PERENCANAAN GEOMETRIK DAN STRUKTURJEMBATAN INTERCHANGE

download PERENCANAAN GEOMETRIK DAN STRUKTURJEMBATAN INTERCHANGE

of 13

description

Perencanaan geometrik jalan adalah perencanaan dari suatu ruas jalan secara lengkap, meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan dan data dasar yang ada atau tersedia darihasil survey lapangan dan telah dianalisis dengan suatu standar perencanaan. Persimpangan tidak sebidang (Interchange) adalah persimpangan dimana dua ruas jalan ataulebih saling bertemu tidak dalam satu bidang tetapi salah satu ruas berada diatas atau dibawah ruasjalan yang lain. Perencanaan pertemuan tidak sebidang dilakukan bila volume lalu lintas yangmelalui suatu pertemuan sudah mendekati kapasitas jalan-jalannya, maka arus lalu lintas tersebutharus bisa melewati pertemuan tanpa terganggu atau tanpa berhenti, baik itu merupakan arus menerusatau merupakan arus yang membelok sehingga perlu diadakan pemisahan bidang (Grade sparation)yang disebut sebagai simpang tidak sebidang (Interchange). Pada pertemuan tidak sebidang ini adakemungkinan untuk membelok dari jalan yang satu kejalan yang lain dengan melalui jalur-jalurpenghubung (Ramp).

Transcript of PERENCANAAN GEOMETRIK DAN STRUKTURJEMBATAN INTERCHANGE

  • 1

    PERENCANAAN GEOMETRIK DAN STRUKTUR

    JEMBATAN INTERCHANGE

    Muhammad Ammar

    Email: [email protected]

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Gunadarma, Jakarta

    Nahdalina, ST., MT. Dosen Pembimbing Skripsi

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Gunadarma, Jakarta

    ABSTRAK: Dalam tugas akhir ini dilakukan perencanaan geometrik dan struktur

    interchange pada tol Surabaya. Perencanaan ini dimulai dengan pengumpulan data-data teknis

    yang diperlukan dalam perencanaan. Kemudian dilanjutkan dengan analisis bentuk geometrik

    interchange dan struktur jembatan interchange. Dari asumsi penulis, jumlah lajur pada ramp

    1 dan 2 adalah 1 lajur gemuk dan jumlah lajur untuk ramp 3 dan 4 adalah 2 lajur. Dari hasil

    analisis pemilihan bentuk interchange dipakai bentuk trumpet. Kriteria pemilihan bentuk

    trumpet adalah volume lalu lintas relatif terhadap pergerakan belok kanan (Indonesia) dengan

    penggunaan jalur langsung untuk lalu lintas yang besar dan loop untuk lalu lintas yang lebih

    kecil. Ramp 1 berupa lengkung basic dengan radius 200 meter. Ramp 2 berupa lengkung

    basic dengan radius 96 meter. Ramp 3 berupa s-curve dengan 2 lengkung utama yang

    memiliki radius 110 meter dan 81 meter. Ramp 4 berupa lengkung loop dengan radius 59

    meter. Jenis lengkung peralihan yang digunakan adalah jenis spiral clothoid. Dari hasil

    analisis geometrik interchange dibutuhkan sebuah konstruksi jembatan dengan bentang 40

    meter. Lebar Jembatan yang direncanakan 4 lajur 2 arah, dengan lebar per lajur 3,5 meter,

    lebar bahu dalam 1 meter, lebar bahu luar 3 meter dan 2 sisi concrete barrier dengan lebar 0,5

    meter. Total lebar jembatan 24 meter, digunakan jembatan prategang dengan struktur I girder

    H210 class B standar WIKA. Akhir dari perencanaan struktur adalah didapat bentuk dan

    dimensi penampang I girder , abutment, dan fondasi yang mampu menahan beban-beban

    yang bekerja pada jembatan, sehingga didapat suatu struktur jembatan yang aman.

