PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI D.I....
Transcript of PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI D.I....
PE
RE
NC
AN
AA
N T
EN
AG
A K
ER
JA
PR
OV
INSI
D
.I. YO
GY
AK
AR
TA
TA
HU
N 2
012-2
016
PERENCANAAN TENAGA KERJA
PROVINSI D.I. YOGYAKARTATAHUN 2012-2016
KerjasamaPusat Perencanaan Tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RIDenganDinas Tenaga Kerja dan TransmigrasiProvinsi D.I. Yogyakarta
KerjasamaPusat Perencanaan Tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RIDenganDinas Tenaga Kerja dan TransmigrasiProvinsi D.I. Yogyakarta
ISBN : 978-602-7536-09-8ISBN : 978-602-7536-09-8
PERENCANAAN TENAGA KERJA
PROVINSI D.I. YOGYAKARTATAHUN 2012-2016
KerjasamaPusat Perencanaan Tenaga Kerja
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RIDengan
Dinas Tenaga Kerja dan TransmigrasiProvinsi D.I. Yogyakarta
ISBN : 978-602-7536-09-8
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY iii
SAMBUTAN GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Tenaga kerja merupakan faktor utama dalam pembangunan
nasional, regional dan sektoral. Daerah Istimewa Yogyakarta dengan
penduduknya yang cukup banyak, memiliki potensi yang besar baik
sebagai pelaku pembangunan maupun potensi pasar.Pembangunan
ketenagakerjaan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 4 Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, bahwa
pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk memberdayakan dan
mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi,
mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja
yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah, untuk
memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejahteraan, serta meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan
keluarganya. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan ketenagakerjaan tersebut
diperlukan perencanaan tenaga kerja yang terarah dan
berkesinambungan, sebagaimana diamanatkan Pasal 7 Ayat (3) Undang-
Undang Nomor 13 tentang Ketenagakerjaan, bahwa penyusunan
kebijakan, strategi dan pelaksanaan program pembangunan
ketenagakerjaan yang berkesinambungan, pemerintah harus berpedoman
pada perencanaan tenaga kerja. Sampai saat ini masalah ketenagakerjaan masih cukup kompleks,
seperti besarnya jumlah penganggur dan setengah penganggur. Sakernas
Agustus 2011 jumlah penganggur terbuka di DIY sebanyak 74.317 orang
atau 5,69 persen dan jumlah setengah penganggur 534.875 orang atau
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
iv Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
28,56 persen. Selain itu kualitas tenaga kerja yang relatif masih rendah,
serta informasi pasar kerja yang relatif masih terbatas, permasalahan
menyangkut pengupahan pekerja yang masih rendah baik yang
diakibatkan produktivitas pekerja yang masih rendah maupun akibat
penerapan upah yang diterapkan oleh perusahaan. Demikian juga
menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja yang rendah, lingkungan
kerja yang kurang baik, penempatan yang kurang sesuai dengan
kompetensi dan kasus-kasus yang mempengaruhi para pekerja dan
pengusaha yang berakibat tidak kondusifnya aktivitas perusahaan. Dalam
penyelesaiannya menuntut perumusan kebijakan yang komprehensif yang
mengikat seluruh pemangku kepentingan. Kami mengharapkan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi (PTKP)
Tahun 2012-2016 yang telah tersusun ini dapat dijadikan acuan oleh
setiap instansi sektoral dan pemerintah kabupaten/kota dalam
merumuskan dan mengimplementasikan berbagai kebijakan, strategi dan
programnya, sehingga selaras dengan pembangunan ketenagakerjaan.
Pada gilirannya akan dapat mewujudkan akselerasi pencapaian tujuan
pembangunan ketenagakerjaan berupa perluasan dan penciptaan
kesempatan kerja yang produktif dan remunerative, peningkatan kualitas
angkatan kerja serta peningkatan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.
Akhirnya saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas
terbitnya buku Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi (PTKP) Tahun
2012-2016.
Yogyakarta, Oktober 2012
Gubernur
Daerah Istimewa Yogyakarta
Hamengkubuwono X
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY v
KATA PENGANTAR
KEPALA PUSAT PERENCANAAN TENAGA KERJA
Dalam rangka pelaksanaan amanat pasal 7 Undang – undang
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Jo. Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Memperoleh
Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan serta Pelaksanaan
Perencanaan Tenaga Kerja, bahwa perencanaan tenaga kerja baik
dalam lingkup kewilayahan (nasional, provinsi dan kabupaten/kota)
maupun lingkup sektoral/ sub sektoral (sektoral/sub sektoral nasional,
sektoral/sub sektoral provinsi, sektoral/sub sektoral kabupaten/kota),
dijadikan acuan dan pedoman dalam pembangunan ketenagakerjaan
ditingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Sektoral/Sub Sektoral
Provinsi, dan Sektoral/Sub Sektoral Kabupaten/Kota. Sebagai
pelaksanaan ke dua peraturan tersebut dituangkan dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.
16/MEN/XI/2010 tentang Perencanaan Tenaga Kerja Makro.
Masalah utama ketenagakerjaan diantaranya adalah besarnya
pengangguran terbuka, jumlah setengah penganggur yang sangat
besar, serta masalah lain seperti rendahnya kualitas angkatan kerja,
rendahnya produktivitas kerja, dan rendahnya kesejahteraan pekerja,
sehingga bersifat multi dimensional antara berbagai faktor ekonomi,
faktor sosial, dan faktor lainnya. Oleh karena itu diperlukan kebijakan
yang komprehensif dan multi dimensi. Untuk itu maka diperlukan
suatu perencanaan tenaga kerja yang dapat dijadikan acuan oleh
seluruh pemangku kepentingan di DI Yogyakarta.
Dengan tersusunnya Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DI
Yogyakarta Tahun 2012-2016, maka dasar pembangunan yang
berpihak pada penciptaan perluasan kesempatan kerja (pro job)
sudah semakin jelas dan terarah, khususnya dalam menghadapi
masalah pengangguran, penciptaan kesempatan kerja, peningkatan
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
vi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
produktivitas dan kesejahteraan pekerja. Namun demikian, mengingat
permasalahan ketenagakerjaan merupakan permasalahan bersama,
maka diperlukan upaya kolektif dari seluruh pemangku kepentingan
(stakeholder) yang ada di DI Yogyakarta. Untuk itu dalam penyusunan
kebijakan, strategi dan program pembangunan ketenagakerjaan yang
berkesinambungan maka pemerintah daerah harus berpedoman pada
Perencanaan Tenaga Kerja untuk mengatasi permasalahan
ketenagakerjaan yang ada di DI Yogyakarta.
Akhirnya kami menyambut gembira dan memberikan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Pemerintah DI
Yogyakarta atas tersusunnya buku Perencanaan Tenaga Kerja ini.
Jakarta, Oktober 2012 Kepala
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja,
SYARIFUDDIN SINAGA, SH NIP 19561118 197703 1 001
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY vii
KATA PENGANTAR
Penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi (PTKP) Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2016 merupakan amanat dan
implementasi dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan serta Peraturan Pemerintah RI Nomor 15 Tahun 2007
tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan, Penyusunan
dan Pelaksanaan Perencanaan tenaga Kerja. Buku Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi (PTKP) 2012-2016
memuat data dan informasi dari kecenderungan pertumbuhan selama tahun
2008-2011 dan perkiraan tahun 2012-2016 dari penduduk usia kerja,
angkatan kerja, kesempatan kerja sektoral, produktivitas tenaga kerja,
penganggur terbuka, pelatihan tenaga kerja, penempatan tenaga kerja,
perlindungan tenaga kerja, hubungan industrial dan jaminan sosial tenaga
kerja. Angka-angka dalam buku ini telah disesuaikan dengan data dan
informasi terkini, dengan menggunakan berbagai asumsi termasuk perkiraan
pertumbuhan ekonomi daerah. Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi (PTKP)
ini merupakan rencana indikatif yang digunakan untuk pembinaan
ketenagakerjaan di seluruh sektor ekonomi dan unit teknis ketenagakerjaan.
Oleh karena itu variabel dan angka-angka yang terdapat di dalamnya dapat
dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi. Dengan disusunnya buku Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi
(PTKP) maka diharapkan dapat menjadi pedoman/acuan dalam penyusunan
kebijakan, strategi dan pelaksanaan program pembangunan
ketenagakerjaan sehingga pembangunan dibidang ketenagakerjaan
semakin jelas terarah, khususnya dalam menghadapi masalah
pengangguran, penciptaan kesempatan kerja, peningkatan produktivitas dan
kesejahteraan tenaga kerja. Mengingat masalah ketenagakerjaan
khususnya pengangguran bukan hanya masalah Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi saja melainkan juga merupakan kepentingan instansi
pemerintah lain, maka dukungan melalui produk hukum, kebijakan dan
program nyata diharapkan yang diarahkan pada perluasan kesempatan
kerja. Kami menyadari bahwa masih terdapat berbagai kekurangan dalam
penyusunan buku ini, yang disebabkan berbagai keterbatasan yang ada.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
viii Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Untuk itu kami mengharapkan saran konstruktif dari seluruh pihak yang
terkait guna penyempurnaan di masa yang akan datang. Pada kesempatan
ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
berpartisipasi dalam penyusunan buku Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi
(PTKP) Tahun 2012-2016 ini. Semoga bermanfaat dan dapat kita gunakan
sebaik-baiknya sebagai acuan dalam pembangunan ketenagakerjaan.
Yogyakarta, Oktober 2012
Kepala Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi D.I. Yogyakarta
Ir. Budi Antono, M.Si.
NIP. 19580717 98503 1 017
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY ix
RINGKASAN EKSEKUTIF
EXECUTIVE SUMMARY
Ketenagakerjaan merupakan salah satu bidang pembangunan
yang mencakup segala aspek yang mempunyai kaitan dengan tenaga
kerja dalam rangka keterlibatannya dalam proses produksi barang atau
jasa. Masalah pokok ketenagakerjaan yang kita hadapi saat ini antara
lain adalah (1) rendahnya pendayagunaan angkatan kerja yang tersedia
yang mengakibatkan banyaknya pengangguran terbuka. (2) masih
rendahnya kualitas angkatan kerja yang ditandai oleh tingkat pendidikan
formal di DIY didominasi oleh tamatan sekolah dasar, termasuk di
dalamnya mereka yang belum tamat dan yang tidak pernah sekolah dan
(3) rendahnya produktivitas, perlindungan dan kesejahteraan pekerja. Ada banyak hal yang dapat dilakukan pemerintah untuk
mengatasi masalah ketenagakerjaan diantaranya adalah meningkatkan
penciptaan kesempatan kerja, merumuskan strategi dan arah kebijakan
ketenagakerjaan yang tepat, menyusun perangkat peraturan
ketenagakerjaan yang memadai dan lain-lain. Salah satu sarana yang
dapat digunakan untuk mendukung perumusan strategi, kebijakan dan
program ketenagakerjaan yang tepat adalah dengan melakukan
penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja (PTK) baik jangka panjang
maupun jangka pendek (tahunan). Berdasarkan hasil Sakernas Bulan Agustus tahun 2008, penduduk
usia kerja (PUK) di DIY tercatat sebanyak 2.836.178 orang kemudian
naik menjadi 2.871.719 orang pada tahun 2009. Tahun 2010 mengalami
penurunan yang cukup signifikan menjadi 2.698.134 orang dan tahun
2011 kembali mengalami kenaikan menjadi 2.723.629 orang.
Perkembangan angkatan kerja dari tahun 2008 sampai tahun 2011 tidak
berbeda jauh dengan perkembangan penduduk usia kerja yang
cenderung berfluktuasi. Angkatan kerja tahun 2008 mencapai 1.999.734
orang, tahun 2009 naik menjadi 2.016.694 orang tetapi kemudian
menurun menjadi 1.882.296 orang pada tahun 2010 dan tahun 2011
turun lagi menjadi 1.872.912 orang. Apabila dilihat menurut tingkat
pendidikan, angkatan kerja di DIY masih didominasi oleh yang
berpendidikan maksimum sekolah dasar dimana pada tahun 2008
mencapai 39,26 persen tetapi berangsur menurun hingga sebesar 33,75
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
x Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
persen pada tahun 2011. Demikian juga dengan tenaga kerja
bependidikan SMTP yang proporsinya mengalami penurunan sampai
tahun 2011. Di sisi lain, tenaga kerja berpendidikan pada jenjang yang
lebih tinggi justru mengalami peningkatan terutama pada jenjang
pendidikan Universitas, yang mana pada tahun 2008 sebesar 6,57
persen berangsur naik menjadi 9,36 persen pada tahun 2011. Angkatan
kerja laki-laki jumlahnya jauh lebih banyak dibanding angkatan kerja
perempuan. Pada tahun 2008 angkatan kerja laki-laki mencapai 56,22
persen, tahun 2011 turun menjadi 55,66 persen. Sebagian besar
angkatan kerja tinggal di perkotaan, tahun 2008 sebesar 57,02 persen,
tahun 2011 meningkat menjadi 66,35 persen.
Jumlah penduduk yang bekerja di DIY tahun 2008-2011
cenderung berfluktuasi, pada tahun 2008 tercatat sebanyak 1.892.205
orang meningkat menjadi 1.895.648 orang pada tahun 2009, kemudian
turun menjadi 1.775.148 orang pada tahun 2010 dan kembali meningkat
menjadi 1.798.595 orang. Sebagian besar penduduk yang bekerja
terserap di sektor pertanian (29,60 persen), sektor perdagangan (24,14
persen), sektor jasa kemasyarakatan (17,03 persen) dan sektor industri
(13,24 persen) pada tahun 2008. Sampai tahun 2011 penduduk yang
bekerja di sektor pertanian semakin berkurang menjadi 23,97 persen
sedangkan tiga sektor lainnya semakin meningkat. Apabila dilihat
menurut status, pada tahun 2008 sebanyak 34,82 persen penduduk
bekerja di sektor formal sedangkan yang bekerja di sektor formal
sebesar 65,18 persen. Pada tahun 2011 penduduk yang bekerja di
sektor formal meningkat tajam menjadi 44,39 persen, yang mana
sebagian dari mereka adalah pekerja/buruh/karyawan. Perkembangan penganggur terbuka (PT) di DIY selama tahun
2008-2011 cenderung menurun berfluktuasi. Pada tahun 2008 jumlah
penganggur terbuka sebanyak 107.529 orang dengan tingkat
pengangguran terbuka (TPT) sebesar 5,38 persen, tahun 2009 121.046
orang dengan TPT 6,00 persen, tahun 2010 turun menjadi 107.148
orang dengan TPT 5,69 persen dan tahun 2011 sebanyak 74.317 orang
dengan TPT sebesar 3,97 persen. Sebagian besar penganggur adalah
golongan usia muda dan berpendidikan SMTA. Pada tahun 2008
sebesar 69,87 persen penganggur berada di daerah perkotaan, dan
tahun 2011 meningkat menjadi 80,03 persen. Penganggur terbanyak
ada di wilayah Kabupaten Sleman sebesar 36,65 persen dengan TPT
sebesar 6,83 persen tahun 2008 dan tahun 2011 meningkat lagi menjadi
41,92 persen dengan TPT sebesar 5,25 persen. Sedangkan TPT
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY xi
tertinggi ada di Kota Yogyakarta sebesar 7,85 persen pada tahun 2008,
berangsur menurun hingga menjadi 5,57 persen pada tahun 2011. Berdasarkan hasil perkiraan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi
tahun 2012-2016, penduduk usia kerja di DIY diperkirakan akan
bertambah sebanyak 140.284 orang hingga mencapai 2.863.913 orang
pada tahun 2016. Sedangkan angkatan kerjanya akan bertambah
sebanyak 108.401 orang menjadi 1.981.313 orang pada tahun 2016.
Secara kualitas, PUK dan angkatan kerja periode 2012-2016 masih
didominasi oleh yang berpendidikan maksimum SD, namun berangsur
menurun. Sebaliknya yang berpendidikan di atasnya berangsur naik. Perekonomian DIY pada tahun 2012 mampu tumbuh 5,30 persen
dan tahun 2016 tumbuh 5,90 persen Pertumbuhan ekonomi yang positif
tersebut diperkirakan akan mendorong penciptaan kesempatan kerja,
sehingga jumlah kesempatan kerja pada tahun 2012-2016 akan
bertambah sebanyak 119.282 orang menjadi 1.917.877 orang.
Peningkatan penciptaan kesempatan kerja ini juga berdampak positif
terhadap penurunan tingkat dan jumlah pengangguran terbuka (TPT).
Pada tahun 2012 TPT diperkirakan menurun menjadi 3,83 persen atau
sebanyak 72.564 orang. Sedangkan tahun 2016 TPT diperkirakan
menurun hingga menjadi 3,20 persen atau sebanyak 63.436 orang. Agar pembangunan ketenagakerjaan di DIY dapat terwujud maka
diperlukan berbagai kebijakan, program dan strategi yang meliputi
kebijakan umum yang meliputi kebijakan pendidikan dan kesehatan,
kebijakan pengendalian pertambahan penduduk, kebijakan penarikan
investasi. Kemudian kebijakan penciptaan kesempatan kerja di semua
sektor yang berisi berbagai kebijakan dari sembilan sektor dalam
penciptaan kesempatan kerja sebanyak-banyaknya, serta kebijakan
pengendalian tambahan angkatan kerja. Agar angkatan kerja dapat
dimanfaatkan secara optimal, diperlukan kebijakan di bidang pelatihan
dan penempatan tenaga kerja, perlindungan tenaga kerja dan
kesejahteraan pekerja. Kebijakan di bidang pelatihan difokuskan pada
dua jenis pelatihan, yaitu pelatihan kewirausahaan untuk mengisi
kesempatan kerja dengan status berusaha sendiri tanpa bantuan serta
berusaha dengan dibantu dan pekerja/buruh/karyawan. Jumlah
angkatan kerja yang perlu dilatih pada tahun 2012-2016 dengan fokus
kewirausahaan adalah sebanyak 45.669 orang. Untuk menjadi
pekerja/buruh/karyawan sebanyak 76.716 orang. Di bidang penempatan
tenaga kerja, diprioritaskan lima lapangan usaha yang menjadi sektor
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
xii Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
prioritas dan ditetapkan sebagai target utama penempatan tenaga kerja
pada tahun 2012-2016 yakni sektor pertanian, sektor industri, sektor
perdagangan, sektor jasa dan sektor konstruksi. Kebijakan perlindungan tenaga kerja meliputi bidang pengawasan
dan hubungan industrial. Pada tahun 2012 ditargetkan jumlah
perusahaan yang melapor sebanyak 3.438 perusahaan dan pada tahun
2016 sebanyak 3.889 perusahaan. Sementara pegawai pengawas pada
tahun 2012 ditargetkan sebanyak 57 orang dan tahun 2016 sebanyak 65
orang. Di bidang hubungan industrial, pada tahun 2012-2016 ditargetkan
terdapat penambahan jumlah Peraturan Perusahaan, Perjanjian Kerja
Bersama dan Lembaga Kerjasama Bipartit. Untuk itu jumlah mediator
pada tahun 2012 ditargetkan bertambah menjadi 36 orang dan tahun
2016 menjadi sebanyak 41 orang. Kebijakan kesejahteraan pekerja
meliputi peningkatan kepesertaan jamsostek aktif baik perusahaan
maupun tenaga kerja. Pada tahun 2012 perusahaan yang aktif menjadi
peserta jamsostek ditargetkan sebanyak 1.178 perusahaan dengan
tenaga kerja sebanyak 49.485 orang. Sementara tahun 2016 peserta
jamsostek aktif menjadi 1.203 perusahaan dengan tenaga kerja
sebanyak 56.214 orang. Demikian juga dengan tingkat upah diharapkan
dapat meningkat setiap tahunnya disesuaikan dengan kebutuhan hidup
layak. Dengan melalui pembinaan dan sosialisasi yang intensif kepada
perusahaan diharapkan jumlah perangkat hubungan industrial serta
kepesertaan perusahaan dan tenaga kerja yang aktif semakin
bertambah selama periode 2012-2016.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY xiii
DAFTAR ISI
Hal.
SAMBUTAN GUBERNUR ……………………………….……….……. iii
KATA PENGANTAR KEPALA PUSAT PTK ..................................... v
KATA PENGANTAR KEPALA DISNAKERTRANS........................... vii
RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................... ix
DAFTAR ISI....................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL................................................................................
xix
BAB I PENDAHULUAN……………………………….....…… 1
1.1 Latar Belakang ................................................ 1
1.2 Maksud dan Tujuan ............................................ 3
1.3 Hasil yang Diharapkan ........................................ 3
1.4 Metodologi dan Sumber Data ............................ 4
1.5 Pengertian Dasar, Konsep dan Definisi .............. 7
1.6 Kerangka Isi ........................................................
9
BAB II KONDISI KETENAGAKERJAAN DI D.I.
YOGYAKARTA ...........................................................
11
2.1 Kondisi ekonomi .................................................. 11
2.2 Penduduk Usia Kerja .......................................... 15
2.2.1 Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan
Umur .......................................................
15
2.2.2 Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat
Pendidikan ..............................................
16
2.2.3 Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis
Kelamin ...................................................
17
2.2.4 Penduduk Usia Kerja Menurut
Kabupaten/Kota ......................................
18
2.2.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Menurut Kota/Desa .................................
19
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
xiv Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
2.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ........ 20
2.3.1 TPAK Menurut Golongasn Umur ............ 20
2.3.2 TPAK Menurut Tingkat Pendidikan ....…. 21
2.3.3 TPAK Menurut Jenis Kelamin ……....... 23
2.3.4 TPAK Menurut Kabupaten/Kota .…....... 24
2.3.5 TPAK Menurut Kota/Desa ……….....…. 24
2.4 Angkatan Kerja ................................................... 25
2.4.1 Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur 25
2.4.2 Angkatan Kerja Menurut Tingkat
Pendidikan ..............................................
26
2.4.3 Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin... 28
2.4.4 Angkatan Kerja Menurut
Kabupaten/Kota.......................................
29
2.4.5 Angkatan Kerja Menurut Kota/Desa ....... 29
2.5 Penduduk Yang Bekerja ..................................... 30
2.5.1 Penduduk Yang Bekerja Menurut
Lapangan Usaha ....................................
30
2.5.2 Penduduk Yang Bekerja Menurut
Golongan Umur ......................................
32
2.5.3 Penduduk Yang Bekerja Menurut
Tingkat Pendidikan .................................
33
2.5.4 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis
Kelamin ..................................................
34
2.5.5 Penduduk Yang Bekerja Menurut Status
Pekerjaan Utama ....................................
35
2.5.6 Penduduk Yang Bekerja Menurut
Jabatan....................................................
37
2.5.7 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam
Kerja........................................................
38
2.5.8 Penduduk Yang Bekerja Menurut
Kabupaten/kota........................................
39
2.5.9 Penduduk Yang Bekerja Menurut
Kota/Desa ...............................................
40
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY xv
2.6 Penganggur Terbuka .......................................... 41
2.6.1 Penganggur Terbuka Menurut Golongan
Umur …………………………...……......
41
2.6.2 Penganggur Terbuka Menurut Tingkat
Pendidikan ………………...………....
43
2.6.3 Penganggur Terbuka Menurut Jenis
Kelamin …………………………..…......
45
2.6.4 Penganggur Terbuka Menurut
Kabupaten/Kota ......................................
46
2.6.5 Penganggur Terbuka Menurut
Kota/Desa……………………………….....
48
2.7 Produktivitas Tenaga Kerja ……….………........ 49
BAB III
PERKIRAAN DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN
TENAGA KERJA.........................................................
51
3.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja …....………....... 51
3.1.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut
Golongan Umur.......................................
52
3.1.2 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut
Tingkat Pendidikan .................................
53
3.1.3 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut
Jenis Kelamin .........................................
54
3.1.4 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut
Kabupaten/kota .......................................
54
3.1.5 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut
Kota/Desa ...............................................
55
3.2 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK).................................................................
56
3.2.1 Perkiraan TPAK Menurut Kelompok
Umur .......................................................
56
3.2.2 Perkiraan TPAK Menurut Tingkat
Pendidikan ..............................................
57
3.2.3 Perkiraan TPAK Menurut Jenis
Kelamin....................................................
58
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
xvi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
3.2.4 Perkiraan TPAK Menurut
Kabupaten/Kota.. ....................................
59
3.2.5 Perkiraan TPAK Menurut Kota/Desa ...... 60
3.3 Perkiraan Angkatan Kerja ................................... 60
3.3.1 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut
Golongan Umur .....……………......….…
60
3.3.2 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut
Tingkat Pendidikan ....…......…................
61
3.3.3 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut
Jenis Kelamin ……………..........….........
62
3.3.4 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut
Kabupaten/Kota …....………......….…....
62
3.3.5 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut
Kota/Desa ….....…………….…….......….
63
BAB IV PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KEBUTUHAN
TENAGA KERJA........................................................
65
4.1 Perkiraan Perekonomian Tahun 2012-2016 ....... 65
4.2 Perkiraan Kesempatan Kerja ......………........... 72
4.2.1 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut
Lapangan Usaha ....................................
73
4.2.2 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut
Golongan Umur ......................................
74
4.2.3 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut
Tingkat Pendidikan .................................
75
4.2.4 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut
Jenis Kelamin ........................................
76
4.2.5 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut
Status Pekerjaan Utama ........................
76
4.2.6
Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut
Jabatan ..................................................
78
4.2.7 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut
Jam Kerja ...............................................
79
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY xvii
4.2.8 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut
Kabupaten/kota ......................................
80
4.2.9 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut
Kota/Desa ..............................................
80
4.3 Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja ................
81
BAB V PERKIRAAN DAN PERENCANAAN
KESEIMBANGAN ANTARA PERSEDIAAN DAN
KEBUTUHAN TENAGA KERJA.................................
83
5.1 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut
Golongan Umur .................................................
84
5.2 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat
Pendidikan...........................................................
86
5.3 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis
Kelamin ..............................................................
88
5.4 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut
Kabupaten/Kota .................................................
89
5.5 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut
Kota/Desa..........................................................
90
BAB VI ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM
PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN .................
93
6.1 Rekomendasi Kebijakan Umum ......................... 94
6.1.1 Kebijakan Pendidikan dan Kesehatan ... 95
6.1.2 Kebijakan Pengendalian Pertambahan
Penduduk …………………….....…….....
97
6.1.3 Kebijakan Penarikan Investasi .….…..... 98
6.2 Rekomendasi Kebijakan Penciptaan
Kesempatan Kerja ..............................................
99
6.2.1 Sektor Pertanian ....……………..……..... 99
6.2.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian .. 101
6.2.3 Sektor Industri Pengolahan ………..…… 102
6.2.4 Sektor Listrik, gas dan air …………..….. 102
6.2.5 Sektor Bangunan ……………………..…. 103
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
xviii Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
6.2.6 Sektor Perdagangan, hotel dan restoran 103
6.2.7 Sektor Angkutan dan komunikasi …..…. 104
6.2.8 Sektor Keuangan …………………..……. 105
6.2.9 Sektor Jasa ………………………..…….. 105
6.3 Rekomendasi Kebijakan Penciptaan
Kesempatan Kerja ..............................................
106
6.4 Rekomendasi Kebijakan Pelatihan Tenaga Kerja 107
6.4.1 Pelatihan Berdasarkan Status
Pekerjaan Utama ……….........................
113
6.4.2 Pelatihan Berdasarkan Jenis Pekerjaan 114
6.5 Rekomendasi Kebijakan Penempatan Tenaga
Kerja...................................................................
117
6.6 Rekomendasi Kebijakan Perlindungan Tenaga
Kerja...................................................................
126
6.6.1 Pengawasan Ketenagakerjaan ……..... 126
6.6.2 Hubungan Industrial …………………... 131
6.6.3 Kesejahteraan Pekerja ……………...... 134
6.7 Rekomendasi Kebijakan Lainnya ........................ 137
6.7.1 Penempatan Tenaga Kerja ke Luar
Negeri .....................................................
137
6.7.2 Magang ke Luar Negeri …………...….. 138
6.7.3 Padat Karya …………………………….... 138
6.7.4 Usaha Sektor Informal ………………... 139
6.7.5 Transmigrasi ……………………………... 139
6.8 Kebijakan Pembangunan Ketenagakerjaan
Pemerintah Provinsi DIY ……......………………..
141
BAB VII PENUTUP ………………………………………………... 163
DAFTAR PUSTAKA
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY xix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 : Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2011.................................................................
12 Tabel 2.2 : Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Produk Domestik
Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2011.................................................................
13 Tabel 2.3 : Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2008-2011.....................................................
16 Tabel 2.4 : Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2008-2011.....................................................
17 Tabel 2.5 : Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2008-2011.....................................................
18 Tabel 2.6 : Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2008-2011.....................................................
19 Tabel 2.7 : Penduduk Usia Kerja Menurut Kota/Desa Tahun
2008-2011.................................................................
19 Tabel 2.8 : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
Golongan Umur Tahun 2008-2011...........................
21 Tabel 2.9 : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat
Pendidikan Tahun 2008-2011...................................
22 Tabel 2.10 : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis
Kelamin Tahun 2008-2011.......................................
23 Tabel 2.11 : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2008-2011..........................
24 Tabel 2.12 : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
Kota/Desa Tahun 2008-2011...................................
25 Tabel 2.13 : Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun
2008-2011.................................................................
26 Tabel 2.14 : Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun
2008-2011.................................................................
27 Tabel 2.15 : Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun
2008-2011.................................................................
28 Tabel 2.16 : Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota Tahun
2008-2011.................................................................
29 Tabel 2.17 : Angkatan Kerja Menurut Kota/Desa Tahun 2008-
2011..........................................................................
30 Tabel 2.18 : Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2008-2011.....................................................
31 Tabel 2.19 : Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2008-2011.....................................................
32
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
xx Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Tabel 2.20 : Penduduk Yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008-2011..................................
34
Tabel 2.21 : Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008-2011.....................................................
35
Tabel 2.22 : Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2008-2011..........................................
36
Tabel 2.23 : Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Jabatan Tahun 2008-2011.....................................................
38
Tabel 2.24 : Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja Tahun 2008-2011................................................................
39
Tabel 2.25 : Penduduk Yang Bekerja Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2008-2011.....................................................
40
Tabel 2.26 : Penduduk Yang Bekerja Menurut Kota/Desa Tahun 2008-2011................................................................
40
Tabel 2.27 : Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Tahun 2008-2011.....................................................
42
Tabel 2.28 : Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Tahun 2008-2011...........................................
43
Tabel 2.29 : Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008-2011.....................................................
44
Tabel 2.30 : Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008-2011...................................
45
Tabel 2.31 : Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008-2011.....................................................
46
Tabel 2.32 : Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008-2011.......................................
46
Tabel 2.33 : Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2008-2011.....................................................
47
Tabel 2.34 : Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten Kota Tahun 2008-2011.............................................
47
Tabel 2.35 : Penganggur Terbuka Menurut Kota/Desa Tahun 2008-2011.................................................................
48
Tabel 2.36 Tabel 2.37
: :
Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Kota/Desa Tahun 2008-2011..................................................... Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2011..........................................
48
49
Tabel 3.1 : Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 2012-2016...........................................
52
Tabel 3.2 : Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2016..................................
53
Tabel 3.3 : Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-2016 ......................................
54
Tabel 3.4 : Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012-2016..........................
55
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY xxi
Tabel 3.5 : Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Kota/Desa Tahun 2012-2016.....................................................
56
Tabel 3.6 : Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 2012-2016.............
57
Tabel 3.7 : Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2016........
58
Tabel 3.8 : Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-2016................
59
Tabel 3.9 : Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012-2016............
59
Tabel 3.10 : Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kota/Desa Tahun 2012-2016.....................
60
Tabel 3.11 : Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 2012-2016.....................................................
61
Tabel 3.12 : Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2016...................................
62
Tabel 3.13 : Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-2016 ....................................................
62
Tabel 3.14 : Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012-2016.....................................................
63
Tabel 3.15 : Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Kota/Desa Tahun 2012-2016.....................................................
64
Tabel 4.1 : Perkiraan Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2016
66
Tabel 4.2 : Perkiraan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2016..........
67
Tabel 4.3 : Perkiraan Struktur Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2016..........
68
Tabel 4.4 : Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2016..........................................
74
Tabel 4.5 : Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 2012-2016...........................................
75
Tabel 4.6 : Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2016...................................
76
Tabel 4.7 : Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-2016.......................................
76
Tabel 4.8 : Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2012-2016........................
77
Tabel 4.9 : Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Jabatan Tahun 2012-2016........................................
78
Tabel 4.10 : Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja Tahun 2012-2016.....................................................
79
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
xxii Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Tabel 4.11 : Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012-2016..........................
80
Tabel 4.12 : Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Kota/Desa Tahun 2012-2016.....................................................
81
Tabel 4.13 : Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja Tahun 2012-2016.........................................................................
81
Tabel 5.1 : Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Tahun 2012-2016...........................................
85
Tabel 5.2 : Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Tahun 2012-2016...........................
85
Tabel 5.3 : Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2016...................................
86
Tabel 5.4 : Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2016......................
88
Tabel 5.5 : Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-2016.......................................
88
Tabel 5.6 : Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012-2016.............................
89
Tabel 5.7 : Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012-2016..........................
89
Tabel 5.8 : Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012-2016..........................
90
Tabel 5.9 : Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Kota/Desa Tahun 2012-2016.....................................................
90
Tabel 5.10 : Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Kota/Desa Tahun 2012-2016....................................
91
Tabel 6.1 : Perkembangan Investasi di Provinsi DIY Tahun 2008-2016.................................................................
98
Tabel 6.2 : Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan Tahun 2012..........................................................................
108 Tabel 6.3 : Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut
Status Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan Tahun 2013..........................................................................
109 Tabel 6.4 : Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut
Status Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan Tahun 2014..........................................................................
109 Tabel 6.5 : Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut
Status Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan Tahun 2015..........................................................................
110 Tabel 6.6 : Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut
Status Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan Tahun 2016..........................................................................
110
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY xxiii
Tabel 6.7 : Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan Tahun 2012-2016.................................................................
111 Tabel 6.8 : Kapasitas Lembaga Latihan, Instruktur dan Peserta
Pelatihan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010 dan 2010...................................................................
111 Tabel 6.9 Tabel 6.10
: :
Kapasitas Lembaga Latihan, Instruktur dan Peserta Pelatihan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010 dan 2011................................................................... Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha Tahun 2012-2016.....................................................
112
118 Tabel 6.11 : Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut
Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha Tahun 2012...............................................................
120 Tabel 6.12 : Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut
Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha Tahun 2013...............................................................
120 Tabel 6.13 : Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut
Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha Tahun 2014...............................................................
121 Tabel 6.14 : Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut
Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha Tahun 2015...............................................................
121 Tabel 6.15 : Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut
Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha Tahun 2016...............................................................
122 Tabel 6.16 : Bursa Kerja, Pengantar Kerja dan Pencari Kerja
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010 dan 2011.....
125 Tabel 6.17 : Perusahaan, Tenaga Kerja dan Pegawai
Pengawas Menurut Kabupaten/kota Tahun 2010-2016..........................................................................
129 Tabel 6.18 : Perangkat Hubungan Industrial Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2010-2016...........................
132 Tabel 6.19 : Kepesertaan Perusahaan dan Tenaga Kerja Aktif
Jamsostek Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010-2016..........................................................................
135 Tabel 6.20 : Perkembangan Upah Minimum Pekerja Tahun
2009-2012.................................................................
136
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemerintah dalam menyelaraskan antara pertumbuhan dan
pemerataan, atau Growth with Equity dengan mempertimbangkan
pelestarian, pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan hidup secara berkelanjutan sesuai dengan fokus pembangunan
nasional yaitu Pro-Growth, Pro-poor, Pro-Job serta Pro-environment.
Disnakertrans Provinsi DIY terpokus pada pro-job, yaitu mendorong
penciptaan kesempatan kerja sebanyak-banyaknya agar permasalahan
ketenagakerjaan terutama penganggur dan setengah penganggur semakin
berkurang. Berdasarkan data dari hasil Survey Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas) bulan Agustus 2011 tercatat jumlah penganggur di Daerah
Istimewa Yogyakarta 74.317 orang atau terjadi penurunan sebesar 30,64
persen apabila dibandingkan dengan bulan Agustus tahun 2010 yang
jumlahnya sebanyak 107.148 orang. Sedangkan jumlah setengah
penganggur terjadi peningkatan 1,36 persen dalam kurun waktu satu tahun
yaitu dari bulan Agustus 2010 sebanyak 527.713 orang meningkat menjadi
534.875 orang tahun 2011.
Berdasarkan sumber yang sama, jumlah angkatan kerja pada bulan
Agustus tahun 2011 mencapai 1.872.912 orang, menurun sebanyak 9.384
orang (0,49 persen) apabila dibandingkan angkatan kerja pada Agustus
2010 yang jumlahnya mencapai 1.882.296 orang. Sementara kesempatan
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
2 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
kerja yang tercipta naik jumlahnya, yaitu dari 1.775.148 orang pada Agustus
2010naik menjadi 1.798.595 orang atau menurun sebanyak 23.447 orang
(1,32 persen). Menurunnya jumlah angkatan kerja sementara jumlah
penduduk yang bekerja mengalami kenaikan, berakibat pada menurunnya
tingkat pengangguran dari sebesar 5,69 persen pada tahun 2010 menjadi
3,97 persen tahun 2011.
Menurut hasil Sakernas bulan Agustus 2011 menunjukkan bahwa
penduduk yang bekerja dengan latar belakang pendidikan SD ke bawah
masih cukup tinggi yaitu sebanyak 625.261 orang (34,76 persen dari total
penduduk yang bekerja). Selain itu sebanyak 798.312 orang (44,39 persen)
bekerja pada kegiatan formal dan 1.000.283 orang (55,61 persen) bekerja
pada kegiatan informal. Kondisi ini diperparah dengan masih banyaknya
jumlah orang yang bekerja dengan kategori setengah penganggur yang
jumlahnya mencapai 534.875 orang (29,74 persen). Setengah penganggur
ini merupakan tenaga kerja yang tidak terdayagunakan secara maksimal
dari segi jumlah jam kerja di pasar kerja.Hal ini tentu saja cukup
memprihatinkan karena akan sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan
tenaga kerja itu sendiri.
Dalam konteks penciptaan lapangan kerja guna mengurangi
pengangguran,diharapkansemua sektor atau lapangan usaha berkewajiban
untuk mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja, sehingga
sasaran yang telah ditetapkan pemerintah untuk menekan angka
pengangguran sampai pada kisaran 3 persen pada akhir tahun 2016 dapat
tercapai.Memang disadari bahwa sasaran tersebut tidak mudah untuk
dicapai, terlebih perekonomian kita dihadapkan pada pengaruh kuat akibat
krisis finansial global. Untuk mengatasi permasalahan pengangguran dan
rendahnya kualitas tenaga kerja diperlukan berbagai upaya dari berbagai
pihak baik itu pemerintah, swasta dan berbagai elemen masyarakat. Peran
serta sektor mempunyai peran besar dalam penciptaan kesempatan kerja
untuk mengurangi penganggur serta meningkatkan kualitas tenaga kerja
kita. Khusus di bidang pendidikan perlu dibuka peluang yang seluas-luasnya
bagi penduduk usia kerja untuk melanjutkan pendidikan dengan
menerapkan program wajib belajar 9 tahun yang sudah berjalan dan apabila
memungkinkan ditambah menjadi wajib belajar 12 tahun serta pemberian
beasiswa bagi mereka yang tidak mampu.
Dalam kebijakan baru, kemampuan SDM akan dipercepat, karena
faktor tenaga kerja merupakan faktor penting dalam kegiatan ekonomi, hal
ini telah dibuktikan oleh negara-negara maju seperti Jepang, Singapura dan
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 3
Korea Selatan. Dilihat dari segi kekayaan alam, negara-negara tersebut
tidak lebih kaya di banding Indonesia, namun negara-negara tersebut jauh
lebih maju. Kemajuan negara tersebut banyak dipengaruhi oleh kapasitas
tenaga kerjanya. Oleh sebab itu, dalam pembangunan ke depan perlu
ditetapkan pengembangan berbasis sumber daya manusia. Maka untuk itu
perlunya di susun Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi (PTKP), melalui
PTKP dapat diperkirakan persediaan tenaga kerja yang ada dan kebutuhan
tenaga kerja dimasa yang akan datang. Dengan demikian dapat dirumuskan
berbagai kebijakan dan program, agar persediaan tenaga kerja ke depan
sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, begitu pula untuk mengembangkan
pembangunan di berbagai sektor lapangan usaha diperlukan tenaga kerja
seperti apa.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi 2012-
2016 ini adalah memberikan berbagai informasi ketenagakerjaan yang
diperlukan sehingga dapat digunakan sebagai bahan perumusan strategi,
kebijakan dan program ketenagakerjaan.
Secara rinci tujuan dari penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja
Provinsi 2012-2016 ini adalah :
1. Memperkirakan ketersediaan secara kuantitatif jumlah tenaga kerja
dengan berbagai karakteristiknya tahun 2012-2016.
2. Memprediksi kebutuhan tenaga kerja tahun 2012-2016 yang diturunkan
berdasarkan permintaan sektoral.
3. Memprediksi angka pengangguran yang dihitung berdasarkan
perbedaan antara kebutuhan tenaga kerja dan persediaan tenaga kerja
pada periode yang sama.
4. Menyusun rekomendasi kebijakan dan program terkait masalah
ketenagakerjaan secara sektoral.
1.3. Hasil Yang Diharapkan
PTKP 2012-2016 ini menjadi signal bagi semua sektor dalam
perumusan perencanaan pembangunan ketenagakerjaan yang berbasis
empiris, program pembangunan daerah, serta sebagai acuan bagi
penyusunan rencana tenaga kerja daerah dan sektoral
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
4 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
1.4. Metodologi dan Sumber Data
1.4.1. Metodologi
Penghitungan persediaan tenaga kerja dengan pendekatan
TPAK menggunakan data dan informasi antara lain :
a. PUK menurut jenis kelamin, golongan umur, tingkat pendidikan,
Kabupaten/Kota dan Pedesaan/Perkotaan
b. TPAK menurut jenis kelamin, golongan umur, tingkat pendidikan
Kabupaten/Kota dan Pedesaan/Perkotaan
c. Angkatan Kerja menurut jenis kelamin, golongan umur, tingkat
pendidikan Kabupaten/Kota dan Pedesaan/Perkotaan
a. Proyeksi Penduduk Usia Kerja
PUK adalah penduduk yang berusia 15 tahun keatas.
Perhitungan proyeksi PUK menggunakan rumus pertumbuhan
geometrik yang dituliskan dengan rumus :
Dimana : PUKt = PUK tahun akhir (tahun proyeksi)
PUK0 = PUK tahun dasar
r = pertumbuhan PUK
n = selisih tahun akhir dan tahun dasar
Untuk menentukan laju pertumbuhan PUK menggunakan rumus :
{(
)
}
b. Proyeksi Tingkat Partisipasi Angka Kerja (TPAK)
Data dasar yang digunakan untuk proyeksi TPAK adalah
TPAK hasil Sakernas bulan Agustus tahun 2008-2011 . Asumsi yang
digunakan, pola TPAK Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun
proyeksi merupakan kelanjutan dari kecenderungan TPAK tahun
2008-2011.
Perhitungan proyeksi dengan menggunakan rumus
geometrik, yakni :
PUKt = PUK0 x (1 + r)n
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 5
Dimana : TPAKt= TPAK tahun akhir (tahun proyeksi)
TPAK0 = TPAK tahun dasar
r = pertumbuhan TPAK
n = selisih tahun akhir dan tahun dasar
c. Proyeksi Angkatan Kerja
Proyeksi angkatan kerja dapat dihitung dengan mudah setelah
proyeksi PUK dan TPAK dilakukan. Proyeksi angkatan kerja dapat
diperoleh dari hasil perkalian antara PUK dengan TPAK pada tahun-
tahun proyeksi. Atau ditulis dengan rumus:
Catatan : AK = Angkatan Kerja
PUK = Penduduk Usia Kerja
TPAK = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
d. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Data dasar yang digunakan untuk proyeksi PDRB adalah PDRB
Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2008-2011 serta
membandingkan dengan hasil proyeksi dari BPS Provinsi D.I.
Yogyakarta. Angka PDRB tersebut diperinci menurut sembilan
sektor, menurut harga konstan tahun 2000.
