PERENCANAAN LOKASI PEMANCAR SFN STANDAR DVB-T … · ... dimana stasiun TV yang sama dapat memasang...

6
Makalah Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS 1 PERENCANAAN LOKASI PEMANCAR SFN STANDAR DVB-T BERDASARKAN RRC-06 UNTUK TVRI DI WILAYAH DKI JAKARTA Alkaf 2207 100 648 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 [email protected] Abstrak - Teknologi sistem penyiaran televisi sudah berkembang dalam kurun waktu yang lama seiring berkembangnya teknologi digital. Semakin banyaknya lembaga penyiaran baik ditingkat lokal maupun nasional menyebabkan semakin banyak permintaan penggunaan kanal frekuensi. Dengan kondisi seperti itulah akhirnya Indonesia mengimplementasikan sistem penyiaran TV Digital dengan standar Digital Video broadcasting Terrestrial (DVB-T). Tugas akhir ini merencanakan lokasi pemancar Single Frequency Networks (SFN) DVB-T TVRI, dimana satu pemancar sudah dibangun di wilayah Joglo, Jakarta Barat. Langkah yang dilakukan adalah dengan cara mensimulasikan lokasi pemancar berdasarkan Reference Networks (RNs) Regional Radiocommunication Conference06 (RRC-06) untuk mendapatkan jangkauan wilayah siaran yang maksimum untuk wilayah DKI Jakarta. Parameter pemancar sudah ditentukan oleh TVRI dan parameter sistem DVB-T yang digunakan adalah C2. Simulasi ini menggunakan perangkat lunak ICS telecomATDI yang dimiliki oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Hasil yang didapatkan adalah lokasi pemancar SFN DVB-T TVRI untuk wilayah DKI Jakarta. Tahapan perencanaan yang telah dilakukan dalam tugas akhir ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan lokasi pemancar SFN untuk wilayah lainnya. Kata Kunci: DVB-T, SFN, RRC-06 1. PENDAHULUAN Teknologi sistem penyiaran berkembang seiring berkembangnya teknologi digital. Dibeberapa negara maju sudah menerapkan teknologi digital untuk sistem penyiaran televisinya. Beberapa standar penyiaran TV digital yang telah berkembang saat ini, yaitu ISDB-T (Integrated Services Television Systems Commitee) dari Jepang, DMB-T (Digital Multimedia Broadcasting Terrestrial) dari China, ATSC (Advanced Television System Commitee) dari Amerika Serikat, DVB-T (Digital Video Broadcasting Terrestrial) dari Eropa. Masing masing standar dan beberap variannya telah diadopsi oleh sejumlah negara, begitu juga Indonesia. Sesuai dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 07/P/M.KOMINFO/3/2007 tentang Standar Penyiaran Digital Terestrial untuk televisi tidak bergerak di Indonesia, disebutkan bahwa Pemerintah menetapkan DVB-T (Digital Video Broadcasting Terrestrial) sebagai standar penyiarannya. Sistem DVB-T diluncurkan pada September 1998 dan ISDB-T pada 1 Desember 2003, keduanya berbasis teknik OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) yang dikombinasikan dengan interleaving dan memiliki kelebihan dalam menjangkau TV yang bergerak, bahkan yang berada dimobil yang berkecepatan tinggi[1]. Sesuai dengan RRC-06 variasi sistem DVB-T sangat beragam, untuk mengimplementasikan pada suatu wilayah atau negara dapat memilih variasi sistem DVB-T yang sesuai dengan kebutuhan wilayah tersebut. DVB-T dapat diimplemantasikan dengan Single Frequency Network (SFN) dimana stasiun TV yang sama dapat memasang sejumlah pemancar dengan frekuensi yang sama dan tersebar pada wilayah jangkauan siaran yang luas, sehingga dapat meningkatkan jangkauan wilayah siaran tanpa memerlukan kanal frekuensi lebih dari satu. Jarak maksimum antar pemancar tergantung dari panjang guard interval dan signal delay saat melakukan transmisi[1]. Terdapat beberapa kondisi yang harus di penuhi dalam menyediakan jaringan SFN, dimana setiap transmiter yang temasuk dalam satu SFN harus[2] : 1. Bekerja pada frekuensi yang sama 2. Pada waktu yang sama 3. Simbol OFDM yang sama Dalam sistem operasinya, SFN mempunyai fitur ekslusif yang mendukung, yaitu kemungkinan penerapan Gap- Filling, jarak frequency-reuse yang lebih kecil, efesiensi spektrum, efisiensi daya (penggunaan daya yang tepat untuk tempat yang tepat), jangkauan wilayah siaran yang lebih halus, kemungkinan untuk peningkatan luas jangkauan wilayah siaran[3]. Regional Radiocommunication Conference (RRC) salah satu tugasnya adalah membuat kesepakatan terkait dengan perencanaan penyiaran digital di Band III dan Band IV untuk negara di Eropa, Afrika dan Timur Tengah. Dan pada tahun 2006 telah ditetapkan sebuah Final Acts yang didalamnya membahas mengenai perencanaan layanan penyiaran digital terestrial untuk Band III dan Band IV, dan akhirnya lebih dikenal dengan RRC-06. RRC-06 ini sering digunakan sebagai acuan untuk merencanakan sistem penyiaran digital dengan standar DVB-T untuk televisi dan T-DAB untuk radio. Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan Lembaga Penyiaran Publik milik negara yang diberi “kesempatan” sebagai pioner untuk mengimplemantasikan sistem DVB-T sudah dalam tahap melakukan siaran percobaan yang dilakukan secara simulcast antara siaran analog dan digital. Yang

