PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS...

71
PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL-QUR’AN (STUDI ATAS PENAFSIRAN FAKHRUDDIN AL-RĀZĪ DALAM KITAB MAFĀTĪH AL-GHAIB) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Ahmad Rizal Sidik NIM: 1112034000139 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1440 H /2019 M

Transcript of PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS...

Page 1: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL-QUR’AN

(STUDI ATAS PENAFSIRAN FAKHRUDDIN AL-RĀZĪ DALAM KITAB

MAFĀTĪH AL-GHAIB)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Ahmad Rizal Sidik

NIM: 1112034000139

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1440 H /2019 M

Page 2: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa
Page 3: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa
Page 4: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa
Page 5: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

i

ABSTRAK

Ahmad Rizal Sidik

Peredaran Matahari Menurut Al-Qur’an (Studi Atas Penafsiran Fakhruddin

Al-Rāzī Dalam Kitab Mafātīh Al-Ghaib)

Skripsi ini membahas argumentasi al-Rāzī atas peredaran matahari di

dalam al-Qur’an. Sejauh ini ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa al-

Rāzī adalah seorang mufasir yang berpaham Geocentric ataupun Heliocentric.

Teori Geocentric beranggapan bahwa matahari adalah pusat peredaran bagi

matahari dan planet-planet lainnya sedangkan teori Heliocentris beranggapan

bahwa matahari adalah merupakan pusat peredaran planet-planet, termasuk di

dalamnya adalah bumi.

belum banyak penelitian yang dilakukan dalam tema ini, terkhusus tafsir

al-Rāzī itu sendiri. Melalui penafsiran al-Rāzī perihal peredaran matahari di dalam

al-Qur’an, dapat diketahui bagaimanakah hakikat, fungsi dan pola peredaran

matahari.

Penelitian ini mengklasifikasikan argumentasi al-Rāzī terkait peredaran

matahari di dalam al-Qur’an, untuk kemudian mendeskripsikannya berdasarkan

penafsirannya dari ayat-ayat yang berkaitan dengan peredaran matahari

menggunakan metode analisa deskriptik analitik. Sumber primernya adalah kitab

Mafātīh Al-Ghaib karya Fakhruddin Al-Rāzī dan data sekundernya meliputi buku,

jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini.

Dari hasil pengkodingan ayat-ayat yang terkait dengan penelitian ini,

penulis menemukan bahwa pengklasifikasian argumentasi Al-Rāzī atas peredaran

matahari di dalam al-Qur’an terbagi menjadi tiga bagian. Pertama, tentang

hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa Allah SWT.

Bagaimana Allah dengan segala kekuasaannya bisa menetapkan setiap gerakan

dan segalanya terhadap matahari. Kedua, berbicara tentang fungsi dari peredaran

matahari yang bisa memberikan manfaat untuk semua makhluknya di dunia ini.

Dan ketiga, tentang pola peredaran matahari di orbitnya.

Untuk memudahkan pencarian data yang akan diolah pada kitab Mafātīh Al-

Ghaib, penulis menggunakan bantuan aplikasi Maktabah Syamela. Sehingga

penulis bisa menentukan metode analisis isi kualitatif sebagai metode yang

penulis anggap pas untuk mengolah data yang terkumpul.

Setelah penulis melakukan penelitian, penulis menganggap bahwa argumen

Al-Rāzī atas peredaran matahari di dalam al-Qur’an adalah ketiga hal diatas dan

tidak ada penafsirannya yang mengatakan bahwa al-Rāzī adalah seorang mufasir

yang berpaham Geocentric ataupun Heliocentric. Itu keliru karena tidak

ditemukannya redaksi ataupun makna dari penafsiran al-Rāzī yang menjelaskan

tentang hal itu. Maka perlu adanya peninjauan ulang terhadap argumentasi

tersebut. Apakah Al-Rāzī mencantumkan pada kitab lain atau tidak. Karena jika

fokus pada kitab Mafātīh Al-Ghaib saja, maka tidak cukup kuat untuk mengatakan

bahwa peredaran matahari di dalam al-Qur’an adalah hanya tentang hakikat kuasa

Allah, fungsi dan pola peredarannya.

Kata Kunci: Al-Rāzī dan Peredaran Matahari

Page 6: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan segala kenikmatannya sehingga

skripsi dengan judul “Peredaran Matahari Menurut Al-Qur‟an (Studi Atas

Penafsiran Fakhruddin Al-Rāzī Dalam Kitab Mafātīh Al-Ghaib)” ini mampu

penulis selesaikan meskipun masih dalam kategori banyak kekurangannya.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada baginda Nabi

Muhammad Saw.

Penulis menyadari bahwa selama proses penulisan skripsi ini tidak lepas

dari dukungan dan bantuan banyak pihak. Oleh karenanya, dengan segala

kerendahan hati, penulis menghaturkan banyak terimakasih yang tak terhingga

kepada mereka. Semoga Allah membalas dengan sebaik-baik balasan.

Juga kepada segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis., M.A., selaku Rektor Universitas

Negeri Syarif Hidayatullah, Dr. Yusuf Rahman, M.A., selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin, Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.A., selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Qur„an

dan Tafsir, Dra. Banun Binaningrum, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu al-

Qur„an dan Tafsir yang selalu melayani penulis dalam urusan administrasi

akademik, dan juga penulis haturkan terimakasih kepada seluruh dosen Fakultas

Usuluddin yang telah banyak mengajarkan ilmu kepada penulis.

Ucapan terimakasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada yang

terhormat Dr. Eva Nugraha, M.Ag selaku pembimbing yang telah memberi

banyak bimbingan dan arahannya. Penulis sangat merasa terbantu karena

kehadiran beliau di tengah terciptanya skripsi ini.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Sahabat-sahabat

PMII Komfuspertum, Keluarga Besar Mahasiwa Galuh Jaya Jabodetabek,

Keluarga Besar El-Arsy (Alumni Pondok Pesantren Darussalam Bogor angkatan

2010), dulur-dulur Himabo Jakarta, teman-teman TH D 2012. Bersama mereka

semua, penulis berproses bersama-sama.

Untuk Keluarga Evanger‟12, Sahroni, Kholik Ramdan Mahesa, Acep Sabiq,

Ali Muharom, Aang Istikhori, Imam Zamakhsyari, Aan Suherman, Rojali

Page 7: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

iv

Hidayatullah, Moh Sufyan, dsb. Atas semua bantuan dan suportnya, Ucapan

terimakasih dan penghargaan patut penulis sampaikan, kalian !!.

Juga ungkapan terima kasih (yang hampir istimewa) penulis ucapkan teruntuk

Mobile Legend: Bang Bang (sebuah game berjenis MOBA yang dikembangkan

oleh Moonton) dan aplikasi GameGuardian berikut skripnya yang menemani

penulis di sela-sela terciptanya skripsi ini.

Terakhir, ucapan terimakasih yang teristimewa penulis sampaikan kepada

kedua orang tua penulis, Ayahanda Ahmad Jaelani dan Ibunda (Almarhumah)

Nani. Mertua pun tak lupa pula penulis sebutkan, papah Taufik dan mamah

Rosita. Juga kepada Ema Hani selaku nenek penulis dan Uwa Acih, Hanya Allah

yang bisa membalas kasih sayang, do„a dan semua pemberian mereka yang tak

pernah terhingga untuk penulis. Juga isteri tercinta, Firda Devy Rahmawati yang

sedang menyelesaikan Study di universitas dan fakultas yang sama dengan

penulis, semoga cepat lulus, mendapat ilmu yang berkah dan bermanfaat, kau lah

jawaban dari semua doa yang selalu ku sebut tiap harinya. Berkat kesabaran dan

dukunganmu, penulisan skripsi ini bisa berjalan lancar, dan kepada mereka semua

yang sudah disebutkan pula skripsi ini penulis persembahkan.

Ciputat, 06 Mei 2019

Penulis

Page 8: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI

1. Padanan Aksara

Huruf

Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te ت

ṡ es dengan titik atas ث

J Je ج

ḥ ha dengan titik bawah ح

Kh ka dan ha خ

D De د

Ż zet dengan titik atas ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy es dan ye ش

ṣ es dengan titik bawah ص

ḍ de dengan titik bawah ض

ṭ te dengan titik bawah ط

Page 9: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

vii

ẓ zet dengan titik bawah ظ

Koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع

Gh ge dan ha غ

F Ef ؼ

Q Qi ؽ

K Ka ؾ

L El ؿ

M Em ـ

N En ف

W We ك

H Ha ق

Apostrof ’ ء

Y Ye ي

2. Vokal

Vokal terdiri dari dua bagian, yaitu vokal tunggal dan vokal rangkap.

Berikut ketentuan alih aksara vokal tunggal:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fatḥah ـ

I Kasrah ـ

Page 10: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

viii

U Ḍammah ـ

Adapun vokal rangkap ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

يـ Ai a dan i

ك ـ Au a dan u

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang dalam bahasa Arab dilambangakan

dengan harkat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ā a dengan topi di atas ىا

Ī i dengan topi di atas ىي

Ū u dengan topi di atas ىػو

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam system aksara Arab dilambangkan dengan huruf

dialih aksarakan menjadi huruf ‘l’ baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf اؿ

qamariyah. Contoh: al-rijāl bukan ar-rijāl.

5. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau tasydīd yang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda (ـ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak

berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang

yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata الضركرة tidak ditulis ad-

ḍarūrah tapi al-ḍarūrah.

Page 11: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

ix

6. Tā’ Marbūṭah

Kata Arab Alih Aksara Keterangan

Ṭarīqah Berdiri sendiri طريقة

-Al-jāmi‘ah al اجلامعة اإلسالمية

islāmiyyah Diikuti oleh kata sifat

waḥdat al-wujūd Diikuti oleh kata benda كحدة الوجود

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam system tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, alih aksara

huruf kapital ini juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalan

Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan permukaan kalimat,

huruf awal nama tempat, nama bulan, nama seseorang, dan lain-lain. Jika nama

seseorang didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital

adalah huruf awal nama tersebut. Misalnya: Muḥammad Mutawalli al-Sya‘rāwī

bukan Muḥammad Mutawalli Al-Sya‘rāwī.

Berkaitan dengan judul buku ditulis dengan cetak miring, maka demikian

halnya dengan alih aksaranya, demikian seterusnya. Jika terkait nama, untuk

nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak

dialih aksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Contoh:

Nuruddin al-Raniri tidak ditulis dengan Nūr al-Dīn al-Rānīrī.

8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja, kata benda, maupun huruf ditulis secara

terpisah. Berikut contohnya dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan diatas:

Kata Arab Alih Aksara

ر Innā naḥnu nazzalnā al-żikra إنا ن ن نػزل نا الذك

wa innā lahū laḥāfiẓūn كإنا له لافظوف

Yaḥkumu bihā al-nabiyyūna ي كم با النبيوف

لموا al-lażīna aslamū الذين أس

Page 12: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

x

9. Singkatan

Huruf Latin Keterangan

Swt, Subḥāh wa ta‘ālā

Saw, Ṣalla Allāh ‘alaih wa sallam

QS. Quran Surat

M Masehi

H Hijriyah

w. Wafat

Page 13: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

xii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................. iii

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................ vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................ 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 7

E. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 7

F. Metodologi Penelitian ....................................................................... 8

G. Sistematika Penulisan ....................................................................... 10

BAB II TINJAUAN UMUM PEREDARAN MATAHARI

A. Peredaran Matahari Dalam Ilmu Astronomi ..................................... 12

1. Gerak Hakiki Matahari ............................................................... 12

2. Gerak Semu Matahari................................................................. 13

B. Matahari dan Peredarannya Menurut Masa Klasik ........................... 13

C. Peredaran Matahari Menurut Ahli Tafsir .......................................... 16

1. Penafsiran Al-Maraghi ............................................................... 16

2. Penafsiran Tantawi Jauhari ........................................................ 20

3. Penafsiran Ibnu Katsir ................................................................ 21

BAB III BIOGRAFI DAN GAMBARAN UMUM TAFSĪR MAFĀTĪH AL-

GHAIB

A. Profil Pengarang ................................................................................ 24

1. Sejarah Singkat al-Rāzī ............................................................... 24

2. Keilmuannya ............................................................................... 25

B. Karya-karya Pengarang ..................................................................... 31

C. Sistematika Penulisan Mafātīḥ al-Ghaib .......................................... 34

1. Latar Belakang Penulisan ............................................................ 34

2. Sistematika Penulisan ................................................................. 35

Page 14: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

xiii

3. Metodologi Penafsiran ................................................................ 36

4. Corak Penafsiran ......................................................................... 38

5. Penilaian Ulama .......................................................................... 39

BAB IV PEREDARAN MATAHARI: HAKIKAT, FUNGSI DAN

POLA

A. Hakikat Peredaran Matahari .............................................................. 41

1. Tafsir Surah Ar-Ra’adu [13] Ayat 2 ........................................... 42

2. Tafsir Surah Yasin [36] Ayat 38 ................................................. 43

3. Tafsir Surah Yasin [36] Ayat 40 ................................................. 44

B. Fungsi Peredaran Matahari ............................................................... 46

1. Tafsir Surah Ibrahim [14] Ayat 33 .............................................. 46

2. Tafsir Surah Al-Anbiya [21] Ayat 33 ......................................... 47

3. Tafsir Surah Yasin [36] Ayat 38 ................................................. 47

C. Pola Peredaran Matahari ................................................................... 49

1. Tafsir Surah Al-Anbiya [21] Ayat 33 ......................................... 49

2. Tafsir Surah Yasin [36] Ayat 38 ................................................. 51

3. Tafsir Surah Yasin [36] Ayat 40 ................................................. 52

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 56

B. Saran-saran ........................................................................................ 57

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 58

Page 15: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur'an sebagai sebuah kitab suci, ternyata tidak hanya mengandung ayat-

ayat yang berdimensi aqidah, syari'ah dan akhlaq semata, akan tetapi juga

memberikan perhatian yang sangat besar bagi perkembangan ilmu

pengetahuan1. Jika membaca al-Qur'an secara seksama, akan kita temukan sangat

banyak ayat-ayat yang mengajak kepada manusia untuk bersikap ilmiah, berdiri di

atas prinsip pembebasan akal dari takhayul dan kebebasan akal untuk berpikir. Al-

Qur'an selalu mengajak manusia untuk melihat, membaca, memperhatikan,

memikirkan, mengkaji serta memahami dari setiap fenomena yang ada terlebih

lagi terhadap fenomena-fenomena alam semesta yang perlu mendapatkan

perhatian khusus karena darinya bisa dikembangkan sains dan teknologi untuk

perkembangan umat manusia dan dengan itu pula akan didapatkan pemahaman

yang utuh dan lengkap.

Pada dasarnya al-Qur’an adalah kitab suci yang menetapkan masalah akidah

dan hidayah, hukum syari’at dan akhlak. Bersamaan dengan hal itu, di dalamnya

di dapati juga ayat-ayat yang menunjukkan tentang berbagai hakikat (kenyataan)

ilmiah yang memberikan dorongan kepada manusia untuk mempelajari,

membahas dan menggalinya. Sejak dahulu sebagian kaum muslimin telah

berusaha menciptakan hubungan seerat-eratnya antara al-Qur’an dan ilmu

1 Kata ilmu dan derivasinya dalam al-Qur’an sering dipakai untuk arti umum, yakni

pengetahuan, termasuk arti makna sains/ilmu pengetahuan alam dan kemanusiaan. Dengan

demikian ilmu al-Qur’an merupakan segala macambentuk ilmu baik ilmu alam, ilmu sosial,

humaniora dan ilmu lainnyayang dapat digunakan untuk kemaslahatan umat.

