PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA...

25
1 PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA PRODUK TRAFO GULUNG TIPE TER 2N NG 3enr DI PT.UNELEC INDONESIA Doni Rahmat Prof. Syahbuddin, Ph.D. Rossi Septy Wahyuni, ST., MT Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma [email protected] [email protected] [email protected] ABSTRAK Perencanaan kebutuhan material merupakan salah satu proses yang terdapat dalam suatu sistem produksi. Proses produksi trafo gulung TER 2N membutuhkan beberapa macam bahan baku yang memiliki spesifikasi yang berbeda, lead time cukup lama, dan harga terbilang cukup mahal. Sehingga mengakibatkan biaya simpanpun menjadi mahal, oleh sebab itu perencanaan kebutuhan material harus dihitung dengan cepat dan akurat, agar tidak terjadi kekurangan atau kehabisan bahan baku yang bisa mengakibatkan produksi berhenti. Selain itu kelebihan bahan baku juga akan mengakibatkan biaya simpan menjadi besar. Untuk meminimasi biaya dilakukan pula perhitungan untuk menentukan lot size dengan EOQ. Akan tetapi biaya simpan masih terbilang tinggi untuk beberapa bahan baku. Usulan perbaikan yaitu presentase holding cost (I) harus diperkecil, agar biaya simpan bisa diminimasi. Kata Kunci : Perencanaan Kebutuhan Material, Biaya Pesan dan Biaya Simpan

Transcript of PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA...

Page 1: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

1

PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA PRODUK

TRAFO GULUNG TIPE TER 2N NG 3enr

DI PT.UNELEC INDONESIA

Doni Rahmat

Prof. Syahbuddin, Ph.D.

Rossi Septy Wahyuni, ST., MT

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri

Universitas Gunadarma

[email protected]

[email protected]

[email protected]

ABSTRAK

Perencanaan kebutuhan material merupakan salah satu proses yang

terdapat dalam suatu sistem produksi. Proses produksi trafo gulung TER 2N

membutuhkan beberapa macam bahan baku yang memiliki spesifikasi yang

berbeda, lead time cukup lama, dan harga terbilang cukup mahal. Sehingga

mengakibatkan biaya simpanpun menjadi mahal, oleh sebab itu perencanaan

kebutuhan material harus dihitung dengan cepat dan akurat, agar tidak terjadi

kekurangan atau kehabisan bahan baku yang bisa mengakibatkan produksi

berhenti. Selain itu kelebihan bahan baku juga akan mengakibatkan biaya simpan

menjadi besar. Untuk meminimasi biaya dilakukan pula perhitungan untuk

menentukan lot size dengan EOQ. Akan tetapi biaya simpan masih terbilang

tinggi untuk beberapa bahan baku. Usulan perbaikan yaitu presentase holding cost

(I) harus diperkecil, agar biaya simpan bisa diminimasi.

Kata Kunci : Perencanaan Kebutuhan Material, Biaya Pesan dan Biaya Simpan

Page 2: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

2

PENDAHULUAN

Persaingan di dunia industri untuk dapat bersaing dipasaran dibutuhkan

suatu perencanaan yang tepat sehingga dapat memperoleh suatu hasil yang

diinginkan, yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan pelanggan.

PT. Unelec Indonesia adalah salah satu perusaan manufaktur yang memperoduksi

transformator / trafo akan tetapi merupakan satu-satunya pabrik di Indonesia yang

memproduksi trafo untuk kereta di negara-negara eropa khususnya Prancis.

Karena sebagian besar bahan baku yang dibutuhkan di impor dari luar

negeri, terjadinya fluktuasi permintaan produk setiap periodenya mengakibatkan

terlalu besar tingkat persediaan, sehingga biaya persediaan meningkat, dan waktu

ancang cukup lama. Agar rencana produksi pada setiap periodenya dapat

dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah

perencanaan kebutuhan material / material requirement planning (MRP). Agar

memperoleh material yang tepat, dari sumber yang tepat, untuk penempatan yang

tepat, pada waktu yang tepat (Gaspersz, 1998).

Pengambilan data hanya di departemen traction transformer, dengan tipe

produk yaitu trafo gulung (winding) tipe TER 2N NG 3enr yang digunakan untuk

kereta sub urban dan pengolahan data tersebut hanya sebatas pada kebutuhan

bahan baku utama saja. Tujuan penelitian yang hendak dicapai yaitu mengetahui

proses produksi trafo gulung tipe TER 2N, mengetahui perencanaan pemesanan

kebutuhan bahan baku utama, biaya pesan, biaya simpan selama satu tahun (12

bulan), dan mengetahui perbandingan efisiensi perhitungan dengan yang ada di

pabrikasi.

TINJAUAN PUSTAKA

Persediaan (inventory) dalam konteks produksi dapat diartikan sebagai

sumber daya menganggur (idle resource). Sumber daya menganggur ini belum

digunakan karena menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses

lebih lanjut dapat berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan

pemasaran pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi seperti pada sistem

rumah tangga (Ginting, 2007).

Page 3: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

3

Secara fisik item persediaan dapat dikelompokkan dalam lima kategori, yaitu :

(Baroto, 2002)

1. Bahan mentah (raw materials),

2. Komponen (parts),

3. Barang setengah jadi (work in process),

4. Barang jadi (finished good), dan

5. Bahan pembantu (supplies material.

Biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul

sebagai akibat persediaan. Biaya tersebut adalah sebagai berikut :

1. Harga pembelian,

2. Biaya pemesanan, meliputi : biaya pemrosesan pesanan, biaya ekpedisi,

upah, biaya telepon/fax, biaya dokumentasi/transaksi, biaya pengepakan,

biaya pemeriksaan, dll

3. Biaya penyiapan, meliputi : biaya persiapan peralatan produksi. Set up

mesin, persiapan gambar kerja, persiapan tenaga kerja langsung,

perencanaan dan penjadwalan produksi.

