PERENCANAAN SITE PLAN REDESIGN TAMAN SATWA TARU …/Peren... · dari semua usaha. 9 Hidup tanpa...
Transcript of PERENCANAAN SITE PLAN REDESIGN TAMAN SATWA TARU …/Peren... · dari semua usaha. 9 Hidup tanpa...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERENCANAAN SITE PLAN
REDESIGN TAMAN SATWA TARU JURUG
SURAKARTA
TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya
Pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Dikerjakan oleh :
BAYU BUDI PRASTOWO
NIM : I 8708021
PROGRAM D-III TEKNIK SIPIL INFRASTRUKTUR PERKOTAAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Tidak ada usaha yang sia-sia jika kita mau mengambil hikmah
dari semua usaha.
Hidup tanpa cita-cita itu mati, cita-cita tanpa usaha itu mimpi,
doa tanpa usaha itu kosong, usaha tanpa doa itu sombong.
Jika tidak dapat apa yang kita suka, maka belajarlah untuk
menyukai apa yang kita dapat ( bersyukur), niscaya nikmat
akan Allah berikan.
Witing tresno jalaran soko kulino.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PPEERRSSEEMMBBAAHHAANN
Tugas akhir ini penyusun persembahkan untuk:
Ibu dan Bapak, untuk kasih sayang yang tak lekang oleh waktu dan pelajaran berharga dari mereka untuk berbagi, mencintai, menghargai, berbakti, serta selalu mensyukuri karunia yang telah diperoleh daripada merasa gelisah karena menghendaki lebih banyak. Dan aku merasa bersyukur karena aku terlahir ke dunia berkat mereka.
S 8. Kalian adalah sahabatku yang berharga, dan aku merasa terhormat memiliki teman seperti kalian. Tolong maafkan aku, bila aku pernah meninggalkan lubang di pagar hati kalian.
Kepada sahabat terimakasih atas semua bantuan yang kalian berikan selama ini kepada saya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Bayu Budi Prastowo. 2011. Perencanaan Site Plan Redesign Taman Satwa Taru
Jurug Surakarta. Tugas Akhir. Jurusan D-III Teknik Sipil Infrastruktur Perkotaan.
FT Universitas Sebelas Maret. Pembimbing Ir. Kuswanto Nurhadi, MSp.
Taman Satwa Taru Jurug merupakan salah satu ikon kota Surakarta dan
merupakan penyumbang retribusi yang cukup besar dalam meningkatkan vitalitas
dan pendapatan kota Surakarta. Seiring berjalannya waktu citra Taman Satwa
Taru Jurug sebagai ikon kota Surakarta kini mulai memudar yang ditandai dengan
menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung.
Untuk menyelamatkan kondisi Taman Satwa Taru Jurug yang memprihatinkan
perlu dilakukan redesign secara menyuluruh pada kawasan wisata ini. Kebun
binatang didesain ulang dan dikondisikan agar binatang merasa nyaman selayak
berada dihabitatnya dan untuk menarik minat wisatawan berkunjung dibangun
sarana rekreasi dan pendidikan baru seperti waterboom, playground, outbound,
museum, perpustakaan dan lain-lain.
Pendekatan fungsi ruang digunakan sebagai dasar peletakan zona-zona pada konsep
desain. Melalui fungsi dapat diketahui kebutuhan yang mendukung penempatan zona.
Jadi pendekatan merupakan acuan penempatan ruang-ruang yang ada danfungsi akan
membentuk pola. Pola ini akan bercerita bagaimana pengunjung akan menikmati fasilitas
yang ada.
Hasil dari Perencanaan Site Plan Redesign Taman Satwa Taru Jurug adalah satwa
dapat beraktivitas selayak dihabitatnya sehingga pengunjung dapat menikmati nuansa
yang alami, pengunjung dimanjakan dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan, dan
dengan bertambahnya jumlah wisatawan yang berkunjung akan meningkatkan
pendapatan daerah kota Surakarta.
Kata kunci : Redesign, kebun binatang, rekreasi, dan pendidikan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Bayu Budi Prastowo. 2011. Preparation of Site Plan Redesign Taru Jurug
Surakarta Animal Park. Final Project. Department of D-III Civil Engineering
Urban Infrastructure. Faculty of Engineering Sebelas Maret University Surakarta.
Supervising Ir. Kuswanto Nurhadi, MSp.
Animal Park Taru Jurug is one of the icons of Surakarta and is a contributor to
levy substantial increase vitality and revenue in the city of Surakarta. Over time
the image of Taru Jurug Animal Park as an icon of the city of Surakarta now
starting to fade a marked decrease in the number of tourists visiting.
To save the condition of Satwa Taru Jurug Garden of concern need to be
redesigned in menyuluruh in this tourist area. The zoo was redesigned and is
conditioned to feel comfortable selayak animals are habitat and to attract tourists
visiting built new facilities such as recreation and education waterboom,
playground, outbound, museums, libraries, and others.
Function space approach is used as the basis for the laying of the zones on the
design concept. Through the function can know the needs that support the
placement of the zone. So the approach is a reference to the placement of the
spaces that exist danfungsi will form a pattern. This pattern will tell you how the
visitor will enjoy the facilities.
Results of Planning Site Plan Redesign Taru Jurug Animal Park is able to move
selayak wildlife habitat so that visitors can enjoy the feel of a natural, guests are
pampered with a range of facilities offered, and with increasing number of tourists
visiting the area will increase the income of Surakarta.
Keywords: Redesign, zoos, recreation, and education.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan Tugas
Akhir ini dengan baik, sebagai syarat untuk meraih gelar Ahli Madya Teknik.
Atas bimbingan, saran, arahan dan segala sesuatu yang bermanfaat dalam
pelaksanaan kerja praktek ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Kuswanto Nurhadi, MSP. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan pengarahan selama pengerjaan tugas akhir ini.
2. Ibu Ir.Koosdaryani, MT. selaku dosen pembimbing akademik
3. Seluruh jajaran pengurus Jurusan Taknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Segenap karyawan-karyawati Perusda Taman Satwa Taru Jurug.
5. Kedua orang tua dan saudara-saudara saya yang telah memberikan semua
yang terbaik demi kelancaran selama perkuliahan dan penyusunan laporan ini.
6. Seluruh rekan-rekan mahasiswa D III Teknik Sipil Infrastruktur Perkotaan
UNS angkatan 2008 yang telah memberikan bantuan dan semangat dalam
penyusunan laporan tuagas akhir.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan
keterbatasan dalam penyusunan laporan ini, maka penyusun berharap dengan
segala kerendahan hati untuk kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini berguna dan bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya serta bagi pengembangan ilmu di bidang Teknik Sipil
khususnya
Surakarta, 5 Juli 2011
Penyusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
LEMBAR KOMUNIKAS DAN PEMANTAUAN ......................................... iii
MOTTO ............................................................................................................. v
PERSEMBAHAN .............................................................................................. vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Judul Proyek ................................................................................ 1
1.2. Latar Belakang Masalah .............................................................. 2
1.3. Rumusan Masalah ....................................................................... 4
1.4. Tujuan Perencanaan..................................................................... 4
1.5. Manfaat Perencanaan ................................................................... 4
1.6. Sistematika Penulisan Laporan.................................................... 5
1.7. Batasan Perencanaan ................................................................... 6
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1. Perencanaan ................................................................................. 7
2.2. Taman Marga Satwa .................................................................... 8
2.2.1. Pengertian Taman Margasatwa ....................................... 8
2.2.2. Fungsi Taman Margasatwa.............................................. 8
2.2.3. Faktor yang Diperlukan .................................................. 9
2.3. Hutan Kota..................................................................................... 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2.3.1. Pengertian Hutan Kota ..................................................... 10
2.3.2. Fungsi dan Manfaat Hutan Kota ...................................... 10
2.3.1. Tipe Hutan Kota .............................................................. 11
2.4. Sejarah Taman Satwa Taru Jurug .................................................. 13
2.5. Gambaran Taman Satwa Taru jurug.............................................. 16
BAB 3 METODE PERENCANAAN
3.1. Tahap Persiapan........................................................................... 25
3.1.1. Identifikasi Objek ............................................................ 25
3.1.2. Perumusan Tujuan Perencanaan ...................................... 25
3.1.3. Observasi Lapangan......................................................... 25
3.1.4. Studi Pustaka ................................................................... 25
3.1.5. Metode Pengumpulan Data.............................................. 26
3.2. Pengolahan Data .......................................................................... 26
3.3. Tahap Analisa dan Kesimpulan ................................................... 27
3.4. Penyusunan Laporan ................................................................... 27
BAB 4 PERENCANAAN LAHAN
4.1. Kriteria Pemilhan Lahan.............................................................. 28
4.2. Analisa Lahan .............................................................................. 29
4.2.1. Tata Guna Lahan ............................................................. 29
4.2.2. Ukuran Lahan .................................................................. 29
4.2.3. Kemiringan Lahan ........................................................... 30
4.2.4. Sumber Air ...................................................................... 30
4.2.5. Sistem Pembuangan......................................................... 31
4.2.5.1. Pembuangan Air Hujan ..................................... 31
4.2.5.2. Saluran Kotoran ................................................. 32
4.2.5.3. Sampah .............................................................. 32
4.2.6. Sistem Listrik................................................................... 32
4.2.7. Penghijauan ..................................................................... 33
4.2.8. Kebisingan ....................................................................... 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4.3. Analisa Sirkulasi .......................................................................... 33
4.4. Analisa Kebutuhan Ruang ........................................................... 35
BAB 5 PERANCANGAN BANGUNAN
5.1. Konsep Desain ............................................................................. 38
5.2. Pendekatan Perancangan ............................................................. 38
5.3. Fasilitas Bangunan....................................................................... 39
5.3.1. Zona Kenun Binatang ....................................................... 39
5.3.1.1. Aves ................................................................... 39
5.3.1.2. Reptilia ............................................................... 41
5.3.1.3. Mamalia ............................................................. 43
5.3.1.4. Pisces ................................................................. 47
5.3.1.5. Ukuran Shelter Hewan ....................................... 48
5.3.1.6. Bangunan Karantina .......................................... 49
5.3.1.7. Poloklinik Hewan .............................................. 49
5.3.1.8. Gudang dan Penyimpanan Makanan ................. 50
5.3.2. Zona Pendidikan ............................................................... 50
5.3.2.1. Museum ............................................................. 51
5.3.2.2. Perpustakaan ...................................................... 53
5.3.2.3. Greenhouse ........................................................ 54