Andi Rosadisastra, Metode Tafsir Ayat-ayat Sains dan Sosial, (Jakarta: Amzah, 2007) hlm.

47

Page 16: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

2

pengetahuan. Mereka berijtihad menggali beberapa jenis ilmu pengetahuan dari

ayat-ayat al-Qur’an, dan di kemudian hari usaha ini semakin meluas, dan tidak

ragu lagi, hal ini telah mendatangkan hasil yang banyak faedahnya.2

Al-Qur’an pun turun dengan segala kekayaan ilmunya di alam dunia ini,

demikian sains modern,3 membuat beberapa mufasir menciptakan penafsiran al-

Qur’an bernuansakan ilmu pengetahuan4 yang pada akhirnya lebih dikenal

dengan tafsir ‘ilmi.5

Ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat. Baik dalam bidang Biologi,

Kimia, Fisika maupun Astronomi. Banyak ilmuwan yang melakukan penelitian-

penelitian sehingga mampu dan berhasil melahirkan khazanah ilmu-ilmu baru.

Semakin canggihnya alat-alat teknologi pada era zaman saat ini, semakin

mempermudah mereka dalam melakukan penelitian.

Penelitian, bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan kejelian,

waktu yang tidak sedikit, dan ilmu yang cukup dalam bidang tersebut.

Kebanyakan dari meraeka dari orang-orang non-muslim. Penelitian berawal dari

2 Muhammad Nor Ichwan. Memasuki Dunia Al-Qur’an.(Semarang: Lubuk Raya, 2001)

hlm253 3 Muhammad Husain al-Zahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun dalam DVD ROM al-Maktabah

al-Syamilah (Bandung: Pustaka Ridwan, 2008), juz V, hlm. 4. 4 Benih tafsir ‘ilmi bermula pada Dinasti Abbasiyah, abad ke-5 Hijriyah. Hal ini

diasumsikan karena akibat penerjemahan kitab-kitab ilmiah seperti ilmu pengetahuan Yunani,

filsafat kuno, dan kebijakan asing. Adapun tokoh yang paling gigih mendukung penafsiran ilmiah

adalah Al-Gazali (w. 1059-1111 M) dalam kitabnya Ihya Ulum al-Din, diaia memberikan alasan-

alasan untuk membuktikan pendapatnya. Al-Gazali kemudian mengatakan bahwa: “Segala macam

ilmu pengetahuan, baik yang terdahulu, maupun yang kemudian; baik yang telah diketahui

ataupun belum, semuanya bersumber dari al-Qur’an. Lihat Abu Hamid Al-Gazali, Ihya Ulum al-

Din, dalam DVD ROM al-Maktabah al-Syamilah (Bandung: Pustaka Ridwan, 2008), juz. I, hlm.

297. 5 Tafisr ‘ilmi atau tafsir dengan corak ilmiah adalah tafsir dengan menggunakan pendekatan

teori-teori ilmiah yang bertujuan untuk menggali teori-teori ilmiah dan pemikiran filosofis dari

ayat-ayat al-Qur’an. Lihat Muhammad Husain al-Zahabi, , al-Tafsir wa al-Mufassirun dalam DVD

ROM al-Maktabah al-Syamilah (Bandung: Pustaka Ridwan, 2008), juz. V, hlm. 4. Lihat pula

Abdul Mustaqim, “Kontroversi Tentang Corak Tafsir Ilmi” (Jurnal Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an dan

Hadis: Vol. 7 no. 1, Janiuari 2006), hlm. 24.

Page 17: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

3

sikaf objektivitas pada kajian penelitianya untuk memunculkan pengetahuan baru.

Banyak dari mereka berhasil dalam melakukan penelitianya, namun seiring

berkembangnya zaman hasil penelitian mereka dianggap tidak tepat, karena

muncul peneliti baru yang hasilnya dianggap lebih kongrit dan tepat. Hal tersebut

seperti penelitian dalam ilmu Astronomi dalam membahas matahari. Pada

awalnya, ditemukan penelitian bahwasanya matahari bergerak mengelilingi bumi

sebagai pusatnya, atau diistilahkan sebagai Geocentris. Namun, dengan

perkembangannya zaman, yang mana ilmu Astronomi semakin lebih maju,

ditemukan pendapat baru, tidak menguatkan pendapat yang pertama, yaitu

matahari bergerak mengelilingi bumi sebagai pusatnya, tapi sebaliknya Ilmuwan

Astronomi menemukan bahwa yang terjadi justru sebaliknya, ternyata bahwa

bumi bergerak mengelilingi matahari atau disebut sebagai Heliocentris. Berikut

adalah beberapa ayat yang berbicara tentang pergerakan matahari:

surah al-Ra`du ayat 2:

ل س والرقمر كم مر ر الش ش وسخ ت وى على الرعرر ن ها ثم اسر ماو ات بغير عمد ت رور اللم الذي رفع السمر تموقنمون 6 مر بلقاء ربكم لم اآليت لعلكم ر ي مفص ى يمدبرم األمر يرري ألجل ممسم

“Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu

lihat, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy, dan menundukkan matahari

dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah

mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya),

supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu”.(QS. 13:2).

Dan surah Yasin ayat 38:

ديرم الرعزيز الرعليم ت قر لا ذلك ت قر سر سم ترري لمم مر 7والش “Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan

Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”. (QS. 36:38)

6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: PT Syamil Cipta

Media, 2005), hlm. 221 7 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: PT Syamil Cipta

Media, 2005), hlm. 932

Page 18: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

4

Abad ke-13 SM konsep Heliocentris dikemukakan oleh seorang filosof

Yunani: Aristarchus. Namun teori tersebut masih sebatas hipotesa, dan

berseberangan dengan pendapat Aristoteles. Teori Heliocentris belum mampu

menggantikan teori Geocentris, lebih-lebih dengan hadirnya Ptolomeus (tahun 140

M) yang dikenal sebagai pelopor teori Geocentris, yang menulis buku besarnya

berjudul Almagest dan menjadi rujukan para Astronom selama berabad-abad.

Namun setelah Nicolaus Copernicus menulis buku dengan judul De

Revolutionibus Orbium Coelestium yang mempublikasikan teori Heliocentris,

akhirnya teori ini mampu meruntuhkan teori Geocentris yang telah lama mapan.

Al-Qur’an yang diwahyukan jauh sebelum teori ini dikemukakan telah

menjelaskan konsep astronomi tentang gerak bumi dan selaras dengan teori

Heliocentris.

Dalam al-Qur’an terdapat ayat–ayat tentang matahari, seperti surat ar-

Ra’adu ayat 2, surat al-Anbiya ayat 33, surat Ibrahim ayat 33, surat Yasin ayat 38

dan 40. Permasalahan ini sebenarnya adalah permasalahan klasik, para sarjana

muslim kawakan pada masa lampau kurang lebih juga melakukan hal serupa.

Sebut saja Fakhruddin al-Rāzī, saat berbicara tentang peredaran matahari, al-Rāzī

acap kali diindikasikan memiliki paham yang cenderung Geocentris8. Namun

yang perlu kita acungi jempol adalah kemampuannya memisahkan pengetahuan

dari landasan filosofis pengetahuan itu, dalam bahasa sederhana, walaupun ia

mengambil pengetahuan dari Yunani, ia tidak memandang realitas seperti yang

dilakukan orang Yunani.

8 Diambil dari skripsi Muhammad Abqori yang berjudul “Bentuk bumi dalam perspektif al-

Qur’an: studi komparatif antara Tafsir Mafātīh al-Ghaib dan Tafsir al-Mannar, 2017 dan

Ptolemaic Astronomy, Islamic Planetary Theory, and Copernicus's Debt to the Maragha School".

Science and Its Times. Thomson Gale. 2006.

Page 19: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

5

Nama lengkapnya adalah Fakhrudin al-Rāzī adalah Abu ‘Abdullah

Muhammad bin ‘Umar bin Husein bin Hasan bin ‘Ali al-Tamymi al-Bakrial-

Tabarastani al-Rāzī, gelarnya adalah Fakhr al-Din dan terkenal dengan Ibn al-

Khatib al-shafi’i.9 Ayahnya seorang ulama besar di kotanya, ia bernama Diya’ al-

Din yang terkenal dengan nama al-Khatib al-Ray, dan merupakan keturunan

Khalifah Abu Bakar al-Siddiq.10

Pada pembahasan tafsirnya, beliau

juga memperbincangankan integrasi al-Qur’an dengan sains untuk membuktikan

kemu’jizatan al-Qur’an dari aspek ilmiah agar dapat memberikan alasan yang

logis guna mempertegas kebenaran al-Qur’an.

Mafātīh al-Ghaib merupakan tafsir yang menawarkan pendekatan yang unik

terhadap al-Quran. Kitab ini mencakup ruang yang begitu luas dalam pembahasan

setiap subjeknya, seperti teologi, filsafat, logika, fiqh, dan astronomi. Al-Rāzī

mendasarkan penafsirannya dengan ayat al-Quran dengan al-Quran, al-Quran

dengan hadis dan secara luas dengan pertimbangan rasional dan hasil ijthad.

Pemikiran al-Rāzī dalam kitab tafsir ini didominasi ilmu-ilmu rasional, seperti

ilmu kedokteran, logika, filsafat, dan hikmah.11

Merujuk pada paradigma di atas maka penulis ingin menulusuri lebih jauh

bagaimana pandangan Fakhruddin al-Rāzī terhadap teori peredaran matahari.

B. Identifikasi Masalah

Dari penjelasan latar belakang di atas, penulis menemukan beberapa

masalah yang bisa dijadikan bahan penelitian, diantaranya;

9 Di Afghanistan dan Iran, beliau dikenali sebagai Imam Razi. Di Heart beliau dijuluki

dengan Shaykh Al-Islam. Muhammad Husain al-Dzahabi, Al-Tafsir wa Al-Mufassirun, (Kairo:

Maktabah Wahbah, t.t.), II: 206. 10

Fakhr al-Din al-Rāzī, Roh itu Misterius, terj. Muhammad Abdul Qadir Al-Kaf, (Jakarta:

Cendikia Centra Muslim, 2001), 17. 11

Mana’ Khalil al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, terj. Aunur Rafiq El-Mazni

(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008), 480

Page 20: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

6

1. Adanya perbedaan pendapat di kalangan filusuf hingga mufasir terkait

peredaran matahari.

2. Fakhruddin al-Rāzī yang dianggap memiliki paham Geocentris ataupun

Heliocentric dalam teori peredaran matahari.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah

ini pada:

Bagaimana Fakhruddin al-Rāzī menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan

dengan peredaran matahari ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. Mengetahui biografi dari seorang Fakhruddin al-Rāzī.

2. Memperdalam pengetahuan matahari dan pola peredarannya.

3. Memahami pandangan Fakhruddin al-Rāzī terhadap teori peredaran matahari.

4. Guna melengkapi salah satu persyaratan pada akhir program Sarjana Jurusan

Ilmu Al-Qur’an & Tafsir, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam meraih gelar Sarjana Strata Satu

(S1).

Adapun manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah:

1. Menambah khasanah keilmuan, khususnya di bidang tafsir.

2. Ikut andil dalam sumbangsih pemikiran terhadap wacana keislaman, terutama

untuk melengkapi buku-buku dan sumber bacaan lain yang juga membahas

tafsir.

Page 21: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

7

E. Tinjauan Pustaka

Telah ada beberapa tulisan, baik berbentuk buku maupun artikel yang

membahas dan berhubungan dengan peredaran matahari ataupun tentang

pemikiran Fakhruddin al-Rāzī, diantaranya:

1. Matahari Mengelilingi Bumi oleh Ahmad Sabiq bin Abdul Latif Abu Yusuf.

Buku ini membahas dari segi Islam, apakah teori bumi mengelilingi matahari

benar apa justru sebaliknya.

Buku ini mengajak untuk menelaah dan mengkaji kembali teori-teori yang

telah ada sebelumnya, alhasil buku ini dapat menambah pengetahuan sebagai

pembacanya. Namun dalam buku ini terkesan menghujat agama lain selain islam,

sehingga harus dibaca oleh orang-orang yang tepat (kaum muslim) agar tidak

terjadi kekeliruan.

Walaupun banyak terdapat terjemahan-terjemahan dari Al-Qur’an,

Penyajian bahasa dalam buku ini cukup bisa dimengerti, sebab terjemahan

tersebut dijelaskan kembali dengan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti

oleh penulis.

2. Astronomi Islam Dan Teori Heliosentris Nicolaus Copernicus oleh Selamet

Hambali. Diambil dari jurnal Al-Ahkam volime 23, nomor 2 keluaran oktober

2003. Berbicara tentang bagaimana konsep Geocentris yang sudah mapan selama

berabad-abad yang dipelopori oleh Ptolomeus (tahun 140 M), dapat diruntuhkan

oleh Nicolaus Copernicus dengan konsep Heliocentrisnya.

3. Peredaran Matahari Dalam Al-Qur’an (Studi Atas Penafsiran Tantawi

Jauhari Dalam Kitab Al-Jawahir Fi Tafsir Al-Qur’an Al-Karim), oleh Khoirun

Nisa di Fakultas Ushuludin Universitas Negeri Islam Sunan Kalijaga.

Page 22: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

8

4. Tafsir Surat Ar-Rahman Menurut Imam Fakhruddin Ar-Razi Dalam Kitab

Mafātīh Al-Gaib oleh Nujaimatul Adzkiya’Biminnatil Udhma di Fakultas

Ushuludin Universitas Islam Negeri Islam Sunan Kalijaga.

Sejauh yang penulis telusuri, belum ada buku maupun skripsi yang

membahas tentang peredaran matahari dalam pandangan Fakruddin Al-Rāzī,

sebagaimana yang penulis lakukan dalam skripsi ini. Sehingga, jika, memang

demikian, penelitian yang dilakukan oleh penulis menjadi penelitian perdana yang

mengangkat tema ini.

F. Metodologi Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kepustakaan (Library Reserch). Studi

kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi

penelaahan terhadap buku-buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-

laporan yang ada sehingga diperoleh data-data yang diperlukan yang berhubungan

dengan masalah yang akan dipecahkan.12

Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan

menggali informasi atau pesan dari bahan-bahan tertulis yang tersedia berupa

buku-buku. Sumber data primer adalah kitab Mafātīh al-Ghaib karya Fakhr al-

Din al-Rāzī. Adapun sumber data sekunder berupa kitab-kitab tafsir seperti Tafsir

Ibn Katsir, Tafsir al-Maraghi, dan Tafsir al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-

Karim, serta buku-buku yang memberikan penjelasan ke arah penelitian ini.

Karya-karya ini dijadikan bahan tambahan bagi sumber primer. Dari sumber

primer maupun sekunder, diharapkan data kualitatif sesuai yang diinginkan.

12

M. Nzair, Metode Penelitian (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003), h.27.

Page 23: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

9

Pembahasan dalam skripsi ini menggunakan metode deskriptif analitis,

yakni data yang dikumpulkan pertama-tama disusun, dijelaskan dan baru

kemudian dianaslisa.13

Dengan rincian bahwa untuk menggali penafsiran Fakhr

al-Din al-Rāzī terhadap peredaran matahari diperlukan tafsir itu sendiri. Setelah

data-data terkumpul, lalu dijelaskan serta dianalisis secara mendalam, sehingga

akan tampak jelas jawaban atas persoalan yang berhubungan dengan pokok

permasalahannya.

