perencanaan Dan Pengujian Material Jalan Raya

64
Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya Ricky Perdana / 0504101010061 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Sejarah transportasi telah berkembang sejak dahulu kala ketika manusia hidup pada masa primitif, manusia selalu mengadakan perjalanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan perkembangan sejarah, jalan sebagai salah satu sarana transportasi telah mulai ada sejak manusia menghuni bumi yang terus berkembang sesuai dengan pola pemikiran manusia untuk terus menyempurnakan hasil temuan terdahulu. Pada perkembangan terakhir manusia telah mengenal sistem perkerasan jalan yang baik dan mudah dikerjakan serta pola perencanaan jalan raya yang semakin sempurna. Menurut Djamal Abdat (1981), jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan sebagai penghubung lalu lintas dari suatu tempat ke tempat lainnya. Lintasan artinya menyangkut jalur tanah yang diperkuat atau diperkeras dan jalur tanah tanpa perkerasan. Lalu lintas artinya menyangkut semua benda dan makhluk yang melewati jalan tersebut. Jalan raya yang dimaksud adalah jalan raya biasa, dibangun dengan syarat- syarat tertentu hingga dapat dilalui oleh kendaraan (lalu lintas). Syarat-syarat yang diperlukan jalan raya terutama adalah untuk memperoleh : a. permukaan yang rata dengan maksud agar lalu lintas dapat berjalan dengan lancar; b. mampu memikul berat kendaraan beserta beban yang ada di atasnya; c. dapat dilalui dengan kecepatan tinggi, hingga permukaan jalan tidak tergusur, berserakan dan sebagainya. Pada dasarnya, perencanaan konstruksi jalan raya terdiri dari beberapa bagian besar. Bagian-bagian itu adalah perencanaan geometrik jalan, perencanaan perkerasan material jalan dan perencanaan dalam pembangunan serta administrasinya.

description

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya BAB I PENDAHULUAN1.1 Maksud dan Tujuan Sejarah transportasi telah berkembang sejak dahulu kala ketika manusia hidup pada masa primitif, manusia selalu mengadakan perjalanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan perkembangan sejarah, jalan sebagai salah satu sarana transportasi telah mulai ada sejak manusia menghuni bumi yang terus berkembang sesuai dengan pola pemikiran manusia untuk terus menyempurnakan hasil temuan terdahulu. Pada pe

Transcript of perencanaan Dan Pengujian Material Jalan Raya

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan

Sejarah transportasi telah berkembang sejak dahulu kala ketika manusia

hidup pada masa primitif, manusia selalu mengadakan perjalanan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan perkembangan sejarah, jalan

sebagai salah satu sarana transportasi telah mulai ada sejak manusia menghuni

bumi yang terus berkembang sesuai dengan pola pemikiran manusia untuk terus

menyempurnakan hasil temuan terdahulu. Pada perkembangan terakhir manusia

telah mengenal sistem perkerasan jalan yang baik dan mudah dikerjakan serta pola

perencanaan jalan raya yang semakin sempurna.

Menurut Djamal Abdat (1981), jalan raya adalah suatu lintasan yang

bertujuan sebagai penghubung lalu lintas dari suatu tempat ke tempat lainnya.

Lintasan artinya menyangkut jalur tanah yang diperkuat atau diperkeras dan jalur

tanah tanpa perkerasan. Lalu lintas artinya menyangkut semua benda dan makhluk

yang melewati jalan tersebut.

Jalan raya yang dimaksud adalah jalan raya biasa, dibangun dengan syarat-

syarat tertentu hingga dapat dilalui oleh kendaraan (lalu lintas). Syarat-syarat yang

diperlukan jalan raya terutama adalah untuk memperoleh :

a. permukaan yang rata dengan maksud agar lalu lintas dapat berjalan dengan

lancar;

b. mampu memikul berat kendaraan beserta beban yang ada di atasnya;

c. dapat dilalui dengan kecepatan tinggi, hingga permukaan jalan tidak tergusur,

berserakan dan sebagainya.

Pada dasarnya, perencanaan konstruksi jalan raya terdiri dari beberapa

bagian besar. Bagian-bagian itu adalah perencanaan geometrik jalan, perencanaan

perkerasan material jalan dan perencanaan dalam pembangunan serta

administrasinya.

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

2

Pada dasarnya, perencanaan konstruksi jalan raya terdiri dari beberapa

bagian besar, yaitu :

- perencanaan geometrik jalan

- perencanaan perkerasan material jalan

- perencanaan dalam pembangunan serta administrasinya.

Perencanaan Geometrik Jalan

Terdiri dari ukuran-ukuran jalan serta bentuk-bentuk lintasan yang

diperlukan. Ukuran-ukuran tersebut mencakup lebar bagian-bagian jalan dan

fasilitasnya yang dikaitkan dengan kendaraan dan kelincahan geraknya,

tinggi mata pengemudi, rintangan dan sebagainya. Bentuk permukaan dan

lintasan dikaitkan dengan keamanan jalan dan lalu lintas.

Perencanaan Perkerasan Material Jalan

Perkerasan adalah lapisan jalan yang diperlukan untuk memenuhi syarat-

syarat utama jalan yaitu permukaan jalan harus mampu memikul berat

kendaraan dan dapat melalui dengan kecepatan tinggi. Perkerasan ini dibuat

dari material- material alam.

Perencanaan Pembangunan dan Administrasi Jalan Raya

Pelaksanaan pembangunan jalan raya sangat memerlukan keterampilan

tersendiri sesuai dengan jenis jalan dan kemudahan yang ada, baik dari segi

material, tenaga ahli, peralatan dan waktu. Sehingga semua proses tersebut

diperlukan suatu administrasi tersendiri.

Sebagai sarana transportasi, jalan raya juga merupakan sarana

pembangunan pengembangan wilayah yang penting, oleh karena itu lalu lintas di

atas jalan raya harus bergerak dengan lancar dan aman sehingga proses

pergerakan ataupun proses pengangkutan dapat berjalan dengan cepat, aman,

nyaman, tepat, dan efisien.

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

3

1.2 Ruang Lingkup Tugas yang Dilakukan

Dalam tugas perencanan ini, perhitungan yang dilakukan terdiri dari

beberapa tinjauan yang meliputi penentuan lintasan (trase), alinyemen horizontal,

alinyemen vertikal, penampang memanjang jalan, serta penentuan volume galian

dan timbunan atau kubikasi.

1.2.1 Penentuan Trase Rencana

Penentuan lintasan dilakukan berdasarkan peta topografi yang telah

disediakan, titik asal (origin) dan titik tujuan (destination) telah ditentukan.

Langkah awal penentuan trase adalah memperhatikan situasi medan.

Contour tersebut terus ditelusuri untuk mencari lintasan yang sesuai dengan

PPGJR (Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya) No. 13 tahun 1970

serta ketentuan-ketentuan lain yang diberikan dalam tugas rancangan ini.

Dalam perencanaan ini dibuat tiga alternatif lintasan, kemudian dipilih

satu lintasan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada.

1.2.2 Perencanaan Alinyemen Horizontal

Perencanaan alinyemen horizontal merupakan perencanaan tikungan

lengkap dengan komponen-komponennya. Tikungan yang direncanakan

dalam tugas perencanaan ini berjumlah dua tikungan yang meliputi Spiral-

Circle-Spiral (S-C-S), dan Full Circle (FC).

1.2.3 Perencanaan Alinyemen Vertikal

Alinyemen vertikal merupakan proyeksi sumbu jalan pada bidang

vertikal. Dengan kata lain alinyemen vertikal merupakan potongan

memanjang jalan yang akan memperlihatkan lengkungan vertikal dan

besarnya tanjakan.

Perencanaan alinyemen vertikal ini didasarkan pada beberapa syarat,

yaitu syarat keamanan, kenyamanan dan drainase untuk masing-masing beda

kelandaian yang ada.

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

4

1.2.4 Penentuan Volume Galian dan Timbunan (Cut and Fill)

Berdasarkan proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal (alinyemen

horizontal) dan proyeksi sumbu jalan pada bidang vertikal (alinyemen

vertikal/potongan memanjang as jalan) yang telah direncanakan, dapat

digambarkan penampang melintang jalan pada setiap stasioner yang

diinginkan. Dalam tugas perencanaan ini, penampang melintang jalan

digambarkan untuk setiap titik kritis (K). Volume galian dan timbunan

ditentukan berdasarkan penampang melintang jalan yang telah digambarkan

tersebut.

