnya.

Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya

keadaan dan makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

makhluk hidup lainnya. Sedangkan lingkungan hidup merupakan ekologi terapan

dengan tujuan agar manusia dapat menerapkan prinsip dan konsep pokok ekologi

dalam lingkungan hidupnya. Manusia banyak menentukan corak kehidupan dan

mempunyai peran yang sangat dominan terhadap ekosistem bumi. (Pramudya

Sunu: 2001: 10)

Dari kesebelas informan tersebut ada laki-laki sebanyak 6 orang dan 5

orang perempuan. Banyaknya informan laki-laki dikarenakan dari segi pengusaha,

pengurus IPAL itu sendiri adalah kaum laki-laki walaupun juga ada perempuan

namun untuk penggerak di bidang lingkungan hidup di Laweyan masih terhitung

sedikit. Selain itu juga tokoh masyarakat yang ada di Laweyan juga sebagian

besar adalah kaum laki-laki sehingga informan yang ditemui lebih banyak laki-

laki daripada perempuan. Dengan jumlah informan yang hanya terpaut satu saja

antara laki-laki dan perempuan juga dijadikan sebagai pembanding antara tingkat

Page 86: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

216

kepedulian terhadap lingkungan apakah lebih peduli laki-laki atau lebih peduli

perempuan.

Jika dilihat dari usia informan maka jaraknya ada yang terpaut jauh yakni

mulai dari 4 tahun sampai 36 tahun. Dengan usia yang terpaut cukup jauh akan

dijadikan pembanding dari perilakunya. Perilaku yang mereka lakukan yang

berkaitan dengan keberadaan dari Sungai Jenes juga dapat dikatakan merupakan

suatu kebiasaan. Baik itu perilaku yang positif maupun negatif dalam

memperlakukan sebuah sungai yang berada disekitar lingkungan tempat

tinggalnya. Dengan usia yang masih kecil dan masih duduk di bangku sekolah

dasar dan juga Taman Kanak-kanak (TK) akan menjadi suatu hal yang menarik

jika diteliti. Apakah yang melatarbelakangi seorang anak dalam berperilaku dalam

kehidupan sehari-hari. Sedangkan untuk usia informan yang sudah 30-an tahun

ketas merupakan usia yang sudah cukup matang, sehingga dapat diamati

bagaimana kondisi Sungai Jenes dari tahun ke tahun atau kondisi sungai tempo

dulu dan tempo sekarang. Apa yang membuat Sungai Jenes sekarang menjadi

tercemar dan kondisi airnya keruh serta dampak yang mereka rasakan.

Selain dilihat dari jenis pekerjaan, informan dalam penelitian ini juga

dilihat berdasarkan jarak tempat tinggal dan tempat usaha atau produksi batiknya

dari sungai Jenes yang alirannya melewati Laweyan.

Dari kesebelas informan yang ada dalam penelitian ini maka dapat

diketahui jarak rumah atau tempat produksi batik yang tidak begitu jauh dari

keberadaan sungai Jenes. Jarak rumah juga sedikit banyak mempengaruhi

kegiatan sehari-hari masyarakat dalam hubungannya dengan perubahan kondisi

Page 87: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

217

sungai yang ada di Laweyan. Sungai dapat dimanfaatkan sebagai front depan dan

fron belakang bagi masyarakat yang tinggal disekitar sungai.

Jika tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan tinggi maka

sudah tentu masyarakat akan memperlakukan sungai sebagai front depan yang

akan selalu dijaga dan dirawat sehingga kondisinya akan selalu baik dan

memberikan manfaat bagi masyarakat. Namun jika masyarakat dengan tingkat

kepedulian terhadap lingkungan rendah maka dengan mudahnya mereka akan

memperlakukan sungai semena-mena sebagai front belakang dan tak jarang

sungai digunakan sebagai tempat pembuangan sampah atau limbah rumah tangga

yang akibatnya kondisi air sungai menjadi keruh dan kotor.

Jarak rumah informan tersebut beragam mulai dari yang paling dekat

dengan sungai sampai yang paling jauh dengan sungai. Jarak rumah informan

berkisar antara ± 5 m sampai dengan ± 300 m. Dengan jarak yang berbeda akan

menggambarkan perilaku masyarakat yang berbeda pula. Tidak hanya itu saja,

walaupun jarak rumah mereka kurang lebih sama maka perilaku mereka juga

berbeda antara informan yang satu dengan informan yang lain.

Informan yang ada dalam penelitian tidak semuanya merupakan penduduk

asli Laweyan melainkan ada juga penduduk yang datang dari wilayah lain. Asal

daerah informan yang berbeda juga akan menjadi pembanding terhadap pola

perilaku yang mereka lakukan selama ini dalam partisipasinya menjaga

kebersihan lingkungan hidup yang ada di Laweyan khususnya perilaku mereka

yang berhubungan dengan menjaga kualitas sungai Jenes yang mengalir di

Page 88: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

218

Laweyan. Dengan asal daerah yang berbeda juga dapat dilihat tingkat kepedulian

informan terhadap lingkungan tempat tinggalnya.

B. Gambaran Ekologi Laweyan

Ekologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu oikos

yang berarti habitat atau lingkungan dan logos yang berarti ilmu pengetahuan.

Ekologi adalah merupakan suatu ilmu mengenai hubungan saling ketergantungan

antara makhluk atau organisme hidup dengan lingkungannya, secara fisik maupun

biologik. Dalam perkembangannya, ekologi juga mempelajari penyebaran

manusia dalam hubungannya dengan sumber kekayaan alam serta sosial budaya

sebagai akibat adanya hubungan saling ketergantungan tersebut.

Salah satu komponen dari ekologi manusia adalah penduduk yang

cenderung semakin meningkat, sehingga semakin banyak pula kekayaan alam

yang harus di eksploitasi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ledakan

penduduk yang tidak terkendali akan mempersulit dalam upaya melestarikan

lingkungan. Hal tersebut dapat dihindari, bila semua pihak memiliki kesadaran,

berperan dan berbuat untuk melestarikan lingkungan. (Pramudya Sunu: 2001: 9).

Dari uraian diatas maka dalam penelitian ini yang terkait dengan ekologi

lingkungan di Laweyan dapat ditinjau dari beberapa segi yakni :

1. Pengelolaan Limbah

Adanya limbah dilihat dari segi sifat maupun jumlahnya baik secara

langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan atau mencemari lingkungan

hidup dan juga dapat membahayakan kesehatan manusia. Limbah dapat berasal

Page 89: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

219

dari berbagai macam kegiatan, salah satunya adalah kegiatan industri. (Pramudya

Sunu: 2001: 11).

Laweyan merupakan salah satu daerah industri batik yang terkenal di Kota

Surakarta. Industri tidak lepas dengan yang namanya limbah. Seperti halnya

dengan industri-industri yang ada maka industri batik di Laweyan juga

menghasilkan limbah yang jumlahnya tidak sedikit. Untuk mengelola limbah

tersebut agar tidak mencemari lingkungan dan tidak mengganggu masyarakat

maka di Laweyan terdapat Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).

IPAL – UKM Batik di Kampoeng Batik Laweyan Kota Surakarta

merupakan bantuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Pro-LH – GTZ

melalui Pemerintah Kota Surakarta dan dukungan Bapeda Provinsi Jawa Tengah

sebagai implementasi dari Program Produksi Bersih dan Pengendalian

Pencemaran Air Limbah Industri kecil Batik di Kampoeng Batik Laweyan Kota

Surakarta.

a. Teknologi IPAL DEWATS-Plus

1) Konsep Teknologi DEWATS-Plus

DEWATS (Decentralized Wastewater Treatment System)

merupakan sebuah sistem pengelolaan limbah cair secara terdesentralisasi,

terdiri dari modul-modul pengolahan yang sesuai untuk aplikasi dan

desiminasi yang mudah dalam pengoperasian dan perawatan.

Teknologi DEWATS dikembangkan oleh Lembaga Pengembangan

Teknologi Pedesaan (LPTP) Surakarta, teruji untuk pengolahan air limbah

organik dan sanitasi yang berbasis pada masyarakat. Teknologi DEWATS

Page 90: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

220

banyak diaplikasikan sebagai pengolahan limbah peternakan, industri

pengolahan makanan, limbah domestik (sanimas), limbah rumah sakit dan

hotel.

Teknologi DEWATS - Plus merupakan pengembangan dari

Teknologi DEWATS yang di desain untuk pengolahan limbah batik dan

printing kalangan UKM (Usah Kecil dan Menengah) seperti di Kampoeng

Batik Laweyan Kota Surakarta.

Konsep Teknologi DEWATS – Plus memanfaatkan energi

gravitasi secara bejana berhubungan dengan proses biologis, yang tidak

perlu input energi listrik dan bahan kimia. Penggunaan Teknlogi DEWATS

– Plus diperoleh keuntungan, selain mudah operasional dan perawatan, juga

murah.

2) Sistem IPAL Kampoeng Batik Laweyan

Teknologi DEWATS – Plus adalah sebuah sistem yang merupakan

interaksi dan interdependensi diantara subsistem yang mempunyai

kedudukan yang sama pentingnya dengan kedudukan komponen-komponen

secara individual. Sebuah sistem sebagai suatu seri interelasi dan

interdependensi bagian-bagian sehingga interaksi atau saling pengaruh

mempengaruhi setiap bagian akan mempengaruhi keseluruhan. Bekerjanya

seluruh komponen atau sub sistem tersebut akan menjamin

keberlangsungan dan keberhasilan dalam mengatasi permasalahan limbah

batik.

Page 91: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

221

Limbah cair batik ditampung di bak penampungan air limbah yang

terdapat pada masing-masing pabrik dan dialirkan melalui scum trap yang

diukur volumenya. Setelah melalui instrumentasi, air limbah dialirkan

kedalam saluran jaringan air limbah. Dalam jarak tertentu, di dalam saluran

jaringan air limbah dibangun bak kontrol serta di dua titik persimpangan

dipasang bak intake yang sekaligus berfungsi sebagai scum trap.

Setelah melewati scum trap air limbah ditampung pada bak

equalisasi aerob (A), melalui pipa disalurkan kedalam bak anaerob dan

sedimentasi serta netralisasi/septictank (B). Dari bak B, air limbah masuk

ke bak C (baffle reaktor). Di dalam bak B sudah terjadi proses

pengendapan (sedimentasi) awal, netralisasi dan proses homogenitas dari

limbah yang berasal dari beberapa pabrik.

Air limbah mengalir masuk kedalam bak C (baffle reaktor) sebagai

bak utama untuk proses dekomposisi air limbah. Di dalam baffle reaktor

dipasang media penambat tempat berbiaknya mikroba. Setelah diproses

pada bak C, air limbah menuju ke bak D (anaerob stabilisasi) dan ke E

(anaerob filter) kemudian diabsorb dalam bak F dan G (kolom aerob). Air

yang keluar dari pengolahan ini dialirkan ke H (kolam kontrol) untuk

dibuang ke saluran/sungai.

Page 92: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

222

3) Komponen Teknologi IPAL Kampoeng Batik Laweyan

(a) Komponen Bangunan IPAL

v Equalisasi Aerob (A)

Dalam Equalisasi Aerob terdapat proses homogenitas air limbah

serta tempat untuk mengantisipasi terjadinya fluktuasi volume air

limbah dan memisahkan partikel/komponen besar, malam, minyak

atau lemak. Selain itu, juga sebagai tempat pengambilan sampel air

limbah yang belum diolah.

v Equalisasi Anaerob (B)

Dalam bak ini merupakan tempat memasukkan nutrient (tinja), dan

menumbuhkan proses homogenitas. Konstruksi bangunan juga

dibuat tertutup agar tidak menimbulkan bau yang dapat

mengganggu masyarakat sekitar.

v Pengolahan primer sedimentasi/netralisasi model septictank (B)

Terdapat empat ruang untuk pengendapan serta stabilisasi proses

anaerob. Ruang I berfungsi memisahkan tiga bagian air limbah.

Bagian atas berbentuk busa, bagian tengah supernatan yaitu limbah

yang dialirkan pada bak selajutnya, lumpur yang berat jenisnya

lebih besar secara perlahan mengendap pada bagian bawah. Ruang

II tempat menampung supernatan aliran dari ruang I dan berfungsi

sama dengan ruang I tetapi besaran lumpur dan busa sudah

berkurang. Kegiatan serupa terus berulang hingga melalui ruang III

dan ruang IV. Proses pada setictank berlangsung tanpa

Page 93: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

223

udara/oksigen (anaerob) atau ruangan tertutup, sehingga bakteri

anaerob tumbuh dan berkembangbiak.

v Pengolahan sekunder anaerob model Buffel Reaktor (C)

Proses yang ada disini adalah proses sedimentasi padatan yang

melalui kontak lumpur. Didalamnya dipasang batu vulkanik dan

filter polyuretan sebagai media penambat microorganisme agar

tidak mudah hanyut namun mudah berkembangbiak. Bagian atas

bangunan dipasang man hole untuk menyedot lumpur dan

perawatan

v Pengolahan tersier anaerob stabilisasi (D)

Merupakan tahap lanjutan dari baffle reaktor sebagai pengendapan

dan tempat stabilisasi dari reaktor sebelumnya.

v Pengolahan tersier anaerob dengan model media filter aluvial (E)

Didalamnya berisi batu berpori untuk penambat bakteri agar

memakan limbah yang tidak terolah pada reaktor sebelumnya.

v Pengolahan sekunder aerob/filter absorbsion karbon aktif (F)

Sebagai filter terbuka agar terjadi kontak dengan udara. Media

filter menggunakan ijuk dan karbon aktif untuk diserapnya zat

warna atau kimiawi serta mengurangi bau.

v Pengolahan tersier aerasi dengan model kolam nabati (G)

Untuk proses aerasi ditanami tumbuhan air seperti enceng gondok

dan teratai yang menghasilkan oksigen dan untuk mengikat

sebagian logam berat yang tersisa.

Page 94: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

224

v Bak kontrol akhir (H)

Pada bak ini digunakan untuk menguji kualitas hasil akhir dari

proses pengolahan limbah. Sebagai indikator maka pada kolam

dipelihara ikan serta tempat untuk mengambil sampel air limbah

setelah diolah.

(b) Sistem Jaringan Air Limbah

v Air limbah dari masing-masing pabrik dialirkan menggunakan pipa

4” (jaringan tersier) menuju bak intake (bak pengambilan) dan

disalurkan menuju bangunan IPAL menggunakan pipa 6” (jaringan

sekunder). Kemiringan saluran tersier maupun saluran sekunder

adalah 0,9% dan jaringan pipa harus bersih atau bebas dari

genangan air. Pada saluran tinja dipasang jaringan pemipaan 4”.

Tinja berasal dari 2 atau 3 rumah tangga yang berdekatan dengan

lokasi IPAL dan disalurkan langsung masuk ke bak equalisasi

anaerob untuk menghindari timbulnya bau.

v Scum Trap (Penangkap Kotoran)

Air limbah batik dari masing-masing produsen pengguna IPAL,

sebelum masuk ke jaringan tersier disaring terlebih dahulu. Setiap

saluran pembuangan di dalam pabrik dipasang alat penangkap

kotoran untuk menjaring material yang berpartikel besar sisa

produksi seperti malam, minyak, dan material lain.

Page 95: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

225

v Bak Intake

Bangunan ini merupakan tempat pengumpulan air limbah dari

pabrik dan dari tempat lain dialirkan ke bak equalisasi aerob.

v Bak Kontrol

Untuk melakukan kontrol dan perawatan jaringan pemipaan, setiap

3 pipa atau 12 meter dipasang bak kontrol. Bangunan bak kontrol

tertutup rapat untuk menghindari masuknya sampah lain yang

bukan air limbah.

v Bak Penampung Air Limbah di Pabrik

Sebagai penampung awal dari air limbah di masing-masing pabrik

dan untuk mengendalikan volume air limbah sebelum dialirkan

kedalam saluran tersier. Bak penampungan juga berfungsi untuk

proses sedimentasi awal sebelum dialirkan melalui scum trap.

v Flow meter

Merupakan alat untuk mengukur volume air pompa di masing-

masing pabrik, dipasang pada air yang akan dialirkan ke bak/kolam

produksi.

b. Kelembagaan

1) Stakeholder

Program pembangunan IPAL batik merupakan bantuan

Kementerian Lingkungan Hidup dan GTZ ProLH yang diusulkan oleh

Pemerintah Kota Surakarta atas usulan masyarakat Kampoeng Laweyan

dalam hal ini FKKB (Forum Pengembangan Kampoeng Batik) Laweyan.

Page 96: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

226

Dengan demikin IPAL batik diserahkan Kementerian Lingkungan Hidup

dan GTZ ProLH kepada Pemerintah Kota Surakarta untuk selanjutnya

diserahkan kepada masyarakat Kelurahan Laweyan dalam hal ini diwakili

oleh FPKB Laweyan. Karena itu menjadi tanggung jawab FPKB Laweyan

untuk mengoperasikan dan merawat bantuan tersebut dengan membentuk

sebuah institusi atau badan yang secara khusus mengelola IPAL.

2) Struktur Organisasi Pengelola IPAL

Untuk menjalankan atau mengoperasionalkan, merawat dan

memperbaiki serta mengelola administrasi pelanggan dan keuangan,

diperlukan sebuah institusi atau badan yang mengelola IPAl. Badan

tersebut bersifat mandiri dalam mengelola sumber keuangan dan

membelanjakan sesuai dengan rencana anggaran yang telah ditetapkan.

Anggaran disusun berdasarkan standart manajemen keuangan dan

menganut prinsip acountabilitas dan transparasi, semua transakasi

(pemasukan dan pengeluaran) disertai bukti dan dicatat dalam pembukuan.

Adapun jenis instrumen administrasi yang diperlukan yaitu kartu anggota

pelanggan dan catatan pemakaian, buku bulanan pelanggan dan catatan

pemakaian, buku kas dan buku tabungan atau rekening.

Susunan pengurus institusi/Badan Pengelola IPAL Kampoeng

Batik Laweyan terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara dan

beberapa seksi. Pengurus tersebut merupakan sukarelawan karena niat dan

kepeduliannya, namun dalam pelayanan operasional sehari-harinya

mengangkat beberapa tenaga kerja yang diber honor antara lain tenaga

Page 97: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

227

operator dan tenaga administrasi. Adapun susunan pengurus tersebut

digambarkan dalam bagan berikut :

Bagan 3

Struktur Institusi/Badan Pengelola IPAL

Kampoeng Batik Laweyan

Sumber : Data Sekunder (panduan operasional IPAL di Laweyan)

3) Tugas dan Tanggung Jawab Badan Pengelola IPAL

Badan Pengelola IPAL berasal dari FPKBL yang membentuk

sebuah badan untuk menyelenggarakan pengelolaan lingkungan hidup di

Kampoeng Batik Laweyan yang secara khusus didirikan sebagai pegelola

IPAL industri Batik di Kampoeng Batik Laweyan. Bertujuan untuk

mewujudkan lingkungan hidup yang bersih dan sehat di Kampoeng Batik

Laweyan.