Adapun panduan penulisan skripsi ini berdasarkan pada Pedoman Akademik

Tahun 2011/2012 Program Strata 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

diterbitkan oleh Biro Administrasi dan Akademik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Sedangkan mengenai transliterasi dalam penulisan skripsi ini mengacu

pada sistem transliterasi Jurnal Ilmu Ushuluddin, diterbitkan oleh Hipius

(Himpunan Peminat Ilmu Ushuluddin).

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran singkat kerangka penelitian ini, penulis

membaginya ke dalam lima bab, masing-masing bab berisi persoalan-persoalan

tertentu dengan tetap saling berkaitan satu sama lain.

Bab I berisi pendahuluan yang merupakan penjelasan secara umum

tentang penelitian ini, dengan mencakup latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

13

Winarmo Surachmad, Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah

(Bandung: Tarsio, 1972), h. 132, Gay (1962) mendefinisikan metode penilitian deskriptif sebagai

kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan

yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penilitian., Consuelo

G. Sevila, dkk., Pengantar Metode Penilitian, terj. Alimuddin Tuwu (Jakarta: UI-PRESS, 1993), h.

71. Menurut Komaruddin, Decriptive Research adalah suatu riset yang tujuannya untuk

mengumpulkan fakta yang disertai penafsiran. Komaruddin, Kamus Riset (Bandung: Angkasa,

1987), h. 69.

Page 24: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

10

Bab II merupakan landasan teori dari penelitian ini, gambaran umum

tentang peredaran matahari sebagai kerangka untuk melihat bagaimana para

mufasir memaknai perihal peredarannya. Bab ini terdiri dari pandangan dari ilmu

astronomi, masa klasik dan beberapa mufasir terhadap peredaran matahari.

Bab III sekilas mengenai Tafsīr Mafātīh al-Ghaib, merupakan penyajian

data yang dibaca oleh bab dua. Bab ini meliputi biografi singkat al-Rāzī,

gambaran umum pemikiran al-Rāzī dan profil Tafsīr Mafātīh al-Ghaib.

Bab IV berisi argumen peredaran matahari, yang merupakan hasil analisis

penulis berdasarkan pendekatan kualitatif berupa tela‘ah atas makna peredaran

matahari menurut Fakhruddin al-Rāzī. Bab ini meliputi tentang hakikat, fungsi

dan pola dari peredaran matahari tersebut. Termasuk analisis dari penulis dari

penafsirannya tersebut.

Bab V merupakan penutup sebagai jawaban atas pertanyaan dari rumusan

masalah yang berupa kesimpulan, dan saran sebagai dampak atau implikasi dari

penelitian ini.

Page 25: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

11

BAB II

TINJAUAN UMUM PEREDARAN MATAHARI

A. Matahari dan Peredarannya Dalam Astronomi

Matahari merupakan pusat tata surya kita. Bumi, planet-planet dan benda

langit yang berada di jangkauan gravitasi Matahari, bergerak bersamaan

mengitari Matahari. Pada saat yang bersamaan Matahari juga terus bergerak di

alam semesta ini bersamaan bintang-bintang lainnya. Dalam keilmuan astronomi

gerak Matahari dibagi menjadi dua macam, yakni gerak hakiki dan gerak semu.

1. Gerak Matahari Hakiki

Menurut Slamet Hambali Gerak Matahari Hakiki adalah gerakan

sebenarnya yang dimiliki oleh Matahari. Gerakan Matahari Hakiki ada dua,

yakni:

a. Rotasi Matahari. Matahari berputar pada porosnya dengan waktu rotasi

yang berbeda-beda pada tiap bagiannya, yakni sekitar 25,5 hari pada

bidang ekuator dan 27 hari pada daerah kutubnya. Perbedaan tersebut

disebabkan Matahari sebenarnya merupakan bola gas pijar raksasa yang

berada di luar angkasa yang terus bergerak.14

b. Gerak Matahari di antara gugusan bintang. Matahari bersamaan dengan

sistem tata surya-nya bergerak di alam semesta ini dari suatu tempat

menuju tempat yang lainnya mengitari pusat galaksi Bimasakti dengan

kecepatan sekitar 20 km/detik atau 72.000 km/jam atau 600 juta

14

Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak (Banyuwangi: Bismillah Publisher, 2012), h.

212-213

Page 26: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

12

km/tahun. Daerah yang dituju oleh Matahari disebut dengan apeks dan

daerah yang telah ditinggalkan oleh Matahari disebut anti-apeks.15

2. Gerak Semu Matahari

Jika diamati dari permukaan Bumi, Matahari terlihat seperti bergerak dari

timur ke barat mengitari Bumi. Posisi terbit dan terbenam Matahari tidak selalu

tetap, melainkan berubah secara gradual dari satu titik ke titik yang lain hingga

akhirnya kembali ke titik awal lagi. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam

buku “Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik” karangan Muhyiddin Khazin,

Lintasan Matahari tersebut kemudian membentuk lingkaran besar yang disebut

lingkaran ekliptika. Lingkaran ekliptika tidak berimpit dengan ekuator, namun

membentuk sudut sekitar 23°27’.16

Secara umum gerak semu Matahari dapat

dibagi menjadi dua, yakni gerak semu harian dan gerak semu tahunan.

a. Gerak Semu Harian, terjadi akibat rotasi Bumi. Periode menengahnya

yakni 24 jam. Arah pergerakannya adalah dari timur ke barat. Kemiringan

lintasan gerak harian Matahari tergantung letak geografis pengamat.

Lintasan pada bagian ekuator Bumi adalah berupa lingkaran tegak, di

bagian kutub mendatar, di belahan Bumi selatan terlihat miring ke arah

utara dan sebaliknya di belahan Bumi utara terlihat miring ke selatan.

Besar kemiringan tersebut berbanding lurus dengan besar lintangnya.17

b. Gerak Semu Tahunan, arah gerak semu tahunan Matahari yakni ke arah

timur sekitar 0°59’/hari. Periode gerak semu tahunan Matahari adalah

15

Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak, h. 212-213 16

Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik (Yogyakarta: Buana Pustaka,

2008), h. 126 17

Abdur Rachim, Ilmu Falak (Yogyakarta: Penerbit Liberty, 1983), h. 1

Page 27: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

13

sekitar 365,25 hari, akibatnya arah terbit dan tenggelam Matahari selalu

berubah letaknya sepanjang tahun.18

Pada tanggal 21 Maret dan 23 September Matahari terbit tepat di titik timur

dan tenggelam tepat di titik barat, pada tanggal 22 Juni Matahari terbit dan

tenggelam sejauh 23,5° ke arah utara dari titik timur dan barat, sebaliknya pada

tanggal 22 Desember Matahari berada 23,5° ke arah selatan dari titik timur dan

barat. Posisi Matahari ketika berada di dua titik terakhir disebut dengan soltitium,

yang artinya pemberhentian Matahari. Hal tersebut karena pada saat itu

perubahan deklinasi Matahari sangat lambat seolah-olah berhenti. Sebaliknya

pada titik ekuinox, yakni ketika lintasan Matahari berada tepat pada titik timur

dan barat, perubahan deklinasi berlangsung cepat.19

B. Matahari Dan Peredarannya Menurut Masa Klasik

Menurut Ali Anwar, pada masa klasik sampai masa Copernicus masih

diperdebatkan apa pusat alam semesta.20

Sebagian orang mengatakan pusat

semesta adalah api besar. Ada pula yang mengatakan Bumi. Bahkan, para

ilmuwan modern mengatakan bahwa pusat alam semesta adalah Matahari.21

Ptolomeus (100-170) menyempurnakan sistem jagad raya Aristoteles

dengan melakukan melakukan pengamatan astronomis di Aleksandria selama

tahun 127-141. Hasil pengamatannya digunakan untuk membangun model

geometri tentang jagad raya di dalam risalah the Almagest (Sistem Besar) yang

memuat teori matematik tentang gerak Matahari, Bulan dan planet-planet.

18

Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik, h. 127 19

Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak, h.. 214 20

Ali Anwar dan Tono, Ilmu Perbandingan Agama dan Filsafat Islam (Bandung: CV.

Pustaka Setia, 2005), h. 39. 21

John D. Fix, Astronomy: Journey to the Cosmic Fronter: Fourth Edition (Amerika:

McGraw-Hill Higher Education, 2006) h. 61.

Page 28: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

14

Ptolomeus menggambarkan bumi dikelilingi lingkaran-lingkaran, pada lingkaran-

lingkaran ini terdapat lingkaran-lingkaran kecil dan planet-planet serta Matahari

bergerak pada lingkaran-lingkaran kecil ini.

Sistem jagat raya Aristotelian-Ptolomeus yang menempatkan Bumi sebagai

pusatnya dikenal sebagai sistem atau model geosentric. Tahun 1542 Nicolas

Copernicus (1473-1543) menawarkan pandangan baru dengan risalah De

Revolutionibus Orbium Coelestium (Revolusi Bola-Bola Langit) yang

mengemukakan model heliosentric. Planet-planet bergerak mengelilingi Matahari

dalam lintasan lingkaran dengan planet yang lebih lambat mempunyai orbit lebih

jauh dari Matahari.

Nicolaus Copernicus sebenarnya bukanlah orang pertama yang

memunculkan teori Heliocentric, sebelumnya pada abad ke-13 sebelum Masehi

(SM) sudah ada Filosof Yunani yang bernama Aristarchus22

yang mengutarakan

bahwa bumi dan planet-planet berputar mengelilingi matahari, namun ketika itu

Aristarchus baru sebatas hipotesa, belum dituangkan dalam bentuk karya tulis,

apalagi pada saat itu pendapat Aristarchus tidak sejalan dengan pendapat

Aristotels (384 SM-322 SM), sehingga teori Heliocentris Aristarchus tersisihkan

oleh teori Geocentris yang menganggap bumi menjadi pusat perputaran bintang-

bintang, planet-planet termasuk di dalamnya adalah matahari dan bulan, lebih-

lebih dengan munculnya Ptolomeus (tahun 140 M)23

yang dikenal sebagai

22

Michael H. Hart, Seratus Tokoh yang paling Berpengaruh dalam Sejarah, terj, H.

Mahbub Djunaidi, cet. vii (Jakarta: Midas Surya Grafindo, 1986), hal. 149 23

Harold H. Titus, et.al., Living Issues in Philosophy, terj. Prof. Dr. H.M. Rosyidi

"Persoalan-Persoalan Filsafat" Cet. I (Jakarta: Midas Surya Grafindo, 1984), h. 273. Lihat juga

Zubayr Umar al-Jaylanī, al-Khulāṣah al-Wafiyyah fī ’l-Falaq bi Jadwāl al-Lughatimiyyah (Kudus:

Menara Kudus, t.th.), h. 21.

Page 29: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

15

pelopor teori Geocentris, dengan karya tulis buku besarnya berjudul "Almagest"

yang dijadikan rujukan para Astronom selama berabad-abad.

Karya besar Nicolaus Copernicus yang berjudul "De Revolutionibus

Orbium Coelestium" (Tentang Revolusi Bulatan Benda-Benda Langit) yang

melukiskan teorinya secara terperinci dan mengedepankan pembuktian-

pembuktiannya24

, pada saat itu mendapat tantangan keras dari banyak kalangan,

di antaranya kaum Lutheran yang merupakan pihak pertama menyebut buku De

Revolutionibus Orbium Coelestium itu "tidak masuk akal"25

. Gereja Katholik,

meski pada mulanya tidak menyatakan kecaman, telah memutuskan bahwa buku

De Revolutionibus Orbium Coelestium itu bertentangan dengan doktrin-doktrin

resminya dan pada tahun 1616 M. mencantumkan karya Nicolaus Copernicus ke

dalam buku-buku terlarang, kemudian dicabut dari daftar terlarang baru pada

tahun 1828 M.26

Teori heliocentric Nicolaus Copernicus ini juga mendapat perhatian besar

dari para filosof sesudahnya. Setelah melakukan pengamatan dan penelitian yang

panjang dan mendalam, mereka membenarkan, mendukung dan

menyempurnakan teori heliocentric-nya Nicolas Copernicus tersebut. Mereka di

antaranya adalah Isaac Newton (1642-1727 M)27

, Galileo Galilei (1564-1642

M)28

dan Johannes Kepler (1571-1630 M).29

Nicolaus Copernicus disanjung oleh

banyak orang dan diberi julukan sebagai Bapak Astronomi Modern, bahkan

24

Michael H. Hart, Seratus Tokoh yang paling Berpengaruh dalam Sejarah, terj. Mahbub

Djunaidi, cet. vii (Jakarta: Midas Surya Grafindo, 1986), hal. 149 25

Nicolaus Copernicus, Father of Modern Astronomy, Blackbirch Inc. 2003. 26

Nicolaus Copernicus, Father of Modern Astronomy, Blackbirch Inc. 2003. 27

Michael H. Hart, Seratus Tokoh yang paling Berpengaruh dalam Sejarah, terj. Mahbub

Djunaidi, cet. vii (Jakarta: Midas Surya Grafindo, 1986), hal. 35 28

Michael H. Hart, Seratus Tokoh yang paling Berpengaruh dalam Sejarah, terj. Mahbub

Djunaidi, cet. vii (Jakarta: Midas Surya Grafindo, 1986), hal. 95 29

Michael H. Hart, Seratus Tokoh yang paling Berpengaruh dalam Sejarah, terj. Mahbub

Djunaidi, cet. vii (Jakarta: Midas Surya Grafindo, 1986), hal. 96

Page 30: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

16

seorang astrofisikawan Owen Gingerich menyatakan bahwa, "Copernicus-lah

yang dengan karyanya memperlihatkan kepada kita bagaimana rapuhnya konsep

ilmiah yang sudah diterima untuk waktu yang lama". Melalui pengamatan,

penelitian, dan matematika, Copernicus menjungkirbalikkan konsep ilmiah dan

agama yang berurat berakar tetapi keliru dalam pemikiran manusia.

C. TAFSIRAN ATAS PEREDARAN MATAHARI

1. Penafsiran Al-Marāghī

Dalam penjelasan mufradat kata “li mustaqarrin”, al-Marāghī

menafsirkannya "Di sekitar tempat tinggal matahari. Al-Marāghī mengatakan

"Sungguh mengagumkan, wahai pembaca al-Qur'an al-Karim yang budiman.

Kenapakah al-Qur'an itu ternyata telah menetapkan sesuatu yang kemudian

ditunjukkan kebenarannya oleh penemuan sekarang dan membantah pendapat-

pendapat yang telah tersebut di masa turunnya al-Qur'an di kalangan para ahli

falak dari Yunani, India maupun Cina."30

Al-Marāghī pernah menemui dan meminta penjelasan kepada Abdul Hamid

Samahah31

, pimpinan teropong bintang di Mesir yang terletak di Hulwan tentang

hal-hal yang telah menjadi ketetapan para ahli falak sekarang, berkaitan dengan

teori-teori yang terkandung pada ayat-ayat al-Qur'an. Kemudian Abdul Hamid

menulis kepada al-Al-Marāgh sebagai berikut:

a. Bukti Pertama: Pergantian Siang dan Malam

30

Aḥmad Musṭafā al-Marāghī, Tafsīr al-Marāghī, Juz 23, Terj. Anwar Rasyidi, et al.“Tafsir

alMaraghiy” (Semarang: Toha Putra, 1980), hal. 9 31

Muhammad Shaleh Abdul aAziz al-Ujayrī: Salah seorang ahli astronomi Islam,

dilahirkan di Kuwait pada tahun 1921 M/1340 H. Al-Ujayrī dianggap sebagai tokoh perancang

Kalender Islam Kuwait. Lihat dalam http://museumastronomi.com/tag/muhammad-shaleh-abdul-

aziz-al-ujairy/ diakses pada 5 Maret 2013.

