PERDA Nomor 3 Tahun 2004 ttg Rencana Tata Ruang · PDF filemeningkatkan keseimbangan...
Transcript of PERDA Nomor 3 Tahun 2004 ttg Rencana Tata Ruang · PDF filemeningkatkan keseimbangan...
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU
TAHUN : 2004 NOMOR : 14
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU
NOMOR 3 TAHUN 2004
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BERAU
TAHUN 2001 SAMPAI TAHUN 2011
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BERAU,
Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan kemudahan dalam
melaksanakan pembangunan di daerah dan untuk
meningkatkan keseimbangan pemanfaatan ruang,
diperlukan adanya ketentuan mengenai pemanfaatan
ruang ;
- 2 -
b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan
pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat,
maka Tata Ruang Wilayah Kabupaten Berau merupakan
pedoman dasar pembangunan yang dilaksanakan
Pemerintah, masyarakat, dan / atau dunia usaha;
c. bahwa untuk maksud huruf a, huruf b diatas
perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah serta
sebagai pelaksana Undang - Undang Nomor
24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, dipandang
perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Berau.
Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 27 Tahun 1959 (Lembaran
Negara Tahun 1959 Nomor 72) Tentang Penetapan
Undang – Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953.
tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Di
Kalimantan (Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor
9) Sebagai Undang - Undang (Memori Penjelasan
dalam Lembaran Negara Nomor 1820) ;
2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok - Pokok
Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor
104, Tambahan Lembar Negara Nomor 2043).
- 3 -
3. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 1967 tentang Ketentuan - Ketentuan Pokok
Pertambangan ( Lembaran Negara Tahun 1967
Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Nmor 2831)
4. Undang - Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang
Ketentuan Pokok Pengairan (Lembaran Negara
Tahun 1974 Nomor 65 Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3046) ;
5. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pertahanan
Keamanan Negara Republik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1982,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3234) ;
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 1985 tentang Perikanan ( Lembaran Negara
Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3299 ) ;
7. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor
3839) ;
- 4 -
8. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3469) ;
9. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya
(Lembaran Negara Tahun 199 Nomor 27,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3470)
10. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 115
Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3501) ;
11. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3839).
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1999).
- 5 -
13. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 72).
14. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan ( Lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3888 ) ;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985
tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 39 , Tambahan Lembaran
Negara Tahun 3294 ) ;
16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
51 Tahun 1993 tentang Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan (Lembaran Negara Republik Nomor
84 Tahun 1993, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3538).
17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran
Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran
- 6 -
Negara Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 1996,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3660).
18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3721).
19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintahan dan Kewenangan Provinsi sebagai
Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 54 Tahun 2000, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3952).
20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
108 Tahun 2000 tentang Tata cara Pertanggung
jawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 209,
Tambahan Lembaran Nomor 4027).
21. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 53
Tahun 1989 tentang Kawasan Industri.
- 7 -
22. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung.
23. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
33 Tahun 1991 tentang Penggunaan Tanah Bagi
Kawasan Industri.
24. Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 1993 tentang
Badan Koordinasi Dinas.
25. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
26. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 8
Tahun 1991 tentang Penyidik Pegawai Negeri
Sipil (PPNS) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Berau ;
27. Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Timur
Nomor 12 Tahun 1993 tentang Tata Ruang
Propinsi Kalimantan Timur ;
28. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 24
Tahun 2002 tentang Kewenangan Pemerintah
Kabupaten Berau ;
- 8 -
29. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 2
Tahun 2003 tentang Rencana Strategis Program
Pembangunan Daerah Kabupaten Berau Tahun
2001 – 2005.
DENGAN PERSETUJUAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN BERAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG TATA RUANG
WILAYAH KABUPATEN BERAU TAHUN 2001 SAMPAI
TAHUN 2011
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Berau.
