Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman...

57
PERA Menimbang : a b Mengingat : 1 2 3 BUPATI KOTAWARIN PROVINSI KALIMANT ATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 9 TAHU TENTANG BANGUNAN GED DENGAN RAHMAT TUHAN Y BUPATI KOTAWARING a. bahwa bangunan gedung tertib, diwujudkan sesu dipenuhinya persyaratan bangunan gedung agar da keselamatan penghuni da pengendalian pemanfaatan Ruang Wilayah (RTRW); b. bahwa berdasarkan pertim dalam huruf a, perlu memb Bangunan Gedung. 1. Undang-Undang Nomor 27 Undang-Undang Darurat N Pembentukan Daerah Tingk Negara Republik Indonesia Undang-Undang (Lembara Tahun 1959 Nomor 72, Republik Indonesia Nomor 1 2. Undang-Undang Nomor 28 Gedung (Lembaran Negara Nomor 134, Tambahan Indonesia Nomor 4247); 3. Undang-Undang Nomor 1 Konstruksi (Lembaran Neg 1999 Nomor 54, Tambaha Indonesia Nomor 3833); NGIN BARAT TAN TENGAH N KOTAWARINGIN BARAT UN 2014 G DUNG YANG MAHA ESA GIN BARAT, harus diselenggarakan seca uai dengan fungsinya, da n administratif dan tekn apat menjamin keamanan da an lingkungannya serta untu n ruang sesuai Rencana Ta mbangan sebagaimana dimaksu bentuk Peraturan Daerah tentan Tahun 1959 tentang Penetapa Nomor 3 Tahun 1953 tentan gkat II di Kalimantan (Lembara a Tahun 1953 Nomor 9) sebag an Negara Republik Indones Tambahan Lembaran Nega 1820); Tahun 2002 tentang Banguna Republik Indonesia Tahun 200 Lembaran Negara Republ 18 Tahun 1999 tentang Ja gara Republik Indonesia Tahu an Lembaran Negara Republ SALINAN ara an nis an uk ata ud ng an ng an gai sia ara an 02 lik asa un lik

Transcript of Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman...

Page 1: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAW

Menimbang : a.

b.

Mengingat : 1.

2.

3

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAW

NOMOR 9 TAHUN 2014

TENTANG

BANGUNAN GEDUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

a. bahwa bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib, diwujudkan sesuai dengan fungsinya, dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung agar dapat menjamin keamanan dan keselamatan penghuni dan lingkungannyapengendalian pemanfaatan ruang sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu membentukBangunan Gedung.

1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang PenetaUndang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 1820);

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang

Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833);

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

TAHUN 2014

TENTANG

BANGUNAN GEDUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

bangunan gedung harus diselenggarakan secara wujudkan sesuai dengan fungsinya, dan

dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung agar dapat menjamin keamanan dan keselamatan penghuni dan lingkungannya serta untuk

emanfaatan ruang sesuai Rencana Tata

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud membentuk Peraturan Daerah tentang

Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang

Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai

Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 1820);

Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik

Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik

SALINAN

bangunan gedung harus diselenggarakan secara dan

dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung agar dapat menjamin keamanan dan

serta untuk emanfaatan ruang sesuai Rencana Tata

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud tentang

pan Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang

Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai

Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara

Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik

Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik

Page 2: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 2 - 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang

Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3955);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang

Penyelenggaraan Jasa Konsruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3956);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang

Pembinaan dan Peran Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3957);

11. Peraturan Pemerintah Tahun Nomor 140 Tahun 2000

tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3957);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532);

Page 3: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 3 - 14. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;

16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;

17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi;

18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

19. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

24/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan;

20. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

25/PRT/M/2007 tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung;

21. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

26/PRT/M/2007 tentang Pedoman Tim Ahli Bangunan Gedung;

22. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung;

23. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

25/PRT/M/2008 tentang Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran;

24. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;

25. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten;

26. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

20/PRT/M/2009 tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan;

Page 4: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 4 - 27. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum;

28. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

16/PRT/M/2010 tentang Pedoman Teknis Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung;

29. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

17/PRT/M/2010 tentang Pedoman Teknis Pendataan Bangunan Gedung;

30. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

18/PRT/M/2010 tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan; 31. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010

tentang Pedoman Pemberian Izin Mendirikan Bangunan; 32. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32);

33. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 18

Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2008 Nomor 18, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 3).

Dengan persetujuan bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

dan

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kotawaringin Barat;

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah sebagai

unsur penyelenggara pemerintahan daerah Kabupaten Kotawaringin Barat;

3. Bupati adalah Bupati Kotawaringin Barat;

Page 5: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 5 -

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat;

5. Dinas Pekerjaan Umum, yang selanjutnya disebut Dinas adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kotawaringin Barat;

6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kotawaringin Barat;

7. Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang

menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau diatas permukaan air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus;

8. Klasifikasi Bangunan Gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan gedung berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan administratif dan persyaratan teknis;

9. Mendirikan Bangunan ialah pekerjaan mengadakan bangunan seluruhnya atau sebagian baik membangun baru maupun menambah, merubah, merehabilitasi dan/atau memperbaiki bangunan yang ada, termasuk pekerjaan menggali, menimbun atau meratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan mengadakan bangunan tersebut;

10. Merobohkan Bangunan ialah pekerjaan meniadakan sebagian atau seluruh bagian bangunan ditinjau dari segi fungsi bangunan dan/atau konstruksi;

11. Bangunan Permanen adalah bangunan yang ditinjau dari segi konstruksi dan umur bangunan dinyatakan lebih dari 15 (lima belas) tahun;

12. Bangunan Semi Permanen adalah bangunan yang ditinjau dari segi konstruksi dan umur bangunan dinyatakan antara 5 (lima) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun;

13. Bangunan Sementara/Darurat adalah bangunan yang ditinjau dari segi konstruksi dan umur bangunan dinyatakan kurang dari 5 (lima ) tahun;

14. Bangunan Gedung Tertentu adalah bangunan gedung yang digunakan untuk kepentingan umum dan bangunan gedung fungsi khusus, yang dalam pembangunan dan/atau pemanfaatannya membutuhkan pengelolaan khusus dan/atau memiliki kompleksitas tertentu yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap masyarakat dan lingkungannya;

15. Bangunan Gedung Untuk Kepentingan Umum adalah bangunan gedung yang fungsinya untuk kepentingan publik, baik berupa fungsi keagamaan, fungsi usaha maupun sosial dan budaya;

16. Bangunan Fungsi Khusus adalah bangunan gedung yang fungsinya mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi untuk kepentingan nasional, atau yang penyelenggaraannya dapat membahayakan masyarakat di sekitarnya dan/atau mempunyai resiko bahaya tinggi;

Page 6: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 6 -

17. Rencana Kota adalah rencana yang disusun dalam rangka penyusunan pemanfaatan ruang kota terdiri dari Rencana Induk Kota selanjutnya disingkat RIK atau Rencana Umum Tata Ruang Kota selanjutnya disingkat RUTRK, Rencana Bagian Wilayah Kota selanjutnya disingkat RBWK atau Rencana Detail Tata Kota selanjutnya disingkat RDTK dan Rencana Tata Kota selanjutnya disingkat RTK atau Rencana Teknik Ruang Kota selanjutnya disingkat RTRK;

18. Keterangan Rencana Kabupaten adalah informasi tentang persyaratan tata bangunan dan lingkungan yang diberlakukan oleh Pemerintah Kabupaten pada lokasi tertentu;

19. Rencana Tata Ruang Wilayah, yang selanjutnya disingkat RTRW

kabupaten adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah kabupaten yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

20. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan selanjutnya disingkat RDTRKP adalah penjabaran dari RTRW kabupaten ke dalam rencana pemanfaatan kawasan perkotaan;

21. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan selanjutnya disingkat RTBL adalah panduan rancang bangun suatu kawasan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang yang memuat rencana program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana dan pedoman pengendalian pelaksanaan;

22. Lingkungan Bangunan Gedung adalah lingkungan di sekitar bangunan gedung yang menjadi pertimbangan penyelenggaraan bangunan gedung dari segi sosial, budaya maupun dari segi ekosistem;

23. Pedoman Teknis adalah acuan teknis yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Peraturan Pemerintah ini dalam bentuk ketentuan teknis penyelenggaraan bangunan gedung;

24. Standar Teknis adalah standar yang dibakukan sebagai standar tata cara, standar spesifikasi, dan standar metode uji baik berupa Standar Nasional Indonesia maupun Standar Internasional yang diberlakukan dalam penyelenggaraan bangunan gedung;

25. Standart Nasional Indonesia selanjutnya disingkat SNI adalah acuan normatif yang menetapkan indeks bahan dan indeks tenaga kerja untuk dijadikan acuan dasar yang seragam bagi para pelaksana pekerjaan pembangunan gedung;

26. Perencanaan Teknis adalah proses membuat gambar teknis bangunan gedung dan kelengkapannya yang mengikuti tahapan prarencana, pengembangan rencana dan penyusunan gambar kerja yang terdiri atas : rencana arsitektur, rencana struktur, rencana mekanikal/elektrikal, rencana tata ruang luar, rencana tata ruang dalam/interior serta rencana spesifikasi teknis, rencana anggaran biaya, dan perhitungan teknis pendukung sesuai pedoman dan standar teknis yang berlaku;

Page 7: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 7 -

27. Pertimbangan Teknis adalah pertimbangan dari tim ahli bangunan gedung yang disusun secara tertulis dan profesional terkait dengan pemenuhan dan persyaratan teknis bangunan gedung baik dalam proses pembangunan, pemanfaatan, pelestarian maupun pembongkaran bangunan gedung;

28. Penyedia Jasa Konstruksi Bangunan Gedung adalah orang perorangan atau badan yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi bidang bangunan gedung, meliputi perencana teknis, pelaksana konstruksi, pengawas/manajemen konstruksi, termasuk pengkajian teknis bangunan gedung dan penyedia jasa konstruksi lainnya;

29. Izin Mendirikan Bangunan selanjutnya disingkat IMB adalah izin tertulis yang diberikan dalam mendirikan/mengubah bangunan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk;

30. Pemegang Izin adalah pemegang IMB baik perorangan, badan hukum,

badan-badan usaha pemerintah/swasta serta badan-badan sosial lainnya yang namanya dicantumkan dalam surat IMB;

31. Hak Atas Tanah adalah hak seseorang atas tanah baik berupa hak milik dan hak-hak lainnya menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;

