perencanaan pengendalian produksi
-
Upload
bayu-simexx -
Category
Documents
-
view
85 -
download
18
description
Transcript of perencanaan pengendalian produksi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam suatu industri, terutama industri manufaktur, apapun produk
mereka pastilah menghadapi masalah praktis yang relative sama yaitu bahwa
konsumen menginginkan produk yang mereka inginkan dapat tersedia dalam
waktu yang lebih pendek dari merek lain dengan komoditas yang sama. Ini
berarti bahwa beberapa tingkat perencanaan diperlukan agar meminimalkan
waktu tersebut. Dengan adanya keinginan konsumen tersebut, perusahaan
harus mengontrol jenis dan jumlah bahan yang mereka beli, rencana produk
yang akan diproduksi dan dalam jumlah berapa serta memastikan bahwa
mereka mampu memenuhi permintaan pelanggan dimasa depan dan saat ini,
semua dengan biaya yang serendah mungkin.
Pada setiap kegiatan produksi, seringkali industry harus mendatangkan
komponen-komponen produksinya dari luar perusahaan/kemitraan. Hal ini
sangat berkaitan erat dengan perencanaan kebutuhan material yang akan
dipakai dalam proses produksi. Komponen-komponen yang harus tersedia dari
bagian tertentu atau harus didatangkan dari luar perusahaan akan dijadwal
waktu dan jumlah pemesanannya sehingga komponen produksi maupun
sebagai bahan baku produksi itu sendiri.
Suatu perusahaan seringkali mengalami masalah dalam
pengendalian/pengadaan material (bahan baku), yaitu persediaan yang terlalu
banyak atau bahkan terjadi sebaliknya. Untuk menghindari kerugian dari
masalah tersebut, perlu dibuat suatu pemecahan. Dengan demikian diperlukan
suatu sistem pengadaan material yang baik, dengan mengadakan perencanaan
kebutuhan material dengan maetode Material Requirements Planning (MRP).
Adanya penerapan sistem produksi yang tepat dan terkendali dengan baik
akan mengurangi risiko terjadinya penggunaan bahan baku yang berlebihan,
tenaga kerja yang menganggur, kekurangan maupun kelebihan penggunaan
kapasitas mesin-mesin produksi sehingga sumber daya yang dimiliki
perusahaan dapat dipergunakan secara optimal.
Mengingat pentingnya analisis Material Requirements Planning
(MRP) dalam uraian diatas, maka pengetahuan tentang MRP sangat
menunjang untuk dapat diaplikasikan pada dunia kerja yang akan dating. Hal
itu melatarbelakangi diadakannya praktikum ini mengenai Material
Requirements Planning (MRP).
B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengajarkan mahasiswa untuk melakukan perencanaan kebutuhan bahan
dengan metode Material Requirements Planning (MRP) yang berbasis
komputer.
2. Mengajarkan mahasiswa tentang input-input yang dibutuhkan dalam
perencanaan kebutuhan bahan.
3. Mengajarkan mahasiswa tentang output yang dihasilkan dari perencanaan
kebutuhan bahan dengan metode MRP.
C. MANFAAT PRAKTIKUM
1. Mampu melakukan perencanaan kebutuhan bahan dengan metode
Material Requirements Planning (MRP) yang berbasis komputer dengan
software WinQsb.
2. Dapat mengetahui input-input yang dibutuhkan dalam perencanaan
kebutuhan bahan.
3. Dapat mengetahui output yang dihasilkan dari perencanaan kebutuhan
bahan dengan metode MRP.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Material Requirements Planning (MRP) adalah sebuah teknik pengerjaan
mundur dari tanggal kebutuhan dan kapasitas yang dijadwalkan hingga akhir
jenis-jenis tersebut dirinci dalam jadwal induk produksi untuk menggambarkan
kebutuhan komponen yang diperlukan dalam jadwal induk produksi (Tersine,
1998).
Material Requirements Planning (MRP) merupakan suatu sistem
perencanaan dan penjadwalan kebutuhan material untuk produksi yang
memerlukan beberapa tahapan atau fase atau dengan kata lain Material
Requirements Planning (MRP) merupakan suatu rencana produksi untuk sejumlah
produk yang diterjemahkan ke bahan mentah (komponen) yang dibutuhkan
dengan menggunakan waktu tenggang, sehingga dapat ditentukan kapan dan
berapa banyak yang dipesan untuk masing-masing komponen suatu produk yang
akan dibuat (Rangkuti, 1995).
Menurut Edward, et al (1985), MRP merupakan alat perencanaan dan
penjadwalan aliran barang. Barang dalam artian disini adalah barang, baik yang
berupa produk jadi atau keluraan dari proses pembuatan maupun barang dalam
bentuk bahan baku atau bahan setengah jadi, yang merupakan masukan proses
pembuatan barang. Dari segi lain, perencanaan dan penjadwalan arus barang
disebut pula sebagai manajemen atau pengendalian persediaan sepanjang barang
itu dikelola melalui suatu proses penyimpanan barang, karena persediaan artinya
adalah barang yang disimpan. Namun pengertian persediaan atau disebut juga
inventory atau stock materials itu tidak lagi hanya barang yang betul-betul secara
fisik ada di gudang tetapi sering kali termasuk juga barang yang sedang dipesan,
atau barang yang sedang diangkut, dan sebagainya. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa MRP adalah juga suatu teknik atau metode pengendalian
persediaan yang dikembangkan untuk memperbaikai teknik atau sistem
pengendalian persediaan konvensional/lama, yang memiliki perbedaan-perbedaan
sebagai berikut :
Sistem Konvensional
(Sistem EOQ dan sebagainya) Sistem MRP
Dihitung berdasarkan independent
demand.
Dihitung berdasarkan derived demand.
Pemesanan kembali didasarkan hanya
untuk penggantian barang yang dipakai.
Didasarkan atas pemakaian yang lalu
dan keperluan yang akan datang.
Perencanaan lebih didasarkan atas
sesuatu keperluan yang telah berlalu.
Lebih didasarkan atas keperluan yang
akan datang.
Pemesanan dimaksudkan untuk
pengisian kembali persediaan.
Pemesanan dimaksudkan untuk
keperluan nyata.
Meramalkan semua barang. Meramalkan barang dalam Master
Production Schedule.
Atas dasar reorder point. Atas dasar berkala.
Just-in-case. Just-in-time.
Berorientasi pada bagian atau suku
cadang.
Berorientasi pada produksi atau
pemeliharaan.
Menurut Lockyer (1994), terdapat tiga masukan informasi pokok yang
diperlukan untuk menyusun sebuah MRP, yaitu :
1. Jadwal induk produksi (Master Production Schedule/ MPS),
mengidentifikasi berapa banyak masing-masing produk (artikel) akhir
diperlukan selama periode-periode waktu (per minggu) dalam horizon
perencanaan.
2. Bon bahan-bahan (Bill Of Materials / BOM), mengidentifikasikan urutan
pembuatan produk akhir dengaqn menetapkan tahap-tahap yang berurutan
(level-level komponen) dari bahan baku, pabrikasi, dan sub komponen-
komponen melalui perakitan final (termasuk waktu-waktu tenggang/lead
time) dan pusat-pusat kerja untuk tiap-tiap operasi.
3. Arsip keadaan persediaan (Inventory Status File), memuat setiap artikel
yang dikendalikan oleh MRP yang tersedia sekarang: jumlah yang ada,
tingkat sediaan penyangga dan jumlah yang dialokasikan ke berbagai
pesanan-pesanan yang diproses.
Secara umum output MRP berfungsi memberikan catatan tentang pesanan
penjadwalan yang harus dilakukan/direncanakan baik dari pabrik sendiri maupun
dari supplier, memberikan indikasi untuk penjadwalan ulang, dan memberikan
keadaan persediaan. Ada dua output dan berbagai macam laporan, yaitu (Anonim,
2015):
1. Output 1 adalah “Recommended Production Schedule” yang menguraikan
jadwal rinci dari awal minimum dan tanggal penyelesaian, dengan jumlah
untuk setiap langkah dari Routing dan Bill Of Material yang diperlukan
untuk memenuhi permintaan dari jadwal induk produksi (Master
Production Schedule).
2. Output 2 adalah “Recommended Purchasing Schedule” yang memaparkan
kedua tanggal bahwa barang yang dibeli harus diterima dan kapan tanggal
pembelian, atau Blanket Oreder Release seharusnya terjadi agar sesuai
dengan jadwal produksi.
