PERILAKU KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PERAWAT DENGAN …repository.utu.ac.id/616/1/BAB I_V.pdf · 2017....
Transcript of PERILAKU KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PERAWAT DENGAN …repository.utu.ac.id/616/1/BAB I_V.pdf · 2017....
-
PERILAKU KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
PERAWAT DENGAN PASIEN (Studi kasus di Puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan
Kabupaten Nagan Raya)
SKRIPSI
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi
Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Teuku Umar Meulaboh
OLEH :
NOVIRIANI SIMARMATA
NIM : 09C2-0220005
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2013
-
ABSTRAK
Noviriani Simarmata.Perilaku Komunikasi Antarpribadi Perawat dengan Pasien
(Studi kasus di Puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya).
Di bawah Bimbingan Bapak Said Fadhlain, S.IP dan Bapak Fachrur Rizha,
S.Sos.I, M.Ikom.
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Kegiatan
berkomunikasi juga dilakukan antara perawat dan pasien. Komunikasi merupakan proses yang dilakukan perawat dalam menjaga kerjasama yang baik dengan pasien dalam memenuhi kebutuhan kesehatan pasien. Komunikasi antar pribadi
adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka, yang memungkinkan adanya reaksi orang lain secara langsung baik secara verbal
maupun nonverbal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Bagaimana perilaku komunikasi verbal perawat dengan pasien di Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan Raya?2) Bagaimana perilaku komunikasi nonverbal perawat
dengan pasien di Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan Raya? 3) Apa saja faktor penghambat perilaku komunikasi perawat dengan pasien di Puskesmas Jeuram?
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya.Waktu Penelitian dimulai tanggal 2 Maret – 3 Mei 2013. Penelitian ini merupakan jenis deskriptif kualitatif. Penelitian ini menekankan pada catatan yang menggambarkan situasi yang sebenarnya guna mendukung penyajian data. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan teori komunikasi Stimulus-Respon (SR) dan teori efektif. Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa perilaku komunikasi perawat dengan pasien berlangsung baik di Puskesmas Jeuram meskipun ada juga hambatan-hambatan yang terjadi seperti kurangnya pemahaman yang di mengerti oleh pasien ketika perawat menggunakan bahasa istilah, latar belakang budaya yang berbeda, cacat fisik dan faktor psikologi sehingga komunikasi tidak dapat berjalan lancar. Kata Kunci : Komunikasi, Perilaku Komunikasi, Komunikasi Antarpribadi.
-
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi/Tugas Akhir : PERILAKU KOMUNIKASI
ANTARPRIBADI PERAWAT DENGAN
PASIEN (Studi Kasus di Puskesmas
Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten
Nagan Raya)
Nama Mahasiswa : NOVIRIANI SIMARMATA NIM : 09C2-0220005 Program Studi : ILMU KOMUNIKASI
Alue Penyareng, 30 September 2013
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II,
Said Fadhlain, S.IP Fachrur Rizha, S. Sos.I,M.Ikom NIDN. 01-0501-7003 NIY.00-5132-6145
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Ilmu Komunikasi Dekan Fisip
Junaidi, S, Sos, I Sudarman Alwy, M.Ag
NIY. 012A. 0029 NIDN. 01-2504-7601
Tanggal Sidang : 30 September 2013
-
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi/tugas akhir dengan judul :
PERILAKU KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PERAWAT DENGAN
PASIEN (Studi Kasus di Puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan
Kabupaten Nagan Raya)
Yang disusun oleh :
Nama : NOVIRIANI SIMARMATA
Nim : 09C2-0220005
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal 30 September 2013 dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
1. SAID FADHLAIN, S.IP
NIDN. 01-0501-7003
2. FACHRUR RIZHA, S. Sos.I, M.Ikom
NIY.00-5132-6145
3. KANA SAFRINA ROUZI, S.Ag, M.Si
NIY. 012A.0039
4. JUNAIDI, S. Sos, I
NIY. 012A. 0029
Alue Peunyareng, 01 Oktober 2013 Ketua Prodi Ilmu Komunikasi
Junaidi, S.Sos, I
NIY. 012A. 0029
...................................
Ketua
...................................
Anggota I
....................................
Anggota II
....................................
Anggota III
-
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : NOVIRIANI SIMARMATA
Nim : 09C2-0220005
Judul Skkripsi: " Perilaku Komunikasi Antarpribadi Perawat dengan Pasien
(Studi Kasus di Puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan
Raya)”.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini adalah hasil
karya sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan Tinggi dan lembaga pendidikan
lainnya, pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum/
tidak diterbitkan sumbernya dijelaskan dalan daftar tulisan dan daftar pustaka.
Alue Penyareng, 01 Oktober 2013
Noviriani Simarmata
-
RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : NOVIRIANI SIMARMATA
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Blang Muling, 02 November 1991
NIM : 09C20220005
Alamat Rumah/Email : Desa Blang Muling Kecamatan Suka
MakmueKabupaten Nagan Raya/[email protected]
Pendidikan Formal
SD : SD Negeri Blang Muling Tahun 1997-2003
SMP : SMP Negeri 1 SeunaganTahun 2003-2006
SMA : SMA Negeri 1 Seunagan Tahun 2006-2009
Perguruan tinggi : 2009-sekarang
Pendidikan Non Formal
- Privat Komputer
- Privat Bahasa Inggris
- Kursus menjahit
Pengalaman Organisasi:
- Anggota Osis 1 SMA 1 Seunagan Nagan Raya (2007)
- IPELMANAR (Ikatan Pelajar Mahasiswa Nagan Raya)
- Anggota Formapena ( Forum Mahasiswa Peduli Bencana) Tahun 2010
NOVIRIANI SIMARMATA
mailto:[email protected]
-
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Setiap lembaran dan goresan tinta ini merupakan wujud dari keagungan dan
kasih sayang yang diberikan Allah SWT kepada umat-Nya.
Setiap detik waktu penyelesaian karya ini merupakan hasil doa kedua orang
tua, abang dan adik-adikku yang selalu memberikan kasih sayang, semangat dan
dorongan yang tiada henti kepadaku.
Sembah sujud dan rasa terima kasih yang tak terkira ku persembahkan pada
ayahanda ku tercinta H. Simarmata, Ibunda ku tersayang Alm. Malawiyah dan
bunda ku tercinta Siti Mawar serta abang ku Zulfikar karim S, dan adik-adik ku
Raja parna S dan Fakhrul Mua’zim S yang selama ini telah mencurahkan dan
memberikan motivasi kepadaku.....
Kasih sayang kalian yang membuat ku tegar dan tak pernah lelah dalam
menghadapi hidup
Rasa terima kasih dan curahan kasih sayang juga ku persembahkan untuk
Bujang/Mursidin atas waktu dan kesempatan telah menemani hidupku selama 3
tahun ini..
Semoga Allah mencurahkan rahmat dan karuniaNya di setiap langkah hidupmu
Untuk Ipah, Noly, Kusnidar, Yusra, Lia, Kawan-kawan Kos, bang manaf, marda,
bang mus, nanda, habibi dan semua sahabat fisip terima kasih atas motivasinya....
Janganlah bersikap lemah, janganlah pula bersedih hati, pada hal kamu orang-orang
yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman.
(QS. Al – Imron : 139)
Takutlah kamu akan perbuatan dosa di saat sendirian, di saat inilah kamu saksimu
dan juga hakimmu. (Ali bin Abi Thalib)
Janganlah pernah risau merasakan masa depan kita, karena ia pasti datang. Namun
risaukanlah sudah seberapa jauh kita mempersiapkan diri sehingga masa
depan akan datang dengan kualitas yang baik.
(Mario Teguh)
Kebahagiaan yang paling sempurna adalah melihat orang tuaku dan orang
yang kusayangi bisa tersenyum akan keberhasilanku.
(Penulis)
-
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas ridho
dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk
menyelesaikan Studi Strata 1 (S1) pada program studi Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Teuku Umar dengan Judul “PERILAKU
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PERAWAT DENGAN PASIEN (Studi
Kasus di Puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya”.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan uluran tangan serta
bimbingan yang tidak ternilai harganya dari semua pihak, skripsi ini tidak
mungkin dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu izinkanlah penulis
mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang setinggi tingginya kepada
semua pihak yang telah terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses
penyelesaian skripsi ini.Rasa hormat, penghargaan dan ucapan terima kasih
sebesar-besarnya penulis sampaikan sebagai berikut :
1. Rektor Universitas Teuku Umar ( UTU ).
2. Bapak Sudarman Alwy, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Teuku Umar Meulaboh
3. Bapak Said Fadhlain, S.IP, selaku Pembimbing Utama yang senantiasa
membantu dan memberikan pengarahan serta masukan dalam penyusunan
skripsi ini.
-
4. Bapak Fachrur Rizha, M.Ikom, selaku Pembimbing Pendampingyang
dengan sabar telah memberikan bimbingan arahan, serta motivasi dari
awal hingga terselesaikan skripsi ini.
