PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI D.I....

191
PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2012-2016 PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2012-2016 Kerjasama Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi D.I. Yogyakarta Kerjasama Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi D.I. Yogyakarta ISBN : 978-602-7536-09-8 ISBN : 978-602-7536-09-8

Transcript of PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI D.I....

PE

RE

NC

AN

AA

N T

EN

AG

A K

ER

JA

PR

OV

INSI

D

.I. YO

GY

AK

AR

TA

TA

HU

N 2

012-2

016

PERENCANAAN TENAGA KERJA

PROVINSI D.I. YOGYAKARTATAHUN 2012-2016

KerjasamaPusat Perencanaan Tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RIDenganDinas Tenaga Kerja dan TransmigrasiProvinsi D.I. Yogyakarta

KerjasamaPusat Perencanaan Tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RIDenganDinas Tenaga Kerja dan TransmigrasiProvinsi D.I. Yogyakarta

ISBN : 978-602-7536-09-8ISBN : 978-602-7536-09-8

PERENCANAAN TENAGA KERJA

PROVINSI D.I. YOGYAKARTATAHUN 2012-2016

KerjasamaPusat Perencanaan Tenaga Kerja

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RIDengan

Dinas Tenaga Kerja dan TransmigrasiProvinsi D.I. Yogyakarta

ISBN : 978-602-7536-09-8

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY iii

SAMBUTAN GUBERNUR

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Tenaga kerja merupakan faktor utama dalam pembangunan

nasional, regional dan sektoral. Daerah Istimewa Yogyakarta dengan

penduduknya yang cukup banyak, memiliki potensi yang besar baik

sebagai pelaku pembangunan maupun potensi pasar.Pembangunan

ketenagakerjaan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 4 Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, bahwa

pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk memberdayakan dan

mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi,

mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja

yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah, untuk

memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan

kesejahteraan, serta meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan

keluarganya. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan ketenagakerjaan tersebut

diperlukan perencanaan tenaga kerja yang terarah dan

berkesinambungan, sebagaimana diamanatkan Pasal 7 Ayat (3) Undang-

Undang Nomor 13 tentang Ketenagakerjaan, bahwa penyusunan

kebijakan, strategi dan pelaksanaan program pembangunan

ketenagakerjaan yang berkesinambungan, pemerintah harus berpedoman

pada perencanaan tenaga kerja. Sampai saat ini masalah ketenagakerjaan masih cukup kompleks,

seperti besarnya jumlah penganggur dan setengah penganggur. Sakernas

Agustus 2011 jumlah penganggur terbuka di DIY sebanyak 74.317 orang

atau 5,69 persen dan jumlah setengah penganggur 534.875 orang atau

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

iv Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

28,56 persen. Selain itu kualitas tenaga kerja yang relatif masih rendah,

serta informasi pasar kerja yang relatif masih terbatas, permasalahan

menyangkut pengupahan pekerja yang masih rendah baik yang

diakibatkan produktivitas pekerja yang masih rendah maupun akibat

penerapan upah yang diterapkan oleh perusahaan. Demikian juga

menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja yang rendah, lingkungan

kerja yang kurang baik, penempatan yang kurang sesuai dengan

kompetensi dan kasus-kasus yang mempengaruhi para pekerja dan

pengusaha yang berakibat tidak kondusifnya aktivitas perusahaan. Dalam

penyelesaiannya menuntut perumusan kebijakan yang komprehensif yang

mengikat seluruh pemangku kepentingan. Kami mengharapkan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi (PTKP)

Tahun 2012-2016 yang telah tersusun ini dapat dijadikan acuan oleh

setiap instansi sektoral dan pemerintah kabupaten/kota dalam

merumuskan dan mengimplementasikan berbagai kebijakan, strategi dan

programnya, sehingga selaras dengan pembangunan ketenagakerjaan.

Pada gilirannya akan dapat mewujudkan akselerasi pencapaian tujuan

pembangunan ketenagakerjaan berupa perluasan dan penciptaan

kesempatan kerja yang produktif dan remunerative, peningkatan kualitas

angkatan kerja serta peningkatan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.

Akhirnya saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas

terbitnya buku Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi (PTKP) Tahun

2012-2016.

Yogyakarta, Oktober 2012

Gubernur

Daerah Istimewa Yogyakarta

Hamengkubuwono X

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY v

KATA PENGANTAR

KEPALA PUSAT PERENCANAAN TENAGA KERJA

Dalam rangka pelaksanaan amanat pasal 7 Undang – undang

Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Jo. Peraturan

Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Memperoleh

Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan serta Pelaksanaan

Perencanaan Tenaga Kerja, bahwa perencanaan tenaga kerja baik

dalam lingkup kewilayahan (nasional, provinsi dan kabupaten/kota)

maupun lingkup sektoral/ sub sektoral (sektoral/sub sektoral nasional,

sektoral/sub sektoral provinsi, sektoral/sub sektoral kabupaten/kota),

dijadikan acuan dan pedoman dalam pembangunan ketenagakerjaan

ditingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Sektoral/Sub Sektoral

Provinsi, dan Sektoral/Sub Sektoral Kabupaten/Kota. Sebagai

pelaksanaan ke dua peraturan tersebut dituangkan dalam Peraturan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.

16/MEN/XI/2010 tentang Perencanaan Tenaga Kerja Makro.

Masalah utama ketenagakerjaan diantaranya adalah besarnya

pengangguran terbuka, jumlah setengah penganggur yang sangat

besar, serta masalah lain seperti rendahnya kualitas angkatan kerja,

rendahnya produktivitas kerja, dan rendahnya kesejahteraan pekerja,

sehingga bersifat multi dimensional antara berbagai faktor ekonomi,

faktor sosial, dan faktor lainnya. Oleh karena itu diperlukan kebijakan

yang komprehensif dan multi dimensi. Untuk itu maka diperlukan

suatu perencanaan tenaga kerja yang dapat dijadikan acuan oleh

seluruh pemangku kepentingan di DI Yogyakarta.

Dengan tersusunnya Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DI

Yogyakarta Tahun 2012-2016, maka dasar pembangunan yang

berpihak pada penciptaan perluasan kesempatan kerja (pro job)

sudah semakin jelas dan terarah, khususnya dalam menghadapi

masalah pengangguran, penciptaan kesempatan kerja, peningkatan

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

vi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

produktivitas dan kesejahteraan pekerja. Namun demikian, mengingat

permasalahan ketenagakerjaan merupakan permasalahan bersama,

maka diperlukan upaya kolektif dari seluruh pemangku kepentingan

(stakeholder) yang ada di DI Yogyakarta. Untuk itu dalam penyusunan

kebijakan, strategi dan program pembangunan ketenagakerjaan yang

berkesinambungan maka pemerintah daerah harus berpedoman pada

Perencanaan Tenaga Kerja untuk mengatasi permasalahan

ketenagakerjaan yang ada di DI Yogyakarta.

Akhirnya kami menyambut gembira dan memberikan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Pemerintah DI

Yogyakarta atas tersusunnya buku Perencanaan Tenaga Kerja ini.

Jakarta, Oktober 2012 Kepala

Pusat Perencanaan Tenaga Kerja,

SYARIFUDDIN SINAGA, SH NIP 19561118 197703 1 001

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY vii

KATA PENGANTAR

Penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi (PTKP) Daerah

Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2016 merupakan amanat dan

implementasi dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan serta Peraturan Pemerintah RI Nomor 15 Tahun 2007

tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan, Penyusunan

dan Pelaksanaan Perencanaan tenaga Kerja. Buku Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi (PTKP) 2012-2016

memuat data dan informasi dari kecenderungan pertumbuhan selama tahun

2008-2011 dan perkiraan tahun 2012-2016 dari penduduk usia kerja,

angkatan kerja, kesempatan kerja sektoral, produktivitas tenaga kerja,

penganggur terbuka, pelatihan tenaga kerja, penempatan tenaga kerja,

perlindungan tenaga kerja, hubungan industrial dan jaminan sosial tenaga

kerja. Angka-angka dalam buku ini telah disesuaikan dengan data dan

informasi terkini, dengan menggunakan berbagai asumsi termasuk perkiraan

pertumbuhan ekonomi daerah. Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi (PTKP)

ini merupakan rencana indikatif yang digunakan untuk pembinaan

ketenagakerjaan di seluruh sektor ekonomi dan unit teknis ketenagakerjaan.

Oleh karena itu variabel dan angka-angka yang terdapat di dalamnya dapat

dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi. Dengan disusunnya buku Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi

(PTKP) maka diharapkan dapat menjadi pedoman/acuan dalam penyusunan

kebijakan, strategi dan pelaksanaan program pembangunan

ketenagakerjaan sehingga pembangunan dibidang ketenagakerjaan

semakin jelas terarah, khususnya dalam menghadapi masalah

pengangguran, penciptaan kesempatan kerja, peningkatan produktivitas dan

kesejahteraan tenaga kerja. Mengingat masalah ketenagakerjaan

khususnya pengangguran bukan hanya masalah Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi saja melainkan juga merupakan kepentingan instansi

pemerintah lain, maka dukungan melalui produk hukum, kebijakan dan

program nyata diharapkan yang diarahkan pada perluasan kesempatan

kerja. Kami menyadari bahwa masih terdapat berbagai kekurangan dalam

penyusunan buku ini, yang disebabkan berbagai keterbatasan yang ada.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

viii Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Untuk itu kami mengharapkan saran konstruktif dari seluruh pihak yang

terkait guna penyempurnaan di masa yang akan datang. Pada kesempatan

ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang

berpartisipasi dalam penyusunan buku Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi

(PTKP) Tahun 2012-2016 ini. Semoga bermanfaat dan dapat kita gunakan

sebaik-baiknya sebagai acuan dalam pembangunan ketenagakerjaan.

Yogyakarta, Oktober 2012

Kepala Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Provinsi D.I. Yogyakarta

Ir. Budi Antono, M.Si.

NIP. 19580717 98503 1 017

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY ix

RINGKASAN EKSEKUTIF

EXECUTIVE SUMMARY

Ketenagakerjaan merupakan salah satu bidang pembangunan

yang mencakup segala aspek yang mempunyai kaitan dengan tenaga

kerja dalam rangka keterlibatannya dalam proses produksi barang atau

jasa. Masalah pokok ketenagakerjaan yang kita hadapi saat ini antara

lain adalah (1) rendahnya pendayagunaan angkatan kerja yang tersedia

yang mengakibatkan banyaknya pengangguran terbuka. (2) masih

rendahnya kualitas angkatan kerja yang ditandai oleh tingkat pendidikan

formal di DIY didominasi oleh tamatan sekolah dasar, termasuk di

dalamnya mereka yang belum tamat dan yang tidak pernah sekolah dan

(3) rendahnya produktivitas, perlindungan dan kesejahteraan pekerja. Ada banyak hal yang dapat dilakukan pemerintah untuk

mengatasi masalah ketenagakerjaan diantaranya adalah meningkatkan

penciptaan kesempatan kerja, merumuskan strategi dan arah kebijakan

ketenagakerjaan yang tepat, menyusun perangkat peraturan

ketenagakerjaan yang memadai dan lain-lain. Salah satu sarana yang

dapat digunakan untuk mendukung perumusan strategi, kebijakan dan

program ketenagakerjaan yang tepat adalah dengan melakukan

penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja (PTK) baik jangka panjang

maupun jangka pendek (tahunan). Berdasarkan hasil Sakernas Bulan Agustus tahun 2008, penduduk

usia kerja (PUK) di DIY tercatat sebanyak 2.836.178 orang kemudian

naik menjadi 2.871.719 orang pada tahun 2009. Tahun 2010 mengalami

penurunan yang cukup signifikan menjadi 2.698.134 orang dan tahun

2011 kembali mengalami kenaikan menjadi 2.723.629 orang.

Perkembangan angkatan kerja dari tahun 2008 sampai tahun 2011 tidak

berbeda jauh dengan perkembangan penduduk usia kerja yang

cenderung berfluktuasi. Angkatan kerja tahun 2008 mencapai 1.999.734

orang, tahun 2009 naik menjadi 2.016.694 orang tetapi kemudian

menurun menjadi 1.882.296 orang pada tahun 2010 dan tahun 2011

turun lagi menjadi 1.872.912 orang. Apabila dilihat menurut tingkat

pendidikan, angkatan kerja di DIY masih didominasi oleh yang

berpendidikan maksimum sekolah dasar dimana pada tahun 2008

mencapai 39,26 persen tetapi berangsur menurun hingga sebesar 33,75

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

x Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

persen pada tahun 2011. Demikian juga dengan tenaga kerja

bependidikan SMTP yang proporsinya mengalami penurunan sampai

tahun 2011. Di sisi lain, tenaga kerja berpendidikan pada jenjang yang

lebih tinggi justru mengalami peningkatan terutama pada jenjang

pendidikan Universitas, yang mana pada tahun 2008 sebesar 6,57

persen berangsur naik menjadi 9,36 persen pada tahun 2011. Angkatan

kerja laki-laki jumlahnya jauh lebih banyak dibanding angkatan kerja

perempuan. Pada tahun 2008 angkatan kerja laki-laki mencapai 56,22

persen, tahun 2011 turun menjadi 55,66 persen. Sebagian besar

angkatan kerja tinggal di perkotaan, tahun 2008 sebesar 57,02 persen,

tahun 2011 meningkat menjadi 66,35 persen.

Jumlah penduduk yang bekerja di DIY tahun 2008-2011

cenderung berfluktuasi, pada tahun 2008 tercatat sebanyak 1.892.205

orang meningkat menjadi 1.895.648 orang pada tahun 2009, kemudian

turun menjadi 1.775.148 orang pada tahun 2010 dan kembali meningkat

menjadi 1.798.595 orang. Sebagian besar penduduk yang bekerja

terserap di sektor pertanian (29,60 persen), sektor perdagangan (24,14

persen), sektor jasa kemasyarakatan (17,03 persen) dan sektor industri

(13,24 persen) pada tahun 2008. Sampai tahun 2011 penduduk yang

bekerja di sektor pertanian semakin berkurang menjadi 23,97 persen

sedangkan tiga sektor lainnya semakin meningkat. Apabila dilihat

menurut status, pada tahun 2008 sebanyak 34,82 persen penduduk

bekerja di sektor formal sedangkan yang bekerja di sektor formal

sebesar 65,18 persen. Pada tahun 2011 penduduk yang bekerja di

sektor formal meningkat tajam menjadi 44,39 persen, yang mana

sebagian dari mereka adalah pekerja/buruh/karyawan. Perkembangan penganggur terbuka (PT) di DIY selama tahun

2008-2011 cenderung menurun berfluktuasi. Pada tahun 2008 jumlah

penganggur terbuka sebanyak 107.529 orang dengan tingkat

pengangguran terbuka (TPT) sebesar 5,38 persen, tahun 2009 121.046

orang dengan TPT 6,00 persen, tahun 2010 turun menjadi 107.148

orang dengan TPT 5,69 persen dan tahun 2011 sebanyak 74.317 orang

dengan TPT sebesar 3,97 persen. Sebagian besar penganggur adalah

golongan usia muda dan berpendidikan SMTA. Pada tahun 2008

sebesar 69,87 persen penganggur berada di daerah perkotaan, dan

tahun 2011 meningkat menjadi 80,03 persen. Penganggur terbanyak

ada di wilayah Kabupaten Sleman sebesar 36,65 persen dengan TPT

sebesar 6,83 persen tahun 2008 dan tahun 2011 meningkat lagi menjadi

41,92 persen dengan TPT sebesar 5,25 persen. Sedangkan TPT

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY xi

tertinggi ada di Kota Yogyakarta sebesar 7,85 persen pada tahun 2008,

berangsur menurun hingga menjadi 5,57 persen pada tahun 2011. Berdasarkan hasil perkiraan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi

tahun 2012-2016, penduduk usia kerja di DIY diperkirakan akan

bertambah sebanyak 140.284 orang hingga mencapai 2.863.913 orang

pada tahun 2016. Sedangkan angkatan kerjanya akan bertambah

sebanyak 108.401 orang menjadi 1.981.313 orang pada tahun 2016.

Secara kualitas, PUK dan angkatan kerja periode 2012-2016 masih

didominasi oleh yang berpendidikan maksimum SD, namun berangsur

menurun. Sebaliknya yang berpendidikan di atasnya berangsur naik. Perekonomian DIY pada tahun 2012 mampu tumbuh 5,30 persen

dan tahun 2016 tumbuh 5,90 persen Pertumbuhan ekonomi yang positif

tersebut diperkirakan akan mendorong penciptaan kesempatan kerja,

sehingga jumlah kesempatan kerja pada tahun 2012-2016 akan

bertambah sebanyak 119.282 orang menjadi 1.917.877 orang.

Peningkatan penciptaan kesempatan kerja ini juga berdampak positif

terhadap penurunan tingkat dan jumlah pengangguran terbuka (TPT).

Pada tahun 2012 TPT diperkirakan menurun menjadi 3,83 persen atau

sebanyak 72.564 orang. Sedangkan tahun 2016 TPT diperkirakan

menurun hingga menjadi 3,20 persen atau sebanyak 63.436 orang. Agar pembangunan ketenagakerjaan di DIY dapat terwujud maka

diperlukan berbagai kebijakan, program dan strategi yang meliputi

kebijakan umum yang meliputi kebijakan pendidikan dan kesehatan,

kebijakan pengendalian pertambahan penduduk, kebijakan penarikan

investasi. Kemudian kebijakan penciptaan kesempatan kerja di semua

sektor yang berisi berbagai kebijakan dari sembilan sektor dalam

penciptaan kesempatan kerja sebanyak-banyaknya, serta kebijakan

pengendalian tambahan angkatan kerja. Agar angkatan kerja dapat

dimanfaatkan secara optimal, diperlukan kebijakan di bidang pelatihan

dan penempatan tenaga kerja, perlindungan tenaga kerja dan

kesejahteraan pekerja. Kebijakan di bidang pelatihan difokuskan pada

dua jenis pelatihan, yaitu pelatihan kewirausahaan untuk mengisi

kesempatan kerja dengan status berusaha sendiri tanpa bantuan serta

berusaha dengan dibantu dan pekerja/buruh/karyawan. Jumlah

angkatan kerja yang perlu dilatih pada tahun 2012-2016 dengan fokus

kewirausahaan adalah sebanyak 45.669 orang. Untuk menjadi

pekerja/buruh/karyawan sebanyak 76.716 orang. Di bidang penempatan

tenaga kerja, diprioritaskan lima lapangan usaha yang menjadi sektor

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

xii Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

prioritas dan ditetapkan sebagai target utama penempatan tenaga kerja

pada tahun 2012-2016 yakni sektor pertanian, sektor industri, sektor

perdagangan, sektor jasa dan sektor konstruksi. Kebijakan perlindungan tenaga kerja meliputi bidang pengawasan

dan hubungan industrial. Pada tahun 2012 ditargetkan jumlah

perusahaan yang melapor sebanyak 3.438 perusahaan dan pada tahun

2016 sebanyak 3.889 perusahaan. Sementara pegawai pengawas pada

tahun 2012 ditargetkan sebanyak 57 orang dan tahun 2016 sebanyak 65

orang. Di bidang hubungan industrial, pada tahun 2012-2016 ditargetkan

terdapat penambahan jumlah Peraturan Perusahaan, Perjanjian Kerja

Bersama dan Lembaga Kerjasama Bipartit. Untuk itu jumlah mediator

pada tahun 2012 ditargetkan bertambah menjadi 36 orang dan tahun

2016 menjadi sebanyak 41 orang. Kebijakan kesejahteraan pekerja

meliputi peningkatan kepesertaan jamsostek aktif baik perusahaan

maupun tenaga kerja. Pada tahun 2012 perusahaan yang aktif menjadi

peserta jamsostek ditargetkan sebanyak 1.178 perusahaan dengan

tenaga kerja sebanyak 49.485 orang. Sementara tahun 2016 peserta

jamsostek aktif menjadi 1.203 perusahaan dengan tenaga kerja

sebanyak 56.214 orang. Demikian juga dengan tingkat upah diharapkan

dapat meningkat setiap tahunnya disesuaikan dengan kebutuhan hidup

layak. Dengan melalui pembinaan dan sosialisasi yang intensif kepada

perusahaan diharapkan jumlah perangkat hubungan industrial serta

kepesertaan perusahaan dan tenaga kerja yang aktif semakin

bertambah selama periode 2012-2016.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY xiii

DAFTAR ISI

Hal.

SAMBUTAN GUBERNUR ……………………………….……….……. iii

KATA PENGANTAR KEPALA PUSAT PTK ..................................... v

KATA PENGANTAR KEPALA DISNAKERTRANS........................... vii

RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................... ix

DAFTAR ISI....................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL................................................................................

xix

BAB I PENDAHULUAN……………………………….....…… 1

1.1 Latar Belakang ................................................ 1

1.2 Maksud dan Tujuan ............................................ 3

1.3 Hasil yang Diharapkan ........................................ 3

1.4 Metodologi dan Sumber Data ............................ 4

1.5 Pengertian Dasar, Konsep dan Definisi .............. 7

1.6 Kerangka Isi ........................................................

9

BAB II KONDISI KETENAGAKERJAAN DI D.I.

YOGYAKARTA ...........................................................

11

2.1 Kondisi ekonomi .................................................. 11

2.2 Penduduk Usia Kerja .......................................... 15

2.2.1 Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan

Umur .......................................................

15

2.2.2 Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat

Pendidikan ..............................................

16

2.2.3 Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis

Kelamin ...................................................

17

2.2.4 Penduduk Usia Kerja Menurut

Kabupaten/Kota ......................................

18

2.2.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Menurut Kota/Desa .................................

19

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

xiv Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

2.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ........ 20

2.3.1 TPAK Menurut Golongasn Umur ............ 20

2.3.2 TPAK Menurut Tingkat Pendidikan ....…. 21

2.3.3 TPAK Menurut Jenis Kelamin ……....... 23

2.3.4 TPAK Menurut Kabupaten/Kota .…....... 24

2.3.5 TPAK Menurut Kota/Desa ……….....…. 24

2.4 Angkatan Kerja ................................................... 25

2.4.1 Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur 25

2.4.2 Angkatan Kerja Menurut Tingkat

Pendidikan ..............................................

26

2.4.3 Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin... 28

2.4.4 Angkatan Kerja Menurut

Kabupaten/Kota.......................................

29

2.4.5 Angkatan Kerja Menurut Kota/Desa ....... 29

2.5 Penduduk Yang Bekerja ..................................... 30

2.5.1 Penduduk Yang Bekerja Menurut

Lapangan Usaha ....................................

30

2.5.2 Penduduk Yang Bekerja Menurut

Golongan Umur ......................................

32

2.5.3 Penduduk Yang Bekerja Menurut

Tingkat Pendidikan .................................

33

2.5.4 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis

Kelamin ..................................................

34

2.5.5 Penduduk Yang Bekerja Menurut Status

Pekerjaan Utama ....................................

35

2.5.6 Penduduk Yang Bekerja Menurut

Jabatan....................................................

37

2.5.7 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam

Kerja........................................................

38

2.5.8 Penduduk Yang Bekerja Menurut

Kabupaten/kota........................................

39

2.5.9 Penduduk Yang Bekerja Menurut

Kota/Desa ...............................................

40

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY xv

2.6 Penganggur Terbuka .......................................... 41

2.6.1 Penganggur Terbuka Menurut Golongan

Umur …………………………...……......

41

2.6.2 Penganggur Terbuka Menurut Tingkat

Pendidikan ………………...………....

43

2.6.3 Penganggur Terbuka Menurut Jenis

Kelamin …………………………..…......

45

2.6.4 Penganggur Terbuka Menurut

Kabupaten/Kota ......................................

46

2.6.5 Penganggur Terbuka Menurut

Kota/Desa……………………………….....

48

2.7 Produktivitas Tenaga Kerja ……….………........ 49

BAB III

PERKIRAAN DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN

TENAGA KERJA.........................................................

51

3.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja …....………....... 51

3.1.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut

Golongan Umur.......................................

52

3.1.2 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut

Tingkat Pendidikan .................................

53

3.1.3 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut

Jenis Kelamin .........................................

54

3.1.4 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut

Kabupaten/kota .......................................

54

3.1.5 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut

Kota/Desa ...............................................

55

3.2 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK).................................................................

56

3.2.1 Perkiraan TPAK Menurut Kelompok

Umur .......................................................

56

3.2.2 Perkiraan TPAK Menurut Tingkat

Pendidikan ..............................................

57

3.2.3 Perkiraan TPAK Menurut Jenis

Kelamin....................................................

58

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

xvi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

3.2.4 Perkiraan TPAK Menurut

Kabupaten/Kota.. ....................................

59

3.2.5 Perkiraan TPAK Menurut Kota/Desa ...... 60

3.3 Perkiraan Angkatan Kerja ................................... 60

3.3.1 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut

Golongan Umur .....……………......….…

60

3.3.2 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut

Tingkat Pendidikan ....…......…................

61

3.3.3 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut

Jenis Kelamin ……………..........….........

62

3.3.4 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut

Kabupaten/Kota …....………......….…....

62

3.3.5 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut

Kota/Desa ….....…………….…….......….

63

BAB IV PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KEBUTUHAN

TENAGA KERJA........................................................

65

4.1 Perkiraan Perekonomian Tahun 2012-2016 ....... 65

4.2 Perkiraan Kesempatan Kerja ......………........... 72

4.2.1 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut

Lapangan Usaha ....................................

73

4.2.2 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut

Golongan Umur ......................................

74

4.2.3 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut

Tingkat Pendidikan .................................

75

4.2.4 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut

Jenis Kelamin ........................................

76

4.2.5 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut

Status Pekerjaan Utama ........................

76

4.2.6

Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut

Jabatan ..................................................

78

4.2.7 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut

Jam Kerja ...............................................

79

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY xvii

4.2.8 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut

Kabupaten/kota ......................................

80

4.2.9 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut

Kota/Desa ..............................................

80

4.3 Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja ................

81

BAB V PERKIRAAN DAN PERENCANAAN

KESEIMBANGAN ANTARA PERSEDIAAN DAN

KEBUTUHAN TENAGA KERJA.................................

83

5.1 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut

Golongan Umur .................................................

84

5.2 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat

Pendidikan...........................................................

86

5.3 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis

Kelamin ..............................................................

88

5.4 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut

Kabupaten/Kota .................................................

89

5.5 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut

Kota/Desa..........................................................

90

BAB VI ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM

PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN .................

93

6.1 Rekomendasi Kebijakan Umum ......................... 94

6.1.1 Kebijakan Pendidikan dan Kesehatan ... 95

6.1.2 Kebijakan Pengendalian Pertambahan

Penduduk …………………….....…….....

97

6.1.3 Kebijakan Penarikan Investasi .….…..... 98

6.2 Rekomendasi Kebijakan Penciptaan

Kesempatan Kerja ..............................................

99

6.2.1 Sektor Pertanian ....……………..……..... 99

6.2.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian .. 101

6.2.3 Sektor Industri Pengolahan ………..…… 102

6.2.4 Sektor Listrik, gas dan air …………..….. 102

6.2.5 Sektor Bangunan ……………………..…. 103

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

xviii Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

6.2.6 Sektor Perdagangan, hotel dan restoran 103

6.2.7 Sektor Angkutan dan komunikasi …..…. 104

6.2.8 Sektor Keuangan …………………..……. 105

6.2.9 Sektor Jasa ………………………..…….. 105

6.3 Rekomendasi Kebijakan Penciptaan

Kesempatan Kerja ..............................................

106

6.4 Rekomendasi Kebijakan Pelatihan Tenaga Kerja 107

6.4.1 Pelatihan Berdasarkan Status

Pekerjaan Utama ……….........................

113

6.4.2 Pelatihan Berdasarkan Jenis Pekerjaan 114

6.5 Rekomendasi Kebijakan Penempatan Tenaga

Kerja...................................................................

117

6.6 Rekomendasi Kebijakan Perlindungan Tenaga

Kerja...................................................................

126

6.6.1 Pengawasan Ketenagakerjaan ……..... 126

6.6.2 Hubungan Industrial …………………... 131

6.6.3 Kesejahteraan Pekerja ……………...... 134

6.7 Rekomendasi Kebijakan Lainnya ........................ 137

6.7.1 Penempatan Tenaga Kerja ke Luar

Negeri .....................................................

137

6.7.2 Magang ke Luar Negeri …………...….. 138

6.7.3 Padat Karya …………………………….... 138

6.7.4 Usaha Sektor Informal ………………... 139

6.7.5 Transmigrasi ……………………………... 139

6.8 Kebijakan Pembangunan Ketenagakerjaan

Pemerintah Provinsi DIY ……......………………..

141

BAB VII PENUTUP ………………………………………………... 163

DAFTAR PUSTAKA

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY xix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 : Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2011.................................................................

12 Tabel 2.2 : Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Produk Domestik

Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2011.................................................................

13 Tabel 2.3 : Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur

Tahun 2008-2011.....................................................

16 Tabel 2.4 : Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Tahun 2008-2011.....................................................

17 Tabel 2.5 : Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2008-2011.....................................................

18 Tabel 2.6 : Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten/Kota

Tahun 2008-2011.....................................................

19 Tabel 2.7 : Penduduk Usia Kerja Menurut Kota/Desa Tahun

2008-2011.................................................................

19 Tabel 2.8 : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut

Golongan Umur Tahun 2008-2011...........................

21 Tabel 2.9 : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat

Pendidikan Tahun 2008-2011...................................

22 Tabel 2.10 : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis

Kelamin Tahun 2008-2011.......................................

23 Tabel 2.11 : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2008-2011..........................

24 Tabel 2.12 : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut

Kota/Desa Tahun 2008-2011...................................

25 Tabel 2.13 : Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun

2008-2011.................................................................

26 Tabel 2.14 : Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun

2008-2011.................................................................

27 Tabel 2.15 : Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun

2008-2011.................................................................

28 Tabel 2.16 : Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota Tahun

2008-2011.................................................................

29 Tabel 2.17 : Angkatan Kerja Menurut Kota/Desa Tahun 2008-

2011..........................................................................

30 Tabel 2.18 : Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2008-2011.....................................................

31 Tabel 2.19 : Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur

Tahun 2008-2011.....................................................

32

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

xx Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Tabel 2.20 : Penduduk Yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008-2011..................................

34

Tabel 2.21 : Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008-2011.....................................................

35

Tabel 2.22 : Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2008-2011..........................................

36

Tabel 2.23 : Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Jabatan Tahun 2008-2011.....................................................

38

Tabel 2.24 : Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja Tahun 2008-2011................................................................

39

Tabel 2.25 : Penduduk Yang Bekerja Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2008-2011.....................................................

40

Tabel 2.26 : Penduduk Yang Bekerja Menurut Kota/Desa Tahun 2008-2011................................................................

40

Tabel 2.27 : Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Tahun 2008-2011.....................................................

42

Tabel 2.28 : Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Tahun 2008-2011...........................................

43

Tabel 2.29 : Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008-2011.....................................................

44

Tabel 2.30 : Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008-2011...................................

45

Tabel 2.31 : Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008-2011.....................................................

46

Tabel 2.32 : Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008-2011.......................................

46

Tabel 2.33 : Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2008-2011.....................................................

47

Tabel 2.34 : Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten Kota Tahun 2008-2011.............................................

47

Tabel 2.35 : Penganggur Terbuka Menurut Kota/Desa Tahun 2008-2011.................................................................

48

Tabel 2.36 Tabel 2.37

: :

Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Kota/Desa Tahun 2008-2011..................................................... Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2011..........................................

48

49

Tabel 3.1 : Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 2012-2016...........................................

52

Tabel 3.2 : Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2016..................................

53

Tabel 3.3 : Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-2016 ......................................

54

Tabel 3.4 : Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012-2016..........................

55

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY xxi

Tabel 3.5 : Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Kota/Desa Tahun 2012-2016.....................................................

56

Tabel 3.6 : Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 2012-2016.............

57

Tabel 3.7 : Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2016........

58

Tabel 3.8 : Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-2016................

59

Tabel 3.9 : Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012-2016............

59

Tabel 3.10 : Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kota/Desa Tahun 2012-2016.....................

60

Tabel 3.11 : Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 2012-2016.....................................................

61

Tabel 3.12 : Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2016...................................

62

Tabel 3.13 : Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-2016 ....................................................

62

Tabel 3.14 : Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012-2016.....................................................

63

Tabel 3.15 : Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Kota/Desa Tahun 2012-2016.....................................................

64

Tabel 4.1 : Perkiraan Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2016

66

Tabel 4.2 : Perkiraan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2016..........

67

Tabel 4.3 : Perkiraan Struktur Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2016..........

68

Tabel 4.4 : Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2016..........................................

74

Tabel 4.5 : Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 2012-2016...........................................

75

Tabel 4.6 : Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2016...................................

76

Tabel 4.7 : Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-2016.......................................

76

Tabel 4.8 : Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2012-2016........................

77

Tabel 4.9 : Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Jabatan Tahun 2012-2016........................................

78

Tabel 4.10 : Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja Tahun 2012-2016.....................................................

79

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

xxii Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Tabel 4.11 : Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012-2016..........................

80

Tabel 4.12 : Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Kota/Desa Tahun 2012-2016.....................................................

81

Tabel 4.13 : Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja Tahun 2012-2016.........................................................................

81

Tabel 5.1 : Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Tahun 2012-2016...........................................

85

Tabel 5.2 : Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Tahun 2012-2016...........................

85

Tabel 5.3 : Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2016...................................

86

Tabel 5.4 : Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2016......................

88

Tabel 5.5 : Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-2016.......................................

88

Tabel 5.6 : Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-2016.............................

89

Tabel 5.7 : Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012-2016..........................

89

Tabel 5.8 : Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012-2016..........................

90

Tabel 5.9 : Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Kota/Desa Tahun 2012-2016.....................................................

90

Tabel 5.10 : Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Kota/Desa Tahun 2012-2016....................................

91

Tabel 6.1 : Perkembangan Investasi di Provinsi DIY Tahun 2008-2016.................................................................

98

Tabel 6.2 : Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan Tahun 2012..........................................................................

108 Tabel 6.3 : Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut

Status Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan Tahun 2013..........................................................................

109 Tabel 6.4 : Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut

Status Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan Tahun 2014..........................................................................

109 Tabel 6.5 : Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut

Status Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan Tahun 2015..........................................................................

110 Tabel 6.6 : Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut

Status Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan Tahun 2016..........................................................................

110

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY xxiii

Tabel 6.7 : Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2016.................................................................

111 Tabel 6.8 : Kapasitas Lembaga Latihan, Instruktur dan Peserta

Pelatihan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010 dan 2010...................................................................

111 Tabel 6.9 Tabel 6.10

: :

Kapasitas Lembaga Latihan, Instruktur dan Peserta Pelatihan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010 dan 2011................................................................... Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha Tahun 2012-2016.....................................................

112

118 Tabel 6.11 : Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut

Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha Tahun 2012...............................................................

120 Tabel 6.12 : Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut

Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha Tahun 2013...............................................................

120 Tabel 6.13 : Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut

Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha Tahun 2014...............................................................

121 Tabel 6.14 : Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut

Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha Tahun 2015...............................................................

121 Tabel 6.15 : Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut

Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha Tahun 2016...............................................................

122 Tabel 6.16 : Bursa Kerja, Pengantar Kerja dan Pencari Kerja

Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010 dan 2011.....

125 Tabel 6.17 : Perusahaan, Tenaga Kerja dan Pegawai

Pengawas Menurut Kabupaten/kota Tahun 2010-2016..........................................................................

129 Tabel 6.18 : Perangkat Hubungan Industrial Menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2010-2016...........................

132 Tabel 6.19 : Kepesertaan Perusahaan dan Tenaga Kerja Aktif

Jamsostek Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010-2016..........................................................................

135 Tabel 6.20 : Perkembangan Upah Minimum Pekerja Tahun

2009-2012.................................................................

136

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah dalam menyelaraskan antara pertumbuhan dan

pemerataan, atau Growth with Equity dengan mempertimbangkan

pelestarian, pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam dan

lingkungan hidup secara berkelanjutan sesuai dengan fokus pembangunan

nasional yaitu Pro-Growth, Pro-poor, Pro-Job serta Pro-environment.

Disnakertrans Provinsi DIY terpokus pada pro-job, yaitu mendorong

penciptaan kesempatan kerja sebanyak-banyaknya agar permasalahan

ketenagakerjaan terutama penganggur dan setengah penganggur semakin

berkurang. Berdasarkan data dari hasil Survey Angkatan Kerja Nasional

(Sakernas) bulan Agustus 2011 tercatat jumlah penganggur di Daerah

Istimewa Yogyakarta 74.317 orang atau terjadi penurunan sebesar 30,64

persen apabila dibandingkan dengan bulan Agustus tahun 2010 yang

jumlahnya sebanyak 107.148 orang. Sedangkan jumlah setengah

penganggur terjadi peningkatan 1,36 persen dalam kurun waktu satu tahun

yaitu dari bulan Agustus 2010 sebanyak 527.713 orang meningkat menjadi

534.875 orang tahun 2011.

Berdasarkan sumber yang sama, jumlah angkatan kerja pada bulan

Agustus tahun 2011 mencapai 1.872.912 orang, menurun sebanyak 9.384

orang (0,49 persen) apabila dibandingkan angkatan kerja pada Agustus

2010 yang jumlahnya mencapai 1.882.296 orang. Sementara kesempatan

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

2 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

kerja yang tercipta naik jumlahnya, yaitu dari 1.775.148 orang pada Agustus

2010naik menjadi 1.798.595 orang atau menurun sebanyak 23.447 orang

(1,32 persen). Menurunnya jumlah angkatan kerja sementara jumlah

penduduk yang bekerja mengalami kenaikan, berakibat pada menurunnya

tingkat pengangguran dari sebesar 5,69 persen pada tahun 2010 menjadi

3,97 persen tahun 2011.

Menurut hasil Sakernas bulan Agustus 2011 menunjukkan bahwa

penduduk yang bekerja dengan latar belakang pendidikan SD ke bawah

masih cukup tinggi yaitu sebanyak 625.261 orang (34,76 persen dari total

penduduk yang bekerja). Selain itu sebanyak 798.312 orang (44,39 persen)

bekerja pada kegiatan formal dan 1.000.283 orang (55,61 persen) bekerja

pada kegiatan informal. Kondisi ini diperparah dengan masih banyaknya

jumlah orang yang bekerja dengan kategori setengah penganggur yang

jumlahnya mencapai 534.875 orang (29,74 persen). Setengah penganggur

ini merupakan tenaga kerja yang tidak terdayagunakan secara maksimal

dari segi jumlah jam kerja di pasar kerja.Hal ini tentu saja cukup

memprihatinkan karena akan sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan

tenaga kerja itu sendiri.

Dalam konteks penciptaan lapangan kerja guna mengurangi

pengangguran,diharapkansemua sektor atau lapangan usaha berkewajiban

untuk mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja, sehingga

sasaran yang telah ditetapkan pemerintah untuk menekan angka

pengangguran sampai pada kisaran 3 persen pada akhir tahun 2016 dapat

tercapai.Memang disadari bahwa sasaran tersebut tidak mudah untuk

dicapai, terlebih perekonomian kita dihadapkan pada pengaruh kuat akibat

krisis finansial global. Untuk mengatasi permasalahan pengangguran dan

rendahnya kualitas tenaga kerja diperlukan berbagai upaya dari berbagai

pihak baik itu pemerintah, swasta dan berbagai elemen masyarakat. Peran

serta sektor mempunyai peran besar dalam penciptaan kesempatan kerja

untuk mengurangi penganggur serta meningkatkan kualitas tenaga kerja

kita. Khusus di bidang pendidikan perlu dibuka peluang yang seluas-luasnya

bagi penduduk usia kerja untuk melanjutkan pendidikan dengan

menerapkan program wajib belajar 9 tahun yang sudah berjalan dan apabila

memungkinkan ditambah menjadi wajib belajar 12 tahun serta pemberian

beasiswa bagi mereka yang tidak mampu.

Dalam kebijakan baru, kemampuan SDM akan dipercepat, karena

faktor tenaga kerja merupakan faktor penting dalam kegiatan ekonomi, hal

ini telah dibuktikan oleh negara-negara maju seperti Jepang, Singapura dan

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 3

Korea Selatan. Dilihat dari segi kekayaan alam, negara-negara tersebut

tidak lebih kaya di banding Indonesia, namun negara-negara tersebut jauh

lebih maju. Kemajuan negara tersebut banyak dipengaruhi oleh kapasitas

tenaga kerjanya. Oleh sebab itu, dalam pembangunan ke depan perlu

ditetapkan pengembangan berbasis sumber daya manusia. Maka untuk itu

perlunya di susun Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi (PTKP), melalui

PTKP dapat diperkirakan persediaan tenaga kerja yang ada dan kebutuhan

tenaga kerja dimasa yang akan datang. Dengan demikian dapat dirumuskan

berbagai kebijakan dan program, agar persediaan tenaga kerja ke depan

sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, begitu pula untuk mengembangkan

pembangunan di berbagai sektor lapangan usaha diperlukan tenaga kerja

seperti apa.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi 2012-

2016 ini adalah memberikan berbagai informasi ketenagakerjaan yang

diperlukan sehingga dapat digunakan sebagai bahan perumusan strategi,

kebijakan dan program ketenagakerjaan.

Secara rinci tujuan dari penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja

Provinsi 2012-2016 ini adalah :

1. Memperkirakan ketersediaan secara kuantitatif jumlah tenaga kerja

dengan berbagai karakteristiknya tahun 2012-2016.

2. Memprediksi kebutuhan tenaga kerja tahun 2012-2016 yang diturunkan

berdasarkan permintaan sektoral.

3. Memprediksi angka pengangguran yang dihitung berdasarkan

perbedaan antara kebutuhan tenaga kerja dan persediaan tenaga kerja

pada periode yang sama.

4. Menyusun rekomendasi kebijakan dan program terkait masalah

ketenagakerjaan secara sektoral.

1.3. Hasil Yang Diharapkan

PTKP 2012-2016 ini menjadi signal bagi semua sektor dalam

perumusan perencanaan pembangunan ketenagakerjaan yang berbasis

empiris, program pembangunan daerah, serta sebagai acuan bagi

penyusunan rencana tenaga kerja daerah dan sektoral

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

4 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

1.4. Metodologi dan Sumber Data

1.4.1. Metodologi

Penghitungan persediaan tenaga kerja dengan pendekatan

TPAK menggunakan data dan informasi antara lain :

a. PUK menurut jenis kelamin, golongan umur, tingkat pendidikan,

Kabupaten/Kota dan Pedesaan/Perkotaan

b. TPAK menurut jenis kelamin, golongan umur, tingkat pendidikan

Kabupaten/Kota dan Pedesaan/Perkotaan

c. Angkatan Kerja menurut jenis kelamin, golongan umur, tingkat

pendidikan Kabupaten/Kota dan Pedesaan/Perkotaan

a. Proyeksi Penduduk Usia Kerja

PUK adalah penduduk yang berusia 15 tahun keatas.

Perhitungan proyeksi PUK menggunakan rumus pertumbuhan

geometrik yang dituliskan dengan rumus :

Dimana : PUKt = PUK tahun akhir (tahun proyeksi)

PUK0 = PUK tahun dasar

r = pertumbuhan PUK

n = selisih tahun akhir dan tahun dasar

Untuk menentukan laju pertumbuhan PUK menggunakan rumus :

{(

)

}

b. Proyeksi Tingkat Partisipasi Angka Kerja (TPAK)

Data dasar yang digunakan untuk proyeksi TPAK adalah

TPAK hasil Sakernas bulan Agustus tahun 2008-2011 . Asumsi yang

digunakan, pola TPAK Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun

proyeksi merupakan kelanjutan dari kecenderungan TPAK tahun

2008-2011.

Perhitungan proyeksi dengan menggunakan rumus

geometrik, yakni :

PUKt = PUK0 x (1 + r)n

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 5

Dimana : TPAKt= TPAK tahun akhir (tahun proyeksi)

TPAK0 = TPAK tahun dasar

r = pertumbuhan TPAK

n = selisih tahun akhir dan tahun dasar

c. Proyeksi Angkatan Kerja

Proyeksi angkatan kerja dapat dihitung dengan mudah setelah

proyeksi PUK dan TPAK dilakukan. Proyeksi angkatan kerja dapat

diperoleh dari hasil perkalian antara PUK dengan TPAK pada tahun-

tahun proyeksi. Atau ditulis dengan rumus:

Catatan : AK = Angkatan Kerja

PUK = Penduduk Usia Kerja

TPAK = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

d. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Data dasar yang digunakan untuk proyeksi PDRB adalah PDRB

Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2008-2011 serta

membandingkan dengan hasil proyeksi dari BPS Provinsi D.I.

Yogyakarta. Angka PDRB tersebut diperinci menurut sembilan

sektor, menurut harga konstan tahun 2000.