3. Pesan dan laporan :
a. Pembelian pesanan (Purchase Orders), yaitu perintah untuk pemasok
untuk menyediakan bahan-bahan.
b. Pemberitahuan ulang (Reschedule Notices) yaitu merekomendasikan
untuk membatalkan, meningkatkan, menunda atau mempercepat
perintah yang ada.
Menurut Gaspersz (2001), terdapat 4 langkah dasar penyusunan MRP,
yaitu netting, lotting, offsetting, dan exploding dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Netting
Proses perhitungan kebutuhan bersih untuk setiap periode selama horizon
perencanaan. Rencana kebutuhan bersih untuk suatu komponen di suatu
level akan didasarkan atas jadwal rencana pemesanan komponen atau
produk yang menjadi induknya, yang disesuaikan dengan faktor
penggunaan dari komponen tersebut untuk membentuk komponen
induknya.
2. Lotting
Proses penentuan besarnya ukuran kuantitas pesanan, yang dimaksudkan
untuk memenuhi beberapa periode kebutuhan bersih sekaligus. Besarnya
ukuran kuantitas pesanan tersebut dapat ditentukan berdasarkan pada
jumlah pemesanan yang tetap, periode pemesanan yang tetap, atau
keseimbangan antara ongkos pengadaan dengan ongkos simpan.
3. Offsetting
Proses penentuan saat atau periode dilakukannya pemesanan sehingga
kebutuhan bersih dapat dipenuhi. Dengan kata lain, offsetting bertujuan
untuk menentukan kapan kuantitas pesanan yang dihasilkan proses lotting
harus dilakukan.
4. Exploding
Proses perhitungan dari ketiga langkah-langkah di atas, yaitu netting,
lotting, offsetting, yang dilakukan untuk komponen atau item yang berada
pada level dibawahnya.
Menurut Subagyo (2000), terdapat 10 alternatif teknik yang digunakan dalam
menentukan ukuran lot, yaitu sebagai berikut :
1. Fixed Order Quantity (FOQ) : Pendekatan menggunakan konsep jumlah
pemesanan tetap karena keterbatasan akan fasilitas.
2. Lot For Lot (LFL) : Pendekatan menggunakan konsep atas dasar pesanan
diskrit dengan pertimbangan minimasi dari ongkos simpan, jumlah yang
dipesan sama dengan jumlah yang dibutuhkan.
3. Least Unit Cost (LUC) : Pendekatan menggunakan konsep pemesanan
dengan ongkos terkecil, dimana jumlah pemesanan ataupun interval
pemesanan dapat bervariasi.
4. Economic Order Quantity (EOQ) : Pendekatan menggunakan konsep
minimasi ongkos simpan dan ongkos pesan. Ukuran lot tetap berdasarkan
hitungan minimasi tersebut.
5. Period Order Quantity (POQ) : Pendekatan menggunakan konsep jumlah
pemesanan ekonomis agar dapat dipakai pada periode bersifat permintaan
diskrit, teknik ini dilandasi oleh metode EOQ. Dengan mengambil dasar
perhitungan pada metode pesanan ekonomis, maka akan diperoleh
besarnya jumlah pesanan yang harus dilakukan dan interval periode
pemesanannya adalah setahun.
6. Part Period Balancing (PPB) : Pendekatan menggunakan konsep ukuran
lot ditetapkan bila ongkos simpannya sama atau mendekati ongkos
pesannya.
7. Fixed Period Requirement (FPR) : Pendekatan menggunakan konsep
ukuran lot dengan period tetap, dimana pesanan dilakukan berdasarkan
periode waktu tertentu saja. Besarnya jumlah pesanan tidak didasarkan
oleh ramalan, tetapi dengan cara menggunakan penjumlahan kebutuhan
barsih pada interval pemesanan dalam beberapa periode yang ditentukan.
8. Least Total Cost (LTC) : Pendekatan menggunakan konsep ongkos total
akan diminimasikan apabila untuk setiap lot dalam suatu horizon
perencanaan hampir sama besarnya. Hal ini dapat dicapai dengan
memesan ukuran lot yang memilik ongkos simpan per unit-nya hampir
sama dengan ongkos pengadaannya/unit.
9. Wagner Within (WW) : Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot
dengan prosedur optimasi program linier bersifat matematis. Pada
prakteknya ini sulit diterapkan dalam MRP karena membutuhkan
perhitungan yang rumit. Fokus utama dalam penyelesaian masalah ini
adalah melakukan minimasi penggabungan ongkos total dari ongkos set-
up dan ongkos simpan dan berusaha agar ongkos set-up dengan ongkos
simpan mendekati nilai yang sama untuk kuantitas pemesanan yang
dilakukan.
10. Silver Meal (SM) : Menitikberatkan pada ukuran lot yang harus dapat
meminimumkan ongkos total per-periode. Dimana ukuran lot didapatkan
dengan cara menjumlahkan kebutuhan beberapa periode yang berturut-
turut sebagai ukuran lot yang bersifat sementara, penjumlahan dilakukan
terus hingga sampai ongkos totalnya dibagi dengan banyaknya periode
yang kebutuhannya termasuk dalam ukuran lot tentative tersebut
meningkat.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Laptop
b. Software WinQsb
2. Bahan
Set data
B. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Program Material Requirements Planning dalam WinQSB dijalankan.
2. Dilakukan entry data
a. Pada menu File dipilih pilihan New Problem
b. Problem Title : Perencanaan Kebutuhan Bahan
c. Number of Product and Part Items = 7
d. Time Unit of Planning Period = Week
e. Number of Planning Periods = 10
f. Number of Periods per Year = 52
g. Klik “OK”
h. Pada Form Perencanaan Kebutuhan Bahan – item master, diisikan
data dari Tabel 15 dan Tabel 16 sebagai data induk mengenai
berbagai jenis produk maupun komponen pembuatnya beserta
karakteristiknya.
ID Item ABC Class Source CodeMaterial Type Unit MeasureLead Time Lot Size LS MultiplierScrap % Annual DemandUnit Cost Setup Cost Annual Holding CostAnnual Shortage CostItem Description
A100 A MADE Final product Each 1 LFL 2000 200 500 20 M Final Product
B100 A MADE Final product Each 2 LFL 3000 250 600 30 M Final Product
C200 B MADE Part Each 1 EOQ 5 6000 50 150 8 M Part
D200 B MADE Part Each 2 FOQ 200 5 4000 40 150 6 M Part
E200 B MADE Assembly Each 1 LUC 5 4500 60 200 10 M Sub-Assembly
F300 C BUY Component Each 2 PPB 5 20000 15 50 2 M Component
G300 C BUY Component Each 2 EOQ 5 16000 10 50 2 M Component
i. Menu View diklik dan dipilih BOM (Bill of Material) untuk entry
data mengenai struktur produk dan BOM.
j. Akan muncul form dengan dua kolom; Item ID dan Component.
Karena jumlah komponen adalah lebih dari 1 maka dipilih menu
Edit Change BOM Span untuk mengubah form sesuai
kebutuhan
k. New Maximum Span is diisi dengan angka 3. OK diklik
l. Form BOM diisi dengan Item ID Usage dari part, assembly atau
component penyusun sesuai BOM pada Gambar 5 dan Gambar 6.
m. Menu View MPS (Master Production Schedule) dipilih untuk
mengisi input jadwal induk produksi. Form yang muncul diisi
dengan data pada Tabel 17.
n. Menu View Inventory dipilih untuk mengisi data persediaan.
Form yang muncul diisi dengan data Tabel 18.
o. Menu View Capacity dipilih untuk mengisi data kapasitas. Form
yang muncul diisi dengan data Tabel 19.
A100 C200 D200 F300
B100 C200 D200 E200
C200 F300
D200 G300
E200 F300 G300
ID Item Week 0 Week 1 Week 2 Week 3 Week 4 Week 5 Week 6 Week 7 Week 8 Week 9 Week 10
A100 300 80 120 350
B100 260 140 270
C200 30 60
D200
E200
F300
G300
ID Item Safety StockOn Hand InventoryWeek 0 Week 1 Week 2 Week 3 Week 4 Week 5 Week 6 Week 7 Week 8 Week 9 Week 10
A100 30 50 70 120
B100 75 100 130 50
C200 100 300 90 60
D200 120 135
E200 50 375 240 100
F300 150 250 250 210
G300 150 300 70
p. Data disimpan dengan nama perencanaan kebutuhan bahan.