5. Bapak Junaidi, S.Sos.I, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
6. Bapak dan Ibu selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan
saran terhadap perbaikan skripsi ini menjadi lebih baik lagi.
7. Ibu Nurzaini selaku Kepala puskesmas Jeuram dan seluruh para medis
serta masyarakat di Puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten
Nagan Raya yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.
8. Teman-teman Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ( FISIP-
UTU ) yang telah banyak memberikan motivasi dan bantuan dalam
penyusunan Skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih setinggi- tingginya kepada seluruh pihak
yang telah membantu penulis. Semoga Allah SWT selalu senantiasa membalas
segala kebaikan kita semua. Amiin ya Rabbal „Aaalamin.
Alue Penyareng, 22 Agustus 2013
Penulis
NOVIRIANI SIMARMATA
-
DAFTAR ISI
Halaman
COVER............................................................................................................. i
ABSTRAK........................................................................................................ ii
LEMBARAN PENGESAHAN........................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .......................................................... iv
PERNYATAAN ............................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Fokus Penelitian ................................................................................. 5 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 6 1.4.Sistematika Penelitian ........................................................................ 7
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Tinjauan Konseptual .......................................................................... 9 2.1.1 Pengertian Perilaku ................................................................... 9
2.1.2 Perilaku Komunikasi ................................................................. 9 2.1.3 Pembagian Komunikasi ............................................................. 10 2.1.4 Pengertian Pelayanan ................................................................ 16
2.1.5. Pengertian Perawat ..................................................................... 17 2.1.6. Pengertian Pasien ....................................................................... 18
2.1.7. Pengertian Ilmu Komunikasi...................................................... 18 2.1.8. Pengertian Kesehatan ................................................................. 27 2.1.9. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi........................................ 28
2.2 Tinjauan Teoritis ................................................................................ 32 2.2.1 Teori Stimulus-Respon (S-R) .................................................... 32
2.2.2 Teori Efektif .............................................................................. 33 2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 37
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ............................................................................... 38
3.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 39 3.3.1 Observasi ................................................................................... 39 3.3.2 Wawancara ................................................................................ 40
3.3.3. Dokumentasi............................................................................... 41 3.4 Teknik Analisis Data .......................................................................... 41
3.4.1 Reduksi Data ............................................................................. 41
-
3.4.2 Penyajian Data ........................................................................... 42
3.4.3. Penarikan Kesimpulan................................................................ 42 3.4.4. Proses Keabsahan Data .............................................................. 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum dan Latar Belakang Puskesmas Perawatan Jeuram 44 4.1.1. Letak Geografi ......................................................................... 45
4.12. Sejarah Puskesmas .................................................................... 46 4.1.3. Visi dan Misi Puskesmas Jeuram ............................................. 48 4.2. Informan Penelitian ............................................................................. 49
4.3. Perilaku Verbal Perawat dengan Pasien .............................................. 50 4.3.1. Hasil Penelitian ......................................................................... 50
4.3.2. Pembahasan Penelitian ............................................................... 53 4.4. Perilaku Nonverbal Perawat dengan Pasien........................................ 56 4.4.1. Hasil Penelitian .......................................................................... 56
4.4.2. Pembahasan Penelitian ............................................................... 58 4.5. Faktor-faktor Penghambat Perilaku Komunikasi ................................ 60
4.5.1. Hasil Penelitian .......................................................................... 60 4.5.2. Pembahasan Penelitian ................................................................ 63
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan.......................................................................................... . 65
5.2. Saran .................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
LAMPIRAN ............................................................................................
-
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Informan di Puskesmas Jeuram ............................................... 49
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pembahasan mengenai komunikasi tidak akan terlepas dari sistem sosial.
Sehubungan dengan itu, apa yang menjadi prosedur dan perilaku dalam sistem
sosial juga sangat mempengaruhi prosedur dan perilaku yang terjadi dalam sistem
komunikasi. Tidak mengherankan bila membahas komunikasi t idak lain juga
membahas masalah perilaku. James A.F. Stoner, dalam bukunya yang berjudul
manajemen menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang
berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan (Widjaja,
2008:8).
Kesehatan sejatinya sangat diutamakan dalam kehidupan sehari-hari karena
sehat sangatlah mahal. Orang yang mengalami sakit akan merasa menderita
karena fungsi tubuh tidak dapat digunakan dengan baik. Hidup sehat
memungkinkan seseorang untuk menjalankan aktifitas sehari-hari tanpa
hambatan. Kesehatan kata dasarnya adalah sehat, yang mencakup kondisi sehat
jasmani maupun sehat rohani serta kondisi umum dari seorang secara lengkap
baik fisik, mental dan kesejahteraan sosial dan bukan hanya ketiadaan penyakit
atau kelemahan(Uha Suliha, 2002 :11).
Sebuah pelayanan kesehatan menekankan bahwa hidup sehat dapat
membawa dampak lain bagi kehidupan sehari-hari, sehat membuat pekerjaan
mudah diselesaikan. Banyaknya aktifitas pekerjaan yang dilakukan bila tidak
diimbangi dengan makan dan minum yang cukup tidak menutup kemungkinan
-
akan membuat tubuh menjadi sakit, semua menjadi terasa berat bahkan harus di
bawa ke Puskesmas dan Rumah Sakit untuk berobat. Berawal dari hal tersebut
seorang membutuhkan pelayanan dari Rumah Sakit dan Puskesmas yang
diberikan oleh perawat dalam bentuk pelayanan kesehatan.
Bidang keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan, membutuhkan
komunikasi untuk menciptakan hubungan antara perawat dengan pasien, untuk
mengenal kebutuhan pasien, dan menentukan rencana tindakan serta kerja sama
dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Terciptanya sebuah komunikasi yang baik
akan menumbuhkan rasa percaya pasien kepada perawat bahwa pasien akan
dirawat dengan sebaik-baiknya dan harapan pasien akan mendapatkan
kesembuhan.
Berdasarkan hal inilah Puskesmas Jeuram harus mampu memberikan
pelayanan sampai paripurna yaitu pelayanan menyeluruh mulai saat pertama
pasien datang sampai setelah selesai berobat, yang diberikan oleh dokter dan
perawat agar pasien merasa nyaman dan memperoleh kepuasan. Komunikasi yang
disampaikan oleh dokter dan perawat sangat berpengaruh bagi pasien terlebih oleh
seorang perawat yang menurut kenyataan hal pertama yang dijumpai pasien di
rumah sakit adalah seorang perawat, baik untuk melakukan tindakan mengukur
tekanan darah, memberikan suntikan dan memasang infus, maka komunikasi yang
terjadi pada perawat adalah komunikasi efektif.
Perawat sebagai komponen penting dalam proses keperawatan dan orang
yang terdekat dengan pasien harus mampu berkomunikasi baik secara verbal
maupun non verbal dalam membantu kesembuhan pasien. Seorang perawat
profesional selalu berusaha untuk berperilaku terapeutik, yang berarti bahwa
-
setiap interaksi yang dilakukan memberikan dampak kesembuhan yang
memungkinkan pasien untuk memperoleh kepuasan dari pelayanan yang
diberikan oleh seorang perawat.
Sebagaimana Menurut Hovland, Janis dan Kelly mendefinisikan
komunikasi verbal merupakan komuniksi dengan menggunakan kata-kata, ucapan
dan lisan sedangkan komunikasi non verbal merupakan komunikasi tanpa
menggunakan kata-kata dan menimbulkan respon melalui lambang- lang verbal (
Jalaluddin Rakhmat,2008 :3).
Selain itu, perawat harus mampumeningkatkan kemampuan dan
pengetahuannya dari pengalaman yang telah diperoleh tentang dinamika
komunikasi, penghayatan terhadap kelebihan dan kekurangan diri, serta kepekaan
terhadap kebutuhan orang lain. Perubahan konsep perawatan dari perawatan orang
sakit, secara individual kepada perawatan paripurna untuk mencapai kepuasan
pasien menyebabkan peranan komunikasi lebih penting dalam memberikan
asuhan keperawatan. Rumah sakit dan puskesmas sebagai bagian dari sistem
kesehatan nasional dituntut untuk meningkatkan kualitas penyediaan fasilitas
palayanan dan kemandirian.
Berdasarkan pra penelitian, fenomena yang terjadi di Puskesmas
JeuramKabupaten Nagan Raya adalah minimnya komunikasi dan interaksi antara
perawat dengan pasien. Perawat hanya akan masuk kekamar pasien untuk
menemani dokter ketika melakukan pemeriksaan, mengganti infus, merawat luka,
memberikan suntikan, memberikat obat misalnya dan menunggu apabila ada
panggilan dari pasien atau keluarganya. Seharusnya perawat harus melakukan
pelayanan yang lebih komunikatif serta bersifat edukasi tentang kesehatan yang
-
diperlukan untuk kesembuhan pasien, serta memberikan asuhan keperawatan,
penyuluhan kesehatan sebagai usaha preventif dan promotif yang tidak boleh
dikesampingkan, selain upaya curatif dan rehabilitatif yang diberikan oeh tim
medis. Pasien dan keluarganya selalu mengharapkan informasi yang berkaitan
dengan masalah kesehatan serta perkembangan kondisi yang dialami dengan
komunikasi yang efektif, pelayanan yang ramah, cepat dan profesional.