32. Koefisien Dasar Bangunan selanjutnya disingkat KDB adalah bilangan pokok atas perbandingan antara luas lantai dasar bangunan dengan luas kavling/pekarangan;

33. Koefisien Lantai Bangunan selanjutnya disingkat KLB adalah bilangan pokok atas perbandingan antara total luas lantai bangunan dengan luas kavling/pekarangan;

34. Koefisien Daerah Hijau selanjutnya disebut KDH adalah bilangan pokok atas perbandingan luas daerah hijau dengan luas kavling/pekarangan;

35. Koefisien Tapak Basement selanjutnya disebut KTB adalah angka presentase perbandingan antara luas tapak basement dan luas lahan/tanah, perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan;

36. Garis Sempadan adalah garis pada halaman pekarangan perumahan yang ditarik sejajar dengan garis as jalan, tepi sungai, atau as pagar dan merupakan batas antara bagian kavling/pekarangan yang boleh dibangun dan yang tidak boleh didirikan bangunan;

37. Garis Sempadan Bangunan selanjutnya disingkat GSB adalah garis pada halaman pekarangan perumahan yang ditarik sejajar dengan garis as jalan dan merupakan batas antara bagian kavling/pekarangan yang boleh dibangun dan yang tidak boleh didirikan bangunan;

38. Garis Sempadan Sungai selanjutnya disingkat GSS adalah garis pada halaman pekarangan rumah yang ditarik sejajar dengan garis as sungai dan merupakan batas antara bagian kavling/pekarangan yang boleh dibangun dan yang tidak boleh didirikan bangunan;

Page 8: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 8 -

39. Garis Sempadan Jalan selanjutnya disingkat GSJ adalah garis pada pagar luar rumah yang ditarik sejajar dengan garis as jalan dan merupakan batas bagian kavling/pekarangan yang boleh dibangun dan yang tidak boleh didirikan bangunan;

40. Ruang Terbuka Hijau selanjutnya disingkat RTH adalah ruang-ruang dalam kota/wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan;

41. Tinggi Bangunan adalah jarak yang diukur dari atas permukaan tanah, dimana bangunan tersebut didirikan sampai dengan titik puncak dari bangunan;

42. Jalan Arteri adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien;

43. Jalan Kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan/ pembagian daerah dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi;

44. Jalan Lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi;

45. Kavling/Pekarangan adalah suatu perpetakan tanah yang menurut pertimbangan Pemerintah Daerah dapat dipergunakan untuk tempat mendirikan bangunan;

46. Tim Ahli Bangunan Gedung selanjutnya disingkat TABG adalah tim yang terdiri dari para ahli yang terkait dengan penyelenggaraan bangunan gedung untuk memberikan pertimbangan teknis dalam proses penelitian dokumen rencana teknis dengan masa penugasan terbatas, dan juga untuk memberikan masukan dalam penyelesaian masalah penyelenggaraan bangunan gedung tertentu yang anggotanya ditunjuk berdasarkan kasus per kasus yang disesuaikan dengan kompleksitas bangunan gedung tertentu tersebut;

47. Laik Fungsi adalah suatu kondisi bangunan gedung yang memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung yang ditetapkan;

48. Penyelenggara Bangunan Gedung adalah pemilik bangunan gedung. Penyedia jasa konstruksi bangunan gedung dan pengguna bangunan gedung;

49. Pemilik Bangunan Gedung adalah orang, badan hukum, kelompok orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik bangunan gedung;

Page 9: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 9 -

50. Pengguna Bangunan Gedung adalah pemilik bangunan gedung dan/atau bukan pemilik bangunan gedung berdasarkan kesepakatan dengan pemilik bangunan gedung, yang menggunakan dan/atau mengelola bangunan gedung atau bagian bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan;

51. Penyelenggaraan Bangunan Gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan gedung;

52. Pemeliharaan adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan gedung beserta sarana dan prasarananya agar bangunan gedung selalu laik fungsi;

53. Perawatan adalah kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan gedung, komponen bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap laik fungsi;

54. Pemugaran adalah Bangunan Gedung yang dilindungi dan dilestarikan melalui kegiatan memperbaiki, memulihkan kembali bangunan gedung ke bentuk aslinya;

55. Pelestarian adalah kegiatan perawatan, pemugaran, serta pemeliharaan bangunan gedung dan lingkungannya untuk mengembalikan keandalan bangunan tersebut sesuai dengan aslinya atau sesuai dengan keadaan menurut periode yang dikehendaki;

56. Pembongkaran adalah suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah terhadap bangunan karena bangunan tidak laik fungsi dan tidak dapat diperbaiki lagi. Pemanfaatannya menimbulkan bahaya bagi pengguna, masyarakat dan lingkungan dan bangunan gedung yang tidak memiliki IMB;

57. Peran Masyarakat dalam Penyelenggaraan Bangunan Gedung adalah berbagai kegiatan masyarakat yang merupakan perwujudan kehendak dan keinginan masyarakat untuk memantau dan menjaga ketertiban, memberi masukan, menyampaikan pendapat dan pertimbangan, serta melakukan gugatan perwakilan berkaitan dengan penyelenggaraan bangunan gedung;

58. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan hukum atau usaha dan lembaga atau organisasi yang kegiatannya di bidang bangunan gedung, termasuk masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yang berkepentingan dengan penyelenggaraan bangunan gedung;

59. Dengar Pendapat Publik adalah forum dialog yang diadakan untuk mendengarkan dan menampung aspirasi masyarakat baik berupa pendapat, pertimbangan maupun usulan dari masyarakat umum atau instansi/lembaga pemerintah sebagai masukan untuk menetapkan kebijakan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan bangunan gedung;

60. Penyidik Pegawai Negeri Sipil selanjutnya disingkat PPNS adalah pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah;

Page 10: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 10 -

61. Pembinaan Penyelenggaraan Bangunan Gedung adalah kegiatan pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang baik sehingga dapat berlangsung tertib dan tercapai keandalan bangunan gedung yang sesuai dengan fungsinya, serta terwujudnya kepastian hukum;

62. Analisa Dampak Lingkungan selanjutnya disingkat AMDAL adalah analisa dari hasil studi mengenai dampak penting usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem.

BAB II KLASIFIKASI BANGUNAN

Pasal 2

(1) Menurut fungsinya, bangunan diklasifikasikan sebagai berikut :

a. bangunan rumah tinggal dan sejenis; b. bangunan kelembagaan/kantor; c. bangunan fasilitas umum; d. bangunan pendidikan; e. bangunan perdagangan & jasa; f. bangunan industri; g. bangunan sosial; h. bangunan khusus; i. bangunan rumah terapung dan panggung.

(2) Menurut umurnya, bangunan diklasifikasikan sebagai berikut :

a. bangunan permanen; b. bangunan semi permanen; c. bangunan sementara/darurat;

(3) Menurut wilayahnya, bangunan diklasifikasikan sebagai berikut : a. bangunan di kota klasifikasi I; b. bangunan di kota klasifikasi II; c. bangunan di kota klasifikasi III; d. bangunan di kawasan khusus/tertentu, e. bangunan di pedesaan.

(4) Menurut lokasinya, bangunan diklasifikasikan sebagai berikut:

a. bangunan di tepi jalan arteri primer; b. bangunan di tepi jalan arteri sekunder; c. bangunan di tepi jalan kolektor primer; d. bangunan di tepi jalan kolektor sekunder; e. bangunan di tepi jalan lokal primer; f. bangunan di tepi jalan lokal sekunder.

(5) Menurut luasnya, bangunan diklasifikasikan sebagai berikut:

a. bangunan dengan luas kurang dari 100 m²; b. bangunan dengan luas 100 – 500 m²; c. bangunan dengan luas 500 – 1000 m²; d. bangunan dengan luas di atas 1000 m²

Page 11: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 11 -

(6) Menurut ketinggiannya, bangunan diklasifikasikan sebagai berikut : a. bangunan bertingkat rendah (satu s/d dua lantai) b. bangunan bertingkat sedang (tiga s/d lima lantai) c. bangunan bertingkat tinggi (enam lantai keatas)

(7) Menurut statusnya, bangunan diklasifikasikan sebagai berikut : a. bangunan pemerintah b. bangunan swasta

BAB III FUNGSI BANGUNAN

Pasal 3

(1) Fungsi bangunan gedung, digolongkan dalam :

a. fungsi hunian; b. fungsi keagamaan; c. fungsi usaha; d. fungsi kantor pemerintah; e. fungsi sosial budaya; f. fungsi khusus.

(2) Bangunan gedung fungsi hunian meliputi bangunan untuk rumah tinggal tunggal, rumah tinggal deret, rumah susun, dan rumah tinggal sementara.

(3) Bangunan gedung fungsi keagamaan meliputi Masjid, Gereja, Pura, Wihara, Kelenteng dan Balai Adat.

(4) Bangunan gedung fungsi usaha meliputi bangunan gedung untuk

perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan penyimpanan serta bangunan sarang burung walet.

(5) Bangunan gedung fungsi sosial budaya meliputi bangunan gedung untuk

pendidikan, kebudayaan, pelayanan kesehatan, laboratorium dan pelayanan umum.

(6) Bangunan gedung fungsi khusus meliputi bangunan gedung untuk

reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan, dan bangunan sejenis yang diputuskan oleh Menteri.

Pasal 4

(1) Satu bangunan gedung dapat memiliki lebih dari satu fungsi.

(2) Fungsi bangunan gedung harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam RTRW.

(3) Fungsi bangunan gedung ditetapkan oleh Bupati dan dicantumkan

dalam Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Page 12: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 12 -

(4) Perubahan fungsi bangunan gedung harus mendapatkan persetujuan Bupati.

(5) Perubahan fungsi bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat

(4) ditetapkan oleh Bupati.

BAB IV

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG Bagian Kesatu

Umum

Pasal 5

(1) Setiap bangunan gedung harus dibangun, dimanfaatkan, dilestarikan, dan/atau dibongkar sesuai dengan persyaratan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku termasuk pedoman dan standar teknisnya.

(2) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administrasi agar bangunan dapat dimanfaatkan sesuai fungsi yang ditetapkan.

(3) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan teknis, baik persyaratan tata bangunan gedung laik fungsi dan laik huni, serasi dan selaras dengan lingkungannya.

(4) Pemenuhan persyaratan teknis disesuaikan dengan fungsi, klasifikasidan tingkat permanensi bangunan gedung.