3. Data dianalisis dengan memilih menu Solve dan dipilih Explode
Material Requirement. Pada bagian Report Selection pilihan
didasarkan pada Item ID. Dipilih laporan untuk semua item : All Items.
Diklik OK
4. Dipilih menu pilihan Planned Order Release, Kebutuhan Kapasitas,
dan maupun Biaya Pengadaan Bahan dengan mengklik menu di Title
Bar.
5. Dilakukan analisis dari kondisi yang terjadi.
ID Item Week 1 Week 2 Week 3 Week 4 Week 5 Week 6 Week 7 Week 8 Week 9 Week 10
A100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
B100 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
C200 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300
D200 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400
E200 500 500 50 500 500 500 500 500 500 500
F300 M M M M M M M M M M
G300 M M M M M M M M M M
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Tabel MRP
MRP Report for material requirement planning
10-30-2015Overdue week 1 week 2 week 3 week 4 week 5 week 6 week 7 week 8 week 9 week 10 Total
Item: A100Final ProductLT = 1 SS = 30 LS = LFL UM = Each ABC = A Source = MADEType = Final ProductA.Demand = 2,000@Cost = 200SetupCost = 500H.Cost = 20
Gross Requirement0 0 0 300 0 80 0 0 120 0 350 850
Scheduled Receipt0 70 0 0 120 0 0 0 0 0 0 190
Projected On Hand50 120 120 30 150 70 70 70 30 30 30
Projected Net Requirement0 0 0 210 0 0 0 0 80 0 350 640
Planned Order Receipt0 0 0 210 0 0 0 0 80 0 350 640
Planned Order Release0 0 210 0 0 0 0 80 0 350 0 640
Item: B100Final ProductLT = 2 SS = 75 LS = LFL UM = Each ABC = A Source = MADEType = Final ProductA.Demand = 3,000@Cost = 250SetupCost = 600H.Cost = 30
Gross Requirement0 0 0 0 260 0 0 140 0 270 0 670
Scheduled Receipt0 0 130 50 0 0 0 0 0 0 0 180
Projected On Hand100 100 230 280 75 75 75 75 75 75 75
Projected Net Requirement0 0 0 0 55 0 0 140 0 270 0 465
Planned Order Receipt0 0 0 0 55 0 0 140 0 270 0 465
Planned Order Release0 0 55 0 0 140 0 270 0 0 0 465
Item: C200Part LT = 1 SS = 100 LS = EOQ UM = Each ABC = B Source = MADEType = PartA.Demand = 6,000@Cost = 50SetupCost = 150H.Cost = 8
Gross Requirement0 0 295 0 0 200 0 350 0 350 0 1,195
Scheduled Receipt0 90 0 60 0 0 0 0 0 0 0 150
Projected On Hand300 390 570 630 630 430 430 555 555 205 205
Projected Net Requirement0 0 6 0 0 147 0 368 0 368 0 889
Planned Order Receipt0 0 475 0 0 0 0 475 0 0 0 950
Planned Order Release0 475 0 0 0 0 475 0 0 0 0 950
Item: D200Part LT = 2 SS = 120 LS = FOQ UM = Each ABC = B Source = MADEType = PartA.Demand = 4,000@Cost = 40SetupCost = 150H.Cost = 6
Gross Requirement0 0 265 0 0 140 0 350 0 350 0 1,105
Scheduled Receipt0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Projected On Hand135 135 270 270 270 330 330 180 180 230 230
Projected Net Requirement0 0 263 0 0 147 0 368 0 368 0 1,146
Planned Order Receipt0 0 400 0 0 200 0 200 0 400 0 1,2
Planned Order Release400 0 0 200 0 200 0 400 0 0 0 1,2
Item: E200Sub-assemblyLT = 1 SS = 50 LS = LUC UM = Each ABC = B Source = MADEType = AssemblyA.Demand = 4,500@Cost = 60SetupCost = 200H.Cost = 10
Gross Requirement0 0 55 0 0 140 0 270 0 0 0 465
Scheduled Receipt0 0 240 0 100 0 0 0 0 0 0 340
Projected On Hand375 375 560 560 660 520 520 250 250 250 250
Projected Net Requirement0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Planned Order Receipt0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Planned Order Release0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Tabel PPB F300
B. PEMBAHASAN
Material Requirements Planning (MRP) adalah sebuah teknik
pengerjaan mundur dari tanggal kebutuhan dan kapasitas yang dijadwalkan
hingga akhir jenis-jenis tersebut dirinci dalam jadwal induk produksi untuk
menggambarkan kebutuhan komponen yang diperlukan dalam jadwal induk
produksi. Fungsi dasar sistem MRP meliputi pengendalian persediaan, tagihan
Minggu ke Ukuran Lot APP
Week 1 132 0
Week 2 353 0 + 221(1) = 221
Week 3 353 0 + 221(1) + 0 = 221
Week 4 353 0 + 221(1) + 0 + 0 = 221
Week 5 353 0 + 221(1) + 0 + 0 + 0 = 221
Week 6 632 0 + 221(1) + 279(5) =1616
Week 6 279 0
Week 7 363 0 + 84(1) = 84
Week 8 363 0 + 84(1) + 0 = 84
Week 9 761 0 + 84(1) + 368(3)= 1188
Week 10 761 0 + 84(1) + 368(3) + 0= 1188
Pemesanan 1
Pemesanan 2
Minggu ke Ukuran Lot APP
Week 1 132 0
Week 2 353 0 + 221(1) = 221
Week 3 353 0 + 221(1) + 0 = 221
Week 4 353 0 + 221(1) + 0 + 0 = 221
Week 5 353 0 + 221(1) + 0 + 0 + 0 = 221
Week 6 632 0 + 221(1) + 279(5) =1616
Week 6 279 0
Week 7 363 0 + 84(1) = 84
Week 8 363 0 + 84(1) + 0 = 84
Week 9 761 0 + 84(1) + 368(3)= 1188
Week 10 761 0 + 84(1) + 368(3) + 0= 1188
Pemesanan 1
Pemesanan 2
Item: F300ComponentLT = 2 SS = 150 LS = PPB UM = Each ABC = C Source = BUYType = ComponentA.Demand = 20,000@Cost = 15SetupCost = 50H.Cost = 2
Gross Requirement0 475 210 0 0 0 475 80 0 350 0 1,59
Scheduled Receipt0 250 0 0 0 210 0 0 0 0 0 460
Projected On Hand250 657 447 447 447 657 182 554 554 204 204
Projected Net Requirement0 132 221 0 0 0 279 84 0 368 0 1,084
Planned Order Receipt0 632 0 0 0 0 0 452 0 0 0 1,084
Planned Order Release632 0 0 0 0 452 0 0 0 0 0 1,084
Item: G300ComponentLT = 2 SS = 150 LS = EOQ UM = Each ABC = C Source = BUYType = ComponentA.Demand = 16,000@Cost = 10SetupCost = 50H.Cost = 2
Gross Requirement400 0 0 200 0 200 0 400 0 0 0 1,2
Scheduled Receipt0 0 0 70 0 0 0 0 0 0 0 70
Projected On Hand795 795 795 665 665 465 465 960 960 960 960
Projected Net Requirement263 0 0 137 0 210 0 420 0 0 0 1,03
Planned Order Receipt895 0 0 0 0 0 0 895 0 0 0 1,79
Planned Order Release895 0 0 0 0 895 0 0 0 0 0 1,79
pengolahan material dan penjadwalan dasar. MRP membantu suatu
perusahaan untuk mempertahankan tingkat persediaan rendah (optimal). Hal
ini berguna untuk merencanakan produksi, pembelian dan memberikan
kegiatan.
Terdapat tiga masukan informasi pokok yang diperlukan untuk
menyusun sebuah MRP, yaitu :
1. Jadwal induk produksi (Master Production Schedule/ MPS),
mengidentifikasi berapa banyak masing-masing produk (artikel) akhir
diperlukan selama periode-periode waktu (per minggu) dalam horizon
perencanaan.
2. Bon bahan-bahan (Bill Of Materials / BOM), mengidentifikasikan
urutan pembuatan produk akhir dengaqn menetapkan tahap-tahap yang
berurutan (level-level komponen) dari bahan baku, pabrikasi, dan sub
komponen-komponen melalui perakitan final (termasuk waktu-waktu
tenggang/lead time) dan pusat-pusat kerja untuk tiap-tiap operasi.
3. Arsip keadaan persediaan (Inventory Status File), memuat setiap
artikel yang dikendalikan oleh MRP yang tersedia sekarang: jumlah
yang ada, tingkat sediaan penyangga dan jumlah yang dialokasikan ke
berbagai pesanan-pesanan yang diproses.
