Perhitungan Beban Pendinginan Pada Perancangan Sistem Tata Udara
-
Upload
abdeddy-irwansyah -
Category
Documents
-
view
679 -
download
8
Transcript of Perhitungan Beban Pendinginan Pada Perancangan Sistem Tata Udara
TUGAS TR-PKU
BEBAN PENDINGIN
Disusun oleh:
NAMA : ABDEDDY HERWANSYAH
BP : 10010112027
KELAS : IIi B Reguler
JURUSAN : TEKNIK MESIN
DOSEN : HANIF ST.MT
POLITEKNIK NEGERI PADANG
T.A 2012/ 2013
PERHITUNGAN BEBAN PENDINGINAN
Kemajuan ilmu dan teknologi di bidang teknik pendingin mendorong
peningkatan kenyamanan pada manusia. Di Indonesia kondisi udara cukup panas
dengan kelembaban yang tinggi, keadaan ini kurang nyaman sehingga diperlukan
alat yang dapat mengubah dari kondisi tersebut menjadi kondisi yang lebih baik. air
conditioning (pengkondisi udara atau tata udara) merupakan suatu proses dari
pengontrolan panas, dingin, kebersihan, dan sirkulasi udara serta kandungan uap air
dari udara. Air conditioning merupakan proses sedangkan mesin atau alatnya disebut
Air Conditioner (AC). Perhitungan beban pendinginan merupakan langkah utama
dalam perancangan suatu sistem air conditioning. perhitungan beban pendinginan
dapat dilakukan secara manual atau bantuan perangkat lunak ms.exel dengan
memasukkan persamaan beban pendinginan
I PENDAHULUAN
Makhluk hidup dapat menyesuaikan dan mempertahankan keterkaitannya
dengan lingkungan. Apabila cuaca buruk, makhluk hidup khususnya manusia
berusaha mencari tempat yang nyaman. Rumah dan gedung mereka rancang sesuai
kebutuhan, agar memiliki kenyamanan. Dahulu, kenyamanan pada rumah dan
gedung hanya membutuhkan ventilasi udara yang cukup, agar udara yang ada pada
ruangan dapat melakukan pertukaran. Sekarang, tingginya tingkat polusi udara yang
disebabkan oleh kendaraan bermotor, pabrik, dan sebagainya khususnya di kota-kota
besar, diperparah dengan naiknya temperatur global sehingga kebutuhan akan
ventilasi udara bukan merupakan syarat utama sebuah bangunan.
Kemajuan ilmu dan teknologi di bidang teknik pendingin mendorong
peningkatan kenyamanan pada manusia. Di Indonesia misalnya, kondisi udara cukup
panas dengan kelembaban yang tinggi, keadaan ini kurang nyaman sehingga
diperlukan alat yang dapat mengubah dari kondisi tersebut menjadi kondisi yang
lebih baik.
W.F. Stoecker dan J.W. Jones (1994 : 1) menyatakan “ Mengondisikan udara
adalah perlakuan terhadap udara untuk mengatur suhu, kelembaban, kebersihan dan
pendistribusiannya secara serentak guna mencapai kondisi nyaman yang dibutuhkan
oleh penghuni didalamnya”. Pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa
mengondisikan udara adalah proses perlakuan terhadap udara melalui
pengaturan temperatur, aliran, kebersihan, dan kelembabannya sehingga
diperoleh kondisi yang diinginkan.
V. Paul Lang (1971: 3) mengemukakan bahwa “Air conditioning is
defined as a process which heats, cools, cleans, and circulates air and
controls its moisture content”. Pernyataan tersebut mengungkapkan bahwa
air conditioning (pengkondisi udara atau tata udara) merupakan suatu
proses dari pengontrolan panas, dingin, kebersihan, dan sirkulasi udara
serta kandungan uap air dari udara.
Air conditioning merupakan proses sedangkan mesin atau alatnya
disebut Air Conditioner (AC). Langkah-langkah yang diambil dalam
mengondisikan udara, yaitu : 1. Perhitungan beban pendinginan pada
ruangan yang dikondisikan 2. Perhitungan saluran udara 3. Pemilihan unit
mesin pengondisian udara 4. Pemilihan alat pendukung (exhaust fan, air
curtain dan lain-lain) Perhitungan beban pendinginan merupakan langkah
utama dalam perancangan suatu sistem air conditioning., karena apabila
tidak tepat akan mengakibatkan beban pendinginan tidak dapat diatasi, dan
kenyamanan udara yang direncanakan tidak optimal. Oleh karena itu air
conditioning memerlukan perhitungan beban pendinginan yang tepat sesuai
dengan beban di ruangan, sehingga pemanfaatannya menjadi efektif dan
efisien.