Perhitungan proyeksi PDRB menggunakan rumus geometrik:
dimana : PDRBt : angka PDRB untuk tahun akhir (tahun proyeksi)
PDRB0: angka PDRB untuk tahun dasar
r : pertumbuhan PDRB
n : selisih antara tahun proyeksi dengan tahun dasar
e. Proyeksi Kesempatan Kerja
Data yang digunakan untuk proyeksi jumlah kesempatan kerja
adalah jumlah kesempatan kerja secara sektoral hasil Sakernas
tahun 2008-2011, dan PDRB tahun 2008-2011. Proyeksi
TPAKt = TPAK0 x (1 + r)n
TPAK = AK/PUK, maka AK = PUK x TPAK
PDRBt = PDRB0 x (1 + r)n
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
6 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
kesempatan kerja dihitung dengan menggunakan metode elastisitas,
yaitu rasio antara perubahan atau pertumbuhan kesempatan kerja
dengan pertumbuhan PDRB.Formula elastisitas adalah :
KK E =
PDRB dimana :
E : Elastisitas
KK : pertumbuhan KK
PDRB : pertumbuhan PDRB
Menghitung laju pertumbuhan kesempatan kerja menurut lapangan
usaha sampai dengan tahun proyeksi menggunakan rumus :
KK = Ea x PDRBa
Dimana :
KK = Pertumbuhan kesempatan kerja baru
Ea = Elastisitas perubahan
PDRBa = Perkiraan laju pertumbuhan ekonomi
Menghitung proyeksi kesempatan kerja menurut lapangan usaha
sampai dengan tahun proyeksi menggunakan rumus :
KKt = KK0 x (1 + r)n
Dimana :
KKt = Proyeksi kesempatan kerja
KK0 = Data dasar penduduk yang bekerja
r = Pertumbuhan kesempatan kerja
n = Jarak / selisih tahun proyeksi dengan tahun data dasar
f. Perkiraan Penganggur Terbuka
Perkiraan jumlah pengangguran di Daerah Istimewa Yogyakarta
tahun 2012-2016 menggunakan data dasar sebagai berikut :
Hasil proyeksi angkatan kerja tahun 2012-2016
Hasil proyeksi kesempatan kerja tahun 2012-2016
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 7
Perkiraan jumlah pengangguran dalam penulisan ini secara
implisit mengasumsikan bahwa jumlah orang yang
menganggur merupakan sisa dari jumlah angkatan kerja yang
tidak memperoleh pekerjaan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka proyeksi jumlah
pengangguran tahun 2012-2016 dihitung dengan rumus:
g. Perkiraan Kebutuhan Pelatihan, Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja
Dalam memperkirakan kebutuhan latihan dan penempatan
tenaga kerja serta perlindungan tenaga kerja dengan menggunakan
pendekatan industrialstatus metric, education status metric dan
geometrik yang dikalikan dengan tambahan kebutuhan kesempatan
kerja maupun rencana perlindungan tenaga kerja.
1.4.2 Sumber Data
Sumber data dalam penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja
Provinsi 2012-2016 adalah :
a. Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) bulan Agustus
Tahun 2008-2011
b. PDRB Provinsi DIY Tahun 2008-2011
c. Data dan informasi lainnya yang dipublikasi oleh Badan Pusat
Statistik, Bappeda Provinsi D.I. Yogyakarta, instansi sektoral dan
instansi penyedia data serta informasi lain yang berkaitan
dengan ketenagakerjaan.
1.5. Pengertian Dasar, Konsep, dan Definisi
1. Kebutuhan Tenaga Kerja
Kebutuhan tenaga kerja (kesempatan kerja) adalah jumlah
lapangan kerja dalam satuan orang yang dapat disediakan oleh
seluruh sektor ekonomi dalam kegiatan produksi. Dalam arti yang
lebih luas, kebutuhan ini tidak hanya menyangkut jumlahnya,
tetapi juga kualitasnya (pendidikan atau keahliannya).
Penganggur = Hasil Proyeksi AK – Hasil Proyeksi KK
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
8 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
2. Penduduk Usia Kerja (PUK)
Penduduk usia kerja / Tenaga kerja adalah penduduk yang
berumur 15 tahun keatas yang telah dianggap mampu dan mau
melaksanakan pekerjaan. Tenaga kerja ini dikelompokkan
menurut tenaga kerja yang sudah bekerja, mencari kerja,
bersekolah, mengurus rumah tangga dan mereka yang tidak
masuk dalam kategori diatas (cacat, pensiun dan lain-lain)
3. Persediaan Tenaga Kerja
Persediaan tenaga kerja adalah jumlah penduduk yang sudah
siap untuk bekerja, disebut angkatan kerja (labour force) yang
dapat dilihat dari segi kualitas dan kuantitas.
4. Penduduk Usia Kerja (PUK)
Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke
atas.
5. Angkatan Kerja (AK)
Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja yang berumur 15
tahun ke atas yang selama seminggu sebelum pencacahan,
bekerja atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan
mereka yang tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan. Atau dapat
disimpulkan bahwa angkatan kerja adalah sekelompok
penduduk usia kerja yang potensial untuk bekerja. Pengertian
potensial adalah kesiapan setiap orang untuk masuk di pasar
kerja baik saat itu sedang bekerja maupun mencari pekerjaan.
6. Bekerja
Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang
dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh
pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus)
dalam seminggu yang lalu.
7. Penganggur Terbuka (PT)
Penganggur Terbuka terdiri dari :
a. Mereka yang mencari pekerjaan
b. Mereka yang mempersiapkan usaha
c. Mereka yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak
mungkin dapat pekerjaan
d. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai
bekerja.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 9
8. Tingkat Penganggur Terbuka (TPT)
Tingkat penganggur terbuka merupakan rasio jumlah
Penganggur Terbuka terhadap jumlah Angkatan Kerja.
9. Setengah Penganggur
Setengah penganggur adalah kegiatan seseorang yang bekerja
kurang dari 35 jam per minggu.
10. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Tingkat partisipasi angkatan kerja adalah perbandingan antara
jumlah angkatan kerja dengan jumlah seluruh penduduk usia
kerja
11. Jenis Kegiatan/Lapangan Usaha
Jenis Kegiatan/Lapangan Usaha adalah bidang kegiatan dari
pekerjaan/usaha/perusahaan/instansi di mana seseorang bekerja
seperti digolongkan dalam Klasifikasi Lapangan Usaha
Indonesia(KLUI)/Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
(KBLUI).
12. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
a. Menurut Pendekatan Produksi, PDRB adalah jumlah nilai
barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi
di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu
(biasanya 1 tahun) b. Menurut Pendekatan Pengeluaran, PDRB merupakan
jumlah balas jasa atas faktor-faktor produksi yang diciptakan
oleh seluruh kegiatan ekonomi berupa uang dan gaji, sewa
tanah, bunga modal dan keuntungan, termasuk pajak tak
langsung dan penyusutan barang modal tetap di suatu
daerah dalam jangka waktu tertentu.
1.6. Kerangka Isi
Penulisan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi 2012-2016 ini
dibagi dalam 7 (tujuh) bab, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : KONDISI KETENAGAKERJAAN D.I.YOGYAKARTA
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
10 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
BAB III : PERKIRAAN DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN
TENAGA KERJA
BAB IV : PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KEBUTUHAN
TENAGA KERJA
. BAB V : PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KESEIMBANGAN
ANTARA PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN TENAGA
KERJA
BAB VI : ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM
PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN
BAB VII : PENUTUP
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 11
BAB II KONDISI KETENAGAKERJAAN DI
D.I. YOGYAKARTA
2.1 Kondisi Ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi yang dihitung berdasarkan perubahan
PDRB atas dasar harga konstan tahun yang bersangkutan terhadap tahun
sebelumnya merupakan salah satu indikator makro untuk melihat kinerja
perekonomian secara riil di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi dapat
dipandang sebagai pertambahan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan
oleh semua sektor kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah selama
kurun waktu tertentu.
Secara umum kinerja perekonomian Provinsi DIY selama periode
2008-2011 mengalami perubahan yang berfluktuasi, dengan rata-rata laju
pertumbuhan ekonomi mencapai 4,86 persen per tahun. Pada tahun 2008
perekonomian DIY menguat dengan laju pertumbuhan mencapai 5,03
persen, lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun
2007 yang besarnya 4,31 persen. Namun demikian, akibat pengaruh krisis
global pertumbuhan ekonomi DIY mengalami perlambatan, yaitu hanya
mampu tumbuh 4,43 persen di tahun 2009. Seiring pulihnya krisis global
serta adanya erupsi merapi pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi DIY
tumbuh relatif lebih cepat dari tahun sebelumnya, yaitu 4,88 persen dan
tahun 2011 tumbuh 5,16 persen.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
12 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Secara sektoral, pada tahun 2010 dan 2011 semua sektor ekonomi
mengalami pertumbuhan positif kecuali sektor pertanian yang mengalami
kontraksi/pertumbuhan minus 0,27 persen tahun 2010 dan minus 2,12
persen tahun 2011. Sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan cukup
tinggi berturut-turut, yaitu sektor industri (7,00%); sektor jasa-jasa (6,44%);
sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan (7,87%); dan sektor
bangunan tumbuh sebesar 6,06 persen; sedangkan 4 (empat) sektor lainnya
(pertambangan dan penggalian; Listrik, Gas dan Air bersih; Perdagangan;
hotel dan restoran, Sektor angkutan dan komunikasi) mengalami
pertumbuhan kurang dari 6 (enam) persen. Seiring dengan pulihnya
finansial global, berdampak pada meningkatnya permintaan ekspor terhadap
beberapa produk industri pengolahan, sehingga sektor industri pengolahan
mampu tumbuh hingga 7,00 persen di tahun 2010, namun tahun 2011
sedikit menurun menjadi 6,79 persen.
Tabel 2.1
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2011
Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011
1. Pertanian, Peternakan,
Kehutanan & Perikanan 3.490,79 3.629,78 3.617,08 3.555,80
2. Pertambangan & Penggalian 144,77 149,25 139,97 156,71
3. Industri Pengolahan 2.566,42 2.599,26 2.793,58 2.983,17
4. Listrik, Gas, Air Bersih 174,93 185,60 193,03 201,24
5. Bangunan 1868,26 1.923,72 2.040,31 2.187,80
6. Perdagangan, Hotel &
Restoran 3,965,38 4.193,54 4.373,85 4.611,40
7. Pengangkutan & Komunikasi 1.999,33 2.118,67 2.245,70 2.430,70
8. Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan 1.790,56 1.903,41 2.053,16 2.185,22
9. Jasa-jasa 3.209,34 3.348,26 3.585,60 3.817,67
Jumlah 19.209,78 20.051,49 21.042,28 22.129,71
Sumber : BPS Tahun 2008-2011
Program pemerintah dalam rangka Peningkatan Produksi Beras
Nasional (P2BN) mendorong pertumbuhan sektor pertanian hingga
mencapai 4,72 persen pada tahun 2008. Laju pertumbuhan ini merupakan
yang tertinggi selama lima tahun terakhir. Namun demikian, dengan
berakhirnya program pemerintah tersebut dan kondusi iklim yang kurang
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 13
kondusif serta adanya erupsi merapi pertumbuhan sektor pertanian
mengalami kontraksi sebesar 0,27 persen dan 2,12 persen pada tahun 2010
dan 2011. Dampak dari erupsi merapi meningkatkan pertumbuhan cukup
tinggi di sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2011 menjadi
sebesar 11,96 persen yang mana sebelumnya hanya tumbuh sebesar 0,88
persen. Secara lengkap, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi D.I. Yogyakarta
menurut sektor selama periode 2008-2011 dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2
Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto
Menurut Lapangan UsahaTahun 2008-2011
Lapangan Usaha
Laju Pertumbuhan Kontribusi
2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011
1. Pertanian
4,72
3,13
-0,72
-2,12
18,17
18,10
17,19
16,07
2. Pertambangan 4,64 3,09 0,88 11,96 0,75 0,74 0,67 0,71
3. Industri 1,52 1,28 7,00 6,79 13,36 12,96 13,28 13,48
4. Listrik, Gas
&Air 5,53 6,10 4,00 4,26
0,91
0,93
0,92
0,91
5. Bangunan 7,81 4,64 6,06 7,23 9,73 9,59 9,70 9,89
6. Perdagangan 5,73 5,75 5,09 5,19 20,64 20,91 20,79 20,84
7. Angkutan 6,61 5,97 5,50 8,00 10,41 10,57 10,67 10,98
8. Keuangan 5,63 6,30 7,87 7,95 9,32 9,49 9,76 9,87
9. Jasa 4,46 4,33 6,44 6,47 16,71 16,70 17,04 17,25
Jumlah 5,02 4,39 4,87 5,16 100 100 100 100
Sumber : BPS Tahun 2008-2011
Selama empat tahun terakhir (2008-2011), stuktur perekonomian DIY
masih didominasi oleh 4 (empat) sektor yaitu sektor perdagangan dengan
kontribusi terhadap PDRB sebesar 20 persen lebih setiap tahunnya, sektor
jasa sebesar 16-17 persen, sektor pertanian 16-18 persen dan sektor
industri 13 persen. Porsi sektor perdagangan cenderung stabil setiap
tahunnya, sektor jasa sedikit mengalami peningkatan, sedangkan sektor
pertanian cenderung menurun dan sektor industri tidak mengalami
perubahan yang berarti setiap tahunnya. Penurunan kontribusi sektor
pertanian sebagai akibat menyusutnya luas lahan pertanian dan lambatnya
kenaikan harga produk pertanian dibanding produk lain, serta kondisi iklim
yang kurang kondusif juga menjadi salah satu penyebab menurunnya
kontribusi sektor pertanian.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
14 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Fenomena ini menunjukkan bahwa perekonomian DIY mengalami
pergeseran dari perekonomian agraris menuju niaga jasa. Industrialisasi
yang biasanya terjadi pada beberapa wilayah yang semula berbasis
pertanian tidak sepenuhnya terjadi di DIY. Walaupun secara nominal sektor
industri pengolahan berkembang tetapi kontribusinya cenderung menurun
dan hanya terjadi peningkatan yang sangat kecil pada tahun 2011.
Menurunnya kontribusi sektor industri pada tahun 2008 dan 2009
dipengaruhi oleh situasi perekonomian dunia yang kurang kondusif akibat
krisis finansial global. Seiring mulai pulihnya krisis finansial global, pada
tahun 2010 sektor ini mampu tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor
lainnya (Tabel 2.2). Sementara itu, kontribusi gabungan sektor perdagangan
dan jasa-jasa justru meningkat, merupakan salah satu indikator bahwa
proses industrialisasi di DIY mengalami kendala. Hal ini mungkin terkait dari
kondisi wilayah Provinsi DIY yang menyandang predikat sebagai “kota
pariwisata, kota pelajar, kota pendidikan dan kota budaya” atau predikat
yang jauh dari citra Yogyakarta sebagai kota industri, kurang menarik minat
investor untuk menanamkan modal di sektor industri.
Membaiknya kondisi perekonomian DIY memberi dampak yang
positif bagi penyerapan tenaga kerja. Data ketenagakerjaan terakhir
menunjukkan tingkat pengangguran yang berada dalam trend menurun,
disertai adanya pergeseran struktur tenaga kerja yang kembali kepada
sektor formal, dan membaiknya kualitas pendidikan tenaga kerja. Angka
pengangguran terbuka tahun 2011 tercatat sebesar 3,97 persen, jauh lebih
rendahdibanding periode tahun sebelumnya yang sebesar 5,69
persen.Sementara itu, komposisi partisipasi angkatan kerja pada sektor
formal meningkat dari 34,47 persen pada tahun 2010 menjadi 44,39 persen
pada tahun 2011. Pulihnya kembali peran sektor formal dalam penyerapan
tenaga kerja diharapkan berdampak positif pada kesinambungan konsumsi
rumah tangga, terutama dengan lebih terjaminnya tingkat pendapatan yang
memadai. Perkembangan positif lainnya juga terlihat pada kualitas tenaga
kerja yang membaik. Pada tahun 2010 komposisi tenaga kerja yang berlatar
belakang pendidikan dasar berada dalam trend yang menurun, sebaliknya
komposisi tenaga kerja dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi
mengalami peningkatan. Program wajib belajar 9 tahun merupakan salah
satu faktor yang turut mempengaruhi perbaikan kualitas pendidikan tenaga
kerja tersebut. Walaupun secara keseluruhan kondisi ketenagakerjaan
terlihat berada dalam trend yang membaik, persoalan terkait tingginya
pengangguran yang dimiliki tingkat pendidikan tinggi dan daya serap
perekonomian terhadap tenaga kerja tetap perlu menjadi perhatian. Tingkat
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 15
penyerapan tenaga kerja sektoral, juga dapat dilihat dari keeratan hubungan
antara pertumbuhan PDRB masing-masing sektor dengan pertumbuhan
tenaga kerjanya. Sementara itu, persoalan tingginya angka pengangguran
pada jenjang pendidikan diploma dan perguruan tinggi juga menjadi salah
satu agenda penting yang perlu memperoleh prioritas penanganan. Gejala
ini di satu sisi merupakanindikasi dari kurangnya ketersediaan lapangan
kerja disektor formal untuk menyerap lebih banyak tenaga kerjaberlatar
belakang pendidikan tinggi. Di sisi lain, hal ini juga menggambarkan adanya
pandangan tenaga kerja berpendidikan tinggi yang lebih mementingkan
bekerja di sektor formal. Meskipun perkembangan lapangan kerja sektor
formal sudah membaik namun masih perlu dipacu lebih cepat agar
pengangguran yang berpendidikan tinggi ini dapat berkurang disertai upaya
meningkatkan paradigma kewiraswastaan.
2.2 Penduduk Usia Kerja
Yang termasuk penduduk usia kerja (PUK) adalah penduduk yang
berusia 15 tahun keatas. Kuantitas dan tren PUK ini tergantung pada naik
turunnya jumlah penduduk secara keseluruhan sesuai dengan terjadinya
perubahan faktor-faktor demografi. Selama dua tahun dari tahun 2008
sampai tahun 2009 jumlah ini tampak ada kecenderungan meningkat, yakni
dari 2.836.178 orang pada tahun 2008 menjadi 2.871.718 orang pada tahun
2009 atau bertambah sebanyak 35.540 orang, tetapi kemudian menurun
cukup banyak yaitu sekitar 173.584 orang menjadi sebanyak 2.698.134
orang pada tahun 2010 dan tahun 2011 kembali mengalami kenaikan
sebanyak 25.495 orang menjadi 2.723.629 orang. Untuk lebih jelasnya
berikut bahasan mengenai PUK menurut karakteristik yang mencakup jenis
kelamin, usia, dan pendidikan.
2.2.1 Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur
Selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 menunjukkan
bahwa penduduk usia kerja di Provinsi DIY masih didominasi oleh
golongan umur muda yaitu di bawah usia 35 tahun. Keadaan tahun
2010 tidak jauh berbeda dengan 2 tahun sebelumnya, namun proporsi
penduduk usia muda cenderung lebih kecil karena secara nominal juga
menurun dibanding tahun 2008 dan 2009. Pada golongan umur 35-39
tahun, 40-44 tahun, 45-49 tahun sampai dengan umur 59 tahun
proporsinya di bawah 10 persen kecuali pada golongan umur 60 tahun
ke atas proporsinya di atas 15 persen lebih besar dari proporsi
penduduk usia muda.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
16 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Tabel 2.3
Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2008-2011
Golongan Umur 2008 2009 2010 2011
1. 15-19 294.846 315.134 309.260 314.177
2. 20-24 300.594 288.524 259.075 272.345
3. 25-29 319.626 340.436 270.438 268.962
4. 30-34 385.050 373.489 268.557 279.638
5. 35-39 258.654 251.044 260.089 246.203
6. 40-44 253.786 267.535 265.129 282.604
7. 45-49 225.497 229.259 238.237 234.934
8. 50-54 200.458 201.966 206.139 211.190
9. 55-59 139.959 149.457 165.819 153.936
10. 60+ 457.708 454.875 455.391 459.640
Jumlah 2.836.178 2.871.719 2.698.134 2.723.629
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
Pada golongan umur 60 tahun ke atas proporsinya cenderung
meningkat sampai tahun 2011. Hal ini diduga karena perbaikan gizi dan
kesehatan yang memungkinkan kelompok umur ini mengalami kondisi
fisik yang lebih sehat dan bugar. Dengan kondisi demikian, maka dapat
dipastikan akan semakin menambah jumlah lansia yang masih tetap
sehat, tidak mau bergantung pada anak cucunya dan sebagian besar
masih mempunyai potensi untuk tetap produktif.
2.2.2 Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Penduduk usia kerja menurut tingkat pendidikan pada tahun
2008-2011di DIY sebagian besar masih didominasi yangberpendidikan
sekolah dasar. Proporsi penduduk yang berpendidikan maksimum SD
sebesar 37,72 persen pada tahun 2008, menurun menjadi sebesar
36,69 persen pada tahun 2009, kembali naik sedikit menjadi 36,83
persen pada tahun 2010 dan tahun 2011 menunjukkan penurunan yang
cukup berarti menjadi sebesar 34,88 persen. Penurunan proporsi PUK
yang berpendidikan maksimum SD ini mendorong peningkatan proporsi
PUK yang berpendidikan di atasnya (SMTP s/d Universitas). Dengan
masih besarnya proporsi PUK yang berpendidikan maksimum SD ini
menunjukkan tingkat kualitas penduduk usia kerja di DIY masih relatif
rendah.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 17
PUK yang berpendidikan SMTP ke atas, semuanya mengalami
pertumbuhan positif, terutama PUK berpendidikan SMTA Kejuruan
pada tahun 2009 pertumbuhannya mencapai 20,05 persen disusul PUK
yang berpendidikan Universitas tumbuh sebesar 29,02 persen. Dengan
pertumbuhan sebesar itu maka tambahannya mencapai 63.809 orang
untuk SMTA Kejuruan dan 43.490 orang untuk Universitas.
Pada tahun 2010, PUK yang berpendidikan Universitas
mengalami pertumbuhan terbesar, yakni mencapai 10,34 persen,
disusul yang berpendidikan Diploma tumbuh sebesar 6,04 persen.
Dengan laju pertumbuhan sebesar itu, maka proporsi PUK yang
berpendidikan Universitas dari 3,57 persen pada tahun 2009 meningkat
menjadi 3,87 persen, dan untuk PUK Diploma dari 2,29 persen menjadi
2,39 persen.
Tabel 2.4
Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2008-2011
Tingkat Pendidikan 2008 2009 2010 2011
1. Maksimum SD 1.069.792 1.053.620 993.614 950.110
2. SMTP 654.767 613.920 603.117 583.953
3. SMTA Umum 526.928 508.079 460.467 472.474
4. SMTA Kejuruan 318.215 382.024 362.466 412.109
5. Diploma 116.609 120.719 98.137 99.853
6. Universitas 149.867 193.357 180.333 205.130
Jumlah 2.836.178 2.871.719 2.698.134 2.723.629
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
2.2.3 Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin
Secara absolut jumlah penduduk di Provinsi D.I. Yogyakarta
menunjukkan adanya peningkatan baik penduduk laki-laki maupun
perempuan hingga tahun 2009, tetapi tahun 2010 menunjukkan
penurunan dan kembali meningkat pada tahun 2011. Apabila dilihat
secara relatif penduduk usia kerja laki-laki selama periode tahun 2008-
2009 proporsinya cenderung mengalami kenaikan yakni dari sebesar
49,90 persen pada tahun 2008 naik menjadi 50,01 persen pada tahun
2009 tetapi kemudian turun menjadi 48,72 persen tahun 2010 dan
kembali naik menjadi 48,85 persen pada tahun 2011. Sebaliknya
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
18 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
proporsi penduduk usia kerja perempuan mengalami penurunan dari
50,10 persen tahun 2008, turun menjadi 49,99 persen tahun 2009 dan
kemudian kembali mengalami kenaikan pada tahun 2010 menjadi 51,28
persen dan menurun sedikit menjadi 51,15 persen tahun 2011.
Perbedaan proporsi antara PUK laki-laki dan PUK perempuan ini terjadi
akibat perbedaan jumlah PUK laki-laki lebih kecil dibandingkan dengan
PUK perempuan. Antara tahun 2008-2011 jumlah penurunan PUK laki-
laki lebih besar dibandingkan penurunan PUK perempuan yaitu PUK
laki-laki berkurang sebanyak 84.864orang (6,00 %) dan perempuan
berkurang sebanyak 27.685 orang (1,95 %).
Tabel 2.5
Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2008-2011
Jenis Kelamin 2008 2009 2010 2011
1. Laki-Laki 1.415.344 1.436.060 1.314.610 1.330.480
2. Perempuan 1.420.834 1.435.659 1.383.524 1.393.149
Jumlah 2.836.178 2.871.719 2.698.134 2.723.629
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
2.2.4. Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten / Kota
Penduduk usia kerja di 5 (lima) kabupaten kota di Provinsi DIY
dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 hampir semuanya
mengalami kenaikan. Tetapi pada tahun 2010 semua kabupaten/Kota
penduduk usia kerjanya menurun jumlahnya, dan kembali naik pada
tahun 2011. Penduduk usia kerja di Kabupaten Sleman jumlahnya
mencapai 843.211 orang (29,73 persen dari total penduduk usia kerja di
DIY), jumlahnya meningkat menjadi 862.547 orang dan proporsinya
juga meningkat menjadi 31,67 persen pada tahun 2011. Di sisi lain,
kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul dan Kota Yogyakarta
jumlahnya menurun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.6
berikut.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 19
Tabel 2.6
Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten / Kota
Tahun 2008-2011
Kabupaten / Kota 2008 2009 2010 2011
1. Kab. Kulon Progo 302.613 303.722 299.790 304.459
2. Kab. Bantul 736.854 749.174 705.269 712.986
3. Kab. Gunung Kidul 578.348 581.532 528.441 529.629
4. Kab. Sleman 843.211 856.443 853.635 862.547
5. Kota Yogyakarta
375.152 380.848 310.999 314.008
Jumlah 2.836.178 2.871.719 2.698.134 2.723.629
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
2.2.5. Penduduk Usia Kerja Menurut Kota / Desa
Selama periode tahun 2008-2011 penduduk usia kerja di DIY
sebagian besar berdomisili di perkotaan, dimana pada tahun 2008 yang
tinggal di perkotaan sebanyak 1.693.981 orang ( 59,73 persen), pada
tahun 2011 bertambah 6,82 persen menjadi 1.809.549 orang (66,44
persen). Sedangkan penduduk usia kerja yang tinggal di pedesaan
hanya sebanyak 1.142.197 orang (40,27 persen) pada tahun 2008,
menurun sebesar 19,97 persen menjadi 914.080 orang (33,56 persen)
pada tahun 2011. Keadaan ini antara lain disebabkan karena sebagian
besar penduduk usia kerja terutama yang berusia muda banyak yang
pindah ke kota untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi
ataupun bekerja dan mencari pekerjaan di daerah perkotaan, yang
notabene mereka anggap bekerja di perkotaan akan lebih menjanjikan
daripada bekerja di desa.
Tabel 2.7
Penduduk Usia Kerja Menurut Kota / Desa
Tahun 2008-2011
Kota / Desa 2008 2009 2010 2011
1. Pedesaan 1.142.197 1.151.799 1.100.142 914.080
2. Perkotaan
1.693.981 1.719.920 1.597.992 1.809.549
Jumlah 2.836.178 2.871.719 2.698.134 2.723.629
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
20 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
2.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK )
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tahun 2008 sebesar 70,51 persen,
pada tahun 2009 meningkat menjadi 70,23 persen, tahun 2010 menurun
menjadi69,76 persen dan tahun 2011 turun lagi menjadi 68,77
persen.Besarnya TPAK secara umum menunjukkan adanya
penurunansetiap tahun, namun apabila dilihat menurut golongan umur,
maka terjadi penurunan yang signfikan terutama yang berusia muda.
Penurunan tersebut karena berhasilnya sistem pendidikan yang
diprogramkan pemerintah yaitu pendidikan 9 tahun wajib belajar bagi anak-
anak untuk memasuki dunia pendidikan, sementara dari sisi lainnya adalah
kesadaran masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi,
sehingga kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap pengurangan atau
memperlambat angkatan kerja memasuki dunia kerja. Dengan adanya
program wajib belajar tersebut maka pertambahan jumlah angkatan kerja
untuk tahun berikutnya diharapkan akan relatif menurun dibandingkan
dengan pertambahan jumlah penduduk usia kerja menurut golongan umur,
tingkat pendidikan serta jenis kelamin.
2.3.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut golongan umur dari
tahun 2008-2011 untuk golongan umur 15-19 tahun dan 20-24
tahunterlihat cenderung menurun secara fluktuatif, salah satunya
disebabkan karena adanya program pendidikan dasar 9 tahun disatu
sisi, sedangkan disisi lain semakin meningkatnya kesadaran masyarakat
terhadap jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal tersebut tampaknya
memberikanpengaruh cukup berarti terhadap melambatnya laju
pertumbuhan angkatan kerja untuk golongan umur 15-19 tahun dan 20-
24 tahun. Sehubungan dengan itu, maka pertambahan jumlah angkatan
kerja untuk golongan umur 15-19 tahun dan 20-24 tahun tersebut pada
tahun-tahun berikutnya relatif lebih kecil dibandingkan dengan
pertambahan jumlah penduduk usia kerja.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 21
Tabel 2.8 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2008-2011 (%)
Golongan Umur 2008 2009 2010 2011
1. 15-19 25,96 26,14 25,92 26,69 2. 20-24 59,48 57,47 59,72 65,70 3. 25-29 81,22 79,22 75,40 77,71 4. 30-34 82,93 82,57 78,66 80,38 5. 35-39 84,58 85,10 83,44 90,00 6. 40-44 86,10 88,33 87,63 87,60 7. 45-49 89,44 87,19 86,73 85,70 8. 50-54 85,17 86,48 85,42 84,29 9. 55-59 82,57 78,79 80,90 74,55 10. 60+ 52,48 54,56 58,43 46,36
Total 70,51 70,23 69,76 68,77
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
Dilihat perkembangan tahun 2008-2011 TPAK menurut golongan
umur 25-29 tahun mengalami penurunan cukup berarti. Kondisi tersebut
tidak berbeda jauh dengan golongan umur 30-34 tahun. Untuk TPAK
golongan umur 35-59 tahun mengalami kenaikan dan sangat
berfluktuasi, sedangkan golongan umur 60 tahun ke atas cenderung
terus menurun. Dari data ini menggambarkan bahwa golongan umur
antara 35-59 tahun merupakan kelompok usia produktif untuk melakukan
pekerjaan yang mempunyai hubungan kerja atau berstatus formal.
Sedangkan untuk golongan umur 15-19 tahun, masih merupakan usia
sekolah sehingga diarahkan agar TPAK nya selalu menurun dan
mempunyai dampak mengurangi angkatan kerja memasuki pasar kerja.
Namun apabila diperhatikan TPAK golongan umur 60+ tahun keatas
menunjukkan adanya kenaikkan yang signifikan sampai dengan tahun
2010, kondisi tersebut menggambarkan bahwa mereka walau telah
memasuki kelompok usia pensiun tetapi masih tetap melakukan
pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.8.
2.3.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat
Pendidikan
Kondisi pendidikan angkatan kerja secara umum menggambarkan
relatif masih rendah karena masih didominasi tamatan sekolah dasar.
Untuk mengupayakan agar kualitas pendidikan angkatan kerja dapat
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
22 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
meningkat maka pemerintah mengeluarkan kebijakan program
pendidikan wajib belajar 9 tahun agar penduduk usia kerja 15-19 tahun
dapat berkurang untuk memasuki dunia kerja, sehingga dapat untuk
melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dilihat dari program
pendidikan wajib belajar tersebut memberikan dampak positif terhadap
meningkatnya kualitas mutu pendidikan angkatan kerja secara
keseluruhan yaitu terjadinya pergeseran dari pendidikan sekolah dasar,
dan meningkatnya jenis pendidikan SMTP ke atas yang siap untuk
memasuki lapangan kerja.
Tabel 2.9
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2008-2011 (%)
Tingkat Pendidikan 2008 2009 2010 2011
1. Maksimum SD 73,38 72,00 72,38 66,53
2. SMTP 62,60 62,33 60,45 56,99
3. SMTA Umum 62,85 58,94 60,69 67,26
4. SMTA Kejuruan 77,52 80,82 80,19 81,43
5. Diploma 81,86 80,36 78,77 79,52
6. Universitas 87,73 87,98 83,78 85,43
Total 70,51 70,23 69,76 68,77
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
Apabila dilihat dari tingkat partisipasi angkatan kerja menurut
jenis pendidikan yang ditamatkan dari tahun 2008-2011 menunjukkan
angkanyacukup berfluktuasi, seperti pada tahun 2008 dimana TPAK
lulusan pendidikan SD sebesar 73,38 persen pada tahun 2009
mengalami penurunan menjadi sebesar 72,00 persen dan pada tahun
2010 menjadi 72,38 persen terjadi kenaikan dari tahun sebelumnya dan
tahun 2011 kembali turun menjadi 66,53 persen. TPAK lulusan
pendidikan SMTP selama tahun 2008-2011 terus mengalami penurunan
dari sebesar 62,60 persen tahun 2008 menjadi 56,99 persen tahun 2011.
Sedangkan untuk TPAK tingkat pendidikan SMTA Umum pada tahun
2009sempat menurun dibanding tahun sebelumnya namun kembali naik
cukup tajam hingga menjadi 67,26 pada tahun 2011. Demikian juga
pada lulusan SMTA Kejuruan kondisinya semakin meningkat TPAKnya.
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan angkatan kerja, maka semakin tinggi pula partisipasi
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 23
terhadap dunia kerja yang dibutuhkan. Lain halnya dengan lulusan
pendidikan Diploma. TPAK lulusan ini cenderung terus menurun dari
tahun ke tahun karena sebagian besar dari mereka lulus langsung
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan tidak sempat memasuki
dunia kerja. Apabila dilihat dari TPAK lulusan Universitas pada tahun
2008-2011 kondisinya menggambarkan bahwa terjadi kenaikkan dari
tahun 2008 ke 2009, tetapi menurun pada tahun 2010, kemudian
kembali naik pada tahun 2011. universitas banyak yang langsung masuk
kedalam pasar kerja, sebelum untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan
yang lebih tinggi yang membutuhkan dana cukup besar. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.9 di atas.
2.3.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Data Sakernas tahun 2008-2011 menunjukkan TPAK laki-laki
mengalami fluktuasi naik pada tahun 2009 kemudian kembali turun
sampai tahun 2011. TPAK laki-laki menunjukkan kenaikan dari 79,44
persen tahun 2008 kemudian naik menjadi 80,26 persen dan kembali
menurun menjadi 78,62 persen, turun lagi menjadi 78,35 persen.
Sementara TPAK perempuan tahun 2008 sebesar 61,61 persen turun
menjadi 60,19 persen, kembali naik menjadi 61,35 persen dan turun lagi
menjadi 59,61 persen. TPAK perempuan cenderung lebih rendah
dibandingkan TPAK laki-laki. Hal ini dipengaruhi peran ganda mereka
dalam rumah tangga dan komitmen mereka untuk aktif di dalam pasar
kerja. Perempuan cenderung keluar dari pasar kerja ketika masa
perkawinan, melahirkan dan membesarkan anak dan kemudian kembali
ke dunia kerja ketika anak-anak sudah besar. Selain itu semakin
terbukanya kesempatan pendidikan bagi perempuan di berbagaibidang
akan diikuti oleh meningkatnya partisipasi perempuan dalam angkatan
kerja.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.10.
Tabel 2.10 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2008-2011 (%)
Jenis Kelamin 2008 2009 2010 2011
1. Laki-laki 79,44 80,26 78,62 78,35
2. Perempuan
61,61 60,19 61,35 59,61
Total 70,51 70,23 69,76 68,77
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
24 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
2.3.4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/ Kota
Selama tahun 2008-2011 tingkat partisipasi di Kabupaten/Kota di
DIY cenderung mengalami penurunan secara bfluktuatif. TPAK
kabupaten Kulon Progo dari tahun 2008-2010 mengalami kenaikan,
tetapi tahun 2001 menurun cukup signifikan. Di Kabupaten Gunung
Kidul TPAKnya cenderung menurun setiap tahunnya, sedangkan di
Kabupaten Bantul dan Sleman terjadi penurunan berfluktuasi dan di
Kota Yogyakarta mengalami kenaikan walaupun pada tahun 2010
sempay menurun.
Tabel 2.11
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kabupaten / Kota
Tahun 2008-2011 (%)
Kabupaten / Kota 2008 2009 2010 2011 1. Kab. Kulon Progo
72,13
73,27
73,48
68,57
2. Kab. Bantul 70,30 70,79 70,15 68,83
3. Kab. Gunung Kidul 74,84 74,42 73,39 69,11
4. Kab. Sleman 68,48 66,93 67,12 68,76
5. Kota Yogyakarta 67,50 67,68 66,38 68,26
Total 70,51 70,23 69,76 68,77
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
2.3.5. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kota / Desa
Tingkat partisipasi angkatan kerja di daerah pedesaan dari tahun
ke tahun terus mengalami penurunan. Dalam tabel 2.12 terlihat bahwa
pada tahun 2008 TPAK di pedesaan sebesar 75,17 persen kemudian
naik sedikit menjadi 75,82 persen tahun 2009, tetapi sampai tahun 2011
menurun cukup signifikan menjadi 68,95 persen. Keadaan sebaliknya
terjadi di daerah perkotaan, yang mana pada tahun 2009 menurun
dibanding keadaan tahun 2008 tetapi kemudian naik sampai tahun
2011 menjadi sebesar 68,67 persen.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 25
Tabel 2.12
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kota / Desa
Tahun 2008-2011 (%)
Kota / Desa 2008 2009 2010 2011
1. Pedesaan 75,17 75,82 73,84 68,95
2. Perkotaan
67,37 66,48 66,96 68,67
Total 70,51 70,23 69,76 68,77
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
2.4 Angkatan Kerja
Secara struktural angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk
usia kerja berumur 15 tahun keatas, sehingga jumlah angkatan kerja sangat
tergantung pada jumlah penduduk usia kerja yang masuk ke dalam
angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja setiap tahunnya mengalami kenaikan
sampai tahun 2009, kemudian menurun sampai tahun 2011 sejalan dengan
pertambahan dan penurunan jumlah penduduk usia kerja. Pada tahun 2008
angkatan kerja di DIY sebanyak 1.999.734 orang menjadi 2.016.694 orang
tahun 2009, tetapi pada tahun 2010 menurun menjadi 1.882.296 orang dan
tahun 2011 turun lagi menjadi 1.872.912 orang. Secara umum struktur
angkatan kerja dapat diklasifikasikan menjadi beberapa karakteristik yang
secara rinci dipaparkan pada uraian berikut.
2.4.1 Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur
Bila dilihat dari sisi golongan umur, angkatan kerja di Provinsi
DIY masih didominasi golongan umur 30-34 tahun kemudian diikuti
golongan umur 25-29 tahun dan golongan umur 60 tahun ke atas.
Jumlah maupun proporsi angkatan kerja menurut golongan umur
selama tahun 2008 sampai dengan 2011 umumnya cenderung
menurun secara fluktuatif terutama golongan usia muda sampai dengan
usia 34 tahun. Akan tetapi golongan usia 35 sampai dengan 60 tahun
ke atas proporsinya semakin meningkat dari tahun ketahun kecuali
pada golongan umur 55 tahun ke atas pada tahun 2011 menunjukkan
penurunan.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
26 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Tabel 2.13
Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2008-2011
Golongan
Umur 2008 2009 2010 2011
1. 15-19 76.549 82.371 80.163 83.858
2. 20-24 178.782 165.814 154.711 178.922
3. 25-29 259.607 269.707 203.918 209.005
4. 30-34 319.333 308.378 211.252 224.766
5. 35-39 218.771 213.635 217.019 221.584
6. 40-44 218.521 236.318 232.330 247.557
7. 45-49 201.675 199.885 206.616 201.347
8. 50-54 170.731 174.667 176.074 178.015
9. 55-59 115.564 117.758 134.148 114.765
10. 60+ 240.201 248.161 266.065 213.093
Jumlah 1.999.734 2.016.694 1.882.296 1.872.912
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
Bila dilihat secara absolut tidak menunjukkan kenaikan yang
berarti, apalagi bila dilihat secara seksama angkatan kerja pada
golongan umur 55 tahun keatas yang semula jumlahnya meningkat
sampai tahun 2010, kemudian jumlahnya menurun cukup signifikan
pada tahun 2011. Angkatan kerja kelompok umur 15-19 tahun jumlah
maupun proporsinya paling rendah dibanding kelompok lainnya, namun
cenderung terus mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan
jumlah penduduk usia kerja pada kelompok usia ini. Angkatan kerja
golongan umur 60 tahun ke atas menduduki proporsi tertinggi setelah
golongan usia 30-34 tahun dan setiap tahun jumlahnya mengalami
kenaikan. Kenaikan ini disebabkan angka harapan hidup yang semakin
meningkat dan tingginya tingkat pendidikan yang menyebabkan usia
tidak menjadi halangan untuk tetap berkarya. Namun demikian bagi
sebagian penduduk yang ada di pedesaan tetap bekerja di usia tua
merupakan pilihan untuk bisa tetap mencukupi kebutuhan sehari-hari.
2.4.2. Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Secara umum angkatan kerja menurut tingkat pendidikan selama
tahun 2008-2011 masih didominasi oleh mereka yang berpendidikan
SD, tetapi bila dilihat kecenderungannya, tampak menurun yakni dari
785.064 orang (39,26 %) tahun 2008, menjadi 758.658 orang (37,62 %)
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 27
tahun 2009, dan 719.214 orang (38,21 %) pada tahun 2010, menurun
lagi menjadi 632.127 orang (33,75 %). Bila ditelusuri angkatan kerja per
pendidikan, maka terlihat telah terjadi pergeseran proporsi angkatan
kerja untuk setiap jenjang pendidikan. Hal ini ditunjukan dengan
menurunnya proporsi angkatan kerja berpendidikan SD kebawah dan
meningkatnya proporsi angkatan kerja pada tingkat pendidikan di
atasnya.
Tabel 2.14
Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2008-2011
Tingkat Pendidikan 2008 2009 2010 2011
1. Maksimum SD 785.064 758.658 719.214 632.127
2. SMTP 409.859 382.677 364.612 332781
3. SMTA Umum 331.188 299.476 279.444 317.792
4. SMTA Kejuruan 246.683 308.764 290.644 335.561
5. Diploma 95.459 97.012 77.298 79.403
6. Universitas 131.481 170.107 151.084 175.248
Jumlah 1.999.734 2.016.694 1.882.296 1.872.912
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
Sejalan dengan diterapkannya sistem pendidikan melalui
program pendidikan dasar 9 tahun, diharapkan jumlah angkatan kerja
berpendidikan SD dan SMTP dari tahun ke tahun cenderung terus
menurun. Sebaliknya angkatan kerja berpendidikan SMTA ke atas
diharapkan akan terus mengalami peningkatan terutama SMTA
Kejuruan yang terlihat meningkat cukup signifikan baik jumlah maupun
proporsinya, sehingga struktur angkatan kerja beberapa tahun ke depan
diperkirakan akan mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun-
tahun sebelumnya. Pada tahun 2008 proporsinya sebesar 12,34 persen
naik menjadi 15,31 persen tahun 2009, tahun 2010 naik kembali
menjadi 15,44 persen dan tahun 2011 mencapai 17,92 persen.
Angkatan kerja lulusan Diploma tidak menunjukkan kenaikan tetapi
justru menurun, dan angkatan kerja lulusan Universitas mengalami
kenaikan yang cukup berarti baik jumlah maupun proporsinya. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.14.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
28 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
2.4.3. Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Komposisi angkatan kerja menurut jenis kelamin dilihat dari tahun
2008-2011 didominasi oleh angkatan kerja yang berjenis kelamin laki-
laki, berkisar 55 persen. Pada tahun 2008 angkatan kerja berjenis
kelamin laki-laki berjumlah 1.124.292 orang dan perempuan berjumlah
875.442 orang, Pada tahun 2009 untuk angkatan kerja berjenis kelamin
laki-laki meningkat menjadi sebanyak 1.152.623 orang atau naik
sebesar 2,52 persen, dan jumlah angkatan kerja perempuan menurun
menjadi sebanyak 864.071 orang atau 1,30 persen dan terus
menurunhingga tahun 2011 menjadi 1.042.463 angkatan kerja laki-laki
(55,66 %) dan 830.449 orang angkatan kerja perempuan (44,34 %).
Tabel 2.15
Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2008-2010
Jenis Kelamin 2008 2009 2010 2011
1. Laki-Laki 1.124.292 1.152.623 1.033.551 1.042.463
2. Perempuan 875.442 864.071 848.745 830.449
Jumlah 1.999.734 2.016.694 1.882.296 1.872.912
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
Dilihat dari komposisi jenis kelamin angkatan kerja perempuan
pada tahun 2009 komposisinya sebesar 42,85 persen menurun
dibanding tahun 2008 yang besarnya 43,78 persen. Tetapi pada tahun
2010 meningkat menjadi 45,09 persen dan kembali mengalami
penurunan tahun 2011 menjadi 44,34 persen. Kenaikan komposisi
angkatan kerja perempuan tersebut secara umum dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain meningkatnya tingkat pendidikan
perempuan, perubahan gaya hidup keluarga yang sebelumnya banyak
anak sekarang menjadi sedikit, sehingga dengan demikian sedikitnya
jumlah anak serta berkembangnya teknologi peralatan rumah tangga
maka akan mendorong perempuan untuk bersaing dengan laki-laki
dipasar kerja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.15 di atas.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 29
2.4.4. Angkatan Kerja Menurut Kabupaten / Kota
Keadaan angkatan kerja selama periode 2008-2011 menurut
Kabupaten Kota tidak jauh berbeda dengan keadaan penduduk usia
kerja pada periode yang sama. Sebagian besar angkatan kerja DIY
berada di Kabupaten Sleman yang mencapai 28,87 persen tahun 2008,
naik menjadi sebesar 31,66 persen tahun 2011. Terbesar kedua ada di
kabupaten Bantul, kemudian disusul kabupaten Gunung Kidul,
sedangkan di kabupaten Kulon Progo jumlah angkatan kerjanya paling
sedikit dibanding kabupaten/kota yang lain. Keadaan angkatan kerja
tahun 2008-2011 tergambar dalam tabel 2.16.