Secara umum output MRP berfungsi memberikan catatan tentang
pesanan penjadwalan yang harus dilakukan/direncanakan baik dari pabrik
sendiri maupun dari supplier, memberikan indikasi untuk penjadwalan ulang,
dan memberikan keadaan persediaan. Ada dua output dan berbagai macam
laporan, yaitu :
1. Output 1 adalah “Recommended Production Schedule” yang
menguraikan jadwal rinci dari awal minimum dan tanggal
penyelesaian, dengan jumlah untuk setiap langkah dari Routing dan
Bill Of Material yang diperlukan untuk memenuhi permintaan dari
jadwal induk produksi (Master Production Schedule).
2. Output 2 adalah “Recommended Purchasing Schedule” yang
memaparkan kedua tanggal bahwa barang yang dibeli harus diterima
dan kapan tanggal pembelian, atau Blanket Oreder Release seharusnya
terjadi agar sesuai dengan jadwal produksi.
3. Pesan dan laporan :
a. Pembelian pesanan (Purchase Orders), yaitu perintah untuk
pemasok untuk menyediakan bahan-bahan.
b. Pemberitahuan ulang (Reschedule Notices) yaitu
merekomendasikan untuk membatalkan, meningkatkan, menunda
atau mempercepat perintah yang ada.
Terdapat 4 langkah dasar penyusunan MRP, yaitu netting, lotting,
offsetting, dan exploding dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Netting
Proses perhitungan kebutuhan bersih untuk setiap periode selama
horizon perencanaan. Rencana kebutuhan bersih untuk suatu
komponen di suatu level akan didasarkan atas jadwal rencana
pemesanan komponen atau produk yang menjadi induknya, yang
disesuaikan dengan faktor penggunaan dari komponen tersebut untuk
membentuk komponen induknya. Proses perhitungan netting besarnya
mengikuti persamaan berikut :
Dimana : NRt = Kebutuhan bersih pada periode t
GRt = Kebutuhan kotor pada periode t
Alt = Alokasi dari persediaan
SRt = Jadwal penerimaan
Pat-1 = Jumlah yang ada pada akhir periode t-1
2. Lotting
Proses penentuan besarnya ukuran kuantitas pesanan, yang
dimaksudkan untuk memenuhi beberapa periode kebutuhan bersih
sekaligus. Besarnya ukuran kuantitas pesanan tersebut dapat
ditentukan berdasarkan pada jumlah pemesanan yang tetap, periode
pemesanan yang tetap, atau keseimbangan antara ongkos pengadaan
dengan ongkos simpan.
3. Offsetting
Proses penentuan saat atau periode dilakukannya pemesanan sehingga
kebutuhan bersih dapat dipenuhi. Dengan kata lain, offsetting bertujuan
untuk menentukan kapan kuantitas pesanan yang dihasilkan proses
lotting harus dilakukan. Penentuan rencana saat pemesanan ini
diperoleh dengan cara mengurangkan saat kebutuhan bersih harus
tersedia dengan menggunakan waktu ancang-ancang (lead time).
Langkah offsetting mengikuti persamaan berikut ini :
Dimana : PORLt = Planned Order Release pada periode t
PORLtl = Planned Order Release pada periode t + lead time
4. Exploding
Proses perhitungan dari ketiga langkah-langkah di atas, yaitu netting,
lotting, offsetting, yang dilakukan untuk komponen atau item yang
berada pada level dibawahnya.
Keunggulan dari metode MRP ini adalah mampu memberi harga lebih
kompetitif, mampu mengurangi harga penjualan, mengurangi inventori,
pelayanan terhadap pelanggan yang lebih baik, respon terhadap permintaan
pasar lebih baik, kemampuan untuk mengubah jadwal induk, bisa mengurangi
biaya setup, mampu mengurangi waktu menganggur. Selain itu juga bisa
memberi catatan kemajuan sehingga dapat merencanakan order sebelum
pesanan aktual dirilis, untuk memberi tahu kapan memperlambat produksi
akan sebaik mempercepat produksi, dan membantu perencanaan kapasitas.
Metode yang dapat digunakan dalam melakukan pengukuran besarnya
lot pemesanan adalah
1. Fixed Order Quantity (FOQ) : Pendekatan menggunakankonsep jumlah
pemesanan tetap karena keterbatasan akan fasilitas. Misalnya :
kemampuan gudang, transportasi, kemampuan supplier dan pabrik.
2. Lot for Lot (LFL): Pendekatan menggunakan konsep atas dasar pesanan
diskrit dengan pertimbangan minimasi dari ongkos simpan, jumlah
yang dipesan sama dengan jumlah yang dibutuhkan.
3. Least Unit Cost (LUC) : Pendekatan menggunakan konsep pemesanan
dengan ongkos unit perkecil, dimana jumlah pemesanan ataupun
interval pemesanan dapat bervariasi. Keputusan untuk pemesanan
didasarkan :
ongkos perunit terkecil = (ongkos pesan per unit) + (ongkos
simpan per unit)
4. Economic Order Quantity (EOQ) : Pendekatan menggunakan konsep
minimasi ongkos simpan dan ongkos pesan. Ukuran lot tetap
berdasarkan hitungan minimasi tersebut.
5. Period Order Quantity (POQ) : Pendekatan menggunakan konsep
jumlah pemesanan ekonomis agar dapat dipakai pada periode bersifat
permintaan diskrit, teknik ini dilandasi oleh metode EOQ. Dengan
mengambil dasar perhitungan pada metode pesanan ekonomis maka
akan diperoleh besarnya jumlah pesanan yang harus dilakukan dan
interval periode pemesanannya adalah setahun.
6. Part Period Balancing (PPB) : Pendekatan menggunakan konsep ukuran
lot ditetapkan bila ongkos simpannya sama atau mendekati ongkos
pesannya.
7. Fixed Periode Requirement (FPR) : Pendekatan menggunakan konsep
ukuran lot dengan periode tetap, dimana pesanan dilakukan berdasarkan
periode waktu tertentu saja. Besarnya jumlah pesanan tidak didasarkan
oleh ramalan tetapi dengan cara menggunakan penjumlahan kebutuhan
bersih pada interval pemesanan dalam beberapa periode yang
ditentukan.
8. Least Total Cost (LTC) : Pendekatan menggunakan konsep ongkos total
akan diminimasikan apabila untuk setiap lot dalam suatu horison
perencanan hampir sama besarnya. Hal ini dapat dicapai dengan
memesan ukuran lot yang memiliki ongkos simpan per unit-nya hampir
sama dengan ongkos pengadaannya/ unitnya.
ongkos total = (ongkos simpan) + (ongkos pengadaan)
9. Wagner Within (WW) : Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot
dengan prosedur optimasi program linear, bersifat matematis. Pada
prakteknya ini sulit diterapkan dalam MRP karena membutuhkan
perhitungan yang rumit. Fokus utama dalam penyelesaian masalah ini
adalah melakukan minimasi penggabungan ongkos total dari ongkos
set-up dan ongkos simpan dan berusahan agar ongkos set-up dan
ongkos simpan tersebut mendekati nilai yang sama untuk kuantitas
pemesanan yang dilakukan.
10. Silver Mean (SM): Menitik beratkan pada ukuran lot yang harus dapat
meminimumkan ongkos total per-periode. Dimana ukuran lot
didapatkan dengan cara menjumlahkan kebutuhan beberapa periode
yang berturut-turut sebagai ukuran lot yang tentatif (bersifat sementara),
penjumlahan dilakukan terus sampai ongkos totalnya dibagi dengan
banyaknya periode yang kebutuhannya termasuk dalam ukuran lot
tentatif tersebut meningkat. Besarnya ukuran lot yang sebenarnya
adalah ukuran lot tentatif terakhir yang ongkos total periodenya masih
menurun.
Overdue dalam perencanaan kebutuhan bahan merupakan jumlah
komponen/bahan yang harus disediakan pada awal produksi. Jumlah
komponen yang disediakan ini akan menentukan perencanaan kebutuhan
bahan untuk periode-periode selanjutnya. Besarnya overdue akan menentukan
apakah pada periode selanjutnya terjadi out of stock atau overstock.
