PERHITUNGAN PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM …lib.unnes.ac.id/10178/1/10117.pdf · pergerakan...
Transcript of PERHITUNGAN PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM …lib.unnes.ac.id/10178/1/10117.pdf · pergerakan...
PERHITUNGAN PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM
BERDASARKAN DATA GEMPA BUMI DI DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Fisika
oleh
Agus Susanto
4250406026
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini yang berjudul “Perhitungan Percepatan Tanah Maksimum
Berdasarkan Data Gempa Bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta”, telah disetujui
oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi.
Semarang, 8 Agustus 2011
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dr. Supriyadi, M.Si. Dr. Khumaedi, M.Si. NIP. 19650518 199102 1 001 NIP. 19630610 198901 1 002
iii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul
Perhitungan Percepatan Tanah Maksimum Berdasarkan Data Gempa
Bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta
disusun oleh
nama : Agus Susanto
NIM : 4250406026
telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada
tanggal 12 Agustus 2011
Panitia:
Ketua Sekretaris
Dr. Kasmadi Imam S., M. S. Dr. Putut Marwoto, M.S. NIP. 19511115 197903 1 001 NIP. 19630821 198803 1 004 Penguji 1
Dra.Siti Khanafiyah, M.Si NIP. 19520521 197603 2 001
Anggota Penguji/ Anggota Penguji/ Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dr. Supriyadi, M.Si. Dr. Khumaedi, M.Si. NIP. 19650518 199102 1 001 NIP. 19630610 198901 1 002
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul,
“Perhitungan Percepatan Tanah Maksimum Berdasarkan Data Gempa Bumi
di Daerah Istimewa Yogyakarta”
ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi
ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Semarang, 8 Agustus 2011 Penulis
Agus Susanto NIM. 4250406026
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
Hal besar harus dimulai dari yang paling kecil (Agus Susanto)
Orang tidak peduli berapa banyak yang Anda tahu sampai mereka tahu
berapa banyak Anda peduli ( John Maxwell)
PERSEMBAHAN:
Ibuku, terima kasih atas semua doa dan kasih
sayangnya selama ini yang tidak tergantikan. Dan Ayahku yang selalu
memberi inspirasi dalam hidupku.
Ndutt dan keluarga yang selalu memberikan inspirasi
Teman-temanku FM’06: Arie, Ervin, Yoki, Majid, Guspur, Tyo, Andri dan
seluruh sahabat yang selalu ada untuk membantu dan memberikan
semangat.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan
kekuatan dari-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Perhitungan Percepatan Tanah Maksimum Berdasarkan Data Gempa
Bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta“. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
tidak dapat selesai tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis memperoleh bantuan, bimbingan,
dan arahan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr.Supryadi M.Si dan Dr. Khumaedi M.Si dosen pembimbing penulisan
skripsi yang telah meluangkan banyak waktu, pikiran, kesabaran, dan
ketulusannya dalam memberikan petunjuk dan pengarahan demi
terselesaikannya skripsi ini.
2. Dekan Fakultas Matamatika dan Ilmu Pengetahuan Alam serta Ketua
Jurusan Fisika yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan sumbangan
ilmu pengetahuan kepada penulis, memberikan motivasi belajar dan
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Kedua Orangtuaku yang selalu mendoakan serta memberikan dukungan
moril dan materiil.
vii
5. Dara yang selalu memberikan saya semangat dalam menyelesaikan skripsi
ini.
6. Temen-temenku Fisika angkatan 2006, tetap berjuang semoga sukses.
7. Semua pihak yang telah membantu terselesainya Skripsi ini yang tidak
dapat Saya sebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah serta
keselamatan dan kebahagiaan kepada semua pihak yang terkait dalam penyusunan
skripsi ini serta pembaca pada umumnya.
Semarang, Agustus 2011
Penulis
viii
ABSTRAK
Susanto, Agus. 2011. Perhitungan Percepatan Tanah Maksimum Berdasarkan Data Gempa Bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi Program Studi Fisika,S1, Fakultas Matamatika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dr. Supryadi M.Si, Pembimbing II: Dr. Khumaedi M.Si
Kata kunci : Gempa Bumi, Intensitas, percepatan tanah maksimum
Yogyakarta merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang rawan terjadi bencana gempa bumi. Hal ini disebabkan wilayah Yogyakarta merupakan zona subduksi antara dua lempeng besar yaitu lempeng Australia dan lempeng Eurasia.Akibat pergerakan lempeng-lempeng ini mengakibatkan ikut aktifnya sesar-sesar penyusun daerah Yogyakarta yaitu sesar Opak, sesar Dengkeng, sesar Prambanan dan sesar Parangtritis.Untuk mengetahui tingkat intensitas gempa bumi dan percepatan tanah maksimum di daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka meningkatkan sikap masyarakat khususnya masyarakat Yogyakarta yang tanggap akan bencana gempa bumi, maka dilakukan penelitian perhitungan percepatan tanah maksimum. Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakata. Data yang digunakan adalah data magnitudo gempa bumi yang terjadi di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya selama 70 tahun yaitu antara tahun 1940 sampai tahun 2010.Data ini kemudian dihitung secara empiris menggunakan persamaan Gueteberg-Richter sehingga didapatkan besar intensitas gempa bumi dan percepatan tanah maksimum Daerah Istimewa Yogyakarta, kemudian data ini diolah menggunakan software Arc View GIS 3.3 untuk mendapatkan peta kontur percepatan tanah maksimum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tahun 1940 sampai 2010 di wilayah yogyakarta telah terjadi gempa bumi sebanyak 411 kali dengan kekuatan gempa bumi (magnitude) diatas 3 Skala Richter ( M≥3SR) dengan rata-rata percepatan tanah maksimumnya adalah 30,32 cm/ . Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk dalam tingkat resiko gempa bumi dengan resiko kecil (α antara 25-50 cm/ ) dengan skala intensitas gempanya adalah VI-VII MMI dengan efek gempa yang ditimbulkan adalah kerusakan bangunan kecil. Percepatan tanah maksimum di daerah Yogyakarta ini disebabkan karena adanya aktivitas sesar dan zona subduksi yang ditandai dengan hiposenter dangkal dan semakin dalam kearah laut selatan Yogyakarta. Meskipun kebanyakan gempa yang terjadi di wilayah Yogyakarta mempunyai magnitudo yang besar namun daerah Yogyakarta mempunyai tingkat resiko yang kecil, hal ini dikarenakan pusat gempa bumi yang terjadi kebanyakan didalam laut yaitu sekitar samudera Indonesia.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
BAB
1. ............................................................................................................PE
NDAHULUAN
1.1 ....................................................................................................
Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 ....................................................................................................Ru
musan Masalah ................................................................................... 2
1.3 ....................................................................................................
Penegasan Istilah ............................................................................... 2
1.4 ....................................................................................................
Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
1.5 ....................................................................................................
Manfaat Penelitian.............................................................................. 6
1.6 ....................................................................................................
Pembatasan Masalah. ......................................................................... 6
1.7 ....................................................................................................
Sistematika Skripsi. ............................................................................ 6
2. ............................................................................................................LA
NDASAN TEORI
2.1 .....................................................................................................Ge
mpa Bumi ........................................................................................... 8
x
2.1.1 .............................................................................................Klas
ifikasi Gempa Bumi Menurut Kedalaman Hiposenter .............. 9
2.1.2 .............................................................................................Klas
ifikasi Gempa Bumi Menurut Kekuatan Gelombang Gempanya
................................................................................................ 10
2.1.3 .............................................................................................Klas
ifikasi Gempa Bumi Berdasarkan Faktor Penyebabnya ............ 11
2.2 .....................................................................................................
Mekanisme gempa Bumi .................................................................... 11
2.3 .....................................................................................................
Parameter Gempa bumi ....................................................................... 14
2.3.1 .............................................................................................Wak
tu Terjadinya Gempa Bumi ...................................................... 14
2.3.2 .............................................................................................Epis
enter ......................................................................................... 15
2.3.3 ............................................................................................. Kedalaman Gempa ................................................................... 16
2.3.4 .............................................................................................Mag
nitudo ...................................................................................... 17
2.4 .....................................................................................................
Intensitas ............................................................................................. 19
2.5 .....................................................................................................
Percepatan Tanah Maksimum.............................................................. 21
2.6 .....................................................................................................
Pengaruh Percepatan Tanah................................................................. 26
2.7 .....................................................................................................
Periode Dominan Tanah ...................................................................... 27
2.8 .....................................................................................................
Kondisi Geologi Yogyakarta ............................................................... 27
3 .............................................................................................................ME
TODE PENELITIAN
xi
3.1 .....................................................................................................
Penentuan Objek Penelitian ................................................................. 30
3.2 .....................................................................................................
Metode penelitian ................................................................................ 31
3.2.1 .............................................................................................Pen
gambilan Data .......................................................................... 31
3.2.2 .............................................................................................Wak
tu dan Tempat Penelitian .......................................................... 33
3.2.3 .............................................................................................Met
ode Analisis Data .................................................................... 33
4 ............................................................................................................. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 .....................................................................................................Hasi
l Penelitian .......................................................................................... 34
4.1.1 .............................................................................................Hasi
l Perhitungan Intensitas Gempa Bumi ...................................... 35
4.1.2 .............................................................................................Hasi
l Perhitungan Percepatan Tanah Maksimum ............................. 36
4.2 .....................................................................................................
Pembahasan ....................................................................................... 38
4.2.1 Peta Intensitas Gempa Bumi di Wilayah Yogyakarta ............... 38
4.2.2 Peta Kontur Percepatan Tanah Maksimum di Yogyakarta ....... 39
5 PENUTUP
5.1. Simpulan ........................................................................................... 44
5.2. Saran ................................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 46
LAMPIRAN .................................................................................................. 48
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 ............................................................................................................ M
agnitudo, Efek Karakteristik, Frekuensi dan Skala MMI ...........................20
2.2 ............................................................................................................ Ti
ngkat Resiko Gempa Bumi .......................................................................25
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 ............................................................................................................ Al
at Pendeteksi Gempa Bumi (Seismograf) ....................................................4
2.1 ............................................................................................................ Pe
ta Tektonik di Kepulauan Indonesia .......................................................... 8
2.2 ............................................................................................................ M
ekanisme Sumber Gempa ..........................................................................12
2.3 ............................................................................................................ Si
gnal Seismik Seismograf ...........................................................................14
2.4 ............................................................................................................ Pa
rameter Gelombang Seismik .....................................................................16
2.5 ............................................................................................................
Sesar-Sesar Pembentuk Gempa Yogyakarta .................................................28
2.6 Peta Regional Geologi Daerah Yogyakarta ...............................................29
xiv
4.1 ............................................................................................................ Gr
afik Kejadian Gempa di Yogyakarta dalam Periode 70 Tahun ...................35
4.2 ............................................................................................................ Gr
afik Intensitas Gempa Bumi ......................................................................36
4.3 ............................................................................................................ Gr
afik Percepatan Tanah Maksimum ............................................................37
4.4 ............................................................................................................ Pe
ta Intensitas Gempa Bumi .........................................................................39
4.5 ............................................................................................................ Pe
ta Percepatan Tanah Maksimum di Daerah Istimewa Yogyakarta..............40
4.6 ............................................................................................................ Di
stribusi Percepatan Tanah Maksimum di Daerah Istimewa
Yogyakarta ...............................................................................................41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xv
1. .............................................................................................................. Da
ta Penelitian ................................................................................................48
2. .............................................................................................................. Ha
sil Perhitungan Intensitas dan Percepatan Tanah Maksimum .......................59
3. .............................................................................................................. Su
rat Penetapan Dosen Pembimbing ...............................................................64
4. .............................................................................................................. Su
rat Undangan Ujian Skripsi .........................................................................65
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara yang yang sangat potensial terjadi
bencana alam terutama bencana Gempa Bumi. Berbagai daerah di Indonesia
merupakan titik rawan bencana, terutama bencana gempa bumi, tsunami, banjir,
dan letusan gunung berapi. Hal ini di karenakan wilayah Indonesia dikepung oleh
lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Sewaktu-waktu
lempeng ini akan bergeser patah menimbulkan gempa bumi. Selanjutnya jika
terjadi tumbukan antar lempeng tektonik dapat menghasilkan tsunami, seperti
yang terjadi di Aceh, Yogyakarta dan Sumatera Utara.
Catatan dari Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(DVMBG) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukan bahwa ada
28 wilayah di Indonesia yang dinyatakan rawan gempa dan tsunami. Di antaranya
NAD, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jateng dan
DIY bagian Selatan, Jatim bagian Selatan, Bali, NTB dan NTT. Kemudian Sulut,
Sulteng, Sulsel, Maluku Utara, Maluku Selatan, Biak, Yapen dan Fak-Fak di
Papua serta Balikpapan Kaltim.
Gempa bumi merupakan peristiwa getaran atau goncangan yang terjadi di
permukaan bumi yang menyebabkan bergesernya tanah karena adanya aktivitas
tektonik di dalam tanah. Peristiwa ini secara tidak langsung akan mempengaruhi
bentuk dan struktur muka tanah yang merupakan akumulasi partikel mineral yang
2
lemah ikatan antar partikelnya. Sehingga, tanah akan mudah berubah akibat
adanya goncangan atau tekanan yang disebabkan oleh gempa bumi.
