PEREMPUAN Dan POLITIK (Studi Kasus Perempuan dan Politik...
Transcript of PEREMPUAN Dan POLITIK (Studi Kasus Perempuan dan Politik...
BAB III
REALITAS PEREMPUAN DAN POLITIK
DI KELURAHAN TEWAH PADA PEMILU LEGISLATIF
TAHUN 2009
KABUPATEN GUNUNG MAS
Pada Bab III ini, secara khusus akan dilihat bagaimana perkembangan
Perempuan dan Politik di Kelurahan Tewah dan bagaimana perempuan berpartsiipasi
dalam politik, khususnya sebagai calon legislatif perempuan. Sebagai sebuah
Kelurahan yang memilki cukup banyak penduduk, maka adalah menjadi sebuah
pertanyaan, mengapa dari 11 orang Caleg Perempuan dari Tewah tidak ada yang
lolos. Menarik untuk dilihat realitas yang menyebabkan tidak lolosnya 11 orang
Calon Legislatif Perempuan di Tewah, pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di
Kabupaten Gunung Mas. Apakah signifikansi dari Tewah yang membuat kondisi
perwakilan politik kaum perempuan dari tempat ini berbeda dari tempat yang lain.
Bagian ini merupakan hasil penelitian yang sangat terbatas. Uraian ini masih
memerlukan penelitian lanjutan untuk pengembangan pembelajaran politik bagi
perempuan di Tewah secara khususnya, dan perempuan pada umumnya di mana saja
berada, guna pembelajaran politik di masa depan. Namun diharapkan semua ini
berguna sebagai materi awal dalam menelaah partisipasi politik secara menyeluruh
dan implikasinya bagi perkembangan perempuan dan politik.
A. PROFIL KELURAHAN TEWAH
1. Kondisi Geografi & Kondisi Demografi
Kelurahan Tewah merupakan bagian wilayah dari Kecamatan Tewah-
Kabupaten Gunung Mas. Kabupaten Gunung Mas merupakan wilayah pemekaran
dari Kabupaten Kapuas pada tahun 2002 yaitu sesuai dengan Undang-Undang nomor
5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, kabupaten Seruyan,
Kabupaten sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, kabupaten
Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya dan kabupaten Barito Timur di Provinsi
Kalimantan Tengah. Kabupaten Gunung Mas merupakan salah satu dari 14
Kabupatn/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah dengan luas 10.804 Km² terbagi
dalam 11 Kecamatan 12 Kelurahan dan 113 Desa yaitu:
1. Kecamatan Kahayan Hulu Utara meliputi 1 Kelurahan dengan 11 Desa
2. Kecamatan Tewah meliputi 1 Kelurahan dan 15 Desa
3. Kecamatan Kurun meliputi 2 Kelurahan dan 13 Desa
4. Kecamatan Sepang meliputi 1 Kelurahan dengan 6 Desa
5. Kecamatan Rungan meliputi 1 Kelurahan dan 20 Desa
6. Kcamatan Manuhing meliputi 1 Kelurahan dan 11 Desa
7. Kecamatan Damang Batu meliputi 1 Kelurahan dan 8 Desa
8. Kecamatan Miri Manasa meliputi1 Kelurahan dan 11 Desa
9. Kecamatan Manuhing Raya meliputi 1 Kelurahan dan 6 Desa
10. Kecamatan Rungan Hulu meliputi 1 Kelurahan dan 11 Desa
11. Kecamatan Mihing raya meliputi 1 Kelurahan dan 6 Desa
Dari 12 Kelurahan tersebut ada 5 Kelurahan yang dibentuk berdasarkan
Peraturan daerah nomor 04 Tahun 2005 baru operasional, yaitu kampuri, Tumbang
Marikoi, Tumbang Napoi, Tumbang Rahuyan dan Tehang. Secara Geografis,
Kabupaten Gunung Mas terletak pada Koordinat 0º-2º.46
Kelurahan Tewah adalah
merupakan ibukota dari kecamatan Tewah. Jarak tempuh dari Kelurahan Tewah
menuju ke ibukota Kabupaten Gunung Mas (Kuala Kurun) dengan jarak tempuh 28
Km. Sedangkan menuju ibukota Provinsi dengan jarak 168 Km. Kelurahan Tewah
menempati area seluas 1000 Ha, Memiliki 22 RT dan 5 Rw . Pada umumnya keadaan
topografi dari datar berombak, bergelombang sampai berbukit. Tipe tanah pada
umumnya sebagian besar alluvial aerosol dan podsolik, sedikit tanah bergambut.
Kesuburan tanah secara umum sedang dengan tingkat keasaman/pH antara lain 4-6,5.
Curah hujan rata-rata per bulan 30,0 mm, sedangkan rata-rata per tahun 2.116,0 mm.
Bulan basah/lembab antara November-Februari, bulan kering antara Juli-September.
Kelembaban rata-rata per tahun 85% dari tingkat suhu tanah rata-rata 26ºC.
Kelurahan Tewah memiliki batas wilayah: Sebelah utara berbatasan dengan Desa
Teluk Lawah; Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tumbang Pajangei; Sebelah
Timur berbatasan Desa Sumur Mas; Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Taja
Urap.47
Secara mayoritas penduduk di Kelurahan Tewah bersuku Dayak (Ngaju, Ot
Danom, Maanyan), sedangkan suku lain yang berdomisili di Tewah adalah Suku
Jawa, Banjar, Madura, Bugis, Tionghoa.Kelurahan Tewah adalah kelurahan terbesar
46
Data Base: Kependudukan Tahun 2011 Kabupaten Gunung Mas (Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Gunung Mas 2010), 1. 47
Data Base: Profil Kelurahan Tewah, (Kelurahan Tewah:2010), 4.
kedua di Kabupaten Gunung Mas, setelah Kelurahan kuala Kurun. Dikatakan terbesar
karena memiliki jumlah Jiwa yang banyak. Penduduk yang banyak ini tentunya
disebabkan karena kelurahan Tewah merupakan ibukota dari kecamatan Tewah itu
sendiri. Penulis menyajikan data pada tahun 2010 adalah data yang diperoleh sewaktu
penelitian. Dengan alasan instansi terkait, data pada Tahun 2011 belum rampung.
Berikut Komposisi Penduduk Pada Tahun 2010: laki-laki sebanyak 4.182 jiwa,
Perempuan 3.767 jiwa ,dengan jumlah KK sebanyak 1333.48
2. Pendidikan dan Pekerjaan
Minat terhadap pendidikan di Kelurahan Tewah dapat dikatakan baik.
Kesadaran masyarakat di tempat ini dari tahun ke tahun mengalami perkembangan.
Indikator yang menunjukkan perkembangan ke arah yang baik, dapat ditunjukkan
dari perkembangan jumlah institusi, guru, murid dan tingkat partisipasi sekolah dari
tahun ke tahun dan juga jumlah sarana pendidikan. Sarana pendidikan, di Kelurahan
Tewah yang cukup memadai yaitu sarana pendidikan dari TK sampai SLTA, dengan
Unit yang dapat menampung pendidikan anak-anak usia sekolah, sangat membantu
orang tua, sehingga ketika melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi anak-anak
baru keluar daerah dan pergi ke Kota Palangkaraya, Banjarmasin bahkan banyak juga
yang mengenyam pendidikan di tingkat Perguruan Tinggi di pulau Jawa. Orang tua
yang memiliki ekonomi yang baik, biasanya suka anaknya mengenyam pendidikan di
pulau Jawa. Berdasarkan jenis pendidikan, maka tercatat sebagai berikut : Belum
Sekolah 1801 orang, TK/SD 1028 orang, SLTP 1894 orang, SLTA 2857 orang,
48
Data Base: Profil Kelurahan Tewah, (Kelurahan Tewah:2010), 5.
D1/D2/D3 172 orang, Si 195 orang, S2 2 orang.49
Sarana pendidikan meliputi : 4
Taman Kanak-Kanak, 8 Sekolah Dasar, 3 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 1
Sekolah Menengah Atas. 1 Unit Kantor UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas).
Berdasarkan jenis pekerjaan, sebagian besar penduduk dengan mata
pencaharian petani/pekebun sebanyak 2462 orang, PNS sebanyak 230 orang,
pedagang sebanyak 144 orang, kemudian pensiun sebanyak 88 orang, Peternak
sebanyak 42 orang, TNI/POLRI sebanyak 17 orang, Tukang Jahit sebanyak 15 orang,
Pendeta sebanyak 11 orang, Tukang Rias sebanyak 7 orang, Imam di Masjid
sebanyak 2 orang, Anggota DPR sebanyak 2 orang, Wartawan 1 orang. Sedangkan
Pelajar/Mahasiswa adalah untuk mereka yang sedang dalam pendidikan sebanyak
3064 orang. Banyaknya jumlah yang belum bekerja adalah meliputi anak-anak yang
belum masuk sekolah dan juga pemuda-pemudi dan orang tua yang belum
mendapatkan pekerjaan, sebanyak 2034 orang.50
Rutinitas penduduk di Kelurahan
Tewah cukup menarik perhatian.Karena penduduk dngan variasi jenis pekerjaan,
memulai aktivitasnya dari subuh sampai malam hari (Sangat sulit untuk menulis
waktu rutinitas di tempat itu berakhir). Hanya waktu memulai kegiatan biasanya pada
pukul 05.00 Wib, ini rutin berlaku bagi mereka yang bekerja sebagai petani karet.