Perhitungan proyeksi PDRB menggunakan rumus geometrik:

dimana : PDRBt : angka PDRB untuk tahun akhir (tahun proyeksi)

PDRB0: angka PDRB untuk tahun dasar

r : pertumbuhan PDRB

n : selisih antara tahun proyeksi dengan tahun dasar

e. Proyeksi Kesempatan Kerja

Data yang digunakan untuk proyeksi jumlah kesempatan kerja

adalah jumlah kesempatan kerja secara sektoral hasil Sakernas

tahun 2008-2011, dan PDRB tahun 2008-2011. Proyeksi

TPAKt = TPAK0 x (1 + r)n

TPAK = AK/PUK, maka AK = PUK x TPAK

PDRBt = PDRB0 x (1 + r)n

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

6 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

kesempatan kerja dihitung dengan menggunakan metode elastisitas,

yaitu rasio antara perubahan atau pertumbuhan kesempatan kerja

dengan pertumbuhan PDRB.Formula elastisitas adalah :

KK E =

PDRB dimana :

E : Elastisitas

KK : pertumbuhan KK

PDRB : pertumbuhan PDRB

Menghitung laju pertumbuhan kesempatan kerja menurut lapangan

usaha sampai dengan tahun proyeksi menggunakan rumus :

KK = Ea x PDRBa

Dimana :

KK = Pertumbuhan kesempatan kerja baru

Ea = Elastisitas perubahan

PDRBa = Perkiraan laju pertumbuhan ekonomi

Menghitung proyeksi kesempatan kerja menurut lapangan usaha

sampai dengan tahun proyeksi menggunakan rumus :

KKt = KK0 x (1 + r)n

Dimana :

KKt = Proyeksi kesempatan kerja

KK0 = Data dasar penduduk yang bekerja

r = Pertumbuhan kesempatan kerja

n = Jarak / selisih tahun proyeksi dengan tahun data dasar

f. Perkiraan Penganggur Terbuka

Perkiraan jumlah pengangguran di Daerah Istimewa Yogyakarta

tahun 2012-2016 menggunakan data dasar sebagai berikut :

Hasil proyeksi angkatan kerja tahun 2012-2016

Hasil proyeksi kesempatan kerja tahun 2012-2016

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 7

Perkiraan jumlah pengangguran dalam penulisan ini secara

implisit mengasumsikan bahwa jumlah orang yang

menganggur merupakan sisa dari jumlah angkatan kerja yang

tidak memperoleh pekerjaan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka proyeksi jumlah

pengangguran tahun 2012-2016 dihitung dengan rumus:

g. Perkiraan Kebutuhan Pelatihan, Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja

Dalam memperkirakan kebutuhan latihan dan penempatan

tenaga kerja serta perlindungan tenaga kerja dengan menggunakan

pendekatan industrialstatus metric, education status metric dan

geometrik yang dikalikan dengan tambahan kebutuhan kesempatan

kerja maupun rencana perlindungan tenaga kerja.

1.4.2 Sumber Data

Sumber data dalam penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja

Provinsi 2012-2016 adalah :

a. Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) bulan Agustus

Tahun 2008-2011

b. PDRB Provinsi DIY Tahun 2008-2011

c. Data dan informasi lainnya yang dipublikasi oleh Badan Pusat

Statistik, Bappeda Provinsi D.I. Yogyakarta, instansi sektoral dan

instansi penyedia data serta informasi lain yang berkaitan

dengan ketenagakerjaan.

1.5. Pengertian Dasar, Konsep, dan Definisi

1. Kebutuhan Tenaga Kerja

Kebutuhan tenaga kerja (kesempatan kerja) adalah jumlah

lapangan kerja dalam satuan orang yang dapat disediakan oleh

seluruh sektor ekonomi dalam kegiatan produksi. Dalam arti yang

lebih luas, kebutuhan ini tidak hanya menyangkut jumlahnya,

tetapi juga kualitasnya (pendidikan atau keahliannya).

Penganggur = Hasil Proyeksi AK – Hasil Proyeksi KK

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

8 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

2. Penduduk Usia Kerja (PUK)

Penduduk usia kerja / Tenaga kerja adalah penduduk yang

berumur 15 tahun keatas yang telah dianggap mampu dan mau

melaksanakan pekerjaan. Tenaga kerja ini dikelompokkan

menurut tenaga kerja yang sudah bekerja, mencari kerja,

bersekolah, mengurus rumah tangga dan mereka yang tidak

masuk dalam kategori diatas (cacat, pensiun dan lain-lain)

3. Persediaan Tenaga Kerja

Persediaan tenaga kerja adalah jumlah penduduk yang sudah

siap untuk bekerja, disebut angkatan kerja (labour force) yang

dapat dilihat dari segi kualitas dan kuantitas.

4. Penduduk Usia Kerja (PUK)

Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke

atas.

5. Angkatan Kerja (AK)

Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja yang berumur 15

tahun ke atas yang selama seminggu sebelum pencacahan,

bekerja atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan

mereka yang tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan. Atau dapat

disimpulkan bahwa angkatan kerja adalah sekelompok

penduduk usia kerja yang potensial untuk bekerja. Pengertian

potensial adalah kesiapan setiap orang untuk masuk di pasar

kerja baik saat itu sedang bekerja maupun mencari pekerjaan.

6. Bekerja

Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang

dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh

pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus)

dalam seminggu yang lalu.

7. Penganggur Terbuka (PT)

Penganggur Terbuka terdiri dari :

a. Mereka yang mencari pekerjaan

b. Mereka yang mempersiapkan usaha

c. Mereka yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak

mungkin dapat pekerjaan

d. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai

bekerja.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 9

8. Tingkat Penganggur Terbuka (TPT)

Tingkat penganggur terbuka merupakan rasio jumlah

Penganggur Terbuka terhadap jumlah Angkatan Kerja.

9. Setengah Penganggur

Setengah penganggur adalah kegiatan seseorang yang bekerja

kurang dari 35 jam per minggu.

10. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat partisipasi angkatan kerja adalah perbandingan antara

jumlah angkatan kerja dengan jumlah seluruh penduduk usia

kerja

11. Jenis Kegiatan/Lapangan Usaha

Jenis Kegiatan/Lapangan Usaha adalah bidang kegiatan dari

pekerjaan/usaha/perusahaan/instansi di mana seseorang bekerja

seperti digolongkan dalam Klasifikasi Lapangan Usaha

Indonesia(KLUI)/Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia

(KBLUI).

12. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

a. Menurut Pendekatan Produksi, PDRB adalah jumlah nilai

barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi

di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu

(biasanya 1 tahun) b. Menurut Pendekatan Pengeluaran, PDRB merupakan

jumlah balas jasa atas faktor-faktor produksi yang diciptakan

oleh seluruh kegiatan ekonomi berupa uang dan gaji, sewa

tanah, bunga modal dan keuntungan, termasuk pajak tak

langsung dan penyusutan barang modal tetap di suatu

daerah dalam jangka waktu tertentu.

1.6. Kerangka Isi

Penulisan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi 2012-2016 ini

dibagi dalam 7 (tujuh) bab, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

BAB II : KONDISI KETENAGAKERJAAN D.I.YOGYAKARTA

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

10 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

BAB III : PERKIRAAN DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN

TENAGA KERJA

BAB IV : PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KEBUTUHAN

TENAGA KERJA

. BAB V : PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KESEIMBANGAN

ANTARA PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN TENAGA

KERJA

BAB VI : ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN

BAB VII : PENUTUP

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 11

BAB II KONDISI KETENAGAKERJAAN DI

D.I. YOGYAKARTA

2.1 Kondisi Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi yang dihitung berdasarkan perubahan

PDRB atas dasar harga konstan tahun yang bersangkutan terhadap tahun

sebelumnya merupakan salah satu indikator makro untuk melihat kinerja

perekonomian secara riil di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi dapat

dipandang sebagai pertambahan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan

oleh semua sektor kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah selama

kurun waktu tertentu.

Secara umum kinerja perekonomian Provinsi DIY selama periode

2008-2011 mengalami perubahan yang berfluktuasi, dengan rata-rata laju

pertumbuhan ekonomi mencapai 4,86 persen per tahun. Pada tahun 2008

perekonomian DIY menguat dengan laju pertumbuhan mencapai 5,03

persen, lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun

2007 yang besarnya 4,31 persen. Namun demikian, akibat pengaruh krisis

global pertumbuhan ekonomi DIY mengalami perlambatan, yaitu hanya

mampu tumbuh 4,43 persen di tahun 2009. Seiring pulihnya krisis global

serta adanya erupsi merapi pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi DIY

tumbuh relatif lebih cepat dari tahun sebelumnya, yaitu 4,88 persen dan

tahun 2011 tumbuh 5,16 persen.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

12 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Secara sektoral, pada tahun 2010 dan 2011 semua sektor ekonomi

mengalami pertumbuhan positif kecuali sektor pertanian yang mengalami

kontraksi/pertumbuhan minus 0,27 persen tahun 2010 dan minus 2,12

persen tahun 2011. Sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan cukup

tinggi berturut-turut, yaitu sektor industri (7,00%); sektor jasa-jasa (6,44%);

sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan (7,87%); dan sektor

bangunan tumbuh sebesar 6,06 persen; sedangkan 4 (empat) sektor lainnya

(pertambangan dan penggalian; Listrik, Gas dan Air bersih; Perdagangan;

hotel dan restoran, Sektor angkutan dan komunikasi) mengalami

pertumbuhan kurang dari 6 (enam) persen. Seiring dengan pulihnya

finansial global, berdampak pada meningkatnya permintaan ekspor terhadap

beberapa produk industri pengolahan, sehingga sektor industri pengolahan

mampu tumbuh hingga 7,00 persen di tahun 2010, namun tahun 2011

sedikit menurun menjadi 6,79 persen.

Tabel 2.1

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2011

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011

1. Pertanian, Peternakan,

Kehutanan & Perikanan 3.490,79 3.629,78 3.617,08 3.555,80

2. Pertambangan & Penggalian 144,77 149,25 139,97 156,71

3. Industri Pengolahan 2.566,42 2.599,26 2.793,58 2.983,17

4. Listrik, Gas, Air Bersih 174,93 185,60 193,03 201,24

5. Bangunan 1868,26 1.923,72 2.040,31 2.187,80

6. Perdagangan, Hotel &

Restoran 3,965,38 4.193,54 4.373,85 4.611,40

7. Pengangkutan & Komunikasi 1.999,33 2.118,67 2.245,70 2.430,70

8. Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 1.790,56 1.903,41 2.053,16 2.185,22

9. Jasa-jasa 3.209,34 3.348,26 3.585,60 3.817,67

Jumlah 19.209,78 20.051,49 21.042,28 22.129,71

Sumber : BPS Tahun 2008-2011

Program pemerintah dalam rangka Peningkatan Produksi Beras

Nasional (P2BN) mendorong pertumbuhan sektor pertanian hingga

mencapai 4,72 persen pada tahun 2008. Laju pertumbuhan ini merupakan

yang tertinggi selama lima tahun terakhir. Namun demikian, dengan

berakhirnya program pemerintah tersebut dan kondusi iklim yang kurang

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 13

kondusif serta adanya erupsi merapi pertumbuhan sektor pertanian

mengalami kontraksi sebesar 0,27 persen dan 2,12 persen pada tahun 2010

dan 2011. Dampak dari erupsi merapi meningkatkan pertumbuhan cukup

tinggi di sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2011 menjadi

sebesar 11,96 persen yang mana sebelumnya hanya tumbuh sebesar 0,88

persen. Secara lengkap, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi D.I. Yogyakarta

menurut sektor selama periode 2008-2011 dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2

Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto

Menurut Lapangan UsahaTahun 2008-2011

Lapangan Usaha

Laju Pertumbuhan Kontribusi

2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011

1. Pertanian

4,72

3,13

-0,72

-2,12

18,17

18,10

17,19

16,07

2. Pertambangan 4,64 3,09 0,88 11,96 0,75 0,74 0,67 0,71

3. Industri 1,52 1,28 7,00 6,79 13,36 12,96 13,28 13,48

4. Listrik, Gas

&Air 5,53 6,10 4,00 4,26

0,91

0,93

0,92

0,91

5. Bangunan 7,81 4,64 6,06 7,23 9,73 9,59 9,70 9,89

6. Perdagangan 5,73 5,75 5,09 5,19 20,64 20,91 20,79 20,84

7. Angkutan 6,61 5,97 5,50 8,00 10,41 10,57 10,67 10,98

8. Keuangan 5,63 6,30 7,87 7,95 9,32 9,49 9,76 9,87

9. Jasa 4,46 4,33 6,44 6,47 16,71 16,70 17,04 17,25

Jumlah 5,02 4,39 4,87 5,16 100 100 100 100

Sumber : BPS Tahun 2008-2011

Selama empat tahun terakhir (2008-2011), stuktur perekonomian DIY

masih didominasi oleh 4 (empat) sektor yaitu sektor perdagangan dengan

kontribusi terhadap PDRB sebesar 20 persen lebih setiap tahunnya, sektor

jasa sebesar 16-17 persen, sektor pertanian 16-18 persen dan sektor

industri 13 persen. Porsi sektor perdagangan cenderung stabil setiap

tahunnya, sektor jasa sedikit mengalami peningkatan, sedangkan sektor

pertanian cenderung menurun dan sektor industri tidak mengalami

perubahan yang berarti setiap tahunnya. Penurunan kontribusi sektor

pertanian sebagai akibat menyusutnya luas lahan pertanian dan lambatnya

kenaikan harga produk pertanian dibanding produk lain, serta kondisi iklim

yang kurang kondusif juga menjadi salah satu penyebab menurunnya

kontribusi sektor pertanian.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

14 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Fenomena ini menunjukkan bahwa perekonomian DIY mengalami

pergeseran dari perekonomian agraris menuju niaga jasa. Industrialisasi

yang biasanya terjadi pada beberapa wilayah yang semula berbasis

pertanian tidak sepenuhnya terjadi di DIY. Walaupun secara nominal sektor

industri pengolahan berkembang tetapi kontribusinya cenderung menurun

dan hanya terjadi peningkatan yang sangat kecil pada tahun 2011.

Menurunnya kontribusi sektor industri pada tahun 2008 dan 2009

dipengaruhi oleh situasi perekonomian dunia yang kurang kondusif akibat

krisis finansial global. Seiring mulai pulihnya krisis finansial global, pada

tahun 2010 sektor ini mampu tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor

lainnya (Tabel 2.2). Sementara itu, kontribusi gabungan sektor perdagangan

dan jasa-jasa justru meningkat, merupakan salah satu indikator bahwa

proses industrialisasi di DIY mengalami kendala. Hal ini mungkin terkait dari

kondisi wilayah Provinsi DIY yang menyandang predikat sebagai “kota

pariwisata, kota pelajar, kota pendidikan dan kota budaya” atau predikat

yang jauh dari citra Yogyakarta sebagai kota industri, kurang menarik minat

investor untuk menanamkan modal di sektor industri.

Membaiknya kondisi perekonomian DIY memberi dampak yang

positif bagi penyerapan tenaga kerja. Data ketenagakerjaan terakhir

menunjukkan tingkat pengangguran yang berada dalam trend menurun,

disertai adanya pergeseran struktur tenaga kerja yang kembali kepada

sektor formal, dan membaiknya kualitas pendidikan tenaga kerja. Angka

pengangguran terbuka tahun 2011 tercatat sebesar 3,97 persen, jauh lebih

rendahdibanding periode tahun sebelumnya yang sebesar 5,69

persen.Sementara itu, komposisi partisipasi angkatan kerja pada sektor

formal meningkat dari 34,47 persen pada tahun 2010 menjadi 44,39 persen

pada tahun 2011. Pulihnya kembali peran sektor formal dalam penyerapan

tenaga kerja diharapkan berdampak positif pada kesinambungan konsumsi

rumah tangga, terutama dengan lebih terjaminnya tingkat pendapatan yang

memadai. Perkembangan positif lainnya juga terlihat pada kualitas tenaga

kerja yang membaik. Pada tahun 2010 komposisi tenaga kerja yang berlatar

belakang pendidikan dasar berada dalam trend yang menurun, sebaliknya

komposisi tenaga kerja dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi

mengalami peningkatan. Program wajib belajar 9 tahun merupakan salah

satu faktor yang turut mempengaruhi perbaikan kualitas pendidikan tenaga

kerja tersebut. Walaupun secara keseluruhan kondisi ketenagakerjaan

terlihat berada dalam trend yang membaik, persoalan terkait tingginya

pengangguran yang dimiliki tingkat pendidikan tinggi dan daya serap

perekonomian terhadap tenaga kerja tetap perlu menjadi perhatian. Tingkat

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 15

penyerapan tenaga kerja sektoral, juga dapat dilihat dari keeratan hubungan

antara pertumbuhan PDRB masing-masing sektor dengan pertumbuhan

tenaga kerjanya. Sementara itu, persoalan tingginya angka pengangguran

pada jenjang pendidikan diploma dan perguruan tinggi juga menjadi salah

satu agenda penting yang perlu memperoleh prioritas penanganan. Gejala

ini di satu sisi merupakanindikasi dari kurangnya ketersediaan lapangan

kerja disektor formal untuk menyerap lebih banyak tenaga kerjaberlatar

belakang pendidikan tinggi. Di sisi lain, hal ini juga menggambarkan adanya

pandangan tenaga kerja berpendidikan tinggi yang lebih mementingkan

bekerja di sektor formal. Meskipun perkembangan lapangan kerja sektor

formal sudah membaik namun masih perlu dipacu lebih cepat agar

pengangguran yang berpendidikan tinggi ini dapat berkurang disertai upaya

meningkatkan paradigma kewiraswastaan.

2.2 Penduduk Usia Kerja

Yang termasuk penduduk usia kerja (PUK) adalah penduduk yang

berusia 15 tahun keatas. Kuantitas dan tren PUK ini tergantung pada naik

turunnya jumlah penduduk secara keseluruhan sesuai dengan terjadinya

perubahan faktor-faktor demografi. Selama dua tahun dari tahun 2008

sampai tahun 2009 jumlah ini tampak ada kecenderungan meningkat, yakni

dari 2.836.178 orang pada tahun 2008 menjadi 2.871.718 orang pada tahun

2009 atau bertambah sebanyak 35.540 orang, tetapi kemudian menurun

cukup banyak yaitu sekitar 173.584 orang menjadi sebanyak 2.698.134

orang pada tahun 2010 dan tahun 2011 kembali mengalami kenaikan

sebanyak 25.495 orang menjadi 2.723.629 orang. Untuk lebih jelasnya

berikut bahasan mengenai PUK menurut karakteristik yang mencakup jenis

kelamin, usia, dan pendidikan.

2.2.1 Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur

Selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 menunjukkan

bahwa penduduk usia kerja di Provinsi DIY masih didominasi oleh

golongan umur muda yaitu di bawah usia 35 tahun. Keadaan tahun

2010 tidak jauh berbeda dengan 2 tahun sebelumnya, namun proporsi

penduduk usia muda cenderung lebih kecil karena secara nominal juga

menurun dibanding tahun 2008 dan 2009. Pada golongan umur 35-39

tahun, 40-44 tahun, 45-49 tahun sampai dengan umur 59 tahun

proporsinya di bawah 10 persen kecuali pada golongan umur 60 tahun

ke atas proporsinya di atas 15 persen lebih besar dari proporsi

penduduk usia muda.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

16 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Tabel 2.3

Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur

Tahun 2008-2011

Golongan Umur 2008 2009 2010 2011

1. 15-19 294.846 315.134 309.260 314.177

2. 20-24 300.594 288.524 259.075 272.345

3. 25-29 319.626 340.436 270.438 268.962

4. 30-34 385.050 373.489 268.557 279.638

5. 35-39 258.654 251.044 260.089 246.203

6. 40-44 253.786 267.535 265.129 282.604

7. 45-49 225.497 229.259 238.237 234.934

8. 50-54 200.458 201.966 206.139 211.190

9. 55-59 139.959 149.457 165.819 153.936

10. 60+ 457.708 454.875 455.391 459.640

Jumlah 2.836.178 2.871.719 2.698.134 2.723.629

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

Pada golongan umur 60 tahun ke atas proporsinya cenderung

meningkat sampai tahun 2011. Hal ini diduga karena perbaikan gizi dan

kesehatan yang memungkinkan kelompok umur ini mengalami kondisi

fisik yang lebih sehat dan bugar. Dengan kondisi demikian, maka dapat

dipastikan akan semakin menambah jumlah lansia yang masih tetap

sehat, tidak mau bergantung pada anak cucunya dan sebagian besar

masih mempunyai potensi untuk tetap produktif.

2.2.2 Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Penduduk usia kerja menurut tingkat pendidikan pada tahun

2008-2011di DIY sebagian besar masih didominasi yangberpendidikan

sekolah dasar. Proporsi penduduk yang berpendidikan maksimum SD

sebesar 37,72 persen pada tahun 2008, menurun menjadi sebesar

36,69 persen pada tahun 2009, kembali naik sedikit menjadi 36,83

persen pada tahun 2010 dan tahun 2011 menunjukkan penurunan yang

cukup berarti menjadi sebesar 34,88 persen. Penurunan proporsi PUK

yang berpendidikan maksimum SD ini mendorong peningkatan proporsi

PUK yang berpendidikan di atasnya (SMTP s/d Universitas). Dengan

masih besarnya proporsi PUK yang berpendidikan maksimum SD ini

menunjukkan tingkat kualitas penduduk usia kerja di DIY masih relatif

rendah.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 17

PUK yang berpendidikan SMTP ke atas, semuanya mengalami

pertumbuhan positif, terutama PUK berpendidikan SMTA Kejuruan

pada tahun 2009 pertumbuhannya mencapai 20,05 persen disusul PUK

yang berpendidikan Universitas tumbuh sebesar 29,02 persen. Dengan

pertumbuhan sebesar itu maka tambahannya mencapai 63.809 orang

untuk SMTA Kejuruan dan 43.490 orang untuk Universitas.

Pada tahun 2010, PUK yang berpendidikan Universitas

mengalami pertumbuhan terbesar, yakni mencapai 10,34 persen,

disusul yang berpendidikan Diploma tumbuh sebesar 6,04 persen.

Dengan laju pertumbuhan sebesar itu, maka proporsi PUK yang

berpendidikan Universitas dari 3,57 persen pada tahun 2009 meningkat

menjadi 3,87 persen, dan untuk PUK Diploma dari 2,29 persen menjadi

2,39 persen.

Tabel 2.4

Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Tahun 2008-2011

Tingkat Pendidikan 2008 2009 2010 2011

1. Maksimum SD 1.069.792 1.053.620 993.614 950.110

2. SMTP 654.767 613.920 603.117 583.953

3. SMTA Umum 526.928 508.079 460.467 472.474

4. SMTA Kejuruan 318.215 382.024 362.466 412.109

5. Diploma 116.609 120.719 98.137 99.853

6. Universitas 149.867 193.357 180.333 205.130

Jumlah 2.836.178 2.871.719 2.698.134 2.723.629

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

2.2.3 Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin

Secara absolut jumlah penduduk di Provinsi D.I. Yogyakarta

menunjukkan adanya peningkatan baik penduduk laki-laki maupun

perempuan hingga tahun 2009, tetapi tahun 2010 menunjukkan

penurunan dan kembali meningkat pada tahun 2011. Apabila dilihat

secara relatif penduduk usia kerja laki-laki selama periode tahun 2008-

2009 proporsinya cenderung mengalami kenaikan yakni dari sebesar

49,90 persen pada tahun 2008 naik menjadi 50,01 persen pada tahun

2009 tetapi kemudian turun menjadi 48,72 persen tahun 2010 dan

kembali naik menjadi 48,85 persen pada tahun 2011. Sebaliknya

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

18 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

proporsi penduduk usia kerja perempuan mengalami penurunan dari

50,10 persen tahun 2008, turun menjadi 49,99 persen tahun 2009 dan

kemudian kembali mengalami kenaikan pada tahun 2010 menjadi 51,28

persen dan menurun sedikit menjadi 51,15 persen tahun 2011.

Perbedaan proporsi antara PUK laki-laki dan PUK perempuan ini terjadi

akibat perbedaan jumlah PUK laki-laki lebih kecil dibandingkan dengan

PUK perempuan. Antara tahun 2008-2011 jumlah penurunan PUK laki-

laki lebih besar dibandingkan penurunan PUK perempuan yaitu PUK

laki-laki berkurang sebanyak 84.864orang (6,00 %) dan perempuan

berkurang sebanyak 27.685 orang (1,95 %).

Tabel 2.5

Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2008-2011

Jenis Kelamin 2008 2009 2010 2011

1. Laki-Laki 1.415.344 1.436.060 1.314.610 1.330.480

2. Perempuan 1.420.834 1.435.659 1.383.524 1.393.149

Jumlah 2.836.178 2.871.719 2.698.134 2.723.629

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

2.2.4. Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten / Kota

Penduduk usia kerja di 5 (lima) kabupaten kota di Provinsi DIY

dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 hampir semuanya

mengalami kenaikan. Tetapi pada tahun 2010 semua kabupaten/Kota

penduduk usia kerjanya menurun jumlahnya, dan kembali naik pada

tahun 2011. Penduduk usia kerja di Kabupaten Sleman jumlahnya

mencapai 843.211 orang (29,73 persen dari total penduduk usia kerja di

DIY), jumlahnya meningkat menjadi 862.547 orang dan proporsinya

juga meningkat menjadi 31,67 persen pada tahun 2011. Di sisi lain,

kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul dan Kota Yogyakarta

jumlahnya menurun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.6

berikut.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 19

Tabel 2.6

Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten / Kota

Tahun 2008-2011

Kabupaten / Kota 2008 2009 2010 2011

1. Kab. Kulon Progo 302.613 303.722 299.790 304.459

2. Kab. Bantul 736.854 749.174 705.269 712.986

3. Kab. Gunung Kidul 578.348 581.532 528.441 529.629

4. Kab. Sleman 843.211 856.443 853.635 862.547

5. Kota Yogyakarta

375.152 380.848 310.999 314.008

Jumlah 2.836.178 2.871.719 2.698.134 2.723.629

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

2.2.5. Penduduk Usia Kerja Menurut Kota / Desa

Selama periode tahun 2008-2011 penduduk usia kerja di DIY

sebagian besar berdomisili di perkotaan, dimana pada tahun 2008 yang

tinggal di perkotaan sebanyak 1.693.981 orang ( 59,73 persen), pada

tahun 2011 bertambah 6,82 persen menjadi 1.809.549 orang (66,44

persen). Sedangkan penduduk usia kerja yang tinggal di pedesaan

hanya sebanyak 1.142.197 orang (40,27 persen) pada tahun 2008,

menurun sebesar 19,97 persen menjadi 914.080 orang (33,56 persen)

pada tahun 2011. Keadaan ini antara lain disebabkan karena sebagian

besar penduduk usia kerja terutama yang berusia muda banyak yang

pindah ke kota untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi

ataupun bekerja dan mencari pekerjaan di daerah perkotaan, yang

notabene mereka anggap bekerja di perkotaan akan lebih menjanjikan

daripada bekerja di desa.

Tabel 2.7

Penduduk Usia Kerja Menurut Kota / Desa

Tahun 2008-2011

Kota / Desa 2008 2009 2010 2011

1. Pedesaan 1.142.197 1.151.799 1.100.142 914.080

2. Perkotaan

1.693.981 1.719.920 1.597.992 1.809.549

Jumlah 2.836.178 2.871.719 2.698.134 2.723.629

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

20 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

2.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK )

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tahun 2008 sebesar 70,51 persen,

pada tahun 2009 meningkat menjadi 70,23 persen, tahun 2010 menurun

menjadi69,76 persen dan tahun 2011 turun lagi menjadi 68,77

persen.Besarnya TPAK secara umum menunjukkan adanya

penurunansetiap tahun, namun apabila dilihat menurut golongan umur,

maka terjadi penurunan yang signfikan terutama yang berusia muda.

Penurunan tersebut karena berhasilnya sistem pendidikan yang

diprogramkan pemerintah yaitu pendidikan 9 tahun wajib belajar bagi anak-

anak untuk memasuki dunia pendidikan, sementara dari sisi lainnya adalah

kesadaran masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi,

sehingga kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap pengurangan atau

memperlambat angkatan kerja memasuki dunia kerja. Dengan adanya

program wajib belajar tersebut maka pertambahan jumlah angkatan kerja

untuk tahun berikutnya diharapkan akan relatif menurun dibandingkan

dengan pertambahan jumlah penduduk usia kerja menurut golongan umur,

tingkat pendidikan serta jenis kelamin.

2.3.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut golongan umur dari

tahun 2008-2011 untuk golongan umur 15-19 tahun dan 20-24

tahunterlihat cenderung menurun secara fluktuatif, salah satunya

disebabkan karena adanya program pendidikan dasar 9 tahun disatu

sisi, sedangkan disisi lain semakin meningkatnya kesadaran masyarakat

terhadap jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal tersebut tampaknya

memberikanpengaruh cukup berarti terhadap melambatnya laju

pertumbuhan angkatan kerja untuk golongan umur 15-19 tahun dan 20-

24 tahun. Sehubungan dengan itu, maka pertambahan jumlah angkatan

kerja untuk golongan umur 15-19 tahun dan 20-24 tahun tersebut pada

tahun-tahun berikutnya relatif lebih kecil dibandingkan dengan

pertambahan jumlah penduduk usia kerja.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 21

Tabel 2.8 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur

Tahun 2008-2011 (%)

Golongan Umur 2008 2009 2010 2011

1. 15-19 25,96 26,14 25,92 26,69 2. 20-24 59,48 57,47 59,72 65,70 3. 25-29 81,22 79,22 75,40 77,71 4. 30-34 82,93 82,57 78,66 80,38 5. 35-39 84,58 85,10 83,44 90,00 6. 40-44 86,10 88,33 87,63 87,60 7. 45-49 89,44 87,19 86,73 85,70 8. 50-54 85,17 86,48 85,42 84,29 9. 55-59 82,57 78,79 80,90 74,55 10. 60+ 52,48 54,56 58,43 46,36

Total 70,51 70,23 69,76 68,77

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

Dilihat perkembangan tahun 2008-2011 TPAK menurut golongan

umur 25-29 tahun mengalami penurunan cukup berarti. Kondisi tersebut

tidak berbeda jauh dengan golongan umur 30-34 tahun. Untuk TPAK

golongan umur 35-59 tahun mengalami kenaikan dan sangat

berfluktuasi, sedangkan golongan umur 60 tahun ke atas cenderung

terus menurun. Dari data ini menggambarkan bahwa golongan umur

antara 35-59 tahun merupakan kelompok usia produktif untuk melakukan

pekerjaan yang mempunyai hubungan kerja atau berstatus formal.

Sedangkan untuk golongan umur 15-19 tahun, masih merupakan usia

sekolah sehingga diarahkan agar TPAK nya selalu menurun dan

mempunyai dampak mengurangi angkatan kerja memasuki pasar kerja.

Namun apabila diperhatikan TPAK golongan umur 60+ tahun keatas

menunjukkan adanya kenaikkan yang signifikan sampai dengan tahun

2010, kondisi tersebut menggambarkan bahwa mereka walau telah

memasuki kelompok usia pensiun tetapi masih tetap melakukan

pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.8.

2.3.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat

Pendidikan

Kondisi pendidikan angkatan kerja secara umum menggambarkan

relatif masih rendah karena masih didominasi tamatan sekolah dasar.

Untuk mengupayakan agar kualitas pendidikan angkatan kerja dapat

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

22 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

meningkat maka pemerintah mengeluarkan kebijakan program

pendidikan wajib belajar 9 tahun agar penduduk usia kerja 15-19 tahun

dapat berkurang untuk memasuki dunia kerja, sehingga dapat untuk

melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dilihat dari program

pendidikan wajib belajar tersebut memberikan dampak positif terhadap

meningkatnya kualitas mutu pendidikan angkatan kerja secara

keseluruhan yaitu terjadinya pergeseran dari pendidikan sekolah dasar,

dan meningkatnya jenis pendidikan SMTP ke atas yang siap untuk

memasuki lapangan kerja.

Tabel 2.9

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Tahun 2008-2011 (%)

Tingkat Pendidikan 2008 2009 2010 2011

1. Maksimum SD 73,38 72,00 72,38 66,53

2. SMTP 62,60 62,33 60,45 56,99

3. SMTA Umum 62,85 58,94 60,69 67,26

4. SMTA Kejuruan 77,52 80,82 80,19 81,43

5. Diploma 81,86 80,36 78,77 79,52

6. Universitas 87,73 87,98 83,78 85,43

Total 70,51 70,23 69,76 68,77

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

Apabila dilihat dari tingkat partisipasi angkatan kerja menurut

jenis pendidikan yang ditamatkan dari tahun 2008-2011 menunjukkan

angkanyacukup berfluktuasi, seperti pada tahun 2008 dimana TPAK

lulusan pendidikan SD sebesar 73,38 persen pada tahun 2009

mengalami penurunan menjadi sebesar 72,00 persen dan pada tahun

2010 menjadi 72,38 persen terjadi kenaikan dari tahun sebelumnya dan

tahun 2011 kembali turun menjadi 66,53 persen. TPAK lulusan

pendidikan SMTP selama tahun 2008-2011 terus mengalami penurunan

dari sebesar 62,60 persen tahun 2008 menjadi 56,99 persen tahun 2011.

Sedangkan untuk TPAK tingkat pendidikan SMTA Umum pada tahun

2009sempat menurun dibanding tahun sebelumnya namun kembali naik

cukup tajam hingga menjadi 67,26 pada tahun 2011. Demikian juga

pada lulusan SMTA Kejuruan kondisinya semakin meningkat TPAKnya.

Kondisi tersebut menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan angkatan kerja, maka semakin tinggi pula partisipasi

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 23

terhadap dunia kerja yang dibutuhkan. Lain halnya dengan lulusan

pendidikan Diploma. TPAK lulusan ini cenderung terus menurun dari

tahun ke tahun karena sebagian besar dari mereka lulus langsung

melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan tidak sempat memasuki

dunia kerja. Apabila dilihat dari TPAK lulusan Universitas pada tahun

2008-2011 kondisinya menggambarkan bahwa terjadi kenaikkan dari

tahun 2008 ke 2009, tetapi menurun pada tahun 2010, kemudian

kembali naik pada tahun 2011. universitas banyak yang langsung masuk

kedalam pasar kerja, sebelum untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan

yang lebih tinggi yang membutuhkan dana cukup besar. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.9 di atas.

2.3.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Data Sakernas tahun 2008-2011 menunjukkan TPAK laki-laki

mengalami fluktuasi naik pada tahun 2009 kemudian kembali turun

sampai tahun 2011. TPAK laki-laki menunjukkan kenaikan dari 79,44

persen tahun 2008 kemudian naik menjadi 80,26 persen dan kembali

menurun menjadi 78,62 persen, turun lagi menjadi 78,35 persen.

Sementara TPAK perempuan tahun 2008 sebesar 61,61 persen turun

menjadi 60,19 persen, kembali naik menjadi 61,35 persen dan turun lagi

menjadi 59,61 persen. TPAK perempuan cenderung lebih rendah

dibandingkan TPAK laki-laki. Hal ini dipengaruhi peran ganda mereka

dalam rumah tangga dan komitmen mereka untuk aktif di dalam pasar

kerja. Perempuan cenderung keluar dari pasar kerja ketika masa

perkawinan, melahirkan dan membesarkan anak dan kemudian kembali

ke dunia kerja ketika anak-anak sudah besar. Selain itu semakin

terbukanya kesempatan pendidikan bagi perempuan di berbagaibidang

akan diikuti oleh meningkatnya partisipasi perempuan dalam angkatan

kerja.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.10.

Tabel 2.10 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2008-2011 (%)

Jenis Kelamin 2008 2009 2010 2011

1. Laki-laki 79,44 80,26 78,62 78,35

2. Perempuan

61,61 60,19 61,35 59,61

Total 70,51 70,23 69,76 68,77

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

24 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

2.3.4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/ Kota

Selama tahun 2008-2011 tingkat partisipasi di Kabupaten/Kota di

DIY cenderung mengalami penurunan secara bfluktuatif. TPAK

kabupaten Kulon Progo dari tahun 2008-2010 mengalami kenaikan,

tetapi tahun 2001 menurun cukup signifikan. Di Kabupaten Gunung

Kidul TPAKnya cenderung menurun setiap tahunnya, sedangkan di

Kabupaten Bantul dan Sleman terjadi penurunan berfluktuasi dan di

Kota Yogyakarta mengalami kenaikan walaupun pada tahun 2010

sempay menurun.

Tabel 2.11

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kabupaten / Kota

Tahun 2008-2011 (%)

Kabupaten / Kota 2008 2009 2010 2011 1. Kab. Kulon Progo

72,13

73,27

73,48

68,57

2. Kab. Bantul 70,30 70,79 70,15 68,83

3. Kab. Gunung Kidul 74,84 74,42 73,39 69,11

4. Kab. Sleman 68,48 66,93 67,12 68,76

5. Kota Yogyakarta 67,50 67,68 66,38 68,26

Total 70,51 70,23 69,76 68,77

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

2.3.5. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kota / Desa

Tingkat partisipasi angkatan kerja di daerah pedesaan dari tahun

ke tahun terus mengalami penurunan. Dalam tabel 2.12 terlihat bahwa

pada tahun 2008 TPAK di pedesaan sebesar 75,17 persen kemudian

naik sedikit menjadi 75,82 persen tahun 2009, tetapi sampai tahun 2011

menurun cukup signifikan menjadi 68,95 persen. Keadaan sebaliknya

terjadi di daerah perkotaan, yang mana pada tahun 2009 menurun

dibanding keadaan tahun 2008 tetapi kemudian naik sampai tahun

2011 menjadi sebesar 68,67 persen.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 25

Tabel 2.12

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kota / Desa

Tahun 2008-2011 (%)

Kota / Desa 2008 2009 2010 2011

1. Pedesaan 75,17 75,82 73,84 68,95

2. Perkotaan

67,37 66,48 66,96 68,67

Total 70,51 70,23 69,76 68,77

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

2.4 Angkatan Kerja

Secara struktural angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk

usia kerja berumur 15 tahun keatas, sehingga jumlah angkatan kerja sangat

tergantung pada jumlah penduduk usia kerja yang masuk ke dalam

angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja setiap tahunnya mengalami kenaikan

sampai tahun 2009, kemudian menurun sampai tahun 2011 sejalan dengan

pertambahan dan penurunan jumlah penduduk usia kerja. Pada tahun 2008

angkatan kerja di DIY sebanyak 1.999.734 orang menjadi 2.016.694 orang

tahun 2009, tetapi pada tahun 2010 menurun menjadi 1.882.296 orang dan

tahun 2011 turun lagi menjadi 1.872.912 orang. Secara umum struktur

angkatan kerja dapat diklasifikasikan menjadi beberapa karakteristik yang

secara rinci dipaparkan pada uraian berikut.

2.4.1 Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur

Bila dilihat dari sisi golongan umur, angkatan kerja di Provinsi

DIY masih didominasi golongan umur 30-34 tahun kemudian diikuti

golongan umur 25-29 tahun dan golongan umur 60 tahun ke atas.

Jumlah maupun proporsi angkatan kerja menurut golongan umur

selama tahun 2008 sampai dengan 2011 umumnya cenderung

menurun secara fluktuatif terutama golongan usia muda sampai dengan

usia 34 tahun. Akan tetapi golongan usia 35 sampai dengan 60 tahun

ke atas proporsinya semakin meningkat dari tahun ketahun kecuali

pada golongan umur 55 tahun ke atas pada tahun 2011 menunjukkan

penurunan.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

26 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Tabel 2.13

Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur

Tahun 2008-2011

Golongan

Umur 2008 2009 2010 2011

1. 15-19 76.549 82.371 80.163 83.858

2. 20-24 178.782 165.814 154.711 178.922

3. 25-29 259.607 269.707 203.918 209.005

4. 30-34 319.333 308.378 211.252 224.766

5. 35-39 218.771 213.635 217.019 221.584

6. 40-44 218.521 236.318 232.330 247.557

7. 45-49 201.675 199.885 206.616 201.347

8. 50-54 170.731 174.667 176.074 178.015

9. 55-59 115.564 117.758 134.148 114.765

10. 60+ 240.201 248.161 266.065 213.093

Jumlah 1.999.734 2.016.694 1.882.296 1.872.912

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

Bila dilihat secara absolut tidak menunjukkan kenaikan yang

berarti, apalagi bila dilihat secara seksama angkatan kerja pada

golongan umur 55 tahun keatas yang semula jumlahnya meningkat

sampai tahun 2010, kemudian jumlahnya menurun cukup signifikan

pada tahun 2011. Angkatan kerja kelompok umur 15-19 tahun jumlah

maupun proporsinya paling rendah dibanding kelompok lainnya, namun

cenderung terus mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan

jumlah penduduk usia kerja pada kelompok usia ini. Angkatan kerja

golongan umur 60 tahun ke atas menduduki proporsi tertinggi setelah

golongan usia 30-34 tahun dan setiap tahun jumlahnya mengalami

kenaikan. Kenaikan ini disebabkan angka harapan hidup yang semakin

meningkat dan tingginya tingkat pendidikan yang menyebabkan usia

tidak menjadi halangan untuk tetap berkarya. Namun demikian bagi

sebagian penduduk yang ada di pedesaan tetap bekerja di usia tua

merupakan pilihan untuk bisa tetap mencukupi kebutuhan sehari-hari.

2.4.2. Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Secara umum angkatan kerja menurut tingkat pendidikan selama

tahun 2008-2011 masih didominasi oleh mereka yang berpendidikan

SD, tetapi bila dilihat kecenderungannya, tampak menurun yakni dari

785.064 orang (39,26 %) tahun 2008, menjadi 758.658 orang (37,62 %)

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 27

tahun 2009, dan 719.214 orang (38,21 %) pada tahun 2010, menurun

lagi menjadi 632.127 orang (33,75 %). Bila ditelusuri angkatan kerja per

pendidikan, maka terlihat telah terjadi pergeseran proporsi angkatan

kerja untuk setiap jenjang pendidikan. Hal ini ditunjukan dengan

menurunnya proporsi angkatan kerja berpendidikan SD kebawah dan

meningkatnya proporsi angkatan kerja pada tingkat pendidikan di

atasnya.

Tabel 2.14

Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Tahun 2008-2011

Tingkat Pendidikan 2008 2009 2010 2011

1. Maksimum SD 785.064 758.658 719.214 632.127

2. SMTP 409.859 382.677 364.612 332781

3. SMTA Umum 331.188 299.476 279.444 317.792

4. SMTA Kejuruan 246.683 308.764 290.644 335.561

5. Diploma 95.459 97.012 77.298 79.403

6. Universitas 131.481 170.107 151.084 175.248

Jumlah 1.999.734 2.016.694 1.882.296 1.872.912

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

Sejalan dengan diterapkannya sistem pendidikan melalui

program pendidikan dasar 9 tahun, diharapkan jumlah angkatan kerja

berpendidikan SD dan SMTP dari tahun ke tahun cenderung terus

menurun. Sebaliknya angkatan kerja berpendidikan SMTA ke atas

diharapkan akan terus mengalami peningkatan terutama SMTA

Kejuruan yang terlihat meningkat cukup signifikan baik jumlah maupun

proporsinya, sehingga struktur angkatan kerja beberapa tahun ke depan

diperkirakan akan mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun-

tahun sebelumnya. Pada tahun 2008 proporsinya sebesar 12,34 persen

naik menjadi 15,31 persen tahun 2009, tahun 2010 naik kembali

menjadi 15,44 persen dan tahun 2011 mencapai 17,92 persen.

Angkatan kerja lulusan Diploma tidak menunjukkan kenaikan tetapi

justru menurun, dan angkatan kerja lulusan Universitas mengalami

kenaikan yang cukup berarti baik jumlah maupun proporsinya. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.14.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

28 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

2.4.3. Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Komposisi angkatan kerja menurut jenis kelamin dilihat dari tahun

2008-2011 didominasi oleh angkatan kerja yang berjenis kelamin laki-

laki, berkisar 55 persen. Pada tahun 2008 angkatan kerja berjenis

kelamin laki-laki berjumlah 1.124.292 orang dan perempuan berjumlah

875.442 orang, Pada tahun 2009 untuk angkatan kerja berjenis kelamin

laki-laki meningkat menjadi sebanyak 1.152.623 orang atau naik

sebesar 2,52 persen, dan jumlah angkatan kerja perempuan menurun

menjadi sebanyak 864.071 orang atau 1,30 persen dan terus

menurunhingga tahun 2011 menjadi 1.042.463 angkatan kerja laki-laki

(55,66 %) dan 830.449 orang angkatan kerja perempuan (44,34 %).

Tabel 2.15

Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2008-2010

Jenis Kelamin 2008 2009 2010 2011

1. Laki-Laki 1.124.292 1.152.623 1.033.551 1.042.463

2. Perempuan 875.442 864.071 848.745 830.449

Jumlah 1.999.734 2.016.694 1.882.296 1.872.912

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

Dilihat dari komposisi jenis kelamin angkatan kerja perempuan

pada tahun 2009 komposisinya sebesar 42,85 persen menurun

dibanding tahun 2008 yang besarnya 43,78 persen. Tetapi pada tahun

2010 meningkat menjadi 45,09 persen dan kembali mengalami

penurunan tahun 2011 menjadi 44,34 persen. Kenaikan komposisi

angkatan kerja perempuan tersebut secara umum dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain meningkatnya tingkat pendidikan

perempuan, perubahan gaya hidup keluarga yang sebelumnya banyak

anak sekarang menjadi sedikit, sehingga dengan demikian sedikitnya

jumlah anak serta berkembangnya teknologi peralatan rumah tangga

maka akan mendorong perempuan untuk bersaing dengan laki-laki

dipasar kerja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.15 di atas.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 29

2.4.4. Angkatan Kerja Menurut Kabupaten / Kota

Keadaan angkatan kerja selama periode 2008-2011 menurut

Kabupaten Kota tidak jauh berbeda dengan keadaan penduduk usia

kerja pada periode yang sama. Sebagian besar angkatan kerja DIY

berada di Kabupaten Sleman yang mencapai 28,87 persen tahun 2008,

naik menjadi sebesar 31,66 persen tahun 2011. Terbesar kedua ada di

kabupaten Bantul, kemudian disusul kabupaten Gunung Kidul,

sedangkan di kabupaten Kulon Progo jumlah angkatan kerjanya paling

sedikit dibanding kabupaten/kota yang lain. Keadaan angkatan kerja

tahun 2008-2011 tergambar dalam tabel 2.16.