5.3.3. Bangunan Rekreasi ........................................................... 55
5.3.3.1. Waterboom ......................................................... 55
5.3.3.2. Foodcourt dan Pusat Souvenir........................... 58
5.3.3.3. Arena Outbound................................................. 59
5.3.3.4. Wisata Danau ..................................................... 60
5.3.3.5. Pertunjukan Hewan ............................................ 61
5.3.3.6. Playground ........................................................ 61
5.3.3.7. Taman Gesang ................................................... 63
5.3.4. Fasilitas Penunjang ........................................................... 63
5.3.4.1. Kantor ................................................................ 63
5.3.4.2. Lahan Parkir....................................................... 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5.3.4.3. Sarana Ibadah..................................................... 65
5.3.4.1. Lain-lain ............................................................. 65
5.4. Rencana Anggaran Biaya .............................................................. 67
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ................................................................................... 72
6.1. Saran ............................................................................................. 72
PENUTUP..........................................................................................................xviii
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................xix
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Retribusi Pendapatan Kota Solo ......................................................... 16
Tabel 2.2. Jumlah Pengunjung Taman Satwa Taru Jurug .................................... 18
Tabel 5.1. Ukuran Shelter Kandang Hewan ........................................................ 48
Tabel 5.2. Bangunan Karantina ............................................................................ 49
Tabel 5.3. Poliklinik Hewan ................................................................................ 50
Tabel 5.4. Kebutuhan Ruang Diorama Hewan .................................................... 52
Tabel 5.5. Kebutuhan Ruang Museum ................................................................. 52
Tabel 5.6. Kebutuhan Ruang Perpustakaan ......................................................... 54
Tabel 5.7. Kebutuhan Ruang Fasilitas Waterboom .............................................. 56
Tabel 5.8. Kebutuhan Ruang Kantor.................................................................... 64
Tabel 5.9. Rencana Anggaran Biaya .................................................................... 67
Tabel 5.10. Rekapitulasi ......................................................................................... 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Foto Udara Taman Satwa Taru Jurug ............................................ 1
Gambar 2.1. Tampak Depan Taman Satwa Taru Jurug ...................................... 18
Gambar 2.2. Situasi Didalam Taman Satwa Taru Jurug ..................................... 19
Gambar 2.3. Fasilitas Bangunan yang Terbengkalai .......................................... 19
Gambar 2.4. Kondisi Kandang Satwa yang Tidak Terawat ................................ 20
Gambar 2.5. Kondisi Fasilitas Umum yang Tidak Terawat ............................... 21
Gambar 2.6. Tumpukan Sampah di Taman Satwa Taru Jurug .......................... 22
Gambar 3.1. Diagram Alir Metodologi Perencanaan .......................................... 24
Gambar 4.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Solo ....................................... 28
Gambar 4.2. Gambar Lahan Taman Satwa Taru Jurug ....................................... 29
Gambar 4.3. Kondisi Kemiringan Lahan ............................................................ 30
Gambar 4.4. Sistem Distribusi Air Bersih .......................................................... 31
Gambar 4.5. Akses Jalan ..................................................................................... 34
Gambar 4.6. Sistem Entrance ............................................................................. 34
Gambar 4.7. Kebutuhan Ruang Kebun Binatang ................................................ 35
Gambar 4.8. Kebutuhan Ruang Rekreasi ............................................................ 36
Gambar 4.9. Kebutuhan Ruang Pendidikan ........................................................ 37
Gambar 4.10. Kebutuhan Ruang Perawatan ......................................................... 37
Gambar 5.1. Desain Kandang Aves Pemakan Buah dan Biji ............................. 40
Gambar 5.2. Desain Kandang Aves Karnivora ................................................... 41
Gambar 5.3. Desain Kandang Ular dan Iguana................................................... 42
Gambar 5.4. Desain Kandang Buaya .................................................................. 43
Gambar 5.5. Situasi Kandang Herbivora ............................................................ 44
Gambar 5.6. Desain Kandang Primata ................................................................ 45
Gambar 5.7. Desain Kandang Binatang Buas ..................................................... 46
Gambar 5.8. Desain Kandang Landak dan Musang ............................................ 47
Gambar 5.9. Denah Zona Pisces ......................................................................... 48
Gambar 5.10. Denah Zona Pendidikan ................................................................. 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 5.11. Situasi Didalam Perpustakaan ........................................................ 54
Gambar 5.12. Gambaran Bentuk Greenhouse ...................................................... 55
Gambar 5.13. Denah Waterboom .......................................................................... 57
Gambar 5.14. Fasilitas Waterboom ....................................................................... 57
Gambar 5.15. Denah Foodcourt dan Pusat Souvenir ............................................ 58
Gambar 5.16. Gambaran Situasi Arena Outbound ............................................... 59
Gambar 5.17. Denah Bangunan wisata Danau...................................................... 60
Gambar 5.18. Wisata Perahu ................................................................................. 61
Gambar 5.19. Playground ..................................................................................... 62
Gambar 5.20. Taman Gesang ................................................................................ 63
Gambar 5.21. Gazebo ............................................................................................ 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab I Pendahuluan
Bayu Budi Prastowo I 8708021 Universitas Sebelas Maret Surakarta
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pariwisata sebagai generator pertumbuhan ekonomi, bertujuan untuk
meningkatkan devisa dan perluasan kesempatan kerja bagi masyarakat. Tujuan
lain dari pariwisata adalah untuk memperkenalkan dan mendayagunakan
keindahan alam dan kebudayaan Indonesia.
Propinsi Jawa Tengah dengan luas 34.504 km² berpotensi besar di bidang
kepariwisataan, baik wisata budaya, alam maupun tempat rekreasi. Propinsi
Jateng dan DIY merupakan salah satu dari 10 Daerah Tujuan Wisata di Indonesia
yang menempati urutan teratas setelah Bali.
Kota Surakarta memiliki potensi yang sangat besar di bidang budaya dan
keindahan alam. Potensi yang ada dapat dikembangkan sebagai aset untuk
mewujudkan kota Surakarta sebagai kota budaya sekaligus kota wisata. Dengan
adanya bandara internasional Adi Soemarmo maka keberadaan kota Surakarta
merupakan salah satu pintu gerbang Internasional di Indonesia.
Strategi dan kebijaksanaan pembangunan kota Surakarta tercermin dalam visi misi
kota Surakarta menjadi kota tujuan wisata yang bernuansa budaya, mengingat
kota Surakarta memiliki potensi wisata budaya yang beragam. Dalam
melaksanakan program atau kebijaksanaan pemerintah, khususnya bidang
kepariwisataan, pemerintah daerah telah mengambil langkah-langkah untuk
menunjang terwujudnya kota Surakarta sebagai pintu gerbang pariwisata di Jawa
Tengah. Usaha ini dikaitkan dengan perwujudan Tri Krida Utama kota Surakarta,
yaitu sebagi kota budaya, kota pariwisata dan kota olah raga, yang dalam
program pelaksanaanya juga ditunjang dengan program BERSERI (Bersih Sehat
Rapi Indah). Selain itu usaha ini juga dikaitkan dengan visi kota Surakarta yaitu
"Terwujudnya Kota Sala Sebagai Kota Budaya yang Bertumpu pada Potensi
Perdagangan, Jasa, Pendidikan, Pariwisata, dan Olahraga Beberapa aset
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab I Pendahuluan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2
pariwisata yang ada di kota Surakarta salah satunya kawasan wisata Taman Satwa
Taru Jurug .
Bila ditinjau dari sudut industri pariwisata, keberadaan aset Taman Satwa Taru
Jurug yang merupakan tempat rekreasi yang berupa kebun binatang dan hutan
kota sangat menunjang sarana rekreasi kota. Bila dilihat dari lokasinya, Taman
Satwa Taru Jurug sangat strategis dan memiliki potensi yang tinggi,
berdampingan dengan sungai Bengawan Solo dan dekat dengan Universitas
Sebelas Maret serta pemukiman penduduk. Secara makro, menjadi kawasan
transisi antara Jawa Timur dan Jawa Barat.
Taman Satwa Taru Jurug merupakan salah satu ikon kota Solo yang memiliki
nilai sejarah tinggi dan suatu wadah aktivitas edukatif-rekreatif serta memberikan
retribusi cukup besar dalam meningkatkan vitalitas dan pendapatan kota Solo.
Selain itu keberadaannya merupakan aset yang sangat penting karena menunjukan
masyarakat Solo adalah masyarakat yang menghargai sejarah, mencintai alam,
dan peduli akan masa depan.
Taman Satwa Taru Jurug merupakan salah satu ikon kota Solo yang memiliki
nilai sejarah tinggi dan suatu wadah aktivitas edukatif-rekreatif serta memberikan
retribusi cukup besar dalam meningkatkan vitalitas dan pendapatan kota Solo. Hal
tersebut nampak dari persentase retribusi pendapatan kota Solo yang dihasilkan
dari Taman Satwa Taru Jurug. Lihat Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Retribusi Pendapatan Kota Solo
No. Objek Persentase
1 Keraton Surakarta 3,24 %
2 Mangkunegaran 9,66 %
3 Museum Radya Pustaka 0,73 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab I Pendahuluan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
3
Lanjutan Tabel 1.1. Retribusi Pendapatan Kota Solo
4 Taman Wisata Budaya Sriwedari 21,24 %
5 Wayang Orang Sriwedari 6,16 %
6 Taman Hiburan Rakyat Sriwedari 9,43 %
7 Taman Satwa Taru Jurug 48.08 %
8 Taman Wisata Balekambang 1,47 %
Jumlah 100 %
Sumber : Dinas Pariwisata Kota Surakarta
Selain itu keberadaannya merupakan aset yang sangat penting karena menunjukan
masyarakat Solo adalah masyarakat yang menghargai sejarah, mencintai alam,
dan peduli akan masa depan. Namun hal tersebut masih belum terwujud, bahkan
Taman Satwa Taru Jurug mengalami kemunduran atau penurunan potensi. Semua
itu dapat dilhat dari kondisi satwa di Taman Satwa Taru Jurug sangat
memprihatinkan, selain fasilitas yang minim, satwa juga dalam kondisi stres
sehingga banyak yang mati. Diantara satwa yang mati adalah : harimau, komodo,
buaya dan orangutan. Bahkan koleksi orangutan tang dinilai paling
memprihatinkan di Taman Satwa Taru Jurug yaitu tinggal satu ekor.
(Seto Hariwibowo, http://newslines.files.wordpress.com )
Jumlah pengunjung makin lama makin sedikit dan hanya ramai pada saat hari
besar tertentu, dengan kata lain yang menarik perhatian adalah acara tersebut dan
bukan lagi Taman Satwa Taru Jurug. Demikian pula dengan wisatawan
mancanegara jumlahnya juga semakin menurun. Taman Satwa Taru Jurug sudah
pendataan dari pihak pengelola Taman Satwa Taru Jurug jumlah pengunjung
mengalami penurunan mulai tahun 2006 terutama di event khusus. Hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab I Pendahuluan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
4
mengalami lonjakan jumlah pengunjung pada saat hari minggu dan hari besar.