Jenis pekerjaan yang cukup kompleks ini mewarnai satu hari penuh aktivitas di
Kelurahan Tewah.
Pada hari tertentu saja, dapat dilihat aktivitas di Kelurahan Tewah berkurang,
yaitu pada hari libur dan hari minggu. Hanya kegiatan pasar tetap berlangsung seperti
49
Ibid.,14. 50
Ibid., 18.
hari-hari biasanya. Menarik untuk dilihat adalah mereka yang bekerja sebagai PNS,
juga memiliki pekerjaan yang lain, menggunakan waktu pulang kantor atau hari-hari
libur, yaitu bekerja sebagai petani kebun karet. Penjelasan dari hal ini adalah, mereka
mencari tambahan ekonomi. Bahkan sebagian besar PNS di tempat ini memiliki
kebun karet sendiri.51
Kegiatan perekonomian di Kelurahan Tewah dapat dikatakan
baik, penduduk tampaknya berlomba untuk meningkatkan taraf hidup. Hal ini dapat
dilihat dari keadaan kondisi bangunan rumah. Tidak didapatkan lagi rumah yang
beratapkan atap rumbia, secara umum beratapkan multiroop bahkan sirap.52
Indikator yang lain yang dapat dilihat adalah secara mayoritas KK di
Kelurahan Tewah memiliki alat transportasi sendiri berupa sepeda motor, bahkan
mobil sebagai alat transfortasi di sekitar Kelurahan Tewah, Kabupaten Gunung Mas,
bahkan alat transfortasi ke ibukota Provinsi di Palangka Raya. Berdasarkan
wawancara bersama Lurah Tewah, rata-rata penghasilan setiap bulan per KK minimal
Rp 3000.000,-, masyarakat di Kelurahan Tewah rata-rata memiliki semangat kerja
yang tinggi. Hal ini di dukung kondisi alam yang sangat memadai untuk dikelola.53
Di samping Perkebunan karet yang dimiliki masyarakat tumbuh subur, lahan
pertanian pun cukup baik untuk menunjang ekonomi, Kelurahan Tewah untuk
Pertaniannya diperhatikan dan merupakan desa binaan yang termasuk dalam Wilayah
Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) Kecamatan Tewah. Bidang usaha tani yang
dilakukan adalah perikanan kebun Karet, ternak, sapi, babi, ayam buras, tanaman
51
Wawancara, Yani (Tewah, 28 September 2011). 52
Sirap adalah potongan kayu ulin yang dibua sedemkian rupa untuk atap, atap Sirap ini dapat
dipakai untuk jangka waktu yang lama, sekitar 60 tahun. Wawancara, Ayan Bangas, (15 September
2011). 53
Wawancara , Elisa Lamey (Tewah: 21 September 2011).
padi, ubi kayu dan jagung.54
Kebijakan Program Pembangunan Pertanian yang
dilaksanakan di WKPP Kelurahan Tewah, mengacu pada program Nasional dan
Daerah dengan kegiatan-kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
daerah.55
3. Sarana dan Prasarana
Kelurahan Tewah memiliki sarana umum yang digunakan oleh masyarakat
Kelurahan Tewah dan desa-desa yang ada di Kecamatan Tewah. Sarana dan
Prasarana ini dinikmati masyarakat menurut kebutuhan mereka. Jalan di tempat ini
sudah tertata dengan baik, hampir seluruh jalan sudah diaspal. Gedung sekolah,
Kantor Kecamatan, Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD), PUSKESMAS, Kantor
Balai Penyuluh Pertanian (BPP), Kantor Damang Kepala Adat Wilayah kedamangan
Tewah Kabupaten Gunung Mas, Kepolisia Negara Repubik Indonesia Resot Gunung
Mas Sektor Tewah, Komando Distrik Militer 1011 Kuala Kapuas Komando Rayon
Militer 20, Kantor Pos, Kantor Urusan Agama, Bank, PDAM, PLN, dan lain-lain
sudah tersedia dan menunjang kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Tewah. Untuk
keperluan ibadah meliputi: 4 buah gedung Gereja Kalimantan Evangelis, 1 buah
gedung Gereja Pantekosta Tabernakel, 1 buah gedung Gereja Pantekosta Di
Indonesia, 1 buah gedung Gereja Yesus Sejati, 1 buah gedung Gereja Betel Indonesia,
2 buah Masjid dan 3 buah langgar, 1 buah Balai Hindu Kaharingan.
Sarana Air Bersih. Hampir seluruh KK di Kelurahan Tewah sudah
menggunakan PDAM, hanya sebagian warga saja yang tidak menggunakan jasa
54
Monografi WKPP Kelurahan Tewah Tahun 2011, 3. 55
Wawancara, Triyensi, S.PI (Tewah, 25 September 2011)
PDAM, yaitu mereka yang bermukim di pinggiran sungai Kahayan. Tetapi banyak
KK yang membangun rumah di pinggiran sungai Kahayan juga sudah sadar
kebersihan, sehingga mereka menggunakan jasa PDAM untuk keperluan air bersih.
Tentu saja kesadaran ini muncul dari kesadaran akan kesehatan. Air sungai Kahayan
yang tidak sehat akibat penambangan emas oleh masyarakat dengan menggunakan
merkuri sangat tidak baik untuk dikonsumsi, juga keperluan MCK (mandi, cuci,
kakus) masyarakat yang bermukim di hulu sungai Kahayan memberi dampak yang
tidak baik bagi kesehatan.
Sarana Ekonomi. Kelurahan Tewah memiliki satu pasar yang beroperasi
setiap hari, mulai dari Pukul 05.00 Wib-20.00 Wib. Pasar ini dijalankan oleh para
pedagang dengan Variasi suku. Mulai dari warga yang bersuku Dayak, suku Banjar,
suku Jawa. Kegiatan pasar setiap hari selalu padat. Hal ini dikarenakan banyak juga
masyarakat dari desa-desa sekitar yang menggunakan pasar di Kelurahan Tewah
sebagai tempat transaksi barang dan jasa. Semua kebutuhan rumah tangga tersedia di
pasar. Dari kebutuhan sembako, sandang, alat-alat bangunan, elektronik dan lain
sebagainya tersedia di pasar Tewah. Hasil pertanian dan perkebunan masyarakat juga
di pasarkan di sini.
Sarana Komunikasi. Sarana telekomunikasi di Kelurahan Tewah sudah
tersedia, seperti telephone cellular dan hand phone, sudah lama masuk di tempat ini.
Karena itu tidak ada kendala untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang berada
di luar kelurahan Tewah. Televisi sebagai media informasi yang dianggap cukup
mutahir, sudah sangat lama ada di tempat ini. Parabola digital hampir dimiliki oleh
seluruh KK di sini, TV kabel juga sudah ada dan tentunya dipakai menurut selera
masyarakat di tempat itu. Banyak juga KK yang telah memiliki parabola digital.ikut
pula menggunakan TV kabel. Selain itu Kelurahan Tewah memiliki kantor pos yang
siap melayani masyarakat di tempat itu dan juga desa-desa sekitar. Kebanyakan
warga masyarakat tidak hanya menggunakan jasa kantor pos untuk berkirim surat
saja, tetapi menggunakan kantor pos dalam jasa wesel instan.
Sarana Bank. Di Kelurahan Tewah terdapat 2 buah Bank yang siap melayani
nasabah maupun masyarakat yang ingin menggunakan jasa mereka untuk menabung
dan transfer inter dan antar Bank. Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan juga Bank
Rakyat Indonesia (BRI). Kedua Bank ini membantu masyarakat untuk sadar
menabung. Masyarakat di Kelurahan Tewah sudah banyak yang menjadi nasabah dari
kedua Bank ini. Selain menjadi nasabah dari 2 Bank ini, banyak juga dari mayarakat
di Kelurahan Tewah yang menjadi anggota Credit Union (CU), sayangnya Tempat
Pelayanan anggota tidak diadakan di tempat ini dan anggota di layani di Kuala
Kurun, dengan alasan dari pihak pengurus CU jarak Tewah-Kuala Kurun tidaklah
jauh hanya 28 Km. Biasanya penyetoran dan transaksi yang lain bisa dilakukan via
kolektor atau mereka datang langsung ke Kuala Kurun.
Sarana Penerangan. Pasokan Listrik (PLTN) sudah lama ada di tempat ini.
Hanya saja yang masih menjadi kendala listrik di tempat ini terbatas, yaitu dapat
dinikmati dari pikul 15.00 wib-05.00 wib. Mulai pada tahun 2012 masyarakat
setempat dapat menikmati listrik sehari-semalam. Sarana transfortasi. Di tempat ini
transfortasi umum yang digunakan adalah sepeda motor, mobil, dan juga kelotok.
Akses jalan darat dan air sangalah kondusif. Karena akses jalan darat sudah baik yang
dapat menghubungkan Kelurahan Tewah dan desa-desa sekitar, juga ke ibu kota
Kabupaten di Kuala Kurun dan ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah di Palangka
Raya.