II. JENIS BEBAN PENDINGIN DAN PERHITUNGAN BEBAN
PENDINGINAN
Beban pendinginan adalah jumlah panas yang harus dipindahkan
dari ruangan yang dikondisikan ke tempat lain oleh mesin pendingin.
Perhitungan beban pendinginan merupakan dasar untuk memilih peralatan
pengkondisian udara yang akan digunakan. Berdasarkan hal di atas maka
beban pendinginan pada sistem air conditioning dapat di bagi dua
berdasarkan sumber panas, yaitu : beban pendinginan dari luar ruangan
meliputi : beban pendinginan melalui dinding,beban pendinginan melalui
atap, dan beban pendinginan melalui lantai serta beban pendinginan dari
dalam ruangan meliputi :
1. beban pendinginan dari manusia.
2. beban pendinginan dari lampu.
3. beban pendinginan dari ventilasi udara.
4. beban pendinginan dari infiltrasi udara.
5. beban pendinginan dari sumber lain (benda yang memiliki
konduktivitas panas).
Contoh-Contoh dari Perhitungan beban pendinginan melalui
dinding, dilakukan studi kasus pada proyek rumah tinggal Jl. Kiputih No.
35, yang telah dikerjakan PT. STM dengan gambar layout ruangan dan
tabel ukuran ruangan sebagai berikut :
Ruangan rumah tidak dikondisikan seluruhnya. Ruangan yang dikondisikan sebanyak 11 ruang yaitu: ruang tidur utama, ruang tidur anak 1, ruang tidur anak 2, ruang tidur anak 3, ruang tidur anak 4, ruang tidur anak 5, ruang keluarga, ruang tidur tamu 1, ruang tidur tamu 2, ruang tidur tamu 3, dan ruang musik/studio. Adapun luas keseluruhan rumah adalah: panjang 29 m (95,14 ft),
lebar 21 m (68,90 ft),
tinggi 2 x 3 m (2x 9,84 ft),
luas 609 m2 (1998,03 ft2),
volume 3654 m3 (11988,19 ft3).
Ukuran pintu 6,9 x 4,9 = 33,81 ft2.
a. Beban pendinginan melalui dinding
Besar beban pendinginan melalui dinding tergantung pada luas
dinding, harga koefisien perpindahan panas dinding (U) dan perbedaan
temperatur luar dengan temperatur ruangan. Menurut Carrier (1965: 1-77)
harga U dapat dihitung menggunakan persamaan:
U = 1/ R
Di mana:
U = Koefisien perpindahan panas dinding (Btu/hr.ft2.oF)
R = Tahanan dinding (hr.ft2.oF/Btu)
Besar beban pendinginan melalui dinding dihitung berdasarkan
persamaan:
Q = U x A x Dte (Carrier, 1965: 1-59)
Di mana:
Q = Laju perpindahan panas (Btu/hr)
U = Koefisien perpindahan panas dari dinding (Btu/h.ft2.oF)
A = Luas permukaan dinding (ft2)
Dte = Perbedaan temperatur diantara dua sisi dalam dan luar(oF)
Konstruksi gedung terdiri dari beberapa ruangan. Konstruksi semua
dinding sama kecuali konstruksi lantai, dan konstruksi atap. Dinding
semuanya terbuat dari bata merah yang diplester pada kedua sisinya.
Tahanan lapisan udara partisi dan tahanan lapisan udara ruangan dalam
keadaan tenang. Konstruksi dan tahanan panas dinding harga R dapat
dilihat adalah sebagai berikut:
b.Beban pendinginan melalui atap
Beban pendinginan melalui atap adalah besar panas yang melalui
atap, perpindahan panas secara konduksi dari luar ke dalam ruangan yang
dikondisikan, menggunakan persamaan:
Q = U x A x Dte (Carrier, 1965: 1-59)
Di mana:
Q = Laju perpindahan panas (Btu/hr)
U = Koefisien perpindahan panas dari atap(Btu/h.ft2.oF)
A = Luas permukaan atap (ft2)
Dte = Perbedaan temperatur antara dua sisi dalam dan luar (oF) Atap
bangunan terbuat dari asbes.
Konstruksi dan tahanan panas atap bangunan adalah sebagai berikut:
c. Beban pendinginan melalui lantai
Beban pendinginan melalui lantai adalah besar panas yang melalui
lantai, perpindahan panas secara konduksi dari luar ke dalam ruangan yang
dikondisikan, menggunakan persamaan:
Q = U x A x D (Dossat,R..J, 1961: 147)
Di mana:
Q = Laju perpindahan panas (Btu/hr)
U = Koefisien perpindahan panas dari lantai(Btu/h.ft2.oF)
A = Luas permukaan lantai(ft2)
D = Perbedaan temperatur pada dua sisi lantai (oF) Lantai 2
bangunan terbuat dari beton yang dilapisi keramik.