Pada hari biasa jumlah pengunjung juga mengalami penurunan, lihat Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Jumlah Pengunjung Taman Satwa Taru Jurug
Tahun Anak Dewasa Jumlah
2006 2.640 268.221 270.861
2007 30.273 233.387 263.660
2008 22.158 186.171 208.329
2009 23.606 197.223 220.829
2010 24.329 195.358 219.687
Sumber : Pengelola Taman Satwa Taru Jurug
Ganbar 1.1. Tampak Depan Taman Satwa Taru Jurug
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab I Pendahuluan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
5
Gambar 1.2. Situasi didalam TSTJ
Gambar diatas menunjukan area permainan. Kondisi peralatan yang kurang
terawat, banyak tempat yang belum dimaksimalkan potensinya (terbengkalai) dan
kurang teratur. Kapal yang dulunya beroperasi, kini tidak lagi terpakai karena
rusak. Lihat Gambar 1.2.
Gambar 1.3. Situasi Fasilitas Bangunan yang Terbengkalai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab I Pendahuluan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
6
Banyak lahan di Taman Satwa Taru Jurug yang terbengkalai dimana sebenarnya
memiliki potensi besar untuk dioptimalkan penggunaannya. Banyak fasilitas yang
kurang terawat seperti gazebo yang menghadap danau buatan, satwa air yang
ditutup, pendopo yang tidak lagi terpakai, pedestrian yang rusak yang tidak sesuai
degan misinya dan saluran air yang tidak terawat. Dimana sebenarnya berpotensi
bagus apabila kondisinya baik dan terawat sesuai dengan visi, misi, dan tujuan
dibangunnya Taman Satwa Taru Jurug. Lihat Gambar 1.3.
Kondisi TSTJ saat ini memang cukup memprihatinkan, hal ini dapat terlihat pada
kondisi kandang yang 90 persennya rusak. Kandang satwa yang kurang terawat
dan tidak memadai sebagai habitat satwa yang bersangkutan memberikan dampak
buruk dalam perawatan dan pelestarian satwa tersebut. Kandang satwa banyak
yang berkarat dan rapuh, selain itu identitas tentang satwa kurang menarik dan
seakan-akan hanya sekedar tempelan untuk melengkapi kandang agar tidak
terkesan polos. (http://www.soloposfm.com/2011/03). Lihat Gambar 1.4.
Gambar 1.4. Kondisi Kandang Satwa yang Tidak terawat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab I Pendahuluan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
7
Gambar 1.5. Kondisi Fasilitas Umun yang Tidak Terawat
Kenyamanan para pengunjung masih belum terpenuhi, hal ini dapat dilihat dari
kurangnya kenyamanan yang disebabkan kondisi fasilitas umum yang tidak
terawat seperti toilet ( yang menimbulkan keengganan untuk menggunakannya),
tempat berteduh, dan stand (tempat berjualan) yang seadanya tanpa pengaturan
dan pemeliharaan. Sekitar 60 % dari keseluruhan jalan setapak yang ada di Taman
Satwa Taru Jurug mengalami kerusakan yang cukup parah. Lihat Gambar 1.5.
(http://www.harianjoglosemar.com/berita/60-persen-jalan-setapak-di-tstj-rusak-
30584.html).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab I Pendahuluan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
8
Gambar 1.6. Tumpukan sampah di TSTJ
Sampah-sampah bertebaran di kawasan Taman Satwa Taru Jurug menambah
kesemrawutan Taman Satwa taru Jurug. Kurang adanya pengelolaan sampah yang
baik sehingga sampah menjadi menumpuk di berbagai tempat. Lihat Gambar 1.6.
Pagar pembatas di Taman Satwa Taru Jurug mengalami kerusakan, rusaknya
pagar TSTJ dimanfaatkan oleh para pemancing ikan ilegal yang masuk tanpa
tiket. Selain itu, akibat kerusakan pagar, banyak tanaman untuk pakan satwa juga
raib.( http://www.harianjoglosemar.com/berita/tstj/26/03/2011 ).
Kehilangan Taman Satwa Taru Jurug sebagai aset merupakan tanda bahwa kota
Solo sedang mengalami kemunduran walaupun secara pembangunan fisik, kota
Solo mengalami penambahan dan perkembangan, seperti munculnya mall-mall
baru dan apartemen. Kehilangan aset yang memilki nilai sejarah sama dengan
kehilangan masa lalu dan hal ini berarti kota Solo telah kehilangan salah satu
peradapannya. Oleh karena itu, untuk mengembalikan Taman Satwa Taru Jurug
sebagai ikon kota Solo diperlukan adanya perbaikan yang menyeluruh dan
pengembangan kawasan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab I Pendahuluan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
9
Namun hal tersebut masih belum terwujud, bahkan Taman Satwa Taru Jurug
mengalami kemunduran atau penurunan potensi. Semua itu dapat dilhat dari
Jumlah pengunjung makin lama makin sedikit. Semua itu diakibatkan karena
kondisi satwa di Taman Satwa Taru Jurug kini memprihatinkan, selain fasilitas
yang minim kandang 90 persennya rusak sehingga mengakibatkan satwa juga
dalam kondisi stress, sehingga banyak yang mati.
Hal lain yang mengakibatkan kemunduran Taman Satwa Taru Jurug adalah
kondisi peralatan di Taman Satwa Taru Jurug yang kurang terawat sehingga
banyak yang mengalami kerusakan.Kenyamanan para pengunjungpun masih
belum terpenuhi, hal ini dapat dilihat dari kurangnya kenyamanan yang
disebabkan kondisi fasilitas umum yang tidak terawat seperti toilet tempat
berteduh, dan stand (tempat berjualan) yang seadanya Sampah-sampah bertebaran
di kawasan Taman Satwa Taru Jurug menambah kesemrawutan Taman Satwa
Taru Jurug. Pagar pembatas di Taman Satwa Taru Jurug juga mengalami
kerusakan.
kota Solo. Kehilangan Taman Satwa Taru Jurug sebagai aset merupakan tanda
bahwa kota Solo sedang mengalami kemunduran walaupun secara pembangunan
fisik, kota Solo mengalami penambahan dan perkembangan, seperti munculnya
mall-mall baru dan apartemen. Kehilangan aset yang memilki nilai sejarah sama
dengan kehilangan masa lalu dan hal ini berarti kota Solo telah kehilangan salah
satu peradapannya. Oleh karna itu, untuk mengembalikan Taman Satwa Taru
Jurug sebagai ikon kota Solo diperlukan adanya perbaikan yang menyeluruh dan
pengembangan kawasan tersebut.
Tugas akhir ini merupakan Perencanaan Site Plan Redesign Taman Satwa Taru
Jurug. Bila dilihat dari Rencana Tata Ruang Wilayah area Taman Satwa Taru
Jurug merupakan area terbuka hijau. Pemakaian area sebagai kebun binatang telah
sesuai dengan peruntukan area tersebut. Area ini sangat tepat bila dijadikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab I Pendahuluan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
10
sebagai ikon kota Solo, karena berada pada pintu masuk kota Solo dan dilalui
jalan arteri sekunder pada bagian Selatan dan pada sisi Barat dilalui jalan kolektor
sekunder. Selain itu area ini juga berada di dekat Universitas Sebelas Maret dan
tepat di sisi Barat Sungai bengawan Solo. Lokasi berada pada Jl. Ir. Sutami 18,
Surakarta dengan luas area ± 14,7 ha.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyusunan site plan komplek wisata yang memenuhi standar.
2. Bagaimana penyusunan Rencana Anggaran Biaya Redesign Taman
Gesang.
1.3. Tujuan Perencanaan
1. Mendesain site plan yang dikondisikan agar satwa dapat bergerak secara
leluasa dan beraktifitas sebagaimana mestinya, pengunjung agar tidak
tersesat atau kebingungan dalam mengamati seluruh area, dan
menciptakan suatu kondisi agar pengunjung dapat melihat dan mengamati
dengan aman dan leluasa.
2. Menyusun Rencana Anggaran Biaya Taman Gesang
1.4. Manfaat Perencanaan
1. Bagi Pemerintah
a.) Memulihkan citra taman Satwa Taru Jurug sebagai ikon kota Solo
b.) Mendatangkan pemasukan untuk daerah.
2. Bagi Masyarakat Kota Solo
Memberikan tampat bagi masyarakat kota Solo sebagai area konservasi,
rekreasi, penelitian, dan pendidikan.
3. Bagi Pendidikan Teknik Sipil
Memberikan teladan bagi para mahasiswa dan orang-orang yang bergerak
di bidang teknik sipil, bahwa teknik sipil tidak berbicara tentang dirinya
sendiri melainkan juga lingkungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab I Pendahuluan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
11
4. Bagi Lingkungan
Menyediakan area terbuka yang diperuntukan sebagai hutan kota, tempat
resapan air dan juga paru-paru kota.
1.5. Sistematika Penulisan Laporan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang signifikasi mengapa penelitian ini layak dan menarik
untuk dilakukan, berisikan abstraksi perihal yang dibahas dalam tulisan
ini, tujuan penelitian dan sistematika laporan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang landasan yang digunakan dalam pembuatan laporan
tugas akhir.
BAB III METODOLOGI PERENCANAAN
Bab ini berisi tentang metedologi survei pengambilan data di Taman Satwa
Taru Jurug Surakarta.
BAB IV PERENCANAN LAHAN
Bab ini berisi paparan tentang kondisi lahan yang akan
direncanakan.Perencanaan Site Plan Kawasan Taman Satwa Taru Jurug
Surakarta.
BAB V PERANCANGAN BANGUNAN
Bab ini berisi tentang gambaran dan detail dari rancangan bangunan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memuat kesimpulan dari laporan Perencanaan Pengembangan
Kawasan Taman Satwa Taru Jurug.
1.6. Batasan Perencanaan
Perencanaan Pengembangan Taman Satwa Taru Jurug hanya terbatas pada
pembuatan site plan dan RAB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
Bab II Landasan Teori
Bayu Budi Prastowo I 8708021 Universitas Sebelas Maret Surakarta
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Perencanaan Tapak (Site Planning)
Site plan merupakan tanmpak atas bangunan yang dilengkapi dengan lingkungan
sekitarnya. Sedangkan perencanaan tapak (site planning) adalah seni menata
lingkungan buatan manusia dan lingkungan alamiah guna menunjang kegiatan
manusia. Pengkajian perencanaan tapak (site planning) sering tersusun dalam dua
komponen yang berhubungan, yaitu faktor lingkungan alam dan faktor lingkungan
buatan manusia.