Tabel 2.16

Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota

Tahun 2008-2011

Kabupaten / Kota 2008 2009 2010 2011

1. Kab. Kulon Progo 218.280 222.551 220.271 208.775

2. Kab. Bantul 517.981 530.332 494.762 490.716

3. Kab. Gunung Kidul 432.845 432.794 387.840 366.033

4. Kab. Sleman 577.409 573.243 572.990 593.046

5. Kota Yogyakarta

253.219 257.774 206.433 214.342

Jumlah 1.999.734 2.016.694 1.882.296 1.872.912

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

2.4.5. Angkatan Kerja Menurut Kota / Desa

Sebagian besar angkatan kerja di DIY berada di daerah

perkotaan. Pada tahun 2008 jumlahnya mencapai 1.141.151 orang

(57,07 persen) kemudian naik menjadi 1.143.346 orang (56,69 persen)

tahun 2009, tahun 2010 menurun cukup tajam kemudian tahun 2011

kembali naik cukup besar baik jumlah maupun proporsinya menjadi

1.242.655 orang (66,35 persen). Sedangkan angkatan kerja di daerah

pedesaan terus menurun hingga tahun 2011 dan jumlahnya menjadi

hanya sebanyak 630.257 orang (33,75 persen). Penurunan jumlah

angkatan kerja di pedesaan disebabkan antara lain karena sebagian

besar angkatan kerja muda berpindah/migrasi ke daerah perkotaan

untuk mencari pekerjaan.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

30 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Tabel 2.17

Angkatan Kerja Menurut Kota / Desa

Tahun 2008-2011

Kota / Desa 2008 2009 2010 2011

1. Pedesaan 858.583 873.348 812.342 630.257

2. Perkotaan

1.141.151 1.143.346 1.069.954 1.242.655

Jumlah 1.999.734 2.016.694 1.882.296 1.872.912

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

2.5. Penduduk yang Bekerja

Sesuai konsep, yang dimaksud bekerja adalah orang yang

melakukan sesuatu dengan maksud untuk memperoleh atau membantu

memperoleh penghasilan /keuntungan selama paling sedikit satu jam dalam

seminggu yang lalu. Bekerja satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut

dan tidak terputus-putus. Jumlah penduduk yang bekerja pada tahun 2008-

2009 mengalami peningkatan dari 1.892.205 orang menjadi 1.895.648 orang

nemun pada tahun 2010 menurun menjadi 1.775.148 orang dan tahun 2011

kembali mengalami peningkatan hingga menjadi 1.798.595 orang. Untuk

melihat terjadinya peningkatan dan penurunan ini akan diperhatikan dari

pergeseran penduduk yang bekerja baik menurut jenis kelamin, lapangan

pekerjaan utama, status pekerjaan utama, jabatan, jam kerja, golongan

umur dan pendidikan yang ditamatkan.

2.5.1. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha

Situasi perekonomian DIY tahun 2008-2011 menunjukkan

adanya perbaikkan yang cukup signifikan, sehingga mempunyai

dampak terhadap peningkatan didalam penyerapan tenaga kerja

diberbagai sektor lapangan usaha. Penyerapan tenaga kerja masih

didominasi sektor pertanian, perdagangan, jasa kemasyarakatan dan

sektor industri. Pada tahun 2008 penyerapan tenaga kerja yang

bekerja di sektor pertanian sebanyak 560.089 orang dan pada tahun

2009 meningkat menjadi sebanyak 570.574 orang, tahun 2010 menurun

menjadi 539.703 orang dan tahun 2011 turun lagi menjadi 431.070

orang.

Penduduk yang bekerja pada sektor perdagangan tahun 2008

sebanyak 456.825 orang, pada tahun 2009 sedikit mengalami

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 31

penurunan sehingga menjadi 455.331 orang, tahun 2010, menurun lagi

menjadi sebanyak 438.282 orang akan tetapi pada tahun 2011 berhasil

meningkat menjadi 480.136 orang. Kegairahan sektor perdagangan ini

berimplikasi pada peningkatan kinerja sektor angkutan dan keuangan

dalam penyerapan tenaga kerja.

Tabel 2.18

Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2008-2011

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011

1. Pertanian 560.089 570.574 539.703 431.070

2. Pertambangan 20.171 18.025 14.069 12.464

3. Industri 250.507 237.240 247.093 266.768

4. Listrik, Gas &Air 1.068 2.592 1.689 4.247

5. Bangunan 150.571 145.381 109.933 133.128

6. Perdagangan 456.825 455.331 438.282 480.136

7. Angkutan 88.960 82.639 67.368 68.200

8. Keuangan 41.732 48.441 38.651 50.063

9. Jasa 322.282 335.425 318.360 352.519

Jumlah 1.892.205 1.895.648 1.775.148 1.798.595

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

Peringkat ketiga adalah sektor jasa yang mengalami peningkatan

dalam tahun 2008-2009 kemudian sedikit menurun pada tahun 2010,

namun kembali meningkat pada tahun 2011. Proporsi penduduk yang

bekerja pada sektor jasa terus mengalami peningkatan dari sebesar

17,03 persen tahun 2008 menjadi 17,69 persen pada tahun 2009, naik

lagi menjadi 17,93 persen tahun 2010 dan tahun 2011 menjadi sebesar

19,60 persen. Sektor industri pengolahan yang diharapkan mulai

memperlihatkan tanda-tanda perbaikan seiring dengan semakin

membaiknya stabilitas politik, keamanan dan sosial di tanah air,

ternyata dari tahun 2008 justru proporsinya mengalami penurunan dari

sebesar 13,24 persen menjadi 12,51 persen sampai tahun 2009, tetapi

kembali naik pada tahun 2010 menjadi 13,92 persen dan tahun 2011

sebesar 14,83 persen.

Selanjutnya sektor yang paling sedikit penyerapan tenaga

kerjanya adalah sektor listrik, gas dan air bersih dimana setiap

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

32 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

tahunnya hanya mampu menyerap tenaga kerja antara 0,10 persen dari

seluruh penduduk yang bekerja, kemudian sektor pertambangan hanya

mampu menyerap tenaga kerja kurang dari 1 persen.

Tabel 2.19

Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur

Tahun 2008-2011

Golongan Umur 2008 2009 2010 2011

1. 15-19 54.675 54.714 62.237 64.772

2. 20-24 152.775 131.261 119.021 159.575

3. 25-29 231.030 238.037 179.068 194.348

4. 30-34 304.732 295.056 198.601 217.538

5. 35-39 210.689 207.742 211.752 217.858

6. 40-44 215.796 231.256 227.382 245.932

7. 45-49 199.940 199.042 204.076 197.498

8. 50-54 169.276 173.273 174.497 173.222

9. 55-59 114.730 117.432 132.854 114.759

10. 60+ 238.562 247.835 265.660 213.093

Jumlah 1.892.205 1.895.648 1.775.148 1.798.595

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

2.5.2. Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur

Komposisi penduduk yang bekerja selama periode tahun 2008–

2011 secara umum didominasi oleh golongan umur 25-29 tahun, 30-34

tahun dan 60 tahun ke atas yang jumlahnya mengalami perubahan

secara berfluktuasi. Penduduk yang bekerja pada golongan umur 30-34

tahun pada tahun 2008 proporsinya sebesar 16,10 persen kemudian

turun menjadi 15,56 persen pada tahun 2009 dan turun lagi pada tahun

2010 menjadi 11,19 persen, namun kembali mengalami kenaikan pada

tahun 2011 hingga menjadi 12,09 persen. Sementara pada golongan

umur di atasnya sampai dengan golongan umur 60 tahun ke atas

jumlah maupun proporsinya mengalami peningkatan selama tahun

2008-2010 tetapi mengalami penurunan pada tahun 2011. Kondisi yang

terjadi pada peningkatan penduduk yang bekerja golongan umur 60

tahun keatas ini sangat dimungkinkan sebagai akibat adanya

kecenderungan bahwa mereka yang sudah habis masa kerjanya

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 33

setelah beberapa tahun kemudian tetap menjalankan aktifitas yang

memiliki nilai ekonomi baik dalam hubungan kerja maupun di luar

hubungan kerja (nonformal). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Tabel 2.19.

2.5.3 Penduduk Yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan

Kualitas sumberdaya manusia selain dapat dilihat menurut

tingkat pendidikan yang ditamatkan, juga dapat dilihat dari Human

Development Index (HDI). Sejalan dengan membaiknya perekonomian

memberikan dampak positif terhadap tingkat pendidikan penduduk yang

bekerja. Pada tabel 2.20 terlihat bahwa penduduk yang bekerja dengan

latar belakang pendidikan SD ke bawah dari tahun ke tahun semakin

menurun baik jumlah maupun proporsinya. Pada tahun 2008 sebanyak

773.585 orang menurun menjadi 625.261 orang, atau dari proporsi

sebesar 40,88 persen tahun 2008 turun menjadi 34,76 persen tahun

2011. Demikian juga kondisi penduduk yang bekerja pada tingkat SMTP

semakin menurun setiap tahunnya. Pada tingkat pendidikan SMTA

Umum semula mengalami penurunan sampai tahun 2010, namun tahun

2011 kembali naik, sedangkan penduduk yang bekerja dengan

pendidikan SMTA Kejuruan terus mengalami kenaikan yang cukup

berarti terutama dari sisi proporsi dari tahun 2008 sebesar 11,54

persen, tahun 2009 sebesar 14,55 persen, tahun 2010 14,96 persen

dan tahun 2011 naik lagi menjadi 17,40 persen. Besarnya kenaikan ini

antara lain disebabkan berhasilnya sosialisasi Pemerintah SMK Bisa.

Penduduk yang bekerja berpendidikan Diploma mengalami sedikit

penurunan sedangkan yang berpendidikan Universitas juga mengalami

kenaikan dari tahun 2008 sebanyak 112.043 orang (5,92 persen),

meningkat menjadi 150.784 orang (7,95 persen) pada tahun 2009

kemudian sedikit menurun pada tahun 2010 menjadi 126.617 orang

(7,13 persen) dan tahun 2011 kembali naik cukup signifikan menjadi

163.910 orang (9,11 persen). Besarnya kenaikan penduduk yang

bekerja dengan pendidikan Universitas ini menandakan semakin

meningkatnya kualitas pekerja di DIY, sehingga diharapkan

produktivitas nasional meningkat sehingga dapat berdampak pada

kesejahteraan penduduk.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

34 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Tabel 2.20 Penduduk Yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan

Tahun 2008-2011

Tingkat Pendidikan 2008 2009 2010 2011

1. Maksimum SD 773.585 745.946 709.461 625.261

2. SMTP 396.661 363.008 351.662 322.073

3. SMTA Umum 306.139 271.441 252.424 298.301

4. SMTA Kejuruan 218.436 275.907 265.617 313.014

5. Diploma 85.341 88.562 69.367 76.036

6. Universitas 112.043 150.784 126.617 163.910

Jumlah 1.892.205 1.895.648 1.775.148 1.798.595

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

2.5.4 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin

Jika dilihat menurut jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki yang

bekerja selama periode 2008-2011 lebih besar bila dibandingkan

dengan jumlah penduduk yang bekerja perempuan. Penduduk yang

bekerja laki-laki sebanyak 1.068.173 orang pada tahun 2008 meningkat

menjadi 1.075.205 orang tahun 2009, tahun 2010 menurun menjadi

969.530 orang dan tahun 2011 kembali naik menjadi 1.002.053 orang

atau berkurang sebanyak 66.120 orang dari tahun 2008 sampai dengan

tahun 2011.Sementara penduduk yang bekerja perempuan jumlahnya

terus mengalami penurunan sebanyak 27.490 orang selama tahun

2008-2011, namun apabila dilihat secara proporsional cenderung

mengalami peningkatan berfluktuatif dimana pada tahun 2008

proporsinya sebesar 43,55 persen, tahun 2009 sedikit menurun sebesar

43,28 persen, tahun 2010 naik menjadi 45,38 persen dan tahun 2011

naik kembali menjadi 44,29 persen.

Kenaikkan jumlah pekerja perempuan yang bekerja sangat

banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain, semakin

terbukanya lapangan pekerjaan bagi perempuan, semakin

meningkatnya tingkat pendidikan perempuan serta adanya keleluasaan

perempuan untuk berkiprah diluar rumah tangga untuk dapat

menambah penghasilan didalam rumah tangga. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 2.21 di bawah ini.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 35

Tabel 2.21

Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2008-2011

Jenis Kelamin 2008 2009 2010 2011

1. Laki-Laki 1.068.173 1.075.205 969.530 1.002.053

2. Perempuan 824.032 820.443 805.618 796.542

Jumlah 1.892.205 1.895.648 1.775.148 1.798.595

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

2.5.5 Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama

Secara umum status pekerjaan utama dapat dikelompokkan

menjadi 2 (dua) besaran yakni sektor formal (kegiatan ekonomi formal)

dan sektor informal (kegiatan ekonomi informal). Berusaha dengan

buruh tetap dan sebagian dari pekerja/buruh/karyawan merupakan

bagian dari sektor formal. Sedangkan berusaha sendiri tanpa bantuan,

berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas di sektor

pertanian, pekerja bebas di sektor non pertanian, pekerja tak dibayar

dan sebagian dari pekerja/buruh/karyawan merupakan bagian dari

sektor informal.

Adanya kecenderungan perubahan perekonomian ternyata ikut

mendorong peningkatan proporsi penduduk yang bekerja dengan

status formal (berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan).

Penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan pada tahun 2008

sebanyak 583.342 orang dan berusaha dibantu 75.608 orang, tahun

2009 buruh/karyawan naik menjadi 614.886 orang sementara yang

berusaha dibantu menurun menjadi 56.174 orang, tahun 2010

pekerja/buruh/karyawan jumlahnya menurun tetapi yang berusaha

dibantu mengalami kenaikan, dan tahun 2011 kedua status pekerja

formal mengalami kenaikan masing-masing menjadi 721.598 orang dan

76.714 orang.Secara proporsional pekerja formal cenderung mengalami

kenaikan terutama pekerja/buruh/karyawan dimana tahun 2008

mencapai 30,83 persen tahun 2011 naik menjadi 40,12 persen.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

36 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Tabel 2.22

Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama

Tahun 2008-2011

Status Pekerjaan

Utama 2008 2009 2010 2011

1. Brsh Sendiri tanpa

bantuan 311.450 271.699 244.167 250.121

2. Brsh Dengan

Dibantu 431.446 451.329 432.308 348.023

3. Brsh. Dengan Buruh 75.608 56.174 69.183 76.714

4. Pekerja / Buruh /

karyawan

583.342

614.886

542.632

721.598

5. Pkj. Bebas di

Pertanian 57.016 54.807 35.860 24.928

6. Pkj. Bebas di Non

Pertanian 122.476 145.312 116.098 126.229

7. Pekerja tak dibayar 310.867 301.441 334.900 250.982

Jumlah 1.892.205 1.895.648 1.775.148 1.798.595

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

Penduduk yang bekerja dengan status informal selama empat

tahun cenderung berfluktuasi. Pekerja informal dengan status berusaha

dibantu anggota rumah tangga proporsinya terus meningkat sampai

tahun 2010 namun turun pada tahun 2011, pekerja yang berusaha

sendiri tanpa bantuan proporsinya terus menurun, demikian juga

pekerja bebas di pertanian, sementara pekerja bebas di non pertanian

dan pekerja tak dibayar cenderung naik turun sampai tahun 2011.

Jumlah pekerja tak dibayar yang cukup besar proporsinyaseperti terlihat

pada tabel 2.22 tidak memberikan tambahan nilai ekonomis kepada

para pekerjanya.

Masih dominannya jumlah penduduk yang bekerja pada sektor

informal dari tahun ke tahun mengindikasikan berbagai hal antara lain

rendahnya produktivitas kerja, rendahnya kemampuan ekonomi dalam

menyerap tenaga kerja sehingga berdampak pada banyaknya setengah

pengangguran dan meningkatnya pekerja paruh waktu. Disamping itu

karena pekerja informal tidak terikat oleh suatu peraturan hukum yang

mengikat dan tidak terdaftar, berdampak pada kurangnya perlindungan

jaminan kerja bagi pekerjanya. Hal ini menunjukkan bahwa secara riil

sektor informal masih berfungsi sebagai jaring pengaman dalam

penyerapan tenaga kerja.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 37

2.5.6. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jabatan

Selaras dengan komposisi penduduk yang bekerja menurut

lapangan usaha, ditinjau berdasarkan jabatannya penduduk yang

bekerja selama tahun 2008-2011 didominasi oleh mereka yang bekerja

sebagai tenaga pertanian, tenaga produksi/kasar, tenaga penjualan dan

tenaga jasa. Keempat jenis jabatan ini terdapat di sektor pertanian,

sektor industri, sektor perdagangan dan sektor jasa.

Proporsi penduduk yang bekerja sebagai tenaga usaha

pertanian pada tahun 2008 sebesar 29,31 persen, menurun menjadi

27,44 persen tahun 2009, tahun 2010 naik lagi menjadi 30,11 persen

tetapi tahun 2011 kembali menurun menjadi 23,07 persen. Sedangkan

penduduk yang bekerja sebagai tenaga usaha produksi mengalami

kenaikan dari 28,42 persen tahun 2008 menjadi 33,54 persen tahun

2009 tetapi kemudian kembali turun menjadi 31,70 persen tahun 2010

dan tahun 2011 sebesar 31,52 persen. Tenaga usaha penjualan

mengalami penurunan selama tiga tahun baik jumlah maupun

proporsinya, tetapi tahun 2011 naik cukup signifikan.

Sejalan dengan berkembangnya teknologi komputerisasi dan

teknologi informasi, sangat mendukung setiap organisasi dalam upaya

meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Melalui teknologi

komputerisasi yang dapat berkembang menjadi teknologi informasi

dapat meningkatkan efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja pada

jenis jabatan ketatausahaan, usaha pertanian, tenaga usaha jasa dan

yang lainnya. Akan tetapi, di sisi lain kemajuan teknologi tersebut juga

mampu mendorong tumbuhnya tenaga-tenaga profesional seperti

tenaga ahli di bidang teknologi informasi, komputer dan sebagainya,

sehingga jumlahnya mengalami peningkatan selama tahun 2008-2011

sebagaimana terlihat pada Tabel 2.23.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

38 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Tabel 2.23

Penduduk Yang Bekerja Menurut Jabatan

Tahun 2008-2011

Jabatan 2008 2009 2010 2011

1. Tenaga Profesional 112.608 142.004 152.924 150.400

2. Tenaga Kepemimpinan 22.729 42.136 22.387 28.686

3. Tenaga Tata Usaha 102.813 101.945 88.335 100.644

4. Tenaga Usaha

Penjualan 386.283 339.946 313.544 384.115

5. Tenaga Usaha Jasa 163.442 99.903 85.537 140.406

6. Tenaga Usaha

Pertanian 557.087 520.237 534.422 414.942

7. Tenaga Produksi 537.703 635.854 562.713 566.866

8. Lainnya 9.540 13.623 15.286 12.536

Jumlah 1.892.205 1.895.648 1.775.148 1.798.595

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

2.5.7. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja

Perekonomian nasional yang membaik biasanya tercermin dari

meningkatnya berbagai kegiatan produksi barang dan jasa di berbagai

sektor lapangan usaha. Peningkatan tersebut dapat dicapai jika

penduduk yang bekerja melaksanakannya diatas jam kerja normal

(lebih 35 jam seminggu). Dilihat dari penduduk yang bekerja menurut

jam kerja selama tahun 2008-2011 menggambarkan bahwa penduduk

yang bekerja di atas 35 jam perminggu jumlahnya cukup besar dan

mengalami kenaikan yang fluktuatif. Pada tahun 2008 penduduk yang

bekerja antara 35-44 jam kerja sebanyak 484.412 orang (25,60 persen),

45-59 jam kerja sebanyak 639.570 orang (33,80 persen), pada jam

kerja lebih dari 60 jam terdapat sebanyak 254.208 orang (13,43

persen). Pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun lalu terjadi

kenaikan yang cukup signifikan terutama pada 35-44 jam kerja

sehingga menjadi sebanyak 523.655 orang atau naik sebesar 8,10

persen, namun ditahun 2010 pada jam kerja yang sama mengalami

penurunan sehingga menjadi sebanyak 407.072 orang atau turun

sebesar -22,26 persen, demikian juga pada penduduk yang bekerja45-

59 jam kerja dan yang lebih dari 60 jam kerja menurun sampai tahun

2011 baik secara absolut maupun proporsi.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 39

Tabel 2.24

Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja

Tahun 2008-2011

Jam Kerja 2008 2009 2010 2011

0 41.303 33.281 32.848 42.208

1-9 32.442 46.832 58.664 57.867

10-14 49.415 49.182 69.003 61.587

15-24 167.050 136.524 151.709 152.385

25-34 223.805 203.887 215.489 220.828

35-44 484.412 523.655 407.072 492.929

45-59 639.570 645.972 621.842 575.768

>60 254.208 256.315 218.521 195.023

Jumlah 1.892.205 1.895.648 1.775.148 1.798.595

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

Menurunnya proporsi penduduk yang bekerja 35-44 jam kerja

dan 55+ jam kerja kemungkinan disebabkan karena membaiknya

berbagai indikator perekonomian nasional belum memberikan dampak

langsung terhadap perkembangan kegiatan produksi dan kesejahteraan

pekerja dibeberapa sektor lapangan usaha tertentu. Sebagai akibatnya

adalah masih tingginya kasus perselisihan hubungan industrial yang

berujung pada unjuk rasa/pemogokkan dan pemutusan hubungan kerja.

Sebaliknya penduduk yang bekerja dibawah jam kerja normal yang

disebut bekerja tidak penuh atau setengah penganggur mengalami

peningkatan sampai tahun 2011, yakni mereka yang bekerja 1-9 jam

kerja, 10-14 jam kerja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel

2.24.

2.5.8. Penduduk Yang Bekerja Menurut Kabupaten/Kota

Dilihat menurut Kabupaten/Kota, penduduk yang bekerja di

Kabupaten Sleman menduduki peringkat terbesar yakni mencapai

537.99 orang pada tahun 2008, tahun 2009 menurun menjadi 530.634

orang dan tahun 2010 kembali mengalami kenaikan sampai tahun 2011

menjadi sebanyak 561.894 orang. Terbesar kedua yaitu Kabupaten

Bantul, kemudian Kabupaten Gunung Kidul dan yang paling sedikit

jumlahnya di Kabupaten Kulon Progo. Pada tahun 2008-2009 penduduk

yang bekerja di semua kabupaten mengalami kenaikan kecuali di

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

40 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Kabupaten Sleman, tahun 2010 terjadi penurunan kecuali di Kabupaten

Sleman dan Kota Yogyakarta yang mengalami kenaikan. Kemudian

tahun 2011 penduduk yang bekerja di Kabupaten Kulon Progodan

Kabupaten Gunung Kidul kembali menurun, sedangkan di Kabupaten

Sleman, Bantul dan Kota Yogyakarta mengalami kenaikan yang cukup

signifikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.25 berikut.

Tabel 2.25

Penduduk Yang Bekerja Menurut Kabupaten / Kota

Tahun 2008-2011

Kabupaten / Kota 2008 2009 2010 2011

1. Kab. Kulon Progo 210.505 212.963 211.069 203.425

2. Kab. Bantul 491.765 499.319 468.822 472.076

3. Kab. Gunung Kidul 418.601 415.756 372.189 358.807

4. Kab. Sleman 537.999 530.634 531.929 561.894

5. Kota Yogyakarta

233.335 236.976 191.139 202.393

Jumlah 1.892.205 1.895.648 1.775.148 1.798.595

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

2.5.9. Penduduk Yang Bekerja Menurut Kota/Desa

Penduduk yang bekerja di daerah perkotaan pada tahun 2008-

2010 cenderung terus menurun jumlahnya, dan kembali naik pada

tahun 2011 menjadi 1.183.182 orang. Dilihat dari proporsinya, pada

tahun 2008 sebesar 56,34 persen kemudian turun menjadi 55,80

persen tahun 2009, kembali naik pada tahun 2010 menjadi sebesar

56,07 dan tahun 2011 naik cukup tajam menjadi 65,78 persen dari total

penduduk yang bekerja di DIY. Sebaliknya penduduk yang bekerja di

daerah pedesaan pada tahun 2009 meningkat dari tahun 2008, tetapi

tahun 2010 dan 2011 mengalami penurunan.

Tabel 2.26

Penduduk Yang Bekerja Menurut Kota / Desa

Tahun 2008-2011

Kota / Desa 2008 2009 2010 2011

1. Pedesaan 826.184 837.807 779.799 615.413

2. Perkotaan

1.066.021 1.057.841 995.349 1.183.182

Jumlah 1.892.205 1.895.648 1.775.148 1.798.595

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 41

2.6. Penganggur Terbuka

Penganggur terbuka adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan,

mereka yang mempersiapkan usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan

karena tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan mereka yang sudah

punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Dilihat dari tahun 2008-2010

jumlah pengangguran terbuka di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami

penurunan yang cukup signifikan. Dimana pada tahun 2008 jumlah

pengangguran sebanyak 107.529 orang dengan Tingkat Penganggur

Terbuka (TPT) sebesar 5,38 persen, pada tahun 2009 terjadi kenaikan

menjadi sebanyak 121.046 orang atau dengan TPT sebesar 6 persen,

jumlah pengangguran ditahun 2010 menurun menjadi 107.148 orang atau

dengan TPT sebesar 5,69 persen dan tahun 2011 menjadi 74.317 orang

dengan TPT sebesar 3,97 persen.

2.6.1. Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur

Dari tabel 2.27 dapat kita lihat bahwa sebagian besar

penganggur di DIY berada dalam kelompok usia muda dengan tingkat

pendidikan yang cukup tinggi serta umumnya belum mempunyai

ketrampilan khusus dan belum memiliki pengalaman kerja. Sektor

informal, termasuk sektor pertanian yang selama ini menjadi katup

pengaman dalam penyerapan tenaga kerja sepertinya masih belum

mampu menyerap secara optimal para penganggur yang sebagian

besar berada dalam usia yang sangat produktif. Harapan yang tinggi

dari para penganggur muda ini terutama yang berpendidikan tinggi

untuk mendapatkan lapangan kerja di sektor formal yang produktif dan

sesuai dengan jurusannya, sukar untuk terwujud karena kualifikasi

mereka yang terbatas, diantaranya minim keterampilan dan

pengalaman kerja. Selain itu, latar belakang pendidikannya yang tidak

relevan dengan lapangan kerja ditambah jumlah lapangan kerja di

sektor formal yang memang masih terbatas membuat jumlah

penganggur muda ini tetap tinggi setiap tahunnya.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

42 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Tabel 2.27 Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur

Tahun 2008-2011

Golongan

Umur 2008 2009 2010 2011

1. 15-19 21,874 27,657 17,926 19,086

2. 20-24 26,007 34,553 35,690 19,347

3. 25-29 28,577 31,670 24,850 14,657

4. 30-34 14,601 13,322 12,651 7,228

5. 35-39 8,082 5,893 5,267 3,726

6. 40-44 2,725 5,062 4,948 1,625

7. 45-49 1,735 843 2,540 3,849

8. 50-54 1,455 1,394 1,577 4,793

9. 55-59 834 326 1,294 6

10. 60+ 1.639 326 405 0

Jumlah 107.529 121.046 107.148 74.317

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

Apabila dilihat dari golongan umur, pengangguran tertinggi di

DIY pada golongan umur 15-29 tahun yaitu berkisar 70 persen,

kemudian golongan umur 30-34 tahun juga relatif tinggi berkisar 11

persen. Sementara pengangguran terendah pada golongan umur 60

tahun ke atas dimana pada tahun 2011 sudah tidak ada lagi

pengangguran usia tersebut. Penganggur pada golongan usia muda

dan usia produktif cenderung meningkat sampai tahun 2009, tetapi

pada tahun 2010 sedikit menurun dan tahun 2011 menurun cukup

besar, kecuali penganggur golongan umur 15-19 tahun naik sedikit

dibanding tahun 2010. Penurunan jumlah pengangguran tersebut pada

dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, makin

membaiknya perekonomian DIY sehingga terbukanya perluasan

kesempatan kerja diberbagai sektor lapangan usaha yang dapat

mengurangi jumlah tingkat pengangguran.

Berdasarkan kelompok umur, kecenderungannya adalah

semakin tinggi umur angkatan kerja semakin rendah pula tingkat

penganggurannya. Pada Tabel 2.28 terlihat, pada kelompok umur 15-

24 tahun merupakan penduduk usia sekolah yang selayaknya

melakukan kegiatan pendidikan menengah sampai pendidikan tinggi

dan belum siap untuk memasuki pasar kerja. Namun pada

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 43

kenyataannya tingkat pengangguran pada kelompok umur ini dari

tahun 2008-2011 justru masih tinggi.

Tingkat pengangguran terbuka golongan umur 15-24 tahun dan

25-34 tahun rata-rata mengalami kenaikan sampai tahun 2010, namun

berangsur menurun pada tahun 2011, sedangkan pada golongan umur

antara 35-44 tahun tingkat penganggurannya menurun berfluktuasi,

kelompok umur 40-54 tahun cenderung naik berfluktuasi, namun

kelompok umur 55-60 + terus mengalami penurunan sampai tahun

2011.

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

2.6.2. Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan

Penganggur terbuka menurut tingkat pendidikan tahun 2010

menunjukkan adanya penurunan pada semua jenjang pendidikan

kecuali yang berpendidikan perguruan tinggi. Penurunan penganggur

pada jenis pendidikan tersebut disebabkan adanya keberhasilan

program wajib belajar bagi angkatan kerja muda yang harus

melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga mengakibatkan

terjadinya pengurangan pengangguran dipasar kerja.

Apabila dilihat dari pendidikan yang ditamatkan, selama tahun

2008-2011, kelompok penganggur terbuka didominasi oleh mereka

Tabel 2.28

Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur

Tahun 2008-2011 (%)

Golongan

Umur 2008 2009 2010 2011

1. 15-19 28,58 33,58 22,36 22,76

2. 20-24 14,55 20,84 23,07 10,81

3. 25-29 11,01 11,74 12,19 7,01

4. 30-34 4,57 4,32 5,99 3,22

5. 35-39 3,69 2,76 2,43 1,68

6. 40-44 1,25 2,14 2,13 0,66

7. 45-49 0,86 0,42 1,23 1,91

8. 50-54 0,85 0,80 0,90 2,69

9. 55-59 0,72 0,28 0,96 0,01

10. 60+ 0,68 0,13 0,15 0,00

Total 5,38 6,00 5,69 3,97

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

44 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

yang berpendidikan menengah (SMTA umum dan kejuruan). Dari segi

jumlah, penganggur berpendidikan SD, SMTP dan SMTA umum

maupun kejuruan mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2009

tetapi untuk penganggur tamatan pendidikan Diploma dan perguruan

tinggi sedikit menurun. Pada tahun 2010 terjadi hal sebaliknya dimana

penganggur berpendidikan SD, SMTP, SMTA dan Diploma mengalami

penurunan yang cukup berarti, namun yang berpendidikan perguruan

tinggi meningkat cukup signifikan dari sebanyak 19.323 orang tahun

2009 menjadi 24.467 orang tahun 2010. Sampai dengan tahun 2011

penganggur di semua jenjang pendidikan mengalami penurunan yang

cukup berarti, terutama pada lulusan pendidikan Diploma dan

Universitas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.29 berikut.

Tabel 2.29 Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan

Tahun 2008-2011

Tingkat Pendidikan 2008 2009 2010 2011 1. Maksimum SD 11.479 12.712 9.753 6.866

2. SMTP 13.198 19.669 12.950 10.708

3. SMTA Umum 25.049 28.035 27.020 19.491

4. SMTA Kejuruan 28.247 32.857 25.027 22.547

5. Diploma 10.118 8.450 7.931 3.367

6. Universitas 19.438 19.323 24.467 11.338

Jumlah 107.529 121.046 107.148 74.317

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

Pada tahun 2008-2010 tingkat penganggur terbuka yang

berpendidikan SMTA Umum, SMTA Kejuruan, Diploma maupun

Universitas masih cukup tinggi, dimana pada tahun 2008 penganggur

berpendidikan SMTA umum mencapai 7,56 persen naik menjadi 9,67

persen tahun 2009, penganggur SMTA Kejuruan mencapai 11,45

persen menurun menjadi 8,61 persen, penganggur Diploma sebesar

10,60 persen menjadi 10,26 persen dan penganggur Universitas

mencapai 14,78 persen naik menjadi 16,19 persen tahun 2010. Namun

demikian pada tahun 2011 tingkat pengangguran terbuka pada semua

jenjang pendidikan dapat diturunkan sedemikian rupa sehingga mampu

mencapai 6,13 persen untuk penganggur pendidikan SMTA umum,

sedangkan SMTA kejuruan turun menjadi 6,72 persen, Diploma 4,24

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 45

persen dan yang berpendidikan universitas turun menjadi sebesar 6,47

persen. Penurunan tingkat pengangguran terutama pada pendidikan

tinggi tersebut disebabkan terbukanya peluang kesempatan kerja untuk

pendidikan tersebut, disamping karena ketatnya kompetisi yang

semakin ketat diantara pencari kerja sehingga mereka mau menerima

pekerjaan apa saja meskipun tidak sesuai dengan kualifikasi

pendidikannya.

Tabel 2.30

Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan

Tahun 2008-2011 (%)

Tingkat Pendidikan 2008 2009 2010 2011

1. Maksimum SD 1,46 1,68 1,36 1,09

2. SMTP 3,22 5,14 3,55 3,22

3. SMTA Umum 7,56 9,36 9,67 6,13

4. SMTA Kejuruan 11,45 10,64 8,61 6,72

5. Diploma 10,60 8,71 10,26 4,24

6. Universitas 14,78 11,36 16,19 6,47

Total 5,38 6,00 5,69 3,97

Sumber : BPS, data diolah Pusat PTK (Agustus)

2.6.3 Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin

Apabila dilihat menurut jenis kelamin laki-laki, pada tahun 2008

pada penganggur jenis kelamin laki-laki sebanyak 56.119 orang dan

perempuan sebanyak 51.410 orang, dan pada tahun 2009 penganggur

laki-laki mengalami peningkatan yang cukup signifikan sehingga

menjadi sebanyak 77.418 orang, sedangkan penganggur terbuka

perempuan mengalami penurunan sehingga menjadi sebanyak 43.628

orang, pada tahun 2010 jumlah penganggur terbuka laki-laki mengalami

penurunan sehingga menjadi sebanyak 64.021 orang, dan tahun 2011

menurun lagi menjadi sebanyak 40.410 orang. Penganggur perempuan

juga menurun di tahun 2010 menjadi 43.127 orang dan tahun 2011

turun lagi menjadi 33.907 orang. Dengan demikian selama tahun 2008-

2011 terjadi penurunan jumlah penganggur laki-laki sebanyak 15.709

orang (27,99 persen) dan penganggur perempuan sebanyak 17.503

orang (34,05 persen). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.31

di bawah ini.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

46 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Tabel 2.31

Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2008-2011

Jenis Kelamin 2008 2009 2010 2011

1. Laki-Laki 56,119 77,418 64,021 40,410

2. Perempuan 51,410 43,628 43,127 33,907

Jumlah 107.529 121.046 107.148 74.317

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

Tingkat penganggur terbuka menurut jenis kelamin rata-rata

mengalami penurunan pada tahun 2011. Pada tahun 2009 tingkat

penganggur laki-laki mengalami kenaikan cukup tinggi yang semula

sebesar 4,99 persen menjadi 6,72 persen dan kemudian pada tahun

2010 menurun sedikit mejadi 6,19 persen. Sedangkan tingkat

penganggur perempuan dari tahun 2008-2010 terjadi penurunan yang

tidak begitu besar, namun tahun 2011 menurun cukup besar.

Tabel 2.32

Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2008-2011 (%)

Jenis Kelamin 2008 2009 2010 2011

Laki-Laki 4.99 6.72 6.19 3.88

Perempuan 5.87 5.05 5.08 4.08

Total 5,38 6,00 5,69 3,97

Sumber : BPS, data diolah Pusat PTK (Agustus)

2.6.4. Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten / Kota

Penganggur terbuka di Provinsi D.I. Yogyakarta dari tahun 2008-

2011 terbanyak di Kabupaten Sleman, dimana pada tahu 2008

sebanyak 39.410 orang naik menjadi 42.609 orang tahun 2009 dan

berangsur turun hingga menjadi 31.152 orang tahun 2011. Jumlah

paling sedikit di Kabupaten Kulon Progo, yakni sebanyak 7.775 orang

pada tahun 2008, turun menjadi 5.350 orang pada tahun 2011.

Penganggur terbuka di lima Kabupaten/ Kota dari tahun 2008 sampai

tahun 2009 mengalami peningkatan, namun berangsur turun pada

tahun 2010 hingga tahun 2011.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 47

Tabel 2.33

Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten / Kota

Tahun 2008-2011

Kabupaten / Kota 2008 2009 2010 2011 1. Kab. Kulon Progo

7.775

9.588

9.202

5.350

2. Kab. Bantul 26.216 31.013 25.940 18.640

3. Kab. Gunung Kidul 14.244 17.038 15.651 7.226

4. Kab. Sleman 39.410 42.609 41.061 31.152

5. Kota Yogyakarta 19.884 20.798 15.294 11.949

Jumlah 107.529 121.046 107.148 74.317

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

Tabel 2.34

Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten / Kota

Tahun 2008-2011 (%)

Kabupaten / Kota 2008 2009 2010 2011 1. Kab. Kulon Progo

3,56

4,31

4,18

2,56

2. Kab. Bantul 5,06 5,85 5,24 3,80

3. Kab. Gunung Kidul 3,29 3,94 4,04 1,97

4. Kab. Sleman 6,83 7,43 7,17 5,25

5. Kota Yogyakarta 7,85 8,07 7,41 5,57

Total 5,38 6,00 5,69 3,97

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

Walaupun di Kabupaten Sleman jumlah penganggurnya tercatat

paling besar, namun tingkat pengangguran terbuka (TPT) tertinggi

justru di Kota Yogyakarta dimana tahun 2008 sebesar 7,85 persen,

kemudian naik pada tahun 2009 menjadi 8,07 persen dan berangsur

menurun menjadi 5,57 persen tahun 2011. Di Kabupaten Gunung Kidul

tingkat pengangguran terbukanya tercatat paling rendah yakni sebesar

3,29 persen pada tahun 2008 dan mencapai puncak tertinggi pada

tahun 2010 sebesar 4,04 persen, tetapi kemudian menurun pada tahun

2011 menjadi sebesar 1,97 persen.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

48 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

2.6.5. Penganggur Terbuka Menurut Kota / Desa

Selama tahun 2008-2011 sebagian besar penganggur di DIY

berada di perkotaan, dimana tahun 2008 sebesar 69,87 persen dengan

tingkat pengangguran sebesar 6,58 persen, tahun 2009 sebesar 70,64

persen dan tingkat penganggurannya juga meningkat menjadi 7,48

persen, kemudian tahun 2010 menurun proporsinya menjadi 69,63

persen dan tahun 2011 naik cukup signifikan menjadi sebesar 80,03

persen dengan tingkat pengangguran sebesar 4,79 persen.

Tabel 2.35

Penganggur Terbuka Menurut Kota / Desa

Tahun 2008-2011

Kota / Desa 2008 2009 2010 2011

1. Pedesaan 32.399 35.541 32.543 14.844

2. Perkotaan

75.130 85.505 74.605 59.473

Jumlah 107.529 121.046 107.148 74.317

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

Tingkat pengangguran di perkotaan jauh lebih tinggi dibanding di

pedesaan. Hal ini terlihat pada tabel 2.36, tingkat penganggur terbuka

(TPT) di desa tahun 2008 sebesar 3,77 persen, tahun 2009 dan 2010

mengalami kenaikan, tetapi tahun 2011 berhasil diturunkan kembali

menjadi hanya sebesar 2,36 persen, lebih kecil bila dibandingkan

dengan TPT rata-rata di DIY.

Tabel 2.36

Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Kota / Desa

Tahun 2008-2011 (%)

Kota / Desa 2008 2009 2010 2011

1. Pedesaan 3,77 4,07 4,01 2,36 2. Perkotaan 6,58 7,48 6,97 4,79

umlah 5,38 6,00 5,69 3,97

Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 49

2.7. Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas tenaga kerja memegang peranan penting dalam proses

pertumbuhan ekonomi suatu daerah, karena pendapatan daerah banyak

diperoleh dengan cara meningkatkan keefektivitasan dan mutu tenaga kerja.

Sampai dengan tahun 2011 nilai tambah setiap tenaga kerja di DIY masih

rendah.

Tabel 2.37

Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2008-2011 (Ribu Rp./Tenaga Kerja)

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011

1. Pertanian, 6.232,56 6.361,63 6.701,98 8.248,78

2. Pertambangan 7.177,14 8.280,17 9.948,82 12.573,01

3. Industri Pengolahan 10.244,90 10.956,25 11.305,78 11.182,64

4. Listrik, Gas, Air Bersih

163.792,13 71.604,94 114.286,56 47.384,04

5. Bangunan 12.407,83 13.232,27 18.559,58 16.433,81

6. Perdagangan 8.680,30 9.209,87 9.979,53 9.604,36

7. Pengangkutan 22.474,48 25.637,65 33.334,82 35.640,76

8. Keuangan 42.906,16 39.293,37 53.120,49 43.649,40

9. Jasa-jasa 9.958,17 9.982,14 11.262,72 10.829,69

Rata-rata 10.152,06 10.577,64 11.853,82 12.303,89

Berdasarkan Tabel 2.37 terlihat bahwa sektor listrik, gas dan air

bersih merupakan sektor yang mempunyai nilai produktivitas tertinggi,

namun selama tiga tahun terakhir nilai produktivitas pada sektor tersebut

terus mengalami penurunan secara berfluktuatif yaitu Rp. 163.792,13

ribu/tenaga kerja pada tahun 2008 menurun menjadi Rp. 71.604,94

ribu/tenaga kerja pada tahun 2009, tetapi kembali naik pada tahun 2010

menjadi Rp. 114.286,56 ribu/tenaga kerja dan tahun 2011 turun lagi menjadi

Rp. 47.384,04 ribu/tenaga kerja. Setelah sektor listrik, gas dan air, sektor

keuangan merupakan sektor kedua yang mempunyai nilai produktivitas

tinggi. Perkembangan sektor keuangan pada periode tahun 2008 sampai

tahun 2009 mengalami sedikit penurunan dari sebesar Rp. 42.906,16

ribu/tenaga kerja menjadi Rp. 39.296,61 ribu/tenaga kerja, namun kembali

meningkat cukup signifikan pada tahun 2010menjadi Rp. 53.120,49

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

50 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

ribu/tenaga kerja, tetapi kemudian turun kembali menjadi Rp. 43.649,40

ribu/tenaga kerja.

Berdasarkan data BPS Provinsi DIY dapat diketahui bahwa laju

pertumbuhan ekonomi untuk sektor pertanian mengalami penurunan setiap

tahunnya yaitu sebesar 4,72 persen tahun 2008 menurun menjadi 3,13

persen pada tahun 2009 dan dan turun lagi menjadi -0,70 persen tahun

2010 dan kembali mengalami kontraksi pada tahun 2001 hingga tumbuh -

2,12 persen. Dengan laju pertumbuhan yang menurun tersebut tidak berarti

nilai produktivitas sektor pertanian menurun juga. Hal ini terlihat dengan

adanya kenaikan nilai produktivitas setiap tahunnya sehingga dari tahun

2008 sampai dengan 2011 mengalami pertambahan sebanyak Rp. 2.016,22

ribu/tenaga kerja.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 51

BAB III PERKIRAAN DAN PERENCANAAN

PERSEDIAAN TENAGA KERJA

Dalam perencanaan tenaga kerja, perkiraan persediaan tenaga kerja

merupakan salah satu aspek penting. Perkiraan persediaan tenaga kerja

meliputi perkiraan penduduk usia kerja, perkiraan tingkat partisipasi

angkatan kerja, dan perkiraan angkatan kerja. Informasi lain yang

dibutuhkan dalam perkiraan persediaan tenaga kerja adalah pertumbuhan

penduduk, tingkat kelahiran, tingkat kematian, migrasi masuk, migrasi keluar

dan lainnya.

3.1. Perkiraan Penduduk Usia Kerja

Perkembangan penduduk usia kerja (PUK) sangat tergantung oleh

naik turunnya jumlah penduduk. Bertambah kurangnya jumlah penduduk

sendiri dipengaruhi oleh membaiknya kondisi sosial ekonomi masyarakat

yang mencakup pelayanan kesehatan masyarakat, peningkatan produksi

pangan, pelayanan medis, dan lainnya. Meskipun fertilitas di Daerah

Istimewa Yogyakarta cenderung menurun namun jumlah penduduk secara

absolut terus terjadi peningkatan.

Pemerintah telah menerapkan pengendalian jumlah penduduk melalui

pembatasan kelahiran atau keluarga berencana yang diharapkan dapat

memperlambat bertambahnya jumlah penduduk. Sejalan dengan

pertambahan penduduk yang cukup besar, diperkirakan penduduk usia kerja

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

52 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

pada tahun 2012-2016 jumlahnya akan mengalami peningkatan

dibandingkan jumlah pada tahun 2011 yang tercatat 2.723.629 orang

menjadi sekitar 2.751.000 orang pada tahun 2012 dan 2.863.913 orang

pada tahun 2016 atau bertambah sebanyak 140.284 orang (5,15 persen)

dari tahun 2011. Untuk lebih jelasnya tentang estimasi penduduk usia kerja

untuk tahun 2012-2016, berikut bahasan mengenai penduduk usia kerja

menurut beberapa karakteristik.