4. Biaya penyimpanan meliputi : biaya kesempatan, biaya simpan, biaya

keusangan, dan biaya-biaya lain

5. Biaya kekurangan persediaan

Biaya produksi/

Pembelian Biaya stock out Biaya simpan

Biaya pesan/

Set up

BIAYA PERSEDIAAN TOTAL

Gambar 1. Biaya-biaya Dalam Persediaan

Sumber : Baroto, 2002

Page 4: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

4

Metode jumlah pemesanan ekonomis (Economic Order Quantity / EOQ)

pertama kali diperkenalkan oleh Ford Harris dari Westinghouse pada tahun 1915.

Metode ini disebut juga dengan ukuran metode ukuran lot yang digunakan untuk

pengelolaan independent demand inventori, juga termasuk kedalam pengendalian

deterministik yang menganggap semua parameter telah diketahui dengan pasti.

Adapun tujuan metode ini yaitu untuk menentukan ukuran pemesanan yang paling

ekonomis yang dapat meminimasi biaya-biaya dalam persediaan. Model ini dapat

diterapkan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut : (Baroto. 2002)

1. permintaan diketahui dengan pasti dan konstan selama periode persediaan,

2. semua item yang dipesan diterima seketika, tidak bertahap,

3. jarak waktu sejak pemesanan sampai pesanan datang (lead time) pasti,

4. semua biaya diketahui dan bersifat pasti,

5. tidak pernah terjadi kehabisan persediaan (stock out), dan

6. tidak ada diskon dalam tingkat kuantitas pesanan.

Adapun model rumus yang dikembangkan Ford Harris yaitu :

Q∗ = 2A.D

I.C

Dimana : A = order cost

D = permintaan per periode

I = holding cost (dalam desimal)

C = harga per unit

Metode perencanaan kebutuhan material (Material Requirement Planning

/MRP) merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventori

untuk item-item dependent demand (bahan baku/raw materials, parts,

subassemblies dan assemblies, dimana permintaan cenderung discontinuous and

lumpy. MRP merupakan metode penjadwalan untuk purchased planned orders

dan manufactured planned orders. Moto dari MRP adalah “memperoleh material

yang tepat, dari sumber yang tepat, untuk penempatan yang tepat, pada waktu

yang tepat”. Berdasarkan MPS yang diturunkan dari Rencana Produksi, suatu

system MRP mengidentifikasikan item apa yang harus dipesan, berapa kuantitas

item yang di pesan, dan bilamana waktu memesan item itu (Gaspersz, 1998).

Page 5: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

5

Adapun yang menjadi tujuan dari MRP adalah merancang suatu sistem

yang mampu menghasilkan informasi yang tepat, untuk melakukan tindakan yang

tepat (pembatalan pesanan, pemesanan ulang, atau penjadwalan ulang). Sehingga

diperoleh pegangan untuk melakukan pembelian atau produksi. Sebagai suatu

sistem, MRP membutuhkan lima input utama seperti berikut :

INPUT :

1. MPS

2. Bill of Material

3. Item master

4. Pesanan-pesanan

5. Kebutuhan

PROSES :

Perencanaan

Kebutuhan

Material

(MRP)

OUTPUT :

· Primary(Orders)

Report

· Action Report

· Pegging Reporrt

Perencanaan

Kapasitas

(Capacity

Planning)

Umpan balik

Gambar 2. Proses Kerja Dari MRP

Sumber : Gaspers, 1998

1. Jadwal induk produksi (Master Production Schedule /MPS) merupakan

rencana rinci tentang jumlah barang yang akan diproduksi pada beberapa

satuan waktu dalam horison perencanaan. Jadwal induk produksi

merupalan optimasi ongkos dengan memperhatiakan kapasitas yang

tersedia (pekerja, mesin dan bahan) dalam ramalan permintaan untuk

mencapai rencana produksi yang akan meminimasi total ongkos produksi

dan persediaan (Kusuma, 1999).

2. Bill of Material (BOM) merupakan daftar dari semua material, parts, dan

subassemblies, serta kuantitas dari masing-masing yang dibutuhkan untuk

memproduksi satu unit produk (parent assembly) (Gaspersz, 1998).

Struktur produk berisi informasi mengenai hubungan antar komponen

dalam perakitan. Penyajian struktur produk dibedakan menjadi dua yaitu

metode explotion dan implotion.

Page 6: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

6

A

1 n1

D

4 n4

B

2 n2

C

3 n3

E

5 n5

G

7 n7

F

6 n6

H

8 n8

Level 0

Level 1

Level 2

Gambar 3. Struktur Produk Sumber : Kusuma, 1999

3. Item Master merupakan suatu file yang berisi informasi status tentang

material, parts, subassemblies, dan produk-produk yang menunjukkan

kuantitas on-hand, kuantitas yang dialokasikan (allocated quantity), waktu

tunggu yang direncanakan (Planned lead times), ukuran lot (lot size) , stok

pengaman (safety stock), kriteria lot sizing, toleransi untuk scrap atau

hasil, dan terbagi informasi penting lainnya yang berkaitan dengan suatu

item (Gaspersz, 1998).

4. Pesanan-pesanan (Orders)

Waktu ancang adalah waktu yang diperlukan mulai dari saat pemesanan

item dilakukan sampai dengan saat item tersebut diterima dan siap untuk

digunakan; baik item produk yang harus dibuat sendiri maupun item

produk yang dipesan dari luar perusahaan (Kusuma, 1999).

5. Kebutuhan-kebutuhan (Requirements) akan memberitahukan tentang

berapa banyak dari masing-masing item itu di butuhkan sehingga akan

mengurangi stock-on-hand dimasa akan datang. Suatu catatan kebutuhan

biasanya berisi informasi tentang: nomor item, quantitas, waktu, dan lain-

lain (Gaspersz, 1998).