1.3 Gambaran Umum Perencanaan Jalan

Permukaan bumi yang relatif tidak datar merupakan kendala utama dalam

perencanaan jalan, karena dalam perencanaan suatu jalan raya, pekerjaan yang

diinginkan adalah pekerjaan yang relatif mudah dengan menghindari pekerjaan

galian (cut) dan timbunan (fill) yang besar. Di lain pihak kendaraan yang

beroperasi di jalan raya menginginkan jalan yang relatif lurus, tidak ada tanjakan

atau turunan. Untuk itu dibutuhkan analisa dalam perencanaan jalan agar

keamanan dan kenyamanan kendaraan yang beroperasi di jalan raya dapat

diciptakan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan geometrik jalan raya

adalah:

Kelas Jalan

Kecepatan rencana

Standar perencanaan

Penampang melintang jalan

Volume lalu lintas

Keadaan topografi

Alinyemen horizontal

Alinyemen vertikal

Bentuk tikungan

Jarak pandangan

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

5

1.3.1 Kelas Jalan

Jalan dibagi ke dalam kelas-kelas yang penempatannya didasarkan

pada fungsinya juga dipertimbangkan pada besarnya volume serta sifat lalu

lintas yang diharapkan akan menggunakan jalan yang bersangkutan.

1.3.2 Kecepatan Rencana

Kecepatan rencana yang dimaksud adalah kecepatan maksimum yang

diizinkan pada jalan yang akan direncanakan sehingga tidak menimbulkan

bahaya bagi pemakai jalan tersebut. Dalam hal ini harus disesuaikan dengan

tipe jalan yang direncanakan. Dalam tugas ini, digunakan kecepatan rencana

50 km/jam.

1.3.3 Standar Perencanaan

Jalan yang direncanakan termasuk jalan raya untuk jalan penghubung

(kelas III) dengan data sebagai berikut :

a. 2 lajur 2 arah;

b. kecepatan rencana 50 km/jam;

c. lebar perkerasan 7 m;

d. bahu jalan 2 x 1,5 m, kemiringan memanjang bahu 4%;

e. kemiringan memanjang jalan (longitudinal) maksimal 10 %;

f. kemiringan melintang (transversal) jalan 2 %;

g. kemiringan talud 1:2;

h. tebal galian maksimum 8 m;

i. tebal timbunan maksimum 5 m.

1.3.4 Penampang Melintang Jalan

Penampang melintang jalan adalah pemotongan suatu jalan tegak lurus

sumbu jalan yang dapat menunjukkan bentuk serta susunan bagian-bagian

jalan dalam arah melintang.

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

6

Penampang melintang jalan yang digunakan harus sesuai dengan kelas

jalan dan kebutuhan lalu lintas yang dilayani. Beberapa bagian jalan yang

dapat dilihat dari potongan melintang jalan adalah :

a. Lebar perkerasan

Pada umumnya lebar perkerasan ditentukan berdasarkan lebar jalur

lalu lintas normal yang besarnya adalah 3,5 meter sebagaimana

tercantum dalam daftar I PPGJR, kecuali :

- jalan penghubung dan jalan kelas II c = 3,00 meter

- jalan lalu lintas padat = 3,50 meter

- jalan utama = 3,75 meter

b. Lebar bahu

Untuk jalan kelas III, lebar bahu jalan (berm/shoulder) minimum

adalah 1,50 – 2,50 m untuk semua jenis medan.

c. Drainase

Drainase merupakan bagian yang sangat penting pada suatu jalan

seperti saluran tepi, saluran melintang, dan sebagainya, harus

direncanakan berdasarkan data hidrologis setempat seperti intensitas

hujan, lamanya frekuensi hujan, serta sifat daerah aliran. Drainase

harus dapat membebaskan konstruksi akibat pengaruh air.

d. Kebebasan pada jalan raya

Kebebasan yang dimaksud adalah keleluasaan pengemudi di jalan raya

dengan tidak menghadapi rintangan. Lebar kebebasan ini merupakan

bagian kiri kanan jalan yang merupakan bagian dari jalan (PPGJR No.

13/1970).

1.3.5 Volume Lalu Lintas

Volume lalu lintas dinyatakan dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP)

yang besarnya menunjukkan jumlah lalu lintas harian rata-rata (LHR) untuk

kedua jurusan.

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

7

1.3.6 Keadaan Topografi

Untuk memperkecil biaya pembangunan, maka suatu standar perlu

disesuaikan dengan keadaan topografi. Dalam hal ini, jenis medan dibagi

dalam tiga golongan umum yang dibedakan menurut besarnya lereng

melintang dalam arah kurang lebih tegak lurus sumbu jalan.

Tabel 1.1 Klasifikasi Medan dan Besarnya Lereng Melintang

GOLONGAN MEDAN LERENG MELINTANG

Datar (D) 0 – 9 %

Perbukitan (B) 10 – 24,9 %

Pegunungan (G) > 25 %

Adapun pengaruh keadaan medan terhadap perencanaan suatu jalan

raya meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Tikungan

Jari-jari tikungan pada pelebaran perkerasan diambil sedemikian rupa

sehingga terjamin keamanan dan kenyamanan jalannya kendaraan dan

pandangan bebas harus cukup luas.

b. Tanjakan

Adanya tanjakan yang cukup curam dapat mengurangi kecepatan

kendaraan, dan jika tenaga tariknya ridak cukup, maka berat muatan

kendaraan harus dikurangi yang berarti mengurangi kapasitas angkut

sehingga sangat merugikan. Oleh karena itu, dalam perencanaan

diusahakan agar tanjakan dibuat dengan kelandaian sekecil mungkin.

1.3.7 Alinyemen Horizontal

Alinyemen horizontal adalah garis proyeksi sumbu jalan yang tegak

lurus pada bidang peta. Alinyemen horizontal merupakan trase jalan yang

terdiri dari garis lurus (tangen) yang berpotongan. Bagian perpotongannya

dibuat garis lengkung yang disebut tikungan.

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

8

Bagian yang sangat kritis pada alinyemen horizontal adalah bagian

tikungan, di mana terdapat gaya yang dapat melemparkan kendaraan ke luar

daerah tikungan yang disebut gaya sentrifugal. Atas dasar itu maka

perencanaan tikungan diusahakan agar dapat memberikan keamanan dan

kenyamanan, sehingga perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:

a. Jari-jari lengkung minimum untuk setiap kecepatan rencana

ditentukan berdasarkan kemiringan maksimum dengan koefisien

gesekan melintang maksimum.

b. Lengkung peralihan adalah lengkung pada tikungan yang digunakan

untuk mengadakan peralihan dari bagian lurus ke bagian lengkung

atau sebaliknya. Panjang minimum lengkung peralihan umumnya

ditentukan oleh jarak yang diperlukan untuk perubahan miring

tikungan yang tergantung pada besar landai relatif antara permukaan

kedua sisi perkerasan dan bekerjanya gaya sentrifugal.

c. Pelebaran perkerasan pada tikungan, yang bergantung pada:

R = jari-jari tikungan

= sudut tikungan

Vr = kecepatan rencana

Rumus yang digunakan adalah rumus yang dikutip dari “Dasar-Dasar

Perencanaan Geometrik Jalan (Silvia Sukirman) halaman 142, yaitu

sebagai berikut:

Radius lengkung untuk lintasan luar roda depan (Rc)

Rc = R – ¼ bn

Lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada

lajur sebelah dalam (B)

B= bAPRAPbAPRc 2/1)()(2/1)( 222222

Lebar hambatan akibat kesukaran mengemudi di tikungan

R

VZ

105,0

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

9

Lebar total perkerasan di tikungan

Bt = n (B + C) + Z

Tambahan lebar perkerasan pada tikungan

∆b = Bt – Bn

Keterangan :

R = panjang jari-jari tikungan (m)

V = kecepatan rencana (km/jam)

P = jarak antar gandar truk (m)

A = jarak tonjolan kendaraan (m)

n = jumlah lajur

C = koefisien kebebasan samping (0,5)

b = lebar kendaraan (m)

bn= lebar perkerasan (m)

Tetapi dalam tugas perencanaan ini besar pelebaran perkerasan pada

daerah tikungan tidak dihitung.

d. Pandangan bebas pada tikungan

Sesuai dengan panjang jarak pandangan yang diperlukan baik jarak

pandangan henti maupun jarak pandangan menyiap, maka diperlukan

kebebasan samping. Suatu tikungan tidak harus selalu harus

dilengkapi dengan kebebasan samping yang tergantung pada :

1). jari-jari tikungan (R);

2). kecepatan rencana (Vr) yang langsung berhubungan dengan

jarak pandangan (S);

3). keadaan medan lapangan.