Transcript of PERENCANAAN LOKASI PEMANCAR SFN STANDAR DVB-T … · ... dimana stasiun TV yang sama dapat memasang...

Page 1: PERENCANAAN LOKASI PEMANCAR SFN STANDAR DVB-T … · ... dimana stasiun TV yang sama dapat memasang sejumlah pemancar dengan frekuensi yang sama dan ... Ketinggian efektif pemancar

Makalah Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS 1

PERENCANAAN LOKASI PEMANCAR SFN STANDAR DVB-TBERDASARKAN RRC-06 UNTUK TVRI DI WILAYAH DKI JAKARTA

Alkaf – 2207 100 648Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 [email protected]

Abstrak - Teknologi sistem penyiaran televisi sudah berkembang dalam kurun waktu yang lama seiring berkembangnya teknologi digital. Semakin banyaknya lembaga penyiaran baik ditingkat lokal maupun nasional menyebabkan semakin banyak permintaan penggunaan kanal frekuensi. Dengan kondisi seperti itulah akhirnya Indonesia mengimplementasikan sistem penyiaran TV Digital dengan standar Digital Video broadcasting Terrestrial (DVB-T). Tugas akhir ini merencanakan lokasi pemancar Single Frequency Networks (SFN) DVB-TTVRI, dimana satu pemancar sudah dibangun di wilayah Joglo, Jakarta Barat. Langkah yang dilakukan adalah dengan cara mensimulasikan lokasi pemancar berdasarkan Reference Networks(RNs) Regional Radiocommunication Conference–06(RRC-06) untuk mendapatkan jangkauan wilayah siaran yang maksimum untuk wilayah DKI Jakarta. Parameter pemancar sudah ditentukan oleh TVRI dan parameter sistem DVB-T yang digunakan adalah C2. Simulasi ini menggunakan perangkat lunak ICS telecom–ATDI yang dimiliki oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Hasil yang didapatkan adalah lokasi pemancar SFN DVB-T TVRI untuk wilayah DKI Jakarta. Tahapan perencanaan yang telah dilakukan dalam tugas akhir ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan lokasi pemancar SFN untuk wilayah lainnya. Kata Kunci: DVB-T, SFN, RRC-06

1. PENDAHULUAN Teknologi sistem penyiaran berkembang seiring

berkembangnya teknologi digital. Dibeberapa negara maju sudah menerapkan teknologi digital untuk sistem penyiaran televisinya. Beberapa standar penyiaran TV digital yang telah berkembang saat ini, yaitu ISDB-T(Integrated Services Television Systems Commitee) dari Jepang, DMB-T (Digital Multimedia Broadcasting Terrestrial) dari China, ATSC (Advanced Television System Commitee) dari Amerika Serikat, DVB-T(Digital Video Broadcasting Terrestrial) dari Eropa. Masing masing standar dan beberap variannya telah diadopsi oleh sejumlah negara, begitu juga Indonesia. Sesuai dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 07/P/M.KOMINFO/3/2007 tentang Standar Penyiaran Digital Terestrial untuk televisi tidak bergerak di Indonesia, disebutkan bahwa Pemerintah menetapkan DVB-T (Digital Video Broadcasting –Terrestrial) sebagai standar penyiarannya.