3.1.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur

Pada periode tahun 2012–2016,perkiraan penduduk usia kerja

menurut golongan umur, pertambahan terbesar diperkirakan pada

golongan umur 40-44 tahun yakni sebanyak 20.934 orang, kemudian

pada golongan umur45–49 tahun sebanyak 13.641 orang dan pada

golongan umur yang lainnya bertambah sekitar 8.000 sampai 12.000

orang. Sedangkan pertambahan terendah pada golongan umur 60+

yakni sebanyak 2.980 orang. Bila dilihat laju pertumbuhannya, PUK

dengan golongan umur 40-44 tahun diperkirakan mengalami

pertumbuhan yang paling besar, yakni mencapai sebesar 1,77 persen,

sedangkan yang paling kecil adalah golongan umur 60+ tahun yakni

sebesar 0,16 persen. Golongan umur yang lainnya diperkirakan akan

tumbuh pada kisaran 1 persen. Secara lebih lengkap diperlihatkan

pada Tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur

Tahun 2012 – 2016

Golongan Umur 2012 2013 2014 2015 2016

1. 15-19 316.505 318.851 321.216 323.598 325.999

2. 20-24 275.180 278.046 280.942 283.869 286.826

3. 25-29 271.683 274.431 277.208 280.014 282.848

4. 30-34 282.364 285.118 287.898 290.707 293.544

5. 35-39 249.283 252.403 255.562 258.761 262.001

6. 40-44 287.610 292.706 297.892 303.171 308.545

7. 45-49 238.226 241.564 244.950 248.384 251.866

8. 50-54 213.875 216.587 219.337 222.123 224.945

9. 55-59 155.893 157.876 159.884 161.918 163.978

10. 60+ 460.380 461.122 461.866 462.612 463.360

Jumlah 2.751.000 2.778.704 2.806.756 2.835.157 2.863.913

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 53

3.1.2 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dalam hal ini dibatasi pada Sekolah Dasar,

Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Tingkat Atas

(Umum), Sekolah Menengah Tingkat Atas (Kejuruan), Diploma, dan

Universitas. Dari perkirakan tambahan penduduk usia kerja sebanyak

112.913 orang, diantaranya pengurangan sebanyak 36.220orang pada

tingkat SD, pengurangan pada tingkat pendidikan SMTP sebanyak

23.747 orang. Sedangkan pada tingkat pendidikan SMTA Umum

bertambah sebanyak 35.891 orang, SMTA Kejuruan bertambah

sebanyak 78.506 orang, pada tingkat Diploma 6.041 orang dan pada

tingkat Universitas bertambah sebanyak 52.442 orang. Angka-angka

tersebut menunjukkan pada empat tingkat pendidikan yaitu SMTA

Umum, SMTA Kejuruan, Universitas, dan Diploma terdapat

penambahan pertumbuhan penduduk usia kerja yang relatif besar,dan

dua tingkat lainnya mengalami pengurangan yakni tingkat pendidikan

SD dan SLTP. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan kualitas tingkat

pendidikan penduduk usia kerja.Tambahan jumlah penduduk usia

kerja pada tingkat SMTA umum lebih sedikit bila dibandingkan

tambahan pada SMTA kejuruan, diperkirakan karena mereka lebih

banyak yang beralih memilih sekolah pada SMTA kejuruan yang

lulusannya diharapkan bisa lebih mudah mendapatkan pekerjaan (siap

untuk bekerja). Hal ini terlihat pada meningkatnya PUK lulusan SMTA

kejuruan yang cukup signifikan.

Tabel 3.2

Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Tahun 2012 – 2016

Tingkat Pendidikan 2012 2013 2014 2015 2016

1. Maksimum SD 942.269 933.721 924.904 915.677 906.049

2. SMTP 578.743 573.106 567.311 561.272 554.995

3. SMTA Umum 481.766 490.836 499.888 508.834 517.657

4. SMTA Kejuruan 430.388 449.108 468.466 488.395 508.895

5. Diploma 101.460 103.009 104.541 106.040 107.501

6. Universitas 216.373 228.924 241.647 254.939 268.816

Jumlah 2.751.000 2.778.704 2.806.756 2.835.157 2.863.913

Laju pertumbuhan, PUK dengan tingkat pendidikan Universitas

diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,58 persen, pendidikan SMTA

Kejuruan akan tumbuh sebesar 4,28 persen dan pendidikan

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

54 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Diplomatumbuh sebesar 1,46 persen. Dengan besarnya perkiraan laju

pertumbuhan PUK yang berpendidikan SMTA ke atas, diharapkan

kualitas SDM Yogyakarta ke depan semakin maju.

3.1.3 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin

Selanjutnya ditinjau menurut jenis kelamin, pada periode 2012 -

2016 pertambahan penduduk usia kerja berjenis kelamin laki-laki

diperkirakan mencapai sebanyak 53.876 orang, sedangkan pada

perempuan terdapat pertambahan lebih banyak yakni 59.037 orang.

Ini berarti perkembangan PUK perempuanakan lebih dominan

dibanding laki-laki. PUK perempuan diperkirakan akan mengalami

pertumbuhan sebesar 1,03 persen, sedangkan PUK laki-laki hanya

tumbuh sebesar 0,99 persen. Secara lebih lengkap dipaparkan pada

Tabel 3.3 dibawah ini.

Tabel 3.3

Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012 – 2016

Jenis Kelamin 2012 2013 2014 2015 2016

1. Laki-Laki 1.343.546 1.356.768 1.370.154 1.383.704

1.397.422 2. Perempuan 1.407.454 1.421.936 1.436.602 1.451.45

3 1.466.49

1 Jumlah 2.751.000 2.778.704 2.806.756 2.835.157

2.863.913

3.1.4. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten / Kota

Penduduk usia kerja dilihat menurut kabupaten kota selama lima

tahun ke depan, diperkirakan terbanyak ada di kabupaten Sleman

sebesar 31,81 persen pada tahun 2012, kemudian di kabupaten Bantul

26,15 persen, kabupaten Gunung Kidul 19,37 persen, sedangkan

penduduk usia kerja di kota Yogyakarta relatif kecil/sedikit hanya

sebesar 11,53 persen dan paling sedikit ada di kabupaten Kulon Progo

11,14 persen.

Sampai dengan tahun 2016 penduduk usia kerja terbanyak

masih ada di kabupaten Sleman dengan tambahan sebanyak 52.193

orang (5,96 persen) dan proporsinya naik dari sebesar 31,81 persen

tahun 2012 menjadi sebesar 32,38 persen. Tambahan yang besar ini

diperkirakan karena banyak PUK dari kabupaten Gunung Kidul maupun

kabupaten lainnya serta migrasi masuk dari luar wilayah DIY dengan

tujuan untuk melanjutkan sekolah maupun untuk mencari pekerjaan dan

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 55

bekerja di Sleman. Kabupaten Bantul bertambah sebanyak 25.798

orang (3,59 persen) tetapi proporsinya turun dari 26,15 persen tahun

2012 menjadi 26,02 persen pada tahun 2016. Di kabupaten Bantul dan

Kota Yogyakarta juga diperkirakan banyak migrasi masuk dari luar

daerah tetapi tidak sebanyak di kabupaten Sleman. Sedangkan di

kabupaten Gunung kidul dan kabupaten Kulon Progo jumlah PUKnya

mengalami penambahan yang relatif lebih sedikit. Hal ini dimungkinkan

karena banyak yang keluardari daerah tersebut untuk mencari

pekerjaan maupun untuk melanjutkan sekolah. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Tabel 3.4 di bawah.

Tabel 3.4 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten / Kota

Tahun 2008-2011

Kabupaten / Kota 2012 2013 2014 2015 2016

1. Kab. Kulon Progo 306.500 308.558 310.634 312.728 314.840

2. Kab. Bantul 719.274 725.624 732.041 738.523 745.072

3. Kab. Gunung Kidul 532.807 536.009 539.237 542.492 545.773

4. Kab. Sleman 875.104 887.853 900.800 913.947 927.297

5. Kota Yogyakarta 317.315 320.660 324.044 327.468 330.932

Jumlah 2.751.000 2.778.704 2.806.756 2.835.157 2.863.913

3.1.5. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Kota / Desa

Diperkirakan untuk tahun 2012-2016 penduduk usia kerja di DIY

akan lebih banyak berada di daerah perkotaan. Pada tahun 2012

penduduk usia kerja di perkotaan sebanyak 1.830.370 orang (66,53

persen) dan di pedesaan hanya sebanyak 920.630 orang (33,47

persen). Sampai dengan tahun 2016 PUK di daerah perkotaan

bertambah sebesar 4,70 persen menjadi 1.916.432 orang (66,92

persen) dan yang di daerah pedesaan hanya bertambah 2,92 persen

menjadi 947.481 orang dan proporsinya turun menjadi 33,08 persen.

Keadaan ini diperkirakan karena sebagian besar penduduk usia kerja

terutama yang berusia muda banyak yang pindah ke kota untuk

melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi ataupun bekerja dan

mencari pekerjaan di daerah perkotaan, yang notabene mereka anggap

bekerja di perkotaan akan lebih menjanjikan daripada bekerja di desa.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

56 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Tabel 3.5

Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Kota / Desa Tahun 2008-2011

Kota / Desa 2012 2013 2014 2015 2016

1. Pedesaan 920.630 927.243 933.923 940.668 947.481

2. Perkotaan 1.830.370 1.851.461 1.872.833 1.894.489 1.916.432

Jumlah 2.751.000 2.778.704 2.806.756 2.835.157 2.863.913

3.2 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Perkiraan tingkat partisipasi angkatan kerja ditentukan dengan cara

membandingkan angkatan kerja terhadap perkiraan penduduk usia kerja.

Tingkat partisipasi angkataan kerja DIY pada tahun 2012 diperkirakan

sebesar 68,88 persen sedangkan pada tahun 2016 menjadi 69,18 persen.

Selama periode 2012-2016 tersebut besarnya TPAK diperkirakan

mengalami pertumbuhan sebesar 0,09 persen.

3.2.1 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut

Golongan Umur

Secara umum semakin tinggi golongan umur, maka tingkat

partisipasi angkatan kerja semakin meningkat sejalan dengan

bertambahnya tuntutan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Pada

Tabel 3.6 menunjukkan bahwa TPAK pada kelompok usia muda (15–29

tahun) masih cenderung rendah karena pada usia ini masih banyak

yang bersekolah, kemudian kelompok usia produktif (30-54 tahun)

TPAK meningkat berkisar 80 persen dan kemudian menurun pada

kelompok usia tua (55-59 tahun) menjadi sebesar 70 persen pada

setiap tahunnya, bahkan pada usia 60+ tahun menurun cukup signifikan

pada kisaran 46 persen.

Selama tahun 2012-2016 diperkirakan hampir pada semua

golongan umur mengalami peningkatan, kecuali pada golongan umur

15-19 tahun dan 20-24 tahun. Peningkatan terbesar diperkirakan pada

golongan umur 35-39 tahun dengan laju pertumbuhan terbesar yakni

mencapai 0,21 persen, kemudian golongan umur 40-44 tahun dengan

laju pertumbuhan sebesar 0,15 persen. Sementara TPAK golongan

umur 15-19 tahun pertumbuhannya mengalami penurunan dengan

pertumbuhan minus 1,44 persen. Hal ini dimungkinkan karena pada

usia tersebut merupakan usia sekolah sehingga partisipasi angkatan

kerjanya menurun.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 57

Tabel 3.6

Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 2012 – 2016(Dalam Persen)

Golongan Umur 2012 2013 2014 2015 2016

1. 15 – 19 26,21 25,75 25,29 24,83 24,39

2. 20 – 24 64,89 64,09 63,30 62,52 61,75

3. 25 – 29 77,78 77,85 77,93 78,00 78,07

4. 30 – 34 80,49 80,60 80,71 80,82 80,93

5. 35 – 39 90,19 90,38 90,57 90,77 90,96

6. 40 – 44 87,73 87,85 87,98 88,11 88,24

7. 45 – 49 85,80 85,89 85,99 86,08 86,18

8. 50 – 54 84,42 84,55 84,68 84,81 84,94

9. 55 – 59 74,65 74,75 74,84 74,94 75,04

10. 60 + 46,47 46,58 46,69 46,80 46,91

TPAK DIY 68,88 68,99 69,07 69,13 69,18

3.2.2 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut

Tingkat Pendidikan

Salah satu indikator yang menunjukkan kualitas tenaga kerja

adalah tingkat pendidikan. Sejalan dengan diimplementasikannya

program wajib belajar 9 tahun serta semakin tingginya kebutuhan

masyarakat terhadap tingkat pendidikan yang lebih baik mengakibatkan

kualitas angkatan kerja di DIY secara umum menunjukkan peningkatan

dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Program tersebut telah

memberikan dampak positif terhadap angkatan kerja di DIY, seperti

kualitas angkatan kerja akan semakin bergeser dengan banyaknya

angkatan kerja yang berpendidikan SMTP di satu sisi, sedangkan di sisi

lain semakin menurunnya jumlah angkatan kerja berpendidikan SD.

Selain itu juga akan menurunkan jumlah tambahan angkatan kerja baru.

Sejalan dengan perubahan sistem pendidikan tersebut

diharapkan TPAK lulusan pendidikan SD dari tahun ketahun akan

semakin menurun sedangkan TPAK lulusan pendidikan di atasnya akan

semakin meningkat. Pada Tabel 3.7 terlihat bahwa perkembangan

TPAK pendidikan SD dan SMTP terus mengalami penurunan sampai

tahun 2016, masing-masing tumbuh -1,60 persen dan -1,04

persen.Sedangkan TPAK pendidikan SMTA umum dan kejuruan

mengalami kenaikan yang cukup signifikan, pendidikan Diploma

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

58 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

diperkirakan akanmengalami penurunan yang relatif kecil dan TPAK

pendidikan universitas diperkirakan akan tumbuh sebesar 0,65 persen,

dari sebesar 85,99 persen pada tahun 2012 menjadi 88,25 persen

tahun 2016.

Tabel 3.7

Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan KerjaMenurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012 – 2016(Dalam Persen)

Tingkat Pendidikan 2012 2013 2014 2015 2016

1. Maksimum SD 65,47 64,42 63,39 62,38 61,38

2. SMTP 56,39 55,80 55,22 54,65 54,08

3. SMTA Umum 67,91 68,57 69,24 69,91 70,59

4. SMTA Kejuruan 82,04 82,65 83,27 83,90 84,53

5. Diploma 79,32 79,12 78,93 78,73 78,53

6. Universitas 85,99 86,55 87,11 87,68 88,25

TPAK DIY 68,88 68,99 69,07 69,13 69,18

3.2.3 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis

Kelamin

Perkiraan TPAK secara total hingga tahun 2016 tampak

mengalami kenaikan, dari 68,88 persen tahun 2012 menjadi 69,18

persen tahun 2016. Tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki

cenderung naik sejak tahun 2012 (78,87 persen) hingga tahun 2016

(80,97persen). Demikian halnya dengan TPAK perempuan, dalam

periode yang sama diperkirakan akan mengalami peningkatan dari 59,90

peren menjadi 61,07 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan

semakin tingginya pendidikan kaum perempuan mendorong para

perempuan untuk memasuki pasar kerja serta adanya pengakuan

terhadap perempuan dalamdunia kerja semakin membaik dan juga

dapat diartikan bahwa berbagai jenis pekerjaan yang selama ini

didominasi laki-laki sudah dapat dikerjakan oleh tenaga kerja

perempuan. Pergeseran TPAK tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3.8

berikut.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 59

Tabel 3.8

Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan KerjaMenurut Jenis Kelamin Tahun 2012 – 2016(Dalam Persen)

Jenis Kelamin 2012 2013 2014 2015 2016

1. Laki-laki 78,87 79,39 79,91 80,44 80,97

2. Perempuan 59,90 60,19 60,48 60,77 61,07

Jumlah 68,88 68,99 69,07 69,13 69,18

3.2.4. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kabupaten / Kota

Dilihat pada lima kabupaten kota di Provinsi DIY, pada tahun

2012-2016 tingkat partisipasi angkatan kerjanya semuanya mengalami

peningkatan. Peningkatan tertinggi diperkirakan pada Kota Yogyakarta,

dari sebesar 68,66 persen pada tahun 2012 meningkat menjadi 70,26

persen tahun 2016 atau tumbuh sebesar 0,58 persen. Kemudian di

Kabupaten Sleman tumbuh sebesar 0,54 persen, dari sebesar 69,13

persen pada tahun 2012 meningkat menjadi 70,63 persen. Kabupaten

Bantul diperkirakan juga akan meningkat cukup besar, sedangkan di

Kabupaten Gunung Kidul dan Kulon Progo mengalami kenaikan yang

sangat kecil. Peningkatan tingkat partisipasi angkatan kerja di kabupaten

Sleman, kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul diperkirakan terjadi

karena banyaknya angkatan kerja muda dari Kabupaten Gunung Kidul

dan Kulon Progo serta dari luar DIY yang masuk untuk bekerja maupun

mencari pekerjaan. Gambaran TPAK menurut Kabupaten/Kota terlihat

pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9

Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kabupaten / Kota Tahun 2012-2016

Kabupaten / Kota 2012 2013 2014 2015 2016

1. Kab. Kulon Progo 68,60 68,63 68,65 68,68 68,71

2. Kab. Bantul 68,96 69,10 69,24 69,38 69,52

3. Kab. Gunung Kidul 69,13 69,14 69,15 69,17 69,18

4. Kab. Sleman 69,13 69,50 69,88 70,25 70,63

5. Kota Yogyakarta 68,66 69,05 69,45 69,86 70,26

Jumlah 68,88 68,99 69,07 69,13 69,18

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

60 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

3.2.5. Perkiraan Tingkat partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kota / Desa

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di daerah pedesaan

selama lima tahun ke depan diperkirakan akan mengalami sedikit

peningkatan dari 68,98 persen tahun 2012 naik menjadi 68,71 persen

tahun 2016 atau tumbuh sebesar 0,04 persen. Kenaikan ini lebih rendah

apabila dibandingkan dengan kenaikan TPAK di daerah perkotaan yang

tumbuh 0,64 persen. Hal ini diperkirakan karena banyak angkatan kerja

muda yang berbondong-bondong pindah ke kota untuk mencari

pekerjaan dan bekerja, dan terlihat bahwa TPAK di daerah perkotaan

menjadi naik cukup signifikan dari 69,11 persen tahun 2012 menjadi

70,90 persen pada tahun 2016.

Tabel 3.10

Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kota / Desa Tahun 2012-2016 (Dalam Persen)

Kota / Desa 2012 2013 2014 2015 2016

1. Pedesaan 68,98 69,01 69,03 69,06 69,09

2. Perkotaan 69,11 69,55 70,00 70,45 70,90

Jumlah 68,88 68,99 69,07 69,13 69,18

3.3 Perkiraan Angkatan Kerja

Angkatan Kerja merupakan bagian dari penduduk usia kerja. Pada

tahun 2011 jumlah angkatan kerja di DIY sebanyak 1.872.912 orang. Pada

tahun 2012 jumlah angkatan kerja diperkirakan sebanyak 1.894.924 orang

dan pada tahun 2016 diperkirakan meningkat lagi, sehingga menjadi

1.981.313 orang atau mengalami pertumbuhan sebesar 1,12 persen dengan

tambahan angkatan kerja sebanyak 108.401 orang dari tahun 2011.Dalam

berbagai karakteristik, perkembangaan angkatan kerja disajikan sebagai

berikut.

3.3.1 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur

Jumlah angkatan kerja berdasarkan golongan umur sebagian

besar mengalami kenaikan tiap tahunnya kecuali pada golongan umur

15-19 tahun dan 20-24 tahun. Angkatan kerja pada tahun 2012 paling

banyak pada golongan umur 40-44 tahun yakni mencapai sebanyak

252.628 orangmeningkat menjadi 273.237 orang tahun 2016. Jumlah

paling sedikit pada golongan umur 15-19 tahun yang berjumlah 83.075

orang.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 61

Tabel 3.11

Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 2012 – 2016

Golongan

Umur 2012 2013 2014 2015 2016

1. 15 – 19 83.075 82.289 81.475 80.640 79.800

2. 20 – 24 178.788 178.631 178.397 178.101 177.773

3. 25 – 29 211.585 214.169 216.692 219.166 221.628

4. 30 – 34 227.559 230.357 233.088 235.769 238.437

5. 35 – 39 225.117 228.678 232.195 235.682 239.178

6. 40 – 44 252.628 257.771 262.905 268.045 273.237

7. 45 – 49 204.652 207.986 211.282 214.554 217.838

8. 50 – 54 180.782 183.562 186.308 189.028 191.752

9. 55 – 59 116.523 118.293 120.038 121.766 123.496

10. 60 + 214.215 215.316 216.329 217.269 218.174

Jumlah 1.894.924 1.917.051 1.938.708 1.960.019 1.981.313

Pada tahun 2012-2016 tambahan angkatan kerja yang paling

besar diperkirakan pada golongan umur 40-44 tahun, yaitu mencapai

20.609 orang dengan pertumbuhan paling tinggi yakni sebesar 1,98

persen. Sedangkan angkatan kerja pada golongan umur 15-19 tahun

dan 20-24 tahun diperkirakan akan menurun masing-masing sebanyak

3.275 orang dan 1.015 orang atau dengan pertumbuhan minus 1,00

persen dan minus 0,14 persen.

3.3.2 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Angkatan kerja pada tahun 2012-2016 menurut tingkat

pendidikan diperkirakan akan mengalami kenaikan kecuali pada tingkat

Sekolah Dasar (SD) dan SMTP. Angkatan kerja yang berpendidikan

maksimum SD diperkirakan akan menurun dengan pertumbuhan

sebesar -2,52 persen dan yang berpendidikan SMTP tumbuh -2,04

persen. Penurunan angkatan kerja yang berpendidikan maksimum SD

dan SMTP ini diperkirakan karena meningkatnya kesadaran akan

pendidikan yang lebih tinggi serta pengurangan alamiah yaitu

meninggalnya angkatan kerja yang berpendidikan maksimum SD ini

banyak yang sudah berusia lanjut. Kenaikan tertinggi terdapat pada

tingkat pendidikan Universitas dengan pertumbuhan sebesar 6,30

persen, kemudian tingkat SMTA umum tumbuh sebesar 2,84 persen,

SMTA Kejuruan tumbuh sebesar 5,10 persen dan yang berpendidikan

Diploma tumbuh 1,24 persen.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

62 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Tabel 3.12

Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012 – 2016

Tingkat Pendidikan 2012 2013 2014 2015 2016

1. Maksimum SD 618.481 604.143 589.330 574.022 558.372

2. SMTP 327.209 321.207 314.883 308.223 301.304

3. SMTA Umum 328.029 338.043 347.887 357.482 366.857

4. SMTA Kejuruan 353.985 372.811 392.102 411.775 431.863

5. Diploma 80.687 81.859 82.934 83.897 84.760

6. Universitas 186.534 198.987 211.574 224.621 238.157

TPAK DIY 1.894.924 1.917.051 1.938.708 1.960.019 1.981.313

3.3.3 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Angkatan kerja yang berjenis kelamin laki-laki diperkirakan akan

mengalami pertumbuhan lebih besar dibanding dengan perempuan.

Pertumbuhan angkatan kerja laki-laki diperkirakan sebesar 1,18persen,

sehingga selama tahun 2012-2016 bertambah sebanyak 50.671 orang

(4,80 persen), sedangkan angkatan kerja perempuan diperkirakan

tumbuh sebesar 1,05 persen atau bertambah sebanyak 35.718 orang

(4,25 persen). Hal ini dapat dimaklumi karena pada umumnya laki-laki

merupakan kepala rumah tangga dan mempunyai kewajiban untuk

menafkahi keluarganya sehingga tambahan angkatan kerja laki-laki

lebih banyak dan lebih besar. Berikut disajikan perkiraan Angkatan

Kerja menurut Jenis Kelamin.

Tabel 3.13 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2012 – 2016

Jenis Kelamin 2012 2013 2014 2015 2016

1. Laki-laki 1.055.327 1.068.269 1.080.963 1.093.479 1.105.998

2. Perempuan 839.597 848.782 857.745 866.540 875.315

Jumlah 1.894.924 1.917.051 1.938.708 1.960.019 1.981.313

3.3.4 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Kabupaten / Kota

Pada Tabel 3.14 terlihat bahwa angkatan kerja di DIY terbanyak

ada di Kabupaten Sleman (31,88 persen) dan paling sedikit di

Kabupaten Kulon Progo (11,08 persen). Selama tahun 2012-2016

angkatan kerja di kabupaten sleman diperkirakan akan bertambah

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 63

sebanyak 44.918 orang (7,43 persen), kemudian kabupaten Bantul

tambah sebanyak 17.889 orang dan Kota Yogyakarta akan bertambah

sebanyak 12.853 orang. Sedangkan di dua Kabupaten yaitu Kabupaten

Kulon Progo dan Gunung Kidul diperkirakan akan bertambah sedikit,

masing-masing sebanyak 4.389 orang dan 6.339 orang. Penambahan

angkatan kerja yang relatif sedikit di dua kabupaten tersebut

dimungkinkan karena mereka yang kebanyakan merupakan angkatan

kerja muda banyak yang pindah ke tiga kabupaten lainnya, maupun

pindah ke luar DIY untuk mencari nafkah dan mencari penghidupan

yang layak. Disamping itu karena peningkatan ekonomi keluarga,

banyak lulusan pendidikan SMTA yang melanjutkan sekolah ke

perguruan tinggi.

Peningkatan jumlah angkatan kerja di tiga Kabupaten Kota

disamping karena migrasi dari Kabupaten Gunung Kidul dan Kulon

Progo, tetapi justru banyak angkatan kerja dari luar DIY. Banyak lulusan

perguruan tinggi yang tidak kembali ke daerah asalnya dan mencari

pekerjaan di DIY. Kecuali itu banyak pula yang masuk ke DIY untuk

bekerja apa adanya, dan mereka kebanyakan bekerja di sektor informal

seperti pedagang kaki lima, pedagang keliling dan sebagainya.

Tabel 3.14

Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Kabupaten / Kota Tahun 2012-2016

Kabupaten / Kota 2012 2013 2014 2015 2016

1. Kab. Kulon Progo 209.987 211.183 212.300 213.353 214.376

2. Kab. Bantul 495.392 500.059 504.566 508.945 513.281

3. Kab. Gunung Kidul 367.826 369.589 371.210 372.714 374.165

4. Kab. Sleman 604.146 615.389 626.587 637.777 649.064

5. Kota Yogyakarta 217.574 220.830 224.045 227.231 230.427

Jumlah 1.894.924 1.917.051 1.938.708 1.960.019 1.981.313

3.3.5 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Kota / Desa

Sebagaimana dijelaskan di depan bahwa tingkat partisipasi

angkatan kerja (TPAK) di daerah pedesaan selama lima tahun ke

depan diperkirakan akan mengalami penurunan dari 68,58 persen

tahun 2012 turun menjadi 67,11 persen tahun 2016. Hal ini disebabkan

karenaangkatan kerja di pedesaan mengalami penurunan sedang

penduduk usia kerjanya mengalami kenaikan dalam tahun yang sama.

Sebaliknya terjadi pada angkatan kerja di daerah perkotaan yang justru

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

64 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

mengalami kenaikan cukup berarti, dari sebanyak 1.261.601 orang

bertambah sebanyak 75.519 orang (5,99 persen) menjadi 1.337.120

orang tahun 2016. Gambaran perkiraan angkatan kerja menurut

desa/kota dapat dilihat pada Tabel 3.15 berikut.

Tabel 3.15

Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Kota / Desa Tahun 2012-2016

Desa/ Kota 2012 2013 2014 2015 2016

1. Pedesaan 633.323 636.340 639.117 641.698 644.193

2. Perkotaan 1.261.601 1.280.711 1.299.591 1.318.321 1.337.120

Jumlah 1.894.924 1.917.051 1.938.708 1.960.019 1.981.313

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 65

BAB IV PERKIRAAN DAN PERENCANAAN

KEBUTUHAN TENAGA KERJA

Kesempatan kerja tahun 2012-2016 diperkirakan akan bertambah

banyak. Hal ini karena membaiknya perekonomian pada tahun 2011, dan

perekonomian ke depan diperkirakan semakin baik. Tahun 2012 dengan

stabilitas makro ekonomi yang tetap terjaga maka pertumbuhan ekonomi

diperkirakan dapat mencapai 5,30 persen dan akan terus meningkat

menjadi 5,90 persen pada tahun 2016. Selain peranan iklim investasi yang

akan mempengaruhi pertumbuhan masing-masing sektor, maka faktor

lainnya adalah perbaikan birokrasi. Untuk memberikan kejelasan, akan

diuraikan peranan masing-masing sektor terhadap nilai produk domestik

regional bruto.

4.1 Perkiraan Perekonomian Tahun 2012 – 2016

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat

penting dalam menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk

melakukan analisis tentang hasil pembangunan ekonomi yang telah

dilaksanakan suatu negara/daerah. Ekonomi dikatakan mengalami

pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa meningkat dari tahun

sebelumnya. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi menunjukkan

sejauh mana aktivitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan

pendapatan atau kesejahteraan masyarakat pada periode tertentu.

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang terus menunjukkan peningkatan

menggambarkan bahwa perekonomian daerah tersebut berkembang

dengan baik.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

66 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Perencanaan pembangunan ekonomi merupakan sarana utama ke

arah tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan perencanaan

pembangunan ekonomi suatu daerah dapat menentukan serangkaian

sasaran ekonomi secara kuantitatif dalam periode tertentu. Perekonomian

DIY pada tahun 2012-2016 diperkirakan akan terus menunjukkan

perbaikan. Hal ini tidak terlepas dari kinerja perekonomian DIY pada tahun

2011 yang cukup menggembirakan di mana perekonomian DIY dapat

tumbuh sebesar 5,16 persen. Pada tahun 2012 dan 2016 diperkirakan

perekonomian DIY akan mengalami pertumbuhan sebesar 5,30 persen

dan 5,90 persen. Pertumbuhan sebesar itu diharapkan akan berdampak

pada penyerapan tenaga kerja yang besar sehingga mengurangi jumlah

penganggur dan jumlah penduduk miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tabel 4.1

Perkiraan Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Tahun 2012 – 2016 (%)

Lapangan Usaha 2012*) 2013**) 2014**) 2015**) 2016**)

1. Pertanian 0,16 0,49 3,10 1,31 1,89

2. Pertambangan 4.70 7,16 2,35 3,73 7,61

3. Industri 5,95 6,20 5,60 5,01 5,58

4. Listrik, gas & air bersih 1,89 4,93 5,60 5,40 5,90

5. Bangunan 5,40 6,95 6,67 6,45 6,95

6. Perdagangan 5,65 5,90 6,61 6,40 6,79

7. Angkutan & Komunikasi 5,79 5,61 3,21 6,14 7,17

8. Keuangan 6,05 7,57 7,18 6,65 6,42

9. Jasa kemasyarakatan

5,59 6,65 6,83 6,68 6,98

DIY 5,30 5,30 5,60 5,40 5,90

Sumber :*) Bappeda, Penyusunan Makro Ekonomi Prov. DIY 2011-2013 **) Bappeda, Penyusunan Makro Ekonomi Prov. DIY 2013-2018

Rata-rata pertumbuhan tertinggi adalah sektor keuangan yang

diperkirakan mencapai 6,05 persenpada tahun 2012dan diperkirakan akan

kembali naik sampai dengan tahun 2016 menjadi 6,42 persen, kemudian

sektor industri tumbuh sebesar 5,95 persen, sektor angkutan dan

komunikasi mencapai 5,79 persen, serta sektor perdagangan 5,65 persen,

sektor jasa kemasyarakatan sebesar 5,59 persen dan sektor bangunan

mencapai 5,40 persen.Sementara sektor pertanian hanya tumbuh 0,16

persen, sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor pertambangan dan

penggalian diperkirakan akan tumbuh sebesar masing-masing 1,89 dan

2,16 persen.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 67

Tabel 4.2

Perkiraan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2016 (Milyar rupiah)

Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016 1. Pertanian 3.936 3.912 4.122 4.200 4.200

2. Pertambangan 151 182 161 173 173

3. Industri 3.116 3.548 3.464 3.657 3.657

4. Listrik, gas dan air bersih 212 243 236 250 250

5. Bangunan 2.307 2.674 2.627 2.809 2.809

6. Perdagangan 4.882 5.453 5.553 5.930 5.930

7. Angkutan dan Komunikasi 2.370 3.049 2.603 2.790 2.790

8. Keuangan 2.330 2.725 2.671 2.842 2.842

9. Jasa kemasyarakatan

3.999 4.505 4.569 4.889 4.889

DIY 23.303 26.292 26.010 27.545 27.545

Struktur ekonomi DIY tahun 2012-2016 diperkirakan akan didominasi

oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa kemasyarakatan,

sektor pertanian dan sektor industri. Perkiraan nilai kontribusi sektor

tersebut pada tahun 2012 masing-masing sebesar 20,87 persen, 17,10

persen, 16,80 persen dan 13,38 persen. Sementara pada tahun 2016

masing-masing sebesar 20,74 persen, 17,02 persen, 14,11 persen dan

13,48 persen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Sumbangan sektor pertanian pada tahun 2012 diperkirakan akan

mencapai 16,89 persen, pada tahun 2016 sedikit menurun menjadi 14,64

persen. Meskipun diperkirakan akan ada penurunan kontribusinya dari

tahun 2012 ke tahun 2016, namun hal ini bukan berarti adanya penurunan

kinerja sektor pertanian tetapi lebih dikarenakan adanya kemajuan di

sektor lain. Apabila ditinjau dari segi pertumbuhannya, sektor pertanian

masih akan mengalami peningkatan dari tumbuh sebesar 0,16 persen

pada tahun 2012 menjadi 3,10 persen pada tahun 2014 namun kembali

menurun pada tahun 2016 menjadi 1,89 persen. Adanya penurunan

sumbangan sektor pertanian terhadap pendapatan regional bruto dan

kenaikan pertumbuhan sektor ini diharapkan akan membuka kesempatan

kerja baru yang lebih banyak karena seperti kita ketahui sektor pertanian

masih merupakan sektor andalan bagi perekonomian DIY. Berdasarkan

rancangan RPJM DIY Tahun 2009-2013 yang dipublikasikan oleh Bappeda

DIY dapat diketahui bahwa perkembangan sektor pertanian didukung oleh

beberapa peluang, yaitu :

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

68 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

a. Intensifikasi lahan pertanian;

b. Pengembangan komoditas buah-buahan dan holtikultura;

c. Sosialisasi dan diseminasi temuan terbaru varietas unggul;

d. Peningkatan permintaan baik pasar domestic maupun ekspor;

e. Peluang pengembangan sektor kelautan dan perikanan cukup besar;

mengingat potensi ikan dan hasil laut cukup besar;

f. Permintaan konsumsi ikan masyarakat terus meningkat;

g. Animo nelayan untuk menangkap ikan cukup tinggi.

Tabel 4.3

Perkiraan Struktur Produk Domestik Regional Bruto Tahun 2012 – 2016 (%)

Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016

1. Pertanian 16,89 16,49 15,85 15,25 14,64

2. Pertambangan 0,65 0,63 0,62 0,63 0,63

3. Industri 13,37 13,37 13,32 13,28 13,24

4. Listrik, gas dan air bersih 0,91 0,91 0,91 0,91 0,91

5. Bangunan 9,90 10,00 10,10 10,20 10,20

6. Perdagangan 20,95 21,15 21,35 21,53 21,62

7. Angkutan an Komunikasi 10,17 9,94 10,01 10,13 10,57

8. Keuangan 10,00 10,15 10,27 10,32 10,35

9. Jasa kemasyarakatan

17,16 17,36 17,57 17,75 17,84

DIY 100 100 100 100 100

Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan tidak

akan mengalami perubahan yang berarti sampai dengan tahun 2016, yakni

dari sebesar 0,65 persen pada tahun 2012 menjadi 0,63 persen pada

tahun 2016. Sementara tenaga kerja yang terserap di sektor ini

diperkirakan tahun 2012 sebanyak 12.799 orang dan 15.189 orang tahun

2016. Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang

mempunyai kontribusi relative kecil terhadap perekonomian DIY. Namun

demikian sektor ini masih mempunyai banyak peluang untuk dikembangan.

Apalagi setelah terjadinya bencana erupsi merapi, melimpahnya bahan

galian yang memiliki nilai ekonomis relative tinggi dan layak dimanfaatkan

untuk berbagai kepentingan selain menambah kesempatan kerja yang ada

juga meningkatkan nilai tambah bagi penduduk di DIY.

Kebijakan pemerintah daerah dalam hal penggalian diarahkan untuk

optimalisasi pemanfaatan lahan galian dengan pemberdayaan masyarakat

lokal agar dapat membuka kesempatan kerja bagi masyarakat lokal. Untuk

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 69

menghindari kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan

penggalian dapat tercapai apabila didukung oleh strategi pemberdayaan

potensi barang bahan galian, peningkatan pemahaman tentang ilmu

pengetahuan dan teknologi oleh masyarakat, meningkatnya kajian

akademik tentang potensi dan pemanfaatan sumber daya galian serta

peningkatan nilai investasi di sektor penggalian. Sementara itu,

pembangunan di sektor penggalian dapat pula terhambat karena

permasalahan kerusakan lingkungan.

Perkembangan sektor industri pengolahan di Provinsi DIY relative

bagus. Hasil proyeksi nilai PDRB sektor ini juga menunjukkan

kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2012 diperkirakan mencapai

Rp. 3.116 juta dengan kontribusi 13,37 persen, sementara tahun 2016

mencapai Rp. 3.657 jutadengan kontribusi sebesar 13,24 persen.

Penyerapan tenaga kerja di sektor industri diperkirakan mencapai 273.280

orang tahun 2012 menjadi 300.345 orang tahun 2016.

Sektor industri pengolahan yang terdapat di Provinsi DIY adalah

industri bukan migas. Kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB dari

sektor industri adalah sub sektor industri makanan, minuman dan

tembakau. Industri pengolahan sebagian besar merupakan usaha mikro,

kecil dan menengah (UMKM) dengan serapan tenaga kerja antara 5-19

orang per uit usaha. Hasil dari sektor ini tidak hanya memenuhi permintaan

pasar lokal, tetapi juga sebagian diekspor ke manca Negara, yaitu barang-

barang yang berasal dari subsektor tekstil, barang dari kulit dan alas kaki

dan subsektor kayu dan barang dari kayu lainnya.Peran industri

pengolahan di masa yang akan datang diharapkan dapat menjadi

penopang perekonomian daerah dan diharapkan akan terus berkembang

dalam menciptakan nilai tambah melalui perluasan kesempatan kerja dan

kesempatan berusaha.

Pertumbuhan sektor industri pengolahan didukung oleh beberapa hal

yaitu sebagian besar merupakan industri kecil yang terbukti lebih tahan

terhadap perubahan kondisi ekonomi, perkembangan ilmu pengetahuan,

dan daya beli masyarakat yang terus meningkat. Sementara itu faktor yang

menghambat pengembangan sektor ini antara lain keterbatasan akses

modal untuk pengembangan usaha, investasi yang masih relative rendah,

ketergantungan bahan baku impor kemampuan pemasaran yang belum

baik dan ancaman dari produk impor yang membanjiri pasar domestik

Pada sektor listrik, gas dan air minum hanya memberikan kontribusi

terhadap PDRB sebesar 0,91 persen pada tahun 2012dan tahun 2016

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

70 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

masih tetap sebesar 0,91 persen. Selanjutnya dalam penciptaan

kesempatan kerja, tahun 2012 sebanyak 4.375 orang dan tahun

2016menjadi 5.288 orang. Sektor listrik dan air bersih merupakan sektor

pendukung kegiatan ekonomi masyarakat yang cukup penting. Kebijakan

pemerintah di bidang ketenagalistrikan diarahkan untuk meningkatkan

penyediaan dan pemanfaatan sumber energi dan tenaga listrik yang

relative murah, meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan

prasarana publik energi dan listrik guna melayani kebutuhan masyarakat

dengan harga terjangkau serta membuka keterisolasian wilayah

pedalaman dan terpencil.

Dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan sektor bangunan

cenderung meningkat dilihat dari nilai nominal PDRB. Sebagian besar

pertumbuhan tersebut dibentuk oleh jasa kontruksi untuk proyek

pemerintah. Sementara itu, untuk jasa kontruksi proyek swasta lebih

banyak bergerak di bidang properti berupa bangunan perumahan dan

fasilitas perbelanjaan. Kondisi ini berlangsung hingga tahun 2008 dan

setelah itu pertumbuhannya terus menurun hingga pada tahun 2012

diperkirakan tumbuh sebesar 5,40persen, kemudian berangsung naik

hingga tahun 2016 diperkirakan tumbuh lebih besar menjadi6,95 persen.

Kenaikan pertumbuhan sector bangunan ini dipicu oleh maraknya

pembangunan hotel dan rumah tinggal serta rencana pembangunan

bandara di Kulon Progo dan pembangunan infrastruktur pendukungnya.

Dilihat kontribusinya terhadap PDRB sektor bangunan ada kecenderungan

naik, meskipun relative kecil yakni dari sebesar 9,90 persen pada tahun

2012 menjadi 10,10 persen tahun 2016. Sedangkan kesempatan kerja

yang tercipta pada tahun 2012 diperkirakan mencapai 134.725 orang naik

menjadi 141.181 orang tahun 2016.

Peranan sektor perdagangan terhadap pembentukan PDRB

diharapkan akan mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2012

kontribusi sektor ini sebesar 20,95 persen dan tahun 2016naikmenjadi

21,62 persen. Sektor ini merupakan penyumbang PDRB terbesar

dibandingkan dengan sektor-sektor yang lain. Adapun nilai PDRB sektor ini

pada tahun 2012 sebesar Rp.4.882 juta dengan pertumbuhan 5,65 persen

meningkat menjadi Rp. 6.324 juta dengan pertumbuhan 6,79 persen pada

tahun 2016. Subsektor yang cenderung dominan terhadap pembentukan

nilai PDRB sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah subsektor

perdagangan besar dan eceran dan subsektor restoran. Tenaga kerja yang

bisa terserap di sektor ini sebanyak 490.173 orang tahun 2012, sementara

tahun 2016bertambah menjadi sebanyak 529.306 orang.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 71

Peningkatan sektor perdagangan, hotel dan restoran tidak lepas dari

adanya beberapa faktor pendorong pengembangan sektor ini, yaitu:

a. Provinsi DIY memiliki kawasan yang sangat potensial untuk

dikembangkan menjadi desa wisata

b. Kehidupan masyarakat yang kental dengan nuansa budaya dan daya

tarik dari sector kerajinan dan hasil kreasi masyarakat akan

memberikan kelebihan tersendiri dalam menarik wisatawan

c. Keseriusan pemerintah daerah dalam mengelola sarana prasarana

yang menunjang pariwisata.

Sektor pengangkutan dan komunikasi juga mempunyai prospek yang

bagus di Provinsi DIY dan merupakan salah satu sektor yang relative besar

kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Provinsi DIY, yakni sebesar

10,17 persen dengan pertumbuhan sebesar 5,79 persen pada tahun 2012,

sementara tahun 2016 kontribusi sektor ini bertambah menjadi 10,57

persen dengan pertumbuhan yang lebih besar menjadi 7,17 persen. Sub

sektor yang cenderung dominan dalam pembentukan nilai PDRB sektor ini

adalah subsektor pengangkutan khususnya angkutan udara dan jalan raya.

Sedangkan subsektor komunikasi didominasi oleh subsektor pos dan

telekomunikasi. Peningkatan sektor pengangkutan dan komunikasi

disebabkan oleh karena peranan sektor industri dan sektor perdagangan

yang meningkat, yang pada akhirnya berimbas pada sektor ini. Namun

demikian ada beberapa hambatan dalam pembangunan sektor ini, antara

lain kurang meratanya akses pertumbuhan regional karena penyediaan

prasarana perhubungan yang kurang optimal khususnya di wilayah

kabupaten, jalan dan jembatan masih banyak yang mengalami kerusakan

yang menimbulkan kesenjangan pertumbuhan ekonomi antar wilayah kota

dan kabupaten.

Sementara itu pada sub sektor komunikasi diharapkan masih akan

meningkat karena banyak peluang di bidang komunikasi diantaranya

karena globalisasi informasi serta segala kemudahannya dalam

penyediaan informasi yang terkini bagi masyarakat. Pemanfaatan

kemajuan teknologi untuk pengembangan potensi daerah dalam bidang

perekonomian, perdagangan, pertanian juga untuk promosi wisata dan

pendidikan. Penyerapan tenaga kerja sektor ini tahun 2012 diperkirakan

sebanyak 69.574 orang, naik menjadi 75.591 orang tahun 2016.

Sektor keuangan merupakan sektor penting sebagai penggerak

perekonomian daerah. Perkembangan perekonomian DIY masih terhambat

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

72 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

oleh masalah pendanaan, karena relative kecilnya dana dalam bentuk

kredit yang membuat para pelaku ekonomi di daerah relative sulit

memperoleh kredit bank. Apabila dicermati, sektor dengan pertumbuhan

sebesar 6,05 persen secara nominal cenderung bertambah, bila dilihat

kontribusi terhadap PDRB secara relative juga ada sedikit peningkatan dari

sebesar 10,00 persen tahun 2012 menjadi 10,35 persen pada tahun 2016

Beberapa faktor penunjang berkembangnya sektor ini antara lain

adanya kemudahan melalui penyederhanaan tata cara membuka kantor

bank umum maupun syariah, adanya dorongan dari BI untuk menciptakan

bank devisa di DIY, yang berfungsi sebagai sarana untuk memudahkan

perdagangan internasional atau kegiatan ekspor impor. Lembaga

keuangan tersebut akan memudahkan para pelaku usaha kerajinan di DIY

yang kebanyakan produknya dijual ke luar negeri. Dengan adanya

penurunan suku bunga menunjukkan gairah daya beli masyarakat

meningkat. Sementara itu penyaluran kredit perbankan diperkirakan

meningkat sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor keuangan.

