PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI...
Transcript of PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI...
PERENCANAAN TENAGA KERJAPROVINSI SULAWESI TENGAH
TAHUN 2012-2013
Kerjasama Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I.
DenganPemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2011
Dinas Tenaga Kerja Dan TransmigrasiProvinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2011
PERENCANAAN TENAGA KERJAPROVINSI SULAWESI TENGAH
TAHUN 2012-2013
Kerjasama Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
DenganPemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2011RYA MA U K KI TT ITRA AK MA AM
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH
TAHUN 2012-2013
Diterbitkan oleh :
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja
Sekretariat Jenderal
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I.
Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 51 Jakarta Selatan 12950
Telepon : 021-5270944
Fax : 021-5270944
Website : http://www.pusatptk.depnakertrans.go.id
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
i
SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH
Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan
Sulawesi Tengah ke depan dalam rangka pembangunan
berkelanjutan menitik beratkan pada pencapaian
norma-norma kualitas kehidupan sosial-ekonomi
masyarakat yang meliputi berbagai aspek kehidupan,
sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945 yang telah
termaktub dengan jelas dalam sistem dan mekanisme
Kepemerintahan di era Otonomi Daerah dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Untuk itu sesuai amanat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, sejak tahun 2011 diterbitkan Dokumen Perencanaan Tenaga
Kerja yang menginformasikan analisa kondisi sosial-ekonomi secara Nasional,
Provinsi dan Kabupaten/Kota terkait kondisi ketenagakerjaan yang merupakan
indikator penting dalam pembangunan.
Berdasarkan Dokumen Ketenagakerjaan Nasional tahun 2011,
menginformasikan bahwa Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi
Sulawesi Tengah berada pada peringkat 29 dari 33 Provinsi. Hal ini harus kita
sikapi dengan “Positive Thinking” dan direspon dengan cermat melalui inisiatif
penanggulangan secara lintas sektoral dan peningkatan peran serta masyarakat
dalam suatu gerakan sadar ketenagakerjaan sebagai agenda strategis
pembangunan skala Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa di
Sulawesi Tengah.
Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi baik mikro maupun makro
akan sangat tergantung pada faktor tenaga kerja yang diukur secara kuantitas,
kualitas, mobilitas, aktivitas dan produktivitasnya, yang akan memantapkan
Daya Saing Daerah.
Oleh karenanya, selaku Gubernur saya menghimbau kepada semua
pemangku kepentingan agar memanfaatkan informasi dalam dokumen
Perencanaan Ketenagakerjaan ini untuk penanggulangan aspek
ketenagakerjaan di masing-masing sektor baik kepemerintahan, dunia usaha
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
ii
maupun masyarakat. Saya juga menghimbau kiranya seluruh pemerintah
Kabupaten/Kota dapat melakukan penyusunan rencana tenaga kerja di masing
masing wilayahnya, guna mendukung pembangunan ketenagakerjaan di
Provinsi Sulawesi Tengah secara umum.
Palu, November 2011 GUBERNUR PROVINSI SULAWESI TENGAH
Drs. H. LONGKI DJANGGOLA, M.Si
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA PUSAT PERENCANAAN TENAGA KERJA
Dalam rangka pelaksanaan amanat pasal 7 Undang – Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 15
Tahun 2007 Tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan
Penyusunan serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja, bahwa perencanaan
tenaga kerja baik dalam lingkup kewilayahan (nasional, provinsi dan
kabupaten/kota) maupun lingkup sektoral/ sub sektoral (sektoral/sub sektoral
nasional, sektoral/sub sektoral provinsi, sektoral/sub sektoral
kabupaten/kota), dijadikan acuan dan pedoman dalam pembangunan
ketenagakerjaan ditingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Sektoral/Sub
Sektoral Provinsi, dan Sektoral/Sub Sektoral Kabupaten/Kota.
Masalah utama ketenagakerjaan diantaranya adalah masih besarnya
penganggur terbuka dan setengah penganggur, serta masalah ketenagakerjaan
lainnya seperti rendahnya kualitas angkatan kerja, rendahnya produktivitas
kerja, dan rendahnya kesejahteraan pekerja, sehingga bersifat multi
dimensional antara berbagai faktor baik ekonomi, sosial dan lainnya. Oleh
karena itu diperlukan kebijakan yang komprehensif dan multi dimensi. Untuk
itu maka diperlukan suatu perencanaan tenaga kerja yang dapat dijadikan
acuan oleh seluruh pemangku kepentingan di Provinsi Sulawesi Tengah.
Dengan tersusunnya Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi
Tengah Tahun 2012-2013, maka dasar pembangunan yang berpihak pada
penciptaan perluasan kesempatan kerja (pro job) sudah semakin jelas dan
terarah, khususnya dalam menghadapi masalah pengangguran, penciptaan
kesempatan kerja, peningkatan produktivitas dan kesejahteraan pekerja.
PERENCANAAN TENAGA KERJA SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
iv
Namun demikian, mengingat permasalahan ketenagakerjaan merupakan
permasalahan bersama, maka diperlukan upaya kolektif dari seluruh
pemangku kepentingan (stakeholder) yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah.
Untuk itu dalam penyusunan kebijakan, strategi dan program pembangunan
ketenagakerjaan yang berkesinambungan, pemerintah daerah harus
berpedoman pada Perencanaan Tenaga Kerja untuk mengatasi permasalahan
ketenagakerjaan yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah.
Akhirnya kami menyambut gembira dan memberikan penghargaan
yang setinggi – tingginya kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah atas
tersusunnya buku Perencanaan Tenaga Kerja ini.
Jakarta, November 2011
Kepala Pusat Perencanaan Tenaga Kerja,
SYARIFUDDIN SINAGA, SH NIP 19561118 197703 1 001
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
v
KATA PENGANTAR KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
PROVINSI SULAWESI TENGAH
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan izinNya jualah sehingga Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Tengah dapat diselesaikan penyusunannya. Perencanaan tenaga kerja adalah sebuah blue print yang akan memberikan warna dalam berbagai aktivitas ekonomi di Provinsi Sulawesi Tengah, yang secara spesifik akan diarahkan untuk meningkatkan kualitas pembangunan ketenagakerjaan.
Rencana tenaga kerja ini disusun berdasarkan data pembangunan ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Tengah secara historis yang dipadukan dengan berbagai informasi kaitannya dengan perkembangan dan target pembangunan yang akan datang. Oleh karenanya perencanaan tenaga kerja ini bersifat lintas lembaga, dan untuk mencapai hasil maksimal memerlukan kerja lintas sektoral dari seluruh lembaga pemerintah dan seluruh stakeholder terkait serta bersifat kontinyu dalam jangka panjang.
Proses penyusunannya yang melibatkan tim lintas sektor, dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang integrated mengenai pembangunan ketenagakerjaan yang secara spesifik akan memberikan dampak dalam pembangunan tiap sektor ekonomi di Provinsi Sulawesi Tengah, dengan demikian perencanaan ini menjadi kebutuhan bersama untuk memajukan pembangunan ketenagakerjaan secara umum.
Segala upaya maksimal telah dilakukan untuk mencapai keutuhan penyusunannya, namun secara faktual masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif selalu diharapkan untuk penyempurnaan laporan ini.
Kiranya perencanaan tenaga kerja ini memberikan manfaat yang optimal bagi seluruh stakeholder dan merupakan bagian dari tangung jawab kita semua dalam memajukan pembangunan ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Tengah yang seimbang, berkualitas dan berkelanjutan.
Palu, November 2011 KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI SULAWESI TENGAH
IR. BARTHOLOMEUS TANDIGALA, CES
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
vii
DAFTAR ISI
SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH……………………….……….. i
KATA PENGANGTAR KEPALA PUSAT PERENCANAAN DAN TENAGA KERJA ……………………………………………………………………….…… iii
KATA PENGANTAR KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI SULAWESI TENGAH……………………..…….. v
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..…….……….. vii
DAFTAR GRAFIK ……………………………………………………………..….……….. ix
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….……..….… xi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan …………………………………………….……………………… 4
1.3 Sasaran ……………………………………………………….………….. 5
1.4 Lingkup Dan Fokus Studi Serta Lokasi Kegiatan….…..… 5
1.5 Landasan Konstitusional………………………………….….….. 6
1.6 Dasar Hukum Perencanaan Tenaga Kerja ……….….….…. 6
1.7 Terminologi Perencanaan Tenaga Kerja …………...…….... 7
BAB II GAMBARAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH …………………………………………………… 11
2.1 Karakteristik Penduduk Usia Kerja, Angkatan Kerja dan Penduduk yang bekerja tahun 2008-2011……….… 11
2.2 Penganguran Terbuka …………………………………….……… 34
2.3 Produktivitas Tenaga Kerja ……………………………..………. 37
2.4 Keadaan Ketenagakerjaan Tahun 2011 ……………………. 39
BAB III PERKIRAAN TENAGA KERJA TAHUN 2012-2013……….. 41
3.1 Perkiraan Perekonomian Tahun 2012-2013 …………… 41
3.2 Perkiraan Penduduk Usia Kerja………………….…….………. 42
3.3 Perkiraan Angkatan Kerja…………………………….………….. 45
3.4 Perkiraan Kesempatan Kerja …………………………………… 49
3.5 Perkiraan Pengangguran Terbuka……………………………. 62
3.6 Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja ……………..……… 67
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
viii
BAB IV REKOMENDASI KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH ……………………….………….. 69
4.1 Rekomendasi Kebijakan Perekonomian……..…….………. 70
4.2 Rekomendasi Kebijakan Umum ……………………………….. 74
4.3 Rekomendasi Penciptaan Lapangan Kerja………………… 76
4.4 Rekomendasi Kebijakan Pelatihan Tenaga Kerja ……… 83
4.5 Rekomendasi Kebijakan Penembatan Tenaga Kerja….. 90
4.6 Rekomendasi Kebijakan Perlindungan Tenaga Kerja… 95
4.7 Pengawasan Ketenagakerjaan………………………………… 96
4.8 Rekomendasi Perselisihan Hubungan Industrial dan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja……………………… 101
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
ix
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Tengah ..................................................................................................... I – 2
Grafik 2.1. Jumlah Penduduk Usia Kerja di Sulawesi Tengah Tahun 2008-2011 ............................................................................................. II – 12
Grafik 2.2. Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin di Sulawesi Tengah Tahun 2008-2011 .............................................................. II – 13
Grafik 2.3. Angkatan Kerja dan Penduduk Usia Kerja di Sulawesi Tengah Tahun 2008-2011 .............................................................. II – 18
Grafik 2.4. Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin di Sulawesi Tengah Tahun 2008-2011…………………………………………………………. II – 19
Grafik 2.5. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008-2011 …………………………………………………………………... II – 26
Grafik 2.6. Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008-2011 …………………………………………………………………... II – 34
Grafik 3.1. Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2013........................................................ III – 51
Grafik 3.2. Pertambahan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2013........................................................ III – 53
Grafik 3.3. Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2013 .............................................................................. III – 55
Grafik 3.4. Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Tahun 2012-2013…………………………………………………………. III – 57
Grafik 3.5. Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja Tahun 2012-2013……………………………………………………………………. III – 59
Grafik 3.6. Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan Tahun 2012-2013 ……………………………………………………….…………. III - 61
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Penduduk Usia Kerja di Provinsi Sulawesi Tengah
Berdasarkan Kabupaten 2008-2012 ……………………………. II - 11
Tabel 2.2. Penduduk Usia Kerja Menurut Kelompok Umur di
Sulawesi Tengah Tahun 2008-2011 ………………….…………. II – 14
Tabel 2.3. Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di
Sulawesi Tengah Tahun 2008-2011 ........................................... II – 16
Tabel 2.4. Angkatan Kerja Menurut Umur di Sulawesi Tengah
Tahun 2008-2011................................................................................. II – 20
Tabel 2.5. Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Sulawesi
Tengah Tahun 2008-2011................................................................. II – 21
Tabel 2.6. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis
Kelamin di Sulawesi Tengah Tahun 2008-2011...................... II – 22
Tabel 2.7. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan
Umur di Sulawesi Tengah Tahun 2008-2011.......................... II – 24
Tabel 2.8. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan
Umur di Sulawesi Tengah Tahun 2008-2011........................... II – 24
Tabel 2.9. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin Tahun
2008-2011............................................................................................... II – 27
Tabel 2.10. Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur Tahun
2008-2011………………………………………………………………….. II – 28
Tabel 2.11. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun
2008-2011................................................................................................ II – 29
Tabel 2.12. Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama
Tahun 2008-2011................................................................................. II –30
Tabel 2.13 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja Tahun
2008-2011 …………………………………………………………………… II – 32
Tabel 2.14. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jabatan Tahun
2008-2011................................................................................................ II – 33
Tabel 2.15. Pengangguran Terbuka Menurut Umur Tahun
2008-2011................................................................................................ II – 35
Tabel 2.16. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tahun
2008-2011................................................................................................ II – 36
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
xii
Tabel 2.17. Produktivitas Tenaga Kerja Sektoral Tahun
2008-2011 ............................................................................................... II – 38
Tabel 2.18. Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2011.............................................................................................. II – 39
Tabel 3.1. Proyeksi PDRB Provinsi Sulawesi Tengah Tahun
2012-2013................................................................................................ III – 41
Tabel 3.2. Perkiraan PUK Menurut Jenis Kelamin Tahun
2012 2013................................................................................................. III – 42
Tabel 3.3. Perkiraan PUK Menurut Golongan Umur Tahun
2012-2013................................................................................................ III – 43
Tabel 3.4. Perkiraan PUK Menurut Tingkat Pendidikan Tahun
2012-2013................................................................................................ III – 44
Tabel 3.5. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun
2012-2013................................................................................................ III – 46
Tabel 3.6. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2012-2013.................................................................................. III – 47
Tabel 3.7. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2012-2013.................................................................................. III – 48
Tabel 3.8. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2012-2013.................................................................................. III – 50
Tabel 3.9. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2012-2013.................................................................................. III – 51
Tabel 3.10. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat
Pendidikan Tahun 2012-2013......................................................... III – 52
Tabel 3.11. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2012-2013.................................................................................. III – 54
Tabel 3.12 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan
Tahun 2012-2013.................................................................................. III – 56
Tabel 3.13 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja Tahun
2012-2013................................................................................................ III – 58
Tabel 3.14 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan Tahun
2012-2013................................................................................................ III – 60
Tabel 3.15. Perkiraan Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2012-2013.................................................................................. III – 62
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
xiii
Tabel 3.16. Pengangguran Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2012-2013.................................................................................. III - 63
Tabel 3.17 Pengangguran Terbuka Menurut Golongan Umur Tahun
2012-2013................................................................................................ III – 66
Tabel 3.18. Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi
Tengah Berdasarkan Sektoral Tahun 2012-2013................... III – 67
Tabel 4.1. Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status
Pekerjaan Dan Tingkat Pendidikan Tahun 2013..................... IV – 84
Tabel 4.2. Tambahan Tenaga Kerja Yang Perlu Pelatihan........................ IV – 86
Tabel 4.3. Kebutuhan Tambahan Instruktur di Provinsi Sulawesi
Tengah........................................................................................................ IV – 88
Tabel 4.4. Penempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2009-2013........................... IV – 91
Tabel 4.5. Jumlah Perkiraan Kebutuhan Tenaga Fungsional
Pengantar Kerja Lingkup Naker Kabupaten/Kota se
Provinsi Sulawesi Tengah.................................................................. IV – 92
Tabel 4.6. Kondisi Pengawasan Tenaga Kerja di Sulawesi Tengah
Tahun 2009-2013.................................................................................. IV – 97
Tabel 4.7. Jumlah Kebutuhan Tenaga Fungsional Pengawas Kerja
Lingkup Naker Kabupaten/Kota se Provinsi Sulawesi
Tengah........................................................................................................ IV – 98
Tabel 4.8. Peningkatan Hubungan Industrial................................................. IV -102
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I - 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembangunan ketenagakerjaan merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional, karena tenaga kerja merupakan subyek dan obyek
pembangunan. Dengan demikian, tenaga kerja sangat menentukan atas
keberhasilan pembangunan, dan pembangunan dianggap berhasil jika
masyarakat (tenaga kerja) dapat hidup dengan sejahtera.
Ditengah upaya penguatan pembangunan daerah yang didasarkan pada
semangat otonomi daerah, maka pembangunan ketenagakerjaan merupakan
bagian penting dalam pengelolaan kekuatan dan potensi daerah sehingga akan
memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Provinsi Sulawesi Tengah dengan
dukungan berbagai sumberdaya alam, baik yang tak terbarukan maupun yang
terbarukan merupakan sumber kekuatan pembangunan di Provinsi Sulawesi
Tengah untuk maju dan sejajar dengan provinsi lain di Indonesia. Semangat ini
sesuai dengan visi Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah yakni “Sulawesi Tengah
sejajar dengan provinsi maju di kawasan timur indonesia melalui
pengembangan agribinis dan kelautan dengan peningkatan kualitas sumber
daya manusia yang berdaya saing tahun 2020”.
Visi tersebut searah dengan upaya penguatan pembangunan
ketenagakerjaan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas SDM sebagai
manpower pengelolaan sumber daya yang melimpah di Provinsi Sulawesi
Tengah terutama terkait dengan sektor unggulan (agribisnis, kelautan maupun
potensi kepariwisataan). Sumber daya alam saja tidak cukup untuk
B A B
1
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I - 2
menciptakan daya saing daerah, oleh karenanya harus dibarengi dengan
pembangunan pada sektor ketenagakerjaan, sehingga akan menghasilkan
sumber daya manusia dengan jumlah yang cukup, memiliki kesesuaian dengan
lapangan kerja dan kualitas yang handal baik untuk tujuan pengelolaan sumber
daya alam yang tersedia maupun untuk mampu bertahan dalam arus
globalisasi tenaga kerja sebagai konsekuensi pemberlakuan AFTA maupun
CAFTA.
Hingga tahun 2010, pembangunan ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi
Tengah belum menunjukkan hasil yang mengembirakan. Berdasarkan data
yang dikeluarkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi tahun
2011, index pembangunan ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Tengah masih
berada pada peringkat ke 29 dari 33 provinsi di Indonesia. Gambaran Indeks
Pembangunan Ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Tengah Dapat Dilihat Pada
Grafik di bawah ini :
Untuk itu masih diperlukan upaya yang kuat untuk meningkatkan posisi
Provinsi Sulawesi Tengah dalam kancah nasional dalam konteks pembangunan
ketenagakerjaan. Ini berarti upaya peningkatan pembangunan perekonomian
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I - 3
di Provinsi Sulawesi Tengah harus dibarengi pula dengan pembangunan
pada sektor ketenagakerjaan, sehingga penciptaan nilai tambah komoditas
unggulan daerah memiliki relevansi dengan upaya penciptaan lapangan kerja,
peningkatan serapan tenaga kerja dan peningkatan kualitas serta kuantitas
tenaga kerja.
Program pembangunan ekonomi di masa lalu terlalu menekankan pada
aspek pertumbuhan dengan mengabaikan pembangunan ketenagakerjaan,
sehingga kesejahteraan tenaga kerja tidak tercapai. Hal ini merupakan
pengalaman berharga dengan munculnya masalah ketenagakerjaan yang besar
yaitu tingkat pengangguran yang tinggi dan rendahnya kualitas tenaga kerja.
Untuk mengarahkan pembangunan agar ramah ketenagakerjaan
(employment-growth friendly), pembangunan harus mereposisi paradigma pada
orientasi ketenagakerjaan yaitu penciptaan kesempatan kerja yang sebanyak-
banyaknya sehingga pendayagunaan tenaga kerja secara optimal tanpa
mengabaikan aspek pertumbuhan dapat tercapai. Untuk mencapai maksud dan
tujuan tersebut maka perlu disusun perencanaan tenaga kerja sebagai salah
satu acuan pembangunan, dan sekaligus merupakan bagian dari rencana
pembangunan ekonomi.
Perencanaan Tenaga Kerja yang selanjutnya disingkat PTK adalah proses
penyusunan rencana ketenagakerjaan secara sistematis yang dijadikan dasar
dan acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program
pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan. Untuk menyusun
rencana tenaga kerja Provinsi Sulawesi Tengah dibutuhkan informasi
ketenagakerjaan yang meliputi informasi analisis potensi tenaga kerja yang
dimiliki oleh daerah dan kebutuhan akan tenaga kerja daerah pada tiap sektor
ekonomi. Perencanaan tenaga kerja dan penyediaan informasi ketenagakerjaan
merupakan salah satu bentuk tanggungjawab dan sekaligus sebagai perekat
hubungan antar instansi/lembaga baik pusat, daerah, sektoral, maupun swasta
dalam upaya menyelesaikan masalah ketenagakerjaan.
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I - 4
Pemerintah daerah perlu mengetahui potensi tenaga kerja yang
dimilikinya. Informasi ini akan memberikan gambaran kemampuan spesifik
yang dimiliki masyarakat untuk bekerja dalam beberapa sektor pembangunan.
Informasi mengenai kebutuhan ketenagakerjaan tiap sektor di daerah,
menggambarkan kebutuhan spesifikasi tenaga kerja pada tiap sektor
pembangunan. Dengan berdasarkan informasi akan potensi dan kebutuhan
tenaga kerja, maka akan terbentuk neraca tenaga kerja daerah. Keseluruhan
informasi terebut akan sangat membantu pemerintah daerah dalam melakukan
perencanaan tenaga kerja yang terintegrasi.
Hal tersebut juga disebutkan dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 2 serta Pasal 3 Peraturan
Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 yang menetapkan kewenangan yang besar
dibidang ketenagakerjaan bagi pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkap di atas, maka sangatlah
penting bagi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tengah
untuk melakukan analisis ketenagakerjaan yang memberikan gambaran
mengenai potensi dan kebutuhan tenaga kerja, sebagai landasan dalam
melakukan perencanaan bagi pembangunan ketenagakerjaan.
1.2 Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyusun potensi dan kebutuhan
tenaga kerja di Provinsi Sulawesi Tengah, antara lain:
1. Untuk mengkaji dan menganalisis situasi terkini Ketenagakerjaan di
Provinsi Sulawesi Tengah menyangkut penduduk usia kerja, tingkat
pendidikan pekerja, kesempatan kerja dan tingkat pengangguran
terbuka.
2. Untuk mengkaji dan menganalisis serta mengidentifikasi potensi
tenaga kerja yang dimiliki pada setiap sektor di Provinsi Sulawesi
Tengah
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I - 5
3. Untuk mengkaji dan menganalisis kebutuhan tenaga kerja pada setiap
sektor di Provinsi Sulawesi Tengah.
4. Untuk menyusun neraca tenaga kerja berdasarkan potensi dan
kebutuhan tenaga kerja pada setiap sektor di Provinsi Sulawesi
Tengah
5. Untuk menyusun rencana dan rekomendasi pengembangan
ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Tengah.
1.3 Sasaran Berdasarkan tujuan tersebut, maka sasaran dari kegiatan ini adalah:
1. Tersusunya dokumen tentang situasi ketenagakerjaan terkini daerah
Provinsi Sulawesi Tengah, dengan mempergunakan metode analisis
dan asumsi-asumsi yang logis.
2. Teridentifikasinya potensi tenaga kerja tiap sektor yang dimiliki
Provinsi Sulawesi Tengah
3. Teridentifikasinya kebutuhan tenaga kerja tiap sektor di Provinsi
Sulawesi Tengah.
4. Tersusunnya neraca tenaga kerja berdasarkan potensi dan kebutuhan
tenaga kerja tiap sektor di Provinsi Sulawesi Tengah
5. Tersusunya perencanaan dan pengembangan ketenagakerjaan di
Provinsi Sulawesi Tengah
1.4 Lingkup Dan Fokus Studi Serta Lokasi Kegiatan
Lingkup kajian merupakan rancangan yang komprehensif dan
integratif pembangunan bidang ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi
Tengah yang mencakup analisis tentang :
1. Situasi terkini daerah, khususnya pembangunan ketenagakerjaan.
2. Potensi dan kebutuhan tenaga kerja pada setiap sektor di Provinsi
Sulawesi Tengah
3. Neraca tenaga kerja berdasarkan potensi dan kebutuhan tenaga kerja
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I - 6
di Provinsi Sulawesi Tengah
4. Perencanaan kegiatan dan program pengembanngan ketenaga kerjaan
Provinsi Sulawesi Tengah
Fokus wilayah kajian dalam penyusunan perencanaan Ketenagakerjaan
Provinsi Sulawesi Tengah mencakup wilayah Kabupaten/Kota yang dapat
menggambarkan lingkup wilayah Provinsi Sulawesi Tengah. Dengan
memfokuskan kajian pada perencanaan ketenagakerjaan berdasarkan
persediaan dan kebutuhan tenaga kerja di Provinsi Sulawesi Tengah.