Bagian Kedua

Persyaratan Administrasi

Pasal 6

(1) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administrasi, meliputi : a. status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak

atas tanah, termasuk status hak penggunanan ruang diatas atau dibawah tanah/ air;

b. status kepemilikan bangunan gedung; c. Izin mendirikan bangunan gedung; d. sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Setiap orang atau badan hukum dapat memiliki bangunan gedung atau

bagian bangunan gedung.

(3) Pemerintah Daerah melakukan pendataan bangunan gedung untuk keperluan tertib penataan pembangunan dan pemanfaatan.

Page 13: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 13 -

Pasal 7

(1) Status hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf a adalah penguasaan atas tanah yang diwujudkan dalam bentuk sertifikat sebagai tanda bukti penguasaan/kepemilikan tanah, seperti hak milik, hak guna bangunan, hak pengelolaan, dan hak pakai, atau status hak atas tanah lainnya yang berupa girik, pethuk, akta jual beli, dan akta/bukti kepemilikan lainnya.

(2) Izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf a merupakan persetujuan yang dinyatakan dalam perjanjian tertulis antara pemegang hak atas tanah dan pemilik bangunan gedung.

(3) Status kepemilikan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) hurufb merupakan surat keterangan bukti kepemilikan bangunan gedung yang dikeluarkan Pemerintah Daerah berdasarkan hasil kegiatan pendataan bangunan gedung.

(4) Pendataan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (3) termasuk pendaftaran bangunan, dilakukan pada saat proses perizinan mendirikan bangunan gedung dan secara periodik, yang dimaksudkan untuk keperluan tertib pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung, memberikan kepastian hukum tentang status kepemilikan bangunan gedung dan sistem informasi.

(5) Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 6 ayat (1) huruf c adalah surat bukti dari Pemerintah Daerah bahwa pemilik bangunan gedung dapat mendirikan bangunan sesuai dengan rencana teknis bangunan gedung yang telah disetujui oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 8

(1) Izin Mendirikan Bangunan (IMB) diperlukan untuk mengendalikan pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung dengan tujuan terjaminnya keselamatan penghuni dan lingkungan serta tertib bangunan.

(2) Orang dan/ atau Badan/Lembaga sebelum mendirikan bangunan gedung wajib diwajibkan mengajukan permohonan kepada Bupati untuk mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Bagian Ketiga

Persyaratan Tata Bangunan

Paragraf 1 Peruntukan dan Intensitas Bangunan

Pasal 9

(1) Pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung harus sesuai dengan

peruntukan lokasi yang diatur dalam :

Page 14: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 14 - a. rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten; b. rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten; c. rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) untuk lokasi yang

bersangkutan.

(2) Pembangunan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan peruntukan utama, sedangkan apabila pada bangunan tersebut terdapat peruntukan penunjang maka harus dikonsultasikan ke Dinas Pekerjaan Umum.

(3) Setiap pihak yang memerlukan informasi tentang peruntukan lokasi atau ketentuan tata bangunan dan lingkungan lainnya, dapat memperolehnya secara cuma-cuma pada Dinas Pekerjaan Umum.

(4) Untuk pembangunan di atas jalan umum, saluran, atau sarana lain, atau yang melintas sarana dan prasarana jaringan kota, atau di bawah/di atas air, atau pada darah hantaran udara (transmisi) tegangan tinggi, harus mendapat persetujuan khusus dari Bupati.

Pasal 10

(1) Setiap bangunan gedung yang dibangun dan dimanfaatkan harus

memenuhi ketentuan bangunan yang diatur dalam koefisien dasar bangunan yang ditetapkan untuk lokasi yang bersangkutan;

(2) Koefisien Dasar Bangunan (KDB) ditentukan atas dasar kepentingan pelestarian lingkungan/resapan air permukaan tanah dan pencegahan terhadap bahaya kebakaran, kepentingan ekonomi, fungsi bangunan, keselamatan dan kenyamanan bangunan;

(3) Ketentuan besarnya KDB pada ayat (1) disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Kota atau yang diatur dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan untuk lokasi yang sudah memilikinya, atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(4) Setiap bangunan untuk tingkat kepadatannya sedang hanya diperkenankan sebanyak-banyaknya 60% dari luas dari lahan persil sisanya untuk penghijauan;

(5) Bangunan-bangunan kecuali flat (apartemen atau rumah susun), yang didirikan di lingkungan bangunan pertokoan atau perdagangan, luas dengan bangunan yang diperkenankan sebanyak-banyaknya 70% dari luas persil;

(6) Untuk bangunan pertokoan atau perdagangan koefisien lantai bangunan (KLB) boleh sampai dengan 100 %, seluruh permukaan luas persil dapat digunakan untuk denah bangunan jika cukup tersedia cahaya alam dan penghawaan yang baik secara alam maupun mekanis;

(7) Bangunan-bangunan yang dipergunakan sebagai tempat tinggal, harus mempunyai ruang terbuka yang langsung berhubungan dengan udara luar dan tidak beratap;

Page 15: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 15 -

(8) Bangunan-bangunan umum harus dikelilingi ruang terbuka untuk jalan keluar pintu-pintu darurat, untuk kepentingan kesehatan dan keselamatan umum, mempunyai halaman parkir dan taman serta akses yang jelas;

(9) Untuk bangunan-bangunan seperti tersebut di atas, Bupati selanjutnya menetapkan luas denah bangunannya;

(10) Pertimbangan-pertimbangan lain harus berdasarkan faktor-faktor kesehatan, keamanan dan keselamatan umum.

Pasal 11

(1) Koefisien Lantai Bangunan (KLB) ditentukan atas dasar kepentingan

pelestarian lingkungan/resapan air permukaan anah dan pencegahan terhadap bahaya kebakaran; kepentingan ekonomi, fungsi peruntukan, fungsi bangunan, keselamatan dan kenyamanan umum;

(2) Ketentuan besarnya KLB pada ayat (1) disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Kota atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 12

(1) Koefisien Daerah Hijau (KDH) ditentukan atas dasar kepentingan

pelestarian lingkungan/resapan air permukaan tanah;

(2) Ketentuan besarnya KDH pada ayat (1) disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Kota atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku;

(3) Setiap bangunan umum apabila tidak ditentukan lain, ditentukan KDH minimum 30%.

Pasal 13

(1) Ketinggian bangunan ditentukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang;

(2) Untuk masing-masing lokasi yang belum dibuat tata ruangnya,

ketinggian maksimum bangunan ditetapkan oleh Bupati atau pejabat yang didelegasikan dengan mempertimbangkan lebar jalan, fungsi bangunan, keselamatan bangunan, serta keserasian dengan lingkungannya;

(3) Ketinggian bangunan deret maksimum 4 (empat) lantai dan selebihnya harus berjarak dengan tetangga;

(4) Tinggi pagar batas pekarangan sepanjang pekarangan samping dan belakang untuk bangunan renggang maksimal 3 meter di atas permukaan tanah pekarangan dan apabila pagar tersebut merupakan dinding bangunan rumah tinggal bertingkat atau berfungsi sebagai batas sebagai batas pandangan, maka tinggi tembok maksimal 7 meter dari permukaan pekarangan;

Page 16: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 16 -

(5) Tinggi pagar pada GSJ dan antara GSJ dengan GSB pada bangunan pada bangunan rumah tinggal maksimal 1,5 meter di atas permukaan tanah, dan untuk bangunan bukan rumah tinggal termasuk bangunan industri maksimal 2 meter di atas permukaan tanah pekarangan;

(6) Pagar pada GSJ sebagaimana pada ayat 5 pasar ini, harus tembus pandang maksimal setinggi 1 meter di atas permukaan tanah pekarangan;

(7) Untuk bangunan-bangunan tertentu ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 14

(1) Garis sempadan pondasi bangunan terluar yang sejajar dengan as jalan

(rencana jalan) tepi/sungai/tepi pantai ditentukan berdasarkan lebar jalan, rencana jalan/lebar sungai/kondisi pantai, fungsi jalan dan peruntukan kavling/kawasan;

(2) Letak garis sempadan pondasi bangunan terluar tersebut ayat (1) dan ditentukan sebagai berikut : a. sepanjang jalan arteri primer adalah 34 meter dihitung dari garis

pagar depan/batas tanah, b. sepanjang jalan arteri sekunder adalah 28 meter kecuali jalan

pembangunan (REY II) adalah 40 meter dihitung dari garis pagar depan/batas tanah,

c. sepanjang jalan kolektor primer adalah 24 meter kecuali Jalan Pemda adalah 27 meter dihitung dari garis pagar depan/batas tanah;

d. sepanjang jalan kolektor sekunder adalah 15 meter dihitung dari garis pagar depan/batas tanah;

e. sepanjang jalan lokal primer adalah 5,50 meter dihitung dari garis pagar depan/batas tanah;

f. sepanjang jalan lokal sekunder adalah 4,5 meter dihitung dari garis pagar depan/batas tanah.

(3) Garis sempadan untuk bangunan yang dibangun dibawah permukaan tanah maksimum berimpit dengan garis sempadan pagar, dan tidak diperbolehkan melewati batas pekarangan;

(4) Untuk lebar jalan/sungai yang kurang dari 5 meter, letak garis sempadan adalah 2,5 meter dihitung dari tepi jalan/pagar;

(5) Letak garis sempadan pondasi bangunan terluar pada bagian samping yang berbatasan dengan tetangga bilamana tidak ditentukan lain adalah minimal 2 meter dari batas kavling, atau atas dasar kesepakatan dengan tetangga yang saling berbatasan;

(6) Garis terluar suatu ritis/oversteck yang menghadap ke arah tetangga, tidak dibenarkan melewati batas pekarangan yang berbatasan dengan tetangga;

(7) Apabila garis sempadan bangunan ditetapkan berimpit dengan garis sepadan pagar, cucuran atap suatu tritis/overstack harus diberi talang dan pipa talang harus disalurkan sampai ke tanah;

Page 17: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 17 -

(8) Dilarang menempatkan lubang angin/ventilasi/jendela pada dinding yang berbatasan langsung dengan tetangga.