Tabel 2.16
Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2008-2011
Kabupaten / Kota 2008 2009 2010 2011
1. Kab. Kulon Progo 218.280 222.551 220.271 208.775
2. Kab. Bantul 517.981 530.332 494.762 490.716
3. Kab. Gunung Kidul 432.845 432.794 387.840 366.033
4. Kab. Sleman 577.409 573.243 572.990 593.046
5. Kota Yogyakarta
253.219 257.774 206.433 214.342
Jumlah 1.999.734 2.016.694 1.882.296 1.872.912
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
2.4.5. Angkatan Kerja Menurut Kota / Desa
Sebagian besar angkatan kerja di DIY berada di daerah
perkotaan. Pada tahun 2008 jumlahnya mencapai 1.141.151 orang
(57,07 persen) kemudian naik menjadi 1.143.346 orang (56,69 persen)
tahun 2009, tahun 2010 menurun cukup tajam kemudian tahun 2011
kembali naik cukup besar baik jumlah maupun proporsinya menjadi
1.242.655 orang (66,35 persen). Sedangkan angkatan kerja di daerah
pedesaan terus menurun hingga tahun 2011 dan jumlahnya menjadi
hanya sebanyak 630.257 orang (33,75 persen). Penurunan jumlah
angkatan kerja di pedesaan disebabkan antara lain karena sebagian
besar angkatan kerja muda berpindah/migrasi ke daerah perkotaan
untuk mencari pekerjaan.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
30 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Tabel 2.17
Angkatan Kerja Menurut Kota / Desa
Tahun 2008-2011
Kota / Desa 2008 2009 2010 2011
1. Pedesaan 858.583 873.348 812.342 630.257
2. Perkotaan
1.141.151 1.143.346 1.069.954 1.242.655
Jumlah 1.999.734 2.016.694 1.882.296 1.872.912
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
2.5. Penduduk yang Bekerja
Sesuai konsep, yang dimaksud bekerja adalah orang yang
melakukan sesuatu dengan maksud untuk memperoleh atau membantu
memperoleh penghasilan /keuntungan selama paling sedikit satu jam dalam
seminggu yang lalu. Bekerja satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut
dan tidak terputus-putus. Jumlah penduduk yang bekerja pada tahun 2008-
2009 mengalami peningkatan dari 1.892.205 orang menjadi 1.895.648 orang
nemun pada tahun 2010 menurun menjadi 1.775.148 orang dan tahun 2011
kembali mengalami peningkatan hingga menjadi 1.798.595 orang. Untuk
melihat terjadinya peningkatan dan penurunan ini akan diperhatikan dari
pergeseran penduduk yang bekerja baik menurut jenis kelamin, lapangan
pekerjaan utama, status pekerjaan utama, jabatan, jam kerja, golongan
umur dan pendidikan yang ditamatkan.
2.5.1. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
Situasi perekonomian DIY tahun 2008-2011 menunjukkan
adanya perbaikkan yang cukup signifikan, sehingga mempunyai
dampak terhadap peningkatan didalam penyerapan tenaga kerja
diberbagai sektor lapangan usaha. Penyerapan tenaga kerja masih
didominasi sektor pertanian, perdagangan, jasa kemasyarakatan dan
sektor industri. Pada tahun 2008 penyerapan tenaga kerja yang
bekerja di sektor pertanian sebanyak 560.089 orang dan pada tahun
2009 meningkat menjadi sebanyak 570.574 orang, tahun 2010 menurun
menjadi 539.703 orang dan tahun 2011 turun lagi menjadi 431.070
orang.
Penduduk yang bekerja pada sektor perdagangan tahun 2008
sebanyak 456.825 orang, pada tahun 2009 sedikit mengalami
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 31
penurunan sehingga menjadi 455.331 orang, tahun 2010, menurun lagi
menjadi sebanyak 438.282 orang akan tetapi pada tahun 2011 berhasil
meningkat menjadi 480.136 orang. Kegairahan sektor perdagangan ini
berimplikasi pada peningkatan kinerja sektor angkutan dan keuangan
dalam penyerapan tenaga kerja.
Tabel 2.18
Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2008-2011
Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011
1. Pertanian 560.089 570.574 539.703 431.070
2. Pertambangan 20.171 18.025 14.069 12.464
3. Industri 250.507 237.240 247.093 266.768
4. Listrik, Gas &Air 1.068 2.592 1.689 4.247
5. Bangunan 150.571 145.381 109.933 133.128
6. Perdagangan 456.825 455.331 438.282 480.136
7. Angkutan 88.960 82.639 67.368 68.200
8. Keuangan 41.732 48.441 38.651 50.063
9. Jasa 322.282 335.425 318.360 352.519
Jumlah 1.892.205 1.895.648 1.775.148 1.798.595
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
Peringkat ketiga adalah sektor jasa yang mengalami peningkatan
dalam tahun 2008-2009 kemudian sedikit menurun pada tahun 2010,
namun kembali meningkat pada tahun 2011. Proporsi penduduk yang
bekerja pada sektor jasa terus mengalami peningkatan dari sebesar
17,03 persen tahun 2008 menjadi 17,69 persen pada tahun 2009, naik
lagi menjadi 17,93 persen tahun 2010 dan tahun 2011 menjadi sebesar
19,60 persen. Sektor industri pengolahan yang diharapkan mulai
memperlihatkan tanda-tanda perbaikan seiring dengan semakin
membaiknya stabilitas politik, keamanan dan sosial di tanah air,
ternyata dari tahun 2008 justru proporsinya mengalami penurunan dari
sebesar 13,24 persen menjadi 12,51 persen sampai tahun 2009, tetapi
kembali naik pada tahun 2010 menjadi 13,92 persen dan tahun 2011
sebesar 14,83 persen.
Selanjutnya sektor yang paling sedikit penyerapan tenaga
kerjanya adalah sektor listrik, gas dan air bersih dimana setiap
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
32 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
tahunnya hanya mampu menyerap tenaga kerja antara 0,10 persen dari
seluruh penduduk yang bekerja, kemudian sektor pertambangan hanya
mampu menyerap tenaga kerja kurang dari 1 persen.
Tabel 2.19
Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2008-2011
Golongan Umur 2008 2009 2010 2011
1. 15-19 54.675 54.714 62.237 64.772
2. 20-24 152.775 131.261 119.021 159.575
3. 25-29 231.030 238.037 179.068 194.348
4. 30-34 304.732 295.056 198.601 217.538
5. 35-39 210.689 207.742 211.752 217.858
6. 40-44 215.796 231.256 227.382 245.932
7. 45-49 199.940 199.042 204.076 197.498
8. 50-54 169.276 173.273 174.497 173.222
9. 55-59 114.730 117.432 132.854 114.759
10. 60+ 238.562 247.835 265.660 213.093
Jumlah 1.892.205 1.895.648 1.775.148 1.798.595
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
2.5.2. Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur
Komposisi penduduk yang bekerja selama periode tahun 2008–
2011 secara umum didominasi oleh golongan umur 25-29 tahun, 30-34
tahun dan 60 tahun ke atas yang jumlahnya mengalami perubahan
secara berfluktuasi. Penduduk yang bekerja pada golongan umur 30-34
tahun pada tahun 2008 proporsinya sebesar 16,10 persen kemudian
turun menjadi 15,56 persen pada tahun 2009 dan turun lagi pada tahun
2010 menjadi 11,19 persen, namun kembali mengalami kenaikan pada
tahun 2011 hingga menjadi 12,09 persen. Sementara pada golongan
umur di atasnya sampai dengan golongan umur 60 tahun ke atas
jumlah maupun proporsinya mengalami peningkatan selama tahun
2008-2010 tetapi mengalami penurunan pada tahun 2011. Kondisi yang
terjadi pada peningkatan penduduk yang bekerja golongan umur 60
tahun keatas ini sangat dimungkinkan sebagai akibat adanya
kecenderungan bahwa mereka yang sudah habis masa kerjanya
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 33
setelah beberapa tahun kemudian tetap menjalankan aktifitas yang
memiliki nilai ekonomi baik dalam hubungan kerja maupun di luar
hubungan kerja (nonformal). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 2.19.
2.5.3 Penduduk Yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan
Kualitas sumberdaya manusia selain dapat dilihat menurut
tingkat pendidikan yang ditamatkan, juga dapat dilihat dari Human
Development Index (HDI). Sejalan dengan membaiknya perekonomian
memberikan dampak positif terhadap tingkat pendidikan penduduk yang
bekerja. Pada tabel 2.20 terlihat bahwa penduduk yang bekerja dengan
latar belakang pendidikan SD ke bawah dari tahun ke tahun semakin
menurun baik jumlah maupun proporsinya. Pada tahun 2008 sebanyak
773.585 orang menurun menjadi 625.261 orang, atau dari proporsi
sebesar 40,88 persen tahun 2008 turun menjadi 34,76 persen tahun
2011. Demikian juga kondisi penduduk yang bekerja pada tingkat SMTP
semakin menurun setiap tahunnya. Pada tingkat pendidikan SMTA
Umum semula mengalami penurunan sampai tahun 2010, namun tahun
2011 kembali naik, sedangkan penduduk yang bekerja dengan
pendidikan SMTA Kejuruan terus mengalami kenaikan yang cukup
berarti terutama dari sisi proporsi dari tahun 2008 sebesar 11,54
persen, tahun 2009 sebesar 14,55 persen, tahun 2010 14,96 persen
dan tahun 2011 naik lagi menjadi 17,40 persen. Besarnya kenaikan ini
antara lain disebabkan berhasilnya sosialisasi Pemerintah SMK Bisa.
Penduduk yang bekerja berpendidikan Diploma mengalami sedikit
penurunan sedangkan yang berpendidikan Universitas juga mengalami
kenaikan dari tahun 2008 sebanyak 112.043 orang (5,92 persen),
meningkat menjadi 150.784 orang (7,95 persen) pada tahun 2009
kemudian sedikit menurun pada tahun 2010 menjadi 126.617 orang
(7,13 persen) dan tahun 2011 kembali naik cukup signifikan menjadi
163.910 orang (9,11 persen). Besarnya kenaikan penduduk yang
bekerja dengan pendidikan Universitas ini menandakan semakin
meningkatnya kualitas pekerja di DIY, sehingga diharapkan
produktivitas nasional meningkat sehingga dapat berdampak pada
kesejahteraan penduduk.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
34 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Tabel 2.20 Penduduk Yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2008-2011
Tingkat Pendidikan 2008 2009 2010 2011
1. Maksimum SD 773.585 745.946 709.461 625.261
2. SMTP 396.661 363.008 351.662 322.073
3. SMTA Umum 306.139 271.441 252.424 298.301
4. SMTA Kejuruan 218.436 275.907 265.617 313.014
5. Diploma 85.341 88.562 69.367 76.036
6. Universitas 112.043 150.784 126.617 163.910
Jumlah 1.892.205 1.895.648 1.775.148 1.798.595
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
2.5.4 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin
Jika dilihat menurut jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki yang
bekerja selama periode 2008-2011 lebih besar bila dibandingkan
dengan jumlah penduduk yang bekerja perempuan. Penduduk yang
bekerja laki-laki sebanyak 1.068.173 orang pada tahun 2008 meningkat
menjadi 1.075.205 orang tahun 2009, tahun 2010 menurun menjadi
969.530 orang dan tahun 2011 kembali naik menjadi 1.002.053 orang
atau berkurang sebanyak 66.120 orang dari tahun 2008 sampai dengan
tahun 2011.Sementara penduduk yang bekerja perempuan jumlahnya
terus mengalami penurunan sebanyak 27.490 orang selama tahun
2008-2011, namun apabila dilihat secara proporsional cenderung
mengalami peningkatan berfluktuatif dimana pada tahun 2008
proporsinya sebesar 43,55 persen, tahun 2009 sedikit menurun sebesar
43,28 persen, tahun 2010 naik menjadi 45,38 persen dan tahun 2011
naik kembali menjadi 44,29 persen.
Kenaikkan jumlah pekerja perempuan yang bekerja sangat
banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain, semakin
terbukanya lapangan pekerjaan bagi perempuan, semakin
meningkatnya tingkat pendidikan perempuan serta adanya keleluasaan
perempuan untuk berkiprah diluar rumah tangga untuk dapat
menambah penghasilan didalam rumah tangga. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 2.21 di bawah ini.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 35
Tabel 2.21
Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2008-2011
Jenis Kelamin 2008 2009 2010 2011
1. Laki-Laki 1.068.173 1.075.205 969.530 1.002.053
2. Perempuan 824.032 820.443 805.618 796.542
Jumlah 1.892.205 1.895.648 1.775.148 1.798.595
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
2.5.5 Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama
Secara umum status pekerjaan utama dapat dikelompokkan
menjadi 2 (dua) besaran yakni sektor formal (kegiatan ekonomi formal)
dan sektor informal (kegiatan ekonomi informal). Berusaha dengan
buruh tetap dan sebagian dari pekerja/buruh/karyawan merupakan
bagian dari sektor formal. Sedangkan berusaha sendiri tanpa bantuan,
berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas di sektor
pertanian, pekerja bebas di sektor non pertanian, pekerja tak dibayar
dan sebagian dari pekerja/buruh/karyawan merupakan bagian dari
sektor informal.
Adanya kecenderungan perubahan perekonomian ternyata ikut
mendorong peningkatan proporsi penduduk yang bekerja dengan
status formal (berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan).
Penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan pada tahun 2008
sebanyak 583.342 orang dan berusaha dibantu 75.608 orang, tahun
2009 buruh/karyawan naik menjadi 614.886 orang sementara yang
berusaha dibantu menurun menjadi 56.174 orang, tahun 2010
pekerja/buruh/karyawan jumlahnya menurun tetapi yang berusaha
dibantu mengalami kenaikan, dan tahun 2011 kedua status pekerja
formal mengalami kenaikan masing-masing menjadi 721.598 orang dan
76.714 orang.Secara proporsional pekerja formal cenderung mengalami
kenaikan terutama pekerja/buruh/karyawan dimana tahun 2008
mencapai 30,83 persen tahun 2011 naik menjadi 40,12 persen.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
36 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Tabel 2.22
Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama
Tahun 2008-2011
Status Pekerjaan
Utama 2008 2009 2010 2011
1. Brsh Sendiri tanpa
bantuan 311.450 271.699 244.167 250.121
2. Brsh Dengan
Dibantu 431.446 451.329 432.308 348.023
3. Brsh. Dengan Buruh 75.608 56.174 69.183 76.714
4. Pekerja / Buruh /
karyawan
583.342
614.886
542.632
721.598
5. Pkj. Bebas di
Pertanian 57.016 54.807 35.860 24.928
6. Pkj. Bebas di Non
Pertanian 122.476 145.312 116.098 126.229
7. Pekerja tak dibayar 310.867 301.441 334.900 250.982
Jumlah 1.892.205 1.895.648 1.775.148 1.798.595
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
Penduduk yang bekerja dengan status informal selama empat
tahun cenderung berfluktuasi. Pekerja informal dengan status berusaha
dibantu anggota rumah tangga proporsinya terus meningkat sampai
tahun 2010 namun turun pada tahun 2011, pekerja yang berusaha
sendiri tanpa bantuan proporsinya terus menurun, demikian juga
pekerja bebas di pertanian, sementara pekerja bebas di non pertanian
dan pekerja tak dibayar cenderung naik turun sampai tahun 2011.
Jumlah pekerja tak dibayar yang cukup besar proporsinyaseperti terlihat
pada tabel 2.22 tidak memberikan tambahan nilai ekonomis kepada
para pekerjanya.
Masih dominannya jumlah penduduk yang bekerja pada sektor
informal dari tahun ke tahun mengindikasikan berbagai hal antara lain
rendahnya produktivitas kerja, rendahnya kemampuan ekonomi dalam
menyerap tenaga kerja sehingga berdampak pada banyaknya setengah
pengangguran dan meningkatnya pekerja paruh waktu. Disamping itu
karena pekerja informal tidak terikat oleh suatu peraturan hukum yang
mengikat dan tidak terdaftar, berdampak pada kurangnya perlindungan
jaminan kerja bagi pekerjanya. Hal ini menunjukkan bahwa secara riil
sektor informal masih berfungsi sebagai jaring pengaman dalam
penyerapan tenaga kerja.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 37
2.5.6. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jabatan
Selaras dengan komposisi penduduk yang bekerja menurut
lapangan usaha, ditinjau berdasarkan jabatannya penduduk yang
bekerja selama tahun 2008-2011 didominasi oleh mereka yang bekerja
sebagai tenaga pertanian, tenaga produksi/kasar, tenaga penjualan dan
tenaga jasa. Keempat jenis jabatan ini terdapat di sektor pertanian,
sektor industri, sektor perdagangan dan sektor jasa.
Proporsi penduduk yang bekerja sebagai tenaga usaha
pertanian pada tahun 2008 sebesar 29,31 persen, menurun menjadi
27,44 persen tahun 2009, tahun 2010 naik lagi menjadi 30,11 persen
tetapi tahun 2011 kembali menurun menjadi 23,07 persen. Sedangkan
penduduk yang bekerja sebagai tenaga usaha produksi mengalami
kenaikan dari 28,42 persen tahun 2008 menjadi 33,54 persen tahun
2009 tetapi kemudian kembali turun menjadi 31,70 persen tahun 2010
dan tahun 2011 sebesar 31,52 persen. Tenaga usaha penjualan
mengalami penurunan selama tiga tahun baik jumlah maupun
proporsinya, tetapi tahun 2011 naik cukup signifikan.
Sejalan dengan berkembangnya teknologi komputerisasi dan
teknologi informasi, sangat mendukung setiap organisasi dalam upaya
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Melalui teknologi
komputerisasi yang dapat berkembang menjadi teknologi informasi
dapat meningkatkan efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja pada
jenis jabatan ketatausahaan, usaha pertanian, tenaga usaha jasa dan
yang lainnya. Akan tetapi, di sisi lain kemajuan teknologi tersebut juga
mampu mendorong tumbuhnya tenaga-tenaga profesional seperti
tenaga ahli di bidang teknologi informasi, komputer dan sebagainya,
sehingga jumlahnya mengalami peningkatan selama tahun 2008-2011
sebagaimana terlihat pada Tabel 2.23.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
38 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Tabel 2.23
Penduduk Yang Bekerja Menurut Jabatan
Tahun 2008-2011
Jabatan 2008 2009 2010 2011
1. Tenaga Profesional 112.608 142.004 152.924 150.400
2. Tenaga Kepemimpinan 22.729 42.136 22.387 28.686
3. Tenaga Tata Usaha 102.813 101.945 88.335 100.644
4. Tenaga Usaha
Penjualan 386.283 339.946 313.544 384.115
5. Tenaga Usaha Jasa 163.442 99.903 85.537 140.406
6. Tenaga Usaha
Pertanian 557.087 520.237 534.422 414.942
7. Tenaga Produksi 537.703 635.854 562.713 566.866
8. Lainnya 9.540 13.623 15.286 12.536
Jumlah 1.892.205 1.895.648 1.775.148 1.798.595
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
2.5.7. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja
Perekonomian nasional yang membaik biasanya tercermin dari
meningkatnya berbagai kegiatan produksi barang dan jasa di berbagai
sektor lapangan usaha. Peningkatan tersebut dapat dicapai jika
penduduk yang bekerja melaksanakannya diatas jam kerja normal
(lebih 35 jam seminggu). Dilihat dari penduduk yang bekerja menurut
jam kerja selama tahun 2008-2011 menggambarkan bahwa penduduk
yang bekerja di atas 35 jam perminggu jumlahnya cukup besar dan
mengalami kenaikan yang fluktuatif. Pada tahun 2008 penduduk yang
bekerja antara 35-44 jam kerja sebanyak 484.412 orang (25,60 persen),
45-59 jam kerja sebanyak 639.570 orang (33,80 persen), pada jam
kerja lebih dari 60 jam terdapat sebanyak 254.208 orang (13,43
persen). Pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun lalu terjadi
kenaikan yang cukup signifikan terutama pada 35-44 jam kerja
sehingga menjadi sebanyak 523.655 orang atau naik sebesar 8,10
persen, namun ditahun 2010 pada jam kerja yang sama mengalami
penurunan sehingga menjadi sebanyak 407.072 orang atau turun
sebesar -22,26 persen, demikian juga pada penduduk yang bekerja45-
59 jam kerja dan yang lebih dari 60 jam kerja menurun sampai tahun
2011 baik secara absolut maupun proporsi.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 39
Tabel 2.24
Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja
Tahun 2008-2011
Jam Kerja 2008 2009 2010 2011
0 41.303 33.281 32.848 42.208
1-9 32.442 46.832 58.664 57.867
10-14 49.415 49.182 69.003 61.587
15-24 167.050 136.524 151.709 152.385
25-34 223.805 203.887 215.489 220.828
35-44 484.412 523.655 407.072 492.929
45-59 639.570 645.972 621.842 575.768
>60 254.208 256.315 218.521 195.023
Jumlah 1.892.205 1.895.648 1.775.148 1.798.595
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
Menurunnya proporsi penduduk yang bekerja 35-44 jam kerja
dan 55+ jam kerja kemungkinan disebabkan karena membaiknya
berbagai indikator perekonomian nasional belum memberikan dampak
langsung terhadap perkembangan kegiatan produksi dan kesejahteraan
pekerja dibeberapa sektor lapangan usaha tertentu. Sebagai akibatnya
adalah masih tingginya kasus perselisihan hubungan industrial yang
berujung pada unjuk rasa/pemogokkan dan pemutusan hubungan kerja.
Sebaliknya penduduk yang bekerja dibawah jam kerja normal yang
disebut bekerja tidak penuh atau setengah penganggur mengalami
peningkatan sampai tahun 2011, yakni mereka yang bekerja 1-9 jam
kerja, 10-14 jam kerja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
2.24.
2.5.8. Penduduk Yang Bekerja Menurut Kabupaten/Kota
Dilihat menurut Kabupaten/Kota, penduduk yang bekerja di
Kabupaten Sleman menduduki peringkat terbesar yakni mencapai
537.99 orang pada tahun 2008, tahun 2009 menurun menjadi 530.634
orang dan tahun 2010 kembali mengalami kenaikan sampai tahun 2011
menjadi sebanyak 561.894 orang. Terbesar kedua yaitu Kabupaten
Bantul, kemudian Kabupaten Gunung Kidul dan yang paling sedikit
jumlahnya di Kabupaten Kulon Progo. Pada tahun 2008-2009 penduduk
yang bekerja di semua kabupaten mengalami kenaikan kecuali di
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
40 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Kabupaten Sleman, tahun 2010 terjadi penurunan kecuali di Kabupaten
Sleman dan Kota Yogyakarta yang mengalami kenaikan. Kemudian
tahun 2011 penduduk yang bekerja di Kabupaten Kulon Progodan
Kabupaten Gunung Kidul kembali menurun, sedangkan di Kabupaten
Sleman, Bantul dan Kota Yogyakarta mengalami kenaikan yang cukup
signifikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.25 berikut.
Tabel 2.25
Penduduk Yang Bekerja Menurut Kabupaten / Kota
Tahun 2008-2011
Kabupaten / Kota 2008 2009 2010 2011
1. Kab. Kulon Progo 210.505 212.963 211.069 203.425
2. Kab. Bantul 491.765 499.319 468.822 472.076
3. Kab. Gunung Kidul 418.601 415.756 372.189 358.807
4. Kab. Sleman 537.999 530.634 531.929 561.894
5. Kota Yogyakarta
233.335 236.976 191.139 202.393
Jumlah 1.892.205 1.895.648 1.775.148 1.798.595
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
2.5.9. Penduduk Yang Bekerja Menurut Kota/Desa
Penduduk yang bekerja di daerah perkotaan pada tahun 2008-
2010 cenderung terus menurun jumlahnya, dan kembali naik pada
tahun 2011 menjadi 1.183.182 orang. Dilihat dari proporsinya, pada
tahun 2008 sebesar 56,34 persen kemudian turun menjadi 55,80
persen tahun 2009, kembali naik pada tahun 2010 menjadi sebesar
56,07 dan tahun 2011 naik cukup tajam menjadi 65,78 persen dari total
penduduk yang bekerja di DIY. Sebaliknya penduduk yang bekerja di
daerah pedesaan pada tahun 2009 meningkat dari tahun 2008, tetapi
tahun 2010 dan 2011 mengalami penurunan.
Tabel 2.26
Penduduk Yang Bekerja Menurut Kota / Desa
Tahun 2008-2011
Kota / Desa 2008 2009 2010 2011
1. Pedesaan 826.184 837.807 779.799 615.413
2. Perkotaan
1.066.021 1.057.841 995.349 1.183.182
Jumlah 1.892.205 1.895.648 1.775.148 1.798.595
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 41
2.6. Penganggur Terbuka
Penganggur terbuka adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan,
mereka yang mempersiapkan usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan
karena tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan mereka yang sudah
punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Dilihat dari tahun 2008-2010
jumlah pengangguran terbuka di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami
penurunan yang cukup signifikan. Dimana pada tahun 2008 jumlah
pengangguran sebanyak 107.529 orang dengan Tingkat Penganggur
Terbuka (TPT) sebesar 5,38 persen, pada tahun 2009 terjadi kenaikan
menjadi sebanyak 121.046 orang atau dengan TPT sebesar 6 persen,
jumlah pengangguran ditahun 2010 menurun menjadi 107.148 orang atau
dengan TPT sebesar 5,69 persen dan tahun 2011 menjadi 74.317 orang
dengan TPT sebesar 3,97 persen.
2.6.1. Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur
Dari tabel 2.27 dapat kita lihat bahwa sebagian besar
penganggur di DIY berada dalam kelompok usia muda dengan tingkat
pendidikan yang cukup tinggi serta umumnya belum mempunyai
ketrampilan khusus dan belum memiliki pengalaman kerja. Sektor
informal, termasuk sektor pertanian yang selama ini menjadi katup
pengaman dalam penyerapan tenaga kerja sepertinya masih belum
mampu menyerap secara optimal para penganggur yang sebagian
besar berada dalam usia yang sangat produktif. Harapan yang tinggi
dari para penganggur muda ini terutama yang berpendidikan tinggi
untuk mendapatkan lapangan kerja di sektor formal yang produktif dan
sesuai dengan jurusannya, sukar untuk terwujud karena kualifikasi
mereka yang terbatas, diantaranya minim keterampilan dan
pengalaman kerja. Selain itu, latar belakang pendidikannya yang tidak
relevan dengan lapangan kerja ditambah jumlah lapangan kerja di
sektor formal yang memang masih terbatas membuat jumlah
penganggur muda ini tetap tinggi setiap tahunnya.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
42 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Tabel 2.27 Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur
Tahun 2008-2011
Golongan
Umur 2008 2009 2010 2011
1. 15-19 21,874 27,657 17,926 19,086
2. 20-24 26,007 34,553 35,690 19,347
3. 25-29 28,577 31,670 24,850 14,657
4. 30-34 14,601 13,322 12,651 7,228
5. 35-39 8,082 5,893 5,267 3,726
6. 40-44 2,725 5,062 4,948 1,625
7. 45-49 1,735 843 2,540 3,849
8. 50-54 1,455 1,394 1,577 4,793
9. 55-59 834 326 1,294 6
10. 60+ 1.639 326 405 0
Jumlah 107.529 121.046 107.148 74.317
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
Apabila dilihat dari golongan umur, pengangguran tertinggi di
DIY pada golongan umur 15-29 tahun yaitu berkisar 70 persen,
kemudian golongan umur 30-34 tahun juga relatif tinggi berkisar 11
persen. Sementara pengangguran terendah pada golongan umur 60
tahun ke atas dimana pada tahun 2011 sudah tidak ada lagi
pengangguran usia tersebut. Penganggur pada golongan usia muda
dan usia produktif cenderung meningkat sampai tahun 2009, tetapi
pada tahun 2010 sedikit menurun dan tahun 2011 menurun cukup
besar, kecuali penganggur golongan umur 15-19 tahun naik sedikit
dibanding tahun 2010. Penurunan jumlah pengangguran tersebut pada
dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, makin
membaiknya perekonomian DIY sehingga terbukanya perluasan
kesempatan kerja diberbagai sektor lapangan usaha yang dapat
mengurangi jumlah tingkat pengangguran.
Berdasarkan kelompok umur, kecenderungannya adalah
semakin tinggi umur angkatan kerja semakin rendah pula tingkat
penganggurannya. Pada Tabel 2.28 terlihat, pada kelompok umur 15-
24 tahun merupakan penduduk usia sekolah yang selayaknya
melakukan kegiatan pendidikan menengah sampai pendidikan tinggi
dan belum siap untuk memasuki pasar kerja. Namun pada
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 43
kenyataannya tingkat pengangguran pada kelompok umur ini dari
tahun 2008-2011 justru masih tinggi.
Tingkat pengangguran terbuka golongan umur 15-24 tahun dan
25-34 tahun rata-rata mengalami kenaikan sampai tahun 2010, namun
berangsur menurun pada tahun 2011, sedangkan pada golongan umur
antara 35-44 tahun tingkat penganggurannya menurun berfluktuasi,
kelompok umur 40-54 tahun cenderung naik berfluktuasi, namun
kelompok umur 55-60 + terus mengalami penurunan sampai tahun
2011.
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
2.6.2. Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan
Penganggur terbuka menurut tingkat pendidikan tahun 2010
menunjukkan adanya penurunan pada semua jenjang pendidikan
kecuali yang berpendidikan perguruan tinggi. Penurunan penganggur
pada jenis pendidikan tersebut disebabkan adanya keberhasilan
program wajib belajar bagi angkatan kerja muda yang harus
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga mengakibatkan
terjadinya pengurangan pengangguran dipasar kerja.
Apabila dilihat dari pendidikan yang ditamatkan, selama tahun
2008-2011, kelompok penganggur terbuka didominasi oleh mereka
Tabel 2.28
Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur
Tahun 2008-2011 (%)
Golongan
Umur 2008 2009 2010 2011
1. 15-19 28,58 33,58 22,36 22,76
2. 20-24 14,55 20,84 23,07 10,81
3. 25-29 11,01 11,74 12,19 7,01
4. 30-34 4,57 4,32 5,99 3,22
5. 35-39 3,69 2,76 2,43 1,68
6. 40-44 1,25 2,14 2,13 0,66
7. 45-49 0,86 0,42 1,23 1,91
8. 50-54 0,85 0,80 0,90 2,69
9. 55-59 0,72 0,28 0,96 0,01
10. 60+ 0,68 0,13 0,15 0,00
Total 5,38 6,00 5,69 3,97
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
44 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
yang berpendidikan menengah (SMTA umum dan kejuruan). Dari segi
jumlah, penganggur berpendidikan SD, SMTP dan SMTA umum
maupun kejuruan mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2009
tetapi untuk penganggur tamatan pendidikan Diploma dan perguruan
tinggi sedikit menurun. Pada tahun 2010 terjadi hal sebaliknya dimana
penganggur berpendidikan SD, SMTP, SMTA dan Diploma mengalami
penurunan yang cukup berarti, namun yang berpendidikan perguruan
tinggi meningkat cukup signifikan dari sebanyak 19.323 orang tahun
2009 menjadi 24.467 orang tahun 2010. Sampai dengan tahun 2011
penganggur di semua jenjang pendidikan mengalami penurunan yang
cukup berarti, terutama pada lulusan pendidikan Diploma dan
Universitas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.29 berikut.
Tabel 2.29 Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2008-2011
Tingkat Pendidikan 2008 2009 2010 2011 1. Maksimum SD 11.479 12.712 9.753 6.866
2. SMTP 13.198 19.669 12.950 10.708
3. SMTA Umum 25.049 28.035 27.020 19.491
4. SMTA Kejuruan 28.247 32.857 25.027 22.547
5. Diploma 10.118 8.450 7.931 3.367
6. Universitas 19.438 19.323 24.467 11.338
Jumlah 107.529 121.046 107.148 74.317
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
Pada tahun 2008-2010 tingkat penganggur terbuka yang
berpendidikan SMTA Umum, SMTA Kejuruan, Diploma maupun
Universitas masih cukup tinggi, dimana pada tahun 2008 penganggur
berpendidikan SMTA umum mencapai 7,56 persen naik menjadi 9,67
persen tahun 2009, penganggur SMTA Kejuruan mencapai 11,45
persen menurun menjadi 8,61 persen, penganggur Diploma sebesar
10,60 persen menjadi 10,26 persen dan penganggur Universitas
mencapai 14,78 persen naik menjadi 16,19 persen tahun 2010. Namun
demikian pada tahun 2011 tingkat pengangguran terbuka pada semua
jenjang pendidikan dapat diturunkan sedemikian rupa sehingga mampu
mencapai 6,13 persen untuk penganggur pendidikan SMTA umum,
sedangkan SMTA kejuruan turun menjadi 6,72 persen, Diploma 4,24
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 45
persen dan yang berpendidikan universitas turun menjadi sebesar 6,47
persen. Penurunan tingkat pengangguran terutama pada pendidikan
tinggi tersebut disebabkan terbukanya peluang kesempatan kerja untuk
pendidikan tersebut, disamping karena ketatnya kompetisi yang
semakin ketat diantara pencari kerja sehingga mereka mau menerima
pekerjaan apa saja meskipun tidak sesuai dengan kualifikasi
pendidikannya.
Tabel 2.30
Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2008-2011 (%)
Tingkat Pendidikan 2008 2009 2010 2011
1. Maksimum SD 1,46 1,68 1,36 1,09
2. SMTP 3,22 5,14 3,55 3,22
3. SMTA Umum 7,56 9,36 9,67 6,13
4. SMTA Kejuruan 11,45 10,64 8,61 6,72
5. Diploma 10,60 8,71 10,26 4,24
6. Universitas 14,78 11,36 16,19 6,47
Total 5,38 6,00 5,69 3,97
Sumber : BPS, data diolah Pusat PTK (Agustus)
2.6.3 Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin
Apabila dilihat menurut jenis kelamin laki-laki, pada tahun 2008
pada penganggur jenis kelamin laki-laki sebanyak 56.119 orang dan
perempuan sebanyak 51.410 orang, dan pada tahun 2009 penganggur
laki-laki mengalami peningkatan yang cukup signifikan sehingga
menjadi sebanyak 77.418 orang, sedangkan penganggur terbuka
perempuan mengalami penurunan sehingga menjadi sebanyak 43.628
orang, pada tahun 2010 jumlah penganggur terbuka laki-laki mengalami
penurunan sehingga menjadi sebanyak 64.021 orang, dan tahun 2011
menurun lagi menjadi sebanyak 40.410 orang. Penganggur perempuan
juga menurun di tahun 2010 menjadi 43.127 orang dan tahun 2011
turun lagi menjadi 33.907 orang. Dengan demikian selama tahun 2008-
2011 terjadi penurunan jumlah penganggur laki-laki sebanyak 15.709
orang (27,99 persen) dan penganggur perempuan sebanyak 17.503
orang (34,05 persen). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.31
di bawah ini.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
46 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Tabel 2.31
Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2008-2011
Jenis Kelamin 2008 2009 2010 2011
1. Laki-Laki 56,119 77,418 64,021 40,410
2. Perempuan 51,410 43,628 43,127 33,907
Jumlah 107.529 121.046 107.148 74.317
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
Tingkat penganggur terbuka menurut jenis kelamin rata-rata
mengalami penurunan pada tahun 2011. Pada tahun 2009 tingkat
penganggur laki-laki mengalami kenaikan cukup tinggi yang semula
sebesar 4,99 persen menjadi 6,72 persen dan kemudian pada tahun
2010 menurun sedikit mejadi 6,19 persen. Sedangkan tingkat
penganggur perempuan dari tahun 2008-2010 terjadi penurunan yang
tidak begitu besar, namun tahun 2011 menurun cukup besar.
Tabel 2.32
Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2008-2011 (%)
Jenis Kelamin 2008 2009 2010 2011
Laki-Laki 4.99 6.72 6.19 3.88
Perempuan 5.87 5.05 5.08 4.08
Total 5,38 6,00 5,69 3,97
Sumber : BPS, data diolah Pusat PTK (Agustus)
2.6.4. Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten / Kota
Penganggur terbuka di Provinsi D.I. Yogyakarta dari tahun 2008-
2011 terbanyak di Kabupaten Sleman, dimana pada tahu 2008
sebanyak 39.410 orang naik menjadi 42.609 orang tahun 2009 dan
berangsur turun hingga menjadi 31.152 orang tahun 2011. Jumlah
paling sedikit di Kabupaten Kulon Progo, yakni sebanyak 7.775 orang
pada tahun 2008, turun menjadi 5.350 orang pada tahun 2011.
Penganggur terbuka di lima Kabupaten/ Kota dari tahun 2008 sampai
tahun 2009 mengalami peningkatan, namun berangsur turun pada
tahun 2010 hingga tahun 2011.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 47
Tabel 2.33
Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten / Kota
Tahun 2008-2011
Kabupaten / Kota 2008 2009 2010 2011 1. Kab. Kulon Progo
7.775
9.588
9.202
5.350
2. Kab. Bantul 26.216 31.013 25.940 18.640
3. Kab. Gunung Kidul 14.244 17.038 15.651 7.226
4. Kab. Sleman 39.410 42.609 41.061 31.152
5. Kota Yogyakarta 19.884 20.798 15.294 11.949
Jumlah 107.529 121.046 107.148 74.317
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
Tabel 2.34
Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten / Kota
Tahun 2008-2011 (%)
Kabupaten / Kota 2008 2009 2010 2011 1. Kab. Kulon Progo
3,56
4,31
4,18
2,56
2. Kab. Bantul 5,06 5,85 5,24 3,80
3. Kab. Gunung Kidul 3,29 3,94 4,04 1,97
4. Kab. Sleman 6,83 7,43 7,17 5,25
5. Kota Yogyakarta 7,85 8,07 7,41 5,57
Total 5,38 6,00 5,69 3,97
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
Walaupun di Kabupaten Sleman jumlah penganggurnya tercatat
paling besar, namun tingkat pengangguran terbuka (TPT) tertinggi
justru di Kota Yogyakarta dimana tahun 2008 sebesar 7,85 persen,
kemudian naik pada tahun 2009 menjadi 8,07 persen dan berangsur
menurun menjadi 5,57 persen tahun 2011. Di Kabupaten Gunung Kidul
tingkat pengangguran terbukanya tercatat paling rendah yakni sebesar
3,29 persen pada tahun 2008 dan mencapai puncak tertinggi pada
tahun 2010 sebesar 4,04 persen, tetapi kemudian menurun pada tahun
2011 menjadi sebesar 1,97 persen.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
48 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
2.6.5. Penganggur Terbuka Menurut Kota / Desa
Selama tahun 2008-2011 sebagian besar penganggur di DIY
berada di perkotaan, dimana tahun 2008 sebesar 69,87 persen dengan
tingkat pengangguran sebesar 6,58 persen, tahun 2009 sebesar 70,64
persen dan tingkat penganggurannya juga meningkat menjadi 7,48
persen, kemudian tahun 2010 menurun proporsinya menjadi 69,63
persen dan tahun 2011 naik cukup signifikan menjadi sebesar 80,03
persen dengan tingkat pengangguran sebesar 4,79 persen.
Tabel 2.35
Penganggur Terbuka Menurut Kota / Desa
Tahun 2008-2011
Kota / Desa 2008 2009 2010 2011
1. Pedesaan 32.399 35.541 32.543 14.844
2. Perkotaan
75.130 85.505 74.605 59.473
Jumlah 107.529 121.046 107.148 74.317
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
Tingkat pengangguran di perkotaan jauh lebih tinggi dibanding di
pedesaan. Hal ini terlihat pada tabel 2.36, tingkat penganggur terbuka
(TPT) di desa tahun 2008 sebesar 3,77 persen, tahun 2009 dan 2010
mengalami kenaikan, tetapi tahun 2011 berhasil diturunkan kembali
menjadi hanya sebesar 2,36 persen, lebih kecil bila dibandingkan
dengan TPT rata-rata di DIY.
Tabel 2.36
Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Kota / Desa
Tahun 2008-2011 (%)
Kota / Desa 2008 2009 2010 2011
1. Pedesaan 3,77 4,07 4,01 2,36 2. Perkotaan 6,58 7,48 6,97 4,79
umlah 5,38 6,00 5,69 3,97
Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008-2011 (Agustus)
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 49
2.7. Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas tenaga kerja memegang peranan penting dalam proses
pertumbuhan ekonomi suatu daerah, karena pendapatan daerah banyak
diperoleh dengan cara meningkatkan keefektivitasan dan mutu tenaga kerja.
Sampai dengan tahun 2011 nilai tambah setiap tenaga kerja di DIY masih
rendah.
Tabel 2.37
Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2008-2011 (Ribu Rp./Tenaga Kerja)
Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011
1. Pertanian, 6.232,56 6.361,63 6.701,98 8.248,78
2. Pertambangan 7.177,14 8.280,17 9.948,82 12.573,01
3. Industri Pengolahan 10.244,90 10.956,25 11.305,78 11.182,64
4. Listrik, Gas, Air Bersih
163.792,13 71.604,94 114.286,56 47.384,04
5. Bangunan 12.407,83 13.232,27 18.559,58 16.433,81
6. Perdagangan 8.680,30 9.209,87 9.979,53 9.604,36
7. Pengangkutan 22.474,48 25.637,65 33.334,82 35.640,76
8. Keuangan 42.906,16 39.293,37 53.120,49 43.649,40
9. Jasa-jasa 9.958,17 9.982,14 11.262,72 10.829,69
Rata-rata 10.152,06 10.577,64 11.853,82 12.303,89
Berdasarkan Tabel 2.37 terlihat bahwa sektor listrik, gas dan air
bersih merupakan sektor yang mempunyai nilai produktivitas tertinggi,
namun selama tiga tahun terakhir nilai produktivitas pada sektor tersebut
terus mengalami penurunan secara berfluktuatif yaitu Rp. 163.792,13
ribu/tenaga kerja pada tahun 2008 menurun menjadi Rp. 71.604,94
ribu/tenaga kerja pada tahun 2009, tetapi kembali naik pada tahun 2010
menjadi Rp. 114.286,56 ribu/tenaga kerja dan tahun 2011 turun lagi menjadi
Rp. 47.384,04 ribu/tenaga kerja. Setelah sektor listrik, gas dan air, sektor
keuangan merupakan sektor kedua yang mempunyai nilai produktivitas
tinggi. Perkembangan sektor keuangan pada periode tahun 2008 sampai
tahun 2009 mengalami sedikit penurunan dari sebesar Rp. 42.906,16
ribu/tenaga kerja menjadi Rp. 39.296,61 ribu/tenaga kerja, namun kembali
meningkat cukup signifikan pada tahun 2010menjadi Rp. 53.120,49
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
50 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
ribu/tenaga kerja, tetapi kemudian turun kembali menjadi Rp. 43.649,40
ribu/tenaga kerja.
Berdasarkan data BPS Provinsi DIY dapat diketahui bahwa laju
pertumbuhan ekonomi untuk sektor pertanian mengalami penurunan setiap
tahunnya yaitu sebesar 4,72 persen tahun 2008 menurun menjadi 3,13
persen pada tahun 2009 dan dan turun lagi menjadi -0,70 persen tahun
2010 dan kembali mengalami kontraksi pada tahun 2001 hingga tumbuh -
2,12 persen. Dengan laju pertumbuhan yang menurun tersebut tidak berarti
nilai produktivitas sektor pertanian menurun juga. Hal ini terlihat dengan
adanya kenaikan nilai produktivitas setiap tahunnya sehingga dari tahun
2008 sampai dengan 2011 mengalami pertambahan sebanyak Rp. 2.016,22
ribu/tenaga kerja.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 51
BAB III PERKIRAAN DAN PERENCANAAN
PERSEDIAAN TENAGA KERJA
Dalam perencanaan tenaga kerja, perkiraan persediaan tenaga kerja
merupakan salah satu aspek penting. Perkiraan persediaan tenaga kerja
meliputi perkiraan penduduk usia kerja, perkiraan tingkat partisipasi
angkatan kerja, dan perkiraan angkatan kerja. Informasi lain yang
dibutuhkan dalam perkiraan persediaan tenaga kerja adalah pertumbuhan
penduduk, tingkat kelahiran, tingkat kematian, migrasi masuk, migrasi keluar
dan lainnya.
3.1. Perkiraan Penduduk Usia Kerja
Perkembangan penduduk usia kerja (PUK) sangat tergantung oleh
naik turunnya jumlah penduduk. Bertambah kurangnya jumlah penduduk
sendiri dipengaruhi oleh membaiknya kondisi sosial ekonomi masyarakat
yang mencakup pelayanan kesehatan masyarakat, peningkatan produksi
pangan, pelayanan medis, dan lainnya. Meskipun fertilitas di Daerah
Istimewa Yogyakarta cenderung menurun namun jumlah penduduk secara
absolut terus terjadi peningkatan.
Pemerintah telah menerapkan pengendalian jumlah penduduk melalui
pembatasan kelahiran atau keluarga berencana yang diharapkan dapat
memperlambat bertambahnya jumlah penduduk. Sejalan dengan
pertambahan penduduk yang cukup besar, diperkirakan penduduk usia kerja
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
52 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
pada tahun 2012-2016 jumlahnya akan mengalami peningkatan
dibandingkan jumlah pada tahun 2011 yang tercatat 2.723.629 orang
menjadi sekitar 2.751.000 orang pada tahun 2012 dan 2.863.913 orang
pada tahun 2016 atau bertambah sebanyak 140.284 orang (5,15 persen)
dari tahun 2011. Untuk lebih jelasnya tentang estimasi penduduk usia kerja
untuk tahun 2012-2016, berikut bahasan mengenai penduduk usia kerja
menurut beberapa karakteristik.
