Perencanaan Batam sebagai KEK

137
PERENCANAAN PENETAPAN KOTA BATAM SEBAGAI KAWASAN EKONOMI KHUSUS DALAM KERANGKA OTONOMI DAERAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan dalam Ilmu Hukum Oleh: NUR HADIYATI NIM: 125010100111051 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS HUKUM MALANG 2016

Transcript of Perencanaan Batam sebagai KEK

Page 1: Perencanaan Batam sebagai KEK

PERENCANAAN PENETAPAN KOTA BATAM SEBAGAI KAWASAN

EKONOMI KHUSUS DALAM KERANGKA OTONOMI DAERAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar

Kesarjanaan dalam Ilmu Hukum

Oleh:

NUR HADIYATI

NIM: 125010100111051

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS HUKUM

MALANG

2016

Page 2: Perencanaan Batam sebagai KEK

i

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : PERENCANAAN PENETAPAN KOTA

BATAM SEBAGAI KAWASAN

EKONOMI KHUSUS DALAM

KERANGKA OTONOMI DAERAH

Identitas Penulis :

a. Nama : Nur Hadiyati

b. NIM : 125010100111051

Konsenstrasi : Hukum Tata Negara

Jangka Waktu Penelitian :

Disetujui pada tanggal :

Pembimbing Utama

Dr. Much. Ali Safa’at, SH., MH.

NIP 197608151999031003

Pembimbing Pendamping

M. Dahlan, SH., MH.

NIP 198009062008121002

Mengetahui/Menyetujui,

Ketua Bagian Hukum Tata Negara

Tunggul Anshari SN., SH., MH

NIP 195905241986011001

Page 3: Perencanaan Batam sebagai KEK

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PERENCANAAN PENETAPAN KOTA BATAM SEBAGAI KAWASAN

EKONOMI KHUSUS DALAM KERANGKA OTONOMI DAERAH

Oleh :

Nur Hadiyati

125010100111051

Skripsi ini telah disahkan tanggal :

Pembimbing Utama

Dr. Much. Ali Safa’at, SH., MH.

NIP 197608151999031003

Pembimbing Pendamping

M. Dahlan, SH., MH.

NIP 198009062008121002

Dekan Fakultas Hukum,

Dr. Rachmad Safa’at, S.H, M.Si

NIP. 196208051988021001

Ketua Bagian Hukum Tata Negara

Tunggul Anshari SN., SH., MH

NIP 195905241986011001

Page 4: Perencanaan Batam sebagai KEK

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas

seluruh rahmat dan karunia-Nya yang dilimpahkan hingga penulis dapat sampai

pada tahap ini, terkhususkan dengan terselesaikannya skripsi yang berjudul :

Perencanaan Penetapan Batam sebagai Kawasan Ekonomi Khusus dalam

Kerangka Otonomi Daerah. Terimakasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Rachmad Safa’at, SH., MH selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Brawijaya.

2. Bapak Tunggul Anshari, SH., MH. selaku Ketua bagian Hukum Tata

Negara Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

3. Bapak Dr. Much. Ali Safa’at, SH., MH selaku Dosen Pembimbing Utama,

dan Bapak M. Dahlan, SH., MH.selaku Dosen Pembimbing Pendamping,

atas bimbingan dan kesabarannya.

4. Bapak M. Zairul Alam, SH., MH. Selaku Dosen Penasehat Akademik, atas

bimbingan dan kesabarannya dari awal perkuliahan hingga akhir

perkuliahan penulis.

5. Pihak-Pihak yang turut membantu terselesaikannya skripsi ini, yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Skripsi ini dibuat berdasarkan kemampuan dalam diri penulis sehingga

tidak luput dari kekurangan dan kesalahan, penulis memohon maaf dan

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Malang

Penulis

Page 5: Perencanaan Batam sebagai KEK

iv

LEMBAR UCAPAN TERIMAKASIH

Penulisan skripsi ini melalui banyak hal, dalam prosesnya terdapat banyak

cerita dan banyak pihak yang terlibat didalamnya. Sehingga penulis membuat

sebuah lembar ucapan terimakasih yang penulis harap mampu menyampaikan

perasaan penulis secara lebih baik. Penulis ucapakan terimakasih kepada :

1. Allah SWT, para Nabi dan Rasul berserta Sahabat, para tabi’in, para

saudara seiman atas semua hikmahnya dalam kehidupan penulis bagian

dari rahmat dan karunia-Nya

2. Kedua Orang Tua penulis, Bapak Emile Rizal dan Mama Dra. Lely

Suriati, S.Pd. atas semua hal tentang cinta dan doanya yang menjadi

pengiring dalam kehidupan penulis, atas kebebasan dan kesempatan

berlandaskan kepercayaan yang diberikan penulis dalam tiap perjalanan

kehidupan.

3. Kakak penulis : Erlyza Mucharani, Siti Rizki Ramdhana, dan Kakak Ipar

penulis, Syafrijal atas semua dukungan moril yang mengingatkan penulis

untuk menyegerakan terselesaikan skripsi ini. Keponakan penulis : Omar

Rausan Fikrijal dan Fakhrie Zhafran Khairijal atas semangat yang kalian

berikan dari tiap ocehan cadel dan tawa kalian yang selalu membuat hari

terasa menyenangkan.

4. Seluruh keluarga penulis atas doa dan dukungannya. Tante dan Paman

penulis : Nurbaiti, ST, ME., Kristian Tri Gunawan, ST. MH, dan

Firmansyah S,Sos. yang membantu mempermudah penulis dalam

pencarian data berkenaan dengan penulisan skripsi ini.

Page 6: Perencanaan Batam sebagai KEK

v

5. Keluarga kedua di Kota Malang : Tante Anisah, Om Firman Hidayat, Emir

Athira, Aulia Hanum dan Mas Cik Kahadi, serta Keponakan Emir : Huma

dan Ai. Atas segala hal terutama perhatian dan bantuan yang memberikan

penulis kehangatan serta ketenangan terutama tahun akhir perkuliahan

penulis.

6. Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kota Batam, Bapak Demi Hasfinul

NST, SH., M.SI selaku Kepala Bagian Hukum, Bapak Sutjahjo Harimurti,

S.Sos, SH selaku Kasubag Peraturan Perundang-Undangan merangkap

Pembimbing KKL dari Pemerintah Kota Batam, Ibu Nurul Yuni, SH

selaku Kasubag Jaringan Dokumentasi Hukum, Bapak Iman Setiawan, SH

selaku Kasubag Bantuan Hukum, dan seluruh jajaran Bagian Hukum

dengan bantuan datanya selama proses KKL yang menjadi acuan skripsi.

7. Rekan-rekan penulis yang bernaung dalam barisan pejuang (squad)

Fakultas Hukum Universtias Braijaya lintas generasi yang penulis temui

langsung periode 2009-2015 yang hadir sebagai Tim 0cm, Tim Ayo Kita

Perbaiki, Tim ON, dan Tim Beraksi. Terkhususkan angkatan 2012 : Indri

Sukmawati Djangko, Risthu Pambudi, Fahrul Abrori, Ryu Avin, Ghani

Cokro, Ajar Goutama, dll. Terimakasih untuk pejuang FH baik angkatan

yang disebutkan ataupun setelahnya untuk semua semangat mengingatkan

dalam kebaikan yang semoga terus terwariskan tidak lekang oleh zaman.

Page 7: Perencanaan Batam sebagai KEK

vi

8. Kakak tingkat penulis : Abdullah Nazhim, SH., Ganjar Prima Anggara,

SH., Agung Honesta, SH., Sunan Maulana, Zihan Syahayani, SH., Mira

Fajriyah, SH., Bagus Adikarya SH., Sholahuddin Al Fatih SH., Hendy

Putra Pangestu, dll yang mengiringi penulis dengan semua masukan

berupa kritik dan saran yang membangun

9. Adik-Adik Penulis : Hasbi Assidiq, Djairan, Sofyan, Sabbihal Husni,

Shofiyatur Rosyidah, Wahidyah Putri, Sofiatul Amri, Arina Nikmar, Azis

Sulistyo, Chandra D.S, Annaser Lubis, Adriani Larasati, Aulia Rahmah,

Mansuraton Nisa, Iffah Hasna, Zakia Nur Rasyida, Ismi Pratiwi, Resti

C.W, Ii Mahkota, Nanda Putra, Luqman Abdul Hakim, Faizal Haq, Satriya

Nugraha, Widodo Hadi, Zulfikar, Ichrama Renggita, Girsang Enda, Katin.

10. Tim Rechmatigheid (R9), terimakasih untuk menjadi teman pertama

penulis dalam menjalani kehidupan perkuliahan di Fakultas Hukum

Universitas Brawijaya : Aji Nurcahyo, Andreas Satya, Alifah, Caesar

Naufal, Choirul Umam, David Pandu, Dian Puspita, Dinda Afidah,

Elizabeth Irianti, Emir Athira, Faiz Dimas, Firma Fitrotul, Glavenia, Haris,

Lidya Jacob, Inez Diva A, Ivan Letsoin, Nabila Amalia Balad, Carnival,

Ramadhan Putra, Regina, Wahyu Muliadi, Wibisono Aji, Zubairi Fajar,

11. Rekan Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya tahun 2016, Kabinet

Jawara : M. Zahid Abdurrahman, Diona Listya, Marwa

Mudrikatussalamah, Dio Aditya, M. Zahid Izzah Rabbani, Aulia Lutfi,

Zahriza Purnadayanti, Halimatun Syakdiah, Achmad Chaiz, Nurul Ihsani,

Nurlela L, Athiyyah Rahma, Medi Humaidi, Rizal Pahlevi, Ibelashri

Justiceka Atasi, Helfi Pangestu, Ary Eswara, Fida Perkasa*, Anisah

Page 8: Perencanaan Batam sebagai KEK

vii

Qurrotal Aini, Ridho Fadhlurrahman, Ikhsanuz Zaky, R. Toto Dwi Setyo,

Agus S.U, Indah Sri Lestari, Yuda Lesmana, Arinal Haq, Fuaad Rasyid,

Nur Ilya Dianita, Fadil Muarif, Zulfa M*, Dinda Mei Diana, Rizal Fadhil,

Puji Rahayu, Yanuar Fazriyanto, Yeremia Christon*, Resi Resdiani,

Devita Nur Amalia. Terkhususkan Kementerian Kajian dan Strategi EM

UB 2016 : Salman Alfarisi selaku Menteri, Jefrie Nandy Satria selaku

Dirjen Aksi dan Propaganda, dan Adik staff Kastrat Berbahagia : Amadda

Ilmi, Anggit Chalilur Rahman, Annisa Fitri, Arina Fadhila, Bintang

Nurrizki Dwi Ardianto, Bonaficius Josua, Choirunnasihin Imron, Dhea

Gema Swara Asmara, Fiyan F, Hafizh Kaustsar Ilmi, Ikhwanul Ma’arif

Harapah, Imam Bustomi, Inas Arfieny Hamilatus Nadiyah, Ismail

Rabbani, Jihan Salsabila, Kautsar Bima, Kevin Maulana, M.Sangaji, M.

Syaukani, Muchammad Miftahul Bayyan, Muhammad Irsyad, Muhmmad

Surya Adi, Nabila Yusril, Nio Priana, Nofriadi Kurnia, Salsabilah, Taufic

Hidayat, Umi Fatima, Widy Tanzyla, Yunita Sari, Yora Athariq, Zulfa

Raudatul J.

12. Seluruh keluarga besar Forum Kajian dan Penelitian Hukum, Fakultas

Hukum Universitas Brawijaya. Terkhususkan Badan Pengurus Harian

periode 2015 : Andi Tanaka, Maziyah C.S, Anny Safitri, Ria Hasanah,

Jenuarani Artha, Rossa Wahyu, Gina Sabrina, Fathoni, Rista C.N, Emilia

Dewi, Linda D.R, Yuni Dwi Habsari, Dian Laraswati, Amalia Laksmita,

Shovia Uzlah, Gilang R. Dan Keluarga Kajian FKPH FH UB 2015 :

M.Abdul Hafid selaku Manajer Diskusi Ilmiah, dan Kristiyanto selaku

Manajer Debat Hukum. Tidak ketinggalan Keluarga Islamic Study Club

Page 9: Perencanaan Batam sebagai KEK

viii

yang telah konsisten menemani perjalanan penulis di Fakultas Hukum

Universitas Brawijaya.

13. Seluruh Manifestor yang tergabung dalam Lembaga Pers Mahasiswa

ManifesT, terkhususkan teman angkatan 2012 : Hussein Achmad, M.Dito

Suryo, M.Ridho, Annisa Putri Adriani, Wisnu Adhitama, Awaludin Rahim

S, Ega Amalia Sani, Yulius, Achmad Syahreza, Andhika Reza.

14. Keluarga Besar Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Brawijaya jajaran Rendy Ivaniar, S.H. selaku Presiden BEM FH UB 2012,

periode 2013 jajaran M.Alfi Muzaki, S.H. selaku Presiden BEM FH UB

2013. Kepanitiaan INVITATIONAL, para intelektual muda dalam

Sekolah Intelektual Muda tahun 2012, Terimakasih untuk kesempatan

pertama menempuh pengalaman belajar berorganisasi.

15. Komunitas Debat Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, terkhususkan

para jiwa yang bersama kembali menemukan semangat merintis komunitas

ini pada pertandingan Debat Mahkamah Konstitusi 2015 : Ferry R,

Kompiang Ratna Dewi, Hilman Hadikusuma.

16. Forum Mahasiswa Hukum Tata Negara (FORMATERA) yang menjadi

tempat bertukar pikiran : Jordan Muhammad, M.Arganata, Haresti

Marchelina, Gema Perdana, Maria Ulfa, Rina Lestari, Meli, Rizaldi,

Febriyan Abiyoga, dll.

17. Forum Daerah – Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Kepulauan Riau-Malang

(IKAPEMA) yang menjadi tempat pertama persinggahan penulis, yang

menjadi tempat bertemu wajah-wajah yang sama-sama berjuang ditanah

perantauan.

Page 10: Perencanaan Batam sebagai KEK

ix

18. Seluruh saudara/i seiman dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim

Indonesia (KAMMI) Komisariat Brawijaya dan Daerah Malang, serta

beberapa rekan lain dari berbagai daerah yang sempat dipertemukan dalam

Daurah Marhalah II KAMMI Daerah Bogor, untuk semua inspirasi dan

pembelajaran yang telah diberikan.

19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, terimakasih atas

segala perhatian dan bantuannya, terutama doanya. Semoga Allah

memberikan balasan dan keberkahan-Nya.Aamiin.

Page 11: Perencanaan Batam sebagai KEK

x

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan .............................................................................................i

Lembar Pengesahan ............................................................................................ii

Kata Pengantar ....................................................................................................iii

Lembar Ucapan Terima Kasih ............................................................................iv

Daftar Isi..............................................................................................................x

Daftar Tabel ........................................................................................................xii

Daftar Gambar .....................................................................................................xiii

Daftar Bagan .......................................................................................................xiv

Ringkasan ............................................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang ........................................................................................1

B Rumusan Masalah ...................................................................................12

C Tujuan Penelitian ....................................................................................12

D Manfaat Penelitian ..................................................................................12

E Tabel Orisinalitas ....................................................................................13

F Sistematika Penulisan .............................................................................14

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A Konsep Negara Kesatuan ........................................................................16

B Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ..................................................18

C Kawasan Ekonomi Khusus ..................................................................... 22

Page 12: Perencanaan Batam sebagai KEK

xi

BAB III METODE PENELITIAN

A Jenis dan Pendekatan Penelitian..............................................................32

B Bahan Hukum dan Sumber Hukum ........................................................34

C Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ......................................................37

D Teknik Analisis Bahan Hukum ...............................................................37

E Definisi Konseptual .................................................................................38

BAB IV PEMBAHASAN

A Proses Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus ...................................39

B Penetapan Batam sebagai Kawasan Ekonomi Khusus............................58

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan .............................................................................................100

B Saran ........................................................................................................102

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................103

LAMPIRAN .......................................................................................................112

Page 13: Perencanaan Batam sebagai KEK

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbandingan KEK dan FTZ berdasarkan Peraturan Perundang-

undangan ............................................................................................ 7

Tabel 1.2 Kemudahan yang diberikan di KEK .................................................. 9

Tabel 1.3 Orisinalitas Karya ............................................................................... 13

Tabel 2.1 Contoh Pelaksanaan SEZ/KEK .......................................................... 23

Tabel 4.1 Perkembangan Beberapa Kawasan Ekonomi dan Kawasan Khusus

Lainnya di Indonesia .......................................................................... 40

Tabel 4.2 Analisis Kelayakan KEK ................................................................... 44

Tabel 4.3 Karakter Kota Batam ......................................................................... 62

Tabel 4.4 Analisis Kelayakan Batam sebagai KEK ........................................... 79

Tabel 4.5 Rencana Alokasi Lahan Kota Batam Tahun 2004-2014 .................... 90

Tabel 4.6 Daftar Kawasan Industri Kota Batam ................................................ 91

Tabel 4.7 Share PDRB Kota Batam ADHK 2000 Tahun 2010-2013 ................ 92

Tabel 4.8 Tugas Pihak Berwenang Mengembangkan KEK............................... 96

Page 14: Perencanaan Batam sebagai KEK

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Wilayah Segitiga Pertumbuhan ................................................. 2

Gambar 1.2 Lokasi Usulan KEK .......................................................................... 6

Gambar 1.3 Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia ........................................... 6

Gambar 2.1 Zona yang Berada Dalam KEK ......................................................... 24

Gambar 2.2 Sinergitas Pendekatan Daerah Tertinggal-KAPET-FTZ-KEK ......... 25

Gambar 2.3 Struktur Kelembagaan KEK.............................................................. 29

Gambar 4.1 Proses Penyelenggaraan KEK ........................................................... 48

Gambar 4.2 Mekanisme Pembentukan KEK ........................................................ 49

Gambar 4.3 Cara Pengusulan KEK ....................................................................... 49

Gambar 4.4 Kunci Sukses Pengusulan KEK ........................................................ 55

Gambar 4.5 Penentuan dan Penetapan Badan Usaha Pembangun dan Pengelola

KEK .................................................................................................... 56

Gambar 4.6 Kelanjutan dari Penetapan KEK ....................................................... 57

Gambar 4.7 Peta Kota Batam ................................................................................ 58

Gambar 4.8 Posisi Geo-Strategis Kota Batam dalam Bidang Politik dan Ekonomi

Regional ............................................................................................. 61

Gambar 4.9 Potensial Geografis Kota Batam ...................................................... 62

Gambar 4.10 Dasar Hukum Penyelenggaraan KEK ............................................. 65

Gambar 4.11 Peta Wilayah Administratif Kota Batam ......................................... 69

Gambar 4.12 Kronologis Pembangunan Batam ................................................... 73

Gambar 4.13 Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Batam ............................. 89

Gambar 4.14 Laju Pertumbuhan Ekonomi Batam Tahun 2011-2014................... 92

Page 15: Perencanaan Batam sebagai KEK

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Permasalahan dalam Penerapan FTZ di Kota Batam ..................... 72

Bagan 1.2 Respon Masyarakat untuk Pengkajian Ulang FTZ dan Pembentukan

KEK ................................................................................................. 73

Bagan 1.3 Pelaksanaan Pembentukan KEK Kota Batam................................. 99

Page 16: Perencanaan Batam sebagai KEK

xv

RINGKASAN

Nur Hadiyati, Hukum Tata Negata, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya,

Oktober 2016, PERENCANAAN PENETAPAN KOTA BATAM SEBAGAI

KAWASAN EKONOMI KHUSUS DALAM KERANGKA OTONOMI

DAERAH, Dr.Much. Ali Safa’at, SH., MH., M. Dahlan, SH., MH

Kota Batam merupakan Kawasan Strategis Nasional yang memiliki potensi untuk

menunjang pertumbuhan ekonomi nasional, namun perkembangan Batam sebagai

Kawasan Perdagangan Bebas atau Free Trade Zone Area belum memberikan hasil

sebagaimana diharapkan. Pada awal tahun 2016 Pemerintah Pusat menetapkan

Kota Batam Kawasan Ekonomi Khusus. Maka berkenaan dengan pemaparan

diatas, penulis mengangkat rumusan masalah : 1) Bagaimanakah persyaratan dan

mekanisme penetapan suatu daerah sebagai KEK? (2) Apakah Kota Batam

memenuhi persyaratan untuk ditetapkan sebagai KEK?. Penulisan skripsi ini

bertujuan memberikan kebermanfaatan sebagai sumbangsih pemikiran bagi

masyarakat dan bahan acuan bagi pembuat kebijakan dalam penetapan Batam

sebagai Kawasan Ekonomi Khusus. Penelitian ini mengunakan metode yuridis

normatif dengan pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan

konsep (conceptual aproach), dan pendekatan komparatif atau perbandingan

(comparative approach), Bahan hukum primer dan skunder kemudian akan

dianalisa dengan logika deduksi dimana mencari kekhusuan dari hal-hal yang

bersifat umum, diinventarisasi, dikategorikan, dan disusun secara sistematis. Dari

Penelitian ini ditemukan hal-hal yang harus dipersiapkan dalam penetapan sebuah

lokasi Kawasan Ekonomi Khusus sehingga terjadi kesinergisan antara upaya

optimalisai pertumbuhan ekonomi dengan kesejahteraan masyarakat yang berada

dalam daerah yang diusulkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus. a) Pengusulan

KEK; b) Penetapan KEK; c) Pembangunan KEK; d) Pengelolaan KEK; dan e)

Evaluasi pengelolaan KEK. Kota Batam berdasarkan formulasi pemberian nilai

dan bobot pada tiap aspek tolak ukur yang dijabarkan dalam mekanisme dan

persyaratan sebagaimana diatur dalam perundang-undangan dapat ditetapkan

sebagai KEK dengan kategori layak secara bersyarat sebagai lokasi KEK.

Kata Kunci : Batam, Kawasan Ekonomi Khusus, Pemerintahan Daerah

Page 17: Perencanaan Batam sebagai KEK

xvi

SUMMARY

Nur Hadiyati, Constitutional Law, Faculty of Law Brawijaya University, October

2016, PLANNING DESIGNATION OF BATAM CITY AS SPECIAL

ECONOMIC ZONES ON THE TERM OF FRAMEWORK OF REGIONAL

LOCAL AUTONOMY, Dr. Much Ali Safa’at, SH., MH., M. Dahlan, SH., MH

Batam City is National Strategic Zones which have a potential to support national

economic growth, but the development of Batam as Free Trade Zone not deliver

results as expected. At the beginning of 2016, Indonesian Government decide

Batam City as Special Economic Zones (SEZ). Therefore, this paper raised the

formulation of the problem: (1) How is the condition and mechanism for

designation an areas to became Special Economic Zones? (2) Is Batam City meet

the requirements to assigned as Special Economic Zones?. The purposes of this

research is to give benefit for society, reference materials for law maker in

planning designation of Batam City as Special Economic Zones.

This research used juridicial normative with statute, conceptual, and comparative

approach. Primary and secondary legal materials will be analyzed by logical

deduction which seek speciality of things that are general, inventoried,

categorized and compiled systematically. This research found things to be

prepared in the establishment of a Special Economic Zone locations resulting in

kesinergisan between economic growth optimalisai efforts to the welfare of

communities within the proposed area into Special Economic Zones. a) Proposal

of SEZ; b) Determination of SEZ; c) Development of SEZ; d) Management of

SEZ; and e) Evaluation Management SEZ. Based on formulations scoring and

weighting of each aspect of benchmarks outlined in the mechanism and the

requirements stipulated in the legislation can be defined as a SEZ under particular

situation.

Keywords : Batam, Special Economic Zones, Local Goverment

Page 18: Perencanaan Batam sebagai KEK

1

BAB I

PENDAHULUAN

A LATAR BELAKANG

Negara Indonesia adalah negara kesatuan1 dengan jumlah penduduk pada

tahun 2015 sebanyak 252.370.792 jiwa.2 Agar mampu memenuhi kesejahteraan

rakyat Indonesia maka kemudian dibentuk dan dibagilah pemerintah yang

melaksanakan urusan-urusan pemerintahannya kedalam dua bagian yakni

pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Keberadaan pemerintahan daerah

dijelaskan dalam pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD NRI Tahun 1945) ayat (1) yang berbunyi

“Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan

daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,

kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dalam

undang-undang”. Hingga saat ini penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah

diatur dalam Undang-Undang (Selanjutnya disebut UU) Nomor 23 Tahun 2014 jo

UU Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah (selanjutnya disebut UU

PEMDA).

Pasca perubahan UUD NRI Tahun 1945, pemerintah daerah memperoleh

peluang yang lebih besar untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh

1Negara kesatuan adalah negara berdaulat yang diselenggarakan sebagai satu kesatuan

tunggal, di mana pemerintah pusat adalah yang tertinggi dan satuan-satuan subnasionalnya hanya

menjalankan kekuasaan-kekuasaan yang dipilih oleh pemerintah pusat untuk didelegasikan. 2Badan Pusat Statistik, Jumlah Penduduk Tahun 2015 (online),

http://bps.go.id/publikasi, diakses 25 Juni 2016

Page 19: Perencanaan Batam sebagai KEK

2

daerahnya berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan. Salah satu

upaya pengembangan potensi daerah adalah dengan adanya kawasan khusus.3

Dalam pembentukan kawasan khusus ini, selain untuk kepentingan pemerintah

maka harus melibatkan daerah yang bersangkutan agar konsep kebijakan

pemerintah tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah

setempat, termasuk pula manfaat pelayanan umum pemerintahan.4

Kota Batam merupakan Kawasan Strategis Nasional5 dengan lokasi

sebagai daerah persinggahan yang berada pada jalur lintasan kapal terpadat di

dunia, serta berada dalam wilayah segitiga pertumbuhan (Triangle Growth)

meliputi Singapura, Johor (Malaysia), dan Riau (Indonesia). Berdasarkan

pertimbangan potensi yang dimiliki Kota Batam, pemerintah menetapkan Batam

sebagai salah satu wilayah percontohan Kawasan Perdagangan Bebas atau Free

Trade Zone (Selanjutnya disebut FTZ) pada tahun 2007 Melalui Peraturan

Pemerintah (Selanjutnya disebut PP) Nomor 46 Tahun 2007 tentang Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam.

Gambar 1.1 : Peta Wilayah Segitiga Pertumbuhan

Sumber : BP Batam, 2011

3Kawasan khusus dijelaskan dalam ketentuan umum UU Pemerintahan Daerah sebagai

bagian wilayah dalam daerah provinsi dan/atau daerah kabupaten/kota yang ditetapkan oleh

pemerintah pusat untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan yang bersifat khusus bagi

kepentingan nasional yang diatur dalam ketentuan peratura perundang-undangan. 4Siswanto Sunaryo, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Jakarta : Sinar

Grafika, 2009, hlm. 18 5Pasal 1 Angka 5 Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang

Kawasan Bintan, Kawasan Batam, dan Kawasan Karimun.

