PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

93
PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT MAWASANGKA KABUPATEN BUTON TENGAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh LULU Nim. 105381102816 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI 2020

Transcript of PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

Page 1: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA

MASYARAKAT MAWASANGKA KABUPATEN

BUTON TENGAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

LULU

Nim. 105381102816

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

2020

Page 2: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

vi

Page 3: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …
Page 4: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Ketika telah melakukan yang terbaik yang kita bisa,

Maka kegagalan bukan sesuatu yang harus disesalkan,

Tapi jadikanlah pelajaran atau motivasi diri

Jangan pernah bertanya tantang “apa yang sudah diberikan orang,

masyarakat, bangsa, negara dan agama kepada kita?”

Tetapi bertanya lah kepada diri kita “apa yang sudah kita berikan

kepada orang lain, masyarakat, bangsa, negara dan agama?”

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan hasil karya sederhana ini buat kedua orang tuaku tercinta, adik-

adikku, teman-temanku dan seluruh keluarga besarku, atas keikhlasan dan doanya

serta perhatian dan motivasinya dalam setiap langkahku, pengorbanan kalian

membangkitkan semangatku untuk meraih kesuksesan.

Page 5: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

vii

ABSTRAK

Lulu, 2020, Pergeseran Bahasa Daerah Muna Pada Masyarakat Mawasangka

Kabupaten Buton Tengah. Skripsi. Jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pembimbing 1 Sitti Fatimah Tola dan Pembimbing 2 Sulvahrul Amin.

Bahasa dalam kehidupan manusia merupakan suatu kebutuhan dasar

sebagaimana halnya dengan bernafas, makan, minum, dan kegiatan lainnya yang

bersifat alamiah. Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

Pergeseran Bahasa kadang-kadang mengakibatkan kepunahan Bahasa. Hal ini

terjadi manakala guyub bergeser ke bahasa baru secara total sehingga bahasa

terdahulu jarang di pakai.

Tujuan penelitian ini adalah pergeseran bahasa daerah Muna pada

masyarakat Mawasangka Kabupaten Buton Tengah. Jenis penelitian dengan

pendekatan studi kasus yang bertujuan untuk mengungkap pergeseran bahasa

daerah Muna pada masyarakat Mawasangka Kabupaten Buton Tengah. Informan

ditentukan secara purposive sampling, berdasarkan karakteristik informan yang

telah ditetapkan yaitu pemerintah desa, tokoh masyarakat, masyarakat desa. Teknik

pengumpulan data, penyajian data, reduksi data dan pengambilan kesimpulan.

Sedangkan teknik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber, teknik waktu.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga cara yaitu, observasi,

wawancara, dan dokumentasi

Hasil penelitian ini menunjukan bahasa daerah Muna desa Balobone

dikalangan remaja dan anak-anak hampir dalam setiap berkomunikasi tidak

menggunakan bahasa daerah baik lingkungan keluarga, masyarakat, maupun

lingkungan pendidikan, mereka mayoritas menggunakan bahasa Indonesia

sehingga kaku berkomunikasi menggunakan bahasa daerah karena ketidakbiasaan.

Kosa kata dalam bahasa daerah Muna masyarakat Mawasangka desa Balobone

banyak yang mengalami pergeseran atau penyerapan ke dalam bahasa Indonesia,

dalam bertutur masyarakat terpengaruh oleh kata-kata dari penutur sebelumnya

yang menghasilkan kata-kata baru, dan merasa nyaman dalam bertutur.

Kata Kunci: Pergeseran Bahasa Daerah, dan Masyarakat Mawasangka

Page 6: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

viii

ABSTRACT

Lulu, 2020, Muna Regional Language Shift in the Mawasangka Community of

Central Buton Regency. Essay. Department of Sociology Education, Faculty of

Teacher Training and Education. Muhammadiyah University of Makassar.

Supervisor 1 Sitti Fatimah Tola and Supervisor 2 Sulvahrul Amin.

Language in human life is a basic need as well as breathing, eating, drinking,

and other natural activities. Language cannot be separated from human life.

Language Shift sometimes results in Language extinction. This happens when

guyub completely shifts to a new language so that the previous language is less

used.

The purpose of this study is to shift the regional language of Muna in the

Mawasangka community of Central Buton Regency. This type of research uses a

case study approach that aims to reveal the shift in the Muna regional language in

the Mawasangka community of Central Buton Regency. Informants are determined

by purposive sampling, based on the characteristics of the informants who have

been determined, namely the village government, community leaders, and village

communities. Data collection techniques, data presentation, data reduction and

conclusion. Meanwhile, the data validity technique used source triangulation and

time technique. Collecting data in this study using three ways, namely, observation,

interviews, and documentation.

The results of this study indicate the local language of Muna, Balo Bone

village among adolescents and children, almost every time they communicate they

do not use regional languages, both family, community, and educational

environments, they mostly use Indonesian so they are stiff communicating using

regional languages because of unfamiliarity. Many of the vocabulary in the Muna

regional language of the people of Mawasangka, Balo Bone village, have

experienced a shift or absorption into Indonesian, in speaking the community is

influenced by the words of previous speakers which produce new words, and feel

comfortable in speaking.

Keywords: Regional Language Shift, and Mawasangka Society

Page 7: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

ix

KATA PENGANTAR

حيم حمن الره الره بسم الله

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Shalawat serta salam

tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya. Selanjutnya,

penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada semua

pihak yang membantu kelancaran penulisan proposal ini, baik berupa dorongan

moril maupun materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut,

sulit rasanya bagi penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya

bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan proposal ini. Disamping itu, izinkan

penulis untuk menyampaikan ucapan terimakasih kepada kedua orang tuaku dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: Bapak Prof. DR. H. Ambo Asse., M.

Ag. Selaku rektor Unismuh Makassar, Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Makassar, Bapak Drs. H. Nurdin, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi dan

Bapak Kaharuddin, S.Pd.,M.Pd.,Ph.D, Sekertaris Jurusan Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar,

Ibu Dra. Hj. St. Fatimah Tola, M.Si sebagai pembimbing I, dan Bapak Sulvahrul

Amin, S.Pd.,M.Pd selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Segenap Dosen Jurusan

Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar atas bekal ilmu yang telah diberikan kepada penulis

sejak pertama menjadi mahasiswa.

Page 8: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

viii

Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi masukan yang bermanfaat, khususnya

bagi penulis selaku calon pendidik dan pembaca pada umumnya. Semoga segala

jerih payah serta kerja keras kita bernilai ibadah disisih Allah S.W.T. Amiin….

Makassar, November 2020

Penulis

Page 9: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

1

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN .................................................................................. iv

SURAT PERJANJIAN ...................................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ................................................................ vii

ABSTRAK BAHASA INGGRIS ..................................................................... viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 3

A. Latar Belakang .......................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 6

E. Definisi Operasional.................................................................................. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 8

A. Kajian Konsep ........................................................................................... 8

B. Kajian Teori ............................................................................................ 25

C. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 29

D. Kerangka Pikir ......................................................................................... 30

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 31

Page 10: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

2

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian.............................................................. 31

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 31

C. Informan Penelitian ................................................................................. 31

D. Fokus Penelitian ...................................................................................... 33

E. Instrumen Penelitian................................................................................ 33

F. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 35

G. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 35

H. Teknik Analisis Data ............................................................................... 37

I. Teknik Keabsahan Data .......................................................................... 37

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN.............................. 38

A. Sejarah Lokasi Penelitian ........................................................................ 38

B. Keadaan Geografis .................................................................................. 41

C. Keadaan Penduduk .................................................................................. 43

D. Keadaan Pendidikan ................................................................................ 45

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 51

A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 51

1. Pergeseran Bahasa Daerah Muna Pada Masyarakat Mawasangka

Kabupaten Buton Tengah .................................................................. 51

a) Penggunaan Bahasa Daerah Masyarakat Mawasangka Kabupaten

Buton Tengah

2. Faktor-faktor Pergeseran Bahasa Daerah Muna Pada Masyarakat

Mawasangka Kabupaten Buton Tengah............................................ 70

B. Pembahasan ............................................................................................ 72

1. Pergeseran Bahasa Daerah Muna Pada Masyarakat Mawasangka

Kabupaten Buton Tengah ................................................................ 72

Kesesuaian Teori

2. Faktor-faktor Pergeseran Bahasa Daerah Muna Pada Masyarakat

Mawasangka Kabupaten Buton Tengah ........................................... 75

Kesesuaian Teori

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 76

A. Kesimpulan ............................................................................................ 76

B. Saran ....................................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 78

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 11: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa bukan hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, melainkan juga

sebagai proses berpikir manusia dalam usaha memahami dunia luar, baik secara

objektif maupun secara imajinatif (Kaelan, 2002:17). Oleh sebab itu, bahasa

selain memiliki fungsi komunikatif, juga memiliki fungsi kognitif dan emotif.

Fungsi komunikatif setiap bahasa pada umumnya memiliki struktur yang tertata,

termasuk struktur bahasa daerah.

Bahasa daerah adalah khazanah penting yang selalu siap untuk

dimanfaatkan sebagai sumber perbendaharaan kata bahasa Indonesia. Suatu

ancaman terhadap bahasa daerah, jika tidak memengaruhi bahasa Indonesia

(Masinanbow dan Haenen, 2002:28). Salah satu hal yang dapat mengancam

bahasa daerah adalah jumlah penuturnya yang sedikit karena bahasa yang

demikian adanya akan terancam punah sehingga kemungkinan semakin kecil

peranannya terhadap bahasa Indonesia.Bahasa daerah sangat besar peranannya

dalam memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Peran bahasa daerah sebagai

pemerkaya khazanah bahasa Indonesia dianggap sebagai suatu hal yang wajar

dan positif.

Dalam rangka meralisasikan hasil seminar politik Bahasa Nasional,

upaya yang dapat yaitu memantapkan bahasa daerah sebagai kekayaan budaya

iv

Page 12: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

4

saat ini. misalnya dengan pembinaan dan pengembangan. (Masinanbow dan

Haenan, 2002:28). Bahasa daerah Muna merupakan salah satu bahasa daerah

yang patut mendapatkan pembinaan dan pengembangan tersebut. Di sisi lain,

dokumentasi bahasa daerah termasuk bahasa muna adalah langkah ekstensif

untuk tetap mempertahankan bahasa daerah agar tetap dilestarikan.

Salah satu langkah konkret dalam pembinaan, pengembangan, dan

dokumentasi bahasa muna adalah dengan penyusunan kaidah atau aturan

kebahasaan dengan diadakannya penelitian-penelitian lanjutan untuk

memperkaya kaidah-kaidah bahasa Muna walaupun beberapa penelitian dalam

bahasa muna telah dilakukan.

Bahasa daerah yang masih banyak digunakan oleh pemakainya hingga

saat ini sebagai alat menuangkan segala pikiran maupun perasaan dalam

kehidupan sehari-hari, yaitu bahasa daerah Muna yang merupakan salah satu

kebudayaan yang berada di Sulawesi Tenggara. Oleh sebab itu, bahasa Muna

dianggap sebagai salah satu penunjang kebudayaan masyarakat. Namun, bahasa

Muna sendiri kian hari semakin menurun dikarenakan generasi milenial tidak

lagi menggunakan bahasa daerah dalam kesehariannya. Keresahan tersebut

dipandang perlu pendekumentasian pada bahasa daerah Muna.

Penutur bahasa Muna meliputi seluruh Kabupaten Muna yang luasnya

427.500Ha. Selain di Kabupaten Muna, penutur bahasa muna juga dapat

dijumpai di Kabupaten Buton, Buton tengah Buton Utara, Bombana, dan Kota

Baubau (Pusat Bahasa, 2008:86). Secara geografis, Kabupaten Muna dibatasi

oleh Selat Tiworo dan Selat Wawonii di sebelah Utara, Laut Banda di sebelah

Timur, Kabupaten Buton Utara di sebelah Selatan, dan Selat Muna di sebelah

Page 13: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

5

Barat. Bukan hanya di Sulawesi Tenggara, penutur bahasa muna juga tersebar di

berbagai daerah di Indonesia (Sukmawati, 2006:15).

Dialek Tongkuno dan dialek Gu Mawasangka merupakan bagian dari

bahasa Muna (Yatim dalam Munarika, 2002:1). BM dialek Tongkuno yang

mana penuturnya mendiami wilayah Katobu, Bata Laiworu, Lasalepa,

Napabalano, Duruka, Lohia, Kabawo, Lawa, Kusambi, Watuputih, Kontunaga,

Tongkuno, Maligano, Pasir Putih, serta Wakorumba Selatan. Di sisi lain, BM

dialek Gu Mawasangka, penuturnya mendiami wilayah Muna Selatan yang

meliputi Gu, Lakudo, Mawasangka, Siompu, dan Talaga.

Burhanudin (1979) berpendapat bahwasanya bahasa muna memilki lima

dialek, diantaranya Wuna (dengan tiga subdialek: Wuna, Bombonawula, dan

Mawasangka), dialek Gu (Lakudo), dialek Katobengke, dialek Kadatua, dan

dialek Siompu (Pusat Bahasa, 2008:87). Di lain pihak, Kaseng (1987:7),

membagi Bahasa muna menjadi tiga, diantaranya (1) bahasa Kulisusu yang

terdapat di sebagian Kecamatan Kulisusu, (2) bahasa Kambowa yang sebagian

terdapat di Kecamatan Kulisusu, dan (3) bahasa muna yang terdapat di

Kecamatan Katobu, Lawa, Tiworo Kepulauan, Kabawo, Tongkuno,

Wakorumba, dan sebagian kecil di Kecamatan Kulisusu.

Berbagai pendapat diutarakan mengenai jumlah dialek dalam bahasa

Muna, diantaranya menyebutkan dua dialek, lima dialek serta tiga dialek. (Yatim

dalam Munarika, 2002:1; Burhanudin, 1979; Kaseng, 1987:7). Meskipun

demikian, apabila dilihat secara umum BM hanya memiliki dua dialek, yaitu

dialek Tongkuno dan dialek Gu Mawasangka. Dalam penelitian ini difokuskan

pergeseran bahasa daerah muna pada masyarakat kabupaten buton tengah. dialek

Page 14: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

6

Tongkuno sebagai objek penelitian. Penetapan dialek Tongkuno sebagai objek

penelitian karena dialek ini memiliki jumlah penutur lebih banyak tersebar pada

beberapa kecamatan.

Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian sebelumnya

terhadap bahasa muna pada umumnya dan penelitian sintaksis pada khususnya.

Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber

informasi, seperti yang diungkapkan oleh Samarin (1988:17) bahwa penelitian

bahasa sebagai penelitian lapangan sangat penting untuk menunjang

perkembangan bahasa Nusantara.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka peneliti perlu melakukan

penelitian dengan judul “Pergeseran Bahasa Daerah Muna Pada Masyarakat

Mawasangka Kabupaten Buton Tengah”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pergeseran bahasa daerah muna pada masyarakat mawasangka

kabupaten buton tengah?

2. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran bahasa daerah

muna pada masyarakat mawasangka kabupaten buton tengah?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pergeseran bahasa daerah muna pada masyarakat

mawasangka kabupaten buton tengah?

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran bahasa

daerah muna pada masyarakat mawasangka kabupaten buton tengah?

D. Manfaat Penelitian

Page 15: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

7

Manfaat yang diharapkan penelitian ini yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah referensi terhadap kajian sosiologi, terkait dengan pergeseran

bahasa daerah muna pada masyarakat mawasangka kabupaten buton

tengah

b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan

atau acuan bagi penelitian selanjutnya yang terkait dengan penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian dapat digunakan oleh masyarakat muna dan mawasangka.

untuk mengetahui pergeseran bahasa daerah muna pada masyarakat

Mawasangka kabupaten Buton Tengah.

E. Definisi Operasional

1. Pergeseran adalah ketidaksesuaian unsur-unsur kebudayaan dalam suatu

masyarakat menimbulkan keadaan yang fungsinya tidak serasi bagi

kehidupan masyarakat.

2. Bahasa adalah bagian dari kebudayaan dan bahasalah yang memungkinkan

pengembangan kebudayaan sebagaimana kita kenal sekarang.

3. Masyarakat adalah sekelompok individu yang tinggal dalam suatu tempat

tertentu, saling berinteraksi dalam waktu yang relatif lama, mempunyai adat

istiadat dan aturan-aturan tertentu dan lambat laun membentuk sebuah

kebudayaan.