    Kata Kunci: Interchange, Trumpet, Jembatan, Prategang

    1. PENDAHULUAN

    Perencanaan persimpangan jalan tidak sebidang dilakukan bila kapasitas persimpangan tersebut

    sudah mendekati atau lebih besar dari kapasitas masing-masing ruas jalan sehingga arus lalu lintas

    untuk masing-masing lengan persimpangan sama sekali tidak boleh terganggu. Bila hal ini terjadi

    maka praktis persimpangan tersebut akan terjadi kemacetan yang tidak mungkin dihindari .

    Persimpangan tidak sebidang adalah satu-satunya pilihan bila pengaturan maupun pengendalian arus

    lalu lintas pada persimpangan sebidang tidak lagi dapat dilakukan untuk memperbesar kapasitas .

    Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:

    1. Merencanakan Geometrik Interchange sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. 2. Merencanakan Struktur interchange sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. 3. Menggambar detail Geometrik dan struktur interchange.

    Dan untuk mencapai tujuan tersebut, maka dilakukan pembatasan masalah yaitu sebagai berikut:

    1. Dalam perencanaan geometrik jalan menggunakan Spesifikasi Standar untuk Perencanaan geometrik jalan luar kota.

    2. Perencanaan geometrik jalan dengan menggunakan "Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Bebas Hambatan Untuk Jalan Tol No: 007/BM/2009".

  • 2

    3. Dalam perencanaan struktur, yang dimaksud adalah berupa perencanaan struktur tanpa membahas perencanaan dari segi manajemennya.

    4. Perencanaan struktur jembatan meliputi perencanaan pelat, girder, abutment, dan pondasi.

    2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Perencanaan Geometrik

    Perencanaan geometrik jalan adalah perencanaan dari suatu ruas jalan secara lengkap, meliputi

    beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan dan data dasar yang ada atau tersedia dari

    hasil survey lapangan dan telah dianalisis dengan suatu standar perencanaan.

    Persimpangan tidak sebidang (Interchange) adalah persimpangan dimana dua ruas jalan atau

    lebih saling bertemu tidak dalam satu bidang tetapi salah satu ruas berada diatas atau dibawah ruas

    jalan yang lain. Perencanaan pertemuan tidak sebidang dilakukan bila volume lalu lintas yang

    melalui suatu pertemuan sudah mendekati kapasitas jalan-jalannya, maka arus lalu lintas tersebut

    harus bisa melewati pertemuan tanpa terganggu atau tanpa berhenti, baik itu merupakan arus menerus

    atau merupakan arus yang membelok sehingga perlu diadakan pemisahan bidang (Grade sparation)

    yang disebut sebagai simpang tidak sebidang (Interchange). Pada pertemuan tidak sebidang ini ada

    kemungkinan untuk membelok dari jalan yang satu kejalan yang lain dengan melalui jalur-jalur

    penghubung (Ramp).

    Gambar 1. Elemen-Elemen dari Interchange

    Standar Perencanaan

    Standar perencanaan adalah ketentuan yang memberikan batasan-batasan dan metode perhitungan

    agar dihasilkan produk yang memenuhi persyaratan. Standar perencanaan geometric untuk ruas jalan

    di Indonesia biasanya menggunakan peraturan resmi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina

    Marga tentang perencanaan geometrik jalan raya. Peraturan yang dipakai dalam studi perencaan jalan

    ini adalah "Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Bebas Hambatan Untuk Jalan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga dengan terbitan resmi No: 007/BM/2009".

    Alinyemen Horizontal dan Vertikal

    Desain geometrik jalan raya mempunyai dua bagian penting yang harus diperhatikan dalam desain,

    yaitu desain alinyemen horizontal dan desain alinyemen vertikal. Alinyemen horisontal adalah garis

    proyeksi sumbu jalan tegak lurus bidang datar peta (trace). Trase jalan biasa disebut situasi jalan,

    secara umum menunjukan arah dari jalan yang bersangkutan. Alinyemen horisontal terdiri dari garis-

    garis lurus (tangent) yang dihubungkan dengan garis-garis lengkung (curve). Garis-garis leng-kung

    tersebut dapat terdiri dari lengkung lingkaran (circle/circular curve) ditambah dengan lengkung spiral

  • 3

    (transition curve), lengkung lingkaran saja ataupun lengkung spiral saja. Alinyemen vertikal adalah

    perpotongan antara bidang vertikal dengan sumbu jalan.