Page 20: Perencanaan Batam sebagai KEK

3

Seiring berjalannya waktu, penetapan Kota Batam sebagai FTZ belum

mampu memenuhi harapan untuk mendongkrak investasi, seperti diutarakan oleh

Haripinto Tanuwijaya selaku Anggota DPD RI pada Batam Pos.6 Menurut Erwin

Ismail selaku importir di Batam sejak diberlakukan FTZ di Batam per 1 April

2009, pergerakan usaha dikawasan industri menurun 30 hingga 40 persen.7

Bambang Hendrawan selaku Ketua Pusat Kajian Regional Politeknik Negeri

Batam mengutarakan pada Sindonews8 bahwa kondisi FTZ Batam menghadapi

permasalahan biaya yang tinggi, belum cukup kompetitif, dan konflik

kewenangan antar lembaga.

Konflik atau tumpah tindih kewenangan antar lembaga yang terjadi di

Kota Batam menjadi sorotan utama penyebab belum optimalnya penyelenggaraan

FTZ di Kota Batam. Ada dua kapten dalam satu kapal. Di satu sisi ada Badan

Pengelola, sisi lainnya ada juga kewenangan pemerintah daerah akibat

konsekuensi dari otonomi daerah.9 Menko Perekonomian Darmin Nasution dalam

media Batam Today10

mengatakan bahwa terdapat tumpang tindih kewenangan

antara Badan Pengusahaan (selanjutnya disebut BP) Batam dan Pemerintah Kota

(selanjutnya disebut Pemko) Batam yang membingungkan dunia usaha dan

6Batam Pos, 21 September 2015, Jakarta Dinilai Belum Sepenuhnya Dukung FTZ

Batam (online), batampos.co.id/21-09-2015/jakarta-dinilai-belum-sepenuhnya-dukung-ftz-batam/,

diakses 2 Oktober 2015 7Tempo, Impor Barang Menurun Sejak FTZ diberlakukan di Batam (online),

http://bisnis.tempo.co/impor-barang-menurun-sejak-ftz-diberlakukan-di-batam, diakses 2 Februari

2016 8Chandra Gunawan, Evaluasi FTZ Batam Direspon Positif (online),

http://ekbis.sindonews.com/read/997-68/34/evaluasi-ftz-batam-direspon-positif-1430727284,

diakses 2 Februari 2016 9Faisal Rachman, FTZ BBK Dikelola Pemerintah Pusat (online),

http://www.sinarharapan.co/news/read/150730145/ftz-bbk-dikelola-pemerintah-pusat, diakses 23

November 2015 10

Surya, Gagal Capai Kesepakatan, Darmin Lanjutkan Rakor FTZ Batam Pekan

Depan (online), http://pinang.batamtoday.com/berita65720-gagal-capai-kesepakatan-darmin-

lanjutkan-rakor-ftz-batam-pekan-depan.html, diakses 2 Februari 2016

Page 21: Perencanaan Batam sebagai KEK

4

melemahkan pergerakan usaha karena rumitnya proses perizinan yang melalui dua

lembaga tersebut.

Tidak terdapatnya kepastian hukum menjadi salah satu penyebab tidak

optimalnya penyelenggaraan Batam sebagai FTZ sebagaimana diutarakan

dikatakan Fery Mursidan Baldan selaku Menteri Agraria dan Tata Ruang dalam

media Tribun Batam.11

Jika menelusuri jejak sejarah Kota Batam maka dapat

ditemukan bahwa permasalahan tumpah tindih kewenangan antara Badan

Pengelola dan Pemerintah Kota merupakan permasalahan warisan yang

dikarenakan ketidakjelasan pengaturan hubungan kerjasama antara dua lembaga

tersebut menurut hukum, telah ada pengamanahan dalam UU Nomor 53 Tahun

1999 jo UU Nomor 34 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan,

Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten

Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi, dan Kota batam12

untuk adanya sebuah PP yang mengatur hubungan kerja antara lembaga pengelola

dengan pemerintah, namun hingga saat ini pembentukan PP ini tidak terlaksana

dan berhenti saat telah dikeluarkannya Surat Ka.OB Nomor 05/SKB/HK/VI/2000

tentang Pembentukan dan Susunan Tim Perancang Draft Peraturan Pemerintah

tentang Pengaturan Hubungan kerja Pemerintah Kota Batam dengan Badan

Otorita Batam

Permulaan tahun 2016 muncul wacana penetapan Kota Batam sebagai

Kawasan Ekonomi Khusus (selanjutnya disebut KEK) oleh Menteri Dalam Negeri

11

Tribun Batam, 13 Januari 2016, Batam Terlalu Banyak UU yang Berangkai, Orang

Datang Mau Investasi Bukan Baca UU (online),

http://batam.tribunnews.com/2016/01/13/batam-terlalu-banyak-uu-yang-berangkai-orang-datang-

mau-investasi-bukan-baca-uu, diakses 15 Januari 2016 12

Lihat Pasal 21 ayat (3) dan (4) UU Nomor 53 Tahun 1999 jo UU Nomor 34 tahun 2008

tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir,

Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi, dan Kota

batam

Page 22: Perencanaan Batam sebagai KEK

5

Tjahjo Kumolo bersamaan dengan rencana pembubaran BP yang dapat diakses

melalui berbagai media informasi.

“Pemerintah berencana untuk menghapus Badan Pengusahaan (BP)

Batam pada awal 2016 mendatang dan menggantinya dengan

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Rencana itu diungkapkan Menteri

Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo... Pemerintah berpendapat,

keberadaan BP Batam berikut pola manajemennya tidak dapat

menarik investasi lebih banyak lagi. Sebab, terjadi tumpang tindih

kewenangan, yakni antara pemerintah daerah dengan BP Batam

sendiri. Segala carut marut manajemen tersebut, kata Tjahjo,

cenderung tidak menguntungkan BP Batam. Hal itu terbukti dari

perhitungan Kemendagri. Selama sepuluh tahun terakhir, terjadi

kehilangan Rp 20 triliun dari sektor perpajakan...” 13

Konsep penyelenggaraan KEK telah diterapkan diberbagai negara.

Indonesia mengadopsi konsep KEK pada tahun 2006 melalui perjanjian

kerjasama, selanjutnya terdapat pengaturan spesifik sebagaimana diamanahkan

dalam UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing BAB XIV

Kawasan Ekonomi Khusus tepatnya dalam pasal 31 ayat (3) yang berbunyi,

“Ketentuan mengenai kawasan ekonomi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diatur dengan undang-undang”. Pada tahun 2009 tepatnya pada tanggal 14

Oktober 2009 terbentuklah UU Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi

Khusus (selanjutnya disebut UU KEK).

Semenjak ditetapkannya UU KEK, sampai dengan tahun 2012, sebanyak

65 KEK yang telah diusulkan, sebaran masing-masing lokasi usulan KEK dapat

dicermati pada gambar berikut ini14

:

13

Fabian Januarius, Pemerintah Hapus BP Batam (online),

http://nasional.kompas.com/read/2015/12/31/08025161/Januari.2016.Pemerintah.Hapus.BP.Batam

. diakses 5 Januari 2015 14

Laporan Pendahuluan : Kajian Model Analisis Dampak Pembangunan Kawasan

Ekonomi Khusus (KEK) Terhadap Perekonomian Nasional, hasil kerjasama Sekretariat

Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus dengan PT.Sinergi Visi Utama, http://kek.ekon.go.id/,

hlm. 18

Page 23: Perencanaan Batam sebagai KEK

6

Gambar 1.2 : Lokasi Usulan KEK

Sumber : kek.ekon.go.id

Hingga saat ini terdapat terdapat 10 Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia

yang ditetapkan berdasarkan PP yakni KEK Tanjung Lesung (PP Nomor 26

Tahun 2012), KEK Sei Mangkei (PP Nomor 29 Tahun 2012), KEK Palu (PP

Nomor 31 Tahun 2014), KEK Bitung (PP Nomor 32 Tahun 2014), KEK Morotai

(PP Nomor 50 Tahun 2014), KEK Tanjung Api-Api (PP Nomor 51 Tahun 2014),

KEK Mandalika (PP Nomor 52 Tahun 2014), KEK MBTK (PP Nomor 85 Tahun

2014), KEK Tanjung Kelayang (PP Nomor 6 Tahun 2016), KEK Sorong (PP

Nomor 31 Tahun 2016).

Gambar 1.3 : 8 Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia

Sumber : www.kek.ekon.go.id

Page 24: Perencanaan Batam sebagai KEK

7

FTZ dan KEK sama-sama merupakan entitas dalam kawasan

pengembangan ekonomi di Indonesia, namun memiliki perbedaan yang

signifikan. Bila kedua hal ini didikotomikan, maka terdapat pandangan dimana

FTZ merupakan kawasan khusus yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 44

Tahun 2007 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi

Undang-Undang, sedangkan KEK merupakan kawasan khusus yang diatur dalam

UU Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus. Perbandingan

KEK dan FTZ berdasarkan peraturan perundang-undangan dijabarkan dalam

bentuk tabel sebagai berikut15

:

Tabel 1.1 : Perbandingan KEK dan FTZ berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan. KEK

(UU No 39 Tahun 2009)

FTZ

(UU No 44 Tahun 2007)

Definisi Kawasan dengan batas tertentu dalam

wilayah

hukum Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang

ditetapkan untuk menyelenggarakan

fungsi perekonomian

dan memperoleh fasilitas tertentu

Suatu kawasan yang berada dalam

wilayah hukum Negara Kesatuan

Republik Indonesia, yang terpisah dari

daerah pabean, sehingga bebas dari

pengenaan bea masuk, PPN dan PPnBM

dan Cuka

Wilayah Merupakan daerah yang diusulkan dan

memenuhi prasyarat yang kemudian

pembentukan KEK ditetapkan dengan

Peraturan

Pemerintah

Batas-batas Kawasan Perdagangan

Bebas dan Pelabuhan

Bebas baik daratan maupun perairannya

ditetapkan dalam

Peraturan Pemerintah

Kelembagaan (1) Dewan Nasional

(2) Dewan Kawasan

(1) Dewan Kawasan

(2) Badan Pengusahaan

Fasilitas Fasilitas tertentu, antara lain:

(1) Perpajakan;

(2) Kepabeanan;

(3) Pertanahan;

(4) Keimigrasian; dan

(5) Ketenagakerjaan. Fasilitas non

fiskal, berupa kemudahan dan

Fasilitas bebas:

(1) Bea Masuk;

(2) PPN dan PPnBM;

(3) Cukai

Bagi pengusaha yang telah mendapat

izin dari Badan Pengusahaan;

15

Ronny Sautma Hotma Bako, Permasalahan di Seputar Kawasan Ekomomi Khusus,

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-bisnis/87-permasalahan-di-seputar-kawasan-ekonomi-

khusus.html diakses tanggal 5 November 2015

Page 25: Perencanaan Batam sebagai KEK

8

keringanan, antara lain :

(1) bidang perijinan usaha;

(2) kegiatan usaha;

(3) perbankan;

(4) permodalan;

(5) perindustrian;

(6) perdagangan;

(7) kepelabuhan, dan

(8) keamanan.

Untuk kebutuhan penduduk di kawasan.

Pemasukan barang yang berhubungan

dengan kegiatan usahanya.

Pemasukan dan pengeluaran barang

melalui bandar udara dan pelabuhan

yang ditunjuk dan berada di bawah

pengawasan pabean

Kegiatan Kegiatan usaha di bidang :

(1) Kawasan Pengolahan Eksport;

(2) Tempat Penimbunan Berikat;

(3) Kawasan Industri;

(4) Kawasan Pengembangan

Teknologi;

(5) Kawasan Jasa Keuangan; dan

(6)Kawasan Ekonomi lainnya.

(1) Pemasukan dan pengeluaran barang

ke dan dari kawasan ;

(2) Pemasukan dan pengeluaran barang

ke dan dari kawasan melalui pelabuhan

dan bandar udara yang ditunjuk;

(3) Pemasukan barang konsumsi dari

luar daerah pabean untuk kebutuhan

pendudukan di kawasan.

Prinsip dan

Syarat

1) Pembentukan KEK diatur dalam

Peraturan Pemerintah;

2) Suatu lokasi dapat diusulkan

menjadi KEK jika memenuhi

kriteria dasar sebagai berikut:

a. ada kesanggupan dari

pemerintah

provinsi/kabupaten/kota yang

bersangkutan untuk

melaksanakan pengeolaan

KEK;

b. sesuai dengan rencana tata

ruang wilayah, ditetapkan

sebagai kawasan budidaya dan

tidak berpotensi menggangu

kawasan lindung;

c. terletak pada posisi yang

strategis yaitu dekat dengan

jalur perdagangan

internasional atau berdekatan

dengan jalur pelayaran

internasional di Indonesia atau

pada wilaya potensi sumber

daya unggulan;

d. telah tersedia dukungan

infrastruktur dan

kemungkinan

pengembangannya;

e. tersedia lahan untuk

pengembangan yang

diusulkan;

f. memiliki batas yang jelas.

1) Kawasan merupakan wilayah hukum

NKRI;

2) Jangka waktu kawasan 70 tahun;

3) Fasilitas diberikan kepada

pengusaha yang telah mendapat izin

dari Badan Pengusahaan;

4) Pengusaha hanya dapat memasukan

barang ke kawasan yang

berhubungan dengan kegiatan

usahanya;

5) Jumlah dan jenis barang yang

diberikan fasilitas ditetapkan oleh

Badan Pengusahaan;

6) Kawasan berfungi sebagai tempat

mengembangkan usaha-usaha di

bidang :perdagangan; jasa; industri;

pertambangan dan energi;

transportasi;maritim dan perikanan;

pos dan telekomunikasi; perbankan;

asuransi; pariwisata; danbidang-

bidang lainnya.

7) Fungsi tersebut meliputi a. kegiatan

manufaktur; rancang bangun;

perekayasaan; penyortiran;

pemeriksaan awal; pemeriksaan

akhir; pengepakan dan pengepakan

ulang atas barang dan bahan baku

dari dalam dan luar negeri;

pelayanan perbaikan atau rekondisi

permesinan dan peningkatan mutu;

b.penyediaan dan pengembangan

prasarana dan sarana air dan sumber

air; prasarana dan sarana

perhubungan, termasuk pelabuhan

laut dan bandar udara; bangunan dan

jaringan listrik; pos dan

telekomunikasi, serta prasarana dan

sarana lainnya.

Sumber : Diolah oleh Ronny Sautma Hotma Bako

Page 26: Perencanaan Batam sebagai KEK

9

Perhatian pemerintah dapat dikatakan cukup besar terhadap pelaksanaan

KEK yang diharapkan mampu menambah gairah perekonomian di Indonesia.

Pada November 2015, pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi jilid

VI yang salah satu paketnya memuat berkenaan dengan pengembangan KEK

yakni, “Upaya Menggerakkan Perekonomian Di Wilayah Pinggiran Melalui

Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)”. Menurut Darmin Nasution

selaku Menko Perekonomian dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan

diharapkan bisa memberikan kepastian, sekaligus memberi daya tarik bagi

penanam modal, serta memberikan kesempatan kerja dan memberikan

penghasilan bagi para pekerja di wilayah masing-masing.16

Terdapat beberapa

kemudahan dalam KEK berdasarkan PP Nomor 96 Tahun 2015 tentang Fasilitas

dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus, yang dijabarkan kedalam tabel

yang diolah sebagai berikut17

:

Tabel 1.2 : Kemudahan yang diberikan di KEK

No Bidang Fasilitas dan Kemudahan

1 Pajak Penghasilan

(PPh)

1. Kegiatan Utama (Tax Holiday):

a. Pengurangan PPh sebesar 20-100 persen

selama10-25 tahun dengan nilai investasi lebih dari

Rp. 1 triliun.

b. Pengurangan PPh sebesar 20-100 persen selama 5-

15 tahun dengan nilai investasi lebih dari Rp. 500

milyar.

2. Kegiatan di luar Kegiatan Utama (Tax Allowance):

a. Pengurangan penghasilan netto sebesar 30 persen

selama 6 tahun;

b. Penyusutan yang dipercepat;

3. PPh atas deviden sebesar 10 persen

4. Kompensasi kerugian 5-10 tahun

16

Ferial, Paket Kebijakan Ekonomi VI (online),

http://ebtke.esdm.go.id/post/2015/11/18/1016/paket-kebijakan-ekonomi-vi, diakses 16 Januari

2015 17

Ronny Sautma, Loc.cit

Page 27: Perencanaan Batam sebagai KEK

10

2 PPN dan PPnBM

1. Impor: tidak dipungut

2. Pemasukan dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean

(TLDDP) ke KEK tidak dipungut

3. Pengeluaran dari KEK ke TLDDP tidak dipungut

4. Transaksi antar pelaku di KEK: tidak dipungut

5. Transaksi dengan pelaku di KEK lain: tidak dipungut

3 Kepabeanan 1. Dari KEK ke pasar domestik: tarif bea masuk memakai

ketentuan Surat Keterangan Asal (SKA)

4 Pemilikan Properti

Bagi Orang Asing

1. Orang asing/badan usaha asing dapat memiliki

hunian/properti di KEK (Rumah Tapak atau Satuan Rumah

Susun).

2. Pemilik hunian/properti diberikan izin tinggal dengan Badan

Usaha Pengelola KEK sebagai penjamin

3. Dapat diberikan pembebasan PPnBM dan PPn atas barang

sangat mewah (luxury)

5 Kegiatan Utama

Pariwisata

1. Dapat diberikan pengurangan Pajak Pembangunan I sebesar

50-100%

2. Dapat diberikan pengurangan Pajak Hiburan sebesar 50-

100%

6 Ketenagakerjaan

1. Di KEK dibentuk Dewan Pengupahan dan LKS Tripartit

Khusus

2. Hanya 1 Forum SP/SB di setiap perusahaan

3. Pengesahan dan perpanjangan Rencana Penggunaan Tenaga

Kerja Asing (RPTKA) di KEK

4. Perpanjangan Ijin Menggunakan Tenaga kerja Asing

(IMTA) di KEK

7 Keimigrasian

1. Fasilitas Visa Kunjungan Saat Kedatangan selama 30 hari

dan dapat diperpanjang 5 (lima) kali masing-masing 30 hari

2. Visa kunjungan beberapa kali (multiple visa) yang berlaku 1

tahun

3. Izin tinggal bagi orang asing yang memiliki properti di KEK

4. Izin tinggal bagi orang asing lanjut usia yang tinggal di

KEK Pariwisata

8 Pertanahan

1. Untuk KEK yang diusulkan Badan Usaha Swasta diberikan

HGB dan perpanjangannya diberikan langsung bersamaan

dengan proses pemberian haknya.

2. Administrator KEK dapat memberikan pelayanan

pertanahan

9 Perizinan

1. Administrator berwenang menerbitkan izin prinsip dan izin

usaha melalui pelayanan terpadu satu pintu di KEK

2. Percepatan penerbitan izin selambat-lambatnya 3 jam

(dalam hal persyaratan terpenuhi)

3. Penerapan perizinan dan nonperizinan daftar pemenuhan

persyaratan (check list)

4. Proses dan penyelesaian perizinan dan non perizinan

keimigrasian, ketenagakerjaan, dan pertanahan di

Administrator KEK

Sumber : Diolah oleh Ronny Sautma Hotma Bako

Pengembangan konsep KEK tidak terlepas dari aspek hukum sebagaimana

dipaparkan dalam modul kajian yang dikeluarkan oleh Sekretariat Negara bahwa

aspek hukum adalah tantangan dalam program KEK karena bagaimanapun

program KEK tidak terlepas dari landasan hukum yang akan menjadi dasar aturan

Page 28: Perencanaan Batam sebagai KEK

11

main (rule of game) seluruh aktivitas KEK. Prof. DR. Bismar Nasution, SH., M.H

menjelaskan supaya pembangunan ekonomi dilakukan berlandaskan hukum.18

Pendulum penentu berhasil atau tidak berhasilnya program KEK ini berada

kepada pengaturan KEK dalam sistem hukum nasional.19

Masalah hukum tidak dapat dipisahkan dari masyarakat pada suatu

wilayah dan waktu tertentu.20

Ubi Societas Ibi Ius.21

Belajar dari pengalaman

penyelenggaraan Batam sebagai FTZ hingga perencanaan penetapan sebagai KEK

maka diperlukan kajian secara yuridis sehingga mampu merumuskan seperangkat

formulasi hukum yang efisien dan koheren untuk terlaksana KEK di Kota Batam

sehingga mampu memenuhi hasil yang diharapkan sebagaimana dipaparkan oleh

Darmin Nasution selaku Menteri Koordinator Perekonomian dalam Tempo22

bahwa daerah Batam, Bintan, dan Karimun adalah kawasan yang bisa

berkembang cepat di masa depan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus. Dengan

demikian peneliti menutuskan untuk meneliti berkenaan dengan wacana

penetapan Batam sebagai Kawasan Ekonomi Khusus yang dikemas dalam judul

PERENCANAAN PENETAPAN KOTA BATAM SEBAGAI KAWASAN

EKONOMI KHUSUS DALAM KERANGKA OTONOMI DAERAH

18

Laporan Pendahuluan : Kajian Model Analisis Dampak.... Op.cit, hlm. 22 19

Ronny Sautma Hotma Bako, Loc.cit 20

Prof Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum : Apa dan

Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Jakarta : Pt.Gramedia, 2006, hlm. 209 21

Adegium Ubi Societa Ibi Ius dikemukan oleh Marcus Tullieus (106-43 SM), seorang

filsuf, ahli hukum, dan ahli politik kelahiran Roma. Adegium ini merupakan pengabaran betapa

eratnya hubungan antara hukum dan masyarakat, dimana hukum merupakan sebuah keniscayaan

dari kehidupan bermasyarakat 22

Tempo, 12 Januari 2016, Darmin Cari Alternatif Solusi Dualisme Kewenangan di

Batam (online), http://bisnis.tempo.co/read/news/2016/01/12/090735120/darmin-cari-alternatif-

solusi-dualisme-kewenangan-di-batam, diakses tanggal 15 Januari 2016

Page 29: Perencanaan Batam sebagai KEK

12

B RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah persyaratan dan mekanisme penetapan suatu daerah

sebagai KEK?

2. Apakah Kota Batam memenuhi persyaratan untuk ditetapkan sebagai

KEK?

C TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui persyaratan dan mekanisme dalam penetapan suatu daerah

sebagai KEK

2. Mengetahui apakah Batam memenuhi persyaratan untuk ditetapkan

sebagai KEK

D MANFAAT PENULISAN

1. Secara Teoritis

Sumbangan pemikiran guna memperkaya pengetahuan terkait perencanaan

penetapan Batam sebagai KEK

2. Secara Praktis

a. Bagi masyarakat umumnya penulisan ini mampu memberikan

informasi terkait penetapan Batam sebagai KEK

b. Bagi pembuat kebijakan atau pemerintahan, penulisan ini dapat

dijadikan bahan untuk menganalisis, mempersiapkan, dan

mengevaluasi, pelaksanaan dari penetapan Batam sebagai KEK

sehingga memiliki nilai kemanfaatan bagi seluruh pihak

Page 30: Perencanaan Batam sebagai KEK

13

E LEMBAR ORISINALITAS

Tabel 1.3 : Orisinalitas

No Nama/Instansi/

Tahun Judul

Rumusan

Masalah Keterangan

1

Audrey Gamaliel/

Magister Sains

Perkotaan

Universitas

Indonesia/2007

Konflik Pengelolaan

Kota Batam

1. Apakah terjadi konflik

pengelolaan kota

antara Badan Otorita

dan Pemerintah Kota

Batam?

2. Apa saja jenis konflik

yang terjadi di Batam

3. Apakah dampak dari

konflik terhadap

perkembangan Kota

Batam?

Keseluruhan

penelitian

membahas

permasalahan

berkenaan

dengan

pengelolaan Kota

Batam sebagai

FTZ, fokusan

penulis adalah

membawa

gagasan baru

dari aspek

yurudis guna

menetapkan Kota

Batam sebagai

KEK

2

Novlinda/ Program

Pascasarjana

Magister

Kenotariatan

Universitas

Sumatera Utara

/2010

Kewenangan Pemerintah

Daerah di Bidang

Pertanahan Berdasarkan

Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah

(Analisis terhadap

Kewenangan Bidang

Pertanahan Antara

Pemerintah Kota Batam

dan Otorita

Pengembangan Daerah

Industri Pulau Batam

1. Bagaimana penyerahan

kewenangan bidang

pertanahan pada

Pemerintah Daerah

berdasarkan UU

Nomor 32 tahun 2004

tentang Pemerintahan

Daerah?

2. Bagaimana status

kewenangan otorita

Batam bidang

pertanahan berkaitan

dengan lahirnya UU

Nomor 32 tahun 2004

tentang Pemerintahan

Daerah ?

3. Bagaimana keabsahan

peraturan bidang

pertanahan yang telah

diterbitkan oleh otorita

Batam apabila terjadi

peralihan kewenangan

kepada Pemerintah

Kota Batam

sehubungan dengan

UU Nomor 32 tahun

2004 tentang

Pemerintah Daerah ?

3

Isdian Anggraeny/

Program

Pascasarjana

Magister

Kenotariatan

Universitas

Brawijaya/2014

Akibat Hukum

Insinkronisasi

Pengaturan Bidang

Pertanahan (Studi Kasus

Penerbitan Surat

Keputusan Menteri

Kehutanan Nomor

SK.463/Menhut-II/2013

di Kota Batam)

1. Mengapa terjadi

insinkronisasi

pengaturan bidang

pertanahan dengan

Surat Keputusan

Menteri Kehutanan

Nomor SK.

463/Menhut-II/2013 di

Kota Batam?

2. Apa akibat hukum

insinkronisasi

pengaturan bidang

pertanahan dengan

Page 31: Perencanaan Batam sebagai KEK

14

Surat Keputusan

Menteri Kehutanan

Nomor SK.

463/Menhut-II/2013 di

Kota Batam?

3. Bagaimana solusi

hukum dari

insinkronisasi

pengaturan bidang

pertanahan untuk

mewujudkan kepastian

hukum status Hak Atas

Tanah di Kota Batam?

F SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan skripsi terdiri atas bab dan sub bab yang ditulis berurutan, secara

singkat, padat, dan jelas substansi dari tiap bagiannya akan diuraikan sebagai

berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Penulis menjelaskan mengenai pengertian, teori, dan yang berkaitan dengan

masalah yang akan diteliti dari aspek hukum sebagai pisau analisis .

