PERENCANAAN JARLOKAT

131
CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH By Heri Susanto 1 DIKTAT CPE UNTUK JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA Disusun Oleh Heri Susanto SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

description

PERENCANAAN JARLOKAT UNTUK COSTUMER PROMISE EQUIPMENT ( SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH)

Transcript of PERENCANAAN JARLOKAT

Page 1: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

1

DIKTAT

CPE UNTUK JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA

Disusun Oleh Heri Susanto

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

Page 2: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

- STUDI EKONOMI PERENCANAAN ……………………………………………………………….

- RAMALAN KEBUTUHAN TELEPON ………………………………………………………………

- RAMALAN KEBUTUHAN TELEPON SECARA MAKRO………………………….

- RAMALAN KEBUTUHAN TELEPON SECARA MIKRO……………………………

- RAMALAN KEBUTUHAN TELEPON UNTUK LAYANAN BARU …………….…

BAB II PENENTUAN LETAK SENTRAL SECARA TEORITIS……………………………………….

BAB III JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA (JARLOKAT)

- STRUKTUR JARLOKAT …………………………………………………………………………………….

- PENENTUAN BATAS DAERAH PELAYANAN………………………………………………

- DISAIN JARLOKAT

- RANCANGAN DASAR………………………………………………………………………………….

- RANCANGAN RINCI………………………………………………………………………………….

BAB IV JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF)

- TEKNOLOGI SISTEM JARLOKAF………………………………………………………………….

- PENENTUAN BATAS DAERAH PELAYANAN………………………………………………

- DISAIN JARLOKAF

- RANCANGAN DASAR………………………………………………………………………………….

- RANCANGAN RINCI………………………………………………………………………………….

BAB V JARINGAN LOKAL AKSES RADIO (JARLOKAR)

- ARSITEKTUR DAN KONFIGURASI JARLOKAR…………………………………………

- TEKNOLOGI UNTUK PENERAPAN JARLOKAR…………………………………………..

- PENENTUAN JUMLAH & LOKASI RBS………………………………………………..

- PENENTUAN DAERAH CAKUPAN………………………………………………………….

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

3

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

1. Mampu memahami metode-metode ramalan kebutuhan telepon

2. Memahami teknik jaringan akses (Jarlokat, Jarlokaf dan Jarlokar)

3. Mampu memahami metoda perencanaan jaringan akses

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Dapat membuat perencanaan jaringan akses

SILABUS

1. Ramalan kebutuhan telepon secara makro dan mikro

2. Ramalan kebutuhan untuk pelayanan baru

3. Penentuan letak sentral secara teoritis

4. Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)

- Struktur jarlokat (RPU, Kabel Primer, RK, Sekunder, KP dan Roset)

- Penentuan batas daerah pelayanan (Sentral, RK dan DP)

- Disain Jarlokaf (peta dasar, peta lokasi, skema kabel dan lain-lain)

DAFTAR PUSTAKA 1. 1. CCITT, Outside Plant Technology for Public Network, ITU, Geneva, 1991

2. 2. Peramalan Demand, PT. Telkom, 1990

3. 3. Hideo Fukutoni, Telecomunication Outside Plant Engineering, The Telecom Assosiation,

4. 1st.ed,1980

5. 4. Perumtel, Petunjuk Pedoman Perencanaan Jaringan Kabel Telepon Lokal, 1984

6. 5. Donald, Hamsher, Communication System Engineering Handbook, MGH, New York, 1967

5. CCITT,CCITT, 6. CCITT, Local Network Planning

Page 4: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

4

PENDAHULUAN Latar Belakang

Istilah jaringan lokal sudah lama dikenal yaitu saluran yang

menghubungkan antara sentral lokal dengan perangkat terminal disisi

pelanggan dalam suatu wilayah pelayanan tertentu. Pada mulanya istilah

jaringan lokal identik dengan jaringan kabel lokal, yaitu jaringan lokal yang

menggunakan kabel tembaga untuk menghubungkan antara sentral lokal

dengan terminal pelanggan. Namun setelah pemakaian saluran non fisik dan

non kabel tembaga banyak digunakan untuk menggantikan peranan kabel

tembaga, istilah jaringan lokal itu menjadi tidak identik lagi dengan jaringan

tembaga, istilah jaringan lokal tersebut disebut dengan jaringan lokal akses

atau Local Loop Access (LLA). Akses di sini dapat diartikan sebagai suatu

cara atau metoda untuk menghubungkan peralatan induk dengan peralatan di

sisi pelanggan atau pengguna jasa. Jaringan akses dan metoda akses ini

membentuk sistem dan sistem akses merupakan hubungan fisik fungsional

ataupun interface.

Dengan adanya kecenderungan beralihnya pelayanan dari nerrow band

menuju broadband, dari POTS menuju multimedia dan serta dari infrastruktur

informasi lokal menuju infrastruktur nasional regional dan internsional yang

menghendaki service yang konfergen serta full service maka pada accsess

network harus :

Compatible with current and future service

Single infrasture multi service

Page 5: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

5

Based on copper, optical fiber, radio and hybrid

Dengan demikian istilah jaringan lokal akses sesuai dengan media transmisi

yang digunakannya, maka untuk jaringan lokal dengan tembaga disebut

jaringan lokal akses tembaga (JARLOKAT). Demikian pula untuk jaringan lokal

dengan kabel serat optik disebut dengan istilah jaringan lokal akses fiber

(JARLOKAF). Selain jaringan yang berbentuk kabel, juga ada yang

menggunakan frekuensi radio yang disebut dengan jaringan lokal akses radio

(JARLOKAR).

Jaringan akses merupakan bagian dari jaringan telekomunikasi yang

menyerap porsi terbesar dari total investasi. Oleh karena itu pemilihan sistem

dan metoda akses ini harus dilakukan berdasarkan perencanaan yang matang

agar diperoleh biaya yang efektif tetapi tetap memenuhi kualitas yang

ditetapkan, sebab tidak semua peralatan pelanggan dapat dihubungkan dengan

mudah dengan peralatan induk. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh ketiga

konndisi dibawah ini;

kondisi geografis

kondisi demografis dan

kondisi sosiografis.

Ketiga kondisi tersebut diatas akan sangat mempengaruhi dalam hal

penerapan, pemilihan dan penentuan arsitektur JARLOKAT ( Teknologi

Jaringan, Mekanisme Akses, Mode Aplikasi, Inteface, Aspek Keamanan dan

Persyaratan Unjuk Kerja)

Page 6: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

6

Pemodelan Jaringan Akses Secara Umum

Pemodelan jaringan akses secara umum terdiri dari tiga macam elemen

yaitu ANT (Access Node Terminal), NU(Network Unit) dan NT(Network

Terminal). Elemen-elemen ini dihubungkan melalui jaringan distribusi

(Distribution Network) dan jaringan drop (Drop Network) sebagaimana yang

ditunjukkan gambar dibawah ini.

Gambar 1.1 Model referensi suatu jaringan akses

ANT merupakan interface standar yang menghubungkan service node,

berfungsi mengendalikan service dasar yang ada dalam jaringan akses. Service

node dapat menjalankan fungsi call handling, pentarifan, dan routing. Selain itu

service node juga mempunyai fungsi tambahan seperti call forwarding dan

conference call.

Perangkat

Induk

(ANT)

Jaringan

Lokal Akses

(NU)

Terminal

Pelanggan

(NT/CPE)

NNI UNI

TMN

NMI

Q3

Page 7: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

7

Hubungan antara jaringan distribusi dengan service network dibangun

melalui switch atau cross-connect. Jadi sistem penyambungan merupakan

bagian dari ANT.

ANT terhubung langsung dengan jaringan distribusi. Bila dibutuhkan,

jaringan distribusi dapat membawa informasi ke jarak yang jauh menuju

jaringan drop yang bersifat lokal. Jaringan drop adalah jaringan lokal yang

mencapai terminal pelanggan. Jumlah NT yang terhubung dengan suatu

jaringan drop dapat berjumlah lebih dari satu.

Gambar 1.2 Bentuk hubungan antara elemen dalam sistem akses

NU yang terhubung dengan suatu jaringan distribusi dapat berjumlah

lebih dari satu. Fungsi NU adalah melakukan adaptasi yang diperlukan antara

jaringan distribusi dengan jaringan drop, seperti konversi dari sinyal optik

menjadi sinyal elektrik atau sebaliknya.

Para pelanggan dari macam-macam service harus mempunyai perangkat

untuk tiap service tersebut. Perangkat yang diperlukan berbeda untuk service

yang berbeda. Untuk POTS perangkat tersebut berupa pesawat telepon, untuk

layanan informasi bisa berupa PC, untuk VoD berupa set top box. Perangkat-

perangkat tersebut secara umum disebut CPE (Custummer Premises

Equipment).

Melalui NT yang sama (biasanya dipasang di rumah atau kantor)

biasanya terhubung dengan bermacam-macam CPE (Custummer Premises

Equipment) yang berbeda, oleh karena itu NT tidak bergantung dengan jenis

CPE

JARINGAN AKSES

NT NU

ANT

Drop

NetworkDistribution

NetworkInterface

Standar

Page 8: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

8

service yang harus dilewatinya sehingga tiap terminal yang menangani service

yang berbeda mempunyai interface lain yang disebut UNI (Network

Interface Unit).

*

Gambar 1.3 Karakteristik kebutuhan bandwith tiap serivice

Melalui NT yang sama (biasanya dipasang di rumah atau kantor)

biasanya terhubung dengan bermacam-macam CPE (Custummer Premises

Equipment) yang berbeda, oleh karena itu NT tidak bergantung dengan jenis

service yang harus dilewatinya sehingga tiap terminal yang menangani service

yang berbeda mempunyai interface lain yang disebut UNI (Network

Interface Unit).

Interface standar (NNI) digunakan antara jaringan akses dengan service

network. Keuntungan utama pemisahan antara jaringan akses dengan service

network adalah masing-masing lebih independen. Satu jaringan akses dapat

digunakan untuk beberapa service. Bila ada service baru pada service network

tetap dapat diakses tanpa membangun jaringan akses baru.

Bandwidth Dowdstream?

Bandwith Upstream?

Bit Rate Konstan/variable?

Multicasting?

VoD

Video

Conferencing

Internet Layanan

Informas

i

Digital Video

Broadcast POTS

JARINGAN AKSES SERVICE NETWORK TERMINAL

PELANGGAN

NNI

CPE

CPE

CPE

UNI

Page 9: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

9

Service (VoD, Video Conferecing, POTS, Data/Informasi dan Digital Video

Broadcast) yang memiliki kebutuhan karakteristik tertentu pada jaringan akses.

VoD memerlukan akses dengan bandwith yang sangat lebar, sebagaian besar

badwith diperlukan untuk arah downstream (data yang dikirim ke arah

pelanggan). Video Conferencing bahkan memerlukan bandwith lebar untuk dua

arah (downstream dan upstream). POTS memelukan hubungan service dasar

dengan lebar bandwith 64 Kbps. Bit rate tersebut harus terjamin mempunyai

kecepatan tetap (bit rate constan) kecuali untuk layanan data atau informasi

dapat diatur untuk bit rate tidak tetap, sedangkan service seperti digital video

broadcast memerlukan multi casting yang berarti bahwa informasi yang sama

harus didistribusikann untuk beberapa pelanggan.

Arsitektur Dasar Elemen Jaringan

Fungsi umum dari elemen jaringan adalah interfacing, kontrol dan

switching. Terminasi interface terdiri dari switch baik untuk sinyal analog

maupun sinyal dijital. Sinyal informasi analog masuk melalui inteface analog

pada port A, dikonversikan menjadi sinyal dijital, lalu beberapa port yang identik

di-multiplex menjadi satu bus yang menghubungkan port-port tersebut ke

switching centre network. Multiplexer tersebut dapat menggunakan teknik

multiplexing sinkron maupun asinkron, bekerja pada data field tetap maupun

variabel dengan atau tanpa pengidentifikasi paket. Sinyal informasi di switch

centre network kemudian di-demultiplex dan dikonversikan dari dijital ke analog

untuk aplikasi balik ke port A.

Interface dijital terdapat pada port B. Jika teknik multiplexing yang

diterapkan pada jaringan akses mempunyai format yang berbeda dari yang

diterapkan pada switching centre network maka diperlukan translasi untuk

mencapai bentuk yang sesuai.

Switching centre network terdiri dari time-multiplexed switching yang

memungkinkan informasi dari multiplex input di transfer ke multiplex output

Page 10: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

10

dengan menggunakan teknik sinkron maupun asinkron dengan circuit atau

packet switch.

Resource yang bervariasi dihubungkan dengan switching

centre(termasuk digitally synthesized, conference circuit, tone receivers dan

device signal processing).

Pengontrolan untuk keseluruhan sistem dilakukan oleh prosesor Stored

Program Control (SPC) yang mempunyai akses ke semua elemen sistem.

Device I/O menyediakan fungsi sistem yang bervariasi, termasuk

administrasi dial, pelaporan alarm, pemeliharaan akses, pelaporan trafik,

penghitungan message otomatis dan common channel signalling.

Gambar 1.4 Arsitektur dasar elemen jaringan akses

DIGITALTERMINATION

A/D

D/A

ANALOG

TERMINATION

MULTIPLEXTRANSLATION

MULTIPLEXER

SWITCHINGCENTER

NETWORK

CONTROL

I/O

RESOURCES

SYNCHRONIZATION

ADMINISTRATION

AND

MAINTENANCE

SIGNALING

B PORTS

A PORTS

Page 11: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

11

Bab I

Konsep Perencanaan

I.1 Latar Belakang

Meningkatnya sosial ekonomi dan pembangunan suatu daerah

Upaya untuk menghasilkan peningkatan pendapatan dan pelayanan

Mengantisipasi perkembangan teknologi dan kebutuhan pengguna jasa

Upaya mengoptimalkan investasi dan menghitung dimensi perangkat dengan

tepat

I.2 Definisi Perencanaan

Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah proses

mempersiapkan secara sistimatis kegiatankegiatan yang akan dilakukan

untuk mencapai suatu tujuan tertentu

Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya

dengan sumber yang ada supaya lebih effisien dan efektif.

Perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan

dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa.

I.3 Ciri Perencanaan yang Baik (by. DR. SD. Siagian, MPA)

Rencana harus mempermudah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya

Rencana hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan bukan merupakan

tujuan’

Rencana harus luwes, agar dapat diadakan perubahan yang diperlukan

sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi tanpa merubah pola dasar

rencana secara keseluruhan.

Rencana harus bersifat sederhana, sistimatis, ada prioritas, mudah

dipahami dan kegiatan pokok tercakup didalamnya.

Rencana harus disertai oleh suatu perincian yang teliti dan mendetail

Page 12: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

12

Didalam recana terdapat tempat pengambilan resiko

Rencana harus bersifat praktis

Rencana harus merupakan forcasting, harus merupakan peramalan atas

keadaan yang mungkin dihadapi (Peramalan adalah perkiraan tentang

sesuatu yang akan datang, yang didasarkan pada data yang ada pada

waktu sekarang dan waktu lampau)

Rencana tidak boleh terlepas sama sekali dari pemikiran pelaksana.

Rencana harus dibuat oleh tenaga-tenaga yang ahli ‘Pembuat rencana

hendaknya orangorang yang dedikasinya tidak diragukan terhadap

organisasi’

Dari ciri-ciri tersebut diatas, dapat diambil kesimpulan,

„Perencanaan adalah tindakan pemilihan fakta dan usaha menghubungkannya

serta pembuatan dan penggunaan asumsi-asumsi mengenai waktu yang akan

datang, dalam hal menggambarkan aktivitas-aktivitas yang akan disulkan yang

dianggap perlu untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan”

Dari kesimpulan diatas didapat 3(tiga) pengertian atau persepsi :

Peramalan

Perkiraan masa yang akan datang

Perencanaan

Proposal atau pengajuan kegiatan untuk masa yang akan datang

Program

Program adalah pelaksanaan atau implementasi dari perencanaan yang telah

disetujui.

I.4 Tujuan Perencanaan

Tercapai kesesuaian antara kebutuhan dengan penyediaan sarana

Mendukung kepentingan operasional

Page 13: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

13

I.5 Hal-hal yang penting dalam Perencanaan

Adanya peluang untuk dilakukan pengembangan

Mempertimbangkan faktor ekonomis dan efisiensi

I.6 Langkah-langkah sebelum Perencanaan

Analisa network yang ada

Memperhatikan masalah yang ada

Adapun yang dimaksud dengan analisa network yang ada misalnya,

Analisa Jasa Telekomunikasi,

Kondisi deman yang melebihi kapasitas yang ada

Kekurangandalan daftar tunggu

Kepadatan telepon yang rendah karena ketidaktepatan faktor penetrasi

Tingkat kepuasan pelanggan yang rendah

ASR atau SCR rendah

Analisa Switching Network,

Kondisi junction dan sirkit trunk yang tidak sama dengan dimensi load trafik

Dimensi perangkat sentral tidak sama dengan jumlah register

Kesalahan perangkat

Page 14: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

14

BAB II

TEKNIK JARINGAN KABEL LOKAL TEMBAGA

JARLOKAT adalah suatu bentuk jaringan akses yang konfigurasinya dimulai

dari Terminal Blok Vertikal pada Rangka Pembagi Utama sampai Kotak Terminal

Batas, baik yang hanya menggunakan tembaga sebagai media akses maupun adanya

tambahan perangkat lain yang bertujuan untuk meningkatkan unjuk kerjanya.

II.1`Konfigurasi Umum JARLOKAT

Jaringan Catu Langsung :

Jaringan catu langsung yaitu jaringan dimana pelanggan mendapat pencatuan

saluran dari KP ( Kotak Pembagi = DP = Distribution Point) terdekat dan langsung

dihubungkan dengan RPU ( Rangka Pembagi Utama = Main Distribution

Frame/MDF) tanpa melalui Rumah Kabel (RK). Semua urat pasangan kabel dari

KP tersambung langsung ke RPU pada Sentral.

Gbr. Jaringan Catuan Langsung

DP

DP MDF

SENTRAL

Page 15: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

15

Pemakaian Jaringan Catu Langsung :

Di kota kota besar yang khusus untuk daerah dekat sentral

Kota-kota kecil yang pelanggannya masih sedikit (jumlah KP juga sedikit)

Daerah dengan Demand terpusat

Daerah dengan pelanggan VIP

Keuntungan pemakaian Jaringan Catu Langsung :

Dari segi ekonomi menguntungkan (biaya rendah) karena pada jaringan ini tidak

digunakan RK

Administrasi kabel menjadi lebih sederhana

Titik rawan gangguan kecil

Kerugian Pemakaian Jaringan Catu Langsung

Tidak fleksibel

Sulit melokalisir gangguan karena kabel primer yang digunakan terlalu panjang

sehingga kesulitan untuk menentukan letak kerusakan dengan tepat

Perhitungan demand harus tepat

2. Jaringan Catu Tidak Langsung :

Jaringan Catu Tidak Langsung yaitu jaringan dimana saluran para pelanggan

dicatu dari KP terdekat, yang dihubungkan terlebih dahulu dengan Rumah Kabel

(RK), yang akan diteruskan ke RPU(MDF). Penyambungan saluran dari KP ke RK

sama dengan jaringan catu langsung (tetap), tetapi penyambungan seterusnya ke

RPU di RK dilakukan tidak tetap (melalui jumper wire).

Page 16: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

16

Gbr. Jaringan catu tidak langsung

Pemakaian Jaringan Catu Tidak Langsung :

Saluran di kota-kota yang jumlah pelanggannya besar

Daerah yang lokasinya jauh dari sentral

Daerah yang pelanggannya menyebar

Keuntungan Jaringan Catu Langsung :

Lebih Fleksibel

Mudah dalam melokalisir gangguan karena dapat diurut dari RK ke RK

Kerugian Jaringan Catu Langsung :

Dari segi ekonomi tidak menguntungkan (karena membutuhkan RK yang banyak

sehingga biayanya menjadi lebih mahal)

Sumber gangguan lebih banyak

Kadangkala kesulitan dalam mencari lokasi RK

MDF

RK

RK

DP

DP

DP

Page 17: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

17

3. Jaringan Catu Kombinasi :

Jaringan ini merupakan kombinasi dari kedua jenis jaringan diatas, yaitu :

a. Apabila daerahnya dekat sentral, demandnya terpusat, banyak pelanggan VIP,

b. Apabila daerahnya jauh dari sentral, pelanggannya menyebar, demand tinggi,

maka digunakan jaringan catu tidak langsung.

Berikut merupakan gambar jaringan catu kombinasi :

Dengan jaringan kombinasi ini maka pemakaian jaringan dapat dioptimalkan

Bagian – bagian dari jaringan lokal akses tembaga :

1. RPU (Rangka Pembagi Utama = Main Distribution Frame/MDF) :

RPU merupakan perangkat yang ada di sentral yang berfungsi sebagai tempat

penyambungan kabel primer dengan kabel yang keluar dari sentral. Selain itu RPU

juga berfungsi sebagai tempat pengetesan dalam melokalisir gangguan. Penempatan

RPU harus diperhitungkan karena RPU merupakan titik awal penyambungan kabel.

Bentuk dari RPU tergantung pada jenis sentral telekomunikasi yang digunakan.

Pada sentral yang masih manual hanya berbentuk papan atau lemari perkawatan,

sedangkan pada sentral otomat RPU berbentuk kerangka besi.

Peralatan yang ada di RPU :

a. Pothead (Terminasi sambung)

DP

RK

MDF

DP

Page 18: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

18

Merupakan terminasi sambung antar kabel dari luar (kabel primer) yang keluar

dari bawah tanah dengan beberapa kabel berkapasitas lebih kecil (entry cable).

Dengan dipakainya kabel PE (polithelyne ethane), maka terminal sambung

Pothead jarang digunakan. Kabel PE tidak lagi melewati pothead tetapi langsung

tersambung secara langsung ke terminal blok vertikal.

b. Terminal Blok Vertikal

Merupakan tempat diterminasikannya kabel primer, yang dipasang pada RPU ke

arah luar. Kapasitas terminal blok vertikal dibedakan atas kapasitas

sambungannya. Dengan menggunakan kawat penyambung (jumper wire) ,

terminal blok ini dihubungkan dengan terminal blok horisontal. Pada sentral SPC

analog maupun digital, biasanya digunakan terminal blok berkapasitas 100

pasang.

c. Terminal Blok Horisontal

Merupakan terminal tempat terminasi kabel yang datang dari sentral. Terminal

ini dipasang pada RPU ke arah sentral dengan kapasitas biasanya 100 pasang urat

kabel.

2. Rumah Kabel (RK) :

Rumah Kabel merupakan Perangkat yang menjembatani antara sentral dengan

pelanggan.

Fungsi RK dapat dibedakan :

Tempat penyambungan kabel primer dengan kabel sekunder.

Tempat peralihan kabel besar menjadi beberapa bagian kabel kecil.

Tempat dilaksanakannya pengetesan guna melokalisasi gangguan.

Tempat pelaksanaan penjaumperan antara terminal blok di sisi primer dengan

terminal blok di sisi sekunder

Mempermudah fleksibilitas rentangan kabel yang ada di lapangan.

Page 19: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

19

Kapasitas suatu RK bergantung dari kemungkinan calon pelanggan yang akan

dicatunya. Pada umumnya kapasitas RK yang paling kecil adalah 800 pasang dan

yang paling besar adalah 2400 pasang.

Bahan pembuatan RK antara lain dari beton, sekarang jarang digunakan, besi, dan

fiber glass. Jenis RK yang sekarang banyak digunakan adalah RK yang tebuat dari

fiber glass.

Pemasangan RK biasanya di pinggir-pinggir jalan atau dekat trotoar sehingga tidak

mengganggu lalu lintas dan aman dari fandalisme.

3. Distibution Point (DP) :

DP berfungsi sebagai :

Tempat penyambungan kabel sekunder dan kabel penanggal.

Tempat pengetesan guna melokalisasi gangguan jaringan.

Berdasarkan cara penempatannya, DP dibagi menjadi dua macam yaitu :

a. Kotak Pembagi Atas Tanah :

Disebut juga Titik Pembagi Atas Tanah (TPAT), DP ini dipasang pada

tiang telepon. Pada umumnya mempunyai kapasitas 10 pasang untuk yang kecil

dan 20 pasang kabel untuk yang besar. Ada juga DP yang dipasang pada

dinding, yang digunakan untuk mencatu suatu kompleks perumahan atau

pertokoan yang letaknya berdampingan. Atau juga dipasang pada dinding

sebelah dalam untuk mencatu gedung bertingkat, kompleks perindustrian,

kampus perguruan tinggi dan sebagainya. DP untuk jenis ini mempunyai

kapasitas yang lebih besar, yaitu antara 60 sampai dengan 400 pasang kabel.

Pemasangan DP ini diusahakan serasi dengan keadaan lingkungan sekitarnya

dan memudahkan petugas untuk melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan serta

harus mempertimbangkan keseimbangan rute

b. Kotak Pembagi Bawah Tanah :

Page 20: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

20

Disebut juga Titik Pembagi Bawah Tanah (TPBT). Pada umumnya

dipasang pada lubang kecil di dinding yang sering disebut pit hand hole.

Walaupun penempatan DP ini dapat menunjang keindahan kota, akan tetapi dari

segi teknis, penempatan ini sangat tidak menguntungkan karena mudah dimasuki

air yang bisa membahayakan sambungan dan urat-urat kabel. Oleh karena itu

TPBT ini digunakan untuk daerah-daerah yang sudah teratur dan aman dari

gangguan lalu lintas.

4. Kabel Primer :

Kabel primer berfungsi untuk menghubungkan MDF (Main Distribution

Frame) suatu sentral telekomunikasi dengan RK pada sistem catuan tidak langsung

dan dengan DP pada sistem catuan langsung. Pada umumnya kabel primer

mempunyai kapasitas maksimum 2400 pasang, dengan diameter urat kabel 0,4 mm.

Namun, pada sentral telekomunikasi yang berkapasitas besar, jaringa kabel primer

biasanya ditanam langsung atau dipasang dengan pola pipa duct. Dalam prakteknya,

kapasitas jaringan primer ini berkisar antara 1,1 sampai dengan 1,5 kali kapasitas

sentralnya.

Jaringan Kabel Primer

5. Kabel Sekunder :

Kabel sekunder berfungsi menghubungkan RK dengan DP. Jaringan kabel

sekunder dapat dipasang di atas tanah dan dapat juga dipasang secara tanam

langsung, tergantung pada kemungkinan pengembangan jumlah pelanggan yang

akan dicatu. Kapasitas maksimum kabel sekunder adalah 200 pasang, diameter

kabel ada bermacam-macam antara 0,4 mm sampai dengan 0,8 mm. Sedangkan

RK

DP

PRIMER

MDF

Page 21: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

21

kapasitas jaringan kabel sekunder umumnya berkisar antara 1,1 sampai 1,5 kali

kapasitas kabel primer.

Jaringan Kabel Sekunder

6. Kabel Penanggal :

Kabel penanggal berfungsi untuk menghubungkan DP dengan terminal blok

yang ada di rumah pelanggan. Jenis kabel yang digunakan sebagai kabel penanggal

ini umumnya adalah drop-wire, baik drop-wire yang menggunakan penguat atau

yang tanpa penguat

Batas Pelayanan

Batas pelayanan dapat didefinisikan sebagai batas daerah yang dapat dilayani

atau dicatu oleh STO/RK/KP lokasi. Pada perencanan jaringan kabel penentuan batas

pelayanan sangat penting karena besar pengaruhnya terhadap kemudahan operasi dan

pemeliharaan, serta besar kecilnya biaya pembangunannya.

Batas Pelayanan KP

DP

DP

DP

RK

Page 22: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

22

Distribusi

Yang dimaksud dengan Distribusi adalah penempatan KP pada daerah

pelayanan RK atau DCL (Daerah Catu Langsung) dengan tepat, sehingga

kebutuhan telepon dapat dicatu dengan baik dari KP tersebut. Lokasi KP

ditentukan dengan mempertimbangkan letak dan keadaan KP eksisting,

estetika, ekonomis dan effisien.