Sistem DVB-T diluncurkan pada September 1998 dan ISDB-T pada 1 Desember 2003, keduanya berbasis teknik OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) yang dikombinasikan dengan interleavingdan memiliki kelebihan dalam menjangkau TV yang bergerak, bahkan yang berada dimobil yang berkecepatan tinggi[1]. Sesuai dengan RRC-06 variasi sistem DVB-T sangat beragam, untuk mengimplementasikan pada suatu wilayah atau negara dapat memilih variasi sistem DVB-T yang sesuai dengan kebutuhan wilayah tersebut.

DVB-T dapat diimplemantasikan dengan Single Frequency Network (SFN) dimana stasiun TV yang sama dapat memasang sejumlah pemancar dengan frekuensi yang sama dan tersebar pada wilayah jangkauan siaran yang luas, sehingga dapat meningkatkan jangkauan wilayah siaran tanpa memerlukan kanal frekuensi lebih dari satu. Jarak maksimum antar pemancar tergantung dari panjang guard interval dan signal delay saat melakukan transmisi[1]. Terdapat beberapa kondisi yang harus di penuhi dalam menyediakan jaringan SFN, dimana setiap transmiter yang temasuk dalam satu SFN harus[2] :

1. Bekerja pada frekuensi yang sama 2. Pada waktu yang sama 3. Simbol OFDM yang sama

Dalam sistem operasinya, SFN mempunyai fitur ekslusif yang mendukung, yaitu kemungkinan penerapan Gap-Filling, jarak frequency-reuse yang lebih kecil, efesiensi spektrum, efisiensi daya (penggunaan daya yang tepat untuk tempat yang tepat), jangkauan wilayah siaran yang lebih halus, kemungkinan untuk peningkatan luas jangkauan wilayah siaran[3].

Regional Radiocommunication Conference (RRC) salah satu tugasnya adalah membuat kesepakatan terkait dengan perencanaan penyiaran digital di Band III dan Band IV untuk negara di Eropa, Afrika dan Timur Tengah. Dan pada tahun 2006 telah ditetapkan sebuah Final Acts yang didalamnya membahas mengenai perencanaan layanan penyiaran digital terestrial untuk Band III dan Band IV, dan akhirnya lebih dikenal dengan RRC-06. RRC-06 ini sering digunakan sebagai acuan untuk merencanakan sistem penyiaran digital dengan standar DVB-T untuk televisi dan T-DAB untukradio.

Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan Lembaga Penyiaran Publik milik negara yang diberi “kesempatan” sebagai pioner untuk mengimplemantasikan sistem DVB-T sudah dalam tahap melakukan siaran percobaan yang dilakukan secara simulcast antara siaran analog dan digital. Yang

Page 2: PERENCANAAN LOKASI PEMANCAR SFN STANDAR DVB-T … · ... dimana stasiun TV yang sama dapat memasang sejumlah pemancar dengan frekuensi yang sama dan ... Ketinggian efektif pemancar

Makalah Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS 2

nanti kedepannya siaran TV analog akan dihentikan seluruhnya dan siaran TV digital akan menyeluruh seantero Nusantara.

Makalah ini melaporkan perencanaan lokasi pemancar SFN standar DVB-T untuk TVRI diwilayah DKI Jakarta. Perencanaan ini lokasi pemancar ini menggunakan acuan Reference Network 3 (RN3) yang terdapat di RRC-06, RN3 diimplementasikan untuk daerah urban sesuai dengan wilayah DKI Jakarta.Tujuan dilakukannya perencanaan lokasi pemancar SFN ini adalah untuk mendapatkan prediksi jangkauan wilayah siaran yang baik dan maksimum, sehingga siaran TVRI dapat dinikmati oleh pemirsa yang berada diwilayah DKI Jakarta.