BAB III METODE PENELITIAN

Menjabarkan bagaimana cara atau tahapan yang ditempuh penulis dalam

melakukan penelitian hingga mampu menghasilkan hasil berupa data yang siap

diolah

Page 32: Perencanaan Batam sebagai KEK

15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam BAB IV mendeskripsikan bagaimana proses penetapan kawasan ekonomi

khusus dan bagaimana penetapan Batam sebagai KEK.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan-kesimpulan dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya

sekaligus saran yang berisi beberapa masukan yang diharapkan menjadi

pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait, khususnya pihak pemerintah sebagai

perumus kebijakan.

Page 33: Perencanaan Batam sebagai KEK

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A Konsep Negara Kesatuan

Negara merupakan organisasi kemasyarakatan yang paling tinggi dan

khusus dengan syarat dan sifatnya. C.F. Strong mengatakan, “there is no state that

we know today which has not been built into its existingg by a proses of

integration or knitting together.”23

Tidak ada suatu negara yang kita kenal saat ini

yang pembentukannya tidak melalui proses integrasi atau penggabungan bersama.

Bentuk negara menurut Thomas Aquinas merupakan hal yang penting dimana

akan menentukan hakikat atau watak keseluruhan komunitas politik.

Bentuk negara merupakan batas antara peninjauan secara sosiologis dan

peninjauan secara yuridis mengenai negara. Bentuk negara menurut Mac Iver

melukiskan dasar-dasar negara dan tertib suatu negara berhubungan dengan organ

tertinggi dalam negara itu dan kedudukan masing-masing organ. Bentuk negara

berasal dari bahasa Belanda, yaitu ”staatvormen”, bentuk susunan negara dibagi

menjadi dua, yaitu kesatuan (unitaris) dan federasi (negera serikat).

“Negara kesatuan adalah bentuk suatu negara yang merdeka dan

berdaulat, dengan satu pemerintahan pusat yang berkuasa dan

mengatur seluruh daerah. Namun dalam pelaksanaannya, negara

kesatuan ini terbagi kedalam dua macam sistem pemerintahan yaitu:

Sentral dan Otonomi”.24

23

Charles F. Strong, Modern Political Constitutions: An Introduction to the

Comparative Study of Their History and Existing Form, Sidgwick & Jackson, 1980, hlm. 82 24

Anonym, Bentuk Negara (online), http://pemerintah.net/bentuk-negara/, diakses 11

April 2016

Page 34: Perencanaan Batam sebagai KEK

17

“Negara Serikat adalah beberapa negara bagian yang menjadi sebuah

negara berdaulat. Negara bagian tidak memiliki kedaulatan. Berbeda

dengan negara kesatuan, negara bagian memiliki kewenangan untuk

membuat undang-undang sendiri akan tetapi tetap harus sesuai dengan

Konstitusi dasar negara serikat tersebut. Negara bagian juga bisa

memiliki kepala negara sendiri, dan parlemen sendiri. Negara pusat

(federal) memiliki kedaulatan atas negara bagian dan mengambil alih

beberapa kekuasaan yang berhubungan dengan moneter, pertahanan,

POS, politik LN, dan telekomunikasi. Sedangkan urusan dalam negeri

lain adalah menjadi kewenangan negara bagian.”25

Indonesia memilih bentuk negara kesatuan dengan sifat republik, alasannya

adalah agar pemerintah negara terikat kontrak dengan warga negaranya melalui

sistem pemilu.26

Jika pemerintahan negara terikat kontrak dengan warga

negaranya, diharapkan tujuan bernegara dapat dijalankan dan

dipertanggungjawabkan secara sungguh-sungguh oleh penyelenggara pemerintah

negara.27

Semangat persatuan yang dimiliki dalam pembentukan Indonesia

menjadi landasan pemilihan konsep negara kesatuan sebagai bentuk negara

Indonesia.

Indonesia sebagai negara kesatuan termaktub dalam pasal 1 ayat (1) UUD

NRI Tahun 1945 yang berbunyi, “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang

berbentuk Republik.” Yang melaksanakan fungsi negara kesatuan yakni

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan

untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial.28

25

Anonym, Bentuk Negara, Loc.cit 26

Riant Nugroho Dwidjowijoto, Manajemen Pembangunan Indonesia : Sebuah

Pengantar dan Panduan, Jakarta : Elex Media Komputindo, 2006, hlm. 186 27

Ibid 28

Lihat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 alinea ke-IV

Page 35: Perencanaan Batam sebagai KEK

18

Pada saat sekarang ini suatu negara kesatuan dapat dibedakan dalam dua

bentuk yakni; 1) Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi. 2) Negara kesatuan

dengan sistem desentralisasi. Dalam negara kesatuan dengan sistem sentralisasi

segala hal dalam kehidupan bernegara langsung diatur dan diurus oleh pemerintah

pusat dan daerah menjadi pelaksana, alur hubungan yang terjadi adalah bersifat

instruktif. Sedangkan dalam negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, Daerah

diberikan kekuasan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri

(otonomi daerah) yang dinamakan dengan daerah otonom. Pada saat ini Indonesia

mengunakan sistem desentralisasi dalam pelaksanaan negara kesatuan, hal ini

ditandai dengan adanya pengaturan berkenaan dengan pemerintah daerah yang

pertama kali diatur dalam UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah

B Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Keberadaan pemerintahan daerah merupakan amanah konstitusi yang

secara tertuang dalam pasal 18 UUD NRI Tahun 1945. Pemerintahan daerah

berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014 jo UU Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Pemerintah Daerah memiliki pengertian sebagai penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-

luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

Page 36: Perencanaan Batam sebagai KEK

19

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.29

Asas otonomi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 18 ayat (2) UUD NRI

Tahun 1945 dalam penerapannya terdapat tiga asas30

yakni :

a) Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan oleh pemerintah

pusat kepada daerah otonom berdasarkan asas otonomi.

b) Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil

pemerintah pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau

kepada gubernur dan bupati/walikota sebagai penanggung jawab urusan

pemerintahan umum.

c) Tugas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah Pusat kepada daerah

otonom untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan pemerintah pusat atau dari pemerintah daerah provinsi

kepada daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah provinsi.

Penyelenggaraan pemerintah daerah saat ini didasarkan pada Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Sejak proklamasi terdapat berbagai

produk undang-undang yang mengatur mengenai pemerintah daerah, Siswanto

Sunarno menjelaskan sebagai berikut :

“Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945, Undang-undang Nomor 22

Tahun 1948, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957, Undang-undang

Nomor 18 Tahun 1965, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974,

29

Lihat pasal 1 angka 2 UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah 30

Lihat pasal 1 UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Page 37: Perencanaan Batam sebagai KEK

20

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan terakhir Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2004”.31

Keberadaan pemerintahan daerah bertujuan untuk mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat, dijelaskan berdasarkan UUD NRI Tahun

1945 maupun UU PEMDA bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah

berdasarkan asas otonomi. Otonomi Daerah adalah kewenangan Daerah Otonom

untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Sehingga terdapat kebutuhan untuk melakukan klasifikasi

isi otonomi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara nyata.32

Siswanto

menjabarkan pemikiran berkenaan dengan otonomi daerah sebagai berikut :

“Pemikiran pertama, bahwa prinsip otonomi daerah dengan

menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya. Arti seluas-luasnya

ini mengandung makna bahwa daerah diberikan kewenangan

membuat kebijakan daerah, untuk memberi pelayanan, peningkatan

peran serta prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan

untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Pemikiran kedua, bahwa

prinsip otonomi daerah dengan menggunakan prinsip otonomi yang

nyata dan bertanggung jawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu

prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan

berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah

ada, serta berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai

dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian, isi dan jenis

otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya.

Adapun otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang

dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan

dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk

memberdayakan daerah termasuk peningkatkan kesejahteraan rakyat

yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional”.33

31

Siswanto Sunarno, Op.cit, hlm. 54 32

Hari Sabarno, Memandu Otonomi Darah Menjaga Kesatuan Bangsa. Jakarta : Sinar

Grafika, 2008, hlm. 35 33

Siswanto Sunarno, Op.cit, hlm. 8

Page 38: Perencanaan Batam sebagai KEK

21

Terdapat beberapa urusan rumah tangga yang mampu diurus sendiri

dengan adanya otonomi daerah. Jimly Asshiddiqie34

membagi kedalam tiga ajaran

dalam pembagian penyelenggaraan pemerintah negara,yakni: (1) Ajaran rumah

tangga materiil; (2) Ajaran rumah tangga formil; dan (3) Ajaran rumah tangga riil.

Lebih lanjut ketiga ajaran rumah tangga ini dijelaskan oleh Jimly Asshiddiqie

sebagai berikut:35

1) Ajaran rumah tangga materiil, melihat pada materi yang telah ditentukan

berkenaan hal yang akan diurus oleh pemerintahan pusat atau pemerintahan

daerah masing-masing. Sehingga dalam hal ini dapat diketahui manakah

urusan yang termasuk rumah tangga daerah atau pusat. Dengan demikian

Pemerintah Pusat dinilai tidak akan mampu menyelenggarakan sesuatu

urusan dengan baik karena urusan itu termasuk materi yang dianggap hanya

dapat dilakukan oleh daerah, atau sebaliknya Pemerintah Daerah tidak akan

mampu menyelenggarakan suatu urusan karena urusan itu termasuk materi

yang harus diselenggarakan oleh pusat.

2) Ajaran rumah tangga formil, merupakan urusan rumah tangga daerah

dengan penyerahannya didasarkan atas peraturan perundang-undangan,

sehingga hal-hal yang menjadi urusan rumah tangga daerah dipertegas

rinciannya dalam undang-undang.

3) Ajaran rumah tangga riil, yaitu urusan rumah tangga yang didasarkan

kepada kebutuhan riil atau keadaan yang nyata, dengan didasarkan

pertimbangan untuk mencapai manfaat yang sebesar-besarnya, sesuatu

urusan yang merupakan wewenang pemerintah daerah dikurangi, karena

34

Jimly Asshiddiqie, Pokok – Pokok Hukum Tata Negara Pasca Reformasi, Jakarta :

PT.Bhuana Ilmu Populer, 2007, hlm. 423. 35

Ibid, hlm. 424-426

Page 39: Perencanaan Batam sebagai KEK

22

urusan itu menurut keadaan riil sekarang berdasarkan kebutuhan yang

bersifat nasional. Akan tetapi sebaliknya suatu urusan dapat pula

dilimpahkan kepada daerah untuk menjadi suatu urusan rumah tangga

daerah, mengingat manfaat dan hasil yang akan dicapai jika urusan itu tetap

diselenggarakan oleh pusat akan menjadi berkurang dan penambahan atau

pengurangan suatu wewenang harus diatur dengan undang-undang atau

peraturan peraturan lainnya.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah terdapat nilai yang dasar yang

terkandung dalam konstitusi yakni UUD NRI Tahun 1945, nilai dasar tersebut

dikembangan menjadi nilai unitaris yang diwujudkan dalam pandangan bahwa

Indonesia tidak mempunyai kesatuan pemerintahan lain di dalamnya yang bersifat

negara ("Eenheidstaat"), yang berarti kedaulatan yang melekat pada rakyat,

bangsa dan negara Republik Indonesia tidak akan terbagi di antara kesatuan-

kesatuan pemerintahan; dan kedua, Nilai dasar desentralisasi teritorial, dari isi dan

jiwa Pasal 18 UUD NRI Tahun 1945 beserta penjelasannya sebagaimana tersebut

di atas maka jelaslah bahwa Pemerintah diwajibkan untuk melaksanakan politik

desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang ketatanegaraan.

C Kawasan Ekonomi Khusus

Kawasan Khusus atau spesial distric menurut Mizany dan Manatt sebagai

any agency of the state for the local performance of governmental or proprietary

functions within limited boundaries.36

Secara sederhana, kawasan khusus

merupakan pemerintahan lokal yang terpisah yang menyelenggarakan pelayanan

36

Kimia Mizany dan April Manatt, “What So Special About District, A Citizen’s Guide

to Special Districts in California, Third ed”, www.csda.net, diakses 29 juli 2016.

Page 40: Perencanaan Batam sebagai KEK

23

publik pada daerah tertentu.37

Kawasan Ekonomi Khusus atau disebut KEK

berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU KEK adalah kawasan dengan batas tertentu

dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan

untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.

KEK adalah bagian dari strategi pengembangan ekonomi daerah dan nasional

yang terus didorong oleh pemerintah. Strategi pengembangan ekonomi daerah

merupakan rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan

berbagai sumber daya, merekatkan dan menyeimbangkan pembangunan melalui

proses penataan ruang dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan yang

berkelanjutan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.38

Tabel 2.1 : Contoh Pelaksanaan SEZ/KEK

Sumber : BPMPD Pemerintah Provinsi Kepri, 2010

Proses pengembangan ekonomi daerah ini dilakukan dengan melakukan

penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan

37

Ibid. 38

Laporan Pendahuluan : Kajian Model Analisis Dampak... Op.cit, hlm. 11

Page 41: Perencanaan Batam sebagai KEK

24

berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan

ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.39

KEK tediri atas satu atau lebih zona40

yaitu : pengolahan ekspor, logistik, industri,

pengembangan teknologi, pariwisata, energi, dan/atau ekonomi lain.41

Gambar 2.1 : Zona yang Berada dalam KEK

Sumber : Sekretariat Dewan Nasional KEK, 2013

Kelahiran dari konsep KEK merupakan bagian dari perkembangan

kegiatan ekonomi dalam kehidupan bernegara sebagai jawaban dari pertanyaan

strategis berkenaan permasalahan ekonomi yang pernah terjadi, proses

penempuhan berkenaan masalah ekonomi ini pernah dilakukan oleh negara Asia

pada periode 1960-1970an.42

Kawasan khusus akan difungsikan sebagai “ujung

tombak” pembangunan ekonomi.

39

Lihat Pasal 2 UU Nomor 39 Tahun 2009 tenang Kawasan Ekonomi Khusus 40

Dalam Pasal 1 angka 2 UU Nomor 39 Tahun 2009 yang dimaksud dengan zona adalah

area di dalam KEK dengan batas tertentu yang pemanfaatannya sesuai dengan peruntukannya. 41

Lihat Pasal 3 UU Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus 42

Kuntjoro – Jakti menjelaskan di tengah-tengah situasi-kondisi ekonomi global dengan

hambatan tarif dan non-tarif dalam perdagangan internasional pada periode 1950-an sampai

dengan 1980-an dicoba ditengahi oleh negiosasi GATT (sekarang WTO), pemanfaatan strategi

pembangunan kawasan-kawasan khusus tersebut dinilai ampuh untuk meningkatkan daya saing di

pasaran regional/global. Dengan perhitungkan seperti ini dibangunlah oleh sejumlah kawasan

Page 42: Perencanaan Batam sebagai KEK

25

Maksud pengembangan KEK, antara lain43

:

1. Memberi peluang bagi peningkatan investasi melalui penyiapan kawasan yang

memiliki keunggulan dan siap menampung kegiatan industri, ekspor impor

serta kegiatan ekonomi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi;

2. Meningkatkan pendapatan devisa bagi negara melalui perdagangan

internasional; dan

3. Meningkatkan kesempatan kerja, kepariwisataan dan investasi.

Gambar 2.2 : Sinergitas Pendekatan Daerah Tertinggal-KAPET-FTZ-KEK

Sumber: Deputi Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian, 2009

Selain itu fungsi dari diadakannya KEK, antara lain44

:

1. Menjadi pusat kegiatan ekonomi dan terkait dengan wilayah pengembangan

lainnya;

2. Harus mampu memberikan manfaat bagi kawasan lain; khusus, dimulai dari Asia Pasifik lalu menyebar ke Amerika Tengah, Amerika Latin, Timur

Tengah dan Afrika, serta terakhir ke bekas Uni Sovyet dan Comecon. Patut disayangkan bahwa

pembangunan kawasan khusus di Indonesia berjalan lambat, tidak tegas, dan berubah-ubah ditiap

periode pemerintahan. Ketidakpastian pemerintah itu tampak semenjak upaya membangun Bonded

Zone di wilayah Pelabuhan Nusantara/Tanjung Priok pada awal 1970-an sampai ke saat

pembangunan Otorita Batam pada medio 1970-an, terus hingga ke saat upaya membangun

sejumlah KEK dewasa ini. 43

Budi Santoso, Tinjauan Dari Perspektif Departemen Perdagangan Terhadap

Kebijakan Pemerintah Dalam Mendukung Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus,

Diskusi Internal dengan Tim Peneliti P3DI, Jakarta 4 April 2008. 44

Ibid

Page 43: Perencanaan Batam sebagai KEK

26

3. KEK bukan merupakan kawasan tertutup sehingga memberikan efek ganda

terhadap perekonomian lokal;

4. Harus dapat mendorong pertumbuhan industri pendukung di sekitar kawasan.

Adapun hal-hal yang melatarbelakangi pembentukan Kawasan Ekonomi

Khusus adalah45

:

1. Setelah bertahun-tahun pelaksanaan otonomi daerah, ketimpangan

pembangunan antar wilayah belum merata.

2. Desentralisasi, peningkatan peran pemerintah daerah dan kemampuan

keuangan daerah dan negara.

3. Pengembangan investasi di suatu daerah.

4. Investasi membantu mendorong pertumbuhan ekonomi

5. Pertumbuhan ekonomi yang dimaksud adalah yang mendorong penciptaan

lapangan kerja berbasis industri pengolahan sumber daya alam (Indonesia)

dan manufaktur

6. Penciptaan lapangan kerja mendorong peningkatan supply produk barang

dan jasa untuk ekspor pasar global

7. Peningkatan ekspor mendorong peningkatan pendapatan tenaga kerja,

peningkatan devisa Negara, peningkatan daerah dan multiplier bagi

pengembangan sektor-sektor lainnya.

Perbedaan utama KEK dengan kawasan ekonomi lainnya, selain

kemudahan yang diberikan adalah keterlibatan pemerintah daerah, sehingga dapat

dikatakan pemerintah daerah mengambil peran cukup banyak berkenaan dengan

penyelenggaraan KEK. Hal ini dapat dilihat dari mekanisme pembentukan KEK

45

Laporan Pendahuluan : Kajian Model Analisis Dampak ... Op.cit, hlm. 17

Page 44: Perencanaan Batam sebagai KEK

27

dimana merupakan proses pengajuan dari daerah sendiri. Pada Tahun 2006 oleh

Tim Nasional Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia (Timnas

KEKI) menetapkan 12 kriteria untuk menjadikan kawasan sebagai kawasan

ekonomi khusus, yaitu46

:

1. KEKI harus diusulkan sendiri oleh Pemda dan memperoleh komitmen kuat

dari Pemda bersangkutan. Komitmen itu berupa kesediaan Pemda untuk

menyerahkan pengelolaan kawasan yang diusulkan kepada manajemen

khusus;

2. Kepastian kebijakan, meliputi dukungan aspek legal dalam pengembangan

kegiatan ekonomi, baik kebijakan fiskal ataupun non fiskal;

3. Merupakan pusat kegiatan wilayah yang memenuhi RTRW. Selain itu telah

ditetapkan sebagai kawasan perindustrian atau oleh UU telah ditetapkan

sebagai wilayah dengan perlakuan khusus;

4. Tidak harus satu kesatuan wilayah, namun merupakan kawasan yang relatif

telah berkembang dan memiliki keterkaitan dengan wilayah pengembangan

lain;

5. Sudah tersedia fasilitas infrastruktur pendukung;

6. Tersedia lahan untuk industri minimal 10 hektar ditambah lahan untuk

perluasannya;

7. Tersedia tenaga kerja yang terlatih di sekitar lokasi;

8. Lokasi harus memberikan dampak ekonomi yang signifikan;

46

Tim Menetapkan 12 Syarat KEKI”, Kompas 5 Agustus 2006, jo “Urgensi Strategis

Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia”, Business News 7401/16-8-2006, hlm. 4.

Page 45: Perencanaan Batam sebagai KEK

28

9. Lokasi tidak terlalu jauh dengan pelabuhan dan bandara internasional. Selain

itu secara geopolitis wilayah KEKI bersaing dengan negara lain atau bisa

menjadi komplementer dari sentra produksi di negara lain;

10. Secara ekonomi strategis, dekat dengan lokasi pasar hasil produksi, tidak jauh

dari sumber bahan baku atau pusat distribusi internasional;

11. Tidak mengganggu daerah konservasi alam; dan

12. Memiliki batas yang jelas baik batas alam maupun batas buatan, serta kawasan

yang mudah dikontrol keamanannya, sehingga mencegah upaya

penyelundupan.

Konsep KEK ini secara hukum disahkan dengan adanya Undang-Undang

Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus. Secara konkrit

Pemerintah memberikan payung hukum untuk penyelenggaraan KEK adalah

sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang KEK;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan

Kawasan Ekonomi Khusus;

3. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2010 tentang Dewan Nasional KEK dan

Dewan Kawasan KEK;

4. Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2010 tentang Dewan Nasional KEK;

5. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 06 Tahun 2010

tentang Tata Tertib Persidangan dan Tata Cara Pengambilang Keputusan

Dewan Nasional KEK;

Page 46: Perencanaan Batam sebagai KEK

29

6. Peraturan Menteri Koodinator Bidang Perekonomian Nomor 07 Tahun 2010

tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Dewan Nasional KEK;

7. Peraturan Menteri Koodinator Bidang Perekonomian Nomor 07 Tahun 2011

tentang Pedoman Pengusulan Pembentukan KEK;

8. Peraturan Menteri Koodinator Bidang Perekonomian No. 08 Tahun 2011

tentang Pedoman Evaluasi Usulan Pembentukan KEK.

Struktur kelembagaan dalam pengembangan KEK47

terdiri atas dua

tingkatan yaitu : Dewan Nasional di pusat dan Dewan Kawasan di setiap provinsi

yang sebagian wilayahnya ditetapkan sebagai KEK, Dewan Kawasan

bertanggungjawab kepada Dewan Nasional. Pada setiap KEK dibentuk

Administrator yang bertugas untus melaksanakan pemberian izin usaha dan izin

lain yang diperlukan bagi pelaku usaha, memonitor dan mengendalikan

operasionalisasi KEK, serta menyampaikan laporan operasionalisasi KEK kepada

Dewan Kawasan. Terdapat Badan Usaha yang ditetapkan untuk

menyelenggarakan kegiatan usaha..

Gambar 2.3 : Struktur Kelembagaan KEK

Sumber : Sekretariat Dewan Nasional, 2013

47

Lihat BAB IV Kelembagaan dalam UU Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan

Ekonomi Khusus

Page 47: Perencanaan Batam sebagai KEK

30

KEK dapat diusulkan oleh tiga pihak yaitu : Badan Usaha, Pemerintah

Daerah (Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi), dan Pemerintah

Pusat. Usulan disampaikan kepada Dewan Nasional untuk memperoleh

persetujuan. Terdapat nilai peluang yang dimiliki KEK sebagai bentuk

perkembangan mutakhir dari berbagai bentuk kerjasama ekonomi sebelumnya.

KEK diharapkan mampu membawa nilai positif bagi perekonomian nasional

sebagaimana pengalaman sukses dari beberapa negara yang terlebih dahulu

menjalankan program KEK. Secara imaginer, program KEK kemungkinan dapat

membawa dampak positif dalam berbagai hal antara lain: a) Diharapkan dapat

membuka lapangan pekerjaan baru dalam jumlah besar, sehingga dapat menyerap

tenaga kerja dan mengurangi jumlah pengangguran. b) Dengan terserapnya

angkatan kerja di masyarakat, akan meningkatkan income perkapita masyarakat,

hal ini akan meningkatkan daya beli masyarakat. c) Dengan meningkatnya daya

beli masyarakat maka kegiatan sektor ekonomi riil lainnya berupa perdagangan

barang dan jasa mengalami kemajuan. d) Selain itu dengan adanya KEK yang

akan menjadi tempat beroperasinya berbagai industri dan perdagangan, maka

diharapkan akan dapat menampung hasil produksi pertanian, perkebunan,

perikanan, kerajinan masyarakat sekitar (hinterland) untuk diolah sebagai bahan

baku bagi industri yang ada di KEK. e) Dengan adanya pasar penampungan hasil-

hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan masyarakat akan

meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan masyarakat. f) Dengan

berkembangnya kegiatan KEK, diharapkan akan mendorong perkembangan

Page 48: Perencanaan Batam sebagai KEK

31

industri jasa pendukung lainnya yang menjadi usaha masyarakat sekitar, misalnya

jasa angkutan, jasa pelayanan penginapan, jasa hiburan, perhotelan dan lain-lain.48

Selain memiliki peluang, implementasi dari KEK juga memiliki tantangan

dimana terdapat beberapa aspek yang rawan berbenturan dengan kepentingan

KEK seperti aspek hukum, aspek sosial budaya, aspek politik termasuk aspek

pertahanan dan keamanan. Pertama, aspek hukum dimana program KEK tidak

terlepas dari landasan hukum yang akan menjadi dasar aturan main (rule of game)

sehingga implikasi dari sebuah globalisasi ekonomi adalah sebuah globalisasi

hukum dimana hukum melewati batas negara, upaya penarikan investor dengan

pelonggaran-pelonggaran dapat menciderai kedaulatan hukum nasional. Kedua,

aspek sosial budaya yaitu adanya pergeseran karena kehadiran KEK disadari atau

tidak akan mengubah perilaku masyarakat diakibatkan perbauran antara budaya

asing yang umumnya sekuler bersinggungan dengan budaya lokal/daerah yang

umumnya religius, terikat adat istiadat, tata krama dan kebiasaan lainnya. Ketiga,

aspek politik dan keamanan, KEK secara disadari maupun tidak mengakibatkan

adanya perubahan dan perbauran budaya lokal dan budaya asing, apabila tidak

dicermati secara benar dan bijaksana, dapat menimbulkan konflik horizontal yang

mengganggu stabilitas politik dan keamanan

48

Laporan Pendahuluan : Kajian Model Analisis Dampak ... Op.cit, hlm. 21-22

Page 49: Perencanaan Batam sebagai KEK

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian hukum normatif

dengan bentuk pemecahan masalah hukum yang pada dasarnya bertumpu pada

penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka dan dokumen-

dokumen hukum yang relevan dengan permasalahan hukum yang dikaji. Menurut

Wignyosubroto penelitian jenis ini adalah penelitian-penelitian atas hukum yang

dikonsepkan dan dikembangkan atas dasar doktrin yang diatur pengkonsep

dan/atau sang pengembangnya.49

Peneliti menggunakan pendekatan utama yakni pendekatan perundang-

undangan (statute approach). Pendekatan perundang-undangan (statue approach)

akan lebih akurat bila dibantu oleh satu lebih pendekatan lain yang cocok, guna

memperkaya pertimbangan-pertimbangan hukum yang tepat untuk menghadapi

problem hukum yang dihadapi.50

Digunakan beberapa tambahan pendekatan yaitu

pendekatan konsep (conceptual aproach), dan pendekatan komparatif atau

perbandingan (comparative approach).