1.5 Landasan Konstitusional
1. UUD 1945 Pasal 27 ayat (2)“Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak Bagi kemanusiaan”
2. UUD 1945 Pasal 28 d ayat (2) “Setiap orang berhak untuk bekerja
serta Mendapat imbalan dan perlakuan Yang adil dan layak dalam
Hubungan kerja
1.6 Dasar Hukum Perencanaan Tenaga Kerja
1. Pasal 7 ayat (3) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan “Dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan
pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan yang
berkesinambungan, pemerintah harus berpedoman pada perencanaan
tenaga kerja “
2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan serta
Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.16/MEN/XI/2010 tentang Perencanaan Tenaga Kerja Makro
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.17/MEN/XI/2010 tentang Perencanaan Tenaga Kerja Mikro
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I - 7
1.7 Terminologi Perencanaan Tenaga Kerja. Penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja (PTK) makro di Provinsi
Sulawesi Tengah didasarkan pada konsep-konsep sebagaimana dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor per.16/Men/XI/2010
tentang perencanaan tenaga kerja makro. Konsep dan definisi operasionalnya
dijabarkan sebagai berikut :
1. Perencanaan Tenaga Kerja yang selanjutnya disingkat PTK, adalah
proses penyusunan rencana ketenagakerjaan secara sistematis yang
dijadikan dasar dan acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan
pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan yang
berkesinambungan.
2. Perencanaan Tenaga Kerja Makro yang selanjutnya disebut PTK
Makro, adalah proses penyusunan rencana ketenagakerjaan secara
sistematis yang memuat pendayagunaan tenaga kerja secara optimal
dan produktif guna mendukung pertumbuhan ekonomi atau sosial, baik
secara nasional, daerah, maupun sektoral sehingga dapat membuka
kesempatan kerja seluas-luasnya, meningkatkan produktivitas kerja
dan meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh.
3. Perencanaaan Tenaga Kerja Provinsi yang selanjutnya disebut PTK
Provinsi, adalah proses penyusunan rencana ketenagakerjaan secara
sistematis yang dijadikan dasar dan acuan dalam penyusunan
kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program pembangunan
ketenagakerjaan yang berkesinambungan di provinsi.
4. Rencana Tenaga Kerja yang selanjutnya disingkat RTK, adalah hasil
kegiatan PTK yang memuat perkiraan dan rencana persediaan tenaga
kerja, kebutuhan akan tenaga kerja, serta neraca dan program
pembangunan ketenagakerjaan.
5. Rencana Tenaga Kerja Makro yang selanjutnya disebut RTK Makro,
adalah hasil kegiatan PTK Makro yang meliputi seluruh sektoral atau
satu sektoral/sub sektoral di tingkat nasional, atau satu daerah.
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I - 8
6. Rencana Tenaga Kerja Provinsi yang selanjutnya disebut RTK
Provinsi, adalah hasil kegiatan PTK Provinsi yang memuat perkiraan
dan rencana persediaan tenaga kerja, perkiraan dan rencana kebutuhan
akan tenaga kerja, serta neraca dan program pembangunan
ketenagakerjaan di tingkat provinsi.
7. Persediaan Tenaga Kerja adalah jumlah dan kualitas angkatan kerja
yang tersedia dengan berbagai karakteristiknya.
8. Kebutuhan Akan Tenaga Kerja adalah jumlah dan kualitas angkatan
kerja yang diperlukan untuk mengisi kesempatan kerja yang tersedia
dengan berbagai karakteristiknya.
9. Neraca Tenaga Kerja adalah keseimbangan atau kesenjangan jumlah
dan kualitas antara persediaan tenaga kerja dengan kebutuhan akan
tenaga kerja dengan berbagai karakteristiknya.
10. Metoda Penghitungan persediaan tenaga kerja, adalah cara kerja yang
teratur dan sistematis untuk memperkirakan jumlah dan kualitas
angkatan kerja.
11. Metoda Penghitungan Kebutuhan Akan Tenaga Kerja adalah cara
kerja yang teratur dan sistematis untuk memperkirakan jumlah dan
kualitas kesempatan kerja.
12. Penduduk Usia Kerja yang selanjutnya disingkat PUK, adalah jumlah
penduduk yang berumur 15 (lima belas) tahun atau lebih, yang disebut
juga tenaga kerja.
13. Angkatan Kerja yang selanjutnya disingkat AK, adalah jumlah dan
kualitas PUK yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara
tidak bekerja dan pengangguran.
14. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja yang selanjutnya disingkat TPAK,
adalah rasio antara jumlah AK dengan jumlah PUK.
15. Bekerja adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan ekonomi
dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I - 9
atau keuntungan sekurang-kurangnya 1 (satu) jam tidak terputus
dalam seminggu sebelum pencacahan.
16. Penganggur Terbuka adalah mereka yang mencari pekerjaan, yang
mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan karena merasa
tidak mungkin mendapatkan pekerjaan dan yang sudah punya
pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.
17. Tingkat Penganggur Terbuka yang selanjutnya disingkat TPT, adalah
rasio antara jumlah penganggur terbuka dengan jumlah angkatan kerja.
18. Kesempatan Kerja adalah lowongan pekerjaan yang belum diisi oleh
pencari kerja dan pekerja yang sudah ada.
19. Produktivitas Tenaga kerja adalah rasio antara nilai produk domestik
bruto dengan jumlah penduduk yang bekerja yang digunakan baik
individu maupun kelompok dalam satuan waktu tertentu yang
merupakan besaran kontribusi penduduk yang bekerja dalam
pembentukan nilai tambah suatu produk dari proses kegiatan ekonomi
pada suatu lapangan usaha secara nasional dan regional.
20. Evaluasi adalah serangkaian kegiatan penilaian terhadap hasil
pemantauan penyusunan dan pelaksanaan RTK Makro dalam waktu
tertentu.
21. Laporan adalah penyampaian analisis hasil kegiatan yang dilakukan
dalam penyusunan dan pelaksanaan RTK Makro.
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB II - 11
GAMBARAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH
2.1 Karakteristik Penduduk Usia Kerja, Angkatan Kerja dan Penduduk yang bekerja tahun 2008-2011
2.1.1 Penduduk Usia Kerja
Berdasarkan Permenakertrans No.PER. 16/MEN/XI/2010 Penduduk
Usia Kerja yang selanjutnya disingkat PUK, adalah jumlah penduduk yang
berumur 15 (lima belas) tahun atau lebih, yang disebut juga tenaga kerja.
Tabel 2.1 Penduduk Usia Kerja Di Provinsi Sulawesi Tengah
Berdasarkan Kabupaten 2008-2011 Kabupaten/Kota 2008 2009 2010 2011
Banggai Kepulauan 106.225 107.751 112.108 113.776
Banggai 220.936 223.426 222.592 226.820
Morowali 126.402 128.566 137.711 139.361
Poso 110.003 116.874 146.863 144.649
Donggala 326.535 332.239 177.882 181.217
Toli-Toli 141.702 143.947 139.490 141.622
Buol 76.518 78.064 81.932 80.151
Parigi Moutong 257.122 262.664 271.611 279.065
Tojo Una-Una 113.578 120.179 89.939 88.640
Sigi - - 144.690 147.817
Kota Palu 236.764 241.255 238.410 237.188
JUMLAH 1.715.785 1.754.965 1.763.228 1.780.305
Sumber : BPS Sakernas 2008-2011
B A B
2
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 12
Pada tahun 2010 penduduk usia kerja di Sulawesi Tengah mencapai
1.763.228 jiwa, dengan pertumbuhan rata-rata dalam tiga tahun terakhir
sebesar 1,35 persen per tahun. Distribusi penduduk usia kerja pada 10
kabupaten/kota di Sulawesi Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2008 ke 2009 yaitu
sebesar 2,28 persen, sedangkan pada tahun 2010 hanya meningkat sebesar
0,47 persen dari tahun 2009. Proporsi penduduk usia kerja dengan jumlah
penduduk Sulawesi Tengah pada tahun 2011 adalah sebesar 67 persen, kondisi
ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Sulawesi Tengah adalah
penduduk usia kerja. Pertumbuhan penduduk usia kerja ini akan meningkat
seiring dengan meningkatnya tingkat kesehatan masyarakat . Jumlah penduduk
usia kerja Sulawesi Tengah tahun 2008-2011 adalah :
Grafik 2.1 : Jumlah Penduduk Usia Kerja di Sulawesi Tengah Tahun 2008- 2011
Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008-2011, diolah kembali
Karakteristik penduduk usia kerja di Sulawesi Tengah dapat dilihat
menurut jenis kelamin, golongan umur dan tingkat pendidikan yang dapat
dilihat dalam ulasan dibawah ini :
2008 2009 2010 2011
1,715,785
1,754,965 1,763,228
1,780,305
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 13
2.1.1.1 Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin
Penduduk usia kerja menurut jenis kelamin di Sulawesi Tengah pada
Tahun 2008-2011 dapat dilihat pada Grafik sebagai berikut :
Grafik 2.2 : Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin di Sulawesi Tengah Tahun 2008-2011
Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008 -2011
Grafik di atas memperlihatkan bahwa penduduk usia kerja tertinggi
sejak tahun 2008 hingga tahun 2011 adalah laki-laki. Pada tahun 2011 sebesar
51,12 persen penduduk usia kerja adalah laki laki dan penduduk usia kerja
perempuan adalah sebesar 48,89 persen. Penduduk usia kerja laki-laki di
Sulawesi Tengah mengalami pertumbuhan 2,47 persen pada tahun 2009 dan
pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan yang relatif lebih kecil yaitu 0,82
persen. Hal yang sama juga terjadi pada pertumbuhan penduduk usia kerja
wanita, yaitu mengalami pertumbuhan sebesar 2,2 persen pada tahun 2009
dan 1,2 persen pada tahun 2011.
2008 2009 2010 2011
874,599
894,890901,383
915,754
841,186
860,075 861,845 864,551
LAKI-LAKI PEREMPUAN
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 14
2.1.1.2 Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur
Komposisi penduduk usia kerja menurut golongan umur di Sulawesi
Tengah sejak tahun 2008 hingga 2011dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 2.2 Penduduk Usia Kerja Menurut Kelompok Umur di Sulawesi Tengah Tahun
2008-2011
UMUR 2008 2009 2010 2011
15-19 244.612 249.789 237.825 240.128
20-24 228.040 233.534 203.261 205.230
25-29 229.043 226.496 230.067 232.295
30-34 206.074 218.057 229.533 231.756
35-39 198.043 195.007 201.647 203.600
40-44 156.824 168.015 178.668 180.398
45-49 129.452 133.969 132.495 133.778
50-54 109.969 111.164 116.006 117.130
55-59 70.737 75.203 79.515 80.285
60-64 55.818 58.365 56.887 57.438
≥ 65 87.173 85.366 97.324 98.267
JUMLAH 1.715.785 1.754.965 1.763.228 1.780.305
Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008-2011, diolah kembali
Tabel di atas menunjukan kondisi sebaran penduduk usia kerja di
Provinsi Sulawesi Tengah yang tergolong dalam penduduk muda sangat
berpotensi sebagai pemasok angkatan kerja dan juga dapat menjadi pemasok
bukan angkatan kerja. Proporsi penduduk usia 15-19 tahun merupakan yang
paling tinggi dibandingkan kelompok umur lainnya yaitu sebesar 13,5 persen
dari penduduk usia kerja. Pada umumnya PUK umur 15-19 tahun adalah
mereka yang berada pada usia sekolah, sehingga kemungkinan besar mereka
masuk dalam golongan bukan angkatan kerja, sehingga akan mengurangi
jumlah kelompok angkatan kerja.
Dalam struktur penduduk muda, porsi penduduk usia 20-24 tahun juga
menyumbang porsi yang besar pada penduduk usia kerja yaitu sebesar 11,5
persen. Ketika hanya sebagian kecil saja yang terlibat dalam kegiatan sekolah
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 15
maka penduduk usia ini akan menjadi penyumbang yang besar pada kelompok
angkatan kerja walaupun tidak semua terserap dalam lapangan pekerjaan.
Dalam grafik terlihat bahwa jumlah penduduk usia kerja pada
kelompok umur 20-24 dan 30-34 tahun memiliki proporsi tinggi yaitu sebesar
13 persen dari penduduk usia kerja. Pada interval umur tersebut biasanya
banyak terdapat new entrance pada dunia kerja. Setelah lulus dari SLTA atau
pendidikan tinggi, lapangan kerja siap diperebutkan oleh para pencari kerja
kelompok ini.
Dengan besarnya komposisi penduduk pada usia tersebut tidak dapat
dihindari bahwa penyediaan lapangan pekerjaan harus sebanding dengan
penduduk usia kerja yang siap masuk angkatan kerja. Para pendatang baru di
pasar kerja yang jumlahnya tidak sedikit ini akan mendatangkan masalah baru
jika lapangan pekerjaan yang tersedia tidak mampu menyerapnya. Meskipun
mereka berperan sebagai penyebab meningkatnya partisipasi angkatan kerja,
namun bila mereka tidak bekerja maka mereka akan masuk ke dalam kelompok
para pencari kerja atau pengangguran. Penduduk yang lebih banyak
terdistribusi pada umur-umur muda memaksa Provinsi Sulawesi Tengah harus
bersiap untuk menyediakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak.
Fenomena menarik dari data tersebut adalah tingginya penduduk usia
kerja yang berumur 65 tahun ke atas, bila dibandingkan dengan penduduk usia
kerja yang berumur 55 tahun hingga 64 tahun. Hal ini mengindikasikan
meningkatnya kesehatan masyarakat sehingga meningkatkan angka harapan
hidup pada penduduk usia lanjut.
2.1.1.3 Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Komposisi penduduk usia kerja menurut tingkat pendidikan di Sulawesi
Tengah sejak Tahun 2008 hingga Tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel tersebut memperlihatkan bahwa penduduk usia kerja dengan tingkat
pendidikan SD mengalami penurunan di tahun 2009 sebesar 1,4 persen, namun
meningkat pada tahun 2010 sebesar 1,2 persen dan pada tahun 2011
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 16
meningkat sebesar 0,25 persen . Proporsi penduduk usia kerja yang
berpendidikan SD termasuk cukup besar yaitu 52 persen dari PUK Sulawesi
Tengah. Mengingat penduduk usia kerja masuk pada kategori penduduk
dengan umur di atas 15 tahun, maka penduduk usia kerja yang berada di
tingkat pendidikan SD dan dibawahnya tidak sedang sekolah atau tamatan SD.
Fenomena ini mengindikasikan semakin banyak angkatan kerja yang memiliki
tingkat pendidikan SD dan dibawahnya. Tentunya ini harus menjadi perhatian
bagi pemerintah melalui instansi terkait untuk menurunkan jumlah penduduk
usia kerja pada jenjang pendidikan SD dan di bawahnya.
Tabel 2.3
Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Sulawesi TengahTahun 2008-2011
Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008 - 2011, diolah kembali
Proporsi terbesar penduduk usia kerja berpendidikan SMTP umum dan
penduduk dengan tingkat pendidikan SMTA masing-masing sebesar 21,5
persen dan 15,1 persen. PUK dengan tingkat pendidikan SMTP dan SMTA
diharapkan tetap masuk dalam dunia pendidikan melalui sekolah maupun
pendidikan non formal, serta masuk dalam golongan bukan angkatan kerja,
sehingga dapat menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas tinggi serta mampu
bersaing di pasar tenaga kerja
Penduduk usia kerja pada tingkat pendidikan universitas juga
mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar 16,4
TINGKAT PENDIDIKAN
2008 2009 2010 2011
≤ SD 925.024 911.898 923357 925.696
SMTP 371.405 386.834 381751 382.028
SMTA Umum 246.139 256.043 261.344 269.258
SMTA Kejuruan 81.854 97.820 88230 91.858
Diploma I/II/III/Akademi
41.172 42.346 48725 47.358
Universitas 50.191 60.024 59821 64.108
JUMLAH 1.715.785 1.754.965 1.763.228 1.780.305
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 17
persen, namun menurun pada tahun 2010 sebesar 0,3 persen dan kembali
meningkat sebesar 7,17persen pada tahun 2011. Peningkatan cukup besar ini
dimungkinkan oleh semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan
pendidikan lanjutan kejenjang yang lebih tinggi. Hal ini tentunya berpengaruh
positif terhadap kualitas tenaga kerja di Sulawesi tengah walaupun proporsi
PUK yang berpendidikan perguruan tinggi termasuk rendah yaitu hanya 3,64
persen dari jumlah PUK di Sulawesi Tengah.
2.1.2 Angkatan Kerja
Angkatan kerja (labour force) adalah Penduduk usia kerja yang bekerja
atau memiliki pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan termasuk
dalamnya pengangguran. Dalam kurun waktu tahun 2008 sampai dengan 2011
jumlah angkatan kerja terus mengalami peningkatan. Pada Tahun 2008 jumlah
angkatan kerja mencapai 1.196.988 orang dan terus bertambah menjadi
1.215.727 pada Tahun 2009, 1.220.454 orang tahun 2010 dan pada tahun
2011 menjadi 1.313.680 orang. Angkatan kerja di Sulawesi Tengah mengalami
peningkatan dalam empat tahun terakhir sebesar 7,6 persen.
Pada kenyataannya, pertambahan jumlah angkatan kerja tidak secepat
pertambahan persediaan lapangan pekerjaan. Akibatnya jumlah lapangan
pekerjaan yang ada tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja yang
jumlahnya terus meningkat. Lapangan pekerjaan semakin menjadi rebutan
sekian banyak para pencari kerja yang terdapat di pasar kerja. Mereka yang
kalah bersaing harus tersingkir dari lapangan pekerjaan dan menjadi
pengangguran. Semakin lebar gap antara jumlah lapangan pekerjaan yang
tersedia dengan jumlah para pencari kerja, maka lama kelamaan jumlah
pengangguran akan terakumulasi sehingga beban pasar kerja untuk
menyediakan lapangan pekerjaan akan semakin berat.
Peningkatan jumlah angkatan kerja Sulawesi Tengah sesungguhnya
juga beriringan dengan peningkatan Penduduk Usia Kerja. Korelasi positif
antara jumlah penduduk usia kerja dan angkatan kerja merupakan suatu
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 18
kondisi ekonomi positif yang menunjukkan adanya peningkatan peran serta
penduduk usia kerja dalam pasar kerja, seperti yang terlihat pada grafik di
bawah ini :
Grafik 2.3 : Angkatan Kerja dan Penduduk Usia Kerja di Sulawesi
Tengah Tahun 2008-2011 Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008-2011, diolah kembali
Gambaran angkatan kerja di Sulawesi Tengah Sejak Tahun 2008 hingga
Tahun 2011 dapat dilihat menurut jenis kelamin, umur dan tingkat pendidikan
seperti yang dipaparkan sebagai berikut :
2.1.2.1 Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008-2011
Angkatan keja menurut jenis kelamin di Sulawesi Tengah sejak tahun
2008 hingga tahun 2011 dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
1,715,785 1,754,965 1,763,228 1,780,305
1,196,988 1,215,727 1,220,454 1,313,680
PUK AK
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 19
1 Grafik 2.4 : Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin di Sulawesi Tengah
Tahun 2008-2011 Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008-2011, diolah kembali
Proporsi perempuan dalam angkatan kerja sejak tahun 2008 hingga
tahun 2011 mengalami penurunan, dengan rata-rata sebesar 2,18 persen
pertahun, namun tidak demikian dengan proporsi laki-laki pada angkatan kerja
di Sulawesi Tengah yang cenderung mengalami peningkaan rata-rata 1,2
persen pertahun.
Partisipasi perempuan dalam angkatan kerja di Sulawesi Tengah
cenderung lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, tidak hanya karena
peran ganda mereka dalam rumah tangga, tetapi juga berkaitan dengan
komitmen perempuan untuk berpartisipasi dalam angkatan kerja selama
kehidupannya. Perempuan cenderung keluar dari pasar kerja ketika mereka
memasuki masa perkawinan, melahirkan dan membesarkan anak, dan
kemudian kemungkinan mereka akan kembali ke dunia kerja ketika anak-anak
sudah cukup besar. Meningkatnya pencapaian tingkat pendidikan perempuan
juga biasanya diikuti oleh meningkatnya tingkat partisipasi perempuan dalam
angkatan kerja.
2008 2009 2010 2011
756,662 774,750 790,386856,384
440,326 440,977 430,068 457,296
LAKI-LAKI PEREMPUAN
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 20
2.1.2.2 Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 2008-2011
Angkatan kerja menurut keompok umur di Sulawesi Tengah pada tahun
2008 hingga tahun 2011, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.4 Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur di Sulawesi Tengah
Tahun 2008-2011 GOLONGAN UMUR 2008 2009 2010 2011
15-19 78.134 78.792 72.697 87.410
20-24 134.794 133.270 115.702 129.469
25-29 162.914 155.344 159.721 177.400
30-34 155.723 164.663 174.515 191.180
35-39 153.522 151.231 159.974 180.233
40-44 129.398 136.249 145.006 160.209
45-49 104.466 111.095 107.399 121.117
50-54 89.146 91.586 92.083 106.929
55-59 52.054 57.575 60.652 75.751
60-64 35.286 36.625 35.468 39.518
≥ 65 36.269 33.288 41.009 44.465
JUMLAH 1.131.706 1.149.718 1.164.226 1.313.680
Sumber :BPS Sakernas Tahun 2018-2011
Penduduk pada kelompok umur 30-34 tahun merupakan jumlah
terbesar dalam angkatan kerja di Sulawesi Tengah, dan kelompok umur ini
mengalami peningkatan rata-rata sebesar 4,46 persen pertahun sejak tahun
2008 hingga tahun 2011. Urutan kedua angkatan kerja terbanyak adalah
penduduk pada kelompok umur 25 - 29 tahun, dimana dalam tiga tahun
terakhir mengalami peningkatan. Dua kelompok umur ini merupakan
kelompok umur produktif yang siap memasuki pasar kerja, kondisi ini
mengisyaratkan bahwa pasar kerja di Sulawesi Tengah saat ini diramaikan oleh
angkatan kerja produktif.
Kelompok umur 15-19 tahun sejak tahun 2008 hingga tahun 2011
mengalami penurunan dengan rata-rata 1,87 persen. Kondisi ini mungkin
disebabkan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 21
pendidikan, dimana penduduk usia 15-19 tidak masuk dalam kategori angkatan
kerja karena mereka memasuki dunia pendidikan atau sekolah.
Penduduk pada kelompok 65 tahun ke atas juga mengalami
peningkatan yang cukup siginifikan pada tahun 2010 yaitu sebesar 20,45
persen, kondisi ini mungkin disebabkan oleh membaiknya angka harapan
hidup, sehingga bagi penduduk pada usia 65 tahun ke atas masih melakukan
kegiatan ekonomi. Penduduk di pedesaan atau penduduk miskin, keterlibatan
penduduk usia 65 tahun ke atas, umumnya tetap bekerja dikarenakan tuntutan
kehidupan yang mengharuskan untuk tetap bekerja demi mempertahankan
hidup mereka.
2.1.2.3 Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008-2011
Angkatan kerja menurut pendidikan di Sulawesi Tengah sejak tahun
2008 hingga tahun 2011, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.5
Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Sulawesi Tengah Tahun 2008-2011
TINGKAT PENDIDIKAN 2008 2009 2010 2011
≤ SD 636.543 627.743 635.002 647.087
SMTP 215.142 223.394 214.670 254.044
SMTA Umum 154.076 151.667 163.369 212.481
SMTA Kejuruan 52.376 61.830 61.459 90.889
Diploma I/II/III/Akademi
32.056 32.955 36.590 46.652
Universitas 41.513 52.129 53.136 62.527
JUMLAH 1.131.706 1.149.718 1.164.226 1.313.680
Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008-2011, diolah kembali
Angkatan kerja di Sulawesi Tengah sebagian besar atau sebesar 53
persen adalah berpendidikan SD ke bawah. Hal ini mengindikasikan bahwa
sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian dan perkebunan
serta sektor non formal lainnya yang kurang mensyaratkan pendidikan dalam
bekerja. Kondisi ini sesungguhnya sangat memprihatinkan, dengan kondisi
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 22
seperti ini tentunya kualitas tenaga kerja yang ada relatif sangat rendah dan
kurang mempunyai posisi tawar yang baik dalam pasar tenaga kerja.
Penduduk dengan tingkat pendidikan SD merupakan jumlah terbesar,
dimana pada tahun 2010 terjadi penurunan sebesar 0,97 persen dari tahun
2009 dan menurun sebesar 0,29 persen pada tahun 2011. Penurunan ini
mengindikasikan masyarakat pada level ini lebih berkeinginan untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP atau sederajatnya. Setelah SLTP
jumlah terbesar angkatan kerja berada pada tingkat pendidikan SLTA, hal ini
menunjukkan semakin banyaknya masyarakat yang tidak melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan berkeinginan masuk ke pasar kerja
dengan tingkat pendidikan SMA.
2.1.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Rasio antara angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja dikenal
dengan istilah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), yang merupakan
besarnya jumlah penduduk masuk dalam pasar kerja. Pada tahun 2011 tingkat
partisipasi angkatan kerja di Sulawesi Tengah adalah sebesar 73,8 persen atau
penduduk yang menjadi angkatan kerja adalah sebesar 74 persen dari jumlah
penduduk usia kerja.
2.1.3.1 TPAK Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008-2011
Tingkat partisipasi angkatan kerja menurut jenis kelamin di Sulawesi
Tengah pada tahun 2008 hingga tahun 2011 dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :
Tabel 2.6 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin di Sulawesi
Tengah Tahun 2008-2011 (Dalam Persen)
JENIS KELAMIN 2008 2009 2010 2011
Laki-Laki 87 87 88 93
Perempuan 52 51 50 53
Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008-2011, diolah kembali
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 23
Tingkat partisipasi angkatan kerja wanita sejak tahun 2008 hingga
tahun 2010 mengalami penurunan rata-rata sebesar 2,43 persen pertahun.
Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh ketidakikutsertaan ibu rumah
tangga masuk dalam pasar kerja, atau hanya menjadi pengasuh dan pengurus
rumah tanggannya. Pada tahun 2011 TPAK perempuan meningkat sebesar 7
persen, kondisi ini dipicu dengan meningkatnya angkatan kerja perempuan
pada tahun 2011 yang juga sebesar 7 persen. Disisi lain penduduk laki-laki
meningkat partisipasi angkatan kerjanya, yaitu pada tahun 2011 meningkat
sebesar 6,3 persen dari tahun 2010. Peningkatan ini dimungkinan oleh daya
tarik pasar kerja atau upah kerja yang meningkat, atau juga dapat disebabkan
oleh kondisi perekonomian keluarga yang menuntut laki-laki harus terjun ke
dunia kerja.
2.1.3.2 TPAK Menurut Golongan Umur Tahun 2008-2011
Tingkat partisipasi angkatan kerja menurut golongan umur di Sulawesi
Tengah pada tahun 2008 hingga tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Tingkat partisipasi angkatan kerja terendah adalah pada kelompok umur 15 –
19 tahun, hal ini disebabkan oleh tingginya penduduk usia kerja pada kelompok
umur ini, termasuk penduduk usia sekolah. Terjadinya peningkatan walaupun
relatif sedikit pada kelompok usia ini, mengindikasikan bahwa adanya
keinginan penduduk untuk masuk dalam pasar kerja. Fenomena ini menuntut
peran serta pemerintah untuk mengurangi tingkat partisipasi angkatan kerja
pada kelompok ini melalui pemberian stimulus agar mereka tetap melanjutkan
pendidikannya.
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 24
Tabel 2.7 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur di Sulawesi
Tengah Tahun 2008-2011(Dalam persen)
UMUR 2008 2009 2010 2011
15-19 37,9 37,0 37,6 36,4
20-24 67,7 65,4 65,4 63,1
25-29 76,6 74,3 73,4 76,4
30-34 79,1 78,0 78,1 82,5
35-39 81,0 80,4 81,1 88,5
40-44 83,8 83,4 82,1 88,8
45-49 81,5 84,8 81,5 90,5
50-54 81,7 83,5 80,2 91,3
55-59 73,9 77,8 77,0 94,4
60-64 63,6 63,3 62,7 68,8
≥ 65 41,8 39,1 43,1 45,2
JUMLAH 69,8 69,3 69,2 73,8
Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008-2011, diolah kembali
2.1.3.3 TPAK Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008-2011
Tingkat partisipasi angkatan kerja menurut tingkat pendidikan di
Sulawesi Tengah pada tahun 2008 hingga tahun 2011 dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
Tabel 2.8 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di
Sulawesi Tengah Tahun 2008-2011
TINGKAT PENDIDIKAN 2008 2009 2010 2011
≤ SD 70,7 70,4 70,2 69,9
SLTP 60,7 60,0 58,6 66,5
SLTA Umum 70,0 67,9 69,7 78,9
SLTA Kejuruan 73,9 74,1 76,1 98,9
Diploma I/II/III/Akademi 89,3 90,4 90,0 98,5
Universitas 94,9 95,2 95,1 97,5
Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008-2011, diolah kembali
Tingkat partisipasi angkatan kerja tertinggi menurut jenjang
pendidikan di Sulawesi Tengah adalah pada penduduk dengan pendidikan
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 25
tinggi atau universitas yaitu sebesar 97 persen, walaupun pada tahun 2010
mengalami penurunan TPAK. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk yang berpendidikan S1 dan jenjang pendidikan di atasnya menjadi
angkatan kerja.
Penduduk yang memiliki tingkat pendidikan dasar termasuk tinggi
tingkat partisipasi angkatan kerjanya, pada tahun 2011 menurun sebesar 0,4
persen dari tahun 2010. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya
keinginan masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi yaitu SLTP, sehingga lulusan Sekolah Dasar melanjutkan ke jenjang SLTP
atau sederajatmya
2.1.4 Penduduk Yang Bekerja
Penduduk yang bekerja adalah penduduk yang berada pada usia kerja
dan sedang bekerja atau membantu bekerja dalam upaya memperoleh
pendapatan dengan waktu kerja minimal 1 jam per minggu tanpa terputus.
Semakin tinggi jumlah penduduk yang bekerja, maka akan semakin tinggi
perputaran roda perekonomian di suatu daerah, namun demikian konsep ini
harus ditelaah secara cermat karena meskipun jumlah yang bekerja cukup
tinggi namun jika hanya bersifat membantu memperoleh pekerjaan, maka
outcome/capital yang dihasilkan juga kecil.
2.1.4.1 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin Tahun
2008-2011
Berdasarkan jenis kelamin penduduk yang bekerja dalam kurun waktu
tahun 2008-2011, dapat disajikan sebagai berikut :
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 26
Grafik 2.5 : Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008-2011
Sumber `: BPS Sakernas 2008- 2011, diolah kembali.
Dari grafik tersebut di atas, terlihat bahwa jumlah penduduk laki-laki
yang bekerja lebih besar dari pada jumlah penduduk wanita. Dari data 4 tahun
tersebut diatas terlihat bahwa dari jumlah penduduk yang bekerja, proporsi
penduduk pria sebesar 65 Persen, sementara penduduk wanita hanya 35
persen. Jika dilihat dari perkembangannya nampak bahwa di tahun 2010
mengalami peningkatan sebesar 2,49 persen, dan meningkat sebesar 8,3
persen pada tahun 2011.
Untuk penduduk wanita yang bekerja ditahun 2009 tumbuh sebesar 0,29
persen, dan justru mengalami penurunan di tahun 2010 sebesar 1,02 persen,
namun meningkat sebesar 8,3 persen pada tahun 2011. Penurunan jumlah
penduduk wanita yang bekerja ini disebabkan karena ketersediaan lapangan
kerja yang tersedia umumnya lebih banyak memerlukan kompetensi tenaga
kerja pria.
2008 2009 2010 2011
729,933 746,778 765,390829,011
401,773 402,940 398,836 431,988
LAKI-LAKI PEREMPUAN
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 27
2.1.4.2 Penduduk Yang Bekerja Menurut Umur Tahun 2008-2011
Tingkat produktivitas tenaga kerja terkait dengan skill dan tingkat
umur tenaga kerja. Pengalaman yang memadai pada kelompok umur muda
umumnya memberikan kontribusi tenaga kerja yang bekerja. Penduduk yang
berada pada usia muda namun minim pengalaman juga belum memberikan
efek maksimal dalam pencapaian produktivitas tenaga kerja yang tinggi.
Berdasarkan jumlah penduduk yang bekerja menurut golongan umur di
Sulawesi Tengah, dapat disajikan pada Tabel 2.9.
Tabel 2.9 Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur Tahun 2008-2011
GOLONGAN UMUR 2008 2009 2010 2011
15-19 78.134 78.792 72.697 71.942
20-24 134.794 133.270 115.702 110.437
25-29 162.914 155.344 159.721 176.120
30-34 155.723 164.663 174.515 188.591
35-39 153.522 151.231 159.974 177.987
40-44 129.398 136.249 145.006 158.611
45-49 104.466 111.095 107.399 119.150
50-54 89.146 91.586 92.083 106.083
55-59 52.054 57.575 60.652 72.134
60-64 35.286 36.625 35.468 37.154
≥ 65 36.269 33.288 41.009 42.790
JUMLAH 1.131.706 1.149.718 1.164.226 1.260.999
Sumber : BPS Sakernas 2008- 2011 yang diolah
Dari sebaran data penduduk yang bekerja berdasarkan kelompok umur
tersebut terlihat bahwa penduduk yang bekerja paling banyak berada pada
golongan umur 25-34 tahun yang mencapai 28 persen dari total penduduk
yang bekerja. Kelompok penduduk terbesar kedua yang bekerja adalah mereka
yang berada pada kelompok umur 35-39 tahun, dan pada peringkat ke 3 adalah
pada usia 20-24 tahun. Penduduk yang berada pada kelompok usia di atas 49
tahun juga mengalami peningkatan tiap tahunnya. Penduduk pada usia di atas
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 28
49 tahun umumnya adalah pekerjaan yang tidak terlalu menuntut fisik yang
kuat, sifat pekerjaan umumnya bersifat knowledge based atau jenjang
pekerjaan pada level yang relatif tinggi sehingga jumlah permintaan tenaga
kerja relatif kecil.
2.1.4.3 Penduduk Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tahun 2008-2011
Upaya mencermati jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
sangat penting guna melihat keterkaitan antara skill yang dimiliki penduduk,
sektor ekonomi yang berkembang, produktivitas dan keberhasilan sektor
pendidikan di daerah. Gambaran jumlah penduduk di Provinsi Sulawesi
Tengah yang bekerja berdasarkan tingkat pendidikan dapat disajikan sebagai
berikut :
Tabel 2.10 Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2008-2011
TINGKAT PENDIDIKAN
2008 2009 2010 2011
≤ SD 636.543 627.743 635.002 638.242
SLTP 215.142 223.394 214.670 246.680
SLTA Umum 154.076 151.667 163.369 190.818
SLTA Kejuruan 52.376 61.830 61.459 82.715
Diploma I/II/III/Akademi
32.056 32.955 36.590 44.232
Universitas 41.513 52.129 53.136 58.313
JUMLAH 1.131.706 1.149.718 1.164.226 1.260.999
Sumber : BPS Sakernas tahun 2008-2011, diolah kembali.
Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa dalam kurun waktu 2008-
2011, penduduk yang bekerja didominasi oleh mereka yang hanya tamatan SD
atau tidak tamat SD dengan porsi 49,9 persen, sementara SMP sebesar 17
persen dan SMA (umum dan Kejuruan) sebesar 19 persen. Proporsi penduduk
yang bekerja dari jenjang pendidikan tinggi (D3 dan S1) hanya berkisar 6.21
persen. Dari sebaran jumlah penduduk tersebut nampaknya bahwa sebagian
besar tenaga kerja di Provinsi Sulawesi Tengah banyak terserap pada sektor
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 29
sektor yang secara relatif memerlukan skill yang rendah seperti sektor
pertanian, perkebunan, perikanan yang umumnya menjadi tumpuan terakhir
bagi penduduk dalam mencari dan memilih pekerjaan.
Jika dilihat perkembangnnya tingkat pertumbuhan penduduk yang
bekerja dengan jenjang SMA Kejuruan paling tinggi kenaikan di tahun 2011
tumbuh sebesar 34,6 persen . Secara rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk
yang bekerja dengan jenjang pendudidikan SD dan SMP selama tahun 2010 dan
2011 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,5 persen dan 14
persen.
2.1.4.4 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun
2008-2011
Paparan penduduk yang bekerja sektoral menggambarkan seberapa
besar sektor-sektor ekonomi dalam menyerap tenaga kerja yang tersedia.
Berdasarkan data tahun 2008-2011, sebaran penduduk menurut lapangan
usaha dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.11 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2011
LAPANGAN USAHA 2008 2009 2010 2011
Pertanian 671.661 679.720 663.143 654.711
Pertambangan 8.289 13.136 24.905 34.612
Industri Pengolahan 50.216 43.923 38.848 65.698
Listrik, Gas dan Air 1.983 1.204 2.761 4.468
Bangunan 45.054 43.407 43.649 46.119
Perdagangan 156.381 161.449 164.103 190.411
Angkutan 43.696 45.103 44.102 50.243
Keuangan 5.864 6.699 7.941 10.204
Jasa Kemasyarakatan
148.562 155.077 174.774 204.534
JUMLAH 1.131.706 1.149.718 1.164.226 1.260.999
Sumber : BPS Sakernas 2008- 2011, diolah
Dari data di atas terlihat bahwa sebagian besar penduduk yang bekerja di
Provinsi Sulawesi Tengah terserap pada sektor pertanian yang mencapai 51,92
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 30
persen. Penyerapan terbesar kedua adalah pada sektor perdagangan yang
mencapai 15,10 persen dari total jumlah penduduk bekerja dan pada peringkat
ketiga adalah pada sektor jasa kemasyarakatan sebesar 16,22 persen.
Jika dilihat perkembangannya, sektor pertambangan menunjukkan
peningkatan penyerapan TK yang paling tinggi pada tahun 2010 sebesar 89,6
persen namun menurun sebesar 38,9 persen pada tahun 2011.
2.1.4.5 Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama
Tahun 2008-2011
Pekerja pada hakikatnya memperoleh penghasilan dari berbagai status
pekerjaan yang dijalani. Sebagian besar memperoleh penghasilan karena
statusnya pemilik usaha dan sebagian diantaranya memperoleh penghasilan
karena upah yang diterimanya atas jasa mereka pada pemberi kerja baik
pemerintah maupun swasta.
Penduduk Provinsi Sulawesi Tengah yang bekerja berdasarkan status
pekerjaan utama dapat dilihat pada Tabel 2.12
Tabel 2.12 Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama
Tahun 2008-2011
STATUS PEKERJAAN 2008 2009 2010 2011
1. Berusaha sendiri, 213.664 225.008 224.713 228.115
2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap
324.186 314.702 285.955 309.071
3. Berusaha dibantu buruh tetap
33.637 34.023 44.650 56.745
4. Buruh/Karyawan/Pegawai 205.048 217.356 250.611 287.760
5. Pekerja bebas di Pertanian 44.207 50.640 50.725 57.502
6. Pekerja bebas di Non Pertanian
27.849 26.222 27.245 37.326
7. Pekerja tidak dibayar 283.115 281.767 280.327 284.481
JUMLAH 1.131.706 1.149.718 1.164.226 1.260.999
Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008- 2011, diolah kembali
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 31
Dari data di atas terlihat bahwa berdasarkan status pekerjaan utama
proporsi terbesar adalah mereka yang bekerja dibantu dengan buruh tidak
tetap yang mencapai 24,5 persen dari keseluruhan penduduk yang bekerja.
Dari kerseluruhan penduduk yang bekerja tersebut terdapat 22,6 persen
pekerja yang berstatus sebagai pekerja yang tidak dibayar. Mereka ini
umumnya tinggal di rumah kerabat yang memiliki usaha dan membantu usaha
tersebut.
Jika dilihat dari perkembangannya, penduduk yang bekerja sebagai
Pekerja bebas di sektor non pertanian menunjukkan trend yang paling tinggi
yang tumbuh sebesar 37 persen ditahun 2011, sementara yang menunjukkan
tren meningkat terendah adalah pekerja berusaha dibantu buruh tidak tetap,
2.1.4.6 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja Tahun 2008-2011
Perkembangan ekonomi suatu daerah dapat ditentukan oleh sejauh mana
penduduk yang bekerja memenuhi jam kerja normal. Semakin banyak
penduduk yang bekerja minimal sama dengan jam kerja normal, maka akan
memberikan nilai tambah tidak saja kepada pekerja, namun juga kontribusinya
bagi perekonomian secara keseluruhan. Banyaknya penduduk yang bekerja
kurang dari jam kerja normal memberikan makna masih adanya potensi
peningkatan produktivitas tenaga kerja dalam sektor ekonomi. Untuk itu
diperlukan adanya lapangan kerja yang memungkinkan pekerja bekerja secara
penuh (minimal 35 jam per minggu), sehingga akan memberikan nilai tambah
ekonomi yang optimal, baik bagi pekerja maupun bagi perekonomian secara
umum.
Penduduk yang bekerja berdasarkan jam kerja di Provinsi Sulawesi
Tengah dapat disajikan pada Tabel 2.13. Dari data tersebut terlihat secara
akumulasi data 2008-2011 menunjukkan bahwa proporsi penduduk yang
kerja dengan jam kerja normal (diatas 35 jam per minggu) mencapai 55
persen, sementara yang bekerja kurang dari jam kerja normal mencapai 45
persen. Dilihat dari trend perkembangannya, pekerja yang bekerja 60 jam
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 32
menunjukkan trend penurunan paling besar yang mencapai 7 persen di tahun
2011. Disaat yang sama terjadi pula peningkatan yang cukup tinggi pada
pekerja yang bekerja pada interval jam kerja 15-24 jam per minggu.
Tabel 2.13 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja Tahun 2008-2011
JAM KERJA 2008 2009 2010 2011
0 29.768 30.057 37.471 53.508
1-9 40.186 33.576 35.466 42.395
10-14 53.109 46.210 60.221 105.052
15-24 150.881 163.168 204.436 253.264
25-34 193.187 207.008 205.345 214.648
35-44 285.567 274.318 281.919 279.760
45-59 260.846 272.480 250.389 244.225
≥ 60 118.162 122.901 88.979 68.147
JUMLAH 1.131.706 1.149.718 1.164.226 1.260.999
Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008-2011, diolah kembali
Pada tahun 2010 jumlah penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam per
minggu justru mengalami peningkatan 13,1 persen dibanding tahun 2009,
sementara pada saat yang sama jumlah penduduk yang bekerja dengan jam
kerja normal (diatas 35 jam) mengalami penurunan sebesar 7,2 persen di
tahun 2010 dibanding tahun 2009. Ini menggambarkan bahwa selama tahun
2010 menunjukkan adanya pertumbuhan pada pekerja sektor-sektor informal
yang umumnya pekerja bekerja kurang dari jam kerja normal, sementara
pekerjaan formal tumbuh lebih lambat dari pekerjaan non formal.
Pada tahun 2011 penduduk yang bekerja lebih dari 45 jam per minggu
mengalami peningkatan sebesar 3,5 persen, demikian pula penduduk yang
bekerja di bawah 34 tahun mengalami peningkatan. Angka ini menunjukkan
angka yang positif bagi produktivitas masyarakat, dengan semakin
meningkatnya jumlah jam kerja perminggu bermakna bahwa masyarakat
banyak menjalankan aktivitas ekonomi yang berdampak pada peningkatan
ekonomi keluarga.
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 33
2.1.4.7 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jabatan Tahun 2008-2011
Penduduk yang bekerja dapat klasifikasikan berdasarkan jabatannya.
Jabatan tersebut menunjukkan posisi pekerja yang bersangkutan. Jabatan
tersebut biasanya erat terkait dengan pendidikan yang ditamatkan, skill yang
dimiliki dan jenjang karir seseorang.
Tabel 2.14 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jabatan Tahun 2008-2011
JENIS PEKERJAAN/JABATAN 2008 2009 2010 2011
1. Tenaga profesional, teknisi dan yang sejenis
63.219 72.854 80.197 101.025
2. Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan
12.142 30.389 8.986 27.578
3. Tenaga tata usaha dan yang sejenis,
44.726 45.237 54.987 70.796
4. Tenaga usaha penjualan, 142.915 124.052 149.149 157.358
5. Tenaga usaha jasa, 34.273 22.140 32.049 37.492
6. Tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan,
665.760 622.340 654.662 659.570
7/8/9. Tenaga produksi,operator alat-alat angkutan dan pekerja kasar dan Lainnya
168.671 232.706 184.196 207.179
JUMLAH 1.131.706 1.149.718 1.164.226 1.260.999
Sumber : BPS Sakeras 2008- 2011, Diolah
Dari data akumulasi 2008-2011 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
yang bekerja berdasarkan jabatannya, didominasi jenis pekerjaan tenaga
usaha pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan yang mencapai 52,31
persen, sementara tenaga produksi,operator alat-alat angkutan dan pekerja
kasar dan lainnya berada pada peringkat kedua sebesar 16,43 persen.
Jika dilihat dari perkembangannya, terjadi pertumbuhan yang sangat
drastis pada jenis jabatan Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan sejak
tahun 2010 sebesar 105 persen dan meningkat sebesar 206 persen pada tahun
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 34
2011. Di tahun 2010, peningkatan jumlah penduduk yang bekerja pada jabatan
Tenaga usaha jasa meningkat sebesar yaitu 16,68 persen.
2.2 Penganguran Terbuka
2.2.1 Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008-2011
Penganggur terbuka adalah mereka yang mencari pekerjaan, yang
mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak
mungkin mendapatkan pekerjaan dan yang sudah punya pekerjaan tetapi
belum mulai bekerja. Pengangguran di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan
data tahun 2008-2011 dapat disajikan sebagai berikut :
Grafik 2.6 :Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008-2011
Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008-2011, diolah kembali
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) pria lebih rendah dari wanita. Secara kumulatif dari data 2008-2011,
tingkat pengangguran terbuka laki laki mencapai 2,23 persen sementara
perempuan 7,26 persen. Hal ini bermakna bahwa sebesar 2,23 persen
angakatan kerja laki-laki adalah sebagai penganguran terbuka, dan sebesar
7,26 persen angkatan kerja wanita yang menjadi pengangguran terbuka di
2008 2009 2010 2011
26,729 27,972 24,996 27,373
38,553 38,037
31,232
25,308
LAKI-LAKI PEREMPUAN
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 35
Sulawesi Tengah. Tingkat pengangguran pria dan wanita menunjukkan trend
penurunan pada tahun 2011 dibanding tahun 2010. Di tahun 2011 penurunan
pengangguran terbuka penduduk pria adalah 16,5 persen sementara
penganguran wanita turun 4,6 persen dibanding tahun 2010. Penurunan angka
pengangguran ini mengindikasikan adanya pertumbunan berbagai sektor di
Provinsi Sulawesi Tengah yang mampu meningkatkan serapan tenaga kerja
yang tersedia.
2.2.2 Pengangguran Terbuka Menurut Umur Tahun 2008-2011
Tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sulawesi Tengah jika dilihat
dari golongan umur, dapat disajikan sebagai berikut :
Tabel 2.15 Pengangguran Terbuka Menurut Umur Tahun 2008-2011
GOLONGAN UMUR 2008 2009 2010 2011 15-19 14.536 13.722 16.612 15.468 20-24 19.536 19.465 17.296 19.032 25-29 12.496 12.912 9.095 1.280 30-34 7.318 5.379 4.805 2.589 35-39 6.969 5.591 3.504 2.246 40-44 2.045 3.846 1.651 1.598 45-49 1.013 2.496 618 1.967 50-54 678 1.223 962 846 55-59 252 960 556 3.617 60-64 235 340 186 2.364 ≥ 65 204 75 943 1.675
JUMLAH 14.536 13.722 16.612 15.468 Sumber : BPS Sakernas 2008-2011, diolah kembali
Dari data di atas terlihat bahwa pengangguran terbuka tertinggi terjadi
pada kelompok umur 20-24 tahun yang mencapi 36 persen dari keseluruhan
penduduk yang masuk dalam angkatan kerja. Tingkat pengangguran terbuka
terbesar kedua adalah mereka yang berada pada kelompok usia 15-19 tahun.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk menekan pengangguran
pada usia ini adalah dengan meningkatkan tingkat partisipasi sekolah sehingga
penduduk yang masih pada usia sekolah dapat melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi dan tidak masuk ke dalam bursa kerja.
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 36
Peningkatan angka partisipasi sekolah ini sangat penting yang pada satu sisi
diarahkan untuk peningkatan kualitas SDM dan pada satu sisi untuk menekan
angka pengangguran terbuka dengan memperpanjang masa untuk mengenyam
pendidikan.
Pada tahun 2011, terjadi penurunan pengganguran terbuka hampir pada
seluruh kelompok umur kecuali pada kelompok usia 45-49 tahun yang
meningkat 3,7 persen dan kelompok umur 55-59 tahun yang meningkat 6,8
persen dibanding tahun 2010. Tenaga kerja 60-64 tahun juga mengalami
peningkatan demikian pula dengan 60 tahun ke atas yang berkisar 4 dan 3
persen. Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya peluang kerja
bagi umur 55-60 tahun ke atas di Provinsi Sulawesi Tengah. Selain itu jumlah
angakatan kerja pada kelompok ini mengalami peningkatan, hal ini dapat
dimaknai bahwa terdapat perbaikan angka harapan hidup (AHH) di Provinsi
Sulawesi Tengah, sehingga populasi penduduk kelompok usia ini cukup banyak.
2.2.3 Penganguran Terbuka Menurut Pendidikan Tahun 2008-2011
Tingkat pengangguran kaitannya pendidikan sangat urgen untuk
dicermati karena akan terkait langsung dengan kinerja sektor pendidikan,
partisipasi sekolah dan kinerja. Tingkat pengangguran di Provinsi Sulawesi
Tengah berdasarkan data tahun 2008-2011 dapat disajikan sebagai berikut :
Tabel 2.16 Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tahun 2008-2011
TINGKAT PENDIDIKAN 2008 2009 2010 2011
≤ SD 17.785 14.317 13.266 8.845
SLTP 10.341 8.545 9.468 7.364
SLTA Umum 18.213 22.159 22.145 21.663
SLTA Kejuruan 8.122 10.665 5.712 8.174
Diploma I/II/III/Akademi 4.693 5.315 1.872 2.420
Universitas 6.128 5.008 3.765 4.214
JUMLAH 65.282 66.009 56.228 52.681
Sumber : BPS Sakernas 2018-2010, diolah kembali
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 37
Dari data di atas nampak jelas bahwa pengangguran terbuka penduduk
yang tamat pendidikan SLTA umum dan SD mendominasi tingkat
pengangguran terbuka di Provinsi Sulawesi Tengah. Dari data 2008-2011
secara kumulatif, tingkat pengangguran SLTA umum mencapai 41 persen.