4. Sejarah arti dari “nama” Kelurahan Tewah
Pada umunya hampir di setiap daerah di Indonesia suatu “nama” atau suatu
kejadian tentu tidak hadir begitu saja. Tetapi ada cerita atau peristiwa yang melatar
belakanginya. Semua itu menjadi ingatan kolektif yang diabadikan dalam bahasa
(Idiomatic expression).56
Demikian pula yang terjadi dengan “nama Tewah”.Pada
awalnya “nama Tewah” berasal dari kata Tiwah.
Tewah pada awalnya adalah hanya hutan belantara, lalu mulailah pada waktu
itu berdatangan orang-orang yang ingin mencari tempat yang baik untuk tempat
tinggal. Salah satu diantaranya adalah keluarga yang memiliki anak perempuan yang
bernama Nyai Balau (Putri berambut panjang). Memang tidak dapat ditelusuri kapan
waktunya kejadian ini terjadi. Tetapi berdasarkan cerita turun temurun, Nyai Balau,
adalah pahlawan perang yang tangguh bagi Hamputannya (klan). Pada waktu zaman
asang/kayau (Perang antar kampung dan ditandai potong kepala), Nyai Balau selalu
menang dan tidak dapat dikalahkan. Strategi-strategi perangnya begitu hebat dan
menipu lawan, Nyai Balau tak terkalahkan.Untuk itulah Nyai Balau diangkat menjadi
pemimpin di kampong Tewah.
Berkat kepemimpinan Nyai Balau, kampung Tewah menjadi kampung yang
maju dan lestari. Orang-orang yang berada di sekitar menjadi tertarik dan banyak
yang memilih pindah kampung. Mereka mendapatkan ketenangan dan rasa aman
56
Deri Susanto, Tesis Pemaknaan Pemugaran Kuburan Bagi Jemaat Kristen GKE di Desa Tanjung
Riu Kabupaten Gunung Mas Kal-Teng, (salatiga: 2011), 51.
untuk melanjutkan hidup mereka bersama seorang pemimpin perempuan yang begitu
tangguh dan selalu siap memberi perlindungan. Semakin lama, maka semakin
bertambah banyaklah jumlah orang yang tinggal di Tewah. Pola hidup bepindah-
pindah mulai mengarah serius kepada kehidupan menetap. Pada awalnya mereka
hanya berladang yang usai musim panen ladang dibiarkan mulai berubah. Secara
perlahan namun pasti mereka menanam pohon karet lokal pada tanah ladang mereka.
Mata pencaharian mereka pun mulai kompleks. Tewah semakin menjadi primadona
tempat tinggal, ketika dibukalah pertambangan rakyat dibelakang kampong Tewah,
yaitu Gunung Mas. Orang-orang dari berbagai daerah di Kalimantan berdatangan, tak
terkecuali banyak juga yang datang dari luar Kalimantan.
Orang-orang yang mengadu nasib di tempat ini, banyak pula yang tidak
pulang kembali ke daerah asalnya, tetapi menetap di Tewah. Baik melaui proses
pernikahan dengan orang setempat, atau pun karena merasa Tewah adalah tempat
yang cocok untuk mereka hidup. Pendatang-pendatang ini membaur dengan
penduduk asli baik dalam bidang pekerjaan maupun tata cara hidup dan mereka hidup
mengikuti adat dan budaya setempat, seperti pepatah yang mengatakan : “Di mana
bumi di pijak di situ langit dijunjung”.
Perubahan demi perubahan dialami oleh masyarakat di Tewah dari waktu ke
waktu. Pertambahan penduduk yang semakin bertambah membuat Tewah dianggap
layak untuk dimekarkan menjadi sebuah kelurahan. Dari status desa, Tewah berubah
statusnya menjadi kelurahan. Tewah resmi menjadi sebuah Kelurahan definitif yaitu
pada Tahun 1971, dengan lurah pertama Edy Dugau. Ditelusuri bahwa lurah pertama
ini adalah keturunan dari Nyai Balau. Pada waktu itu Kelurahan Tewah masuk ke
dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Kuala Kapuas dan setelah pada tahun 2002
yaitu sesuai dengan Undang-Undang nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan
kabupaten Katingan, kabupaten Seruyan, Kabupaten sukamara, Kabupaten
Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung
Raya dan Kabupaten Barito Timur di Provinsi Kalimantan Tengah. Maka ketika
dimekarkannya Kabupaten Gunung Mas dengan ibu kota Kabupaten di Kuala Kurun,
maka Kelurahan Tewah sekarang masuk ke wilayah pemerintahan Kabupaten
Gunung Mas.57
5. Sistem Kemasyarakatan dan Kekerabatan
Masalah jangka waktu dan persepsi tentang perubahan merupakan dua hal
yang tidak terpisahkan, di dalam pengalaman manusia. Artinya, baik waktu maupun
perubahan bukanlah merupakan variabel-variabel yang tegantung atau tidak bebas.
Kiranya sulit untuk memikirkan masalah perubahan, tanpa memperhitungkan variabel
waktu. Di dalam bentuknya yang paling sederhana pengertian perubahan berkaitan
dengan faktor-faktor sebelum dan sesudah.58
Dengan demikian, maka tanpa ada jangka waktu, tidak ada lagi perubahan.
Tanpa perubahan, maka juga tak ada arti bagi jangka waktu. Oleh karena itu perlu
adanya siklus-siklus sebagai dasar pembatasan jangka wakrtu dan Schlegel
menyatakan bahwa perubahan dari suatu siklus ke siklus lain, merupakan sesuatu
yang paling penting bagi penentuan apakah suatu gejala bersifat pengulangan atau
kebiasaan belaka. Jangka waktu atau ruang waktu memberikan batas-batas tertentu
57
Wawancara, Ayan Bangas, (Tewah, 2 september 2011) 58
Soerjono Soekanto, Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983),
38.
pada kehidupan manusia serta perubahan-perubahan pada struktur sosial. Di dalam
batas-batas tersebut terdapat kondisi-kondisi yang relevan, akan tetapi yang bersifat
netral. Jangka waktu atau ruang waktu tersebut tidak menentukan berlangsungnya
proses kehidupan atau bagaian pola-pola perilaku harus menyesuaikan diri atau
mempergunakan batas-batas alamiah dari sistem-sistem sosial tersebut. Oleh karena
itu, maka perubahan dari unsur-unsur suatu sistem sosial dalam jangka waktu
tertentu, merupakan pusat dari dinamika sosial.59
Perubahan sosial di Kelurahan Tewah ketika ditelusuri dan dicermati juga
mengalami perubahan-perubahan secara alami. Hal ini dapat dilihat dari perilaku
sosial individu maupun kelompok yang tidak lagi memiliki tata hidup secara kaku.
Sistem kekerabatan pada suku Dayak Ngaju khususnya yang ada di pedesaan masih
berdasarkan prinsip keturunan ambilineal atau bilateral , yaitu menarik keturunan
dari pihak ayah dan ibu, yang secara otomatis dalam pewarisan tidak membedakan
anak laki-laki maupun anak perempuan. Dalam bentuk kehidupan keluarga biasanya
terdiri atas dua jenis yaitu keluarga batih (nuclear family) dan keluarga luas (extended
family). Dalam sistem kekerabatan pun mereka masih kuat memelihara sistem garis
keturunan, Biasanya sampai yang disebut “hanjenan” (sepupu dua kali). Untuk
mempererat kembali kekerabatan, biasanya keluarga besar angat menginginkan
terjadi perkawinan antar “hanjenan”, supaya kekerabatan tetap kental, di samping itu
untuk mempertahankan sistem pewarisan seperti tanah kosong, tanah ladang, kebun
rotan, kebun karet, guci-guci antik dan benda-benda berharga lainnya. Masyarakat di
59
Ibid, 40.
desa tetap kuat mempertahankan kekerabatan kekeluargaan yang dikenal dengan:
utus, tunda jalahan, babuhan. Karenanya sangat baik menikah sesama suku. Kalau
terjadi pernikahan dengan orang yang berada di luar suku, maka akan disebut sebagai
oloh lumpat.
Seiring dengan kemajuan zaman dan masyarakat yang semakin kompleks,
maka masyarakat di Kelurahan Tewah yang sudah tidak homogen lagi dan
masyarakat di tempat ini sudah heterogen, maka sistem-sistem seperti yang ada di
desa tidak teralu dipentingkan lagi. Masyarakat asli sudah dapat secara terbuka untuk
menerima arus budaya modern. Walaupun mereka masih tau apa itu; utus, tunda
jalahan atau babuhan, tetapi masalah oloh lumpat tidak dipentingkan lagi.
Perkawinan pun tidak lagi diupayakan sesuku, tetapi perkawinan terjadi atas
kehendak kedua pihak (laki-laki) maupun perempuan yang akan menikah untuk
menentukan jodoh mereka. Dengan melaksanakan adat perkawinan Dayak Ngaju
yang dikenal dengan “jalan hadat”.60
“Jalan Hadat” dilaksanakan adalah untuk
mempertahankan tradisi turun-temurun yang dipahami sebagai tali pengikat kedua
pengantin dan bersatunya kedua keluarga besar pengantin.
Keseimbangan dalam masyarakat (social equilibrium) merupakan keadaan
yang diidam-idamkan dalam setiap masyarakat. Dengan keseimbangan dalam
masyarakat dimaksudkan sebagai suatu keadaan di mana lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang pokok dari masyarakat berfungsi dan saling mengisi.