49

Soetandoyo Wignyosubroto, Hukum Sebagai Objek Penelitian dan Keragaman-

Keragaman Definisi Konseptualnya, Makalah LPPM Universitas Widyagama Malang, 4

Oktober 2006 50

Johnny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Malang :

Bayumedia Publishing, 2005, hlm. 251

Page 50: Perencanaan Batam sebagai KEK

33

1. Pendekatan perundang-undangn (statue approach) yaitu menelaah semua

undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang

ditangani.51

Peneliti melihat peraturan hukum yang berkaitan dengan KEK

di Indonesia

2. Pendekatan konsep (conceptual approach) yaitu penelitian atau

pengkajian konsep hukum seperti : sumber hukum, fungsi hukum,

lembaga hukum, dan sebagainya.52

Dalam topik penetapan Batam sebagai

KEK maka peneliti melihat bagaimana penetapan Batam sebagai KEK.

3. Pendekatan komparatif atau perbadingan (comparative approach) yaitu

merupakan kegiatan penelitian yang membandingkan sebuah aturan atau

sistem hukum yang satu dengan yang lain, sebuah aturan hukum yang

berlaku pada satu negara dengan negara lain.53

Peneliti dalam hal ini

dalam merumuskan berkenaan dengan penetapan Batam dengan KEK

dilakukan dengan melihat penyelenggaran KEK yang telah ada secara

sederhana, tepatnya di 10 KEK yakni KEK Tanjung Lesung (PP Nomor 26

Tahun 2012), KEK Sei Mangkei (PP Nomor 29 Tahun 2012), KEK Palu

(PP Nomor 31 Tahun 2014), KEK Bitung (PP Nomor 32 Tahun 2014),

KEK Morotai (PP Nomor 50 Tahun 2014), KEK Tanjung Api-Api (PP

Nomor 51 Tahun 2014), KEK Mandalika (PP Nomor 52 Tahun 2014),

KEK MBTK (PP Nomor 85 Tahun 2014), KEK Tanjung Kelayang (PP

Nomor 6 Tahun 2016), KEK Sorong (PP Nomor 31 Tahun 2016).

51

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, 2007, hlm. 96. 52

Bahder Johan.N , Metode Penelitian Ilmu Hukum, Bandung : Mandar Maju, 2008,

hlm. 92 53

Fokky Fuad, Materi Perkuliahan : Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Materi

tidak diterbitkan, Universitas Esa Unggul

Page 51: Perencanaan Batam sebagai KEK

34

B Bahan Hukum dan Sumber Bahan Hukum

Penelitian hukum normatif adalah pengkajian terhadap bahan-bahan

hukum, baik bahan hukum primer, maupun bahan hukum skunder.54

Peter

Mahmud Marzuki mengatakan bahwa pada dasarnya penelitian hukum tidak

mengenal adanya data, sehingga yang digunakan adalah sumber penelitian berupa

bahan hukum. Pengunaan bahan hukum merupakan karakteristik utama dari

penelitian hukum normatif, karakteristik utama penelitian ilmu hukum normatif

dalam melakukan pengkajian hukum adalah sumber utamanya adalah bahan

hukum bukan data atau fakta sosial.55

Bahan hukum yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari :

a) Bahan Hukum Primer

Bahan-bahan atau aturan hukum yang mengikat dan diurut secara

hierarki.56

Bahan Hukum primer dalam penulisan ini melingkupi :

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 jo 9 Tahun 2015 tentang

Pemerintahan Daerah

c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 1999 jo UU

Nomor 34 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan,

Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak,

Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi,

dan Kota Batam

54

Bahder Johan, Op.cit, hlm. 97 55

Ibid, hlm. 86 56

Amirudin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2004, hlm. 31

Page 52: Perencanaan Batam sebagai KEK

35

d. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi

Khusus

e. Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2010 tentang Tata Cara

Penetapan Kawasan Khusus

f. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 jo. Nomor 100 Tahun

2012 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus

g. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2007 jo PP Nomor 5 Tahun

2011 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Batam

h. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom

i. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2012 tentang Kawasan

Ekonomi Khusus Tanjung Lesung

j. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2012 tentang Kawasan

Ekonomi Khusus Sei Mangkei

k. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2014 tentang Kawasan

Ekonomi Khusus Palu

l. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kawasan

Ekonomi Khusus Bitung

m. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2014 tentang Kawasan

Ekonomi Khusus Morotai

n. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2014 tentang Kawasan

Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api

o. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2014 tentang Kawasan

Page 53: Perencanaan Batam sebagai KEK

36

Ekonomi Khusus Mandalika

p. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 2014 tentang Kawasan

Ekonomi Khusus Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK)

q. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2016 tentang Kawasan Ekonomi

Khusus Tanjung Kelayang

r. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2016 tentang Kawasan

Ekonomi Khusus Sorong

s. Peraturan Presiden No. 33 Tahun 2010 tentang Dewan Nasional KEK

dan Dewan Kawasan KEK;

t. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Kota Batam Tahun 2004-2014

u. Peraturan Menteri Koodinator Bidang Perekonomian No. 07 Tahun

2011 tentang Pedoman Pengusulan Pembentukan KEK;

v. Peraturan Menteri Koodinator Bidang Perekonomian No. 08 Tahun

2011 tentang Pedoman Evaluasi Usulan Pembentukan KEK.

b) Bahan Hukum Skunder

Bahan yang bersifat sebagai penunjang atau pelengkap. Bahan diperoleh

dari studi pustaka yang berupa literatur, penelitian ilmiah, serta dokumen

pendukung yang diperoleh dalam penelitian ini.57

Semua publikasi tentang hukum

yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer sebagaimana yang terdapat dalam kumpulan

pustaka sebagai contoh buku-buku literatur hukum, jurnal, laporan penelitian,

majalah, buletin dan internet.

57

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press,1986, hlm. 12

Page 54: Perencanaan Batam sebagai KEK

37

C Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik penelusuran bahan hukum primer dilakukan dengan studi

kepustakaan aturan-aturan hukum yang dibutuhkan. Bahan hukum sekunder dan

tersier didapatkan dengan studi literatur di perpustakaan Kota Malang.

Perpustakaan Universitas Brawijaya, dan Pusat Dokumentasi Informasi Fakultas

Hukum Universitas Brawijaya (PDIH FH UB). Selain itu pula bahan yang

digunakan tidak terbatas dalam bentuk cetak tetapi juga elektronik yang mana

merupakan bahan hukum skunder yang berasal buku-buku literatur hukum, jurnal,

laporan penelitian, majalah, buletin dan internet

D Teknik Analisis Bahan Hukum

Penelitian hukum normatif menurut Johnny Ibrahim adalah suatu prosedur

ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi

normatif.58

Analisis berkenaan dengan perencanaan penetapan Batam sebagai

KEK menggunakan teknik analisis bahan hukum dengan logika deduksi. Johnny

Ibrahim mengutip dari buku berjudul Premises and Conclusion Symbolic Logic

for Legal Analysis karya Robert E.Rodes dan Horward Pospesel mengatakan

bahwa yang logika deduktif digunakan untuk menarik kesimpulan dari hal yang

bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual.

Mencari permasalahan secara spesifik maka bahan hukum primer dan

skunder yang telah dimiliki kemudian diinventarisasi, dikategorikan, dan disusun

secara sistematis. Dari proses ini akan ditemukan bagaimana seharusnya disiapkan

dalam proses penetapan sebuah wilayah sebagai KEK terkhususkan Batam.

58

Johnny Ibrahim, Op.cit, hlm. 47

Page 55: Perencanaan Batam sebagai KEK

38

E Definisi Konseptual

Batasan konsep istilah dalam penulisan skripsi ini diperlukan untuk

menegaskan konsep-konsep utama yang digunakan oleh penulis sehingga dapat

dipahami secara sama oleh orang lain.59

Berikut adalah batasan konsep dalam

penulisan skripsi ini adalah:

a. Perencanaan merupakan suatu perumusan dari persoalan-persoalan

tentang apa dan bagaimana suatu pekerjaan hendak dilaksanakan.60

Perencanaan juga merupakan suatu persiapan (preparation) untuk

tindakan-tindakan kemudian.61

Perencanaan meliputi hal-hal yang

akan dicapai, yang kemudian memberikan pedoman, garis-garis besar

tentang apa yang akan dituju

b. Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK, adalah kawasan dengan batas

tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia

yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan

memperoleh fasilitas tertentu.62

c. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia.63

59

Tim Penyempurna, Buku Pedoman Penulisan Fakultas Hukum Universitas

Brawijaya 2012/2013, hlm. 26 60

Maringan Masri Simbolon, Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen, Jakarta:

Ghalia Indonesia, 2004, hlm. 36 61

Ibid 62

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi

Khusus 63

Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Page 56: Perencanaan Batam sebagai KEK

39

BAB IV

PEMBAHASAN

A Proses Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus

Kehidupan terus berkembang, masing-masing entitas terus berpacu secara

cepat memasuki era globalisasi. Untuk menghadapi proses perkembangan ini

secara khusus dalam bidang perdagangan Internasional beberapa negara di

ASEAN menerapkan Kawasan Perkembangan Ekonomi, Di Indonesia ada

beberapa bentuk kawasan ekonomi yakni sebagai berikut64

:

1. Kawasan Industri (Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1996 tentang

Kawasan Industri)

2. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu/KAPET (Keputusan Presiden

Nomor 150 Tahun 2000 tentang Kawasan Pengembangan Ekonomi

Terpadu)

3. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (Undang-Undang

Nomor 44 Tahun 2007 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Penganti

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Penganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-Undang)

64

Ronny Sautma Hotma Bako, Loc.cit

Page 57: Perencanaan Batam sebagai KEK

40

4. Tempat Penimbunan Berikat (Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun

1996 tentang Tempat Penimbunan Berikat), terdiri atas beberapa bentuk

yaitu :

a. Kawasan Berikat dan Kawasan Berikat Plus;

b. Gudang Berikat;

c. Entrepot Untuk Tujuan Pameran;

d. Toko Bebas Bea.

5. Kawasan Ekonomi Khusus (Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009

tentang Kawasan Ekonomi Khusus).

Tabel 4.1 : Perkembangan Beberapa Kawasan Ekonomi dan Kawasan Khusus

Lainnya di Indonesia

Sumber : Deputi Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian, 2010

Konsepsi berkenaan dengan Kawasan Ekonomi Khusus telah diterapkan

diberbagai negara dengan nama yang berbeda-beda. ShenZhen, Cina

menggunakan istilah Indutrial Park Zone, Dubai menggunakan istilah Free Zone,

India dan Mesir menggunakan istilah Special Economic Zone, sementara di

Page 58: Perencanaan Batam sebagai KEK

41

Indonesia sendiri mengadopsi Kawasan Ekonomi Khusus.65

Perkembangan KEK

di Indonesia dimulai pada tahun 2006 dimana Pemerintah membentuk Tim

Nasional Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia (Timnas KEKI)

dengan penerbitan Surat Keputusan Menko Perekonomian No Kep-

21/M.EKON/03/2006 tertanggal 24 Maret 2006. Pembentukan Timnas KEKI

sebagai tim khusus ini bertujuan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan KEK di

Indonesia. Selanjutnya tanggal 25 Juni 2006, Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono bersama Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong melakukan

penandatanganan kerja sama pembentukan Special Economic Zone (SEZ) di Turi

Beach Resort.

Keberadaan KEK sebagai kawasan khusus yang menjadi penunjang

potensi daerah dengan penyelenggaraan fungsi tertentu bersifat konstitusial karena

termaktub dalam UUD NRI Tahun 1945 Pasal 18B ayat (1) yang berbunyi,

“Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang

bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan Undang-undang”. KEK

kemudian disebutkan dalam UU PEMDA Pasal 360 ayat (1) yang berbunyi,

“Untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat strategis

bagi kepentingan nasional, pemerintah pusat dapat menetapkan kawasan khusus

dalam wilayah provinsi dan/atau kabupaten/kota”. KEK sendiri disebutkan dalam

UU PEMDA Pasal 360 ayat (2) huruf (F) sebagai bagian dari kawasan khusus

yang dibentuk pemerintah pusat dengan mengikutsertakan daerah dalam

prosesnya dengan pengaturan melalui Peraturan Pemerintah.

65

Ayu Prima Yesuari, Mengenal Kawasan Ekonomi Khsusus,

http://penataanruang.pu.go.id/bulletin/upload/data_artikel/edisi3d.pdf, diakses 4 Januari 2015,

hlm. 1

Page 59: Perencanaan Batam sebagai KEK

42

Pembentukan KEK harus memenuhi beberapa persyaratan yang dijabarkan

dalam batang tubuh PP Nomor 43 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penetapan

Kawasan Khsusus. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah persyaratan secara

administratif , teknis, dan fisik kewilayahan66

yang memiliki penjabaran sebagai

berikut :

Dalam persyaratan administratif, hal yang diperhatikan berkenaan dengan

substansi usulan yang disampaikan oleh pejabat yang berwenang. Terdapat tiga

hal yang diperhatikan dalam persyaratan administratif.

1. Usulan pembentukan kawasan khusus yang disampaikan oleh menteri

dan/atau pimpinan LPNK (Lembaga Pemerintahan Non Kementerian)

meliputi:

a. Rencana penetapan kawasan khusus yang didalamnya minimal

mencantumkan beberapa hal sebagai berikut : (i) studi kelayakan

yang mencakup antara lain sasaran yang ingin dicapai, analisis

dampak terhadap politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan,

ketertiban dan ketenteraman, pertahanan dan keamanan67

; (ii) luas

66

Anonym, Penetapan Kawasan Khusus dan Kawasan Ekonomi Khusus (online),

http://www.gin.web.id, diakses 7 Agustus 2016 67

Pada penjelasan PP Nomor 43 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan

Khusus dijelaskan hal-hal yang dimaksud dengan dampak pada studi kelayakan. Yang dimaksud

dengan dampak terhadap politik adalah dampak positif terhadap peningkatan persatuan dan

kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. dampak terhadap ekonomi adalah dampak

positif yang mengakibatkan meningkatnya kegiatan perekonomian dan pembangunan daerah

termasuk masyarakat di dalamnya.Yang dimaksud dengan dampak terhadap sosial dan budaya

adalah dampak positif terhadap peningkatan ketahanan sosial budaya daerah dan masyarakat.

Yang dimaksud dengan dampak terhadap lingkungan adalah dampak positif yang didasarkan

pada analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL). Yang dimaksud dengan ketertiban

dan ketenteraman adalah suatu keadaan dinamis yang memungkinkan Pemerintah, pemerintah

daerah, dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan tenteram, tertib, dan teratur. Yang

dimaksud dengan dampak terhadap pertahanan keamanan adalah keberadaan kawasan khusus

akan meningkatkan upaya memperkuat pertahanan dan keamanan negara melalui penetapan

berbagai unit kerja terkait dengan aspek pertahanan dan keamanan.

Page 60: Perencanaan Batam sebagai KEK

43

dan status hak atas tanah; (iii) rencana dan sumber pendanaan; dan

(iv) rencana strategis.

b. Rekomendasi bupati/walikota dan gubernur yang bersangkutan;

dan

c. Rekomendasi DPOD (Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah)

setelah berkoordinasi dengan menteri yang bidang tugasnya terkait

dengan fungsi pemerintahan tertentu yang akan diselenggarakan

dalam kawasan khusus.

2. Usulan pembentukan kawasan khusus yang disampaikan oleh gubernur

meliputi:

a. Rekomendasi dari pemerintah kabupaten/kota yang bagian

wilayahnya akan diusulkan sebagai kawasan khusus;

b. Keputusan DPRD provinsi tentang persetujuan penetapan kawasan

khusus; dan

c. Rencana penetapan kawasan khusus.

3. Usulan pembentukan kawasan khusus yang disampaikan oleh

bupati/walikota meliputi:

a. Rekomendasi gubernur yang bersangkutan;

b. Keputusan DPRD kabupaten/kota tentang persetujuan penetapan

kawasan khusus; dan

c. Rencana penetapan kawasan khusus.

Persyaratan teknis terhadap usulan pembentukan kawasan khusus yang

disampaikan oleh Menteri dan/atau Pimpinan LPNK (Lembaga Pemerintahan Non

Kementerian), gubernur, bupati/walikota meliputi beberapa hal seperti faktor

Page 61: Perencanaan Batam sebagai KEK

44

kemampuan ekonomi, sosial budaya, sosial politik, geografis, dan aspek berkaitan

dengan kesejahteraan masyarakat.68

Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut

dilakukan berdasarkan indikator yang disusun oleh lembaga terkait sesuai bidang

tugas masing-masing.

Penentuan kelayakan lokasi sebagai KEK adalah dengan pemenuhan

kriteria sebagaimana dijabarkan dalam peraturan perundang-undangan dan

menurut para ahli. Untuk memudahkan proses pemenuhan kriteria lokasi sebagai

KEK maka dapat diberikan dalam sistem pembobotan dengan skala yang

diberikan 0 (nol) hingga 100 (seratus). Skor adalah penjumlahan dari bobot yang

dikalikan dengan nilai skala kepatutan dari setiap aspek, kriteria, dan tolak ukur.

Bobot adalah penilaian kriteria dan tolak ukur yang dibandingkan, bobot besar

menunjukkan menunjukkan aspek yang terpenting. Untuk lebih jelas dijabarkan

dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.2 : Analisis Kelayakan Kawasan Ekonomi Khusus No Aspek Kriteria Tolak Ukur

1 Komitmen Pemerintah Pemerintah Provinsi Adanya Memory of Agreement

(MOA) atau Nota Persetujuan antara

pemerintah provinsi dan para

Investor

2 Kebijakan Kebijakan Nasional Jelas penunjukan lokasi sebagai

KEK

68

Pada bagian penjelasan PP Nomor 43 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penetapan

Kawasan Khusus dijelaskan berkenaan dengan kemampuan ekonomi, sosial budaya, sosial politik,

geografis, dan aspek berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat. Dimana yang dimaksud dengan

Kemampuan ekonomi merupakan cerminan hasil kegiatan ekonomi dalam bentuk-bentuk seperti

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita, pertumbuhan ekonomi, dan kontribusi

PDRB terhadap PDRB total. Potensi daerah merupakan perkiraan penerimaan dari rencana

pemanfaatan ketersediaan sumber daya buatan, sumber daya aparatur, serta sumber daya

masyarakat. Sosial budaya merupakan cerminan aspek sosial budaya meliputi antara lain sarana

yang dimanfaatkan untuk kegiatan sosial. Sosial politik merupakan cerminan aspek sosial politik

meliputi antara lain kemampuan penduduk mengikuti perkembangan daerah dan nasional, serta

jumlah organisasi kemasyarakatan. Luas kawasan merupakan cerminan sumber daya lahan/daratan

cakupan wilayah yang dapat diukur dengan 1) Luas wilayah keseluruhan; dan 2) Luas wilayah

efektif yang dapat dimanfaatkan. Kemampuan keuangan merupakan cerminan terhadap

keuangan yang dapat diukur dengan jumlah Pendapatan Asli Daerah, rasio Penerimaan Daerah

Sendiri (PDS) terhadap jumlah penduduk dan rasio PDS terhadap PDRB. Tingkat kesejahteraan

masyarakat merupakan cerminan terhadap tingkat pendidikan, kesehatan, dan pendapatan

masyarakat yang dapat diukur dengan indeks pembangunan manusia.

Page 62: Perencanaan Batam sebagai KEK

45

Lokasi berada dalam kawasan

strategis nasional

Kebijakan Provinsi Jelas penunjukan lokasi sebagai

KEK

Jelas penunjukan lokasi sebagai

kawasan strategis

Jelas penunjukan lokasi sebagai PKN

Jelas penunjukan lokasi sebagai

PKW

Kebijakan Kab/Kota Jelas penunjukkan lokasi sebagai

PKW

Jelas penunjukan lokasi sebagai PKL

3 Daya Dukung Lahan Kemiringan lereng Kemiringan 0%-25%

Kemiringan 25%-25%

Ketinggian Ketinggian > 1000 meter dpl

Ketinggian < 1000 meter dpl

Hidrologi Bebas genangan

Dekat dengan sumber air

Drainasi baik sampai sedang

Berjarak 5 km dari sungai

Klimatologi Minimum arah angin

Midium arah angin

Geologi

Menunjang konstruksi bangunan

Tidak berada di daerah rawan

bencana longsor

Lahan Area cukup luas ±500 Ha beserta

perluasannya

Karakteristik tanah bertekstur sedang

sampai kasar

Berada pada tanah marginal untuk

pertanian

Rawan Bencana Tidak rawan erosi

Tidak rawan banjir

4 Ekonomi Bisnis Potensi sektor unggulan yang akan

dikembangkan

Orientasi produksi ekspor

Menarik minat investor

Kedekatan dengan pasar

Ketersediaan bahan mentar

Kedekatan dengan konsumen

Tenaga Kerja Ketersediaan tenaga kerja

Keterampilan tenaga kerja

5 Transportasi Sarana Laut Pelabuhan hubungan nasional

Pelabuhan internasional

Sarana Darat Terminal Type A

Terminal Type B

Sarana Udara Bandara Internasional

Bandara Perintis

Jaringan Jalan Nasional

Provinsi

Kab/Kota

Aksesibilitas Rasio panjang jalan per jumlah

kendaraan

Jumlah orang/barang yang terangkut

angkutan umum

Jumlah orang/barang melalui

Page 63: Perencanaan Batam sebagai KEK

46

dermaga/bandara/terminal pertahun

Minimal berjarak 2 km dari pusat

permukiman dan 15-20 km dari pusat

kota

6 Sarana dan Prasarana Ketersediaan air bersih Persentase Rumah Tangga (RT) yang

menggunakan air bersih

Fasilitas listrik dan

telepon

Rasio ketersediaan daya listrik

Persentase rumah tangga yang

menggunakan listrik

Persentase penduduk yang

menggunakan HP/Telepon

Prasarana Lingkungkan Persentase penduduk berakses air

minum

Persentase penanganan sampah

7 Lingkungan Pra Konstruksi Dampak sangat besar dan lama

Dampak sedang dan sementara

Dampak kecil/mudah diatasi

Konstruksi Dampak sangat besar dan lama

Dampak sedang dan sementara

Dampak kecil/mudah diatasi

Operasional Dampak sangat besar dan lama

Dampak sedang dan sementara

Dampak kecil/mudah diatasi

Sumber : CV Cipta Giri Mulya, 2011

Kelayakan KEK dapat ditentukan dengan formula :

Skor kelayakan >75 maka lokasi tersebut dinyatakan layak dan

meyakinkan sebagai KEK, skor kelayakan diantara 55-75 maka lokasi dinyatakan

layak secara bersyarat atau dengan catatan sebagai KEK, dan jika skor <55 maka

dapat dinyatakan lokasi tersebut tidak layak dinyatakan sebagai KEK.

Persyaratan fisik kewilayahan meliputi: (a) Peta lokasi kawasan khusus

ditetapkan dengan titik koordinat geografis sebagai titik batas kawasan khusus; (b)

Status tanah kawasan khusus merupakan tanah yang dikuasai pemerintah/

pemerintah daerah dan tidak dalam sengketa; dan (c) Batas kawasan khusus.

Hakikatnya pembentukan KEK bertujuan untuk menunjang pertumbuhan

ekonomi. Daerah atau lokasi yang dapat diusulkan menjadi KEK harus memenuhi

kriteria sebagai berikut : sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak

berpotensi mengganggu kawasan lindung, terletak pada posisi yang dekat dengan

Page 64: Perencanaan Batam sebagai KEK

47

jalur perdagangan/pelayaran Internasional, mempunyai batas yang jelas, serta

pemerintah provinsi/kabupaten/kota mendukung KEK.69

Pemerintah kemudian menetapkan pembentukan kawasan khusus dan

melibatkan daerah dalam tiap tahapan penyelenggaraan kawasan khusus yakni

mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, dan pemanfaatan.

Keterlibatan daerah dalam tiap tahapan ini sebagaimana termaktub dalam Pasal 3

PP Nomor 43 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Khsusus yang

berbunyi, “Pemerintah menetapkan kawasan khusus sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 ayat (1) dengan mengikutsertakan daerah yang bersangkutan

mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, dan pemanfaatan”. Secara

lebih spesifik pengaturan berkenaan pembentukan KEK dilandaskan pada UU

KEK yang merupakan turunan dari UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Pasar Modal, setidaknya terdapat beberapa landasan hukum yang

berkaitan dengan penyelenggaraan KEK sebagai peraturan pelaksana baik dalam

bentuk Peraturan Pemerintah atau dalam bentuk Keputusan Menteri.

Penyelenggaraan KEK secara spesifik diatur dalam PP Nomor 2 Tahun 2011 jo

PP Nomor 100 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan KEK.

Penyelenggaraan KEK berdasarkan PP Nomor 100 Tahun 2012 meliputi

beberapa tahapan : a) Pengusulan KEK; b) Penetapan KEK; c) Pembangunan

KEK; d) Pengelolaan KEK; dan e) Evaluasi pengelolaan KEK.

69

Ayu Prima Yesuari, Op.cit hlm. 3

Page 65: Perencanaan Batam sebagai KEK

48

Gambar 4.1 : Proses Penyelenggaraan KEK

Sumber : Sekretariat Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, 2014

Pihak yang dapat melakukan pengusulan untuk pembentukan suatu daerah

kawasan khusus berdasarkan PP Nomor 43 Tahun 2010 tentang Tata Cara

Penetapan Kawasan Khusus70

adalah menteri dan/atau pimpinan lembaga

pemerintah nonkementerian, gubernur, bupati/walikota. Pihak yang dapat

mengusulkan terkerucutkan menjadi dua pihak yakni pemerintahan daerah dan

pemerintahan pusat. Pengusulan KEK berdasarkan PP Nomor 2 Tahun 2011 jo PP

Nomor 100 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan KEK dapat dilakukan oleh tiga

pihak71

yaitu : (1) Badan usaha; (2) Pemerintah kabupaten/kota; dan/atau (3)

Pemerintah provinsi. Selain tiga pihak yang disebut diatas, pemerintah pusat

melalui Kementerian maupun LPNK (Lembaga Pemerintah Non Kementerian)

dapat juga menjadi pengusul dalam pembentukan KEK72

.

70

Lihat Pasal 2 ayat (3) PP Nomor 43 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan

Khusus 71

Lihat Pasal 4 PP Nomor 2 Tahun 2011 jo PP Nomor 100 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaran Kawasan Ekonomi Khusus 72

Lihat Pasal 5 PP Nomor 2 Tahun 2011 jo PP Nomor 100 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaran Kawasan Ekonomi Khusus

Page 66: Perencanaan Batam sebagai KEK

49

Gambar 4.2 : Mekanisme Pembentukan KEK

Sumber : Tim Nasional Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus, 2009

Usulan dibuat dalam bentuk tertulis dan ditandatangi oleh pengusul, dalam

hal pengusul adalah badan usaha maka ditandatangi oleh pimpinan badan usaha,

bila pengusul adalah pemerintah kabupaten/kota maka ditandatangi oleh

bupati/walikota, dan jika diusulkan oleh pemerintah provinsi maka ditandatangani

oleh gubernur. Usulan dibuat berdasarkan format kemudian diajukan kepada

Dewan Nasional KEK.