Page 31: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

17

Di antara bukti-bukti kekuasaan Allah dengan ciptaan-Nya yang indah ialah

adanya pergantian, yakni senantiasa terjadinya pergantian siang dan malam. Hal

ini telah disebutkan berkali-kali dalam al-Qur'an al-Karim, karena mengingat

gejala astronomi ini sangat penting bagi kehidupan umat manusia maupun

makhluk-makhluk lainnya yang tinggal di atas bumi.

Ayat Allah ini termasuk hal yang patut dipikirkan agar dapat dijadikan

sebagai bukti atas kebesaran Penciptanya. Malam dipilah dari siang dan siangpun

dipilah dari malam. Sebagai hasil dari perputaran bumi mengelilingi sumbunya

dari barat ke timur yang disebut gerak rotasi bumi, maka muncul matahari pada

ufuk bagian timur dan terbenam pada ufuk bagian barat dengan sangat teratur dan

indah.32

b. Bukti Kedua: Gerak Hakiki Matahari

Selain matahari secara lahiriyah terlihat melakukan peredaran tahunan di

tengah-tengah masyarakat bintang-bintang, sebagai akibat dari beredarnya bumi

mengelilingi matahari sekali dalam setahun yang disebut gerak revolusi bumi,

maka terbukti pula oleh para ahli akhir-akhir ini, bahwa matahari itu juga

mempunyai gerakan lain yang hakiki:

Pertama, beredarnya matahari pada porosnya 1 kali pada tiap kira-kira 26

hari. Hal ini ditunjukkan oleh peneropongan terhadap noda-noda matahari, yaitu

bintik-bintik hitam yang nampak pada permukaannya dari masa ke masa, yang

ternyata tempat-tempatnya tidak menetap di permukaan matahari, dan menempuh

jarak antara dua bulatan matahari dalam tempo 13 hari lamanya.

32

Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak, h. 231

Page 32: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

18

Kedua, peredaran matahari (dengan segala benda-benda angkasa yang

menjadi pengikutnya, yaitu planet-planet dan dengan bulannya masing-masing)

mengelilingi pusat alam semesta (sistem bintang) dengan kecepatan kira-kira 200

mil perdetik. Jadi matahari adalah salah satu di antara jutaan bintang yang

membentuk alam semesta ini, dan yang terbukti bahwa alam semesta atau sistem

bintang itu beredar mengelilingi pusatnya. Dan oleh karena matahari itu ternyata

tidak tetap pada pusatnya, maka matahari itu mempunyai gerakan berkeliling.

Adapun yang menjadi pemahaman para ahli ilmu pasti tentang kata م dari suatu

tubuh yang melakukan gerakan berkeliling ialah, bahwa kata-kata itu berarti

poros tetap dimana gerakan berputar berpusat padanya. Atau berarti pusat

lingkaran dari gerakan ini. Dengan arti pertama, maka م berarti garis yang

terentang antara dua kutub matahari. Sedang dalam arti yang kedua, berarti pusat

dari sistem bintang selurunya, di mana seluruh bintang-bintang beredar

mengelilingi matahari.33

c. Bukti Ketiga: Gerak Semu matahari

Sebagaimana telah dikatakan, bahwa matahari itu beredar mengelilingi

bumi dalam gerakan lahiriyah yang ditimbulkan dari beredarnya bumi

mengelilingi matahari. Gerakan lahiriyah seperti seperti yang dirasakan

penumpang kereta api ketika ia melihat pohon-pohon, tiang telepon dan desa-desa

tampak bergerak tanpa ia merasakan gerakannya sendiri, karena ia berada di

dalam kereta api.34

Demikianlah kiranya gerakan matahari sebagai akibat dari beredarnya bumi

mengelilingi matahari di tengah bintang-bintang lainnya pada garis edar yang

33

Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak, h. 231 34

Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak, h. 231

Page 33: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

19

sangat luas dengan garis tengah 93 juta mil. Bumi beredar mengelilingi matahari

satu kali putaran penuh dalam masa satu tahun. Gerakan seperti ini ditunjukkan

oleh berpindahnya matahari di tengah buruj dengan standar satu buruj pada setiap

bulan, atau satu derajat setiap hari.35

2. Penafsiran Tantawi Jauhari

Mengenai penafsiran Tantawi Jauhari tentang ayat peredaran matahari

dalam kitab Al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim, ada beberapa kesimpulan

sebagaimana berikut yaitu:

Berdasarkan penafsiran tentang peredaran matahari, ada beberapa poin

yang menjadi garis besar pemikiran Tantawi Jauhari tentang konsep peredaran

matahari, yaitu:

a. Matahari dan semua yang terdapat di langit dan bumi baik berakal ataupun

tidak, semua sujud dan tunduk terhadap sistem yang sangat teratur. Mereka

bersujud secara terus menerus sebagai bentuk ibadah kepada Allah dan mereka

bersujud atas ketundukan mereka sampai hari kiamat.36

b. Matahari beredar secara teratur pada lintasan atau orbit tertentu. Maksudnya

matahari berjalan sesuai pada batas waktu matahari berhenti beredar, batas

tempat berada di titik tertinggi dan titik terendah. Dalam pergerakannya,

matahari melakukan dua gerakan, yaitu gerakan cepat (gerakan harian) yakni

gerakan matahari melintasi orbit yang dilakukan setiap siang dan malam dari

arah timur kea rah barat kemudian berputar lagi dari arah barat kea rah timur.

Kedua gerakan lambat (gerak tahunan), yakni titik potong matahari berada

35

Aḥmad Musṭafā al-Marāghī, Tafsīr al-Marāghī, Juz 23, Terj. Anwar Rasyidi, et al.“Tafsir

al-Maraghiy” (Semarang: Toha Putra, 1980), hal. 8-16 36

Tantawi Jauhari, al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim, Juz. 7 (Mesir: Mushtafa al-

Babi al-Halabi, 1350 H), h. 192

Page 34: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

20

pada rasi bintang pada bulan syamsiah, dan beredar dari arah selatan kea rah

utara, dan kemudia berputar lagi dari arah utara kle arah timur.37

c. Matahari adalah benda angkasa terbesar dalam tata surya berupa sekumpulan

gas yang berpijar. Dalam ilmu astronomi, matahari termasuk benda langit yang

digolongkan ke dalam jenis bintang. Oleh karena itu dalam al-Qur’an,

matahari selalu disandingkan dengan kata diya’, karena matahari merupakan

satu-satunya benda langit yang mengeluarkan cahaya dari dirinya sendiri.38

3. Penafsiran Ibnu Katsir

Sehubungan dengan makna kalimat لمستقر لها, Ibnu Katsir menjelaskan ada

dua pendapat:

Pendapat pertama, mengatakan bahwa makna yang dimaksud mustaqarril

laha ialah tempat menetapnya matahari, yaitu di bawah ‘Arsy yang letaknya

berhadapan dengan letak bumi bila dilihat dari arah ‘Arsy. Dengan kata lain, di

mana pun matahari berada, ia tetap berada di bawah ‘Arsy, demikian pula semua

makhluk lainnya, mengingat ‘Arsy merupakan atap bagi kesemuanya. Bentuk

‘Arsy itu bukan bulat, tidak seperti yang disangka oleh para ahli ilmu ukur dan

bentuk. Sesungguhnya ia berbentuk seperti kubah yang mempunyai tiang-tiang,

dipikul oleh para malaikat letak ‘Arsy berada di atas semesta alam, yakni berada

di atas semua manusia. Matahari itu apabila berada di tengah kubah falak di

waktu siang, maka saat itulah mentari berada paling dekat dengan ‘Arsy. Dan

apabila berputar di garis edarnya hingga letaknya berlawanan dengan kedudukan

tersebut, yaitu bila berada di tengah malam, maka mentari berada di tempat yang

37

Tantawi Jauhari, al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim, Juz. 7, h. 193 38

Tantawi Jauhari, al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim, h. 193

Page 35: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

21

paling jauh dengan ‘Arsy. Pada saat itulah mentari bersujud dan meminta izin

untuk terbit lagi.39

Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan mustaqarril laha ialah titik

akhir perjalanannya, puncak perjalanannya yang paling tinggi di langit, yaitu di

musim panas kemudian jarak perjalanannya yang paling bawah, yaitu di musim

dingin.40

Pendapat yang kedua, mengatakan bahwa yang dimaksud dengan

mustaqarril laha ialah batas terakhir perjalanannya, yaitu pada hari kiamat nanti

perjalanannya terhenti dan diam tidak bergerak lagi, serta di gulung

(dipadamkan), maka alam semesta ini telah mencapai usianya yang paling

maksimal. Berdasarkan pengertian ini, berarti yang dimaksud dengan mustaqar

ialah berkaitan dengan zaman dan waktu, bukan dengan tempat seperti yang ada

pada pendapat pertama.41

Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya,

Limustaqarril laha," artinya sampai batas waktunya yang telah ditentukan baginya

dan tidak dapat dilampauinya.42

Menurut pendapat lain. makna yang dimaksud ialah mentari itu terus-

menerus berpindah-pindah di tempat terbitnya dalam musim panas sampai batas

waktu yang tidak lebih dari panjangnya musim panas, kemudian berpindah-

pindah pula di tempat terbitnya dalam musim dingin selama masa musim dingin

tidak lebih darinya.43

39

Ibnu Katsir, Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsir, (Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2004), h.

646 40

Ibnu Katsir, Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsir, h. 648 41

Ibnu Katsir, Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsir, h. 648 42

Ibnu Katsir, Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsir, h. 648 43

Ibnu Katsir, Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsir, h. 649

Page 36: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

24

BAB III

GAMBARAN UMUM KITAB MAFĀTĪH AL-GHAIB

A. Profil Pengarang

1. Sejarah Singkat al-Rāzī

Disebutkan dalam kitab Al-Ma’alim fi ‘Ilmi Ushul al-Fiqh bahwa nama

lengkap beliau adalah Muhammad bin ‘Umar bin al-Husein bin al-Husein bin ‘Ali

al-Tamimi al-Bakri al-Tabaristani al-Rāzī yang dikenal dengan “Fakhr al-Din al-

Rāzī”.44

Kata al-Bakri di akhir namanya adalah nisbah kepada Sayyidina Abu

Bakar al-Siddiq khalifah pertama. Syams al-Din Muhammad bin ‘Ali al-Diwudi

menjelaskan, jika ditelusuri silsilah keturunannya, akan bersambung ke atas dari

Fakhr al-Din al-Rāzī lalu ayahnya hingga sampai ke Abu Bakar al-Siddiq.45

Al-Rāzī hidup pada abad ke-6 H, yaitu antara tahun 544-606 H. Tepatnya

lahir pada tanggal 15 Ramadhan tahun 544 H di kota Ray yang merupakan salah

satu daerah terkenal di Dilm dekat dengan Khurasan.46

Kota Ray adalah salah satu

kota bersejarah karena merupakan ibu kota Parsi, selain itu juga pusat peradaban

Islam waktu itu.47

Dalam kitab Lubab al-Isyarat wa al-Tanbihat pula disebutkan bahwa ayah

al-Rāzī merupakan salah satu dari ulama besar di daerah Ray dan khatib di sana.

Beliau juga seorang Faqih dalam mazhab Syafi’i yang sangat menguasai ilmu

perbandingan mazhab dan Usul al-Fiqh. Penyebaran dakwah yang dilakukan ayah

al-Rāzī sangatlah disenangi oleh penduduk karena disampaikan dengan keindahan

44

Fakhr al-Din al-Rāzī, Al-Ma’alim fi ‘Ilmi Ushul al-Fiqh, (Kairo: Dar al-Ma’rifah

Muassisah Mukhtar li al-Nasr wa Tauzi’ al-Kutub, 1998), hal. 28. 45

Syams al-Din Muhammad bin ‘Ali al-Diwudi, Tabaqat al-Mufassirin, Jil. 2, (Kairo:

Maktabah Wahbah, Cet. I, 1972), hal. 216. 46

Fakhr al-Din al-Rāzī, ‘Ismah al-Anbiya’, (Kairo: Maktabah al-Madani, Cet. I, 1986), hal.

3. 47

Baqut al-Mahmudi, Mu’jam al-Badāni, (Teheran: Maktabah al-As’adi, 1965), hal. 892

Page 37: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

23

balaghahnya. Selain itu beliau juga mempunyai beberapa karya dalam bidang Fiqh

yang sudah tersebar di daerah Ray. Dari Ayahnya, al-Rāzī banyak belajar tentang

ilmu mazhab fiqh sejak kecil, sehingga dari kecil beliau sudah hidup dalam

lingkungan yang berpendidikan, disiplin, berbudi dan penuh fadhilah.48

Ali Muhammad Hasan 'Amari menerangkan dalam kitabnya bahwa al-Rāzī

menikah di Ray dengan salah satu anak seseorang dokter ahli yang memiliki

kekayaan melimpah. Sejak pernikahannya terjadi, al-Rāzī menjadi orang yang

berkecukupan dalam hal ekonomi. Dari pernikahannya ini al-Rāzī dikaruniai tiga

anak laki-laki dan dua anak perempuan. Ketiga anak laki-lakinya bernama Dhiya'

alDin, Shams al-Din dan Muhammad yang telah meninggal pada saat al-Rāzī

masih hidup dan dengan kematian putranya membuat al-Rāzī sangat bersedih.

Bahkan al-Rāzī mengungkapkan kesedihannya dengan menyebut nama

Muhammad berkali-kali dalam tafsir surat Yunus, Hud, al-Ra'd, dan Ibrahim.49

2. Keilmuannya

Fakhr al-Din al-Rāzī adalah seorang ahli Fiqh dan Ushul al-Fiqh,

Mutakallim, Failusuf, Thabib, Mufassir, ahli hikmah, penulis, imam dalam ilmu-

ilmu umum, dan imam dalam ilmu syari’ah. Karya-karyanya telah menyebar luas

sehingga menarik hati banyak orang dan menyebabkan mereka sengaja berhijrah

dari daerahnya untuk menimba ilmu langsung kepada al-Rāzī sekaligus menjadi

muridnya.50

48

Fakhr al-Din al-Rāzī, Lubab al-Isyarat wa al-Tanbihat, (Kairo: Maktabah al-Kulliyat al-

Azhariyah, 1986), hal. 4. 49

Ali Muhammad Hasan 'Amari, al-Imam Fakhr al-Din al-Rāzī: Hayatuhu wa Atsaruhu,

(t.tp.: al-Majlis al-A’la lial-Shu’un al-Islamiyyah, 1969), hal. 24-26. 50

Fakhr al-Din al-Rāzī, Al-Ma’alim fi ‘Ilmi Ushu al-Fiqh. (Kairo: Daral-Ma’rifah

Muassisah mukhtar li al-Nasr wa Tauzi’u al-Kutub, 1998), hal. 29

Page 38: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

24

Di dalam pendahuluan kitab Mafātīh al-Ghaib sebenarnya sudah dijelaskan

mengenai guru-guru yang mempengaruhi al-Rāzī. Berikut penjelasan detailnya:

1. Guru yang berpengaruh terhadap al-Rāzī adalah Abi Muhammad al-

Baghawi dalam bidang hadis. Adapun dalam bidang teologi dan filsafat

belajar kepada Madjid al-Jaili yang merupakan murid imam al-Ghazali.51

Setelah beberapa tahun belajar di Simnan, al-Rāzī melanjutkan perjalanan

ke Khawarizm. Akan tetapi di Khawarizm banyak berdebat dengan kaum

mu’tazilah dan akhirnya ia kembali ke Ray.52

2. Dalam ilmu ushul, al-Rāzī belajar dari ayahnya sendiri, yakni Dhia al-

Din Umar. Garis belajarnya sangat jelas, dimana ayahnya belajar kepada

Abi al-Qasim Sulaiman Ibn Nasir al-Anshari dan seterusnya hingga Hasan

al-Asy’ari.53

3. Dalam ilmu fiqh al-Rāzī belajar pada ayahnya juga, namun guru

ayahnya dalam bidang fiqh adalah Abi Muhammad al-Husain Ibn Mas’ud

al-Fara al-Baghawi, seterusnya hingga sampai imam Syafi’i.54

Dari berbagai tokoh yang mempengaruhi, al-Rāzī memiliki banyak gelar.