Penelitian ini dilakukan mengingat dalam selang waktu tahun 1940 sampai
dengan tahun 2010 banyak terjadi gempa- gempa besar di Daerah Istimewa
Yogyakarta dan sekitarnya, sehingga mungkin akan mengubah nilai percepatan
tanah maksimum. Secara garis besar tingkat kerusakan yang terjadi akibat gempa
bergantung dari kekuatan dan kualitas bangunan, kondisi geologi dan geotektonik
serta percepatan tanah maksimum daerah lokasi gempa bumi terjadi (Edwisa &
Novita, 2008: 111). Dari beberapa faktor tersebut, percepatan tanah maksimum
merupakan parameter yang perlu dikaji untuk mengetahui tingkat resiko bencana
gempa bumi yang terjadi pada suatu wilayah, maka penulis mengambil judul
Perhitungan Percepatan Tanah Maksimum Berdasarkan Data Gempa Bumi
di Daerah Istimewa Yogyakarta.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah menghitung nilai
intensitas dan percepatan tanah maksimum akibat gempa bumi dengan magnitudo
diatas 3,0 skala richter (SR) di wilayah Yogyakarta.
1.3 Penegasan Istilah
Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang maksud yang terkandung
dalam judul di atas agar tidak terjadi kesalahan penafsiran, maka perlu adanya
penegasan istilah. Adapun istilah-istilah yang perlu ditegaskan di sini adalah
sebagai berikut:
3
1. Gempa Bumi
Gempabumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di
dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada
kerak bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya gempabumi dihasilkan dari
pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan
kesegala arah berupa gelombang gempabumi sehingga efeknya dapat dirasakan
sampai ke permukaan bumi.
2. Percepatan Tanah Maksimum
Percepatan tanah maksimum adalah nilai percepatan getaran tanah terbesar
yang pernah terjadi di suatu tempat yang diakibatkan oleh gelombang gempa
bumi. Nilai percepatan tanah maksimum dihitung berdasarkan magnitudo dan
jarak sumber gempa yang pernah terjadi terhadap titik perhitungan, serta nilai
periode dominan tanah ( Edwisa, 2008: 112).
3. Elastic Rebound Theory
Teori yang menjelaskan tentang energi elastisitas, yang dimaksut dalam
penelitian ini adalah jika permukaan bidang sesar saling bergesekan batuan
akan mengalami deformasi ( perubahan wujud ) dan jika perubahan wujud
tersebut melampaui batas elastisitas / reganganya, maka batuan akan menjadi
patah ( rupture ) dan akan kembali ke bentuk asalnya ( rebound).
4
4. Seismograf
Seismograf adalah alat atau sensor yang berfungsi mengukur kekuatan gempa.
Seismograf atau seismometer berasal dari kata seismos yang berarti gempa
Bumi dan metero yang berarti mengukur (bahasa Yunani). Salah satu jenis
seismograf ini dapat dilihat pada Gambar 1.1 di bawah ini.
Gambar 1.1 Alat pendeteksi getaran gempa bumi (Seismograf)
Pada prinsipnya, seismograf terdiri dari gantungan pemberat dan ujung lancip
seperti pensil, yang kemudian dapat diketahui kekuatan dan arah gempa lewat
gambaran gerakan bumi yang dicatat. Seismograf memiliki instrumen sensitif
yang dapat mendeteksi gelombang seismik. Hasil pencatatan alat ini yang
berbentuk grafik tulis gelombang disebut seismogram. Seiring perkembangan
zaman, akurasi seismograf semakin baik. Bila dulu hanya dapat mencatat
gelombang seismik secara horizontal, sekarang dapat merekam gerakan
vertikal dan lateral. Seismograf menggunakan dua gerakan mekanik dan
elektromagnetik seismographer. Kedua jenis gerakan tersebut dapat mendeteksi
baik gerakan vertikal maupun gerakan horizontal tergantung dari pendular
5
(pemberat) yang digunakan apakah vertikal atau horizontal. Seismograf
modern menggunakan elektromagnetik seismographer untuk memindahkan
volatilitas sistem kawat tarik ke suatu daerah magnetik.
5. Magnitudo
Magnitudo adalah ukuran untuk menyatakan kekuatan gempa bumi
berdasarkan energi yang dipancarkan pada saat terjadinya gempa bumi dan
dinyatakan dalam Skala Richter ( SR ).
6. Intensitas
Yang dimaksud intensitas dalam penelitian ini adalah intensitas gempa bumi
yaitu derajat kerusakan akibat gempa bumi pada suatu daerah dan dilihat dari
efek akibat getaran gempa. Besarnya intensitas sangat tergantung dari besarnya
magnitudo, jarak dari sumber gempa, kondisi geologi, dan struktur
bangunannya. Intensitas tinggi biasanya terjadi pada daerah yang dekat sumber
gempa dibandingkan tempat yang jauh dari sumber gempa.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menghitung nilai intensitas dan percepatan tanah maksimum di wilayah
yogyakarta.
b. Membuat peta kontur percepatan tanah maksimum di daerah Yogyakarta.
6
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan mengenai nilai intensitas dan
percepatan tanah maksimum di Daerah Istimewa Yogyakarta.
b. Memberi informasi bagi pihak–pihak terkait mengenai kondisi tanah di
wilayah Yogyakarta pasca terjadi gempa bumi
1.6 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini hanya dibatasi menghitung nilai intensitas dan
percepatan tanah maksimum akibat gempa bumi dengan magnitudo diatas 3,0
skala richter (SR) di wilayah Yogyakarta.
1.7 Sistematika Skripsi
Sistematika dalam skripsi ini disusun dengan tujuan agar pokok-pokok
masalah yang dibahas dapat urut, terarah dan jelas. Sistematika skripsi terdiri dari
tiga bagian yaitu : bagian awal, bagian isi dan bagian akhir.
Bagian awal skripsi, Bagian ini berisi halaman judul, halaman persetujuan
pembimbing, halaman pengesahan, pernyataan, motto dan persembahan, kata
pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.
Bagian isi skripsi, Bagian isi skripsi di bagi menjadi 5 (lima) bab yaitu :
- Bab I Pendahuluan
Bab ini memuat alasan pemilihan judul yang melatarbelakangi masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah,
dan sistematika skripsi.
7
- Bab II Landasan Teori
Bab ini terdiri dari landasan teori yang membahas teori yang melandasi
permasalahan skripsi serta penjelasan yang merupakan landasan teoritis yang
diterapkan dalam skripsi dan pokok-pokok bahasan yang terkait dalam
pelaksanaan penelitian.
- Bab III Metode Penelitian
Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan
skripsi. Metode penelitian ini meliputi : penentuan objek penelitian, variabel
penelitian, alat dan bahan penelitian, prosedur penelitian, waktu dan tempat
penelitian, dan metode analisis data.
- Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang pelaksanaan penelitian, semua hasil penelitian yang
dilakukan dan pembahasan terhadap hasil penelitian.
- Bab V Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran sebagai
implikasi dari hasil penelitian.
- Bagian akhir skripsi
Bab ini berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang melengkapi uraian
pada bagian isi skripsi.
8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Gempa Bumi
Secara geografis, kepulauan Indonesia terletak di antara 6° LU dan 11°
LS serta di antara 95° BT dan 141° BT dan terletak pada perbenturan tiga
lempeng kerak bumi yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng India
Australia. Ditinjau secara geologis, kepulauan Indonesia berada pada pertemuan
dua jalur gempa utama, yaitu jalur gempa Sirkum Pasifik dan jalur gempa Alpide
Transasiatic. Karena itu, kepulauan Indonesia berada pada daerah yang
mempunyai aktivitas gempa bumi cukup tinggi.
Gambar 2.1 Peta Tektonik di Kepulauan Indonesia
9
Gempa bumi merupakan gejala alam yang sudah tidak asing lagi di
Indonesia, hal ini dikarenakan hampir setiap tahun bencana gempa bumi ini terjadi
di Negara ini. Gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang dirasakan
dipermukaan bumi yang disebabkan oleh gelombang-gelombang seismik dari
sumber gempa di dalam lapisan kulit bumi. Ketika pergeseran ini terjadi, timbul
getaran yang disebut gelombang seismik yaitu getaran gempa yang menjalar di
dalam dan di permukaan bumi dengan cara longitudinal dan transversal. Pusat
atau sumber gempa bumi yang letaknya didalam bumi disebut hiposentrum.
Daerah dipermukaan bumi ataupun didasar laut yang merupakan tempat pusat
getaran bumi merambat disebut episentrum. Gempa bumi dapat diklasifikasikan
menurut kedalaman hiposentrum, kekuatan gelombang atau getaran gempanya
dan faktor penyebabnya ( Agus & Swardana, 2005:74).
2.1.1 Klasifikasi gempa menurut kedalaman hiposentrum.
a. Gempa bumi dalam
Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih
dari 300 km di bawah permukaan bumi. Gempa bumi dalam pada
umumnya tidak terlalu berbahaya. Tempat yang pernah mengalami adalah
dibawah laut Jawa,laut Sulawesi,dan laut Flores.
b. Gempa bumi menengah
Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada
antara 60 km sampai 300 km di bawah permukaan bumi. Gempa bumi
menengah pada umumnya menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya
lebih terasa. Tempat yang pernah terkena bencana gempa bumi menengah
10
adalah sepanjang pulau Sumatra bagian barat, pulau Jawa bagian selatan,
sepanjang teluk Tomini, laut Maluku dan kepulauan Nusa Tenggara.
c. Gempa bumi dangkal
Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada
kurang dari 60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya
menimbulkan kerusakan yang besar. Tempat yang pernah terjadi gempa
bumi dangkal adalah pulau Bali, Flores, Yogyakarta dan Jawa Tengah.
2.1.2 Klasifikasi gempa bumi berdasarkan kekuatan gelombang atau getaran
gempanya.
a. Gempa akibat gelombang primer
Gelombang primer (gelombang longitudinal) adalah gelombang/getaran
yang merambat di dalam bumi dengan kecepatan antara 7-14 km/detik
yang getarannya berasal dari hiposentrum.
b. Gempa akibat gelombang sekunder
Gelombang sekunder (gelombang transversal) adalah gelombang atau
getaran yang merambat seperti gelombang primer dengan kecepatan yang
sudah berkurang,yakni 4-7 km/detik. Gelombang sekunder ini tidak dapat
merambat melalui lapisan cair.
c. Gempa akibat gelombang panjang
Gelombang panjang adalah gelombang yang merambat melalui
permukaan bumi dengan kecepatan 3 - 4 km/detik. Gelombang ini berasal
dari episentrum dan gelombang inilah yang banyak menimbulkan
kerusakan di permukaan bumi.
11
2.1.3 Klasifikasi gempa bumi berdasarkan faktor penyebabnya
Berdasarkan faktor-faktor penyebab terjadinya, gempa bumi dapat
digolongkan menjadi dua yaitu:
1. Gempa Tektonik.
Gempa Tektonik terjadi karena lapisan kerak bumi yang keras
menjadi genting (lunak) dan akhirnya bergerak. Lapisan tersebut
begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama
lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya Gempa Tektonik.
2. Gempa Vulkanik
Gempa ini jarang terjadi bila dibandingkan dengan gempa tektonik.
Gempa vulkanik terjadi karena adanya letusan gunung berapi yang
sangat dahsyat. Ketika gunung berapi meletus maka getaran dan
goncangan letusannya bisa terasa sampai dengan sejauh 20 mil.
Ukuran gempa ini dikenal dengan sebutan Richter, sama dengan nama
orang yang membuat dan mengembangkannya yaitu Charles Richter.
2.2 Mekanisme Gempa Bumi
Bila dua buah lempeng bertumbukan maka pada daerah batas antara dua
lempeng akan terjadi tegangan. Salah satu lempeng akan menyusup ke bawah
lempeng yang lain, masuk ke bawah lapisan astenosfer. Pada umumnya lempeng
samudra akan menyusup ke bawah lempeng benua, hal ini disebabkan lempeng
samudra mempunyai densitas yang lebih besar dibandingkan dengan lempeng
benua.
12
Apabila tegangan tersebut telah sedemikian besar sehingga melampaui
kekuatan kulit bumi, maka akan terjadi patahan pada kulit bumi tersebut di
daerah terlemah. Kulit bumi yang patah tersebut akan melepaskan energi atau
tegangan sebagian atau seluruhnya untuk kembali ke keadaan semula. Peristiwa
pelepasan energi ini disebut gempa bumi.
Untuk terjadinya suatu gempa bumi diperlukan syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Pembangunan stress
2. Pelepasan stress
3. Gerakan relatif dari kerak bumi
Menurut teori patahan ( fracture theory) bahwa waktu terjadi gempa akan
dilepaskan sejumlah energi tertentu akibat patahan yang terjadi dengan tiba- tiba
dan dipancarkan gelombang seismik yang dapat direkam oleh Seismograph.
Kekuatan gempa bumi yang akan terjadi tergantung dari besarnya energi yang
disimpan di dalam kerak bumi.
Gambar 2.2 Mekanisme Sumber Gempa
13
Pada Gambar 2.2 memperlihatkan mekanisme gempa bumi yang menjadi
sumber gempa tektonik. Garis vertikal menunjukan pecahan atau sesar pada
bagian bumi yang padat. Pada keadaan I menunjukan suatu lapisan yang belum
terjadi perubahan bentuk geologi. Karena di dalam bumi terjadi gerakan yang
terus menerus, maka akan terdapat stress yang lama kelamaan akan terakumulasi
dan mampu merubah bentuk geologi dari lapisan batuan.
Keadaan II menunjukan suatu lapisan batuan telah mendapat dan
mengandung stress dimana terjadi perubahan bentuk geologi. Untuk daerah A
mendapat stress ke atas, sedang daerah B mendapat stress ke bawah. Proses ini
berjalan terus sampai stress yang terjadi di daerah ini cukup besar untuk
merubahnya menjadi gesekan antara daerah A dan daerah B. Lama kelamaan
karena lapisan batuan sudah tidak mampu lagi untuk menahan stress, maka akan
terjadi suatu pergerakan atau perpindahan yang tiba- tiba sehingga terjadilah
patahan. Peristiwa pergerakan secara tiba-tiba ini disebut gempa bumi.