Page 16: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Konsep

1. Definisi Pergeseran

Pergeseran adalah ketidaksesuaian unsur-unsur kebudayaan dalam

suatu masyarakat menimbulkan keadaan yang fungsinya tidak serasi bagi

kehidupan masyarakat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia modern dijelaskan

bahwa pergeseran berasal dari kata geser yang berarti:

a. Bergeser, beringsut,beralih tempat

b. Pergantian, pindah tempat

Beberapa pengertian pergeseran yang lain dalam kamus besar bahasa

Indonesia yaitu:

a. Bergesekan

b. Peralihan, perpindahan, pergantian

Dilihat dari kata, pergeseran mengandung pengertian perubahan posisi

atau perubahan sosial.

Perubahan struktur maupun tatanan didalam masyarakat yang meliputi

pola pikir, sikap, serta kehidupan sosial demi mendapatkan penghidupan yang

lebih layak merupakan proses dari pergeseran.

Perubahan kehidupan masyarakat yang berlangsung terus-menerus dan

tidak akan berhenti, dikarenakan tidak ada masyarakat yang berhenti pada

satu titik sepanjang masa. Hal tersebut merupakan definisi dari perubahan

Page 17: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

9

sosial. Para sosiolog memberikan tanggapan mengenai masyarakat dinamis

serta masyarakat statis. Yang mana masyarakat statis merupakan masyarakat

yang sedikit sekali mengalami perubahan di dalamnya serta prosesnya

berjalan lambat. Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan dibekali akal budi

untuk meningkatkan potensi di dalam dirinya serta menjadi pembeda dengan

makhluk lainnya. Untuk memecahkan masalah hidup, manusia menggunakan

akalnya untuk berpikir. Agar dapat membedakan antara yang baik dan buruk

akal dan budi harus dipadukan. Budi adalah bagian dari kata hati yang berupa

paduan akal dan perasaan.

Untuk menciptakan, mengkreasi, memperlakukan, memperbaharui,

memperbaiki, mengembangkan, serta meningkatkan segala hal, merupakan

tujuh kemampuan yang dimiliki oleh setiap manusia yang telah dibekali akal-

budi agar dapat berinteraksi dengan alam maupun manusia lainnya.

(Herimanto dan Winarno, 2009). Tujuh kemampuan yang telah disebutkan di

atas merupakan potensi yang dimiliki oleh setiap manusia yang dapat

membantu kepentingannya dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya,

seperti mempertahankan dan meningkatkan derajat kehidupannya,

mengembangkan sisi kemanusiaannya, dengan cara menciptakan kebudayaan

(selanjutnya manusia juga mengkreasi, memperlakukan, memperbarui,

memperbaiki, mengembangkan dan meningkatkan kebudayaan).

Perubahan sosial tidak terlepas dari adanya perubahan kebudayaan.

Kebudayaan ini sendiri dihasilkan dari akal-budi manusia. Kingsley Davis

(Soerjono Soekanto, 2000) berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan

bagian dari perubahan kebudayaan. Adapun menurut PB Horton dan CL Hunt

Page 18: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

10

(1992), tidak sedikit perubahan besar yang terjadi mencakup aspek sosial

budaya. Oleh sebab itu, apabila menggunakan istilah baik istilah perubahan

sosial maupun perubahan budaya, perbedaan keduanya tidak terlalu

diperhatikan. Bahkan, kedua istilah tersebut seringkali ditukar pakaikan,

kadang kala digunakan istilah perubahan sosial budaya (socio cultural

change) agar dapat mencakup kedua jenis perubahan tersebut. Asalkan

perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang

sama yaitu kedua-duanya bersangkut-paut dengan suatu penerimaan cara-

cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi

kebutuhan – kebutuhannya. Adapun masyarakat dinamis adalah masyarakat

yang mengalami berbagai perubahan yang cepat.

Definisi Perubahan sosial yang diutarakan oleh para ahli:

1. Macionis (Sztompka, 2010:5) perubahan sosial adalah transformasi dalam

organisasi masyarakat, dalam pola berfikir dan dalam perilaku pada waktu

tertentu.

2. Parsell (Sztompka, 2010 : 5)

Perubahan sosial adalah modifikasi atau transformasi dalam organisasi

masyarakat.

3. Ritzer (Sztompka, 2010 : 5)

Perubahan sosial merupakan perubahan yang mengacu pada variasi

hubungan antara individu, kelompok, organisasi, kultur dan masyarakat

pada waktu tertentu.

Page 19: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

11

4. Farley (Sztompka, 2010:5) perubahan sosial adalah perubahan pola

prilaku, hubungan sosial, lembaga, dan struktur sosial pada waktu tertentu.

Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan

sosial terjadi karena ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial di kalangan

masyarakat, maka berakibat menghasilkan pola kehidupan yang baru atau

berbanding terbalik dengan pola kehidupan sebelumnya. Perubahan nilai-

nilai sosial, norma-norma sosial, susunan lembaga kemasyarakatan, pelapisan

sosial, kelompok sosial, interaksi sosial, pola-pola perilaku, kekuasaan dan

wewenang, serta berbagai segi kehidupan masyarakat lainnya merupakan

bagian dari perubahan sosial itu sendiri.

Pergeseran nilai, norma, sikap atau pola dalam masyarakat

merupakan definisi dari perubahan sosial. Perubahan berkaitan dengan

inovasi. Yogi dalam LAN (2007:115), inovasi sangat erat kaitannya dengan

lingkungan yang berkarakteristik dinamis serta berkembang. Apabila dilihat

dari berbagai perspektif Pengertian inovasi sendiri sangat beragam. Menurut

Rogers dalam LAN (2007:115) mendefinisikan bahwa inovasi adalah sebuah

ide, praktek, atau objek yang dianggap baru oleh individu satu unit adopsi

lainnya. Agar dapat memiliki manfaat yang lebih bagi masyarakat dibutuhkan

proses pembaharuan dari berbagai sumber daya dalam hal ini inovasi. Dengan

memfungsikan teknologi, maka dapat memudahkan dalam hal memproduksi

berbagai produk baru. Akan tetap hal tersebut sangat berpengaruh terhadap

inovasi.

Keberadaan bahasa saat ini dalam kehidupan manusia mempunyai

peranan yang sangat penting. Yang mana bahasa merupakan alat yang

digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari. Bahasa juga menjadi kunci

Page 20: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

12

penentu proses perubahan. Tetapi, hal tersebut terkadang kurang begitu

dipahami oleh penuturnya. Sehingga sebuah peradaban tidak terasa, termasuk

bahasa di dalamnya, yang telah mengalami pergeseran. Dalam hal inilah

faktor penutur bahasa menjadi penentu keberadaan suatu bahasa di dalam

kehidupan. Keadaan tersebut tak jarang dapat ditemukan pada setiap bahasa,

terkhusus bahasa daerah itu sendiri.

Setiap anggota masyarakat wajib memilih salah satu bahasa yang

akan digunakan nantinya dalam berkomunikasi. Persamaan dalam tulisan ini

adalah meneliti tentang pergeseran bahasa yang ada di daerah muna dan

mawasangka. Penggunaan bahasa yang dilakukan oleh masyarakat yang

harus memilih bahasa daerah yang multilingual. Lokasi tempat pergeseran

sama-sama terjadi di daerah muna dan mawasangka. Perbedaannya adalah

pergeseran Bahasa daerah yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan oleh

kalangan remaja. Dalam penelitian ini pola hubungan yang terjadi dalam

ranah keluarga di daerah muna yang yang dilakukan anggota keluarga dan

pergeseran yang terjadi dalam bahasa daerah ini adalah bahasa muna yang

mulai bergeser ke mawasangka.

2. Pengertian Bahasa

Bahasa tidak hanya milik perorangan melainkan milik sosial.

Apabila bahasa dituturkan secara perorangan, artinya orang tersebut

berperilaku secara individu seperti individu lainnya. Mereka dapat

menuturkan bahasa, dialek, atau ragam bahasa yang sama yaitu menggunakan

kode yang sama, dan berhubungan dengan kelompok masyarakat tutur yang

sama. Bahasa merupakan milik sosial dalam studi ilmu sosiolinguistik,

Page 21: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

13

artinya studi tentang penggunaan bahasa di antara kelompok tutur.

“Kelompok” merupakan konsep yang sulit untuk dijelaskan tetapi harus kita

pahami. Orang dapat membentuk kelompok berdasar satu atau lebih alasan

yaitu; alasan sosial, agama, politik, budaya, keluarga, pekerjaan dan lain lain.

Kelompok bias bersifat temporer maupun semi temporer dan tujuan

anggotanya dapat diubah. Bentuk kelompok sosiolinguistik secara umum

telah mencoba mempelajari studi yang disebut masyarakat tutur. Lyon (1970)

dalam Wardhaugh (2002) menawarkan definisi yang disebut masyarakat tutur

yang “sebenarnya”; semua orang yang menggunakan bahasa (atau dialek).

Tetapi hal itu kemudian mengubah dari isu menjadi membuat definisi tentang

bahasa (dialek) juga sekaligus definisi tentang bahasa masyarakat tutur. Apa

yang diuraikan sebelumnya menyampaikan secara tidak langsung bahwa

bahasa akan dituturkan dengan berbeda berdasarkan kategori sosial. Oleh

karena itu, organisasi sosial alam mengelompokkan ragam bahasa yang

mereka tuturkan. Meskipun ada perbedaan dalam istilah sebagai masyarakat

tutur dan pembuat tutur, pada dasarnya mereka memiliki tujuan yang sama.

Mereka membahas tentang bahasa yang digunakan dalam masyarakat dimana

mereka dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok seperti; usia, jenis

kelamin, pendidikan, kelas sosial, politik, dan sebagainya.

Kecenderungan masyarakat tutur ketika berinteraksi dengan yang

lainnya adalah menuturkan bahasa yang dapat dimengerti satu sama lain atau

dengan kata lain bahasa memiliki kejelasan (intelligibility) untuk membuat

mereka mereka menjadi bagian dari komunitas tersebut. Hal itu juga

membuat mereka tidak bisa menuturkan hanya satu bahasa saja tanpa

Page 22: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

14

mengetahui bahasa lainnya. Jika seseorang tidak pernah meninggalkan daerah

asalnya, hal ini menyebabkan mereka hanya mengetahui satu bahasa saja

yaitu bahasa daerahnya. Dia tidak akan tahu bahasa lain kecuali bahasanya

sendiri. Masyarakat seperti itu disebut masyarakat tertutup yang tidak pernah

membangun kontak dengan masyarakat tutur lainnya. Biasanya ini

disebabkan daerah yang sangat terisolasi atau memang tidak ingin

berkomunikasi dengan masyarakat lainya. Oleh karena itu bentuk masyarakat

seperti ini dikenal sebagai masyarakat tutur statis yang akan tetap menjaga

kondisi sebagai masyarakat monolingual. Akan tetapi masyarakat yang hanya

menuturkan satu bahasa jarang ditemukan sekarang ini, sedikitnya mereka

mengetahui dua bahasa meskipun tidak menguasai bahasa kedua sebaik

bahasa pertamanya.

Sebaliknya, masyarakat tutur terbuka akan membangun hubungan

dengan masyarakat lainnya dimana mereka akan mengalami kontak bahasa

beserta semua fenomena bahasa yang ada. Ada beberapa fenomena bahasa

yang terjadi sebagai akibat dari kontak bahasa seperti; diglosia, campur kode,

alih kode, interferensi, integrasi, konvergensi, dan pemertahanan bahasa

(Chaer dan Leoni) Sebagaimana masyarakat terbuka yang dapat berinteraksi

dengan masyarakat lainnya, mereka akan tahu bahasa lain selain bahasa

ibunya. Jika seorang dapat menguasai dua bahasa dia akan dikenali sebagai

bilingualism. Istilah bilingualisme masih menjadi debat diantara para ahli

linguistic kaitannya dengan penguasaan dua bahasa jika dikaitkan dengan

bilingual.

Page 23: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

15

Ahli linguistic berpendapat bahwa orang yang dikategorikan sebagai

bilingual jika dia menguasai dua bahasa meskipun dia tidak menguasai bahasa

kedua sebaik bahasa pertamanya. Ada juga ahli yang berpendapat bahwa

seperti apapun kemampuan kedua bahasa yang dimiliki, tidak perlu memiliki

penguasaan yang sama pada kedua bahasa, orang tersebut sudah bisa

dikatakan bilingual.

a. Pemertahanan Bahasa dan Pergeseran Bahasa

Jika membahas tentang pergeseran bahasa maka secara otomatis

berhubungan dengan pemertahanan bahasa dan kepunahan bahasa.

Fenomena bahasa ini adalah kumpulan pengaruh dari adanya pilihan

bahasa. Pergeseran bahasa semata-mata berarti penggunaan bahasa yang

sangat terbatas baik dari segi penutur maupun tempat dimana dituturkan.

Sebaliknya pemertahanan bahasa yaitu jika bahasa tersebut tetap

digunakan meskipun dalam kondisi sebagai bahasa minoritas yang jumlah

penuturnya tidak banyak karena dituturkan di antara bahasa yang

mayoritas. Kepunahan bahasa akan terjadi jika bahasa tersebut tidak ada

lagi penuturnya dan posisinya diganti oleh bahasa yang sebagian besar

dituturkan oleh masyarakat yang mayoritas.

Pada kenyataannya, istilah ‘maintenance’ dan ‘shift’ yang

diajukan oleh artikel yang pertama kali ditulis oleh Joshua Fishman in

1964. Pemertahanan bahasa berarti penggunaan bahasa yang berkelanjutan

dalam menghadapi persaingan dengan bahasa yang lebih banyak memiliki

kekuatan secara sosial dan regional. Sebaliknya, istilah pergeseran bahasa

artinya pergantian satu bahasa oleh bahasa lainnya sebagai bahasa utama

Page 24: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

16

dalam berkomunikasi dan sosialisasi dalam masyarakat. Adapun istilah

kepunahan bahasa digunakan jika komunitas pengguna bahasa itu tinggal

satu bahkan tidak ada lagi. Penelitian tentang gejala bahasa tersebut telah

lama dilakukan oleh Fishman’s (1966) dan Kloss (1966) yang memberikan

solusi dan upaya-upaya untuk pemertahanan bahasa. Dua studi klasik

tentang pergeseran bahasa dilakukan oleh Nancy Dorian (1981) dan Susan

Gal (1979) pada bahasa Gael di Skotlandia Timur bagian Laut yang

bergeser dari bahasa Hungaria ke bahasa Jerman pada komunitas

Oberwart, Austria. Hingga sekarang, banyak studi yang fokus pada isu-isu

bahasa tersebut sebagai lingkup sosiolinguistik macro (Mesthrie, et, all).

b. Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Pergeseran Bahasa

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi bahasa dapat

dipertahankan oleh penuturnya. Faktor-faktor tersebut juga menjadi alasan

mengapa bahasa dapat bergeser atau sebaliknya dapat dipelihara. Faktor

yang paling jelas yang dapat mempengaruhi pergeseran bahasa adalah

sikap penutur terhadap bahasa daerahnya sendiri. Hal ini dibutikan oleh

berbagai studi yang mengkaji bagaimana sikap dapat mempengaruhi

penggunaan bahasa daerah secara berkelanjutan dari generasi ke generasi.

Pada umumnya, suatu daerah dimana struktur masyarakatnya multi etnis

maka kecenderungan menggunakan satu bahasa (bahasa nasional) sebagai

alat interaksi di antara para masyarakat yang berasal dari berbagai macam

suku. Penggunaan bahasa yang dapat berfungsi sebagai media komunikasi

secara otomatis akan mengurangi tingkat penggunaan bahasa daerah

masing masing secara konstan.

Page 25: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

17

Apa yang dibahas oleh Holmes nampaknya jelas bahwa

pergeseran bahasa secara normal terjadi dalam kelompok bahasa minoritas

yang berpindah ke tempat yang jauh dari tanah kelahirannya. Masyarakat

ini cenderung sering menggunakan bahasa mereka dengan tujuan untuk

menunjukkan identitas diri. Oleh karena itu mereka juga lebih menyukai

tinggal bersama secara berkelompok untuk memudahkan mereka untuk

selalu bertemu dan juga mempertahankan bahasanya karena digunakan

sehari-hari untuk berinteraksi satu sama lain. Faktor lain yang

mempengaruhi pemertahanan bahasa adalah mobilitas atau frekuensi

kunjungan ke tanah kelahiran atau ke daerah lain baik yang lokasinya

terdapat mayoritas suku mereka maupun yang minoritas bermukim di

daerah tersebut. Arus imigran atau pengujung baru secara tetap

membutuhkan penggunaan bahasa yang terus berlanjut. Sebagai contoh

Bahasa daerah Muna mulai bergeser ke daerah Mawasangka.