Kepala Kelurahan Laweyan

FPKBL LPMK Kelurahan Laweyan

Ketua

Wakil Ketua

Bendahara

Sekretaris

Seksi IPAL Seksi Pelanggan Seksi Pengawas

Page 98: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

228

Berbentuk sebuah badan yang bersifat independent,

keanggotaannya bersifat sukarela (volunteer) yang berasal dari unsur

masyarakat yag aktif dan peduli terhadap lingkungan hidup serta unsur

pengusaha pengguna IPAL. Pembiayaan diperoleh dari kontribusi

pengusaha pengguna IPAL, iuran warga masyarakat dan usaha-usaha lain

yang menurut norma agama dan hukum yang berlaku. Badan tersebut

mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :

(a) Seksi IPAL bertugas sebagai operator untuk menjalankan dan merawat

seluruh bangunan dan sistem IPAL ; Seksi Pelanggan bertugas sebagai

operator untuk melayani administrasi pelanggan, mulai dari pencatatan

pemakaian, menagih kontribusi/iuran pelanggan, dan

mengadministrasikanya ; Seksi Pengawas bertugas sebagai operator

untuk memeriksa seluruh jaringan pemipaan IPAL, kewajiban

pelanggan terutama dalam ketaatan pembuangan air limbah pada

tempatnya, tepat jadwal, memastikan tidak ada air hujan yang masuk

kedalam jaringan saluran limbah dan mengecek segel pengaman flow

meter air bersih.

(b) Mendinamisir penyusunan peraturan-peraturan berskala lokal

mengenai pengelolaan Lingkungan Hidup dengan persetujuan warga

Laweyan dan disyahkan oleh Pemerintah Kota Surakarta.

4) Tugas dan Tanggung Jawab Operator IPAL

Operator IPAL adalah tenaga terlatih yang bertanggung jawab

dalam pengelolaan, operasional dan perawatan sehingga sistem jaringan air

Page 99: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

229

limbah maupun IPAL berfungsi dengan baik. Tenaga operator IPAL

berjumlah 2 orang dan berasal dari warga Kampoeng Batik Laweyan.

Rekruitmen operator dilakukan oleh FPKBL dan Badan Pengelola

Lingkungan Kampoeng Batik Laweyan bersama Akademi Teknik Adiyasa

Surakarta. Adapun tugas dan tanggung jawabnya adalah :

(a) Merawat dan mengawasi kelancaran aliran air limbah yang masuk ke

scum trap melalui pipa hingga masuk ke Equalisasi Aerob.

(b) Merawat semua penutup bak kontrol agar tidak kemasukan air hujan.

(c) Memastikan semua air hujan yang terdapat di UKM/pabrik tidak masuk

ke jaringan pipa air limbah.

(d) Mencatat secara tertib dan teratur volume air yang digunakan untuk

produksi oleh pengusaha pengguna IPAL melalui flow meter.

(e) Menjaga keamanan, ketertiban dan kebersihan IPAL dan

lingkungannya.

(f) Menguras dan menyedot lumpur jika bangunan IPAL sudah mulai

terpenuhi oleh lumpur. Bisanya dilakukan setiap 6 bulan sekali.

(g) Memberi nutisi secara periodik 2 bulan sekali dan atau masa pabrik

libur panjang.

(h) Mengatasi keadaan darurat yang disebabkan oleh over flow sesuai

dengan prosedur yang ditentukan dan segera mengaktifkan kembali

proses pengolahan limbah.

(i) Menyampaikan temuan kepada Badan Pengelola Lingkungan

Kampoeng Batik Laweyan apabila terjadi ketidaksesuaian dan atau

Page 100: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

230

terjadi pelanggaran Pengusaha Pengguna IPAL terhadap surat

pernyataan dan peraturan-peraturan lokal mengenai pengelolaan

lingkungan hidup.

5) Hak dan Kewajiban Pengguna IPAL

(a) Mendukung sepenuhnya program produksi bersih (eko-efisiensi) dan

program pembangunan IPAL bersama industri kecil batik di Kampoeng

Batik Laweyan.

(b) Melaksanakan penerapan produksi bersih bagi industri kecil batik

didalam setiap tahapan proses produksi berlangsung.

(c) Melaksanakan pembangunan/pemasangan pipa saluran pemisah air

limbah industri batik dengan air limbah rumah tangga yang berada di

area usaha sampai ke bak scum trap jaringan pemipaan air limbah batik.

(d) Memanfaatkan IPAL bersama tersebut dengan menyalurkan air limbah

hasil usaha untuk diproses/diolah di IPAL bersama dengan

konsekuensinya berdasarkan hasil musyawarah bersama antara

pengusaha dan pengelola IPAL maupun dengan Pemerintah Kota

Surakarta.

(e) Bertanggung jawab atas pemeliharaan jaringan pemipaan air limbah

dan bersedia membiayai operasional dan pemeliharaan IPAL bersama

tersebut.

(f) Melakukan perawatan/pembersihan bak scum trap yang berada di area

perusahaan secara berkala.

Page 101: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

231

(g) Menyampaikan informasi secara terbuka kepada pengelola IPAL

bersama jika terjadi kelebihan produksi usaha sebagai upaya

optimalisasi IPAL yang ada.

(h) Menerima sanksi apabila melanggar ketentuan tersebut diatas maupun

hasil-hasil kesepakatan bersama antara pengusaha dan pengelola IPAL

maupun dengan Pemerintah Kota Surakarta.

c. Perawatan Sistem IPAL

1) Perawatan Proses Pengolahan Limbah

Faktor terpenting dalam pengolahan limbah adalah bagaimana cara

merawat dan menjaga kondisi limbah yang ideal sehingga proses

dekomposisi limbah oleh mikroba dapat berlangsung efektif dan maksimal.

Dalam hal ini yang dilakukan adalah :

(a) Mengoptimalkan waktu tinggal

Mengoptimalkan waktu tinggal yaitu menjaga agar limbah-limbah sisa

produksi ditampung dalam bangunan IPAL minimal selama 48 jam (2

hari) serta mengatur pembuangan air limbah pabrik agar tidak

berlangsung secara bersamaan yang akan mengakibatkan munculnya

over flow (air yang masuk ke IPAL berlebihan).

(b) Penambahan nutrisi

Penambahan nutrisi dilakukan secara rutin dengan

pemberian TSP dan urea dengan ukuran yang telah ditentukan yakni

200 ppm dan dilakukan setiap 3 bulan sekali. Selain itu juga ada

penambahan bekatul yang dilakukan setiap 6 bulan sekali. Apabila

Page 102: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

232

terjadi kondisi darurat seperti air yang masuk ke IPAL berlebihan yang

mengakibatkan rusaknya pembiakan mikro maka tindakan yang

dilakukan adalah membuang air limbah ke selokan dengan terlebih

dahulu meminta ijin kepada Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta

atau dapat juga dengan menghentikan pembuangan selama beberapa

hari (biasanya 1 atau 2 minggu).

Penambahan nutrisi juga dilakukan secara berkala setiap 6

bulan sekali dengan melakukan penggantian arang aktif (arang

tempurung kelapa) dengan kantong yang baru. Setiap 6 bulan sekali

juga dilakukan uji hasil pengolahan limbah dengan mengambil sampel

pada bak kontrol yang dibuang ke sungai.

2) Perawatan Lingkungan dan Bangunan IPAL

Dalam melakukan perawatan terhadap bangunan dan lingkungan di

sekitar IPAL maka ada beberapa larangan seperti berjalan kencang bagi

kendaraan berat yang melintasi tengah bangunan IPAL, meletakkan

barang-barang atau material bangunan di atas IPAL, serta berlarian dan

bermain diatas bangunan IPAL.

Selain larangan juga terdapat beberapa anjuran untuk melakukan

perawatan seperti membersihkan lumut, jamur, tanaman paku-pakuan yang

tumbuh pada tembok bangunan IPAL dan membersihkan sampah yang

masuk ke bangunan.

Perawatan juga dilakukan pada saluran pipa pemasukan dan pipa

pengeluaran yang dijaga agar tetap terbuka sehingga air limbah dapat

Page 103: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

233

mengalir lancar, selain itu juga ada perawatan untuk WC dan kamar mandi,

Tempat Pembuangan Sampah (TPS) serta tanaman hias dan peneduh yang

ada di lokasi bangunan IPAL.

3) Perawatan Jaringan Pemipaan Air Limbah dan Bak Kontrol

Air limbah yang harus disalurkan kedalam IPAL adalah air limbah

yang kadar atau beban pencemarannya sangat tinggi, yaitu air limbah

penghilang pati, laseman, pemutih dan setiap baceman serta air bekas

cuaian plankan. Sedangkan untuk air bekas pencucian pewarnaan yang

kadar pencemarannya rendah dan air bekas kamar mandi tidak dimasukkan

ke saluran IPAL.

Proses pengelolaan IPAL ini mengandalkan bakteri yang hidup di

dalam IPAL dan perlu masa tinggal limbah di dalam IPAL minimum 2

hari. Masing-masing unit pengelola limbah memiliki keterbatasan

kapasitas. Jika aliran yang masuk ke IPAL terlalu banyak akan

mempengaruhi masa tinggal dalam IPAL yang menjasdi kurang dari 48

jam. Karena itu perlu adanya pengeturan debit/keluaran dari masing-

masing pabrik dengan cara dilakukan penjadwalan/giliran pembuangan

limbah. Jadwal tersebut disusun dan disepakati bersama oleh pengguna

IPAL yaitu dengan membagi menjadi 2 kelompok dengan jadwal

pembungan air limbah yang berbeda. Dengan demikian setiap pabrik harus

memiliki kolam penampungan air limbah untuk kapasitas minimal 2 hari.

Perawatan dilakukan dengan melakukan pengecekan kelengkapan

jaringan pemipaan air limbah, perawatan saluran dan bak kontrol serta

Page 104: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

234

perawatan sarana bak scum trap. Dalam perawatan terkadang ditemukan

penyumbatan saluran karena adanya sampah-sampah yang masuk, selain

itu juga penyumbatan akibat endapan lumpur.

d. Kontribusi

1) Ketentuan Kontribusi dan Volume Air Limbah

Biaya kontribusi terdiri atas biaya pelanggan, biaya pemakaian,

baiaya perawatan dan biaya keterlambatan. Besaran biaya kontribusi

ditetapkan berdasarkan biaya operasional, biaya perawatan dan biaya

pengembangan yang dalam kurun waktu tertentu dapat berubah. Dalam

kontribusi digunakan prisip insentif dan disinsentif bagi pelanggan dengan

tahapan pelaksanaannya yakni (1) pada tahun-tahun awal dilakukan prinsip

kebersamaan sebagai upaya edukasi pada pelanggan dengan menerapkan 3

golongan tarif, yaitu besar (A), sedang (B) dan kecil (C). Semakin besar

jumlah volume air limbah maka harga tarifnya semakin kecil.

Pada tahun-tahun berikutnya diterapkan prinsip insentif disinsentif

dengan menerapkan 3 golongan tarif yaitu besar (A), sedang (B) dan kecil

(C), semakin kecil jumlah volume air limbah maka harga tarifnya juga

semakin kecil. Prinsip ini terkait dengan kinerja pelanggan yang mampu

melaksanakan clean production dan eco effisiensi, yaitu jika melaksanakan

produksi bersih dan mampu meminimalisasi limbah akan memperoleh

penghargaan dengan dikenai tarif yang lebih rendah.

Semua pembukuan pemasukan yang diperoleh dari biaya

kontribusi pelanggan maupun dari usaha-usaha lain serta pembukuan

Page 105: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

235

seluruh biaya pembelanjaan yang meliputi biaya operasional, biaya

perawatan dan perbaikan serta biaya pengembangan akan dipertanggung

jawabkan kepada pelanggan.

Sedangkan dalam penyusunan baseline volume air limbah

dilakukan dengan memasang flow meter air bersih pada jaringan pipa yang

dialirkan ke bak atau kolam penampungan air produksi pada semua

pelanggan. Hasil pencatatan secara periodik dari flow meter setiap bulan

merupakan informasi untuk mengetahui besaran air bersih yang digunakan

pelanggan.

2) Rencana Biaya Operasional dan Perawatan IPAL

Biaya operasional terdiri dari biaya operasional tetap dan biaya

operasional tidak tetap. Adapun biaya operasional tetap yang harus

dikeluarkan setiap bulan adalah untuk tenaga kerja (operator) IPAL.

Sedangkan biaya operasional tidak tetap dikeluarkan secara periodik 3 atau

6 bulan sekali dalam satu tahun yang meliputi penambahan nutrisi, material

filter, bensin untuk mesin pompa penyedot lumpur. Apabila pompa mesin

ini menggunakan energi listrik PLN maka diperlukan biaya tetap untuk

ongkos PLN. Namun jika menggunakan penggerak motor maka tidak ada

biaya tetap karena hanya memerlukan beberapa liter bensin.

3) Metode Penentuan Tarif/Biaya Kontribusi

Besarnya kontribusi ditentukan berdasarkan bebarapa kategori

biaya, yaitu biaya tetap yang meliputi biaya pelanggan, dan biaya tidak

tetap yang meliputi biaya perawatan serta biaya keterlambatan.

Page 106: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

236

Biaya pelanggan merupakan biaya tetap yang harus dibayar oleh

setiap pelanggan dengan jumlah rata-rata sama. Meskipun pelanggan tidak

produksi tetap akan dikenai biaya ini. Biaya pelanggan ini untuk

mendukung keberlangsungan dan operasionalisasi lembaga pengelola

IPAL. Nilainya harus disepakati oleh pengguna IPAL yakni Rp. 15.000,-

tiap pelanggan per bulan. Biaya pemakaian merupakan biaya yang dibayar

berdasarkan jumlah volume air limbah yang dibuang.

Biaya perawatan digunakan unutuk merawat bangunan IPAL

maupun jaringan pemipaan air limbah, sifatnya bisa tetap dan jumlahnya

rata-rata sama. Besarnya ditentukan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan

untuk perawatan dan perbaikan yakni sekitar 10% dari biaya operasional.

Biaya keterlambatan bertujuan untuk mentaati kedisiplinan dan ketertiban

dalam membayar kontribusi. Jumlahnya disepakati oleh pengguna IPAL

minimal 1% sampai dengan 3% dari jumlah yang harus dibayar pada bulan

yang sudah berjalan.

4) Rencana Penerimaan dan Rencana Belanja

Dalam menghitung rencana penerimaan dan pengeluaran maka

harus diketahui komponen-komponen biaya pengeluaran yang meliputi

biaya tenaga kerja dan biaya treatment. Biaya treatment ini meliputi biaya

yang diperlukan untuk pengadaan bahan-bahan nutrisi, material penambat

dan bensin untuk mesin penyedot lumpur.

Setelah diketahui biaya pengeluaran maka baru bisa dibuat estimasi

biaya pemasukan dan pengeluaran. Apabila terdapat saldo maka akan

Page 107: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

237

dialokasikan untuk biaya rehabilitasi jika harus melakukan perbaikan dan

dana cadangan serta pengembangan organisasi.

2. Kondisi Sungai

Sungai yang mengalir di Laweyan adalah sungai Jenes, dimana

kondisi sungai tersebut mengalami perkembangan setiap tahunnya. Namun

sayangnya perkembangan tersebut bukanlah perkembangan ke arah positif

melainkan perkembangan ke arah yang negatif. Kondisi sungai Jenes sekarang

dapat dikatakan sangat tercemar baik itu oleh sampah maupun limbah lainnya

yang berasal dari hasil kegiatan industri dan juga limbah rumah tangga.

Sungai Jenes tempo dulu sekitar tahun 1980-an keadaannya masih

baik yakni airnya masih jernih dan juga airnya tidak bercampur dengan

limbah. Bahkan kegiatan penduduk selalu berhubungan dengan sungai.

Sebagian besar dari masyarakat Laweyan menggunakan sungai Jenes sebagai

tempat untuk mencuci kain batik yang telah dibuatnya. Walaupun masyarakat

mencuci batiknya di sungai, namun keadaan sungai masih tetap jernih karena

limbah hasil pencucian batik dapat langsung mengalir terbawa oleh arus

sungai sehingga tidak menimbulkan pencemaran air. Hal tersebut sebagaimana

diungkapkan oleh salah seorang informan dalam wawancara sebagai berikut :

“..... kalau dulu ya sekitar tahun 80-an itu sungai Jenes sangat bermanfaat, saya dan juga banyak masyarakat lain selalu pergi ke sungai untuk mencuci batik-batik yang dibuat. Tetapi dulu tidak ada limbah seperti sekarang karena pewarna dari batik yang dicuci disungai langsung ikut hanyut bersama arus sehingga tidak ada limbah dan airnya juga tetap jernih dan kondisi sungai juga masih aman....” Sumber : Hasil Wawancara

Page 108: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

238

Selain sebagai tempat mencuci sungai juga digunakan sebagai

tempat mandi dan juga bermain. Dahulu di sungai tersebut setiap harinya

sangat ramai oleh penduduk sekitar. Selain mencuci batik mereka juga

terkadang bersendau gurau dengan penduduk lain dan saling bertukar pikiran

serta pengalaman dalam menjalankan usahanya. Dengan cara demikian maka

penduduk menjadi lebih akrab dan saling mengenal satu dengan yang lainnya

sehingga hubungan yang tercipta diantara mereka sudah seperti hubungan

keluarga.

“......Dulu waktu saya masih kecil, sungai Jenes itulah yang menjadi tempat favorit saya untuk bermain bersama teman-teman. Saya bisa nglangi sepuasnya tanpa harus merasa takut kalau hanyut terbawa arus karena memang alirannya masih kecil dan airnya tenang serta jernih tidak banyak limbah seperti sekarang....” Sumber : Hasil Wawancara

Sungai Jenes tempo dulu juga digunakan sebagai tempat untuk

mengambil air serta mandi. Penduduk sekitar tidak merasa takut jika terkena

penyakit kulit jika mandi disungai karena memang kualitas airnya masih

sangat jernih dan belum terkontaminasi oleh limbah-limbah pabrik dan

industri-industri yang besar. Pada zaman dahulu masyarakat Laweyan dapat

dikatakan sangat bersahabat dengan lingkungan dan sungai Jenes adalah salah

satunya. Sungai tersebut menjadi salah satu tempat favorit bagi mereka dan

sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

“.......sebelum tercemar limbah seperti sekarang ini, sungai Jenes ramai mbak, tapi itu sekitar tahun 70-an. Masyarakat Laweyan sering mandi disana dengan membuat “belik” (sumur kecil dipinggir sungai) dan itu air yang keluar sangat jernih sehingga masyarakat menggunakannya untuk mandi bahkan juga untuk mencuci......” Sumber : Hasil Wawancara

Page 109: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

239

Semakin banyaknya industri-industri besar yang mulai

bermunculan tidak dapat dipungkiri juga ikut andil dalam menyumbangkan

limbah di sungai Jenes. Meskipun banyak industri yang berasal dari luar Kota

Solo seperti Sukoharjo dan sekitarnya, namun limbah yang dihasilkan masih

saja melewati Kota Solo dan salah satunya ke sungai Jenes. Hal ini juga

dikatakan oleh informan dalam wawancara sebagai berikut :

“....... sebenarnya limbah yang ada di sungai Laweyan ini bukan berasal dari masyarakat Laweyan tetapi dari industri-industri besar yang ada di Kabupaten Sukoharjo. Biasanya pabrik tersebut membuang limbahnya pada waktu malam hari dan juga pagi hari sekitar pukul sepuluh malam dan empat pagi. Jika dilihat pada jam-jam tersebut air sungai menjadi keruh dan berwarna hitam pekat bahkan juga mengeluarkan bau yang tidak sedap....” Sumber : Hasil Wawancara

Kondisi sungai Jenes memang mengalami banyak perubahan dari

tahun ke tahun. Dengan semakin majunya zaman dan kecanggihan teknologi

yang digunakan pada industri-industri besar yang menggeser home industri

juga berdampak yang buruk pada lingkungan sekitar. Limbah yang dihasilkan

dari industri tersebut jika tidak ditangani secara tepat akan menimbulkan

pencemaran yang pada akhirnya akan berdampak juga pada masyarakat.