Kriteria Distribusi KP

Dalam menentukan letak KP harus berpegang pada ketentuan sebagai berikut

:

1) Kebutuhan telepon untuk kurun waktu 15 tahun

Kebutuhan telepon untuk kurun 15 tahun merupakan dasar utama dalam

menentukan letak KP. Batas Pelayanan untuk setiap KP ditentukan dari

batas catuan untuk kebutuhan telepon dengan jarak maksimum 250 meter.

Batas catuan tersebut ditetapkan setelah menganalisa hasil survei mikro

kebutuhan telepon dilokasi tersebut.

2) Batas Pelayanan

Batas-bats tersebut dapat berupa batas geografis, utilitas batas persii, rel

kereta api, sungai besar, jalan besar, tegangan tinggi dan rencana tata kota.

Mengingat batas catuan KP merupakan batas pelayanan yang terkecil,

maka batas antara dua persil pada jalan yang sama dapat juga dijadikan

batas ideal bagi daerah pelayanan KP. Letak KP diupayakan ada di

tengah-tengah daerah pelayanan KP tersebut.

3) Kapasitas KP

Pada dasarnya KP yang digunakan mempunyai kapasitas 10‟‟ dan 20‟‟.

Terminasi sebaiknya tidak seluruhnya namun diberi spare dengan

pertimbangan :

a) Kemudahan pemeliharaan

b) Keserasian saluran penanggal

Page 23: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

23

KP dengan kapasitas 20” digunakan bila potensi kebutuhan telepon di

daerah pelayanan KP tersebut tinggi.

4) Panjang Saluran Penanggal / Drop Wire

Batas maksimum saluran penanggal diupayakan 250 meter kecuali untuk

kondisi tertentu (tergantung pada hasil survei), batas maksimum dapat

diabaikan.

5) KP Existing

Selain kebutuhan telepon dalam kurun 15 tahun, maka kondisi KP.

Existing perlu dipertimbangkan. Interaksi dengan KP existing perlu

diperhatikan dengan pertimbangan KP baru merupakan penambahan atau

penggantian KP existing.

Hasil analisa tersebut sangat menentukan posisi/ letak KP baru terhadap

DP/KP Existing.

Lokasi Daerah Pelayanan KP

1. Untuk daerah yang sudah mantap dimana diseluruh daerah pelayanan

sudah terisi bangunan-bangunan yang tetap, maka kebutuhan telepon untuk

kurun 15 tahun harus dipertimbangkan masak-masak.

2. Untuk daerah yang belum mantap, dimana pada daerah pelayanan masih

banyak lahan-lahan kosong maka penempatan KP harus

mempertimbangkan faktor lain yaitu besarnya investasi, karena harus

dihindarkan pengembalian investasi dalam jangka waktu lama, akibat

idlenya KP (perkembangan wilayah tidak sesuai rencana tata kota). Untuk

kasus demikian KP tidak dipersiapkan sebagai gantinya dipersiapkan cable

stub.

Jenis KP dan Penggunaannya

1. SPBT (Sambungan Pembagi Bawah Tanah)

a) Digunakan untuk daerah-daerah yang sudah teratur dan permanen

(Sattled Area)

b) Aman dari gangguan lalu lintas.

Page 24: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

24

c) Tidak merusak pandangan sekelilingnya.

d) Pada tikungan yang tajam, letaknya 5 meter dari tikungan tersebut.

e) Diupayakan letaknya di antara dua persil.

Berdasarkan kenyataan di lapangan kurang baiknya pelaksanaan

pemasangan SPBT oleh kontraktor JARKAB, sering mengakibatkan

bocornya SPBT sehingga gangguan yang terjadi sangat tinggi terutama

pada tempat-tempat yang air tanahnya sangat tinggi. Maka SPBT menjadi

tidak ekonomis sehingga diputuskan untuk tidak digunakan lagi

(Keputusan DIROP pada tahun 1987).

2. SPAT (Sambungan Pembagi Atas Tanah)

a) Dipasang di daerah yang belum mantap/belum permanen.

b) Letak tiang harus aman, sehingga tidak mengganggu lalu lintas dan

pejalan kaki, pintu masuk/keluar perumahan/pertokoan dll.

c) Diupayakan serasi dengan keadaan lingkungan.

d) Memudahkan petugas JARKAB melakukan pemeliharaan.

e) Dipertimbangkan tentang keseimbangan rute.

Batas Pelayanan RK

a. Kebutuhan Telepon

Bila daerah di catu RK tersebut merupakan daerah yang mantap, maka jumlah

kebutuhan telepon dalam kurun waktu 15 tahun mendatang digunakan sebagai

patokan dalam menentukan batas pelayanan tersebut. Namun bila daerah bila

daerah tersebut merupakan daerah yang berkembang, maka diupayakan untuk

mengintegrasikan daerah tersebut kedalam daerah pelayanan RK yang

berdekatan.

b. Kapasitas RK

Page 25: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

25

Kapasitas yang akan digunakan disesuaikan dengan kebutuhasn telepon yang

akan dicatu. Besar kapasitas menunjukkan jumlah kapasitas kabel primer dan

sekunder yang dapat diterminasikan pada RK tersebut.

c. Batas

Batas Geografis, utilitas, batas Administrasi wilayah, rel KA, sungai, jalan

besar, tegangan tinggi merupakan batas-batas yang baik untuk batas pelayanan

RK. Bila tanda-tanda tersebut sulit ditemukan, maka batas administrasi

wilayah atau batas antara dua persil yang saling membelakangi akan saling

membelakangi merupakan alternatif terakhir.

d. Penempatan RK

Hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan RK adalah :

a) Bahwa daerah disekitar RK tersebut mempunyai konsentrasi kebutuhan

telepon yang tinggi.

b) Tidak terlalu jauh dari MH terdekat.

c) Lokasi RK selaras, serasi dan aman dengan lingkungan sekitarnya. Serta

memudahkan petugas dalam memeriksa dan memperbaiki jaringan kabel

yang tersambung pada RK tersebut.

d) Penempatan diupayakan agar tidak ada catuan sekunder yang membalik.

Batas Pelayanan Sentral.

a) Pengertian

Batas pelayanan sentral adalah suatu daerah pelayanan telepon yang dicatu

oleh satu sentral telepon dimana daerah tersebut dibatasi oleh kondisi tertentu

dan batas tersebut memenuhi persyaratan teknis sentral dan jaringan kabel

yang telah ditetapkan.

b) Batas pelayanan sentral

Batas pelayanan sentral harus memperhatikan kriteria sebagai berikut:

1. Untuk sentral tunggal

Kebutuhan telepon

Page 26: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

26

Syarat batas redaman kabel

Batas Administrasi kota ybs

Kondisi geografi, utilitas, batas-batas riil/nyata tertentu.

2. Untuk sentral jamak

Selain harus memenuhi syarat diatas juga harus diperhatikan kapasitas

maksimum sentral terhadap jumlah kebutuhan telepon secara keseluruhan

di daerah pelayanan sentral tersebut.

Normalisasi Daerah Pelayanan DP/RK/STO.

Pengertian

Normalisasi daerah pelayanan DP/RK/Sentral adalah pengaturan kembali batas-

batas daerah pelayanan DP/RK/STO.

Sentral yangsudah ada dikarenakan hal-hal tertentu sudah tidak sesuai lagi

dengan kriteria batas pelayanan DP/RK/Sentral yang baru.

Tujuan Normalisasi

Menghindari terjadinya tumpang tindih catuan antara DP/RK/Sentral.

Merapihkan sistem jaringan kabel telepon sehingga dapat memudahkan

pelayanan dan pemeliharaan.

Memperbaharui/mengganti jaringan kabel dalam daerah pelayanan DP/RK

yang rusak atau tidak sesuai lagi dengan spesifikasi teknis yang ada.

II.2. SISTEM PENTANAHAN PADA SALURAN :

Instalasi penangkal petir (Sistem Pentanahan) adalah suatu sistem dengan komponen-

komponen dan peralatan-peralatan yang secara keseluruhan berfungsi untuk menangkap

petir, dan kemudian menyalurkannya ke tanah. Dimana sistem tersebut dapat disebut

juga sistem pentanahan. Sistem tersebut dipasang sedemikian rupa, sehingga semua

bagian dari bangunan beserta isinya, ataupun benda-benda lainnya yang dilindungi, akan

terhindar dari bahaya sambaran petir, baik sambaran petir secara langsung maupun dapat

juga sambaran petir secara tidak langsung.

Page 27: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

27

Sistem pentanahan dalam teknologi telekomunikasi dimaksudkan untuk melindungi

perangkat telekomunikasi terhadap tegangan listrik (tinggi) yang berasal dari luar. Yaitu

dengan cara mentanahkan perangkat telekomunikasi yang ada ke tanah (ground) , maka

perangkat tersebut akan terhindar dari cepat rusak dan sekaligus perangkat itu akan

beroperasi dengan aman, baik bagi perangkat itu sendiri maupun bagi petugas serta

pemakai perangkat itu sendiri.

Pada prinsipnya sistem pentanahan ini atau perlindungan (proteksi) dari sambaran petir

ini ditujukan untuk :

1. Perlindungan terhadap manusia.

2. Perlindungan terhadap bangunan.

3. Perlindungan terhadap isi bangunan atau perangkat.

1. Bagan sistem pentanahan.

Dengan bagian-bagian sebagai berikut :

a. Kutub tanah, yang merupakan penghantar listrik, ditanam dalam tanah

dengan tujuan menghubungkan listrik dengan tanah.

Bentuk kutub tanah ini dibedakan dalam :

- Kutub tanah mendatar.

- Kutub tanah batang.

- Kutub tanah plat.

a. Hantaran tanah, merupakan penghantar yang menghubungkan kutub tanah

dengan terminal induk tanah. Terbuat dari kawat tembaga terbuka berpilin

berukuran minimal 50 mm2.

b. Terminal induk tanah, sebagai penghantar listrik berbentuk lempengan,

sebagai penghubung hantaran tanah dan distribusi induk tanah, dan

pemasangannya di dalam Handhole.

c. Distribusi induk tanah, merupakan penghantar listrik yang menghubungkan

terminal induk tanah dengan terminal cabang tanah.

Page 28: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

28

d. Terminal cabang tanah, merupakan penghantar listrik berbentuk melingkar

mengelilingi dinding gedung sebelah dalam (ditanam dibawah lantai)

menghubungkan distribusi induk tanah dan distribusi cabang tanah.

e. Distribusi cabang tanah, merupakan penghantar listrik yang menghubungkan

terminal cabang tanah dengan perangkat telekomunikasi.

f. Pengaman tambahan, sebagai alat tambahan agar sistem pentanahan dapat

berfungsi lebih baik dan andal.

Dan bagan dari sistem pentanahan secara umum adalah sebagai berikut :

A B

7

7

6 6

5 5 5

4 4

4 4 4

o o o o o

2

1

Keterangan gambar :

1 = kutub tanah. 5 = terminal cabang tanah.

2 = hantaran tanah. 6 = distribusi cabang tanah.

3 = terminal induk tanah. 7 = perangkat.

4 = distribusi induk tanah.

A = penyambungan konfigurasi jala-jala.

B = penyambungan konfigurasi bintang.

Dalam membicarakan sistem pentanahan ini ada beberapa hal penting yang akan

dikemukakan, yaitu :

Konstruksi dan bahan pentanahan.

Pengaman tambahan.

Page 29: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

29

Pemasangan sistem pentanahan.

Pengukuran tahanan jenis tanah.

Dan untuk mendapatkan sistem pentanahan yang berdaya guna dan berhasil guna, dalam

perencanaan perlu beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu antara lain :

Tahanan jenis tanah.

Struktur tanah.

Keadaan lingkungan.

Ukuran dan bentuk sistemnya.

2. Sistem proteksi luar ( External Lightning Protection) :

Yang dimaksud dengan sistem proteksi luar adalah suatu bentuk instalasi dan

alat di luar struktur bangunan yang berfungsi untuk menerima dan menghantarkan arus

listrik akibat sambaran petir ke suatu sistem pembumian (Earthing System).

Sistem proteksi luar ini terdiri dari :

1. Air terminal / finial.,yaitu batang tembaga yang menerima sambaran petir

tersebut secara langsung.

2. Kawat penghantar / down counter, yaitu yang akan menghantarkan arus petir

dari finial ke sistem pembumian.

3. Sistem pembumian, yaitu sistem yang akan membuang arus petir dengan

aman ke tanah (ground).

Kemudian terdapat persyaratan-persyaratan tekhnis dari instalasi penangkal petir ini,

yaitu antara lain :

a. Mempunyai nilai perlindungan terhadap sambaran petir yang efektif.

b. Setiap instalasi penangkal petir harus dilengkapi dengan gambar

perencanaan, yang meliputi gambar beserta keterangan secara terperinci dan

setelah pemasangan harus tersedia gambar akhir.

c. Setiap pekerjaan instalasi penangkal petir harus dikerjakan oleh seorang

tenaga ahli dalam bidangnya, dan juga harus diawasi dengan cermat, agar apa

yang direncanakan sesuai dengan yang disyaratkan.

Page 30: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

30

d. Instalasi penangkal petir harus dapat berfungsi dengan baik untuk jangka

waktu yang lama dan secara berkala harus diadakan pemeriksaan dan

pemeliharaan.

3. Sistem proteksi dalam (Internal Lightning Protection) :

Yang dimaksud dengan sistem proteksi internal adalah suatu sistem proteksi

terhadap tegangan lebih, yang ditimbulkan oleh sambaran petir, baik sambaran petir

secara langsung maupun sambaran tidak langsung. Jadi pada dasarnya tujuannya adalah

untuk mencegah dan mengurangi efek elektromagnetik dari arus petir pada peralatan

atau komponen-komponen, baik konduksi maupun induksi.

Untuk memperoleh suatu sistem Proteksi Internal yang baik harus dipenuhi tiga aspek,

yaitu :

a. Menggunakan peralatan pemotong pulsa (Arrester), untuk mencegah

masuknya pulsa secara konduksi dari hantaran kabel listrik, telepon, data

maupun kabel antena diatas bangunan.

b. Pemakaian perisai (Shielding), untuk mencegah induksi dan radiasi melalui

medium udara ke peralatan atau kabel.

c. Penggunaan Equipotensial Bonding (peralatan penyama tegangan), yaitu

bagian dari internal sistem Proteksi petir yang berfungsi untuk mengurangi

dan menghilangkan beda tegangan yang terjadi akibat adanya arus listrik oleh

sambaran petir.

4. Metoda instalasi sistem pentanahan perangkat :

Bentuk dan ukuran sistem pentanahan lebih penting dibanding dengan harga

tahanan tanah dari elektroda pentanahan, walaupun demikian sebaliknya tahanan

pentanahan dibuat serendah mungkin. Besar tahanan pentanahan digunakan sebagai

ukuran baik tidaknya sistem pentanahan, semakin kecil nilai tahanannya, semakin baik

sistem pentanahannya. Oleh karena itu tahanan pentanahan dibakukan harga

maksimumnya dan mempunyai nilai yang berbeda-beda tergantung pada perangkat yang

ditanahkan. Bila dilihat dari sudut pandang sistem penangkal petir, maka sistem

pentanahan terintegrasi sangat dianjurkan seluruh sistem pentanahan penangkal petir,

Page 31: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

31

sistem pentanahan listrik, pentanahan perangkat telekomunikasi, perangkat komputer

dan yang lainnya disatukan

Sistem pentanahan yang masih terpisah dengan alasan tertentu, harus selalu

disambungkan terhadap sistem pentanahan terintegrasi melalui Equipotensial Bonding.

5. Spesifikasi yang diharuskan oleh STEL-L-011 :

1. Transmisi radio, besarnya tahanan pentanahan maksimal 3 Ohm.

2. Sentral, besarnya tahanan pentanahan sentral :

Sentral Elektronik maksimal 1 Ohm.

Sentral Elektromekanik maksimal 3 Ohm.

Sentral manual maksimal 3 Ohm.

3. Jaringan kabel, besarnya tahanan pentanahan untuk rangka pembagi

utama (RPU) maksimal 3 Ohm.

4. Catu daya, besarnya tahanan pentanahan maksimal 3 Ohm.

6. Pengukuran tahanan pentanahan :

Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi sistem pentanahan,

baik untuk pentanahan yang baru selesai dibangun ataupun yang telah lama dipasang.

Dari hasil pengukuran dapat diketahui, Apakah tahanan pentanahan memenuhi standard

nilai yang berlaku atau tidak ?.

Pengukuran ini dilakukan sebagai upaya pemeliharaan preventif, yang dapat

berlanjut kepada perbaikan bila pentanahan sudah melebihi standard yang berlaku

Untuk mengukur besarnya tahanan pentanahan, misalnya kita ambil contoh

dengan mempergunakan Alat Earth tester model 4102 merk Kyoritsu. Dimana prinsip

kerjanya sebagai berikut :

Tegangan bolak-balik dibangkitkan oleh earth tester dan dihubungkan dengan

elektroda ke tanah (titik C dan E). Kemudian potensial di setiap titik dalam tanah

terukur dengan bantuan kutub P. Di dekat elektrode titik-titik itu potensial berubah

sangat cepat, tapi titik-titik yang jauh letaknya potensialnya relatif tetap. Dan beda

Page 32: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

32

potensial antara C dan P dinyatakan sebagai V1 dan antara P dan E sebagai V2 .

Maka tahanan pentanahan didapat :

R1 = V1 (Ohm)

I

R2 = V2 (Ohm)

I

Rangkaian alat ukur Earth tester adalah sebagai berikut :

110 / 220

E P C

R1 R2

Keterangan gambar :

V = Voltmeter AC.

A = Ampere meter AC.

P = Kutub tanah batang pertolongan.

C = Sistem power yang diketanahkan.

E = Instalasi pentanahan yang diukur.

Dalam pengukuran sistem pentanahan terdapat tiga jenis metoda pengukuran, yaitu

antara lain :

a. Metoda Wenner, digunakan untuk mengukur tahanan jenis tanah.

b. Metoda Triangulasi, digunakan untuk mengukur tahanan kaki menara

dan juga untuk mengukur tahanan instalasi pentanahan dengan ukuran kecil.

V

A

1000 ohm

Page 33: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

33

Syarat batasnya yaitu :

- Tidak bisa dipergunakan untuk mengukur

instalasi pentanahan yang mempunyai tahanan rendah atau

instalasi pentanahan ukuran besar.

- Tahanan kutub tanah batang pertolongan tidak

boleh lebih besar dari 10 kali tahanan pentanahan yang diukur.

a. Metoda Fall Of Potential, digunakan untuk mengukur tahanan instalasi

pentanahan ukuran besar atau pentanahan yang mempunyai tahanan rendah.

Syarat batasnya yaitu :

Memerlukan medan yang cukup luas dengan radius lebih besar

dari 20 m2.

Hasil pengukuran tidak memuaskan apabila di tempat atau dekat

tempat penanaman kutub tanah pertolongan terdapat instalasi

logam bawah tanah, seperti pipa air minum, dsb.

7. Konstruksi dan bahan pentanahan :

Sesuai dengan tujuan pentanahan, maka perangkat telekomunikasi yang perlu

ditanahkan (grounded) , antara lain :

1. MDF / RPU , RK dan KP.

2. Ujung-ujung kawat penggantung dan pelindung elektris kabel udara.

3. Ujung kawat terbuka pada tiang tambat akhir melalui pengamanan

tambahan.

4. Ujung perisai dan pelindung elektris kabel tanah.

5. Perangkat GPA (Gas Pressure Alarm).

6. Telepon umum.

Pentanahan pada RPU biasanya menjadi satu dengan pentanahan gedung dan

perangkat telekomunikasi lainnya. Syarat besarnya tahanan pentanahan untuk perangkat

telekomunikasi biasanya maksimum 3 Ohm, sedangkan untuk gedung telekomunikasi

maksimum 5 Ohm.

8. Pemasangan pengamanan tambahan :

Page 34: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

34

Untuk menunjang lebih berfungsinya sistem pentanahan perlu adanya

pengamanan tambahan, sehingga jika jaringan terkena induksi tegangan asing, misalnya

tidak akan merusak peralatan telekomunikasi lainnya (Sentral, Pemancar, Penerima dan

sebagainya). Pengamanan tambahan ini biasanya terdiri atas sekering (fuse) yang

berfungsi sebagai pemutus arus, arrestor dan varistor.

Dan cara pemasangan dari peralatan pengamanan tambahan ini dapat terlihat seperti

pada gambar berikut ini :

2

1 1

4 2

5

Keterangan gambar : 1 = Saluran.

2 = Arestor / Varistor.

3 = Pemutus.

4 = Hantaran tanah.

5 = Kutub tanah.

9. Pemeliharaan Grounding System :

Pemeliharaan adalah suatu aktifitas untuk memelihara / menjaga fasilitas /

peralatan dan mengadakan perbaikan atau penggantian alat yang diperlukan, agar mutu

operasi dapat dicapai sesuai dengan yang direncanakan.

Secara praktis pemeliharaan ini adalah sebagai berikut :

a. Setiap ada kerusakan dari bagian instalasi penangkal petir akibat dari penyaluran

arus petir, maka harus segera diperbaiki.

b. Setiap enam bulan dilakukan pengukuran pada setiap titik pengukuran dan setiap

sambungan atau yang diterminasi dilakukan suatu pembersihan dari kotoran

3

3

Page 35: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

35

berupa karat, sehingga terhindar dari tahanan yang kurang kontak dari terminasi

tersebut.

c. Arrester dan Varistor dilakukan pengetesan setahun sekali dan dilakukan

penggantian dengan yang lebih baik, serta menyiapkan suku cadangnya.

d. Untuk jenis tanah yang dikondisikan dengan teknik tertentu, kelembapan tanah

harus dipelihara dengan cara menyiramkan larutan garam disekitar kutub tanah.

10. Teknik pengkondisian tanah :

Pada kondisi tanah yang mempunyai tahanan jenis tinggi, perlu suatu

pengkondisian tanah agar kutub tanah dapat menghasilkan tahanan yang rendah. Ada

beberapa macam teknik pengkondisian tanah, antara lain :

a. Teknik Bentonik. d. Teknik Garam

b. Teknik Kokas. e. Teknik Semen konduktif.

c. Teknik Tepung logam.

Sehingga pemilihan teknik pengkondisian tanah harus disesuaikan dengan kondisi yang

tergantung kepada :

a. Kemudahan memperoleh bahan-bahan.

b. Kemudahan pemasangan.

c. Kemudahan pemeliharaan.

d. Besarnya tahanan jenis tanah.

e. Bahaya karat terhadap kutub tanah.

Page 36: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

36

II.3 Teknologi JARLOKAT

Sejalan dengan perkembangan jenis layanan yang cenderung kearah layanan pita

lebar, teknologi JARLOKAT harus mempunyai kemampuan akses yang memadai.

Peningkatan kemampuan akses JARLOKAT dilakukan dengan dua cara :

a. JARLOKAT Murni sebagai jaringan lokal akses tembaga yang operasionalnya

tidak menggunakan tambahan perangkat aktif.

b. JARLOKAT Tidak Murni adalah jaringan lokal akses tembaga yang didalam

operasionalnya menggunkan tambahan teknologi/perangkat lain untuk

meningkatkan performasinya, misalnya Penggandaan Saluran Digital (Pair

Gain), HDSL, ADSL, VDSL dan tambahan teknologi lain untuk layanan ISDN

(JARLOKAT-ISDN)

II.3.1 Mekanisme Akses

JARLOKAT Murni

Mekanisme akses dari pelanggan menuju sentral didalam JARLOKAT murni dapat

dilakukan dengan sistem transmisi di bawah ini :

a. Dijital murni

b. Analog voice

c. Analog data (voice-band data)

Kemampuan akses ditentukan oleh hasil ukur elektris dari jaringan itu sendiri,

seperti tahanan, redaman dan kapasitansi.

JARLOKAT Tidak Murni

Mekanisme akses dari pelanggan menuju sentral didalam JARLOKAT tidak murni

harus bersifat transparan terhadap layanan yang dicakup. Kemampuan akses

ditentukan oleh jenis teknologi/perangkat yang ditambahkan, misalnya kecepatan

akses dan jenis layanan. Sedangkan performansi jaringannya tidak hanya ditentukan

oleh kondisi jaringan lokal tetapi juga dipengaruhi oleh penambahan perangkat itu

sendiri.

Page 37: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

37

II.3.2 Mode Aplikasi

Mode aplikasi didalam jaringan akses untuk kabel berbasis tembaga dapat

dilakukan dengan dua cara :

JARLOKAT Murni

JARLOKAT Murni digunakan untuk menghubungkan pelanggan telepon individual

ke sentral telepon dan pelanggan data individual ke sentral data dengan kecepatan

sampai dengan 19,6 kbps

JARLOKAT Tidak Murni

a. Aplikasi Sistem Penggandaan Saluran Digital (Pair Gain)

b. Aplikasi HDSL

c. Aplikasi JARLOKAT ISDN

II.3.3 Antar muka

Antar muka didalam jaringan lokal kabel tembaga dibutuhkan dengan maksud

agar 2(dua) atau lebih perangkat dengan aturan yang berbeda dapat saling

berkomunikasi.

1. Antar muka ke pelanggan telepon bukan ISDN

Antar muka-Z

Antar muka akses layanan Jarlokat Murni menggunakan “Z interface”. Antar muka

Z adalah antar muka analog yang umum pada sisi sentral dari saluran pelanggan

analog untuk menghubungkan sentral dijital dengan perangkat pelanggan (misal

telepon dan PABX)

Antar muka-V2

Merupakan antarmuka dijital yang umum untuk menghubungkan perangkat jaringan

dijital secara remote atau lokal dengan menghubungkan multiplexer primer atau

multiplexer sekunder

Antarmuka-V3

merupakan antarmuka dijital untuk menghubungkan peralatan digital subscriber

2. Antar muka tambahan untuk pelanggan ISDN

Page 38: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

38

Diumungkinkan adanya implementasi ISDN yang merupakan fungsi add-on pada

jaringan telepon dijital yang ada di Indonesia saat ini.

Antar muka –V1

suatu antar muka untuk penyambungan basic rate access ISDN (2B+D)

Antar muka –V3

dapat juga digunakan untuk penyambungan ke ISDN primary rate access

Antar muka –V4

digunakan untuk menghubungkan digital access link yang memuat 12 ISDN basic

rate access pada 2048 Kbit/s

3. Antar muka Lainnya

a. Antar muka untuk Aplikasi Sistem Penggandaan Saluran Digital (Pair Gain)

yang digunakan adalah “U interface” dengan bit rate 160 kbps dan line coding

yang digunakan 2B1Q

b. Antar muka untuk Aplikasi HDSL yang digunakan adalah “E1 interface” dengan

bit rate 2048 kbps dan line coding yang digunakan 2B1Q

c. Antar muka untuk Aplikasi HDSL + Flemux yang digunakan sesuai dengan

standar ITU-T Recomendasi G.703

d. Antar muka untuk Aplikasi JARLOKAT ISDN :

1) Antar muka BRA (Basic rate Access)

2) Antar muka PRA (Primary rate Access)

II.3.4 Aspek Keamanan

Aspek keamanan pada JARLOKAT meliputi keamanan fisik saluran, fisik

perangkat dan keamanan informasi. Keamanan ini dapat dijaga dengan menggunakan

spesifikasi kabel, spesifikasi perangkat dan menerapkan standar instalasi, standar

prosedur pemeliharaan serta standar prosedur operasi.

II.3.5 Persyaratan Unjuk Kerja

Unjuk kerja didalam JARLOKAT tergantung pada aplikasi yang ada

didalamnya.