    2.2 Perencanaan Struktur

    Jembatan

    Jembatan adalah bagian jalan yang berfungsi untuk menghubungkan antara dua jalan yang terpisah

    karena suatu rintangan seperti sungai, lembah, laut, jalan raya, dan rel kereta api. Jembatan sangat

    vital fungsinya terhadap kehidupan manusia, dan mempunyai arti penting bagi setiap orang.

    Pemilihan Tipe Jembatan

    Pemilihan tipe jembatan didasarkan pada tingkat ekonomis dari panjang bentang jembatan yang

    dibutuhkan.

    Gambar 2. Grafik Bentang Ekonomis Vs Tipe Jembatan

    Beton Prategang

    Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan internal dengan besar (akibat stressing) dan

    distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas tertentu tegangan yang terjadi

    akibat beban eksternal. (T.Y Lin).

    Jenis Beton Prategang

    Sistem Pratarik ( Pretension ). Metode sistem prategang dimana tendon-tendon ditarik sebelum beton di cor.

    Sistem Pascatarik ( Posttension). Sistem prategang dimana kabel ditarik setelah beton mengeras. Metode ini dapat dipakai pada

    elemen-elemen baik beton pracetak(precast) atau beton yang dicetak di tempat (cast in situ).

    Kekuatan Lentur

    Kapasitas momen dari suatu struktur beton prategang adalah fungsi dari tegangan ultimate yang

    meningkat pada tendon prategang. Seperti halnya pada beton normal non prategang, pada daerah

    tekan dan tarik ditempatkan sejumlah tulangan untuk meyakinkan bahwa tegangan pada tulangan

  • 4

    sesuai dengan tegangan pada beton pada perilaku lentur. Syarat utama bahwa suatu strukur bangunan

    dalam perencanaan lentur aman atas beban gravitasi yang diberikan yaitu Mn > Mu.

    Gambar 3. Skema Penampang dalam keadaan lentur batas

    Keterangan :

    A = tinggi blok tekan

    Cs = gaya pada tulangan tekan Cc = gaya tekan pada beton pi = regangan awal kabel prategang Tp = gaya pada kabel prategang

    Ts = gaya pada tulangan tarik

    X = jarak garis netral dari serat terluar

    p = regangan kabel prategang akibat lentur

    ' ' '2 2 2 2 2

    n c s s p p

    h a h h hM C C d T d T d

    Jika tulangan tekan diabaikan:

    2 2n s p p

    a aM T d T d

    Jika penampang merupakan beton prategang penuh tanpa memperhitungkan tulangan non prategeng :

    2n p p

    aM T d

    3. METODOLOGI

    Secara umum metode perencanaan yang digunakan dalam perencanaan interchange pada tugas

    akhir ini dibagi menjadi 2 bagian. Pertama adalah perencanaan Geometrik interchange yang meliputi

    alinyemen horizontal, alinyemen vetikal dan superelevasi. Kedua adalah perencanaan struktur salah

    satu bagian jembatan interchange yang meliputi struktur atas dan struktur bawah jembatan.

  • 5

    Mulai

    Pengumpulan Data

    Peta Lokasi

    Topografi

    Data Lingkungan

    Data Tanah

    Volume Rencana

    Persiapan

    Analisis Struktur

    Interchage

    Kesimpulan

    Selesai

    Gambar Layout Geometrik

    &

    Gambar Detail Struktur

    Analisis Geometrik

    Interchange

    Gambar 4 Diagram Alir Proses Disain Interchange

  • 6

    Survai Data

    a. Type/model struktur

    b Lebar jembatan

    b. Bentang jembatan

    c. Pilar jembatan

    d. Posisi / letak kepala jembatan

    e. Posisi struktur atas terhadap MAB/HWS/

    bangunan lain dibawahnya

    f. Bahan jembatan

    Kompilasi Data

    Evaluasi Data

    Pradesain

    Evaluasi Data ModifikasiDesain

    Akhir

    Analisa

    Struktur

    Perhitungan

    DimensiGambar Konstruksi

    Gambar 5 Diagram Alir Proses Disain Interchange

    4. ANALISIS 4.1 Analisi Geometrik

    Jumlah lajur pada ramp interchange ini adalah asumsi yang dibuat penulis karena data yang