3.1.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur
Pada periode tahun 2012–2016,perkiraan penduduk usia kerja
menurut golongan umur, pertambahan terbesar diperkirakan pada
golongan umur 40-44 tahun yakni sebanyak 20.934 orang, kemudian
pada golongan umur45–49 tahun sebanyak 13.641 orang dan pada
golongan umur yang lainnya bertambah sekitar 8.000 sampai 12.000
orang. Sedangkan pertambahan terendah pada golongan umur 60+
yakni sebanyak 2.980 orang. Bila dilihat laju pertumbuhannya, PUK
dengan golongan umur 40-44 tahun diperkirakan mengalami
pertumbuhan yang paling besar, yakni mencapai sebesar 1,77 persen,
sedangkan yang paling kecil adalah golongan umur 60+ tahun yakni
sebesar 0,16 persen. Golongan umur yang lainnya diperkirakan akan
tumbuh pada kisaran 1 persen. Secara lebih lengkap diperlihatkan
pada Tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel 3.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2012 – 2016
Golongan Umur 2012 2013 2014 2015 2016
1. 15-19 316.505 318.851 321.216 323.598 325.999
2. 20-24 275.180 278.046 280.942 283.869 286.826
3. 25-29 271.683 274.431 277.208 280.014 282.848
4. 30-34 282.364 285.118 287.898 290.707 293.544
5. 35-39 249.283 252.403 255.562 258.761 262.001
6. 40-44 287.610 292.706 297.892 303.171 308.545
7. 45-49 238.226 241.564 244.950 248.384 251.866
8. 50-54 213.875 216.587 219.337 222.123 224.945
9. 55-59 155.893 157.876 159.884 161.918 163.978
10. 60+ 460.380 461.122 461.866 462.612 463.360
Jumlah 2.751.000 2.778.704 2.806.756 2.835.157 2.863.913
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 53
3.1.2 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dalam hal ini dibatasi pada Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Tingkat Atas
(Umum), Sekolah Menengah Tingkat Atas (Kejuruan), Diploma, dan
Universitas. Dari perkirakan tambahan penduduk usia kerja sebanyak
112.913 orang, diantaranya pengurangan sebanyak 36.220orang pada
tingkat SD, pengurangan pada tingkat pendidikan SMTP sebanyak
23.747 orang. Sedangkan pada tingkat pendidikan SMTA Umum
bertambah sebanyak 35.891 orang, SMTA Kejuruan bertambah
sebanyak 78.506 orang, pada tingkat Diploma 6.041 orang dan pada
tingkat Universitas bertambah sebanyak 52.442 orang. Angka-angka
tersebut menunjukkan pada empat tingkat pendidikan yaitu SMTA
Umum, SMTA Kejuruan, Universitas, dan Diploma terdapat
penambahan pertumbuhan penduduk usia kerja yang relatif besar,dan
dua tingkat lainnya mengalami pengurangan yakni tingkat pendidikan
SD dan SLTP. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan kualitas tingkat
pendidikan penduduk usia kerja.Tambahan jumlah penduduk usia
kerja pada tingkat SMTA umum lebih sedikit bila dibandingkan
tambahan pada SMTA kejuruan, diperkirakan karena mereka lebih
banyak yang beralih memilih sekolah pada SMTA kejuruan yang
lulusannya diharapkan bisa lebih mudah mendapatkan pekerjaan (siap
untuk bekerja). Hal ini terlihat pada meningkatnya PUK lulusan SMTA
kejuruan yang cukup signifikan.
Tabel 3.2
Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2012 – 2016
Tingkat Pendidikan 2012 2013 2014 2015 2016
1. Maksimum SD 942.269 933.721 924.904 915.677 906.049
2. SMTP 578.743 573.106 567.311 561.272 554.995
3. SMTA Umum 481.766 490.836 499.888 508.834 517.657
4. SMTA Kejuruan 430.388 449.108 468.466 488.395 508.895
5. Diploma 101.460 103.009 104.541 106.040 107.501
6. Universitas 216.373 228.924 241.647 254.939 268.816
Jumlah 2.751.000 2.778.704 2.806.756 2.835.157 2.863.913
Laju pertumbuhan, PUK dengan tingkat pendidikan Universitas
diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,58 persen, pendidikan SMTA
Kejuruan akan tumbuh sebesar 4,28 persen dan pendidikan
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
54 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Diplomatumbuh sebesar 1,46 persen. Dengan besarnya perkiraan laju
pertumbuhan PUK yang berpendidikan SMTA ke atas, diharapkan
kualitas SDM Yogyakarta ke depan semakin maju.
3.1.3 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin
Selanjutnya ditinjau menurut jenis kelamin, pada periode 2012 -
2016 pertambahan penduduk usia kerja berjenis kelamin laki-laki
diperkirakan mencapai sebanyak 53.876 orang, sedangkan pada
perempuan terdapat pertambahan lebih banyak yakni 59.037 orang.
Ini berarti perkembangan PUK perempuanakan lebih dominan
dibanding laki-laki. PUK perempuan diperkirakan akan mengalami
pertumbuhan sebesar 1,03 persen, sedangkan PUK laki-laki hanya
tumbuh sebesar 0,99 persen. Secara lebih lengkap dipaparkan pada
Tabel 3.3 dibawah ini.
Tabel 3.3
Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012 – 2016
Jenis Kelamin 2012 2013 2014 2015 2016
1. Laki-Laki 1.343.546 1.356.768 1.370.154 1.383.704
1.397.422 2. Perempuan 1.407.454 1.421.936 1.436.602 1.451.45
3 1.466.49
1 Jumlah 2.751.000 2.778.704 2.806.756 2.835.157
2.863.913
3.1.4. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten / Kota
Penduduk usia kerja dilihat menurut kabupaten kota selama lima
tahun ke depan, diperkirakan terbanyak ada di kabupaten Sleman
sebesar 31,81 persen pada tahun 2012, kemudian di kabupaten Bantul
26,15 persen, kabupaten Gunung Kidul 19,37 persen, sedangkan
penduduk usia kerja di kota Yogyakarta relatif kecil/sedikit hanya
sebesar 11,53 persen dan paling sedikit ada di kabupaten Kulon Progo
11,14 persen.
Sampai dengan tahun 2016 penduduk usia kerja terbanyak
masih ada di kabupaten Sleman dengan tambahan sebanyak 52.193
orang (5,96 persen) dan proporsinya naik dari sebesar 31,81 persen
tahun 2012 menjadi sebesar 32,38 persen. Tambahan yang besar ini
diperkirakan karena banyak PUK dari kabupaten Gunung Kidul maupun
kabupaten lainnya serta migrasi masuk dari luar wilayah DIY dengan
tujuan untuk melanjutkan sekolah maupun untuk mencari pekerjaan dan
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 55
bekerja di Sleman. Kabupaten Bantul bertambah sebanyak 25.798
orang (3,59 persen) tetapi proporsinya turun dari 26,15 persen tahun
2012 menjadi 26,02 persen pada tahun 2016. Di kabupaten Bantul dan
Kota Yogyakarta juga diperkirakan banyak migrasi masuk dari luar
daerah tetapi tidak sebanyak di kabupaten Sleman. Sedangkan di
kabupaten Gunung kidul dan kabupaten Kulon Progo jumlah PUKnya
mengalami penambahan yang relatif lebih sedikit. Hal ini dimungkinkan
karena banyak yang keluardari daerah tersebut untuk mencari
pekerjaan maupun untuk melanjutkan sekolah. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 3.4 di bawah.
Tabel 3.4 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten / Kota
Tahun 2008-2011
Kabupaten / Kota 2012 2013 2014 2015 2016
1. Kab. Kulon Progo 306.500 308.558 310.634 312.728 314.840
2. Kab. Bantul 719.274 725.624 732.041 738.523 745.072
3. Kab. Gunung Kidul 532.807 536.009 539.237 542.492 545.773
4. Kab. Sleman 875.104 887.853 900.800 913.947 927.297
5. Kota Yogyakarta 317.315 320.660 324.044 327.468 330.932
Jumlah 2.751.000 2.778.704 2.806.756 2.835.157 2.863.913
3.1.5. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Kota / Desa
Diperkirakan untuk tahun 2012-2016 penduduk usia kerja di DIY
akan lebih banyak berada di daerah perkotaan. Pada tahun 2012
penduduk usia kerja di perkotaan sebanyak 1.830.370 orang (66,53
persen) dan di pedesaan hanya sebanyak 920.630 orang (33,47
persen). Sampai dengan tahun 2016 PUK di daerah perkotaan
bertambah sebesar 4,70 persen menjadi 1.916.432 orang (66,92
persen) dan yang di daerah pedesaan hanya bertambah 2,92 persen
menjadi 947.481 orang dan proporsinya turun menjadi 33,08 persen.
Keadaan ini diperkirakan karena sebagian besar penduduk usia kerja
terutama yang berusia muda banyak yang pindah ke kota untuk
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi ataupun bekerja dan
mencari pekerjaan di daerah perkotaan, yang notabene mereka anggap
bekerja di perkotaan akan lebih menjanjikan daripada bekerja di desa.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
56 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Tabel 3.5
Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Kota / Desa Tahun 2008-2011
Kota / Desa 2012 2013 2014 2015 2016
1. Pedesaan 920.630 927.243 933.923 940.668 947.481
2. Perkotaan 1.830.370 1.851.461 1.872.833 1.894.489 1.916.432
Jumlah 2.751.000 2.778.704 2.806.756 2.835.157 2.863.913
3.2 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Perkiraan tingkat partisipasi angkatan kerja ditentukan dengan cara
membandingkan angkatan kerja terhadap perkiraan penduduk usia kerja.
Tingkat partisipasi angkataan kerja DIY pada tahun 2012 diperkirakan
sebesar 68,88 persen sedangkan pada tahun 2016 menjadi 69,18 persen.
Selama periode 2012-2016 tersebut besarnya TPAK diperkirakan
mengalami pertumbuhan sebesar 0,09 persen.
3.2.1 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
Golongan Umur
Secara umum semakin tinggi golongan umur, maka tingkat
partisipasi angkatan kerja semakin meningkat sejalan dengan
bertambahnya tuntutan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Pada
Tabel 3.6 menunjukkan bahwa TPAK pada kelompok usia muda (15–29
tahun) masih cenderung rendah karena pada usia ini masih banyak
yang bersekolah, kemudian kelompok usia produktif (30-54 tahun)
TPAK meningkat berkisar 80 persen dan kemudian menurun pada
kelompok usia tua (55-59 tahun) menjadi sebesar 70 persen pada
setiap tahunnya, bahkan pada usia 60+ tahun menurun cukup signifikan
pada kisaran 46 persen.
Selama tahun 2012-2016 diperkirakan hampir pada semua
golongan umur mengalami peningkatan, kecuali pada golongan umur
15-19 tahun dan 20-24 tahun. Peningkatan terbesar diperkirakan pada
golongan umur 35-39 tahun dengan laju pertumbuhan terbesar yakni
mencapai 0,21 persen, kemudian golongan umur 40-44 tahun dengan
laju pertumbuhan sebesar 0,15 persen. Sementara TPAK golongan
umur 15-19 tahun pertumbuhannya mengalami penurunan dengan
pertumbuhan minus 1,44 persen. Hal ini dimungkinkan karena pada
usia tersebut merupakan usia sekolah sehingga partisipasi angkatan
kerjanya menurun.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 57
Tabel 3.6
Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 2012 – 2016(Dalam Persen)
Golongan Umur 2012 2013 2014 2015 2016
1. 15 – 19 26,21 25,75 25,29 24,83 24,39
2. 20 – 24 64,89 64,09 63,30 62,52 61,75
3. 25 – 29 77,78 77,85 77,93 78,00 78,07
4. 30 – 34 80,49 80,60 80,71 80,82 80,93
5. 35 – 39 90,19 90,38 90,57 90,77 90,96
6. 40 – 44 87,73 87,85 87,98 88,11 88,24
7. 45 – 49 85,80 85,89 85,99 86,08 86,18
8. 50 – 54 84,42 84,55 84,68 84,81 84,94
9. 55 – 59 74,65 74,75 74,84 74,94 75,04
10. 60 + 46,47 46,58 46,69 46,80 46,91
TPAK DIY 68,88 68,99 69,07 69,13 69,18
3.2.2 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
Tingkat Pendidikan
Salah satu indikator yang menunjukkan kualitas tenaga kerja
adalah tingkat pendidikan. Sejalan dengan diimplementasikannya
program wajib belajar 9 tahun serta semakin tingginya kebutuhan
masyarakat terhadap tingkat pendidikan yang lebih baik mengakibatkan
kualitas angkatan kerja di DIY secara umum menunjukkan peningkatan
dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Program tersebut telah
memberikan dampak positif terhadap angkatan kerja di DIY, seperti
kualitas angkatan kerja akan semakin bergeser dengan banyaknya
angkatan kerja yang berpendidikan SMTP di satu sisi, sedangkan di sisi
lain semakin menurunnya jumlah angkatan kerja berpendidikan SD.
Selain itu juga akan menurunkan jumlah tambahan angkatan kerja baru.
Sejalan dengan perubahan sistem pendidikan tersebut
diharapkan TPAK lulusan pendidikan SD dari tahun ketahun akan
semakin menurun sedangkan TPAK lulusan pendidikan di atasnya akan
semakin meningkat. Pada Tabel 3.7 terlihat bahwa perkembangan
TPAK pendidikan SD dan SMTP terus mengalami penurunan sampai
tahun 2016, masing-masing tumbuh -1,60 persen dan -1,04
persen.Sedangkan TPAK pendidikan SMTA umum dan kejuruan
mengalami kenaikan yang cukup signifikan, pendidikan Diploma
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
58 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
diperkirakan akanmengalami penurunan yang relatif kecil dan TPAK
pendidikan universitas diperkirakan akan tumbuh sebesar 0,65 persen,
dari sebesar 85,99 persen pada tahun 2012 menjadi 88,25 persen
tahun 2016.
Tabel 3.7
Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan KerjaMenurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012 – 2016(Dalam Persen)
Tingkat Pendidikan 2012 2013 2014 2015 2016
1. Maksimum SD 65,47 64,42 63,39 62,38 61,38
2. SMTP 56,39 55,80 55,22 54,65 54,08
3. SMTA Umum 67,91 68,57 69,24 69,91 70,59
4. SMTA Kejuruan 82,04 82,65 83,27 83,90 84,53
5. Diploma 79,32 79,12 78,93 78,73 78,53
6. Universitas 85,99 86,55 87,11 87,68 88,25
TPAK DIY 68,88 68,99 69,07 69,13 69,18
3.2.3 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis
Kelamin
Perkiraan TPAK secara total hingga tahun 2016 tampak
mengalami kenaikan, dari 68,88 persen tahun 2012 menjadi 69,18
persen tahun 2016. Tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki
cenderung naik sejak tahun 2012 (78,87 persen) hingga tahun 2016
(80,97persen). Demikian halnya dengan TPAK perempuan, dalam
periode yang sama diperkirakan akan mengalami peningkatan dari 59,90
peren menjadi 61,07 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan
semakin tingginya pendidikan kaum perempuan mendorong para
perempuan untuk memasuki pasar kerja serta adanya pengakuan
terhadap perempuan dalamdunia kerja semakin membaik dan juga
dapat diartikan bahwa berbagai jenis pekerjaan yang selama ini
didominasi laki-laki sudah dapat dikerjakan oleh tenaga kerja
perempuan. Pergeseran TPAK tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3.8
berikut.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 59
Tabel 3.8
Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan KerjaMenurut Jenis Kelamin Tahun 2012 – 2016(Dalam Persen)
Jenis Kelamin 2012 2013 2014 2015 2016
1. Laki-laki 78,87 79,39 79,91 80,44 80,97
2. Perempuan 59,90 60,19 60,48 60,77 61,07
Jumlah 68,88 68,99 69,07 69,13 69,18
3.2.4. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kabupaten / Kota
Dilihat pada lima kabupaten kota di Provinsi DIY, pada tahun
2012-2016 tingkat partisipasi angkatan kerjanya semuanya mengalami
peningkatan. Peningkatan tertinggi diperkirakan pada Kota Yogyakarta,
dari sebesar 68,66 persen pada tahun 2012 meningkat menjadi 70,26
persen tahun 2016 atau tumbuh sebesar 0,58 persen. Kemudian di
Kabupaten Sleman tumbuh sebesar 0,54 persen, dari sebesar 69,13
persen pada tahun 2012 meningkat menjadi 70,63 persen. Kabupaten
Bantul diperkirakan juga akan meningkat cukup besar, sedangkan di
Kabupaten Gunung Kidul dan Kulon Progo mengalami kenaikan yang
sangat kecil. Peningkatan tingkat partisipasi angkatan kerja di kabupaten
Sleman, kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul diperkirakan terjadi
karena banyaknya angkatan kerja muda dari Kabupaten Gunung Kidul
dan Kulon Progo serta dari luar DIY yang masuk untuk bekerja maupun
mencari pekerjaan. Gambaran TPAK menurut Kabupaten/Kota terlihat
pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9
Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kabupaten / Kota Tahun 2012-2016
Kabupaten / Kota 2012 2013 2014 2015 2016
1. Kab. Kulon Progo 68,60 68,63 68,65 68,68 68,71
2. Kab. Bantul 68,96 69,10 69,24 69,38 69,52
3. Kab. Gunung Kidul 69,13 69,14 69,15 69,17 69,18
4. Kab. Sleman 69,13 69,50 69,88 70,25 70,63
5. Kota Yogyakarta 68,66 69,05 69,45 69,86 70,26
Jumlah 68,88 68,99 69,07 69,13 69,18
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
60 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
3.2.5. Perkiraan Tingkat partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kota / Desa
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di daerah pedesaan
selama lima tahun ke depan diperkirakan akan mengalami sedikit
peningkatan dari 68,98 persen tahun 2012 naik menjadi 68,71 persen
tahun 2016 atau tumbuh sebesar 0,04 persen. Kenaikan ini lebih rendah
apabila dibandingkan dengan kenaikan TPAK di daerah perkotaan yang
tumbuh 0,64 persen. Hal ini diperkirakan karena banyak angkatan kerja
muda yang berbondong-bondong pindah ke kota untuk mencari
pekerjaan dan bekerja, dan terlihat bahwa TPAK di daerah perkotaan
menjadi naik cukup signifikan dari 69,11 persen tahun 2012 menjadi
70,90 persen pada tahun 2016.
Tabel 3.10
Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Kota / Desa Tahun 2012-2016 (Dalam Persen)
Kota / Desa 2012 2013 2014 2015 2016
1. Pedesaan 68,98 69,01 69,03 69,06 69,09
2. Perkotaan 69,11 69,55 70,00 70,45 70,90
Jumlah 68,88 68,99 69,07 69,13 69,18
3.3 Perkiraan Angkatan Kerja
Angkatan Kerja merupakan bagian dari penduduk usia kerja. Pada
tahun 2011 jumlah angkatan kerja di DIY sebanyak 1.872.912 orang. Pada
tahun 2012 jumlah angkatan kerja diperkirakan sebanyak 1.894.924 orang
dan pada tahun 2016 diperkirakan meningkat lagi, sehingga menjadi
1.981.313 orang atau mengalami pertumbuhan sebesar 1,12 persen dengan
tambahan angkatan kerja sebanyak 108.401 orang dari tahun 2011.Dalam
berbagai karakteristik, perkembangaan angkatan kerja disajikan sebagai
berikut.
3.3.1 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur
Jumlah angkatan kerja berdasarkan golongan umur sebagian
besar mengalami kenaikan tiap tahunnya kecuali pada golongan umur
15-19 tahun dan 20-24 tahun. Angkatan kerja pada tahun 2012 paling
banyak pada golongan umur 40-44 tahun yakni mencapai sebanyak
252.628 orangmeningkat menjadi 273.237 orang tahun 2016. Jumlah
paling sedikit pada golongan umur 15-19 tahun yang berjumlah 83.075
orang.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 61
Tabel 3.11
Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tahun 2012 – 2016
Golongan
Umur 2012 2013 2014 2015 2016
1. 15 – 19 83.075 82.289 81.475 80.640 79.800
2. 20 – 24 178.788 178.631 178.397 178.101 177.773
3. 25 – 29 211.585 214.169 216.692 219.166 221.628
4. 30 – 34 227.559 230.357 233.088 235.769 238.437
5. 35 – 39 225.117 228.678 232.195 235.682 239.178
6. 40 – 44 252.628 257.771 262.905 268.045 273.237
7. 45 – 49 204.652 207.986 211.282 214.554 217.838
8. 50 – 54 180.782 183.562 186.308 189.028 191.752
9. 55 – 59 116.523 118.293 120.038 121.766 123.496
10. 60 + 214.215 215.316 216.329 217.269 218.174
Jumlah 1.894.924 1.917.051 1.938.708 1.960.019 1.981.313
Pada tahun 2012-2016 tambahan angkatan kerja yang paling
besar diperkirakan pada golongan umur 40-44 tahun, yaitu mencapai
20.609 orang dengan pertumbuhan paling tinggi yakni sebesar 1,98
persen. Sedangkan angkatan kerja pada golongan umur 15-19 tahun
dan 20-24 tahun diperkirakan akan menurun masing-masing sebanyak
3.275 orang dan 1.015 orang atau dengan pertumbuhan minus 1,00
persen dan minus 0,14 persen.
3.3.2 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Angkatan kerja pada tahun 2012-2016 menurut tingkat
pendidikan diperkirakan akan mengalami kenaikan kecuali pada tingkat
Sekolah Dasar (SD) dan SMTP. Angkatan kerja yang berpendidikan
maksimum SD diperkirakan akan menurun dengan pertumbuhan
sebesar -2,52 persen dan yang berpendidikan SMTP tumbuh -2,04
persen. Penurunan angkatan kerja yang berpendidikan maksimum SD
dan SMTP ini diperkirakan karena meningkatnya kesadaran akan
pendidikan yang lebih tinggi serta pengurangan alamiah yaitu
meninggalnya angkatan kerja yang berpendidikan maksimum SD ini
banyak yang sudah berusia lanjut. Kenaikan tertinggi terdapat pada
tingkat pendidikan Universitas dengan pertumbuhan sebesar 6,30
persen, kemudian tingkat SMTA umum tumbuh sebesar 2,84 persen,
SMTA Kejuruan tumbuh sebesar 5,10 persen dan yang berpendidikan
Diploma tumbuh 1,24 persen.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
62 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Tabel 3.12
Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012 – 2016
Tingkat Pendidikan 2012 2013 2014 2015 2016
1. Maksimum SD 618.481 604.143 589.330 574.022 558.372
2. SMTP 327.209 321.207 314.883 308.223 301.304
3. SMTA Umum 328.029 338.043 347.887 357.482 366.857
4. SMTA Kejuruan 353.985 372.811 392.102 411.775 431.863
5. Diploma 80.687 81.859 82.934 83.897 84.760
6. Universitas 186.534 198.987 211.574 224.621 238.157
TPAK DIY 1.894.924 1.917.051 1.938.708 1.960.019 1.981.313
3.3.3 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Angkatan kerja yang berjenis kelamin laki-laki diperkirakan akan
mengalami pertumbuhan lebih besar dibanding dengan perempuan.
Pertumbuhan angkatan kerja laki-laki diperkirakan sebesar 1,18persen,
sehingga selama tahun 2012-2016 bertambah sebanyak 50.671 orang
(4,80 persen), sedangkan angkatan kerja perempuan diperkirakan
tumbuh sebesar 1,05 persen atau bertambah sebanyak 35.718 orang
(4,25 persen). Hal ini dapat dimaklumi karena pada umumnya laki-laki
merupakan kepala rumah tangga dan mempunyai kewajiban untuk
menafkahi keluarganya sehingga tambahan angkatan kerja laki-laki
lebih banyak dan lebih besar. Berikut disajikan perkiraan Angkatan
Kerja menurut Jenis Kelamin.
Tabel 3.13 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2012 – 2016
Jenis Kelamin 2012 2013 2014 2015 2016
1. Laki-laki 1.055.327 1.068.269 1.080.963 1.093.479 1.105.998
2. Perempuan 839.597 848.782 857.745 866.540 875.315
Jumlah 1.894.924 1.917.051 1.938.708 1.960.019 1.981.313
3.3.4 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Kabupaten / Kota
Pada Tabel 3.14 terlihat bahwa angkatan kerja di DIY terbanyak
ada di Kabupaten Sleman (31,88 persen) dan paling sedikit di
Kabupaten Kulon Progo (11,08 persen). Selama tahun 2012-2016
angkatan kerja di kabupaten sleman diperkirakan akan bertambah
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 63
sebanyak 44.918 orang (7,43 persen), kemudian kabupaten Bantul
tambah sebanyak 17.889 orang dan Kota Yogyakarta akan bertambah
sebanyak 12.853 orang. Sedangkan di dua Kabupaten yaitu Kabupaten
Kulon Progo dan Gunung Kidul diperkirakan akan bertambah sedikit,
masing-masing sebanyak 4.389 orang dan 6.339 orang. Penambahan
angkatan kerja yang relatif sedikit di dua kabupaten tersebut
dimungkinkan karena mereka yang kebanyakan merupakan angkatan
kerja muda banyak yang pindah ke tiga kabupaten lainnya, maupun
pindah ke luar DIY untuk mencari nafkah dan mencari penghidupan
yang layak. Disamping itu karena peningkatan ekonomi keluarga,
banyak lulusan pendidikan SMTA yang melanjutkan sekolah ke
perguruan tinggi.
Peningkatan jumlah angkatan kerja di tiga Kabupaten Kota
disamping karena migrasi dari Kabupaten Gunung Kidul dan Kulon
Progo, tetapi justru banyak angkatan kerja dari luar DIY. Banyak lulusan
perguruan tinggi yang tidak kembali ke daerah asalnya dan mencari
pekerjaan di DIY. Kecuali itu banyak pula yang masuk ke DIY untuk
bekerja apa adanya, dan mereka kebanyakan bekerja di sektor informal
seperti pedagang kaki lima, pedagang keliling dan sebagainya.
Tabel 3.14
Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Kabupaten / Kota Tahun 2012-2016
Kabupaten / Kota 2012 2013 2014 2015 2016
1. Kab. Kulon Progo 209.987 211.183 212.300 213.353 214.376
2. Kab. Bantul 495.392 500.059 504.566 508.945 513.281
3. Kab. Gunung Kidul 367.826 369.589 371.210 372.714 374.165
4. Kab. Sleman 604.146 615.389 626.587 637.777 649.064
5. Kota Yogyakarta 217.574 220.830 224.045 227.231 230.427
Jumlah 1.894.924 1.917.051 1.938.708 1.960.019 1.981.313
3.3.5 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Kota / Desa
Sebagaimana dijelaskan di depan bahwa tingkat partisipasi
angkatan kerja (TPAK) di daerah pedesaan selama lima tahun ke
depan diperkirakan akan mengalami penurunan dari 68,58 persen
tahun 2012 turun menjadi 67,11 persen tahun 2016. Hal ini disebabkan
karenaangkatan kerja di pedesaan mengalami penurunan sedang
penduduk usia kerjanya mengalami kenaikan dalam tahun yang sama.
Sebaliknya terjadi pada angkatan kerja di daerah perkotaan yang justru
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
64 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
mengalami kenaikan cukup berarti, dari sebanyak 1.261.601 orang
bertambah sebanyak 75.519 orang (5,99 persen) menjadi 1.337.120
orang tahun 2016. Gambaran perkiraan angkatan kerja menurut
desa/kota dapat dilihat pada Tabel 3.15 berikut.
Tabel 3.15
Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Kota / Desa Tahun 2012-2016
Desa/ Kota 2012 2013 2014 2015 2016
1. Pedesaan 633.323 636.340 639.117 641.698 644.193
2. Perkotaan 1.261.601 1.280.711 1.299.591 1.318.321 1.337.120
Jumlah 1.894.924 1.917.051 1.938.708 1.960.019 1.981.313
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 65
BAB IV PERKIRAAN DAN PERENCANAAN
KEBUTUHAN TENAGA KERJA
Kesempatan kerja tahun 2012-2016 diperkirakan akan bertambah
banyak. Hal ini karena membaiknya perekonomian pada tahun 2011, dan
perekonomian ke depan diperkirakan semakin baik. Tahun 2012 dengan
stabilitas makro ekonomi yang tetap terjaga maka pertumbuhan ekonomi
diperkirakan dapat mencapai 5,30 persen dan akan terus meningkat
menjadi 5,90 persen pada tahun 2016. Selain peranan iklim investasi yang
akan mempengaruhi pertumbuhan masing-masing sektor, maka faktor
lainnya adalah perbaikan birokrasi. Untuk memberikan kejelasan, akan
diuraikan peranan masing-masing sektor terhadap nilai produk domestik
regional bruto.
4.1 Perkiraan Perekonomian Tahun 2012 – 2016
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat
penting dalam menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk
melakukan analisis tentang hasil pembangunan ekonomi yang telah
dilaksanakan suatu negara/daerah. Ekonomi dikatakan mengalami
pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa meningkat dari tahun
sebelumnya. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi menunjukkan
sejauh mana aktivitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan
pendapatan atau kesejahteraan masyarakat pada periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang terus menunjukkan peningkatan
menggambarkan bahwa perekonomian daerah tersebut berkembang
dengan baik.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
66 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Perencanaan pembangunan ekonomi merupakan sarana utama ke
arah tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan perencanaan
pembangunan ekonomi suatu daerah dapat menentukan serangkaian
sasaran ekonomi secara kuantitatif dalam periode tertentu. Perekonomian
DIY pada tahun 2012-2016 diperkirakan akan terus menunjukkan
perbaikan. Hal ini tidak terlepas dari kinerja perekonomian DIY pada tahun
2011 yang cukup menggembirakan di mana perekonomian DIY dapat
tumbuh sebesar 5,16 persen. Pada tahun 2012 dan 2016 diperkirakan
perekonomian DIY akan mengalami pertumbuhan sebesar 5,30 persen
dan 5,90 persen. Pertumbuhan sebesar itu diharapkan akan berdampak
pada penyerapan tenaga kerja yang besar sehingga mengurangi jumlah
penganggur dan jumlah penduduk miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tabel 4.1
Perkiraan Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Tahun 2012 – 2016 (%)
Lapangan Usaha 2012*) 2013**) 2014**) 2015**) 2016**)
1. Pertanian 0,16 0,49 3,10 1,31 1,89
2. Pertambangan 4.70 7,16 2,35 3,73 7,61
3. Industri 5,95 6,20 5,60 5,01 5,58
4. Listrik, gas & air bersih 1,89 4,93 5,60 5,40 5,90
5. Bangunan 5,40 6,95 6,67 6,45 6,95
6. Perdagangan 5,65 5,90 6,61 6,40 6,79
7. Angkutan & Komunikasi 5,79 5,61 3,21 6,14 7,17
8. Keuangan 6,05 7,57 7,18 6,65 6,42
9. Jasa kemasyarakatan
5,59 6,65 6,83 6,68 6,98
DIY 5,30 5,30 5,60 5,40 5,90
Sumber :*) Bappeda, Penyusunan Makro Ekonomi Prov. DIY 2011-2013 **) Bappeda, Penyusunan Makro Ekonomi Prov. DIY 2013-2018
Rata-rata pertumbuhan tertinggi adalah sektor keuangan yang
diperkirakan mencapai 6,05 persenpada tahun 2012dan diperkirakan akan
kembali naik sampai dengan tahun 2016 menjadi 6,42 persen, kemudian
sektor industri tumbuh sebesar 5,95 persen, sektor angkutan dan
komunikasi mencapai 5,79 persen, serta sektor perdagangan 5,65 persen,
sektor jasa kemasyarakatan sebesar 5,59 persen dan sektor bangunan
mencapai 5,40 persen.Sementara sektor pertanian hanya tumbuh 0,16
persen, sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor pertambangan dan
penggalian diperkirakan akan tumbuh sebesar masing-masing 1,89 dan
2,16 persen.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 67
Tabel 4.2
Perkiraan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2016 (Milyar rupiah)
Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016 1. Pertanian 3.936 3.912 4.122 4.200 4.200
2. Pertambangan 151 182 161 173 173
3. Industri 3.116 3.548 3.464 3.657 3.657
4. Listrik, gas dan air bersih 212 243 236 250 250
5. Bangunan 2.307 2.674 2.627 2.809 2.809
6. Perdagangan 4.882 5.453 5.553 5.930 5.930
7. Angkutan dan Komunikasi 2.370 3.049 2.603 2.790 2.790
8. Keuangan 2.330 2.725 2.671 2.842 2.842
9. Jasa kemasyarakatan
3.999 4.505 4.569 4.889 4.889
DIY 23.303 26.292 26.010 27.545 27.545
Struktur ekonomi DIY tahun 2012-2016 diperkirakan akan didominasi
oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa kemasyarakatan,
sektor pertanian dan sektor industri. Perkiraan nilai kontribusi sektor
tersebut pada tahun 2012 masing-masing sebesar 20,87 persen, 17,10
persen, 16,80 persen dan 13,38 persen. Sementara pada tahun 2016
masing-masing sebesar 20,74 persen, 17,02 persen, 14,11 persen dan
13,48 persen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Sumbangan sektor pertanian pada tahun 2012 diperkirakan akan
mencapai 16,89 persen, pada tahun 2016 sedikit menurun menjadi 14,64
persen. Meskipun diperkirakan akan ada penurunan kontribusinya dari
tahun 2012 ke tahun 2016, namun hal ini bukan berarti adanya penurunan
kinerja sektor pertanian tetapi lebih dikarenakan adanya kemajuan di
sektor lain. Apabila ditinjau dari segi pertumbuhannya, sektor pertanian
masih akan mengalami peningkatan dari tumbuh sebesar 0,16 persen
pada tahun 2012 menjadi 3,10 persen pada tahun 2014 namun kembali
menurun pada tahun 2016 menjadi 1,89 persen. Adanya penurunan
sumbangan sektor pertanian terhadap pendapatan regional bruto dan
kenaikan pertumbuhan sektor ini diharapkan akan membuka kesempatan
kerja baru yang lebih banyak karena seperti kita ketahui sektor pertanian
masih merupakan sektor andalan bagi perekonomian DIY. Berdasarkan
rancangan RPJM DIY Tahun 2009-2013 yang dipublikasikan oleh Bappeda
DIY dapat diketahui bahwa perkembangan sektor pertanian didukung oleh
beberapa peluang, yaitu :
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
68 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
a. Intensifikasi lahan pertanian;
b. Pengembangan komoditas buah-buahan dan holtikultura;
c. Sosialisasi dan diseminasi temuan terbaru varietas unggul;
d. Peningkatan permintaan baik pasar domestic maupun ekspor;
e. Peluang pengembangan sektor kelautan dan perikanan cukup besar;
mengingat potensi ikan dan hasil laut cukup besar;
f. Permintaan konsumsi ikan masyarakat terus meningkat;
g. Animo nelayan untuk menangkap ikan cukup tinggi.
Tabel 4.3
Perkiraan Struktur Produk Domestik Regional Bruto Tahun 2012 – 2016 (%)
Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016
1. Pertanian 16,89 16,49 15,85 15,25 14,64
2. Pertambangan 0,65 0,63 0,62 0,63 0,63
3. Industri 13,37 13,37 13,32 13,28 13,24
4. Listrik, gas dan air bersih 0,91 0,91 0,91 0,91 0,91
5. Bangunan 9,90 10,00 10,10 10,20 10,20
6. Perdagangan 20,95 21,15 21,35 21,53 21,62
7. Angkutan an Komunikasi 10,17 9,94 10,01 10,13 10,57
8. Keuangan 10,00 10,15 10,27 10,32 10,35
9. Jasa kemasyarakatan
17,16 17,36 17,57 17,75 17,84
DIY 100 100 100 100 100
Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan tidak
akan mengalami perubahan yang berarti sampai dengan tahun 2016, yakni
dari sebesar 0,65 persen pada tahun 2012 menjadi 0,63 persen pada
tahun 2016. Sementara tenaga kerja yang terserap di sektor ini
diperkirakan tahun 2012 sebanyak 12.799 orang dan 15.189 orang tahun
2016. Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang
mempunyai kontribusi relative kecil terhadap perekonomian DIY. Namun
demikian sektor ini masih mempunyai banyak peluang untuk dikembangan.
Apalagi setelah terjadinya bencana erupsi merapi, melimpahnya bahan
galian yang memiliki nilai ekonomis relative tinggi dan layak dimanfaatkan
untuk berbagai kepentingan selain menambah kesempatan kerja yang ada
juga meningkatkan nilai tambah bagi penduduk di DIY.
Kebijakan pemerintah daerah dalam hal penggalian diarahkan untuk
optimalisasi pemanfaatan lahan galian dengan pemberdayaan masyarakat
lokal agar dapat membuka kesempatan kerja bagi masyarakat lokal. Untuk
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 69
menghindari kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan
penggalian dapat tercapai apabila didukung oleh strategi pemberdayaan
potensi barang bahan galian, peningkatan pemahaman tentang ilmu
pengetahuan dan teknologi oleh masyarakat, meningkatnya kajian
akademik tentang potensi dan pemanfaatan sumber daya galian serta
peningkatan nilai investasi di sektor penggalian. Sementara itu,
pembangunan di sektor penggalian dapat pula terhambat karena
permasalahan kerusakan lingkungan.
Perkembangan sektor industri pengolahan di Provinsi DIY relative
bagus. Hasil proyeksi nilai PDRB sektor ini juga menunjukkan
kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2012 diperkirakan mencapai
Rp. 3.116 juta dengan kontribusi 13,37 persen, sementara tahun 2016
mencapai Rp. 3.657 jutadengan kontribusi sebesar 13,24 persen.
Penyerapan tenaga kerja di sektor industri diperkirakan mencapai 273.280
orang tahun 2012 menjadi 300.345 orang tahun 2016.
Sektor industri pengolahan yang terdapat di Provinsi DIY adalah
industri bukan migas. Kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB dari
sektor industri adalah sub sektor industri makanan, minuman dan
tembakau. Industri pengolahan sebagian besar merupakan usaha mikro,
kecil dan menengah (UMKM) dengan serapan tenaga kerja antara 5-19
orang per uit usaha. Hasil dari sektor ini tidak hanya memenuhi permintaan
pasar lokal, tetapi juga sebagian diekspor ke manca Negara, yaitu barang-
barang yang berasal dari subsektor tekstil, barang dari kulit dan alas kaki
dan subsektor kayu dan barang dari kayu lainnya.Peran industri
pengolahan di masa yang akan datang diharapkan dapat menjadi
penopang perekonomian daerah dan diharapkan akan terus berkembang
dalam menciptakan nilai tambah melalui perluasan kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha.
Pertumbuhan sektor industri pengolahan didukung oleh beberapa hal
yaitu sebagian besar merupakan industri kecil yang terbukti lebih tahan
terhadap perubahan kondisi ekonomi, perkembangan ilmu pengetahuan,
dan daya beli masyarakat yang terus meningkat. Sementara itu faktor yang
menghambat pengembangan sektor ini antara lain keterbatasan akses
modal untuk pengembangan usaha, investasi yang masih relative rendah,
ketergantungan bahan baku impor kemampuan pemasaran yang belum
baik dan ancaman dari produk impor yang membanjiri pasar domestik
Pada sektor listrik, gas dan air minum hanya memberikan kontribusi
terhadap PDRB sebesar 0,91 persen pada tahun 2012dan tahun 2016
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
70 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
masih tetap sebesar 0,91 persen. Selanjutnya dalam penciptaan
kesempatan kerja, tahun 2012 sebanyak 4.375 orang dan tahun
2016menjadi 5.288 orang. Sektor listrik dan air bersih merupakan sektor
pendukung kegiatan ekonomi masyarakat yang cukup penting. Kebijakan
pemerintah di bidang ketenagalistrikan diarahkan untuk meningkatkan
penyediaan dan pemanfaatan sumber energi dan tenaga listrik yang
relative murah, meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana publik energi dan listrik guna melayani kebutuhan masyarakat
dengan harga terjangkau serta membuka keterisolasian wilayah
pedalaman dan terpencil.
Dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan sektor bangunan
cenderung meningkat dilihat dari nilai nominal PDRB. Sebagian besar
pertumbuhan tersebut dibentuk oleh jasa kontruksi untuk proyek
pemerintah. Sementara itu, untuk jasa kontruksi proyek swasta lebih
banyak bergerak di bidang properti berupa bangunan perumahan dan
fasilitas perbelanjaan. Kondisi ini berlangsung hingga tahun 2008 dan
setelah itu pertumbuhannya terus menurun hingga pada tahun 2012
diperkirakan tumbuh sebesar 5,40persen, kemudian berangsung naik
hingga tahun 2016 diperkirakan tumbuh lebih besar menjadi6,95 persen.
Kenaikan pertumbuhan sector bangunan ini dipicu oleh maraknya
pembangunan hotel dan rumah tinggal serta rencana pembangunan
bandara di Kulon Progo dan pembangunan infrastruktur pendukungnya.
Dilihat kontribusinya terhadap PDRB sektor bangunan ada kecenderungan
naik, meskipun relative kecil yakni dari sebesar 9,90 persen pada tahun
2012 menjadi 10,10 persen tahun 2016. Sedangkan kesempatan kerja
yang tercipta pada tahun 2012 diperkirakan mencapai 134.725 orang naik
menjadi 141.181 orang tahun 2016.
Peranan sektor perdagangan terhadap pembentukan PDRB
diharapkan akan mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2012
kontribusi sektor ini sebesar 20,95 persen dan tahun 2016naikmenjadi
21,62 persen. Sektor ini merupakan penyumbang PDRB terbesar
dibandingkan dengan sektor-sektor yang lain. Adapun nilai PDRB sektor ini
pada tahun 2012 sebesar Rp.4.882 juta dengan pertumbuhan 5,65 persen
meningkat menjadi Rp. 6.324 juta dengan pertumbuhan 6,79 persen pada
tahun 2016. Subsektor yang cenderung dominan terhadap pembentukan
nilai PDRB sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah subsektor
perdagangan besar dan eceran dan subsektor restoran. Tenaga kerja yang
bisa terserap di sektor ini sebanyak 490.173 orang tahun 2012, sementara
tahun 2016bertambah menjadi sebanyak 529.306 orang.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 71
Peningkatan sektor perdagangan, hotel dan restoran tidak lepas dari
adanya beberapa faktor pendorong pengembangan sektor ini, yaitu:
a. Provinsi DIY memiliki kawasan yang sangat potensial untuk
dikembangkan menjadi desa wisata
b. Kehidupan masyarakat yang kental dengan nuansa budaya dan daya
tarik dari sector kerajinan dan hasil kreasi masyarakat akan
memberikan kelebihan tersendiri dalam menarik wisatawan
c. Keseriusan pemerintah daerah dalam mengelola sarana prasarana
yang menunjang pariwisata.
Sektor pengangkutan dan komunikasi juga mempunyai prospek yang
bagus di Provinsi DIY dan merupakan salah satu sektor yang relative besar
kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Provinsi DIY, yakni sebesar
10,17 persen dengan pertumbuhan sebesar 5,79 persen pada tahun 2012,
sementara tahun 2016 kontribusi sektor ini bertambah menjadi 10,57
persen dengan pertumbuhan yang lebih besar menjadi 7,17 persen. Sub
sektor yang cenderung dominan dalam pembentukan nilai PDRB sektor ini
adalah subsektor pengangkutan khususnya angkutan udara dan jalan raya.
Sedangkan subsektor komunikasi didominasi oleh subsektor pos dan
telekomunikasi. Peningkatan sektor pengangkutan dan komunikasi
disebabkan oleh karena peranan sektor industri dan sektor perdagangan
yang meningkat, yang pada akhirnya berimbas pada sektor ini. Namun
demikian ada beberapa hambatan dalam pembangunan sektor ini, antara
lain kurang meratanya akses pertumbuhan regional karena penyediaan
prasarana perhubungan yang kurang optimal khususnya di wilayah
kabupaten, jalan dan jembatan masih banyak yang mengalami kerusakan
yang menimbulkan kesenjangan pertumbuhan ekonomi antar wilayah kota
dan kabupaten.
Sementara itu pada sub sektor komunikasi diharapkan masih akan
meningkat karena banyak peluang di bidang komunikasi diantaranya
karena globalisasi informasi serta segala kemudahannya dalam
penyediaan informasi yang terkini bagi masyarakat. Pemanfaatan
kemajuan teknologi untuk pengembangan potensi daerah dalam bidang
perekonomian, perdagangan, pertanian juga untuk promosi wisata dan
pendidikan. Penyerapan tenaga kerja sektor ini tahun 2012 diperkirakan
sebanyak 69.574 orang, naik menjadi 75.591 orang tahun 2016.
Sektor keuangan merupakan sektor penting sebagai penggerak
perekonomian daerah. Perkembangan perekonomian DIY masih terhambat
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
72 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
oleh masalah pendanaan, karena relative kecilnya dana dalam bentuk
kredit yang membuat para pelaku ekonomi di daerah relative sulit
memperoleh kredit bank. Apabila dicermati, sektor dengan pertumbuhan
sebesar 6,05 persen secara nominal cenderung bertambah, bila dilihat
kontribusi terhadap PDRB secara relative juga ada sedikit peningkatan dari
sebesar 10,00 persen tahun 2012 menjadi 10,35 persen pada tahun 2016
Beberapa faktor penunjang berkembangnya sektor ini antara lain
adanya kemudahan melalui penyederhanaan tata cara membuka kantor
bank umum maupun syariah, adanya dorongan dari BI untuk menciptakan
bank devisa di DIY, yang berfungsi sebagai sarana untuk memudahkan
perdagangan internasional atau kegiatan ekspor impor. Lembaga
keuangan tersebut akan memudahkan para pelaku usaha kerajinan di DIY
yang kebanyakan produknya dijual ke luar negeri. Dengan adanya
penurunan suku bunga menunjukkan gairah daya beli masyarakat
meningkat. Sementara itu penyaluran kredit perbankan diperkirakan
meningkat sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor keuangan.