Al-Rāzī dikatakan sebagai ahli fiqh. Salah satu karyanya dalam bidang fiqh adalah

Thariqah al-A’Alaiyah yang merupakan Syarah al-Wajiz milik al-Ghazali.

51

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1991), Juz 1,

Hal. 4 52

Mahmud Mani’ Abdul Halim, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode Para

Ahli Tafsir, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), Hal. 322 53

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1991), Juz 1,

Hal. 4 54

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1991), Juz 1,

Hal. 4

Page 39: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

25

Kemudian al-Rāzī juga merupakan tokoh dalam bidang teologi, filosof, mufassir,

dan kedokteran.55

Penjelasan di atas merukapan kunci bagaimana memahami kedudukan al-

Rāzī sesungguhnya. Pemaparan di atas menunjukan bahwa al-Rāzī merupakan

tokoh di berbagai bidang. Al-Rāzī berhasil dalam menguasai filsafat dan

kedokteran yang pernah ia peroleh dari para gurunya yang ia refleksikan dalam

karyanya yang berjudul Syarah al-Isyarat dan kitab Syarh al-Kulliyyat li al-

Qanun karya Ibnu Sina.56

Dari pengertian di atas menimbulkan pertanyaan, siapakah al-Rāzī

sesungguhnya? Lalu kedudukan apa yang pantas untuk al-Rāzī? Untuk menjawab

itu Madjid Fakhry menjelaskan bahwa al-Rāzī merupakan teolog yang

memoderasikan pemikiran teologi tradisional. Al-Rāzī mencoba menjembatani

antara teologi dan filsafat yang menurutnya bertentangan. Dengan kata lain,

pemikiran teologis al-Rāzī dikaji dengan pendekatan filofofis.57

Djayadi Cahyadi

menegaskan bahwa al-Rāzī melakukan perdebatan dengan ulama terkemuka

denga menggunakan dealektika filosofis.58

Dengan demikian dapat disimpulkan

dari tokoh dan karya yang ada, al-Rāzī merupakan teolog yang filosofis.

Al-Rāzī banyak mendapatkan pujian yang istimewa seperti yang dikatakan

oleh al-Qifti bahwa ia adalah seorang yang memiliki pemikiran yang tajam serta

memiliki daya analisa yang kuat. Sehingga ia dapat menguasai beberapa ilmu

55

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1991), Juz 1,

Hal. 5-6 56

Anshori, Tafsir Bil Ra’yi: Menafsirkan Al-Qur’an Dengan Ijtihad, (Jakarta: Gaung

Persada Press, 2010), hal. 100 57

Madjid Fakhry, Sejarah Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka Jaya, 1986), hal. 121 58

Salah satu skripsi UIN Syarif Hidayatullah, lihat Djayadi Cahyadi, Konsep Takdir

Fakhruddin al-Rāzī, hal. 21

Page 40: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

26

pengetahuan termasuk di dalamnya ilmu kedokteran yang banyak dipuji oleh para

muridnya yang mempelajari ilmu kedokteran darinya.59

Karena keluasan ilmu yang dimiliki dan juga kemampuan al-Rāzī dalam

membela agama Islam serta pengaruhnya yang luar biasa dalam perbaikan akhlak

umat Islam, membuat orang-orang di zamannya sangat takjub karena belum ada

ulama sebelumnya yang mampu berdakwah dengan pengaruh yang luar biasa di

daerah tersebut. Selain itu beliau mampu menguasai bahasa Arab dengan baik dan

juga mampu berbicara dengan bahasa Persia. Meskipun disisi lain ada juga pihak

yang menentang dakwahnya dan menuduh bahwasanya al-Rāzī telah pandai

menyimpangkan makna ayat-ayat yang terkandung dalam al-Qur’an. Tetapi,

walaupun dengan kondisi seperti itu, al-Rāzī masih tetap eksis dalam penulisan

karya-karya baru dengan gaya khasnya yang memperhatikan hujjah dan dalil al-

Naqli serta dalil al-‘Aqli. Sehingga beliau dijuluki sebagai “syaikh Islam” di

Herat.60

Al-Rāzī wafat di Herat pada hari Senin, bulan Syawwal tahun 606 H/1209

M dikarenakan sakit hingga menjelang ajalnya. Beliau dikuburkan pada tengah

siang di gunung dekat dengan Muzdakhan daerah Herat.61

Namun ada sumber lain

yang mengatakan bahwasanya penyebab kematian al-Rāzī adalah kebencian

kelompok Karamiyah62

hingga suatu waktu kebencian kelompok ini memuncak

59

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1991), Juz 1,

Hal. 7

60

Fakhr al-Din al-Rāzī, Al-Ma’alim fi ‘Ilmi Ushu al-Fiqh. (Kairo: Daral-Ma’rifah

Muassisah mukhtar li al-Nasr wa Tauzi’u al-Kutub, 1998), hal. 29 61

Fakhr al-Din al-Rāzī, ‘Ismah al-Anbiya’, (Kairo: Maktabah al-Madani, Cet. I, 1986), hal.

5 62

Al-Karamiyah adalah sekte yang dikenal dan dikaitkan kepada Muhammad bin Karam

al-Sijistani, seorang ahli ilmu kalam. Di antara ajarannya adalah pembolehan penggunaan hadis

yang mengandung bid’ah. Selain itu ajaran akidah yang diyakini oleh mereka bahwasanya akidah

Page 41: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

27

dan melakukan strategi untuk meracuni al-Rāzī hingga akhirnya meninggal

dunia.63

Sebelum kematiannya, al-Rāzī mendiktekan sebuah wasiat kepada muridnya

Ibrahim bin abu bakr al asfahan tepatnya pada hari Ahad 121 Muharram 606 H.

para penulis biografi, seperti al dzahabi, al safadi serta al subki tidak menuliskan

wasiat ini secara keseluruhan kecuali ibn abi usaybi’ah.64

Wasiat ini setidaknya menggambarkan keluasan ilmu dari al-Rāzī yang

dipenhi dengan sikap tawadhu. Pemikiran kritisnya tidak menjadikannya orang

yang lupa akan Allah. Hal yang sama terjadi ketika ia selalu menutup tafsir per-

suratnya dengan berbagai doa atas kebodohan dirinya. Oleh sebab itu gelar imam

al musyakkik bukan gelar peyoratif bagi diri seorang al-Rāzī karena kebenaran

yang ia cari bukanlah pembenaran yang ada dalam diri seorang tetapi dari Allah.65

Sebagaimana tafsirnya, penyebab serta tempat ia dikuburkan pun

mengandung perdebatan. Di antara para sarjana ada yang menyatakan bahwa al-

Rāzī meninggal di Herat tahun 606 H. diantara para sarjana ada yang beranggapan

bahwa kematiannya disebabkan penyakit yang al-Rāzī tidak dapat sembuh

adalah kepercayan yang hanya perlu pembuktian dari lisan tanpa diwajibkan pembuktian dari

perbuatan. Kelompok inilah yang secara tegas dan terang-terangan menolak dakwah al-Rāzī dan

mengkafi rkannya, karena ceramah al-Rāzī dianggap menyerang keyakinan mereka tersebut.

(Lihat selengkapnya, Muhammad bin A.W. al-‘Aqil, Manhaj ‘Aqidah Imam al-Syafi ’i, (T.K:

Niaga Swadaya, 2002), hal. 604. 63

Muhammad Husain al-Dhahabi, Tafsir wa al-Mufassir, Juz: 1, (Kairo: Maktabah Wahbah

al-Qahirah, 2000), hal. 207. 64

Salah satu tesis dari UIN Syarif Hidayatullah tentang al-Rāzī. Lihat Aramdhan Kodrat

Permana, “Nuansa Tasawwuf Dalam Tafsir Mafatih al-Ghaib Karya Fakhr al-Din al-Rāzī”, hal.

63 65

Salah satu tesis dari UIN Syarif Hidayatullah tentang al-Rāzī. Lihat Aramdhan Kodrat

Permana, “Nuansa Tasawwuf Dalam Tafsir Mafatih al-Ghaib Karya Fakhr al-Din al-Rāzī”, hal.

63

Page 42: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

28

darinya66

dan ada juga riwayat yang mengatakan bahwa salah satu anggota

karramiyyah meracuni makanan yang dimakan oleh al-Rāzī.67

Argumen yang paling valid adalah kematian al-Rāzī yang disebabkan oleh

penyakit yang menimpanya, bukan racun yang diberikan oleh karramiyyah. Hal

ini nampak dari wasiatnya, “seorang hamba yang penuh harap pada Tuhannya

Maha Kuat dengan kemuliaan Tuhannya, dan ia pada akhir masanya berada di

dunia yang akan kembali ke akhirat dan pada awalnya ia berada di akhirat”.

Wasiat ini menunjukan bahwa kematiannya tidak mungkin disebabkan oleh racun.

Karena orang yang teracuni tidak mungkin bisa berfikir seperti yang ia tulis dalam

sebuah wasiat.68

Sebagaimana yang dinyatakan oleh al dzahabi “ ausa bihadzihi al

Wasyiyyah lamma ihtadara”, bahwa al-Rāzī menulis ketika ia tertimpa musibah.69

Argument ini sebagaimana disampaikan oleh ibnu abu usaibi’ah, “saya

mencatat bahwa al-Rāzī dalam keadaan sakit parah ketika ia menulis surat untuk

muridnya, Ibrahim bin abu bakr bin ‘ali al asfahan” pada hari Ahad 20 Muharram

606 H. dan penyakitnya berkelanjutan sampai pada kematian pada awal Syawwal.

Perdebatan yang lain perihal waktu kematian al-Rāzī. Sebagian besar para

sejarawan mencatat kematiannya pada Hari ‘Ied awal Syawal 606 H dan sebagian

66

Ibn Abi Usaibi’ah, ‘Uyun al-Anba’ fi Tabaqat al-Atibba’, (Kairo: al-Matba’ al-Wahbiya,

1982), hal. 466 67

Ibn Abi Usaibi’ah, ‘Uyun al-Anba’ fi Tabaqat al-Atibba’, (Kairo: al-Matba’ al-Wahbiya,

1982), hal. 466 68

Salah satu desertasi dari UIN Syarif Hidayatullah tentang al-Rāzī, Aswadi mencatat

bahwa kematiannya disebabkan oleh racun yang diberikan oleh Karamiyyah. Lihat Aswadi,

“Konsep Syifa dalam Tafsir Mafatih al-Ghaib”. Hal. 37 69

Al-Dzahabi, Tarikh al-Islam Wa wafiyat al-Masyahir Wal A’lam, (Beirut: Dar al-Qutub

al-‘Araby, 1987) jilid. 1, hal. 211

Page 43: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

29

kecil mengatakan al-Rāzī meninggal di bulan Dzulhijjah. Menurut al-Qifti, al-

Rāzī dikuburkan di rumahnya, bukan di sebuah gunung dekat Herat.70

B. Karya-karya Pengarang

Dalam dunia islam Fahruddin al-Rāzī merupakan salah satu penulis

produktif dalam sejarah. Tulisannya terdiri dari bererbagai cabang keilmuan mulai

dari tafsir, teologi filsafat, kedokteran, linguistic, fisika, astronomi, sejarah,

astrologi fisiognomi (firasat) dan masih banyak lagi. Konon karangan al-Rāzī

lebih dari 200 buah karangan, baik beberupa risalah, syarah, maupun kitab yang

berjilid-jilid.71

Al-Baghdadi mengklasifikasikan karangan al-Rāzī menjadi

sepuluh, dengan rincian sebagai berikut:72

Dalam bidang studi al-Quran: Al-tafsir al-Kabir (Mafatih al-Ghaib, Asrar

al-Tanzil wa Asrar al-Tafsir (Tafsir al-Qur’an al-Saghir), Tasir Surat al-Fatihah,

Tafsir surat al-Baqarah, Tafsir surat al-Ikhlas, Risalah fi Tanbih ‘ala Ba’d al-

Asrar al-Mudi’ah fi Ba’d Ayat al-Qur’an al-Karim.

Dalam bidang Ilmu Kalam: Al-Arba’in fi Usul al-Din, Asas al-Taqdis,

Tahsil al-Haqq, Al-Qada wa al-Qadar, Sharh al-Asma Allah al-Husna, ‘Ismah al-

Anbiya’ ,Al-Mahsul (fi ‘Ilm Kalam), Al-Ma’alim fi Usul al-Din, Nihayah al-’Uqul

fi Dirayah al-Usul, Ajwibat al-Masa’il al-Najjariyyah

Dalam bidang Ilmu Logika, Filsafat, dan Etika: Al-Ayat al-Bayyinat fi al-

Mantiq, al-Mantiq al-Kabir, Ta’jiz al-Falsifah, Sharh al-Isharah wa al-Tanbihat

70

Ali Ibn Yusuf al-Qifti, Tarikh al-Hukama, (kairo: Mahad Tarikh al-Arabiyya wal

Islamiyya, 1970), hal. 291 71

Mani' Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2003), hal. 321 72

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1991), Juz 1,

Hal. 5

Page 44: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

30

(li Ibn Sina), Syarh ‘Uyun al-Hikmah (li Ibn Sina), Al-Mabahith fi al-

Mashriqiyyah ,Muhassah Afkar al-Mutaqadimin wa al-Muta’akhirin min ‘Ulama

wa al-Hukama’ wa al-Mutakalimin, Al-Matalib al-‘Aliyyah, Al-Akhlaq

Dalam permasalahan Hukum: Ibtal al-Qiyas, Ihkam al-Ahkam, Al-Ma’alim

fi Usul Fiqh, Muntakhab al-Mahsul fi Usul Fiqh, Al-Barahim wa al-Barahiyah

,Nihayah al-Bahaiyyah fi al-Mabahith al-Qiyasiyyah, Dalam Ilmu Bahasa, Sharh

Nahj al-Balaghah, Al-Muharrir fi Haqa’iq (atau Daqa’iq) al-Nahw

Dalam bidang Sejarah: Fada’il al-Sahabah al-Rashidin, Manaqib Imam al-

shafi’I, Dalam bidang Matematika dan Astronomi, Al-Handasah, Al-Risalah fi

‘Ilm Hay’ar, Dalam bidang kedokteran, Al-Tib al-Kaba’ir, Al-Ashribah, Al-

Tashyir, Sharh al-Qanun li Ibn Sina, Masa’il fi al-Tib

Dalam bidang Sihir dan Astrologi: Ahkam al-‘Ala’iyyah fi A’lan

alSamawiyyah, Kitab fi Raml, Sir al-Maktum

Karya umumnya adalah I’tiqad Firaq al-Muslimin wa al-Mushrikin. Dari

sekian banyak karya-karyanya yang menjadi unggulan adalah kitab Mafatih al-

Ghaib atau Tafsir al-Kabir yang fenomenal. Kitab ini merupakan kajian yang

komprehensif dari tafsir Bil al-Ra’y. kitab ini terdiri dari 32 juz yang ditulis pada

akhir masa dari kehidupannya. Melihat dari kronologinya kitab ini ditulis pada

saat al-Rāzī mencapai kematangan dalam keilmuannya.