Langkah-langkah atau mekanisme dalam teknik MRP sangat mudah

dijalankan, dan perhitungan yang dilakukan dalam setiap langkah juga sangat

sederhana. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut (Baroto, 2002).

a. Netting (kebutuhan bersih)

Page 7: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

7

Merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih yang besarnya merupakan

selisih antara kebutuhan kotor dengan jadwal penerimaan persediaan dan

persediaan awal yang tersedia.

b. Lotting (jumlah kebutuhan)

Merupakan proses untuk menentukan besarnya jumlah pesanan optimal untuk

setiap komponen secara individual didasarkan pada hasil perhitungan

kebutuhan bersih yang telah dilakukan dari proses netting.

c. Offsetting (waktu pemesanan)

Merupakan proses yang bertujuan menentukan saat yang tepat untuk

melakukan pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih.

d. Explosion (perhitungan menyeluruh)

Merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk komponen pada

tingkat yang lebih bawah. Perhitungan ini didasarkan pada pemesanan

komponen-komponen produk pada tingkat yang lebih atas.

Tabel 1. Tampilan Model Perhitungan dari MRP

Part number : Lot size : Lead Time :

Part Name : Level :

Periode 1 2 3 4 5 . . . n

Gross Requiement

Schedule Receipts

Begin Inventory

Net Requirement

Planned Order Receipts

Planned Ending Inventory

Planned Order Release Sumber : Bedworth, 1987

Dari tabel 1. di atas tampak jelas bahwa faktor-faktor yang membentuk

dalam MRP, yaitu :

1. Heading, terdiri dari part number, part name, lead time, lot size, dan level.

2. Time periode, periode perencanaan bisa dalam kurun waktu harian,

mingguan , dan lain-lain.

3. Gross Requirement (GR) merupakan keseluruhan jumlah item

(komponen) yang diperlukan pada suatu periode.

· Untuk finished product (end item) sama dengan JIP / MPS.

Page 8: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

8

· Untuk item level dibawahnya sama dengan part dari release

induknya.

4. Schedule Receipts (SR) merupakan jumlah item yang akan diterima pada

suatu periode tertentu berdasarkan pesanan yang dibuat.

5. Begin Inventory (BI) merupakan jumlah inventori diawal periode.

𝐁𝐢𝐭 = (𝐁𝐢)𝐭−𝐈 − (𝐆𝐑)𝐭−𝐈 + (𝐒𝐑)𝐭−𝐈

Dimana : (Bi)t = Begin Inventory pada waktu (t)

(GR)t = Gross Requirements untuk waktu (t).

(SR)t = Schedule Receipts dalam waktu (t)

Jika Begin Inventory memberikan hasil negatif, maka Bi = 0.

6. Net Requirement (NR) merupakan jumlah kebutuhan bersih dari suatu item

yang diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan kasar pada suatu

periode yang akan datang.

𝐍𝐑𝐭 = (𝐆𝐑)𝐭 − (𝐒𝐑)𝐭 − (𝐁𝐢)𝐭

7. Planned Order Receipt (PORt) merupakan jumlah item yang diterima atau

diproduksi oleh periode waktu terakhir.

PORt = NRt , untuk NRt > 0

= 0 , untuk NRt 0

8. Planned Ending Inventory (PEI) merupakan fungsi dari Receipt NR dan

GR.

𝐏𝐞𝐢𝐭 = (𝐏𝐎𝐑)𝐭 + (𝐒𝐑)𝐭 + (𝐏𝐞𝐢)𝐭−𝐈 − (𝐆𝐑)𝐭

9. Planned Order Release (PORel) merupakan permintaan yang dilepaskan

kepada vendor atau order produksi yang dapat dilepas untuk di

manufaktur. Planned Order Release ini dipengaruhi oleh lead time.

PORel = (POR)t-1

10. Persediaan ditangan/On-Hand Inventory (OI) merupakan jumlah inventori

pada akhir suatu periode dengan memperhitungkan jumlah perhitungan

yang ada ditambah dengan jumlah item yang akan diterima atau dikurangi

dengan jumlah item yang dipakai atau dikeluarkan dari persediaan pada

periode tersebut.

Page 9: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

9

METODOLOGI PENELITIAN

Prosedur atau langkah-langkah dalam penelitian digunakan untuk

menetapkan pokok permasalahan, sehingga penelitian bisa terarah dan dapat

mempermudah dalam pemecahan masalah. Adapun metodologi penelitian yaitu

sebagai berikut :

Mulai

Identifikasi Masalah· Kurang efisiensi terhadap perencanaan kebutuhan bahan baku

· Waktu ancang lama dan biaya simpan tinggi

Penetapan Tujuan· Mengetahui urutan proses produksi trafo gulung tipe TER 2N.

· Mengetahui perencanaan pemesanan kebutuhan bahan baku utama, biaya

pesan, dan biaya simpan selama satu tahun (12 bulan)

· Membandingkan efisiensi pemesanan yang ada dengan hasil perhitungan

Pengumpulan Data· Melakukan pencatatan data permintaan produk untuk tahun 2011

· Melakukan pencatatan data harga bahan baku utama, biaya simpan, dan

biaya pesan

· Melakukan pencatatan data Scheduled Receipt & Inventory Status

· Melakukan perhitungan ukuran lot dengan metode EOQ

· Membuat APC (Assembly Process Chart) berdasarkan pada SOP, gambar

kerja, dan pengamatan langsung

· Membuat struktur produk dan BOM (Bill of Material)

Pengolahan Data dan Analisis Hasil· Mempersiapkan tabel dan rumus perhitungan MRP

· Melakukan perhitungan kebutuhan produk jadi (Trafo Gulung) selama 12 bulan

· Melakukan perhitungan kebutuhan komponen lain yang ada level berikutnya selama 12 bulan

· Melakukan perhitungan biaya pesan dan biaya simpan selama 12 bulan

· Melakukan perhitungan efisiensi pemesanan dan biaya simpan

· Melakukan analisis terhadap data-data hasil perhitungan

Kesimpulan· Menarik kesimpulan berdasarkan hasil perhitungan dan menjawab tujuan penelitian

