PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI...

124
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013 Kerjasama Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011 Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011

Transcript of PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI...

PERENCANAAN TENAGA KERJAPROVINSI SULAWESI TENGAH

TAHUN 2012-2013

Kerjasama Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I.

DenganPemerintah Provinsi Sulawesi Tengah

Tahun 2011

Dinas Tenaga Kerja Dan TransmigrasiProvinsi Sulawesi Tengah

Tahun 2011

PERENCANAAN TENAGA KERJAPROVINSI SULAWESI TENGAH

TAHUN 2012-2013

Kerjasama Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI

DenganPemerintah Provinsi Sulawesi Tengah

Tahun 2011RYA MA U K KI TT ITRA AK MA AM

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH

TAHUN 2012-2013

Diterbitkan oleh :

Pusat Perencanaan Tenaga Kerja

Sekretariat Jenderal

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I.

Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 51 Jakarta Selatan 12950

Telepon : 021-5270944

Fax : 021-5270944

Website : http://www.pusatptk.depnakertrans.go.id

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

i

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH

Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan

Sulawesi Tengah ke depan dalam rangka pembangunan

berkelanjutan menitik beratkan pada pencapaian

norma-norma kualitas kehidupan sosial-ekonomi

masyarakat yang meliputi berbagai aspek kehidupan,

sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945 yang telah

termaktub dengan jelas dalam sistem dan mekanisme

Kepemerintahan di era Otonomi Daerah dalam wadah

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Untuk itu sesuai amanat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, sejak tahun 2011 diterbitkan Dokumen Perencanaan Tenaga

Kerja yang menginformasikan analisa kondisi sosial-ekonomi secara Nasional,

Provinsi dan Kabupaten/Kota terkait kondisi ketenagakerjaan yang merupakan

indikator penting dalam pembangunan.

Berdasarkan Dokumen Ketenagakerjaan Nasional tahun 2011,

menginformasikan bahwa Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi

Sulawesi Tengah berada pada peringkat 29 dari 33 Provinsi. Hal ini harus kita

sikapi dengan “Positive Thinking” dan direspon dengan cermat melalui inisiatif

penanggulangan secara lintas sektoral dan peningkatan peran serta masyarakat

dalam suatu gerakan sadar ketenagakerjaan sebagai agenda strategis

pembangunan skala Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa di

Sulawesi Tengah.

Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi baik mikro maupun makro

akan sangat tergantung pada faktor tenaga kerja yang diukur secara kuantitas,

kualitas, mobilitas, aktivitas dan produktivitasnya, yang akan memantapkan

Daya Saing Daerah.

Oleh karenanya, selaku Gubernur saya menghimbau kepada semua

pemangku kepentingan agar memanfaatkan informasi dalam dokumen

Perencanaan Ketenagakerjaan ini untuk penanggulangan aspek

ketenagakerjaan di masing-masing sektor baik kepemerintahan, dunia usaha

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

ii

maupun masyarakat. Saya juga menghimbau kiranya seluruh pemerintah

Kabupaten/Kota dapat melakukan penyusunan rencana tenaga kerja di masing

masing wilayahnya, guna mendukung pembangunan ketenagakerjaan di

Provinsi Sulawesi Tengah secara umum.

Palu, November 2011 GUBERNUR PROVINSI SULAWESI TENGAH

Drs. H. LONGKI DJANGGOLA, M.Si

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

iii

KATA PENGANTAR

KEPALA PUSAT PERENCANAAN TENAGA KERJA

Dalam rangka pelaksanaan amanat pasal 7 Undang – Undang Nomor 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 15

Tahun 2007 Tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan

Penyusunan serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja, bahwa perencanaan

tenaga kerja baik dalam lingkup kewilayahan (nasional, provinsi dan

kabupaten/kota) maupun lingkup sektoral/ sub sektoral (sektoral/sub sektoral

nasional, sektoral/sub sektoral provinsi, sektoral/sub sektoral

kabupaten/kota), dijadikan acuan dan pedoman dalam pembangunan

ketenagakerjaan ditingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Sektoral/Sub

Sektoral Provinsi, dan Sektoral/Sub Sektoral Kabupaten/Kota.

Masalah utama ketenagakerjaan diantaranya adalah masih besarnya

penganggur terbuka dan setengah penganggur, serta masalah ketenagakerjaan

lainnya seperti rendahnya kualitas angkatan kerja, rendahnya produktivitas

kerja, dan rendahnya kesejahteraan pekerja, sehingga bersifat multi

dimensional antara berbagai faktor baik ekonomi, sosial dan lainnya. Oleh

karena itu diperlukan kebijakan yang komprehensif dan multi dimensi. Untuk

itu maka diperlukan suatu perencanaan tenaga kerja yang dapat dijadikan

acuan oleh seluruh pemangku kepentingan di Provinsi Sulawesi Tengah.

Dengan tersusunnya Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi

Tengah Tahun 2012-2013, maka dasar pembangunan yang berpihak pada

penciptaan perluasan kesempatan kerja (pro job) sudah semakin jelas dan

terarah, khususnya dalam menghadapi masalah pengangguran, penciptaan

kesempatan kerja, peningkatan produktivitas dan kesejahteraan pekerja.

PERENCANAAN TENAGA KERJA SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

iv

Namun demikian, mengingat permasalahan ketenagakerjaan merupakan

permasalahan bersama, maka diperlukan upaya kolektif dari seluruh

pemangku kepentingan (stakeholder) yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah.

Untuk itu dalam penyusunan kebijakan, strategi dan program pembangunan

ketenagakerjaan yang berkesinambungan, pemerintah daerah harus

berpedoman pada Perencanaan Tenaga Kerja untuk mengatasi permasalahan

ketenagakerjaan yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah.

Akhirnya kami menyambut gembira dan memberikan penghargaan

yang setinggi – tingginya kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah atas

tersusunnya buku Perencanaan Tenaga Kerja ini.

Jakarta, November 2011

Kepala Pusat Perencanaan Tenaga Kerja,

SYARIFUDDIN SINAGA, SH NIP 19561118 197703 1 001

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

v

KATA PENGANTAR KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PROVINSI SULAWESI TENGAH

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan izinNya jualah sehingga Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Tengah dapat diselesaikan penyusunannya. Perencanaan tenaga kerja adalah sebuah blue print yang akan memberikan warna dalam berbagai aktivitas ekonomi di Provinsi Sulawesi Tengah, yang secara spesifik akan diarahkan untuk meningkatkan kualitas pembangunan ketenagakerjaan.

Rencana tenaga kerja ini disusun berdasarkan data pembangunan ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Tengah secara historis yang dipadukan dengan berbagai informasi kaitannya dengan perkembangan dan target pembangunan yang akan datang. Oleh karenanya perencanaan tenaga kerja ini bersifat lintas lembaga, dan untuk mencapai hasil maksimal memerlukan kerja lintas sektoral dari seluruh lembaga pemerintah dan seluruh stakeholder terkait serta bersifat kontinyu dalam jangka panjang.

Proses penyusunannya yang melibatkan tim lintas sektor, dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang integrated mengenai pembangunan ketenagakerjaan yang secara spesifik akan memberikan dampak dalam pembangunan tiap sektor ekonomi di Provinsi Sulawesi Tengah, dengan demikian perencanaan ini menjadi kebutuhan bersama untuk memajukan pembangunan ketenagakerjaan secara umum.

Segala upaya maksimal telah dilakukan untuk mencapai keutuhan penyusunannya, namun secara faktual masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif selalu diharapkan untuk penyempurnaan laporan ini.

Kiranya perencanaan tenaga kerja ini memberikan manfaat yang optimal bagi seluruh stakeholder dan merupakan bagian dari tangung jawab kita semua dalam memajukan pembangunan ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Tengah yang seimbang, berkualitas dan berkelanjutan.

Palu, November 2011 KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI SULAWESI TENGAH

IR. BARTHOLOMEUS TANDIGALA, CES

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

vii

DAFTAR ISI

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH……………………….……….. i

KATA PENGANGTAR KEPALA PUSAT PERENCANAAN DAN TENAGA KERJA ……………………………………………………………………….…… iii

KATA PENGANTAR KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI SULAWESI TENGAH……………………..…….. v

DAFTAR ISI …………………………………………………………………..…….……….. vii

DAFTAR GRAFIK ……………………………………………………………..….……….. ix

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….……..….… xi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………….. 1

1.2 Tujuan …………………………………………….……………………… 4

1.3 Sasaran ……………………………………………………….………….. 5

1.4 Lingkup Dan Fokus Studi Serta Lokasi Kegiatan….…..… 5

1.5 Landasan Konstitusional………………………………….….….. 6

1.6 Dasar Hukum Perencanaan Tenaga Kerja ……….….….…. 6

1.7 Terminologi Perencanaan Tenaga Kerja …………...…….... 7

BAB II GAMBARAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH …………………………………………………… 11

2.1 Karakteristik Penduduk Usia Kerja, Angkatan Kerja dan Penduduk yang bekerja tahun 2008-2011……….… 11

2.2 Penganguran Terbuka …………………………………….……… 34

2.3 Produktivitas Tenaga Kerja ……………………………..………. 37

2.4 Keadaan Ketenagakerjaan Tahun 2011 ……………………. 39

BAB III PERKIRAAN TENAGA KERJA TAHUN 2012-2013……….. 41

3.1 Perkiraan Perekonomian Tahun 2012-2013 …………… 41

3.2 Perkiraan Penduduk Usia Kerja………………….…….………. 42

3.3 Perkiraan Angkatan Kerja…………………………….………….. 45

3.4 Perkiraan Kesempatan Kerja …………………………………… 49

3.5 Perkiraan Pengangguran Terbuka……………………………. 62

3.6 Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja ……………..……… 67

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

viii

BAB IV REKOMENDASI KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH ……………………….………….. 69

4.1 Rekomendasi Kebijakan Perekonomian……..…….………. 70

4.2 Rekomendasi Kebijakan Umum ……………………………….. 74

4.3 Rekomendasi Penciptaan Lapangan Kerja………………… 76

4.4 Rekomendasi Kebijakan Pelatihan Tenaga Kerja ……… 83

4.5 Rekomendasi Kebijakan Penembatan Tenaga Kerja….. 90

4.6 Rekomendasi Kebijakan Perlindungan Tenaga Kerja… 95

4.7 Pengawasan Ketenagakerjaan………………………………… 96

4.8 Rekomendasi Perselisihan Hubungan Industrial dan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja……………………… 101

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Tengah ..................................................................................................... I – 2

Grafik 2.1. Jumlah Penduduk Usia Kerja di Sulawesi Tengah Tahun 2008-2011 ............................................................................................. II – 12

Grafik 2.2. Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin di Sulawesi Tengah Tahun 2008-2011 .............................................................. II – 13

Grafik 2.3. Angkatan Kerja dan Penduduk Usia Kerja di Sulawesi Tengah Tahun 2008-2011 .............................................................. II – 18

Grafik 2.4. Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin di Sulawesi Tengah Tahun 2008-2011…………………………………………………………. II – 19

Grafik 2.5. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008-2011 …………………………………………………………………... II – 26

Grafik 2.6. Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008-2011 …………………………………………………………………... II – 34

Grafik 3.1. Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2013........................................................ III – 51

Grafik 3.2. Pertambahan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2013........................................................ III – 53

Grafik 3.3. Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2013 .............................................................................. III – 55

Grafik 3.4. Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Tahun 2012-2013…………………………………………………………. III – 57

Grafik 3.5. Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja Tahun 2012-2013……………………………………………………………………. III – 59

Grafik 3.6. Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan Tahun 2012-2013 ……………………………………………………….…………. III - 61

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Penduduk Usia Kerja di Provinsi Sulawesi Tengah

Berdasarkan Kabupaten 2008-2012 ……………………………. II - 11

Tabel 2.2. Penduduk Usia Kerja Menurut Kelompok Umur di

Sulawesi Tengah Tahun 2008-2011 ………………….…………. II – 14

Tabel 2.3. Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di

Sulawesi Tengah Tahun 2008-2011 ........................................... II – 16

Tabel 2.4. Angkatan Kerja Menurut Umur di Sulawesi Tengah

Tahun 2008-2011................................................................................. II – 20

Tabel 2.5. Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Sulawesi

Tengah Tahun 2008-2011................................................................. II – 21

Tabel 2.6. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis

Kelamin di Sulawesi Tengah Tahun 2008-2011...................... II – 22

Tabel 2.7. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan

Umur di Sulawesi Tengah Tahun 2008-2011.......................... II – 24

Tabel 2.8. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan

Umur di Sulawesi Tengah Tahun 2008-2011........................... II – 24

Tabel 2.9. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin Tahun

2008-2011............................................................................................... II – 27

Tabel 2.10. Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur Tahun

2008-2011………………………………………………………………….. II – 28

Tabel 2.11. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun

2008-2011................................................................................................ II – 29

Tabel 2.12. Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama

Tahun 2008-2011................................................................................. II –30

Tabel 2.13 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja Tahun

2008-2011 …………………………………………………………………… II – 32

Tabel 2.14. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jabatan Tahun

2008-2011................................................................................................ II – 33

Tabel 2.15. Pengangguran Terbuka Menurut Umur Tahun

2008-2011................................................................................................ II – 35

Tabel 2.16. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tahun

2008-2011................................................................................................ II – 36

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

xii

Tabel 2.17. Produktivitas Tenaga Kerja Sektoral Tahun

2008-2011 ............................................................................................... II – 38

Tabel 2.18. Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Tengah

Tahun 2011.............................................................................................. II – 39

Tabel 3.1. Proyeksi PDRB Provinsi Sulawesi Tengah Tahun

2012-2013................................................................................................ III – 41

Tabel 3.2. Perkiraan PUK Menurut Jenis Kelamin Tahun

2012 2013................................................................................................. III – 42

Tabel 3.3. Perkiraan PUK Menurut Golongan Umur Tahun

2012-2013................................................................................................ III – 43

Tabel 3.4. Perkiraan PUK Menurut Tingkat Pendidikan Tahun

2012-2013................................................................................................ III – 44

Tabel 3.5. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun

2012-2013................................................................................................ III – 46

Tabel 3.6. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur

Tahun 2012-2013.................................................................................. III – 47

Tabel 3.7. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Tahun 2012-2013.................................................................................. III – 48

Tabel 3.8. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2012-2013.................................................................................. III – 50

Tabel 3.9. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur

Tahun 2012-2013.................................................................................. III – 51

Tabel 3.10. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat

Pendidikan Tahun 2012-2013......................................................... III – 52

Tabel 3.11. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2012-2013.................................................................................. III – 54

Tabel 3.12 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan

Tahun 2012-2013.................................................................................. III – 56

Tabel 3.13 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja Tahun

2012-2013................................................................................................ III – 58

Tabel 3.14 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan Tahun

2012-2013................................................................................................ III – 60

Tabel 3.15. Perkiraan Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2012-2013.................................................................................. III – 62

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

xiii

Tabel 3.16. Pengangguran Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan

Tahun 2012-2013.................................................................................. III - 63

Tabel 3.17 Pengangguran Terbuka Menurut Golongan Umur Tahun

2012-2013................................................................................................ III – 66

Tabel 3.18. Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi

Tengah Berdasarkan Sektoral Tahun 2012-2013................... III – 67

Tabel 4.1. Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status

Pekerjaan Dan Tingkat Pendidikan Tahun 2013..................... IV – 84

Tabel 4.2. Tambahan Tenaga Kerja Yang Perlu Pelatihan........................ IV – 86

Tabel 4.3. Kebutuhan Tambahan Instruktur di Provinsi Sulawesi

Tengah........................................................................................................ IV – 88

Tabel 4.4. Penempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di

Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2009-2013........................... IV – 91

Tabel 4.5. Jumlah Perkiraan Kebutuhan Tenaga Fungsional

Pengantar Kerja Lingkup Naker Kabupaten/Kota se

Provinsi Sulawesi Tengah.................................................................. IV – 92

Tabel 4.6. Kondisi Pengawasan Tenaga Kerja di Sulawesi Tengah

Tahun 2009-2013.................................................................................. IV – 97

Tabel 4.7. Jumlah Kebutuhan Tenaga Fungsional Pengawas Kerja

Lingkup Naker Kabupaten/Kota se Provinsi Sulawesi

Tengah........................................................................................................ IV – 98

Tabel 4.8. Peningkatan Hubungan Industrial................................................. IV -102

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I - 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pembangunan ketenagakerjaan merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional, karena tenaga kerja merupakan subyek dan obyek

pembangunan. Dengan demikian, tenaga kerja sangat menentukan atas

keberhasilan pembangunan, dan pembangunan dianggap berhasil jika

masyarakat (tenaga kerja) dapat hidup dengan sejahtera.

Ditengah upaya penguatan pembangunan daerah yang didasarkan pada

semangat otonomi daerah, maka pembangunan ketenagakerjaan merupakan

bagian penting dalam pengelolaan kekuatan dan potensi daerah sehingga akan

memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Provinsi Sulawesi Tengah dengan

dukungan berbagai sumberdaya alam, baik yang tak terbarukan maupun yang

terbarukan merupakan sumber kekuatan pembangunan di Provinsi Sulawesi

Tengah untuk maju dan sejajar dengan provinsi lain di Indonesia. Semangat ini

sesuai dengan visi Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah yakni “Sulawesi Tengah

sejajar dengan provinsi maju di kawasan timur indonesia melalui

pengembangan agribinis dan kelautan dengan peningkatan kualitas sumber

daya manusia yang berdaya saing tahun 2020”.

Visi tersebut searah dengan upaya penguatan pembangunan

ketenagakerjaan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas SDM sebagai

manpower pengelolaan sumber daya yang melimpah di Provinsi Sulawesi

Tengah terutama terkait dengan sektor unggulan (agribisnis, kelautan maupun

potensi kepariwisataan). Sumber daya alam saja tidak cukup untuk

B A B

1

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I - 2

menciptakan daya saing daerah, oleh karenanya harus dibarengi dengan

pembangunan pada sektor ketenagakerjaan, sehingga akan menghasilkan

sumber daya manusia dengan jumlah yang cukup, memiliki kesesuaian dengan

lapangan kerja dan kualitas yang handal baik untuk tujuan pengelolaan sumber

daya alam yang tersedia maupun untuk mampu bertahan dalam arus

globalisasi tenaga kerja sebagai konsekuensi pemberlakuan AFTA maupun

CAFTA.

Hingga tahun 2010, pembangunan ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi

Tengah belum menunjukkan hasil yang mengembirakan. Berdasarkan data

yang dikeluarkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi tahun

2011, index pembangunan ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Tengah masih

berada pada peringkat ke 29 dari 33 provinsi di Indonesia. Gambaran Indeks

Pembangunan Ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Tengah Dapat Dilihat Pada

Grafik di bawah ini :

Untuk itu masih diperlukan upaya yang kuat untuk meningkatkan posisi

Provinsi Sulawesi Tengah dalam kancah nasional dalam konteks pembangunan

ketenagakerjaan. Ini berarti upaya peningkatan pembangunan perekonomian

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I - 3

di Provinsi Sulawesi Tengah harus dibarengi pula dengan pembangunan

pada sektor ketenagakerjaan, sehingga penciptaan nilai tambah komoditas

unggulan daerah memiliki relevansi dengan upaya penciptaan lapangan kerja,

peningkatan serapan tenaga kerja dan peningkatan kualitas serta kuantitas

tenaga kerja.

Program pembangunan ekonomi di masa lalu terlalu menekankan pada

aspek pertumbuhan dengan mengabaikan pembangunan ketenagakerjaan,

sehingga kesejahteraan tenaga kerja tidak tercapai. Hal ini merupakan

pengalaman berharga dengan munculnya masalah ketenagakerjaan yang besar

yaitu tingkat pengangguran yang tinggi dan rendahnya kualitas tenaga kerja.

Untuk mengarahkan pembangunan agar ramah ketenagakerjaan

(employment-growth friendly), pembangunan harus mereposisi paradigma pada

orientasi ketenagakerjaan yaitu penciptaan kesempatan kerja yang sebanyak-

banyaknya sehingga pendayagunaan tenaga kerja secara optimal tanpa

mengabaikan aspek pertumbuhan dapat tercapai. Untuk mencapai maksud dan

tujuan tersebut maka perlu disusun perencanaan tenaga kerja sebagai salah

satu acuan pembangunan, dan sekaligus merupakan bagian dari rencana

pembangunan ekonomi.

Perencanaan Tenaga Kerja yang selanjutnya disingkat PTK adalah proses

penyusunan rencana ketenagakerjaan secara sistematis yang dijadikan dasar

dan acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program

pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan. Untuk menyusun

rencana tenaga kerja Provinsi Sulawesi Tengah dibutuhkan informasi

ketenagakerjaan yang meliputi informasi analisis potensi tenaga kerja yang

dimiliki oleh daerah dan kebutuhan akan tenaga kerja daerah pada tiap sektor

ekonomi. Perencanaan tenaga kerja dan penyediaan informasi ketenagakerjaan

merupakan salah satu bentuk tanggungjawab dan sekaligus sebagai perekat

hubungan antar instansi/lembaga baik pusat, daerah, sektoral, maupun swasta

dalam upaya menyelesaikan masalah ketenagakerjaan.

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I - 4

Pemerintah daerah perlu mengetahui potensi tenaga kerja yang

dimilikinya. Informasi ini akan memberikan gambaran kemampuan spesifik

yang dimiliki masyarakat untuk bekerja dalam beberapa sektor pembangunan.

Informasi mengenai kebutuhan ketenagakerjaan tiap sektor di daerah,

menggambarkan kebutuhan spesifikasi tenaga kerja pada tiap sektor

pembangunan. Dengan berdasarkan informasi akan potensi dan kebutuhan

tenaga kerja, maka akan terbentuk neraca tenaga kerja daerah. Keseluruhan

informasi terebut akan sangat membantu pemerintah daerah dalam melakukan

perencanaan tenaga kerja yang terintegrasi.

Hal tersebut juga disebutkan dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 2 serta Pasal 3 Peraturan

Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 yang menetapkan kewenangan yang besar

dibidang ketenagakerjaan bagi pemerintah provinsi dan pemerintah

kabupaten/kota, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkap di atas, maka sangatlah

penting bagi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tengah

untuk melakukan analisis ketenagakerjaan yang memberikan gambaran

mengenai potensi dan kebutuhan tenaga kerja, sebagai landasan dalam

melakukan perencanaan bagi pembangunan ketenagakerjaan.

1.2 Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyusun potensi dan kebutuhan

tenaga kerja di Provinsi Sulawesi Tengah, antara lain:

1. Untuk mengkaji dan menganalisis situasi terkini Ketenagakerjaan di

Provinsi Sulawesi Tengah menyangkut penduduk usia kerja, tingkat

pendidikan pekerja, kesempatan kerja dan tingkat pengangguran

terbuka.

2. Untuk mengkaji dan menganalisis serta mengidentifikasi potensi

tenaga kerja yang dimiliki pada setiap sektor di Provinsi Sulawesi

Tengah

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I - 5

3. Untuk mengkaji dan menganalisis kebutuhan tenaga kerja pada setiap

sektor di Provinsi Sulawesi Tengah.

4. Untuk menyusun neraca tenaga kerja berdasarkan potensi dan

kebutuhan tenaga kerja pada setiap sektor di Provinsi Sulawesi

Tengah

5. Untuk menyusun rencana dan rekomendasi pengembangan

ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Tengah.

1.3 Sasaran Berdasarkan tujuan tersebut, maka sasaran dari kegiatan ini adalah:

1. Tersusunya dokumen tentang situasi ketenagakerjaan terkini daerah

Provinsi Sulawesi Tengah, dengan mempergunakan metode analisis

dan asumsi-asumsi yang logis.

2. Teridentifikasinya potensi tenaga kerja tiap sektor yang dimiliki

Provinsi Sulawesi Tengah

3. Teridentifikasinya kebutuhan tenaga kerja tiap sektor di Provinsi

Sulawesi Tengah.

4. Tersusunnya neraca tenaga kerja berdasarkan potensi dan kebutuhan

tenaga kerja tiap sektor di Provinsi Sulawesi Tengah

5. Tersusunya perencanaan dan pengembangan ketenagakerjaan di

Provinsi Sulawesi Tengah

1.4 Lingkup Dan Fokus Studi Serta Lokasi Kegiatan

Lingkup kajian merupakan rancangan yang komprehensif dan

integratif pembangunan bidang ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi

Tengah yang mencakup analisis tentang :

1. Situasi terkini daerah, khususnya pembangunan ketenagakerjaan.

2. Potensi dan kebutuhan tenaga kerja pada setiap sektor di Provinsi

Sulawesi Tengah

3. Neraca tenaga kerja berdasarkan potensi dan kebutuhan tenaga kerja

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I - 6

di Provinsi Sulawesi Tengah

4. Perencanaan kegiatan dan program pengembanngan ketenaga kerjaan

Provinsi Sulawesi Tengah

Fokus wilayah kajian dalam penyusunan perencanaan Ketenagakerjaan

Provinsi Sulawesi Tengah mencakup wilayah Kabupaten/Kota yang dapat

menggambarkan lingkup wilayah Provinsi Sulawesi Tengah. Dengan

memfokuskan kajian pada perencanaan ketenagakerjaan berdasarkan

persediaan dan kebutuhan tenaga kerja di Provinsi Sulawesi Tengah.

1.5 Landasan Konstitusional

1. UUD 1945 Pasal 27 ayat (2)“Tiap-tiap warga negara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak Bagi kemanusiaan”

2. UUD 1945 Pasal 28 d ayat (2) “Setiap orang berhak untuk bekerja

serta Mendapat imbalan dan perlakuan Yang adil dan layak dalam

Hubungan kerja

1.6 Dasar Hukum Perencanaan Tenaga Kerja

1. Pasal 7 ayat (3) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan “Dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan

pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan yang

berkesinambungan, pemerintah harus berpedoman pada perencanaan

tenaga kerja “

2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007 tentang Tata Cara

Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan serta

Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

PER.16/MEN/XI/2010 tentang Perencanaan Tenaga Kerja Makro

4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

PER.17/MEN/XI/2010 tentang Perencanaan Tenaga Kerja Mikro

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I - 7

1.7 Terminologi Perencanaan Tenaga Kerja. Penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja (PTK) makro di Provinsi

Sulawesi Tengah didasarkan pada konsep-konsep sebagaimana dalam

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor per.16/Men/XI/2010

tentang perencanaan tenaga kerja makro. Konsep dan definisi operasionalnya

dijabarkan sebagai berikut :

1. Perencanaan Tenaga Kerja yang selanjutnya disingkat PTK, adalah

proses penyusunan rencana ketenagakerjaan secara sistematis yang

dijadikan dasar dan acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan

pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan yang

berkesinambungan.

2. Perencanaan Tenaga Kerja Makro yang selanjutnya disebut PTK

Makro, adalah proses penyusunan rencana ketenagakerjaan secara

sistematis yang memuat pendayagunaan tenaga kerja secara optimal

dan produktif guna mendukung pertumbuhan ekonomi atau sosial, baik

secara nasional, daerah, maupun sektoral sehingga dapat membuka

kesempatan kerja seluas-luasnya, meningkatkan produktivitas kerja

dan meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh.

3. Perencanaaan Tenaga Kerja Provinsi yang selanjutnya disebut PTK

Provinsi, adalah proses penyusunan rencana ketenagakerjaan secara

sistematis yang dijadikan dasar dan acuan dalam penyusunan

kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program pembangunan

ketenagakerjaan yang berkesinambungan di provinsi.

4. Rencana Tenaga Kerja yang selanjutnya disingkat RTK, adalah hasil

kegiatan PTK yang memuat perkiraan dan rencana persediaan tenaga

kerja, kebutuhan akan tenaga kerja, serta neraca dan program

pembangunan ketenagakerjaan.

5. Rencana Tenaga Kerja Makro yang selanjutnya disebut RTK Makro,

adalah hasil kegiatan PTK Makro yang meliputi seluruh sektoral atau

satu sektoral/sub sektoral di tingkat nasional, atau satu daerah.

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I - 8

6. Rencana Tenaga Kerja Provinsi yang selanjutnya disebut RTK

Provinsi, adalah hasil kegiatan PTK Provinsi yang memuat perkiraan

dan rencana persediaan tenaga kerja, perkiraan dan rencana kebutuhan

akan tenaga kerja, serta neraca dan program pembangunan

ketenagakerjaan di tingkat provinsi.

7. Persediaan Tenaga Kerja adalah jumlah dan kualitas angkatan kerja

yang tersedia dengan berbagai karakteristiknya.

8. Kebutuhan Akan Tenaga Kerja adalah jumlah dan kualitas angkatan

kerja yang diperlukan untuk mengisi kesempatan kerja yang tersedia

dengan berbagai karakteristiknya.

9. Neraca Tenaga Kerja adalah keseimbangan atau kesenjangan jumlah

dan kualitas antara persediaan tenaga kerja dengan kebutuhan akan

tenaga kerja dengan berbagai karakteristiknya.

10. Metoda Penghitungan persediaan tenaga kerja, adalah cara kerja yang

teratur dan sistematis untuk memperkirakan jumlah dan kualitas

angkatan kerja.

11. Metoda Penghitungan Kebutuhan Akan Tenaga Kerja adalah cara

kerja yang teratur dan sistematis untuk memperkirakan jumlah dan

kualitas kesempatan kerja.

12. Penduduk Usia Kerja yang selanjutnya disingkat PUK, adalah jumlah

penduduk yang berumur 15 (lima belas) tahun atau lebih, yang disebut

juga tenaga kerja.

13. Angkatan Kerja yang selanjutnya disingkat AK, adalah jumlah dan

kualitas PUK yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara

tidak bekerja dan pengangguran.

14. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja yang selanjutnya disingkat TPAK,

adalah rasio antara jumlah AK dengan jumlah PUK.

15. Bekerja adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan ekonomi

dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I - 9

atau keuntungan sekurang-kurangnya 1 (satu) jam tidak terputus

dalam seminggu sebelum pencacahan.

16. Penganggur Terbuka adalah mereka yang mencari pekerjaan, yang

mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan karena merasa

tidak mungkin mendapatkan pekerjaan dan yang sudah punya

pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

17. Tingkat Penganggur Terbuka yang selanjutnya disingkat TPT, adalah

rasio antara jumlah penganggur terbuka dengan jumlah angkatan kerja.

18. Kesempatan Kerja adalah lowongan pekerjaan yang belum diisi oleh

pencari kerja dan pekerja yang sudah ada.

19. Produktivitas Tenaga kerja adalah rasio antara nilai produk domestik

bruto dengan jumlah penduduk yang bekerja yang digunakan baik

individu maupun kelompok dalam satuan waktu tertentu yang

merupakan besaran kontribusi penduduk yang bekerja dalam

pembentukan nilai tambah suatu produk dari proses kegiatan ekonomi

pada suatu lapangan usaha secara nasional dan regional.

20. Evaluasi adalah serangkaian kegiatan penilaian terhadap hasil

pemantauan penyusunan dan pelaksanaan RTK Makro dalam waktu

tertentu.

21. Laporan adalah penyampaian analisis hasil kegiatan yang dilakukan

dalam penyusunan dan pelaksanaan RTK Makro.

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB II - 11

GAMBARAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

2.1 Karakteristik Penduduk Usia Kerja, Angkatan Kerja dan Penduduk yang bekerja tahun 2008-2011

2.1.1 Penduduk Usia Kerja

Berdasarkan Permenakertrans No.PER. 16/MEN/XI/2010 Penduduk

Usia Kerja yang selanjutnya disingkat PUK, adalah jumlah penduduk yang

berumur 15 (lima belas) tahun atau lebih, yang disebut juga tenaga kerja.

Tabel 2.1 Penduduk Usia Kerja Di Provinsi Sulawesi Tengah

Berdasarkan Kabupaten 2008-2011 Kabupaten/Kota 2008 2009 2010 2011

Banggai Kepulauan 106.225 107.751 112.108 113.776

Banggai 220.936 223.426 222.592 226.820

Morowali 126.402 128.566 137.711 139.361

Poso 110.003 116.874 146.863 144.649

Donggala 326.535 332.239 177.882 181.217

Toli-Toli 141.702 143.947 139.490 141.622

Buol 76.518 78.064 81.932 80.151

Parigi Moutong 257.122 262.664 271.611 279.065

Tojo Una-Una 113.578 120.179 89.939 88.640

Sigi - - 144.690 147.817

Kota Palu 236.764 241.255 238.410 237.188

JUMLAH 1.715.785 1.754.965 1.763.228 1.780.305

Sumber : BPS Sakernas 2008-2011

B A B

2

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 12

Pada tahun 2010 penduduk usia kerja di Sulawesi Tengah mencapai

1.763.228 jiwa, dengan pertumbuhan rata-rata dalam tiga tahun terakhir

sebesar 1,35 persen per tahun. Distribusi penduduk usia kerja pada 10

kabupaten/kota di Sulawesi Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2008 ke 2009 yaitu

sebesar 2,28 persen, sedangkan pada tahun 2010 hanya meningkat sebesar

0,47 persen dari tahun 2009. Proporsi penduduk usia kerja dengan jumlah

penduduk Sulawesi Tengah pada tahun 2011 adalah sebesar 67 persen, kondisi

ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Sulawesi Tengah adalah

penduduk usia kerja. Pertumbuhan penduduk usia kerja ini akan meningkat

seiring dengan meningkatnya tingkat kesehatan masyarakat . Jumlah penduduk

usia kerja Sulawesi Tengah tahun 2008-2011 adalah :

Grafik 2.1 : Jumlah Penduduk Usia Kerja di Sulawesi Tengah Tahun 2008- 2011

Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008-2011, diolah kembali

Karakteristik penduduk usia kerja di Sulawesi Tengah dapat dilihat

menurut jenis kelamin, golongan umur dan tingkat pendidikan yang dapat

dilihat dalam ulasan dibawah ini :

2008 2009 2010 2011

1,715,785

1,754,965 1,763,228

1,780,305

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 13

2.1.1.1 Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin

Penduduk usia kerja menurut jenis kelamin di Sulawesi Tengah pada

Tahun 2008-2011 dapat dilihat pada Grafik sebagai berikut :

Grafik 2.2 : Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin di Sulawesi Tengah Tahun 2008-2011

Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008 -2011

Grafik di atas memperlihatkan bahwa penduduk usia kerja tertinggi

sejak tahun 2008 hingga tahun 2011 adalah laki-laki. Pada tahun 2011 sebesar

51,12 persen penduduk usia kerja adalah laki laki dan penduduk usia kerja

perempuan adalah sebesar 48,89 persen. Penduduk usia kerja laki-laki di

Sulawesi Tengah mengalami pertumbuhan 2,47 persen pada tahun 2009 dan

pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan yang relatif lebih kecil yaitu 0,82

persen. Hal yang sama juga terjadi pada pertumbuhan penduduk usia kerja

wanita, yaitu mengalami pertumbuhan sebesar 2,2 persen pada tahun 2009

dan 1,2 persen pada tahun 2011.

2008 2009 2010 2011

874,599

894,890901,383

915,754

841,186

860,075 861,845 864,551

LAKI-LAKI PEREMPUAN

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 14

2.1.1.2 Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur

Komposisi penduduk usia kerja menurut golongan umur di Sulawesi

Tengah sejak tahun 2008 hingga 2011dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 2.2 Penduduk Usia Kerja Menurut Kelompok Umur di Sulawesi Tengah Tahun

2008-2011

UMUR 2008 2009 2010 2011

15-19 244.612 249.789 237.825 240.128

20-24 228.040 233.534 203.261 205.230

25-29 229.043 226.496 230.067 232.295

30-34 206.074 218.057 229.533 231.756

35-39 198.043 195.007 201.647 203.600

40-44 156.824 168.015 178.668 180.398

45-49 129.452 133.969 132.495 133.778

50-54 109.969 111.164 116.006 117.130

55-59 70.737 75.203 79.515 80.285

60-64 55.818 58.365 56.887 57.438

≥ 65 87.173 85.366 97.324 98.267

JUMLAH 1.715.785 1.754.965 1.763.228 1.780.305

Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008-2011, diolah kembali

Tabel di atas menunjukan kondisi sebaran penduduk usia kerja di

Provinsi Sulawesi Tengah yang tergolong dalam penduduk muda sangat

berpotensi sebagai pemasok angkatan kerja dan juga dapat menjadi pemasok

bukan angkatan kerja. Proporsi penduduk usia 15-19 tahun merupakan yang

paling tinggi dibandingkan kelompok umur lainnya yaitu sebesar 13,5 persen

dari penduduk usia kerja. Pada umumnya PUK umur 15-19 tahun adalah

mereka yang berada pada usia sekolah, sehingga kemungkinan besar mereka

masuk dalam golongan bukan angkatan kerja, sehingga akan mengurangi

jumlah kelompok angkatan kerja.

Dalam struktur penduduk muda, porsi penduduk usia 20-24 tahun juga

menyumbang porsi yang besar pada penduduk usia kerja yaitu sebesar 11,5

persen. Ketika hanya sebagian kecil saja yang terlibat dalam kegiatan sekolah

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 15

maka penduduk usia ini akan menjadi penyumbang yang besar pada kelompok

angkatan kerja walaupun tidak semua terserap dalam lapangan pekerjaan.

Dalam grafik terlihat bahwa jumlah penduduk usia kerja pada

kelompok umur 20-24 dan 30-34 tahun memiliki proporsi tinggi yaitu sebesar

13 persen dari penduduk usia kerja. Pada interval umur tersebut biasanya

banyak terdapat new entrance pada dunia kerja. Setelah lulus dari SLTA atau

pendidikan tinggi, lapangan kerja siap diperebutkan oleh para pencari kerja

kelompok ini.

Dengan besarnya komposisi penduduk pada usia tersebut tidak dapat

dihindari bahwa penyediaan lapangan pekerjaan harus sebanding dengan

penduduk usia kerja yang siap masuk angkatan kerja. Para pendatang baru di

pasar kerja yang jumlahnya tidak sedikit ini akan mendatangkan masalah baru

jika lapangan pekerjaan yang tersedia tidak mampu menyerapnya. Meskipun

mereka berperan sebagai penyebab meningkatnya partisipasi angkatan kerja,

namun bila mereka tidak bekerja maka mereka akan masuk ke dalam kelompok

para pencari kerja atau pengangguran. Penduduk yang lebih banyak

terdistribusi pada umur-umur muda memaksa Provinsi Sulawesi Tengah harus

bersiap untuk menyediakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak.

Fenomena menarik dari data tersebut adalah tingginya penduduk usia

kerja yang berumur 65 tahun ke atas, bila dibandingkan dengan penduduk usia

kerja yang berumur 55 tahun hingga 64 tahun. Hal ini mengindikasikan

meningkatnya kesehatan masyarakat sehingga meningkatkan angka harapan

hidup pada penduduk usia lanjut.

2.1.1.3 Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Komposisi penduduk usia kerja menurut tingkat pendidikan di Sulawesi

Tengah sejak Tahun 2008 hingga Tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel tersebut memperlihatkan bahwa penduduk usia kerja dengan tingkat

pendidikan SD mengalami penurunan di tahun 2009 sebesar 1,4 persen, namun

meningkat pada tahun 2010 sebesar 1,2 persen dan pada tahun 2011

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 16

meningkat sebesar 0,25 persen . Proporsi penduduk usia kerja yang

berpendidikan SD termasuk cukup besar yaitu 52 persen dari PUK Sulawesi

Tengah. Mengingat penduduk usia kerja masuk pada kategori penduduk

dengan umur di atas 15 tahun, maka penduduk usia kerja yang berada di

tingkat pendidikan SD dan dibawahnya tidak sedang sekolah atau tamatan SD.

Fenomena ini mengindikasikan semakin banyak angkatan kerja yang memiliki

tingkat pendidikan SD dan dibawahnya. Tentunya ini harus menjadi perhatian

bagi pemerintah melalui instansi terkait untuk menurunkan jumlah penduduk

usia kerja pada jenjang pendidikan SD dan di bawahnya.

Tabel 2.3

Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Sulawesi TengahTahun 2008-2011

Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008 - 2011, diolah kembali

Proporsi terbesar penduduk usia kerja berpendidikan SMTP umum dan

penduduk dengan tingkat pendidikan SMTA masing-masing sebesar 21,5

persen dan 15,1 persen. PUK dengan tingkat pendidikan SMTP dan SMTA

diharapkan tetap masuk dalam dunia pendidikan melalui sekolah maupun

pendidikan non formal, serta masuk dalam golongan bukan angkatan kerja,

sehingga dapat menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas tinggi serta mampu

bersaing di pasar tenaga kerja

Penduduk usia kerja pada tingkat pendidikan universitas juga

mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar 16,4

TINGKAT PENDIDIKAN

2008 2009 2010 2011

≤ SD 925.024 911.898 923357 925.696

SMTP 371.405 386.834 381751 382.028

SMTA Umum 246.139 256.043 261.344 269.258

SMTA Kejuruan 81.854 97.820 88230 91.858

Diploma I/II/III/Akademi

41.172 42.346 48725 47.358

Universitas 50.191 60.024 59821 64.108

JUMLAH 1.715.785 1.754.965 1.763.228 1.780.305

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 17

persen, namun menurun pada tahun 2010 sebesar 0,3 persen dan kembali

meningkat sebesar 7,17persen pada tahun 2011. Peningkatan cukup besar ini

dimungkinkan oleh semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan

pendidikan lanjutan kejenjang yang lebih tinggi. Hal ini tentunya berpengaruh

positif terhadap kualitas tenaga kerja di Sulawesi tengah walaupun proporsi

PUK yang berpendidikan perguruan tinggi termasuk rendah yaitu hanya 3,64

persen dari jumlah PUK di Sulawesi Tengah.

2.1.2 Angkatan Kerja

Angkatan kerja (labour force) adalah Penduduk usia kerja yang bekerja

atau memiliki pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan termasuk

dalamnya pengangguran. Dalam kurun waktu tahun 2008 sampai dengan 2011

jumlah angkatan kerja terus mengalami peningkatan. Pada Tahun 2008 jumlah

angkatan kerja mencapai 1.196.988 orang dan terus bertambah menjadi

1.215.727 pada Tahun 2009, 1.220.454 orang tahun 2010 dan pada tahun

2011 menjadi 1.313.680 orang. Angkatan kerja di Sulawesi Tengah mengalami

peningkatan dalam empat tahun terakhir sebesar 7,6 persen.

Pada kenyataannya, pertambahan jumlah angkatan kerja tidak secepat

pertambahan persediaan lapangan pekerjaan. Akibatnya jumlah lapangan

pekerjaan yang ada tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja yang

jumlahnya terus meningkat. Lapangan pekerjaan semakin menjadi rebutan

sekian banyak para pencari kerja yang terdapat di pasar kerja. Mereka yang

kalah bersaing harus tersingkir dari lapangan pekerjaan dan menjadi

pengangguran. Semakin lebar gap antara jumlah lapangan pekerjaan yang

tersedia dengan jumlah para pencari kerja, maka lama kelamaan jumlah

pengangguran akan terakumulasi sehingga beban pasar kerja untuk

menyediakan lapangan pekerjaan akan semakin berat.

Peningkatan jumlah angkatan kerja Sulawesi Tengah sesungguhnya

juga beriringan dengan peningkatan Penduduk Usia Kerja. Korelasi positif

antara jumlah penduduk usia kerja dan angkatan kerja merupakan suatu

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 18

kondisi ekonomi positif yang menunjukkan adanya peningkatan peran serta

penduduk usia kerja dalam pasar kerja, seperti yang terlihat pada grafik di

bawah ini :

Grafik 2.3 : Angkatan Kerja dan Penduduk Usia Kerja di Sulawesi

Tengah Tahun 2008-2011 Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008-2011, diolah kembali

Gambaran angkatan kerja di Sulawesi Tengah Sejak Tahun 2008 hingga

Tahun 2011 dapat dilihat menurut jenis kelamin, umur dan tingkat pendidikan

seperti yang dipaparkan sebagai berikut :

2.1.2.1 Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008-2011

Angkatan keja menurut jenis kelamin di Sulawesi Tengah sejak tahun

2008 hingga tahun 2011 dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

1,715,785 1,754,965 1,763,228 1,780,305

1,196,988 1,215,727 1,220,454 1,313,680

PUK AK

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 19

1 Grafik 2.4 : Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin di Sulawesi Tengah

Tahun 2008-2011 Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008-2011, diolah kembali

Proporsi perempuan dalam angkatan kerja sejak tahun 2008 hingga

tahun 2011 mengalami penurunan, dengan rata-rata sebesar 2,18 persen

pertahun, namun tidak demikian dengan proporsi laki-laki pada angkatan kerja

di Sulawesi Tengah yang cenderung mengalami peningkaan rata-rata 1,2

persen pertahun.

Partisipasi perempuan dalam angkatan kerja di Sulawesi Tengah

cenderung lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, tidak hanya karena

peran ganda mereka dalam rumah tangga, tetapi juga berkaitan dengan

komitmen perempuan untuk berpartisipasi dalam angkatan kerja selama

kehidupannya. Perempuan cenderung keluar dari pasar kerja ketika mereka

memasuki masa perkawinan, melahirkan dan membesarkan anak, dan

kemudian kemungkinan mereka akan kembali ke dunia kerja ketika anak-anak

sudah cukup besar. Meningkatnya pencapaian tingkat pendidikan perempuan

juga biasanya diikuti oleh meningkatnya tingkat partisipasi perempuan dalam

angkatan kerja.

2008 2009 2010 2011

756,662 774,750 790,386856,384

440,326 440,977 430,068 457,296

LAKI-LAKI PEREMPUAN

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 20

2.1.2.2 Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 2008-2011

Angkatan kerja menurut keompok umur di Sulawesi Tengah pada tahun

2008 hingga tahun 2011, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.4 Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur di Sulawesi Tengah

Tahun 2008-2011 GOLONGAN UMUR 2008 2009 2010 2011

15-19 78.134 78.792 72.697 87.410

20-24 134.794 133.270 115.702 129.469

25-29 162.914 155.344 159.721 177.400

30-34 155.723 164.663 174.515 191.180

35-39 153.522 151.231 159.974 180.233

40-44 129.398 136.249 145.006 160.209

45-49 104.466 111.095 107.399 121.117

50-54 89.146 91.586 92.083 106.929

55-59 52.054 57.575 60.652 75.751

60-64 35.286 36.625 35.468 39.518

≥ 65 36.269 33.288 41.009 44.465

JUMLAH 1.131.706 1.149.718 1.164.226 1.313.680

Sumber :BPS Sakernas Tahun 2018-2011

Penduduk pada kelompok umur 30-34 tahun merupakan jumlah

terbesar dalam angkatan kerja di Sulawesi Tengah, dan kelompok umur ini

mengalami peningkatan rata-rata sebesar 4,46 persen pertahun sejak tahun

2008 hingga tahun 2011. Urutan kedua angkatan kerja terbanyak adalah

penduduk pada kelompok umur 25 - 29 tahun, dimana dalam tiga tahun

terakhir mengalami peningkatan. Dua kelompok umur ini merupakan

kelompok umur produktif yang siap memasuki pasar kerja, kondisi ini

mengisyaratkan bahwa pasar kerja di Sulawesi Tengah saat ini diramaikan oleh

angkatan kerja produktif.

Kelompok umur 15-19 tahun sejak tahun 2008 hingga tahun 2011

mengalami penurunan dengan rata-rata 1,87 persen. Kondisi ini mungkin

disebabkan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 21

pendidikan, dimana penduduk usia 15-19 tidak masuk dalam kategori angkatan

kerja karena mereka memasuki dunia pendidikan atau sekolah.

Penduduk pada kelompok 65 tahun ke atas juga mengalami

peningkatan yang cukup siginifikan pada tahun 2010 yaitu sebesar 20,45

persen, kondisi ini mungkin disebabkan oleh membaiknya angka harapan

hidup, sehingga bagi penduduk pada usia 65 tahun ke atas masih melakukan

kegiatan ekonomi. Penduduk di pedesaan atau penduduk miskin, keterlibatan

penduduk usia 65 tahun ke atas, umumnya tetap bekerja dikarenakan tuntutan

kehidupan yang mengharuskan untuk tetap bekerja demi mempertahankan

hidup mereka.

2.1.2.3 Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008-2011

Angkatan kerja menurut pendidikan di Sulawesi Tengah sejak tahun

2008 hingga tahun 2011, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.5

Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Sulawesi Tengah Tahun 2008-2011

TINGKAT PENDIDIKAN 2008 2009 2010 2011

≤ SD 636.543 627.743 635.002 647.087

SMTP 215.142 223.394 214.670 254.044

SMTA Umum 154.076 151.667 163.369 212.481

SMTA Kejuruan 52.376 61.830 61.459 90.889

Diploma I/II/III/Akademi

32.056 32.955 36.590 46.652

Universitas 41.513 52.129 53.136 62.527

JUMLAH 1.131.706 1.149.718 1.164.226 1.313.680

Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008-2011, diolah kembali

Angkatan kerja di Sulawesi Tengah sebagian besar atau sebesar 53

persen adalah berpendidikan SD ke bawah. Hal ini mengindikasikan bahwa

sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian dan perkebunan

serta sektor non formal lainnya yang kurang mensyaratkan pendidikan dalam

bekerja. Kondisi ini sesungguhnya sangat memprihatinkan, dengan kondisi

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 22

seperti ini tentunya kualitas tenaga kerja yang ada relatif sangat rendah dan

kurang mempunyai posisi tawar yang baik dalam pasar tenaga kerja.

Penduduk dengan tingkat pendidikan SD merupakan jumlah terbesar,

dimana pada tahun 2010 terjadi penurunan sebesar 0,97 persen dari tahun

2009 dan menurun sebesar 0,29 persen pada tahun 2011. Penurunan ini

mengindikasikan masyarakat pada level ini lebih berkeinginan untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP atau sederajatnya. Setelah SLTP

jumlah terbesar angkatan kerja berada pada tingkat pendidikan SLTA, hal ini

menunjukkan semakin banyaknya masyarakat yang tidak melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan berkeinginan masuk ke pasar kerja

dengan tingkat pendidikan SMA.

2.1.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Rasio antara angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja dikenal

dengan istilah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), yang merupakan

besarnya jumlah penduduk masuk dalam pasar kerja. Pada tahun 2011 tingkat

partisipasi angkatan kerja di Sulawesi Tengah adalah sebesar 73,8 persen atau

penduduk yang menjadi angkatan kerja adalah sebesar 74 persen dari jumlah

penduduk usia kerja.

2.1.3.1 TPAK Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008-2011

Tingkat partisipasi angkatan kerja menurut jenis kelamin di Sulawesi

Tengah pada tahun 2008 hingga tahun 2011 dapat dilihat pada tabel di bawah

ini :

Tabel 2.6 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin di Sulawesi

Tengah Tahun 2008-2011 (Dalam Persen)

JENIS KELAMIN 2008 2009 2010 2011

Laki-Laki 87 87 88 93

Perempuan 52 51 50 53

Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008-2011, diolah kembali

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 23

Tingkat partisipasi angkatan kerja wanita sejak tahun 2008 hingga

tahun 2010 mengalami penurunan rata-rata sebesar 2,43 persen pertahun.

Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh ketidakikutsertaan ibu rumah

tangga masuk dalam pasar kerja, atau hanya menjadi pengasuh dan pengurus

rumah tanggannya. Pada tahun 2011 TPAK perempuan meningkat sebesar 7

persen, kondisi ini dipicu dengan meningkatnya angkatan kerja perempuan

pada tahun 2011 yang juga sebesar 7 persen. Disisi lain penduduk laki-laki

meningkat partisipasi angkatan kerjanya, yaitu pada tahun 2011 meningkat

sebesar 6,3 persen dari tahun 2010. Peningkatan ini dimungkinan oleh daya

tarik pasar kerja atau upah kerja yang meningkat, atau juga dapat disebabkan

oleh kondisi perekonomian keluarga yang menuntut laki-laki harus terjun ke

dunia kerja.

2.1.3.2 TPAK Menurut Golongan Umur Tahun 2008-2011

Tingkat partisipasi angkatan kerja menurut golongan umur di Sulawesi

Tengah pada tahun 2008 hingga tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 2.7.

Tingkat partisipasi angkatan kerja terendah adalah pada kelompok umur 15 –

19 tahun, hal ini disebabkan oleh tingginya penduduk usia kerja pada kelompok

umur ini, termasuk penduduk usia sekolah. Terjadinya peningkatan walaupun

relatif sedikit pada kelompok usia ini, mengindikasikan bahwa adanya

keinginan penduduk untuk masuk dalam pasar kerja. Fenomena ini menuntut

peran serta pemerintah untuk mengurangi tingkat partisipasi angkatan kerja

pada kelompok ini melalui pemberian stimulus agar mereka tetap melanjutkan

pendidikannya.

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 24

Tabel 2.7 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur di Sulawesi

Tengah Tahun 2008-2011(Dalam persen)

UMUR 2008 2009 2010 2011

15-19 37,9 37,0 37,6 36,4

20-24 67,7 65,4 65,4 63,1

25-29 76,6 74,3 73,4 76,4

30-34 79,1 78,0 78,1 82,5

35-39 81,0 80,4 81,1 88,5

40-44 83,8 83,4 82,1 88,8

45-49 81,5 84,8 81,5 90,5

50-54 81,7 83,5 80,2 91,3

55-59 73,9 77,8 77,0 94,4

60-64 63,6 63,3 62,7 68,8

≥ 65 41,8 39,1 43,1 45,2

JUMLAH 69,8 69,3 69,2 73,8

Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008-2011, diolah kembali

2.1.3.3 TPAK Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008-2011

Tingkat partisipasi angkatan kerja menurut tingkat pendidikan di

Sulawesi Tengah pada tahun 2008 hingga tahun 2011 dapat dilihat pada tabel

di bawah ini :

Tabel 2.8 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di

Sulawesi Tengah Tahun 2008-2011

TINGKAT PENDIDIKAN 2008 2009 2010 2011

≤ SD 70,7 70,4 70,2 69,9

SLTP 60,7 60,0 58,6 66,5

SLTA Umum 70,0 67,9 69,7 78,9

SLTA Kejuruan 73,9 74,1 76,1 98,9

Diploma I/II/III/Akademi 89,3 90,4 90,0 98,5

Universitas 94,9 95,2 95,1 97,5

Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008-2011, diolah kembali

Tingkat partisipasi angkatan kerja tertinggi menurut jenjang

pendidikan di Sulawesi Tengah adalah pada penduduk dengan pendidikan

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 25

tinggi atau universitas yaitu sebesar 97 persen, walaupun pada tahun 2010

mengalami penurunan TPAK. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

penduduk yang berpendidikan S1 dan jenjang pendidikan di atasnya menjadi

angkatan kerja.

Penduduk yang memiliki tingkat pendidikan dasar termasuk tinggi

tingkat partisipasi angkatan kerjanya, pada tahun 2011 menurun sebesar 0,4

persen dari tahun 2010. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya

keinginan masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi yaitu SLTP, sehingga lulusan Sekolah Dasar melanjutkan ke jenjang SLTP

atau sederajatmya

2.1.4 Penduduk Yang Bekerja

Penduduk yang bekerja adalah penduduk yang berada pada usia kerja

dan sedang bekerja atau membantu bekerja dalam upaya memperoleh

pendapatan dengan waktu kerja minimal 1 jam per minggu tanpa terputus.

Semakin tinggi jumlah penduduk yang bekerja, maka akan semakin tinggi

perputaran roda perekonomian di suatu daerah, namun demikian konsep ini

harus ditelaah secara cermat karena meskipun jumlah yang bekerja cukup

tinggi namun jika hanya bersifat membantu memperoleh pekerjaan, maka

outcome/capital yang dihasilkan juga kecil.

2.1.4.1 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin Tahun

2008-2011

Berdasarkan jenis kelamin penduduk yang bekerja dalam kurun waktu

tahun 2008-2011, dapat disajikan sebagai berikut :

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 26

Grafik 2.5 : Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008-2011

Sumber `: BPS Sakernas 2008- 2011, diolah kembali.

Dari grafik tersebut di atas, terlihat bahwa jumlah penduduk laki-laki

yang bekerja lebih besar dari pada jumlah penduduk wanita. Dari data 4 tahun

tersebut diatas terlihat bahwa dari jumlah penduduk yang bekerja, proporsi

penduduk pria sebesar 65 Persen, sementara penduduk wanita hanya 35

persen. Jika dilihat dari perkembangannya nampak bahwa di tahun 2010

mengalami peningkatan sebesar 2,49 persen, dan meningkat sebesar 8,3

persen pada tahun 2011.

Untuk penduduk wanita yang bekerja ditahun 2009 tumbuh sebesar 0,29

persen, dan justru mengalami penurunan di tahun 2010 sebesar 1,02 persen,

namun meningkat sebesar 8,3 persen pada tahun 2011. Penurunan jumlah

penduduk wanita yang bekerja ini disebabkan karena ketersediaan lapangan

kerja yang tersedia umumnya lebih banyak memerlukan kompetensi tenaga

kerja pria.

2008 2009 2010 2011

729,933 746,778 765,390829,011

401,773 402,940 398,836 431,988

LAKI-LAKI PEREMPUAN

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 27

2.1.4.2 Penduduk Yang Bekerja Menurut Umur Tahun 2008-2011

Tingkat produktivitas tenaga kerja terkait dengan skill dan tingkat

umur tenaga kerja. Pengalaman yang memadai pada kelompok umur muda

umumnya memberikan kontribusi tenaga kerja yang bekerja. Penduduk yang

berada pada usia muda namun minim pengalaman juga belum memberikan

efek maksimal dalam pencapaian produktivitas tenaga kerja yang tinggi.

Berdasarkan jumlah penduduk yang bekerja menurut golongan umur di

Sulawesi Tengah, dapat disajikan pada Tabel 2.9.

Tabel 2.9 Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur Tahun 2008-2011

GOLONGAN UMUR 2008 2009 2010 2011

15-19 78.134 78.792 72.697 71.942

20-24 134.794 133.270 115.702 110.437

25-29 162.914 155.344 159.721 176.120

30-34 155.723 164.663 174.515 188.591

35-39 153.522 151.231 159.974 177.987

40-44 129.398 136.249 145.006 158.611

45-49 104.466 111.095 107.399 119.150

50-54 89.146 91.586 92.083 106.083

55-59 52.054 57.575 60.652 72.134

60-64 35.286 36.625 35.468 37.154

≥ 65 36.269 33.288 41.009 42.790

JUMLAH 1.131.706 1.149.718 1.164.226 1.260.999

Sumber : BPS Sakernas 2008- 2011 yang diolah

Dari sebaran data penduduk yang bekerja berdasarkan kelompok umur

tersebut terlihat bahwa penduduk yang bekerja paling banyak berada pada

golongan umur 25-34 tahun yang mencapai 28 persen dari total penduduk

yang bekerja. Kelompok penduduk terbesar kedua yang bekerja adalah mereka

yang berada pada kelompok umur 35-39 tahun, dan pada peringkat ke 3 adalah

pada usia 20-24 tahun. Penduduk yang berada pada kelompok usia di atas 49

tahun juga mengalami peningkatan tiap tahunnya. Penduduk pada usia di atas

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 28

49 tahun umumnya adalah pekerjaan yang tidak terlalu menuntut fisik yang

kuat, sifat pekerjaan umumnya bersifat knowledge based atau jenjang

pekerjaan pada level yang relatif tinggi sehingga jumlah permintaan tenaga

kerja relatif kecil.

2.1.4.3 Penduduk Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tahun 2008-2011

Upaya mencermati jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

sangat penting guna melihat keterkaitan antara skill yang dimiliki penduduk,

sektor ekonomi yang berkembang, produktivitas dan keberhasilan sektor

pendidikan di daerah. Gambaran jumlah penduduk di Provinsi Sulawesi

Tengah yang bekerja berdasarkan tingkat pendidikan dapat disajikan sebagai

berikut :

Tabel 2.10 Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur

Tahun 2008-2011

TINGKAT PENDIDIKAN

2008 2009 2010 2011

≤ SD 636.543 627.743 635.002 638.242

SLTP 215.142 223.394 214.670 246.680

SLTA Umum 154.076 151.667 163.369 190.818

SLTA Kejuruan 52.376 61.830 61.459 82.715

Diploma I/II/III/Akademi

32.056 32.955 36.590 44.232

Universitas 41.513 52.129 53.136 58.313

JUMLAH 1.131.706 1.149.718 1.164.226 1.260.999

Sumber : BPS Sakernas tahun 2008-2011, diolah kembali.

Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa dalam kurun waktu 2008-

2011, penduduk yang bekerja didominasi oleh mereka yang hanya tamatan SD

atau tidak tamat SD dengan porsi 49,9 persen, sementara SMP sebesar 17

persen dan SMA (umum dan Kejuruan) sebesar 19 persen. Proporsi penduduk

yang bekerja dari jenjang pendidikan tinggi (D3 dan S1) hanya berkisar 6.21

persen. Dari sebaran jumlah penduduk tersebut nampaknya bahwa sebagian

besar tenaga kerja di Provinsi Sulawesi Tengah banyak terserap pada sektor

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 29

sektor yang secara relatif memerlukan skill yang rendah seperti sektor

pertanian, perkebunan, perikanan yang umumnya menjadi tumpuan terakhir

bagi penduduk dalam mencari dan memilih pekerjaan.

Jika dilihat perkembangnnya tingkat pertumbuhan penduduk yang

bekerja dengan jenjang SMA Kejuruan paling tinggi kenaikan di tahun 2011

tumbuh sebesar 34,6 persen . Secara rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk

yang bekerja dengan jenjang pendudidikan SD dan SMP selama tahun 2010 dan

2011 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,5 persen dan 14

persen.

2.1.4.4 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun

2008-2011

Paparan penduduk yang bekerja sektoral menggambarkan seberapa

besar sektor-sektor ekonomi dalam menyerap tenaga kerja yang tersedia.

Berdasarkan data tahun 2008-2011, sebaran penduduk menurut lapangan

usaha dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.11 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2011

LAPANGAN USAHA 2008 2009 2010 2011

Pertanian 671.661 679.720 663.143 654.711

Pertambangan 8.289 13.136 24.905 34.612

Industri Pengolahan 50.216 43.923 38.848 65.698

Listrik, Gas dan Air 1.983 1.204 2.761 4.468

Bangunan 45.054 43.407 43.649 46.119

Perdagangan 156.381 161.449 164.103 190.411

Angkutan 43.696 45.103 44.102 50.243

Keuangan 5.864 6.699 7.941 10.204

Jasa Kemasyarakatan

148.562 155.077 174.774 204.534

JUMLAH 1.131.706 1.149.718 1.164.226 1.260.999

Sumber : BPS Sakernas 2008- 2011, diolah

Dari data di atas terlihat bahwa sebagian besar penduduk yang bekerja di

Provinsi Sulawesi Tengah terserap pada sektor pertanian yang mencapai 51,92

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 30

persen. Penyerapan terbesar kedua adalah pada sektor perdagangan yang

mencapai 15,10 persen dari total jumlah penduduk bekerja dan pada peringkat

ketiga adalah pada sektor jasa kemasyarakatan sebesar 16,22 persen.

Jika dilihat perkembangannya, sektor pertambangan menunjukkan

peningkatan penyerapan TK yang paling tinggi pada tahun 2010 sebesar 89,6

persen namun menurun sebesar 38,9 persen pada tahun 2011.

2.1.4.5 Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama

Tahun 2008-2011

Pekerja pada hakikatnya memperoleh penghasilan dari berbagai status

pekerjaan yang dijalani. Sebagian besar memperoleh penghasilan karena

statusnya pemilik usaha dan sebagian diantaranya memperoleh penghasilan

karena upah yang diterimanya atas jasa mereka pada pemberi kerja baik

pemerintah maupun swasta.

Penduduk Provinsi Sulawesi Tengah yang bekerja berdasarkan status

pekerjaan utama dapat dilihat pada Tabel 2.12

Tabel 2.12 Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama

Tahun 2008-2011

STATUS PEKERJAAN 2008 2009 2010 2011

1. Berusaha sendiri, 213.664 225.008 224.713 228.115

2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap

324.186 314.702 285.955 309.071

3. Berusaha dibantu buruh tetap

33.637 34.023 44.650 56.745

4. Buruh/Karyawan/Pegawai 205.048 217.356 250.611 287.760

5. Pekerja bebas di Pertanian 44.207 50.640 50.725 57.502

6. Pekerja bebas di Non Pertanian

27.849 26.222 27.245 37.326

7. Pekerja tidak dibayar 283.115 281.767 280.327 284.481

JUMLAH 1.131.706 1.149.718 1.164.226 1.260.999

Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008- 2011, diolah kembali

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 31

Dari data di atas terlihat bahwa berdasarkan status pekerjaan utama

proporsi terbesar adalah mereka yang bekerja dibantu dengan buruh tidak

tetap yang mencapai 24,5 persen dari keseluruhan penduduk yang bekerja.

Dari kerseluruhan penduduk yang bekerja tersebut terdapat 22,6 persen

pekerja yang berstatus sebagai pekerja yang tidak dibayar. Mereka ini

umumnya tinggal di rumah kerabat yang memiliki usaha dan membantu usaha

tersebut.

Jika dilihat dari perkembangannya, penduduk yang bekerja sebagai

Pekerja bebas di sektor non pertanian menunjukkan trend yang paling tinggi

yang tumbuh sebesar 37 persen ditahun 2011, sementara yang menunjukkan

tren meningkat terendah adalah pekerja berusaha dibantu buruh tidak tetap,

2.1.4.6 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja Tahun 2008-2011

Perkembangan ekonomi suatu daerah dapat ditentukan oleh sejauh mana

penduduk yang bekerja memenuhi jam kerja normal. Semakin banyak

penduduk yang bekerja minimal sama dengan jam kerja normal, maka akan

memberikan nilai tambah tidak saja kepada pekerja, namun juga kontribusinya

bagi perekonomian secara keseluruhan. Banyaknya penduduk yang bekerja

kurang dari jam kerja normal memberikan makna masih adanya potensi

peningkatan produktivitas tenaga kerja dalam sektor ekonomi. Untuk itu

diperlukan adanya lapangan kerja yang memungkinkan pekerja bekerja secara

penuh (minimal 35 jam per minggu), sehingga akan memberikan nilai tambah

ekonomi yang optimal, baik bagi pekerja maupun bagi perekonomian secara

umum.

Penduduk yang bekerja berdasarkan jam kerja di Provinsi Sulawesi

Tengah dapat disajikan pada Tabel 2.13. Dari data tersebut terlihat secara

akumulasi data 2008-2011 menunjukkan bahwa proporsi penduduk yang

kerja dengan jam kerja normal (diatas 35 jam per minggu) mencapai 55

persen, sementara yang bekerja kurang dari jam kerja normal mencapai 45

persen. Dilihat dari trend perkembangannya, pekerja yang bekerja 60 jam

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 32

menunjukkan trend penurunan paling besar yang mencapai 7 persen di tahun

2011. Disaat yang sama terjadi pula peningkatan yang cukup tinggi pada

pekerja yang bekerja pada interval jam kerja 15-24 jam per minggu.

Tabel 2.13 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja Tahun 2008-2011

JAM KERJA 2008 2009 2010 2011

0 29.768 30.057 37.471 53.508

1-9 40.186 33.576 35.466 42.395

10-14 53.109 46.210 60.221 105.052

15-24 150.881 163.168 204.436 253.264

25-34 193.187 207.008 205.345 214.648

35-44 285.567 274.318 281.919 279.760

45-59 260.846 272.480 250.389 244.225

≥ 60 118.162 122.901 88.979 68.147

JUMLAH 1.131.706 1.149.718 1.164.226 1.260.999

Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008-2011, diolah kembali

Pada tahun 2010 jumlah penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam per

minggu justru mengalami peningkatan 13,1 persen dibanding tahun 2009,

sementara pada saat yang sama jumlah penduduk yang bekerja dengan jam

kerja normal (diatas 35 jam) mengalami penurunan sebesar 7,2 persen di

tahun 2010 dibanding tahun 2009. Ini menggambarkan bahwa selama tahun

2010 menunjukkan adanya pertumbuhan pada pekerja sektor-sektor informal

yang umumnya pekerja bekerja kurang dari jam kerja normal, sementara

pekerjaan formal tumbuh lebih lambat dari pekerjaan non formal.

Pada tahun 2011 penduduk yang bekerja lebih dari 45 jam per minggu

mengalami peningkatan sebesar 3,5 persen, demikian pula penduduk yang

bekerja di bawah 34 tahun mengalami peningkatan. Angka ini menunjukkan

angka yang positif bagi produktivitas masyarakat, dengan semakin

meningkatnya jumlah jam kerja perminggu bermakna bahwa masyarakat

banyak menjalankan aktivitas ekonomi yang berdampak pada peningkatan

ekonomi keluarga.

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 33

2.1.4.7 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jabatan Tahun 2008-2011

Penduduk yang bekerja dapat klasifikasikan berdasarkan jabatannya.

Jabatan tersebut menunjukkan posisi pekerja yang bersangkutan. Jabatan

tersebut biasanya erat terkait dengan pendidikan yang ditamatkan, skill yang

dimiliki dan jenjang karir seseorang.

Tabel 2.14 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jabatan Tahun 2008-2011

JENIS PEKERJAAN/JABATAN 2008 2009 2010 2011

1. Tenaga profesional, teknisi dan yang sejenis

63.219 72.854 80.197 101.025

2. Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan

12.142 30.389 8.986 27.578

3. Tenaga tata usaha dan yang sejenis,

44.726 45.237 54.987 70.796

4. Tenaga usaha penjualan, 142.915 124.052 149.149 157.358

5. Tenaga usaha jasa, 34.273 22.140 32.049 37.492

6. Tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan,

665.760 622.340 654.662 659.570

7/8/9. Tenaga produksi,operator alat-alat angkutan dan pekerja kasar dan Lainnya

168.671 232.706 184.196 207.179

JUMLAH 1.131.706 1.149.718 1.164.226 1.260.999

Sumber : BPS Sakeras 2008- 2011, Diolah

Dari data akumulasi 2008-2011 menunjukkan bahwa jumlah penduduk

yang bekerja berdasarkan jabatannya, didominasi jenis pekerjaan tenaga

usaha pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan yang mencapai 52,31

persen, sementara tenaga produksi,operator alat-alat angkutan dan pekerja

kasar dan lainnya berada pada peringkat kedua sebesar 16,43 persen.

Jika dilihat dari perkembangannya, terjadi pertumbuhan yang sangat

drastis pada jenis jabatan Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan sejak

tahun 2010 sebesar 105 persen dan meningkat sebesar 206 persen pada tahun

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 34

2011. Di tahun 2010, peningkatan jumlah penduduk yang bekerja pada jabatan

Tenaga usaha jasa meningkat sebesar yaitu 16,68 persen.

2.2 Penganguran Terbuka

2.2.1 Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008-2011

Penganggur terbuka adalah mereka yang mencari pekerjaan, yang

mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak

mungkin mendapatkan pekerjaan dan yang sudah punya pekerjaan tetapi

belum mulai bekerja. Pengangguran di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan

data tahun 2008-2011 dapat disajikan sebagai berikut :

Grafik 2.6 :Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008-2011

Sumber : BPS Sakernas Tahun 2008-2011, diolah kembali

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT) pria lebih rendah dari wanita. Secara kumulatif dari data 2008-2011,

tingkat pengangguran terbuka laki laki mencapai 2,23 persen sementara

perempuan 7,26 persen. Hal ini bermakna bahwa sebesar 2,23 persen

angakatan kerja laki-laki adalah sebagai penganguran terbuka, dan sebesar

7,26 persen angkatan kerja wanita yang menjadi pengangguran terbuka di

2008 2009 2010 2011

26,729 27,972 24,996 27,373

38,553 38,037

31,232

25,308

LAKI-LAKI PEREMPUAN

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 35

Sulawesi Tengah. Tingkat pengangguran pria dan wanita menunjukkan trend

penurunan pada tahun 2011 dibanding tahun 2010. Di tahun 2011 penurunan

pengangguran terbuka penduduk pria adalah 16,5 persen sementara

penganguran wanita turun 4,6 persen dibanding tahun 2010. Penurunan angka

pengangguran ini mengindikasikan adanya pertumbunan berbagai sektor di

Provinsi Sulawesi Tengah yang mampu meningkatkan serapan tenaga kerja

yang tersedia.

2.2.2 Pengangguran Terbuka Menurut Umur Tahun 2008-2011

Tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sulawesi Tengah jika dilihat

dari golongan umur, dapat disajikan sebagai berikut :

Tabel 2.15 Pengangguran Terbuka Menurut Umur Tahun 2008-2011

GOLONGAN UMUR 2008 2009 2010 2011 15-19 14.536 13.722 16.612 15.468 20-24 19.536 19.465 17.296 19.032 25-29 12.496 12.912 9.095 1.280 30-34 7.318 5.379 4.805 2.589 35-39 6.969 5.591 3.504 2.246 40-44 2.045 3.846 1.651 1.598 45-49 1.013 2.496 618 1.967 50-54 678 1.223 962 846 55-59 252 960 556 3.617 60-64 235 340 186 2.364 ≥ 65 204 75 943 1.675

JUMLAH 14.536 13.722 16.612 15.468 Sumber : BPS Sakernas 2008-2011, diolah kembali

Dari data di atas terlihat bahwa pengangguran terbuka tertinggi terjadi

pada kelompok umur 20-24 tahun yang mencapi 36 persen dari keseluruhan

penduduk yang masuk dalam angkatan kerja. Tingkat pengangguran terbuka

terbesar kedua adalah mereka yang berada pada kelompok usia 15-19 tahun.

Upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk menekan pengangguran

pada usia ini adalah dengan meningkatkan tingkat partisipasi sekolah sehingga

penduduk yang masih pada usia sekolah dapat melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi dan tidak masuk ke dalam bursa kerja.

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 36

Peningkatan angka partisipasi sekolah ini sangat penting yang pada satu sisi

diarahkan untuk peningkatan kualitas SDM dan pada satu sisi untuk menekan

angka pengangguran terbuka dengan memperpanjang masa untuk mengenyam

pendidikan.

Pada tahun 2011, terjadi penurunan pengganguran terbuka hampir pada

seluruh kelompok umur kecuali pada kelompok usia 45-49 tahun yang

meningkat 3,7 persen dan kelompok umur 55-59 tahun yang meningkat 6,8

persen dibanding tahun 2010. Tenaga kerja 60-64 tahun juga mengalami

peningkatan demikian pula dengan 60 tahun ke atas yang berkisar 4 dan 3

persen. Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya peluang kerja

bagi umur 55-60 tahun ke atas di Provinsi Sulawesi Tengah. Selain itu jumlah

angakatan kerja pada kelompok ini mengalami peningkatan, hal ini dapat

dimaknai bahwa terdapat perbaikan angka harapan hidup (AHH) di Provinsi

Sulawesi Tengah, sehingga populasi penduduk kelompok usia ini cukup banyak.

2.2.3 Penganguran Terbuka Menurut Pendidikan Tahun 2008-2011

Tingkat pengangguran kaitannya pendidikan sangat urgen untuk

dicermati karena akan terkait langsung dengan kinerja sektor pendidikan,

partisipasi sekolah dan kinerja. Tingkat pengangguran di Provinsi Sulawesi

Tengah berdasarkan data tahun 2008-2011 dapat disajikan sebagai berikut :

Tabel 2.16 Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tahun 2008-2011

TINGKAT PENDIDIKAN 2008 2009 2010 2011

≤ SD 17.785 14.317 13.266 8.845

SLTP 10.341 8.545 9.468 7.364

SLTA Umum 18.213 22.159 22.145 21.663

SLTA Kejuruan 8.122 10.665 5.712 8.174

Diploma I/II/III/Akademi 4.693 5.315 1.872 2.420

Universitas 6.128 5.008 3.765 4.214

JUMLAH 65.282 66.009 56.228 52.681

Sumber : BPS Sakernas 2018-2010, diolah kembali

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 37

Dari data di atas nampak jelas bahwa pengangguran terbuka penduduk

yang tamat pendidikan SLTA umum dan SD mendominasi tingkat

pengangguran terbuka di Provinsi Sulawesi Tengah. Dari data 2008-2011

secara kumulatif, tingkat pengangguran SLTA umum mencapai 41 persen.

Pengangguran terbuka terbesar kedua adalah mereka yang berpendidikan SD

atau tidak tamat SD sebesar 16,8 persen. Secara keseluruhan tingkat

penggangguran di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan tingkat pendidikan

di tahun 2010 menunjukkan penurunan terutama mereka yang berpendidikan

SD, SMP, dan SMA Umum, namun pada jenjang pendidikan SMA Kejuruan

Diploma dan Universitas menunjukan peningkatan. Peningkatan pengangguran

paling tinggi di tahun 2011 adalah pada jenjang pendidikan SMA Kejuruan

sebesar 43 persen. Kondisi ini terjadi dikarenakan peningkatan jumlah

angkatan kerja penduduk pada jenjang pendidikan ini pada tahun 2011

Penurunan terbesar terjadi pada penduduk dengan jenjang pendidikan

SD sebesar 33 persen. Kondisi ini terjadi ketika terjadinya penurunan angkatan

kerja pada jenjang pendidikan ini, yang mengindikasikan bahwa kesadaran

penduduk akan pendidikan mlai meningkat, sehingga mereka dengan tingkat

pendidikan SD tidak masuk dalam angkatan kerja karena melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

2.3 Produktivitas Tenaga Kerja Tingkat produktivitas tenaga kerja menggambarkan rasio PDRB

perkapita tenaga kerja. Tingkat produktivitas sangat ditentukan oleh skill yang

dimiliki oleh tenaga kerja, sektor yang berkembang dan jumlah orang yang

bekerja. Tingkat produktivitas per sektor di Provinsi Sulawesi Tengah tahun

2008-2011 dapat disajikan pada Tabel 2.17.

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 38

Tabel 2.17 Produktivitas Tenaga Kerja Sektoral Tahun 2008-2011

LAPANGAN USAHA Produktivitas (RP/pekerja)

2008 2009 2010 2011

Pertanian 8.307.762 8.619.726 9.242.350 10.161.740

Pertambangan 39.570.515 34.409.257 21.602.088 16.352.696

Industri Pengolahan 16.309.543 20.194.431 24.274.094 15.890.883

Listrik, Gas dan Air 49.420.071 85.548.173 38.029.699 26.635.763

Bangunan 18.200.382 20.780.059 22.451.832 23.591.391

Perdagangan 10.493.602 10.975.602 11.486.688 10.923.747

Angkutan 20.345.112 21.639.359 24.715.432 24.381.388

Keuangan 97.373.806 93.148.231 87.016.749 75.163.807

Jasa Kemasyarakatan 12.964.284 13.606.144 13.634.751 12.892.720

Jumlah 11.197.254 11.902.919 12.664.208 12.830.299

Sumber : BPS Sakernas 2008- 2011, diolah kembali

Dari data di atas terlihat bahwa produktvitas tertinggi di tahun 2008

hingga tahun 2011 adalah pada sektor keuangan, sementara produktivitas

kerja terendah pada sektor pertanian. Jika dilihat dari trend perkembangannya,

pada tahun 2011 terjadi peningkatan produktivitas tertingga pada sektor

listrik, gas dan air yang meningkat sebesar 84 persen, sementara sektor yang

menunjukkan kinerja yang menurun adalah sektor pertambangan yang turun

30 persen. Sektor keuangan juga menunjukkan penurunan meskipun hanya

sebesar 5 persen. Penurunan sektor keuangan terutama disebabkan

pertumbuhan jumlah pekerja pada sektor keuangan yang meningkat jauh lebih

besar dari peningkatan PDRB sektor yang sama

Di tahun 2010 sektor listrik, gas dan air justru menunjukkan penurunan

produktivitas sebesar 53 persen. Penurunan produktivitas juga terjadi pada

sektor pertambangan yang menurun sebesar 47persen sektor keuangan turun

5 persen serta jasa kemasyarakatan turun 1 persen. Kenaikan produktivitas

tertinggi di tahun 2010 terjadi pada sektor industri pengolahan yang naik

sebesar 22 persen. Secara totalitas terjadi peningkatan produktivitas pekerja

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB I I - 39

rata-rata 6 persen per tahun, namun di tahun 2011 pertumbuhannya hanya 1

persen dibanding tahun 2010.

2.4 Keadaan Ketenagakerjaan Tahun 2011 Berdasarkan data hingga Februari 2011 kondisi ketenagakerjaan di

Provinsi Sulawesi Tengah menunjukkan perbaikan. Jumlah angkatan kerja

mencapai 1.313.680 orang, meningkat sebesar 7,64 persen, dibanding keadaan

Agustus 2010, dan meningkat sebanyak 19.354 orang (1,50 %) dibanding

keadaan Februari 2010. Penduduk yang bekerja pada Februari 2011 sebanyak

1.250.485 orang, meningkat sebanyak 86.259 orang (7,41 %) dibanding

keadaan Agustus 2010, dan bertambah 26.506 orang (2,17 %) dibanding

keadaan setahun sebelumnya (Februari 2010).

Jumlah penganggur pada Agustus 2011 sebesar 52.681 atau mengalami

penurunan sekitar 3.547 orang (6,31 %) jika dibanding keadaan Agustus 2010

sebanyak 56.228 orang. Perbandingan kondisi ketenagakerjaa di tahun 2010

dan tahun 2011 selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.18 Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011

Karakteristik 2010 2011

Penduduk 15+ 1.763.228 1.780.305

Angkatan Kerja 1.220.454 1.313.680

Bekerja 1.164.226 1.260.999

Penganggur 56.228 52.681

Bukan Angkatan Kerja 542.774 466.625

TPAK () 69,2 73,79

Penganggur Terbuka () 4,61 3,86

Sumber : BPS Sakernas 2010- 2011, data diolah

Dari data tersebut diatas terlihat bahwa tingkat pengangguran terbuka

di tahun 2010 cukup rendah yang hanya 4,61 persen . Pada tahun 2011 tingkat

pengangguran terbuka menurun menjadi 3,86 persen.

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 41

PERKIRAAN TENAGA KERJA TAHUN 2012-2013

3.1 Perkiraan Perekonomian Tahun 2012-2013

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari perkembangan

PDRB. PDRB merupakan nilai tambah pada semua sektor yang dihitung

berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. PDRB harga konstan dapat

melihat perkembangan nilai produksi rill per sektor pada tahun tertentu. Hal

ini karena peningkatan PDRB dapat pula dipengaruhi karena kenaikan harga,

tanpa adanya peningkatan produksi/output rill sektoral. Proyeksi PDRB

Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2012-2013 adalah :

Tabel 3.1 Proyeksi PDRB Provinsi Sulawesi Tengah 2012-2013

(Milyar Rp)

LAPANGAN USAHA 2012 2013

Pertanian 7.561 7.611

Pertambangan 1.185 1.259

Industri Pengolahan 1.307 1.569

Listrik, Gas dan Air 145 198

Bangunan 1.849 2.176

Perdagangan 3.044 3.270

Angkutan 1.451 1.452

Keuangan 1.134 1.383

Jasa Kemasyarakatan 3.569 3.915

JUMLAH 20.748 22.832

B A B

3

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 42

Dari proyeksi tersebut di atas terlihat bahwa di tahun 2012-2013, PDRB

Provinsi Sulawesi Tengah menunjukkan trend peningkatan yang baik. Di tahun

2012 diperkirakan tumbuh mencapai 9 persen dan di tahun 2013 tumbuh

sebesar 10.05 persen. Pertumbuhan PBRB ini dipastikan akan memberikan

dampak terhadap serapan tenaga kerja yang tersedia di Provinsi Sulawesi

Tengah. Jika dilihat proporsinya di tahun 2013 masih didominasi oleh sektor

pertanian yang mencapai 33 persen, artinya bahwa dalam 2 tahun ke depan

pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah masih disumbangkan oleh

sektor primer khususnya pertanian, dan perkebunan.

Sektor yang memberikan porsi terbesar kedua terhadap PDRB adalah

jasa kemasyarakatan yang memberikan sumbangan sebesar 17 persen dan

pada peringkat ketiga adalah sektor perdagangan yang menyumbang 14

persen.

3.2 Perkiraan Penduduk Usia Kerja 3.2.1 Perkiraan PUK Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-2013

Penduduk Usia kerja berdasarkan jenis kelamin menunjukkan penduduk

usia 15 tahun ke atas yang memungkinkan ia bekerja baik saat ini berstatus

sebagai angkatan kerja maupun bukan angkatan kerja.

Tabel 3.2 Perkiraan PUK Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-2013

TAHUN 2012 2013 TAMBAHAN

Laki-Laki 929.490 943.432 13.942

Perempuan 877.520 890.682 13.163

Jumlah 1.807.010 1.834.115 27.105

Komposisi Penduduk Usia Kerja (PUK) jenis kelamin laki-laki pada tahun

2012 hingga tahun 2013 mengalami peningkatan yang lebih tinggi

dibandingkan penduduk usia kerja wanita. Walaupun tidak terlalu siginifikan

namun tambahan penduduk usia kerja laki-laki lebih banyak dibandingkan

penduduk usia kerja wanita. Penduduk Usia Kerja yang secara keseluruhan di

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 43

Sulawesi Tengah tumbuh sebesar 1,5 persen di tahun 2013. atau bertambah

sebanyak 27.105 orang

3.2.2 Perkiraan PUK Menurut Golongan Umur Tahun 2012-2013

Penduduk usia kerja berdasarkan golongan umur di Provinsi Sulawesi

Tengah dapat disajikan sebagai berikut :

Tabel 3.3

Perkiraan PUK Menurut Golongan Umur Tahun 2012-2013

GOL. UMUR 2012 2013 TAMBAHAN

15-19 242.044 243.968 1.924

20-24 207.165 209.113 1.948

25-29 235.204 238.142 2.938

30-34 236.958 242.270 5.312

35-39 206.526 209.489 2.963

40-44 184.448 188.583 4.135

45-49 135.757 137.761 2.004

50-54 118.596 120.077 1.481

55-59 82.087 83.927 1.840

60-64 58.727 60.044 1.317

≥ 65 99.497 100.740 1.243

JUMLAH 1.807.010 1.834.115 27.105

Penduduk usia kerja pada golongan umur 25-29 tahun dalam dua tahun

ke depan mengalami peningkatan terbesar yaitu sebesar 2,5 persen walaupun

jumlah penduduk usia kerja pada kelompok umur ini bukan yang paling tinggi,

disisi lain peningkatan terkecil diperkirakan pada kelompok umur 15-19 tahun

yaitu 0,75 persen.

Proporsi penduduk usia kerja yang paling besar adalah pada kelompok

umur 15-19 tahun, meskipun diantara mereka bukan sebagai angkatan kerja.

Penduduk usia kerja usia ini umumnya masih berada dibangku sekolah

maupun kuliah sehingga kemungkinan mereka bukan sebagai angkatan kerja.

Besarnya PUK usia 15-19 tahun merupakan sebuah potensi tenaga kerja yang

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 44

besar di Provinsi Sulawesi Tengah, sehingga perlu pemerintah melakukan

penyiapan lapangan kerja bagi calon tenaga kerja produktif dan berusia muda.

Jika hal ini dapat dimanfaatkan maka “bonus demografi” ini akan memberikan

efek yang signifikan dalam mendongkrak perekonomian Provinsi Sulawesi

Tengah di masa mendatang.

3.2.3 Perkiraan PUK Menurut Tingkat Pendididikan Tahun 2012-2013

Perkiraan PUK Menurut Tingkat Pendidikan di Provinsi Sulawesi Tengah

Tahun 2012-2013 dapat disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3.4

Perkiraan PUK Menurut Tingkat Pendididkan Tahun 2012-2013

TINGKAT PENDIDIKAN 2012 2013 TAMBAHAN

≤ SD 931.640 935.509 3.869

SLTP 392.350 396.728 4.378

SLTA Umum 274.403 276.703 2.300

SLTA Kejuruan 94.225 97.643 3.418

Diploma I/II/III/Akademi 48.411 54.552 6.142

Universitas 65.981 72.980 6.999

JUMLAH 1.807.010 1.834.115 27.105

Jumlah penduduk usia kerja menurut tingkat pendidikan terbesar di

Sulawesi Tengah ada pada jenjang pendidikan SD yang berkisar 51 persen

dari seluruh penduduk. Penduduk usia kerja pada seluruh jenjang pendidikan

diperkirakan mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke 2013 Pada tahun

2012 proporsi penduduk usia kerja yang berpendidikan SD sebesar 51.23

persen, sementara ditahun 2013 meningkat menjadi 51,56 persen. Melihat

kondisi ini, pemerintah perlu melakukan upaya agar penduduk usia kerja

dengan tingkat pendidika SD tidak menjadi angkatan kerja. Program wajib

belajar 12 tahun perlu lebih diintensifkan pada beberapa daerah, sehingga

penduduk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk

meningkatkan angka partisipasi sekolah perlu adanya perbaikan dan

penambahan sarana pendidikan sehingga terjangkau dari aspek jarak dan

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 45

biaya. Perlu adanya penambahan fasilitas sekolah terutama pada daerah daerah

pengunungan, daerah pesisir dan daerah pedalaman yang selama ini sangat

minim akan sarana pendidikan.

Penduduk usia kerja pada tingkat pendidikan SLTP juga mendominasi

penduduk usia kerja di Sulawesi Tengah, yaitu sebesar 21,71 pesen.

Pemerintah juga harus mendorong agar penduduk usia kerja pada jenjang

pendidikan ini untuk tidak masuk dalam angkatan kerja, hal ini akan sangat

mempengaruhi kualitas tenaga kerja di Sulawesi Tengah.

Penduduk usia kerja pada jenjang pendidikan SMA umum dan kejuruan

juga menunjukkan peningkatan, demikian pula PUK yang berpendidikan

Diploma/universitas yang juga menunjukkan trend peningkatan baik di tahun

2012 maupun di tahun 2013. Peningkatan PUK pada jenjang pendidikan SLTA

dan perguruan tinggi ini harus tetap didorong sehingga kualitas sumber daya

manusia akan semakin baik. Pada sisi yang lain pemerintah harus mampu

menstimuli ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah dalam upaya menampung

tenaga kerja yang makin banyak dan makin baik kualitasnya.

Kebijakan sektor pendidikan harus mampu meningkatkan partisipasi

sekolah khususnya jenjang SD dan SLTP, sehingga PUK pada usia ini makin

menurun secara drastis. Perlu adanya sinergitas dalam peningkatan angka

partisipasi sekolah khususnya pada daerah - daerah miskin melalui pemberian

beasiswa dan tunjangan lainnya bagi siswa rentan dari kelompok masyarakat

miskin guna menghindarkan adanya putus sekolah pada jenjang SD maupun

SLTP. Dengan pola ini, maka anak- anak usia sekolah akan tetap dapat

melanjutkan pendidikannya dan tidak masuk ke dalam angkatan kerja.

3.3 Perkiraan Angkatan Kerja

Berdasarkan Permenakertans No. PER. 16/MEN/XI/2010, angkatan kerja

yang selanjutnya disingkat AK, adalah jumlah dan kualitas PUK yang bekerja,

atau memiliki pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran.

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 46

Uraian angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2012-2013 dapat

disajikan sebagai berikut :

3.3.1 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-

2013

Proyeksi angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2012-2013

berdasarkan jenis kelamin, dapat disajikan sebagai berikut :

Tabel 3.5 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-2013

JENIS KELAMIN 2012 2013 TAMBAHAN

Laki-Laki 882.075 908.537 26.462

Perempuan 459.583 467.855 8.272

Jumlah 1.341.658 1.376.393 34.735

Dari tabel di atas terlihat bahwa angkatan kerja (AK) laki-laki maupun

perempuan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Di tahun 2013

Angkatan Kerja Laki-laki diperkirakan naik sebesar 3 persen sementara

angkatan kerja wanita tumbuh sebesar 1,8 persen. Meskipun angkatan kerja

wanita menunjukkan peningkatan, namun peningkatannya lebih kecil dari

angkatan kerja laki-laki. Hal ini dapat disebabkan lambatnya perkembangan

jumlah wanita yang bekerja dan cenderung memilih menjadi ibu rumah tangga.

Kurangnya wanita yang bekerja ini juga imbas dari kurang terciptanya

lapangan kerja yang dapat dikerjakan oleh kaum wanita, terutama pada

pekerjaan sektor informal pada skala rumah tangga. Ini menjadi peluang untuk

pengembangan ekonomi rumah tangga dengan memberikan ketrampilan

dalam pengelolaan sumber daya lokal yang memberikan nilai tambah ekonomi.

Pola ini diyakini akan mampu merangsang tumbuhnya ekonomi lokal di

masyarakat, terkelolanya sumber daya yang ada di setiap daerah dan

mengurangi pengangguran.

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 47

3.3.2 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 2012-2013

Angkatan kerja berdasarkan Kelompok umur terkait dengan

produktivitas tenaga kerja, skill yang dimiliki dan tingkat pendidikan tenaga

kerja. Prakiraan angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2012-2013

berdasarkan kelompok umur dapat disajikan sebagai berikut :

Tabel 3.6 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur

Tahun 2012-2013 GOL. UMUR 2012 2013 TAMBAHAN

15-19 83.615 79.688 (3.927)

20-24 124.966 123.631 (1.335)

25-29 181.817 186.044 4.228

30-34 196.630 203.021 6.391

35-39 182.935 191.040 8.105

40-44 166.933 173.866 6.933

45-49 129.830 132.742 2.912

50-54 110.719 115.992 5.273

55-59 76.835 78.234 1.399

60-64 41.414 44.696 3.283

≥ 65 45.964 47.438 1.474

JUMLAH 1.341.658 1.376.393 34.735

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa, jumlah angkatan kerja paling

dominan dari tahun 2012-2013 tersebar pada kelompok usia 30-34 tahun

dengan proporsi sebesar 14,7 persen, dengan pertumbuhan sebesar 3,3 persen.

Pertumbuhan tertinggi berada pada kelompok 35-39 tahun yang tumbuh

sebesar 4,4 persen. Selain pada kelompok usia yang produktif, trend

peningkatan terjadi pula pada kelompok usia non produktif yakni yang berusia

diatas 65 tahun dengan pertumbuhan diperkirakan sebesar 3,3 persen.

Untuk AK pada kelompok usia kerja 15-24 tahun menunjukkan tend yang

menurun. Ini berarti bahwa ada perbaikan pada aspek pendidikan sehingga

mereka yang berusia 15-24 tahun berpeluang tidak masuk ke bursa kerja dan

masih melanjutkan pendidikan di jenjang SMP/SMA maupun perguruan tinggi.

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 48

3.3.3 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2013

Selain kelompok umur, tingkat pendidikan memiliki pengaruh pada

tingkat produktivitas tenaga kerja. Perekonomian yang disokong oleh tenaga

kerja dengan pendidikan yang relatif tinggi memberikan indikasi sektor yang

sedang berkembang dalam menopang perekonomian suatu daerah. Pada

jenjang pendidikan yang rendah, umumnya pekerja bekerja pada sektor –

sektor primer, tingkat produktivitas yang relatif rendah dan nilai tambah

ekonomi yang diciptakan juga rendah. Akibatnya secara langsung tingkat

kesejahteraan pekerja pada jenjang ini juga masih rendah.

Perkiraan angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan

tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 3.7

Tabel 3.7

Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2013

TINGKAT PENDIDIKAN 2012 2013 TAMBAHAN

≤ SD 643.005 633.488 (9.517)

SLTP 260.218 273.084 12.867

SLTA Umum 232.501 249.183 16.681

SLTA Kejuruan 92.707 96.145 3.438

Diploma I/II/III/Akademi 47.776 52.800 5.024

Universitas 65.450 71.692 6.241

JUMLAH 1.341.658 1.376.393 34.735

Secara keseluruhan, angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Tengah yang

berpendidikan SD masih dominan. Berdasarkan proyeksi tahun 2012-2013

proporsi angakatan kerja berpendidikan SD mencapai 46 persen. Ini berarti

bahwa tenaga kerja di Provinsi Sulawesi Tengah umumnya masih hanya

berpendidikan SD. Hal ini dimungkinkan karena sektor-sektor penggerak

ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah masih digerakkan oleh sektor-sektor

primer terutama pertanian, perkebunan dan kelautan, yang umumnya

pekerjannya tidak memerlukan skill yang tinggi. Namun demikian upaya

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 49

peningkatan produktivitas tetap perlu dilakukan melalui bimbingan teknis

pada bidang kelautan, pertanian dan perkebunan

Di tahun 2012 dan tahun 2013 proyeksi angkatan kerja berpendidikan

SD diharapan menurun. Hal ini diupayakan agar Untuk angkatan kerja yang

berpendidikan SMA hingga perguruan tinggi juga menunjukkan trend yang

meningkat, artinya bahwa jumlah penduduk yang menamatkan pendidikan

dari SMA baik umum maupun kejuruan bahkan lulusan PT menunjukkan

peningkatan. Hal ini menjadi indikator perbaikan angka partisipasi sekolah di

Provinsi Sulawesi Tengah. Angkatan kerja yang berpendidikian SMA umum

menunjukkan peningkatan . Artinya bahwa cukup banyak alumni SMA umum

yang bekerja atau sedang mencari kerja di Provinsi Sulawesi Tengah. Ini perlu

dicermati karena umumnya tamatan SMA umum adalah unskilled, sehingga

jika memasuki pasar kerja akan sulit untuk memperoleh pekerjaan yang tepat.

Untuk itu dimasa mendatang diperlukan pengurangan rasio SMA umum

dan meningkatkan SMK dalam upaya pengurangan pengangguran dari alumni

SMA umum. Upaya penguatan SMK dapat seiring dengan peningkatan

politeknik yang sesuai dengan kebutuhan Provinsi Sulawesi Tengah, sehingga

pada satu sisi diupayakan menciptakan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan

dan pada sisi yang lain diarahkan untuk mengurangi potensi tingkat

pengangguran.

3.4 Perkiraan Kesempatan Kerja

3.4.1 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-2013

Perkiraan kesempatan kerja di Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2011-

2013 dapat dijabarkan sebagai berikut :

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 50

Tabel 3.8 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2012-2013

JENIS KELAMIN 2012 2013 Tambahan

Laki-Laki 858.461 885.605 27.144

Perempuan 439.884 453.793 13.909

Jumlah 1.298.345 1.339.398 41.053

Dari Tabel di atas terlihat bahwa secara totalitas nampak terjadi

peningkatan kesempatan kerja di Provinsi Sulawesi Tengah selama 2012-2013.

Di tahun 2012 terdapat terdapat pertambahan sebanyak 41.053 kesempatan

kerja atau tumbuh 3,2 persen. Peningkatan kesempatan kerja ini terjadi karena

adanya perkiraan pertumbuhan ekonomi pada berbagai sektor yang

berpeluang membutuhkan tenaga kerja. Jika dilihat dari jenis kelaminnya

dalam kurun waktu hingga tahun 2013, proporsi kesempatan kerja laki –laki

mencapai 66 persen, sementara porsi kesempatan kerja wanita hanya 34

persen.

3.4.2 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur

Tahun2012-2013

Kesempatan kerja adalah lowongan pekerjaan yang belum diisi oleh

pencari kerja atau pekerja yang sudah ada. Proyeksi kesempatan kerja di

Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2012-2013, menurut golongan umur, disajikan

sebagai berikut :

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 51

Tabel 3.9 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur

Tahun 2012-2013

GOLONGAN UMUR 2012 2013 TAMBAHAN

15-19 70.834 69.983 (851)

20-24 107.654 111.685 4.030

25-29 179.904 184.426 4.522

30-34 195.357 201.058 5.700

35-39 181.730 188.214 6.485

40-44 165.928 172.473 6.545

45-49 127.091 130.104 3.013

50-54 109.391 114.191 4.800

55-59 75.689 76.974 1.284

60-64 39.564 43.306 3.741

≥ 65 45.202 46.985 1.783

JUMLAH 1.298.345 1.339.398 41.053

Secara keseluruhan tingkat pertumbuhan kesempatan kerja di Sulawesi

Tengah dari tahun 2012 hingga tahun 2013 sebesar 3,2 persen. Dari

kesempatan kerja di atas terlihat lowongan kerja pada kelompok usia 15-19

tahun semakin kecil. Hal ini memberikan indikasi bahwa pekerjaan yang

tersedia semakin sempit untuk mereka yang tamat SMP dan SMA.

Grafik 3.1 : Tambahan Kesempatan kerja Menurut Umur Tahun 2012-2013

(851)

4,030 4,522 5,700

6,485 6,545

3,013

4,800

1,284

3,741

1,783

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 52

3.4.3 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2013

Tingkat kebutuhan tenaga kerja sangat terkait dengan sektor yang

tumbuh di Provinsi Sulawesi Tengah. Berdasarkan hasil proyeksi kesempatan

kerja menurut pendidikan di Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2012-2013 dapat

disajikan sebagai berikut :

Tabel 3.10

Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun2012-2013

TINGKAT PENDIDIKAN 2012 2013 TAMBAHAN

≤ SD 638.629 630.032 (8.597)

SLTP 254.375 269.138 14.763

SLTA Umum 212.306 231.587 19.281

SLTA Kejuruan 84.813 88.896 4.083

Diploma I/II/III/Akademi 45.907 51.866 5.958

Universitas 62.315 67.879 5.564

JUMLAH 1.298.345 1.339.398 41.053

Secara akumulasi, pertumbuhan kesempatan kerja dalam 2 tahun ke

depan menunjukkan angka positif. Berdasarkan tingkat kebutuhan tenaga

kerja pada strata pendidikannya terlihat bahwa secara proporsi kesempatan

kerja pada tingkat pendikan SD masih paling besar yang mencapai 52,7 persen

dari total kesempatan kerja yang tersedia. Namun demikian pertumbuhan

permintaan angkatan kerja pada jenjang pendidikan SD menurun 1,3 persen

dari tahun 2012 ke tahun 2013. Pertumbuhan permintaan tenaga kerja pada

strata Diploma menunjukkan yang paling tinggi yang mencapai 13 persen di

tahun 2013. Tumbuhnya kesempatan kerja pada kelompok pendidikan diploma

ini menggambarkan adanya pertumbuhan sektor ekonomi yang berbasis pada

knowledges based seperti sektor keuangan, sektor pemerintahan dan sektor

industri, yang umumnya memerlukan tenaga kerja terdidik dan terlatih.

Pertumbuhan kesempatan kerja yang cukup tinggi juga terjadi pada kelompok

pendidikan SMA Kejuruan yang meningkat sebesar 4,8 persen pada tahun

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 53

2013. Pertumbuhan kesempatan kerja yang tinggi juga terdapapat pada

jenjang pendidikan Sarjana yaitu sebesar 8,94 persen.

Grafik 3.2 : Pertambahan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2013

Berdasarkan grafik di atas memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan

SMA Umum dan Kejuruan mendapatkan tambahan kesempatan kerja tertinggi

dibandingkan jenjang pendidika lainnya pada tahun 2013. Tingkat pendidikan

SD diperkirakan akan menurun kesempatan kerjanya, hal ini terjadi mengingat

kebutuhan tenaga kerja pada masa akan datang akan lebih meningkat

kualitasnya. Jenjang pendidikan SD akan semakin sulit memasuki pasar tenaga

kerja. kondisi akan menjadi perhatian bagi pemerintah dalam hal ini adalah

Dinas Pendidikan berperan aktif untuk meningatkan kualitas pne sehingga

dapat di mendapat tambahan kesempatan kerja, hal ini dimungkinkan karena

dukungan pemerintah yang selalu mengupayakan agar peningkatan kualitas

pendidikan sehingga berkurangnya penduduk dengan pendidikan SD dan SMTP

masuk di dunia kerja.

(8,597)

14,763

19,281

4,083 5,958 5,564

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 54

3.4.4 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha Tahun2012-2013

Kesempatan kerja menurut lapangan usaha di Provinsi Sulawesi Tengah

berdasarkan hasil proyeksi tahun 2012-2013 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.11 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha

Tahun2012-2013

LAPANGAN USAHA 2012 2013

Pertanian 657.849 660.972

Pertambangan 33.109 39.432

Industri Pengolahan 72.265 82.152

Listrik, Gas dan Air 6.075 7.306

Bangunan 48.103 52.059

Perdagangan 194.949 202.430

Angkutan 51.623 52.193

Keuangan 11.787 13.540

Jasa Kemasyarakatan 222.585 229.314

JUMLAH 1.298.345 1.339.398

Dari tabel di atas terlihat bahwa secara keseluruhan proporsi

kesempatan kerja yang tercipta untuk sektor pertanian paling besar yang

mencapai 49 persen dari keseluruhan kesempatan kerja yang ada di Provinsi

Sulawesi Tengah. Meskipun menunjukkan trend yang meningkat di tahun

2012 dan 2013 namun jumlah pertambahan kesempatan kerjanya pada sektor

ini relatif rendah, diperkirakan hanya membuka kesempatan kerja sebanyak

3.123 orang pada tahun 2013. Kesempatan kerja yang tertinggi proporsinya di

tahun 2012 dan tahun 2013 adalah industri pengolahan sebanyak 9.888 orang.

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 55

Grafik 3.3 : Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2013

Selain sektor industri, sektor perdagangan juga menyediakan

kesempatan kerja yang cukup besar yaitu 7.841orang pada tahun 2013, selain

itu sektor jasa dan pertambangan juga memberikan peluang yang cukup besar

untuk menyerap tenaga kerja. Kondisi ini tentunya perlu menjadi perhatian

pemerintah guna mempersiapkan kemampuan dan keterampilan tenaga kerja

untuk mengisi kesempatan kerja pada sektor tersebut.

3.4.5 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan

Tahun2012-2013

Status pekerjaan menggambarkan posisi atau peran pekerja dalam

pekerjaan mereka. Terdapat pekerja yang berusaha sendiri, ada pekerja yang

berperan sebagai buruh/karyawan/pegawai dan ada pula pekerja yang

bekerja tanpa imbalan. Pekerja yang bekerja sendiri menggambarkan adanya

jiwa enterpreneur yang kuat dalam diri pekerja, sementara pekerja

buruh/karyawan/pegawai adalah pekerja yang memperoleh upah tetap dengan

“menjual” skill yang dimiliki. Pekerja yang bekerja tidak dibayar

menggambarkan adanya penganguran yang tersembunyi, karena sesungguhnya

-1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000

10,000

3,123

6,322

9,888

1,232

3,956

7,481

570 1,753

6,729

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 56

ia bekerja namun kurang dan bahkan tidak memperoleh manfaat ekonomi

dalam bentuk upah yang diterimanya.

Selengkapnya, perkiraan kesempatan kerja berdasarkan status

pekerjaan, dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 3.12 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan

Tahun 2012-2013

STATUS PEKERJAAN 2012 2013 TAMBAHAN

1. Berusaha sendiri 237.368 242.639 5.270

2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap 312.764 319.987 7.222

3. Berusaha dibantu buruh tetap 64.910 70.117 5.206

4. Buruh/Karyawan/Pegawai 296.686 308.653 11.967

5. Pekerja bebas di Pertanian 60.032 64.143 4.111

6. Pekerja bebas di Non Pertanian 42.920 48.935 6.015

7. Pekerja tidak dibayar 283.665 284.925 1.260

JUMLAH 1.298.345 1.339.398 41.053

Berdasarkan proporsi terlihat bahwa terdapat 4 (empat) status

pekerjaan yang mendominasi kesempatan kerja di tahun 2012-2013. Proporsi

tertinggi adalah status sebagai Berusaha dibantu buruh tidak tetap yang

mencapai 24 persen, buruh/karyawan sebesar 23 persen, pekerja tidak

dibayar yang mencapai 21 persen dan berusaha sendiri 18 persen

Dari proporsi ini nampak bahwa masih tinggi pekerja yang tidak dibayar.

Ini adalah sebuah tantangan penurunan angka pengangguran, karena

meskipun status mereka adalah bekerja, namun hakikatnya ia tidak

memperoleh manfaat yang besar secara ekonomi. Berdasarkan hal tersebut,

pemerintah perlu mendorong upaya-upaya menciptakan enterprenreneurship

melalui berbagai pelatihan teknis dan aplikasi sehingga mampu mendorong

terciptanya wirausaha baru. Perlu kemitraan dan pendampingan bagi calon

wirausaha baru dalam menata usaha mereka dengan dukungan instansi

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 57

terkait. Perlu pengembangan lending model perbankan dalam mendorong

tenaga kerja yang bekerja tidak dibayar ini sehingga keberadanyya dapat di

maksimalkan dalam menciptakan nilai tambah ekonomi di Provinsi Sulawesi

Tengah. Pengembangan lending model ini dapat dimaksimalkan dengan

melibatkan lembaga pendamping baik dari kalangan perguruan tinggi maupun

lembaga praktis lainnya.

Grafik 3.4 : Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Tahun 2012-2013

Tambahan kesempatan kerja terbesar adalah pada pekerjaan buruh,

karyawan atau pegawai sebanyak 11,967 orang. Tambahan kesempatan yang

cukup besar adalah pada status pekerjaan berusaha dibantu buruh tidak tetap

dan dibantu buruh tetap. Kondisi ini mengindikasikan bahwa diharapkan akan

semakin tinggi usaha kecil mandiri yang akan tumbuh di Sulawesi Tengah.

Kondisi ini dapat tercapai manakala ada peran pemerintah dalam

mengembangakan dan menciptakan para wirausaha baru melalui pelatihan

5,270

7,222

5,206

11,967

4,111

6,015

1,260

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 58

berbasis kemasyarakatan dan kemudahan akses perbankkan serta

pendampingan bagi usaha baru. Tambahan kesempatan kerja terkecil adalah

pada pekerja tidak dibayar, yaitu sebanyak 1,260 orang. diharapkan

kesempatan kerja pada pekerja tidak di bayar akan semakin menurun

3.4.6 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja Tahun 2012-2013

Perkiraan kesempatan kerja menurut jam kerja dimaksudkan untuk

melihat kecenderungan sebaran peluang kerja di tahun 2012-2013

berdasarkan waktu total (jam) pekerja per minggu. Hal ini penting untuk

melihat keterkaitan antara tingkat serapan tenaga kerja berdasarkan waktu

kerja normal.

Tabel 3.13 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja Tahun 2012-2013

Dari perkiraan sebaran tenaga kerja berdasarkan jam kerja, terlihat

bahwa proporsi tenaga kerja yang bekerja penuh (di atas 35 jam) di tahun

2012-2013 lebih kecil dibandingkan yang bekerja tidak penuh. Secara

akumulasi di tahun 2012-2013, proporsi pekerja yang bekerja dengan jam

kerja penuh hanya mencapai 43,5 persen, sementara pekerja yang bekerja

dengan jam kerja tidak penuh mencapai 56,5 persen. Ini berarti terdapat 56,5

persen pekerja yang diperkirakan akan bekerja tidak secara normal di tahun

JAM KERJA 2012 2013

0 54.014 54.704

1-9 42.513 43.195

10-14 133.682 143.193

15-24 293.944 318.502

25-34 216.749 219.623

35-44 270.853 282.661

45-59 233.137 236.350

≥ 60 66.022 67.685

JUMLAH 1.310.914 1.365.913

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 59

2012-2013, dan bermakna bahwa pemanfaatan tenaga kerja kurang optimal

dalam menciptakan nilai tambah ekonomi.

Dari tabel di atas terlihat bahwa perkiraan kesempatan kerja

berdasarkan jam kerja didominasi oleh pekerja yang bekerja dengan waktu

kerja antara 15-24 jam per minggu yang mencapai 22,4 persen dari seluruh

peluang kerja di tahun 2012-2013. Pada peringkat kedua adalah pekerja yang

bekerja dengan waktu kerja 35-44 jam kerja per minggu dengan porsi 20,7

persen, pekerja dengan waktu kerja 45-49 jam per minggu sebesar 17,8 persen

dan pekerja dengan jam kerja 25-34 jam per minggu pada peringkat keempat

dengan porsi 16,5 persen dari total proyeksi kesempatan kerja di tahun 2012-

2013.

Grafik 3.5 : Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja Tahun 2012-2013

Berdasarkan tingkat perkembangnya, pekerja yang bekerja > 60 jam per

minggu menunjukkan peningkatan yang kecil di tahun 2012-2013 yaitu

sebesar 5 persen dengan 1.663 orang. Di tahun 2012 pekerja pada kelompok ini

turun sebesar 17 persen dibanding tahun 2011 dan di tahun 2013

menunjukkan angka penurunan kembali yang mencapai 21 persen dibanding

tahun 2012. Tambahan kesempatan kerja terbesar di Sulawesi Tengah terjadi

0 1-9 10-14 15-24 25-34 35-44 45-59 ≥ 60

690 682

9,510

24,558

2,874

11,808

3,213 1,663

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 60

pada penduduk yang bekerja selama 15-25 jam perminggu. Selanjutnya diikuti

oleh penduduk yang bekerja normal yaitu selama 35-44 jam per minggu yaitu

sebanyak 11.808 orang.

3.4.7 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan Tahun 2012-2013

Perkiraan kesempatan kerja di tahun 2012-2013 berdasarkan jabatan,

berbagai jenis pekerjaan yang tumbuh baik positif maupun negatif dijabarkan

sebagai berikut :

Tabel 3.14

Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan Tahun 2012-2013

JENIS PEKERJAAN/JABATAN 2012 2013

1. Tenaga profesional, teknisi dan yang sejenis 107.829 110.020 2.191

2. Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan 35.174 37.834 2.660

3. Tenaga tata usaha dan yang sejenis 75.597 80.674 5.077

4. Tenaga usaha penjualan, 161.890 166.448 4.559

5. Tenaga usaha jasa, 44.724 51.319 6.594

6. Tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan 660.722 675.467 14.745

7/8/9. Tenaga produksi,operator alat-alat angkutan dan pekerja kasar dan Lainnya 212.409

217.636

5.227

JUMLAH 1.298.345 1.339.398 41.053

Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa seluruh peluang kerja tumbuh

positif, namun dengan tingkat pertumbuhan dan tambahan kesempatan kerja

yang berbeda. Pertumbuhan yang paling besar adalah tenaga usaha jasa yang

tumbuh 19,2 persen di tahun 2013. Pertumbuhan terkecil adalah pada

jabatan tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan tumbuh

sekitar 2,23 persen, namun memiliki proporsi pertambahan yang paling besar

dari seluruh jenis pekerjaan di tahun 2013. Ini berarti sektor pertanian akan

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 61

tetap tumbuh sehingga akan memberikan peluang kebutuhan tenaga kerja bagi

masyarakat Sulawesi Tengah.

Grafik 3.6 : Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan Tahun 2012-2013

Total peluang serapan tenaga kerja pada jabatan ini mencapai 41,053

orang di tahun 2013. Tambahan kesempatan terbesar adalah pada jenis

pekerjaan tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan, pada

jenis pekerjaan di sektor primer ini mengalami pertumbuhan tidak terlalu

tinggi, namun pertambahan kesempatan kerja yang banyak yaitu sebanyak

14.745 orang. Rendahnya pertumbuhan ini mengindikasikan bahwa di tahun

2012 dan 2013, secara perlahan terjadi pergeseran sektor ekonomi dari sektor-

sektor primer ke sektor lainnya seperti jasa, industri pengolahan, pekerjaan

yang berbasis pada knowledge worker.

Tambahan kesempatan kerja terbesar lainnya adalah tenaga usaha

penjualan sebanyak 6.594 orang pada tahun 2013. Tenaga profesional

mempunyai pertumbuhan yang relatif sedikit dan pertambahan yang paling

kecil dibandingan seluruh jenis jabatan pekerjaan di Sulawesi Tengah.

2,191 2,660 5,077 4,559

6,594

14,745

5,227

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 62

3.5 Perkiraan Pengangguran Terbuka Perkiraan Pengangguran terbuka adalah jumlah penduduk yang tidak

sedang bekerja, mencari pekerjaan, mempersiapkan pekerjaan, tidak mencari

pekerjaan dan yang sudah punya pekerjaan namun belum mulai bekerja.

Tingkat perkiraan pengangguran terbuka di Sulawesi Tengah selama dua

tahun yang akan datang mengalami penurunan, dimana besarnya

pengangguran terbuka Sulawesi Tengah masih di bawah rata-rata Nasional.

Berikut uraian secara lebih rinci mengenai pengangguran terbuka berdasarkan

jenis kelamin, tingkat pendidikan dan golongan umur di Sulawesi Tengah

3.5.1 Perkiraan Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun

2012-2013 Jumlah pengangguran terbuka dalam dua tahun ke depan untuk

penduduk laki-laki dan perempuan di Sulawesi Tengah mengalami penurunan.

Saat ini Tingkat pengagguran Terbuka di Sulawesi Tengah sebesar 4 persen,

dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik, dan beberapa upaya

peningkatan pembangunan di Sulawesi Tengah, diperkirakan Tingkat

Penggaruran Terbuka pada Tahun 2012 bisa mencapai 3,23 persen dan pada

tahun 2013 menjadi 2,69 persen. Kondisi ini tentu memberikan gambaran yang

cukup menggembirakan bagi upaya peningkatan kesempatan kerja di Sulawesi

Tengah.

Tabel 3.15 Perkiraan Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2012-2013

JENIS KELAMIN 2012 2013

Absolut TPT (%) Absolut TPT (%)

Laki-Laki 23.614 2,68 22.932 2,52

Perempuan 19.699 4,29 14.062 3,01

JUMLAH 43.313 3,23 36.995 2,69

Tingkat pengangguran terbuka ini memperlihatkan bahwa hanya

sebagian kecil atau 3.23 persen angkatan kerja adalah penduduk yang tidak

sedang bekerja dan sebagian besar yakni 96,77 persen angkatan kerja adalah

orang yang bekerja pada tahun 2012.

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 63

Tingkat pengangguran terbuka penduduk perempuan di Sulawesi Tengah

lebih tinggi dibandingkan dengan Laki-laki, hal ini menunjukkan bahwa

penduduk laki-laki lebih banyak terserap di pasar tenaga kerja dibandingkan

pendukuk perempuan. Artinya pula bahwa masih terdapat peluang untuk

pengembangan berbagai sektor ekonomi terutama skala mikro dengan

memanfaatkan tenaga kerja wanita yang belum terserap di pasar kerja.

Ketersediaan bahan baku yang melimpah di Provinsi Sulawesi Tengah adalah

peluang-peluang pengembangan usaha mikro yang dapat memberikan nilai

tambah ekonomi bagi keluarga dan penyerapan tenaga kerja wanita. Perlu

adanya kebijakan dalam memberdayakan tenaga kerja wanita dengan

menyiapkan roadmap pengembangan industri kecil dan mikro serta dukungan

pendanaan bagi tumbuhnya usaha ini. Perlunya pemerintah menginisiasi

pasar-pasar hasil usaha skala mikro guna menstimulasi tumbuh kembangnya

usaha-usaha kecil berbasis pada komunitas yang mampu mengolah berbagai

bahan baku yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah.

3.5.2 Perkiraan Pengangguran Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan

Tahun 2012-2013 Pengangguran Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2013

di Provinsi Sulawesi Tengah dapat disajikan sebagai berikut :

Tabel 3.16

Perkiraan Pengangguran Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2013

TINGKAT PENDIDIKAN

2012 2013

Absolut TPT (%) Absolut TPT (%)

≤ SD 4.376 0,68 3.456 0,55

SLTP 5.843 2,25 3.947 1,45

SLTA Umum 20.195 8,69 17.595 7,06

SLTA Kejuruan 7.894 8,51 7.249 7,54

Diploma I/II/III/Akademi 1.869 3,91 935 1,77

Universitas 3.136 4,79 3.813 5,32

JUMLAH 43.313 3,23 36.995 2,69

Sumber : Data Sakernas, diolah kembali

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 64

Tingkat pengangguran terbuka pada tingkat pendidikan SD selama dua

tahun kedepan mengalami penurunan, kondisi ini menunjukan trend yang

positif yang mengindikasikan bahwa penduduk yang berpendidikan SD atau

dibawahnya tidak masuk dalam angkatan kerja namun melanjutkan ke

pendidikannya ke jenjang pendidikan selanjutnya yaitu SLTP. Angka ini juga

dapat mengindikasikan bahwa penduduk dengan tingkat pendidikan tertentu

telah terserap di dunia kerja, walaupun masuk pada jenis pekerjaan unskilled.

Kondisi yang sama terjadi pada tingkat pengangguran terbuka pada

jenjang pendidikan SLTP, SLTA kejuruan, Diploma. Tingkat pengangguran

terbuka selama tahun ke depan pada beberapa tingkatan pendidikan tersebut

mengalami penurunan. Kondisi ini menunjukkan trend yang positif. Turunnya

tingkat pengangguran terbuka pada jenjang pendidikan SLTP dapat disebabkan

karena mereka melanjutkan ke jenjang pendidikan di atasnya yaitu SLTA,

sehingga mereka tidak masuk sebagai angkatan kerja. Kondisi ini

mengindikasikan adanya keberhasilan di dunia pendidikan dalam

mengupayakan penduduk untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi

yaitu SLTA. Di sisi lain penurunan tingkat pengangguran terbuka dapat juga

disebabkan oleh terserapnya penduduk dengan pendidikan SLTP ke dunia

kerja, kondisi ini yang sesungguhnya yang perlu di khawatirkan karena

terserapnya penduduk dengan pendidikan SLTP ke dunia kerja akan menjadi

tenaga kerja tanpa ketrampilan atau unskilled. Hal ini tentunya akan

mempengaruhi nilai tawar (bargaining position) dan produktivitasnya apabila

tidak di dukung oleh pelatihan yang memadai pada bidangnya.

Pengangguran terbuka yang diperkirakan naik adalah adalah penduduk

dengan tingkat pendidikan universitas, dengan tingkat pengangguran terbuka

(TPT) sebesar 4,79 persen pada tahun 2012 dan naik menjadi 5,32 persen di

tahun 2013. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin banyaknya lulusan

universitas yang belum terserap di dunia kerja. Orentasi untuk menjadi PNS

masih merupakan tujuan utama khususnya bagi lulusan universitas, namun

tentunya terbatasnya formasi untuk menjadi PNS tentunya akan menambah

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 65

jumlah pengangguran di Sulawesi Tengah. Perubahan orentasi bagi lulusan

universitas dapat dilakukan melalui pemberian bekal jiwa kewirausahaan

semenjak di bangku kuliah, dan ini tentunya perlu di dukung oleh perguruan

tinggi di Sulawesi Tengah.

Tingkat pengangguran terbuka penduduk dengan tingkat pendidikan

SLTA kejuruan selama dua tahun ke depan akan semakin menurun. Kondisi ini

sesuai dengan harapan program pemerintah mengenai peningkatan kualitas

sekolah kejuruan di Indonesia. Sekolah kejuruan didesain sebagai sekolah yang

menghasilkan lulusan siap kerja, sehingga serapan tenaga kerja dari lulusan

pendidikan ini sangat tinggi. Pada tahun 2012 diharapkan tingkat

pengangguran terbuka lulusan SLTA kejuruan mencapai 4 persen dan tahun

2013 hanya sebesar 0,61 persen. Target tersebut dapat dicapai dengan upaya

meningkatkan kualitas lulusan melalui peningkatan fasilitas praktek sekolah,

program magang, dan membangun jaringan antara sekolah dengan dunia

bisnis. Kemampuan sekolah kejuruan dalam mengembangkan program link and

mach antara kurikulum sekolah dengan kebutuhan dunia bisnis di daerah

harus melibatkan stakeholder atau user yang akan memanfaatkan hasil lulusan

di Sulawesi Tengah.

Kondisi yang berbeda dengan SLTA umum yang pada dua tahun terakhir

mengalami peningkatan jumlah pengangguran terbuka, hal ini harus menjadi

perhatian pemerintah untuk mengupayakan agar tidak terlalu banyak

penduduk dengan tingkat pendidikan SLTA masuk dalam pengangguran

terbuka. Hal ini dapat dilakukan melalui pemanfaatan BLK untuk melatih

lulusan SLTA agar memiliki keterampilan khusus untuk memasuki dunia kerja.

Tingkat pengangguran terbuka dua tahun ke depan untuk penduduk

dengan pendidikan lulusan perguruan tinggi diproyeksikan mengalami

peningkatan. Hal ini bermakna bahwa serapan tenaga kerja sarjana di Sulawesi

Tengah cukup rendah dibanding jumlah lulusan yang dihasilkan perguruan

tinggi di Provinsi Sulawesi Tengah.

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 66

3.5.3 Perkiraan Pengangguran Terbuka Menurut Golongan Umur Tahun 2012-2013

Neraca tenaga kerja menurut golongan umur di Sulawesi Tengah

menunjukkan nilai surplus tenaga kerja di beberapa kelompok umur. Kondisi

ini tentunya berdampak pada semakin banyaknya kelompok umur yang masuk

dalam kategori pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka menurut umur

di Sulawesi Tengah menunjukkan angka penurunan, yang berarti pula bahwa

terdapat kenaikan serapan tenaga kerja usia produktif di Provinsi Sulawesi

Tengah.

Tabel 3.17 Perkiraan Pengangguran Terbuka Menurut Golongan Umur

Tahun 2012-2013

Kelompok Umur 2012 2013

Absolut TPT (%) Absolut TPT (%)

15-19 16,579 19.59 12,447 15.38

20-24 14,737 12.39 5,828 5.21

25-29 7,050 4.00 3,931 2.23

30-34 2,418 1.21 2,199 1.05

35-39 2,168 1.16 1,157 0.59

40-44 1,036 0.61 2,665 1.50

45-49 2,259 2.01 2,713 2.39

50-54 1,347 1.18 1,713 1.40

55-59 363 0.32 2,256 8.91

60-64 418 1.10 265 0.69

≥ 65 894 1.94 1,387 2.83

Jumlah 49,269 3.62 46,561 3.30

Sumber : Data Sakernas, diolah kembali

Tingkat pengangguran terbuka terbesar untuk kelompok umur di

Sulawesi Tengah adalah pada kelompok usia 15 – 19 tahun dan menunjukkan

trend yang menurun dalam dua tahun kedepan. Namun pada beberapa

kelompok umur mengalami mengalami trend peningkatan. Hal ini bermakna

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 67

bahwa akan terjadi peningkatan jumlah pengangguran terbuka yang cukup

besar pada beberapa kelompok umur di Sulawesi Tengah. Pengangguran

terbuka di Provinsi Sulawesi Tengah dalam dua tahun kedepan akan

meningkat terutama pada kelompok usia 40-59 tahun, sementara pada

kelompok usia 15-39 tahun penganguran terbuka diperkirakan akan menurun.

Data tersebut juga menunjukkan adanya sinyal yang positif, yang bermakna

bahwa terjadi peningkatan kesempatan kerja dua tahun kedepan di Sulawesi

Tengah pada kelompok usia 15-39 tahun.

3.6 Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja

Tingkat produktivitas tenaga kerja menggambarkan nilai tambah per tenaga

kerja pada tiap sektor ekonomi di Provinsi Sulawesi Tengah. Berdasarkan

nilai absolut, tingkat produktivitas tertinggi terjadi pada sektor keuangan,

yang disusul sektor bangunan, angkutan dan pertambangan di tahun 2013.

Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.18 Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Tengah

Berdasarkan Sektoral Tahun 2011-2013

LAPANGAN USAHA 2011 2012 2013

Pertanian 10.161.740 10.718.272 11.154.497

Pertambangan 16.352.696 18.061.324 20.732.779

Industri Pengolahan 15.890.883 15.332.514 14.313.951

Listrik, Gas dan Air 26.635.763 20.742.209 17.655.733

Bangunan 23.591.391 24.946.456 29.265.559

Perdagangan 10.923.747 11.731.245 12.422.050

Angkutan 24.381.388 25.821.829 27.791.439

Keuangan 75.163.807 71.944.649 69.614.986

Jasa Kemasyarakatan 12.892.720 12.965.811 13.555.706

TOTAL 12.830.299 13.430.175 14.211.593

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB III - 68

Jika dilihat dari trend peningkatannya, produktivitas yang tumbuh paling

besar adalah pada sektor pertambangan dan bangunan yang tumbuh masing

masing sebesar 17 persen dan 15 persen di tahun 2013.

Selain terdapat beberapa sektor yang tumbuh positif tingkat

produktivitasnya, tahun 2013 juga menunjukkan penurunan produktitas yaitu

sektor industri, listrik dan keuangan.

Secara totalitas terjadi trend peningkatan produktivitas dimana pada

tahun 2012 tumbuh sebesar 5 persen dibanding tahun 2011 dan di tahun 2013

tumbuh sebesar 6 persen.

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 69

REKOMENDASI KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

Pembangunan ketenagakerjaan akan selalu seiring dengan

pembangunan ekonomi yang secara langsung terkait dengan pertumbuhan

sektor-sektor yang memberikan kontribusi terhadap PDRB. Pembangunan

ketenagakerjaan juga bersifat lintas sektor, oleh karenanya pencapaiannya

sangat tergantung sejauh mana seluruh stakeholders memberikan kontribusi

maksimal sesuai dengan bidangya masing-masing.

Pembangunan ketenagakerjaan didasarkan pada 5 (lima) pilar penting

yaitu kualitas, kuantitas, mobilitas, aktivitas dan produktivitas.

Pembangunan ketenagakerjaan harus mampu meciptakan mutu sumber daya

manusia melalui penguatan sektor pendidikan maupun pelatihan.

Pembangunan ketenagakerjaa juga harus mampu menyiapkan tenaga kerja

dalam jumlah yang memadai dengan permintaan. Aspek sebaran (mobilitas)

juga sangat penting sehingga tenaga kerja tidak hanya berada di suatu derah

tertentu, namun tersebar secara proporsional sesuai kebutuhan di tiap sektor

ditiap daerah. Pada pilar aktivitas, pembangunan ketenagakerjaan harus

seiring dengan aktivitas ekonomi sedang berkembang dan harus mampu

mengantisipasi kebutuhan tenaga kerja kaitannya dengan perkembangan

sektor ekonomi dimasa mendatang. Pada akhirnya pembangunan

ketenagakerjaan harus mampu menciptakan insan yang bermutu, yang ditandai

dengan produktivitas yang tinggi, sehingga akan memberikan tingkat

B A B

4

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 70

kesejahteraan pekerja secara langsung dan akan berdampak pula terhadap

peningkatan perekonomian secara umum.

4.1 Rekomendasi Kebijakan Perekonomian Pembangunan ketenagakerjan sangat erat kaitannya dengan

pembangunan perekonomian secara umum. Pembangunan sektor

ketenagakerjaan secara langsung dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang

terkait erat dengan peningkatan ekonomi daerah. Perkiraan Perencanaan

Tenaga Kerja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah memberikan nuansa yang

optimis. Ini disebabkan pertumbuhan perekonomian Sulawesi Tengah 9,89

persen pada tahun 2012 dan 12,98 persen tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi

yang positif tersebut diperkirakan mampu mendorong penciptaan kesempatan

kerja. Kesempatan kerja di Sulawesi Tengah diperkirakan akan bertambah

sebesar 49,915 orang menjadi 1,310, 914 orang pada tahun 2012 dan pada

tahun 2013 bertambah sebanyak 54,998 orang menjadi 1,365,913 orang.

Perkiraan peningkatan kesempatan kerja ini diharapkan dapat mengurangi

tingkat pengangguran terbuka menjadi 3, 46 persen selama tahun 2012-2013.

Harapan dan target yang optimis tersebut haruslah didukung dengan

asumsi bahwa indikator-indikator perekonomian daerah mengalami

perkembangan yang positif. Ini adalah syarat mutlak sebagai penopang dan

penentu keberhasilan dari implementasi kebijakan pemerintah daerah Provinsi

Sulawesi Tengah di bidang ketenagakerjaan. Artinya, kebijakan ekonomi

diarahkan untuk mencapai target-target pembangunan ketenagakerjaan.

Selanjutnya perlu perubahan mendasar dalam hal manajemen ekonomi

daerah sejalan dengan kebijakan pasar kerja. Perlu dipikirkan pertumbuhan

kuantitas dan kualitas lapangan kerja melalui usaha ekonomi yang padat karya.

Salah satu langkah yang perlu diperhatikan adalah bagaimana

mentrasformasikan sektor ekonomi informal menjadi sektor ekonomi yang

formal sehingga tingkat kesejahteraan ekonomi informal dapat ditingkatkan.

Implikasinya adalah bahwa perlu investasi potensial dalam penciptaan

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 71

lapangan kerja diberikan pada kegiatan-kegiatan ekonomi dengan tingkat

elastisitas output dan tenaga kerja yang tinggi.

Selain itu kedepan perlu tetap menjaga stabilitas makroekonomi daerah

dengan penekanan pada investasi sektor riil, agar pertumbuhan ekonomi tidak

hanya bertumpu pada kekuatan konsumsi, akan tetapi juga pada investasi.

Tidak kalah pentingnya mengembangkan usaha kecil dan menengah yang

produktif. Jadi selain pengembangan sumberdaya manusia, perluasan lapangan

kerja, kebijakan daerah harus dilakukan dengan jalan investasi.

Untuk itu upaya menumbuhkan perekonomian daerah harus mampu 1)

menciptakan lapangan kerja bagi seluruh warganya, yang berarti memberikan

serapan tenaga kerja yang cukup tinggi, 2) mampu menciptakan dampak

ekonomi bagi perekonomian lokal, ini terkait dengan kebijakan ekonomi yang

mampu membangun backward linkage dan forward linkage dan 3)

pembangunan ekonomi yang mampu meningkatkan daya saing daerah, yang

berarti terjadi peningkatan sistem ekonomi, pola regulasi, mutu SDM, mutu

pelayanan publik yang secara sinkron mampu menciptakan competitive

advantage daerah. Keunggulan ini adalah berdampak pada kekuatan daerah

secara relatif yang makin baik dibandingkan daerah lain sehinga memberikan

daya tarik untuk pengembangan investasi.

Konsep pengembangan ekonomi daerah tersebut pada hakikatnya harus

berbasis pada kekuatan daerah dengan melihat peluang-peluang

pengembangannya. Kekuatan–kekuatan daerah harus di screening dengan

melihat potensi sumber daya yang tersedia, dengan demikian maka setiap

daerah memiliki pola yang berbeda dalam pengembangan ekonomi daerahnya.

Khusus Provinsi Sulawesi Tengah, kekuatan ekonomi yang telah menjadi

pendorong pertumbuhan ekonomi selama ini adalah pada sektor-sektor primer

terutama sektor/sub sektor pertanian, perkebuhan dan kelautan. Selain sektor

primer, sektor yang memiliki porsi yang cukup besar dalam menopang

perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah dalam struktur PDRB adalah jasa

dan perdagangan.

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 72

Berdasarkan proyeksi pertumbuhan PDRB tahun 2012 dan 2013

menunjukkan angka pertumbuhan yang positif. Hal in memberikan peluang

untuk peningkatan kebutuhan tenaga kerja dan serapan tenaga kerja. Dari

proporsi penyumbang PDRB, sektor pertanian masih merupakan penyumbang

terbesar dan diperkirakan serapan tenaga kerja yang dominan. Porsi sektor

petanian masih memberikan sumbangan terhadap PDRB sebesar 39 persen di

tahun 2013 dan proporsi ini menurun dibanding tahun sebelumnya, sementara

pada sektor lainnya menunjukkan peningkatan terutama pada sektor

perdagangan, jasa, keuangan dan transportasi. Trend perubahan proporsi

PDRB ini menggambarkan adanya pergeseran dari sektor pertanian ke sektor

lainnya meskipun pergeserannya tidak signifikan. Namun pergeseran ini akan

bergerak terus seiring dengan kebijakan pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah

yang terus mendorong pertumbuhan sektor lainnya terutama sektor industri

yang berbasis komoditas unggulan Sulawesi Tengah dan menjadikan

agroindustri sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan pada kondisi ini, maka terlihat bahwa upaya

pengembangan sektor ekonomi kaitannya dengan pembangunan

ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Tengah diarahkan untuk :

1. Optimalisasi peningkatan sektor ekonomi Sulawesi Tengah dengan

meningkatkan sektor - sektor primer seperti pertanian, sub sektor

perkebunan, kelautan dan perikanan serta sektor industri.

2. Penguatan infrastruktur pendukung investasi terutama sarana jalan,

pelabuhan dan bandara, kelistrikan.

3. Penciptaan regulasi yang memihak pengembangan komoditi unggulan

Provinsi Sulawesi Tengah, yang memberikan multiplier effec yang besar

baik pada tingkat hulu, industri, maupun hilir.

4. Menyempurnakan regulasi yang memberikan ruang investasi yang lebih

baik, sehingga menjadikan Provinsi Sulawesi Tengah sebagai kawasan

yang menarik untuk investor baik dari segi kepastian hukum, sarana

prasarana maupun dukungan bahan baku industri. Penyempurnaan

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 73

regulasi ini termasuk menghapuskan berbagai perda yang menimbulkan

ekonomi biaya tinggi.

5. Penyediaan kawasan ekonomi yang mampu menciptakan aglomerasi

perusahaan dengan kebijakan yang spesifik. Kebijakan ini dimaksudkan

agar investor dapat menjalankan bisnisnya secara efisien dan dari segi

pemerintah mudah dalam pengendalian dan pemberian pelayanan.

6. Pemberian insentif bagi perusahaan yang masuk ke kawasan yang

mengolah bahan baku. Insentif tersebut bisa dalam berbagai bentuk

seperti kebijakan pajak, hak guna lahan dan sebagainya.

7. Penguatan hubungan industrial dalam bentuk penyediaan kelembagaan

yang kuat dalam memediasi antara pekerja, perusahaan, pemerintah yang

pada satu sisi tetap meningkatkan kekuatan hubungan perusahaan-pekerja

dan pada sisi lain tetap mampu meningkatkan rasio pengupahan yang

proporsional dan layak bagi kesejahteraan pekerja.

8. Menumbuhkembangkan potensi kewirausahaan dalam masyarakat dengan

mengidentifikasi seluruh UKM pada semua sektor, selanjutnya melakukan

pelatihan untuk mengetahui komitmen dan kompetensi kewirausahaan

sebagai dasar penguatan pelaku usaha kecil.

9. Mendorong penguatan industri berbasis kluster terutama yang mengolah

komoditas yang ada di daerah setempat. Pola ini akan mendorog

terciptanya OVOP (one village one product). Banyaknya bahan baku yang

melimpah dan belum terkelola di hampir seluruh pelosok Provinsi

Sulawesi Tengah merupakan peluang besar untuk pengembangannya.

10. Membangun konsep pembangunan berbasis industrial linkage programs

terutama yang didorong dengan regulasi dan kebijakan yang kuat untuk

menghidupkan industri pengolahan yang memberikan trigger pada sektor

hulunya, khususnya pada sektor hulu yang sebarannya sangat luas dan

memberikan manfaat ekonomi yang besar bagi masyarakat.

11. Mendorong penguatan Perusahaan daerah dalam pengembangan bisnis di

daerah, khususnya dalam pengembangan komoditi unggulan daerah. Peran

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 74

ini dapat berupa penyedia saprodi (sarana produksi) maupun berfungsi

sebagai lembaga pemasaran produk/komoditas.

12. Mendorong pola pembinaan UKM terutama oleh perbankan, sehingga jika

selama ini bank hanya akan membiayai usaha yang bankable, diarahkan

untuk melakukan pembinaan UKM yang tidak bankable dengan melibatkan

perguruan tinggi dan lembaga pendamping lainnya, untuk memberikan

penguatan kepada UKM yang dianggap lemah dari aspek managerial bisnis.

Ini berarti perlu adanya pengembangan lending model dalam pembiayaan

sektor ekonomi yang belum bankable.

13. Peningkatan rasa aman pada segala aspek sehingga akan memberikan

jaminan kelangsungan usaha baik oleh investor asing, investor domestik

maupun pelaku usaha skala mikro/ kecil. Aspek keamanan merupakan

syarat kunci yang harus terpenuhi dalam proses pembangunan sebelum

kebijakan digulirkan oleh pemerintah.

4.2 Rekomendasi Kebijakan Umum Konsep pengembangan ketenagakerjaan secara spesifik terkait dengan

berbagai aspek, terutama pada perkembangan ekonomi makro di suatu daerah.

Kebijakan sektor ketenegakerjaan diarahkan untuk melihat sejauh mana supply

tenaga kerja dari aspek kualitas dan kuantitasnya, permintaan tenaga kerja dan

faktor faktor kunci yang terkait dengan supply dan demand. Dalam

pengelolaannya perencanaan tenaga kerja diarahkan untuk melihat pola

hubungan industrialnya termasuk peran lembaga bipartit dan tripartit.

Perkembangan kualitas dan kuantitas ketenagakerjaan sangat erat

kaitannya dengan aspek kependudukan dan pendidikan. Kedua aspek ini

diyakini terkait langsung dengan kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi

Tengah. Tingkat pendidikan yang rendah akan menciptakan kualitas tenaga

kerja yang rendah pula, akibatnya sektor ekonomi yang mampu dimasuki

umumnya hanya sektor-sektor primer seperti pertanian. Skill yang rendah

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 75

akan berdampak pada produktivitas tenaga kerja yang rendah pula yang

akhirnya akan berdampak pada tingkat kesejahteraan pekerja.

Aspek yang menarik pula kaitannya dengan ketenagakerjaan adalah

tingkat pertumbuhan penduduk. Tingkat pertumbuhan penduduk adalah

supply utama tenaga kerja melalui perubahan struktur penduduk. Tingkat

pertumbuhan tenaga kerja yang tinggi akan menjadi potensi tenaga kerja

dimasa mendatang. Namun pertumbuhan yang tinggi saja tidak cukup untuk

menyiapkan tenaga kerja yang handal, sehingga harus terdapat kebijakan yang

komprehensif antara pertumbuhan penduduk, pendidikan dan perekonomian.

Jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan sensus

penduduk tahun 2010 berkisar 2.6 juta jiwa. Dibandingkan dengan luas

wilayah Provinsi Sulawesi Tengah, maka sumberdaya ini belum proporsional.

Artinya bahwa saat ini pertumbuhan penduduk di Provinsi Sulawesi Tengah

belum menimbulkan masalah kepadatan penduduk, namun dapat

menimbulkan masalah ketenagakerjaan jika tidak dibarengi dengan

peningkatan pendidikan. Untuk itu pemerintah harus mampu mengelola

“bonus demografi” ini sehingga menjadi modal dalam pengembangan ekonomi

di Provinsi Sulawesi Tengah dan bukan menjadi beban pembangunan.

Upaya peningkatan tingkat pendidikan penduduk harus didesain dengan

kebutuhan lapangan kerja dan grand strategi pengembangan ekonomi Provinsi

Sulawesi Tengah. Untuk itu kebijakan yang dapat ditempuh adalah :

1. Upaya pengendalian penduduk guna menghindari over supply tenaga kerja.

Pengendalian penduduk dapat dilakukan dengan peningkatan kesadaran

masyarakat akan pentingnya perencanaan membangun keluarga kecil yang

layak. Penyuluhan sangat berperan dalam konteks ini dan peran BKKBN

masih sangat diperlukan.

2. Dalam upaya pengendalian penduduk, perlu terus di galakkan program KB

teruatama dari pasangan usia subur (PUS).

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 76

3. Peningkatan derajat pendidikan masyarakat dengan meningkatkan

tingkat partisipasi pendididikan. Tingkat partisipasi yang tinggi dalam

pendidikan akan memberikan dampak :

a. Meningkatnya tingkat kesadaran terutama kaum wanita sehingga

membantu proses pengendalian penduduk dengan cara menunda

kehamilan, mengurangi jumlah anak dan menunda usia

perkawinan.

b. Meningkatnya jumlah anak usia sekolah (termasuk perguruan

tinggi), sehingga menunda mereka masuk ke bursa tenaga kerja.

Makin tinggi jumlah masyarakat yang menuntut ilmu (SD hingga

PT) akan mengurangi tingkat pengangguran terbuka di Provinsi

Sulawesi Tengah.

4.3 Rekomendasi Penciptaan Lapangan Kerja

4.3.1 Sektor Pertanian

Sebagian besar penduduk Sulawesi Tengah adalah bekerja pada sektor

pertanian, lebih 50 persen penduduk Sulawesi Tengah yang terlibat di sektor

pertanian saat ini. Peningkatan penciptaan lapangan kerja pada sektor

Pertanian secara spesifik adalah:

Perlunya peraturan daerah tentang penetapan lahan, penetapan lahan

calon, penetapan kawasan pertanian pangan berkelanjutan dalam

RTRW di setiap kabupaten/kota se provinsi Sulawesi Tengah.

Peraturan ini diperlukan dalam memberikan penguatan terhadap

tataguna lahan pertanian sehingga akan lebih berdayaguna

pemanfaatannya khususnya dalam pengembangan sektor pertanian.

Penguatan prasarana pertanian terutama jaringan irigasi dan

pembukaan akses jalan terutama pada daerah kantong produksi.

Upaya peningkatan kualitas hasil pertanian untuk meningkatkan

produktivitasnya, pemerintah daerah perlu melakukann pembinaan

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 77

bagi petani secara berkesinambungan. Pendampingan bagi para petani

melalui kader penyuluh pertanian perlu ditingkatkan kualitas maupun

kuantitasnya. Keberadaan penyuluh di beberapa Kabupaten yang

memiliki potensi pertanian cukup tinggi relatif masih kurang. Padahal

pada sektor ini, penduduk yang bekerja sebagian besar berpendidikan

SD dan SMP, sehingga perlu adanya penguatan bagi mereka tidak hanya

dari segi sisi proses pertaniannya namun juga pemahaman pasar dan

pemasarannya. Diharapkan dengan perbaikan pengelolaan pada sektor

pertanian akan meningkatkan produktivitasnya.

Extensifikasi pertanian terutama pada daerah-daerah yang masih

memiliki lahan pertanian yang kurang termanfaatkan. Upaya ini

dimaksudkan untuk mananfaatkan lahan tidur yang kurang produktif.

Dengan pola ini maka akan menciptakan serapan tenaga kerja yang

lebih tinggi yang pada akhirnya akan berdampak peningkatan

pendapatan petani dan kesejahteraannya.

Kebijakan untuk penguatan sistem tanam tumpang sari terutama pada

tanaman perkebunan khususnya kelapa dengan tanaman lainnya

seperti jagung, kakao dan berbagai tanaman hortikultura. Pola ini

diyakini mampu meningkatkan produktivitas pertanian secara umum

dan penciptaan lapangan kerja baru tanpa memperluas areal pertanian.

Penguatan pengawasan pengggunaan pupuk dan pestisida secara

berkesinambungan. Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan

kondisi lingkungan serta mempertahankan tingkat kesuburan lahan

pertanian. Pada sisi lain upaya ini akan mendukung terciptanya

kualitas pangan yang sehat dan aman untuk dikonsumsi.

Memantapkan sistem agribisnis. Hal ini dapat dilakukan dengan

kebijakan pemerintah daerah dalam penguatan sektor hulu maupun

sektor hilir sehingga akan memberikan nilai tambah yang besar bagi

sektor pertanian yang pada akhirnya akan berdampak pada tingkat

kesejahteraan petani.

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 78

Penguatan kebijakan dalam upaya mempertahankan surplus padi dan

mewujudkan surplus komoditas pangan lainnya terutama jagung dan

kedelai. Upaya ini diyakini lebih mampu merangsang sektor pertanian

untuk tetap tumbuh dan memberikan peluang untuk peningkatan

serapan tenaga kerja.

4.3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan umumnya dikelola dalam skala yang besar dengan

bersifat capital intensive (padat modal), oleh karenanya serapan tenaga kerja

relatif kecil. Umumnya perizinan sektor pertambangan berada pada

pemerintah pusat. Bagi pemerintah daerah, khususnya dalam upaya

meningkatkan serapan tenaga kerja pada sektor pertambangan, maka

kebijakan yang dapat diambil adalah :

1. Pembuatan regulasi yang mewajibkan setiap pengusaha

pertambangan untuk meningkatkan penggunaan tenaga kerja lokal

dalam presentase tertentu dalam komposisi ketenagakerjaan di

setiap usaha pertambangan termasuk pada level manajerial.

2. Menggiatkan usaha pertambangan yang bersifat padat karya,

terutama galian C yang cukup dominan terutama di kota Palu dan

beberapa kabupaten.

3. Memberikan peluang sektor informal untuk berusaha di sekitar

kawasan tambang.

4. Mendorong terciptanya hubungan bisnis antara perusahaan

tambang dengan masyarakat lokal untuk memasok kebutuhan sektor

pertambangan terutama kebutuhan pokok karyawan seperti

catering, loundry dan sebagainya.

4.3.3 Sektor Industri Pengolahan

Salah satu faktor penentu daya saing ekonomi sebuah bangsa adalah

sektor industri pengolahan. Provinsi Sulawesi Tengah sebagai salah satu

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 79

provinsi penghasil berbagai hasil bumi belum menunjukkan nilai tambah pada

berbagai komoditi unggulannya. Untuk itu dalam upaya peningkatan serapan

tenaga kerja pada sektor industri diperlukan :

1. Penciptaan iklim investasi melalui pembentukan kawasan industri yang

strategis dengan dukungan regulasi pemerintah daerah, penyediaan

fasilitas pendukung pemasaran hasil industri.

2. Pemberian insentif bagi perusahaan yang akan berinvestasi di Provinsi

Sulawesi Tengah khususnya yang akan mengelola komoditi unggulan

seperti kakao, rumput laut, rotan dan komoditas lainnya.

3. Membangun kemitraan dengan memposisikan Provinsi Sulawesi Tengah

sebagai pemasok bahan setengah jadi pada industri hilir yang telah maju

terutama di pulau Jawa dan luar negeri.

4.3.4 Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Sektor ini diyakini sangat vital saat ini, namun masih menimbulkan

berbagai masalah. Faktor ketersediaan listrik masih merupakan kendala umum

yang di hadapi Provinsi Sulawesi Tengah. Serapan tenaga kerja pada sektor ini

umumnya rendah, karena umumnya dikelola oleh negara dan pertumbuhannya

juga sangat rendah. Kebijakan yang dapat diambil kaitannya dengan

peningkatan tenaga kerja yang terlibat adalah :

1. Peningkatan penyediaan listrik mikrohidro terutama pada daerah yang

terisolir dan tidak terjangkau PLN, sehingga menciptakan peluang

serapan tenaga kerja pada bidang operator, teknisi dan pengelola listrik

mikrohidro.

2. Mendorong perusahaan daerah dan swasta untuk membantu

penyediaan litrik bagi masyarakat. Skenario ini dapat melibatkan PLN

atau pengelolaan secara langsung.

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 80

4.3.5 Sektor Bangunan

Sektor ini terkait dengan pembangunan berbagai fasilitas fisik yang

umumnya padat karya. Pengembangan sektor ini diyakini akan mampu

menyerap tenaga kerja terutama pada jasa konstruksi (pertukangan) dalam

jumlah besar. Pertumbuhan sektor bangunan tidak terlepas dari pertumbuhan

ekonomi secara keseluruhan. Khusus untuk Provinsi Sulawesi Tengah yang saat

ini pertumbuhan ekonominya sekitar 8-9 persen, berdampak pada permintaan

sektor bangunan, baik berupa banguan ruko, perumahan maupun perhotelan.

Upaya pengembangan industri pengolahan yang berbasis pada komoditi

unggulan Provinsi Sulawesi Tengah diyakini akan mampu mendongkrak

pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Perlunya tetap menumbuhkan

bangunan melalui pembangunan berbagai infrastruktur seperti jalan, jembatan,

pelabuhan, bandar udara dan sektor perumahan lainnya.

4.3.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Upaya mengembangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran dapat

dilakukan dengan beberapa kebijakan yaitu :

- Meningkatkan koordinasi dengan BKPM dalam pengembangan kawasan

wisata di berbagai tempat di Provinsi Sulawesi Tengah.

- Membangun komunikasi dengan pemerintah pusat untuk menjadikan

kawasan Wisata Togean sebagai salah satu event nasional dalam bentuk sail

Togean.

- Membangun hedging antara pemda dengan pasar di luar negeri atau

perusahaan besar di berbagai daerah tentang penyediaan bahan baku yang

potensial dan terbarukan dari Provinsi Sulawesi Tengah.

- Melakukan promosi pariwisata secara luas untuk menghidupkan sektor

pariwisata terutama pada wisata bahari (kawasan Togean), wisata alam

dan wisata budaya.

- Meningkatkan keterampilan masyarakat dalam mengembangkan usaha

pariwisata secara luas guna menghidupkan wisata bahari, wisata alam dan

wisata budaya.

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 81

- Melakukan promosi dagang dan pariwisata untuk meningkatkan volume

transaksi perdagangan terutama bahan baku dan barang setengah jadi dari

komoditi unggulan yang ada.

- Merevitalisasi pasar-pasar tradisional sebagai upaya menjadikan pasar

menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah.

- Penguatan regulasi tentang penempatan pertokoan, Waserda, Mall,

minimarket yang tidak saling mematikan dengan pasar tradisional dan

usaha perdagangan skala kecil (warung-warung) milik masyarakat.

4.3.7 Sektor Angkutan dan Komunikasi

Sektor angkutan adalah salah satu sektor yang berkembang seiring

dengan perekonomian suatu daerah. Sektor ini memberikan andil yang besar

dalam pengangkutan orang dan barang dari berbagai kantong produksi ke

pasar komoditas. Pada sisi yang lain penataan sektor angkutan yang kurang

baik akan menimbulkan kemacetan, matinya usaha angkutan dan akan

berdampak pada pergerakan arus barang dan jasa secara umum. Kebijakan

yang dapat diambil adalah :

1. Penguatan regulasi dalam penataan kembali sektor transportasi di

Provinsi Sulawesi Tengah khusunya dalam penyediaan sarana

transportasi pada kawasan – kawasan wisata kepulauan.

2. Penataan kembali angkutan darat khususnya bertalian dengan

pengaturan angkutan kota dalam provinsi, angkutan pedesaan,

angkutan antar kota antar provinsi yang saling menguntungkan antara

pengusaha angkutan bus, minibus dan jasa penyewaan kendaraan

(rental).

3. Perancangan jalur-jalur angkutan umum dalam kota terutama angkutan

massal yang diperuntukkan untuk menunjang kelancaran

siswa/mahasiswa. Perancangan ini menyangkut jenis armada,

kapasitas, jam operasi dan jalur operasi. Perancangan yang memadai

memungkinkan orang tidak tergantung pada moda angkutan kendaraan

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 82

pribadi yang cenderung tidak efisien, menimbulkan kemacetan dan

kerusakan lingkungan (polusi).

4.3.8 Sektor Lembaga Keuangan, Sewa Bangunan, Jasa Persewaan dan Jasa Perusahaan

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah selama ini telah

memberikan dampak pada perubahan berbagai sektor khsusnya sektor

keuangan. Sektor keuangan tumbuh mengingat tingginya peluang-peluang

usaha sektor keuangan yang dipicu oleh meningkatnya daya beli masyarakat.

Kebijakan yang dapat ditempuh adalah :

1. Membangun kerjasama dengan perguruan tinggi dan perbankan untuk

secara bersama sama menciptakan sistem pendidikan yang akan

menghasilkan tenaga kerja siap pakai pada bidang jasa keuangan.

2. Melakukan pendampingan dan pembinaan terhadap unit bisnis sehingga

menjadi unit bisnis yang bankable, sehingga akan menghidupkan

perbankan secara langsung dan serapan tenaga kerja

3. Membangun pola pembinaan masyarakat miskin melalui identifikasi

kemampuan dasar mereka dan selanjutnya melakukan pendampingan

usaha secara kontinyu dan pemberian dana.

4. Melakukan identifikasi komoditas/produk/jenis usaha unggulan

bekerjasama dengan perguruan tinggi dalam bentuk baseline economic

survey untuk memperoleh database usaha yang berpotensi untuk

didanai oleh perbankan.

5. Menghidupkan jasa koperasi simpan pinjam sebagai upaya mendukung

penguatan sektor hulu pada komoditi unggulan di Provinsi Sulawesi

Tengah, sehingga berdampak pada serapan dana pada sektor-sektor

primer yang selama ini sulit didanai oleh perbankan.

4.3.9 Sektor Pemerintahan, Pertahanan, Jasa dan Kemasyarakatan

Sektor pemerintah yang konsepnya sebagai pelayanan publik tetap

menjadi peluang serapan tenaga kerja dalam jangka panjang meskipun

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 83

pertumbuhannya tidak sebesar permintaan tenaga kerja pada sektor swasta.

Permintaan tenaga kerja pada sektor pemerintahan ini umumnya spesifik dan

berbasis pada keahlian khusus. Kebijakan yang dapat dilakukan adalah :

1. Membangun link and match dengan perguruan tinggi dalam upaya

meningkatkan kesesuaian skill yang diperlukan dengan skill yang

didesain oleh perguruan tinggi yang berdampak pada serapan tenaga

kerja dari tamatan perguruan tinggi.

2. Membangun database yang memuat deskripsi jabatan pada sektor

pemerintah termasuk prediksi skill yang diperlukan dalam beberapa

tahun mendatang, sehingga akan nampak kebutuhan tenaga kerja dan

kecenderungan model pelayanan publik yang akan dilakukan oleh

pemerintah.

3. Meningkatkan efisiensi sistem pelayanan publik sebagai bagian

mendorong pertumbuhan sektor lainnya, sehingga calon tenaga kerja

tidak berfokus hanya pada jasa pemerintah/pertahanan atau jasa

masyarakat lainnya.

4. Memperbanyak lembaga pendampingan berbasis pada lembaga

kemasyarakatan (NGO) sebagai upaya memperkuat kapasitas

masyarakat dalam bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan maupun pada

aspek sosial politik. Tumbuhnya lembaga pendamping ini akan menjadi

salah satu penyerap calon tenaga kerja.

4.4 Rekomendasi Kebijakan Pelatihan Tenaga Kerja.

Kondisi pelatihan tenaga kerja di Sulawesi Tengah relatif masih sangat

rendah apabila dibandingkan dengan indeks ketenagakerjaan nasional. Hal ini

dapat dilihat dari rendahnya kapasitas atau daya tampung Balai Latihan Kerja

(BLK) di Sulawesi Tengah.

Upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pelatihan

bagi calon tenaga kerja di Sulawesi Tengah memerlukan informasi yang

memadai mengenai jenis pelatihan dan jumlah tenaga kerja yang akan dilatih

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 84

di lembaga pelatihan pemerintah. Data atau informasi jumlah tenaga kerja

yang akan dilatih sesungguhnya dapat dilihat pada besarnya kesempatan kerja

atau orang yang bekerja berdasarkan tingkat pendidikan dan status pekerjaan

dan jabatan. Dari data tersebut maka diperkirakan seberapa besar kesempatan

kerja yang akan tercipta.

Tenaga kerja yang perlu dilatih adalah penduduk yang bekerja sendiri

tanpa bantuan dan penduduk yang bekerja dengan dibantu serta pekerja atau

buruh yang berpendidikan maksimum SMTA Umum. Penduduk dengan

karakteristik seperti ini perlu mendapat dukungan pemerintah melalui

pelatihan. Penduduk dengan tingkat pendidikan SMTA kejuruan dan Diploma

tidak perlu dilatih, mengingat mereka dianggap sudah memperoleh bekal yang

cukup selama mengikuti pendidikan, demikian pula dengan jenjang Universitas

cukup mampu mengaplikasikan ilmu ke dunia kerja.

Data perkiraan tambahan kesempatan kerja menurut status pekerjaan

utama dan tingkat pendidika di Sulawesi Tengah pada tahun 2013 adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.1 Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan dan

Tingkat Pendidikan Tahun 2013

Status Pekerjaan Utama

Tingkat Pendidikan

Maks SD

SLTP SLTA

Umum SLTA

Kejuruan D1-D3 Universitas Jumlah

Berusaha sendiri tanpa bantuan -1.491 1.675 3.658 804 376 247 5.270

Berusaha dengan bantuan -394 3.150 2.036 727 853 850 7.222

Berusaha dengan buruh -1.057 1.790 2.433 396 609 1.036 5.206

Pekerja/Buruh/Karyawan -2.585 3.656 5.965 318 2.518 2.095 11.967

Pkj bebas di pertanian 271 1.398 2.403 38 0 0 4.111

Pkj Bebas di non pertanian 1.120 928 1.177 961 943 886 6.015

Pekerja tidak dibayar -970 1.036 627 377 15 175 1.260

Total -5.106 13.632 18.300 3.621 5.314 5.289 41.051

Berdasarkan perkiraan kesempatan kerja tersebut, bahwa penduduk

yang berusaha sendiri tanpa di bantu dan dibantu, dengan tingkat maksimum

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 85

SD hingga SMTA Umum di Sulawesi Tengah adalah sebanyak 8.634 orang.

Jumlah karyawan, buruh dengan dengan tingkat maksimum SD hingga SMTA

Umum di Sulawesi Tengah adalah sebanyak 7.036 orang. Secara keseluruhan

jumlah penduduk yang perlu dilatih di Sulawesi Tengah berjumlah 15.673

orang.

Pada tahun 2010 kapasitas atau daya tampung pelatihan di Sulawesi

Tengah hanya sebanyak 240, sedangkan jumlah pengangguran terbuka dengan

pendidikan SD-SMTA adalah sebanyak 46,339 orang. Dengan kata lain hanya

sebesar 0,5 persen pengangguran terbuka yang dapat di tampung pada Balai

Latihan Kerja di Sulawesi Tengah. Angka ini masih sangat kecil dan tentunya

belum mampu meningkatkan kualitas tenaga kerja yang ada di Sulawesi

Tengah secara umum.

Lulusan pelatihan yang telah diselenggarakan oleh BLK di Sulawesi

Tengah saat ini hanya sebesar 2,47 persen dari penduduk yang termasuk

pengangguran terbuka dengan jenjang pendidikan SD-SMTA di Sulawesi

tengah. Angka ini sesungguhnya berkorelasi positif dengan daya tampung BLK

yang ada, semakin besar daya tampung BLK maka output yang dihasilkan juga

akan meningkat.

Penempatan hasil lulusan pelatihan BLK berdasarkan Indeks

Pembangunan Ketenagakerjaan sangat rendah, kondisi ini dapat disebabkan

oleh beberapa hal; pertama ,tidak adanya pelaporan lulusan binaan BLK setelah

mendapatkan pekerjaan atau membuka usaha. ;kedua, tidak terprogramnya

pelatihan berbasis kebutuhan dunia kerja, yang menciptakan link and match

antara pelatihan dengan pasar kerja sehingga hasil lulusan tidak termanfaatkan

secara maksimal di pasar kerja ; ketiga, kurangnya evaluasi dan pengawasan

tenaga kerja yang memonitoring hasil lulusan pelatihan di pasar kerja.

Berdasarkan kondisi tersebut maka beberapa rekomendasi kebijakan untuk

meningkatkan kualitas pelatihan di Sulawesi Tengah dapat dilihat sebagai

berikut :

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 86

Rekomendasi :

1. Peningkatan kapasitas atau daya tampung pelatihan

Dengan memperhatikan minimnya daya tampung BLK di Sulawesi Tengah

perlu dilakukan peningkatan daya tampung pelatihan melalui:

a. Peningkatan kapasitas pelatihan

Berdasarkan data perkiraan kesempatan kerja, penduduk yang berusaha

sendiri tanpa di bantu dan dibantu, dan karyawan, buruh dengan tingkat

pendidikan maksimum SD hingga SMTA Umum di Sulawesi Tengah

diperkirakan sebanyak 15.673 orang yang terdiri dari penduduk yang

berusaha sendiri tanpa di bantu dan dibantu, dengan tingkat pendidikan

maksimum SD hingga SMTA Umum di Sulawesi Tengah adalah sebanyak 8.634

orang. Jumlah karyawan, buruh dengan tingkat pendidikan maksimum SD

hingga SMTA Umum di Sulawesi Tengah adalah sebanyak 7.036 orang. Secara

keseluruhan jumlah penduduk yang perlu dilatih di Sulawesi Tengah berjumlah

15.673 orang.

Kapasitas lembaga pelatihan Sulawesi Tengah saat ini adalah sebanyak 8.160

orang, dan dengan perkiraan jumlah penduduk yang harus dilatih sebanyak

15.673 maka hanya sebesar 52 persen tenaga kerja yang dapat di latih di

Sulawesi Tengah. Pemerintah perlu meningkatkan kapasitas lembaga latihan

dengan penambahan sebanyak 7.510 atau meningkatkan kapasitas sebesar 92

persen

Tabel 4.2 Tambahan Tenaga Kerja Yang Perlu Pelatihan

No Status Pekerjaan Jumlah Kesempatan

Kerja

Tambahan Pelatihan

Jenis Pelatihan

1 Berusaha sendiri tanpa dibantu dan bantu

8.634 4.138 Pelatihan

Kewirausahaan

2 Karyawan/Buruh 7.036 3.372 Pelatihan

kompentensi Karyawan

Total 15.673 7.510

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 87

Untuk meningkatkan kapasitas pelatihan BLK tersebut, tentunya bukan hal

yang mudah, perlu dukungan pihak pimpinan dalam hal ini kebijakan

pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota untuk memaksimalkan peran

BLK dalam melakukan pelatihan bagi tenaga kerja.

2. Peningkatan kualitas dan kuantitas instruktur pelatihan

a. Peningkatan kuantitas instruktur pelatihan

Keberadaan instruktur yang memiliki kualifikasi sesuai bidang dan

keahliannya di lembaga pelatihan pemerintah sangat diharapkan dapat

meningkatkan kualitas tenaga kerja yang dibina. Untuk dapat menciptakan

tenaga kerja yang memiliki kualitas sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga

kerja, Dinas Nakertrans di tiap kabupaten/kota harus memiliki instruktur

yang memiliki kompentensi yang sesuai dengan bidangnya. Apabila kita

mengacu pada jumlah data kesempatan kerja seperti yang telah diulas di

atas, maka kebutuhan tenaga instruktur di Sulawesi Tengah sangat tidak

memadai dan perlu adanya perekrutan atau penempatan pekerja PNS di

Daerah untuk menjadi tenaga fungsional instruktur di balai latihan kerja.

Kondisi ini tentunya perlu adanya pertimbangan pengalokasian biaya yang

cukup besar.

Jumlah instruktur di Sulawesi Tengah pada tahun 2009 adalah

sebanyak 49 orang, sehingga rata-rata instruktur mampu melatih 167

angkatan kerja/pencari kerja. Berdasarkan jumlah kesempatan kerja

sebanyak 15.673 orang, maka dibutuhkan penambahan instruktur

sebanyak 94 orang instruktur. Pertambahan jumlah instruktur saat ini di

Sulawesi Tengah adalah sebanyak 45 orang instruktur. Jumlah ini memang

cukup besar, dan bukan merupakan hal mudah untuk menyiapkan tenaga

instruktur dari pegawai daerah, hal ini berkaitan dengan anggaran

pemerintah daerah menyiapkan sarana dan prasarana bagi penyiapan

instruktur. Akan tetapi daam upaya meningkatkan kualitas tenaga kerja

yang nantinya dapat mendorong perekonomian serta peningkatan

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 88

produktivitas maka hal ini perlu dilakukan, walaupun melalui pentahapan

dalam pelaksanaannya.

Tabel 4.3 Kebutuhan Tambahan Instruktur di Provinsi Sulawesi Tengah

Instruktur Saat Ini

Rata-Rata Melatih (Tenaga Kerja)

Kebutuhan Instruktur

Tambahan Instruktur

49 167 94 45

b. Peningkatan kualitas instruktur

Untuk meningkatkan kualitas insruktur, pemeritah masing-masing daerah

perlu melakukan pembinaan dan pelatihan bagi instruktur atau Training

Of Trainner (TOT). Pembinaan instruktur ini tentunya dikaitkan dengan

bidang keahliannya, sehingga dengan adanya TOT dapat tercipta transfer

ilmu yang diperoleh dari hasil pelatihan.

c. Sinkronisasi bidang pelatihan dengan potensi daerah

Pembukaan bidang atau jurusan pelatihan saat ini sudah harus

mensinkronkan dengan potensi yang dimiliki daerah. Hal ini dilakukan

agar tenaga kerja yang telah dilatih dapat memanfaatkan potensi daerah

yang ada.

3. Revitalisasi Balai Latihan Kerja di Daerah

Balai Latihan Kerja sebagai lembaga yang diharapkan mampu

meningkatkan kualitas tenaga kerja berbasis kompetensi, masih belum

memberikan hasil seperti yang diharapkan. Selain kurang berjalannya Lembaga

Latihan Kerja karena minimnya instruktur dan sarana yang ada, di beberapa

kabupaten bahkan belum memiliki Lembaga Latihan Kerja. Dinas Nakertrans

perlu melakukan revitalisasi BLK melalui :

1. Pembenahan infrastruktur (kantor, workshop, dan sarana lainnya)

2. Pemeliharaan peralatan dan biaya operasional

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 89

4. Peningkatan jumlah lulusan yang ditempatkan

Rendahnya jumlah lulusan pelatihan di BLK yang ditempatkan perlu di

antisipasi dengan beberapa kebijakan sebagai berikut :

a. Peningkatan monitoring dan evaluasi hasil pelatihan

Dalam upaya mengetahui kinerja pelatihan yang telah dilakukan, Dinas

Nakertrans perlu memaksimalkan peran monitoring dan evaluasi hasil

pelatihan. Hal ini dilakukan untuk dapat memantau apakah pelatihan

yang telah dilaksanakan di BLK berhasil atau tidak. Keberhasilan

pelatihan tidak hanya sampai pada terlaksanakannya pelatihan namun

dengan melihat keterserapan peserta hasil pelatihan di pasar kerja.

Peningkatan monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan menambah

personil pengawas pada Dinas Nakertrans.

b. Informasi kebutuhan pelatihan ketenagakerjaan

Materi yang diajarkan dalam latihan kerja harus sesuai dengan

kebutuhan pasar kerja. Untuk itu, perlu bagi dinas nakertrans untuk

mengidentifikasi keahlian yang dibutuhkan di pasar kerja.

Berdasarkan hal tersebut, Dinas Nakertrans di tiap Kabupaten/Kota

harus memiliki tenaga khusus yang ditugaskan untuk mengidentifikasi

kebutuhan tenaga kerja dan kebutuhan keahlian tenaga kerja dipasar

kerja. Pemerintah daerah harus lebih proaktif dengan lebih

memberdayakan pengantar kerja di tiap Kabupaten/Kota di Sulawesi

Tengah. Dengan jumlah yang memadai tersebut diharapkan informasi

yang diperoleh dapat membangun link and match antara materi latihan

dengan kebutuhan pasar kerja.

Untuk pengidentifikasian kebutuhan keahlian dari pasar kerja juga dapat

diperoleh dengan melihat perencanaan mikro yang disusun oleh instansi

dan perusahaan yang ada di Sulawesi Tengah. Perencanaan mikro

diharapkan dapat memberikan gambaran kebutuhan tenaga kerja pada

tahun akan datang serta spesifikasi yang dibutuhkan.

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 90

4.5 Rekomendasi Kebijakan Penembatan Tenaga Kerja

Kebijakan penempatan tenaga kerja ditujukan untuk mengembangkan

pasar kerja dan mengembangkan kesempatan kerja. Kebijakan perluasan pasar

kerja di arahkan untuk mendukung beberapa sektor yang dapat membuka

peluang kesempatan kerja di Sulawesi Tengah. Beberapa sektor tersebut adalah

pertanian, angkutan, jasa-jasa, industri pengolahan, bangunan, perdagangan

dan pertambangan. Keenam sektor tersebut yang memberikan kontribusi yang

cukup signifikan pada PDRB di Sulawesi Tengah saat ini.

Sektor pertanian merupakan sektor yang paling besar dalam

memberikan kontribusi bagi PDRB, sehingga diharapkan dapat memberikan

sumbangan yang besar pula pada kesempatan kerja di Sulawesi Tengah.

Karakteristik sektor usaha pertanian di Sulawesi Tengah masih kurang

menggunakan alat-alat moderen, sehingga usaha di sektor ini termasuk usaha

padat karya. Peningkatan usaha pertanian diharapkan akan berkorelasi positif

pada tingginya penggunaan tenaga kerja pada sektor ini. Selain itu sebagian

besar penduduk yang masuk angkatan kerja sektor ini di Sulawesi Tengah

adalah penduduk dengan tingkat pendidkan SD dan SMTP.

Berdasarkan data proyeksi kesempatan kerja yang tercipta pada sektor

ini menunjukkan bahwa pada tahun 2012-2013 terjadi penurunan kesempatan

kerja. Kondisi ini dipicu oleh semakin 1) rata-rata luas lahan yang semakin

rendah, 2) tingkat pendidikan anak-anak petani semakin meningkat 3) faktor

insentif di luar sektor pertanian semakin kuat sehingga generasi muda akan

meninggalkan pekerjaan pada sektor ini dan beralih ke sektor lainnya.

Berdasarkan hal tersebut, untuk dapat meningkatkan kesempatan kerja

bagi sektor ini perlu dilakukan kebijakan untuk meningkatkan kemampuan dan

minat serta insentif bekerja di pertanian. Beberapa kebijakan yang dapat di

lakukan adalah penyuluhan teknik pertanian untuk meningkatkan efisiensi,

meningkatkan kualitas produksi, dukungan akses ke sumber pembiayaan dan

akses ke pemasaran produk. Dengan demikian, sektor ini mampu memberikan

nilai tambah yang tinggi dan akan meningkatkan minat untuk bekerja serta

membuka peluang usaha pada sektor pertanian.

Sektor jasa merupakan sektor unggulan yang memberikan kontribusi

cukup signifikan terhadap PDRB Sulawesi Tengah, dan cakupan kegiatan dalam

sektor ini cukup besar, sehingga diharapkan juga memberikan kontribusi yang

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 91

tinggi dalam penyerapan tenaga kerja. Kesempatan kerja dapat tercipta dalam

sektor ini dengan melihat banyaknya usaha jasa yang sedang berkembang di

Sulawesi Tengah. Untuk membuka peluang atau kesempatan tenaga kerja pada

sektor ini adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi sektor usaha ini.

Kegiatan penempatan yang telah dilakukan oleh pihak Nakertran sejak

tahun 2009 hingga tahun 2010 mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.4 Penempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di

Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2009-2013

Tingkat Pendidikan 2009 2010 2011* 2012* 2013*

SD 86 14 3 1 0

SLTP 210 138 108 97 93

SLTA 950 1.981 4.420 10.435 25.694

D1-D3 483 713 1.060 1.588 2.391

S1/S2 324 478 708 1.055 1.577

Total 2.053 3.324 6.300 13.175 29.755

* Perkiraan

Sumber : Disnakertrans 2011, diolah kembali

Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan

jumlah penempatan kerja sejak tahun 2009 ke 2010, hasil perkiraan

penempatan di tahun 2011 hingga tahun 2013 juga diharapkan meningkat

seiring dengan pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun ke depan.

Peningkatan penempatan ini dapat dicapai manakala pihak Nakertrans mampu

melakukan perbaikan aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas penempatan.

Penempatan kerja dapat berjalan baik manakala diketahui kebutuhan

tenaga kerja yang berkaitan dengan jumlah tenaga kerja, spesifikasi keahlian

serta pendidikan yang dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja. Informasi tersebut

dapat diperoleh melalui tenaga fungsional pengantar kerja. Peran tenaga

fungsional sangat penting dalam penempatan kerja, dalam merekam informasi

akan kebutuhan tenaga kerja dipasar kerja, sehingga pemerintah dalam hal ini

Dinas Tenaga Kerja dapat memberikan bekal dan menyiapkan tenaga kerja

yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Saat ini jumlah pengantar kerja di

Sulawesi Tengah adalah sebanyak 9 orang yang tersebar di empat tempat yaitu

1 di tingkat propinsi dan 3 di tingkat kabupaten. Jumlah ini sangatlah kurang

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 92

memadai apabila dibandingkan dengan jumlah perusahaan dan pencari kerja di

Sulawesi Tengah.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka beberapa hal yang dapat

direkomendasikan guna peningkatan kualitas penempatan tenaga kerja di

Sulawesi Tengah adalah sebagai berikut :

Rekomendasi :

1. Peningkatan jumlah fungsional pengantar kerja

Peran tenaga fungsional pengantar kerja adalah mengidentifikasi

kebutuhan tenaga kerja di pasar kerja berkaitan dengan jumlah dan

tingkat kompetensi yang dimiliki tenaga kerja.

Tabel 4.5

Jumlah Perkiraan Kebutuhan Tenaga Fungsional Pengantar Kerja Lingkup Naker Kabupaten/Kota se Propinsi Sulawesi Tengah

No Kabupaten/ Kota Target Yang Sudah

ada Kebutuhan

1 Propinsi 6 6 0

2 Palu 3 0 3

3 Donggala 3 0 3

4 Sigi 3 0 3

5 Parigi Moutong 3 0 3

6 Poso 3 0 3

7 Tojo Una-Una 3 0 3

8 Morowali 3 0 3

9 Toli-Toli 3 1 2

10 Buol 3 1 2

11 Banggai 3 0 3

12 Bangkep 3 1 2

Total 39 9 30

Sumber : Nakertrns 2011, diolah kembali

Keberadaan tenaga fungsional pengantar kerja selain membangun

link and match antara kebutuhan pasar kerja dan pelatihan yang akan

dilakukan juga akan meningkatkan kualitas penempatan yang sesuai

dengan bidang yang dimiliki oleh tenaga kerja. Saat ini di Sulawesi

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 93

Tengah jumlah tenaga fungsional pengantar kerja hanya 9 orang, angka

ini masih sangat kecil dibandingkan luas wilayah Sulawesi Tengah,

sehingga perlu adanya penambahan jumlah tenaga. Kebutuhan tenaga

fungsional pengantar kerja di Sulawesi Tengah pada tiap-tiap

kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 4.5

2. Meningkatkan program perluasan kesempatan kerja

Beberapa program seperti padat karya produktif, penciptaan

wirausaha baru, pendampingan wirausaha dan beberapa program

lainnya perlu dikonsolidasi antar program. Hal ini dilakukan agar

beberapa program yang ada dapat menjadi saling bersinergi dan dapat

menghasilkan sesuatu yang lebih baik.

3. Mempersiapkan tenaga kerja yang berkualitas.

Dalam era persaingan yang semakin ketat, upaya untuk

meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja sangat dibutuhkan.

Kebijaksanaan tersebut diupayakan melalui peningkatan efisiensi iklim

usaha yang dinamis yang didukung oleh perkembangan perekonomian

secara menyeluruh baik nasional maupun internasional. Peningkatan

kualitas sumber daya manusia dalam aspek ketenagakerjaan

dikembangkan melalui sistem keterpaduan antara dunia pendidikan dan

pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pasar atas dasar perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Peningkatan kualitas dan produktivitas

tenaga kerja harus diseminasikan ke seluruh sektor di daerah dan lapisan

masyarakat. Dalam pemberdayaan dengan sistem desentralisasi

diharapkan mendorong masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif

menyebarluaskan arti pentingnya kualitas dan produksi dalam masa

persaingan bebas, terlebih lagi dalam kondisi ekonomi yang sedang lesu.

Dalam upaya tersebut pendalaman dan penerapan ilmu pengetahuan dan

teknologi tetap menjadi pegangan bagi peningkatan etos kerja yang

tinggi.

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 94

4. Peningkatan kualitas pelayanan informasi ketenagakerjaan

Pemerintah melalui Disnakertrans perlu meningkatkan kualitas

sistem informasi, yang berfungsi sebagai bahan pengambilan keputusan,

evaluasi dan menopang program tenaga kerja, khususnya perencanaan

tenaga kerja. Untuk meningkatan kualitas dan daya guna dari sistem

informasi pasar kerja, maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk merevisi

prinsip, metode dan asumsi penyusunan informasi pasar kerja, selain itu

perlu kerjasama yang lebih intensif dengan instansi terkait dalam

penyajian informasi pasar kerja. Sistem informasi pasar kerja

dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi dibidang informasi,

memperkuat sistem informasi pasar kerja yang ada, termasuk upaya

peningkatan kapasitas teknis sistem tersebut, serta melengkapinya

dengan fasilitas agar secara cepat dapat melakukan penilaian terhadap

kualifikasi tenaga kerja yang ada.

5. Pengembangan bursa tenaga kerja terpadu.

Tenaga kerja yang telah dikembangkan dalam program pelatihan

perlu didayagunakan pada sektor yang produktif sehingga tenaga yang

sudah terlatih dapat ditempatkan melalui bursa tenaga kerja baik untuk

penempatan didalam negeri maupun diluar negeri. Untuk memperbaiki

layanan ketenagakerjaan dan untuk mengatasi berbagai masalah dalam

pemberdayaan bursa tenaga kerja direncanakan beberapa program

sebagai berikut :

a. Guna meningkatkan daya kerja database mikro, diupayakan untuk

meningkatkan kemampuan petugas-petugas kantor bursa tenaga

kerja, dalam melakukan pencatatan dan pengolahan data.

b. Kantor- kantor bursa tenaga kerja dapat dibuat lebih menarik bagi

para pencari kerja dengan berbagai cara, antara lain dengan

mendirikan suatu pusat dokumentasi yang mengorganisir

kelompok- kelompok pencari kerja dan pameran ketenagakerjaan

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 95

bagi pencari kerja maupun pengusaha, mengorganisir kunjungan

profesional ke perusahaan- perusahaan untuk mengecek lowongan

kerja yang ada.

c. Perlunya suatu jaringan komunikasi yang on line dengan seluruh

Dinas Tenaga Kerja, seluruh perusahaan, kantor pajak agar

informasi dan data bursa tenaga kerja dapat dihasilkan dan dikirim

tepat waktu.

d. Pengembangan jaringan yang lebih ekstensif dan intensif serta

kemitraan dengan lembaga-lembaga swadaya masyarakat, instansi-

instansi ketenagakerjaan swasta, industri kecil menengah dan besar,

KADIN, APINDO, Universitas, Dinas/Departemen terkait, Serikat

Pekerja dan institusi lokal.

4.6 Rekomendasi Kebijakan Perlindungan Tenaga Kerja

Kebijakan perlindungan tenaga kerja ditujukan untuk dapat menciptakan

rasa aman bagi para pekerja serta memberikan kepastian hukum bagi pekeja

serta perusahaan yang menggunakan tenaga kerja. Hal ini dimasudkan untuk

menciptakan kondisi yang kondusif dalam lingkungan kerja. Kondisi yang

kondusif yang tercipta akan membawa dampak bagi meningkatnya kegiatan

ekonomi yang akan menciptakan kesempatan kerja dalam hal ini adalah

tumbuhnya investasi di daerah.

Kondisi ini menuntut penanganan yang sungguh-sungguh dari berbagai

pihak, agar perubahan yang terjadi dapat lebih terarah menuju tatanan

hubungan industrial yang lebih baik dengan kehidupan pekerja dan

perkembangaan dunia usaha yang lebih baik pula.

Secara garis besar, kebijakan perlindungan pekerja dapat dikelompokkan

ke dalam pengaturan hubungan pekerjaan (employment relations) dan

penyediaan jaminan sosial (social security). Dalam kaitannya dengan hubungan

pekerjaan yang menjadi fokus adalah keberadaan perjanjian kerja berupa

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 96

peraturan kerja yang disepakati bersama mengenai hak dan kewajiban dari

masing-masing pihak yaitu pengusaha dan pekerja. Perlunya meningkatkan

peran mediator antara pengusaha dan pekerja yang dapat menjamin adanya

penyelesaian win-win solution. Perusahaan harus menjamin keamanan kerja

melalui pengaplikasian Sistem Manajemen Kesehatan dan Kesemataan kerja

(SMK3) di lingkungan perusahaan. Dalam hal ini pemerintah harus menjamin

bahwa perusahaan yang termasuk wajib menerapkan SMK3 harus

menerapkan sistem ini di perusahaan. Salah satu peran pemerintah dalam

penerapan SMK3 adalah Pemberian Izin, Pengesahan, Sertifikat Keselamatan

dan Kesehatan Kerja diperusahaan harus dimaksimalkan.

4.7. Pengawasan Ketenagakerjaan

Selain berupaya meningkatkan kualitas tenaga kerja, mendorong

penciptaan kesempatan kerja dan menjamin keterlindungan tenaga kerja,

pemerintah juga melakukan pengawasan pada bidang ketenagakerjaan. Hal ini

diperlukan untuk memberikan kenyamanan, ketenangan dan kedamaian pada

pekerja maupun pengusaha.

Berdasarkan hasil indek pembangunan ketenagakerjaan Provinsi

Sulawesi Tengah 2011, tingkat kecelakaan kerja pada pekerja relatif kecil yaitu

sebesar 0,03 persen dari seluruh pekerja yang bekerja. Kondisi ini cukup

menggembirakan namun angka ini tidak menutup kemungkinan bahwa

kecilnya presentase ini disebabkan oleh tidak terlapornya kecelakaan kerja

yang terjadi di perusahaan ke Dinas Nakertrans. Dugaan ini dimungkinkan

karena masih sangat sedikit perusahaan wajib yang menerapkan Sistem

Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) di Sulawesi Tengah.

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 97

Tabel 4.6 Kondisi Pengawasan Tenaga Kerja Di Sulawesi Tengah Tahun

2009-2013

2009 2010 2011* 2012* 2013*

Jumlah perusahaan yang melaporkan

2.361 3.371 4.813 6.872 9.812

Jumlah buruh/karyawan yang perusahaannya yang dilaporkan

41.911 59.030 83.141 117.101 164.933

Jumlah perusahaan yang diaudit penerapan SMK3

7 0 10 14 20

* Perkiraan Sumber : PTK Pusat Yang Diolah kembali

Berdasarkan data pada tabel di atas jumlah perusahaan yang melapor

hanya sebesar 13 persen dari total perusahaan besar dan kecil yang terdaftar

pada Sensus Ekonomi 2006 yang berjumlah 18.111 perusahaan. Hal ini

tentunya mempengaruhi kualitas pengawasan yang harusnya dilakukan pada

perusahaan yang ada di Sulawesi Tengah. Pertambahan jumlah perusahaan

yang melapor tahun 2012 diharapkan akan meningkat menjadi 6.872

perusahaan atau meningkat sebanyak 2,059 perusahaan dan pada tahun 2013

akan menjadi 9.812 perusahaan yang melapor atau bertambah sebanyak 2,940

perusahaan.

Pertambahan ini tentunya akan seiring dengan jumlah pertambahan

tanaga kerja yang terlapor di Disnakertrans Sulawesi Tengah. Unsur

pengawasan tenaga kerja yang paling utama adalah tenaga pengawas tenaga

kerja, saat ini jumlah pengawas tenaga kerja yang ada di Sulawesi Tengah

hanya mencapai 12 orang pengawas yang tersebar di Propinsi 3 orang, Kota

Palu 2 orang, Donggala 2 orang, Toli-Toli 1 orang dan Luwuk 1 orang. Jumlah

ini sangatlah belum mencerminkan kebutuhan pengawas yang ideal

dibandingkan dengan jumlah perusahaan yang melapor dengan perbandingan

1: 16 atau 1 orang mengawasi 16 perusahaan. Angka ideal sesuai standar

nasional adalah 1 : 6 atau 1 orang mengawasi 6 perusahaan.

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 98

Berdasarkan kondisi tersebut, ada beberapa hal yang perlu dilakukan

pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas dan kuantitas pelaporan dalam

bidang pengawasan sebagai berikut :

1. Peningkatan kualitas tenaga pengawas ketenagakerjaan

Untuk dapat meningkatkan kualitas pengawasan terhadap pekerja dan

perusahaan yang memperkerjaan, perlu bagi pemerintah untuk

meningkatkan kualitas tenaga pengawas melalui pelatihan pengawasan

tenaga kerja. Pelatihan bagi tenaga pengawas, untuk meningkatkan

kemampuan pengawas yang di angkat. Bentuk peningkatan kualias

pengawas adalah melalui pelatihan baik secara teknis maupun non

teknis

2. Peningkatan kuantitas Tenaga Pengawas Ketenagakerjaan

Selain peningkatan kualitas tenaga kerja penambahan tenaga pengawas

di daerah juga perlu dilakukan. Kebutuhan tenaga fungsional di lingkup

Disnakertrans di Sulawesi Tengah dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.7 Jumlah Kebutuhan Tenaga Fungsional Pengawas Kerja Lingkup Naker

Kabupaten/Kota se Propinsi Sulawesi Tengah

Uraian 2009 2010 2011* 2012* 2013*

Jumlah perusahaan yang melaporkan 2361 3371 4,813 6,872 9,812

Jumlah Pengawas 12 12 12 82 117

* perkiraan

Berdasarkan data diatas nampak bahwa kebutuhan tenaga

pengawas saat ini masih jauh dari kondisi ideal. Hingga tahun 2011,

jumlah tenaga pengawas hanya sebanyak 12 orang, sementara terdapat

peningkatan jumlah perusahaan yang harus diawasi. Kebutuhan tenaga

pengawas di tahun 2012 diperkirakan mencapai 82 orang dan meningkat

lagi di tahun 2013 menjadi 117 orang, dengan asumsi satu pengawas

akan mengawasi 7 perusahaan per bulan. Pada satu sisi kondisi ini akan

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 99

menjadi peluang permintaan tenaga kerja khususnya tenaga pengawas

di Provinsi Sulawesi Tengah, namun pada sisi lain akan berimplikasi pada

kebutuhan biaya.

Untuk mempercepat penambahan pengawas ketenagakerjaan perlu

dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Perlunya koordinasi antar pemerintah propinsi dengan

kabupaten/kota dalam hal pembiayaan bagi tenaga pengawas,

mengingat bidang ketenaga kerjaan merupakan urusan wajib setiap

tingkat pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan

pelayanan dasar pada masyarakat

b. Pelatihan jarak jauh (distance training) untuk materi dan teori praktek

di kelas maupun lapangan bagi pengawas

c. Pengadaan pengawas ketenagakerjaan oleh kementrian Tenaga Kerja

dan Transmigrasi.

3. Sosialiasi Sistem Manajemen Keselamatan Kerja

Mengingat jumlah perusahaan yang menerapkan SMK3 di Sulawesi

Tengah sangat sedikit, perlu kiranya dilakukan sosialisasi kembali

penerapan SMK3 di perusahaan yang sesusai dengan kriteria dalam

peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 06 Tahun 1996 tentang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Upaya ini perlu dilakukan pada setiap

Kabupaten/Kota guna mengingatkan kewajiban perusahaan dalam

melindungi karyawan dan perusahaanya dari kecelakaan kerja.

4. Penerapan Sistem manajemen keselamatan kerja dan kesehatan kerja

Berdasarkan peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 06 Tahun 1996

setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak seratus

orang atau lebih dan atau akan mengandung potensi bahaya yang

ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 100

mengakibatkan kecelakaan kerja, wajib menerapkan SMK3 di

perusahaan. Berdasarkan regulasi pemerintah tersebut, pemerintah

daerah wajib menerapkan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan

Kerja Dan Kesehatan Kerja (SMK3) di daerah. Tentunya ini harus

didukung dengan ketegasan pihak Dinas Nakertrans dalam memberikan

punishment bagi perusahaan yang tidak menerapkan SMK3 di

perusahaan guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja.

Kecelakaan kerja sebagian besar terjadi karena faktor human error, dan

ini merupakan tugas perusahaan untuk mengedukasi tenaga kerja yang

bekerja ditempatnya. Untuk itu perlu adanya aturan yang mengatur agar

perusahaan menerapkan SMK3 di tempatnya.

5. Melakukan pengawasan terhadap pekerja anak

Keterpurukan ekonomi yang terjadi di masyarakat mengharuskan anak-

anak masuk dalam dunia kerja. Kemampuan anak dalam memahami

pekerjaan khususnya pekerjaan yang beresiko tinggi terhadap

keselamatan sangatlah minim, sehingga mereka sangat rawan terhadap

kecelakaan kerja. Untuk itu, pemerintah perlu mengambil kebijakan

untuk menurunkan jumlah pekerja anak. Beberapa langkah dapat diambil

untuk menurunkan keterlibatan anak-anak di dunia kerja :

a. Beasiswa bagi anak tidak mampu agar mereka meneruskan

pendidikan. Umumnya kondisi ekonomi masyaraka, menyebakan

anak anak merka harus terjun ke dunia kerja, dan tidak dapat

meneruskan pendidikan

b. Memberikan bantuan pada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)

yang memiliki anggota keluarga terdiri dari anak usia 0-15 tahun

namun belum menyelesaikan pendidikan dasar.

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 101

4.8 Rekomendasi Perselisihan Hubungan Industrial dan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Hubungan Industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk

antara para pelaku dalam proses produksi barang atau jasa yang meliputi

pengusaha, pekerja, dan pemerintah. Kontinuitas hubungan antar pengusaha

dan pekerja secara harmonis merupakan impian semua pihak baik pengusaha,

pekerja maupun pemerintah. Pengusaha menginginkan adanya hubungan baik

ini sebagai jaminan untuk tetap melanjutkan dengan rencana yang tertata

dengan baik, sehingga akan berdampak terhadap produksi yang kontinyu,

kepuasan pelanggan dan reputasi perusahaan. Hubungan yang baik ini bagi

pekerja memberikan jaminan untuk tetap bekerja secara layak dengan tetap

mempertimbangkan kontribusi mereka pada perusahaan. Pemerintah

menginginkan hubungan harmonis dalam menjaga iklim bisnis secara umum,

gejolak sosial kepercayan investor.

Konsep yang diinginkan tersebut merupakan sebuah kondisi ideal yang

sering tidak tercapai. Sering ditemukan adanya perselisihan hubungan

industrial yang disebabkan oleh berbagai faktor. Satu kata kunci setiap

perselisihan adanya karena adanya pihak yang kurang terpuaskan baik

perusahaan maupun pekerja. Untuk itu, berbagai kemungkinan yang mungkin

timbul akibat pola hubungan tersebut harus diantisipasi untuk

penyelesaiannya. Dengan demikian jika terjadi masalah hubungan industrial

terdapat pola penyelesaian yang jelas dan dipahami bersama, baik oleh

perusahaan maupun pemerintah.

Untuk penyelesaian yang bersifat atisipatif telah diundangkan berbagai

peraturan yang mengatur adanya perangkat hubungan industrial seperti

Peraturan Perusahaan (PP). Berdasarkan Indeks Pembangunan Ketenaga

Kerjaan, jumlah perusahaan yang membuat Peraturan Perusahaan yang

disahkan hanya sebesar 500 perusahaan dengan nilai indeks 14,83 atau 14,83

persen dari total seluruh perusahaan yang wajib lapor. Demikian pula dengan

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 102

perusahaan yang membuat Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang didaftarkan

hanya sebesar 191 perusahaan dengan indeks 5,6 atau 5,6 persen dari total

perusahan wajib lapor. Kewajiban menyusunan PP dan PKB sesungguhnya

telah diatur dalam KEP. 48/MEN/IV/2004 dan juga telah dituangkan dalam ILO

Recommendation No. 91 paragraf 2. Berikut gambaran kondisi hubungan

industrial di Sulawesi Tengah:

Tabel 4.8 Peningkatan Hubungan Industrial

Hubungan Industrial 2009 2010 2011* 2012* 2013*

Jumlah perusahaan yang memiliki Peraturan yang disahkan

487 500 533 569 607

Jumlah perusahaan yang memiliki Perjanjian Kerja Bersama yang sudah didaftarkan

191 193 205 217 230

Jumlah perusahaan yang memiliki Lembaga Kerjasama (LKS) Bipartit

78 79 84 89 95

Jumlah Serikat Pekerja/Serikat Buruh 98 110 117 124 132

Berdasarkan hal tersebut sangat penting kiranya bagi perusahaan sesuai

dengan Kepmen no 49 Tahun 2004 wajib menyusun PP dan PKB. Pada tahun

2012 target jumlah perusahaan wajib lapor yang membuat Peraturan

Perusahaan yang di sahkan adalah 30 persen perusahaan wajib lapor. Beberapa

langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan jumlah PP dan PKB di

Sulawesi Tengah adalah sebagai berikut :

Rekomendasi :

1. Sosialisasi pembuatan PP dan PKB pada perusahaan yang wajib

lapor

Perlunya bagi perusahaan yang belum melaporkan PP yang disahkan dan

PKB terdaftar, dihimbau untuk menyusun PP dan PKB sesusi aturan

dalam Keputusan Menteri dan rekomendasi ILO.

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 103

2. Bantuan Pelatihan dalam Penyusunan PP dan PKB

Selain sosialisasi bantuan pelatihan dalam penyusunan dapat dilakukan

agar perusahaan dapat menyusun PP dan PKB yang dapat

mengakomodir, mengatur hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha.

3. Pengawasan bagi perusahaan wajib lapor

Tanpa adanya ketegasan dari pihak pemerintah melalui punishment,

arahan pembuatan PP dan PKB bagi perusahaan tidak akan berjalan

dengan baik. Oleh karena itu fungsi pengawas ketenagakerjaan sangat

diperlukan untuk memantau dan mengawasi penyusunan PP dan PKB.

4. Penguatan peraturan daerah tentang kewajiban penyusunan PP dan

PKB

Perlunya pemerintah daerah menyusun peraturan daerah yang mengikat

dan mewajibkan seluruh perusahaan dan pekerjanya untuk menyusun

PP dan PKB yang difasilitasi oleh dinas Nakertrans.

Hal ini untuk menjamin bahwa setiap perusahaan memiliki MOU dengan

pekerja yang akan menjamin bagi hubungan mereka. MOU ini harus di

awasi oleh Tim khusus yang dibentuk oleh Dinas Nakertans untuk

memastikan terjadinya hak dan kewajiban yang wajar antara pekerja

dan perusahaan.

Jumlah perusahaan wajib lapor dan memiliki Lembaga Kerjasama Biparti

di Sulawesi Tengah hanya sebanyak 79 perusahaan dengan indek 2,34 atau

2,34 persen dari seluruh perusahaan yang wajib lapor. Keberadaan LKS Bipartit

telah diatur dalam UU No 13 Tahun 2003 Mengenai Ketenaga Kerjaan adalah

Lembaga kerja sama yang berfungsi sebagai forum komunikasi, dan konsultasi

mengenai hal ketenagakerjaan di perusahaan. Susunan keanggotaan lembaga

kerja sama bipartit terdiri dari unsur pengusaha dan unsur pekerja/buruh yang

ditunjuk oleh pekerja/buruh secara demokratis untuk mewakili kepentingan

pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan. Permasalahan antara

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 104

pengusaha dan pekerja seyogyanya dapat diselesaikan melalui mekanisme

yang dibangun dalam LKS perusahaan. Pada tahun 2012 diharapkan jumlah

perusahaan yang memiliki LKS Bipartit yang ada di Sulawesi Tengah dapat

mencapai 150 perusahaan dari seluruh perusahaan wajib lapor. Beberapa hal

yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan jumlah LKS Bipartit adalah

sebagai berikut :

Rekomendasi

1. Sosialisasi pada beberapa perusahaan yang termsuk wajib lapor

Perlu dilakukan sosialisasi kembali kepada perusahaan yang belum

memiliki LKS, mengingat keberadaan LKS merupakan amanat undang-

undang yang menjamin hubungan industrial perusahaan. Sosialisasi

dilakukan baik ditingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota.

2. Pembinaan LKS Bipartit yang telah ada

Untuk meningkatkan peran LKS Bipartit perlu dilakukan pembinaan yang

sifatnya periodik oleh instansi terkait dalam hal ini Disnakertrans.

3. Sistem pelaporan kegiatan LKS Bipartit

Menjamin berlangsungnya sistem pelaporan kegiatan LKS Bipartit yang

dilakukan oleh pengurus LKS kepada pimpinan perusahaan tiap 6 bulan,

pelaporan pimpinan perusahaan secara berkala setiap 6 (enam) bulan

sekali melaporkan kepada instansi yang bertanggungjawab di bidang

ketenagakerjaan kabupaten/kota.

Instansi ketenagakerjaan kabupaten/kota secara berkala setiap 6 enam)

bulan sekali melaporkan kepada instansi yang bertanggungjawab di bidang

ketenagakerjaan provinsi. Bidang ketenagakerjaan provinsi secara berkala

setiap 6 (enam) bulan sekali melaporkan kepada Menteri melalui Direktur

Jendral Pembinaan Hubungan Industrial dan jaminan Sosial Tenaga Kerja.

diharapkan dengan terjaminya pelaporan hingga ke pusat, informasi

permasalahan di tingkat perusahaan dapat cepat ditangani.

PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012-2013

D i s n a k e r t r a n s P r o v i n s i S u l a w e s i T e n g a h

BAB IV - 105

Jumlah perusahaan wajib lapor yang memiliki serikat pekerja di Sulawesi

Tengah adalah sebanyak 110 SB/SP dengan indeks 3,26 dari total perusahaan

wajib lapor. Pembentukan Serikat Pekerja (SP) pada setiap perusahaan dan

penguatan lembaga SP. Lembaga SP harus menjadi mediator antar perusahaan

dan pekerja, untuk itu perlu adanya penguatan penguatan lembaga dalam

membentuk pola kerja SP kaitannya dengan penyerapan aspirasi pekerja. SP

tidak harus berdaya guna baik pekerja maupun pengusaha. SP.

Peran pemerintah dalam hubungan industrial ini diwadahi dengan

adanya tenaga fungsional mediator lingkup Naker, yang saat ini tenaga

fungsional ini sudah tidak ada. Berdasarkan hal tersebut perlu kiranya

pemerintah mengangkat tenaga fungsional mediator yang diperkirakan

masing-masing propinsi dan kabupaten/kota sebanyak 3 orang sehingga

kebutuhan seluruh tenaga mediator di Sulawesi Tengah sebanyak 36 orang.

Perusahaan di Sulawesi Tengah yang menerapkan jaminan sosial tenaga

kerja atau jamsostek masih relatif sedikit. Peran pemerintah dalam hal ini

adalah mensosialisasikan dan menfasilitasi agar perusahaan menggunakan

jamsostek untuk melindungi pekerja di perusahaan.