- 9 -
b. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah
beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai
badan eksekutif daerah.
c. Kepala Daerah adalah Bupati Berau.
d. Ruang adalah wadah kehidupan yang meliputi
ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara,
sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia
dan makhluk hidup lainnya melakukan kegiatannya
dan memelihara kelangsungan hidupnya.
e. Tata ruang adalah wujud struktural dan pola
pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun
tidak.
f. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
g. Rencana Tata ruang adalah hasil perencanaan tata
ruang.
h. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang
selanjutnya disingkat RTRW Kabupaten adalah
kebijaksanaan pemerintah Kabupaten yang
menetapkan lokasi dari kawasan yang harus
dilindungi, lokasi pengembangan kawasan budidaya
- 10 -
termasuk kawasan produksi dan kawasan
permukiman, pola jaringan prasarana dan wilayah -
wilayah dalam Kabupaten yang akan diprioritaskan
pengembangannya dalam kurun waktu perencanaan.
i. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur terkait
padanya yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administrative dan / atau aspek
fungsional.
j. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama
lindung dan budidaya.
k. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam,
sumber daya buatan.
l. Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas
dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
m. Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan
hidup di luar kawasan lindung baik berupa kawasan
perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai
- 11 -
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.
n. Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang
mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial dan ekonomi.
o. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang
mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk
pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
social dan kegiatan ekonomi.
p. Kampung adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki kewenangan untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional
dan berada di Daerah Kabupaten Berau.
- 12 -
q. Kawasan Tertentu adalah kawasan yang ditetapkan
secara nasional mempunyai nilai strategis yang
penataan ruangnya diprioritaskan.
r. Kawasan Berpotensi Ganda adalah suatu
kawasan yang mempunyai potensi ekonomi
atau kegiatan produktif lebih dari satu sehingga
penggunaan lahan eksistingnya mempunyai fungsi
yang lebih dari satu.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Ruang Lingkup Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Berau ini mencakup strategi dan struktur
pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Berau
sampai dengan batas ruang daratan, bawah tanah,
ruang lautan dan ruang udara menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
- 13 -
Pasal 3
Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 memuat :
a. Tujuan Rencana Tata Ruang wilayah Kabupaten
Berau.
b. Struktur Tata Ruang Wilayah Kabupaten Berau.
c. Pola Pemanfaatan dan struktur ruang wilayah
Kabupaten Berau.
d. Pelaporan dan Pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah Kabupaten Berau.
Pasal 4
Luas wilayah Kabupaten Berau terbentang antara
116o08’28” BT – 2o37’32” LU dan 0o59’58” LS – 119o03’31”
BT dengan luas daratan 22.030,81 km2 dan luas lautan
12.229, 88 km2 dengan luas keseluruhan 34.260,70 km2
dan meliputi 9 (sembilan) wilayah kecamatan :
1. Kecamatan Tanjung Redeb luas daratan 29,94 km2
2. Kecamatan Gunung Tabur luas daratan 1.911,72 km2
- 14 -
3. Kecamatan Sambaliung luas daratan 2.297,53 km2
4. Kecamatan Talisayan dan Kecamatan Tubaan luas
daratan 3.749,07 km2 laut 1.391,93 km2
5. Kecamatan Pulau Derawan dan Kecamatan Maratua
luas daratan 1.016,75 km2 laut 7.104,48 km2
6. Kecamatan Segah luas daratan 5.321,67 km2
7. Kecamatan Kelay luas daratan 6.296,99 km2
8. Kecamatan Biduk-Biduk luas daratan 1.025,90 km2 laut
3.729,49 km2
9. Kecamatan Teluk Bayur luas daratan 381,24 km2
10. Kecamatan Maratua
11. Kecamatan Tubaan
BAB III
TUJUAN
Pasal 5
Tujuan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Berau, sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a
bertujuan :
- 15 -
a. Sebagai matra ruang serta acuan dalam pelaksanaan
pembangunan di Kabupaten Berau ;
b. Sebagai dasar perumusan kebijaksanaan pokok
pemanfaatan ruang diwilayah Kabupaten sesuai
dengan kondisi wilayah dan berazaskan pembangunan
yang berkelanjutan.
c. Sebagai sarana dalam mewujudkan keterpaduan
keterkaitan atau keseimbangan perkembangan
antar wilayah dan keserasian antar sektor.
d. Sebagai dasar dalam menetapkan ijin pemanfaatan
ruang yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
dan masyarakat / swasta di Kabupaten Berau.
e. Sebagai dasar penertiban terhadap pengelolaan
sumber daya alam.
f. Sebagai dasar penyusunan Rencana Rinci Tata
Ruang di Kabupaten Berau serta pelaksanakan
pembangunan dan merupakan dasar dalam
mengeluarkan perizinan.
