Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

162
LAPORAN RISET PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILU DI TINGKAT KPU KABUPATEN BONDOWOSO Dengan Tema “ PERILAKU PEMILIH “ KERJASAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) BONDOWOSO DAN LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS JEMBER 2015

Transcript of Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

Page 1: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAPORAN RISET PARTISIPASI MASYARAKAT

DALAM PEMILU DI TINGKAT KPU

KABUPATEN BONDOWOSO

Dengan Tema

“ PERILAKU PEMILIH “KERJASAMA

KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) BONDOWOSO

DAN

LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

i

LAPORAN PENELITIAN

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT

KABUPATEN BONDOWOSO

KERJASAMA

KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) BONDOWOSODAN

LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS JEMBER2015

Page 3: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

ii

KATA PENGANTAR

Secara umum, kegiatan penelitian ini menganalisis perilaku memilih di

kabupaten Bondowoso dengan tujuan khusus pertama, menggambarkan

karakteristik pemilih, seperti sosial, ekonomi, politik pemilih di Kabupaten

Bondowoso, berdasarkan umur, jenis kelamin, wilayah, pendidikan, pekerjaan,

ormas dan pilihan politik legislative, presiden dan kepala daerah. Kedua,

mengidentifikasi faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan pemilih Bondowoso

berdasarkan pertimbangan psikologis. Ketiga, mengidentifikasi faktor-faktor yang

dijadikan pertimbangan pemilih Bondowoso berdasarkan pertimbangan

Sosiologis. Keempat, mengidentifikasi faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan

pemilih Bondowoso berdasarkan pertimbangan rasionalitas. Dan kelima,

mengidentifikasi isu-isu yang menjadi perhatian masyarakat Bondowoso.

Untuk mencapai tujuan di atas, tim Peneliti melakukan wawancara

langsung terhadap 384 responden yang tersebar di 23 kecamatan di Kabupaten

Bondowosor. Selain wawancara dengan para responden, yang umumnya dari

akar rumput, tim peneliti juga melakukan wawancara secara langsung (indept

interview) dengan 5 informan, seperti tokoh masyarakat, akademisi, tokoh LSM

dan staf pemerintah. Untuk wawancara terhadap tokoh masyarakat. akademisi

dan staf pemerintah ini, tim peneliti hanya dilengkapi guide kuesioner, yang

kemudian dikembangkan di lapangan. Tim peneliti mengucapkan terimakasih

kepada para responden, baik dari kalangan masyarakat (akar rumput) maupun

para tokoh masyarakat dan elit politik yang merespon cukup baik dan

meluangkan waktu berjam-jam dengan para peneliti.

Akhirnya, sebagai sebuah karya penelitian, laporan ini tentu ada

kekurangan disana sini. Untuk itu, tim peneliti mengharapkan masukan, saran,

dan kritik dari semua pihak.

Bondowoso, 14 Juni 2015

KPU BondowosoLembaga Penelitian UNEJ

Page 4: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................... ii

DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5

BAB 3 METODE PENELITIAN .......................................................................... 27

BAB 4 PERILAKU MMEILI ......................................................................... 31

BAB 5 PENUTUP ...................................................................................... 74

Page 5: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Mengapa seseorang melakukan tindakan politik tertentu sementara yang

lain tidak, mengapa orang memilih partai Golongan Karya, bukannya PAN, PKS,

PBB, PKB, PPP, atau PDIP? Mengapa pilihan seseorang terhadap suatu partai

politik cenderung konsisten dari Pemilu ke Pemilu, sementara yang lain berubah-

ubah? Mengapa pada kelompok masyarakat tertentu cenderung mempunyai

pilihan politik yang hampir sama? Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

seseorang menentukan pilihan dalam suatu Pemilu?

Sederet pertanyaan senada masih akan muncul apabila menganalisis

perilaku memilih dalam suatu Pemilu. Pertanyaan-pertanyaan ini menarik bukan

hanya bagi ilmuwan politik, tetapi juga bagi masyarakat awam, dan terutama lagi

menarik bagi politisi. Persoalannya, adakah teori yang relatif "mapan" yang dapat

digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut? Adakah teori yang

relatif "baku" yang dapat menjelaskan fenomena-fenomena perilaku memilih di

hampir semua negara yang menerapkan sistem pemilihan umum?

Di banyak negara yang sudah stabil dan melakukan Pemilu secara reguler

seperti di Amerika Serikat dan Eropa, teori tentang voting behavior sudah

demikian berkembang. Hal ini disebabkan banyaknya studi perilaku memilih di

negara- negara tersebut, terutama di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jerman,

Belanda, Perancis, dan sebagainya. Bahkan, studi perilaku memilih ini sudah

berkembang di Jepang, sebagai negara Asia yang relatif maju tingkat

demokrasinya.1 Dengan adanya sejumlah studi perilaku memilih, maka tersedia

data yang memadai untuk melakukan inferensi- inferensi teoritis.

1 Salah satu studi perilaku memilih di Jepang baru-baru ini dilakukan oleh Flanagan. Iamenunjukkan bahwa pembelahan-pembelahan sosial mempunyai hubungan yang erat denganperilaku memilih, sementara identifikasi partai (yang disebutnya sebagai loyalitas partai tidakbanyak memberikan sumbangan. Lihat Scott C. Flanagan, et al., The Japanese Voters (NewHaven: Yale University Press, 1991).

Page 6: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

2

Riset pemilu merupakan salah satu elemen strategis dalam manajemen

pemilu. Riset tidak hanya memberikan rasionalitas akademik mengenai suatu

substansi pemilu. Riset lebih jauh memberikan pijakan empirik mengenai

persoalan atas hal yang menjadi perdebatan. Hasil riset memastikan program dan

kebijakan kepemiluan tidak dibangun atas postulat spekulatif, tetapi dikontruksi

berlandaskan pada argument empirik dan rasional dengan proses yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Dalam demokrasi, partisipasi pemilih menjadi elemen penting demokrasi

perwakilan. Ia adalah fondasi praktik demokrasi perwakilan. Persoalannya,

terdapat sejumlah masalah menyangkut partisipasi pemilih yang terus

menggelayut dalam setiap pelaksanaan pemilu. Sayangnya, persoalannya itu tidak

banyak diungkap dan sebagian menjadi ruang yang terus menyisakan pertanyaan.

Beberapa persoalan terkait dengan partisipasi dalam pemilu diantaranya

adalah fluktuasi kehadiran pemilih ke TPS, suara tidak sah yang tinggi, gejala

politik uang, misteri derajat melek politik warga, dan langkahnya kesukarelaan

politik.

Masalah tersebut perlu dibedah sedemikian rupa untuk diketahui akar

masalah dan dicari jalan keluarnya. Harapannya, partisipasi dalam pemilu berada

pada idealisme yang diimajinasikan. Oleh karena itu, program riset menjadi

aktivitas yang tidak terhindarkan dalam manajemen pemilu.

1.2. Tujuan Penelitian

Secara umum, kegiatan penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan

dan memotret perilaku memilih masyarakat Kabupaten Bondowoso. Secara

khusus, aktivitas penelitian ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan

sebagai berikut:

1. Menggambarkan karakteristik pemilih, seperti sosial, ekonomi, politik

pemilih di Kabupaten Bondowoso, berdasarkan umur, jenis kelamin,

wilayah, pendidikan, pekerjaan, ormas dan pilihan politik legislative,

presiden dan kepala daerah.

Page 7: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

3

2. Mengidentifikasi perilaku memilih masyarakat bondowoso, seperti

tingkat partisipasi, metode kampanye, dan media kampanye.

3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan pemilih

Bondowoso berdasarkan pertimbangan psikologis.

4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan pemilih

Bondowoso berdasarkan pertimbangan Sosiologis.

5. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan pemilih

Bondowoso berdasarkan pertimbangan rasionalitas.

6. Mengidentifikasi isu-isu yang menjadi perhatian masyarakat

Bondowoso, baik isu dibidang politik, ekonomi, pendidikan, sosial-

keagamaan, hukum, dan sebagainya. Termasuk disini adalah mengukur

seberapa kuat variabel isu-isu tersebut mempengaruhi pilihan politik

pada perilaku memilih.

1.3. Sasaran Penelitian

1. Tersusunnya karakteristik sosial, ekonomi, politik pemilih di

Kabupaten Bondowoso, berdasarkan umur, jenis kelamin, wilayah,

pendidikan, pekerjaan, ormas dan pilihan politik legislative, presiden

dan kepala daerah.

2. Tersusunnya faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan pemilih

Bondowoso dalam menentukan pilihan politik pada saat pemilu.

Termasuk disini adalah seberapa kuat pengaruh masing-masing

variabel tersebut dalam mempengaruhi pilihan politiknya Beberapa

indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah faktor

sosiologis (karakteristik sosial ekonomi), faktor psikologis (identifikasi

partai), dan faktor rasionalitas (pertimbangan ekonomi, program, isu).

3. Tersusunnya isu-isu yang menjadi perhatian masyarakat Bondowoso

menjelang pemilihan Bupati secara langsung, baik isu dibidang politik,

ekonomi, pendidikan, sosial-keagamaan, hukum, dan sebagainya.

Page 8: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

4

Termasuk disini adalah mengukur seberapa kuat variabel isu-isu

tersebut mempengaruhi pilihan politik pada pemilihan Bupati secara

langsung.

1.4. Sistimatika Laporan

Sistimatika laporan perilaku memilih masyarakat Kabupaten Bondowoso

adalah:

BAB 1 : PENDAHULUAN

BAB 2 : KERANGKA TEORI

BAB 3 : METODE PENELITIAN

BAB 4 : PERILAKU MEMILIH

BAB 5 : PENUTUP

Page 9: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

5

BAB 2

KERANGKA TEORI

Selama ini, penjelasan-penjelasan teoritis tentang voting behavior

didasarkan pada dua model atau pendekatan, yaitu model/pendekatan sosiologi

dan model/pendekatan psikologi. Di lingkungan ilmuwan sosial Amerika Serikat,

model pertama disebut sebagai mazhab Columbia (The Columbi School of

Electoral Behavior), sementara model kedua disebut sebagai mazhab Michigan

(The Michigan Survey Research Centre). Mazhab pertama lebih menekankan

peranan faktor- faktor sosiologis dalam membentuk perilaku politik seseorang,

sementara mazhab kedua lebih mendasarkan faktor psikologis seseorang dalam

menentukan perilaku politiknya.1 Dari dua mazhab tersebut, ada mazhab ketiga

yang itu sangat berpengaruh dalam perilaku memilih, yaitu mazhab dimana

perilaku memilih lebih menekannkan pada faktor-faktor rasionalitas.

1. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan sosiologis sebenarnya berasal dari Eropa, kemudian di

Amerika Serikat dikembangkan oleh para ilmuwan sosial yang mempunyai latar

belakang pendidikan Eropa. Karena itu, Flanagan menyebutnya sebagai model

sosiologi politik Eropa. David Denver, ketika menggunakan pendekatan ini untuk

menjelaskan perilaku memilih masyarakat Inggris, menyebut model ini sebagai

social determinism approach.

Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan

pengelompokan-pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang cukup

signifikan dalam menentukan perilaku memilih seseorang. Karakteristik sosial

(seperti pekerjaan, pendidikan dan sebagainya) dan karakteristik atau

latarbelakang sosiologis (seperti agama, wilayah, jenis kelamin, umur, dan

sebagainya) merupakan faktor penting dalam menentukan pilihan politik. Pendek

1 Afan Gaffar, Javaners Voters, A Case Study of Election Under a Hegemonic Party System(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992), hal. 4-9.

Page 10: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

6

kata, pengelompokan sosial seperti umur (tua-muda); jenis kelamin (laki-

perempuan); agama dan semacamnya dianggap mempunyai peranan yang cukup

menentukan dalam membentuk pengelompokan sosial baik secara formal seperti

keanggotaan seseorang dalam organisasi-organisasi keagamaan, organisasi-

organisasi profesi, kelompok-kelompok okupasi dan sebagainya; maupun

pengelompokan informal seperti keluarga, pertemanan, ataupun kelompok-

kelompok kecil lainnya, merupakan sesuatu yang sangat vital dalam memahami

perilaku politik seseorang, karena kelompok-kelompok inilah yang mempunyai

peranan besar dalam membentuk sikap, persepsi dan orientasi seseorang. Dean

Jaros dkk,2 ketika mencoba menghubungkan antara keanggotaan dalam suatu

kelompok dengan perilaku politik seseorang menyederhanakan pengelompokan

sosial itu ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok primer, kelompok sekunder

dan kelompok kategori.

Gerald Pomper memerinci pengaruh pengelompokan sosial dalam studi

voting behavior ke dalam dua variabel, yaitu variabel predisposisi sosial-ekonomi

keluarga pemilih dan predisposisi sosial-ekonomi pemilih. Menurutnya,

predisposisi sosial-ekonomi pemilih dan keluarga pemilih mempunyai hubungan

yang signifikan dengan perilaku memilih seseorang. Preferensi-preferensi politik

keluarga, apakah preferensi politik ayah atau preferensi politik ibu akan

berpengaruh pada preferensi politik anak. Predisposisi sosial-ekonomi ini bisa

berupa agama yang dianut, tempat tinggal, kelas sosial, karakteristik demografis,

dan semacamnya.3 Pendek kata, ikatan-ikatan sosiologis semacam ini sampai

sekarang secara teoritis masih cukup signifikan untuk melihat perilaku memilih.4

Hubungan antara agama dengan perilaku memilih misalnya, tampak pada

penelitian Lipset. Di beberapa negara di mana partai tidak mempunyai batas yang

jelas dengan agama, kelompok minoritas di bidang ekonomi, politik ataupun

diskriminan-diskriminan tertentu, cenderung untuk memilih partai yang berpaham

2 Penjelasan hubungan antar variabel ini lihat uraiannya dalam sub bab, “Explaining the PoliticalBehavior of Individual: Group or Social Factors”, Dean Jaros et.al., Political Behavior, Choicesand Perspectives (New York: St. Martin’s Press, 1974), hal. 111-146.

3 Gerald Pomper, Voter’s Choice: Varieties of American Electoral Behavior (New York: Dod,Mead Company, 1978), hal. 195-208.

4 Mark N. Franklin, “Voting Behavior”, dalam Seymour Martin Lipset, The Encyclopedia ofDemocracy, Volume IV (Washington, D.C.: Congressional Quarterly Inc., 1995), hal. 1346-1353.

Page 11: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

7

liberal atau partai yang berhaluan kiri; sementara kelompok mayoritas cenderung

untuk memberikan suaranya pada partai konservatif atau partai sayap kanan. Di

Amerika Serikat misalnya, penganut agama Katholik dan Yahudi, kulit hitam dan

Hispanic (keturunan Latin) merupakan pendukung setia Partai Demokrat.

Sementara kaum Protestan Anglo Saxon memberikan dukungan pada Partai

Republik. Pada pemilihan presiden tahun 1984 misalnya, 68 persen orang Yahudi

di Amerika Serikat memberikan suaranya untuk Partai Demokrat dibanding

dengan 39 persen suara dari kaum Protestan. Sebagaimana yang diungkap Lipset:

"the Jewish ethic its emphasis on comunity and family welfare maybe

constrasted to the Protestant ethic with its stress on individualism .... The

former has obvious links to the principles espoused by American liberals

and the Democratic Party; the latters has clear relations with the values

subsumed under laisse- faire competitive individualism as expressed by

concervatives and the Republican Party".

Tingkat ketaatan beragama juga berhubungan erat dengan perilaku

memilih. Para pemilih yang berlatarbelakang Islam santri misalnya, cenderung

memilih partai PPP. Di kabupaten-kabupaten daerah tapal kuda di Jawa Timur,

yang dikenal sebagai basis wilayah santri, dari Pemilu ke Pemilu suara PPP cukup

besar. Penelitian di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, menunjukkan bahwa para

santri sebagian besar memilih PPP.5 Hal yang sama juga terjadi di Israel.

Penelitian Wald dan Shye menunjukkan bahwa semakin besar keterlibatan

seseorang dalam aktivitas keagamaan, semakin besar kecenderungannya untuk

menyukai atau memilih partai- partai agama atau kelompok-kelompok sayap

kanan.6

Meskipun dari Pemilu ke Pemilu hubungannya tidak selalu konsisten, jenis

kelamin juga merupakan variabel sosiologis yang dapat dihubungkan dengan

5 Muhammad Asfar, “Pergeseran Otoritas Kepemimpinan Kiai”, dalam Jurnal Ilmu Politik, No.17, tahun 1997.6 Kenneth D. wald and Samuel Shye, “Religious Influence in Electoral Behavior: The Role ofInstitutional and Social Forces in Israel” dalam The Journal of Politics, Vol. 57. No. 2, 1995, hal.495-507.

Page 12: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

8

perilaku memilih. Studi voting behavior di Eropa pada dekade 1970-an

menunjukkan bahwa wanita lebih suka mendukung partai borjuis daripada partai

sosialis, setuju dengan administrasi (birokrasi), menghindari pemihakan pada

ekstrim kiri maupun ekstrim kanan, dan mendukung partai moderat. Hanya saja,

studi voting behavior di Amerika Serikat menunjukkan bahwa tidak terbukti

adanya persistensi pilihan kelompok wanita terhadap partai tertentu, meskipun

pola kecenderungan umum setiap Pemilu dapat dibedakan. Pada tahun 1952

misalnya, terdapat kecenderungan wanita mendukung Partai Republik dibanding

pria (29,8% wanita mengidentifikasi pada Partai Republik, dibanding pria yang

hanya 25,6%). Namun, sejak 1968, kecenderungan ini berubah. Dukungan wanita

mulai cenderung ke Partai Demokrat (48,4% wanita mengidentifikasi pada Partai

Demokrat dibanding pria yang hanya 43%). Dan puncak dukungan wanita yang

lebih cenderung ke Partai Liberal ini terlihat pada Pemilu 1972 (43,8% wanita

mengidentifikasi pada Partai Demokrat, 24,3% pada Partai Republik, sementara

31,9% mengaku independen). Setelah mengalami fluktuasi selama beberapa

periode, wanita mulai lebih ke Partai Demokrat.7

Mengapa dukungan wanita terhadap suatu partai politik tidak konsisten? Salah

satu penjelasannya adalah ketidaksukaan wanita terhadap isu-isu perang.

Sehingga, mereka akan lebih mendukung pada partai yang menghendaki

berakhirnya perang, termasuk pengurangan terhadap anggaran persenjataan.8

Betapapun begitu, ilmu politik tradisional umumnya menggambarkan hubungan

antara wanita dan perilaku memilih adalah sebagai berikut: tingkat kehadiran

dalam Pemilu rendah, cenderung memilih partai sayap kanan, sikapnya lebih

konservatif, lebih menyukai isu-isu moralis, cenderung mengikuti pilihan suami

dan orang tua, dan sebagainya.9

Berbagai penelitian mutakhir juga menunjukkan adanya preferensi politik

berdasarkan perbedaan seks atau gender. Penelitian Wilder di Pakistan

7 Laura W. Arnold and Herbert F. Weisberg, “Parenthood, Family Values, and the 1992Presidential Election”, dalam American Politics Quarterly, Vol. 2, No. 2, 1996, hal. 194-220.

8 Uraian dan data lebih lengkap dari perilaku memilih wanita ini dapat dilihat pada Gerald Pomper,op.cit., terutama bab “Sex, Voting and war”, hal. 42-89.9 Lisa Tobegy, “Political Implication of Increasing Number of Women in the Labor Force”, dalamComparative Political Studies, a Quarterly Journal, Vol. 27, No. 2, 1994, hal. 211-240.

Page 13: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

9

menemukan bukti adanya preferensi pilihan wanita yang lebih suka terhadap

partai Pakistan Muslim League (PML) faksi Nawaz Sharif.10 Penelitian Rosenthal

menunjukkan adanya kesadaran gender yang cukup kuat di kalangan pemilih

wanita. Dari hasil survey yang ia lakukan terhadap 416 wanita pada tahun 1993, ia

akhirnya sampai pada satu kesimpulan bahwa para pemilih wanita lebih suka

memilih kandidat sesama wanita.11 Bahkan, di antara wanita sendiri terdapat

perbedaan preferensi pilihan politik berdasarkan kesadaran gender. Penelitian

Cook menunjukkan, wanita yang mempunyai kesadaran feminisme cukup besar

berbeda dengan wanita yang kurang memiliki kesadaran feminisme dalam hal

sikap dan nilai politik, khususnya perbedaan dalam memilih kandidat dan pilihan

politiknya pada saat Pemilu.12

Aspek geografis juga mempunyai hubungan dengan perilaku memilih.

Adanya rasa kedaerahan mempengaruhi dukungan seseorang terhadap partai

politik. Di beberapa negara, wilayah tertentu mempunyai loyalitas terhadap partai

tertentu, sampai mampu bertahan beberapa abad. Kasus yang patut diangkat

adalah loyalitas yang begitu kuat terhadap Partai Demokrat dari pemilih yang

bertempat tinggal di wilayah Selatan Amerika Serikat. Penduduk di wilayah

Selatan, tanpa memperhatikan faktor etnis dan kelas, umumnya merupakan

pendukung tetap Partai Demokrat. Meskipun masyarakat New England pada

umumnya menjadi pendukung Partai Republik, namun di wilayah Selatan mereka

lebih mendukung Partai Demokrat.13

Penelitian Petterson dan Rose di Norwegia menunjukkan bahwa ikatan-

ikatan kedaerahan, seperti desa-kota, merupakan faktor yang cukup signifikan

dalam menjelaskan aktivitas dan pilihan politik seseorang.14 Ikatan kedaerahan

10 Andrew R. Wilder, “Changing Patterns of Punjab Politics in Pakistan: National AssemblyElection Results, 1988 and 1993”, dalam Asian Survey, vol. XXXV, No. 4, 1995, hal. 377-393.

11 Cindy Simon Rosenthal, “The Role of Gender in Descriptive Representation”, dalam PoliticalResearch Quarterly, Vol. 48, No. 1, 1995, hal. 117-134.

12 Elizabeth Adell Cook, “Feminist Consciousness and Candidate Preference Among AmericanWomen, 1972-1988”, dalam Political Behavior, Vol. 15, 1993, hal. 227.13 Arnold K. Sherman dan Aliza Kolker, op.cit, hal. 205-206.

14 Per Arnt Pettersen and Lawrence E. Rose, “Participation in Local Politics in Norway: Some Do,Some Don’t, Some Will, Some Won’t”, dalam Political Behavior, Vol. 18, No. 1, 1996.

Page 14: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

10

terutama sangat kuat dalam mempengaruhi pilihan seseorang terhadap kandidat.

Penelitian Potoski menunjukkan bahwa para kandidat umumnya lebih diterima

dan dipilih oleh para pemilih yang berasal dari daerah yang sama. Dalam tulisan

klasiknya yang diterbitkan pada tahun 1949, Southern Politics, Key menyebut

perilaku memilih semacam ini sebagai localism, atau perilaku memilih friends

and neighbors. Begitu kuatnya posisi variabel kedaerahan ini, ketika melaporkan

penelitiannya, Potoski mengawali tulisannya sebagai berikut: “it is a political

axiom that candidates tend to poll better in their home areas than they do

elsewhere".15

Dalam berbagai ragam perbedaan dalam struktur sosial, yang paling tinggi

pengaruhnya terhadap perilaku politik adalah faktor kelas (status ekonomi),

terutama di hampir semua negara industri. Setelah melakukan penelitian di

beberapa negara (1981), Lipset menyimpulkan: "More than anything else the

party struggle is a conflict among class,.... the lower income groups vote mainly

for parties of the left, while the higher-income groups vote mainly for parties of

the right".

Di Eropa kelompok berpenghasilan rendah dan kelas pekerja cenderung

memberikan suara pada partai sosialis atau komunis, sedangkan kelompok

menengah dan atas menjadi pendukung partai konservatif. Di Amerika Serikat

meskipun tidak tergambar jelas, kelas menjadi basis dari partai politik.

Masyarakat kelas bawah dan kelas pekerja --biasanya lewat organisasi buruh--

cenderung ke Partai Demokrat, sedangkan kelas atas dan menengah --kecuali di

luar wilayah Selatan-- merupakan pendukung Partai Republik.16 Hal yang hampir

sama pernah dikemukakan oleh Milbrath, bahwa lingkungan kelas menengah-

bawah cenderung menghasilkan status changer (kaum Liberal), sementara

lingkungan kelas menengah-atas cenderung menghasilkan status defender (kaum

Konservatif).17

Namun, studi voting behavior yang lebih mutakhir -- terutama di Inggris--

menunjukkan fakta yang sebaliknya. Penelitian Anthony Health (1991) dan Mc.

15 Matthew Potoski, “ ‘Friends and Neighbors Voting’ in Gubernatorial and Senatorial Primaries”,dalam Southeastern Political Review, Vol. 22, No. 3, 1994, hal. 543-548.16 Arnold K. Sherman and Aliza Kolker, op.cit., hal. 199-202.17 Milbrath, Political Participation (Chicago: Ron Mc.Nally and Co., 1965), hal. 5-38.

Page 15: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

11

Allister (1990) menemukan bahwa pengaruh kelas --baik yang obyektif maupun

yang subyektif-- pada perilaku memilih di Inggris sangat kecil, lebih kecil dari

masalah-masalah perumahan, pendapatan dan rasa persatuan anggota.18 Temuan

yang sama juga terjadi di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Afan Gaffar

menunjukkan bahwa pengaruh kelas dalam perilaku memilih di Indonesia tidak

begitu dominan. Tidak ada perbedaan kecenderungan perilaku politik antara

mereka yang masuk kategori orang kaya ataupun orang miskin; antara yang

memiliki tanah luas dan sedikit; antara yang memiliki pekerjaan sebagai pedagang

dengan buruh tani, dan sebagainya19

2. Pendekatan Psikologis

Kalau pendekatan sosiologis berkembang di Amerika Serikat berasal dari

Eropa Barat, pendekatan psikologis merupakan fenomena Amerika Serikat

karena dikembangkan sepenuhnya di Amerika Serikat melalui Survey Research

Centre di Universitas Michigan. Oleh karena itu, pendekatan ini juga disebut

sebagai mazhab Michigan. Pelopor utama pendekatan ini adalah Angust

Campbell.

Munculnya pendekatan ini merupakan reaksi atas ketidakpuasan mereka

terhadap pendekatan sosiologis. Pendekatan sosiologis dianggap --secara

metodologis-- sulit diukur, seperti bagaimana mengukur secara tepat sejumlah

indikator kelas sosial, tingkat pendidikan, agama, dan sebagainya. Apalagi,

pendekatan sosiologi umumnya hanya sebatas menggambarkan dukungan suatu

kelompok tertentu pada suatu partai politik, tidak sampai pada penjelasan

mengapa suatu kelompok tertentu memilih/mendukung suatu partai politik

tertentu sementara yang lain tidak.20

Di samping itu, secara materi, patut dipersoalkan apakah benar variabel-

variabel sosiologis seperti status sosial-ekonomi keluarga, kelompok-kelompok

18 Richard Rose dan Ian Mc. Allister, The Loyalities of Voters: A Lifetime Learning Model(London and Newburry Park, CA: Sage, 1990).

19 Afan Gaffar, op.cit., hal. 159-174.20 Richard G. Niemi and Herbert F. Weisberg, Controversies of Voting Behavior, (WashingtonD.C.: a Division of Congressional quarterly Inc., 1984), hal. 9-12.

Page 16: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

12

primer ataupun sekunder, itu yang memberi urunan pada perilaku memilih.

Tidakkah variabel-variabel itu dapat dihubungkan dengan perilaku memilih kalau

ada proses sosialisasi. Oleh karena itu, menurut pendekatan ini, sosialisasilah

sebenarnya yang menentukan perilaku memilih (politik) seseorang, bukan

karakteristik sosiologis.

Seperti namanya, pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan

konsep psikologi -- terutama konsep sosialisasi dan sikap-- untuk menjelaskan

perilaku memilih. Menurut pendekatan ini para pemilih di Amerika Serikat

menentukan pilihannya karena pengaruh kekuatan psikologis yang berkembang

dalam dirinya sebagai produk dari sosialisasi yang mereka terima. Sosialisasi

politik yang diterima seseorang pada masa kecil (baik di lingkungan keluarga

maupun pertemanan dan sekolah) misalnya, sangat mempengaruhi pilihan politik

mereka, khususnya pada saat pertama kali menentukan pilihan politik.21

Penganut pendekatan ini menjelaskan bahwa sikap seseorang --sebagai

refleksi dari kepribadian seseorang-- merupakan variabel yang cukup menentukan

dalam mempengaruhi perilaku politik seseorang. Oleh karena itu, pendekatan

psikologis menekankan pada tiga aspek psikologis sebagai kajian utama, yaitu

ikatan emosional pada suatu partai politik, orientasi terhadap isu-isu dan orientasi

terhadap kandidat.22

Mengapa pendekatan psikologis menganggap sikap merupakan variabel

sentral dalam menjelaskan perilaku politik seseorang? Hal ini disebabkan oleh

fungsi sikap itu sendiri, yang menurut Greenstein mempunyai tiga fungsi.23

Pertama, sikap merupakan fungsi kepentingan. Artinya, penilaian terhadap suatu

obyek diberikan berdasarkan motivasi, minat dan kepentingan orang tersebut.