Holmes 8(1991) juga menambahkan faktor lain yaitu dukungan

institusi yang memberikan perbedaan antara sukses dan gagal dalam

mempertahankan kelompok bahasa minoritas. Pendidikan, hukum. dan

administrasi, agama dan media adalah ranah yang penting yang berkenaan

dengan masalah ini. Kelompok minoritas yang memberdayakan institusi

ini untuk mendukung berhasilnya upaya untuk pemertahanan bahasa. Jika

pemerintah suatu negara bertekad untuk menyelamatkan atau memelihara

bahasa daerah, memberikan peluang untuk melegalisasikan penggunaan

bahasa daerah dalam semua ranah tersebut.

Page 26: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

18

c. Karakteristik Bahasa

Setiap kebudayaan manusia memiliki berbagai macam bahasa,

akan tetapi, karakteristik umum bahasa yaitu sebagai alat untuk

berkomunikasi dan adanya daya cipta individu yang kreatif (Santrock,

1995). Bahasa merupakan suatu sistem simbol untuk berkomunikasi

dengan orang lain. Fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatic

merupakan bagian dari sistem aturan bahasa. Fonologi adalah studi tentang

sistem bunyi-bunyian bahasa. Morfologi berkenaan dengan ketentuan-

ketentuan pengombinasian morfem. Morfem adalah rangkaian bunyi-

bunyian terkecil yang memberi makna pada apa yang diucapkan dan

didengarkan individu. Sintaksis mencakup cara kata-kata dikombinasikan

untuk membentuk ungkapan dan kalimat yang dapat diterima. Semantik

mengacu pada makna kata dan kalimat. Pragmatik sendiri adalah

kemampuan untuk melibatkan diri dalam percakapan yang sesuai dengan

maksud dan keinginan.

Beberapa karakteristik bahasa yang menjadikan bahasa sebagai

aspek khas komunikasi yaitu:

1) Sistematis, adalah suatu cara yang menggabungkan bunyi-bunyian

maupun tulisan dan bersifat teratur, standar, dan konsisten. Setiap

bahasa memiliki tipe konsistensi yang bersifat khas. Bahasa Inggris

memiliki sejumlah variasi pola konsisten yang jumlahnya jauh lebih

banyak dibandingkan pola yang tidak konsisten. Bahasa Indonesia juga

memiliki jenis pola keteraturan tertentu.

Page 27: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

19

2) Arbiter, adalah bahasa yang terdiri dari hubungan antara berbagai

macam suara dan visual, objek, maupun gagasan. Setiap bahasa

memiliki kata-kata yang berbeda dalam memberi simbol pada angka-

angka tertentu. Sebagai contoh kata satu dalam bahasa Indonesia dan

kata one dalam bahasa Inggris merupakan simbol yang memiliki

kesamaan konsep. Beberapa bahasa di dunia memiliki dua puluh enam

jenis huruf alfabet, tetapi negara seperti Cina menggunakan sistem

yang berbeda yang memiliki sekitar tiga ribu karakter. Keputusan yang

bersifat arbitrer (mana suka) akan menentukan cara membaca suatu

bahasa. Dalam membaca bahasa tertentu, Anda harus membacanya

berdasarkan kolom dari atas halaman ke bawah halaman, dari kanan

halaman ke kiri halaman, ataupun dari kiri halaman ke kanan halaman.

3) Fleksibel, memiliki arti bahasa dapat berubah sesuai dengan

perkembangan zaman. Kosa kata terus bertambah mengikuti kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Penambahan ribuan kosa kata tersebut

terdiri atas berbagai kata baru yang berkenaan dengan istilah teknologi,

berbagai singkatan, maupun bahasa jargon yang cukup banyak

digunakan oleh kelompok tertentu.

4) Beragam artinya dalam hal pengucapan, bahasa memiliki berbagai

variasi dialek atau cara. Perbedaan dialek terjadi dalam pengucapan,

kosa kata, dan sintaks. Semula, perbedaan dialek ditentukan oleh

daerah geografisnya, namun sekarang ini kelompok sosial yang

berbeda dalam suatu masyarakat menggunakan dialek yang berbeda

pula. Sebagai contoh Indonesia dengan berbagai budayanya memiliki

Page 28: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

20

ratusan dialek yang digunakan oleh masyarakat. India memiliki lebih

dari dua puluh bahasa dan delapan puluh dialek.

5) Kompleks, yaitu bahwa kemampuan berpikir dan bernalar dipengaruhi

oleh kemampuan menggunakan bahasa yang menjelaskan berbagai

konsep, ide, maupun hubungan-hubungan yang dapat dimanipulasikan

saat berpikir dan bernalar.

Bahasa bukan merupakan prasyarat dalam kemampuan berpikir

yang luas. Akan tetapi, bahasa membantu kemampuan berpikir karena

keduanya berkembang bersama. Misalnya, anak usia kurang dari dua tahun

yang belum memiliki kemampuan bahasa yang baik, anak tersebut sudah

memiliki kemampuan bernalar.Untuk menciptakan pengetahuan dan

konsep kita menggunakan dan memanipulasi bahasa. Anda mungkin

pernah mengalami suatu kejadian dimana Anda memiliki ide, tetapi belum

menyadarinya hingga Anda mengungkapkannya dalam bentuk ucapan

maupun tulisan.

d. Aspek Bahasa

Anak usia dini memperoleh serta mempelajari bahasa agar dapat

berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari sudut pandang

sosialisasinya, bahasa merupakan suatu cara untuk merespon orang lain.

Menyimak, berbicara, membaca, dan menulis merupakan empat

aspek bahasa (Bromley: 1992). Kemampuan berbahasa sendiri berbeda

dengan kemampuan berbicara. Yang mana bahasa merupakan suatu sistem

tata bahasa yang relatif rumit dan bersifat semantik, sedangkan

kemampuan berbicara merupakan suatu ungkapan dalam bentuk kata-kata.

Page 29: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

21

Bahasa ada yang bersifat reseptif (dimengerti, diterima) maupun ekspresif

(dinyatakan). Contoh dari bahasa reseptif adalah mendengarkan dan

membaca suatu informasi, sedangkan contoh bahasa ekspresif adalah

berbicara dan menuliskan informasi untuk dikomunikasikan kepada orang

lain.

Berbagai cara dilakukan oleh seorang anak untuk

mengekspresikan bahasa. Keterampilan menyimak dan membaca

merupakan keterampilan bahasa reseptif karena dalam keterampilan ini

makna bahasa diperoleh dan diproses melalui simbol visual dan verbal. Di

saat seorang anak menyimak maupun membaca, mereka akan memahami

bahasa berdasarkan konsep pengetahuan serta pengalaman mereka masing-

masing. Proses pemahaman (comprehending process) adalah bagian dari

menyimak dan membaca. Berbicara dan menulis merupakan keterampilan

bahasa ekspresif yang melibatkan pemindahan arti melalui simbol visual

dan verbal yang diproses dan diekspresikan anak. Ketika anak berbicara

dan menulis, mereka menyusun bahasa dan mengkonsep arti. Dengan

demikian, berbicara dan menulis adalah proses penyusunan (composing

process).

Dasar bagi seorang anak untuk belajar adalah dengan

mengembangkan keterampilan pemahaman serta penyusunan.

Perkembangan sosial, emosional, fisik, serta kognitif bergantung pada

acara anak itu sendiri dalam menggunakan bahasa dalam kesehariannya.

Keberhasilan anak dalam berbagai area, seperti ilmu

pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan matematika tergantung

Page 30: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

22

pada kemampuan anak untuk memahami dan menyusun bahasa. Thaiss

(dalam Bromley, 1992) mengemukakan bahwa anak dapat memahami dan

mengingat suatu informasi jika mereka mendapat kesempatan untuk

membicarakannya, menuliskannya, menggambarkannya, dan

memanipulasi-nya. Anak belajar membaca dan menyimak jika mereka

mendapat kesempatan untuk mengekspresikan pemahaman mereka dengan

membicarakannya maupun menuliskannya untuk diri mereka sendiri

maupun ditujukan pada orang lain. Belajar terjadi jika ada diskusi antara

guru dan anak, anak dan anak, anak dan buku, anak dan lingkungannya.

Bahasa dan belajar tidak dapat dipisahkan. Kemampuan menggunakan

bahasa secara efektif sangat berperan penting terhadap kemampuan belajar

anak.

Menyimak, berbicara, membaca, dan menulis melibatkan proses

kognitif (berpikir) dan kosa kata yang sama. Namun demikian, ada

beberapa perbedaan keempat aspek bahasa tersebut sebagai berikut.

1) Anak menerima dan mengekspresikan bahasa dengan cara yang unik

dan bersifat individual. Perbedaan tersebut meliputi kosa kata dan

intonasi suara yang digunakan anak.

2) Penerimaan dan pengekspresian bahasa terjadi dengan kecepatan yang

berbeda. Menulis memakan waktu relatif lebih lama dibandingkan

menyimak, berbicara, dan membaca.

3) Aspek bahasa berbeda sesuai dengan daya tahan relatifnya. Membaca

dan menulis melibatkan tinta yang dapat dibaca kembali, diperbaiki,

dan direfleksikan dalam jangka waktu yang lebih lama dibandingkan

Page 31: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

23

dengan berbicara. Menyimak dan berbicara bersifat sementara, kecuali

direkam atau difilmkan untuk dapat dipergunakan lagi. Dengan

demikian, pemahaman terhadap bahasa ekspresif melalui menyimak

berbeda dengan pemahaman bahasa tertulis melalui membaca.

4) Aspek bahasa berbeda dalam kandungan dan fungsinya. Bahasa yang

digunakan dalam diskusi secara verbal seringkali berbeda dengan

bahasa yang digunakan dalam tulisan. Pilihan kata yang dipakai dalam

berbicara akan berbeda dengan yang dipakai dalam menulis. Ekspresi

wajah, bahasa tubuh, dan intonasi suara dalam berbicara dapat

mengubah arti bahasa yang akan disampaikan. Bahasa tertulis bersifat

lebih permanen dibandingkan bahasa lisan sehingga bersifat lebih

formal. Sintaks dalam tulisan juga dapat bersifat lebih akurat daripada

sintaks dalam bahasa lisan. Dalam berbicara sering kali muncul gagasan

baru di tengah kalimat yang belum terselesaikan sehingga bahasa yang

diucapkan merupakan kalimat yang begitu panjang.

Gambar. 2.1 Aspek Bahasa

Page 32: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

24

3. Pengertian Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok individu yang tinggal dalam suatu

tempat tertentu, saling berinteraksi dalam waktu yang relatif lama,

mempunyai adat-istiadat dan aturan aturan tertentu dan lambat laun

membentuk sebuah kebudayaan. Masyarakat juga merupakan sistem sosial

yang terdiri dari sejumlah komponen struktur sosial yaitu: keluarga, ekonomi,

pemerintah, agama, pendidikan, dan lapisan sosial yang terkait satu sama

lainnya, bekerja secara bersama-sama, saling berinteraksi, berelasi, dan saling

ketergantungan (Jabrohim, 2004: 167).

Menurut Mac Iver dan Page dalam Soekanto masyarakat adalah

suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama

antara berbagai kelompok dan penggolongan dan pengawasan tingkah laku

serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini

kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial,

dan masyarakat selalu berubah (Soekanto, 2007: 22).

Menurut Mac Iver dan Charles dalam Soekanto unsur-unsur

perasaan masyarakat antara lain adalah seperasaan, sepenanggungan dan

saling memerlukan, sedangkan tipe-tipe masyarakat menurut Kingsley Davis

dalam Soekanto (2007 134-135) ada empat kriteria yaitu:

a. Jumlah penduduk.

b. Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah pedalaman.

c. Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat.

d. Organisasi masyarakat yang bersangkutan.

Page 33: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

25

B. Kajian Teori

1. Perubahan sosial

Di kalangan remaja khususnya, untuk menganalisis penggunaan

Bahasa Muna maka perlu menggunakan konsep perubahan sosial oleh Piotr

Sztompka. Yang mana konsep perubahan itu disebut juga konsep keselarasan

sosial, penggunaan konsep perubahan sosial milik Sztompka dapat menjadi

alat untuk menganalisis permasalahan yang ingin dijawab oleh peneliti.

Perubahan sosial yang meliputi atom terkecil dari dinamika sosial,

perubahan sistem sosial maupun perubahan dari segi aspek. Namun, keadaan

yang terisolasi merupakan bagian dari perubahan tunggal jarang terjadi.

perubahan itu biasanya berkaitan dengan aspek lain.Yang terpenting adalah

pemikiran tentang “proses sosial” yang melukiskan rentetan perubahan yang

saling berkaitan (Sztompka:2004).

Perubahan yang saling mengikuti satu sama lain dan berhubungan

sebab akibat serta mengacu pada sistem sosial yang sama maupun berbagai

perubahan merupakan bagian dari proses sosial.

Pergantian sosial mencangkup 3 gagasan ialah perbandingan, pada

waktu berbeda, serta di antara kondisi sistem sosial yang sama. Bagi Hawley

dalam piotz( 2004: 3) pergantian sosial merupakan tiap pergantian yang tidak

terulang dari sistem bagaikan satu kesatuan.

Pada tingkatan makro, terjalin pergantian ekonomi, politik, sebaliknya

di tingkatan meso terjalin pergantian kelompok, komunitas, serta organisasi,

serta tingkatan mikro sendiri terjalin pergantian interaksi, serta sikap

Page 34: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

26

individual. Warga bukan suatu kekuatan raga (entity), namun seperangkat

proses yang silih terpaut bertingkat ganda (Sztompka, 2004).

Alfred (dalam Sztompka, 2004), mengatakan warga tidak boleh

dibayangkan bagaikan kondisi yang senantiasa, namun bagaikan proses,

bukan objek seluruh yang kaku namun bagaikan aliran kejadian selalu tiada

henti. Diakui kalau warga ( kelompok, komunitas, organisasi, bangsa) cuma

bisa dikatakan terdapat sepanjang serta sepanjang terjalin suatu didalamnya,

semacam terdapatnya aksi, pergantian, serta proses tertentu yang tetap

bekerja. Sebaliknya Farley mendefinisikan pergantian sosial bagaikan

pergantian pola perilaku, ikatan sosial, lembaga, serta struktur sosial pada

waktu tertentu. Pergantian sosial bisa dibayangkan bagaikan pergantian yang

terjalin di dalam maupun mencakup sistem sosial. Oleh karena itu, ada

perbandingan antara kondisi sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan.

Bahasa bagaikan kontak kebudayaan bisa menimbulkan pergantian

sosial. Pergantian bahasa Jawa Banyumas di golongan anak muda menjadikan

bahasa jadi tidak baku serta ada percampuran bahasa lain. Perpindahan bahasa

wilayah Muna yang terjalin pada golongan anak muda di Mawasangka terjalin

disebabkan letak daerahnya yang terletak di Sulawesi tenggara kabupaten

buton tengah.

2. Sosiolinguistik dan Etnolinguistik

Pergeseran bahasa daerah muna pada masyarakat dan remaja

Mawasangka dapat juga dilihat dengan sosiolinguistik dan etnolnguistik.

Sosiolinguistik ialah cabang ilmu linguistik yang bertabiat interdisipliner

Page 35: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

27

dengan ilmu sosiologi, dengan objek riset ikatan antara bahasa dengan faktor-

faktor sosial di dalam sesuatu warga tutur. Sebaliknya etnolinguistik ialah

ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk ikatan aneka konsumsi bahasa

dengan pola kebudayaan dalam warga tertentu ataupun ilmu yang berupaya

mencari ikatan antara bahasa, pemakaian bahasa serta kebudayaan pada

biasanya.

Sosio merupakan warga, serta linguistik merupakan kajian bahasa. Jadi

sosiolinguistik merupakan kajian tentang bahasa yang berhubungan dengan

keadaan kemasyarakatan. Sosiolinguistik ialah kajian interdisipliner yang

menekuni pengaruh budaya terhadap metode sesuatu bahasa digunakan.

Dalam perihal ini bahasa berhubungan erat dengan warga sesuatu daerah

bagaikan subyek ataupun pelakon berbahasa bagaikan perlengkapan

komunikasi serta interaksi antara kelompok yang satu dengan yang lain.

Etnologi menekuni bahasa dalam kaitannya dengan aspek etnis. Dalam

kamus linguistic (Kridalaksana, 1983: 42) dinyatakan jika etnolinguistik ialah

cabang linguistik yang menyelidiki ikatan antara bahasa serta warga pedesaan

maupun warga yang belum memiliki tulisan ataupun cabang linguistik yang

menyelidiki ikatan bahasa serta perilaku bahasawan terhadap bahasa.

