Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Batik … · 2015-09-03 · - Akseptibilitas...

20
IV. METODOLOGI 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Kawasan yang diteliti adalah Kampung Batik Laweyan dengan luas wilayah 24.83 Ha, yang terdiri dari delapan kampung (Tabel 18). Kawasan Laweyan terletak di tepi Kota Surakarta. Secara administratif kawasan tersebut termasuk dalam Kelurahan Laweyan dan Kecamatan Laweyan. Bagian selatan kawasan dibatasi dengan sungai Kabanaran. Sebelah utara berupa jalan besar yaitu jalan Dr. Rajiman dan berbatasan dengan Kelurahan Sondakan, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Bumi, dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Pajang (Gambar 14). Waktu penelitian dilakukan 5 bulan sejak bulan Juni 2010 hingga November 2010 meliputi tahap studi pustaka, pengamatan lapangan, pengolahan data dan penyusunan laporan. Tabel 18. Luasan kampung di lokasi penelitian, Kelurahan Laweyan No Kelurahan Kampung Luasan Ha % 1 Laweyan Kwanggan 1.88 8 2 Sayangan Kulon 3.00 12 3 Sayangan Wetan 3.43 14 4 Lor Pasar 4.11 17 5 Kramat 2.01 8 6 Setono 5.05 20 7 Kidul Pasar 2.32 9 8 Klaseman 3.00 12 Total 24.83 100 Sumber : Data Desa (2010) 4.2. Alat dan Data penelitian 4.2.1. Alat Penelitian Penelitian ini menggunakan peralatan baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Perangkat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 19.

Transcript of Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Batik … · 2015-09-03 · - Akseptibilitas...

Page 1: Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Batik … · 2015-09-03 · - Akseptibilitas masyarakat Survei lapangan dan pengamatan - Wawancara dan kuisioner - Jumlah Penduduk,

45

IV. METODOLOGI

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Kawasan yang

diteliti adalah Kampung Batik Laweyan dengan luas wilayah 24.83 Ha, yang

terdiri dari delapan kampung (Tabel 18). Kawasan Laweyan terletak di tepi Kota

Surakarta. Secara administratif kawasan tersebut termasuk dalam Kelurahan

Laweyan dan Kecamatan Laweyan.

Bagian selatan kawasan dibatasi dengan sungai Kabanaran. Sebelah

utara berupa jalan besar yaitu jalan Dr. Rajiman dan berbatasan dengan

Kelurahan Sondakan, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Bumi, dan

sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Pajang (Gambar 14).

Waktu penelitian dilakukan 5 bulan sejak bulan Juni 2010 hingga

November 2010 meliputi tahap studi pustaka, pengamatan lapangan,

pengolahan data dan penyusunan laporan.

Tabel 18. Luasan kampung di lokasi penelitian, Kelurahan Laweyan

No Kelurahan

Kampung Luasan Ha %

1 Laweyan Kwanggan 1.88 8 2 Sayangan Kulon 3.00 12 3 Sayangan Wetan 3.43 14 4 Lor Pasar 4.11 17 5 Kramat 2.01 8 6 Setono 5.05 20 7 Kidul Pasar 2.32 9 8 Klaseman 3.00 12

Total 24.83 100 Sumber : Data Desa (2010)

4.2. Alat dan Data penelitian 4.2.1. Alat Penelitian

Penelitian ini menggunakan peralatan baik perangkat keras (hardware)

maupun perangkat lunak (software). Perangkat yang digunakan dalam

penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 19.

Page 2: Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Batik … · 2015-09-03 · - Akseptibilitas masyarakat Survei lapangan dan pengamatan - Wawancara dan kuisioner - Jumlah Penduduk,

Gambar 14. Lokasi Studi 46

Page 3: Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Batik … · 2015-09-03 · - Akseptibilitas masyarakat Survei lapangan dan pengamatan - Wawancara dan kuisioner - Jumlah Penduduk,

47

Tabel 19. Alat penelitian

Alat Kegunaan

Hardware Kamera SLR Nikon D200

Notebook

Survei

Pengolahan data Software Microsoft office (Word, Excel, Powerpoint) AutoCad 2008 Adobe Photoshop CS3

Analisis data tabular, pelaporan,

presentasi

Pengolahan peta tematik Pengolahan peta tematik

4.2.2. Data Penelitian

Data penelitian yang digunakan pada studi ini terdiri atas jenis data,

sumber data, dan cara pemngumpulan data. Tabel data penelitian dapat dilihat

pada Tabel 20.

Tabel 20. Data penelitian

No Jenis Data Sumber Data Cara Pengumpulan

Data 1.

Peta : a. Peta Administrasi Bappeda

Studi pustaka

b. Peta RTRW Bappeda

c. Peta Tata Guna Lahan Dinas Tata Ruang

d. Peta Sarana dan Prasarana Kota

Dinas Pekerjaan Umum

e. Peta Google Earth Google Earth

2. Sejarah dan Latar belakang sosial masyarakat Laweyan

- Sejarah Kawasan Laweyan Ahli sejarah dan tokoh masyarakat

- Wawancara - Studi

pustaka - Latar belakang sosial

budaya masyarakat Ahli sejarah dan

tokoh masyarakat Wawancara dan

studi pustaka 3. Kondisi masyarakat kampung

Laweyan

- Akseptibilitas masyarakat Survei lapangan dan pengamatan

- Wawancara dan kuisioner

- Jumlah Penduduk, mata pencaharian

BPS Studi Pustaka

4. Wisata : a. Obyek sejarah b. Obyek arsitektur c. Obyek budaya batik

Survei lapangan dan pengamatan

Pengamatan

langsung

Page 4: Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Batik … · 2015-09-03 · - Akseptibilitas masyarakat Survei lapangan dan pengamatan - Wawancara dan kuisioner - Jumlah Penduduk,

48

Lanjutan Tabel 20.