BAB IV
POLA PEMANFAATAN TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BERAU
- 16 -
Pasal 6
Struktur tata ruang wilayah kabupaten sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf b disusun berdasarkan
arahan sebagai berikut :
(a) arahan pengembangan sistem permukiman kabupaten;
(b) arahan pengembangan jaringan transportasi
kabupaten;
(c) arahan pengembangan Prasarana dan Sarana Lain;
Pasal 7
(1) Arahan pengembangan sistem permukiman
kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 huruf a dilakukan melalui pengembangan
pusat - pusat permukiman sebagai pusat pelayanan
ekonomi, pusat pelayanan pemerintahan dan
pusat pelayanan jasa baik bagi kawasan
permukiman dan daerah sekitarnya ;
(2) Pusat-pusat permukiman sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi pusat - pusat permukiman
perkotaan dan pusat - pusat permukiman perdesaan.
- 17 -
Pasal 8
(1) Pusat - pusat pelayanan regional di Kabupaten Berau
adalah :
a. Kota Tanjung Redeb sebagai pusat pelayanan
Wilayah dengan fungsi sebagai pusat administratif
pemerintahan pusat pelayanan jasa dan
perdagangan regional, pusat pelayanan sosial,
pusat pemukiman regional kabupaten dan
pusat pemukiman.
b. Ibu Kota Kecamatan berfungsi sebagai pusat
pelayanan Administrasi pemerintahan untuk
masing-masing daerah kecamatan.
(2) Penetapan Hirarhi Pusat Pelayanan berdasarkan
karakteristik dan fungsi sistem pemukiman yang
sudah terbentuk secara natural.
(3) Sistem pemukiman sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terbagi menjadi 11 kelompok pemukiman
didasarkan atas kedekatan jarak, kelengkapan
fasilitas pelayanan, infrastruktur dan kemungkinan
pengembangan dimasa akan datang, yaitu :
a. Kelompok Pemukiman Perkotaan berpusat di
Tanjung Redeb
- 18 -
Kelompok Pemukiman Tanjung Redeb
b. Kelompok Pemukiman Pedalaman dengan pusat
pelayanan Labanan Makmur meliputi :
1. Kelompok Pemukiman Melati Jaya
2. Kelompok Pemukiman Labanan Makmur
3. Kelompok Pemukiman Harapan Jaya
4. Kelompok Pemukiman Merapun
c. Kelompok Pemukiman Pesisir dengan pusat pelayanan
Talisayan meliputi :
1. Kelompok Pemukiman Tanjung Batu
2. Kelompok Pemukiman Pesayan
3. Kelompok Pemukiman Lempake
4. Kelompok Pemukiman Talisayan
5. Kelompok Pemukiman Batu Putih
6. Kelompok Pemukiman Biduk-Biduk
Pasal 9
Sistem Transportasi diarahkan untuk menunjang
perkembangan sosial ekonomi penduduk, Kegiatan
industri, kegiatan perdagangan dan jasa, kegiatan
pariwisata serta pertahanan keamanan nasional.
- 19 -
Pasal 10
Sistem transportasi sebagaimana dimaksud Pasal 9,
terdiri dari :
a. Sistem jaringan perhubungan darat, yang
didukung oleh sistem pengangkutan memadai
dan prasarana, serta sarana transportasi darat
lainnya ;
b. Sistem jaringan perhubungan Laut, yang
didukung oleh sistem pengangkutan memadai
dan prasarana, serta sarana transportasi laut
lainnya ;
c. Sistem jaringan perhubungan udara, yang
didukung oleh sistem pengangkutan memadai
dan prasarana, serta sarana transportasi udara
lainnya.
Pasal 11
(1) Sistem jaringan perhubungan darat sebagaimana
dimaksud pasal 10 huruf a, dihubungkan oleh
sIstem jaringan jalan yang hirarkis, terdiri
dari :
- 20 -
a. Sistem jaringan jalan primer yakni jaringan
jalan dengan peranan pelayanan jasa
distribusi untuk pengembangan semua wilayah
di Tingkat Nasional dengan semua simpul
jasa distribusi yang kemudian berwujud
kota, menurut pungsinya :
a.1. Jaringan kolektor primer, merupakan
jalan utama yang menghubungkan
antara Ibukota Kabupaten atau Ibukota
Kabupaten ke Ibulota Propinsi, bersifat
starategis regional, yaitu jalan Tanjung
Redeb – Samabaliung – Talisayan – Lenggo –
Sangatta – Bontang – Samarinda -Tanjung
Redeb – Labanan - Muara Wahau – Sangata –
Bontang – Samarinda, Tanjung Redeb -
Tanjung Selor, Tanjung Redeb - Tanjung
Batu - Tanjung Selor ;
a.2. Sistem jaringan lokal primer merupakan
jalan yang menghubungkan Ibukota
Kabupaten Kecamatan atau antara Ibukota
Kecamatan, bersifat startegis lokal di
Daerah Kabupaten.