Gambar 4.3 : Cara Pengusulan KEK

Sumber : Sekretariat Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus,2014

Page 67: Perencanaan Batam sebagai KEK

50

Pengusul yang merupakan badan usaha melalui beberapa proses

berdasarkan lokasi yang diusulkan, lokasi yang diusulkan dapat dalam satu

wilayah kabupaten/kota atau merupakan lintas wilayah kabupaten/kota. Usul dari

badan usaha berdasarkan Pasal 12 PP Nomor 2 Tahun 2011 disampaikan melalui

pemerintah provinsi dengan persetujuan pemerintah kabupaten/kota dengan

melampirkan beberapa persyaratan sebagai berikut: (1) Surat kuasa otorisasi, jika

pengusul merupakan konsorsium; (2) Akta pendirian badan usaha; (3) Profil

keuangan 3 (tiga) tahun terakhir yang sudah diaudit atau jika perusahaan baru,

maka profil keuangan 3 (tiga) tahun terakhir dari pemegang saham yang sudah

diaudit, kecuali untuk BUMN dan BUMD; (4) Persetujuan dari pemerintah

kabupaten/kota terkait dengan lokasi KEK yang diusulkan; (5) Surat pernyataan

mengenai kepemilikan nilai equitas paling sedikit 30% dari nilai investasi KEK

yang diusulkan; (6) Deskripsi rencana pengembangan KEK yang diusulkan,

paling sedikit memuat rencana dan sumber pembiayaan serta jadwal

pembangunan KEK; (7) Peta detail lokasi pengembangan serta luas area KEK

yang diusulkan; (8) Rencana peruntukan ruang pada lokasi KEK yang dilengkapi

dengan peraturan Zonasi; (9) Studi kelayakan ekonomi dan finansial; (10)

Analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan; (11) Usulan jangka waktu beroperasi KEK dan

rencana strategis (renstra) pengembangan KEK; (12) Izin lokasi; dan (13)

Rekomendasi dari otoritas pengelola infrastruktur pendukung ddalam hal untuk

pengoperasian KEK memerlukan dukungan infrastruktur lainnya; dan (14)

Pernyataan kesanggupan melaksanakan pembangunan dan pengelolaan KEK.

Page 68: Perencanaan Batam sebagai KEK

51

Usulan yang diajukan oleh badan usaha dalam satu wilayah

kabupaten/kota diperlukan persetujuan dari bupati/walikota berdasarkan Pasal 13

PP Nomor 2 tahun 2011. Pemerintah kota/kabupaten melakukan verifikasi dan

evaluasi usulan dalam jangka waktu 20 hari kerja sejak dokumen usulan diterima.

Usulan yang yang ditolak harus disampaikan secara tertulis dan disertai alasan,

jika alasan penolakan berupa kelengkapan dokumen maka berdasarkan Pasal 14

PP Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan KEK maka badan usaha dapat

melakukan dapat menyampaikan kembali permohonan usulan kepada pemerintah

kabupaten/kota setelah terpenuhinya seluruh dokumen usulan yang

dipersyaratkan. Usulan yang diterima diteruskan kepada pemerintah provinsi

dengan menyertakan komitmen pemerintah kabupaten/kota mengenai rencana

pemberian insentif berupa pembebasan atau keringanan pajak daerah dan retribusi

daerah serta kemudahan lainnya. Usulan yang diteruskan kemudian diverifikasi

dan dievaluasi oleh pemerintah provinsi dalam waktu 20 hari kerja. Jika usulan

badan usaha disetujui oleh pemerintah provinsi maka usulan akan diteruskan

kepada Dewan Nasional KEK disertai seluruh dokumen usulan pembentukan

KEK.

Badan usaha yang mengajukan usulan pembentukan KEK dengan lokasi

wilayah lintas kabupaten/kota berdasarkan Pasal 16 PP Nomor 2 Tahun 2011

tentang Penyelenggaraan KEK maka badan usaha mengajukan permohonan

kepada gubernur disertai berkas usulan pembentukan KEK seperti pada kasus jika

pengusul adalah badan usaha dan lokasi pada satu wilayah kabupaten/kota, yaitu

ke-14 persyaratan73

yang dijabarkan pada paragraf sebelumnya terkecuali berkas

73

Lihat Pasal 12 ayat (2) PP Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan

Ekonomi Khusus

Page 69: Perencanaan Batam sebagai KEK

52

persetujuan dari pemerintah kabupaten/kota terkait dengan lokasi KEK yang

diusulkan. Selanjutnya, pemerintah provinsi akan mengkoordinasikan usulan

dengan pemerintah kabupaten/kota yang wilayahnya diusulkan dengan tujuan

untuk memperoleh persetujuan dari pemerintah kabupaten/kota yang wilayahnya

diusulkan menjadi bagian dari lokasi KEK. Usulan yang diajukan oleh badan

usaha akan diverifikasi dan dievaluasi dalam jangka waktu paling lama 20 hari

kerja sejak diterimanya dokumen usulan secara lengkap. Usulan yang diterima

ataupun ditolak dikelola dalam bentuk yang sama seperti kasus pengajuan dalam

satu wilayah kabupaten/kota.74

Apabila terdapat penolakan dari salah satu

pemerintah kabupaten/kota, maka pemerintah provinsi akan mengembalikan

usulan pembentukan KEK kepada badan usaha paling lambat 10 hari kerja setelah

diterimanya surat penolakan dari pemerintah kabupaten /kota.75

Pihak kedua yang dapat mengajukan usulan adalah pemerintah

kabupaten/kota. Usulan disampaikan melalui pemerintah provinsi dilengkapi

dengan dokumen berupa76

: (1) Deskripsi rencana pengembangan KEK yang

diusulkan, paling sedikit memuat rencana dan sumber pembiayaan serta jadwal

pembangunan KEK; (2) Peta detail lokasi pengembangan serta luas area KEK

yang diusulkan; (3) Rencana peruntukan ruang pada lokasi KEK yang dilengkapi

dengan peraturan Zonasi; (4) Studi kelayakan ekonomi dan finansial; (5) Analisis

mengenai dampak lingkungan hidup yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; (6) Usulan jangka waktu beroperasi KEK dan rencana

74

Lihat Pasal 17 ayat (2), (3), dan (4) PP Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran

Kawasan Ekonomi Khusus 75

Lihat Pasal 19 PP Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan Ekonomi

Khusus 76

Lihat Pasal 20 ayat (2) PP Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan

Ekonomi Khusus

Page 70: Perencanaan Batam sebagai KEK

53

strategis (renstra) pengembangan KEK (renstra antara lain memuat tahapan

pembangunan, pengoperasian dan pengelolaan KEK); (7) Penetapan lokasi atau

bukti hak atas tanah; (8) Rekomendasi dari otoritas pengelola infrastruktur

pendukung dalam hal untuk pengoperasian KEK memerlukan dukungan

infrastruktur lainnya; (9) Pernyataan kesanggupan melaksanakan pembangunan

dan pengelolaan KEK; dan (10) Komitmen pemerintah kabupaten/kota mengenai

rencana pemberian insentif berupa pembebasan atau keringanan pajak daerah dan

restribusi daerah serta kemudahannya.

Pemerintah provinsi dapat mengajukan usulan secara langsung kepada

Dewan Nasional KEK setelah memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari

Pemerintah Kabupaten/Kota yang wilayahnya menjadi usulan KEK. Usulan

pemerintah provinsi melampirkan beberapa dokumen sebagai berikut77

: (1)

Deskripsi rencana pengembangan KEK yang diusulkan, paling sedikit memuat

rencana dan sumber pembiayaan serta jadwal pembangunan KEK; (2) Peta detail

lokasi pengembangan serta luas area KEK yang diusulkan; (3) Rencana

peruntukan ruang pada lokasi KEK yang dilengkapi dengan peraturan zonasi; (4)

Studi kelayakan ekonomi dan finansial; (5) Analisis mengenai dampak

lingkungan hidup yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

(6) Usulan jangka waktu beroperasi KEK dan rencana strategis (Renstra)

pengembangan KEK; (7) Penetapan lokasi atau bukti hak atas tanah; (8)

Persetujuan dari pemerintah kabupaten / kota terkait dengan lokasi KEK yang

diusulkan; (9) Rekomendasi dari otoritas pengelola infrastruktur pendukung

dalam hal untuk pengoperasian KEK memerlukan dukungan infrastruktur lainnya;

77

Lihat Pasal 22 ayat (2) PP Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan

Ekonomi Khusus

Page 71: Perencanaan Batam sebagai KEK

54

dan (10) Pernyataan kesanggupan melaksanakan pembangunan dan pengelolaan

KEK.

Pihak lain yang dapat mengajukan usulan pembentukan KEK adalah

pemerintah pusat melalui kementerian atau LPNK (Lembaga Pemerintah Non

Kemetenterian) secara tertulis kepada Dewan Nasional KEK setelah

dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pemerintah provinsi dan pemerintah

kabupaten/kota.78

Usulan yang disampaikan pemerintah pusat melampirkan

beberapa dokumen sebagai berikut79

: (1) Deskripsi rencana pengembangan KEK

yang diusulkan, paling sedikit memuat rencana pembiayaan dan jadwal

pembangunan KEK; (2) Peta detail lokasi pengembangan serta luas area KEK

yang diusulkan; (3) Rencana peruntukan ruang pada lokasi KEK yang dilengkapi

dengan peraturan zonasi; (4) Sumber pembiayaan; (5) Studi kelayakan ekonomi

dan finansial; (6) Analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; (7) Usulan jangka waktu

beroperasinya KEK dan rencana strategis pengembangan KEK; dan (8) Penetapan

lokasi atau bukti hak atas tanah.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan guna kesuksesan dalam

tahap pengusulan beberapa hal tersebut dijabarkan dalam gambar sebagai berikut :

78

Lihat Pasal 26 ayat (3) PP Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan

Ekonomi Khusus 79

Lihat Pasal 26 ayat (2) PP Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan

Ekonomi Khusus

Page 72: Perencanaan Batam sebagai KEK

55

Gambar 4.4 : Kunci Sukses Pengusulan KEK

Sumber : Sekretariat Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus

Beranjak kepada tahap kedua yakni penetapan yang dilakukan oleh Dewan

Kawasan Nasional berdasakan hasil kajian mendalam80

terhadap usul yang telah

diajukan terhitung 45 hari masa kerja sejak usulan diajukan. Keputusan yang

diberikan oleh Dewan Nasional disampaikan dalam sidang Dewan Kawasan. Jika

usulan disetujui maka Dewan Nasional memberikan rekomendasi pembentukan

KEK kepada Presiden disertai dengan rancangan Peraturan Pemerintah tentang

penetapan suatu lokasi sebagai KEK untuk ditetapkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Usulan yang ditolak disampaikan secara tertulis

beserta dengan alasan dari Dewan Nasional kepada pengusul. KEK ditetapkan

melalui pembentukan sebuah Peraturan Pemerintah sebagaimana termaktub dalam

Pasal 7 ayat (4) UU KEK yang berbunyi, "Pembentukan KEK ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah”.

80

Pasal 27 ayat (2) PP Nomor 2 Tahun 2011 tentang penyelenggaraan KEK memuat hal

yang dikaji secara mendalam oleh Dewan Nasional KEK terhadap usulan yang diajukan adalah

berkaitan dengan pemenuhan kriteria lokasi KEK, serta kebenaran dan kelayakan isi dokumen

yang dipersyaratkan.

Page 73: Perencanaan Batam sebagai KEK

56

Gambar 4.5 : Penentuan dan Penetapan Badan Usaha Pembangun dan Pengelola

Kawasan Ekonomi Khusus

Sumber : Sekretariat Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus

KEK yang telah ditetapkan harus siap beroperasi paling lambat 3 (tiga)

tahun sejak tanggal ditetapkan81

, yang dimaksud dengan “siap beroperasi” dalam

bagian penjelasan UU KEK adalah telah dipenuhinya seluruh kelengkapan

infrastruktur, sumber daya manusia, dan perangkat pengendalian administrasi.

Untuk mewujudkan “siap beroperasi” maka penyelenggaraan KEK berlanjut pada

tahap pembangunan KEK yang meliputi82

: (1) Pembebasan tanah untuk lokasi

KEK; dan (2) Pelaksanaan pembangunan fisik KEK. Kegiatan pembangunan

dibiayai oleh83

: (1) Badan usaha; (2) Kerjasama pemerintah, pemerintah provinsi

dan/atau pemerintah kabupaten/kota dengan badan usaha; (3) Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah; dan/atau (4) Sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Jikalau dalam proses pembangunan masih belum mampu

81

Lihat Pasal 12 ayat (1) UU Nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus 82

Lihat Pasal 30 PP Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan Ekonomi

Khusus 83

Lihat Pasal 31 PP Nomor 2 Tahun 2011 jo PP Nomor 100 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaran Kawasan Ekonomi Khusus

Page 74: Perencanaan Batam sebagai KEK

57

membuat KEK yang telah ditetapkan untuk siap beroperasi maka terdapat

prosedural yang diberikan oleh Dewan Nasional KEK84

.

Gambar 4.6 : Kelanjutan dari Penetapan KEK

Sumber : Sekretariat Dewan Nasional, 2013

Pengelolaan KEK dilaksanakan oleh badan usaha yang ditetapkan

Administrator dan badan usaha yang telah ditetapkan85

. Kemudian secara berkala

akan dilakukan evaluasi penyelenggaraan KEK secara berkala oleh Dewan

Kawasan berdasarkan laporan yang diberikan Administrator. Hasil evaluasi akan

diserahkan kepada Dewan Nasional KEK dan Administrator untuk ditindaklanjuti

sebagaimana diatur dalam PP Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan

KEK. Dewan Nasional dan Dewan Kawasan KEK berkewajiban untuk melakukan

pengawasan dan melakukan evaluasi pengelolaan KEK, guna memastikan

pengelolaan dan pengoperasian KEK ini sesuai dengan yang disyaratkan.86

84

Lihat Pasal 38 – 41 PP Nomor 2 Tahun 2011 yang didalamnya memuat ketentuan

berkenaan dengan kondisi KEK yang belum siap beroperasi dalam kurun waktu 3 Tahun, secara

singkat dipaparkan penulis akan dilakukan proses perpanjangan yang akan ditinjau, manakala

perpanjangan tidak membuahkan hasil maka Dewan Nasional KEK akan mencabut penetapan

wilayah KEK 85

Lihat Pasal 42 PP Nomor 2 Tahun 2011 86

Anonym, Penetapan Kawasan Khusus..., Loc.cit

Page 75: Perencanaan Batam sebagai KEK

58

B Penetapan Batam sebagai Kawasan Ekonomi Khusus

Kota Batam memiliki luas wilayah dengan total wilayah darat dan wilayah

laut seluas 3.990,00 Km2, meliputi lebih dari 400 pulau, 329 di antaranya telah

bernama, termasuk di dalamnya pulau-pulau terluar di wilayah perbatasan

negara.87

Batam adalah kota terbesar di Kepulauan Riau dan kota terbesar ketiga

di wilayah Sumatera setelah Medan dan Palembang menurut jumlah penduduk,88

hingga tahun 2015 ini tercatat jumlah penduduk Batam sebanyak 1.164.352 juta.

Batam merupakan salah satu kota dengan pertumbuhan terpesat di Indonesia.89

Gambar 4.7 : Peta Kota Batam90

Sumber : Pemerintah Kota Batam

Presiden telah menetapkan Keputusan Presiden (Selanjutnya disebut

Keppres) Nomor 8 Tahun 2016 tentang Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan

Pelabuhan Bebas (DK PBPB) Batam. Keppres ini berisikan keanggotaan dari

Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan serta hal terkait. Keberadaan

Keppres ini menjadi titik utama peralihan Batam dari FTZ menuju KEK Dewan

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam telah menyiapkan

87

Lihat Pasal 2 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2004 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam Tahun 2004 - 2014 88

Sandy Hasbullah, Mari Mengenal Kota Batam Lebih Dalam, http://univbatam.ac.id/,

diakses 11 Agustus 2016 89

Sandy Hasbullah, Ibid 90

Nur Hadiyati, Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Bidang Pertanahan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah : Studi

Di Pemerintah Kota Batam, Laporan Kuliah Kerja Lapangan tidak diterbitkan, Malang :

Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 2015, hlm. 28

Page 76: Perencanaan Batam sebagai KEK

59

masa transisi menuju KEK, masa transisi akan berlangsung selama 3-6 Bulan.

Pemerintah akan menyiapkan aturan hukum berupa Peraturan Pemerintah untuk

pembentukan KEK Batam, setelah itu pembenahan struktural atau pemilihan

ketua KEK.91

Kota Batam dapat diusulkan untuk menjadi daerah KEK jika melihat

kriteria yang harus dipenuhi suatu lokasi KEK.92

Pertama, dalam kriteria lokasi

KEK adalah kesesuaian antara Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi

mengganggu kawasan lindung. Dalam hal ini Kota Batam telah ditetapkan dan

diperuntukkan sebagai kawasan strategis nasional berdasarkan Peraturan Presiden

Nomor 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Bintan, Kawasan

Batam, dan Kawasan Karimun,93

jika mengacu kepada Peraturan Daerah Kota

Batam Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota

Batam Tahun 2004-2014 maka telah terdapat peruntukkan tersendiri dalam tiap-

tiap bagian kawasan.

Kriteria kedua yang harus dipenuhi oleh lokasi yang diusulkan sebagai

KEK adalah adanya dukungan dari pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang

bersangkutan. Pemerintah Daerah Kepulauan Riau menyatakan dukungannya

pada saat sosialisasi transformasi perubahan kebijakan Batam dari Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Kawasan Ekonomi Khusus

sebagaimana diutarakan oleh HM.Sani sebagai Gubernur Kepulauan Riau pada

91

Wartakepri, 14 Maret 2016, Darmin : Penetapan Ketua KEK Batam Tunggu Usai

Audit Aset BP Kawasan, http://wartakepri.co.id/2016/03/14/darmin-penetapan-ketua-kek-batam-

tunggu-usai-audit-%E2%80%8Easet-bp-kawasan/, diakses 11 Agustus 2016 92

Lihat Pasal 4 UU Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus 93

Lihat Pasal 1 Angka 5 Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata

Ruang Kawasan Bintan, Kawasan Batam, dan Kawasan Karimun.

Page 77: Perencanaan Batam sebagai KEK

60

Republika,94

"Makanya bagi saya apapun namanya mau itu dewan kawasan

daerah, nasional, atau apapun namanya, yang penting rakyat saya tidak

terlantar".

Posisi yang strategis menjadi point ketiga dalam kriteria lokasi yang

diusulkan sebagai KEK. Lokasi yang diusulkan harus terletak pada posisi yang

dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur pelayaran

internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya

unggulan. Kota Batam dikatakan memenuhi kriteria dalam point ketiga

dikarenakan salah satu alasan dari penetapan Kota Batam sebagai Kawasan

Strategis Nasional adalah dikarenakan letak geografis Kota Batam yang berada

pada jalur pelayaran internasional paling ramai kedua di dunia setelah Selat Dover

di Inggris.95

Letak Kota Batam yang berada dijalur pelayaran internasional ini

menjadi alasan Batam mampu untuk menunjang pertumbuhan ekonomi nasional

sebagai kawasan khusus yang kompetitif dan berdaya saing tinggi dengan

didukung keberadaan infrastruktur yang sesuai dan kompetitif.

94

Republika, 14 Maret 2016, Batam akan Diubah Jadi KEK – Ini Sikap Pemda Kepri,

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/03/14/o40q9m383-batam-akan-diubah-

jadi-kek-ini-sikap-pemda-kepri, diakses 11 Agustus 2016 95

BP Batam, Laporan Badan pengusahaan Batam Semester I tahun 2013, (Batam,

Pusat Pengolahan Data dan Sistem Informasi Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas

dan Pelabuhan Bebas Batam, 2013), hlm. 1. Lihat juga Gambar 1.1 Peta Wilayah Segitiga

Pertumbuhan (Triangle Growth)

Page 78: Perencanaan Batam sebagai KEK

61

Gambar 4.8 : Posisi Geo-Strategis Kota Batam dalam Bidang Politik dan Ekonomi

Regional

Sumber : Bapeda Kota Batam, 2015

Lokasi KEK yang diusulkan harus memiliki dan mempunyai batas yang

jelas. Hal yang dimaksud dengan “Batas Jelas” dalam penjelasan UU KEK adalah

adalah batas alam (sungai atau laut) atau batas buatan (pagar atau tembok). Kota

Batam terletak antara 0°.55’-1°.55’ Lintang Utara dan 103°.45’-104°.10’ Bujur

Timur. Kota Batam berbatasan dengan:

Sebelah Utara :Selat Singapura

Sebelah Selatan :Kecamatan Senanyang

Sebelah Timur :Kecamatan Bintan Utara

Sebelah Barat :Kabupaten Karimun dan Moro Kabupaten Karimun

Letak Kota Batam ini menjadikan Kota Batam memiliki karakter khusus

yang dapat dijadikan pertimbangan untuk menetapkan Batam sebagai Kawasan

Ekonomi Khusus. Karakter Kota Batam dijabarkan dalam tabel sebagai berikut :

Page 79: Perencanaan Batam sebagai KEK

62

Tabel 4.3 : Karakter Kota Batam

Sumber : Pustaka LP3ES Indonesia, 2001.

Secara spesifik Kota Batam dan sekitarannya memiliki potensi geografis yang

dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 4.9 : Potensi Geografis Kota Batam

Sumber: Bapeda Kota Batam, 2015

Page 80: Perencanaan Batam sebagai KEK

63

Terdapat beberapa landasan yang dapat dijadikan penguat untuk

menetapkan Kota Batam sebagai bagian kawasan khusus perkembangan ekonomi

Indonesia yakni Kawasan Ekonomi Khusus. Pemaparan dari landasan-landasan

yang menjadi alasan dijabarkan berikut :

1. Landasan Filosofis

Indonesia menjalankan kehidupan bernegara dengan berasaskan

pada kesatuan yang mana terpatri dalam bentuk negara sebagaimana Pasal

1 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi, “Negara Indonesia ialah

Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.” Konsepsi negara kesatuan

ini menjalankan tugas dan fungsi untuk mewujudkan tujuan nasional yang

termaktub dalam pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yaitu untuk

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa, dan ikut serta dalam perdamaian dunia.

Kawasaan Ekonomi Khusus adalah salah satu upaya untuk

mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia dibagian perekenomian.

Keberadaan KEK adalah dimana terdapat daerah-daerah khusus yang

menjadi prioritas pembangunan perekonomian. Melalui pembangunan

KEK diharapkan akan merangsang pertumbuhan ekonomi secara lebih

cepat di daerah-daerah, antara lain dengan meningkatnya penanaman

modal (investasi), tersedianya lapangan kerja baru, tergalinya potensi-

potensi ekonomi daerah, serta (pada akhirnya) akan terjadi peningkatan

pendapatan pemerintah, baik pusat maupun daerah.96

Sehingga keberadaan

96

Laporan Pendahuluan : Kajian Model Analisis Dampak..., Op.cit hlm. 1

Page 81: Perencanaan Batam sebagai KEK

64

KEK memberikan dampak baik yang mampu mempermudah Indonesia

dalam mewujudkan kesejahteraan masyrakat yang menjadi salah satu point

dalam tujuan nasional.

Pemerintah sendiri memiliki keinginan yang cukup besar untuk

merealisir KEK sebagai strategi pembangunan ekonomi yang sangat

menyadari bahwa tiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda.

Keinginan Pemerintah ini sebagaimana diungkapkan oleh Jusuf Kalla

selaku Wakil Presiden Indonesia, bahwa terdapat gagasan untuk

memperjelas KEK di beberapa daerah yang diprediksi potensial menjadi

industrial cluster sesuai dengan kapasitas kawasan masing-masing, yakni

sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah97

.

Pembentukan KEK tidak boleh bertentangan dengan keberadaan

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang termaktub dalam Pasal 18

ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang menjelaskan konsepsi pembagian

kekuasaan (division of power) bersifat vertikal atau territorial division of

power yang dilaksanakan berdasarkan check and balances sebagai

konsekuensi bentuk negara Indonesia yang merupakan negara kesatuan.

Negara mengakui dan mengormati keberadaan kawasan khusus sebagai

satuan pemerintahan daerah yang memiliki kekhususan atau keistimewaan

sebagaimana dijabarkan dalam Pasal 18B Ayat (1) UUD NRI tahun 1945.

Keterlibatan pemerintah daerah ini sebagaimana termaktub dalam Pasal

360 ayat (3) UU PEMDA yang berbunyi, “Untuk membentuk kawasan

khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah Pusat

97

Gagasan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus, Business News No 7388/17-7-

2006, hlm. 5

Page 82: Perencanaan Batam sebagai KEK

65

mengikutsertakan daerah yang bersangkutan”. Sebagaimana dalam proses

pengusulan bahwa harus terdapat persetujuan dari daerah yang diusulkan

sebagai KEK.

2. Landasan Yuridis

Implikasi globalisasi ekonomi terhadap hukum tidak dapat

dihindarkan, pada hakikatnya hukum selalu berada dalam proses untuk

terus menjadi, mengikuti dinamika kehidupan masyarakat, hukum

berkembang dengan cepat. Globalisasi hukum dalam arti substansi

berbagai undang-undang dan perjanjian-perjanjian menyebar melewati

batas-batas negara (cross border).98

Hukum bertindak sebagaimana tugas

dan fungsinya sebagai aturan main utama (rule of game ) yang

memastikan penyelenggaraan KEK berada dalam koridor nilai dan norma

yang dijunjung tinggi oleh NKRI.