Page 39: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

39

JARLOKAT Murni

Unjuk kerja JARLOKAT Murni hanya dipengaruhi oleh unjuk kerja saluran/jaringan

kabel lokal. Jaringan kabel lokal yang direkomendasi untuk perencanaan mendatang

menggunkan homogenitas diameter yaitu 0,6 mm

a. Karakteristik elektris saluran

Karakteristik elektris saluran mengacu pada Rec. ITU-T G.121 Annex C

Tabel Diameter, tahanan jerat, panjang maksium dan redaman kabel

Diamater

Urat Kabel

[mm]

Tahanan

Jerat

[Ohm/Km

]

Panjang

Maks.

Tanpa PBX

[Km]

Panjang

Maks.

Dgn. PBX

[Km]

Redaman

Semu Saluran

[dB/Km]

Redaman

Jarkab

Lokal

[dB/Km]

0,6

130

5,7

5,2

1,67

1,67

b. Spesifikasi kabel

Spesifikasi kabel dan perangkat mengacu pada spesifikasi TELKOM

JARLOKAT Tidak Murni

Unjuk kerja didalam JARLOKAT Tidak Murni tergantung pada 2(dua) faktor utama

yaitu saluran dan perangkat aktif yang ada.

a. Aplikasi Sistem Penggandaan Saluran Digital (Pair Gain)

Unjuk kerja dan kelengkapan mengacu pada spesifikasi TELKOM, sedangkan

unjuk kerja saluran mengacu pada ketentuan yang berlaku untuk teknologi yang

terkait (contoh : rilis teknologi, spesifikasi teknik, dll.).

b. Aplikasi HDSL

Redaman saluran yang diijinkan adalah 40 dB (pada 300 Khz) atau 27 dB (pada

150 Khz), sedangkan Near/Far End Crosstalk minimum adalah 65 dB

c. Aplikasi JARLOKAT ISDN

Unjuk kerja jaringan lokal aplikasi ISDN untuk Basic Rate Access sesuai dengan

persyaratan standar ITU-T

Pesyaratan Redaman Crosstalk NEXT/FEXT

Page 40: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

40

40 Khz

160 Khz

< 36 atau <32

<=50

<=50

<=44

Persyaratan untuk ISDN PRA 2,048 Mbps mengacu pada standar ITU-T

Recomendasi G.703

II.4 PARAMETER SALURAN JARLOKAT

II1.4.1 REDAMAN

Seperti yang telah kita ketahui, dalam membuat rancang bangun jaringan kabel

perlu memperhatikan persyaratan transmisi agar informasi yang dikirim/diterima

penggguna jasa telekomunikasi mempunyai kualitas sesuai dengan tolak ukur yang telah

ditentukan. Tolak ukur ini dapat berupa redaman jaringan kabel. Dengan mengetahui

redaman ini kita akan dapat menentukan panjang maksimal jaringan dimana kualitas

telekomunikasi masih baik.

a. Alokasi Redaman

Alokasi redaman adalah pendistribusian lokasi redaman diantara rentetan sirkit.

1. Hubungan Internasional.

Hubungan telepon internasional yang lengkap terdiri dari dua bagian :

Rantai internasional, umumnya tidak lebih dari empat sirkit internasional

empat kawat.

Dua sistem nasional, masing-masing satu sirkit pasa akhir rantai

internasional.

Umumnya LE dihubungkan ke rantai internasional dengan maksimum empat

sirkit nasional dimana tiga sirkit adalah empat kawat.

Alokasi redaman untuk berbagai bagian untuk hubungan telepon diturunkan dari

referene Equivalent dalam rekomendasi CCITT G.111 dan G121.

2. Hubungan Nasional.

Pada gambar dibawah diperlihatkan pembagian SCRE dan RCRE untuk

berbagai bagian yang berbeda dari sirkit telepon nasional. CCITT tidak

memberikan rekomendasi untuk alokasi redaman pada bagian ini. Bagaimanapun

Page 41: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

41

juga beberapa indikasi diberikan untuk CRF dari saluran langsung, hybrid dan

sentral.

Dengan metode yang diberikan pada rekomendasi G.111 dimungkinkan untuk

menentukan harga koreksi yang sesuai.

Dengan dasar hubungan ini harga nasional terdahulu yang digunakan

(dengan asumsi impedansi dan frekuensi karakteristik yang sesuai) adalah:

SCREL = 11,3 dB setara dengan SCREL = 13,5 dB.

RREL = 2,3 dB setara dengan RCREL = 3,2 dB

Perbedaan dapat diabaikan, jika dibandingkan dengan nilai maksimum yang

diperbolehkan, terutama jika perbedaan karakteristik frekuensi diperhitungkan

(dan keduannya harus menggunakan mikrofopn karbon). Jika telepon set

menggunakan mikrofon karbon, harga maksimum SCREL = 14,5 dB dipakai

dalam perhitungan.

Dalam beberapa situasi redaman diantara set pelanggan dan jaringan empat

kawat dapat menjadi sangat kecil. Dengan kombinasi LE dan PC dan saluran

pelanggan yang sangat pendek, hanya loss sentral 0,5 dB dan loss hybrid 3,5 dB

yang berperan. Dengan mengingat nilai SCREN minimum 7 dB maka SCRET

telepon set dalam hal ini harus lebih besar dari 3 dB.

a. Jaringan Lokal

Dari lokasi redaman pada pembahasan sebelumnya, didapat :

SCREL = 15,5 dB (SCREL = 14,5 dB jika digunakan mikrofon karbon

RCREL = 4,5 dB.

Ini diizinkan untuk telepon set dengan saluran pelanggan yang dikombinasikan

dengan feeding bridge. Juga dicakup kemungkinan PBX. Untuk tujuan perencanaan

perlu diketahui loss saluran pelanggan yang diperbolehkan atau lebih baik jarak

maksimum antara telepon set dan sentral lokal untuik diameter kabel tertentu.

Tahanan loop saluran dan telepon set yang diperbolehkan juga penting untuk

persyaratan signaling dari sentral yang tersambung. Karakteristik dari telepon set

terutama tergantung dari tipe mikrifon dan telepon set. Mikrofon karbon

Page 42: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

42

memberikan level sinyal yang dipengaruhi oleh arus yang mengalir melelui

mikrofon. Arus ini terutama ditentukan oleh tahanan saluran pelanggan tetapi juga

tahanan dari telepon set dan feeding gridge pada sentral. Karenanya perlu untuk

mengetahui spesifikasi dari telepon set, feeding bridge dan diameter kabel sebelum

panjang saluran pelanggan maksimum dapat ditentukan. Untuk mencegah penurunan

kualitas transmisi yang lebih jauh, pembatasan diberikan untuk harga maksimum

yang diperbolehkan dari sidetone dengan sidetone reference equivalent SIRE dari

telepon set (G.121). SIRE ini paling sedikit 10 dB untuk mencapai persyaratan

sinyal to noise ratio untuk panggilan telepon.

b. Cara perhitungan Transmisi dan Sinyal

1. Menentukan Panjang Maksimum Kabel Lokal.

Formula untuk menentukan besarnya redaman jaringan kabel lokal non-loaded

adalah sebagai berikut :

Ad = ½ Ro Co Np/Km

Dimana :

Ad = Image Attenuation (redaman semu) saluran

= 2 x 3,23 x f

Ro = Tahanan Jerat yang Tergantung Diameter Kabel (Ohm/Km)

Co = Mutual Kapasitansi (50 nF/Km)

1 Np = 8,686 dB

Jadi persamaan diatas dapat ditulis kembali :

Ad = 8,686 3,14 f Co Ro dB/Km

Untuk image attenuation (redaman semu) saluran pada frekuensi pengukuran

800 Hz dan dengan diameter kabel seperti dibawah ini, persamaan sekarang

adalah, dengan menggunakan diameter kabel 0,4 Ro = 300 Ohm :

A (0,4) = 8,686 3,14 x 800 Hz x 1300 x 50 nF dB

= 1,69 dB/Km

Dengan menggunakan diameter kabel 0,6 Ro = 1300 :

A (0,6) = 8,686 3,14 x 800 Hz x 1300 x 50 nF dB

Page 43: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

43

= 1,11 dB/Km

Dengan menggunakan diameter kabel 0,8 Ro = 73 :

A (0,8) = 8,686 3,14 x 800 Hz x 73 x 50 nF dB

= 0,87 dB/Km

2. Perhitungan Sistem Lain :

Pada sistem yang lama, kita menghitung feeding loss pada tegangan catuan 48

volt dengan tahanan jerat 2 x 400 Ohm atau pada tegangan 60 Volt dengan

tahanan jerat 2 x 500 Ohm, untuk feeding loss mengambil arus 60 mA

redamannya adalah 0,5 Nepper atau 4,343 dB.

Sehingga pada tiap-tiap tahanan 300 Ohm, 130 Ohm dan 75 Ohm akan terdapat

redaman sebesar :

A(300) = 300/1000 x 4,3 dB = 1,29 dB

A(130) = 130/1000 x 4,3 dB = 0,56 dB

A(73) = 73/1000 x 4,3 dB = 0,31 dB

Besarnya redaman jaringan kabel lokal adalah penjumlahan dari redaman saluran

pada 800 Hz dan redaman katrena tegangan catuan, sehingga diperoleh :

AL(0,4) = 1,69 + 1,29 = 2,98 dB/Km

AL(0,6) = 1,11 + 0,56 = 1,67 dB/Km

AL(0,8) = 0,87 + 0,31 = 1,18 dB/Km

SREL = 11,3 dB(dengan redaman mikrofon karbon)

Redaman mikrofon karbon = 0,1 Nepper (0,868 dB)

SREL tanpa redaman mikrofon = 11,3 – 0,868

= 10,432 dB

Dengan demikian akan diperoleh jarak transmisi maksimum yang diperoleh

untuk masing-masing diameter kabel berikut:

L(0,4) = 10,432 / 2,98 = 3,5 Km

L(0,6) = 10,432 / 1,67 = 6,2 Km

L(0,8) = 10,432 / 1,19 = 8,7 Km

Tabel yang memperlihatkan hasil perhitungan diatas

Page 44: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

44

Diameter

Konduktor

(mm)

Tahanan

Jerat

(Ohm/Km)

Mutual

Kapasitansi

(f/Km)

Redaman

semu saluran

(dB/Km)

Redaman

Jarkab lokal

(dB/Km)

Jarak

kabel max

(Km)

0,4

0,6

0,8

300

130

73

50 n

50 n

50 n

1,69

1,11

0,87

2,98

1,67

1,18

3,5

6,2

8,7

1. Perhitungan Sistem Baru :

Pada sistem yang baru, kita tidak menghitung feeding loss, tetapi SREL akan

dikoreksi lagi menjadi SCREL yang persamaannya sebagai berikut :

SCREL = 0,0082 (SREL)2

+ 1,148 (SREL) + 0,48 dB

= 0,0082 (11,3)2

+ 1,148 (11,3) + 0,48 dB

= 14,5 dB

Cara menentukan panjang maksimum kabel lokal :

Persamaan sending corrected reference equivalen adalah jumlah dari pada

redaman pesawat telepon, redaman saluran langganan dan redaman sentral

telepon rumah otomat (PBX).

SCREL = SCRET(r) + Yd + a PBX

SCRET(r) adalah sending corrected equivalent pesawat telepon yang telah

mendapatkan tegangan catuan yang dipengaruhi oleh besaran tahanan jerat.

Yd adalah redaman saluran pelanggan yaitu redaman saluran semu kali

konstanta jenis konduktornya.

aPBX adalah redaman sisipan antara saluran dengan pesawat telepon

(umumnya sebesar 1 dB), bila pelanggan memakai fasilitas privat branch

exchange.

Sedangkan SCRET(r) didapat dari total SCREo dan redaman mikrofon :

SCRET(r) = SCRo + SCREm(r)

SCREo adalah SCRE pesawat telepon tanpa saluran telepon pelanggan (tanpa

feeding loss).

SCREm(r) adalah variabel SCRE, dikarenakan variasi sensitivitas mikrofon

yang dipengaruhi oleh besaran tahanan jerat.

Page 45: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

45

SCREo = 4 dB, untuk telepon set tak teregulasi dengan mikrofon.

Sedangkan redaman mikrofon karbon pada frekuensi 800 Hz dengan tegangan

catuan 48 Volt untuk tahanan jerat 2 x 400 Ohm atau tegangan catuan 60 Volt

untuk tahanan jerat 2 x 500 Ohm adalah sekitar ½ Np atau 4,4 dB, persamaannya

menjadi :

SCREm(r) = 4,4 x Ro /100 dB/Km

Sehingga pada tiap-tiap tahanan 300 Ohm, 130 Ohm dan 73 Ohm akan terdapat

variasi redaman mikrofon sebesar :

SCREm(300) = 300/1000 x 4,4 dB = 1.32 dB/Km

SCREm(130) = 130/1000 x 4,4 dB = 0,57 dB/Km

SCREm(73) = 73/1000 x 4,4 dB = 0,32 dB/Km

Sendding corrected equivalen pesawat telepon yang tegangan catuannya

dipengaruhi besaran tahanan jerat r, untuk masing-masing tahanan 300 Ohm,

130 Ohm dan 73 Ohm :

SCRET(300) = 4 dB +1,32 L dB

SCRET(130) = 4 dB + 0,57 L dB

SCRET(73) = 4 dB + -0,32 L dB.

Redaman saluran pelanggan (Yd) didapat dari redaman semu (Ad) dikalikan

dengan konstanta (Kd) jenis konduktornya yang berubah terhadap diameter

konduktor tetapi tidak tergantung panjang kabel.

K(0,4) = 1,27 A(0,4) = 1,69 dB/Km

K(0,6) = 1,13 A(0,6) = 1,11 dB/Km

K(0,8) = 1,11 A(0,8) = 0,87 dB/Km

Y(0,4) = 1,27 x 1,09 = 2,13 dB/Km

Y(0,6) = 1,13 x 1,11 = 1,25 dB/Km

Y(0,8) = 1,11 x 0,87 = 0,98 dB/Km

Besarnya redaman jaringan kabel lokal adalah total dari redaman semu saluran

pelanggan dan redaman mikrofon.

AL(0,4) = 2,13 + 1,34 = 3,45 dB/Km atau AL(0,4) = 3,45 LdB

AL(0,6) = 1,25 + 0,57 = 1,82 dB/Km atau AL(0,6) = 1,82 LdB

AL(0,8) = 6,96 + 0,32 = 1,24 dB/Km atau AL(0,8) = 1,24 LdB.

Page 46: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

46

Dimana L adalah panjang kabel dalam satuan Km.

Persamaan unjtuk mencari pamjang kabel maksimum adalah :

SCREL = (SCREo + 3,45 L) dB, untuk diameter 0,4 mm

SCREL = (SCREo + 1,82 L) dB, umtuk diameter 0,6 mm

SCREL = (SCREo + 1,24 L) dB, untuk diameter 0,8 mm

Atau :

0,4 mm L = (14,5-4)/3,45 = 3,04 Km

0,6 mm L = (14,5-4)/1,82 = 5,76 Km

0,8 mm L = (14,5-4)/1,24 = 8,46 Km

Tabel yang memeperlihatkan hasil dari perghitungan diatas :

Diameter

Konduktor

(mm)

Tahanan

Jerat

(Ohm/Km)

Mutual

Kapasitansi

(f/Km)

Redaman

semu saluran

(dB/Km)

Redaman

Jarkab lokal

(dB/Km)

Jarak

kabel max

(Km)

0,4

0,6

0,8

300

130

73

50 n

50 n

50 n

2,13

1,25

0,96

3,45

1,82

1,24

3,0

5,7

8,4

II.4.2 CAKAP SILANG :

Cakap silang yang terjadi pada suatu saluran transmisi, dapat diartikan sebagai

gangguan dari saluran karena melalui alur kopling disebabkan karena adanya

induktansi dan kapasitansi pada saat saluran digunakan pada frekuensi tertentu.Cakap

silang dibedakan dua yaitu cakap silang jarak jauh atau Fear And Cross Talk (FEXT)

dan cakap silang jarak dekat atau Near And Cross Talk (NEXT).

a. Cakap Silang Dekat (NEXT) :

Cakap silang dekat adalah gangguan yang terjadi diujung dekat karena adanya

interferensi oleh sinyal pengirim terhadap penerima. Besarnya gangguan ini dapat

dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

NEXT = 10 log Kn + 15 log f

Dengan Kn adalah konstanta NEXT yang besarnya :

Kn = 4 2 (CM.Zo/8 + LM/Zo)

2

RA.CA + RB.CB

Dimana :

Page 47: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

47

RA,RB : tahanan jerat dari saluran penggangu dan saluran terganggu.

Zo : impedansi karakteristik saluran yang terganggu.

CM, LM : kapasitansi kopling dan induktansi kopling antara saluran

pengganggu dan salura terganggu.

b. Cakap Silang Jauh (FEXT) :

FEXT terjadi jika interferensi yang disebabkan oleh sinyal pengirim disisi jauh

penerima pada saluran lain. Besarnya FEXT ini dapat dihitung dengan persamaan

rumus berikut :

FEXT = 10 log Kf + 20 log f + 10 log l

Dengan : l adalah panjang kabel dalam Km.

Kf : konstanta dari FEXT yang besarnya dinyatakan dengan:

Kf = 4 2 (CM.Zo/8 - LM/Zo)2

e2 w.PB.CB

RB : tahanan jerat dari saluran penggangu.

CB : kapasitansi saluran penggangu.

CM dan LM : kapasitansi kopel dan induktansi kopel antara saluran

penggangu dan saluran terganggu.

Zo : impedansi karakteristik saluran.

II.4.3 IMPEDANSI :

Walaupun peran impedansi pada redaman tidak terlalu dominan, namun hal

ini masih perlu dipertimbangkan mengingat titik sambungan dengan perbedaan

impedansi yang besar akan menimbulkan gangguan. Pada titik sambung dengan

perbedaan diameter, akan terjadi mismatch. Untuk transmisi suara keadaan

mismatch masih belum berpengaruh mengingat redaman yang timbul kecil dan

dapat diabaikan.

II.4.4 TAHANAN LOOP DC :

Besarnya tahanan loop arus searah dari jaringan lokal berikut saluran

penanggal pada switching sistem tidak boleh melebihi batas tertentu yang

besarnya tergantung pada type sentral yang digunakan. Tabel dibawah ini

Page 48: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

48

merupakan variasi batas tahanan loop untuk jaringan lokal, yang besarnya

tergantung dari type sentral.

TIPE SENTRAL TELEPON TAHANAN LOOP MAKSIMUM

EWSD 1800 Ohm

AT&T 1800 Ohm

NEAX 1800 Ohm

3.2.1. Tahanan Isolasi

Tahanan isolasi menunjukkan besarnya kebocoran listrik antara urat kabel yang

diukur dengan tanah atau dengan urat kabel yang lain. Semakin besar nilai tahanan

isolasi maka semakin kecil kebocoran listrik yang terjadi. Harga standar tahanan isolasi

untuk kabel dalam haspel (belum ditanam dan diterminasi) adalah 10.000 M Ohm/km.

Sedangkan untuk kabel yang sudah terpasang dan diterminasi harga minimumnya adalah

1000 M Ohm/km. Gambar 2.3 menunjukkan skema tahanan isolasi pada kabel tembaga.

Gambar 2.3. Tahanan Isolasi Pada Kabel Tembaga

3.2.2. Tahanan Saluran (Rloop)

Ada beberapa hal yang mempengaruhi harga tahanan (resistansi) suatu saluran

(penghantar), antara lain jenis bahan, luas penampang, dan panjang dari saluran

(penghantar) tersebut. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

A

lR (2.1)

dimana : R = tahanan (Ohm)

l = panjang saluran (meter)

ρ = tahanan jenis (untuk tembaga 0,0175)

A = luas penampang kabel (mm2)

Dari rumus di atas, harga tahanan saluran (R) suatu penghantar berbanding lurus

dengan panjang saluran dan tahanan jenis, serta berbanding terbalik dengan luas

penampangnya. Artinya semakin panjang suatu penghantar maka tahanan salurannya

b

Rb Rb

Rb

a

Page 49: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

49

semakin besar, dan jika luas penampangnya semakin besar maka tahanan salurannya

akan semakin kecil.

Harga standar tahanan saluran kabel tembaga tanpa loading coil adalah seperti

pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Harga Standar Tahanan Saluran

Diameter Kabel Tahanan Saluran

0,4 mm 300 Ohm/km

0,6 mm 130 Ohm/km

0,8 mm 73 Ohm/km

0,9 mm 58 Ohm/km

1,0 mm 46 Ohm/km

Untuk saluran yang menggunakan loading coil, harga tahanan saluran pada tabel di atas

masing-masing ditambah 4 Ohm.

Besarnya tahanan loop arus searah dari jaringan lokal berikut saluran penanggal

pada switching sistem tidak boleh melebihi batas tertentu yang besarnya tergantung pada

type sentral yang digunakan. Tabel dibawah ini merupakan variasi batas tahanan loop

untuk jaringan lokal, yang besarnya tergantung dari type sentral.

TIPE SENTRAL TELEPON TAHANAN LOOP MAKSIMUM

EWSD 1800 Ohm

AT&T 1800 Ohm

NEAX 1800 Ohm

3.2.3. Redaman Cakap Silang (Crosstalk Attenuation)

Redaman cakap silang (crosstalk) adalah gangguan/interferensi pada suatu pair

kabel ,yang timbul karena ada satu atau lebih pair kabel yang berada di dekatnya sedang

dipakai. Hal ini umumnya disebabkan karena isolasi kabel yang kurang baik. Ada 2

macam redaman cakap silang (crosstalk), yaitu :

FEXT (Far End Crosstalk)

FEXT atau redaman cakap silang ujung jauh adalah redaman cakap

silang yang terjadi karena sinyal pengganggu berasal dari arah seberang.

Untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.4.

Page 50: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

50

Gambar 2.4. FEXT (Far End Crosstalk)

NEXT (Near End Crosstalk)

NEXT atau redaman cakap silang ujung dekat adalah redaman cakap

silang yang terjadi karena sinyal pengganggu berada dekat dengan

saluran. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.5.

Gambar 2.5. NEXT (Near End Crosstalk)

3.2.4. Redaman Saluran

Redaman saluran pada kabel tembaga disebabkan karena konduktivitas yang

tidak sempurna dan juga disebabkan oleh resistansi dielektrik yang berhingga (idealnya

tak berhingga). Redaman saluran dapat diartikan sebagai kerugian daya yang terjadi

dalam saluran yang nilainya merupakan hasil logaritma dari daya yang masuk saluran

dibagi daya yang keluar saluran.

Gambar 2.6. Redaman Saluran

(dB) Pi

Polog 10 Saluran Redaman (2.2)

atau bisa juga dirumuskan :

(dB) Vi

Volog 20 Saluran Redaman (2.3)

Dirumuskan bahwa :

KABEL TEMBAGA

Vi

Pi

Vo

Po

Page 51: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

51

loss currentfeeding loss nattenuatioimage saluran Redaman (2.4)

Image attenuation loss adalah redaman yang terjadi karena sifat-sifat saluran,

yang tergantung dari jenis bahan saluran. Harga Image attenuation adalah nilai redaman

yang terukur pada saat pengukuran di lapangan. Nilai Image attenuation dapat dihitung

dengan rumus :

-0,25

D0,675 k k lossline nattenuatioImage (2.5)

Nilai k adalah faktor pengali yang besarnya tergantung pada jenis bahan dan diameter

saluran yang digunakan. Sedangkan D adalah diameter saluran dalam satuan mm.

Line loss adalah redaman yang disebabkan karena karakteristik besaran-besaran

saluran. Untuk saluran tanpa loading coil nilai line loss dirumuskan :

(dB/km) C R f 0,686 lossLine oo (2.6)

dimana : π = 3,14

f = frekuens (Hz)

Ro = tahanan loop (Ohm/km)

Co = mutual kapasitansi (F/km)

Harga standar line loss dan image attenuation untuk kabel dengan beberapa

ukuran diameter adalah seperti tabel di bawah ini.

Tabel 2.2. Harga Standar Line Loss & Image Attenuation

Diameter

(mm)

Faktor

k

Tanpa LC (dB/km) Dengan LC (dB/km)

Line

loss

Image

Attenuation

Line

loss

Image

Attenuation

0,4 1,1 1,686 1,855 1,26 1,386

0,6 1 1,11 1,11 0,56 0,56

0,8 0,93 0,873 0,811 0,34 0,216

1 0,87 0,66 0,575 0,21 0,183

FCL (Feeding current loss) adalah kerugian yang diakibatkan karena adanya tegangan

catuan dari sentral. Besarnya FCL tergantung dari besarnya tegangan catuan sentral.

Nilai FCL dapat dihitung dengan rumus :

(dB) 4,343 800

RFCL

loop

V) (48 (2.7)

(dB) 343,41000

R FCL

loop

(60V) (2.8)

Harga standar FCL adalah seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.3. Harga Standar FCL

Diameter

(mm) Catuan STO 48 V Catuan STO 60 V

0,4 1,629 1,303

0,6 0,706 0,565

0,8 0,396 0,317

1 0,25 0,2

Page 52: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

52

II.5 KONSTRUKSI DAN INSTALASI JARINGAN KABEL :

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai konstruksi serta instalasi Jaringan

Kabel yang pada garis besarnya meliputi dua jenis jaringan, yaitu :

1. Jaringan kabel atas tanah.

2. Jaringan kabel bawah tanah.

Berikut akan coba diterangkan mengenai kedua jenis jaringan tersebut :

a. Arti serta pentingnya masing-masing jaringan.

b. Struktur masing-masing jaringan.

c. Pemasangan masing-masing jaringan.

d. Hal-hal lain yang masih berkaitan dengan jenis jaringan yang diterangkan.

1. Jaringan Kabel Atas Tanah :

A. Arti serta pentingnya Jaringan Kabel Atas Tanah :

Jaringan kabel atas tanah adalah jaringan kabel telekomunikasi yang dipasang

diatas tanah atau di udara. Dari segi peranannya, Jaringan atas tanah ini sama saja

dengan jaringan telekomunikasi lainnya yaitu sebagai media penyalur informasi

telekomunikasi dari suatu tempat menuju tempat lain. Perlu diperhatikan bahwa supaya

penyaluran informasi tidak terhalang atau dengan kata lain dapat sampai ditujuan

dengan baik, maka jaringan tersebut harus lurus (sedapat mungkin terdapat sedikit

belokan atau patahan).

B. Struktur Jaringan Atas Tanah :

Membicarakan mengenai struktur jaringan, berarti membicarakan mengenai

bentuk jaringan yang ada, bagian atau susunan yang membentuk jaringan tersebut.

Secara garis besar, jaringan atas tanah dapat kita bedakan menjadi :

1. Kawat Terbuka (Open Wire) :

Sesuai dengan namanya, jaringan ini terbuat dari bahan tembaga (Cu) atau besi

(Fe) berdiameter sekitar 3 – 4 mm. Jaringan kawat terbuka Cu mempunyai beberapa

kelebihan, antara lain :

*. Daya hantar listriknya amat baik.

Page 53: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

53

*. Mudah pemasangannya.

*. Mudah perbaikannya jika mengalami gangguan (putus).

Jaringan kawat terbuka ini tidak mempunyai pembungkus (isolasi) sehingga

akibatnya sangat mudah berkarat serta peka terhadap perubahan cuaca.

2. Kabel Udara :

Kabel udara merupakan kabel telekomunikasi yang dipasang di udara terbuka

yang merentang di antara tiang-tiang telepon penyangga. Kabel udara ini dapat

dibedakan lagi menjadi beberapa jenis menurut ada tidaknya kawat penggantung :

Kabel Udara dengan Penyangga Terpisah.

Kabel jenis ini mempunyai kawat penggantung terbuat dari kawat baja/seng

yang terpisah dari kabelnya sendiri.

Kabel Udara yang Menyatu dengan Penyangganya.

Pada kabel ini, kabel udara menyatu dengan kawat penyangganya atau

penggantungnya (integral bearer aerial cable).