Dari beberapa kebijakan yang diterapkan, diharapkan tahun 2012 sektor
keuangan akan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 50.669 orang
meningkat menjadi 54.041 orang tahun 2016.
Sektor jasa terbagi menjadi dua subsektor yaitu jasa pemerintahan
umum dan jasa swasta. Selama ini subsektor pemerintahan umum masih
mendominasi pelayanan jasa di DIY dibandingkan dengan swasta.Selama
tahun 2012-2016 sektor jasa masih akan mengalami pertumbuhan positif
sebesar 5,59 persen tahun 2012 dan diperkirakan akan kembali naik pada
tahun 2016 menjadi 6,98 persen. Kontribusi sektor ini menunjukkan
kenaikan yang cukup berarti yakni pada tahun 2012 sebesar 17,16 persen,
tahun 2016 menjadi 17,81 persen. Apabila dilihat nominalnya sektor ini
terus meningkat sampai tahun 2016.
Peranan jasa swasta ini dalam perkembangannya akan menjadi
penting, terutama peranan sebagai pendukung aktivitas perekonomian dan
permintaan domestik yang terus meningkat seiring dengan peningkatan
daya beli masyarakat. Dari sisi ketenagakerjaan, sektor jasa mampu
menyerap tenaga kerja sebanyak 355.869 orang tahun 2012 dan 366.262
orang pada tahun 2016.
4.2. Perkiraan Kesempatan Kerja
Penciptaan kesempatan kerja merupakan salah satu langkah untuk
penanggulangan pengangguran. Semakin banyak kesempatan kerja yang
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 73
tercipta menyebabkan rendahnya atau berkurangnya pengangguran.
Penciptaan kesempatan kerja di berbagai sektor atau lapangan usaha
sangat diharapkan sehingga memberikan peluang kepada penduduk untuk
bekerja. Perkiraan kesempatan kerja tahun 2012-2016 merupakan
perkiraan besarnya peluang kesempatan kerja pada tahun dimaksud.
Kesempatan kerja pada tahun 2012–2016 diperkirakan akan
mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 yakni dari1.822.360orang
meningkat menjadi 1.917.877orang pada tahun 2016. Apabila
dibandingkan dengan kesempatan kerja tahun 2011 yang jumlahnya
1.798.595 orang berarti sampai tahun 2016 akan terjadi penambahan
jumlah kesempatan kerja sebanyak 119.282 orang (6,63 persen).
4.2.1 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha
Untuk tahun 2012-2016, perkiraan kesempatan kerja menurut
lapangan usaha masih didominasi oleh 4 sektor lapangan usaha yaitu
sektor perdagangan, sektor pertanian dan sektor jasa
kemasyarakatan dan sektor industri. Untuk sektor perdagangan
diperkirakan memiliki kesempatan kerja sebanyak 490.173 orang
pada tahun 2012, meningkat sebanyak 39.133 orang menjadi
sebanyak 529.306 orang pada tahun 2016. Sementara sektor
pertanian diperkirakan akan mengalami penurunan sebanyak 222
orang dari sebanyak 430.896 orang tahun 2012 menjadi 430.674
orang tahun 2016.
Sektor jasa kemasyarakatan berada pada urutan ketiga
dengan proporsi 19,53 persen dari seluruh kesempatan kerja yang
ada atau sebanyak 355.869 orang pada tahun 2012 dan tahun 2016
sebanyak 366.262 orang dengan proporsi sebesar19,10 persen.
Walaupun kesempatan kerja di sektor jasa bertambah 10.393 orang
selama lima tahun ke depan namun secara proporsi sedikit menurun
dibanding tahun 2012. Sektor jasa kemasyarakatan ini diperkirakan
akan terus bertambah seiring dengan semakin besarnya sektor
formal. Meningkatnya dunia jasa menyebabkan sektor ini semakin
terbuka kesempatan kerjanya. Untuk sektor industri selama tahun
2012-2016 memiliki tambahan kesempatan kerja sebanyak 27.065
orang atau dengan tambahan terbanyak kedua setelah sektor
perdagangan. Proporsi sektor industri pengolahan ini sedikit
mengalami kenaikan dari sebesar 15,00 persen pada tahun 2012
menjadi 15,66 persen pada tahun 2016. Secara rinci dapat dilihat
pada table 4.4 berikut.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
74 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Tabel 4.4
Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2012-2016
Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016
1. Pertanian 430.896 431.029 430.680 430.550 430.674
2. Pertambangan 12.799 13.484 12.954 13.109 15.189
3. Industri 273.280 280.512 285.581 292.765 300.345
4. Listrik, Gas & Air 4.375 4.554 4.789 4.996 5.288
5. Bangunan 134.725 137.230 139.075 140.745 141.181
6. Perdagangan 490.173 498.437 512.246 523.420 529.306
7. Angkutan 69.574 70.515 70.189 70.865 75.591
8. Keuangan 50.669 51.821 52.696 53.775 54.041
9. Jasa 355.869 359.587 362.728 364.219 366.262
Jumlah J 1.822.360 1.847.169 1.870.938 1.894.424 1.917.877
4.2.2 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur
Kesempatan kerja tahun 2012-2016 untuk semua golongan
umur diperkirakan akan mengalami peningkatan. Kesempatan kerja
untuk usia produktif (golongan umur 25-54 tahun) diperkirakan akan
mengalami peningkatan sebanyak 82.944 orang. Peningkatan paling
besar pada golongan umur 40-44 tahun yaitu sebanyak 20.888 orang,
disusul golongan umur 35-39 tahun yaitu sebanyak 14.252 orang dan
golongan umur 45-49 tahun sebanyak 13.502 orang. Tambahan
kesempatan kerja untuk golongan umur 15-19 tahun, 20-24 tahundan
60 + tercatat paling sedikit dibandingkan tambahan kesempatan kerja
pada golongan umur yang lain. Tambahan kesempatan kerja yang
tergolong kecil pada usia 15-19 dan 20-24 tahun disebabkan karena
pada golongan umur tersebut termasuk dalam usia sekolah, serta
semakin meningkatnya kesadaran masyarakat dan meningkatnya
peranan pemerintah terhadap peningkatan partisipasi sekolah.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 75
Tabel 4.5
Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur
Tahun 2012-2016
Golongan Umur
2012 2013 2014 2015 2016
1. 15-19 64.917 65.085 65.191 65.262 65.316
2. 20-24 160.190 160.860 161.381 161.817 162.212
3. 25-29 197.169 200.051 202.876 205.585 208.275
4. 30-34 220.535 223.648 226.590 229.449 232.283
5. 35-39 221.439 225.153 228.713 232.207 235.691
6. 40-44 250.861 255.974 261.096 266.391 271.749
7. 45-49 200.781 204.224 207.575 210.909 214.075
8. 50-54 176.032 178.946 181.791 184.619 187.479
9. 55-59 116.378 118.083 119.722 121.345 122.920
10. 60+ 214.058 215.098 215.098 216.841 217.668
Jumlah 1.822.360
1.847.169
1.870.938
1.894.424
1.917.877
4.2.3 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi pada
saat ini kebutuhan akan tenaga kerja yang berkualitas menjadi sebuah
kebutuhan. Oleh karena itu kesempatan kerja untuk tingkat pendidikan
Maksimum SD diperkirakan mengalami penurunan sebanyak 59.209
orang selama tahun 2012-2016, pada tahun 2012 diperkirakan jumlah
kesempatan kerja yang tercipta sebanyak611.761orang dan pada
tahun 2016 sebanyak 552.553 orang. Kesempatan kerja untuk jenjang
pendidikan SMTP juga diperkirakan menurun sebanyak 23.369 orang.
Sedangkan untuk perkiraan kesempatan kerja dengan jenjang
pendidikan Universitas diperkirakan akan mengalami kenaikan
walaupun secara keseluruhan jumlah kesempatan kerja yang tersedia
masih sedikit yakni sebanyak175.429 orang pada tahun 2012 dan
226.879 orang pada tahun 2016, atau bertambah sebanyak 51.450
orang. Sedangkan perkiraan jumlah kesempatan kerja yang dapat
dikatakan relatif masih kecil terdapat pada jenjang pendidikan
Diploma, yakni sebanyak77.215 orang pada tahun 2012 bertambah
sebanyak 3.719 orang hingga tahun 2016 menjadi 80.933 orang.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
76 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Tabel4.6
Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2012-2016
Tingkat Pendidikan 2012 2013 2014 2015 2016
1. Maksimum SD 611.761 598.014 583.382 568.183 552.553
2. SMTP 317.114 311.951 306.245 300.154 293.745
3. SMTA Umum 309.066 319.930 330.501 340.865 351.030
4. SMTA Kejuruan 331.775 351.344 371.308 391.768 412.737
5. Diploma 77.215 78.341 79.321 80.183 80.933
6. Universitas 175.429 187.588 200.181 213.272 226.859
Jumlah 1.822.360 1.847.169 1.870.938 1.894.424 1.917.877
4.2.4 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Kesempatan kerja menurut jenis kelamin diperkirakan masih di
dominasi oleh laki-laki. Hal ini terlihat dari komposisi jumlah
kesempatan kerja untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 1.016.566
orang (55,78 persen) pada tahun 2012 dan bertambah sebanyak
58.637 orang (naik 5,76 persen) sehingga menjadi 1.075.204 di tahun
2016. Kesempatan kerja untuk jenis kelamin perempuan diperkirakan
juga mengalami kenaikan sebanyak 36.880 orang (4,57 persen) dari
tahun 2012 yang sebanyak 805.793 orang menjadi sebanyak 842.674
orang pada tahun 2016. Perkiraan kesempatan kerja laki-laki lebih
banyak daripada perempuan dikarenakan laki-laki sebagai tulang
punggung keluarga sehingga harus mencari nafkah.
Tabel 4.7
Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2012-2016
Jenis Kelamin 2012 2013 2014 2015 2016
1. Laki-Laki 1.016.566 1.031.695 1.046.278 1.060.734 1.075.204
2. Perempuan
805.793
815.473
824.6611
833.691
842.674
Jumlah 1.822.360 1.847.169 1.870.938 1.894.424 1.917.877
4.2.5 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan
Status pekerjaan dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori
yaitu informal dan formal. Kategori informal memiliki presentase yang
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 77
cukup besar dibandingkan dengan kategori formal. Hal ini terlihat pada
tabel 4.8 di bawah, yang termasuk dalam kategori informal sebesar
55,44 persen pada tahun 2012 diperkirakan akan menurun menjadi
54,75 persen pada tahun 2016. Yang termasuk kedalam kategori
informal adalah berusaha sendiri, berusaha dibantu, pekerja bebas di
pertanian, pekerja bebas di non pertanian serta pekerja keluarga/tidak
dibayar. Sedangkan kesempatan kerja formal tahun 2012 sebesar
44,56 persen naik menjadi 45,25 persen. Yang termasuk kedalam
kategori formal adalah berusaha dibantu buruh tetap
(pengusaha/majikan) sebesar 4,31 persen dari seluruh kesempatan
kerja yang ada pada tahun 2012 meningkat menjadi 4,50 persen pada
tahun 2016 dan buruh/karyawan/pekerja proporsinya meningkat dari
40,24 persen menjadi 40,75 persen. Dilihat dari jumlahnya, pekerja
formal diperkirakan memiliki tambahan sebanyak 55.932 orang atau
58,59 persen dari total tambahan selama tahun 2012-2016.
Tabel 4.8
Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama
Tahun 2012-2016
Status Pekerjaan Utama 2012 2013 2014 2015 2016 1. Brsh Sendiri 253.057 256.189 259.118 261.987 264.828
2. Brsh Dengan Dibantu 352.216 356.683 360.871 364.977 369.048
3. Brsh. Dengan Buruh 78.555 80.491 82.397 84.319 86.266
4. Pekerja/Brh/karyawan 733.401 745.865 757.837 769.722 781.622
5. Pkj. Bebas di Pertanian 24.770 24.628 24.465 24.294 24.118
6. Pkj. Bebas di Non Pertanian 129.367 132.666 135.924 139.211 142.545
7. Pekerja tak dibayar 250.993 250.647 250.326 249.915 249.449
Jumlah 1.822.360 1.847.169 1.870.938 1.894.424 1.917.877
Pada kategori informal terjadi kenaikan yang cukup signifikan
baik jumlah maupun proporsinya. Kenaikan yang cukup besar ini
terutama pada pekerja dengan status berusaha sendiri dan berusaha
dibantu masing-masing bertambah 11.771 orang dan 16.832 orang,
serta pekerja bebas di non pertanian sebanyak 13.178 orang.
Sedangkan pekerja bebas di pertanian dan pekerja tak dibayar
mengalami penurunan masing-masing sebanyak 625 orang dan 1.544
orang. Dilihat dari proporsinya juga mengalami peningkatan selama 5
tahun ke depan. Karena keterbatasan sektor formal, mereka memilih
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
78 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
untuk berwirausaha sendiri untuk mengembangkan industri kreatif
yang diperkirakan memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.8.
4.2.6 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan
Perkembangan perekonomian dunia yang mengalami
perubahan berimbas juga terhadap Indonesia sebagai salah satu
Negara yang berkembang. Perkiraan kesempatan kerja menurut
jabatan yang ada saat ini dapat berubah dimasa depan dikarenakan
perubahan yang terjadi di dunia global.
Tabel 4.9
Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan
Tahun 2012-2016
Jabatan 2012 2013 2014 2015 2016
0/1. Tng Profesional 152.787 155.254 157.626 159.965 162.291
2. Tng Kepemimpinan 30.326 32.068 33.882 35.783 37.779
3. Tng Tata Usaha 104.774 109.105 113.516 118.055 122.739
4. Tng Usaha Penjualan 389.429 394.927 400.159 405.284 410.353
5. Tng Usaha Jasa 142.645 144.960 147.186 149.382 151.565
6. Tng Usaha Pertanian 415.097 415.368 415.282 415.017 414.628
7/8/9. Tng Produksi & 574.166 581.722 588.872 595.851 602.734
lainnya 13.135 13.766 14.415 15.088 15.788
Jumlah 1.822.360 1.847.169 1.870.938 1.894.424 1.917.877
Pada Table 4.9 dapat dilihat bahwa kesempatan kerja di DIY
menurut pekerjaan utama/ jabatan pada tahun 2012-2016 diperkirakan
masih akan didominasi tenaga usaha produksi, dimana pada tahun
2012 jumlahnya sebanyak 574.166 orang dengan proporsi sebesar
31,51 persen, dan terus bertambah 28.568 orang hingga menjadi
sebanyak 602.734 orang pada tahun 2016, tetapi proporsinya sedikit
menurun menjadi 31,43 persen. Untuk kesempatan kerja tenaga
usaha pertanian diperkirakan mengalami penurunan sebanyak 652
orang. Seara proporsional juga menurun dari sebesar 22,78 persen
tahun 2012 menjadi 21,62 persen pada tahun 2016. Seiring dengan
perkembangan dunia usaha di DIY, diperkirakan akan terjadi
penambahan tenaga profesional dan tenaga kepemimpinan, dan yang
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 79
utama adalah tenaga tata usaha yang diharapkan akan bertambah
sebanyak 17.965 orang (16.68 persen). Disamping itu tenaga usaha
penjualan juga diperkirakan akan bertambah cukup banyak yakni
20.924 orang (4,96 persen dari tahun 2012).
4.2.7 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja
Jam kerja menunjukkan pemakaian waktu yang digunakan oleh
tenaga kerja selama mereka bekerja. Jam kerja dibagi 2 kategori yaitu
bekerja penuh (penduduk yang bekerja lebih dari 35 jam seminggu)
dan setengah penganggur(penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam
seminggu).
Tabel 4.10
Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja
Tahun 2012-2016
Jam kerja 2012 2013 2014 2015 2016
1. 0**) 42.259 42.325 42.360 42.381 42.394
2. 1-9 58.620 59.406 60.156 60.896 61.633
3. 10-14 62.427 63.301 64.140 64.968 65.795
4. 15-24 153.506 154.693 155.772 156.807 157.819
5. 25-34 222.863 225.002 226.990 228.920 230.823
6. 35-44 501.642 510.701 519.531 528.340 537.196
7. 45-59 584.644 593.881 602.809 611.668 620.541
8. ≥ 60 196.399 197.859 199.180 200.444 201.677
Jumlah 1.822.360 1.847.169 1.870.938 1.894.424 1.917.877
Keterangan **) Sementara tidak bekerja (sakit, cacat, dll)
Kesempatan kerja pada jam kerja 0 s/d 34 jam dalam seminggu
diperkirakan akan meningkat cukup banyak, yakni sebanyak 18.788
orang dengan proporsi sebesar 27,30 persen pada tahun 2012 dan
berangsur menurun hingga mencapai 26,91 persen pada tahun 2016.
Kesempatan kerja pada jam kerja 35 jam ke atas cenderung
meningkat setiap tahunnya dari sebesar 72,70 persen menjadi 73,09
persen tahun 2016. Peningkatan jam kerja ini diperkirakan karena
semakin meningkatnya produksi perusahaan yang mengakibatkan
para pekerja membutuhkan waktu kerja lebih lama.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
80 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
4.2.8. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Kabupaten / Kota
Sebagaimana dipaparkan dalam Tabel 4.11 di bawah, sampai
dengan tahun 2016 kesempatan kerja terbanyak di Kabupaten Sleman
dan Kabupaten Bantul. Kesempatan kerja di Kabupaten Sleman tahun
2012 mencapai 574.323 orang (31,52 persen) bertambah sebanyak
51.360 orang menjadi 625.683 orang, merupakan tambahan terbesar
dari empat kabupaten lainnya. Sedangkankesempatan kerja di
Kabupaten Bantul sebanyak 477.239 orang (26,19 persen) bertambah
sebanyak 20.298 orang menjadi 497.537 orang. Di kabupaten Gunung
Kidul, kabupaten Kulon Progo dan Kota Yogyakarta jumlah
kesempatan kerjanya juga diperkirakan akan terus mengalami
kenaikan walaupun tidak sebesar kenaikan di Kabupaten Sleman dan
Bantul.
Tabel 4.11
Perkitaan Kesempatan Kerja Menurut Kabupaten / Kota Tahun 2012-2016
Kabupaten / Kota 2012 2013 2014 2015 2016
1. Kab. Kulon Progo 204.648 205.951 207.101 208.183 209.226
2. Kab. Bantul 477.239 482.629 487.669 492.647 497.538
3. Kab. Gunung Kidul 360.670 362.671 362.671 366.003 367.537
4. Kab. Sleman 574.323 587.233 587.233 612.755 625.683
5. Kota Yogyakarta 205.479 208.685 208.685 214.836 217.894
Jumlah 1.822.360 1.847.169 1.870.938 1.894.424 1.917.877
2.5.9. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Kota / Desa
Kesempatan kerja di daerah pedesaan diperkirakan akan
meningkat sebanyak 17.099 orang dalam lima tahun yang akan
datang. Sedangkan kesempatan kerja di perkotaan akan bertambah
sebanyak 78.419 orang. Angkatan kerja di DIY cenderung menghindar
dari pekerjaan di sektor pertanian di pedesaan, terutama angkatan
kerja muda dan memilih untuk bekerja di sektor lain yang mereka
anggap lebih menjanjikan yang ada di perkotaan. Hal ini berakibat
bertambah banyaknya kesempatan kerja di perkotaan, di sisi lain
tambahan kesempatan kerja di desa relatif lebih sedikit.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 81
Tabel 4.12
Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Kota / Desa Tahun 2012-2016
Kota / Desa 2012 2013 2014 2015 2016
1. Pedesaan 619.862 624.578 628.856 632.955 636.960
2. Perkotaan 1.202.498 1.222.591 1.242.082 1.261.469 1.280.917
Jumlah 1.822.360 1.847.169 1.870.938 1.894.424 1.917.877
4.3 Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja
Besarnya produktivitas tenaga kerja merupakan gambaran
besarnya aktifitas tenaga kerja yang dapat dihasilkan, tinggi rendahnya
tingkat produktivitas tenaga kerja yang dicapai setiap sektor lapangan
usaha tergantung pada nilai pendapatan dan banyaknya jumlah pekerja
yang bekerja di sektor tersebut. Secara umum pada tahun 2012
produktivitas tenaga kerja di DIY diperkirakan akan mencapai Rp. 12.787
ribu/tenaga kerja.Jumlah ini diperkirakan akan meningkat pada tahun 2016
hingga mencapai Rp. 15.253 ribu/tenaga kerja.
Tabel 4.13
Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja
Tahun 2012-2016 (Ribu Rp./Tenaga Kerja)
Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016
1. Pertanian 9.134 9.414 9.500 9.756 9.944
2. Pertambangan 11.834 11.497 12.355 13.238 12.133
3. Industri 11.401 11.729 12.040 12.494 12.895
4. Listrik, gas dan air bersih 48.470 49.174 49.046 50.172 50.335
5. Bangunan 17.123 17.932 18.746 19.962 21.134
6. Perdagangan 9.960 10.442 10.759 11.330 11.948
7. Angkutan dan Komunikasi 34.063 34.688 36.814 39.374 40.904
8. Keuangan 45.990 48.197 50.308 52.881 56.025
9. Jasa kemasyarakatan
11.237 11.880 12.504 13.424 14.248
DIY 12.787 13.322 13.797 14.540 15.253
Bila dilihat menurut sektor/lapangan usaha maka pada tahun 2012
produktivitas tertinggi terdapat di sektor listrik, gas dan air bersih mencapai
Rp. 48.470 ribu/tenaga kerja, kemudian sektor keuangan mencapai Rp.
45.990 ribu/tenaga kerja selanjutnya diikuti sektor pengangkutan dan
komunikasi sebesar 34.063 ribu/tenaga kerja dan sektor bangunan.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
82 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Sementara sektor pertambangan, sektor industri, sektor jasa,sektor
pertanian dan sektor perdagangan produktivitasnya di bawah produktivitas
rata-rata di DIY. Terutama sektor pertanian walaupun menyerap tenaga
kerja terbanyak, namun produktivitasnya termasuk terendah dari delapan
sektor yang lainnya. Diharapkan dalam lima tahun ke depan produktivitas
semua sektor akan bertambah. Untuk tahun 2016 diperkirakan
produktivitas tetinggi terdapat pada sektor keuangan yang mencapai Rp.
56.025 ribu/tenaga kerja, yang disusul oleh sektor listrik, gas dan air yang
mencapai Rp. 50.335 ribu/tenaga kerja. Perkiraan produktivitas tenaga
kerja di D.I. Yogyakarta disajikan dalam Tabel 4.13 di atas.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 83
BAB V PERKIRAAN DAN PERENCANAAN
KESEIMBANGAN ANTARA PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA
Dalam proses perencanaan tenaga kerja, persediaan tenaga kerja
menjadi tumpuan awal yang menentukan kuantitas dan kualitas tenaga
kerja,sedangkan kebutuhan tenaga kerja adalah sesuatu yang harus
diciptakan. Sementara itu dengan kondisi daerah yang cenderung surplus
persediaan tenaga kerja seperti di Daerah Istimewa Yogyakarta maka
penciptaan kesempatan kerja yang seluas-luasnya adalah upaya yang
mutlak harus dilakukan apapun kondisi tenaga kerja yang tersedia.
Demikian pula perbaikan berbagai sistem yang berkenaan dengan
penanggulangan pengangguran. Konsep ini berkaitan erat dengan kondisi
nyata di Provinsi DIY untuk mengatasi masalah pengangguran yang
dengan jelas menunjukkan ketidakseimbangan antara persediaan dan
kebutuhan tenaga kerja sebagaimana telah disampaikan pada Bab II.
Untuk itu berbagai cara dapat dilakukan antara lain dengan
peningkatan mobilitas tenaga kerja dan modal yaitu memindahkan calon
tenaga kerja menuju kesempatan kerja yang lowong dengan melatih ulang
keterampilannya untuk memenuhi kualifikasi di tempat yang baru atau
menempatkan modal/industri (padat karya) ke wilayah yang jumlah
penganggurnya sangat tinggi; mengelola permintaan/kebutuhan
masyarakat, yaitu strategi mengarahkan permintaan masyarakat ke
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
84 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
barang/jasa yang jumlahnya melimpah; menyediakan informasi yang cepat
dan akurat mengenai kebutuhan tenaga kerja, baik perusahaan di daerah
mana saja yang membuka lowongan berikut kualifikasi tenaga kerja yang
dibutuhkan; menciptakan pertumbuhan ekonomi yang dititikberatkan pada
upaya penciptaan kesempatan kerja yang seluas-luasnya, hal ini agar hasil
dari pembangunan dapat dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat,
paling tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya melalui hasil kerjanya
sendiri; pengefektifan program pendidikan dan pelatihan agar dapat
langsung ditempatkan dan memenuhi kebutuhan di tempat kerja; serta
yang tidak kalah penting adalah menumbuh kembangkan jiwa
kewirausahaan agar mampu dengan cepat melihat peluang pasar dan
menciptakan kesempatan kerja paling tidak bagi dirinya sendiri.
Sejalan dengan berbagai upaya yang aktif dan terencana yang
akan dan harus terus dilakukan, maka angka penganggur terbuka
diharapkan akan terus menurun sehingga pada tahun 2012 diperkirakan
menjadi 72.564 orang dan pada lima tahun yang akan datang yakni tahun
2016 menurun lagi menjadi 63.436 orang. Begitu juga untuk Tingkat
Penganggur Terbuka (TPT) yang diharapkan terus menurun menjadi 3,83
persen tahun 2012 dan 3,20 persen pada tahun 2016.
5.1 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur
Jika ditinjau dari sisi persediaan, sesungguhnya jumlah angkatan
kerja usia muda (15-19 tahun) tidaklah sebanyak angkatan kerja usia
produktif (25-54 tahun) namun karena kesempatan kerja yang tersedia
bagi mereka terbatas maka akibatnya penganggur usia muda dan terutama
usia sekolah diperkirakan jumlahnya masih cukup tinggi yaitu mencapai
18.158 orang pada tahun 2012 dan diharapkan turun menjadi 14.483 orang
pada tahun 2016. Demikian juga untuk TPT yang tertinggi adalah pada
usia sekolah yaitu golongan umur 15-19 tahun yang diperkirakan TPTnya
mencapai 21,86 persen pada tahun 2012, turun menjadi18,15 persen pada
tahun 2016. TPT yang tergolong tinggi berikutnya adalah pada golongan
umur 20-24 tahun yaitu sebesar 10,40 persen dan pada tahun 2016 dapat
ditekan menjadi sebesar 8,75 persen.
Tingginya angka penganggur usia sekolah ini mengindikasikan
bahwa upaya yang sungguh-sungguh dalam menahan agar penduduk
yang masih berusia sekolah ini masih harus ditingkatkan dan bukan
menitikberatkan pada penambahan kesempatan kerja bagi mereka. Hal ini
karena dalam upaya pengurangan penganggur ini selain menciptakan
kesempatan kerja seluas-luasnya di sisi lain harus juga ditekankan pada
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 85
peningkatan kualitas tenaga kerja secara fisik maupun psikis termasuk
tingkat kematangan dalam bekerja. Ini sejalan dengan upaya pengurangan
pekerja anak (di bawah 18 tahun) yang terus harus ditingkatkan.
Tabel 5.1
Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur
Tahun 2012-2016
Golongan umur 2012 2013 2014 2015 2016 1. 15-19
18.158
17.204
16.284
15.378
14.483
2. 20-24 18.598 17.771 17.017 16.284 15.561
3. 25-29 14.416 14.072 13.816 13.581 13.353
4. 30-34 7.023 6.709 6.499 6.320 6.154
5. 35-39 3.678 3.525 3.481 3.475 3.487
6. 40-44 1.768 1.798 1.808 1.654 1.488
7. 45-49 3.871 3.759 3.706 3.645 3.555
8. 50-54 4.750 4.616 4.517 4.408 4.273
9. 55-59 145 211 316 421 576
10. 60+ 157 218 325 428 506
Jumlah 72.564 69.882 67.770 65.595 63.436
Tabel 5.2
Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur
Tahun 2012-2016 (%)
Golongan umur 2012 2013 2014 2015 2016 1. 15-19
21,86
20,91
19,19
19,07
18,15
2. 20-24 10,40 9,95 9,54 9,14 8,75
3. 25-29 6,81 6,57 6,38 6,20 6,02
4. 30-34 3,09 2,91 2,79 2,68 2,58
5. 35-39 1,63 1,54 1,50 1,47 1,46
6. 40-44 0,70 0,70 0,69 0,62 0,54
7. 45-49 1,89 1,81 1,75 1,70 1,63
8. 50-54 2,63 2,51 2,42 2,33 2,23
9. 55-59 0,12 0,18 0,26 0,35 0,47
10. 60+ 0,07 0,10 0,15 0,20 0,23
Total 3,83 3,65 3,50 3,35 3,20
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
86 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Angka yang berbeda adalah pada golongan usia yang lebih senior
dimana jumlah penganggur terbukanya diperkirakan rata-rata akan terus
mengecil dalam tiap tingkatan usia yang lebih tua. Hal ini karena secara
alami persediaan tenaga kerjanya juga terus mengecil dalam tingkatan
yang lebih tua, sehingga ketika kesempatan kerja yang tersedia menurun
tidak membuat penganggur terbukanya meningkat.
5.2 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan
Tenaga kerja di Provinsi DIY masih didominasi oleh mereka yang
berpendidikan rendah baik dari segi persediaan maupun kebutuhannya.
Namun demikian penganggur terbuka untuk yang berpendidikan rendah
(maksimum SD) diharapkan akan semakin menurun setiap tahunnya. Pada
tahun 2012 jumlah penganggur terbuka berpendidikan SD diperkirakan
6.719 orang dan diperkirakan menurun pada tahun 2016 sehingga menjadi
5.819 orang. Demikian juga penganggur berpendidikan SMTP diperkirakan
menurun dari10.095 orang tahun 2012 menjadi 7.559 tahun 2016.
Penganggur terbuka berpendidikan SMTA Umum diperkirakan
masih cukup tinggi mencapai 18.963 orang pada tahun 2012 dengan TPT
sebesar 5,78 persen dan pada tahun 2016 diharapkan turun sebanyak
3.136 orang menjadi 15.827 orang dengan TPT sebesar 4,31 persen.
Sama halnya dengan keadaan penganggur berpendidikan SMTA Kejuruan
diperkirakan akan menurun sebanyak 3.084 orang dari 22.209 orang pada
tahun 2012 menjadi 19.126 orang pada tahun 2016.
Tabel 5.3
Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2012-2016
Golongan umur 2012 2013 2014 2015 2016
1. Maksimum SD 6.719 6.129 5.947 5.839 5.819
2. SLTP 10.095 9.256 8.638 8.069 7.559
3. SMTA Umum 18.963 18.113 17.386 16.617 15.827
4. SMTA Kejuruan 22.209 21.467 20.794 20.007 19.126
5. Diploma 3.473 3.518 3.612 3.714 3.826
6. Universitas 11.105 11.399 11.393 11.349 11.278
Jumlah 72.564 69.882 67.770 65.595 63.436
Secara historis perbandingan penganggur terbuka antara yang
Umum dan Kejuruan ini berlangsung fluktuatif sehingga perkiraan kedepan
juga masih dipengaruhi oleh kondisi di lapangan. Pemerintah dalam hal ini
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 87
melalui Kementerian Pendidikan Nasional telah cukup gencar
mencanangkan program SMK Bisa untuk meningkatkan daya tampung dan
merubah mind set masyarakat terutama yang memiliki keterbatasan minat,
kemampuan dan biaya agar lebih memilih program kejuruan. Tujuannya
antara lain untuk meringankan beban orang tua dengan mempersingkat
masa pendidikan, mempersiapkan calon tenaga kerja agar lebih terampil
sesuai kejuruan yang menjadi minatnya dan juga yang tidak kalah penting
adalah dalam menjawab kebutuhan pasar kerja. Pada kenyataannya dunia
kerja akan lebih banyak membutuhkan pekerja setingkat operator
dibanding setingkat manajer yang seharusnya merupakan ciri lulusan
perguruan tinggi, demikian pula dengan berbagai inovasi tidak menutup
kemungkinan mereka membuka usaha mandiri dengan bekal keterampilan
yang dimilikinya tersebut. Bahkan bisa jadi dengan peluang sukses yang
lebih besar karena mereka langsung berhadapan dengan kebutuhan
pasar, tahu persis pekerjaan yang digelutinya dan pada umumnya bisa
dimulai dengan permodalan yang jauh lebih kecil. Namun, harapan
tersebut pada kenyataannya masih terkendala dengan pola pikir yang
cenderung standar mengikuti tatanan kebiasaan baik bagi calon tenaga
kerja dan pemberi kerja tapi terutama karena masih sangat minimnya jiwa
kewirausahaan di masyarakat Yogyakarta pada umumnya. Dengan
demikian proyeksi penganggur terbuka menurut tingkat pendidikan SMTA
Umum dan Kejuruan ini pun masih fluktuatif mengikuti pola pikir yang
berkembang di tengah masyarakat.
Jumlah penganggur terbuka lulusan pendidikan Diploma dan
Universitas walaupun jumlahnya masih jauh lebih kecil daripada tingkat
pendidikan di bawahnya namun mulai menunjukkan kecenderungan untuk
merambat naik. Penganggur lulusan Diploma meningkat dari 3.473 orang
pada tahun 2012 menjadi 3.826 orang tahun 2016 atau bertambah
sebanyak 353 orang, sedangkan penganggur terbuka lulusan universitas
bertambah 174 orang dari sebanyak 11.105 orang menjadi 11.278
orang.Namun apabila dilihat dari tingkat penganggurannya, untuk lulusan
universitas TPTnya cenderung mengalami penurunan. Peningkatan jumlah
penganggur berpendidikan tinggi antara lain disebabkan karena
peningkatan jumlah angkatan kerja yang berpendidikan tinggi tidak
sebanding dengan tambahan kesempatan kerja untuk pendidikan yang
sama. Untuk itu diperlukan berbagai upaya untuk perluasan kesempatan
kerja baik untuk pekerjaan formalmaupun informal dengan upaya
menumbuhkembangkan jiwa usahawan di kalangan lulusan perguruan
tinggi.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
88 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Tabel 5.4
Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2012-2016 (%)
Golongan umur 2012 2013 2014 2015 2016
1. Maksimum SD 1,09 1,01 1,01 1,02 1,04
2. SLTP 3,09 2,88 2,74 2,62 2,51
3. SMTA Umum 5,78 5,36 5,00 4,65 4,31
4. SMTA Kejuruan 6,27 5,76 5,30 4,86 4,43
5. Diploma 4,30 4,30 4,36 4,43 4,51
6. Universitas 5,95 5,73 5,38 5,05 4,74
Total 3,83 3,65 3,50 3,35 3,20
5.3 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin
Pada tahun 2012 penganggur laki-laki diperkirakan masih cukup
besar yaitu sebanyak 38.761 orang namun pada akhir tahun 2016
diharapkan menurun sehingga menjadi sebanyak 30.794 orang.
Sedangkan untuk angka penganggur perempuan diperkirakan mencapai
33.804 orang pada tahun 2012 dan diperkirakan menurun menjadi 32.642
orang penganggur pada tahun 2016. Walaupun penganggur laki-laki masih
cukup tinggi dibanding perempuan tetapi tingkat penganggur terbukanya
masih lebih rendah dari TPT perempuan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada
tabel 5.5 dan tabel 5.6 berikut.
Tabel 5.5
Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2012-2016
Jenis Kelamin 2012 2013 2014 2015 2016
1. Laki-laki 38.761 36.574 34.686 32.745 30.794
2. Perempuan 33.804 33.309 33.084 32.850 32.642
Jumlah 72.564 69.882 67.770 65.595 63.436
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 89
Tabel 5.6
Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2012-2016 (%)
Jenis Kelamin 2012 2013 2014 2015 2016
1. Laki-laki 3,67 3,42 3,21 2.99 2,78
2. Perempuan 4,03 3,92 3,86 3,79 3,73
Total 3,83 3,65 3,50 3,35 3,20
5.4. Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten / Kota
Jumlah penganggur di Kabupaten Sleman pada tahun 2012
diperkirakan sebanyak 29.823 orang dengan tingkat pengangguran
sebesar 4,94 persen, terbanyak dan terbesar diantara penganggur terbuka
yang ada di kabupaten lainnya,tetapi diperkirakan jumlah ini akan dapat
ditekan menjadi 23.382 orangpada tahun 2016 dengan TPT sebesar 3,63
persen. Sementara jumlah penganggur yang ada di Kota Yogyakarta
jumlahnya sedikit naik tetapi TPTnya sedikit mengalami penurunan.
Sedangkan, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul dan Kulon Progo
jumlah penganggurnya semakin menurun setiap tahunnya dan diikuti
dengan penurunan tingkat penganggur terbuka.
Tabel 5.7 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten / Kota
Tahun 2012-2016
Kabupaten / Kota 2012 2013 2014 2015 2016 1. Kab. Kulon Progo 5.338 5.232 5.199 5.169 5.150
2. Kab. Bantul 18.152 17.430 16.867 16.298 15.743
3. Kab. Gunung Kidul 7.156 6.918 6.812 6.710 6.628
4. Kab. Sleman 29.823 28.156 26.622 25.022 23.382
5. Kota Yogyakarta 12.095 12.146 12.270 12.395 12.533
Jumlah 72.564 69.882 67.770 65.595 63.436
Jumlah penganggur terbanyak kedua adalah di Kabupaten Bantul,
yang mana pada tahun 2012 sebanyak 118.152 orang tetapi dapat ditekan
hingga menjadi 15.743 orang tahun 2016, dan tingkat penganggurannya
pun menurun dari sebesar 3,66 persen menjadi 3,07 persen. Jumlah
penganggur di Kabupaten Kulon Progo tercatat paling sedikit yakni hanya
sebanyak 5.338 orang dan diperkirakan akan turun menjadi 5.150 orang.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
90 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Sedangkan Tingkat pengangguran terbuka terrendah adalah di Kabupaten
Gunung Kidul sebesar 1,95 persen tahun 2012 turun menjadi 1,77 persen
pada tahun 2016.
Tabel 5.8 Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten / Kota
Tahun 2012-2016 (%)
Kabupaten / Kota 2012 2013 2014 2015 2016
1. Kab. Kulon Progo 2,54 2,48 2,45 2,42 2,40
2. Kab. Bantul 3,66 3,49 3,34 3,20 3,07
3. Kab. Gunung Kidul 1,95 1,87 1,83 1,80 1,77
4. Kab. Sleman 4,94 4,58 4,25 3,92 3,60
5. Kota Yogyakarta 5,56 5,50 5,48 5,45 5,44
Total 3,83 3,65 3,50 3,35 3,20
5.5. Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Kota / Desa
Angkatan kerja yang berada di pedesaan terutama angkatan kerja
muda banyak yang berpindah dan mencari pekerjaan di kota. Disamping
itu, angkatan kerja di desa cenderung mau bekerja apa saja, dan
kebanyakan mereka bekerja di sektor pertanian dengan pendapatan yang
tidak seberapa, sehingga pengangguran terbuka di daerah pedesaan
menjadi relatif kecil jumlahnya, sementara pengangguran di kota
jumlahnya tinggi. Seperti kita lihat dalam Tabel 2.6 dan Tabel 2.7,
penganggur yang ada di pedesaan tercatat sebanyak 13.461 orang (18,55
persen dari total penganggur tahun 2012) dan tahun 2016 berkurang
menjadi 7.233 orang dan proporsinyapun turun menjadi 11,40 persen.
Tabel 5.9 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Kota / Desa
Tahun 2012-2016
Kota / Desa 2012 2013 2014 2015 2016
1. Pedesaan 13.461 14.489 14.450 14.176 13.977
2. Perkotaan 59.103 55.882 54.203 51.918 49.673
Jumlah 72.562 70.371 68.653 66.093 63.650
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 91
Tingkat Penganggur terbuka di daerah perkotaan maupun di
pedesaan diperkirakan akan terus menurun sampai dengan tahun 2016. Di
daerah pedesaan tingkat penganggur terbuka mengalami penurunan yang
sangat kecil dari sebesar 2,35 pada tahun 2012 menjadi sebesar 2,27
persen tahun 2016. Sementara tingkat penganggur terbuka di daerah
perkotaan mengalami penurunan yang cukup signifikan, dari sebesar 4,56
persen tahun 2012 menjadi 3,62 persen tahun 2016.
Tabel 5.10 Perkiraan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Kota / Desa
Tahun 2012-2016 (%)
Kota / Desa 2012 2013 2014 2015 2016
1. Pedesaan 2,35 2,32 2,33 2,30 2,27
2. Perkotaan 4,56 4,32 4,11 3,87 3,62
Total 3,83 3,67 3,54 3,37 3,21
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 93
BAB VI ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI
DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN
Ketenagakerjaan merupakan salah satu bidang pembangunan yang
sangat luas cakupannya. Ketenagakerjaan mencakup segala sesuatu
aspek yang mempunyai kaitan dengan tenaga kerja dalam rangka
keterlibatannya dalam proses produksi barang atau jasa. Dengan demikian
ketenagakerjaan mempunyai sifat multi dimensional antara berbagai faktor
seperti faktor ekonomi, faktor sosial, politik dan sebagainya. Seluruh faktor
tersebut berinteraksi dalam suatu rangkaian hubungan yang kompleks
sehingga pembinaannyapun membutuhkan suatu kebijakan yang
komprehensif dan multi dimensi pula.
Sebagai bagian akhir dari Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY
Tahun 2012-2016 ini, maka berikut disajikan arah kebijakan, strategi dan
program pembangunan ketenagakerjaan. Pada hakekatnya bagian ini
merupakan inti dari rencana tenaga kerja secara keseluruhan, karena
memuat berbagai hal sebagai rumusan solusi terhadap masalah
ketenagakerjaan yang dihadapi. Solusi yang diajukan tersebut dituangkan
dalam bentuk kebijakan. Kebijakan tersebut dirumuskan secara
komprehensif sehingga diharapkan mampu menyentuh semua masalah
ketenagakerjaan. Namun sesuai dengan masalah ketenagakerjaan yang
ditempatkan sebagai prioritas dalam pemecahan masalah, maka
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
94 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
penciptaan kesempatan kerja dalam rangka menanggulangi pengangguran
mendapat porsi yang lebih dominan.
Masalah pokok ketenagakerjaan yang kita hadapi saat ini antara
lain adalah (1) rendahnya pendayagunaan angkatan kerja yang tersedia
yang mengakibatkan banyaknya pengangguran terbuka. (2) rendahnya
kualitas angkatan kerja yang ditandai oleh tingkat pendidikan formal di DIY
didominasi oleh tamatan sekolah dasar, termasuk di dalamnya mereka
yang belum tamat dan yang tidak pernah sekolah dan (3) rendahnya
produktivitas, perlindungan dan kesejahteraan pekerja yang hingga saat ini
pada umumnya dirasakan masih jauh dari memadai.
Sebagaimana diketahui bahwa pemecahan terhadap masalah
ketenagakerjaan sangat membutuhkan upaya yang terpadu, terkoordinasi
dan terencana dari banyak pihak yang terkait. Selain itu prasyarat utama
lainnya yang harus dimiliki adalah adanya komitmen untuk
mengarusutamakan ketenagakerjaan dalam setiap aspek pembangunan
yang benar-banar kuat dari semua pihak mulai dari tingkat kebijakan
hingga tingkat paling penting untuk menjamin bahwa kebijakan
ketenagakerjaan dan pembangunan yang telah dirumuskan dapat terwujud
menjadi rangkaian kegiatan yang efektif. Perlu disadari bahwa
sesungguhnya otoritas penciptaan kesempatan kerja yang ada pada
Disnakertrans adalah penyaluran mekanisme pasar kerja, pelatihan,
pembinaan hubungan industrial, pembinaan pengawasan ketenagakerjaan
serta peningkatan produktivitas, sedangkan penciptaan kesempatan kerja
yang terkait dengan perekonomian dan kebijakan lainnya secara praktis
berada pada fungsi instansi lain, bukan pada instansi ketenagakerjaan.
Selain itu, mengingat cakupan bidang ketenagakerjaan tersebut sangat
luas dan rumit, maka peran serta aktif seluruh pihak menjadi salah satu
kunci utama kesuksesan pembangunan ketenagakerjaan.
Adapun kebijakan, strategi dan program pembangunan
ketenagakerjaan yang diperkirakan untuk dilaksanakan adalah sebagai
berikut :
6.1 Rekomendasi Kebijakan Umum
Kita ketahui bersama bahwa permasalahan ketenagakerjaan sangat
banyak dan kompleks. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
diantaranya melalui kebijakan umum. Yang termasuk dalam kebijakan
umum tersebut antara lain kebijakan pendidikan dan kesehatan, kebijakan
pengendalian penduduk dan kebijakan penarikan investasi.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 95
6.1.1 Kebijakan Pendidikan dan Kesehatan
Kebijakan pendidikan dan kesehatan bertujuan bagi
peningkatan kualitas tenaga kerja. Hal ini terutama dari segi
pendidikannya. Tersedianya penduduk usia kerja yang terdidik dan
trampil merupakan dasar dari perencanaan tenaga kerja karena
dengan demikian pada umumnya akan terbuka ketersediaan
perluasan dan peluang pasar kerja yang lebih besar dan berkualitas.