Pengangguran terbuka terbesar kedua adalah mereka yang berpendidikan SD
atau tidak tamat SD sebesar 16,8 persen. Secara keseluruhan tingkat
penggangguran di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan tingkat pendidikan
di tahun 2010 menunjukkan penurunan terutama mereka yang berpendidikan
SD, SMP, dan SMA Umum, namun pada jenjang pendidikan SMA Kejuruan
Diploma dan Universitas menunjukan peningkatan. Peningkatan pengangguran
paling tinggi di tahun 2011 adalah pada jenjang pendidikan SMA Kejuruan
sebesar 43 persen. Kondisi ini terjadi dikarenakan peningkatan jumlah
angkatan kerja penduduk pada jenjang pendidikan ini pada tahun 2011
Penurunan terbesar terjadi pada penduduk dengan jenjang pendidikan
SD sebesar 33 persen. Kondisi ini terjadi ketika terjadinya penurunan angkatan
kerja pada jenjang pendidikan ini, yang mengindikasikan bahwa kesadaran
penduduk akan pendidikan mlai meningkat, sehingga mereka dengan tingkat
pendidikan SD tidak masuk dalam angkatan kerja karena melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
2.3 Produktivitas Tenaga Kerja Tingkat produktivitas tenaga kerja menggambarkan rasio PDRB
perkapita tenaga kerja. Tingkat produktivitas sangat ditentukan oleh skill yang
dimiliki oleh tenaga kerja, sektor yang berkembang dan jumlah orang yang
bekerja. Tingkat produktivitas per sektor di Provinsi Sulawesi Tengah tahun
2008-2011 dapat disajikan pada Tabel 2.17.
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 38
Tabel 2.17 Produktivitas Tenaga Kerja Sektoral Tahun 2008-2011
LAPANGAN USAHA Produktivitas (RP/pekerja)
2008 2009 2010 2011
Pertanian 8.307.762 8.619.726 9.242.350 10.161.740
Pertambangan 39.570.515 34.409.257 21.602.088 16.352.696
Industri Pengolahan 16.309.543 20.194.431 24.274.094 15.890.883
Listrik, Gas dan Air 49.420.071 85.548.173 38.029.699 26.635.763
Bangunan 18.200.382 20.780.059 22.451.832 23.591.391
Perdagangan 10.493.602 10.975.602 11.486.688 10.923.747
Angkutan 20.345.112 21.639.359 24.715.432 24.381.388
Keuangan 97.373.806 93.148.231 87.016.749 75.163.807
Jasa Kemasyarakatan 12.964.284 13.606.144 13.634.751 12.892.720
Jumlah 11.197.254 11.902.919 12.664.208 12.830.299
Sumber : BPS Sakernas 2008- 2011, diolah kembali
Dari data di atas terlihat bahwa produktvitas tertinggi di tahun 2008
hingga tahun 2011 adalah pada sektor keuangan, sementara produktivitas
kerja terendah pada sektor pertanian. Jika dilihat dari trend perkembangannya,
pada tahun 2011 terjadi peningkatan produktivitas tertingga pada sektor
listrik, gas dan air yang meningkat sebesar 84 persen, sementara sektor yang
menunjukkan kinerja yang menurun adalah sektor pertambangan yang turun
30 persen. Sektor keuangan juga menunjukkan penurunan meskipun hanya
sebesar 5 persen. Penurunan sektor keuangan terutama disebabkan
pertumbuhan jumlah pekerja pada sektor keuangan yang meningkat jauh lebih
besar dari peningkatan PDRB sektor yang sama
Di tahun 2010 sektor listrik, gas dan air justru menunjukkan penurunan
produktivitas sebesar 53 persen. Penurunan produktivitas juga terjadi pada
sektor pertambangan yang menurun sebesar 47persen sektor keuangan turun
5 persen serta jasa kemasyarakatan turun 1 persen. Kenaikan produktivitas
tertinggi di tahun 2010 terjadi pada sektor industri pengolahan yang naik
sebesar 22 persen. Secara totalitas terjadi peningkatan produktivitas pekerja
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB I I - 39
rata-rata 6 persen per tahun, namun di tahun 2011 pertumbuhannya hanya 1
persen dibanding tahun 2010.
2.4 Keadaan Ketenagakerjaan Tahun 2011 Berdasarkan data hingga Februari 2011 kondisi ketenagakerjaan di
Provinsi Sulawesi Tengah menunjukkan perbaikan. Jumlah angkatan kerja
mencapai 1.313.680 orang, meningkat sebesar 7,64 persen, dibanding keadaan
Agustus 2010, dan meningkat sebanyak 19.354 orang (1,50 %) dibanding
keadaan Februari 2010. Penduduk yang bekerja pada Februari 2011 sebanyak
1.250.485 orang, meningkat sebanyak 86.259 orang (7,41 %) dibanding
keadaan Agustus 2010, dan bertambah 26.506 orang (2,17 %) dibanding
keadaan setahun sebelumnya (Februari 2010).
Jumlah penganggur pada Agustus 2011 sebesar 52.681 atau mengalami
penurunan sekitar 3.547 orang (6,31 %) jika dibanding keadaan Agustus 2010
sebanyak 56.228 orang. Perbandingan kondisi ketenagakerjaa di tahun 2010
dan tahun 2011 selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.18 Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011
Karakteristik 2010 2011
Penduduk 15+ 1.763.228 1.780.305
Angkatan Kerja 1.220.454 1.313.680
Bekerja 1.164.226 1.260.999
Penganggur 56.228 52.681
Bukan Angkatan Kerja 542.774 466.625
TPAK () 69,2 73,79
Penganggur Terbuka () 4,61 3,86
Sumber : BPS Sakernas 2010- 2011, data diolah
Dari data tersebut diatas terlihat bahwa tingkat pengangguran terbuka
di tahun 2010 cukup rendah yang hanya 4,61 persen . Pada tahun 2011 tingkat
pengangguran terbuka menurun menjadi 3,86 persen.
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 41
PERKIRAAN TENAGA KERJA TAHUN 2012-2013
3.1 Perkiraan Perekonomian Tahun 2012-2013
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari perkembangan
PDRB. PDRB merupakan nilai tambah pada semua sektor yang dihitung
berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. PDRB harga konstan dapat
melihat perkembangan nilai produksi rill per sektor pada tahun tertentu. Hal
ini karena peningkatan PDRB dapat pula dipengaruhi karena kenaikan harga,
tanpa adanya peningkatan produksi/output rill sektoral. Proyeksi PDRB
Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2012-2013 adalah :
Tabel 3.1 Proyeksi PDRB Provinsi Sulawesi Tengah 2012-2013
(Milyar Rp)
LAPANGAN USAHA 2012 2013
Pertanian 7.561 7.611
Pertambangan 1.185 1.259
Industri Pengolahan 1.307 1.569
Listrik, Gas dan Air 145 198
Bangunan 1.849 2.176
Perdagangan 3.044 3.270
Angkutan 1.451 1.452
Keuangan 1.134 1.383
Jasa Kemasyarakatan 3.569 3.915
JUMLAH 20.748 22.832
B A B
3
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 42
Dari proyeksi tersebut di atas terlihat bahwa di tahun 2012-2013, PDRB
Provinsi Sulawesi Tengah menunjukkan trend peningkatan yang baik. Di tahun
2012 diperkirakan tumbuh mencapai 9 persen dan di tahun 2013 tumbuh
sebesar 10.05 persen. Pertumbuhan PBRB ini dipastikan akan memberikan
dampak terhadap serapan tenaga kerja yang tersedia di Provinsi Sulawesi
Tengah. Jika dilihat proporsinya di tahun 2013 masih didominasi oleh sektor
pertanian yang mencapai 33 persen, artinya bahwa dalam 2 tahun ke depan
pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah masih disumbangkan oleh
sektor primer khususnya pertanian, dan perkebunan.
Sektor yang memberikan porsi terbesar kedua terhadap PDRB adalah
jasa kemasyarakatan yang memberikan sumbangan sebesar 17 persen dan
pada peringkat ketiga adalah sektor perdagangan yang menyumbang 14
persen.
3.2 Perkiraan Penduduk Usia Kerja 3.2.1 Perkiraan PUK Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-2013
Penduduk Usia kerja berdasarkan jenis kelamin menunjukkan penduduk
usia 15 tahun ke atas yang memungkinkan ia bekerja baik saat ini berstatus
sebagai angkatan kerja maupun bukan angkatan kerja.
Tabel 3.2 Perkiraan PUK Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-2013
TAHUN 2012 2013 TAMBAHAN
Laki-Laki 929.490 943.432 13.942
Perempuan 877.520 890.682 13.163
Jumlah 1.807.010 1.834.115 27.105
Komposisi Penduduk Usia Kerja (PUK) jenis kelamin laki-laki pada tahun
2012 hingga tahun 2013 mengalami peningkatan yang lebih tinggi
dibandingkan penduduk usia kerja wanita. Walaupun tidak terlalu siginifikan
namun tambahan penduduk usia kerja laki-laki lebih banyak dibandingkan
penduduk usia kerja wanita. Penduduk Usia Kerja yang secara keseluruhan di
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 43
Sulawesi Tengah tumbuh sebesar 1,5 persen di tahun 2013. atau bertambah
sebanyak 27.105 orang
3.2.2 Perkiraan PUK Menurut Golongan Umur Tahun 2012-2013
Penduduk usia kerja berdasarkan golongan umur di Provinsi Sulawesi
Tengah dapat disajikan sebagai berikut :
Tabel 3.3
Perkiraan PUK Menurut Golongan Umur Tahun 2012-2013
GOL. UMUR 2012 2013 TAMBAHAN
15-19 242.044 243.968 1.924
20-24 207.165 209.113 1.948
25-29 235.204 238.142 2.938
30-34 236.958 242.270 5.312
35-39 206.526 209.489 2.963
40-44 184.448 188.583 4.135
45-49 135.757 137.761 2.004
50-54 118.596 120.077 1.481
55-59 82.087 83.927 1.840
60-64 58.727 60.044 1.317
≥ 65 99.497 100.740 1.243
JUMLAH 1.807.010 1.834.115 27.105
Penduduk usia kerja pada golongan umur 25-29 tahun dalam dua tahun
ke depan mengalami peningkatan terbesar yaitu sebesar 2,5 persen walaupun
jumlah penduduk usia kerja pada kelompok umur ini bukan yang paling tinggi,
disisi lain peningkatan terkecil diperkirakan pada kelompok umur 15-19 tahun
yaitu 0,75 persen.
Proporsi penduduk usia kerja yang paling besar adalah pada kelompok
umur 15-19 tahun, meskipun diantara mereka bukan sebagai angkatan kerja.
Penduduk usia kerja usia ini umumnya masih berada dibangku sekolah
maupun kuliah sehingga kemungkinan mereka bukan sebagai angkatan kerja.
Besarnya PUK usia 15-19 tahun merupakan sebuah potensi tenaga kerja yang
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 44
besar di Provinsi Sulawesi Tengah, sehingga perlu pemerintah melakukan
penyiapan lapangan kerja bagi calon tenaga kerja produktif dan berusia muda.
Jika hal ini dapat dimanfaatkan maka “bonus demografi” ini akan memberikan
efek yang signifikan dalam mendongkrak perekonomian Provinsi Sulawesi
Tengah di masa mendatang.
3.2.3 Perkiraan PUK Menurut Tingkat Pendididikan Tahun 2012-2013
Perkiraan PUK Menurut Tingkat Pendidikan di Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2012-2013 dapat disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 3.4
Perkiraan PUK Menurut Tingkat Pendididkan Tahun 2012-2013
TINGKAT PENDIDIKAN 2012 2013 TAMBAHAN
≤ SD 931.640 935.509 3.869
SLTP 392.350 396.728 4.378
SLTA Umum 274.403 276.703 2.300
SLTA Kejuruan 94.225 97.643 3.418
Diploma I/II/III/Akademi 48.411 54.552 6.142
Universitas 65.981 72.980 6.999
JUMLAH 1.807.010 1.834.115 27.105
Jumlah penduduk usia kerja menurut tingkat pendidikan terbesar di
Sulawesi Tengah ada pada jenjang pendidikan SD yang berkisar 51 persen
dari seluruh penduduk. Penduduk usia kerja pada seluruh jenjang pendidikan
diperkirakan mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke 2013 Pada tahun
2012 proporsi penduduk usia kerja yang berpendidikan SD sebesar 51.23
persen, sementara ditahun 2013 meningkat menjadi 51,56 persen. Melihat
kondisi ini, pemerintah perlu melakukan upaya agar penduduk usia kerja
dengan tingkat pendidika SD tidak menjadi angkatan kerja. Program wajib
belajar 12 tahun perlu lebih diintensifkan pada beberapa daerah, sehingga
penduduk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk
meningkatkan angka partisipasi sekolah perlu adanya perbaikan dan
penambahan sarana pendidikan sehingga terjangkau dari aspek jarak dan
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 45
biaya. Perlu adanya penambahan fasilitas sekolah terutama pada daerah daerah
pengunungan, daerah pesisir dan daerah pedalaman yang selama ini sangat
minim akan sarana pendidikan.
Penduduk usia kerja pada tingkat pendidikan SLTP juga mendominasi
penduduk usia kerja di Sulawesi Tengah, yaitu sebesar 21,71 pesen.
Pemerintah juga harus mendorong agar penduduk usia kerja pada jenjang
pendidikan ini untuk tidak masuk dalam angkatan kerja, hal ini akan sangat
mempengaruhi kualitas tenaga kerja di Sulawesi Tengah.
Penduduk usia kerja pada jenjang pendidikan SMA umum dan kejuruan
juga menunjukkan peningkatan, demikian pula PUK yang berpendidikan
Diploma/universitas yang juga menunjukkan trend peningkatan baik di tahun
2012 maupun di tahun 2013. Peningkatan PUK pada jenjang pendidikan SLTA
dan perguruan tinggi ini harus tetap didorong sehingga kualitas sumber daya
manusia akan semakin baik. Pada sisi yang lain pemerintah harus mampu
menstimuli ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah dalam upaya menampung
tenaga kerja yang makin banyak dan makin baik kualitasnya.
Kebijakan sektor pendidikan harus mampu meningkatkan partisipasi
sekolah khususnya jenjang SD dan SLTP, sehingga PUK pada usia ini makin
menurun secara drastis. Perlu adanya sinergitas dalam peningkatan angka
partisipasi sekolah khususnya pada daerah - daerah miskin melalui pemberian
beasiswa dan tunjangan lainnya bagi siswa rentan dari kelompok masyarakat
miskin guna menghindarkan adanya putus sekolah pada jenjang SD maupun
SLTP. Dengan pola ini, maka anak- anak usia sekolah akan tetap dapat
melanjutkan pendidikannya dan tidak masuk ke dalam angkatan kerja.
3.3 Perkiraan Angkatan Kerja
Berdasarkan Permenakertans No. PER. 16/MEN/XI/2010, angkatan kerja
yang selanjutnya disingkat AK, adalah jumlah dan kualitas PUK yang bekerja,
atau memiliki pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran.
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 46
Uraian angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2012-2013 dapat
disajikan sebagai berikut :
3.3.1 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-
2013
Proyeksi angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2012-2013
berdasarkan jenis kelamin, dapat disajikan sebagai berikut :
Tabel 3.5 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-2013
JENIS KELAMIN 2012 2013 TAMBAHAN
Laki-Laki 882.075 908.537 26.462
Perempuan 459.583 467.855 8.272
Jumlah 1.341.658 1.376.393 34.735
Dari tabel di atas terlihat bahwa angkatan kerja (AK) laki-laki maupun
perempuan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Di tahun 2013
Angkatan Kerja Laki-laki diperkirakan naik sebesar 3 persen sementara
angkatan kerja wanita tumbuh sebesar 1,8 persen. Meskipun angkatan kerja
wanita menunjukkan peningkatan, namun peningkatannya lebih kecil dari
angkatan kerja laki-laki. Hal ini dapat disebabkan lambatnya perkembangan
jumlah wanita yang bekerja dan cenderung memilih menjadi ibu rumah tangga.
Kurangnya wanita yang bekerja ini juga imbas dari kurang terciptanya
lapangan kerja yang dapat dikerjakan oleh kaum wanita, terutama pada
pekerjaan sektor informal pada skala rumah tangga. Ini menjadi peluang untuk
pengembangan ekonomi rumah tangga dengan memberikan ketrampilan
dalam pengelolaan sumber daya lokal yang memberikan nilai tambah ekonomi.
Pola ini diyakini akan mampu merangsang tumbuhnya ekonomi lokal di
masyarakat, terkelolanya sumber daya yang ada di setiap daerah dan
mengurangi pengangguran.
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 47
3.3.2 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 2012-2013
Angkatan kerja berdasarkan Kelompok umur terkait dengan
produktivitas tenaga kerja, skill yang dimiliki dan tingkat pendidikan tenaga
kerja. Prakiraan angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2012-2013
berdasarkan kelompok umur dapat disajikan sebagai berikut :
Tabel 3.6 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2012-2013 GOL. UMUR 2012 2013 TAMBAHAN
15-19 83.615 79.688 (3.927)
20-24 124.966 123.631 (1.335)
25-29 181.817 186.044 4.228
30-34 196.630 203.021 6.391
35-39 182.935 191.040 8.105
40-44 166.933 173.866 6.933
45-49 129.830 132.742 2.912
50-54 110.719 115.992 5.273
55-59 76.835 78.234 1.399
60-64 41.414 44.696 3.283
≥ 65 45.964 47.438 1.474
JUMLAH 1.341.658 1.376.393 34.735
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa, jumlah angkatan kerja paling
dominan dari tahun 2012-2013 tersebar pada kelompok usia 30-34 tahun
dengan proporsi sebesar 14,7 persen, dengan pertumbuhan sebesar 3,3 persen.
Pertumbuhan tertinggi berada pada kelompok 35-39 tahun yang tumbuh
sebesar 4,4 persen. Selain pada kelompok usia yang produktif, trend
peningkatan terjadi pula pada kelompok usia non produktif yakni yang berusia
diatas 65 tahun dengan pertumbuhan diperkirakan sebesar 3,3 persen.
Untuk AK pada kelompok usia kerja 15-24 tahun menunjukkan tend yang
menurun. Ini berarti bahwa ada perbaikan pada aspek pendidikan sehingga
mereka yang berusia 15-24 tahun berpeluang tidak masuk ke bursa kerja dan
masih melanjutkan pendidikan di jenjang SMP/SMA maupun perguruan tinggi.
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 48
3.3.3 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2013
Selain kelompok umur, tingkat pendidikan memiliki pengaruh pada
tingkat produktivitas tenaga kerja. Perekonomian yang disokong oleh tenaga
kerja dengan pendidikan yang relatif tinggi memberikan indikasi sektor yang
sedang berkembang dalam menopang perekonomian suatu daerah. Pada
jenjang pendidikan yang rendah, umumnya pekerja bekerja pada sektor –
sektor primer, tingkat produktivitas yang relatif rendah dan nilai tambah
ekonomi yang diciptakan juga rendah. Akibatnya secara langsung tingkat
kesejahteraan pekerja pada jenjang ini juga masih rendah.
Perkiraan angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan
tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 3.7
Tabel 3.7
Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2013
TINGKAT PENDIDIKAN 2012 2013 TAMBAHAN
≤ SD 643.005 633.488 (9.517)
SLTP 260.218 273.084 12.867
SLTA Umum 232.501 249.183 16.681
SLTA Kejuruan 92.707 96.145 3.438
Diploma I/II/III/Akademi 47.776 52.800 5.024
Universitas 65.450 71.692 6.241
JUMLAH 1.341.658 1.376.393 34.735
Secara keseluruhan, angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Tengah yang
berpendidikan SD masih dominan. Berdasarkan proyeksi tahun 2012-2013
proporsi angakatan kerja berpendidikan SD mencapai 46 persen. Ini berarti
bahwa tenaga kerja di Provinsi Sulawesi Tengah umumnya masih hanya
berpendidikan SD. Hal ini dimungkinkan karena sektor-sektor penggerak
ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah masih digerakkan oleh sektor-sektor
primer terutama pertanian, perkebunan dan kelautan, yang umumnya
pekerjannya tidak memerlukan skill yang tinggi. Namun demikian upaya
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 49
peningkatan produktivitas tetap perlu dilakukan melalui bimbingan teknis
pada bidang kelautan, pertanian dan perkebunan
Di tahun 2012 dan tahun 2013 proyeksi angkatan kerja berpendidikan
SD diharapan menurun. Hal ini diupayakan agar Untuk angkatan kerja yang
berpendidikan SMA hingga perguruan tinggi juga menunjukkan trend yang
meningkat, artinya bahwa jumlah penduduk yang menamatkan pendidikan
dari SMA baik umum maupun kejuruan bahkan lulusan PT menunjukkan
peningkatan. Hal ini menjadi indikator perbaikan angka partisipasi sekolah di
Provinsi Sulawesi Tengah. Angkatan kerja yang berpendidikian SMA umum
menunjukkan peningkatan . Artinya bahwa cukup banyak alumni SMA umum
yang bekerja atau sedang mencari kerja di Provinsi Sulawesi Tengah. Ini perlu
dicermati karena umumnya tamatan SMA umum adalah unskilled, sehingga
jika memasuki pasar kerja akan sulit untuk memperoleh pekerjaan yang tepat.
Untuk itu dimasa mendatang diperlukan pengurangan rasio SMA umum
dan meningkatkan SMK dalam upaya pengurangan pengangguran dari alumni
SMA umum. Upaya penguatan SMK dapat seiring dengan peningkatan
politeknik yang sesuai dengan kebutuhan Provinsi Sulawesi Tengah, sehingga
pada satu sisi diupayakan menciptakan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan
dan pada sisi yang lain diarahkan untuk mengurangi potensi tingkat
pengangguran.
3.4 Perkiraan Kesempatan Kerja
3.4.1 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-2013
Perkiraan kesempatan kerja di Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2011-
2013 dapat dijabarkan sebagai berikut :
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 50
Tabel 3.8 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2012-2013
JENIS KELAMIN 2012 2013 Tambahan
Laki-Laki 858.461 885.605 27.144
Perempuan 439.884 453.793 13.909
Jumlah 1.298.345 1.339.398 41.053
Dari Tabel di atas terlihat bahwa secara totalitas nampak terjadi
peningkatan kesempatan kerja di Provinsi Sulawesi Tengah selama 2012-2013.
Di tahun 2012 terdapat terdapat pertambahan sebanyak 41.053 kesempatan
kerja atau tumbuh 3,2 persen. Peningkatan kesempatan kerja ini terjadi karena
adanya perkiraan pertumbuhan ekonomi pada berbagai sektor yang
berpeluang membutuhkan tenaga kerja. Jika dilihat dari jenis kelaminnya
dalam kurun waktu hingga tahun 2013, proporsi kesempatan kerja laki –laki
mencapai 66 persen, sementara porsi kesempatan kerja wanita hanya 34
persen.
3.4.2 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur
Tahun2012-2013
Kesempatan kerja adalah lowongan pekerjaan yang belum diisi oleh
pencari kerja atau pekerja yang sudah ada. Proyeksi kesempatan kerja di
Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2012-2013, menurut golongan umur, disajikan
sebagai berikut :
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 51
Tabel 3.9 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2012-2013
GOLONGAN UMUR 2012 2013 TAMBAHAN
15-19 70.834 69.983 (851)
20-24 107.654 111.685 4.030
25-29 179.904 184.426 4.522
30-34 195.357 201.058 5.700
35-39 181.730 188.214 6.485
40-44 165.928 172.473 6.545
45-49 127.091 130.104 3.013
50-54 109.391 114.191 4.800
55-59 75.689 76.974 1.284
60-64 39.564 43.306 3.741
≥ 65 45.202 46.985 1.783
JUMLAH 1.298.345 1.339.398 41.053
Secara keseluruhan tingkat pertumbuhan kesempatan kerja di Sulawesi
Tengah dari tahun 2012 hingga tahun 2013 sebesar 3,2 persen. Dari
kesempatan kerja di atas terlihat lowongan kerja pada kelompok usia 15-19
tahun semakin kecil. Hal ini memberikan indikasi bahwa pekerjaan yang
tersedia semakin sempit untuk mereka yang tamat SMP dan SMA.
Grafik 3.1 : Tambahan Kesempatan kerja Menurut Umur Tahun 2012-2013
(851)
4,030 4,522 5,700
6,485 6,545
3,013
4,800
1,284
3,741
1,783
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 52
3.4.3 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2013
Tingkat kebutuhan tenaga kerja sangat terkait dengan sektor yang
tumbuh di Provinsi Sulawesi Tengah. Berdasarkan hasil proyeksi kesempatan
kerja menurut pendidikan di Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2012-2013 dapat
disajikan sebagai berikut :
Tabel 3.10
Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun2012-2013
TINGKAT PENDIDIKAN 2012 2013 TAMBAHAN
≤ SD 638.629 630.032 (8.597)
SLTP 254.375 269.138 14.763
SLTA Umum 212.306 231.587 19.281
SLTA Kejuruan 84.813 88.896 4.083
Diploma I/II/III/Akademi 45.907 51.866 5.958
Universitas 62.315 67.879 5.564
JUMLAH 1.298.345 1.339.398 41.053
Secara akumulasi, pertumbuhan kesempatan kerja dalam 2 tahun ke
depan menunjukkan angka positif. Berdasarkan tingkat kebutuhan tenaga
kerja pada strata pendidikannya terlihat bahwa secara proporsi kesempatan
kerja pada tingkat pendikan SD masih paling besar yang mencapai 52,7 persen
dari total kesempatan kerja yang tersedia. Namun demikian pertumbuhan
permintaan angkatan kerja pada jenjang pendidikan SD menurun 1,3 persen
dari tahun 2012 ke tahun 2013. Pertumbuhan permintaan tenaga kerja pada
strata Diploma menunjukkan yang paling tinggi yang mencapai 13 persen di
tahun 2013. Tumbuhnya kesempatan kerja pada kelompok pendidikan diploma
ini menggambarkan adanya pertumbuhan sektor ekonomi yang berbasis pada
knowledges based seperti sektor keuangan, sektor pemerintahan dan sektor
industri, yang umumnya memerlukan tenaga kerja terdidik dan terlatih.