Sementara itu, dilihat dari letak kawat penggantungnya maka kabel udara ini dapat

dibedakan atas :

Penggantung terpisah dari urat kabel namun urat kabel beserta kawat

penggantungnya terbungkus bersama-sama dengan kulit kabel seperti

membentuk angka 8.

Penggantung melingkari urat/inti kabel .

Sedangkan jika dilihat dari susunan urat kabelnya, kabel udara dapat pula

dikelompokkan menjadi :

Tipe AEI (Agency Electrical Industry) :

Susunan kabelnya berpasangan (pair) dan berlapis dua, kemudian dipilin

menjadi satu sehingga membentuk pasangan (pair). Perhitungan uratnya

dimulai dari lapisan paling luar menuju menuju ke inti kabel (dari luar ke

dalam).

Page 54: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

54

Ciri-ciri uratnya :

- Isolasi urat a, untuk pasangan pertama tiap lapisan berwarna merah,

sedangkan untuk pasangan selanjutnya berwarna putih. Sehingga untuk

setiap lapisan hanya ada satu buah urat yang isolasinya berwarna merah.

- Isolasi urat b, berturut-turut berwarna biru – kuning – hijau – coklat

dan hitam. Kemudian seterusnya kembali ke warna biru.

Tipe STEL (Spesifikasi PT TELKOM) :

Kabel tipe ini dapat dibedakan menjadi atas :

(1). Empat penghantar berosilasi dipilin bersama membentuk empatan

(quad) yang simetris dan utuh.

(2). Lima quad, berurutan dari nomor 1 sampai dengan nomor 5 dipilin

bersama membentuk satu satuan dasar atau satuan 10 pasangan

yang utuh. Masing-masing satuan dasar ditandai dengan pengikat

berwarna dengan tebal 0,05 mm dan lebar 3 mm yang dililitkan

pada tiap-tiap satuan. Warna pita pengikat satuan dasar pada setiap

lapisan diawali dengan warna merah, satuan berikutnya berwarna

putih dan kuning secara bergantian. Bangun atau konstruksi kabel

udara terlihat pada gambar berikut ini

:

Keterangan :

(1) Urat kabel terdiri atas bahan penghantar yang terbuat dari bahan tembaga lunak

hasil proses penguatan campuran (annealing) dan bahan isolasi sebagai

pembungkus masing-masing penghantar diberi warna dan terbuat dari bahan

komponen polietilen.

(2) Pita pengikat satuan terbuat dari bahan polipropilin atau sejenisnya.

Kulit kabel

Kawat Cu

Pita pembungkus

inti

Urat kabel

Pita pelilit

kode warnaPelindung elektris

Bearer

Page 55: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

55

(3) Pita pembungkus inti sebagai pita non higroskopis yang terbuat dari bahan

polipropilin atau sejenisnya berfungsi selain sebagai pembungkus inti kabel juga

sebagai pencegah melelehnya osilasi pada proses pembuatan kulit kabel.

(4) Kawat tembaga berfungsi sebagai pertanahan (arde).

(5) Pelindung elektris berfungsi sebagai pelindung kabel dari kemungkinan induksi

atau kelembaban.

(6) Bearer terbuat dari pilinan kawat baja galvanisit serta mempunyai daya kuat tarik

yang tinggi.

(7) Kulit kabel berfungsi sebagai selubung inti kabel yang telah dilapisi pita

pembungkus dan pelindung elektris.

Sifat kelistrikan kabel :

Ketentuan tahanan penghantar urat kabel seperti terlihat pada tabel berikut :

Diameter Urat Tahanan Maksimum

(mm) (Suhu 20o C ) (Ohm/km)

0,6 65

0,8 36,5

1,0 23,4

Tahanan osilasi yang diukur antara masing-masing penghantar dengan

lapisan aluminiumnya, tidak boleh kurang dari 10.000 M ohm/kmpada

tegangan 500 Volt DC, sedangkan harga kapasitansi bersama dari setiap

pasang yang diukur pada frekuensi 800 Hz tidak boleh melampaui 55 nF/km

untuk diameter 0,6 – 0,8 mm dan 62 nF/km untuk diameter 1,0 mm.

C. Pemasangan Saluran Open Wire :

Beberapa istilah digunakan untuk perhitungan yang terdapat pada pemasangan

Open Wire :

Daya panggul (DP) : merupakan daya terbesar yang bisa diberikan pada kawat

sebelum putus atau tenaga terbesar yang dapat ditarik oleh kawat tersebut. Besar

daya panggul untuk masing-masing kawat berlainan, tergantung dari jenis logam

yang digunakan. Perhatikan tabel berikut :

Page 56: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

56

Jenis kawat

DP mm (kg/mm2)

Fe

Cu

Br

Cw

Baja

40

44

70

63

66

2. Kuat Tegangan (S) dan Koefisien Pasti (KP) : Koefisien pasti merupakan harga

perbandingan antara Daya Panggul (DP) dengan Kuat Tegangan (S) kuat tegangan

adalah kekuatan rentang kawat yang terpasanga pada tiang. Besarnya kuat

tegangan ini lebih kecil dari besarnya daya panggul (S<DP). Rumus dari

Koefisien Pasti (KP) adalah :

KP = DP S

3. Berat Kawat (G) : untuk menentukan besarnya Berat Kawat ini tergantung dari

Berat jenis (BJ) kawat yang digunakan. BJ Fe = 7,7 dan BJ Cu = 8,9.

Mencari harga berat kawat digunakan rumus :

G = Volume x Berat Jenis

G = x R2 x L x BJ (kg) = 3,14

4. Lentur Kawat (P) : merupakan selisih antara garis lurus tiang satu dengan

tiang yang lainnya, dengan ketinggian terendah kawat.

D. Penarikan Kabel Udara :

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses penarikan kabel udara antara

lain adalah :

1. Persiapan penarikan kabel.

Page 57: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

57

2. Perentangan dan penarikan kabel.

3. Pengencangan tarikan kabel.

4. Membuat tambatan akhir, dimana pada proses ini terdapat suatu proses yang

dikenal dengan sebutan Pemiuhan Kabel yaitu proses pemutaran kabel guna

mencegah goyangan kabel yang terlalu keras akibat hembusan angin. Untuk

penampang kabel sampai dengan 30 mm, jarak pemiuhan satu dengan yang lain

kira-kira 10 m, sedangkan untuk penampang kabel yang lebih dari 30 mm,

penentuan panjang dan jumlah pemiuhan digunakan rumus :

N = S P dimana P = 350 x A

Dimana :

P : 350 x A ....Panjang belitan (cm) A : Penampang kabel (cm)

S : Panjang gawang (m) N : Jumlah belitan (puliran)

5. Lenturan Kabel.

JARINGAN KABEL BAWAH TANAH :

A. Arti serta pentingnya Jaringan Kabel Bawah Tanah :

Jaringan bawah tanah adalah jaringan kabel yang dipasang dengan cara

menanamnya di bawah permukaan tanah. Penanaman jaringan bawah tanah ini dapat

dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

a. Menanam kabel langsung ke dalam tanah (Direct Burrier Cable);

b. Memasukkan kabel ke dalam pipa kemudian ditanam langsung di dalam tanah;

c. Menanam kabel dengan pipa duct (Duct Cable).

B. Struktur Jaringan Bawah Tanah :

Kabel tanah biasanya berupa jenis kabel berpasangan banyak (Multipairs).

Berdasarkan cara pemasangannya, kabel tanah dibedakan atas Kabel tanah tanam

langsung dan kabel tanah bukan tanam langsung.

1. Konstruksi kabel tanah

Page 58: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

58

Kabel tanah tanam langsung terdiri atas beberapa lapis yang masing-masing

mempunyai fungsi tersendiri seperti yang terlihat pada gambar berikut :

a. Urat kabel berfungsi sebagai penghantar arus listrik yang berisi informasi.

b. Pita pelilit kode warna berfungsi mempermudah penghitungan serta

penyambungan urat kabel yang ada.

c. Pembungkus inti kabel berfungsi sebagai pelindung urat kabel dengan

lapisan aluminium.

d. Lapisan aluminium foil berfungsi melindungi kabel dari induksi listrik

luar.

a. Kulit dalam kabel mencegah masuknya air ke dalam kabel.

b. Armoring berfungsi sebagai pelindung mekanis terhadap benturan ataupun

benda keras.

c. Kulit luar kabel sama fungsinya dengan kulit dalam kabel.

Seperti halnya kabel tanah tanam langsung, kabel Duct juga mempunyai

konstruksi yang berlapis-lapis, seperti terlihat pada gambar berikut :

2. Bahan Pembuat Kabel

Urat kabel terbuat dari tembaga lunak hasil proses annealing (penguatan

melalui pemanasan dan isolasinya terbuat dari bahan polietilen berwarna.

ooooo

Kulit luar kabelKulit dalam

kabel

Armoring

Pembungkus

Inti kabel

Lapisan

Aluminium Foil

Urat kabel

Pita pelilit

kode warna

Bahan-bahan pembuat kabel tanah agar

kabel tahan terhadap gangguan mekanis

maupun elektrik terdiri atas :

Page 59: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

59

Petrojeli, diisikan ke sela-sela inti kabel agar tidak mudah kemasukan air

ataupun udara.

Pita pembungkus inti terbuat dari bahan kertas, kain katun dan PE (plastik

transparan) atau bahan lain.

Pelindung elektris terbuat dari aluminium setebal 0,2 mmberlapis polietilen di

kedua sisinya.

Selubung dalam terbuat dari bahan kompon polietilen yang memenuhi

persyaratan teknis.

Pelindung mekanis terbuat dari pita/kawat baja yang digalvanisir.

Pelindung luar terbuat dari bahan kompon polietilen yang memenuhi

persyaratan teknis berwarna hitam.

3. Pemasangan Kabel Tanam Langsung :

Berdasarkan tempat pemasangannya, kabel tanah tanam langsung dapat dipasang

di :

a. Tepi jalan atau dekat trotoar.

b. Menyeberang jalan raya.

Permukaan tanah40 cm

20 cm

10 cm

30 cm

50/100 cm

Batu koral

Tanah urug

dipadatkan

Deksten

Pasir

Kabel

Untuk pemasangan di tempat

ini dapat dibedakan jenis kabel

yang dipasang apakah kabel

priner atau sekunder, yang

mana lebar atas lubang galian

untuk pemasangan kabel

primer adalah 40 cm dan lebar

bawahnya 30 cm.

sedangkan kedalamannya adalah 80 cm. Untuk pemasangan kabel

sekunder hanya berbeda pada kedalaman galian yaitu 60 cm

Permukaan tanah40 cm

20 cm

20 cm

30 cm

50/80 cm

Batu koral

Tanah urug

dipadatkan

Pasir

Kabel

10 cm

Pipaoo

Pasir

Untuk penanaman kabel yang

menyeberang jalan raya kabel

harus terlebih dahulu

dimasukkan ke dalam pipa PVC

berdiameter 10 cm dan tebal

5,5 mm, kedalam galian sekitar

100 cm. Berikut adalah gambar

panggalian kabel yang

Page 60: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

60

Page 61: PERENCANAAN JARLOKAT

4. Pemasangan dan Penarikan Kabel Duct :

Kabel duct merupakan salah satu cara penanaman kabel bawah tanah dengan cara

memasukkan kabel terlebih dahulu ke dalam pipa duct kemudian pipa berisi kabel

ini dicor dengan beton.

Dalam pembetonan duct ini terdapat dua cara atau metode, yaitu yang dikenal

dengan :

Pembetonan Standar atau Metode A :

Cara pembetonan standar ini paling banyak digunakan untuk pembetonan

pipa duct. Beberapa persyaratan dalam pembuatan duct model standar ini

antara lain :

1) Susunan Pipa Duct :

Susunan pipa duct pada pembetonan standar berbentuk tipis sehingga

dapat dipasang pada lokasi yang sempit dan masih memungkinkan untuk

penambahan pipa lain selain pipa lama.

2) Lebar dan kedalaman galian :

Lebar jalur galian tergantung dari jumlah modul yang akan ditanam

secara horisontal

Pembetonan Berlapis atau Metode B :

Metode B ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan metode A antara

lain :

1) Dapat dilakukan pada daerah yang tanahnya labil atau batu karang.

2) Dapat dilakukan bagi daerah yang tidak mungkin digunakan

pengecoran sekaligus dalam jumlah banyak.

3) Dapat dilakukan di daerah-daerah yang alur penggaliannya pendek.

Pada pembetonan standar ini, satu

susunan pipa yang biasanya disebut

dengan modul, dicor dengan beton

yang selanjutnya modul- modul

tersebut dipisahkan dengan beton

secara beton, seperti terlihat pada

gambar berikut

Pada metode ini setiap pipa duct dicor

atau dilapis seluruhnya dengan cor

beton, seperti terlihat pada gambar

berikut :

Page 62: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

62

Lebar dan dalam alur galian tergantung pada susunan pipa duct yang akan

ditanam. Kedalaman alur penggalian (D) dapat ditentukan dengan

menggunakan rumus :

II.6 TEKNIK PENYAMBUNGAN KABEL :

1. SARANA, MATERIAL DAN ALAT PENYAMBUNGAN KABEL :

Dalam pelaksanaan penyambungan kabel dikenal dua macam sarana sambung kabel

(SSK) yang banyak digunakan dewasa ini. SSK merupakan suatu kumpulan material yang

digunakan untuk menyambung kabel. Kedua macam SSK tersebut adalah :

A. Sarana Sambung Kabel (SSK) Mekanik :

SSK mekanik adalah sarana sambung kabel yang cara pemasangannya dilakukan secara

mekanis. Misalnya, kuncinya pas, pengencang sabuk baja, dan sebagainya tanpa

menggunakan proses pemanasan/api. Sarana sambung kabel yang termasuk dalam

kelompok ini adalah UC (Universal Closures), seperti UC 3–5, UC 4–6, UC 6–9, dan

sebagainya. Angka pertama pada kode UC menunjukkan panjang ruang sambung, dan

angka kedua = diameter selongsong sambung (mof). Sarana sambung kabel lainnya yang

terkenal adalah VASK.

B. Sarana Sambung Kabel (SSK) Panas Kerut :

SSK Panas Kerut merupakan SSK yang pemasangannya menggunakan proses pemanasan

atau pengapian. Sarana sambung yang termasuk dalam kelompok ini adalah XAGA 255-

43/8-300; XAGA 255-62/22-600, dan ALSS. Material semua tipe Sarana Sambung Kabel

(SSK), baik kelompok SSK mekanik maupun yang panas kerut mempunyai material

pokok yang terdiri atas :

1) Connector, yang berfungsi sebagai penyambung urat kabel;

2) Klem arde, dan penghubung klem arde; berfungsi untuk menyambungkan

pelindung elektris kabel;

3) Penutup sambungan, berfungsi untuk mengembalikan kekuatan fisik sambungan

(pelindung mekanik);

4) Bahan pengisi dan sekat-sekat, berfungsi untuk menjamin penutup sambungan agar

kedap terhadap air atau lembab udara.

D = Jumlah pipa duct vertikal x 15 + 80 cm

Page 63: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

63

Bila kita tinjau dari bentuknya maka suatu konektor yang digunakan untuk

menyambungkan urat kabel maka macam konektor dapat dibedakan atas :

1) Konektor Selongsong Kertas (Lashules) :

Macam konektor ini digunakan untuk menyambungkan urat kabel isolasi kertas atau

kabel kertas. Selongsong kertas inipun terdiri atas berbagai jenis, sesuai dengan

diameter urat kabel yang disambungkannya. Penyambungannya menggunakan

sistem lilit solder.

2) Konektor selongsong PE :

Konektor ini digunakan untuk penyambungan urat kabel isolasi PE (polietilen). Cara

penyambungannya sama dengan selongsong kertas dengan sistem lilit solder.

3) B-Wire Connector :

Konektor ini dalam penyambungannya menggunakan alat khusus yang disebut dengan

B-Wire CrimpingTool.

4) AMP Connector :

Konektor jenis AMP ini penyambungannya menggunakan alat khusus yang disebut

AMP crimping tool.

5) 3 M Connector :

Konektor 3 M ini penyambungannya juga menggunakan alat khusus , yaitu 3M

crimping tool, tetapi bila alat ini tidak ada kita bisa menggunakan kombinasi tang.

Penyambungan kabel tanah tanam langsung berisolasi PE biasanya menggunakan sarana

sambung XAGA 225 (Raychem), Untuk memilih tipe XAGA yang sesuai peru diketahui

lebih dulu diameter terkecil dari kabel yang akan disambung.

Material dan Peralatan Penyambungan Kabel :

Material yang Dibutuhkan Peralatan yang Digunakan

Selongsong UC 6-9 Gergaji Besi

Clamping bar Kombinasi tang & knip tang

Clamping band Crimping tool

Penutup ujung (end cap) Pisau bengkok

Clamping band untuk end-cap Obeng dan palu

Ground bar/plat Pita Ukur

Perforated Grounding Strap Scrapper

Klem Pengardean Koper tool berisi :

Sealing tape Pengukur kekencangan

Sealing cord Pita ukur khusus

Sealing Pasta Drilling tool (alat pelubang mof)

Kertas Biru/abu-abu Tensioning tool (sabuk pengencang

Page 64: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

64

Kertas keras coklat Pembelah kulit kabel

Konektor Pelubang kulit kabel

Benang katun Kunci pas 10

Plasting Transparan Gunting

PVC tape Pembuka mof

Contoh : Penyambungan kabel dengan SSK panas kerut

Peralatan yang digunakan dalam penyambungan yang menggunakan XAGA 225 ini :

NAMA PERALATAN NAMA PERALATAN

Gergaji Besi Scrapper

Kombinasi tang Crimping tool

Krup tang Palu

Pisau Bengkok Gunting

Obeng Kompor gas

Pita ukur Alat pengupas kabel

2. PROSEDUR/ TATA CARA PENYAMBUNGAN KABEL :

A. Prosedur Dengan SSK Mekanik :

1. Penyambungan Kabel Tanam Langsung Berisolasi PE dengan UC :

Langkah-langkah :

1) Persiapan Penyambungan :

Memasang tenda untuk menjaga dari panas dan hujan, membuat lubang dengan

panjang ; lebar ; dalam adalah 1,5 ; 1,5 ; 1 dalam satuan m, mengatur panjang

kabel yang akan dipakai, dan memasang pancang pada keua sisi ujung.

2) Pengupasan Kabel :

Kedua ujung yang akan disambung dibersihkan sepanjang 1 m dan tandai kedua ujung

tersebut. Balut ujung kabel antar kupasan dengan sealing tape satu lapis dan PVC

tape. Pengupasan kulit dalam kabel dilakukan sekaligus dengan lapisan aluminium

serta sisakan 10 cm dari kupasan ujung kulit luar kabel.

3) Pemasangan Klem Arde :

Kulit dalam kabel dibelah dengan lebar 2 cm dan dalam max 3,5 cm. Kertas karton

abu-abu/biru dimasukkan pada lubang yang telah dibuat. Pasanag klem arde pada

lubang kulit tersebut lalu dibalut dengan PVC tape supaya kembali. Pasang klem

arde kuning di atas kulit dalam kabel tadi dan kencangkan murnya sampai rapat.

4) Penyambungan Urat Kabel :

Page 65: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

65

Kedua ujung mulai dipertemukan. Atur jarak kupasan antar antar kulit dalam masing-

masing dengan memasang klem arde. Ikat kedua ujung kabel pada pancang

sehingga posisi tetap. Lalu lepas lagi klem ardenya agar mudah menyambungnya.

Bahan penyambungan bebas dan usahakan agar tidak membesar dan diikat dengan

benang, lalu letakkan zat desicant dan balut dengan plastik transparan. Ardenya

dipasang kembali.

5) Melubangi Mof UC 3-5 :

Pasang mata bor dan lubangi pada kulit kabel dalam yang telah diukur tepat pada tanda

UC 3-5 yang terdapat pada drilling tool.

6) Pemasangan MOF pada Sambungan Kabel :

Oleskan sealing pasta pada kulit dalam yang akan ditutup mof UC. Pasang sealing

tape satu lapis dan sealing cord pada mof. Pasang MOF pada sambungan dan juga

sabuk pengencang di tengah-tengah dengan alat yang tersedia seperlunya serta

balut sabung pengencang dengan PVC tape.

7) Penanaman Sambungan Kabel :

Letakkan sambungan kabel pada galian secara perlahan dan tutupi dengan pasir atau

tanah lunak serta lindungi dengan batu di atasnya.

8) Cara Membuka Sambungan Kabel (untuk Perbaikan) :

Buka PVC tape dan lepas sabuk pengencangnya. Setelah itu buka MOFnya dan

lakukan perbaikan. Setelah selesai, balikkan kesemula.

2. Penyambungan Kabel Tanam Langsung Isolasi PE dengan UC 4-6 :

Sebenarnya langkah-langkah yang akan dilakukan sama saja dengan yang telah

diterapkan pada penyambungan yang memakai UC 3-5. Namun, disini kemungkinan

adanya penyambungan kabel bercabang. Akibatnya, setelah pemasangan MOF, terlihat

titik sambungan kabel yang membesar. Demikian pula dengan cara penanaman dan

langkah-langkah prosedur lainnya sama saja dengan pekerjaan penyambungan yang

menggunakan UC 3-5

3. Penyambungan Duct Kabel dengan UC 6-9 :

Langkah-langkah :

1) Persiapan Penyambungan.

2) Pengupasan Kulit Kabel.

3) Melubangi End Cap dari MOF UC.

4) Pemasangan End Cap pada Ujung Kulit Kabel.

5) Penyambungan Urat Kabel.

Page 66: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

66

6) Pemasangan Selongsong Penutup UC.

7) Penempatan Kabel.

8) Cara Membuka Kembali Sambungan.

4. Penyambungan Kabel Tanam Langsung Isolasi PE dengan MOF-VASK 50/2 :

Langkah – langkah :

1) Pengupasan Kulit Kabel.

2) Melubangi Ring Sekat.

3) Pemasangan Klem Arde.

4) Penyambungan Urat Kabel.

5) Penutupan MOF VASK 50/2.

6) Penanaman Sambungan Kabel.

5. Penyambungan KTL Isolasi PE dengan MOF-VASK 100/2

Sambungan kabel tanam langsung dengan MOF VASK diperuntukkan bagi

sambungan cabang dengan kapasitas sambung kabel diameter 0,4 = 150 pair, diameter

0,6 mm = 100 pair, dan diameter 0,8 = 80 pair.

Langkah-langkah penyambungan yang harus dilakukan sama dengan langkah yang

ditempuh pada penggunaan mof VASK 50/2, kecuali jarak sambungan yang terbuka

antar klem arde di sini haruslah 15,45 cm. Sedangkan pada mof VASK 50/2 jarak

tersebut cukup hanya 14,85 cm.

B. Prosedur Dengan SSK Panas Kerut :

1. Penyambungan Kabel Tanam Langsung Isolasi PE dengan MenggunakanXAGA

225 Buatan RAYCHEM :

Langkah – langkah :

1) Pemasanagan Continuity Wire

2) Penyambungan Urat Kabel

3) Pembalutan Sambungan Urat-Urat Kabel

4) Pemasangan Tabung Aluminium

5) Pemasangan Selongsong XAGA

6) Penanaman Sambungan Kabel yang Menggunakan XAGA

2. Penyambungan Kabel Duct dengan ALSS :

Langkah – langkah :

1) Persiapan Penyambungan

2) Membuat ALSS dan Selongsong Mangkok

3) Pengupasan Kulit Kabel

Page 67: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

67

4) Penyambungan Urat Kabel

5) Pemasangan MLS (Main Lead Sleeve)

6) Pemasanagn Selongsong ALSS (Kerut)

7) Penempatan Kabel

3. TERMINASI KABEL :

Terminasi Kabel merupakan penyambungan (koneksi) beberapa bagian jaringan

kabel, seperti kabel primer, sekunder, saluran penanggal, dan saluran rumah sehingga

terbentuk satu sistem jaringan kabel untuk penyaluran jasa telekomunikasi.

Namun, sebelum kita membicarakan terminasi, lebih dulu perlu diketahui beberapa

istilah yang erat kaitannya dengan terminasi tersebut, yaitu :

Terminal, adalah bahan konduktor tempat menyambungkan kabel yang masuk dan

keluar;

Penggenggam terminal adalah bahan isolator listrik yang berfungsi untuk

menggenggam terminal dalam membentuk satuan kapasitas dasar;

Blok terminal, adalah terminal yang sudah tersusun pada penggenggam dan

membentuk satuan kapasitas.

A. Terminasi Pada RPU (Rangka Pembagi Utama) :

Seperti sudah kita ketahui bahwa RPU merupakan tempat penyambungan atau

jumpering kabel dari sentral telepon dengan kabel luar. Penyambungan tersebut

dilakukan dengan cara terminasi. Tempat pemasangan terminasi dilakukan pada blok

terminal 100 pair di bagian stroke vertikal RPU dimaksud.

Peralatan yang digunakan untuk menterminasi ini :

NO NAMA MATERIAL JUMLAH (bh)

1. Meter 1 bh

2. Pengupas urat kabel 2 bh

3. Pengupas selubung PE 1 bh

4. Obeng 2 bh

5. Kniptang 2 bh

6. Kombinasi tang 1 bh

7. Tangkai gergaji besi 1 bh

8. Mata gergaji 2 bh

9. Alat tekan sisip 1 set

10. Kunci pas/Inggris 1 set

Material yang digunakan dalam menterminasi :

Page 68: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

68

NO NAMA MATERIAL JUMLAH

1. Benang -

2. Pita isolasi plastik -

3. Jepitan untuk menyambung selubung pelindung dengan kawat

tanah

2 bh

4. Minyak tanah -

B. Terminasi Pada RK (Rumah Kabel) :

Tempat pemasangan terminasi di RK ini bisa dibedakan atas 2 macam, yaitu pada

terminal blok dengan kabel ekor dan pada terminal langsung. Pemasangan pada terminal

pada dasarnya dikerjakan di pabrik tempat terminal itu dibuat. Sedangkan pemasangan

pada terminal langsung, pemasangan kabel pada terminal blok dilakukan di tempat RK

didirikan.

Peralatan yang diperlukan dalam terminasi pada RK inin sama dengan pada

terminasi RPU, cuma insertion tool (alat tekan sisip) pada RPU diganti dengan kompor

solder dan alat solder bakar. Demikian pula material yang dipakai sama dengan yang

dibutuhkan oleh terminasi RPU.

Pekerjaan Terminasi pada RK :

1) Pengikatan bundel pasangan urat kabel, sama dengan pada terminasi RPU;

2) Setelah pengikatan bundel pasangan urat kabel, masukkan kabel ke dalam

terminal, dengan cara membuka terminal blok bagian belakang, kemudian

selubung PE kabel yang sudah dikupas dimasukkan ke dalam blok terminal

melalui lubang masuk yang ada di bagian bawah terminal tersebut;

3) Penyusunan pasangan urat kabel, sama dengan yang dilakukan pada terminasi

RPU;

4) Pengaturan pasangan urat kabel untuk diterminasi. Agar pasangan urat kabel dapat

rapi diterminasikan pada terminal blok, diatur dulu pada papan cetak dari kayu.

Setelah pengaturan pasangan urat kabel pada papan cetak selesai, kemudian diikat

kencang dengan benang supaya rapi;

5) Penyambungan kawat tanah, sama seperti yang dilakukan pada terminasi RPU;

6) Penyolderan urat kabel pada terminasi. Caranya adalah pasangan urat kabel yang

telah dibentuk dipindahkan dari papan cetak ke terminal blok. Kemudian urat-urat

kabel dipotong dengan kniptang untuk disesuaikan dengan letak terminal, dikupas

selubung isolasinya dan disolder pada terminal yang sudah ditentukan.