Etnolinguistik membagikan uraian tentang masalah- masalah yang

menyangkut ikatan timbal- balik antara struktur bahasa serta kebudayaan,

ialah bahasa bagaikan sistem kognitif serta manifestasinya dalam penyusunan

area sosial budaya serta biofisik.

Lee Whorf dalam Haviland (1985: 394) bahasa memastikan metode

orang berpikir serta berperan. Ahli- ahli lain berpikiran bahasa mencerminkan

Page 36: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

28

realita kebudayan serta jika kebudayaan berganti, bahasa juga hendak

berganti. Bahasa pada biasanya fleksibel serta gampang menyesuaikan diri

namun sekalipun mapan, suatu sebutan cenderung bertahan serta

mencerminkan dan mengatakan struktur sosial dan persepsi- persepsi

universal serta kepentingan- kepentingan sesuatu kelompok. Bahasa manusia

mulai bagaikan sistem gerakan serta bukan vokal. Macam- macam aspek area

bersama dengan perubahan- perubahan biologis yang terjalin pada homida

ialah latar balik lahirnya bahasa. Pemikiran serta uraian tiap hari, manusia

memastikan urutan logis pengalaman- menciptakan dunia terpilah- pilah serta

logis dalam pemikiran dalam cara-cara yang secara resmi mirip dengan

lapisan tata bunyi.

Bahasa bagaikan perlengkapan komunikasi dalam berhubungan mulai

alami kepudaran pada golongan anak muda. Para anak muda lebih banyak

memakai bahasa- bahasa kombinasi yang berasal dari budaya lain. Anak

muda di Muna perbatasan Mawasangka. Oleh sebab itu Bahasa wilayah Muna

mulai terkontaminasi di Mawasangka.

Alasan menggunakan konsep sosiolinguistik dan etnolinguistik adalah

penelitian ini membahas tentang pergeseran bahasa daerah Muna ke

Mawasangka yang digunakan oleh kalangan remaja, sehingga konsep ini lebih

tepat untuk membahas tentang penelitian ini. Konsep ini membahas tentang

interaksi dan komunikasi oleh masyarakat supaya lebih mengetahui

pergeseran Bahasa daerah Muna yang digunakan oleh remaja dan masyarakat

di Mawasangka.

Page 37: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

29

C. Penelitian Terdahulu

Peneliti yang pertama adalah peneliti yang dilakukan oleh lukman (2014)

yang berjudul “Pergeseran Bahasa-Bahasa Daerah di Sulawesi Selatan: kasus

pergeseran Bahasa Bugis, Makassar, Toraja Dan Enrekang. Penelitian –

penelitian tersebut menunjukan pergeseran Bahasa meskipun pada tingkat yang

berbeda-beda. Bahkan Lukman mengungkapkan bahwa pergeseran Bahasa di

Sulawesi Selatan sudah waktunya untuk mendapat perhatian khusus.

Penelitian yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulis

Triyono (2006) yang menjelaskan bahwa “Pergeseran Bahasa Daerah Akibat

Kontak Bahasa Melalui Pembauran”. Tulisan ini membahas tentang empat hal

permasalahan, yaitu: (1) Situasi kebahasaan dan pergeseran mother language

(Bahasa ibu) warga 13 transmigran asal jawa yang bermukim di desa Sukamaju,

Luwu Timur, (2) Faktor yang berpengaruh terhadap pergeseran Bahasa di

kalangan masyarakat transmigran, (3) Perbedaan pergeseran Bahasa antara

wilayah permukiman yang homogen dan heterogen, dan (4) Faktor yang

dominan berpengaruh terhadap pergeseran Bahasa.

Peneliti yang ketiga adalah peneliti yang dilakukan oleh Suartini (2012)

yang berjudul “Pergeseran Bahasa Bali di Lokasi Transmigrasi Desa Raharja

Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo”. Masalah yang dikaji dalam

penelitian ini, yaitu: (1) Bagaimana pola pergeseran Bahasa masyarakat Bali di

lokasi transmigrasi desa Raharja Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo?,

(2) Bagaimana karakteristik pergeseran Bahasa masyarakat Bali di lokasi

Transmigrasi desa Raharja Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo?, (3)

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pergeseran Bahasa masyarakat Bali

Page 38: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

30

di lokasi transmigrasi desa Raharja Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo.

Hasil penelitian menunjukan pergeseran Bahasa masyarakat Bali dalam ranah

keluarga diasumsikan dapat dibuktikan dengan pemerolehan data penelitian

yaitu percakapan masyarakat Bali dalam ranah keluarga yang berbeda-beda

kasta semua Bahasa yang digunakan tidak sesuai dengan tingkatan kasta

sehingga Bahasa yang digunakan dominan menggunakan Bahasa indonesia dan

Bahasa Melayu dialek Gorontalo.

D. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir ialah wujud kerangka yang di analogi oleh periset buat

melaksanakan riset bersumber pada kasus serta tujuan yang hendak dicapai,

tidak hanya itu pula berperan bagaikan peta konsep dalam riset ini. Kerangka

berfikir ini buat menolong biar tidak terjalin penyimpangan dalam riset.

Kemajuan era serta teknologi membuat anak muda lebih maju dalam

kehidupannya. Banyak anak muda yang mulai terbawa- bawa dengan teknologi,

yang membuat remaja- remaja pula mulai belajar bahasa Asing semacam

bahasa Inggris, apalagi dalam dunia pembelajaran bahasa Inggris ialah perihal

yang lebih berarti dibanding belajar bahasa lokal. Sehingga Bahasa wilayah

Muna di golongan anak muda mulai hadapi perpindahan ke Mawasangka.

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, dimana variabel X yaitu pergeseran

Bahasa Muna sebagai variabel independen sedangkan variabel Y yaitu Faktor

yang mempengaruhi pergeseran Bahasa daerah Muna sebagai variabel

dependent. Dalam penelitian ini penulis mendefinisikan pergeseran bahasa

sebagai suatu tanggapan atau penilaian masyarakat terhadap Pergeseran Bahasa

Daerah Muna pada Masyarakat Mawasangka Kabupaten Buton Tengah.

Page 39: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

31

Penelitian ini diawali oleh semakin banyaknya pergeseran Bahasa daerah

muna pada masyarakat mawasangka tersebut, objek penelitiannya adalah

masyarakat yang ada di daerah muna kabupaten buton tengah.

Pergeseran Bahasa Daerah Muna Pada Masyarakat Mawasangka

Kabupaten Buton Tengah

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir

Masyarakat Mawasangka

Pergeseran Bahasa Daerah Muna

Pada Masyarakat Mawasangka

Faktor-faktor yang mempengaruhi

Pergeseran Bahasa Daerah Muna

Pada Masyarakat Mawasangka

Faktor Sosial Faktor Migrasi

Hasil/ Temuan

Page 40: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, dengan pendekatan studi

kasus. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif tersebut untuk memperoleh

jawaban atas permasalahan yang akan diteliti. Pendekatan studi kasus

merupakan rangkaian kegiatan yang sistematik. Apabila dilihat dari jenis dan

objek yang diteliti maka penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian studi

kasus dengan maksud memberikan gambaran tentang Pergeseran bahasa daerah

muna pada masyarakat mawasangka kabupaten buton tengah.

B. Waktu dan tempat Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih dua bulan terhitung

setelah diterbitkannya surat izin penelitian. Pelaksanaannya di kabupaten buton

tengah.

C. Informan Penelitian

Hal-hal yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah pergeseran

bahasa daerah muna pada masyarakat mawasangka kabupaten buton tengah.

Untuk mengetahui informasi dari beberapa informan dengan teknik purposive

sampling (pengambilan sampel berdasarkan tujuan).

Dalam penelitian ini, ada beberapa informan yang dipilih oleh peneliti

sendiri yang mana informan tersebut memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Kriteria informan dalam penelitian ini meliputi pemerintah yang berperan

sebagai informan kunci yang berjumlah 2 orang.

Page 41: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

33

2. Masyarakat yang tidak memiliki pergeseran Bahasa dan masyarakat yang

memiliki pergeseran bahasa daerah yang berperan sebagai informan utama

masing-masing berjumlah 4 orang.

3. Objek yang akan diambil peneliti di Daerah Muna Mawasangka Kabupaten

Buton Tengah yaitu 10 informan. Informan merupakan bagian dari

masyarakat yang akan dimintai keterangan lebih lanjut di Daerah Muna

Mawasangka Kabupaten Buton Tengah, dimana 10 informan ini dipilih

dengan sengaja dikarenakan sesuai dengan kriteria penelitian.

D. Fokus Penelitian

Adanya fokus penelitian sangat penting sebab dengan adanya fokus

penelitian kita dapat melihat batas dalam mengumpulkan data sehingga akan

lebih terarah pada hal yang akan diteliti nantinya.

Miles dan Hubermas (1999:30) memberikan tanggapan bahwa untuk

menghindari data yang berlimpah maka harus melakukan pembatasan dalam

pengumpulan data dengan reduksi data sehingga variabel-variabel yang tidak

berkaitan akan lebih mudah dikesampingkan.

Titik fokus penelitian ini yaitu Pergeseran Bahasa Daerah Muna pada

Masyarakat Mawasangka Kabupaten Buton Tengah serta factor-faktor yang

mempengaruhi pergeseran Bahasa Daerah Muna Pada masyarakat mawasangka

kabupaten Buton Tengah.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian erat kaitanya dalam penelitian. Menurut Suharsimi

Arikunto (2013:203), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih

Page 42: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

34

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi

instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri, namun selanjutnya

setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan

instrumen penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan

membandingkan data yang telah ditemukan melalui observasi, wawancara, dan

dokumentasi.

Alat yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah: alat tulis menulis,

perekam, (voice recorder), alat potret (kamera) serta alat penunjang lainnya.

1. Melakukan observasi terlebih dahulu di masyarakat Mawasangka

Kabupaten Buton Tengah supaya bisa menyesuaikan dan beradaptasi

dengan lingkungan tempat dimana meneliti nantinya. Alat yang

digunakan peneliti yaitu alat tulis menulis seperti, buku dan pulpen

untuk menulis informasi atau data-data yang didapatkan pada saat

observasi.

2. Pada saat wawancara peneliti mempersiapkan terlebih dahulu hal-hal

apa saja yang mau ditanyakan terkait informasi yang dibutuhkan, supaya

pertanyaan yang disampaikan peneliti tidak melenceng dari apa yang

mau diteliti. Alat yang digunakan peneliti yaitu alat perekam suara

seperti handphone untuk merekam hasil wawancara dengan informan.

3. Peneliti mempersiapkan alat dokumentasi berupa kamera untuk

memotret keadaan dan lingkungan di masyarakat Mawasangka

Kabupaten Buton Tengah.

Page 43: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

35

F. Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini jenis data serta sumber data yang digunakan yaitu:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapatkan oleh peneliti secara langsung

atau tanpa perantara di lapangan. Data primer diperoleh dari sumber

informan yaitu individu atau perorangan seperti hasil wawancara yang

dilakukan oleh peneliti. Data primer ini antara lain:

a. Catatan hasil Wawancara

b. Hasil observasi lapangan

c. Data mengenai informan

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung baik

dari buku jurnal, dan lain-lain. Data ini digunakan sebagai pendukung data

primer.

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Agustang: 2011: 131 mengartikan observasi sebagai pengamatan

langsung dan pencatatan yang dilakukan oleh peneliti secara sistematis dari

fenomena-fenomena yang akan diselidiki. Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan observasi dan wawancara mendalam. Observasi

ini dilakukan agar dapat mengumpulkan informasi yang sesuai dengan

masalah pergeseran dan bentuk pengaruh bahasa daerah muna pada

masyarakat mawasangka. Observasi diartikan lebih spesifik, dimana

Page 44: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

36

pengamatan ini lebih menekankan pada indera penglihatan yang berarti

melibat pergeseran bahasa daerah muna pada masyarakat mawasangka

kabupaten buton tengah.

2. Wawancara (Interview)

Mengajukan pertanyaan secara lisan serta dijawab secara lisan merupakan

definisi dari wawancara (Hadari Nawawi: 2005:111). Wawancara dilakukan

untuk mencari informasi mendalam dan lebih jauh tentang apa yang

dirasakan informan serta apa yang dilihat mengenai pergeseran bahasa muna

pada masyarakat mawasangka. Informasi yang diberikan informan

kemudian diolah, ditafsirkan serta dianalisis oleh peneliti sendiri sehingga

nantinya melahirkan pandangan peneliti tentang data yang akan diolah

tersebut.

Wawancara ini dilakukan dalam bentuk percakapan antara peneliti

dengan informan, menggunakan pedoman wawancara atau daftar

pertanyaan yang meliputi: Bagaimana pergeseran bahasa daerah muna pada

masyarakat mawasangka kabupaten buton tengah serta Bagaimana faktor-

faktor yang mempengaruhi pergeseran bahasa daerah muna pada

masyarakat mawasangka kabupaten buton tengah.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh dan melengkapi data

penelitian selama proses penelitian berlangsung.

Page 45: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

37

H. Teknik Analisis Data

Analisis informasi merupakan proses menyusun informasi supaya

informasi tersebut ditafsirkan. Menyusun informasi berarti menggolongkannya

ke dalam pola, tema ataupun jenis. Tafsiran ataupun interpretasi maksudnya

memberikan arti kepada analisis, menerangkan pola ataupun jenis, ikatan antara

bermacam konsep. Analisis informasi ini dicoba dengan metode: (1) Reduksi

informasi, ialah informasi yang diperoleh dilapangan ditulis dalam wujud

penjelasan yang sangat lengkap serta banyak. Informasi tersebut direduksi,

dirangkum, diseleksi perihal yang pokok serta difokuskan pada hal- hal yang

berarti serta berkaitan dengan permasalahan. Informasi yang sudah direduksi

bisa berikan cerminan yang lebih jelas dari hasil pengamatan serta wawancara

mendalam. Reduksi bisa menolong dalam membagikan kode untuk aspek-

aspek yang diperlukan, (2) Display informasi, analisis ini digunakan mengingat

informasi yang terkumpul sangat banyak. Informasi yang banyak bisa

memunculkan kesusahan dalam menggambarkan perinci secara totalitas serta

susah pula buat mengambil kesimpulan. Kesukaran ini bisa diatasi dengan

metode membuat model ataupun pola sehingga totalitas informasi serta bagian-

bagian detailnya bisa dipadukan dengan jelas.

I. Teknik Keabsahan Data

Mentriangulasi kan tiga dara baik itu data observasi, wawancara

maupun dokumentasi merupakan definisi dari Teknik keabsahan data.

Di bawah ini langkah-langkah triangulasi, yaitu:

Page 46: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

38

1. Triangulasi sumber data, yang dilakukan dengan cara mencari data dari

banyak sumber informan, yaitu orang yang terlibat langsung dengan objek

kajian.

2. Triangulasi pengumpul data (dilakukan dengan cara mencari data dari

banyak sumber informan.

3. Triangulasi metode, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

bermacam-macam metode pengumpulan data (observasi interview, studi

dokumentasi, focus group dan

4. Triangulasi teori, dilakukan dengan cara mengkaji berbagai teori relevan,

sehingga dalam hal ini tidak digunakan teori tunggal tapi dengan teori yang

jamak.

Berdasarkan pengertian tersebut maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

teknik keabsahan adalah data proses atau langkah-langkah mentriangulasi kan

data.

Page 47: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

38

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Lokasi Penelitian

Desa Balobone sebagai salah satu Desa dari 17 Desa dan 2

Kelurahan yang ada diwilayah Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton

Tengah dengan luas wilayah 7,2 Km², yang terletak 1 kilometer ke arah selatan

dari ibu kota Kecamatan Mawasangka. Pada tahun 1967, Desa Balobone masih

merupakan tanah pertanian yang digarap oleh masyarakat yang berasal dari

Desa Wambuloli sehingga pada saat itu desa Balobone masih berstatus sebagai

Desa wambuloli.

Pemerintah Kecamatan melihat adanya perkembangan terutama dari

segi pangan sehingga pada tahun 1974 tanah pertanian tersebut dibentuk

menjadi sebuah Desa yang diberi nama Desa Balobone dengan Kepala Desa

Balobone yaitu Bapak H. Syahid Pada tahun 1974 sekaligus menjadi Kepala

Desa pertama di Desa Balobone sampai dengan tahun 1987.

