PERENCANAAN EKSPLORASI

33
PERENCANAAN EKSPLORASI I. Konsep Eksplorasi

description

PERENCANAAN EKSPLORASI

Transcript of PERENCANAAN EKSPLORASI

  • PERENCANAAN

    EKSPLORASI

    I. Konsep Eksplorasi

  • Industri Pertambangan

    Dalam usaha pemanfaatan sumberdaya mineral/bahan galian untuk kesejahteraan masyarakat dan pengembangan suatu

    daerah, diperlukan suatu usaha pertambangan.

    Kegiatan industri pertambangan merupakan salah satu industri yang memiliki resiko tinggi (kerugian).

    Resiko geologi, resiko ekonomi-teknologi dan resiko lingkungan harus dihilangkan atau diminimalkan dengan adanya kegiatan

    eskplorasi.

  • Pengertian Eksplorasi

    Kegiatan eksplorasi merupakan suatu kegiatan penting yang harus dilakukan sebelum suatu usaha pertambangan dilaksanakan.

    Hasil dari kegiatan eksplorasi harus dapat memberikan informasi yang lengkap dan akurat mengenai sumberdaya mineral/bahan

    galian maupun kondisi-kondisi geologi yang ada.

    Kegiatan eksplorasi mineral/bahan galian terutama bertujuan untuk memperkecil atau mengurangi resiko geologi dan harus

    dapat menjawab pertanyaan mengenai :

    a. Apa (mineral/bahan galian) yang dicari ?

    b. Dimana (mineral/bahan galian) tersebut terdapat? Baik secara

    geografis maupun letak/posisinya terhadap permukaan bumi (di atas

    permukaan, di bawah permukaan, dangkal/dalam, di bawah air ?).

    c. Berapa (sumberdaya/cadangannya), bagaimana kadar, penyebaran,

    dan kondisinya?

    d. Bagaimana kondisi lingkungannya (karakteristik geoteknik dan hidrogeologi)?

  • Konsep Eksplorasi

    Dasar dalam perencanaan aktivitas pada industri pertambanganadalah tingkat kepastian dari penyebaran endapan, geometri

    badan bijih (endapan), jumlah cadangan, serta kualitas.

    Contoh :

    Pada badan pemerintah, dengan tujuan pengembangan wilayah(daerah), maka kegiatan eksplorasi diarahkan untuk pendataan

    potensi sumberdaya bahan galian, sehingga kegiatan eksplorasi

    tersebut lebih bersifat inventarisasi sumberdaya mineral.

    Pada perusahaan eksplorasi, dengan tujuan pengembanganpotensi mineral tertentu, maka kegiatan eksplorasi diarahkan untuk

    dapat mengumpulkan data endapan tersebut selengkap-

    lengkapnya, sehingga data endapan yang dihasilkan mempunyai

    nilai yang dapat dianggunkan atau dijual kepada pihak lain (junior

    company).

  • Konsep Eksplorasi (lanjut)

    Pada perusahaan pertambangan, dengan tujuan pengembangandan penambangan mineral tertentu, maka kegiatan eksplorasidiarahkan untuk dapat mengumpulkan data endapan tersebutuntuk mendapatkan nilai ekonominya sehingga layak untukditambang dan dipasarkan sebagai komoditi tambang.

    Secara umum, dalam industri pertambangan kegiatan eksplorasiditujukan sebagai berikut:

    a. Mencari dan menemukan cadangan bahan galian baru,

    b. Mengendalikan (menambah) pengembalian investasi yang ditanam, sehingga pada suatu saat dapat memberikan keuntungan yang ekonomis (layak),

    c. Mengendalikan (penambahan/pengurangan) jumlah cadangan, dimana cadangan merupakan dasar dari aktivitas penambangan,

    d. Mengendalikan atau memenuhi kebutuhan pasar atau industri,

    e. Diversifikasi sumberdaya alam,

    f. Mengontrol sumber-sumber bahan baku sehingga dapat berkompetisidalam persaingan pasar.