7) Penyolderan dimulai dari atas ke bawah, agar sisa solder yang jatuh tidak

menyangkut pada urat-urat kabel yang sudah terpasang. Sebab bila menyangkut

dapat menimbulkan gangguan;

Page 69: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

69

8) Pembungkusan bundel pasangan urat kabel dengan pita plastik. Setelah pekerjaan

penyolderan selesai, diteliti urutan pasangan urat dan diukur tahanan isolasinya.

Bila hasil baik maka bundel pasangan urat tersebut dililit atau dibungkus dengan

pita isolasi plastik, sedangkan kawat tanahnya dipasang pada klem yang

disediakan.

9) Penutupan Blok Terminal. Selesai pekerjaan terminasi masih perlu diteliti kembali

penyolderan urat kabel pada terminasi satu demi satu. Setelah pekerjaan terminasi

diyakini benar dan baik maka bagian belakang blok terminal dapat ditutup

kembali;

10) Pemasangan blok terminal pada rangka besi di dalam RK.

11) Sebelum blok terminal dipasang pada rangka besi, kabel perlu diatur dan ditarik ke

bawah dari lubang pondasi RK;

Setelah kabel lurus dan posisi blok terminal sudah tepat pada rangka besi

maka terminal blok dipasang dengan baut satu di bagian atas dan satu lagi di

bagian bawah;

Agar kedudukan blok terminal lebih kuat, bagian bawah dimasukkan kedalam

mangkok plastik;

Tugas selanjutnya adalah pemasangan cincin untuk kawat sambung pada

tempat-tempat yang telah ditentukan;

Pentanahan. Pada suatu RK diharuskan adanya kawat pentanahan. Kawat

tanah dengan tahanan tidak lebih dari 3 , diterminasikan pada rangka di RK.

Sedangkan kawat tanah yang digunakan adalah tembaga berdiameter 7 x 0,7

mm;

Penyambungan kawat tanah dengan rangka/batang tembaga di RK harus

menggunakan sepatu kapal;

C. Terminasi Pada KP (Kotak Pembagi) :

Pelaksanaan terminasi pada kotak pembagi ini menggunakan peralatan yang jenisnya

sama dengan yang digunakan dalam terminasi RK. Demikian juga materialnya sama

ditambah kawat solder.

Kotak pembagi merupakan salah satu bentuk titik pembagi atas tanah yang dipasang

pada tiang telepon atau dinding bangunan rumah/gedung. Jenis titik pembagi dibedakan

atas Titik Pembagi Atas Tanah (TPAT) dan Titik Pembagi Bawah Tanah (TPBT).

Page 70: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

70

II.7 KONFIGURASI JARLOKAT TIDAK MURNI

Seiring dengan lajunya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, kebutuhan

masyarakat akan jasa telekomunikasi semakin bertambah dengan cepat, demikian pula

perkembangan teknologi telekomunikasi menuju multimedia yang secara definitif dapat

diterjemahkan sebagai satu kesatuan atau integrasi suara, data dan gambar yang

membutuhkan badwidth yang lebar, penyenggara jasa telekomunikasi semakin dituntut

untuk mampu menyediakan komunikasi berkualitas tinggi agar dapat menjawab

kebutuhan tersebut karena jaringan kabel tembaga yang ada mempunyai keterbatasan

untuk mendukung layanan-layanan baru tersebut, penggantian seluruh jaringan lokal

tembaga serentak tentunya membutuhkan investasi yang sangat besar oleh karena itu

diperlukan suatu injeksi teknologi untuk meningkatkan kinerja kabel tembaga dalam

mengirimkan sinyal informasi

Teknologi Digital Pair Gain (xDSL) menjadi suatu teknolgi alternatif untuk

menanggulangi masalah tersebut diatas ke dalam era information super higway. Sistem

xDSL menjanjikan laju data 160 (IDSL) sampai 6 Mbps (ADSL) bahkan sampai 52 Mbps

(VDSL). Namun tanpa memperhatikan layanan yang ditawarkan, unjuk kerja xDSL

terbatas dan tergantung pada parameter elektris kjaringa kabel tembaga (tahanan saluran,

tahanan isolasi, redaman saluran antara sentral telepon sampai ke terminal pelanggan).

Jaringan eksisting yang digunakan sekarang pada dasarnya bekerja pada frekuensi 0

– 4 khz dan dalam pembangunannya tidak diperhitungkan akan menggunakan lebar pita

yang melebihi 4 khz, padahal dengan teknologi xDSL diperlukan lebar pita sekitar 1

Mbps sehingga perlu diperhitungkan masalah interferensi saluran dalam satu quad atau

satu unit kabel yang dapat menurunkan kualitas pelayanan, selain itu kapasitansi dan

induktansi reaktif akan lebih kelihatan pada frekuensi tersebut.

Perlu diperhitungkan jarak antara sentral ke pelanggan karena teknologi xDSL

mempunyai keterbatasan jarak, misalnya ADSL dengan menggunakan kabel diamater 0,6

mm hanya mampu mengirimkan data kurang dari 3,6 km dan 4,5 km untuk HDSL.

Digital Pair Gain

Sistem digital pair gain atau sistem pengganda saluran digital merupakan suatu

sistem pengganda saluran yang mampu menyediakan lebih dari satu hubungan telepon

secara bersamaan dan saling independen dengan hanya melalui sepasang kawat saluran

telepon. Dengan sistem ini maka jumlah sambungan telepon dapat ditingkatkan yang

berarti akan dapat menambah saluran pelanggan baru dengan waktu yang singkat dan

dalam jangkauan yang cukup ekonomis dengan menggunakan infrastruktur jaringan yang

ada.

Dalam penyaluran informasi pengganda saluran digital ini menggunakan sistem

transmisi digital atau teknologi transmisi ISDN dengan bit rate 160 kbit/s dan pengkodean

Page 71: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

71

sinyal pada jalur transmisi dengan menggunakan kode saluran 2BIQ(dua binary satu

quartener). Dengan menggunakan teknologi transmisi digital ini akan dapat menghasilkan

performansi yang optimum dengan jarak yang maksimum dan sekaligus membuat sistem

kebal terhadap efek interferensi.

Secara umum perangkat pengganda saluran digital dapat digambarkan sebagai

berikut :

Gbr. Diagram blok Digital Pair Gain System Secara Umum

Keterangan gambar :

Analog to digital (A/D) Convereter berfungsi untuk mengubah sinyal suara dalam

bentuk sinyal digital dalam bentuk bit dengan bit rate 64 kbit/s. Sedangkan

Multiplexer berfungsi untuk menggabungkan beberapa kanal telepon yang sudah

dalam format digital(64 kbit/s), ditambah 16 kbit/s untuk signaling dan 16 kbit/s

untuk sinkronisasi antar perangkat menjadi satu kanal digital dengan kecepatan

pengiriman bit informasi 160 kbit/s.

Line system berfungsi untuk memproses kanal digital hasil multiplexing ke dalam

bentuk kode saluran 2B1Q agar dapat ditransmisikan pada saluran yang

digunakan.

Pada system tersebut diatas, akan didapatkan sistem pengganda saluran digital

(Digital Pair Gain System) dua kanal, dengan faktor penggandaan dua kali.

Bentuk diagram blok suatu pengganda saluran digital dua kanal (Digital Pair Gain

2-Kanal) dapat digambarkan sebagai berikut [ERC-94]:

Gbr. Diagram Prinsip Digital Pair Gain Dua Saluran

A/D

Con-

ver

ter

A/D

Con-

ver

ter

Multi-

plexer

Multi-

plexer

Line

System

Line

System

saluran

lokal

saluran 1 saluran 1

saluran n saluran n

SPC - PCM

or

Step by Step

or

Cross Bar

System

Feeding Voltage

40 - 60 V

Ringing Voltage

40 - 130 V

EXCHANGE EXCHANGE

UNIT

REMOTE

UNIT

EU RU

a1,b1

a2,b2

a, b

a1,b1

a2,b2

saluran

kabel

lokal

Page 72: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

72

Perangkat pengganda saluran digital (Digital Pair Gain System) ini terdiri dari

exchange unit (EU) yang diinstalasi pada subrack(Type BGTR) yang ditempatkan

bersebelahan dengan perangkat switching (Umumnya Dibagian MDF), sedangkan bagian

remote unit (RU) di instalasi pada sisi pelanggan(Umumnya Pada Sisi DP). Pada sistem

pengganda saluran digital dua kanal, EU dihubungkan dengan kedua saluran pelanggan

pada sentral melalui sepasang saluran pelanggan pada sentral melalui saluran dua kawat,

sinyal pembicaraan pada kedua kanal pelanggan dikonversi menjadi 64 kbit/s oleh

CODEC, selanjutnya melalui kanal B (berisi Bit-bit Data) dan kanal D (Bit-bit

pensiyalan) sinyal ini ditransmisikan ke RU dalam bentuk kode saluran 2B1Q melalui

saluran sepasang dua kawat dengan diameter 0,6 mm.

Pada sisi pelanggan bagian RU ini dihubungkan dengan jalur digital pada U-

Interface, kanal-kanal digital (2B dan D) dikonversi menjadi pembicaraan analog dan

sinyal kontrol sentral (Ringging, Charging) dan ditransmisikan pada kedua interface

saluran pelanggan. Dimana pada sisi RU sinyal analog ini dihubungkan ke pelanggan

melalui saluran dua kawat (Diameter 0,6 mm).

Untuk arah sebaliknya pada sisi RU baik sinyal pembicaraan maupun signaling

pada saluran akan disampling dan ditransmisikan ke EU melalui kanal B dan kanal D

dalam format kode saluran 2B1Q. Yang selanjutnya pada sisi EU sinyal ini dikonversi

menjadi sinyal analog dan ditransmisikan ke sentral lokal.

Kecepatan transmisi total antara EU dan RU(Jalur Digital) adalah 160 kbit/s

yaitu untuk membawa dua kanal B(64 kbit/s) + satu kanal D(16 kbit/s) + satu kanal M(16

kbit/s).

Feature-feature yang disediakan sistem pengganda saluran digital ini antara lain :

Penggandaan pemakaian saluran telepon.

Dapat melayani dua pelanggan secara independen dengan menggunakan saluran

dua kawat.

Dapat dipakai untuk pelayanan tambahan selain pelayanan suara misalnya faximile,

komunikasi data dan lain-lain.

Solusi yang efisien dan ekonomis untuk mengatasi masalah percepatan pemasaran.

Dan dengan beberapa ciri-ciri sebagai berikut :

1. Sangat efisien dan sebagai solusi ekonomis.

2. Menggunakan teknologi transmisi digital(ISDN).

3. Memberi cadangan pada penambahan saluran telepon.

4. Reaksi cepat atas pemberian layanan.

5. Menambah pendapatan operator telekomunikasi

6. Memberi fleksibilitas dari akses pelanggan.

7. Menambah pendapatan operator telekomunuikasi.

Page 73: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

73

8. Memiliki catuan saluran sendiri.

Konfigurasi Jaringan Pair Gain

Pendistribusian sinyal informasi pada sistem pengganda saluran digital melalui

jaringan kabel multipair dari jaringan kabel telepon lokal existing bertujuan untuk

memanfaatkan jaringan distribusi telepon sebagai media transmisi pengganda saluran

digital agar tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan jasa telepon dapat dipenuhi

khususnya pada lokasi yang jaringan lokalnya sudah habis.

Konfigurasi dari jaringan pengganda saluran digital melalui jaringan kabel multi

pair sebagai jaringan distribusi telepon dilakukan tanpa mengubah struktur jaringan yang

sudah ada atau jaringan existing tersebut. Oleh karena itu jaringan pengganda saluran

digital memiliki konfigurasi jaringan yang sama dengan jaringan distribusi telepon seperti

terlihat pada gambar berikut :

Gbr. Konfigurasi Umum Jaringan Pengganda Saluran Digital

Keterangan :

MDF : Main Distribution Frame RK : Rumah Kabel

DP : Distribution Point KP : Kabel Primer

KS : Kabel Sekunder SP : Saluran Penanggal

2. ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line) :

Asymmetric Digital Subscriber Line adalah teknologi yang memungkinkan akses

komunikasi data kecepatan tinggi (dalam layanan mutimedia) melalui saluran tembaga

terpilin (twisted pair) yang sudah ada.

Asymmetric Digital Subscriber Line emnyalurkan data secara asimetris

maksudnya adalah kecepatan transmisi data up stream dan down stream tidak sama.

Aliran down stream adalah aliran data kearah jaringan. ADSL mempunyai kecepatan

down straem 6 Mbps yang jauh lebih besar dari pada up stream (sekitar 640 kbps).

Dengan ADSL maka terjadi pembesaran kapasitas akses dengan faktor lebih dari 50 kali

pembesaran tanpa perlu penambahan kabel baru.r

Exchange

Unit

Exchange

Unit

sentral MDF

RK

KP KS

KP

DP

DP

SP

SP

Remote

Unit

Jaringan CatuLangsung

Jaringan CatuTidak Langsung

DSL

(Digital Subscriber Line)

Page 74: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

74

Sirkit ADSL akan saling menghubungkan setiap ujung modem ADSL pada

saluran telepon biasa dan menciptakan tiga kanal informasi yaitu down stream kecepatan

tinggi, duplex kecepatan menengah dan sebuah kanal POTS. Kanal POTS dipisahkan oleh

modem dijital dengan filter untuk menjamin uninterupted, walaupun ADSL mengalami

kegagalan operasi. Kanal kecepatan tinggi mempunyai rentang dari 1,5 sampai 6,1 Mbps,

sedangkan kanal duplexs mempunyai rentang dari 16 sampai 640 kbps. Tiap kanal dapat

di submultiplex sehingga dapat dibentuk multiplikasi kanal-kanal dengan bit rate yang

lebih rendah.

Kecepatan down stream tergantung oleh beberapa faktor, termasuk panjang dan

ukuran kabel, kualitas sambungan fisik dari kabel, interferensi dari kopling silang.

Redaman saluran akan bertambah sesuai dengan pertambahan panjang saluran dan akan

mengecil jika diameter bertambah.

Karateristik ADSL pada jenis kabel yang dipakai adalah sebagai berikut :

Data rate layanan ADSL Diameter Kabel Jarak

1,5 atau 2 Mbps 0,8 mm 5,5 km

1,5 atau 2 Mbps 0,6 mm 4,6 km

6,1 Mbps 0,8 mm 3,7 km

6,1 Mbps 0,6 mm 2,7 km

3. HDSL (High Bit Rate Digital Subscriber Line) :

Sistem transmisi HDSL adalah teknologi transport untuk memberikan servis

simetris (servis yang membutuhkan bit rate yang sama besar untuk arah upstream maupun

downstream) kepada pelanggan dengan bit rate hingga 2 Mbps melalui kabel tembaga.

Parameter-parameter yang mempengaruhi jaringan dalam DHSL adalah :

Redaman.

Resistansi (R).

Konduktansi (G).

Kapasitansi bersama.

Induktansi.

Konfigurasi Dasar HDSL :

Sebuah acces digital section yang menghubungkan pelanggan dan CO (Central

Office) dengan teknologi HDSL terdiri dari NTU (Network Terminating Unit), DLL

(Digital Local Line), dan LTU (Line Terminating Unit). NTU merupakan modul HDSL di

sisi pelanggan sedangkan LTU merupakan modul HDSL yang terletak di sisi COT

(Central Office Terminal)/RT (Remote Terminal). DLL adalah media transmisi di dalam

suatu jaringan akses.

I M C HREG

LTU / NTU

Page 75: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

75

Gbr. Blok fungsional LTU / NTU

Blok fungsinal penyusun NTU maupun LTU yaitu :

Antarmuka (Interface/I) : adalah suatu application interface yang akan

mengelompokkan aliran data ke dalam frame-frame aplikasinya, baik di sisi

pengirim maupun penerima.

Mapping and Maintenance (M) :

Mapping : digunakan untuk memetakan frame aplikasi ke dalam core frame

yang mempunyai kapasitas 144 oktet dengan durasi 500 s. Oktet-oktet akan

dibagi dalam frame-frame yang akan ditransmisikan oleh HDSL transceiver

secara paralel.

Maintenance : merupakan blok fungsional yang digunakan untuk kepentingan

pemeliharaan.

Common Circuitry (C) : untuk mengkombinasikan dua atau tiga buah sistem

transceiver HDSL.

HDSL transceiver (H) : merupakan sebuah bidirectional transceiver yang akan

mengubah data biner ke dalam sinyal 2B1Q (2-Binary/1-Quarterny).

Regenerator (REG) : untuk memulihkan kondisi sinyal yang ditransmisikan

agar dapat menjangkau jarak yang lebih jauh (berupa penguatan dan reshaping).

DLL sebagai penghubung NTU dan LTU yang dapat digunakan sebagai saluran

transmisi, memiliki persyaratan minimum :

Tanpa beban coil (non-loaded) : beban yang biasa dipasang di saluran telepon

untuk mendapatkan band frekuensi 3 KHz.

Menggunakan dua buah kabel pilin tembaga (twisted pair) atau kabel quad (4

buah konduktor).

Tanpa lapisan pelindung (unshielded).

Jika terdapat bridge tap, maka jumlah maksimum yang diijinkan adalah dua

buah dengan panjang masing- masing maksimum 500m.

Bagian utama dari suatu DLL adalah SDP (Subscriber Distribution Point), CDP

(Cross Connect Point), dan MDF (Main Distribution Point). Sedangkan kombinasi antara

C, H, DLL, dan REG (optional) disebut HDSL core.

Model fisik dari suatu DLL diperlihatkan dalam gambar berikut :

HDSL

NTU

HDSL

LTUSDP CCP MDF

a b c d

Page 76: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

76

Gbr. Model fisik DLL

a = kabel instalasi SDP : Subscriber Distribution Point

b = kabel distribusi CDP : Cross Connect Point

c = kabel utama MDF : Main Distribution Frame

d = kabel exchange

Fungsi-fungsi yang disediakan oleh HDSL core disajikan pada tabel berikut :

LTU NTU Fungsi HDSL core

Transparent transport of core frames

Stuffing and destuffing

CRC-6 procedurs and transmission error detection

Error reporting

Failure detection

Failure reporting

Bit timing

Frame allignment

HDSL transceiver autonomous start-up control

Loopback control and co-ordination

Mapping of core frames into HDSL frames

Control of maintenance

Syncronisation and co-ordination of HDSL transceivers

Identification of pair

Correction of pair identification

Keterangan :

berarti bidirectional

berarti unidirectional

# merupakan fungsi NTU

Keterangan fungsi :

Fungsi HDSL core : menyediakan transmisi bidirectional (menggunakan dua atau

tiga transceiver disusun paralel) secara transparan bagi core frame (144 oktet), yang

berarti core frame tidak akan diproses oleh perangkat yang dilewati.

Fungsi stuffing dan destuffing : untuk sinkronisasi antara aplication data clock

sistem transceiver HDSL, dengan menambahkan zero atau dua buah stuffing quarts

pada setiap frame HDSL.

Page 77: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

77

Fungsi CRC-6 procedure dan transmission error detection : mengecek kebenaran

isi setiap frame HDSL yang ditransmisikan (error performance monitoring),

kesalahan dilaporkan oleh fungsi error reporting.

Failure detection : mendeteksi failure pada sistem transceiver HDSL yang

kemudian dilaporkan oleh fungsi failure reporting.

Bit timing : fungsi HDSL core yang memungkinkan sistem transceiver HDSL

memperoleh kembali informasi dari aggregate bit stream.

Frame allignment : menyediakan informasi yang memungkinkan sistem transceiver

HDSL memperoleh kembali frame HDSL dan overhead frame HDSL.

Autonomous start-up control : mempersiapkan sistem transceiver HDSL agar

berada dalam keadaan operasional.

Loopback control and co-ordination : untuk mengaktifkan dan menghentikan

loopbacks di dalam LTU, REG, dan NTU.

Fungsi Mapping : untuk menetapkan core frame ke dalam frame HDSL.

Control of maintenance channel : mengontrol kanal pemeliharaan dengan

menggunakan bit-bit overhead di dalam frame HDSL.

Synchonisation and co-ordination of HDSL transceiver digunakan untuk :

sinkronisasi antar sistem-sistem transceiver HDSL.

menyamakan perbedaan delay sinyal yang ada pada setiap pair.

mengurutkan kembali sinyal-sinyal yang datang dari setiap pair.

Identification of pair : untuk menandai setiap pair di LTU/NTU yang akan

mengidentifikasi setiap pair secara benar. Jika NTU mendeteksi adanya perubahan

yang tidak disengaja pada pair yang dignakan (interchange) maka proses

penyesuaiannya akan diperoleh dari fungsi correction of pair identification.

Seiring dengan perkembangan teknlogi yang semakin canggih maka layanan

komunikais pita lebar menjadi suatu kebutuhan yang tak terelakkan. Popularitas internet

sebagai suatu layanan mendorong tumbuhnya layanan komunikasi data pita lebar.

Kecenderungan ini ditanggapi secara positif oleh produsen teknologi telekomunikasi

dengan menciptakan berbagai produk yang dapat menjadi salah satu alternatif dalam

pembangunan jaringan broadband.

Sebagai contoh, telah ditemukan teknologi yang memanfaatkan jaringan akses

tembaga untuk mentransmisikan data dengan kecepatan yang tinggi. Teknologi ini mampu

menyediakan layanan komunikasi data yang lebih cepat dari ISDN (Integrated Service

Digital Network) maupun modem konvensional. Kecepatan data antara 160 kbps sampai

60 Mbps dapat dimungkinkan dengan teknologi baru yang disebut x-DSL. Teknologi x-

DSL mempunyai banyak jenis, diantaranya adalah :

HDSL (High bit rate Digital Subscriber Line)

ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line)

SDSL (Single line Digital Subscriber Line)

Page 78: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

78

MDSL (Multi rate Symmetric Digital Subscriber Line)

VDSL (Very high rate Digital Subscriber Line)

wDSL (waveleth Digital Subscriber Line)

RADSL (Rate Adaptive Digital Subscriber Line)

DSLAM (Digital Subscriber Line Access Multiplexer)

Dial Up ADSL

DSL Lite

Sebutan x-DSL berasal dari Bellcore, sebuah lembaga riset telekomunikasi di

Amerika Serikat. Turunan teknologi DSL sangat beragam, seperti yang disebutkan di atas,

namun demikian semua teknologi tersebut berbasis pada pemanfaatan jaringan kabel

tembaga sebagai media transmisinya. Teknologi turunan tersebut dapat digolongkan

berdasarkan mode transmisinya menjadi 2 macam yaitu simetris dan asimetris.

Tabel 2.1. Teknologi x-DSL berdasarkan mode transmisi

x-DSL

Simetris Asimetris

DSL ADSL

SDSL DSL Lite

HDSL VDSL

VDSL

Yang dimaksud dengan simetris adalah kecepatan arah kirim (upstream) dan arah terima

(downstream)sama besarnya. Sedangkan asimetris adalah kecepatan upstream dan

downstream berbeda. Berdasarkan kecepatan transmisi downstream maka teknologi x-

DSL dapat dibagi atas :

Tabel 2.2 Kecepatan Teknologi x-DSL

Kecepatan

Downstream Teknologi x-DSL

160 Kbps DSL

1,5 atau 2 Mbps HDSL, SDSL, DSL Lite, RDSL, ADSL

4 Mbps ADSL,Wdsl, RDSL

6 Mbps ADSL, RADSL

8 Mbps ADSL, RADSL

55 Mbps VDSL

Perbedaan paling mendasar antara teknologi modem analog dengan teknologi x-

DSL adalah mekanisme pembentukan hubungan. Pada modem analog sebelum hubungan

terbentuk perlu dilakukan proses dial up, yaitu proses pemanggilan pada nomor tujuan

seperti yang dilakukan pada layanan telepon biasa. Sedangkan pada teknologi x-DSL

tidak diperlukan proses dial up.

Konfigurasi dasar x-DSL terdiri dari sepasang modem, satu terletak pada sisi

sentral dan satu lagi pada sisi pelanggan seperti pada gambar 2.7.

Switching/

Jaringan telepon

Modem DSLModem DSL Modem DSLModem DSL

Kabel Temabaga Kabel Temabaga

Gambar 2.1. Konfigurasi Umum x-DSL

2.1 DSL (Digital Subscriber Line)

DSL merupakan modem yang dapat digunakan untuk mentransmisikan data

ekivalen dengan layanan ISDN BRA (Basic Rate Access). Teknologi DSL yang

Page 79: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

79

menggunakan jaringan kabel tembaga dapat mengirimkan data dengan kecepatan hingga

160 kbps. Teknik line coding yang digunakan adalah 2B1Q (2 Binary 1 Quartenary),

yang juga digunakan pada ISDN.

DSL mengirimkan data secara duplex (dua arah sekaligus, dari arah penerima dan

pengirim). Data dapat dikirim 2 arah secara simultan dengan kecepatan 160 kbps pada

kabel berdiameter 0,6 mm dengan perkiraan jarak maksimumnya adalah 6 km. Selain itu,

bila dikombinasikan dengan teknik multiplex dapat digunakan untuk menggandakan

saluran menjadi beberapa kanal suara yang lebih dikenal dengan istilah pairgain,

meskipun sebenarnya terminologi pairgain adalah nama vendor pembuat produk tertentu.

Proses multiplexing dan demultiplexing data menjadi 2 kanal B (masing-masing 64 kbps)

dan 1 kanal D (16 kbps) dan overhead untuk diteruskan ke terminal pelanggan.

Modem DSL mempunyai spektrum frekuensi dari 0 kHz sampai 80 kHz, namun

demikian beberapa sistem di Eropa menggunakan spektrum 0 kHz sampai 120 kHz. Saat

ini DSL digunakan pada aplikasi pengganda saluran digital, dimana DSL

mengkonversikan saluran tunggal menjadi 2 kanal logic, sehingga instalasi saluran kedua

tidak diperlukan.

Pemanfaatan teknologi DSL yang cukup aplikatif dan murah adalah akses jaringan

internet, hanya dengan menambahkan antarmuka yang berlaku umum. Seperti diketahui,

antarmuka yang umum pada jaringan internet adalah Ethernet 10 Base-T atau serial port

pada ternimal PC (Personal Computer). Dengan kecepatan DSL yang setara BRA maka

tidak diperlukan NIC (Network Interface Card) Ethernet 10 Base-T. Kecepata tersebut

masih bisa ditangani oleh serial port pada PC. Contoh konfigurasi pemanfaatan teknologi

DSL untuk akses internet seperti pada gambar 2.8.

Telepon

Analog

PC

Sentral

Telepon

Router/Hub

ISP

Antarmuka

RS 232

Network

TerminationNetwork

Termination

115 kbps

115 kbps

Gambar 2.8. Konfigurasi DSL Untuk Aplikasi Internet.

2.2 HDSL (High bit rate Digital Subscriber Line)

HDSL adalah teknologi modem yang merupakan pengembangan dari teknologi

PCM -30 (Pulse Code Modulation) yang berbasis kecepatan 2 Mbps. Implementasi HDSL

semula dimaksudkan untuk mengantisipasi keterbatasan jarak jangkauan jaringan

penghubung antar sentral telepon antar gerbang komunikasi data yang membutuhkan

saluran dengan kecepatan 2 Mbps atau kelipatannya.

HDSL menggunakan 2 atau 3 pair kabel tembaga untuk mengirimkan data dengan

kecepatan 1,5 Mbps atau 2 Mbps. Munculnya dua kecepatan yang berbeda tersebut karena

adanya penggunaan dua standar yang berbeda, yaitu ETSI (European Telecommunication

Standard Institute)dengan kode E.1 dan ANSI (American National Standard Institute)

dengan kode T.1.

Teknik modulasi yang digunakan dalam HDSL adalah QAM (Quadrature

Amplitude Modulation) dan CAP (Carrierless Amplitude/Phase Modulation). Jarak

operasi maksimum yang bisa dicapai modem HDSL adalah 4,5 km pada jaringan kabel

tembaga homogen berdiameter 0,6 mm tanpa menggunakan loading coil dan bridge tap.

Konfigurasi perangkat modem HDSL secara umum ditunjukkan pada gambar 2.9. Pada

Page 80: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

80

sentral ditempatkan modem HTU-C (HDSL Transceiver Unit – Central Terminal) dan

pada sisi pelanggan ditempatkan HTU-RT (HDSL Transceiver Unit – Remote Terminal).

Berdasarkan tipenya, perangkat HDSL dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

HDSL tipe rak/shelf.

Pada tipe ini, perangkat HDSL berupa modul-modul/card yang ditempatkan pada

rak/shelf. Tipe ini lebih cocok digunakan pada tempat yang terpusat dengan jumlah

pengguna yang banyak. Karena tipe ini memiliki kapasitas yang besar, maka harus

dilengkapi dengan sistem kontrol operasional perangkat.

HDSL tipe desktop/stand-alone.

Pada tipe ini, perangkat HDSL berupa terminal desktop/modem dan lebih sesuai

untuk lokasi yang terdistribusi dan jumlah pemakai kecil.

Aplikasi tipikal untuk HDSL seperti pada hubungan PBX (Private Branch

Exchange), BTS (Base Transceiver Station) komunikasi selular, sistem DLC (Digital

Loop Carrier), jaringan komunikasi data, remote LAN (Local Area Network), dan

internet. Konfigurasi dasar HDSL terlihat pada gambar 2.9 di bawah ini.

HTU-CT HTU-RT

Modem HDSL Modem HDSL

2 atau 3 pair

kabel tembaga

2 Mbps 2 Mbps

Gambar 2.9. Konfigurasi Umum HDSL.

Beberapa aplikasi HDSL sebagai jaringan transmisi.

HTU-CT HTU-RTSaluran HDSLSisi

Sentral

Antarmuka G703/

ISDN - PRA

Antarmuka G703/

ISDN - PRA

Sisi

Sentral Gambar 2.10 HDSL pada jaringan penghubung antar sentral telepon.

HTU-CT HTU-RTSaluran HDSLSisi

Sentral

Antarmuka G703/

ISDN - PRA

Base Station Base Station

Antarmuka G703/

ISDN - PRA

Gambar 2.11 HDSL pada jaringan transmisi radio.

HTU-CT HTU-RTSaluran

HDSL

Antarmuka G703/

ISDN - PRA

Router

LAN

Router

LAN

Antarmuka G703/

ISDN - PRA

Gambar 2.12 HDSL pada jaringan penghubung antar LAN.

2.3 SDSL (Single line Digital Subscriber Line)

Teknologi SDSL hampir sama dengan HDSL. Perbedaan mendasar antara HDSL

dan SDSL adalah pada sisi pelanggan dapat langsung terhubung ke terminal pelanggan

seperti halnya pesawat telepon. Sedangkan pada HDSL membutuhkan perangkat

multiplex tambahan. SDSL mampu menyalurkan data dengan kecepatan T.1 atau E.1

Page 81: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

81

dengan menggunakan satu saluran telepon saja, oleh karena itu disebut Single line Digital

Subscriber Line.

SDSL mempunyai keunggulan komparatif karena SDSL hanya membutuhkan satu

saluran saja tanpa harus menambah saluran lain seperti halnya pada pemasangan HDSL.

Ini merupakan suatu keunggulan dari sudut pandang pelanggan, karena biasanya

pelanggan hanya memiliki satu saluran saja. Kecepatan data yang didukung oleh SDSL

sama dengan HDSL, yaitu 1,5 Mbps atau 2 Mbps. Karena hanya menggunakan satu

saluran saja, maka jarak jangkau maksimal SDSL lebih pendek dari HDSL.

2.4 MDSL (Multi rate Symmetric Digital Subscriber Line)

Teknologi ini tergolong teknologi x-DSL dengan mode transmisi simetris.

Lahirnya MDSL dipicu oleh kebutuhan akan link transmisi simetris dengan kecepatan

menengah sebagai penghubung antar router maupun bridge. Sesuai dengan namanya,

MDSL mendukung beberapa kecepatan transmisi data.

Konfigurasi MDSL masih seperti teknologi x-DSL yang lain, yaitu sepasang

modem (di sisi sentral dan di sisi pelanggan) yang menggunakan jaringan kabel tembaga

sebagai media penghubungnya. Interface yang digunakan pada teknologi ini adalah V.35

atau T1/E1 serta line coding yang digunakan adalah CAP. Kecepatan transmisi yang

disediakan oleh MDSL cukup beragam, mulai dari 144 kbps, 272 kbps, 400 kbps, 528

kbps, 784 kbps, 1040 kbps, 1552 kbps, 2060 kbps, sampai 2320 kbps. Jarak operasi yang

bisa dicapai oleh MDSL pada jaringan kabel tembaga berdiameter 0,55 mm adalah 8,9 km

pada kecepatan terendah. Konfigurasi MDSL terlihat pada gambar 2.10.

SISI PELANGGAN

Frame

Relay

Modem

MDSLModem

MDSL

2.320 kbps - 144 kbps

PSTN

2.320 kbps - 144 kbps

SISI SENTRAL

Sentral

Telepon

Router/Hub

Router

PABX

PC

PC

Gambar 2.13. Konfigurasi MDSL.

2.5 VDSL (Very high bit rate Digital Subscriber Line)

Pada awal kemunculannya teknologi VDSL disebut dengan VADSL (Very high

rate ADSL), karena VDSL juga dianggap sebagai modem asimetrik seperti halnya ADSL

namun dengan kecepatan yang lebih tinggi. Pada kesempatan lain VDSL sering disebut

BDSL (Broadband DSL) karena dapat mendukung layanan-layanan komunikasi

broadband.

Ide lahirnya VDSL adalah bagaimana menyediakan layanan transmisi data dengan

kecepatan lebih tinggi dari 8 Mbps atau layanan yang lebih dari ADSL pada jaringan

kabel tembaga yang sama. Pada konsepnya VDSL dirancang untuk aplikasi simetrik dan

asimetrik tergantung kebutuhan layanan. Kecepatan simetrik biasanya digunakan pada

aplikasi LAN, MAN (Metropolitan Area Network), atau WAN (Wade Area Network).

Sedangkan kecepatan asimetrik biasanya digunakan pada aplikasi multimedia interaktif

seperti Video on Demand. Kecepatan data dan jarak yang mampu dilayani VDSL seperti

pada tabel 2.5.

Tabel 2.5. Kecepatan Data dan Jarak Operasional VDSL

VDSL simetrik VDSL asimetrik

Page 82: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

82

Downstream Upstream Perkiraan

jarak Downstream Upstream

Perkiraan

jarak

(Mbps) (Mbps) (Meter) (Mbps) (Mbps) (Meter)

34 34 - 52 6,4 300

26 26 300 34 atau 38 4,3 -

19 19 - 26 3,2 1000

13 13 1000 19 2,3 -

6,5 6,5 1500 13 1,6 1500

4,3 4,3 2500 6,5 1,6 atau 8 2000

2,3 2,3 3500

Dengan kecepatan data yang sedemikian tingginya, maka diharapkan VDSL akan

menjadi suatu solusi penyedia layanan multimedia interaktif secara penuh ataupun

kebutuhana kanal komunikasi yang membutuhkan kecepatan data yang tinggi.

Konfigurasi VDSL seperti pada gambar 2.11.

-Sentral Telepon

-Jaringan komputer

Data

-ISP

B-ONU

dengan VTU-C

Telepone

Splitter

POTS/ISDN

PC dengan

ATM NIC

VOD,MOD

(hiburan)

VTU-R

STB

Gambar 2.14. Konfigurasi VDSL.

2.6 ADSL (Assymetric Digital Subscriber Line)

ADSL pada prinsipnya sama dengan teknologi modem x-DSL yang lainnya, yaitu

sepasang modem yang diletakkan pada dua sisi, sisi sentral untuk menerima sumber

layanan dan sisi penerima untuk menampilkan layanan ke peralatan pelanggan.

Mode transmisi pada ADSL berbeda dengan modem DSL atau HDSL yang

bersifat simetris, dimana sinyal informasi dikirim dan diterima dengan kecepatan yang

sama. Mode transmisi ADSL adalah asimetris, dimana kecepatan upstream dan

downstrean tidak sama. Pemilihan kecepatan yang tidak sama ini disesuaikan dengan

karakteristik pelanggan yang lebih banyak melakukan proses download daripada proses

upload. Biasanya peorses download membutuhkan kecepatan transmisi yang besar dan

proses upload biasanya membutuhkan kecepatan yang rendah.

Kecepatan yang bisa dilayani oleh ADSL bervariasi antar 64 kbps sampai 1 Mbps

untuk upstream dan 2 Mbps sampai 8 Mbps untuk downstream. Dengan kecepatan

downstream yang demikian tinggi maka sinyal video dengan teknik kompresi MPEG-2

(Motion Picture Expert Group – 2)bisa dikirim ke rumah pelanggan dengan baik. Saat ini

ada dua sistem transport yang digunakan dalam ADSL yaitu berbasis ATM

(Asynchronous Transfer Mode) dan berbasis paket data (Ethernet-10 Base T). Korelasi

antara jarak operasi dengan kecepatan yang bisa dicapai ADSL dalam kondisi jaringan

ideal dapat dilihat pada tabel 2.6.

Page 83: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

83

Tabel 2.6. Hubungan Kecepatan - Jarak Opersional ADSL

Kecepatan Perkiraan Jarak

(Mbps) (km)

2 5,5

4 4,5

6 4

8 3,5

Teknik line coding yang digunakan pada ADSL ada dua macam yaitu CAP

(Carrierless Amplitude/Phase Modulation) atau DMT (Discrete Multi Tone). Teknik line

coding DMT memberi keuntungan dimana sistem menjadi lebih tahan terhadap noise atau

interferensi. Disamping itu dengan DMT menjadikan ADSL rate adaptive, yaitu

kecepatan transmisi bisa berubah mengikuti performansi jaringan kabel tembaga yang

dijadikan media transmisinya. Sementara itu pada teknik konvensional apabila

performansi kabel turun maka sinyal yang dikirimkan akan rusak.

ATU-C

Network

Management

Sentral

Telepon

Data

Network

Internet Service

Provider

Corporate

Network

Router/

ATM Switch

ATU-R

PELANGGAN RUMAH

PC

Telepon

ATU-R

PELANGGAN BISNIS

PC PC PC

Telepon

Gambar 2.15. Konfigurasi ADSL

2.6.1 ATU-R / ATU-C Transceiver.

ATU-R (ADSL Transceiver Unit – Remote Terminal) dan ATU-C (ADSL

Transceiver – Central Terminal) secara garis besar terdiri dari tiga buah blok fungsional,

yaitu :

DI (Digital Interfaces),

DSP (Digital Signal Processing), dan

AI (Analog Interfaces)

Komposis blok fungsional ATU-C dan ATU-R seperti yang terlihat pada gambar 2.10 dan

gambar 2.11 di bawah ini.

Page 84: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

84

U atau S/T

Interface

DS2

DS1

EOC

Saluran

Telepon

Analog

Interfaces

DS

US

Digital

Signal

Processing

DS DS

US US

Digital

Interfaces

DS

US

Gambar 2.16. Diagram Blok Fungsional ATU-C

U atau S/T

Interface

EOC

A Bus

Analog

Interfaces

DS

US

Digital

Signal

Processing

DS DS

US US

Digital

Interfaces

DS

US

Saluran

Telepon

Gambar 2.17. Diagram Blok Fungsional ATU-R

2.3.6.2. DMT Line Coding

Teknik modulasi pada x-DSL secara garis besar terbagi menjadi 2 kelompok besar

yaitu modulasi single carrier dan modulasi multi carrier. Modulasi single carrier

menggunakan sinyal pembawa tunggal dalam membawa sinyak informasi, sedangkan

modulasi multi carrier menggunakan banyak sinyal pembawa.

Contoh teknik modulasi single carrier yang digunakan dalam x-DSL adalah CAP

(Carrierless Amplitude/Phase Modulation). Sedangkan teknik modulasi multi carrier

yang digunakan adalah DMT (Discrete Multi Tone) atau DWTM (Discrete Wavelet Multi

Tone).

DMT transmitter terdiri dari beberapa blok seperti pada gambar 2.12 di bawah ini.

Serial

to

Paralel

Block

Encoder

2N point

Complex

to

Real

IFFT

Paralel to

Serial

and

Cyclic

Prefix

D/A

Converter

and Analog

Lowpass

Filter

Data

1

N

1

2N

Channel

Gambar 2.18. DMT Transmitter

Serial to Paralel.

Pada bagian ini data yang diterima diubah menjadi data paralel yang kemudian

dikelompokkan menjadi N buah blok.

2N point Complex to Real IFFT (Inverse Fast Fourier Transform).

IFFT digunakan untuk mengubah sinyal dari frequency domain menjadi time

domain.

Paralel to Serial and Cyclic Prefix.

Pada blok ini output IFFT (2N) akan diubah menjadi serial dan kemudian akan

ditambahkan Cyclic Prefix. Cyclic Prefix dicuplik dari akhir sebuah blok,

kemudian akan disalin ke awal blok tersebut. Ini akan mengakibatkan sinya

terlihat seperti sinyal yang periodik.

D/A Converter and Analog Lowpass Filter.

D/A Converter digunakan untuk mengubah sinyal digital menjadi sinyal analog.

Sedangkan Analog Lowpass Filter akan menyaring frekuensi tinggi yang tidak

diinginkan. Kemudian sinyal tersebut akan ditransmisikan melalui channel

(saluran transmisi).

DMT receiver terdiri dari beberapa blok seprti terlihat pada gambar 2.13 di bawah

ini.

Page 85: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

85

Analog

Receive

Filter and

A/D

Converter

Time

Domain

Equalizer

Removal of

Cyclic

Prefix

Serial to

Paralel

2N point

Real to

Complex

FFT

One tap

per

Channel

Equalizer

Decision

Device

Paralel

to

Serial

Channel

1

2N

1

N

NN

11

Data

Gambar 2.19. DMT Reciever

Analog Receiver Filter and A/D Converter.

Sinyal yang diterima oleh DMT Receiver pertama akan disaring oleh Analog

Receiver Filter untuk menghilangkan noise. Kemudian sinyal analog tersebut akan

diubah menjadi sinyal digital oleh A/D Converter.

Time Domain Equalizer.

Fungsi utama dari Time Domain Equalizer adalah untuk memperkecil impulse

respone agar sama atau lebih kecil dari salah satu cyclic prefix.

Removal of Cyclic Prefix.

Pada blok ini cyclic prefix yang telah ditambahkan oleh DMT transmitter akan

dihilangkan.

Serial to Paralel.

Pada blok ini data serial akan diubah menjadi paralel.

2N point Real to Complex FFT (Fast Fourier Transform).

Sinyal akan diubah dari time domain menjadi frequency domain.

Decision Device & Paralel to serial.

Simbol-simbol dari sub-kanal akan dideteksi dan diubah menjadi data lagi. Data

kemudian akan diubah dari paralel menjadi serial.

Page 86: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

86

BAB 3. KONSEP PERAMALAN

DEFINISI PERAMALAN

ADALAH PERKIRAAN TENTANG SESUATU YANG AKAN TERJADI PADA

WAKTU YANG AKAN DATANG BERDASARKAN PADA DATA YANG ADA

PADA WAKTU SEKARANG DAN WAKTU LAMPAU, YANG DILAKUKAN

BERULANG DAN HARUS SELALU DIULANG SESERING MUNGKIN.

TUJUAN PERAMALAN

MEMPERSIAPKAN DASAR PERENCANAAN YANG AKAN MEMANDU

IMPLEMENTASI DARI SUATU KEGIATAN

MEMBERIKAN INFORMASI DASAR YANG DIPERLUKAN UNTUK

PERENCANAAN

MEMBERI GAMBARAN MASA DEPAN YANG PALING MENDEKATI

KENYATAAN, YANG AKAN DIPAKAI SEBAGAI ALAT BANTU UNTUK

MENENTUKAN STRATEGI PERUSAHAAN

PASSIVE AKTIF

FORECAST PLAN

PENYUSUNAN PEMILIHAN

ALTERNATIF ALTERNATIF

STRATEGI

BUDGET

RENCANA

PELAKSANAAN

DLL

GAMBAR HUBUNGAN ANTARA PERAMALAN & PERENCANAAN

RUANG LINGKUP PERAMALAN :

PENGUMPULAN & PENGATURAN DATA (INTERNAL & EKSTERNAL)

MANAJEMEN JUMLAH DEMAND

MENGANALISA PERBEDAAN ANTARA NILAI RAMALAN & REALISASI, SERTA

MEMPERBAIKI METODA PERAMALAN YANG DIPILIH

PERAMALAN JUMLAH DEMAND SECARA MAKRO & MIKRO

PROSES PERAMALAN SECARA UMUM :

DEFINISI MASALAH

PENGUMPULAN DATA

PEMILIHAN METODE PERAMALAN

ANALISA PERAMALAN

PELAPORAN/DOKUMENTASI

TINGKAT KEBUTUHAN TELEPON MENURUT TEORI PEMASARAN

TINGKAT KONDISI BERLEBIHAN (OVERFULL DEMAND)

TINGKAT KONDISI PENUH (FULL DEMAND)

TINGKAT KONDISI MENURUN (FALTERING DEMAND)

TINGKAT KONDISI KURANG (LATENT DEMAND)

Page 87: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

87

TINGKAT KONDISI TIDAK ADA (NO DEMAND)

DALAM MERENCANAKAN ATAU MEMBANGUN SUATU JARINGAN

TELEKOMUNIKASI, FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN SECARA TELITI

ADALAH

DAFTAR TUNGGU DAN

WAKTU TUNGGU PELAYANAN PENYAMBUNGAN TELEPON.

DAFTAR TUNGGU ADALAH JUMLAH SEMUA CALON PELANGGAN YANG

SECARA RESMI MENDAFTAR KE KANTOR PELAYANAN TELEPON/UPT

SETEMPAT

WAKTU TUNGGU PELAYAYAN PENYAMBUNGAN TELEPON ADALAH TEMPO

ANTARA CALON PELANGGAN MULAI MENGAJUKAN PERMOHONAN

SAMPAI DENGAN SELESAINYA PENYAMBUNGAN TELEPON KE RUMAH

MEREKA (KRING)

BILA KURANG DIPERHATIKAN AKAN MENGAKIBATKAN PRAKIRAAN

KEBUTUHAN TELEPON MELESET, KARENA ADANYA KEMUNGKINAN

TIDAK JADI MEMASANG TELEPON SAAT ADA

NOMOR(PENYAMBUNGAN):

BERUBAH KEMAUAN

PINDAH ALAMAT

MENGAKIBATKAN KEBUTUHAN BATAL ATAU SEBALIKNYA,

TIBA-TIBA MEMBLUDAKNYA CALON PELANGGAN SEHINGGA

MENGAKIBATKAN KEBUTUHAN TERTAHAN (SUPPRESSED DEMAND)

ADA 3(TIGA) KEMUNGKINAN YANG DAPAT TERSIRAT DARI DAFTAR

TUNGGU :

DAFTAR TUNGGU < KEBUTUHAN TELEPON YANG SEBENARNYA

DAFTAR TUNGGU > KEBUTUHAN YELEPON YANG SEBENARNYA

DAFTAR TUNGGU MENUNJUKKAN ANGKA YANG SESUAI(MENDEKATI)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKURATAN HASIL

PERAMALAN

DATA PENUNJANG YANG AKURAT HARUS CUKUP SEHINGGA DAPAT

DISUSUN DALAM BENTUK HISTORICAL DATA YANG TEPAT DAN DAPAT

MENGGAMBARKAN INFORMASI DASAR BERBAGAI FAKTOR-FAKTOR

DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN TELEPON

SUATU PROSEDUR ATAU TAHAPAN-TAHAPAN PERHITUNGAN DENGAN

BANTUAN PROSES KOMPUTER, AGAR HASIL PRAKIRAAN DAPAT

DIPEROLEH SEGERA DAN DAPAT DILAKSANAKAN SECARA BERULANG

UNTUK BERBAGAI ALTERNATIF DATA DAN MODEL PERHITUNGAN

MEMPERHITUNGKAN DAMPAK DARI KENDALA-KENDALA YANG ADA

PADA SAAT INI YANG MUNGKIN AKAN MEMPENGARUHI DALAM

PEMENUHAN KEBUTUHAN TELEPON

SIAPAKAH PENGGUNA PERAMALAN ?

TOP MANAJEMEN ?

MANAGER/SUPERVISOR ?

Page 88: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

88

PERIODE PERAMALAN

ADA 3(TIGA) PERIODE ATAU TAHAPAN

PERIODE 0(NOL) TAHUN, YAITU SAAT DILAKUKAN SURVEY

KEBUTUHAN PADA PERIODE O TAHUN

JUMLAH CALON PELANGGAN YANG TELAH TERDAFTAR PADA DAFTAR

TUNGGU DAN POLA

PERIOSDE 5(LIMA) TAHUN

KEBUTUHAN PADA PERIODE O TAHUN

PRAKIRAAN PERTUMBUHAN KEBUTUHAN TELEPON UNTUK 5 TAHUN

KEDEPAN, SESUAI DENGAN PRAKIRAAN PERTUMBUHAN KOTA JANGKA

PENDEK

PERIODE 15(LIMABELAS) TAHUN

DIHITUNG UNTUK MASING-MASING LOKASI BERDASARKAN :

KEBUTUHAN PADA PERIODE O TAHUN

PRAKIRAAN PERTUMBUHAN KEBUTUHAN TELEPON UNTUK 15 TAHUN

KEDEPAN, SESUAI DENGAN PRAKIRAAN PERTUMBUHAN KOTA JANGKA

PANJANG

PERAMALAN DI BIDANG TELEKOMUNIKASI

BERDASARKAN REKOMENDASI CCITT WORKING GROUP GAS 5

MELIPUTI FASE-FASE :

PENGUMPULAN DATA

PENINJAUAN

PENELITIAN

EVALUASI & PERHITUNGAN DALAM BERBAGAI CARA AGAR

KEAKURATANNYA TINGGI

INTI DARI PROSES PERAMALAN ADALAH METODE YANG DIGUNAKAN, NAMUN

SELALU KESULITAN UNTUK MELAKUKANNYA SEHINGGA PERLU

PENDEKATAN-PENDEKATAN/ASUMSI :

MENGIKUTI KURVA DATA HISTORIS

MENGGUNAKAN PERSONAL JUDGEMENT

YANG PERLU DIRAMAL

DEMAND FORECASTING

TRAFFIK FORECASTING

KEDUANYA SANGAT ERAT HUBUNGANNYA SEPERTI HUBUNGAN ANTARA

HARGA BARANG DAN JUMLAH PERMINTAAN

TERLEPAS DARI METODE YANG DIGUNAKAN, KUALITAS RAMALAN

DITENTUKAN OLEH KUALITAS DATA. JIKA DATA YANG DAPAT DIPERCAYA

TIDAK TERSEDIA MAKA HAL PERTAMA YANG HARUS DILAKUKAN SI PERAMAL :

MEMBUAT SUATU PROSES PENGUMPULAN DATA YANG TEPAT

IDENTIFIKASI PERTUMBUHAN YANG TERJADI SEBELUMNYA & DATA

HISTORIS BEBERAPA TAHUN YANG LALU, YANG DAPAT MEMPROYEKSIKAN

MASA DATANG

PENGECEKAN DATA UNTUK MENGHILANGKAN KERAGUAN & INFORMASI

YANG TIDAK RELEVAN

MELAKUKAN PENYESUAIAN FAKTOR PERHITUNGAN

MENCOBA DAN MEMADUKAN DUA ATAU LEBIH METODE PERAMALAN

Page 89: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

89

Page 90: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

90

Model yang mendasari metode peramalan adalah model deret berkala. Pemilihan suatu

metode deret berkala yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data yang

dapat dibedakan dibedakan menjadi 4(empat) jenis, yaitu :

d. Pola Horisontal.

Pola horisontal adalah pola dimana nilai data berfluktuasi disekitar nilai rata-rata

yang konstan. Deret seperti ini stasioner terhadap nilai rata-ratanya.

e. Pola Musiman

Pola musiman terjadi bila nilai data berfluktuasi secara periodik. Pola ini dipengaruhi

oleh faktor musiman seperti kuartal atau bulanan yang merupakan gerakan berulang

secara teratur selama setahun.

f. Pola Siklis

Pola data yang memiliki gerakan menaik dan menurun secara siklis disekitar trend

statistik. Pola ini dipengaruhi oleh fluktusasi ekonomi jangka panjang.

Y

Waktu

Y

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu

Page 91: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

91

g. Pola Trend

Pola trend adalah pola data yang mempunyai gerakan berjangka panjang dan

cenderung menuju ke satu arah, yaitu arah naik atau arah turun. Pola trend

mencerminkan sifat kontinuitas sehingga memiliki gerakan yang paling stabil

dibandingkan dengan ketiga pola lainnya.

Pola trend ini dapat dibagi atas dua jenis, yakni :

PENGECEKAN PERAMALAN

MELAKUKAN PENGUKURAN TINGKAT KELAYAKAN DAN KESESUAIAN

DENGAN MENGUKUR :

RELEVANSI PERAMALAN (Valid)

KEAKURATAN (Accuracy)

KELAYAKAN (Reliability)

KEPERCAYAAN (Credibilyty)

1. Relevansi Peramalan

Peramalan jumlah trafik untuk sentral didasarkan pada hasil peramalan jumlah

subscriber dan calling rate tiap subscriber seperti keadaan yang digambarkan kurca

dibawah ini

N

t

Past Future

a

Y

Waktu

Page 92: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

92

Calling Rate

t

Past Future

Relevansi, keakuratan, kelayakan dan kepercayaan dari peramalan jumlah subscriber

(N) diatas tampak cenderung naik hal ini disebabkan oleh keputusan manajemen untuk

mengantisipasi kebutuhan sambungan telepon akibat pembangunan rumah susun

diwilayah tersebut (misalnya). Sedangkan calling rate selama pengamatan tidak

mengalami perubahan, peramal mengasumsikan bahwa calling rate akan tetap di masa

yang akan datang.

Dari dua kurva tersebut maka dihasilkan peramalan trafik mengikuti perhitungan A= N

x a sebagaimana kurva berikut :

A

t

Past Future

Peramalan yang dibuat diatas tidak relevan atau valid.

Mengapa ?

Karena peramalan tersebut hanya mempertimbangkan pertambahan jumlah pelanggan

biasa (residential line) sebagai akibat pembangunan rumah susun, tanpa

mempertimbangkan adanya pelanggan bisnis

Seharusnya pendekatan peramalan yang dilakukan adalah memisahkan antara

peramalan trafik untuk pelanggan biasa dengan pelanggan bisnis namun digambarkan

dalam satu diagram.

KEAKURATAN

Y

Benar

Salah

Page 93: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

93

t

Past Future

KELAYAKAN

Y

terlalu banyak mengabaikan

simpangan data yang ada

t

Past Future

KEPERCAYAAN

N

Salah

Benar

Karena

adanya pola siklis yang tidak diperhatikan

t

Past Future

PERENCANAAN JARINGAN

SUATU JARINGAN DIBANGUN UNTUK MENCAKUP SUATU WILAYAH

‘COMMUNITY OF INTEREST’ YANG BESAR.

Page 94: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

94

LETAK SENTRAL-SENTRAL WILAYAH PERLU DIPERHATIKAN UNTUK

MENDAPATKAN JARINGAN YANG EKONOMIS, BEGITU PULA SYARAT-SYARAT

TRANSMISINYA DALAM HAL :

PENAMBAHAN SALURAN PELANGGAN & JUNCTION

PERLUASAN SENTRAL-SENTRAL MAUPUN PEMBANGUNAN SENTRAL-

SENTRAL BARU

III.2 PERAMALAN KEBUTUHAN TELEPON

III.2.1. Pengumpulan Data

a. Pengertian

Data adalah segala sesuatu yang dapat menggambarkan suatu kondisi baik dalam

bentuk tulisan maupun lisan yang bersumber dari instansi pemerintah, swasta yang

resmi maupun hasil dari penelitian langsung.

b. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat diperoleh dari pihak terkait sebagai berikut :

1) Pihak Ekstern (Luar PT.TELKOM)

2) Pihak Intern (Data PT.TELKOM)

a) Dari pihak ekstern

(1) Dari PEMDA/BAPPEDA ;

Data-data yang diperlukan adalah :

(a) Rencana Induk Kota (RIK) yang terdiri dari data,analisa dan

rencana pengembangan kota.