Dari beberapa kebijakan yang diterapkan, diharapkan tahun 2012 sektor

keuangan akan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 50.669 orang

meningkat menjadi 54.041 orang tahun 2016.

Sektor jasa terbagi menjadi dua subsektor yaitu jasa pemerintahan

umum dan jasa swasta. Selama ini subsektor pemerintahan umum masih

mendominasi pelayanan jasa di DIY dibandingkan dengan swasta.Selama

tahun 2012-2016 sektor jasa masih akan mengalami pertumbuhan positif

sebesar 5,59 persen tahun 2012 dan diperkirakan akan kembali naik pada

tahun 2016 menjadi 6,98 persen. Kontribusi sektor ini menunjukkan

kenaikan yang cukup berarti yakni pada tahun 2012 sebesar 17,16 persen,

tahun 2016 menjadi 17,81 persen. Apabila dilihat nominalnya sektor ini

terus meningkat sampai tahun 2016.

Peranan jasa swasta ini dalam perkembangannya akan menjadi

penting, terutama peranan sebagai pendukung aktivitas perekonomian dan

permintaan domestik yang terus meningkat seiring dengan peningkatan

daya beli masyarakat. Dari sisi ketenagakerjaan, sektor jasa mampu

menyerap tenaga kerja sebanyak 355.869 orang tahun 2012 dan 366.262

orang pada tahun 2016.

4.2. Perkiraan Kesempatan Kerja

Penciptaan kesempatan kerja merupakan salah satu langkah untuk

penanggulangan pengangguran. Semakin banyak kesempatan kerja yang

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 73

tercipta menyebabkan rendahnya atau berkurangnya pengangguran.

Penciptaan kesempatan kerja di berbagai sektor atau lapangan usaha

sangat diharapkan sehingga memberikan peluang kepada penduduk untuk

bekerja. Perkiraan kesempatan kerja tahun 2012-2016 merupakan

perkiraan besarnya peluang kesempatan kerja pada tahun dimaksud.

Kesempatan kerja pada tahun 2012–2016 diperkirakan akan

mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 yakni dari1.822.360orang

meningkat menjadi 1.917.877orang pada tahun 2016. Apabila

dibandingkan dengan kesempatan kerja tahun 2011 yang jumlahnya

1.798.595 orang berarti sampai tahun 2016 akan terjadi penambahan

jumlah kesempatan kerja sebanyak 119.282 orang (6,63 persen).

4.2.1 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha

Untuk tahun 2012-2016, perkiraan kesempatan kerja menurut

lapangan usaha masih didominasi oleh 4 sektor lapangan usaha yaitu

sektor perdagangan, sektor pertanian dan sektor jasa

kemasyarakatan dan sektor industri. Untuk sektor perdagangan

diperkirakan memiliki kesempatan kerja sebanyak 490.173 orang

pada tahun 2012, meningkat sebanyak 39.133 orang menjadi

sebanyak 529.306 orang pada tahun 2016. Sementara sektor

pertanian diperkirakan akan mengalami penurunan sebanyak 222

orang dari sebanyak 430.896 orang tahun 2012 menjadi 430.674

orang tahun 2016.

Sektor jasa kemasyarakatan berada pada urutan ketiga

dengan proporsi 19,53 persen dari seluruh kesempatan kerja yang

ada atau sebanyak 355.869 orang pada tahun 2012 dan tahun 2016

sebanyak 366.262 orang dengan proporsi sebesar19,10 persen.

Walaupun kesempatan kerja di sektor jasa bertambah 10.393 orang

selama lima tahun ke depan namun secara proporsi sedikit menurun

dibanding tahun 2012. Sektor jasa kemasyarakatan ini diperkirakan

akan terus bertambah seiring dengan semakin besarnya sektor

formal. Meningkatnya dunia jasa menyebabkan sektor ini semakin

terbuka kesempatan kerjanya. Untuk sektor industri selama tahun

2012-2016 memiliki tambahan kesempatan kerja sebanyak 27.065

orang atau dengan tambahan terbanyak kedua setelah sektor

perdagangan. Proporsi sektor industri pengolahan ini sedikit

mengalami kenaikan dari sebesar 15,00 persen pada tahun 2012

menjadi 15,66 persen pada tahun 2016. Secara rinci dapat dilihat

pada table 4.4 berikut.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

74 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Tabel 4.4

Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2012-2016

Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016

1. Pertanian 430.896 431.029 430.680 430.550 430.674

2. Pertambangan 12.799 13.484 12.954 13.109 15.189

3. Industri 273.280 280.512 285.581 292.765 300.345

4. Listrik, Gas & Air 4.375 4.554 4.789 4.996 5.288

5. Bangunan 134.725 137.230 139.075 140.745 141.181

6. Perdagangan 490.173 498.437 512.246 523.420 529.306

7. Angkutan 69.574 70.515 70.189 70.865 75.591

8. Keuangan 50.669 51.821 52.696 53.775 54.041

9. Jasa 355.869 359.587 362.728 364.219 366.262

Jumlah J 1.822.360 1.847.169 1.870.938 1.894.424 1.917.877

4.2.2 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur

Kesempatan kerja tahun 2012-2016 untuk semua golongan

umur diperkirakan akan mengalami peningkatan. Kesempatan kerja

untuk usia produktif (golongan umur 25-54 tahun) diperkirakan akan

mengalami peningkatan sebanyak 82.944 orang. Peningkatan paling

besar pada golongan umur 40-44 tahun yaitu sebanyak 20.888 orang,

disusul golongan umur 35-39 tahun yaitu sebanyak 14.252 orang dan

golongan umur 45-49 tahun sebanyak 13.502 orang. Tambahan

kesempatan kerja untuk golongan umur 15-19 tahun, 20-24 tahundan

60 + tercatat paling sedikit dibandingkan tambahan kesempatan kerja

pada golongan umur yang lain. Tambahan kesempatan kerja yang

tergolong kecil pada usia 15-19 dan 20-24 tahun disebabkan karena

pada golongan umur tersebut termasuk dalam usia sekolah, serta

semakin meningkatnya kesadaran masyarakat dan meningkatnya

peranan pemerintah terhadap peningkatan partisipasi sekolah.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 75

Tabel 4.5

Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur

Tahun 2012-2016

Golongan Umur

2012 2013 2014 2015 2016

1. 15-19 64.917 65.085 65.191 65.262 65.316

2. 20-24 160.190 160.860 161.381 161.817 162.212

3. 25-29 197.169 200.051 202.876 205.585 208.275

4. 30-34 220.535 223.648 226.590 229.449 232.283

5. 35-39 221.439 225.153 228.713 232.207 235.691

6. 40-44 250.861 255.974 261.096 266.391 271.749

7. 45-49 200.781 204.224 207.575 210.909 214.075

8. 50-54 176.032 178.946 181.791 184.619 187.479

9. 55-59 116.378 118.083 119.722 121.345 122.920

10. 60+ 214.058 215.098 215.098 216.841 217.668

Jumlah 1.822.360

1.847.169

1.870.938

1.894.424

1.917.877

4.2.3 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi pada

saat ini kebutuhan akan tenaga kerja yang berkualitas menjadi sebuah

kebutuhan. Oleh karena itu kesempatan kerja untuk tingkat pendidikan

Maksimum SD diperkirakan mengalami penurunan sebanyak 59.209

orang selama tahun 2012-2016, pada tahun 2012 diperkirakan jumlah

kesempatan kerja yang tercipta sebanyak611.761orang dan pada

tahun 2016 sebanyak 552.553 orang. Kesempatan kerja untuk jenjang

pendidikan SMTP juga diperkirakan menurun sebanyak 23.369 orang.

Sedangkan untuk perkiraan kesempatan kerja dengan jenjang

pendidikan Universitas diperkirakan akan mengalami kenaikan

walaupun secara keseluruhan jumlah kesempatan kerja yang tersedia

masih sedikit yakni sebanyak175.429 orang pada tahun 2012 dan

226.879 orang pada tahun 2016, atau bertambah sebanyak 51.450

orang. Sedangkan perkiraan jumlah kesempatan kerja yang dapat

dikatakan relatif masih kecil terdapat pada jenjang pendidikan

Diploma, yakni sebanyak77.215 orang pada tahun 2012 bertambah

sebanyak 3.719 orang hingga tahun 2016 menjadi 80.933 orang.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

76 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Tabel4.6

Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Tahun 2012-2016

Tingkat Pendidikan 2012 2013 2014 2015 2016

1. Maksimum SD 611.761 598.014 583.382 568.183 552.553

2. SMTP 317.114 311.951 306.245 300.154 293.745

3. SMTA Umum 309.066 319.930 330.501 340.865 351.030

4. SMTA Kejuruan 331.775 351.344 371.308 391.768 412.737

5. Diploma 77.215 78.341 79.321 80.183 80.933

6. Universitas 175.429 187.588 200.181 213.272 226.859

Jumlah 1.822.360 1.847.169 1.870.938 1.894.424 1.917.877

4.2.4 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Kesempatan kerja menurut jenis kelamin diperkirakan masih di

dominasi oleh laki-laki. Hal ini terlihat dari komposisi jumlah

kesempatan kerja untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 1.016.566

orang (55,78 persen) pada tahun 2012 dan bertambah sebanyak

58.637 orang (naik 5,76 persen) sehingga menjadi 1.075.204 di tahun

2016. Kesempatan kerja untuk jenis kelamin perempuan diperkirakan

juga mengalami kenaikan sebanyak 36.880 orang (4,57 persen) dari

tahun 2012 yang sebanyak 805.793 orang menjadi sebanyak 842.674

orang pada tahun 2016. Perkiraan kesempatan kerja laki-laki lebih

banyak daripada perempuan dikarenakan laki-laki sebagai tulang

punggung keluarga sehingga harus mencari nafkah.

Tabel 4.7

Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2012-2016

Jenis Kelamin 2012 2013 2014 2015 2016

1. Laki-Laki 1.016.566 1.031.695 1.046.278 1.060.734 1.075.204

2. Perempuan

805.793

815.473

824.6611

833.691

842.674

Jumlah 1.822.360 1.847.169 1.870.938 1.894.424 1.917.877

4.2.5 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan

Status pekerjaan dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori

yaitu informal dan formal. Kategori informal memiliki presentase yang

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 77

cukup besar dibandingkan dengan kategori formal. Hal ini terlihat pada

tabel 4.8 di bawah, yang termasuk dalam kategori informal sebesar

55,44 persen pada tahun 2012 diperkirakan akan menurun menjadi

54,75 persen pada tahun 2016. Yang termasuk kedalam kategori

informal adalah berusaha sendiri, berusaha dibantu, pekerja bebas di

pertanian, pekerja bebas di non pertanian serta pekerja keluarga/tidak

dibayar. Sedangkan kesempatan kerja formal tahun 2012 sebesar

44,56 persen naik menjadi 45,25 persen. Yang termasuk kedalam

kategori formal adalah berusaha dibantu buruh tetap

(pengusaha/majikan) sebesar 4,31 persen dari seluruh kesempatan

kerja yang ada pada tahun 2012 meningkat menjadi 4,50 persen pada

tahun 2016 dan buruh/karyawan/pekerja proporsinya meningkat dari

40,24 persen menjadi 40,75 persen. Dilihat dari jumlahnya, pekerja

formal diperkirakan memiliki tambahan sebanyak 55.932 orang atau

58,59 persen dari total tambahan selama tahun 2012-2016.

Tabel 4.8

Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama

Tahun 2012-2016

Status Pekerjaan Utama 2012 2013 2014 2015 2016 1. Brsh Sendiri 253.057 256.189 259.118 261.987 264.828

2. Brsh Dengan Dibantu 352.216 356.683 360.871 364.977 369.048

3. Brsh. Dengan Buruh 78.555 80.491 82.397 84.319 86.266

4. Pekerja/Brh/karyawan 733.401 745.865 757.837 769.722 781.622

5. Pkj. Bebas di Pertanian 24.770 24.628 24.465 24.294 24.118

6. Pkj. Bebas di Non Pertanian 129.367 132.666 135.924 139.211 142.545

7. Pekerja tak dibayar 250.993 250.647 250.326 249.915 249.449

Jumlah 1.822.360 1.847.169 1.870.938 1.894.424 1.917.877

Pada kategori informal terjadi kenaikan yang cukup signifikan

baik jumlah maupun proporsinya. Kenaikan yang cukup besar ini

terutama pada pekerja dengan status berusaha sendiri dan berusaha

dibantu masing-masing bertambah 11.771 orang dan 16.832 orang,

serta pekerja bebas di non pertanian sebanyak 13.178 orang.

Sedangkan pekerja bebas di pertanian dan pekerja tak dibayar

mengalami penurunan masing-masing sebanyak 625 orang dan 1.544

orang. Dilihat dari proporsinya juga mengalami peningkatan selama 5

tahun ke depan. Karena keterbatasan sektor formal, mereka memilih

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

78 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

untuk berwirausaha sendiri untuk mengembangkan industri kreatif

yang diperkirakan memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.8.

4.2.6 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan

Perkembangan perekonomian dunia yang mengalami

perubahan berimbas juga terhadap Indonesia sebagai salah satu

Negara yang berkembang. Perkiraan kesempatan kerja menurut

jabatan yang ada saat ini dapat berubah dimasa depan dikarenakan

perubahan yang terjadi di dunia global.

Tabel 4.9

Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan

Tahun 2012-2016

Jabatan 2012 2013 2014 2015 2016

0/1. Tng Profesional 152.787 155.254 157.626 159.965 162.291

2. Tng Kepemimpinan 30.326 32.068 33.882 35.783 37.779

3. Tng Tata Usaha 104.774 109.105 113.516 118.055 122.739

4. Tng Usaha Penjualan 389.429 394.927 400.159 405.284 410.353

5. Tng Usaha Jasa 142.645 144.960 147.186 149.382 151.565

6. Tng Usaha Pertanian 415.097 415.368 415.282 415.017 414.628

7/8/9. Tng Produksi & 574.166 581.722 588.872 595.851 602.734

lainnya 13.135 13.766 14.415 15.088 15.788

Jumlah 1.822.360 1.847.169 1.870.938 1.894.424 1.917.877

Pada Table 4.9 dapat dilihat bahwa kesempatan kerja di DIY

menurut pekerjaan utama/ jabatan pada tahun 2012-2016 diperkirakan

masih akan didominasi tenaga usaha produksi, dimana pada tahun

2012 jumlahnya sebanyak 574.166 orang dengan proporsi sebesar

31,51 persen, dan terus bertambah 28.568 orang hingga menjadi

sebanyak 602.734 orang pada tahun 2016, tetapi proporsinya sedikit

menurun menjadi 31,43 persen. Untuk kesempatan kerja tenaga

usaha pertanian diperkirakan mengalami penurunan sebanyak 652

orang. Seara proporsional juga menurun dari sebesar 22,78 persen

tahun 2012 menjadi 21,62 persen pada tahun 2016. Seiring dengan

perkembangan dunia usaha di DIY, diperkirakan akan terjadi

penambahan tenaga profesional dan tenaga kepemimpinan, dan yang

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 79

utama adalah tenaga tata usaha yang diharapkan akan bertambah

sebanyak 17.965 orang (16.68 persen). Disamping itu tenaga usaha

penjualan juga diperkirakan akan bertambah cukup banyak yakni

20.924 orang (4,96 persen dari tahun 2012).

4.2.7 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja

Jam kerja menunjukkan pemakaian waktu yang digunakan oleh

tenaga kerja selama mereka bekerja. Jam kerja dibagi 2 kategori yaitu

bekerja penuh (penduduk yang bekerja lebih dari 35 jam seminggu)

dan setengah penganggur(penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam

seminggu).

Tabel 4.10

Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja

Tahun 2012-2016

Jam kerja 2012 2013 2014 2015 2016

1. 0**) 42.259 42.325 42.360 42.381 42.394

2. 1-9 58.620 59.406 60.156 60.896 61.633

3. 10-14 62.427 63.301 64.140 64.968 65.795

4. 15-24 153.506 154.693 155.772 156.807 157.819

5. 25-34 222.863 225.002 226.990 228.920 230.823

6. 35-44 501.642 510.701 519.531 528.340 537.196

7. 45-59 584.644 593.881 602.809 611.668 620.541

8. ≥ 60 196.399 197.859 199.180 200.444 201.677

Jumlah 1.822.360 1.847.169 1.870.938 1.894.424 1.917.877

Keterangan **) Sementara tidak bekerja (sakit, cacat, dll)

Kesempatan kerja pada jam kerja 0 s/d 34 jam dalam seminggu

diperkirakan akan meningkat cukup banyak, yakni sebanyak 18.788

orang dengan proporsi sebesar 27,30 persen pada tahun 2012 dan

berangsur menurun hingga mencapai 26,91 persen pada tahun 2016.

Kesempatan kerja pada jam kerja 35 jam ke atas cenderung

meningkat setiap tahunnya dari sebesar 72,70 persen menjadi 73,09

persen tahun 2016. Peningkatan jam kerja ini diperkirakan karena

semakin meningkatnya produksi perusahaan yang mengakibatkan

para pekerja membutuhkan waktu kerja lebih lama.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

80 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

4.2.8. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Kabupaten / Kota

Sebagaimana dipaparkan dalam Tabel 4.11 di bawah, sampai

dengan tahun 2016 kesempatan kerja terbanyak di Kabupaten Sleman

dan Kabupaten Bantul. Kesempatan kerja di Kabupaten Sleman tahun

2012 mencapai 574.323 orang (31,52 persen) bertambah sebanyak

51.360 orang menjadi 625.683 orang, merupakan tambahan terbesar

dari empat kabupaten lainnya. Sedangkankesempatan kerja di

Kabupaten Bantul sebanyak 477.239 orang (26,19 persen) bertambah

sebanyak 20.298 orang menjadi 497.537 orang. Di kabupaten Gunung

Kidul, kabupaten Kulon Progo dan Kota Yogyakarta jumlah

kesempatan kerjanya juga diperkirakan akan terus mengalami

kenaikan walaupun tidak sebesar kenaikan di Kabupaten Sleman dan

Bantul.

Tabel 4.11

Perkitaan Kesempatan Kerja Menurut Kabupaten / Kota Tahun 2012-2016

Kabupaten / Kota 2012 2013 2014 2015 2016

1. Kab. Kulon Progo 204.648 205.951 207.101 208.183 209.226

2. Kab. Bantul 477.239 482.629 487.669 492.647 497.538

3. Kab. Gunung Kidul 360.670 362.671 362.671 366.003 367.537

4. Kab. Sleman 574.323 587.233 587.233 612.755 625.683

5. Kota Yogyakarta 205.479 208.685 208.685 214.836 217.894

Jumlah 1.822.360 1.847.169 1.870.938 1.894.424 1.917.877

2.5.9. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Kota / Desa

Kesempatan kerja di daerah pedesaan diperkirakan akan

meningkat sebanyak 17.099 orang dalam lima tahun yang akan

datang. Sedangkan kesempatan kerja di perkotaan akan bertambah

sebanyak 78.419 orang. Angkatan kerja di DIY cenderung menghindar

dari pekerjaan di sektor pertanian di pedesaan, terutama angkatan

kerja muda dan memilih untuk bekerja di sektor lain yang mereka

anggap lebih menjanjikan yang ada di perkotaan. Hal ini berakibat

bertambah banyaknya kesempatan kerja di perkotaan, di sisi lain

tambahan kesempatan kerja di desa relatif lebih sedikit.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 81

Tabel 4.12

Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Kota / Desa Tahun 2012-2016

Kota / Desa 2012 2013 2014 2015 2016

1. Pedesaan 619.862 624.578 628.856 632.955 636.960

2. Perkotaan 1.202.498 1.222.591 1.242.082 1.261.469 1.280.917

Jumlah 1.822.360 1.847.169 1.870.938 1.894.424 1.917.877

4.3 Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja

Besarnya produktivitas tenaga kerja merupakan gambaran

besarnya aktifitas tenaga kerja yang dapat dihasilkan, tinggi rendahnya

tingkat produktivitas tenaga kerja yang dicapai setiap sektor lapangan

usaha tergantung pada nilai pendapatan dan banyaknya jumlah pekerja

yang bekerja di sektor tersebut. Secara umum pada tahun 2012

produktivitas tenaga kerja di DIY diperkirakan akan mencapai Rp. 12.787

ribu/tenaga kerja.Jumlah ini diperkirakan akan meningkat pada tahun 2016

hingga mencapai Rp. 15.253 ribu/tenaga kerja.

Tabel 4.13

Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja

Tahun 2012-2016 (Ribu Rp./Tenaga Kerja)

Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016

1. Pertanian 9.134 9.414 9.500 9.756 9.944

2. Pertambangan 11.834 11.497 12.355 13.238 12.133

3. Industri 11.401 11.729 12.040 12.494 12.895

4. Listrik, gas dan air bersih 48.470 49.174 49.046 50.172 50.335

5. Bangunan 17.123 17.932 18.746 19.962 21.134

6. Perdagangan 9.960 10.442 10.759 11.330 11.948

7. Angkutan dan Komunikasi 34.063 34.688 36.814 39.374 40.904

8. Keuangan 45.990 48.197 50.308 52.881 56.025

9. Jasa kemasyarakatan

11.237 11.880 12.504 13.424 14.248

DIY 12.787 13.322 13.797 14.540 15.253

Bila dilihat menurut sektor/lapangan usaha maka pada tahun 2012

produktivitas tertinggi terdapat di sektor listrik, gas dan air bersih mencapai

Rp. 48.470 ribu/tenaga kerja, kemudian sektor keuangan mencapai Rp.

45.990 ribu/tenaga kerja selanjutnya diikuti sektor pengangkutan dan

komunikasi sebesar 34.063 ribu/tenaga kerja dan sektor bangunan.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

82 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Sementara sektor pertambangan, sektor industri, sektor jasa,sektor

pertanian dan sektor perdagangan produktivitasnya di bawah produktivitas

rata-rata di DIY. Terutama sektor pertanian walaupun menyerap tenaga

kerja terbanyak, namun produktivitasnya termasuk terendah dari delapan

sektor yang lainnya. Diharapkan dalam lima tahun ke depan produktivitas

semua sektor akan bertambah. Untuk tahun 2016 diperkirakan

produktivitas tetinggi terdapat pada sektor keuangan yang mencapai Rp.

56.025 ribu/tenaga kerja, yang disusul oleh sektor listrik, gas dan air yang

mencapai Rp. 50.335 ribu/tenaga kerja. Perkiraan produktivitas tenaga

kerja di D.I. Yogyakarta disajikan dalam Tabel 4.13 di atas.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 83

BAB V PERKIRAAN DAN PERENCANAAN

KESEIMBANGAN ANTARA PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA

Dalam proses perencanaan tenaga kerja, persediaan tenaga kerja

menjadi tumpuan awal yang menentukan kuantitas dan kualitas tenaga

kerja,sedangkan kebutuhan tenaga kerja adalah sesuatu yang harus

diciptakan. Sementara itu dengan kondisi daerah yang cenderung surplus

persediaan tenaga kerja seperti di Daerah Istimewa Yogyakarta maka

penciptaan kesempatan kerja yang seluas-luasnya adalah upaya yang

mutlak harus dilakukan apapun kondisi tenaga kerja yang tersedia.

Demikian pula perbaikan berbagai sistem yang berkenaan dengan

penanggulangan pengangguran. Konsep ini berkaitan erat dengan kondisi

nyata di Provinsi DIY untuk mengatasi masalah pengangguran yang

dengan jelas menunjukkan ketidakseimbangan antara persediaan dan

kebutuhan tenaga kerja sebagaimana telah disampaikan pada Bab II.

Untuk itu berbagai cara dapat dilakukan antara lain dengan

peningkatan mobilitas tenaga kerja dan modal yaitu memindahkan calon

tenaga kerja menuju kesempatan kerja yang lowong dengan melatih ulang

keterampilannya untuk memenuhi kualifikasi di tempat yang baru atau

menempatkan modal/industri (padat karya) ke wilayah yang jumlah

penganggurnya sangat tinggi; mengelola permintaan/kebutuhan

masyarakat, yaitu strategi mengarahkan permintaan masyarakat ke

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

84 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

barang/jasa yang jumlahnya melimpah; menyediakan informasi yang cepat

dan akurat mengenai kebutuhan tenaga kerja, baik perusahaan di daerah

mana saja yang membuka lowongan berikut kualifikasi tenaga kerja yang

dibutuhkan; menciptakan pertumbuhan ekonomi yang dititikberatkan pada

upaya penciptaan kesempatan kerja yang seluas-luasnya, hal ini agar hasil

dari pembangunan dapat dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat,

paling tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya melalui hasil kerjanya

sendiri; pengefektifan program pendidikan dan pelatihan agar dapat

langsung ditempatkan dan memenuhi kebutuhan di tempat kerja; serta

yang tidak kalah penting adalah menumbuh kembangkan jiwa

kewirausahaan agar mampu dengan cepat melihat peluang pasar dan

menciptakan kesempatan kerja paling tidak bagi dirinya sendiri.

Sejalan dengan berbagai upaya yang aktif dan terencana yang

akan dan harus terus dilakukan, maka angka penganggur terbuka

diharapkan akan terus menurun sehingga pada tahun 2012 diperkirakan

menjadi 72.564 orang dan pada lima tahun yang akan datang yakni tahun

2016 menurun lagi menjadi 63.436 orang. Begitu juga untuk Tingkat

Penganggur Terbuka (TPT) yang diharapkan terus menurun menjadi 3,83

persen tahun 2012 dan 3,20 persen pada tahun 2016.

5.1 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur

Jika ditinjau dari sisi persediaan, sesungguhnya jumlah angkatan

kerja usia muda (15-19 tahun) tidaklah sebanyak angkatan kerja usia

produktif (25-54 tahun) namun karena kesempatan kerja yang tersedia

bagi mereka terbatas maka akibatnya penganggur usia muda dan terutama

usia sekolah diperkirakan jumlahnya masih cukup tinggi yaitu mencapai

18.158 orang pada tahun 2012 dan diharapkan turun menjadi 14.483 orang

pada tahun 2016. Demikian juga untuk TPT yang tertinggi adalah pada

usia sekolah yaitu golongan umur 15-19 tahun yang diperkirakan TPTnya

mencapai 21,86 persen pada tahun 2012, turun menjadi18,15 persen pada

tahun 2016. TPT yang tergolong tinggi berikutnya adalah pada golongan

umur 20-24 tahun yaitu sebesar 10,40 persen dan pada tahun 2016 dapat

ditekan menjadi sebesar 8,75 persen.

Tingginya angka penganggur usia sekolah ini mengindikasikan

bahwa upaya yang sungguh-sungguh dalam menahan agar penduduk

yang masih berusia sekolah ini masih harus ditingkatkan dan bukan

menitikberatkan pada penambahan kesempatan kerja bagi mereka. Hal ini

karena dalam upaya pengurangan penganggur ini selain menciptakan

kesempatan kerja seluas-luasnya di sisi lain harus juga ditekankan pada

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 85

peningkatan kualitas tenaga kerja secara fisik maupun psikis termasuk

tingkat kematangan dalam bekerja. Ini sejalan dengan upaya pengurangan

pekerja anak (di bawah 18 tahun) yang terus harus ditingkatkan.

Tabel 5.1

Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur

Tahun 2012-2016

Golongan umur 2012 2013 2014 2015 2016 1. 15-19

18.158

17.204

16.284

15.378

14.483

2. 20-24 18.598 17.771 17.017 16.284 15.561

3. 25-29 14.416 14.072 13.816 13.581 13.353

4. 30-34 7.023 6.709 6.499 6.320 6.154

5. 35-39 3.678 3.525 3.481 3.475 3.487

6. 40-44 1.768 1.798 1.808 1.654 1.488

7. 45-49 3.871 3.759 3.706 3.645 3.555

8. 50-54 4.750 4.616 4.517 4.408 4.273

9. 55-59 145 211 316 421 576

10. 60+ 157 218 325 428 506

Jumlah 72.564 69.882 67.770 65.595 63.436

Tabel 5.2

Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur

Tahun 2012-2016 (%)

Golongan umur 2012 2013 2014 2015 2016 1. 15-19

21,86

20,91

19,19

19,07

18,15

2. 20-24 10,40 9,95 9,54 9,14 8,75

3. 25-29 6,81 6,57 6,38 6,20 6,02

4. 30-34 3,09 2,91 2,79 2,68 2,58

5. 35-39 1,63 1,54 1,50 1,47 1,46

6. 40-44 0,70 0,70 0,69 0,62 0,54

7. 45-49 1,89 1,81 1,75 1,70 1,63

8. 50-54 2,63 2,51 2,42 2,33 2,23

9. 55-59 0,12 0,18 0,26 0,35 0,47

10. 60+ 0,07 0,10 0,15 0,20 0,23

Total 3,83 3,65 3,50 3,35 3,20

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

86 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Angka yang berbeda adalah pada golongan usia yang lebih senior

dimana jumlah penganggur terbukanya diperkirakan rata-rata akan terus

mengecil dalam tiap tingkatan usia yang lebih tua. Hal ini karena secara

alami persediaan tenaga kerjanya juga terus mengecil dalam tingkatan

yang lebih tua, sehingga ketika kesempatan kerja yang tersedia menurun

tidak membuat penganggur terbukanya meningkat.

5.2 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan

Tenaga kerja di Provinsi DIY masih didominasi oleh mereka yang

berpendidikan rendah baik dari segi persediaan maupun kebutuhannya.

Namun demikian penganggur terbuka untuk yang berpendidikan rendah

(maksimum SD) diharapkan akan semakin menurun setiap tahunnya. Pada

tahun 2012 jumlah penganggur terbuka berpendidikan SD diperkirakan

6.719 orang dan diperkirakan menurun pada tahun 2016 sehingga menjadi

5.819 orang. Demikian juga penganggur berpendidikan SMTP diperkirakan

menurun dari10.095 orang tahun 2012 menjadi 7.559 tahun 2016.

Penganggur terbuka berpendidikan SMTA Umum diperkirakan

masih cukup tinggi mencapai 18.963 orang pada tahun 2012 dengan TPT

sebesar 5,78 persen dan pada tahun 2016 diharapkan turun sebanyak

3.136 orang menjadi 15.827 orang dengan TPT sebesar 4,31 persen.

Sama halnya dengan keadaan penganggur berpendidikan SMTA Kejuruan

diperkirakan akan menurun sebanyak 3.084 orang dari 22.209 orang pada

tahun 2012 menjadi 19.126 orang pada tahun 2016.

Tabel 5.3

Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan

Tahun 2012-2016

Golongan umur 2012 2013 2014 2015 2016

1. Maksimum SD 6.719 6.129 5.947 5.839 5.819

2. SLTP 10.095 9.256 8.638 8.069 7.559

3. SMTA Umum 18.963 18.113 17.386 16.617 15.827

4. SMTA Kejuruan 22.209 21.467 20.794 20.007 19.126

5. Diploma 3.473 3.518 3.612 3.714 3.826

6. Universitas 11.105 11.399 11.393 11.349 11.278

Jumlah 72.564 69.882 67.770 65.595 63.436

Secara historis perbandingan penganggur terbuka antara yang

Umum dan Kejuruan ini berlangsung fluktuatif sehingga perkiraan kedepan

juga masih dipengaruhi oleh kondisi di lapangan. Pemerintah dalam hal ini

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 87

melalui Kementerian Pendidikan Nasional telah cukup gencar

mencanangkan program SMK Bisa untuk meningkatkan daya tampung dan

merubah mind set masyarakat terutama yang memiliki keterbatasan minat,

kemampuan dan biaya agar lebih memilih program kejuruan. Tujuannya

antara lain untuk meringankan beban orang tua dengan mempersingkat

masa pendidikan, mempersiapkan calon tenaga kerja agar lebih terampil

sesuai kejuruan yang menjadi minatnya dan juga yang tidak kalah penting

adalah dalam menjawab kebutuhan pasar kerja. Pada kenyataannya dunia

kerja akan lebih banyak membutuhkan pekerja setingkat operator

dibanding setingkat manajer yang seharusnya merupakan ciri lulusan

perguruan tinggi, demikian pula dengan berbagai inovasi tidak menutup

kemungkinan mereka membuka usaha mandiri dengan bekal keterampilan

yang dimilikinya tersebut. Bahkan bisa jadi dengan peluang sukses yang

lebih besar karena mereka langsung berhadapan dengan kebutuhan

pasar, tahu persis pekerjaan yang digelutinya dan pada umumnya bisa

dimulai dengan permodalan yang jauh lebih kecil. Namun, harapan

tersebut pada kenyataannya masih terkendala dengan pola pikir yang

cenderung standar mengikuti tatanan kebiasaan baik bagi calon tenaga

kerja dan pemberi kerja tapi terutama karena masih sangat minimnya jiwa

kewirausahaan di masyarakat Yogyakarta pada umumnya. Dengan

demikian proyeksi penganggur terbuka menurut tingkat pendidikan SMTA

Umum dan Kejuruan ini pun masih fluktuatif mengikuti pola pikir yang

berkembang di tengah masyarakat.

Jumlah penganggur terbuka lulusan pendidikan Diploma dan

Universitas walaupun jumlahnya masih jauh lebih kecil daripada tingkat

pendidikan di bawahnya namun mulai menunjukkan kecenderungan untuk

merambat naik. Penganggur lulusan Diploma meningkat dari 3.473 orang

pada tahun 2012 menjadi 3.826 orang tahun 2016 atau bertambah

sebanyak 353 orang, sedangkan penganggur terbuka lulusan universitas

bertambah 174 orang dari sebanyak 11.105 orang menjadi 11.278

orang.Namun apabila dilihat dari tingkat penganggurannya, untuk lulusan

universitas TPTnya cenderung mengalami penurunan. Peningkatan jumlah

penganggur berpendidikan tinggi antara lain disebabkan karena

peningkatan jumlah angkatan kerja yang berpendidikan tinggi tidak

sebanding dengan tambahan kesempatan kerja untuk pendidikan yang

sama. Untuk itu diperlukan berbagai upaya untuk perluasan kesempatan

kerja baik untuk pekerjaan formalmaupun informal dengan upaya

menumbuhkembangkan jiwa usahawan di kalangan lulusan perguruan

tinggi.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

88 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Tabel 5.4

Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan

Tahun 2012-2016 (%)

Golongan umur 2012 2013 2014 2015 2016

1. Maksimum SD 1,09 1,01 1,01 1,02 1,04

2. SLTP 3,09 2,88 2,74 2,62 2,51

3. SMTA Umum 5,78 5,36 5,00 4,65 4,31

4. SMTA Kejuruan 6,27 5,76 5,30 4,86 4,43

5. Diploma 4,30 4,30 4,36 4,43 4,51

6. Universitas 5,95 5,73 5,38 5,05 4,74

Total 3,83 3,65 3,50 3,35 3,20

5.3 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin

Pada tahun 2012 penganggur laki-laki diperkirakan masih cukup

besar yaitu sebanyak 38.761 orang namun pada akhir tahun 2016

diharapkan menurun sehingga menjadi sebanyak 30.794 orang.

Sedangkan untuk angka penganggur perempuan diperkirakan mencapai

33.804 orang pada tahun 2012 dan diperkirakan menurun menjadi 32.642

orang penganggur pada tahun 2016. Walaupun penganggur laki-laki masih

cukup tinggi dibanding perempuan tetapi tingkat penganggur terbukanya

masih lebih rendah dari TPT perempuan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada

tabel 5.5 dan tabel 5.6 berikut.

Tabel 5.5

Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2012-2016

Jenis Kelamin 2012 2013 2014 2015 2016

1. Laki-laki 38.761 36.574 34.686 32.745 30.794

2. Perempuan 33.804 33.309 33.084 32.850 32.642

Jumlah 72.564 69.882 67.770 65.595 63.436

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 89

Tabel 5.6

Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2012-2016 (%)

Jenis Kelamin 2012 2013 2014 2015 2016

1. Laki-laki 3,67 3,42 3,21 2.99 2,78

2. Perempuan 4,03 3,92 3,86 3,79 3,73

Total 3,83 3,65 3,50 3,35 3,20

5.4. Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten / Kota

Jumlah penganggur di Kabupaten Sleman pada tahun 2012

diperkirakan sebanyak 29.823 orang dengan tingkat pengangguran

sebesar 4,94 persen, terbanyak dan terbesar diantara penganggur terbuka

yang ada di kabupaten lainnya,tetapi diperkirakan jumlah ini akan dapat

ditekan menjadi 23.382 orangpada tahun 2016 dengan TPT sebesar 3,63

persen. Sementara jumlah penganggur yang ada di Kota Yogyakarta

jumlahnya sedikit naik tetapi TPTnya sedikit mengalami penurunan.

Sedangkan, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul dan Kulon Progo

jumlah penganggurnya semakin menurun setiap tahunnya dan diikuti

dengan penurunan tingkat penganggur terbuka.

Tabel 5.7 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten / Kota

Tahun 2012-2016

Kabupaten / Kota 2012 2013 2014 2015 2016 1. Kab. Kulon Progo 5.338 5.232 5.199 5.169 5.150

2. Kab. Bantul 18.152 17.430 16.867 16.298 15.743

3. Kab. Gunung Kidul 7.156 6.918 6.812 6.710 6.628

4. Kab. Sleman 29.823 28.156 26.622 25.022 23.382

5. Kota Yogyakarta 12.095 12.146 12.270 12.395 12.533

Jumlah 72.564 69.882 67.770 65.595 63.436

Jumlah penganggur terbanyak kedua adalah di Kabupaten Bantul,

yang mana pada tahun 2012 sebanyak 118.152 orang tetapi dapat ditekan

hingga menjadi 15.743 orang tahun 2016, dan tingkat penganggurannya

pun menurun dari sebesar 3,66 persen menjadi 3,07 persen. Jumlah

penganggur di Kabupaten Kulon Progo tercatat paling sedikit yakni hanya

sebanyak 5.338 orang dan diperkirakan akan turun menjadi 5.150 orang.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

90 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Sedangkan Tingkat pengangguran terbuka terrendah adalah di Kabupaten

Gunung Kidul sebesar 1,95 persen tahun 2012 turun menjadi 1,77 persen

pada tahun 2016.

Tabel 5.8 Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten / Kota

Tahun 2012-2016 (%)

Kabupaten / Kota 2012 2013 2014 2015 2016

1. Kab. Kulon Progo 2,54 2,48 2,45 2,42 2,40

2. Kab. Bantul 3,66 3,49 3,34 3,20 3,07

3. Kab. Gunung Kidul 1,95 1,87 1,83 1,80 1,77

4. Kab. Sleman 4,94 4,58 4,25 3,92 3,60

5. Kota Yogyakarta 5,56 5,50 5,48 5,45 5,44

Total 3,83 3,65 3,50 3,35 3,20

5.5. Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Kota / Desa

Angkatan kerja yang berada di pedesaan terutama angkatan kerja

muda banyak yang berpindah dan mencari pekerjaan di kota. Disamping

itu, angkatan kerja di desa cenderung mau bekerja apa saja, dan

kebanyakan mereka bekerja di sektor pertanian dengan pendapatan yang

tidak seberapa, sehingga pengangguran terbuka di daerah pedesaan

menjadi relatif kecil jumlahnya, sementara pengangguran di kota

jumlahnya tinggi. Seperti kita lihat dalam Tabel 2.6 dan Tabel 2.7,

penganggur yang ada di pedesaan tercatat sebanyak 13.461 orang (18,55

persen dari total penganggur tahun 2012) dan tahun 2016 berkurang

menjadi 7.233 orang dan proporsinyapun turun menjadi 11,40 persen.

Tabel 5.9 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Kota / Desa

Tahun 2012-2016

Kota / Desa 2012 2013 2014 2015 2016

1. Pedesaan 13.461 14.489 14.450 14.176 13.977

2. Perkotaan 59.103 55.882 54.203 51.918 49.673

Jumlah 72.562 70.371 68.653 66.093 63.650

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 91

Tingkat Penganggur terbuka di daerah perkotaan maupun di

pedesaan diperkirakan akan terus menurun sampai dengan tahun 2016. Di

daerah pedesaan tingkat penganggur terbuka mengalami penurunan yang

sangat kecil dari sebesar 2,35 pada tahun 2012 menjadi sebesar 2,27

persen tahun 2016. Sementara tingkat penganggur terbuka di daerah

perkotaan mengalami penurunan yang cukup signifikan, dari sebesar 4,56

persen tahun 2012 menjadi 3,62 persen tahun 2016.

Tabel 5.10 Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Kota / Desa

Tahun 2012-2016 (%)

Kota / Desa 2012 2013 2014 2015 2016

1. Pedesaan 2,35 2,32 2,33 2,30 2,27

2. Perkotaan 4,56 4,32 4,11 3,87 3,62

Total 3,83 3,67 3,54 3,37 3,21

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 93

BAB VI ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI

DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN

Ketenagakerjaan merupakan salah satu bidang pembangunan yang

sangat luas cakupannya. Ketenagakerjaan mencakup segala sesuatu

aspek yang mempunyai kaitan dengan tenaga kerja dalam rangka

keterlibatannya dalam proses produksi barang atau jasa. Dengan demikian

ketenagakerjaan mempunyai sifat multi dimensional antara berbagai faktor

seperti faktor ekonomi, faktor sosial, politik dan sebagainya. Seluruh faktor

tersebut berinteraksi dalam suatu rangkaian hubungan yang kompleks

sehingga pembinaannyapun membutuhkan suatu kebijakan yang

komprehensif dan multi dimensi pula.

Sebagai bagian akhir dari Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY

Tahun 2012-2016 ini, maka berikut disajikan arah kebijakan, strategi dan

program pembangunan ketenagakerjaan. Pada hakekatnya bagian ini

merupakan inti dari rencana tenaga kerja secara keseluruhan, karena

memuat berbagai hal sebagai rumusan solusi terhadap masalah

ketenagakerjaan yang dihadapi. Solusi yang diajukan tersebut dituangkan

dalam bentuk kebijakan. Kebijakan tersebut dirumuskan secara

komprehensif sehingga diharapkan mampu menyentuh semua masalah

ketenagakerjaan. Namun sesuai dengan masalah ketenagakerjaan yang

ditempatkan sebagai prioritas dalam pemecahan masalah, maka

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

94 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

penciptaan kesempatan kerja dalam rangka menanggulangi pengangguran

mendapat porsi yang lebih dominan.

Masalah pokok ketenagakerjaan yang kita hadapi saat ini antara

lain adalah (1) rendahnya pendayagunaan angkatan kerja yang tersedia

yang mengakibatkan banyaknya pengangguran terbuka. (2) rendahnya

kualitas angkatan kerja yang ditandai oleh tingkat pendidikan formal di DIY

didominasi oleh tamatan sekolah dasar, termasuk di dalamnya mereka

yang belum tamat dan yang tidak pernah sekolah dan (3) rendahnya

produktivitas, perlindungan dan kesejahteraan pekerja yang hingga saat ini

pada umumnya dirasakan masih jauh dari memadai.

Sebagaimana diketahui bahwa pemecahan terhadap masalah

ketenagakerjaan sangat membutuhkan upaya yang terpadu, terkoordinasi

dan terencana dari banyak pihak yang terkait. Selain itu prasyarat utama

lainnya yang harus dimiliki adalah adanya komitmen untuk

mengarusutamakan ketenagakerjaan dalam setiap aspek pembangunan

yang benar-banar kuat dari semua pihak mulai dari tingkat kebijakan

hingga tingkat paling penting untuk menjamin bahwa kebijakan

ketenagakerjaan dan pembangunan yang telah dirumuskan dapat terwujud

menjadi rangkaian kegiatan yang efektif. Perlu disadari bahwa

sesungguhnya otoritas penciptaan kesempatan kerja yang ada pada

Disnakertrans adalah penyaluran mekanisme pasar kerja, pelatihan,

pembinaan hubungan industrial, pembinaan pengawasan ketenagakerjaan

serta peningkatan produktivitas, sedangkan penciptaan kesempatan kerja

yang terkait dengan perekonomian dan kebijakan lainnya secara praktis

berada pada fungsi instansi lain, bukan pada instansi ketenagakerjaan.

Selain itu, mengingat cakupan bidang ketenagakerjaan tersebut sangat

luas dan rumit, maka peran serta aktif seluruh pihak menjadi salah satu

kunci utama kesuksesan pembangunan ketenagakerjaan.

Adapun kebijakan, strategi dan program pembangunan

ketenagakerjaan yang diperkirakan untuk dilaksanakan adalah sebagai

berikut :

6.1 Rekomendasi Kebijakan Umum

Kita ketahui bersama bahwa permasalahan ketenagakerjaan sangat

banyak dan kompleks. Untuk mengatasi permasalahan tersebut

diantaranya melalui kebijakan umum. Yang termasuk dalam kebijakan

umum tersebut antara lain kebijakan pendidikan dan kesehatan, kebijakan

pengendalian penduduk dan kebijakan penarikan investasi.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 95

6.1.1 Kebijakan Pendidikan dan Kesehatan

Kebijakan pendidikan dan kesehatan bertujuan bagi

peningkatan kualitas tenaga kerja. Hal ini terutama dari segi

pendidikannya. Tersedianya penduduk usia kerja yang terdidik dan

trampil merupakan dasar dari perencanaan tenaga kerja karena

dengan demikian pada umumnya akan terbuka ketersediaan

perluasan dan peluang pasar kerja yang lebih besar dan berkualitas.