No Jenis Data Sumber Data Cara Pengumpulan

Data d. Aksesibilitas

e. Infrastruktur f. Fasilitas wisata

Survei lapangan dan pengamatan

Pengamatan

langsung 5 Kualitas estetika-visual

lingkungan - Estetika-visual Lingkungan

Survei lapangan dan pengamatan

Pengamatan langsung

6 Kebijakan a. UU Nomor 5 Tahun 1992

Tentang Benda Cagar Budaya

Bappeda

Studi Pustaka

b. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 063/U/1995 Tentang Perlindungan dan Pemeliharaan benda Cagar Budaya

Bappeda Studi Pustaka

c. Peraturan Pemerintah RI No 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1992 Tentang benda Cagar budaya

Bappeda Studi Pustaka

Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Tingkat II Surakarta No:646/116/1/1997 Tentang Penetapan bangunan-bangunan dan kawasan kuno bersejarah di Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta yang dilindungi Undang-Undang No.5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya

Bappeda Studi Pustaka

4.3. Metode Penelitian 4.3.1. Pendekatan yang Digunakan

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan maksud

untuk memberikan gambaran yang detil tentang aspek fisik dan masyarakat di

Kampung Batik Laweyan dengan melakukan pengukuran berdasarkan kriteria

tertentu dengan melakukan teknik penskalaan melalui metode peringkat, dan

teknik pembobotan dengan metode pembobotan (penentuan bobot) secara

langsung melalui expert judgement. Teknik penzonasian dilakukan dengan

analisis spasial yang dimodifikasi dengan metode deskriptif kuantitatif di atas.

Pendekatan untuk mengetahui potensi fisik tapak dilakukan dengan menilai

Page 5: Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Batik … · 2015-09-03 · - Akseptibilitas masyarakat Survei lapangan dan pengamatan - Wawancara dan kuisioner - Jumlah Penduduk,

49

kualitas budaya kawasan , potensi kelayakan kawasan serta kualitas estetika-

visual lingkungan. Pendekatan akseptibilitas masyarakat dilakukan untuk

mengetahui potensi masyarakat. Kualitas budaya kawasan diperoleh dengan

menganalisis potensi obyek dan atraksi wisata budaya eksisting dengan menilai

signifikansi budaya (cultural significance) dari obyek dan atraksi wisata eksisting

yang menggunakan kriteria dari Burra Charter (1999), dan menilai potensi fisik

obyek dan atraksi sesuai kriteria dari Avenzora (2008). Cultural significance

merupakan konsep untuk mengestimasi nilai kawasan yang memiliki signifikansi

untuk dapat memahami masa lampau untuk kepentingan masa kini dan masa

yang akan datang. Penilaian ini berguna untuk menentukan tingkat potensi obyek

dan atraksi wisata sebagai tujuan wisata yang layak dikunjungi. Kualitas budaya

obyek dan atraksi wisata ini akan menentukan kualitas budaya kawasan. Di

samping itu dilakukan penilaian terhadap zona kelayakan kawasan, dilakukan

dengan kriteria dari Dirjen Pengembangan Produk Pariwisata (2000), dan

penilaian kualitas estetika-visual lingkungan, dilakukan dengan kriteria dari

Nasar (1999) dan Burra Charter (1981). Ketiga analisis di atas dioverlay untuk

mendapatkan zona potensi pengembangan wisata budaya. Sedangkan

pendekatan untuk mengetahui potensi masyarakat lokal dilakukan dengan

menganalisis tingkat akseptibilitas masyarakat. Kriteria untuk analisis yang

digunakan menggunakan Koentjaraningrat dalam Yusiana (2007).

Kawasan wisata budaya berkelanjutan (sustainable cultural tourism ) di

Kampung Batik Laweyan akan dapat terwujud apabila pengembangan yang

dilakukan sebagai kawasan wisata budaya sangat memperhatikan unsur-unsur

sosial budaya yang pada akhirnya akan berujung pada upaya pelestarian sosial

budaya masyarakat di kawasan.

4.3.2. Tahapan penelitian

Tahap penelitian terbagi atas tiga tahap yang terdiri dari tahap I yaitu

pengumpulan data dan identifikasi data, tahap II yaitu analisis dan sintesis, tahap

III yaitu konsep dan perencanaan lanskap. Tahapan penelitian ini dapat dilihat

pada Gambar 15.

Page 6: Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Batik … · 2015-09-03 · - Akseptibilitas masyarakat Survei lapangan dan pengamatan - Wawancara dan kuisioner - Jumlah Penduduk,

50

Gambar 15. Tahapan Penelitian

Tahap III Konsep dan Perencanaan Lanskap

Kampung Batik Laweyan

Potensi Pengembangan Wisata Budaya

Aspek Fisik Kawasan

Tahap I Pengumpulan data

Peta Digital

Zona Akseptibilitas Masyarakat

Zona integratif untuk pengembangan kawasan wisata budaya

Identifikasi dan Analisis

Dukungan Masyarakat Lokal

Survey Lapangan Studi Pustaka

Tahap II Analisis dan Sintesis

Zona Potensi Kelayakan

Kawasan Wisata

Fasilitas Wisata Budaya

Perencanaan Kawasan Wisata Budaya

Kualitas Budaya Kawasan

Analisis potensi obyek &

atraksi wisata (ODAW) budaya (Burra Charter (1999),

Avenzora (2008)