Pasal 15

(1) Kriteria yang digunakan sebagai dasar penetapan garis sempadan

sungai, yaitu: a. sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan b. sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan c. sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan d. sungai tidak bertanggun di dalam kawasan perkotaan

(2) Garis sempadan sungai pada sungai bertanggul di luar kawasan

perkotaan, ditetapkan sekurang-kurangnya 5 meter disebelah luar sepanjang kaki tanggul;

(3) Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 meter di sebelah luar kaki tanggul;

(4) Garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan, ditetapkan sekurang-kurangnya 50 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;

(5) Garis sempadan sungai tidak bertanggul di kawasan perkotaan, sebagai berikut: a. sungai mempunyai kedalaman sampai dengan 3 meter, ditetapkan

sekurang-kurangnya 10 meter yang dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

b. sungai yang mempunyai kedalaman diantara 3 meter sampai dengan 20 meter, ditetapkan sekurang-kurangnya 15 meter yang dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

c. sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 meter, ditetapkan sekurang-kurangnya 30 meter yang dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

(6) Dikecualikan pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) diatas

adalah bangunan sudah lama dan atau bangunan bersejarah yang dianggap sebagai daerah tradisional dan merupakan kearifan lokal, penetapan lokasinya ditentukan oleh dinas instansi teknis.

Pasal 16

(1) Pada cara membangun renggang, sisi bangunan yang didirikan harus

mempunyai jarak bebas yang tidak dibangun pada kedua sisi samping kiri, kanan dan bagian belakang yang berbatasan dengan pekarangan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini;

(2) Pada cara membangun rapat maka tidak berlaku ketentuan pada ayat (1) kecuali jarak batas bagian belakang.

Page 18: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 18 -

Pasal 17

Pada bangunan renggang, jarak bebas samping maupun jarak bebas belakang ditetapkan 4 meter pada lantai dasar, dan pada setiap penambahan lantai, jarak bebas di atas ditambah 0,5 meter dari jarak bebas lantai di bawahnya sampai mencapai jarak bebas terjauh 12,5 meter, kecuali bangunan rumah tinggal.

Pasal 18

Pada bangunan rapat dari lantai 1 hingga lantai 4, samping kiri dan kanan tidak ada jarak bebas, sedangkan untuk lantai selanjutnya harus mempunyai jarak bebas sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam pasal 17.

Pasal 19

(1) Pada bangunan rumah tinggal renggang dengan perpetakan yang sudah teratur, pada denah dasar dan tingkat ditentukan: a. jarak bebas samping kiri dan kanan minimal:

1. rumah ladang atau pedusunan, 8 meter sepanjang sisi samping pekarangan untuk bangunan induk dan untuk bangunan turutan 2 meter sepanjang sisi samping pekarangan.

2. rumah kebun, 5 meter sepanjang sisi samping pekarangan. 3. rumah besar, lebar dari batas pekarangan samping 2 meter atau

sama dengan jarak antara GSB dan GSJ. 4. rumah sedang, lebar dari batas pekarangan samping 2 meter atau

sama dengan jarak antara GSB dan GSJ. 5. rumah kecil, lebar dari batas pekarangan samping 1,5 meter atau

sama dengan jarak antara GSB dan GSJ. b. jarak bebas belakang minimal :

1. rumah ladang atau pedusunan 10 meter sepanjang sisi belakang pekarangan dan untuk bangunan turutan 2 meter sepanjang sisi belakang pekarangan.

2. rumah kebun, 6 meter sepanjang sisi belakang pekarangan. 3. rumah besar, 5 meter sepanjang sepertiga sisi lebar perpetakan

bagian belakang. 4. rumah sedang, 4 meter sepanjang sepertiga sisi lebar perpetakan

bagian belakang. 5. rumah kecil, 3 meter sepanjang sepertiga sisi lebar perpetakan

bagian belakang.

(2) Pada bangunan rumah tinggal renggang dengan bentuk perpetakan yang tidak teratur atau perpetakannya belum diatur, maka jarak bebas bangunan ditetapkan oleh Bupati;

(3) Untuk pekarangan yang belum memenuhi perpetakan rencana kota, maka jarak bebas bagunan disesuaikan dengan ketentuan pada ayat (1) dan/atau ayat (2).

Page 19: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 19 -

Pasal 20

(1) Pada bangunan rumah tinggal renggang salah satu samping bangunan diperkenankan dibangun rapat untuk penggunaan garasi, dengan tetap memperhatikan keserasian lingkungan;

(2) Untuk pencahayaan dan penghawaan pada bagian ruang garasi diharuskan ada ruang terbuka dengan minimal 4 m’.

Pasal 21

(1) Pada bangunan rumah tinggal rapat tidak terdapat jarak bebas samping

sedangkan jarak bebas belakang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (1) huruf b.5 Peraturan Daerah ini.

(2) Panjang bangunan rapat maksimal 60 meter baik untuk rumah tinggal sebagaimana dimaksud ayat (1), maupun bangunan bukan rumah tinggal.

Pasal 22

Pada bangunan rapat setiap kelipatan maksimal 15 meter kearah dalam, harus disediakan ruang terbuka untuk penghawaan dan pencahayaan alami dengan luar sekurang-kurangnya 6 m², dan tetap memenuhi KDB yang berlaku.

Pasal 23

(1) Pada bangunan industri dan gudang dengan tinggi tampak maksimal 6 meter ditetapkan jarak bebas samping sepanjang sisi samping kiri dan kanan pekarangan minimal 3 meter serta jarak bebas belakang sepanjang sisi belakang pekarangan minimal 5 meter dengan memperhatikan KDB dan KLB yang ditetapkan dalam rencana kota.

(2) Tinggi tampak bangunan industri dan gudang yang lebih dari 6 meter ditetapkan jarak bebasnya sesuai pasal 18.

Pasal 24

Jarak bebas antara dua bangunan dalam suatu tampak diatur sebagai berikut : a. dalam hal kedua-duanya memiliki bidang bukaan yang saling

berhadapan maka jarak antara dinding atau bidang tersebut minimal 2 kali jarak bebas yang ditetapkan,

b. dalam hal salah satu dinding yang berhadapan merupakan dinding tembok tertutup dan yang lain merupakan bidang terbuka dan/atau berlubang, maka jarak anatara dinding tersebut minimal satu kali jarak bebas yang ditetapkan,

c. dalam hal ini kedua-duanya memiliki bidang tertutup yang saling berhadapan, maka jarak dinding terluar minimal setengah kali jarak bebas yang ditetapkan.

Page 20: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 20 -

Pasal 25

Dalam hal jarak antara GSB dan GSJ kurang dari jarak bebas yang ditetapkan, maka jarak bidang tampak terluar dengan GSJ pada lantai kelima atau minimal sama dengan jarak bebas yang ditetapkan.

Pasal 26

(1) Pada dinding terluar lantai dua atau lebih tidak boleh dibuat jendela kecuali bangunan tersebut mempunyai jarak bebas sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.

(2) Dalam hal dinding terluar bangunan rumah tinggal tidak memenuhi jarak bebas yang ditetapkan, dibolehkan membuat bukaan penghawaan atau pencahayaan pada ketinggian 1,6 meter dari permukaan lantai bersangkutan atau bukaan penuh apabila dinding-dinding batas perkarangan yang berhadapan dengan bukaan tersebut dibuat setinggi minimal 1,6 meter di atas permukaan lantai tingkat dan melebihi 7 meter dari permukaan tanah perkarangan.

(3) Pada dinding batas perkarangan tidak boleh dibuat bukaan dalam bentuk apapun.

Pasal 27

(1) Untuk mendirikan bangunan yang menurut fungsinya menggunakan,

menyimpan atau memproduksi bahan peledak dan bahan-bahan lain yang bersifat mudah meledak dapat diberikan izin apabila : a. jarak minimal 50 meter dari jalan umum dan bangunan lain

sekitarnya; b. lokasi bangunan seluruhnya dikelilingi pagar pengaman yang kokoh

dengan tinggi minimal 2,5 meter, ruang terbuka dan pintu depan harus ditutup dengan pintu yang kuat dengan diberi papan peringatan;

c. bangunan yang didirikan tersebut di atas harus terletak pada jarak minimal 10 meter dari bangunan lainnya;

d. bagian dinding yang terlemah dari bangunan tersebut diarahkan ke daerah yang aman.

(2) Bangunan yang menurut fungsinya menggunakan, menyimpan atau memproduksi bahan radioaktif, racun, mudah terbakar atau bahan-bahan lain yang berbahaya, harus dapat menjamin keamanan, keselamatan serta kesehatan penghuni dan lingkungannya.

Pasal 28

Pada cara membangun rapat : a. bidang dinding terluar tidak boleh melampaui batas perkarangan, b. struktur dan pondasi bangunan terluar harus berjarak sekurang-

kurangnya 10 cm dari atas perkarangan, kecuali untuk bangunan rumah tinggal,

c. perbaikan atau perombakan yang semula menggunakan bangunan dinding batas bersama dengan bangunan di sebelahnya, disyaratkan untuk membuat dinding batas tersendiri di samping dinding batas terdahulu.

Page 21: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 21 -

Pasal 29

(1) Setiap bangunan bukan rumah tangga diwajibkan menyediakan tempat parkir kendaraan sesuai dengan jumlah kebutuhan.

(2) Penyediaan parkir di pekarangan tidak boleh mengurangi daerah penghijauan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.

(3) Standar jumlah kebutuhan parkir menurut jenis bangunan ditetapkan oleh Bupati.

Pasal 30

(1) Pintu pagar perkarangan dalam keadaan terbuka tidak boleh melebihi

GSJ.

(2) Letak pintu pekarangan untuk kendaraan bermotor roda empat pada persil sudut minimal 8 meter untuk bangunan rumah tinggal dan 20 meter untuk bangunan bukan rumah tinggal dihitung dari titik belok tikungan.

(3) Bagi persil kecil yang memenuhi ketentuan pada ayat (2) maka letak pintu pagar kendaraan bermotor roda empat adalah pada salah satu ujung batas pekarangan.

Paragraf 2

Arsitektur Bangunan Gedung

Pasal 31

(1) Persyaratan arsitektur bangunan gedung meliputi : a. persyaratan penampilan bangunan gedung; b. persyaratan tata ruang dalam bangunan; c. persyaratan keseimbangan, keserasian dan keselarasan bangunan

gedung dengan lingkungannya serta pertimbangan adanya keseimbangan antara nilai-nilai sosial budaya setempat terhadap penerapan berbagai perkembangan arsitektur dan rekayasa.

(2) Persyaratan penampilan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a harus memperhatikan bentuk dan karakteristik arsitektur ciri khas Provinsi Kalimantan Tengah dalam bentuk atap atau lisplank, teras, pagar, dan gapura serta menampilkan motif seni dan budaya Kabupaten Kotawaringin Barat.

(3) Persyaratan tata ruang dalam bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b harus memperhatikan fungsi ruang arsitektur bangunan gedung dan kehandalan bangunan gedung.