Pertumbuhan kesempatan kerja yang cukup tinggi juga terjadi pada kelompok
pendidikan SMA Kejuruan yang meningkat sebesar 4,8 persen pada tahun
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 53
2013. Pertumbuhan kesempatan kerja yang tinggi juga terdapapat pada
jenjang pendidikan Sarjana yaitu sebesar 8,94 persen.
Grafik 3.2 : Pertambahan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2013
Berdasarkan grafik di atas memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan
SMA Umum dan Kejuruan mendapatkan tambahan kesempatan kerja tertinggi
dibandingkan jenjang pendidika lainnya pada tahun 2013. Tingkat pendidikan
SD diperkirakan akan menurun kesempatan kerjanya, hal ini terjadi mengingat
kebutuhan tenaga kerja pada masa akan datang akan lebih meningkat
kualitasnya. Jenjang pendidikan SD akan semakin sulit memasuki pasar tenaga
kerja. kondisi akan menjadi perhatian bagi pemerintah dalam hal ini adalah
Dinas Pendidikan berperan aktif untuk meningatkan kualitas pne sehingga
dapat di mendapat tambahan kesempatan kerja, hal ini dimungkinkan karena
dukungan pemerintah yang selalu mengupayakan agar peningkatan kualitas
pendidikan sehingga berkurangnya penduduk dengan pendidikan SD dan SMTP
masuk di dunia kerja.
(8,597)
14,763
19,281
4,083 5,958 5,564
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 54
3.4.4 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha Tahun2012-2013
Kesempatan kerja menurut lapangan usaha di Provinsi Sulawesi Tengah
berdasarkan hasil proyeksi tahun 2012-2013 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.11 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha
Tahun2012-2013
LAPANGAN USAHA 2012 2013
Pertanian 657.849 660.972
Pertambangan 33.109 39.432
Industri Pengolahan 72.265 82.152
Listrik, Gas dan Air 6.075 7.306
Bangunan 48.103 52.059
Perdagangan 194.949 202.430
Angkutan 51.623 52.193
Keuangan 11.787 13.540
Jasa Kemasyarakatan 222.585 229.314
JUMLAH 1.298.345 1.339.398
Dari tabel di atas terlihat bahwa secara keseluruhan proporsi
kesempatan kerja yang tercipta untuk sektor pertanian paling besar yang
mencapai 49 persen dari keseluruhan kesempatan kerja yang ada di Provinsi
Sulawesi Tengah. Meskipun menunjukkan trend yang meningkat di tahun
2012 dan 2013 namun jumlah pertambahan kesempatan kerjanya pada sektor
ini relatif rendah, diperkirakan hanya membuka kesempatan kerja sebanyak
3.123 orang pada tahun 2013. Kesempatan kerja yang tertinggi proporsinya di
tahun 2012 dan tahun 2013 adalah industri pengolahan sebanyak 9.888 orang.
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 55
Grafik 3.3 : Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2013
Selain sektor industri, sektor perdagangan juga menyediakan
kesempatan kerja yang cukup besar yaitu 7.841orang pada tahun 2013, selain
itu sektor jasa dan pertambangan juga memberikan peluang yang cukup besar
untuk menyerap tenaga kerja. Kondisi ini tentunya perlu menjadi perhatian
pemerintah guna mempersiapkan kemampuan dan keterampilan tenaga kerja
untuk mengisi kesempatan kerja pada sektor tersebut.
3.4.5 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan
Tahun2012-2013
Status pekerjaan menggambarkan posisi atau peran pekerja dalam
pekerjaan mereka. Terdapat pekerja yang berusaha sendiri, ada pekerja yang
berperan sebagai buruh/karyawan/pegawai dan ada pula pekerja yang
bekerja tanpa imbalan. Pekerja yang bekerja sendiri menggambarkan adanya
jiwa enterpreneur yang kuat dalam diri pekerja, sementara pekerja
buruh/karyawan/pegawai adalah pekerja yang memperoleh upah tetap dengan
“menjual” skill yang dimiliki. Pekerja yang bekerja tidak dibayar
menggambarkan adanya penganguran yang tersembunyi, karena sesungguhnya
-1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000
10,000
3,123
6,322
9,888
1,232
3,956
7,481
570 1,753
6,729
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 56
ia bekerja namun kurang dan bahkan tidak memperoleh manfaat ekonomi
dalam bentuk upah yang diterimanya.
Selengkapnya, perkiraan kesempatan kerja berdasarkan status
pekerjaan, dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 3.12 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan
Tahun 2012-2013
STATUS PEKERJAAN 2012 2013 TAMBAHAN
1. Berusaha sendiri 237.368 242.639 5.270
2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap 312.764 319.987 7.222
3. Berusaha dibantu buruh tetap 64.910 70.117 5.206
4. Buruh/Karyawan/Pegawai 296.686 308.653 11.967
5. Pekerja bebas di Pertanian 60.032 64.143 4.111
6. Pekerja bebas di Non Pertanian 42.920 48.935 6.015
7. Pekerja tidak dibayar 283.665 284.925 1.260
JUMLAH 1.298.345 1.339.398 41.053
Berdasarkan proporsi terlihat bahwa terdapat 4 (empat) status
pekerjaan yang mendominasi kesempatan kerja di tahun 2012-2013. Proporsi
tertinggi adalah status sebagai Berusaha dibantu buruh tidak tetap yang
mencapai 24 persen, buruh/karyawan sebesar 23 persen, pekerja tidak
dibayar yang mencapai 21 persen dan berusaha sendiri 18 persen
Dari proporsi ini nampak bahwa masih tinggi pekerja yang tidak dibayar.
Ini adalah sebuah tantangan penurunan angka pengangguran, karena
meskipun status mereka adalah bekerja, namun hakikatnya ia tidak
memperoleh manfaat yang besar secara ekonomi. Berdasarkan hal tersebut,
pemerintah perlu mendorong upaya-upaya menciptakan enterprenreneurship
melalui berbagai pelatihan teknis dan aplikasi sehingga mampu mendorong
terciptanya wirausaha baru. Perlu kemitraan dan pendampingan bagi calon
wirausaha baru dalam menata usaha mereka dengan dukungan instansi
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 57
terkait. Perlu pengembangan lending model perbankan dalam mendorong
tenaga kerja yang bekerja tidak dibayar ini sehingga keberadanyya dapat di
maksimalkan dalam menciptakan nilai tambah ekonomi di Provinsi Sulawesi
Tengah. Pengembangan lending model ini dapat dimaksimalkan dengan
melibatkan lembaga pendamping baik dari kalangan perguruan tinggi maupun
lembaga praktis lainnya.
Grafik 3.4 : Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Tahun 2012-2013
Tambahan kesempatan kerja terbesar adalah pada pekerjaan buruh,
karyawan atau pegawai sebanyak 11,967 orang. Tambahan kesempatan yang
cukup besar adalah pada status pekerjaan berusaha dibantu buruh tidak tetap
dan dibantu buruh tetap. Kondisi ini mengindikasikan bahwa diharapkan akan
semakin tinggi usaha kecil mandiri yang akan tumbuh di Sulawesi Tengah.
Kondisi ini dapat tercapai manakala ada peran pemerintah dalam
mengembangakan dan menciptakan para wirausaha baru melalui pelatihan
5,270
7,222
5,206
11,967
4,111
6,015
1,260
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 58
berbasis kemasyarakatan dan kemudahan akses perbankkan serta
pendampingan bagi usaha baru. Tambahan kesempatan kerja terkecil adalah
pada pekerja tidak dibayar, yaitu sebanyak 1,260 orang. diharapkan
kesempatan kerja pada pekerja tidak di bayar akan semakin menurun
3.4.6 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja Tahun 2012-2013
Perkiraan kesempatan kerja menurut jam kerja dimaksudkan untuk
melihat kecenderungan sebaran peluang kerja di tahun 2012-2013
berdasarkan waktu total (jam) pekerja per minggu. Hal ini penting untuk
melihat keterkaitan antara tingkat serapan tenaga kerja berdasarkan waktu
kerja normal.
Tabel 3.13 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja Tahun 2012-2013
Dari perkiraan sebaran tenaga kerja berdasarkan jam kerja, terlihat
bahwa proporsi tenaga kerja yang bekerja penuh (di atas 35 jam) di tahun
2012-2013 lebih kecil dibandingkan yang bekerja tidak penuh. Secara
akumulasi di tahun 2012-2013, proporsi pekerja yang bekerja dengan jam
kerja penuh hanya mencapai 43,5 persen, sementara pekerja yang bekerja
dengan jam kerja tidak penuh mencapai 56,5 persen. Ini berarti terdapat 56,5
persen pekerja yang diperkirakan akan bekerja tidak secara normal di tahun
JAM KERJA 2012 2013
0 54.014 54.704
1-9 42.513 43.195
10-14 133.682 143.193
15-24 293.944 318.502
25-34 216.749 219.623
35-44 270.853 282.661
45-59 233.137 236.350
≥ 60 66.022 67.685
JUMLAH 1.310.914 1.365.913
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 59
2012-2013, dan bermakna bahwa pemanfaatan tenaga kerja kurang optimal
dalam menciptakan nilai tambah ekonomi.
Dari tabel di atas terlihat bahwa perkiraan kesempatan kerja
berdasarkan jam kerja didominasi oleh pekerja yang bekerja dengan waktu
kerja antara 15-24 jam per minggu yang mencapai 22,4 persen dari seluruh
peluang kerja di tahun 2012-2013. Pada peringkat kedua adalah pekerja yang
bekerja dengan waktu kerja 35-44 jam kerja per minggu dengan porsi 20,7
persen, pekerja dengan waktu kerja 45-49 jam per minggu sebesar 17,8 persen
dan pekerja dengan jam kerja 25-34 jam per minggu pada peringkat keempat
dengan porsi 16,5 persen dari total proyeksi kesempatan kerja di tahun 2012-
2013.
Grafik 3.5 : Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja Tahun 2012-2013
Berdasarkan tingkat perkembangnya, pekerja yang bekerja > 60 jam per
minggu menunjukkan peningkatan yang kecil di tahun 2012-2013 yaitu
sebesar 5 persen dengan 1.663 orang. Di tahun 2012 pekerja pada kelompok ini
turun sebesar 17 persen dibanding tahun 2011 dan di tahun 2013
menunjukkan angka penurunan kembali yang mencapai 21 persen dibanding
tahun 2012. Tambahan kesempatan kerja terbesar di Sulawesi Tengah terjadi
0 1-9 10-14 15-24 25-34 35-44 45-59 ≥ 60
690 682
9,510
24,558
2,874
11,808
3,213 1,663
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 60
pada penduduk yang bekerja selama 15-25 jam perminggu. Selanjutnya diikuti
oleh penduduk yang bekerja normal yaitu selama 35-44 jam per minggu yaitu
sebanyak 11.808 orang.
3.4.7 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan Tahun 2012-2013
Perkiraan kesempatan kerja di tahun 2012-2013 berdasarkan jabatan,
berbagai jenis pekerjaan yang tumbuh baik positif maupun negatif dijabarkan
sebagai berikut :
Tabel 3.14
Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan Tahun 2012-2013
JENIS PEKERJAAN/JABATAN 2012 2013
1. Tenaga profesional, teknisi dan yang sejenis 107.829 110.020 2.191
2. Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan 35.174 37.834 2.660
3. Tenaga tata usaha dan yang sejenis 75.597 80.674 5.077
4. Tenaga usaha penjualan, 161.890 166.448 4.559
5. Tenaga usaha jasa, 44.724 51.319 6.594
6. Tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan 660.722 675.467 14.745
7/8/9. Tenaga produksi,operator alat-alat angkutan dan pekerja kasar dan Lainnya 212.409
217.636
5.227
JUMLAH 1.298.345 1.339.398 41.053
Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa seluruh peluang kerja tumbuh
positif, namun dengan tingkat pertumbuhan dan tambahan kesempatan kerja
yang berbeda. Pertumbuhan yang paling besar adalah tenaga usaha jasa yang
tumbuh 19,2 persen di tahun 2013. Pertumbuhan terkecil adalah pada
jabatan tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan tumbuh
sekitar 2,23 persen, namun memiliki proporsi pertambahan yang paling besar
dari seluruh jenis pekerjaan di tahun 2013. Ini berarti sektor pertanian akan
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 61
tetap tumbuh sehingga akan memberikan peluang kebutuhan tenaga kerja bagi
masyarakat Sulawesi Tengah.
Grafik 3.6 : Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan Tahun 2012-2013
Total peluang serapan tenaga kerja pada jabatan ini mencapai 41,053
orang di tahun 2013. Tambahan kesempatan terbesar adalah pada jenis
pekerjaan tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan, pada
jenis pekerjaan di sektor primer ini mengalami pertumbuhan tidak terlalu
tinggi, namun pertambahan kesempatan kerja yang banyak yaitu sebanyak
14.745 orang. Rendahnya pertumbuhan ini mengindikasikan bahwa di tahun
2012 dan 2013, secara perlahan terjadi pergeseran sektor ekonomi dari sektor-
sektor primer ke sektor lainnya seperti jasa, industri pengolahan, pekerjaan
yang berbasis pada knowledge worker.
Tambahan kesempatan kerja terbesar lainnya adalah tenaga usaha
penjualan sebanyak 6.594 orang pada tahun 2013. Tenaga profesional
mempunyai pertumbuhan yang relatif sedikit dan pertambahan yang paling
kecil dibandingan seluruh jenis jabatan pekerjaan di Sulawesi Tengah.
2,191 2,660 5,077 4,559
6,594
14,745
5,227
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 62
3.5 Perkiraan Pengangguran Terbuka Perkiraan Pengangguran terbuka adalah jumlah penduduk yang tidak
sedang bekerja, mencari pekerjaan, mempersiapkan pekerjaan, tidak mencari
pekerjaan dan yang sudah punya pekerjaan namun belum mulai bekerja.
Tingkat perkiraan pengangguran terbuka di Sulawesi Tengah selama dua
tahun yang akan datang mengalami penurunan, dimana besarnya
pengangguran terbuka Sulawesi Tengah masih di bawah rata-rata Nasional.
Berikut uraian secara lebih rinci mengenai pengangguran terbuka berdasarkan
jenis kelamin, tingkat pendidikan dan golongan umur di Sulawesi Tengah
3.5.1 Perkiraan Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun
2012-2013 Jumlah pengangguran terbuka dalam dua tahun ke depan untuk
penduduk laki-laki dan perempuan di Sulawesi Tengah mengalami penurunan.
Saat ini Tingkat pengagguran Terbuka di Sulawesi Tengah sebesar 4 persen,
dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik, dan beberapa upaya
peningkatan pembangunan di Sulawesi Tengah, diperkirakan Tingkat
Penggaruran Terbuka pada Tahun 2012 bisa mencapai 3,23 persen dan pada
tahun 2013 menjadi 2,69 persen. Kondisi ini tentu memberikan gambaran yang
cukup menggembirakan bagi upaya peningkatan kesempatan kerja di Sulawesi
Tengah.
Tabel 3.15 Perkiraan Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2012-2013
JENIS KELAMIN 2012 2013
Absolut TPT (%) Absolut TPT (%)
Laki-Laki 23.614 2,68 22.932 2,52
Perempuan 19.699 4,29 14.062 3,01
JUMLAH 43.313 3,23 36.995 2,69
Tingkat pengangguran terbuka ini memperlihatkan bahwa hanya
sebagian kecil atau 3.23 persen angkatan kerja adalah penduduk yang tidak
sedang bekerja dan sebagian besar yakni 96,77 persen angkatan kerja adalah
orang yang bekerja pada tahun 2012.
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 63
Tingkat pengangguran terbuka penduduk perempuan di Sulawesi Tengah
lebih tinggi dibandingkan dengan Laki-laki, hal ini menunjukkan bahwa
penduduk laki-laki lebih banyak terserap di pasar tenaga kerja dibandingkan
pendukuk perempuan. Artinya pula bahwa masih terdapat peluang untuk
pengembangan berbagai sektor ekonomi terutama skala mikro dengan
memanfaatkan tenaga kerja wanita yang belum terserap di pasar kerja.
Ketersediaan bahan baku yang melimpah di Provinsi Sulawesi Tengah adalah
peluang-peluang pengembangan usaha mikro yang dapat memberikan nilai
tambah ekonomi bagi keluarga dan penyerapan tenaga kerja wanita. Perlu
adanya kebijakan dalam memberdayakan tenaga kerja wanita dengan
menyiapkan roadmap pengembangan industri kecil dan mikro serta dukungan
pendanaan bagi tumbuhnya usaha ini. Perlunya pemerintah menginisiasi
pasar-pasar hasil usaha skala mikro guna menstimulasi tumbuh kembangnya
usaha-usaha kecil berbasis pada komunitas yang mampu mengolah berbagai
bahan baku yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah.
3.5.2 Perkiraan Pengangguran Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2012-2013 Pengangguran Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2013
di Provinsi Sulawesi Tengah dapat disajikan sebagai berikut :
Tabel 3.16
Perkiraan Pengangguran Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2013
TINGKAT PENDIDIKAN
2012 2013
Absolut TPT (%) Absolut TPT (%)
≤ SD 4.376 0,68 3.456 0,55
SLTP 5.843 2,25 3.947 1,45
SLTA Umum 20.195 8,69 17.595 7,06
SLTA Kejuruan 7.894 8,51 7.249 7,54
Diploma I/II/III/Akademi 1.869 3,91 935 1,77
Universitas 3.136 4,79 3.813 5,32
JUMLAH 43.313 3,23 36.995 2,69
Sumber : Data Sakernas, diolah kembali
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 64
Tingkat pengangguran terbuka pada tingkat pendidikan SD selama dua
tahun kedepan mengalami penurunan, kondisi ini menunjukan trend yang
positif yang mengindikasikan bahwa penduduk yang berpendidikan SD atau
dibawahnya tidak masuk dalam angkatan kerja namun melanjutkan ke
pendidikannya ke jenjang pendidikan selanjutnya yaitu SLTP. Angka ini juga
dapat mengindikasikan bahwa penduduk dengan tingkat pendidikan tertentu
telah terserap di dunia kerja, walaupun masuk pada jenis pekerjaan unskilled.
Kondisi yang sama terjadi pada tingkat pengangguran terbuka pada
jenjang pendidikan SLTP, SLTA kejuruan, Diploma. Tingkat pengangguran
terbuka selama tahun ke depan pada beberapa tingkatan pendidikan tersebut
mengalami penurunan. Kondisi ini menunjukkan trend yang positif. Turunnya
tingkat pengangguran terbuka pada jenjang pendidikan SLTP dapat disebabkan
karena mereka melanjutkan ke jenjang pendidikan di atasnya yaitu SLTA,
sehingga mereka tidak masuk sebagai angkatan kerja. Kondisi ini
mengindikasikan adanya keberhasilan di dunia pendidikan dalam
mengupayakan penduduk untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi
yaitu SLTA. Di sisi lain penurunan tingkat pengangguran terbuka dapat juga
disebabkan oleh terserapnya penduduk dengan pendidikan SLTP ke dunia
kerja, kondisi ini yang sesungguhnya yang perlu di khawatirkan karena
terserapnya penduduk dengan pendidikan SLTP ke dunia kerja akan menjadi
tenaga kerja tanpa ketrampilan atau unskilled. Hal ini tentunya akan
mempengaruhi nilai tawar (bargaining position) dan produktivitasnya apabila
tidak di dukung oleh pelatihan yang memadai pada bidangnya.
Pengangguran terbuka yang diperkirakan naik adalah adalah penduduk
dengan tingkat pendidikan universitas, dengan tingkat pengangguran terbuka
(TPT) sebesar 4,79 persen pada tahun 2012 dan naik menjadi 5,32 persen di
tahun 2013. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin banyaknya lulusan
universitas yang belum terserap di dunia kerja. Orentasi untuk menjadi PNS
masih merupakan tujuan utama khususnya bagi lulusan universitas, namun
tentunya terbatasnya formasi untuk menjadi PNS tentunya akan menambah
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 65
jumlah pengangguran di Sulawesi Tengah. Perubahan orentasi bagi lulusan
universitas dapat dilakukan melalui pemberian bekal jiwa kewirausahaan
semenjak di bangku kuliah, dan ini tentunya perlu di dukung oleh perguruan
tinggi di Sulawesi Tengah.
Tingkat pengangguran terbuka penduduk dengan tingkat pendidikan
SLTA kejuruan selama dua tahun ke depan akan semakin menurun. Kondisi ini
sesuai dengan harapan program pemerintah mengenai peningkatan kualitas
sekolah kejuruan di Indonesia. Sekolah kejuruan didesain sebagai sekolah yang
menghasilkan lulusan siap kerja, sehingga serapan tenaga kerja dari lulusan
pendidikan ini sangat tinggi. Pada tahun 2012 diharapkan tingkat
pengangguran terbuka lulusan SLTA kejuruan mencapai 4 persen dan tahun
2013 hanya sebesar 0,61 persen. Target tersebut dapat dicapai dengan upaya
meningkatkan kualitas lulusan melalui peningkatan fasilitas praktek sekolah,
program magang, dan membangun jaringan antara sekolah dengan dunia
bisnis. Kemampuan sekolah kejuruan dalam mengembangkan program link and
mach antara kurikulum sekolah dengan kebutuhan dunia bisnis di daerah
harus melibatkan stakeholder atau user yang akan memanfaatkan hasil lulusan
di Sulawesi Tengah.
Kondisi yang berbeda dengan SLTA umum yang pada dua tahun terakhir
mengalami peningkatan jumlah pengangguran terbuka, hal ini harus menjadi
perhatian pemerintah untuk mengupayakan agar tidak terlalu banyak
penduduk dengan tingkat pendidikan SLTA masuk dalam pengangguran
terbuka. Hal ini dapat dilakukan melalui pemanfaatan BLK untuk melatih
lulusan SLTA agar memiliki keterampilan khusus untuk memasuki dunia kerja.
Tingkat pengangguran terbuka dua tahun ke depan untuk penduduk
dengan pendidikan lulusan perguruan tinggi diproyeksikan mengalami
peningkatan. Hal ini bermakna bahwa serapan tenaga kerja sarjana di Sulawesi
Tengah cukup rendah dibanding jumlah lulusan yang dihasilkan perguruan
tinggi di Provinsi Sulawesi Tengah.
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 66
3.5.3 Perkiraan Pengangguran Terbuka Menurut Golongan Umur Tahun 2012-2013
Neraca tenaga kerja menurut golongan umur di Sulawesi Tengah
menunjukkan nilai surplus tenaga kerja di beberapa kelompok umur. Kondisi
ini tentunya berdampak pada semakin banyaknya kelompok umur yang masuk
dalam kategori pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka menurut umur
di Sulawesi Tengah menunjukkan angka penurunan, yang berarti pula bahwa
terdapat kenaikan serapan tenaga kerja usia produktif di Provinsi Sulawesi
Tengah.
Tabel 3.17 Perkiraan Pengangguran Terbuka Menurut Golongan Umur
Tahun 2012-2013
Kelompok Umur 2012 2013
Absolut TPT (%) Absolut TPT (%)
15-19 16,579 19.59 12,447 15.38
20-24 14,737 12.39 5,828 5.21
25-29 7,050 4.00 3,931 2.23
30-34 2,418 1.21 2,199 1.05
35-39 2,168 1.16 1,157 0.59
40-44 1,036 0.61 2,665 1.50
45-49 2,259 2.01 2,713 2.39
50-54 1,347 1.18 1,713 1.40
55-59 363 0.32 2,256 8.91
60-64 418 1.10 265 0.69
≥ 65 894 1.94 1,387 2.83
Jumlah 49,269 3.62 46,561 3.30
Sumber : Data Sakernas, diolah kembali
Tingkat pengangguran terbuka terbesar untuk kelompok umur di
Sulawesi Tengah adalah pada kelompok usia 15 – 19 tahun dan menunjukkan
trend yang menurun dalam dua tahun kedepan. Namun pada beberapa
kelompok umur mengalami mengalami trend peningkatan. Hal ini bermakna
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 67
bahwa akan terjadi peningkatan jumlah pengangguran terbuka yang cukup
besar pada beberapa kelompok umur di Sulawesi Tengah. Pengangguran
terbuka di Provinsi Sulawesi Tengah dalam dua tahun kedepan akan
meningkat terutama pada kelompok usia 40-59 tahun, sementara pada
kelompok usia 15-39 tahun penganguran terbuka diperkirakan akan menurun.