Untuk mengatasi kondisi sungai Jenes yang semakin parah maka di

tepi sungai tersebut dibangun talut untuk menjaga sungai agar tanah dipinggir

sungai tidak ikut hanyut jika banjir datang. Walaupun demikian tetap saja

banjir selalu melanda jika hujan turun dan bahkan sampai menggenangi jalan-

jalan. Selain itu ada juga rumah warga yang sampai kemasukan air hujan

akibat banjir yang kerap datang jika sungai Jenes meluap.

Page 110: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

240

Sebagaimana yang kita tahu bahwa Laweyan telah menjadi sebuah

Kampoeng Batik dan tentunya setiap harinya pengusaha batik di Laweyan

selalu memproduksi batik. Batik yang diproduksi tidak semuanya

menggunakan pewarna yang alami dan ramah lingkungan. Produsen batik

mengaku bahwa memang dulu sebelum industri maju dalam pewarnaan masih

menggunakan yang alami, dengan jumlah produksi yang masih sedikit maka

industrinya dapat berjalan. Namun sekarang sudah banyak yang beralih

menggunakan pewarna buatan. Hal tersebut dilakukan karena semakin

banyaknya pesanan dan untuk memenuhi pangsa pasar yang menuntut

produsen untuk lebih cepat dalam melakukan produksi.

Semakin banyaknya permintaan konsumen membuat produsen

harus secara cepat membuat motif baru dengan perpaduan warna-warna yang

lebih berani. Selain itu, pewarna alami jarang digunakan karena prosesnya

lebih lama jika dibandingkan dengan pewarna buatan. Dengan penggunaan

pewarna batik yang buatan membuat industri tidak ramah terhadap lingkungan

sekitar karena limbahnya lebih banyak. Namun demikian hal tersebut disikapi

dengan membuang limbah batiknya ke IPAL agar mampu diproses terlebih

dahulu sebelum akhirnya memang juga dibuang ke sungai.

Dengan adanya proses penyaringan di IPAL maka paling tidak

kadar pencemaran yang mengalir ke sungai jauh lebih ringan dibandingkan

jika produsen harus langsung membuang limbahnya ke sungai.

Page 111: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

241

3. Tata Lingkungan

Lingkungan merupakan suatu sistem kompleks yang berada diluar

individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkambangan organisme.

Lingkungan bersifat dinamis yang dapat berubah-ubah setiap saat. Perubahan

dan perbedaan yang terjadi akan berbeda-beda menurut waktu. (Zoer’aini,

Djamal Irwan :2003 :108-109).

Manusia tidak pernah akan mampu hidup tanpa tergantung pada

lingkungan dimana ia hidup. Interaksi manusia dengan lingkungan

merupakan gambaran ketergantungan hidup manusia untuk mempertahankan

kelangsungan hidup dan generasinya. Apabila lingkungan baik, maka hidup

manusia yang ada didalamnya pun juga akan baik. Namun sebaliknya apabila

lingkunganya buruk, maka hidup manusia akan penuh kesulitan dan bahkan

menuai bencana, seperti kesakitan, banjir dan sebagainya.

Penyakit, manusia dan lingkungan mempunyai interaksi yang

sangat kuat. Bahkan oleh Gordon, interaksi tersebut dimodelkan pengungkit

dengan agent (penyakit) dan host (populasi beresiko tinggi) sebagai dua kutub

serta lingkungan adalah penyeimbangnya. Lingkungan yang sehat merupakan

kebutuhan, disamping hak setiap orang, baik mencakup fisik maupun mental

(Declaration of Human Right). Disamping hak tersebut, manusiapun punya

kewajiban dan tanggung jawabun untuk kesehatan dan juga untuk

mewariskan kepada generasi penerus sumberdaya alam yang tidak berkurang

dengan sistem-sistem alam yang telah rusak. Ada sinergi yang kuat antara

Page 112: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

242

kesehatan, perlindungan atas lingkungan dan penggunaan sumberdaya yang

berkelanjutan (WHO,2001).

Pola penyakit berbasis lingkungan semakin hari semakin

bervariasi. Sebagaimana disebutkan oleh Kusnoputranto, 2000 bahwa akan

ada pola penyakit di Indonesia yaitu penyakit infeksi yang memang akan

terus ada dan penyakit-penyakit non infeksi yang disebabkan oleh non living

organism atau non living contaminants seperti zat-zat kimia, debu, panas,

logam berat, tekanan mental serta perilaku hidup tak sehat. Fenomena sosial

ini memicu keprihatinan hati dengan munculnya berbagai jenis penyakit yang

diakibatkan oleh buruknya kualitas lingkungan. Merujuk hal-hal tersebut

maka diperlukan upaya nyata untuk mewujudkan mata rantai penularan

penyakit tersebut melalui peningkatan kualitas lingkungan dan perilaku hidup

sehat masyarakat. Fenomena bencana alam yang akhir-akhir ini terjadi

seharusnya semakin menyadarkan kita akan pentingnya upaya memelihara

alam dan lingkungan ini agar kualitas hidup kita menjadi lebih baik dan sehat.

(Wahyu:2007).

Kota Surakarta yang dikenal identik dengan kerajinan batik yang

sudah terkenal pada tingkat nasional hingga internasional dengan jumlah

pengusaha batik mencapai 200 lebih industri yang didominasi oleh pengusaha

UKM. Untuk jumlah pengusaha batik di Laweyan hingga tahun 2009 tercatat

sebanyak 51 pengusaha. Jenis usaha batiknya pun beragam mulai dari hanya

pemotifan, hingga yang sudah komplit dalam satu usaha. Banyaknya usaha

Page 113: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

243

batik ini memberikan efek positif dalam bidang ekonomi, budaya dan

pariwisata. (data monografi kelurahan Laweyan: 2009).

Selain efek positif tersebut diatas, ternyata industri batik masih

menyisakan persoalan lingkungan terkait dengan pencemaran akibat limbah

cair yang masih belum diolah atau belum optimal diolah. Biaya pengolahan

limbah cair industri batik yang mahal masih menjadi kendala terbesar bagi

UKM batik (Buletin Lingkungan Hidup Kota Surakarta).

Seperti halnya di Laweyan, banyaknya industri batik juga

menyisakan persoalan tersendiri terkait dengan limbah. Walaupun sudah ada

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sendiri namun hanya bisa untuk

menampung sebagian industri saja. Sehingga belum sepenuhnya UKM batik

yang ada di Laweyan mampu ditampung limbah produksinya oleh IPAL.

Mengingat sifatnya yang masih terbatas hanya pada beberapa industri saja

maka masih ada juga masyarakat yang membuang limbah batiknya secara

langsung ke sungai. Jumlah industri yang tertampung dalam IPAL sebanyak 8

industri batik dan sisanya belum menggunakan pengolahan limbah dengan

IPAL dan masih secara langsung dibuang ke sungai melalui pipa-pipa pralon.

Disamping masalah limbah batik dan pencemaran sungai, ternyata

masyarakat Laweyan juga memperhatikan lingkungan hidup yang ada

disekitarnya. Dengan ciri khas kawasan Laweyan yang berupa gang-gang

sempit membuat lokasi tersebut kurang leluasa jika harus ditanami pohon-

pohon besar. Untuk menyiasati hal tersebut maka masyarakat Laweyan yang

tergabung dalam Forum Masyarakat Laweyan Peduli Lingkungan Hidup

Page 114: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

244

mengadakan suatu kegiatan-kegiatan untuk menyelamatkan lingkungan

disana agar terlihat indah, tidak gersang dan mampu menarik wisatawan

untuk berkunjung ke Kampoeng Batik tersebut. Salah satu kegiatan yang

dilakukan oleh Forum Masyarakat Peduli Lingkungan Hidup adalah dengan

mengadakan lomba lingkungan yang bersih, indah dan teduh.

Latar belakang diadakannya acara tersebut karena Laweyan

merupakan kawasan bersejarah yang sekaligus sebagai daerah tujuan wisata

di Surakarta yang unik dan spesifik. Sejak zaman kerajaan Pajang tahun 1954

sampai sekarang, dikenal sebagai kawasan bersejarah dan penghasil batik.

Seiring dengan berjalannya waktu, maka Laweyan menjadi daerah tujuan

wisata dengan obyek rumah-rumah kuno yang berarsitektur Jawa, Indisch dan

Gedong yang didukung oleh lingkungan yang khas juga merupakan daya tarik

tersendiri.

Kebersihan dan keteduhan merupakan fenomena fisik yang

menunjukkan budaya masyarakat yang ramah terhadap lingkungan. Hiruk

pikuknya perkotaan dan sibuknya urusan perekonomian telah melupakan diri

kita bahwa kita semua adalah bagian dari lingkungan yang tidak terpisahkan

dengan alam termasuk juga tumbuhan, masyarakat dan sumber daya di

sekitarnya.

Sebagai wujud dari insan yang secara fitrah merupakan kafilah

untuk menjaga dan memelihara lingkungan karunia Tuhan YME. Sudah

saatnya kita selalu menyempatkan diri memelihara lingkungan kita dimulai

dengan mewujudkan kebersihan dan keteduhan di sekitar.

Page 115: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

245

Tujuan dari kegiatan lomba tersebut adalah untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan yang bersih, indah dan

teduh serta ingin menunjang Kampoeng Batik Laweyan sebagai icon

pariwisata Kota Surakarta.

Harapan dari Forum Masyarakat Laweyan Peduli Lingkungan

Hidup dari kegiatan lomba yang dibuat adalah agar masyarakat lebih peduli

akan kelestarian lingkungan, khususnya masalah penghijauan yang bisa

berdampak pada pemanasan global dan ketingaersediaan air tanah yang akan

diwariskan pada anak cucu kelak.

Lomba yang digelar oleh Forum Masyarakat Laweyan Peduli

Lingkungan Hidup (FMLPLH) juga merupakan kerjasama dengan Badan

Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam mewujudkan lingkungan yang

bersih dan teduh sehingga lingkungan di Laweyan ditata sedemikian rupa

agar terlihat indah dan mampu menarik wisatawan yang hendak berkunjung.

Bentuk dari kegiatan tersebut adalah lomba menanam pohon

disekitar rumah, gang-gang maupun pinggir jalan raya sekitar Laweyan.

Mengingat jalan di Laweyan adalah berupa gang-gang sempit maka media

yang digunakan dapat berupa pot yang diletakkan ditanah atau juga pot yang

digantung. Selain itu jika memungkinkan juga dapat langsung menanam di

tanah pekarangan. Peserta terdiri dari seluruh warga Laweyan tanpa

terkecuali yang terbagi dalam masing-masing RT, dimana setiap RT

mengajukan 2 kelompok untuk lomba tersebut.

Page 116: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

246

Disamping lomba penghijauan atau menanam pohon juga ada

lomba pengelolaan sampah rumah tangga. Sampah rumah tangga adalah

sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan sehari-hari

dirumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah ini

bersumber dari rumah per rumah atau kompleks perumahan (Buletin Badan

Lingkungan Hidup Kota Surakarta).

Pengelolaan sampah rumah tangga terdiri dari pengurangan

sampah dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi pembatasan

timbunan sampah, pendauran ulang sampah dan atau pemanfaatan kembali

sampah. Penanganan sampah meliputi :

a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesua

dengan jenis, jumlah dan atau sifat sampah,

b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari

sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat

pengolahan sampah terpadu,

c. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi dan jumlah

sampah,

d. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan atau

residu pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Lomba yang diadakan oleh Forum Masyarakat Laweyan Peduli

Lingkungan Hidup tersebut merupakan suatu bentuk langkah lanjutan yang

digelar oleh FMLPLH, dimana dulunya merupakan suatu wacana dikalangan

masyarakat Laweyan yang kemudian sekarang direalisasikan dalam suatu

Page 117: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

247

bentuk lomba. Realisasi tersebut terlebih dahulu diawali dengan membentuk

suatu kepanitiaan yang terdiri dari LPPM dan Lingkungan Hidup dengan

beberapa tahapan rapat yakni rapat pra untuk membicarakan lingkungan yang

bersih dan nyaman serta penetapan hari, tanggal dan peserta lomba.

Selanjutnya adalah rapat-rapat kecil yang dilaksanakan untuk persiapan

lomba dan sosialisasi lomba kepada masyarakat Laweyan.

Dalam sistem penilaian yang ditetapkan oleh panitia, patokannya

adalah dari segi keasrian, kebersihan, keteduhan serta keterlibatan

masyarakat. Dalam perjalanan lomba sampai dengan sekarang sudah ada 25

kelompok masyarakat yang mengikuti lomba tersebut. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa masyarakat Laweyan sudah antusias dan mempunyai

ketertarikan untuk menjadikan lingkungan Laweyan menjadi sebuah kawasan

yang teduh dan nyaman baik untuk masyarakat maupun untuk wisatawan

yang berkunjung ke tempat tersebut. Jika dilihat dari segi partisipasi

masyarakatnya juga dapat dikatakan baik karena kerjasama yang terjalin

cukup akrab dan rasa kebersamaan dalam mengikuti lomba juga ada.

Jika dilihat lebih jauh lagi ternyata lomba yang digelar tersebut

merupakan lanjutan juga dari upaya masyarakat Laweyan yang ingin

menjadikan kawasan ini menjadi hijau dan tidak gersang. Dahulu pernah ada

program di Laweyan yakni “Kampoengku Hijau” yang juga merupakan

kerjasama dengan Badan Lingkungan Hidup. Latar belakang dari program

Kampoengku Hijau adalah karena di Laweyan daerahnya terdiri dari tembok-

tembok yang tinggi dan sulit untuk ditanami sehingga menjadikan kawasan

Page 118: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

248

ini menjadi gersang. Berawal dari keadaan itulah maka dari Forum

Masyarakat Laweyan Peduli Lingkungan Hidup ingin membuat suasana yang

berbeda di Laweyan agar terlihat teduh dan tidak panas sehingga jadilah

program Kampoengku Hijau di Laweyan.

Langkah awal yang dilakukan oleh FMLPLH adalah dengan

melakukan survei terhadap tanaman-tanaman yang tidak merusak tembok

atau bangunan rumah. Awalnya terpilih tanaman dari jenis akar serabut

seperti pohon kantil dan saputangan. Program ini ada pada tahun 2007 dengan

lokasi awal yang ditanami pohon yakni di bantaran sungai dan di sumber-

sumber resapan untuk menyeimbangi pencemaran. Kegiatan ini melibatkan

semua masyarakat Laweyan terutama kaum ibu-ibu.

Untuk menjalankan program ini tidaklah mudah karena harus

melalui proses yang panjang untuk mampu mengajak dan meyakinkan

masyarakat terkait dengan ide ini. Pola pikir masyarakat yang masih terbawa

dengan kultur zaman dulu serta adanya ketakutan-ketakutan jika adanya

pohon dan tanaman justru akan membuat pencuri mudah masuk ke rumah dan

menjadikan tempat tinggal menjadi tidak aman merupakan suatu tantangan

tersendiri bagi forum untuk mampu mengubah pola pikir yang demikian serta

mampu untuk mengajak masyarakat agar berpartisipasi dalam program ini.

Walaupun mendapatkan tantangan-tantangan yang demikian

namun tidak membuat forum mengurungkan niatnya. Justru sebaliknya hal ini

manjadi tantangan tersendiri bagi mereka. Dengan tahapan awal yang

dilakukan yakni melakukan pendekatan-pendekatan sehingga lama-kelamaan

Page 119: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

249

masyarakat juga mau terbuka dan akhirnya masyarakat peduli dan mau

berpartisipasi akan program ini. Penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan

untuk menarik masyarakat adalah dengan memasukkan unsur pariwisata

dengan cara mengadakan pemberdayaan. Dengan demikian masyarakat akan

lebih mudah untuk diajak bekerjasama mengingat latar belakang masyarakat

Laweyan sebagian besar adalah sebagai pengusaha batik.

Ketika masyarakat sudah siap untuk menjalankan program

Kampoengku Hijau maka selanjutnya FMLPLH segera mengadakan rapat-

rapat untuk mematangkan program dengan melihat kebutuhan dari

masyarakat dan potensi daerah. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah

memberikan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat dimana pelatihan yang

diberikan mengarah pada nilai ekonomi.

Pemberdayaan yang diberikan kepada masyarakat yakni yang

nantinya mempunyai nilai jual yang tinggi. Tidak sembarang tanaman yang

bisa ditanam oleh masyarakat hanya jenis tanaman yang tidak merugikan dan

juga tidak mengganggu yang diperbolehkan ditanam oleh masyarakat. Selain

itu berbagai jenis bunga juga dapat ditanam karena untuk memberikan warna

tersendiri dan juga tanaman-tanaman bungan mampu memberikan nilai jual

tersendiri dan masyarakat dapat memperoleh keuntungan dengan hal ini.

Ketika program telah berjalan maka ada suatu pemantauan yang

dilakukan. Dengan jadwal yang telah ditentukan yakni ada suatu perawatan-

perawatan terhadap tanaman. Pemeriksaan dan pengecekan terhadap

parameter-parameter pencemaran limbah dilakukan setiap 3 bulan sekali.

Page 120: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

250

Selain itu untuk menjaga agar program ini tetap ada dan diminati oleh

masyarakat maka diangkat isu-isu terkait dengan Kampoengku Hijau dalam

sebuah forum pertemuan seperti PKK dan lainnya.

Kepedulian Forum Masyarakat Laweyan Peduli Lingkungan Hidup

tidak hanya berhenti sampai disitu saja tetapi juga ada kegiatan lain yang

dilakukan yakni lomba-lomba pelatihan eko-efisiensi dengan tujuan untuk

membuka jejaring antara masyarakat, pemerintah serta akademisi dalam

dunia usaha tentunya untuk mengembangkan Kampoeng Laweyan sebagai

kawasan wisata agar lebih diminati oleh wisatawan.