Pada keadaan III menunjukan lapisan batuan yang sudah patah, karena
adanya pergerakan yang tiba- tiba dari batuan tersebut. Gerakan perlahan- lahan
sesar ini akan berjalan terus, sehingga seluruh proses diatas akan diulangi lagi dan
sebuah gempa akan terjadi lagi setelah beberapa waktu lamanya, demikian
seterusnya ( Elastic Rebound Theory).
14
2.3 Parameter Gempa Bumi
Setiap kejadian gempa bumi akan menghasilkan informasi seismik berupa
rekaman sinyal berbentuk gelombang yang setelah diproses manual atau non
manual akan menghasilkan data. Informasi seismik selanjutnya mangalami proses
pengumpulan, pengolahan dan analisa sehingga menjadi parameter gempa bumi.
Gambar 2.3 Signal seismik seismograf
Parameter – parameter gempa bumi ini terdiri dari waktu terjadinya gempa
bumi, kedalaman gempa, pusat gempa bumi, kedalaman gempa bumi dan
magnitudo. Parameter – parameter ini saling terkait antara parameter satu dengan
parameter yang lainnya untuk mendapatkan data yang akurat mengenai gempa
bumi yang terjadi pada suatu wilayah.
2.3.1 Waktu terjadinya gempa bumi (Origin Time)
Waktu terjadinya gempa bumi menunjukan waktu terlepasnya akumulasi
energi dari sumber gempa bumi. Origin time dinyatakan dalam satuan waktu
internasional GMT.
15
(2.1)
Dengan adalah waktu terjadinya gempa, adalah pembacaan waktu
gelombang P pada stasiun dan adalah nilai Jeffreys-Bullent
2.3.2 Episenter
Episenter merupakan pusat gempa- gempa di permukaan bumi sebagai
proyeksi dari fokus gempa di dalam bumi. Jarak episenter gempa bumi
menggunakan data S-P ( selisih waktu datang gelombang S dengan waktu datang
gelombang P). Sedangkan lokasi episenter dinyatakan dalam koordinat geografis
(derajat lintang dan bujur). Untuk menentukan letak titik episenter dapat
menggunakan persamaan berikut.
(2.2)
(2.3)
Dengan adalah titik lintang episenter, adalah titik bujur
episenter, adalah setengah amplitudo gelombang pertama dari gelombang P
pada komponen utara selatan, adalah setengah amplitudo gelombang
pertama dari gelombang P pada komponen timur atau barat, adalah derajat
yang ditentukan dari nilai Jeffrey-Bullent, adalah titik lintang stasiun,
adalah titik bujur stasiun, sedangkan (resultan impuls) didapat dari
persamaan:
(2.4)
patahan episenter
16
Gambar 2.4 Parameter gelombang seismik
2.3.4 Kedalaman gempa
Penentuan kedalaman sumber gempa dari permukaan bumi, ditentukan dari
pembacaan seismogram setengah amplitudo maksimum dari gelombang P pada
komponen vertikal. Untuk menentukan kedalaman gempa dipakai persamaan:
(2.5)
Dengan adalah kedalaman gempa ( ), didapat dari persamaan 2.4 dan
adalah setengah amplitudo gelombang pertama dari gelombang P pada
komponen vertikal. Hiposenter dinyatakan sebagai jarak kedalaman dalam satuan
km (1º = 111 km).
2.3.5 Magnitudo
Magnitudo adalah ukuran untuk menyatakan kekuatan gempa bumi
berdasarkan energi yang dipancarkan pada saat terjadinya gempa bumi dan
dinyatakan dalam Skala Richter. Magnitudo pertama kali dihitung oleh Richter
pada tahun 1935 untuk gempa lokal di California dengan alat Standart Wood
Anderson yang memperhitungkan nilai pergerakan tanah yang terletak pada jarak
gelombang seismik
Hiposenter
17
tertentu pada pusat gempa. Menurut Edwisa ( 2008: 75) Magnitudo gempa dapat
dibedakan atas:
• Magnitudo lokal ( MI)
Magnitudo lokal pertama kali diperkenalkan oleh Richter (1935)
berdasarkan pengamatan gempa bumi di California Selatan yang direkam
menggunakan seismograf Wood-Anderson. Secara umum Magnitudo lokal
dirumuskan:
(2.6)
Dengan adalah magnitudo lokal, adalah amplitudo maksimum
getaran tanah dan adalah jarak episenter dengan stasiun pengamat
(km) dan kurang dari 600 km.
• Magnitudo Bodi (Mb)
Magnitudo bodi berdasarkan amplitudo gelombang P yang menjalar
melalui bagian dalam bumi. Magnitudo ini digunakan untuk menghitung
kekuatan gampa-gempa dalam. Untuk menentukan besarnya Magnitudo
Bodi digunakan persamaan:
(2.7)
Dengan adalah magnitudo bodi, adalah amplitudo gelombang P
, adalah periode , adalah fungsi jarak dan
kedalaman dan adalah koreksi stasiun.
• Magnitudo Permukaan ( Ms )
18
Magnitudo permukaan berdasarkan amplitudo gelombang permukaan.
Magnitudo ini digunakan untuk menghitung kekuatan gempa dengan jarak
lebih dari 600 km, periode 20 sekon, dan gempa dangkal ( h<60).
Magitudo permukaan dapat dirumuskan:
(2.8)
Dengan adalah magnitudo permukaan, adalah amplitudo
maksimum , adalah jarak episenter , dan adalah konstanta.
• Magnitudo Momen ( Mw )
Magnitudo momen merupakan magnitudo berdasarkan harga momen
seismik. Momen seismik adalah dimensi pergeseran bidang sesar atau dari
analisa gelombang pada broadband seismograf. Magnitudo ini
dirumuskan:
(2.9)
Dengan adalah magnitudo momen dan magnitudo seismik.
• Magnitudo durasi ( Md )
Magnitudo durasi merupakan jenis magnitudo berdasarkan lamanya
getaran gempa. Magnitudo ini berguna dalam kasus amplitudo getaran
sangat besar ( off scale ) yang dirumuskan:
(2.10)
Dengan adalah magnitudo durasi, adalah lamanya getaran (sekon),
adalah jarak hiposenter (km), adalah nilai konstanta.
2.4 Intensitas
19
Tingkat kerusakan akibat gempa bumi dapat diukur berdasarkan
intensitasnya. Intensitas gempa bumi adalah derajat kerusakan akibat gempa bumi
pada suatu daerah dan dilihat dari efek akibat getaran gempa. Besarnya intensitas
sangat tergantung dari besarnya magnitudo, jarak dari sumber gempa, kondisi
geologi, dan struktur bangunanya. Intensitas tinggi biasanya terjadi pada daerah
yang dekat sumber gempa dibandingkan tempat yang jauh dari sumber gempa.
Sistem yang digunakan untuk melukiskan intensitas gempa bumi adalah
skala Intensitas Gempa Bumi Mercalli, yang dikembangkan pada tahun 1902 oleh
seorang ahli gempa bumi berkebangsaan Italia, Giuseppe Mercalli. Sistem ini
mengelompokan tingkat kekuatan gempa bumi ( magnitude ) dengan efek yang
dirasakan oleh penduduk pada suatu wilayah tempat terjadinya bencana gempa
bumi. Gambaran akan efek gempa bumi dikelompokan dalam dua belas ( XII )
tingkat pada wilayah berpenduduk yang disusun oleh Mercalli yang dinamakan
dengan skala Intensitas Modified Mercalli (MMI). Tingkat skala intensitas ini
mampu melukiskan kerusakan yang terjadi pada berbagai tingkat intensitas gempa
secara akurat. Tingkat intensitas gempa bumi dapat di lihat pada Tabel 2.1 berikut
ini.
Tabel 2.1 Magnitudo, Efek Karakteristik, Frekuensi dan Skala MMI
Gempa Bumi ( Calvi & Pinho,2006:104)
20
Magnitudo
( SR )
Efek karakteristik goncangan skala
pada daerah berpenduduk
Jumlah
pertahun
Skala
MMI
< 3,4 Hanya terekam oleh seismograf 800.000 I
3,5 – 4,2 Dirasakan oleh beberapa orang 30.000 I dan II
4,3 – 4,8 Dirasakan oleh banyak orang 4.800 IV
4,9 – 5,4 Dirasakan oleh setiap orang 1.400 V
5,5 – 6,1 Kerusakan bangunan kecil 500 VI dan VII
6,2 – 6,9 Kerusakan banyak bangunan 100 VIII dan IX
7,0 – 7,3 Kerusakan serius, jembatan-jembatan 15 X
terpuntir tembok-tembok retak
7,4 – 7,9 Kerusakan besar bangunan- bangunan 4 XI
ambruk
>8,0 Kerusakan total, gelombang-gelombang satu kali XII
terasa dipermukaan tanah, benda-benda dalam
terlempar 5-10 tahun
Intensitas terkuat terjadi di daerah episenter, intensitas gempa bumi yang
paling banyak digunakan adalah skala Mercally yang biasa disebut dengan MMI
21
( Modified Mercally Intensity). Skala ini mempunyai 12 tingkatan akibat gempa
bumi dimulai dari lemah sampai yang kuat ( Tabel 2.1).
Untuk mengetahui besarnya intensitas dapat menggunakan persamaan
Gutterberg Richter yang menyatakan hubungan antara intensitas gempa bumi dan
magnitudo ( Sulaiman, 1989).
(2.11)
Dengan adalah intensitas gempa (MMI), adalah magnitudo (SR).
2.5 Percepatan Tanah Maksimum
Percepatan adalah parameter yang menyatakan perubahan kecepatan mulai
dari keadaan diam sampai pada kecepatan tertentu. Pada bangunan yang terdiri di
atas tanah memerlukan kestabilan tanah agar bangunan tetap stabil. Percepatan
getaran tanah maksimum adalah nilai percepatan getaran tanah terbesar yang
pernah terjadi di suatu tempat yang diakibatkan oleh gelombang gempa bumi.
Nilai percepatan tanah maksimum dihitung berdasarkan magnitudo dan jarak
sumber gempa yang pernah terjadi terhadap titik perhitungan, serta nilai periode
dominan tanah( Edwisa & Novita,2008:112).
Percepatan dan intensitas akibat getaran gempa bumi merupakan dua
parameter yang saling berhubungan. Kedua parameter ini sangat penting dalam
perencanaan bangunan tahan gempa. Percepatan tanah adalah percepatan
gelombang yang sampai ke permukaan bumi dengan satuan dan diukur
dengan alat yang disebut accelerograf. Namun alat ini belum tersedia di BMKG
Yogyakarta, maka percepatan tanah dihitung dengan cara empiris.
22
Secara umum model empiris percepatan dapat dibedakan menjadi 2
golongan ( Edwisa,2008:76), yaitu:
2.5.1 Model Empiris menggunakan data historis gempa bumi, diantaranya
sebagai berikut:
a. McGuirre R.K (1963)
Ditulis sebagai berikut:
(2.12)
Dengan adalah percepatan tanah , adalah magnitudo
gelombang permukaan (SR), adalah jarak hiposenter (km).
b.Kawashumi (1950) ditulis sebagai berikut:
(2.13)
Dengan adalah percepatan tanah , adalah magnitudo
gelombang permukaan (SR), adalah jarak hiposenter (km).
c. Guttrberg Richter ditulis sebagai berikut:
(2.14)
Dengan adalah percepatan tanah , dan adalah intensitas
gempa pada sumber (MMI).
2.5.2 Model empiris yang menggunakan data periode dominan tanah yang
merupakan hasil pengukuran di lapangan dengan menggunakan alat
micrometer.
23
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk perhitungan Intensitas
dan Percepatan tanah maksimum adalah metode Gutterberg Richter dengan
alasan :
- Metode Gutterberg Richter bersifat menyeluruh ( universal) dan dapat
digunakan diseluruh dunia.
- Metode McGuirre hanya bisa digunakan untuk menghitung nilai percepatan
tanah maksimum suatu tempat dengan menghitung probabilitas kejadian
gempa dihitung berdasarkan distribusi ektrim untuk periode ulang gempabumi
5, 10, 20, 50, dan 100 tahun.
- Metode Kawashumi hanya dapat digunakan untuk menghitung nilai
percepatan tanah maksimum gempa lokal di Wilayah Jepang.
Dari beberapa metode itu, metode Gutterberg Richter merupakan metode yang
tepat untuk menghitung nilai intensitas dan percepatan tanah maksimum di
Wilayah Yogyakarta dengan mengetahui nilai kekuatan gempa ( Magnitudo )
yang tercatat oleh alat seismograf dalam periode tertentu (Fauzi, 2010: 7).