Kedua, sikap merupakan fungsi penyesuaian diri, artinya, seseorang bersikap

tertentu merupakan akibat dari keinginan orang itu untuk sama atau tidak sama

dengan tokoh yang disegani atau kelompok panutan. Ketiga, sikap merupakan

fungsi eksternalisasi dan pertahanan diri, artinya sikap seseorang itu merupakan

21 Mark N. Franklin, “Voting Behavior” dalam Seymour Martin Lipset (ed.), The Encyclopedia ofDemocracy, Volume IV (Washington, D.C.: Congressional Quarterly Inc., 1995), hal. 1346-1347.

22 Richard G. Niemi and Herbert F. Weisberg, op.cit., hal. 12-13.23 Lihat Greenstein, Personal and Politics (Chicago: Morkham Publishing, 1969).

Page 17: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

13

upaya untuk mengatasi konflik batin atau tekanan psikis, yang mungkin berwujud

mekanisme pertahanan diri (defence mechanism) dan eksternalisasi diri seperti

proyeksi, idealisasi, rasionalisasi dan identifikasi.

Namun sikap bukanlah suatu yang bersifat asal jadi, tetapi terbentuk

melalui proses yang panjang. Mulai baru lahir sampai dewasa. Pada tahap

pertama, informasi pembentukan sikap berkembang pada masa anak-anak. Anak-

anak mulai mempersonifikasikan politik. Fase ini merupakan proses belajar

keluarga. Anak-anak belajar pada orang tuanya tentang bagaimana perasaan

mereka terhadap pemimpin-pemimpin politik; bagaimana orang tua mereka

menganggap isu-isu politik, dan sebagainya. Tahap kedua adalah bagaimana sikap

politik dibentuk pada saat menginjak dewasa ketika menghadapi situasi di luar

keluarga, seperti di sekolah, kelompok/teman sebaya, dan sebagainya. Tahap

ketiga adalah bagaimana sikap politik dibentuk oleh kelompok-kelompok acuan

seperti pekerjaan, gereja, partai politik, dan asosiasi-asosiasi yang lain.24

Melalui proses sosialisasi inilah kemudian berkembang ikatan psikologis

yang kuat antara seseorang dengan organisasi kemasyarakatan atau partai politik,

yang berupa simpati terhadap partai politik. Ikatan psikologis inilah yang

kemudian dikenal sebagai identifikasi partai. Bagi penganut pendekatan

psikologis, konsep identifikasi partai ini dijadikan variabel sentral untuk

menjelaskan perilaku memilih seseorang. Sebagaimana yang diakui oleh

Czudnowski, "This aproach also particularly adequate for the analysis of voting

in the United States, where 'party identification' has been found to be the single

most impartant variable determinising voting preferences”.25

Hanya saja, identifikasi di sini berbeda dengan voting. Sebab, identifikasi

partai lebih merujuk pada pengertian psikologis, yang ada dalam kontruksi dalam

pikiran manusia dan tidak dapat diobservasi secara langsung, sementara voting

merupakan tindakan yang jelas dan dapat diobservasi secara langsung. Di samping

itu, seperti yang ditulis oleh Augus Campbell dkk, identifikasi partai lebih sebagai

"a psychological identification, which can persist without legal recognition or

24 David Apter, Pengatar Analisa Politik (Jakarta: LP3ES, 1985), hal. 262-267.25 Moshe M. Czudnowski, Comparing Political Behavior (London; Sage Publication, Inc., 1976).Hal. 76.

Page 18: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

14

evidence of formal membership and even without a consistent record of party

support.26

Lebih rinci, David Denver membedakan identifikasi partai dengan voting

dalam tiga hal berikut:

Firstly, party identification is psychological while voting is behavioral. That

is, identification exists in people's heads, we can't observe it directly.

Voting, however, is definite action --putting a cross on a piece of paper or

pulling a lever on a voting machine-- and it is in principle observable

(although normally done in secret).

Secondly, voting is time specific, while party identification is not. Voting

can take place only at an election --and election occur relatively infrequently

in Britain-- whereas identification is ongoing and continuos. They doesn't

need to be an election in the offing for people to consider themselves

supporters of a party.

Thirdly, party identification varies in intensity and voting doesn't. Some

people will be very strong party supporters, others not very strong or just

weak supporters. All voters count equally, however, whether the voter marks

the ballot with a greest thick black cross a timing faint one.27

Bagi penganut pendekatan psikologis, hubungan atau pengaruh antara

identifikasi partai dengan perilaku memilih sudah menjadi semacam aksioma.

Setelah mengamati perilaku memilih di Inggris dan menemukan data bahwa

sebagian besar pemilih di Inggris memilih partai yang sama dari Pemilu ke Pemilu

selama seperempat abad, Denver menyimpulkan bahwa teori-teori perilaku

memilih benar (hanya) dalam satu hal: Pilihan seseorang harus dipahami sebagai

pernyataan loyalitas (identifikasi partai) yang dibentuk oleh pengalaman

sepanjang hidup.

26 Andi Alifian Mallarangeng, Contextual Analysis on Indonesian Electoral Behavior, dissertation(Dekalb, Illinois: Departemen of Political Science, Northern Illinois University, 1997), hal.33.

27 David Denver, Election and Voting Behavior in Britain (London: Philip Allan Published, 1989),hal. 27-28.

Page 19: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

15

Betapapun pendekatan psikologis relatif banyak pengikutnya, bukan

berarti pendekatan ini lepas dari kritik. Para pengkritik mempersoalkan hubungan

antara sikap dan perilaku. Apakah benar sikap seseorang mempengaruhi

perilakunya? Sebab belum tentu orang yang sikapnya menyukai partai tertentu

atau kandidat tertentu dalam memilih nanti akan memilih sesuai dengan posisi

sikapnya. Dalam banyak kasus, mereka yang tidak mendukung rasisme namun

berperilaku seperti seorang rasis. Disamping itu benarkah dalam menjelaskan

perilaku seseorang itu dapat dihubungkan secara langsung dengan perilaku

politik? Tidakkah ada variabel-variabel perantara yang justru lebih bisa

menjelaskan? Misalnya, dalam banyak kasus, para ahli psikologi sering

menggunakan teori A.H. Maslow tentang hirarkhi kebutuhan manusia untuk

menjelaskan perilaku politik seseorang, padahal dalam realitas sulit ditemui --atau

secara konseptual sukar dipahami-- hubungan antara perilaku aktual dengan

konsep kebutuhan tanpa meletakkan konsep antara seperti keinginan misalnya.28

Disamping itu, dalam berbagai penelitian sering terjadi kesalahan

pengukuran terhadap konsep identifikasi partai. Akibatnya, stabilitas variabel

identifikasi partai sebagai penjelas perilaku memilih sering diperdebatkan.29

Persoalan pengukuran variabel identifikasi partai terutama terlihat dengan adanya

perbedaan mendasar antara National Election Studies (NES) dengan Gallup. NES

secara tradisional mengukur identifikasi partai dengan mengajukan pertanyaan

tentang identifikasi partai seserang pada rentang waktu yang cukup panjang,

sedang Gallup mengukur identifikasi partai dengan mengajukan pertanyaan

tentang identifikasi partai seseorang pada masa kini atau saat penelitian

dilakukan.30

Hanya saja, beberapa penelitian mutakhir menunjukkan menurunnya

pengaruh identifikasi dalam menentukan pilihan pemilih. Penelitian Bowler dan

Lanoue di Kanada pada dekade 1990-an menunjukkan menurunnya pengaruh

28 Christian Bay, “Politic and Pseudopolitics: A Critical Evaluation of Same Behavior Literature”,dalam Heinz Eulau (ed.), Behavioralism in Political Sciencet., hal. 109-137.

29 Donald Philip Green and Bradley Palmquist, “How Stable is Party Identification?”, dalamPolitical Behavior, Vol. 16, No. 4, 1994, hal. 437-466.30 Charles H. Franklin, “Measurement and the Dynamics of Party Identification”, dalam PoliticalBehavior, vol. 11, No. 3, 1992, hal. 297-309.

Page 20: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

16

identifikasi --ia menggunakan istilah loyalitas-- partai.31 Penelitian Goldberg di

Israel menunjukkan temuan yang lebih ekstrem, yakni semakin melemahnya

peranan identifikasi partai dan menguatnya peranan variabel penilaian terhadap

kandidat. Bahkan, untuk menggambarkan betapa rapuhnya peranan identifikasi

partai pada Pemilu 1994 di Israel, ia memberi anak judul dalam tulisannya: a

decline of party identification.32

3. Pendekatan Rasional

Dua pendekatan terdahulu secara implisit atau eksplisit menempatkan

pemilih pada waktu dan ruang yang kosong. Pemilih ibarat wayang yang tidak

mempunyai kehendak bebas kecuali atas keinginan dalang. Pemilih seakan pion-

pion catur yang dengan mudah dapat ditebak langkah-langkahnya. Mereka

beranggapan bahwa perilaku memilih bukanlah keputusan yang dibuat pada saat

menjelang atau ketika berada di bilik suara, tetapi sudah ditentukan jauh

sebelumnya, bahkan sebelum kampanye dimulai. Karakteristik sosiologis,

latarbelakang keluarga, pembelahan kultural, afiliasi- afiliasi okupasi, ataupun

identifikasi partai melalui proses sosialisasi dan pengalaman hidup, merupakan

variabel-variabel yang secara sendiri-sendiri atau komplementer mempengaruhi

perilaku memilih seseorang. Pemilih seakan- akan berada pada waktu dan ruang

yang kosong, yang keberadaan dan ruang geraknya ditentukan oleh posisi individu

dalam lapisan sosialnya.

Kalau saja hal ini mengandung banyak kebenaran, persoalannya adalah

bagaimana kita menjelaskan tentang adanya variasi perilaku memilih pada suatu

kelompok yang secara psikologis mempunyai persamaan karakteristik. Dan yang

lebih penting lagi, bagaimana kita menjelaskan pergeseran pilihan dari satu

Pemilu ke Pemilu yang lain dari orang yang sama dan status sosial yang sama.

Seorang yang mempunyai karakteristik sosial seperti jenis kelamin , agama,

31 Shaun Bowler and David J. Lanoue, “New Party Challenges and Partisan Change: The Effectsof Party Competition on Party Loyalty”, dalam Political Behavior, Vol. 18, No. 4, 1996, hal. 327-343.

32 Giora Goldberg, “ Trade Union and Party Politics in Israel: A Decline of Party Identification”,dalam The Journal of Social, Political and Econimic Studies, Vol. 23. No. 1, 1998, hal. 53-73.

Page 21: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

17

pekerjaan, status sosial dan ekonomi yang sama selama dua puluh tahun, tetapi

memberikan suara yang tidak sama pada setiap Pemilu.

Itu berarti, ada variabel-variabel lain yang menentukan atau ikut

menentukan dalam mempengaruhi perilaku memilih seseorang. Ada faktor-faktor

situasional yang ikut berperan dalam mempengaruhi pilihan politik seseorang.

Dengan begitu, para pemilih tidak hanya pasif tetapi juga aktif, bukan hanya

terbelenggu oleh karakteristik sosiologis tetapi juga bebas bertindak. Faktor-faktor

situasional itu bisa merupakan isu-isu politik ataupun kandidat yang dicalonkan.

Secara demikian, penjelasan-penjelasan perilaku memilih tidaklah harus

permanen --seperti karakteristik-karakteristik sosiologis dan identifikasi partai--

tetapi berubah- ubah sesuai dengan waktu dan peristiwa-peristiwa dramatik yang

menyangkut persoalan-persoalan mendasar. Dengan begitu, isu-isu politik

menjadi pertimbangan yang penting. Para pemilih akan menentukan pilihan

berdasarkan penilaiannya terhadap isu-isu politik dan kandidat yang diajukan.

Artinya, para pemilih dapat menentukan pilihannya berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan rasional. Niemi dan Wiesberg meringkaskan model ini sebagai

berikut:

The other model of voting that become popular is a rational voter model.

According to this model, voters decide whether or not to vote and for which

candidate to vote on some rational basis --usually on the basis of which action

gives them greater expected benefits. They vote only if they perceive greater

gains from voting than the cost (mainly in time). In the usual formulation,

they vote for the candidat closest to them on the issues.

Penggunaan pendekatan rasional dalam menjelaskan perilaku memilih oleh

ilmuwan politik sebenarnya diadaptasi dari ilmu ekonomi. Mereka melihat adanya

analogi antara pasar (ekonomi) dan perilaku memilih (politik). Apabila secara

ekonomi masyarakat dapat bertindak secara rasional, yaitu menekan ongkos

sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, maka

dalam perilaku politikpun masyarakat akan dapat bertindak secara rasional, yakni

memberikan suara ke OPP yang dianggap mendatangkan keuntungan dan

Page 22: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

18

kemaslakhatan yang sebesar-besarnya dan menekan kerugian atau kemudlaratan

yang sekecil-kecilnya.

Secara demikian, perilaku memilih berdasarkan pertimbangan rasional

tidak hanya berupa memilih alternatif yang paling menguntungkan (maximum

gained) atau mendatangkan kerugian yang paling sedikit. Tetapi juga dalam

memilih alternatif yang menimbulkan resiko yang paling kecil (least risk), yang

penting mendahulukan selamat.33 Dengan begitu, diasumsikan para pemilih

mempunyai kemampuan untuk menilai isu-isu politik yang diajukan. Begitu juga

mampu menilai calon (kandidat) yang ditampilkan. Penilaian rasional terhadap isu

politik atau kandidat ini bisa didasarkan pada jabatan, informasi, pribadi yang

populer karena prestasi dibidang masing-masing seperti seni, olah raga, film,

organisasi, politik, dan semacamnya.

Him Melweit dan koleganya menyebutkan sebagai "Consumer Model" of

party choice, bahwa perilaku memilih merupakan pengambilan keputusan yang

bersifat instant, tergantung pada situasi sosial politik tertentu, tidak berbeda

dengan pengambilan keputusan-keputusan lain. Mereka mencatat bahwa "same

express hope that the voters, loosened from traditional partisan attachment, will

be able to exercise more rational choice based on the thoughtful consideration of

the issues".34

Hubungan isu-isu politik dan penilaian kandidat dengan perilaku memilih

akan tampak lebih jelas dengan melihat hasil penelitian Pomper di Amerika

Serikat. Dengan membandingkan tiga kali hasil penelitiannya pada Pemilu 1954,

1964, 1972, Pomper mengajukan tiga kesimpulan. Pertama, hubungan antara

variabel variabel sosio-ekonomi dengan sikap memilih semakin melemah dari

Pemilu ke Pemilu, dan turun sampai tingkat yang rendah pada 1972. Faktor-faktor

demografis ketika dihubungkan dengan sikap pemilih juga mengalami hal yang

sama. Kedua, posisi isu-isu politik dalam menentukan voting meningkat secara

tajam, baik dampaknya secara langsung terhadap pilihan pemilih maupun secara

tidak langsung melalui pemilihan calon kandidat. Ketiga, terjadi penurunan

pengaruh identifikasi partai terhadap pilihan pemilih secara terus menerus mulai

33 Lihat tulisan Ramlan Surbakti, “Memilih secara Rasional”, harian sore Surabaya Post, 1992.

34 Arnold K. Sherman dan aliza Kolker, op.cit., hal. 202.

Page 23: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

19

dari Pemilu 1956, 1964 sampai puncaknya pada Pemilu 1972. Lebih jelasnya,

lihat gambar 1,2 dan 3 berikut:35

Gambar 1: Model Kausal Pemilihan Presiden 1956

.306

FSPP FPI

.679

.505

.370

RSPP RPI

.126 .235 .540

ISSI .114 CE

.060 .448 .540

RV

35 Dalam menjelaskan perilaku memilih di Amerika Serikat, Pomper memakai 6 variabel penjelas:Family Socioeconomic Partisan Predisposition (FSPP); Family Party Identification (FPI);Responden’s Socioeconomic Partisan Predisposition (RSPP); Responden’s Party Identification(RPI); Partisan Issues Index (ISSI); Candidate Avaluation (CE); dan Respondent’s Vote (RV).Lihat Gerald Pomper, op.cit., hal. 198-208.

Page 24: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

20

Gambar 2: Model Kausal Pemilihan Presiden 1964

.336

FSPP FPI

.705

.505

.215

RSPP RPI

.186 .301 .356

ISSI .203 CE

.224 .364 .377

RV

Gambar 3: Model Kausal Pemilihan Presiden 1972

.285

FSPP FPI

.044

.458

.116

RSPP RPI

.138 .249 .340

ISSI .312 CE

.233 .310 .366

RV

Page 25: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

21

Dari gambar di atas dapat terbaca bahw koefisien variabel indeks isu-isu

partisan mengalami kenaikan dari Pemilu ke Pemilu. Bahkan pada gambar 2 dan 3

terlihat bahwa koefisien variabel evaluasi kandidat ternyata lebih besar daripada

koefisien variabel identifikasi partai. Ini berarti, variabel penilaian kandidat lebih

besar sumbangannya dalam menentukan perilaku memilih dibanding dengan

variabel identifikasi partai.

Meskipun begitu, penilaian terhadap isu dan kandidat bukanlah sesuatu

yang terjadi secara tiba-tiba, namun sering dipengaruhi oleh informasi yang

diterima pemilih melalui media massa yang diikutinya. Berita dan komentar-

komentar yang dimuat di media massa, khususnya berita atau komentar-komentar

negatif, seringkali mempengaruhi penilaian terhadap kandidat, posisi kandidat

dalam suatu isu, dan preferensi kandidat dalam suatu kebijakan tertentu, termasuk

evaluasi terhadap perkembangan ekonomi nasional.36

Sementara itu, evaluasi terhadap kandidat sangat dipengaruhi oleh sejarah

dan pengalaman masa lalu kandidat baik dalam kehidupan bernegara maupun

bermasyarakat. Beberapa indikator yang biasa dipakai oleh para pemilih untuk

menilai seorang kandidat, khususnya bagi para pejabat yang hendak mencalonkan

kembali, di antaranya kualitas, kompetensi dan integritas kandidat. Para pejabat

yang pada saat memegang jabatan tidak menunjukkan kualitas, kompetensi dan

integritas pribadi yang memadai, mereka tidak akan terpilih kembali.37 Hanya,

penelitian di banyak negara menunjukkan bahwa di antara berbagai variabel yang

mempengaruhi penilaian pemilih terhadap kandidat, variabel skandal mempunyai

pengaruh yang paling signifikan. Penelitian di Amerika Serikat misalnya,

menunjukkan bahwa skandal yang dilakukan kandidat – terutama berkaitan

dengan skandal ketidaksetiaan dalam perkawinan (marital infidelity) dan

36 Marc J. Hetherington, “The Media’s Role in Farming Voters, National Economic Evaluation in1992”, dalam American Journal of Political Science, Vol. 40, No. 2, 1996, hal. 327-395; dan CraigLeonard Brian and Martin P. Wattenberg, “Campaign Issue Knowledge and Salience: ComparingReception from TV Commersials, TV News, and News Paper”, dalam American Journal ofPolitical Science, Vol. 40, No. 1, 1996, hal. 129-141.

37 Jeffery J. Mondak, “Competence, Integrity, and the Electoral Success of CongressionalIncumbents”, dalam The Journal of Politics, Vol. 57, No. 4, 1995, hal. 1043-1069.

Page 26: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

22

pengelakan atau penggelapan pajak (tax evasion)-- sangat berpengaruh buruk pada

penilaian terhadap kandidat.38

Dalam khasanah teori voting behavior, penjelasan pilihan pemilih

berdasarkan petimbangan isu dan kandidat di atas juga dikenal sebagai teori

spasial. Teori ini gasumsikan bahwa para pemilih memilih kandidat yang paling

mewakili posisi kebijakan dan kandidat yang dapat memaksimalkan suara mereka.

Disamping itu, dalam kaitannya dengan isu-isu politik, teori spasial juga

mengasumsikan bahwa isu-isu politik dapat direpresentasikan sebagai seperangkat

posisi kebijakan yang benar-benar nyata. Sebab itu, ketika seseorang menanggapi

terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang suatu isu dalam suatu penelitian (survey),

mereka diharapkan menyatakan posisi kebijakannya dalam kaitannya dengan isu-

isu tersebut. Pada sisi lain, isu juga merepresentasikan simbol. Oleh karena itu,

respon seseorang terhadap suatu pertanyaan yang berhubungan dengan suatu isu

dianggap untuk menyatakan apakah mereka mempunyai perasaan positip atau

negatip terhadap simbol tersebut, yang dapat ditunjukkan dengan pertanyaan:

seberapa dekat perasaan mereka terhadap suatu isu.39

Dalam terminologi Hucfeldt dan Carmines, penjelasan perilaku memilih

yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan rasional dan kepentingan diri

di atas disebut sebagai tradisi ekonomi politik (political economy tradition).40

Tradisi ekonomi politik, sebagaimana teori-teori spasial dan pendekatan rasional

lainnya, dikembangkan dari asumsi teoritis yang dibangun oleh Anthony Downs

(1957) tentang economic theory of democracy. Dalam pandangan Downs, jika

seseorang bertindak rasional berdasarkan kepentingan dirinya, maka kemungkinan

besar mereka tidak memberikan suaranya pada saat Pemilu. Namun, sebagaimana

yang digambarkan pada bab barikutnya, tesis Downs ini banyak dikritik terutama

berkaitan dan data empirik tingginya tingkat kehadiran pemilih dan instrumen

pengukurnya yang dinilai kurang tepat.

38 Carolyn L. Funk, “The Impact of Scandal on Candidate Evaluations: An Experimental Test ofthe Role of Candidate Traits”, dalam Political Behavior, Vol. 18. No. 1, 1996.39 Torben Iversen, “Political Leadership and Representation in West European Democracies: ATest of Three Models of Voting”, dalam American Journal of Political Science, Vol. 38, No. 1,1994, hal. 45-74.

40 Edward G. Carmines and Robert Hucfeldt, loc.cit.

Page 27: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

23

Betapapun penjelasan-penjelasan yang didasarkan pada isu-isu di atas

belakangan ini lebih dapat menjelaskan fenomena perilaku memilih di banyak

negara, khususnya di negara-negara yang sudah maju dan tingkat demokrasinya

sudah mapan,41 namun kritik terhadap pendekatan ini juga tidak sedikit. Pertama,

asumsi-asumsi pendekatan ini dinilai sangat tidak realistik, terutama berkaitan

dengan pengetahuan manusia dan motivasinya. Dalam realitasnya, tidak semua

pemilih mempunyai akses yang sama terhadap informasi, sehingga mereka dapat

menghitung keuntungan dan kerugian apabila memilih partai atau kandidat

tertentu. Di samping itu, tidak semua pemilih memiliki informasi yang sama

tentang isu-isu politik yang sedang berkembang, sehingga tidak bisa menilai

posisi kandidat atau partai politik berdasarkan isu-isu politik yang diangkatnya.

Kedua, berkaitan dengan keberatan yang dikemukakan oleh para

pendukung "model politik simbolik" seperti Edelman (1967), Sears dkk. (1979,

Marcus (1988), Rabinovits dan MacDonald (1989), dan sebagainya. Gagasan

utama pendekatan ini adalah, bahwa para pemilih memilih merespon simbol-

simbol politik berdasarkan pertimbangan emosional dan perasaan, serta

menghindarkan diri dari perhitungan-perhitungan yang bersifat rasional tentang

informasi kandidat dan posisi kebijakannya. Banyak pemilih yang memilih partai

politik atau kandidat berdasarkan pertimbangan emosional dan perasaan, tanpa

memperhitungkan isu- isu politik yang diangkat kandidat atau partai tersebut

dalam suatu kampanye pemiliu.42

Ketiga, teori-teori spasial pada umumnya mengalami anomali di tingkat

empiris terutama berkaitan dengan karakteritik teorinya bahwa partai politik dan

kandidat cenderung mengambil posisi kebijakan yang lebih ekstrim daripada

umumnya kebijakan para pemilihnya. Studi-studi yang dilakukan oleh Robinowitz

(1978), Inglehart (1984), Dalton (1985), Robinowitz dan MacDonald (1988),

Holmberg (1988), Robinowitz, MacDonald dan Listhaug (1991), semuanya

menemukan hasil yang sama: adanya bentuk-bentuk perbedaan sikap antara

41 Berbagai penelitian mutakhir menunjukkan adanya pergeseran bentuk perilaku memilih, dariyang didasarkan pada pertimbangan sosiologis dan identifikasi partai ke arah pertimbanganberdasarkan isu, lihat Russell J. Dalton, “Comparative Politics: Micro-behavioral Perspective”,dalam Robert E. Goodin and Hans-Dieter Klingemann, op.cit., hal. 336-396.42 Torben Iverson, loc.cit.

Page 28: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

24

pemilih dan elit. Bahkan, hasil penelitian Listhaug, MacDonald dan Robinowitz

(1991) menunjukkan adanya --apa yang mereka sebut sebagai-- suatu empty

centre, yaitu adanya kelompok partai di dalam suatu wilayah yang keberadaan

posisinya di luar posisi kebanyakan pemilih.43

Hal lain yang juga perlu dicatat adanya perbedaan pengaruh di antara isu

terhadap perilaku politik. Dalam realitas politik, ada beragam isu sebagai

pertimbangan seseorang menentukan pilihan. Ada isu yang berkaitan dengan

peningkatan pajak, perbaikan kesejahteraan rakyat, ras, gender, agama, dan

sebagainya. Seorang pemilih biasanya responnya tidak sama terhadap isu-isu

tersebut, sehingga pengaruh masing-masing isu terhadap perilaku memilih juga

tidak sama. Di negara-negara tertentu, ada suatu isu yang pengaruhnya cenderung

menguat, sementara isu yang lain cenderung melemah. Penelitian Abramowitz di

Amerika Serikat misalnya, menunjukkan menurunnya pengaruh isu rasial dan

agama, padahal beberapa dekade lalu kedua variabel ini pengaruhnya sangat kuat

dalam menentukan perilaku memilih.44

Disamping kritik-kritik di atas, terutama untuk kasus Indonesia, masih ada

beberapa pertanyaan yang belum terjawab secara memuaskan. Persoalan utama

berasal dari asumsi pendekatan rasional itu sendiri, yang menganggap para

pemilih mempunyai informasi yang relatif akurat mengenai setiap alternatif yang

tersedia; dan menganggap para pemilih bebas dari tekanan sosial untuk

menyesuaikan diri dengan kehendak lingkungan. Dalam kenyataannya, tidak

semua pemilih mempunyai informasi yang memadai mengenai isu-isu politik dan

para kandidat yang diajukan OPP; begitu juga para pemilih sama sekali tidak

bebas dari tekanan lingkungan. Analogi kedua asumsi juga dapat dipersoalkan.

Apabila keuntungan dalam transaksi ekonomi secara langsung dan konkrit dapat

diketahui, tetapi transaksi atau pertukaran antara pemberi suara dan wakil; atau

keuntungan ketika memilih partai tertentu tidak dapat diketahui secara langsung

dan konkrit.

Para penganut pendekatan psikologis dan sosiologis tentu mempersoalkan

hubungan antara variabel-variabel dalam pendekatan politik-rasional itu dengan

43 Torben Iverson., loc.cit.44 Alan I. Abramowitz, “Issue Evaluation Reconsidered: Racial Attitudes and Partisanship in theU.S. Electorate”, dalam American Journal of Political Science, Vol. 38, No. 1, 1994, hal. 1-24.

Page 29: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

25

perilaku memilih. Benarkah isu-isu politik dan penilaian kandidat itu sebagai

suatu variabel bebas? Tidakkah, bisa jadi, pilihan terhadap isu politik dan

penilaian terhadap kandidat itu juga dipengaruhi oleh identifikasi partai atau

karakteristik-karakteristik sosiologis? Dan, bagaimana mengetahui dengan pasti

bahwa perilaku memilih itu dipengaruhi oleh mobilisasi atau paksaan (ancaman)?

Pada sisi lain, faktor-faktor politik juga mempunyai pengaruh yang

mengedepan dalam menentukan perilaku memilih seseorang, terutama untuk

menjelaskan perilaku politik di negara-negara sedang berkembang yang

menampakkan model pemerintahan birokratik-otoriter, seperti negara Indonesia.

Faktor politis ini bisa berupa prosedur pelaksanaan Pemilu, aturan-aturan

permasalahannya, bisa juga berupa tekanan-tekanan struktural atau paksaan.

Misalnya, beberapa prosedur atau aturan Pemilu membatasi kelompok-kelompok

tertentu untuk bisa menggunakan hak politiknya. Orang-orang tahanan atau yang

secara politis dianggap musuh negara tidak diperbolehkan menggunakan hak

pilihnya. Di Indonesia, kebanyakan para bekas aktivis partai komunis atau

organisasi terlarang lainnya tidak diperbolehkan ikut Pemilu.

Tekanan-tekanan struktural atau paksaan dari pihak lain juga mempunyai

urunan dalam menentukan pilihan seseorang. Tekanan ini bisa dalam bentuk halus

(mobilisasi) dan dalam bentuk paksaan. Dalam bentuk mobilisasi, pilihan yang

dibuat didasarkan pada pengarahan yang diberikan oleh seorang tokoh dari

lingkungan terdekatnya --lingkungan tetangga, organisasi, pekerjaan atau

kelompok-kelompok lainnya-- yang tidak mungkin bisa ditolak. Dalam penjelasan

Lipset hal ini dimasukkan dalam kategori group pressures to vote dan cross

pressures. Dalam bentuk paksaan, pilihan yang dibuat disebabkan adanya

ancaman atau intimidasi oleh pihak lain.