60
Jalan hadat, adalah adat perkawinan Dayak Ngaju, yang berarti jalan yang beradap. Menikah bagi
orang Dayak adalau peristiwa yang sacral dan untuk itu, memperkokoh sumpah janji maka
dilangsungkan pemenuhan jalan hadat, yaitu pihak pengantin laki-laki memenuhi kewajiban pada jalan
adat sesuai ketentuan adat yang berlaku dam kesepakatan kedua keluarga pengantin.
Sehubungan dengan masuknya unsur-unsur yang baru, maka di dalam tubuh suatu
sitem sosial tersebut, yang tidak dapat dirubah selama hidup oleh pihak manapun
juga.61
Pembauran masyarakat yang terjadi di Kelurahan Tewah mengakibatkan
asimilasi budaya. Dalam kondisi masyarakat yang heterogen ini, tidak mengubah
harmonisasi yang terjadi. Inter dan antar suku berinteraksi dalam konteks yang
modern. Tetapi patutlah dibanggakan, sampai pada saat ini lembaga adat
(Kedemangan) masih merupakan bagian dari pranata sosial yang dipentingkan dalam
sistem sosial. Jika terjadi kesalah pahaman antar warga, maka akan dirembuk di
Kedemangan untuk berdamai. Selanjunya jika itu signifikansinya kepada tindakan
kriminal dan di Kedemangan tidak ditemukan jalan keluar, barulah masalah itu di
bawa ke kantor polisi. Masyarakat di kota Tewah, memiliki kekerabatan yang
terbuka. Tidak hanya menganggap dari garis keturunan darah saja sebagai kerabat,
tetapi kekerabatan adalah ditunjukkan dengan baik dalam kehidupan bertetangga dan
bermasyarakat. Ada satu ritual budaya yang sepertinya membuat harmonis
masyarakat di tempat ini yaitu Ritual Dayak “ Pakanan Sahur Lewu Dayak” yang
dilaksanakan 1 kali dalam satu tahun yang melibatkan seluruh elemen masyarakat
tanpa memandang suku dan agama.
“ Ritual Budaya Pakanan Sahur Lewu Dayak. Upacara "Pakanan Sahur Lewu"
Suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah (Kalteng) merupakan satu dari lima
macam upacara ritual besar khas Suku Dayak Ngaju. "Pakanan" berarti memberikan
persembahan berupa sesajen kepada para leluhur atau orang-orang suci."Sahur"
diartikan sebagai leluhur atau dewa yang dipercaya menjaga kehidupan manusia,
memberikan kesehatan, keselamatan, perdamaian, berkah dan anugerah bagi yang
percaya kepada-Nya. "Lewu" sendiri dalam bahasa Indonesia adalah berarti
kampung atau desa tempat bermukimnya suatu penduduk pada sebuah wilayah.
Dengan demikian, Pakanan Sahur Lewu Dayak berarti memberikan sesajen kepada
para leluhur atau para dewa yang melindungi warga desa sebagai tanda terimakasih
61
Soerjono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jakarta: Universitas Indonesia, 1974), 239.
atas berkat dunia. Lewat ritual Pakanan Sahur Lewu Dayak ini diharapkan
masyarakat dapat hidup tentram, rukun dan damai serta mendapatkan rejeki
berlimpah. Pakanan Sahur Lewu juga sering mengikutsertakan tokoh dan kelompok
agama lain. Selain sebagai sarana untuk menyampaikan ucapan syukur pada Sang
Kuasa, Pakanan Sahur Lewu juga dimaksudkan sebagai wadah untuk menjalin
semangat persaudaraan dan kegotong-royongan antar sesama warga PAKANAN
SAHUR tak hanya bertujuan untuk melestarikan budaya leluhur saja. Namun, Ritual
ini juga secara metafisika untuk memulihkan kesimbangan hubungan antara manusia
dan alam sekitarnya agar terhindar dari marabahaya dan malapetaka.62
“Pakanan Sahur Lewu Dayak” biasanya dipimpin oleh “bakas Lewu” (tokoh
kampong) yang beragama Kaharingan. Dalam pelaksanaan ritual adat ini, maka setiap
KK tanpa dipaksa dan ditentukan memberi dukungan pada kegiatan tersebut, dengan
memberikan uang, beras, gula, nyiur dan lain sebagainya secara suka rela untuk
kelengkapan ritual tersebut. Pengumpulan sumbangan ini dikoordinir oleh seseorang
pada setiap RT.63
Berdasarkan data tentang pemeluk agama di kelurahan Tewah
tercatat sebagai berikut: umat Islam sebanyak 2.338 orang, Kristen Protestan 4.205
orang, Katolik 378 orang, Kaharingan 1.012 orang, Budha 3 orang, Khong Hu Chu
13 orang.64
Melihat komposisi penduduk berdasarkan agama, maka yang dapat kita
lihat adalah: Penduduk di Kelurahan Tewah didominasi oleh Kristen Protestan.
Tetapi yang juga dapa dilihat bahwa di Kelurahan Tewah memiliki cukup banyak
penduduk yang beragama Islam, diikuti Kaharingan, Katolik, Konghuchu, dan
Budha. Keberagamaan di tempat ini adalah keberagamaan yang harmonis, terbukti
dari dulu sampai penulis mengadakan penelitian, tidak pernah terjadi konflik antar
agama. Semua berjalan dengan aman dan harmonis. Penduduk di Kelurahan Tewah
saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lainnya. Meskipun masyarakat
62 http://www.dayakpos.com/2010/04/pakanan-sahur-lewu-dayak.html, diunduh, Senin 25 Septemberi
2011, pkl 10.00 Wib. 63
Wawancara, Ayan Bangas., (Tewah, 15 September 2011). 64
Ibid., 7.
sudah kompleks, tetapi jalinan silaturahmi berjalan dengan baik. Hari raya
keagamaan dipelihara bersama. Terbukti pada tanggal 31 Agustus 2011 pada hari
raya umat Islam, yaitu Idul Fitri, umat Kristiani dan umat yang lainnya bersilaturahmi
ke warga muslim yang merayakan hari raya tersebut. Demikian pula sebaliknya pada
perayaan natal umat Kristiani, umat yang non kristiani melakukan silaturahmi dengan
baik. Jalinan silaturahmi ini sudah lama terjalin dan tetap dipelihara dengan baik.65
B. GAMBARAN UMUM PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2009 DI
KELURAHAN TEWAH KABUPATEN GUNUNG MAS
1. Gambaran Umum Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kelurahan Tewah
Kabupaten Gunung Mas
Semenjak tahun 2002 terbentuknya Kabupaten Gunung Mas, yaitu sesuai
dengan Undang-Undang nomor 5 Tahun 2002 tentang pembentukan kabupaten di
Provinsi Kalimantan Tengah. Maka Kabupaten Gunung Mas mulai berbenah diri,
mulai dari memperlengkapi struktur keperintahannya, secara struktural maupun
fungsional. Demikian pula pada waktu itu kursi Legislatif di Kabupaten Gunung Mas
diisi oleh Anggota Dewan Perwakilan dari Kabupaten Kuala Kapuas, dengan utusan
hasil kebijakkan Partai Pemenang Pemilu Legislatif Tahun 1999 yang dikenal dengan
istilah PAW (Pergantian Antar Waktu) sampai masa Pemilihan Umum Legislatif
tahun 2004. Selama rentang waktu yang demikian, masyarakat di Kabupaten Gunung
Mas mulai melihat dan mencermati kegiatan pemerintahan dan politik dari jarak yang
relatif dekat, setelah berpisah dari Kabupaten Kuala Kapuas. Proses pembelajaran
65
Wawancara, Yustina (Tewah:31 Agustus 2011).
politik pun berlangsung. Semenjak dimekarkannya wilayah Kabupaten, maka
kabupaten Gunung Mas pernah mengikuti Pemilihan umum Legislatif sebanyak 2
Kali, yaitu pada Tahun 2004 dan tahun 2009.
Pemilu Legislatif Tahun 2009 adalah Pemilu yang dapat dikatakan fenomenal,
dan tentunya ini dirasakan di seluruh daerah di Indonesia. Selain itu Pemilu tersebut
yang diikuti sebanyak 44 Partai. Pemilu ini adalah pemilu yang pertama kali
mengahadirkan banyak perempuan yang berpartisipasi dalam mencalonkan diri
sebagai calon Anggota DPR, tentunya hal ini tidaklah lepas dari ketentuan UU yang
mengatur kebijakan politik dan menjamin langkah politik perempuan ke arah yang
progresif, dengan Diberlakukan UU No 2 tahun 2008 tentang partai politik yang
mengakomodir 30% keterwakilan perempuan dalam pendirian dan pembentukan
partai politik dan kepengurusan partai politik dan Pasal 53 dan pasal 55 UU No 10
Tahun 2008, ditentukan minimal 30% keanggotaan perempuan di parlemen.Dengan
memiliki daerah yang dapat dikatkan luas, maka pada waktu Pemilu Legislatif Tahun
2009, Wilayah PiLeg (Pemilu Legislatif) dibagi menjadi 3 wilayah Daerah
Pemilihan atau yang dikenal dengan istilah DAPIL (Daerah Pemilihan) yaitu: DAPIL
I, meliputi, Kecamatan Kuala Kurun, Mihing Raya, Sepang. DAPIL II, meliputi,
Kecamatan Rungan, Rungan Hulu, Manuhing, Manuhing Raya.DAPIL III, meliputi,
Kecamatan Tewah, Kahayan Hulu, Damang Batu, Miri Manasa.