Tenaga kerja yang berkualitas otomatis akan dicari oleh berbagai
pelaku usaha di dalam maupun di luar negeri.
Proses pendidikan memiliki dua dimensi, dimensi yang
pertama bahwa dengan melakukan pendidikan maka kualitas
angkatan kerja semakin meningkat. Dengan meningkatnya kualitas
maka dapat bersaing di pasar kerja dalam negeri dan luar negeri,
serta dapat termotivasi dalam berwirausaha/menjadi interpreneur,
sehingga dapat mengolah dan mengembangkan bebagai peluang
dan sumber daya alam yang ada.
Dimensi lain bahwa peningkatan pendidikan khususnya
penduduk usia sekolah, maka akan berpengaruh pada pengurangan
jumlah angkatan kerja khususnya penduduk usia sekolah. Dengan
berkurangnya angkatan kerja usia sekolah maka sangat berpotensi
besar mengurangi jumlah penganggur terbuka juga didominasi usia
muda, khususnya usia sekolah.
Kebijakan peningkatan pendidikan telah dicanangkan oleh
pemerintah melalui program wajib belajar. Selain itu pemerintah
pusat juga membatasi pendirian SMA dan membuka peluang
pendirian SMK, pemberian dana BOS dan lainnya. Kebijakan ini
semua memberikan peluang pendidikan yang lebih tinggi. Dengan
berbagai program pendidikan tersebutmaka jumlah tambahan
angkatan kerja pada tahun mendatang, yakni tahun 2012 sampai
dengan tahun 2016 peningkatannya semakin berkurang.
Sedangkan kebijakan di bidang kesehatan merupakan faktor
pendukung peningkatan sumber daya manusia. Kesehatan
merupakan modal awal dan sekaligus merupakan indikator tingkat
kesejahteraan suatu masyarakat. Kebijakan di bidang kesehatan
akan berpengaruh pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Berdasarkan RPJMD Tahun 2009-2013, visi pembangunan
DIY yang ingin dicapai adalah : “Pemerintah Daerah yang katalistik
dan masyarakat mandiri yang berbasis keunggulan daerah serta
sumberdaya manusia yang berkualitas unggul dan beretika”.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
96 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Sumber daya Manusia yang Unggul dan Beretika adalah sumber
daya manusia yang memiliki keahlian atau keterampilan yang tinggi
sehingga mampu menawarkan dan melaksanakan jasa atau layanan
sesuai dengan aturan dalam bidang yang dijalaninya, serta
mempunyai sikap, sopan santun atau aturan lainnya yang mengatur
hubungan antara kelompok manusia yang beradab dalam
pergaulan. Sumberdaya manusia tidak hanya menyangkut kuantitas
tetapi juga kualitas. Kualitas sumberdaya manusia menyangkut
kemampuan bekerja, berpikir, dan keterampilan. Dalam hal
inikesehatan dan pendidikan merupakan aspek penting dalam
membangun sumber daya manusia. Oleh karena itu, pendidikan dan
kesehatan merupakan modal dasar untuk membina dan
mengembangkan karakter serta perilaku manusia di dalam menata
hidup dan kehidupannya.
Adapun kebijakan untuk mencapai misi tersebut antara lain
adalah :
1) Meningkatkan standar manajemen mutu lembaga pendidikan
dan kualitas tenaga pendidik secara merata.
2) Melestarikan penuntasan wajib belajar 9 tahun dan
mengembangkan wajib belajar 12 tahun secara merata terutama
di wilayah perdesaan dan perbatasan dengan daerah lain.
3) Meningkatkan standar mutu kurikulum pendidikan yang terkini,
berbudaya, agamis dan anti narkoba dalam rangka membentuk
SDM berkarakter unggul.
4) Mengembangkan kualitas dan kuantitas layanan, SDM
kepustakaan dan sarana prasarana perpustakaan secara
merata.
5) Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga pendidik
bersertifikasi.
6) Meningkatkan minat dan budaya baca masyarakat.
7) Menyelenggarakan dan meningkatkan pembelajaran berbasis
penelitian pada semua jenjang pendidikan.
8) Meningkatkan kapasitas lembaga pendidikan dalam
mengembangkan proses belajar mengajar berbasis multikultur
dan nilai-nilai budaya luhur.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 97
9) Meningkatkan mutu dan akses pelayanan serta informasi
kesehatan oleh lembaga pemerintah maupun non pemerintah
termasuk perbaikan gizi dan kesehatan lingkungan serta yang
mendukung pembangunan kesehatan.
10) Menumbuhkembangkan pola dan bentuk jaminan sosial kepada
masyarakat khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan.
11) Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
miskin.
12) Meningkatkan sumberdaya meliputi ketersediaan obat dan
perbekalan, kualitas dan kuantitas SDM, fasilitas pendidikan dan
pelayanan, serta pengembangan asuransi.
13) Membuka seluas-luasnya informasi yang dapat diakses oleh ibu,
calon ibu terhadap kesehatan reproduksi, keluarga berencana
dan keluarga sejahtera.
14) Meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi ancaman
penyakit dan dampak bencana.
6.1.2 Kebijakan Pengendalian Pertambahan Penduduk
Di dalam kebijakan umum selain dipengaruhi oleh kualitas
penduduk adalah pengaturan kuantitas, yakni program keluarga
berencana (KB). Melalui program ini tingkat kelahiran penduduk
dapat dikendalikan. Program ini telah mengalami pasang surut dan
mencapai perkembangan tertinggi pada era Orde baru. Pengendalian
pertambahan penduduk merupakan tanggung jawab seluruh
komponen bangsa, baik secara individu maupun institusi.
Pengendalian pertambahan penduduk sangat berdampak pada
pertambahan angkatan kerja di masa yang akan datang. Untuk itu
pengendalian pertambahan penduduk harus diupayakan terus
menerus. Pertambahan penduduk dikendalikan melalui :
Pengendalian tingkat kelahiran, dilakukan melalui berbagai
kebijakan dan program antara lain Pembatasan jumlah anak di
setiap keluarga, penundaan usia nikah dan lain sebagainya.
Mengurangi migrasi masuk.
Jumlah penduduk asing maupun tenaga kerja asing yang akan
masuk ke Indonesia khususnya ke wilayah Provinsi DIY harus
dibatasi jumlahnya, karena akan mengurangi kesempatan kerja di
DIY.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
98 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
6.1.3 Kebijakan Penarikan Investasi
Selama empat tahun terakhir investasi di DIY terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 pertumbuhan investasi
merupakan yang tertinggi karena mampu tumbuh mencapai 40,22
persen dari realisasi tahun 2010, dengan total nilai investasi sebesar
Rp.6.423.578.000,- yang meliputi investasi PMDN sebesar Rp.
2.313.142.000,- dan PMA sebesar Rp. 4.110.436.000,- . Pencapaian
ini karena didorong banyaknya realisasi pembangunan hotel,
penambahan luas pabrik dan yang lainnya seperti pabrik tekstil dan
sarung tangan yang melakukan ekspansi bisnis. Secara keseluruhan,
pertumbuhan investasi ditopang oleh kuatnya permintaan domestik
dan membaiknya optimisme pelaku usaha terhadap kondisi
perekonomian domestik.
Tabel 6.1.
Perkembangan Investasi di Provinsi DIY,
Tahun 2008 – 2016 (juta)
Tahun
InvestasiP
MDN
(Rp)
Investasi
PMA
(Rp)
TotalPMA+P
MDN
(Rp)
Pertumbuhan
(Rp) (%)
2008 1.806.426 2.415.462 4.221.888 142.187 3,49
2009 1.882.514 2.506.607 4.389.121 167.233 3,96
2010 1.884.924 2.696.047 4.580.971 191.850 4,37
2011 2.313.142 4.110.436 6.423.578 1.842.607 40,22
2012*) 2.673.761 4.907.389 7.581.149 1.157.571 15,27
2013*) 3.066.944 5.079.494 8.146.438 565.289 5,17
2014*) 3.557.918 5.388.813 8.946.732 800.294 9,82
2015*) 3.568.893 5.498.133 9.067.026 120.294 1,34
2016*) 3.639.868 5.507.452 9.147.320 80.294 0,89
Sumber: Bappeda Provinsi DIY, Penyusunan Makro Ekonomi
Tahun 2013-2018
Untuk tahun 2012 dan selanjutnya investasi di wilayah DIY
diarahkan ke Kabupaten Gunung Kidul dan Kulon Progo guna
mendorong pertumbuhan ekonomi di kedua daerah itu lebih cepat
tumbuh disbanding Kabupaten Sleman dan Bantul serta Kota
Yogyakarta. Selain itu usaha meningkatkan investasi di kedua
wilayah itu juga mempertimbangkan ketersediaan potensi dan area
yang luas, terutama untuk sektor pariwisata dan jasa. Dilihat dari segi
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 99
potensi daerah, wilayah DIY memiliki kekhasantersendiri.Potensi di
setiap wilayah kabupaten berbeda. Di kabupaten Gunung Kidul
misalnya potensi yang ditawarkan proyek pengembangannya wisata
alam (nature), sedangkan Bantul mengunggulkan potensi industri
kreatif dan Sleman sektor pendidikan yang akan menjadi unggulan
serta Kota Yogyakarta mengembangkan jasa dan perdagangan.
Proyeksi pertumbuhan investasi pada tahun 2013 masih cukup
tinggi yang dipicu oleh sektor konstruksi yaitu kelanjutan
pembangunan hotel dan pembangunan rmah tinggal serta investasi
pada sektor pertambangan dan penggalian serta sector industry
pengolahan. Proyeksi pertumbuhan investasi tahun 2014 cenderung
meningkat , yang dipicu oleh sektor-sektor informal untuk
menyediakan berbagai kebutuhan dalam penyelenggaraan Pilpres,
serta pembangunan bandara, mulainya dibangun industri kawasan
berikat dan infrastruktur- infrastruktur pendukungnya. Sedangkan
pada tahun 2015 dan 2016 pertumbuhan investasi di DIY
diproyeksikan cenderung lebih rendah dari tahun sebelumnya karena
diperkirakan hanya akan meneruskan dari kegiatan investasi pada
tahun sebelumnya.
6.2 Rekomendasi Kebijakan Penciptaan Kesempatan Kerja
Pada hakekatnya, semua kegiatan ekonomi baik berskala besar,
menengah maupun kecil, formal dan informal mempunyai identitas
sektoral. Setiap sektor atau sub sektor mempunyai instansi pembina, baik
di tingkat pusat maupun tingkat provinsi atau kabupaten/kota. Dengan
demikian maka kebijakan sektoral menjadi ujung tombak dalam penciptaan
kesempatan kerja. Oleh karena itu, maka kebijakan sektoral diarahkan
pada pengembangan aktivitas produksi di lingkupnya sedapat mungkin
berorientasi pada perluasan lapangan kerja. Untuk meningkatkan
penyerapan tenaga kerja sektoral sangat ditentukan oleh kebijakan-
kebijakan moneter, fiskal, investasi, sektoral, pendidikan dan penggunaan
teknologi. Instansi teknis dan lembaga pendukung kegiatan teknis perlu
melakukan koordinasi dan aktifitas pengembangan masing-masing
lapangan usaha. Dengan demikian tanggungjawab setiap instansi melalui
kegiatan teknisnya dapat berperan serta dalam menciptakan kesempatan
kerja yang berkelanjutan.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
100 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
6.2.1 Sektor Pertanian
Lapangan usaha atau sektor pertanian masih merupakan
sektor primadona dalam penyerapan lapangan pekerjaan. Kegiatan
produksi sektor pertanian masih dijalankan secara tradisional, yang
dicirikan oleh semakin sempitnya rata-rata kepemilikan tanah,
dikerjakan dengan padat tenaga kerja, penggunaan teknologi rendah,
tingkat produktivitas masih rendah, kualitas produksi masih relatif
rendah dan nilai tukar produk pertanian yang rendah, yang tidak
mampu mengimbangi kenaikan harga barang dan jasa sektor lainnya.
Walaupun demikian karena perannya yang dominan dalam
penyerapan tenaga kerja, serta berfungsi sebagai benteng ketahanan
pangan serta sumber penyediaan gizi, maka pengembangan sektor
pertanian masih perlu diprioritaskan.
Sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduk
bekerja menggantungkan hidupnya pada usaha pertanian, maka
lapangan usaha pertanian pada tahun-tahun mendatang tetap
menjadi tumpuan penciptaan kesempatan kerja. Pada tahun 2012
kesempatan kerja yang tercipta pada sektor pertanian ini diperkirakan
sebanyak 430.896 orang, berkurang sebanyak 502 orang menjadi
430.674 orang pada tahun 2016. Selain kontribusinya terhadap
penciptaan lapangan kerja yang masih besar dan terbesar setelah
sektor perdagangan, kontribusi terhadap PDRB masih cukup besar.
Perlu dikemukakan bahwa dengan alasan penyerapan
kesempatan kerja yang semakin berkurang, rata-rata luas lahan
pertanian semakin menurun, tingkat pendidikan anak-anak petani
pedesaan semakin meningkat, tambahan pasokan tenaga kerja di
pedesaan lebih tinggi dari pada kebutuhan kerja di pertanian, maka
ke depan diperkirakan partisipasi generasi muda yang bekerja di
pertanian semakin rendah, disamping kurang berminat juga karena
faktor insentif bekerja di luar pertanian semakin kuat. Akibatnya
generasi muda akan meninggalkan pekerjaan pertanian dan
cenderung mencari pekerjaan di perkotaan.
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam kebijakan bidang
sektor pertanian antara lain adalah :
a. Mengembangkan pusat perbenihan dalam mewujudkan pertanian
berkelanjutan guna meningkatkan pendapatan petani.
b. Menguatkan peran serta pemerintah dalam pengaturan,
pembinaan dan penguatan modal masyarakat dalam industri
pengolahan hasil pertanian.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 101
c. Meningkatkan peran masyarakat dalam industri pengolahan hasil
pertanian.
d. Mempertahankan lahan abadi dalam rangka ketahanan pangan
dan konservasi sumberdaya air.
e. Mengembangkan ketahanan pangan dan agribisnis pertanian
guna mewujudkan kedaulatan pangan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pangan dalam jumlah yang memadai, tersedia di
setiap waktu, beragam, bergizi seimbang, bermutu, aman, dan
terjangkau oleh daya beli masyarakat.
f. Meningkatkan dan mengembangkan produk unggulan hasil
hutan.
g. Memanfaatkan lahan hutan dan kebun secara optimal dengan
menanam jenis produk unggulan serta melibatkan peran aktif
masyarakat.
h. Membuka jejaring dan kemitraan untuk meningkatkan distribusi
dan pemasaran hasil perkebunan.
i. Meningkatkan keterampilan dan pemberian stimulan usaha
pengolahan produk ikan.
j. Meningkatkan peran sumberdaya kelautan dan pesisir.
k. Meningkatkan tata niaga produk perikanan.
l. Mempromosikan ‘Gemar Makan Ikan’ di masyarakat.
m. Mengembangkan perikanan budidaya dan perikanan tangkap.
n. Meningkatkan kegiatan usaha ekonomi produktif bagi perempuan.
6.2.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor ini mencakup pertambangan minyak dan gas bumi,
pertambangan berbagai jenis mineral lainnya serta usaha penggalian
seperti pasir dan kapur. Sektor pertambangan dan penggalian di DIY
adalah sub sektor penggalian yang dapat dikembangkan. Daya serap
sektor ini terhadap tenaga kerja relatif rendah namun mengalami
kenaikan sehubungan dari dampak erupsi merapi yang terjadi akhir
tahun 2010 yaitu sebanyak 12.799 orang tahun 2012 menjadi 15.189
orang tahun 2016 dengan urutan nomor 8 diantara sembilan sektor
yang ada. Sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2012 ke
depan ini memberikan kontribusi yang cukup tinggi terhadap
pertumbuhan PDRB dibandingkan tahun-tahun yang lalu.Karena itu
sektor ini dapat dikembangkan untuk meningkatkan daya serapnya
terhadap tenaga kerja antara lain melalui upaya peningkatan
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
102 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
ketrampilan dan keahlian serta pemberdayaan tenaga kerja di sekitar
areal penggalian. Selain itu, upaya pengembangan usaha penggalian
yang bersifat padat karya dapat diperluas dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan.
6.2.3 Sektor Industri Pengolahan
Peranan sektor industri dalam penyerapan tenaga kerja di DIY
termasuk besar yakni sebanyak 273.280 orang tahun 2012 yang
menduduki urutan nomor 4 setelah sektor pertanian, sektor
perdagangan dan sektor jasa dengan proporsi 15 persen. Tahun
2016 sektor ini diperkirakan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak
300.345 orang. Dengan demikian pada tahun 2012-2016 terdapat
penambahan penyerapan tenaga kerja cukup tinggi yakni sebanyak
27.065 orang. Sehubungan dengan itu, maka kebijakan sektor
industri perlu diarahkan pada hal-hal sebagai berikut :
a. Pendampingan dan pelatihan usaha
b. Bantuan akses permodalan dan pemasaran
c. Integrasi kebijakan dengan sektor penyedia dan pasar
d. Kerjasama antar pemerintah daerah dengan lembaga keuangan
dalam penyediaan akses modal
e. Optimalisasi produk untuk suplai kebutuhan pasar lokal
f. Menguatkan kapasitas kelembagaan pasar dalam menjamin
berkembangnya aktifitas usaha khususnya industri kreatif.
g. Memberdayakan dan meningkatkan industri kecil dan kerajinan
rakyat yang memberi nilai tambah daya tarik wisata.
h. Mengembangkan budaya daerah sebagai sentra-sentra industri
pariwisata yang mendukung kunjungan dan atraksi wisata.
i. Meningkatkan daya saing dan daya tarik investasi melalui
promosi kemudahan prosedur dan fasilitas pendukung.
6.2.4 Sektor Listrik, Gas dan Air
Kontribusi sektor ini dalam penyerapan tenaga kerja
menduduki urutan paling bawah dengan proporsi hanya sebesar 0,24
persen. Namun demikian perkembangan sektor ini sangat terkait
dengan sektor dan aspek lain seperti sektor industri, bangunan,
perdagangan dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu daya
serap sektor ini terhadap tenaga kerja masih sangat potensial untuk
dikembangkan. Peranan sektor ini menjadi sangat penting mengingat
keterkaitan yang tinggi antara sektor ini dengan sektor-sektor
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 103
ekonomi lainnya. Sub sektor listrik sangat dominan di sektor ini, dan
sebagaimana diketahui bahwa listrik merupakan sumber energi yang
diperlukan semua aktifitas.Walaupun hanya sedikit menyerap tenaga
kerja, namun pekerja di sektor ini perlu ditingkatkan dengan tetap
mempertahankan prinsip efisiensi dan produktivitas usaha.
Kebutuhan tenaga kerja di sektor ini akan meningkat sejalan dengan
peningkatan konsumsi listrik, baik untuk permintaan akhir maupun
industri dan pemerintahan.
Penyediaan air bersih akan menjadi sektor yang berkembang
seiring dengan menurunnya kualitas dan volume air tanah,
pengembangan teknologi dalam penciptaan air bersih akan membuat
penyerapan tenaga kerja menjadi lebih besar. Konversi minyak tanah
menjadi gas membuat sektor ini makin berkembang dan penyerapan
lapangan pekerjaan menjadi lebih banyak.
6.2.5 Sektor Bangunan
Secara umum program yang tercakup dalam sektor ini meliputi
pengembangan prasarana dan sarana sumber daya air dan jalan
serta pengembangan prasarana dan sarana perkotaan dan
perdesaan serta perumahan dan pemukiman. Sehubungan dengan
itu maka kebijakan yang perlu dianut untuk sektor ini adalah:
a. Kebijakan tata ruang wilayah/kota dan pertanahan yang jelas
dan konsisten
b. Dukungan pendanaan untuk industri jasa kontruksi
c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur perumahan dan
pemukiman yang layak huni dan berkelanjutan
d. Meningkatkan daya dukung struktur dan kapasitas jalan akses
menuju pusat-pusat produksi dan pemasaran.
6.2.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan restoran
Sektor ini mencakup perdagangan besar, eceran dan rumah
makan serta hotel. Kegiatan yang tercakup dalam sektor
perdagangan tergolong sangat luas dan beragam, mulai dari
perdagangan kecil seperti warung rokok dan warung makanan hingga
perdagangan besar seperti keagenan dan distributor. Perdagangan
adalah sektor unggulan dalam penyerapan tenaga kerja menduduki
peringkat pertama dengan proporsi rata-rata sebesar 26,90 persen
pada tahun 2012 dan diharapkan meningkat lagi di tahun 2016
menjadi sebesar 27,60 persen.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
104 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Seiring dengan terus meningkatnya kebutuhan masyarakat
terhadap penyediaan berbagai barang dan jasa yang
penyampaiannya adalah melalui aktivitas perdagangan, maka
prospek pengembangan usaha perdagangan ini menjadi cerah.
Kebijakan yang perlu ditempuh untuk mengembangkan penyerapan
tenaga kerja pada sektor perdagangan adalah :
a. Optimalisasi potensi wilayah Jogja terutama wisata alam
b. Optimalisasi promosi ke luar daerah/ke luar negeri dan
optimalisasi peran media masa di wilayah Jogja
c. Kajian penataan dan pengembangan serta tata niaga
perdagangan besar dan eceran serta hotel dan restoran
d. Optimalisasi produk-produk lokal dan optimalisasi hotel sebagai
pendukung promosi pariwisata
e. Promosi keunikan produk-produk usaha restoran DIY (wisata
kuliner)
f. Meningkatkan citra DIY yang nyaman dan aman serta prospektif
untuk investasi
Sub sektor rumah makan dan hotel merupakan kegiatan yang
tergabung dalam kepariwisataan. Kegiatan kepariwisataan dapat
menjadi andalan pembangunan, baik dalam penyerapan tenaga kerja
maupun penciptaan nilai tambah ekonomi. DIY sebagai daerah
wisata memiliki banyak potensi yang perlu dikembangkan, namun
pengembangan potensi ini belum berjalan dengan optimal, baik yang
berkaitan dengan aspek sarana dan prasarana serta aspek
manajemen pengelolaannya.
6.2.7 Sektor Angkutan dan Komunikasi
Sub sektor angkutan mengalami pertumbuhan positif, yang
mana hal ini tidak terlepas dari fungsinya mengantarkan barang dan
orang. Semakin besar barang yang dihasilkan oleh sektor pertanian,
pertambangan dan industri pengolahan serta bangunan, maka
semakin besar pula mobilitas distribusi barang. Yang lebih
mengesankan adalah pertumbuhan subsektor komunikasi (meliputi
telpon celluler, bisnis internet, massmedia cetak dan elektronik,
kantor pos dll).
Kebijakan untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada
sektor ini diantaranya berkaitan dengan :
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 105
a. Meningkatkan kelancaran pelayanan angkutan jalan secara
terpadu melalui : penataan sistem jaringan, manajemen lalu
lintas, pemasangan fasilitas dan rambu jalan, penataan jaringan
dan ijin trayek serta kerjasama antar lembaga pemerintah pusat
dan daerah.
b. Perluasan jangkauan pelayanan pos dan telekomunikasi hingga
ke daerah terpencil
c. Meningkatkan peran swasta/masyarakat sebagai mitra usaha di
bidang pos dan telekomunikasi dalam iklim persaingan investasi
yang kondusif.
6.2.8 Sektor Keuangan
Walaupun kontribusi nilai tambah sektor dan penyerapan
tenaga kerja dalam perekonomian masih relatif kecil, namun
keberadaannya sangat penting dan strategis, karena sektor
keuangan dan perbankan merupakan urat nadi kegiatan
perekonomian lainnya, karena melalui aktivitas sektor ini maka
berbagai transaksi finansial dapat dilakukan secara cepat dan efisien.
Kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan daya serap tenaga
kerja sektor ini antara lain dengan :
a. Memelihara kestabilan nilai rupiah yang berkesinambungan
b. Mengembangkan sistem perkreditan yang didukung oleh
bantuan teknis dan fasilitasi yang meliputi pelatihan, penelitian
dan penyediaan informasi.
c. Pembinaan dan penyediaan sumber daya manusia kualifikasi
ahli guna memenuhi kebutuhan bidang usaha asuransi secara
berkelanjutan
d. Pengembangan usaha pegadaian ke berbagai pelosok dengan
menambah unit usaha dan kemudahan memberikan pinjaman.
6.2.9 Sektor Jasa
Cakupan lapangan usaha jasa sangat luas karena meliputi
jasa pemerintahan umum, pertahanan, jasa kemasyarakatan
pemerintah dan swasta (pendidikan, kesehatan, panti asuhan,
rekreasi, hiburan), serta jasa perorangan (bengkel rumahan, tukang
jahit, laundry dll).
Peranan kegiatan layanan jasa dalam penyerapan tenaga
kerja tergolong besar yang menduduki urutan ketiga dengan
penyerapan tenaga kerja sebesar 355.869 orang (19,53 persen) pada
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
106 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
tahun 2012, meningkat menjadi 366.262 orang tahun 2016, tetapi
secara proporsional menurun menjadi 19,10 persen. Mengingat
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan jasa semakin meningkat
dari waktu ke waktu, maka prospek pengembangan sektor ini menjadi
cukup cerah.Untuk pengembangan sektor jasa diperlukan kebijakan
antara lain :
a. Optimalisasi peran subsektor swasta dalam pengembangan
ekonomi DIY
b. Bantuan promosi dalam pengembangan subsektor swasta
c. Pendampingan dan pelatihan pelaku jasa subsektor swasta
d. Bantuan akses permodalan dan informasi pasar dalam
pengembangan jasa swasta.
6.3 Rekomendasi Kebijakan Pengendalian Tambahan Angkatan
Kerja
Permasalahan ketenagakerjaan di DIY dimana terjadi ketimpangan
pasar kerja yang ditandai dengan kelebihan tenaga kerja, disebabkan
terutama oleh struktur ekonomi yang belum mampu menyerap seluruh
angkatan kerja yang ada, setiap tahun terus bertambah.
Peningkatan kualitas angkatan kerja khususnya usia muda akan
memberikan kontribusi dalam merubah struktur penduduk kelompok
berpendidikan rendah ke pendidikan yang lebih tinggi. Pengembangan
tingkat pendidikan selain meningkatkan kualitas juga produktivitas.
Pembangunan pendidikan untuk mengatasi pengangguran dalam era
reformasi dan globalisasi menuntut pada pengembangan sumber daya
manusia yang mempunyai kemampuan daya saing tinggi, menghasilkan
produk yang berkualitas dan mampu menyerap perkembangan ilmu dan
teknologi.
Kebijakan pengendalian tambahan angkatan kerja dapat dilakukan
melalui :
1. Pembangunan infrastruktur pendidikan untuk penyediaan fasilitas
pendidikan dan biaya pendidikan yang murah. Hal ini diharapkan
angkatan kerja yang akan masuk ke pasar kerja dapat
dikendalikan, karena mereka akan melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
2. Pemberian kemudahan-kemudahan masuk ke perguruan tinggi
sehingga diharapkan akan terjadi penurunan tingkat partisipasi
angkatan kerja muda sebesar 26,21 persen pada tahun 2012
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 107
menjadi sebesar 24,39 persen tahun 2016. Dengan penurunan
TPAK tersebut tambahan angkatan kerja muda akan berkurang.
3. Tersedianya lembaga-lembaga pelatihan yang kurikulum
pelatihannya berorientasi pada dunia kerja.
4. Untuk jangka panjang melalui pengendalian pertumbuhan
penduduk yaitu dengan program Keluarga Berencana.
6.4 Rekomendasi Kebijakan Pelatihan Tenaga Kerja
Kebijakan pelatihan tenaga kerja bertujuan untuk meningkatkan
ketrampilan, keahlian dan kompetensi tenaga kerja dan produktivitas.
Peningkatan kualitas tenaga kerja dilakukan melalui pendidikan formal,
pelatihan kerja dan pengembangan di tempat kerja sebagai satu kesatuan
sistem pengembangan SDM yang komprehensif dan terpadu. Pelatihan
kerja akan semakin penting peranannya dalam peningkatan kualitas
tenaga kerja, dimana dibutuhkan kemampuan dalam mengantisipasi
perubahan teknologi dan persyaratan kerja.
Pelatihan-pelatihan yang dikelola oleh lembaga pelatihan
memerlukan informasi mengenai jenis ketrampilan yang dibutuhkan oleh
pemberi kerja. Jenis pelatihan dapat direncanakan lebih baik apabila
sistem informasi pasar kerja dapat dibangun. Hal ini juga dapat
mengurangi berbagai kegiatan pelatihan yang tidak relevan terhadap
permintaan pasar kerja. Terbentuknya sistem informasi pasar kerja sangat
bermanfaat pula bagi pengambil kebijakan untuk menyusun kebutuhan
palatihan dalam rangka peningkatan daya saing.
Kebijakan pelatihan memerlukan dukungan data tentang seberapa
besar sebenarnya tenaga kerja kita yang perlu dilatih. Data ini dapat
diperoleh dari tambahan kesempatan kerja. Secara lebih spesifik data yang
diperlukan untuk mendapatkan jumlah tenaga kerja yang perlu
mendapatkan pelatihan adalah data penduduk yang bekerja menurut
status pekerjaan, lapangan usaha, jabatan dan tingkat pendidikan. Dari
keempat data tersebut selanjutnya dilakukan perkiraan untuk
menghasilkan seberapa besar tambahan kesempatan kerja yang tercipta.
Dari perkiraan tambahan kesempatan kerja menurut status
pekerjaan utama, sebagai prioritas yang perlu kita lakukan pelatihan
adalah tenaga kerja yang akan berusaha sendiri, berusaha dengan dibantu
dan pekerja atau buruh yang berpendidikan SMTP, SMTA dan SMK.
Sementara bekerja dengan buruh ( pengusaha) tidak perlu diberikan
pelatihan, karena untuk menjadi seorang pengusaha sebagian melalui
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
108 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
usaha sendiri atau usaha dibantu dan apabila langsung menjadi
pengusaha kemungkinan besar sudah belajar dari keluarganya.
Sedangkan mereka yang akan bekerja dengan status pekerja bebas dan
pekerja keluarga tidak perlu kita lakukan pelatihan. Selain itu, tenaga kerja
yang berpendidikan diploma dan universitas rata-rata memiliki kemampuan
yang cukup apabila ingin bekerja sebagai karyawan maupun berusaha.
Berdasarkan perkiraan kesempatan kerja tahun 2012, bahwa yang
perlu dilakukan pelatihan tentang :
1. Kewirausahaan (usaha sendiri dan dibantu) sebanyak 8.857 orang
2. Karyawan sebanyak 14.665 orang
Jumlah sasaran yang perlu dilatih pada tahun 2012 adalah sebanyak
23.522 orang.
Tabel 6.2
Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja
Menurut Status Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan
Tahun 2012
Status Pekerjaan
Utama
Tingkat Pendidikan
Jumlah SD SMTP
SMTA
Umum
SMTA
Kejuruan Diploma
Univer
sitas
1. Berusaha Sendiri tanpa bantuan
-1.668 -613 1.330 2.318 146 1.423 2.936
2. Brsh dengan dibantu -2.382 -875 1.899 3.310 208 2.032 4.193
3. Brsh dengan buruh -1.046 -384 834 1.453 91 892 1.841
4. Pkj/buruh/karyawan -6.705 -2.463 5.347 9.318 586 5.721 11.803
5. Pkj bebas di Pertanian 90 33 -72 -125 -8 -77 -158
6. Pkj Bebas di non Pert -1.783 -655 1.422 2.477 156 1.521 3.138
7. Pekerja tak dibayar -6 -2 5 9 1 6 11
Jumlah -13.500 -4.959 10.765 18.761 1.179 11.519 23.765
Untuk tahun 2013 yang perlu dilakukan pelatihan tentang :
1. Kewirausahaan (usaha sendiri dan dibantu) sebanyak 9.320 orang
2. Karyawan sebanyak 15.289 orang
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 109
Jumlah sasaran yang perlu dilatih pada tahun 2013 adalah sebanyak
24.609 orang.
Tabel 6.3
Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja
Menurut Status Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan
Tahun 2013
Status Pekerjaan
Utama
Tingkat Pendidikan
Jumlah SD SMTP
SMTA
Umum
SMTA
Kejuruan Diploma
Univer
sitas
1. Berusaha Sendiri tanpa bantuan
-1.735 -652 1.371 2.470 142 1.535 3.132
2. Brsh dengan dibantu -2.475 -930 1.956 3.523 203 2.189 4.467
3. Brsh dengan buruh -1.073 -403 848 1.527 88 949 1.936
4. Pkj/buruh/karyawan -6.906 -2.594 5.458 9.831 566 6.108 12.463
5. Pkj bebas di Pertanian 79 30 -62 -112 -6 -70 -142
6. Pkj Bebas di non Pert -1.828 -687 1.445 2.602 150 1.617 3.299
7. Pekerja tak dibayar 192 72 -152 -273 -16 -170 -346
Jumlah -13.747 -5.163 10.864 19.669 1.126 12.159 24.808
Untuk tahun 2014 yang perlu dilakukan pelatihan tentang :
1. Kewirausahaan (usaha sendiri dan dibantu) sebanyak 9.144 orang
2. Karyawan sebanyak 15.379 orang
Jumlah sasaran yang perlu dilatih pada tahun 2014 adalah sebanyak
24.523 orang.
Tabel 6.4
Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan
Tahun 2014
Status Pekerjaan Utama Tingkat Pendidikan
Jumlah SD SMTP
SMTA
Umum
SMTA
Kejuruan Diploma
Univer
sitas
1. Berusaha Sendiri tanpa bantuan -1.803 -703 1.303 2.460 121 1.552 2.929 2. Brsh dengan dibantu -2.578 -1.005 1.863 3.518 173 2.219 4.188 3. Brsh dengan buruh -1.173 458 848 1.601 79 1.010 1.906 4. Pkj/buruh/karyawan -7.370 2.874 5.324 10.055 494 6.343 11.973 5. Pkj bebas di Pertanian 100 39 -72 -137 -7 -86 -163 6. Pkj Bebas di non Pert -2.006 -782 1.449 2.736 134 1.726 3.258 7. Pekerja tak dibayar 198 77 -143 -270 -13 -170 -321
Jumlah -14.632 -5.706 10.571 19.964 980 12.593 23.770
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
110 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Untuk tahun 2015 yang perlu dilakukan pelatihan tentang :
1. Kewirausahaan (usaha sendiri dan dibantu) sebanyak 9.154 orang
2. Karyawan sebanyak 15.597 orang
Jumlah sasaran yang perlu dilatih pada tahun 2015 adalah sebanyak
24.751 orang.
Tabel 6.5
Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan
Tahun 2015
Status Pekerjaan Utama Tingkat Pendidikan
Jumlah SD SMTP
SMTA
Umum
SMTA
Kejuruan Diploma
Univer
sitas
1. Berusaha Sendiri tanpa bantuan -1.857 -744 1.266 2.499 105 1.599 2.869 2. Brsh dengan dibantu -2.657 -1.065 1.812 3.577 151 2.289 4.106 3. Brsh dengan buruh -1.244 -498 848 1.674 71 1.071 1.922 4. Pkj/buruh/karyawan -7.691 -3.082 5.244 10.353 436 6.624 11.885 5. Pkj bebas di Pertanian 111 44 -75 -149 -6 -95 -171 6. Pkj Bebas di non Pert -2.127 -852 1.450 2.863 121 1.832 3.287 7. Pekerja tak dibayar 266 107 -181 -358 -15 -229 -411
Jumlah -15.199 -6.091 10.364 20.460 862 13.091 23.487
Untuk tahun 2016 yang perlu dilakukan pelatihan tentang :
1. Kewirausahaan (usaha sendiri dan dibantu) sebanyak 9.176 orang
2. Karyawan sebanyak 15.799 orang
Jumlah sasaran yang perlu dilatih pada tahun 2016 adalah sebanyak
24.975 orang.
Tabel 6.6
Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan
Tahun 2016
Status Pekerjaan Utama Tingkat Pendidikan
Jumlah SD SMTP
SMTA
Umum
SMTA
Kejuruan Diploma
Univer
sitas
1. Berusaha Sendiri tanpa bantuan -1.894 -776 1.231 2.540 91 1.648 2.841 2. Brsh dengan dibantu -2.713 -1.113 1.765 3.640 130 2.362 4.071 3. Brsh dengan buruh -1.298 -532 844 1.741 62 1.130 1.947 4. Pkj/buruh/karyawan -7.931 -3.252 5.158 10.641 381 6.905 11.901 5. Pkj bebas di Pertanian 117 48 -76 -157 -6 -102 -176 6. Pkj Bebas di non Pert -2.222 -911 1.445 2.981 107 1.934 3.334 7. Pekerja tak dibayar 311 127 -202 .417 -15 -270 -466
Jumlah 15.630 6.409 10.165 20.969 750 13.607 23.452
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 111
Tabel 6.7
Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan
Tahun 2012-2016
Status Pekerjaan Utama Tingkat Pendidikan
Jumlah SD SMTP
SMTA
Umum
SMTA
Kejuruan Diploma
Univer
sitas
1. Berusaha Sendiri tanpa bantuan -8.965 -3.493 6.501 12.296 604 7.764 14.707 2. Brsh dengan dibantu -12.816 -4.993 9.294 17.578 863 11.099 21.025 3. Brsh dengan buruh -5.822 -2.269 4.223 7.986 392 5.043 9.552 4. Pkj/buruh/karyawan -36.588 -14.255 26.534 50.182 2.464 31.687 60.025 5. Pkj bebas di Pertanian 494 192 -358 -677 -33 -428 -810 6. Pkj Bebas di non Pert -9.945 -3.875 7.213 13.641 670 8.613 16.316 7. Pekerja tak dibayar 934 364 -678 -1.282 -63 -809 -1.533
Jumlah -72.708 -28.328 52.729 99.723 4.897 62.969 119.282
Secara keseluruhan perkiraan tambahan kesempatan kerja tahun
2012-2016 sebanyak 119.282 orang. Dari tambahan kesempatan kerja
selama tahun 2012-2016, bila dilihat dari kelompok berusaha sendiri tanpa
bantuan dan berusaha dengan dibantu (SMTP-SMTA Umum dan Kejuruan)
maka diperkirakan jumlah yang perlu dilatih adalah sebanyak 45.669 orang,
dan dari kelompok pekerja/ buruh/ karyawan yang perlu dilatih sebanyak
76.716 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Table 6.6 di atas.
Tabel 6.8
Kapasitas Lembaga Latihan, Instruktur dan Peserta Pelatihan Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2010
Kabupaten/ Kota
Kapasitas Terpasang Jumlah Instruktur Peserta Pelatihan
BLK LPKS Jumlah BLK LPKS Jumlah BLK LPKS Jumlah
Kab. Bantul 2,736 12,000 14,736 19 197 216 944 10,119 11,063
Kab. Gunung Kidul 1,040 1,300 2,340 24 43 67 192 744 936
Kab. Kulon Progo 1,024 2,985 4,009 23 109 132 176 2,007 2,183
Kab. Sleman 680 5,797 6,477 34 280 314 456 3,944 4,400
BLKPP 2,080 3,353 5,433 45 245 290 1,140 2,230 3,370
Jumlah 7,560 25,435 32,995 145 874 1,019 2,908 19,044 21,952
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
112 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Tabel 6.9
Kapasitas Lembaga Latihan, Instruktur dan Peserta Pelatihan Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2011
Kabupaten/ Kota
Kapasitas Terpasang Jumlah Instruktur Peserta Pelatihan
BLK LPKS Jumlah BLK LPKS Jumlah BLK LPKS Jumlah
Kab. Bantul 2,736 8,545 11,281 19 185 204 944 4,506 5,450
Kab. Gunung Kidul 1,040 3,300 4,340 23 67 90 736 2,199 2,935
Kab. Kulon Progo 1,024 3,020 4,044 23 85 108 196 1,839 2,035
Kab. Sleman 980 6,360 7,340 33 279 312 674 3,343 4,017
BLKPP 2,040 3,532 5,572 45 256 301 2,245 569 2,814
Jumlah 7,820 24,757 32,577 143 872 1,015 4,795 12,456 17,251
Berdasarkan Tabel 6.8 dan 6.9 di atas, kapasitas lembaga
pelatihan yang dimiliki belum dimanfaatkan secara optimal, karena
berdasarkan data dari Bidang P2SP Disnakertrans Provinsi D.I.
Yogyakarta, pelatihan yang dilakukan di BLK tahun 2010 rata-rata hanya
2.908 orang, sementara kapasitas lembaga pelatihan pemerintah (BLK)
yang kita miliki sebanyak 7.560 sehingga kapasitas terpasang yang belum
dimanfaatkan sebanyak 4.652 orang. Pelatihan yang dilakukan di LPKS
sebanyak 19.044 orang, sedangkan kapasitas yang ada sebanyak 25.435,
yang belum termanfaatkan sebanyak 6.391 orang. Pada tahun 2011
pelatihan yang dilakukan di BLK sebanyak 6.103 orang, sedangkan
kapasitas yang dimiliki sebanyak 7.820 orang sehingga kapasitas yang
belum dimanfaatkan sebanyak 1.717 orang. Sedangkan peserta pelatihan
di LPKS sebanyak 12.456 orang, sedangkan kapasitas yang ada mencapai
24.757 sehingga kapasitas yang belum dimanfaatkan sebanyak 12.301
orang.
Jumlah instruktur di BLK pada tahun 2010 sebanyak 145 orang,
sedangkan yang dilatih 2.908 orang , maka rata-rata setiap instruktur
mampu melatih 20 angkatan kerja/pencari kerja. Sementara tahun 2011
jumlah orang yang dilatih sebanyak 6.103 orang sedangkan instruktur
hanya 143 orang. Apabila setiap instruktur melatih 20 orang, maka masih
diperlukan tenaga instruktur sebanyak 162 orang. Dan untuk
mengoptimalkan kapasitas lembaga latihan pemerintah yang ada, maka
paling tidak diperlukan instruktur sebanyak 391 orang. Untuk memenuhi
kekurangan tenaga instruktur sebanyak itu bukan hal yang mudah.
Kendala keuangan, sarana dan prasarana tempat melatih calon instruktur,
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 113
serta BLK-BLK yang dimiliki Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota
belum mampu untuk mencetak calon instruktur-instruktur baru.
Berikut akan diuraikan beberapa kebijakan yang berkaitan dengan
pelatihan yang difokuskan kepada kewirausahaan dan untuk menjadi
pekerja/buruh/karyawan.
6.4.1 Pelatihan Berdasarkan Status Pekerjaan Utama
a. Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan dan Berusaha dengan
Dibantu.
Dari perkiraan tambahan kesempatan kerja tahun 2012-2016,
yang perlu mendapatkan pelatihan dengan fokus
kewirausahaan berjumlah 45.669 orang dengan rincian setiap
tahun seperti terlihat pada Tabel 6.1 sampai dengan tabel 6.5
di atas,dimana tahun 2012 terdapat 8.857 orang tahun 2013
diperkirakan jumlahnya meningkat menjadi sebanyak9.320
orang, tahun 2014 sebanyak 9.144 orang, tahun 2015
sebanyak 9.154 orang dan tahun 2016 sebanyak 9.176 orang.
Dengan banyaknya tenaga kerja yang perlu dilatih maka
dibutuhkan pula biaya besar yang harus dikeluarkan. Selain
itu, jumlah lembaga pelatihan, instruktur, serta daya tampung
lembaga pelatihan itu sendiri perlu ditambah. Program
pelatihan yang potensial dikembangkan untuk kelompok
berusaha sendiri tanpa bantuan dan dibantu diantaranya :
1) Pelatihan agribisnis
2) Pelatihan budidaya perikanan dan peternakan
3) Pelatihan jasa alat-alat mesin pertanian
4) Pelatihan tata boga
5) Pelatihan tata busana
6) Pelatihan kerajinan tangan
7) Pelatihan pertukangan
8) Pelatihan meubel
9) Pelatihan elektronika (TV, Radio, Kulkas, HP, Teknisi
computer)
10) Pelatihan otomotif
11) Pelatihan potong rambut, piñata rambut, pelatihan beauty
therapy (SPA, kulit, rambut)
12) Pelatihan teknologi mekanik
13) Pelatihan pembuat roti, kue kering, dan kembang gula
14) Pelatihan tukang jahit, pembuat pakaian, dan pembuat topi
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
114 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
15) Pelatihan penyulam
16) Pelatihan kerajinan batik
17) Pelatihan perhotelan dan pariwisata
b. Pekerja/buruh/karyawan
Berdasarkan perkiraan tambahan kesempatan kerja seperti
pada tabel 6.1 sampai dengan tabel 6.5, diperkirakan akan
terdapat tambahan sebanyak 14.665 orang pada tahun 2012
yang perlu dilatih untuk menjadi pekerja/buruh/karyawan,
sedangkan pada tahun 2013 diperkirakan akan meningkat
menjadi sebesar 15.289 orang, tahun 2014 sebanyak 15.379
orang, tahun 2015 sebanyak 15.597 orang dan tahun 2016
sebanyak 15.799 orang. Secara keseluruhan tambahan
kesempatan kerja yang perlu dilatih untuk menjadi
pekerja/buruh/karyawan tahun 2012-2016 sebanyak 76.716
orang. Jumlah tersebut adalah mereka yang berpendidikan
SMTP-SMTA Umum maupun kejuruan. Sedangkan untuk
tingkat Diploma dan Universitas tidak perlu lagi diadakan
pelatihan karena mereka dianggap sudah siap bersaing di
pasar kerja.