Konstruksi dan tahanan panas lantai adalah sebagai berikut:
d. Beban Pendinginan dari manusia
Beban pendinginan dari manusia diakibatkan panas yang
dikeluarkan tubuh yang berada di ruangan. Beban panas yang dikeluarkan
tubuh bergantung dari aktvitas manusia tersebut.
e. Beban pendinginan dari lampu
Beban pendinginan dari lampu didasarkan pada asumsi bahwa semua
lampu yang berada di ruangan menyala selama unit mesin pendingin
beroperasi dapat dilihat pada Carrier (1965: 1–10). Beban panas dari lampu
dapat dihitung dengan persamaan:
Q = Daya x 1,25 x 3,4 (Btu/hr) (Carrier 1965: 1–10)
Di mana:
Daya dalam satuan Watt Lampu yang digunakan adalah jenis
flurosen. Data-data dari lampu adalah sebagai berikut:
f. Beban pendinginan melalui udara ventilasi
Ventilasi udara adalah udara luar yang sengaja dimasukkan ke
ruangan yang dikondisikan. Tujuannya agar udara di ruangan bersirkulasi
sehingga kondisinya tetap segar. Jumlah udara ventilasi tergantung pada
jumlah orang, aktivitasnya, dan luas ruangan. Jumlah udara ventilasi
dihitung berdasarkan debit udara tiap orang. Debit udara, dapat dihitung
beban panas sensibel dan beban panas latennya.
Menurut Harris N.C (1974: 146) beban panas sensibel dan beban
panas laten dapat dihitung dengan persamaan:
Untuk beban panas sensibel yang disebabkan udara adalah:
Qs = cfm x 1,08 x (to – ti)
Di mana:
cfm = Jumlah udara (cfm)
1,08 = Faktor kali untuk beban panas sensibel
to = Temperatur udara luar (oF)
ti = Temperatur udara ruangan (oF)
Qs = Beban panas sensibel (Btu/hr)
Sedangkan untuk beban panas laten yang disebabkan udara adalah:
Ql = cfm x 0,68 x (Wo – Wi)
Di mana:
cfm = Jumlah udara (cfm)
0,68 = Faktor kali untuk beban panas laten
Wo = Spesific humidity udara luar (grain/lb)
Wi = Spesific humidity udara ruangan (grain/lb)
Ql = Beban panas laten (Btu/hr)
Specifik humidity udara didapat berdasarkan psychrometric chart
atau menggunakan perankat lunak CATH. Jumlah ventilasi untuk tiap
orang yang berada di dalam rumah adalah 7,5 Cfm dengan asumsi tidak ada
orang yang merokok di dalam ruangan.
g. Infiltrasi udara
Infiltrasi udara adalah udara yang masuk ke ruangan melalui celah-
celah di sekitar pintu, jendela, dan melaui pintu terbuka. Jumlahnya
tergantung pada kualitas konstruksi jendela atau pintu, kecepatan angin,
dan kerapatan udara ruangan dengan sekelilingnya. Karena infiltrasi udara
tidak bisa dihindari, maka diperlukan suatu cara agar infiltrasi tidak terlalu
besar. Proses pengondisian tekanan udara di dalam ruangan lebih tinggi
dari tekanan udara di luar ruangan. Beban pendinginan yang disebabkan
infiltrasi udara melalui dinding dapat dicari menggunakan persamaan:
Karena beban ventilasi udara lebih besar dari beban pendinginan
akibat infiltrasi udara, maka beban pendinginan yang diperhitungkan dalam
perancangan ini adalah beban pendinginan akibat ventilasi udara. Setelah
dilakukan perhitungan, beban pendinginan melalui udara infiltrasi adalah:
h. Beban pendinginan dari sumber lain
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Beban pendinginan dari sumber lain adalah beban yang disebabkan
oleh peralatan yang dapat menimbulkan panas. Beban pendinginan ini
dapat juga disebabkan adanya kebocoran pada saluran udara, penambahan
panas ini memiliki toleransi ± 10% dari room sensible heat (RSH).
III. ANALISIS PERHITUNGAN BEBAN PENDINGINAN
Analisis beban pendinginan dapat dilakukan dengan bantuan
perangkat lunak ms.excel, dengan memasukkan persamaan-persamaan
beban pendinginan di atas, sebagai berikut :
Analisis kondisi udara luar untuk mengetahui temperatur udara
kering (trm), temperatur udara basah (trm), relative humidity (RH), dew
point (DP), spesific humidity (Wrm), dan entalphy (hrm). Psycrometric
chart atau mengunakan perangkat lunak CATH. diagram psycrometric
sebagai berikut :