Tenaga kerja yang berkualitas otomatis akan dicari oleh berbagai

pelaku usaha di dalam maupun di luar negeri.

Proses pendidikan memiliki dua dimensi, dimensi yang

pertama bahwa dengan melakukan pendidikan maka kualitas

angkatan kerja semakin meningkat. Dengan meningkatnya kualitas

maka dapat bersaing di pasar kerja dalam negeri dan luar negeri,

serta dapat termotivasi dalam berwirausaha/menjadi interpreneur,

sehingga dapat mengolah dan mengembangkan bebagai peluang

dan sumber daya alam yang ada.

Dimensi lain bahwa peningkatan pendidikan khususnya

penduduk usia sekolah, maka akan berpengaruh pada pengurangan

jumlah angkatan kerja khususnya penduduk usia sekolah. Dengan

berkurangnya angkatan kerja usia sekolah maka sangat berpotensi

besar mengurangi jumlah penganggur terbuka juga didominasi usia

muda, khususnya usia sekolah.

Kebijakan peningkatan pendidikan telah dicanangkan oleh

pemerintah melalui program wajib belajar. Selain itu pemerintah

pusat juga membatasi pendirian SMA dan membuka peluang

pendirian SMK, pemberian dana BOS dan lainnya. Kebijakan ini

semua memberikan peluang pendidikan yang lebih tinggi. Dengan

berbagai program pendidikan tersebutmaka jumlah tambahan

angkatan kerja pada tahun mendatang, yakni tahun 2012 sampai

dengan tahun 2016 peningkatannya semakin berkurang.

Sedangkan kebijakan di bidang kesehatan merupakan faktor

pendukung peningkatan sumber daya manusia. Kesehatan

merupakan modal awal dan sekaligus merupakan indikator tingkat

kesejahteraan suatu masyarakat. Kebijakan di bidang kesehatan

akan berpengaruh pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Berdasarkan RPJMD Tahun 2009-2013, visi pembangunan

DIY yang ingin dicapai adalah : “Pemerintah Daerah yang katalistik

dan masyarakat mandiri yang berbasis keunggulan daerah serta

sumberdaya manusia yang berkualitas unggul dan beretika”.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

96 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Sumber daya Manusia yang Unggul dan Beretika adalah sumber

daya manusia yang memiliki keahlian atau keterampilan yang tinggi

sehingga mampu menawarkan dan melaksanakan jasa atau layanan

sesuai dengan aturan dalam bidang yang dijalaninya, serta

mempunyai sikap, sopan santun atau aturan lainnya yang mengatur

hubungan antara kelompok manusia yang beradab dalam

pergaulan. Sumberdaya manusia tidak hanya menyangkut kuantitas

tetapi juga kualitas. Kualitas sumberdaya manusia menyangkut

kemampuan bekerja, berpikir, dan keterampilan. Dalam hal

inikesehatan dan pendidikan merupakan aspek penting dalam

membangun sumber daya manusia. Oleh karena itu, pendidikan dan

kesehatan merupakan modal dasar untuk membina dan

mengembangkan karakter serta perilaku manusia di dalam menata

hidup dan kehidupannya.

Adapun kebijakan untuk mencapai misi tersebut antara lain

adalah :

1) Meningkatkan standar manajemen mutu lembaga pendidikan

dan kualitas tenaga pendidik secara merata.

2) Melestarikan penuntasan wajib belajar 9 tahun dan

mengembangkan wajib belajar 12 tahun secara merata terutama

di wilayah perdesaan dan perbatasan dengan daerah lain.

3) Meningkatkan standar mutu kurikulum pendidikan yang terkini,

berbudaya, agamis dan anti narkoba dalam rangka membentuk

SDM berkarakter unggul.

4) Mengembangkan kualitas dan kuantitas layanan, SDM

kepustakaan dan sarana prasarana perpustakaan secara

merata.

5) Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga pendidik

bersertifikasi.

6) Meningkatkan minat dan budaya baca masyarakat.

7) Menyelenggarakan dan meningkatkan pembelajaran berbasis

penelitian pada semua jenjang pendidikan.

8) Meningkatkan kapasitas lembaga pendidikan dalam

mengembangkan proses belajar mengajar berbasis multikultur

dan nilai-nilai budaya luhur.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 97

9) Meningkatkan mutu dan akses pelayanan serta informasi

kesehatan oleh lembaga pemerintah maupun non pemerintah

termasuk perbaikan gizi dan kesehatan lingkungan serta yang

mendukung pembangunan kesehatan.

10) Menumbuhkembangkan pola dan bentuk jaminan sosial kepada

masyarakat khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan.

11) Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan bagi masyarakat

miskin.

12) Meningkatkan sumberdaya meliputi ketersediaan obat dan

perbekalan, kualitas dan kuantitas SDM, fasilitas pendidikan dan

pelayanan, serta pengembangan asuransi.

13) Membuka seluas-luasnya informasi yang dapat diakses oleh ibu,

calon ibu terhadap kesehatan reproduksi, keluarga berencana

dan keluarga sejahtera.

14) Meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi ancaman

penyakit dan dampak bencana.

6.1.2 Kebijakan Pengendalian Pertambahan Penduduk

Di dalam kebijakan umum selain dipengaruhi oleh kualitas

penduduk adalah pengaturan kuantitas, yakni program keluarga

berencana (KB). Melalui program ini tingkat kelahiran penduduk

dapat dikendalikan. Program ini telah mengalami pasang surut dan

mencapai perkembangan tertinggi pada era Orde baru. Pengendalian

pertambahan penduduk merupakan tanggung jawab seluruh

komponen bangsa, baik secara individu maupun institusi.

Pengendalian pertambahan penduduk sangat berdampak pada

pertambahan angkatan kerja di masa yang akan datang. Untuk itu

pengendalian pertambahan penduduk harus diupayakan terus

menerus. Pertambahan penduduk dikendalikan melalui :

Pengendalian tingkat kelahiran, dilakukan melalui berbagai

kebijakan dan program antara lain Pembatasan jumlah anak di

setiap keluarga, penundaan usia nikah dan lain sebagainya.

Mengurangi migrasi masuk.

Jumlah penduduk asing maupun tenaga kerja asing yang akan

masuk ke Indonesia khususnya ke wilayah Provinsi DIY harus

dibatasi jumlahnya, karena akan mengurangi kesempatan kerja di

DIY.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

98 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

6.1.3 Kebijakan Penarikan Investasi

Selama empat tahun terakhir investasi di DIY terus

mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 pertumbuhan investasi

merupakan yang tertinggi karena mampu tumbuh mencapai 40,22

persen dari realisasi tahun 2010, dengan total nilai investasi sebesar

Rp.6.423.578.000,- yang meliputi investasi PMDN sebesar Rp.

2.313.142.000,- dan PMA sebesar Rp. 4.110.436.000,- . Pencapaian

ini karena didorong banyaknya realisasi pembangunan hotel,

penambahan luas pabrik dan yang lainnya seperti pabrik tekstil dan

sarung tangan yang melakukan ekspansi bisnis. Secara keseluruhan,

pertumbuhan investasi ditopang oleh kuatnya permintaan domestik

dan membaiknya optimisme pelaku usaha terhadap kondisi

perekonomian domestik.

Tabel 6.1.

Perkembangan Investasi di Provinsi DIY,

Tahun 2008 – 2016 (juta)

Tahun

InvestasiP

MDN

(Rp)

Investasi

PMA

(Rp)

TotalPMA+P

MDN

(Rp)

Pertumbuhan

(Rp) (%)

2008 1.806.426 2.415.462 4.221.888 142.187 3,49

2009 1.882.514 2.506.607 4.389.121 167.233 3,96

2010 1.884.924 2.696.047 4.580.971 191.850 4,37

2011 2.313.142 4.110.436 6.423.578 1.842.607 40,22

2012*) 2.673.761 4.907.389 7.581.149 1.157.571 15,27

2013*) 3.066.944 5.079.494 8.146.438 565.289 5,17

2014*) 3.557.918 5.388.813 8.946.732 800.294 9,82

2015*) 3.568.893 5.498.133 9.067.026 120.294 1,34

2016*) 3.639.868 5.507.452 9.147.320 80.294 0,89

Sumber: Bappeda Provinsi DIY, Penyusunan Makro Ekonomi

Tahun 2013-2018

Untuk tahun 2012 dan selanjutnya investasi di wilayah DIY

diarahkan ke Kabupaten Gunung Kidul dan Kulon Progo guna

mendorong pertumbuhan ekonomi di kedua daerah itu lebih cepat

tumbuh disbanding Kabupaten Sleman dan Bantul serta Kota

Yogyakarta. Selain itu usaha meningkatkan investasi di kedua

wilayah itu juga mempertimbangkan ketersediaan potensi dan area

yang luas, terutama untuk sektor pariwisata dan jasa. Dilihat dari segi

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 99

potensi daerah, wilayah DIY memiliki kekhasantersendiri.Potensi di

setiap wilayah kabupaten berbeda. Di kabupaten Gunung Kidul

misalnya potensi yang ditawarkan proyek pengembangannya wisata

alam (nature), sedangkan Bantul mengunggulkan potensi industri

kreatif dan Sleman sektor pendidikan yang akan menjadi unggulan

serta Kota Yogyakarta mengembangkan jasa dan perdagangan.

Proyeksi pertumbuhan investasi pada tahun 2013 masih cukup

tinggi yang dipicu oleh sektor konstruksi yaitu kelanjutan

pembangunan hotel dan pembangunan rmah tinggal serta investasi

pada sektor pertambangan dan penggalian serta sector industry

pengolahan. Proyeksi pertumbuhan investasi tahun 2014 cenderung

meningkat , yang dipicu oleh sektor-sektor informal untuk

menyediakan berbagai kebutuhan dalam penyelenggaraan Pilpres,

serta pembangunan bandara, mulainya dibangun industri kawasan

berikat dan infrastruktur- infrastruktur pendukungnya. Sedangkan

pada tahun 2015 dan 2016 pertumbuhan investasi di DIY

diproyeksikan cenderung lebih rendah dari tahun sebelumnya karena

diperkirakan hanya akan meneruskan dari kegiatan investasi pada

tahun sebelumnya.

6.2 Rekomendasi Kebijakan Penciptaan Kesempatan Kerja

Pada hakekatnya, semua kegiatan ekonomi baik berskala besar,

menengah maupun kecil, formal dan informal mempunyai identitas

sektoral. Setiap sektor atau sub sektor mempunyai instansi pembina, baik

di tingkat pusat maupun tingkat provinsi atau kabupaten/kota. Dengan

demikian maka kebijakan sektoral menjadi ujung tombak dalam penciptaan

kesempatan kerja. Oleh karena itu, maka kebijakan sektoral diarahkan

pada pengembangan aktivitas produksi di lingkupnya sedapat mungkin

berorientasi pada perluasan lapangan kerja. Untuk meningkatkan

penyerapan tenaga kerja sektoral sangat ditentukan oleh kebijakan-

kebijakan moneter, fiskal, investasi, sektoral, pendidikan dan penggunaan

teknologi. Instansi teknis dan lembaga pendukung kegiatan teknis perlu

melakukan koordinasi dan aktifitas pengembangan masing-masing

lapangan usaha. Dengan demikian tanggungjawab setiap instansi melalui

kegiatan teknisnya dapat berperan serta dalam menciptakan kesempatan

kerja yang berkelanjutan.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

100 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

6.2.1 Sektor Pertanian

Lapangan usaha atau sektor pertanian masih merupakan

sektor primadona dalam penyerapan lapangan pekerjaan. Kegiatan

produksi sektor pertanian masih dijalankan secara tradisional, yang

dicirikan oleh semakin sempitnya rata-rata kepemilikan tanah,

dikerjakan dengan padat tenaga kerja, penggunaan teknologi rendah,

tingkat produktivitas masih rendah, kualitas produksi masih relatif

rendah dan nilai tukar produk pertanian yang rendah, yang tidak

mampu mengimbangi kenaikan harga barang dan jasa sektor lainnya.

Walaupun demikian karena perannya yang dominan dalam

penyerapan tenaga kerja, serta berfungsi sebagai benteng ketahanan

pangan serta sumber penyediaan gizi, maka pengembangan sektor

pertanian masih perlu diprioritaskan.

Sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduk

bekerja menggantungkan hidupnya pada usaha pertanian, maka

lapangan usaha pertanian pada tahun-tahun mendatang tetap

menjadi tumpuan penciptaan kesempatan kerja. Pada tahun 2012

kesempatan kerja yang tercipta pada sektor pertanian ini diperkirakan

sebanyak 430.896 orang, berkurang sebanyak 502 orang menjadi

430.674 orang pada tahun 2016. Selain kontribusinya terhadap

penciptaan lapangan kerja yang masih besar dan terbesar setelah

sektor perdagangan, kontribusi terhadap PDRB masih cukup besar.

Perlu dikemukakan bahwa dengan alasan penyerapan

kesempatan kerja yang semakin berkurang, rata-rata luas lahan

pertanian semakin menurun, tingkat pendidikan anak-anak petani

pedesaan semakin meningkat, tambahan pasokan tenaga kerja di

pedesaan lebih tinggi dari pada kebutuhan kerja di pertanian, maka

ke depan diperkirakan partisipasi generasi muda yang bekerja di

pertanian semakin rendah, disamping kurang berminat juga karena

faktor insentif bekerja di luar pertanian semakin kuat. Akibatnya

generasi muda akan meninggalkan pekerjaan pertanian dan

cenderung mencari pekerjaan di perkotaan.

Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam kebijakan bidang

sektor pertanian antara lain adalah :

a. Mengembangkan pusat perbenihan dalam mewujudkan pertanian

berkelanjutan guna meningkatkan pendapatan petani.

b. Menguatkan peran serta pemerintah dalam pengaturan,

pembinaan dan penguatan modal masyarakat dalam industri

pengolahan hasil pertanian.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 101

c. Meningkatkan peran masyarakat dalam industri pengolahan hasil

pertanian.

d. Mempertahankan lahan abadi dalam rangka ketahanan pangan

dan konservasi sumberdaya air.

e. Mengembangkan ketahanan pangan dan agribisnis pertanian

guna mewujudkan kedaulatan pangan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan pangan dalam jumlah yang memadai, tersedia di

setiap waktu, beragam, bergizi seimbang, bermutu, aman, dan

terjangkau oleh daya beli masyarakat.

f. Meningkatkan dan mengembangkan produk unggulan hasil

hutan.

g. Memanfaatkan lahan hutan dan kebun secara optimal dengan

menanam jenis produk unggulan serta melibatkan peran aktif

masyarakat.

h. Membuka jejaring dan kemitraan untuk meningkatkan distribusi

dan pemasaran hasil perkebunan.

i. Meningkatkan keterampilan dan pemberian stimulan usaha

pengolahan produk ikan.

j. Meningkatkan peran sumberdaya kelautan dan pesisir.

k. Meningkatkan tata niaga produk perikanan.

l. Mempromosikan ‘Gemar Makan Ikan’ di masyarakat.

m. Mengembangkan perikanan budidaya dan perikanan tangkap.

n. Meningkatkan kegiatan usaha ekonomi produktif bagi perempuan.

6.2.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor ini mencakup pertambangan minyak dan gas bumi,

pertambangan berbagai jenis mineral lainnya serta usaha penggalian

seperti pasir dan kapur. Sektor pertambangan dan penggalian di DIY

adalah sub sektor penggalian yang dapat dikembangkan. Daya serap

sektor ini terhadap tenaga kerja relatif rendah namun mengalami

kenaikan sehubungan dari dampak erupsi merapi yang terjadi akhir

tahun 2010 yaitu sebanyak 12.799 orang tahun 2012 menjadi 15.189

orang tahun 2016 dengan urutan nomor 8 diantara sembilan sektor

yang ada. Sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2012 ke

depan ini memberikan kontribusi yang cukup tinggi terhadap

pertumbuhan PDRB dibandingkan tahun-tahun yang lalu.Karena itu

sektor ini dapat dikembangkan untuk meningkatkan daya serapnya

terhadap tenaga kerja antara lain melalui upaya peningkatan

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

102 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

ketrampilan dan keahlian serta pemberdayaan tenaga kerja di sekitar

areal penggalian. Selain itu, upaya pengembangan usaha penggalian

yang bersifat padat karya dapat diperluas dengan tetap

memperhatikan kelestarian lingkungan.

6.2.3 Sektor Industri Pengolahan

Peranan sektor industri dalam penyerapan tenaga kerja di DIY

termasuk besar yakni sebanyak 273.280 orang tahun 2012 yang

menduduki urutan nomor 4 setelah sektor pertanian, sektor

perdagangan dan sektor jasa dengan proporsi 15 persen. Tahun

2016 sektor ini diperkirakan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak

300.345 orang. Dengan demikian pada tahun 2012-2016 terdapat

penambahan penyerapan tenaga kerja cukup tinggi yakni sebanyak

27.065 orang. Sehubungan dengan itu, maka kebijakan sektor

industri perlu diarahkan pada hal-hal sebagai berikut :

a. Pendampingan dan pelatihan usaha

b. Bantuan akses permodalan dan pemasaran

c. Integrasi kebijakan dengan sektor penyedia dan pasar

d. Kerjasama antar pemerintah daerah dengan lembaga keuangan

dalam penyediaan akses modal

e. Optimalisasi produk untuk suplai kebutuhan pasar lokal

f. Menguatkan kapasitas kelembagaan pasar dalam menjamin

berkembangnya aktifitas usaha khususnya industri kreatif.

g. Memberdayakan dan meningkatkan industri kecil dan kerajinan

rakyat yang memberi nilai tambah daya tarik wisata.

h. Mengembangkan budaya daerah sebagai sentra-sentra industri

pariwisata yang mendukung kunjungan dan atraksi wisata.

i. Meningkatkan daya saing dan daya tarik investasi melalui

promosi kemudahan prosedur dan fasilitas pendukung.

6.2.4 Sektor Listrik, Gas dan Air

Kontribusi sektor ini dalam penyerapan tenaga kerja

menduduki urutan paling bawah dengan proporsi hanya sebesar 0,24

persen. Namun demikian perkembangan sektor ini sangat terkait

dengan sektor dan aspek lain seperti sektor industri, bangunan,

perdagangan dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu daya

serap sektor ini terhadap tenaga kerja masih sangat potensial untuk

dikembangkan. Peranan sektor ini menjadi sangat penting mengingat

keterkaitan yang tinggi antara sektor ini dengan sektor-sektor

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 103

ekonomi lainnya. Sub sektor listrik sangat dominan di sektor ini, dan

sebagaimana diketahui bahwa listrik merupakan sumber energi yang

diperlukan semua aktifitas.Walaupun hanya sedikit menyerap tenaga

kerja, namun pekerja di sektor ini perlu ditingkatkan dengan tetap

mempertahankan prinsip efisiensi dan produktivitas usaha.

Kebutuhan tenaga kerja di sektor ini akan meningkat sejalan dengan

peningkatan konsumsi listrik, baik untuk permintaan akhir maupun

industri dan pemerintahan.

Penyediaan air bersih akan menjadi sektor yang berkembang

seiring dengan menurunnya kualitas dan volume air tanah,

pengembangan teknologi dalam penciptaan air bersih akan membuat

penyerapan tenaga kerja menjadi lebih besar. Konversi minyak tanah

menjadi gas membuat sektor ini makin berkembang dan penyerapan

lapangan pekerjaan menjadi lebih banyak.

6.2.5 Sektor Bangunan

Secara umum program yang tercakup dalam sektor ini meliputi

pengembangan prasarana dan sarana sumber daya air dan jalan

serta pengembangan prasarana dan sarana perkotaan dan

perdesaan serta perumahan dan pemukiman. Sehubungan dengan

itu maka kebijakan yang perlu dianut untuk sektor ini adalah:

a. Kebijakan tata ruang wilayah/kota dan pertanahan yang jelas

dan konsisten

b. Dukungan pendanaan untuk industri jasa kontruksi

c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur perumahan dan

pemukiman yang layak huni dan berkelanjutan

d. Meningkatkan daya dukung struktur dan kapasitas jalan akses

menuju pusat-pusat produksi dan pemasaran.

6.2.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan restoran

Sektor ini mencakup perdagangan besar, eceran dan rumah

makan serta hotel. Kegiatan yang tercakup dalam sektor

perdagangan tergolong sangat luas dan beragam, mulai dari

perdagangan kecil seperti warung rokok dan warung makanan hingga

perdagangan besar seperti keagenan dan distributor. Perdagangan

adalah sektor unggulan dalam penyerapan tenaga kerja menduduki

peringkat pertama dengan proporsi rata-rata sebesar 26,90 persen

pada tahun 2012 dan diharapkan meningkat lagi di tahun 2016

menjadi sebesar 27,60 persen.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

104 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Seiring dengan terus meningkatnya kebutuhan masyarakat

terhadap penyediaan berbagai barang dan jasa yang

penyampaiannya adalah melalui aktivitas perdagangan, maka

prospek pengembangan usaha perdagangan ini menjadi cerah.

Kebijakan yang perlu ditempuh untuk mengembangkan penyerapan

tenaga kerja pada sektor perdagangan adalah :

a. Optimalisasi potensi wilayah Jogja terutama wisata alam

b. Optimalisasi promosi ke luar daerah/ke luar negeri dan

optimalisasi peran media masa di wilayah Jogja

c. Kajian penataan dan pengembangan serta tata niaga

perdagangan besar dan eceran serta hotel dan restoran

d. Optimalisasi produk-produk lokal dan optimalisasi hotel sebagai

pendukung promosi pariwisata

e. Promosi keunikan produk-produk usaha restoran DIY (wisata

kuliner)

f. Meningkatkan citra DIY yang nyaman dan aman serta prospektif

untuk investasi

Sub sektor rumah makan dan hotel merupakan kegiatan yang

tergabung dalam kepariwisataan. Kegiatan kepariwisataan dapat

menjadi andalan pembangunan, baik dalam penyerapan tenaga kerja

maupun penciptaan nilai tambah ekonomi. DIY sebagai daerah

wisata memiliki banyak potensi yang perlu dikembangkan, namun

pengembangan potensi ini belum berjalan dengan optimal, baik yang

berkaitan dengan aspek sarana dan prasarana serta aspek

manajemen pengelolaannya.

6.2.7 Sektor Angkutan dan Komunikasi

Sub sektor angkutan mengalami pertumbuhan positif, yang

mana hal ini tidak terlepas dari fungsinya mengantarkan barang dan

orang. Semakin besar barang yang dihasilkan oleh sektor pertanian,

pertambangan dan industri pengolahan serta bangunan, maka

semakin besar pula mobilitas distribusi barang. Yang lebih

mengesankan adalah pertumbuhan subsektor komunikasi (meliputi

telpon celluler, bisnis internet, massmedia cetak dan elektronik,

kantor pos dll).

Kebijakan untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada

sektor ini diantaranya berkaitan dengan :

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 105

a. Meningkatkan kelancaran pelayanan angkutan jalan secara

terpadu melalui : penataan sistem jaringan, manajemen lalu

lintas, pemasangan fasilitas dan rambu jalan, penataan jaringan

dan ijin trayek serta kerjasama antar lembaga pemerintah pusat

dan daerah.

b. Perluasan jangkauan pelayanan pos dan telekomunikasi hingga

ke daerah terpencil

c. Meningkatkan peran swasta/masyarakat sebagai mitra usaha di

bidang pos dan telekomunikasi dalam iklim persaingan investasi

yang kondusif.

6.2.8 Sektor Keuangan

Walaupun kontribusi nilai tambah sektor dan penyerapan

tenaga kerja dalam perekonomian masih relatif kecil, namun

keberadaannya sangat penting dan strategis, karena sektor

keuangan dan perbankan merupakan urat nadi kegiatan

perekonomian lainnya, karena melalui aktivitas sektor ini maka

berbagai transaksi finansial dapat dilakukan secara cepat dan efisien.

Kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan daya serap tenaga

kerja sektor ini antara lain dengan :

a. Memelihara kestabilan nilai rupiah yang berkesinambungan

b. Mengembangkan sistem perkreditan yang didukung oleh

bantuan teknis dan fasilitasi yang meliputi pelatihan, penelitian

dan penyediaan informasi.

c. Pembinaan dan penyediaan sumber daya manusia kualifikasi

ahli guna memenuhi kebutuhan bidang usaha asuransi secara

berkelanjutan

d. Pengembangan usaha pegadaian ke berbagai pelosok dengan

menambah unit usaha dan kemudahan memberikan pinjaman.

6.2.9 Sektor Jasa

Cakupan lapangan usaha jasa sangat luas karena meliputi

jasa pemerintahan umum, pertahanan, jasa kemasyarakatan

pemerintah dan swasta (pendidikan, kesehatan, panti asuhan,

rekreasi, hiburan), serta jasa perorangan (bengkel rumahan, tukang

jahit, laundry dll).

Peranan kegiatan layanan jasa dalam penyerapan tenaga

kerja tergolong besar yang menduduki urutan ketiga dengan

penyerapan tenaga kerja sebesar 355.869 orang (19,53 persen) pada

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

106 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

tahun 2012, meningkat menjadi 366.262 orang tahun 2016, tetapi

secara proporsional menurun menjadi 19,10 persen. Mengingat

kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan jasa semakin meningkat

dari waktu ke waktu, maka prospek pengembangan sektor ini menjadi

cukup cerah.Untuk pengembangan sektor jasa diperlukan kebijakan

antara lain :

a. Optimalisasi peran subsektor swasta dalam pengembangan

ekonomi DIY

b. Bantuan promosi dalam pengembangan subsektor swasta

c. Pendampingan dan pelatihan pelaku jasa subsektor swasta

d. Bantuan akses permodalan dan informasi pasar dalam

pengembangan jasa swasta.

6.3 Rekomendasi Kebijakan Pengendalian Tambahan Angkatan

Kerja

Permasalahan ketenagakerjaan di DIY dimana terjadi ketimpangan

pasar kerja yang ditandai dengan kelebihan tenaga kerja, disebabkan

terutama oleh struktur ekonomi yang belum mampu menyerap seluruh

angkatan kerja yang ada, setiap tahun terus bertambah.

Peningkatan kualitas angkatan kerja khususnya usia muda akan

memberikan kontribusi dalam merubah struktur penduduk kelompok

berpendidikan rendah ke pendidikan yang lebih tinggi. Pengembangan

tingkat pendidikan selain meningkatkan kualitas juga produktivitas.

Pembangunan pendidikan untuk mengatasi pengangguran dalam era

reformasi dan globalisasi menuntut pada pengembangan sumber daya

manusia yang mempunyai kemampuan daya saing tinggi, menghasilkan

produk yang berkualitas dan mampu menyerap perkembangan ilmu dan

teknologi.

Kebijakan pengendalian tambahan angkatan kerja dapat dilakukan

melalui :

1. Pembangunan infrastruktur pendidikan untuk penyediaan fasilitas

pendidikan dan biaya pendidikan yang murah. Hal ini diharapkan

angkatan kerja yang akan masuk ke pasar kerja dapat

dikendalikan, karena mereka akan melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi.

2. Pemberian kemudahan-kemudahan masuk ke perguruan tinggi

sehingga diharapkan akan terjadi penurunan tingkat partisipasi

angkatan kerja muda sebesar 26,21 persen pada tahun 2012

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 107

menjadi sebesar 24,39 persen tahun 2016. Dengan penurunan

TPAK tersebut tambahan angkatan kerja muda akan berkurang.

3. Tersedianya lembaga-lembaga pelatihan yang kurikulum

pelatihannya berorientasi pada dunia kerja.

4. Untuk jangka panjang melalui pengendalian pertumbuhan

penduduk yaitu dengan program Keluarga Berencana.

6.4 Rekomendasi Kebijakan Pelatihan Tenaga Kerja

Kebijakan pelatihan tenaga kerja bertujuan untuk meningkatkan

ketrampilan, keahlian dan kompetensi tenaga kerja dan produktivitas.

Peningkatan kualitas tenaga kerja dilakukan melalui pendidikan formal,

pelatihan kerja dan pengembangan di tempat kerja sebagai satu kesatuan

sistem pengembangan SDM yang komprehensif dan terpadu. Pelatihan

kerja akan semakin penting peranannya dalam peningkatan kualitas

tenaga kerja, dimana dibutuhkan kemampuan dalam mengantisipasi

perubahan teknologi dan persyaratan kerja.

Pelatihan-pelatihan yang dikelola oleh lembaga pelatihan

memerlukan informasi mengenai jenis ketrampilan yang dibutuhkan oleh

pemberi kerja. Jenis pelatihan dapat direncanakan lebih baik apabila

sistem informasi pasar kerja dapat dibangun. Hal ini juga dapat

mengurangi berbagai kegiatan pelatihan yang tidak relevan terhadap

permintaan pasar kerja. Terbentuknya sistem informasi pasar kerja sangat

bermanfaat pula bagi pengambil kebijakan untuk menyusun kebutuhan

palatihan dalam rangka peningkatan daya saing.

Kebijakan pelatihan memerlukan dukungan data tentang seberapa

besar sebenarnya tenaga kerja kita yang perlu dilatih. Data ini dapat

diperoleh dari tambahan kesempatan kerja. Secara lebih spesifik data yang

diperlukan untuk mendapatkan jumlah tenaga kerja yang perlu

mendapatkan pelatihan adalah data penduduk yang bekerja menurut

status pekerjaan, lapangan usaha, jabatan dan tingkat pendidikan. Dari

keempat data tersebut selanjutnya dilakukan perkiraan untuk

menghasilkan seberapa besar tambahan kesempatan kerja yang tercipta.

Dari perkiraan tambahan kesempatan kerja menurut status

pekerjaan utama, sebagai prioritas yang perlu kita lakukan pelatihan

adalah tenaga kerja yang akan berusaha sendiri, berusaha dengan dibantu

dan pekerja atau buruh yang berpendidikan SMTP, SMTA dan SMK.

Sementara bekerja dengan buruh ( pengusaha) tidak perlu diberikan

pelatihan, karena untuk menjadi seorang pengusaha sebagian melalui

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

108 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

usaha sendiri atau usaha dibantu dan apabila langsung menjadi

pengusaha kemungkinan besar sudah belajar dari keluarganya.

Sedangkan mereka yang akan bekerja dengan status pekerja bebas dan

pekerja keluarga tidak perlu kita lakukan pelatihan. Selain itu, tenaga kerja

yang berpendidikan diploma dan universitas rata-rata memiliki kemampuan

yang cukup apabila ingin bekerja sebagai karyawan maupun berusaha.

Berdasarkan perkiraan kesempatan kerja tahun 2012, bahwa yang

perlu dilakukan pelatihan tentang :

1. Kewirausahaan (usaha sendiri dan dibantu) sebanyak 8.857 orang

2. Karyawan sebanyak 14.665 orang

Jumlah sasaran yang perlu dilatih pada tahun 2012 adalah sebanyak

23.522 orang.

Tabel 6.2

Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja

Menurut Status Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan

Tahun 2012

Status Pekerjaan

Utama

Tingkat Pendidikan

Jumlah SD SMTP

SMTA

Umum

SMTA

Kejuruan Diploma

Univer

sitas

1. Berusaha Sendiri tanpa bantuan

-1.668 -613 1.330 2.318 146 1.423 2.936

2. Brsh dengan dibantu -2.382 -875 1.899 3.310 208 2.032 4.193

3. Brsh dengan buruh -1.046 -384 834 1.453 91 892 1.841

4. Pkj/buruh/karyawan -6.705 -2.463 5.347 9.318 586 5.721 11.803

5. Pkj bebas di Pertanian 90 33 -72 -125 -8 -77 -158

6. Pkj Bebas di non Pert -1.783 -655 1.422 2.477 156 1.521 3.138

7. Pekerja tak dibayar -6 -2 5 9 1 6 11

Jumlah -13.500 -4.959 10.765 18.761 1.179 11.519 23.765

Untuk tahun 2013 yang perlu dilakukan pelatihan tentang :

1. Kewirausahaan (usaha sendiri dan dibantu) sebanyak 9.320 orang

2. Karyawan sebanyak 15.289 orang

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 109

Jumlah sasaran yang perlu dilatih pada tahun 2013 adalah sebanyak

24.609 orang.

Tabel 6.3

Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja

Menurut Status Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan

Tahun 2013

Status Pekerjaan

Utama

Tingkat Pendidikan

Jumlah SD SMTP

SMTA

Umum

SMTA

Kejuruan Diploma

Univer

sitas

1. Berusaha Sendiri tanpa bantuan

-1.735 -652 1.371 2.470 142 1.535 3.132

2. Brsh dengan dibantu -2.475 -930 1.956 3.523 203 2.189 4.467

3. Brsh dengan buruh -1.073 -403 848 1.527 88 949 1.936

4. Pkj/buruh/karyawan -6.906 -2.594 5.458 9.831 566 6.108 12.463

5. Pkj bebas di Pertanian 79 30 -62 -112 -6 -70 -142

6. Pkj Bebas di non Pert -1.828 -687 1.445 2.602 150 1.617 3.299

7. Pekerja tak dibayar 192 72 -152 -273 -16 -170 -346

Jumlah -13.747 -5.163 10.864 19.669 1.126 12.159 24.808

Untuk tahun 2014 yang perlu dilakukan pelatihan tentang :

1. Kewirausahaan (usaha sendiri dan dibantu) sebanyak 9.144 orang

2. Karyawan sebanyak 15.379 orang

Jumlah sasaran yang perlu dilatih pada tahun 2014 adalah sebanyak

24.523 orang.

Tabel 6.4

Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan

Tahun 2014

Status Pekerjaan Utama Tingkat Pendidikan

Jumlah SD SMTP

SMTA

Umum

SMTA

Kejuruan Diploma

Univer

sitas

1. Berusaha Sendiri tanpa bantuan -1.803 -703 1.303 2.460 121 1.552 2.929 2. Brsh dengan dibantu -2.578 -1.005 1.863 3.518 173 2.219 4.188 3. Brsh dengan buruh -1.173 458 848 1.601 79 1.010 1.906 4. Pkj/buruh/karyawan -7.370 2.874 5.324 10.055 494 6.343 11.973 5. Pkj bebas di Pertanian 100 39 -72 -137 -7 -86 -163 6. Pkj Bebas di non Pert -2.006 -782 1.449 2.736 134 1.726 3.258 7. Pekerja tak dibayar 198 77 -143 -270 -13 -170 -321

Jumlah -14.632 -5.706 10.571 19.964 980 12.593 23.770

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

110 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Untuk tahun 2015 yang perlu dilakukan pelatihan tentang :

1. Kewirausahaan (usaha sendiri dan dibantu) sebanyak 9.154 orang

2. Karyawan sebanyak 15.597 orang

Jumlah sasaran yang perlu dilatih pada tahun 2015 adalah sebanyak

24.751 orang.

Tabel 6.5

Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan

Tahun 2015

Status Pekerjaan Utama Tingkat Pendidikan

Jumlah SD SMTP

SMTA

Umum

SMTA

Kejuruan Diploma

Univer

sitas

1. Berusaha Sendiri tanpa bantuan -1.857 -744 1.266 2.499 105 1.599 2.869 2. Brsh dengan dibantu -2.657 -1.065 1.812 3.577 151 2.289 4.106 3. Brsh dengan buruh -1.244 -498 848 1.674 71 1.071 1.922 4. Pkj/buruh/karyawan -7.691 -3.082 5.244 10.353 436 6.624 11.885 5. Pkj bebas di Pertanian 111 44 -75 -149 -6 -95 -171 6. Pkj Bebas di non Pert -2.127 -852 1.450 2.863 121 1.832 3.287 7. Pekerja tak dibayar 266 107 -181 -358 -15 -229 -411

Jumlah -15.199 -6.091 10.364 20.460 862 13.091 23.487

Untuk tahun 2016 yang perlu dilakukan pelatihan tentang :

1. Kewirausahaan (usaha sendiri dan dibantu) sebanyak 9.176 orang

2. Karyawan sebanyak 15.799 orang

Jumlah sasaran yang perlu dilatih pada tahun 2016 adalah sebanyak

24.975 orang.

Tabel 6.6

Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan

Tahun 2016

Status Pekerjaan Utama Tingkat Pendidikan

Jumlah SD SMTP

SMTA

Umum

SMTA

Kejuruan Diploma

Univer

sitas

1. Berusaha Sendiri tanpa bantuan -1.894 -776 1.231 2.540 91 1.648 2.841 2. Brsh dengan dibantu -2.713 -1.113 1.765 3.640 130 2.362 4.071 3. Brsh dengan buruh -1.298 -532 844 1.741 62 1.130 1.947 4. Pkj/buruh/karyawan -7.931 -3.252 5.158 10.641 381 6.905 11.901 5. Pkj bebas di Pertanian 117 48 -76 -157 -6 -102 -176 6. Pkj Bebas di non Pert -2.222 -911 1.445 2.981 107 1.934 3.334 7. Pekerja tak dibayar 311 127 -202 .417 -15 -270 -466

Jumlah 15.630 6.409 10.165 20.969 750 13.607 23.452

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 111

Tabel 6.7

Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan

Tahun 2012-2016

Status Pekerjaan Utama Tingkat Pendidikan

Jumlah SD SMTP

SMTA

Umum

SMTA

Kejuruan Diploma

Univer

sitas

1. Berusaha Sendiri tanpa bantuan -8.965 -3.493 6.501 12.296 604 7.764 14.707 2. Brsh dengan dibantu -12.816 -4.993 9.294 17.578 863 11.099 21.025 3. Brsh dengan buruh -5.822 -2.269 4.223 7.986 392 5.043 9.552 4. Pkj/buruh/karyawan -36.588 -14.255 26.534 50.182 2.464 31.687 60.025 5. Pkj bebas di Pertanian 494 192 -358 -677 -33 -428 -810 6. Pkj Bebas di non Pert -9.945 -3.875 7.213 13.641 670 8.613 16.316 7. Pekerja tak dibayar 934 364 -678 -1.282 -63 -809 -1.533

Jumlah -72.708 -28.328 52.729 99.723 4.897 62.969 119.282

Secara keseluruhan perkiraan tambahan kesempatan kerja tahun

2012-2016 sebanyak 119.282 orang. Dari tambahan kesempatan kerja

selama tahun 2012-2016, bila dilihat dari kelompok berusaha sendiri tanpa

bantuan dan berusaha dengan dibantu (SMTP-SMTA Umum dan Kejuruan)

maka diperkirakan jumlah yang perlu dilatih adalah sebanyak 45.669 orang,

dan dari kelompok pekerja/ buruh/ karyawan yang perlu dilatih sebanyak

76.716 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Table 6.6 di atas.

Tabel 6.8

Kapasitas Lembaga Latihan, Instruktur dan Peserta Pelatihan Menurut Kabupaten/Kota

Tahun 2010

Kabupaten/ Kota

Kapasitas Terpasang Jumlah Instruktur Peserta Pelatihan

BLK LPKS Jumlah BLK LPKS Jumlah BLK LPKS Jumlah

Kab. Bantul 2,736 12,000 14,736 19 197 216 944 10,119 11,063

Kab. Gunung Kidul 1,040 1,300 2,340 24 43 67 192 744 936

Kab. Kulon Progo 1,024 2,985 4,009 23 109 132 176 2,007 2,183

Kab. Sleman 680 5,797 6,477 34 280 314 456 3,944 4,400

BLKPP 2,080 3,353 5,433 45 245 290 1,140 2,230 3,370

Jumlah 7,560 25,435 32,995 145 874 1,019 2,908 19,044 21,952

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

112 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Tabel 6.9

Kapasitas Lembaga Latihan, Instruktur dan Peserta Pelatihan Menurut Kabupaten/Kota

Tahun 2011

Kabupaten/ Kota

Kapasitas Terpasang Jumlah Instruktur Peserta Pelatihan

BLK LPKS Jumlah BLK LPKS Jumlah BLK LPKS Jumlah

Kab. Bantul 2,736 8,545 11,281 19 185 204 944 4,506 5,450

Kab. Gunung Kidul 1,040 3,300 4,340 23 67 90 736 2,199 2,935

Kab. Kulon Progo 1,024 3,020 4,044 23 85 108 196 1,839 2,035

Kab. Sleman 980 6,360 7,340 33 279 312 674 3,343 4,017

BLKPP 2,040 3,532 5,572 45 256 301 2,245 569 2,814

Jumlah 7,820 24,757 32,577 143 872 1,015 4,795 12,456 17,251

Berdasarkan Tabel 6.8 dan 6.9 di atas, kapasitas lembaga

pelatihan yang dimiliki belum dimanfaatkan secara optimal, karena

berdasarkan data dari Bidang P2SP Disnakertrans Provinsi D.I.

Yogyakarta, pelatihan yang dilakukan di BLK tahun 2010 rata-rata hanya

2.908 orang, sementara kapasitas lembaga pelatihan pemerintah (BLK)

yang kita miliki sebanyak 7.560 sehingga kapasitas terpasang yang belum

dimanfaatkan sebanyak 4.652 orang. Pelatihan yang dilakukan di LPKS

sebanyak 19.044 orang, sedangkan kapasitas yang ada sebanyak 25.435,

yang belum termanfaatkan sebanyak 6.391 orang. Pada tahun 2011

pelatihan yang dilakukan di BLK sebanyak 6.103 orang, sedangkan

kapasitas yang dimiliki sebanyak 7.820 orang sehingga kapasitas yang

belum dimanfaatkan sebanyak 1.717 orang. Sedangkan peserta pelatihan

di LPKS sebanyak 12.456 orang, sedangkan kapasitas yang ada mencapai

24.757 sehingga kapasitas yang belum dimanfaatkan sebanyak 12.301

orang.

Jumlah instruktur di BLK pada tahun 2010 sebanyak 145 orang,

sedangkan yang dilatih 2.908 orang , maka rata-rata setiap instruktur

mampu melatih 20 angkatan kerja/pencari kerja. Sementara tahun 2011

jumlah orang yang dilatih sebanyak 6.103 orang sedangkan instruktur

hanya 143 orang. Apabila setiap instruktur melatih 20 orang, maka masih

diperlukan tenaga instruktur sebanyak 162 orang. Dan untuk

mengoptimalkan kapasitas lembaga latihan pemerintah yang ada, maka

paling tidak diperlukan instruktur sebanyak 391 orang. Untuk memenuhi

kekurangan tenaga instruktur sebanyak itu bukan hal yang mudah.

Kendala keuangan, sarana dan prasarana tempat melatih calon instruktur,

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 113

serta BLK-BLK yang dimiliki Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota

belum mampu untuk mencetak calon instruktur-instruktur baru.

Berikut akan diuraikan beberapa kebijakan yang berkaitan dengan

pelatihan yang difokuskan kepada kewirausahaan dan untuk menjadi

pekerja/buruh/karyawan.

6.4.1 Pelatihan Berdasarkan Status Pekerjaan Utama

a. Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan dan Berusaha dengan

Dibantu.

Dari perkiraan tambahan kesempatan kerja tahun 2012-2016,

yang perlu mendapatkan pelatihan dengan fokus

kewirausahaan berjumlah 45.669 orang dengan rincian setiap

tahun seperti terlihat pada Tabel 6.1 sampai dengan tabel 6.5

di atas,dimana tahun 2012 terdapat 8.857 orang tahun 2013

diperkirakan jumlahnya meningkat menjadi sebanyak9.320

orang, tahun 2014 sebanyak 9.144 orang, tahun 2015

sebanyak 9.154 orang dan tahun 2016 sebanyak 9.176 orang.

Dengan banyaknya tenaga kerja yang perlu dilatih maka

dibutuhkan pula biaya besar yang harus dikeluarkan. Selain

itu, jumlah lembaga pelatihan, instruktur, serta daya tampung

lembaga pelatihan itu sendiri perlu ditambah. Program

pelatihan yang potensial dikembangkan untuk kelompok

berusaha sendiri tanpa bantuan dan dibantu diantaranya :

1) Pelatihan agribisnis

2) Pelatihan budidaya perikanan dan peternakan

3) Pelatihan jasa alat-alat mesin pertanian

4) Pelatihan tata boga

5) Pelatihan tata busana

6) Pelatihan kerajinan tangan

7) Pelatihan pertukangan

8) Pelatihan meubel

9) Pelatihan elektronika (TV, Radio, Kulkas, HP, Teknisi

computer)

10) Pelatihan otomotif

11) Pelatihan potong rambut, piñata rambut, pelatihan beauty

therapy (SPA, kulit, rambut)

12) Pelatihan teknologi mekanik

13) Pelatihan pembuat roti, kue kering, dan kembang gula

14) Pelatihan tukang jahit, pembuat pakaian, dan pembuat topi

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

114 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

15) Pelatihan penyulam

16) Pelatihan kerajinan batik

17) Pelatihan perhotelan dan pariwisata

b. Pekerja/buruh/karyawan

Berdasarkan perkiraan tambahan kesempatan kerja seperti

pada tabel 6.1 sampai dengan tabel 6.5, diperkirakan akan

terdapat tambahan sebanyak 14.665 orang pada tahun 2012

yang perlu dilatih untuk menjadi pekerja/buruh/karyawan,

sedangkan pada tahun 2013 diperkirakan akan meningkat

menjadi sebesar 15.289 orang, tahun 2014 sebanyak 15.379

orang, tahun 2015 sebanyak 15.597 orang dan tahun 2016

sebanyak 15.799 orang. Secara keseluruhan tambahan

kesempatan kerja yang perlu dilatih untuk menjadi

pekerja/buruh/karyawan tahun 2012-2016 sebanyak 76.716

orang. Jumlah tersebut adalah mereka yang berpendidikan

SMTP-SMTA Umum maupun kejuruan. Sedangkan untuk

tingkat Diploma dan Universitas tidak perlu lagi diadakan

pelatihan karena mereka dianggap sudah siap bersaing di

pasar kerja.