Analisis kelayakan kawasan sbg tujuan

wisata (Dirjen Pengembangan Produk

Pariwisata (2002)

Analisis estetika-visual lingkungan

(Nasar, 1999, Burra Charter 1999,

Carmona, 2003)

Analisis Akseptibilitas masyarakat

(Koentjaraningrat dalam Yusiana

(2007)

Zona Potensi Estetika-Visual

Lingkungan

Zona Dukungan Masyarakat Potensial

Aspek Masyarakat Lokal

Kelayakan Kawasan

Pengembangan Aktivitas Wisata Budaya

Ruang Wisata Budaya

Kualitas estetika-visual lingkungan

Zona Kualitas Budaya

Kawasan

Lanskap Kawasan Wisata Budaya

Zona Wisata Budaya Potensial

Potensi Obyek & Atraksi Wisata

Budaya

Page 7: Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Batik … · 2015-09-03 · - Akseptibilitas masyarakat Survei lapangan dan pengamatan - Wawancara dan kuisioner - Jumlah Penduduk,

51

Tahap 1. Pengumpulan dan Klasifikasi Data

Tahap pengumpulan dan klasifikasi data dilakukan dengan

mengumpulkan studi pustaka yang berkaitan dengan penelitian, dan dengan

melakukan survei ke lapangan. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan

data sekunder. Pengambilan data primer terbagi dalam dua cara yaitu dengan

wawancara dan pengamatan di lokasi penelitian. Teknik pengambilan contoh

dilakukan dengan contoh acak atau random sampling dimana teknik ini akan

memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen

populasi. Teknik ini dilakukan untuk penilaian akseptibilitas masyarakat, dimana

ditentukan n=12 (besaran sampel = 12 orang untuk tiap kampung). Sedangkan

untuk penilaian potensi obyek dan atraksi, kelayakan kawasan, dan kualitas

estetika-visual, teknik pengambilan contoh dilakukan dengan teknik

nonprobability/nonrandom sampling atau sampel tidak acak yaitu purposive

sampling, dimana sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa sampel

adalah pihak yang memiliki information rich tentang keadaan di lapang

(judgement sampling). Terpilih tiga orang sebagai sampel yang terdiri dari 1) ahli

sejarah dan budaya Laweyan; 2) ahli di bidang arsitektur; 3) tokoh masyarakat

dan praktisi perbatikan di Laweyan.

Tahap 2. Analisis dan Sintesis

Secara umum teknik analisis dilakukan dengan metode deskriptif

kuantitatif. Penilaian dilakukan terhadap aspek fisik kawasan dan aspek

masyarakat. Untuk masing-masing aspek, dibuat kriteria untuk masing-masing

faktor, dan dinilai berdasarkan skala dengan sistim peringkat (Smith, 1989).

Metode pembobotan dilakukan dengan expert judgment dan modifikasi. Setelah

itu dilakukan sintesis dengan teknik overlay.

A. Identifikasi dan analisis aspek fisik kawasan

Identifikasi dan analisis aspek fisik kawasan dilakukan untuk mengetahui

potensi pengembangan wisata budaya. Penilaian dilakukan terhadap tiga aspek

kualitas budaya kawasan, kelayakan kawasan wisata serta kualitas estetika-

visual lingkungan.

A.1. Analisis Kualitas Budaya Kawasan

Tahapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas budaya kawasan

berdasarkan obyek dan atraksi wisata eksisting dengan menilai faktor fisik dan

Page 8: Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Batik … · 2015-09-03 · - Akseptibilitas masyarakat Survei lapangan dan pengamatan - Wawancara dan kuisioner - Jumlah Penduduk,

52

signifikansi budaya dari masing-masing obyek dan atraksi wisata eksisting.

Analisis yang dilakukan terhadap obyek dan atraksi wisata eksisting ini akan

menentukan kualitas budaya kawasan yang mengandung titik-titik obyek dan

atraksi wisata di dalamnya.

A.1. 1. Data

Data yang diperlukan untuk menganalisis kualitas budaya kawasan

adalah keadaan fisik dan cultural significance ( signifikansi budaya) dari obyek

dan atraksi wisata. Obyek dan atraksi yang dimaksud adalah obyek dan atraksi

budaya, yang dapat digolongkan dalam material dan immaterial culture terbagi

dalam:

a. Material culture, terdiri dari:

- Seni budaya yaitu kerajinan tangan, kegiatan perekonomian, pesta rakyat

dan produk-produk lokal, seperti batik dan proses membatik.

- Seni bangunan yaitu arsitektur rumah, arsitektur tempat peribadatan,

arsitektur makam, arsitektur panggung, monument, dan sebagainya.

- Festival, yaitu berbagai festival budaya yang ada seperti festival batik,

fashion show, dll.

- Pentas dan pagelaran yaitu seni tari, seni musik, dan sebagainya.

b. Immaterial culture, terdiri dari:

- Nilai perilaku dan kebiasaan masyarakat di kawasan studi

- Nilai kepercayaan yaitu kepercayaan dan keyakinan masyarakat terhadap

pencipta dan alam semesta

- Nilai adat istiadat yaitu nilai adat dan keyakinan masyarakat dahulu yang

masih diyakini.