Seperti halnya yang di utarakan oleh Parna salah satu masyarakat Jeuram
kepada peneliti.
“Pelayanan di puskesmas Jeuram massih kurang baik, hal ini saya
katakan karena waktu saya antar anak saya berobat kemarin perawat
disana hanya duduk saja tanpa menanyakan keadaan kami. Setelah
saya panggil baru mereka bangun dan menanyakan keperluan kami ke
puskesmas. Padahal badan anak saya cukup panas. Seharusnya
sebagai perawat mereka harus lebih komunikatif kepada pasien. Jadi
pasien merasa di perhatikan dan pasien pun akan nyaman berobat di
puskesmas tersebut”.
Komunikasi yang efektif tidak terjadi dengan sendirinya tanpa
direncanakan, dipertimbangkan, namun dilaksanakan dengan cara profesional,
dengan tujuan untuk menolong pasien yang dilakukan oleh kelompok profesional
melalui pendekatan pribadi berdasarkan perasaan dan emosi serta berdasarkan
rasa saling percaya diantara kedua pihak yang terlibat dalam komunikasi serta
mengurangi keraguan dan membantu dilakukannya tindakan yang eefektif,
mempererat interaksi kedua pihak, yakni antara pasien dan perawat secara
profesional dan proporsional dalam rangka membantu penyelesaian masalah
pasien. Volume pekerjaan yang harus diselesaikan dan keasyikan bekerja bukan
alasan bagi seorang perawat untuk memperlakukan pasien dengan cara yang
kurang efektif.
-
Berdasarkan kenyataan inilah perawat Puskesmas Jeuram harus
berkomunikasi secara baik pada pasien dengan tepat dan benar pada saat akan
melakukan setiap tindakan. Perawat seharusnya tidak hanya melakukan
pemeriksaan rutin dan biasa. Bagi pasien penjelasan singkat tentang apa yang
harus dijalani dalam pemeriksaan atau perawatan sebelum prosedur yang
sebenarnya sangat membantu mengurangikecemasan pasien dan menjadi pasien
lega serta pasien akan menaruh kepercayaan pada perawat karena hal tersebut
mungkin merupakan pengalaman yang menakutkan yang memberikan dampak
traumatis.
Beberapa peneliti psikologi sosial, meneliti kendala situasi yang
mempengaruhi kelayakan melakukan perilaku tertentu. Ada situasi yang
memberikan kendala pada perilaku orang. Ketika seseorang dapat berkomunikasi
dengan baik maka akan mendapatkan respon dengan baik (Jalaluddin
Rakhmat,2008 :47).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil sebuah rumusan
masalah yaitu “Perilaku komunikasi antar pribadi perawat dengan pasien di
Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan Raya”.
1.2.Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diambil kesimpulan
sebuah rumusan masalah yaitu “Bagaimana Perilaku Komunikasi antar pribadi
Perawat dengan Pasien“ (studi kasus di Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan
Raya)?
-
1. Bagaimana perilaku komunikasi verbal perawat dengan pasien di
Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan Raya?
2. Bagaimana perilaku komunikasi nonverbal perawat dengan pasien di
Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan Raya?
3. Apa saja faktor- faktor penghambat perilaku komunikasi perawat dengan
pasien dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan
Raya?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana perilaku komunikasi verbal perawat di
Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan Raya?
2. Untuk mengetahui bagaimana perilaku komunikasi nonverbal perawat di
Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan Raya?
3. Untuk mengetahui faktor- faktor penghambat perilaku komunikasi perawat
dengan pasien dalam pelayanan kesehatandi Puskesmas Jeuram Kabupaten
Nagan Raya?
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan pengetahuan dan wawasan guna meningkatkan
pengetahuan yang memperkuat teori-teori mengenai komunikasi dalam
hubungannya dengan perilaku komunikasi.
-
b. Dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, khususnya ilmu
komunikasi dalam pola perilaku komunikasi perawat dengan pasien.
c. Dapat memotivasi peneliti lain untuk meneliti kembali variabel yang sama
atau berbeda dalam rangka penerapan ilmu komunikasi di kehidupan.
d. Dapat menjadi bahan referensi bagi Arsip Kecamatan dan perpustakaan
Universitas Teuku Umar Meulaboh dan perpustakaan Fisip Universitas
Teuku Umar Meulaboh.
1.4.2.Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para
pegawaian dalam melakukan aktivitas kerja di puskesmas jeuram.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai perilaku komunikasi perawat dengan pasien guna untuk
memperbaiki kinerja pihak-pihak yang terkait.
1.5. Sistematika Pembahasan
Penulisan Skripsi ini tersusun dari 5 (lima) Bab dengan sistematika
pembahasan sebagai berikut :
Bab I : pendahuluan
Bab ini berisi, latar belakang masalah,fokus penelitian,pertanyaan penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika pembahasan.
-
Bab II : tinjauan pustaka
Bab ini berisi, pengertian perilaku, perilaku komunikasi, kesehatan, komunikasi,
perawat, pasien, pelayanan, komunikasi verbal dan nonverbal, komunikasi antar
pribadi, teori efektif dan teori stimulus-respon (S-R) di puskesmas jeuram.
Bab III : metodologi penelitian
Bab ini berisi, metode penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, dan proses keabsahan data.
Bab IV: hasil penelitian
Bab ini berisi, gambaran umum lokasi penelitian, gambaran umum puskesmas
jeuram, profil informan, dan fokus penelitian.
Bab V : penutup
Bab ini berisi, kesimpulan dan saran.
-
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Tinjauan Konseptual
2.1.1. Pengertian Perilaku
Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap
dan tindakan. Yang dibahas dalam penelitian ini adalah pengetahuan dimana
perilaku dalam bentuk pengetahuan adalah individu mengetahui situasi atau
respon dari luar tentang sesuatu. Oleh karena itu tingkat pengetahuan seseorang
atau individu berbeda satu sama lain sebab ada faktor yang mempengaruhinya
(Notoatmodjo, 1993 :11).
2.1.2. Perilaku Komunikasi
Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan kata lain, perilaku
pada umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh tujuan tertentu.
Tujuan spesifik tidak selamanya diketahui dengan sadar oleh yang bersangkutan.
Dorongan yang memotivasi pola perilaku individu yang nyata dalam kadar
tertentu berada dalam alam bawah sadar, sedangkan Rogers menyatakan bahwa
perilaku komunikasi merupakan suatu kebiasaan dari individu atau kelompok di
dalam menerima atau menyampaikan pesan yang diindikasikan dengan adanya
partisipasi, hubungan dengan sisitem sosial, kekosmopolitan, hubungan dengan
agen pembaharu, keterdedahan dengan media massa, keaktifan mencari informasi,
pengetahuan mengenai hal-hal baru.
-
Perilaku komunikasi adalah segala aktivitas yang bertujuan untuk mencari
dan memperoleh informasi dari berbagai sumber dan untuk menyebarluaskan
informasi kepada pihak manapun yang memerlukan. Perilaku komunikasi pada
dasarnya berorientasi pada tujuan dalam arti perilaku seseorang pada umumnya
dimotivasi dengan keinginan untuk memperoleh tujuan tertentu.
Berdasarkan pada definisi perilaku yang telah diungkapkan sebelumnya,
perilaku komunikasi diartikan sebagai tindakan atau respon dalam lingkungan dan
situasi komunikasi yang ada, atau dengan kata lain perilaku komunikasi adalah
cara berfikir, berpengetahuan dan berwawasan, berperasaan dan bertindak atau
melakukan tindakan yang dianut seseorang, keluarga atau masyarakat dalam
mencari dan menyampaikan informasi melalui berbagai saluran yang ada di dalam
jaringan komunikasi masyarakat setempat.
Rogers (2000) mengungkapkan ada tiga peubah perilaku komunikasi yang
sudah teruji secara empiris signifikan yaitu pencarian informasi, kontak dengan
penyuluh, dan keterdedahan pada media massa. Peubah pertama yaitu pencarian
informasi masih perlu didampingi dengan penyampaian informasi, sesuai dengan
model transaksional yang bersifat saling menerima dan memberi informasi secara
bergantian.