  • Konsep Eksplorasi (lanjut)

    Dilihat dari pentingnya hal tersebut di atas, terdapat 5 (lima) halpenting yang harus diperhatikan, yaitu :

    a. Pemahaman filosofi eksplorasi dan cebakan bahan galian

    b. Pengetahuan (dasar ilmu dan teknologi) yang terkait dalam

    pekerjaan eksplorasi,

    c. Pemahaman konsep dan metode eksplorasi,

    d. Prinsip dasar dan penerapan metode (teknologi) eksplorasi,

    e. Pengambilan keputusan pada setiap tahapan eksplorasi.

  • Konsep Eksplorasi (lanjut)

    (a) (b)

    Sumber

    Perpindahan/

    Transportasi

    Wadah/Perangkap

    Tanda-tanda

    Fakta

    Cebakan

    Sumber

    (a) Proses utama dalam pembentukan endapan bahan galian,

    (b) Proses penemuan

  • TERIMA KASIH

    Sampai Jumpa Minggu Depan...

  • PERENCANAAN

    EKSPLORASI

    III. Hubungan Kondisi Geologi

    & Genesa Endapan Dengan

    Teknik Eksplorasi

  • Geologi dan Genesa

    Bahan Galian (1)

    Indikasi (gejala) geologi yang diamati merupakan hasil (produk) dari proses geologi (asosiasi batuan, tektonik, dan

    siklus geologi) yang mengontrol pembentukan endapan, yang

    kemudian dikaji dalam konteks genesa endapan berupa

    komposisi mineral, asosiasi mineral, unsur-unsur petunjuk, pola

    tekstur mineral, ubahan (alterasi), bentuk badan bijih (tipe

    endapan), dll.

    Menghasilkan elemen-elemen yang harus ditemukan dan dibuktikan melalui penerapan metode (teknologi) eksplorasi

    yang sesuai, sehingga dapat menjadi petunjuk untuk

    mendapatkan endapan bijih yang ditargetkan (guide to ore).

  • PROSES GEOLOGI

    Magmatik

    Tektonik

    (Struktur geologi)

    Pelapukan

    Erosi & Sedimentasi

    GEJALA GEOLOGI

    Tatanan Tektonik Regional/Lokal

    Struktur Geologi

    Susunan Sratigrafi

    Geomorfologi-Fisiografi

    Jenis Batuan

    GENESA ENDAPAN

    Metalogenic Province

    Kontrol Pembentuk Bijih

    Komposisi Mineral/Alterasi

    Unsur Asosias/Petunjuk

    Struktur/Tekstur Mineral

    TIPE DAN KARAKTERISTIK ENDAPAN

    Bentuk, Ukuran, dan Pola Sebaran Bijih

    Proses dan Zona Pengkayaan

    Sifat Fisik dan Kimia Endapan

    Karakteristik MineralogiKarakteristik Batuan Induk/Samping

    PEMILIHAN DAN PENERAPANTEKNOLOGI (METODA) EKSPLORASI

    Diagram umum hubungan antara proses geologi, gejala geologi, dan genesa endapan untuk memperoleh tipe dan karakteristik

    endapan dengan pemilihan metode eksplorasi

  • Geologi dan Genesa

    Bahan Galian (2)

    Hal-hal mendasar yang perlu diketahui adalah:

    Konsep metallogenic province dan metallogenic epoch,

    Endapan-endapan mineral yang berhubungan dengan konsep tektonik lempeng,

    Bentuk dan morfologi badan bijih,

    Proses-proses pembentukan endapan.

  • Konsep Metallogenic Province

    dan Metalogenic Epoch

    Metallogenic Province merupakan suatu konsep dimana terkonsentrasikannya suatu logam atau assosiasi beberapa logam tertentu pada suatu zona (secara regional) akibat proses geologi tertentu.

    Terkonsentrasikannya endapan-endapan berharga pada suatu metallogenic province dalam perioda waktu geologi dikenal dengan istilah metallogenic epochs.