Kelurahan Tewah termasuk dalam DAPIL III, dari 44 partai yang mengikuti
Pemilu Legislatif Tahun 2009, maka jumlah partai yang yang diisi oleh Calon
Legislatif di DAPIL III adalah sebanyak 30 partai, dengan total calon sebanyak 184
orang, laki-laki berjumlah 134 dan perempuan berjumlah 50 orang. Menurut Ketua
PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) Tewah Pemilu Legislatif Tahun 2009, selama
berlangsungnya Pemilu Legislatif, kondisi relatif kondusif. Tidak ada masalah-
masalah yang dianggap krusial dan menentang UU Pemilu. Kegiatan berjalan sesuai
dengan harapan. Di Kelurahan Tewah sendiri tempat Pemungutan Suara (TPS)
berjumlah 18 buah. Berita Acara Rekapitulasi Hasil Perhitungan Perolehan Suara
Partai Politik Peserta Pemilu dan Perolehan Suara Calon anggota DPRD
Kabupaten/Kota Tingkat PPK Tahun 2009 ditandatangani secara sah oleh Panitia
Pemilihan Kecamatan (Ketua dan Seluruh anggota PPK) dan juga oleh saksi dari
Partai Politik Peserta Pemilu. Dalam rekapitulasi hasil penghitungan suara mencatat
hal-hal sebagai berikut:
a. Jumlah Berita Acara dari seluruh TPS, jumlah pemilih yang menggunakan
dan tidak menggunakan hak pilih;
b. Jumlah perolehan suara sah dan tidak sah partai politik dan calon anggota
DPRD Kabupaten/Kota;
c. Jumlah Surat Suara yang digunakan dan surat Suara yang tidak digunakan
(termasuk surat suara cadangan) dari seluruh TPS;
d. Jumlah surat suara yang dikembalikan karena rusak atau keliru ditandai dari
seluruh TPS.
Adapun jumlah surat suara yang sah di Kecamatan Tewah secara menyeluruh
(termasuk Kelurahan Tewah dan desa-desa sekitar dalam lingkup Kecamatan Tewah)
berjumlah 7613 surat suara. Dari hasil rekapitulasi suara maka yang lolos dari
Kelurahan Tewah adalah sebanyak 2 orang caleg laki-laki, yaitu: Drs. H. Gumer dari
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan H. Rahmansyah dari Partai Barisan
Nasional .66
2. Partisipasi Masyarakat Di Kelurahan Tewah Pada Pemilu Legislatif 2009
Masyarakat di Kelurahan Tewah sangat partisipatif dalam mengikuti kegiatan
Pemilu Legislatif Tahun 2009 di kabupaten Gunung Mas. Fakta di lapangan
menunjukkan keaktifan masyarakat sewaktu dilaksanakan pendataan bagi yang
memiliki hak pilih. Pada waktu diadakan kampanye di lapangan maupun dialogis,
pihak penyelenggara kampanye tidak mengalami kekecewaan, karena selalu dihadiri
oleh masyarakat secara aktif. Hal ini dikarenakan sosialisai dari pihak pemerintah
cukup baik. Selain itu partisipasi masyarakat di tempat ini adalah dilatarbelakangi
pula ketertarikan mereka untuk melihat para caleg mengemukakan visi dan misinya.
Faktor lain yang lain dari hal di atas pun pasti ada, menurut salah seorang
masyarakat yang penulis wawancarai, mengapa keaktifan partisipai terjadi pada
waktu Pemilu Legislatif berlangsung adalah disebabkan calon-calon yang ikut serta
dalam bursa Pemilihan Umum Legislatif di Kabupaten Gunung Mas tahun 2009,
secara khusus yang masuk dalam DAPIL III adalah Calon-Calon dari keluarga
mereka sendiri.67
Penulis mencermati jika dibandingkan dengan Pemilu Legislatif
Tahun 2004, maka partisipasi masyarakat pada Pemilu Legisatif Tahun 2009 dapat
dikatakan signifikan. Pada Pemilu Legislatif Tahun 2004 belum terlihat antusiasme
yang begitu tinggi. Masyarakat di Kelurahan Tewah pada Pemilu Legislatif Tahun
2004, melakukan partisipasi pesta demokrasi tidak seramai pada Pemilu Legislatif
66
Wawancara, Muderson Ketua PPK Tewah Tahun 2009, ( Tewah: 21 september 2011). 67
Wawancara, Yusi,( Tewah: 24 Sptember2011).
2009. Keadaan ini terjadi karena pada waktu itu caleg tidak sebanyak pada Pemilu
Legslatif 2009, dan hal lain yang perlu diingat, bahwa Pemilu Legislatif 2004 adalah
pengalaman pertama masyarakat di tempat ini mengikuti Pemilihan Umum Pemilu
Legislatif, semenjak terbentuknya Kabupaten Gunung Mas. Dari faktor-faktor ini
tindakan partisipatif terjadi. Diakui pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 banyak
pembelajaran politik yang dapat secara langsung dapat dilihat oleh masyarakat. Mulai
dari pemasangan Baliho dan kampanye-kampanye beragam dalam strategi masing-
masing yang dilakukan oleh partai pengusung ,maupun para calon itu sendiri.
Masyarakat di Kelurahan Tewah telah mengambil bagian secara positif pada
Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas. Pada hari H pemilihan
dilaksanakan, yaitu: Selasa 14 April 2009, masyarakat yang memiliki hak pilih dan
memegang karlih (kartu pemilihan) berbondong-bondong datang ke TPS (Tempat
Pemungutan Suara) untuk memberikan hak suara mereka kepada calon yang mereka
pilih. Pemilu Legislatif Tahun 2009 adalah yang kedua kalinya mereka ikuti
semenjak Kabupaten Gunung Mas dimekarkan pada tahun 2002. Pemilu Legislatif
pada tahun 2004 adalah pengalaman pertama masyarakat di tempat ini. Tetapi Pemilu
Legislatif pada tahun 2009 adalah pesta demokrasi yang menarik bagi masyarakat di
tempat ini, karena banyaknya jumlah partai yang diikuti yang merekrut caleg cukup
banyak dari daerah mereka.
Masyarakat di tempat ini melihat politik tidak hanya sekedar sebagai bahan
untuk didiskusikan, tetapi masyarakat di tempat ini menyadari bahwa perubahan demi
perubahan yang terjadi dalam sosial kemasyarakatan karena arus mobilisasi,
transfortasi dan edukasi membawa mereka ke arah berpolitik yang serius. Perubahan
zaman telah banyak membuka cakrawala pemikiran masyarakat. Melihat bagian
dimensi politik, dapatlah dikatakan bahwa masyarakat di kelurahan Tewah telah
mengalami partisipasi politik aktif. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan
bersama Ketua PPK Tahun 2009, maka dalam pantauan yang dilakukan, terlihat
masyarakat telah ambil bagian secara proaktif.
3. Partai Peserta Pemilu Legislatif 2009 Di Kelurahan Tewah
Pada dasarnya, haruslah diakui masyarakat Indonesia secara umum dan
masyarakat di Kelurahan Tewah secara khusus, mengalami perubahan-perubahan
yang signifikan dalam arus kehidupan politik. Sebelum Pemilu 2009, sistem dan
struktur politik di Indonesia telah mengalami banyak transformasi yang sangat
mendasar. Dunia politik yang selama ini terkesan sebagai aktivitas para elite politik
telah menyentuh masyarakat sampai di tingkat lokal (daerah) bahkan sampai ke
tingkat akar rumput (grass root). Partisipasi politik tidak hanya terefleksikan dalam
bentuk partisipasi menyuarakan suara sewaktu Pemilu, tetapi dalam semua usaha
untuk mempengaruhi kebijakan publik. Reformasi 1997-1998 telah membuka sejarah
baru dalam dinamika bagaimana kekuasaan diperebutkan secara demokratis.
Runtuhnya rezim Orde Baru, dunia politik telah bergeser dari yang tadinya tertutup,
represif, dan penuh rekayasa, sekarang telah menjadi politik yang penuh keterbukaan
dan trasparansi.68
Ketika Orde Baru jatuh dan mulai dipikirkan apa yang akan dibuat
untuk menyusun kembali tata politik pasca Orde Baru.69
68
Firmanzah, Persaingan, Legitimasi Kekuasaan, dan Marketing Politik, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2010), 1. 69
Bambang Setiawan & Bestian Nainggolan (ed)., Partai-Partai politik Indoneia, Ideologi dan
Program 2004-2009, (Jakarta:Kompas Media Nusantara, 2004), 4.
Fakta politik inilah yang mengurai catatan politik di Indonesia.Semakin
disadari bahwa wajah demokrasi di Indonesia dipenuhi oleh semangat dan kegairahan
persaingan. Dilatarbelakangi pula dengan adanya sistem politik multi partai, maka
masing-masing kelompok masyarakat memiliki hak untuk mendirikan partai politik.
Fakta politik di masyarakat Kelurahan Tewah adalah masyarakat di tempat ini juga
dapat dikatakan aktif dalam upaya pendirian partai. Dari 44 partai yang mengikuti
Pemilu Legislatif Tahun 2009, terdapat 30 partai yang memiliki Pengurus Anak
Cabang (PAC) di Kelurahan Tewah. 30 partai ini yang bersaing secara aktif dalam
upaya merekrut sebanyak-banyaknya konstituen yang memberikan hak pilih/hak
suaranya ke partai pilihan. Partai yang dimaksud adalah: Partai Hati Nurani Rakyat,
Partai Karya Peduli Bangsa, Partai pengusaha Dan Pekerja Indonesia, Partai Peduli
Rakyat Nasional, Partai Gerakan Indonesia Raya, Partai Barisan Nasional, Partai
Keadilan Dan Persatuan Indonesia, Partai Amanat Nasional, Partai perjuangan
Indonesia Baru, Partai Persatuan Daerah, Partai Pemuda Indonesia, Partai nasional
Indonesia Marhaenisme, Partai Demokrasi Pembaruan, Partai Karya Perjuangan,
Partai Penegak Demokrasi Indonesia, Partai Demokrasi Kebangsaan, Partai
Republika Nusantara, Partai Pelopor, Partai Golongan Karya, Partai Persatuan
Pembangunan, Partai Damai Sejahtera, Partai Nasional Benteng Kerakyatan
Indonesia, Partai Bulan Bintang, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai
Patriot, Partai Demokrat, Partai Kasi Demokrasi indonesia, Partai Indonesia
Sejahtera, Partai Merdeka, Partai serikat Indonesia. 70
70
Wawancara, Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan Tewah ( Tewah: 21 September 2011),
Data ini menunjukkan adanya perubahan dalam dimensi politik. Pemilu
Legislatif Tahun 2009 dijadikan momentum politik yang dapat dikatakan sangat
berguna bagi pembelajaran politik. Pada pelaksanaan Pemilu Legislatif Tahun 2009,
harus pula diakui bahwa masyarakat di Kelurahan Tewah diajak berpartisipasi,
mengalami proses pembelajaran politik. Hal ini dapatlah dipelajari mulai dari proses
rekruitmen dari pihak partai kepada mereka yang diambil menjadi anggota partai
peserta pemilu bahkan yang di calonkan menjadi calon anggota legislatif.
C. PEMPUAN dAN POLITIK DI TEWAH PADA PEMILU LEGISLATIF
TAHUN 2009 KABUPATEN GUNUNG MAS
1. Peluang Politik Bagi Perempuan Di Kelurahan Tewah Pada Pemilu Legislatif
Tahun 2009
Kehadiran UU No 2 tahun 2008 tentang partai politik yang mengakomodir
30% keterwakilan perempuan dalam pendirian dan pembentukan partai politik dan
kepengurusan partai politik dan Pasal 53 dan pasal 55 UU No 10 Tahun 2008,
ditentukan minimal 30% keanggotaan perempuan di parlemen.UU politik tersebut
memberikan peluang yang cukup besar bagi perempuan di Tewah untuk masuk dalam
bursa Pemilu Legislatif Tahun 2009. Dengan adanya ketersediaan kuota 30% adalah
merupakan peluang yang baik bagi perempuan yang terjun di bursa pemilihan
anggota Legislatif. Di Kabupaten Gunung Mas tersedia 20 kursi untuk anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah71
.
71
Wawancara, Andar Ardi, Anggota DPRD Kabupaten Gunung Mas Periode 2009-2014 ( Kuala
Kurun: 13 September 2011).
Dengan adanya 30 Pengurus Anak Cabang partai peserta pemilu 2009, adalah
sarana politik bagi perempuan di Kelurahan Tewah untuk berjuang dalam
mewujudkan cita-cita politiknya. Menurut wawancara bersama caleg perempuan yang
mengikuti bursa Pemilu Legislatif Tahun 2009: Siti Hilmiah dari Partai Golongan
Karya, no urut 1 (Tewah: 31 Agustus 2011). Pemilu Legislatif Tahun 2009,
memberikan kesempatan politik yang baik, apalagi dengan mendapatkan no urut yang
sangat strategis. Selanjutnya dikatakan, bahwa pihak keluarga (Suami dan keluarga
besar) memberikan dukungan baginya untuk masuk dalam bursa pencalegkan, karena
menimbang bahwa partai yang merekrutnya (aktif di Partai Golkar sejak tahun 2005)
adalah partai besar yang sudah dikenal masyarakat luas. Pemilu Legislatif Tahun
2009 ini dipandang pula sebagai Pemilu yang membuka kesempatan bagi yang
memiliki motivasi politik yang jelas. Permasalahannya mengapa ia tidak lolos, itu
karena konstituen cukup memiliki kebingungan dalam memilih Caleg, karena
banyaknya jumlah caleg pada waktu itu. Berbicara mengenai kesiapan politik, dapat
dikatakan cukup, bahkan mengenai danapribadi yang dikeluarkan untuk kampanye
pendekatan konstituen dipersiapkan sebanyak Rp 120.000.000,- (ikut membantu
sarana ibadah: Masjid, Gereja, Balai Hindu Kaharingan). Perolehan suara memang
tidak mencapai target. Karena target awalnya diperkirakan mendapat 800 suara,
ternyata suara yang didapatkan hanya 288 suara. Tetapi walaupun demikian ia
katakan tidak pernah ada rasa penyesalan dan itu hanyalah pembelajaran politik.
Ketika penulis menanyakan apakah memiliki keinginan untuk dicalonkan kembali di
Pemilu Legislatif 2014? Dijawab, memang sampai sekarang masih aktif di partai dan
dalam rutinitas sehari-hari adalah sebagai pedagang, namun ke depan adalah melhat
situasi politik di Tahun 2014.72
Peluang politik di Pemilu Legislatif Tahun 2009 memberikan sarana politik
bagi perjuangan agenda politik seorang caleg. Sebagaimana disampaikan oleh Elvi
Esi caleg dari Partai Demokrasi Indonesia perjuangan no urut 5, dan pada waktu itu
memperoleh 373 suara. Sejak tahun 2007 ia sudah menjadi bagian dari PDIP dan
mengikuti kegiatan partai. Keinginannya mengikuti bursa caleg di Pemilu Legislatif
Tahun 2009, selain dicalonkan oleh partai pengusung, dibarengi pula dengan
dukungan suami (Perawat di Puskesmas Tewah) dan keluarga besarnya. Adapun
agenda yang ingin diperjuangkan adalah berkenaan dengan masalah pemberdayaan
perempuan khususnya di Kabupaten Gunung Mas, yang di pandang belum
menyentuh perempuan di tempat ini, bahkan program-program dari Badan
Pemberdayaan Perempuan di Kabupaten Gunung Mas belum menjawab kebutuhan
perempuan. Dicontohkan pemberdayaan perempuan di bidang politik belum pernah
direalisasikan. Masalah ini menimbulkan keprihatinan, dan menjadi agenda yang
ingin diperjuangkan jika terpilih. Mengenai persiapan pencalegkan Elvi Esi
menjelaskan, suami memberikan dukungan penuh. Pendekatan kepada konstituen pun
dilakukan, dengan memberikan pengobatan gratis dan sunatan gratis. Sehingga dana
yang dikeluarkan pada waktu itu ± Rp 80.000.000,-. Kuota 30% bagi perempuan pada
Pemlu Legislatif Tahun 2009,menurutnya adalah memotivasi perempuan untuk terjun
di dunia politik. Meskipun tidak lolos, ia katakan tidak memiliki penyesalan, bahkan
72
Wawancara, Siti Himiah (Tewah: 31 Agustus 2011).
sampai sekarang masih aktif sebagai anggota partai. Ketika di tanya rencana di
Pemilu Legislatif Tahun 2014, dijawab sambil mencermati situasi politik.73
Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kelurahan Tewah dapat dikatakan menjadi
titik berangkat bagi kaum perempuan di Kelurahan Tewah secara khusus. Proses
politik yang terjadi membuka peluang politik bagi perempuan di tempat ini.
Konstruksi politik yang di bangun oleh partai peserta pemilu dengan merekrut
perempuan sesuai dengan UU yang berlaku, merupakan faktor vital yang akan
melandasi perjalanan politik perempuan di tempat ini. Proses belajar tidak akan dapat
dilakukan tanpa melalui mekanisme monitoring dan mencari solusi berlandaskan data
dan informasi yang diperoleh. Memang diakui persaingan adalah sesuatu yang
bersifat harfiah dan terjadi di mana-mana. Seperti yang disampaikan oleh Jagau I.
Bangas (Sekretaris Komisi II DPRD Kabupaten Gunung Mas Periode 2009-2014,
dari DAPIL III). Dalam dunia politik, kemampuan untuk mengakumulasi dan
mendapatkan sumberdaya politik menjadi suatu faktor yang sangat penting.Karena
orang-orang yang mampu membangun dan mengumpulkan sumber daya politik
pastilah memiliki posisi tawar-menawar yang tinggi. Perempuan yang berpolitik pada
dasarnya, sejak dini menyadari konsekuensi dari politik yang diikuti.Hanya saja
perempuan di Kelurahan Tewah yang mengikuti bursa Caleg pada PILEG 2009
belum memiliki pengetahuan politik yang memadai.74
Ketersediaan sarana politik (partai politik) untuk mengusung perempuan di
Kelurahan Tewah untuk mencalonkan diri sebagai Calon Anggota Legislatif pada
73
Wawancara ,Elvi Esi., (Tewah: 27 September 2011). 74
Wawancara, Jagau I. Bangas (Kuala Kurun: 13 September 2011).