· Memberikan usulan dan saran perbaikan kepada perusahaan

Selesai

Landasan Teori· Melakukan studi literatur pada buku dan internet mengenai

perencanaan kebutuhan material

Gambar 4. Metodologi Penelitian

Page 10: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

10

PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Jenis trafo yang diproduksi oleh PT. Unelec Indonesia khususnya pada

divisi traction transformer ini cukup beragam. Akan tetapi jenis produk trafo yang

diamati dalam tugas akhir ini adalah produk trafo gulung tipe TER 2N. Pada sisi

primer trafo ini mempunyai daya 2380 kVA, tegangan 25000 Volt, dan arus 95

Ampere, sedangkan pada sisi sekunder trafo ini mempunyai daya 900 kVA,

tegangan 960 Volt, dan arus 937 Ampere. Trafo ini di rancang untuk jenis kereta

penumpang sub urban (antar kota) yang beroperasi di negara-negara eropa,

khususnya Prancis.

Tipe proses produksi yang diterapkan di traction transformer yaitu make

to order, dimana produk yang di buat berdasarkan pada pesanan dari costumer

(pelanggan) tunggal yaitu AREVA. Adapun proses produksi trafo gulung ini bisa

dilihat pada gambar dibawah ini.

LILITAN

TEGANGAN RENDAH

BAHAN BAKU

MULAI

METALISASI

LILITAN

TEGANGAN TINGGI

ISOLASI

PENYELESAIAN

AKHIR

SELESAI

Gambar 5. Flowchart Proses Produksi

Sumber : PT.Unelec Indonesia

Bahan baku

Bahan baku yang datang dari supplier (pemasok) diterima oleh pihak

gudang (warehouse), kemudian dilakukan pemeriksaan mengenai kuantitas,

kualitas agar sesuai dengan order pembelian. Selain itu bahan baku diberi kartu

identitas, label hijau sebagai tanda material itu bagus dan dapat gunakan oleh

pihak produksi.

Page 11: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

11

Proses lilitan tegangan rendah

Sebelum proses lilitan dimulai terlebih dahulu dilakukan persiapan

meliputi: pengecekan pada mesin, peralatan kerja, gambar kerja, dan lembar isian

kerja (DIM/ DIMensionnel/dimensi). Setelah itu lalu pasang silinder pada gabarit

mesin, tandai silinder dengan empat titik COLA (axe COLonne Arrière/sumbu

kolom belakang), CMD (axe CM Droit/sumbu kanan CM), COLD (COLonne

Devant/ kolom sebelum), dan CMG (axe CM Gauche/ sumbu kiri CM) pada

kedua sisi, lalu pasang kanal store. Pasang kawat CTC pada jagrag touret lalu

tekuk 90 derajat sebagai keluaran (output), isolasi setebal 2mm sepanjang 100mm,

kemudian pasang bande crante 2100mm x 10mm x 2mm diantara kawat dan

cerclages. Yakinkan posisinya sudah tepat, lalu ikat dengan sabuk/spanset agar

kondisinya tidak berubah. Mulailah melakukan penggulungan tegangan rendah

sampai selesai sesuai gambar kerja.

Proses metalisasi

Metalisasi berfungsi sebagai pemutus arus antara lilitan tegangan rendah

dengan lilitan tegangan tinggi apabila dalam pemakaian nanti terjadi arus lebih.

Proses ini dimulai setelah proses lilitan tegangan rendah dengan menambahkan

isolasi kertas 0.25mm x 453mm setebal 1mm, kemudian isolasi kertas 0.25mm x

438mm setebal 1.5mm. Pada kiri dan kanan di tambahkan isolasi crepe 180mm

sebanyak 8 lembar. Kemudian pasang alumunium strip, lalu solder tresee dengan

clinquant pada alumunium strip. Pada overload alumunium strip pasang 6 lembar

crepe 150mm secara simetris. Proses berikutnya tambahkan kembali isolasi kertas

setebal 2mm dan terakhir setebal 7mm.

Proses lilitan tegangan tinggi

Pasang kawat RC pada jagrag touret lalu tekuk 90 derajat sebagai keluaran

sortie. Isolasi setebal 5mm sepanjang 100 mm, kemudian pasang bande crante

2100mm x 4mm x 2mm diantara kawat dan cerclages. Yakinkan posisinya sudah

tepat, lalu ikat dengan sabuk/spanset agar kondisinya tidak berubah. Mulailah

melakukan penggulungan tegangan tinggi sampai selesai sesuai gambar kerja.

Page 12: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

12

Proses isolasi

Proses isolasi dilakukan dengan membungkus lilitan tegangan tinggi

dengan isolasi 0.25mm x 453mm setebal. Pada akhir lilitan yaitu di lem dengan

lem sader. Setelah itu pasang ecran 0.5mm x 80mm x 1800mm sebanyak 2 buah

pada kiri kanan. Lalu pasang dan kencangkan ikatan frettes ruban bison dan

bouchle sebanyak 2 buah. Pada proses ini dilakukan inspeksi oleh pihak QC

meliputi pengecekan visual posisi tanjakan dan diameter terakhir trafo gulung

yaitu pada posisi frettes.

Penyelesaian akhir

Pada proses ini, trafo gulung dilepaskan dari gabarit dan di tempatkan

pada tempat yang sudah di tentukan untuk kemudian dilakukan pemasangan

plateau COL 1M dan 1B pada kiri dan kanan trafo gulung. setelah itu pasang

tirant M16 dan kencangkan dengan menambahkan nut ZNC HM M16 dan ring

ZNC L16 U. Adapun produk trafo gulung dan bahan baku utama yang dijadikan

acuan untuk perhitungan kebutuhan materialnya adalah sebagai berikut.

TERW1021

TRAFO GULUNG

BOBINE 2 COL 1 &

BOBINE 4 COL 2

C0202916

NUT ZNC HM M16 STL

C0203268

RING ZNC L16 U RND STL

R0407035

TIRANT M16 LG.931 ST 60

R0802124

PLATEAU COL 1M - TER2N

R0802125

PLATEAU COL 1B - TER2N

R0302160

RC 3.80 X 1.70 - 4 CPF 0.450MM

R0501208

CERCLAGES SET

R0705007

STORE TER2N 2&4

R0301099

CTC 5.55 x 1.60 - 9BR 3CPF

R0501105

CYLINDER H=512 D=238 / 246

Gambar 6. Trafo Gulung / Bobine Dan Bahan Baku Utama

Sumber : PT. Unelec Indonesia

Page 13: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

13

Besarnya permintaan untuk trafo gulung tipe TER 2N periode Juli-

Desember 2011 yaitu sebagai berikut.

Tabel 2. Permintaan Trafo Gulung TER 2N Periode Januari-Desember 2011

No Periode Jumlah

1 Januari 24

2 Februari 25

3 Maret 24

4 April 28

5 Mei 28

6 juni 28

7 juli 26

8 Agustus 26

9 September 24

10 Oktober 22

11 Nopember 21

12 Desember 28

Total 304

Sumber : PT.Unelec Indonesia

Data harga bahan baku utama, biaya simpan, dan biaya pesan bisa dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Tabel Harga Bahan Baku Utama

MATERIAL C

Cost per

unit (€)

C Cost per

unit (Rp)

I Holding

Cost

A Order Cost

(Rp)

NUT ZNC 0.47 5,571 0.1 14,500

RING ZNC 0.18 2,175 0.1 14,500

TIRANT M16 7.55 90,000 0.1 16,000

PLATEAU COL 1M 282.81 3,372,000 0.2 56,200

PLATEAU COL 1B 287.00 3,422,000 0.2 56,200

RC 3.80 x 1.70 6.77 80,766 0.25 51,741

CERCLAGES 13.57 161,852 0.2 48,340

STORE TER 2N 16.36 195,122 0.2 33,301

CTC 5.55 x 1.60 5.88 70,055 0.25 51,741

CYLINDER H=512 33.27 396,673 0.2 26,500

Sumber : PT. Unelec Indonesia

Page 14: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

14

Klasifikasi persentase holding cost dibagi menjadi tiga bagian yaitu : kelas

bawah dengan persentase 10 %, kelas menengah dengan persentase 20 %, dan

kelas atas dengan persentase 25 %.

Data rencana penerimaan bahan baku mengenai jumlah dan tanggal

masuk, persediaan awal, waktu ancang, dan satuan bisa dilihat pada table berikut.

Tabel 4. Scheduled Receipt & Inventory Status

Code Due

Date

Schedule

Receives

Lot

Size

Lead

Time

Begin

Inventory Qty UM

TERW1021 1 0 LFL 0 8 2 EA

C0202916 1 500 500 1 64 8 EA

C0203268 1;2 500;600 800 1 276 8 EA

R0407035 2 184 92 1 300 4 EA

R0802124 1;2 50;50 10 2 12 1 EA

R0802125 1;2 50;50 10 2 8 1 EA

R0302160 2 1476 615 2 5550 123 KG

R0501208 1 840 224 1 1176 28 EA

R0705007 2 896 128 2 768 16 EA

R0301099 2;3 1152;3496 583 2 1995 96 KG

R0501105 2 80 20 2 100 1 EA

Sumber : PT. Unelec Indonesia

Metode penentuan lot yang digunakan pada perhitungan bahan baku

utama disini adalah Economic Order Quantity (EOQ) karena berorientasi pada

tingkat kebutuhan (demand), lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaannya

menekan biaya pemeliharaan dan biaya angkut bahan baku, mengurangi barang

yang rusak, hilang akibat terlalu lama di gudang, Menjaga kualitas dan mutu

bahan baku. Hal ini untuk menghindari masalah seperti : rusak, hilang, dan biaya

pemeliharaan meningkat karena inventori terlalu banyak, menyebabkan tidak

dapat melakukan kegiatan produksi karena inventori terlalu sedikit.

Sedangkan untuk produk jadi dan assembling metode yang digunakan

adalah metode L-4-L/ LFL (Lot For Lot). Metode ini termasuk ukuran lot diskrit

Page 15: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

15

karena memenuhi permintaan sesuai rencana pada periode tertentu dan tidak akan

menghasilkan sisa jumlah material.

Tabel 5. Lot Size Bahan Baku Utama

MATERIAL

D

Demand

per horizon

H

I x C

EOQ

Pembulatan

(EA)

NUT ZNC 4,800 557 499.9 500

RING ZNC 4,800 218 800 800

TIRANT M16 2,400 9,000 92.4 92

PLATEAU COL 1M 600 674,400 10 10

PLATEAU COL 1B 600 684,400 9.9 10

RC 3.80 x 1.70 73,800 20,192 615 615

CERCLAGES 16,800 32,370 224 224

STORE TER2N 9,600 39,024 128 128

CTC 5.55 x 1.60 57,600 17,514 583.4 583

CYLINDER H=512 600 79,335 20 20

Berikut adalah contoh perhitungan untuk menentukan lot size material

NUT ZNC pada pembuatan trafo gulung TER 2N.

Diketahui: A = Order cost = Rp 14,500

D = Demand rata-rata per horizon = 4,800 EA

I = Holding cost (desimal) = 10 % = 0,1

C = Cost per unit = Rp 5,571

H = I x C = 0,1 x 5,571 = Rp 557/ unit / periode

Penyelesaian :

EOQ = 2AD

H

EOQ = 2 x 14,500 x 4,800

557

EOQ = 249,881

EOQ = 499.9

EOQ = 500 EA (pembulatan)

Page 16: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

16

Urutan perhitungan perencanaan kebutuhan material dimulai dari level

akhir (end item) yaitu level nol dari suatu produk. Berdasarkan struktur produk

diatas dimana dalam hal ini dimulai dari trafo gulung TER 2N. Kebutuhan

kotor/Gross Requirement (GR) mengacu pada jadwal induk produksi dikalikan

dengan jumlah penggunaan komponen pada struktur produk. Perencanaan bahan

baku trafo gulung TER 2N bisa dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. MRP Trafo Gulung TERW1021

Part Number : TERW1021 Lot Size : LFL Lead Time : 0

Part Name : BOBINE Level : 0 Quantity : 2

Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

GR 48 50 48 56 56 56 52 52 48 44 42 56

SR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

BI 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

NR 40 50 48 56 56 56 52 52 48 44 42 56

PORt 40 50 48 56 56 56 52 52 48 44 42 56

PEI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

PORel 40 50 48 56 56 56 52 52 48 44 42 56

Berikut adalah cara perhitungan perencanaan kebutuhan trafo gulung TER

2N (TERW1021) :

1. Periode 1, Januari 2011.

· Kebutuhan kotor (GR) = 24 x 2 = 48 EA

· Status persediaan (BI) = 8 EA

· Rencana pemesanan akan diterima (SR) = 0

· Kebutuhan bersih (NR) = GR– SR– BI = 48 – 0 – 8 = 40 Pcs

· Rencana pemesanan (PORt/PORec) yang diterima adalah sebanyak 40

EA, karena pada level ini ukuran lotnya LFL adalah sama dengan NR.

· Rencana inventori akhir (PEI) = PORt – NR = 40 – 40 = 0

· Rencana pemesanan di lepas (PORel) harus dilakukan pada periode 1,

Januari 2011 karena disesuaikan dengan waktu ancang (lead time) yaitu 0.

2. Periode 2, 1 Februari 2011.

· Kebutuhan kotor (GR) = 25 x 2 = 50 EA

Page 17: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

17

· Status persediaan (BI) = 0 EA

· Rencana pemesanan akan diterima (SR) = 0

· Kebutuhan bersih (NR) = GR– SR– BI = 50 – 0 – 0 = 50 Pcs

· Rencana pemesanan (PORt/PORec) yang diterima adalah sebanyak 50

EA, karena pada level ini ukuran lotnya LFL adalah sama dengan NR.

· Rencana inventori akhir (PEI) = PORt – NR = 50 – 50 = 0

· Rencana pemesanan di lepas (PORel) harus dilakukan pada periode 1,

Februari 2011 karena disesuaikan dengan waktu ancang (lead time) yaitu

0.

3. Periode berikutnya kebutuhan akan trafo gulung TER 2N adalah jumlah GR

dikalikan dengan jumlah item sesuai struktur produk yaitu 2 EA. Untuk nilai

PORt, PORel dan NR, karena pada level ini ukuran lotnya LFL makan

nilainya sama dengan nilai GR pada tiap periodenya. Berikut ini adalah tabel

hasil perhitungan MRP pada level 0 yaitu trafo gulung TER 2N.

Perhitungan perencanaan kebutuhan material dilanjutkan ke berikutnya

yang ada dibawahnya yaitu level 1 dengan material NUT ZNC HM M16 STL

(C0202916). Data perhitungannya bisa dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. MRP NUT ZNC

Part Number : C0202916 Lot Size : 500 Lead Time : 1

Part Name : NUT ZNC Level : 1 Quantity : 8

Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

GR 320 400 384 448 448 448 416 416 384 352 336 448

SR 500 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

BI 64 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

NR -244 156 40 -12 436 384 300 216 100 -48 288 236

PORt 0 500 500 0 500 500 500 500 500 0 500 500

PEI 244 344 460 12 64 116 200 284 400 48 212 264

PORel 500 500 0 500 500 500 500 500 0 500 500 0

Page 18: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

18

Berikut ini adalah cara perhitungan perencanaan kebutuhan pada level

material NUT ZNC HM M16 STL (C0202916) :

1. Periode 1, Januari 2011.

· Kebutuhan kotor (GR) = 40 x 8 = 320 EA

· Status persediaan (BI) = 64 EA

· Rencana pemesanan akan diterima (SR) = 500 EA

· Kebutuhan bersih (NR) = GR– SR– BI = 320 – 500 – 64 = –244 Pcs

· Rencana pemesanan (PORt/PORec) yang diterima adalah 0 EA, karena

pada periode ini masih tersedia persediaan sebesar 244 EA

· Rencana inventori akhir (PEI) = PORt – NR = 0 – 244 = 244

· Rencana pemesanan di lepas (PORel) belum dilakukan karena Januari

2011 karena masih tersedia persediaan sebesar 244 EA.

2. Periode 2, 1 Februari 2011.

· Kebutuhan kotor (GR) = 50 x 8 = 400 EA

· Status persediaan (BI) = 0 EA

· Rencana pemesanan akan diterima (SR) = 0

· Kebutuhan bersih (NR) = GR– SR– BI = 400 –0 – 244 = 156 EA

· Rencana pemesanan (PORt/PORec) yang diterima adalah sebanyak 500

EA, karena disesuaikan dengan ukuran lotnya yaitu 500.

· Rencana inventori akhir (PEI) = PORt – NR = 500 – 156 = 344 EA

· Rencana pemesanan di lepas (PORel) harus dilakukan pada periode 1,

Januari 2011 karena disesuaikan dengan waktu ancang (lead time) yaitu 1

bulan.

3. Periode berikutnya kebutuhan akan NUT ZNC HM M16 STL (C0202916)

adalah jumlah GR dikalikan dengan jumlah item sesuai struktur produk yaitu

8 EA. Jika nilai NRnya positif, berarti material tersebut sedang dibutuhkan,

oleh sebab itu harus segera dilakukan pemesanan sesuai jumlah lot size atau

kelipatanya. Sedangkan pemesanannya harus dilakukan satu bulan

sebelumnya, disesuaikan dengan lead time.

Page 19: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

19

Rangkuman pemesanan bahan baku yang dilakukan kepada

vendor/supplier bisa dilihat tada tabel berikut ini.