(b) Statistik dalam angka. (misal kota Bandung dalam angka)

(c) Peta Kota

(2) Dari pihak swasta (misal developer) :

Data yang dicari adalah mengenai program pembangunan rumah,

perkantoran, pertokoan dan rencana lainnya.

b) Pihak Intern PT.TELKOM

Data yang diperlukan guna peramalan kebutuhan telepon adalah :

Potensi telepon.

Statistik gangguan.

Situasi bangunan/ lay out.

Daftar tunggu.

Serta data hasil survay lapangan.

c. Evaluasi Data.

1) Evaluasi Data Kota.

Page 95: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

95

Data pertahun sering tidak dapat diperooleh, disamping dari data yang didapat

sering berbeda pada tahun yang sama.

Dengan demikian diperlukan kecermatan dalam memilih dan menentukan data

sebagai masukan. Kompensasi data yang diperoleh dari RIK sangat membentu

dalam pengambilan keputusan.

2) Analisa Kota.

Kecenderungan kota perlu diketahui dengan pendekatan-pendekatan yang

dilakukan berdasarkan : perencanaan PEMDA/BAPPEDA, kebijakan

Pemerintah, fakta di lapangan dan rencana kota.

Setelah mengevaluasi data kota serta mempertimbangkan kecenderungan kota

dan rencana kota, diharapkan dapat ditentukan data akhir yang lebih akurat.

III.2.2. Metode Peramalan Kebutuhan Telepon

a. Pengertian

Peramalan kebutuhan telepon dimaksudkan untuk mengetahui besarnya jumlah

satuan sambungan telepon yang dibutuhkan oleh pelanggan pada masa akan

datang. Untuk keperluan ini sangat dibutuhkan lengkapnya data pada masa lalu

dan sekarang serta perkiraan keadaan pada masa akan datang. Sehubungan dengan

perencanaan kabelnya maka ditentukan tahun-tahun peramalannya sebagai batasan

keperluan pembangunan.

Peramalan kebutuhan telepoon secara garis besar dapat dibagi menjadi dua yaitu :

Peramalan secara Makro dan

Peramalan secara Mikro.

b. Peramalan Kebutuhan Secara Makro.

1) Dasar peramalan kebutuhan telepon

Perkembangan kebutuhan telepon sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

salah satu diantaranya adalah :

(a) Faktor Penentu (Basic Factor)

Faktor penentu untuk memperkirakan besarnya kebutuhan telepon yang

terdiri atas :

(1) Kependudukan

Jumlah penduduk ( kepadatan penduduk )

Tingkat pertumbuhan penduduk per tahun.

(2) Indeks Ekonomi

Gross Domestic Product (GDP)

Pendapat Nasioonal per kapita.

(3) Pos Telepon (Telepon Connection)

Jumlah pos terpasang

Page 96: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

96

Jumlah pos telepon yang diminta dan menunggu.

(4) Tarif Telepon

Ongkos pasang sambungan telepon

Uang langganan berdasarkan pulsa

Sewa perangkat telepon lainnya.

2) Beberapa Metode peramalan antara lain .

a) Metode Ekonometrik.

Pemikiran dasar metode ekonometrik adalah segala sesuatu dalam

dunia nyata bergantung pada segala sesuatu yang lain. Hubungan saling

ketergantungan atau mempengaruhi suatu kondisi bisa mencapai tak

terhingga, akan tetapi karena keterbatasan pengumpulan data dan

komputasi menyebabkan jumlah aspek tersebut dibatasi. Model

ekonometrik merupakan hal yang sangat berharga untuk meningkatkan

pemahaman cara kerja sistem ekonomi dan untuk menguji serta

mengevaluasi alternatif kebijaksanaan.

Rumusan metoda ini biasanya dinyatakan dalam persamaan sebagai

berikut :

Y = (a,b,…) + q

Dimana :

(a,b,…) adalah variabel-variabel dari faktor-faktor yang berpengaruh.

Misalnya : ekoonomi, sosial , dll.

Q adalah variabel yang tidak bergantung pada (a,b,…)

Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain :

(1) Pendapatan nasional.

(2) Prosentasi populasi dalam industri, kepegawaian, dll.

(3) Distribusi pendapatan.

(4) Struktur ekonomi setempat.

b) Metode Ekstrapolasi.

Peramalan dibuat berdasarkan tingkat perkembangan pada masa lalu.

Perhitungan kebuuhan telepon pada metode ini dapat dibagi sebagai

berikut :

Perhitungan menurut perkembangan linier.

Perhitungan menurut perkembangan kwadratis.

Page 97: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

97

Perkembangan menurut perkembangan linier yakni jika perkembangan

pada tahun-tahun yang akan datang diperkirakan sama dengan

perkembangan kebutuhan pada tahun-tahun sebelumnya.

Perhitungan menurut perbandingan kwadratis yakni jika perkembangan

kebutuhan pada tahun-tahunakan datang meningkat dengan cepat.

c) Metode Perbandingan.

Pada metode ini semua perkiraan dibuat berdasarkan perbandingan

antara dua kota atau dua negara. Metode ini biasanya digunakan untuk

negara-negara yang tidak memiliki data-data perkembangan kebutuhan

telepon.

d) Metode Regresi.

Metode ini dapat untuk menyelidiki ada atau tidaknya hubungan antara dua

variabel dan menentukan hubungan tersebut jika memang ada.

Data yang dibutuhkan merupakan dua kelompok hasil

observasi/pengukuran.

e) Metode Normatif.

Metode ini menganut apa saja yang menjadi aturan nasional. Digunakan

hanya untuk perkiraan awal perencanaan.

f) Metode Causal (Sosio-Economic Mode).

Cara ini cukup akurat namun perlu terus mempertimbangkan cara-cara

pengerjaannya.

3) Metoda Ekstrapolasi.

Metoda ekstrapolasi dipakai bilamana :

a) Daerahnya masih luas banyak lahan kosong.

b) Pembangunan daerah cukup lancar dan sesuai rencana.

c) Fluktuasi kebutuhan telepon rendah/kecil.

Metoda ini dapat diandalkan untuk melakukan peramalan kebutuhan telepon

untuk jangka waktu yang pendek, selama data informasi (daftar tunggu) dari

tahun-tahun sebelumnya dikerjakan secara baik.

Ekstrapolasi dapat dikelompokkan sbb :

a) Ekstrapolasi Linier

Penggunaan cara ini, apabila tingkat kenaikan/penurunan kebutuhan telepon

pada tahun-tahun yang akan datang diperkirakan konstan atau hampir sama

dengan tingkat perkembangan pada tahun sebelumnya.

(1) Penerapan garis trand linier.

Bentuk umum persamaan linier :

Y = a + bx ……….……………persamaan 1.1

Page 98: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

98

Dimana :

Y = kepadatan telepon / 100 penduduk.

X = perioda tahun.

a,b = konstanta nilai-nilai statistik yang dihitung dari data sampel deret

berkala yang bersangkut (berdasarkan data statistik UPT).

Persamaan dari nilai-nilai observasi dan nilai-nilai trend bagi garis linier

dapat diberikan sebagai berikut :

IYi= IYi‟= I(a + bXi) ……………………persamaan 1.2

dimana : (Yi) = nilai berkala yang diamati pada periode Xi.

(Yi‟) = nilai trend yang dihitung pada periode Xi.

Dan

I(Yi.Xi)= I(Yi‟.Xi)= I(a+bXi)Xi……..persamaan 1.3

Bila jumlah data pengamatan sebanyak n, maka selanjutnya berdasarkan

persamaan 1.2 dan 1.3, dihasilkan :

Yi = na + b Xi …………………………………..persamaan 1.4

(YiXi) = a Xi + b Xi2 …………………………..persamaan 1.5

III.2.1 Metode Regresi Linier Sederhana

Regresi linier sederhana merupakan analisa regresi dari suatu pengukuran Y

tunggal (variabel tidak bebas) terhadap pengukuran t tunggal (variabel bebas) dimana nilai

Y dinyatakan pada sumbuvertikal sedang nilai t dinyatakan sebagai sumbu horisontal.

Persamaan :

Y = a + bt

Dimana konstanta a dan b diberikan oleh persamaan :

Na + t.b = Y

t.a + t2 b = Y.t

Kedua persamaan tersebut dapat ditulis kembali menjadi :

B = (n Y.t - t Y) / (n. t2 - ( t)

2 )

A = ( Y – b t) / a

Dimana n = jumlah pasang observasi atau pengukuran dan koefisien b disebut koefisien

regresi.

II.2.2. Multi regresi Linier

Page 99: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

99

Dalam kenyataan perkembangan jumlah maupun kenyataan lain dalam bidang

telekomunikasi, tidak hanya satu variabel yang berpengaruh terhadapnya, melainkan lebih

dari satu variabel.

Metode regresi linier ini adalah metode yang memuat pengartian bahwa variabel yang

menjelaskan lebih dari satu.

Y = a + b1x1 + b2x2 + … + bnxn

Dimana a1, b1, b2, …, bn merupakan variabel yang harus dicari.

Metode ini dapat diselesaikan dengan dua cara yakni cara langsung dan cara iterasi.

II.2.2.1 Metode Iterasi

Dalam hal ini variabel yang menjelaskan belum ditentukan lebih dulu (masih

dicoba korelasinya terhadap variabel yang diramalkan).

Metode diselesaikan tahap demi tahap :

Tahap 1 : Pilih sejumlah variabel yang menjelaskan x1, x2,…, xn.

Tahap 2 : Hitung koefisiensi korelasi antara variabel yang dijelaskan dengan

setiap variabel yang menjelaskan x1, x2, …, xn.

Tahap 3 : Pilih variabel yang mempunyai koefisien korelasi yang paling

tinggi dengan y.

Tahap 4 : Bila faktor inimisalnya x2, buat fungsi regresi usaha pertama y1

= ai + b1x2 dan hitung harga a dan b.

Tahap 5 : Hitung residu r1 = y2 – (a1 + b1x2)

Tahap 6 : Hitung koefisien korelasi antara r1 dan setiap sisa faktor yang

menjelaskan.

Tahap 7 : Pilih sisa faktor yang menjelaskan yang mempunyai koefisien

yang paling tinggi dengan r1.

Tahap 8 : Bila faktor ini x1, buat usaha kedua dengan mempergunakan

fungsi regresi : y2 = a2 + b2x1. Hitung parameter a2 dan b2

dengan cara seperti yang sudah dilakukan sebelumnya.

Tahap 9 : Fungsi usaha pertama dan kedua memberikan :

Y1 = (a1 + b1x2)+r1

Y2 = (a2 + b1x1)

Y3 = Y1 + Y2

= (a1 + a2) + b2x1 + b1x2

dimana merupakan perbaikan bila dibandingkan dengan fungsi

regresi pada usaha pertama.

Tahap 10 : Hitung residu r2 = y1 – {(a1+a2) + b2x1+ b1x2}

Page 100: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

100

Tahap 11 : Hitung koefisien korelasi antara r2 dengan setiap sisa faktor yang

menjelaskan, yang dalam hal ini x1,x2,…,xn.

Tahap 12 : Diteruskan dengan usaha ketiga dan seterusnya sama seperti cara

sebelumnya sampai harga residu cukup kecil.

III.2.3. Metode Eksponensial

Persamaan : Y = a.bt

Bila dinyatakan dalam bentuk eksponensial menjadi :

Log Y = log a + t logb

Secara matematis, jika jumlah observasi adalah n maka persamaan tersebut dapat

diberikan sebagai :

Log Y = n loga + log b. t

t.logY = loga. t + log b. t2

Dari persamaan di atas, akan didapat hubungan sebagai berikut :

Log b = {n (tlogY) - t. logY} / {n t2 - ( t)

2}

Log a = { log Y – logb. t} / n

II.2.4. Metode Gompertz

Persamaan gompertz adalah salah satu metode yang dipergunakan dalam analisa

trend non linier. Umumnya dipergunakan dalam analisa perkembangan ekonomi,

perkembangan kota, perkembangan penduduk, dan sebagainya.

Persamaan :

Y = e a-b.r t

Dalam hal ini ada 3 parameter a,b, dan r sehingga untuk menentukan ketiga parameter

tersebut diperlukan 3 (tiga) buah persamaan.

Untuk memudahkan perhitungan, maka kondisi-kondisi berikut harus diketahui, yaitu:

a) Kondisi Inisial (t=0)

Kondisi akan menentukan parameter a dan b.

b) Kondisi Jenuh (t= tak hingga)

Kondisi akan menentukan parameter a.

c) Kondisi antara Insial dan Jenuh

Kondisi ini akan menentukan parameter r.

Page 101: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

101

Bila parameter r >= 1, maka objek yang diamati tidak memenuhi model persamaan

Gompertz.

3.1.1. Pola Trend Linier:

Bentuk persamaan umum trend linier ini :

Y = a + b X dimana :

Y = kepadatan telpon/100 penduduk

X = Periode tahun

a,b= Konstanta nilai yang masih harus dihitung berdasarkan kumpulan data

kepadatan telpon per 100 penduduk pada tahun yang telah lewat.

YI = a + b X

Y1 = n . a + b. X1

XI .YI = a. XI + b. XI 2

Metode Kuadrat Minimum (Least Square)

Metode kuadrat minimum digunakan untuk mendapatkan jumlah kuadrat jarak

vertikal antara titik-titik koordinat dengan garis trend seminimal mungkin terhadap

titik-titik pengamatan.

Persamaannya : Y = a + b.u

dimana : Y = kepadatan telp/100 penduduk

u = periode tengah tahunan, bilangan genap

a,b = konstanta

yi = a + b.uI

YI = n.a + b. uI

YI uI = a. uI + b. uI

uI = 0

a = Yi/n

uIYI = a. ui + b ui2

b = Yi.uI / ui2

3.1.2. Pola Trend Non Linier

Page 102: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

102

Pola ini menggambarkan bahwa nilai-nilai data mengalami kenaikan atau penurunan

yang tidak konstan.

3.1.2.1. Pola Trend Kuadratik

Dalam jangka panjang, trend linier cenderung semakin mendatar sehingga secara

keseluruhan akan memperlihatkan bentuk yang non linier yakni trend kuadratik.

Persamaan secara matematis :

Y = a + bX + c X2

X2 Y = a. X

2 + b. X

3 + c. X

3

Dengan menggunakan metode Least Square, diperoleh penyelesaian yang lebih mudah

yakni :

Y = n.a + b. u + c. u2

uY = a. u + b. u2 + c. u

3

u2Y = a. u

2 + b. u

3 + c. u

4 , jika u=0 dan u

3=0

maka :

Y = n.a + c. u

2 dan uY = b. u

2

sehingga :

u2 y = a. u

2 + c. u

4

3.1.2.2 Trend Exponensial

Pola trend eksponensial digunakan untuk menghitung nilai-nilai data dengan rasio

perubahan yang konstan.

Persamaan trend eksponensial :

Y = a.bX

log Y = log a + X log b

X log Y = log a. X +log b. X2

Dengan menggunakan metode Least Square, diperoleh penyelesaian yang lebih mudah

yakni :

log Y = n log a

(u log Y) = log b u2, dimana u = 0 .

Perhitungan Metode Trend :

1. Trend Linier

Page 103: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

103

Data :

TAHUN

Xi

Yi

XI.YI

XI2

1982 0 0.45 0 0

1983 1 0.43 0.43 1

1984 2 0.47 0.94 4

1985 3 0.48 1.44 9

1986 4 0.49 1.95 16

1987 5 0.55 2.75 25

1988 6 0.53 3.48 36

1989 7 0.53 4.41 49

1990 8 0.59 5.52 54

1991 9 0.75 6.75 81

JUMLAH 45 5.52 27.68 285

Bentuk persamaan umum trend linier ini :

Y = a + b X dimana :

Y = kepadatan telpon/100 penduduk

X = Periode tahun

a,b= Konstanta nilai yang masih harus dihitung berdasarkan kumpulan data

kepadatan telpon per 100 penduduk pada tahun yang telah lewat.

YI = a + b X

Y1 = n . a + b. X1 ………………………………………………… (1)

XI .YI = a. XI + b. XI 2

……………………………………… (2)

5.52 = 10 a + b 45 ……………………………….. (1)

27.68 = 45 a + b. 285 …………………………….. (2)

Dari persamaan (1) dan (2) diatas :

(1) x 9 49.68 = 90 a + b 405

(2) x 2 55.36 = 90 a + b 570

- 5.68 = - b 165

b = 0.0344

a = 0.3971

Page 104: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

104

Jadi persamaan trend liniernya :

Y' = 0.3971 + 0.0344 X

2. TREND NON LINIER

2.1 Trend Eksponensial

Pola trend eksponensial digunakan untuk menghitung nilai-nilai data dengan rasio

perubahan yang konstan.

Persamaan trend eksponensial :

Y = a.bX

log Y = log a + X log b

X log Y = log a. X +log b. X2

Dengan menggunakan metode Least Square, diperoleh penyelesaian yang lebih mudah

yakni :

log Y = n log a ………………… (1)

(u log Y) = log b u2 …………….. (2)

dimana u = 0

Data :

TAHUN

U

Y

U2

Log Y

U Log Y

1982 -9 0.45 81 -0.3468 3.1212

1983 -7 0.43 49 -0.3665 2.5655

1984 -5 0.47 25 -0.3279 1.6395

1985 -3 0.48 9 -0.3187 0.9561

1986 -1 0.49 1 -0.3098 0.3098

1987 1 0.55 1 -0.2596 -0.2596

1988 3 0.58 9 -0.2366 -0.7093

1989 5 0.63 25 -0.2006 -1.0030

1990 7 0.69 49 -0.1611 -1.1277

1991 9 0.75 81 -0.1249 -1.1241

Page 105: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

105

JUMLA

H

0 0.75 330 -2.6525 4.3679

dari persamaan (1) : -2,6525 = 10 log a

a = 0.5429

Dari persamaan (2) : 4.3679 = 330 . log b

b = 1.0309

Jadi persamaan trend eksponensialnya :

Y' = 0.5429 x 1,0309 U

Page 106: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

106

2.2 TREND KUADRATIS

Data :

TAHUN U Y U.Y U2 U

2.Y U

4

1982 -9 0.45 -4.05 81 36.45 6561

1983 -7 0.43 -3.01 49 21.07 2401

1984 -5 0.47 -2.35 25 11.75 625

1985 -3 0.48 -1.44 9 4.32 81

1986 -1 0.49 -0.49 1 0.49 1

1987 1 0.55 0.55 1 0.55 1

1988 3 0.58 1.74 9 5.22 81

1989 5 0.63 3.15 25 15.75 625

1990 7 0.69 4.83 49 33.61 2401

1991 9 0.75 6.75 81 60.75 6561

JUMLAH 0 5.52 5.68 330 190.16 19338

Y = n.a + b. u + c. u2

5.52 = 10 a + c 330

a = 0.552 - 33 c ……… (1)

uY = a. u + b. u2 + c. u

3

5.68 = b 330

b = 0.0172 …………… (2)

u2Y = a. u

2 + b. u

3 + c. u

4 , jika u=0 dan u

3=0

190.16 = a 330 + c 19338 ………. (3)

Dari persamaan (1) dan (3) :

190.16 = 330 (0.052 – 33 c ) + 19338 c

c = 9.47 x 10-4

a = 0.520749

Jadi persamaan trend kuadratisnya :

Y' = 0.520749 + 0.0172 U + 0.000947 U2

jika u=0 dan

u3=0

Page 107: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

107

c. Peramalan kebutuhan secara mikro

Peramalan kebutuhan telepon dengan pendekatan secara micro dilakukan

dengan mencari faktor-faktor yang berhubungan langsung dengan kebutuhan

telepon. Faktor-faktor tersebut dapat diperoleh dari rencana induk perkembangan

kota (Master Plan wilayah), yang didalamnya juga mengatur dan mengendalikan

tata guna peruntukan tanah, prediksi jumlah penduduk dan perkembangan sosial

ekonomi serta kebutuhan penyediaan fasilitas perkotaan.

Disamping itu dapat juga diperoleh melalui survey lapangan untuk mengetahui

pola kebutuhan dari wilayah bersangkutan. Selanjutnya berdasarkan pola

kebutuhan tersebut disusun dan dirumuskan klasifikasi daerah dan jenis bangunan

sebagai berikut :

Daerah perumahan

Daerah perkantoran

Daerah komersial/perdagangan

Daerah perindustrian

Daerah untuk fasilitas umum.

Kemudian berdasarkan klasifikasi daerah dan bangunan diatas dibuat “faktor

penetrasi” yaitu perbandingan antara jumlah sambungan telepon yang terpasangan

dengan daftar tunggu serta suppressed demand dengan jumlah jenis klasifikasi

bangunan pada suatu daerah pelayanan sentral telepon.

Faktor penetrasi menunjukkan kepadatan telepon per unit bangunan. Setiap

klasifikasi bangunan dialokasikan dengan faktor penetrasi tersendiri. Faktor

penetrasi dapat pula dinyatakan sebagai kepadatan telepon per hektar. Metoda ini

digunakan bila lokasi/daerah masih belum ada bangunannya dan tidak ada data

detail mengenai pembangunan yang akan dilakukan.

Faktor penetrasi tahun (S+0) untuk setiap klasifikasi dinyatakan dengan :

Page 108: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

108

Pelanggan + Calon Pelanggan + Suppressed Demand

FP =

Klasifikasi Bangunan

Dimana suppressed demand 5 % dari ( Jumlah pelanggan + jumlah calon

pelanggan )

Dalam menentukan faktor penetrasi tahun (S+0) perlu dilakukan survey

lapangan dengan mngembil sampling sebesar 10 % dari jumlah grid efektif yang

dianggap mampu mewakili karakteristik demand di lokasi yang bersangkutan.

Kebutuhan pada tahun (S+0) untuk wilayah pemukiman dan bisnis adalah

merupakan perkalian “jumlah total bangunan untuk tiap klasifikasi” dengan faktor

penetrasi ( FP ) tahun ( S+0 ) untuk tiap klasifikasi.

Dt = Di.Fi

Dimana : Di = jumlah total pemukiman untuk tiap klasifikasi.

Fi = faktor penetrasi pada tahun ( S+0 ) untuk tiap klasifikasi.

Dt = total kebutuhan.

Untuk menentukkan faktor penetrasi di masa depan dilakukan dengan :

FP saat sekarang.

Pertumbuhan rata-rata FP.

Nilai ultimate K.

FP(t) = K/ (1+m.e-at

)

Dimana : FP(t) = faktor penetrasi tahun ke-t.

K = batas maksimum harga faktor penetrasi.

a,m = konstanta.

Untuk mencari konstanta a dan m adalah sebagai berikut :

Page 109: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

109

m = (K / FP(0)) – 1

a = - (1 / t) ln {(K – pf(t)) / (m.pf(t))}

Dimana : pf(t) adalah pertumbuhan / trend PDRB rata-rata per tahun.

Page 110: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

110

III. PERHITUNGAN DENGAN METODE MIKRO

Data Pelanggan asumsi I

LOKASI R1 R2 R3

JML SST CP JML SST CP JML SST CP

BLOK I 5 2 3 0 0 0 0 0 0

BLOK II 5 2 3 0 0 0 0 0 0

BLOK III 7 4 3 4 0 3 0 0 0

BLOK IV 6 2 4 2 0 1.5 0 0 0

BLOK V 0 0 0 1 1 0 2 0 0.5

BLOK VI 1 0 1 0 0 0 0 0 0

BLOK VII 1 1 0 4 1 2.25 2 0 0.5

BLOK VIII 0 0 0 0 0 0 10 3 1.75

BLOK IX 0 0 0 0 0 0 2 1 0.25

BLOK X 0 0 0 5 1 3 0 0 0

BLOK XI 0 0 0 0 0 0 2 0 0.5

TANAH

KOSONG

0 0 0 5 0 3.75 7 0 1.75

TOTAL 25 11 14 21 3 13.5 25 4 5.25

Rekapitulasi Data Pelanggan

LOKASI R1 R2 R3

JML SST CP JML SST CP JML SST CP

BLOK I 5 2 3 0 0 0 0 0 0

BLOK II 5 2 3 0 0 0 0 0 0

BLOK III 7 4 3 4 0 3 0 0 0

BLOK IV 6 2 4 2 0 1.5 0 0 0

BLOK V 0 0 0 1 1 0 2 0 0.5

BLOK VI 1 0 1 0 0 0 0 0 0

BLOK VII 1 1 0 4 1 2.3 2 0 0.5

BLOK VIII 0 0 0 0 0 0 10 3 1.8

BLOK IX 0 0 0 0 0 0 2 1 0.3

BLOK X 0 0 0 5 1 3 0 0 0

BLOK XI 0 0 0 0 0 0 2 0 0.5

Page 111: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

111

0 0 0 0 0 0 0 0 0

TOTAL 25 11 14 16 3 9.8 18 4 3.5

Soal ini dikerjakan dengan menggunakan dua asumsi.

Asumsi I :

- Dari data-data yang ada di peta, ingin dicari perkiraan traffik untuk 10 tahun yang

akan datang .

- Pada peta terdapat tanah kosong seluas 5000 m2 yang dialokiasikan untu sarana umum

sebesar 10 %, sedangkan sisanya untuk rumah type R2 dan R3.

Dalam hal ini pembagian tersebut di rinci sbb :

1. 10 % dari 5000 m2

= 500 m2 untuk sarana umum yang dimasukkan ke dalam rumah

type R2 dengan persentase calon pelanggan sebesar 100 %.

2. Sisanya sebesar 4500 m2 di bagi atas :

Rumah type R2 sebanyak : 4 buah ( 2400 m2)

Rumah type R1 sebanay : 7 Buah ( 2100 m2)

Untuk penghitungan faktor penetrasi pada nol tahun, pada asumsi pertama ini, tanah

kosong yang terdapat di peta dianggap merupakan bangunan yang telah ada walaupun

baru siap dibangun 5 tahun yang akan datang. Hal ini karena perhitungan yang dilakukan

adalah untuk 10 tahun yang akan datang, dimana pada saat itu , bangunan pada tanah

kosong sudah pasti ada . Disamping itu juga jenis dan type rumah yang akan dibangun

sudah jelas, sehingga perkiraan akan kebutuhan sambungan telponnya dapat diketahui.

Dan juga dari gambar yang ada tidak memungkinkan lagi untuk menambah bangunan,

karena semua tanah sudah ditempati (termasuk tanah kosong ).

Sehingga perhitungannya adalah sebagai berikut :

Type

Jumlah SST

Total Calon Pelanggan(CP)

R1 11 14

R2 3 13,35

R3 4 5,25

Dari data diatas dapat dicari demand telepon untuk 10 tahun mendatang yakni :

Untuk R1 :

Faktor penetrasi untuk tahun ke-0 :

FP (0,i) = SIT(0,I)+DT(0,I)+ sup. Demand

= (11+14+5%*(11+14))/25

Page 112: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

112

= 1,05

D(t,i) = FP(t,i) . X(t,i) dimana :

FP(t,i) = FP(R1,10) = FP(S+0)x(1+0,1)

10

= 1,05 x (1,1)10

= 2,7234

maka besarnya demand pada 10 tahun mendatang :

D(10,R1) = 2,7234 x 25 = 68,08 sst

~ 68 sst

Untuk R2 :

Faktor penetrasi untuk tahun ke-0 :

FP (0,i) = SIT(0,I)+DT(0,I)+ sup. Demand

= (3+13.5+5%*(3+13.35))/21

= 0,82463

FP(R2,10) = 0,82463 x (1,1)10

= 2,138877

Maka besarnya demand pada 10 tahun mendatang untuk R2 :

D(10,R2) = 2,138877 x 21 = 44,91 sst

~ 50 sst

Untuk R3 :

Faktor penetrasi untuk tahun ke-0 :

FP (0,i) = SIT(0,I)+DT(0,I)+ sup. Demand

= (4+5.25+5%*(4+5.25))/25

= 0,3885

FP(R3,10) = 0,3885 x (1,1)10

= 1,0076

Maka demand pada 10 tahun mendatang untuk R3 :

Page 113: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

113

D(10,R3) = 1,0076 x 25 = 25,19 sst

~ 25 sst

Total permintaan telepon untuk 10 tahun mendatang:

Dtotal = 68 + 50 + 25 = 143 sst

- Dari data-data yang ada di peta, ingin dicari perkiraan traffik untuk 10 tahun yang

akan datang .