- 21 -
b. Sistem Jaringan jalan skunder, jaringan jalan
dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk
masyarakat di dalam kota, menghubungkan
jalan dari dalam kawasan didalam kota ;
c. Sistem Jaringan jalan tersier, menghubungkan
kawasan didalam desa dan antar pemukiman.
d. Terminal. Pembangunan terminal regional kelas
B Sambaliung, Sub terminal B di Talisayan
dalam mengantisipasi Pembangunan jaringan
jalan Wilayah Pesisir pengembangan terminal
Tanjung Redeb menjadi terminal kelas A
untuk menampung trayek - trayek Angkutan
Kota Propinsi (AKAP).
(2) Sistem jaringan perhubungan Laut sebagaimana
dimaksud Pasal 10 huruf b, berupa pelabuhan
rakyat dan pelabuhan nasional, terdiri dari :
a. Pelabuhan Tanjung Redeb di Tanjung Redeb
berfungsi sebagai pelabuhan rakyat.
b. Pelabuhan Tanjung Redeb di Mangkajang
berfungsi sebagai pelabuhan nasional (barang dan
penumpang).
- 22 -
(3) Sistem jaringan perhubungan udara sebagaimana
dimaksud Pasal 10 huruf c, berupa Bandara
Kalimarau yang berada di Kecamatan Teluk
Bayur.
Pasal 12
Penyediaan dan pengaturan prasarana dan sarana
irigasi dilakukan dengan memperhatikan sebesar -
besarnya upaya konservasi tanah dan air dari
kawasan budidaya pertanian.
Pasal 13
(1) Pengembangan Pembangkit listrik diarahkan
untuk menambah jumlah kapasitas terpasang
serta kapasitas terpakai guna memenuhi kebutuhan
listrik penduduk dan kegiatan social – ekonomi
Kabupaten Berau.
(2) Areal disepanjang lintasan jaringan transmisi
listrik tegangan tinggi bebas dari bangunan.
- 23 -
Pasal 14
Pengembangan jaringan telekomunikasi di arahkan untuk
mendukung pengembangan kegiatan :
a. Pemerintahan.
b. Perdagangan dan jasa.
c. Industri.
d. Pariwisata
e. Pemukiman Penduduk.
f. Rekreasi, hiburan, sekolah dan lain-lain.
Pasal 15
Pengembangan Sarana Air Bersih diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan dasar masyarakat baik diperkotaan
maupun pedesaan.
BAB V
STRUKTUR TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN
- 24 -
Pasal 16
(1) Untuk mewujudkan tujuan rencana tata ruang
wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ditetapkan strategi dan arahan
kebijaksanaan pengembangan pola pemanfaatan
ruang wilayah Kabupaten ;
(2) Strategi dan arahan kebijaksanaan pengembangan
pola pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
a. strategi dan arahan kebijaksanaan pengembangan
kawasan lindung;
b strategi dan arahan kebijaksanaan pengembangan
kawasan budi daya;
c. strategi dan arahan kebijaksanaan pengembangan
kawasan tertentu/khusus.
Pasal 17
(1) Strategi dan arahan kebijaksanaan pengembangan
kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (2) huruf a meliputi langkah – langkah
- 25 -
untuk memelihara dan mewujudkan kelestarian
fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan hidup ;
(2) Untuk memelihara dan mewujudkan kelestarian,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
penetapan dan perlindungan yang telah ditetapkan
berdasarkan kriteria kawasan.
Pasal 18
(1) Strategi dan arahan kebijaksanaan pengembangan
kawasan budi daya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (2) huruf b meliputi
langkah - langkah pengembangan kawasan budi
daya secara terpadu ;
(2) Pengembangan kawasan budi daya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi pengembangan
berbagai usaha dan/atau kegiatan, pengembangan
sistem permukiman, pengembangan jaringan
transportasi, sarana dan prasarana lainnya.
(3) Untuk mewujudkan keterkaitan antara satu kegiatan
dengan kegiatan lainnya yang saling mendukung
- 26 -
serta mencegah dampak negatif yang dapat
terjadi terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup
dan kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan
budaya masyarakat setempat dilakukan penetapan
kawasan budi daya berdasarkan kriteria kawasan
budi daya sebagaimana dimaksud dalam lampiran
Peraturan Daerah ini.
Pasal 19
(1) Strategi dan arahan kebijaksanaan pengembangan
kawasan tertentu/khusus sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (2) huruf c meliputi
langkah - langkah pengembangan kawasan
tertentu / khusus secara terpadu ;
(2) Pengembangan kawasan tertentu / khusus di
Kabupaten Berau sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diselenggarakan untuk :
a. meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
b. meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
c melestarikan fungsi dan meningkatkan daya
dukung lingkungan ;
- 27 -
(3) Untuk melaksanakan pengembangan kawasan
tertentu / khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan penetapan kawasan tertentu /
khusus berdasarkan kriteria kawasan tertentu /
khusus sebagaimana dimaksud dalam lampiran
ini Peraturan Daerah ini.
Pasal 20
Pola pemanfaatan ruang wilayah kabupaten sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf c menggambarkan
sebaran kawasan lindung dan kawasan budi daya dan
kawasan tertentu.
Pasal 21
Kawasan lindung di Kabupaten Berau sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 meliputi :
a. kawasan yang memberikan perlindungan kawasan
bawahannya;
b. kawasan perlindungan setempat;
c. kawasan suaka alam dan cagar budaya;
- 28 -
Pasal 22
kawasan yang memberikan perlindungan kawasan
bawahannya sebagaimana tercantum dalam Pasal 21
huruf a mencakup ;
a. kawasan hutan lindung diarahkan pada
wilayah yang mempunyai kemiringan lebih besar
dari 40 % dan mempunyai ketinggian diatas
permukaan laut 1.000 m atau lebih.
b. Kawasan resapan air yang berfungsi sebagai
kawasan penyangga diarahkan pada wilayah
yang mempunyai pengaruh terhadap penyediaan
sumber air baku.
Pasal 23
kawasan perlindungan setempat sebagaimana tercantum
dalam Pasal 21 huruf b mencakup ;
a. Kawasan Sempadan Pantai yang meliputi dataran
sepanjang tepian yang lebarnya proporsional
dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal
100 meter dari titik pasang tertinggi kearah darat.
- 29 -
Kawasan pantai berhutan bakau yang mencakup
kawasan dengan jarak minimal 130 kali nilai rata - rata
perbedaan pasang tinggi dan terendah tahunan
diukur dari garis surut terendah kearah darat.
b. Kawasan sempadan sungai yang meliputi :
1. Sekurang-kurangnya 100 m dikiri kanan sungai
besar dan 50 m dikiri kanan anak sungai
yang berada diluar pemukiman.
2. Kawasan Sungai di Kawasan pemukiman
berupa daerah disepanjang sungai selebar
30 m dari kiri kanan sungai.
Pasal 24
Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya sebagaimana
tercantum dalam pasal 21 butir c mencakup ;
a. Kawasan Suaka Alam diarahkan pada kawasan
yang mempunyai fungsi ekosistem yang
menonjol sekaligus reservoir dari jenis flora dan
fauna yang bersifat endemic, dilindungi
maupun jenis bersifat umum yang menurun
populasinya, dipengaruhi oleh faktor bio – geografis
- 30 -
dan ekologis, meliputi Kawasan Cagar Alam
Pulau Semama dan Kawasan Suaka Margasatwa
Pulau Kakaban, Bakungan, Nunukan dan kawasan
populasi penyu, kawasan taman wisata Sangalaki
dan kawasan populasi penyu ( P. Derawan, Maratua,
Karang Muara, Bilang - bilangan dan Mataha),
Pulau Nunukan dan Pulau Bakungan.
b. Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan Lainnya,
meliputi perlindungan kawasan terumbu karang
dengan ciri-ciri atol, karang penghalang dan
karang tepi, mangrove dan lamun serta areal
pasang surut di Maratua, P. Derawan, Muaras,
Pulau Panjang dan Pulau Semama.
c. Kawasan Cagar Budaya sebagai kekayaan budaya
bangsa berupa peninggalan situs budaya seperti
Kerajaan Gunung Tabur dan Kerajaan Sambaliung.
Pasal 25
Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 meliputi :
a. Kawasan hutan produksi ;
- 31 -
b. Kawasan pertanian;
c. Kawasan pertambangan;
d. Kawasan peruntukan industri;
e. Kawasan pariwisata;
f. Kawasan permukiman.
g. Kawasan berpotensi Ganda.
Pasal 26
Kawasan Hutan Produksi sebagaimana tercantum pada
Pasal 25 huruf a terdiri dari :
a. Kawasan Hutan Produksi terbatas diarahkan
pada hutan produksi terbatas yang hanya dapat
dengan tebang pilih dan tanam yang mencakup
Kecamatan Segah, Kelay, Sambaliung, Talisayan,
Biduk - Biduk, P. Derawan dan Gunung Tabur.
b. Kawasan Hutan Produksi Tetap diarahkan
pada hutan produksi tetap yang hanya dapat
dengan tebang pilih dan tanam yang
mencakup Kecamatan Kelay, Segah, Teluk Bayur,
Sambaliung
- 32 -
c. Kawasan Hutan Tanaman Industri diarahkan
pada kawasan hutan yang dapat dialihfungsikan
menjadi penggunaan selain untuk kegiatan
non kehutanan, konversi ini diharapkan tetap
menjaga fungsi hutan, tetapi sambil memberikan
keuntungan ekonomis melalui kebutuhan penyediaan
bahan baku untuk Industri pengolahan kayu,
Pasal 27
Kawasan Pertanian sebagaimana tercantum pada
butir b Pasal 25 huruf b terdiri dari :
a. Kawasan Pertanian Pangan Lahan Basah diarahkan
pada tanaman pangan lahan basah yang
pengairannya dapat diperoleh secara alamiah
maupun teknis yang terletak di Kecamatan Segah,
Teluk Bayur, Sambaliung dan Pulau Derawan,
Gunung Tabur, Tubaan dan Talisayan.
b. Kawasan Tanaman Pangan Lahan Kering /
Perkebunan diarahkan pada tanaman pangan
lahan kering untuk tanaman palawija, hortikultura
dan buah - buahan yang terletak di Kecamatan
Segah, Talisayan dan Biduk - Biduk ;
- 33 -
c. Kawasan Tanaman Tahunan / Perkebunan
diarahkan pada tanaman tahunan / perkebunan
yang menghasilkan bahan pangan dan bahan
baku industri yang terletak di Kecamatan
Segah, Gunung Tabur, Teluk Bayur dan
Talisayan, Sambaliung dan Tanjung Redeb ;
d. Kawasan Peternakan, khusus teknak besar
diarahkan sesuai dengan Kriteria dalam lampiran,
sedangkan ternak kecil bisa menyebar diseluruh
kawasan budidaya ;
e. Kawasan Perikanan diperuntukkan bagi usaha
pengembangan perikanan baik pertambakan,
perkolaman dan usaha perairan lainnya
disepanjang sungai dan danau, wilayah cakupan
terletak di Kecamatan Talisayan, Biduk-Biduk,
P. Derawan, Maratua, Tubaan, Teluk Bayur,
Sambaliung dan Gunung Tabur.
Pasal 28
Kawasan Pertambangan sebagaimana tercantum
pada Pasal 25 huruf c :
- 34 -
Kawasan Pertambangan Umum adalah daerah yang mempunyai potensi sumberdaya mineral yang pemanfaatannya harus memperhatikan aspek kelestarian kawasan lingkungan.
Pasal 29
Kawasan Perindustrian sebagaimana tercantum pada Pasal 25 huruf d :
(1) Kawasan Industri tempat kegiatan industrinya yaitu berada di Kawasan Mangkajang Kecamatan Sambaliung
(2) Industri selain dimaksud ayat (1) diatas diatur dengan Keputusan Kepala Daerah dengan Persetujuan DPRD.
Pasal 30
Kawasan Pariwisata sebagaimana tercantum pada Pasal 25 huruf e meliputi :
(a) Kawasan Wisata Bahari terletak di Kecamatan P. Derawan, Kecamatan Maratua dan Kecamatan Biduk - Biduk dan Kecamatan Talisayan ;
(b) Kawasan Wisata Alam berupa keindahan alam, keindahan panorama berada di Kecamatan Kelay, Segah, Tubaan, Sambaliung, Gunung Tabur, Talisayan, dan Maratua.
Pasal 31
(1) Kawasan Permukiman sebagaimana tercantum pada Pasal 25 huruf f terdiri dari :
- 35 -
a. Kawasan Permukiman perkotaan merupakan
konsentrasi perumahan dan aktivitas penduduknya
yang berorientasi pada kegiatan pemerintahan,
jasa dan perdagangan terletak di Kecamatan
Tanjung Redeb, dengan IKK Ibu Kota Kecamatan
Gunung Tabur, IKK Ibu Kota Kecamatan
Sambaliung, IKK Ibu Kota Kecamatan Talisayan
dan IKK Ibu Kota Kecamatan Teluk Bayur
sebagai Hinterlandnya.
b. Kawasan Permukiman Pedesaan sebagian besar
kegiatannya adalah untuk produksi pertanian
secara umum, meliputi pertanian tanaman pangan,
perikanan, perkebunan dan peternakan.
Pasal 32
(1) Kawasan berpotensi Ganda sebagaimana tercantum pada Pasal 25 huruf g terdiri dari :
a. Kawasan Kehutanan dengan Pertambangan
dengan Perkebunan terletak di Kecamatan
Segah, Teluk Bayur, Gunung Tabur, Sambaliung dan
P. Derawan.
b. Kawasan Lindung dengan Pertambangan dan
Kehutanan terletak di Kecamatan Kelay, sambaliung,
Segah, Gunung Tabur.
c. Kawasan Pertanian dengan permukiman perkotaan
dan perkebunan.
- 36 -
(2) Kawasan berpotensi Ganda sebagaimana tersebut pada Ayat (1) dalam penyusunannya diperlukan strategi yaitu dengan cara :
a. Dalam menentukan fungsi peruntukan lahan definitive
harus dilakukan kajian teknis terlebih dahulu yang
mampu menghasilkan informasi pemanfaatan yang
lebih menguntungkan bagi masyarakat dan pemerintah,
melalui metode Natural Resources Accounting
(NRA) dan Social Cost Benefit Analysis (SCBA).
b. Dalam pengambilan keputusan perlu dipertemukan
para stakeholder yang terlibat dengan mengedapankan
pertimbangan ekonomis secara keseluruhan wilayah
Kabupaten Berau. Hasil kajian teknis dapat dijadikan
sebagai sebagai salah satu pertimbangan teknis.
(3) Pemanfaatan kawasan yang berpotensi ganda sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah dengan Persetujuan DPRD
Pasal 33
Pengembangan Kawasan Tertentu / Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 pada dasarnya mengacu pada kepentingan sektor / sub sektor atau permasalahan yang mendesak penanganannya.
Pasal 34
Kawasan Tertentu / Khusus di Kabupaten Berau yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan terdiri dari :
- 37 -
a. Kawasan Khusus Industri Mangkajang yaitu kawasan
yang berperan dalam menunjang sektor - sektor
strategis / unggulan terletak di Kawasan Mankajang
Kecamatan Sambaliung.
b. Kawasan Khusus Wisata yang berpusat di Tanjung Batu
sebagai pusat kegiatan pariwisata Kecamatan Pulau
Derawan dan Kecamatan Maratua sekaligus berfungsi
sebagai Mass Tourisme dengan fasilitas Internasional.
c. Kawasan Khusus Penelitian, Wisata Kehutanan dan
Perlindungan Ekologi yaitu Kawasan Kritis yang perlu
dipelihara fungsi lindungnya untuk menghindarkan
kerusakan lingkungan, dengan Labanan Makmur sebagai
Pusat Pengembangan Kawasan Penelitian Hutan Lestari
sekaligus pusat informasi, pengawasan, dan pengendalian
obyek - obyek wisata kehutanan yang ada di Kecamatan
Kelay, Kecamatan Segah dan Kecamatan Teluk Bayur.
d. Kawasan khusus adalah kawasan yang tidak termasuk
dalam huruf a, b dan c.
BAB VI
PELAKSANAAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN
Pasal 35
Penyusunan dan pelaksanaan program - program serta proyek - proyek yang diselenggarakan oleh instansi Pemerintah, swasta, masyarakat harus berdasarkan pada Peraturan Daerah ini.