Faktor lingkungan alam merupakan suatu sistem ekologi dari air, udara, energi,
tanah, tumbuhan (vegetasi), dan bentuk-bentuk kehidupan yang saling
mempengaruhi dan membentuk suatu komunitas yang saling menyesuaikan diri
dan berkembang bila lingkungan berubah. Kegiatan manusia merupakan bagian
penting dari sistem ekologi ini. Karena itu dalam pembangunan yang menjadi
persoalan ialah bagaimana mempertahankan keselarasan dan tidak melampaui
kapasitas alam dari sistem tersebut guna menunjang kegiatan manusia. Suatu
rancangan tapak yang baik akan meningkatkan kegiatan manusia di samping
menonjolkan potensi tapak yang alami.
Faktor lingkungan buatan manusia terdiri dari bentuk elemen dan struktur kota
yang dibangun, meliputi struktur fisik dan pengaturan ruang serta pola-pola
perilaku sosial, politik, dan ekonomi yang membentuk lingkungan fisik. Kedua
perspektif ini saling mempengaruhi. Seringkali dalam tata lingkungan terjadi
pelanggaran faktor lingkungan alam yang disengaja. Kota memiliki berbagai
sistem prasarana yang luas untuk air, energi listrik, transportasi, saluran
pembuangan air hujan, sanitasi lingkungan dan sebagainya. Dalam perencanaan
dan perancangan tapak dikaji bagaimana kesesuaian suatu tapak dengan berbagai
sistem lingkungan binaan manusia ini. Jadi perencanaan dan perancangan tapak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
Bab II Landasan Teori
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
13
meliputi hubungan dengan sistem alam maupun dengan sistem buatan manusia,
diperkotaan maupun di lingkungan yang jauh dari perkotaan.
2.1.1. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Pemilihan Tapak
1. Luas tapak harus sesuai dibandingkan dengan luas bangunan atau fasilitas
lain.
2. Tapak merupakan persil yang tidak digunakan,status lahan & ruang bebas.
3. Memiliki topografi, seperti pohon peneduh, pemandangan bagus & lereng
yang menyenangkan.
4. Kualitas lingkungan (dampak proyek terhadap lingkungan sekitarnya).
5. Bahaya: Kemungkinan banjir, longsoran, kedekatan terhadap jalur kereta
api, lalu lintas cepat, bantaran tinggi, perairan yang tidak terlindungi,
keberadaan serangga pengganggu seperti rayap, nyamuk, muka air tanah
yang tinggi sehingga menyebabkan kelembaban pada bangunan.
6. Gangguan: kedekatan terhadap pabrik, rel kereta api, bengkel, lalu lintas
dan sebagainya, yang mengakibatkan gangguan suara, asap, debu, bau-
bauan atau getaran.
7. Pertimbangan lingkungan menjadi aspek penting dalam proses
perencanaan tapak, mencakup analisis iklim mikro dan makro, ekosistem
dan keterkaitannya, hidrologi, vegetasi, serta kondisi tanah bawah
permukaan.
8. Kesesuaian terhadap Pola Perkotaan
Kesesuaian terhadap rencana tata kota yang telah disetujui, rencana
sementara atau beberapa kecenderungan dalam penggunaan tanah.
Penzonaan (zoning); kemungkinan perubahannya.
Persetujuan dari badan-badan perencanaan setempat.
Kemungkinan penutupan jalan yang ada dan pembuatan jalan baru.
Akibat peraturan bangunan serta kemungkinan rencana
penyesuaian.
9. Ketersediaan pelayanan kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
Bab II Landasan Teori
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
14
Pengumpulan dan pembuangan sampah.
Perlindungan terhadap bahaya kebakaran yang dipengaruhi oleh
lokasi dan pencapaian tapak.
Jalan: penerangan, pembersihan, pemeliharaan, penanaman phonon
dan sebagainya.
Perlindungan keamanan polusi.
10. Ketersediaan fasilitas lingkungan dan sosial.
2.2. Ruang Terbuka Hijau
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia tentang tata cara perencanaan lingkungan
perumahan di perkotaan, ruang terbuka merupakan komponen berwawasan
lingkungan, yang mempunyai arti sebagai suatu lanscap, hardscap, taman atau
ruang rekreasi dalam lingkup urban. Peran dan fungsi Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Perkotaan (RTHKP) ditetapkan dalam instruksi Mendagri no.1 tahun
2007
penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam pemnfaatan dan
fungsinya adalah areal berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga kehidupan
wilayah pekotaan dengan besaran minimal 30% dari luas area.
Tujuan penataan RTHKP adalah :
1. menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan
2. mewujudkan kesimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buata
3. meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih.
Fungsi RTHKP adalah :
1. Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan
2. Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara
3. Tempat perlindungan plasma nuftah dan keanekaragaman hayati
4. Pengendali tata air; dan
5. Sarana estetika kota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
Bab II Landasan Teori
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
15
Manfaat RTHKP adalah :
1. Sarana untuk mencerminkan identitas daerah
2. Sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan
3. Sarana rekreasi aktif dan pasif serta interkasi sosial
4. Meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan
5. Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah
6. Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula.
Berikut ini adalah rumus-rumus untuk mengetahui perbandingan antara wilayah
terbuka dengan wilayah terbangun
Tabel 2.1 Tabel Rumus Perhitungan Perbandingan Wilayah Terbangun dengan
Luas lahan total
Tabel 2.2 Tabel Rumus Perhitungan Perbandingan Wilayah terbuka dengan Luas
Lahan Total
2.3. Taman Margasatwa
2.3.1. Pengertian Taman Margasatwa
Taman margasatwa adalah tempat hewan dipelihara dalam lingkungan buatan dan
dipertunjukkan kepada publik. Selain sebagai tempat rekreasi, taman margasatwa
berfungsi sebagai tempat pendidikan, riset dan tempat konservasi untuk satwa
terancam punah. Binatang yang dipelihara sebagian besar adalah hewan yang
hidup di darat, sedangkan satwa yang hidup air dipelihara di akuarium.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
Bab II Landasan Teori
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
16
Dalam Arief (2001), berdasarkan surat keputusan Dirjen Kehutanan No.
20/upts/DJ/1978 tentang pedoman umum kebun binatang, bahwa kebun binatang
atau taman margasatwa adalah suatu tempat dimana berbagai macam satwa
dikumpulkan, diperagakan, dipelihara untuk umum dalam rangka pengadaan
sarana rekreasi alam yang sehat untuk mendidik dan mengembangkan budaya
masyarakat dalam memelihara kelestarian lingkungan hidup.
2.3.2. Fungsi Taman Margasatwa
Berdasarkan fungsi taman margasatwa yang telah dijadikan oleh Perhimpunan
Kebun Binatang Se-Indonesia dirincikan sebagai berikut :
1. Sebagai sarana untuk meningkatkan kepedulian masyarakat tentang
pentingnya masalah keanekaragaman hayati fauna di dunia dan di
Indonesia.
2. Sebagai sarana konservasi jenis satwa yang langka atau terancam punah.
3. Sebagai sarana tempat penangkaran jenis-jenis satwa koleksi yang ada.
4. Sebagai sarana tempat dan obyek penelitian aspek biologi/eko logi jenis-
jenis satwa koleksi dalam rangka melengkapi data.
5. Sebagai sarana untuk membantu penghijauan kota berupa taman karena
banyaknya jenis pepohonan yang ditanam sebagai pelindung dan habitat
satwa semi alami.
6. Sebagai paru-paru kota oleh karena banyaknya jenis tumbuhan hijau
sebagai produsen oksigen serta pencegah erosi dan kekeringan.
7. Sebagai sarana tempat obyek rekreasi yang edukatif, dengan mengunjungi
taman satwa, masyarakat dapat memperoleh informasi tentang kehidupan
dan perilaku satwa yang menarik.
8. Sebagai sarana untuk membantu peningkatan kondisi sosial-ekonomi
masyarakat.
Tobrani (1997), menyebutkan bahwa kebun binatang atau taman
margasatwa merupakan sarana yang vital dari program pelestarian alam
disamping fungsi-fungsi yang lain, diantaranya sebagai sarana untuk memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
Bab II Landasan Teori
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
17
kesempatan yang luas dalam bidang pendidikan, penelitian dan rekreasi. Dengan
demikian, kebun binatang atau taman margasatwa merupakan sarana penghubung
satu-satunya antara masyarakat dan satwa liar, karena itu di tempat ini masyarakat
dapat melihat berbagai jenis satwa liar.
2.3.3. Faktor yang Diperlukan dalam Pembinaan Taman Margasatwa
1. Bentuk-bentuk tempat satwa (kandang biasa, kandang bentuk gua, dataran,
unit kandang luar, kolam air dan gedung pameran).
2. Keamanan (pagar, kandang pemisah dan pemeriksaan kandang).
3. Pelayanan teknis (tenaga ahli, perawatan dan kesehatan satwa).
4. Pelayanan masyarakat dan pembiayaan.
5. Kerja sama antara kebun binatang atau taman margasatwa.
2.4. Hutan Kota
2.4.1. Pengertian Hutan Kota
Rapat teknis Departemen Kehutanan (1991), hutan kota adalah suatu lahan yang
bertumbuhan pohon-pohon di dalam tanah negara maupun tanah milik yang
berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal pengaturan tata air, udara,
habitat, flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas yang solid
yang merupakan ruang terbuka hijau pohon-pohonan serta area tersebut ditetapkan
oleh pejabat yang berwewenang sebagai hutan kota.
2.4.2. Fungsi dan Manfaat Hutan Kota
Menurut Irwan (2005), fungsi hutan kota sangat bergantung pada komposisi dan
keanekaragaman jenis dari komunitas vegetasi yang menyusunnya dan tujuan
perancangannya. Secara garis besar fungsi hutan kita dapat dikelompokkan
menjadi tiga fungsi berikut :
1. Fungsi Lansekap
Meliputi fungsi fisik, dimana vegetasi sebagai unsure struktural berfungsi
untuk perlindungan terhadap kondisi alami sekitarnya seperti angin, sinar
matahari, pemandangan yang kurang bagus dan terhadap bau. Meliputi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
Bab II Landasan Teori
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
18
fungsi sosial, penataan vegetasi dalam hutan kota yang baik akan
memberikan tempat interaksi sosial yang sangat produktif. Hutan kota
bagi orang seperti penyair atau seniman yang dapat merenung dan
mengkhayal sehingga dapat menjadi sumber inspirasi dan ilham. Hutan
kota dengan aneka vegetasinya mengandung nilai-nilai ilmiah yang dapat
menjadi laboratorium hidup untuk sarana pendidikan dan penelitian.