Seiring berkembang nya waktu dan masyarakat yang menduduki

wilayah tersebut pada tahun 1998 dibawah Kepemimpinan Bapak H. Dullah

Tou, S.IP sebagai kepala Desa, Desa Balobone dimekarkan menjadi dua Desa

yakni Desa Balobone dan Desa Napa, sehingga pada tahun yang sama diadakan

Pemilihan Kepala Desa dan yang terpilih adalah Bapak H. Muhammad Ismail,

SE selaku kepala desa definitif. Konon cerita di desa ini juga terdapat sebuah

Page 48: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

40

benteng kerajaan yang bernama benteng Parigi terletak di dusun balobone di

bagian tenggara Desa Balobone.

Berikut sejarah pemerintahan Desa Balobone :

Tabel 1. Sejarah Pemerintahan Desa

No Periode Nama Keterangan

1 1974-1987 H. Syahid Kepala Desa Definitif

2 1987-1990 Muis Kepala Desa Definitif

3 1990-1998 H. La Dullah Tou, S.IP Kepala Desa Definitif

4 1998-2012 H. Muhammad Ismail, SE Kepala Desa Definitif

5 2012-2018 M. Uzulim Akbar, SE Kepala Desa Definitif

6 2019 Erika Anzarsari, S.IP Pelaksana Kepala Desa

7 2020-Sekarang Sabandia, S.Pd. SD Kepala Desa Definitif

Sumber : Data PKD Desa Balobone Januari 2020

Tabel 2. Sejarah Pembangunan Desa

No Tahun Kegiatan Pembangunan

Keterangan

1 1974 Kantor Desa Swadaya

2 2001 MCK PPK

3 2001 Gedung TK PPK

4 2002 Posyandu PPK

5 2006 Jalan Lingkungan PIP

6 2008 Gedung VCO Dinas Perkebunan

Provinsi Sultra

7 2009 Jalan Lingkungan PPK

8 2013 Beton Penghambat Ombak Laut PPK

9 2017 Jalan Lingkungan Dana Desa

10 2017 Pagar Seragam Desa Alokasi Dana Desa

11 2018 Jalan Lingkungan Dana Desa

12 2019 Pagar Seragam Desa Alokasi Dana Desa

13 2019 Gedung Sanggar Seni Dana Desa

Sumber : Data PKD Desa Balobone Januari 2020

Page 49: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

41

B. Letak Geografi

Kabupaten Buton Tengah sebagai daerah otonomi baru pemekaran

dari Kabupaten Buton yang terbentuk berdasarkan undang-undang nomor 15

tahun 2014 terletak di jazirah tenggara pulau Sulawesi yang sebagian

wilayahnya berada di pulau muna sebagian lainya kepulauan talaga dan bila

ditinjau dari peta provinsi sulawesi tenggara. Secara geografis terletak dibagian

selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara keselatan diantara 5,15º lintang

selatan dan membentang dari barat dari barat ke timur diantara 122,33º Bujur

Timur.

Kabupaten buton tengah di sebelah utara berbatasan dengan

kabupaten muna, di sebelah selatan berbatasan dengan laut flores, di sebelah

timur berbatasan dengan selat buton dan sebelah barat berbatasan dengan teluk

bone. Kabupaten buton memiliki wilayah daratan seluas ±837,08 km²,

kabupaten buton terdiri dari 7 kecamatan, yaitu:

1. Kecamatan Lakudo;

2. Kecamatan Mawasangka Timur;

3. Kecamatan Mawasangka Tengah;

4. Kecamatan Mawasangka;

5. Kecamatan Talaga Raya;

6. Kecamatan Gu;

7. Kecamatan Sangia Mambulu;

Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah kecamatan

mawasangka dengan luas 229,02 km², Lakudo 204,3 km² serta mawasangka

tengah dengan luas 121,99 km² atau masing-masing sebesar 27,36%, 24,41%

Page 50: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

42

serta 14,57% terhadap total luas wilayah kabupaten buton tengah. Sedangkan

wilayah yang paling kecil adalah kecamatan Sangia Mambulu dengan luas

wilayah 5,91 km² atau 0,71% dari total luas wilayah kabupaten buton tengah.

Tabel 3.

Luas Kecamatan Dan Ibu Kota

Kecamatan Ibu Kota Luas (km²)

Talaga Raya Talaga Satu 89,36

Mawasangka Mawasangka 229, 02

Mawasangka Lanto 121,99

Mawasangka Tengah Lasori 93,35

Mawasangka Timur Lakudo 204,30

Lakudo Watulea 93,15

Gu Tolandona 5,91

Desa Balobone terletak kurang lebih 50 KM dari Ibu kota Kabupaten

Buton Tengah atau kurang lebih 1 KM dari Ibu Kota Kecamatan Mawasangka

Desa Balobone sebagian besar dihuni suku Wambuloli, Lagili, Langkomu,

Mawasangka dll yang telah lama tinggal dan menetap. Batas-batas Desa

Balobone yakni:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan : Kelurahan Watolo

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Napa

3. Sebelah Barat berbatasan dengan : Laut Muna

4. Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Wasilomata II

Sedangkan luas wilayah Desa 7,2 Km² mencapai ± 7200 Ha yang terdiri dari :

1. Lahan Pemukiman : 20 Ha

2. Lahan perkebunan/Pertanian : 7852 Ha

Page 51: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

43

3. Kawasan Perkantoran Desa : 1 Ha

4. Lahan Peternakan : 120 Ha

5. Lahan Pekarangan : 1 Ha

Masyarakat mawasangka desa balo bone sebagian besar mata

pencarian penduduknya bergerak di bidang pertanian pertenakan dan kelautan

baik nelayan tangkap maupun sebagai pembudidaya rumput laut dan sebaliknya

adalah pertukangan, pedagang, pegawai negeri sipil dan lain sebagainya.

Iklim masyarakat mawasangka desa balobone adalah sebagaimana

iklim desa-desa lain di wilayah Indonesia memiliki iklim kemarau dan iklim

penghujan, biasanya dimulai pada bulan November sampai dengan bulan April

tahun berikutnya, sedangkan iklim penghujan dimulai dari dari bulan mei

sampai dengan bulan oktober. Iklim tersebut secara langsung mempengaruhi

pola tanam serta mata pencaharian masyarakat.

C. Keadaan penduduk

Jumlah penduduk bertambah setiap tahun, tidak diimbangi dengan

pemerataan penyebaran penduduk. Terlihat bahwa dari 88.378 jiwa penduduk.

Kabupaten Buton Tengah, sebanyak 22.660 jiwa atau 8,66 persen berada di

kecamatan mawasangka, dengan demikian kecamatan Mawasangka merupakan

kecamatan yang paling banyak penduduknya dibandingkan dengan kecamatan

lain. Kecamatan yang juga memiliki penduduk paling besar adalah kecamatan

lakudo sebesar 20.718 jiwa atau 7,92 persen, sedangkan kecamatan terkecil

penduduknya adalah kecamatan sangia mambulu sebanyak 5.140 jiwa atau

hanya 1,96 persen dari total penduduk kabupaten Buton Tengah.

Page 52: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

44

Tabel. 4

Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun

2010-2019

No

Kecamatan

Jumlah penduduk Laju pertumbuhan

penduduk per tahun

(2010/2019)

1 Talaga raya 9,02 9,07

2 Mawasangka 22,05 22,13

3 Mawasangka tengah 9,15 9,17

4 Mawasangka timur 4,84 4,86

5 Lakudo 20,21 20,28

6 Gu 15,84 15,88

7 Sangia wambulu 5,00 5,02

8 Buton tengah 86,11 86,41

Tabel. 5

Jumlah penduduk dan rasio jenis kelamin menurut Kecamatan di

Kabupaten Buton Tengah, 2019/2020

No Kecamatan Laki-laki Perempuan

1 Talaga raya 600 836 6 619

2 Mawasangka 14 740 14 822

3 Mawasangka tengah 6 580 6 497

4 Mawasangka timur 3 229 3 367

5 Lakudo 13 608 13 481

6 Gu 11 089 10 820

7 Sangia wambulu 3 166 3 212

8 Buton tengah 59 248 58 818

Page 53: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

45

D. Keadaan Sosial

Perspektif Budaya Masyarakat mawasangka di Desa Balobone

masih sangat kental dengan budaya lokal.Dari latar belakang budaya, dapat

dilihat aspek budaya dan sosial yang berpengaruh dalam kehidupan

masyarakat.Hubungannya dengan agama yang dianut misalnya, Islam sebagai

agama mayoritas dianut masyarakat, dalam menjalankan ibadah nya masih

kental dengan tradisi adat dan budaya yang terkadang diselingi dalam bahasa

Lokal. Tradisi budaya Di Desa ini sendiri berkembang dan banyak dipengaruhi

ritual-ritual agama atau kepercayaan masyarakat. Contoh yang bisa kita lihat

adalah kasou, kaombo, poganda.

System kepercayaan masyarakat mawasangka desa balo bone yaitu

semua penduduknya beragama islam, namun masih ada masyarakat yang

mempercayai roh nenek moyang, animisme, dinamisme, kekuatan ghaib, akan

tetapi mereka tetap menjalankan syariat islam.

E. Keadaan Pendidikan

Target pembangunan pembelajaran dititik beratkan pada kenaikan

kualitas serta ekspansi peluang belajar di seluruh jenjang pembelajaran, diawali

dari aktivitas pra sekolah( halaman anak- anak) hingga dengan akademi besar.

Upaya kenaikan kualitas pembelajaran yang mau dicapai tersebut dimaksudkan

buat menciptakan manusia bermutu. Sebaliknya ekspansi peluang belajar

dimaksudkan supaya penduduk umur sekolah yang tiap tahun hadapi kenaikan

sejalan dengan laju perkembangan penduduk bisa mendapatkan peluang belajar

yang seluas- luasnya.

Page 54: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

46

Pelaksana pembangunan pembelajaran di kabupaten buton hadapi

kenaikan dari tahun ketahun. Penanda yang bisa mengukur tingkatan

pertumbuhan pembelajaran di kabupaten buton semacam banyaknya sekolah

serta guru, pertumbuhan bermacam rasio serta sebagainya.

1. Tidak/ belum sempat sekolah merupakan mereka yang tidak sempat ataupun

belum sempat terdaftar serta tidak sempat ataupun belum sempat aktif

menjajaki pembelajaran suatu jenjang pembelajaran resmi, nonformal

(paket/ A/ B/ C) tercantum pula yang tamat/ belum tamat halaman anak-

anak namun tidak melanjutkan sekolah dasar.

2. Masih bersekolah merupakan mereka yang terdaftar serta aktif menjajaki

pembelajaran di sesuatu jenjang pembelajaran resmi maupun nonformal

(paket A/ B/ C) yang terletak dibawah pengawasan kemendiknas,

departemen agama (kemenag) lembaga negara lain ataupun swasta, baik

pembelajaran dasar, menengah ataupun pembelajaran besar. Untuk

mahasiswa yang lagi cuti dikira masih bersekolah.

3. Tidak bersekolah lagi adalah mereka yang pernah terdaftar dan aktif

mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan formal maupun

nonformal, tetapi pada saat pencacahan tidak lagi terdaftar dan tidak aktif

mengikuti pendidikan.

4. Tamat sekolah adalah menyelesaikan pelajaran yang ditandai dengan lulus.

Tingkat akhir di suatu jenjang pendidikan formal maupun ujian akhir pada

kelas atau nonformal (paket A/B/C) di sekolah negeri maupun swasta

dengan mendapatkan tanda tamat belajar/ijazah. Seseorang yang belum

Page 55: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

47

mengikuti peljaran pada kelas tertinggi tetapi telah mengikuti ujian dan

lulus dianggap tamat sekolah.

5. Bisa membaca serta menulis maksudnya sanggup membaca serta menulis

perkata/ kalimat simpel dengan sesuatu aksarat tertentu.

6. Sekolah merupakan lembaga pembelajaran resmi yang diawali dari

pembelajaran dasar, menengah, serta besar. Pembelajaran yang dicatat

merupakan pembelajaran resmi berdasar kurikulum departemen

pembelajaran nasional, tercantum pembelajaran yang diselenggarakan oleh

pondok pesantren dengan mengenakan kurikulum departemen

pembelajaran nasional, semacam madrasah ibtidaiyah( MI), madrasah

tsanawiyah( MTs), serta madrasah Aliyah( MA). Pondok pesantren/

madrasah diniyah merupakan sekolah yang tidak mengenakan kurikulum

dari kementrian pembelajaran nasional.

7. Madrasah ibtidayiah merupakan lembaga pembelajaran berciri khas islam

pada jenjang sekolah dasar. Madrasah sanawiah merupakan lembaga

pembelajaran berciri khas islam pada jenjang sekolah menengah awal,

madrasah ahliyah merupakan lembaga pembelajaran berciri khas islam pada

jenjang sekolah menengah atas( SMA).

Tabel. 6

Jumlah sekolah, guru, dan murid dan Taman Kanak-kanak (TK) dibawah

kementrian pendidikan dan kebudayaan yang menurut Kecamatan di

Kabupaten Buton Tengah, (2019/2020)

Kecamatan Negeri Swasta Jumlah

Talaga Raya - 12 12

Mawasangka 6 63 69

Mawasangka Tengah - 36 36

Page 56: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

48

Mawasangka Timur - 20 20

Lakudo - 31 31

Gu - 47 47

Sangia Wambulu - 18 18

Buton Tengah 6 227 233

Tabel. 7

Jumlah sekolah, guru, dan murid sekolah Dasar (SD) dibawah kementrian

pendidikan dan kebudayaan kecamatan di Kabupaten Buton Tengah, (2019)

Kecamatan Negeri Swasta Jumlah

Talaga Raya 9 - 9

Mawasangka 22 3 25

Mawasangka Tengah 9 1 10

Mawasangka Timur 8 - 8

Lakudo 20 - 20

Gu 16 - 16

Sangia Wambulu 7 - 7

Buton Tengah 91 4 95

Tabel. 8

Jumlah sekolah, guru, dan murid sekolah Dasar (SD) dibawah kementrian

pendidikan dan kebudayaan kecamatan di Kabupaten Buton Tengah, (2020)

Kecamatan Negeri Swasta Jumlah

Talaga Raya 86 - 86

Mawasangka 262 13 275

Mawasangka Tengah 90 8 98

Mawasangka Timur 86 - 68

Lakudo 200 - 200

Gu 181 - 181

Sangia Wambulu 70 - 70

Buton Tengah 957 21 978

Page 57: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

49

Tabel.9

Jumlah sekolah, guru, dan murid sekolah menengah pertama (SMP) dibawah

kementrian pendidikan dan kebudayaan menurut Kecamatan di Kabupaten Buton

Tengah, (2019)

Kecamatan Negeri Swasta Jumlah

Talaga Raya 4 1 5

Mawasangka 9 3 12

Mawasangka Tengah 4 1 5

Mawasangka Timur 4 - 4

Lakudo 7 - 7

Gu 4 - 4

Sangia Mambulu 2 - 2

Buton Tengah 34 5 39

Tabel. 10

Jumlah sekolah, guru, dan murid sekolah menengah pertama (SMP) dibawah

kementrian pendidikan dan kebudayaan menurut Kecamatan di Kabupaten Buton

Tengah, (2020)

Kecamatan Negeri Swasta Jumlah

Talaga Raya 61 2 63

Mawasangka 159 23 182

Mawasangka Tengah 50 12 62

Mawasangka Timur 44 - 44

Lakudo 124 - 124

Gu 66 - 66

Sangia Wambulu 27 - 27

Buton Tengah 531 37 568

Page 58: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

50

Tabel. 11

Jumlah sekolah, dan murid sekolah menengah atas di bawah kementerian

pendidikan dan kebudayaan menurut Kecamatan di Kabupaten Buton Tengah,

(2019)

Kecamatan Negeri Swasta Jumlah

Talaga Raya 2 - 2

Mawasangka 3 - 3

Mawasangka Tengah 2 - 2

Mawasangka Timur 2 - 2

Lakudo 4 - 4

Gu 3 - 3

Sangia Wambulu 1 1 2

Buton Tengah 17 1 18

Tabel. 12

Jumlah sekolah , dan murid sekolah menengah atas di bawah kementerian

pendidikan dan kebudayaan menurut Kecamatan di Kabupaten Buton Tengah,

(2020)

Kecamatan Negeri Swasta Jumlah

Talaga Raya 8 - 8

Mawasangka 6 - 6

Mawasangka Tengah 402 - 402

Mawasangka Timur 27 - 27

Lakudo 76 - 76

Gu 83 - 83

Sangia Wambulu 9 15 24

Buton Tengah 339 15 354

Pendidikan masyarakat mawasangka desa BaloBone mempunyai

tingkatan seperti sekolah dasar (SD) Sekolah menengah pertama (SMP) sekolah

menengah atas (SMA) diploma hingga strata satu (S1), dari pencapaian tingkat

pendidikan desa balo bone banyak masyarakat menamatkan pendidikan sekolah

Page 59: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

51

dasar, sekolah menengah pertama, dan hanya sedikit dan hanya sedikit yang

melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas, apalagi melanjutkan ke

perguruan tinggi. Jadi, masyarakat mawasangka desa BaloBone tingkat

pendidikanya masih rendah.