A.1. 2. Metode Analisis

Penilaian terhadap objek dan atraksi wisata budaya eksisting dilakukan

untuk mengidentifikasi potensi obyek dan atraksi wisata eksisting dengan

membuat 6 kriteria sebagai parameter penilaian, yang diambil dari Burra Charter

(1999) dari faktor historical value dan sosial value untuk melihat cultural

significance dari obyek dan atraksi, dan kriteria dari Avenzora (2008), dari faktor

harmoni, keunikan, daya tarik dan kelangkaan, untuk melihat potensi fisik obyek

dan atraksi (Tabel 21). Metode yang dilakukan adalah metode deskriptif

kuantitatif dengan melakukan teknik penskalaan melalui metode peringkat

Page 9: Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Batik … · 2015-09-03 · - Akseptibilitas masyarakat Survei lapangan dan pengamatan - Wawancara dan kuisioner - Jumlah Penduduk,

53

(ranking) , dan teknik pembobotan dengan metode pembobotan (penentuan

bobot) secara langsung melalui expert judgement.

Perhitungan nilai obyek dan atraksi =

……(1)

Keterangan:

Fhv = faktor historical value = titik pengamatan ke-1 hingga ke-8

Fsv = faktor social value Fkl = faktor kelangkaan

Fhr = faktor harmoni

Fkn = faktor keunikan

Fdt = faktor daya tarik

Tabel 21. Peubah , indikator, dan kategori untuk penilaian potensi obyek atraksi

wisata eksisting

Peubah Indikator Kategori Nilai I. Kesejarahan

(historical value)

Chronogical value/age, historical events, substantially complete and intact (keaslian dan keutuhan) (Burra Charter,1999)

• Sangat signifikan (usia lebih dari 100 th, even sejarah berskala internasional, tingkat keutuhan dan keaslian 80-100%)

4

• Cukup signifikan (usia 50-100 th, even sejarah berskala nasional, tingkat keutuhan dan keaslian 50-79%)

3

• Kurang signifikan (usia < 50 th, even sejarah berskala lokal, tingkat keutuhan dan keaslian 10-49%)

2

• Tidak signifikan (usia < 50 th, even sejarah berskala lola, tingkat keutuhan dan keaslian < 10%)

1

II. Fungsi sosial (sovial value)

Seberapa besar pengaruh objek wisata tersebut sebagai fokus politik atau budaya (Burra Charter,1999)

• Sangat signifikan (sangat berarti secara internasional)

4

• Cukup signifikan (berarti secara nasional) 3

• Kurang signifikan (berarti secara lokal

2

• Tidak signifikan (hanya dimanfaatkan oleh satu kelompok atau keluarga dan kadang tidak dimanfaatkan sama sekali)

1

Page 10: Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Batik … · 2015-09-03 · - Akseptibilitas masyarakat Survei lapangan dan pengamatan - Wawancara dan kuisioner - Jumlah Penduduk,

54

Lanjutan Tabel 21.

Peubah Indikator Kategori Nilai III. Harmoni Hubungan

dengan lingkungan sekitarnya (Avenzora, 2008)

• Sangat harmoni dengan lingkungan

4

• Cukup harmoni dengan lingkungan 3 • Kurang harmoni dengan

lingkungan 2

• Tidak harmoni dengan lingkungan

1

IV. Keunikan kelebihan dari unsur-unsur dari material culture/immaterial culture dibandingkan di tempat lain (Avenzora, 2008)

• Ada kekhususan, istimewa, menjadi ciri khas lokasi tersebut

4

• Bersifat khusus, cukup istimewa, tidak menjadi ciri khas kawasan

3

• Kurang bersifat khusus dan kurang istimewa

2

• Tidak khusus dan tidak istimewa

1

V. Daya tarik akses yang mudah, arsitektur yang menarik, tata kehidupan masyarakat, dan keramahan lingkungan (Avenzora, 2008)

• sangat menarik untuk dinikmati • cukup menarik untuk dinikmati • Kurang menarik untuk dinikmati • Tidak menarik untuk dinikmati

4 3 2 1

VI.Kelangkaan jumlah objek yang sama di tempat tertentu dan tingkat pemeliharaan (Avenzora, 2008)

• hanya ada di lokasi tersebut dan sangat terawat

• hanya ada di lokasi tersebut dan cukup terawat

• ada 2-5 di lokasi tersebut dan cukup terawat

• ada 5-10 di lokasi tersebut dan kurang terawat

4 3 2 1

Sumber: ICOMOS (The Burra Charter (1999)) dan Avenzora (2008)

Dari perhitungan skor masing-masing parameter, maka dilakukan

pembobotan (Tabel 22) dan dikategorikan dalam klasifikasi potensi yaitu sangat

baik, baik, cukup, dan buruk. Penentuan klasifikasi tingkat potensi objek dan

atraksi wisata sebagai berikut:

Klasifikasi tingkat potensi = …….( 2)

Page 11: Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Batik … · 2015-09-03 · - Akseptibilitas masyarakat Survei lapangan dan pengamatan - Wawancara dan kuisioner - Jumlah Penduduk,

55

Tabel 22. Skala penilaian potensi obyek dan atraksi wisata eksisting

Faktor Bobot (%) Skala nilai 4 3 2 1

Historical value 15 12-15 8-11 4-7 0-3 Social value 10 8-10 5-7 2-4 0-1

Keunikan 15 12-15 8-11 4-7 0-3 Harmoni 10 8-10 5-7 2-4 0-1

Daya tarik 25 20-25 13-19 6-12 0-5 Kelangkaan 25 20-25 13-19 6-12 0-5

100 Sumber: Burra Charter (1999) , Avenzora (2008), modifikasi

Setelah diketahui potensi obyek dan atraksi wisata eksisting, lalu dibuat

zonasi kualitas budaya kawasan berdasarkan tingkat potensi obyek dan atraksi

wisata yang dimiliki kawasan tersebut. Kawasan yang rata-rata potensi obyek

wisata yang dimiliki tinggi, maka memiliki kualitas budaya yang tinggi.