Prioritas pelatihan yang bisa dikembangkan bagi mereka yang
akan menjadi pekerja/buruh/karyawan di antaranya:
1) Pelatihan otomotif (mesin mobil, sepeda motor)
2) Pelatihan teknologi mekanik
3) Pelatihan elektronika
4) Pelatihan komputer, sekretaris
5) Pelatihan mesin
6) Pelatihan pembukuan/akuntansi
7) Pelatihan perhotelan
8) Pelatihan menjahit
6.4.2 Pelatihan Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Selain prioritas pelatihan tersebut di atas, pelatihan yang perlu
dilakukan juga bisa didasarkan pada jenis pekerjaan yang akan
dimasuki pencari kerja. Dari beberapa jenis jabatan yang ada,
dapat kita bedakan jenis pelatihan prioritasnya agar pelatihannya
lebih terarah dan keluarannya dapat diserap pasar kerja.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 115
a. Pertanian
Di sektor pertanian, ada beberapa jenis pelatihan yang bisa
dikembangkan, misalnya :
1) Pelatihan peternak unggas
2) Pelatihan operator mesin pertanian dan kehutanan
3) Pelatihan pekerja pertanian, perkebunan, pembibitan, dan
peternakan
4) Pelatihan petani dan nelayan
b. Industri Manufaktur
Untuk sektor industri manufaktur sebisa mungkin disesuaikan
dengan potensi daerah dan jenis industri yang ada di daerah
masing-masing. Hal ini diperlukan agar jenis pelatihan yang
dilakukan sesuai dengan kebutuhan dilapangan. Beberapa
jenis pelatihan yang bisa dikembangkan, diantaranya :
1) Pelatihan perbengkelan
2) Pelatihan Rekayasa
3) Pelatihan Building
4) Pelatihan Teknisi teknik sipil
5) Pelatihan teknisi teknik mesin
6) Pelatihan teknisi teknik listrik
7) Pelatihan pembuat roti, kue kering, dan kembang gula
8) Pelatihan tukang jahit, pembuat pakaian, dan pembuat topi
9) Pelatihan penyulam
10) Pelatihan tukang kayu dan meubel
11) Pelatihan operator mesin jahit
c. Keuangan
Di bidang keuangan, jenis pelatihan yang masih bisa
dikembangkan diantaranya :
1) Pelatihan tata usaha perkantoran
2) Pelatihan tata usaha akuntansi dan pembukuan
3) Pelatihan operator komputer dan mesin pengolah data
d. Jasa-jasa
Untuk sektor jasa, banyak pelatihan yang bisa dikembangkan,
karena sektor ini memang mengharuskan memiliki tingkat
keterampilan yang tinggi. Beberapa jenis pelatihan yang bisa
dikembangkan diantaranya :
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
116 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
1) Pelatihan montir kendaraan
2) Pelatihan pemangkas rambut, perias, dan perawat
kecantikan
3) Pelatihan pekerja rumah tangga
4) Pelatihan pengemudi mobil, taksi
5) Pelatihan tukang jahit, pembuat pakaian, dan pembuat
topi, dan lain-lain
e. Sektor lainnya
Untuk sektor lainnya, pelatihan yang bisa dikembangkan, untuk
menambah keterampilan tenaga kerja yang akan memasuki
pasar kerja diantaranya :
1) Pelatihan operator mesin forklift
2) Pelatihan pembuat kerangka bangunan
3) Pelatihan juru masak
4) Pelatihan operator komputer dan mesin pengolah data
5) Pelatihan pramusaji
6) Pelatihan perakit peralatan listrik, dan lain-lain.
Dari uraian diatas, diperlukan strategi yang dapat mendukung
terlaksananya pelatihan yang terencana dan terarah. Strategi dimaksud
antara lain :
1) Identifikasi kebutuhan latihan dan perencanaan pelatihan
berdasarkan pada kebutuhan sektor, jenis pekerjaan, tingkat
pendidikan dan status pekerjaan;
2) Mendayagunakan seluruh potensi lembaga pelatihan baik yang
dikelola oleh pemerintah, swasta, dan perusahaan serta
membangun BLK baru;
3) Memberikan pelatihan kepada angkatan kerja baru untuk
meningkatkan kualitasnya agar mampu mengisi kesempatan kerja
yang ada di dalam maupun luar negeri;
4) Membangun link and match antara program pendidikan dan
program pelatihan dengan dunia kerja;
5) Penguatan peraturan perundangan di bidang pelatihan dan
produktivitas;
6) Penguatan infrastruktur pelatihan dan produktivitas;
7) Peningkatan kualitas sumberdaya pelatihan dan produktivitas;
8) Penguatan sistem dan metoda pelatihan serta produktivitas;
9) Penguatan sistem pendanaan pelatihan dan produktivitas;
10) Revitalisasi lembaga pelatihan kerja;
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 117
11) Melakukan pelatihan berbasis kompetensi sesuai kebutuhan baik
untuk pembekalan masuk kerja maupun untuk pengembangan
karier, peningkatan produktivitas dan kesejahteraan pekerja;
12) Percepatan pengakuan sertifikat kompetensi kerja.
6.5 Rekomendasi Kebijakan Penempatan Tenaga Kerja
Kebijakan penempatan tenaga kerja diarahkan untuk pengembangan
pasar kerja, penempatan tenaga kerja dalam dan luar negeri,
pengembangan kesempatan kerja serta pengendalian penggunaan tenaga
kerja asing. Keempat kebijakan tersebut dilaksanakan untuk mengatasi
permasalahan di bidang ketenagakerjaan yaitu penganggur dan setengah
penganggur.
Kebijakan ketenagakerjaan bidang penempatan tenaga kerja
diarahkan pada perluasan kesempatan kerja, yakni melalui kebijakan lintas
sektor yang mendorong setiap sektor untuk menciptakan peluang kerja,
serta melalui berbagai program pemerintah melalui Dinas Tenaga Kerja
Provinsi D.I. Yogyakarta dan Pemerintah Daerah. Secara lebih spesifik,
kebijakan ketenagakerjaan bidang penempatan tenaga kerja diupayakan
untuk diarahkan pada 3 (tiga) jenis status pekerjaan yang dianggap penting
pada 5 (lima) lapangan usaha yang ditetapkan sebagai sektor prioritas
dalam pembangunan ketenagakerjaan. Dengan demikian, pendekatan yang
digunakan untuk memformulasikan kebijakan penempatan tenaga kerja
dalam Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi (PTKP) Tahun 2012-2016 ini
adalah dengan cara menentukan target utama penempatan tenaga kerja
berdasarkan jenis status pekerjaan dan lapangan usaha.
Adapun ketiga jenis status pekerjaan yang menjadi target utama
penempatan tenaga kerja pada tahun 2012-2016 adalah kesempatan kerja
dengan status Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan, Berusaha Dengan
Dibantu, dan Pekerja/Buruh/Karyawan. Dasar pertimbangan penetapan
kesempatan kerja dengan status Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan serta
Berusaha Dengan Dibantu sebagai target utama penempatan tenaga kerja
pada tahun 2012-2016 adalah karena kedua jenis status pekerjaan tersebut
merupakan bentuk dari kewirausahaan. Dengan menciptakan banyak
kewirausahaan, maka akan mendorong terciptanya banyak kesempatan
kerja baru. Sedangkan, dasar pertimbangan penetapan kesempatan kerja
dengan status Pekerja/Buruh/Karyawan sebagai salah satu target utama
penempatan tenaga kerja pada tahun 2012-2016 adalah karena pekerjaan
ini merupakan jenis pekerjaan yang bersifat formal. Seperti kita ketahui
bersama bahwa penciptaan kesempatan kerja formal dalam jumlah yang
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
118 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
banyak merupakan salah satu sasaran pembangunan ketenagakerjaan
nasional. Hal ini disebabkan pekerja sektor formal merupakan pekerja yang
bekerja pada segala jenis pekerjaan yang mendapatkan perlindungan
negara, menghasilkan pendapatan yang tetap, dengan tempat kerja yang
memiliki keamanan kerja (job security), serta dengan status permanen pada
unit usaha atau lembaga yang berbadan hukum.
Kelima lapangan usaha yang menjadi sektor prioritas dan ditetapkan
sebagai target utama penempatan tenaga kerja pada tahun 2012-2016
adalah sektor pertanian, sektor industri, sektor perdagangan, sektor
konstruksi dan sektor jasa. Sektor pertanian sangat diharapkan menjadi
pilar utama dalam mengurangi angka pengangguran, karena selain
potensinya yang besar dalam penciptaan kesempatan kerja yang bersifat
padat karya, juga karakteristiknya yang sangat ramah dengan kualitas
mayoritas angkatan kerja di DIY yang masih berpendidikan rendah. Sektor
industri merupakan representasi lapangan pekerjaan sektor formal. Sektor
perdagangan dan sektor jasa merupakan jenis lapangan usaha yang terus
berkembang pesat seiring dengan implementasi perdagangan bebas.
Sedangkan sector konstruksi mempunyai potensi besar dalam menciptakan
banyak kesempatan kerja mengingat pembangunan infrastruktur di wilayah
DIY merupakan target utama pemerintah dalam rangka mendorong
pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Tabel 6.10 Tambahan Kesempatan Kerja
Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha Tahun 2012-2016
Status Pekerjaan Lapangan Usaha
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah
1. Berusaha Sendiri
tanpa bantuan
32
317
4.140
121
938
6.063
911
490
1.694
14.707
2. Brsh dengan dibantu 158 480 5.690 183 1.419 8.667 1.303 701 2.422 21.025
3. Brsh dengan buruh 34 218 2.689 83 645 3.938 592 292 1.061 9.552
4. Pkj/buruh/karyawan 185 1.371 16.896 524 4.052 24.409 3.669 2.002 6.916 60.024
5. Pkj bebas di Pertanian -810 0 0 0 0 0 0 0 0 -810
6. Pkj Bebas di non Pert 0 373 4.593 142 1.102 6.726 1.011 544 1.826 16.316
7. Pekerja tak dibayar 5 -35 -432 -13 -103 -632 -95 -51 -177 -1.533
Jumlah -396 2.725 33.577 1.041 8.053 49.170 7.391 3.978 13.743 119.281
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 119
Berdasarkan hasil proyeksi (ditampilkan pada Tabel 6.10), dari tahun
2012-2016 diperkirakan akan terdapat tambahan kesempatan kerja
sebanyak 119.282 orang. Berdasarkan Status Pekerjaan Utama, tambahan
kesempatan kerja terbesar selamalima tahun tersebut adalah untuk
Pekerja/Buruh/Karyawan, diperkirakan akan bertambah sebanyak 60.024
orang. Sedangkan, berdasarkan Lapangan Usaha Utama, tambahan
kesempatan kerja terbesar pada kelima tahun tersebut adalah terdapat
pada Sektor Perdagangan sebanyak 49.170 orang.
Untuk kesempatan kerja dengan status Berusaha Sendiri Tanpa
Bantuanselama tahun 2012-2016 ditargetkan bertambah sebanyak 14.707
orang. Di lapangan usaha pertanian, kesempatan kerja dengan status
berusaha sendiri tanpa bantuan akan bertambah sebanyak 32 orang, di
lapangan usaha industri pengolahan akan bertambah 4.140 orang, di
lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran akan bertambah 6.063
orang, di lapangan usaha jasa kemasyarakatan akan bertambah 1.694
orang, sementara di lapangan usaha konstruksi akan bertambah 938
orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 6.8.
Untuk kesempatan kerja dengan status Berusaha dengan dibantu
selama tahun 2012-2016 ditargetkan bertambah sebanyak 21.025 orang.
Di lapangan usaha pertanian, kesempatan kerja dengan status berusaha
dengan dibantu anggota rumah tangga akan bertambah sebanyak 158
orang, di lapangan usaha industri pengolahan akan bertambah 5.690
orang, di lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran akan
bertambah 8.667 orang, di lapangan usaha jasa kemasyarakatan akan
bertambah 2.422 orang, sementara di lapangan usaha konstruksi akan
bertambah 1.419 orang
Untuk kesempatan kerja dengan status pekerja/buruh/karyawan
selama tahun 2012-2016 ditargetkan bertambah sebanyak 60.024 orang.
Di lapangan usaha pertanian, kesempatan kerja dengan status pekerja/
buruh/ karyawan akan bertambah sebanyak 185 orang, di lapangan usaha
industri pengolahan akan bertambah 16.896 orang, di lapangan usaha
perdagangan, hotel dan restoran akan bertambah 24.409 orang, di
lapangan usaha jasa kemasyarakatan akan bertambah 6.916 orang,
sementara di lapangan usaha konstruksi akan bertambah 4.052 orang.
Untuk tambahan kesempatan kerja pertahun dapat dilihat pada
Tabel 6.11 sampai dengan table 6.15 berikut.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
120 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Tabel 6.11
Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha
Tahun 2012
Status Pekerjaan Lapangan Usaha
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah
1. Berusaha Sendiri tanpa bantuan
-1
41
805
14
190
1.232
170
75
414
2.939
2. Brsh dengan dibantu -3 59 1.134 23 282 1.771 241 95 591 4.193
3. Brsh dengan buruh -4 26 504 10 124 773 101 47 260 1.841
4. Pkj/buruh/karyawan -8 166 3.234 64 790 4.931 682 301 1.642 11.803
5. Pkj bebas di Pertanian -158 0 0 0 0 0 0 0 0 -158
6. Pkj Bebas di non Pert - 42 833 17 211 1.325 179 88 442 3.138
7. Pekerja tak dibayar 0 0 2 1 1 5 1 0 2 11
Jumlah -174 335 6.512 128 1.597 10.037 1.374 606 3.350 23.766
Tabel 6.12 Tambahan Kesempatan Kerja
Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha Tahun 2013
Status Pekerjaan
Lapangan Usaha
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah
1. Berusaha Sendiri tanpa bantuan
18
86
913
22
316
1.043
119
145
469
3.132
2. Brsh dengan dibantu 69 123 1.257 32 451 1.488 169 207 669 4.467
3. Brsh dengan buruh 14 50 564 14 195 645 73 90 290 1.936
4. Pkj/buruh/karyawan 176 344 3.633 90 1.244 4.068 467 572 1.868 12.462
5. Pkj bebas di Pertanan -142 0 0 0 0 0 0 0 0 -142
6. Pkj Bebas di non Pert 0 91 965 24 333 1.135 125 153 473 3.299
7. Pekerja tak dibayar -2 -10 -101 -2 -35 -115 -13 -16 -52 -346
Jumlah 133 685 7.232 179 2.505 8.264 941 1.152 3.718 24.809
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 121
Tabel 6.13
Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha
Tahun 2014
Status Pekerjaan
Lapangan Usaha
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah
1. Berusaha Sendiri tanpa bantuan
-29
-65
625
29
215
1.700
-40
108
387
2.929
2. Brsh dengan dibantu -15 -93 858 40 325 2.423 -57 154 553 4.188
3. Brsh dengan buruh -18 -42 406 19 148 1.097 -26 70 252 1.906
4. Pkj/buruh/karyawan -129 -263 2.553 118 929 6.905 -164 441 1.582 11.972
5. Pkj bebas di Pertanan -163 0 0 0 0 0 0 0 0 -163
6. Pkj Bebas di non Pert 0 -73 695 32 253 1.870 -42 114 409 3.258
7. Pekerja tak dibayar 5 7 -68 -3 -25 -186 4 -12 -42 -321
Jumlah -349 -530 5.069 235 1.845 13.809 -326 875 3.141 23.769
Tabel 6.14 Tambahan Kesempatan Kerja
Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha Tahun 2015
Status Pekerjaan
Lapangan Usaha
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah
1. Berusaha Sendiri tanpa bantuan
5
19
868
25
204
1.365
83
129
171
2.869
2. Brsh dengan dibantu 15 27 1.232 36 292 1.953 113 177 261 4.106
3. Brsh dengan buruh 30 13 588 17 137 874 55 87 122 1.922
4. Pkj/buruh/karyawan -9 77 3.635 103 833 5.613 342 536 754 11.885
5. Pkj bebas di Pertanan -171 0 0 0 0 0 0 0 0 -171
6. Pkj Bebas di non Pert 0 22 987 29 234 1.564 95 148 209 3.287
7. Pekerja tak dibayar 2 -3 -126 -4 -29 -196 -12 -19 -26 -411
Jumlah -128 155 7.184 207 1.670 11.174 676 1.059 1.491 23.487
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
122 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Tabel 6.15
Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha
Tahun 2016
Status Pekerjaan
Lapangan Usaha
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah
1. Berusaha Sendiri tanpa bantuan
42
252
908
35
50
705
573
33
243
2.841
2. Brsh dengan dibantu 71 361 1.300 48 76 991 820 50 355 4.071
3. Brsh dengan buruh 54 173 609 24 36 465 392 24 170 1.947
4. Pkj/buruh/karyawan 133 1.055 3.836 148 221 2.972 2.363 145 1.026 11.900
5. Pkj bebas di Pertanan -176 0 0 0 0 0 0 0 0 -176
6. Pkj Bebas di non Pert 0 280 1.078 42 62 870 672 41 290 3.334
7. Pekerja tak dibayar -2 -41 -151 -6 -9 -117 -94 -6 -41 -466
Jumlah 122 2.080 7.580 292 436 5.886 4.726 286 2.043 23.451
Untuk kesempatan kerja dengan status Berusaha Sendiri Tanpa
Bantuan pada tahun 2012 ditargetkan bertambah sebanyak 2.939 orang,
tahun 2013 bertambah sebanyak 3.132 orang, tahun 2014 bertambah
sebanyak 2.929 orang, tahun 2015 bertambah 2.869 orangdan pada tahun
2016 ditargetkan bertambah sebanyak 2.841 orang.
1. Lapangan usaha pertanian, untuk tahun 2012 status berusaha sendiri
tanpa bantuantidak ada tambahan dan justru berkurang 1 orang,tahun
2013 bertambah 18 orang, tahun 2014 berkurang 29 orang, tahun
2015 bertambah 5 orang dan tahun 2016 tambah 42 orang.
2. Lapangan usaha industri pengolahan, untuk status ini ditargetkan
bertambah sebanyak 805 orang pada tahun 2012 dan bertambah
sebanyak 913 orang pada tahun 2013, tahun 2014 bertambah 625
orang, tahun 2015 tambah sebanyak 868 orang dan tahun 2016
bertambah sebanyak 908 orang.
3. Lapangan usaha perdagangan, untuk status ini ditargetkan bertambah
sebanyak 1.232 orang pada tahun 2012 dan bertambah sebanyak
1.043 orang pada tahun 2013, tahun2014 bertambah 1.700 orang,
tahun 2015 tambah sebanyak 1.365 orang dan tahun 2016 bertambah
sebanyak 705 orang.
4. Lapangan usaha jasa, untuk status ini ditargetkan bertambah
sebanyak sebanyak 414 orang pada tahun 2012 dan bertambah
sebanyak 469 pada tahun 2013, tahun2014 bertambah 387 orang,
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 123
tahun 2015 tambah sebanyak 171 orang dan tahun 2016 bertambah
sebanyak 243 orang.
5. Lapangan usaha konstruksi, untuk status ini ditargetkan bertambah
sebanyak sebanyak 190 orang pada tahun 2012 dan bertambah
sebanyak 316 pada tahun 2013, tahun2014 bertambah 215 orang,
tahun 2015 tambah sebanyak 204 orang dan tahun 2016 bertambah
sebanyak 50 orang.
Untuk kesempatan kerja dengan status Berusaha Dengan Dibantu
pada tahun 2012 ditargetkan bertambah sebanyak 4.193 orang, tahun
2013 bertambah sebanyak 4.467 orang, tahun 2014 bertambah sebanyak
4.188 orang, tahun 2015 bertambah 4.106 orangdan pada tahun 2016
ditargetkan bertambah sebanyak 4.071 orang.
1. Di lapangan usaha pertanian, untuk tahun 2012 status ini berkurang
sebanyak 3 orang, tahun 2013 bertambah sebanyak 69 orang, tahun
2014 berkurang sebanyak 15 orang, tahun 2015 bertambah 15 orang
dan tahun 2016 bertambah 71 orang.
2. Lapangan usaha industri pengolahan, untuk status ini ditargetkan
bertambah sebanyak 1.134 orang pada tahun 2012 dan bertambah
sebanyak 1.257 orang pada tahun 2013, tahun 2014 bertambah 858
orang, tahun 2015 tambah sebanyak 1.232 orang dan tahun 2016
bertambah sebanyak 1.300 orang.
3. Lapangan usaha perdagangan, untuk status ini ditargetkan bertambah
sebanyak 1.771 orang pada tahun 2012 dan bertambah sebanyak
1.488 orang pada tahun 2013, tahun2014 bertambah 2.423 orang,
tahun 2015 tambah sebanyak 1.953 orang dan tahun 2016 bertambah
sebanyak 991 orang.
4. Lapangan usaha jasa, untuk status ini ditargetkan bertambah
sebanyak sebanyak 591 orang pada tahun 2012 dan bertambah
sebanyak 669 pada tahun 2013, tahun2014 bertambah 553 orang,
tahun 2015 tambah sebanyak 261 orang dan tahun 2016 bertambah
sebanyak 355 orang.
5. Lapangan usaha konstruksi, untuk status ini ditargetkan bertambah
sebanyak 282 orang pada tahun 2012 dan bertambah sebanyak 451
orang pada tahun 2013, tahun2014 bertambah 325 orang, tahun 2015
tambah sebanyak 292 orang dan tahun 2016 bertambah sebanyak 76
orang. Untuk kesempatan kerja dengan status
Pekerja/Buruh/Karyawanpada tahun 2012 ditargetkan bertambah
sebanyak 11.803 orang, tahun 2013 bertambah sebanyak 12.462 orang,
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
124 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
tahun 2014 bertambah sebanyak 11.972 orang, tahun 2015 bertambah
11.885 orangdan pada tahun 2016 ditargetkan bertambah sebanyak
11.900 orang.
1. Di lapangan usaha pertanian, untuk tahun 2012 status ini diperkirakan
akan berkurang sebanyak 8 orang, tahun 2013 bertambah sebanyak
176 orang, tahun 2014 berkurang sebanyak 129 orang, tahun 2015
berkurang9 orang dan tahun 2016 bertambah 133 orang.
2. Lapangan usaha industri pengolahan, untuk status ini ditargetkan
bertambah sebanyak 3.234 orang pada tahun 2012 dan bertambah
sebanyak 3.633 orang pada tahun 2013, tahun 2014 bertambah 2.553
orang, tahun 2015 tambah sebanyak 3.6.35 orang dan tahun 2016
bertambah sebanyak 3.836 orang.
3. Lapangan usaha perdagangan, untuk status ini ditargetkan bertambah
sebanyak 4.931 orang pada tahun 2012 dan bertambah sebanyak
4.068 orang pada tahun 2013, tahun2014 bertambah 6.905 orang,
tahun 2015 tambah sebanyak 5.613 orang dan tahun 2016 bertambah
sebanyak 2.972 orang.
4. Lapangan usaha jasa, untuk status ini ditargetkan bertambah
sebanyak sebanyak 1.642 orang pada tahun 2012 dan bertambah
sebanyak 1.868 pada tahun 2013, tahun2014 bertambah 1.582 orang,
tahun 2015 tambah sebanyak 754 orang dan tahun 2016 bertambah
sebanyak 1.026 orang.
5. Lapangan usaha konstruksi, untuk status ini ditargetkan bertambah
sebanyak 790 orang pada tahun 2012 dan bertambah sebanyak 1.244
orang pada tahun 2013, tahun2014 bertambah 929 orang, tahun 2015
tambah sebanyak 833 orang dan tahun 2016 bertambah sebanyak
221 orang.
Berdasarkan data diatas diperlukan kebijakan penempatan yang
komprehensif untuk mengatasi besarnya angkatan kerja yang perlu
ditempatkan. Diantara kebijakan yang harus dilakukan adalah :
a. Kebijakan Penciptaan Pasar Kerja yang Luwes Melalui
Penyempurnaan Peraturan Perundang-Undangan.
b. Konsolodasi program perluasan kesempatan kerja meliputi Tenaga
Kerja Mandiri Terdidik, Tenaga Kerja Pemuda Mandiri Profesional,
pendayagunaan TKS dalam program pendampingan wirausaha,
Tenaga Kerja Mandiri, pendampingan wirausaha baru, padat karya
infrastruktur, padat karya produktif, sinergi program perluasan
kesempatan kerja melalui terapan teknologi tepat guna, penciptaan
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 125
Wira Usaha Baru, penempatan melalui bursa kerja, penempatan
melalui Job Fair serta penempatan tenaga kerja khusus.
c. Peningkatan Kualitas Pelayanan Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, berupa fasilitasi sebelum
pemberangkatan terutama pada proses Pembekalan Akhir
Pemberangkatan (PAP) dan meningkatkan peran sebagai coordinator
penyelesaian permasalahan, pengawasan terhadap Perusahaan
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) berupa
pengawasan dokumen perijinan keberangkatan TKI dan sosialisasi di
tingkat Kabupaten/ Kota dalam rangka penempatan TKI yang
berkualitas. d. Penambahan jumlah dan peningkatan kualitas pengantar kerja serta
menempatkan pegawai pengantar kerja sesuai dengan keahliannya.
Pengantar Kerja tahun 2010 sebanyak 9 orang, tahun 2011 sebanyak
9 orang. Pada tahun 2012 sampai tahun 2016 direncanakan ada
penambahan 10 orang sehingga pengantar kerja mampu
mengarahkan pencari kerja berdasarkan sertifikasi/potensinya secara
maksimal.Berikut disajikan pengantar kerja, bursa kerja dan pencari
kerja pada tabel6.16.
Tabel 6.16
Bursa Kerja Pengantar Kerja dan Pencari Kerja
Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2010 dan 2011
Kabupaten/Kota
Tahun 2010 Tahun 2011
Bursa Kerja
Pengantar Kerja
Pencari Kerja
Terdaftar
Lowongan Kerja
Terdaftar
Bursa Kerja
Pengantar Kerja
Pencari Kerja
Terdaftar
Lowongan Kerja
Terdaftar
1. Provinsi
2. Kab. Kulon Progo 17 2 6.587 10.201 17 2 8.804 15.207
3. Kab. Bantul 26 3 13.780 1.083 26 3 5.688 2.628
4. Kab. Gunung Kidul 45 1 4.414 599 45 1 2.837 506
5. Kab. Sleman 10 1 11.997 5.383 10 1 4.034 3.447
6. Kota Yogyakarta 43 2 6.729 5.070 43 2 1.995 2.420
Jumlah 141 9 43.507 22.336 141 9 23.358 24.208
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
126 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
e. Peningkatan pelayanan pembuatan kartu kuning terhadap pencari
kerja
f. Peningkatan kualitas pusat-pusat pelayanan informasi
ketenagakerjaan.
Pengembangan kegiatan informasi pasar kerja melalui penggunaan
teknologi informasi dengan membentuk bursa kerja on-line. Selain itu
juga dilakukan pembinaan dan peningkatan kualitas lembaga
penempatan tenaga kerja baik pemerintah maupun swasta melalui
up-grading instruktur, monitoring dan pengawasan secara profesional
sesuai peraturan yang berlaku.
g. Pengembangan pusat-pusat informasi ketenagakerjaan di dalam dan
ke luar negeri secara akurat, yang mudah di akses/didapat,
terjangkau dan mudah dipahami oleh masyarakat pengguna.
h. Pengembangan kualitas dan system informasi pasar kerja, bursa
kerja dan system perluasan kesempatan kerja
i. Pengembangan program bagi tenaga kerja yang ingin bekerja di
dalam dan di luar negeri seperti; pemetaan lowongan kerja di dalam
dan di luar negeri, pemetaan tenaga kerja di dalam negeri dan
pembangunan pelayanan terpadu.
6.6 Rekomendasi Kebijakan Perlindungan Tenaga Kerja
Kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan ketenangan bekerja dan
berusaha, sehingga tercipta hubungan yang serasi antara pekerja dan
pengusaha, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan
pekerja. Dengan demikian kebijakan perlindungan tenaga kerja ini berguna
baik pada tenaga kerja itu sendiri maupun bagi para pelaku usaha dan
lainnya sehingga mampu menciptakan iklim usaha yang kondusif,
menimbulkan ketenangan bekerja dan berusaha, meningkatkan
produktivitas dan kesejahteraan pekerja, pengusaha, dan berbagai pihak
terkait. Dengan upaya ini pada akhirnya juga berpotensi membuka
berbagai peluang berusaha dan berinvestasi untuk menciptakan perluasan
kesempatan kerja baru.
6.6.1 Pengawasan Ketenagakerjaan
Kebijakan pengawasan ketenagakerjaan diarahkan agar
pelaksanaan hukum dan peraturan ketenagakerjaan dilaksanakan
secara konsisten oleh para pelaku yang mendayagunakan tenaga
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 127
kerja. Pengawasan ketenagakerjaan ditujukan untuk menghindari
berbagai perlakuan yang tidak adil, tidak manusiawi dan diskriminatif.
Bentuk pengawasan ini berlaku umum untuk seluruh kegiatan yang
menyangkut upaya produksi yang melibatkan bidang
ketenagakerjaan baik formal maupun informal, untuk kelas industri
berskala besar, menengah, kecil bahkan mikro dan perorangan atau
yang tidak dapat diklasifikasikan sekalipun. Hanya saja untuk proses
pengukuran dan perencanaan perlindungan yang terstruktur dan
sistematis perlu adanya landasan berupa data tempat
usaha/perusahaan.
Berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor
Ketenagakerjaan, ternyata pada tahun 2010 hanya 3.868 perusahaan
yang telah melapor dengan tenaga kerja sebanyak 154.272 orang,
sedangkan untuk tahun 2011 sebanyak 3.334 perusahaan dengan
tenaga kerja berjumlah 143.834 orang telah melaporkan kondisi
ketenagakerjaannya. Penurunan jumlah perusahaan terjadi tahun
2011 di Kota Yogyakarta karena adanya updating data pengawasan
ketenagakerjaan. Data Sensus Ekonomi Tahun 2006 jumlah
perusahaan yang ada di wilayah DIY sebanyak 403.348
perusahaan.Jumlah perusahaan wajib lapor sebanyak 3.334 buah,
sedangkan sisanya adalah usaha-usaha kecil dan home industri
(usaha keluarga) yang berada di bawah pembinaan Disperindagkop.
Sesuai dengan perkembangan investasi dan peningkatan
pembinaan serta sosialisasi yang intensif jumlah perusahaan yang
melaporkan tersebut harus terus ditingkatkan, sehingga pada tahun
2012 bertambah menjadi 3.438, pada tahun 2013 ditargetkan dapat
meningkat kembali menjadi 3.545 perusahaan dan pada lima tahun
mendatang yaitu tahun 2016 dapat meningkat lagi sehingga menjadi
3.889 perusahaan.
Dalam mendukung peningkatan kuantitas dan kualitas
pelaporan sangat dibutuhkan pengawas ketenagakerjaan yang
memadai, sementara tenaga Pengawas Ketenagakerjaan yang ada
di Provinsi DIY hanya 20 orang pada tahun 2011. Jumlah ini masih
sangat minimdibandingkan jumlah perusahaan maupun jumlah
tenaga kerja yang ada, karena idealnya setiap pegawai pengawas
ketenagakerjaan dapat mengawasi 60 perusahaan.
Di DIY pada tahun 2011 terdapat 3.334 perusahaan sehingga
dibutuhkan tenaga pengawas sebanyak 56 orang, padahal tenaga
pengawas yang ada hanya 20 orang sehingga masih ada kekurangan
36 pegawai pengawas. Untuk itu, pada tahun 2012 jumlah pengawas
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
128 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
ketenagakerjaan setidaknya harus bertambah sebanyak 37 orang
sehingga menjadi 57 orang, dengan demikian setiap Pengawas
Ketenagakerjaan mampu mengawasi 60 perusahaan dan sampai
dengan tahun 2016 ditargetkan bertambah 8 orang sehingga menjadi
65 orang.
Untuk mempercepat penambahan Pengawas Ketenagakerjaan
perlu dilakukan :
a. Pembiayaan bersama (sharing)antara Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota dengan Pemerintah Pusat. Hal ini karena
bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari
kewenangan/urusan wajib setiap tingkat pemerintahan dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan dasar pada
masyarakat sebagaimana diatur dalam PP Nomor 38 tahun
2007.
b. Pelatihan jarak jauh (distance training) untuk materi dan teori,
praktek di kelas maupun di lapangan.
c. Pengadaan pengawas ketenagakerjaan oleh Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 129
Tabel 6.17
Perusahaan, Tenaga Kerja dan Pegawai Pengawas
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010-2016
Kabupaten/Kota Tahun
2010 2011 2012*) 2013*) 2014*) 2015*) 2016*)
1. Provinsi DIY
- Pegawai Pengawas
6 6 10 10 12 12 13
2. Kabupaten Kulon Progo
- Perush yang melaporkan 338 341 345 348 352 356 359
- Tenaga Kerja 7.109 7.639 7.789 7.941 8.097 8.256 8.418
- Pegawai Pengawas 2 2 5 5 5 5 5
- Penerima Zero Accident 0 0 0 0 1 0 0
- Pengurangan pekerja anak
60 60 150 150 150 150 150
3. Kabupaten Bantul
- Perush yang melaporkan 566 507 518 530 541 553 565
- Tenaga Kerja 32.518 31.694 32.391 33.104 33.832 34.576 35.337
- Pegawai Pengawas 1 1 7 7 7 7 7
- Kasus kecelakaan kerja 80 34 29 27 26 25 20
- Pengurangan pekerja anak
60 60 90 150 150 150 150
4. Kabupaten Gunung Kidul
- Perush yang melaporkan 232 244 255 267 279 292 306
- Tenaga Kerja 2.585 4.240 4.435 4.639 4.852 5.076 5.309
- Pegawai Pengawas 1 1 4 5 5 5 5
- Kasus kecelakaan kerja 1 3 3 2 1 0 0
- Pengurangan pekerja anak
0 60 60 150 150 150 150
5. Kabupaten Sleman
- Perush yang melaporkan 997 1.031 1.066 1.102 1.139 1.178 1.217
- Tenaga Kerja 53.332 56.219 56.995 57.781 58.579 59.387 60.207
- Pegawai Pengawas 5 5 15 16 16 17 17
- Penerima Zero Accident 0 2 0 1 1 1 1
- Kasus kecelakaan kerja 117 143 70 65 61 60 50
- Pengurangan pekerja anak
60 60 90 90 90 90 90
6. Kota Yogyakarta
- Perush yang melaporkan 1.735 1.211 1.254 1.298 1.344 1.392 1.441
- Tenaga Kerja 57.728 44.042 45.134 46.254 47.401 48.576 49.781
- Pegawai Pengawas 7 5 16 16 16 17 18
- Kasus kecelakaan kerja 29 44 35 31 30 27 25
- Pengurangan pekerja anak
0 0 0 90 90 90 90
Jumlah
- Perush yang melaporkan 3.868 3.334 3.438 3.545 3.656 3.770 3.889
- Tenaga Kerja 154.272 143.834 146.744 149.719 152.761 155.871 159.051
- Pegawai Pengawas 22 20 57 59 61 63 65
- Kasus kecelakaan kerja 237 238 149 135 127 120 103
- Pengurangan pekerja anak
240 240 390 570 570 600 600
Sumber : Bidang HI-PTK Disnakertrans Prov. DIY
*) Perkiraan
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
130 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Salah satu tugas utama dari pengawas ketenagakerjaan
adalah upaya pencegahan terjadinya kecelakaan di tempat kerja,
dimana sebagian besar disebabkan oleh faktor manusia dan hanya
sebagian kecil yang disebabkan oleh faktor teknis. Untuk itu guna
menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang
lain yang berada di tempat kerja, serta sumber produksi, proses
produksi dan lingkungan kerja dalam keadaan aman, maka perlu
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3). Selain itu penerapan SMK3 ini juga berguna untuk
mengantisipasi hambatan teknis dalam era globalisasi
perdagangan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05
Tahun 1996 setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja
sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi
bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan
produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti
peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib
menerapkan Sistem Manajemen K3. Sistem Manajemen K3 adalah
bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.Jumlah perusahaan yang diaudit SMK3 di Provinsi DIY
tahun 2011 sebanyak 5 perusahaan. Dalam jangka menengah atau
hingga tahun 2016 jumlah perusahaan yang sudah diaudit
penerapan SMK3-nya diharapkan terus meningkat paling tidak
menjadi 10 perusahaan.
Dalam perlindungan tenaga kerja ini yang tidak kalah penting
adalah upaya penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk pada
anak. Tidak semua jenis pekerjaan sifatnya berbahaya bagi anak.
Pekerjaan ringan dapat menjadi bagian yang penting bagi proses
sosialisasi dan perkembangan anak-anak, dimana mereka belajar
bertanggungjawab dan merasa bangga atas prestasi mereka
sendiri. Sebaliknya yang harus dihapuskan adalah pekerjaan anak-
anak yang memiliki sifat atau intensitas yang dapat mengganggu
pendidikan mereka atau berbahaya bagi kesehatan dan
pertumbuhan mereka.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 131
Program pengurangan pekerja anak di 4 Kabupaten di
Provinsi D.I. Yogyakarta pada tahun 2011 sebanyak 240 anak,
tahun 2012 ditargetkan sebanyak 390anak, tahun 2013 menjadi
570 orang pekerja anak di 5 Kabupaten/ Kota. Tahun 2016
diharapkan akan bertambah lebih banyak lagi pengurangannya
mengikuti kebijakan Kemenakertrans menjadi 600 anak.Program
mengurangi/menarik pekerja anak dilakukan dengan fasilitasi baik
pada pendidikan formal maupun keterampilan. Yang telah
dilakukan oleh Disnakertrans Provinsi DIY dan Kabupaten berupa
pendampingan dan pembentukan Komite Aksi Penghapusan
Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Pada Anak (BPTA) di
Provinsi/Kabupaten/Kota, serta upaya pencegahan dan penarikan
pekerja anak. Program ini terintegrasi dengan Program Keluarga
Harapan (PKH) yang dicanangkan oleh pemerintah. Dalam PKH
penerima bantuan adalah rumah tangga sangat miskin (RTSM)
yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak usia 0-15
tahun (atau usia 15-18 tahun namun belum menyelesaikan
pendidikan dasar).
6.6.2 Hubungan Industrial
Perlindungan tenaga kerja tidak hanya berkaitan dengan
pengawasan norma ketenagakerjaan sebagaimana tersebut di atas
tetapi juga menyangkut penyelesaian perselisihan hubungan
industrial. Untuk penyelesaian yang bersifat antisipatif telah
diundangkan berbagai peraturan yang mengatur adanya perangkat
hubungan industrial ini yaitu minimal adanya Peraturan Perusahaan
(PP) atau lebih baik lagi jika ada Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
yang dapat menjadi acuan bersama bagi pekerja dan pemberi
kerja/ pengusaha. Selain itu sebagaimana aturan yang berlaku
secara internasional perlu dibentuk Serikat Pekerja (SP)/Serikat
Buruh (SB) yang menjamin kebebasan berpendapat bagi pekerja.
Perangkat hubungan industrial yang terutama adalah adanya
Lembaga Kerjasama (LKS) Bipartit karena diharapkan menjadi
‘jembatan’ utama dalam pencarian solusi yang menguntungkan
kedua belah pihak.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
132 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Tabel 6.18
Perangkat Hubungan Industrial
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010-2016
Kabupaten/Kota Tahun
2010 2011 2012*) 2013*) 2014*) 2015*) 2016*)
1. Provinsi DIY
- Mediator
3 3 5 6 7 8 9
2. Kabupaten Kulon Progo - Perush dengan PP 29 26 34 42 50 58 64 - Perush dengan PKB 14 14 20 24 28 32 36 - Jumlah SP/SB 6 29 31 33 35 37 40 - Jumlah LKS Bipartit 26 27 35 43 51 59 67 - Mediator
1 1 3 3 3 3 3
3. Kabupaten Bantul - Perush dengan PP 156 156 166 176 186 196 206 - Perush dengan PKB 47 47 53 59 65 71 77 - Jumlah SP/SB 57 59 64 69 74 79 84 - Jumlah LKS Bipartit 56 57 65 73 81 99 107 - Mediator
2 2 6 6 6 6 6
4. Kabupaten Gunung Kidul - Perush dengan PP 17 19 27 35 42 48 58 - Perush dengan PKB 6 6 8 10 12 15 18 - Jumlah SP/SB 30 25 27 30 33 37 40 - Jumlah LKS Bipartit 10 10 14 18 23 28 34 - Mediator
1 1 3 3 3 3 3
5. Kabupaten Sleman - Perush dengan PP 250 264 284 304 324 344 364 - Perush dengan PKB 111 117 127 135 145 155 165 - Jumlah SP/SB 88 97 107 117 127 137 147 - Jumlah LKS Bipartit 108 113 128 144 161 179 197 - Mediator
5 5 9 9 9 9 9
6. Kota Yogyakarta - Perush dengan PP 184 256 276 297 319 342 365 - Perush dengan PKB 94 154 162 170 178 186 194 - Jumlah SP/SB 153 155 165 175 185 195 205 - Jumlah LKS Bipartit 52 167 182 198 215 233 252 - Mediator
6 6 10 10 10 10 10
D I Y - Perush dengan PP 636 721 787 854 921 1.039 1.055 - Perush dengan PKB 272 338 373 398 416 459 490 - Jumlah SP/SB 334 347 394 424 454 477 516 - Jumlah LKS Bipartit 252 374 424 467 531 598 657
- Mediator 18 18 36 37 38 39 41
Sumber : Bidang HI & PTK Disnakertrans Prov. DIY
*Proyeksi
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 133
Jumlah perusahaan yang memiliki PP dan PKB diharapkan
terus meningkat di semua kabupaten/kota di wilayah provinsi DIY,
sehingga pada tahun 2012 jumlah perusahaan yang memiliki PP
sebanyak 787, tahun 2013 bertambah menjadi 854 dan sampai
pada tahun 2016 mencapai 1.055 perusahaan. Sedangkan jumlah
perusahaan yang memiliki PKB ditargetkan sebanyak 373 pada
tahun 2012 dan menjadi 490 pada tahun 2016. Data selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 6.17.Kebijakan yang dapat dilakukan
adalah melalui sosialisasi dan perusahaan yang bermasalah
dihimbau segera menyusun PP dan PKB.
Kerjasama yang baik antara pekerja dan pengusaha akan
menimbulkan ketenangan bekerja bagi pekerja karena yakin hak-
haknya akan dijamin sesuai dengan kontribusinya. Pengusaha pun
akan memetik keuntungan dengan peningkatan produktivitas dan
terciptanya budaya kerja yang baik. Untuk itu dari keseluruhan
perangkat hubungan industrial berupa adanya PP, PKB maupun
SP/SB dan tenaga mediator maka yang terbaik adalah keberadaan
perangkat hubungan industrial berupa Lembaga Kerjasama (LKS)
Bipartit. LKS Bipartit yang berfungsi baik akan meminimalisir peran
pemerintah walau dalam kondisi harus turun tangan telah pula
diwadahi melalui LKS Tripartit.
Dengan sosialisasi dan penekanan pelaksanaan peraturan
perundangan yang berlaku maka pembentukan LKS Bipartit di
semua kabupaten/kotadi wilayah provinsi DIY diharapkan semakin
meningkat setiap tahunnya sehingga ditargetkan pada tahun 2012
mencapai 424 perusahaan tahun 2013 meningkat menjadi 467
perusahaan, tahun 2014 menjadi 531 perusahaan, tahun 2015
menjadi 598 perusahaan dan tahun 2016 mencapai 657
perusahaan yang memiliki LKS Bipartit.
Tidak dapat dipungkiri bahwa walau telah diupayakan adanya
perangkat hubungan industrial yang memadai tetapi sangat
dimungkinkan tetap terjadi perselisihan hubungan industrial.
Apalagi berbagai perangkat HI tersebut dari segi jumlah masih jauh
dari harapan. Untuk itu diperlukan banyak Mediator yang kompeten
dalam rangka memediasi segala perselisihan yang timbul. Di
Provinsi DIY jumlah mediator yang ada mencapai 18 orang pada
tahun 2011. Apabila setiap mediator memediasi 96 perusahaan
maka dari jumlah 3.334 perusahaan yang ada diperlukan mediator
sebanyak 35 orang. Pada tahun 2012 diperkirakan jumlah
perusahaan wajib lapor mencapai 3.438 perusahaan. Untuk itu
pada tahun 2012 masih diperlukan sejumlah 18 mediator lagi
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
134 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
sehingga menjadi 36 mediator. Pada tahun 2016 jumlah
perusahaan diperkirakan 3.889 perusahaan dan diperlukan 37
tenaga mediator. Untuk mengefektifkan tugas dan fungsi Mediator
maka ditempuh kebijakan sebagai berikut :
a. Memprioritaskan pembinaan terhadap perusahaan besar
dan perusahaan sedang sebanyak 979 perusahaan;
b. Meningkatkan kualitas Mediator melalui : Konsolidasi
Mediator; Pelatihan; Forum Konsolidasi dan Bimtek bagi
Petugas Administrasi Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial;
c. Menyiapkan pedoman pembinaan hubungan industrial;
penyelesaian perselisihan hubungan industrial; dan
penanganan mogok kerja;
d. Membentuk Tim Deteksi Dini di Daerah yang padat industri;
e. Menyusun peta potensi dan kondisi hubungan industrial dan
pengadaan kendaraan tanggap darurat.