Tabel 8. Rangkuman Pemesanan Material Trafo Gulung TER 2N

Rangkuman rencana inventori akhir / Planned Ending Inventory (PEI) bisa

dilihat tada tabel berikut ini.

Tabel L.17 Rangkuman PEI Material Trafo Gulung TER 2N

Langkah berikutnya adalah mengetahui biaya pesan dan biaya simpan

masing-masing material selama satu tahun (12 bulan). Hasil perhitungan biaya

pesan material dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Page 20: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

20

Tabel 10. Biaya Pesan Material Trafo Gulung TER 2N

MATERIAL Biaya pesan Jumlah

Pesan

TOTAL

(Rp) (Rp)

NUT ZNC 14,500 9 130,500

RING ZNC 14,500 5 72,500

TIRANT M16 16,000 10 160,000

PLATEAU COL 1M 56,200 10 562,000

PLATEAU COL 1B 56,200 10 562,000

RC 3.80 x 1.70 51,741 11 569,151

CERCLAGES 48,340 11 531,740

STORE TER2N 33,301 10 333,010

CTC 5.55 x 1.60 51,741 12 620,892

CYLINDER H=512 26,500 9 238,500

Berikut adalah contoh perhitungan biaya pesan untuk material NUT ZNC

pada pembuatan trafo gulung TER 2N.

Diketahui : Biaya per pesan = Rp 14,500

Jumlah pesan = 9 (sembilan)

Total biaya pesan material NUT ZNC per tahun = 14,500 x 9 = Rp 130,500

Untuk biaya simpan bisa diketahui dengan menjumlahkan PEI masing-

masing periode, setelah itu dikalikan dengan biaya simpan per material. Hasil

perhitungan biaya simpan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 11. Biaya Simpan Material Trafo Gulung TER 2N

MATERIAL TOTAL

PEI

Biaya Simpan TOTAL/Tahun

(Rp) (Rp)

NUT ZNC 2,648 557 1,474,936

RING ZNC 4,792 218 1,044,656

TIRANT M16 736 9,000 6,624,000

PLATEAU COL 1M 84 674,400 56,649,600

PLATEAU COL 1B 76 684,400 52,014,400

RC 3.80 x 1.70 4,116 20,192 83,110,272

CERCLAGES 2,184 32,370 70,696,080

STORE TER2N 992 39,024 38,711,808

CTC 5.55 x 1.60 4,207 17,514 73,681,398

CYLINDER H=512 270 79,335 21,420,450

Page 21: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

21

Berikut adalah contoh perhitungan biaya pesan untuk material NUT ZNC

pada pembuatan trafo gulung TER 2N.

Diketahui : Biaya simpan = Rp 557

Jumlah inventori (PEI) = (244 + 344 + 460 + 12 + 64 + 116 + 200

+ 284 + 400 + 48 + 212 + 264)

= 2,648 EA

Total biaya simpan material NUT ZNC per tahun = 557 x 2,648 = Rp 1,474,936

Langkah berikutnya adalah melakukan perhitungan terhadap efisiensi

pemesanan bahan baku berdasar perhitungan manual dengan kondisi aktual yang

ada di pabrikasi. Hasil perhitungannya bisa dilihat pada tabel – tabel berikut ini.

Tabel 12. Efisiensi MRP Manual

No MATERIAL Demand Supply Supply

Demand

Effisiensi

(x 100%)

1 BOBINE 608 600 0.987 98.7 %

2 NUT ZNC 4800 4500 0.938 93.8 %

3 RING ZNC 4800 4000 0.833 83.3 %

4 TIRANT M16 2400 1932 0.805 80.5 %

5 PLATEAU COL 1M 600 490 0.817 81.7 %

6 PLATEAU COL 1B 600 500 0.833 83.3 %

7 RC 3.80 x 1.70 73800 67035 0.908 90.8 %

8 CERCLAGES 16800 14784 0.880 88.0 %

9 STORE TER2N 9600 7936 0.827 82.7 %

10 CTC 5.55 x 1.60 57600 51304 0.891 89.1 %

11 CYLINDER H=512 600 420 0.700 70.0 %

TOTAL 9.418 85.6 %

RATA-RATA = (TOTAL / 11) 0.856

Page 22: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

22

Tabel 13. Efisiensi MRP Aktual

No MATERIAL Demand Supply Supply Effisiensi

Demand (x 100%)