Perhitungan manual dari masing-masing metode adalah
1. Item A100 dengan metode Lot-For-Lot
Pada prinsipnya, metode lot-for-lot merupakan metode yang paling
sederhana yaitu melakukan pemesanan bahan baku sesuai dengan jumlah
yang dibutuhkan (Planned Order Receipts atau Planned Order Release
sesuai dengan Net Requirement). Berikut adalah analisis data pada
outputnya:
a. Minggu 1 :
Gross requirement = 0
Sheduled receipt = 70
Projected on hand = On hand inventory + scheduled receipt
= 50 + 70 = 120
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receive = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 1 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya ).
b. Minggu 2
Gross requirement = 0
Sheduled receipt = 0
Projected on hand = On hand inventory + scheduled receipt
= 120 + 0 = 120
Projected net requirement = 0
Planned order receive = 0
Planned order release = safety stock + gross requirement minggu 3
– on hand inventory
= ( 30 + 300 ) – 120 = 210
( memenuhi kebutuhan di minggu 3 karena
lead time 1 minggu diberikan pada 1
minggu sebelum minggu 3 )
10-30-2015Overdue week 1 week 2 week 3 week 4 week 5 week 6 week 7 week 8 week 9 week 10 Total
Item: A100Final ProductLT = 1 SS = 30 LS = LFL UM = Each ABC = A Source = MADEType = Final ProductA.Demand = 2,000@Cost = 200SetupCost = 500H.Cost = 20
Gross Requirement0 0 0 300 0 80 0 0 120 0 350 850
Scheduled Receipt0 70 0 0 120 0 0 0 0 0 0 190
Projected On Hand50 120 120 30 150 70 70 70 30 30 30
Projected Net Requirement0 0 0 210 0 0 0 0 80 0 350 640
Planned Order Receipt0 0 0 210 0 0 0 0 80 0 350 640
Planned Order Release0 0 210 0 0 0 0 80 0 350 0 640
c. Minggu 3
Gross requirement = 300
Sheduled receipt = 0
Projected on hand = Projected net requirement – Jumlah
kebutuhan minggu 3
= 210 – ( 300 – 120 ) = 30
Projected net requirement = ( Gross requirement – projected on hand
minggu 2 ) + safety stock
= ( 300 – 120 ) + 30 = 210
Planned order receive = 210 ( sesuai dengan planned order release
minggu 2 )
Planned order release = 0
d. Minggu 4
Gross requirement = 0
Sheduled receipt = 120
Projected on hand = On hand inventory + scheduled receipt
= 30 + 120 = 150
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receive = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 4 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena gross requirement
sudah dapat dipenuhi dengan on hand
inventory ).
e. Minggu 5
Gross requirement = 80
Sheduled receipt = 0
Projected on hand = On hand inventory minggu 4 – gross
requirement
= 150 - 80 = 70
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receive = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 5 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya ).
f. Minggu 6
Gross requirement = 0
Sheduled receipt = 0
Projected on hand = On hand inventory minggu 5 – gross
requirement
= 70 - 0 = 70
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi ).
Planned order receive = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 6 ).
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya ).
g. Minggu 7
Gross requirement = 0
Sheduled receipt = 0
Projected on hand = On hand inventory minggu 6 – gross
requirement
= 70 - 0 = 70
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receive = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 7 )
Planned order release = ( safety stock + gross requirement minggu
8 ) – on hand inventory
= ( 30 + 120 ) – 70 = 80 ( memenuhi
kebutuhan di minggu 8 karena lead time 1
minggu diberikan pada 1 minggu sebelum
minggu 8 )
h. Minggu 8
Gross requirement = 120
Sheduled receipt = 0
Projected on hand = Projected net requirement – Jumlah
kebutuhan minggu 8
= 80 – ( 120 – 70 ) = 30
Projected net requirement = ( Gross requirement – projected on hand
minggu 7 ) + safety stock
= ( 120 – 70 ) + 30 = 80
Planned order receive = 80 ( sesuai dengan planned order release
minggu 7 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya ).
i. Minggu 9
Gross requirement = 0
Sheduled receipt = 0
Projected on hand = Projected net requirement – Jumlah
kebutuhan minggu 8
= 0 – ( 0 – 30 ) = 30
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receive = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 9 )
Planned order release = ( safety stock + gross requirement minggu
10 ) – on hand inventory
= ( 30 + 350 ) – 30 = 350 ( memenuhi
kebutuhan di minggu 10 karena lead time 1
minggu diberikan pada 1 minggu sebelum
minggu 10 )
j. Minggu 10
Gross requirement = 350
Sheduled receipt = 0
Projected on hand = Projected net requirement – Jumlah
kebutuhan minggu 10
= 350 – ( 350 – 30 ) = 30
Projected net requirement = ( Gross requirement – projected on hand
minggu 9 ) + safety stock
= ( 350 – 30 ) + 30 = 350
Planned order receive = 350 ( sesuai dengan planned order release
minggu 9 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena periode
perencanaan hanya samapi minggu 10 ).
2. Item B100 dengan metode Lot For Lot
a. Minggu 1 :
Gross requirement = 0
Sheduled receipt = 0
Projected on hand = Projected net requirement – Jumlah
kebutuhan minggu 1
= 0 – ( 0 – 100 ) = 100
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receive = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 1 )
Item: B100 Final ProductLT = 2 SS = 75 LS = LFL UM = Each ABC = A Source = MADEType = Final ProductA.Demand = 3,000@Cost = 250SetupCost = 600H.Cost = 30
Gross Requirement 0 0 0 0 260 0 0 140 0 270 0 670
Scheduled Receipt 0 0 130 50 0 0 0 0 0 0 0 180
Projected On Hand 100 100 230 280 75 75 75 75 75 75 75
Projected Net Requirement 0 0 0 0 55 0 0 140 0 270 0 465
Planned Order Receipt 0 0 0 0 55 0 0 140 0 270 0 465
Planned Order Release 0 0 55 0 0 140 0 270 0 0 0 465
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya ).
b. Minggu 2
Gross requirement = 0
Sheduled receipt = 130
Projected on hand = On hand inventory + schedule receipt
= 100 + 130 = 230
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receive = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 2 )
Planned order release = safety stock + gross requirement minggu 4
– on hand inventory minggu 3
= ( 75 + 260 ) – 280 = 55
( memenuhi kebutuhan di minggu 4 karena
lead time 2 minggu diberikan pada 2 minggu
sebelum minggu 4 )
c. Minggu 3
Gross requirement = 0
Sheduled receipt = 50
Projected on hand = On hand inventory + schedule receipt
= 230 + 50
=280
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receive = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 3 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena pemesanan sudah
dilakukan di minggu sebelumnya).
d. Minggu 4
Gross requirement = 260
Sheduled receipt = 0
Projected on hand = Projected net requirement - Kebutuhan
minggu 4
= 55 – ( 260 – 280 ) = 75
Projected net requirement = ( Gross requirement – projected on hand
minggu 3 ) + safety stock
= ( 260 – 280 ) + 75 = 55
Planned order receive = 55 ( sesuai dengan planned order release
minggu 2 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya )
e. Minggu 5
Gross requirement = 0
Sheduled receipt = 0
Projected on hand = Projected net requirement - Kebutuhan
minggu 5
= 0 – ( 0 – 75 ) = 75
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receive = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 5 )
Planned order release = safety stock + gross requirement minggu 7
– on hand inventory minggu 6
= ( 75 + 140 ) – 75 = 140
( memenuhi kebutuhan di minggu 7 karena
lead time 2 minggu diberikan pada 2 minggu
sebelum minggu 7 )
f. Minggu 6
Gross requirement = 0
Sheduled receipt = 0
Projected on hand = 75
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi ).
Planned order receive = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 6 ).
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena pemesanan sudah
dilakukan di minggu sebelumnya ).
g. Minggu 7
Gross requirement = 140
Sheduled receipt = 0
Projected on hand = Projected net requirement - Kebutuhan
minggu 7
= 140 – ( 140 – 75 ) = 75
Projected net requirement = ( Gross requirement – projected on hand
minggu 6 ) + safety stock
= ( 140 – 75 ) + 75 = 140
Planned order receive = 140 ( sesuai dengan planned order release
minggu 5 )
Planned order release = safety stock + gross requirement minggu 9
– on hand inventory minggu 8
= ( 75 + 270 ) – 75 = 270
( memenuhi kebutuhan di minggu 9 karena
lead time 2 minggu diberikan pada 2 minggu
sebelum minggu 9 )
h. Minggu 8
Gross requirement = 0
Sheduled receipt = 0
Projected on hand = 75
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi ).
Planned order receive = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 6 ).
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena pemesanan sudah
dilakukan minggu sebelumnya ).
i. Minggu 9
Gross requirement = 270
Sheduled receipt = 0
Projected on hand = Projected net requirement - Kebutuhan
minggu 7
= 270 – ( 270 – 75 ) = 75
Projected net requirement = ( Gross requirement – projected on hand
minggu 8 ) + safety stock
= ( 270 – 75 ) + 75 = 270
Planned order receive = 270 ( sesuai dengan planned order release
minggu 7 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya )
j. Minggu 10
Gross requirement = 0
Sheduled receipt = 0
Projected on hand = Projected net requirement - Kebutuhan
minggu 4
= 0 – ( 0 – 75 ) = 75
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi ).
Planned order receive = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 10 ).
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena pemesanan sudah
dilakukan minggu sebelumnya ).
3. Item C200 dengan metode EOQ
a. Minggu 1 :
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 90
Projected on hand = On hand inventory + schedule receipt
= 300 + 90
= 390
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 1 )
Planned order release = Sesuai dengan rumus EOQ, maka jumlah
order :
H
SDEOQ
..2
8
150.6000.2EOQ
= 474,34
= 475
( memenuhi kebutuhan di minggu 2 karena
lead time 1 minggu diberikan pada 1 minggu
sebelum minggu 2 )
b. Minggu 2
Gross requirement = 295
Scheduled receipt = 0
10-30-2015 Overdue week 1 week 2 week 3 week 4 week 5 week 6 week 7 week 8 week 9 week 10 Total
Item: C200 Part LT = 1 SS = 100 LS = EOQ UM = Each ABC = B Source = MADEType = PartA.Demand = 6,000@Cost = 50SetupCost = 150H.Cost = 8
Gross Requirement 0 0 295 0 0 200 0 350 0 350 0 1,195
Scheduled Receipt 0 90 0 60 0 0 0 0 0 0 0 150
Projected On Hand 300 390 570 630 630 430 430 555 555 205 205
Projected Net Requirement 0 0 6 0 0 147 0 368 0 368 0 889
Planned Order Receipt 0 0 475 0 0 0 0 475 0 0 0 950
Planned Order Release 0 475 0 0 0 0 475 0 0 0 0 950
Projected on hand = On hand inventory minggu 1 – Kebutuhan
minggu 3
= 390 – ( 295 – 475 )
= 570
Projected net requirement = ( Gross requirement – projected on hand
minggu 1 ) + safety stock + scrap
= ( 295 – 390 ) + 100 + ( 5% x 5)
= 5.25= 6
Planned order receipt = 475 (sesuai dengan planned order release
minggu 1 )
Planned order release = 0
( tidak melakukan pemesanan untuk minggu
berikutnya karena tidak melakukan produksi
pada minggu berikutnya ).
c. Minggu 3
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 60
Projected on hand = On hand inventory minggu 2 + schedule
receipt
= 570 + 60
= 630
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 3 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya ).
d. Minggu 4
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 630
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 4 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya ).
e. Minggu 5
Gross requirement = 200
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = On hand inventory minggu 4 - Gross
Requirement
= 630 – 200
= 430
Projected net requirement = Gross Requirement-Schedule Receipt +
Scrap
= (200-60) + ( 5% x 200-60) )
= 147
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 5 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya )
f. Minggu 6
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 430
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 6 )
Planned order release = Sesuai dengan rumus EOQ, maka jumlah
order :
H
SDEOQ
..2
8
150.6000.2EOQ
= 474,34
= 475
( memenuhi kebutuhan di minggu 7 karena
lead time 1 minggu diberikan pada 1 minggu
sebelum minggu 7 ).
g. Minggu 7
Gross requirement = 350
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = On hand inventory minggu 6 – Kebutuhan
minggu 7
= 430 – ( 350 – 475 )
= 555
Projected net requirement = Gross requirement + scrap
= 350 + (5% x 350)
= 368
Planned order receipt = 475 ( sesuai dengan planned order release
minggu 6 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya ).
h. Minggu 8
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 555
Projected net requirement = 0
Planned order receipt = 0 ( sesuai dengan planned order release
minggu 7 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya ).
i. Minggu 9
Gross requirement = 350
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = Planned order receipt- (Gross
requirement - projected on hand minggu 8)
= 0 - (350-555)
= 205
Projected net requirement = Gross requirement + scrap
= 350 + (5% x 350)
= 368
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 9 ).
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya ).
j. Minggu 10
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 205
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi ).
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 10 ).
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena periode
perencanaan telah berakhir ).
4. Item D200 dengan metode FOQ
A100 dan B100 membutuhkan juga item D200 dan untuk
membentuk D200 membutuhkan item G300 sebanyak 1 unit. Pada
overdue, terdapat project on hand sebesar 135 unit.. Lead time yang
dibutuhkan adalah 2 minggu dan savety stock sebesar 100 unit. Kemudian
Metode lot sizing yang digunakan adalah FOQ (Fixed Order Quantity),
yaitu melakukan pemesanan kebutuhan bahan berdasarkan ukuran lot yang
sudah ditentukan. Berikut adalah analisis data pada outputnya:
a. Minggu 1 :
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 135 ( persediaan awal )
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 1 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya ).
b. Minggu 2
Gross requirement = Planned order release A100 minggu 2 +
Planned order release B100 minggu 2 +
requirement D200 pada minggu 2
= 210 + 55 + 0
= 265
10/27/2015 Overdue week 1 week 2 week 3 week 4 week 5 week 6 week 7 week 8 week 9 week 10 Total
Item: D200 Part LT = 2 SS = 120 LS = FOQ UM = Each ABC = B Source = MADEType = PartA.Demand = 4.000@Cost = 40SetupCost = 150H.Cost = 6
Gross Requirement 0 0 265 0 0 140 0 350 0 350 0 1.105
Scheduled Receipt 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Projected On Hand 135 135 270 270 270 330 330 180 180 230 230
Projected Net Requirement 0 0 263 0 0 147 0 368 0 368 0 1.146
Planned Order Receipt 0 0 400 0 0 200 0 200 0 400 0 1.2
Planned Order Release 400 0 0 200 0 200 0 400 0 0 0 1.2
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = On hand inventory minggu 1 – Kebutuhan
minggu 2
= 135 – (265-400)
= 135
Projected net requirement = = ( Gross requirement – projected on hand
minggu 1 ) + safety stock + scrap
= ( 265 – 135 ) + 120 + ( 5% x 130)
= 262,5= 263
Planned order receipt = 400 ( sesuai dengan planned order release
pada overdue )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena pemesanan sudah
dilakukan di minggu sebelumnya).
c. Minggu 3
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 270
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 1 )
Planned order release = 200 ( memenuhi kebutuhan di minggu 5
karena lead time 2 minggu diberikan pada 2
minggu sebelum minggu 5 ).
d. Minggu 4
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 270
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 4 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya ).
e. Minggu 5
Gross requirement = Planned order release A100 minggu 5 +
Planned order release B100 minggu 5 +
requirement D200 pada minggu 5
= 0 + 140 + 0
= 140
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = On hand inventory minggu 4 – Kebutuhan
minggu 5
= 270 – ( 140 – 200 )
= 330
Projected net requirement = Gross Requirement-Schedule Receipt +
Scrap
= (140-0) + ( 5% x 140-0) )
= 147
Planned order receipt = 200 ( sesuai dengan planned order release
pada minggu 3 )
Planned order release = 200 ( memenuhi kebutuhan di minggu 7
karena lead time 2 minggu diberikan pada 2
minggu sebelum minggu 7 ).
f. Minggu 6
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 330
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi ).
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 6 ).
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena pemesanan sudah
dilakukan di minggu sebelumnya ).
g. Minggu 7
Gross requirement = Planned order release A100 minggu 7 +
Planned order release B100 minggu 7 +
requirement D200 pada minggu 7
= 80 + 270 + 0
= 350
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = On hand inventory minggu 6 – Kebutuhan
minggu 7
= 330 – ( 350 – 200 )
= 180
Projected net requirement = Gross requirement + scrap
= 350 + (5% x 350)
= 368
Planned order receipt = 200 ( sesuai dengan planned order release
pada minggu 5 )
Planned order release = 400 ( memenuhi kebutuhan di minggu 9
karena lead time 2 minggu diberikan pada 2
minggu sebelum minggu 9 ).
h. Minggu 8
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 180
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi ).
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 6 ).
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena pemesanan sudah
dilakukan minggu sebelumnya ).
i. Minggu 9
Gross requirement = Planned order release A100 minggu 9 +
Planned order release B100 minggu 9 +
requirement D200 pada minggu 9
= 350 + 0 + 0
= 350
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = On hand inventory minggu 8 – Kebutuhan
minggu 7
= 180 – ( 350 – 400 )
= 230
Projected net requirement = Gross requirement + scrap
= 350 + (5% x 350)
= 368
Planned order receipt = 400 ( sesuai dengan planned order release
pada minggu 7 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan karena
tidak ada produksi di minggu berikutnya ).
j. Minggu 10
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 230
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi ).
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 10 ).
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena periode
perencanaan telah selesai ).
5. Item E200 dengan metode LUC
Untuk membuat produk E200 dibutuhkan 1 unit Komponen F300 dan
1 unit Komponen G300. Berdasakan tabel LUC, dalam perencanaan ini
terdapat dua kali pemesanan ialah pada periode 1 untuk memesan
kebutuhan hingga periode 6 dan pada periode 7 untuk memesan kebutuhan
hingga periode 10. Berikut adalah analisis data pada outputnya:
a. Minggu 1 :
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 375 ( persediaan awal )
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 1 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya ).
b. Minggu 2
Gross requirement = Planned order release B100 minggu 2 +
requirement E200 pada minggu 2
= 55 + 0
= 55
Scheduled receipt = 240
Projected on hand = ( On hand inventory + schedule receipt ) –
gross requirement
= ( 375 + 240 ) - 55
10/27/2015 Overdue week 1 week 2 week 3 week 4 week 5 week 6 week 7 week 8 week 9 week 10 Total
Item: E200 Sub-AssemblyLT = 1 SS = 50 LS = LUC UM = Each ABC = B Source = MADEType = AssemblyA.Demand = 4.500@Cost = 60SetupCost = 200H.Cost = 10
Gross Requirement 0 0 55 0 0 140 0 270 0 0 0 465
Scheduled Receipt 0 0 240 0 100 0 0 0 0 0 0 340
Projected On Hand 375 375 560 560 660 520 520 250 250 250 250
Projected Net Requirement 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Planned Order Receipt 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Planned Order Release 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
= 560
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 2 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi di minggu berikutnya ).
c. Minggu 3
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 560
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 1 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi di minggu berikutnya ).
d. Minggu 4
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 100
Projected on hand = on hand inventory minggu 3 + schedule
receipt minggu 4
= 560 + 100
= 660
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 4 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena gross requirement
sudah dapat dipenuhi dengan on hand
inventory ).
e. Minggu 5
Gross requirement = Planned order release B100 minggu 5 +
requirement E200 pada minggu 5
= 140 + 0
= 140
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = On hand inventory minggu 4 – gross
requirement
= 660 – 140
= 520
Projected net requirement = 0 ( tidak ada kebutuhan kotor yang
diperlukan karena gross requirement sudah
dapat dipenuhi dengan on hand inventory )
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 1 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi di minggu berikutnya ).
f. Minggu 6
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 520
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi ).
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 6 ).
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi di minggu berikutnya ).
g. Minggu 7
Gross requirement = Planned order release B100 minggu 7 +
requirement E200 pada minggu 7
= 270 + 0
= 270
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = On hand inventory minggu 6 – Kebutuhan
minggu 7
= 520 – 270
= 250
Projected net requirement= 0 ( tidak melakukan produksi ).
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 6 ).
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi di minggu berikutnya ).
h. Minggu 8
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 250
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi ).
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 8 ).
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi di minggu berikutnya ).
i. Minggu 9
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 250
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi ).
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 9 ).
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi di minggu berikutnya ).
j. Minggu 10
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 250
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi ).
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 10 ).
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena periode
perencanaan telah selesai ).
6. Item F300 dengan metode PPB
Metode PPB ialah metode yang digunakan untuk menyeimbangkan
biaya pengadaan dengan biaya penyimpanan, untuk penentuan ukuran lot ini
ditentukan oleh part-period yang ekonomis melalui proses EPP. Pada F300,
bahwa biaya setup cost sebesar 50 sedangkan biaya penyimpanan sebesar 2/52
= 0,038 sehingga diperoleh nilai EPP sebesar 1300 unit. Pada metode ini nilai
APP < EPP agar ukuran lot yang terbesar dapat memenuhi kebutuhan beberapa
periode kedepan. Berikut adalah analisis data pada outputnya:
a. Minggu 1 :
Gross requirement = 475
10/27/2015 Overdue week 1 week 2 week 3 week 4 week 5 week 6 week 7 week 8 week 9 week 10 Total
Item: F300 Component LT = 2 SS = 150 LS = PPB UM = Each ABC = C Source = BUYType = ComponentA.Demand = 20.000@Cost = 15SetupCost = 50H.Cost = 2
Gross Requirement 0 475 210 0 0 0 475 80 0 350 0 1.59
Scheduled Receipt 0 250 0 0 0 210 0 0 0 0 0 460
Projected On Hand 250 657 447 447 447 657 182 554 554 204 204
Projected Net Requirement 0 132 221 0 0 0 279 84 0 368 0 1.084
Planned Order Receipt 0 632 0 0 0 0 0 452 0 0 0 1.084
Planned Order Release 632 0 0 0 0 452 0 0 0 0 0 1.084
Scheduled receipt = 250
Projected on hand = Projeck on hand Overdue+Scheduled
Receipt week 1+ (Planned Order
Release-Gross
Requirement)
= (250+250)+(632-475)
= 657
Projected net requirement = Gross Requirement – (Scheduled
Receipt+On Hand Project 1+ Safety
Stock
= 475-(250+250)+150
= 125 + (5%x125)
= 132
Planned order receipt = Projected on hand week 1 – ((Scheduled
receipt ) – (gross requirement -projected on
hand overdue ))
= 657 – (250 - (475-250))
= 632 (karena lead time 1 minggu maka
dipesan di overdue)
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya ).
b. Minggu 2
Gross requirement = Planned order release A100 minggu 2 +
planned order release C200 minggu 2 +
planned order release E200 minggu 2 +
requirement F300 minggu 2
= 210 + 0 + 0 + 0
= 210
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = On hand inventory - gross requirement
= 657 - 210
= 447
Projected net requirement = Gross requirement + scrap
= 210 + (5% x 210)
= 221
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 2 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya ).
c. Minggu 3
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 447
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 3 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena pemesanan sudah
dilakukan di minggu sebelumnya).
d. Minggu 4
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 447
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 3 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu
berikutnya karena pemesanan sudah
dilakukan di minggu sebelumnya).
e. Minggu 5
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 210
Projected on hand = On hand inventory minggu 4 + schedule
receipt
= 447 + 210
= 657
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 5 )
Planned order release = 452 ( memenuhi kebutuhan di minggu 7
karena lead time 2 minggu diberikan pada 2
minggu sebelum minggu 7 ).
f. Minggu 6
Gross requirement = Planned order release A100 minggu 6 +
planned order release C200 minggu 6 +
planned order release E200 minggu 6 +
requirement F300 minggu 6
= 0 + 475 + 0 + 0
= 475
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = On hand inventory minggu 5 – gross
requirement
= 657 – 475
= 182
Projected net requirement = Gross Requirement – (Scheduled
Receipt+On Hand Project 5+ Safety
Stock
= 475 – 210 + 150
= 265 + (5%x265)
= 279
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 6 ).
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena pemesanan sudah
dilakukan di minggu sebelumnya).
g. Minggu 7
Gross requirement = Planned order release A100 minggu 7 +
planned order release C200 minggu 7 +
planned order release E200 minggu 7 +
requirement F300 minggu 7
= 80 + 0 + 0 + 0
= 80
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = Project on hand week 6+Scheduled
Receipt week 7+ (Planned Order
Receipt-Gross
Requirement)
= (182+0)+(452-80)
= 554
Projected net requirement = Gross requirement + scrap
= 80 + (5% x 80)
= 84
Planned order receipt = 452 ( sesuai dengan planned order release
pada minggu 5 ).
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena pemesanan sudah
dilakukan di minggu sebelumnya).
h. Minggu 8
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 554
Projected net requirement = 0
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 8 ).
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena pemesanan sudah
dilakukan minggu sebelumnya ).
i. Minggu 9
Gross requirement = Planned order release A100 minggu 9 +
planned order release C200 minggu 9 +
planned order release E200 minggu 9 +
requirement F300 minggu 9
= 350 + 0 + 0 + 0
= 350
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = On hand inventory minggu 8 – gross
requirement
= 554 – 350
= 204
Projected net requirement = Gross requirement + scrap
= 350 + (5% x 350 )
= 368
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 9 ).
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya )
j. Minggu 10
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 204
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi ).
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 10 ).
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena periode
perencanaan telah selesai)
7. Item G300 dengan metode EOQ
Produk G300 merupakan komponen penyusun produk D200 yang
digunakan untuk membuat produk Diamond dan penyusun komponen
E200 dan D200 sebagai komponen penyusun produk deluxe. . Pada
overdue, terdapat project on hand sebesar 795 unit. Lead time yang
diperlukan adalah 2 minggu dan savety stock sebesar 150 unit. Lot sizing
dilakukan dengan metode dengan metode EOQ (Economic Order
Quantity), yaitu melakukan pemesanan bahan dengan mendasarkan pada
kuantitas order yang memenuhi formula
Jumlah demand (D) dari item C200 adalah 6.000 unit, biaya set up
(S) nya adalah $50 dan biaya holding (H) adalah $2.
= 894,43 dibulatkan menjadi 895. Berikut adalah
analisis data pada outputnya:
a. Minggu 1 :
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Item: F300ComponentLT = 2 SS = 150 LS = PPB UM = Each ABC = C Source = BUYType = ComponentA.Demand = 20,000@Cost = 15SetupCost = 50H.Cost = 2
Gross Requirement0 475 210 0 0 0 475 80 0 350 0 1,59
Scheduled Receipt0 250 0 0 0 210 0 0 0 0 0 460
Projected On Hand250 657 447 447 447 657 182 554 554 204 204
Projected Net Requirement0 132 221 0 0 0 279 84 0 368 0 1,084
Planned Order Receipt0 632 0 0 0 0 0 452 0 0 0 1,084
Planned Order Release632 0 0 0 0 452 0 0 0 0 0 1,084
Item: G300ComponentLT = 2 SS = 150 LS = EOQ UM = Each ABC = C Source = BUYType = ComponentA.Demand = 16,000@Cost = 10SetupCost = 50H.Cost = 2
Gross Requirement400 0 0 200 0 200 0 400 0 0 0 1,2
Scheduled Receipt0 0 0 70 0 0 0 0 0 0 0 70
Projected On Hand795 795 795 665 665 465 465 960 960 960 960
Projected Net Requirement263 0 0 137 0 210 0 420 0 0 0 1,03
Planned Order Receipt895 0 0 0 0 0 0 895 0 0 0 1,79
Planned Order Release895 0 0 0 0 895 0 0 0 0 0 1,79
Projected on hand = 795 ( persediaan awal )
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 1 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya ).
b. Minggu 2
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 795
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 2 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya ).
c. Minggu 3
Gross requirement = Planned order release D200 minggu 3 +
planned order release E200 minggu 3 +
requirement G300 minggu 3
= 200 + 0 + 0
= 200
Scheduled receipt = 70
Projected on hand = ( On hand inventory minggu 2 + schedule
receipt ) – gross requirement
= ( 796 + 70 ) - 200
= 665
Projected net requirement = ( Gross requirement – projected on hand
minggu 2 ) + scrap
= ( 200 – 70 ) + ( 5% x 200-70)
= 136,5= 137
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 3 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya )
d. Minggu 4
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 665
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi )
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 4 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya )
e. Minggu 5
Gross requirement = Planned order release D200 minggu 5 +
planned order release E200 minggu 5 +
requirement G300 minggu 5
= 200 + 0 + 0
= 200
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = On Hand Inventory minggu ke 4 – Gross
Requirement
= 665-200
= 465
Projected net requirement = Gross requirement + % scrap
= 200 + (5%x200)
= 210
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 5 )
Planned order release = Sesuai dengan rumus EOQ, maka jumlah
order :
H
SDEOQ
..2
2
150.16000.2EOQ
= 894,427
= 895 ( memenuhi kebutuhan di
minggu 7 karena lead time 2
minggu diberikan pada 2 minggu
sebelum minggu 7 ).
f. Minggu 6
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 465
Projected net requirement = 0
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 6 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena pemesanan sudah
dilakukan di minggu sebelumnya ).
g. Minggu 7
Gross requirement = Planned order release D200 minggu 6 +
planned order release E200 minggu 6 +
requirement G300 minggu 6
= 400 + 0 + 0
= 400
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = On hand inventory minggu 6 – Kebutuhan
minggu 7
= 465 – ( 400 – 895 )
= 960
Projected net requirement = Gross requirement + scrap
= 400 + ( 5% x 400)
= 420
Planned order receipt = 895 ( sesuai dengan planned order release
minggu 5 )
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya ).
h. Minggu 8
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 960
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi ).
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 8 ).
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya )
i. Minggu 9
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 960
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi ).
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 9 ).
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena tidak melakukan
produksi pada minggu berikutnya )
j. Minggu 10
Gross requirement = 0
Scheduled receipt = 0
Projected on hand = 960
Projected net requirement = 0 ( tidak melakukan produksi ).
Planned order receipt = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
memenuhi kebutuhan pada minggu 10 ).
Planned order release = 0 ( tidak melakukan pemesanan untuk
minggu berikutnya karena periode
perencanaan telah selesai)
Suatu perusahaan pada umumnya melakukan aktivitas mengubah
input menjadi output. Produksi merupakan fungsi pokok dalam perusahaan,
yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai
tambah produk yang merupakan output dari setiap perusahaan, dan kegiatan
produksi sangat erat hubungannya dengan bahan baku. Suatu sistem yang
dapat digunakan untuk menangani masalah yang berkaitan dengan
penyediaan bahan baku untuk produksi adalah Material Requirement
Planning (MRP) atau sistem perencanaan material. Sistem ini dipergunakan
untuk menghitung kebutuhan bahan baku yang bersifat dependent demand
terhadap penyelesaian suatu produk akhir. Oleh karena itu dilakukan untuk
Analisis Penerapan Material Requirement Planning (MRP) Dalam Upaya
Mengendalikan Persediaan Bahan Baku Daging Pada Long Horn Steak &
Ribsâ dengan menggunakan metode deskriptif analisis dan metode historis
sebagai metode penelitiannya (Rovianty, 2007).
Penerapan sistem Material Requirements Planning (MRP) sebagai
alat untuk meningkatkan efisiensi biaya persediaan bahan baku pada PT.
Siantarjaya Ekatama Surabaya, penerapan Material Requirement Planning
(MRP) pada sistem informasi pesanan dan inventory control pada cv. Abc.
BAB V
KESIMPULAN
1. Perencanaan kebutuhan bahan merupakan suatu aktivitas lanjutan dari
perencanaan produksi produk akhir yang telah dijadwalkan dalam jadwal induk
produksi. Metode yang digunakan dalam perencanaan bahan adalah metode
material requirement planning yang dapat dilakukan dengan bantuan software
komputer yaitu WinQSB.
2. Input-input yang dibutuhkan dalam perencanaan kebutuhan bahan, yaitu data
karakteristik bahan, data permintaan tahunan serta biaya pengadaan, data
jadwal induk produksi (master production planning), data persediaan dan
pesanan yang akan diterima (planned receipts), dan kapasitas produksi masing-
masing komponen atau bahan.
3. Output yang dihasilkan dari perencanaan kebutuhan bahan dengan metode
MRP, yaitu gross requirement, scheduled receipt, projected on hand, projected
net requirement, planned order receipt, dan planned order release.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Material Requirement Plan (MRP). Dalam
http://industri17sani.blog.mercubuana.ac.id/files/2010/12/MRP.pdf diakses
pada tanggal 1 November 2015 pukul 22.00 WIB.
Edward A. S. and Rein Peterson. 1985. Decision Systems for Inventory
Management and Production Planning second edition. John Willey &
Sons. Singapore.
Gaspersz, Vincent. 2001. Production Planning and Inventory Control. McGraw-
Hill Inc. USA.
Lockyer, K. 1994. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo.
Rangkuti, F. 1995. Manajemen Persediaan. Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.
Rovianty, Andi Novi. 2007. Analisis Penerapan Material Requirement Planning
(MRP) dalam Upaya Mengendalikan Persediaan Bahan Baku Daging
Pada Long Horn Steak & Ribs. Dalam Jurnal Widyatama Management-
Bachelor.
Subagyo, P. 2005. Manajemen Operasi. Yogyakarta: BPFE UGM.
Tersine, R. J. 1998. Principles of Inventory and Materials Management. North
Holland. New York.