Page 60: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

51

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pergeseran Bahasa Daerah Muna Pada Masyarakat Mawasangka

Kabupaten Buton Tengah

a. Penggunaan Bahasa Daerah Masyarakat Mawasangka Kabupaten

Buton Tengah

Kecamatan mawasangka memiliki beberapa desa salah satunya

yaitu desa Balobone, yang memiliki berbagai dialek yang berbeda-beda

setiap desa yang ada di Kecamatan Mawasangka, sehingga dalam

berkomunikasi atau berbicara dari desa satu dengan desa yang lain

melibatkan individu yang belum saling kenal mengenal, maka mereka bisa

saling mengidentifikasi satu sama lain melalui dialek yang diungkapkan

masing-masing individu. Sehingga masyarakat mawasangka desa Balobone

mempunyai identitas keunikan khas tersendiri masing-masing desa.

Bahasa daerah mawasangka adalah alat yang digunakan untuk

berkomunikasi sehari-hari oleh masyarakat desa, bahasa daerah

mawasangka merupakan dialek dari Bahasa muna, namun yang

membedakannya hanya diakses dan beberapa unsur kota kata, ketika

masyarakat mawasangka berkomunikasi dengan masyarakat muna mereka

saling memahami maksud dari ungkapan komunikasi dengan hal itu bisa

disebut masyarakat Bahasa. Bahasa mawasangka merupakan keidentitasan,

simbol, kekayaan budaya daerah, namun Bahasa daerah Mawasangka Desa

Page 61: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

53

Balobone kian hari tertekan dengan Bahasa Indonesia dikarenakan

tingginya mobilitas penuturnya, hal ini seperti yang dinyatakan oleh seorang

nenek (63 tahun) sebagai berikut:

“ane awoha ana’1 loituini minamo damandea

pugauotomuinia hampano minamo sia’e dae pakeapugau

liwua, ane do bisaha sese oleowa tasa bisahamo pugau

malau, atududa daku mala daumalakanau Sonia landoa siga

minamo damande anea ni pugau kuinia, danomo pugau

ntomuinia nati oho ane ana’1 umendeno mbuhumai paemo

damande anea tamo pugau malau” (SU 63 Tahun tanggal 14-

09-2020).

Artinya : saya melihat anak-anak sekarang sudah tidak bisa menggunakan

Bahasa kita sendiri karena jarang menggunakan Bahasa kampung, kalau

mereka berbicara selalu menggunakan Bahasa Indonesia dan saya suruh

mereka mengambil sesuatu sudah tidak mengerti apa yang saya katakana.

Jadi bahasa daerah kita ini akan punah, generasi sekarang dan yang akan

datang bahasa kampung sudah tidak pintar lagi”.

Hasil wawancara diatas menunjukan bahwa dia melihat anak-anak

sekarang mereka tidak bisa berbahasa daerah karena yang berkomunikasi

menggunakan bahasa di kampung. Ketika berada di lingkungan keluarga,

masyarakat, maupun pendidikan, alat komunikasi yang mereka gunakan

bahasa Indonesia, sehingga pada saat berkomunikasi bersama mereka untuk

mengerjakan sesuatu mereka bingung atau tidak paham apa yang saya

ucapkan. Untuk membaca realitas yang ada Bahasa daerah, Bahasa yang

sudah mendarah daging di tubuh kami kian hari akan tergeser menuju pada

kepunahan, dan generasi selanjutnya tidak akan mengenal lagi identitas

budaya. Dalam konteks kajian ilmu sosiologi hasil wawancara diatas dapat

kita lihat dari pandangan teori. Teori evolusi dipahami oleh pemikiran

Page 62: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

54

Darwin yang kemudian dijadikan patokan teori perubahan oleh Herbert

spencer, dan selanjutnya dikembangkan oleh Emile Durkheim dan

Ferdinand tonnies. Dalam konteks teoritis yang dikemukakan oleh para ahli

ini dinyatakan bahwa evolusi mempengaruhi cara pengorganisasian

masyarakat, utamanya adalah yang berhubungan dengan pemikiran ini

tonnies memandang bahwa masyarakat berubah dari tingkat peradaban

sederhana dari tingkat peradaban yang lebih kompleks. Transformasi

antarfase ini dilihat dari tingkat hubungan sosial dimana dalam struktur

masyarakat tradisional lebih banyak diwarnai oleh pola-pola sosial komunal

ke arah pola-pola yang lebih kompleks para ahli sejarah, filsafat, ekonomi,

dan para sosiologi telah mencoba untuk merumuskan prinsip hukum-hukum

tentang perubahan sosial. Banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan

terjadinya perubahan-perubahan sosial merupakan gejala wajar yang timbul

dari pergaulan hidup manusia.ada yang berpendapat bahwa perubahan-

perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang

mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti perubahan dalam

unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, atau kebudayaan. Kemudian ada

pula yang berpendapat bahwa perubahan-perubahan social ada yang bersifat

periodic dan nonperiodik.

Intinya, berbagai pendapat tersebut pada umumnya merupakan

menyatakan bahwa perubahan tersebut merupakan lingkaran dari kejadian-

kejadian. Pitirim A Sorokin berpendapat, bahwa ada suatu kecenderungan

yang tertentu dan tetap dalam perubahan-perubahan sosial tidak akan

berhasil baik. Ia meragukan kebenaran akan adanya lingkaran perubahan-

Page 63: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

55

perubahan sosial. Akan tetapi, dia juga berpendapat bahwa perubahan-

perubahan tetap ada yang terpenting adalah lingkaran terjadinya gejala-

gejala sosial harus dipelajari, karena dengan jalan ini dapat diperoleh

generalisasi tentang persoalan tersebut.

Hal ini seperti dinyatakan oleh bidan (23 tahun) sebagai berikut:

“saya tetap berkomunikasi sesama keluarga selalu

menggunakan Bahasa Indonesia, bahkan di lingkungan

masyarakat, tetangga, teman-teman juga menggunakan

Bahasa Indonesia. Walaupun menggunakan Bahasa daerah

Cuma sekedar ikut-ikutan, bahkan untuk sekarang ini saya

juga lebih senang belajar Bahasa inggris, karena Bahasa

inggris juga Bahasa lebih sangat mengglobal ke seluruh

pelosok dan syarat paling wajib dalam melamar pekerjaan

maupun lanjut pendidikan yang lebih tinggi lagi”

(Wawancara/ SE/ 23 tahun tanggal 14-09-2020).

Hasil wawancara diatas menyatakan bahwa pada setiap

berkomunikasi selalu menggunakan Bahasa Indonesia terutama di

lingkungan keluarga. Ini sudah menjadi kebiasaan dalam menuturkan

Bahasa Indonesia karna jarang pembelajaran, bahkan dalam masyarakat,

tetangga, teman-teman, lebih tinggi penuturnya disebabkan beragamnya

karakter dan banyaknya perbedaan, untuk menuturkan Bahasa daerah

hanya sebagai sarana mengikuti orang lain untuk berbahasa dikarenakan

ketidakseriusan, dan saat ini lebih senang mempelajari alat komunikasi

dari luar karena mempunyai banyak manfaat dan peluang besar dalam

mencapai tujuan. Seperti dalam mempelajari Bahasa inggris untuk

mendapatkan pekerjaan atau melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi

harus menguasainya dan dianggap sakral, hal ini bisa kita minat untuk

mempertahankan Bahasa daerah masing-masing terkategori rendah.

Page 64: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

56

Dalam konteks kajian ilmu sosiologi hasil wawancara diatas dapat

kita lihat dan pandangan para ahli. Selo soemardjan melihat segala

perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu

masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya

nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola kelakuan diantara kelompok dalam

masyarakat, karena itu adanya kesadaran diri dari setiap individu atau

kelompok orang akan kekurangan kebudayaan. Kesadaran akan

kekurangan kebudayaan yang ada pada kelompok masyarakat ditandai

dengan adanya sikap yang memandang kebudayaan kelompok lain lebih

baik kebudayaan yang ada pada kelompoknya. Suatu kenyataan yang

tidak bisa dipungkiri yaitu adanya gejala masyarakat Indonesia sebagian

selalu berorientasi pada kebudayaan luar yang lebih anggap unggul.

Kenyataan inilah yang mendorong sebagian anggota masyarakat untuk

melakukan perubahan-perubahan yang memacu dirinya untuk tidak

ketinggalan dengan peradaban masyarakat lain. Hal ini juga dikatakan

oleh WM (60 Tahun) sebagai berikut:

“ana’1 loituini pata kapande ando pugau liwu hampano

dohatano damanino sikola jadi andoa dobisaha sedia malau

do fetingke giyagi nae guhundo sikola, sabangka indo nae

sikola, nopo Alamo damani mani insodia se’1

nawo.(Wawancara/WM/60 Tahun tanggal 15-09-2020).

Artinya: anak-anak sudah kaku menggunakan Bahasa daerah karena

saat ini sudah jaman nya sekolah jadi ketika berbicara selalu

menggunakan Bahasa Indonesia dan mendengarkan gurunya, teman

sekolah, berbicara bahkan hari ini sangat berbeda dengan jaman nya kami

dulu”. (WM 60 Tahun)

Page 65: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

57

Berdasarkan wawancara diatas bahkan dalam persektif fenomena

sekarang mayoritas anak-anak sudah kaku mengucapakan Bahasa daerah.

Unsur kosa kata tidak sesuai lagi dengan sesunggunya dalam menuturkan,

dan zamanya perkembangan pendidikan begitu pesat dalam masyarakat

yang menghadirkan pengetahuan baru, dalam lingkungan pendidikan alat

komunikasi menggunakan Bahasa nasional membuat anak-anak begituh

jaun perbedaan pengetahuan diperoleh dibandingkan penegetahun yang

didapatkan saat ini, karena keterbatasan sarana pendidikan untuk

mengembangkan diri.

Dalam konteks ilmu kajian sosiologi hasil wawancara diatas dapat

kita lihat dari pandangan teori. Teori siklus menggambarkan bahwa

perubahan sosial budaya bagaikan roda yang sedang berputar, yang

artinya perputaran zaman merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dialek

oleh siapa pun dan tidak dikendalikan oleh siapapun. Bangkit dan

mundurnya sebuah peradaban merupakan dari sebuah sifat alam yang

tidak dikendalikan oleh manusia. Selain itu, perubahan sosial tidak

selamanya membawa akibat yang baik. Penganut-penganut teori ini

diantaranya Arnold Toynbee yang diperkuat oleh teori ibnu khaldun

dalam karyanya yang berjudul mukadimah. Kebangkitan dan kemunduran

peradaban suatu bangsa memiliki hubungan korelasional antara satu dan

lainya, yaitu tantangan dan tanggapan. Dalam hal ini jika kehidupan

masyarakat mampu merespon tantangan- tantangan kehidupan dan

menyesuaikan diri atau mengendalikan tantangan ini maka masyarakat

tersebut akan mengalami perkembangan dan kemajuan, tetapi sebaliknya

Page 66: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

58

jika masyarakat ini tidak memiliki kemampuan merespon maka

masyarakat ini akan mengalami kemunduran bahkan mengalami

kehancuran. Akan tetapi, jika tantangan ini sudah berhasil maka

kebangkitan masyarakat untuk menuju kemajuan akan timbul lagi. Dalam

teori ini dinyatakan bahwa setiap masyarakat akan senantiasa berkembang

melalui empat tahapan yaitu masa kanak-kanak remaja, dewasa dan masa

tua. Hal ini juga ditegaskan oleh saudara SU aparat desa (27 tahun) dalam

wawancara sebagai berikut:

“Ketika saya melihat sekarang ini mayoritas berbicara

menggunakan Bahasa Indonesia, jarang sekali berbahasa

daerah bahkan remaja, anak-anak kaku dalam berbahasa

daerah meskipun mereka sedikit mengerti kalimat-kalimat

diucapkan oleh anggota masyarakat setempat”.

(Wawancara/SU 27 tahun tanggal 15-09-2020)

Dari penuturan diatas membaca realitas bahwa Bahasa daerah

kurang digunakan sebagai komunikasi baik dikalangan dewasa, remaja,

terlebih anak-anak hamper aktifitas keseharian berkomunikasi bersama

teman-temanya memakai Bahasa Indonesia saat mengucapkan Bahasa

daerah kosakata tidak beraturan atau kaku dalam penyebutan, apabila

mereka mendengarkan berbicara menggunakan bahasa daerah masih

dipahami maksud dari percakapan tersebut dari anggota masyarakat.

Dalam konteks kajian ilmu sosiologi hasil wawancara diatas dapat

kita lihat dari pandangan teori perubahan sosial. Dahrendorf

mengemukakan teorinya bahwa sebagaimana stabilitas struktur sosial,

perubahan-perubahan dalam struktur kelas sosial akan berdampak pada

dua perintah, yaitu normatif ideologis (nilai) dan factual institusional,

Page 67: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

59

kepentingan dapat menjadi nilai-nilai tetapi menjadi realitas.Hal ini sama

dikatakan oleh seorang aparat desa bapak UM (29 tahun) sebagai berikut:

“ melalui pengamatan yang saya lakukan Bahasa daerah

mawasangka sangat tergeser dan kurang digunakan

dikalangan remaja dan anak-anak, sehingga ketika

berkomunikasi dengan orang tua yang lanjut usia mereka

kurang mengerti, dan saat membandingkan dengan desa

tetangga mereka masih berkomunikasi menggunakan

Bahasa daerah baik dari kalangan anak-anak hingga orang

dewasa “. (Wawancara/UM/29 tahun tanggal 16-09-2020).

Hasil wawancara diatas mengatakan bahwa melalui pengamatan

saya lakukan, Bahasa daerah mawasangka mulai tergeser karena Bahasa

keseharian yang dipakai mayoritas Bahasa Indonesia terutama berusia

remaja. Anak-anak fasih dalam percakapan bersama orang lain dengan

menggunakan Bahasa Indonesia, sehingga melakukan percakapan bersama

orang tua banyak unsur kata-kata tidak dimengerti, dan membandingkan

dengan desa yang lain alat komunikasi digunakan sehari-hari masih Bahasa

daerah baik berusia remaja dan anak-anak.

Dalam konteks kajian ilmu sosiologi hasil wawancara diatas dapat

kita lihat dari pandangan para ahli Selo soemardjan melihat segala

perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu

masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya

nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola peri kelakuan diantara kelompok-

kelompok dalam masyarakat,karena itu adanya kesadaran diri dari setiap

individu atau kelompok orang akan kekurangan kebudayaan. Kesadaran

akan kekurangan kebudayaan yang ada pada kelompok masyarakat ditandai

dengan adanya sikap yang memandang kebudayaan kelompok lain lebih

Page 68: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

60

baik dari kebudayaan yang ada pada kelompoknya. Suatu kenyataan yang

tidak dapat dipungkiri yaitu adanya gejala masyarakat Indonesia yang

sebagian selalu berorientasi pada kebudayaan luar yang dianggap lebih

unggul. Kenyataan inilah yang mendorong sebagian anggota masyarakat

untuk melakukan perubahan-perubahan yang pacu dirinya untuk tidak

ketinggalan dengan peradaban masyarakat lain. Hal ini juga dikatakan oleh

saudara AS (22 Tahun) sebagai berikut:

Sejak kecil hingga sekarang ketika berkomunikasi selalu

menggunakan Bahasa Indonesia karena di lingkungan

pergaulan teman-teman juga berbahasa Indonesia sehingga

menerjemahkan kata atau kalimat tidak pahami lagi

(Wawancara/AS/ 16-09-2020).

Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukan bahwa pada saat

usia anak-anak dia telah biasa berkomunikasi menggunakan Bahasa

Indonesia sebagai Bahasa pengantar pertama dalam hidupnya hingga

berusia dewasa sekarang sulit mengucapkan Bahasa daerah karena

kebiasaan sejak kecil, apabila ada anggota masyarakat melakukan

percakapan fasih dalam berbahasa daerah sangat sulit untuk

menerjemahkan kata atau kalimat maksud dalam percakapan. Dalam

konteks kajian ilmu sosiologi hasil wawancara atas dapat kita lihat dari

pandangan para ahli Gillin sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang

telah diterima, yang disebabkan baik karena perubahan kondisi geografis,

kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun adanya difusi

penemuan-penemuan baru dalam masyarakat tersebut. Seperti yang

diungkapkan siswa SMA AD (17 tahun) sebagai berikut:

Page 69: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

61

“Di lingkungan sekolah Bahasa sehari-hari kami gunakan

Bahasa Indonesia jika bertemu dengan teman yang dari

desa tetangga saya mencoba berbahasa daerah

mawasangka, setelah berada di lingkungan keluarga saya

berbahasa Indonesia lagi” (Wawancara/AD/ siswa SMA 17

tahun, tanggal 17-09-2020).

Hasil wawancara diatas bahwa setiap aktivitas sehari-hari disekolah

komunikasi yang digunakan yaitu Bahasa Indonesia, karena itu hal yang

diharuskan dalam percakapan. Hal ini juga siswa SMA AD ketika

berkerumunan dengan teman-teman di lingkungan sekolah khususnya yang

dari desa tetangga menggunakan komunikasi dengan menggunakan Bahasa

daerah. Dia mencoba mengikuti berbahasa daerah meskipun penuturnya

kurang fasih dalam mendiskusikan sesuatu, setelah berada dalam

lingkungan keluarga alat komunikasi yang digunakan bahasa Indonesia

meskipun orang tuanya melakukan percakapan dengan menggunakan

Bahasa daerah dia membalas percakapan dengan Bahasa Indonesia.

Dalam konteks ilmu kajian sosiologi hasil wawancara diatas dapat

kita lihat dari pandangan teori. Teori siklus menggambarkan bahwa

perubahan sosial budaya bagaikan roda yang sedang berputar, yang artinya

perputaran zaman merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dialek oleh siapa

pun dan tidak dikendalikan oleh siapa pun. Bangkit dan mundurnya sebuah

peradaban merupakan dari sifat alam yang tidak dikendalikan oleh manusia.

Selain itu, perubahan sosial tidak selamanya membawa akibat yang baik.

Penganut-penganut teori ini diantaranya Arnold Toynbee yang diperkuat

oleh teori ibnu khaldun dalam karyanya yang berjudul mukadimah.

Kebangkitan dan kemunduran peradaban suatu bangsa memiliki hubungan

korelasional antara satu dan lainya, yaitu tantangan dan tanggapan. Dalam

Page 70: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

62

hal ini jika kehidupan masyarakat mampu merespon tantangan-tantangan

kehidupan dan menyesuaikan diri atau mengendalikan tantangan ini maka

masyarakat tersebut akan mengalami perkembangan dan kemajuan, tetapi

sebaliknya jika masyarakat ini tidak memiliki kemampuan merespon maka

masyarakat maka masyarakat ini akan mengalami kemunduran bahkan

mengalami kehancuran. Akan tetapi, jika tantangan ini sudah berhasil maka

kebangkitan masyarakat untuk menuju kemajuan akan timbul lagi. Dalam

teori ini dinyatakan bahwa setiap masyarakat akan senantiasa berkembang

melalui empat tahapan yaitu masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan masa

tua. Seperti diungkapkan juga bapak LA (50 tahun) sebagai berikut:

“Anak saya dirumah ini berkomunikasi menggunakan

bahasa daerah mawasangka sangat kaku untuk

mengucapkan karena ketidakbiasaan, namun pada saat

berbicara dengan ibunya menggunakan Bahasa daerah

mawasangka dia bisa memahami arti dari pembicaraan”

(Wawancara/LA/50 tahun tanggal 17-09-2020).

Dari hasil wawancara diatas menyatakan menggambarkan situasi

yang terjadi pada anaknya dalam setiap bertutur dengan anggota keluarga

mayoritas menggunakan Bahasa Indonesia kalapun bertutur dengan bahasa

daerah terasa berat lida dalam hal ini kaku saat mengucapkan kata, karena

faktor kebiasaan dalam berbahasa akan tetapi kalau salah satu anggota

keluarga berbahasa daerah dia masih memahami terjemahan. Dalam

konteks ilmu kajian ilmu sosiologi hasil wawancara diatas dapat kita lihat

dari pandangan para ahli William ogburn menyatakan batasan ruang lingkup

perubahan sosial budaya, mencakup unsur-unsur kebudayaan baik yang

bersifat materiil maupun yang tidak bersifat material (immaterial) dengan

menekankan pengaruh yang besar dari unsur-unsur kebudayaan materiil

Page 71: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

63

terhadap unsur-unsur material. Hal ini dipertegas oleh salah seorang tokoh

masyarakat BA (45 tahun) sebagai berikut:

“Bahasa daerah mawasangka harus pertahankan dan

membiasakan berbicara kepada anak-anak di lingkungan

keluarga memakai Bahasa daerah mawasangka, dan

pemerintah daerah harus berupaya mempertahankan karena

itu simbol daerah” (Wawancara/BA/45 tahun, tokoh

masyarakat tanggal 17-09-2020).

Berdasarkan wawancara diatas menegaskan bahwa turut prihatin

melihat kondisi Bahasa daerah sekarang yang mulai memudar di lingkungan

masyarakat dan kata demi kata mulai terhapus di memory anggota

masyarakat. Hal ini dia berupaya untuk selalu mempertahankan jati diri,

identitas daerah agar tidak terlepas dari genggaman budaya masyarakat serta

membiasakan penggunaan bahasa pertama kepada anak-anak, remaja,

dalam keluarga sebagai sarana alat komunikasi. Selain itu, pemerintah

setempat senantiasa berupaya mempertahankan Bahasa daerah melalui

program-program kerja, organisasi, lembaga sosial serta mengajak anggota

masyarakat turut berpartisipasi dalam pemertahan Bahasa, karena itu bentuk

pengenalan budaya kepada daerah lain.

Dalam konteks kajian ilmu sosiologi hasil wawancara diatas dapat

kita lihat dari pandangan teori interaksi simbolik blumer mengembangkan

teori tentang makna sosial dari suatu interaksi melalui perantara simbol-

simbol. Pemikiranya memiliki pengaruh yang cukup luas dalam lintasan

penelitian sosiologi. Interaksionisme Simbolik sebagaimana yang

dipopulerkan oleh blumer memiliki tiga premis utama. Pertama, manusia

bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada

Page 72: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

64

sesuatu itu. Kedua, makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang

dilakukan dengan orang lain. Ketiga, makna-makna tersebut kemudian

direvisi, diubah, dan disempurnakan melalui proses interaksi. Seperti

dikatakan oleh seorang pedagang WA (55 tahun) sebagai berikut:

“Bahasa daerah itu pusaka dari leluhur nenek kita, tidak bisa

pudar untuk generasi yang akan datang tetap dipertahankan

karena itu adalah kekayaan budaya daerah sebagai identitas,

namun saat ini Bahasa daerah mawasangka mulai mengalami

pemudaran mulai dari anak-anak hingga yang berusia remaja

(Wawancara/WA/55 tahun, tanggal 17-09-2020).

Dari penuturan wawancara diatas yaitu berasumsi Bahasa daerah

pusaka atau warisan dari orang tua terdahulu mereka sangat menghargai dan

menjaganya agar tetap lestari di kalangan keluarga dan masyarakat, hal itu

menekankan selalu membiasakan diri menggunakan Bahasa daerah untuk

tetap terjaga, karena sebagian kekayaan budaya identitas, namun dia melihat

saat ini Bahasa daerah mulai mengalami pergeseran seiring dengan

perkembangan zaman.

Dalam teori interaksionisme simbolik yang juga dikemukakan oleh

blumer mengandung beberapa root image pertama, masyarakat terdiri dari

manusia yang dimana interaksi tersebut sangat memiliki kesesuaian melalui

tindakan bersama, membentuk struktur sosial. Kedua, interaksi terdiri dari

berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan kegiatan manusia

lain. Interaksi secara simbolis yang terjadi senantiasa mencakup penafsiran

tindakan-tindakan. Ketiga, objek-objek (fisik, sosial, dan abstrak) tidak

mempunyai makna intrinsic. Makna merupakan produk interaksi simbolis.

Keempat, manusia tidak hanya mengenal objek eksternal, melainkan juga

Page 73: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

65

mereka dapat melihat dirinya sebagai objek. Kelima, tindakan manusia

adalah tindakan interpretative yang dibuat oleh manusia itu sendiri.

Keenam, tindakan tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan oleh anggota-

anggota kelompok.

Seorang ibu rumah tangga WO (31 tahun) mengungkapkan bahwa

“kami sebagai ibu rumah tangga yang memberikan

pendidikan pertama kepada anak-anak sebelum menduduki

bangku pendidikan formal, harus mengajarkan Bahasa

daerah lebih baik lagi agar tetap bertahan dan tidak

mengalami kepudaran seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi’ (WO 31 tahun, tanggal 18-09-

2020).

Berdasarkan hasil wawancara di atas seorang ibu rumah tangga

merasakan apa yang terjadi sekarang mengenai pergeseran Bahasa, hal yang

paling utama dia mengajak ibu-ibu rumah tangga yang lain agar

memberikan pendidikan pertama sebelum menduduki pendidikan formal

yaitu membiasakan penggunaan Bahasa daerah dimulai dari lingkungan

keluarga agar tidak mengalami pergeseran seiring dengan perkembangan

ilmu pengetahuan. Hal tersebut senada dengan penuturan salah satu

informan yaitu bapak LS ( 60 tahun) sebagai berikut :

“saya sebagai orang tua selalu memberikan motivasi dan

dorongan kepada anak saya dan cucu setiap berkomunikasi di

lingkungan keluarga dengan berbahasa daerah mawasangka

untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Bahasa agar tidak

mengalami kepunahan”.(LS 60 tahun, tanggal 18-09-2020).”

Dari uraian wawancara di atas dengan bapak LS bahwa dia sangat

peduli terhadap Bahasa dan merasa khawatir, sehingga terus memotivasi

anak-anak, cucu, agar tetap menggunakan Bahasa daerah setiap

berkomunikasi baik di lingkungan keluarga terlebih lagi dalam masyarakat

Page 74: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

66

karena besar kemungkinan factor pengaruhnya lebih kuat, dan untuk

memelihara nilai-nilai budaya agar tetap berkesan dalam kehidupan sosial.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh salah satu informan yaitu AM

(45 tahun) sebagai berikut:

“Bahasa mawasangka itu sangat penting karena mempunyai

ciri khas dan bermanfaat ketika kita berada didaerah orang

lain untuk membicarakan sesuatu yang bersifat rahasia dapat

menggunakan Bahasa mawasangka agar tidak diketahui oleh

orang lain, namun saat ini Bahasa mawasangka perlahan-

lahan tergeser (AM 45 tahun, tanggal 19-09-2020) .”

Dari pendapat wawancara diatas menyatakan bahwa Bahasa daerah

penting dan bermanfaat sebagai penanda identitas daerah, mempunyai ciri

khas keunikan saat berada di daerah lain kita bisa menggunakan bahasa

daerah untuk menuturkan sesuatu yang bersifat rahasia agar tidak diketahui

oleh orang lain sinilah bahwa Bahasa daerah sangat bermanfaat. Pendapat

lain juga dikemukakan oleh seorang guru 50 tahun sebagai berikut:

“Wajar jika anak-anak sekarang, berbahasa Indonesia karena

perkembangan zaman dan modernisasi ditambah lagi dengan

perkembangan pendidikan sehingga penutur Bahasa nasional

lebih mayoritas dibanding Bahasa daerah (LH 50 tahun,

tanggal 20-09-2020).

Dari penuturan bapak LH maka dapat disimpulkan bahwa hal yang

sangat wajar jika generasi sekarang fasih menggunakan Bahasa Indonesia

karena mereka mengikuti perkembangan massa. Hal ini sesuai yang

dikemukakan oleh seorang mahasiswa yang mengatakan bahwa:

“Bahasa daerah sekarang kita cukup mengetahui saja dan tidak

usah dikembangkan cukup sebagai penanda identitas karena

masih ada yang lebih utama yaitu Bahasa persatuan yang wajib

kita mengetahui apa lagi dalam masa sekarang yang

mengglobal “. (Wawancara/TA/22 tahun, tanggal 21-09-2020)

Page 75: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

67

Dari pendapat saudara tamsir mengatakan bahwa saat ini Bahasa

daerah cukup saja sebagai identitas daerah tidak usah mengembangkan

karena kita menghadapi perkembangan massa yang membuat orang selalu

melakukan perubahan, ketika kita tidak mengikuti perubahan maka

dianggap ketertinggalan massa, jadi persaingan budaya dari luar terus

menghantam budaya lokal dengan perlahan-lahan mengalami

keterpinggiran.

Dari kedua penuturan informan LH dan TA diatas, maka dapat

digunakan dengan pendekatan sosiologi menggunakan teori fungsionalis,

teori ini memandang penyebab dari perubahan adalah adanya ketidakpuasan

masyarakat karena kondisi sosial yang berlaku pada masa ini yang

mempengaruhi pribadi mereka. Dalam hal ini kesinambungan antara unsur

sosial satu dan yang lain, namun dalam perubahan ternyata masih ada

sebagian yang mengalami perubahan tetapi sebagian yang lain masih dalam

keadaan tetap (statis), dengan demikian, setiap perubahan tidak selalu

membawa perubahan pada semua unsur sosial, sebab masih ada sebagian

yang tidak ikut berubah. Unsur yang tidak mengikuti perubahan ini

dikatakan mengalami ketertinggalan yang berakibat pada ketimpangan atau

kesenjangan kebudayaan. Ogburn selanjutnya menyatakan, bahwa

perubahan teknologi akan berjalan lebih cepat dibanding dengan perubahan-

perubahan budaya, pemikiran, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma yang

menjadi alat untuk mengatur kehidupan manusia.

Masyarakat desa Balobone mawasangka kabupaten buton tengah

memiliki banyak unsur kosakata yang menjadi sebuah alat komunikasi

Page 76: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

68

masyarakat sebagai penyambung hubungan interaksi sosial dan makhluk

sosial yang hidup saling ketergantungan sesama, akan tetapi unsur kosa kata

tersebut mulai mengalami perubahan dan pergeseran seiring waktu berjalan

mampu mempengaruhi nya. Berikut daftar kata-kata yang mengalami

pergeseran dalam masyarakat mawasangka desa balobone.

Tabel. 13 Kata-kata yang mengalami pergeseran

No Bahasa Asli Bahasa Pergeseran Bahasa Indonesia

1 Kalampini Sandali Sendal

2 Kapangkoha Gusi Guci

3 Kai’i Jeregeni Jergen

4 Pante Loya Loyang

5 Tonde Galasi Gelas

6 Sohonga Peti Peti

7 Kulusi Kupasi Kupas

8 Kalumpi Dompe Dompet

9 Kakao Tali Tali

10 Bungke Tasi Tas

11 Lada-lada Kahondomi Dinding

12 Panggulo Bani Ban

13 Kalampesi Pea Tikar

14 Kantalea Lampu Lampu

15 Kapunto Kosu ae’e Koa kaki

16 Bosu Sehe Cerek

Page 77: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

69

17 Kapsuli Lap Lap

18 Kabia-bia Sapu tangan Sapu tangan

19 Sodi Barani Berani

20 Lawa Foninto Pintu

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dideskripsikan sebagai berikut

:

Pada data 1 bahasa asli masyarakat desa balobone tidak digunakan

dalam berkomunikasi dan mengalami penyerapan pada Bahasa Indonesia.