Bebagai pendapat kuat mengatakan bahwa al-Rāzī tidak menyelesaikan

tafsirnya. Bagian pertama ditulis oleh al-Rāzī dan bagian kedua ditulis oleh

pengikutnya, yakni al-Shaykh Najm al-Din Ahmad bin Muhammad al-Qamuli

Page 45: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

31

(767 H.) dan shihab al-Din bin Khalil al-Khuwayya. Secara berurutan al-Rāzī

menulis hingga surat al-Anbiya (surat ke-21). Disamping itu, secara acak (tidak

mengikuti mushaf) al-Rāzī menafsirkan surat-surat lainnya seperti alShu'ara, al-

Qiyamah, al-Humazah, al-Qalam, al-Ma'arij dan al-Naba.73

Walaupun diyakini bahwa al-Rāzī tidak menyelesaikan seluruh tafsirnya,

namun kitab yang sekarang dinisbatkan kepadanya ini tetap memiliki kesatuan ruh

dalam pandangan, gaya bahasa, dan pemaparannya sebagai buah karya dari satu

orang. Dengan kata lain tidak terdapat kontradiksi antara satu bagian dan bagian

yang lainnya dengan ide serta pemikiran al-Rāzī.

C. Sistematika Penulisan Mafātīḥ al-Ghaib

1. Latar Belakang Penulisan

Fakhr ad-Dīn al-Rāzīhidup pada tahun ke-enam Hijriyah, masa ini adalah

masa kesempitan dalam kehidupan umat Islam, baik dalam hal politik, sosial,

keilmuan dan akidah. Dan kelemahan ini sudah sampai pada puncaknya pada

masa Daulah Abbasyiah. Ada kabar tentang tentang perang salib di Syam. Pada

masa itu terjadi perselisihan madzhab dan akidah, dan di Ray sendiri ada tiga

golongan, yaitu Syafi'iyyah, Hanafiyyah, dan Syi'ah. Dan muncul pula banyak

golongan kalam dan perdebatan perdebatannya, di antaranya yaitu golongan

Syi'ah, Mu'tazilah, Murji'ah, Bathiniyyah dan Kurrasiyyah.

Kemudian, Fakhr ad-Dīn al-Rāzīyang ahli dalam berbagai bidang keilmuan,

menulis kitab tafsir ini yang berjumlah 8 jilid besar. Al-Rāzīyang bermadzhab

Syafi'i dalam penulisan tafsirnya beliau selalu membantah Mu'tazilah ketika ada

73

Muhammad Husain Adz-Dzahabi, at-Tafsīr wa al-Mufassirūn, (Bairut: Dar al-Fikr,

1976), Jilid 1, hal. 209

Page 46: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

32

kesempatan atau cela. Tafsir ini ditulis oleh al-Rāzī sebagai tanggapan terhadap

tafsir ideologi karangan Zamakhsyari (Al-Kassyaf). Di mana Al-Rāzīyang

beraliran Asy'ariyyah berusaha mempertahankan alirannya dan mencari-cari jalan

untuk membenarkannya.74

Dalam penulisan Tasfīr Mafātīḥ al-Ghaib ini al-

Rāzīhanya menafsirkan sampai Surat al-Anbiyā, kemudian dilengkapi oleh

Syihabuddin al-Khubiy, namun al-Khubiy juga belum sempurna kemudian

dilanjutkan lagi oleh Najm ad-Din al-Qamuliy sampai akhir.75

Meskipun al-Rāzī

tidak menafsirkannya secara sempurna, akan tetapi tidak ditemukan perbedaan

penulisan baik dalam bidang metode atau cara penafsiran serta dalam

keistimewaan antara kedua penulisnya dalam tafsir ini.76

2. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan Tasfīr Mafātīḥ al-Ghaib yaitu menyebut

nama surat, kemudian tempat turunnya, bilangan ayatnya, perkataan-perkataan

yang ada di dalamnya, kemudian menyebut satu atau beberapa ayat, lalu mengulas

munasabah antara satu ayat dengan ayat sesudahnya, sehingga pembaca dapat

terfokus pada satu topik tertentu pada sekumpulan ayat, tidak hanya munasabah

antara ayat saja, ia juga menyebut munasabah antara surat.

Setelah itu mulai menjelaskan masalah dan jumlah masalah tersebut,

misalnya ia mengatakan bahwa dalam sebuah ayat al-Qur'an terdapat beberapa

yang jumlahnya mencapai sepuluh atau lebih. Lalu menjelaskan masalah tersebut

dari sisi nahwunya, ushul, sebab nuzul, dan perbedaan qiroat dan lain sebagainya.

74

Mundhir, Studi Kitab Tafsir Klasik, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015), hal. 77 75

Muhammad Husain Adz-Dzahabi, at-Tafsīr wa al-Mufassirūn, (Bairut: Dar al-Fikr,

1976), Jilid 1, hal. 293 76

Manna' Khalil Qaththan, Mabāhits fi 'Ulūm al-Qur'an, (Mansyurat al-'Ashr al-Hadits,

1973), hal.368

Page 47: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

33

Sebelum ia menjelaskan suatu ayat, beliau terlebih dahulu mengungkapkan

penafsiran yang bersumber dari Nabi, Sahabat, Tabi'in ataupun memaparkan

masalah antara nasikh dan mansukh, bahkan jarh wa ta'dil baru kemudian

menafsirkan ayat disertai argumentasi ilmiahnya di bidang ilmu pengetahuan,

filsafat, ilmu alam maupun yang lainnya.

3. Metodologi Penafsiran

Tafsir al-Rāzī termasuk dalam kategori metode taḥlīlī (analisis),

sebagaimana yang dijelaskan oleh Dr. Abd Hayy al-Farmawy dalam bukunya

Metode Tafsir Maudlu'i. Metode taḥlīlī adalah metode tafsir yang bermaksud

menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur'an dari seluruh aspeknya. Di dalam

tafsirnya, penafsir mengikuti runtutan ayat sebagaimana yang telah tersusun

dalam mushaf. Penafsir memulai uraiannya dengan mengemukakan arti kosakata

diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat. Ia juga menjelaskan

munasabah (hubungan) ayat-ayat serta menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat

tersebut satu sama lain. Begitu pula penafsir membahas mengenai asbabun nuzul

dan dalil-dalil yang berasal dari Nabi Muhammad, Sahabat, atau para Tabi'in,

yang kadangkadang bercampur-baur dengan pendapat para penafsir itu sendiri dan

diwarnai oleh latar belakang pendidikannya. Dan sering pula bercampur baur

dengan pembahasan kebahasaan dan lainnya yang dipandang dapat memahami

nash al-Qur'an tersebut.77

Adapun metode al-Rāzī dalam tafsirnya bisa disimpulkan sebagai berikut:

77

Abd. Al-Hayy al-Farmawy, Metode Tafsir Maudlu'i, ( Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 1996) , hal. 12

Page 48: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

34

a. Menerangkan hubungan-hubungan antara satu ayat dengan ayat lainnya

dan hubungan satu surat dengan satu surat yang mengikutinya. Adakalanya beliau

tidak menjelaskan satu hubungan saja, melainkan lebih dari satu hubungan.

b. Berbicara panjang lebar dalam menjelaskan argumentasi, seperti filsafat,

matematika, dan ilmu eksak lainnya. Sampai-sampai Ibn Taimiyah berkata

"segalanya ada di dalam Tafsir ar-Rāzī, kecuali tafsir itu sendiri".

c. Menentang keras madzhab Mu'tazilah dan membantahnya dengan segala

kemampuannya. Sebab itu beliau tidak pernah melewatkan setiap kesempatan

untuk membantah pendapat Mu'tazilah.

d. Terkadang suka melantur dalam membahas masalah-masalah ushul fiqh,

nahwu dan balaghoh. Hanya saja dalam masalah ini beliau tidak terlalu berlebihan

seperti yang beliau lakukan dalam masalah eksakta dan ilmu-ilmu alam.78

e. Kalau ia menemui sebuah ayat hukum, maka ia selalu menyebutkan

madzhab fuqaha. Akan tetapi, ia lebih cenderung kepada madzhab Syafi'i yang

merupakan pegangannya dalam ibadah dan muamalat.79

4. Corak Penafsiran

Tafsir Mafātīḥ al-Ghaib ini dikategorikan kedalam tafsir bi al-Ra'y, dengan

pendekatan madzhab Syafi'iyah dan Asy'ariyah. Tafsir bi al-Ra'y adalah

penjelasan-penjelasan yang bersumber dari ijtihad dan akal, berpegang kepada

78

Mundhir, Studi Kitab Tafsir Klasik, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015), hal. 80 79

Mani' Abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2003), hal. 4

Page 49: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

35

kaidah-kaidah bahasa dan adat istiadat orang arab dalam mempergunakan

bahasanya.80

Dilihat dari corak penafsirannya, Kitab Mafātīḥ al-Ghaib menggunakan

metode tafsir Ilmi, Falsafi dan Adabi wal Ijtima', dengan rincian:

a. Digunakannya metode tafsir Ilmi ini dapat dilihat dari banyaknya al-

Rāzī menggunakan teori ilmu pengetahuan modern untuk mendukung

argumentasinya dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an, terutama ayat-

ayat Qauniyah yang menyangkut masalah astronomi, sebagaimana yang

terlihat ketika al-Rāzī menafsirkan ayat Qauniyah.

b. Digunakannya metode tafsir Falsafi dapat dibuktikan dari banyaknya al-

Rāzī mengemukakan pendapat ahli filsafat dan ahli kalam, serta

dipergunakannya metode filsafat dalam menafsirkan ayat al-Qur’an.

Metode Falsafi ini dipergunakan terutama untuk menentang konsep-

konsep pemikiran teologi rasionalis Mu’tazilah. W. Montgo Mery Watt,

mengatakan bahwa munculnya teologi al-Rāzī dalam beberapa karya

diantaranya karya tafsir yang mempunyai karakteristik, serta menjadi

pembeda dari tafsir lain adalah dimasukkan di dalamnya bahasan teologi

dan filsafat dalam berbagai masalah yang selaras dengan sudut pandang

teologi Sunni yang berkembang.81

c. Digunakannya metode tafsir Adabi dalam tafsir Mafātīḥ al-Ghaib dapat

dibuktikan dengan banyaknya al-Rāzī menggunakan analisis-analisis

80

Hasbi ash-Shiddieqiy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur'an, ( Jakarta: Bulan Bintang,

1990), hal. 227 81

W. Montgo Mery Watt, Pengantar Studi Islam, Terj. Taufik Adnan Amal,

(JakartaRajawali: Press, 1991), hal. 267.

Page 50: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

36

kebahasaan dalam menjelaskan dan menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an

terutama dalam segi Balaghah dan Qawaid al-Lughahnya.

5. Penilaian Ulama

Banyak ulama yang memberikan komentar atau penilaian terhadap tafsir

Mafātīḥ al-Ghaib, di antaranya sebagai berikut;

a. Imam as-Suyūṭi mengatakan; “Sesunggguhnya al-Rāzī memenuhi

tafsirnya dengan perkataan-perkataan hukama dan filosof, dan

mengecualikan sesuatu dari sesuatu sehingga peneliti merasa takjub”.82

b. Abi Hayyan berkata dalam kitabnya Bahru Muhīṭ; “Al-Rāzī

mengumpulkan segala sesuatu yang banyak dan panjang dalam tafsirnya

di mana hal tersebut tidak dibutuhkan dalam kajian tafsir”.

c. Ibnu Hajar al-Asqalani di dalam kitab Lisān al-Mīzān menemukan

bahwa saya membaca dalam Iksir fi al-Ilmi at-Tafsīr yang disusun oleh

at-Ṭufi, ia mengatakan bahwa banyak kekurangan yang ditemukan

dalam kitab Tafsir al-Kabir.83

82

Muhammad bin Luthfi as-Shibagh, Lamhāt fi 'Ulūm al-Qur‟ān wa atTijāh at-Tafsīr,

(Beirut: Maktab al-Islami, 1990) hal. 291 83

Mundhir, Studi Kitab Tafsir Klasik, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015) hal. 82

Page 51: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

37

BAB IV

PEREDARAN MATAHARI: HAKIKAT, FUNGSI & POLA

Untuk mendadapatkan penafsiran yang komprehensif dari peredaran

matahari, diperlukan adanya penelitian yang mendalam terkait dengan ayat yang

mengindikasikan peredaran matahari itu sendiri. Penulis menemukan ada 5 ayat

yang secara jelas mengisyaratkan peredaran matahari: surat ar-Ra’adu ayat 2,

surat al-Anbiya ayat 33, surat Ibrahim ayat 33, surat Yasin ayat 38 dan 40.

Maka pada bab ini berisi uraian tentang penafsiran al-Rāzī terhadap

peredaran matahari dari ayat-ayat diatas. Penulis mencoba melakukan penelitian

dengan struktur sebagaimana berikut. Pertama, tentang hakikat peredaran

matahari yang sangat lekat dengan kuasa Allah SWT. Bagaimana Allah dengan

segala kekuasaannya bisa menetapkan setiap gerakan dan segalanya terhadap

matahari. Kedua, berbicara tentang fungsi-fungsi dari peredaran matahari yang

bisa memberikan manfaat untuk semua makhluknya di dunia ini. Ketiga, tentang

bagaimana pola peredaran matahari di orbitnya. Dan keempat, analisis dari penulis

terhadap penasfisan al-Rāzī dan yang lainnya tentang ketiga struktur diatas.

A. Hakikat Peredaran Matahari

1. Surah ar-Ra’adu [13] ayat 2

Redaksi ayat:

ت وى على الر ن ها ثم اسر موات بغير عمد ت رور ل اللم الذي رفع الس س والرقمر كم مر ر الش ش وسخ عررمر تموقنمون مر بلقاء ربكم يت لعلكم لم اآلر ر ي مفص مر ى يمدبرم األر يرري ألجل ممسم

“Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu

lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy, dan menundukan matahari

dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah

Page 52: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

38

mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-

Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Tuhanmu”

Penafsiran ayat:

Menurut pandangan al-Rāzī, Allah sudah mengatur segala sesuatu yang

ada di alam semesta ini dengan ketentuan yang sudah diperhitungkan oleh-Nya.