(4) Persyaratan keseimbangan, keserasian dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya.

Page 22: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 22 -

Pasal 32

(1) Bangunan tempat tinggal minimal memiliki ruang-ruang fungsi utama yang terdiri dari ruang penggunaan pribadi, ruang bersama dan ruang pelayanan.

(2) Ruang penunjang dapat ditambahkan, dengan tujuan memenuhi kebutuhan kegiatan penghuni sepanjang tidak menyimpang dari penggunaan utama hunian.

Pasal 33

(1) Perubahan fungsi dan penggunaan ruang suatu bangunan atau bagian

bangunan dapat diizinkan, apabila masih memenuhi ketentuan penggunaan jenis bangunan dan dapat menjamin keamanan dan keselamatan bangunan serta penghuninya.

(2) Bangunan atau bagian bangunan yang mengalami perubahan, perbaikan, perluasan, penambahan, tidak boleh menyebabkan berubahnya fungsi dan atau penggunaan utama, karakter arsitektur bangunan dan bagian-bagian bangunan serta tidak boleh mengurangi atau mengganggu fungsi sarana jalan keluar (akses).

Pasal 34

(1) Suatu bangunan gudang minimal harus dilengkapi dengan kamar mandi

dan kakus serta ruang kebutuhan karyawan.

(2) Suatu bangunan pabrik minimal harus dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi dan kakus, ruang ganti pakaian karyawan dan tempat penyimpanan barang, tempat ibadah, kantin, ruang istirahat serta ruang pelayanan kesehatan secara memadai.

(3) Penempatan fasilitas kamar mandi dan kakus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) untuk pria dan wanita harus terpisah.

(4) Jumlah kebutuhan fasilitas penunjang yang harus disediakan pada setiap jenis penggunaan sesuai kebutuhan dan fungsinya bangunan ditetapkan oleh Bupati.

Pasal 35

(1) Ruang rongga atap hanya dapat diizinkan apabila penggunaannya tidak

menyimpang dari fungsi utama bangunan serta memperhatikan segi kesehatan, keamanan dan keselamatan bangunan serta lingkungan.

(2) Ruang rongga atap untuk rumah tinggal harus mempunyai penghawaan, akses dan pencahayaan alami yang memadai.

(3) Ruang rongga atap dilarang digunakan sebagai dapur atau kegiatan lain yang bersifat mengandung api.

Page 23: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 23 -

Pasal 36

(1) Setiap penggunaan ruang rongga atap yang luasnya tidak lebih 50% dari luas lantai di bawahnya, tidak dianggap sebagai penambahan tingkat bangunan.

(2) Setiap bukaan pada ruang atap tidak boleh mengubah sifat dan karakter arsitektur bangunannya.

Pasal 37

(1) Pada ruang yang penggunaannya menghasilkan asap dan/atau gas,

harus disediakan lubang hawa dan atau cerobong hawa secukupnya kecuali menggunakan alat bantu mekanis;

(2) Cerobong adap dan/atau gas sebagimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan tentang standar pencegahan kebakaran.

Pasal 38

(1) Setiap bangunan tidak diperbolehkan menghalangi pandangan lalu

lintas;

(2) Setiap bangunan langsung atau tidak langsung tidak diperbolehkan mengganggu atau menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan umum, keseimbangan/pelestarian lingkungan dam kesehatan linkungan;

(3) Setiap bangunan langsung/tidak langsung tidak diperbolehkan dibangun/berada di atas sungai/saluran/selokan/parit pengairan.

Paragraf 3

Persyaratan Pengendalian Dampak Lingkungan

Pasal 39

(1) Setiap bangunan yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan yang mengganggu harus dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

(2) Setiap bangunan yang menghasilkan limbah atau buangan lainnya yang dapat menimbulkan pencemaran harus dilengkapi dengan sarana pengolah limbah sebelum dibuang ke saluran umum.

(3) Setiap pemohon yang akan mengajukan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang mempunyai jenis usaha atau kegiatan bangunan arealnya sama atau lebih besar dari 5 (lima) hektar diwajibkan untuk melengkapi persyaratan, yaitu Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), sesuai dengan sedang Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

(4) Untuk kawasan industri, perhotelan, perumahan real estate, pariwisata, gedung bertingkat yang mempunyai ketinggian 60 meter atau lebih, pelabuhan, diwajibkan melengkapi persyaratan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

Page 24: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 24 -

(5) Pelaksanaan dan pengawasan terhadap Analisa Mengenai Dampak Lingkungan ditangani oleh Instansi Terkait sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

(6) Pelanggaran terhadap ketentuan ini dikenakan sanksi hukuman sesuai dengan peraturan yang berlaku dan pencabutan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) oleh Bupati.

Paragraf 4

Rencana Tata Bangunan Lingkungan

Pasal 40

(1) Persyaratan tata bangunan untuk suatu kawasan lebih lanjut akan disusun dan ditetapkan dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

(2) Dalam penyusunan RTBL Pemerintah Daerah mengikutsertakan masyarakat, pengusaha dan para ahli agar RTBL yang disusun sesuai dengan kondisi kawasan dan masyarakat setempat.

(3) RTBL disusun berdasarkan yang telah ditetapkan akan ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahununtuk disesuaikan.

(4) RTBL digunakan untuk pengendalian pemanfaatan ruang suatu lingkungan/kawasan, menindaklanjuti rencana tata ruang dalam rangka perwujudan kualitas bangunan gedung dan lingkungan yang berkelanjutan dari aspek fungsional, sosial, ekonomi dan lingkungan bangunan gedung termasuk ekologi, arsitektural, kontekstual, dan kualitas visual.

Bagian Keempat

Persyaratan Keandalan Bangunan Gedung

Paragraf 1 Persyaratan Keselamatan

Pasal 41

(1) Setiap bangunan harus dibangun dengan mempertimbangkan kekuatan

dan kestabilan dari segi struktur.

(2) Peraturan/standar teknik yang harus dipakai ialah peraturan/standar teknik yang berlaku di Indonesia yang meliputi SNI tentang Tata Cara, Spesifikasi dan Metode Uji yang berkaitan dengan bangunan gedung.

(3) Setiap bangunan dan bagian konstruksinya harus diperhitungkan terhadap beban sendiri, beban yang dipikul, beban angin, getaran dan gaya gempa sesuai dengan peraturan pembebanan yang berlaku.

(4) Setiap bangunan dan bagian konstruksinya yang dinyatakan mempunyai tingkat gaya angin atau gempa yang cukup besar harus direncanakan dengan konstruksi yang sesuai dengan pedoman dan standar teknis yang berlaku.

Page 25: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 25 -

(5) Setiap bangunan bertingkat lebih dari dua lantai, dalam pengajuan peirizinan mendirikan bangunannya harus menyertakan perhitungan strukturnya sesuai pedoman dan standar yang berlaku.

(6) Dinas Pekerjaan Umum mempunyai kewajiban dan wewenang untuk memeriksa konstruksi bangunan/ yang akan dibangun baik dalam rancangan bangunannya maupun pada masa pelaksanaan pembangunannya, terutama untuk ketahanan terhadap bahaya gempa.

Pasal 42

(1) Setiap gedung untuk kepentingan umum, seperti bangunan peribadatan,

bangunan perhotelan, bangunan kesehatan, bangunan pendidikan, bangunan pendidikan, bangunan gedung pertemuan, bangunan pelayanan umum dan bangunan industri serta bangunan hunian susun harus mempunyai sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran, baik sistem proteksi pasif maupun sistem proteksi aktif.

(2) Pemenuhan persyaratan ketahanan terhadap bahaya kebakaran mengikuti ketentuan dalam pedoman dan standar teknis yang berlaku.

(3) Setiap bangunan sedang dan tinggi harus dilindungi oleh suatu sistem hidran sesuai dengan persyaratan sebagai berikut : a. pemasangan hidran harus memenuhi ketentuan dan dipasang

sedemikian rupa sehingga panjang selang dan pancaran air dapat mencapai dan melindungi seluruh permukaan lantai bangunan;

b. setiap pemasangan hidran halaman harus memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 43

(1) Penggunaan bahan bangunan diupayakan semaksimal mungkin

menggunakan bahan bangunan produksi dalam negeri/setempat dalam kandungan lokal minimal 60% (enam puluh perseratus).

(2) Penggunaan bahan banguunan harus mempertimbangkan keawetan dan kesehatan dalam pemanfaatan bangunannya.

(3) Bahan bangunan yang dipergunakan harus memenuhi syarat-syarat teknik sesuai dengan fungsinya, seperti yang dipersyaratkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang spesifikasi bahan bangunan yang berlaku.

(4) Penggunaan bahan bangunan yang mengandung racun atau bahan kimia yang berbahaya, harus mendapat rekomendasi dari instansi yang terkait dan dilaksanakan oleh ahlinya;

(5) Pengecualian dari ayat (1) harus mendapat rekomendasi dari Bupati atau Pejabat yang ditunjuk olehnya.

Page 26: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 26 -

Paragraf 2 Persyaratan Kesehatan

Pasal 44

(1) Jenis, mutu, sifat bahan dan peralatan instalasi air minum harus

memenuhi standar dan ketentuan teknis yang berlaku.

(2) Pemilihan sistem dan penempatan instalasi air minum harus disesuaikan dan aman terhadap sistem lingkungan, bangunan-bangunan lain, bagian-bagian lain dari bangunan dan instalasi-instalasi lain sehingga tidak saling membahayakan, mengganggu, dan merugikan serta memudahkan pengamatan dan pemeliharaan.

(3) Pengadaan sumber air minum diambil dari PDAM atau dari sumber yang dibenarkan secara resmi oleh yang berwenang.

(4) Perencanaan dan instalasi jaringan air bersih mengikuti ketentuan dalam pedoman dan standar teknis yang berlaku.

(5) Air bersih yang dialirkan ke alat plambing dan dan perlengkapan plambing yang dipergunakan untuk umum, memasak pengolahan makanan, pengalengan atau pembungkusan, pencucian alat makanan dan minuman, alat dapur atau keperluan rumah tangga atau jenis lainnya harus mendapat persetujuan dari instansi yang berwenang.

(6) Tangki persedian air yang melayani keperluan gedung, hidran kebakaran, dan sistem sprinkler harus : a. direncanakan dan dipasang sehingga dapat menyalurkan air dalam

volume dan tekanan cukup untuk sistem tersebut; b. mempunyai lubang aliran keluar untuk keperluan gedung pada

ketinggian tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimal yang diperlukan untuk pemadam kebakaran maupun sprinkler dapat dipertahankan.

Pasal 45

(1) Pada dasarnya air hujan harus dibuang atau dialirkan ke saluran umum

kota.

(2) Jika hal dimaksud pada ayat (1) tidak mungkin, berhubungan belum tersedianya saluran umum kota ataupun sebab-sebab lain yang dapat diterima oleh yang berwenang, maka pembuangan air hujan harus dilakukan melalui proses peresapan ataupun cara-cara lain yang ditentukan oleh Dinas Pekerjaan Umum.

(3) Saluran air hujan : a. dalam tiap-tiap perkarangan harus dibuat saluran pembuangan air

hujan; b. saluran tersebut di atas harus mempunyai ukuran yang cukup besar

dan kemiringan yang cukup untuk dapat mengalirkan seluruh air hujan dengan baik;

c. air hujan yang jatuh di atap harus segera disalurkan ke saluran di atas permukaan tanah dengan pipa atau saluran pasangan terbuka.

Page 27: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 27 -

(4) Perencanaan dan instalasi jaringan air hujan mengikuti ketentuan-ketentuan dalam pedoman dan standar teknis yang berlaku.

Pasal 46

(1) Semua air kotor yang berasal dari dapur, kamar mandi, kakus dan

tempat cuci pembuangannya harus melalui pipa-pipa tertutup dan sesuai dengan ketentuan dari peraturan yang berlaku.

(2) Pembuangan air kotor dimaksud pada ayat (1) dapat dialirkan ke saluran umum kota.

(3) Jika hal dimaksud pada ayat (2) tidak mungkin, berhubungan belum tersedianya saluran umum kota/sebab-sebab lain yang dapat diterima oleh yang berwenang, maka pembuangan air kotor harus dilakukan melalui proses peresapan ataupun cara-cara lain yang ditentukan oleh Dinas Pekerjaan Umum.

(4) Letak sumur-sumur peresapan berjarak minimal 10 (sepuluh) meter dari sumber air minum/bersih terdekat dan atau tidak berada di bagian atas kemiringan tanah terhadap letak sumber air minum/bersih, sepanjang tidak ada ketentuan lain yang disyaratkan/diakibatkan oleh suatu kondisi tanah.

(5) Perencanaan dan instalasi jaringan air kotor mengikuti ketentuan dalam pedoman dan standar teknis yang berlaku.

(6) Instalasi air buangan dan penempatannya harus mudah diamati, dipelihara, tidak membahayakan, mengganggu dan merugikan lingkungan, bagian bangunan dan instalasi lain serta diperhitungkan berdasarkan standar, normalisasi teknik dan peraturan lain yang berlaku.

Pasal 47

(1) Setiap bangunan baru atau perluasan suatu bangunan yang diperlukan

sebagai tempat kediaman diharuskan memperlengkapi dengan tempat/kotak/lubang pembuangan sampah yang ditempatkan dan dibuat sedemikian rupa sehingga kesehatan umum terjamin.

(2) Di lingkungan daerah perkotaan, sampah dapat ditampung ditempat pembuangan sampah sementara (TPS) untuk diangkut oleh Dinas Pekerjaan Umum.

(3) Perencanaan dan instalasi tempat pembuangan sampah mengikuti ketentuan dalam pedoman dan standar teknis yang berlaku.

Pasal 48

(1) Setiap bangunan gedung harus mempunyai ventilasi alami dan/atau

ventilasi mekanik/buatan, sesuai dengan fungsinya.

(2) Kebutuhan ventilasi diperhitungkan untuk memenuhi kebutuhan sirkulasi dan pertukaran udara dalam ruang sesuai dengan fungsi ruang.

Page 28: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 28 -

(3) Ventilasi alami harus terdiri dari bukaan permanen, jendela, pintu atau sarana lain yang dapat dibuka sesuai dengan kebutuhan dan standar teknis yang berlaku;

(4) Ventilasi alami pada suatu ruangan dapat berasal dari jendela, bukaan, pintu ventilasi atau sarana lainnya dari ruangan yang bersebelahan.

(5) Luas ventilasi alami diperhitungkan minimal seluas 5% dari luas lantai ruangan yang diventilasi.

(6) Sistem ventilasi buatan harus diberikan jika ventilasi alami tidak dapat memenuhi syarat.

(7) Penempatan fan sebagai ventilasi buatan harus memungkinkan pelepasan udara secara maksimal dan masuknya udara segar, atau sebaliknya.

(8) Penggunaan ventilasi buatan, sistem tersebut harus bekerja terus menerus selama ruang tersebut dihuni.

(9) Penggunaan ventilasi buatan, harus memperhitungkan besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai fungsi ruang dalam bangunan gedung sesuai pedoman dan standar teknis yang berlaku.

(10) Sistem ventilasi pada rumah sakit untuk ruangan operasi, ruang steril dan ruang perawatan bagi pasien yang berpenyakit menular, tidak dibenarkan mempergunakan sistem sirkulasi udara yang dapat menyebabkan penularan penyakit ke bagian lain bangunan.

(11) Bangunan atau ruang parkir tertutup harus dilengkapi sistem ventilasi mekanis untuk membuang udara kotor dari dalam dan minimal 50% volume udara ruang harus diambil pada ketinggian maksimal 0,60 meter di atas lantai.

(12) Ruang parkir pada ruang bawah tanah (basement) yang terdiri dari lebih satu lantai, gas buangan mobil pada setiap lantai tidak boleh mengganggu udara bersih pada lantai lainnya.

Pasal 49

(1) Setiap bangunan gedung harus mempunyai pencahayaan alami

dan/atau buatan, sesuai dengan fungsinya.

(2) Kebutuhan pencahayaan meliputi kebutuhan pencahayaan untuk ruangan di dalam bangunan, daerah luar bangunan jalan, taman dan daerah bagian luar lainnya, termasuk daerah di udara terbuka di mana pencahayaan dibutuhkan;

(3) Pemanfaatan pencahayaan alami harus diupayakan secara optimal pada bangunan gedung, disesuaikan dengan fungsi bangunan gedung dan fungsi masing-masing ruang di dalam bangunan gedun;

(4) Pencahayaan buatan pada bangunan gedung harus dipilih secara fleksibel, efektif dan sesuai dengan tingkat iluminasi yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dalam bangunan gedung, dengan mempertimbangkan efisiensi dan konservasi energi yang digunakan;

Page 29: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 29 -

(5) Besarnya kebutuhan pencahayaan alami dan/atau buatan dalam bangunan gedung dihitung berdasarkan pedoman dan standar teknis yang berlaku.

Paragraf 3

Persyaratan Kemudahan/ Aksesibilitas

Pasal 50

(1) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan kemudahan yang meliputi kemudahan hubungan ke, dari dan di dalam bangunan gedung, serta kelengkapan parasarana dan sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung.

(2) Kemudahan hubungan ke, dari dan di dalam bangunan gedung

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi kemudahan hubungan horizontal dan hubungan vertikal, tersedianya akses evakuasi, serta fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman dan nyaman bagi penyandang cacat dan lanjut usia.

(3) Kelengkapan prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada bangunan gedung untuk kepentingan umum meliputi penyediaan fasilitas yang cukup untuk ruang ibadah, ruang ganti, ruang bayi, toilet, tempat parkir, tempat sampah serta fasilitas komunikasi dan informasi.

Pasal 51

(1) Kemudahan hubungan horizontal antar ruang dalam bangunan gedung

sebagaimana dimaksud dalam pasal 50 ayat (2) merupakan keharusan bangunan gedung untuk menyediakan pintu dan/atau koridor antar ruang.

(2) Penyediaan mengenai jumlah, ukuran dan konstruksi teknis pintu dan koridor disesuaikan dengan fungsi ruang bangunan gedung.

(3) Ketentuan mengenai kemudahan hubungan horizontal antar ruang dalam bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) mengikuti ketentuan dalam standar teknis yang berlaku.

Pasal 52

(1) Kemudahan hubungan vertikal dalam bangunan gedung, termasuk

sarana transportasi vertikal sebagaimana dimaksud dalam pasal 50 ayat (2) berupa penyediaan tangga, ram, dan sejenisnya serta lift dan/atau tangga berjalan dalam bangunan gedung.

(2) Bangunan gedung bertingkat harus menyediakan tangga yang menghubungkan lantai yang satu dengan yang lainnya dengan mempertimbangkan kemudahan, keamanan, keselamatan dan kesehatan pengguna.

(3) Bangunan gedung untuk parkir harus menyediakan ram dengan kemiringan tertentu dan/atau sarana akses vertikal lainnya dengan mempertimbangkan kemudahan dan keamanan pengguna sesuai dengan standar teknis yang berlaku.

Page 30: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 30 -

(4) Bangunan gedung dengan jumlah lantai di atas 5 (lima) harus dilengkapi dengan sarana transportasi vertikal (lift) yang dipasang sesuai dengan kebutuhan dan fungsi bangunan gedung.

(5) Ketentuan mengenai kemudahan hubungan vertikal dalam bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) mengikuti ketentuan dalam standar teknis yang berlaku.

Pasal 53

(1) Akses evakuasi dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam

pasal 50 ayat (2) harus disediakan di dalam bangunan gedung meliputi sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat dan jalur evakuasi apabila terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya, kecuali rumah tinggal.

(2) Penyediaan akses evakuasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi dengan petunjuk arah yang jelas.

(3) Ketentuan mengenai penyediaan akses evakuasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) mengikuti ketentuan dalam standar teknis yang berlaku.

Pasal 54

(1) Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut

usia sebagaimana dimaksud dalam pasal 50 ayat (2) merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung, kecuali rumah tinggal.

(2) Fasilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia sebagaimana yang

dimaksud pada ayat (1), termasuk penyediaan fasilitas aksesibilitas dan fasilitas lainnya dalam bangunan gedung dan lingkungannya.

(3) Ketentuan mengenai penyediaan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) mengikuti ketentuan dalam standar teknis yang berlaku.

Pasal 55

(1) Kelengkapan prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud dalam pasal

50 ayat (3) merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung untuk kepentingan umum.

(2) Kelengkapan prasarana dan sarana tersebut harus memadai sesuai dengan fungsi bangunan umum tersebut.