    Berikut beberapa contoh metallogenic province yang ada di Indonesia:

    Jalur batuan granit pada sabuk timah (tin belt) di Asia Tenggara, tersingkap mulai dari Birma, Siam, Malaya, terus ke Indonesia melewati P. Bangka dan P. Belitung.

    Jalur batuan ultrabasa pada jalur endapan nikel lateritik di Sulawesi, yaitu Soroako, Pomalaa, Halmahera, P. Gebe, P. Gag, P. Wageo, dan Peg. Cyclops (Irian Jaya).

    Jalur deretan vulkanik purba (volcanic corridor) yang membawa endapan emas di P. Kalimantan, yaitu Mirah, G. Mas, Mt. Muro, Kelian, Muyup, dan Busang.

  • Endapan Bijih yang Berhubungan

    Dengan Rejim Tektonik Lempeng

    Seperti yang telah diuraikan di atas, salah satu yang mengontrol pembentukan mineral adalah siklus geologi.

    Di kerak bumi, lelehan batuan (magma) muncul mendekati permukaan bumi akibat pendinginan dan perbedaan tekanan yang dikenal dengan differensiasi magma. Proses magmatisme salah satunya dapat diamati sebagai aktivitas volkanik.

    Daerah-daerah volkanik yang mengalami pelapukan dan proses penurunan serta adanya media (fluida) membawa material-material klastik menuju cekungan pengendapan.

    Penurunan kerak bumi di cekungan tersebut menyebabkan proses metamorfisme di bawah kondisi tekanan dan temperatur yang mendekati titik lelehnya, sehingga terbentuk magma baru.

    Akibat adanya proses tektonik (tatanan geologi) menimbulkan rekahan-rekahan di kerak bumi sehingga dapat menjadi media untuk terkonsentrasinya larutan pembawa bijih.

  • Partial M

    eltin

    g

    ZONA TUMBUKAN

    (SUBDUCTION ZONE)

    Vulkanogenik

    Pb-Cu-Zn

    KERAK SAMUDERA

    ZONA REGANGAN

    (RIFT ZONE)

    Ofiolit - Cu

    Mafik - Ultramafik

    Cr - Ni - Pt

    KERAK BENUA

    ZONA TUMBUKAN

    (SUBDUCTION ZONE)

    Placer Au - Sn

    Sandstone Host

    (U - V - Cu)

    Skarn

    (Cu - Pb - Zn) Urat (Vein)

    (Sn - W)

    Porfiri

    (Cu - Mo)

    Urat (Vein)

    (Au - Ag - Hg)

    (Cu - Pb - Zn)

    Eksalatif - S

    Sedimentary (Fe - Mn)

    Limestone Hosted (Pb - Zn - Cu)

    Shale hosted (Cu-Pb-Zn)

    Sketsa model tektonik lempeng serta evolusi pembentukan mineral dan endapan di kerak bumi (Gocht et al., 1988)

  • D B

    A

    E

    C

    Sum

    bu tu

    buh

    bijih

    Shaft

    Permukaa

    n

    Level

    Level

    Level

    Level

    Level

    Panja

    ng se

    ara

    h p

    lunge

    Lebar

    Stope

    AB dan CD sebidang dalam arah vertikal

    DB, AB, dan EB terletak dalam bidang

    horizontal yang sama

    EB tegak lurus DB

    Dip

    Pitch / rake

    PlungeTebal

    Sketsa pendeskripsian dimensi badan bijih (dimodifikasi dari Evans, 1995)

  • Bentuk dan Morfologi

    Badan Bijih (1)

    Secara umum parameter dimensional badan bijih (ukuran, bentuk, dan sebaran) merupakan akibat dari variasi dan distribusi kadar mineral bijih.

    Secara teknik penambangan, endapan yang mempunyai kadar relatif rendah (low grade) namun tersebar luas di dekat permukaan dapat ditambang dengan lebih menguntungkan daripada endapan dengan bentuk urat (vein - veinlets) dengan kadar relatif lebih tinggi, yang hanya dapat ditambang dengan metode tambang bawah tanah.