A.1.3. Produk yang dihasilkan

Analisis untuk mengidentifikasi potensi objek dan atraksi wisata eksisting

akan menghasilkan 4 klasifikasi potensi yaitu :

Sangat baik. Artinya , sangat sesuai untuk dijadikan obyek dan atraksi wisata.

Perlakuan yang dilakukan hanya untuk menjaga kualitas obyek dan

atraksi wisata tersebut.

Baik. Artinya, sesuai untuk dijadikan obyek dan atraksi wisata, Perlu perlakukan

untuk meningkatkan kualitas menjadi sangat sesuai.

Cukup. Artinya, dapat dijadikan obyek dan atraksi wisata , namun perlu

perlakuan lebih banyak untuk meningkatkan kualitas menjadi sesuai atau

sangat sesuai.

Buruk. Artinya, bahwa tidak sesuai untuk dijadikan obyek dan atraksi wisata.

Perlu perlakuan yang khusus dan mahal untuk meningkatkan kualitasnya

menjadi sesuai atau sangat sesuai.

Di samping itu akan dihasilkan peta tematik yang menggambarkan

tentang letak obyek dan atraksi wisata eksisting beserta tingkat potensi

budayanya, beserta zonasi kualitas budaya kawasan berdasarkan rata-rata

tingkat potensi obyek dan atraksi wisata yang dimiliki masing-masing kawasan.

Page 12: Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Batik … · 2015-09-03 · - Akseptibilitas masyarakat Survei lapangan dan pengamatan - Wawancara dan kuisioner - Jumlah Penduduk,

56

A.2 Analisis kelayakan kawasan wisata

Analisis ini untuk mengetahui kelayakan kawasan wisata berdasarkan

kriteria-kriteria dari Dirjen Pengembangan Produk Pariwisata (2000).

A.2.1. Data

Data yang diperlukan untuk analisis ini adalah obyek dan atraksi wisata

yang terdapat di kawasan, fasilitas wisata yang ada di kawasan, serta sarana

dan prasarana yang terdapat di kawasan.

A.2.2. Metode Analisis

Penilaian kelayakan kawasan dilakukan untuk mengetahui tingkat

kelayakan kawasan dengan membuat 4 kriteria sebagai parameter penilaian,

yang diambil dari Dirjen Pengembangan Produk Pariwisata (2000) (Tabel 23).

Metode yang dilakukan adalah metode deskriptif kuantitatif dengan melakukan

teknik penskalaan melalui metode peringkat (ranking) , dan teknik pembobotan

dengan metode pembobotan (penentuan bobot) secara langsung melalui expert

judgement. Perhitungan nilai kelayakan kawasan diperoleh dari:

Keterangan:

Foda = faktor obyek & atraksi

Faks = faktor aksesibilitas

Flju = faktor letak dari jalan utama

Ffw = faktor fasilitas wisata yang tersedia

= titik pengamatan ke-1 hingga ke-8

Penentuan klasifikasi tingkat kelayakan kawasan untuk wisata adalah

sebagai berikut:

Klasifikasi Tingkat Potensi = N Skor maksimal – N Skor minimal

N Tingkat Klasifikasi

…………. ( 5)

Dari perhitungan skor masing-masing parameter, maka dilakukan

pembobotan (Tabel 24) dan dikategorikan dalam kategori kelayakan Sangat

Potensial (SP), Potensial (P), dan tidak Potensial (TP).

……(4)

Page 13: Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Batik … · 2015-09-03 · - Akseptibilitas masyarakat Survei lapangan dan pengamatan - Wawancara dan kuisioner - Jumlah Penduduk,

57

Tabel 23. Penilaian kelayakan kawasan wisata Peubah Kategori Nilai

Objek dan atraksi wisata

• Semua atraksi bernilai tinggi (T) • Atraksi yang ada bernilai sedang (S) sampai Tinggi

(T) • Atraksi yang ada bernilai rendah (R) sampai

sedang (S) • Tidak terdapat objek dan atraksi

4 3 2 1

Aksesibilitas • Jalan primer dekat, mudah dicapai, kondisi jalan baik,

• Jalan gang besar, kondisi sedang, mudah dicapai • Jalan gang kecil, kondisi sedang, agak mudah

dicapai • Tidak ada akses, kondisi sangat buruk

4 3 2 1

Letak dari jalan utama • Dekat (<500 meter) • Sedang (500 m – 1 km) • Cukup jauh (1-2 km) • Jauh (> 2 km)

4 3 2 1

Fasilitas wisata yang tersedia

• Tersedia, lengkap, kualitas baik & terawat • Ada beberapa, cukup terawat • Ada beberapa, kurang terawat • Tidak tersedia

4 3 2 1

Sumber: Direktorat Jenderal Pengembangan Produk Pariwisata (2000)

Tabel 24. Skala penilaian kelayakan kawasan

Faktor Bobot

(B) (%)

Skala nilai

4 3 2 1

Obyek dan atraksi wisata (Foda) 30 23-30 15-22 7-14 0-6 Aksesibilitas(Faks) 30 23-30 15-22 7-14 0-6

Letak dari jalan utama (Flju) 20 15-20 10-14 5-9 0-4 Fasilitas wisata yang tersedia (Ffw) 20 15-20 10-14 5-9 0-4

100 Sumber: Dirjen Pengembangan Produk Pariwisata (2002), modifikasi.

A.2.3. Produk yang dihasilkan

Hasil akhir analisis kelayakan kawasan ini adalah sebuah peta tematik

tentang tingkat potensi kelayakan kawasan di Kampung Laweyan.