Seandainya menurut perhitungan diperlukan adanya kebebasan

samping, akan tetapi keadaan medan tidak memungkinkan, maka

diatasi dengan memasang rambu peringatan sehubungan dengan

kecepatan yang diizinkan.

Dalam meninjau jarak kebebasan samping suatu tikungan ada dua

kemungkinan teori sebagai pendekatan :

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

10

a). Jarak pandangan lebih kecil dari panjang tikungan (S<L)

L

S

C

A B

R R

O

Keterangan :

AB : garis pandangan

n ACB : jarak pandangan (S)

n TS CST : panjang tikungan (L)

m : ordinat tengah sumbu jalur ke penghalang

: setengah sudut pusat busur lingkaran S (°)

m : R (1-cos )

: R

s

090

Hubungan antara m dengan derajat lengkug (D):

: R

s

090 R =

D

4,1432

: 50

SD

b). Jarak pandangan lebih besar dari panjang tikungan (S>L)

L

S

C

d B E d

A D

R R

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

11

Keterangan :

S = L + 2d

D = ½ (S-L)

Rumus menjadi:

m = R (1-cos Q) + ½ (S-L) sin Q

dimana Q = R

s

090

Catatan : bila yang dipakai S<L, maka L/R, maka L/S =1

1.3.8 Alinyemen Vertikal (Profil Memanjang)

Alinyemen vertikal adalah proyeksi lintasan jalan pada bidang tegak

yang melalui sumbu jalan atau tegak lurus bidang gambar. Profil ini

menggambarkan tinggi rendahnya jalan terhadap muka tanah asli, sehingga

memberikan gambaran terhadap kemampuan kendaraan dalam keadaan naik

dan bermuatan penuh (dimana truk digunakan sebagai kendaraan standar).

Alinyemen vertikal sangat erat hubungannya dengan besar biaya

pembangunan, biaya penggunaan, maka pada alinyemen vertikal yang

merupakan bagian kritis justru pada bagian yang lurus. Landai maksimum

yang dipakai pada perencanaan ini adalah sebesar 10 %.

Tinjauan dalam merencanakan alinyemen vertikal :

a. Landai Maksimum

Kelandaian maksimum hanya digunakan bila pertimbangan biaya

sangat memaksa dan hanya untuk jarak yang pendek. Panjang kritis

landai adalah panjang yang masih dapat diterima tanpa mengakibatkan

ganggunan jalannya arus lalu lintas (panjang ini mengakibatkan

pengurangan kecepatan maksimum 25 km/jam). Bila pertimbangan

biaya memaksa, maka panjang kritis dapat dilampaui dengan syarat

ada jalur khusus untuk kendaraan berat.

b. Landai Minimum

Pada setiap pengantian landai dibuat lengkung vertikal yang

memenuhi keamanan, kenyamanan, dan drainase yang baik.

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

12

1.3.9 Bentuk Tikungan

Bentuk tikungan pada suatu jalan raya ditentukan oleh tiga faktor:

1. sudut tangen (∆) lintasan jalan yang besarnya dapat diukur langsung

pada peta atau ditentukan secara empiris;

2. kecepatan rencana, tergantung dari kelas jalan yang akan direncanakan;

3. jari-jari kelengkungan.

Bentuk tikungan jalan raya yang digunakan dalam perhitungan ini

terdiri dari dua macam, yakni :

1. Full Circle (FC)

Bentuk ini digunakan pada tikungan yang mempunyai jari-jari

besar dan sudut tangent yang relatif kecil. Batas yang diambil untuk

bentuk circle adalah sebagai berikut :

Tabel 1.2 Hubungan Antara Kecepatan Rencana dan Jari-Jari

Minimum

Kecepatan Rencana

(km/jam)

Jari-jari Lengkung Minimum

(meter)

120 2000

100 1500

80 1100

60 700

40 300

20 150

Rumusan yang digunakan untuk bentuk circle dalam menentukan

harga–harga Tc, L dan Ec adalah :

Lc = R2360

L = 0,01745. ∆. R

Tan ½ ∆ = R

Tc Tc = R tan ½ ∆

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

13

Ec = RR

2cos

Gambar bentuk tikungan Full Circle (FC):

PI

Ec

Lc

TC CT

R R

O

Keterangan :

R = jari-jari lengkung minimum (m)

∆ = sudut tangen yang diukur dari gambar trase (0)

Ec = jarak PI ke lengkung peralihan (m)

Lc = panjang bagian tikungan (m)

Tc = jarak antara TC dan PI (m)

b. Bentuk Tikungan Spiral – Circle – Spiral (SCS)

Bagian circle yang panjangnya diperhitungkan dengan

mempertimbangkan bahwa perubahan gaya sentrifugal dari nol (pada

bagian lurus) sampai mencapai harga berikut :

Fsentrifugal = sLR

Vm

.

. 2

Lsmin =

C

eV

CR

V .727,2

.022,0

3

Keterangan :

Ls = panjang lengkung spiral (m)

V = kecepatan rencana (km/jam)

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

14

R = jari-jari circle (m)

C = perubahan kecepatan (= 0,4 m/det3)

e = superelevasi

Adapun pada pelaksanaan perencanaan dipakai tebal yang praktis

penggunaannya melalui table emaks yaitu:

e = ………. (m/m)

Ls = ………(m)

Selanjutnya lihat table untuk lengkung spiral:

Ls = ………… didapat harga θs = …….. ( 0 )

R = ………….

dari harga – harga diatas disubstitusikan ke dalam persamaan:

θs = ...............................................

180

2

R

Ls ( 0 )

∆c = .................................................... ∆ – 2 θs ( 0 )

Lc = ................................................ Rc

23600

(m)

Yc = ......................................................... R

Ls

6

2

(m)

Xc = ............................................. 2

3

40 R

LsLs (m)

k = ............................................Xc – R sin θs (m)

p = .................................. Yc – R (1 – cos θs) (m)

Ts = .................................. (R + p) tan ½ ∆ + k (m)

Es = ............................................ RpR

2cos

)( (m)

L = ..................................................Lc + 2 Ls (m)

Catatan:

Bila Lc < 20, maka bentuk tikungannya spiral-spiral dimana:

R = jari-jari lengkung yang direncanakan (m)

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

15

∆ = sudut tangen

θs = sudut putar

Es = jarak PI ke lengkung peralihan (m)

Ls = panjang lengkung spiral (m)

Lc = panjang lengkung circle (m)

Gambar bentuk tikungan Spiral – Circle – Spiral:

PI

TS ES

LC

SC CS

LS LS

s s R

∆c

1.3.10 Jarak Pandangan

Jarak pandang pengemudi ke depan merupakan salah satu faktor yang

diperhitungkan dalam suatu operasi di jalan agar tercapai keadaan yang aman

dan efisien. Untuk itu harus diadakan jarak pandang yang cukup panjang

sehingga pengemudi dapat memilih kecepatan kendaraan yang sesuai dan

tidak ada penghambat (sesuatu tak terduga) di atas jalan. Demikian pula untuk

jalan dua jalur yang memungkinkan pengendara berjalan di atas jalur

berlawanan untuk menyiap kendaraan dengan aman.

Jarak pandangan ini untuk keperluan perencanaan dibedakan atas:

a. Jarak Pandangan Henti

Jarak ini minimum harus dipenuhi oleh setiap pengemudi untuk

menghentikan kendaraan yang sedang berjalan setelah melihat adanya

rintangan di depannya.

Jarak ini merupakan jumlah dua jarak dari :

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

16

1) Jarak pandangan henti minimum (d1), yaitu jarak yang ditempuh

pengemudi untuk menghentikan kendaraan yang bergerak setelah

melihat adanya rintangan pada lajur jalannya atau jarak yang

ditempuh dari saat melihat benda sampai mengijak rem.

Rumus yang digunakan adalah :

d1 = 0,278 V × t

Keterangan :

d1 = jarak dari saat melihat rintangan sampai menginjak

pedal rem (m)

V = kecepatan rencana (km/jam)

t = waktu reaksi (2,5 detik)

2) Jarak mengerem (d2), yaitu jarak yang ditempuh oleh kendaraan

dari menginjak rem sampai kendaraan itu berhenti.

Rumus yang digunakan adalah :

d2 = fm

V

254

2

Keterangan :

d2 = jarak mengerem (m)

V = kecepatan rencana (km/jam)

fm = koefisien gesekan antara ban dan muka jalan dalam

arah memanjang jalan (besar nilainya dapat dilihat

pada tabel di lampiran)

Sehingga rumus umum dari jarak pandangan henti adalah :

d = 0,278 V × t + fm

V

254

2

b. Jarak Pandangan Menyiap

Jarak pandangan menyiap adalah jarak yang dibutuhkan pengemudi

sehingga dapat melakukan gerakan menyiap dengan aman dan dapat

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

17

melihat kendaraan dari arah depan dengan bebas, pada umumnya untuk

jalan 2 lajur 2 arah. Besarnya jarak pandang menyiap minimum dapat

dilihat dalam daftar II PPGRJ No. 13/1970.

Rumus jarak pandangan menyiap standar :

d = d1 + d2 + d3 + d4

dimana :

d1 =

2278,0 1

1

tamVt

d2 = 0,278 V × t2

d3 = diambil 30 – 100 m

d4 = 2/3 d2

Keterangan :

d1 = jarak yang ditempuh kendaraan yang berhak menyiap

selama waktu reaksi dan waktu membawa kendaraannya

yang hendak membelok ke lajur kanan (m)

t1 = waktu reaksi, yang besarnya tergantung dari kecepatan

yang dapat ditentukan dengan korelasi t1 = 2,12 + 0,026

V (dt)

m = perbedaan kecepatan antara kendaraan yang menyiap dan

yang disiap (m = 15 km/jam)

V = kecepatan rata-rata kendaraan yang menyiap dalam

perhitungan dapat dianggap sama dengan kecepatan

rencana (km/jam)

a = percepatan rata-rata yang besarnya tergantung dari

kecepatan rata-rata kendaraan yang menyiap yang dapat

ditentukan dengan mempergunakan korelasi a = 2,052 +

0,0036 V

d2 = jarak yang ditempuh selama kendaraan menyiap berada

pada lajur kanan (m)

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

18

t2 = waktu dimana kendaraan yang menyiap berada pada lajur

kanan yang dapat ditentukan dengan mempergunakan

korelasi t2 = 6,56 + 0,048 V

Dikarenakan kondisi jarak pandangan menyiap ini seringkali terbatasi

oleh kekurangan biaya, maka dapat digunakan jarak pandangan menyiap

minimum (dmin = 2/3 d2 + d3 + d4).

Jarak pandang diukur dari ketinggian mata pengemudi ke puncak

penghalang. Untuk jarak pandang henti ketinggian mata pengemudi adalah

125 cm dan ketinggian penghalang adalah 10 cm, sedangkan untuk jarak

pandang menyiap ketinggian mata pengemudi adalah 125 cm dan ketinggian

penghalang 125 cm.

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

19

BAB II

PEMILIHAN TRASE JALAN

2.1 Perencanaan Trase

Perencanaan trase dilakukan berdasarkan keadaan topografi suatu daerah.

Topografi merupakan bentuk permukaan tanah asli yang digambarkan secara

grafis pada bidang kertas kerja dalam bentuk garis–garis yang sering disebut

transis/countour. Garis-garis ini digambarkan pada setiap kenaikan atau

penurunan 0,5 meter.

Menurut Diwiryo (1975), pemilihan lintasan trase yang menguntungkan

dari sudut biaya adalah pemilihan trase yang menyusuri atau sejajar garis transis.

Namun demikian pemilihan trase seperti tersebut diatas sulit dipertahankan

apabila medan yang dihadapi merupakan medan berat, yaitu medan yang terdiri

dari pegunungan dan lembah- lembah dengan luas pengukuran topografi yang

relatif sempit.

Pada perencanaan trase dengan mempertimbangkan volume pekerjaan

tanah, dilakukan berdasarkan posisi garis–garis transis relatif mengikuti arah

memanjang pengukuran peta topografi, maka perencanaan trase relatif menyusuri

garis transis tersebut. Sebaliknya apabila posisi garis–garis transis relatif

melintang dari arah memanjang pengukuran peta topografi dalam jumlah yang

banyak serta jarak yang rapat, maka pemilihan trase dilakukan dengan cara

memotong garis-garis tersebut.

Untuk menentukan posisi titik awal, titik akhir, dan panjang trase

dilakukan dengan sistem koordinat stasiun, yaitu berdasarkan letak titik yang

ditinjau terhadap koordinat peta topografi yang berskala 1 : 1000.

Dalam perencanaan ini, pencarian trase dilakukan dengan cara coba–coba /

trial and error dengan memperhatikan batasan–batasan yang telah ditetapkan

dalam tugas ini yaitu memiliki kelandaian maksimum 10%.

Peta topografi yang ditentukan pada tugas rancangan ini merupakan:

keadaan pegunungan dan lembah;

beda tinggi antara dua garis transis adalah setengah meter.

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

20

trase yang direncanakan dimulai dari titik D menuju titik 4.

Langkah awal dari pencarian trase dimulai dengan cara menarik garis

rencana yang agak sejajar dengan garis kontur supaya diperoleh kelandaian yang

kecil, maksimal mencapai kelandaian yang disyaratkan pada tugas perencanaan

ini yaitu 10%. Selanjutnya juga diperhatikan jumlah tikungan serta jarak lintasan

yang diperoleh. Setelah diperoleh lintasan dengan berbagai kriteria di atas, perlu

diperhatikan lagi volume cut dan fill yang terjadi. Pemilihan yang terakhir

didasarkan pada kelandaian, tanjakan, jumlah tikungan, jarak tempuh, dan volume

cut dan fill. Diusahakan agar pemilihan dapat seekonomis mungkin.

2.2 Pemilihan Trase

Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa trase yang dipilih hendaknya

memenuhi syarat-syarat di atas. Berdasarkan pemilihan trase ini dapat

disimpulkan bahwa untuk memilih trase yang lebih ekonomis tidak dapat hanya

berpedoman pada panjangnya trase. Trase terpendek belum tentu merupakan yang

paling ekonomis. Faktor lain yang ikut berpengaruh adalah besarnya pekerjaan

tanah (cut and fill) seperti yang telah diuraikan dalam sub pasal sebelumnya.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, dipilih trase rencana dengan medan yang

relatif tidak memerlukan pekerjaan tanah yang besar dan jarak yang tidak terlalu

panjang.

2.3 Perhitungan Trase

Awal dan akhir dari suatu potongan jalan merupakan titik-titik yang

ditentukan secara grafis pada peta situasi dengan skala 1 : 1000. Jarak antara titik-

titik tersebut digunakan untuk menentukan besarnya jarak dan tanjakan, dihitung

berdasarkan dalil Pythagoras, yaitu :

d12 = 2

12

2

12 )()( yyxx

dengan :

d12 = jarak antara titik 1 dengan titik 2

x1, x2, y1, y2 = koordinat di titik 1 dan titik 2

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

21

Jika beda tinggi antara titik 1 dengan titik 2 dinyatakan dengan h12 dan

jarak antara titik 1 dengan titik 2 dinyatakan dengan d12, maka besarnya

kelandaian trase dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

%10012

12 d

hi

Langkah – langkah pencarian trase dilakukan sebagai berikut :

Trase jalan dari titik K ke titik 1 seperti di peta transis:

1. Titik D (x = 4800; y = 5400) ke titik PI1 (x=5239,6;y= 5633,3)

2. Titik PI1 (x = 5239,6; y= 5633,3) ke titik PI2 (x = 5595,8; y= 5783,3)

3. Titik PI2 (x = 5787,5; y = 5783,3) ke titik PI3 (x = 5914,4; y= 5620,8)

4. Titik PI3 (x = 5914,4; y = 5620,8) ke titik 4 (x = 6200; y = 5708,3)

Perhitungan jarak titik potong :

1. Titik D koordinat xD = 4800; yD = 5400

2. Titik PI1 koordinat x PI1 = 5239,6; y PI1 = 5633,3

3. Titik PI2 koordinat x PI2 = 5787,5; y PI2 = 5783,3

4. Titik PI3 koordinat x PI3 = 5914,4; y PI3 = 5620,8

5. Titik 4 koordinat x4 = 6200; y4 = 5708,3

d D – PI1 = 2

1

2

1 )()( yDyPIxDxPI

= 22 )5633,3()48005239,6(

= 89,5442816,193248

= 497,7 m

d PI1 – PI2 = 2

12

2

12 )()( yPIyPIxPIxPI

= 22 )3,56333,5783()6,52398,5595(

= 2250044,126878

= 386,5 m

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

22

d PI2 – PI3 = 2

23

2

23 )()( yPIyPIxPIxPI

= 22 )3,57838,5620()8,55954,5914(

= 25,2640696,101505

= 357,6 m

d PI3 – 4 = 2

3

2

3 )4()4( yPIyxPIx

= 22 )8,56203,5708()4,59146200(

= 25,765636,81567

= 298,7 m

Sudut Azimut masing – masing titik perpotongan

Sudut Azimut = arc tan y

x

Δ PI1 = arc tan

)(

)(

12

12

yPIyPI

xPIxPIarc tan

)(

)(

1

1

yDyPI

xDxPI

= arc tan )3,56333,5783(

)6,52398,5595(

- arc tan

)54003,5633(

)48006,5239(

= arc tan (2,375) - arc tan (1,884)

= 5,1 0 50

Δ PI2 = arc tan

)(

)(

23

23

yPIyPI

xPIxPIarc tan

)(

)(

12

12

yPIyPI

xPIxPI

= arc tan )3,57838,5620(

)8,55954,5914(

- arc tan

)3,56333,5783(

)6,52398,5595(

= arc tan (-1,961) - arc tan (2,375)

= -130+180 = 500

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

23

Δ PI3 = arc tan )4(

)4(

3

3

yPIy

xPIx

- arc tan

)(

)(

23

23

yPIyPI

xPIxPI

= arc tan )8,56203,5708(

)4,59146200(

- arc tan

)3,57838,5620(

)8,55954,5914(

= arc tan (3,264) - arc tan (-1,961)

= 180-136 0 44 0

Menentukan kemiringan jalan , i = %100xl

h

Dimana h = beda tinggi permukaan jalan,.

l = jarak antara dua (2) titik .

Titik D ke titik PI1

Titik D, elevasi muka tanah = 594,1 m (dari muka air laut)

elevasi jalan = 594,1 m (dari muka air laut)

Titik PI1, elevasi muka tanah = 598 m (dari muka air laut)

elevasi jalan = 598 m (dari muka air laut)

Jarak D ke PI1 = 497,7 m

Kemiringan lintasan D-PI1 = %100497,7

1,594598x

= 0,78 % (+) (< 10 %, aman )

Titik PI1 ke titik PI2

Titik PI2, elevasi muka tanah = 599 m (dari muka air laut)

elevasi jalan = 599 m (dari muka air laut)

Jarak PI1 ke PI2 = 386,5 m

Kemiringan lintasan PI1– PI2= %100386,5

598599x

= 0,26 % (+) (< 10 %, aman )

Titik PI2 ke titik PI3

Titik PI3, elevasi muka tanah = 595 m (dari muka air laut)

elevasi jalan = 595 m (dari muka air laut)

Jarak PI2 ke PI3 = 357,6 m

Kemiringan lintasan PI2– PI3= %100357,6

599595x

= 1,12% (-) (< 10 %, aman )

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

24

Titik PI3 ke titik 4

Titik 4, elevasi muka tanah = 601,5 m (dari muka air laut)

elevasi jalan = 601,5 m (dari muka air laut)

Jarak PI3 ke 4 = 298,7 m

Kemiringan lintasan PI3– 4= %100298,7

5955,601x

= 2,18 % (+) (< 10 %, aman )

SKEMA LINTASAN JALAN

i = 0.78 %

i = 1.12 % i = 2.18 %

i = 0.26%

(Peta Topografi dan Elevasi Titik Lintasan)

Dari nilai tanjakan dan penurunan yang diperoleh, kelihatan bahwa

lintasan memenuhi syarat. Namun masih harus di cek beberapa titik kritis diantara

titik lintasan tersebut:

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

25

Titik K1

Elevasi muka tanah = 593

Elevasi muka jalan = 594,1 + ( 0,0078 x 214.5 )

= 595,77 m

Berarti pada K1 ada timbunan sebesar = 595,77 – 593

= 2,77 m (< 5 m, aman)

Titik K2

Elevasi muka tanah = 593

Elevasi muka jalan = 595,77 + ( 0,0078 x 108.9 )

= 596,62 m

Berarti pada K2 ada timbunan sebesar = 596,62 – 593

= 3,62 m (< 5 m, aman)

Titik K3

Elevasi muka tanah = 601

Elevasi muka jalan = 598 + ( 0,0026 x 112,5 )

= 598,29 m

Berarti pada K3 ada galian sebesar = 601 – 598,29

= 2,71 m (< 8 m, aman)

Titik K4

Elevasi muka tanah = 601

Elevasi muka jalan = 598,29 + ( 0,0026 x 160,4 )

= 598,71 m

Berarti pada K4 ada galian sebesar = 601 – 598,71

= 2,29 m (< 8 m, aman)

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

26

Titik K5

Elevasi muka tanah = 598

Elevasi muka jalan = 599 - ( 0,0112 x 125 )

= 597,6 m

Berarti pada K5 ada galian sebesar = 598 – 597,6

= 0,4 m (< 8 m, aman)

Titik K6

Elevasi muka tanah = 595

Elevasi muka jalan = 597,6 – ( 0,0112 x 133,3 )

= 596,11 m

Berarti pada K6 ada timbunan sebesar = 596,11 – 595

= 1,11 m (< 5 m, aman)

Titik K7

Elevasi muka tanah = 601

Elevasi muka jalan = 595 + ( 0,0218 x 250 )

= 600,45 m

Berarti pada K7 ada galian sebesar = 601 – 600,45

= 0,15 m (< 8 m, aman)

Dari sketsa lintasan jalan, kelihatan luas bagian galian seimbang dari

jumlah luas bagian timbunan.

Besarnya kemiringan jalan, galian dan timbunan tidak melebihi ketentuan, berarti

trase jalan telah memenuhi syarat

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

27

i = 0,78%

i = 0,26 %

i = 1.12%

i = 2.18%

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

28

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

28

BAB III

PERENCANAAN ALINYEMEN HORIZONTAL

Direncanakan pembuatan jalan kelas III untuk jalan penghubung .

Peraturan Perencanaan Jalan Raya (PPGJR) N0.13/1970 standar geometrik adalah

sebagai berikut:

Klasifikasi Jalan = Kelas III

Kecepatan Rencana = 50 km/jam

Lebar perkerasan = 7 m

Lebar Bahu jalan = 2 x 1,5 m

Miring Melintang Jalan (Transversal) = 2 %

Miring Melintang Bahu Jalan = 4 %

Miring memanjang jalan (longitudinal) maksimal = 10 %

Kemiringan Talud = 1 : 2

Pada trase jalan yang direncanakan terdapat tiga tikungan horizontal yaitu :

1. Lengkung horizontal I : PI1 Sta : 0 + 497,7 m

2. Lengkung horizontal II : PI2 Sta : 0 + 884,2 m

3. Lengkung horizontal III : PI3 Sta : 1 + 241,8 m

3.1 Lengkung horizontal I

= 5 o

V = 50 Km/Jam

Menggunakan tikungan jenis Full Circle

Direncanakan jari-jari Rc = 573 m

Melalui tabel 4.7 diperoleh: e = 0,026 dan Ls = 45

TC = 2

1tgRC

= 5,2573 tg

= 25,018 m

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

29

EC = 4

1tgTC

= 275,1018,25 tg

= 0,546 m

LC = 0,01745 RC

= 0,01745 5735

= 49,994 m

Data lengkung untuk lengkung busur lingkaran sederhana adalah :

Vr = 50 km/jam

= 5 o

RC = 573 m

TC = 25,018 m

EC = 0,546 m

LC = 49,994 m

e = 2,6 %

en = 2 %

Ls’ = 45 m

Landai relatif BM = [(0,02 + 0,026) x 3,5] / 45 = 0,003578

TC1

CT1

PI1

Ec = 0,546

Tc=25,018

Gambar 3.1 Lengkung Horizontal I

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

30

Gambar 3.2 Diagram superelevasi untuk lengkung horizontal I

3,50 m 3,50 m

-2% -2%

h

2,6%

-2,6%

Gambar 3.3 Landai relatif untuk lengkung horizontal I

Sumbu jalan

tepi dalam

tepi luar

e = - 2,6 %

e = 2,6 %

en = - 2 % en = - 2 %

+1,45 %-2 %+ 2 % -2 %

TC1 CT1

Bagian LengkungLengkung

peralihan

Lengkung

peralihanLc = 49,994 m

Ls' = 45 m

14 Ls'

34 Ls'

Ls' = 45 m

14 Ls'

34 Ls'

-2,6 %

2,6%

+1,45 %-2 %

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

31

3.2 Lengkung horizontal II

= 50°

V = 50 Km/Jam

Menggunakan lengkung busur lingkaran dengan lengkung peralihan (Spiral –

Lingkaran – Spiral)

Direncanakan jari-jari Rc = 179 m

Melalui tabel 4.7 diperoleh: e = 0,068 dan Ls = 45 m

Besar Sudut Spiral

201,7

179

904590

R

Lss

Besar pusat busur lingkaran

sc 2

= 50- (2 x 7,201)

= 35,598 o

Panjang lengkung circle

mRcLc c 157,1111792360

598,352

360

L = Lc + 2 Ls

= 111,157 + (2 x 45)

= 201,157 m

)cos1(6

2

sRcRc

Lsp

)201,7cos1(1791796

452

p

= 0,473 m

sRcRc

LsLsk sin

40 2

3

= 201,7sin17917940

4545

2

3

= 22,491 m

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

32

Ts = ( Rc + p) tg 1/2 + k

= (179 + 0,473) tg ½ 50 + 22,491

= 106,181 m

Es = (Rc + p) sec ½ - Rc

= (179 + 0,473) sec ½ 50 – 179

= 19,027 m

Kontrol :

L< 2 Ts

201,157 m < (2 x 106,181) m

201,157 m < 212,361 m (OK)

Landai relatif BM = [(0,02 + 0,068) x 3,5] / 45 = 0,308

Es = 19,027m

p = 0,473 m

Ls = 45 m

Lc = 111,157 m

Ts = 106,181 m

Xs = 44,93 m

Ls = 45 m

k = 22,49 m

Ts = 106,181 m

k = 22,49 m

TS

SC

CS ST

Gambar 3.4 Lengkung Horizontal II

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

33

Lc = 111,157 m

SC2 CS2TS2 ST2

Ls = 45 m

en = -2% en = -2%

tepi luar

tepi dalam

e = +6,8 %

e = -6,8 %

Ls = 45 m

0%

-2% -2%

-2% -6,8%

Bagian peralihan Bagian peralihanBagian lengkungBagian lurus Bagian lurus

6,8%

-2%2%

Gambar 3.5 Diagram superelevasi untuk lengkung horizontal II

3,50 m 3,50 m

-2% -2%

6,8 %

h

-6,8 %

Gambar 3.6 Landai relatif untuk lengkung horizontal II

3.3 Lengkung horizontal III

= 44°

V = 50 Km/Jam

Menggunakan lengkung busur lingkaran dengan lengkung peralihan (Spiral–

Lingkaran –Spiral)

Direncanakan jari-jari Rc = 286 m

Melalui tabel 4.7 diperoleh: e = 0,048 dan Ls = 45 m

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

34

Besar Sudut Spiral

507,4

286

904590

R

Lss

Besar pusat busur lingkaran

sc 2

= 44 - (2 x 4,507)

= 34,986 °

Panjang lengkung circle

mRcc

Lc 549,1742862360

986,342

360

L = Lc + 2 Ls

= 174,549 + (2 x 45)

= 264,549 m

)cos1(6

2

sRcRc

Lsp

)507,4cos1(2862866

45 02

p

= 0,296 m

sRcRc

LsLsk sin

40 2

3

=0

2

3

507,4sin28628640

4545

= 22,498 m

Ts = ( Rc + p) tg 1/2 + k

= (286 + 0,296) tg ½ 44+ 22,498

= 138,169 m

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

35

Es = (Rc + p) sec ½ - Rc

= (286 + 0,296) sec ½ 44 – 286

= 22,780 m

Kontrol :

L < 2 Ts

264,549 m < (2 x 138,169) m

264,549 m < 276,338 m (OK)

Landai relatif BM = [(0,02 + 0,048) x 3,5] / 45 = 0,005288

Ls = 45 mLc = 174,549 m

Ls = 45 m

Es = 22,780 m

Ts = 138,169m

p = 0,269 m

Ts = 138,169 m

Xs = 44,97 m

TS

SCCS

ST

Gambar 3.7 Lengkung Horizontal III

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

36

Lc = 174,549 m

SC3 CS3TS3 ST3

Ls = 45 m

en = -2% en = -2%

tepi luar

tepi dalam

e = -4,8 %

e = +4,8 %

Ls = 45 m

0%

-2% -2% -2%-4

,8 %

Bagian peralihan Bagian peralihanBagian lengkungBagian lurus Bagian lurus

2%

4,8%-2%

Gambar 3.8 Diagram superelevasi untuk lengkung horizontal III

3,50 m 3,50 m

-2% -2%

h

4,8%

-4,8%

Gambar 3.9 Landai relatif untuk lengkung horizontal III

3.4 Perhitungan Stasioning Horizontal

Dalam menghitung panjang horizontal, perlu dibuat piel-piel stasiun

sehingga dengan panjang tikungan yang telah dihitung akan didapatkan panjang

horizontal jalan.

A. Lengkung Horizontal A (FC)

Dari perhitungan lengkung horizontal I diperoleh:

STA D = 0+000

STA PI1 = STA D+ d(D-PI1)

= (0+000) + 497,7 = 0+497,7

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

37

STA TC1 = STA D+ d(D-PI1)– Tc1

= (0+000) + 497,7 – 25,018 = 0+472,682

STA CT1 = STA TC1 + Lc

= 472,682+ 49,994 = 0+522,676

B. Lengkung Horizontal B (S–C–S)

Dari perhitungan lengkung horizontal II diperoleh:

STA TS2 = STA CT1 + (d(PI1-PI2-Ts2) - Tc1)

= 522,676+ (386,5-106,181-25,018) = 0+777,977

STA SC2 = STA TS2 + Ls2

= 765,033+ 45 = 0+822,977

STA CS2 = STA SC2 + Lc2

= 822,977+ 111,157 = 0+934,134

STA ST2 = STA CS2 + Ls2

= 934,134+ 45 = 0+979,134

STA PI2 = STA TS2 - Ts2

= 979,134- 106,181 = 0+872,953

C. Lengkung Horizontal C (S–C–S)

Dari perhitungan lengkung horizontal III diperoleh:

STA TS3 = STA ST2 + (d(PI2-PI3-Ts3- Ts2) )

= 979,134 + (357,6-138,169-106,181) = 1+092,384

STA SC3 = TS3 + Ls3

= 1092,384+ 45 = 1+137,384

STA CS3 = SC3 + Lc3

= 1137,384+ 174,549 = 1+311,933

STA ST3 = CS3 + Ls3

= 1311,933+ 45 = 1+356,933

STA PI3 = STA ST3 - Ts3

= 1356,933- 138,169 = 1+218,764

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

38

STA 4 = STA PI3 + d(PI3-4)

= 1218,764+ 298,7 = 1+517,464

Dari semua tikungan yang sudah dihitung dimuat dalam suatu tabel

seperti tabel dibawah ini :

No. 1 2 3

PI STA 0+497,7 0+872,953 1+218,764

X 5239,6 5595,8 5914,4

Y 5633,3 5783,3 5620,8

Δ 5 o 50 o 44 o

VR 50 km/jam 50 km/jam 50 km/jam

RC 573 m 179 m 286 m

LS 45 m 45 m 45 m

θ S - 7,201 o 4,507 o

θ c - 35,598 o 34,986 o

TS - 106,181 m 138,169 m

TC 25,018 m - -

E S - 19,027 m 22,780 m

E C 0,546 m - -

L C 49,994 m 111,157 m 174,549 m

L 49,994 m 201,157 m 264,549 m

e 0,030 0,068 0,048

Jenis lengkung FC S-C-S S-C-S

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

39

BAB IV

PERENCANAAN ALINYEMEN VERTIKAL

Pergantian dari satu kelandaian ke kelandaian yang lain dilakukan dengan

menggunakan lengkung vertikal. Lengkung vertikal tersebut direncanakan

sedemikian rupa sehinggga memenuhi keamanan dan kenyamanan drainase.

Jenis lengkung vertikal dilihat dari letak titik perpotongan kedua bagian

lurus (tangen) adalah:

1. Lengkung vertikal cekung, adalah lengkung dimana titik perpotongan

antara kedua tangen berada di bawah permukaan jalan.

2. Lengkung vertikal cembung, adalah lengkung dimana titik perpotongan

antara kedua tangen berada di atas permukaan jalan yang bersangkutan.

Dalam perencanaan alinyemen vertikal, diperoleh dua buah lengkung

vertikal cekung dan tiga buah lengkung vertikal cembung.

4. 1 Lengkung Vertikal Cembung (PI1)

g1 = +0,78 %

g2 = +0,26 %

A = g1 – g2 = (0,78 – 0,26 ) %

= + 0,52 %

dengan A = + 0,52 %

V = 50 km/jam

Dari Gambar 5.2, diperoleh Lv = 30 m

Ev = 800

AxLv

800

3052,0 x= 0,0195 m

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

40

4. 2 Lengkung Vertikal Cembung (PI2)

g1 = +0,26 %

g2 = -1,12 %

A = g1 – g2 = (0,26 – (-1,12) ) %

= 1,38 %

dengan A = 1,38 %

V = 50 km/jam

Dari Gambar 5.2, diperoleh Lv = 30 m

Ev = 800

AxLv

800

3038,1 x= 0,05175 m

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

41

4. 3 Lengkung Vertikal Cekung (PI3)

g1 = -1,12 %

g2 = +2,18 %

A = g1 – g2 = (-1,12– (+2,18) ) %

= -3,3 %

dengan A = -3,3

V = 50 km/jam

Dari Gambar 5.1, diperoleh Lv = 30 m

Ev = 800

AxLv

800

303,3 x= 0,124 m

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

42

Timbunan TIMBUNAN

GALIAN

a

A b

L

x

BAB V

PERHITUNGAN GALIAN (CUT) DAN TIMBUNAN (FILL)

Dalam mencari pias jalan yang terdiri dari dua tampang yang berbeda

yaitu yang satu galian dan yang lainnya merupakan timbunan, maka harus dicari

titik potong muka tanah dengan permukaan jalan, atau batas antara galian dan

timbunan seperti :

a : b = (L-x) : x

ax = b. L – b . x

ax + bx = b. L

(a + b)x = b. L

X = ba

bxL

Dengan demikian dapat diketahui panjang bagian dan timbunan, sehingga dapat dicari volumenya.

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

43

III

III729,3

729,17729,17

729,05728,17

729,55729,6

III

1:2

1,5 3,5 3,5 1,5

5.1 Perhitungan Luas Tampang Galian (Cut) dan Timbunan (Fill)

Titik 5, STA : 0 + 000 (Titik Awal)

Galian :

I = 2

715,043,1 x= 0,511 m2

II =

2

38,043,1 x 1 = 0,905 m2

III = 2

538,0 = 0,98 m2

Jumlah galian = 2,396 m2

Timbunan :

I = 2

512,0 x= 0,3m2

II = 2

06,012,0 x = 0,0072 m2

Jumlah timbunan = 0,3072 m2

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

44

III

IIIIVV

727

727,167727,2

726,833726,8

725,239

726,239

725,239

726,239726,369

1,5 3,5 3,5 1,5

Titik K1, STA : 0 + 145,81

Galian :

I = 2

980,0961,1 x= 10,960 m2

II =

2

928,0961,1 x 1 = 1,444 m2

III =

2

594,0928,0 x 10 = 7,61 m2

IV =

2

561,1928,0 x 1 = 1,2445 m2

V = 2

7805,0561,1 x = 0,609 m2

Jumlah galian = 21,867 m2

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

45

1:2IIIIII

722,125721,875

724,192724,062 724,062

722

1,5 3,5 3,5 1,5

Titik K2, STA : 0 + 254,11

Timbunan :

I = 2

9685,0937,1 x= 0,937 m2

II =

2

187,2937,1 x 10 = 20,62 m2

III = 2

093,1187,2 x= 1,195 m2

Jumlah timbunan = 22,752 m2

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

46

IV VIII

720

I II719,87

1,5 3,5 3,5 1,5

VI719,87

718,87 718,87

Titik PI1, STA : 0 + 462,48

Galian :

I = 2

5,01x= 0,25 m2

II =

2

9,01 x 1 = 0,95 m2

III = 2

43,086,0 x = 0,1849 m2

IV = 2

5,01x= 0,25 m2

V =

2

9,01 x 1 = 0,95 m2

VI = 2

43,086,0 x = 0,1849 m2

Jumlah galian = 2,7698 m2

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

47

III

IIIIV V

720,3

720,4720,5

720,268719,962

718,87

719,87

718,87

719,87720

1,53,53,51,5

Titik K3, STA : 0 + 670,78

Galian :

I = 2

819,063,1 x= 1,328 m2

II =

2

53,063,1 x 1 = 0,432 m2

III =

2

398,053.0 x 10 = 1,054 m2

IV =

2

092,1398,0 x 1 = 0,217 m2

V = 2

546,0092,1 x = 0,298 m2

Jumlah galian = 2,897 m2

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

48

III III 720

III

719,87

719,83

719,87

718,87

720,1720,15

1,53,53,51,5

Titik PI2, STA : 0 + 808,08

Galian :

I = 2

64,028,1 x= 0,409 m2

II =

2

23,028,1 x 1 = 0,755 m2

III = 2

524,0 x = 0,6 m2

Jumlah galian = 1,764 m2

Timbunan :

I = 2

504,0 x= 0,1 m2

II = 2

02,004,0 x = 0,03 m2

Jumlah timbunan = 0,13 m2

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

49

III III 720

719,87719,87

718,87

720,1720,15

1,53,53,51,5

Titik PI3, STA : 0+ 1192,28

Galian :

I = 2

64,028,1 x= 0,409 m2

II =

2

23,028,1 x 1 = 0,755 m2

III = 2

523,0 x = 0,575 m2

Jumlah galian = 1,739 m2

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

50

1:2

I

IIII

719,027719,043

718,913

718,913719

1,5 3,5 1,53,5

718,80

III

I

Titik K4, STA : 0 +1 281,68

Timbunan :

I = 2

0565,0113,0 x= 0,003 m2

II =

2

043,0113,0 x 8,5 = 1,326 m2

Jumlah timbunan = 1,329 m2

Galian :

I = 2

5,1144,0 x= 0,0855 m2

II =

2

114,1144,0 x 1 = 0,629 m2

III = 2

5,0114,1 x = 0,2785 m2

Jumlah galian = 0,993 m2

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

51

1:2IIIIII

716,06715,95

717,12716,99 716,99

716

1,5 3,5 1,53,5

Titik K5, STA : 0+ 1454,569

Timbunan :

I = 2

465,093,0 x= 0,216 m2

II =

2

04,193,0 x 10 = 9,85 m2

III = 2

52,004,1 = 0,54 m2

Jumlah timbunan = 10,606 m2

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

52

III III 715,3

III

715,17

715,10

715,17

714,17

715,4715,45

1,53,53,51,5

Titik 4, STA : 0 + 1615,08

Galian :

I = 2

64,028,1 x= 0,409 m2

II =

2

37,028,1 x 1 = 0,825 m2

III = 2

537,0 x = 0,925 m2

Jumlah galian = 2,159 m2

Timbunan :

I = 2

507,0 x= 0,175 m2

II = 2

035,007,0 x = 0,001 m2

Jumlah timbunan = 0,176m2

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

53

5.2 Perhitungan Volume Galian (Cut) dan Timbunan (Fill)

a. Pias antara titik 5 (STA : 0 + 000) dengan titik K1 (STA : 0 + 145,81)

727

726,396

m

729,3

5

K 1

Volume galian = 2

15 tpKLuastpLuas x jarak

Volume galian = 9,769.18,1452

869,21396,2

m3

Volume timbunan = 2

5 1tpKLuastpLuas x jarak

Volume timbunan = 4,228,1452

03072,0

m3

b. Pias antara titik K1 (STA : 0 + 145,81) dengan titik K2 (STA : 0 + 254,11)

Pada titik K1 tampangnya berupa galian, sedangkan pada titik K2

tampangnya berupa timbunan.

722

727

726,4

724,2

K2

K1

m

Maka terlebih dahulu dihitung batas galian/timbunan :

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

54

2,2

6,0 =

x

x

3,108

2,2 x = 64,98 – 0,6 x

x = 23,2 m

Volume galian = 2

1tpKLuasx jarak

Volume galian = 65,2532

2,23867,21

m3

Volume timbunan = 2

2tpKLuasx jarak

Volume timbunan = 1,9682,233,1082

752,22 m3

c. Pias antara titik K2 (STA : 0 + 254,11) dengan titik PI1 (STA : 0 +462,48 )

PI1

720

m

724,2K2

722

Volume timbunan = 2

12 tpPILuastpKLuas x jarak

Volume timbunan = 75,370.24,2082

0752,22

m3

Volume galian = 2

12 tpPILuastpKLuas x jarak

Volume galian = 613,2884,2082

7698,20

m3

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

55

d. Pias antara titik PI1 (STA : 0 + 462,48) dengan titik K3 (STA : 0 + 670,78)

720,3

720

m

720

PI 1

K 3

Volume galian = 2

31 tpKLuastpPILuas x jarak

Volume galian = 197,5903,2082

897,27698,2

m3

e. Pias antara titik K3 (STA : 0 + 670,78) dengan titik PI2 (STA : 0 +808,08 )

PI2

720

m

720,3K3

720

Volume galian = 2

23 tpPILuastpKLuas x jarak

Volume galian = 977,3193,1372

764,1897,2

m3

Volume timbunan = 2

23 tpPILuastpKLuas x jarak

Volume timbunan = 924,83,1372

13,00

m3

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

56

f. Pias antara titik PI2 (STA : 0 + 808,08) dengan titik PI3 (STA:0 + 1192,28)

.

720720

PI3

m

PI2

Volume timbunan = 2

32 tpPILuastpPILuas x jarak

Volume timbunan = 233,252

2,388)013,0(

m3

Volume galian = 2

32 tpPILuastpPILuas x jarak

Volume galian = 932,6792

2,388)739,1764,1(

m3

g. Pias antara titik PI3 (STA : 0 + 1192,28) dengan titik K4 (STA : 0 +1281,6)

719.043

719

m

720

PI 3

K 4

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

57

Volume galian = 2

43 tpKLuastpPILuas x jarak

Volume galian = 656,1164,852

993,0739,1

m3

Volume timbunan = 2

43 tpKLuastpPILuas x jarak

Volume timbunan = 748,564,852

329,10

m3

h. Pias antara titik K4 (STA : 0 + 1281,6) dengan titik K5 (STA : 0 + 1454,5)

Pada titik K4 tampangnya berupa timbunan, sedangkan pada titik K5

tampangnya berupa galian.

717,12

719

719,043

716

K5

m

K4

Maka terlebih dahulu dihitung batas galian/timbunan :

12,1

04,0 =

x

x

9,172

1,12 x = 6,9 – 0,04 x

x = 6 m

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

58

Volume galian = 2

54 tpKLuastpKLuas x jarak

Volume galian =

732,1652

69,172993,0

m3

Volume timbunan = 2

54 tpKLuastpKLuas x jarak

Volume timbunan = 805,3562

606,10329,1

m3

i. Pias antara titik K5 (STA : 0 + 1454,5) dengan titik 4 (STA : 0 +1615,08 )

4

715,3

m

717,12K5

716

Volume timbunan = 2

45 tpLuastpKLuas x jarak

Volume timbunan = 255,8625,1602

176,0606,10

m3

Volume galian = 2

45 tpLuastpKLuas x jarak

Volume galian = 260,1735,1602

159,20

m3

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

59

Dengan demikian dapat dibuat tabel volume galian dan timbunan tanah

sebagai berikut :

Tabel : Volume Galian dan Timbunan Tanah Dalam Garis Besar

Titik

STA

Elevasi (m)

Jarak

(m)

Kemiringan

(% )

Dalamnya (m)

Vol.Pekerjaan Tanah

(m3)

Tanah Jalan + - Galian Timbunan Galian Timbunan

D 0+00 594,1 594,1 - - - - - - -

K1 0+214,5 593 595,77 214,5 0,58 - - 2,77 13,505 3.052,554

K2 0+322,6 593 596,62 108,1 0,58 - - 3,62 - 3.834,739

PI1 0+497,7 598 598 175 0,58 - - - - 3.606,225

K3 0+610,2 601 598,29 112,5 0,26 - 2,71 - 2.347,335 -

K4 0+770,6 601 598,71 160,14 0,26 - 2,29 - 5.931,464 -

PI2 0+884,2 599 599 113,4 0,26 - - - 2.036,664 -

K5 1+09,2 598 597,6 125 - 1,12 0,4 - 680,875 -

K6 1+142,5 595 596,11 133,3 - 1,12 - 1,11 158,971 504,888

PI3 1+241,8 595 595 99,3 - 1,12 - - - 511,643

K7 1+491,8 601 600,45 250 2,18 - 0,15 - 1.509,375 -

4 1+540,5 60,1 601,5 48,7 2,18 - - - 294,221 -

TOTAL 12.972,41 11.510,043

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

60

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari uraian dan perhitungan yang dilakukan, kesimpulan yang dapat

diambil adalah :

Perbandingan volume timbunan dan galian adalah 1 m3 timbunan : 1,13 m3

galian

Volume galian yang diperoleh lebih besar 1.462,367 m3 daripada volume

timbunan.

Volume galian yang terbesar terdapat pada pias antara titik K4 (STA : 0 +

770,6) yaitu 5.931,464 m3, sedangkan volume timbunan yang terbesar

terdapat pada pias antara titik K2 (STA : 0 + 322,6) yaitu 3.834,739 m3,

sehingga volume timbunan yang besar tersebut dapat terpenuhi dari galian

yang terdapat pada pias antara titik K4

6.2 Saran

Usahakan dari trase jalan yang dipilih tidak diperoleh perbedaan yang

besar antara volume galian dan timbunan. Alangkah baiknya jika diperoleh

perbandingan volume yang seimbang, bila diperoleh sedikit perbedaan,

usahakan volume galian yang lebih besar.

Pada daerah timbunan, pemadatan harus dilakukan sebaik mungkin. Hal

ini untuk menghindari terjadinya longsoran.

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

61

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya. 1970. Dit Jen. Bina Marga –

DPUTL.

Sukirman, Silvia. 1999. Dasar-dasar Prencanaan Geometrik Jalan Raya.

Bandung : Nova

R.A,Bukhari dan Maimunah. Perencanaan Trase Jalan Raya

.

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

62

DAFTAS ISI

Lembaran Konsultasi

Lembaran Penilaian

Kata Pengantar ……….………………………………………………………………………….... i

Daftar Isi ………………..…………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………. 1

1.1 Maksud dan Tujuan ………………………………………………………..…….1

1.2 Ruang Lingkup Tugas yang dilakukan ……….……………………………. 3

1.3 Gambaran Umum Perencanaan Jalan Raya …..………………………….. 4

BAB II PEMILIHAN TRASE JALAN ……………………………………………………. 19

2.1 Perencanaan Trase ….………………………………………………………….19

2.2 Pemilihan Trase ….…………………………………………………………….20

2.3 Perhitungan Trase ……….……………………………………………………. 20

BAB III PERHITUNGAN ALINYEMEN HORIZONTAL …………………………….28

3.1 Lengkung Horizontal I ……….……………………………………………… 28

3.2 Lengkung Horizontal II ……….………………………………………………31

3.3 Lengkung Horizontal III ……….…………………………………………… 33

3.4 Perhitungan Stasioning Horizonta l ………………………………………… 36

BAB IV PERHITUNGAN ALINYEMEN VERTIKAL ……………………………...... 39

4.1 Lengkung Vertikal (PI1) ……………………………………………………….. 39

4.2 Lengkung Vertikal (PI2) ……………………………………………………….. 40

4.1 Lengkung Vertikal (PI3) ……………………………………………………….. 41

Perencanaan dan pengujian material Jalan Raya

Ricky Perdana / 0504101010061

63

BAB V PERHITUNGAN GALIAN (CUT) DAN TIMBUNAN (FILL) ……………42

5.1 Perhitungan Luas Tampang Galian (Cut) Dan Timbunan (Fill) ……….43

5.1 Perhitungan Volume Galian (Cut) Dan Timbunan (Fill) ………………..55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………………. 63

6.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………… 63

6.2 Saran ……………………………………………………………………………… 63

DAFTAR KEPUSTAKAAN ……………………………………………………………………..64

LAMPIRAN