Dimulai dari pengadaan maupun penghilangannya, penghidupan dan

mematikannya. Dan Allah pun telah mengatur semuanya, baik hal fisik ataupun

non fisik dan dari yang terkecil sampai yang terbesar.84

Begitupun terhadap

peredaran matahari yang penulis bahas dalam skripsi ini. Dan itu tidak sama sekali

membuat Allah merasa tersibukkan. Bahwa dari itu semua menunjukkan Allah

Swt dalam kebesaran zat-Nya, sifat-Nya, ilmu-Nya, dan kekuasaan-Nya yang

tidak akan ada yang bisa menyerupai-Nya.85

Yang terpenting dari kalimat ى ل يرري ألجل ممسم adalah Allah كم

menetapkan setiap satu dari benda-benda langit orbit khusus, menuju jalur yg

khusus, dengan kadar kecepatan dan kelambatan yang khusus pula.86

Dan pula ketika hari akhir tiba, benda sedahsyat matahari pun tidak luput

dari ketentuan-Nya. Sebagaimana penafsiran al-Rāzī dalam tafsirnya yang

menyebutkan bahwa akhir dari peredaran matahari adalah hari kiamat. Ia

menjelaskan ketika datang hari itu, maka terhenti lah pergerakannya dan

terbatalkan lah orbitnya sebagaimana firman Allah dalam: al-Takwir ayat 1-2, al-

Insyiqoq ayat 1, al-Infithor ayat 1, al-Qiyamah ayat 9 dan al-An’am ayat 2.87

2. Surah Yasin [36] ayat 38

84

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 11 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1991),

hal. 103 85

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 11, hal. 103 86

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 11, hal. 112 87

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 11, hal. 113

Page 53: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

39

Redaksi ayat:

ديرم الرعزيز الرعليم ت قر لا ذلك ت قر سر سم ترري لمم مر والش

“Dan matahari beredar di tempat peredarannya. Demikian lah ketetapan

Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”

Penafsiran ayat:

Dalam ayat ini al-Rāzī menafsirkan lafadz ت قر menjadi beberapa macam ممسر

arti:

a. Adalah hari kiamat. Manakala ini terjadi maka terhenti lah segala

pergerakannya dan selesai sudah lah tugasnya untuk mengitari

orbitnya.88

b. Bahwa matahari lah yang menjadi sebab adanya musim-musim di bumi

karena perbedaan rotasinya. Ketika ada di puncak rotasinya maka

menjadi musim kemarau dan di titik terendahnya akan menjadi musim

dingin.89

c. Pada akhirnya matahari akan kembali ke rumahnya di awal, bisa itu

adalah ‘Arsy ataupun hari akhir (kiamat).90

Hampir serupa dengan penjelasan al-Rāzī, Dalam penjelasan mufradat kata

“li mustaqarrin”, al-Marāghī menafsirkannya "Di sekitar tempat tinggal matahari.

Al-Marāghī mengatakan "Sungguh mengagumkan, wahai pembaca al-Qur'an al-

Karim yang budiman. Kenapakah al-Qur'an itu ternyata telah menetapkan sesuatu

yang kemudian ditunjukkan kebenarannya oleh penemuan sekarang dan

88

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 26 , hal. 212 89

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 26, hal. 212 90

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 26, hal. 213

Page 54: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

40

membantah pendapat-pendapat yang telah tersebut di masa turunnya al-Qur'an di

kalangan para ahli falak dari Yunani, India maupun Cina." 91

Disini memang Al-Marāghī secara jelas berpendapat bahwa teori-teori

perihal matahari yang sudah lama eksis di masa lampau itu terbantahkan oleh teori

setelahnya. Teori yang dimaksud disini adalah teori Geocentric yang sudah eksis

terlebih dahulu pada masa awal ahli falak dari Yunani, India maupun Cina yang

terbantahkan oleh teori setelahnya, yaitu Heliocentric.

3. Surah Yasin [36] ayat 40

Redaksi ayat:

بحم ل ف ف لك يسر هار وكم رك الرقمر ول الليرلم سابقم الن بغي لا أنر تمدر سم ي ن ر مر ون ل الش

”Tidak mungkin lah bagi matahari mendapatkan bulan, dan malam pun

tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis

edarnya”

Penafsiran ayat:

Menurut pendapat al-Rāzī siang dan malam itu terjadi karena peredaran

matahari yang juga disebabkan oleh peredaran orbitnya yang disebut juga arsy

sebagaimana dalam firmannya surah al-a’raf [12] ayat 54:

ش ت وى على الرعرر ثم اسر

“lalu dia bersemayam di atas ‘Arsy”

Adapula sebab terjadinya siang dan malam karena pergerakan dari pusat

orbit dan itu terjadi dalam waktu yang sekejap.92

91

Aḥmad Musṭafā al-Marāghī, Tafsīr al-Marāghī, Juz 23, Terj. Anwar Rasyidi, et al.“Tafsir

al-Maraghiy” (Semarang: Toha Putra, 1980), hal. 13

Page 55: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

41

Sesungguhnya Allah menjelaskan tentang cara penciptaan langit-langit,

maka kami menjadikan tujuh langit dalam waktu dua hari dan ia memerintahkan

pada tiap-tiap langit urusannya.93

Maka ayat ini menunjukkan bahwasanya Allah memberi sesuatu

kekhususan kepada setiap langit itu dengan kelembutan cahaya ketuhanannya.94

Quraisy Shihab menerangkan bahwa Allah SWT menciptakan alam

semesta ini beserta isinya dengan penuh keserasian, keharmonisan dan

keteraturan. Semua itu bukan tanpa kebetulan, melainkan dengan haq, di mana

terdapat tujuan dan manfaat dalam penciptanya. Tujuan dan manfaat untuk

kehidupan makhluk di Bumi, serta untuk menuntun manusia menuju keimanan

dan penghambaan kepada-Nya.95

Penulis memang melihat ketiga pendapat mufasir ini hampir serupa perihal

kuasa Allah Swt dalam menggerakan matahari, namun Al-Marāghī lebih tegas

menyatakan soal bagaimana beredarnya matahari tersebut dan berani membantah

pendapat-pendapat para ahli falak yang sebelumnya yang menyatakan bahwa

bumi sebagai pusat peredaran orbit bagi planet-planet lain termasuk matahari.

Berbeda dengan al-Rāzī yang tidak menjelaskan bagaimana posisi matahari dalam dua

teori tersebut.

B. Fungsi Peredaran Matahari

1. Surah Ibrahim [14] ayat 33

Redaksi ayat:

92

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 26, hal. 218 93

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 26 ,hal. 219 94

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 26, hal. 219 95

Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, vol. 13, (Jakarta: Lentera Hati, 200), hal. 21-22

Page 56: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

42

هار مم الليرل والن ر لكم وسخ س والرقمر دائب ير مر مم الش ر لكم وسخ

“Dan Dia telah menundukan bagimu matahari dan bulan yang terus-

menerus beredar. Dan telah menundukan bagimu malam dan siang”

Penafsiran ayat:

Menurut al-Rāzī, manfaat dari peredaran matahari dan bulan itu amatlah

banyak. Telah dijelaskan oleh Allah dalam ayat-ayat-Nya: Surah Nuh [71] ayat

16, surah ar-Rahman [55] ayat 5, surah al-Furqon [25] ayat 61, surah Yunus [10]

ayat 5, surah Yusuf [12] ayat 47.96

Al-Rāzī juga memaparkan bahwa matahari dan bulan beredar pada

orbitnya masing-masing, serta masing-masing memiliki cahayanya dalam

menghilangkan kegelapan dan dalam penghidupan tumbuhan dan hewan-hewan,

maka sesunguhnya matahari itu adalah rajanya siang dan bulan adalah rajanya

malam, dan seandainya tidak adanya matahari maka tidak akan adanya empat

musim, dan tidak adanya pula kehidupan di alam ini. 97

2. Surah al-Anbiya [21] ayat 33

Redaksi ayat:

ون بحم ل ف ف لك يسر س والرقمر كم مر هار والش و الذي خلق الليرل والن وهم

“Dan Dia lah yang menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.

Masing-masing beredar pada garis edarnya”

Penafsiran ayat:

Andai Allah menciptakan langit dan bumi tapi belum menciptakan

matahari dan bulan, maka tidak akan lengkap lah nikmat dari Allah. Baik dari

96

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 12, hal. 24 97

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 12, hal. 25

Page 57: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

43

tidak adanya siang dan malam maupun tidak adanya rasa panas dan dingin karena

matahari. Dan itu terjadi karena ada peredaran mereka di dalam orbitnya.98

3. Surah Yasin [36] ayat 38

Penafsiran ayat:

Al-Rāzī menyebutkan bahwa lafadz ت قر لا سر سم ترري لمم مر adalah والش

nikmatnya siang setelah hilangnya malam.99

Setelah kembalinya siang hari maka

datang lah matahari dengan segala manfaatnya.

Kalaupun Allah memerintahkan matahari untuk berhenti berputar, maka

akan terbakarlah bumi.100

Begitupun Allah menjadikan gerak matahari lebih

lambat dari bulan dan lebih cepat dari planet-planet yang jauh dari bumi karena

matahari memiliki cahaya yang amat panas. Andai kadar kelambatan geraknya

tidak diatur maka planet-planet di sekitarnya pasti lah akan terbakar juga. 101

Dan Allah pun menetapkan jarak matahari dari permukaan bumi

dimaksudkan agar menjaga kelembaban isi perut bumi dan pohon-pohon dimusim

dingin. Kemudian menetapkan dekatnya jarak matahari dengan bumi agar

tanaman-tanaman bisa berbuah dan pohon-pohon juga tumbuh.102

Allah telah menetapkan terbit dan tenggelamnya matahari agar manusia

tidak terus bekerja dan bisa mengistirahatkan badan dan mata mereka karena

lelahnya pekerjaan dan juga agar alam tidak rusak karena gelap yang terus

menerus.103

98

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 17, hal. 32 99

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 26, hal. 112 100

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 26, hal. 113 101

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 26, hal. 113 102

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 26, hal. 113 103

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 26, hal. 114

Page 58: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

44

Bila matahari berada di utara khatulistiwa terjadilah musim panas di bumi

sebelah utara dan musim dingin dibelahan bumi selatan. Dan bila matahari berada

di selatan, terjadi lah musim panas di belahan bumi selatan dan musim dingin di

belahan bumi utara. Dan diantara musim dingin dan musim panas itu terjadi lah

dua kali musim sedang. Pertama, dinamakan musim gugur antara musim panas

dan musim dingin. Kedua, dinamakan musim semi antara musim dingin dan

musim panas.104

Perubahan musim itu mempunyai pengaruh yang amat hebat dan besar

terhadap segala macam makhluk di permukaan bumi ini. Perubahan itu berbeda

dari satu daerah dengan daerah lain.105

Apakah gerangan yang terjadi bila matahari tidak miring ke utara dan ke

selatan? Bukan saja berakibat tidak adanya musim-musim, tapi akan

mengakibatkan tidak adanya musim berbagai buah. Hanya akan ada buah yang

tidak bermusim. Dengan tidak adanya buah-buahan yang tumbuhnya bermusim

itu, manusia akan kekurangan berbagai zat yang amat dibutuhkan untuk hidup.106

Disini penulis sedikit mengkritik pendapat dari al-Rāzī yang hanya

menyebutkan dua musim saja, musim panas dan musim dingin. Padahal di

belahan bumi yang lainnya terdapat musim-musim yang lainnya seperti musim

semi dan musim gugur. Tidak seperti penjelasan Bey Arifin yang lebih rinci

memberikan penjelasan hingga musim-musim buah pun terpengaruh karena

adanya peredaran matahari.

C. Pola Peredaran Matahari

1. Surah al-Anbiya [21] ayat 33

104

Bey Arifin, Samudera al-Fatihah,(Surabaya: Bina Ilmu, 1976), hal. 124 105

Bey Arifin, Samudera al-Fatihah, hal. 124 106

Bey Arifin, Samudera al-Fatihah, hal. 125

Page 59: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

45

Penafsiran ayat:

Telah dijelaskan oleh al-Rāzī bahwa sesungguhnya planet-planet itu

memiliki peredaran yg berbeda-beda. Dan yang bergerak dari timur ke barat yaitu

matahari kecuali di hari akhir ketika ia harus bergerak sebaliknya.107

Al-Rāzī mengutip hadis riwayat Ibnu Abbas dalam kitab Mafātīh al-

Ghaib: matahari memiliki 180 manāzil, setiap harinya memiliki satu manzīl dan

itu disempurnakan dalam waktu enam bulan. Kemudia diulangi kembali di enam

bulan berikutnya. Begitu pun bulan memiliki 28 manāzil.108

Yang terpenting dari kalimat ى ل يرري ألجل ممسم adalah Allah كم

menetapkan setiap satu dari benda-benda langit orbit khusus, menuju jalur yg

khusus, dengan kadar kecepatan dan kelambatan yang khusus pula.109

Menurut al-Rāzī, orang Arab berkata bahwa orbit itu adalah segala sesuatu

yang berputar. Sedangkan para ilmuwan berkata yang sebaliknya. Maka sebagian

dari mereka berpendapat:

a. Orbit itu bukan lah bentuk fisik, sesungguhnya itu adalah jalur

daripada bintang-bintang dan termasuk matahari di dalamnya110

b. Dan menurut banyaknya ilmuan mengatakan bahwa itu adalah bentuk

fisik dan bintang-bintang di langit mengitarinya. dan pemaparan ini

lah yang paling dekat dengan penjelasan dari al-Qur’an.111

107

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 17, hal. 33 108

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 17, hal. 34 109

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 17, hal. 35 110

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 17, hal. 35 111

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 17, hal. 35

Page 60: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

46

Dan sebagian pula berbeda pendapat, mereka berpendapat bahwa orbit itu

bentuknya seperti gelombangdan berputar di dalamnya matahari, bulan dan

bintang-bintang lainnya.112

Menurut al-Rāzī pun, manusia mengalami perbedaan pendapat dalam

pergerakan bintang-bintang (planet-planet): Pertama, adalah kemungkinan orbit

itu diam (tidak bergerak) dan planet-planet di dalamnya bergerak mengitarinya

layaknya ikan yang berenang di dalam air yang tenang. Kedua, kemungkinan lain

bahwa orbit itu bergerak dan planet-planet di dalamnya ikut bergerak.113

2. Surah Yasin [36] ayat 38

Penafsiran ayat:

Menurut paparan al-Rāzī, matahari mengalami dua kali puncak jarak

tertinggi dalam setahun. Jika ia mengalami puncak jarak tertinggi, maka bumi

akan mengalami musim kemarau dan musin dingin di puncak jarak

terendahnya.114

Matahari juga memiliki puncak terbitnya, maka sesungguhnya di setiap

harinya ia memiliki tempat untuk terbit dan itu berlangsung selama enam bulan

lamanya. Lalu akan diulangi ke jalur itu kembali. Karena sesungguhnya

perbedaan jarak terbitnya matahari disebabkan oleh perbedaan tingginya jarak

matahari juga.115

112

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 17, hal. 35 113

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 17, hal. 36 114

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 26, hal. 212 115

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 26, hal. 213

Page 61: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

47

Juga menurut al-Rāzī, lafadz ت قر memiliki dua makna: pertama, kata ممسر

petunjuk tempat yang berarti puncak tertinggi dan terendahnya matahari dan

sesungguhnya itu meliputi seluruh dunia. Dan kedua, kata petunjuk waktu yang

berarti tahun dan pergantian siang menujun malam.116

Dalam kitab tafsirnya, Tantawi Jauhari menyatakan bahwa matahari

beredar secara teratur pada lintasan atau orbit tertentu. Maksudnya matahari

berjalan sesuai pada batas waktu matahari berhenti beredar, batas tempat berada

di titik tertinggi dan titik terendah. Dalam pergerakannya, matahari melakukan

dua gerakan, yaitu gerakan cepat (gerakan harian) yakni gerakan matahari

melintasi orbit yang dilakukan setiap siang dan malam dari arah timur kea rah

barat kemudian berputar lagi dari arah barat kea rah timur. Kedua gerakan lambat

(gerak tahunan), yakni titik potong matahari berada pada rasi bintang pada bulan

syamsiah, dan beredar dari arah selatan kea rah utara, dan kemudia berputar lagi

dari arah utara ke arah timur.117

3. Surah Yasin [36] ayat 40

Penafsiran ayat:

Dalam ayat ini al-Rāzī menjelaskan perihal peredaran matahari yang

memiliki dua macam:

a. Peredaran dengan ukuran dzatnya. Sesungguhnya ia selesaikan dalam

waktu satu tahun penuh. Disebabkan oleh hal ini, maka terjadilah

tahun.118

116

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 26, hal. 213 117

Tantawi Jauhari, “al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim”, (Mesir: Mushtafa al-Babi

al-Halabi, 1350 H),Juz. 7, hal. 193 118

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 26, hal. 217

Page 62: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

48

b. Peredaran yang disebabkan oleh pergerakan orbit pusat. Dan

pergerakan ini selesai dalam waktu satu hari satu malam.119

Adapula sebab pergantian siang dan malam adalah karena adanya

peredaran matahari yang disebabkan juga oleh peredaran orbitnya yang bisa

disebut juga ‘Arsy sebagaimana firmannya dalam surah al-a’raf [12] ayat 54

ش ت وى على الرعرر ثم اسر

“lalu dia bersemayam di atas ‘Arsy”

Dari pemaparan diatas, pada akhirnya penulis membuat kesimpulan bahwa

tidak ada satu pun penafsiran dari al-Rāzī tentang peredaran matahari yang

menyebutkan tentang bagaimana matahari yang beredar mengelilingi bumi.