Gambar 4.10 : Dasar Hukum Penyelenggaraan KEK

Sumber : Sekretariat Dewan Nasional KEK, 2013

98

Bismar Nasution, Globalisasi dan Pendidikan Tinggi Hukum, Orasi Ilmiah pada

Dies Natalis Ke-50 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2004

Page 83: Perencanaan Batam sebagai KEK

66

Singkatnya, berkenaan dengan penetapan Kota Batam sebagai

KEK maka haruslah mengikuti ketentuan yang telah ada. Salah satu

ketentuan spesifik dari landasan hukum selain yang telah dijabarkan diatas

bahwa Kota Batam memenuhi kriteria sebagai daerah yang diusulkan

sebagai KEK. Terdapat pula ketentuan dalam Pasal 48 dan 49 UU KEK

dimana daerah yang sebelumnya berstatus sebagai FTZ akan berakhir

sesuai dengan jangka waktunya atau dapat diusulkan menjadi KEK

sebelum masa berlaku sebagai FTZ Berakhir.99

Ketika terjadi peralihan

status dari FTZ ke KEK maka produk hukum berkenaan dengan Kawasan

Perdagangan Bebas dinyatakan dicabut.100

Telah terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang

mengakomodir hal-hal berkaitan dengan Kawasan Ekonomi Khusus. yaitu:

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 27 ayat (2), dan Pasal 33 Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal;

3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 jo Undang-Undang

Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah;

5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan

Ekonomi Khusus (KEK);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN;

99

Lihat Pasal 48 ayat (1) UU Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus 100

Lihat Pasal 49 UU Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekomomi Khusus

Page 84: Perencanaan Batam sebagai KEK

67

7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2010 tentang Tata Cara

Penetapan Kawasan Khusus;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 jo Peraturan

Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Kawasan Ekonomi Khusus;

9. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Kebijakan

Industri Nasional;

10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2010

Tentang Dewan Nasional Dan Dewan Kawasan Kawasan Ekonomi

Khusus;

11. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010

Tentang Dewan Kawasan Ekonomi Khusus;

12. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku

Ketua Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, Nomor PER-

06/M.Ekon/08/2010 tentang tata tertib persidangan dan tata cara

pengambilan keputusan dewan Nasional kawasan Ekonomi

Khusus;

13. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku

Ketua Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, Nomor PER-

07/M.Ekon/08/2010 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja

Sekretariat Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus;

14. Peraturan Menteri Koodinator Bidang Perekonomian No. 07 Tahun

2011 tentang Pedoman Pengusulan Pembentukan KEK;

Page 85: Perencanaan Batam sebagai KEK

68

15. Peraturan Menteri Koodinator Bidang Perekonomian No. 08 Tahun

2011 tentang Pedoman Evaluasi Usulan Pembentukan KEK.

16. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku

Ketua Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus Nomor Kep-

10/M.Ekon/03/2011 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri

Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Dewan Nasional

Kawasan Ekonomi Khusus Nomor Kep-40/M.Ekon/08/2010

Tentang Tim Pelaksana Dewan Nasional Kawasan Ekonomi

Khusus.101

3. Landasan Sosiologis

Bentuk Indonesia sebagai negara kesatuan dipilih oleh founding father

dikarenakan semangat persatuan dan kesatuan yang dicita-citakan semata-

semata untuk rakyat Indonesia agar tidak terkotak-kotakkan dalam suku, ras,

dll. Rakyat menjadi titik tentu dalam kehidupan bernegera, rakyat menjadi

pemegang kekuasaan atau kedaulatan sebagaimana termaktub dalam Pasal 1

ayat (2) UUD NRI Tahun 1945, “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan

dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar". Konsepsi kedaulatan rakyat

adalah rakyatlah yang berkuasa dan mewakilkan atau menyerahkan

kekuasaannya kepada negara. Kemudian negara memecah menjadi beberapa

kekuasaan yang diberikan pada pemerintah, ataupun lembaga perwakilan,

pada intinya segala hal kebijakan dibuat dari rakyat dan untuk rakyat.

101

Tommy Monoarfa dan Komarudin, Penetapan Kawasan Khusus dan Kawasan

Ekonomi Khusus (online), http://www.gin.web.id/ diakses 4 Januari 2015

Page 86: Perencanaan Batam sebagai KEK

69

Penetapan KEK harusnya berkesesuaian dengan keinginan rakyat

terkhususkan dalam lingkup wilayah Kota Batam sebagai daerah yang

diusulkan sebagai KEK. Status Kota Batam sebagai KEK harus mampu

menjawab kebutuhan masyarakat hingga mencapai batas kemakmuran dengan

angka pertumbuhan penduduk di Kota Batam yang termasuk dalam kategori

cepat, dengan laju pertumbuhan penduduk selama periode 1990-2014 rata-rata

8,82%. Masyarakat yang tersebar dalam beberapa daerah administratif

berdasarkan Peraturan Daerah No 2 Tahun 2005 tentang Pemekaran,

Perubahan dan Pembentukan Kecamatan dan Kelurahan Dalam Daerah Kota

Batam terbagi secara administratif menjadi 12 kecamatan dan 64 kelurahan.

Dimana 9 kecamatan berada di wilayah Kota Batam (Batam Kota, Batu Aji,

Batu Ampar, Bengkong, Lubuk Baja, Nongsa, Sagulung, Sekupang, Sungai

Beduk); 1 kecamatan (Galang) di wilayah Rempang-Galang dan 2 Kecamatan

(Belakang Padang, Bulang) di wilayah Hinterland.

Gambar 4.11 : Peta Wilayah Administratif Kota Batam

Sumber : Bapeda Kota Batam, 2014

Page 87: Perencanaan Batam sebagai KEK

70

Seiring berjalannya waktu, pengelolaan Batam sebagai FTZ melalui BP

Batam dirasa tidak berjalan sebagaimana diharapkan. Masyarakat Kota Batam

sebanyak 100 Orang dilibatkan dalam sebuah survei102

berkenaan dengan

pengkajian ulang penerapan FTZ di Kota Batam sebanyak 67 Orang atau 67

persen Responden memberikan jawaban ya atau sepakat untuk adanya

pengkajian ulang penerapan FTZ di Kota Batam, sebanyak 33 Orang atau 33

persen Responden memberikan jawaban sebaliknya atau tidak. Terdapat

beberapa pertanyaan lain dalam survei yang diterbitkan yakni sebagai berikut :

I. Apakah penerapan FTZ sudah berjalan efektif?

(a) Ya, 41 Orang (41%)

(b) Tidak, 59 Orang (59%)

II. Apa yang membuat penerapan FTZ kurang maksimal?

(a) Perundangan dan peraturan tidak dijalankan dengan maksimal,

24 Orang (24%)

(b) Dualisme kewenangan pemerintah, 29 Orang (29%)

(c) Adanya peraturan perundangan tidak berjalan seiring, 26 Orang

(26%)

(d) Pelaksana di lapangan tidak memahami arti kawasan FTZ, 21

Orang (21%)

III. Apa yang harus dilakukan untuk memaksimalkan fungsi kawasan FTZ?

(a) Penyeragaman legalitas pendukung kawasan FTZ, 26 Orang

(26%)

102

Survei diselenggarakan oleh media cetak Batam Pos dalam bagian rubrik Metropolling

yang diterbitkan pada Batam Pos, 27 Januari 2016, Teknik dalam pengambilan sample dalam

survei bersifat random atau dikenal dengan istilah Random Sampling yakni ialah teknik

pengambilan sampel dimana semua individu dalam populasi, baik secara individual atau

bekelompok diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Page 88: Perencanaan Batam sebagai KEK

71

(b) Tidak ada dualisme kewenangan yang bisa membuat

dualisme kebijakan, 28 Orang (28%)

(c) Legalitas kawasan FTZ harus diterapkan secara maksimal, 24

Orang (24%)

(d) Pelaksana di lapangan harus memahami fungsi dan tujuan

adanya kawasan FTZ untuk menghindari kerancuan dalam

pengambilan keputusan, 22 Orang (22%)

IV. Setujukan anda dengan konsep kebijakan tunggal di Batam ?

(a) Ya, 58 Orang (58%)

(b) Tidak, 42 Orang, (42%)

V. Apa yang harus dilakukan untuk mendukung konsep kebijakan tunggal di

Batam?

(a) Harus ada keputusan pihak mana pengambil kebijakan utama di

Kawasan FTZ, 24 Orang (24%)

(b) Kaji ulang peran dan fungsi dualisme kewenangan, 27

Orang (27%)

(c) Dibentuk lembaga khusus menuntaskan dualisme kewenangan,

23 Orang (23%)

(d) Pemisahan fungsi dan kewenangan masing-masing lembaga

jika tidak dilebur, 26 Orang (26%)

VI. Yakinkah Anda jika keputusan pemerintah pusat soal dualisme

kewenangan tidak akan memberatkan masyarakat?

(a) Ya, 51%

(b) Tidak, 49%

Page 89: Perencanaan Batam sebagai KEK

72

VII. Menurut Anda, apakah wacana pembentukan KEK bisa menjadi jawaban

atas dualisme kewenangan di Batam?

(a) Ya, 51%

(b) Tidak, 49%

VIII. Setujukan Anda dengan wacana pembentukan KEK di Kota Batam?

(a) Ya, 54%

(b) Tidak, 46%

IX. Yakinkah Anda, peningkatan efektivitas layanan publik akan berimbas

postifi pada peningkatan perekonomian Batam?

(a) Ya, 65%

(b) Tidak, 35%

X. Menurut Anda, bagaimana efektifitas pelayanan publik di Kota Batam?

(a) Bagus, 37%

(b) Tidak Maksimal, 63%

Terdapat dua point utama dalam konten survei yakni untuk hal pertama

berkenaan dengan permasalahan yang dihadapi dalam penerapan FTZ di

Kota Batam yang dijabarkan sebagai berikut :

Bagan 1.1 Permasalahan dalam Penerapan FTZ di Kota Batam

Sumber : Batampos, 2016

Page 90: Perencanaan Batam sebagai KEK

73

Point kedua dalam kontent survei adalah berkenaan dengan respon atau tanggapan

dari masyarakat berkenaan dengan pengkajian ulang FTZ dan pembentukan KEK,

yang kemudian diolah dalam bagan dan terjabarkan sebagai berikut

Bagan 1.2 Respon Masyarakat untuk Pengkajian Ulang FTZ dan Pembentukan KEK

Sumber : Batampos, 2016

4. Landasan Historis

Gambar 4.12 : Kronologis Pembangunan Batam

Sumber: BP Batam, 2013

Batam terbentuk pada mulanya sebagai bagian dari kawasan

perkembangan ekonomi di Indonesia, Batam ditetapkan sebagai daerah

industri.103

Pada tahun 1971 dikeluarkan Kepres No 74 Tahun 1971

103

Daerah industri menurut National Industrial Zoning Committee’s 1967 adalah tanah

yang cukup luas, secara administratif dikontrol oleh seseorang atau lembaga yang cocok untuk

Page 91: Perencanaan Batam sebagai KEK

74

tentang Pengembangan Pembangunan Pulau Batam yang menetapkan

wilayah Batu Ampar sebagai bagian fokus dari daerah industri dengan

status Enterpot partikulir untuk memfasilitasi kegiatan bisnis logistik dan

operasional. Kemudian pada tahun 1973 seluruh wilayah Batam ditetapkan

sebagai daerah industri melaui Keppres Nomor 41 Tahun 1973 tentang

Daerah Industri. Batam dikelola oleh sebuah badan yang bernama Otorita

Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam (selanjutnya disebut OB).

Secara administratif Batam diberikan status sebagai daerah otonom

melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 1999 jo UU

Nomor 34 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan,

Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak,

Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi,

dan Kota Batam. Selanjutnya, mengikuti perjalanan sistem desentralisasi

yang dimulai 2001, Pulau Batam menjadi bagian dari Provinsi Kepulauan

Riau yang baru terbentuk tahun 2004. Sejak pemberian status Batam

sebagai daerah otonom ini mulai terjadi permasalahan tumpah tindih

kewenangan berkenaan dengan pengelolaan wilayah antara Pemerintah

Daerah Kota Batam dan Otorita Batam yang ditugaskan menurut undang-

undang untuk menjalankan suatu tugas dan fungsi tertentu.

Batam kemudian ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas

(FTZ) pada tahun 2007 melalui PP No 46 Tahun 2007 tentang Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam yang kemudian

diperbaharui oleh PP Nomor 5 Tahun 2011. Melalui Peraturan Pemerintah

kegiatan industri karena lokasi, topografi, ketersediaan infrastruktur, dan kemudahan aksesibilitas

transportasi

Page 92: Perencanaan Batam sebagai KEK

75

berkenaan dengan penetapan Batam sebagai FTZ, maka OB kemudian

dibubarkan dan segala tugas yang sebelumnya dilaksanakan oleh OB

dialihkan kepada badan baru yang mengelola kawasan FTZ yakni Badan

Pengusahaan Batam (BP Batam). Penetapan Batam sebagai FTZ ini

berlaku dengan waktu selama 70 Tahun sejak ditetapkan

Kota Batam terus dikembangan sebagai kawasan perkembangan

ekonomi dan memperoleh hasil yang cukup memuaskan, Sejak tahun

1992-1997, pertumbuhan ekonomi Batam berada di kisaran 14%-18% per

tahun, jauh melebihi rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional pada periode

yang sama, yang hanya mencapai sekitar 7% per tahun. Sejak krisis

finansial Asia, laju pertumbuhan ekonomi Batam menurun, hanya berkisar

6%-8% per tahun hingga tahun 2007. Namun demikian, angka ini juga

masih berada di atas rata-rata pertumbuhan nasional pada periode yang

sama, yang hanya mencapai 4,6% per tahun.104

Namun, selain menghadapi

pasca krisis ekonomi, terdapat permasalahan yang tidak selesai yakni

adanya benturan kepentingan otonomi daerah dengan kepentingan

pertumbuhan ekonomi yang kian meruncing membuat pertumbuhan Batam

menjadi stagnan. Permasalahan yang terjadi antara Pemko Batam dan BP

Batam menjadi bahan yang sering diperbincangkan dalam media cetak,

“Perang pernyataan di media massa tak terhindarkan. Wakil

Wali Kota Batam (2001-2005) Asman Abnur, saat masih

menjabat, pernah melontarkan pernyataan, BP harus dibubarkan.

Demonstrasi massa yang ditengarai dibekingi masing-masing

institusi untuk saling menjatuhkan wibawa ‘’lawan’’ juga kerap

berlangsung. Saling lempar tanggung jawab juga sering terjadi.

Ketika banjir misalnya, telunjuk masyarakat mengarah ke

104

Yose Rizal Damuari dkk., Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis Indonesia :

Tinjauan atas Peluang dan Permasalahan, Jakarta : Centre for Strategic and International

Studies, 2015, hlm. 32

Page 93: Perencanaan Batam sebagai KEK

76

Pemko sebagai pemerintah yang bertanggung jawab terhadap

nasib warga dan kota. Tapi, Pemko tak mau disalahkan.

Pasalnya, kewenangan pengalokasian lahan untuk properti dan

usaha yang kerap dituding sebagai penyebab banjir ada di

tangan BP. Kisruh juga terjadi soal status tempat pembuangan

akhir (TPA) Telaga Punggur, yang ternyata masih milik BP.

Pemko selaku pengelola sampah di Batam, setiap dua tahun

harus memperpanjang izin ke BP, agar TPA tersebut bisa terus

digunakan. “Pihak ketiga yang akan mengelola sampah di TPA

juga menjadi ragu berinvestasi di sana karena status lahan bukan

milik Pemko, tapi milik BP Batam”.105

Permasalahan tumpah tindih kewenangan antara BP Batam dan

Pemko Batam mengakibatkan Batam tidak berkembang secara maksimal,

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Batam mencatat, impor

di Batam pada 2014 mencapai Rp 35 triliun – Rp 40 triliun. Namun ekspor

dari Batam berkisar Rp 30 triliun – Rp 35 triliun. Itu artinya kawasan itu

lebih dimanfaatkan sebagai lokasi impor murah. Kemudian berdasarkan

data Kantor Pelayanan Umum (KPU) Bea Cukai Batam, potensi

perpajakan yang hilang di Batam tahun 2014 sebesar Rp 19,73 triliun,

sedangkan realisasi Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Batam pada

2014 yang Rp 572 miliar. Dan Realisasi investasi di Batam juga hanya

berhasil memperoleh peringkat 20 di Indonesia dengan realisasi investasi

sebesar Rp 3,07 triliun berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman

Modal (BPKM) yang mana perolehan angka tersebut tidak sesuai dengan

potensi di Batam, Bintan, dan Karimun. Data dari Badan Pengusahaan

Kawasan106

sepanjang triwulan I tahun 2012 total investasi sebesar US$

28,35 juta dengan realisasi investasi baru dari penanaman modal asing

105

Batam Pos, Satu kapal dua nahkoda (Online),

http://issuu.com/majalahbatampos/docs/edisi-20, diakses 20 Agustus 2015 106

Narita Indrastiti, FTZ Batam Tak Efektif Donkrak Investasti (online), http://

m.kontan.co.id/news/ftz-batam-tak-efektif-dongkrak-investasi, diakses 2 Februari 2016

Page 94: Perencanaan Batam sebagai KEK

77

hanya sebesar US$ 24,25 juta dan total perluasan penanaman modal asing

sebesar US$ 4,1 juta, angka ini menurun sebesar 44% dimana pada tahun

2011 total investasi sebesar US$ 50,45 juta dengan realisasi investasi baru

sebesar US$ 21,15 juta dan perluasan penanaman modal asing sebesar

US$ 29,3 juta. Erwin Ismail selaku importir di Batam mengemukakan

bahwa sejak diberlakukan FTZ di Batam per 1 April 2009, pergerakan

usaha dikawasan industri menurun 30 hingga 40 persen.107

Seorang masyarakat bernama Ta’In Komari pernah mengajukan uji

materi UU No. 44 Tahun 2007 tentang Penetapan Perppu No. 1 Tahun

2007 tentang Perubahan Atas UU 36 Tahun 2000 Tentang Penetapan

Perppu No. 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan

Pelabuhan Bebas kepada Mahkamah Konstitusi karena dianggap

mengancam proses pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan di

Kota Batam sebagai daerah otonom.108

Dalam Putusan Sidang Nomor 29/PUU-XI/2013 yang telah

dibacakan pada tanggal 21 Mei 2013 dijelaskan bahwa Ta’In Komari

mengajukan uji materi dikarenakan penetapan Batam sebagai FTZ tidak

memiliki dasar hukum (konsideran) yang jelas dan kuat sehingga produk

hukum tersebut akhirnya menabrak beberapa perundangan lainnya.

Beberapa perundang-undangan menurut Ta’in Komari yang dilanggar

adalah UU Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten

107

Tempo, Impor Barang Menurun Sejak FTZ diberlakukan di Batam (online),

http://bisnis.tempo.co/impor-barang-menurun-sejak-ftz-diberlakukan-di-batam, diakses 2 Februari

2016 108

Anonym, Warga Batam Persoalkan Aturan Kawasan Pelabuhan Bebas (online),

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt514ae15d001a8/warga-batam-persoalkan-aturan-

kawasan-pelabuhan-bebas.

Page 95: Perencanaan Batam sebagai KEK

78

Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten

Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan

Singigi, dan Kota Batam, UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal, dan UU Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan. Kebijakan

penetapan kawasan tersebut sebagai kawasan Perdagangan dan Pelabuhan

Bebas (Free Trade Zone/FTZ) terkesan dipaksakan dan membawa

kepentingan asing serta segolongan bukan tentang rakyat dan

kemakmuran. Meskipun pada akhirnya Mahkamah Konstitusi menyatakan

bahwa permohonan tidak dapat diterima berkenaan telah salah dalam

menentukan objek perkara. Dalam Risalah Sidang Putusan Nomor

29/PUU-XI/2013, Maria Farida menjelaskan berkenaan dengan kesalahan

pengajuan judul permohonan yang dituliskan oleh pemohon dan juga

pencabutan Peraturan Pemerintah bukan merupakan kewenangan

Mahkamah Konstitusi.

Jika menelusur kebelakang, sekitar pada tahun 2006 Batam telah

dikaji secara komprehensif berkenaan dengan kesiapan untuk ditetapkan

sebagai kawasan ekonomi khusus. Bahkan kajian akademis tentang

kesiapan Batam sebagai Kawasan Ekonomi Khusus telah diserahkan

kepada pemerintah sebagai bahan atau narasumber untuk kelak

menjadikan Batam sebagai KEK. Dalam laporan tersebut disebutkan

bahwa untuk menjadikan Batam sebagai suatu kawasan dalam kategori

kelas dunia, maka Batam harus memberikan pelayanan kelas dunia, baik

dalam perijinan, perpajakan dan kepabeanan. Selain itu kawasan ini juga

Page 96: Perencanaan Batam sebagai KEK

79

dapat memberikan fasilitas keamanan dunia, memiliki infrastruktur kelas

dunia, baik untuk fasilitas jalan raya, pelabuhan, airport, transportasi,

telekomunikasi, listrik.109

Penetapan lokasi KEK harus memenuhi kriteria yang telah dijabarkan

dalam peraturan perundang-undangan. Kriteria tersebut kemudian menjadi aspek

yang dipertimbangan sebagai tolak ukur dalam penentuan kelayakan sebuah

lokasi ditetapkan sebagai KEK. Analisis kelayakan Kota Batam sebagai KEK

dijabarkan kedalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.4 : Analisis Kelayakan Batam sebagai KEK

No Aspek Kriteria Tolak Ukur Bobot Nilai Keterangan Penilaian

1 Komitmen

Pemerintah

Pemerintah

Provinsi

Adanya Memory of

Agreement (MOA)

atau Nota Persetujuan

antara pemerintah

provinsi dan para

Investor

1,00 100

Total 1,00 100

2 Kebijakan Kebijakan

Nasional

Jelas penunjukan

lokasi sebagai KEK

0,13 80 Dapat dilihat pada

Peraturan Presiden Nomor

87 Tahun 2011 tentang

Rencana Tata Ruang

Kawasan Bintan,

Kawasan Batam, dan

Kawasan Karimun

Lokasi berada dalam

kawasan strategis

nasional

0,17 100

Kebijakan

Provinsi

Jelas penunjukan

lokasi sebagai KEK

0,10 60 Dapat dilihat baik dalam

Rencana Pembangunan

maupun Rencana Tata

Ruang Provinsi

Kepulauan Riau

Jelas penunjukan

lokasi sebagai

kawasan strategis

0,13 80

Jelas penunjukan

lokasi sebagai PKN

(Pusat Kegiatan

Nasional)

0,10 60

Jelas penunjukan

lokasi sebagai PKW

(Pusat Kegiatan

Wilayah)

0,10 60

Kebijakan

Kab/Kota

Jelas penunjukkan

lokasi sebagai PKW

0,13 80 Dapat dilihat baik dalam

Rencana Pembangunan

maupun Rencana Tata

Ruang dalam Peraturan

Daerah Nomor 2 Tahun

2004 tentang Rencana

Jelas penunjukan

lokasi sebagai PKL

(Pusat Kegiatan

Lokal)

0,13 80

109

Lihat Final Report Mempersiapkan Batam Sebagai Kawasan Ekonomi Khusus, Jakarta

27 Desember 2006, CSIS, Jakarta.

Page 97: Perencanaan Batam sebagai KEK

80

Tata Ruang dan Wilayah

Kota Batam Tahun 2004 –

2014

Total 1,00 600

3 Daya

Dukung

Lahan

Kemiringan

lereng

Kemiringan 0%-25% 0,07 80 Wilayah Kota Batam yang

memiliki kemiringan

lereng 0%-3% tersebar

dipesisir pantai di Teluk

Senimba, Teluk Jodoh,

Teluk Tering, dan Teluk

Duriangkang. Untuk

kemiringan 3%-10%

tersebar hampir diseluruh

wilayah Batam mulai dari

Perbukitan Dangas Pancur

di Sekupang dan Tanjung

Uncang ke sebelah timur,

dari Teluk Jodoh sampai

Duriangkang dan terus ke

pesisir timur. Wilayah

dengan kemiringan 10%-

20% sebagian besar

berada di daerah kaki

bukit dengan relief rendah

di tengah Batam dan pulau

besar lainnya. Wilayah

dengan kemiringan 20%-

40% sebaran luasnya

membentuk jalur sempit

di punggung bukit

sepanjang Bukit Dangas

Pancur dan Bukit Senyum.

Wilayah dengan

kelerengan di atas 40%

berada di sepanjang Bukit

Dangas Pancur.

Kemiringan 25%-

25%

0,04 40

Ketinggian Ketinggian > 1000

meter dpl

0,06 60 Wilayah Kota Batam

relatif datar dengan variasi

berbukit-bukit di tengah

pulau, ketinggian antara 7

hingga 160 mdpl. Wilayah

yang memiliki elevasi 0

hingga 7 mdpl terdapat di

pantai utara dan pantai

selatan Pulau Batam dan

sebelah timur Pulau

Rempang serta sebelah

utara, timur dan selatan

Pulau Galang. Wilayah

yang memiliki ketinggian

sampai 100 mdpl berada

di bagian tengah Pulau

Batam, Rempang dan

Galang serta Galang Baru.

Ketinggian < 1000

meter dpl

0,07 80

Hidrologi Bebas genangan 0,06 60

Dekat dengan sumber

air

0,07 80 Berkenaan dengan sumber

air bersih, Batam

menggunakan air yang

Page 98: Perencanaan Batam sebagai KEK

81

berasal dari wakduk dan

tidak menggunakan sumur

artesis berkenaan dengan

kondisi geologi. Batam

hingga saat ini memiliki 7

waduk dengan luas yang

cukup besar

Drainasi baik sampai

sedang

0,06 60

Berjarak 5 km dari

sungai

0,06 60

Klimatologi Minimum arah angin 0,06 60

Midium arah angin 0,04 40

Geologi

Menunjang

konstruksi bangunan

0,07 80

Tidak berada di

daerah rawan bencana

longsor

0,06 60

Lahan Area cukup luas ±500

Ha beserta

perluasannya

0,07 80

Karakteristik tanah

bertekstur sedang

sampai kasar

0,06 60 Batam memiliki

karakteristik tanah

tersendiri disebut dengan

istilah “Batam soil”

Berada pada tanah

marginal untuk

pertanian

0,04 40 Tanah marginal adalah

tanah yang memiliki

kualitas rendah untuk

menyokong kegiatan

pertanian. Kota Batam

masih dalam perencanaan

berkenaan dengan

kegiatan pertanian

Rawan Bencana Tidak rawan erosi 0,07 80 Didaerah reklamasi pantai

Tidak rawan banjir 0,06 60 Pembangunan yang

dilakukan daerah

Catchment Area

Total 1,00 1080

4 Ekonomi Bisnis Potensi sektor

unggulan yang akan

dikembangkan

0,17 100 Industri Maritim

Orientasi produksi

ekspor

0,07 40 Batam lebih menjadi kota

tujuan ekspor, sedangkan

orientasi ekspor Kota

Batam masih dibeberapa

negara Asia dan produk

ekspor belum berkembang

dengan baik.

Menarik minat

investor

0,17 100 Didukung oleh

ketersediaan infrastruktur

yang baik dan lengkap,

serta telah ditetapkan

sebagai kawasan FTZ

Kedekatan dengan

pasar

0,13 80 Berada di jalur pelayaran

Internasional, dan menjadi

kawasan yang sangat

menarik.