Dalam Pemilu di Indonesia misalnya, paksaan yang muncul pada

umumnya dilakukan dalam tiga bentuk ancaman, yaitu ancaman administratif,

ekonomi dan ideologis. Ancaman administratif dikeluarkan oleh aparat

pemerintahan desa atau kelurahan dalam bentuk, misalnya, tidak akan memberi

pelayanan surat keterangan (KTP, pertanahan, surat kelakuan baik, surat kawin,

surat kenal lahir, dan sebagainya) kepada warga yang tidak memilih OPP tertentu.

Bentuk ancaman administratif ini tidak berupa ancaman secara verbal, tetapi

Page 30: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

26

dalam bentuk perlakuan seperti menghindari atau mengabaikan orang tersebut,

atau memperlambat pelayanan. Konsekuensi ancaman ekonomi bagi yang tidak

memilih OPP tertentu adalah kehilangan pekerjaan pada sektor publik dan swasta

atau kehilangan tanah garapan. Konsekuensinya bisa menyebabkan hilangnya

sumber kehidupan. Bentuk baru dari ancaman ekonomi ini adalah tidak diberi

jabatan atau tugas yang jelas di suatu kantor atau tidak diikutsertakan dalam

berbagai kegiatan tambahan yang mendatangkan pendapatan ekstra.45 Pada

Pemilu 1971, cukup banyak orang memilih OPP tertentu karena takut dituduh

sebagai anggota atau simpatisan partai terlarang. Mengabaikan ancaman ideologis

semacam ini tidak hanya berakibat bagai dirinya sendiri tetapi juga bagi

keturunannya. Untuk itu, demi rasa aman, tidak bisa lain kecuali memilih OPP

tertentu. Dalam konteks semacam ini, seorang pemilih memilih partai politik

berdasarkan pertimbangan minimalisasi resiko ini tampaknya juga dapat

dimasukkan dalam penjelasan rasional.

45 Ramlan Surbakti, “Apakah Masih ada Paksaan Dalam Pemilu? Harian Surya, 1992

Page 31: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

27

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Kuantitatif dengan rancang bangun penelitian

survey. Dimana, peneliti bertujuan mengkaji perilaku memilih masyarakat Bondowoso

berdasarkan karakteristik pemilih, perilaku memilih berdasarkan alasan psikologis, perilaku

memilih berdasarkan alasan sosiologis, dan perilaku memilih berdasarkan alasan rasionalitas,

serta isu-isu politik di Kabupaten Bondowoso. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah

yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan

penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-

teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian

yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental

antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif. Desain

penelitian survey adalah metode penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen

utama untuk mengumpulkan data. Metode ini adalah yang paling sering dipakai di kalangan

peneliti perilaku memilih. Desainnya sederhana, prosesnya cepat. Penelitian survei dengan

kuesioner ini memerlukan responden dalam jumlah yang cukup agar validitas temuan bisa

dicapai dengan baik. Hal ini wajar, sebab apa yang digali dari kuesioner itu cenderung informasi

umum tentang fakta atau opini yang diberikan oleh responden. Karena informasi bersifat umum

dan (cenderung) maka diperlukan responden dalam jumlah cukup agar “pola” yang

menggambarkan objek yang diteliti dapat dijelaskan dengan baik.

3.2 Lokasi penelitian/Setting Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Kabupaten Bondowoso, dengan mengambil sampel lokasi di 23

kecamatan, diantaranya adalah kecamatan Binakal, Kecamatan Bondowoso, Kecamatan Botolinggo,

Kecamatan Cermee, dan Kecamatan Wringin.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian untuk metode kuantitatif adalah seluruh penduduk Kabupaten

Bondowoso sebesar 597.128 (KPU Jawa Timur, 2014).

Page 32: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

28

Sampel penelitian adalah sebagian dari pemilih kabupaten Bondowoso yang dihitung

dengan menggunakan rumus:

N Z2 P (1-P)n = -----------------------------

(N-1) d² + Z2 P (1-P)]

Dimana:

n = Besar sampel

N = Jumlah populasi

P = proporsi = 0,5

Z2 = Derajat kepercayaan 95%, maka Z adalah 1,96

d = presisi yang diinginkan dalam penelitian ini 5% (0,05)

Dari hasil penghitungan rumus di atas, maka sampel penelitian ini adalah 384 sampel.

Teknik pengambilan sampel penelitian yaitu dengan teknik Multistade Random Sampling,

dimana peneliti sebelumnya memilih sampel kecamatan, dari sampel kecamatan kemudian

dipilih sampel desa, dari sampel desa kemudian diambil sampel RT/RW secara sistimatik. Untuk

pembagian sampel kecamatan bisa dilihat di bawa ini:

NONAMA

KECAMATANJUMLAHPEMILIH SAMPEL

SAMPELAKHIR

1 Binakal 12843 8.25905 9

2 Bondowoso 56169 36.1211 35

3 Botolinggo 27083 17.4165 17

4 Cermee 35500 22.8293 22

5 Curahdami 24217 15.5734 16

6 Grujukan 28018 18.0178 18

7 Jambesari DS 26318 16.9245 16

8 Klabang 15613 10.0404 11

9 Maesan 35786 23.0132 23

10 Pakem 18465 11.8744 12

11 Prajekan 20191 12.9844 13

12 Pujer 32760 21.0672 21

13 Sempol 8827 5.67645 8

14 Sukosari 12060 7.75552 9

15 Sumberwringin 26249 16.8802 16

16 Taman krocok 13179 8.47513 9

Page 33: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

29

17 Tamanan 28146 18.1001 18

18 Tapen 26628 17.1239 17

19 Tegalampel 19553 12.5741 13

20 Tenggarang 30754 19.7772 19

21 Tlogosari 35904 23.0891 22

22 Wonosari 31135 20.0222 20

23 Wringin 31730 20.4049 20

TOTAL 597128 384 384

3.4 Variabel Penelitian

a. Karakteristik Pemilih

b. Perilaku Memilih berdasarkan pertimbangan psikologis

c. Perilaku Memilih berdasarkan pertimbangan Sosiologis

d. Perilaku Memilih berdasarkan pertimbangan Rasionalitas

e. Isu-isu politik di Kabupaten Bondowoso.

3.5. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data metode kuantitatif yaitu dengan data primer dan sekunder.

a. Data Primer

1) Angket terhadap responden dengan menggunakan format kuesioner tertutup untuk

mengetahui data karakteristik pemilih, perilaku memilih berdasarkan alasan psikologis,

perilaku memilih berdasarkan alasan sosiologis, dan perilaku memilih berdasarkan

alasan rasionalitas, serta isu-isu politik di Kabupaten Bondowoso.

2) Observasi atau pengamatan langsung di lingkungan dimana masyarakat tinggal.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui telaah kepustakaan, Instansi atau dinas terkait, data dari

instansi atau dinas sebagai penunjang data yang diperlukan data dalam penelitian ini, seperti

gambaran umum Kecamatan di Kabupaten Bondowoso, jumlah pemilih, data penduduk, fasilitas

Kecamatan dan lain sebagainya.

3.6. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian metode kuantitatif dari penelitiaan ini adalah kuesioner tertutup,

dimana responden akan memilih salah satu dari alternatif jawaban yang telah disediakan peneliti.

Page 34: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

30

3.7. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif. Data yang telah terkumpul

dilakukan editing (penyuntingan), hal ini untuk menghindari terjadinya kesalahan. Setelah itu

dilakukan koding (penandaan) serta entry data sesuai dengan keperluan dan tujuan penelitian

sehingga mempermudah untuk analisis. Data dianalisis dengan bantuan perangkat computer

program SPSS. Penyajian data dalam bentuk terks atau narasi, table dan tabulasi silang atau

bagan.

Page 35: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

31

BAB 4

PERILAKU MEMILIH

4.1. KARAKTERISTIK PEMILIH

4.1.1 Distribusi Sampel Kecamatan

Berdasarkan jumlah sampel perkecamatan, sampel diambil secara

proporsional berdasarkan jumlah pemilih di masing-masing kecamatan. Hal ini

dilakukan agar terjadi penyebaran jumlah responden berdasarkan besaran

pemilih di masing-masing kecamatan. Sampel terbesar adalah di Kecamatan

Wringin sebanyak 36 sampel (9,4%), Kota sebanyak 34 responden (8,9%) dan

Maesan sebanyak 22 responden (5,7%).

Kecamatan

10 2.6 2.6 2.634 8.9 8.9 11.516 4.2 4.2 15.622 5.7 5.7 21.416 4.2 4.2 25.518 4.7 4.7 30.216 4.2 4.2 34.410 2.6 2.6 37.022 5.7 5.7 42.712 3.1 3.1 45.814 3.6 3.6 49.520 5.2 5.2 54.710 2.6 2.6 57.312 3.1 3.1 60.416 4.2 4.2 64.610 2.6 2.6 67.218 4.7 4.7 71.912 3.1 3.1 75.018 4.7 4.7 79.722 5.7 5.7 85.420 5.2 5.2 90.636 9.4 9.4 100.0

384 100.0 100.0

BinakalBondowosoBotolingoCermeeCurahdamiGrujukanJambesariKlabangMaesanPakemPrajekanPujerSempolSukosariSumberwringinTaman KrocokTamananTegalampelTenggarangTlogosariWonosariWringinTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 36: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

32

4.1.2 Distribusi Sampel Perdapil

Sampel dapil diambil juga secara proporsional berdasarkan jumlah

pemilih di masing-masing kecamatan. Dapil V adalah dapil dengan sampel

terbesar, yaitu sebanyak 96 responden (25%).

4.1.3 Distribusi Umur Responden

Dari sisi umur, kebanyakan responden yang terjaring berumur antara 40-

49 tahun, yaitu sebanyak 39,1 persen. Sedikit dibawahnya adalah responden

yang berumur 20-29 tahun sebanyak 26,0 persen. Sisanya, berumur di atas 50

tahun sebanyak 13 persen, 30-39 tahun sebanyak 20,3 persen, kurang dari 20

tahun 1,6 persen. Dari sisi umur ini, komposisi responden memang

menggelembung di tengah, yaitu berkisar pada umur 30-49 tahun. Sementara

pemilih pemula jumlah sangat terbatas. Hanya sekitar 2 persen pemilih pemula,

sehingga tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan jumlah pemilih secara

keseluruhan.

Dapil

72 18.8 18.8 18.862 16.1 16.1 34.980 20.8 20.8 55.774 19.3 19.3 75.096 25.0 25.0 100.0

384 100.0 100.0

Dapil IDapil IIDapil IIIDapil IVDapil VTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Umur Resp

6 1.6 1.6 1.6100 26.0 26.0 27.678 20.3 20.3 47.9

150 39.1 39.1 87.050 13.0 13.0 100.0

384 100.0 100.0

< 20 tahun20-29 tahun30-39 tahun40-49 tahun> 50 tahunTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 37: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

33

4.2 Distribusi Jenis Kelamin Responden

Dari segi jender, responden yang terjaring umumnya berjenis kelamin

laki-laki, yaitu sebanyak 68,8 persen dari 384 responden. Sementara itu, sisanya,

31,2 persen berjenis kelamin perempuan. Dibanding angka riil pemilih di

Kabupaten Bondowoso, angka di atas tampaknya sedikit over representatif untuk

pemilih laki-laki. Sebab, dalam realitasnya, jumlah pemilih perempuan dengan

laki-laki adalah hampir seimbang. Namun, karena ada kecenderungan pilihan

perempuan, terutama yang sudah berkeluarga, mengikuti pilihan suaminya;

begitu juga pilihan anak perempuan ada kecenderungan mengikuti pilihan politik

bapaknya, maka nilai over representatif sekitar 16 persen di atas tampaknya

tidak berpengaruh banyak terhadap hasil prediksi. Meski begitu, untuk

menjelaskan kasus-kasus khusus, perbedaan ini perlu dikontrol.

4.3 Distribusi Pendidikan Responden

Dari sisi pendidikan, umumnya responden yang diteliti berpendidikan SD,

yaitu sekitar 7,3 persen. Jumlah ini disusul responden yang berpendidikan SLTP

sebesar 16,1 persen, dan paling besar SLTA 55,2 persen, dan perguruan tinggi

sebanyak 19,8 persen. Sisanya, sekitar 1,6 persen mengaku tidak sekolah atau SD

tidak tamat. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar, sekitar 50 persen,

responden yang diteliti mengaku hanya berpendidikan SLTA dan perguruan

tinggi. Jika angka ini ditambah dengan 16 persen responden yang mengaku

pendidikan SLTP, itu berarti ada sekitar 80 persen responden yang

pendidikannya SLTP ke atas.

Jenis Kelamin

264 68.8 68.8 68.8120 31.3 31.3 100.0384 100.0 100.0

Laki-lakiPerempuanTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 38: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

34

4.4 Distribusi Pekerjaan Responden

Dari sisi pekerjaan, sebagian besar responden yang diteliti mengaku

bekerja sebagai petani. Terdapat sekitar 17,2 persen responden yang mengaku

sebagai petani. Jumlah ini diikuti oleh warga yang mengaku sebagai pedagang,

sekitar hampir 17,2 persen. Hanya saja, pengertian pedagang disini bukanlah

sebagai pedagang besar, tetapi kebanyakan adalah pedagang kecil bahkan

eceran di pasar-pasar atau di depan rumah. Jumlah yang lebih kecil diakui oleh

responden yang mengaku bekerja di sector informal, diantaranya termasuk yang

bergerak di PK5. Sekitar 4,7 persen responden mengaku sebagai karyawan

swasta seperti pegawai pabrik, karyawan perusahaan, bekerja di toko, dan

sebagainya. Responden yang mengaku sebagai karyawan swasta hanya sekitar

11,5 persen, pengusaha3,1 persen, TNI-Polri 0,0 persen. Sisanya, mengaku belum

bekerja atau bekerja di sector lainnya, seperti buruh, satpam, pekerja bangunan,

jumlahnya mencapai 28,1 persen.

Pendidikan

6 1.6 1.6 1.628 7.3 7.3 8.962 16.1 16.1 25.0

212 55.2 55.2 80.276 19.8 19.8 100.0

384 100.0 100.0

Tidak SekolahSD dan sederajatSLTP dan sederajatSLTA dan sederajatPT dan sederajatTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 39: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

35

4.5 Distribusi Penghasilan Responden

Dari sisi penghasilan, umumnya cukup memprihatinkan. Sebagian besar

responden mengaku berpenghasilan kurang dari 500 ribu rupiah per bulan.

Terdapat 5,7 persen yang mengaku memperoleh penghasilan sebesar itu.

Responden yang berpenghasilan 500 ribu-1 juta jumlahnya 15,6 persen. Untuk

kebutuhan hidup di Kabupaten besar seperti Bondowoso, apalagi bagi yang

sudah memiliki keluarga dan anak-anak, tentu penghasilan sebesar itu masih

jauh dari mencukupi secara wajar. Memang, terdapat 6,4 persen responden yang

mengaku memperoleh penghasilan 1-1,5 juta dan 14,6 persen yang memperoleh

penghasilan 1,5-2 juta. Bahkan, terdapat 25,5 persen responden yang mengaku

berpenghasilan di atas 2 juta.

Pekerjaan

70 18.2 18.2 18.212 3.1 3.1 21.466 17.2 17.2 38.544 11.5 11.5 50.066 17.2 17.2 67.218 4.7 4.7 71.9

108 28.1 28.1 100.0384 100.0 100.0

Pegawai Negeri SipilPengusahaPedagangKaryawan SwastaPetaniSektor InformalLain-lainTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Penghasilan

22 5.7 5.7 5.760 15.6 15.6 21.456 14.6 14.6 35.9

148 38.5 38.5 74.598 25.5 25.5 100.0

384 100.0 100.0

< 500.000500.000 -< 1.000.0001.000.000 -< 1.500.0001.500.000 -< 2.000.000> 2.000.000Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 40: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

36

4.2. PERILAKU MEMILIH

4.2.1 Partisipasi Politik

Partisipasi politik warga Bondowoso memang tidak begitu besar, dari 384

responden, ketika ditanya apakah mereka ke depan hadir pada pemilihan bupati,

partai maupun presiden, hanya 77,3 persen yang menjawab hadir untuk

mengikuti pilihan, sedangkan 22,7 persennya tidak hadir. Ketidakhadiran ini

sebagian besar disebabkan oleh ketidakpedulian mereka terhadap pemilu,

bahwa pemilu sudah tidak merubah apapun. sebagian besar lagi menganggap

bahwa mereka harus bekerja sehingga mereka kesulitan untuk mengikuti pilihan,

mengingat biasanya pilihan dilaksanakan pada hari normal bukan pada saat

liburan nasional.

4.2.2 Model Kampanye

Model kampanye yang diharapkan masyarakat Bondowoso sebagian

besar adalah model kampanye dialogis, yaitu sebanyak 34,4 persen, disusul

konfoi 30,7 persen, dibawahnya sedikit adalah door to door sebanyak 24,5

persen dan pengerahan massa hanyya 9,9 persen. Tingginya model kampanye

dengan dialogis yang diharapkan masyarakat bisa dimengerti, mengingat bahwa

0 10

hadir

tidak hadir

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT

36

4.2. PERILAKU MEMILIH

4.2.1 Partisipasi Politik

Partisipasi politik warga Bondowoso memang tidak begitu besar, dari 384

responden, ketika ditanya apakah mereka ke depan hadir pada pemilihan bupati,

partai maupun presiden, hanya 77,3 persen yang menjawab hadir untuk

mengikuti pilihan, sedangkan 22,7 persennya tidak hadir. Ketidakhadiran ini

sebagian besar disebabkan oleh ketidakpedulian mereka terhadap pemilu,

bahwa pemilu sudah tidak merubah apapun. sebagian besar lagi menganggap

bahwa mereka harus bekerja sehingga mereka kesulitan untuk mengikuti pilihan,

mengingat biasanya pilihan dilaksanakan pada hari normal bukan pada saat

liburan nasional.

4.2.2 Model Kampanye

Model kampanye yang diharapkan masyarakat Bondowoso sebagian

besar adalah model kampanye dialogis, yaitu sebanyak 34,4 persen, disusul

konfoi 30,7 persen, dibawahnya sedikit adalah door to door sebanyak 24,5

persen dan pengerahan massa hanyya 9,9 persen. Tingginya model kampanye

dengan dialogis yang diharapkan masyarakat bisa dimengerti, mengingat bahwa

10 20 30 40 50 60 70

22,7

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT

36

4.2. PERILAKU MEMILIH

4.2.1 Partisipasi Politik

Partisipasi politik warga Bondowoso memang tidak begitu besar, dari 384

responden, ketika ditanya apakah mereka ke depan hadir pada pemilihan bupati,

partai maupun presiden, hanya 77,3 persen yang menjawab hadir untuk

mengikuti pilihan, sedangkan 22,7 persennya tidak hadir. Ketidakhadiran ini

sebagian besar disebabkan oleh ketidakpedulian mereka terhadap pemilu,

bahwa pemilu sudah tidak merubah apapun. sebagian besar lagi menganggap

bahwa mereka harus bekerja sehingga mereka kesulitan untuk mengikuti pilihan,

mengingat biasanya pilihan dilaksanakan pada hari normal bukan pada saat

liburan nasional.

4.2.2 Model Kampanye

Model kampanye yang diharapkan masyarakat Bondowoso sebagian

besar adalah model kampanye dialogis, yaitu sebanyak 34,4 persen, disusul

konfoi 30,7 persen, dibawahnya sedikit adalah door to door sebanyak 24,5

persen dan pengerahan massa hanyya 9,9 persen. Tingginya model kampanye

dengan dialogis yang diharapkan masyarakat bisa dimengerti, mengingat bahwa

70 80

77,3

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT

Page 41: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

37

masyarakat sudah bosan dengan model kampanye pengerahan massa yang

selama ini terjadi. Karena biasanya pada saat kampanye dengan pengerahan

massa ada beberapa kejadian yang tidak diinginkan oleh masyarakat, seperti

bentrok antar pendukung partai atau calon maupun merusak fasilitas-fasilitas

umum. Kalau dilihat kampanye dialogis dan door to door dijumlah sebesar 60

persen lebih, maka masyarakat menginginkan sebenarnya model kampanye yang

modern lebih mengedepankan penyampaian program dibandingkan hanya

sekedar pengerahan massa yang seolah-olah penghamburan atau foya-foya saja.

Dari model kampanye dialogis, ternyata sebagian besar menginginkan

dialog langsung melalui dialog pertemuan-pertemuan RT/RW/desa sebesar 35,4

persen, karena dialog model ini partai atau calon langsung mengerti

permasalahan-permasalahan yang ada di setiap wilayah terkecil disetiap

kabupaten atau provinsi. Sebagian besar lagi, 28,6 persen menginginkan dialog

langsung tatap muka, baik melalui tatap muka pertemuan pengajian maupun

ormas-ormas.

0

Dialogis

Pengerahan Massa

Konfoi

Door to door

Lain-lain 0,5

37

masyarakat sudah bosan dengan model kampanye pengerahan massa yang

selama ini terjadi. Karena biasanya pada saat kampanye dengan pengerahan

massa ada beberapa kejadian yang tidak diinginkan oleh masyarakat, seperti

bentrok antar pendukung partai atau calon maupun merusak fasilitas-fasilitas

umum. Kalau dilihat kampanye dialogis dan door to door dijumlah sebesar 60

persen lebih, maka masyarakat menginginkan sebenarnya model kampanye yang

modern lebih mengedepankan penyampaian program dibandingkan hanya

sekedar pengerahan massa yang seolah-olah penghamburan atau foya-foya saja.

Dari model kampanye dialogis, ternyata sebagian besar menginginkan

dialog langsung melalui dialog pertemuan-pertemuan RT/RW/desa sebesar 35,4

persen, karena dialog model ini partai atau calon langsung mengerti

permasalahan-permasalahan yang ada di setiap wilayah terkecil disetiap

kabupaten atau provinsi. Sebagian besar lagi, 28,6 persen menginginkan dialog

langsung tatap muka, baik melalui tatap muka pertemuan pengajian maupun

ormas-ormas.

0 5 10 15 20 25

34,4

9,9

30,7

24,5

0,5

MODEL KAMPANYE

37

masyarakat sudah bosan dengan model kampanye pengerahan massa yang

selama ini terjadi. Karena biasanya pada saat kampanye dengan pengerahan

massa ada beberapa kejadian yang tidak diinginkan oleh masyarakat, seperti

bentrok antar pendukung partai atau calon maupun merusak fasilitas-fasilitas

umum. Kalau dilihat kampanye dialogis dan door to door dijumlah sebesar 60

persen lebih, maka masyarakat menginginkan sebenarnya model kampanye yang

modern lebih mengedepankan penyampaian program dibandingkan hanya

sekedar pengerahan massa yang seolah-olah penghamburan atau foya-foya saja.

Dari model kampanye dialogis, ternyata sebagian besar menginginkan

dialog langsung melalui dialog pertemuan-pertemuan RT/RW/desa sebesar 35,4

persen, karena dialog model ini partai atau calon langsung mengerti

permasalahan-permasalahan yang ada di setiap wilayah terkecil disetiap

kabupaten atau provinsi. Sebagian besar lagi, 28,6 persen menginginkan dialog

langsung tatap muka, baik melalui tatap muka pertemuan pengajian maupun

ormas-ormas.

30 35

Page 42: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

38

Meskipun beberapa masyarakat menginginkan model kampanye dengan

dialogis, ternyata mereka juga mengharapkan ketika berdialog atau bertemu

dengan masyarakat mereka (partai dan calon) juga membawa beberapa

bingkisan sebagai tanda kepedulian mereka terhadap masyarakat local. Sebagian

besar bingkisan yang diharapkan adalah dalam bentuk sembako sebanyak 44,8

persen, kemudian disusul kaos sebanyak 18,2 persen, dan jilbab/kerudung

sebanyak 13,0 persen. sedangkan hanya 6,8 persen yang tidak mengharapkan

bingkisan pada saat kampanye.

Dialog dengan tatap muka

Dialog melalui radio/ TV

Dialog Pertemuan Kelompok (RT/RW/desa)

Dialog dengan membawa bingkisan

Dialog dengan membawa uang

Dialog dengan alat peraga (baliho, pamflet)

MODEL KAMPANYE DIALOGIS

Bingkisan Dikehendaki

70 18.2 19.6 19.650 13.0 14.0 33.546 12.0 12.8 46.46 1.6 1.7 48.02 .5 .6 48.6

172 44.8 48.0 96.612 3.1 3.4 100.0

358 93.2 100.026 6.8

384 100.0

KaosJilbab/ KerudungSarungTasTopiSembakoLain-lainTotal

Valid

SystemMissingTotal

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

38

Meskipun beberapa masyarakat menginginkan model kampanye dengan

dialogis, ternyata mereka juga mengharapkan ketika berdialog atau bertemu

dengan masyarakat mereka (partai dan calon) juga membawa beberapa

bingkisan sebagai tanda kepedulian mereka terhadap masyarakat local. Sebagian

besar bingkisan yang diharapkan adalah dalam bentuk sembako sebanyak 44,8

persen, kemudian disusul kaos sebanyak 18,2 persen, dan jilbab/kerudung

sebanyak 13,0 persen. sedangkan hanya 6,8 persen yang tidak mengharapkan

bingkisan pada saat kampanye.

0 5 10 15 20 25

Dialog dengan tatap muka

Dialog melalui radio/ TV

Dialog Pertemuan Kelompok (RT/RW/desa)

Dialog dengan membawa bingkisan

Dialog dengan membawa uang

Dialog dengan alat peraga (baliho, pamflet)

28,6

14,6

35,4

9,4

6,3

5,7

MODEL KAMPANYE DIALOGIS

Bingkisan Dikehendaki

70 18.2 19.6 19.650 13.0 14.0 33.546 12.0 12.8 46.46 1.6 1.7 48.02 .5 .6 48.6

172 44.8 48.0 96.612 3.1 3.4 100.0

358 93.2 100.026 6.8

384 100.0

KaosJilbab/ KerudungSarungTasTopiSembakoLain-lainTotal

Valid

SystemMissingTotal

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

38

Meskipun beberapa masyarakat menginginkan model kampanye dengan

dialogis, ternyata mereka juga mengharapkan ketika berdialog atau bertemu

dengan masyarakat mereka (partai dan calon) juga membawa beberapa

bingkisan sebagai tanda kepedulian mereka terhadap masyarakat local. Sebagian

besar bingkisan yang diharapkan adalah dalam bentuk sembako sebanyak 44,8

persen, kemudian disusul kaos sebanyak 18,2 persen, dan jilbab/kerudung

sebanyak 13,0 persen. sedangkan hanya 6,8 persen yang tidak mengharapkan

bingkisan pada saat kampanye.

25 30 35 40

MODEL KAMPANYE DIALOGIS

Bingkisan Dikehendaki

70 18.2 19.6 19.650 13.0 14.0 33.546 12.0 12.8 46.46 1.6 1.7 48.02 .5 .6 48.6

172 44.8 48.0 96.612 3.1 3.4 100.0

358 93.2 100.026 6.8

384 100.0

KaosJilbab/ KerudungSarungTasTopiSembakoLain-lainTotal

Valid

SystemMissingTotal

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Page 43: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

39

Untuk model kampanye dengan model konfoi, sebagian besar

masyarakat menginginkan bahwa konfoi tidak hanya sekedar membawa

kendaraan kemudian mengitari setiap wilayah kampanye, tetapi mereka

menginginkan bahwa ketika kampanye, partai atau calon juga harus

meninformasikan mengenai program-program mereka kedepan melalui

pembagian brosur pada saat kampanye, yaitu sebesar 46,4 persen, dan 24

persen dibarengi dengan bawa music ketika berkonfoi.

Model kampanye door to door yang diharapkan masyarakat adalah

bertamu atau bersilaturohmi dengan membawa program (27 persen) dan

mereka (partai atau caleg,cabup) bisa mendengarkan keluhan-keluhan

masyarakat (52,6 persen). Disamping itu, ada beberapa masyarakat yang

menginginkan ketika bersilaturohmi juga membawa sembako atau uang.

Pengerahan Massa paling Relevan untuk Konfoi

66 17.2 17.2 17.248 12.5 12.5 29.7

178 46.4 46.4 76.0

92 24.0 24.0 100.0

384 100.0 100.0

Bawa KendaraanJalanKonfoi sambilbawa brosurKonfoi sambilbawa musikTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Door to door paling relevan

104 27.1 27.1 27.1

202 52.6 52.6 79.7

50 13.0 13.0 92.7

28 7.3 7.3 100.0

384 100.0 100.0

Bertemu & PerkenalanProgramMendengarkan masalah& keluhan wargaBertamu & membawaoleh2/ sembakoBertamu & MembawaUangTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 44: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

40

Media relevan yang digunakan untuk kampanye adalah TV sebasar 49

persen, disusul radio 16,1 persen, dan surat kabar 15,1 persen. Tingginya media

kampanye dengan TV dibandingkan dengan radio atau surat kabar

mengindikasikan bahwa sebagian masyarakat ketika pingin mendegarkan

program atau calon tidak hanya melalui suara saja atau berita saja, tetapi

masyarakat menginginkan penampilan mereka juga. media Tv merupakan media

yang paling lengkap dalam penyampaian program, hal ini bisa dimengerti karena

media TV, para caleg atau cabup bisa dilihat langsung oleh masyarakat dan

masyarakat bisa juga mengetahui program yang langsung disampaikan oleh para

caleg atau cabup tersebut.