Sedangkan pada adata 2 juga menunjukan kata kapangkoha kata asli dari

masyarakat mawasangka balobone juga menghasilkan penyerapan dari

Bahasa Indonesia. Data 3 kata kai’I dari Bahasa asli mampu tergeserkan ke

penyerapan dan pergeseran Bahasa Indonesia. Data 4 terjadi pergeseran dan

penyerapan kata dalam berbicara. Data 5 mengalami hal yang serupa seperti

data yang lain yaitu penyerapan dan pergeseran ke Bahasa Indonesia. Data

6 masyarakat Mawasangka desa Balobone tidak mengenal lagi kata asli

sohon gayang terjadi hanya kata peti. Data 7 masyarakat telah melakukan

penyerapan saat berbicara dari kata bergeser kupasi terhadap kata kupas

Bahasa Indonesia. Data 8 kata asli kalumpi tidak digunakan lagi pada

masyarakat yang biasa disebut yaitu dompe hasil penyerapan. Data 9 pada

data 9 ini masyarakat mengganti kata asli kakao dengan Bahasa Indonesia

tali. Data 10 yaitu masyarakat mengganti Bahasa asli menjadi Bahasa

Indonesia dari kata bungke menjadi kata tasi namun ada penambahan huruf

“1”. Data 11 pada data sebelas ini kata asli ’lada-lada masyarakat

mawasangka balobone menghasilkan kata baru kahondomi namun kata ini

Page 78: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

70

bukan hasil dari penyerapan Bahasa Indonesia. Data 12 kata panggoloini

kata asli dari masyarakat, namun yang sering disebut sekarang yaitu kata

bani penyerapan dari Bahasa Indonesia dan penambahan huruf ‘I’.

Data 13 kalampesi yaitu Bahasa asli dari masyarakat mawasangka

sudah tidak lagi dituturkan lagi oleh anggota masyarakat dan menghasilkan

Bahasa baru yaitu pe'a.data 14 penuturan kata kantalea dalam masyarakat

tidak dikenal lagi mayoritas anggota menyerap Bahasa Indonesia yaitu kata

lampu. Data 15 pada data ini masyarakat telah memadukan penyebutan

Bahasa daerah dengan Bahasa Indonesia sebagaimana ‘kos’ dari Bahasa

Indonesia dan penambahan huruf ‘u’ dan a’e Bahasa asli. Data 16 kata asli

bosu mengalami pergeseran dalam masyarakat menjadi Bahasa sehe tetapi

bukan dari penyerapan Bahasa Indonesia. Data 17 kata kapusuli dalam

anggota masyarakat telah diganti dengan kata lap hasil dari penyerapan.

Data 18 ka bia-bia yaitu kata asli masyarakat yang mengalami pergantian

Bahasa menjadi sapu tangan hasil penyerapan Bahasa Indonesia. Data 19

pada data ini kata sodi adalah Bahasa asli dari anggota masyarakat seiring

pergantian waktu mengalami pergeseran dan penyerapan pada Bahasa

Indonesia menjadi kata ‘barani’. Dan data 20 mengalami akulturasi Bahasa

pada anggota masyarakat yaitu dari kata lawa menghasilkan Bahasa baru

menjadi foninto.

2. Faktor-faktor Pergeseran Bahasa Daerah Muna Pada Masyarakat

Mawasangka Kabupaten Buton Tengah

Pergeseran bahasa daerah khususnya bahasa daerah Muna

dikarenakan masalah pemakaian Bahasa Indonesia oleh seorang penutur

Page 79: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

71

atau sekelompok penutur yang disebabkan oleh perpindahan dari satu dari

satu masyarakat tutur ke masyarakat tutur yang baru. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yang menyebabkan terjadinya

pergeseran bahasa masyarakat Mawasangka Kabupaten Buton Tengah ada

dua faktor, yaitu faktor sosial dan faktor migrasi. Perihal tersebut sejalan

dengan yang dikatakan oleh Holmes dalam (Suandi, 2014) yang berkata jika

faktor- faktor pendorong perpindahan bahasa merupakan aspek ekonomi,

sosial, politik, demografis, sikap, serta migrasi.

a. Aspek Migrasi

Aspek migrasi Bersumber pada hasil riset, aspek migrasi

ataupun perpindahan penduduk ialah salah satu aspek yang

menimbulkan terbentuknya perpindahan bahasa Wilayah Muna Pada

Warga Mawasangka Kabupaten Buton Tengah.. Hal tersebut dapat

dilihat pada data berikut:

“Bahasa mawasangka itu sangat penting karena mempunyai ciri

khas dan bermanfaat ketika kita berada didaerah orang lain

untuk membicarakan sesuatu yang bersifat rahasia dapat

menggunakan Bahasa mawasangka agar tidak diketahui oleh

orang lain, namun saat ini Bahasa mawasangka perlahan-lahan

tergeser (AM 45 tahun, tanggal 19-09-2020)

Dari data tersebut, dilihat bahwa jika leluhur nenek moyang selalu

menjaga tutur bahasa daerah yang mereka gunakan setiap hari dalam

berinteraksi dengan sesama asal daerahnya. Menjaga bahasa daerah perlu

karena itu merupakan bahasa yang melambangkan identitas daerah tersebut.

Komentar dari salah satu warga yang diutarakan seorang AM 45 tahun

cukup jelas terlihat bahwa terbukti factor migrasi merupakan salah satu

yang mempengaruhi pergeseran bahasa.

Page 80: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

72

b. Aspek Sosial

Selain aspek migrasi, aspek sosial juga mampu menyebabkan

terjadinya pergeseran bahasa. Seperti pemaparan hasil penelitian,

masyarakat Daerah Muna pada Masyarakat Mawasangka Kabupaten

Buton Tengah memandang sangat perlu untuk mempelajari bahasa. Hal

tersebut dapat dilihat pada data berikut:

“saya sebagai orang tua selalu memberikan motivasi dan

dorongan kepada anak saya dan cucu setiap berkomunikasi di

lingkungan keluarga dengan berbahasa daerah mawasangka

untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Bahasa agar tidak

mengalami kepunahan”.(LS 60 tahun, tanggal 18-09-2020).”.

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa jawaban dari seorang LS 60 tahun

menuturkan faktor yang berhubungan dengan faktor sosial yaitu dari

generasi ke generasi berikutnya (orang tua, ke anaknya sampai cucu). Data

tersebut menunjukan faktor sosial juga sangat berpengaruh dalam

pergeseran bahasa. Sosial merupakan salah satu cara berinteraksi antara

manusia satu dengan manusia yang lain.

B. Pembahasan

Ulasan hasil riset dijabarkan cocok dengan permasalahan yang ditetapkan.

Kasus yang diartikan merupakan faktor- faktor yang menimbulkan

terbentuknya perpindahan bahasa serta akibat.

Bersumber pada hasil riset, faktor- faktor yang menimbulkan

terbentuknya perpindahan bahasa warga Mawasangka kabupaten Buton Tengah

terdapat 3. Ketiga aspek tersebut merupakan aspek migrasi, aspek sosial, serta

aspek ekonomi. Perihal tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh Holmes

dalam (Suandi, 2014) yang berkata kalau faktor- faktor pendorong perpindahan

Page 81: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

73

bahasa merupakan aspek ekonomi, sosial, politik, demografis, sikap, serta

migrasi.

a. Faktor Migrasi

Dilihat dari hasil penelitian, penyebab terjadinya pergeseran bahasa

pada masyarakat mawasangka di Kabupaten Buton Tengah salah satunya

faktor migrasi yang mana factor migrasi ini merupakan perpindahan

penduduk. Seperti pada contoh di bawah ini:

1) A: Dari mana, Pak?

B: Pulang dari pasar, Koh.

2) A: maimo maaso poo. (Ayo makan mangga)

B: indau mongare. (Nggak mau)

Berdasarkan data di atas, kita dapat melihat bahwasanya bahasa ibu

yang selama ini mereka gunakan tidak lagi berfungsi di daerah/tempat yang

baru, dikarenakan masyarakat Mawasangka Kabupaten Buton Tengah lebih

mendominankan penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa muna ketika

berinteraksi dengan masyarakat sekitar.

Tanpa mereka sadari bahasa ibu yang selama ini dipertahankan

lambat laun mulai tergeser fungsinya oleh bahasa Indonesia. Solusi yang

ditawarkan agar dapat berdampingan dengan masyarakat mawasangka yaitu

mempelajari bahasa masyarakat di lingkungan tersebut tanpa terkecuali.

Page 82: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

74

b. Faktor Sosial

faktor sosial juga menjadi salah satu penyebab terjadinya pergeseran

bahasa. Apabila dilihat dari hasil penelitian, masyarakat yang bermukim di

Mawasangka kabupaten Buton Tengah mereka memandang bahwa perlu

untuk mempelajari bahasa kedua yakni bahasa yang hidup dipergunakan

masyarakat di sana.

Untuk meningkatkan status sosial serta memperlancar kegiatan sosial,

masyarakat pendatang lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia dan

bahasa Muna secara berselang-seling ketika berinteraksi dengan masyarakat

setempat, sehingga bahasa ibu mereka sudah tidak terdengar lagi. Apabila

mereka tidak melakukan hal tersebut atau lebih mempertahankan bahasa

asalnya, bukan tidak mungkin masyarakat pendatang ini lambat laun akan

terisolasi dari pergaulan serta kehidupan sosial bermasyarakat di

Mawasangka.

c. Faktor Ekonomi

pada faktor ini masyarakat terkhusus masyarakat Mawasangka

Kabupaten Buton Tengah memandang bahwa di antara kedua faktor yang

telah dipaparkan di atas, yaitu faktor migrasi dan faktor sosial masih ada lagi

yaitu faktor ekonomi yang mana faktor ini melihat bahwa mempelajari

bahasa kedua sangatlah penting untuk meningkatkan taraf ekonomi. Dibawah

ini ada beberapa contoh yang ditemukan dilapangan.

A: Ko, dompet ini berapa?

B: Model yang itu 45 ribu aja. A: Tiga lima aja, Ko.

Page 83: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

75

A: Weli au? (Beli apa?)

B: Weli rongko (Beli rokok).

Apabila dilihat dari pemaparan di atas maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa, pada bidang perdagangan lebih memilih untuk menggunakan bahasa

Indonesia ketimbang bahasa Muna dikarenakan mereka menganggap bahasa

tersebut mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi ketimbang dengan

bahasa ibu mereka. Masyarakat tidak memandang bahasa ibu dalam sistem

perdagangan sebab, pembeli tidak tertarik. Tanpa mereka sadari bahasa ibu

telah digeserkan posisinya oleh bahasa lain.

Dampak Pergeseran Bahasa Daerah Muna Masyarakat Mawasangka

Kabupaten Buton Tengah

Hasil penelitian dari pergeseran bahasa daerah Muna pada masyarakat

mawasangka menimbulkan beberapa dampak diantaranya dampak positif

serta dampak negatif. Yang mana dampak positifnya yaitu:

1) Memudahkan masyarakat lokal (mawasangka) berinteraksi dengan

masyarakat pendatang yang berasal dari luar daerah; 2) status sosial didalam

masyarakat meningkat; serta 3) meningkatnya pendapatan yang dapat

digunakan sebagai sarana mencari nafkah dan meningkatkan nilai ekonomi.

Sedangkan dampak negatifnya sendiri yaitu jumlah pemakainya

semakin berkurang atau bahkan tidak ada. Hal tersebut dapat menyebabkan

terjadinya kematian bahasa atau punahnya bahasa (language death/language

loss). Hal di atas sejalan dengan pemaparan Krauss dalam (Ibrahim, 2011).

Akan tetapi pergeseran bahasa ibu yang terjadi di daerah Mawasangka

tidak sepenuhnya terjadi dikarenakan pergeseran bahasa berlangsung bukan

di daerah bahasa ibu itu digunakan.

Page 84: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

76

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisisnya mengenai pergeseran

bahasa daerah Muna pada masyarakat Mawasangka Kabupaten Buton Tengah,

peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa:

1. Bahasa daerah dikalangan remaja dan anak-anak hampir dalam setiap

berkomunikasi tidak menggunakan bahasa daerah baik lingkungan

keluarga, masyarakat, maupun lingkungan pendidikan, mereka mayoritas

menggunakan bahasa Indonesia, dengan bahasa asli karena ketidak biasaan

menggunakan bahasa daerah. Kosa kata dalam bahasa daerah masyarakat

desa Balobone banyak yang mengalami pergeseran atau penyerangan ke

dalam bahasa Indonesia, dalam bertutur masyarakat terpengaruh oleh kata-

kata penutur sebelumnya yang menghasilkan kata-kata baru.

2. Penggunaan bahasa daerah Muna pada masyarakat Mawasangka Kabupaten

Buton Tengah oleh kalangan remaja dan anak-anak telah bergeser, yang

mana pergeseran disebabkan oleh para anak muda desa BaloBone yang

lebih mengutamakan bahasa Indonesia baku yang diperoleh semasa di

bangku sekolah. Penyebabnya yaitu ada dua faktor utama yakni (a) faktor

migrasi serta (b) faktor sosial.

Page 85: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

77

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian tentang pergeseran bahasa

daerah Muna pada masyarakat Mawasangka Kabupaten Buton Tengah,

dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Kepada pemerintah kabupaten maupun pemerintah desa agar

memperhatikan kondisi budaya bahasa daerah sekarang yang kian hari

tergeser karena tingginya mobilitas penutur bahasa Indonesia dan

mensosialisasikan kepada masyarakat pentingnya melestarikan bahasa

daerah, sebagai identitas, kekayaan budaya.

2. Para orang tua hendaknya membimbing dan mengajarkan dan setiap

berkomunikasi di lingkungan keluarga menggunakan bahasa daerah agar

para anak-anak menjadi terbiasa berbahasa daerah dan tetap melestarikan

kearifan budaya lokal

Page 86: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …
Page 87: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

78

DAFTAR PUSTAKA

Andika, Wayan. 2019. Pergeseran Kehidupan Guru Sebelum dan Sesudah

Sertifikasi. Skripsi.

Bromley, K.D. 1992. Language Arts: Exploring Connection ( 2𝑛𝑑 ed). Boston:

Allyn and Bacon.

Chaer, Abdul, and Leonie Agustina. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2004.

Horton, P.B. & Hunt, C.L. 1992. Sosiologi. Jakarta: Erlangga.

Jabrohim. 2004. Menggapai Sejahtera Menuju Masyarakat Utama. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar Lembaga Pengembangan Masyarakat UAD.

Kaseng, Syahrudin dkk. 1987. Pemetaan Bahasa-Bahasa di Sulawesi Tenggara.

Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Nasional.

Kaelan. 2002. Filsafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.

Yogyakarta: Paradigma.

Lukman. 2014. “Pergeseran Bahasa-bahasa Daerah di Sulawesi Selatan: Kasus

Pergeseran Bahasa Bugis, Makassar, Toraja, dan Enrekang”. Makalah.

Makassar: Universitas Hasanuddin.

Munarika., Siti. 2002. “Afiks Pembentuk Aktif Bahasa”. Kendari: FKIP Unhalu.

Masinambow, E.K.M. dan Paul Haenen. 2002. Bahasa Indonesia dan Bahasa

Daerah. Jakarta: Kanisius.

Pusat Bahasa. 2008. Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional.

Samarin, William J. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan. Yogyakarta: Kanisius.

Santrock, J.W. 1995. Live Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jakarta:

Erlangga.

Sulis Triyono. 2006. “Pergeseran Bahasa Daerah Akibat Kontak Bahasa Melalui

Pembauran” https://lib. Unnes.ac.id/17894/1/3401409011.pdf (diunduh, 26

Juli 2020)

Page 88: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

Sztompka. 2010 Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media Group.

(Terjemahan Alimandan)

Suartini. 2012. “Pergeseran Bahasa Bali di Lokasi Transmigrasi Desa Raharja

Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo”.https://eprints.ung.ac.id/.pdf

(diunduh, 26 Juli 2020).

Page 89: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …
Page 90: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

RIWAYAT HIDUP

LULU. Di lahirkan di Wambongi Kabupaten Buton

Selatan pada tanggal 11 Januari 1997, anak pertama dari

pasangan Ayahanda Almarhum Saharudin dan Ibunda

Nuridah. Penulis masuk sekolah dasar pada tahun 2005

di SDN 1 Wambongi Kabupaten Buton Selatan dan

tamat pada tahun 2011. Pada tahun yang sama peneliti

melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Batuatas dan tamat pada tahun 2014

kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3 Bau-Bau pada

tahun 2014 dan tamat pada tahun 2016. Dengan tahun yang sama peneliti

melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi, tepatnya di Universtitas

Muhammadiyah Makassar (Unismuh) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

pada Program Studi Pendidikan Sosiologi. Peneliti menyelesaikan kuliah strata satu

(S1) pada tahun 2020.

Page 91: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

DOKUMENTASI

Kegiatan wawancara bersama aparat Desa dan Masyrakat

pada tanggal 14 September 2020

Kegiatan wawancara bersama sekertaris Desa dan Masyrakat

pada tanggal 16 September 2020

Page 92: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

Kegiatan wawancara bersama apparat Desa dan Masyrakat

pada tanggal 14 & 16 September 2020

Page 93: PERGESERAN BAHASA DAERAH MUNA PADA MASYARAKAT …

Scanned by TapScanner