Data tersebut juga menunjukkan adanya sinyal yang positif, yang bermakna
bahwa terjadi peningkatan kesempatan kerja dua tahun kedepan di Sulawesi
Tengah pada kelompok usia 15-39 tahun.
3.6 Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja
Tingkat produktivitas tenaga kerja menggambarkan nilai tambah per tenaga
kerja pada tiap sektor ekonomi di Provinsi Sulawesi Tengah. Berdasarkan
nilai absolut, tingkat produktivitas tertinggi terjadi pada sektor keuangan,
yang disusul sektor bangunan, angkutan dan pertambangan di tahun 2013.
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.18 Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Tengah
Berdasarkan Sektoral Tahun 2011-2013
LAPANGAN USAHA 2011 2012 2013
Pertanian 10.161.740 10.718.272 11.154.497
Pertambangan 16.352.696 18.061.324 20.732.779
Industri Pengolahan 15.890.883 15.332.514 14.313.951
Listrik, Gas dan Air 26.635.763 20.742.209 17.655.733
Bangunan 23.591.391 24.946.456 29.265.559
Perdagangan 10.923.747 11.731.245 12.422.050
Angkutan 24.381.388 25.821.829 27.791.439
Keuangan 75.163.807 71.944.649 69.614.986
Jasa Kemasyarakatan 12.892.720 12.965.811 13.555.706
TOTAL 12.830.299 13.430.175 14.211.593
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB III - 68
Jika dilihat dari trend peningkatannya, produktivitas yang tumbuh paling
besar adalah pada sektor pertambangan dan bangunan yang tumbuh masing
masing sebesar 17 persen dan 15 persen di tahun 2013.
Selain terdapat beberapa sektor yang tumbuh positif tingkat
produktivitasnya, tahun 2013 juga menunjukkan penurunan produktitas yaitu
sektor industri, listrik dan keuangan.
Secara totalitas terjadi trend peningkatan produktivitas dimana pada
tahun 2012 tumbuh sebesar 5 persen dibanding tahun 2011 dan di tahun 2013
tumbuh sebesar 6 persen.
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 69
REKOMENDASI KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH
Pembangunan ketenagakerjaan akan selalu seiring dengan
pembangunan ekonomi yang secara langsung terkait dengan pertumbuhan
sektor-sektor yang memberikan kontribusi terhadap PDRB. Pembangunan
ketenagakerjaan juga bersifat lintas sektor, oleh karenanya pencapaiannya
sangat tergantung sejauh mana seluruh stakeholders memberikan kontribusi
maksimal sesuai dengan bidangya masing-masing.
Pembangunan ketenagakerjaan didasarkan pada 5 (lima) pilar penting
yaitu kualitas, kuantitas, mobilitas, aktivitas dan produktivitas.
Pembangunan ketenagakerjaan harus mampu meciptakan mutu sumber daya
manusia melalui penguatan sektor pendidikan maupun pelatihan.
Pembangunan ketenagakerjaa juga harus mampu menyiapkan tenaga kerja
dalam jumlah yang memadai dengan permintaan. Aspek sebaran (mobilitas)
juga sangat penting sehingga tenaga kerja tidak hanya berada di suatu derah
tertentu, namun tersebar secara proporsional sesuai kebutuhan di tiap sektor
ditiap daerah. Pada pilar aktivitas, pembangunan ketenagakerjaan harus
seiring dengan aktivitas ekonomi sedang berkembang dan harus mampu
mengantisipasi kebutuhan tenaga kerja kaitannya dengan perkembangan
sektor ekonomi dimasa mendatang. Pada akhirnya pembangunan
ketenagakerjaan harus mampu menciptakan insan yang bermutu, yang ditandai
dengan produktivitas yang tinggi, sehingga akan memberikan tingkat
B A B
4
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 70
kesejahteraan pekerja secara langsung dan akan berdampak pula terhadap
peningkatan perekonomian secara umum.
4.1 Rekomendasi Kebijakan Perekonomian Pembangunan ketenagakerjan sangat erat kaitannya dengan
pembangunan perekonomian secara umum. Pembangunan sektor
ketenagakerjaan secara langsung dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang
terkait erat dengan peningkatan ekonomi daerah. Perkiraan Perencanaan
Tenaga Kerja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah memberikan nuansa yang
optimis. Ini disebabkan pertumbuhan perekonomian Sulawesi Tengah 9,89
persen pada tahun 2012 dan 12,98 persen tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi
yang positif tersebut diperkirakan mampu mendorong penciptaan kesempatan
kerja. Kesempatan kerja di Sulawesi Tengah diperkirakan akan bertambah
sebesar 49,915 orang menjadi 1,310, 914 orang pada tahun 2012 dan pada
tahun 2013 bertambah sebanyak 54,998 orang menjadi 1,365,913 orang.
Perkiraan peningkatan kesempatan kerja ini diharapkan dapat mengurangi
tingkat pengangguran terbuka menjadi 3, 46 persen selama tahun 2012-2013.
Harapan dan target yang optimis tersebut haruslah didukung dengan
asumsi bahwa indikator-indikator perekonomian daerah mengalami
perkembangan yang positif. Ini adalah syarat mutlak sebagai penopang dan
penentu keberhasilan dari implementasi kebijakan pemerintah daerah Provinsi
Sulawesi Tengah di bidang ketenagakerjaan. Artinya, kebijakan ekonomi
diarahkan untuk mencapai target-target pembangunan ketenagakerjaan.
Selanjutnya perlu perubahan mendasar dalam hal manajemen ekonomi
daerah sejalan dengan kebijakan pasar kerja. Perlu dipikirkan pertumbuhan
kuantitas dan kualitas lapangan kerja melalui usaha ekonomi yang padat karya.
Salah satu langkah yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
mentrasformasikan sektor ekonomi informal menjadi sektor ekonomi yang
formal sehingga tingkat kesejahteraan ekonomi informal dapat ditingkatkan.
Implikasinya adalah bahwa perlu investasi potensial dalam penciptaan
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 71
lapangan kerja diberikan pada kegiatan-kegiatan ekonomi dengan tingkat
elastisitas output dan tenaga kerja yang tinggi.
Selain itu kedepan perlu tetap menjaga stabilitas makroekonomi daerah
dengan penekanan pada investasi sektor riil, agar pertumbuhan ekonomi tidak
hanya bertumpu pada kekuatan konsumsi, akan tetapi juga pada investasi.
Tidak kalah pentingnya mengembangkan usaha kecil dan menengah yang
produktif. Jadi selain pengembangan sumberdaya manusia, perluasan lapangan
kerja, kebijakan daerah harus dilakukan dengan jalan investasi.
Untuk itu upaya menumbuhkan perekonomian daerah harus mampu 1)
menciptakan lapangan kerja bagi seluruh warganya, yang berarti memberikan
serapan tenaga kerja yang cukup tinggi, 2) mampu menciptakan dampak
ekonomi bagi perekonomian lokal, ini terkait dengan kebijakan ekonomi yang
mampu membangun backward linkage dan forward linkage dan 3)
pembangunan ekonomi yang mampu meningkatkan daya saing daerah, yang
berarti terjadi peningkatan sistem ekonomi, pola regulasi, mutu SDM, mutu
pelayanan publik yang secara sinkron mampu menciptakan competitive
advantage daerah. Keunggulan ini adalah berdampak pada kekuatan daerah
secara relatif yang makin baik dibandingkan daerah lain sehinga memberikan
daya tarik untuk pengembangan investasi.
Konsep pengembangan ekonomi daerah tersebut pada hakikatnya harus
berbasis pada kekuatan daerah dengan melihat peluang-peluang
pengembangannya. Kekuatan–kekuatan daerah harus di screening dengan
melihat potensi sumber daya yang tersedia, dengan demikian maka setiap
daerah memiliki pola yang berbeda dalam pengembangan ekonomi daerahnya.
Khusus Provinsi Sulawesi Tengah, kekuatan ekonomi yang telah menjadi
pendorong pertumbuhan ekonomi selama ini adalah pada sektor-sektor primer
terutama sektor/sub sektor pertanian, perkebuhan dan kelautan. Selain sektor
primer, sektor yang memiliki porsi yang cukup besar dalam menopang
perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah dalam struktur PDRB adalah jasa
dan perdagangan.
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 72
Berdasarkan proyeksi pertumbuhan PDRB tahun 2012 dan 2013
menunjukkan angka pertumbuhan yang positif. Hal in memberikan peluang
untuk peningkatan kebutuhan tenaga kerja dan serapan tenaga kerja. Dari
proporsi penyumbang PDRB, sektor pertanian masih merupakan penyumbang
terbesar dan diperkirakan serapan tenaga kerja yang dominan. Porsi sektor
petanian masih memberikan sumbangan terhadap PDRB sebesar 39 persen di
tahun 2013 dan proporsi ini menurun dibanding tahun sebelumnya, sementara
pada sektor lainnya menunjukkan peningkatan terutama pada sektor
perdagangan, jasa, keuangan dan transportasi. Trend perubahan proporsi
PDRB ini menggambarkan adanya pergeseran dari sektor pertanian ke sektor
lainnya meskipun pergeserannya tidak signifikan. Namun pergeseran ini akan
bergerak terus seiring dengan kebijakan pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
yang terus mendorong pertumbuhan sektor lainnya terutama sektor industri
yang berbasis komoditas unggulan Sulawesi Tengah dan menjadikan
agroindustri sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan pada kondisi ini, maka terlihat bahwa upaya
pengembangan sektor ekonomi kaitannya dengan pembangunan
ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Tengah diarahkan untuk :
1. Optimalisasi peningkatan sektor ekonomi Sulawesi Tengah dengan
meningkatkan sektor - sektor primer seperti pertanian, sub sektor
perkebunan, kelautan dan perikanan serta sektor industri.
2. Penguatan infrastruktur pendukung investasi terutama sarana jalan,
pelabuhan dan bandara, kelistrikan.
3. Penciptaan regulasi yang memihak pengembangan komoditi unggulan
Provinsi Sulawesi Tengah, yang memberikan multiplier effec yang besar
baik pada tingkat hulu, industri, maupun hilir.
4. Menyempurnakan regulasi yang memberikan ruang investasi yang lebih
baik, sehingga menjadikan Provinsi Sulawesi Tengah sebagai kawasan
yang menarik untuk investor baik dari segi kepastian hukum, sarana
prasarana maupun dukungan bahan baku industri. Penyempurnaan
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 73
regulasi ini termasuk menghapuskan berbagai perda yang menimbulkan
ekonomi biaya tinggi.
5. Penyediaan kawasan ekonomi yang mampu menciptakan aglomerasi
perusahaan dengan kebijakan yang spesifik. Kebijakan ini dimaksudkan
agar investor dapat menjalankan bisnisnya secara efisien dan dari segi
pemerintah mudah dalam pengendalian dan pemberian pelayanan.
6. Pemberian insentif bagi perusahaan yang masuk ke kawasan yang
mengolah bahan baku. Insentif tersebut bisa dalam berbagai bentuk
seperti kebijakan pajak, hak guna lahan dan sebagainya.
7. Penguatan hubungan industrial dalam bentuk penyediaan kelembagaan
yang kuat dalam memediasi antara pekerja, perusahaan, pemerintah yang
pada satu sisi tetap meningkatkan kekuatan hubungan perusahaan-pekerja
dan pada sisi lain tetap mampu meningkatkan rasio pengupahan yang
proporsional dan layak bagi kesejahteraan pekerja.
8. Menumbuhkembangkan potensi kewirausahaan dalam masyarakat dengan
mengidentifikasi seluruh UKM pada semua sektor, selanjutnya melakukan
pelatihan untuk mengetahui komitmen dan kompetensi kewirausahaan
sebagai dasar penguatan pelaku usaha kecil.
9. Mendorong penguatan industri berbasis kluster terutama yang mengolah
komoditas yang ada di daerah setempat. Pola ini akan mendorog
terciptanya OVOP (one village one product). Banyaknya bahan baku yang
melimpah dan belum terkelola di hampir seluruh pelosok Provinsi
Sulawesi Tengah merupakan peluang besar untuk pengembangannya.
10. Membangun konsep pembangunan berbasis industrial linkage programs
terutama yang didorong dengan regulasi dan kebijakan yang kuat untuk
menghidupkan industri pengolahan yang memberikan trigger pada sektor
hulunya, khususnya pada sektor hulu yang sebarannya sangat luas dan
memberikan manfaat ekonomi yang besar bagi masyarakat.
11. Mendorong penguatan Perusahaan daerah dalam pengembangan bisnis di
daerah, khususnya dalam pengembangan komoditi unggulan daerah. Peran
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 74
ini dapat berupa penyedia saprodi (sarana produksi) maupun berfungsi
sebagai lembaga pemasaran produk/komoditas.
12. Mendorong pola pembinaan UKM terutama oleh perbankan, sehingga jika
selama ini bank hanya akan membiayai usaha yang bankable, diarahkan
untuk melakukan pembinaan UKM yang tidak bankable dengan melibatkan
perguruan tinggi dan lembaga pendamping lainnya, untuk memberikan
penguatan kepada UKM yang dianggap lemah dari aspek managerial bisnis.
Ini berarti perlu adanya pengembangan lending model dalam pembiayaan
sektor ekonomi yang belum bankable.
13. Peningkatan rasa aman pada segala aspek sehingga akan memberikan
jaminan kelangsungan usaha baik oleh investor asing, investor domestik
maupun pelaku usaha skala mikro/ kecil. Aspek keamanan merupakan
syarat kunci yang harus terpenuhi dalam proses pembangunan sebelum
kebijakan digulirkan oleh pemerintah.
4.2 Rekomendasi Kebijakan Umum Konsep pengembangan ketenagakerjaan secara spesifik terkait dengan
berbagai aspek, terutama pada perkembangan ekonomi makro di suatu daerah.
Kebijakan sektor ketenegakerjaan diarahkan untuk melihat sejauh mana supply
tenaga kerja dari aspek kualitas dan kuantitasnya, permintaan tenaga kerja dan
faktor faktor kunci yang terkait dengan supply dan demand. Dalam
pengelolaannya perencanaan tenaga kerja diarahkan untuk melihat pola
hubungan industrialnya termasuk peran lembaga bipartit dan tripartit.
Perkembangan kualitas dan kuantitas ketenagakerjaan sangat erat
kaitannya dengan aspek kependudukan dan pendidikan. Kedua aspek ini
diyakini terkait langsung dengan kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi
Tengah. Tingkat pendidikan yang rendah akan menciptakan kualitas tenaga
kerja yang rendah pula, akibatnya sektor ekonomi yang mampu dimasuki
umumnya hanya sektor-sektor primer seperti pertanian. Skill yang rendah
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 75
akan berdampak pada produktivitas tenaga kerja yang rendah pula yang
akhirnya akan berdampak pada tingkat kesejahteraan pekerja.
Aspek yang menarik pula kaitannya dengan ketenagakerjaan adalah
tingkat pertumbuhan penduduk. Tingkat pertumbuhan penduduk adalah
supply utama tenaga kerja melalui perubahan struktur penduduk. Tingkat
pertumbuhan tenaga kerja yang tinggi akan menjadi potensi tenaga kerja
dimasa mendatang. Namun pertumbuhan yang tinggi saja tidak cukup untuk
menyiapkan tenaga kerja yang handal, sehingga harus terdapat kebijakan yang
komprehensif antara pertumbuhan penduduk, pendidikan dan perekonomian.
Jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan sensus
penduduk tahun 2010 berkisar 2.6 juta jiwa. Dibandingkan dengan luas
wilayah Provinsi Sulawesi Tengah, maka sumberdaya ini belum proporsional.
Artinya bahwa saat ini pertumbuhan penduduk di Provinsi Sulawesi Tengah
belum menimbulkan masalah kepadatan penduduk, namun dapat
menimbulkan masalah ketenagakerjaan jika tidak dibarengi dengan
peningkatan pendidikan. Untuk itu pemerintah harus mampu mengelola
“bonus demografi” ini sehingga menjadi modal dalam pengembangan ekonomi
di Provinsi Sulawesi Tengah dan bukan menjadi beban pembangunan.
Upaya peningkatan tingkat pendidikan penduduk harus didesain dengan
kebutuhan lapangan kerja dan grand strategi pengembangan ekonomi Provinsi
Sulawesi Tengah. Untuk itu kebijakan yang dapat ditempuh adalah :
1. Upaya pengendalian penduduk guna menghindari over supply tenaga kerja.
Pengendalian penduduk dapat dilakukan dengan peningkatan kesadaran
masyarakat akan pentingnya perencanaan membangun keluarga kecil yang
layak. Penyuluhan sangat berperan dalam konteks ini dan peran BKKBN
masih sangat diperlukan.
2. Dalam upaya pengendalian penduduk, perlu terus di galakkan program KB
teruatama dari pasangan usia subur (PUS).
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 76
3. Peningkatan derajat pendidikan masyarakat dengan meningkatkan
tingkat partisipasi pendididikan. Tingkat partisipasi yang tinggi dalam
pendidikan akan memberikan dampak :
a. Meningkatnya tingkat kesadaran terutama kaum wanita sehingga
membantu proses pengendalian penduduk dengan cara menunda
kehamilan, mengurangi jumlah anak dan menunda usia
perkawinan.
b. Meningkatnya jumlah anak usia sekolah (termasuk perguruan
tinggi), sehingga menunda mereka masuk ke bursa tenaga kerja.
Makin tinggi jumlah masyarakat yang menuntut ilmu (SD hingga
PT) akan mengurangi tingkat pengangguran terbuka di Provinsi
Sulawesi Tengah.
4.3 Rekomendasi Penciptaan Lapangan Kerja
4.3.1 Sektor Pertanian
Sebagian besar penduduk Sulawesi Tengah adalah bekerja pada sektor
pertanian, lebih 50 persen penduduk Sulawesi Tengah yang terlibat di sektor
pertanian saat ini. Peningkatan penciptaan lapangan kerja pada sektor
Pertanian secara spesifik adalah:
Perlunya peraturan daerah tentang penetapan lahan, penetapan lahan
calon, penetapan kawasan pertanian pangan berkelanjutan dalam
RTRW di setiap kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Tengah.
Peraturan ini diperlukan dalam memberikan penguatan terhadap
tataguna lahan pertanian sehingga akan lebih berdayaguna
pemanfaatannya khususnya dalam pengembangan sektor pertanian.
Penguatan prasarana pertanian terutama jaringan irigasi dan
pembukaan akses jalan terutama pada daerah kantong produksi.
Upaya peningkatan kualitas hasil pertanian untuk meningkatkan
produktivitasnya, pemerintah daerah perlu melakukann pembinaan
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 77
bagi petani secara berkesinambungan. Pendampingan bagi para petani
melalui kader penyuluh pertanian perlu ditingkatkan kualitas maupun
kuantitasnya. Keberadaan penyuluh di beberapa Kabupaten yang
memiliki potensi pertanian cukup tinggi relatif masih kurang. Padahal
pada sektor ini, penduduk yang bekerja sebagian besar berpendidikan
SD dan SMP, sehingga perlu adanya penguatan bagi mereka tidak hanya
dari segi sisi proses pertaniannya namun juga pemahaman pasar dan
pemasarannya. Diharapkan dengan perbaikan pengelolaan pada sektor
pertanian akan meningkatkan produktivitasnya.
Extensifikasi pertanian terutama pada daerah-daerah yang masih
memiliki lahan pertanian yang kurang termanfaatkan. Upaya ini
dimaksudkan untuk mananfaatkan lahan tidur yang kurang produktif.
Dengan pola ini maka akan menciptakan serapan tenaga kerja yang
lebih tinggi yang pada akhirnya akan berdampak peningkatan
pendapatan petani dan kesejahteraannya.
Kebijakan untuk penguatan sistem tanam tumpang sari terutama pada
tanaman perkebunan khususnya kelapa dengan tanaman lainnya
seperti jagung, kakao dan berbagai tanaman hortikultura. Pola ini
diyakini mampu meningkatkan produktivitas pertanian secara umum
dan penciptaan lapangan kerja baru tanpa memperluas areal pertanian.
Penguatan pengawasan pengggunaan pupuk dan pestisida secara
berkesinambungan. Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan
kondisi lingkungan serta mempertahankan tingkat kesuburan lahan
pertanian. Pada sisi lain upaya ini akan mendukung terciptanya
kualitas pangan yang sehat dan aman untuk dikonsumsi.
Memantapkan sistem agribisnis. Hal ini dapat dilakukan dengan
kebijakan pemerintah daerah dalam penguatan sektor hulu maupun
sektor hilir sehingga akan memberikan nilai tambah yang besar bagi
sektor pertanian yang pada akhirnya akan berdampak pada tingkat
kesejahteraan petani.
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 78
Penguatan kebijakan dalam upaya mempertahankan surplus padi dan
mewujudkan surplus komoditas pangan lainnya terutama jagung dan
kedelai. Upaya ini diyakini lebih mampu merangsang sektor pertanian
untuk tetap tumbuh dan memberikan peluang untuk peningkatan
serapan tenaga kerja.
4.3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan umumnya dikelola dalam skala yang besar dengan
bersifat capital intensive (padat modal), oleh karenanya serapan tenaga kerja
relatif kecil. Umumnya perizinan sektor pertambangan berada pada
pemerintah pusat. Bagi pemerintah daerah, khususnya dalam upaya
meningkatkan serapan tenaga kerja pada sektor pertambangan, maka
kebijakan yang dapat diambil adalah :
1. Pembuatan regulasi yang mewajibkan setiap pengusaha
pertambangan untuk meningkatkan penggunaan tenaga kerja lokal
dalam presentase tertentu dalam komposisi ketenagakerjaan di
setiap usaha pertambangan termasuk pada level manajerial.
2. Menggiatkan usaha pertambangan yang bersifat padat karya,
terutama galian C yang cukup dominan terutama di kota Palu dan
beberapa kabupaten.
3. Memberikan peluang sektor informal untuk berusaha di sekitar
kawasan tambang.
4. Mendorong terciptanya hubungan bisnis antara perusahaan
tambang dengan masyarakat lokal untuk memasok kebutuhan sektor
pertambangan terutama kebutuhan pokok karyawan seperti
catering, loundry dan sebagainya.
4.3.3 Sektor Industri Pengolahan
Salah satu faktor penentu daya saing ekonomi sebuah bangsa adalah
sektor industri pengolahan. Provinsi Sulawesi Tengah sebagai salah satu
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 79
provinsi penghasil berbagai hasil bumi belum menunjukkan nilai tambah pada
berbagai komoditi unggulannya. Untuk itu dalam upaya peningkatan serapan
tenaga kerja pada sektor industri diperlukan :
1. Penciptaan iklim investasi melalui pembentukan kawasan industri yang
strategis dengan dukungan regulasi pemerintah daerah, penyediaan
fasilitas pendukung pemasaran hasil industri.
2. Pemberian insentif bagi perusahaan yang akan berinvestasi di Provinsi
Sulawesi Tengah khususnya yang akan mengelola komoditi unggulan
seperti kakao, rumput laut, rotan dan komoditas lainnya.
3. Membangun kemitraan dengan memposisikan Provinsi Sulawesi Tengah
sebagai pemasok bahan setengah jadi pada industri hilir yang telah maju
terutama di pulau Jawa dan luar negeri.
4.3.4 Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Sektor ini diyakini sangat vital saat ini, namun masih menimbulkan
berbagai masalah. Faktor ketersediaan listrik masih merupakan kendala umum
yang di hadapi Provinsi Sulawesi Tengah. Serapan tenaga kerja pada sektor ini
umumnya rendah, karena umumnya dikelola oleh negara dan pertumbuhannya
juga sangat rendah. Kebijakan yang dapat diambil kaitannya dengan
peningkatan tenaga kerja yang terlibat adalah :
1. Peningkatan penyediaan listrik mikrohidro terutama pada daerah yang
terisolir dan tidak terjangkau PLN, sehingga menciptakan peluang
serapan tenaga kerja pada bidang operator, teknisi dan pengelola listrik
mikrohidro.
2. Mendorong perusahaan daerah dan swasta untuk membantu
penyediaan litrik bagi masyarakat. Skenario ini dapat melibatkan PLN
atau pengelolaan secara langsung.
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 80
4.3.5 Sektor Bangunan
Sektor ini terkait dengan pembangunan berbagai fasilitas fisik yang
umumnya padat karya. Pengembangan sektor ini diyakini akan mampu
menyerap tenaga kerja terutama pada jasa konstruksi (pertukangan) dalam
jumlah besar. Pertumbuhan sektor bangunan tidak terlepas dari pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan. Khusus untuk Provinsi Sulawesi Tengah yang saat
ini pertumbuhan ekonominya sekitar 8-9 persen, berdampak pada permintaan
sektor bangunan, baik berupa banguan ruko, perumahan maupun perhotelan.
Upaya pengembangan industri pengolahan yang berbasis pada komoditi
unggulan Provinsi Sulawesi Tengah diyakini akan mampu mendongkrak
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Perlunya tetap menumbuhkan
bangunan melalui pembangunan berbagai infrastruktur seperti jalan, jembatan,
pelabuhan, bandar udara dan sektor perumahan lainnya.