Page 99: Perencanaan Batam sebagai KEK

82

Ketersediaan bahan

mentah

0,10 60 Tidak memiliki sumber

daya (input utama) tetapi

didukung dengan sumber

energi dan air yang

sebagian merupakan input

produksi

Kedekatan dengan

konsumen

0,13 80 Lokasi yang strategis,

berbatasan langsung

dengan Singapura dan

Malaysia, berada dijalur

pelayaran Internasional

yang dapat mendukung

kegiatan transhipmetnt

(labuh kapal, ship to ship,

storage services)

Tenaga Kerja Ketersediaan tenaga

kerja

0,13 80 Jumlah penduduk usia

produktif >75%

Keterampilan tenaga

kerja

0,10 60 Peningkatan SDM yang

terus dilakukan baik

secara formal maupun

informal (sekolah-sekolah

kemaritiman, perkapalan)

Total 1,00 600

5 Transportasi Sarana Laut Pelabuhan hubungan

nasional

0,11 100 Memiliki 3 pelabuhan

utama (penumpang)

Memiliki 6 pelabuhan

rakyat

Pelabuhan

internasional

0,11 100 Memiliki 5 pelabuhan

penumpang internasional

(Singapura dan Malaysia)

Memiliki 3 pelabuhan

bongkar muat barang

internasional.

Sarana Darat Terminal Type A 0 Hubungan jalur darat

antar provinsi tidak ada di

Kota Batam, karena letak

Kota Batam yang

merupakan pulau

tersendiri dan terpisah dari

kota/provinsi lainnya.

Terminal Type B 0,02 20 Terdapat beberapa

terminal antar kecamatan,

namun fungsinya belum

maksimal karena

penggunaan transportasi

massa masih terus dalam

proses perbaikan

(penggunaan kendaraan

pribadi lebih tinggi)

Sarana Udara Bandara Internasional 0,04 40 1 bandar udara nasional

dan internasional (dimana

sekarang dalam tahap

pengembangan panjang

runway serta terminal

keberangkatan/kedatangan

)

Bandara Perintis 0,11 100 Pelayanan pesawat kecil

Page 100: Perencanaan Batam sebagai KEK

83

dilakukan di Bandar

Udara yang sama dengan

Bandar Udara

Internasional Hang

Nadim. Rute penerbangan

juga tidak terlalu padat

.

Jaringan Jalan Nasional 0,11 100 Panjang ruas jalan tidak

terlalu panjang, dan

perbaikan sering

dilakukan oleh pemerintah

pusat melalui satker

Provinsi 0,11 100 Panjang ruas jalan tidak

terlalu panjang, dan

perbaikan jug adilakukan

setiap tahunnya oleh

Provinsi

Kab/Kota 0,06 60 Terlalu panjangnya

cakupan ruas jalan

terutama didaerah

hinterland, dan

keterbatasan APBD untuk

mengcovernya setiap

tahunnya.

Aksesibilitas Rasio panjang jalan

per jumlah kendaraan

0,06 60 Jumalah pertumbuhan

kendaraan pribadi yang

terus meningkat tidak

sebanding dengan

pertumbuhan ruas jalan.

Jumlah orang/barang

yang terangkut

angkutan umum

0,06 60 Pemanfaatan kendaraan

pribadi lebih dominan

dibanding kendaraan

publik

Jumlah orang/barang

melalui

dermaga/bandara/ter

minal pertahun

0,11 100 Akses orang/barang lebih

banyak melalui

dermaga/bandara karena

posisi Pulau Batam yang

terpisah dari Pulau

Sumatera

Minimal berjarak 2

km dari pusat

permukiman dan 15-

20 km dari pusat kota

0,09 80 Hanya daerah hinterland

yang jaraknya agak sedikit

jauh dari pusat kota, untuk

daerah lain yang berada di

Pulau Batam memiliki

jarak yang tidak terlalu

jauh dari pusat kota.

Total 1,00 940

6 Sarana dan

Prasarana

Ketersediaan air

bersih

Persentase Rumah

Tangga (RT) yang

menggunakan air

bersih

0,19 100 Diatas 90%, Kondisi tanah

di Kota Batam yang tidak

memungkinkan adanya

sumur Bor. Pelayanan air

bersih dapat diakses oleh

perusahaan swasta

penyedia air (ATB), yang

membedakan Kota Batam

dengan daerah lain adalah

penyedia air bersih bukan

Page 101: Perencanaan Batam sebagai KEK

84

oleh BUMN tapi murni

oleh swasta, sehingga tarif

memang lebih tinggi

tetapi jaringan dan supply

lebih baik dibanding

daerah lain. (untuk daerah

Mainland)

Fasilitas listrik

dan telepon

Rasio ketersediaan

daya listrik

0,19 100 Sama dengan penyedia sir,

untuk penyedia energi

listrik di Kota Batam

dilakukan oleh swasta

murni bukan oleh BUMN

PT.PLN (dilaksanakan

oleh PT. Bright PLN yang

merupakan koperasi

karywan PLN sebagai

swasta murni)

Persentase rumah

tangga yang

menggunakan listrik

0,19 100 Untuk daerah mainland

sudah lebih 95% terakses

oleh listrik bahkan untuk

Rumah Liar (Ruli),

sedangkan didaerah

hinterland adanya

program listrik tenaga

surya sebagai program

pemerintah daerah untuk

menambah akses

kelistrikan bagi

masyarakat.

Persentase penduduk

yang menggunakan

HP/Telepon

0,15 80 Jaringan provider yang

sangat mendukung

Prasarana

Lingkungkan

Persentase penduduk

berakses air minum

0,15 80 Hampir diatas 90%

mendapatkan akses air

bersih

Persentase

penanganan sampah

0,12 60 Masih belum tuntasnya

proses Swastanisasi

Penanganan Sampah, serta

masih sedikitnya armada

pengangkut sampah oleh

Dinas Kebersihan Kota

Batam

Total 1,00 520

7 Lingkungan Pra Konstruksi Dampak sangat besar

dan lama

0,09 40 Pembebasan lahan dan hal

yang terkait dengan

lapangan Dampak sedang dan

sementara

0,09 40

Dampak kecil/mudah

diatasi

0,14 60

Konstruksi Dampak sangat besar

dan lama

0,18 80 Mobilitas tenaga kerja,

mobilitas alat,

pematangan

Lahan, pekerjaan Sipil,

pembangunan

jalan produksi, pekerjaan

mekanikal dan elektrikal,

pemberdayaan

Dampak sedang dan

sementara

0,14 60

Dampak kecil/mudah

diatasi

0,09 40

Page 102: Perencanaan Batam sebagai KEK

85

masyarakat

Operasional Dampak sangat besar

dan lama

0,14 60 Penyediaan bahan baku

dan pengemasan

Dampak sedang dan

sementara

0,09 40

Dampak kecil/mudah

diatasi

0,05 20

Total 1,00 440

Sumber : Diolah oleh Nurbaiti, ST, ME.

Kelayakan KEK dapat ditentukan dengan formula :

Maka selanjutnya berdasarkan tabel diatas ditemukan bahwa jumlah dari

perkalian antara bobot dan nilai yang diberikan berdasarkan skala likert adalah

4280, sedangkan jumlah dari tolak ukur yang digunakan dalam analisis kelayakan

sebagai KEK adalah 62 tolak ukur. Maka, jika dimasukkan kedalam formula

menjadi

, dan hasil dari pembagian antara jumlah perkalian bobot dan nilai

yang dibagi dengan tolak ukur adalah 69. Berdasarkan pemaparan diatas jika skor

kelayakan >75 maka lokasi tersebut dinyatakan layak dan meyakinkan sebagai

KEK, skor kelayakan diantara 55-75 maka lokasi dinyatakan layak secara

bersyarat atau dengan catatan sebagai KEK, dan skor <55 maka dapat dinyatakan

lokasi tersebut tidak layak dinyatakan sebagai KEK. Kota Batam dalam hal ini

dinyatakan sebagai lokasi yang layak ditetapkan secara bersyarat atau

dengan catatan, dalam artian untuk menetapkan Batam sebagai KEK diperlukan

persiapan yang matang dalam keseluruhan aspek hingga penerapan KEK di Kota

Batam mampu memberikan nilai kebermanfaatan.

Page 103: Perencanaan Batam sebagai KEK

86

Berdasarkan pemaparan diatas, maka ketika Kota batam ditetapkan

sebagai KEK maka terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan guna

mengoptimalisasi penyelenggaraan KEK nantinya. Optimalisasi KEK

memerlukan dukungan sistem hukum. Dibutuhkan sistem hukum yang solid,

integratif dan futuristik.110

Pemaknaan dari kata solid adalah sifat kejelasan dari

aturan, konsep kebijakan, insentif, dan proses dari pengembangan KEK termasuk

berkenaan dengan sarana dan prasarana serta biaya. Sistem hukum yang integratif

adalah yang sinergi baik dalam tataran aturan maupun pelaksana, dimana

tercermin dari pemikiran matang atas berbagai aspek yang terkait pembangunan

dalam kerangka historis yang kemudian berbentuk peraturan yang integratif.

Sistem hukum yang futuristik berisikan aturan yang dinamis terhadap perubahan,

mampu memprediksi dan memberikan jawaban untuk rentang waktu yang

panjang dalam mewujudkan KEK yang unggul dan berdaya saing yang lebih.

Sistem hukum yang solid, integratif, dan futuristik dibangun dengan waktu

yang tidak sedikit. Mengambil contoh penerapan KEK di negara lain yang

mengalami persiapan panjang berkenaan dengan aspek hukum yakni persiapan

regulasi. Contoh kasus Kairo yang telah menerbitkan UU Nomor 83 Tahun 2002

tentang SEZ (Special Economic Zones), akan tetapi baru membentuk satu lokasi

KEK pada tahun 2006. Hal ini disebabkan oleh banyaknya amanah dan

implementasi dari UU KEK yang harus disiapkan, seperti Peraturan rinci tentang

110

Dikemukakan oleh Wahyuni Bahhar selaku Direktur Eksekutif Pusat Kajian Hukum

Infrastruktur Universitas Presiden dalam artikel berjudul Ciptakan Daya Saing, KEK Butuh

Dukungan Sistem Hukum yang Integratif, http://br-online.co/ciptakan-daya-saing-kek-butuh-

dukungan-sistem-hukum-yang-integratif/ , diakses pada tanggal 17 Januari 2016

Page 104: Perencanaan Batam sebagai KEK

87

penyelenggaraan KEK, peraturan perpajakan dan kepabeanan di KEK, serta

pengaturan tentang kelembagaan KEK.111

“Untuk menjadikan Batam, Bintan, Karimun (BBK) sebagai KEK,

maka nantinya payung hukum atas eksistensi BBK sebagai KEK harus

benar-benar diatur secara komprehensif dalam RUU KEK mendatang.

Jangan sampai pengalaman FTZ di Batam dalam sistem hukum

terulang kembali di KEK... Kekhawatiran senada juga diungkapkan

oleh Neltje Saly selaku Kepala Pusat Penelitian Pengembangan Sistem

Hukum Nasional Departemen Hukum dan HAM yang mengatakan

bahwa dua kendala besar yang harus dibenahi yaitu aspek legalitas

dan kualitas kelembagaan pemerintah.” 112

Penetapan Kawasan Ekonomi Khusus dilakukan dengan pembentukan

Peraturan Pemerintah sebagaiman diatur dalam peraturan perundang-undangan

terkait. Hingga saat ini terdapat 10 Peraturan Pemerintah yang menetapkan

keberadaan KEK di Indoneisa, ke-10 Peraturan Pemerintah tersebut adalah

sebagai berikut : KEK Tanjung Lesung (PP Nomor 26 Tahun 2012), KEK Sei

Mangkei (PP Nomor 29 Tahun 2012), KEK Palu (PP Nomor 31 Tahun 2014),

KEK Bitung (PP Nomor 32 Tahun 2014), KEK Morotai (PP Nomor 50 Tahun

2014), KEK Tanjung Api-Api (PP Nomor 51 Tahun 2014), KEK Mandalika (PP

Nomor 52 Tahun 2014), KEK MBTK (PP Nomor 85 Tahun 2014), KEK Tanjung

Kelayang (PP Nomor 6 Tahun 2016), KEK Sorong (PP Nomor 31 Tahun 2016).

Jika diperhatikan secara sekasama berdasarkan Peraturan Pemerintah yang telah

ada sebelumnya, maka substansi berkenaan Peraturan Pemerintah berkenaan

dengan penetapan Batam sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (Rancangan

Peraturan Pemerintah terlampir) :

111

Ayu Prima, Op.cit, hlm 4 112

Media Indonesia, 11 September 2007, Kawasan Khusus Hanya Retorika, hlm. 14

Page 105: Perencanaan Batam sebagai KEK

88

1. Ketentuan berkenaan dengan luas wilayah serta batas dari lokasi

yang ditetapkan sebagai kawasan ekonomi khusus, dilengkapi

dengan peta pada lampiran atau penjelasan;

Menko Perekonomian sekaligus Ketua Dewan Kawasan

Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Batam, Darmin Nasution

mengatakan bahwa KEK Batam tidak boleh digabung dengan daerah

permukiman, akan ada daerah khusus yang menjadi tempat untuk

berinvestasi. Dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Batam

sendiri telah dialokasikan lahan yang akan digunakan sebagai

Kawasan Khusus, selain daripada itu dilansir dari serantaunews.com

dikatakan bahwa Dewan kawasan bersama tim teknis KEK Batam

telah menetapkan, seluruh kawasan industri di Batam yang terdaftar

di BP Batam masuk zona KEK113

.

113

Serantau News, 1 Juni 2016, Semua Kawasan Industri di Batam Masuk KEK

(online), http://serantaunews.com/baca/13006/semua-kawasan-industri-di-batam-masuk-kek.html,

diakses 21 Juni 2016

Page 106: Perencanaan Batam sebagai KEK

89

Gambar 4.13 : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Batam

Sumber : Bapeda Kota Batam, 2014

Page 107: Perencanaan Batam sebagai KEK

90

Tabel 4.5 : Rencana Alokasi Lahan Kota Batam tahun 2004-2014

No Pemanfaatan Lahan Kec.

Sekupang

Kec.

Lubuk

Baja

Kec.

Batu

Ampar

Kec.

Nongsa

Kec. Sei

Beduk

Kec.

Belakang

Padang

Kec.

Bulang

Kec.

Galang

Luas

Total Persen

1 Pusat Pemerintahan 24.95 - - 43.31 - - - - 68.26 0.07%

2 Industri 1,429.34 16.82 464.40 1,448.89 1,340.87 20.73 122.69 1,000.00 5,843.74 5.63%

3 Perdagangan Jasa 583.59 370.28 339.12 737.26 169.69 13.70 29.86 - 2,243.50 2.16%

4 Pariwisata 711.30 9.88 12.86 1,345.17 202.64 128.80 331.02 5,173.42 7,915.09 7.62%

5 Permukiman 2,861.70 436.65 1,180.56 3,174.92 2,649.38 774.07 668.98 2,389.88 14,136.14 13.61%

6 Pengembangan Pantai 461.70 258.97 687.57 698.15 90.46 - - - 2,196.88 2.12%

7 Pertanian 291.40 2.00 - 200.63 31.25 1,882.28 6.417.33 2,226.29 11,051.18 10.64%

8 Budidaya Perikanan 45.50 - - 154.88 - 628.12 1,832.14 949.24 3,609.88 3.48%

9 Kawasan Strategis - - - 43.73 - 87.93 - 1,735.04 1,866.70 1.80%

10 Kawasan Khusus 81.50 - - 382.40 52.46 170.47 66.14 351.47 1,104.44 1.06%

11 Kawasan Bandara - - - 1,741.90 1.63 - - - 1,743.53 1.68%

12 Lingkungan Kerja

Pelabuhan 57.72 - 120.56 346.71 21.80 - - 15.23 562.02 0.54%

13 Fasilitas Umum 385.01 38.24 121.10 409.24 325.08 57.23 255.08 21.02 1,612.00 1.55%

14 Jalan 280.75 96.11 89.40 368.63 197.83 372.20 383.17 548.60 2,336.69 2.25%

15 Pengembangan Terbatas - - - 227.90 - - - - 227.90 0.22%

Sumber : Bapeda Kota Batam, 2014

Page 108: Perencanaan Batam sebagai KEK

91

2. Ketentuan berkenaan jenis zona yang akan dilaksanakan oleh

kawasan ekonomi khusus yang ditetapkan;

Terdapat beberapa zona dalam suatu kawasan ekonomi khusus,

dimana daerah yang ditetapkan menjadi kawasan ekonomi khusus

dapat terdiri atas satu atau lebih zona. Zona industri menjadi bentuk

yang tepat untuk diselenggarakan dalam Batam sebagai KEK

menimbang sejarah Batam yang sebelumnya telah ditetapkan

sebagai Kawasan Industri dimana sumbangsih dari bidang Industri

Batam berada pada urutan ke-3 di Indonesia.

Tabel 4.6 : Daftar Kawasan Industri di Batam

Nama Awal Beroperasi Luas Kawasan

(ha) Jumlah Tenan

Batamindo Industrial Park 1990 320 67

Bintang Industrial Park II 2001 80 30

Cammo Industrial Park 1995 18 27

Citra Buana Centre Park I 1994 10 50

Citra Buana Centre Park II 2002 8 8

Citra Buana Centre Park II 2002 20 20

Executive Industrial Park 2005 22 26

Hijrah Industrial Estate 2002 6 18

Indah Industrial Park 2000 16 13

Kabil Integrated Industrial

Estate 1991 500 48

Kara Industrial Park 1992 19 22

Lytech Industrial Park 1992 14 52

Latrade Industrial Park 2001 52 14

Malindo Cipta Perkasa 1996 2 22

Megacipta Industrial Park 1994 5 35

Panbil Industrial Estate 2001 103 22

Puri Industrial Park 2000 2002 24 31

Sarana Industrial Point 2005 18 17

Sekupang Makmur Abadi 1984 32 22

Taiwan International Park 1990 54 32

Tunas Industrial Estate 2001 48 41

Union Industrial Park 2003 23 52

Sumber : BP Batam, 2014

Page 109: Perencanaan Batam sebagai KEK

92

Laju pertumbuhan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)114

Kota Batam pada tahun 2014 melaju dibanding pada tahun

sebelumnya yakni mencapai 7,99%, tahun 2013 sebesar 7,00%,

tahun 2012 sebesar 7,40%, dan tahun 2011 sebesar 7,83%.

Gambar 4.14 : Laju Pertumbuhan Ekomomi Batam 2011-2014

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014

Perindustrian menjadi penyumbang terbesar dalam perekonomian

Kota Batam yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.7 : Share PDRB Kota Batam ADHK115

2000 Tahun 2010-2013

No Sektor 2010 2011 2012 2013*

1 Pertanian 1,18% 1,18% 1,16% 1,12%

2 Pertambangan dan Penggalian 0,14% 0,13% 0,12% 0,12%

3 Industri Pengolahan 61,64% 60,69% 59,92% 58,99%

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,65% 0,67% 0,66% 0,67%

5 Bangunan 2,81% 2,90% 2,95% 3,02%

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 24,80% 25,72% 26,53% 27,40%

7 Pengangkutan & Komunikasi 3,05% 3,06% 3,06% 3,07%

8 Keuangan, Persewaan, dan jasa

Perusahaan 4,48% 4,44% 4,41% 4,43%

9 Jasa-jasa 1,25% 1,21% 1,19% 1,18%

Sumber : Batam Dalam Angka 2011-2014

114

PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan

oleh keseluruhan unit usaha dalam satu wilayah tertentu, merupakan jumlah barang dan jasa akhir

yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam kegiatan perekonomian 115

PDRB ADHK (Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga Konstan)

digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun yang kemudian

menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Data PDRB ADHK lebih

menjabarkan berkenaan dengan perkembangan produksi riil barang dan jasa yang dihasilkan unit

usaha dalam kegiatan perekonomian

Page 110: Perencanaan Batam sebagai KEK

93

3. Kelembagaan yang menjalankan tugas dan fungsi di KEK.

Pemerintah daerah memiliki tugas pokok berdasarkan UU PEMDA

yakni mengatur urusan pemerintahan daerahnya sendiri.116

Berkenaan dengan penyelenggaraan kawasan khusus, pemerintahan

daerah memiliki kewenangan sebagaiamna diatur UU terkecuali

telah diatur oleh peraturan lainnya, hal ini termaktub dalam Pasal

360 ayat (4) UU PEMDA yang berbunyi, “Dalam kawasan khusus

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap Daerah mempunyai

kewenangan Daerah yang diatur dengan peraturan pemerintah,

kecuali kewenangan Daerah tersebut telah diatur dalam ketentuan

peraturan perundang-undangan”. Beberapa hal yang menjadi urusan

pemerintahan daerah berdasarkan UU PEMDA adalah sebagai

berikut :

A Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan

Pelayanan Dasar meliputi: (1) pendidikan; (2) kesehatan; (3)

pekerjaan umum dan penataan ruang; (4) perumahan rakyat

dan kawasan permukiman; (5) ketenteraman, ketertiban

umum, dan pelindungan masyarakat; dan (6) sosial.

B Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan

Pelayanan Dasar meliputi: (1) tenaga kerja; (2)

pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak; (3) pangan;

(4) pertanahan; (5) lingkungan hidup; (6) administrasi

kependudukan dan pencatatan sipil; (7) pemberdayaan

116

Lihat BAB IV Urusan Pemerintahan pada UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah.

Page 111: Perencanaan Batam sebagai KEK

94

masyarakat dan Desa; (8) pengendalian penduduk dan

keluarga berencana; (9) perhubungan; (10) komunikasi dan

informatika; (11) koperasi, usaha kecil, dan menengah; (12)

penanaman modal; (13) kepemudaan dan olah raga; (14)

statistik; (15) persandian; (16) kebudayaan; (17)

perpustakaan; dan (18) kearsipan.

C Urusan Pemerintahan Pilihan, penyelenggaraannya

diserahkan kepada daerah sesuai dengan potensi yang

dimiliki oleh masing-masing daerah, meliputi: (1) kelautan

dan perikanan; (2) pariwisata; (3) pertanian; (4) kehutanan;

(5) energi dan sumber daya mineral; (6) perdagangan; (7)

perindustrian; dan (8) transmigrasi.

Pemko Batam selaku penyelenggara urusan pemerintahan daerah

memiliki urutan prioritas penyelenggaraan kewenangan berdasarkan

Peraturan Daerah (Selanjutnya disebut Perda) Nomor 1 Tahun 2010

tentang Urusan Pemerintah yang Menjadi Kewenangan

Pemerintahan Daerah. Urutan prioritas penyelenggaraan

kewenangan adalah sebagai berikut :

A Urusan Wajib, mengacu pada Pasal 6 ayat 1 Perda Nomor 1

Tahun 2010 tentang Urusan Pemerintah yang Menjadi

Kewenangan Pemerintahan Daerah meliputi : (1) pendidikan;

(2) kesehatan; (3) ketenagakerjaan; (4) lingkungan hidup; (5)

pekerjaan umum; (6) penataan ruang; (7) ketahanan pangan;

(8) perencanaan pembangunan; (9) perumahan; (10)

Page 112: Perencanaan Batam sebagai KEK

95

kepemudaan dan olahraga; (11) pertanahan; (12) penanaman

modal; (13) koperasi dan usaha kecil dan menengan; (14)

kependudukan dan catatan sipil; (15) pemberdayaan

perempuan dan perlindungan anak; (16) perhubungan; (17)

komunikasi dan informatika; (18) kesatuan bangsa dan

politik dalam negeri; (19) otonomi daerah, pemerintahan

umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah,

kepegawaian dan persandian; (20) pemberdayaan masyarakat

dan desa; (21) sosial; (22) kebudayaan; dan (23)

perpustakaan.

B Urusan Pilihan, dengan pertimbangan berdasarkan Produk

Domestik Regional Bruto dan mengacu pada Pasal 8 ayat 1

Perda Nomor 1 Tahun 2010 tentang Urusan Pemerintah yang

Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah meliputi: (1)

industri; (2) perdagangan; (3) pariwisata; (4) kelautan dan

perikanan; (5) pertanian; dan (6) energi dan sumber daya

mineral

Penyelenggaraan urusan dilakukan berdasarkan kesamaan

karakteristik dengan mempertimbangan efektifitas dan efisiensi

pelaknsaan dukungan sumber daya dan kemampuan pembiayaan

daerah. penyelenggaraan urusan diintegrasikan sebagai fungsi yang

melekat pada kelembagaan daerah. Penetapan Batam sebagai KEK

otomatis mengharuskan keberadaan lembaga yang memiliki tugas

dan fungsi sebagaimana dijabarkan dalam UU KEK sebagai berikut :

Page 113: Perencanaan Batam sebagai KEK

96

Tabel 4.8 : Tugas Pokok Pihak yang Berwenang Mengembangkan KEK Lembaga Tugas Pokok

Pemerintah Pusat Membangun infrastruktur penunjang di luar KEK

Dewan Nasional 1. Menyusun Rencana Induk Nasional KEK

2. Menetapkan kebijakan umum dan langkah strategis pengembangan KEK

3. Menetapkan standar infsruktur dan pelayanan minimal dalam KEK

4. Memberikan rekomendasi pembentukan KEK

5. Menyelesaikan permasalahan strategis dalam pelaksanaan, pengelolaan dan

pengembangan KEK

6. Memantau dan mengevaluasi pengembangan KEK

Dewan Kawasan 1. Melaksanakan kebijakan umum yang telah ditetapkan oleh Dewan Nasional

2. Mengawasi, mengevaluasi dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas

Administrator KEK

3. Menetapkan langkah strategis penyelesaian permasalahan dalam pelaksanaan

kegiatan KEK di wilayah kerjanya.

4. Menyampaikan laporan pengelolaan KEK kepada Dewan Nasional

Administrator 1. Mengeluarkan berbagai izin yang diperlukan oleh pelaku usaha untuk

mengembangkan usaha di KEK

2. Melakukan pengawasan dan pengendalian operasionalisasi KEK

3. Menyampaikan laporan operasionalisasi KEK kepada Dewan Kawasan

Badan Usaha

Pengelola

Menyelenggarakan kegiatan usaha di KEK

Sumber : UU Nomor 39 Tahun 2009

Secara sederhana ketika berkaitan dengan penyelenggaraan KEK

yakni berkenaan dengan investasi, perindustrian, dll maka menjadi

fokus dari kelembagaan KEK yang diatur dalam UU KEK,

sedangkan ketika berkenaan dengan pelayanan masyarakat maka

menjadi tugas pokok dari Pemko Batam selaku penyelenggara

Pemerintahan Daerah.

Page 114: Perencanaan Batam sebagai KEK

97

4. Ketentuan peralihan status dari FTZ menuju KEK, serta hal-hal yang

berkaitan dengan BP Batam. Dalam ini perlu dijabarkan berkenaan

dengan mekanisme pembubaran, peralihan tugas, fungsi, dan aset

yang sebelumnya dikelola oleh BP Batam;

BP Batam merupakan lembaga pengelola FTZ yang mendapatkan

kewenangan dari pemerintah pusat khususnya yang menjadi

kewenangan Departement Perdagangan untuk mengeluarkan

perijinin, Kewenangan BP Batam antara lain menerbitkan izin

prinsip Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), angka

pengenal impor dari Kementerian Perdagangan, dan izin dari

kementerian lain.117

UU KEK telah mengatur berkenaan dengan

Kelembagaan, dalam tataran yang telah diatur tidak terdapat Badan

Pengusahaan (BP) sebagai salah satu bagian dari pihak yang

berwenang dalam pengembangan KEK, sehingga BP Batam dapat

dibubarkan kemudian diperlukan formulasi kelembagaan yang baru

yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Penetapan Batam sebagai

KEK.