2.1.3. Pembagian Komunikasi
Komunikasi kemudian dapat dibagi-bagi lagi menurut jenis dan sifatnya,
yaitu:
1. Jenis, komunikasi menurut jenisnya terdiri dari komunikasi searah dan
komunikasi dua arah.
a. Komunikasi Searah
-
Secara umum pengertian komunikasi searah ialah pengiriman suatu pesan
dari pengirim pesan kepada penerima pesan, tanpa penerima pesan memberi
respon balik atau tanggapan kepada pemberi pesan atas pesan tersebut. Dalam
hubungan komunikasi pasien dokter , komunikasi searah ini kadang terjadi.
b. Komunikasi Dua Arah
Secara umum pengertian komunikasi dua arah ialah penyampaian suatu
pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan, dan di dalam hubungan
tersebut terdapat respon balik atau tanggapan dari penerima pesan terhadap
pemberi pesan. Dalam hubungan komunikasi antara pasien dengan dokter, hal ini
juga sering terjadi ketika pasien berkonsultasi kepada dokter, dimana dalam
konsultasi tersebut terdapat tanya jawab serta tanggapan-tanggapan yang
membuat komunikasi tersebut menjadi dua arah.
2. Sifat, menurut sifatnya, komunikasi dibagi menjadi dua yaitu komunikasi
verbal dan komunikasi non verbal.
a. Komunikasi Verbal
Secara umum komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan
kata-kata dan nada suara, seperti misalnya tajam, ancaman, dan lain- lain, dalam
penyampaian pesannya. Dalam praktek dokter atau hubungan komunikasi antara
dokter dengan pasien komunikasi verbal ini biasanya dilakukan ketika pasien
berkonsultasi atupu ketika dokter menerangkan dengan kata-kata mengenai
sesuatu tentang penyakit pasien.
Komunikasi Verbal yang efektif harus:
1. Jelas dan ringkas
-
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin
sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan.
Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya
dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk
dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan
pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana.
Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara
sederhana.
2. Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkankata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam
keperawatan dankedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat
menjadi bingung dantidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi
penting. Ucapkanpesan dengan istilah yang dimengerti.
3. Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang
digunakan,sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang
terdapatdalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi
mendekatikematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk
menjelaskankeadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan
pasien, perawatharus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk
disalah tafsirkan,terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi.
-
4. Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan
keberhasilankomunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada
pokokpembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat
sedangmenyembunyikan sesuatu terhadap pasien. Perawat sebaiknya tidak
berbicaradengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan
untukmenekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar
untukmendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan
denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum
mengucapkannya,menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin
menunjukkan. Perawatjuga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia
berbicara terlalu lambat atauterlalu cepat dan perlu untuk diulang.
5. Waktu dan relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila pasien
sedangmenangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi.
Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat
dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat
harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula
komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan
dengan minat dan kebutuhan pasien.
6. Humor
Tertawa membantu pengurangi ketegangan danrasa sakit yang disebabkan
oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawatdalam memberikan dukungan
emosional terhadap klien. Humor merangsang produksi catecholamines dan
-
hormon yangmenimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa
sakit,mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan
humoruntuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak-
mampuannya untuk berkomunikasi dengan pasien.\
b. Komunikasi NonVerbal
Secara umum komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan
gerak isyarat tubuh, sikap, ataupun yang lain yang tidak menggunakan kata-kata
dalam penyampaian pesannya. Dalam praktek dokter atau hubungan komunikasi
antara dokter dan pasien komunikasi nonverbal ini dilakukan dalam bentuk-
bentuk yang sangat bervariasi, dan hal ini juga sangat berpengaruh akan
kelancaran komunikasi tersebut. Komunikasi ini biasa dilakukan dalam bentuk
tatapan mata dokter yang memperhatikan pasien dengan baik tanpa melihat hal-
hal lainnya ketika menerangkan sesuatu. Ataupun gerak-gerik tangan dokter
ketika menjelaskan sesuatu, dan juga dalam bentuk yang lainnya (Onong Uchjana
Effendy, 2009:5-7).
Komunikasi non-verbal teramati diantaranya pada:
1. Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan
antarapembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu
komentarterhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu
pesan didalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim
terhadappendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.
-
2. Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang
diperhatikanselama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20
detik sampai 4menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap
seserangberdasarkan penampilannya. Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias
menunjukkan kepribadian, status sosial,pekrjaan, agama, budaya dan konsep diri.
Perawat yang memperhatikanpenampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri
dan profesional yang positif.
3. Intonasi (Nada Suara)
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan
yangdikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi
nadasuaranya.
4. Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang
tampakmelalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih.
Ekspresiwajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan
pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi
interpersonal. Orangyang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan
diekspresikan sebagaiorang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk
menjadi pengamat yangbaik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah
ketika sedang berbicara dengan pasien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya
duduk sehingga perawattidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien
dilakukan dalam keadaansejajar.
-
5. Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan
keadaanfisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan
mengamatisikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor
fisik sepertirasa sakit, obat, atau fraktur.
2.1.4. Pengertian Pelayanan
Menurut Kotler (2008 :17) pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan
yanga dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya
tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Sedangkan
Gronroos dalam Tjiptono (2005: 11) menyatakan bahwa pelayanan merupakan
proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible yang biasa (namun tidak
harus selalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan dan karyawan, jasa dan
sumber daya, fisik atau barang, dan sistem penyedia jasa, yang disediakan sebagai
solusi atas masalah pelanggan.
Sementara itu, menurut Lovelock, Petterson & Walker dalam Tjiptono
(2005) mengemukakan perspektif pelayanan sebagai sebuah sistem, dimana setiap
bisnis jasa dipandang sebagai sebuah sistem yang terdiri atas dua komponen
utama: operasai jasa dan penyampaian jasa.
-
2.1.5. Pengertian Perawat
Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yangberarti
merawat atau memelihara. Menurut Effendy (1998), perawat adalah seseorang
(seorang profesional) yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan
kewenangan melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan pada berbagai jenjang
pelayanan keperawatan. Suliha (2001) mendefinisikan perawat adalah orang yang
telah menyelesaikan pendidikan professional keperawatan, dan diberi kewenangan
untuk melaksanakan peran serta fungsinya.
Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang
didefinisikan sebagai fungsi profesional keperawatan. Fungsi profesional yaitu
membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien yang bersifat segera. Itu
merupakan tanggung jawab perawat untuk mengetahui kebutuhan pasien dan
membantu memenuhinya. Dalam teorinya tentang disiplin proses keperawatan
mengandung elemen dasar, yaitu perilaku pasien, reaksi perawat dan tindakan
perawatan yang dirancang untuk kebaikan pasien (Nasrul Effendy, 1998 :24)
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik didalam maupun
diluar negeri sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Perawat adalah
seorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui
pendidikan keperawatan (UU kesehatan No 23 tahun 1992)
Jadi perawat merupakan seseorang yang telah lulus pendidikan perawat dan
memiliki kemampuan serta kewenangan melakukan tindakan kerpawatan
berdasarkan bidang keilmuan yang dimiliki dan memberikan pelayanan kesehatan
-
secara holistic dan professional untuk individu sehat maupun sakit, perawat
berkewajiban memenuhi kebutuhan pasien meliputi bio-psiko-sosio dan spiritual.
2.1.6. Pengertian Pasien
Pasien atau pesakit adalah seseorang yang menerima perawatan medis.
Kata pasien dari bahasa Indonesia analog dengan kata patient dari bahasa Inggris.
Patient diturunkan dari bahasa Latin yaitu patiens yang memiliki kesamaan arti
dengan kata kerja pati yang artinya "menderita" orang sakit (yg dirawat dokter),
penderita (sakit). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pasien
adalah Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran menyebutkan bahwa pasien adalah setiap orang yang
melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
dokter atau dokter gigi (Uliha 2000 :11).
2.1.7. Pengertian Ilmu Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari
kata Latin Communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.
Menurut Carl I.Hovland ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk
merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan
pendapat dan sikap ( Effendy 2009:10-11).
Menurut Lasswell komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan
-
secara efektif dalam (Effendy1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering
kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam
karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell
mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah
dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel
To Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi
meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:
1. Komunikator (siapa yang mengatakan?)
2. Pesan (mengatakan apa?)
3. Media (melalui saluran/ channel/media apa?)
4. Komunikan (kepada siapa?)
5. Efek (dengan dampak/efek apa?).
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses
komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan
menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang
menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2009:11).
Dari beberapa defenisi diatas secara umum dapat disimpulkan bahwa
komunikasi merupakan proses pengiriman atau pertukaran pesan (stimulus, signal,
simbol atau informasi) baik dalam bentuk verbal maupun non-verbal dari
pengirim kepada komunikan) dengan tujuan adanya perubahan, baik dalam aspek
kognitif, afektif maupun psikomotorik dan behavioral.
Kegiatan berkomunikasi juga dilakukan antara perawat dan pasien.
Komunikasi merupakan proses yang dilakukan perawat dalam menjaga
-
kerjasamayang baik dengan pasien dalam memenuhi kebutuhan kesehatan pasien,
maupun dengan tenaga kesehatan yang lain dalam rangka membantu mengatasi
masalah pasien. Secara umum komunikasi memilik tujuan, yaitu:
1. Supaya pesan yang disampaikan komunikator dapat dimengerti oleh
komunikan.