    dibutuhkan tidak dapat diperoleh. Jumlah lajur pada ramp 1 dan ramp 2 adalah 1 lajur dengan lebar 4

    lajur 4 meter, lebar bahu dalam 1 meter dan bahu luar 3 meter. Sedangkan pada ramp 3 dan ramp 4

    jumlah dibutuhkan 4 lajur 2 arah, dengan lebar lajur 3,6 meter, lebar bahu dalam 1 meter, dan lebar

    bahu luar 3 meter.

    Perencanaan geometrik interchange meliputi antara lain pemilihan bentuk terbaik yang sesuai

    dengan situasi tertentu. Berdasrkan diagram alir pemilihan bentuk interchange, maka pada tugas akhir

    ini digunakan bentuk trumpet sebagai bentuk dasar geometrik interchange. Bentuk trumpet

    merupakan salah satu jenis interchange yang sering digunakan. Kriteria pemilihan bentuk ini adalah

    volume lalu lintas relatif terhadap pergerakan belok kanan (Indonesia) dengan penggunaan jalur

    langsung untuk lalu lintas yang besar dan loop untuk lalu lintas yang lebih kecil. Bentuk interchange

    trumpet terdiri dari dua buah lengkung basic, sebuah lengkung loop dan sebuah lengkung S-curve.

  • 7

    Kebutuhan luas lahan persimpangan tipe trumpet ini relative sedang. Sehingga biaya konstruksi yang

    dikeluarkan relatif sedang.

    Ramp 1

    Bentuk dasar Ramp 1 adalah satu buah lengkung basic dengan tipe direct. Ramp 1 direncanakan

    1 jalur dengan lebar jalur 4 meter. Ramp 1 terdiri dari beberapa lengkung, 2 lengkung peralihan spiral

    clothoid dan 2 lengkung Circle.

    Ramp 2

    Bentuk dasar Ramp 2 adalah satu buah lengkung basic tipe direct. Ramp 2 direncanakan 1

    jalur dengan lebar jalur 4 meter. Ramp 1 terdiri dari beberapa lengkung, 2 lengkung peralihan spiral

    clothoid dan 2 lengkung Circle.

    Ramp 3

    Bentuk dasar Ramp 3 adalah satu buah lengkung S tipe semi direct. Ramp 3 direncanakan 2

    jalur dengan lebar jalur 3,6 meter. Ramp 3 terdiri dari beberapa lengkung, 4 lengkung peralihan spiral

    clothoid dan 3 lengkung Circle.

    Ramp 4

    Bentuk dasar Ramp 4 adalah satu buah lengkung loop tipe indirect. Ramp 4 direncanakan 2

    jalur dengan lebar jalur 3,6 meter. Ramp 4 terdiri dari beberapa lengkung, 2 lengkung peralihan

    spiral clothoid dan 2 lengkung Circle.

    4.2 Analisi Struktur

    Pada tugas akhir ini, perencanaan struktur interchange meliputi perencanaan pelat lantai

    jembatan, perencanaan girder utama jembatan, perencanaan abutment jembatan, dan perencanaan

    pondasi abutment jembatan. Pemilihan tipe steruktur atas diperoleh berdasarkan teori bentang

    ekonomis (Gambar 5.10), dimana untuk bentang 40 meter akan lebih ekonomis jika menggunakan

    jembatan tipe pratekan. Tipe girder yang dipakai adalah I girder. Tipe ini mempunyai keunggulan

    antara lain:

    1. Pelaksanaan lebih mudah 2. Produksi dan distribusi girder lebih mudah 3. Proses koonstruksi relative lebih cepat 4. Biaya konstruksi relative murah (Rp. 59,436 x 106)

    [sumber: Kajian Penentuan Jenis Struktur Jembatan yang Optimal, Jalan Tol semarang-solo, 2008]

    Jembatan direncanakan dengan bentang 40 meter dan lebar total jembatan 24 meter.