4.3.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Upaya mengembangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran dapat
dilakukan dengan beberapa kebijakan yaitu :
- Meningkatkan koordinasi dengan BKPM dalam pengembangan kawasan
wisata di berbagai tempat di Provinsi Sulawesi Tengah.
- Membangun komunikasi dengan pemerintah pusat untuk menjadikan
kawasan Wisata Togean sebagai salah satu event nasional dalam bentuk sail
Togean.
- Membangun hedging antara pemda dengan pasar di luar negeri atau
perusahaan besar di berbagai daerah tentang penyediaan bahan baku yang
potensial dan terbarukan dari Provinsi Sulawesi Tengah.
- Melakukan promosi pariwisata secara luas untuk menghidupkan sektor
pariwisata terutama pada wisata bahari (kawasan Togean), wisata alam
dan wisata budaya.
- Meningkatkan keterampilan masyarakat dalam mengembangkan usaha
pariwisata secara luas guna menghidupkan wisata bahari, wisata alam dan
wisata budaya.
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 81
- Melakukan promosi dagang dan pariwisata untuk meningkatkan volume
transaksi perdagangan terutama bahan baku dan barang setengah jadi dari
komoditi unggulan yang ada.
- Merevitalisasi pasar-pasar tradisional sebagai upaya menjadikan pasar
menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah.
- Penguatan regulasi tentang penempatan pertokoan, Waserda, Mall,
minimarket yang tidak saling mematikan dengan pasar tradisional dan
usaha perdagangan skala kecil (warung-warung) milik masyarakat.
4.3.7 Sektor Angkutan dan Komunikasi
Sektor angkutan adalah salah satu sektor yang berkembang seiring
dengan perekonomian suatu daerah. Sektor ini memberikan andil yang besar
dalam pengangkutan orang dan barang dari berbagai kantong produksi ke
pasar komoditas. Pada sisi yang lain penataan sektor angkutan yang kurang
baik akan menimbulkan kemacetan, matinya usaha angkutan dan akan
berdampak pada pergerakan arus barang dan jasa secara umum. Kebijakan
yang dapat diambil adalah :
1. Penguatan regulasi dalam penataan kembali sektor transportasi di
Provinsi Sulawesi Tengah khusunya dalam penyediaan sarana
transportasi pada kawasan – kawasan wisata kepulauan.
2. Penataan kembali angkutan darat khususnya bertalian dengan
pengaturan angkutan kota dalam provinsi, angkutan pedesaan,
angkutan antar kota antar provinsi yang saling menguntungkan antara
pengusaha angkutan bus, minibus dan jasa penyewaan kendaraan
(rental).
3. Perancangan jalur-jalur angkutan umum dalam kota terutama angkutan
massal yang diperuntukkan untuk menunjang kelancaran
siswa/mahasiswa. Perancangan ini menyangkut jenis armada,
kapasitas, jam operasi dan jalur operasi. Perancangan yang memadai
memungkinkan orang tidak tergantung pada moda angkutan kendaraan
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 82
pribadi yang cenderung tidak efisien, menimbulkan kemacetan dan
kerusakan lingkungan (polusi).
4.3.8 Sektor Lembaga Keuangan, Sewa Bangunan, Jasa Persewaan dan Jasa Perusahaan
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah selama ini telah
memberikan dampak pada perubahan berbagai sektor khsusnya sektor
keuangan. Sektor keuangan tumbuh mengingat tingginya peluang-peluang
usaha sektor keuangan yang dipicu oleh meningkatnya daya beli masyarakat.
Kebijakan yang dapat ditempuh adalah :
1. Membangun kerjasama dengan perguruan tinggi dan perbankan untuk
secara bersama sama menciptakan sistem pendidikan yang akan
menghasilkan tenaga kerja siap pakai pada bidang jasa keuangan.
2. Melakukan pendampingan dan pembinaan terhadap unit bisnis sehingga
menjadi unit bisnis yang bankable, sehingga akan menghidupkan
perbankan secara langsung dan serapan tenaga kerja
3. Membangun pola pembinaan masyarakat miskin melalui identifikasi
kemampuan dasar mereka dan selanjutnya melakukan pendampingan
usaha secara kontinyu dan pemberian dana.
4. Melakukan identifikasi komoditas/produk/jenis usaha unggulan
bekerjasama dengan perguruan tinggi dalam bentuk baseline economic
survey untuk memperoleh database usaha yang berpotensi untuk
didanai oleh perbankan.
5. Menghidupkan jasa koperasi simpan pinjam sebagai upaya mendukung
penguatan sektor hulu pada komoditi unggulan di Provinsi Sulawesi
Tengah, sehingga berdampak pada serapan dana pada sektor-sektor
primer yang selama ini sulit didanai oleh perbankan.
4.3.9 Sektor Pemerintahan, Pertahanan, Jasa dan Kemasyarakatan
Sektor pemerintah yang konsepnya sebagai pelayanan publik tetap
menjadi peluang serapan tenaga kerja dalam jangka panjang meskipun
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 83
pertumbuhannya tidak sebesar permintaan tenaga kerja pada sektor swasta.
Permintaan tenaga kerja pada sektor pemerintahan ini umumnya spesifik dan
berbasis pada keahlian khusus. Kebijakan yang dapat dilakukan adalah :
1. Membangun link and match dengan perguruan tinggi dalam upaya
meningkatkan kesesuaian skill yang diperlukan dengan skill yang
didesain oleh perguruan tinggi yang berdampak pada serapan tenaga
kerja dari tamatan perguruan tinggi.
2. Membangun database yang memuat deskripsi jabatan pada sektor
pemerintah termasuk prediksi skill yang diperlukan dalam beberapa
tahun mendatang, sehingga akan nampak kebutuhan tenaga kerja dan
kecenderungan model pelayanan publik yang akan dilakukan oleh
pemerintah.
3. Meningkatkan efisiensi sistem pelayanan publik sebagai bagian
mendorong pertumbuhan sektor lainnya, sehingga calon tenaga kerja
tidak berfokus hanya pada jasa pemerintah/pertahanan atau jasa
masyarakat lainnya.
4. Memperbanyak lembaga pendampingan berbasis pada lembaga
kemasyarakatan (NGO) sebagai upaya memperkuat kapasitas
masyarakat dalam bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan maupun pada
aspek sosial politik. Tumbuhnya lembaga pendamping ini akan menjadi
salah satu penyerap calon tenaga kerja.
4.4 Rekomendasi Kebijakan Pelatihan Tenaga Kerja.
Kondisi pelatihan tenaga kerja di Sulawesi Tengah relatif masih sangat
rendah apabila dibandingkan dengan indeks ketenagakerjaan nasional. Hal ini
dapat dilihat dari rendahnya kapasitas atau daya tampung Balai Latihan Kerja
(BLK) di Sulawesi Tengah.
Upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pelatihan
bagi calon tenaga kerja di Sulawesi Tengah memerlukan informasi yang
memadai mengenai jenis pelatihan dan jumlah tenaga kerja yang akan dilatih
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 84
di lembaga pelatihan pemerintah. Data atau informasi jumlah tenaga kerja
yang akan dilatih sesungguhnya dapat dilihat pada besarnya kesempatan kerja
atau orang yang bekerja berdasarkan tingkat pendidikan dan status pekerjaan
dan jabatan. Dari data tersebut maka diperkirakan seberapa besar kesempatan
kerja yang akan tercipta.
Tenaga kerja yang perlu dilatih adalah penduduk yang bekerja sendiri
tanpa bantuan dan penduduk yang bekerja dengan dibantu serta pekerja atau
buruh yang berpendidikan maksimum SMTA Umum. Penduduk dengan
karakteristik seperti ini perlu mendapat dukungan pemerintah melalui
pelatihan. Penduduk dengan tingkat pendidikan SMTA kejuruan dan Diploma
tidak perlu dilatih, mengingat mereka dianggap sudah memperoleh bekal yang
cukup selama mengikuti pendidikan, demikian pula dengan jenjang Universitas
cukup mampu mengaplikasikan ilmu ke dunia kerja.
Data perkiraan tambahan kesempatan kerja menurut status pekerjaan
utama dan tingkat pendidika di Sulawesi Tengah pada tahun 2013 adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.1 Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan dan
Tingkat Pendidikan Tahun 2013
Status Pekerjaan Utama
Tingkat Pendidikan
Maks SD
SLTP SLTA
Umum SLTA
Kejuruan D1-D3 Universitas Jumlah
Berusaha sendiri tanpa bantuan -1.491 1.675 3.658 804 376 247 5.270
Berusaha dengan bantuan -394 3.150 2.036 727 853 850 7.222
Berusaha dengan buruh -1.057 1.790 2.433 396 609 1.036 5.206
Pekerja/Buruh/Karyawan -2.585 3.656 5.965 318 2.518 2.095 11.967
Pkj bebas di pertanian 271 1.398 2.403 38 0 0 4.111
Pkj Bebas di non pertanian 1.120 928 1.177 961 943 886 6.015
Pekerja tidak dibayar -970 1.036 627 377 15 175 1.260
Total -5.106 13.632 18.300 3.621 5.314 5.289 41.051
Berdasarkan perkiraan kesempatan kerja tersebut, bahwa penduduk
yang berusaha sendiri tanpa di bantu dan dibantu, dengan tingkat maksimum
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 85
SD hingga SMTA Umum di Sulawesi Tengah adalah sebanyak 8.634 orang.
Jumlah karyawan, buruh dengan dengan tingkat maksimum SD hingga SMTA
Umum di Sulawesi Tengah adalah sebanyak 7.036 orang. Secara keseluruhan
jumlah penduduk yang perlu dilatih di Sulawesi Tengah berjumlah 15.673
orang.
Pada tahun 2010 kapasitas atau daya tampung pelatihan di Sulawesi
Tengah hanya sebanyak 240, sedangkan jumlah pengangguran terbuka dengan
pendidikan SD-SMTA adalah sebanyak 46,339 orang. Dengan kata lain hanya
sebesar 0,5 persen pengangguran terbuka yang dapat di tampung pada Balai
Latihan Kerja di Sulawesi Tengah. Angka ini masih sangat kecil dan tentunya
belum mampu meningkatkan kualitas tenaga kerja yang ada di Sulawesi
Tengah secara umum.
Lulusan pelatihan yang telah diselenggarakan oleh BLK di Sulawesi
Tengah saat ini hanya sebesar 2,47 persen dari penduduk yang termasuk
pengangguran terbuka dengan jenjang pendidikan SD-SMTA di Sulawesi
tengah. Angka ini sesungguhnya berkorelasi positif dengan daya tampung BLK
yang ada, semakin besar daya tampung BLK maka output yang dihasilkan juga
akan meningkat.
Penempatan hasil lulusan pelatihan BLK berdasarkan Indeks
Pembangunan Ketenagakerjaan sangat rendah, kondisi ini dapat disebabkan
oleh beberapa hal; pertama ,tidak adanya pelaporan lulusan binaan BLK setelah
mendapatkan pekerjaan atau membuka usaha. ;kedua, tidak terprogramnya
pelatihan berbasis kebutuhan dunia kerja, yang menciptakan link and match
antara pelatihan dengan pasar kerja sehingga hasil lulusan tidak termanfaatkan
secara maksimal di pasar kerja ; ketiga, kurangnya evaluasi dan pengawasan
tenaga kerja yang memonitoring hasil lulusan pelatihan di pasar kerja.
Berdasarkan kondisi tersebut maka beberapa rekomendasi kebijakan untuk
meningkatkan kualitas pelatihan di Sulawesi Tengah dapat dilihat sebagai
berikut :
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 86
Rekomendasi :
1. Peningkatan kapasitas atau daya tampung pelatihan
Dengan memperhatikan minimnya daya tampung BLK di Sulawesi Tengah
perlu dilakukan peningkatan daya tampung pelatihan melalui:
a. Peningkatan kapasitas pelatihan
Berdasarkan data perkiraan kesempatan kerja, penduduk yang berusaha
sendiri tanpa di bantu dan dibantu, dan karyawan, buruh dengan tingkat
pendidikan maksimum SD hingga SMTA Umum di Sulawesi Tengah
diperkirakan sebanyak 15.673 orang yang terdiri dari penduduk yang
berusaha sendiri tanpa di bantu dan dibantu, dengan tingkat pendidikan
maksimum SD hingga SMTA Umum di Sulawesi Tengah adalah sebanyak 8.634
orang. Jumlah karyawan, buruh dengan tingkat pendidikan maksimum SD
hingga SMTA Umum di Sulawesi Tengah adalah sebanyak 7.036 orang. Secara
keseluruhan jumlah penduduk yang perlu dilatih di Sulawesi Tengah berjumlah
15.673 orang.
Kapasitas lembaga pelatihan Sulawesi Tengah saat ini adalah sebanyak 8.160
orang, dan dengan perkiraan jumlah penduduk yang harus dilatih sebanyak
15.673 maka hanya sebesar 52 persen tenaga kerja yang dapat di latih di
Sulawesi Tengah. Pemerintah perlu meningkatkan kapasitas lembaga latihan
dengan penambahan sebanyak 7.510 atau meningkatkan kapasitas sebesar 92
persen
Tabel 4.2 Tambahan Tenaga Kerja Yang Perlu Pelatihan
No Status Pekerjaan Jumlah Kesempatan
Kerja
Tambahan Pelatihan
Jenis Pelatihan
1 Berusaha sendiri tanpa dibantu dan bantu
8.634 4.138 Pelatihan
Kewirausahaan
2 Karyawan/Buruh 7.036 3.372 Pelatihan
kompentensi Karyawan
Total 15.673 7.510
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 87
Untuk meningkatkan kapasitas pelatihan BLK tersebut, tentunya bukan hal
yang mudah, perlu dukungan pihak pimpinan dalam hal ini kebijakan
pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota untuk memaksimalkan peran
BLK dalam melakukan pelatihan bagi tenaga kerja.
2. Peningkatan kualitas dan kuantitas instruktur pelatihan
a. Peningkatan kuantitas instruktur pelatihan
Keberadaan instruktur yang memiliki kualifikasi sesuai bidang dan
keahliannya di lembaga pelatihan pemerintah sangat diharapkan dapat
meningkatkan kualitas tenaga kerja yang dibina. Untuk dapat menciptakan
tenaga kerja yang memiliki kualitas sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga
kerja, Dinas Nakertrans di tiap kabupaten/kota harus memiliki instruktur
yang memiliki kompentensi yang sesuai dengan bidangnya. Apabila kita
mengacu pada jumlah data kesempatan kerja seperti yang telah diulas di
atas, maka kebutuhan tenaga instruktur di Sulawesi Tengah sangat tidak
memadai dan perlu adanya perekrutan atau penempatan pekerja PNS di
Daerah untuk menjadi tenaga fungsional instruktur di balai latihan kerja.
Kondisi ini tentunya perlu adanya pertimbangan pengalokasian biaya yang
cukup besar.
Jumlah instruktur di Sulawesi Tengah pada tahun 2009 adalah
sebanyak 49 orang, sehingga rata-rata instruktur mampu melatih 167
angkatan kerja/pencari kerja. Berdasarkan jumlah kesempatan kerja
sebanyak 15.673 orang, maka dibutuhkan penambahan instruktur
sebanyak 94 orang instruktur. Pertambahan jumlah instruktur saat ini di
Sulawesi Tengah adalah sebanyak 45 orang instruktur. Jumlah ini memang
cukup besar, dan bukan merupakan hal mudah untuk menyiapkan tenaga
instruktur dari pegawai daerah, hal ini berkaitan dengan anggaran
pemerintah daerah menyiapkan sarana dan prasarana bagi penyiapan
instruktur. Akan tetapi daam upaya meningkatkan kualitas tenaga kerja
yang nantinya dapat mendorong perekonomian serta peningkatan
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 88
produktivitas maka hal ini perlu dilakukan, walaupun melalui pentahapan
dalam pelaksanaannya.
Tabel 4.3 Kebutuhan Tambahan Instruktur di Provinsi Sulawesi Tengah
Instruktur Saat Ini
Rata-Rata Melatih (Tenaga Kerja)
Kebutuhan Instruktur
Tambahan Instruktur
49 167 94 45
b. Peningkatan kualitas instruktur
Untuk meningkatkan kualitas insruktur, pemeritah masing-masing daerah
perlu melakukan pembinaan dan pelatihan bagi instruktur atau Training
Of Trainner (TOT). Pembinaan instruktur ini tentunya dikaitkan dengan
bidang keahliannya, sehingga dengan adanya TOT dapat tercipta transfer
ilmu yang diperoleh dari hasil pelatihan.
c. Sinkronisasi bidang pelatihan dengan potensi daerah
Pembukaan bidang atau jurusan pelatihan saat ini sudah harus
mensinkronkan dengan potensi yang dimiliki daerah. Hal ini dilakukan
agar tenaga kerja yang telah dilatih dapat memanfaatkan potensi daerah
yang ada.
3. Revitalisasi Balai Latihan Kerja di Daerah
Balai Latihan Kerja sebagai lembaga yang diharapkan mampu
meningkatkan kualitas tenaga kerja berbasis kompetensi, masih belum
memberikan hasil seperti yang diharapkan. Selain kurang berjalannya Lembaga
Latihan Kerja karena minimnya instruktur dan sarana yang ada, di beberapa
kabupaten bahkan belum memiliki Lembaga Latihan Kerja. Dinas Nakertrans
perlu melakukan revitalisasi BLK melalui :
1. Pembenahan infrastruktur (kantor, workshop, dan sarana lainnya)
2. Pemeliharaan peralatan dan biaya operasional
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 89
4. Peningkatan jumlah lulusan yang ditempatkan
Rendahnya jumlah lulusan pelatihan di BLK yang ditempatkan perlu di
antisipasi dengan beberapa kebijakan sebagai berikut :
a. Peningkatan monitoring dan evaluasi hasil pelatihan
Dalam upaya mengetahui kinerja pelatihan yang telah dilakukan, Dinas
Nakertrans perlu memaksimalkan peran monitoring dan evaluasi hasil
pelatihan. Hal ini dilakukan untuk dapat memantau apakah pelatihan
yang telah dilaksanakan di BLK berhasil atau tidak. Keberhasilan
pelatihan tidak hanya sampai pada terlaksanakannya pelatihan namun
dengan melihat keterserapan peserta hasil pelatihan di pasar kerja.
Peningkatan monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan menambah
personil pengawas pada Dinas Nakertrans.
b. Informasi kebutuhan pelatihan ketenagakerjaan
Materi yang diajarkan dalam latihan kerja harus sesuai dengan
kebutuhan pasar kerja. Untuk itu, perlu bagi dinas nakertrans untuk
mengidentifikasi keahlian yang dibutuhkan di pasar kerja.
Berdasarkan hal tersebut, Dinas Nakertrans di tiap Kabupaten/Kota
harus memiliki tenaga khusus yang ditugaskan untuk mengidentifikasi
kebutuhan tenaga kerja dan kebutuhan keahlian tenaga kerja dipasar
kerja. Pemerintah daerah harus lebih proaktif dengan lebih
memberdayakan pengantar kerja di tiap Kabupaten/Kota di Sulawesi
Tengah. Dengan jumlah yang memadai tersebut diharapkan informasi
yang diperoleh dapat membangun link and match antara materi latihan
dengan kebutuhan pasar kerja.
Untuk pengidentifikasian kebutuhan keahlian dari pasar kerja juga dapat
diperoleh dengan melihat perencanaan mikro yang disusun oleh instansi
dan perusahaan yang ada di Sulawesi Tengah. Perencanaan mikro
diharapkan dapat memberikan gambaran kebutuhan tenaga kerja pada
tahun akan datang serta spesifikasi yang dibutuhkan.
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 90
4.5 Rekomendasi Kebijakan Penembatan Tenaga Kerja
Kebijakan penempatan tenaga kerja ditujukan untuk mengembangkan
pasar kerja dan mengembangkan kesempatan kerja. Kebijakan perluasan pasar
kerja di arahkan untuk mendukung beberapa sektor yang dapat membuka
peluang kesempatan kerja di Sulawesi Tengah. Beberapa sektor tersebut adalah
pertanian, angkutan, jasa-jasa, industri pengolahan, bangunan, perdagangan
dan pertambangan. Keenam sektor tersebut yang memberikan kontribusi yang
cukup signifikan pada PDRB di Sulawesi Tengah saat ini.
Sektor pertanian merupakan sektor yang paling besar dalam
memberikan kontribusi bagi PDRB, sehingga diharapkan dapat memberikan
sumbangan yang besar pula pada kesempatan kerja di Sulawesi Tengah.
Karakteristik sektor usaha pertanian di Sulawesi Tengah masih kurang
menggunakan alat-alat moderen, sehingga usaha di sektor ini termasuk usaha
padat karya. Peningkatan usaha pertanian diharapkan akan berkorelasi positif
pada tingginya penggunaan tenaga kerja pada sektor ini. Selain itu sebagian
besar penduduk yang masuk angkatan kerja sektor ini di Sulawesi Tengah
adalah penduduk dengan tingkat pendidkan SD dan SMTP.
Berdasarkan data proyeksi kesempatan kerja yang tercipta pada sektor
ini menunjukkan bahwa pada tahun 2012-2013 terjadi penurunan kesempatan
kerja. Kondisi ini dipicu oleh semakin 1) rata-rata luas lahan yang semakin
rendah, 2) tingkat pendidikan anak-anak petani semakin meningkat 3) faktor
insentif di luar sektor pertanian semakin kuat sehingga generasi muda akan
meninggalkan pekerjaan pada sektor ini dan beralih ke sektor lainnya.
Berdasarkan hal tersebut, untuk dapat meningkatkan kesempatan kerja
bagi sektor ini perlu dilakukan kebijakan untuk meningkatkan kemampuan dan
minat serta insentif bekerja di pertanian. Beberapa kebijakan yang dapat di
lakukan adalah penyuluhan teknik pertanian untuk meningkatkan efisiensi,
meningkatkan kualitas produksi, dukungan akses ke sumber pembiayaan dan
akses ke pemasaran produk. Dengan demikian, sektor ini mampu memberikan
nilai tambah yang tinggi dan akan meningkatkan minat untuk bekerja serta
membuka peluang usaha pada sektor pertanian.
Sektor jasa merupakan sektor unggulan yang memberikan kontribusi
cukup signifikan terhadap PDRB Sulawesi Tengah, dan cakupan kegiatan dalam
sektor ini cukup besar, sehingga diharapkan juga memberikan kontribusi yang
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 91
tinggi dalam penyerapan tenaga kerja. Kesempatan kerja dapat tercipta dalam
sektor ini dengan melihat banyaknya usaha jasa yang sedang berkembang di
Sulawesi Tengah. Untuk membuka peluang atau kesempatan tenaga kerja pada
sektor ini adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi sektor usaha ini.
Kegiatan penempatan yang telah dilakukan oleh pihak Nakertran sejak
tahun 2009 hingga tahun 2010 mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.4 Penempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2009-2013
Tingkat Pendidikan 2009 2010 2011* 2012* 2013*
SD 86 14 3 1 0
SLTP 210 138 108 97 93
SLTA 950 1.981 4.420 10.435 25.694
D1-D3 483 713 1.060 1.588 2.391
S1/S2 324 478 708 1.055 1.577
Total 2.053 3.324 6.300 13.175 29.755
* Perkiraan
Sumber : Disnakertrans 2011, diolah kembali
Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan
jumlah penempatan kerja sejak tahun 2009 ke 2010, hasil perkiraan
penempatan di tahun 2011 hingga tahun 2013 juga diharapkan meningkat
seiring dengan pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun ke depan.
Peningkatan penempatan ini dapat dicapai manakala pihak Nakertrans mampu
melakukan perbaikan aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas penempatan.
Penempatan kerja dapat berjalan baik manakala diketahui kebutuhan
tenaga kerja yang berkaitan dengan jumlah tenaga kerja, spesifikasi keahlian
serta pendidikan yang dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja. Informasi tersebut
dapat diperoleh melalui tenaga fungsional pengantar kerja. Peran tenaga
fungsional sangat penting dalam penempatan kerja, dalam merekam informasi
akan kebutuhan tenaga kerja dipasar kerja, sehingga pemerintah dalam hal ini
Dinas Tenaga Kerja dapat memberikan bekal dan menyiapkan tenaga kerja
yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Saat ini jumlah pengantar kerja di
Sulawesi Tengah adalah sebanyak 9 orang yang tersebar di empat tempat yaitu
1 di tingkat propinsi dan 3 di tingkat kabupaten. Jumlah ini sangatlah kurang
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 92
memadai apabila dibandingkan dengan jumlah perusahaan dan pencari kerja di
Sulawesi Tengah.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka beberapa hal yang dapat
direkomendasikan guna peningkatan kualitas penempatan tenaga kerja di
Sulawesi Tengah adalah sebagai berikut :
Rekomendasi :
1. Peningkatan jumlah fungsional pengantar kerja
Peran tenaga fungsional pengantar kerja adalah mengidentifikasi
kebutuhan tenaga kerja di pasar kerja berkaitan dengan jumlah dan
tingkat kompetensi yang dimiliki tenaga kerja.
