Perhitungan jembatan prategang

36
PERENCANAAN JEMBATAN PRATEGANG Data Teknis Perencanaan Jembatan a. Jembatan Kelas jalan : kelas 1 Jumlah jalur : 2 jalur Panjang jembatan : 40 meter Lebar jembatan : 9 meter Lebar lantai kendaraan : 7 meter Tipe gelagar : balok I Tebal Perkerasan : 5 cm Gambar Bentang Jembatan b. Trotoir Jenis konstruksi : beton bertulang Pipa sandaran : Circular Hollow Sections D 60.5 mm Dimensi tiang sandaran : 20/15 cm Jarak antar tiang : 2 m Mutu beton, f‟c : 30 Mpa Mutu baja tulangan, fy : 240 Mpa (polos) Mutu baja pipa sandaran : 1600 Mpa Lebar trotoir : 100 cm Tebal trotoir : 25 cm Balok kerb : 20/25 cm Jenis plat trotoir : beton tumbuk c. Plat lantai kendaraan Tebal plat : 20 cm Mutu beton, f‟c : 30 Mpa Mutu baja tulangan, fy : 350 Mpa (ulir) d. Gelagar Jenis konstruksi : beton prategang tipe balok I

description

Berikut contoh perhitungan jembatan prategang

Transcript of Perhitungan jembatan prategang

  • PERENCANAAN JEMBATAN PRATEGANG

    Data Teknis Perencanaan Jembatan

    a. Jembatan

    Kelas jalan : kelas 1

    Jumlah jalur : 2 jalur

    Panjang jembatan : 40 meter

    Lebar jembatan : 9 meter

    Lebar lantai kendaraan : 7 meter

    Tipe gelagar : balok I

    Tebal Perkerasan : 5 cm

    Gambar Bentang Jembatan

    b. Trotoir

    Jenis konstruksi : beton bertulang

    Pipa sandaran : Circular Hollow Sections D 60.5 mm

    Dimensi tiang sandaran : 20/15 cm

    Jarak antar tiang : 2 m

    Mutu beton, fc : 30 Mpa

    Mutu baja tulangan, fy : 240 Mpa (polos)

    Mutu baja pipa sandaran : 1600 Mpa

    Lebar trotoir : 100 cm

    Tebal trotoir : 25 cm

    Balok kerb : 20/25 cm

    Jenis plat trotoir : beton tumbuk

    c. Plat lantai kendaraan

    Tebal plat : 20 cm

    Mutu beton, fc : 30 Mpa

    Mutu baja tulangan, fy : 350 Mpa (ulir)

    d. Gelagar

    Jenis konstruksi : beton prategang tipe balok I

  • Mutu beton, fc : 50 Mpa

    Mutu baja tulangan, fy : 350 Mpa (ulir)

    Tipe tendon & angkur : Angker hidup VSL tipe Sc

    e. Abutment

    Tinggi Abutment : 6 meter

    Lebar Abutment : 11.6 meter

    Tipe Abutment : Type Kantilever

    Mutu beton, fc : 30 Mpa

    Mutu baja tulangan, fy : 240 Mpa (polos)

    Mutu baja tulangan, fy : 350 Mpa (ulir)

    Gambar Abutment

    Tegangan Yang Diijinkan (SNI 03 2847 2002)

    Tegangan Ijin Beton Prategang Mutu beton prategang (fc) 50 Mpa. Tegangan ijin sesuai dengan kondisi gaya pratekan dan

    tegangan beton pada tahap beban kerja, tidak boleh melampaui nilai berikut:

    1. Keadaan awal, sesaat sesudah penyaluran gaya prategang (sebelum terjadinya kehilangan tegangan) (pasal 20.4.1)

    2. Tegangan serat tekan terluar

    Untuk Gelagar ~Untuk Plat

    fb = 0.6 fc fb = 0.6 fc

    = 0.6 x 50 = 0.6 x 30

    = 30 Mpa = 18 Mpa

    ~Untuk Gelagar ~Untuk Plat

    1. ft = ft =

    = x

    = x

    = 1.768 Mpa = 1.369 Mpa

    2. Keadaan akhir, setelah kehilangan gaya prategang (pasal 20.4.2) 1. Tegangan serat tekan terluar

  • ~Untuk Gelagar ~Untuk Plat

    fb = 0.45 fc fb = 0.45 fc

    = 0.45 x 50 = 0.45 x 30

    = 22.5 Mpa = 13.5 Mpa

    2. Tegangan serat tarik terluar

    ~Untuk Gelagar ~Untuk Plat

    ft = ft =

    = x

    = x

    = 3.536 Mpa = 2.739 Mpa

    3. Mutu beton pada saat penegangan

    fci = 0.8 fc

    = 0.8 x 50

    = 40 Mpa

    Modulus elastisitas beton

    1. Beton prategang fc = 50 Mpa

    Ec = 4700

    = 4700 x

    = 33234.02 Mpa

    2. Beton konvensional fc = 30 Mpa

    Ec = 4700

  • = 4700 x

    = 25742.96 Mpa

    Dimana: Ec = modulus elastisitas beton prategang (Mpa)

    Ec = modulus elastisitas beton konvensional (Mpa)

    fc = mutu beton prategang (Mpa)

    fc = mutu beton konvensional (Mpa)

    1. Tegangan Ijin Tendon Prategang

    Digunakan tendon VSL dengan sifat-sifat:

    Diameter nominal = 12.5 mm

    Luas tampang nominal = 98.7 mm2

    Beban putus minimum = 18.75 ton

    = 18750 kg

    = (18750 x 9.81) N

    = 183937.5 N

    Beban leleh (20%) = 18750 x 0.8

    = 15000 kg

    = (15000 x 9.81) N

    = 147150 N

    Tegangan putus minimum (fpu) =

    = 1863.6 Mpa

    Tegangan leleh (fpy) =

    = 1490.88 Mpa

    Modulus elastisitas (Es) = 200000 Mpa

    Tegangan tarik pada tendon prategang tidak boleh melampaui:

    1. Akibat gaya pengangkuran tendon

    fp = 0.94 fpy

    = 0.94 x 1490.88

    = 1401.43 Mpa

    Tetapi tidak lebih dari

    fp = 0.80 fpu

    = 0.80 x 1863.6

    = 1490.88 Mpa

    2. Sesaat setelah penyaluran gaya prategang

    fp = 0.82 fpy

  • = 0.82 x 1490.88

    = 1222.52 Mpa

    Tetapi tidak lebih dari

    fp = 0.74 fpu

    = 0.74 x 1863.6

    = 1379.06 Mpa

    3. Tendon pasca tarik, pada daerah angkur dan sambungan, segera setelah penyaluran gaya

    fp = 0.70 fpu

    = 0.70 x 1863.6

    = 1304.52 Mpa

    Perencanaan Trotoir dan Plat Lantai

    Perencanaan Trotoir

    Gambar Rencana Trotoir Pendimensian Sandaran Sandaran direncanakan menumpu pada tiang sandaran dengan bentang 2 m, yang di

    rencanakan menahan beban merata vertikal sebesar 0.75 kN/m. Direncanakan Sandaran

    dengan penampang pipa bulat, data sebagai berikut:

    D (diameter) = 60.5 mm

    t (tebal) = 3.2 mm

    G (berat) = 4.52 kg/m

    W (momen tahanan) = 7.84 cm3

    (tegangan ijin) = 1600 kg/cm2

    Pembebanan:

    ~ beban mati (qd) = 4.52 kg/m

    beban ultimate qdu = 4.52 x 1.1 = 5 kg/m

    ~ beban hidup (ql) = 0.75 kN/m = 75 kg/m

    beban ultimate qlu = 75 x 2 = 150 kg/m

    ~ beban ultimate (qu) = qdu + ql

    u

    = 5 + 150

    Qu = 155 kg/m

  • Gambar Pembebanan & Statika Pada sandaran Dari hasi analisa statika dengan mengunakan program STAAD PRO, diperoleh momen

    maksimum , yaitu sebesar 0.642 kNm.

    Mmax = 0.642 kNm

    = 6420 kgcm

    =

    =

    = 818.878 kg/cm2 < = 1600 kg/cm2

    Jadi, dipakai pipa baja diameter 60.5 mm sebagai sandaran.

    Perencanaan Tiang Sandaran

    Tiang sandaran direncanakan menerima beban terpusat dari sandaran sebesar w x L, yang

    bekerja horisontal pada ketinggian 0.9 m dari permukaan trotoir. Direncanakan dimensi tiang

    sandaran dengan lebar 15 cm, dan tinggi 20 cm, dengan asumsi tiang sandaran sebagai balok

    kantilever.

    Gaya Yang Bekerja Pada Tiang Sandaran Pembebanan

    ~ beban mati (pd)

    berat sendiri tiang (atas/pd1) = 0.15 x 0.2 x 0.65 x 24 = 0.468 kN

    beban ultimate pd1u = 46.8 x 1.3 = 0.6084 kN

    berat sendiri tiang (bawah/pd2) = 0.15 x 0.2 x 0.38 x 24 = 0.274 kN

    beban ultimate pd2u = 27.4 x 1.3 = 0.3562 kN

  • berat 1 pipa sandaran (pd3) = 0.0452 x 2 = 0.0904 kN

    beban ultimate pd3u = 0.0904x 1.1 = 0.0995 kN

    ~ beban hidup (pl) = 0.75 kN

    beban ultimate plu = 0.75 x 2 = 1.5 kN

    Momen yang terjadi

    Mmax = pd1u

    x X2 pd2u

    x X1 + pd3u

    x X2 + plu

    x 90 + plu

    x 45

    = 0.6084 x 5 0.3562 x 3.6 + (2 x 0.0995) x 5 + 1.5 x 90 + 1.5 x 45

    = 205.255 kNcm

    Vu = 2 x plu

    = 2 x 1.5 kN = 3000 N

    Perhitungan penulangan

    Data perencanaan:

    b = 150 mm

    h = 200 mm

    fc = 30 Mpa

    fy = 240 Mpa

    Direncanakan tulangan pokok 10, sengkang 6

    d = h selimut beton

    sengkang ( x Tul. Tarik)

    = 200 20 6 ( x 10)

    = 169 mm

    A. Penulangan lentur

    Mu = 205.255 kNcm = 205.255 x 104 Nmm

    Mn = = 256.569 x 104 Nmm

    Rn = = 0.59888 Mpa

    m = = 9.412

    Rasio penulangan keseimbangan (b);

  • b =

    =

    = 0.0645

    max = 0.75 x b

    = 0.75 x 0.0645 = 0.048375

    min = = = 0.005834

    Rasio penulangan perlu

    =

    =

    = 0.002525

    < min 0.002525 < 0.005834 (digunakan min)

    As perlu = min

    x b x d

    = 0.005834 x 150 x 150

    = 131.265 mm2

    Digunakan tulangan tarik 2 10

    As ada = 2 x ( x x 2

    )

    = 2 x ( x x 102 )

    = 157.08 mm2

    > As perlu = 131.265 mm2

    .( O.K )

    b min = 2 x selimut beton + 2 x sengkang + n x D Tul. Tarik + (n 1) x 25

    = 2 x 40 + 2 x 6 + 2 x 10 + ( 2 1 ) x 25

    = 137 mm < b = 150 mm .( O.K )

    As tekan = 20 % x As perlu

    = 0.2 x 131.265 = 26.253 mm2

    Dipakai tulangan 2 10 mm

  • As ada = 2 x ( x x 2

    )

    = 2 x ( x x 102 )

    = 157.08 mm2 > As tekan = 26.253 mm

    2 .( O.K )

    B. Penulangan geser

    Vc = 1/6 x

    x b x d

    = 1/6 x

    x 150 x 149

    = 20402.67 N

    Vc = x 0.6 x 20402.67

    = 6120.8 N > Vu = 1500 N (tidak diperlukan tulangan geser)

    Cukup dipasang sengkang praktis. Digunakan 6 150 mm yang dipasang disepanjang

    tiang.

    Gambar Penulangan Tiang Sandaran

    Perencanaan Kerb

    Kerb direncanakan untuk menahan beban tumbukan arah menyilang sebesar 100 kN, yang

    bekerja sebagai beban titik. Direncanakan kerb terbuat dari beton bertulang, dengan dimensi

    lebar 20 cm dan tinggi 25 cm, menggunakan beton dengan mutu fc 30 Mpa, tulangan baja

    mutu fy 240 Mpa, yang dipasang 2 10 pada masing-masing sisinya, dan sengkang 6

    200 mm sepanjang kerb.

    Gambar Penulangan Kerb Perencanaan Plat Lantai

    Plat lantai direncanakan dengan tebal 20 cm yang menumpu pada 5 tumpuan yang menerima

    beban mati dan terpusat.

  • Pembebanan

    Beban mati

    1. Beban pada plat trotoir

    Beban merata

    ~ berat plat lantai = 0.20 x 1 x 24 = 4.8 kN/m

    beban ultimate = 4.8 x 1.3 = 6.24 kN/m

    ~ berat plat lantai trotoir = 0.25 x 1 x 23 = 5.75 kN/m

    beban ultimate = 5.75 x 1.3 = 7.475 kN/m

    ~ berat air hujan = 0.05 x 1 x 10 = 0.5 kN/m

    Beban ultimate = 0.5 x 1.2 = 0.6 kN/m +

    qd1u = 14.315 kN/m

    Beban terpusat

    pdu = pd1

    u + pd2

    u + 2.pd3

    u

    = 0.6084 + 0.3562 + (2 x 0.0995)

    = 1.1636 kN

    1. Beban pada plat lantai kendaraan

    ~ berat plat lantai = 0.20 x 1 x 24 = 4.8 kN/m

    beban ultimate = 4.8 x 1.3 = 6.24 kN/m

    ~ berat aspal = 0.05 x 1 x 22 = 1.1 kN/m

    beban ultimate = 1.1 x 1.2 = 1.32 kN/m

    ~ berat air hujan = 0.1 x 1 x 10 = 1 kN/m

    beban ultimate = 1 x 1.2 = 1 kN/m +

    qd2u = 8.56 kN/m

    1. Beban mati tambahan

    Beban mati tambahan berupa pelapisan ulang lapisan aspal dengan tebal 50 mm

    ~ berat aspal = 0.05 x 1 x 22 = 1.1 kN/m

    beban ultimate qd3u = 1.1 x 2 = 2.2 kN/m

    Beban hidup

    Beban pada plat trotoir

    Beban merata

    ~ beban pejalan kaki = 5 kPa x 1 m = 5 kN/m

    beban ultimate ql1u = 5 x 2 = 10 kN/m

    Beban terpusat

    plu = 1.5 kN

    Beban pada plat lantai kendaraan

    # Faktor beban dinamis (DLA)

  • K = 1 + DLA ,

    Faktor beban dinamis untuk truk adalah 0.3 (BMS 92, hal 2-20)

    maka K = 1 + 0.3 = 1.3

    # Beban truk T

    Beban truk T sebesar 200 kN, maka tekanan untuk satu roda:

    Pu =

    = = 260 kN

    Skema pembebanan

    Kondisi I

    Gambar Skema Pembebanan Kondisi I

    Kondisi II

    Gambar Skema Pembebanan Kondisi II

    Kondisi III

    Gambar Skema Pembebanan Kondisi III

    Kondisi IV

    Gambar Skema

    Pembebanan Kondisi IV

  • Kondisi V

    Gambar Skema Pembebanan Kondisi V

    Kondisi VI

    Gambar Skema

    Pembebanan Kondisi VI

    Penulangan Plat Lantai Kendaraan

    Dari hasi analisa statika dengan mengunakan program STAAD PRO, diperoleh

    momen maksimum pada kondisi II, yaitu:

    o Mmax tumpuan = 77.976 kNm

    o Mmax lapangan = 71.471 kNm

    Data perencanaan:

    fc = 30 Mpa

    fy = 350 Mpa

    Tebal plat (h) = 200 mm

    Direncanakan tulangan pokok D 16 dan tulangan bagi 10

    Selimut beton = 20 mm

    dx = h selimut beton (1/2 )

    = 200 20 (1/2 x 16)

    = 172 mm

    Untuk perhitungan penulangan, diambil momen

    termaksimum

    Mu = 77.976 kNm = 77.976 x 106 Nmm

    Mn = = 97.47 x 106 Nmm

    Rn = = 3.2945 Mpa

    m = = 13.7255

    Rasio penulangan keseimbangan (b);

  • b =

    =

    = 0.0391128

    max = 0.75 x b

    = 0.75 x 0.0391128 = 0.02933459

    min = = = 0.004

    Rasio penulangan perlu

    =

    =

    = 0.010115

    > min 0.010115 > 0.004 (digunakan )

    As perlu = x b x d

    = 0.010115 x 1000 x 172

    = 1739.78 mm2

    Digunakan tulangan pokok D 16 mm

    Perhitungan jarak (S) dan As ada

    o As = x x D2

    = x x 162

    = 201.06 mm2

    S = = 115.5 mm 100 mm

    As ada = = 2010.6 mm2

    Diperoleh As ada > As perlu , maka dipakai tulangan pokok D 16 100

    As tulangan bagi = 20 % x As perlu

  • = 0.2 x 1902.89

    = 380.578 mm2

    Dipakai tulangan 10 mm

    As bagi = x x 2

    = x x 102

    = 78.54 mm2

    S = = 206.37 mm 200 mm

    o As ada = = 392.7 mm2

    Diperoleh As ada > As perlu , maka dipakai tulangan bagi 10 200

    Gambar Penulangan Plat Lantai Kendaraan

    Perencanaan Struktur Gelagar

  • Gambar Bagian-bagian

    Penampang Jembatan

    Desain Penampang Balok

    Perencanaan awal dari dimensi penampang balok dengan suatu rumus

    pendekatan, yaitu tinggi balok (h) = , dimana L adalah panjang balok

    = 40 m, maka h = 1.6 2.35 m. Direncanakan balok dengan tinggi 1.65 m.

    Penampang balok seperti pada gambar di bawah ini.

  • Gambar Penampang Balok Prategang

    Perhitungan Section Properties

    Penampang Balok Tengah

    o Sebelum komposit

    Tabel Perhitungan Section Properties Balok Tengah Sebelum Komposit

    Bag. A

    (cm2)

    y (cm)

    A x y (cm

    3)

    Momen Inersia I (cm

    4)

    I 30 x 80 = 2400 150 360000 (1/12 x 80 x 30

    3 + 2400 x 67.5

    2)

    = 11115000 II 105 x 40 = 4200 82.5 346500 1/12 x 40 x 1053 = 3858750

    III 30 x 80 = 2400 15 36000 (1/12 x 80 x 30

    3 + 2400 x 67.5

    2)

    = 11115000

    IV 2( x 20 x 5) = 100 133.3 13333.33 (1/36 x 20 x 5

    3 + 50 x 50.8

    2) x 2

    = 258541.67

    V 2( x 20 x 5) = 100 31.7 3166.67 (1/36 x 20 x 5

    3 + 50 x 50.8

    2) x 2

    = 258541.67 AP = 9200

    759000 IP = 26605833.33

    o = = 82.5 cm

    o = 165 82.5 = 82.5 cm

  • o = = 2891.94 cm2

    o = = 35.05 cm

    o = = 35.05 cm

    o Setelah komposit

    Jarak efektif antar gelagar sebesar 175 cm. Karena mutu beton plat dan balok berbeda,

    maka lebar efektif plat komposit dengan balok prategang adalah:

    beff

    x n (n adalah rasio perbandingan antara mutu beton, n = 0.77)

    175 x 0.77 = 134.75 cm

    Tabel Perhitungan Section Properties Balok Tengah Setelah Komposit

    Bag. A

    (cm2)

    y (cm)

    A x y (cm

    3)

    Momen Inersia I (cm

    4)

    I 30 x 80 = 2400 150 360000 (1/12 x 80 x 30

    3 + 2400 x 46.54

    2)

    = 5378927.19

    II 105 x 40 = 4200 82.5 346500 (1/12 x 40 x 105

    3 + 4200 x 20.96

    2)

    = 5703431.54

    III 30 x 80 = 2400 15 36000 (1/12 x 80 x 30

    3 + 2400 x 88.46

    2)

    = 18959280.28

    IV 2( x 20 x 5) = 100 133.3 13333.33 (1/36 x 20 x 5

    3 + 50 x 29.88

    2) x 2

    = 89396.42

    V 2( x 20 x 5) = 100 31.7 3166.67 (1/36 x 20 x 5

    3 + 50 x 71.79

    2) x 2

    = 515528.9

    VI 20 x 134.75 = 2695 175 471625 (1/12 x 134.75 x 20

    3 + 2695 x 71.54

    2)

    = 13883794.43 Ac = 11895

    1230625 Ic = 44530358.76

    o = = 103.46 cm

  • o = 165 103.46 = 81.54 cm

    o = = 3743.62 cm2

    o = = 36.19 cm

    o = = 45.91 cm

    Penampang Balok Ujung

    1. Sebelum komposit

    Ap = b x h = 80 x 165 = 13200 cm2

    Ip = 1/12 x b x h3 = 1/12 x 80 x 165

    3 = 29947500 cm

    4

    = = 82.5 cm

    = 165 82.5 = 82.5 cm

    1. Setelah komposit

    Tabel Perhitungan Section Properties Balok Ujung Setelah Komposit

    Bag. A

    (cm2)

    y (cm)

    A x y (cm

    3)

    Momen Inersia I (cm

    4)

    I 165 x 80 = 13200 82.5 1089000 (1/12 x 80 x 165

    3 + 13200 x 15.68

    2)

    = 33194287.54

    II 20 x 134.75 = 2695 175 471625 (1/12 x 134.75 x 20

    3 + 2695 x 76.82

    2)

    = 15992466.2 Ac = 22415

    1560625 Ic = 49186753.75

  • = = 98.18 cm

    = 165 98.18 = 86.82 cm

    Pembebanan

    Beban Tetap

    Akibat berat sendiri balok

    Bj beton = 25 kN/m3

    Luas penampang (Ap) = 9200 cm2 = 0.92 m

    2

    qd1 = Bj x Ap

    = 25 x 0.92

    = 23 kN/m

    Akibat beban mati (plat lantai, lapisan aspal & air hujan)

    Bj beton = 24 kN/m3

    Bj aspal = 22 kN/m3

    Bj air = 10 kN/m3

    Jarak efektif antar gelagar = 175 cm = 1.75 m

    Tebal plat = 20 cm = 0.2 m

    Tebal aspal = 5 cm = 0.05 m

    Tebal air = 10 cm = 0.1 m

    Luas penampang plat (A1) = 1.75 x 0.2 = 0.35 m2

    Luas penampang aspal (A2) = 1.75 x 0.05 = 0.0875 m2

    Luas penampang air (A3) = 1.75 x 0.1 = 0.175 m2

    qd2 = Bj beton x A3 + Bj aspal x A2 + Bj air x A3

    = 24 x 0.35 + 22 x 0.0875 + 10 x 0.175

    = 12.075 kN/m

    Akibat diafragma

    Bj beton = 25 kN/m3

    Tebal diafragma (t) = 15 cm = 0.15 m

    Gambar Penampang Diafragma

  • Luas penampang (A) = (135 x 105) (2 x (AIV + AV))

    = 13975 cm2 = 1.3975 m

    2

    Pd = Bj x A x t

    = 25 x 1.3975 x 0.15

    = 5.24 kN

    Beban Lalu Lintas

    1. Beban lajur D 2.

    Gambar Penyebaran Beban Lajur Beban lajur D terdiri dari beban tersebar merata (UDL/Uniformly Distributed Load) yang

    digabung dengan beban garis (KEL/Knife Edge Load).

    Gambar Beban Yang Bekerja Pada Arah Melintang Jembatan

    a. Besarnya beban terbagi rata (UDL) tergantung pada panjang total yang dibebani (L).

    L = 40 m > 30 m, maka:

    q =

    =

    = 7 kPa

    Jarak efektif antar gelagar = 175 cm = 1.75 m, maka beban merata yang bekerja di sepanjang

    gelagar adalah:

    ql1 = 1.75 x q

    = 1.75 x 7

    = 12.25 kNm

    b. Beban terpusat P yang ditempatkan tegak lurus arah lalu lintas pada jembatan adalah

    sebesarnya 44.0 kN/m.

    Faktor Beban Dinamik untuk KEL lajur D, untuk bentang (LE) = 40 m, nilai DLA = 0.4.

    Maka: K = 1 + DLA

    K = 1 + 0.4 = 1.4

  • Jarak efektif antar gelagar = 175 cm = 1.75 m, maka beban terpusat yang bekerja pada

    gelagar adalah:

    pl1 = 1.75 x P x K

    = 1.75 x 44 x 1.4

    = 107.8 kN

    1. Beban Rem

    Pengaruh percepatan dan pengereman dari lalu lintas diperhitungkan sebagai gaya

    dalam arah memanjang, dan dianggap bekerja pada permukaan lantai jembatan.

    Besarnya gaya rem tersebut tergantung dari panjang struktur (L), yaitu untuk L = 40

    m 80 m, gaya rem = 250 kN.

    Gambar Beban Rem Yang Bekerja Pada Arah Memanjang Jembatan

    Aksi Lingkungan

    Beban angin

    Kendaraan yang sedang berada di atas jembatan, beban garis merata tambahan arah

    horizontal diterapkan pada permukaan lantai sebesar:

    TEW = 0.0012CW(VW)2 kN/m

    Dimana: Vw = kecepatan angin rencana = 30 m/det

    Cw = koefisien Seret = 1.2

    TEW = 0.0012 x 1.2 x 302

    = 1.296 kN/m

    Analisa Statika

    Beban Tetap

    Gambar Diagram Momen dan Gaya Lintang Akibat Berat Sendiri

    1. Akibat berat sendiri

  • Reaksi tumpuan:

    RA = RB = x q x L

    = x 23 x 40

    = 460 kN

    Momen & Gaya Lintang pada setiap titik:

    Momen pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;

    Mx = (RA

    x X) ( x q x X2)

    Gaya Lintang pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;

    Vx = RA (q x X)

    Maka:

    Titik A, X = 0 m MA = 0 kNm

    VA = 460 kN

    Titik 1, X = 2 m M1 = 874 kNm

    V1 = 414 kN

    Titik 2, X = 4 m M2 = 1656 kNm

    V2 = 368 kN

    Titik 3, X = 6 m M3 = 2346 kNm

    V3 = 322 kN

    Titik 4, X = 8 m M4 = 2944 kNm

    V4 = 276 kN

    Titik 5, X = 10 m M5 = 3450 kNm

    V5 = 230 kN

    Titik 6, X = 12 m M6 = 2864 kNm

    V6 = 184 kN

  • Titik 7, X = 14 m M7 = 4186 kNm

    V7 = 138 kN

    Titik 8, X = 16 m M8 = 4416 kNm

    V8 = 92 kN

    Titik 9, X = 18 m M9 = 4554 kNm

    V9 = 46 kN

    Titik 10, X = 20 m M10 = 4600 kNm

    V10 = 0 kN

    2. Akibat beban mati

    VA =241,5 kN VB = 241,5 kN Gambar Diagram Momen dan Gaya Lintang Akibat Beban Mati Reaksi tumpuan:

    RA = RB = x q x L

    = x 12.075 x 40

    = 241.5 kN

    Momen & Gaya Lintang pada setiap titik:

    Momen pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;

    Mx = (RA

    x X) ( x q x X2)

    Gaya Lintang pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;

    Vx = RA (q x X)

    Maka:

    Titik A, X = 0 m MA = 0 kNm

    VA = 241.5 kN

    Titik 1, X = 2 m M1 = 458.85 kNm

    V1 = 217.35 kN

    Titik 2, X = 4 m M2 = 869.4 kNm

    V2 = 193.2 kN

    Titik 3, X = 6 m M3 = 1231.65 kNm

    V3 = 169.05 kN

    Titik 4, X = 8 m M4 = 1545.6 kNm

    V4 = 144.9 kN

  • Titik 5, X = 10 m M5 = 1811.25 kNm

    V5 = 120.75 kN

    Titik 6, X = 12 m M6 = 2028.6 kNm

    V6 = 96.6 kN

    Titik 7, X = 14 m M7 = 2197.65 kNm

    V7 = 72.45 kN

    Titik 8, X = 16 m M8 = 2318.4 kNm

    V8 = 48.3 kN

    Titik 9, X = 18 m M9 = 2390.85 kNm

    V9 = 24.15 kN

    Titik 10, X = 20 m M10 = 2415 kNm

    V10 = 0 kN

    Gambar Diagram Momen dan Gaya Lintang Akibat Diafragma

    1. Akibat diafragma

    Reaksi tumpuan:

    RA = RB = x P

    = x 5.24 x 11

    = 28.823 kN

    Momen & Gaya Lintang pada setiap titik:

    Momen pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;

    Mx = (RA

    x X) (p x X)

    Gaya Lintang pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;

    Vx = VA p

    Maka:

    Titik A, X = 0 m

    MA = 0 kNm

    VA = RA = 28.823 kN

    Titik 1, X = 2 m

    M1 = (28.823 x 2) (5.24 x 2)

    = 47.166 kNm

    V1 = VA = 28.823 kN

    Titik 2, X = 4 m

    M2 = (28. 823 x 4) (5.24 x 4)

    = 94.331 kNm

    V2 = 28.823 5.24

    = 23.583 kN

  • Titik 3, X = 6 m

    M3 = (28. 823 x 6) (5.24 x 6) (5.24 x 2)

    = 131.016 kNm

    V3 = V2 = 23.583 kN

    Titik 4, X = 8 m

    M4 = (28. 823 x 8) (5.24 x 8) (5.24 x 4)

    = 167.7 kNm

    V4 = 23.583 5.24

    = 18.342 kN

    Titik 5, X = 10 m

    M5 = (28. 823 x 10) (5.24 x 10) (5.24 x 6) (5.24 x 2)

    = 193.903 kNm

    V5 = V4 = 18.342 kN

    Titik 6, X = 12 m

    M6 = (28. 823 x 12) (5.24 x 12) (5.24 x 8) (5.24 x 4)

    = 220.106 kNm

    V6 = 18.342 5.24

    = 13.102 kN

    Titik 7, X = 14 m

    M7 = (28. 823 x 14) (5.24 x 14) (5.24 x 10) (5.24 x 6) (5.24 x 2)

    = 235.828 kNm

    V7 = V6 = 13.102 kN

    Titik 8, X = 16 m

    M8 = (28. 823 x 16) (5.24 x 16) (5.24 x 12) (5.24 x 8) (5.24 x 4)

    = 251.55 kNm

    V8 = 13.102 5.24

    = 7.861 kN

    Titik 9, X = 18 m

    M9 = (28. 823 x 18) (5.24 x 18) (5.24 x 14) (5.24 x 10) (5.24 x 6) (5.21 x 2)

    = 256.791 kNm

    V9 = V8 = 7.861 kN

    Titik 10, X = 20 m

    M10 = (28. 823 x 20) (5.24 x 20) (5.24 x 16) (5.24 x 12) (5.24 x 8) (5.21 x 4)

    = 262.031 kNm

    V10 = 7.861 5.24

    = 2.62 kN

    Beban Lalu Lintas

    Akibat beban lajur

  • Gambar Diagram Garis Pengaruh Momen dan Gaya Lintang Akibat Beban Lajur Reaksi tumpuan:

    Reaksi tumpuan terbesar terjadi pada saat beban p berada di atas tumpuan.

    RA = RB = ( x q x L) + P

    = ( x 12.25 x 40) + 107.8

    = 352.8 kN

    Mencari ordinat max (Y) & luas garis pengaruh (A):

    Titik A, X = 0 m YA = 0 m

    AA = 0 m2

    Titik 1, X = 2 m Y1 = = 1.9 m

    A1 = x 1.9 x 40 = 38 m2

    Titik 2, X = 4 m Y2 = = 3.6 m

    A2 = x 3.6 x 40 = 72 m2

    Titik 3, X = 6 m Y3 = = 5.1 m

    A3 = x 5.1 x 40 = 102 m2

    Titik 4, X = 8 m Y4 = = 6.4 m

    A4 = x 6.4 x 40 = 128 m2

    Titik 5, X = 10 m Y5 = = 7.5 m

    A5 = x 7.5 x 40 = 150 m2

    Titik 6, X = 12 m Y6 = = 8.4 m

    A6 = x 8.4 x 40 = 168 m2

    Titik 7, X = 14 m Y7 = = 9.1 m

    A7 = x 9.1 x 40 = 182 m2

  • Titik 8, X = 16 m Y8 = = 9.6 m

    A8 = x 9.6 x 40 = 192 m2

    Titik 9, X = 18 m Y9 = = 9.9 m

    A9 = x 9.9 x 40 = 198 m2

    Titik 10, X = 20 m Y10 = = 10 m

    A10 = x 10 x 40 = 200 m2

    Momen & Gaya Lintang pada setiap titik:

    Momen pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;

    Mx = (Yx

    x P) + (Ax

    x q)

    Gaya Lintang pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;

    Vx = RA (q x X)

    Maka:

    Titik A, X = 0 m MA = 0 kNm

    VA = 352.8 kN

    Titik 1, X = 2 m M1 = 670.32 kNm

    V1 = 328.3 kN

    Titik 2, X = 4 m M2 = 1270.08 kNm

    V2 = 303.8 kN

    Titik 3, X = 6 m M3 = 1799.28 kNm

    V3 = 279.3 kN

    Titik 4, X = 8 m M4 = 2257.92 kNm

    V4 = 254.8 kN

    Titik 5, X = 10 m M5 = 2646 kNm

    V5 = 230.3 kN

    Titik 6, X = 12 m M6 = 2963.52 kNm

    V6 = 205.8 kN

    Titik 7, X = 14 m M7 = 3210.48 kNm

    V7 = 181.3 kN

    Titik 8, X = 16 m M8 = 3386.88 kNm

    V8 = 156.8 kN

    Titik 9, X = 18 m M9 = 3492.72 kNm

    V9 = 132.3 kN

    Titik 10, X = 20 m M10 = 3528 kNm

    V10 = 107.8 kN

    Beban Rem

  • Gambar Diagram Momen Akibat Beban Rem

    Titik tangkap gaya rem dari permukaan lantai adalah 1.8 m.