    Jembatan terdiri dari 4 lajur 2 arah, dengan lebar per lajur 3,5 meter. Lebar bahu dalam 1 meter, bahu

    luar 3 meter, dan 2 sisi concrete barrier dengan lebar 0,5 meter. Struktur utama jembatan adalah I

    Girder dengan ukuran memakai standar dari Wika Beton. Akhir dari perencanaan ini adalah didapat

    bentuk dan dimensi penampang I Girder yang mampu menahan beban-beban yang bekerja pada

    jembatan, sehingga didapat suatu struktur jembatan yang aman.

  • 8

    RAMP

    -4

    Gambar 6 Gambar Rencana Struktur Jembatan Tampak Atas

    Perencanaan Plat Jembatan

    Tabel 1. Momen akibat beban

    No Jenis Beban Faktor Daya Keadaaan M Tumpuan M Lapangan

    Beban Layan Ultimit (kNm) (kNm)

    1 Berat sendiri KMS 1 1.3 -1.6667 0.8333

    2 Beban mati KMA 1 2 -0.9747 0.6269

    3 Beban truk "T" KTT 1 2 -35.3296 38.9709

    4 Beban angin KEW 1 1.2 -0.2739 0.3022

    Tabel 2. Momen Slab Kombinasi

    No Jenis Beban Faktor M Tumpuan M Lapangan Mu Tumpuan Mu Lapangan

    Beban (kNm) (kNm) (kNm) (kNm)

    1 Berat sendiri 1.3 -1.6667 0.8333 -2.16671 1.08329

    2 Beban mati 2.0 -0.9747 0.6269 -1.9494 1.2538

    3 Beban Truk 2.0 -35.3296 38.9709 -70.6592 77.9418

    4 Beban angin 1.0 -0.2739 0.3022 -0.2739 0.3022

    Total Momen Ultimit Slab, Mu = -75.04921 80.58109

    Dari hasil perhitungan digunakan tulangan utama D16-100 dan tulangan susut D13-150

  • 9

    Perencanaan Girder Jembatan

    640

    800

    70

    130

    120

    300 200 300

    16502100

    250

    250

    250250

    700

    b1

    b2

    h1

    h2

    h3

    b3 b4 b3

    h4h

    h5

    h6

    b5b5

    700

    Gambar 7 Dimensi Balok Prategang

    1. Kapasitas Momen Ultimit Balok

    Modulus elastis baja prategang (strands): Es = 193000 MPa

    Jumlah total strands ns = 69 buah

    Luas tampang nominal satu strands Ast = 0.00010 m2

    Tegangan leleh tendon baja prategang fpy = 1580 MPa

    Luas tampang tendon baja prategang Aps = ns * Ast = 0.00681 m2

    Mutu beton : K - 500

    Kuat tekan beton, fc' = 0.83*K/10 = 41.5 MPa

    Kuat leleh baja prestress (fps) pada keadaan ultimit, ditetapkan sebagai berikut :

    Untuk nilai, L / H 35 : fps = feff + 150 + fc' / (100 * p) MPa fps harus feff + 400 MPa dan harus 0.8 * fpy

    dengan, L = panjang bentang balok, H = tinggi total balok.

    Panjang bentang balok prategang, L = 40.00 m

    Gaya prestress efektif (setelah Kehilangan gaya prategang ), Peff = 7218.7 kN

    Tegangan efektif baja prestress, feff = Peff / Aps *10-3 = 1060.0 MPa

    Luas penampang balok prategang komposit, Ac = 0.989 m2

    Rasio luas penampang baja prestress, p = Aps / Ac = 0.006886

    Tinggi total balok prategang, H = h + h0 = 2.30 m

    L / H = 17.3913043 < 35 (OK)

    fps = feff + 150 + fc' / (100*p) = 1270 MPa fps = feff + 400 = 1460 MPa

    fps = 0.8 * fpy = 1264 MPa

    Diambil kuat leleh baja prategang, fps = 1264 MPa

    1 = 0.85 untuk fc' 30 MPa 1 = 0.85 - 0.05*( fc' - 30 )/7 untuk fc' > 30 MPa 1 harus 0.65 Untuk, fc' = 41.5 MPa maka nilai,