Selain ingin menjadikan Laweyan menjadi teduh dan tidak gersang,

maka tujuan lain yang ingin dicapai adalah untuk menjaga ekosistem. Dengan

adanya suatu pendampingan pada tiap-tiap RT menjadikan program ini

berjalan hingga sekarang dan Laweyan sekarang sudah jauh berbeda dengan

semakin banyaknya pohon dan tanaman lain yang menghiasi jalan-jalan

disana. Tindakan yang sudah berjalan adalah pembuatan sumur-sumur

resapan, Good Housekeeping (GHK) serta Prokasih (Program Kali Bersih).

C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan

Laweyan merupakan suatu daerah yang berada di pinggiran Kota Solo.

Laweyan juga merupakan salah satu daerah dengan industri batiknya. Dengan ciri

khas tempat yang khas dengan gang-gang yang sempit juga ikut mempengaruhi

masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu mengalirnya sebuah

sungai di Laweyan juga membuat masyarakat yang tinggal disana harus berhati-

Page 121: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

251

hati jika harus membuang limbah baik limbah industri ataupun limbah rumah

tangga dalam bentuk sampah cair maupun padat.

Jika masyarakat salah berperilaku atau dengan kata lain tidak berperilaku

hidup sehat maka lingkungan yang Laweyan akan tercemar. Padahal Laweyan

merupakan salah satu daerah tujuan wisata batik juga di Kota Solo. Dengan tetap

menjaga lingkungan maka akan menambah daya tarik tersendiri bagi wisatawan

untuk mengunjungi daerah tersebut. Untuk menjaga dan menunjang itu semua

maka diperlukan peran serta seluruh masyarakat Laweyan agar tercipta

lingkungan yang bersih dan nyaman serta bebas dari penyakit. Fasilitas kebersihan

yang dimiliki masyarakat Laweyan menjadi salah satu sarana untuk mengetahui

apakah masyarakat menjunjung tinggi kebersihan lingkungan atau malah justru

tidak peduli terhadap lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan sungai.

Kepemilikan fasilitas kesehatan tersebut berupa sarana MCK, kepemilihan

serta kesediaan tempat sampah, pembuangan limbah, serta kepemilikan sarana air

bersih dan aksesnya. Dalam kehidupan sehari-hari ternyata sebagian besar

masyarakat Laweyan sudah mempunyai sarana tersebut. Semua masyarakat sudah

memiliki sarana MCK di rumah masing-masing sehingga tidak ada masyarakat

yang masih menggunakan sungai untuk mandi, mencuci atau sekedar membuang

hajat. Dengan kondisi sungai yang sudah sangat tercemar maka tidak heran jika

masyarakat sudah tidak tergantung lagi pada sungai dalam kehidupan sehari-hari

mereka. Meskipun rumah mereka hanya berjarak beberapa meter saja dari sungai

namun untuk urusan MCK mereka selalu menjaga dan mempunyai sarana

tersendiri. Selain perkembangan jaman yang sudah semakin maju, kepemilikan

Page 122: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

252

MCK juga menjadi kebutuhan masyarakat bahkan dapat dikatakan sudah menjadi

kebutuhan pokok yang wajib ada di tiap-tiap rumah. Dengan kepemilikan MCK

sendiri maka sudah ada kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan bersih.

Selain sarana MCK, tempat sampah juga dirasakan penting. Dengan

adanya tempat sampah ditiap-tiap rumah menjadikan masyarakat terbiasa untuk

tidak membuang sampah sembarangan yang dapat mengotori lingkungan. Setiap

harinya ada petugas sampah yang datang kerumah untuk mengambil sampah dan

mengangkutnya ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang lokasinya tidak jauh

dari sungai juga. Dengan membayar iuran kepada petugas sampah maka

masyarakat tidak perlu repot lagi untuk membuang sampahnya.

Jika masalah limbah, jika itu limbah industri batik ada yang telah ikut

dalam program IPAL namun ada juga yang belum tertampung dalam IPAL. Untuk

masyarakat yang belum tertampung dalam IPAL maka limbahnya masih dibuang

di sungai bersamaan dengan limbah rumah tangganya. Adanya sarana tempat

sampat juga ternyata masih belum merupakan jaminan bagi masyarakat untuk

tertib dalam membuang sampah ke tong yang telah ada. Apalagi untuk masyarakat

yang rumahnya sangat dekat dengan dengan sungai atau masyarakat bantaran

sungai lebih tak jarang lebih memilih membuang sampahnya ke sungai. Selain

lebih praktis juga dirasakan sudah terbiasa dengan hal yang demikian.

Meskipun masyarakat sadar bahwa tindakannya tersebut salah namun

masyarakat masih sulit untuk mengubahnya karena sudah menjadi suatu

kebiasaan. Posisi rumah yang memang sangat dekat dengan sungai, bahkan dapat

dikatakan halaman belakang mereka adalah sungai maka tidak heran jika dengan

Page 123: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

253

mudahnya sampah-sampah serta limbah yang mereka hasilkan langsung dibuang

begitu saja ke sungai tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu.

Untuk urusan air bersih masyarakat Laweyan mengandalkan sumur-sumur

mereka sendiri. sumur yang berasal dari galian air tanah malah justru

mengeluarkan air yang jernih dan bersih. Walaupun ada juga warga yang

menggunakan air PAM tetapi untuk urusan air bersih sudah tersedia.

D. Keterlibatan Masyarakat Laweyan Dalam Kaitannya Dengan

Lingkungan Hidup

Masalah lingkungan hidup adalah masalah moral, persoalan perilaku

manusia. Lingkungan hidup bukan semata-mata persoalan teknis. Tidak bisa

disangkal bahwa berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini, baik

pada lingkungan global maupun lingkup nasional, sebagian besar bersumber dari

perilaku manusia. Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan bersumber pada

perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli dan hanya

mementingkan diri sendiri. Manusia adalah penyebab utama dari kerusakan

lingkungan.

Menurut Arne Naess, krisis lingkungan dewasa ini hanya bisa diatasi

dengan melakukan perubahan cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam

secara fundamental dan radikal. Yang dibutuhkan adalah sebuah sebuah pola

hidup atau gaya hidup baru yang tidak hanya orang per orang tetapi juga budaya

masyarakat secara keseluruhan. Artinya dibutuhkan etika lingkungan hidup yang

menuntun manusia untuk berinteraksi secara baru dalam alam semesta.

Page 124: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

254

Dalam kaitannya dengan masalah lingkungan hidup ada berbagai macam

kegiatan yang dilakukan dan itu masing-masing berbeda antara masyarakat yang

satu dengan masyarakat yang lainnya. Kegiatan tersebut yang dilakukan adalah

sebagai berikut :

Tabel 11

Masyarakat berdasarkan profesi serta pola perilakunya

No Masyarakat berdasar

profesi

Kegiatan yang dilakukan

1. Produsen Batik - Memproduksi batik

- Mengikuti pertemuan guna

mamajukan lingkungan

hidup di Laweyan

- Berpartisipasi dalam

pengelolaan IPAL

2. Tokoh Masyarakat

(FPKBL)

- Mengelola IPAL

- Mempromosikan batik

3. Tokoh Lingkungan Hidup - Mensosialisasikan kepada

masyarakat tentang kegiatan

lingkungan hidup

- Membuat kegiatan-kegiatan

terkait dengan lingkungan

hidup

4. Pedagang batik - Menjual batik

- Ada partisipasi dalam IPAL

5. Usaha batik rumahan - Membuat batik

- Partisipasi dalan kegiatan

lingkungan hidup yang ada.

6. Pegawai pabrik - Bekerja bakti membersihkan

Page 125: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

255

lingkungan sekitar tempat

tinggal

7. Pengurus IPAL - Memeriksa saluran air

- Membersihkan pipa-pipa

agar lubangnya tidak

tersumbat sehingga air

limbah bisa mengalir dengan

lancar

- Menguras bak penampungan

limbah

- Memberi makan bakteri-

bakteri pengurai

8. Pelajar TK -

9. Pelajar SD Membuang sampah pada bak

sampah

10. Pedagang/wiraswasta - Mengikuti lomba-lomba

yang terkait dengan

lingkungan hidup

11. Ibu rumah tangga -

Sumber : Data Primer

Dari kesebelas informan yang ditemui maka memiliki kegiatan yang

berbeda-beda antar satu dengan yang lain sesuai dengan profesi atau pekerjaan

masing-masing. Walaupun ada juga kegiatan antara informan tersebut yang sama

misalnya jika ada pertemuan-pertemuan di Kelurahan untuk membahas lomba

kebersihan atau kegiatan lain yang memang melibatkan sebagian besar

masyarakat.

Page 126: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

256

E. Pengelolaan IPAL oleh Masyarakat

Intalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yang ada di Laweyan dalam

penanganannya sepenuhnya sudah diserahkan kepada Forum Pengembangan

Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL). Dalam perawatan setiap harinya FPKBL

menunjuk salah seorang warga yang bertugas untuk merawat bangunan IPAL.

Warga yang rumahnya tidak jauh dari lokasi IPAL dan hanya berjarak beberapa

meter dari pendirian bangunan IPAL tersebut mendapatkan imbalan yang ia

terima setiap bulannya. Imbalan yang ia terima merupakan sebagian dari iuran

warga yang ikut tergabung dalam pengelolaan limbah.

Lokasi IPAL yang berdekatan dengan TPS dan juga berada di pinggir

sungai tersebut terdiri dari 2 bak besar yang digunakan sebagai tempat

penampungan air limbah dan juga sebagai tempat untuk mengendapkan lumpur.

Namun dalam perjalanannya hingga sekarang hanya ada satu bak saja yang

digunakan sedangkan bak yang satunya masih dibiarkan kosong. Menurut petugas

yang mengelola rencananya bak yang masih kosong tersebut akan digunakan jika

ada pengusaha yang mendaftarkan diri sebagai anggota IPAL. Karena jika ada

tambahan pengusaha lagi maka bak penampungan yang selama ini digunakan

tidak muat untuk menampung debit air limbah sehingga disiapkan bak cadangan.

Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh petugas dalam wawancara

sebagai berikut :

“ ....dalam sistem IPAL ada dua bak besar yang satu disini dan satunya lagi disana. Dalam bak pertama limbah yang masuk masih sangat kental maka harus disaring dulu dengan proses yang panjang dan biasanya limbah baru bisa keluar setelah diproses selama 2 hari. Untuk bak yang disana memang masih kosong rencana awalnya akan digunakan sebagai tempat pengendapan lumpur namun dengan penyaringan yang sudah sangat panjang maka bak yang masih

Page 127: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

257

kosong tersebut akan digunakan sebagai cadangan jika debit limbah sudah tidak mampu lagi tertampung dalam bak pertama.....” Sumber : Hasil wawancara

Jika menurut peraturan maka satu bak hanya cukup digunakan untuk 6-8

pengusaha saja, namun kini bak tersebut sudah digunakan untuk menampung 10

pengusaha. Mengingat lokasi dan tempat juga terbatas maka dalam pengelolaan

IPAL selama ini sudah diusahakan semaksimal mungkin. Misalnya hal yang rutin

dilakukan oleh petugas adalah setiap dua hari sekali mengecek lubang-lubang air

dan membersihkannya supaya tidak tersumbat. Selain itu pada bak setiap

minggunya diberikan TSP dan juga urea agar bakteri-bakteri dapat makan dan

mampu bekerja dengan baik. Kegiatan lain yang dilakukan adalah melakukan

pengurasan bak penampungan limbah agar terjaga kebersihannya dan tidak

menjadi sarang nyamuk dan sumber penyakit dan yang terlebih lagi tidak berbau

menyengat yang akhirnya akan mengganggu warga sekitar.

Untuk pemberian TSP dan Urea dilakukan setiap dua minggu sekali yang

secara rutin diberikan. Pemberian TSP dan urea tersebut dilakukan pada minggu

pertama dam minggu ketiga yang masing-masing sudah ada jadwalnya.

Sedangkan untuk pemberian konsentrat dilakukan setiap dua bulan sekali. Dari

jadwal yang telah dilakukan maka pemberian konsentrat tersebut dilakukan pada

bulan Februari, April, Juni, Agustus, Oktober dan Desember dimana pada masing-

masing diberikan setiap akhir bulan atau minggu ke empat pada bulan yang

bersangkutan. Untuk pemberian arang aktif setiap enam bulan sekali, jadi setiap

tahunnya hanya dua kali pemasukan arang aktif yang dilakukan oleh petugas. Hal

serupa juga dilakukan untuk pemasukan kantong-kantong pasir dan batu serta

Page 128: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

258

penyedotan lumpur yang masing-masing juga dilakukan setiap enam bulan sekali.

Untuk pemasukan kantong-kantong pasir dan batu sesuai jadwal juga dilakukan

pada bulan Mei dan November sedangkan untuk sedot lumpur dilakukan pada

bulan Januari dan Juli. Selain hal tersebut masih ada pemberian nutrisi plus yang

dilakukan setiap minggu sekali sehingga setiap tahunnya dilakukan pemberian

nutrisi sebanyak 48 kali.

Untuk pemberian TSP sebesar ¼ kg per 2 minggu atau setiap minggu

pertama dan minggu ketiga sehingga untuk kebutuhan tiap tahunnya adalah 6 kg.

Sedangkan untuk urea sebesar ½ kg per 2 minggu juga yakni setiap minggu

pertama dan minggu ketiga, jumlah kebutuhan adalah 12 kg per tahun. Pemberian

konsentrat adalah 10 kg per 2 bulan yakni pada minggu ke empat sehingga jumlah

kebutuhan adalah 60 kg per tahun. Untuk pemberian nutrisi plus takarannya

adalah ½ liter per minggu sehingga per tahunnya memerlukan 24 liter nutrisi plus.

Masing-masing treatment tersebut sudah terjadwal dan harus rutin

dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menjaga sistem IPAL yang telah dibuat serta

untuk perawatan agar IPAL dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan.

F. Penerapan Eko-Efisiensi Sebagai Upaya Ramah terhadap Lingkungan

Eko-efisiensi (EE) menurut Kamus Lingkungan Hidup dari Kementerian

Lingkungan Hidup Republik Indonesia didefinisikan sebagai suatu konsep

efisiensi yang memasukkan aspek sumber daya alam dan energi atau suatu proses

produksi yang meminimumkan penggunaan bahan baku, air dan energi serta

dampak lingkungan per unit produk.

Page 129: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

259

Eco-efisiensi menurut The Federal Ministry for the Environment, Nature

Conservations and Nuclear Safety (2002) disefinisikan sebagai rasio antara nilai

tambah yang diperoleh melalui sisi ekonomi (monetary) dengan nilai tambah yang

diperoleh dari sisi fisik (ecological).

Eco-efisiensi (EE) merupakan strategi yang menggabungkan konsep

efisiensi ekonomi berdasarkan prinsip efisiensi penggunaan sumber daya alam.

Eko-efisiensi dapat diartikan sebagai suatu strategi yang menghasilkan suatu

produk dengan kinerja yang lebih baik, dengan menggunakan sedikit energi dan

sumber daya alam. Dalam bisnis, eko-efisiensi dapat diartikan sebagai strategi

bisnis yang mempunyai nilai lebih karena sedikit menggunakan sumber daya alam

serta mengurangi jumlah limbah dan pencemaran lingkungan.

Tujuan EE adalah untuk mengurangi dmpak lingkungan per unit yang

diproduksi dan dikonsumsi. Dengan mengurangi sumber daya yang diperlukan

bagi terbentuknya produk serta pelayanan yang lebih baik, maka akan diperoleh

keuntungan karena mempunya daya saing.

Konsep EE pertama kali diperkenalkan pada tahun 1992 oleh World

Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam publikasinya

“Changing Course”. WBCSD adalah sebuah lembaga independen, berkedudukan

di Jenewa yang beranggotakan sekitar 200 perusahaan dari 20 sektor industri yang

terkenal didunia dari 35 negara dan mempunyai komitmen pada pembangunan

berkelanjutan.

Page 130: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

260

Ada tujuh faktor kunci dalam eko-efisiensi, yaitu :

1. Mengurangu jumlah penggunaan lahan

2. Mengurangi jumlah penggunaan energi

3. Mengurangi pencemaran

4. Memperbesar daur ulang lahan

5. Memaksimalkan penggunaan SDA yang dapat diperbaharui

6. Memperpanjang umur pakai produk

7. Meningkatkan intensitas pelayanan

Produksi Bersih (Cleaner Production) diperkenalkan oleh UNEP (United

National Environmental Program) yang merupakan salah satu organisasi yang

berada dibawah bendera PBB yang berkecimpung di bidang lingkungan dan

berkedudukan di Perancis. Produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan

lingkungan yang dilakukan secara terus menerus terhadap proses produksi, produk

maupun jasa yang bertujuan untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan

lingkungan, sekaligus meningkatkan efisiensi secara menyeluruh.

Pada prinsipnya eko-efisiensi dan produksi bersih hampir sama.

Perbedaannya adalah orientasinya, dimana produksi bersih lebih berorientasi pada

strategi pencegahan pencemaran lingkungan baik akibat proses produksi pada

daur hidup produknya maupun pada aspek pelayanan (jasa) yang kemudian

memiliki keuntungan secara ekonomi. Sedangkan eko-efisiensi berorientasi pada

strategi peningkatan efisiensi ekonomi pada proses produksi dan peningkatan

pelayanan yang berimplikasi pada pengurangan penggunaan sumber daya alam

maupun pengurangan penggunaan bahan beracun.

Page 131: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

261

Sebelum menerapkan konsep eko-efisiensi terdapat suatu langkah awal

yang harus dilakukan yakni melakukan pemahaman atas Keluaran Bukan Produk

(KBP) atau Non Product Output (NPO) yang merupakan keseluruhan materi,

energi, dan air yang digunakan dalam proses produksi namun tidak terkandung

dalam proses akhir. Total biaya KBP merupakan penjumlahan biaya KBP dan

input, biaya KBP dari proses produksi dan biaya KBP dari output. Secara umum,

total biaya KBP berkisar antara 10-30% dari total biaya produksi.

Bagan 4

Konsep Keluaran Bukan Produk (KBP)

Masukan Proses Keluaran

+ + =

Sumber : Eimer, hal 74

F.1. Perangkat Eko-efisiensi

F.1.1. Good Housekeeping (GHK)

Good Housekeeping (Tata Kelola yang Apik) berkaitan dengan

sejumlah langkah praktis berdasarkan pertimbangan umum yang dapat

dilaksanakan oleh UKM atas inisiatif sendiri untuk meningkatkan kinerja

Bahan baku

Energi

Air

Produk akhir yang digunakan

10-30% dari total biaya

produksi

Page 132: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

262

operasional, menyempurnakan prosedur pembelajaran dalam organisasi serta

meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja.

GHK memiliki tiga manfaat, yaitu :

1). Penghematan biaya

Penerapan GHK dapat membantu mewujudkan keuntungan yang lebih nyata

bagi perusahaan.

2). Kinerja lingkungan hidup lebih baik

Penerapan GHK dapat mengurangi dampak lingkungan hidup yang

ditimbulkan oleh UKM. Semakin efisiensi penggunaan sumber daya untuk

proses produksi akan semakin kecil KBP yang dihasilkan, sehingga kinerja

lingkungan pun menjadi lebih baik. Dengan demikian, UKM dapat

memperbaiki citranya dan citra produknya terhadap para konsumen, supplier

dan masyarakat sekitar.

3). Pembelajaran dalam organisasi

Penerapan GHK memerlukan komunikasi internal untuk memotivasi

karyawan dan menetapkan tanggungjawab yang jelas. Semua aspek ini harus

ditangani sehingga mampu menimbulkan manfaat organisasi yang membantu

meningkatkan kinerja UKM dalam jangka panjang.

Hal ini dapat dilihat sebagai segi tiga dengan efek sinergisitas yang

memungkinkan UKM memanfaatkan opsi “tiga keuntungan” atau “triple

win” yang dapat menghasilkan proses perbaikan secara kontinu.

Page 133: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

263

Bagan 5

Manfaat GHK berupa “Tiga Keuntungan”

Efisiensi

Ekonomi

Kinerja

Lingkungan

Pembelajaran

Organisasi

Sumber : Eimer, hal 6

F.1.2. Environment oriented Cost Management (EoCM)

EoCM (Manajemen Biaya Berorientasi Lingkungan) bertujuan untuk

memberikan informasi atas pengambilan keputusan untuk perbaikan kinerja

lingkungan, ekonomi dan orfanisasi. Perhitungan ekonomi dilakukan terhadap

setiap langkah proses yang melibatkan materi, energi, tenaga kerja dan

peralatan. Pada setiap langkah proses, biaya produksi dan besarnya biaya

KBP dihitung dalam kurun waktu 1 tahun. Dari hasil perhitungan tersebut

akan teridentifikasi langkah proses yang mempunyai nilai KBP dan

menyebabkan dampak lingkungan yang tingi.

Mengurangi limbah, racun, dan emisi udara

Page 134: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

264

Pendekatan EoCM secara garis besar dilakukan dengan enam tahap

yaitu :

1). Mengidentifikasikan langkah proses yang mempunyai KBP dan dampak

lingkungan yang dominan

2). Menganalisis pengaruh terkait dengan biaya resiko dan bahaya dampak

lingkungan

3). Menganalisis sebab timbulnya KBP

4). Mengembangkan upaya-upaya alternatif untuk meminimunkan KBP

5). Melaksanakan rencana aksi yang terpilih

6). Mengintegrasikan dalam stuktur di perusahaan

F.1.3. Chemical Management (CM)

Chemical Management (Pengelolaan Bahan Kimia) merupakan upaya

perbaikan pengelolaa bahan kimia agar dapat memperoleh penghematan

biaya, mengurangi dampak lingkungan, meningkatkan kesehatan dan

keselamatan kerja serta meningkatkan daya saing. Pendekatan CM dilakukan

dengan dua tahap yaitu :

1). Mengenali daerah rawan (bot spot)

Pada tahap ini dilakukan identifikasi kehilangan bahan kimia dan bahaya

bahan kimia bagi karyawan dan lingkungan, untuk selanjutnya dilakukan

penanganan terhadap permasalahan tersebut. Dalam CM dikenal empat

prinsip dasar penanganan bahan kimia berdasarkan prioritasnya, yaitu :

a). Menghilangkan bahan kimia berbahaya dengan menggantinya dengan

bahan yang bahayanya lebih rendah.

Page 135: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

265

b). Memberi jarak antara bahan kimia dengan pekerja

c). Membuat ventilisasi untuk menghilangkan atau mengurangi kadar asap,

gas dan uap

d). Adanya perlindungan pekerja misalnya dengan menyediakan peralatan

perlindungan diri.

2). Inventarisasi bahan kimia

Pada tahap ini dilakukan identifikasi menyeluruh terhadap bahan kimia yang

disimpan dan digunakan di UKM serta membentuk informasi terstruktur

untuk mengidentifikasi dan melakukan upaya peningkatan secara

berkesinambungan.

F.2. Penerapan Eko-efisiensi

Dalam penerapan eko-efisiensi di suatu UKM terdapat komponen non teknis,

diantaranya adalah :

1) Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusn mutlak diperlukan dalam penerapan eko-efisiensi

karena merupakan awal dari adanya perubahan. Pengambilan keputusan

merupakan hak penuh dari pemilik usaha, dan jika diperlukan akan

dibantu dengan konsultan. Keputusan yang diambil disesuaikan dengan

besarnya skala prioritas suatu rencana aksi dan kemampuan finansial dari

pemilik usaha.

2) Motivasi

Motivasi untuk terus melakukan perbaikan perlu dimiliki oleh para

pemilik usaha dan didukung oleh para karyawan. Sehingga penerapan

Page 136: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

266

eko-efisiensi tidak dirasakan sebagai beban, namun sebagai sutau

kebutuhan.

3) Komitmen

Pemilik usaha dan karyawan harus memiliki komitmen yang besar dalam

mensukseskan suatu perubahan yang disepakati. Rasa memiliki karyawan

terhadap perusahaan akan membantu menumbuhkan komitmen dalam

menentukan perbaikan.

4) Kebiasaan (habbit)

Perubahan-perubahan yang telah disepakati sebelumnya perlu dijadikan

suatu kebiasaan bagi karyawan. Pemilik usaha perlu melakukan

pemantauan dan evaluasi terhadap penentuan eko-efisiensi secara berkala

untuk menjamin karyawan melakukan perubahan itu sebagai suatu

kebiasaan.

5) Hubungan pemilik usaha dan karyawan (team work/kebersamaan)

Kebersamaan antara pemilik usaha dan karyawan sangat diperlukan

dalam menerapkan suatu perubahan. Rasa kebersamaan dan komunikasi

yang intensif antara kedua belah pihak akan memudahkan dalam

penyampaian masukan dan kritik terhadap perubahan, sehingga bisa

diambil tindakan yang lebih cepat (win-win solution). Dari hasil

penerapan eko-efisiensi tidak hanya dinikmati oleh pemilik usaha, namun

juga karyawan dan masyarakat, baik dari segi finansial, lingkungan dan

juga organisasional.

Page 137: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

267

Bagan 6

Penerapan eko-efisiensi

Sumber : Panduan Penerapan Eko-efisiensi

Dalam penelitian ini penerapan eko-efisiensi diterapkan pada

proses pewarnaan batik. Dimana dalam menggunakan pewarna dalam

batik yang dibuat harus diperhatikan segi keuntungan dan juga resiko dan

dampaknya baik terhadap karyawan maupun lingkungan. Adapun

penerapan eko-efisiensi dalam industri batik adalah sebagai berikut :

v Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan dilakukan ketika ada suatu ide baru

yakni dalam penerapan pewarna alami yang lebih ramah lingkungan.

Pemilik usaha mengambil keputusan untuk menggunakan pewarna

alami. Namun demikian pemilik usaha juga membuat suatu keputusan

yang jelas yakni pewarna yang alami hanya digunakan untuk jenis

Pengambilan keputusan

Kunci sukses penerapan eko-

efisiensi Motivasi Team Work

Kebiasaan Komitmen

Page 138: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

268

batik tertentu dan masih dalam skala yang minim. Hal tersebut

dilakukan mengingat bahan untuk pewarna yang sulit didapat dan juga

harus diperhatikan dampak positif dan juga negatifnya terhadap

lingkungan.

v Motivasi

Motivasi untuk mengembangkan usaha yang dimiliki oleh

pemilik usaha harus mendapatkan dukungan dari karyawan. Dengan

adanya suatu keputusan untuk mencoba menggunakan suatu pewarna

yang alami maka diperlukan suatu kesabaran karena proses

pembatikan akan lebih lama jika dibandingkan dengan penggunaan

pewarna kimia. Adanya motivasi yang kuat antara pemilik dan juga

dukungan karyawan maka dirasakan limbah sisa produksi dengan

penggunaan pewarna alami lebih sedikit dan lebih bersih.

v Komitmen

Adanya suatu komitmen yang kuat antara pemilik usaha dengan

karyaean ditunjukkan ketika ada suatu kasus yakni bahan pewarna

batik yang digunakan menimbulkan suatu iritasi kulit pada tangan

karyawan. Dengan adanya kejadian yang demikian maka karyawan

melaporkan hal ini kepada pemilik usaha dan dicari jalan keluar

bersama antara karyawan dengan pemilik yakni mengganti zat

pewarna yang digunakan dengan merek lain agar proses produksi juga

tidak terhambat. Selain itu karyawan juga tidak akan berhenti bekerja

Page 139: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

269

karena masalah ini karena sudah merasa memiliki suatu komitmen

dengan pemilik.

v Kebiasaan

Dengan penggunaan pewarna alami yang prosesnya berbeda

dan jauh lebih lama dibandingkan dengan pewarna sintetis maka

karyawan harus membiasakan diri dengan hal ini dan dapat

menyesuaikan dengan kandungan dari bahan pewarna yang memang

terkadang tidak cocok dengan kulit sehingga menimbulkan suatu

iritasi dan juga gatal-gatal pada tangan karyawan.

v Hubungan pemilik usaha dan karyawan

Hubungan antara pemilik usaha dengan karyawan terlihat dari

adanya keputusan yang diambil oleh pemilik yang memerlukan

masukan dari karyawan. Dengan adanya kasus iritasi kulit yang

dialami oleh karyawan yang berkaitan dengan penggunaan pewarna

maka pemilik harus mempertimbangkan masukan dari karyawan

dalam pemilihan pewarna agar lebih aman untuk kesehatan karyawan

dan juga lebih ramah terhadap lingkungan.

Dalam menerapkan eko-efisiensi terdapat siklus pengelolaan dengan

delapan tahapan sebagai berikut:

a. Identifikasi potensi optimal

b. Analisis dampak

c. Analisis sebab

d. Alternatif langkah

Page 140: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

270

e. Analisis manfaat

f. Rencana aksi

g. Penerapan rencana aksi

h. Evaluasi langkah

Untuk membantu mengidentifikasi potensi optimalisasi, melakukan

analisis dampak maupun analisis sebab dapat digunakan daftar periksa

(checklist) yang memuat hal-hal yang berkaitan dengan bahan, limbah,

penyimpanan dan penanganan bahan, air dan air limbah, energi serta

perlindungan keselamatan dan kesehatan. Delapan tahapan pengelolaan

siklus eko-efisiensi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan 7

8 Tahapan Siklus Eko-efisiensi

Sumber : Panduan Penerapan Eko-efisiensi

8. Evaluasi langkah

1. Identifikasi potensi optimalisasi

7. Penerapan rencana aksi

2. Analisis dampak

6. Rencana aksi

3. Analisis sebab

5. Analisis manfaat

4. Alternatif langkah

Page 141: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

271

Tahap 1. Mengidentifikasi Potensi Optimalisasi

Untuk melakukan identifikasi, harus memahami tata urutan

proses produksi batik, dimulai dari tahapan pengadaan bahan,

penyimpanan, penanganan, proses pembuatan batik hingga pembuangan

limbah cair, padat maupun gas.

Dalam penerapannya, yang jelas terlihat adalah dalam upaya

pembuangan limbah cair sisa produksi batik. Sebelum ada pengolahan

limbah IPAL di Laweyan maka limbah cair batik langsung dibuang ke

sungai dengan menggunakan pipa pralon.

Tahap 2. Melakukan Analisis Dampak

Analisis dampak ini terkait dengan biaya, resiko, potensi bahaya

dan dampak lingkungan. Hal ini dilakukan dengan menganalisis atas

jumlah bahan dan biaya yang harus dikeluarkan pada setiap tahapan

proses maupun yang terbuang. Selain itu juga dilakukan analisis pada

potensi tingkat bahaya jika bahan kimia yang digunakan tercecer diareal

kerja maupun dampaknya terhadap lingkungan.

Ketika limbah cair batik yang dibuang langsung ke sungai, maka

akan mencemari sungai dan membuat kondisi dari air sungai menjadi

keruh dan berwarna karena terkena limbah batik. Banyaknya pengusaha

yang membuang limbah cair batik ke sungai menyebabkan penduduk

yang tinggal disekitar bantaran mengeluh karena baunya yang menyengat

dan mengganggu warga sekitar.

Page 142: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

272

Tahap 3. Menganalisis Penyebab

Menganalisis penyebab adanya ketidakefisienan. Bisa

dikarenakan beberapa hal yakni kualitas bahan baku kain yang sering

berubah-ubah, kondisi tempat penyimpanan yang lembab, cara

penimbangan yang kurang hati-hati, atau juga karena bentuk bahan kimia

yang ditangani dalam bentuk serbuk yang mudah terhambur, kurangnya

kedisiplinan pekerja yang membatik atau mengecap dengan merokok,

cairan bahan kimia berceceran ketika dibawa dan sebagainya.

Ketika limbah cair batik yang dibuang ke sungai dan ternyata

menimbulkan bau yang tidak enak dan mengganggu warga sekitar maka

dengan ini pemilik usaha malakukan identifikasi penyebab limbah yang

bau. Bau yang keluar akibat limbah disebabkan karena tingkat kepekatan

limbah karena bahan pewarna yang digunakan. Dengan diketahuinya

penyebab dari bau limbah tersebut maka pemilik akan dapat menentukan

langkah yang akan diambil untuk mengatasinya.

Tahap 4. Menentukan beberapa Alternatif Langkah

Jika sumber penyebab ketidakefisienan sudah diketahui, maka

langkah selanjutnya adalah mencari beberapa alternatif cara untuk

mengurangi resiko kehilangan, kerusakan atau resiko bahaya. Alternatif

yang terpilih biasanya berdasarkan pertimbangan beberapa pihak, yaitu

pemilik dan pekerja. Namun jika diperlukan juga meminta bantuan tenaga

ahli (konsultan) untuk memberikan pertimbangan teknis maupun non

teknis.

Page 143: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

273

Masalah yang dihadapi pemilik adalah berhubungan dengan

limbah cair batik, maka dengan kesepakatan bersama antara para pemilik

usaha timbullah suatu ide untuk membangun suatu pengolahan limbah di

Laweyan agar limbah yang batik tidak lagi mengganggu warga. Rencana

pembangunan IPAL yang ada di Laweyan merupakan bentuk kerjasama

Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL), Badan

Lingkungan Hidup serta GTZ ProLH sebagai penyumbang dana

pembuatan IPAL.

Tahap 5. Melakukan Analisis Manfaat

Memberikan analisis manfaat dari berbagai alternatif yang

dipilih secara realistis, baik dari segi teknis, maupun ekonomi. Memilih

alternatif yang memberikan penghematan optimal dengan aspek teknis

yang sederhana dengan cara menemukan indikator utama yang sesuai

untuk memantau hasil yang dicapai.

Dengan pembangunan IPAL yang ada di Laweyan, maka dapat

dilihat manfaatnya. Manfaat yang kini dirasakan adalah limbah yang

masuk ke sungai sudah tidak pekat lagi karena telah melalui proses

pengolahan yang cukup lama yakni semala 2 hari. Manfaat yang

dirasakan oleh pemilik usaha adalah adanya penghematan listrik dan juga

air karena limbah sudah langsung masuk ke saluran pipa yang sudah

terhubunga dengan IPAL sehingga tidak diperlukan banyak air untuk

melarutkan limbah sampai ke sungai.

Page 144: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

274

Tahap 6. Persiapan Rencana Aksi

Merupakan persiapan implementasi semua rencana yang ada

berdasarkan atas identifikasi yang terpilih pada masing-masing tahapan

proses. Pada tahap ini diputuskan langkah-langkah apa yang akan diambil

dan memprioritaskan langkah-langkah tersebut.

Rencana yang telah disusun bersama antara FPKBL, Badan

Lingkungan Hidup dan juga GTZ ProLH terkait dengan pembangunan

IPAL maka terkait dengan ini segera dipersiapkan segala hal yang

diperlukan, mulai dari penentuan lahan dan juga material yang digunakan

serta biaya pemeliharaan serta mempersiapkan orang untuk merawat

IPAL jika prosesnya sudah berjalan.

Tahap 7. Penerapan Rencana Aksi

Pada tahap ini dilakukan implementasi semua langkah

penerapan eko-efisiensi yang telah disepakati. Hasil penerapan rencana

aksi dapat didiskusikan pada suatu pertemuan jejaring antara pengusaha

atau pekerja untuk saling berbagi kisah sukses dan pembelajaran dalam

penerapan eko-efisiensi serta memotivasi untuk persiapan dan perbaikan

yang berkelanjutan.

Setelah semua yang hal yang dipersiapkan untuk pembuatan

IPAL selesai dipersiapkan, maka langkah selanjutnya adalah memulai

membangun IPAL. Setelah melalui percobaan dan juga pengukuran

terkait dengan lokasi dan kemiringan tanah, maka akhirnya IPAL

dibangun di tanah milik umumyang letaknya di tengah tanah makam dan

Page 145: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

275

dipinggir sungai jenes. Selain kemiringan tanah yang sesuai juga

lokasinya dekat dengan sungai sehingga memudahkan proses

pembuangan.

Tahap 8. Evaluasi Langkah (Perbaikan)

Dilakukan pemantauan atas rencana aksi yang telah dilakukan

kemudian dilakukan evaluasi tingkat keberhasilannya. Setelah itu

melakukan langkah perubahan internal baik menyangkut prosedur kerja

maupun penetapan penanggungjawaban setiap pekerjaan agar

mendapatkan hasil yang diharapkan.

Evaluasi selalu dilakukan untuk memantau apakah program

yang berjalan memberikan manfaat atau tidak. Ketika IPAL sudah jadi

dan sudah digunakan juga ada suatu evaluasi dari Forum yang tentunya

juga melibatkan masyarakat. Evaluasi dilakukan untuk mengadakan

langkah perbaikan atas apa yang telah dikerjakan.

Setelah adanya IPAL ternyata ada suatu manfaat yang dirasakan

pemilik usaha dan juga masyarakat tidak lagi terganggu karena bau yang

sangat menyengat. Dengan masih banyaknya pengusaha yang masih

belum mampu tertampung dalam IPAL maka dengan evaluasi ini akan

dibangun suatu bak penampungan lagi sehingga akan lebih banyak

pengusaha yang limbahnya masuk dalam IPAL untuk diproses untuk

menghasilkan limbah yang lebih bening.

Page 146: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

276

G. Pemakaian Pewarna Alami Berwawasan Lingkungan

Dalam suatu proses pembuatan batik, baik itu batik cap maupun batik

tulis tidak dapat lepas dari yang namanya pewarnaan. Banyaknya kombinasi

warna yang digunakan serta proses dari pewarnaan tersebut akan menjadi suatu

ciri khas tersendiri dari masing-masing produsen batik. Semakin majunya jaman

serta semakin banyaknya masyarakat yang menggemari produk-produk batik akan

menjadi suatu tantangan tersendiri bagi produsen-produsen batik dalam

mengkombinasikan berbagai warna agar mampu menjadi daya tarik dan juga ciri

khas untun industrinya.