PILEG Tahun 2009 adalah peluang yang cukup besar. Seperti yang dituturkan Pancar
SH yang terpilih ( Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Gunung Mas Periode 2009-
2013 dari DAPIL II). Adanya partai dengan ketentuan UU No 2 tahun 2008 tentang
partai politik yang mengakomodir 30% keterwakilan perempuan dalam pendirian dan
pembentukan partai politik dan kepengurusan partai politik, membuka peluang bagi
kaum perempuan untuk mencalonkan diri merealisasikan agenda politik yang
berpihak kepada keadilan bagi perempuan.75
2. Partisipasi Politik Calon Legislatif Perempuan Di Kelurahan Tewah Pada
Pemilu Legislatif Tahun 2009 Di Kabupaten Gunung Mas
Perempuan di Kelurahan Tewah adalah komunitas yang memiliki keragaman
dalam menyikapi Pemilu Legislatif Tahun 2009. Banyak perempuan tidak tertarik dan
tidak berminat untuk terlibat di dunia politik praktis. Seperti wawancara bersama
dengan seorang ibu: “Politik itu kan bukan dunia perempuan, politik itu dunianya
laki-laki. Politik itu keras dan perempuan tidak cocok berada dalam dunia polituk
yang keras, kalau ikut berpartisipasi sebagai pemilih itu sudah hak, tetapi tidak untuk
ikut mencalonkan diri jadi caleg”.76
Perbedaan cara pandang perempuan di tempat ini
juga membawa perbedaan kepada sikap partisipasi politik mereka. Hal ini dapat
dipelajari dari para perempuan yang ikut terlibat dalam bursa caleg Pemilu Legislatif
Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas.
Menurut Eralina, caleg dari Partai Indonesia sejahtera no urut 3: Ikut terlibat
dalam bursa caleg tahun 2009 adalah pengalaman yang sangat berharga. Meski yang
75
Wawancara, Pancar (Kuala Kurun: 13 September 2011). 76
Wawancara, Mery (Tewah: 15 September 2011).
ia sesalkan, rekruitmen mendadak (direkrut partai karena ketentuan UU, pada tahun
2009). Rekruitmen yang mendadak ini mengakibatkan dirinya “gagap politik”,
padahal seperti yang ia katakan, “tertarik ikut bursa caleg karena berharap bisa lolos
dan membawa aspirasi masyarakat untuk diperjuangkan di parlemen”. Namun apa di
kata, keinginan itu ia simpan sehubungan suara yang ia dapatkan sangat sedikit
(memperoleh 9 suara). Suara yang diperoleh itupun ia yakini dari pihak keluarga
dekat, karena ia tidak sempat mengadakan sosialisasi dirinya keluar disebabkan
rekruitmen mendadak dan tidak memiliki rencana politik yang jelas. Selanjutnya ia
katakan, ia tidak jera mengikuti politik. Bahkan memiliki rencana untuk ikut dalam
bursa caleg di Pemilihan Umum Legislatif Kabupaten Gunung Mas Pada Tahun
2014.77
Berbeda halnya dengan apa yang dikatakan Rusmumpung, caleg dari Partai
Hati Nurani Rakyat no urut 4: “Masuk dalam bursa caleg tidak direncanakan dan saya
tidak siap, pada waktu diajak oleh partai hanya disampaikan untuk melengkapi syarat.
Sehingga tetek bengek administrasi di urus partai dan tidak ada mengeluaran dana
pribadi. Sampai pada perhitungan suara, 4 suara yang didapatkan. Kegiatan di partai
pun berakhir pada Pemilu Legislatif Tahun 2009, sekarang ia sendiri tidak mengikuti
politik dan tidak memiliki rencana politik ke depan.78
Hal senada juga disampaikan
oleh Rusmini, caleg dari Partai Demokrasi Kebangsaan no urut 5: “Sama sekali tidak
berminat, saya diajak oleh paman saya yang ikut mencalonkan diri dan beliau di no
urut 1. Saya hanya mendukung paman saya, dan saya tidak mendapatkan satu suara
77
Wawancara, Eralina Amd, (Tewah: 1 September 2011). 78
Wawancara,Rusmumpung, (Tewah: 2 September 2011).
pun pada waktu itu, karena saya pun memberikan hak suara kepada no urut 1.Saya
hanya menganggap itu pengalaman caleg yang pertama dan yang terakhir.79
Berbicara mengenai rekruitmen mendadak, dialami pula oleh caleg
perempuan yang lain. Eng Mimi Lincia, caleg dari Partai Nasional Indonesia
Marhaenisme no urut 5 menuturkan: Saya masuk Partai Nasional Indonesia
Marhaenisme, diajak teman Caleg dari PNIM. Katanya untuk melengkapi syarat, saya
sendiri juga tidak dijelaskan syarat seperti apa. Administrasi saya diurus pihak partai.
Saya hanya mendapatkan 1 suara pada waktu itu dan saya tau itu suara saya sendiri.
Sejak itu saya tidak mengikuti kegiaan PNIM dan tidak memiliki niat untuk ikut
mencalonkan diri lagi. Hanya saya berharap semoga perempuan yang lain yang ikut
di Pemilu Legislatif 2014 memperhatikan kesiapan politiknya.80
Mira I. Awan, caleg
dari Partai Pelopor no urut 3 menceritakan pengalamanya seputar Pemilu Legislatif
Tahun 2009: “Sebenarnya kalau mau jujur, saya tidak pernah mengikuti organisasi
apapun. Boro-boro ikut organisasi. Keseharian saya dihabiskan oleh rutinitas
pekerjaan sebagai penjual sayur. Saya tidak memiliki motivasi apapun mengenai
pencalegkan yang lalu itu. Hanya saja saya di ajak masuk Partai Pelopor di tahun
2009, yang katanya melengkapi ketentuan UU. Memang suami dan keluarga besar
memberikan support pada saya. Walaupun partai saya tidak melakukan kampanye
secara terbuka dan saya pribadi pun tidak melakukan trik apapun, saya cukup puas
ternyata suara untuk saya ada. Pada waktu itu suara yang saya dapatkan 38 suara.
Perolehan itu saya dapatkan dari hak pilih kerluarga terdekat. Kedepannya saya tidak
79
Wawancara,Rusmini, (Tewah:3 September 2011). 80
Wawancara, Eng Mimi Lincia ( Tewah: 5 september 2011).
memiliki minat lagi, biarlah orang lain saja yang ikut menjadi caleg di 2014. Saya
sudah tidak mengikuti kegiatan partai dan juga tidak berpolitik.81
Partisipasi politik dengan mengikuti bursa caleg, adalah juga dilatar belakangi
dengan keinginan untuk mensukseskan calon yang lain. Seperti dituturkan oleh
Elmiwati, caleg dari Partai Barisan Nasional no urut 2: “Kalau saya ditanya politik,
ya saya akan jawab mendukung yang punya dana kuat dan memiliki hubungan
keluarga dengan saya. Ikut bursa Caleg bukan karena berambisi untuk lolos, tetapi
bagi saya ini tahap coba-coba. Kalau lolos ya..syukur, tidak juga …saya tidak
kecewa. Waktu itu saya di ajak oleh partai masuk BarNas pada awa tahun 2009.Sejak
itu saya berupaya untuk memperkenalkan figur no urut 1 kepada masyarakat tanpa
meminta mereka memilih saya, syukur nourut 1 1olos.Sebenarnya saya ingin
mencoba lagi di Pemilu Legislatif Tahun 2014.82
Memutuskan untuk menjadi caleg di Pemilu Legislatif Tahun 2009, adalah
sarana untuk mencari pengalaman dan peluang politik. Hal ini dialami oleh Santi
,caleg dari Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia no urut 4: Bagi saya, mengikuti
politik kali ini adalah untuk dapat duduk di Kursi DPR. Dengan adanya Pasal 53 dan
pasal 55 UU No 10 Tahun 2008, ditentukan minimal 30% keanggotaan perempuan di
parlemen. Menurut saya memberikan kekuatan untuk perempuan yang ikut sebagai
caleg dan memotivasi konstituen perempuan untuk mendukung suara perempuan.
Tetapi saya menyadari, kesiapan politik saya sangat minim.Dengan kesiapan dana
sebesar Rp 2.000.000,- tentu jauh dari cukup dan memperoleh sebanyak 36 suara.
81
Wawancara, Mira I. Awan (Tewah: 7 September 2011). 82
Wawancara, Elmiwati (Tewah: 9 September 2011).
Pengalaman dalam partai juga tidak cukup, masuk partai bertepatan dengan suasana
Pemilu Legislatif, yaitu pada Tahun 2009. Sosialisasi dapat dikatakan mendadak dan
kampanye partai pun tidak dilaksanakan. Pengalaman kali ini memotivasi saya, jika
di Pemilu Legislatif selanjutnya ada kesempatan, saya ingin memilih partai besar
sebagai partai pengusung.83
Motivasi politik yang jelas turut mempengaruhi sikap dan tujuan politik dari
caleg.Memiliki motivasi adalah memiliki keseriusan dalam mengambil sikap politik.