    Begitu juga dengan pola (bentuk) sebaran, dimana endapan dengan badan bijih yang teratur (terkumpul) akan lebih mudah ditambang daripada badan bijih yang tidak teratur (disseminated).

  • Bentuk dan Morfologi

    Badan Bijih (2)

    Berdasarkan bentuk (morfologi) badan bijih dan pola sebaran

    mineral bijihnya jika dihubungkan dengan batuan sekitarnya

    (batuan samping/induk), maka endapan bijih dapat

    dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok utama, yaitu :

    Diskordan, yaitu jika badan bijih membentuk pola yang memotong perlapisan batuan sekitarnya.

    Konkordan, yaitu jika badan bijih membentuk pola yang tidak memotong perlapisan batuan sekitarnya

  • Badan Bijih Diskordan

    Berdasarkan pola badan bijih, maka dapat dikelompokkan menjadi badan bijih yang mempunyai bentuk beraturan dan

    badan bijih dengan pola yang tidak beraturan.

    Badan bijih diskordan dengan bentuk yang beraturan:

    Badan Bijih Tabular (papan)

    Badan Bijih Tubular (tabung)

    Sedangkan badan bijih diskordan dengan bentuk yang tidak beraturan:

    Bijih Disseminated (tersebar)

    Bijih Irregular Replacement (tidak teratur)

  • Badan Bijih Tabular (papan)

    Badan bijih dengan pola penyebaran yang menerus dalam arah 2D (panjang dan lebar), tapi terbatas dalam arah 3D (tipis), berbentuk urat (vien fissure veins) dan lodes.

    Vein dan lodes ini mempunyai arti yang sama, namun istilah vein lebih sering digunakan untuk pola urat yang dikontrol oleh fractures (rekahan-rekahan), sedangkan lode digunakan untuk urat yang dikontrol oleh crack (bukaan). Vein umumnya terbentuk pada sistem fractures dan orientasi (pola penyebarannya) dikontrol oleh pola sistem fractures tersebut.

    Mineralisasi yang terdapat pada sistem urat jarang sekali yang merupakan mineral tunggal. Umumnya berupa asosiasi dari beberapa kombinasi mineral bijih dan pengotor (gangue) dengan komposisi yang sangat bervariasi. Batas dari penyebaran urat ini umumnya jelas, yaitu langsung dibatasi oleh dinding urat.

  • Datar

    20 mHanging wall

    Footwall

    Batupasir

    Batulanau

    Batugamping

    Serpih

    Serpih

    Batugamping

    Serpih

    Urat mineralisasi mengisi bidangsesar

    Urat tersebut relatif datar pada bidang kontakdengan serpih

    Sketsa badan bijih berupa urat yang dikontrol oleh bidang sesar (dimodifikasi dari Evans, 1995)

  • Badan Bijih Tubular (tabung)

    Badan bijih dengan pola penyebaran yang relatif pendek (terbatas) dalam arah 2D namun relatif menerus dalam arah

    3D (arah vertikal).

    Jika penyebaran badan bijih ini relatif vertikal - sub vertikal biasanya disebut sebagai pipes ( chimneys), sedangkan jika

    relatif horizontal - sub horizontal disebut sebagai mantos (

    flat lying tabular bodies).

    Badan bijih ini merupakan pipa kuarsa dengan mineralisasi logam-logam bismut, molbdenit, tungsten, dan timah.

    Kadang-kadang bentuk ini ditemukan juga berupa breksi

    (pipe breccia) dengan mineralisasi tembaga (sulfida).

  • Badan Bijih Disseminated

    (tersebar)

    Badan bijih dengan pola penyebaran mineral bijih yang tersebar di dalam host rock (batuan induk/asal), seperti (mirip

    dengan) penyebaran mineral-mineral ikutan di dalam batuan

    beku (atau berupa urat-urat tipis yang tersebar).

  • Badan Bijih Irreguler

    Replacement (tak teratur)

    Merupakan badan bijih yang terbentuk melalui pergantian unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya (umumnya pada

    batuan sedimen yang kaya karbonat), contohnya endapan

    magnesit.