Semakin banyak masyarakat yang menggemari batik membuat produsen

batik harus mampu memproduksi batik dengan cara yang cepat namun tetap

memperoleh keuntungan. Maka dari itu tidak jarang juga yang banyak

menggunakan pewarna sintetis daripada pewarna alami yang lebih ramah

lingkungan. Selain prosesnya yang cepat juga dirasakan lebih praktis dan juga

lebih mudah untuk mengejar target pasar.

Hal serupa juga terjadi di Laweyan yang merupakan salah satu tempat

wisata batik di Kota Solo. Dengan banyaknya produsen batik disana dan juga

pesanan yang semakin banyak pula membuat pengusaha batik di Laweyan juga

menggunakan pewarna sintetis. Namun demikian pewarna alami juga masih

digunakan dalam skala yang kecil. Biasanya pewarna alami digunakan untuk

produk-produk tertentu yang memang harus diwarnai dengan pewarna yang alami.

Dalam proses pewarnaan membutuhkan campuran air untuk melarutkan

pewarna tersebut. Kebutuhan air untuk memproses kain mori menjadi kain batik

Page 147: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

277

dengan 1-3 warna adalah 25-50 liter air untuk setiap 1 m kain. Hal ini dapat

diartikan bahwa diperlukan air lebih sedikit jika proses pewarnaannya hanya satu

kali. Untuk kebutuhan energi diperlukan sekitar 5-15 watt per jam per meter kain.

Kebutuhan zat warna diperoleh dari pewarna alami dan sintetis. Pewarna

alami diperoleh dari daun, kulit kayu, dan akar berbagai tanaman. Tidak ada dosis

dan formula yang tepat ketika zat warna yang digunakan berasal dari tanaman,

mengingat umur tanaman, jenis tanaman dan jenis kombinasinya sangat

bervariasi. Sebelum menggunakan pewarna alami maka hal yang pertama

dilakukan adalah melakukan percobaan awal agar diperoleh kombinasi warna

yang sesuai dengan apa yang diinginkan.

Untuk mendapatkan jenis warna yang diinginkan dapat dipilih tanaman

sebagai berikut :

Tabel 11

Jenis tanaman sebagai pewarna alami

Jenis tanaman Warna

Kayu secang Merah / oranye

Jawale Kuning

Daun nila, tom, indigo Bitu tua/ wedelan

Daun jati, kulit kayu jambal Merah kecoklatan

Kulit kayu tegeran, kulit kayu mahoni Sogan

Kayu manis, kulit akar mengkudu, kulit

buah jengkol, kayu tingi

Coklat

Kulit kayu bulian Merah hati

Buah mengkudu Krem

Sumber : Data Sekunder Panduan Penerapan Eko-efisiensi

Page 148: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

278

Pewarna dari beberapa tanaman lainnya adalah akar temu lawak, kayu

samak merah, kulit batang daun salam, daun salam, daun alpukat, daun mangga,

daun bougenvile, akar dan batang mangrove, kunyit dan pasak bumi.

Semua zat warna alami dari tumbuh-tumbuhan diperoleh dengan cara

ekstraksi (perebusan dalam air mendidih), kecuali untuk nila yang harus

difermentasi terlebih dahulu. Ekstrak larutan digunakan untuk mencelup kain.

Kain yang telah dibatik, dicelup dalam larutan ekstrak zat warna alam kemudian

dikeringkan ditempat yang teduh setelah itu kain tersebut dicelup kembali. Cara

pencelupan tersebut dilakukan sebanyak 5-30 kali kemudian difiksasi dengan cara

direndam dalam larutan kapur, larutan tawas (alumunium sulfat) atau larutan

tunjung (ferro sulfat) selama 15 menit. Proses selanjutnya adalah dicuci dan

dikeringkan.

Keuntungan jika menggunakan zat warna alami adalah ramah lingkungan

karena tidak termasuk bahan berbahaya dan beracun. Namun dalam

pelaksanaannya juga ada beberapa kendala yaitu variasi warna yang sangat

sedikit, kesulitan untuk memperoleh bahan baku jika dalam jumlah banyak, harga

yang relatif mahal dan kesulitan untuk mendapatkan warna yang sama persis

walaupun dengan dosis yang sama.

Page 149: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

279

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Fungsi Sungai Bagi Masyarakat yang Tinggal di Bantaran Sungai Jenes

di Kelurahan Laweyan

Sungai Jenes yang merupakan anak dari sungai Bengawan Solo ini

tidaklah begitu besar. Sungai ini mengalir di tengah-tengah perkampungan yang

ada di Laweyan dan merupakan perbatasan wilayah antara Solo dengan

Sukoharjo. Aliran sungai Jenes memiliki dua cabang, dimana oleh masyarakat

Laweyan disebut sebagai tempuran. Kedua cabang itu berasal dari aliran sungai

yang ada di Solo dan juga aliran sungai dari wilayah Sukoharjo dan sekitarnya.

Page 150: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

280

Fungsi sungai Jenes berbeda antara zaman dahulu sebelum tahun 1980-an

dengan setelah tahun 1980-an dimana sebelum tahun 1980-an kondisi sungai

masih terlihat sangat bening dan jernih sedangkan setelah tahun 1980-an kondisi

sungai menjadi semakin kotor dan tercemar karena semakin banyaknya industri

yang ada disekitar daerah tersebut.

Pada waktu kondisi sungai Jenes masih baik dan airnya masih sangat

jernih maka masyarakat Laweyan menggunakan sungai tersebut sebagai sarana

transportasi air. Hal tersebut dilakukan karena sejak zaman dahulu pada waktu

kerajaan Pajang, Laweyan sudah merupakan daerah penghasil batik. Dengan

komoditi batiknya yang khas maka untuk perdagangan jual beli dan sebagainya

masyarakat masih menggunakan sarana transportasi air yakni melalui sungai Jenes

ini. Transportasi dilakukan melalui sungai untuk kegiatan jual-beli batik dan

transaksi penjualan lainnya yang berupa bahan baku pembuatan batik juga.

Selain sebagai sarana transportasi, dahulu Sungai Jenes juga digunakan

sebagai tempat mencuci kain batik bagi masyarakat Laweyan. Dapat dikatakan

dahulu masyarakat Laweyan kehidupannya sangat bergantung pada sungai ini.

Sebagian besar masyarakat Laweyan berprofesi sebagai pembatik sehingga daerah

ini sekarang disebut sebagai Kampoeng Batik Laweyan. Masyarakat

menggunakan sungai sebagai tempat mencuci kain batik buatannya karena dahulu

batik yang dibuat masih dalam jumlah yang relatif sedikit dan itu juga sebagian

besar masih digunakan untuk kebutuhan pribadi sehingga walaupun kain-kain

batik dicuci di sungai tetap saja tidak begitu banyak mempengaruhi sungai dan

airnya pun juga masih dalam kondisi yang baik dan tidak keruh. Limbah pewarna

Page 151: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

281

kain batik yang dicuci akan ikut hanyut bersama dengan arus sungai sehingga

setelah proses pencucian selesai tidak aka lagi pewarna bekas kain yang ada di

sungai.

Fungsi sungai yang lain adalah sebagai tempat bermain bagi anak-anak,

tempat mandi bagi penduduk serta sebagai tempat untuk berkumpul dan bertukar

pikiran antar penduduk khususnya ibu-ibu yang mencuci pakaian disungai

ataupun yang sedang melakukan aktivitas lainnya. Bermain dan mandi disungai

merupakan suatu hal yang sangat menyenangkan bagi anak-anak. Mereka tidak

takut akan sakit ataupun tenggelam karena kondisi sungai Jenes tempo dulu

sangatlah dangkal dan jernih bahkan isi dalam sungai masih dapat dilihat dan

dirasakan benar manfaatnya oleh penduduk. Dengan kondisi yang demikian maka

tak heran kehidupan sehari-hari penduduk sulit dipisahkan dari sungai ini.

Kondisi sungai yang memberikan manfaat yang demikian banyaknya pada

penduduk di Laweyan dan sekitarnya itu lama-lama berubah fungsinya. Setelah

tahun 1980-an yakni tepatnya ketika industri-industri besar mulai banyak

bermunculan maka sedikit demi sedikit air sungai yang dulunya begitu bening dan

sangat jernih itu berubah menjadi coklat dan bahkan sampai hitam dan berwarna

karena terkontaminasi oleh limbah-limbah industri.

Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju dengan berbagai

peralatan yang canggih dan modern selain memberikan dampak yang positif dan

kemudahan bagi manusia ternyata disisi lain juga memberikan efek atau dampak

yang negatif pada lingkungan sekitar dan akhirnya jika hal ini dibiarkan terus-

menerus maka akan berdampak buruk pada manusia. Hal yang paling sering

Page 152: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

282

terjadi dan itu berhubungan dengan sungai adalah banjir. Musim hujan yang turun

secara terus-menerus juga terkadang menyebankan sungai jenes meluap dan

membanjiri jalan bahkan rumah-rumah penduduk sekitar daerah bantaran sungai.

Semakin maraknya industri besar baik itu yang berada di Solo maupun

Sukoharjo yang merupakan perbatasan dengan Solo membuat limbah yang

dihasilkan dari proses produksi tersebut dibuang ke sungai. Ketika daerah sekitar

sungai masih berupa sawah maka jarang sekali atau bahkan tidak pernah

mengalami banjir namun kini setelah ladang-ladang sawah berubah menjadi

pabrik-pabrik besar maka sungai sering banjir jika hujan datang dan juga sering

bau karena pengaruh limbahnya. Apalagi sungai jenes yang juga merupakan

pertemuan dari dua anak sungai yakni dari Solo dan Sukoharjo membuat

masyarakat sulit membedakan limbah yang ada berasal dari Solo atau dari daerah

di luar Solo.

Sungai yang telah beralih fungsi tersebut sekarang oleh sebagian

masyarakat Laweyan yang tinggalnya di bantaran sungai dengan jarak rumah

yang hanya beberapa meter saja terkadang juga dijadikan sebagai tempat

pembuangan sampah. Baik itu sampah rumah tangga yang berwujud cair maupun

sampah lainnya yang berwujud padat. Sampah rumah tangga yang dihasilkan

dibuang begitu saja ke sungai tanpa melalui proses penyaringan terlebih dahulu.

Dengan menggunakan pipa pralon yang langsung terhubung ke sungai membuat

penduduk lebih mudah dan praktis untuk membuang ke sungai dari pada ke

tempat penampungan lainnya.

Page 153: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

283

Tidak hanya sampah cair saja yang membuat warna sungai menjadi

semakin keruh, namun juga banyak sampah yang berupa plastik yang ada disungai

hingga membuat aliran di sungai menjadi tersumbat dan banyak juga yang

menumpuk di tengah dan pinggir sungai. Tumpukan sampah-sampah tersebut

dapat dilihat dengan jelas ketika air sungai sedang surut atau kecil sehinnga

pendangkalan akibat sampah sangat jelas terlihat.

Selain sungai yang digunakan sebagai tempat pembuangan sampah dan

limbah rumah tangga bagi penduduk sekitar bantaran, ternyata sungai jenes juga

berfungsi sama untuk masyarakat Laweyan yang jarak rumahnya agak jauh dari

sungai. Hal ini terutama terlihat pada kelompok pembuat batik dimana sungai

digunakan sebagai tempat untuk membunag limbah batik mereka namun sebelum

limbah tersebut dibuang ke sungai terlebih dahulu diproses dengan menggunakan

sisten IPAL yang ada di Laweyan.

Setelah melalui berbagai proses di IPAL dan melalui pengujian oleh

bidang yang ahli maka akhirnya sisa limbah hasil olahan tersebut berujung di

sungai juga sebagai tempat pembuangan akhirnya. Walaupun memang limbah

yang sudah diproses tersebut sudah layak untuk dibuang ke sungai karena tidak

mengandung zat berbahaya lagi atau kandungannya sudah jauh berkurang tetapi

dengan demikian akan mengganggu fungsi utama sungai sehingga sungai tersebut

sudah tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya lagi.

Hal tersebut sebagaimana pendapat Miller (1991) yakni sumber pencemar

sungai berasal dari Point Sources yang merupakan sumber pencemar dengan

membuang limbah cair melalui pipa, selokan atau saluran air kotor kedalam badan

Page 154: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

284

air pada lokasi tertentu, seperti pabrik dan juga tempat pengolahan limbah cair

yang dalam hal ini adalah IPAL yang hanya menghilangkan sebagian tetapi tidak

seluruh zat cair.

Semakin banyaknya limbah yang ada di Sungai Jenes juga merupakan

pencemaran akibat beberapa kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar

yang dapat berupa kegiatan rumah tangga maupun kegiatan industri. Hal tersebut

sebagaimana menurut Haslam (1992) dapat dirinci sebagai berikut :

1. Kegiatan domestik : kegiatan yang berasal dari lingkungan pemukiman

baik yang berasal dari daerah perkotaan ataupun pedesaan. Limbah yang

dibuang seperti deterjen, pencemar organik dan lain sebagainya. Dengan

demikian masyarakat bantaran baik itu yang berada di Laweyan ataupun

sekitarnya yang menggunakan pipa-pipa pembuangan ke sungai sisa

pencucian dan sebagainya merupakan salah satu limbah yang berasal dari

kegiatan domestik dan hal itu akan turut menyumbangkan limbah ke

sungai.

2. Kegiatan industri : banyaknya industri yang berada di Laweyan dan

sekitarnya juga ikut mempengaruhi kualitas sungai tersebut. Industri batik

yang ada di Laweyan menggunakan sistem pengolahan limbah IPAL

dengan tahapan proses penyaringan yang sangat lama juga menggunakan

sungai sebagai tempat pembuangan akhirnya. Selain itu industri-industri

lain yang ada di luar Laweyan seperti Sukoharjo dan membuat sisa

produksinya mengalir ke sungai walaupun itu hanya sebagian kecil dari

limbah pabrik namun tetap saja warnanya akan mempengaruhi kualitas

Page 155: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

285

sungai dan juga terkadang baunya yang sangat menyengat membuat

warga bantaran sungai menjadi terganggu.

Page 156: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

Matrik 1

Pemaknaan Sungai Bagi Masyarakat

No. Masyarakat berdasar profesi dan asal daerah Pemaknaan sungai 1. Produsen batik/pengusaha, Laweyan Sungai sebagai front belakang 2. Tokoh masyarakat, Laweyan Sungai masih dipandang sebagai front belakang yang digunakan

sebagai tempat pembuangan akhir dan juga pembuangan limbah, baik limbah rumah tangga maupun limbah industri yang berasal dari Solo, Sukoharjo dan sekitarnya.

3. Tokoh lingkungan hidup, Laweyan Sungai sebagai front depan yang perlu dijaga dan dipelihara agar ekosistem yang ada tetap terjaga dengan baik.

4. Pedagang batik, Wonogiri Sungai sebagai front belakang 5. Usaha/pembuat batik rumahan (home industri),

Laweyan Sungai sebagai front belakang

6. Pegawai pabrik, Wonogiri Sungai sebagai front belakang 7. Pengurus IPAL Sungai sebagai front belakang 8. Pelajar Sungai sebagai front belakang 9. Pelajar Sungai sebagai front belakang

10. Wiraswasta/Pedagang Sungai sebagai front belakang 11. Ibu Rumah tangga Sungai sebagai front belakang

137

Page 157: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

Matrik 2 Fungsi Sungai Jenes Bagi Masyarakat

No. Masyarakat berdasar profesi dan asal daerah

Dulu (sebelum tahun 1980-an)

Sekarang (sesudah tahun 1980-an)

1. Produsen batik/pengusaha, Laweyan Sebagai tempat mencuci kain batik, sebagai sarana transportasi air yang berguna untuk perdagangan.

Sebagai tempat pembuangan akhir dari IPAL

2. Tokoh masyarakat, Laweyan Sebagai tempat mandi, dan bermain bagi anak-anak serta tempat untuk mencuci dan ngrumpi bagi kaum ibu-ibu.

Sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga.

3. Tokoh lingkungan hidup, Laweyan Sebagai arena bermain dan juga mandi Sebagai salah satu target program yakni penanaman pohon dipinggir sungai untuk mencegah longsor dan juga banjir.

4. Pedagang batik, Wonogiri - Sebagai tempat pembungan sampah dan juga limbah rumah tangga.

5. Usaha/pembuat batik rumahan (home industri), Laweyan

Tempat mencuci kain batik Sebagai tempat pembuangan sampah, limbah rumah tangga dan juga limbah industri.

6. Pegawai pabrik, Wonogiri - Sebagai tempat pembungan sampah dan limbah rumah tangga.

7. Pengurus IPAL, Laweyan Sebagai tempat mandi dan bermain, berkumpul bersama warga lain.

Sebagai tempat akhir dari proses IPAL.

8. Pelajar, Laweyan - Sebagai tempat membuang sampah 9. Pelajar, Laweyan - Sebagai tempat membuang sampah

10. Wiraswasta/Pedagang, Laweyan Sebagai tempat bermain anak-anak Sebagai tempat sampah 11. Ibu Rumah Tangga, Yogyakarta - Sebagai tempat sampah

138

Page 158: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

139

B.Pola Perilaku Masyarakat Terhadap Sungai Serta Dampaknya Terhadap

Lingkungan di Laweyan

Tidak bisa disangkal bahwa berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi

sekarang ini, baik pada lingkungan global maupun lingkup nasional, sebagian

besar bersumber dari perilaku manusia. Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan

bersumber pada perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli dan

hanya mementingkan diri sendiri.

Perilaku masyarakat Laweyan dalam kaitannya dengan sungai dan juga

lingkungan hidup sangat beragam. Perilaku masyarakat didasarkan pada adanya

manfaat yang dapat diperoleh dan disarakan oleh masyarakat sehingga perilaku

yang demikian diimbangi dengan cara pandang dari masing-masing masyarakat

yang kuat menjadikan perilaku mereka menjadi terpola dan akhirnya menjadi

suatu kebiasaan yang sulit untuk diubah.

Perilaku yang demikian sedikit banyak akan berdampak pula pada

lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Seperti perilaku yang sudah menjadi

wajar dilakukan oleh masyarakat adalah membuang sampah ke sungai. Di

Laweyan sudah ada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang letaknya ada di dekat

sungai dan juga disebelah bangunan IPAL serta di masing-masing rumah sudah

ada keranjang sampah yang setiap dua hari sekali ada petugas sampah yang

mengambil untuk kemudian dibuang ke TPA. Dengan membayar biaya

kebersihan perbulannya maka masyarakat tidak usah repot untuk mengurusi

sampah-sampah yang mereka hasilkan setiap harinya. Namun walaupun demikian

masih ada juga masyarakat yang lebih memilih untuk membuang sampah

Page 159: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

140

langsung ke sungai karena dirasakan lebih dekat dan juga lebih praktis daripada

harus berjalan dahulu menuju ke tempat pembuangan sampah. Selain alasan

tersebut juga karena sampah yang sudah menumpuk banyak tetapi masih belum

juga diambil oleh petugas. Hal ini membuat masyarakat bantaran memilih untuk

langsung membuang sampah ke sungai. Dengan jarak yang sangat dekat atau

bahkan dapat dikatakan halaman belakang masyarakat bantaran adalah sungai

maka tak heran jika masyarakat sekitar bantaran memilih hal itu dilihat dari segi

kepraktisan dan kecepatannya.