2. Fungsi Pelestarian Lingkungan, antara lain :
-
CO2 dalam proses fotosintesi dan menghasilkan O2 yang sangat
diperlukan bagi makhluk hidup untuk pernapasan.
b.) Menurunkan suhu kota dan meningkatkan kelembapan.
c.) Sebagai ruang hidup satwa. Vegetasi atau tumbuhan selain sebagai
produsen pertama dalam ekosistem juga dapat menciptakan ruang hidup
(habitat) bagi makhluk hidup lainnya.
d.) Sebagai penyanggah dan perlindungan permukaan tanah dari air hujan
dan angin untuk penyediaan air tanah dan pencegahan erosi.
e.) Pengendalian dan mengurangi polusi udara dan limbah.
f.) Peredam kebisingan.
g.) Tempat pelestarian plasma nutfah dan bioindikator dari timbulnya
masalah seperti hujan asam, karena tumbuhan tertentu akan memberikan
reaksi tertentu terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekitarnya.
h.) Menyuburkan tanah.
3. Fungsi Estetika
Erat kaitannya dengan rekreasi. Ukuran, bentuk, warna dan tekstur
tanaman serta unsur komposisi dan hubungannya dengan lingkungan
sekitarnya merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas estetika.
Kualitas visual vegetasi sangat penting karena tanggapan seseorang
merupakan reaksi dari suatu penampakan. Hutan, selain memberikan hasil
utama dan sebagai sumber air juga merupakan sarana untuk berekreasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
Bab II Landasan Teori
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
19
2.4.3. Tipe Hutan Kota
Menurut Dahlan (1992), hutan kota dibagi menjadi beberapa tipe yaitu tipe
pemukiman, tipe kawasan undustri, tipe rekreasi dan keindahan, tipe pelestarian
plasma nutfah, tipe perlindungan, dan tipe pengamanan.
1. Tipe Pemukiman
Hutan Kota di daerah pemukiman dapat berupa taman dengan komposisi
tanaman pepohonan yang tinggi yang dikombinasikan dengan semak dan
rerumputan.
2. Tipe Kawasan Industri
Hutan Kota yang dikembangkan di kawasan industri hendaknya memilih
jenis tanaman yang tahan dan mampu menyerap serta menyerap polutan.
3. Tipe Rekreasi dan Keindahan
Rekreasi pada kawasan Hutan Kota bertujuan menyegarkan kembali
kondisi yang jenuh dengan kegiatan rutin melalui sajian alam yang indah,
segar, dan penuh ketenangan. (Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian,
2007)
4. Tipe Pelestarian Plasma Nutfah
Hutan konservasi mengandung tujuan untuk mencegah kerusakan
perlindungan dan pelestarian terhadap sumberdaya alam. Bentuk Hutan
Kota yang memenuhi kriteria ini antara lain taman hutan raya, kebun raya,
an kebun binatang. Ada dua sasaran pembangunan Hutan Kota untuk
pelestarian plasma nutfah, yaitu :
a.) Sebagai koleksi plasma nutfah, khususnya pengembangan vegetasi
secara ex-situ.
b.) Sebagai habitat, khususnya untuk satwa yang dilindungi atau yang akan
dikembangkan sesuai dengan perkembangan vegetasi.
5. Tipe Perlindungan
Areal kota dengan mintakat kelima yaitu daerah dengan kemiringan yang
cukup tinggi dan ditandai oleh adanya tebing-tebing curam ataupun daerah
tepian sungai, yang perlu dijaga dengan membangun Hutan Kota agar
terhindar dari bahaya erosi dan tanah longsor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
Bab II Landasan Teori
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
20
6. Tipe Pengaman
Hutan Kota tipe pengaman berbentuk jalur hijau di sepanjang tepi jalan
bebas hambatan. Tanaman perdu yang liat dan dilengkapi dengan jalur
pohon pisang dan tanaman merambat dari legum secara berlapis-lapis,
akan dapat menahan kendaraan yang keluar dari jalur jalan karena pecah
ban, patah stir atau pengemudi mengantuk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab III Metode Perencanaan
Bayu Budi Prastowo I 8708021 Universitas Sebelas Maret Surakarta
BAB III
METODE PERENCANAAN
Perencanaan Tugas Akhir ini dilakukan untuk optimasi pemanfaatan Taman
Satwa Taru Jurug Surakarta. Untuk mendapatkan hasil yang baik, diperlukan
langkah-langkah penelitian yang tepat dan berurutan. Metode yang digunakan
adalah metode deskriptif yang dilakukan dengan mengumpulkan data, kemudian
dilakukan analisa melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif, untuk
mendapatkan hasil berupa kesimpulan yang digunakan dalam penyusunan
landasan program perencanaan dan perancangan. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara :
Survey data primer (kawasan) yang berisi fenomena dalam benuk potensi
dan masalah melalui pengamatan langsung (observasi), observasi
lapangan, digunakan untuk memperoleh data mengenai lokasi perencanaan
dan perancangan, serta data studi banding.
Survey data penunjang yang berisi data-data kebijakan yang berhubungan
dengan pengembangan kawasan Taman Satwa Taru jurug.
Wawancara pihak terkait, dilakukan untuk memperoleh gambaran umum
dari masyarakat dan pihak-pihak terkait, guna melengkapi data-data yang
diperoleh dari studi literatur dan observasi lapangan.
Studi literatur, untuk memperoleh landasan teori yang tepat sebagai
pegangan dalam menganalisa data-data yang diperoleh.
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi peneliti dalam
pembuktian kebenaran, analisa, dan perbaikan kesalahan yang juga berguna bagi
pengembangan selanjutnya. Dalam bagian ini akan diuraikan langkah-langkah
perencanaan yang akan dilakukan dalam memecahkan permasalahan, sehingga
perencanaan ini dapat terselesaikan dengan baik.
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab III Metode Perencanaan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
22
Secara skematis, metodologi perencanaan ditunjukkan dalam Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Diagram Alir Metodelogi Perencanaan
Identifikasi Permasalahan
Perumusan Masalah dan Tujuan
Perencanaan
Pengamatan Kondisi Lapangan
Pengumpulan Data
Studi Lapangan
Perhitungan dan Perencanaan Site Plan
Kawasan Taman Satwa Taru Jurug
Surakarta
Pembuatan Site Plan Kawasan Taman
Satwa Taru Jurug Surakarta
Selesai
Pembahasan dan Kesimpulan
Mulai
Studi Litelatur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab III Metode Perencanaan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
23
3.1. Tahap Persiapan
3.1.1. Identifikasi Objek
Sebagai langkah awal dalam perencanaan ini, objek yang ingin dikembangkan
harus diidentifikasikan secara jelas untuk menghindari kesalahan perencanaan.
3.1.2. Perumusan Tujuan Perencanaan
Setelah objek teridentifikasi, maka ditentukan tujuan apa saja yang ingin dicapai
dengan diadakannya peencanaan ini dan menjadikan pedoman dalam perencanaan
pengembangan Taman Satwa taru Jurug sehingga tidak terjadi penyimpangan
dalam pelaksanaannya.
3.1.3. Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui dimana lokasi atau tempat
dilakukannya pengumpulan data yang diperlukan dalam penyusunan perencanaan.
Dengan demikian diperoleh gambaran umum tentang objek yang akan
dikembangkan.
3.1.4. Studi Pustaka
Studi pustaka dimaksudkan untuk mendapatkan arahan dan wawasan sehingga
mempermudah dalam pengumpulan data, analisis data maupun dalam penyusunan
hasil perencanaan. Studi ini dilakukan untuk memperoleh dan lebih memahami
teori-teori yang berhubungan dengan perencanaan. Selain itu juga untuk
mengetahui perencanaan- perencanaan terdahulu yang telah dilakukan untuk
meyakinkan bahwa perencanan ini belum pernah dilakukan atau merupakan
pengembangan dari perencanaan terdahulu.
3.1.5. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan data yang dimiliki oleh instansi
yang langsung mengelola Taman Satwa Taru Jurug, serta pengukuran langsung di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab III Metode Perencanaan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
24
lapangan sebagai perbandingan dan pelengkap. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu :
1. Metode Wawancara
Didalam pelaksanaannya penulis berinteraksi dengan informan
menanyakan secara langsung atau memburu informasi. Jenis wawancara
yang dilakukan adalah dengan wawancara tidak terstruktur yakni dengan
mengajukan secara bebas sesuai dengan informasi yang diperlukan
kemudian dari hasil jawaban nara sumber dikembangkan lebih lanjut untuk
mendapatkan informasi yang lebih lengkap.
2. Metode Observasi
Metode observasi digunakan penulis untuk memperoleh keyakinan yang
memadai tentang gambaran objek yang akan direncanakan
pengembangannya. Dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
secara langsung terhadap obyek yang akan dipelajari.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi pada penyusunan Tugas Akhir ini adalah metode
pengumpulan data yang paling utama yakni dilakukan dengan mempelajari
dan mereview data pada dokumen milik Taman Satwa Taru Jurug.
3.2. Pengolahan Data
Setelah mendapatkan data yang diperlukan, langkah selanjutnya adalah mengolah
data tersebut. Pada tahap mengolah data atau menganalisis data dilakukan dengan
menghitung data yang ada dengan rumus yang sesuai.
Hasil dari suatu pengolahan data digunakan kembali sebagai data untuk
menganalisis yang lainnya dan berlanjut seterusnya sampai mendapatkan hasil
akhir tentang pembuatan site plan tersebut. Adapun urutan dalam analisis data
dapat dilihat pada diagram alir pada Gambar 3.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab III Metode Perencanaan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
25
3.3. Tahap Analisa dan Kesimpulan
Tahap akhir ini terdiri dari tahap analisa dan interpretasi data dan tahap
kesimpulan dan saran
3.4. Penyusunan Laporan
Seluruh data atau informasi primer maupun sekunder yang telah terkumpul
kemudian diolah atau dianalisis dan disusun untuk mendapatkan hasil akhir yang
dapat memberikan solusi mengenai Perencanaan Kawasan Taman Satwa Taru
Jurug Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab IV Perencanaan Lahan
Bayu Budi Prastowo I 8708021 Universitas Sebelas Maret Surakarta
BAB IV
PERENCANAAN LAHAN
4.1. Kriteria Pemilihan Lahan
Dasar pemilihan lahan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Solo.
Lahan yang tersedia telah dipetakan sebagai ruang terbuka hijau yang berfungsi
sebagai tempat pelestarian alam. Demikian pula dengan Taman Satwa Taru Jurug
yang berfungsi sebagai tempat pelestarian satwa dan tumbuhan. Lihat Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Solo
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab IV Perencanaan Lahan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
27
4.2. Analisa Lahan
Kondisi setiap lahan tidak pernah sama. Hal ini dipengaruhi berbagai aspek.
Kemiringan tanah, kondisi air, ruang hijau, pemandangan, kebisingan, dan lain-
lain. Konsep desain juga dipengaruhi oleh kondisi lahan.
4.2.1. Tata Guna Lahan
Lahan ini tepat digunakan sebagai Taman Satwa Taru Jurug yang berfungsi
sebagai wadah melestarikan satwa dan tumbuhan. Sekaligus sebagai tempat
rekreasi dan bersantai.