    Proses replacement ini umumnya terjadi pada kondisi temperatur tinggi seperti pada daerah kontak dengan intrusi

    batuan beku.

  • Badan Bijih Konkordan

    Umumnya badan bijih ini terbentuk pada batuan induk (host rock) atau sebagai endapan hasil proses pelapukan.

    Endapan-endapan yang mempunyai badan bijih konkordan ini dikelompokkan sesuai dengan jenis batuan induknya, yaitu:

    Sedimentary host rock (dengan batuan induk adalah batuan edimen),

    Igneous host rock (dengan batuan induk adalah batuan beku),

    Metamorphic host rock (dengan batuan induk adalah batuan metamorf),

    Residual deposit (endapan akibat pelapukan batuan induk).

  • Proses Pembentukan Endapan

    Urutan-urutan kejadian:

    Aktivitas magma (magmatik cair) injeksi larutan sisa magma pada dekat permukaan (hidrothermal) proses-proses eksternal berupa proses sedimentasi atau proses metamorfosa membentuk

    endapan-endapan sedimenter atau endapan metamorfik.

    Berdasarkan asal (sumber) dan proses pembentukannya, maka secara umum endapan mineral (bahan galian) dapat

    dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu:

    Endapan primer

    Endapan sekunder.

  • Endapan primer adalah endapan mineral yang terbentuk langsung dari magma (segregrasi dan diferensiasi magma).

    Berdasarkan urutan pembentukan (dari diferensiasi magma), maka endapan primer ini dikelompokkan menjadi beberapa

    fase, yaitu :

    Magmatik Cair (early and late magmatic), adalah endapan mineral yang terbentuk langsung pada magma (diferensiasi

    magma), misalnya dengan cara gravitational settling.

    Pegmatitik, adalah batuan beku yang terbentuk sebagai hasil injeksi magma.

    Pneumatolitik, adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam lingkungan yang dekat dengan magma.

    Endapan Primer

  • Hidrotermal - larutan hidrotermal adalah larutan sisa magma yang panas dan bersifat "aqueous" sebagai hasil diferensiasi

    magma. Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal 3

    macam endapan hidrotermal, yaitu:

    Epitermal : Temperatur 00C-2000C

    Mesotermal : Temperatur 1500C-3500C

    Hipotermal : Temperatur 3000C-5000C

    Vulkanik, endapan fase vulkanik merupakan produk akhir dari proses pembentukkan bijih secara primer.

  • Endapan sekunder adalah endapan yang terbentuk akibat konsentrasi bahan galian berharga (bijih) akibat pengendapan

    kembali secara sekunder (berasal dari perombakan batuan

    asal) melalui proses-proses pelapukan (kimia atau mekanik),

    transportasi, pemilahan (sorting), dan proses pengkonsentrasian

    (pengkayaan), sehingga menghasilkan endapan bijih tertentu.

    Berdasarkan lokasi pengendapan, endapan plaser dapat dibagi menjadi empat, yaitu:

    Endapan plaser eluvium (dekat atau di sekitar sumber mineral bijih primer), yang terbentuk dengan hanya sedikit tertransportasi

    (material mengalami pelapukan setelah pencucian).

    Endapan plaser aluvium, merupakan endapan plaser terpenting. Terbentuk di sungai bergerak kontinu oleh air, sorting berdasarkan

    berat jenis sehingga mineral bijih yang berat tertransport relatif lebih

    dekat.

    Endapan Sekunder

  • Endapan plaser pantai, terbentuk karena adanya aktivitas gelombang memukul pantai dan mengabrasi dan mencuci

    pasir pantai. Mineral yang umum di sini adalah ilmenit,

    magnetit, monasit, rutil, zirkon, dan intan, tergantung dari

    batuan terabrasi.

    Endapan plaser fosil, merupakan endapan primer purba yang telah mengalami pembatuan dan kadang-kadang

    telah mengalami metamorfisme. Sebagai contoh endapan

    emas dan uranium terjadi dalam beberapa lapisan

    konglomerat.

  • Terima Kasih..