- Pada peta terdapat tanah kosong seluas 5000 m2 yang dialokiasikan untu sarana umum

sebesar 10 %, sedangkan sisanya untuk rumah type R2 dan R3.

Dalam hal ini pembagian tersebut di rinci sbb :

3. 10 % dari 5000 m2

= 500 m2 untuk sarana umum yang dimasukkan ke dalam rumah

type R2 dengan persentase calon pelanggan sebesar 100 %.

4. Sisanya sebesar 4500 m2 di bagi atas :

Rumah type R2 sebanyak : 4 buah ( 2400 m2)

Rumah type R1 sebanay : 7 Buah ( 2100 m2)

Untuk menghitung demand untuk 10 tahun mendatang, kita bagi atas dua tahap. Tahap

pertama adalah menghitung Faktor Pentrasi tahun ke-nol, data-data pada tanah kosong

yang akan dibangun tidak dimasukkan karena bangunan tsb baru siap setelah 5 tahun.

Lalu kita cari Faktor Penetrasi tahun ke-5 nya.

Tahap kedua adalah menghitung demand untuk 5 tahun ke dua. Pada tahap ini, Faktor

Penetrasi tahun ke-5 pada tahap pertama dijadikan Faktor Penetrasi ke-nol pada

perhitungan tahap ke-dua. Data-data pada tanah kosong diikut sertakan untuk , terutama

dalam hal jumlah bangunan .

Jadi perhitunggannya :

Type

Jumlah SST

Total Calon Pelanggan(CP)

R1 11 14

R2 3 9,75

R3 4 3,5

Untuk 5 tahun pertama :

Untuk R1

Faktor penetrasi untuk tahun ke-0 :

FP (0,i) = SIT(0,I)+DT(0,I)+ Sup. Demand

= (11+14+5%*(11+14))/25

= 1,05

Page 114: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

114

Faktor penetrasi tahun ke-5 pada perhitungan 5 tahun pertama:

FP(t,i) = FP(R1,5) = FP(S+0)x(1+0,1)5

= 1,05 x (1,1)5 = 1,69

Untuk R2 :

Faktor penetrasi untuk tahun ke-0 :

FP (0,i) = SIT(0,I)+DT(0,I)+ Sup. Demand

= (3+9.75+5%*(3+9.75))/16

= 0,836719

Faktor penetrasi tahun ke-5 pada perhitungan 5 tahun pertama:

FP(R2,5) = 0,836719 x (1,1)5 = 1,34754

Untuk R3 :

Faktor penetrasi tahun ke-5 pada perhitungan 5 tahun pertama:

Faktor penetrasi untuk tahun ke-0 :

FP (0,i) = SIT(0,I)+DT(0,I)+ Sup. Demand

= (4+3.5+5%*(4+3.5))/18

= 0,4375

FP(R3,5) = 0,4375 x (1,1)5 = 0,7045

Untuk tahun ke-dua :

Data pelanggan untuk 5 tahun ke-dua :

Untuk R1

Faktor penetrasi tahun ke-5 pada perhitungan 5 tahun ke-dua ( tahun ke-10 ):

FP(t,i) = FP(R1,5) = FP(S+0)x(1+0,1)5

= 1,69 x (1,1)5 = 2,721

maka besarnya demand pada 5 tahun ke-dua :

D(10,R1) = 2,721 x 25 = 68,04 sst

~ 68 sst

Untuk R2 :

Page 115: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

115

Faktor penetrasi tahun ke-5 pada perhitungan 5 tahun ke-dua ( tahun ke-10 ):

FP(t,i) = FP(R1,5) = FP(S+0)x(1+0,1)5

= 1,34754 x (1,1)5 = 2,170

maka besarnya demand pada 5 tahun ke-dua untuk R2 :

D(10,R1) = 2,17 x 21 = 45,57 sst

~ 46 sst

Untuk R3 :

Faktor penetrasi tahun ke-5 pada perhitungan 5 tahun ke-dua ( tahun ke-10 ):

FP(t,i) = FP(R1,5) = FP(S+0)x(1+0,1)5

= 0,7045 x (1,1)5 = 1,1346

maka besarnya demand pada 5 tahun ke-dua untuk R2 :

D(10,R1) = 1,1346 x 25 = 28,36 sst

~ 29 sst

Total permintaan telepon untuk 10 tahun mendatang:

Dtotal = 68 + 46 + 29 = 143 sst

Page 116: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

Kesimpulan :

Dengan menggunakan dua asumsi yang berbeda, kita memperoleh perkiraan

kebutuhan telepon yang berbeda-beda untuk masing R1, R2 dan R3 , namun kita

memperoleh total kebutuhan telpon yang sama baik menggunakan asumsi

pertama maupun asumsi ke-dua yakni sebesar 143.

Asumsi 1 Asumsi 2

R1 68 68

R2 50 46

R3 25 29

Total 143 143

Rancangan Dasar Jaringan Lokal Akses Tembaga

Rancangan dasar merupakan tahapan yang harus dikerjakan oleh seorang

perencana JARKAB, sesudah tahap peramalan kebutuhan telepon selesai

dikerjakan.

Dalam membuat rancangan dasar diperlukan pengetahuan yang mendasar

mengenai kriteria penentuan batas pelayanan untuk Sentral Telepon Otomat

maupun Rumah Kabinet (RK) dan Kotak Pembagi (KP). Termasuk pula lokalisasi

pada lokasi eksisting.

V.1. Batas Pelayanan

Batas pelayanan dapat didefuinisikan sebagai batas daerah yang dapat

dilayani atau dicatu oleh STO/RK/KP lokasi. Pada perencanan jaringan kabel

penentuan batas pelayanan sangat penting karena besar pengaruhnya terhadap

kemudahan operasi dan pemeliharaan, serta besar kecilnya biaya

pembangunannya.

Penentuan Letak Sentral secara Teoritis

Page 117: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

Sentral merupakan salah satu komponen dari sistem telekomunikasi yang akan

direncanakan . Untuk itu harus mengenal terlebih dahulu tentang sentral yakni

bagaimana cara kita melihat model sentral, dan bagaimana cara menghitung biaya

untuk suatu konfigurasi sentral.

Tiga aspek dalam melihat model dari suatu sentral :

Konfigurasi sentral, tergantung pada subscriber, sirkit dan trafiknya.

Floor space merupakan syarat untuk konfigurasi sentral.

Perangkat saluran terminal, tergantung pada media transmisi yang digunakan

serta type sentral pada salah satu ujung terminal.

Biaya untuk suatu konfigurasi sentral terdiri atas:

Biaya perangkat untuk satu pelanggan

Biaya perangkat secara bersama (sekelompok pelanggan).

Ukuran dari kelompok pelanggan tersebut.

Biaya perangkat untuk unit sentral lengkap

Ada beberapa cara untuk menentukan distribusi pelanggan jaringan telepon ,

diantaranya :

- Nodes

Pada nodes, pelanggan ditentukan dengan pemakaian titik-titik diskrit ,

biasanya untuk menghubungkan ke DP.

Langkah seperti ini digunakan di dalam daerah dengan populasi yang jarang-

jarang seperti daerah rural.

- Rectangular Grid

Digunakan pada daerah yang berpopulasi lebih padat. Caranya, rectangular

grid diletakkan pada peta daerah yang sedang diamati dan dengan peramalan,

kita tentukan jumlah pelanggan dalam setiap elemen gridnya untuk masa yang

akan datang.

- Abritari

Page 118: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

Abritari atau daerah sembarang adalah daerah tertutup oleh suatu rentetan

garis lurus. Daerah ini biasanya menghubungkan blok-blok rumah ke daerah

kabinaer. Biasanya dipakai sbagai pengganti grid, dan peramalan dapat

menentukan subscriber di masa yang akan datang pada daerah yang berbentuk

poligon sembarang.

Penentuan Letak Sentral Secara Teoritis

Dalam rangka memperoleh jaringan yang optimum, maka sewaktu menempatkan

sentral harus dicari lokasi yang paling optimum pula. Hal ini berkaitan dengan

minimisasi biaya keseluruhan jaringan agar semurah mungkin. Ini berarti bahwa

jika menggunakan kabel, maka panjang seluruh kabel adalah sependek mungkin.

Penentuan letak sentral ini dapat dilakukan setelah melakukan demand survey.

Ada beberapa cara untuk penentuan letak sentral , diantaranya :

a. Dengan penentuan titik berat jaring-jaring.

Dengan demand survey dapat diketahui kepadatan pelanggan, dimana dapat

ditentukan titik berat jaring-jaring yang merupakan letak dari sentral.

Penentuan titik berat jaring dilakukan dengan mempergunakan peta kepadatan

pelanggan.

daerah dimana akan direncanakan jaring-jaring pelanggan dibagi atas daerah-

daerah kecil(kotak-kotak). Dalam daerah tersebut ditulis jumlah pelanggan

yang diperkirakan akan terdapat dalam jangka waktu yang telah ditentukan,

kemudian dijumlahkan menurut baris dan kolom.

K1 K2

Page 119: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

Titik berat dari jaring-jaring adalah perpotongan antara B2 yang terakhir dibagi 2,

dengan K2 yang terakhir di bagi 2. Titik berat tersebut adalah letak dari sentral

switching, dimana merupakan lokasi yang menggunakan jaring-jaring sependek

mungkin.

b. Dengan pendekatan panjang rata-rata dari kabel yang terpendek.

Diumpamakan bahwa letak sentral adalah pada titik (xo,yo), maka tiap

pelanggan dapat ditentukan koordinatnya yaitu misalnya A(x1,y1); dan

B(x2,y2) serta (x3,y3) dan seterusnya sampai dengan ke-n yaitu(xn,yn)

Panjang masing - masing pelanggan ke sentral adalah :

L1 = ( (Xo-X1)2 + (Yo-Y1)

2 )

L2 = ( (Xo-X2)2 + (Yo-Y2)

2 )

B1

B2

Y

X

L1 L2

L0

Y1

Y2

Y3

X1 X2 X3

A(X1,Y1)

B(X2,Y2)

(X0,Y0)

Page 120: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

Ln = ( (Xo-Xn)2 + (Yo-Yn)

2 )

Total : L = (L1+L2+ …… + Ln )

Panjang rata-rata adalah :

L = (L1+L2+ …… + Ln )

Sedangkan koordinat sentral switching :

X0 = X1 + X2 + X3 + …….. + Xn

Y0 = Y1 + Y2 + Y3 + …….. + Yn

Jadi koordinat sentral switching :

n

n

Xn1

(X0,Y0) dimana : X0 =

n

n

n

Yn1

n

c. Dengan pendekatan panjang rata-rata untuk daerah tertentu.

Pendekatan ini dapat dilakukan jika daerah tersebut dapat dianggap memiliki

bentuk empat persegi panjang dengan sisi l1 dan l2 terdapat kepadatan

pelanggan yang merata.

n

n

n

Yn =

Page 121: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

Dengan demikian maka perpotongan diagonal-diagonalnya akan menjadi

letak dari sentral dengan panjang rata-rata minimum.

Panjang kabel rata-rata = l1 + l2

V.1.1. Batas Pelayanan KP

V.1.1.1. Distribusi

Yang dimaksud dengan Distribusi adalah penempatan KP pada

daerah pelayanan RK atau DCL (Daerah Catu Langsung) dengan tepat,

sehingga kebutuhan telepon dapat dicatu dengan baik dari KP tersebut.

Lokasi KP ditentukan dengan mempertimbangkan letak dan keadaan

KP eksisting, estetika, ekonomis dan effisien.

V.1.1.2. Kriteria Distribusi KP

Dalam menentukan letak KP harus berpegang pada ketentuan sebagai

berikut :

6) Kebutuhan telepon untuk kurun waktu 15 tahun

Kebutuhan telepon untuk kurun 15 tahun merupakan dasar utama

dalam menentukan letak KP. Batas Pelayanan untuk setiap KP

ditentukan dari batas catuan untuk kebutuhan telepon dengan jarak

maksimum 250 meter. Batas catuan tersebut ditetapkan setelah

menganalisa hasil survei mikro kebutuhan telepon dilokasi tersebut.

7) Batas Pelayanan

l1

l

2

4

Page 122: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

Batas-bats tersebut dapat berupa batas geografis, utilitas batas persii,

rel kereta api, sungai besar, jalan besar, tegangan tinggi dan rencana

tata kota. Mengingat batas catuan KP merupakan batas pelayanan

yang terkecil, maka batas antara dua persil pada jalan yang sama

dapat juga dijadikan batas ideal bagi daerah pelayanan KP. Letak

KP diupayakan ada di tengah-tengah daerah pelayanan KP tersebut.

8) Kapasitas KP

Pada dasarnya KP yang digunakan mempunyai kapasitas 10‟‟ dan

20‟‟. Terminasi sebaiknya tidak seluruhnya namun diberi spare

dengan pertimbangan :

c) Kemudahan pemeliharaan

d) Keserasian saluran penanggal

KP dengan kapasitas 20” digunakan bila potensi kebutuhan telepon

di daerah pelayanan KP tersebut tinggi.

9) Panjang Saluran Penanggal / Drop Wire

Batas maksimum saluran penanggal diupayakan 250 meter kecuali

untuk kondisi tertentu (tergantung pada hasil survei), batas

maksimum dapat diabaikan.

10) KP Existing

Selain kebutuhan telepon dalam kurun 15 tahun, maka kondisi KP.

Existing perlu dipertimbangkan. Interaksi dengan KP existing perlu

diperhatikan dengan pertimbangan KP baru merupakan penambahan

atau penggantian KP existing.

Hasil analisa tersebut sangat menentukan posisi/ letak KP baru

terhadap DP/KP Existing.

V.1.1.3. Lokasi Daerah Pelayanan KP

3. Untuk daerah yang sudah mantap dimana diseluruh daerah

pelayanan sudah terisi bangunan-bangunan yang tetap, maka

Page 123: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

kebutuhan telepon untuk kurun 15 tahun harus dipertimbangkan

masak-masak.

4. Untuk daerah yang belum mantap, dimana pada daerah pelayanan

masih banyak lahan-lahan kosong maka penempatan KP harus

mempertimbangkan faktor lain yaitu besarnya investasi, karena harus

dihindarkan pengembalian investasi dalam jangka waktu lama, akibat

idlenya KP (perkembangan wilayah tidak sesuai rencana tata kota).

Untuk kasus demikian KP tidak dipersiapkan sebagai gantinya

dipersiapkan cable stub.

V.1.1.4. Jenis KP dan Penggunaannya

3. SPBT (Sambungan Pembagi Bawah Tanah)

f) Digunakan untuk daerah-daerah yang sudah teratur dan permanen

(Sattled Area)

g) Aman dari gangguan lalu lintas.

h) Tidak merusak pandangan sekelilingnya.

i) Pada tikungan yang tajam, letaknya 5 meter dari tikungan tersebut.

j) Diupayakan letaknya di antara dua persil.

Berdasarkan kenyataan di lapangan kurang baiknya pelaksanaan

pemasangan SPBT oleh kontraktor JARKAB, sering mengakibatkan

bocornya SPBT sehingga gangguan yang terjadi sangat tinggi

terutama pada tempat-tempat yang air tanahnya sangat tinggi. Maka

SPBT menjadi tidak ekonomis sehingga diputuskan untuk tidak

digunakan lagi (Keputusan DIROP pada tahun 1987).

4. SPAT (Sambungan Pembagi Atas Tanah)

f) Dipasang di daerah yang belum mantap/belum permanen.

g) Letak tiang harus aman, sehingga tidak mengganggu lalu lintas

dan pejalan kaki, pintu masuk/keluar perumahan/pertokoan dll.

h) Diupayakan serasi dengan keadaan lingkungan.

i) Memudahkan petugas JARKAB melakukan pemeliharaan.

Page 124: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

j) Dipertimbangkan tentang keseimbangan rute.

V.1.2. Batas Pelayanan RK

V.1.2.1. Kebutuhan Telepon

Bila daerah di catu RK tersebut merupakan daerah yang mantap, maka

jumlah kebutuhan telepon dalam kurun waktu 15 tahun mendatang

digunakan sebagai patokan dalam menentukan batas pelayanan tersebut.

Namun bila daerah bila daerah tersebut merupakan daerah yang

berkembang, maka diupayakan untuk mengintegrasikan daerah tersebut

kedalam daerah pelayanan RK yang berdekatan.

V.1.2.2. Kapasitas RK

Kapasitas yang akan digunakan disesuaikan dengan kebutuhasn telepon

yang akan dicatu. Besar kapasitas menunjukkan jumlah kapasitas kabel

primer dan sekunder yang dapat diterminasikan pada RK tersebut.

V.1.2.3. Batas

Batas Geografi, utilitas, batas Administrasi wilayah, rel KA, sungai,

jalan besar, tegangan tinggi merupakan batas-batas yang baik untuk batas

pelayanan RK. Bila tanda-tanda tersebut sulit ditemukan, maka batas

administrasi wilayah atau batas antara dua persil yang saling

membelakangi akan saling membelakangi merupakan alternatif terakhir.

V.1.2.4. Penempatan RK

Hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan RK adalah :

e) Bahwa daerah disekitar RK tersebut mempunyai konsentrasi

kebutuhan telepon yang tinggi.

f) Tidak terlalu jauh dari MH terdekat.

Page 125: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

g) Lokasi RK selaras, serasi dan aman dengan lingkungan sekitarnya.

Serta memudahkan petugas dalam memeriksa dan memperbaiki

jaringan kabel yang tersambung pada RK tersebut.

h) Penempatan diupayakan agar tidak ada catuan sekunder yang

membalik.

V.1.3. Batas Pelayanan Sentral.

c) Pengertian

Batas pelayanan sentral adalah suatu daerah pelayanan telepon yang

dicatu oleh satu sentral telepon dimana daerah tersebut dibatasi oleh

kondisi tertentu dan batas tersebut memenuhi persyaratan teknis sentral

dan jaringan kabel yang telah ditetapkan.

d) Batas pelayanan sentral

Batas pelayanan sentral harus memperhatikan kriteria sebagai berikut:

3. Untuk sentral tunggal

Kebutuhan telepon

Syarat batas redaman kabel

Batas Administrasi kota ybs

Kondisi geografi, utilitas, batas-batas riil/nyata tertentu.

4. Untuk sentral jamak

Selain harus memenuhi syarat diatas juga harus diperhatikan

kapasitas maksimum sentral terhadap jumlah kebutuhan telepon

secara keseluruhan di daerah pelayanan sentral tersebut.

V.2. Normalisasi Daerah Pelayanan DP/RK/STO.

V.2.1. Pengertian

Normalisasi daerah pelayanan DP/RK/Sentral adalah pengaturan kembali

batas-batas daerah pelayanan DP/RK/STO.

Sentral yangsudah ada dikarenakan hal-hal tertentu sudah tidak sesuai lagi

dengan kriteria batas pelayanan DP/RK/Sentral yang baru.

Page 126: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

V.2.2. Tujuan Normalisasi

Menghindari terjadinya tumpang tindih catuan antara DP/RK/Sentral.

Merapihkan sistem jaringan kabel telepon sehingga dapat memudahkan

pelayanan dan pemeliharaan.

Memperbaharui/mengganti jaringan kabel dalam daerah pelayanan

DP/RK yang rusak atau tidak sesuai lagi dengan spesifikasi teknis yang

ada.

Perhitungan Volume Pengadaan Material

1) Dasar pengertian :

a. Berdasarkan peta skema kabel primer dihitung volume material

kabel primer berikut alat sambung dan Rumah Kabel (RK).

b. Berdasarkan peta skema kabel sekunder, alat sambung, KP,

tiang KP (berikut kelengkapannya), temberang (tarik , sokong),

SPBT dan SPAT.

c. Berdasarkan peta skema duct dapat dihitung jumlah pipa, jarak

dan type manhole/handhole.

d. Berdasarkan peta lokasi kabel primer, sekunder dan duct dapat

dihitung jumlah galian dan komposisinya.

e. Berdasarkan peta skema kabel penghubung dapat dihitung

volume material kabel dan material pembantu serta dan loading

coil.

f. Berdasarkan gambar konstruksi, dihitung kabel material untuk

lintasan dengan kontruksi yang diperlukan.

g. Berdasarkan gambar RPU, dihitung material yang diperlukan

untuk pembuatan rak pembagi utama, terminal strip. Perluasan

kabel chamber dan kabel voult dan pekerjaan lain yang ada

hubungannya dengan RPU.

2) Cara Perhitungan

a. Kabel Tanah/udara

Page 127: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

Yang dimaksud volume material di sini adalah kebutuhan panjang

kabel yang dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

1) Panjang riil = panjang span + panjang untuk keperluan

penyambung kabel, RK, KP dan cadangan (stub kabel)

2) Toleransi penarikan = panjang span + 4% s/d 5%

3) Sehingga volume kebutuhan kabel = panjang riil + toleransi

penarikan.

Tambahan panjang yang diberikan untuk keperluan penyambungan

kabel, RK, KP dan cadangan kabel masing-masing untuk :

1) penyambungan kabel, 2m pada setiap ujung.

2) penyambungan RK, 5 m.

3) penyambungan KP, 10 m (KT), 2 m (KU).

4) Untuk kabel cadangan, 3 m.

b. Kabel Duct

Cara menghitung volume kebutuhan kabel duct perhitungannya

adalah sebagai berikut :

1) Kebutuhan kabel (pada duct existing) = panjang span +

panjang untuk keperluan penyambungan kabel, RK, dan

cadangan kabel (kalau ada).

2) Kebutuhan kabel (pada duct baru) = (panjang span x 1,04) +

panjang untuk keperluan penyambungan kabel, RK dan

cadangan kabel masing-masing untuk :

penyambungan kabel, 2,5 m pada setiap ujung kabel.

penyambungan RK, 5 m

kabel cadangan, 3 m

c. End Cap

Page 128: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

Yang dimaksud volume kebutuhan end cap disini adalah untuk

keperluan kabel cadangan dan dihitung berdasarkan skema kabel

(primer dan sekunder).

d. Perhitungan Volume Pengadaan Kelengkapan Kabel

Volume kelengkapan kabel (accessories) terdiri dari :

1) Alat sambung (tanpa dan dengan tekanan)

2) Rumah kabel

3) Kotak pembagi

4) Terminal strip MDF, RK, dan KP

5) Tiang telepon

Kelengkapan kabel (accessories) tersebut dihitung sesuai peta

lokasi

e. Perhitungan Jasa Instalasi

1) Dari hasil perhitungan material tersebut diatas dapat

disusun volume pekerjaan jasa instalasi menurut jenis

pekerjaannya yaitu :

a) Penarikan kabel

b) Penyambungan kabel

c) Pemasangan KP

d) Pemasangan RK

e) Pemasangan RPU

f) Pemasangan tiang KP

g) Pemasangan temberang (sokong, tarik, labrang)

h) Pemasangan terminal ship (KP, RK, MDF)

i) Terminal kabel

j) Pengetesan kabel.

2) Dari gambar peta lokasi kabel dapat dihitung volume

pekerjaan sebagai berikut :

Page 129: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

a) Penggalian alur kabel

b) Pembuatan lintasan jalur pada jalan (crossing)

c) Perbaikan kembali bekas galian kabel

d) Pembuatan lintasan kabel pada parit

e) Pemasangan tiang rute.

3) Sedangkan dari gambar desain sipil dapat dihitung :

a) Volume pekerjaan pembuatan duct, manhole,

handhole, jembatan duct dan pekerjaan lainnya yang

tidak termasuk pada pekerjaan jarkab.

b) Volume pekerjaan pembuatan lintasan kabel pada

sungai yang menggunakan konstruksi khusus.

f. Daftar Isian yang harus dibuat :

1) Volume pengadaan material

2) Volume jasa

3) Rincian perhitungan kabel primer

4) Rincian perhitungan alat sambung, endset, tempat

sambungan kabel tanah

5) Volume pengadaan RK, MDF, pekerjaan switch over dan

terminasi.

6) Rincian perhitungan kabel sekunder

7) Rincian perhitungan alat sambung kabel tanah, kabel udara

dan tempat sambungan kabel.

8) Rincian perhitungan KP, terminal strip KP, terminal strip

KP, tiang KP dan pekerjaan switch over sekunder.

9) Rincian perhitungan galian kabel

10) Rincian penghitungan lintasan kabel pada jalan, pembukaan

lapisan, dan perbaikan kembali bekas galian

11) Rincian penghitungan lintasan parit, sungai, rel KA, tiang rute KU

dan temberang.

Page 130: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

II.4 Route Meter

Route meter adalah panjang kabel yang melalui jalan yang sama atau jarak

terpendek dari kabel primer / sekunder yang diambil apabila sentral telepon atau

rumah kabel sebagai pusat.

Route meter ini perlu diperhatikan :

- diperlukan sependek mungkin

- menghemat biaya untuk menanam kabel

Didalam perhitungan sesungguhnya pengertian route meter adalah panjang

galiannya. Jadi jika dipakai overhead cable, biaya route meter tidak ada. Yang ada

adalah :

Biaya pair meter : ialah biaya dari jumlah seluruh pair kabel dikalikan panjang

nya.

Biaya kabel meter : ialah biaya dari jumlah panjang kabel seluruhnya.

Luas wilayah sentral atau kabinet dibagi-bagi :

Jika wilayah sentral maka dibagi menjadi cabinet district.

Jika wilayah cabinet district maka dibagi menjadi spreading area.

Cabinet district : daerah yang dicakup oleh cabinet (RK)

Spreading area : daerah yang dicakup oleh Distribution point (DP).

Rumus route meter = ( l1 - 2 ) + ( l2 - 1 ) ( l1 / 2 )

Dimana : l1 = panjang daerah

l2 = lebar daerah

1 = lebar kotak kecil yang membagi daerah

2 = panjang kotak kecil yang membagi daerah

Page 131: PERENCANAAN JARLOKAT

CPE( Costumer Promise Equipment) UNTUK Perencanaan Jaringan Lokal Akses Tembaga

SMKN 5 TELKOM BANDA ACEH

By Heri Susanto

Biaya kabel

Didalam perencanaan selain kabel harus dipasang menurut konfigurasinya, juga

harus dihitung berapa biaya kabelnya.

Jumlah seluruh biaya kabel :

K = ( a + b p1 ) l1 + ( a + b p2 ) l2 + …………. = a L + b M

Dimana : a = cost per kabel meter

b = cost per pair meter

L = total panjang kabel

M = jumlah pair meter

Selain dari pada itu masih harus diperhitungkan biaya pekerjaan penyambungan

kabel yaitu :

K‟ = C.N dimana : C = unit penyambungan per pair

N = jumlah pair

Disamping itu masih ada lagi faktor maintenance dari kabel yaitu :

= 1 + ( 1 – s ) / ( 1 + r )t + ( u / r )

dimana : s = perbedaan antara harga material yang rusak dengan biaya

penggantiannya.

r = faktor interest (bunga)

t = perioda perencanaan

u = perbandingan antara biaya maintenance dengan biaya perbaikannya.