Dalam menjalankan perannya sebagai komunikator, perawat perlu
menyampaikan pesan tentang diagnosa penyakit dengan jelas, lengkap
dengan tutur kata yang lembut dan sopan. Agar pesan yang disampaikan
dapat diterima oleh pasien.
2. Memahami orang lain.
Proses komunikasi tidak dapat berlangsung dengan baik, bila perawat
tidak dapat memahami kondisi atau apa yang diiginkan pasien.
3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain.
Selain sebagai komunikator, perawat juga sebagai edukator yaitu
memberikan pendidikan tentang kesehatan kepada pasien, betapa
pentingnya menjaga kesehatan. Peran ini akan efektif dan berhasil bila apa
yang disampaikan oleh perawat dapat dimengerti dan diterima oleh pasien.
4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.
Mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan sesuatu sesuai dengan
keinginan kita, yang tentunya bermanfaat bagi pasien. Dalam hal ini perlu
adanya pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan dengan komunikasi
interpersonal.
-
Menurut Widjaja (2000:15), apabila komunikasi dipandang dari arti yang
luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran pesan atau informasi tetapi sebagai
kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar-menukar data, fakta dan ide-ide.
Maka komunikasi memiliki fungsi dalam sistem sosial yaitu:
1. Sebagai informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran
berita, data, gambar, fakta, pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan
agar dapat dimengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi
lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.
2. Sosialisasi (kemasyarakatan). Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang
memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat
yang efektif, sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif
didalam masyarakat.
3. Motivasi. Proses komunikasi yang membuat atau mendorong seseorang
untuk menentukan pilihannya dan melakukan sesuatu yang diinginkannya
untuk mencapai tujuan.
4. Perdebatan dan diskusi. Suatu permasalahan yang diselesaikan dengan
menggunakan komunikasi baik secara debat maupun diskusi untuk
memperoleh kesepakatan bersama.
5. Pendidikan. Komunikasi sebagai proses pengalihan atau transformasi ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk mendorong perkembangan intelektual,
pembentukan watak, serta membentuk keterampilan dan kemahiran yang
dapat dilakukan melalui komunikasi yang baik dan efektif.
-
6. Memajukan kehidupan. Komunikasi berfungsi menyebarkan kebudayaan
dan seni dengan melestarikan warisan kebudayaan masa lalu, membangun
imajinasi dan mendorong kreatifitas dan kebutuhan este tika.
7. Hiburan. Dengan komunikasi banyak hiburan yang ditampilkan dari dunia
Entertaimant.
8. Integrasi. Adanya kesempatan untuk memperoleh berbagai informasi dan
pesan yang diperlukan dapat mempengaruhi seseorang dalam bersikap,
berperilaku, dan berpola fikir serta sebagai sarana untuk menghargai dan
memahami pandangan orang lain.
Komunikasi memiliki berbagai tingkatan, yaitu:
1. Komunikasi Intrapersonal.
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi pada diri sendiri
atau proses berfikir pada diri sendiri, keyakinan, perasaan dan berbicara
pada diri sendiri, bisa juga terjadi pada saat melakukan ibadah misalnya,
shalat, kita berkomunikasi dengan Allah SWT, yaitu dengan memohon
doa kepada Sang Pencipta.
2. Komunikasi Interpersonal.
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi diantara dua
orang, yang terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan.
Komunikasi ini berlangsung secara tatap muka, bisa melalui medium.
Komunikasi ini dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat,
dan perilaku seseorang.
-
3. Komunikasi kelompok.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang melibatkan lebih dari dua
orang atau tiga orang, bisa berbentuk kelompok diskusi, rapat dan lain- lain
yang satu sama lain saling mengenal. Misalnya komunikasi kelompok
remaja, pengajian ibu- ibu, dan lain- lain.
4. Komunikasi Publik.
Komunikasi publik adalah proses komunikasi yang terjadi didepan publik
atau masyarakat, baik secara aktif maupun pasif dengan menggunakan
media atau dengan tidak menggunakan media (berbicara langsung).
5. Komunikasi Organisasi.
Komunikasi yang terjadi didalam organisasi yang bersifat forma l maupun
non-formal.
6. Komunikasi Massa.
Komunikasi yang melibatkan jumlah komunikan yang banyak, tersebar
dalam area geografis yang luas, heterogen, namun mempunyai perhatian
dan minat terhadap suatu isu atau berita. Biasanya dalam komunikasi ini
melibatkan media misalnya, televisi, surat kabar, majalah, dan lain- lain.
Bentuk paling dasar dari komunikasi adalah komunikasi nonverbal, yang
merupakan proses komunikasi tanpa kata, berupa bentuk isyarat, gerak tubuh,
exspresi wajah, hubungan yang renggang dan sikap terhadap waktu yang tersedia
ketika berkomunikasi tanpa kata, dengan kata lain aksi lebih penting dibanding
kata-kata.
-
Bentuk kedua adalah komunikasi verbal berupa kata-kata yang disusun agar
memiliki arti. Untuk menciptakan kata-kata tentunya dibutuhkan aturan-aturan
gramer dan meletakkan potongan-potongan kalimat yang sesuai pada tempatnya.
Setelah itu baru kita kirim dalam bentuk tulisan atau perkataan. Biasanya orang
lebih suka berkata satu sama lain dibandingkan menulis surat, karena berbicara
membutuhkan waktu yang sedikit dan tidak membutuhkan penyusunan,
pengetikan, menilis ulang, menggandakan, dan mendistribusikanya.
Komunikasi nonverbal berbeda dengan komunikasi verbal, yang tidak
terstruktur, sehingga agak sulit untuk mempelajarinya karena dari satu budaya
kebudaya lainnya dapat berbeda dalam menginterpretasikannya. Sedangkan
komunikasi nonverbal berlangsung spontan dan tanpa ungkapan, misalnya jika
kita marah, maka alis kita akan segera tertarik keatas untuk menyediakan ruang
bagi bola mata untuk membelalak.
Bentuk yang ketiga adalah komunikasi tulisan. Komunikasi ini dapat berupa
memo,surat, e-mail, faksimele, bulletin dan lain sebagainya yang ditransfer
melalui tulisan atau simbol pada sebuah media. Menurut Widjaja (2008:23) jenis
komunikasi itu digunakan karena berwujud dan dapat diverifikasi di pengadilan
maupun sebagai bukti administrasi keuangan. Pada umumnya, pihak pengirim dan
penerima mempunyai arsip yang dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu.
Adapun kekurangannya adalah menghabiskan banyak waktu, baik ketika
menulis pesan maupun mendapatkan feedback sebuah surat. Biasanya untuk
mendapatkan balasan dari pihak yang bersangkutan dibutuhkan waktu lebih dari
dua hari untuk mendapatkan balasan dari pihak yang bersangkutan.
-
Unsur-unsur komunikasi adalah : komunikator, pesan, komunikan, media,
dan respon atau umpan balik.
1. Komunikator
Komunikator atau orang yang menyampaikan pesan harus berusaha
merumuskan isi pesan yang akan disampaikan. Sikap dari komunikator harus
empati, jelas. Kejelasan kalimat dan kemudahan bahasa akan sangat
mempengaruhi penerimaan pesan oleh komunikan.
2. Pesan
Pesan adalah pernyataan yang didukung oleh lambang. Lambang bahasa
dinyatakan baik lisan maupun tulisan. Lambang suara berkaitan dengan
intonasi suara. Lambang gerak adalah ekspresi wajah dan gerakan tubuh,
sedangkan lambang warna berkaitan dengan pesan yang disampaikan melalui
warna tertentu yang mempunyai makna, yang sudah diketahui secara umum,
misalnya merah, kuning, dan hijau pada lampu lalu lintas.
3. Komunikan
Komunikan adalah penerima pesan. Seorang penerima pesan harus tanggap
atau peka dengan pesan yang diterimanya dan harus dapat menafsirkan pesan
yang diterimanya. Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah persepsi
komunikan terhadap pesan harus sama dengan persepsi komunikator yang
menyampaikan pesan.
4. Media
Media adalah sarana atau saluran dari komunikasi. Bisa berupa media cetak,
audio, visual dan audio-visual. Gangguan atau kerusakan pada media akan
mempengaruhi penerimaan pesan dari komunikan.
-
5. Respon/umpan balik.
Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau
pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Umpan balik langsung disampaikan komunikan secara verbal, yaitu
dengan kalimat yang diucapkan langsung dan nonverbal melalui ekspresi
wajah atau gerakan tubuh. Umpan balik secara tidak langsung dapat berupa
perubahan perilaku setelah proses komunikasi berlangsung, bisa dalam waktu
yang relative singkat atau bahkan memerlukan waktu cukup lama.