Aspek kelembagaan menjadi satu hal yang sangat vital sebagai

penentu keberhasilan penyelenggaraan KEK, maka dalam masa

transisi Kota Batam ditetapkan sebagai KEK terdapat perubahan BP

Batam sebagaimana diutarakan oleh HM.Sani118

selaku Gubernur

117

Edmira Rivani, Transformasi Batam Menjadi KEK untuk Memperbaiki Iklim

Investasi, dalam jurnal Info Singkat Ekonomi dan Kebijakan Publik Vol. VIII, No.

06/II/P3DI/Maret/2016, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, 2009, hlm 13 118

Batam Pos, 20 Februari 2016, BP Batam Ganti Nama, FTZ jadi KEK (online),

http://www.jpnn.com/read/2016/02/20/358208/BP-Batam-Ganti-Nama-FTZ-Jadi-KEK-, diakses

17 Agustus 2016

Page 115: Perencanaan Batam sebagai KEK

98

Kepulauan Riau yang menegaskan bahwa BP Batam akan

mengalami pergantian nama dan hal terkait sehingga sesuai dengan

penyelenggaraan KEK yang telah diatur. Penerbitan Peraturan

Pemerintah menjadi gerbang awal Batam sebagai KEK. Nantinya

akan ada pengurus yang baru untuk melakukan identifikasi aset,

pengelolaan kerjasama dengan investor, perbaikan pembagian tugas

dan wewenang dengan Pemko Batam serta melakukan persiapan

untuk strategi pengembangan kawasan ke depan.119

5. Penjabaran berkenaan dengan penyelenggaraan kawasan ekonomi

khusus sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

119

Tribun Batam, 14 Maret 2016, Batam Masuk Masa Transisi dari FTZ ke KEK

selama 3-6 Bulan, Pejabat BP Batam Segera diganti (online),

http://batam.tribunnews.com/2016/03/14/batam-masuk-masa-transisi-dari-ftz-ke-kek-selama-3-6-

bulan-pejabat-bp-batam-segera-diganti, diakses 17 Agustus 2016

Page 116: Perencanaan Batam sebagai KEK

99

Bagan 1.3 : Pelaksanaan Pembentukan KEK Kota Batam

Sumber : Penulis, 2016

Page 117: Perencanaan Batam sebagai KEK

100

BAB V

PENUTUP

A KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang penulis jabarkan di bab sebelumnya, maka

kesimpulannya adalah sebagai berikut :

1. Kawasan Ekonomi Khusus merupakan salah satu bentuk Kawasan

Khusus yang dibentuk guna menunjang potensi daerah.

Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus dilaksanakan berdasarkan

peraturan perundang-undangan dimana dalam proses diharuskan

melibatkan pemerintahan daerah. Pembentukan KEK harus memenuhi

kriteria sebagai berikut : sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah

dan tidak berpotensi mengganggu Kawasan Lindung, terletak pada

posisi yang dekat dengan jalur perdagangan/pelayaran Internasional,

mempunyai batas yang jelas, serta Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota

mendukung KEK.120

Secara spesifik hal-hal berkaitan dengan

pembentukan KEK diatur dalam PP Nomor 2 Tahun 2011 jo PP Nomor

100 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan KEK. Terdapat beberapa

tahapan dalam penyelenggaraan KEK berdasarkan PP yaitu sebagai

120

Pasal 4 UU Nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus

Page 118: Perencanaan Batam sebagai KEK

101

berikut : a) Pengusulan KEK; b) Penetapan KEK; c) Pembangunan

KEK; d) Pengelolaan KEK; dan e) Evaluasi pengelolaan KEK.

2. Kota Batam sedang berada dalam masa transisi menuju KEK yang akan

berlangsung selama 3-6 Bulan dimana Pemerintah akan menyiapkan

aturan hukum berupa Peraturan Pemerintah untuk pembentukan KEK

Batam, setelah itu pembenahan struktural atau pemilihan ketua KEK.

Kota Batam dapat diusulkan untuk menjadi daerah KEK jika melihat

kriteria yang harus dipenuhi suatu lokasi KEK.121

Kota Batam dapat

diusulkan untuk menjadi daerah KEK dengan zona pelaksanaan Zona

Industri dikarenakan bidang Industri Batam berada pada urutan ke-3

penyumbang terbesar pada perekonomian nasional. Berdasarkan formula

untuk penentuan kelayakan suatu lokasi sebagai KEK yakni dengan

pemberian bobot dan penilaian dari tiap aspek tolak ukur,

, diperoleh hasil Kota Batam memperoleh angka 69

dalam proses analisis yang mana dalam artian Kota Batam dinyatakan

sebagai lokasi yang layak ditetapkan secara bersyarat atau dengan

catatan

121

Lihat Pasal 4 UU Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus

Page 119: Perencanaan Batam sebagai KEK

102

B SARAN

Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus sebagai salah salah satu kawasan

perkembangan ekonomi guna mengoptimalisasikan potensi daerah harus

dilaksanakan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.

Diharapkan KEK berjalan sebagaimana diharapkan sehingga mampu memberikan

kesejahteraan terhadap rakyat Indonesia terkhususkan dalam konteks wilayah

yang ditetapkan sebagai KEK.

Pemerintah pusat dan pemerintah daerahnya hendaknya benar-benar

memperhatikan dan mengkaji secara mendalam hal-hal berkenaan dengan

penetapan Batam sebagai KEK agar penetapan tersebut tepat sasaran dan tepat

guna dan mampu mengakomodir kepentingan ekonomi serta kepentingan

masyarakat. Aspek hukum menjadi salah satu bagian utama yang harus

diperhatikan, pemerintah hendaknya membentuk Peraturan Pemerintah sebagai

bagian dari pelaksanaan KEK secara bijaksana dan memperhatikan kebutuhan

lokasi yang diusulkan sebagai KEK sehingga tidak muncul hal-hal yang mampu

menghambat pelaksanaan KEK.

Page 120: Perencanaan Batam sebagai KEK

103

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Amirudin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2004

BP Batam, Laporan Badan pengusahaan Batam Semester I tahun 2013,

Batam : Pusat Pengolahan Data dan Sistem Informasi Badan Pengusahaan

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, 2013

Bahder Johan.N , Metode Penelitian Ilmu Hukum, Bandung : Mandar Maju,

2008

Budi Santoso, Tinjauan Dari Perspektif Departemen Perdagangan Terhadap

Kebijakan Pemerintah Dalam Mendukung Pengembangan Kawasan

Ekonomi Khusus, Diskusi Internal dengan Tim Peneliti P3DI, Jakarta 4

April 2008.

Charles F. Strong, Modern Political Constitutions: An Introduction to the

Comparative Study of Their History and Existing Form, Sidgwick &

Jackson, 1980

Edmira Rivani, Transformasi Batam Menjadi KEK untuk Memperbaiki

Iklim Investasi, dalam jurnal Info Singkat Ekonomi dan Kebijakan Publik

Vol. VIII, No. 06/II/P3DI/Maret/2016, Pusat Penelitian Badan Keahlian

DPR RI, 2009

Fokky Fuad, Materi Perkuliahan : Metode Penelitian dan Penulisan Hukum,

Materi tidak diterbitkan, Universitas Esa Unggul

Page 121: Perencanaan Batam sebagai KEK

104

Gagasan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus, Business News No

7388/17-7-2006

Hari Sabarno, Memandu Otonomi Darah Menjaga Kesatuan Bangsa. Jakarta :

Sinar Grafika, 2008

Jimly Asshiddiqie, Pokok – Pokok Hukum Tata Negara Pasca Reformasi,

Jakarta : PT.Bhuana Ilmu Populer, 2007

Johnny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Malang :

Bayumedia Publishing, 2005

Maringan Masri Simbolon, Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen, Jakarta:

Ghalia Indonesia

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, 2007

Prof Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum : Apa dan

Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Jakarta : Pt.Gramedia, 2006

Riant Nugroho Dwidjowijoto, Manajemen Pembangunan Indonesia : Sebuah

Pengantar dan Panduan, Jakarta : Elex Media Komputindo, 2006

Siswanto Sunaryo, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Jakarta : Sinar

Grafika, 2009

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press,1986

Soetandoyo Wignyosubroto, Hukum Sebagai Objek Penelitian dan

Keragaman- Keragaman Definisi Konseptualnya, Makalah LPPM

Universitas Widyagama Malang, 4 Oktober 2006

Tim Menetapkan 12 Syarat KEKI”, Kompas 5 Agustus 2006, jo “Urgensi

Strategis Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia”, Business News

7401/16-8-2006,

Page 122: Perencanaan Batam sebagai KEK

105

Tim Penyempurna, Buku Pedoman Penulisan Fakultas Hukum Universitas

Brawijaya 2012/2013

Yose Rizal Damuari dkk., Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis Indonesia

: Tinjauan atas Peluang dan Permasalahan, Jakarta : Centre for Strategic

and International Studies, 2015

INTERNET

Anonym, Bentuk Negara (online), http://pemerintah.net/bentuk-negara/, diakses

11 April 2016

Anonym, Penetapan Kawasan Khusus dan Kawasan Ekonomi Khusus

(online), http://www.gin.web.id, diakses 7 Agustus 2016

Anonym, Warga Batam Persoalkan Aturan Kawasan Pelabuhan Bebas

(online), http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt514ae15d001a8/warga-

batam-persoalkan-aturan-kawasan-pelabuhan-bebas.

Ayu Prima Yesuari, Mengenal Kawasan Ekonomi Khsusus,

http://penataanruang.pu.go.id/bulletin/upload/data_artikel/edisi3d.pdf,

diakses 4 Januari 2015

Badan Pusat Statistik, Jumlah Penduduk Tahun 2015 (online),

http://bps.go.id/publikasi, diakses 25 Juni 2016

Batam Pos, 20 Februari 2016, BP Batam Ganti Nama, FTZ jadi KEK (online),

http://www.jpnn.com/read/2016/02/20/358208/BP-Batam-Ganti-Nama-

FTZ-Jadi-KEK-, diakses 17 Agustus 2016

Page 123: Perencanaan Batam sebagai KEK

106

Batam Pos, 21 September 2015, Jakarta Dinilai Belum Sepenuhnya Dukung

FTZ Batam (online), batampos.co.id/21-09-2015/jakarta-dinilai-belum-

sepenuhnya-dukung-ftz-batam/, diakses 2 Oktober 2015

Batam Pos, Satu kapal dua nahkoda (Online),

http://issuu.com/majalahbatampos/docs/edisi-20, diakses 20 Agustus 2015

Chandra Gunawan, Evaluasi FTZ Batam Direspon Positif (online),

http://ekbis.sindonews.com/read/997-68/34/evaluasi-ftz-batam-direspon-

positif-1430727284, diakses 2 Februari 2016

Fabian Januarius, Pemerintah Hapus BP Batam (online),

http://nasional.kompas.com/read/2015/12/31/08025161/Januari.2016.Pemeri

ntah.Hapus.BP.Batam. diakses 5 Januari 2015

Faisal Rachman, FTZ BBK Dikelola Pemerintah Pusat (online),

http://www.sinarharapan.co/news/read/150730145/ftz-bbk-dikelola-

pemerintah-pusat, diakses 23 November 2015

Ferial, Paket Kebijakan Ekonomi VI (online),

http://ebtke.esdm.go.id/post/2015/11/18/1016/paket-kebijakan-ekonomi-vi,

diakses 16 Januari 2015

Kimia Mizany dan April Manatt, “What So Special About District, A Citizen’s

Guide to Special Districts in California, Third ed”, www.csda.net, diakses

29 juli 2016.

Laporan Pendahuluan : Kajian Model Analisis Dampak Pembangunan

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Terhadap Perekonomian Nasional,

hasil kerjasama Sekretariat Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus

dengan PT.Sinergi Visi Utama, http://kek.ekon.go.id/, hlm. 18

Page 124: Perencanaan Batam sebagai KEK

107

Narita Indrastiti, FTZ Batam Tak Efektif Donkrak Investasti (online), http://

m.kontan.co.id/news/ftz-batam-tak-efektif-dongkrak-investasi, diakses 2

Februari 2016

Republika, 14 Maret 2016, Batam akan Diubah Jadi KEK – Ini Sikap Pemda

Kepri,http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/03/14/o40q9

m383-batam-akan-diubah-jadi-kek-ini-sikap-pemda-kepri, diakses 11

Agustus 2016

Republika, 14 Maret 2016, Batam akan Diubah Jadi KEK – Ini Sikap Pemda

Kepri,http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/03/14/o40q9

m383-batam-akan-diubah-jadi-kek-ini-sikap-pemda-kepri, diakses 11

Agustus 2016

Ronny Sautma Hotma Bako, Permasalahan di Seputar Kawasan Ekomomi

Khusus, http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-bisnis/87-

permasalahan-di-seputar-kawasan-ekonomi-khusus.html diakses tanggal 5

November 2015

Serantau News, 1 Juni 2016, Semua Kawasan Industri di Batam Masuk KEK

(online), http://serantaunews.com/baca/13006/semua-kawasan-industri-di-

batam-masuk-kek.html, diakses 21 Juni 2016

Sandy Hasbullah, Mari Mengenal Kota Batam Lebih Dalam,

http://univbatam.ac.id/, diakses 11 Agustus 2016

Surya, Gagal Capai Kesepakatan, Darmin Lanjutkan Rakor FTZ Batam

Pekan Depan (online), http://pinang.batamtoday.com/berita65720-gagal-

capai-kesepakatan-darmin-lanjutkan-rakor-ftz-batam-pekan-depan.html,

diakses 2 Februari 2016

Page 125: Perencanaan Batam sebagai KEK

108

Tempo, 12 Januari 2016, Darmin Cari Alternatif Solusi Dualisme

Kewenangan di Batam (online),

http://bisnis.tempo.co/read/news/2016/01/12/090735120/darmin-cari-

alternatif-solusi-dualisme-kewenangan-di-batam, diakses tanggal 15 Januari

2016

Tempo, Impor Barang Menurun Sejak FTZ diberlakukan di Batam (online),

http://bisnis.tempo.co/impor-barang-menurun-sejak-ftz-diberlakukan-di-

batam, diakses 2 Februari 2016

Tempo, Impor Barang Menurun Sejak FTZ diberlakukan di Batam (online),

http://bisnis.tempo.co/impor-barang-menurun-sejak-ftz-diberlakukan-di-

batam, diakses 2 Februari 2016

Tommy Monoarfa dan Komarudin, Penetapan Kawasan Khusus dan Kawasan

Ekonomi Khusus (online), http://www.gin.web.id/ diakses 4 Januari 2015

Tribun Batam, 13 Januari 2016, Batam Terlalu Banyak UU yang Berangkai,

Orang Datang Mau Investasi Bukan Baca UU (online),

http://batam.tribunnews.com/2016/01/13/batam-terlalu-banyak-uu-yang-

berangkai-orang-datang-mau-investasi-bukan-baca-uu, diakses 15 Januari

2016

Tribun Batam, 14 Maret 2016, Batam Masuk Masa Transisi dari FTZ ke KEK

selama 3-6 Bulan, Pejabat BP Batam Segera diganti (online),

http://batam.tribunnews.com/2016/03/14/batam-masuk-masa-transisi-dari-

ftz-ke-kek-selama-3-6-bulan-pejabat-bp-batam-segera-diganti, diakses 17

Agustus 2016

Page 126: Perencanaan Batam sebagai KEK

109

Very Herdiman, Ciptakan Daya Saing, KEK Butuh Dukungan Sistem Hukum

yang Integratif, http://br-online.co/ciptakan-daya-saing-kek-butuh-

dukungan-sistem-hukum-yang-integratif/ , diakses pada tanggal 17 Januari

2016

Wartakepri, 14 Maret 2016, Darmin : Penetapan Ketua KEK Batam Tunggu

Usai Audit Aset BP Kawasan, http://wartakepri.co.id/2016/03/14/darmin-

penetapan-ketua-kek-batam-tunggu-usai-audit-%E2%80%8Easet-bp-

kawasan/, diakses 11 Agustus 2016

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana

diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Perubahan Kedua Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 1999 Tentang

Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten

Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna,

Kabupaten Kuantan Singingi, Dan Kota Batam, sebagaimana Diubah

Dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2000

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 Tentang

Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten

Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna,

Page 127: Perencanaan Batam sebagai KEK

110

Kabupaten Kuantan Singingi, Dan Kota Batam, sebagaimana Diubah

Dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2008

Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999

Tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu,

Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten

Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi, Dan Kota Batam

Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2016 tentang Kawasan Ekonomi Khusus

Sorong

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2016 tentang Kawasan Ekonomi Khusus

Tanjung Kelayang

Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di

Kawasan Ekonomi Khusus

Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 2014 tentang Kawasan Ekonomi Khusus

Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK)

Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2014 tentang Kawasan Ekonomi Khusus

Mandalika

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2014 tentang Kawasan Ekonomi Khusus

Tanjung Api-Api

Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2014 tentang Kawasan Ekonomi Khusus

Morotai

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kawasan Ekonomi Khusus

Bitung

Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2014 tentang Kawasan Ekonomi Khusus

Palu

Page 128: Perencanaan Batam sebagai KEK

111

Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2012 tentang Kawasan Ekonomi Khusus

Sei Mangkei

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2012 tentang Kawasan Ekonomi Khusus

Tanjung Lesung

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan

Ekonomi Khusus, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah

Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus

Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2010 tentang Tata Cara Penetapan

Kawasan Khusus

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan

Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota

Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan

Bintan, Kawasan Batam, dan Kawasan Karimun

Peraturan Presiden No. 33 Tahun 2010 tentang Dewan Nasional KEK dan Dewan

Kawasan KEK;

Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Batam Tahun 2004-2014

Peraturan Menteri Koodinator Bidang Perekonomian No. 07 Tahun 2011 tentang

Pedoman Pengusulan Pembentukan KEK;

Peraturan Menteri Koodinator Bidang Perekonomian No. 08 Tahun 2011 tentang

Pedoman Evaluasi Usulan Pembentukan KEK.

Page 129: Perencanaan Batam sebagai KEK

112

LAMPIRAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ….. TAHUN 2016

TENTANG

KAWASAN EKONOMI KHUSUS BATAM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa untuk mengembangkan kegiatan perekonomian pada

wilayah Batam yang bersifat strategis bagi pengembangan

ekonomi nasional, perlu dikembangkan kawasan ekonomi

khusus;

b. bahwa Kota Batam telah memenuhi kriteria dan persyaratan

untuk ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus;

c. bahwa berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 39 Tahun

2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, pembentukan

Kawasan Ekonomi Khusus Batam ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan

Pemerintah

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang – Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan

Ekonomi Khusus (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5066) ;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus (Lembaran

Page 130: Perencanaan Batam sebagai KEK

113

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 3, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5186)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor

100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah

Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan

Ekonomi Khusus (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2012 Nomor 263, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5371);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2015 tentang Fasilitas

dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 309, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5783);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KAWASAN

EKONOMI KHUSUS BATAM

BAB I

PEMBENTUKAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS BATAM

Pasal 1

Dengan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan Kawasan Ekonomi

Khusus Batam

Pasal 2

Kawasan Ekonomi Khusus Batam sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 1 memiliki luas keseluruhan 14,863.27 Ha dengan pembagian

luas ;

a. Zona Industri seluas 5,843.74 Ha ( Hektar) meliputi

Kecamatan Sekupang seluas 1,429.34 Ha, Kecamatan

Lubuk Baja seluas 16.82 Ha, Kecamatan Batu Ampar seluas

464.40 Ha, Kecamatan Nongsa seluas 1,448,89 Ha,

Kecamatan Sei Beduk seluas 1,340 Ha, Kecamatan

Belakang Padang seluas 20.73 Ha, Kecamatan Bulang

Page 131: Perencanaan Batam sebagai KEK

114

seluas 122.69 Ha, dan Kecamatan Galang seluas 1,000.00

Ha.

b. Kawasan Khusus seluas 1,104.44 Ha meliputi Kecamata

Sekupang seluas 81.50 Ha, Kecamatan Nongsa seluas

382.40 Ha, Kecamatan Sei Beduk seluas 52.46 Ha,

Kecamatan Belakang Padang seluas 170.47 Ha,Kecamatan

Bulang seluas 66.14 Ha, dan Kecamatan Galang seluas

351.47 Ha.

Pasal 3

1) Kawasan Ekonomi Khusus Batam sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 memiliki batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Selat Singapura;

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan

Senanyang;

c. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bintan

Utara

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Karimun

dan Moro Kabupaten Karimun

2) Batas sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1)

digambarkan dalam peta sebagaimana tercamtum dalam

lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 4

Kawasan Ekonomi Khusus Batam sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 merupakan Zona Industri.

Pasal 5

Pembangunan, pengelolaan, dan evaluasi pengelolaan Kawasan

Ekonomi Khusus Batam dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Page 132: Perencanaan Batam sebagai KEK

115

BAB II

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 6

1) Semua aset Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan

Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam dialihkan menjadi aset

Administrator Batam kecuali aset yang telah diserahkan atas

permintaan Pemerintahan Kota Batam dan disetujui, sesuai

dengan peraturan perundang-undangan

2) Pegawai pada Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan

Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam dialihkan menjadi

Pegawai pada Administrator Batam

Pasal 7

1) Hak Pengelolaan atas tanah yang menjadi kewenangan Badan

Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan

Bebas Batam beralih kepada Pemerintah Kota Batam.

2) Hak-hak yang ada diatas Hak Pengelolaan atas Tanah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap berlaku sampai

masa berlakunya berakhir

3) Perpanjangan/ Pembaharuan hak setelah hak yang dimaksud

pada ayat (2) berakhir, akan diberikan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundangan-undangan

BAB III

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 8

1) Administrator Batam ditetapkan paling lambat pada 31

Desember 2016

2) Sebelum terbentuknya Kelembagaan KEK Batam, maka

tugas dan wewenangan dilaksanakan secara bersama antara

Pemerintah Kota Batam dengan Dewan Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam sesuai

dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing

Page 133: Perencanaan Batam sebagai KEK

116

Pasal 10

Pada saat Peraturan Pemerintah ini berlaku, segala produk

hukum berkaitan dengan penyelenggaran Kawasan Perdagangan

Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam dicabut dan dinyatakan tidak

berlaku, terkecuali segala perjanjian, kesepakatan, atau

kerjasama serta izin atau fasilitas yang diberikan Badan

Pengusahaan Batam dinyatakan tetap berlaku sampai masa

berlakunya berakhir.

Pasal 11

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Page 134: Perencanaan Batam sebagai KEK

117

LAMPIRAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ….. TAHUN 2016

TENTANG

HUBUNGAN KERJA KELEMBAGAAN KEK BATAM DAN PEMERINTAH

KOTA BATAM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa kesejahteraan rakyat merupakan hal utama yang harus

diperhatikan secara seksama dan menjadi tanggung jawab

Negara sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa Batam merupakan bagian dari Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang ditetapkan sebagai wilayah

administratif dengan bentuk Kota yang memiliki Pemerintah

Daerah yang menjalankan tugas dan fungsi sebagaimana

diamanatkan negara berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

c. bahwa untuk mengembangkan kegiatan perekonomian pada

wilayah Batam yang bersifat strategis bagi pengembanan

ekonimi nasional, perlu dikembangkan kawasan ekonomi

khusus;

d. bahwa Kota Batam telah memenuhi kriteria dan persyaratan

untuk ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan

Peraturan Pemerintah

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

Page 135: Perencanaan Batam sebagai KEK

118

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5587) sebagaimana diubah dengan Undang-Undang

Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 1999

Tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten

Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak,

Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan

Singingi, Dan Kota Batam (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 181) Sebagaimana Diubah

Dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun

2000 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 53

Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan,

Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten

Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten

Kuantan Singingi, Dan Kota Batam (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 80) Sebagaimana

Diubah Dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

34 Tahun 2008 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-

Undang Nomor 53 Tahun 1999 Tentang Pembentukan

Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten

Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten

Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi, Dan Kota Batam

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

107)

4. Undang – Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan

Ekonomi Khusus (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5066) ;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4593)

6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagia

urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran

Page 136: Perencanaan Batam sebagai KEK

119

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737)

7. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 3, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5186)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor

100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah

Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan

Ekonomi Khusus (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2012 Nomor 263, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5371);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2015 tentang Fasilitas

dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 309, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5783);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG HUBUNGAN KERJA

KELEMBAGAAN KEK BATAM DAN PEMERINTAH KOTA

BATAM

BAB I

Ketentuan Umum

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :

a. Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK adalah

kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi

perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu

b. Dewan Kawasan adalah dewan yang dibentuk di tingkat provinsi untuk

membantu Dewan Nasional dalam penyelenggaraan KEK.

c. Administrator adalah bagian dari Dewan Kawasan yang dibentuk untuk

setiap KEK guna membantu Dewan Kawasan dalam penyelenggaraan

KEK.

d. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan

Page 137: Perencanaan Batam sebagai KEK

120

yang menjadi kewenangan daerah otonom. Pemerintah daerah dibantu

oleh Perangkat Daerah.

BAB II

TUGAS-TUGAS PEMERINTAHAN TERTENTU

Pasal 2

Dengan ditetapkan Batam sebagai Kawasan Ekonomi Khusus maka Pemerintah

Kota Batam bekerja sama dengan Kelembagaan KEK Batam dalam

pengembangan potensi daerah sesuai dengan tugas dan fungsi berdasarkan

peraturan perundang-undangan

Pasal 3

Kelembagaan KEK menjalankan tugas dan fungsi berkaitan dengan kegiatan

perekonomian dalam batas wilayah KEK sebagaiman diatur dalam perundang-

undangan.

Pasal 4

Pemerintah Daerah menjalankan tugas dan fungsi sebagaimana diatur dalam

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pemenuhan pelayanan

masyarakat dengan tujuan pencapaian kesejahteraan, terkecuali bidang yang telah

menjadi tugas dan fungsi kelembagaan KEK dalam batas wilayah KEK

Pasal 5

Hubungan kerja antara Pemerintah Daerah dan Kelembagaan KEK antara lain

meliputi perencanaan, penyediaan dan penggunaan tanah, serta pembinaan

kesejahteraan penduduk

Pasal 6

Perizinan dalam pengelolaan Kota Batam diselenggarakan secara terpadu yakni

dalam bentuk satu pintu antara Pemerintah Kota Batam dan Kelembagaan KEK

Pasal 7

Peraturan yang dikeluarkan bersama oleh Pemerintah Daerah dan Kelembagaan

KEK tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangan Pemerintah Pusat

BAB III

Ketentuan Penutup

Pasal 8

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan