PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PENGURANGAN RISIKO … · dan tanah langsor. Lingkup Kebencanaan Dampak...

43
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA DALAM SDGs Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Jakarta, 3 Mei 2019

Transcript of PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PENGURANGAN RISIKO … · dan tanah langsor. Lingkup Kebencanaan Dampak...

PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA DALAM SDGs

Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan PerdesaanKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas

Jakarta, 3 Mei 2019

Konvergensi Adaptasi Perubahan Iklim dan PRB

Pengarusutamaan PRB & API

Persiapan Penyusunan VNR SDGs

Penutup

1

OutlineREPUBLIK

INDONESIA

2

3

4

REPUBLIK INDONESIA

3

KONVERGENSI ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA

4

KETERKAITAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA

Sumber: Convergence CCA – DRR (Adopted Mitchell and Van Aalst, 2008);Paparan Bappenas dalam APEC Workhop, 2015

AdaptasiPerubahan

Iklim

(rencana aksijangka panjang

merespon terhadapdampak perubahan

iklim)

PenguranganRisiko

Bencana

(Manajemen RisikoBencana

berdasarkanpenilaian risiko dan

data historis)

Manajemen Risiko untuk Bencana Hidro-Meteorological merespon terhadap proyeksi iklim

(diantaranya, banjir, longsor, kekeringan, gelombangpasang, abrasi dan bencana lainnya)

Sumber: FAO (2015) adopted from IPCC (2012)

Tantangan: (1) Potensi tumpang tindih dan kesenjangan API dan PRB; (2) Tantangan sinkronisasi API – PRB ke dalam penataan ruang dan perencanaan pembangunan; dan (3) perbedaan penggunaan indikator

5

PERMASALAHAN LINGKUNGAN dan DAMPAK BENCANAPermasalahan lingkungan yang berdampak pada timbulnya bencana (hidro-meteorologi)CA

Manusia

Status Lingkungan

Energi Renewable

Non-renewable

Air Kualitas

Kuantitas

Kontinuitas

Udara Kualitas

Tanah Produktivitas

Landuse

KeanekaragamanHayati

Keragaman

Deforestrasi

Berdasarkan UU 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana,

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah langsor.

Lingkup KebencanaanDampak

Bencana Alam

- banjir, longsor, kekeringan, perubahan iklim

KelangkaanSumber DayaAlam

- air, energi

Penurunan DayaDukung Lahan,Daya TampungLahan

KONVERGENSI API – PENGURANGAN RISIKO BENCANAManfaat konvergensi API – PRB dan efek multipliernya

Hasil Kajian Intergovernmental Panel on Climate Change

(IPCC) 2014

• Peristiwa iklim ekstrem kianmempengaruhi kondisi kesehatan, keamanan, kehidupan, dan tingkatkemiskinan penduduk negara-negara di Asia dengan derajat danskala yang bervariasi.

• Yang paling terpengaruh adalahkelompok rentan sepertipenduduk miskin, para penyandang disabilitas danmereka yang tinggal di daerahrawan bencana.

• API-PRB mempunyai tujuan akhiryang sama, yaitu meningkatkanketahanan masyarakat terhadapdampak perubahan iklim danbencana.

• Komitmen internasional dannasional.

•Mempermudah implementasi API-PRB di tingkat lokal danmasyarakat.

Implementasi API-PRB di Indonesia

MEKANISME SINERGI API-PRB

REPUBLIK INDONESIA

9

PENGARUSTAMAAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA DAN PERUBAHAN IKLIM

10

KETERKAITAN SFDRR DAN SDGs DALAM KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024

SASARANMenurunnya indeks risiko bencana padapusat-pusat pertumbuhan yang berisikotinggi.

1 Internalisasi pengurangan risikobencana dalam kerangkapembangunan berkelanjutan di pusat dan daerah,

2 Penurunan tingkat kerentananterhadap bencana,

3 Peningkatan kapasitas pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam penanggulangan bencana

STA

TEG

I

ISU PENANGGULANGAN BENCANA DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH 11

ISU PERMASALAHAN WILAYAH PULAU SUMATERA

• Belum tuntasnya rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana massif: Erupsi Gunung Sinabung, GempaAceh, dan Kepulauan Mentawaiterkait pemilihan lahan relokasi yang sesuai dan pendataan

• Adanya DAS Kritis yang menyebabkanbanjir dan longsor

• Adanya Kebakaran hutan dan lahan Provinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu dan Lampung

• Belum optimalnya kapasitaspemerintah daerah dalam manajemenlogistik dan peralatan

• Terbatrnya aksesibilitas• Kurangnya kesadaran dan

pengetahuan masyarakat mengenaibencana

• Belum optimalnya penyebaraninformasi peringatan dini bencana

ISU PERMASALAHAN WILAYAH PULAU JAWA -BALI

• Tingginya tingkat kerawanan bencanahidrometeorologi yang sangat tinggi

• Banyaknya DAS Kristis• Belum Tuntasnya rehabilitasi dan

Rekonstruksi Pasca Bencana massive: Banjir bandang Kabupaten Garut terkaitpendataan

• Kurangnya kesadaran dan pengetahuanmasyarakat mengenai bencana

• Belum optimalnya penyebaran informasiperingatan dini bencana

ISU PERMASALAHAN WILAYAH PULAU KALIMANTAN

• Tingginya tingkat kerawanan bencana banjir dan kebakaran hutan dan lahan

• Terbatrnya aksesibilitas• Kurangnya kapasitas pemerintah daerah terkait

penanggulangann bencana• Kurangnya kesadaran dan pengetahuan

masyarakat mengenai bencana• Adanya DAS Kritis Kapuas, Mahakam, dan

Barito penyebab utama banjir

ISU PERMASALAHAN WILAYAH PULAU NUSA TENGGARA• Tingginya tingkat kerawanan bencana hidrometeorologi kekeringan, banjir, dan tanah longsor• Adanya DAS kritis Dodokan dan Moyosari di NTB dan DAS Benain Aisessa di NTT• Terbatasnya aksesibilitas• Kurangnya kapasitas pemerintah daerah terkait penanggulangann bencana• Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai bencana• Belum optimalnya penyebaran informasi peringatan dini bencana• Belum Tuntasnya rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pasca bencana alam gempa bumi

di Lombok Utara, Lombok Timur, letusan gunung api Rokatenda di Kabupaten Sikka dan wilayah pasca bencana banjir bandang Bima

ISU PERMASALAHAN WILAYAH PULAU SULAWESI• Belum tuntasnya Rehabilitasi dan Rekonstruksi banjir bandang

Manado terkait pemilihan lahan relokasi yang sesuai dan pendataan

• Tingginya tingkat kerawanan bencana banjir dan longsor• Adanya wilayah rawan bencana gempa bumi pada kawasan

pusat pertumbuhan di Provinsi Sulawesi Tengah• Terbatasnya aksesibilitas ke daerah rawan bencana• Kurangnya kapasitas pemerintah daerah terkait penanggulangann

bencana• Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai bencana• Adanya DAS Kritis Mamasa, Tondano, Limboto, Tempe

ISU PERMASALAHAN WILAYAH PULAU MALUKU

• Terbatasnya aksesibilitas daerah• Minimnya kapasitas pemerintah

daerah terkait penanggulanganbencana

• Kurangnya kesadaran danpengetahuan masyarakat mengenaibencana

• Belum optimalnya penyebaraninformasi peringatan dini bencana

• Terbatasnya kondisi sosial ekonomimasyarakat

ISU PERMASALAHAN WILAYAH PULAU PAPUA

• Terbatasnya aksesibilitas daerah• Minimnya kapasitas pemerintah

daerah terkait penanggulanganbencana

• Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenaibencana

• Belum optimalnya penyebaraninformasi peringatan dini bencana

• Terbatasnya kondisi sosial ekonomimasyarakat

12

PERMASALAHAN DAN TANTANGAN PENANGGULANGAN BENCANA

Tinggi: > 0.8Sedang: > 0.4 – 0.8Rendah : ≤ 0.4

FAKTOR RISIKO BENCANA SUMATERA JAWA-BALI KALIMANTAN SULAWESINUSA

TENGGARAMALUKU PAPUA

ANCAMAN BENCANA

INDEKS KAPASITAS

1. Perkuatan kebijakan dankelembagaan

2. Pengkajian risiko danperencanaan terpadu

3. Pengembangan sisteminformasi diklat dan logistik

4. Penanganan tematik kawasanrawan bencana

5. Peningkatan efektivitaspencegahan dan mitigasibencana

6. Perkuatan kesiapsiagaan danpenanganan darurat bencana

7. Pengembangan sistempemulihan bencana

INDEKS KERENTANAN

Hasil Penilaian penurunan indeksrisiko bencana yang dilakukan olehBNPB pada tahun 2016 di 106 Kabupaten/Kota, menunjukkanIndeks Ketahanan Daerah berkisarantara: 0.22 – 0.51

53%47%

IKD Sedang IKD Rendah

53% kabupaten/kota memiliki IKD tingkat sedang, 47% IKD rendah, dantidak ada kabupaten kota yang memiliki IKD tinggi

14

PETA SUMBER DAN BAHAYA GEMPA 2017

PETA RAWAN BENCANA

PETA SEISMO-TEKTONIK

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI

RENCANA PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN

TRANSPORTASI

Hampir 75 % infrastruktur

industri dasar dan

konektivitas, termasuk

prasarana pendukungnya

dibangun pada zona

rentan/bahaya.Sumber: Kepala BMKG, Januari 2018

KERENTANAN INDONESIA TERHADAP RISIKO BENCANA

14

STRATEGI PENGURANGAN RISIKO BENCANA WILAYAH PULAU SUMATERA

Jenis bencana: banjir, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan gunung api dan kebakaran hutan dan lahan

2. Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencanaa. Mendorong dan menumbuhkan budaya sadar bencana dan

pengetahuan masyarakat tentang kebencanaanb. sosialisasi dan diseminasi PRB kepada masyarakat di 21

kabupaten/kota risiko tinggi.c. rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pasca bencana di Pulau

Sumatera, yaitu: letusan gunung api Sinabung, Kabupaten Karo, Kepulauan Mentawai, Aceh Tengah, Bener Meriah, Sumatera Barat dan daerah pasca bencana alam lainnya.

d. Pemeliharaan dan penataan lingkungan di sekitar daerah aliran sungai (DAS) kritis dan daerah rawan bencana alam di Pulau Sumatera.

e. Membangun dan menumbuhkan kearifan lokal dalam membangun dan mitigasi bencana.

3. Peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat, a. Penguatan kapasitas kelembagaan dan aparatur penanggulangan bencana daerah.b. Penyediaan sistem peringatan dini bencana tsunami pada kabupaten/kota di pesisir pantai barat Pulau Sumatera, sistem

peringatan dini erupsi gunung api di Pulau Sumaterac. Melaksanakan simulasi dan gladi kesiapsiagaan secara berkala dan berkesinambungan terhadap bencana banjir, gempa bumi,

tsunami, dan letusan gunung api.d. Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan (shelter/tempat evakuasi sementara, jalur evakuasi dan rambu-rambu

evakuasi) menghadapi bencana gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung api.e. Meningkatkan monitoring hot spot kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Jambi,

Bengkulu dan Lampung.f. Pengembangan Desa Tangguh Bencana di kabupaten/kota risiko tinggi bencana untuk mendukung Gerakan Desa Hebat.g. Peningkatan kapasitas manajemen dan pendistribusian logistik kebencanaan, melalui pembangunan 2 (dua) unit pusat

logistik kebencanaan di wilayah Sumatera Bagian Utara dan Sumatera Bagian Selatan yang dapat menjangkau wilayah pasca bencana yang terpencil.

1. Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangkapembangunan berkelanjutan

Kementerian/Lembaga

Pemerintah Daerah

• BPBD• Kantor SAR• Dinas

Kehutanan• Dinas

Kesehatan • Dinas Sosial• Kanwil BPN • Dinas KUKM• Dinas

Pendidikan• Dinas PUPR

• BMKG• BNPB• BASARNAS• KEMENDAGRI• ATR/BPN• KEMENDES

PDTT• KEMEN ESDM• KEMENKES• KUKM• KEMENSOS• BNPP• KEMENHUT• KEMDIKBUD• KEM PUPR

Pemangku Kepentingan

15

STRATEGI PENGURANGAN RISIKO BENCANA WILAYAH PULAU JAWA-BALI

Jenis Bencana : banjir, tanah longsor, gempa bumi, letusan gunung api, tsunami

2. Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencanaa. Mendorong dan menumbuhkan budaya sadar bencana serta meningkatkan

pengetahuan masyarakat b. sosialisasi dan diseminasi pengurangan risiko bencana kepada masyarakatc. kerjasama dengan mitra pembangunan, OMS dan dunia usaha untuk

mengurangi kerentanan sosial dan ekonomi masyarakat;d. Pemeliharaan dan penataan lingkungan disekitar daerah aliran sungai (DAS)

Ciliwung, Citarum, Bengawan Solo, Cisadane dan daerah rawan bencana alam lainnya;

e. Membangun dan menumbuhkan kearifan lokal dalam membangun dan mitigasi bencana.

3. Peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat,a. Penyediaan sistem peringatan dini bencana tsunami di kabupaten/kota di pesisir selatan Pulau Jawa Bali yang rawan bencana

tsunami;b. Penyediaan sistem pemantauan gunung api di Cilegon, Tasikmalaya, Wonosobo, Magelang, Kediri, Blitar, Klaten, Sleman, Bangli,

Karangasemc. Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan (shelter/tempat evakuasi sementara, jalur evakuasi dan rambu-rambu

evakuasi) menghadapi bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan banjir;d. Pengurangan risiko bencana berbasis komunitas melalui pengembangan Desa Tangguh Bencana yang difokuskan pada daerah

yang berisiko tinggi bencana di Pulau Jawa-Bali;e. Penguatan kapasitas manajemen dan pendistribusian logistik kebencanaan, di Wilayah Jawa-Bali

f. Melaksanakan simulasi dan gladi kesiapsiagaan tanggap darurat secara berkala dan berkesinambungan untuk meningkatkankesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan banjir.

1. Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangkapembangunan berkelanjutan

Kementerian/Lembaga

Pemerintah Daerah

• BPBD• Kantor SAR• Dinas

Kehutanan• Dinas

Kesehatan • Dinas Sosial• Kanwil BPN • Dinas KUKM• Dinas

Pendidikan• Dinas PUPR• Dinas KP

• BMKG• BNPB• BASARNAS• KEMENDAGRI• ATR/BPN• KEMENDES

PDTT• KEMEN ESDM• KEMENKES• KUKM• KEMENSOS• KEMENHUT• KEMDIKBUD• KEM PUPR• KKP

Pemangku Kepentingan

16

STRATEGI PENGURANGAN RISIKO BENCANA WILAYAH PULAU NUSA TENGGARA

Jenis Bencana alam : gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, kekeringan, banjir dan longsor

2. Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencanaa. Mendorong dan menumbuhkan budaya sadar bencana serta

meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kebencanaan;b. sosialisasi dan diseminasi pengurangan risiko bencana kepada

masyarakatc. rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pasca bencana alam gempa bumi di

Lombok Utara, Lombok Timur, letusan gunung api Rokatenda di Kabupaten Sikka dan daerah pasca bencana alam lainnya

d. Pemeliharaan, penataan bangunan dan lingkungan di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Dodokan dan Moyosari di NTB dan DAS Benain Aisessa di NTT

e. Menumbuhkan kearifan lokal dalam upaya pengurangan risiko bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, kekeringan, banjir dan longsor

3. Peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat,a. Penguatan kapasitas apratur dan kelembagaan penanggulangan bencana di daerahb. Penyediaan sistem peringatan dini bencana tsunami, banjir dan letusan gunung di 15 kabupaten/kota sasaran di

Kepulauan Nusa Tenggara c. Simulasi dan gladi kesiapsiagaan tanggap darurat secara berkala dan berkesinambungan untuk meningkatkan

kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, kekeringan, banjir dan longsor;d. Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan (shelter/tempat evakuasi sementara, jalur evakuasi dan rambu-

rambu evakuasi) pada kawasan rawan dan risiko tinggi bencana tsunami dan letusan gunung api;e. Pengembangan Desa Tangguh Bencana di 15 kabupaten/kota sasaran di Kepulauan Nusa Tenggara;f. Peningkatan kapasitas manajemen dan pendistribusian logistik kebencanaan, melalui pembangunan 1 (satu) unit

pusat logistik kebencanaan di wilayah Nusa Tenggara yang dapat menjangkau wilayah terpencil

1. Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangkapembangunan berkelanjutan

Kementerian/Lembaga

Pemerintah Daerah

• BPBD• Kantor SAR• Dinas

Kehutanan• Dinas

Kesehatan • Dinas Sosial• Kanwil BPN • Dinas KUKM• Dinas

Pendidikan• Dinas PUPR• Dinas KP

• BMKG• BNPB• BASARNAS• KEMENDAGRI• ATR/BPN• KEMENDES

PDTT• KEMEN ESDM• KEMENKES• KUKM• KEMENSOS• BNPP• KEMENHUT• KEMDIKBUD• KEM PUPR• KKP

Pemangku Kepentingan

17

STRATEGI PENGURANGAN RISIKO BENCANAWILAYAH PULAU KALIMANTAN

Bencana alam : kebakaran hutan dan lahan, banjir, dan kekeringan

2. Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencanaa. Menumbuhkan budaya sadar bencana serta meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang kebencanaan.;b. sosialisasi dan diseminasi pengurangan risiko bencana kepada

masyarakat c. Pemeliharaan dan penataan lingkungan di sekitar daerah aliran

sungai (DAS) Kapuas, Mahakam dan Barito maupun daerah rawan bencana alam lainnya;

d. Membangun dan menumbuhkan kearifan lokal dalam membangun dan mitigasi bencana

3. Peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat,a. Penguatan kapasitas kelembagaan dan aparatur penanggulangan bencana di pusat dan daerah,b. Meningkatkan monitoring hot spot di Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,

Kalimantan Tengah dan Kalimantan Utara;c. Monitoring dan pemantauan ancaman bencana banjir, kebakaran hutan dan lahan dan kekeringan serta

meningkatkan penyebaran informasi kebencanaan kepada masyarakat;d. Simulasi dan gladi kesiapsiagaan tanggap darurat secara berkala dan berkesinambungan untuk meningkatkan

kesiapsiagaan;e. Pengurangan risiko bencana berbasis komunitas melalui pengembangan Desa Tangguh Bencana di 18

Kabupaten/Kota;f. Peningkatan kapasitas manajemen dan pendistribusian logistik kebencanaan, melalui pembangunan 1 (satu)

unit pusat logistik kebencanaan di wilayah pulau Kalimantan yang dapat menjangkau wilayah terpencil.

1. Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangkapembangunan berkelanjutan

Kementerian/Lembaga

Pemerintah Daerah

• BPBD• Kantor SAR• Dinas

Kehutanan• Dinas

Kesehatan • Dinas Sosial• Kanwil BPN • Dinas KUKM• Dinas

Pendidikan• Dinas PUPR• Dinas KP

• BMKG• BNPB• BASARNAS• KEMENDAGRI• ATR/BPN• KEMENDES

PDTT• KEMEN ESDM• KEMENKES• KUKM• KEMENSOS• KEMENHUT• KEMDIKBUD• KEM PUPR• BADAN

REFORMASIAGRARIA

• KKP

Pemangku Kepentingan

18

STRATEGI PENGURANGAN RISIKO BENCANA WILAYAH PULAU SULAWESI

Jenis bencana: banjir, longsor, gempa bumi, letusan gunung api dan kekeringan

2.Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencanaa. Menumbuhkan budaya sadar bencana dan pengetahuan

masyarakat tentang kebencanaanb. Sosialisasi dan diseminasi pengurangan risiko bencana kepada

masyarakat baik melalui media cetak, radio dan televisi pada 24 kabupaten/kota risiko tinggi bencana.

c. Rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pasca bencana banjir bandang di Manado dan daerah pasca bencana alam lainnya.

d. Pemeliharaan dan penataan lingkungan di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Mamasa, Tondano, Limboto, Tempe maupun daerah rawan bencana alam lainnya.

3. Peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat,a. Penguatan kapasitas kelembagaan, melalui penyediaan sarana dan prasarana penanggulangan bencana

di kabupaten/kota risiko tinggi di Pulau Sulawesi.b. Penyediaan sistem peringatan dini bencana banjir, longsor, gempa bumi, tsunami dan letusan gunung

apic. Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan (shelter/tempat evakuasi sementara, jalur

evakuasi dan rambu-rambu evakuasi) menghadapi bencana gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api.

d. Pengurangan risiko bencana berbasis komunitas, melalui pembentukan dan pengembangan Desa Tangguh Bencana di 24 kabupaten/kota sasaran di Wilayah Sulawesi.

e. Peningkatan kapasitas manajemen dan pendistribusian logistik kebencanaan serta pembangunan 2 (dua) unit depo logistik di Wilayah Sulawesi yang dapat menjangkau wilayah bencana secara cepat.

f. Melaksanakan simulasi dan gladi kesiapsiagaan tanggap darurat secara berkala dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir, longsor, gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api.

1.Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangkapembangunan berkelanjutan

Kementerian/Lembaga

Pemerintah Daerah

• BPBD• Kantor SAR• Dinas

Kehutanan• Dinas

Kesehatan • Dinas Sosial• Kanwil BPN • Dinas KUKM• Dinas

Pendidikan• Dinas PUPR• Dinas KP

• BMKG• BNPB• BASARNAS• KEMENDAGRI• ATR/BPN• KEMENDES

PDTT• KEMEN ESDM• KEMENKES• KUKM• KEMENSOS• BNPP• KEMENHUT• KEMDIKBUD• KEM PUPR• KKP

Pemangku Kepentingan

STRATEGI PENGURANGAN RISIKO BENCANA WILAYAH PULAU MALUKU

19

Jenis ancaman dominan: banjir, longsor, gempa bumi, tsunami, cuaca ekstrim dan abrasi1. Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam

kerangka pembangunan berkelanjutan2. Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencanaa. Mendorong dan menumbuhkan budaya sadar bencana dan

meningkatkan pengetahuan masyarakat.b. sosialisasi dan diseminasi pengurangan risiko bencana kepada

masyarakat yang difokuskan di 12 kabupaten/kota.c. Rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pasca bencana alam banjir

bandang di Way Ela Kabupaten Maluku Tengah dan daerah pasca bencana alam lainnya.

d. Pemeliharaan, penataan bangunan dan lingkungan di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Wae Hatu Merah Apur Efir maupun daerah rawan bencana alam lainnya.

e. Membangun dan menumbuhkan kearifan lokal dalam upaya pengurangan risiko bencana gempa bumi, banjir, longsor dan letusan gunung api

3. Peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat,a. Penguatan kapasitas kelembagaan dan aparatur penanggulangan bencana di pusat dan daerah.b. Penyediaan sistem peringatan dini bencana tsunami, letusan gunung api, longsor dan banjir.c. Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan (shelter/tempat evakuasi sementara, jalur evakuasi dan

rambu-rambu evakuasi) menghadapi bencana gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api.d. Pengurangan risiko bencana berbasis komunitas melalui pengembangan Desa Tangguh Bencana di 12

kabupaten/kota sasaran di wilayah Kepulauan Maluku.e. Manajemen dan pendistribusian logistik kebencanaan, melalui pembangunan 1 (satu) unit pusat logistik di

wilayah Pulau Maluku yang dapat menjangkau wilayah pasca bencana yang terpencil.f. Melaksanakan simulasi dan gladi kesiapsiagaan tanggap darurat secara berkala dan berkesinambungan untuk

meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana di di 12 kabupaten/kota sasaran.

Kementerian/Lembaga

Pemerintah Daerah

• BPBD• Kantor SAR• Dinas

Kehutanan• Dinas

Kesehatan • Dinas Sosial• Kanwil BPN • Dinas KUKM• Dinas

Pendidikan• Dinas PUPR• Dinas KP

• BMKG• BNPB• BASARNAS• KEMENDAGRI• ATR/BPN• KEMENDES

PDTT• KEMEN ESDM• KEMENKES• KUKM• KEMENSOS• BNPP• KEMENHUT• KEMDIKBUD• KEM PUPR• KKP

Pemangku Kepentingan

STRATEGI PENGURANGAN RISIKO BENCANA WILAYAH PULAU PAPUA

20

Jenis ancaman bencana yang dominan di Pulau Papua :banjir, longsor, gempa bumi, dan tsunami

1.Internalisasi pengurangan risiko bencana dalamkerangka pembangunan berkelanjutan

2.Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencanaa. Penguatan sosialisasi dan diseminasi pengurangan risiko

bencana di Kota Sorong, Jayapura, Manokwari, KabupatenNabire, Merauke, Sarmi, Teluk Bituni dan Raja Ampat.

b. Penyelesaian rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah pascabencana alam di Wasior Kabupaten Teluk Wondama, Yapendan Waropen dan pasca bencana alam lainnya.

c. Penataan bangunan dan lingkungan permukiman yangberada di lokasi rawan bencana.

d. Mendorong dan menumbuhkan kearifan lokal masyarakatPapua untuk pengurangan risiko bencana

3.Peningkatan kapasitas aparatur dan masyarakat, a. Penguatan kapasitas kelembagaan dan aparatur penanggulangan bencana daerah.b. Penyediaan sistem peringatan dini bencana tsunami, longsor, banjir di Sorong, Manokwari, Nabire dan

Sarmi serta memastikan berfungsinya sistem peringatan dini dengan baik.c. Penyediaan infrastruktur mitigasi dan kesiapsiagaan (shelter/tempat evakuasi sementara, jalur

evakuasi dan rambu-rambu evakuasi) menghadapi bencana, yang difokuskan pada kawasan rawan danrisiko tinggi bencana.

d. Pengurangan risiko bencana berbasis komunitas melalui pengembangan Desa Tangguh Bencana diKota Sorong, Jayapura, Manokwari, Kabupaten Nabire, Merauke, Sarmi, Teluk Bintuni dan Raja Ampat.

e. Pembangunan 1 unit pusat logistik kebencanaan di Wilayah Papua, yang dapat menjangkau wilayahterpencil.

f. Melaksanakan simulasi tanggap darurat secara berkala untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadapbencana di Sorong, Manokwari, Nabire, Teluk Bituni, Teluk Wondama dan Sarmi

Kementerian/Lembaga

Pemerintah Daerah

• BPBD• Kantor SAR• Dinas

Kehutanan• Dinas

Kesehatan • Dinas Sosial• Kanwil BPN • Dinas KUKM• Dinas

Pendidikan• Dinas PUPR• Dinas KP

• BMKG• BNPB• BASARNAS• KEMENDAGRI• ATR/BPN• KEMENDES

PDTT• KEMEN ESDM• KEMENKES• KUKM• KEMENSOS• BNPP• KEMENHUT• KEMDIKBUD• KEM PUPR• KKP

Pemangku Kepentingan

REPUBLIK INDONESIA

21

PERSIAPAN PENYUSUNAN VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) SDGs

REPUBLIK INDONESIA

22

1. VOLUNTARY NATIONAL REVIEWS (VNR)

1. High Level Political Forum (HLPF)* on Sustainable

Development sebagai platform UN untuk follow-up

dan review Agenda 2030 tentang Pembangunan

Berkelanjutan dan SDGs.

2. VNR merupakan dokumen negara-negara dalam

rangka HLPF yang memuat review kemajuan

pelaksanaan SDGs oleh negara yang bersangkutan;

3. Indonesia sebagai salah satu negara dari 51 negara

yang akan menyampaikan VNR di HLPF 2019;

* High Level Political Forum (HLPF) on Sustainable Development diselenggarakan oleh Economic and Social Commission of the UN (ECOSOC) setiap tahun.

REPUBLIK INDONESIA

Tema HLPF 2019: “Empowering People and Ensuring

Inclusiveness and Equality”.

2. TEMA HLPF 2019

Fokus pada 6 Goals:

23

REPUBLIK INDONESIA

a. Kepemilikan Nasional;

b. Menelusuri kemajuan dalam pelaksanaan Goal dan Target SDGs;

c. Mengidentifikasi capaian, tantangan, kesenjangan dan faktor keberhasilan;

d. Inklusif, partisipatif dan transparan oleh semua pemangku kepentingan;

e. Berpusat pada manusia, sensitif gender dan menghormati HAM terutama

golongan miskin dan rentan;

f. Menggunakan mekanisme yang ada dalam proses penyusunan;

g. Didukung oleh data yang akurat;

h. Melibatkan lembaga PBB dan mitra internasional lainnya secara aktif.

Prinsip-prinsip Penyusunan VNR 2019

24

3. JADWAL WAKTU PENYUSUNAN VNR 2019

REPUBLIK INDONESIA

HLPF 2019 dilaksanakan 2 kali:

1. Tanggal 15 Juli 2019 dibawah tanggung jawab ECOSOC untuk tingkatMenteri, Indonesia akan melaporkan VNR untuk yang kedua kali,persentasi VNR akan dilakukan dalam bentuk Panel dengan 9 negara lain.(Tanggal 16-18 Juli 2019 akan dilaksanakan pelaporan VNR untuk negara-negara yang baru pertama kali melaporkan VNR).

2. Tanggal 24 – 25 September 2019 dibawah tanggung jawab Sidang UmumPBB untuk tingkat Kepala Negara.

Waktu Pelaksanaan HLPF

26

REPUBLIK

INDONESIA

1. Opening Statement

2. Highlight: 1-2 halaman yang bersifat sintesis

mencakup:

a. Proses Review VNR

b. Status dan Progres SDGs

c. Respon pemerintah terhadap isu No One Left

Behind

d. 2-3 Contoh/Best Practices yang berisi: tantangan

dll.

3. Pendahuluan

4. Metodologi dan Proses penyiapan review

4. STRUKTUR DAN ISI LAPORAN VNR 2019

5. Kebijakan dan Perkuatan lingkungan yang

mendukung:

1. Menciptakan kepemilikan SDGs ;

2. Menintegrasikan SDGs dalam kerangka pembangunan

nasional;

3. Integrasi 3 dimensi (ekonomi, sosial dan lingkungan);

4. Pelaksanaan prinsip no one left behind;

5. Kerangka kelembagaan;

6. Isu-isu struktural (contoh: transformasi kebijakan dan

perubahan kelembagaan untuk mengatasi masalah yang

dihadapi).

6. Kemajuan pencapaian tujuan dan sasaran

7. Sarana pelaksanaan

8. Langkah lanjut dan Kesimpulan

9. Lampiran

REPUBLIK

INDONESIA

1. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif;

2. Melaporkan kemajuan dari goal yang dilaporkan pada VNR 2017;

3. Penjelasan ringkas tentang kemajuan pencapaian target-target SDGs;

4. Pencapaian dan praktek-praktek baik;

5. Tantangan;

6. Keterkaitan antar goal;

7. Analisis isu-isu yang mengemuka; dan

8. Rencana untuk penguatan pelaksanaan.

Ruang Lingkup Analisis Per Goal dalam VNR

REPUBLIK

INDONESIA

29

1.

Pertemuan Kick off oleh Menteri: 22 Feb dan Follow up

nya

2.

Rapat seri setiap goal &Konsultasi public:

Awal Maret - Mid April

3.

Rapat Konsolidasisemua goal Akhir

April

4.

Pembahasaninterlinkage: April

5.

Konsultasi online DrafFinal konsolidasi & interlinkage : Awal

Mei

6.

Pembahasan main message April

(deadline: 17 Mei)

7.

Translasi dan editing laporan

(Mei – Jun)

8.

Pengiriman kepadaPTRI & ECOSOC

(Deadline: 14 Juni)

9.

Penyampaian kepada K/L dan nonpemerintah: Akhir

Juni - Juli

Langkah-langkah Penyusunan VNR 2019 Indonesia

Setiap tahapan melibatkan 4 platform partisipatif: pemerintah & parlemen, CSO dan media, filantropi & pelaku usaha, sertaakademisi

Detail Jadwal Waktu Penyusunan VNR 2019 (1/3)

30

Penyusunan Laporan VNR 2019 Februari Maret April Mei Juni

1Pertemuan Kick off oleh Menteri: 22 Feb

22 Feb

Follow up Kick off meeting VNR 2019:

1.aPertemuan dengan BPS

27 Feb Awalmaret

1.b Pertemuan dengan setiap penanggungjawab Pokja dan Sub Pokja VNR 2019

1 Maret

2 Serial Meeting oleh setiap Pokja

2.a Rapat Kick Off dengan K/L dan NonPemerintah

Minggu ke2

2.bRapat seri penyusunan Draf 1 dan 2 (6 Goals)

MingguKe2 - 4

2.bMenyampaikan draf laporan setiap goal

Mingguke-1

Detail Jadwal Waktu Penyusunan VNR 2019 (2/3)

31

Penyusunan Laporan VNR 2019 Februari Maret April Mei Juni

3 Konsolidasi semua Goal

3.aRapat Pembahasan Draf 1 hasi konsolidasi

Mingguke2

4 Pembahasan Interlinkage

4.aRapat pembahasan interlinkage

Mingguke1 & 3

5 Konsultasi online draf 1 VNR

Menyampaikan kepada pubik melaluiwebsite danemail draf 1 VNR

Mingguke3

Merangkum masukan untuk draf 1 VNRMinggu

ke4

Melakukan pembahasan revisi draf 1 berdasar masukan dan menghasilkan draf Final

Mingguke4

Mingguke1

Detail Jadwal Waktu Penyusunan VNR 2019 (3/3)

32

Penyusunan Laporan VNR 2019 Februari Maret April Mei Juni

6 Pembahasan & Penyampaian Main Message

6.aRapat pembahasan Main Messages

Minggu ke – 3

6.b Penyampaian Main Messages (sblm 17 Mei) Minggu ke-2

7 Editing dan Translasi

7.a Rapat finalisasi Laporan VNR versi Bahasa Indonesia

Minggu ke-1

7.b Finalisasi laporan VNR versi bahasa Indonesia Minggu Ke-2

7.c Translasi laporan VNR ke Bahasa Inggris Minggu ke2-3

7.d Workshop editing translasi laporan VNR versi Bahasa Inggris

Minggu ke-1

8 Penyampaian Laporan VNR 2019

8.ake PTRI & ECOSOC

Deadline 14 Juni

8.b Ke K/L dan nonpemerintah Akhir Juni

REPUBLIK INDONESIA

TUJUAN 13. PENANGANAN PERUBAHAN IKLIM

33

Tujuan 13 dalam VNR 2019 akan dibahas oleh

Kelompok Kerja Pilar Pembangunan Lingkungan

REPUBLIK INDONESIA

34

5. PESAN UTAMA TUJUAN 13

1. Menyiapkan strategi pengurangan risiko bencana (PRB) pada tingkatnasional dan daerah

2. Memperkuat kapasitas ketahanan dan adaptasi bahaya terkait iklim danbencana alam

1. Mengintegrasikan tindakan antisipasi perubahan iklim ke dalam strategi danperencanaan nasional

2. Mengurangi intensitasi emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

KEBENCANAAN

AKSI PERUBAHAN IKLIM

REPUBLIK INDONESIA

35

6. TARGET DAN INDIKATOR TUJUAN 13 (1/4)

TARGET INDIKATOR KETERANGAN

13.1 Memperkuat kapasitas

ketahanan dan adaptasi terhadap

bahaya terkait iklim dan bencana

alam di semua negara.

13.1.1* Dokumen strategi pengurangan risiko bencana (PRB)

tingkat nasional dan daerah.

Indikator nasionalsesuai indikator global

13.1.2* Jumlah korban meninggal, hilang dan terkena dampak

bencana per 100.000 orang.

Indikator nasionalsesuai indikator global

13.2 Mengintegrasikan tindakan

antisipasi perubahan iklim ke

dalam kebijakan, strategi dan

perencanaan nasional.

13.2.1* Dokumen Biennial Update Report (BUR) Indonesia. Indikator nasionalsesuai indikator global

13.2.1.(a) Dokumen pelaporan penurunan emisi gas rumah kaca

(GRK).

Indikator nasionalsebagai proksiindikator global

13.2.1.(b) Intensitas Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Indikator nasionalsebagai proksiindikator global

13.2.1.(c) Persentase Penurunan Emisi GRK Indikator nasionalsebagai proksiindikator global

REPUBLIK INDONESIA

36

6. TARGET DAN INDIKATOR TUJUAN 13 (2/4)

TARGET INDIKATOR KETERANGAN

13.3 Meningkatkan pendidikan,

pertumbuhan kesadaran serta

kapasitas manusia dan

kelembagaan terkait mitigasi,

adaptasi, pengurangan dampak

dan peringatan dini perubahan

iklim

13.3.1 Jumlah negara yang telah mengitegrasikan mitigasi,

adaptasi, pengurangan dampak dan peringatan dini ke dalam

kurikulum sekolah dasar, sekolah menengah dan perguruan

tinggi

Indikator global yang akan dikembangkan

13.3.2 Jumlah negara yang telah mengkomunikasikan penguatan

kapasitas kelembagaan, sistem individu untuk melaksanakan

adaptasi mitigasi dan transfer teknologi, serta kegiatan

pembangunan

Indikator global yang akan dikembangkan

REPUBLIK INDONESIA

37

6. TARGET DAN INDIKATOR TUJUAN 13 (3/4)

TARGET INDIKATOR KETERANGAN

3.a Melaksanakan komitmennegara maju pada the United Nations Framework Convention onClimate Change untuk tujuanmobilisasi dana bersama sebesar100 miliar dolar Amerika per tahun pada tahun 2020 darisemua sumber untuk mengatasikebutuhan negara berkembangdalam konteks aksi mitigasi yangbermanfaat dan transparansidalam pelaksanaannya danmengoperasionalisasi secarapenuh the Green Climate Fundmelalui kapitalisasi dana tersebutsesegera mungkin.

13.a.1 Mobilisasi sejumlah dana (USD) per tahun mulai tahun

2010 secara akuntabel mencapai komitmen sebesar 100 miliar

USD

Indikator global tidakrelevan untukindonesia

REPUBLIK INDONESIA

38

6. TARGET DAN INDIKATOR TUJUAN 13 (4/4)

TARGET INDIKATOR KETERANGAN

3.b Menggalakan mekanismeuntuk meningkatkan kapasitasperencanaan dan pengelolaanyang efektif terkait perubahaniklim di negara kurangberkembang, negara berkembangpulau kecil, termasuk fokus padaperempuan pemuda sertamasyarakat lokal dan marjinal

13.b.1 Jumlah negara-negara kurang berkembang dan negaraberkembang kepulauan kecil yang menerima dukungan khususdan sejumlah dukungan, termasuk keuangan, teknologi danpeningkatan kapasitas, untuk mekanisme peningkatan kapasitasdalam perencanaan dan pengelolaan yang efektif terkaitperubahan iklim, termasuk fokus pada perempuan, generasimuda serta masyarakat lokal dan marjinal

Indikator global tidakrelevan untukindonesia

REPUBLIK INDONESIA

39

PENUTUP

40

TAHAPAN PENGARUSUTAMAAN PRB DAN PERUBAHAN IKLIM DOKUMEN PERENCANAAN DAERAH

1. Pengintegrasian PRB dan API (KLHS) dalam RPJMPengintegrasian PRB dan API ke dalam RPJMN dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pengintegrasian dalamproses dan pengintegrasian dalam struktur.

a. Integrasi dokumen RPB dan API dalam Proses Penyusunan RPJMNIntegrasi dokumen RPB dalam RPJMD dilakukan melalui koordinasi dan sinergi antara BAPPEDA denganBPBD, OPD lain dan komunitas PRB. Proses integrasi dokumen RPB dalam RPJMD baik dalam fase sebelum

penyusunan RPJMD dan setelah Penyusunan RPJMD.b. Integrasi dokumen RPB dan API dalam Struktur RPJM dan Renstra

Mengintegrasikan dokumen RPB yang sudah disusun ke dalam Rencana Tata Ruang Tata Wilayah (RTRW),Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dan Rencana Pembangunan Daerah.

2. Pengintegrasian PRB dan API dalam RENSTRA K/L dan SKPD• Memanfaatkan hasil kajian dan analisis risiko bencana (dokumen RPB) sebagai masukan dalam penyusunan

prioritas kebijakan, strategi dan sasaran di dokumen Renstra SKPD dalam 5 tahun ke depan.• BAPPEDA dan BPBD perlu memastikan kajian risiko bencana (atau dokumen RPB) menjadi masukan dalam

penyusunan isu-isu strategis Renstra SKPD

3. Pengintegrasian PRB dan API dalam dalam RPJMDesa• Kajian risiko bencana yang memuat semua aspek kebijakan, strategi dan sasaran di dokumen RPB

diperhatikan dalam penyusunan rencana tahunan RKPD• BAPPEDA dan BPBD memastikan kajian risiko bencana (atau dokumen RPB) menjadi masukan dalam

penyusunan isu-isu strategis dalam RKPD.

41

MAINSTREAMING PENGURANGAN RISIKO BENCANADALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

• Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

• Kajian RisikoBencanaIndonesia

• Penyusunan Indeks dan Peta Risiko Bencana

• Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)

RENCANA TATA RUANG WILAYAH

RTRW KAB/KOTA

RTRW NASIONAL

RTRW PROVINSI RTRW DESA

RKP

RKPD

RENSTRA KL

RENSTRA SKPD

RENJA KL

RENJA SKPD

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

diperhatikan

diperhatikan

diperhatikan

diperhatikan

RENAS PB (5 Tahunan)

RENCANA PB (5 Tahunan)

Pengarusutamaan PRB dalam Perencanaan Pembangunan

Penyediaan sistem peringatan dinibencana

Pengembangan dan pemanfaatan IPTEK dan pendidikan

Simulasi dan gladi kesiapsiagaanmenghadapi bencana secaraberkala dan berkesinambungan

Penyediaan infrastruktur mitigasidan kesiapsiagaan

Pengembangan desa tangguhbencana

Peningkatan kapasitas manajemendan pendistribusian logistikkebencanaan

1-2 TAHUNPRIORITAS 2-3 TAHUN 4-5 TAHUN

Penerapan sistem peringatan dini bencana

Pengembangan dan pemantapan sistem peringatan

dini

Sosialisasi dan Pelatihan tentang sistem peringatan dini

Pengembangan knowledge managament

Perluasan jejaring knowledge management

Pelatihan Keterampilan dan Pendampingan

Festival dan Pameran Pengurangan Risiko Bencana

Perluasan kerjasama internasional

Sosialisasi, Pelatihan dan Simulasi Kesiapsiagaan

Penyiapan DED dan Pelaksanaan Proyek

Perluasan dan peningkatan mutu infrastruktur

Penyiapan Masterplan Infrastruktur

Pelaksanaan, Pembinaan dan Evaluasi Pelaksanaan Desa

Tangguh Bencana

Perwujudan Desa Tangguh Bencana

Sosialisasi, Pelatihan dan Penyusunan Indeks Desa

Tangguh Bencana

Peerbaikan prasarana dan sarana manajemen logistik

Perluasan dan pengembangan kerjasama

Sosialisasi dan Pelatihan tentang Manajemen Logistik

Penguatan kapasitas kelembagaandan aparatur

Permagangan dan Pendampingan

Penguatan standar pelayanan organisasi dan aparat

Sosialisasi dan Pelatihan bagi Masyarakat dan aparat

Internalisasi PRB dalam penyusunan Renstra KL, RPJMD, RKPD, Renstra OPD dan APBD

MAINSTREAMING PENGURANGAN RISIKO BENCANADALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

43