4.2.3 Kampanye dengan Hiburan

Pada saat kampanye, ternyata masyarakat tidak hanya menginginkan

setiap partai, cabup maupun capres menyampaikan visi, misi maupun program

saja, tetapi sebagian besar responden 82,3 persen mengharapkan bahwa ketika

kampanye perlu juga ditampilkan hiburan. perlunya program hiburan ini bisa

dipahami, mengingat bahwa sebagian besar masyarakat haus akan hiburan yang

gratis, dan ketika kampanye, hiburan ini juga bisa dipakai untuk menarik

sejumlah besar masyarakat untuk menghadiri kampanye, sehingga setiap

kampanye yang dilakukan oleh partai, caleg, capres maupun cabup bisa mengena

ke masyarakat dengan jumlah peserta yang banyak.

Media Relevan untuk Pileg 2015

188 49.0 49.0 49.062 16.1 16.1 65.158 15.1 15.1 80.276 19.8 19.8 100.0

384 100.0 100.0

TVRadioSurat KabarTatap MukaTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 45: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

41

Beberapa huburan yang disukai oleh masyarakat pada saat kampanye

adalah music dangdut 65,0 persen, music pop 10,9 persen, dan lawakan 5,7

persen. Tingginya musik dangdut menunjukkan bahwa musik dangdut adalah

musik masyarakat umum yang tidak terpengaruh oleh latarbelakang pendidikan,

ekonomi, maupun pekerjaan, hamper setiap masyarakat menyukai dangdut.

Sehingga ketika seorang caleg, capres atau cabup hendak kampanye dan

berharap bahwa kampanyennya dihadiri oleh masyarakat banyak, maka

kampanyenya harus dibarengi dengan hiburan music dangdut.

4.2.4 Profesi Jurkam

Profesi juru kampanye (jurkam) juga sangat penting pada saat kampanye,

ketika jurkam tidak dikenal atau tidak dikehendaki oleh masyarakat, maka bisa

saja ketika kampanye tidak begitu banyak masyarakat yang dating, apalagi ketika

jurkam yang menyampaikan kurang familiar di masyarakat atau bukan tokoh di

Kampanye dengan hiburan

316 82.3 82.3 82.368 17.7 17.7 100.0

384 100.0 100.0

SukaTidak SukaTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Hiburan yang Disukai

208 54.2 65.0 65.042 10.9 13.1 78.118 4.7 5.6 83.822 5.7 6.9 90.612 3.1 3.8 94.414 3.6 4.4 98.84 1.0 1.3 100.0

320 83.3 100.064 16.7

384 100.0

Musik DangdutMusik PopMusik QosidahLawakanFilm (layar tancap)Ludruk/ KetoprakCampursariTotal

Valid

SystemMissingTotal

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Page 46: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

42

masyarakat, maka bisa saja program yang ditawarkan tidak begitu menarik bagi

masyarakat. Adapun profesi jurkam yang paling banyak diinginkan oleh

masyarakat adalah jurkam harus seorang kiai sebesar 37 persen, kemudiaan

disusul tokoh pemerintah (seperti bupati, wabup) sebasar 24,5 persen, dan

kemudian seorang cendekiawan (dosen,guru, ustad) sebesar 13 persen. Kedepan

hendaknya seorang caleg, capres atau cabup ketika menunjuk jurkam paling

tidak harus berlatarbelakang ketiga profesi tersebut diatas, agar apa yang ingin

disampaikan dan tujuan yang hendak dicapai bisa terwujut.

4.2.5 Pertimbangan Memilih Caleg

Pertimbangan seseorang untuk memilih caleg, ternyata tidak seratus

persen karena latarbelakang caleg tersebut, ada sekitar 34,9 persen yang

memilih caleg karena caleg tersebut iusung oleh partai yang mereka sukai.

Profesi Jurkam Disukai

142 37.0 37.0 37.050 13.0 13.0 50.016 4.2 4.2 54.294 24.5 24.5 78.614 3.6 3.6 82.312 3.1 3.1 85.436 9.4 9.4 94.820 5.2 5.2 100.0

384 100.0 100.0

KyaiCendekiawanDa'iTokoh PemerintahPengusahaBintang FilmPenyanyiPelawakTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Pertimbangan Memilih Caleg

250 65.1 65.1 65.1134 34.9 34.9 100.0384 100.0 100.0

Caleg yang DiusungKeberadaan PartaiTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 47: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

43

Beberapa masyarakat lagi ternyata memilih caleg beserta partainya

sebesar 44,3 persen dan tidak memilih caleg tetapi lebih hanya memilih partai

saja sebesar 55,7 persen.

4.2.6 Pertimbangan Memilih Partai/Caleg

Pertimbangan pemilih dalam memilih partai/caleg adalah program yang

ditawarkan sebanyak 20,8 persen, kemudian disusul pimpinan/tokoh partai

sebanyak 10,9 persen, dan caleg yang ditampilkan sebanyak 9,9 persen.

Suka Caleg Tidak Suka Partai

170 44.3 44.3 44.3

214 55.7 55.7 100.0

384 100.0 100.0

Tetap memilih calegdengan partainyaTidak memilih calegtersebut/ memilihpartai lainTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Suka Partai Tidak Suka Caleg

72 18.8 18.8 18.8

48 12.5 12.5 31.3

264 68.8 68.8 100.0

384 100.0 100.0

Tetap memilih partaidengan caleg tsbTidak memilih partaitersebutTetap memilih partainamun memilihcaleg lainTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 48: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

44

4.2.7 Pertimbangan Memilih Cabup/Capres

Pertanyaan utama yang perlu diajukan untuk memahami sekaligus

memprediksikan pilihan pemilih terhadap cabup adalah, faktor-faktor apakah

yang mempengaruhi mereka untuk menentukan pilihan politiknya dalam

memilih cabup? Mengapa sebagian pemilih mendukung cabup/capres tertentu,

sementara sebagian yang lain mendukung capbup/capres yang lain?

Dari berbagai item jawaban --ditambah item jawaban terbuka-- sebagai

pertimbangan menentukan pilihan seperti ketokohan, kualitas calon, isu yang

diangkat, program yang ditawarkan, orang tua, teman, fatwa ulama, dan jurkam

yang ditampilkan, semuanya diperhitungkan oleh pemilih untuk menentukan

pilihan politiknya. Betapapun begitu, masing-masing pemilih memberi penilaian

yang tidak sepenuhnya sama pada masing-masing pertimbangan di atas.

Hampir semua responden menempatkan kualitas calon sebagai

pertimbangan utama dalam menentukan pilihan cabup. Sekitar 89,5 persen

pemilih mengaku memperhitungkan factor kualitas calon untuk memilih Bupati,

Pimpinan/ Tokoh Partai/Tokoh ormasCaleg yang ditampilkan

Isu yang diangkatProgram yang ditawarkanJurkam yang ditampilkan

Ideologi Partainya

Calon yang diajukanKinerja Aleg/cabup/partai

PERTIMBANGAN MEMILIH PARTAI/CALEG

44

4.2.7 Pertimbangan Memilih Cabup/Capres

Pertanyaan utama yang perlu diajukan untuk memahami sekaligus

memprediksikan pilihan pemilih terhadap cabup adalah, faktor-faktor apakah

yang mempengaruhi mereka untuk menentukan pilihan politiknya dalam

memilih cabup? Mengapa sebagian pemilih mendukung cabup/capres tertentu,

sementara sebagian yang lain mendukung capbup/capres yang lain?

Dari berbagai item jawaban --ditambah item jawaban terbuka-- sebagai

pertimbangan menentukan pilihan seperti ketokohan, kualitas calon, isu yang

diangkat, program yang ditawarkan, orang tua, teman, fatwa ulama, dan jurkam

yang ditampilkan, semuanya diperhitungkan oleh pemilih untuk menentukan

pilihan politiknya. Betapapun begitu, masing-masing pemilih memberi penilaian

yang tidak sepenuhnya sama pada masing-masing pertimbangan di atas.

Hampir semua responden menempatkan kualitas calon sebagai

pertimbangan utama dalam menentukan pilihan cabup. Sekitar 89,5 persen

pemilih mengaku memperhitungkan factor kualitas calon untuk memilih Bupati,

0 5 10 15

AgamaFatwa Ulama

Pimpinan/ Tokoh Partai/Tokoh ormasCaleg yang ditampilkan

Isu yang diangkatProgram yang ditawarkanJurkam yang ditampilkan

ReformisIdeologi Partainya

UangKinerja Partai

JurkamCalon yang diajukan

Kinerja Aleg/cabup/partai

5,213

10,99,9

1220,8

3,112,62,6

6,31

6,34,2

PERTIMBANGAN MEMILIH PARTAI/CALEG

44

4.2.7 Pertimbangan Memilih Cabup/Capres

Pertanyaan utama yang perlu diajukan untuk memahami sekaligus

memprediksikan pilihan pemilih terhadap cabup adalah, faktor-faktor apakah

yang mempengaruhi mereka untuk menentukan pilihan politiknya dalam

memilih cabup? Mengapa sebagian pemilih mendukung cabup/capres tertentu,

sementara sebagian yang lain mendukung capbup/capres yang lain?

Dari berbagai item jawaban --ditambah item jawaban terbuka-- sebagai

pertimbangan menentukan pilihan seperti ketokohan, kualitas calon, isu yang

diangkat, program yang ditawarkan, orang tua, teman, fatwa ulama, dan jurkam

yang ditampilkan, semuanya diperhitungkan oleh pemilih untuk menentukan

pilihan politiknya. Betapapun begitu, masing-masing pemilih memberi penilaian

yang tidak sepenuhnya sama pada masing-masing pertimbangan di atas.

Hampir semua responden menempatkan kualitas calon sebagai

pertimbangan utama dalam menentukan pilihan cabup. Sekitar 89,5 persen

pemilih mengaku memperhitungkan factor kualitas calon untuk memilih Bupati,

20 25

PERTIMBANGAN MEMILIH PARTAI/CALEG

Page 49: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

45

sementara 10,5 persen lainnya mengaku tidak memperhitungkan kualitas calon.

Faktor lain yang dijadikan pertimbangan sebagian besar responden untuk

menentukan pilihan cabup adalah program yang ditawarkan calon, yaitu

sebanyak 78 persen. Selanjutnya, diikuti responden yang mendasarkan pilihan

ketokohannya (65 persen), isu yang diangkat (43 persen), persamaan partai (23

persen), persamaan ormas (20 persen), jurkam yang ditampilkan atau para elit

diseputar calon (17 persen), fatwa ulama (17 persen), ikut teman (10 persen),

dan ikut orang tua (5 persen). Lebih lengkap lihat tabel 4 berikut:

Faktor-Faktor yang Menjadi Pertimbangan Memilih Cabup

Faktor Pertimbangan Persentase(%)

1. Kualitas Calon 89,52. Program yang ditawarkan 783. Ketokohannya 654. Isu yang Diangkat 435. Persamaan Partai 236. persamaan Ormas 207. Jurkam yang Ditampilkan 178. Fatwa Ulama 179. Ikut Teman 1010. Ikut Orang Tua 5

Tabel di atas memperlihatkan bahwa kualitas calon merupakan variabel

yang dipertimbangkan hampir oleh semua pemilih. Data semacam ini mudah

dipahami. Sebab, dalam kerangka besar teori perilaku memilih, pertimbangan

tokoh yang ditampilkan --yang oleh Pomper disebut sebagai variabel CE

(candidate evaluation)-- termasuk dalam kelompok pendekatan rasional. Data ini

setidaknya menguatkan temuan data lain, bahwa pertimbangan-pertimbangan

rasional --seperti pertimbangan program yang ditawarkan atau kesesuaian

aspirasi-- memberi sumbangan besar pada penentuan pilihan pemilih. Betapapun

begitu, temuan ini cukup mengejutkan. Ini berarti para pemilih, setidaknya di

perKabupatenan, telah menggunakan pertimbangan-pertimbangan rasional

Page 50: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

46

dalam menentukan pilihan politik, khususnya untuk pilkada. Padahal, untuk

pemilu legislative, penggunaan pertimbangan rasional ini relatif kecil.

Pertanyaannya, bagaimanakah latarbelakang sosial-ekonomi para pemilih

yang menempatkan kualitas kandidat sebagai pertimbangan dalam menentukan

pilihan cabup/capres? Dari berbagai hubungan variabel karakteristik sosial-

ekonomi pemilih dengan faktor yang paling dipertimbangkan dalam menentukan

pilihan, ada beberapa variabel yang mempunyai hubungan cukup berarti.

Pertama, para pemilih yang memilih cabup berdasarkan pertimbangan

kualitas calon lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dibanding perempuan.

Untuk laki-laki, hanya 12 persen pemilih yang mengaku tidak

mempertimbangkan kualitas calon sebagai dasar pertimbangan memilih Bupati.

Sementara itu, untuk pemilih perempuan lebih 13 persen yang tidak

mempertimbangkan kualitas calon sebagai dasar pertimbangan memilih cabup.

Data ini mengindikasikan bahwa pemilih laki-laki sedikit lebih banyak

menggunakan pertimbangan rasional ketimbang pemilih perempuan. Betapapun,

perbedaannya tidak terlalu signifikan.

Kedua, para pemilih yang berumur di bawah 40 tahun tampaknya lebih

menempatkan kualitas calon sebagai pertimbangan menentukan pilihan cabup

dibanding pemilih yang berumur di atas 40 tahun. Responden yang berumur 20-

29 tahun misalnya, hanya 8 persen yang tidak mempertimbangkan kualitas calon

sebagai dasar pertimbangan mendukung cabup, sementara untuk yang berumur

30-39 tahun sekitar 13 persen. Padahal, untuk responden yang berumur 40-49

tahun sekitar 15 persen mengaku tidak melihat kualitas calon sebagai dasar

pertimbangan memilih cabup, sementara untuk yang berumur di atas 50 tahun

sekitar 13 persen. Data ini setidaknya menggambarkan bahwa para "pemilih

muda" lebih memperhatikan kualitas para calon dibanding para "pemilih tua".

Sebab, jika seseorang menempatkan kualitas calon sebagai pertimbangan

memilih cabup, orang tersebut akan mencari berbagai informasi --baik yang

buruk maupun yang bagus-- tentang calon tersebut.

Page 51: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

47

Ketiga, para pemilih yang berlatarpendidikan tinggi umumnya lebih

menempatkan kualitas calon sebagai pertimbangan menentukan pilihan cabup

ketimbang pemilih yang berpendikan renda. Misalnya, responden yang bergelar

sarjana atau pernah menempuh pendidikan di perguruan tinggi hampir 92

persen mengaku menggunakan variabel kualitas calon sebagai dasar

pertimbangan untuk memilih cabup, sementara hal yang sama hanya diakui oleh

pemilih yang berlatarbelakang pendidikan SD.

Menarik untuk dicatat bahwa, disamping para pemilih menggunakan

pertimbangan kualitas calon sebagai dasar untuk memilih cabup, mereka juga

menggunakan variabel ketokohan. Artinya, mereka tidak semata-mata

menggunakan pertimbangan kualitas pribadi calon tetapi juga memperhitungkan

tingkat popularitas si calon. Sebab, untuk menilai ketokohan seseorang tidak

hanya bisa diukur dari kualitas pribadi, tetapi juga atribut-atribut yang melekat

pada si calon. Tabel di atas memperlihatkan bahwa lebih dari 57 persen pemilih

menggunakan variabel ketokohan sebagai dasar pertimbangan untuk

menentukan pilihan Bupati.

Oleh karena itu, menempatkan variabel ketokohan semata-mata

dipahami dalam konteks pendekatan rasional agaknya perlu hati-hati. Sebab,

tokoh yang ditampilkan seringkali tidak hanya berkaitan dengan evaluasi pemilih

terhadap cabup/capres --apakah mereka itu mampu memperjuangkan

aspirasinya atau tidak, bersih dari skandal atau tidak, bermoral atau tidak, dan

sebagainya-- tetapi seringkali juga dipahami dalam konteks kesukaan atau

ketidaksukaan pemilih terhadap tokoh yang ditampilkan, yang seringkali hal ini

berkaitan dengan sosialisasi politik yang diterima pemilih. Dalam konteks

semacam ini, pilihan terhadap seorang tokoh bukan dilatarbelakangi oleh

penilaian pemilih terhadap tokoh tersebut atau pertimbangan-pertimbangan

rasional, tetapi lebih disebabkan oleh faktor-faktor psikologis, seperti identifikasi

terhadap tokoh atau kelompok dimana tokoh tersebut berada.

Meskipun begitu, evaluasi pemilih terhadap kandidat, umumnya didasarkan

pada kualitas kandidat dan apa yang diperjuangkan oleh kandidat. Inilah yang

Page 52: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

48

menyebabkan para ahli voting behavior memasukkan variabel ini dalam

pendekatan rasional. Dalam banyak studi yang dilakukan di banyak negara

memang menunjukkan bahwa evaluasi pemilih terhadap kandidat didasarkan

pada isu-isu yang program yang ditawarkan kandidat tersebut. Oleh karena itu,

betapapun seseorang memilih berdasarkan variabel kualitas calon –atau bahkan

ketokohan sekalipun-- bukan tidak mungkin penilaian terhadap kandidat itu

dipengaruhi oleh posisi isu-isu yang diperjuangkan oleh kandidat tersebut

(Marcus and Philip E. Converse, 1988). Page dan Jones misalnya, setelah

mengamati hasil beberapa penelitian tentang voting behavior, sampai pada

kesimpulan: "overall evaluations of candidate do in fact affect perceptions of

candidates policy stands” (Page dan Jones, 1988).

Oleh karena itu, bisa dipahami jika variabel kedua yang menjadi dasar

pertimbangan bagi pemilih untuk memilih cabup adalah program yang

ditawarkan. Lebih dari 65 persen pemilih yang menggunakan variabel program

cabup sebagai dasar untuk menentukan pilihan. Data ini setidaknya menguatkan

kesimpulan bahwa para pemilih di perKabupatenan umumnya menggunakan

pertimbangan rasional dalam menentukan pilihan. Artinya, orang memilih cabup

banyak ditentukan oleh kesesuaian antara aspirasi politik pemilih dengan

program yang ditawarkan oleh cabup. Pengalaman studi studi voting behavior di

banyak negara menunjukkan, program yang ditawarkan kandidat menjadi daya

dorong utama untuk mengarahkan pilihan pemilih. Catatan Franklin

menyebutkan, salah satu pertimbangan kuat pemilih dalam menentukan pilihan

politiknya adalah preferensinya terhadap suatu kebijakan (Franklin, 1995).

Besarnya jumlah responden yang menentukan pilihan cabup berdasarkan

program partai atau kesesuaian aspirasi di atas cukup mengejutkan. Ini berarti,

responden yang diteliti lebih mendasarkan pertimbangan rasional dibanding

pertimbangan-pertimbangan sosiologis dan psikologis. Di Amerika Serikat saja,

negara yang cukup maju tingkat demokratisasinya dan sangat modern kehidupan

masyarakatnya, jumlah pemilih yang menentukan pilihan partai berdasarkan

pertimbangan program tidak sebesar persentase di atas. Meskipun sumbangan

Page 53: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

49

variabel program dan isu-isu politik di Amerika Serikat cenderung mengalami

kenaikan dari Pemilu ke Pemilu, namun sumbangannya dalam mempengaruhi

pilihan pemilih masih di bawah variabel identifikasi partai (faktor psikologis).

Bagi cabup/capres, data di atas sebenarnya merupakan tantangan, untuk

menampilkan program yang sesuai dengan aspirasi masyarakat. Itu berarti,

cabup dituntut untuk merespon persoalan-persoalan sosial politik yang sedang

berkembang di masyarakat, sekaligus mampu menawarkan program solutif atas

persoalan-persoalan tersebut. Artinya, cabup perlu mengidentifikasi persoalan-

persoalan yang menjadi prioritas isu oleh masyarakat, kemudian merumuskan

program-program alternatif sesuai dengan prioritas isu yang ada di masyarakat.

Persoalannya, bagaimanakah karakteristik pemilih yang menempatkan

program cabup/capres sebagai faktor yang paling diperhitungkan dalam

menentukan pilihan. Hasil penelitian menunjukkan beberapa kecenderungan

berikut:

Pertama, para pemilih yang memilih cabup/capres berdasarkan

pertimbangan program partai lebih banyak berlatarbelakang jenis kelamin pria

dibanding wanita. Misalnya, 58 persen laki-laki yang menempatkan program

cabup/capres sebagai dasar pertimbangan memilih cabup/capres, 67,4 persen

diantaranya mengaku menggunakan program cabup sebagai dasar pertimbangan

memilih cabup. Sementara itu, dari 41,9 persen laki-laki yang menempatkan

program cabup sebagai dasar pertimbangan memilih cabup, hanya 63 persen

diantaranya mengaku menggunakan program cabup sebagai dasar pertimbangan

memilih cabup. Data ini setidaknya menguatkan dugaan banyak orang, bahwa

laki-laki lebih rasional dalam menentukan pilihan --termasuk pilihan politiknya--

dibanding wanita yang lebih menonjolkan unsur emosional.

Kedua, para pemilih yang memilih cabup/capres berdasarkan

pertimbangan program lebih banyak berasal dari responden yang berpendidikan

perguruan tinggi dibanding responden yang hanya menempuh pendidikan di

bawahnya. Misalnya, lebih dari 80 persen responden yang menamatkan

Page 54: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

50

pendidikan perguruan tinggi sangat mempertimbangkan program cabup sebagai

dasar penentukan pilihan politik, sementara hal yang sama hanya diakui oleh 69

persen responden yang menamatkan pendidikan SLTA, 58 persen responden

yang menamatkan pendidikan SLTP dan 47 persen responden yang hanya

menamatkan pendidikan SD atau SD tidak tamat. Data semacam ini sebenarnya

mudah dipahami. Sebab, semakin tinggi pendidikan ada kecenderungan semakin

terbekali dan terbiasa menggunakan piranti-piranti rasional dalam menganalisis

suatu persoalan.

Ketiga, para pemilih yang berumur di bawah 30 tahun tampaknya lebih

menempatkan variabel program sebagai pertimbangan menentukan pilihan

cabup dibanding pemilih yang berumur di atas 30 tahun. Responden yang

berumur 20-29 tahun misalnya, hampir 68 persen diantaranya menggunakan

variabel program sebagai dasar pertimbangan memilih cabup. Bahkan, untuk

pemilih yang berumur di bawah 20 tahun, jumlahnya hampir mencapai 76

persen. Sebaliknya, pemilih yang bermur di atas 50 tahun hanya 61 persen yang

menggunakan program sebagai pertimbangan memilih cabup, sementara untuk

pemilih yang merumur 40-49 tahun jumlahnya sekitar 65 persen. Sekali lagi, data

ini menunjukkan bahwa pemilih muda lebih banyak menggunakan pertimbangan

rasional ketimbang pemilih tua.

Faktor keempat yang menjadi pertimbangan pemilih untuk mendukung

cabup/capres adalah isu-isu yang diangkat kandidat. Yang dimaksud isu disini

adalah persoalan-persoalan yang dirasakan oleh masyarakat dan menjadi

perhatian mereka. Dalam studi voting behavior, variabel isu ini biasanya sering

bertumpang tindih dengan program. Artinya, kandidat harus mengangkat isu-isu

yang menjadi perhatian masyarakat, kemudian menawarkan program-program

alternatif untuk mengatasi isu-isu tersebut dalam suatu kebijakan.

Sementara itu, factor kelima yang menjadi pertimbangan pemilih untuk

memilih cabup adalah jurkam yang dilibatkan dalam proses kampanye. Untuk itu,

cabup perlu melibatkan tokoh-tokoh yang berpengaruh untuk menarik massa.

Jurkam-jurkam yang dilibatkan memang tidak harus banyak. Faktor keenam yang

Page 55: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

51

menjadi pertimbangan memilih cabup adalah fatwa ulama. Jumlah responden

yang memilih ini memang tidak besar. Namun, perlu mendapat perhatian.

Artinya, ada 12 persen pemilih yang posisinya masih sangat labil, yang pilihan

politiknya bisa diombang-ambingkan oleh para ulama.

4.2.8 Figur Ideal Cabup/Capres

Dalam uraian-uraian sebelumnya diketahui bahwa pertimbangan utama

pemilih dalam memilih cabup/capres adalah kualitas calon, bahkan variabel

ketokohan juga menempati urutan ketiga dibawah program. Pertanyaannya

adalah, figure atau tokoh macam apakah yang dikehendaki oleh pemilih

tersebut, apakah tokoh yang berasal dari kalangan partai atau independen?

Apakah tokoh dari kalangan pemerintahan atau di dari luar pemerintahan?

Pendek kata, dari latarbelakang macam apakah tokoh cabup yang dianggap ideal

oleh pemilih Bondowoso.

Pemahaman semacam ini penting baik bagi partai politik maupun cabup,

untuk menawarkan tokoh macam apa yang perlu ditampilkan oleh partai politik

sebagai cabup dalam pilkada. Termasuk, untuk mendekati tokoh-tokoh macam

apa yang perlu dirangkul agar bisa menjadi daya tarik bagi pemilih. Dalam situasi

politik yang serba tidak menentu seperti sekarang ini, dalam situasi dimana

masyarakat masih banyak yang kebingungan dalam menentukan pilihan

politiknya, peranan tokoh, baik di pusat maupun di daerah, sangat menentukan

dalam memberikan informasi, bimbingan, dan pengarahan terhadap pilihan

politik masyarakat. Dalam suatu kehidupan sosial, apa yang disebut tokoh ini

seringkali jumlahnya sangat terbatas, dan masing- masing kelompok seringkali

mempunyai kriteria tersendiri tentang seorang tokoh. Fakta semacam ini

sebenarnya merupakan hukum alam, bahwa dalam kehidupan masyarakat

biasanya hanya ada sebagian kecil orang yang ditokohkan, disegani, diikuti,

bahkan dituruti perintah-perintahnya.

Page 56: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

52

Pengalaman menunjukkan, tipologi atau karakteristik suatu masyarakat

biasanya mempunyai persepsi sendiri-sendiri tentang tokoh yang diidolakan.

Masyarakat yang bertipologi sub kultur Madura, mungkin lebih menokohkan kiai

dibandingkan masyarakat yang bersub kultur Arek misalnya. Oleh karena itu,

karakteristik sosial ekonomi seseorang biasanya mempengaruhi penilaian

terhadap seorang tokoh. Namun, memang, dalam kehidupan politik sehari-hari,

ada fenomena seorang tokoh yang ketokohan dan popularitasnya melintasi

batas-batas wilayah geografis dan sub kultur, bahkan melintasi batas partai

politik dan kultur. Tokoh semacam ini biasanya mempunyai kualitas pribadi yang

lengkap dan mumpuni, baik ditinjau dari latarbelakang pendidikan, kemampuan

akademis, managemen, tingkat toleransi, dan semacamnya.

Ada beberapa kriteria yang biasanya dipergunakan untuk menilai

ketokohan seseorang. Seorang yang berlatarbelakang pendidikan cukup

memadai mungkin lebih menokohkan seseorang yang mempunyai kemampuan

akademis dan managerial cukup baik. Sebaliknya, seorang yang kurang

berpendidikan mungkin lebih menokohkan seseorang yang mempunyai

popularitas. Atau, seorang yang bertempat tinggal di wilayah pinggiran

Kabupaten dan taat beribadah mungkin lebih menokohkan seseorang yang

menguasai dibidang ilmu agama. Pendek kata, begitu banyak parameter yang

dapat dipergunakan untuk mengukur ketokohan seseorang, seperti tingkat

intelektualitas, keagamaannya, pengalamannya, dan sebagainya.

Untuk mengukur figure Bupati Bondowoso lima tahun ke depan,

beberapa criteria tersebut ditanyakan kepada para pemilih. Jawabannya,

sebagian besar pemilih menghendaki calon Bupati Surabay mempunyai

latarbelakang atau pengalaman di bidang pemerintahan. Lihat table berikut.

Page 57: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

53

Kriteria Figur Cabup/Capres yang Paling Diidealkan Pemilih

Kriteria Persentasi1. Pendidikan tinggi 16,62. Tokoh agama 5,03. Pengusaha 1,24. Pengalaman 72,45. Tokoh partai 3,06. Perempuan 1,7

Data di atas menunjukkan bahwa figure Bupati/capres yang paling

diidealkan oleh pemilih adalah yang memiliki pengalaman di bidang

pemerintahan. Hampir separuh responden mengaku menggunakan

pertimbangan pengalaman di bidang pemerintahan sebagai dasar memilih

cabup. Data ini tentu sangat menguntungkan bagi cabup/capres yang

mempunyai latarbelakang di bidang pemerintahan, seperti SBY, JOKOWI

maupun Amin Said Husni. Oleh karena itu, tidak heran ketiga tokoh ini mendapat

dukungan yang sangat signifikan dari pemilih.

Persoalannya, bagaimanakah latarbelakang sosial ekonomi responden

yang menilai figure ideal Bupati adalah pengalaman dibidang pemerintahan?

Hasil penelitian menunjukkan, pertama, sebagian besar responden yang menilai

kriteria figure cabup dari aspek pengalaman dibidang pemerintahan tergolong

berusia dewasa. Untuk responden yang berumur 40-49 tahun misalnya, sekitar

60 persen yang mengunakan variabel pengalaman dibidang pemerintahan

sebagai pertimbangan memilih cabup. Sementara, hal yang sama hanya diakui

sekitar 45 persen responden yang berumur 30-39 tahun, 41 persen responden

berumur 20-29 tahun dan dibawah 20 tahun.

Kedua, sebagian besar responden yang menilai kriteria figure cabup dari

aspek pengalaman dibidang pemerintahan berlatarbelakang perempuan

ketimbang laki-laki. Lebih dari 50 persen responden perempuan mengaku

mengidealkan cabup yang memiliki pengalaman dibidang pemerintahan.

Sementara itu, hal yang sama hanya diakui oleh 48 persen pemilih laki-laki. Data

Page 58: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

54

ini menunjukkan bahwa kaum peremuan umumnya lebih konservatif disbanding

kaum pria, sehingga merasa lebih aman jika pemerintahan Kabupaten

Bondowoso dipegang oleh orang yang berpengalaman ketimbang pendatang

baru. Data ini setidaknya penting bagi cabup, untuk memanfaatkan posisinya

sebagai incumbent terutama jika berhadapan dengan pemilih perempuan.

Ketiga, pemilih yang menilai pengalaman dibidang pemerintahan sebagai

criteria ideal seorang cabup umumnya berlatarbelakang pendidikan SLTA ke

bawah. Untuk responden yang berpendidikan SLTA misalnya, 45 persen

menunjuk pengalaman di bidang pemerintahan merupakan criteria paling

dibutuhkan bagi seorang cabup. Persentase ini semakin meningkat untuk

responden yang berpendidikan SLTP sebesar 59 persen, SD sebesar 63 persen

dan tidak sekolah sebesar 50 persen. Sementara itu, untuk responden yang

berlatarbelakang pendidikan perguruan tinggi hanya 37 persen yang

menempatkan pengalaman dibidang pemerintahan sebagai criteria utama. Tentu

saja, data semacam ini sangat menguntungkan bagi calon incumbent, sebab

sebagian besar pemilih justru berasal dari tingkat pendidikan SLTA ke bawah.

Kriteria kedua yang dibutuhkan dari seorang figure cabup Bondowoso

adalah berlatarbelakang berpendidikan tinggi. Hampir 41 persen pemilih

menghendaki figure cabup berlatarbelakang atau memiliki pendidikan cukup

memadai. Kriteria ini tentu sangat menguntungkan Amin said Husni atau

wakilnya

Kedua, untuk latarbelakang pendidikan tinggi, sebagian besar responden

yang menilai kriteria figure cabup dari aspek latarbelakang pendidikan tinggi

berjenis kelamin laki-laki ketimbang perempuan. Lebih dari 41 persen responden

laki-laki mengaku mengidealkan cabup yang memiliki latarbelakang pendidikan

tinggi. Sementara itu, hal yang sama hanya diakui oleh 40 persen pemilih laki-

laki. Hanya saja, karena perbedaannya tidak terlalu signifikan, maka data ini

tampaknya bisa diabaikan untuk ditindaklanjuti secara serius.

Page 59: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

55

Ketiga, pemilih yang menilai latarbelakang pendidikan tinggi sebagai

criteria ideal seorang cabup umumnya berlatarbelakang pendidikan SLTA ke

atas. Untuk responden yang berpendidikan SLTA misalnya, 45 persen menunjuk

latarbelakang pendidikan tinggi merupakan criteria paling dibutuhkan bagi

seorang cabup. Persentase ini semakin meningkat untuk responden yang

berpendidikan perguruan tinggi, yaitu hampir 54 persen responden. Sementara

itu, untuk responden yang berlatarbelakang pendidikan SLTP hanya 30 persen

dan yang berpendidikan SD sekitar 28 persen yang menempatkan latarbelakang

pendidikan tinggi sebagai criteria utama. Data ini setidaknya bisa dimanfaatkan

untuk mendekati pemilih yang berpendidikan tinggi.

Kriteria ketiga yang dibutuhkan dari seorang figure cabup Bondowoso

adalah berlatarbelakang tokoh agama. Sayangnya, criteria latarbelakang tokoh

agama ini disebut oleh sedikit pemilih. Hanya 6,9 persen pemilih yang

menghendaki figure cabup berlatarbelakang dari tokoh agama. Sebagai pemilih

yang tinggal di perKabupatenan, sedikitnya jumlah pemilih yang menghendaki

cabup dari tokoh agama ini bisa dipahami. Sebab, para pemilih perKabupatenan

umumnya lebih mendasarkan pada pertimbangan rasional dan kapabilitas

pribadi sang calon ketimbang ikatan-ikatan primordian yang disandang sang

calon.

Persoalannya, bagaimanakah latarbelakang sosial ekonomi responden

yang menilai figure ideal Bupati adalah berlatarbelakang tokoh agama? Hasil

penelitian menunjukkan, pertama, para pemilih yang menilai pentingnya cabup

dari tokoh agama umumnya berlatarbelakang usia dewasa. Responden yang

berumur di atas 50 tahun misalnya, hampir 11 persen yang menghendaki cabup

dari tokoh agama. Jumlah ini kemudian menurun untuk responden yang berumur

40-49 tahun sebesar 7,4 persen, berumur 30-39 tahun sebesar 6,2 persen,

berumur 20-29 tahun dan di bawah 20 tahin sebesar 5 persen.

Kedua, sebagian besar responden yang menilai kriteria figure cabup dari

tokoh agama berjenis kelamin laki-laki ketimbang perempuan. Lebih dari 8

persen responden laki-laki mengaku mengidealkan cabup yang berasal dari tokoh

Page 60: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

56

agama. Sementara itu, hal yang sama hanya diakui oleh 5 persen pemilih laki-

laki. Hanya saja, seperti pada criteria sebelumnya, karena perbedaannya tidak

terlalu signifikan maka data ini tampaknya bisa diabaikan untuk ditindaklanjuti

secara serius.

Ketiga, pemilih yang menilai latarbelakang tokoh agama sebagai criteria

ideal seorang cabup umumnya berlatarbelakang pendidikan SLTP ke bawah.

Untuk responden yang berpendidikan SLTP misalnya, sekitar 8 persen menunjuk

latarbelakang tokoh agama merupakan criteria paling dibutuhkan bagi seorang

cabup. Persentase ini semakin meningkat untuk responden yang berpendidikan

perguruan SD sebesar 9 persen dan tidak sekolah sebesar 25 persen responden.

Sementara itu, untuk responden yang berlatarbelakang pendidikan SLTA hanya 5

persen dan yang berpendidikan SD sekitar 4 persen yang menempatkan

latarbelakang pendidikan tinggi sebagai criteria utama.

Page 61: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

57

4.3. KAJIAN FAKTOR SOSIOLOGIS PERILAKU MEMILIH

4.3.1 DAPIL & PERILAKU MEMILIH

Pada pemilihan bupati Bondowoso 2013, pemilihan partai & Caleg 2014,

serta pemilihan presiden 2014, penyebaran suara perdapil tampak seperti bagan

di bawah:

Bagan di atas menunjukkan juga bahwa pemilih yang golput sebagian

besar berada di dapil II yaitu sebanyak 19 persen, kemudian disusul Dapil V

sebanyak 12 persen.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Dapil I Dapil II

0

5

10

15

20

25

30

35

40

57

4.3. KAJIAN FAKTOR SOSIOLOGIS PERILAKU MEMILIH

4.3.1 DAPIL & PERILAKU MEMILIH

Pada pemilihan bupati Bondowoso 2013, pemilihan partai & Caleg 2014,

serta pemilihan presiden 2014, penyebaran suara perdapil tampak seperti bagan

di bawah:

Bagan di atas menunjukkan juga bahwa pemilih yang golput sebagian

besar berada di dapil II yaitu sebanyak 19 persen, kemudian disusul Dapil V

sebanyak 12 persen.

Dapil II Dapil III Dapil IV Dapil V

Mustawiyanto - AbdulManan (MUNA)

Amien Said Husni - SalwaArifin Jaya (Aswaja)

Golput

57

4.3. KAJIAN FAKTOR SOSIOLOGIS PERILAKU MEMILIH

4.3.1 DAPIL & PERILAKU MEMILIH

Pada pemilihan bupati Bondowoso 2013, pemilihan partai & Caleg 2014,

serta pemilihan presiden 2014, penyebaran suara perdapil tampak seperti bagan

di bawah:

Bagan di atas menunjukkan juga bahwa pemilih yang golput sebagian

besar berada di dapil II yaitu sebanyak 19 persen, kemudian disusul Dapil V

sebanyak 12 persen.

Mustawiyanto - AbdulManan (MUNA)

Amien Said Husni - SalwaArifin Jaya (Aswaja)

Golput

Dapil I

Dapil II

Dapil III

Dapil IV

Dapil V

Page 62: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

58

4.3.2 UMUR & PERILAKU MEMILIH

Perilaku memilih bupati berdasarkan umur, tampak bahwa pemilih amien

Husni-Salwa lebih banyak disukung oleh kelompok umur 40-49 Tahun yaitu

sebanyak 78 persen, kemudian disusul umur 30-39 persen sebanyak 76 persen,

sedangkan umur < 20 tahun (pemilih pemulah) hanya 33 persen. Hal berbeda

pada pasangan cabup Mustawiyanto-Abdul Manan, sebagian besar pemilihnya

ternyata pada kelompok umur < 20 tahun sebanyak 66 persen, dan paling sedikit

didukung dari kelompok umur > 50 tahun sebanyak 8 persen. Data di bawah

menunjukkan bahwa umur sangat berpengaruh terhadap pilihan pemilih.

0

10

20

30

40

50

60

Dapil I Dapil II

0

10

20

30

40

50

60

70

80

< 20tahun

20-29tahun

58

4.3.2 UMUR & PERILAKU MEMILIH

Perilaku memilih bupati berdasarkan umur, tampak bahwa pemilih amien

Husni-Salwa lebih banyak disukung oleh kelompok umur 40-49 Tahun yaitu

sebanyak 78 persen, kemudian disusul umur 30-39 persen sebanyak 76 persen,

sedangkan umur < 20 tahun (pemilih pemulah) hanya 33 persen. Hal berbeda

pada pasangan cabup Mustawiyanto-Abdul Manan, sebagian besar pemilihnya

ternyata pada kelompok umur < 20 tahun sebanyak 66 persen, dan paling sedikit

didukung dari kelompok umur > 50 tahun sebanyak 8 persen. Data di bawah

menunjukkan bahwa umur sangat berpengaruh terhadap pilihan pemilih.

Dapil II Dapil III Dapil IV Dapil V

20-29tahun

30-39tahun

40-49tahun

> 50tahun

Mustawiyanto - AbdulManan (MUNA)

Amien Said Husni - SalwaArifin Jaya (Aswaja)

Golput

58

4.3.2 UMUR & PERILAKU MEMILIH

Perilaku memilih bupati berdasarkan umur, tampak bahwa pemilih amien

Husni-Salwa lebih banyak disukung oleh kelompok umur 40-49 Tahun yaitu

sebanyak 78 persen, kemudian disusul umur 30-39 persen sebanyak 76 persen,

sedangkan umur < 20 tahun (pemilih pemulah) hanya 33 persen. Hal berbeda

pada pasangan cabup Mustawiyanto-Abdul Manan, sebagian besar pemilihnya

ternyata pada kelompok umur < 20 tahun sebanyak 66 persen, dan paling sedikit

didukung dari kelompok umur > 50 tahun sebanyak 8 persen. Data di bawah

menunjukkan bahwa umur sangat berpengaruh terhadap pilihan pemilih.

Prabowo-Hatta

Jokowi-JK

GOLPUT

Mustawiyanto - AbdulManan (MUNA)

Amien Said Husni - SalwaArifin Jaya (Aswaja)

Golput

Page 63: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

59

Untuk pemilih pemula (< 20 tahun), sebagian besar pada pemilihan

presiden 2014 adalah memilih pasangan Prabowo-Hatta sebanyak 47 persen,

kemudian dibawahnya kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 54 persen dan

terkecil pendukung Prabowo-Hatta pada kelompok umur 30-39 tahun sebanyak

37 persen.

0

10

20

30

40

50

60

0

10

20

30

40

50

60

70

< 20 tahun 20-29tahun

59

Untuk pemilih pemula (< 20 tahun), sebagian besar pada pemilihan

presiden 2014 adalah memilih pasangan Prabowo-Hatta sebanyak 47 persen,

kemudian dibawahnya kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 54 persen dan

terkecil pendukung Prabowo-Hatta pada kelompok umur 30-39 tahun sebanyak

37 persen.

20-29tahun

30-39tahun

40-49tahun

> 50 tahun

59

Untuk pemilih pemula (< 20 tahun), sebagian besar pada pemilihan

presiden 2014 adalah memilih pasangan Prabowo-Hatta sebanyak 47 persen,

kemudian dibawahnya kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 54 persen dan

terkecil pendukung Prabowo-Hatta pada kelompok umur 30-39 tahun sebanyak

37 persen.

< 20 tahun

20-29 tahun

30-39 tahun

40-49 tahun

> 50 tahun

Prabowo-Hatta

Jokowi-JK

GOLPUT

Page 64: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

60

4.3.3 JENIS KELAMIN & PERILAKU MEMILIH

Berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar pemilih pasangan Amies said

Husni – Salwa Arifin Jaya adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 77 persen,

sedangkan pemilih pasangan Mustawiyanto – Abdul Manan sebagian besar

pemilihnya adalah perempuan sebanyak 17 persen.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Mustawiyanto -Abdul Manan

(MUNA)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

60

4.3.3 JENIS KELAMIN & PERILAKU MEMILIH

Berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar pemilih pasangan Amies said

Husni – Salwa Arifin Jaya adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 77 persen,

sedangkan pemilih pasangan Mustawiyanto – Abdul Manan sebagian besar

pemilihnya adalah perempuan sebanyak 17 persen.

Mustawiyanto -Abdul Manan

(MUNA)

Amien Said Husni -Salwa Arifin Jaya

(Aswaja)

Golput

60

4.3.3 JENIS KELAMIN & PERILAKU MEMILIH

Berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar pemilih pasangan Amies said

Husni – Salwa Arifin Jaya adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 77 persen,

sedangkan pemilih pasangan Mustawiyanto – Abdul Manan sebagian besar

pemilihnya adalah perempuan sebanyak 17 persen.

Laki-laki

Perempuan

Laki-laki

Perempuan

Page 65: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

61

4.3.4 PENDIDIKAN & PERILAKU MEMILIH

Berdasarkan pendidikan, sebagian besar pemilih pasangan Amies said

Husni – Salwa Arifin Jaya adalah berpendidikan SLTP sebanyak 78 persen,

sedangkan pemilih pasangan Mustawiyanto – Abdul Manan sebagian besar

pemilihnya adalah berpendidikan tidak sekolah sebanyak 30 persen.

0

10

20

30

40

50

60

Prabowo-Hatta

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

TidakSekolah

SD dansederajat

61

4.3.4 PENDIDIKAN & PERILAKU MEMILIH

Berdasarkan pendidikan, sebagian besar pemilih pasangan Amies said

Husni – Salwa Arifin Jaya adalah berpendidikan SLTP sebanyak 78 persen,

sedangkan pemilih pasangan Mustawiyanto – Abdul Manan sebagian besar

pemilihnya adalah berpendidikan tidak sekolah sebanyak 30 persen.

Prabowo-Hatta Jokowi-JK GOLPUT

SD dansederajat

SLTP dansederajat

SLTA dansederajat

PT dansederajat

Mustawiyanto - AbdulManan (MUNA)

Amien Said Husni - SalwaArifin Jaya (Aswaja)

Golput

61

4.3.4 PENDIDIKAN & PERILAKU MEMILIH

Berdasarkan pendidikan, sebagian besar pemilih pasangan Amies said

Husni – Salwa Arifin Jaya adalah berpendidikan SLTP sebanyak 78 persen,

sedangkan pemilih pasangan Mustawiyanto – Abdul Manan sebagian besar

pemilihnya adalah berpendidikan tidak sekolah sebanyak 30 persen.

Laki-laki

Perempuan

Mustawiyanto - AbdulManan (MUNA)

Amien Said Husni - SalwaArifin Jaya (Aswaja)

Golput

Page 66: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

62

Untuk pemilih yang berpendidikan SD ke bawah, sebagian besar pada

pemilihan presiden 2014 adalah memilih pasangan Prabowo-Hatta sebanyak 57

persen, kemudian dibawahnya berpendidikan PT sebanyak 44 persen dan

terkecil pendukung Prabowo-Hatta berpendidikan SLTP sebanyak 34 persen.

Sedangkan pemilih pasangan Jokowi-JK pemilihnya sebagian besar adalah

berpendidikan SLTP dan SLTA.

0

10

20

30

40

50

60

70

0

10

20

30

40

50

60

70

TidakSekolah

SD dansederajat

62

Untuk pemilih yang berpendidikan SD ke bawah, sebagian besar pada

pemilihan presiden 2014 adalah memilih pasangan Prabowo-Hatta sebanyak 57

persen, kemudian dibawahnya berpendidikan PT sebanyak 44 persen dan

terkecil pendukung Prabowo-Hatta berpendidikan SLTP sebanyak 34 persen.

Sedangkan pemilih pasangan Jokowi-JK pemilihnya sebagian besar adalah

berpendidikan SLTP dan SLTA.

Tidak Sekolah

SD dan sederajat

SLTP dan sederajat

SLTA dan sederajat

PT dan sederajat

SD dansederajat

SLTP dansederajat

SLTA dansederajat

PT dansederajat

62

Untuk pemilih yang berpendidikan SD ke bawah, sebagian besar pada

pemilihan presiden 2014 adalah memilih pasangan Prabowo-Hatta sebanyak 57

persen, kemudian dibawahnya berpendidikan PT sebanyak 44 persen dan

terkecil pendukung Prabowo-Hatta berpendidikan SLTP sebanyak 34 persen.

Sedangkan pemilih pasangan Jokowi-JK pemilihnya sebagian besar adalah

berpendidikan SLTP dan SLTA.

Tidak Sekolah

SD dan sederajat

SLTP dan sederajat

SLTA dan sederajat

PT dan sederajat

Prabowo-Hatta

Jokowi-JK

GOLPUT

Page 67: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

63

4.3.5 PEKERJAAN & PERILAKU MEMILIH BUPATI

Berdasarkan pekerjaan, sebagian besar pemilih pasangan Amies said

Husni – Salwa Arifin Jaya adalah bekerja sebagai pengusaha, karyawan swasta

dan petani, sedangkan pemilih pasangan Mustawiyanto – Abdul Manan sebagian

besar pemilihnya adalah bekerja di sector informal.

0102030405060708090

Mustawiyanto - AbdulManan (MUNA)

Amien Said Husni - SalwaArifin Jaya (Aswaja)

Golput

0

10

20

30

40

50

60

Pegawai Negeri Sipil

Pengusaha

Pedagang

Karyawan Swasta

Petani

Sektor Informal

Lain-lain

Page 68: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

64

4.4. KAJIAN FAKTOR PSIKOLOGIS (SIKAP) PERILAKU MEMILIH

Berdasarkan faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku memilih

masyarakat Bondowoso, yang dilihat berdasarkan sikap suka dan tidak suka

terhadap bupati yang dipilih, sebagian besar pemilih pasangan Amies said Husni

– Salwa Arifin Jaya adalah bersikap suka sebanyak 76 persen, sedangkan pemilih

pasangan Mustawiyanto – Abdul Manan sebagian besar pemilihnya adalah

bersikap suka sebanyak 16 persen. Jika dilihat data di atas, menjelaskan bahwa

masyarakat lebih suka terhadap pasangan said Husni – Salwa Arifin Jaya

dibandingkan pasangan Mustawiyanto – Abdul Manan.

0102030405060708090

Prabowo-Hatta

Jokowi-JK

GOLPUT

Page 69: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

65

Untuk pilihan presiden, pasangan Prabowo-Hatta lebih disukai

masyarakat Bondowoso (58 persen) dibandingkan pasangan Jokowi-JK (hanya 34

persen). Ini menunjukkan bahwa factor psikologis sangat berpengaruh terhadap

pilihan presiden di Kabupaten Bondowoso.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Mustawiyanto -Abdul Manan

(MUNA)

0

5

10

15

20

25

30

35

65

Untuk pilihan presiden, pasangan Prabowo-Hatta lebih disukai

masyarakat Bondowoso (58 persen) dibandingkan pasangan Jokowi-JK (hanya 34

persen). Ini menunjukkan bahwa factor psikologis sangat berpengaruh terhadap

pilihan presiden di Kabupaten Bondowoso.

Mustawiyanto -Abdul Manan

(MUNA)

Amien Said Husni -Salwa Arifin Jaya

(Aswaja)

Golput

65

Untuk pilihan presiden, pasangan Prabowo-Hatta lebih disukai

masyarakat Bondowoso (58 persen) dibandingkan pasangan Jokowi-JK (hanya 34

persen). Ini menunjukkan bahwa factor psikologis sangat berpengaruh terhadap

pilihan presiden di Kabupaten Bondowoso.

suka

Tidak

suka

Tidak

Page 70: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

66

4.5. KAJIAN FAKTOR RASIONALITAS PERILAKU MEMILIH

4.5.1 PROGRAM & PERILAKU MEMILIH

Berdasarkan faktor rasionalitas yang mempengaruhi perilaku memilih

masyarakat Bondowoso, yang dilihat berdasarkan program yang diusung

terhadap bupati yang dipilih, sebagian besar pemilih pasangan Amies said Husni

– Salwa Arifin Jaya adalah memilih karena programnya sebanyak 75 persen,

sedangkan pemilih pasangan Mustawiyanto – Abdul Manan sebagian besar

pemilihnya memilih berdasarkan programnya hanya sebanyak 10 persen. Jika

dilihat data di atas, menjelaskan bahwa masyarakat lebih rasional memilih

berdasarkan program dari pasangan said Husni – Salwa Arifin Jaya dibandingkan

program pasangan Mustawiyanto – Abdul Manan.

0

10

20

30

40

50

60

Prabowo-Hatta

66

4.5. KAJIAN FAKTOR RASIONALITAS PERILAKU MEMILIH

4.5.1 PROGRAM & PERILAKU MEMILIH

Berdasarkan faktor rasionalitas yang mempengaruhi perilaku memilih

masyarakat Bondowoso, yang dilihat berdasarkan program yang diusung

terhadap bupati yang dipilih, sebagian besar pemilih pasangan Amies said Husni

– Salwa Arifin Jaya adalah memilih karena programnya sebanyak 75 persen,

sedangkan pemilih pasangan Mustawiyanto – Abdul Manan sebagian besar

pemilihnya memilih berdasarkan programnya hanya sebanyak 10 persen. Jika

dilihat data di atas, menjelaskan bahwa masyarakat lebih rasional memilih

berdasarkan program dari pasangan said Husni – Salwa Arifin Jaya dibandingkan

program pasangan Mustawiyanto – Abdul Manan.

Prabowo-Hatta Jokowi-JK GOLPUT

66

4.5. KAJIAN FAKTOR RASIONALITAS PERILAKU MEMILIH

4.5.1 PROGRAM & PERILAKU MEMILIH

Berdasarkan faktor rasionalitas yang mempengaruhi perilaku memilih

masyarakat Bondowoso, yang dilihat berdasarkan program yang diusung

terhadap bupati yang dipilih, sebagian besar pemilih pasangan Amies said Husni

– Salwa Arifin Jaya adalah memilih karena programnya sebanyak 75 persen,

sedangkan pemilih pasangan Mustawiyanto – Abdul Manan sebagian besar

pemilihnya memilih berdasarkan programnya hanya sebanyak 10 persen. Jika

dilihat data di atas, menjelaskan bahwa masyarakat lebih rasional memilih

berdasarkan program dari pasangan said Husni – Salwa Arifin Jaya dibandingkan

program pasangan Mustawiyanto – Abdul Manan.

suka

Tidak

Page 71: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

67

Untuk pilihan presiden, program pasangan Prabowo-Hatta lebih disukai

masyarakat Bondowoso (49 persen) dibandingkan program pasangan Jokowi-JK

(hanya 38 persen). Ini menunjukkan bahwa factor rasionalitas (program) sangat

berpengaruh terhadap pilihan presiden di Kabupaten Bondowoso.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Mustawiyanto -Abdul Manan

(MUNA)

0

5

10

15

20

25

30

35

67

Untuk pilihan presiden, program pasangan Prabowo-Hatta lebih disukai

masyarakat Bondowoso (49 persen) dibandingkan program pasangan Jokowi-JK

(hanya 38 persen). Ini menunjukkan bahwa factor rasionalitas (program) sangat

berpengaruh terhadap pilihan presiden di Kabupaten Bondowoso.

Mustawiyanto -Abdul Manan

(MUNA)

Amien Said Husni -Salwa Arifin Jaya

(Aswaja)

Golput

67

Untuk pilihan presiden, program pasangan Prabowo-Hatta lebih disukai

masyarakat Bondowoso (49 persen) dibandingkan program pasangan Jokowi-JK

(hanya 38 persen). Ini menunjukkan bahwa factor rasionalitas (program) sangat

berpengaruh terhadap pilihan presiden di Kabupaten Bondowoso.

Program

Tidak

program

Tidak

Page 72: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

68

4.5.2 ISU & PERILAKU MEMILIH

Berdasarkan faktor rasionalitas yang mempengaruhi perilaku memilih

masyarakat Bondowoso, yang dilihat berdasarkan isu yang diangkat yang diusung

terhadap bupati yang dipilih, sebagian besar pemilih pasangan Amies said Husni

– Salwa Arifin Jaya adalah memilih karena isu yang diangkat sebanyak 72 persen,

sedangkan pemilih pasangan Mustawiyanto – Abdul Manan sebagian besar

pemilihnya memilih berdasarkan programnya hanya sebanyak 11 persen. Jika

dilihat data di atas, menjelaskan bahwa masyarakat lebih rasional memilih

berdasarkan isu yang diangkat dari pasangan said Husni – Salwa Arifin Jaya

dibandingkan isu yang diangkat pasangan Mustawiyanto – Abdul Manan.

0

10

20

30

40

50

60

Prabowo-Hatta

68

4.5.2 ISU & PERILAKU MEMILIH

Berdasarkan faktor rasionalitas yang mempengaruhi perilaku memilih

masyarakat Bondowoso, yang dilihat berdasarkan isu yang diangkat yang diusung

terhadap bupati yang dipilih, sebagian besar pemilih pasangan Amies said Husni

– Salwa Arifin Jaya adalah memilih karena isu yang diangkat sebanyak 72 persen,

sedangkan pemilih pasangan Mustawiyanto – Abdul Manan sebagian besar

pemilihnya memilih berdasarkan programnya hanya sebanyak 11 persen. Jika

dilihat data di atas, menjelaskan bahwa masyarakat lebih rasional memilih

berdasarkan isu yang diangkat dari pasangan said Husni – Salwa Arifin Jaya

dibandingkan isu yang diangkat pasangan Mustawiyanto – Abdul Manan.

Prabowo-Hatta Jokowi-JK

68

4.5.2 ISU & PERILAKU MEMILIH

Berdasarkan faktor rasionalitas yang mempengaruhi perilaku memilih

masyarakat Bondowoso, yang dilihat berdasarkan isu yang diangkat yang diusung

terhadap bupati yang dipilih, sebagian besar pemilih pasangan Amies said Husni

– Salwa Arifin Jaya adalah memilih karena isu yang diangkat sebanyak 72 persen,

sedangkan pemilih pasangan Mustawiyanto – Abdul Manan sebagian besar

pemilihnya memilih berdasarkan programnya hanya sebanyak 11 persen. Jika

dilihat data di atas, menjelaskan bahwa masyarakat lebih rasional memilih

berdasarkan isu yang diangkat dari pasangan said Husni – Salwa Arifin Jaya

dibandingkan isu yang diangkat pasangan Mustawiyanto – Abdul Manan.

program

Tidak

Page 73: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

69

Untuk pilihan presiden, isu yang diangkat pasangan Prabowo-Hatta lebih

disukai masyarakat Bondowoso (53 persen) dibandingkan isu yang diangkat

pasangan Jokowi-JK (hanya 36 persen). Ini menunjukkan bahwa faktor

rasionalitas (isu) sangat berpengaruh terhadap pilihan presiden di Kabupaten

Bondowoso.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Mustawiyanto - Abdul Manan(MUNA)

0

5

10

15

20

25

30

35

69

Untuk pilihan presiden, isu yang diangkat pasangan Prabowo-Hatta lebih

disukai masyarakat Bondowoso (53 persen) dibandingkan isu yang diangkat

pasangan Jokowi-JK (hanya 36 persen). Ini menunjukkan bahwa faktor

rasionalitas (isu) sangat berpengaruh terhadap pilihan presiden di Kabupaten

Bondowoso.

Mustawiyanto - Abdul Manan(MUNA)

Amien Said Husni - SalwaArifin Jaya (Aswaja)

69

Untuk pilihan presiden, isu yang diangkat pasangan Prabowo-Hatta lebih

disukai masyarakat Bondowoso (53 persen) dibandingkan isu yang diangkat

pasangan Jokowi-JK (hanya 36 persen). Ini menunjukkan bahwa faktor

rasionalitas (isu) sangat berpengaruh terhadap pilihan presiden di Kabupaten

Bondowoso.

isu

Tidak

isu

Tidak

Page 74: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

70

4.6. ISU – ISU UTAMA DI KABUPATEN BONDOWOSO

Memahami isu-isu politik yang menjadi perhatian pemilih adalah wajib

hukumnya bagi calon legislative, calon presiden, maupun calon kepala daerah.

Sebab, hal itu bukan hanya memudahkan bagi Calon legislative, calon presiden,

maupun calon kepala daerah (khususnya Jurkam) untuk mengangkat isu-isu

sesuai dengan perhatian pemilih, tetapi yang lebih penting lagi dapat digunakan

sebagai dasar untuk menawarkan program-program partai sesuai dengan

aspirasi mereka. Untuk itu, calon legislative, calon presiden, maupun calon

kepala daerah harus memahami benar isu-isu apa yang sedang menjadi

perhatian pemilih (sesuai dengan karakteristik sosial-ekonomi dan politiknya).

Sebab, antara satu pemilih dengan pemilih yang lain seringkali memberi

perhatian yang tidak sama terhadap suatu isu.

Di banyak negara, posisi isu-isu politik sebagai pertimbangan memilih

kandidat kontribusinya selalu mengalami peningkatan. Berbagai penelitian

voting behavior di Amerika Serikat misalnya, menunjukkan bahwa isu-isu politik

menjadi pertimbangan kedua setelah identifikasi partai. Berbagai jajak pendapat

menjelang pemilihan di Amerika Serikat dalam beberapa dekade belakangan juga

menunjukkan pola yang sama: bahwa keputusan pemilih selalu didasarkan pada

0

10

20

30

40

50

60

Prabowo-Hatta

70

4.6. ISU – ISU UTAMA DI KABUPATEN BONDOWOSO

Memahami isu-isu politik yang menjadi perhatian pemilih adalah wajib

hukumnya bagi calon legislative, calon presiden, maupun calon kepala daerah.

Sebab, hal itu bukan hanya memudahkan bagi Calon legislative, calon presiden,

maupun calon kepala daerah (khususnya Jurkam) untuk mengangkat isu-isu

sesuai dengan perhatian pemilih, tetapi yang lebih penting lagi dapat digunakan

sebagai dasar untuk menawarkan program-program partai sesuai dengan

aspirasi mereka. Untuk itu, calon legislative, calon presiden, maupun calon

kepala daerah harus memahami benar isu-isu apa yang sedang menjadi

perhatian pemilih (sesuai dengan karakteristik sosial-ekonomi dan politiknya).

Sebab, antara satu pemilih dengan pemilih yang lain seringkali memberi

perhatian yang tidak sama terhadap suatu isu.

Di banyak negara, posisi isu-isu politik sebagai pertimbangan memilih

kandidat kontribusinya selalu mengalami peningkatan. Berbagai penelitian

voting behavior di Amerika Serikat misalnya, menunjukkan bahwa isu-isu politik

menjadi pertimbangan kedua setelah identifikasi partai. Berbagai jajak pendapat

menjelang pemilihan di Amerika Serikat dalam beberapa dekade belakangan juga

menunjukkan pola yang sama: bahwa keputusan pemilih selalu didasarkan pada

Prabowo-Hatta Jokowi-JK

70

4.6. ISU – ISU UTAMA DI KABUPATEN BONDOWOSO

Memahami isu-isu politik yang menjadi perhatian pemilih adalah wajib

hukumnya bagi calon legislative, calon presiden, maupun calon kepala daerah.

Sebab, hal itu bukan hanya memudahkan bagi Calon legislative, calon presiden,

maupun calon kepala daerah (khususnya Jurkam) untuk mengangkat isu-isu

sesuai dengan perhatian pemilih, tetapi yang lebih penting lagi dapat digunakan

sebagai dasar untuk menawarkan program-program partai sesuai dengan

aspirasi mereka. Untuk itu, calon legislative, calon presiden, maupun calon

kepala daerah harus memahami benar isu-isu apa yang sedang menjadi

perhatian pemilih (sesuai dengan karakteristik sosial-ekonomi dan politiknya).

Sebab, antara satu pemilih dengan pemilih yang lain seringkali memberi

perhatian yang tidak sama terhadap suatu isu.

Di banyak negara, posisi isu-isu politik sebagai pertimbangan memilih

kandidat kontribusinya selalu mengalami peningkatan. Berbagai penelitian

voting behavior di Amerika Serikat misalnya, menunjukkan bahwa isu-isu politik

menjadi pertimbangan kedua setelah identifikasi partai. Berbagai jajak pendapat

menjelang pemilihan di Amerika Serikat dalam beberapa dekade belakangan juga

menunjukkan pola yang sama: bahwa keputusan pemilih selalu didasarkan pada

isu

Tidak

Page 75: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

71

partisan loyalty, issue and policy concern, and candidate characteristics (Ginberg,

1990).

Untuk itu, khususnya pada masa-masa mendatang ketika pemilihan

kepala daerah dilakukan secara langsung, kemampuan calon legislative, calon

presiden, maupun calon kepala daerah mengangkat berbagai isu yang menjadi

perhatian pemilih sangat menentukan kemenangan calon tersebut dalam

Pilkada. Yang menjadi persoalan, masing-masing kelompok masyarakat

seringkali mempunyai perhatian yang tidak sama terhadap suatu isu. Ada

kelompok masyarakat yang lebih perhatian pada isu-isu domestik, sementara

kelompok lain lebih perhatian pada isu luar negeri. Dalam konteks semacam ini,

salah satu cara yang bisa dilakukan calon legislative, calon presiden, maupun

calon kepala daerah adalah mengajukan isu politik yang paling mudah dipahami

oleh segmen kelompok masyarakat tersebut, sesuai dengan tingkat pendidikan

dan kondisi sosial-ekonominya.

Setidaknya terdapat dua cara pandang untuk memahami isu-isu politik

yang menjadi perhatian masyarakat (pemilih). Pertama, melihat isu-isu politik

sebagai sesuatu yang terpisah dengan posisi masyarakat (pemilih). Cara pandang

ini mengasumsikan bahwa isu-isu politik yang berkembang dalam masyarakat

pada dasarnya dapat diamati dari berbagai persoalan yang ada pada masyarakat

tersebut. Cara pandang ini disebut sebagai kondisi obyektif isu-isu politik.

Dengan kata lain, tugas calon legislative, calon presiden, maupun calon kepala

daerah adalah membentuk isu-isu politik yang mungkin sesuai dengan preferensi

masyarakat atau para pemilih.

Kedua, melihat isu-isu politik dalam kaitannya dengan posisi masyarakat

(pemilih). Cara pandang ini mengasumsikan bahwa isu-isu politik pada dasarnya

bukanlah sesuatu yang terpisah dari masyarakat, tetapi selalu melekat dengan

masyarakatnya. Artinya, untuk memahami isu-isu politik yang ada tidak cukup

hanya mengamati persoalan- persoalan politik yang sedang berkembang, tetapi

harus dilihat bagaimana pandangan atau posisi masyarakat terhadap isu itu:

apakah mempunyai perhatian besar atau sebaliknya, apakah bersikap positip

Page 76: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

72

atau negatip. Bisa jadi suatu persoalan politik tidak menjadi perhatian suatu

kelompok masyarakat, namun bagi kelompok masyarakat lain dianggap sebagai

isu penting yang perlu mendapat perhatian besar. Akibatnya, keberadaan isu

politik sangat subyektif sifatnya. Yang dimaksud isu di sini adalah persoalan-

persoalan sosial, ekonomi, dan politik yang sedang menjadi perhatian dan

pembicaraan luas dikalangan responden.

Preferensi Masyarakat terhadap Isu-Isu dan Program Pembangunan

Seperti sudah diungkap sebelumnya, preferensi masyarakat terhadap suatu isu

seringkali berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lainnya, tergantung

pada berbagai hal, seperti karakteristik ekonomi, sosial dan politiknya. Yang

dimaksud isu di sini adalah persoalan-persoalan sosial politik yang sedang

menjadi perhatian dan pembicaraan luas dikalangan masyarakat.

Hasil penelitian menunjukkan, perhatian masyarakat terhadap isu

ekonomi cukup besar, mulai masalah sembako (38,5 persen), kesempatan kerja

(16,1 persen), subsidi bagi golongan lemah (6,3 persen), rendahnya harga gabah

di waktu, tingginya harga pupuk di musim tanam, kemudahan kredit bagi

golongan kecil, dan sebagainya.

Page 77: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

73

Persoalan Paling Penting

62 16.1 16.1 16.116 4.2 4.2 20.312 3.1 3.1 23.4

16 4.2 4.2 27.6

18 4.7 4.7 32.324 6.3 6.3 38.5

148 38.5 38.5 77.110 2.6 2.6 79.722 5.7 5.7 85.48 2.1 2.1 87.5

4 1.0 1.0 88.5

2 .5 .5 89.12 .5 .5 89.6

24 6.3 6.3 95.8

6 1.6 1.6 97.44 1.0 1.0 98.46 1.6 1.6 100.0

384 100.0 100.0

Kesempatan KerjaHarga GabahHarga PupukPendidikan (SPP, uanggedung, dll)Kemudahan KreditSubsidi Golongan LemahHarga SembakoPenurunan Tarif ListrikPemberantasan KKNDemokratisasi PolitikPenurunan Pajak,RetribusiSengketa TanahAir Bersih, PDAMPembangunan Fisik(jalan, sekolah, irigasi,dll)KriminalitasKenakalan RemajaNarkobaTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 78: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

74

BAB 5

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

1. Partisipasi politik warga Bondowoso memang tidak begitu besar, dari 384 responden,

ketika ditanya apakah mereka ke depan hadir pada pemilihan bupati, partai maupun

presiden, hanya 77,3 persen yang menjawab hadir untuk mengikuti pilihan, sedangkan

22,7 persennya tidak hadir.

2. Model kampanye yang diharapkan masyarakat Bondowoso sebagian besar adalah

model kampanye dialogis, yaitu sebanyak 34,4 persen, disusul konfoi 30,7 persen,

dibawahnya sedikit adalah door to door sebanyak 24,5 persen dan pengerahan massa

hanyya 9,9 persen.

3. Media yang relevan digunakan untuk kampanye adalah TV sebasar 49 persen, disusul

radio 16,1 persen, dan surat kabar 15,1 persen.

4. Pada saat kampanye, ternyata masyarakat tidak hanya menginginkan setiap partai,

cabup maupun capres menyampaikan visi, misi maupun program saja, tetapi sebagian

besar responden 82,3 persen mengharapkan bahwa ketika kampanye perlu juga

ditampilkan hiburan.

5. Profesi jurkam yang paling banyak diinginkan oleh masyarakat adalah jurkam harus

seorang kiai sebesar 37 persen, kemudiaan disusul tokoh pemerintah (seperti bupati,

wabup) sebasar 24,5 persen, dan kemudian seorang cendekiawan (dosen,guru, ustad)

sebesar 13 persen.

6. Faktor sosilologis, seperti tempat tinggal, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan

dan organisasi kemasyarakatan sangat berpengaruh terhadap perilaku memilih di

Kabupaten Bondowoso.

7. Faktor psikologis, seperti kedekatan terhadap calon ataupun partai politik, sikap suka

terhadap seorang calon presiden, calon legislative maupun calon bupati sangat

berpengaruh terhadap perilaku memilih masyarakat Bondowoso.

Page 79: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

75

8. Faktor rasionalitas, seperti visi, misi, program maupun isu yang diangkat oleh partai,

calon persiden, calon bupati, bahkan mengenai rasionalitas material (uang dan materi)

sangat berpengaruh terhadap perilaku memilih masyarakat Bondowoso.

5.2 REKOMENDASI

1. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Bondowoso dalam mengikuti pemilu, maka

penyelenggara pemilu harus lebih meningkatkan lagi informasi mengenai pentingnya

pemilu bagi masyarakat umum, mengingat sebagian besar ketidakhadiran mereka

disebabkan oleh ketidakpedulian mereka bahwa pemilu akan merubah keaadaan

mereka.

2. Sebaiknya model kampanye yang dikembangkan adalah model kampanye dialogis

melalui pertemuan-pertemuan di tingkat RT/RW/desa dan mendatangi masyarakat

langsung melalui door to door.

3. Ke depan, sebaiknya media kampanye yang paling relevan untuk dikembangkan adalah

melalui media TV, radio, baliho/panflet, baru melalui surat kabar.

4. Agar informasi mengenai pemilu didatangi oleh banyak masyarakat, maka ketika

penyampaian informasi mengenai kepemiluan lebih baik dibarengi juga dengan hiburan,

seperti hiburan elekton dangdut, tari, maupun hiburan yang lain.

5. Kedepan, jurkam sebaiknya berlatarbelakang tokoh agama, tokoh ormas, tokoh partai

dan pendidik (guru, dosen) sehingga informasi, program yang disampaikan bisa didengar

dan diyakini oleh masyarakat Bondowoso.

Page 80: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 1- 1 -

Pewawancara: NO:

Kuesioner PenelitianPENELITIAN TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILU

PengantarKami adalah tim peneliti dari Lembaga Penelitian Universitas Jember, bermaksud

mengadakan penelitian tentang “Partisipasi Masyarakat Bondowoso dalam Pemilu“.Untuk keperluan tersebut kami mohon Bapak/Ibu/Saudara bersedia memberi beberapa

informasi yang kami perlukan. Informasi tersebut nantinya kami olah secara bersama-sama yangkemudian akan disusun dalam sebuah laporan penelitian. Kami akan menjaga identitas dankerahasiaan informasi yang Bapak/Ibu/Saudara berikan.

Atas kesediaan dan perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Tempat tinggal kabupaten/kota?1. situbondo 2. Bondowoso 3. Banyuwangi1.( )2.( )3. ( )4.( )

2. Kecamatan ?

1. Binakal 4. Cermee 7. Jambesari 10. Pakem13. sempol

2. Bondowoso 5. Curahdami 8. Klabang 11. Prajekan14. Sukosari

3. Botolingo 6. Grujukan 9. Maesan 12.Pujer15. Sumberwringin

3. Daerah Pemilihan (DAPIL) Kabupaten/Kota?

1. DAPIL I 4. DAPIL IV 7. DAPIL VII 10. DAPIL X

2. DAPIL II 5. DAPIL V 8. DAPIL VIII 11. DAPIL XI

3. DAPIL III 6. DAPIL VI 9. DAPIL IX 12. DAPIL XII

4. Administrasi Tempat tinggal kabupaten/kota:1. Kota 2. Kabupaten

(jika menjawab 2, langsung ke soal no. 6)

5. Jika di kota, dimana Bpk/Ibu/Sdr tinggal? 5.( )1. Pusat kota 2. Pinggiran kota

6. Jika tinggal di daerah kabupaten, dimana Bpk/Ibu/Sdr tinggal? 6.()1. Di dalam kota kabupaten 2. Di luar kota (pedesaan)

7. Lokasi tempat tinggal: 7.()1. Pedalaman 2. Pantai

Page 81: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 1- 2 -

8. Berapa Umur Bpk/Ibu/Sdr ? 8.()1. < 20 tahun 2. 20-29 tahun3. 30-39 tahun 4. 40-49 tahun5. > 50 tahun

9. Jenis kelamin responden: 9.()1. Pria 2. Wanita

B. KARAKTERISTIK SOSIAL, EKONOMI, DAN POLITIK RESPONDEN

1. Apakah pendidikan terakhir Bpk/Ibu/Sdr ? 10.()1. Tidak sekolah 2. SD dan sederajat3. SLTP dan sederajat 4. SLTA dan sederajat5. P T dan sederajat

2. Apakah Agama Bpk/Ibu/Sdr anut ? 11.()1. Islam 2. Kristen3. Katolik 4. Budha5. Hindu 6. lain-lain, sebutkan……………

3. Apakah pekerjaan Bpk/Ibu/Sdr ? 12.()1. Pegawai negeri sipil 2. TNI-POLRI3. Pengusaha 4. Pedagang5. Karyawan swasta 6. Petani7. Sektor informal 8. Lain-lain, sebutkan…………

4. Apakah Bpk/Ibu/Sdr punya pekerjaan sampingan ? 13.()1. Ya 2. Tidak( jika tidak, langsung ke soal no. 6 )

5. Jika ya, apakah pekerjaan sampingan Bpk/Ibu/Sdr ? 14.()(pilih salah satu alternatif jawaban pada no. 9 )

1. Pegawai negeri sipil 2. TNI-POLRI3. Pengusaha 4. Pedagang5. Karyawan swasta 6. Petani7. Sektor informal 8. Lain-lain, sebutkan…………

6. Berapa penghasilan Bpk/Ibu/Sdr per bulan ? 15.()

1. < Rp. 500.000 2. Rp. 500.000 -< Rp. 1.000.0003. Rp. 1.000.000 -< Rp. 1.500.000 4. Rp. 1.500.000 -< Rp. 2.000.0005. > Rp. 2.000.000

Page 82: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 1- 3 -

7. Saudara mengidentifikasi sebagai simpatisani organisasi sosial-keagamaan apa ? 26.()

1. NU atau di bawah naungan NU2. Muhammadiyah atau di bawah naungan Muhammadiyah3. Ormas Islam lain 4. Gereja4. Tdk mengidentifikasi 6. Lain-lain, sebutkan………

8. Pada pemilihan bupati 2013, siapa yang saudara pilih ? 27.()

1. Mustawiyanto - Abdul Manan (MUNA)2. Amien Said Husni - Salwa Arifin Jaya (Aswaja)3. Golput

9. Jika Golput, alasan saudara golput? 28 .()

1. Apatis: Tidak peduli dg pemilu 5. Ideologi: tdk sistem islam2. Tidak ada partai yang cocok 6. Idealis: pemilu tdk merubah keadaan3. Ekonomi: Bekerja 7. Material: Tidak ada yg memberi uang4. Teknis: tidak terdaftar 8. Lain-lain, sebutkan….

10. Pada pemilu 2014,Bapak/Ibu/saudara akan memilih partai apa ? 29.()

1. PDI-P 3. PKB 5. PAN 7.PD 9. Hanura2. Golkar 4. PPP 6. PKS 8. PBB 10.Gerindra11. Nasdem 12. PKPI 13. tidak memilih/golput

11. Jika pemilu dilaksanakan sekarang, Bapak/Ibu/saudara akan memilih partai apa ? 30.()

1. Apatis: Tidak peduli dg pemilu 5. Ideologi: tdk sistem islam2. Tidak ada partai yang cocok 6. Idealis: pemilu tdk merubah keadaan3. Ekonomi: Bekerja 7. Material: Tidak ada yg memberi uang4. Teknis: tidak terdaftar 8. Lain-lain, sebutkan….

12. Apa pertimbangan Bapak/Ibu/Saudara mendukung/memilih partai di atas ?Pertimbangan Ya (1) Tidak (2)

1. Agama 31.( )2. Fatwa Ulama 32.( )3. Pimpinan/tokoh partainya 33.( )4. Caleg yang ditampilkan 34.( )5. Isu yang diangkat 35.( )6. Program yang ditawarkan 36.( )7. Jurkam yang ditampilkan 37.( )8. Reformis 38.( )10. Ideologi partainya 39.( )11. Uang 40.( )12. kinerja partai 41.( )13. Jurkam 42.( )14. Calon yang diajukan 43.( )15. Kinerja ALEG 44.( )16. Lain-lain, sebutkan 45.( )

Page 83: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 1- 4 -

13. Diantara pertimbangan memilih di atas, pertimbangan apa yang paling mempengaruhi pilihansaudara? (pilihan jawaban seperti no. 15) 46.()

14. Pada Pemilihan Presiden 2014, siapa yang anda pilih? 47.()

1. Prabowo-Hatta 2. Jokowi-JK 3. Golput

15. Alasan golput, karena apa? 48.( )1. Apatis: Tidak peduli dg pemilu 5. Ideologi: tdk sistem islam2. Tidak ada partai yang cocok 6. Idealis: pemilu tdk merubah keadaan3. Ekonomi: Bekerja 7. Material: Tidak ada yg memberi uang4. Teknis: tidak terdaftar 8. Lain-lain, sebutkan….

16. Jika anda dikasih uang atau materi oleh salah satu calon, bagaimana anda menyikapi dalam pemilihanparta legislatif atau kepala daerah 49.()1. Menerima uang tersebut dan memilih yang memberi2. Menerima uang tersebut tetapi tetap memilih berdasarkan hati nurani3. menerima uang tersebut dan memilih calon yang memberi uang paling banyak4. menolak menerima uang tersebut

17. Berapa besar uang yang anda harapkan dari calon dewan? 50.()1. Rp. 5.000 3. > Rp. 10.000-Rp.15.000 5. >Rp.20.000-Rp.25.0002. > Rp.5.000.- Rp. 10.0000 4. > Rp. 15.000-Rp.20.000 6. > Rp. 25.000.

18. Kapan waktu yang tepat untuk menerima bantuan uang dan saudara memilih sesuai dg pemberi uang?1. Sblm kampanye 4. Hari H Pencoblosan 51.(

)2. Saat kampanye3. Hari tenang

D. ISU—ISU POLITIK DAN ASPIRASI MASYARAKAT

1. Diantara persoalan-persoalan berikut, mana yang perlu ditangani oleh partai politik?

Aspirasi Ya (1) Tidak (2)1. Kesempatan kerja/persoalan ketenagakerjaan 52.( )2. Perbaikan harga gabah 53.( )3. Mengatasi harga pupuk 54.( )4. Masalah pendidikan (SPP,beasiswa, uang gedung, dll) 55.( )5. Pemberian/kemudahan kredit 56.( )6. Pemberian subsidi gol. Lemah 57.( )7. Persoalan harga sembako 58.( )8. Penurunan tarif listrik 59.( )9. Penurunan tarif angkutan 60.( )10. Pemberantasan KKN 61.( )

Page 84: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 1- 5 -

11. Profesionalisme birokrasi 62.( )12. Demokratisasi politik 63.( )13. Penurunan pajak, retribusi 64.( )14. Mengatasi sengketa tanah 65.( )15. Persoalan air bersih, PDAM, dll 66.( )16. Pembangunan fisik (jalan, sekolah, irigasi, dll) 67.( )17. Mengatasi kriminalitas 68.( )18. Mengatasi kenalan remaja 69.( )19. Mengatasi narkoba 70.( )20. Mengatasi konflik sospol 71.( )

2. Diantara persoalan-persoalan di atas, mana yang menurut saudara paling penting untk segeraditangani?

72.( )

E. PERILAKU PEMILIH

1. Model kampanye macam apa yang saudara sukai 73.( )1. Dialogis 2. Pengerahan massa 3.Konfoi4. door to door 5.lain-lain,

2. Model kampanye apa yang paling relevan untuk dialogis? 74.( )1. dialog dengan tatap muka 2. Dialog memalui radio/TV 3. Dialog pertemuan kelompok(RT/RW/Desa) 4. Dialog dg membawa bingkisan 5. Dialog dg membawa uang 6. Dialogdengan membawa alar peraga (baliho, panflet)

3. Jenis bingkisan yang dikehendaki?75.( )

1. kaos 2. Jilbab/kerudung 3.sarung 4. Tas 5. Topi6. sembako 7.lain-lain,

4. Model pengerahan massa apa yang paling relevan untuk konfoi? 76.()

1. bawa kendaraan 2. Jalan 3. Konfoi sambil bagi brosur 4. Konfoi sambil membawamusik

5. Model kampanye apa yang paling relevan untuk door to door? 77.( )1. bertemu dan perkenalan program 2. Tinggal dan menginap 3. Mendengarkan masalah dankeluhan warga 4. Bertamu dan membawa oleh (sembako) 5. Bertamu dan membawa uang

6. Media kampanye apa yang paling relevan untuk Pileg 2014? 78.( )1. TV 2. Radio 3. Surat kabar 4. Tatap muka

10. Acara apa yang paling bapak/ibu/sdr sukai di TV? 79.()1. Sinetron 5. Berita 9. Diskusi/debat2. Film nasional 6. Olahraga 10. Seni/budaya3. Film Luar negeri 7. Film Kartun 11. Lain2, sebutkan…….

4. Musik 8. Reality Show

Page 85: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 1- 6 -

11. Untuk acara radio, acara apa yang paling bapak/ibu/sdr sukai? 80.()1. Musik Pop 5. Berita2. Musik Dangdut 6. Obrolan3. Musik Keroncong 7. Lain-lain, sebutkan.....

4. Musik Campursari

16. Apakah anda suka kampanye dengan disertai hiburan? 81.( )1. Suka 2. Tidak suka

17. Jika suka, hiburan yang disukai?1. Musik Dangdut 2. Musik Pop 3. Musik Qosidah 4.Wayang 82. ( )5. Lawakan 6. Film (layar tancap) 7. Ludruk/ketorprak 8. campursari 9.dll…

18. Latarbelakang profesi jurkam macam apa yang saudara sukai?1. Kiai 2. Cendikiawan 3. Dai 4.Tokoh pemerintah 83. ( )5. Pengusaha 6. Bintang film 7. Penyanyi 8. Pelawak 9.dll…

19. Dalam memilih partai, pertimbangan anda apakah calon legislatif yang diusung atau keberadaanpartainya?

1. Caleg yang diusung 2. Keberadaan Partai 84.()

20. Jika saudara menyukai caleg yang disung suatu partai, sedangkan anda tidak menyukai/belum pedulidengan partai tersebut, apakah saudara tetap memilih caleg sesuai dengan partai tersebut atau akanpindah partai lain?

85.( )1. tetap emilih caleg dg partainya 2. Tidak memilih caleg tersebut/memilih partai lain.

21. Jika anda pendukung partai tertentu, sedangkan ada caleg yang tidak saudara senangi diusung olehpartai tersebut, apah saudara tetap memilih partai tersebut atau pindah partai? 86.()1. tetap memilih partai dg caleg tersebut 3. Tetap memilih partai tsbt, tetapi memilih calon lainyang ada2. Tidak memilih memilih partai tersebut

22. Diantara nama-nama dibawah ini, siapa yang akan saudara pilih pada pilkada 2017? 87.()

Nama Caleg Nama Caleg1. Salwa Arifin Jaya (Wakil Bupati) 8. Djanuarianto (PAN)2. Ahmad Dhafir (PKB) 9. Buchori Mun’im (PPP)3. Ketut Yudi (PKS) 10. Abd. Khodir Syam (NU)4. Irwan Bachtiar (PDIP) 11. Basuki Rohani (Muhammadiyah)5. Supriyadi (Golkar) 12. Sobri Wasil (ISNU)6. Albani (Gerindra) 13. lain-lain, sebutkan…7. Soepatno (PD)

IDENTITAS RESPONDEN23. Nama Responden : …………………………………………………………..…………….

24. Kecamatan :………………………………………………………………..…………

25. Desa/kelurahan : …………………………………………………………….………..…..

Page 86: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 1- 7 -

26. Alamat Responden : ………………………………………………………………………….

CATATAN PENTING :

Page 87: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

PERILAKU MEMILIHPERILAKU MEMILIHMASYARAKAT BONDOWOSOMASYARAKAT BONDOWOSO

KPU BONDOWOSOKPU BONDOWOSO

LAMPIRAN 2LAMPIRAN 2--11

Page 88: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

I. PERILAKU MEMILIHI. PERILAKU MEMILIH Mengapa seseorang melakukan tindakan politik tertentuMengapa seseorang melakukan tindakan politik tertentu

sementara yang lain tidak?sementara yang lain tidak? Mengapa orang memilih kepala daerah A, bukannyaMengapa orang memilih kepala daerah A, bukannya

kepala daerah B, C, atau D?kepala daerah B, C, atau D? Mengapa pada kelompok masyarakat tertentuMengapa pada kelompok masyarakat tertentu

cenderung mempunyai pilihan kepala daerah yangcenderung mempunyai pilihan kepala daerah yanghampir sama, sedangkan kelompok masyarakat lainnyahampir sama, sedangkan kelompok masyarakat lainnyatidak?tidak?

FaktorFaktor--faktor apa saja yang mempengaruhi seseorangfaktor apa saja yang mempengaruhi seseorangmenentukan pilihan dalam suatu Pemilihan Kepalamenentukan pilihan dalam suatu Pemilihan KepalaDaerah?Daerah?

Sederet pertanyaan senada masih akan muncul apabilaSederet pertanyaan senada masih akan muncul apabilamenganalisis perilaku memilih dalam suatu Pilkada.menganalisis perilaku memilih dalam suatu Pilkada.

Mengapa seseorang melakukan tindakan politik tertentuMengapa seseorang melakukan tindakan politik tertentusementara yang lain tidak?sementara yang lain tidak?

Mengapa orang memilih kepala daerah A, bukannyaMengapa orang memilih kepala daerah A, bukannyakepala daerah B, C, atau D?kepala daerah B, C, atau D?

Mengapa pada kelompok masyarakat tertentuMengapa pada kelompok masyarakat tertentucenderung mempunyai pilihan kepala daerah yangcenderung mempunyai pilihan kepala daerah yanghampir sama, sedangkan kelompok masyarakat lainnyahampir sama, sedangkan kelompok masyarakat lainnyatidak?tidak?

FaktorFaktor--faktor apa saja yang mempengaruhi seseorangfaktor apa saja yang mempengaruhi seseorangmenentukan pilihan dalam suatu Pemilihan Kepalamenentukan pilihan dalam suatu Pemilihan KepalaDaerah?Daerah?

Sederet pertanyaan senada masih akan muncul apabilaSederet pertanyaan senada masih akan muncul apabilamenganalisis perilaku memilih dalam suatu Pilkada.menganalisis perilaku memilih dalam suatu Pilkada.

22

Page 89: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

PERILAKU MEMILIHPERILAKU MEMILIH

1.1. PENGETAHUAN (POPULARITAS)PENGETAHUAN (POPULARITAS)2.2. SIKAP (KESUKAAN/KEPANTASAN)SIKAP (KESUKAAN/KEPANTASAN)3.3. TINDAKAN (ELEKTABILITAS)TINDAKAN (ELEKTABILITAS)

33

Page 90: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

FAKTOR MEMPENGARUHIFAKTOR MEMPENGARUHIPERILAKU MEMILIHPERILAKU MEMILIH

1.1. PendekatanPendekatan SosiologisSosiologis2.2. PendekatanPendekatan PsikologisPsikologis3.3. PendekatanPendekatan RasionalRasional

44

Page 91: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

1.1. PendekatanPendekatan SosiologisSosiologis

a.a. KarakteristikKarakteristik sosialsosial ((sepertiseperti pekerjaanpekerjaan,,penghasilanpenghasilan,, pendidikanpendidikan dandansebagainyasebagainya).).

b.b. karakteristikkarakteristik atauatau latarbelakanglatarbelakangsosiologissosiologis ((sepertiseperti agama,agama, wilayahwilayah,, jenisjeniskelaminkelamin,, umurumur,, dandan sebagainyasebagainya))

a.a. KarakteristikKarakteristik sosialsosial ((sepertiseperti pekerjaanpekerjaan,,penghasilanpenghasilan,, pendidikanpendidikan dandansebagainyasebagainya).).

b.b. karakteristikkarakteristik atauatau latarbelakanglatarbelakangsosiologissosiologis ((sepertiseperti agama,agama, wilayahwilayah,, jenisjeniskelaminkelamin,, umurumur,, dandan sebagainyasebagainya))

55

Page 92: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

2.2. PendekatanPendekatan PsikologisPsikologis

pendekatan ini menggunakan danpendekatan ini menggunakan danmengembangkan konsep psikologimengembangkan konsep psikologi ---- terutamaterutamakonsep sosialisasi dan sikapkonsep sosialisasi dan sikap---- untukuntukmenjelaskan perilaku memilih.menjelaskan perilaku memilih.

pendekatan psikologis menekankan pada tigapendekatan psikologis menekankan pada tigaaspek psikologis sebagai kajian utama, yaituaspek psikologis sebagai kajian utama, yaituikatan emosional pada suatu partai politik (calonikatan emosional pada suatu partai politik (calonkepala daerah), orientasi terhadap isukepala daerah), orientasi terhadap isu--isu danisu danorientasi terhadap kandidat.orientasi terhadap kandidat.

pendekatan ini menggunakan danpendekatan ini menggunakan danmengembangkan konsep psikologimengembangkan konsep psikologi ---- terutamaterutamakonsep sosialisasi dan sikapkonsep sosialisasi dan sikap---- untukuntukmenjelaskan perilaku memilih.menjelaskan perilaku memilih.

pendekatan psikologis menekankan pada tigapendekatan psikologis menekankan pada tigaaspek psikologis sebagai kajian utama, yaituaspek psikologis sebagai kajian utama, yaituikatan emosional pada suatu partai politik (calonikatan emosional pada suatu partai politik (calonkepala daerah), orientasi terhadap isukepala daerah), orientasi terhadap isu--isu danisu danorientasi terhadap kandidat.orientasi terhadap kandidat.

66

Page 93: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

3.3. PendekatanPendekatan RasionalRasional perilakuperilaku politikpolitik masyarakatmasyarakat akanakan dapatdapat bertindakbertindak secarasecara

rasionalrasional,, yakniyakni memberikanmemberikan suarasuara keke caloncalon kepalakepaladaerahdaerah yangyang dianggapdianggap mendatangkanmendatangkan keuntungankeuntungan dandankemaslakhatankemaslakhatan yangyang sebesarsebesar--besarnyabesarnya dandan menekanmenekankerugiankerugian atauatau kemudlaratankemudlaratan yangyang sekecilsekecil--kecilnyakecilnya..

DenganDengan begitubegitu,, diasumsikandiasumsikan parapara pemilihpemilih mempunyaimempunyaikemampuankemampuan untukuntuk menilaimenilai isuisu--isuisu politikpolitik yangyang diajukandiajukan..BegituBegitu jugajuga mampumampu menilaimenilai caloncalon ((kandidatkandidat) yang) yangditampilkanditampilkan..

PenilaianPenilaian rasionalrasional terhadapterhadap isuisu politikpolitik atauatau kandidatkandidat iniinibisabisa didasarkandidasarkan padapada jabatanjabatan,, informasiinformasi,, pribadipribadi yangyangpopulerpopuler karenakarena prestasiprestasi dibidangdibidang masingmasing--masingmasing sepertisepertiseniseni,, olaholah raga, film,raga, film, organisasiorganisasi,, politikpolitik,, dandansemacamnyasemacamnya

perilakuperilaku politikpolitik masyarakatmasyarakat akanakan dapatdapat bertindakbertindak secarasecararasionalrasional,, yakniyakni memberikanmemberikan suarasuara keke caloncalon kepalakepaladaerahdaerah yangyang dianggapdianggap mendatangkanmendatangkan keuntungankeuntungan dandankemaslakhatankemaslakhatan yangyang sebesarsebesar--besarnyabesarnya dandan menekanmenekankerugiankerugian atauatau kemudlaratankemudlaratan yangyang sekecilsekecil--kecilnyakecilnya..

DenganDengan begitubegitu,, diasumsikandiasumsikan parapara pemilihpemilih mempunyaimempunyaikemampuankemampuan untukuntuk menilaimenilai isuisu--isuisu politikpolitik yangyang diajukandiajukan..BegituBegitu jugajuga mampumampu menilaimenilai caloncalon ((kandidatkandidat) yang) yangditampilkanditampilkan..

PenilaianPenilaian rasionalrasional terhadapterhadap isuisu politikpolitik atauatau kandidatkandidat iniinibisabisa didasarkandidasarkan padapada jabatanjabatan,, informasiinformasi,, pribadipribadi yangyangpopulerpopuler karenakarena prestasiprestasi dibidangdibidang masingmasing--masingmasing sepertisepertiseniseni,, olaholah raga, film,raga, film, organisasiorganisasi,, politikpolitik,, dandansemacamnyasemacamnya

77

Page 94: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

TUJUAN KEGIATANTUJUAN KEGIATAN

88

Page 95: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

MENGKAJI PERILAKU MEMILIHMENGKAJI PERILAKU MEMILIH MENGKAJI FAKTOR SOSIOLOGISMENGKAJI FAKTOR SOSIOLOGIS

PERILAKU MEMILIHPERILAKU MEMILIH MENGKAJI FAKTOR PSIKOLOGISMENGKAJI FAKTOR PSIKOLOGIS

PERILAKU MEMILIHPERILAKU MEMILIH MENGKAJI FAKTOR RASIONALITASMENGKAJI FAKTOR RASIONALITAS

PERILAKU MEMILIHPERILAKU MEMILIH

MENGKAJI PERILAKU MEMILIHMENGKAJI PERILAKU MEMILIH MENGKAJI FAKTOR SOSIOLOGISMENGKAJI FAKTOR SOSIOLOGIS

PERILAKU MEMILIHPERILAKU MEMILIH MENGKAJI FAKTOR PSIKOLOGISMENGKAJI FAKTOR PSIKOLOGIS

PERILAKU MEMILIHPERILAKU MEMILIH MENGKAJI FAKTOR RASIONALITASMENGKAJI FAKTOR RASIONALITAS

PERILAKU MEMILIHPERILAKU MEMILIH

99

Page 96: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

KAJIAN PERILAKU MEMILIHKAJIAN PERILAKU MEMILIH

1010

Page 97: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

tidak hadir77,3

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT

0 10 20 30 40 50 60 70 80

hadir22,7

1111

Page 98: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

Door to door

Lain-lain

24,5

0,5

MODEL KAMPANYE

0 5 10 15 20 25 30 35

Dialogis

Pengerahan Massa

Konfoi

34,4

9,9

30,7

1212

Page 99: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

Dialog dengan membawa uang

Dialog dengan alat peraga (baliho, pamflet)

6,3

5,7

MODEL KAMPANYE DIALOGIS

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Dialog dengan tatap muka

Dialog melalui radio/ TV

Dialog Pertemuan Kelompok (RT/RW/desa)

Dialog dengan membawa bingkisan

28,6

14,6

35,4

9,4

1313

Page 100: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

Tatap Muka 19,8

MEDIA KAMPANYE

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

TV

Radio

Surat Kabar

49

16,1

15,1

1414

Page 101: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

Uang

Kinerja Partai

Jurkam

Calon yang diajukan

Kinerja Aleg/cabup/partai

2,6

6,3

1

6,3

4,2

PERTIMBANGAN MEMILIH PARTAI/CALEG

0 5 10 15 20 25

Agama

Fatwa Ulama

Pimpinan/ Tokoh Partai/Tokoh ormas

Caleg yang ditampilkan

Isu yang diangkat

Program yang ditawarkan

Jurkam yang ditampilkan

Reformis

Ideologi Partainya

5,2

13

10,9

9,9

12

20,8

3,1

1

2,6

1515

Page 102: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

KAJIAN FAKTOR SOSIOLOGISKAJIAN FAKTOR SOSIOLOGISPERILAKU MEMILIHPERILAKU MEMILIHKAJIAN FAKTOR SOSIOLOGISKAJIAN FAKTOR SOSIOLOGISPERILAKU MEMILIHPERILAKU MEMILIH

1616

Page 103: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

DAPIL & PERILAKU MEMILIH BUPATIDAPIL & PERILAKU MEMILIH BUPATI

60

70

80

90

Mustawiyanto - Abdul Manan (MUNA)

0

10

20

30

40

50

Dapil I Dapil II Dapil III Dapil IV Dapil V

Mustawiyanto - Abdul Manan (MUNA)

Amien Said Husni - Salwa Arifin Jaya(Aswaja)

Golput

1717

Page 104: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

DAPIL & PERILAKU MEMILIH PARTAIDAPIL & PERILAKU MEMILIH PARTAI

25

30

35

40

Dapil I

0

5

10

15

20

PDIP Golkar PKB PPP PAN PD Hanura Gerindra Nasdem GOLPUT

Dapil I

Dapil II

Dapil III

Dapil IV

Dapil V

1818

Page 105: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

DAPIL & PERILAKU MEMILIH PRESIDENDAPIL & PERILAKU MEMILIH PRESIDEN

40

50

60

0

10

20

30

Dapil I Dapil II Dapil III Dapil IV Dapil V

Prabowo-Hatta

Jokowi-JK

GOLPUT

1919

Page 106: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

UMUR & PERILAKU MEMILIH BUPATIUMUR & PERILAKU MEMILIH BUPATI

50

60

70

80

Mustawiyanto - Abdul Manan (MUNA)

0

10

20

30

40

< 20 tahun 20-29 tahun 30-39 tahun 40-49 tahun > 50 tahun

Mustawiyanto - Abdul Manan (MUNA)

Amien Said Husni - Salwa Arifin Jaya(Aswaja)

Golput

2020

Page 107: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

UMUR & PERILAKU MEMILIH PARTAIUMUR & PERILAKU MEMILIH PARTAI

40

50

60

< 20 tahun

0

10

20

30

PDIP Golkar PKB PPP PAN PD Hanura Gerindra Nasdem GOLPUT

< 20 tahun

20-29 tahun

30-39 tahun

40-49 tahun

> 50 tahun

2121

Page 108: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

UMUR & PERILAKU MEMILIH PRESIDENUMUR & PERILAKU MEMILIH PRESIDEN

50

60

70

0

10

20

30

40

< 20 tahun 20-29 tahun 30-39 tahun 40-49 tahun > 50 tahun

Prabowo-Hatta

Jokowi-JK

GOLPUT

2222

Page 109: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

SEX & PERILAKU MEMILIH BUPATISEX & PERILAKU MEMILIH BUPATI

50

60

70

80

0

10

20

30

40

50

Mustawiyanto - Abdul Manan(MUNA)

Amien Said Husni - Salwa ArifinJaya (Aswaja)

Golput

Laki-laki

Perempuan

2323

Page 110: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

SEX & PERILAKU MEMILIH PARTAISEX & PERILAKU MEMILIH PARTAI

25

30

35

40

0

5

10

15

20

PDIP Golkar PKB PPP PAN PD Hanura Gerindra Nasdem GOLPUT

Laki-laki

Perempuan

2424

Page 111: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

SEX & PERILAKU MEMILIH PRESIDENSEX & PERILAKU MEMILIH PRESIDEN

40

50

60

0

10

20

30

Prabowo-Hatta Jokowi-JK GOLPUT

Laki-laki

Perempuan

2525

Page 112: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

PENDIDIKAN & PERILAKU MEMILIH BUPATIPENDIDIKAN & PERILAKU MEMILIH BUPATI

50

60

70

80

90

Mustawiyanto - Abdul Manan (MUNA)

0

10

20

30

40

50

Tidak Sekolah SD dansederajat

SLTP dansederajat

SLTA dansederajat

PT dansederajat

Mustawiyanto - Abdul Manan (MUNA)

Amien Said Husni - Salwa Arifin Jaya(Aswaja)

Golput

2626

Page 113: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

PENDIDIKAN & PERILAKU MEMILIH PARTAIPENDIDIKAN & PERILAKU MEMILIH PARTAI

40

50

60

70

Tidak Sekolah

0

10

20

30

40

PDIP Golkar PKB PPP PAN PD Hanura Gerindra Nasdem GOLPUT

Tidak Sekolah

SD dan sederajat

SLTP dan sederajat

SLTA dan sederajat

PT dan sederajat

2727

Page 114: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

PENDIDIKAN & PERILAKU MEMILIH PRESIDENPENDIDIKAN & PERILAKU MEMILIH PRESIDEN

50

60

70

0

10

20

30

40

Tidak Sekolah SD dan sederajat SLTP dan sederajat SLTA dan sederajat PT dan sederajat

Prabowo-Hatta

Jokowi-JK

GOLPUT

2828

Page 115: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

PEKERJAAN & PERILAKU MEMILIH BUPATIPEKERJAAN & PERILAKU MEMILIH BUPATI

50

60

70

80

90

Mustawiyanto - Abdul Manan (MUNA)

0

10

20

30

40

50

PegawaiNegeri Sipil

Pengusaha Pedagang KaryawanSwasta

Petani SektorInformal

Lain-lain

Mustawiyanto - Abdul Manan (MUNA)

Amien Said Husni - Salwa Arifin Jaya(Aswaja)

Golput

2929

Page 116: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

PEKERJAAN & PERILAKU MEMILIH PARTAIPEKERJAAN & PERILAKU MEMILIH PARTAI

40

50

60

Pegawai Negeri Sipil

Pengusaha

0

10

20

30

PDIP Golkar PKB PPP PAN PD Hanura Gerindra Nasdem GOLPUT

Pengusaha

Pedagang

Karyawan Swasta

Petani

Sektor Informal

Lain-lain

3030

Page 117: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

PEKERJAAN & PERILAKU MEMILIH PRESIDENPEKERJAAN & PERILAKU MEMILIH PRESIDEN

50

60

70

80

90

0

10

20

30

40

50

Pegawai NegeriSipil

Pengusaha Pedagang KaryawanSwasta

Petani Sektor Informal Lain-lain

Prabowo-Hatta

Jokowi-JK

GOLPUT

3131

Page 118: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

KAJIAN FAKTOR PSIKOLOGIS (SIKAP)KAJIAN FAKTOR PSIKOLOGIS (SIKAP)PERILAKU MEMILIHPERILAKU MEMILIH

3232

Page 119: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

SIKAP & PERILAKU MEMILIH BUPATISIKAP & PERILAKU MEMILIH BUPATI

50

60

70

80

0

10

20

30

40

50

Mustawiyanto - Abdul Manan(MUNA)

Amien Said Husni - Salwa ArifinJaya (Aswaja)

Golput

suka

Tidak

3333

Page 120: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

SIKAP & PERILAKU MEMILIH PARTAISIKAP & PERILAKU MEMILIH PARTAI

20

25

30

35

0

5

10

15

20

PDIP Golkar PKB PPP PAN PD Hanura Gerindra Nasdem GOLPUT

suka

Tidak

3434

Page 121: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

SIKAP & PERILAKU MEMILIH PRESIDENSIKAP & PERILAKU MEMILIH PRESIDEN

40

50

60

0

10

20

30

Prabowo-Hatta Jokowi-JK GOLPUT

suka

Tidak

3535

Page 122: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

KAJIAN FAKTOR RASIONALITASKAJIAN FAKTOR RASIONALITASPERILAKU MEMILIHPERILAKU MEMILIH

3636

Page 123: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

PROGRAM & PERILAKU MEMILIH BUPATIPROGRAM & PERILAKU MEMILIH BUPATI

50

60

70

80

0

10

20

30

40

50

Mustawiyanto - Abdul Manan(MUNA)

Amien Said Husni - Salwa ArifinJaya (Aswaja)

Golput

Program

Tidak

3737

Page 124: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

PROGRAM & PERILAKU MEMILIH PARTAIPROGRAM & PERILAKU MEMILIH PARTAI

25

30

35

0

5

10

15

20

PDIP Golkar PKB PPP PAN PD Hanura Gerindra Nasdem

program

Tidak

3838

Page 125: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

PROGRAM & PERILAKU MEMILIH PRESIDENPROGRAM & PERILAKU MEMILIH PRESIDEN

40

50

60

0

10

20

30

40

Prabowo-Hatta Jokowi-JK

program

Tidak

3939

Page 126: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

ISU & PERILAKU MEMILIH BUPATIISU & PERILAKU MEMILIH BUPATI

60

70

80

0

10

20

30

40

50

Mustawiyanto - Abdul Manan (MUNA) Amien Said Husni - Salwa Arifin Jaya (Aswaja)

isu

Tidak

4040

Page 127: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

ISU & PERILAKU MEMILIH PARTAIISU & PERILAKU MEMILIH PARTAI

20

25

30

35

0

5

10

15

20

PDIP Golkar PKB PPP PAN PD Hanura Gerindra Nasdem GOLPUT

isu

Tidak

4141

Page 128: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

ISU & PERILAKU MEMILIH PRESIDENISU & PERILAKU MEMILIH PRESIDEN

40

50

60

0

10

20

30

40

Prabowo-Hatta Jokowi-JK

isu

Tidak

4242

Page 129: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

TERIMA KASIH..TERIMA KASIH..

4343

Page 130: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 3- 1 -

HASIL FREKUENSI PERILAKU MEMILIH

1. KARAKTERISTIK PEMILIH

1.1. Distribusi Sampel Kecamatan

1.2. Distribusi Sampel Perdapil

Kecamatan

10 2.6 2.6 2.634 8.9 8.9 11.516 4.2 4.2 15.622 5.7 5.7 21.416 4.2 4.2 25.518 4.7 4.7 30.216 4.2 4.2 34.410 2.6 2.6 37.022 5.7 5.7 42.712 3.1 3.1 45.814 3.6 3.6 49.520 5.2 5.2 54.710 2.6 2.6 57.312 3.1 3.1 60.416 4.2 4.2 64.610 2.6 2.6 67.218 4.7 4.7 71.912 3.1 3.1 75.018 4.7 4.7 79.722 5.7 5.7 85.420 5.2 5.2 90.636 9.4 9.4 100.0

384 100.0 100.0

BinakalBondowosoBotolingoCermeeCurahdamiGrujukanJambesariKlabangMaesanPakemPrajekanPujerSempolSukosariSumberwringinTaman KrocokTamananTegalampelTenggarangTlogosariWonosariWringinTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Dapil

72 18.8 18.8 18.862 16.1 16.1 34.980 20.8 20.8 55.774 19.3 19.3 75.096 25.0 25.0 100.0

384 100.0 100.0

Dapil IDapil IIDapil IIIDapil IVDapil VTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 131: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 3- 2 -

1.3. Distribusi Posisi Tempat Tinggal

1.4. Distribusi Umur Responden

1.5. Distribusi Jenis Kelamin Responden

Posisi Tinggal Kabupaten

46 12.0 12.0 12.0338 88.0 88.0 100.0384 100.0 100.0

Dalam kota kabupatenLuar kota (pedesaan)Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Umur Resp

6 1.6 1.6 1.6100 26.0 26.0 27.678 20.3 20.3 47.9

150 39.1 39.1 87.050 13.0 13.0 100.0

384 100.0 100.0

< 20 tahun20-29 tahun30-39 tahun40-49 tahun> 50 tahunTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Jenis Kelamin

264 68.8 68.8 68.8120 31.3 31.3 100.0384 100.0 100.0

Laki-lakiPerempuanTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 132: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 3- 3 -

1.6. Distribusi Pendidikan Responden

1.7. Distribusi Agama Responden

1.8. Distribusi Pekerjaan Responden

Pendidikan

6 1.6 1.6 1.628 7.3 7.3 8.962 16.1 16.1 25.0

212 55.2 55.2 80.276 19.8 19.8 100.0

384 100.0 100.0

Tidak SekolahSD dan sederajatSLTP dan sederajatSLTA dan sederajatPT dan sederajatTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Agama

384 100.0 100.0 100.0IslamValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Pekerjaan

70 18.2 18.2 18.212 3.1 3.1 21.466 17.2 17.2 38.544 11.5 11.5 50.066 17.2 17.2 67.218 4.7 4.7 71.9

108 28.1 28.1 100.0384 100.0 100.0

Pegawai Negeri SipilPengusahaPedagangKaryawan SwastaPetaniSektor InformalLain-lainTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 133: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 3- 4 -

1.9. Distribusi Penghasilan Responden

Penghasilan

22 5.7 5.7 5.760 15.6 15.6 21.456 14.6 14.6 35.9

148 38.5 38.5 74.598 25.5 25.5 100.0

384 100.0 100.0

< 500.000500.000 -< 1.000.0001.000.000 -< 1.500.0001.500.000 -< 2.000.000> 2.000.000Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 134: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 3- 5 -

PERILAKU MEMILIH

Frequency TableModel Kampanye

132 34.4 34.4 34.438 9.9 9.9 44.3

118 30.7 30.7 75.094 24.5 24.5 99.5

2 .5 .5 100.0384 100.0 100.0

DialogisPengerahan MassaKonfoiDoor to doorLain-lainTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Kampanye Dialogis Paling Relevan

110 28.6 28.6 28.6

56 14.6 14.6 43.2

136 35.4 35.4 78.6

36 9.4 9.4 88.0

24 6.3 6.3 94.3

22 5.7 5.7 100.0

384 100.0 100.0

Dialog dengan tatapmukaDialog melalui radio/ TVDialog PertemuanKelompok (RT/RW/desa)Dialog dengan membawabingkisanDialog dengan membawauangDialog dengan alatperaga (baliho, pamflet)Total

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Bingkisan Dikehendaki

70 18.2 19.6 19.650 13.0 14.0 33.546 12.0 12.8 46.4

6 1.6 1.7 48.02 .5 .6 48.6

172 44.8 48.0 96.612 3.1 3.4 100.0

358 93.2 100.026 6.8

384 100.0

KaosJilbab/ KerudungSarungTasTopiSembakoLain-lainTotal

Valid

SystemMissingTotal

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Page 135: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 3- 6 -

Pengerahan Massa paling Relevan untuk Konfoi

66 17.2 17.2 17.248 12.5 12.5 29.7

178 46.4 46.4 76.0

92 24.0 24.0 100.0

384 100.0 100.0

Bawa KendaraanJalanKonfoi sambilbawa brosurKonfoi sambilbawa musikTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Door to door paling relevan

104 27.1 27.1 27.1

202 52.6 52.6 79.7

50 13.0 13.0 92.7

28 7.3 7.3 100.0

384 100.0 100.0

Bertemu & PerkenalanProgramMendengarkan masalah& keluhan wargaBertamu & membawaoleh2/ sembakoBertamu & MembawaUangTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Media Relevan untuk Pileg 2015

188 49.0 49.0 49.062 16.1 16.1 65.158 15.1 15.1 80.276 19.8 19.8 100.0

384 100.0 100.0

TVRadioSurat KabarTatap MukaTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 136: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 3- 7 -

Acara TV favorit

96 25.0 25.0 25.08 2.1 2.1 27.1

22 5.7 5.7 32.818 4.7 4.7 37.5

128 33.3 33.3 70.866 17.2 17.2 88.06 1.6 1.6 89.6

10 2.6 2.6 92.218 4.7 4.7 96.96 1.6 1.6 98.46 1.6 1.6 100.0

384 100.0 100.0

SinetronFilm NasionalFilm Luar NegeriMusikBeritaOlahragaFilm KartunReality ShowDiskusi/ debatSeni/ budayaLain-lainTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Acara radio favorit

80 20.8 20.8 20.8146 38.0 38.0 58.9

8 2.1 2.1 60.914 3.6 3.6 64.680 20.8 20.8 85.446 12.0 12.0 97.410 2.6 2.6 100.0

384 100.0 100.0

Musik PopMusik DangdutMusik KeroncongMusik CampursariBeritaObrolanLain-lainTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Kampanye dengan hiburan

316 82.3 82.3 82.368 17.7 17.7 100.0

384 100.0 100.0

SukaTidak SukaTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 137: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 3- 8 -

Hiburan yang Disukai

208 54.2 65.0 65.042 10.9 13.1 78.118 4.7 5.6 83.822 5.7 6.9 90.612 3.1 3.8 94.414 3.6 4.4 98.84 1.0 1.3 100.0

320 83.3 100.064 16.7

384 100.0

Musik DangdutMusik PopMusik QosidahLawakanFilm (layar tancap)Ludruk/ KetoprakCampursariTotal

Valid

SystemMissingTotal

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Profesi Jurkam Disukai

142 37.0 37.0 37.050 13.0 13.0 50.016 4.2 4.2 54.294 24.5 24.5 78.614 3.6 3.6 82.312 3.1 3.1 85.436 9.4 9.4 94.820 5.2 5.2 100.0

384 100.0 100.0

KyaiCendekiawanDa'iTokoh PemerintahPengusahaBintang FilmPenyanyiPelawakTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Pertimbangan Memilih Caleg

250 65.1 65.1 65.1134 34.9 34.9 100.0384 100.0 100.0

Caleg yang DiusungKeberadaan PartaiTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Suka Caleg Tidak Suka Partai

170 44.3 44.3 44.3

214 55.7 55.7 100.0

384 100.0 100.0

Tetap memilih calegdengan partainyaTidak memilih calegtersebut/ memilihpartai lainTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 138: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 3- 9 -

Suka Partai Tidak Suka Caleg

72 18.8 18.8 18.8

48 12.5 12.5 31.3

264 68.8 68.8 100.0

384 100.0 100.0

Tetap memilih partaidengan caleg tsbTidak memilih partaitersebutTetap memilih partainamun memilihcaleg lainTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 139: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 3- 10 -

2. ISU-ISU UTAMA DI KABUPATEN BONDOWOSO

Frequency TablePersoalan Kesempatan Kerja

298 77.6 77.6 77.686 22.4 22.4 100.0

384 100.0 100.0

YaTidakTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Persoalan Harga Gabah

270 70.3 70.3 70.3114 29.7 29.7 100.0384 100.0 100.0

YaTidakTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Persoalan Harga Pupuk

278 72.4 72.4 72.4106 27.6 27.6 100.0384 100.0 100.0

YaTidakTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Persoalan Pendidikan (SPP, uang gedung, dll)

316 82.3 82.3 82.368 17.7 17.7 100.0

384 100.0 100.0

YaTidakTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Persoalan Kemudahan Kredit

252 65.6 65.6 65.6132 34.4 34.4 100.0384 100.0 100.0

YaTidakTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Persoalan Subsidi Gol Lemah

278 72.4 72.4 72.4106 27.6 27.6 100.0384 100.0 100.0

YaTidakTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 140: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 3- 11 -

Persoalan Harga Sembako

334 87.0 87.0 87.050 13.0 13.0 100.0

384 100.0 100.0

YaTidakTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Persoalan Penurunan Tarif Listrik

256 66.7 66.7 66.7128 33.3 33.3 100.0384 100.0 100.0

YaTidakTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Persoalan Penurunan Tarif Angkutan

152 39.6 39.6 39.6232 60.4 60.4 100.0384 100.0 100.0

YaTidakTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Persoalan Pemberantasan KKN

174 45.3 45.3 45.3210 54.7 54.7 100.0384 100.0 100.0

YaTidakTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Persoalan Profesionalisme Birokrasi

162 42.2 42.2 42.2222 57.8 57.8 100.0384 100.0 100.0

YaTidakTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Persoalan Demokratisasi Politik

154 40.1 40.1 40.1230 59.9 59.9 100.0384 100.0 100.0

YaTidakTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 141: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 3- 12 -

Persoalan Penurunan Pajak, retribusi

198 51.6 51.6 51.6186 48.4 48.4 100.0384 100.0 100.0

YaTidakTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Persoalan Sengketa Tanah

130 33.9 33.9 33.9254 66.1 66.1 100.0384 100.0 100.0

YaTidakTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Persoalan Air Bersih, PDAM, dll

160 41.7 41.7 41.7224 58.3 58.3 100.0384 100.0 100.0

YaTidakTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Persoalan Pembangunan Fisik (jalan, sekolah, irigasi, dll)

288 75.0 75.0 75.096 25.0 25.0 100.0

384 100.0 100.0

YaTidakTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Persoalan Kriminalitas

194 50.5 50.5 50.5190 49.5 49.5 100.0384 100.0 100.0

YaTidakTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Persoalan Kenakalan Remaja

132 34.4 34.4 34.4252 65.6 65.6 100.0384 100.0 100.0

YaTidakTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 142: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 3- 13 -

Persoalan Narkoba

156 40.6 40.6 40.6228 59.4 59.4 100.0384 100.0 100.0

YaTidakTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Persoalan Konflik Sospol