4.2.2. Lokasi Lahan
Taman Satwa Taru Jurug Terletak pada Jl. Ir. Sutami 18, Kelurahan Jebres
Surakarta. Lihat Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Gambar Lokasi Taman Satwa Taru Jurug
Sumber: Bakosurtanal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab IV Perencanaan Lahan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
28
4.2.3. Kemiringan Lahan
Kemiringan lahan Taman Satwa Taru Jurug adalah ± 15o .
Dengan kondisi
kemiringan menuju sungai bengawan Solo, sehingga pada saat hujan air mengalir
menuju sungai, Selain itu ada juga yang menuju danau buatan. Lihat Gambar 4.3.
Kemiringan Lahan
Gambar 4.3. Kondisi Kemiringan Lahan
Sumber : Google Earth
Melihat kondisi kemiringan tanah, maka perancangan saluran air dibuat mengikuti
arah kemiringan sehingga pada saat hujan area pedestrian tidak kebanjiran.
4.2.4. Sumber Air
Sumber air yang digunakan adalah air PDAM dan juga dari sumur bor. Air
PDAM hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan air kantor. Sedangkan untuk
memenuhi kebutuhan air seluruh areal Taman Satwa Taru Jurug yang begitu besar
berasal dari air sumur bor dalam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab IV Perencanaan Lahan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
29
Sistem pendistribusian air bersih yang digunakan adalah sistem downfeet.
Perlengkapn yang digunakan dalam sistem ini antara lain : meter air, tandon
bawah yang dilengkapi pompa yang terbagi atas masing-masing blok massa, dan
tandon atas yang terletak pada kontur yang paling tinggi.
Pompa
Gambar 4.4. Sistem Distribusi Air Bersih
Sumber: Novi Dian 2010
Sistem pendistribusian air bersih dibuat seperti bagan diatas karena jarak lahan ini
memiliki kontur yang miring 150
. Dari tandon tas inilah pendistribusian air
dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih secara downfeet ke tandon-tandon
bawah yang tersebar disetiap blok massa dengan menggunakan pompa dan
dialirkan ke tempat yang membutuhkan.
4.2.5. Sistem Pembuangan
4.2.5.1. Pembuangan Air Hujan
Dalam pembangunan kawasan wisata aspek harus diperhatikan adalah tersedianya
prasarana drainase yang mampu menjamin kawasan tersebut tidak tergenang air
pada waktu musim hujan. Di kawasan Taman Satwa Taru Jurug saluran terletak di
sisi luar bangunan atau di samping jalan lingkungan yang saling berhubungan dan
dialirkan ke sungai atau danau buatan . Pada setiap 15 m di saluran drainase
Sumur
Bor Tandon Atas Tandon Bawah Distribusi
Tandon Bawah
Tandon Bawah
Tandon Bawah
Distribusi
Distribusi
Distribusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab IV Perencanaan Lahan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
30
terdapat sumur resapan air hujan dengan diameter dalam 70 cm, tebal 15 cm.
Sumur tersebut terdiri dai 5 lapisan dengan masing-masing kedalaman 40 cm dan
setiap lapisan diisi dengan batu kali. Dinding saluran drainase tersebut terbuat
dari bahan beton dengan lebar dasar saluran 40 cm dan kedalaman 75 cm.
4.2.5.2. Saluran Kotoran
Kotoran buangan dari kloset yang berupa limbah padat dialirkan melalui pipa
pembuangan untuk kemudian disalurkan ke septictank. Pipa pembuangan secara
horizontal memiliki kemiringan 2% dari jarak horizontal yang ditempuh.
4.2.5.3. Sampah
Sistem pembuangan sampah dari bangnan, akan dibagi menjadi 2 bagian yaitu
pembuangan sampah yang dihasilkan manusia dan sampah yang dihasilkan
hewan. Pembuangan sampah yang dihasilkan manusia termasuk sampah yang
dibuang oleh pengunjung. Untuk sampah jenis ini telah disediakan tempat sampah
yang berada di area sirkulasi para pengunjung. Sistem pembuangan yang diplih
adalah sistem pembuangan kolektif oleh petugas kebersihan, untuk kemudian
ditampung terlebih dahulu dan dibuang ke TPA.
Sampah dari kotoran binatang, untuk sampah jenis ini akan dibersihkan oleh
petugas kebun binatang. Sebagian akan dibakar ditempat pembakaran yang telah
disediakan dan sebagian akan diolah menjadi pupuk.
4.2.6. Sistem Listrik
Pada prinsipnya distribusi listrik ke tiap bangunan bersumber dari PLN. Dari
gardu PLN yang terletak pada bangunan gardu induk, dari sini dihubungkan ke
mesin trafo kemudian didistribusikan melalui panel control.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab IV Perencanaan Lahan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
31
Pada proyek ini ruang panel terdapat di dekat area kantor pengelola. dari panel
induk listrik dialirkan ke tiap gedung, pada tiap zona massa terdapat satu ruang
panel.
4.2.7. Penghijaun
Kondisi eksisting Taman Satwa Taru Jurug memiliki jenis tanaman yang sangat
bervariasi. pepohonan peneduh, tanaman obat-obatan , dan lain-lain. Fungsi
-
kota Solo. Perancangan bangunan akan lebih baik bila tidak menumbangkan
tanaman yang ada tetapi justru mengikuti pola tanaman. Namun bila terpaksa
tanaman tersebut bisa direlokasi atau diganti tanaman baru pada tempat yang
berbeda.
4.2.8. Kebisingan
Tingkat kebisingan pada sisi Barat site lebih rendah, disebabkan hanya digunakan
sebagai jalan lokal. Tingkat kebisingan pada sisi Selatan sangat tinggi, disebabkan
digunakan sebagai jalan arteri sekunder. Jadi sebaiknya peletakan satwa pada sisi
utara yang jauh dari kebisingan, karena satwa peka terhadap suara dan
mempengaruhi proses perkembangbiakan.
4.3. Analisa Sirkulasi
Kondisi lahan strategis karena dilalui 2 jalan, yaitu jalan utama dengan lebar 12 m
berada di sisi Selatan dan jalan sekunder dengan lebar 6 m berada di sisi Barat.
Lihat Gambar 4.5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab IV Perencanaan Lahan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
32
Jalan
Sekunder
Jalan
Utama
Gambar 4.5. Akses Jalan
Sumber : Google Earth
Bila arah masuk melalui jalan utama dan keluar melalui jalan sekunder, maka
keuntungannya adalah tidak terjadi crossing . namun kekurangannya pada jalan
sekunder akan menjadi ramai bahkan bisa menyebabkan kemacetan.
Bila arah masuk lokasi melalui jalur utama dan keluar melalui jalan yang sama
pada sisi yang berbeda. Kelebihannya tidak terjadi croosing karena berupa jalur
satu arah. Selain itu entrance lebih terlihat, karena berada pada jalan utama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab IV Perencanaan Lahan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
33
Masuk
Keluar
Gambar 4.6. Sistem entrance
Sumber : Google Earth
Jadi sebaiknya arah masuk dari jalan utama yang berada pada sisi Selatan.
Perancangan arah masuk berdasarkan kenyamanan kendaraan yang masuk dan
keluar agar tidak terjadi crossing serta tidak terjadi kemacetan lalu lintas.
4.4. Analisa Kebutuhan Ruang
Berdasarkan hasil analisa dan kebutuhan, Taman Satwa Taru Jurug memerlukan
ruang-ruang yang memiliki fungsi tertentu.
Pada zona kebun binatang terbagi atas empat sub zona, yaitu mamalia, aves,
reptil, dan pisces. Lihat Gambar 4.7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab IV Perencanaan Lahan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
34
Gambar 4.7. Kebutuhan Ruang Kebun Binatang
Pada zona rekreasi terbagi atas zona waterboom, outbound, pemancingan,
foodcourt, galeri seni, pertunjukan, dan playground. Lihat Gambar 4.7.
Gambar 4.8. Kebutuhan Ruang Rekreasi
Zona Kebun Binatang
Mamalia
Aves
Reptil
Pisces
Zona Rekreasi
Waterboom
Outbound
Wisata Danau
Food court
Pusat Souvenir
dan Cinderamata
Pertunjukan
Playground
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab IV Perencanaan Lahan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
35
Zona pendidikan difungsikan untuk menunjukan koleksi yang ada di Taman
Satwa Taru Jurug dan mempelajari lebih dalam mengenai aneka flora dan fauna
sekaligus sebagai sarana pembelajaran tentang pengawetan. Zona pendidikan
terdiri atas ruang perpustakaan, museum, diorama hewan, diorama tumbuhan,
greenhouse, dan lab. pengawetan. Lihat Gambar 4.9.
Gambar 4.9. Kebutuhan Ruang Pendidikan
Pada zona keempat terdapat zona perawatan satwa yang terdiri atas klinik hewan,
ruang karantina, dan gudang serta penyimpanan makanan.
Gambar 4.10. Kebutuhan Ruang Perawatan
Zona Pendidikan
Diorama Hewan
Diorama Tumbuhan
Greenhouse
Perpustakaan
Museum
Zona Perawatan
Klinik
Karantina
Gudang dan
Penyimpanan Makanan
Lab. Pengawetan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab IV Perencanaan Lahan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
36
Bagian terakhir adalah fasilitas pendukung yang terdiri dari kantor, lahan parkir,
sarana ibadah, rumah pompa, jalan, taman, toilet, gudang, pos keamanan, dan
lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir Bab V Perancangan Bangunan
Bayu Budi Prastowo I 8708021 Universitas Sebelas Maret Surakarta
BAB V
PERANCANGAN BANGUNAN
5.1. Konsep Desain
Kenyamanan satwa beraktivitas selayak dihabitatnya dan pengembangan kawasan
menjadi suatu objek wisata yang menarik minat wisatawan untuk berkunjung
menjadi konsep utama dalam Perencanaan Site Plan Redesign Taman Satwa Taru
Jurug Surakarta. Hal ini tidak lepas dari kondisi kawasan yang sangat memiliki
potensi apabila dikembangkan.
5.2. Pendekatan Perancangan
Pendekatan fungsi ruang digunakan sebagai dasar peletakan zona-zona pada
konsep desain. Melalui fungsi dapat diketahui kebutuhan yang mendukung
penempatan zona. Jadi pendekatan merupakan acuan penempatan ruang-ruang
yang ada danfungsi akan membentuk pola. Pola ini akan bercerita bagaimana
pengunjung akan menikmati fasilitas yang ada.
Karena bangunan kebun binatang ini terletak pada lahan yang cukup luas
sehingga pola pengaturan sirkulasi harus diperhatikan. Selain itu, karena lahan
yang dipakai masih cukup asri, maka pola penataan sirkulasi harus dibuat
sedemikian rupa agar tidak membingungkan dan dapat membuat orang merasa
nyaman.