Faktor yang mempengaruhi komunikasi
1. Situasi/suasana
Situasi/suasana yang hiruk pikuk atau penuh kebisangan akan
mempengaruhi baik/tidaknya pesan diterima oleh komunikan, suara bising
yang diterima komunikan saat proses komunikasi berlangsung membuat
pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima. Oleh karena itu, sebelum
proses komunikasi dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan sedemikian
rupa supaya tenang dan nyaman.Komunikasi yang berlangsung dan
dilakukan pada waktu yang kurang tepat mungkin diterima dengan kurang
tepat pula. Misalnya, apabila perawat memberikan penjelasan kepada
orang tua tentang cara menjaga kesterilan luka pada saat orang tua sedang
sedih, tentu saja pesan tersebut kurang diterima dengan baik oleh orang tua
karena perhatian orang tua tidak berfokus pada pesan yang disampaikan
perawat, melainkan pada perasaan sedihnya.
-
2. Kejelasan pesan
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi.
Pesan yang kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan
sehingga antara komunikan dan komunikator dapat berbeda persepsi
tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi
pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu,
komunikator harus memahami pesan sebelum menyampaikannya pada
komunikan, dapat dimengerti komunikan dan menggunakan artikulasi dan
kalimat yang jelas.
2.1.8. Pengertian Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat, mutu
hidup, produktifitas tenaga kerja, menurunnya angka kesakitan dan kematian yang
tinggi pada bayi dan anak-anak, menurunnya daya kerja fisik, serta mencegah
terganggunya perkembangan mental akibat langsung atau tidak langsung dari
masalah gizi kurang. (Anas Tamsuri, 2006 :11).
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terus menerus ditingkatkan
kualitas sumber daya manusia, kualitas kehidupan dan usia hidup manusia,
meningkatkan kesejahteraan keluarga, masyarakat serta mempertinggi kesadaran
masyarakat pentingnya hidup sehat. Gambaran masyarakat Indonesia yang ingin
dicapai dimasa depan adalah masyarakat Indonesia yang hidup di dalam
lingkungan dan dengan perilaku yang sehat(Uha Suliha,2001:18).
-
2.1.9. Pengertian Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi merupakan proses komunikasi yang berlangsung
anatara dua orang atau lebih secara tatap muka. Menurut sifatnya, komunikasi
antarpribadi dapat dibedakan dua macam yaitu komunikasi diadik dan komunikasi
kelompok kecil. Komunikasi diadik ialah proses komunikasi yang berlangsung
antara dua orang dalam situasi tatap muka, sedangkan komunikasi kelompok kecil
ialah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara
tatap muka, dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya.
(Hafied Cangara, 2007:32).
Menurut Mulyana (2009:73), komunikasi antar pribadi (Interpersonal
Communication) adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap
muka, yang memungkinkan adanya reaksi orang lain secara langsung, baik secara
verbal maupun non-verbal. Komunikasi antar pribadi (komunikasi interpersonal)
adalah komunikasi antar dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk
percakapan. Komunikasi jenis ini berlangsung secara tatap muka, bisa melalui
medium, misalnya telepon sebagai perantara. Sifatnya dua arah atau timbal balik
(Effendy, 2009:61).
Effendy juga menambahkan komunikasi antar pribadi adalah proses
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara
sekelompok kecil orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika,
dan komunikasi antar pribadi dikatakan efektif dalam merubah perilaku orang
lain, apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan
komunikator diterima oleh komunikan.
-
Dari pernyataan diatas ada beberapa elemen yang ada dalam komunikasi
antar pribadi, yaitu:
a. Adanya pesan
b. Adanya orang-orang/sekelompok kecil
c. Adanya penerimaan pesan
d. Adanya efek, dan
e. Adanya umpan balik.
Komunikasi antar pribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi
instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita
dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan
yang kita komunikasikan kepada komunikan. Sebagai komunikasi yang paling
lengkap dan paling sempurna, komunikasi antar pribadi berperan penting hingga
kapan pun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataanya komunikasi tatap
muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan
komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi
tercanggih.
Jalaluddin Rakhmat (2008:80) meyakini bahwa komunikasi antar pribadi
dipengaruhi oleh persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal, dan
hubungan interpersonal.
1. Persepsi Interpersonal
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan
informasi inderawi. Persepsi interpersonal adalah memberikan makna terhadap
stimuli inderawi yang berasal dari seseorang (komunikan), yang berupa pesan
verbal dan non-verbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akanberpengaruh
-
terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah
memberi makna terhadap pesan akan mengakibatkan kegagalan komunikasi.
2. Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri kita. Konsep diri
yang positif ditandai dengan lima hal, yaitu :
a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah
b. Merasa setara dengan orang lain
c. Menerima pujian tanpa rasa malu
d. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh
masyarakat.
e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-
aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya.
Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi
antar pribadi, yaitu:
a. Melakukan hal yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah laku
sedapat mungkin sesuia dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa
menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha
menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari
mata kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai
akademis yang baik.
b. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita, akan meningkatkan
komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain
-
meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri,
konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan
pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-
pengalaman dan gagasan baru.
c. Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai
Communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi
disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan
percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu.
d. Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena
konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri
(terpaan selektif), bagaiman kita mempersepsi pesan (persepsi selektif),
dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga
berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian selektif).
3. Atraksi Interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan
daya tarik seseorang. Komunikasi antar pribadi dipengaruhi atraksi
interpersonal dalam hal:
1. Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang
lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga
makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita
juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara
positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat
karakteristik secara negatif.
-
2. Efektifitas komunikasi. Komunikasi antar pribadi dinyatakan efektif, bila
pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi
komunikan. Bila kita berkumpul dalam suatu kelompok yang memiliki
kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul
dengan orang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah dan
tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi.
4. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang
dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan
keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cepat persepsi
tentang orang lain dan persepsi dirinya. Sehingga makin efektif komunikasi
yang berlangsung diantara peserta komunikasi. Lebih jauh, Jalaluddin Rakhmat
(2008:89) memberikan catatan bahwa terdapat tiga faktor antar pribadi yang
menumbuhkan hubungan komunikasi interpersonal yang baik yaitu : Percaya,
sikap suportif, dan sikap terbuka.
2.2. Tinjauan Teoritis
2.2.1.Teori Stimulus-Respon (S-R)
Teori stimulus-respon (S-R) merupakan teori komunikasi yang menjelaskan
mengenai proses aksi-reaksi yang berkenaan dengan faktor manusia. Stimulus
adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk
mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon adalah
sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Proses ini
menunjukkan komunikasi yang sangat sederhana.
-
Apabila seseorang lelaki berkedip mata kepada seorang wanita, dan wanita
itu kemudian tersipu malu maka dari itu pola S-R telah muncul. Jadi model S-R
mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat- isyarat non verbal, gambar-
gambar, dan tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk
memberikan respons dengan cara tertentu. Proses ini dapat bersifat timbal-balik
dan mempunyai banyak efek. Setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi
berikutnya.
Pola komunikasi ini dapat bersifat positif dan negatif. Model S-R
mengabaikan komunikasi sebagai suatu proses, khususnya yang berkenaan
dengan faktor manusia. Secara implisit ada asumsi dalam model S-R ini bahwa
perilaku (respons) manusia dapat diramalkan. Ringkasnya, komunikasi dianggap
statis, manusia dianggap berperilaku karena kekuatan dari luar (stimulus), bukan
berdasarkan kehendak, keinginan, atau kemauan bebasnya (Mulyana, 2009 : 145)
2.2.2. Teori Efektif
Menurut Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Komunikasi (2008:13)
menyebutkan, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat
menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial
yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tidakan.Syarat-syarat untuk
berkomunikasi secara efektif adalah antara lain :
1. Menciptakan suasana yang menguntungkan.
2. menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti.
3. pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat di pihak
komunikan.
-
4. Pesan dapat menggugah kepentingan dipihak komunikan yang dapat
menguntungkannya.
5. Pesan dapat menumbuhkan sesuatu penghargaan atau reward di pihak
komunikan.
Komunikasi efektif dipandang sebagai suatu hal yang penting dan
kompleks. Dianggap penting karena ragam dinamika kehidupan (bisnis, politik,
misalnya) yang terjadi biasanya menghadirkan situasi kritis yang perlu
penanganan secara tepat, munculnya kecenderungan untuk tergantung pada
teknologi komunikasi, serta beragam kepentingan yang ikut muncul.
Unsur yang paling penting dalam komunikasi bukan sekadar pada apa yang
kita tulis atau kita katakan, tetapi lebih pada karakter kita dan bagaimana kita
menyampaikan pesan kepada penerima pesan. Jika kata-kata atau pun tulisan kita
dibangun dari teknik hubungan manusia yang dangkal (etika kepribadian), bukan
dari diri kita yang paling dalam (etika karakter), maka orang lain akan melihat
atau membaca sikap kita. Jadi syarat utama dalam komunikasi efektif adalah
karakter yang kokoh yang dibangun dari pondasi integritas pribadi yang kuat.
Menurut Stephen Covey dalam buku pengantar komunikasi (Effendy 2001),
justru komunikasi merupakan ketrampilan yang paling penting dalam hidup kita.