6.6.3 Kesejahteraan Pekerja
Perlindungan tenaga kerja erat pula kaitannya dengan
pemenuhan jaminan sosial terhadap tenaga kerja dan juga bagi
keluarganya. Pekerja dan keluarganya yang hidup sejahtera inilah
yanghakekatnya menjadi tujuan dari konstitusi. Negara diwajibkan
menyediakan pekerjaan yang layak (decent work) bagi tiap-tiap
warga negaranya. Dengan demikian, tujuan mensejahterakan
masyarakat dapat terwujud. Perwujudan ini melalui jalur yang
memang seharusnya, yaitu bukan dari serangkaian program subsidi
dan bantuan namun di sisi lain mengesampingkan hak-hak pekerja
yang telah bekerja keras bagi peningkatan kesejahteraan diri dan
keluarganya. Pada kenyataannya, tenaga kerja memang relatif
mempunyai kedudukan yang lebih lemah sehingga tanggung jawab
utama dalam perlindungan dan kesejahteraan pekerja ini berada di
tangan pengusaha selain tenaga kerja itu sendiri yang juga turut
berperan aktif dalam pelaksanaan program jaminan sosial tenaga
kerja ini.
Adanya program jaminan sosial ini berkenaan dengan
pemeliharaan kesejahteraan pada saat tenaga kerja kehilangan
sebagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat terjadinya
resiko-resiko sosial seperti kecelakaan kerja, sakit, meninggal dunia
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 135
dan hari tua. Jaminan sosial tenaga kerja mempunyai beberapa
aspek, antara lain:
1. memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan
hidup minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya;
2. merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah
menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan
tempat mereka bekerja.
Tabel 6.19
Kepesertaan Perusahaan dan Tenaga Kerja Aktif Jamsostek Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010-2016
Kabupaten/Kota Tahun
2010 2011 2012*) 2013*) 2014*) 2015*) 2016*)
1. Provinsi DIY
- Perusahaaan aktif 1.760 2.054 2.152 2.184 2.206 2.227 2.253
- Tenaga Kerja aktif
64.350 108.154 108.888 109.511 110.364 112.849 118.225
2. Kabupaten Kulon Progo
- Perusahaaan aktif 76 76 79 82 84 86 89
- Tenaga Kerja aktif
3.558 3.558 3.654 3.669 3.683 3.712 3.785
3. Kabupaten Bantul
- Perusahaaan aktif 292 295 312 318 322 325 331
- Tenaga Kerja aktif
18.953 18.956 19.594 19.605 19.710 19.913 20.615
4. Kabupaten Gunung Kidul
- Perusahaaan aktif 40 40 43 47 49 53 56
- Tenaga Kerja aktif
950 950 950 960 1.061 1.114 1.201
5. Kabupaten Sleman
- Perusahaaan aktif 526 526 540 552 561 569 574
- Tenaga Kerja aktif
35.205 35.205 35.205 35.307 35.608 36.000 36.410
6. Kota Yogyakarta
- Perusahaaan aktif 826 1.117 1.178 1.185 1.190 1.194 1.203
- Tenaga Kerja aktif
5.684 49.485 49.485 49.970 50.302 50.916 56.214
Sumber : Bidang HI & PTK Disnakertrans Prov. DIY
Jumlah kepesertaan jamsostek (perusahaan dan tenaga kerja) di
semua kabupaten/kota di wilayah provinsi DIY yang aktif harus
terus ditingkatkan sehingga pada tahun 2012 jumlah perusahaan
yang menjadi peserta aktif mencapai 2.152 perusahaan dengan
tenaga kerja aktif sebanyak 108.888 orang, dan tahun 2016
perusahaan yang menjadi peserta aktif bertambah menjadi 2.253
perusahaan dengan kepesertaan tenaga kerja (aktif) mencapai
118.225orang. Data kepesertaan jamsostek aktif menurut
Kabupaten/Kota dapat dilihat pada Tabel 6.18
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
136 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
Peningkatan kepesertaan aktif perusahaan maupun pekerja
pada program jamsostek ini tentu saja harus tetap dibarengi
berbagai upaya penurunan kasus kecelakaan kerja. Berdasarkan
data dari Bidang HIPTK Disnakertrans Provinsi DIY tahun 2010 ada
237 kasus kecelakaan kerja,kemudian tahun 2011 ada 238
kasus.Dari jumlah tersebut, kasus kecelakaan terbanyak ada di
Kabupaten Sleman sebanyak 117 kasus pada tahun 2010 dan
bertambah menjadi 143 kasus pada tahun 2012. Namun demikian
dengan berbagai upaya pengawasan dan perlindungan tenaga
kerja yang terus dilakukan sehingga pada tahun 2016 kasus
kecelakaan kerja tersebut dapat ditekan menjadi 50
kasus.Demikian juga kasus yang ada di kabupaten yang lain
diharapkan dapat ditekan setiap tahunnya. Dengan demikian kasus
kecelakaan kerja yang ada di wilayah provinsi DIY semakin
berkurang dari 149 kasus pada tahun 2012 menjadi 103 kasus di
tahun 2016.
Upaya perlindungan tenaga kerja tetap merupakan suatu
kondisi yang bersifat menyeluruh dan saling terkait. Upaya
pencegahan terjadinya suatu musibah dalam lingkungan kerja
harus pula diikuti dengan berbagai perangkat yang menjaga agar
segala sesuatu berjalan dengan baik dan seharusnya. Jika terjadi
sesuatu, pemerintah berkewajiban menyelenggarakan suatu
program yang menjamin kepastian berlangsungnya arus
penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau
seluruh penghasilan yang hilang karena sesuatu hal.
Tabel 6.20
Perkembangan Upah Minimum Pekerja
Tahun 2009-2012
Tahun UMP (Rp) KHL (Rp) Prosentase
UMP/KHL (%)
2009 700.000,- 820.247,- 85,34
2010 745.694,- 750.490,- 99,36
2011 808.000,- 802.338,- 100,11
2012 892.660,- 862.390,- 103,50
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 137
Untuk melindungi pekerja/buruh pemerintah setiap tahun
menetapkan Upah Minimum Provinsi (UMP). Perlindungan dalam
bentuk UMP ini agar para buruh/pekerja tidak memperoleh upah di
bawah UMP. Hal ini dimaksudkan agar kesejahteraan para
buruh/karyawan tetap terjaga, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan hidup secara layak, serta mampu mempertahankan dan
meningkatkan produktviitas kerjanya. Penetapan UMP di DIY pada
tahun 2011 telah melampaui Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dimana
UMP sebesar Rp. 808.000,- sementara KHLnya sebesar Rp.
802.338,- atau besarnya UMP 100,11 persen dari besarnya KHL.
Untuk tahun 2012 besarnya UMP meningkat sebesar 11,05
persen menjadi Rp. 892.660,- dan besarnya KHL Rp. 862.390,-
atau 103,50 persen. Diharapkan sampai dengan tahun 2016 baik
UMP maupun KHL dapat meningkat lebih besar lagi.
6.7 Rekomendasi Kebijakan Lainnya
6.7.1 Penempatan Tenaga Kerja Ke Luar Negeri
Penempatan tenaga kerja ke luar negeri disamping
mampu memecahkan persoalan pengangguran sekaligus
dapat mendatangkan devisa bagi Negara. Untuk itu
diperlukan penyaluran yang baik agar dapat meminimalisir
permasalahan di Negara penempatan. Karena kewenangan
yang dimiliki pemerintah provinsi dalam hal ini Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi adalah dalam pengeluaran SPR
(Surat Pengantar Rekrut), maka yang dapat dilakukan adalah
dengan peningkatan fasilitasi sebelum pemberangkatan
terutama pada proses Pembekalan Akhir Pemberangkatan
(PAP). Perlu ditingkatkan peran sebagai coordinator
penyelesaian permasalahan, pengawasan terhadap
Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta
(PPTKIS) berupa pengawasan dokumen perijinan
keberangkatan TKI dan sosialisasi di tingkat Kabupaten/ Kota
dalam rangka penempatan TKI yang berkualitas.
Dalam rangka pemberdayaan purna TKI perlu
ditingkatkan pemberian fasilitas berupa pembekalan agar
menjadi wirausaha baru. Hal ini perlu dilakukan karena tidak
semua purna TKI siap untuk mandiri.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
138 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
6.7.2 Magang Ke Luar Negeri
Magang ke luar negeri memberikan banyak peluang
dalam pengurangan penagangguran. Ketika kembali ke
daerah asal mereka membawa modal/ uang yang cukup
banyak sehingga akan memberikan efek domino bagi
terbukanya lapangan usaha baru.
Untuk efektifitas magang ke luar negeri diperlukan
peranan pemerintah untuk menjalin kerjasama dengan
lembaga-lembaga di beberapa Negara yang dapat
memfasilitasi kegiatan magang tersebut. Disamping itu perlu
adanya sosialisasi kepada kelompok masyarakat tentang
persyaratan yang diperlukan seawal mungkin, misal
dilakukan di Sekolah Menengah Tingkat Atas, sehingga yang
berminat dapat mempersiapkan diri dengan baik.
Dalam rangka pembinaan setelah selesai magang
diperlukan pendataan, sehingga mereka yang tidak bisa
masuk ke perusahaan dapat difasilitasi menjadi pelaku
wirausaha baru.
6.7.3 Padat Karya
Salah satu yang dapat ditempuh dalam perluasan
lapangan kerja adalah penyelenggaraan padat karya.
Pelaksanaannya meliputi padat karya infrastruktur yang
bertujuan untuk membuka aksesibilitas daerah terpencil
sehingga dapat menggerakkan roda perekonomian dan
pembentukan kelompok usaha melalui Perluasan Kerja
Sistem Padat Karya (PKSPK). Kelompok usaha yang dibentuk
sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah tersebut.
Untuk memaksimalkan hasil padat karya maka
diperlukan peran aktif kelompok masyarakat dalam
memberikan informasi tentang kebutuhan padat karya baik
infrastruktur maupun PKSPK. Sehingga mekanisme
Permendagri No. 32 tahun 2010 tentang Pedoman Hibah dan
peraturan Gubernur No. 5 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Hibah dan Bantuan Sosial dapat terpenuhi.Agar padat karya
tepat sasaran maka perlu dilakukan penelitian, proposal dan
pengecekan lokasi.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 139
Dalam rangka pembinaan dan pengembangan usaha
maka diperlukan pendampingan pada setiap kelompok usaha,
sehingga tenaga pendamping harus selalu ada pada PKSPK.
6.7.4 Usaha Sektor Informal
Usaha mikro, kecil dan menengan (UMKM) mampu
menyerap tenaga kerja cukup tinggi dan lebih tahan terhadap
krisis. Namun usaha di sektor ini mayoritas masih banyak
kendala yang dihadapi. Karena itu diperlukan pembekalan
tentang kewirausahan / manajemen usaha bagi mereka, perlu
pemanduan dan bimbingan usaha dari pemerintah, karena hal
ini akan memberikan pengaruh yang positif dalam
pengembangan usaha yang dikelola.
Untuk meningkatkan usaha di sektor informal
diperlukan peranan pemerintah dalam memberikan fasilitas-
fasilitas ketrampilan berwirausaha, memberikan peluang
untuk dapat memperluas kerjasama dengan pihak-pihak/
lembaga masyarakat untuk pendampingan usaha mereka,
fasilitas konsultasiusaha bagi pengusaha pemula, stimulant
modal sebagai pengembangan usaha maupun bantuan alat
kerja terhadap kelompok usaha produktif.
Dalam rangka pembinaan, pengembangan dan
pendayagunaan sektor informal agar dapat tumbuh dan
berkembang, terarah dan terkoordinasi serta terpantau dan
terlindungi perlu dibentuk lembaga yang dapat ditangani pihak
pemerintah dan swasta.
6.7.5 Transmigrasi
Menurut Undang-Undang No. 29 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997
Tentang Ketransmigrasian, yang dimaksud Transmigrasi
adalah perpindahan penduduk secara sukarela untuk
meningkatkan kesejahteraan dan menetap di kawasan
transmigrasi yang diselenggarakan pemerintah. Animo
masyarakat untuk bertransmigrasi masih cukup tinggi,
melebihi kuota yang diberikan oleh pemerintah pusat.
Untuk menjamin terpenuhinya harapan transmigran
berupa peningkatan kesejahteraan maka dapat ditempuh
kebijakan :
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
140 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
a. Perlu adanya perlindungan/ advokasi dan pendampingan
secara lebih baik kepada transmigran oleh daerah
pengirim
b. Perlu adanya jaminan yang lebih kongkrit tentang
peningkatan kesejahteraan transmigran dengan
penguatan peningkatan kerjasama antar wilayah, antar
daerah, antar pelaku dan antar sektor dalam rangka
pengembangan kawasan transmigrasi.
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 141
6.8. Kebijakan Pembangunan Ketenagakerjaan Pemerintah Provinsi DIY
6.8.1 Pelatihan Kewirausahan di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Provinsi DIY Tahun 2012
NO NAMA KEGIATAN KELOPOK SASARAN JENIS PELATIHAN LOKASI
(KAB/KOTA) JUMLAH
SASARAN / TH
1 2 3 4 5 6
1 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat LKP PRIMA CENDEKIA Ketrampilan Menjahit Bantul 10
2 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat LKP AN-NISA Pelatihan Usaha Modiste Bantul 16
3 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat LKP POPBAYO Ketrampilan Menjahit Kulonprogo 16
4 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat LPSDM EDOCOM Desain Grafis Bantul 16
5 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat LKP Jogja View Komputer Multimedia Sleman 16
6 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat LKP PPMM52 Pupuk Organik & aplikasi Kota Yogya 15
7 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat LPK Kumalasari Menjahit Pakaian Sleman 20
8 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat LKP Tarakanita College Produk makanan kue kering Sleman 16
9 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat PKBM KARYA MANDIRI Bidang: Pertanian Pembuatan Pupuk Organik Gunungkidul 16
10 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat PKBM KARYA MANUNGGAL Bidang: Hantaran Gunungkidul 12
11 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat PKBM AGUNG LESTARI Budidaya Jamur Tiram Kulonprogo 15
12 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat PKBM NGUDI KAPINTERAN Budidaya Kambing Gunungkidul 10
13 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat PKBM MELATI Peternakan Lele Kulonprogo 15
14 Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat PKBM " ASRI " Bidang Pertanian Gunungkidul 16
15 Program Desa Vokasi LKP Srikandi Kursus Kerajinan Batik Bantul 28
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
142 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
16 Program Desa Vokasi LKP Yoesti Otomotif-Montir Spd Motor Sleman 25
17 Program Desa Vokasi LKP Pusparini Tata Kecantikan Rambut Kulonprogo 28
18 Program Desa Vokasi PKBM Widya Bhakti Budidaya Perikanan Darat Kulonprogo 26
19 Program Desa Vokasi LKP Ar-Rum Membuat Bsn Konveksi Kota YK 26
20 Program Desa Vokasi LKP Waris Jaya Menjahit Sarung Tangan Sleman 28
21 Program Desa Vokasi LKP " BU YATI " Menjahit Gunungkidul 27
22 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP CHRISTANTI Tata Kecantikan Rambut Sleman 20
23 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP AST "Airport Service Training" Ticketing dan Reservasi Bantul 15
24 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP ABADI Teknisi Komputer Kulon Progo 20
25 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP AGUSTIN Tata Rias Pengantin muslim Yogya berkerudung Bantul 18
26 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP AL - Fath Course Menjahit Sarung Tangan dan kerajinan tas level III Bantul 18
27 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP BOSTON ENGLISH COURSE
Pembelajaran Bahasa Inggris bagi pengembangan sektor pariwisatam seni budaya dan perhotelan
Yogyakarta 20
28 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP CANDRA DEWI Tata kecantikan Rambut Bantul 18
29 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP CENDANA WANGI Tata Rias Pengantin Jogja Jogja berkerudung tanpa paes Bantul 18
30 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP Colour Model Management ASMAT Pelatihan instruktur modeling Sleman 18
31 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP Delta Computer Teknisi Komputer Kulon Progo 20
32 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP DYTA Menjahit Wanita dan anak Sleman 18
33 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP ERLYA Menjahit Kulon Progo 18
34 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP ERNESTINE Kursus menjahit Pakaian wanita level 1 Sleman 18
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 143
35 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP Global Mandiri Montir Sepeda Motor Kulon Progo 18
36 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP HANS Konveksi/Menjahit busana Sleman 15
37 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP IMBIA Teknisi Komputer Yogyakarta 22
38 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP JUSTICIA KOMPUTER Teknisi Komputer Kulon Progo 20
39 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP KARIR YOGYAKARTA Montir Sepeda Motor Bantul 21
40 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP KLINIK SELULER Tenisi Handphone Yogyakarta 20
41 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP LPKMI Tata Busana (Menjahit) Sleman 18
42 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP Melati Menjahit Gunungkidul 18
43 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP MELATI SUCI Menjahit Gunungkidul 20
44 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP MUSLIMAH Tata Kecantikan Rambut Kulon Progo 18
45 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP Nuricom Desain Grafis Komputer Bantul 22
46 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP PERINTIS Tata Busana Bantul 18
47 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP Prima Security Pelatihan Keamanan/Satpam Bantul 15
48 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP Prinovin Teknisi Komputer Gunungkidul 15
49 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP SEGAR Kursus Pelatih Senam Sleman 18
50 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP TARI SEMUSIM Seni Tari Kulon Progo 20
51 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LKP TRISAKTI Menjahit Sleman 18
52 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LPK Nur Hidayah Pendidikan Asisten perawatan (care giver) Bantul 18
53 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LPK POPBAYO Bantul Teknisi Otomotif Bantul 18
54 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LPK Putri Kedaton SPA Terapis Sleman 18
55 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LPKMI Menjahit Bantul 18
56 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LPMK VISTA STIMKY Desain Grafis Bantul 21
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
144 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
57 Program Pendidikan Kecakapan Hidup LPP Talenta Gama Teknisi Komputer Bantul 15
58 Program Pendidikan Kecakapan Hidup PPSDM FARMARINDO Profesi Detailer Yogyakarta 20
59 Program Pendidikan Kecakapan Hidup (non LKP) PKBM Bhakti Persada Budidaya Ayam Buras Kulon Progo 17
60 Program Pendidikan Kecakapan Hidup (non LKP) PKBM Bumi Pertiwi Tata Boga Kulon Progo 16
61 Program Pendidikan Kecakapan Hidup (non LKP) PKBM Mandiri Pertukangan Kayu Bantul 17
62 Program Pendidikan Kecakapan Hidup (non LKP) PKBM Ngudi Kawruh Menjahit TK Terampil Kulon Progo 15
63 Program Pendidikan Kecakapan Hidup (non LKP) PKBM PANGERAN DIPONEGORO Menjahit Tingkat terampil Sleman 17
64 Program Pendidikan Kecakapan Hidup (non LKP) PKBM Sumber Ilmu Bidang kehutanan (Jati unggul nusantara Gunungkidul 19
65 Program Pendidikan Kecakapan Hidup (non LKP) PKBM Wiyata Sari Menjahit (Tata Busana) Bantul 15
66 Program Pendidikan Kecakapan Hidup (non LKP) SMK Bina Wiyata Tata Kecantikan Rambut Bantul 13
Total 1209
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 145
Jumlah Sekolah SMU dan SMK di Provinsi DIY Tahun 2011
NO Jenis Pendidikan
Negeri Swasta
Jumlah Akreditasi
Non Akreditasi Jumlah Akreditasi
Non Akreditasi A B C A B C
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 SMU
Kota Yogyakarta 13 13 0 0 0 40 23 14 2 1
Kab. Bantul 23 23 0 0 0 21 9 11 0 1
Kab. Sleman 22 21 1 0 0 35 16 15 4 0
Kab. Kulon Progo 14 13 1 0 0 7 0 7 0 0
Kab. Gunungkidul 12 10 2 0 0 17 4 7 6 0
Jumlah (1) 84 80 4 0 0 120 52 54 12 2
Jumlah Jumlah
2 SMK sekolah jurusan sekolah jurusan
Kota Yogyakarta 8 44 42 1 0 1 21 42 30 8 2 2
Kab. Bantul 13 41 31 10 0 0 20 37 17 17 0 3
Kab. Sleman 8 35 30 2 0 3 45 71 49 19 2 1
Kab. Kulon Progo 7 28 20 8 0 0 26 48 26 17 2 3
Kab. Gunungkidul 14 45 31 10 0 4 30 64 29 25 4 6
Jumlah (2) 50 193 154 31 0 8 142 262 151 86 10 15
Jumlah 1+2 134 234 35 0 8 262 203 140 22 17
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
146 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
6.8.2 Pelatihan Kewirausahaan di Dinas Sosial Provinsi DIY Tahun 2012
NO NAMA KEGIATAN KELOMPOK SASARAN JENIS PELATIHAN LOKASI (KAB/KOTA) JUMLAH SASARAN/
TH
1 2 3 4 5 6
1 Unit Pelayanan Sosial Keliling
(UPSK)
Orang Dengan Kecacatan Home Industri Kabupaten Bantul
Kabupaten Gunungkidul
100 orang
100 orang
2 Loka Bina Karya (LBK) Orang Dengan Kecacatan Pertukangan Kayu
Menjahit
Kabupaten Gunungkidul
Kabupaten Kulonprogo
15 orang
15 orang
3 Pendidikan dan pelatihan bagi
penyandang cacat dan eks
trauma
Eks sakit jiwa Pertukangan kayu Kabupaten Sleman 15 orang
4 Revitalisasi Orang Dengan Kecacatan Pertukangan Kayu
Menjahit
Kabupaten Kulonprogo
Kabupaten Kulonprogo
10 orang
10 orang
5 Bimbingan dan Rehabilitasi
Sosial Penanganan Bekas
Warga Binaan Lembaga
Pemasyarakatan (BWPLP)
BWPLP (Eks Napi) Bengkel Sepeda Motor LPK Karir, Banguntapan,
Bantul
40 orang
6 Bimbingan dan Rehabilitasi
Sosial Penanganan Tuna Susila
Luar Panti
Tuna Susila Ketrampilan Olahan Pangan LPK Jilli, Mrican, Sleman 20 orang
7 Rehabilitasi Sosial Korban Korban Penyalahgunaan Bengkel Sepeda Motor LPK Karir, Banguntapan, 15 orang
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 147
Penyalahgunaan Napza Napza Bantul
8 Pendidikan dan Pelatihan
Ketrampilan Berusaha Bagi Eks
Korban Bapza
Korban Penyalahgunaan
Napza
Bengkel Sepeda Motor LPK Karir, Banguntapan,
Bantul
15 orang
9 Pendidikan dan Pelatihan
Ketrampilan Berusaha Bagi
Tuna Susila
Tuna Susila Ketrampilan Olahan Pangan Balai RW 10 Giwangan,
Umbulharjo
15 orang
10 Pendidikan dan Pelatihan
Ketrampilan Berusaha bagi Eks
Warga Binaan Pemasyarakatan
(WBS)
WBS Bengkel Sepeda Motor LPK Karir, Banguntapan,
Bantul
15 orang
11 Bimbingan Penumbuhan UEP
Embrional Orsos Desa
Organisasi Sosial (Orsos) Bimbingan ketrampilan
pengelolaan Usaha
Ekonomis Produktif (UEP)
Provinsi (Peserta dari
masing-masing Kab/Kota)
20 orang pengurus
Orsos (setiap orsos
diwakili oleh 2
orang)
12 Pelatihan Ketrampilan
Berusaha bagi Keluarga Miskin
Ibu Rumah Tangga dari
Keluarga Miskin
Bimbingan Ketrampilan
Pengelolaan Usaha
Ekonomis Produktif
Kabupaten Bantul
Kabupaten Kulonprogo
Kabupaten Gunungkidul
60 KK
120 KK
120 KK
13 Pelatihan Ketrampilan bagi
Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial
Wanita Rawan Sosial
Ekonomi (WRSE)
Bimbingan Ketrampilan
Pengelolaan Usaha
Ekonomis Produktif
Kabupaten Bantul
Kabupaten Kulonprogo
Kabupaten Sleman
Kabupaten Gunungkidul
40 KK
60 KK
80 KK
60 KK
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
148 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
6.8.3 Pelatihan Kewirausahaan di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY Tahun 2012
No Nama Kegiatan Kelompok Sasaran Jenis Pelatihan
Lokasi (Kab/Kota) Jumlah Sasaran/Tahun
1. Pelatihan Budidaya Ikan di Lahan Pesisir Kelompok pembudidaya ikan
Kab. Gunungkidul, Bantul dan Kulon Progo
48 orang
2. Bimbingan Teknis Pelatihan Operasional Alat tangkap Purse Seine
Kelompok nelayan Kab. Gunungkidul, Bantul dan Kulon Progo
20 orang
3. Bimbingan Teknis Perawatan dan Perbaikan Mesin Kapal Perikanan 30 GT
Kelompok nelayan Kab. Gunungkidul, Bantul dan Kulon Progo
20 orang
4. Bimbingan Teknis Penangkapan Ikan dengan Alat Bantu Rumpon Menggunakan Kapal 30 GT
Kelompok nelayan Kab. Gunungkidul, Bantul dan Kulon Progo
20 orang
5. Peningkatan Kemampuan Manajemen Usaha Pengolah dan Pemasar Hasil Perikanan
Kelompok pengolah dan pemasar
Provinsi DIY 80 orang
6. Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Penyuluh Perikanan Swadaya di Bidang Kelautan dan Perikanan
Penyuluh perikanan Provinsi DIY 60 orang
7. Pelatihan kewirausahaan penyuluh perikanan Penyuluh perikanan Provinsi DIY 40 orang
8. Bimtek hama penyakit ikan Pembudidaya Provinsi DIY 50 orang
9. Pelatihan mitigasi bencana Masyarakat pesisir Kab. Gunungkidul, Bantul dan Kulon Progo
90 orang
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 149
6.8.4 Pelatihan Kewirausahaan di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Prov. DIY Tahun 2012
NO NAMA KEGIATAN KELOMPOK SASARAN JENIS PELATIHAN LOKASI JUMLAH SASARAN
1
Fasilitasi Desa PRIMA pada kegiatan Inisiasi Desa PRIMA
Perempuan pelaku usaha Mikro Kecil yang ada di lokasi Desa PRIMA
Pelatihan Manajemen Pengelolaan Keuangan dan Keterampilan usaha
1 Desa Prima Banjarharjo, Kalibawang, Kulonprogo
240 orang
2 Desa Prima Sidoharjo, Samigaluh, Kulonprogo
3 Desa Prima Tuksono, Sentolo, Kulonprogo
4 Desa Prima Gadingsari, Sanden, Bantul
5 Desa Prima Canden, Jetis, Bantul
6 Desa prima Kemadang, Tanjungsari, Gunungkidul
7 Desa Prima Pacarejo, Semanu, Gunungkidul
8 Desa Prima Banyusoco, Playen, Gunungkidul
9 Desa Prima Sumbersari, Moyudan, Sleman
10 Desa Prima Kelurahan Bumijo, Jetis Yogyakarta
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
150 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
2 Bintek pemandu wira usaha
pelaku program PNPM-MP Bimbingan teknis Provinsi DIY 28 orang
3 Pelatihan kewirausahaan bagi UPPKS
Kelompok UPPKS Pelatihan kewirausahaan Kota Yogyakarta 2 klp/ @ 2 orang
Kab. Bantul 2 klp/ @ 2 orang
Kab. Gunungkidul 2 klp/ @ 2 orang
Kab. Kulonprogo 2 klp/ @ 2 orang
Kab. Sleman 2 klp/ @ 2 orang
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 151
6.8.5 Pelatihan Kewirausahaan di Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Provinsi DIY Tahun 2012
NO NAMA KEGIATAN KELOMPOK SASARAN
JENIS PELATIHAN LOKASI
(KAB/KOTA) JUMLAH
SASARAN/TH
A PROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEUNGGULAN KOMPETITIF USAHA KECIL MENENGAH
1 Peningkatan Kualitas SDM UMKM di DIY
UMKM DIY Pelatihan manajerial dan administrasi
Provinsi DIY 210 IKM
2 PROGRAM PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN EKSPOR
3 Bimbingan Teknis Negosiasi Kontrak Dan Letter Of Credit
Eksportir Pelatihan manajerial dan administrasi
Provinsi DIY 50 Importir, Eksportir
B PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS IPTEK SISTEM PRODUKSI
1 Peningkatan Kemampuan Teknologi IKM Logam
IKM Alumunium di DIY
Pelatihan peningkatan ketrampilan
Provinsi DIY 50 IKM
2 Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Produk Olahan Ikan
IKM Pangan Pengolahan ikan di Provinsi DIY
Pelatihan peningkatan ketrampilan
Provinsi DIY 20 IKM
3 Pengembangan IKM Kuningan IKM Kuningan DIY Pelatihan peningkatan ketrampilan
Provinsi DIY 50 IKM
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
152 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
C PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
1 Peningkatan Kualitas Produk IKM Kerajinan
IKM Kerajinan kayu, bambu, serat alam
Pelatihan peningkatan ketrampilan
Provinsi DIY 20 IKM
2 Penerapan SNI IKM Logam IKM Logam Alumunium
Pelatihan peningkatan ketrampilan
Provinsi DIY 20 IKM
3 Penerapan GKM IKM Bambu dan Kayu
IKM Kayu Bambu DIY Pelatihan peningkatan ketrampilan
Provinsi DIY 10 Gugus
4 Pengembangan Produk IKM Sandang
IKM Sandang Kab.Bantul
Pelatihan peningkatan ketrampilan
Kab. Bantul 20 Orang
5 Fasilitasi Teknologi Finishing Produk Presisi
IKM Aumunium di DIY
Pelatihan peningkatan ketrampilan
Provinsi DIY 20 Orang
6 Peningkatan Kualitas dan Desain IKM Batik
IKM di Provinsi DIY Pelatihan peningkatan ketrampilan
Provinsi DIY 20 IKM
7 Pengembangan Usaha Industri Kecil OVOP
Kelompok Wanita Harum
Pelatihan peningkatan ketrampilan
Kab. Kulonprogo 30 IKM
8 Pelatihan Teknis Pengembangan Desain Kemasan IKM Pangan
IKM Pangan Pengolahan Ikan di Provinsi DIY
Pelatihan peningkatan ketrampilan
Provinsi DIY 20 IKM
9 Pengembangan Desain IKM Kerajinan
IKM Kerajinan kayu, bambu, serat alam
Pelatihan peningkatan ketrampilan
Provinsi DIY 20 IKM
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 153
D PROGRAM PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNOLOGI INDUSTRI
1 Peningkatan Kualitas dan Desain IK Mebel Kayu
IKM Mebel Kayu, Kasihan Bantul, Lendah Kulonprogo, dan Nglipar Gunungkidul
Pelatihan peningkatan ketrampilan
Kab. Bantul, dan Kab. Gunung Kidul
20 IKM
2 Pengembangan Teknologi Pengolahan Produk Herbal
a. Kelompok Pengrajin VCO Edi Peni (Warung Pring, Mulyodadi, Bambanglipuro, Bantul) b. Kelompok Sekar Arum (Daratan III, Sendang Arum, Minggir Sleman)
Pelatihan peningkatan ketrampilan
Kab. Bantul, dan Kab. Sleman
30 IKM
3 Pengembangan Produksi Biofarmaka (Empon-empon)
a. Kelompok Wanita Seruni Putih (Kiringan, Canden, Jetis, Bantul) b. Kelompok Manunggal Asih (Legundi, Planjan, Saptosari Gunungkidul)
Pelatihan peningkatan ketrampilan
Kab. Bantul, dan Kab. Gunung Kidul
60 IKM
4 Peningkatan Kualitas dan Pengembangan Desain Sentra Kerajinan Bambu
Sentra Kerajinan Bambu Munthuk Dlingo Bantul, Sedayu Bantul, Brajan Minggir Sleman
Pelatihan peningkatan ketrampilan
Kab. Bantul dan Kab. Sleman
30 IKM
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
154 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
E PROGRAM PENATAAN STRUKTUR INDUSTRI
1 Pelatihan Ketrampilan Usaha Bagi Masyarakat Lingkungan Industri Hasil Tembakau (Cukai)
IKM Pengolahan Pangan Sekitar Pabrik Rokok di Provinsi DIY
Pelatihan peningkatan ketrampilan
Provinsi DIY 20 IKM
2 Pengembangan Teknologi IKM Kulit
IKM di Kota Yogyakarta dan Kab. Bantul
Pelatihan peningkatan ketrampilan
Kota Yogyakarta dan Kab. Bantul
20 IKM
3 Peningkatan Inovasi Produk IKM Sutera
IKM Kab. Bantul dan Sleman
Pelatihan peningkatan ketrampilan
Kab. Bantul, dan Sleman
20 IKM
F PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA-SENTRA INDUSTRI POTENSIAL
1 Bimbingan dan Pendampingan Sentra Produk Olahan Jamur
IKM Pangan Pengolahan Jamu di DIY
Pelatihan peningkatan ketrampilan
Provinsi DIY 20 IKM
2 Fasilitasi Sentra Mebel Kayu Pelaku Usaha di Sentra Mebel Kayu
Pelatihan peningkatan ketrampilan
Provinsi DIY 15 Orang
3 Bimbingan dan Pendampingan Sentra Pengolahan Umbi-umbian
IKM Pangan Pengolahan Umbi-umbian di Provinsi DIY
Pelatihan peningkatan ketrampilan
Provinsi DIY 20 Orang
4 Pengembangan Sentra Pengolahan Buah-buahan
IKM Pengolahan buah-buahan di Provinsi DIY
Pelatihan peningkatan ketrampilan
Provinsi DIY 20 Orang
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 155
G PROGRAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF
1 Pelatihan Standarisasi I T Internasional
Programer IT Provinsi DIY
Pelatihan peningkatan ketrampilan
Provinsi DIY 15 Orang
2 Peningkatan Kualitas Produk Kerajinan Limbah Kayu
KUB Cipta Karya Ngawen Gunungkidul, Kelompok Kerajinan Mainan Anak Sewon Bantul
Pelatihan peningkatan ketrampilan
Gunungkidul, dan Bantul
15 IKM
3 Pelatihan Pengelolaan UKM berbasis IT
UKM di Provinsi DIY
Pelatihan manajerial dan administrasi
Provinsi DIY 90 UKM
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
156 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
6.8.6 Pelatihan Kewirausahaan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY Tahun 2012
NO NAMA PROGRAM / KEGIATAN KELOMPOK SASARAN JENIS PELATIHAN LOKASI (KAB/KOTA) JUMLAH
SASARAN/TH
A Program Pengembangan Agribisnis Perkebunan
1 Peningkatan Kemampuan Lembaga Petani Perkebunan
Kelompok Tani Perkebunan a Pelatihan Manajemen Usaha Tani Kakao, Kelapa dan Jambu mete : 3 angk @ 30 org ; 2 hr ; 6 JPl
Gunungkidul, Bantul, Kulon Progo dan
Sleman
210 orang
b Pertemuan Kemitraan Usaha Perkebunan Komoditas Kelapa, Kopi dan Jambu mete : 3 angkt @ 40 org ; 1 hr ; 6 JPl
2 Fasilitasi Sarana dan Prasarana Pengelolaan Lahan dan Air (Dana Cukai)
Petani Tembakau a Bimtek Petani Pengembangan Irigasi Tanah Dangkal pada Pengembangan Tanaman Tembakau : 3 angk @ 30 org ; 3 hr ; 6 JPl
Gunungkidul, Bantul dan Sleman
220 orang
b Sosialisasi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) : 40 org ; 1 hr
c Pelatihan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Komoditas Tembakau : 3 Angk @ 30 org ; 3 hr ; 6 JPl
3 Perlindungan Perbenihan Varietas Unggul/ Lokal (Dana Cukai)
Petani Tembakau Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan Petani Sumber Benih Tembakau : 3 Angkt @ 30 org ; 3 hr ; 6 JPl
Gunungkidul dan Bantul 90 orang
4 Sekolah Lapang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan / SLPPHP (Dana Cukai)
Petani Tembakau a Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan Petani Dalam Pengolahan dan Pemasaran Tembakau : 90 org ; 9 kl ; 6 JPl
Bantul dan Gunungkidul 90 orang
5 Pelatihan Teknis Budidaya Perkebunan Sesuai GAP
Petani Tembakau a Pelatihan Teknis Budidaya Tembakau sesuai GAP : 4 Angk @ 30 org ; 9 kl ; 6 JPl
Gunungkidul dan Bantul
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 157
6 Pelatihan Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu
Kelompok Tani Menengah Komoditas Kakao dan Kelompok Tani Lanjutan Komoditas Kakao dan Jambumete
a Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan Petani Dalam Pengendalian Hama Terpadu Komoditas Kakao Dengan Sistem Sekolah Lapang : 2 Angk @ 30 org ; 16 kl ; 6 JPl
Gunungkidul, Bantul, Kulon Progo dan
Sleman
7 Pengawasan dan Pengawalan Peredaran Pupuk dan Pestisida
Mitra Usaha dan Petani Pengguna Pupuk dan Pestisida
a Sosialisasi Peraturan Pengawasan Peredaran Pupuk dan Pestisida Sub Sektor Perkebunan : 4 Angkt @ 30 org ; 6 JPl
Gunungkidul, Bantul, Kulon Progo dan
Sleman
120 orang
8 Rehabilitasi Tanaman Perkebunan
Petani Kakao, Cengkeh dan Kopi
a Rehabilitasi Kakao Melalui Bimtek Sambung Samping 2 angk @ 30 org ; 6 jpl ; 2 hr
Gunungkidul dan Kulon Progo
120 orang
b Rehabilitasi Cengkeh Melalui Bimtek 1 angk @ 30 org ; 6 JPl ; 2 hr
c Pemulihan Kopi Melalui Bimtek Sambung Pucuk 1 angk @ 30 org ; 6 JPl ; 2 hr
9 Penyediaan Sarana dan Prasarana Komoditas Perkebunan
Kelompok Tani Kakao a Bimtek Pengelolaan Lahan Dalam Rangka Konservasi dan Rehabilitasi Lahan Perkebunan : 2 Angk @ 30 org ; 3 hr ; 6 JPl
Kulon Progo 60 orang
B Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
1 Perencanaan Dan Pengembangan Hutan Kemasyarakatan
Pengelola Hutan Kemasyarakatan (HKm)
a Pelatihan Teknis Pemeliharaan dan Penjarangan Tanaman Pokok : 5 Angk ; 2 hr @ 30 org ; 6 JPl
Gunungkidul dan Kulon Progo
150 orang
2 Pengelolaan Dan Pemanfaatan Hutan
Petani Sekitar Kawasan Hutan
a Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Petani Sekitar Hutan Lindung : 4 KTH
Provinsi DIY 120 orang
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
158 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
b Pelatihan Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu : 2 KTH
3 Inventarisasi Dan Tindak Lanjut Pengelolaan Hutan A B
Kawasan Hutan AB a Bimtek kelompok tani penggarap tanah AB dalam rangka Rekonsiliasi Tegakan Tinggal Kawasan Hutan AB : 2 Angkt @ 30 org ; 1 hr ; 6 JPl
Provinsi DIY 60 orang
4 Orientasi Dan Tata Batas Kawasan Hutan
Kawasan Hutan Negara Bimtek kelompok tani sekitar kawasan hutan dalam rangka Rekonsiliasi Pal Batas Kawasan Hutan : 3 Angkt @ 30 org ; 1 hr ; 6 JPl
BDH Panggang 90 orang
C Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
1 Pembinaan, Pengendalian dan Pengawasan Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Kelompok Tani Sekitar Kawasan Hutan Negara
a Pembinaan RHL di dalam kawasan hutan : 18 KTH ; 5 BDH
Gunungkidul, Bantul dan Kulon Progo
150 orang
b Sosialisasi Juklak Juknis Pembuatan Tanaman Jati dan Rimba : 150 org ; 2 hr ; 6 JPl
2 Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Rehabilitasi Hutan Dan Lahan
Hutan Negara dan Kelompok Pengelola Hutan Tanaman Rakyat
Pembinaan Pemanfaatan kawasan Hutan Tanaman Rakyat untuk 5 Desa (6 KTHTR) : 5 angk @ 30 org ; 2 hr ; 6 JPl
Gunungkidul 150 orang
3 Pengembangan Potensi Desa Konservasi
Desa Pemenang Lomba PKAN
a Sosialisasi Pedoman Model Desa Konservasi Pada Desa Pemenang Lomba PKAN : 2 Angkt @ 30 org ; 6 JPl
Gunungkidul dan kulon Progo
60 orang
D Program Perlindungan dan konservasi Sumber Daya Hutan
1 Penyuluhan Kesadaran Masyarakat Mengenai Dampak Perusakan Hutan
Aparat dan Masyarakat Sekitar Hutan
a Sosialisasi Dampak Perusakan Hutan Bagi Masyarakat Sekitar Hutan Melalui Pertemuan Dengan Aparat dan Masyarakat : 10 Angk @ 25 org ; 6 JPl
Gunungkidul 250 orang
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 159
2 Operasional Perlindungan Hutan Hutan Negara dan Kelompok Tani Hutan
a Pelatihan Pengamanan Hutan Swakarsa : 10 Angk @ 30 org ; 2 hr ; 6 JPl
Provinsi DIY 300 orang
3 Pengamanan Hutan Kawasan Hutan dan Masyarakat Sekitar Hutan
a Sosialisasi Peraturan Pengamanan Hutan : 5 Angk @ 30 org ; 6 JPl
Provinsi DIY 150 orang
b Sikronisasi Kebijakan dan Strategi Pengembangan Industri Primer Hasil Hutan : 50 org ; 6 JPl ; 1 hr
E Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan
1 Penatausahaan dan Penertiban Peredaran Hasil Hutan
Petugas dan Pelaku Usaha Hasil Hutan
a Pelatihan Operasional GPS : 1 angk @ 30 org ; 3 hr 6 JPl
Gunungkidul, Bantul dan Kulon Progo
30 orang
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
160 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY
6.8.7 Pelatihan Kewirausahaan di Dinas Pertanian Provinsi DIY Tahun 2012
NO NAMA KEGIATAN KELOMPOK SASARAN
JENIS PELATIHAN LOKASI (KAB/KOTA) JUMLAH SASARAN/TH
1 2 3 4 5 6
1 Diklat penangkaran benih padi, bawang merah, buah-buahan bagi petani/penangkar
petani penangkar pelatihan teknis Se Provinsi DIY 30 orang
2 Diklat pengolahan dan pemasaran hasil pertanian
petani pelatihan teknis Se Provinsi DIY 30 orang
3 Diklat agribisnis peternakan petani pelatihan teknis Se Provinsi DIY 30 orang
4 Diklat agribisnis hortikultura petani pelatihan teknis Se Provinsi DIY 30 orang
5 Penguatan kelembagaan tingkat usaha petani pelatihan administrasi Se Provinsi DIY 120 orang
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 161
6.8.8 Pelatihan Kewirausahaan di Dinas Pariwisata Provinsi DIY Tahun 2012
NO NAMA KEGIATAN KELOMPOK SASARAN
JENIS PELATIHAN LOKASI (KAB/KOTA) JUMLAH SASARAN/TH
1 2 3 4 5 6
1 Sosialisasi Sadar Wisata Siswa dan Guru SMA
Sosialisasi 5 Kab/Kota 150 Org.
2 Pelatihan Pemandu Wisata Terpadu
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi DIY Tahun 2012-2016
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY 163
BAB VII PENUTUP
Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2012-
2016 merupakan dasar acuan perencanaan pembangunan
ketenagakerjaan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan yang berbasis
pendayagunaan tenaga kerja melalui pengendalian tambahan angkatan
kerja baru, penciptaan kesempatan kerja sektoral, serta perencanaan
pelatihan, penempatan tenaga kerja, hubungan industrial dan jamsostek
serta pengawasan ketenagakerjaan. Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi
ini merupakan dasar penyusunan kebijakan, strategi dan program
pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan sebagaimana
diamanatkan Pasal 7 Ayat (3) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Dokumen ini dirancang untuk mengakomodir kemungkinan
terjadinya perubahan-perubahan yang terjadi di masa yang akan datang.
Oleh karena itu, Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi ini dapat direview
secara berkala untuk menyelaraskan berbagai kebijakan dan program
yang ada terhadap perubahan dan perkembangan baru, sehingga tetap
relevan dengan kebutuhan pembangunan ketenagakerjaan di D. I.
Yogyakarta. Keberhasilan melaksanakan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi
ini akan sangat tergantung pada komitmen, integritas dan dedikasi seluruh
stakeholders (pihak terkait), sehingga tujuan pembangunan
ketenagakerjaan dapat terwujud.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat statistik, 2008-2011, Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia,
Jakarta
Badan Pusat Statistik, 2008-2011, Statistik Ketenagakerjaan Provinsi DIY,
Yogyakarta
Badan Pusat Statistik, 2011, Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka
Tahun 2011, Yogyakarta
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi DIY, 2009, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah tahun 2009-2013,
Yogyakarta
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik
Provinsi DIY, 2009, Laporan Akhir Penyusunan Makro Ekonomi
Provinsi DIY Tahun 2010, Yogyakarta
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik
Provinsi DIY, 2012, Laporan Akhir Penyusunan Makro Ekonomi
Provinsi DIY Tahun 2013-2018, Yogyakarta
Departemen Tenaga kerja dan Transmigrasi RI, 2008, Rancang Bangun
Pembangunan Ketenagakerjaan, Jakarta
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, 2011, Perencanaan
Tenaga Kerja Nasional Tahun 2012-2013, Jakarta