Pola yang akan digunakan pada perancangan ini adalah pola linier. Pola linier
mengarahkan pengunjung untuk menikmati seluruh area. Kelebihan pola ini bagi
pengunjung yang pertama kali berkunjung tidak perlu takut untuk tersesat.
Dengan demikian pengunjung dapat menikmati fasilitas dengan bebas satu per
satu ataupun hanya fasilitas yang diinginkan saja, ditambah lagi pengunjung
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
BabV Perancangan Bangunan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
38
hanya membayar untuk fasilitas yang digunakan saja dan bukan hanya membayar
satu kali diawal untuk menikmati seluruh fasilitas.
5.3. Fasilitas Bangunan
Fasilitas bangunan yang ada pada proyek dibagi dalam banyak massa, sesuai
dengan karakter dan fungsi setiap massa yang ada. Berikut adalah program dan
luasan ruang pada perencanaan bangunan redesign Taman Satwa Taru Jurug.
5.3.1 Zona Kebun Binatang
5.3.1.1. Aves
Koleksi hewan golongan aves yang terdapat pada Taman Satwa Taru Jurug
sebagian besar merupakan golongan pemakan tumbuh-tumbuhan atau biji-bijian.
Namun ada juga yang merupakan pemakan daging (karnivora) seperti : elang,
burung hantu, gagak, dan Rajawali. Oleh karena itu, kandang aves didesain 2
massa bangunan dimana massa bangunan pertama didesain untuk berbagai ordo
aves pemakan tumbuhan dan biji-bijian serta yang kedua untuk ordo karnivora.
Golongan ordo pemakan biji dan buah ditempatkan dalam suatu kubah
berdiameter 56 m dan setinggi 20 m, mereka berada dalam suatu bangunan yang
memiliki ekosistem. Habitatnya yang bermacam-macam seperti danau, rawa,
padang rumput, dan pepohonan diolah menjadi satu kesatuan habitat yang saling
menunjang. kandang ini didesain agar satwa memperoleh makanan dari
lingkungannya sendiri, melalui pepohonan yang telah disediakan. Tetapi juga
disediakan makanan dari pihak pengelola dengan menggunakan sistem teknologi
berupa alat yang mampu mengeluarkan biji-bijian jenis tertentu pada waktu
tertentu. Alat ini dipasang dipepohonan yang telah direncanakan dan dioperasikan
melalui sistem komputer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
BabV Perancangan Bangunan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
39
Massa bangunan yanag kedua didesain untuk aves yang memakan daging
(karnivora). Kandang ini didesain mendekati kondisi habitatnya walaupun dalam
keadaan terbatas dan tidak sebebas kandang aves jenis pemakan biji buah. Sistem
pemberian makan dengan memasukan makanan alami dari hewan tersebut seperti
ular atau tikus yang menjadi makanan dari elang. Namun tidak sepenuhnya semua
makanan berasal dari hewan hidup, ada kalanya pegelola memberikan daging
segar karena tidak mudah untuk mencari makanan alami yang biasa di buru hewan
penghuni kandang ini.
Pada zona kandang aves ini area pengunjung untuk mengamati dibuat 2 view,
yaitu view dari sudut pandang manusia dan dari sudut pandang burung yang
berada ( 8 m pada tingkat 1 dan 10 m pada tingkat 2 ) dari permukaan tanah yang
terdiri dari 4 buah tower. Tujuannya agar pengunjung dapat mengamati sedekat
mungkin dan menyajikan suasana yang berbeda. Namun hal ini hanya bisa
diterapkan pada kandang aves pemakan biji dan buah-buahan, karena bila
diterapkan pada aves golongan karnivora dikhawatirkan akan membahayakan
pengunjung.
Potongan A-A
Tower
Kubah
Gambar 5.1. Desain Kandang Aves Pemakan Buah dan Biji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
BabV Perancangan Bangunan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
40
Tampak Atas
Jalan
Tower
Gambar 5.1. Desain Kandang Aves Pemakan Buah dan Biji
Kubah
Potongan A-A
Tampak Atas
Jalan
Gambar 5.2. Desain Kandang Aves Karnivora
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
BabV Perancangan Bangunan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
41
5.3.1.2. Reptilia
Pada zona reptilia dibagi menjadi 3 kelompok yaitu buaya, ular, dan iguana.
Kandang golongan buaya terbagi atas beberapa jenis disesuaikan dengan ordo
buaya yang ada. Demikian pula dengan golongan ular, dan iguana.
Kandang buaya didesain seperti habitatnya, yaitu rawa-rawa lengkap dengan
ilalang atau tumbuhan air dan batang pohon ditengah rawa. Dimana biasanya
buaya berendam untuk mendinginkan badan dan berburu mangsanya. Sistem
pemberian makan melalui pintu air yang dirancang khusus sebagai akses untuk
memasukan bebek atau ikan dan lain-lain. Mereka memperoleh makanan hidup
sehingga serasa hidup di habitat asalnya.
Kandang ular didesain sesuai dengan jenis ularnya, ada ular yang melilit pada
dahan pohon, bersembunyi pada ilalang, ataupun berada pada pasir seperti halnya
ular gurun. Dari pihak pengelola memberi makanan berupa tikus atau ayam
dalam keadaan hidup, sehingga ular dapat memburu mangsanya. Pada setiap
jenisnya disediakan kandang berukuran 6 x 4 m2
dengan dinding terbuat dari
bahan kaca.
Kandang iguana didesain lebih dominan dengan aksen bebatuan dan pepohonan
yang tumbang. Hewan ini tergolong paling tidak berbahaya dibandingkan dengan
ular dan buaya. Interaksi antara satwa dan pengunjng bersifat lebih terbuka,
namun disediakan area privasi untuk masa kawin, melahirkan, dan membesarkan
anaknya. Pada setiap jenisnya disediakan kandang berukuran 6 x 4 m2
dengan
dinding terbuat dari bahan kaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
BabV Perancangan Bangunan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
42
5 m
6 m
1,5 m
1,5 m
Gambar 5.3. Desain Kandang Ular dan Iguana
Pintu Masuk Petugas Kebun Binatang
Kolam
Buatan
Area
Berjemur
Buaya
Area Shelter
Area
Berjemur
Buaya
Area Shelter
Sirkulasi
Pengunjung
Sirkulasi
Pengunjung
Pagar Batas
Pengunjung
Gambar 5.4. Desain Kandang Buaya
Sumber: www.tamansatwatarujurug.com
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
BabV Perancangan Bangunan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
43
5.3.1.3. Mamalia
Dalam perencanaan pembuatan site Plan Redesign Taman Satwa Taru Jurug zona
mamalia terbagi atas 3 zona, yaitu karnivora, herbivora, dan primata.
Untuk jenis herbivora tidak ada desain khusus dalam pembuatan kandangnya.
Karena hewan jenis ini cenderung tidak berbahaya maka hewan ini dilepaskan
pada suatu area tertentu dengan luasan tertentu yang telah didesain dengan aksen
pepohonan, rumput, dan semak agar mereka merasa nyaman dan serasa berada
pada habitatnya. Untuk keamanan pengunjung diberikan batas berupa pagar
setinggi 2 m dan tentunya berbeda pada kandang gajah. Untuk kandang landak
dan musang memiliki desain tersendiri karena bila dilepas bebas dikhawatirkan
akan hilang. Pengunjung dan hewan juga dapat berinteraksi langsung dengan
ditemani oleh petugas pada waktu tertentu untuk sekedar mengelus atau memberi
makan. Lihat Gambar 5.5.
Zona primata yang dulunya sangat memprihatinkan disulap menjadi kandang
satwa yang lelusasa dan bebas bagi para primata. Paara primata bebas
bergelantungan pada pohon yang telah disediakan dan jauh dari kesan terkekang
dalam jeruji besi. Walaupun dikelilingi air, petugas bisa mengakses area satwa
untuk member makan dan membersihkan kandang dengan melewati jembatan
yang telah didesain khusus agar dapat dinaikan dan diturunkan sesuai kebutuhan.
Lihat Gambar 5.6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
BabV Perancangan Bangunan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
44
150 cm
50 cm
Pagar
Pembatas
Gambar 5.5. Situasi Kandang Herbivora
Sumber : Google
Zona karnivora terdiri atas berbagai jenis satwa diantaranya singa, harimau, dan
beruang. Mereka ditempatkan dalam kandang yang terpisah, karena memiliki
kecenderungan untuk saling menyerang dalam jenis yang berbeda. Jenis ini
ditempatkan pada kandang yang cukup luas sesuai dengan pola aktivitasnya.
Kandang untuk singa dan berbagai jenis harimau berukuran 30 x 20 m2 dan untuk
beruang berukuran 20 x 20 m2. Pengunjung dapat melihat satwa jenis ini yang
berativitas dengan bebas dan jauh dari keadaan terkekang. Tentunya keamanan
pengunjung juga diperhatikan, walaupun bebas namun antara pengunjung dan
satwa dibatasi oleh air yang mengelilingi area satwa dan tembok setinggi lebih
dari 4 m. Pola pemberian makan dimasukan melalui jalur khusus makanan yang
telah direncanakan sebelumnya. Lihat Gambar 5.7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
BabV Perancangan Bangunan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
45
Area Vegetasi
Area Bermain
Hewan
Shelter
Jembatan
Pintu Masuk
Petugas Kebun
Binatang
Air
200 cm
220 cm
80 cm
100 cm
Batas
Pengunjung
Batas
Pengunjung Air
Areal
Tanah
Air
15 m 3 m
3 m
15 m
2 m3 m
3 m2 m
4 m
4 m
Gambar 5.6. Desain Kandang Primata
Sumber : www.tamansatwatarujurug.com
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
BabV Perancangan Bangunan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
46
Area Vegetasi
Area Bermain
Hewan
Shelter
Pintu Masuk
Petugas Kebun
Binatang
Air
Batas
Pengunjung
Batas
Pengunjung Air
Areal
Tanah
Air
30 m
200 cm
220 cm
80 cm
3 m
3 m
36 m
20 m
100 cm
2 m
3 m3 m2 m
4 m
4 m
1 m
Gambar 5.7. Desain Kandang Binatang Buas
Sumber : www.tamansatwatarujurug.com
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
BabV Perancangan Bangunan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
47
4 m
1,5 m
1,5 m
4 m
Gambar 5.8. Desain Kandang Landak dan Musang
Sumber : www.soloaja.com
5.3.1.4. Pisces
Zona Pisces menempati area seluas 4194 m2. Untuk ikan air laut penyajiannya
didesain seperti berada dibawah laut, namun sesungguhnya pengunjung melihat
empat akuarium seluas 1000 m2
( 4 x 250 m2). Ekosistem air laut dibuat lengkap
dengan terumbu karang dan tanaman laut. Untuk jenis ikan laut tentunya
memerlukan penanganan khusus karena perlu adanya pengaturan kondisi air baik
suhu, pH, maupun kadar garam.