(3) Kelengkapan sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. sarana pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran b. tempat Parkir c. sarana transportasi vertikal d. sarana tata udara e. fasilitas penyandang cacat f. sarana penyelamatan

Page 31: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 31 -

Paragraf 4 Persyaratan Instalasi Listrik

Pasal 56

(1) Sistem instalasi listrik arus kuat dan penempatannya harus mudah

diamati, dipelihara, tidak membahayakan, mengganggu dan merugikan lingkungan, bagian bangunan dan instalasi lain, serta diperhitungkan berdasarkan standar, normalisasi teknik dan peraturan lain yang berlaku.

(2) Beban listrik yang bekerja pada instalasi arus kuat, harus diperhitungkan berdasarkan standar dan/atau normalisasi teknik dan peraturan yang berlaku.

(3) Sumber daya utama bangunan harus menggunakan tenaga listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).

(4) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak memungkinkan, sumber daya utama dapat menggunakan sistem pembangkit tenaga listrik sendiri yang penempatannya harus aman dan tidak menimbulkan gangguan lingkungan, serta harus mengikuti standar dan/atau normalisasi teknik dan peraturan yang berlaku.

(5) Bangunan dan ruang khusus di mana listriknya tidak boleh putus, harus memiliki pembangkit tenaga cadangan yang dayanya dapat memenuhi kelangsungan pelayanan pada bangunan dan/atau ruang khusus tersebut.

(6) Sistem instalasi listrik pada bangunan tinggi dan bangunan umum harus memiliki sumber daya listrik darurat, yang mampu melayani kelangsungan pelayanan utama bangunan apabila gangguan listrik atau terjadi kebakaran.

(7) Instalasi listrik arus kuat yang terpasang, sebelum dipergunakan harus terlebih dahulu diperiksa dan diuji oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN).

(8) Pemeliharaan instalasi arus kuat dilaksanakan dan diperiksa setiap 6 (enam) bulan sesuai dengan sifat penggunaan dan keadaan setempat, serta dilaporkan secara tertulis oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN).

(9) Pada ruang panel hubung dan atau ruang panel bagi, harus terdapat

ruang yang cukup untk memudahkan pemeriksaan, perbaikan dan pelayanan, serta diberi ventilasi cukup.

Pasal 57

(1) Setiap bangunan atau bagian bangunan yang berdasarkan letak bentuk

dan penggunaannya dianggap mudah terkena sambaran petir, harus diberi instalasi penangkal petir serta diperhitungkan berdasarkan standar, normalisasi teknik dan peraturan yang berlaku.

(2) Suatu instalasi penangkal petir harus dapat melindungi semua bagian dari bangunan termasuk juga manusia yang ada di dalamnya, terhadap bahaya sambaran petir.

Page 32: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 32 -

(3) Pemasangan instalasi penangkal petir bangunan harus memperhatikan arsitek bangunan tanpa mengurangi nilai perlindungan terhadap sambaran petir yang efektif.

(4) Terhadap instalasi penangkal petir harus dilakukan pemeriksaan dan pemeliharaan secara berkala.

(5) Setiap perluasan dan penambahan bangunan instalasi penangkal petir harus disesuaikan dengan adanya perubahan tersebut.

(6) Apabila terjadi sambaran, instalasi penangkal petir harus diadakan pemeriksaan dari bagian-bagiannya dan harus segera dilaksanakan perbaikan terhadap bangunan yang mengalami kerusakan.

Bagian Kelima

Persyaratan Kenyamanan Dalam Bangunan

Pasal 58 (1) Setiap bangunan yang dibangun mempertimbangkan faktor kenyamanan

pengguna atau penghuni yang berada di dalam dan sekitar bangunan.

(2) Dalam merencanakan kenyamanan dalam bangunan gedung harus memperhatikan : a. kenyamanan ruang gerak, b. kenyamanan hubungan antar ruang, c. kenyamanan kondisi udara, d. kenyamanan pandangan, e. kenyamanan terhadap kebisingan dan getaran, f. kenyamanan aksesibilitas.

(3) Ketentuan perencanaan, pelaksanaan, pelaksanaan, operasi dan

pemeliharaan kenyamanan dalam bangunan gedung mengikuti ketentuan dalam pedoman dan standar teknis yang berlaku.

BAB V PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG

Bagian Kesatu Umum

Pasal 59

(1) Penyelenggaraan bangunan gedung meliputi kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran.

(2) Dalam penyelenggaraan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) penyelenggara berkewajiban memenuhi persyaratan bangunan gedung.

(3) Penyelenggaraan bangunan gedung terdiri atas pemilik bangunan gedung, penyedia jasa konstruksi dan pengguna bangunan gedung.

(4) Pemilik bangunan gedung yang belum dapat memenuhi persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 ayat (2) tetap harus memiliki ketentuan tersebut secara bertahap.

Page 33: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 33 -

Bagian Kedua Pembangunan Bangunan Gedung

Pasal 60

(1) Pembangunan bangunan gedung diselenggarakan melalui tahapan perencanaan dan pelaksanaan serta pengawasannya dan dilengkapi Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK).

(2) Pembangunan bangunan gedung dapat dilakukan baik di tanah milik sendiri maupun di tanah milik pihak lain.

(3) Pembangunan bangunan gedung di atas tanah milik pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan perjanjian tertulis antara pemilik tanah dan pemilik bangunan gedung.

(4) Pembangunan bangunan gedung dapat dilaksanakan setelah rencana teknis bangunan gedung disetujui oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk izin mendirikan bangunan kecuali bangunan gedung fungsi khusus.

Pasal 61

(1) Perencanaan pembangunan rumah tinggal satu lantai dengan luas

kurang dari 50 M2 dapat dilakukan oleh orang yang ahli/berpengalaman.

(2) Perencanaan bangunan sampai dengan dua lantai dapat dilakukan oleh orang yang ahli yang memiliki sertifikasi.

(3) Perencanaan bangunan lebih dari satu lantai atau bangunan umum, atau bangunan spesifik harus dilakukan oleh Badan Hukum yang telah mendapatkan kualifikasi sesuai bidang dan nilai bangunan.

(4) Perencana bertanggung jawab bahwa bangunan yang direncanakan telah memenuhi persyaratan teknis dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(5) Perencanaan pembangunan terdiri dari : a. perencanaan arsitektur; b. perencanaan konstruksi; c. perencanaan utilitas; d. rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).

(6) Ketentuan ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) tidak berlaku di perencanaan :

a. bangunan yang sifatnya sementara dengan syarat bahwa luas dan tingginya tidak bertentangan dengan ketentuan yang ditetapkan Dinas Pekerjaan Umum;

b. pekerjaan pemeliharaan/perbaikan bangunan, antara lain : 1. memperbaiki bangunan dengan tidak mengubah konstruksi dan

luas lantai bangunan; 2. pekerjaan memplester, memperbaiki retak bangunan dan

memperbaiki lapis lantai bangunan; 3. memperbaiki penutup atap tanpa mengubah konstruksinya; 4. memperbaiki lubang cahaya/udara tidak lebih dari 1 m2 ; 5. membuat pemisah halaman tanpa konstruksi; 6. memperbaiki langit-langit tanpa mengubah jaringan lain.

Page 34: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 34 -

(7) Pengesahan rencana teknis bangunan gedung untuk kepentingan umum ditetapkan oleh Bupati setelah mendapat pertimbangan teknis dari tim ahli.

(8) Pengesahan rencana teknis bangunan gedung fungsi khusus ditetapkan oleh Pemerintah Pusat setelah mendapat pertimbangan teknis tim ahli.

(9) Keanggotaan tim ahli bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) bersifat adhoc terdiri dari para ahli yang diperlukan sesuai dengan kompleksitas bangunan gedung.

Pasal 62

(1) Pelaksanaan pekerjaan mendirikan bangunan sampai dua lantai dapat

dilakukan oleh pelaksana perorangan yang ahli.

(2) Pelaksanaan pekerjaan mendirikan bangunan dengan luas lebih dari 500 m2 atau bertingkat lebih dari dua lantai atau bangunan spesifik harus dilakukan oleh pelaksana ahli berbadan hukum yang memiliki kualifikasi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pasal 63

(1) Sebelum kegiatan membangun dilaksanakan harus dipasang papan

nama proyek dan batas perkarangan harus dipagar setinggi minimal 2,0 m, dengan memperhatikan keamanan dan keserasian sekelilingnya serta tidak melampaui GSJ.

(2) Untuk kegiatan membangun yang pelaksanaannya dapat mengganggu keamanan pejalan kaki maka pagar proyek yang berbatasan dengan trotoar harus dibuat konstruksi pengaman yang melindungi pejalan kaki.

Pasal 64

(1) Jalan dan pintu keluar masuk lokasi kegiatan membangun harus dibuat,

dan penempatannya tidak boleh mengganggu kelancaran lalu lintas serta tidak merusak prasarana kota.

(2) Apabila jalan masuk proyek tersebut melewati trotoar dan saluran umum maka perlu dibuat konstruksi pengaman berupa jembatan sementara untuk lalu lintas kendaraan keluar masuk proyek.

Pasal 65

(1) Pemasangan dan pembongkaran bekisting harus mengikuti ketentuan

sebagaimana diatur dalam peraturan beton bertulang Indonesia.

(2) Perancah dari bahan kayu atau bambu hanya diperbolehkan untuk pelaksanaan kegiatan membangun maksimal 4 (empat) lantai sedangkan di atas 4 (empat) lantai harus dipakai perancah besi atau yang sejenis.

Page 35: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 35 -

(3) Konstruksi bekisting dan perancah harus aman dan tidak membahayakan para pekerja dan lingkungan sekitarnya.

(4) Untuk bekisting dan perancah khusus perlu dibuat rencana dan perhitungan strukturnya dengan terlebih dahulu disetujui oleh Dinas Pekerjaan Umum.

Bagian Ketiga

Pemanfaatan Bangunan Gedung

Pasal 66

(1) Pemanfaatan bangunan gedung dilakukan oleh pemilik atau pengguna bangunan gedung setelah bangunan gedung tersebut dinyatakan memenuhi persyaratan laik fungsi dan persyaratan teknis.

(2) Pemeliharaan, perawatan dan pemeriksaan secara berkala pada bangunan gedung harus dilakukan agar tetap memenuhi persyaratan laik fungsi.

(3) Ketentuan mengenai tata cara pemeliharaan, perawatan dan pemeriksaan secara berkala bangunan gedung mengikuti pedoman teknis dan sesuai standarisasi nasional yang berlaku.

Bagian Keempat

Pelestarian Bangunan Gedung

Pasal 67

(1) Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai peraturan perundang-undangan dilindungi dan dilestarikan.