Masyarakat sadar dan tahu kalau membuang sampah ke sungai merupakan

suatu kebiasaan yang buruk karena dapat menyebabkan banjir dan juga merusak

pemandangan sungai dan membuat sungai tidak mampu lagi berfungsi

sebagaimana mestinya, namun kebiasaan membuang sampah ke sungai tetap saja

dilakukan karena sudah terbiasa atau orang jawa menyebutnya sudah kulino

sehingga mereka santai-santai saja melakukan hal itu.

Pemaknaan masyarakat terhadap sungai Jenes adalah sungai sebagai front

belakang sehingga tak heran jika selama ini digunakan sebagai tempat

pembuangan limbah industri baik itu rumah tangga maupun pabrik-pabrik sekitar.

Perilaku masyarakat yang demikian sulit untuk dirubah selain kurangnya

kesadaran masyarakat akan pemeliharaan lingkungan juga karena tidak adanya

peraturan yang secara jelas mengatur hal itu. Sehingga masyarakat sekitar

cenderung untuk mengabaikan dan juga bersikap acuh tak acuh.

Sebagian masyarakat yang berperilaku tidak peduli terhadap lingkungan

sungai adalah berasal dari kampung atau desa tetangga yang memang jaraknya

Page 160: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

141

sangat dekat dengan sungai. Sungai yang sekaligus menjadi pembatas antar daerah

tersebut hanya terdapat sebuah jembatan penghubung sehingga sangatlah mudah

jika hanya sekedar membuang sampah ke sungai. Kebiasaan masyarakat tersebut

jelas terlihat pada waktu sore hari sekitar pukul 4 sore dan hal itu hampir

berlangsung setiap harinya. Untuk masyarakat Laweyan sendiri terkait dengan

perilakunya dalam menjaga kualitas lingkungan hidup yang ada disana dapat

dikatakan sudah cukup baik. Walaupun juga masih ada warga yang menyalahi

aturan. Hal ini kembali lagi pada kepribadian pada tiap-tiap individu. Meskipun

sudah ada penyuluhan dan aturan tetapi jika pada dasarnya individu tidak

mempunyai rasa kepedulian yang tinggi tetap saja akan melanggar aturan yang

ada.

Perilaku masyarakat yang demikian jika ditafsirkan melalui pemahaman

Weber yakni interpretatie understanding atau yang lebih sering disebut vestehen

maka dari hasil penelitian yang ada dapat bahwa motif masyarakat dalam

berperilaku setiap harinya yakni membuang sampah dan juga limbah rumah

tangga langsung ke sungai karena memang sudah merupakan suatu kebiasaan dan

sudah kulino dan juga tidak adanya aturan yang jelas yang ada dimasyarakat,

selain itu pemaknaan masyarakat terhadap sungai yang sudah mulai berubah yakni

sungai dimaknai sebagai front belakang yang berfungsi sebagai tempat

pembuangan.

Perilaku masyarakat tersebut dalam kaitannya dengan Teori Perilaku

Sosial adalah masyarakat dalam berperilau setiap harinya memperhitungkan

adanya reward atau ganjaran yang akhirnya diwujudkan dalam suatu bentuk

Page 161: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

142

tingkah laku pada lingkungan dimana ia tinggal. Reward yang diperoleh dapat

berupa keuntungan maksimal yang dapat dirasakan oleh individu dan juga

pertimbangan akan untung dan rugi yang diterima.

Masyarakat dalam berperilaku di kehidupan sehari-hari dapat digambarkan

sebagai berikut :

· Mendapatkan keuntungan maksimal

Rumah Sungai

1-2 meter

Dengan jarak yang demikian dekatnya antara rumah dengan sungai

membuat masyarakat mudah untuk membuang sampah. Baik itu sampah

padat maupun sampah cair yang dihasilkan oleh limbah rumah tangga

seperti deterjen sisa pencucian maupun limbah cair lainnya. Proses

pembuangan limbah yang hampir terjadi setiap harinya tersebut terjadi

melalaui pipa-pipa pralon yang langsung dihubungkan ke sungai. Tidak

membutuhkan pipa yang panjang karena jarak dengan sungai begitu

dekat. Dengan kemudahan inilah maka dapat dikatakan masyarakat akan

mendapatkan keuntungan maksimal karena tidak harus berjalan jauh

untuk membuang sampah dan juga tidak perlu ikut dalam IPAL karena

biaya yang dikeluarkan mahal yakni dengan membuat pipa perpanjangan

sendiri dari tempat pembuangan limbah IPAL sampai dengan jarak rumah

masing-masing. Selain itu dalam ikut menjadi anggota IPAL juga harus

membayar iuran setiap bulannya untuk biaya perawatan dan juga untuk

membayar petugas perawatan di IPAL. Dengan saluran pipa yang dibuat

Page 162: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

143

langsung dihubungkan ke sungai maka tidak perlu terlalu panjang pipanya

dan juga setiap bulannya tidak harus membayar biaya apapun sehingga

lebih praktis. Hal inilah yang menjadi pola pikir dari masyarakat yang

tinggal di bantaran sungai sehingga dengan demikian akan diperoleh

keuntungan maksimal.

· Pertimbangan untung rugi

Untuk pertimbangan untung rugi dalam berperilaku didasarkan

pada letak atau jarak rumah dengan sungai sehingga warga pembuat batik

yang rumahnya bantaran sungai dan tepat disisi sungai menjadi

keuntungan tersendiri karena limbah batik buatannya tidak memerlukan

penyaringan dalam proses pengolahan limbah, dimana yang dalam

masyarakat Laweyan tergabung dalam IPAL.

IPAL yang dibangun di Laweyan digunakan oleh sebagian

pengusaha batik dengan skala industrinya yang besar. Dengan pembuatan

batik dengan jumlah yang banyak untuk setiap harinya maka jumlah

limbah yang dihasilkannya pun juga banyak. Jika masing-masing

pengusaha tidak mempunyai tempat penampungan limbah sendiri maka

limbah yang dihasilkan akan menjadi masalah yang sangat mengganggu.

Pembuatan IPAL dan juga saluran pipanya membutuhkan biaya yang

besar.

Masyarakat Laweyan yang tinggal di bantaran adalah dengan

produksi batik yang hanya sedikit. Kebanyakan adalah industri batik

rumahan dengan modal yang kecil dan juga tenaga kerja adalah anggota

Page 163: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

144

keluarga sendiri. Dengan omset penjualan yang tidak begitu banyak dan

juga tempat tinggal berdekatan dengan sungai maka dipilih pembuangan

limbah batiknya langsung dialirkan ke sungai. Tanpa melalui proses yang

lama dan panjang maka mereka juga dirasakan lebih irit dan praktis.

Perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat juga tidaklah lepas dari

etika yang dimiliki oleh masing-masing individu. Adanya suatu etika akan

membuat manusia berperilaku sesuai aturan atau tidak. Dengan demikian perilaku

mereka juga dapat dinilai baik atau buruk. Dalam teori etika disebutkan bahwa

suatu tindakan dipengaruhi oleh kemajuan intelektual dan juga budaya serta cara

pikir.

Hal ini terlihat dalam perilaku yang dilakukan oleh masyarakat yang

menjadi obyek penelitian ini. Masyarakat Laweyan terdiri dari golongan

pengusaha dan juga golongan rakyat biasa. Pada kelompok pengusaha batik yang

sudah mempunyai nama dan juga produknya sudah terkenal tentu saja akan

berperilaku yang berbeda dengan pembatik rumahan biasa yang memang produksi

batiknya hanya secara manual dengan hasil per harinya yang tidak lah terlalu

banyak. Selain itu faktor usia juga mencerminkan perilaku yang berbeda.

Jika dibandingkan antara kedua pembuat batik ini maka akan jelas terlihat

pola perilakunya yakni :

- Pembatik rumahan (bukan pengusaha) : Dalam proses pembuatan

batik yang hanya berjumlah sedikit tentunya dalam proses pewarnaan

juga akan ada limbah sisa bahan pewarna. Sisa bahan pewarna

Page 164: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

145

tersebut dibuang ke sungai secara langsung melalui pipa pembuangan

tanpa melalui proses penyaringan atau pengolahan terlebih dahulu.

- Pembatik yang punya pabrik (pengusaha) : Membuat batik dalam

jumlah yang besar untuk setiap harinya. Hasil akhirnya akan sama-

sama menghasilkan limbah sisa pewarnaan. Sisa pewarnaan juga akan

dibuang ke sungai tetapi tidak secara langsung, namun melalui proses

penyaringan terlebih dahulu dalam IPAL yang ada di Laweyan.

Dengan demikian walaupun sama-sama membuang limbah pewarna

batik ke sungai namun terlihat jelas berbeda cara dan juga metode

yang digunakan sehingga kadar limbah yang dibuang juga akan

dirasakan lebih sedikit zat berbahayanya.

Dari kedua perbandingan diatas maka jelas terlihat bahwa pola perilaku

yang dilakukan oleh masyarakat terutama untuk pembungan limbah batik yang

ada di Laweyan juga berbeda dan dipengaruhi oleh intelektual, budaya serta cara

pikir pada tiap individu.

Suatu tindakan dinilai baik dan buruk berdasarkan apakah tindakan itu

sesuai atau tidak dengan kewajiban. Suatu tindakan dianggap baik karena tindakan

itu memang baik pada dirinya sendiri, sehingga merupakan kewajiban yang harus

dilakukan. Sebaliknya suatu tindakan dinilai buruk secara noral karena tindakan

itu memang buruk secara moral sehingga tidak menjadi kewajiban untuk

dilakaukan. Hal ini dalam teori etika deontologi sama sekali tidak mempersoalkan

akibat dari tindakan tersebut baik atau buruk.

Page 165: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

146

Dalam perspektif ini, membuang limbah ke sungai akan dinilai buruk

secara moral bukan karena akibatnya yang merugikan. Tindakan ini dinilai buruk

karena tidak sesuai dengan kewajiban moral untuk hormat kepada alam. (respect

for nature).

Perbedaan perilaku antara masyarakat juga dapat dibedakan berdararkan

usianya. Informan yang masih duduk di bangku TK yakni masih berumur 4 tahun

dalam berperilaku sehari-hari lebih meniru pada kebiasaan orang tua. Anak belum

bisa membedakan apakah perilaku tersebut baik atau buruk yang jelas apa yang

dilakukan oleh orang tuanya itulah yang ditiru olehnya.

Hal yang berbeda ditemukan pada informan yang berusia 7 tahun yakni

yang duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar. Informan ini adalah perempuan.

Dalam berperilaku tidak sepenuhnya sesuai dengan apa yang dilakukan oleh orang

tua, namun lebih pada apa yang dipandangnya benar. Pelajaran yang diberikan

oleh orang tua dan juga oleh guru yang ada di sekolah digabungkan sehingga

perilakunya terhadap lingkungan lebih terkendali. Walaupun keduanya sama-sama

masih anak, Namun terdapat sedikit perbedaan. Mereka sama-sama masih

membuang bungkus makanan atau es ke sungai namun dengan frekuensi yang

berbeda. Informan yang duduk di bangku SD hanya kadang-kadang membuang

bungkus makanannya ke sungai karena terkadang mengingat akan pelajaran yang

diberikan di sekolah yakni membuang sampah ke sungai dilarang karena dapat

menyebabkan banjir. Sedangkan anak yang masih duduk dibangku TK masih

belum begitu memperhatikan aturan-aturan dan larangan yang diberikan di

sekolah.

Page 166: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

147

Kecenderungan perilaku individu dalam masyarakat Laweyan juga dapat

dilihat dari :

v Kecenderungan Peranan (Role Disposition)

Kecenderungan ini mengacu pada tugas, kewajiban serta posisi yang

dimiliki. Hal tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

Produsen Batik : Kegiatan utama yang dilakukan tentunya adalah

membuat batik. Dalam Hal lingkungan hidup, partisipasi terbesarnya

terlihat dari keikutsertaannya dalam IPAL. Pembuangan limbah yang

diproses melalui IPAL merupakan suatu perilaku yang diperlihatkan

tentang kepeduliannya terhadap lingkungan.

Tokoh Masyarakat (FKKBL) : Tugas serta peranan terbesar dari

FPKBL ini adalah mempromosikan batik dan membuat kawasan

Laweyan semakin diminati oleh wisatawan. Dengan demikian forum

melakukan tindakan yang dapat memajukan lingkungan hidup untuk

menunjang promosi batiknya. Dengan lingkungan yang nyaman dan

bersih maka diharapkan akan semakin banyak wisatawan yag

berkunjung ke Kampoeng Batik Laweyan ini.

Tokoh Lingkungan Hidup : Masyarakat yang tergabung dalam Forum

Masyarakat Laweyan Peduli Lingkungan Hidup secara otomatis akan

melakukan kegiatan-kegiatan dan membuat suatu program-program

untuk memajukan lingkungan di kawasan Laweyan. Tindakan yang

secara nyata sudah dilakukan adalah membuat program kampoengku

hijau di Laweyan dengan penanaman pohon-pohon yang mampu

Page 167: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

148

menjadikan sumber resapan air sehingga akan membuat Laweyan

lebih hijau dan juga teduh. Program tersebut sekarang ditindak lanjuti

dengan lomba penanaman pohon juga yang berlokasi di gang-gang

dan juga pinggir jalan dengan tujuan membuat keindahan di Laweyan

dan juga keteduhan dan menarik wisatawan agar mau berkunjung di

Laweyan. Sosialisasi-sosialisasi pun juga dilakukan agar warga

Laweyan semakin antusias untuk mengikuti lomba ini.

Pengurus IPAL : Kegiatan yang secara nyata dilakukan adalah

mengurus jalannya proses IPAL agar proses penyaringan lancar dan

tidak tersumbat. Perilaku inilah yang setiap harinya dilakukan dalam

partisipasinya terhadap lingkungan hidup di Laweyan.

v Kecenderungan Sosiometrik (Sociometric Disposition)

Di Laweyan juga ada hubungan antar kelembagaan yang saling

menopang untuk kemajuan Laweyan yakni terlihat dari FPKBL dan

juga dari FMLPLH dimana program yang dijalankan juga

berhubungan dan saling menopang.

v Ekspresi (Expressi Disposition)

Hal ini terlihat dari kebiasaan masyarakat dalam ikut serta menjaga

sungai yang dilakukan dengan cara-cara yang berbeda. Masyarakat

biasa melakukannya dengan membuang sampah pada tempat sampah,

sedangkan tokoh masyarakat yang ada di Laweyan dengan membuat

program yang berkaitan dengan sungai dan juga lingkungan yakni

program kali bersih (prokasih) dengan menanam pohon-pohon di

Page 168: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

149

pinggir sungai dan juga membuat sumur-sumur resapan agar sungai

tidak banjir.

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Laweyan, perilaku individu

ditentukan oleh faktor personal yang ada pada tiap-tiap individu sehingga dalam

bertindak sesuai dengan kemauan masing-masing individu. Hal ini juga

sebagaimana diungkap oleh McDougall yang menekankan pentingnya faktor

personal dalam menentukan interaksi sosial dalam membentuk perilaku individu.

Selain itu perilaku yang diperlihatkan oleh masyarakat Laweyan juga

berhubungan dengan kebiasaan atau pakulinan yang menurut Edward E Sampson

ada suatu komponen kognitif yakni perilaku yang berhubungan dengan kebiasaan

dan juga kemauan bertindak.

Dari perilaku masyarakat yang sebagian besar sudah merupakan suatu

kebiasaan tersebut maka sering kali juga menimbulkan suatu dampak. Dampak

yang terjadi dapat berupa dampak yang positif dan juga dampak negatif. Dampak

negatif yang dialami masyarakat Laweyan adalah seringnya terjadi banjir jika

hujan datang dan tak jarang juga banjir tersebut menggenangi jalan-jalan Laweyan

dan juga airnya msuk ke rumah-rumah warga. Hal ini terutama dialami oleh

masyarakat yang rumahnya dekat dengan sungai atau masyarakat bantaran.

Jalanan juga menjadi becek akibat banjir melanda. Selain dampak negatif juga

terdapat dampak positif akibat perilaku yang dilakukan oleh masyarakat terutama

yang tergabung dalam sebuah forum yang ada di Laweyan yakni FPKBL dan juga

FMLPLH. Dari kegiatan dan juga program yang dibuat menghasilkan Kampoeng

Laweyan kini menjadi teduh, hijau dan juga nyaman tidak seperti dulu yang

Page 169: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

150

terlihat sangat gersang. Dengan suasana Laweyan yang demikian juga menjadikan

pengunjung atau wisatawan lebih tertarik untuk mengunjungi Laweyan sebagai

tempat wisata dan belanja batik.