Prioritas pelatihan yang bisa dikembangkan bagi mereka yang

akan menjadi pekerja/buruh/karyawan di antaranya:

1) Pelatihan otomotif (mesin mobil, sepeda motor)

2) Pelatihan teknologi mekanik

3) Pelatihan elektronika

4) Pelatihan komputer, sekretaris

5) Pelatihan mesin

6) Pelatihan pembukuan/akuntansi

7) Pelatihan perhotelan

8) Pelatihan menjahit

6.4.2 Pelatihan Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Selain prioritas pelatihan tersebut di atas, pelatihan yang perlu

dilakukan juga bisa didasarkan pada jenis pekerjaan yang akan

dimasuki pencari kerja. Dari beberapa jenis jabatan yang ada,

dapat kita bedakan jenis pelatihan prioritasnya agar pelatihannya

lebih terarah dan keluarannya dapat diserap pasar kerja.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 115

a. Pertanian

Di sektor pertanian, ada beberapa jenis pelatihan yang bisa

dikembangkan, misalnya :

1) Pelatihan peternak unggas

2) Pelatihan operator mesin pertanian dan kehutanan

3) Pelatihan pekerja pertanian, perkebunan, pembibitan, dan

peternakan

4) Pelatihan petani dan nelayan

b. Industri Manufaktur

Untuk sektor industri manufaktur sebisa mungkin disesuaikan

dengan potensi daerah dan jenis industri yang ada di daerah

masing-masing. Hal ini diperlukan agar jenis pelatihan yang

dilakukan sesuai dengan kebutuhan dilapangan. Beberapa

jenis pelatihan yang bisa dikembangkan, diantaranya :

1) Pelatihan perbengkelan

2) Pelatihan Rekayasa

3) Pelatihan Building

4) Pelatihan Teknisi teknik sipil

5) Pelatihan teknisi teknik mesin

6) Pelatihan teknisi teknik listrik

7) Pelatihan pembuat roti, kue kering, dan kembang gula

8) Pelatihan tukang jahit, pembuat pakaian, dan pembuat topi

9) Pelatihan penyulam

10) Pelatihan tukang kayu dan meubel

11) Pelatihan operator mesin jahit

c. Keuangan

Di bidang keuangan, jenis pelatihan yang masih bisa

dikembangkan diantaranya :

1) Pelatihan tata usaha perkantoran

2) Pelatihan tata usaha akuntansi dan pembukuan

3) Pelatihan operator komputer dan mesin pengolah data

d. Jasa-jasa

Untuk sektor jasa, banyak pelatihan yang bisa dikembangkan,

karena sektor ini memang mengharuskan memiliki tingkat

keterampilan yang tinggi. Beberapa jenis pelatihan yang bisa

dikembangkan diantaranya :

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

116 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

1) Pelatihan montir kendaraan

2) Pelatihan pemangkas rambut, perias, dan perawat

kecantikan

3) Pelatihan pekerja rumah tangga

4) Pelatihan pengemudi mobil, taksi

5) Pelatihan tukang jahit, pembuat pakaian, dan pembuat

topi, dan lain-lain

e. Sektor lainnya

Untuk sektor lainnya, pelatihan yang bisa dikembangkan, untuk

menambah keterampilan tenaga kerja yang akan memasuki

pasar kerja diantaranya :

1) Pelatihan operator mesin forklift

2) Pelatihan pembuat kerangka bangunan

3) Pelatihan juru masak

4) Pelatihan operator komputer dan mesin pengolah data

5) Pelatihan pramusaji

6) Pelatihan perakit peralatan listrik, dan lain-lain.

Dari uraian diatas, diperlukan strategi yang dapat mendukung

terlaksananya pelatihan yang terencana dan terarah. Strategi dimaksud

antara lain :

1) Identifikasi kebutuhan latihan dan perencanaan pelatihan

berdasarkan pada kebutuhan sektor, jenis pekerjaan, tingkat

pendidikan dan status pekerjaan;

2) Mendayagunakan seluruh potensi lembaga pelatihan baik yang

dikelola oleh pemerintah, swasta, dan perusahaan serta

membangun BLK baru;

3) Memberikan pelatihan kepada angkatan kerja baru untuk

meningkatkan kualitasnya agar mampu mengisi kesempatan kerja

yang ada di dalam maupun luar negeri;

4) Membangun link and match antara program pendidikan dan

program pelatihan dengan dunia kerja;

5) Penguatan peraturan perundangan di bidang pelatihan dan

produktivitas;

6) Penguatan infrastruktur pelatihan dan produktivitas;

7) Peningkatan kualitas sumberdaya pelatihan dan produktivitas;

8) Penguatan sistem dan metoda pelatihan serta produktivitas;

9) Penguatan sistem pendanaan pelatihan dan produktivitas;

10) Revitalisasi lembaga pelatihan kerja;

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 117

11) Melakukan pelatihan berbasis kompetensi sesuai kebutuhan baik

untuk pembekalan masuk kerja maupun untuk pengembangan

karier, peningkatan produktivitas dan kesejahteraan pekerja;

12) Percepatan pengakuan sertifikat kompetensi kerja.

6.5 Rekomendasi Kebijakan Penempatan Tenaga Kerja

Kebijakan penempatan tenaga kerja diarahkan untuk pengembangan

pasar kerja, penempatan tenaga kerja dalam dan luar negeri,

pengembangan kesempatan kerja serta pengendalian penggunaan tenaga

kerja asing. Keempat kebijakan tersebut dilaksanakan untuk mengatasi

permasalahan di bidang ketenagakerjaan yaitu penganggur dan setengah

penganggur.

Kebijakan ketenagakerjaan bidang penempatan tenaga kerja

diarahkan pada perluasan kesempatan kerja, yakni melalui kebijakan lintas

sektor yang mendorong setiap sektor untuk menciptakan peluang kerja,

serta melalui berbagai program pemerintah melalui Dinas Tenaga Kerja

Provinsi D.I. Yogyakarta dan Pemerintah Daerah. Secara lebih spesifik,

kebijakan ketenagakerjaan bidang penempatan tenaga kerja diupayakan

untuk diarahkan pada 3 (tiga) jenis status pekerjaan yang dianggap penting

pada 5 (lima) lapangan usaha yang ditetapkan sebagai sektor prioritas

dalam pembangunan ketenagakerjaan. Dengan demikian, pendekatan yang

digunakan untuk memformulasikan kebijakan penempatan tenaga kerja

dalam Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi (PTKP) Tahun 2012-2016 ini

adalah dengan cara menentukan target utama penempatan tenaga kerja

berdasarkan jenis status pekerjaan dan lapangan usaha.

Adapun ketiga jenis status pekerjaan yang menjadi target utama

penempatan tenaga kerja pada tahun 2012-2016 adalah kesempatan kerja

dengan status Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan, Berusaha Dengan

Dibantu, dan Pekerja/Buruh/Karyawan. Dasar pertimbangan penetapan

kesempatan kerja dengan status Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan serta

Berusaha Dengan Dibantu sebagai target utama penempatan tenaga kerja

pada tahun 2012-2016 adalah karena kedua jenis status pekerjaan tersebut

merupakan bentuk dari kewirausahaan. Dengan menciptakan banyak

kewirausahaan, maka akan mendorong terciptanya banyak kesempatan

kerja baru. Sedangkan, dasar pertimbangan penetapan kesempatan kerja

dengan status Pekerja/Buruh/Karyawan sebagai salah satu target utama

penempatan tenaga kerja pada tahun 2012-2016 adalah karena pekerjaan

ini merupakan jenis pekerjaan yang bersifat formal. Seperti kita ketahui

bersama bahwa penciptaan kesempatan kerja formal dalam jumlah yang

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

118 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

banyak merupakan salah satu sasaran pembangunan ketenagakerjaan

nasional. Hal ini disebabkan pekerja sektor formal merupakan pekerja yang

bekerja pada segala jenis pekerjaan yang mendapatkan perlindungan

negara, menghasilkan pendapatan yang tetap, dengan tempat kerja yang

memiliki keamanan kerja (job security), serta dengan status permanen pada

unit usaha atau lembaga yang berbadan hukum.

Kelima lapangan usaha yang menjadi sektor prioritas dan ditetapkan

sebagai target utama penempatan tenaga kerja pada tahun 2012-2016

adalah sektor pertanian, sektor industri, sektor perdagangan, sektor

konstruksi dan sektor jasa. Sektor pertanian sangat diharapkan menjadi

pilar utama dalam mengurangi angka pengangguran, karena selain

potensinya yang besar dalam penciptaan kesempatan kerja yang bersifat

padat karya, juga karakteristiknya yang sangat ramah dengan kualitas

mayoritas angkatan kerja di DIY yang masih berpendidikan rendah. Sektor

industri merupakan representasi lapangan pekerjaan sektor formal. Sektor

perdagangan dan sektor jasa merupakan jenis lapangan usaha yang terus

berkembang pesat seiring dengan implementasi perdagangan bebas.

Sedangkan sector konstruksi mempunyai potensi besar dalam menciptakan

banyak kesempatan kerja mengingat pembangunan infrastruktur di wilayah

DIY merupakan target utama pemerintah dalam rangka mendorong

pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Tabel 6.10 Tambahan Kesempatan Kerja

Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha Tahun 2012-2016

Status Pekerjaan Lapangan Usaha

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah

1. Berusaha Sendiri

tanpa bantuan

32

317

4.140

121

938

6.063

911

490

1.694

14.707

2. Brsh dengan dibantu 158 480 5.690 183 1.419 8.667 1.303 701 2.422 21.025

3. Brsh dengan buruh 34 218 2.689 83 645 3.938 592 292 1.061 9.552

4. Pkj/buruh/karyawan 185 1.371 16.896 524 4.052 24.409 3.669 2.002 6.916 60.024

5. Pkj bebas di Pertanian -810 0 0 0 0 0 0 0 0 -810

6. Pkj Bebas di non Pert 0 373 4.593 142 1.102 6.726 1.011 544 1.826 16.316

7. Pekerja tak dibayar 5 -35 -432 -13 -103 -632 -95 -51 -177 -1.533

Jumlah -396 2.725 33.577 1.041 8.053 49.170 7.391 3.978 13.743 119.281

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 119

Berdasarkan hasil proyeksi (ditampilkan pada Tabel 6.10), dari tahun

2012-2016 diperkirakan akan terdapat tambahan kesempatan kerja

sebanyak 119.282 orang. Berdasarkan Status Pekerjaan Utama, tambahan

kesempatan kerja terbesar selamalima tahun tersebut adalah untuk

Pekerja/Buruh/Karyawan, diperkirakan akan bertambah sebanyak 60.024

orang. Sedangkan, berdasarkan Lapangan Usaha Utama, tambahan

kesempatan kerja terbesar pada kelima tahun tersebut adalah terdapat

pada Sektor Perdagangan sebanyak 49.170 orang.

Untuk kesempatan kerja dengan status Berusaha Sendiri Tanpa

Bantuanselama tahun 2012-2016 ditargetkan bertambah sebanyak 14.707

orang. Di lapangan usaha pertanian, kesempatan kerja dengan status

berusaha sendiri tanpa bantuan akan bertambah sebanyak 32 orang, di

lapangan usaha industri pengolahan akan bertambah 4.140 orang, di

lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran akan bertambah 6.063

orang, di lapangan usaha jasa kemasyarakatan akan bertambah 1.694

orang, sementara di lapangan usaha konstruksi akan bertambah 938

orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 6.8.

Untuk kesempatan kerja dengan status Berusaha dengan dibantu

selama tahun 2012-2016 ditargetkan bertambah sebanyak 21.025 orang.

Di lapangan usaha pertanian, kesempatan kerja dengan status berusaha

dengan dibantu anggota rumah tangga akan bertambah sebanyak 158

orang, di lapangan usaha industri pengolahan akan bertambah 5.690

orang, di lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran akan

bertambah 8.667 orang, di lapangan usaha jasa kemasyarakatan akan

bertambah 2.422 orang, sementara di lapangan usaha konstruksi akan

bertambah 1.419 orang

Untuk kesempatan kerja dengan status pekerja/buruh/karyawan

selama tahun 2012-2016 ditargetkan bertambah sebanyak 60.024 orang.

Di lapangan usaha pertanian, kesempatan kerja dengan status pekerja/

buruh/ karyawan akan bertambah sebanyak 185 orang, di lapangan usaha

industri pengolahan akan bertambah 16.896 orang, di lapangan usaha

perdagangan, hotel dan restoran akan bertambah 24.409 orang, di

lapangan usaha jasa kemasyarakatan akan bertambah 6.916 orang,

sementara di lapangan usaha konstruksi akan bertambah 4.052 orang.

Untuk tambahan kesempatan kerja pertahun dapat dilihat pada

Tabel 6.11 sampai dengan table 6.15 berikut.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

120 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Tabel 6.11

Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha

Tahun 2012

Status Pekerjaan Lapangan Usaha

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah

1. Berusaha Sendiri tanpa bantuan

-1

41

805

14

190

1.232

170

75

414

2.939

2. Brsh dengan dibantu -3 59 1.134 23 282 1.771 241 95 591 4.193

3. Brsh dengan buruh -4 26 504 10 124 773 101 47 260 1.841

4. Pkj/buruh/karyawan -8 166 3.234 64 790 4.931 682 301 1.642 11.803

5. Pkj bebas di Pertanian -158 0 0 0 0 0 0 0 0 -158

6. Pkj Bebas di non Pert - 42 833 17 211 1.325 179 88 442 3.138

7. Pekerja tak dibayar 0 0 2 1 1 5 1 0 2 11

Jumlah -174 335 6.512 128 1.597 10.037 1.374 606 3.350 23.766

Tabel 6.12 Tambahan Kesempatan Kerja

Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha Tahun 2013

Status Pekerjaan

Lapangan Usaha

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah

1. Berusaha Sendiri tanpa bantuan

18

86

913

22

316

1.043

119

145

469

3.132

2. Brsh dengan dibantu 69 123 1.257 32 451 1.488 169 207 669 4.467

3. Brsh dengan buruh 14 50 564 14 195 645 73 90 290 1.936

4. Pkj/buruh/karyawan 176 344 3.633 90 1.244 4.068 467 572 1.868 12.462

5. Pkj bebas di Pertanan -142 0 0 0 0 0 0 0 0 -142

6. Pkj Bebas di non Pert 0 91 965 24 333 1.135 125 153 473 3.299

7. Pekerja tak dibayar -2 -10 -101 -2 -35 -115 -13 -16 -52 -346

Jumlah 133 685 7.232 179 2.505 8.264 941 1.152 3.718 24.809

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 121

Tabel 6.13

Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha

Tahun 2014

Status Pekerjaan

Lapangan Usaha

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah

1. Berusaha Sendiri tanpa bantuan

-29

-65

625

29

215

1.700

-40

108

387

2.929

2. Brsh dengan dibantu -15 -93 858 40 325 2.423 -57 154 553 4.188

3. Brsh dengan buruh -18 -42 406 19 148 1.097 -26 70 252 1.906

4. Pkj/buruh/karyawan -129 -263 2.553 118 929 6.905 -164 441 1.582 11.972

5. Pkj bebas di Pertanan -163 0 0 0 0 0 0 0 0 -163

6. Pkj Bebas di non Pert 0 -73 695 32 253 1.870 -42 114 409 3.258

7. Pekerja tak dibayar 5 7 -68 -3 -25 -186 4 -12 -42 -321

Jumlah -349 -530 5.069 235 1.845 13.809 -326 875 3.141 23.769

Tabel 6.14 Tambahan Kesempatan Kerja

Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha Tahun 2015

Status Pekerjaan

Lapangan Usaha

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah

1. Berusaha Sendiri tanpa bantuan

5

19

868

25

204

1.365

83

129

171

2.869

2. Brsh dengan dibantu 15 27 1.232 36 292 1.953 113 177 261 4.106

3. Brsh dengan buruh 30 13 588 17 137 874 55 87 122 1.922

4. Pkj/buruh/karyawan -9 77 3.635 103 833 5.613 342 536 754 11.885

5. Pkj bebas di Pertanan -171 0 0 0 0 0 0 0 0 -171

6. Pkj Bebas di non Pert 0 22 987 29 234 1.564 95 148 209 3.287

7. Pekerja tak dibayar 2 -3 -126 -4 -29 -196 -12 -19 -26 -411

Jumlah -128 155 7.184 207 1.670 11.174 676 1.059 1.491 23.487

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

122 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Tabel 6.15

Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha

Tahun 2016

Status Pekerjaan

Lapangan Usaha

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah

1. Berusaha Sendiri tanpa bantuan

42

252

908

35

50

705

573

33

243

2.841

2. Brsh dengan dibantu 71 361 1.300 48 76 991 820 50 355 4.071

3. Brsh dengan buruh 54 173 609 24 36 465 392 24 170 1.947

4. Pkj/buruh/karyawan 133 1.055 3.836 148 221 2.972 2.363 145 1.026 11.900

5. Pkj bebas di Pertanan -176 0 0 0 0 0 0 0 0 -176

6. Pkj Bebas di non Pert 0 280 1.078 42 62 870 672 41 290 3.334

7. Pekerja tak dibayar -2 -41 -151 -6 -9 -117 -94 -6 -41 -466

Jumlah 122 2.080 7.580 292 436 5.886 4.726 286 2.043 23.451

Untuk kesempatan kerja dengan status Berusaha Sendiri Tanpa

Bantuan pada tahun 2012 ditargetkan bertambah sebanyak 2.939 orang,

tahun 2013 bertambah sebanyak 3.132 orang, tahun 2014 bertambah

sebanyak 2.929 orang, tahun 2015 bertambah 2.869 orangdan pada tahun

2016 ditargetkan bertambah sebanyak 2.841 orang.

1. Lapangan usaha pertanian, untuk tahun 2012 status berusaha sendiri

tanpa bantuantidak ada tambahan dan justru berkurang 1 orang,tahun

2013 bertambah 18 orang, tahun 2014 berkurang 29 orang, tahun

2015 bertambah 5 orang dan tahun 2016 tambah 42 orang.

2. Lapangan usaha industri pengolahan, untuk status ini ditargetkan

bertambah sebanyak 805 orang pada tahun 2012 dan bertambah

sebanyak 913 orang pada tahun 2013, tahun 2014 bertambah 625

orang, tahun 2015 tambah sebanyak 868 orang dan tahun 2016

bertambah sebanyak 908 orang.

3. Lapangan usaha perdagangan, untuk status ini ditargetkan bertambah

sebanyak 1.232 orang pada tahun 2012 dan bertambah sebanyak

1.043 orang pada tahun 2013, tahun2014 bertambah 1.700 orang,

tahun 2015 tambah sebanyak 1.365 orang dan tahun 2016 bertambah

sebanyak 705 orang.

4. Lapangan usaha jasa, untuk status ini ditargetkan bertambah

sebanyak sebanyak 414 orang pada tahun 2012 dan bertambah

sebanyak 469 pada tahun 2013, tahun2014 bertambah 387 orang,

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 123

tahun 2015 tambah sebanyak 171 orang dan tahun 2016 bertambah

sebanyak 243 orang.

5. Lapangan usaha konstruksi, untuk status ini ditargetkan bertambah

sebanyak sebanyak 190 orang pada tahun 2012 dan bertambah

sebanyak 316 pada tahun 2013, tahun2014 bertambah 215 orang,

tahun 2015 tambah sebanyak 204 orang dan tahun 2016 bertambah

sebanyak 50 orang.

Untuk kesempatan kerja dengan status Berusaha Dengan Dibantu

pada tahun 2012 ditargetkan bertambah sebanyak 4.193 orang, tahun

2013 bertambah sebanyak 4.467 orang, tahun 2014 bertambah sebanyak

4.188 orang, tahun 2015 bertambah 4.106 orangdan pada tahun 2016

ditargetkan bertambah sebanyak 4.071 orang.

1. Di lapangan usaha pertanian, untuk tahun 2012 status ini berkurang

sebanyak 3 orang, tahun 2013 bertambah sebanyak 69 orang, tahun

2014 berkurang sebanyak 15 orang, tahun 2015 bertambah 15 orang

dan tahun 2016 bertambah 71 orang.

2. Lapangan usaha industri pengolahan, untuk status ini ditargetkan

bertambah sebanyak 1.134 orang pada tahun 2012 dan bertambah

sebanyak 1.257 orang pada tahun 2013, tahun 2014 bertambah 858

orang, tahun 2015 tambah sebanyak 1.232 orang dan tahun 2016

bertambah sebanyak 1.300 orang.

3. Lapangan usaha perdagangan, untuk status ini ditargetkan bertambah

sebanyak 1.771 orang pada tahun 2012 dan bertambah sebanyak

1.488 orang pada tahun 2013, tahun2014 bertambah 2.423 orang,

tahun 2015 tambah sebanyak 1.953 orang dan tahun 2016 bertambah

sebanyak 991 orang.

4. Lapangan usaha jasa, untuk status ini ditargetkan bertambah

sebanyak sebanyak 591 orang pada tahun 2012 dan bertambah

sebanyak 669 pada tahun 2013, tahun2014 bertambah 553 orang,

tahun 2015 tambah sebanyak 261 orang dan tahun 2016 bertambah

sebanyak 355 orang.

5. Lapangan usaha konstruksi, untuk status ini ditargetkan bertambah

sebanyak 282 orang pada tahun 2012 dan bertambah sebanyak 451

orang pada tahun 2013, tahun2014 bertambah 325 orang, tahun 2015

tambah sebanyak 292 orang dan tahun 2016 bertambah sebanyak 76

orang. Untuk kesempatan kerja dengan status

Pekerja/Buruh/Karyawanpada tahun 2012 ditargetkan bertambah

sebanyak 11.803 orang, tahun 2013 bertambah sebanyak 12.462 orang,

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

124 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

tahun 2014 bertambah sebanyak 11.972 orang, tahun 2015 bertambah

11.885 orangdan pada tahun 2016 ditargetkan bertambah sebanyak

11.900 orang.

1. Di lapangan usaha pertanian, untuk tahun 2012 status ini diperkirakan

akan berkurang sebanyak 8 orang, tahun 2013 bertambah sebanyak

176 orang, tahun 2014 berkurang sebanyak 129 orang, tahun 2015

berkurang9 orang dan tahun 2016 bertambah 133 orang.

2. Lapangan usaha industri pengolahan, untuk status ini ditargetkan

bertambah sebanyak 3.234 orang pada tahun 2012 dan bertambah

sebanyak 3.633 orang pada tahun 2013, tahun 2014 bertambah 2.553

orang, tahun 2015 tambah sebanyak 3.6.35 orang dan tahun 2016

bertambah sebanyak 3.836 orang.

3. Lapangan usaha perdagangan, untuk status ini ditargetkan bertambah

sebanyak 4.931 orang pada tahun 2012 dan bertambah sebanyak

4.068 orang pada tahun 2013, tahun2014 bertambah 6.905 orang,

tahun 2015 tambah sebanyak 5.613 orang dan tahun 2016 bertambah

sebanyak 2.972 orang.

4. Lapangan usaha jasa, untuk status ini ditargetkan bertambah

sebanyak sebanyak 1.642 orang pada tahun 2012 dan bertambah

sebanyak 1.868 pada tahun 2013, tahun2014 bertambah 1.582 orang,

tahun 2015 tambah sebanyak 754 orang dan tahun 2016 bertambah

sebanyak 1.026 orang.

5. Lapangan usaha konstruksi, untuk status ini ditargetkan bertambah

sebanyak 790 orang pada tahun 2012 dan bertambah sebanyak 1.244

orang pada tahun 2013, tahun2014 bertambah 929 orang, tahun 2015

tambah sebanyak 833 orang dan tahun 2016 bertambah sebanyak

221 orang.

Berdasarkan data diatas diperlukan kebijakan penempatan yang

komprehensif untuk mengatasi besarnya angkatan kerja yang perlu

ditempatkan. Diantara kebijakan yang harus dilakukan adalah :

a. Kebijakan Penciptaan Pasar Kerja yang Luwes Melalui

Penyempurnaan Peraturan Perundang-Undangan.

b. Konsolodasi program perluasan kesempatan kerja meliputi Tenaga

Kerja Mandiri Terdidik, Tenaga Kerja Pemuda Mandiri Profesional,

pendayagunaan TKS dalam program pendampingan wirausaha,

Tenaga Kerja Mandiri, pendampingan wirausaha baru, padat karya

infrastruktur, padat karya produktif, sinergi program perluasan

kesempatan kerja melalui terapan teknologi tepat guna, penciptaan

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 125

Wira Usaha Baru, penempatan melalui bursa kerja, penempatan

melalui Job Fair serta penempatan tenaga kerja khusus.

c. Peningkatan Kualitas Pelayanan Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, berupa fasilitasi sebelum

pemberangkatan terutama pada proses Pembekalan Akhir

Pemberangkatan (PAP) dan meningkatkan peran sebagai coordinator

penyelesaian permasalahan, pengawasan terhadap Perusahaan

Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) berupa

pengawasan dokumen perijinan keberangkatan TKI dan sosialisasi di

tingkat Kabupaten/ Kota dalam rangka penempatan TKI yang

berkualitas. d. Penambahan jumlah dan peningkatan kualitas pengantar kerja serta

menempatkan pegawai pengantar kerja sesuai dengan keahliannya.

Pengantar Kerja tahun 2010 sebanyak 9 orang, tahun 2011 sebanyak

9 orang. Pada tahun 2012 sampai tahun 2016 direncanakan ada

penambahan 10 orang sehingga pengantar kerja mampu

mengarahkan pencari kerja berdasarkan sertifikasi/potensinya secara

maksimal.Berikut disajikan pengantar kerja, bursa kerja dan pencari

kerja pada tabel6.16.

Tabel 6.16

Bursa Kerja Pengantar Kerja dan Pencari Kerja

Menurut Kabupaten/Kota

Tahun 2010 dan 2011

Kabupaten/Kota

Tahun 2010 Tahun 2011

Bursa Kerja

Pengantar Kerja

Pencari Kerja

Terdaftar

Lowongan Kerja

Terdaftar

Bursa Kerja

Pengantar Kerja

Pencari Kerja

Terdaftar

Lowongan Kerja

Terdaftar

1. Provinsi

2. Kab. Kulon Progo 17 2 6.587 10.201 17 2 8.804 15.207

3. Kab. Bantul 26 3 13.780 1.083 26 3 5.688 2.628

4. Kab. Gunung Kidul 45 1 4.414 599 45 1 2.837 506

5. Kab. Sleman 10 1 11.997 5.383 10 1 4.034 3.447

6. Kota Yogyakarta 43 2 6.729 5.070 43 2 1.995 2.420

Jumlah 141 9 43.507 22.336 141 9 23.358 24.208

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

126 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

e. Peningkatan pelayanan pembuatan kartu kuning terhadap pencari

kerja

f. Peningkatan kualitas pusat-pusat pelayanan informasi

ketenagakerjaan.

Pengembangan kegiatan informasi pasar kerja melalui penggunaan

teknologi informasi dengan membentuk bursa kerja on-line. Selain itu

juga dilakukan pembinaan dan peningkatan kualitas lembaga

penempatan tenaga kerja baik pemerintah maupun swasta melalui

up-grading instruktur, monitoring dan pengawasan secara profesional

sesuai peraturan yang berlaku.

g. Pengembangan pusat-pusat informasi ketenagakerjaan di dalam dan

ke luar negeri secara akurat, yang mudah di akses/didapat,

terjangkau dan mudah dipahami oleh masyarakat pengguna.

h. Pengembangan kualitas dan system informasi pasar kerja, bursa

kerja dan system perluasan kesempatan kerja

i. Pengembangan program bagi tenaga kerja yang ingin bekerja di

dalam dan di luar negeri seperti; pemetaan lowongan kerja di dalam

dan di luar negeri, pemetaan tenaga kerja di dalam negeri dan

pembangunan pelayanan terpadu.

6.6 Rekomendasi Kebijakan Perlindungan Tenaga Kerja

Kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan ketenangan bekerja dan

berusaha, sehingga tercipta hubungan yang serasi antara pekerja dan

pengusaha, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan

pekerja. Dengan demikian kebijakan perlindungan tenaga kerja ini berguna

baik pada tenaga kerja itu sendiri maupun bagi para pelaku usaha dan

lainnya sehingga mampu menciptakan iklim usaha yang kondusif,

menimbulkan ketenangan bekerja dan berusaha, meningkatkan

produktivitas dan kesejahteraan pekerja, pengusaha, dan berbagai pihak

terkait. Dengan upaya ini pada akhirnya juga berpotensi membuka

berbagai peluang berusaha dan berinvestasi untuk menciptakan perluasan

kesempatan kerja baru.

6.6.1 Pengawasan Ketenagakerjaan

Kebijakan pengawasan ketenagakerjaan diarahkan agar

pelaksanaan hukum dan peraturan ketenagakerjaan dilaksanakan

secara konsisten oleh para pelaku yang mendayagunakan tenaga

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 127

kerja. Pengawasan ketenagakerjaan ditujukan untuk menghindari

berbagai perlakuan yang tidak adil, tidak manusiawi dan diskriminatif.

Bentuk pengawasan ini berlaku umum untuk seluruh kegiatan yang

menyangkut upaya produksi yang melibatkan bidang

ketenagakerjaan baik formal maupun informal, untuk kelas industri

berskala besar, menengah, kecil bahkan mikro dan perorangan atau

yang tidak dapat diklasifikasikan sekalipun. Hanya saja untuk proses

pengukuran dan perencanaan perlindungan yang terstruktur dan

sistematis perlu adanya landasan berupa data tempat

usaha/perusahaan.

Berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor

Ketenagakerjaan, ternyata pada tahun 2010 hanya 3.868 perusahaan

yang telah melapor dengan tenaga kerja sebanyak 154.272 orang,

sedangkan untuk tahun 2011 sebanyak 3.334 perusahaan dengan

tenaga kerja berjumlah 143.834 orang telah melaporkan kondisi

ketenagakerjaannya. Penurunan jumlah perusahaan terjadi tahun

2011 di Kota Yogyakarta karena adanya updating data pengawasan

ketenagakerjaan. Data Sensus Ekonomi Tahun 2006 jumlah

perusahaan yang ada di wilayah DIY sebanyak 403.348

perusahaan.Jumlah perusahaan wajib lapor sebanyak 3.334 buah,

sedangkan sisanya adalah usaha-usaha kecil dan home industri

(usaha keluarga) yang berada di bawah pembinaan Disperindagkop.

Sesuai dengan perkembangan investasi dan peningkatan

pembinaan serta sosialisasi yang intensif jumlah perusahaan yang

melaporkan tersebut harus terus ditingkatkan, sehingga pada tahun

2012 bertambah menjadi 3.438, pada tahun 2013 ditargetkan dapat

meningkat kembali menjadi 3.545 perusahaan dan pada lima tahun

mendatang yaitu tahun 2016 dapat meningkat lagi sehingga menjadi

3.889 perusahaan.

Dalam mendukung peningkatan kuantitas dan kualitas

pelaporan sangat dibutuhkan pengawas ketenagakerjaan yang

memadai, sementara tenaga Pengawas Ketenagakerjaan yang ada

di Provinsi DIY hanya 20 orang pada tahun 2011. Jumlah ini masih

sangat minimdibandingkan jumlah perusahaan maupun jumlah

tenaga kerja yang ada, karena idealnya setiap pegawai pengawas

ketenagakerjaan dapat mengawasi 60 perusahaan.

Di DIY pada tahun 2011 terdapat 3.334 perusahaan sehingga

dibutuhkan tenaga pengawas sebanyak 56 orang, padahal tenaga

pengawas yang ada hanya 20 orang sehingga masih ada kekurangan

36 pegawai pengawas. Untuk itu, pada tahun 2012 jumlah pengawas

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

128 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

ketenagakerjaan setidaknya harus bertambah sebanyak 37 orang

sehingga menjadi 57 orang, dengan demikian setiap Pengawas

Ketenagakerjaan mampu mengawasi 60 perusahaan dan sampai

dengan tahun 2016 ditargetkan bertambah 8 orang sehingga menjadi

65 orang.

Untuk mempercepat penambahan Pengawas Ketenagakerjaan

perlu dilakukan :

a. Pembiayaan bersama (sharing)antara Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten/Kota dengan Pemerintah Pusat. Hal ini karena

bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari

kewenangan/urusan wajib setiap tingkat pemerintahan dalam

upaya meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan dasar pada

masyarakat sebagaimana diatur dalam PP Nomor 38 tahun

2007.

b. Pelatihan jarak jauh (distance training) untuk materi dan teori,

praktek di kelas maupun di lapangan.

c. Pengadaan pengawas ketenagakerjaan oleh Kementerian

Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 129

Tabel 6.17

Perusahaan, Tenaga Kerja dan Pegawai Pengawas

Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010-2016

Kabupaten/Kota Tahun

2010 2011 2012*) 2013*) 2014*) 2015*) 2016*)

1. Provinsi DIY

- Pegawai Pengawas

6 6 10 10 12 12 13

2. Kabupaten Kulon Progo

- Perush yang melaporkan 338 341 345 348 352 356 359

- Tenaga Kerja 7.109 7.639 7.789 7.941 8.097 8.256 8.418

- Pegawai Pengawas 2 2 5 5 5 5 5

- Penerima Zero Accident 0 0 0 0 1 0 0

- Pengurangan pekerja anak

60 60 150 150 150 150 150

3. Kabupaten Bantul

- Perush yang melaporkan 566 507 518 530 541 553 565

- Tenaga Kerja 32.518 31.694 32.391 33.104 33.832 34.576 35.337

- Pegawai Pengawas 1 1 7 7 7 7 7

- Kasus kecelakaan kerja 80 34 29 27 26 25 20

- Pengurangan pekerja anak

60 60 90 150 150 150 150

4. Kabupaten Gunung Kidul

- Perush yang melaporkan 232 244 255 267 279 292 306

- Tenaga Kerja 2.585 4.240 4.435 4.639 4.852 5.076 5.309

- Pegawai Pengawas 1 1 4 5 5 5 5

- Kasus kecelakaan kerja 1 3 3 2 1 0 0

- Pengurangan pekerja anak

0 60 60 150 150 150 150

5. Kabupaten Sleman

- Perush yang melaporkan 997 1.031 1.066 1.102 1.139 1.178 1.217

- Tenaga Kerja 53.332 56.219 56.995 57.781 58.579 59.387 60.207

- Pegawai Pengawas 5 5 15 16 16 17 17

- Penerima Zero Accident 0 2 0 1 1 1 1

- Kasus kecelakaan kerja 117 143 70 65 61 60 50

- Pengurangan pekerja anak

60 60 90 90 90 90 90

6. Kota Yogyakarta

- Perush yang melaporkan 1.735 1.211 1.254 1.298 1.344 1.392 1.441

- Tenaga Kerja 57.728 44.042 45.134 46.254 47.401 48.576 49.781

- Pegawai Pengawas 7 5 16 16 16 17 18

- Kasus kecelakaan kerja 29 44 35 31 30 27 25

- Pengurangan pekerja anak

0 0 0 90 90 90 90

Jumlah

- Perush yang melaporkan 3.868 3.334 3.438 3.545 3.656 3.770 3.889

- Tenaga Kerja 154.272 143.834 146.744 149.719 152.761 155.871 159.051

- Pegawai Pengawas 22 20 57 59 61 63 65

- Kasus kecelakaan kerja 237 238 149 135 127 120 103

- Pengurangan pekerja anak

240 240 390 570 570 600 600

Sumber : Bidang HI-PTK Disnakertrans Prov. DIY

*) Perkiraan

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

130 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Salah satu tugas utama dari pengawas ketenagakerjaan

adalah upaya pencegahan terjadinya kecelakaan di tempat kerja,

dimana sebagian besar disebabkan oleh faktor manusia dan hanya

sebagian kecil yang disebabkan oleh faktor teknis. Untuk itu guna

menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang

lain yang berada di tempat kerja, serta sumber produksi, proses

produksi dan lingkungan kerja dalam keadaan aman, maka perlu

penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3). Selain itu penerapan SMK3 ini juga berguna untuk

mengantisipasi hambatan teknis dalam era globalisasi

perdagangan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05

Tahun 1996 setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja

sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi

bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan

produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti

peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib

menerapkan Sistem Manajemen K3. Sistem Manajemen K3 adalah

bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi

struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,

prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi

pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan

pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam

rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja

guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan

produktif.Jumlah perusahaan yang diaudit SMK3 di Provinsi DIY

tahun 2011 sebanyak 5 perusahaan. Dalam jangka menengah atau

hingga tahun 2016 jumlah perusahaan yang sudah diaudit

penerapan SMK3-nya diharapkan terus meningkat paling tidak

menjadi 10 perusahaan.

Dalam perlindungan tenaga kerja ini yang tidak kalah penting

adalah upaya penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk pada

anak. Tidak semua jenis pekerjaan sifatnya berbahaya bagi anak.

Pekerjaan ringan dapat menjadi bagian yang penting bagi proses

sosialisasi dan perkembangan anak-anak, dimana mereka belajar

bertanggungjawab dan merasa bangga atas prestasi mereka

sendiri. Sebaliknya yang harus dihapuskan adalah pekerjaan anak-

anak yang memiliki sifat atau intensitas yang dapat mengganggu

pendidikan mereka atau berbahaya bagi kesehatan dan

pertumbuhan mereka.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 131

Program pengurangan pekerja anak di 4 Kabupaten di

Provinsi D.I. Yogyakarta pada tahun 2011 sebanyak 240 anak,

tahun 2012 ditargetkan sebanyak 390anak, tahun 2013 menjadi

570 orang pekerja anak di 5 Kabupaten/ Kota. Tahun 2016

diharapkan akan bertambah lebih banyak lagi pengurangannya

mengikuti kebijakan Kemenakertrans menjadi 600 anak.Program

mengurangi/menarik pekerja anak dilakukan dengan fasilitasi baik

pada pendidikan formal maupun keterampilan. Yang telah

dilakukan oleh Disnakertrans Provinsi DIY dan Kabupaten berupa

pendampingan dan pembentukan Komite Aksi Penghapusan

Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Pada Anak (BPTA) di

Provinsi/Kabupaten/Kota, serta upaya pencegahan dan penarikan

pekerja anak. Program ini terintegrasi dengan Program Keluarga

Harapan (PKH) yang dicanangkan oleh pemerintah. Dalam PKH

penerima bantuan adalah rumah tangga sangat miskin (RTSM)

yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak usia 0-15

tahun (atau usia 15-18 tahun namun belum menyelesaikan

pendidikan dasar).

6.6.2 Hubungan Industrial

Perlindungan tenaga kerja tidak hanya berkaitan dengan

pengawasan norma ketenagakerjaan sebagaimana tersebut di atas

tetapi juga menyangkut penyelesaian perselisihan hubungan

industrial. Untuk penyelesaian yang bersifat antisipatif telah

diundangkan berbagai peraturan yang mengatur adanya perangkat

hubungan industrial ini yaitu minimal adanya Peraturan Perusahaan

(PP) atau lebih baik lagi jika ada Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

yang dapat menjadi acuan bersama bagi pekerja dan pemberi

kerja/ pengusaha. Selain itu sebagaimana aturan yang berlaku

secara internasional perlu dibentuk Serikat Pekerja (SP)/Serikat

Buruh (SB) yang menjamin kebebasan berpendapat bagi pekerja.

Perangkat hubungan industrial yang terutama adalah adanya

Lembaga Kerjasama (LKS) Bipartit karena diharapkan menjadi

‘jembatan’ utama dalam pencarian solusi yang menguntungkan

kedua belah pihak.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

132 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Tabel 6.18

Perangkat Hubungan Industrial

Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010-2016

Kabupaten/Kota Tahun

2010 2011 2012*) 2013*) 2014*) 2015*) 2016*)

1. Provinsi DIY

- Mediator

3 3 5 6 7 8 9

2. Kabupaten Kulon Progo - Perush dengan PP 29 26 34 42 50 58 64 - Perush dengan PKB 14 14 20 24 28 32 36 - Jumlah SP/SB 6 29 31 33 35 37 40 - Jumlah LKS Bipartit 26 27 35 43 51 59 67 - Mediator

1 1 3 3 3 3 3

3. Kabupaten Bantul - Perush dengan PP 156 156 166 176 186 196 206 - Perush dengan PKB 47 47 53 59 65 71 77 - Jumlah SP/SB 57 59 64 69 74 79 84 - Jumlah LKS Bipartit 56 57 65 73 81 99 107 - Mediator

2 2 6 6 6 6 6

4. Kabupaten Gunung Kidul - Perush dengan PP 17 19 27 35 42 48 58 - Perush dengan PKB 6 6 8 10 12 15 18 - Jumlah SP/SB 30 25 27 30 33 37 40 - Jumlah LKS Bipartit 10 10 14 18 23 28 34 - Mediator

1 1 3 3 3 3 3

5. Kabupaten Sleman - Perush dengan PP 250 264 284 304 324 344 364 - Perush dengan PKB 111 117 127 135 145 155 165 - Jumlah SP/SB 88 97 107 117 127 137 147 - Jumlah LKS Bipartit 108 113 128 144 161 179 197 - Mediator

5 5 9 9 9 9 9

6. Kota Yogyakarta - Perush dengan PP 184 256 276 297 319 342 365 - Perush dengan PKB 94 154 162 170 178 186 194 - Jumlah SP/SB 153 155 165 175 185 195 205 - Jumlah LKS Bipartit 52 167 182 198 215 233 252 - Mediator

6 6 10 10 10 10 10

D I Y - Perush dengan PP 636 721 787 854 921 1.039 1.055 - Perush dengan PKB 272 338 373 398 416 459 490 - Jumlah SP/SB 334 347 394 424 454 477 516 - Jumlah LKS Bipartit 252 374 424 467 531 598 657

- Mediator 18 18 36 37 38 39 41

Sumber : Bidang HI & PTK Disnakertrans Prov. DIY

*Proyeksi

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 133

Jumlah perusahaan yang memiliki PP dan PKB diharapkan

terus meningkat di semua kabupaten/kota di wilayah provinsi DIY,

sehingga pada tahun 2012 jumlah perusahaan yang memiliki PP

sebanyak 787, tahun 2013 bertambah menjadi 854 dan sampai

pada tahun 2016 mencapai 1.055 perusahaan. Sedangkan jumlah

perusahaan yang memiliki PKB ditargetkan sebanyak 373 pada

tahun 2012 dan menjadi 490 pada tahun 2016. Data selengkapnya

dapat dilihat pada Tabel 6.17.Kebijakan yang dapat dilakukan

adalah melalui sosialisasi dan perusahaan yang bermasalah

dihimbau segera menyusun PP dan PKB.

Kerjasama yang baik antara pekerja dan pengusaha akan

menimbulkan ketenangan bekerja bagi pekerja karena yakin hak-

haknya akan dijamin sesuai dengan kontribusinya. Pengusaha pun

akan memetik keuntungan dengan peningkatan produktivitas dan

terciptanya budaya kerja yang baik. Untuk itu dari keseluruhan

perangkat hubungan industrial berupa adanya PP, PKB maupun

SP/SB dan tenaga mediator maka yang terbaik adalah keberadaan

perangkat hubungan industrial berupa Lembaga Kerjasama (LKS)

Bipartit. LKS Bipartit yang berfungsi baik akan meminimalisir peran

pemerintah walau dalam kondisi harus turun tangan telah pula

diwadahi melalui LKS Tripartit.

Dengan sosialisasi dan penekanan pelaksanaan peraturan

perundangan yang berlaku maka pembentukan LKS Bipartit di

semua kabupaten/kotadi wilayah provinsi DIY diharapkan semakin

meningkat setiap tahunnya sehingga ditargetkan pada tahun 2012

mencapai 424 perusahaan tahun 2013 meningkat menjadi 467

perusahaan, tahun 2014 menjadi 531 perusahaan, tahun 2015

menjadi 598 perusahaan dan tahun 2016 mencapai 657

perusahaan yang memiliki LKS Bipartit.

Tidak dapat dipungkiri bahwa walau telah diupayakan adanya

perangkat hubungan industrial yang memadai tetapi sangat

dimungkinkan tetap terjadi perselisihan hubungan industrial.

Apalagi berbagai perangkat HI tersebut dari segi jumlah masih jauh

dari harapan. Untuk itu diperlukan banyak Mediator yang kompeten

dalam rangka memediasi segala perselisihan yang timbul. Di

Provinsi DIY jumlah mediator yang ada mencapai 18 orang pada

tahun 2011. Apabila setiap mediator memediasi 96 perusahaan

maka dari jumlah 3.334 perusahaan yang ada diperlukan mediator

sebanyak 35 orang. Pada tahun 2012 diperkirakan jumlah

perusahaan wajib lapor mencapai 3.438 perusahaan. Untuk itu

pada tahun 2012 masih diperlukan sejumlah 18 mediator lagi

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

134 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

sehingga menjadi 36 mediator. Pada tahun 2016 jumlah

perusahaan diperkirakan 3.889 perusahaan dan diperlukan 37

tenaga mediator. Untuk mengefektifkan tugas dan fungsi Mediator

maka ditempuh kebijakan sebagai berikut :

a. Memprioritaskan pembinaan terhadap perusahaan besar

dan perusahaan sedang sebanyak 979 perusahaan;

b. Meningkatkan kualitas Mediator melalui : Konsolidasi

Mediator; Pelatihan; Forum Konsolidasi dan Bimtek bagi

Petugas Administrasi Penyelesaian Perselisihan Hubungan

Industrial;

c. Menyiapkan pedoman pembinaan hubungan industrial;

penyelesaian perselisihan hubungan industrial; dan

penanganan mogok kerja;

d. Membentuk Tim Deteksi Dini di Daerah yang padat industri;

e. Menyusun peta potensi dan kondisi hubungan industrial dan

pengadaan kendaraan tanggap darurat.

6.6.3 Kesejahteraan Pekerja

Perlindungan tenaga kerja erat pula kaitannya dengan

pemenuhan jaminan sosial terhadap tenaga kerja dan juga bagi

keluarganya. Pekerja dan keluarganya yang hidup sejahtera inilah

yanghakekatnya menjadi tujuan dari konstitusi. Negara diwajibkan

menyediakan pekerjaan yang layak (decent work) bagi tiap-tiap

warga negaranya. Dengan demikian, tujuan mensejahterakan

masyarakat dapat terwujud. Perwujudan ini melalui jalur yang

memang seharusnya, yaitu bukan dari serangkaian program subsidi

dan bantuan namun di sisi lain mengesampingkan hak-hak pekerja

yang telah bekerja keras bagi peningkatan kesejahteraan diri dan

keluarganya. Pada kenyataannya, tenaga kerja memang relatif

mempunyai kedudukan yang lebih lemah sehingga tanggung jawab

utama dalam perlindungan dan kesejahteraan pekerja ini berada di

tangan pengusaha selain tenaga kerja itu sendiri yang juga turut

berperan aktif dalam pelaksanaan program jaminan sosial tenaga

kerja ini.

Adanya program jaminan sosial ini berkenaan dengan

pemeliharaan kesejahteraan pada saat tenaga kerja kehilangan

sebagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat terjadinya

resiko-resiko sosial seperti kecelakaan kerja, sakit, meninggal dunia

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 135

dan hari tua. Jaminan sosial tenaga kerja mempunyai beberapa

aspek, antara lain:

1. memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan

hidup minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya;

2. merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah

menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan

tempat mereka bekerja.

Tabel 6.19

Kepesertaan Perusahaan dan Tenaga Kerja Aktif Jamsostek Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010-2016

Kabupaten/Kota Tahun

2010 2011 2012*) 2013*) 2014*) 2015*) 2016*)

1. Provinsi DIY

- Perusahaaan aktif 1.760 2.054 2.152 2.184 2.206 2.227 2.253

- Tenaga Kerja aktif

64.350 108.154 108.888 109.511 110.364 112.849 118.225

2. Kabupaten Kulon Progo

- Perusahaaan aktif 76 76 79 82 84 86 89

- Tenaga Kerja aktif

3.558 3.558 3.654 3.669 3.683 3.712 3.785

3. Kabupaten Bantul

- Perusahaaan aktif 292 295 312 318 322 325 331

- Tenaga Kerja aktif

18.953 18.956 19.594 19.605 19.710 19.913 20.615

4. Kabupaten Gunung Kidul

- Perusahaaan aktif 40 40 43 47 49 53 56

- Tenaga Kerja aktif

950 950 950 960 1.061 1.114 1.201

5. Kabupaten Sleman

- Perusahaaan aktif 526 526 540 552 561 569 574

- Tenaga Kerja aktif

35.205 35.205 35.205 35.307 35.608 36.000 36.410

6. Kota Yogyakarta

- Perusahaaan aktif 826 1.117 1.178 1.185 1.190 1.194 1.203

- Tenaga Kerja aktif

5.684 49.485 49.485 49.970 50.302 50.916 56.214

Sumber : Bidang HI & PTK Disnakertrans Prov. DIY

Jumlah kepesertaan jamsostek (perusahaan dan tenaga kerja) di

semua kabupaten/kota di wilayah provinsi DIY yang aktif harus

terus ditingkatkan sehingga pada tahun 2012 jumlah perusahaan

yang menjadi peserta aktif mencapai 2.152 perusahaan dengan

tenaga kerja aktif sebanyak 108.888 orang, dan tahun 2016

perusahaan yang menjadi peserta aktif bertambah menjadi 2.253

perusahaan dengan kepesertaan tenaga kerja (aktif) mencapai

118.225orang. Data kepesertaan jamsostek aktif menurut

Kabupaten/Kota dapat dilihat pada Tabel 6.18

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

136 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

Peningkatan kepesertaan aktif perusahaan maupun pekerja

pada program jamsostek ini tentu saja harus tetap dibarengi

berbagai upaya penurunan kasus kecelakaan kerja. Berdasarkan

data dari Bidang HIPTK Disnakertrans Provinsi DIY tahun 2010 ada

237 kasus kecelakaan kerja,kemudian tahun 2011 ada 238

kasus.Dari jumlah tersebut, kasus kecelakaan terbanyak ada di

Kabupaten Sleman sebanyak 117 kasus pada tahun 2010 dan

bertambah menjadi 143 kasus pada tahun 2012. Namun demikian

dengan berbagai upaya pengawasan dan perlindungan tenaga

kerja yang terus dilakukan sehingga pada tahun 2016 kasus

kecelakaan kerja tersebut dapat ditekan menjadi 50

kasus.Demikian juga kasus yang ada di kabupaten yang lain

diharapkan dapat ditekan setiap tahunnya. Dengan demikian kasus

kecelakaan kerja yang ada di wilayah provinsi DIY semakin

berkurang dari 149 kasus pada tahun 2012 menjadi 103 kasus di

tahun 2016.

Upaya perlindungan tenaga kerja tetap merupakan suatu

kondisi yang bersifat menyeluruh dan saling terkait. Upaya

pencegahan terjadinya suatu musibah dalam lingkungan kerja

harus pula diikuti dengan berbagai perangkat yang menjaga agar

segala sesuatu berjalan dengan baik dan seharusnya. Jika terjadi

sesuatu, pemerintah berkewajiban menyelenggarakan suatu

program yang menjamin kepastian berlangsungnya arus

penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau

seluruh penghasilan yang hilang karena sesuatu hal.

Tabel 6.20

Perkembangan Upah Minimum Pekerja

Tahun 2009-2012

Tahun UMP (Rp) KHL (Rp) Prosentase

UMP/KHL (%)

2009 700.000,- 820.247,- 85,34

2010 745.694,- 750.490,- 99,36

2011 808.000,- 802.338,- 100,11

2012 892.660,- 862.390,- 103,50

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 137

Untuk melindungi pekerja/buruh pemerintah setiap tahun

menetapkan Upah Minimum Provinsi (UMP). Perlindungan dalam

bentuk UMP ini agar para buruh/pekerja tidak memperoleh upah di

bawah UMP. Hal ini dimaksudkan agar kesejahteraan para

buruh/karyawan tetap terjaga, sehingga dapat memenuhi

kebutuhan hidup secara layak, serta mampu mempertahankan dan

meningkatkan produktviitas kerjanya. Penetapan UMP di DIY pada

tahun 2011 telah melampaui Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dimana

UMP sebesar Rp. 808.000,- sementara KHLnya sebesar Rp.

802.338,- atau besarnya UMP 100,11 persen dari besarnya KHL.

Untuk tahun 2012 besarnya UMP meningkat sebesar 11,05

persen menjadi Rp. 892.660,- dan besarnya KHL Rp. 862.390,-

atau 103,50 persen. Diharapkan sampai dengan tahun 2016 baik

UMP maupun KHL dapat meningkat lebih besar lagi.

6.7 Rekomendasi Kebijakan Lainnya

6.7.1 Penempatan Tenaga Kerja Ke Luar Negeri

Penempatan tenaga kerja ke luar negeri disamping

mampu memecahkan persoalan pengangguran sekaligus

dapat mendatangkan devisa bagi Negara. Untuk itu

diperlukan penyaluran yang baik agar dapat meminimalisir

permasalahan di Negara penempatan. Karena kewenangan

yang dimiliki pemerintah provinsi dalam hal ini Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi adalah dalam pengeluaran SPR

(Surat Pengantar Rekrut), maka yang dapat dilakukan adalah

dengan peningkatan fasilitasi sebelum pemberangkatan

terutama pada proses Pembekalan Akhir Pemberangkatan

(PAP). Perlu ditingkatkan peran sebagai coordinator

penyelesaian permasalahan, pengawasan terhadap

Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta

(PPTKIS) berupa pengawasan dokumen perijinan

keberangkatan TKI dan sosialisasi di tingkat Kabupaten/ Kota

dalam rangka penempatan TKI yang berkualitas.

Dalam rangka pemberdayaan purna TKI perlu

ditingkatkan pemberian fasilitas berupa pembekalan agar

menjadi wirausaha baru. Hal ini perlu dilakukan karena tidak

semua purna TKI siap untuk mandiri.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

138 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

6.7.2 Magang Ke Luar Negeri

Magang ke luar negeri memberikan banyak peluang

dalam pengurangan penagangguran. Ketika kembali ke

daerah asal mereka membawa modal/ uang yang cukup

banyak sehingga akan memberikan efek domino bagi

terbukanya lapangan usaha baru.

Untuk efektifitas magang ke luar negeri diperlukan

peranan pemerintah untuk menjalin kerjasama dengan

lembaga-lembaga di beberapa Negara yang dapat

memfasilitasi kegiatan magang tersebut. Disamping itu perlu

adanya sosialisasi kepada kelompok masyarakat tentang

persyaratan yang diperlukan seawal mungkin, misal

dilakukan di Sekolah Menengah Tingkat Atas, sehingga yang

berminat dapat mempersiapkan diri dengan baik.

Dalam rangka pembinaan setelah selesai magang

diperlukan pendataan, sehingga mereka yang tidak bisa

masuk ke perusahaan dapat difasilitasi menjadi pelaku

wirausaha baru.

6.7.3 Padat Karya

Salah satu yang dapat ditempuh dalam perluasan

lapangan kerja adalah penyelenggaraan padat karya.

Pelaksanaannya meliputi padat karya infrastruktur yang

bertujuan untuk membuka aksesibilitas daerah terpencil

sehingga dapat menggerakkan roda perekonomian dan

pembentukan kelompok usaha melalui Perluasan Kerja

Sistem Padat Karya (PKSPK). Kelompok usaha yang dibentuk

sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah tersebut.

Untuk memaksimalkan hasil padat karya maka

diperlukan peran aktif kelompok masyarakat dalam

memberikan informasi tentang kebutuhan padat karya baik

infrastruktur maupun PKSPK. Sehingga mekanisme

Permendagri No. 32 tahun 2010 tentang Pedoman Hibah dan

peraturan Gubernur No. 5 Tahun 2011 tentang Tata Cara

Hibah dan Bantuan Sosial dapat terpenuhi.Agar padat karya

tepat sasaran maka perlu dilakukan penelitian, proposal dan

pengecekan lokasi.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 139

Dalam rangka pembinaan dan pengembangan usaha

maka diperlukan pendampingan pada setiap kelompok usaha,

sehingga tenaga pendamping harus selalu ada pada PKSPK.

6.7.4 Usaha Sektor Informal

Usaha mikro, kecil dan menengan (UMKM) mampu

menyerap tenaga kerja cukup tinggi dan lebih tahan terhadap

krisis. Namun usaha di sektor ini mayoritas masih banyak

kendala yang dihadapi. Karena itu diperlukan pembekalan

tentang kewirausahan / manajemen usaha bagi mereka, perlu

pemanduan dan bimbingan usaha dari pemerintah, karena hal

ini akan memberikan pengaruh yang positif dalam

pengembangan usaha yang dikelola.

Untuk meningkatkan usaha di sektor informal

diperlukan peranan pemerintah dalam memberikan fasilitas-

fasilitas ketrampilan berwirausaha, memberikan peluang

untuk dapat memperluas kerjasama dengan pihak-pihak/

lembaga masyarakat untuk pendampingan usaha mereka,

fasilitas konsultasiusaha bagi pengusaha pemula, stimulant

modal sebagai pengembangan usaha maupun bantuan alat

kerja terhadap kelompok usaha produktif.

Dalam rangka pembinaan, pengembangan dan

pendayagunaan sektor informal agar dapat tumbuh dan

berkembang, terarah dan terkoordinasi serta terpantau dan

terlindungi perlu dibentuk lembaga yang dapat ditangani pihak

pemerintah dan swasta.

6.7.5 Transmigrasi

Menurut Undang-Undang No. 29 Tahun 2009 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997

Tentang Ketransmigrasian, yang dimaksud Transmigrasi

adalah perpindahan penduduk secara sukarela untuk

meningkatkan kesejahteraan dan menetap di kawasan

transmigrasi yang diselenggarakan pemerintah. Animo

masyarakat untuk bertransmigrasi masih cukup tinggi,

melebihi kuota yang diberikan oleh pemerintah pusat.

Untuk menjamin terpenuhinya harapan transmigran

berupa peningkatan kesejahteraan maka dapat ditempuh

kebijakan :

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

140 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

a. Perlu adanya perlindungan/ advokasi dan pendampingan

secara lebih baik kepada transmigran oleh daerah

pengirim

b. Perlu adanya jaminan yang lebih kongkrit tentang

peningkatan kesejahteraan transmigran dengan

penguatan peningkatan kerjasama antar wilayah, antar

daerah, antar pelaku dan antar sektor dalam rangka

pengembangan kawasan transmigrasi.

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 141

6.8. Kebijakan Pembangunan Ketenagakerjaan Pemerintah Provinsi DIY

6.8.1 Pelatihan Kewirausahan di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Provinsi DIY Tahun 2012

NO NAMA KEGIATAN KELOPOK SASARAN JENIS PELATIHAN LOKASI

(KAB/KOTA) JUMLAH

SASARAN / TH

1 2 3 4 5 6

1 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat LKP PRIMA CENDEKIA Ketrampilan Menjahit Bantul 10

2 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat LKP AN-NISA Pelatihan Usaha Modiste Bantul 16

3 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat LKP POPBAYO Ketrampilan Menjahit Kulonprogo 16

4 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat LPSDM EDOCOM Desain Grafis Bantul 16

5 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat LKP Jogja View Komputer Multimedia Sleman 16

6 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat LKP PPMM52 Pupuk Organik & aplikasi Kota Yogya 15

7 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat LPK Kumalasari Menjahit Pakaian Sleman 20

8 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat LKP Tarakanita College Produk makanan kue kering Sleman 16

9 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat PKBM KARYA MANDIRI Bidang: Pertanian Pembuatan Pupuk Organik Gunungkidul 16

10 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat PKBM KARYA MANUNGGAL Bidang: Hantaran Gunungkidul 12

11 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat PKBM AGUNG LESTARI Budidaya Jamur Tiram Kulonprogo 15

12 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat PKBM NGUDI KAPINTERAN Budidaya Kambing Gunungkidul 10

13 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat PKBM MELATI Peternakan Lele Kulonprogo 15

14 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat PKBM " ASRI " Bidang Pertanian Gunungkidul 16

15 Program Desa Vokasi LKP Srikandi Kursus Kerajinan Batik Bantul 28

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

142 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

16 Program Desa Vokasi LKP Yoesti Otomotif-Montir Spd Motor Sleman 25

17 Program Desa Vokasi LKP Pusparini Tata Kecantikan Rambut Kulonprogo 28

18 Program Desa Vokasi PKBM Widya Bhakti Budidaya Perikanan Darat Kulonprogo 26

19 Program Desa Vokasi LKP Ar-Rum Membuat Bsn Konveksi Kota YK 26

20 Program Desa Vokasi LKP Waris Jaya Menjahit Sarung Tangan Sleman 28

21 Program Desa Vokasi LKP " BU YATI " Menjahit Gunungkidul 27

22 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP CHRISTANTI Tata Kecantikan Rambut Sleman 20

23 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP AST "Airport Service Training" Ticketing dan Reservasi Bantul 15

24 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP ABADI Teknisi Komputer Kulon Progo 20

25 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP AGUSTIN Tata Rias Pengantin muslim Yogya berkerudung Bantul 18

26 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP AL - Fath Course Menjahit Sarung Tangan dan kerajinan tas level III Bantul 18

27 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP BOSTON ENGLISH COURSE

Pembelajaran Bahasa Inggris bagi pengembangan sektor pariwisatam seni budaya dan perhotelan

Yogyakarta 20

28 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP CANDRA DEWI Tata kecantikan Rambut Bantul 18

29 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP CENDANA WANGI Tata Rias Pengantin Jogja Jogja berkerudung tanpa paes Bantul 18

30 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP Colour Model Management ASMAT Pelatihan instruktur modeling Sleman 18

31 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP Delta Computer Teknisi Komputer Kulon Progo 20

32 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP DYTA Menjahit Wanita dan anak Sleman 18

33 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP ERLYA Menjahit Kulon Progo 18

34 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP ERNESTINE Kursus menjahit Pakaian wanita level 1 Sleman 18

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 143

35 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP Global Mandiri Montir Sepeda Motor Kulon Progo 18

36 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP HANS Konveksi/Menjahit busana Sleman 15

37 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP IMBIA Teknisi Komputer Yogyakarta 22

38 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP JUSTICIA KOMPUTER Teknisi Komputer Kulon Progo 20

39 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP KARIR YOGYAKARTA Montir Sepeda Motor Bantul 21

40 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP KLINIK SELULER Tenisi Handphone Yogyakarta 20

41 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP LPKMI Tata Busana (Menjahit) Sleman 18

42 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP Melati Menjahit Gunungkidul 18

43 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP MELATI SUCI Menjahit Gunungkidul 20

44 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP MUSLIMAH Tata Kecantikan Rambut Kulon Progo 18

45 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP Nuricom Desain Grafis Komputer Bantul 22

46 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP PERINTIS Tata Busana Bantul 18

47 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP Prima Security Pelatihan Keamanan/Satpam Bantul 15

48 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP Prinovin Teknisi Komputer Gunungkidul 15

49 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP SEGAR Kursus Pelatih Senam Sleman 18

50 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP TARI SEMUSIM Seni Tari Kulon Progo 20

51 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP TRISAKTI Menjahit Sleman 18

52 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LPK Nur Hidayah Pendidikan Asisten perawatan (care giver) Bantul 18

53 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LPK POPBAYO Bantul Teknisi Otomotif Bantul 18

54 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LPK Putri Kedaton SPA Terapis Sleman 18

55 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LPKMI Menjahit Bantul 18

56 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LPMK VISTA STIMKY Desain Grafis Bantul 21

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

144 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

57 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LPP Talenta Gama Teknisi Komputer Bantul 15

58 Program Pendidikan Kecakapan Hidup PPSDM FARMARINDO Profesi Detailer Yogyakarta 20

59 Program Pendidikan Kecakapan Hidup (non LKP) PKBM Bhakti Persada Budidaya Ayam Buras Kulon Progo 17

60 Program Pendidikan Kecakapan Hidup (non LKP) PKBM Bumi Pertiwi Tata Boga Kulon Progo 16

61 Program Pendidikan Kecakapan Hidup (non LKP) PKBM Mandiri Pertukangan Kayu Bantul 17

62 Program Pendidikan Kecakapan Hidup (non LKP) PKBM Ngudi Kawruh Menjahit TK Terampil Kulon Progo 15

63 Program Pendidikan Kecakapan Hidup (non LKP) PKBM PANGERAN DIPONEGORO Menjahit Tingkat terampil Sleman 17

64 Program Pendidikan Kecakapan Hidup (non LKP) PKBM Sumber Ilmu Bidang kehutanan (Jati unggul nusantara Gunungkidul 19

65 Program Pendidikan Kecakapan Hidup (non LKP) PKBM Wiyata Sari Menjahit (Tata Busana) Bantul 15

66 Program Pendidikan Kecakapan Hidup (non LKP) SMK Bina Wiyata Tata Kecantikan Rambut Bantul 13

Total 1209

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 145

Jumlah Sekolah SMU dan SMK di Provinsi DIY Tahun 2011

NO Jenis Pendidikan

Negeri Swasta

Jumlah Akreditasi

Non Akreditasi Jumlah Akreditasi

Non Akreditasi A B C A B C

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 SMU

Kota Yogyakarta 13 13 0 0 0 40 23 14 2 1

Kab. Bantul 23 23 0 0 0 21 9 11 0 1

Kab. Sleman 22 21 1 0 0 35 16 15 4 0

Kab. Kulon Progo 14 13 1 0 0 7 0 7 0 0

Kab. Gunungkidul 12 10 2 0 0 17 4 7 6 0

Jumlah (1) 84 80 4 0 0 120 52 54 12 2

Jumlah Jumlah

2 SMK sekolah jurusan sekolah jurusan

Kota Yogyakarta 8 44 42 1 0 1 21 42 30 8 2 2

Kab. Bantul 13 41 31 10 0 0 20 37 17 17 0 3

Kab. Sleman 8 35 30 2 0 3 45 71 49 19 2 1

Kab. Kulon Progo 7 28 20 8 0 0 26 48 26 17 2 3

Kab. Gunungkidul 14 45 31 10 0 4 30 64 29 25 4 6

Jumlah (2) 50 193 154 31 0 8 142 262 151 86 10 15

Jumlah 1+2 134 234 35 0 8 262 203 140 22 17

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

146 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

6.8.2 Pelatihan Kewirausahaan di Dinas Sosial Provinsi DIY Tahun 2012

NO NAMA KEGIATAN KELOMPOK SASARAN JENIS PELATIHAN LOKASI (KAB/KOTA) JUMLAH SASARAN/

TH

1 2 3 4 5 6

1 Unit Pelayanan Sosial Keliling

(UPSK)

Orang Dengan Kecacatan Home Industri Kabupaten Bantul

Kabupaten Gunungkidul

100 orang

100 orang

2 Loka Bina Karya (LBK) Orang Dengan Kecacatan Pertukangan Kayu

Menjahit

Kabupaten Gunungkidul

Kabupaten Kulonprogo

15 orang

15 orang

3 Pendidikan dan pelatihan bagi

penyandang cacat dan eks

trauma

Eks sakit jiwa Pertukangan kayu Kabupaten Sleman 15 orang

4 Revitalisasi Orang Dengan Kecacatan Pertukangan Kayu

Menjahit

Kabupaten Kulonprogo

Kabupaten Kulonprogo

10 orang

10 orang

5 Bimbingan dan Rehabilitasi

Sosial Penanganan Bekas

Warga Binaan Lembaga

Pemasyarakatan (BWPLP)

BWPLP (Eks Napi) Bengkel Sepeda Motor LPK Karir, Banguntapan,

Bantul

40 orang

6 Bimbingan dan Rehabilitasi

Sosial Penanganan Tuna Susila

Luar Panti

Tuna Susila Ketrampilan Olahan Pangan LPK Jilli, Mrican, Sleman 20 orang

7 Rehabilitasi Sosial Korban Korban Penyalahgunaan Bengkel Sepeda Motor LPK Karir, Banguntapan, 15 orang

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 147

Penyalahgunaan Napza Napza Bantul

8 Pendidikan dan Pelatihan

Ketrampilan Berusaha Bagi Eks

Korban Bapza

Korban Penyalahgunaan

Napza

Bengkel Sepeda Motor LPK Karir, Banguntapan,

Bantul

15 orang

9 Pendidikan dan Pelatihan

Ketrampilan Berusaha Bagi

Tuna Susila

Tuna Susila Ketrampilan Olahan Pangan Balai RW 10 Giwangan,

Umbulharjo

15 orang

10 Pendidikan dan Pelatihan

Ketrampilan Berusaha bagi Eks

Warga Binaan Pemasyarakatan

(WBS)

WBS Bengkel Sepeda Motor LPK Karir, Banguntapan,

Bantul

15 orang

11 Bimbingan Penumbuhan UEP

Embrional Orsos Desa

Organisasi Sosial (Orsos) Bimbingan ketrampilan

pengelolaan Usaha

Ekonomis Produktif (UEP)

Provinsi (Peserta dari

masing-masing Kab/Kota)

20 orang pengurus

Orsos (setiap orsos

diwakili oleh 2

orang)

12 Pelatihan Ketrampilan

Berusaha bagi Keluarga Miskin

Ibu Rumah Tangga dari

Keluarga Miskin

Bimbingan Ketrampilan

Pengelolaan Usaha

Ekonomis Produktif

Kabupaten Bantul

Kabupaten Kulonprogo

Kabupaten Gunungkidul

60 KK

120 KK

120 KK

13 Pelatihan Ketrampilan bagi

Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial

Wanita Rawan Sosial

Ekonomi (WRSE)

Bimbingan Ketrampilan

Pengelolaan Usaha

Ekonomis Produktif

Kabupaten Bantul

Kabupaten Kulonprogo

Kabupaten Sleman

Kabupaten Gunungkidul

40 KK

60 KK

80 KK

60 KK

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

148 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

6.8.3 Pelatihan Kewirausahaan di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY Tahun 2012

No Nama Kegiatan Kelompok Sasaran Jenis Pelatihan

Lokasi (Kab/Kota) Jumlah Sasaran/Tahun

1. Pelatihan Budidaya Ikan di Lahan Pesisir Kelompok pembudidaya ikan

Kab. Gunungkidul, Bantul dan Kulon Progo

48 orang

2. Bimbingan Teknis Pelatihan Operasional Alat tangkap Purse Seine

Kelompok nelayan Kab. Gunungkidul, Bantul dan Kulon Progo

20 orang

3. Bimbingan Teknis Perawatan dan Perbaikan Mesin Kapal Perikanan 30 GT

Kelompok nelayan Kab. Gunungkidul, Bantul dan Kulon Progo

20 orang

4. Bimbingan Teknis Penangkapan Ikan dengan Alat Bantu Rumpon Menggunakan Kapal 30 GT

Kelompok nelayan Kab. Gunungkidul, Bantul dan Kulon Progo

20 orang

5. Peningkatan Kemampuan Manajemen Usaha Pengolah dan Pemasar Hasil Perikanan

Kelompok pengolah dan pemasar

Provinsi DIY 80 orang

6. Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Penyuluh Perikanan Swadaya di Bidang Kelautan dan Perikanan

Penyuluh perikanan Provinsi DIY 60 orang

7. Pelatihan kewirausahaan penyuluh perikanan Penyuluh perikanan Provinsi DIY 40 orang

8. Bimtek hama penyakit ikan Pembudidaya Provinsi DIY 50 orang

9. Pelatihan mitigasi bencana Masyarakat pesisir Kab. Gunungkidul, Bantul dan Kulon Progo

90 orang

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 149

6.8.4 Pelatihan Kewirausahaan di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Prov. DIY Tahun 2012

NO NAMA KEGIATAN KELOMPOK SASARAN JENIS PELATIHAN LOKASI JUMLAH SASARAN

1

Fasilitasi Desa PRIMA pada kegiatan Inisiasi Desa PRIMA

Perempuan pelaku usaha Mikro Kecil yang ada di lokasi Desa PRIMA

Pelatihan Manajemen Pengelolaan Keuangan dan Keterampilan usaha

1 Desa Prima Banjarharjo, Kalibawang, Kulonprogo

240 orang

2 Desa Prima Sidoharjo, Samigaluh, Kulonprogo

3 Desa Prima Tuksono, Sentolo, Kulonprogo

4 Desa Prima Gadingsari, Sanden, Bantul

5 Desa Prima Canden, Jetis, Bantul

6 Desa prima Kemadang, Tanjungsari, Gunungkidul

7 Desa Prima Pacarejo, Semanu, Gunungkidul

8 Desa Prima Banyusoco, Playen, Gunungkidul

9 Desa Prima Sumbersari, Moyudan, Sleman

10 Desa Prima Kelurahan Bumijo, Jetis Yogyakarta

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

150 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

2 Bintek pemandu wira usaha

pelaku program PNPM-MP Bimbingan teknis Provinsi DIY 28 orang

3 Pelatihan kewirausahaan bagi UPPKS

Kelompok UPPKS Pelatihan kewirausahaan Kota Yogyakarta 2 klp/ @ 2 orang

Kab. Bantul 2 klp/ @ 2 orang

Kab. Gunungkidul 2 klp/ @ 2 orang

Kab. Kulonprogo 2 klp/ @ 2 orang

Kab. Sleman 2 klp/ @ 2 orang

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 151

6.8.5 Pelatihan Kewirausahaan di Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Provinsi DIY Tahun 2012

NO NAMA KEGIATAN KELOMPOK SASARAN

JENIS PELATIHAN LOKASI

(KAB/KOTA) JUMLAH

SASARAN/TH

A PROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHA KECIL MENENGAH

1 Peningkatan Kualitas SDM UMKM di DIY

UMKM DIY Pelatihan manajerial dan administrasi

Provinsi DIY 210 IKM

2 PROGRAM PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN EKSPOR

3 Bimbingan Teknis Negosiasi Kontrak Dan Letter Of Credit

Eksportir Pelatihan manajerial dan administrasi

Provinsi DIY 50 Importir, Eksportir

B PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS IPTEK SISTEM PRODUKSI

1 Peningkatan Kemampuan Teknologi IKM Logam

IKM Alumunium di DIY

Pelatihan peningkatan ketrampilan

Provinsi DIY 50 IKM

2 Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Produk Olahan Ikan

IKM Pangan Pengolahan ikan di Provinsi DIY

Pelatihan peningkatan ketrampilan

Provinsi DIY 20 IKM

3 Pengembangan IKM Kuningan IKM Kuningan DIY Pelatihan peningkatan ketrampilan

Provinsi DIY 50 IKM

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

152 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

C PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

1 Peningkatan Kualitas Produk IKM Kerajinan

IKM Kerajinan kayu, bambu, serat alam

Pelatihan peningkatan ketrampilan

Provinsi DIY 20 IKM

2 Penerapan SNI IKM Logam IKM Logam Alumunium

Pelatihan peningkatan ketrampilan

Provinsi DIY 20 IKM

3 Penerapan GKM IKM Bambu dan Kayu

IKM Kayu Bambu DIY Pelatihan peningkatan ketrampilan

Provinsi DIY 10 Gugus

4 Pengembangan Produk IKM Sandang

IKM Sandang Kab.Bantul

Pelatihan peningkatan ketrampilan

Kab. Bantul 20 Orang

5 Fasilitasi Teknologi Finishing Produk Presisi

IKM Aumunium di DIY

Pelatihan peningkatan ketrampilan

Provinsi DIY 20 Orang

6 Peningkatan Kualitas dan Desain IKM Batik

IKM di Provinsi DIY Pelatihan peningkatan ketrampilan

Provinsi DIY 20 IKM

7 Pengembangan Usaha Industri Kecil OVOP

Kelompok Wanita Harum

Pelatihan peningkatan ketrampilan

Kab. Kulonprogo 30 IKM

8 Pelatihan Teknis Pengembangan Desain Kemasan IKM Pangan

IKM Pangan Pengolahan Ikan di Provinsi DIY

Pelatihan peningkatan ketrampilan

Provinsi DIY 20 IKM

9 Pengembangan Desain IKM Kerajinan

IKM Kerajinan kayu, bambu, serat alam

Pelatihan peningkatan ketrampilan

Provinsi DIY 20 IKM

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 153

D PROGRAM PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNOLOGI INDUSTRI

1 Peningkatan Kualitas dan Desain IK Mebel Kayu

IKM Mebel Kayu, Kasihan Bantul, Lendah Kulonprogo, dan Nglipar Gunungkidul

Pelatihan peningkatan ketrampilan

Kab. Bantul, dan Kab. Gunung Kidul

20 IKM

2 Pengembangan Teknologi Pengolahan Produk Herbal

a. Kelompok Pengrajin VCO Edi Peni (Warung Pring, Mulyodadi, Bambanglipuro, Bantul) b. Kelompok Sekar Arum (Daratan III, Sendang Arum, Minggir Sleman)

Pelatihan peningkatan ketrampilan

Kab. Bantul, dan Kab. Sleman

30 IKM

3 Pengembangan Produksi Biofarmaka (Empon-empon)

a. Kelompok Wanita Seruni Putih (Kiringan, Canden, Jetis, Bantul) b. Kelompok Manunggal Asih (Legundi, Planjan, Saptosari Gunungkidul)

Pelatihan peningkatan ketrampilan

Kab. Bantul, dan Kab. Gunung Kidul

60 IKM

4 Peningkatan Kualitas dan Pengembangan Desain Sentra Kerajinan Bambu

Sentra Kerajinan Bambu Munthuk Dlingo Bantul, Sedayu Bantul, Brajan Minggir Sleman

Pelatihan peningkatan ketrampilan

Kab. Bantul dan Kab. Sleman

30 IKM

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

154 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

E PROGRAM PENATAAN STRUKTUR INDUSTRI

1 Pelatihan Ketrampilan Usaha Bagi Masyarakat Lingkungan Industri Hasil Tembakau (Cukai)

IKM Pengolahan Pangan Sekitar Pabrik Rokok di Provinsi DIY

Pelatihan peningkatan ketrampilan

Provinsi DIY 20 IKM

2 Pengembangan Teknologi IKM Kulit

IKM di Kota Yogyakarta dan Kab. Bantul

Pelatihan peningkatan ketrampilan

Kota Yogyakarta dan Kab. Bantul

20 IKM

3 Peningkatan Inovasi Produk IKM Sutera

IKM Kab. Bantul dan Sleman

Pelatihan peningkatan ketrampilan

Kab. Bantul, dan Sleman

20 IKM

F PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA-SENTRA INDUSTRI POTENSIAL

1 Bimbingan dan Pendampingan Sentra Produk Olahan Jamur

IKM Pangan Pengolahan Jamu di DIY

Pelatihan peningkatan ketrampilan

Provinsi DIY 20 IKM

2 Fasilitasi Sentra Mebel Kayu Pelaku Usaha di Sentra Mebel Kayu

Pelatihan peningkatan ketrampilan

Provinsi DIY 15 Orang

3 Bimbingan dan Pendampingan Sentra Pengolahan Umbi-umbian

IKM Pangan Pengolahan Umbi-umbian di Provinsi DIY

Pelatihan peningkatan ketrampilan

Provinsi DIY 20 Orang

4 Pengembangan Sentra Pengolahan Buah-buahan

IKM Pengolahan buah-buahan di Provinsi DIY

Pelatihan peningkatan ketrampilan

Provinsi DIY 20 Orang

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 155

G PROGRAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF

1 Pelatihan Standarisasi I T Internasional

Programer IT Provinsi DIY

Pelatihan peningkatan ketrampilan

Provinsi DIY 15 Orang

2 Peningkatan Kualitas Produk Kerajinan Limbah Kayu

KUB Cipta Karya Ngawen Gunungkidul, Kelompok Kerajinan Mainan Anak Sewon Bantul

Pelatihan peningkatan ketrampilan

Gunungkidul, dan Bantul

15 IKM

3 Pelatihan Pengelolaan UKM berbasis IT

UKM di Provinsi DIY

Pelatihan manajerial dan administrasi

Provinsi DIY 90 UKM

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

156 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

6.8.6 Pelatihan Kewirausahaan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY Tahun 2012

NO NAMA PROGRAM / KEGIATAN KELOMPOK SASARAN JENIS PELATIHAN LOKASI (KAB/KOTA) JUMLAH

SASARAN/TH

A Program Pengembangan Agribisnis Perkebunan

1 Peningkatan Kemampuan Lembaga Petani Perkebunan

Kelompok Tani Perkebunan a Pelatihan Manajemen Usaha Tani Kakao, Kelapa dan Jambu mete : 3 angk @ 30 org ; 2 hr ; 6 JPl

Gunungkidul, Bantul, Kulon Progo dan

Sleman

210 orang

b Pertemuan Kemitraan Usaha Perkebunan Komoditas Kelapa, Kopi dan Jambu mete : 3 angkt @ 40 org ; 1 hr ; 6 JPl

2 Fasilitasi Sarana dan Prasarana Pengelolaan Lahan dan Air (Dana Cukai)

Petani Tembakau a Bimtek Petani Pengembangan Irigasi Tanah Dangkal pada Pengembangan Tanaman Tembakau : 3 angk @ 30 org ; 3 hr ; 6 JPl

Gunungkidul, Bantul dan Sleman

220 orang

b Sosialisasi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) : 40 org ; 1 hr

c Pelatihan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Komoditas Tembakau : 3 Angk @ 30 org ; 3 hr ; 6 JPl

3 Perlindungan Perbenihan Varietas Unggul/ Lokal (Dana Cukai)

Petani Tembakau Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan Petani Sumber Benih Tembakau : 3 Angkt @ 30 org ; 3 hr ; 6 JPl

Gunungkidul dan Bantul 90 orang

4 Sekolah Lapang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan / SLPPHP (Dana Cukai)

Petani Tembakau a Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan Petani Dalam Pengolahan dan Pemasaran Tembakau : 90 org ; 9 kl ; 6 JPl

Bantul dan Gunungkidul 90 orang

5 Pelatihan Teknis Budidaya Perkebunan Sesuai GAP

Petani Tembakau a Pelatihan Teknis Budidaya Tembakau sesuai GAP : 4 Angk @ 30 org ; 9 kl ; 6 JPl

Gunungkidul dan Bantul

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 157

6 Pelatihan Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu

Kelompok Tani Menengah Komoditas Kakao dan Kelompok Tani Lanjutan Komoditas Kakao dan Jambumete

a Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan Petani Dalam Pengendalian Hama Terpadu Komoditas Kakao Dengan Sistem Sekolah Lapang : 2 Angk @ 30 org ; 16 kl ; 6 JPl

Gunungkidul, Bantul, Kulon Progo dan

Sleman

7 Pengawasan dan Pengawalan Peredaran Pupuk dan Pestisida

Mitra Usaha dan Petani Pengguna Pupuk dan Pestisida

a Sosialisasi Peraturan Pengawasan Peredaran Pupuk dan Pestisida Sub Sektor Perkebunan : 4 Angkt @ 30 org ; 6 JPl

Gunungkidul, Bantul, Kulon Progo dan

Sleman

120 orang

8 Rehabilitasi Tanaman Perkebunan

Petani Kakao, Cengkeh dan Kopi

a Rehabilitasi Kakao Melalui Bimtek Sambung Samping 2 angk @ 30 org ; 6 jpl ; 2 hr

Gunungkidul dan Kulon Progo

120 orang

b Rehabilitasi Cengkeh Melalui Bimtek 1 angk @ 30 org ; 6 JPl ; 2 hr

c Pemulihan Kopi Melalui Bimtek Sambung Pucuk 1 angk @ 30 org ; 6 JPl ; 2 hr

9 Penyediaan Sarana dan Prasarana Komoditas Perkebunan

Kelompok Tani Kakao a Bimtek Pengelolaan Lahan Dalam Rangka Konservasi dan Rehabilitasi Lahan Perkebunan : 2 Angk @ 30 org ; 3 hr ; 6 JPl

Kulon Progo 60 orang

B Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan

1 Perencanaan Dan Pengembangan Hutan Kemasyarakatan

Pengelola Hutan Kemasyarakatan (HKm)

a Pelatihan Teknis Pemeliharaan dan Penjarangan Tanaman Pokok : 5 Angk ; 2 hr @ 30 org ; 6 JPl

Gunungkidul dan Kulon Progo

150 orang

2 Pengelolaan Dan Pemanfaatan Hutan

Petani Sekitar Kawasan Hutan

a Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Petani Sekitar Hutan Lindung : 4 KTH

Provinsi DIY 120 orang

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

158 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

b Pelatihan Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu : 2 KTH

3 Inventarisasi Dan Tindak Lanjut Pengelolaan Hutan A B

Kawasan Hutan AB a Bimtek kelompok tani penggarap tanah AB dalam rangka Rekonsiliasi Tegakan Tinggal Kawasan Hutan AB : 2 Angkt @ 30 org ; 1 hr ; 6 JPl

Provinsi DIY 60 orang

4 Orientasi Dan Tata Batas Kawasan Hutan

Kawasan Hutan Negara Bimtek kelompok tani sekitar kawasan hutan dalam rangka Rekonsiliasi Pal Batas Kawasan Hutan : 3 Angkt @ 30 org ; 1 hr ; 6 JPl

BDH Panggang 90 orang

C Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan

1 Pembinaan, Pengendalian dan Pengawasan Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Kelompok Tani Sekitar Kawasan Hutan Negara

a Pembinaan RHL di dalam kawasan hutan : 18 KTH ; 5 BDH

Gunungkidul, Bantul dan Kulon Progo

150 orang

b Sosialisasi Juklak Juknis Pembuatan Tanaman Jati dan Rimba : 150 org ; 2 hr ; 6 JPl

2 Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Rehabilitasi Hutan Dan Lahan

Hutan Negara dan Kelompok Pengelola Hutan Tanaman Rakyat

Pembinaan Pemanfaatan kawasan Hutan Tanaman Rakyat untuk 5 Desa (6 KTHTR) : 5 angk @ 30 org ; 2 hr ; 6 JPl

Gunungkidul 150 orang

3 Pengembangan Potensi Desa Konservasi

Desa Pemenang Lomba PKAN

a Sosialisasi Pedoman Model Desa Konservasi Pada Desa Pemenang Lomba PKAN : 2 Angkt @ 30 org ; 6 JPl

Gunungkidul dan kulon Progo

60 orang

D Program Perlindungan dan konservasi Sumber Daya Hutan

1 Penyuluhan Kesadaran Masyarakat Mengenai Dampak Perusakan Hutan

Aparat dan Masyarakat Sekitar Hutan

a Sosialisasi Dampak Perusakan Hutan Bagi Masyarakat Sekitar Hutan Melalui Pertemuan Dengan Aparat dan Masyarakat : 10 Angk @ 25 org ; 6 JPl

Gunungkidul 250 orang

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 159

2 Operasional Perlindungan Hutan Hutan Negara dan Kelompok Tani Hutan

a Pelatihan Pengamanan Hutan Swakarsa : 10 Angk @ 30 org ; 2 hr ; 6 JPl

Provinsi DIY 300 orang

3 Pengamanan Hutan Kawasan Hutan dan Masyarakat Sekitar Hutan

a Sosialisasi Peraturan Pengamanan Hutan : 5 Angk @ 30 org ; 6 JPl

Provinsi DIY 150 orang

b Sikronisasi Kebijakan dan Strategi Pengembangan Industri Primer Hasil Hutan : 50 org ; 6 JPl ; 1 hr

E Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan

1 Penatausahaan dan Penertiban Peredaran Hasil Hutan

Petugas dan Pelaku Usaha Hasil Hutan

a Pelatihan Operasional GPS : 1 angk @ 30 org ; 3 hr 6 JPl

Gunungkidul, Bantul dan Kulon Progo

30 orang

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

160 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY

6.8.7 Pelatihan Kewirausahaan di Dinas Pertanian Provinsi DIY Tahun 2012

NO NAMA KEGIATAN KELOMPOK SASARAN

JENIS PELATIHAN LOKASI (KAB/KOTA) JUMLAH SASARAN/TH

1 2 3 4 5 6

1 Diklat penangkaran benih padi, bawang merah, buah-buahan bagi petani/penangkar

petani penangkar pelatihan teknis Se Provinsi DIY 30 orang

2 Diklat pengolahan dan pemasaran hasil pertanian

petani pelatihan teknis Se Provinsi DIY 30 orang

3 Diklat agribisnis peternakan petani pelatihan teknis Se Provinsi DIY 30 orang

4 Diklat agribisnis hortikultura petani pelatihan teknis Se Provinsi DIY 30 orang

5 Penguatan kelembagaan tingkat usaha petani pelatihan administrasi Se Provinsi DIY 120 orang

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 161

6.8.8 Pelatihan Kewirausahaan di Dinas Pariwisata Provinsi DIY Tahun 2012

NO NAMA KEGIATAN KELOMPOK SASARAN

JENIS PELATIHAN LOKASI (KAB/KOTA) JUMLAH SASARAN/TH

1 2 3 4 5 6

1 Sosialisasi Sadar Wisata Siswa dan Guru SMA

Sosialisasi 5 Kab/Kota 150 Org.

2 Pelatihan Pemandu Wisata Terpadu

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 163

BAB VII PENUTUP

Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2012-

2016 merupakan dasar acuan perencanaan pembangunan

ketenagakerjaan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan yang berbasis

pendayagunaan tenaga kerja melalui pengendalian tambahan angkatan

kerja baru, penciptaan kesempatan kerja sektoral, serta perencanaan

pelatihan, penempatan tenaga kerja, hubungan industrial dan jamsostek

serta pengawasan ketenagakerjaan. Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi

ini merupakan dasar penyusunan kebijakan, strategi dan program

pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan sebagaimana

diamanatkan Pasal 7 Ayat (3) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan. Dokumen ini dirancang untuk mengakomodir kemungkinan

terjadinya perubahan-perubahan yang terjadi di masa yang akan datang.

Oleh karena itu, Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi ini dapat direview

secara berkala untuk menyelaraskan berbagai kebijakan dan program

yang ada terhadap perubahan dan perkembangan baru, sehingga tetap

relevan dengan kebutuhan pembangunan ketenagakerjaan di D. I.

Yogyakarta. Keberhasilan melaksanakan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi

ini akan sangat tergantung pada komitmen, integritas dan dedikasi seluruh

stakeholders (pihak terkait), sehingga tujuan pembangunan

ketenagakerjaan dapat terwujud.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat statistik, 2008-2011, Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia,

Jakarta

Badan Pusat Statistik, 2008-2011, Statistik Ketenagakerjaan Provinsi DIY,

Yogyakarta

Badan Pusat Statistik, 2011, Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka

Tahun 2011, Yogyakarta

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi DIY, 2009, Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah tahun 2009-2013,

Yogyakarta

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik

Provinsi DIY, 2009, Laporan Akhir Penyusunan Makro Ekonomi

Provinsi DIY Tahun 2010, Yogyakarta

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik

Provinsi DIY, 2012, Laporan Akhir Penyusunan Makro Ekonomi

Provinsi DIY Tahun 2013-2018, Yogyakarta

Departemen Tenaga kerja dan Transmigrasi RI, 2008, Rancang Bangun

Pembangunan Ketenagakerjaan, Jakarta

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, 2011, Perencanaan

Tenaga Kerja Nasional Tahun 2012-2013, Jakarta