  • 10

    1 = 0.85 - 0.05*( fc' - 30 )/7 = 0.7678571 Letak titik berat tendon baja prategang terhadap alas balok,

    zo = 0.14 m

    Tinggi efektif balok, d = h + ho - zo = 2.16 m

    Kuat tekan beton, fc' = 41500 kPa

    Kuat leleh baja prategang, fps = 1264000 kPa

    Gaya tarik pada baja prestress, Ts = Aps * fps = 8608.22 kN

    Diperkirakan, a < ( h0 + h1 ) h0 + h1 = 0.27 m

    Gaya tekan beton, Cc = [Beff*h0+b1*(a-h0)] * 0.85 * fc'

    Cc = Tsmaka, a = [ Ts/(0.85 * fc') - Beff * h0 ] / b1 + h0 = 0.21146 m

    a < h0 + h1 perkiraan benar (OK)

    Jarak garis netral terhadap sisi atas, c = a / 1 = 0.2753854 m Regangan baja prestress, ps = 0.003 * (d - c) / c = 0.0205579

    < 0.03 (OK)

    Cc = gaya internal tekan beton, Ai = luas penampang tekan beton,

    yi = jarak pusat berat penampang tekan beton terhadap pusat berat baja prestress,

    Gaya internal tekan beton, Cc = [ Ai * 0.85 * fc' ] Momen nominal, Mn = [ Ai * 0.85 * fc' * yi ]

    Tabel 3 Gaya Tekan Beton Dan Momen Nominal

    No Lebar

    Tinggi Luas Gaya

    Lengan thd. pusat baja prestress y Momen

    (m) (m) (m2 (kN) (m) (kNm)

    1 1.18 0.2 0.2367 8349.57 y = d - h0 / 2 2.0625 17220.99

    2 0.64 0.0115 0.0073 258.65 y = d - h0 - ( a - ho) / 2 1.95677 506.11

    Cc = Ts = 8608.22 kN Momen nominal, Mn = 17727.11 kNm

    Tabel 4 Resume Momen Balok

    Aksi / Beban

    Faktor

    Beban Momen Momen Ultimit

    Ultimit M (kNm) Mu (kNm)

    A. Aksi Tetap

    Berat sendiri MS 1.3 MMS 6818.4 KMS*MMS 8863.93

    Beban Mati Tambahan MA 2.0 MMA 968.4 KMA*MMA 1936.8

    Susut dan Rangkak SR 1.0 MSR 130.6 KSR*MSR 130.64

    Prategang PR 1.0 MPR -6312.4 KPR*MPR -6312.4

    B. Aksi Transien

    Beban Lajur "D" KTD 2.0 MTD 3628.8 KTD*MTD 7257.6

    Gaya Rem KTB 2.0 MTB 52.8 KTB*MTB 105.5

    C. Aksi Lingkungan

    Pengaruh Temperatur KET 1.2 MET 1000.8 KET*MET 1201

    Beban Angin KEW 1.2 MEW 201.6 KEW*MEW 241.92

    Beban Gempa KEQ 1.0 MEQ 778.7 KEQ*MEQ 778.68

    Kapasitas momen balok, Mu = * Mn = 14181.6847 kNm

  • 11

    Perencanaan Abutment

    5475

    600

    400

    500

    8002300?tnh.KA.Hq.KA

    ? H

    250

    375

    2200

    400

    H

    H

    PA2

    PA1

    P

    RV

    RH

    T1

    T2

    5 5

    7

    1

    23

    S

    q

    BA C

    T1

    Gambar 8 Rencana Abutment

    Kontrol terhadap translasi horizontal :

    Total gaya horisontal : H = 565,02 kN Gaya tahanan terhadap translasi ( pergeseran horisontal )

    Rh = Vertikal x tan = 1847,1 * tan 30 = 1066,42 kN Safety Factor = Rh/ H = 1066,42 /565,02 = 1,88 1.5 (OK)

    Tabel 5 Momen Tahanan ditinjau dai X-X

    Bagian

    Gaya Vertikal Horizontal

    Lengan

    Momen

    Momen Tahanan

    MR

    thdp. B (m) (kN.m)