Perpindahan materi biasa disebut displacement. Jika kita lihat waktu yang
diperlukan untuk perpindahan tersebut, maka kita bisa tahu kecepatan materi
tersebut. Percepatan gelombang gempa yang sampai di permukaan bumi disebut
juga percepatan tanah, merupakan gangguan yang perlu dikaji untuk setiap gempa
bumi, kemudian dipilih percepatan tanah maksimum atau Peak Ground
Acceleration (PGA) untuk dipetakan agar bisa memberikan pengertian tentang
efek paling parah yang pernah dialami suatu lokasi. Efek primer gempa bumi
adalah kerusakan struktur bangunan baik yang berupa gedung perumahan rakyat,
24
gedung bertingkat, fasilitas umum, monumen, jembatan dan infrastruktur struktur
lainnya, yang diakibatkan oleh getaran yang ditimbulkannya. Secara garis besar,
tingkat kerusakan yang mungkin terjadi tergantung dari kekuatan dan kualitas
bangunan, kondisi geologi dan geotektonik lokasi bangunan, dan percepatan tanah
di lokasi bangunan akibat dari getaran suatu gempa bumi. Faktor yang merupakan
sumber kerusakan dinyatakan dalam parameter percepatan tanah. Sehingga data
PGA akibat getaran gempabumi pada suatu lokasi menjadi penting untuk
menggambarkan tingkat resiko gempabumi di suatu lokasi tertentu. Semakin besar
nilai PGA yang pernah terjadi disuatu tempat, semakin besar resiko gempabumi
yang mungkin terjadi.
Pengelompokan tingkat resiko gempa bumi yang terjadi pada suatu tempat
berdasarkan nilai percepatan tanah maksimum dan Intensitas Gempa bumi.
Berdasarkan tabel terlihat jelas bahwa besarnya nilai percepatan tanah maksimum
sebanding dengan nilai skala intensitas gempa bumi.Tingkat resiko gempa bumi
paling kecil jika nilai percepatan tanah maksimum kurang dari 25
dengan nilai skala intensitas gempa bumi kurang dari IV. Semakin besar nilai
percepatan tanah maksimum dan skala intensitas gempa bumi maka akan semakin
besar tingkat kerusakan yang ditimbulkan. Tingkat resiko kerusakan yang
disebabkan oleh gempa bumi ini dapat dilihat dalam Tabel 2.2 dimana tingkat
resiko akibat gempa bumi dikelompokan dalam delapan tingkatan mulai dari
tingkat resiko yang sangat kecil hingga tingkat resiko yang sangat besar.
25
Tabel 2.2 Tingkat resiko gempa bumi ( Calvi & Pinho, 2006:104)
No
Tingkat Resiko
Nilai Percepatan
Intensitas
( MMI )
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Resiko sangat kecil <25 <VI
Resiko kecil 25 – 50 VI – VII
Resiko sedang satu 50 – 75 VII – VIII
Resiko sedang dua 75 – 100 VII – VIII
Resiko sedang tiga 100 – 125 VII – VIII
Resiko besar satu 125 – 150 VIII – IX
Resiko besar dua 150 – 200 VIII – IX
Resiko besar tiga 200 – 300 VIII – IX
Resiko sangat besar satu 300 – 600 IX – X
Resiko sangat besar dua >600 >X
26
2.6 Pengaruh Percepatan Tanah
Gelombang yang melalui lapisan sedimen menimbulkan resonansi. Hal ini
disebabkan karena gelombang gempa mempunyai spektrum yang lebar sehingga
hanya gelombang gempa yang sama dengan periode dominan tanah dari lapisan
sedimen yang akan diperkuat. Bangunan yang berada di atasnya akan menerima
getaran- getaran yang sama dengan getaran tanah yang terjadi akibat gempa,
dimana arahnya dapat diuraikan menjadi dua komponen yaitu komponen vertikal
dan komponen horizontal. Untuk getaran yang vertikal, pada umumnya kurang
berbahaya karena searah dengan gaya gravitasi bumi. Sedangkan untuk komponen
horizontal menyebabkan keadaan bangunan seperti diayun. Bila bangunan itu
tinggi, maka dapat diupamakan seperti bandul bandul yang mengalami getaran
paksaan ( force vibration) sehingga sangat membahayakan.
Proses gaya yang mengenai banguan( Sulaiman, 2008: 49) adalah
sebagai berikut:
1. Gempa bumi akan melepaskan energi gelombang yang dapat menjalar
dipermukaan tanah. Bila gelombang ini sampai pada pondasi bangunan dan
menggerakan banguan, sehingga pondasi yang mulanya diam akan
melakukan tanggapan dan getaran yang berupa reaksi inersia yang arahnya
berlawanan dengan kinerja getaran yang diterima pondasi, begitu pula
terjadi pada strutur batuan tanah dalam merespon getaran gempa.
2. Getaran yangditeruskan ke bagian atas akan diteruskan kembali ke bagian
bawah. Namun gaya horizontal itu tidak bekerja murni pada bangunan
karena diimbangi oleh gaya berat bangunan.
27
2.7 Periode Dominan Tanah
Periode dominan tanah merupakan getaran tanah yang sangat kecil dan
kontinyu yang bersumber dari berbagai macam getaran seperti lalu lintas, angin,
aktivitas manusia dan sunber lainnya. Secara teoritis besarnya frekuensi atau
periode getaran tanah atau batuan merupakan cerminan kondisi fisik tanah atau
batuan tersebut. Tanah atau batuan yang lunak dan lepas akan mempunyai periode
dominan getaran yang panjang ( frekuensi rendah, dan begitu sebaliknya). Dalam
teknik kegempaan, batuan yang lebih lunak mempunyai resiko yang lebih tinggi
bila digoncang gempa bumi, karena mengalami amplifikasi yang lebih besar
dibandingkan dengan batuan yang lebih komplek (Edwisa, 2008: 74).
2.8 Kondisi Geologi Yogyakarta
Yogyakarta merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang sering terjadi
bencana gempa bumi. Hali ini di karenakan terdapat 4 (empat) sesar yang
berperan pada proses terjadinya bencana gempa di Yogyakarta (Abidin, 2006:
277), yaitu:
1 Sesar Opak
2 Sesar Dengkeng
3 Sesar Prambanan
4 Sesar Parangtritis
Pergerakan sesar-sesar tersebut dipengaruhi oleh subduksi Lempeng Australia ke
bawah Lempeng Eurasia di bawah Pulau Jawa.
28
Gambar 2.5 Sesar- sesar pembentuk gempa Yogyakarta
Kondisi geologi daerah yogyakarta sangat beragam dimana sebagian besar bagian
utara tersusun dari batuan-batuan yang membentuk perbukitan dan bagian selatan
yang tersusun dari endapan pasir. Berdasarkan kondisi morfologi yang terbentuk
oleh faktor endogen dan eksogen, Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya
dapat dibagi menjadi enam satuan geomorfologi yaitu satuan dataran, satuan
perbukitan rendah, satuan perbukitan sedang, satuan perbukitan tinggi (
pegunungan ), satuan kaki lereng gunung merapi, dan satuan tubuh gunung
merapi. Geologi daerah Yogyakarta dapat dilihat dari Gambar 2.6.
29
Gambar 2.6 Peta regional geologi daerah yogyakarta
Daerah yang labil adalah daerah yang dilalui oleh patahan, hal ini dipengaruhi
oleh gerakan lempeng- lempeng bumi yang saling tumbukan. Pergerakan
lempeng-lempeng bumi yang muncul dalam wujud gelombang gempa bumi,
dimana pergerakan lempeng tektonik akan itu menciptakan kondisi terjepit atau
terkunci yang mengakibatkan terjadinya penimbunan energi dalam jangka waktu
tertentu. Jika gelombang gempa melintas di daerah patahan, maka goncangan dari
gempa ini dapat mengeser posisi tanah baik vertikal maupun horisontal yang
secara tidak langsung akan mempengaruhi kondisi tanah. Perubahan kondisi tanah
ini dapat berupa amblesan tanah, longsoran, tanah mengembang, terbentuknya
gunung api dan pegunungan.
30
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Penentuan Objek Penelitian
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah parameter gempa bumi.
Pemilihan parameter gempa bumi ini yang meliputi waktu terjadinya gempa bumi
(Origin Time), lokasi pusat gempa bumi (Episenter), kedalaman pusat gempa
bumi (Depth/Hiposenter), dan kekuatan gempa bumi (Magnitudo) dengan
pertimbangan bahwa percepatan tanah maksimum dan intensitas gempa bumi
sebanding dengan parameter gempa bumi terutama dengan kekuatan gempa bumi
(Magnitudo). Hal ini dapat ditunjukan dalam persamaan Gutterberg Richter.
(3.1)
dimana Io : Intensitas gempa bumi (MMI)
M: Magnitudo gempa bumi (SR)
Dari hasil perhitungan intensitas gempa ini bisa diperoleh nilai percepatan tanah
maksimum dengan mengunakan persamaan Gutterberg richter untuk percepatan
tanah maksimum.
(3.2)
Dimana : percepatan tanah maksimum
: Intensitas gempa bumi (MMI)
31
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Pengambilan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data
sekunder dari Badan Meteorologi Klimatologi dan geofisika Yogyakarta
dan kemudian dilakukan pengolahan data dengan software seismologi yang
ada.
Penelitihan ini dilakukan dengan beberapa tahap,yaitu:
3.2.1.1 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan kajian pustaka,
wawancara dengan pihak terkait, dan melakukan observasi di Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika di Yogyakarta.
3.2.1.2 Pengolahan Data
Tahap- tahap pengolahan data gempa adalah sebagai berikut:
1. Menentukan derah penelitian yaitu Derah Istimewa Yogyakarta
2. Mengumpulkan data gempa yang terjadi di Yogyakarta yang tercatat
dari tahun 1940 sampai tahun 2010.
3. Mengklasifikasikan data gempa dengan magnitudo M≥3,0 SR
4. Menghitung nilai intensitas gempa Yogyakarta.
5. Menentukan nilai percepatan tanah maksimum secara model
empiris Gueteberg-Richter dengan menggunakan persamaan 3.2
6. Membuat peta intensitas dan kontur percepatan tanah maksimum
dengan menggunakan sofware progam arc View GIS 3.3.
32
3.1.1.3 Diagram Alir Penelitian
Mulai
Pengambilan data
Analisis Data
Pembahasan Hasil analisis
Menarik Kesimpulan
selesai
Kajian Pustaka
Pengelompokan data
Tidak
Ya
33
3.2.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dihasilkan oleh alat
pencatat gempa bumi (seismograf) di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Waktu penelitian : Januari – Maret 2011.
Tempat penelitian : BMKG Yogyakarta.
3.3 Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini selanjutnya akan diolah dengan
menggunakan softwer program arc view GIS 3.3 dan dihasilkan peta kontur
percepatan tanah maksimum dan peta kontur intensitas gempa bumi di Daerah
Istimewa Yogyakarta.
34
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini diperoleh dari data gempa yang tercatat oleh alat
seismograf yang berada di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (
BMKG ) di Daerah Istimewa Yogyakarta. Data yang di ambil adalah data gempa
bumi yang terjadi di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya dalam selang waktu
tahun 1940 sampai dengan tahun 2010, kemudian data gempa ini disortir sesuai
dengan data gempa yang dipergunakan dalam penelitian yaitu dipilih data gempa
bumi yang kekuatan gempa ( magnitudo ) di atas 3 Skala Richter ( M ≥ 3 SR ).
Dari perhitungan data gempa ini kemudian didapatkan besar nilai percepatan
tanah maksimum dan nilai intensitasnya. Dari perhitungan kita dapat juga
memprediksikan kapan terjadinya gempa bumi di wilayah Yogyakarta karena
bencana gempa bumi merupakan peristiwa alam yang terjadi dalam periode waktu
tertentu seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.1.
35
Gambar 4.1 Grafik Kejadian gempa di Yogyakarta dalam periode 70 tahun
Data hasil perhitungan ini kemudian diolah menggunakan software arc
view untuk mendapatkan peta intensitas dan kontur percepatan tanah maksimum
selama periode 70 tahun ( tahun 1940 sampai tahun 2010). Hasil perhitungan
intensitas gempa bumi dan percepatan tanah maksimum dapat dilihat pada
lampiran 2.
4.1.1 Hasil perhitungan intensitas gempa bumi
Hasil perhitungan nilai intensitas ini diperoleh dari besarnya magnitudo atau
kekuatan gempa bumi yang terjadi pada setiap wilayah di Yogyakarta. Kemudian
dengan menggunakan persamaan Gutterberg Richter yang menyatakan hubungan
antara intensitas gempa bumi dan magnitudo.
(4.1)
dimana : Intensitas gempa bumi (MMI)
: Magnitudo gempa bumi (SR)
36
Data hasil perhitungan intensitas gempa bumi ini dapat dilihat dalam Gambar 4.2
berikut ini,
Gambar 4.2 Grafik intensitas gempa bumi
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa gempa – gempa yang sering
terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta didominasi oleh gempa dengan kekuatan
gempanya antara 3 sampai 6,5 SR dengan tingkat skala intensitasnya adalah IV
sampai VIII MMI (Modified Mercally Intensity).
4.1.2 Hasil perhitungan percepatan tanah maksimum
Hasil perhitungan percepatan tanah maksimum ini diperoleh dari
perhitungan nilai intensitas gempa bumi. Kemudian dengan menggunakan
persamaan Gutterberg Richter akan didapatkan nilai percepatan tanah maksimum
gempa bumi di setiap wilayah Yogyakarta.
(4.2)
Dimana adalah percepatan tanah maksimum
adalah intensitas gempa bumi (MMI)
37
Hasil perhitungan percepatan tanah maksimum dapat ditunjukan dalam Gambar
4.3 berikut ini.
Gambar 4.3 Grafik percepatan tanah maksimum
4.2 Pembahasan
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu mengambil data gempa
yang tercatat pada alat seismograf di BMKG ( Badan Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika ) di daerah istimewa Yogyakarta. Kemudian dari data gempa ini
dapat ditentukan besarnya nilai Intensitas dan nilai percepatan tanah maksimum
untuk setiap kejadian gempa menggunakan persamaan Gutterberg Richter
4.2.1 Peta Kontur Intensitas Gempa Bumi di Wilayah Yogyakarta
Untuk mendapatkan hasil peta kontur intensitas gempa bumi di Daerah
Istimewa Yogyakarta, dalam penelitian ini saya menggunakan software arc view
GIS 3.3. Data hasil perhitungan nilai intensitas gempa bumi di daerah Yogyakarta
secara empiris dengan menggunakan persamaan Gutterberg Richter ini kemudian
diolah menggunakan software arc view GIS 3.3 sehingga didapatkan peta kontur
38
intensitas gempa bumi yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan
sekitarnya. Peta intensitas gempa bumi ini dapat dilihat dalam Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Peta intensitas gempa bumi
4.2.2 Peta Kontur percepatan Tanah Maksimum di Wilayah Yogyakarta
Untuk mendapatkan peta kontur percepatan tanah maksimum di Daerah
Istimewa Yogyakarta, metode yang digunakan sama dengan metode untuk
menentukan peta kontur intensitas gempa bumi. Data hasil perhitungan percepatan
tanah maksimum diolah dengan menggunakan software acr view GIS 3.3 maka
akan diperoleh peta kontur percepatan tanah maksimum di wilayah Yogyakarta
dan sekitarnya. Hasil pengolahan peta percepatan tanah maksimum ini dapat
dilihat pada Gambar 4.5.
39
Gambar 4.5 Peta percepatan tanah maksimum
di Daerah Istimewa Yogyakarta
Berdasarkan analisis peta terlihat jelas bahwa gempa bumi yang terjadi di
wilayah Yogyakarta banyak terjadi di Samudra Indonesia yaitu didaerah subduksi
dari lempeng Australia sehingga di daerah tersebut sering terjadi gempa bumi
dengan magnitude yang besar. Pada peta percepatan tanah maksimum di atas,
sumber gempa terbesar ditunjukan dengan warna coklat, ini berarti daerah yang
dekat dengan sumber gempa mempunyai nilai percepatan tanah maksimum yang
lebih besar dibandingkan yang jauh dari sumber gempa. Meskipun di Wilayah
Yogyakarta banyak terjadi gempa bumi dengan magnitudo yang besar namun
tingkat percepatan tanah maksimum di Wilayah Yogyakarta tergolong dalam
tingkat resiko yang kecil, hal ini disebabkan karena sebagian besar gempa-genpa
dengan kekuatan besar banyak terjadi di dalam laut yaitu di Samudera Indonesia.
40
Gambar 4.6 Distribusi percepatan tanah maksimum di Daerah Istimewa Yogyakarta
Berdasarkan data historis gempa bumi periode tahun 1940 sampai tahun
2010 tercatat bahwa di Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) telah terjadi 411 kali
gempa bumi tektonik dengan magnitude di atas 3 Skala Richter ( M ≥ 3,0 SR ).
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa daerah yang mempunyai intensitas
maksimum dan percepatan tanah maksimum terbesar terjadi pada tahun 2009
terjadi di daerah zona subduksi samudra Indonesia yang terletak pada koordinat
8.0 ° LS dan 110,28 ° BT dengan kekuatan magnitude 7 SR pada kedalaman
gempa ( depth ) 10 km. Dari data ini didapatkan nilai percepatan tanah maksimum
sebesar 562,34 cm/ . Pada skala tersebut getaran gempa yang terjadi sangat
dirasakan dan kerusakan yang ditimbulkan gempa tersebut sangat berat. Secara
keseluruhan gempa- gempa besar banyak terjadi di daerah samudra Indonesia
yang terletak pada koordinat 110° - 111° BT dimana selama selang waktu 70
41
tahun telah terjadi 411kali gempa bumi dengan kekuatan gempanya ( magnitude)
di atas 3 Skala Richter ( M ≥ 3 SR ) dengan rata- rata nilai percepatan tanah
maksimumnya adalah 30,32 cm/ . Nilai percepatan tanah maksimum di Daerah
Istimewa Yogyakarta ini dikarenakan adanya aktivitas sesar dan zona subduksi
yang ditandai dengan hiposenter dangkal dan semakin dalam kearah laut selatan
Yogyakarta. Getaran gempa bumi yang terjadi di wilayah Yogyakarta dan
sekitarnya sangat dirasakan karena pusat gempa bumi yang terjadi kebanyakan di
dalam laut.
Berdasarkan data historis gempa bumi yang terjadi di wilayah Yogyakarta
dan sekitarnya maka wilayah Yogyakarta dan sekitarnya tergolong daerah yang
mempunyai tingkat resiko yang kecil terhadap gempa bumi. Hal ini ditunjukan
dengan kerusakan bangunan kecil yaitu pada skala VII MMI (Modified Mercalli
Intensity). Nilai intensitas gempa bumi dan nilai percepatan tanah maksimum di
wilayah Yogyakarta disebabkan karena adanya pergerakan sesar- sesar tektonik di
Wilayah Yogyakarta, hal Ini dikuatkan lagi bahwa daerah Yogyakarta dan
sekitarnya terletak pada patahan besar ( Great Fault Java ) dan pada daerah
penunjaman ( subduksi ) lempeng Australia dan lempengan Eurasia.
42
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan data historis
gempa bumi yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam periode tahun
1940 sampai 2010 maka didapatkan bahwa :
1. Dari hasil perhitungan data gempa tahun 1940 sampai tahun 2010
diperoleh variasi nilai percepatan tanah Daerah Istimewa Yogyakarta dan
sekitarnya adalah 5,62 – 1995,26 cm/ . Dari periode ini gempa bumi
pada tanggal 23 juli 1943 memiliki nilai percepatan tanah maksimum
yaitu 1995,26 cm/ dan nilai intensitas maksimumnya 11,4 MMI. Selama
periode 70 tahun diketahui bahwa di Wilayah Yogyakarta terjadi gempa
sebanyak 411 kali dengan kekuatan gempa bumi (magnitude) diatas 3
Skala Richter (SR) dan rata-rata percepatan tanah maksimumnya adalah
30,32 cm/ . Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Daerah
Istimewa Yogyakarta termasuk dalam tingkat resiko gempa bumi dengan
resiko kecil (α antara 25-50 cm/ ) dengan skala intensitas gempanya
adalah VI-VII MMI dengan efek gempa yang ditimbulkan adalah
kerusakan bangunan kecil.
43
2. Aktivitas gempa bumi yang terjadi diwilayah Yogyakarta lebih didominasi
oleh gempa bumi yang terjadi di Samudera Indonesia untuk gempa bumi
dengan kekuatan atau magnitude besar (M > 5 SR ) yang merupakan
tempat terjadinya zona subdubsi antara lempeng Australia dengan
lempeng Eurasia dan untuk gempa bumi dengan kekuatan kecil atau
gempa bumi lokal ( M < 5 SR ) banyak terjadi di daratan yang disebabkan
oleh aktivitas sesar – sesar daerah Yogyakarta.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil perhitungan selama selang waktu 70 tahun, wilayah
Yogyakarta dan sekitarnya memiliki nilai intensitas dan percepatan tanah maksimum
yang besar sehingga wilayah Yogyakarta merupakan daerah yang sangat rawan
terjadinya bencana gempa bumi. Untuk itu bangunan di Daerah Istimewa Yogyakarta
harus memperhatikan teknik bangunan tahan gempa sehingga dapat memberikan
faktor pengamanan yang lebih tinggi terhadap resiko gempa bumi.
44
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, H.Andreas, Gumilar dan Abdullah. 2009. Deformasi Koeseismik dan
Pascaseismik Gempa Yogyakarta 2006 dari Hasil Survei GPS. Bandung:
ITB.
Calvi, G.M and R. Pinho.2006. Development of Seismic Vulnerability Assessment
Methodologies Over The Past 30 Years. ISET Journal of Earthquake
Technology, Paper No.472 Vol.43 No.3,pp.75-104.
Edwisa, Daz. 2008. Analis Terhadap Intensitas dan Percepatan Tanah Maksimum
Gempa Sumbar. Jurnal Geologi Indonesia, No.29 Vol.1 Tahun XV,
ISSN:0854-8471.
Edwisa, Daz dan Sri.Novita. 2008. Pemetaan Percepatan Tanah Maksimum dan
Intensitas Seismik Kota Padang Panjang Menggunakan Metode Kanai.
Jurnal Geologi Indonesia, No.29 Vol.2 Tahun XV, ISSN:0854-8471.
Fauzi.2006. Daerah Rawan Gempa Bumi Tektonik di Indonesia. Jakarta: Pusat
Gempa Nasional BMG.
Fauzi. 2010. Aplikasi Sistem Imformasi Geografi untuk Peta Bencana Alam
Indonesia. Jakarta: Pusat Gempa Nasional BMG.
Hermawan, M.Wafid, Novianto, Djadja dan Wahyudin. Peta Geologi Teknik
Lembar Yogyakarta.
Inove, H.,1994. Seismology. New York : International Institute Earthquake
Enginering.
Kuwata, Yasuko and S.Takada. 2002. Instantaneous Instrumental Seismic
Intensity and Evacuation.Journal of Natural Disaster Science, Volume 24,
No.1, pp 35-42.
Mulyaningsih, Sri, Sampurno dan Yahdi Zaim. 2006. Perkembangan Geologi
pada Kuarter Awal Sampai Masa Sejarah di Daratan Yogyakarta. Jurnal
Geologi Indonesia , Vol.1 No.2:103-113.
Sulaiman, Cecep, Lestari dan Trioyoso. 2008. Karakterisasi Sumber Gempa
Yogyakarta 2006 Berdasarkan Data GPS. Jurnal Geologi Indonesia
Indonesia, Vol.3 No.2:49-56.
45
Swastika, I putu Agus dan Adi Swardana. 2005. Sistem Informasi Geografis
Potensi Bahaya Gempa Bumi di Propinsi Bali. Bali: Pertemuan Ilmiah
Tahunan MAPIN XIV.
48
Lampiran 1. Data Penelitian
DATA GEMPA BUMI Tempat : BMKG Yogyakarta Observer : Agus Susanto Tanggal : 24 Januari 2011 Instrume : Seismograf
Year Mon Day Hour Min Sec Lat Lon Depth Ms 1840 1 4 0 0 0 ‐7.4 110 150 7 1859 10 20 0 0 0 ‐9 111 1867 6 10 0 0 0 ‐7.8 110.5 1921 9 11 4 1 0 ‐11 111 60 7.5 1937 9 27 0 0 0 ‐8.7 110.8 7.2 1943 7 23 14 53 0 ‐9.5 110 90 8.1 1961 6 21 0 0 0 ‐7.6 110 163 5.5 1965 11 23 0 0 0 ‐8.7 111 60 5.9 1966 9 29 0 0 0 ‐8.6 110.5 33 5.1 1968 10 26 0 0 0 ‐8.93 110.86 52 5 1969 4 2 0 0 0 ‐7.99 110.42 105 5.5 1970 9 7 0 0 0 ‐9.32 110.98 51 5 1970 11 21 0 0 0 ‐9.01 110.34 33 5.4 1970 11 22 0 0 0 ‐9.05 110.32 33 5 1971 1 5 0 0 0 ‐9.77 110.39 43 5.3 1971 1 5 0 0 0 ‐9.82 110.16 24 5 1971 4 3 0 0 0 ‐8.05 109.97 121 5 1972 3 11 0 0 0 ‐8.95 110.5 62 5.3 1974 11 8 0 0 0 ‐8.19 110.44 106 5 1975 10 27 0 0 0 ‐9.35 110.82 70 5.6 1977 7 18 0 0 0 ‐8.61 110.32 74 5.3 1977 11 23 0 0 0 ‐8.96 110.4 82 5.1 1979 10 7 0 0 0 ‐7.67 110.75 180 5.1 1981 3 13 0 0 0 ‐8.75 110.42 51 5.5 1983 4 16 0 0 0 ‐10.16 110.89 57 5.9 1984 4 6 0 0 0 ‐10.46 110.59 33 5 1985 7 9 0 0 0 ‐8.5 110.3 58 5.5 1985 7 23 0 0 0 ‐8.57 110.61 87 5.4 1989 9 12 0 0 0 ‐9.01 110.52 48 5 Year Mon Day Hour Min Sec Lat Lon Depth Ms 1990 2 4 0 0 0 ‐10.23 110.29 45 5.6 1990 7 4 0 0 0 ‐10.96 110.01 33 5.1 1990 8 26 0 0 0 ‐9.15 110.76 33 5.3 1990 8 26 0 0 0 ‐9.19 110.76 33 5.3
49
1990 10 8 0 0 0 ‐9.23 110.78 92 5 1990 12 9 0 0 0 ‐8.67 110.58 33 5 1991 7 4 0 0 0 ‐8.35 111.01 73 5.4 1993 8 26 1 43 10.5 ‐8.67 110.36 66 5.3 1995 2 24 16 44 7.6 ‐8.83 110.78 93 5 1995 5 5 10 9 6.6 ‐8.92 110.33 67 5.4 1997 7 12 22 49 17.1 ‐9.05 110.53 33 5.3 1999 2 4 12 34 34.5 ‐8.97 110.51 100 5.3 2000 4 3 11 13 17.9 ‐8.65 110.7 82 5 2001 3 19 0 25 58 ‐10.56 110.37 33 3.5 2001 5 25 5 6 10.6 ‐7.87 110.18 143 6.3 2001 8 13 21 48 5.5 ‐8.06 110.1 33 4.4 2001 10 14 1 10 44.9 ‐8.59 110.59 65 5.9 2003 1 6 21 16 1.1 ‐8.61 110.64 116 5.1 2003 9 8 6 26 32.2 ‐8.55 110.19 50 5.9 2005 2 14 17 9 49 ‐8.23 110.7 40 3.6 2005 2 26 21 35 11 ‐9.19 110.22 40 3.5 2005 4 2 4 39 8 ‐8.82 109.99 30 3.4 2005 5 11 2 58 7 ‐8.5 110.89 30 3.1 2005 7 4 10 8 16 ‐8.81 110.97 30 3.3 2005 7 12 7 50 31 ‐7.51 110.58 30 4.6 2005 7 24 15 27 7 ‐8.91 109.98 30 5.2 2005 8 5 12 31 34 ‐8.95 110.98 30 3.5 2005 11 14 16 40 29 ‐8.64 110 30 3.3 2005 11 20 15 31 38 ‐9.17 110.3 30 3.2 2005 11 30 13 42 33 ‐8.99 110.02 30 4 2005 12 27 8 30 29 ‐9.51 110.06 30 3.4 2006 1 28 0 49 39 ‐8.34 110.37 30 4.3 2006 2 9 1 44 51 ‐9.54 110.7 30 3.4 2006 2 10 18 49 21 ‐9.33 110.78 30 3.4 2006 2 19 15 55 45 ‐8.87 110.28 30 3.1 2006 3 3 4 25 9 ‐9.71 110.56 30 3.6 2006 3 12 10 11 39 ‐9 110.5 30 3.1 2006 4 6 7 36 48 ‐8.63 110.24 50 4.1 2006 5 9 2 2 23 ‐9.63 110.52 20 3.3 2006 5 23 4 14 19 ‐8.8 110.97 30 3.4 2006 5 26 22 53 58.9 ‐7.96 110.45 12 6.3 Year Mon Day Hour Min Sec Lat Lon Depth Ms 2006 5 26 23 1 52 ‐7.96 110.24 10 3.3 2006 5 26 23 52 43 ‐7.94 110.39 10 3 2006 5 27 3 10 4 ‐8.03 110.31 10 3.9 2006 5 27 3 10 4 ‐7.93 110.3 20 3.3
50
2006 5 27 4 21 50 ‐8.04 110.27 10 3.9 2006 5 27 4 27 44 ‐7.99 110.59 10 3.3 2006 5 27 5 41 50 ‐8.17 110.32 30 3.2 2006 5 27 8 13 37 ‐8.71 109.95 30 3 2006 5 27 9 54 38 ‐8.12 110.31 30 3.6 2006 5 27 12 36 20 ‐8.57 110.89 20 4.4 2006 5 27 12 57 32 ‐8.25 110.31 30 3.7 2006 5 27 12 57 38 ‐7.64 110.18 10 3.1 2006 5 27 14 0 51 ‐8.41 110.13 10 4.1 2006 5 27 14 0 51 ‐8.29 110.2 30 3.9 2006 5 27 18 57 18 ‐8.09 110.25 10 3.5 2006 5 27 19 11 34 ‐8.04 110.24 10 3.2 2006 5 28 5 42 20 ‐7.94 110.22 20 3.2 2006 5 28 16 1 7 ‐8.03 110.22 10 3.2 2006 5 29 14 13 25 ‐8.02 110.54 10 3.5 2006 5 29 14 13 26 ‐7.99 110.47 10 3.3 2006 5 31 8 25 4 ‐8.43 110 20 3.8 2006 6 2 13 28 56 ‐7.91 110.33 10 3 2006 6 2 16 45 39 ‐8.03 110.21 10 3.3 2006 6 3 8 46 33 ‐7.6 110.37 10 3.2 2006 6 3 23 44 35 ‐8.02 110.38 10 3.1 2006 6 5 8 12 58 ‐8.31 110.36 10 4 2006 6 6 0 2 46 ‐7.99 110.14 10 3.1 2006 6 8 4 19 40 ‐7.96 110.16 10 3.2 2006 6 8 4 44 22 ‐7.85 110.3 10 4.6 2006 6 9 1 6 45 ‐7.95 110.3 10 3.2 2006 6 12 6 48 26 ‐8.4 110.19 30 3 2006 6 12 9 44 42 ‐8.62 110.24 30 3.4 2006 6 13 22 16 55 ‐8.08 110.53 10 3 2006 6 16 19 11 41 ‐8.02 110.34 10 3.3 2006 6 21 7 11 8 ‐8.56 110.46 33 4.5 2006 6 24 10 6 13 ‐8 110.37 10 3.4 2006 6 24 16 38 36 ‐7.9 110.41 10 3 2006 6 25 17 17 19 ‐7.9 110.21 10 3.1 2006 6 30 0 22 24 ‐8.2 110.43 30 3.7 2006 6 30 9 41 35 ‐9.35 110.08 30 3.1 2006 7 4 0 3 59 ‐8.96 109.95 30 3.2 Year Mon Day Hour Min Sec Lat Lon Depth Ms 2006 7 5 21 5 8 ‐8.01 111.01 30 3.2 2006 7 6 0 58 10 ‐8.04 110.24 10 3.2 2006 7 8 16 22 16 ‐9.57 110.75 30 3.1 2006 7 9 15 6 36 ‐8.04 110.14 10 3.2
51
2006 7 15 7 16 33 ‐8.82 110.62 30 3.9 2006 7 17 0 0 0 ‐9.85 109.96 30 4.3 2006 7 17 0 0 0 ‐9.67 109.98 30 4 2006 7 17 0 0 0 ‐9.57 110.79 30 4.4 2006 7 19 0 0 0 ‐9.98 110.28 30 3.7 2006 7 19 0 0 0 ‐9.78 110.01 30 3.5 2006 7 21 0 0 0 ‐8.6 110.69 20 3.3 2006 7 25 0 0 0 ‐9.89 110.51 30 3.6 2006 7 25 0 0 0 ‐8.7 110.54 30 3.6 2006 7 27 0 0 0 ‐8.97 110.81 30 3.7 2006 7 28 0 0 0 ‐8.89 110.91 30 3.1 2006 8 2 4 1 56 ‐7.98 110.26 10 3.1 2006 8 2 8 35 14 ‐8 110.27 10 3.4 2006 8 7 20 7 52 ‐9.08 110.62 30 3.4 2006 8 8 16 7 8 ‐8.39 110.72 30 3.2 2006 8 10 23 57 12 ‐9.64 110.71 30 3.6 2006 8 12 16 50 52 ‐8.9 110.96 30 4 2006 8 14 5 48 49 ‐8.74 110.14 30 3.1 2006 8 18 17 40 33 ‐7.64 110.37 10 3.7 2006 8 20 1 0 16 ‐8.02 110.29 10 3 2006 9 1 10 11 3 ‐8.01 110.28 10 3.7 2006 9 1 10 33 20 ‐8.56 110.8 30 3.4 2006 9 18 2 20 40 ‐9.42 110.15 30 3.2 2006 9 21 18 13 23 ‐8.28 110.51 30 3.1 2006 9 21 18 54 49 ‐9.34 110.39 33 5.7 2006 9 21 18 58 33 ‐9.47 110.69 30 4.5 2006 9 21 19 0 28 ‐8.19 110.38 30 3.1 2006 9 21 18 54 50 ‐9.05 110.36 25 6 2006 9 21 19 2 54 ‐8.81 110.32 30 3.3 2006 9 21 19 19 2 ‐8.95 110.91 30 3.1 2006 9 21 19 22 28 ‐8.89 109.97 30 3.8 2006 9 21 19 27 17 ‐8.75 110.3 30 3.5 2006 9 21 19 43 25 ‐8.91 110.14 30 3.8 2006 9 21 20 31 12 ‐9.05 110.81 30 3.1 2006 9 22 6 8 46 ‐8.88 111 30 3.1 2006 9 23 4 43 37 ‐8 110.49 30 3.2 2006 9 25 8 40 42 ‐9.33 110.47 30 3.1 Year Mon Day Hour Min Sec Lat Lon Depth Ms 2006 10 3 4 35 48 ‐8.78 110 50 3.6 2006 10 4 8 7 53 ‐8.05 110.26 10 3.5 2006 10 9 23 38 29 ‐9.91 110.77 40 3.9 2006 10 10 5 21 17 ‐8.81 111.01 30 3.1
52
2006 10 10 16 35 17 ‐9.07 110.46 20 3.1 2006 10 11 2 57 18 ‐8.02 110.27 10 3.2 2006 10 17 1 32 22 ‐9.5 110.24 30 4.7 2006 10 17 1 38 22 ‐8.91 110.21 30 3.9 2006 10 17 19 13 49 ‐8.03 110.23 10 3 2006 10 21 12 46 3 ‐8.15 110.85 30 3.1 2006 10 23 21 25 29 ‐9.33 110.37 30 3.1 2006 10 25 0 39 38 ‐8.94 110.33 40 3.4 2006 10 26 21 48 4 ‐8.02 110.25 10 3 2006 10 29 10 29 51 ‐8.49 110.84 30 3.1 2006 11 3 20 11 57 ‐8.79 110.18 40 3.8 2006 11 6 12 58 48 ‐8.89 109.95 30 4 2006 11 7 17 46 5 ‐8.1 110.02 30 3.9 2006 11 7 20 36 8 ‐9.1 110.06 30 3.2 2006 11 10 14 9 34 ‐7.89 110.35 20 3 2006 11 11 18 57 6 ‐8.57 109.98 10 3.1 2006 11 12 3 15 39 ‐8.48 110.6 30 4 2006 11 15 0 19 12 ‐9.2 110.55 30 3.8 2006 11 17 0 58 29 ‐9.57 110.62 150 5.2 2006 11 21 8 40 9 ‐9.01 110.73 30 3.4 2006 11 23 8 19 23 ‐8.15 110.81 10 3 2006 11 26 22 7 10 ‐9.3 110.74 30 3.9 2006 12 5 0 18 50 ‐9.01 110.49 30 3.7 2006 12 5 11 53 15 ‐8.57 110.08 30 3.3 2006 12 10 21 56 36 ‐7.97 110.18 10 3 2006 12 16 9 49 0 ‐9.09 110.22 130 4 2006 12 17 13 31 12 ‐9.95 110.15 30 4 2006 12 28 10 44 51 ‐7.91 110.44 10 3 2006 12 28 12 15 29 ‐7.93 110.25 10 3 2006 12 28 12 50 16 ‐7.91 110.26 10 4 2006 12 30 16 35 18 ‐9.16 110.41 30 3.5 2006 12 30 18 7 54 ‐8.64 110.84 30 3.4 2006 12 31 5 46 43 ‐8.52 110.2 30 4.2 2006 12 31 22 37 20 ‐9.23 110.18 40 3.3 2007 1 3 23 33 6 ‐9.75 110.46 30 3.9 2007 1 8 21 11 7 ‐9.14 110.6 30 3.5 2007 1 10 13 20 37 ‐9.09 110.76 30 3.4 Year Mon Day Hour Min Sec Lat Lon Depth Ms 2007 1 10 20 12 51 ‐8.59 110.82 30 3.2 2007 1 11 15 50 52 ‐7.96 110.34 10 3 2007 1 14 8 11 20 ‐7.89 110.21 10 3.5 2007 1 15 17 14 43 ‐8.97 110.32 30 4
53
2007 1 16 2 54 56 ‐8.05 110.79 10 3.3 2007 1 17 23 31 1 ‐8.02 110.24 10 3.2 2007 1 19 22 56 25 ‐8 110.2 10 3.4 2007 1 20 2 53 27 ‐9.53 110.86 30 3.2 2007 1 22 6 36 12 ‐8.03 110.21 10 3.1 2007 1 22 13 14 4 ‐8.92 110.72 30 4.1 2007 1 23 16 41 31 ‐8.02 110.1 3 3.3 2007 1 25 14 26 10 ‐8.13 110.21 20 3 2007 1 31 3 26 34 ‐9.56 110.4 30 3.8 2007 2 6 14 3 12 ‐8.7 110.44 50 3.1 2007 2 8 19 32 50 ‐7.94 110.22 10 3.1 2007 2 10 4 10 28 ‐8.91 110.41 40 3 2007 2 15 4 10 28 ‐8.91 110.41 40 3 2007 2 20 23 16 2 ‐9.39 110.34 30 3.8 2007 2 27 12 16 27 ‐7.94 110.34 20 3 2007 3 5 18 7 43 ‐8.41 110.89 30 3.1 2007 3 22 22 52 12 ‐9.27 110.26 30 3.3 2007 3 26 20 28 49 ‐8.89 110.48 30 3.3 2007 4 3 4 39 56 ‐8.72 110.46 30 3 2007 4 3 19 46 32 ‐8.23 110.5 20 3.1 2007 4 13 12 23 52 ‐9.01 110.67 30 3.2 2007 4 13 15 31 31 ‐9.26 110.25 30 3.4 2007 4 20 1 52 30 ‐9.93 110.57 30 3.9 2007 4 21 3 21 17 ‐9.12 110.58 30 3.3 2007 4 26 2 52 48 ‐8.03 110.19 10 3.9 2007 5 10 9 44 28 ‐9.64 110.81 30 4 2007 5 11 1 46 39 ‐9.09 109.99 20 3.9 2007 5 14 18 48 49 ‐8.69 110.99 30 3.3 2007 5 25 15 38 4 ‐7.91 110.1 10 3 2007 6 23 3 31 27 ‐8.5 110.97 30 3 2007 6 23 7 48 13 ‐9.09 110.13 50 4.8 2007 6 26 22 23 28 ‐9.61 110.54 30 3.7 2007 6 29 4 4 16 ‐8.82 110.24 20 3.2 2007 7 1 17 0 12 ‐8.51 110.21 30 3.4 2007 7 11 4 46 27 ‐8.79 110.91 30 3.2 2007 7 12 18 29 51 ‐8.53 110.35 30 3.7 2007 7 13 16 8 18 ‐9.71 110.36 30 3.6 Year Mon Day Hour Min Sec Lat Lon Depth Ms 2007 8 6 19 34 18 ‐8.88 110.46 30 3.6 2007 8 14 5 40 50 ‐8.52 110.21 60 3.4 2007 8 18 10 57 38 ‐9.14 110.75 30 4 2007 8 31 19 15 15 ‐8.97 110.5 40 4
54
2007 9 2 10 13 55 ‐9.82 110.17 30 4 2007 10 3 13 39 59 ‐9.15 110.3 30 3.3 2007 10 9 1 5 33 ‐9.14 110.26 30 3.6 2007 10 13 19 47 30 ‐9.23 110.06 30 3.4 2007 10 31 3 43 39 ‐9.82 110.44 20 3.6 2007 11 1 14 38 2 ‐8.49 110.87 30 3.6 2007 11 10 15 12 45 ‐8.75 110.39 30 3 2007 11 13 9 40 42 ‐9.11 109.97 30 4.4 2007 11 13 9 40 42 ‐9.11 109.97 30 3.5 2007 12 2 16 39 16 ‐9.06 111 20 3.4 2007 12 9 7 39 14 ‐8.38 110.46 10 4.4 2007 12 9 7 48 7 ‐8.27 110.77 10 3.8 2007 12 20 20 5 27 ‐9.47 110.39 30 3.4 2007 12 29 3 50 44 ‐7.88 110.27 20 3.7 2008 1 10 15 50 31 ‐7.88 110.33 20 3.9 2008 1 16 18 1 52 ‐9.69 110.57 30 3.6 2008 1 25 13 1 48 ‐8.96 110.35 30 4.3 2008 1 27 12 48 24 ‐8.99 110.72 22 5.2 2008 1 27 12 48 24 ‐8.99 110.72 22 5.2 2008 1 30 0 51 26 ‐8.01 110.27 15 3.4 2008 2 13 19 58 58 ‐9.48 110.48 10 6.6 2008 2 17 19 32 25 ‐8.01 110.28 10 3 2008 3 13 3 5 19 ‐9.13 110.2 30 3.2 2008 3 18 20 59 31 ‐8.79 110.9 30 3 2008 3 24 15 18 16 ‐7.95 110.22 10 3.4 2008 3 26 18 53 15 ‐8.47 110.24 20 4.1 2008 3 27 14 22 19 ‐9.73 110.83 20 4.4 2008 3 28 13 1 53 ‐9.82 110.56 30 3.4 2008 3 31 12 23 23 ‐8.04 110.47 10 3.2 2008 3 31 13 51 28 ‐9.66 110.4 20 4.2 2008 4 1 1 45 28 ‐8.8 110.57 20 3 2008 4 8 6 15 49 ‐8.97 110.14 30 3.1 2008 4 21 20 18 58 ‐8.93 110.43 30 3.2 2008 4 22 3 23 30 ‐8.87 110.04 30 3 2008 4 23 14 2 42 ‐8.6 110.76 20 3.1 2008 5 10 22 21 2 ‐9.18 110.73 20 3.3 2008 5 26 10 14 8 ‐9.35 109.95 20 3 Year Mon Day Hour Min Sec Lat Lon Depth Ms 2008 6 21 3 15 13 ‐8.64 111.01 20 3.2 2008 6 22 4 38 35 ‐9 110.38 20 3.2 2008 7 3 11 19 47 ‐9.23 110.04 20 3.6 2008 7 7 19 45 24 ‐9.71 110.27 20 3.9
55
2008 7 12 10 34 9 ‐8.83 110.76 20 5 2008 7 14 9 50 40 ‐8.91 110.63 30 3.1 2008 7 14 18 0 32 ‐8.98 110.96 20 3.1 2008 7 19 2 48 36 ‐9.59 110.75 10 3.4 2008 7 25 11 39 45 ‐9.43 110.75 30 3.4 2008 8 18 0 42 26 ‐8.79 110.61 20 3.2 2008 8 20 16 19 56 ‐8.78 110.44 10 4.8 2008 8 29 1 47 1 ‐8.41 110.42 20 3.2 2008 9 13 18 46 34 ‐8.03 110.34 10 3.2 2008 9 23 22 43 29 ‐9.33 110.48 20 3.7 2008 9 29 7 55 59 ‐7.94 110.4 110 3 2008 10 26 3 16 32 ‐8.37 110.7 10 3 2008 10 27 11 1 9 ‐8.85 110.92 30 3.5 2008 10 27 19 21 53 ‐8.97 110.41 10 3.8 2008 11 16 13 36 41 ‐8.81 110.19 20 4.5 2008 11 17 7 1 59 ‐8.71 110.4 20 4.1 2008 11 21 3 39 59 ‐8.54 110.06 30 3 2008 11 27 16 38 2 ‐8.02 110.4 10 3 2008 12 4 9 30 56 ‐9.04 110.88 30 3.8 2008 12 6 4 22 36 ‐8.94 110.34 10 3.3 2008 12 6 4 35 6 ‐9.01 110.39 10 3.2 2008 12 9 18 15 21 ‐8.24 109.98 10 3.3 2008 12 20 16 14 0 ‐8.99 110.5 30 3.1 2008 12 31 7 7 36 ‐8.1 110.38 10 4.7 2009 1 16 7 44 59 ‐8.82 110.75 20 3.5 2009 1 18 8 7 31 ‐7.98 110.4 10 3.2 2009 1 22 0 8 18 ‐8.56 110.74 10 3.6 2009 2 3 7 4 11 ‐9.54 110.35 30 3.7 2009 2 3 7 16 31 ‐8.71 110.33 50 3.4 2009 2 4 4 28 19 ‐9.49 110.67 30 3.3 2009 2 5 21 41 5 ‐9.18 110.59 30 4.4 2009 2 23 12 34 56 ‐8.91 110.33 30 3.2 2009 2 26 12 13 7 ‐8.78 110.13 20 3.6 2009 3 10 16 53 9 ‐9.73 110.56 30 3 2009 3 11 23 46 30 ‐8.68 110.73 20 3.7 2009 4 4 17 26 38 ‐8.03 110.35 10 3 2009 4 5 22 1 2 ‐9.53 110.82 20 3.1 Year Mon Day Hour Min Sec Lat Lon Depth Ms 2009 4 29 16 28 58 ‐8.74 110.92 20 3.9 2009 4 29 21 34 45 ‐8.24 110.96 30 3.2 2009 5 7 3 12 42 ‐8.67 110.78 30 3.2 2009 5 7 7 3 36 ‐9 110.16 30 4.2
56
2009 5 10 11 14 9 ‐9.95 110.4 10 4 2009 5 10 12 59 17 ‐9.01 110.27 10 3.1 2009 5 13 18 31 11 ‐8 110.23 10 3.4 2009 5 14 2 58 8 ‐8.9 110.29 25 3.9 2009 5 17 23 8 12 ‐7.97 110.43 10 3.2 2009 5 17 23 57 59 ‐7.99 110.38 10 3.4 2009 5 18 8 15 19 ‐8.53 110.49 10 3.4 2009 5 21 10 8 53 ‐8.01 110.33 10 3.1 2009 5 22 8 52 3 ‐8.5 110.93 60 3.6 2009 5 22 10 1 26 ‐8.81 110.53 30 3.4 2009 5 24 22 55 20 ‐8 110.28 10 7 2009 5 27 2 25 7 ‐8.84 110.77 20 3.1 2009 6 3 17 46 8 ‐8.84 110.01 30 3.3 2009 6 13 9 52 4 ‐9.25 110.8 20 3.2 2009 6 23 14 7 52 ‐9.64 110.51 20 3.2 2009 6 26 14 43 56 ‐8.66 110.41 10 3.3 2009 7 22 16 14 28 ‐8.46 110.97 20 3 2009 8 8 13 53 35 ‐8.69 111 20 3.3 2009 8 11 6 57 44 ‐8.96 110.3 20 3.1 2009 8 12 9 41 42 ‐8.05 110.28 10 3 2009 8 19 2 4 49 ‐8 110.21 10 3.9 2009 8 22 4 35 24 ‐8.04 110.37 10 3.5 2009 8 23 16 50 22 ‐8.8 110.05 30 3 2009 9 12 22 45 57 ‐9.02 110.13 10 3.6 2009 9 12 22 48 10 ‐8.98 110.15 20 4 2009 10 24 7 44 55 ‐9.48 110.07 30 3.2 2009 10 26 9 57 58 ‐7.99 110.44 10 3.1 2009 10 28 9 57 58 ‐7.99 110.44 10 3.1 2009 11 19 8 35 8 ‐8.84 110.66 20 4.7 2009 12 4 11 36 32 ‐8.46 110.89 20 3.1 2009 12 22 20 54 2 ‐9.64 110.02 40 4.2 2009 12 23 11 44 32 ‐8 110.21 10 3.1 2009 12 25 17 12 30 ‐8.68 110.75 30 3.2 2010 1 27 3 39 15 ‐8.82 110.81 10 5 2010 1 28 10 9 15 ‐9.04 110.39 10 3.8 2010 2 8 9 20 43 ‐8.64 110.24 20 3.5 2010 2 9 2 50 47 ‐8.61 110.86 10 3.7 Year Mon Day Hour Min Sec Lat Lon Depth Ms 2010 2 13 0 0 0 ‐8.81 110.01 30 3.5 2010 2 19 0 0 0 ‐7.95 110.17 10 3.4 2010 2 26 0 0 0 ‐8.73 110.55 20 3.1 2010 2 27 0 0 0 ‐8.93 110.35 50 3.9
57
2010 3 5 15 7 53 ‐8.65 110.13 20 3.1 2010 3 11 11 27 16 ‐7.86 110.33 10 4 2010 3 19 1 33 53 ‐8.62 110.95 10 3.5 2010 3 20 21 5 27 ‐8.63 110.98 20 3.3 2010 3 21 14 52 49 ‐8.66 110.6 10 4.2 2010 4 28 10 22 57 ‐8.41 110 20 3.3 2010 6 6 22 34 54 ‐9.11 111.01 30 3.5 2010 6 10 13 7 31 ‐8.41 110.84 60 3.4 2010 6 22 12 55 28 ‐9.73 110.73 30 4 2010 7 5 2 14 13 ‐8.87 110.29 30 3.2 2010 7 5 22 4 9 ‐9.01 110.28 90 3.4 2010 7 19 5 18 10 ‐8.78 110.67 30 3.4 2010 7 20 14 10 51 ‐8.92 110.21 30 3.3 2010 7 22 7 35 51 ‐8.76 109.96 20 3 2010 7 29 6 22 15 ‐8.95 110.31 10 4.3 2010 8 6 10 10 32 ‐8.91 110.61 10 3.8 2010 8 21 11 41 37 ‐8.03 110.39 10 5 2010 9 2 11 2 4 ‐7.33 110.04 11 3.1 2010 9 12 16 38 55 ‐8.1 110.37 10 5 2010 9 12 23 29 9 ‐8.03 110.53 10 3 2010 9 20 20 18 8 ‐8.94 109.95 20 3.9 2010 9 27 17 17 11 ‐7.68 110.78 30 3.1 2010 10 10 20 5 32 ‐8.01 110.42 10 3.5 2010 10 11 21 42 29 ‐8.01 110.14 10 3.2 2010 10 16 23 1 50 ‐9.64 110.35 30 3.1 2010 10 22 11 20 56 ‐9.47 110.65 30 3.2 2010 10 28 1 39 28 ‐7.94 110.49 10 3.3 2010 10 31 5 11 49 ‐8.61 110.24 20 3.3 2010 10 31 7 28 4 ‐9.35 109.99 40 3.9 2010 11 7 16 8 31 ‐8.03 110.51 10 3.8 2010 11 12 21 38 6 ‐9.17 110.56 10 4.3 2010 11 18 15 53 10 ‐7.99 110.44 10 3.1 2010 11 23 17 38 15 ‐9.16 110.76 10 4 2010 11 27 1 7 3 ‐9.21 110.53 20 3 2010 11 28 17 0 35 ‐8.33 110.54 30 3.5 2010 11 30 5 28 3 ‐8.97 110.86 10 3.3 2010 12 3 2 13 25 ‐9.06 111 10 4.1 Year Mon Day Hour Min Sec Lat Lon Depth Ms 2010 12 16 16 9 51 ‐7.98 110.35 10 3 2010 12 18 3 7 31 ‐8.26 110.15 10 4 2010 12 21 3 59 37 ‐9.09 110.99 20 5.8 2010 12 21 8 51 45 ‐8.97 110.94 20 3.2
58
2010 12 23 7 0 24 ‐9.08 110.5 30 3 2010 12 29 10 11 8 ‐9.97 110.98 30 3.4 2010 12 31 22 16 7 ‐8.78 110.72 20 3.1 2011 1 16 22 47 33 ‐8.71 110.7 20 3.5 2011 10 28 7 15 34 ‐7.99 110.42 10 3.2
59
Lampiran 2.
HASIL PERHITUNGAN NILAI INTENSITAS DAN PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM
Year M Io α 1937 7,2 10,05 707,94581943 8,1 11,4 1995,2621961 5,5 7,5 100 1965 5,9 8,1 158,48931966 5,1 6,9 63,095731968 5 6,75 56,234131969 5,5 7,5 100 1970 5 6,75 56,234131970 5,4 7,35 89,125091970 5 6,75 56,234131971 5,3 7,2 79,432821971 5 6,75 56,234131971 5 6,75 56,234131972 5,3 7,2 79,432821974 5 6,75 56,234131975 5,6 7,65 112,20181977 5,3 7,2 79,432821977 5,1 6,9 63,095731979 5,1 6,9 63,095731981 5,5 7,5 100 1983 5,9 8,1 158,48931984 5 6,75 56,234131985 5,5 7,5 100 1985 5,4 7,35 89,125091989 5 6,75 56,234131989 5,3 7,2 79,432821990 5,6 7,65 112,20181990 5,1 6,9 63,095731990 5,3 7,2 79,432821990 5,3 7,2 79,432821990 5 6,75 56,234131990 5 6,75 56,234131991 5,4 7,35 89,125091993 5,3 7,2 79,432821995 5 6,75 56,234131995 5,4 7,35 89,125091997 5,3 7,2 79,43282Year M Io α 2000 5 6,75 56,23413
2001 3,5 4,5 10 2001 6,3 8,7 251,18862001 4,4 5,85 28,183832001 5,9 8,1 158,48932003 5,1 6,9 63,095732003 5,9 8,1 158,48932005 3,6 4,65 11,220182005 3,5 4,5 10 2005 3,4 4,35 8,9125092005 3,1 3,9 6,3095732005 3,3 4,2 7,9432822005 4,6 6,15 35,481342005 5,2 7,05 70,794582005 3,5 4,5 10 2005 3,3 4,2 7,9432822005 3,2 4,05 7,0794582005 4 5,25 17,782792005 3,4 4,35 8,9125092006 4,3 5,7 25,118862006 3,4 4,35 8,9125092006 3,4 4,35 8,9125092006 3,1 3,9 6,3095732006 3,6 4,65 11,220182006 3,1 3,9 6,3095732006 4,1 5,4 19,952622006 3,3 4,2 7,9432822006 3,4 4,35 8,9125092006 6,3 8,7 251,18862006 5,9 8,1 158,48932006 3,3 4,2 7,9432822006 3 3,75 5,6234132006 3,9 5,1 15,848932006 3,3 4,2 7,9432822006 3,9 5,1 15,848932006 3,3 4,2 7,9432822006 3,2 4,05 7,079458Year M Io α 2006 3,6 4,65 11,220182006 4,4 5,85 28,183832006 3,7 4,8 12,58925
60
2006 3,1 3,9 6,3095732006 4,1 5,4 19,952622006 3,9 5,1 15,848932006 3,5 4,5 10 2006 3,2 4,05 7,0794582006 3,2 4,05 7,0794582006 3,2 4,05 7,0794582006 3,5 4,5 10 2006 3,3 4,2 7,9432822006 3,8 4,95 14,125382006 3 3,75 5,6234132006 3,3 4,2 7,9432822006 3,2 4,05 7,0794582006 3,1 3,9 6,3095732006 4 5,25 17,782792006 3,1 3,9 6,3095732006 3,2 4,05 7,0794582006 4,6 6,15 35,481342006 3,2 4,05 7,0794582006 3 3,75 5,6234132006 3,4 4,35 8,9125092006 3 3,75 5,6234132006 3,3 4,2 7,9432822006 4,5 6 31,622782006 3,4 4,35 8,9125092006 3 3,75 5,6234132006 3,1 3,9 6,3095732006 3,7 4,8 12,589252006 3,1 3,9 6,3095732006 3,2 4,05 7,0794582006 3,2 4,05 7,0794582006 3,2 4,05 7,0794582006 3,2 4,05 7,0794582006 3,1 3,9 6,3095732006 3,2 4,05 7,0794582006 3,9 5,1 15,848932006 4,3 5,7 25,118862006 4 5,25 17,782792006 4,4 5,85 28,183832006 3,7 4,8 12,58925Year M Io α 2006 3,3 4,2 7,9432822006 3,6 4,65 11,220182006 3,6 4,65 11,220182006 3,7 4,8 12,58925
2006 3,1 3,9 6,3095732006 3,1 3,9 6,3095732006 3,4 4,35 8,9125092006 3,4 4,35 8,9125092006 3,2 4,05 7,0794582006 3,6 4,65 11,220182006 4 5,25 17,782792006 3,1 3,9 6,3095732006 3,7 4,8 12,589252006 3 3,75 5,6234132006 3,7 4,8 12,589252006 3,4 4,35 8,9125092006 3,2 4,05 7,0794582006 3,1 3,9 6,3095732006 5,7 7,8 125,89252006 4,5 6 31,622782006 3,1 3,9 6,3095732006 6 8,25 177,82792006 3,3 4,2 7,9432822006 3,1 3,9 6,3095732006 3,8 4,95 14,125382006 3,5 4,5 10 2006 3,8 4,95 14,125382006 3,1 3,9 6,3095732006 3,1 3,9 6,3095732006 3,2 4,05 7,0794582006 3,1 3,9 6,3095732006 3,7 4,8 12,589252006 3,6 4,65 11,220182006 3,5 4,5 10 2006 3,9 5,1 15,848932006 3,1 3,9 6,3095732006 3,1 3,9 6,3095732006 3,2 4,05 7,0794582006 4,7 6,3 39,810722006 3,9 5,1 15,848932006 3 3,75 5,6234132006 3,1 3,9 6,3095732006 3,1 3,9 6,309573Year M Io α 2006 3 3,75 5,6234132006 3,1 3,9 6,3095732006 3,8 4,95 14,125382006 4 5,25 17,782792006 3,9 5,1 15,84893
61
2006 3,2 4,05 7,0794582006 3 3,75 5,6234132006 3,1 3,9 6,3095732006 4 5,25 17,782792006 3,8 4,95 14,125382006 5,2 7,05 70,794582006 3,4 4,35 8,9125092006 3 3,75 5,6234132006 3,9 5,1 15,848932006 3,7 4,8 12,589252006 3,3 4,2 7,9432822006 3 3,75 5,6234132006 4 5,25 17,782792006 4 5,25 17,782792006 3 3,75 5,6234132006 3 3,75 5,6234132006 4 5,25 17,782792006 3,5 4,5 10 2006 3,4 4,35 8,9125092006 4,2 5,55 22,387212006 3,3 4,2 7,9432822007 3,9 5,1 15,848932007 3,5 4,5 10 2007 3,4 4,35 8,9125092007 4,3 5,7 25,118862007 3,2 4,05 7,0794582007 3 3,75 5,6234132007 3,5 4,5 10 2007 4 5,25 17,782792007 3,3 4,2 7,9432822007 3,2 4,05 7,0794582007 3,4 4,35 8,9125092007 3,2 4,05 7,0794582007 3,1 3,9 6,3095732007 4,1 5,4 19,952622007 3,3 4,2 7,9432822007 3 3,75 5,6234132007 3,8 4,95 14,12538Year M Io α 2007 3,1 3,9 6,3095732007 3 3,75 5,6234132007 3 3,75 5,6234132007 3,8 4,95 14,125382007 3 3,75 5,6234132007 3,1 3,9 6,309573
2007 3,3 4,2 7,9432822007 3,3 4,2 7,9432822007 3 3,75 5,6234132007 3,1 3,9 6,3095732007 3,2 4,05 7,0794582007 3,4 4,35 8,9125092007 3,9 5,1 15,848932007 3,3 4,2 7,9432822007 3,9 5,1 15,848932007 4 5,25 17,782792007 3,9 5,1 15,848932007 3,3 4,2 7,9432822007 3 3,75 5,6234132007 3 3,75 5,6234132007 4,8 6,45 44,668362007 3,7 4,8 12,589252007 3,2 4,05 7,0794582007 3,4 4,35 8,9125092007 3,2 4,05 7,0794582007 3,7 4,8 12,589252007 3,6 4,65 11,220182007 3,2 4,05 7,0794582007 3,6 4,65 11,220182007 3,4 4,35 8,9125092007 4 5,25 17,782792007 4 5,25 17,782792007 4 5,25 17,782792007 3,3 4,2 7,9432822007 3,6 4,65 11,220182007 3,4 4,35 8,9125092007 3,6 4,65 11,220182007 3,6 4,65 11,220182007 3 3,75 5,6234132007 4,4 5,85 28,183832007 3,5 4,5 10 2007 3,4 4,35 8,9125092007 4,4 5,85 28,18383Year M Io α 2007 3,4 4,35 8,9125092007 3,7 4,8 12,589252008 3,9 5,1 15,848932008 3,6 4,65 11,220182008 4,3 5,7 25,118862008 5,2 7,05 70,794582008 5,2 7,05 70,79458
62
2008 3,4 4,35 8,9125092008 6,6 9,15 354,81342008 3 3,75 5,6234132008 3,2 4,05 7,0794582008 3 3,75 5,6234132008 3,4 4,35 8,9125092008 4,1 5,4 19,952622008 4,4 5,85 28,183832008 3,4 4,35 8,9125092008 3,2 4,05 7,0794582008 4,2 5,55 22,387212008 3 3,75 5,6234132008 3,1 3,9 6,3095732008 3,2 4,05 7,0794582008 3 3,75 5,6234132008 3,1 3,9 6,3095732008 3,3 4,2 7,9432822008 3 3,75 5,6234132008 3 3,75 5,6234132008 3,2 4,05 7,0794582008 3,2 4,05 7,0794582008 3,6 4,65 11,220182008 3,9 5,1 15,848932008 5 6,75 56,234132008 3,1 3,9 6,3095732008 3,1 3,9 6,3095732008 3,4 4,35 8,9125092008 3,4 4,35 8,9125092008 3,2 4,05 7,0794582008 4,8 6,45 44,668362008 3,2 4,05 7,0794582008 3,2 4,05 7,0794582008 3,7 4,8 12,589252008 3 3,75 5,6234132008 3 3,75 5,6234132008 3,5 4,5 10 Year M Io α 2008 3,8 4,95 14,125382008 4,5 6 31,622782008 4,1 5,4 19,952622008 3 3,75 5,6234132008 3 3,75 5,6234132008 3,8 4,95 14,125382008 3,3 4,2 7,9432822008 3,2 4,05 7,079458
2008 3,3 4,2 7,9432822008 3,1 3,9 6,3095732008 4,7 6,3 39,810722009 3,5 4,5 10 2009 3,2 4,05 7,0794582009 3,6 4,65 11,220182009 3,7 4,8 12,589252009 3,4 4,35 8,9125092009 3,3 4,2 7,9432822009 4,4 5,85 28,183832009 3,2 4,05 7,0794582009 3,6 4,65 11,220182009 3 3,75 5,6234132009 3,7 4,8 12,589252009 3 3,75 5,6234132009 3,1 3,9 6,3095732009 3,4 4,35 8,9125092009 3,9 5,1 15,848932009 3,2 4,05 7,0794582009 3,2 4,05 7,0794582009 4,2 5,55 22,387212009 4 5,25 17,782792009 3,1 3,9 6,3095732009 3,4 4,35 8,9125092009 3,9 5,1 15,848932009 3,2 4,05 7,0794582009 3,4 4,35 8,9125092009 3,4 4,35 8,9125092009 3,1 3,9 6,3095732009 3,6 4,65 11,220182009 3,4 4,35 8,9125092009 7 9,75 562,34132009 3,1 3,9 6,3095732009 3,3 4,2 7,9432822009 3,2 4,05 7,079458Year M Io α 2009 3,2 4,05 7,0794582009 3,3 4,2 7,9432822009 3 3,75 5,6234132009 3,3 4,2 7,9432822009 3,1 3,9 6,3095732009 3 3,75 5,6234132009 3,9 5,1 15,848932009 3,5 4,5 10 2009 3 3,75 5,623413
63
2009 3,6 4,65 11,220182009 4 5,25 17,782792009 3,2 4,05 7,0794582009 3,1 3,9 6,3095732009 3,1 3,9 6,3095732009 4,7 6,3 39,810722009 3,1 3,9 6,3095732009 4,2 5,55 22,387212009 3,1 3,9 6,3095732009 3,2 4,05 7,0794582010 5 6,75 56,234132010 3,8 4,95 14,125382010 3,5 4,5 10 2010 3,7 4,8 12,589252010 3,1 3,9 6,3095732010 3,5 4,5 10 2010 3,4 4,35 8,9125092010 3,1 3,9 6,3095732010 3,9 5,1 15,848932010 3,1 3,9 6,3095732010 4 5,25 17,782792010 3,5 4,5 10 2010 3,3 4,2 7,9432822010 4,2 5,55 22,387212010 3,3 4,2 7,9432822010 3,5 4,5 10 2010 3,4 4,35 8,9125092010 4 5,25 17,78279Year M Io α 2010 3,2 4,05 7,0794582010 3,4 4,35 8,9125092010 3,4 4,35 8,9125092010 3,3 4,2 7,943282
2010 3 3,75 5,6234132010 4,3 5,7 25,118862010 3,8 4,95 14,125382010 5 6,75 56,234132010 3,1 3,9 6,3095732010 5 6,75 56,234132010 3 3,75 5,6234132010 3,9 5,1 15,848932010 3,1 3,9 6,3095732010 3,5 4,5 10 2010 3,2 4,05 7,0794582010 3,1 3,9 6,3095732010 3,2 4,05 7,0794582010 3,3 4,2 7,9432822010 3,3 4,2 7,9432822010 3,9 5,1 15,848932010 3,8 4,95 14,125382010 4,3 5,7 25,118862010 3,1 3,9 6,3095732010 4 5,25 17,782792010 3 3,75 5,6234132010 3,5 4,5 10 2010 3,3 4,2 7,9432822010 4,1 5,4 19,952622010 3,1 3,9 6,3095732010 3 3,75 5,6234132010 4 5,25 17,782792010 5,8 7,95 141,25382010 3,2 4,05 7,0794582010 3 3,75 5,6234132010 3,4 4,35 8,9125092010 3,1 3,9 6,309573