Dalam kitab tafsirnya, Tantawi Jauhari menyatakan bahwa matahari

beredar secara teratur pada lintasan atau orbit tertentu. Maksudnya matahari

berjalan sesuai pada batas waktu matahari berhenti beredar, batas tempat berada

di titik tertinggi dan titik terendah. Dalam pergerakannya, matahari melakukan

dua gerakan, yaitu gerakan cepat (gerakan harian) yakni gerakan matahari

melintasi orbit yang dilakukan setiap siang dan malam dari arah timur kea rah

barat kemudian berputar lagi dari arah barat kea rah timur. Kedua gerakan lambat

(gerak tahunan), yakni titik potong matahari berada pada rasi bintang pada bulan

syamsiah, dan beredar dari arah selatan kea rah utara, dan kemudia berputar lagi

dari arah utara ke arah timur.120

Hampir sama dengan penafsiran Tantawi Jauhari, al-Marāghī menjelaskan

bahwa peredaran matahari mengelilingi pusat alam semesta (sistem bintang)

119

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 26, hal. 217 120

Tantawi Jauhari, “al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim”, (Mesir: Mushtafa al-Babi

al-Halabi, 1350 H),Juz. 7, hal. 193

Page 63: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

49

dengan kecepatan kira-kira 200 mil perdetik. Jadi matahari adalah salah satu di

antara jutaan bintang yang membentuk alam semesta ini, dan yang terbukti bahwa

alam semesta atau sistem bintang itu beredar mengelilingi pusatnya. Dan oleh

karena matahari itu ternyata tidak tetap pada pusatnya, maka matahari itu

mempunyai gerakan berkeliling. Adapun yang menjadi pemahaman para ahli

ilmu pasti tentang kata م dari suatu tubuh yang melakukan gerakan berkeliling

ialah, bahwa kata-kata itu berarti poros tetap dimana gerakan berputar berpusat

padanya. Atau berarti pusat lingkaran dari gerakan ini. Dengan arti pertama,

maka م berarti garis yang terentang antara dua kutub matahari. Sedang dalam arti

yang kedua, berarti pusat dari sistem bintang selurunya, di mana seluruh bintang-

bintang beredar mengelilingi matahari.121

Memang dalam penafsiran lainnya al-Rāzī menafsirkan perihal

karakteristik dari bumi yang sebagaimana berikut. Bahwa itu bumi harus tenang,

tidak bergerak, baik itu berotasi maupun berevolusi. Karena seandainya bumi

berevolusi maka bumi akan menjadi tempat yang tidak bisa ditempati. Orang yang

melayang di tempat yang tinggi tidak akan kembali lagi ke bumi, karena bumi

bergerak, dan pergerakan bumi lebih cepat dibandingkan manusia. Hal itu

disebabkan karena pergerakan benda yang ringan dan berat akan lebih cepat

pergerakan benda yang berat. Selain itu jika seandainya bumi berotasi, maka

manusia tidak akan bisa pergi ketempat tujuannya. Karena pergerakan bumi lebih

cepat dari pada pergerakan manusia. Sehingga seandainya bumi itu bergerak ke

timur, dan manusia berjalan ke barat, dia tidak akan sampai ketempat yang

ditujunya karena perputaran bumi lebih cepat dari perjalanannya. Oleh karena itu

121

Aḥmad Musṭafā al-Marāghī, Tafsīr al-Marāghī, Juz 23, Terj. Anwar Rasyidi, et

al.“Tafsir al-Maraghiy” (Semarang: Toha Putra, 1980), hal. 13

Page 64: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

50

al-Rāzī berpendapat bahwa bumi itu tenang tidak bergerak seperti berotasi

maupun berevolusi. Alasan mengapa bumi itu diam tidak bergerak. Pertama

adalah bentuk bumi itu bukan bulat seperti bola, melainkan separuh bola, atasnya

berupa lengkungan dan bawahnya datar. Air dan udara berada dibawah

lengkungan.122

Dari penafsiran diatas dijelaskan bahwa bumi itu tidak berevolusi, tapi itu

tidak membuktikan pula bahwa bumi menjadi pusat peredaran dari matahari

karena tidak adanya redaksi ataupun makna dari penafsirannya yang menjelaskan

bahwa matahari yang bergerak atau beredar mengelilingi bumi.

Maka penulis menganggap bahwa pendapat-pendapat yang mengatakan

bahwa al-Rāzī adalah seorang mufasir yang berpaham Geocentric ataupun

Heliocentric itu keliru karena tidak ditemukannya redaksi ataupun makna dari

penafsiran al-Rāzī yang menjelaskan tentang hal itu.

122

Fakhruddin al-Rāzī, Mafātīh al-Ghaib, Juz 26, hal. 218

Page 65: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

51

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian ini, berdasarkan atas rumusan masalah

yang telah penulis cantumkan pada bab pertama adalah sebagai berikut:

Dari uraian penjelasan tentang argumentasi al-Rāzī atas peredaran

matahari di dalam al-Qur’an, penulis mengklasifikasikan argumentasinya tersebut

menjadi tiga bagian. Pertama, tentang hakikat peredaran matahari yang sangat

lekat dengan kuasa Allah SWT. Bagaimana Allah dengan segala kekuasaannya

bisa menetapkan setiap gerakan dan segalanya terhadap matahari. Kedua,

berbicara tentang fungsi dari peredaran matahari yang bisa memberikan manfaat

untuk semua makhluknya di dunia ini. Dan ketiga, tentang pola peredaran

matahari di orbitnya.

Oleh karena itu, dengan klasifikasi di atas mengenai ungkapan al-Rāzī

bahwa peredaran matahari di dalam al-Qur’an itu berbicara tentang hakikat yang

pada dasarnya segala hal yang terjadi atas matahari adalah kuasa Allah dengan

segala manfaat yang dihasilkannya. Begitu pun pola peredaran matahari yang

mengakibatkan adanya berbagai musim di bumi ini, Penulis mengira perlu adanya

peninjauan ulang terhadap argumentasi al-Rāzī. Apakah al-Rāzī mencantumkan

pada kitab lain atau tidak. Karena jika fokus pada kitab Mafātīh al-Ghaib saja,

maka tidak cukup kuat untuk mengatakan bahwa al-Rāzī adalah seorang mufasir

yang berpaham Geocentric ataupun Heliocentric karena tidak ada satu pun dari isi

Page 66: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

52

tafsirnya yang gamblang berbicara perihal peredaran matahari yang mengelilingi

bumi ataupun sebaliknya.

B. Saran-saran

Setelah melalui proses pembahasan dan pengkajian Argumentasi al-Rāzī

atas peredaran matahari di dalam al-Qur’an. Kiranya penulis perlu untuk

mengemukakan saran sebagai kelanjutan dari kajian penulis. Antara lain:

1. Perlu adanya penelitian ulang terhadap kitab-kitab al-Rāzī yang lainnya

untuk melacak apakah peredaran matahari di dalam al-Qur’an adalah

benar-benar hanya tentang kekuasaan Allah, fungsi dan pola peredarannya

saja.

2. Begitu pun pendapat yang mengatakan bahwa al-Rāzī adalah seorang

mufasir yang berpaham teori Geocentric ataupun Heliocentric. Penulis

mengira masih harus diadakannya penelitian yang lebih mendalam lewat

karya-karya lainnya.

3. Perlu adanya referensi lain dari beberapa ulama tafsir untuk bisa

menemukan penafsiran yang lebih sempurna berbicara tentang peredaran

matahari di dalam al-Qur’an.

Pembahasan dalam skripsi ini bukanlah pembahasan yang sempurna, maka

penulis sangat mengharapkan kritik dan koreksi yang bila mana lebih

menyempurnakan pembahasan ini.

Page 67: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

53

DAFTAR PUSTAKA

Halim, Mahmud Mani’ Abdul, Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode

Para Ahli Tafsir. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.

Abqori, Muhammad, “Bentuk bumi dalam perspektif al-Qur’an: studi komparatif

antara Tafsir Mafātīh al-Ghaib dan Tafsir al-Mannar”, Skripsi S1 Fakultas

Ushuluddin, Universitas Negeri Islam Walisongo Semarang, 2017.

Adz-Dzahabi, Muhammad Husain, at-Tafsīr wa al-Mufassirūn. Bairut: Dar al-

Fikr, 1976.

Al-‘Aqil, Muhammad bin A.W, Manhaj ‘Aqidah Imam al-Syafi ’i. T.K: Niaga

Swadaya, 2002.

Al-Dhahabi, Muhammad Husain, Tafsir wa al-Mufassir, Juz: 1. Kairo: Maktabah

Wahbah al-Qahirah, 2000.

Al-Diwudi, Syams al-Din Muhammad bin ‘Ali, Tabaqat al-Mufassirin, Cet. I,

Jilid 2 Kairo: Maktabah Wahbah 1972.

Al-Dzahabi, Tarikh al-Islam Wa wafiyat al-Masyahir Wal A’lam, Beirut: Dar al-

Qutub al-‘Araby, 1987.

Al-Farmawy, Abd. Al-Hayy, Metode Tafsir Maudlu'i, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 1996.

Al-Jaylanī, Zubayr Umar, al-Khulāṣah al-Wafiyyah fī ’l-Falaq bi Jadwāl al-

Lughatimiyyah. Kudus: Menara Kudus, t.th.

Page 68: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

54

Al-Mahmudi, Baqut, Mu’jam al-Badāni. Teheran: Maktabah al-As’adi, 1965.

Al-Maktabah al-Syamila, versi 3.48. Al-Maktab al-ta’awun li al-dakwah bi al-

Raudhah: www.arrawdah.com http://shamela.ws

Al-Marāghī, Aḥmad Musṭafā, Tafsīr al-Marāghī, Juz 23, Terj. Anwar Rasyidi, et

al.“Tafsir alMaraghiy”. Semarang: Toha Putra, 1980.

Al-Qaththan, Mana’ Khalil, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, terj. Aunur Rafiq El-

Mazni. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008.

Al-Qifti, Ali Ibn Yusuf, Tarikh al-Hukama. kairo: Mahad Tarikh al-Arabiyya wal

Islamiyya, 1970.

Al-Rāzī, Fakhr al-Din, ‘Ismah al-Anbiya’, Kairo: Maktabah al-Madani, Cet. I,

1986

Al-Rāzī, Fakhr al-Din, Al-Ma’alim fi ‘Ilmi Ushul al-Fiqh, Kairo: Dar al-Ma’rifah

Muassisah Mukhtar li al-Nasr wa Tauzi’ al-Kutub, 1998.

Al-Rāzī, Fakhr al-Din, Lubab al-Isyarat wa al-Tanbihat, Kairo: Maktabah al-

Kulliyat al-Azhariyah, 1986.

Al-Rāzī, Fakhruddin, Mafātīh al-Ghaib, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1991.

Al-Zahabi, Muhammad Husain, al-Tafsir wa al-Mufassirun dalam DVD ROM al-

Maktabah al-Syamilah. Bandung: Pustaka Ridwan, 2008.

Amari, Ali Muhammad Hasan, al-Imam Fakhr al-Din al-Rāzī : Hayatuhu wa

Atsaruhu, t.tp.: al-Majlis al-A’la lial-Shu’un al-Islamiyyah, 1969.

Page 69: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

55

Anshori, Tafsir Bil Ra’yi: Menafsirkan Al-Qur’an Dengan Ijtihad, Jakarta: Gaung

Persada Press, 2010.

Anwar, Ali dan Tono, Ilmu Perbandingan Agama dan Filsafat Islam Bandung:

CV. Pustaka Setia, 2005.

Ash-Shiddieqiy, Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur'an, .Jakarta: Bulan

Bintang, 1990.

Aswadi, “Konsep Syifa dalam Tafsir Mafātīh al-Ghaib”, Disertasi Sekolah Pasca

Sarjana Universitas Negeri Islam Jakarta, 2007

Cahyadi, Djaya, “Konsep Takdir Fakhruddin al-Rāzī”, Skripsi S1 Fakultas

Ushuluddin, Universitas Negeri Islam Jakarta, 2011

Copernicus, Nicolaus, Father of Modern Astronomy, Blackbirch Inc. 2003.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: PT Syamil

Cipta Media, 2005.

Fakhry, Madjid, Sejarah Filsafat Islam, Bandung: Pustaka Jaya, 1986

Fix, John. D, Astronomy: Journey to the Cosmic Fronter: Fourth Edition

Amerika: McGraw-Hill Higher Education, 2006.

Hambali, Slamet, Pengantar Ilmu Falak. Banyuwangi: Bismillah Publisher, 2012.

Hart, Michael. H, Seratus Tokoh yang paling Berpengaruh dalam Sejarah, terj, H.

Mahbub Djunaidi, cet. Vii. Jakarta: Midas Surya Grafindo, 1986.

Page 70: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

56

http://museumastronomi.com/tag/muhammad-shaleh-abdul-aziz-al-ujairy/ diakses

pada 12 April 2019.

Ichwan, Muhammad Nor . Memasuki Dunia Al-Qur’an. Semarang: Lubuk Raya,

2001.

Jauhari, Tantawi, al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim, Juz. 7. Mesir:

Mushtafa al-Babi al-Halabi, 1350 H.

Katsir, Ibnu, Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsir, Bogor: Pustaka Imam Syafi’I,

2004.

Khazin, Muhyiddin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Buana

Pustaka, 2008.

Mahmud, Mani' Abd Halim, Metodologi Tafsir, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2003.

Mundhir, Studi Kitab Tafsir Klasik, Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015.

Nzair, Muhammad, Metode Penelitian. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003.

Ptolemaic Astronomy, Islamic Planetary Theory, and Copernicus's Debt to the

Maragha School". Science and Its Times. Thomson Gale. 2006

Qaththan, Manna' Khalil, Mabāhits fi 'Ulūm al-Qur'an, Mansyurat al-'Ashr al-

Hadits, 1973.

Rachim, Abdur, Ilmu Falak, Yogyakarta: Penerbit Liberty, 1983.

Page 71: PEREDARAN MATAHARI MENURUT AL- STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45700/1/AHMAD RIZAL... · hakikat peredaran matahari yang sangat lekat dengan kuasa

57

Rosadisastra, Andi, Metode Tafsir Ayat-ayat Sains dan Sosial, Jakarta: Amzah,

2007.

Sevila, Consuelo. G, dkk., Pengantar Metode Penilitian, terj. Alimuddin Tuwu.

Jakarta: UI-PRESS, 1993.

Surachmad, Winarmo, Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah.

Bandung: Tarsio, 1972.

Titus, Harold. H, et.al., Living Issues in Philosophy, terj. Prof. Dr. H.M. Rosyidi

"Persoalan-Persoalan Filsafat" Cet. I. Jakarta: Midas Surya Grafindo,

1984.

Usaibi’ah, Ibn Abi, ‘Uyun al-Anba’ fi Tabaqat al-Atibba’, Kairo: al-Matba’ al-

Wahbiya, 1982.