Seperti wawancara bersama Natalita, caleg dari Partai Keadilan dan Persatuan
Indonesia : “Politik bagi saya adalah untuk memperoleh kekuasaan. Dalam berpolitik
idealnya seseorang memiliki motivasi yang jelas, sehingga tidak sekedar ikut-
ikutan.Partisipasi saya dalam Pemilu Legislatif Tahun 2009, saya sadari belum
memiliki motivasi yang jelas. Ketika partai menawarkan saya untuk ikut
mencalonkan diri dengan alasan saya memiliki keluarga yang luas (extended family),
dengan itu saya berpeluang mendapatkan suara yang banyak adah motivasi awal saya
ikut menjadi caleg. Namun saya sadari kemudian itu bukanlah motivasi politik yang
cukup untuk terjun dalam bursa caleg. Kesiapan dana dan pendekatan kepada
konstituen (sosialisasi) jauh-jauh hari saya rasa sangat berpengaruh. Pada waktu itu
memang dilakukan pendekatan kepada konstituen secara kekeluargaan dan sosialisasi
dilakukan dengan memakan dana sebesar Rp 28.000.000,-. Dan memperoleh 128
suara. Dari hal itu saya belajar untuk kedepannya, bahwa jika saya tidak siap dalam
motivasi dan dana, saya memilih untuk tidak mencoba lagi mencalonkan diri.84
83
Wawancara, Santi (Tewah: 10 September 2011). 84
Wawancara,Natalita (Tewah: 20 September 2011).
Berharap lolos menjadi anggota Legislatif, tentunya dimiliki Caleg sebagai
sebuah harapan politik. Hal ini dituturkan oleh Rabainah, caleg dari Partai Karya
Perjuangan no urut 2 : “Ketika saya sajak masuk ke Partai Karya Perjuangan (masuk
menjadi anggota partai tahun 2009), yang saya pikirkan adalah coba-coba ikut
berpolitik, supaya tau apa itu politik. Dipercayakan oleh partai menjadi caleg dari
PKP pada awalnya saya ragu, karena saya tidak pernah mengikuti organisasi apapun
sebelumnya dan berkaian pula dengan modal politik (dana). Masalah itu sempat saya
utarakan, tetapi pihak partai menyanggupi dana untuk keperluan administasi dan
atribut-atribut kampanye. Dukungan dari partai inilah yang memotivasi saya untuk
memiliki harapan mendapatkan banyak suara dan lolos ke kursi Legislatif . Tetapi
harapan itu gagal, karena saya menyadari dana dari partai tentu tidak dapat memenuhi
keperluan politik saya. Suara yang saya peroleh sebanyak 36 suara. Bagi saya PILEG
Tahun 2009 adalah pengalaman pertama saya berpolitik dan dari itu saya tidak
memiliki keinginan untuk ikut menjadi caleg diPemilu Legislatif yang akan datang.
Karena saya menyadari menjadi anggota Legislatif harus memiliki pengalaman
politik yang baik dan juga memiliki modal politik yang banyak.85
Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas, diikuti
dengan partisipasi caleg perempuan di Kelurahan Tewah.Partisipasi politik ke 11
orang caleg perempuan memiliki ragam motivasi, seperti yang mereka sudah mereka
sampaikan. Hanya saja partisipasi dan harapan politik yang mereka miliki tidak dapat
mencapai kursi Legislatif. Karena tidak ada satu pun dari mereka yang lolos.
85
Wawancara, Rabainah (Tewah: 27 September 2011).
4. Persepsi Konstituen Di Kelurahan Tewah Tentang Perempuan dan Politik Di
Tewah Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009
Pemilu Legislatif Tahun 2009, diakui sebagai Pemilihan Umum Legislatif
yang banyak menghadirkan sosok perempuan. Pemilu Legislatif Tahun 2009
memberikan kesempatan dan peluang bagi perempuan untuk mewujudkan cita-cita
politiknya menjadi seorang Anggota Legislatif. Ke-11 orang caleg perempuan dari
kelurahan Tewah mengalami kegagalan menjadi Anggota Legislatif tentunya
sehubungan dengan minimnya perolehan suara yang mereka dapatkan, seperti yang
mereka tuturkan di atas. Perolehan suara tentunya berkaitan erat dengan pilihan yang
dijatuhkan konstituen terhadap caleg. Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis
kepada beberapa orang konstituen di Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kelurahan
Tewah. Penulis mendapatkan data mengenai pilihan yang dijatuhkan dan persepsi
mereka terhadap Perempuan dan Politik, khususnya caleg perempuan di Kelurahan
Tewah yang telah mengikuti bursa caleg di Kabupaten Gunung Mas Tahun 2009.
Figur Politik selain wajahnya familiar, tentunya diperhitungkan pula
pengalaman politiknya. Seperti yang dituturkan, Tutut (Pegawai Kelurahan Tewah):
“walaupun saya tidak tau banyak tentang apa itu politik, tapi saya juga memahami
kalau orang yang ikut berpolitik haruslah orang yang mempunyai kemampuan untuk
berpolitik. Terbiasa berbicara didepan orang banyak dan bukan mendadak jadi caleg.
Di Pemilu Legislatif yang lalu itu saya tidak memilih perempuan, karena saya tau
mereka baru ikut politik.86
Senada dengan itu disampaikan pula oleh Mery (seorang
pedagang sembako):” Saya selalu bilang politik itu keras, kalau cuma sekedar untuk
86
Wawancara, Tutut ( Tewah: 28 September 2011).
melengkapi syarat, lebih baik tidak usah ikut, jadinya memang tidak mendapatkan
suara yang banyak. Meskipun katanya perempuan harus mendukung perempuan, tapi
yang didukung itu perempuan yang sudah berpengalaman dalam berpolitik apa
belum”.87
Perbedaan persepsi tentang Figur Caleg Perempuan ternyata juga beragam.
Seperti yang disampaikan oleh Yellie (Pegawai Kelurahan Tewah ): “Saya pada
Pemilu Legislatif yang lalu memilih caleg perempuan, hanya yang saya pilih tidak
lolos. Alasan saya memilih caleg perempuan, karena saya mendukung upaya mereka
untuk masuk menjadi caleg. Karena tidak semua perempuan di Kelurahan Tewah ,
yang memiliki keberanian seperti ke-11 caleg perempuan itu. Persoalan
pengalamannya dalam politik, itu akan didapatkan kemudian, yang penting berani
jadi caleg itu sudah hal yang positif dan perlu diberikan apresiasi”.88
Kehadiran perempuan dalam terbentuknya Partai dan posisi di Parlemen,
memberikan dampak positif bagi kaum perempuan. Ke-11 caleg perempuan di
Kelurahan Tewah telah berpartisipasi secara proaktif. Kendala dalam politik tidak
hanya dialami oleh caleg perempuan, tetapi juga dialami oleh caleg Laki-laki.
Persoalan lolos dan tidak ke kursi Legislatif itu disebabkan banyak faktor. Tidak
hanya karena caleg kebetulan seorang perempuan, tetapi karena faktor-faktor yang
lain. Pemilu Legislatif Tahun 2009 adalah moment politik yang perlu untuk dijadikan
pengalaman bagi caleg perempuan dan caleg laki-laki, guna lebih mempersiapkan diri
ke depannya. Kesiapan diri dalam berpolitik juga adalah modal politik. Artinya
87
Wawancara, Mery (Tewah : 15 September 2011). 88
Wawancara, Yellie (Tewah : 28 September 2011).
“modal politik” tidak hanya dibatasi pemahamannya pada kondisi persiapan dana
saja.
Mengambil keputusan untuk mencalonkan diri adalah keputusan politik yang
sebaiknya disertai dengan “kesiapan politik”. Perubahan politik melahirkan
perubahan dalam relasi politik perempuan dan laki-laki. Partisipasi perempuan dalam
politik adalah “sesuatu” yang penting, bahkan sangat urgent saat ini. Karena tidak
ada demokrasi yang sejati, jika tidak ada partisipasi masyarakat yang sesungguhnya
dalam pemerintahan dan pembangunan serta partisipasi yang setara antara antara laki-
laki dan perempuan dalam seluruh ruang kehidupan dan tingkat pengambilan
kebijakan. 89
Perempuan dan Politik di Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung
Mas cukup menarik perhatian. Hadirnya perempuan dalam pembentukan partai dan
sebagai caleg adalah kondisi politik yang membaik. Karena telah membuka
kesempatan bagi perempuan secara terbuka, khususnya di Kelurahan Tewah.
Persoalan yang muncul adalah tidak semua perempuan yang ikut mencalonkan diri,
adalah perempuan yang menggunakan kesempatan itu untuk kerpentingan politiknya.
Terkesan ketika partai merekrut perempuan adalah hanya untuk dijadikan “lompatan
politik” oknum caleg dari partai itu sendiri. Disadari bahwa kesempatan politik yang
terbuka bagi perempuan dapat juga dilihat sebagai momentum introspeksi bagi
perempuan itu sendiri. Sehubungan dengan tantangan bagi perempuan untuk
89
Wawancara, Drs. Elisa Lamey ,LurahTewah ( Tewah : 29 September 2011).
menunjukkan jati diri dan kemampuannya dalam proses politik dan pembangunan
bangsa ini.90
90
Wawancara, Hermina (Tewah:30 September 2011).