2. METODOLOGI PERENCANAANPerencanaan ini menentukan lokasi pemancar

jaringan SFN untuk sistem penyiaran DVB-T milik TVRI diwilayah DKI Jakarta. Dalam penyiaran televisi biasanya terdapat hal yang menyebabkan terbatasnya penyiaran televisi hingga sampai ke pemirsa, salah satunya adalah masalah topografi atau halangan yang berupa gedung gedung bertingkat. SFN memungkinkan untuk menggunakan gap filler untuk mengurangi dampak dari halangan tersebut, yang menyebabkan jangkauan wilayah siaran pemancar terhadap suatu wilayah tidak maksimal, hal ini akan dilakukan juga pada perencanaan lokasi pemancar kali ini. Pemancar pemancar utama yang yang terintegrasi dalam jaringan SFN, akan diketahui hasil simulasi prediksi jangkauan wilayah siaran dengan menggunakan perangkat lunak ics telecom – ATDI, dari hasil yang didapatkan dapat dilakukan pengamatan visual wilayah mana yang mengalami “lubang” yang nantinya akan diletakan gapfiller. Gap filler tersebut dapat berupa pemancar yang bekerja pada frekuensi yang sama dan sesuai dengan parameter pemancar pemancar yang termasuk dalam satu jaringan SFN tersebut. Metodologi perencanaan dalam tugas akhir ini ditunjukan pada gambar 1

Penentuan aspek desainsistem DVB-T

Penentuan lokasitransmiter berdasarkan

RRC-06

Prediksi cakupan wilayahpenyiaran oleh ICS

telecom

Apakah wilayah jangkauanpenyiaran sudah maksimal??

Ya

Tidak

Start

Apakah masih terdapat“blank spot” ??

Penentuan lokasi“Gap Filler”

Prediksi cakupan wilayahpenyiaran oleh ICS

telecom

Apakah wilayah jangkauanpenyiaran sudah maksimal??

End

Tidak

Ya

Ya

Tidak

1

1

Gambar 1 Diagram alir perencanaan

DVB-T dapat menggunakan variasi dalam pemilihan frekuensi kerja, teknik modulasi, code rate,hingga guard interval. Pemilihan variasi tersebut tentunya harus disesuaikan dengan kebutuhan perencanaan terhadap suatu wilayah jangkauan siaran. Sesuai dengan RRC-06 ada empat tipe penerimaan, tiap tipe penerimaan tersebut memiliki „nilai‟ batas minimum yang berbeda untuk bisa diterapkan dalam DVB-T. Variasi sistem DVB-T dan tipe penerimaan yang digunakan dalam perencanaan ini di tunjukan pada tabel 2. Data pemancar yang didapat dari TVRI ditunjukan pada tabel 1.

Setelah penentuaan aspek desain sistem DVB-Tselanjutnya adalah menentukan lokasi pemancar SFNnya, diawali dengan plotting pemancar DVB-TTVRI yang telah dibangun pada peta digital dengan menggunakan perangkat lunak ics telecom – ATDI , lokasi pemancar ditunjukan oleh gambar 2.

Selanjutnya adalah penetuan lokasi pemancar DVB-T TVRI, dimana salah satu pemancar yang telah dibangun akan dijadikan sebagai pemancar acuan awal pada penentuan lokasi pemancar berikutnya dalam satu jaringan SFN. Acuan yang digunakan dalam perencanaan jaringan SFN ini adalah Reference Network3 (RN3) di RRC-06. RN3 digunakan untuk implementasi pada daerah urban atau perkotaan, hal ini sesuai dengan daerah DKI Jakarta, parameter RN3 ditunjukan pada tabel 3 dan Gambar 3 menunjukan geometrinya.

Tabel 1 Parameter dan Lokasi Pemancar DVB-T Nama Pemancar DVB-T TVRILokasi Jalan Joglo Raya RT.006 RW.02

,Jakarta BaratDaya Pemancar 10 kWGain antena 14 dBKetinggian 300 mFrekuensi 650 MHz (kanal 43)Pola antena Omni (pola antena diasumsikan)Koordinat 106˚ 43‟ 33.9” E, 6˚ 13‟ 12,7” S

(posisi koordinat diambil menggunakan GPS merk Garmin tipe etrex)

Tabel 2 Parameter perencanaan

Variasi Sistem DVB-TC2

8 MHz, 64-QAM, 2/3

Ketinggian antena penerima (m) Fixed reception (Fx) 10 Portable indoor reception (Pi) 1,5 Portable outdoor reception (Po) 1,5 Mobile reception (Mo) 1,5

C/N (dB) Fixed reception (Fx) 19,5 Portable indoor reception (Pi) 21,8 Portable outdoor reception (Po) 21,8 Mobile reception (Mo) 24,8

Min Med Field Strenght (dBµV/m) Fixed reception (Fx) 54,2 Portable indoor reception (Pi) 93,2 Portable outdoor reception (Po) 81,2 Mobile reception (Mo) 84,2

Page 3: PERENCANAAN LOKASI PEMANCAR SFN STANDAR DVB-T … · ... dimana stasiun TV yang sama dapat memasang sejumlah pemancar dengan frekuensi yang sama dan ... Ketinggian efektif pemancar

Makalah Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS 3

Setelah melakukan penyesuain parameter yang digunakan antara RN3 dengan parameter pemancar DVB-T TVRI, maka dapat langsung disimulasikan. Berikut adalah tahapan pembuatan RN3 di perangkat lunak ICS – telecom [4] : – Menempatkan satu pemancar pada peta yang akan

menjadi salah satu transmiter dari reference network– Mengatur parameter stasiun atau transmiter menurut

data yang disediakan RRC-06– Menggambarkan pemancar sebagai titik asal (fungsi

jarak terluar pemancar pada peangkat lunak diaktifkan).

– Menambahkan pemancar kedua dengan jarak maksimum antar pemancar yang sesuai dengan RN dengan sudut 90˚ dari pemancar pertama

– Pada persimpangan tertinggi dari dua lingkaran, diletakan pemancar terakhir yang akan membentuk RN

– Kemudian adalah dengan membuat luasan untuk tiga transmiter sebelumnya dengan menambahkan stasiun sebagai titik tengah segitiga sama sisi, yang merupakan titik tengah wilayah jangkauan siaran dengan persamaan 1

𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎 = 3

3 𝑑 (1)

dimana : d:jarak antar pemancar (km)

– Setelah diketahui titik tengah segitiga yang yang jaraknya didapat dari perhitungan yang dijelaskan diatas, kemudian buat pemancar yang berlokasi di tengah segitiga tersebut.

– Dengan tahu posisi tengah dari segitiga samasisi, kemudian membuat wilayah penyiaran yang berupa hexagon, dengan cara menempatkan titik pengetesan didalam lingkaran setiap sudut 60˚ ,kemudian hapus stasiun yang berfungsi sebagai titik tengah segitiga

– Cara yang sama digunakan menentukan poligon atau wilayah pelayanan pada 3 transmiter untuk reference network yang lain.

Setelah didapatkan lokasi pemancar SFNnya, melalui fungsi “report” yang terdapat pada perangkatlunak tersebut dapat diketahui titik koordinatnya. Untuk mengetahui lebih detail alamat dan lokasi pemancar tersebut dilakukan plotting menggunakan perangkat lunak google earth.

Selanjutnya adalah melakukan running pada perangkat lunak ics telecom –ATDI untuk mendapatkan hasil jangkauan wilayah siaran dari RN3 yang telah di bentuk. Dilakukan pula penentuan lokasi pemancar yang berbeda untuk mendapatkan jangkauan wilayah siaran yang lain. Yang nantinya membandingkan lokasi pemancar yang mana yang bisa mendapatkan jangkauan wilayah siaran yang maksimum atau lebih baik.

Jika dalam penentuan lokasi tersebut masih belum mendapatkan hasil yang maksimala dalam jangkauan wilayah siarannya, maka bisa menambahakan gap-fillerdilokasi yang sekirannya membutuhkan.

Gambar 2 Lokasi pemancar DVB-T TVRI di Joglo

Tabel 3 Parameter RN3 [5]

Parameter

Tipe PenerimaFixed antenna Portable

outdoor and mobile

Portable indoor

Tipe jaringan Terbuka Terbuka TerbukaGeometri area pelayanan Hexagon Hexagon Hexagon

Jumlah transmiter 3 3 3Geometri antar pemancar Segitiga Segitiga Segitiga

Jarak antar pemancar d (km) 40 25 25

Diameter area pelayanan D (km) 53 33 33

Ketinggian efektif pemancar (m) 150 150 150

Pola antena pemancar

Non-directional

Non-directional

Non-directional

e.r.p * (dBW)

Band III 24,1 32,5 40,1

Band IV/V 31,8 44,9 52,2

e.r.p ditujukan untuk frekuensi 200 MHz pada band III dan frekuensi 650 MHz pada band IV/V.

Gambar 3 Geometri RN3

3. ANALISA HASIL SIMULASI

Page 4: PERENCANAAN LOKASI PEMANCAR SFN STANDAR DVB-T … · ... dimana stasiun TV yang sama dapat memasang sejumlah pemancar dengan frekuensi yang sama dan ... Ketinggian efektif pemancar

Makalah Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS 4

Pada tahap awal dilakukan simulasi untuk mengetahui jangkauan wilayah siaran pemancar DVB-TTVRI yang berada diwilayah Joglo, Jakarta Barat. Simulasi dilakukan pada semua tipe penerimaan. Dari hasil simulasi tersebut ditentukan tipe penerimaan portable indoor reception (pi) yang digunakan sebagai acuan untuk melakukan perencanaan lokasi pemancar berikutnya untuk jaringan SFNnya. Pi digunakan dengan asumsi bahwa dengan pi maka kemungkinan semua tipe perimaan bisa digunakan. Peta yang digunakan adalah peta hasil pencitraan satelit yang sudah disediakan dalam perangkat lunak tersebut, karena hasil pencitraan satelit maka pada hasil pencitraan tampak gambar awan putih di beberapa bagian, gambar tersebut tidak mempengaruhi hasil simulasi, hanya saja diharapkan saat melihat hasil simulasi dapat membedakan yang mana hasil simulasi prediksi jangkauan siaran yang mana hasil pencitraan satelitnya. Hasil simulasi jangkauan wilayah siaran pemancar DVB-T TVRI diwilayah joglo dengan tipe pi ditunjukan pada gambar 4. Pada gambar tersebut, warna biru yang tersebar merupakan tampilan yang menjelaskan jangkauan wilayah siaran yang dihasilkan pemancar, tampak pada gambar tersebut tidak semua wilayah DKI Jakarta dapat terjangkau.

Sesuai dengan metodologi perencanaan berikutnya adalah penentuan lokasi pemancar SFN berdasarkan RN3, hasil penentuan lokasi di tunjukan pada tabel 4 dan gambar 5 lokasi pemancar pada simulasi pertama ini disebut dengan skenario 1. Dan gambar 6 adalah hasil simulasi prediksi jangkauan wilayah siaran untuk skenario 1. Di gambar 6 dapat diketahui bahwa walaupun dengan acuan RN3 pada RRC-06, tidak menjamin jangkauan wilayah siaran yang baik. Di gambar 6 pada wilayah DKI Jakarta tidak tercakup warna biru, yang mengambarkan bahwa area tersebut tidak tercakup jangkauan wilayah siaran. Wilayah yang terlihat paling buruk adalah daerah administrasi Jakarta Pusat. Berikutnya membuat skenario 2 untuk memandingkan hasil simulasi jangkauan wilayah siaran apakah sudah maksimum atau belum. Hasil penentuan lokasi wilayah siaran ditunjukan pada tabel 5 dan hasil simulasi prediksi jangkuan wilayah siarannya ditunjukan pada gambar 7.

Setelah dilakukan perbandingan secara visual mengenai hasil prediksi jangkauan wilayah siaran untuk kedua skenario, maka hasil yang paling baik adalah skenario 1.Tetapi pada skenario 1 masih terlihat wilayah wilayah yang tidak tercakupi. Tidak tercakupinya wilayah tersebut karena adanya hambatan berupa gedung dedung bertingkat.

Untuk mendapatkan hasil jangkuan wilayah siaran yang maksimal maka dilakukan perencanaan penentuan lokasi gap-fille. Penentuan lokasi pemancar yang berfungsi sebagai gap-filler dapat dilakukan dengan beberapa skenario penentuan lokasi. Perencanaan ini dilakukan 2 skenario penentuan lokasi gap-filler. Tabel 6 menunjukan lokasi gap-filler untuk skenario 1 dan tabel 7 menunjukan lokasi gap-filler untuk skenario 2.

Dari penentuan lokasi gap-filler maka dapat dilakukan simulasi prediksi jangkuan wilayah siaran

untuk kedua skenario yang hasilnya ditunjukan pada gambar 8 untuk skenario 1 dan gambar 9 untuk skenario 2. Dari analisa visual hasil prediksi jangkuan wilayah siaran pada kedua skenario, maka dapat didapatkan bahwa skenario 2 adalah lokasi pemancar SFN yang mempunyai jangkauan wilayah siaran yang maksimum untuk wilayah DKI Jakarta. Tabel 4 Lokasi Pemancar SFN DVB-T TVRI skenario 1

Id Pemancar Koordinat LokasiTx joglo 106˚ 43‟ 33.9” E,

6˚ 13‟ 12,7” SJalan Joglo Raya RT.006 RW. 02, Jakarta Barat

Tx 2 106˚ 56‟ 57.6” E, 6˚ 13‟ 13,4” S

Jalan Malaka Baru, kec Duren sawit, Jakarta Timur

Tx 3 106˚ 50‟ 10.3” E, 6˚ 25‟ 19” S

Jalan Kemang Swatama Depok Jawa barat

Tabel 5Lokasi Pemancar SFN DVB-T TVRI Skenario 2Id Pemancar Koordinat LokasiTx joglo 106˚ 43‟ 33.9” E,

6˚ 13‟ 12,7” SJalan Joglo Raya RT.006 RW. 02, Jakarta Barat

Tx 2 106˚ 55‟ 38.9” E, 6˚ 07‟ 59” S

Jalan Raya Sena –Semper, Kec. Koja

Tx 3 106˚ 54‟ 56.3” E, 6˚ 20.3‟ 65” S

Jl. Ramat Ganceng,Pondok Ranggon, Cipayung

Tabel 6 Lokasi Pemancar dan Gap Filler skenario 1Id Pemancar Koordinat LokasiTx joglo 106˚ 43‟ 33.9” E,

6˚ 13‟ 12,7” SJalan Joglo Raya RT.006 RW. 02, Jakarta Barat

Tx 2 106˚ 56‟ 57.6” E, 6˚ 13‟ 13,4” S

Jalan Malaka Baru, kec Duren sawit, Jakarta Timur

Tx 3 106˚ 50‟ 10.3” E, 6˚ 25‟ 19” S

Jalan Kemang Swatama Depok Jawa barat

Gf 106˚ 49‟ 35.4” E, 6˚ 10‟ 48.5” S

Medan Merdeka Selatan (Komplek Monas) Merdeka Square

Tabel 7 Lokasi Pemancar dan Gap Filler skenario 2Id Pemancar Koordinat LokasiTx joglo 106˚ 43‟ 33.9” E,

6˚ 13‟ 12,7” SJalan Joglo Raya RT.006 RW. 02, Jakarta Barat

Tx 2 106˚ 56‟ 57.6” E, 6˚ 13‟ 13,4” S

Jalan Malaka Baru, kec Duren sawit, Jakarta Timur

Tx 3 106˚ 50‟ 10.3” E, 6˚ 25‟ 19” S

Jalan Kemang Swatama Depok Jawa barat

Gf 106˚ 50‟ 10.3” E, 6˚ 25‟ 19” S

Jl. Raya Pecenongan, diseberang Hotel Pecenongan

4. KESIMPULAN Lokasi pemancar DVB-T TVRI yang terletak

didaerah Joglo, Jakarta Barat, setelah dilakukan prediksi jangkauan wilayah siarannya ternyata tidak memenuhi seluruh wilayah jangkauan siaran DKI Jakarta. Untuk bisa memenuhi seluruh target wilayah jangkauan siaran DKI Jakarta maka bisa menggunakan SFN, dalam RRC-06 telah disediakan refensi mengenai bagaimana pembentukan SFN dalan suatu wilayah jangkauan penyiaran, baik untuk wilayah yang besar mauapun yang kecil. Pada perencanaan kali ini yang digunakan adalah Reference Network 3 yang memang diperuntukan tipe daerah urban seperti DKI Jakarta. Dengan parameter RN3 yang disesuaikan dengan parameter pemancar yang telah ada maka bisa diketahui letak pemancar melaluimetode yang telah disediakan oleh perangkat lunak ICS telecom – ATDI.

Page 5: PERENCANAAN LOKASI PEMANCAR SFN STANDAR DVB-T … · ... dimana stasiun TV yang sama dapat memasang sejumlah pemancar dengan frekuensi yang sama dan ... Ketinggian efektif pemancar

Makalah Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS 5

Dari hasil perencanaan lokasi pemancar maka didapatkan hasil prediksi jangkauan wilayah siaran. Dari prediksi jangkuan wilayah siaran tersebut maka bisa diketahui tingkat optimasi lokasi pemancar tersebut untuk bisa mencakupi wilayah janguan siaran dengan maksimum.

Dalam perencanaan ini ada beberapa skenario yang telah digunakan sebagai prediksi, yang mengartikan bahwa agar bisa memenuhi wilayah jangkauan siaran hingga maksimum, maka lokasi pemancar SFN dapat dirubah sesuai dengan keadaan dengan catatan perubahan lokasi tersebut sesuai dengan referensi RRC-06 dan tidak melebihi nilai maksimum dalam menggunakan guard interval dalam satu jaringan SFN.

Lokasi pemancar dengan skenario 1 menghasilkan jangkauan wilayah siaran yang lebih baik daripada skenario 2. Dari kedua skenario tersebut masih terdapat daerah “lubang” yang tidak tercakup jangkauan siaran pemancar SFNnya.

Untuk penentuan lokasi gap filler yang telah dilakukan dalam 2 , yaitu skenario1 dan 2, dari hasil prediksi jangkauan siarannya, terlihat skenario 2 lebih baik daripada skenario 1. Hasil dari perencanaan ini terdapat 3 pemancar utama dan 1 pemancar yang berfungsi sebagi gap filler. Pemancar antara lain berlokasi di :1. Jl. Joglo Raya RT.006 RW.02 Jakarta Barat 2. Jl. Malaka Baru, kec Duren Sawit Jakarta Timur 3. Jl. Kemang Swatama, Depok, Jawa Barat Dan lokasi pemancar yang berfungsi sebagai gapfillerberada di Jl. Raya Pecenongan, seberang Hotel Pecenongan

Berdasarkan RN3, jarak antar transmiter yang digunakan pada perencanaan ini adalah 25 km, dan mode 8K maka guard interval yang bisa digunakan adalah 1/8 (112 µs, panjang simbol : 896 µs )[1].

Gambar 4 Hasil simulasi prediksi jangkauan wilayahsiaran untuk tipe portable indoor reception

Gambar5 Perencanaan lokasi pemancar SFN DVB-TTVRI

Gambar 6 Hasil jangkauan wilayah siaran skenario 1

Page 6: PERENCANAAN LOKASI PEMANCAR SFN STANDAR DVB-T … · ... dimana stasiun TV yang sama dapat memasang sejumlah pemancar dengan frekuensi yang sama dan ... Ketinggian efektif pemancar

Makalah Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS 6

Gambar 7 Hasil jangkauan wilayah siaran skenario 2

Gambar 8 Hasil prediksi jangkauan wilayah siaran untuk skenario 1

Gambar 9 Hasil prediksi jangkauan wilayah siaran untuk skenario 2

5. DAFTAR PUSTAKA [1] H. Budiarto, B. H. Tjahjono, A. Rufiyanto, A. A. N.

A Kusuma, G. Hendratoro, S. Dharmanto “ Sistem TV Digital Dan Prospeknya di Indonesia”, PT.Multikom Indo Persada, Jakarta, 2007.

[2] White Paper “Technical Overview of Single Frequency Networks”, www.enesys.com, diunduh tanggal 25 januari 2010

[3] A. A. Jalbani, PhD scholar, “Single Frequency Networks”, Institute for Informatik , University of Goettingen

[4] RRC-04-06 Reference Networks, White Paper, ATDI

[5] International Telecommunication Union, “FINAL ACTS of the Regional Radiocommunication Conference for planning of the digital terrestrial broadcasting service in parts of Regions 1 and 3, in the frequency bands 174-230 MHz and 470-862 MHz (RRC-06)”, 2006

RIWAYAT PENULISPenulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 18 Oktober 1985 dengan nama lengkap Alkaf , putra sulungdari pasangan Alm. Soffan Hadi dan Rony Ulfa. Penulis menjalani masa pendidikannya tingkat SMPN 26 dan SMUN 12 Surabaya. Setelah menamatkan SMU pada tahun 2003,penulis melanjutkan studinya ke

jenjang pendidikan tinggi di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dengan mengambil program Diploma 3 Teknik Elektro Computer Control dan memperoleh gelar Ahli Madya pada tahun 2006.