- 38 -
Pasal 36
Buku RTRW yang berisi uraian dan Peta rencana alokasi pemanfaatan ruang, struktur tata ruang dan kawasan prioritas dengan skala ketelitian 1 : 250.000 sebagaimana terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 37
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten bersifat terbuka untuk umum dan ditempatkan dikantor Pemerintah Kabupaten dan tempat - tempat yang mudah dilihat oleh masyarakat.
Pasal 38
Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Berau ditetapkan untuk jangka waktu 10 (Sepuluh).
BAB VII
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 39
Dalam kegiatan penataan ruang wilayah Kabupaten Berau, masyarakat berhak :
a. Berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
- 39 -
b. Mengetahui secara terbuka Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Berau, rencana ruang kawasan, rencana rinci tata ruang kawasan.
c. Menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari penataan ruang.
Pasal 40
Dalam kegiatan penataan ruang wilayah kabupaten Berau, masyarakat wajib :
a. Berperan serta dalam memelihara kualitas ruang
b. Berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Pasal 41
Dalam pemanfaatan ruang didaerah, peran serta masyarakat dapat berbentuk :
a. Pemanfaatan ruang daratan, lautan dan udara berdasarkan peraturan perundang - undangan, agama, adat atau kebiasaan yang berlaku.
b. Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang dikawasan perkotaan dan pedesaan.
c. Pemberian masukan untuk penetapan lokasi pemanfataan ruang dan / atau kegiatan menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
- 40 -
Pasal 42
Dalam Pengendalian pemanfaatan ruang didaerah, peran serta masyarakat dapat berbentuk :
a. Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang termasuk pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang
b. Bantuan pemikiran atau pertimbangan untuk penertiban kegiatan pemanfaatan ruang dan peningkatan kualitas pemanfaatan ruang.
BAB VIII
PERUBAHAN RENCANA UMUM TATA RUANG
Pasal 43
(1) Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah yang telah ditetapkan dapat ditinjau kembali untuk disesuaikan dengan dinamika perkembangan wilayah sesuai dengan kepentingan Pembangunan Daerah.
(2) Peninjauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
BAB IX
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PEMANFAATAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN
- 41 -
Pasal 44
(1) Pengendalian dan pengawasan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Berau dilakukan oleh
Kepala Daerah.
(2) Segala kegiatan pembangunan yang berkenaan
dengan Peraturan Daerah ini menjadi Kewenangan
Kepala Daerah.
BAB X
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 45
(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil mempunyai tugas
melakukan penyidikan terhadap pelanggaran
Peraturan Daerah, sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, Penyidik
Pengawas Negeri Sipil mana tersebut pada ayat (1)
Pasal ini berwenang :
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana.
b. Melakukan tindak pertama pada saat itu ditempat kejadian serta melakukan pemeriksaan.
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka.
d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat.
- 42 -
e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.
f. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungan dengan pemeriksaan perkara.
h. Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik umum memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya.
i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.
(3) Penyidikan sebagaimana dimaksud ayat (2) mberitahukan
memulainya penyidikan dan menyampaikan hasil
penyidikan kepada Penuntut Umum melalui penyidik
Polri.
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 46
(1) Barang siapa melanggar pemanfaatan alokasi yang
ditetapkan dalam BAB IV Peraturan Daerah ini diancam
Pidana Kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau
denda sebesar-besarnya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) ;
- 43 -
(2) Selain tindak pidana sebagaimana tersebut ayat (1)
Pasal ini, tindak pidana yang mengakibatkan perusakan
dan pencemaran lingkungan diancam pidana sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 47
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka rencana detail tata ruang kawasan, rencana teknik ruang, dan rencana-rencana sektoral yang berkaitan dengan penataan ruang tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah ini.
Pasal 48
Ketentuan mengenai arahan pemanfaatan ruang lautan dan pesisir akan diatur lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 49
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
- 44 -
Pasal 50
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kabupaten Berau.
Ditetapkan di Tanjung Redeb Pada tanggal 29 Mei 2004
BUPATI BERAU,
ttd
Drs. H. MASDJUNI. Diundangkan di Tanjung Redeb Pada tanggal 12 Juni 2004
SEKRETARIS DAERAH,
ttd
Drs. H. SYARWANI SYUKUR. PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 010055469 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN 2004 NOMOR : 14