1 BOBINE 608 600 0.987 98.7 %

2 NUT ZNC 4800 4800 1.000 100.0 %

3 RING ZNC 4800 4800 1.000 100.0 %

4 TIRANT M16 2400 2400 1.000 100.0 %

5 PLATEAU COL 1M 600 492 0.820 82.0 %

6 PLATEAU COL 1B 600 496 0.827 82.7 %

7 RC 3.80 x 1.70 73800 67,700.00 0.917 91.7 %

8 CERCLAGES 16800 12,768.00 0.760 76.0 %

9 STORE TER2N 9600 6,336.00 0.660 66.0 %

10 CTC 5.55 x 1.60 57600 47,880.00 0.831 83.1 %

11 CYLINDER H=512 600 248 0.413 41.3 %

TOTAL 9.215 83.8 %

RATA-RATA = (TOTAL / 11) 0.838

Tabel 14. Efisiensi PEI Manual

No MATERIAL Demand PEI PEI

Demand

1 NUT ZNC 4800 264 0.059

2 RING ZNC 4800 576 0.144

3 TIRANT M16 2400 16 0.008

4 PLATEAU COL 1M 600 2 0.004

5 PLATEAU COL 1B 600 8 0.016

6 RC 3.80 x 1.70 73800 261 0.004

7 CERCLAGES 16800 0 0.000

8 STORE TER2N 9600 0 0.000

9 CTC 5.55 x 1.60 57600 347 0.007

10 CYLINDER H=512 600 0 0.000

TOTAL 0.242

RATA-RATA = (TOTAL/10) 0.024

EFISIENSI = (1 - RATA-RATA) x 100% 97.6 %

Page 23: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

23

Tabel 15. Efisiensi PEI Aktual

No MATERIAL Demand PEI PEI

Demand

1 NUT ZNC 4800 4,173 0.927

2 RING ZNC 4800 2,179 0.545

3 TIRANT M16 2400 0 0.000

4 PLATEAU COL 1M 600 4 0.008

5 PLATEAU COL 1B 600 4 0.008

6 RC 3.80 x 1.70 73800 885 0.013

7 CERCLAGES 16800 0 0.000

8 STORE TER2N 9600 64 0.008

9 CTC 5.55 x 1.60 57600 256 0.005

10 CYLINDER H=512 600 8 0.019

TOTAL 1.534

RATA-RATA = (TOTAL/10) 0.153

EFISIENSI = (1 - RATA-RATA) x 100% 84.6 %

KESIMPULAN

Urutan proses produksi trafo gulung TER 2N yang terjadi yaitu mulai dari

bahan baku, proses lilitan tegangan rendah, proses metalisasi, proses lilitan

tegangan tinggi, proses isolasi, dan proses penyelesaian akhir

Rencana pemesanan bahan baku utama selama satu tahun (12 bulan) yaitu

: NUT ZNC sebanyak 4,500 EA per tahun, RING ZNC yaitu sebanyak 4,000 EA

per tahun, TIRANT M16 yaitu sebanyak 1,932 EA per tahun, PLATEAU COL

1M yaitu sebanyak 490 EA per tahun, PLATEAU COL 1B yaitu sebanyak 500

EA per tahun, RC 3.80 x 1.7 mm yaitu sebanyak 67,035 KG per tahun,

CERCLAGES yaitu sebanyak 14,784 EA per tahun, STORE TER 2N yaitu

sebanyak 7,936 EA per tahun, CTC 5.55 x 1.60 yaitu sebanyak 51,304 KG per

tahun, dan CYLINDER H 512 mm yaitu sebanyak 420 EA per tahun.

Total biaya pemesanan bahan baku utama selama satu tahun (12 bulan)

yaitu : NUT ZNC yaitu sebesar Rp 130,500, RING ZNC yaitu sebesar Rp 72,500,

TIRANT M16 yaitu sebesar Rp 160,000, PLATEAU COL 1M yaitu sebesar Rp

562,000, PLATEAU COL 1B yaitu sebesar Rp 562,000, RC 3.80 x 1.70 yaitu

sebesar Rp 569,151, CERCLAGES yaitu sebesar Rp 531,740, STORE TER2N

Page 24: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

24

yaitu sebesar Rp 333,010, CTC 5.55 x 1.60 yaitu sebesar Rp 620,892, dan

CYLINDER H 512 mm yaitu sebesar Rp 238,500.

Total biaya penyimpanan bahan baku utama kelas bawah dengan

persentase 10 % selama 12 bulan yaitu : NUT ZNC sebesar Rp 1,474,936, RING

ZNC sebesar Rp 1,044,656, dan TIRANT M16 sebesar Rp 6,624,.

Total biaya penyimpanan bahan baku utama kelas menengah dengan

persentase 20 % selama 12 bulan yaitu : PLATEAU COL 1M sebesar Rp

56,649,600, PLATEAU COL 1B sebesar Rp 52,014,400, CERCLAGES yaitu

sebesar Rp 70,696,080, STORE TER2N yaitu sebesar Rp 38,711,808, dan

CYLINDER H 512 mm sebesar Rp 21,420,450.

Sedangkan total biaya penyimpanan bahan baku kelas atas dengan

persentase 25 % selama 12 bulan yaitu : RC 3.80 x 1.70 sebesar Rp 83,110,272,

dan CTC 5.55 x 1.60 sebesar Rp 73,681,398,.

Efisiensi berdasarkan perhitungan manual adalah 85.6 % lebih bagus

karena nilai efisiensi aktual yang ada yaitu 83.6 %. Sedangkan nilai efisiensi PEI

berdasarkan perhitungan manual yaitu 97.6 % lebih bagus dari efisiensi PEI aktual

yang ada yaitu 84.6 %.

SARAN

Perhitungan dengan cara manual dimaksudkan agar mengetahui dasar-

dasar perhitungan berbagai software (perangkat lunak) yang banyak beredar di

pasaran. Untuk membandingkan hasil perhitungan dan mempercepat pengolahan

data, sebaiknya menggunakan software seperti MFG PRO, SAP dan lain-lain.

Perencanaan pemesanan bahan baku harus dihitung secara optimal karena lead

time sangat lama berkisar satu sampai dua bulan, yang bisa menimbulkan proses

produksi berhenti.

Kesalahan dalam proses produksi harus diminimasi dan proses

penanganan material harus optimal untuk menghindari kerusakan pada bahan

baku karena tidak disediakan bahan baku pengaman (safety stock). Biaya simpan

yang terjadi sangat tinggi, untuk meminimasi biaya simpan sebaiknya presentase

holding cost (I) pada bahan baku utama diperkecil terutama pada bahan baku

Page 25: PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA …publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5430/1/...dijalankan dengan lancer, maka salah satu kebijakan yang diterapkan adalah perencanaan

25

PLATEAU COL 1M, PLATEAU COL 1B, CERCLAGES, CTC 5.55 x 1.60,

dan RC 3.80 x 1.70.

DAFTAR PUSTAKA

Baroto, Teguh, 2002. Perencanaan dan pengendalian Produksi, Ghalia

Indonesia. Jakarta.

Bedworth, David D., dan Bailey, James E., 1987. Integrated Production Control

Systems : Management, Analysis, and Design, 2nd

Edition, John Wiley &

Sons.

Gaspersz, Vincent, 1998. Production Planning and Inventory Control, PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Ginting, Rosnani, 2007. Sistem Produksi, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Kusuma, Hendra, 1999. Manajemen Produksi Perencanaan dan Pengendalian

Produksi, Andi, Yogyakarta,

PT. Unelec Indonesia, Jl. Swadaya PLN, Klender, Jakarta, 2010.