Kita menghabiskan sebagian besar jam di saat kita sadar dan bangun untuk
berkomunikasi. Sama halnya dengan pernafasan, komunikasi kita anggap sebagai
hal yang otomatis terjadi begitu saja, sehingga kita tidak memiliki kesadaran
untuk melakukannya dengan efektif.
Kita tidak pernah dengan secara khusus mempelajari bagaimana menulis
dengan efektif, bagaimana membaca dengan cepat dan efektif, bagaimana
-
berbicara secara efektif, apalagi bagaimana menjadi pendengar yang baik. Bahkan
untuk yang terakhir, yaitu ketrampilan untuk mendengar tidak pernah diajarkan
atau kita pelajari dalam proses pembelajaran yang kita lakukan baik di sekolah
formal maupun pendidikan informal lainnya.
Keterampilan komunikasi antar perorangan adalah kemampuan untuk terus
menerus membangun kredibilitas dan dapat dipercayanya segala apa yang kita
komunikasikan. Untuk membangun kredibilitas harus ada isi pesan yang jelas,
suara/intonasi dalam menyampaikan pesan dan wahana bagaimana orang itu
menyampaikan pesan. Jadi semakin seseorang tidak konsekuen dengan ketiga hal
tersebut, maka akan menentukan kredibilitas sesorang, semakin tidak konsekuen
akan menjadi semakin “tidak dipercaya” (Effendy 2009 :78)
Effendy (2009: 81) menunjukkan cara-cara agar komunikasi efektif dapat
dicapai. Menurut mereka, komunikasi efektif dapat terjadi melalui atau dengan
didukung oleh aktivitas role-playing, diskusi, aktivitas kelompok kecil dan materi-
materi pengajaran yang relevan. Meskipun penelitian mereka terfokus pada
komunikasi efektif untuk proses belajar-mengajar, hal yang dapat dimengerti di
sini adalah bahwa suatu proses komunikasi membutuhkan aktivitas, cara dan
sarana lain agar bisa berlangsung dan mencapai hasil yang efektif.
Untuk membangun komunikasi yang efektif, setidaknya kita harus
menguasai empat keterampilan dasar dalam komunikasi, yaitu membaca-menulis
(bahasa tulisan) dan mendengar-berbicara (bahasa lisan). Begitu pentingmya,
banyak orang menghabiskan waktunya untuk melakukan,paling tidak,salah satu
keempat keterampilan itu. Komunikasi efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang
-
diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh
komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi.
Adapun ciri-ciri pesan yang efektif antara lain yaitu :
1. Menyediakan informasi yang praktis dengan menerangkan bagaimana
mengerjakan sesuatu, menjelaskan mengapa perubahan dilakukan,
menberikan solusi terhadap masalah, mendiskusikan status sebuah proyek,
dan lain- lain.
2. Memberikan fakta dibandingkan kesan dengan menggunakan bahasa yang
konkrit dan menjelaskan secara detailyang dimaksud. Informasi harus
jelas, meyakinkan, akurat, dan etis.
3. Mengklarifikasi dan menyingkat beberapa informasi dengan
menggunakan table, bagan, foto maupun diagram yang menjelaskan
tentang pesan yang dimaksud.
4. Masyarakat tanggung jawab secara jelas dengan menjelaskan apa yang
kita harapkan atas apa yang dapat kita lakukan, karena pesan kita hanya
ditujukan pada orang-orang tertentu saja.
5. Membujuk dan menyediakan rekomendasi. Biasanya pesan yang
disampaikan adalah membujuk para pegawai untuk melakukan sesuatu
atau pelanggan untuk memanfaatkan layanan yang kita tawarkan dengan
menjelaskan manfaat yang akan mereka peroleh dengannya (Roger B.
Dkk 2000 :11).
Strategi membangun komunikasi efektif :
1. Ketahui mitra bicara (audience)
2. Ketahui tujuan
-
3. Perhatikan konteks
4. Pelajari kultur
5. Pahami bahasa
2.3. Kerangka Pemikiran
Perilaku komunikasi pada umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk
memperoleh tujuan tertentu. Perilaku komunikasi merupakan aktivitas yang
bertujuan untuk mencari dan memperoleh informasi dari berbagai sumber dan
untuk menyebar luaskan informasi kepada pihak manapun yang memerlukan.
Dalam hal ini, perilaku komunikasi berperan penting untuk penyembuhan
pasien. Informasi yang diberikan oleh perawat akan membantu kesembuhan
pasien. Namun disamping itu, perawat harus mampu berkomunikasi dengan
efektif dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
-
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Metode Penelitian
Metode pengkajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan
sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Sedangkan tipe
penelitian ini menggunakan tipe deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini
mendeskripsikan wawancara mendalam dan survey terhadap subjek penelitian.
(Moleong, 2010 : 48).
Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berba gai
aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu
program, atau suatu situasi sosial. Peneliti studi kasus berupaya menelaah
sebanyak mungkin data mengenai subjek yang di teliti. Mereka sering
menggunakan berbagai metode: wawancara (riwayat hidup), pengamatan,
telaahan dokumen, (hasil survei), dan data apa pun untuk menguraikan suatu
kasus secara terperinci. Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus mempunyai
beberapa keuntunganyang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam
kehidupan sehari-hari.
Beberapa ahli (Moleong, 2006:49) mengemukakan bahwa keistimewaan
studi kasus meliputi hal-hal berikut :
Studi kasus merupakan sarana utama bagi peneliti emik, yakni menyajikan
pandangan subjek yang diteliti.
-
Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh studi kasus yang merupakan
sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan
responden.
Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsestensi
internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi
faktual tetapi juga keterpercayaan (trust worthness)
Studi kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian
atas transferabilitas.
Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi
pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.
Penelitian ini di laksanakan di Puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan
Kabupaten Nagan Raya. Waktu penelitian ini dimulai dari tanggal 2 Maret s/d 3
Mei 2013. Pengambilan subjek (informan) dengan mengarah pada purposive
sampling. Di dalam penelitian ini yang akan menjadi subjek penelitian adalah
komponen yang terlibat di Puskesmas Jeuram dan menjadi sasaran pelayanan
kesehatan antara lain dokter, perawat, pasien, dan masyarakat.
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah hal-hal yang
berkaitan dengan pelayanan kesehatan di Puskesmas Jeuram kabupaten Nagan
Raya.
3.2. Teknik Pengumpulan Data
3.2.1. Observasi
Yaitu digunakan untuk memperkuat hasil penelitian sesuai dengan
kenyataan yang terjadi dilapangan (penelitian langsung kelapangan). Peneliti
-
dalam penelitian ini akan melakukan observasi dengan melihat aktivitas
pelayanan kesehatan di Puskesmas Jeuram Kabupaten Nagan Raya.
3.2.1. Wawancara mendalam (indepth Interview)
Yaitu bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yaitu
ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2001:180). Baik
secara langsung(face to face) maupun tidak langsung; dengan memberi daftar
pertayaan untuk dijawab pada kesempatan lain. Wawancara terbagi dalam dua
jenis (Mulyana,2001:180), yaitu :
1. Wawancara tak terstruktur
Wawancara ini juga sering disebut sebagai wawancara mendalam,
wawancara intensif, wawancara kualitatif dan wawancara terbuka (open-ended
interview).
2. Wawancara terstruktur
Wawancara ini juga disebut wawancara baku (standar dized interview).
Susunan pertayaan sudah ditetapkan sebelumnya, serta dengan pilihan jawaban
yang sudah disediakan.
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tak
terstruktur atau wawancara mendalam. Wawancara ini bertujuan untuk
memperoleh sustu bentuk informasi tertentu dari semua responden, tetapi susunan
kata dan urutan pertanyaan dapat disesuaikan pada saat wawancara. Sifat
wawancara ini luas, sehingga setiap responden dapat memberikan jawaban bukan
hanya dengan jujur atau benar tetapi juga menjabarkan secara terperinci (detail).
-
3.2.2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah instrumen pengumpulan data yang sering digunakan
dalam berbagai metode pengumpulan data. Metode observasi, kuisioner, atau
wawancara sering dilengkapi dengan kegiatan dokumentasi. Tujuannya untuk
mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpentasi data.
Dokumen bisa berbentuk publik, misalnya laporan polisi, surat kabar,
stranskip atau acara televisi dan lainnya. Penulis disini akan mengambil atau
mengaitkan masalah dan memecahkannya dengan masalah yang sedang diangkat
dan dokumen yang berhubungan langsung.
3.3. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data kualitatif. Data
yang diperoleh dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber,
yaitu dari wawancara yang dilakukan, catatan lapangan, dokumentasi, dan
sebagainya. Langkah-langkah analisisnya dilakukan dengan menfokuskan pada
bagaimana kegiatan perilaku komunikasi perawat dengan pasien dalam pelayanan
kesehatan. Teknik analisis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari tiga komponen :
3.3.1. Reduksi data
Yaitu merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyerhanaan
dan pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan
tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan bagian dari analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-
kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
-
3.3.2. Penyajian data
Yaitu merupakan alur penting yang kedua dari kegiatan analisis.