    1 23.28 -0.28 -6.40

    2 13.13 -0.55 -7.22

    3 3.46 -0.37 -1.27

    4 96.77 -0.75 -72.58

    RV 1086.08 -0.68 -733.10

    PA1 488.03 1.70 829.65

    PA2 26.99 3.41 91.98

    RH 50.00 5.38 268.75

    Jumlah 1222.72 565.02 369.81

  • 12

    Gambar 9 Diagram Tegangan dan Regangan Kolom Abutment

    Pu = 1222,72kN

    Mu = 369,81kNm ( lihat tabel diatas )

    Diketahui : h = 40 cm

    Diambil selimut beton d = 5,5 cm b = 250 cm ( sesuai jarak antar balok induk )

    Penulangan tarik diambil sama dengan penulangan tekan D 22 10 cm

    5. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

    1. Hasil analisis geometrik interchange adalah sebagai berikut : a. Dari hasil analisa, maka digunakan bentuk trumpet sebagai bentuk dasar interchange. b. Interchange terdiri dari 4 ramp. Dua ramp lengkung basic, satu lengkung S, dan satu

    berbentuk loop.

    c. Ramp 1 adalah lengkung basic dengan radius utama 200 meter dengan total panjang lengkung 148,05 meter.

    d. Ramp 2 adalah lengkung basic dengan radius utama 96 meter dengan total panjang lengkung 88,89 meter.

    e. Ramp 3 adalah berbentuk lengkung S dengan radius 110 meter dengan total panjang lengkung 60,77 meter dan radius 81 meter dengan total panjang lengkung 96,17 meter.

    f. Ramp 4 adalah berbentuk loop dengan radius utama 59 meter dengan total panjang lengkung 183,5 meter.

    g. Dari hasil analisis geometrik dibutuhkan konstruksi jembatan dengan bentang 40 meter.

    2. Hasil analisis struktur jembatan interchange adalah sebagai berikut: a. Digunakan jembatan prategang dengan tipe I girder sesuai dengan grafik antara konstruksi

    jembatan dan bentang ekonomis

    b. Dari hasil perhitungan girder jembatan, penampang yang digunakan mempunyai momen nominal sebesar 14181.68 kNm dan aman terhadap semua kombinasi momen ultimate dari

    beban beban rencana.

    c.

    Dari hasil analisa pada abutment jembatan dengan dimensi yang direncanakan, dapat

    disimpulkan abutmen cukup aman terhadam momen guling dan gaya translasi.

    d. Dari hasil analisa fondasi, digunakan fondasi tiang dengan diameter 50 cm. Jumlah tiang yang digunakan sebanyak 60 tiang dengan kedalaman 20 meter.

    6. REFERENSI American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO). 1994. A Policy on

    Geometric Design of Highway and Streets. Washington, DC., USA. BSN. 1989. SNI 03-1725-1989, Tata Cara Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya.

    Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

    BSN. 2002. SNI 03-2874-2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung .

    Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

    BSN. 2005. RSNI T-02-2005. Standar Pembebanan Untuk Jembatan . Jakarta: Badan Standardisasi

    Nasional.

  • 13

    Dewobroto, Wiryanto. 2005. Analisis dan Desain Penampang Beton Bertulang sesuai SNI 03-2847-2002. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo.

    Direktorat Jendral Bina Marga. 1997. No. 038/TBM/1997. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota. Jakarta

    Direktorat Jendral Bina Marga. 2005. No. 03/BM/2005. Perencanaan Persimpangan Jalan Tak Sebidang. Jakarta

    Direktorat Jendral Bina Marga. 2009. No. 007/BM/2009. Geometri Jalan Bebas Hambatan Untuk Jalan Tol . Jakarta

    Hendarto, Sri. 2005. Perancangan Geometrik Jalan.Bandung: Penerbit ITB. Institute of Transportation Engineers (ite). 2005. Freeway and Interchange, Geometric Design

    Handbook. Washington, DC., USA. Khisty, Jotin C., dan B. Kent Lall. 2003. Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi. Jakarta: Penerbit

    Erlangga.

    Prestressed Concrete Institute (PCI). Bridge Design Example (Bridge Design Manual. Chicago:

    Prestressed Concrete Institute