Page 170: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

151

Matrik 3 Pola Perilaku Masyarakat Terhadap Sungai dan Lingkungan

No. Masyarakat berdasar profesi dan asal daerah

Concern Non Concern

1. Produsen batik/pengusaha, Laweyan

Berpartisipasi dalam IPAL, penggunaan pewarna alami

Membuang sampah ke tempat sampah

2. Tokoh masyarakat, Laweyan Berpartisipasi dalam IPAL, Program Kampoeng Laweyan Hijau, Sosialisasi penggunaan pewarna alami

Membuang sampah ke tempat sampah, membersihkan lingkungan sekitar

3. Tokoh lingkungan hidup, Laweyan

Berpartisipasi dalam Kampoeng Laweyan Hijau, Mengadakan lomba lingkungan yang teduh dan hijau, Membuat sumur resapan, dan juga program prokasih (program kali bersih)

Membuang sampah ke tempat sampah, kerja bakti membersihkan lingkungan

4. Pedagang batik, Wonogiri -

Membuang sampah ke sungai

5. Usaha/pembuat batik rumahan (home industri), Laweyan

- Membuang sampah, limbah rumah tangga dan juga limbah industri ke sungai

6. Pegawai pabrik, Wonogiri - Membuang sampah dan limbah rumah tangga ke sungai

7. Pengurus IPAL Merawat, menbersihkan bangunan IPAL

Membuang sampah ke tempat sampah

8. Pelajar, Laweyan - Membuang sampah ke sungai

9. Pelajar, Laweyan - Membuang sampah ke sungai

10. Wiraswasta/Pedagang, Laweyan

Partisipasi dalam lomba-lomba yang diadakan oleh forum

Membuang sampah ke sungai

11. Ibu Rumah Tangga, Yogyakarta

- Membuang sampah ke sungai

Matrik 4 Dampak Perilaku Masyarakat terhadap Sungai dan Lingkungan

No. Perilaku Dampak

Page 171: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

152

Positif Negatif 1. Pengolahan limbah

melalui IPAL Limbah lebih terkontrol (kadar zat berbahaya berkurang)

Bau yang menyengat disekitar bangunan IPAL

2. Pemakaian pewarna alami

Lebih ramah lingkungan, mengurangi limbah

Pemakaian yang berlebihan dalam jumlah yang besar akan merusak lingkungan

3. Membuang sampah ke tempat sampah

Lingkungan menjadi bersih -

4. Menjalankan program Kampoeng Laweyan Hijau

Laweyan menjadi tidak gersang dan panas sehingga terasa lebih indah

-

5. Mengadakan lomba lingkungan yang teduh dan hijau

Lingkungan menjadi teduh dan juga semakin hijau

-

6. Membuat sumur-sumur resapan

Mengurangi kemungkinan banjir dan meresap air limbah

-

7. Membuat program kali bersih (prokasih)

Pinggiran kali lebih tertata dan mengurangi longsor

-

8. Mengadakan kerja bakti

Lingkungan menjadi bersih dan rapi

-

9. Membuang sampah ke sungai

- Sungai menjadi kotor, sering banjir

10. Membuang limbah rumah tangga ke sungai

- Air sungai menjadi keruh dan tercemar

11. Membuang limbah industri langsung ke sungai

- Air sungai tercemar, keruh dan merusak ekosistem sungai

Page 172: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

153

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pemaknaan dan fungsi sungai bagi masyarakat bantaran Sungai Jenes di

Kelurahan Laweyan berbeda berdasarkan waktunya

a. Sebelum tahun 1980-an

Sebelum tahun 1980-an sungai dianggap sangat bermanfaat bagi masyarakat

Laweyan. Keberadaan sungai Jenes memberikan arti tersendiri bagi masyarakat. Sungai

digunakan sebagai sarana transportasi air yang membantu saudagar-saudagar batik untuk

melakukan pengangkutan batik. Selain itu pengusaha batik mendatangkan bahan baku

batiknya yang berupa kain dan pewarna juga melawati sungai ini.

Selain sebagai sarana perdagangan, sungai juga digunakan sebagai tempat

berkumpulnya masyarakat. Setiap harinya masyarakat datang ke sungai untuk mencuci

kain batik buatannya. Dengan demikian masyarakat lebih sering bertemu dan suasana

keakraban masih dapat terjalin dan masih mampu dirasakan oleh masyarakat Laweyan.

Pada zaman dahulu masyarakat membuat batik masih dengan skala yang kecil dan

kebanyakan dari mereka membuat batik tersebut untuk keperluan sendiri.

Fungsi sungai lainnya adalah sebagai tempat bermain dan juga tempat mandi bagi

masyarakat sekitar. Dengan kondisi air yang masih jernih dan masih segar maka sungai

menjadi tempat bermain yang sangat diminati oleh penduduk terutana oleh anak-anak.

Dengan senangnya mereka berenang dan juga bercanda di sungai tanpa harus merasa

Page 173: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

154

takut dan was-was karena memang kondisi sungai pada waktu itu yang masih dangkal

dan tidak membahayakan.

Tepatnya di pinggir-pinggir sungai banyak terdapat lubang galian seperti sumur-

sumur kecil yang oleh masyarakat biasanya disebut belik yang akan keluar airnya dan

digunakan sebagai tempat mandi bagi penduduk. Di samping belik banyak terdapat batu-

batu yang biasanya digunakan sebagai tempat berkumpulnya masyarakat terutama ibu-

ibu untuk mencuci atau juga hanya sekedar ngomong-ngomong dengan masyarakat lain.

b. Sesudah tahun 1980-an

Seiring dengan semakin banyaknya pabrik dan juga industri besar yang ada di

Laweyan dan daerah sekitarnya membuat kondisi sungai juga semakin berubah. Air

sungai yang semakin keruh dan kotor karena terkena limbah dari industri tersebut dan

juga kondisi kedalaman sungai yang mejadi semakin dalam membuat masyarakat sekitar

juga berpandangan lain dan mengartikan sungai yang jauh berbeda dengan zaman dahulu.

Sekarang sungai dipandang sebagai front belakang. Pada zaman dulu ketika kondisi

sungai masih jernih maka masyarakat juga menghormati sungai dengan cara tidak

membuang sampah ke sungai. Sampah-sampah yang mereka hasilkan dibakar, namun

sekarang cara pandang masyarakat sudah jauh berubah. Sungai digunakan sebagai tempat

pembuangan sampah bagi masyarakat bantaran yang memang jarak tempat tinggalnya

dengan sungai hanya 1-2 meter saja atau dapat dikatakan bahwa sungai sebagai halaman

belakang rumah-rumah warga yang memang posisinya tepat dibantaran. Warga yang

masih membuang sampah rumah tangganya ke sungai memberikan alasan karena lebih

praktis dengan hanya melempar saja maka sampah-sampah tersebut sudah masuk ke

sungai dan hanyut terbawa arus sungai. Dengan demikian warga merasa tidak perlu repot

Page 174: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

155

dan juga tidak usah menunggu sampah petugas sampah mengambil sampah-sampah

mereka.

Dengan halaman belakang mereka adalah sungai maka sampah yang mereka

buang ke sungai juga tidak akan kelihatan karena masih tertutup oleh rumah mereka

sehingga tetangga atau masyarakat lain tidak akan mengetahui kalau mereka membuang

sampahnya ke sungai. Selain karena faktor kedekatan atau jarak rumah dengan sungai

masih ada faktor lain yang menjadi motif mengapa meraka membuang sampah ke sungai

yakni karena kebiasaan atau menurut bahasa jawa adalah kulino.

2. Pola perilaku masyarakat terhadap sungai serta dampaknya terhadap

lingkungan di Laweyan

Perilaku masyarakat sangat beragam jenisnya. Baik itu perilaku yang menyangkut

kepentingan individu maupun perilaku yang menyangkut kepentingan masyarakat atau

orang banyak. Dampak yang ditimbulkan dari perilaku tersebut juga berbeda ada yang

berdampak pada diri sendiri dan juga ada yang berdampak pada lingkungan sekitar.

Dari penelitian yang dilakukan, maka perilaku masyarakat Laweyan dalam

kaitannya dengan menjaga ekosistem sungai dan juga lingkungan sekitarnya berbeda

antar satu dengan yang lainnya. Perbedaan perilaku masyarakat tersebut selain

dikarenakan faktor kebudayaan dan juga pola pikir juga dikarenakan faktor profesi atau

pekerjaan yang dimiliki.

Produsen atau pengusaha batik akan berperilaku yang berbeda dengan pembuat

batik rumahan atau home industri walaupun sama-sama membuat batik. Hal ini terlihat

dari perilakunya dalam hal membuang sisa produksi yang berupa limbah cair dari batik.

Seorang pengusaha dalam memperlakukan limbah batiknya dengan ikut dalam IPAL

Page 175: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

156

yang ada di Laweyan. Dengan demikian limbah batik sisa produksinya akan diolah

terlebih dahulu dengan sistem IPAL dan kemudian baru dibuang ke sungai. Setelah

melewati proses pengolahan yang panjang maka limbah batiknya akan lebih berkurang

zat-zat berbahayanya dan lebih aman jika walaupun dibuang ke sungai. Sedangkan untuk

home industri sisa limbah batiknya langsung dibuang ke sungai dengan membuat pipa

yang menghubungkan tempat produksinya dengan sungai sehingga ketika limbah tersebut

masuk ke sungai maka akan jelas terlihat kondisi air sungai yang menjadi berubah merah

dan hitam atau juga berubah warna karena limbah tersebut.

Perbedaan pola perilaku juga terlihat dalam masyarakat dengan profesi sebagai

pegawai pabrik, pengurus IPAL dan juga tokoh masyarakat dan tokoh lingkungan hidup

yang ada di Laweyan. Dalam kehidupan sehari-hari tokoh masyarakat dan tokoh

lingkungan hidup akan lebih berperan banyak terhadap lingkungan sekitar jika

dibandingkan dengan pegawai pabrik. Pola perilaku dari tokoh masyarakat dan tokoh

lingkungan hidup akan lebih banyak memberikan manfaat atau dampak yang positif

terhadap lingkungan daripada perilaku masyarakat yang berprofesi sebagai pegawai

pabrik yang cenderung tidak bersahabat dengan lingkungan.

Perilaku yang tercermin dari tokoh masyarakat dan tokoh lingkungan hidup yang

lebih bersahabat dengan alam yakni dengan membuat program-program terkait dengan

lingkungan seperti pengelolaan limbah melalui IPAL, Kampoeng Laweyan Hijau, lomba

lingkungan teduh dan hijau, pembuatan sumur resapan, sosialisasi pemakaian pewarna

alami, program kali bersih (prokasih). Sedangkan perilaku yang dilakukan oleh

masyarakat yang sebagai pegawai pabrik adalah membuang sampah dan juga limbah

Page 176: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

157

rumah tangganya ke sungai. Hal ini jelas akan semakin cepat merusak ekosistem sungai

dan menambah pencemaran di sungai.

Disamping itu perilaku yang berbeda juga dibedakan menurut usia informan.

Informan yang masih duduk di sekolah dasar dan taman kanak-kanak dalam menentukan

perilakunya lebih meniru pada perilaku dari orang tuanya. Walaupun juga tidak

sepenuhnya demikian. Perilku yang diperlihatkan oleh anak SD juga didasari atas

pelajaran yang diberikan oleh guru disekolah sehingga anak terkadang menurut jika

dilarang untuk membuang sampah ke sungai karena akan mengakibatkan banjir.

Dari berbagai perilaku masyarakat tentunya akan berujung pada dampak, baik itu

dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif dari pola perilaku masyarakat

tersebut adalah Laweyan sekarang menjadi sebuah kawasan yang lebih hijau dan tidak

gersang. Semakin banyak pohon dan tanaman membuat Laweyan semakin banyak

dikunjungi sebagai kawasan wisata. Selain itu kampung ini juga terasa lebih nyaman dan

teduh. Dengan adanya tempat pembuangan sampah dan petugas sampah yang

mengangkut membuat lingkungan di Laweyan menjadi bersih dan tertata rapi.

Selain dampak positif diatas juga ada dampak negatif yakni dengan pembuangan

sampah ke sungai membuat sungai tersumbat karena banyaknya tumpukan sampah.

Adanya limbah batik yang langsung dibuang ke sungai juga membuat air sungai ini

menjadi keruh dan berwarna. Jika musim hujan datang sering terjadi banjir di kawasan

bantaran. Rumah-rumah yang dibangun tepat dibantaran sungai selalu terkena banjir jika

musim penghujan datang. Banjir juga menggenangi jalan sehingga jika sudah surut akan

mengakibatkan jalan becek dan lingkungan menjadi kotor.

Page 177: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

158

B. Implikasi

B.1. Implikasi Teoritik

Penelitian tentang “Pola Perilaku Sosial Masyarakat Bantaran Sungai Jenes di

Kelurahan Laweyan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta” menggunakan teori perilaku

sosial dimana konsep dasarnya adalah adanya ganjaran atau reward yang akan diterima,

selain itu juga teori etika lingkungan yang mengedepankan adanya moral dalam

melakukan suatu tindakan terhadap lingkungan. Dalam melakukan suatu tindakan sosial

Weber menganjurkan melalui penafsiran dan pemahaman (interpretatie understanding)

atau oleh Weber sendiri disebut Verstehen. Dalam teori perilaku sosial manusia pada

dasarnaya mencari keuntungan maksimal dari perilakunya dan berfikir untung rugi pada

saat melakukan sesuatu. Hal tersebut jika dalam teori etika terdapat sebuah sistem etik

yang menggerakkan tindakan atau keputusan dan akan sangat dipengaruhi oleh kemajuan

intelektual yang dialami oleh sang pelaku. Sementara itu, frame budaya dimana sang

pelaku membina kehidupan akan sangat mempengaruhi cara berpikir yang dianut oleh

sang pelaku. Oleh karena itu, dapat pula dikatakan bahwa karakteristik etika yang

dikembangkan oleh setiap pelaku (manusia) akan sangat ditentukan oleh derajat

kemajuan atau capaian budaya (peradaban) dalam sistem masyarakatnya.

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa pola perilaku masyarakat bantaran

sungai terhadap lingkungan merupakan senuah perilaku yang menginginkan adanya suatu

ganjaran tersendiri dan juga perilaku tersebut didasarkan pula pada kemajuan intelektual

pada masing-masing individu. Perilaku masyarakat juga berdasarkan budaya yang telah

lama melekat dan sulit untuk dilepaskan yaitu budaya kulino walaupun masyarakat sadar

bahwa tindakannya salah dan tidak baik untuk dilakukan tetapi dianggap sebagai sesuatu

Page 178: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

159

yang wajar karena memberikan keuntungan tersendiri bagi pelaku. Perilaku yang paling

jelas terlihat dan merupakan suatu bentuk pakulinan masyarakat adalah membuang

sampah ke sungai. Hal ini dianggap wajar karena masyarakat yang melakukan hal

tersebut merasa lebih mudah, praktis dan tidak repot serta cepat untuk mengaksesnya.

B.2. Implikasi Empiris

Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini adalah pola perilaku selalu

didasari oleh sifat kulino dan juga karena masyarakat menginginkan adanya reward dari

perilakunya. Secara empiris kesimpulan ini didapat dari adanya pemaparan bahwa sifat

kulino dan reward akan mempengaruhi perilaku individu yang ada di Laweyan. Sifat

kulino tersebut dapat dilatarbelakang oleh budaya, moral dan juga intelektual pada

masing-masing individu. Sedangkan reward muncul dari segi kemudahan, kepraktisan,

dan kecepatan serta manfaat yang diinginkan.

Setelah melakukan penelitian muncul pemahaman bahwa:

1. Ganjaran/ reward mempunyai pengaruh yang kuat untuk seseorang

berperilaku.

2. Perilaku sosial yang dilakukan masyarakat juga didasari sifat kebiasaan atau

kulino.

3. Adanya perilaku yang peduli terhadap lingkungan didasari oleh moral dan

intelektual dari individu yang bersangkutan.

Page 179: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

160

C. Saran

Mengacu pada hasil dan kesimpulan di atas, penulis merekomendasikan saran

sebagai alternatif dan tindakan sebagai berikut:

1. Tokoh Masyarakat Laweyan harus lebih sering membuat program dan memunculkan

ide-ide baru terkait dengan lingkungan agar masyarakat semakin terbiasa dan menjadi

semakin sadar untuk berperilaku yang bersahabat terhadap lingkungan.

2. Pemerintah harus lebih tegas dalam mengeluarkan suatu peraturan. Dalam hal ini

peraturan yang terkait dengan IPAL agar pengelolaannya berjalan dengan baik dan

juga terkontrol sehingga perlu adanya suatu monitoring dan evaluasi secara langsung

dari pemerintah untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan dari sistem yang telah

dibuat.

3. Bagi Forum dan Pemerintah harus lebih sering lagi membuat program terkait dengan

lingkungan hidup dan penanganan limbah serta memberikan pemberdayaan atau

keterampilan kepada masyarakat untuk mendaur ulang sampah dengan cara

memberikan reward agar masyarakat lebih tertarik untuk berpartisipasi.

Page 180: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

161

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya

Remaja.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. PT.

Rineka Cipta. Jakarta.

Dahuri, R. 2000. Permasalahan Pengelolaan Lingkungan Kawasan Pesisir , Journal

Ekologi dan Pembangunan No.4 Agustus 2000, PPSDAL -LP Unpad.

David Krantz dan Brad Kifferstein. 2009. Water Pollution and Society. online

(http://www.umich.edu/~gs265/society/waterpollution.htm).

Djamal Irwan, Zoer’aini. M.Si. 2003. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasai

Ekosistem, Komunitas dan Lingkungan. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Dwiyatmo B, Kus. 2007. Pencemaran Lingkunagn dan Penanganannya. Yogyakarta: PT

Citra Aji Parama.

Eka. 2009. Pencemaran Lingkungan. online

(http://eka548.blogspot.com/2009/01/pencemaran-lingkungan-dalam-

pandangan.html)

Funannan. 2009. Relations The Oil Trade Between China and Angola. online. ( http://www.focusire.com/archives/203.html).

Gayo, Yusuf. 1994. Perbaikan dan Pengaturan Sungai. Jakarta: PT Pradnya Paramita..

Keraf, Sonny. 2005. Etika Lingkungan. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara.

Linsley, RK dan Franzini, JB. 1995. Tehnik Sumber Daya Air. Jilid 2 edisi III.

terjemahan Djoko Sasongko, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Moleong, Lexy. 1991. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Page 181: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

162

Nanath.2008.PsikologiKomunikasi.online(http://kuliahkomunikasi.com/2008/06/ diakses

9 januari 2009 jam 17:26)

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet.

ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta.

Petra, Eimer. Pengelolaan Internal yang Baik (Good Housekeeping). GTZ.

Priyatmono, Alpha Febela. 2004. Studi Kecenderungan Perubahan Morfologi Kawasan

di Kampung Laweyan Surakarta. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Universitas

Gadjah Mada.

Ritzer, George dan Goodman, Douglas. 2008. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.

Siwi, Mahmudi. 2009. Ekologi Manusia: Sosiologi Lingkungan. online.

(http://mahmudisiwi.net/ekologi-manusia-sosiologi-lingkungan diakses 9 Januari

2010).

Slamet, Yulius. 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: UNS Press.

Soerjono, Soekanto dan Brotosusilo, Agus. 1986. Masyarakat dan Kekuasaan. Jakarta:

Rajawali.

Sudrajat,Akhmad.2008.PerilakuSosial.online(http://akhmadsudrajat.wordpress.

com/2008/01/24/perilaku-sosial)

Sunu, Pramudya. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta

: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Suyono. 2009. Profil Kelurahan Laweyan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.

Surakarta: Panitia Dana Pembangunan Kelurahan.

Syamsuddin Makmum, Abin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya

Remaja.

Page 182: PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI - …... · C. Kepemilikan Fasilitas Kebersihan Masyarakat Laweyan ... Gb. 4 Kualitas air sungai yang keruh ... Maka dari itu perilaku masyarakat

163

Ting, Sajogyo. 1982. Ekologi Pedesaan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Wahyu. 2007. Media Informasi Lingkungan Jawa Tengah edisi Januari. Jawa Tengah:

Bappedal Propinsi Jawa Tengah.

Walgito, Bimo. 2002. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi

Widayati, Naniek. 2002. Permukiman Pengusaha Batik di Laweyan Surakarta. Jakarta:

Program Pasca Sarjana Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Profil Kesehatan Kota Surakarta tahun 2007

Data Monografi Kelurahan Laweyan tahun 2009

Panduan Penerapan Eko-Efisiensi Usaha Kecil Menengah sektor Batik

http://kuliahkomunikasi.com/2008/06/faktor-personal-yang-mempengaruhi-perilaku-

manusia