    Reaksi tumpuan:

    Reaksi (gaya lintang) pada semua titik adalah sama sepanjang jalur

    RA = RB =

    =

    = 16.5 kN

    Momen pada setiap titik:

    Momen pada semua titik adalah sama sepanjang jalur

    Mr = Gaya Rem x (titik tangkap + ya)

    = 250 x (1.8 + 0.8154)

    = 653.857 kNm

    Aksi Lingkungan

    1. Beban Angin

    Gambar Diagram Momen dan Gaya Lintang Akibat Beban Angin

    Reaksi tumpuan:

    RA = RB = x q x L

    = x 1.296 x 40

    = 25.92 kN

    Momen & Gaya Lintang pada setiap titik:

    Momen pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;

    Mx = (RA

    x X) ( x q x X2)

    Gaya Lintang pada titik X dengan jarak setiap 2.0 m;

    Vx = RA (q x X)

    Maka:

    Titik A, X = 0 m MA = 0 kNm

  • VA = 25.92 kN

    Titik 1, X = 2 m M1 = 49.248 kNm

    V1 = 23.328 kN

    Titik 2, X = 4 m M2 = 93.312 kNm

    V2 = 20.736 kN

    Titik 3, X = 6 m M3 = 132.192 kNm

    V3 = 18.144 kN

    Titik 4, X = 8 m M4 = 165.888 kNm

    V4 = 15.552 kN

    Titik 5, X = 10 m M5 = 194.4 kNm

    V5 = 12.96 kN

    Titik 6, X = 12 m M6 = 217.728 kNm

    V6 = 10.368 kN

    Titik 7, X = 14 m M7 = 235.872 kNm

    V7 = 7.776 kN

    Titik 8, X = 16 m M8 = 248.832 kNm

    V8 = 5.184 kN

    Titik 9, X = 18 m M9 = 256.608 kNm

    V9 = 2.592 kN

    Titik 10, X = 20 m M10 = 259.2 kNm

    V10 = 0 kN

    Tabel Daftar Kombinasi Gaya Lintang

    Beb

    an

    Berat Beban Beban Beban Beban Beban

    Sendir

    i Mati

    Diafragm

    a Lajur Rem Angin

    (kN) (kN) (kN) (kN) (kN) (kN)

    VA 460 241.5

    0 28.823 352.8 16.5

    25.92

    0

    V1 414 217.3

    5 28.823 328.3 16.5

    23.32

    8

    V2 368 193.2

    0 23.583 303.8 16.5

    20.73

    6

    V3 322 169.0

    5 23.583 279.3 16.5

    18.14

    4

    V4 276 144.9

    0 18.342 254.8 16.5

    15.55

    2

    V5 230 120.7

    5 18.342 230.3 16.5

    12.96

    0

    V6 184 96.60 13.102 205.8 16.5 10.36

    8

    V7 138 72.45 13.102 181.3 16.5 7.776

    V8 92 48.30 7.861 156.8 16.5 5.184

    V9 46 24.15 7.861 132.3 16.5 2.592

    V10 0 0 2.620 107.8 16.5 0

  • Tabel Daftar Kombinasi Momen

    Momen Berat Beban Beban Beban Beban

    Beb

    an Kombinasi Momen

    Sendiri Mati

    Diafrag

    ma Lajur Rem

    Ang

    in

    Seblm

    komp. komposit

    1 2 3 4 5 6 7

    Mo MG MT

    8 9 10

    (2+3+

    4)

    (5+6+7

    +9)

    (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm)

    (kN

    m) (kNm) (kNm) (kNm)

    MA 0 0 0 0 653.857 0 0 0 653.85

    7

    M1 874.00

    0

    458.85

    0 47.166

    670.32

    0 653.857

    49.2

    48

    874.00

    0

    1380.0

    16

    2753.4

    40

    M2 1656.0

    00

    869.40

    0 94.331

    1270.0

    80 653.857

    93.3

    12

    1656.0

    00

    2619.7

    31

    4636.9

    80

    M3 2346.0

    00

    1231.6

    50 131.016

    1799.2

    80 653.857

    132.

    192

    2346.0

    00

    3708.6

    66

    6293.9

    94

    M4 2944.0

    00

    1545.6

    00 167.700

    2257.9

    20 653.857

    165.

    888

    2944.0

    00

    4657.3

    00

    7734.9

    65

    M5 3450.0

    00

    1811.2

    50 193.903

    2646.0

    00 653.857

    194.

    400

    3450.0

    00

    5455.1

    53

    8949.4

    10

    M6 3864.0

    00

    2028.6

    00 220.106

    2963.5

    20 653.857

    217.

    728

    3864.0

    00

    6112.7

    06

    9947.8

    11

    M7 4186.0

    00

    2197.6

    50 235.828

    3210.4

    80 653.857

    235.

    872

    4186.0

    00

    6619.4

    78

    10719.

    687

    M8 4416.0

    00

    2318.4

    00 251.550

    3386.8

    80 653.857

    248.

    832

    4416.0

    00

    6985.9

    50

    11275.

    519

    M9 4554.0

    00

    2390.8

    50 256.791

    3492.7

    20 653.857

    256.

    608

    4554.0

    00

    7201.6

    41

    11604.

    825

    M10 4600.0

    00

    2415.0

    00 262.031

    3528.0

    00 653.857

    259.

    200

    4600.0

    00

    7277.0

    31

    11718.

    088

    Perencanaan Perletakan Elastomer

    Dengan menggunakan tabel perkiraan berdasarkan pengalaman, yang tertera pada BMS 1992

    bagian 7, direncanakan perletakan elestomer dengan bentuk persegi dan ukuran denah 810 x

    810 mm, karena lebar gelagar (b) = 800 mm. Karakteristik dari Elastomer adalah sebagai

    berikut:

  • Gambar Bentuk Denah Perletakan Ukuran denah 810 mm

    Tebal selimut atas dan bawah = 9 mm

    Tebal pelat baja = 5 mm

    Tebal karet dalam = 18 mm

    Tinggi keseluruhan = 92 mm

    Beban ternilai pada perputaran nol, pada geser maksimum = 7353 kN

    Beban ternilai pada perputaran maksimum, pada geser maksimum = 3377 kN

    Gaya lintang maksimum yang terjadi pada satu gelagar

    VU = 1718.824 kN < Vperletakan = 3377 kN (O.K)

    Perencanaan Abutment

    Gambar Tampak Melintang Jembatan Perhitungan Pembebanan

    Perhitungan Gaya-gaya Akibat Struktur Atas

    Beban mati

    1. Beban sandaran

    Panjang bentang jembatan = 40 m

    Berat pipa sandaran = 4.52 kg/m

    Berat 1 tiang sandaran = 0.8242 kN

    ~ berat pipa sandaran = 4 x (40 x 4.52) = 723.2 kg = 7.232 kN

    ~ berat tiang sandaran = 42 x (0.8242) = 34.6164 kN +

    Pd1 = 41.8484 kN

    1. Beban trotoir

    Panjang bentang jembatan = 40 m

    Bj beton = 24 kN/m3

  • Bj beton tumbuk = 23 kN/m3

    Tebal plat trotoir = 0.25 m

    Lebar plat trotoir = 0.8 m

    Ukuran balok kerb = 20/25 cm

    ~ berat plat trotoir = 2 x (40 x 0.25 x 0.8 x 23) = 368 kN

    ~ berat kerb = 2 x (40 x 0.25 x 0.2 x 24) = 96 kN +

    Pd2 = 464 kN

    1. Beban plat kendaraan

    Panjang bentang jembatan = 40 m

    Bj beton = 24 kN/m3

    Bj Aspal = 22 kN/m3

    Tebal plat kendaraan = 20 cm = 0.2 m

    Lebar plat kendaraan = 7 m

    Tebal lapisan aspal = 5 cm = 0.05 m

    ~ berat lapisan aspal = 40 x 7 x 0.05 x 22 = 308 kN

    ~ berat plat kendaraan = 40 x 7 x 0.2 x 24 = 1344 kN +

    Pd3

    = 1652 kN

    2. Beban gelagar

    Panjang bentang jembatan = 40 m

    Bj beton prategang = 25 kN/m3

    Ap = 9200 cm2 = 0.92 m

    2

    ~ berat gelagar = 5 x (40 x 0.92 x 25) Pd4 = 4600 kN

    3. Beban diafragma

    Panjang bentang jembatan = 40 m

    Jarak antar diafragma = 4 m

    Bj beton prategang = 25 kN/m3

  • A = 1.3975 m2

    t = 0.15 m

    ~ berat diafragma = 44 x (1.3975 x 0.15 x 25) Pd5 = 230.5875kN

    4. Beban mati tambahan

    Beban mati tambahan berupa pelapisan ulang lapisan aspal dengan tebal 50 mm

    ~ berat lapisan aspal = 40 x 7 x 0.05 x 22 Pd6 = 308 kN

    Beban mati total yang bekerja pada abutment

    Rd =

    =

    = 3648.218 kN

    Beban hidup

    Beban sandaran

    Panjang bentang jembatan = 40 m

    Beban hidup = 0.75 kN/m

    ~ beban hidup pipa sandaran = 2 x (40 x 0.75) Pl1 = 60 kN

    Beban trotoir

    Panjang bentang jembatan = 40 m

    Lebar trotoir = 1 m

    Beban hidup = 5 kPa

    ~ beban hidup trotoir = 2 x (40 x 1 x 5) Pl2 = 400 kN

    Beban plat kendaraan (beban lalu lintas)

    Panjang bentang jembatan = 40 m

  • Lebar plat kendaraan = 7 m

    Gambar 4.62 Penyebaran Beban Lajur

    Gambar Beban Yang Bekerja Pada Arah Melintang Jembatan

    a. Besarnya beban terbagi rata (UDL) tergantung pada panjang total yang dibebani (L).

    L = 40 m > 30 m, maka:

    q =

    =

    = 7 kPa

    ~ beban hidup (UDL) = (40 x 5.5 x 7) x 100% + (40 x 1.5 x 7) x 50%

    Pl3 = 1750 kN

    b. Beban terpusat P yang ditempatkan tegak lurus arah lalu lintas pada jembatan adalah

    sebesarnya 44.0 kN/m.

    Faktor Beban Dinamik untuk KEL lajur D, untuk bentang (LE) = 40 m, nilai DLA = 0.4.

    Maka: K = 1 + DLA

    K = 1 + 0.4 = 1.4

    ~ beban hidup (KEL) = 7 x 44 x 1.4 Pl4 = 431.2 kN

    Beban air hujan

    Panjang bentang jembatan = 40 m

    Bj air = 10 kN/m3

    Lebar plat kendaraan = 7 m

    Lebar plat trotoir = 2 x 1 m

    Tebal air pada plat kendaraan = 10 cm = 0.1 m

    Tebal air pada trotoir = 5 cm = 0.05 m

  • ~ berat air hujan = (40 x 7 x 0.1 x 10) + (40 x 2 x 0.05 x 10)

    Pl5 = 320 kN

    Beban angin

    Panjang bentang jembatan = 40 m

    Kendaraan yang sedang berada di atas jembatan, beban garis merata tambahan arah

    horizontal diterapkan pada permukaan lantai sebesar:

    TEW = 0.0012CW(VW)2 kN/m

    Dimana: Vw = kecepatan angin rencana = 30 m/det

    Cw = koefisien Seret = 1.2

    TEW = 0.0012 x 1.2 x 302

    = 1.296 kN/m

    ~ berat angin = 40 x 1.296 Pl6 = 51.84 kN

    Beban rem

    Pengaruh percepatan dan pengereman dari lalu lintas diperhitungkan sebagai gaya

    dalam arah memanjang. Besarnya gaya rem tersebut tergantung dari panjang struktur

    (L), yaitu untuk L = 40 m 80 m, gaya rem (Hr = 250 kN).

    Gambar Beban Rem Yang Bekerja Pada Arah Memanjang Jembatan

    Beban gesekan

    Gaya gesekan antara beton dengan karet elastomer ( f = 0.15 ; PPPJJR 1987)

    Hg = f x Rd

    = 0.15 x 3648.218

    = 547.2327 kN

  • Beban lalu lintas pada plat injak

    Gambar Beban Lalu Lintas Pada Plat Injak

    Lebar plat kendaraan = 7 m

    Panjang plat injak = 2 m

    q = 1 t/m2 = 100 kN/m

    2

    ~ beban lalu lintas = 7 x 2 x 100 Pl7 = 1400 kN

    Beban mati total yang bekerja pada abutment

    Rl =

    =

    = 1722.12 kN

    Hs = Hr + Hg

    = 250 + 547.2327

    = 797.2327 kN