Sedangkan untuk ikan air tawar disediakan kolam-kolam penampungan ikan pada
bagian yang berbeda dengan ikan air laut. Terdapat empat kolam dengan luas
masing-masing 250 m2.
Pengunjung dapat melihat koleksi ikan yang berada pada
kolam yang diberi pagar pembatas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
BabV Perancangan Bangunan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
48
Kolam Ikan Air Tawar
Kantor Pengelola
Aquarium Ikan Laut
Pintu Masuk dan Loket
Luas Area ( 4194 m )2
Gambar 5.9.Denah Zona Pisces
5.3.1.5. Ukuran Shelter Kandang Hewan
Luasan Ruang kandang hewan berdasarkan standart Taman Satwa Taru Jurug, dan
luasan ini merupakan ukuran minimal satwa agar dapat beraktivitas dengan
nyaman. Lihat Tabel 5.1.
Tabel 5.1.Ukuran Shelter Kandang Hewan Per Ekor
Hewan P (m) L (m) T (m)
Gajah 8 8 6
Beruang 3 3 2.5
Macan 4 4 3
Singa 4 4 3
Rusa 3 3 3
Onta 6 6 5
Kuda 3 3 3
Kanguru 3 3 2.5
Banteng 5 3 3
Primata 3 2 2.5
Sumber : pengelola Taman Satwa Taru Jurug
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
BabV Perancangan Bangunan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
49
Ukuran diatas hanyalah ukuran untuk shelter saja, sedangkan ruang gerak hewan
shelter.
5.3.1.6.Bangunan Karantina
Bangunan ini dirancang untuk menampung satwa sementara, baik karena sakit
atau bila ada koleksi baru. Lihat Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Bangunan Karantina
Jenis Satwa
Ukuran
Satwa
Kapasitas
(spesimen)
Luas per
Specimen
(m2)
Total
Luasan
(m2)
Mamalia Besar 2 54 105
Sedang 6 18 108
Kecil 6 9 54
Reptilia Besar 2 18 36
Sedang 8 9 72
Aves Besar 4 4 72
Sedang 18 4 72
Pisces 18 2 36
Sirkulasi 30% 165
Luas Total 720
5.3.1.6. Poliklinik Hewan
Ruangan yang dirancang untuk hewan yang sakit. Namun pada kondisi darurat
pemeriksaan dan pengobatan dapat dilakukan di kandangnya. Kebutuhan ruang
poliklinik hewan dapat dilihat di Tabel 4.3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
BabV Perancangan Bangunan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
50
Tabel 5.3. Poliklinik Hewan
Nama Ruangan Luasan Ruang
(m2)
Laboratorium
Pemeriksaan
Air Susu 15
Kotoran 15
Ruang Opname Aves 25
Mamalia 25
Reptilia 25
Rung Operasi 25
Ruang Bayi Hewan 25
Klinik 24
Ruang Farmasi 16
Ruang Steril 10
Ruang Tamu 12
Ruang Servis Lavatory 12
Gudang 12
Ruang Karyawan 30
Toilet 6
Sirkulasi 30% 84
Luas Total 360
5.3.1.7. Gudang dan Penyimpanan Makanan
Gudang dan penyimpanan makanan digunakan untuk tempat penyimpanan
makanan serta alat-alat yang berhubungan dengan satwa. Luasan ruang
direncanakan 100 m2.
5.3.2. Zona Pendidikan
Bangunan ini berada dalam satu komplek, yang terdiri dari perpustakaan, museum
(didalamnya terdapat diorama hewan dan tumbuhan), dan laboratorium
pengawetan. Selain itu terdapat greenhouse pada tempat yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
BabV Perancangan Bangunan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
51
Ruang Buku
dan Loby
Greenhouse
Perpustakaan ( 450 m )
Museum ( 788 m )
Greenhouse ( 700 m )
2
2
2
Ruang Buku
dan Loby
Ruang Baca
Buku
Ruang
DioramaHewan
Ruang
Diorama
Tumbuhan
Ruang
Seminar
LabPengawetan
Greenhouse
Toilet
Gudang
Kantor
Pengelola
LobyZona Bersama ( 202 m )
2
Gambar 5.10. Denah Zona Pendidikan
5.3.2.1. Museum
Dalam era pembangunan teknologi yang cepat dewasa ini, peranan museum
sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat dan mengkomunikasikan
berdasarkan penelitian dari benda-benda yang merupakan bukti konkret dari
proses pengembangan kebudayaan. Di museum, masyarakat dapat memperoleh
tempat berekreasi sambil mendapatkan informasi mengenai ilmu dan kejadian-
kejadian yang terdapat dalam kehidupan manusia dan lingkungan.Masyarakat
masih memandang museum sebagai suatu tempat atau lembaga yang bersuasana
statis, berpandangan konservatif atau kuno, mengurusi benda-benda kuno
kalangan elite untuk kebanggaan dan kekaguman semata. Bangunan museum
memang terkesan menyeramkan karena kemegahannya, dan kadang agak kurang
terurus. Namun seharusnya hal ini tidak menjadi suatu halangan bagi masyarakat
untuk tidak mengunjungi museum. Karena dibalik kekakuannya, museum juga
memperkenalkan proses perkembangan sosial budayaa dari suatu lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
BabV Perancangan Bangunan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
52
kepada masyarakat. Masyarakat juga bisa menggunakan museum sebagai sarana
belajar, selain sebagai tempat rekreasi.
Tabel 5.4. Kebutuhan Ruang Diorama Hewan
Jenis Satwa Ukuran Kapasitas Luas (m2)
Mamalia Besar 2 spesimen @ 6 m2 12
Sedang 5 spesimen @ 4 m2 20
Kecil 10 spesimen @ 1 m2 10
Reptilia Sedang 10 spesimen @ 3 m2 30
Kecil 18 spesimen @ 1 m2 18
Aves 40 spesimen @ 1 m2 40
Pisces 20 spesimen @ 1 m2 20
Luas Total 150
Tabel 5.5 Kebutuhan Ruang Museum
Nama Ruangan Kapasitas Luas (m2)
Lobby 50
Ruang Staff 10 60
Diorama Hewan 150
Diorama Tumbuhan 150
Lab. Pengawetan 100
Ruang Seminar 100
Gudang 15
Toilet 4 10
Sirkulasi 30% 193
Luas Total 838
Museum berperan penting dalam Taman Satwa Taru Jurug, karena menunjukan
gambaran koleksi yang ada didalam Taman Satwa taru Jurug. disini pengunjung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
BabV Perancangan Bangunan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
53
dapat belajar mengenai flora dan fauna yang terdpat dalam Taman Satwa Taru
Jurug.
Didalam museum terdapat berbagai fasilitas, diantaranya diorama hewan, diorama
tumbuhan, laboratorium pengawetan, ruang seminar, toilet, dan lain-lain. Luasan
museum yang direncanakan adalah 1100 m2.
Kebutuhan ruang untuk seminar dengan asumsi pengunjung kebun binatang yang
diharapkan >2000/hari. Jumlah yang masuk ruangan ini diperkirakan 5%, maka
direncanakan terdapat 1unit ruangan kapasitas 50 kursi dan 2 x pemakaian / hari
dengan luasan ruang sekitar 100 m2.
Untuk kebutuhan diorama tumbuhan tidak dijelaskan secara spesifik, namun
direncanakan memerlukan luasan lahan hampir sama dengan kebutuhan diorama
hewan yaitu 150 m2. Sedangkan kebutuhan luasan ruang untuk laboratorium
pengawetan 158 m2. Namun pada pengaplikasiannya dibangun lebih luas dari
rencana.
5.3.2.2. Perpustakaan
Perpustakaan menyediakan berbagai koleksi buku yang berkaitan dengan duni
flora dan fauna, sejarah kota Solo, serta ilmu pengetahuan lan. Dalam
perpustakaan terdapat berbagai fasilitas diantaranya ruang baca, ruang buku dan
staff, ruang nformasi, dan toilet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
BabV Perancangan Bangunan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
54
Tabel 5.6. Kebutuhan Ruang Perpustakaan
Nama Ruangan Kapasitas Luas
(m2)
Ruang Baca 50 200
Ruang Buku 100
Kantor staff dan Informasi 80
Toilet 4 12
Sirkulasi 30% 123
Luas Total 445
Gambar 5.11. Situasi Didalam Perpustakaan
Sumber : www.bappeda.surakarta.go.id
5.3.2.3. Greenhouse
Greenhouse digunakan sebagai sarana penelitian dan pengembangan serta
budidaya tanaman langka. Direncanakan membutuhkan luasan lahan sekitar 700
m2.
. Didalam greenhouse terdapat berbagai jenis tanaman dari Sabang sampai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
BabV Perancangan Bangunan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
55
Merauke. Disini juga dilakukan riset-riset mengenai tanaman untuk mendapatkan
varietas baru yang unggul.
Gambar 5.12. Gambaran Bentuk Greenhouse
Sumber : Google
5.3.3. Bangunan Rekreasi
Fasilitas yang direncanakan untuk memanjakan pengunjung Taman Satwa Taru
Jurug diantaranya waterboom, foodcourt, pusat souvenir dan cinderamata, arena
outbound, wisata danau, pertunjukan hewan, dan playground.
5.3.3.1. Waterboom
Wisata air yang satu ini sangatlah cocok dibangun di wilayah kota Solo yang
panas. Ditambah lagi belum terdapat banyak kolam renang di pusat kota Solo.
Pada bagian kolam direncanakan terdapat fasilitas untuk kolam renang anak,
kolam renang dewasa, kamar ganti dan ruang bilas untuk pria dan wanita, cafe,
kantor petugas, loket, dan taman. Ditambahkan pula perosotan dan bak ember
raksasa yang akan menumpahkan air setiap beberapa menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laporan Tugas Akhir
BabV Perancangan Bangunan
Bayu Budi Prastowo I 8708021
Universitas Sebelas Maret Surakarta
56
Tabel 5.7. Kebutuhan Ruang Fasilitas Waterboom
Nama Ruangan Luas (m2)
Kolam Anak < 5 tahun 1025
Kolam Dewasa 3120
Kamar Ganti dan Ruang Bilas 240
Cafe 240
Kantor Petugas 80
Loket dan Pintu Masuk 40
Taman 1580
Jalan Dan lain-lain 1841
Total Luas 8166
Lokasi Taman Satwa Taru Jurug yang sangat strategis diharapkan banyak
wisatawan yang berkunjung menikmati fasilitas ini, terutama wisatawan dari
dalam kota dan para mahasiswa dari kampus-kampus yang berada tak jauh dari
tempat ini. Dari berbagai macam fasilitas waterboom yang paling diharapkan
menyedot wisatawan selain daya tarik dari kebun binatang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user