“penyajian” dibatas sebagai sekumpulan informasitersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan tindakan. Penyajian data
merupakan usaha mengambarkan fenomena atau keadaan sesuai dengan data yang
telah direduksi dan disajikan kedalam laporan yang sistematis dan mudah
dipahami.
3.3.3.Penarikan kesimpulan
Yaitu merupakan permasalahan yang menjadi pokok pemikiran terhadap
apa yang diteliti. Pada tahap ini peneliti mengambil kesimpulan terhadap data
yang direduksi kedalam laporan secara sistematis, dengan cara membandingkan,
menghubungkan, dan memilih data yang mengarah pada pemecahan masalah
mampu menjawab permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai.
3.4. Proses Keabsahan Data
Sebagaimana yang telah diutarakan, peneliti dalam penelitian kualitatif
adalah instrumen itu sendiri. Untuk memberikan keabsahan data, maka harus
didukung oleh kesahihan (validitas ), keandalan (reliabilitas). Dalam penelitian
kualitatif menurut Moleong (1996 :173) untuk menetapkan keabsahan data
diperlukan teknik pemerikasaan. Ada empat kriteria yang digunakan untuk
pemeriksaan : derajat kepercayaan (crealibilitas), keteralitas (transferability),
ketergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability).
-
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum dan Latar Belakang Puskesmas Perawatan Jeuram
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) diartikan sebagai suatu kesatuan
organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat, disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Yang dimaksud dengan pelayanan
kesehatan menyeluruh adalah pelayanan kesehatan yang meliputi
1. Promotif (penyuluhan kesehatan),
2. Preventif (pencegahan),
3. Curatif (penyembuhan penyakit)
4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan) dan ditujukan untuk semua
golongan umur dan jenis kelamin.
Dengan kata lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab
atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Wilayah kerja
Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor
kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur
lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja
Puskesmas.
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga
pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati atau Walikota,
dengan saran teknis dari kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. Sasaran
penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap
-
puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas
perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yanng
disebut puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan bidan desa. Wilayah kerja
Puskesmas Jeuram telah ditetapkan berada di Kecamatan Seunagan.
Puskesmas Jeuram terletak di desa Parom Kecamatan Seunagan Kabupaten
Nagan Raya. Puskesmas ini mempunyai wilayah kerja 35 desa yang ada di
Kecamatan Seunagan. Jarak dari Puskesmas ke Ibukota kabupaten Nagan Raya
lebih kurang 10 km. Sedangkan luas wilayah kerja Puskesmas sekitar 8 km2.
Batas wilayah kerja Puskesmas Jeuram yaitu:
Sebelah Utara : Kecamatan Seunagan Timur
Sebelah Selatan : Desa Cot Peuradi, Desa Blang Sapek
Sebelah Timur : Kecamatan Beutong
Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Barsat
Untuk perhubungan dari Puskesmas ke ibukota Kabupaten dapat ditempuh
dengan jalan tanpa hambatan, sedangkan hubungan antara Puskesmas dengan
desa-desa di wilayah kerja Puskesmas Jeuram cukup lancar. Hanya beberapa desa
yang sulit dijangkau terutama di musim hujan.
4.1.1. Letak Geografis
Puskesmas Jeuram berdiri tahun 1963 dengan luas bangunan kurang lebih
200 m2, ditambah enam unit rumah dinas untuk dokter dan paramedis sehingga
luas seluruhnya mencakup kurang lebih 450 m2. Lokasi Puskesmas Jeuram
berada di Jalan Kesehatan No. 1 Gampong Parom, Kecamatan Seunagan. Dengan
Akses kejalan Nasional lebih kurang ± 500 meter
-
4.1.2. Sejarah Puskesmas
Sejak tahun 1963 sampai sekarang ini Puskesmas Perawatan Jeuram dipimpin
oleh 16 orang kepala Puskesmas yaitu :
1. AHMAD MALAM
2. UPAH DIWA
3. M. SALEH
4. AWIAH KUBI
5. HASAN BASRI
6. dr. HASBALLAH
7. dr. BURHANUDDIN
8. dr. SYAMSUL RAHMAN HARAHAP
9. dr. ZUHRIAL ZUBIR
10. dr. HENDRA HIBRATA
-
11. dr. NASDI
12. drg. NINI INDRAWATI
13. dr. HASBI
14. dr. RAHMAD YANI
15. H. ZAINAL ABIDIN
16. dr. MUHAMMAD JABIR
17. SAFRIZAL. Skm
Adapun pegawai yang bertugas di lingkungan Puskesmas Jeuram saat ini
berjumlah 91 orang termasuk yang ditugaskan di Pustu (Puskemas Pembantu)
dengan berbagai jenjang pendidikan dari SLTA sampai perguruan tinggi, baik
yang berlatar belakang kesehatan maupun umum, bahkan saat ini ada beberapa
orang yang sedang menempuh pendidikan pada program strata 1 kesehatan
masyarakat di Universitas Setempat.
Tenaga pelaksana (Teknis) di Puskesmas Perawatan Jeuram sebagai berikut:
Dokter umum : 2 orang
Dokter gigi : 1 orang
Sajana Kesehatan Masyarakat : 1 orang
Perawat : 45 orang
Bidan : 28 orang
Petugas Gizi (D III) : 1 orang
Sanitarian (D III) : 1 orang
SLTA (LOPK) : 13 orang
4.1.3. Visi Dan Misi Puskesmas Perawatan Jeuram Tahun 2008
Visi Puskesmas Jeuram:
Puskesmas Jeuram yang informatif dan optimal dalam pelayanan menuju
masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat di tahun 2017.
-
Misi Puskesmas Jeuram:
Merencanakan dan melaksanakan semua program berdasarkan data fakta
(evidence base).
1. Pelayanan kesehatan yang prima.
2. Mengembangkan sumber daya manusia.
3. Melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral.
4. Mengembangkan kemampuan masyarakat agar mandiri untuk hidup
sehat.
5. Mengembangkan kemampuan puskesmas sebagai unit pelayanan
6. kesehatan mandiri dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat.
-
4.2. Informan Penelitian
Informan merupakan sumber informasi penelitian. Adapun yang menjadi
informan dalam penelitian ini adalah para dokter, perawat, pasien dan masyarakat
sebanyak 11 orang yang terdiri dari 2 orang dokter, 3 orang perawat, 3 orang
pasien, dan 3 orang masyarakat. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel
berikut.
Tabel 4.1. Data informan di Puskesmas Jeuram
No Nama Jabatan Keterangan
1 Ulva Evasari Nasution Dokter Informan kunci
2 Saiful Hadi Dokter Informan pendukung
3 Irma Perawat Informan pendukung
4 Nesti Yuliana Yosica Perawat Informan kunci
5 Maya Perawat Informan pendukung
6 Syarifah Rosmawar Pasien Informan kunci
7 Hendra Pasien Informan pendukung
8 Akbar Pasien Informan pendukung
9 Rosmawan Masyarakat Infprman pendukung
10 Muazim Masyarakat Informan pendukung
11 Parna Masyarakat Informan kunci
-
4.3. Perilaku Verbal Perawat dengan Pasien
4.3.1. Hasil Penelitian
Dalam melakukan aktivitas sehari-hari baik di dalam rumah dan di tempat
kerja selalu diawali dengan komunikasi. Komunikasi sebagai suatu proses
interaksi yang menjadi perantara antara satu orang dengan yang lain. Hal ini juga
sejalan dengan proses interaksi yang dilalui melalui komunikasi oleh perawat
dengan pasien. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Irma seorang perawat yang
ditemui diruang IGD (Instasi Gawat Darurat) Puskesmas Jeuram yang dengan
ramah dan terbuka bersedia menceritakan proses komunikasi yang terjadi antara
perawat dengan pasien.
“Dalam puskesmas ini saya sebagai perawat telah menjalankan
kewajiban saya untuk melayani pasien dengan sebaik mungkin.
Setiap pasien datang kami selalu menegur dan menyapa pasien
tersebut untuk membuat mereka nyaman dan mendapatkan
pelayanan yang baik”.
Lebih lanjut mengenai komunikasi yang berlangsung antara perawat
dengan pasien Irma dengan tegas mengatakan:
“Sebagai ahli medis di puskesmas ini sudah selayaknya saya
melayani pasien dengan semampu saya, baik dari segi medis maupun
pribadi, dengan kata lain saya mencoba melakukan pendekatan agar
pasien merasa nyaman berobat di puskesmas ini”.
Hal senada juga dikatakan oleh perawat yang bernama Nesti Yuliana
Yosica yang ditemui didepan ruang tunggu pasien di Puskesmas Jeuram.
“Sebagai perawat kami telah berupaya sebaik mungkin memberikan
pelayanan kepada pasien meskipun kadang-kadang kami juga
dianggap sombong dan tidak ramah, pad