Tabel 4.5
Jumlah Perkiraan Kebutuhan Tenaga Fungsional Pengantar Kerja Lingkup Naker Kabupaten/Kota se Propinsi Sulawesi Tengah
No Kabupaten/ Kota Target Yang Sudah
ada Kebutuhan
1 Propinsi 6 6 0
2 Palu 3 0 3
3 Donggala 3 0 3
4 Sigi 3 0 3
5 Parigi Moutong 3 0 3
6 Poso 3 0 3
7 Tojo Una-Una 3 0 3
8 Morowali 3 0 3
9 Toli-Toli 3 1 2
10 Buol 3 1 2
11 Banggai 3 0 3
12 Bangkep 3 1 2
Total 39 9 30
Sumber : Nakertrns 2011, diolah kembali
Keberadaan tenaga fungsional pengantar kerja selain membangun
link and match antara kebutuhan pasar kerja dan pelatihan yang akan
dilakukan juga akan meningkatkan kualitas penempatan yang sesuai
dengan bidang yang dimiliki oleh tenaga kerja. Saat ini di Sulawesi
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 93
Tengah jumlah tenaga fungsional pengantar kerja hanya 9 orang, angka
ini masih sangat kecil dibandingkan luas wilayah Sulawesi Tengah,
sehingga perlu adanya penambahan jumlah tenaga. Kebutuhan tenaga
fungsional pengantar kerja di Sulawesi Tengah pada tiap-tiap
kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 4.5
2. Meningkatkan program perluasan kesempatan kerja
Beberapa program seperti padat karya produktif, penciptaan
wirausaha baru, pendampingan wirausaha dan beberapa program
lainnya perlu dikonsolidasi antar program. Hal ini dilakukan agar
beberapa program yang ada dapat menjadi saling bersinergi dan dapat
menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
3. Mempersiapkan tenaga kerja yang berkualitas.
Dalam era persaingan yang semakin ketat, upaya untuk
meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja sangat dibutuhkan.
Kebijaksanaan tersebut diupayakan melalui peningkatan efisiensi iklim
usaha yang dinamis yang didukung oleh perkembangan perekonomian
secara menyeluruh baik nasional maupun internasional. Peningkatan
kualitas sumber daya manusia dalam aspek ketenagakerjaan
dikembangkan melalui sistem keterpaduan antara dunia pendidikan dan
pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pasar atas dasar perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Peningkatan kualitas dan produktivitas
tenaga kerja harus diseminasikan ke seluruh sektor di daerah dan lapisan
masyarakat. Dalam pemberdayaan dengan sistem desentralisasi
diharapkan mendorong masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif
menyebarluaskan arti pentingnya kualitas dan produksi dalam masa
persaingan bebas, terlebih lagi dalam kondisi ekonomi yang sedang lesu.
Dalam upaya tersebut pendalaman dan penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi tetap menjadi pegangan bagi peningkatan etos kerja yang
tinggi.
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 94
4. Peningkatan kualitas pelayanan informasi ketenagakerjaan
Pemerintah melalui Disnakertrans perlu meningkatkan kualitas
sistem informasi, yang berfungsi sebagai bahan pengambilan keputusan,
evaluasi dan menopang program tenaga kerja, khususnya perencanaan
tenaga kerja. Untuk meningkatan kualitas dan daya guna dari sistem
informasi pasar kerja, maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk merevisi
prinsip, metode dan asumsi penyusunan informasi pasar kerja, selain itu
perlu kerjasama yang lebih intensif dengan instansi terkait dalam
penyajian informasi pasar kerja. Sistem informasi pasar kerja
dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi dibidang informasi,
memperkuat sistem informasi pasar kerja yang ada, termasuk upaya
peningkatan kapasitas teknis sistem tersebut, serta melengkapinya
dengan fasilitas agar secara cepat dapat melakukan penilaian terhadap
kualifikasi tenaga kerja yang ada.
5. Pengembangan bursa tenaga kerja terpadu.
Tenaga kerja yang telah dikembangkan dalam program pelatihan
perlu didayagunakan pada sektor yang produktif sehingga tenaga yang
sudah terlatih dapat ditempatkan melalui bursa tenaga kerja baik untuk
penempatan didalam negeri maupun diluar negeri. Untuk memperbaiki
layanan ketenagakerjaan dan untuk mengatasi berbagai masalah dalam
pemberdayaan bursa tenaga kerja direncanakan beberapa program
sebagai berikut :
a. Guna meningkatkan daya kerja database mikro, diupayakan untuk
meningkatkan kemampuan petugas-petugas kantor bursa tenaga
kerja, dalam melakukan pencatatan dan pengolahan data.
b. Kantor- kantor bursa tenaga kerja dapat dibuat lebih menarik bagi
para pencari kerja dengan berbagai cara, antara lain dengan
mendirikan suatu pusat dokumentasi yang mengorganisir
kelompok- kelompok pencari kerja dan pameran ketenagakerjaan
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 95
bagi pencari kerja maupun pengusaha, mengorganisir kunjungan
profesional ke perusahaan- perusahaan untuk mengecek lowongan
kerja yang ada.
c. Perlunya suatu jaringan komunikasi yang on line dengan seluruh
Dinas Tenaga Kerja, seluruh perusahaan, kantor pajak agar
informasi dan data bursa tenaga kerja dapat dihasilkan dan dikirim
tepat waktu.
d. Pengembangan jaringan yang lebih ekstensif dan intensif serta
kemitraan dengan lembaga-lembaga swadaya masyarakat, instansi-
instansi ketenagakerjaan swasta, industri kecil menengah dan besar,
KADIN, APINDO, Universitas, Dinas/Departemen terkait, Serikat
Pekerja dan institusi lokal.
4.6 Rekomendasi Kebijakan Perlindungan Tenaga Kerja
Kebijakan perlindungan tenaga kerja ditujukan untuk dapat menciptakan
rasa aman bagi para pekerja serta memberikan kepastian hukum bagi pekeja
serta perusahaan yang menggunakan tenaga kerja. Hal ini dimasudkan untuk
menciptakan kondisi yang kondusif dalam lingkungan kerja. Kondisi yang
kondusif yang tercipta akan membawa dampak bagi meningkatnya kegiatan
ekonomi yang akan menciptakan kesempatan kerja dalam hal ini adalah
tumbuhnya investasi di daerah.
Kondisi ini menuntut penanganan yang sungguh-sungguh dari berbagai
pihak, agar perubahan yang terjadi dapat lebih terarah menuju tatanan
hubungan industrial yang lebih baik dengan kehidupan pekerja dan
perkembangaan dunia usaha yang lebih baik pula.
Secara garis besar, kebijakan perlindungan pekerja dapat dikelompokkan
ke dalam pengaturan hubungan pekerjaan (employment relations) dan
penyediaan jaminan sosial (social security). Dalam kaitannya dengan hubungan
pekerjaan yang menjadi fokus adalah keberadaan perjanjian kerja berupa
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 96
peraturan kerja yang disepakati bersama mengenai hak dan kewajiban dari
masing-masing pihak yaitu pengusaha dan pekerja. Perlunya meningkatkan
peran mediator antara pengusaha dan pekerja yang dapat menjamin adanya
penyelesaian win-win solution. Perusahaan harus menjamin keamanan kerja
melalui pengaplikasian Sistem Manajemen Kesehatan dan Kesemataan kerja
(SMK3) di lingkungan perusahaan. Dalam hal ini pemerintah harus menjamin
bahwa perusahaan yang termasuk wajib menerapkan SMK3 harus
menerapkan sistem ini di perusahaan. Salah satu peran pemerintah dalam
penerapan SMK3 adalah Pemberian Izin, Pengesahan, Sertifikat Keselamatan
dan Kesehatan Kerja diperusahaan harus dimaksimalkan.
4.7. Pengawasan Ketenagakerjaan
Selain berupaya meningkatkan kualitas tenaga kerja, mendorong
penciptaan kesempatan kerja dan menjamin keterlindungan tenaga kerja,
pemerintah juga melakukan pengawasan pada bidang ketenagakerjaan. Hal ini
diperlukan untuk memberikan kenyamanan, ketenangan dan kedamaian pada
pekerja maupun pengusaha.
Berdasarkan hasil indek pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Sulawesi Tengah 2011, tingkat kecelakaan kerja pada pekerja relatif kecil yaitu
sebesar 0,03 persen dari seluruh pekerja yang bekerja. Kondisi ini cukup
menggembirakan namun angka ini tidak menutup kemungkinan bahwa
kecilnya presentase ini disebabkan oleh tidak terlapornya kecelakaan kerja
yang terjadi di perusahaan ke Dinas Nakertrans. Dugaan ini dimungkinkan
karena masih sangat sedikit perusahaan wajib yang menerapkan Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) di Sulawesi Tengah.
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 97
Tabel 4.6 Kondisi Pengawasan Tenaga Kerja Di Sulawesi Tengah Tahun
2009-2013
2009 2010 2011* 2012* 2013*
Jumlah perusahaan yang melaporkan
2.361 3.371 4.813 6.872 9.812
Jumlah buruh/karyawan yang perusahaannya yang dilaporkan
41.911 59.030 83.141 117.101 164.933
Jumlah perusahaan yang diaudit penerapan SMK3
7 0 10 14 20
* Perkiraan Sumber : PTK Pusat Yang Diolah kembali
Berdasarkan data pada tabel di atas jumlah perusahaan yang melapor
hanya sebesar 13 persen dari total perusahaan besar dan kecil yang terdaftar
pada Sensus Ekonomi 2006 yang berjumlah 18.111 perusahaan. Hal ini
tentunya mempengaruhi kualitas pengawasan yang harusnya dilakukan pada
perusahaan yang ada di Sulawesi Tengah. Pertambahan jumlah perusahaan
yang melapor tahun 2012 diharapkan akan meningkat menjadi 6.872
perusahaan atau meningkat sebanyak 2,059 perusahaan dan pada tahun 2013
akan menjadi 9.812 perusahaan yang melapor atau bertambah sebanyak 2,940
perusahaan.
Pertambahan ini tentunya akan seiring dengan jumlah pertambahan
tanaga kerja yang terlapor di Disnakertrans Sulawesi Tengah. Unsur
pengawasan tenaga kerja yang paling utama adalah tenaga pengawas tenaga
kerja, saat ini jumlah pengawas tenaga kerja yang ada di Sulawesi Tengah
hanya mencapai 12 orang pengawas yang tersebar di Propinsi 3 orang, Kota
Palu 2 orang, Donggala 2 orang, Toli-Toli 1 orang dan Luwuk 1 orang. Jumlah
ini sangatlah belum mencerminkan kebutuhan pengawas yang ideal
dibandingkan dengan jumlah perusahaan yang melapor dengan perbandingan
1: 16 atau 1 orang mengawasi 16 perusahaan. Angka ideal sesuai standar
nasional adalah 1 : 6 atau 1 orang mengawasi 6 perusahaan.
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 98
Berdasarkan kondisi tersebut, ada beberapa hal yang perlu dilakukan
pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas dan kuantitas pelaporan dalam
bidang pengawasan sebagai berikut :
1. Peningkatan kualitas tenaga pengawas ketenagakerjaan
Untuk dapat meningkatkan kualitas pengawasan terhadap pekerja dan
perusahaan yang memperkerjaan, perlu bagi pemerintah untuk
meningkatkan kualitas tenaga pengawas melalui pelatihan pengawasan
tenaga kerja. Pelatihan bagi tenaga pengawas, untuk meningkatkan
kemampuan pengawas yang di angkat. Bentuk peningkatan kualias
pengawas adalah melalui pelatihan baik secara teknis maupun non
teknis
2. Peningkatan kuantitas Tenaga Pengawas Ketenagakerjaan
Selain peningkatan kualitas tenaga kerja penambahan tenaga pengawas
di daerah juga perlu dilakukan. Kebutuhan tenaga fungsional di lingkup
Disnakertrans di Sulawesi Tengah dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.7 Jumlah Kebutuhan Tenaga Fungsional Pengawas Kerja Lingkup Naker
Kabupaten/Kota se Propinsi Sulawesi Tengah
Uraian 2009 2010 2011* 2012* 2013*
Jumlah perusahaan yang melaporkan 2361 3371 4,813 6,872 9,812
Jumlah Pengawas 12 12 12 82 117
* perkiraan
Berdasarkan data diatas nampak bahwa kebutuhan tenaga
pengawas saat ini masih jauh dari kondisi ideal. Hingga tahun 2011,
jumlah tenaga pengawas hanya sebanyak 12 orang, sementara terdapat
peningkatan jumlah perusahaan yang harus diawasi. Kebutuhan tenaga
pengawas di tahun 2012 diperkirakan mencapai 82 orang dan meningkat
lagi di tahun 2013 menjadi 117 orang, dengan asumsi satu pengawas
akan mengawasi 7 perusahaan per bulan. Pada satu sisi kondisi ini akan
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 99
menjadi peluang permintaan tenaga kerja khususnya tenaga pengawas
di Provinsi Sulawesi Tengah, namun pada sisi lain akan berimplikasi pada
kebutuhan biaya.
Untuk mempercepat penambahan pengawas ketenagakerjaan perlu
dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Perlunya koordinasi antar pemerintah propinsi dengan
kabupaten/kota dalam hal pembiayaan bagi tenaga pengawas,
mengingat bidang ketenaga kerjaan merupakan urusan wajib setiap
tingkat pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan
pelayanan dasar pada masyarakat
b. Pelatihan jarak jauh (distance training) untuk materi dan teori praktek
di kelas maupun lapangan bagi pengawas
c. Pengadaan pengawas ketenagakerjaan oleh kementrian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi.
3. Sosialiasi Sistem Manajemen Keselamatan Kerja
Mengingat jumlah perusahaan yang menerapkan SMK3 di Sulawesi
Tengah sangat sedikit, perlu kiranya dilakukan sosialisasi kembali
penerapan SMK3 di perusahaan yang sesusai dengan kriteria dalam
peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 06 Tahun 1996 tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Upaya ini perlu dilakukan pada setiap
Kabupaten/Kota guna mengingatkan kewajiban perusahaan dalam
melindungi karyawan dan perusahaanya dari kecelakaan kerja.
4. Penerapan Sistem manajemen keselamatan kerja dan kesehatan kerja
Berdasarkan peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 06 Tahun 1996
setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak seratus
orang atau lebih dan atau akan mengandung potensi bahaya yang
ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 100
mengakibatkan kecelakaan kerja, wajib menerapkan SMK3 di
perusahaan. Berdasarkan regulasi pemerintah tersebut, pemerintah
daerah wajib menerapkan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
Kerja Dan Kesehatan Kerja (SMK3) di daerah. Tentunya ini harus
didukung dengan ketegasan pihak Dinas Nakertrans dalam memberikan
punishment bagi perusahaan yang tidak menerapkan SMK3 di
perusahaan guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja.
Kecelakaan kerja sebagian besar terjadi karena faktor human error, dan
ini merupakan tugas perusahaan untuk mengedukasi tenaga kerja yang
bekerja ditempatnya. Untuk itu perlu adanya aturan yang mengatur agar
perusahaan menerapkan SMK3 di tempatnya.
5. Melakukan pengawasan terhadap pekerja anak
Keterpurukan ekonomi yang terjadi di masyarakat mengharuskan anak-
anak masuk dalam dunia kerja. Kemampuan anak dalam memahami
pekerjaan khususnya pekerjaan yang beresiko tinggi terhadap
keselamatan sangatlah minim, sehingga mereka sangat rawan terhadap
kecelakaan kerja. Untuk itu, pemerintah perlu mengambil kebijakan
untuk menurunkan jumlah pekerja anak. Beberapa langkah dapat diambil
untuk menurunkan keterlibatan anak-anak di dunia kerja :
a. Beasiswa bagi anak tidak mampu agar mereka meneruskan
pendidikan. Umumnya kondisi ekonomi masyaraka, menyebakan
anak anak merka harus terjun ke dunia kerja, dan tidak dapat
meneruskan pendidikan
b. Memberikan bantuan pada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)
yang memiliki anggota keluarga terdiri dari anak usia 0-15 tahun
namun belum menyelesaikan pendidikan dasar.
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 101
4.8 Rekomendasi Perselisihan Hubungan Industrial dan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Hubungan Industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk
antara para pelaku dalam proses produksi barang atau jasa yang meliputi
pengusaha, pekerja, dan pemerintah. Kontinuitas hubungan antar pengusaha
dan pekerja secara harmonis merupakan impian semua pihak baik pengusaha,
pekerja maupun pemerintah. Pengusaha menginginkan adanya hubungan baik
ini sebagai jaminan untuk tetap melanjutkan dengan rencana yang tertata
dengan baik, sehingga akan berdampak terhadap produksi yang kontinyu,
kepuasan pelanggan dan reputasi perusahaan. Hubungan yang baik ini bagi
pekerja memberikan jaminan untuk tetap bekerja secara layak dengan tetap
mempertimbangkan kontribusi mereka pada perusahaan. Pemerintah
menginginkan hubungan harmonis dalam menjaga iklim bisnis secara umum,
gejolak sosial kepercayan investor.
Konsep yang diinginkan tersebut merupakan sebuah kondisi ideal yang
sering tidak tercapai. Sering ditemukan adanya perselisihan hubungan
industrial yang disebabkan oleh berbagai faktor. Satu kata kunci setiap
perselisihan adanya karena adanya pihak yang kurang terpuaskan baik
perusahaan maupun pekerja. Untuk itu, berbagai kemungkinan yang mungkin
timbul akibat pola hubungan tersebut harus diantisipasi untuk
penyelesaiannya. Dengan demikian jika terjadi masalah hubungan industrial
terdapat pola penyelesaian yang jelas dan dipahami bersama, baik oleh
perusahaan maupun pemerintah.
Untuk penyelesaian yang bersifat atisipatif telah diundangkan berbagai
peraturan yang mengatur adanya perangkat hubungan industrial seperti
Peraturan Perusahaan (PP). Berdasarkan Indeks Pembangunan Ketenaga
Kerjaan, jumlah perusahaan yang membuat Peraturan Perusahaan yang
disahkan hanya sebesar 500 perusahaan dengan nilai indeks 14,83 atau 14,83
persen dari total seluruh perusahaan yang wajib lapor. Demikian pula dengan
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 102
perusahaan yang membuat Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang didaftarkan
hanya sebesar 191 perusahaan dengan indeks 5,6 atau 5,6 persen dari total
perusahan wajib lapor. Kewajiban menyusunan PP dan PKB sesungguhnya
telah diatur dalam KEP. 48/MEN/IV/2004 dan juga telah dituangkan dalam ILO
Recommendation No. 91 paragraf 2. Berikut gambaran kondisi hubungan
industrial di Sulawesi Tengah:
Tabel 4.8 Peningkatan Hubungan Industrial
Hubungan Industrial 2009 2010 2011* 2012* 2013*
Jumlah perusahaan yang memiliki Peraturan yang disahkan
487 500 533 569 607
Jumlah perusahaan yang memiliki Perjanjian Kerja Bersama yang sudah didaftarkan
191 193 205 217 230
Jumlah perusahaan yang memiliki Lembaga Kerjasama (LKS) Bipartit
78 79 84 89 95
Jumlah Serikat Pekerja/Serikat Buruh 98 110 117 124 132
Berdasarkan hal tersebut sangat penting kiranya bagi perusahaan sesuai
dengan Kepmen no 49 Tahun 2004 wajib menyusun PP dan PKB. Pada tahun
2012 target jumlah perusahaan wajib lapor yang membuat Peraturan
Perusahaan yang di sahkan adalah 30 persen perusahaan wajib lapor. Beberapa
langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan jumlah PP dan PKB di
Sulawesi Tengah adalah sebagai berikut :
Rekomendasi :
1. Sosialisasi pembuatan PP dan PKB pada perusahaan yang wajib
lapor
Perlunya bagi perusahaan yang belum melaporkan PP yang disahkan dan
PKB terdaftar, dihimbau untuk menyusun PP dan PKB sesusi aturan
dalam Keputusan Menteri dan rekomendasi ILO.
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 103
2. Bantuan Pelatihan dalam Penyusunan PP dan PKB
Selain sosialisasi bantuan pelatihan dalam penyusunan dapat dilakukan
agar perusahaan dapat menyusun PP dan PKB yang dapat
mengakomodir, mengatur hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha.
3. Pengawasan bagi perusahaan wajib lapor
Tanpa adanya ketegasan dari pihak pemerintah melalui punishment,
arahan pembuatan PP dan PKB bagi perusahaan tidak akan berjalan
dengan baik. Oleh karena itu fungsi pengawas ketenagakerjaan sangat
diperlukan untuk memantau dan mengawasi penyusunan PP dan PKB.
4. Penguatan peraturan daerah tentang kewajiban penyusunan PP dan
PKB
Perlunya pemerintah daerah menyusun peraturan daerah yang mengikat
dan mewajibkan seluruh perusahaan dan pekerjanya untuk menyusun
PP dan PKB yang difasilitasi oleh dinas Nakertrans.
Hal ini untuk menjamin bahwa setiap perusahaan memiliki MOU dengan
pekerja yang akan menjamin bagi hubungan mereka. MOU ini harus di
awasi oleh Tim khusus yang dibentuk oleh Dinas Nakertans untuk
memastikan terjadinya hak dan kewajiban yang wajar antara pekerja
dan perusahaan.
Jumlah perusahaan wajib lapor dan memiliki Lembaga Kerjasama Biparti
di Sulawesi Tengah hanya sebanyak 79 perusahaan dengan indek 2,34 atau
2,34 persen dari seluruh perusahaan yang wajib lapor. Keberadaan LKS Bipartit
telah diatur dalam UU No 13 Tahun 2003 Mengenai Ketenaga Kerjaan adalah
Lembaga kerja sama yang berfungsi sebagai forum komunikasi, dan konsultasi
mengenai hal ketenagakerjaan di perusahaan. Susunan keanggotaan lembaga
kerja sama bipartit terdiri dari unsur pengusaha dan unsur pekerja/buruh yang
ditunjuk oleh pekerja/buruh secara demokratis untuk mewakili kepentingan
pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan. Permasalahan antara
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 104
pengusaha dan pekerja seyogyanya dapat diselesaikan melalui mekanisme
yang dibangun dalam LKS perusahaan. Pada tahun 2012 diharapkan jumlah
perusahaan yang memiliki LKS Bipartit yang ada di Sulawesi Tengah dapat
mencapai 150 perusahaan dari seluruh perusahaan wajib lapor. Beberapa hal
yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan jumlah LKS Bipartit adalah
sebagai berikut :
Rekomendasi
1. Sosialisasi pada beberapa perusahaan yang termsuk wajib lapor
Perlu dilakukan sosialisasi kembali kepada perusahaan yang belum
memiliki LKS, mengingat keberadaan LKS merupakan amanat undang-
undang yang menjamin hubungan industrial perusahaan. Sosialisasi
dilakukan baik ditingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota.
2. Pembinaan LKS Bipartit yang telah ada
Untuk meningkatkan peran LKS Bipartit perlu dilakukan pembinaan yang
sifatnya periodik oleh instansi terkait dalam hal ini Disnakertrans.
3. Sistem pelaporan kegiatan LKS Bipartit
Menjamin berlangsungnya sistem pelaporan kegiatan LKS Bipartit yang
dilakukan oleh pengurus LKS kepada pimpinan perusahaan tiap 6 bulan,
pelaporan pimpinan perusahaan secara berkala setiap 6 (enam) bulan
sekali melaporkan kepada instansi yang bertanggungjawab di bidang
ketenagakerjaan kabupaten/kota.
Instansi ketenagakerjaan kabupaten/kota secara berkala setiap 6 enam)
bulan sekali melaporkan kepada instansi yang bertanggungjawab di bidang
ketenagakerjaan provinsi. Bidang ketenagakerjaan provinsi secara berkala
setiap 6 (enam) bulan sekali melaporkan kepada Menteri melalui Direktur
Jendral Pembinaan Hubungan Industrial dan jaminan Sosial Tenaga Kerja.
diharapkan dengan terjaminya pelaporan hingga ke pusat, informasi
permasalahan di tingkat perusahaan dapat cepat ditangani.
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013
D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h
BAB IV - 105
Jumlah perusahaan wajib lapor yang memiliki serikat pekerja di Sulawesi
Tengah adalah sebanyak 110 SB/SP dengan indeks 3,26 dari total perusahaan
wajib lapor. Pembentukan Serikat Pekerja (SP) pada setiap perusahaan dan
penguatan lembaga SP. Lembaga SP harus menjadi mediator antar perusahaan
dan pekerja, untuk itu perlu adanya penguatan penguatan lembaga dalam
membentuk pola kerja SP kaitannya dengan penyerapan aspirasi pekerja. SP
tidak harus berdaya guna baik pekerja maupun pengusaha. SP.
Peran pemerintah dalam hubungan industrial ini diwadahi dengan
adanya tenaga fungsional mediator lingkup Naker, yang saat ini tenaga
fungsional ini sudah tidak ada. Berdasarkan hal tersebut perlu kiranya
pemerintah mengangkat tenaga fungsional mediator yang diperkirakan
masing-masing propinsi dan kabupaten/kota sebanyak 3 orang sehingga
kebutuhan seluruh tenaga mediator di Sulawesi Tengah sebanyak 36 orang.
Perusahaan di Sulawesi Tengah yang menerapkan jaminan sosial tenaga
kerja atau jamsostek masih relatif sedikit. Peran pemerintah dalam hal ini
adalah mensosialisasikan dan menfasilitasi agar perusahaan menggunakan
jamsostek untuk melindungi pekerja di perusahaan.