142 37.0 37.0 37.0242 63.0 63.0 100.0384 100.0 100.0

YaTidakTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Persoalan Paling Penting

62 16.1 16.1 16.116 4.2 4.2 20.312 3.1 3.1 23.4

16 4.2 4.2 27.6

18 4.7 4.7 32.324 6.3 6.3 38.5

148 38.5 38.5 77.110 2.6 2.6 79.722 5.7 5.7 85.48 2.1 2.1 87.5

4 1.0 1.0 88.5

2 .5 .5 89.12 .5 .5 89.6

24 6.3 6.3 95.8

6 1.6 1.6 97.44 1.0 1.0 98.46 1.6 1.6 100.0

384 100.0 100.0

Kesempatan KerjaHarga GabahHarga PupukPendidikan (SPP, uanggedung, dll)Kemudahan KreditSubsidi Golongan LemahHarga SembakoPenurunan Tarif ListrikPemberantasan KKNDemokratisasi PolitikPenurunan Pajak,RetribusiSengketa TanahAir Bersih, PDAMPembangunan Fisik(jalan, sekolah, irigasi,dll)KriminalitasKenakalan RemajaNarkobaTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 143: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 4 - 1 -

TABULASI SILANG FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU MEMILIH

1. PERILAKU MEMILIH PILBUP BONDOWOSO

Pilihan Bupati 2013

56 14.6 14.6 14.6

288 75.0 75.0 89.6

40 10.4 10.4 100.0384 100.0 100.0

Mustawiyanto - AbdulManan (MUNA)Amien Said Husni -Salwa Arifin Jaya(Aswaja)GolputTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Pilihan Pilkada 2017

220 57.3 57.9 57.9

96 25.0 25.3 83.210 2.6 2.6 85.838 9.9 10.0 95.8

2 .5 .5 96.32 .5 .5 96.84 1.0 1.1 97.92 .5 .5 98.46 1.6 1.6 100.0

380 99.0 100.04 1.0

384 100.0

Salwa Arifin Jaya(Wakil Bupati)Ahmad Dhafir (PKB)Ketut Yudi (PKS)Irwan Bachtiar (PDIP)Supriyadi (Golkar)Albani (Gerindra)Soepatno (PD)Buchori Mun'im (PPP)Abd. Khodir Syam (NU)Total

Valid

SystemMissingTotal

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Page 144: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 4 - 2 -

Crosstabs

Posisi Tinggal Kabupaten * Pilihan Bupati 2013 Crosstabulation

4 38 4 46

8.7% 82.6% 8.7% 100.0%

52 250 36 338

15.4% 74.0% 10.7% 100.0%

56 288 40 384

14.6% 75.0% 10.4% 100.0%

Count% within PosisiTinggal KabupatenCount% within PosisiTinggal KabupatenCount% within PosisiTinggal Kabupaten

Dalam kota kabupaten

Luar kota (pedesaan)

Posisi TinggalKabupaten

Total

Mustawiyanto- Abdul Manan

(MUNA)

Amien SaidHusni - Salwa

Arifin Jaya(Aswaja) Golput

Pilihan Bupati 2013

Total

Page 145: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 4 - 3 -

Umur Resp * Pilihan Bupati 2013 Crosstabulation

4 2 0 666.7% 33.3% .0% 100.0%

14 72 14 10014.0% 72.0% 14.0% 100.0%

8 60 10 7810.3% 76.9% 12.8% 100.0%

26 118 6 15017.3% 78.7% 4.0% 100.0%

4 36 10 508.0% 72.0% 20.0% 100.0%

56 288 40 38414.6% 75.0% 10.4% 100.0%

Count% within Umur RespCount% within Umur RespCount% within Umur RespCount% within Umur RespCount% within Umur RespCount% within Umur Resp

< 20 tahun

20-29 tahun

30-39 tahun

40-49 tahun

> 50 tahun

UmurResp

Total

Mustawiyanto- Abdul Manan

(MUNA)

Amien SaidHusni - Salwa

Arifin Jaya(Aswaja) Golput

Pilihan Bupati 2013

Total

Jenis Kelamin * Pilihan Bupati 2013 Crosstabulation

40 204 20 26415.2% 77.3% 7.6% 100.0%

16 84 20 12013.3% 70.0% 16.7% 100.0%

56 288 40 38414.6% 75.0% 10.4% 100.0%

Count% within Jenis KelaminCount% within Jenis KelaminCount% within Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Jenis Kelamin

Total

Mustawiyanto- Abdul Manan

(MUNA)

Amien SaidHusni - Salwa

Arifin Jaya(Aswaja) Golput

Pilihan Bupati 2013

Total

Page 146: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 4 - 4 -

Pendidikan * Pilihan Bupati 2013 Crosstabulation

2 4 0 633.3% 66.7% .0% 100.0%

4 18 6 2814.3% 64.3% 21.4% 100.0%

8 50 4 6212.9% 80.6% 6.5% 100.0%

34 162 16 21216.0% 76.4% 7.5% 100.0%

8 54 14 7610.5% 71.1% 18.4% 100.0%

56 288 40 38414.6% 75.0% 10.4% 100.0%

Count% within PendidikanCount% within PendidikanCount% within PendidikanCount% within PendidikanCount% within PendidikanCount% within Pendidikan

Tidak Sekolah

SD dan sederajat

SLTP dan sederajat

SLTA dan sederajat

PT dan sederajat

Pendidikan

Total

Mustawiyanto- Abdul Manan

(MUNA)

Amien SaidHusni - Salwa

Arifin Jaya(Aswaja) Golput

Pilihan Bupati 2013

Total

Page 147: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 4 - 5 -

Pekerjaan * Pilihan Bupati 2013 Crosstabulation

6 54 10 708.6% 77.1% 14.3% 100.0%

0 10 2 12.0% 83.3% 16.7% 100.0%

14 46 6 6621.2% 69.7% 9.1% 100.0%

4 36 4 449.1% 81.8% 9.1% 100.0%

10 52 4 6615.2% 78.8% 6.1% 100.0%

6 12 0 1833.3% 66.7% .0% 100.0%

16 78 14 10814.8% 72.2% 13.0% 100.0%

56 288 40 38414.6% 75.0% 10.4% 100.0%

Count% within PekerjaanCount% within PekerjaanCount% within PekerjaanCount% within PekerjaanCount% within PekerjaanCount% within PekerjaanCount% within PekerjaanCount% within Pekerjaan

Pegawai Negeri Sipil

Pengusaha

Pedagang

Karyawan Swasta

Petani

Sektor Informal

Lain-lain

Pekerjaan

Total

Mustawiyanto- Abdul Manan

(MUNA)

Amien SaidHusni - Salwa

Arifin Jaya(Aswaja) Golput

Pilihan Bupati 2013

Total

Page 148: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 4 - 6 -

Penghasilan * Pilihan Bupati 2013 Crosstabulation

0 20 2 22.0% 90.9% 9.1% 100.0%

6 44 10 6010.0% 73.3% 16.7% 100.0%

12 40 4 5621.4% 71.4% 7.1% 100.0%

28 116 4 14818.9% 78.4% 2.7% 100.0%

10 68 20 9810.2% 69.4% 20.4% 100.0%

56 288 40 38414.6% 75.0% 10.4% 100.0%

Count% within PenghasilanCount% within PenghasilanCount% within PenghasilanCount% within PenghasilanCount% within PenghasilanCount% within Penghasilan

< 500.000

500.000 -< 1.000.000

1.000.000 -< 1.500.000

1.500.000 -< 2.000.000

> 2.000.000

Penghasilan

Total

Mustawiyanto- Abdul Manan

(MUNA)

Amien SaidHusni - Salwa

Arifin Jaya(Aswaja) Golput

Pilihan Bupati 2013

Total

Page 149: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 4 - 7 -

Ormas * Pilihan Bupati 2013 Crosstabulation

26 172 20 21811.9% 78.9% 9.2% 100.0%

2 2 2 6

33.3% 33.3% 33.3% 100.0%

0 2 0 2.0% 100.0% .0% 100.0%

28 112 18 15817.7% 70.9% 11.4% 100.0%

56 288 40 38414.6% 75.0% 10.4% 100.0%

Count% within OrmasCount% within Ormas

Count% within OrmasCount% within OrmasCount% within Ormas

NU/ dibawah naunganNU

Muhammadiyah/ dibawahnaungan Muhammadiyah

Ormas Islam Lain

Tidak Mengidentifikasi

Ormas

Total

Mustawiyanto- Abdul Manan

(MUNA)

Amien SaidHusni - Salwa

Arifin Jaya(Aswaja) Golput

Pilihan Bupati 2013

Total

Page 150: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 4 - 8 -

2. PERILAKU MMEILIH PILPRES

Crosstabs

Pilihan Presiden 2014

200 52.1 52.1 52.1158 41.1 41.1 93.2

26 6.8 6.8 100.0384 100.0 100.0

Prabowo-HattaJokowi-JKGOLPUTTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 151: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 4 - 9 -

Kecamatan * Pilihan Presiden 2014 Crosstabulation

6 4 0 1060.0% 40.0% .0% 100.0%

20 10 4 3458.8% 29.4% 11.8% 100.0%

6 8 2 1637.5% 50.0% 12.5% 100.0%

12 4 6 2254.5% 18.2% 27.3% 100.0%

8 6 2 1650.0% 37.5% 12.5% 100.0%

6 12 0 1833.3% 66.7% .0% 100.0%

8 8 0 1650.0% 50.0% .0% 100.0%

8 2 0 1080.0% 20.0% .0% 100.0%

12 10 0 2254.5% 45.5% .0% 100.0%

2 10 0 1216.7% 83.3% .0% 100.0%

8 6 0 1457.1% 42.9% .0% 100.0%

10 8 2 2050.0% 40.0% 10.0% 100.0%

6 4 0 1060.0% 40.0% .0% 100.0%

8 2 2 1266.7% 16.7% 16.7% 100.0%

8 8 0 1650.0% 50.0% .0% 100.0%

6 2 2 1060.0% 20.0% 20.0% 100.0%

10 8 0 1855.6% 44.4% .0% 100.0%

8 4 0 1266.7% 33.3% .0% 100.0%

2 14 2 1811.1% 77.8% 11.1% 100.0%

16 6 0 2272.7% 27.3% .0% 100.0%

12 4 4 2060.0% 20.0% 20.0% 100.0%

18 18 0 3650.0% 50.0% .0% 100.0%

200 158 26 38452.1% 41.1% 6.8% 100.0%

Count% within KecamatanCount% within KecamatanCount% within KecamatanCount% within KecamatanCount% within KecamatanCount% within KecamatanCount% within KecamatanCount% within KecamatanCount% within KecamatanCount% within KecamatanCount% within KecamatanCount% within KecamatanCount% within KecamatanCount% within KecamatanCount% within KecamatanCount% within KecamatanCount% within KecamatanCount% within KecamatanCount% within KecamatanCount% within KecamatanCount% within KecamatanCount% within KecamatanCount% within Kecamatan

Binakal

Bondowoso

Botolingo

Cermee

Curahdami

Grujukan

Jambesari

Klabang

Maesan

Pakem

Prajekan

Pujer

Sempol

Sukosari

Sumberwringin

Taman Krocok

Tamanan

Tegalampel

Tenggarang

Tlogosari

Wonosari

Wringin

Kecamatan

Total

Prabowo-Hatta Jokowi-JK GOLPUT

Pilihan Presiden 2014

Total

Page 152: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 4 - 10 -

Dapil * Pilihan Presiden 2014 Crosstabulation

34 28 10 7247.2% 38.9% 13.9% 100.0%

34 20 8 6254.8% 32.3% 12.9% 100.0%

48 28 4 8060.0% 35.0% 5.0% 100.0%

36 38 0 7448.6% 51.4% .0% 100.0%

48 44 4 9650.0% 45.8% 4.2% 100.0%

200 158 26 38452.1% 41.1% 6.8% 100.0%

Count% within DapilCount% within DapilCount% within DapilCount% within DapilCount% within DapilCount% within Dapil

Dapil I

Dapil II

Dapil III

Dapil IV

Dapil V

Dapil

Total

Prabowo-Hatta Jokowi-JK GOLPUT

Pilihan Presiden 2014

Total

Posisi Tinggal Kabupaten * Pilihan Presiden 2014 Crosstabulation

20 20 6 46

43.5% 43.5% 13.0% 100.0%

180 138 20 338

53.3% 40.8% 5.9% 100.0%

200 158 26 384

52.1% 41.1% 6.8% 100.0%

Count% within PosisiTinggal KabupatenCount% within PosisiTinggal KabupatenCount% within PosisiTinggal Kabupaten

Dalam kota kabupaten

Luar kota (pedesaan)

Posisi TinggalKabupaten

Total

Prabowo-Hatta Jokowi-JK GOLPUT

Pilihan Presiden 2014

Total

Page 153: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 4 - 11 -

Umur Resp * Pilihan Presiden 2014 Crosstabulation

4 2 0 666.7% 33.3% .0% 100.0%

56 34 10 10056.0% 34.0% 10.0% 100.0%

30 44 4 7838.5% 56.4% 5.1% 100.0%

84 58 8 15056.0% 38.7% 5.3% 100.0%

26 20 4 5052.0% 40.0% 8.0% 100.0%

200 158 26 38452.1% 41.1% 6.8% 100.0%

Count% within Umur RespCount% within Umur RespCount% within Umur RespCount% within Umur RespCount% within Umur RespCount% within Umur Resp

< 20 tahun

20-29 tahun

30-39 tahun

40-49 tahun

> 50 tahun

UmurResp

Total

Prabowo-Hatta Jokowi-JK GOLPUT

Pilihan Presiden 2014

Total

Jenis Kelamin * Pilihan Presiden 2014 Crosstabulation

148 98 18 26456.1% 37.1% 6.8% 100.0%

52 60 8 12043.3% 50.0% 6.7% 100.0%

200 158 26 38452.1% 41.1% 6.8% 100.0%

Count% within Jenis KelaminCount% within Jenis KelaminCount% within Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Jenis Kelamin

Total

Prabowo-Hatta Jokowi-JK GOLPUT

Pilihan Presiden 2014

Total

Page 154: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 4 - 12 -

Pendidikan * Pilihan Presiden 2014 Crosstabulation

2 4 0 633.3% 66.7% .0% 100.0%

12 16 0 2842.9% 57.1% .0% 100.0%

34 22 6 6254.8% 35.5% 9.7% 100.0%

116 80 16 21254.7% 37.7% 7.5% 100.0%

36 36 4 7647.4% 47.4% 5.3% 100.0%

200 158 26 38452.1% 41.1% 6.8% 100.0%

Count% within PendidikanCount% within PendidikanCount% within PendidikanCount% within PendidikanCount% within PendidikanCount% within Pendidikan

Tidak Sekolah

SD dan sederajat

SLTP dan sederajat

SLTA dan sederajat

PT dan sederajat

Pendidikan

Total

Prabowo-Hatta Jokowi-JK GOLPUT

Pilihan Presiden 2014

Total

Page 155: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 4 - 13 -

Pekerjaan * Pilihan Presiden 2014 Crosstabulation

34 34 2 7048.6% 48.6% 2.9% 100.0%

10 0 2 1283.3% .0% 16.7% 100.0%

40 24 2 6660.6% 36.4% 3.0% 100.0%

16 20 8 4436.4% 45.5% 18.2% 100.0%

34 30 2 6651.5% 45.5% 3.0% 100.0%

12 6 0 1866.7% 33.3% .0% 100.0%

54 44 10 10850.0% 40.7% 9.3% 100.0%

200 158 26 38452.1% 41.1% 6.8% 100.0%

Count% within PekerjaanCount% within PekerjaanCount% within PekerjaanCount% within PekerjaanCount% within PekerjaanCount% within PekerjaanCount% within PekerjaanCount% within Pekerjaan

Pegawai Negeri Sipil

Pengusaha

Pedagang

Karyawan Swasta

Petani

Sektor Informal

Lain-lain

Pekerjaan

Total

Prabowo-Hatta Jokowi-JK GOLPUT

Pilihan Presiden 2014

Total

Page 156: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 4 - 14 -

Penghasilan * Pilihan Presiden 2014 Crosstabulation

6 16 0 2227.3% 72.7% .0% 100.0%

28 24 8 6046.7% 40.0% 13.3% 100.0%

24 28 4 5642.9% 50.0% 7.1% 100.0%

86 50 12 14858.1% 33.8% 8.1% 100.0%

56 40 2 9857.1% 40.8% 2.0% 100.0%

200 158 26 38452.1% 41.1% 6.8% 100.0%

Count% within PenghasilanCount% within PenghasilanCount% within PenghasilanCount% within PenghasilanCount% within PenghasilanCount% within Penghasilan

< 500.000

500.000 -< 1.000.000

1.000.000 -< 1.500.000

1.500.000 -< 2.000.000

> 2.000.000

Penghasilan

Total

Prabowo-Hatta Jokowi-JK GOLPUT

Pilihan Presiden 2014

Total

Ormas * Pilihan Presiden 2014 Crosstabulation

126 82 10 21857.8% 37.6% 4.6% 100.0%

6 0 0 6

100.0% .0% .0% 100.0%

0 2 0 2.0% 100.0% .0% 100.0%

68 74 16 15843.0% 46.8% 10.1% 100.0%

200 158 26 38452.1% 41.1% 6.8% 100.0%

Count% within OrmasCount% within Ormas

Count% within OrmasCount% within OrmasCount% within Ormas

NU/ dibawah naunganNU

Muhammadiyah/ dibawahnaungan Muhammadiyah

Ormas Islam Lain

Tidak Mengidentifikasi

Ormas

Total

Prabowo-Hatta Jokowi-JK GOLPUT

Pilihan Presiden 2014

Total

Page 157: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 4 - 15 -

3. PERILAKU MEMILIH PARTAI

Crosstabs

Pilihan Partai 2014

50 13.0 13.0 13.046 12.0 12.0 25.0

118 30.7 30.7 55.740 10.4 10.4 66.110 2.6 2.6 68.830 7.8 7.8 76.62 .5 .5 77.1

32 8.3 8.3 85.424 6.3 6.3 91.732 8.3 8.3 100.0

384 100.0 100.0

PDIPGolkarPKBPPPPANPDHanuraGerindraNasdemGOLPUTTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 158: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 4 - 16 -

Dapil * Pilihan Partai 2014 Crosstabulation

18 6 20 2 0 10 2 2 2 10 7225.0% 8.3% 27.8% 2.8% .0% 13.9% 2.8% 2.8% 2.8% 13.9% 100.0%

4 2 20 12 0 10 0 6 0 8 626.5% 3.2% 32.3% 19.4% .0% 16.1% .0% 9.7% .0% 12.9% 100.0%

2 6 28 14 2 2 0 18 8 0 802.5% 7.5% 35.0% 17.5% 2.5% 2.5% .0% 22.5% 10.0% .0% 100.0%

20 8 18 6 4 2 0 2 8 6 7427.0% 10.8% 24.3% 8.1% 5.4% 2.7% .0% 2.7% 10.8% 8.1% 100.0%

6 24 32 6 4 6 0 4 6 8 966.3% 25.0% 33.3% 6.3% 4.2% 6.3% .0% 4.2% 6.3% 8.3% 100.0%

50 46 118 40 10 30 2 32 24 32 38413.0% 12.0% 30.7% 10.4% 2.6% 7.8% .5% 8.3% 6.3% 8.3% 100.0%

Count% within DapilCount% within DapilCount% within DapilCount% within DapilCount% within DapilCount% within Dapil

Dapil I

Dapil II

Dapil III

Dapil IV

Dapil V

Dapil

Total

PDIP Golkar PKB PPP PAN PD Hanura Gerindra Nasdem GOLPUTPilihan Partai 2014

Total

Posisi Tinggal Kabupaten * Pilihan Partai 2014 Crosstabulation

12 4 12 2 0 10 0 0 0 6 46

26.1% 8.7% 26.1% 4.3% .0% 21.7% .0% .0% .0% 13.0% 100.0%

38 42 106 38 10 20 2 32 24 26 338

11.2% 12.4% 31.4% 11.2% 3.0% 5.9% .6% 9.5% 7.1% 7.7% 100.0%

50 46 118 40 10 30 2 32 24 32 384

13.0% 12.0% 30.7% 10.4% 2.6% 7.8% .5% 8.3% 6.3% 8.3% 100.0%

Count% within PosisiTinggal KabupatenCount% within PosisiTinggal KabupatenCount% within PosisiTinggal Kabupaten

Dalam kota kabupaten

Luar kota (pedesaan)

Posisi TinggalKabupaten

Total

PDIP Golkar PKB PPP PAN PD Hanura Gerindra Nasdem GOLPUTPilihan Partai 2014

Total

Page 159: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 4 - 17 -

Umur Resp * Pilihan Partai 2014 Crosstabulation

0 0 2 0 0 0 0 2 0 2 6.0% .0% 33.3% .0% .0% .0% .0% 33.3% .0% 33.3% 100.0%

18 10 22 10 0 8 0 16 6 10 10018.0% 10.0% 22.0% 10.0% .0% 8.0% .0% 16.0% 6.0% 10.0% 100.0%

6 14 18 10 6 10 0 4 2 8 787.7% 17.9% 23.1% 12.8% 7.7% 12.8% .0% 5.1% 2.6% 10.3% 100.0%

20 18 52 16 4 12 0 8 14 6 15013.3% 12.0% 34.7% 10.7% 2.7% 8.0% .0% 5.3% 9.3% 4.0% 100.0%

6 4 24 4 0 0 2 2 2 6 5012.0% 8.0% 48.0% 8.0% .0% .0% 4.0% 4.0% 4.0% 12.0% 100.0%

50 46 118 40 10 30 2 32 24 32 38413.0% 12.0% 30.7% 10.4% 2.6% 7.8% .5% 8.3% 6.3% 8.3% 100.0%

Count% within Umur RespCount% within Umur RespCount% within Umur RespCount% within Umur RespCount% within Umur RespCount% within Umur Resp

< 20 tahun

20-29 tahun

30-39 tahun

40-49 tahun

> 50 tahun

UmurResp

Total

PDIP Golkar PKB PPP PAN PD Hanura Gerindra Nasdem GOLPUTPilihan Partai 2014

Total

Jenis Kelamin * Pilihan Partai 2014 Crosstabulation

28 34 90 32 6 24 2 14 14 20 26410.6% 12.9% 34.1% 12.1% 2.3% 9.1% .8% 5.3% 5.3% 7.6% 100.0%

22 12 28 8 4 6 0 18 10 12 12018.3% 10.0% 23.3% 6.7% 3.3% 5.0% .0% 15.0% 8.3% 10.0% 100.0%

50 46 118 40 10 30 2 32 24 32 38413.0% 12.0% 30.7% 10.4% 2.6% 7.8% .5% 8.3% 6.3% 8.3% 100.0%

Count% within Jenis KelaminCount% within Jenis KelaminCount% within Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Jenis Kelamin

Total

PDIP Golkar PKB PPP PAN PD Hanura Gerindra Nasdem GOLPUTPilihan Partai 2014

Total

Page 160: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 4 - 18 -

Pendidikan * Pilihan Partai 2014 Crosstabulation

0 0 4 2 0 0 0 0 0 0 6.0% .0% 66.7% 33.3% .0% .0% .0% .0% .0% .0% 100.0%

4 2 12 0 2 0 0 2 0 6 2814.3% 7.1% 42.9% .0% 7.1% .0% .0% 7.1% .0% 21.4% 100.0%

10 8 20 6 0 0 0 8 2 8 6216.1% 12.9% 32.3% 9.7% .0% .0% .0% 12.9% 3.2% 12.9% 100.0%

34 28 60 26 6 18 0 16 10 14 21216.0% 13.2% 28.3% 12.3% 2.8% 8.5% .0% 7.5% 4.7% 6.6% 100.0%

2 8 22 6 2 12 2 6 12 4 762.6% 10.5% 28.9% 7.9% 2.6% 15.8% 2.6% 7.9% 15.8% 5.3% 100.0%

50 46 118 40 10 30 2 32 24 32 38413.0% 12.0% 30.7% 10.4% 2.6% 7.8% .5% 8.3% 6.3% 8.3% 100.0%

Count% within PendidikanCount% within PendidikanCount% within PendidikanCount% within PendidikanCount% within PendidikanCount% within Pendidikan

Tidak Sekolah

SD dan sederajat

SLTP dan sederajat

SLTA dan sederajat

PT dan sederajat

Pendidikan

Total

PDIP Golkar PKB PPP PAN PD Hanura Gerindra Nasdem GOLPUTPilihan Partai 2014

Total

Page 161: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 4 - 19 -

Pekerjaan * Pilihan Partai 2014 Crosstabulation

2 6 20 6 2 12 2 0 14 6 702.9% 8.6% 28.6% 8.6% 2.9% 17.1% 2.9% .0% 20.0% 8.6% 100.0%

0 4 4 2 0 0 0 0 0 2 12.0% 33.3% 33.3% 16.7% .0% .0% .0% .0% .0% 16.7% 100.0%

2 16 28 10 0 0 0 4 4 2 663.0% 24.2% 42.4% 15.2% .0% .0% .0% 6.1% 6.1% 3.0% 100.0%

22 0 6 2 2 4 0 6 0 2 4450.0% .0% 13.6% 4.5% 4.5% 9.1% .0% 13.6% .0% 4.5% 100.0%

6 4 28 14 2 4 0 2 0 6 669.1% 6.1% 42.4% 21.2% 3.0% 6.1% .0% 3.0% .0% 9.1% 100.0%

0 6 6 0 2 0 0 2 0 2 18.0% 33.3% 33.3% .0% 11.1% .0% .0% 11.1% .0% 11.1% 100.0%

18 10 26 6 2 10 0 18 6 12 10816.7% 9.3% 24.1% 5.6% 1.9% 9.3% .0% 16.7% 5.6% 11.1% 100.0%

50 46 118 40 10 30 2 32 24 32 38413.0% 12.0% 30.7% 10.4% 2.6% 7.8% .5% 8.3% 6.3% 8.3% 100.0%

Count% within PekerjaanCount% within PekerjaanCount% within PekerjaanCount% within PekerjaanCount% within PekerjaanCount% within PekerjaanCount% within PekerjaanCount% within Pekerjaan

Pegawai Negeri Sipil

Pengusaha

Pedagang

Karyawan Swasta

Petani

Sektor Informal

Lain-lain

Pekerjaan

Total

PDIP Golkar PKB PPP PAN PD Hanura Gerindra Nasdem GOLPUTPilihan Partai 2014

Total

Page 162: Perilaku Pemilih (KPU Kabupaten Bondowoso)

LAMPIRAN 4 - 20 -

Penghasilan * Pilihan Partai 2014 Crosstabulation

6 0 4 0 0 2 0 8 0 2 2227.3% .0% 18.2% .0% .0% 9.1% .0% 36.4% .0% 9.1% 100.0%

8 4 18 6 0 6 0 6 2 10 6013.3% 6.7% 30.0% 10.0% .0% 10.0% .0% 10.0% 3.3% 16.7% 100.0%

10 6 18 10 2 0 0 6 4 0 5617.9% 10.7% 32.1% 17.9% 3.6% .0% .0% 10.7% 7.1% .0% 100.0%

26 18 56 16 4 8 2 2 4 12 14817.6% 12.2% 37.8% 10.8% 2.7% 5.4% 1.4% 1.4% 2.7% 8.1% 100.0%

0 18 22 8 4 14 0 10 14 8 98.0% 18.4% 22.4% 8.2% 4.1% 14.3% .0% 10.2% 14.3% 8.2% 100.0%

50 46 118 40 10 30 2 32 24 32 38413.0% 12.0% 30.7% 10.4% 2.6% 7.8% .5% 8.3% 6.3% 8.3% 100.0%

Count% within PenghasilanCount% within PenghasilanCount% within PenghasilanCount% within PenghasilanCount% within PenghasilanCount% within Penghasilan

< 500.000

500.000 -< 1.000.000

1.000.000 -< 1.500.000

1.500.000 -< 2.000.000

> 2.000.000

Penghasilan

Total

PDIP Golkar PKB PPP PAN PD Hanura Gerindra Nasdem GOLPUTPilihan Partai 2014

Total

Ormas * Pilihan Partai 2014 Crosstabulation

8 34 84 24 6 18 0 16 12 16 2183.7% 15.6% 38.5% 11.0% 2.8% 8.3% .0% 7.3% 5.5% 7.3% 100.0%

0 2 2 2 0 0 0 0 0 0 6

.0% 33.3% 33.3% 33.3% .0% .0% .0% .0% .0% .0% 100.0%

2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2100.0% .0% .0% .0% .0% .0% .0% .0% .0% .0% 100.0%

40 10 32 14 4 12 2 16 12 16 15825.3% 6.3% 20.3% 8.9% 2.5% 7.6% 1.3% 10.1% 7.6% 10.1% 100.0%

50 46 118 40 10 30 2 32 24 32 38413.0% 12.0% 30.7% 10.4% 2.6% 7.8% .5% 8.3% 6.3% 8.3% 100.0%

Count% within OrmasCount% within Ormas

Count% within OrmasCount% within OrmasCount% within Ormas

NU/ dibawah naunganNU

Muhammadiyah/ dibawahnaungan Muhammadiyah

Ormas Islam Lain

Tidak Mengidentifikasi

Ormas

Total

PDIP Golkar PKB PPP PAN PD Hanura Gerindra Nasdem GOLPUTPilihan Partai 2014

Total