A.3. Analisis Kualitas Estetika-Visual Lingkungan

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kualitas estetika-visual

lingkungan berdasarkan kriteria-kriteria yang diambil Nasar (1998), Burra

Charter (1999), dan Carmona (2006).

Page 14: Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Batik … · 2015-09-03 · - Akseptibilitas masyarakat Survei lapangan dan pengamatan - Wawancara dan kuisioner - Jumlah Penduduk,

58

A.3.1. Data

Data yang diperlukan untuk analisis ini adalah seluruh lingkungan yang

ada di tapak, terutama jalur sirkulasi.

A3.2. Metode Analisis

Analisis estetika-visual terhadap kawasan yang dimaksud adalah analisis

terhadap nilai estetika-visual terhadap lingkungan di kawasan. Analisis kualitas

estetika-visual didasarkan pada penilaian berdasarkan 5 kriteria yang diambil dari

Nasar (1998), Burra Charter (1999), dan Carmona (2006) yaitu 1) Architectural

rhytm, 2) Upkeep/civilities/Perawatan, 3) Openness/ Keterbukaan ,4) Historical

significance, 5) Order/ Keteraturan (Tabel 26).

Perhitungan nilai kualitas estetika-visual lingkungan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Far = faktor Architectural rhytm

Fci = faktor upkeep/civilities

Fop = faktor openness

Fhs = faktor historical significance

For = faktor order

= titik pengamatan ke-1 hingga ke-8

Dari perhitungan skor masing-masing parameter, maka dilakukan

pembobotan (Tabel 25) dan dikategorikan dalam kategori tingkat potensi

estetika-visual lingkungan Sangat Potensial (SP), Potensial (P), dan tidak

Potensial (TP) berdasarkan perhitungan Rumus (3).

Tabel 25. Skala penilaian kualitas estetika-visual lingkungan

Faktor Bobot (B) (%)

Skala nilai 4 3 2 1

Architectural rhytm (Far) 20 15-20 10-14 5-9 0-4 Upkeep/civilities/perawatan (Fci) 20 15-20 10-14 5-9 0-4 Openness/keterbukaan (Fop) 15 12-15 8-11 4-7 0-3 Historical significance (Fhs) 25 20-25 13-19 6-12 0-5 Order/keteraturan (For) 20 20-25 13-19 6-12 0-5

100 Sumber: Nasar (1999), Burra Charter (1981), modifikasi.

……(6)

Page 15: Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Batik … · 2015-09-03 · - Akseptibilitas masyarakat Survei lapangan dan pengamatan - Wawancara dan kuisioner - Jumlah Penduduk,

59

Tabel 26. Penilaian kualitas etetika-visual lingkungan Peubah Indikator Kategori Nilai Architectural rhytm

Continuity of architectural atau street wall

• Kontinyu • Ada sedikit yang terputus • Terputus-putus • Sama sekali terputus

4 3 2 1

Perawatan Penjagaan lingkungan agar tampak terpelihara

• Lingkungan terpelihara dengan sangat baik

• Lingkungan terpelihara cukup baik • Lingkungan kurang terpelihara • Lingkungan tidak terpelihara

4 3 2 1

Keterbukaan Gabungan ruang terbuka dengan vista

• Ruang terbuka menciptakan vista yang sempurna

• Ruang terbuka menciptakan vista cukup bagus

• Ruang terbuka menciptakan vista yang kurang bagus

• Ruang terbuka tidak menciptakan vista yang bagus

4 3 2 1

Historical significance/ content

Tingkat representatif terhadap citra kawasan (sosial, budaya, dan sejarah)

• Lingkungan sangat mencerminkan keadaan sosial budaya dan kawasan

• Lingkungan cukup mencerminkan keadaan sosial budaya kawasan

• Lingkungan kurang mencerminkan keadaan sosial budaya kawasan

• Lingkungan tidak mencerminkan sama sekali

4 3 2 1

Keteraturan Koheren, kongruen, legibilitas, dan kejelasan

• Lingkungan terlihat koheren (pas), kongruen (sesuai), legible (terbaca) dan jelas

• Lingkungan koheren, tapi kurang legible • Lingkungan tidak koheren, kurang legible • Lingkungan tidak teratur dan tidak jelas

4 3 2 1

Sumber: Nasar (1998), Burra Charter (1981), dan Carmona ( 2006)

A.3.3. Produk yang dihasilkan

Hasil akhir analisis kualitas estetika-visual lingkungan ini adalah sebuah peta

tematik tentang tingkat potensi kualitas estetika-visual lingkungan di Kampung

Batik Laweyan.

A.4. Penentuan zona wisata budaya potensial Zona wisata budaya potensial ditentukan dengan teknik overlay yang

mengintegrasikan kualitas budaya kawasan (Kbk) , nilai kelayakan kawasan

(Kkws) dan kualitas estetika-visual lingkungan (Pevl). Bobot (B) untuk kualitas

budaya kawasan (Kbk) 40%, kelayakan kawasan 35%, sedangkan estetika

lingkungan 25% (Gunn, 1972 dalam Smith 1989, modifikasi). Setelah itu zona

Page 16: Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Batik … · 2015-09-03 · - Akseptibilitas masyarakat Survei lapangan dan pengamatan - Wawancara dan kuisioner - Jumlah Penduduk,

60

wisata budaya potensial diklasifikasi menjadi sangat potensial, potensial, tidak

potensial, melalui perhitungan Rumus (3). Nilai potensi wisata budaya =

Dimana,

B= bobot Kkw= nilai kelayakan kawasan

Kbk= nilai kualitas budaya kawasan Kevl= kualitas estetika-visual lingkungan

B. Identifikasi dan Analisis Tingkat Akseptibilitas Masyarakat Lokal B.1 Data

Data yang digunakan dalam analisis masyarakat lokal ini adalah data

kesediaan masyarakat lokal tentang pengembangan wisata interpretasi budaya

melalui penyebaran kuisioner dengan metode pengambilan contohnya

menggunakan metode random sampling.

B.2 Metode Analisis

Tahap penentuan zona akseptibilitas masyarakat lokal ditunjukkan dengan

dengan melakukan analisis terhadap tingkat kesediaan masyarakat dalam

menerima pengembangan kawasan wisata (Tabel 27) dengan menggunakan

metode Koentjaraningrat dalam Yusiana (2007). Penilaian dilakukan oleh

responden, masing-masing kampung diambil n=12, sehingga jumlah dari

responden seluruh kampung yang diteliti adalah 90 responden.

Tabel 27. Penilaian Akseptibilitas Masyarakat

No Faktor

Peringkat 4

(Bersedia) 3

(Kurang Bersedia)

2 (Tidak

Bersedia)

1 (Tidak tahu)

1. Pengembangan kawasan sebagai daerah tujuan wisata

setuju Kurang setuju

Tidak Setuju Tidak Tahu

2. Pengelolaan kawasan wisata oleh masyarakat

Setuju Kurang setuju

Tidak Setuju Tidak Tahu

3. Peran aktif masyarakat dalam pariwisata

Ya Kurang Tidak Tidak Tahu

4. Keuntungan kegiatan wisata Ya Kurang Tidak Tidak Tahu

5. Keberadaan wisatawan Bersedia Kurang Bersedia

Tidak Bersedia

Tidak Tahu

Sumber : Koentjaraningrat dalam Yusiana (2007)

……(7)

Page 17: Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Batik … · 2015-09-03 · - Akseptibilitas masyarakat Survei lapangan dan pengamatan - Wawancara dan kuisioner - Jumlah Penduduk,

61

Penilaian akseptibilitas masyarakat untuk faktor tertentu di tiap kampung

didasarkan pada penghitungan :

Fx kampung ke-p = (4 x n)+(3 x n)+(2 x n)+(1 x n) ……….…………….... (8 )

Dimana,

Fx = total nilai faktor tertentu

p = kampung tertentu

n = jumlah orang yang memilih

Akseptibilitas Masyarakat =

Keterangan :

Pdtw = Pengembangan kawasan sebagai daerah tujuan wisata

Ppkw = Pengelolaan kawasan wisata oleh masyarakat

Ppmp = Peran aktif masyarakat dalam pariwisata

Pkkw = Keuntungan kegiatan wisata

Pkw = Keberadaan wisatawan

Setelah dihitung skor masing-masing parameter, maka dilakukan

pengkategorian ke dalam kategori Tinggi (T), Sedang (S), dan Rendah (R).

B.3 Produk yang dihasilkan

Hasil akhir analisis akseptibilitas masyarakat ini adalah sebuah peta tematik

tentang tingkat akseptibilitas masyarakat di kawasan Kampung Laweyan.

C. Penentuan zona integratif untuk pengembangan kawasan wisata budaya Zona integratif diperoleh pada tahap sintesis dengan tehnik overlay yang

mengintegrasikan zona wisata budaya potensial (Pwb) dan potensi masyarakat

lokal (Pml). Setelah peta-peta tematik tersebut dioverlay, diperoleh zona

potensial kawasan untuk pengembangan wisata budaya dengan Rumus (10).

Setelah itu dibuat klasifikasi potensi sesuai Rumus (11) yaitu kawasan sangat

potensial, potensial dan tidak potensial. Bobot untuk aspek potensi wisata

budaya (67%) dan aspek masyarakat (33%) ditentukan melalui proses

pengambilan keputusan dari beberapa ahli dengan expert judgement.

……..(9)

Page 18: Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Batik … · 2015-09-03 · - Akseptibilitas masyarakat Survei lapangan dan pengamatan - Wawancara dan kuisioner - Jumlah Penduduk,

62

Zona Potensial Wisata Budaya = …………………....(10)

Keterangan :

Pwb = Potensi wisata budaya

Pml = Potensi masyarakat Lokal

B = Bobot

Klasifikasi potensi zona diperoleh dengan perhitungan rumus :

Zona Integratif = Skor total tertinggi – Skor total terendah

Kriteria

…….............. (11)

Proses tumpang susun (overlay) peta komposit dari peta potensiwisata

dan peta akseptibilitas masyarakat menghasilkan tiga zona potensial kawasan

untuk pengembangan wisata budaya , yaitu:

SP : Zona sangat potensial, sangat sesuai untuk pengembangan wisata

budaya.

P : Zona potensial, cukup sesuai untuk pengembangan wisata

budaya

TP : Zona tidak potensial, tidak sesuai untuk pengembangan wisata

Budaya

Tahap 3. Konsep dan Perencanaan

Tahap konsep dan perencanaan ini merupakan pengembangan dari zona

kawasan wisata yang dikembangkan melalui aktivitas, fasilitas, dan sirkulasi

wisata yang disesuaikan dengan hasil analisis dan sentetis aspek fisik dan

masyarakat. Landasan konsep dan perencanaannya adalah pelestarian budaya

dan peningkatan kesejahteraan masyarakat (sustainable cultural tourism) melalui

wisata budaya yang interpretatif. Dari hasil perencanaan wisata, diperoleh

rencana lanskap kawasan wisata budaya. Rencana ini didasarkan pada metode

Simonds (1983) yaitu tapak, ruang, aspek visual, sirkulasi, dan struktur dalam

lanskap.

Rencana lanskap kawasan wisata budaya berdasarkan zona kesesuaian

wisata yang merupakan hasil analisis di kawasan Kampung Laweyan, yaitu

dalam bentuk:

a. Konsep pengembangan dan penataan yang akan dibangun adalah

kawasan wisata budaya yang interpretatif yang mendukung keberlanjutan

+

Page 19: Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Batik … · 2015-09-03 · - Akseptibilitas masyarakat Survei lapangan dan pengamatan - Wawancara dan kuisioner - Jumlah Penduduk,

63

kehidupan sosial budaya dan ekonomi masyarakat. Konsep ini

diilustrasikan dalam bentuk model pengembangan dan penataan ruang

wisata yang mempertimbangkan karakter lanskap budaya kawasan dan

potensi obyek dan atraksi wisata yang ada dan penataannya sehingga

representatif terhadap karakter dan ciri khas budaya kawasan.

b. Program pengembangan dan penataan kawasan sesuai dengan konsep

pengembangan kawasan. Perencanaan program ini dilakukan

berdasarkan nilai-nilai potensi wisata kawasan. Hasilnya berupa arahan

pengembangan kawasan yang diilustrasikan secara grafis berupa

panduan penataan kawasan wisata budaya berkelanjutan di Kampung

Laweyan.

c. Perencanaan dan penataan infrastruktur pendukung wisata.

a. Definisi Operasional

Wisata adalah Perpindahan orang untuk sementara waktu dalam jangka waktu

tertentu ke tujuan di luar tempat tinggal/kerjanya (Nurisjah, 2000)

Wisata Budaya (cultural tourism) adalah wisata dengan kekayaan budaya

sebagai obyek wisata utama dengan penekanan pada aspek pendidikan

dan pengetahuan. Nurisjah et al. 2000)

Atraksi wisata adalah semua semua perwujudan dan sajian alam serta

kebudayaan yang secara nyata dapat dikunjungi, disaksikan dan dinikmati

wisatawan di suatu kawasan wisata atau daerah tujuan wisata melalui

suatu bentuk pertunjukan yang khusus diselenggarakan untuk para

wisatawan yang mengunjungi kawasan tersebut (Yoeti, 2008)

Pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) adalah suatu industri wisata yang

mempertimbangkan aspek-aspek penting dalam pengelolaan seluruh

sumber daya yang ada guna mendukung wisata tersebut baik secara

ekonomi, sosial dan estetika yang dibutuhkan dalam memelihara keutuhan

budaya, proses penting ekologis, keragaman biologi dan dukungan dalam

sistem kehidupan (Inskeep, 1991).

Pariwisata budaya berkelanjutan (sustainable cultural tourism) adalah pariwisata

yang dilakukan dengan mempertimbangkan pengunjung (kebutuhan,

kepuasan, dan kenyamanan), industry (kebutuhan untuk memperoleh

keuntungan), komunitas (menghormati nilai-nilai dan kualitas hidup

Page 20: Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Batik … · 2015-09-03 · - Akseptibilitas masyarakat Survei lapangan dan pengamatan - Wawancara dan kuisioner - Jumlah Penduduk,

64

masyarakat lokal), dan lingkungan (melindungi lingkungan fisik dan

budaya) (EAHTR, 2006).

Lanskap budaya adalah

Cultural significance adalah sebuah konsep untuk membantu dalam

mengestimasi nilai suatu tempat atau ruang yang memiliki signifikansi

untuk dapat memahami masa lampau untuk kepentingan masa kini dan

yang akan datang (Burra Charter, 1981)

adalah suatu kawasan geografis dimana ditampilkan

ekspresi lanskap alami oleh suatu kebudayaan tertentu, dimana budaya

adalah agennya, kawasan alami sebagai medium dan lanskap budaya

sebagai hasilnya (Sauers, 1978 diacu dalam Tishler, 1982)

Interpretasi adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk menghadirkan cultural

significance dari suatu tempat (place) (Burra Charter, 1999)

Interpretasi lingkungan adalah suatu aktivitas pendidikan untuk mengungkapkan

arti dan hubungan antara obyek alami dengan kelompok sasaran, dengan

pengalaman langsung dan dengan penggambaran media (ilustrasi) secara

sederhana.( Tilden ,1957)

Cultural heritage adalah ekspresi tentang cara hidup yang dikembangkan oleh

sebuah komunitas dan diteruskan dari generasi ke generasi termasuk adat

istiadat, praktek, tempat-tempat, obyek-obyek, ekspresi dan nilai artistic

(ICOMOS-International Cultural Tourism Charter ,2002)

Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) mengandung arti berbagai praktik,

representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan yang diakui oleh

berbagai komunitas, kelompok, dan dalam beberapa hal tertentu sebagai

bagian warisan budaya mereka (konvensi UNESCO, 2003).