(2) Penetapan bangunan gedung dan lingkungannya yang dilindungi dan dilestarikan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan/atau Pemerintah Pusat dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan.

(3) Pelaksanaan perbaikan, pemugaran, perlindungan seta pemeliharaan atas bangunan gedung dan lingkungannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah nilai dan/atau karakter cagar budayayang dikandungnya.

(4) Perbaikan, pemugaran dan pemanfaatana bangunan gedung dan lingkungan cagar budaya, dikembalikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(5) Ketentuan mengenai perlindungan dan pelestarian sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) serta teknis pelaksanaan perbaikan, pemugaran dan pemanfaatan mengikuti ketentuan pedoman teknis dan standarisasi nasional yang berlaku.

Page 36: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 36 -

Bagian Kelima Tertib Bangunan

Pasal 68

(1) Setiap bangunan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana

tercantum dalam Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan/atau menggunakan bangunan, agar dibongkar atau dilakukan penyesuaian sehingga memenuhi ketentuan dalam peraturan daerah ini.

(2) Setiap kegiatan membangun termasuk pekerjaan instalasi dan perlengkapan bangunan harus dilakukan dengan memperhatikan dan melaksanakan ketentuan-ketentuan tentang: a. keselamatan dan kesehatan; b. kebersihan dan keserasian lingkungan; c. keamanan dan kesehatan terhadap lingkungan di sekitarnya; d. pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran.

Pasal 69

(1) Daerah hantaran udara (transmisi) tegangan tinggi, letak bangunan

minimal 10 meter dari as jalur tegangan tinggi terluar serta tidak boleh melampaui garis sudut 45 derajat, yang diukur dari as jalur tegangan tinggi terluar.

(2) Atap bangunan dalam lingkungan bangunan yang letaknya berdekatan dengan bandara udara tidak diperkenankan dibuat dari bahan yang menyilaukan.

(3) Ketinggian bangunan sebagaimana pada ayat (2) tidak diperkenankan mengganggu lalu lintas udara.

(4) Bupati menetapkan keputusan dengan memperhatikan pertimbangan para ahli.

Pasal 70

Bangunan tertentu berdasarkan letak, bentuk, ketinggian dan pengunaannya dilengkapi dengan peralatan yang berfungsi sebagai pengamanan terhadap lalu lintas udara atau lalu lintas laut.

Bagian Keenam

Pembongkaran Bangunan Gedung

Pasal 71

(1) Bangunan gedung dapat dibongkar apabila : a. tidak laik fungsi dan tidak dapat diperbaiki; b. dapat menibulkan bahaya dalam pemanfaatan bangunan gedung

dan/atau lingkungannya; c. tidak memiliki izin mendirikan bangunan (IMB).

Page 37: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 37 -

(2) Bangunan gedung yang dapat dibongkar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b berdasarkan hasil pengkajian teknis.

(3) Pembongkaran bangunan gedung yang mempunyai dampak luas terhadap keselamatan umum dan lingkungan dilaksanakan berdasarkan rencana teknis pembongkaran yang telah disetujui oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

(4) Ketentuan mengenai tata cara pembongkaran bangunan gedung mengikuti ketentuan pedoman teknis dan sesuai standarisasi nasional yang berlaku.

BAB VI PERIZINAN BANGUNAN

Pasal 72

(1) Setiap penyelenggaraan bangunan gedung di daerah wajib memiliki IMB

dan/atau kelayakan bangunan dari Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

(2) IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditertibkan atas setiap perencanaan bangunan gedung yang telah memenuhi persyaratan administrasi dan ketentuan teknis bangunan.

Pasal 73

Untuk dapat merubah bangunan gedung, maka pemilik bangunanharus melakukan pengajuan izin kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk, disertai : a. melampirkan IMB terdahulu; b. fotocopyidentitas yang mengajukan; c. fotocopysurat bukti kepemilikan tanah atau penguasaan atas tanah; d. gambar rancanaga arsitektur bangunan gedung; e. perhitungan dan gambar rencana struktur bangunan gedung yang akan

dirubah; f. perhitungan dan gambar rencana instalasi bangunan.

Pasal 74

(1) Bupati dapat memerintahkan kepada pemilik untuk merobohkan

bangunan yang dinyatakan : a. rapuh; b. membahayakan keselamatan umum; c. tidak sesuai dengan tata ruang kota dan ketentuan lain yang berlaku.

(2) Pemilik bangunan dapat mengajukan permohonan untuk merobohkan

bangunannya.

(3) Sebelum mengajukan permohonan izin merobohkan bangunan pemohon harus terlebih dahulu minta petunjuk tentang rencana merobohkan bangunan kepada dinas terkait yang meliputi : a. tujuan atau alasan merobohkan bangunan; b. persyaratan merobohkan bangunan; c. cara merobohkan bangunan; d. Hal-hal lain yang dianggap perlu.

Page 38: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 38 -

BAB VII PERAN MASYARAKAT

Pasal 75

Peran masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung adalah : a. memantau dan menjaga ketertiban penyelenggaraan; b. memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah dalam

penyempurnaan peraturan, pedoman dan standar teknis di bidang bangunan gedung;

c. menyampaikan pendapat dan pertimbangan kepada instansi yang berwenang terhadap penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan, rencana teknis bangunan gedung tertentu, dan kegiatan penyelenggaraan yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan;

d. melaksanakan gugatan perwakilan terhadap bangunan gedung yang mengganggu, merugikan, dan/atau membahayakan kepentingan umum.

BAB VIII PENGAWASAN

Pasal 76

Untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditugaskan kepada Dinas Pekerjaan Umum atau kepada pihak lain yang ditunjuk oleh Bupati.

Pasal 77

(1) Di samping Pemerintah, pengawasan juga dilakukan oleh masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung, yang berupa: a. memantau dan menjaga ketertiban penyelenggaraan; b. memberikan masukan pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah

dalam penyempurnaan peraturan, pedoman dan standar teknis di bidang bangunan gedung;

c. menyampaikan pendapat dan pertimbangan kepada instansi yang berwenang terhadap penyusunan tata bangunan dan lingkungan, rencana teknis bangunan gedung tertentu, dan kegiatan penyelenggaraan yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan;

d. melaksanakan gugatan perwakilan terhadap bangunan gedung yang menganggu, merugikan, dan atau membahayakan kepentingan umum.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai peran masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung mengikuti ketentuan dari peraturan yang berlaku.

Page 39: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 39 -

BAB IX KETENTUAN SANKSI

Pasal 78

Setiap pemilik dan/atau pengguna yang tidak memenuhi kewajiban pemenuhan fungsi, persyaratan, dan/atau penyelenggaraan bangunan gedung dikenai sanksi administratif berupa : a. peringatan tertulis, b. pembatasan kegiatan pembangunan, c. penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan

pembangunan, d. penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan bangunan gedung, e. pembekuan izin mendirikan bangunan gedung, f. pencabutan izin mendirikan bangunan gedung, g. pembekuan sertifikat laik fungsi bangunan gedung, h. pencabutan sertifikat laik fungsi bangunan gedung, atau i. perintah pembongkaran bangunan gedung.

BAB X

KETENTUAN PIDANA

Pasal 79

Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 ayat (8), Pasal 23, Pasal 27, Pasal 38, Pasal 39 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4), Pasal 42 ayat (1), dan Pasal 52 ayat (4) dan Pasal 56 ayat (1) Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Pasal 80

(1) Setiap pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung diancam denda

paling banyak 10% dari nilai bangunan jika bangunan/penggunaan bangunannya mengakibatkan kerugian harta benda orang lain.

(2) Setiap pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung diancam denda paling banyak 15% dari nilai bangunan gedung, jika bangunan/penggunaan bangunannya mengakibatkan kecelakaan bagi orang lain yang mengakibatkan cacat seumur hidup.

(3) Setiap pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung diancam denda paling banyak 20% dari nilai bangunan gedung, jika bangunan/penggunaan bangunannya mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain.

BAB XI

PENYIDIKAN

Pasal 81

(1) Selain Pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia, penyidikan atas tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Dearah yang pengangkatannya sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Page 40: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 40 -

(2) Dalam melakukan tugas penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang : a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai adanya

tindak pidana atas pelanggaran Peraturan Daerah; b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan

melakukan pemeriksaan; c. menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa Tanda

Pengenal Diri Tersangka; d. melakukan penyitaan benda dan atau surat; e. memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi; f. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya

dengan pemeriksaan perkara; g. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari

penyidik bahwa tidak terdapat bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka dan keluarganya;

h. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

BAB XII KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 82

Untuk kawasan-kawasan tertentu, dengan pertimbangan tertentu dapat ditetapkan peraturan bangunan gedung secara khusus oleh Bupati berdasarkan RTBL yang telah ada

BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 83

(1) Bangunan yang telah didirikan dan digunakan serta telah memiliki IMB

berdasarkan Peraturan Daerah terdahulu sebelum Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung ini berlaku, dianggap telah memiliki IMB menurut Peraturan Daerah ini.

(2) Bagi bangunan yang telah ada sebelum Peraturan Daerah tentang

Bangunan Gedung ini berlaku, dan belum memiliki IMB, dalam jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal berlakunya Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung ini, diwajibkan memiliki IMB sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah IMB Kabupaten dengan menyesuaikan syarat- syarat yang tercantum dalam Perda tentang Bangunan Gedung.

(3) IMB sebagimana dimaksud pada ayat (2) diberikan sepanjang lokasi

bangunan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat.

Page 41: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 41 -

BAB XIV KETENTUAN PENUTUP

Pasal 84

Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.

Ditetapkan di Pangkalan Bun pada tanggal 23 Juli 2014.

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

cap/ttd

UJANG ISKANDAR

Diundangkan di Pangkalan Bun pada tanggal 23 Juli 2014.

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT,

cap/ttd

MASRADIN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN 2014 NOMOR 9.

Salinan Sesuai Dengan Aslinya

KEPALA BAGIAN HUKUM,

M. RUSLI EFENDI, SH, M.Si

NIP. 19600429 199311 1 002

Page 42: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

NOMOR 9 TAHUN 2014

TENTANG

BANGUNAN GEDUNG

I. PENJELASAN UMUM Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

perlu ditindaklanjuti dengan adanya Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung. Khusus mengenai perizinan bangunan, telah berlaku Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 10 Tahun 2012 tentang Izin Mendirikan Bangunan dan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan yang juga mengacu pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Mengingat perkembangan pembangunan gedung di Kabupaten Kotawaringin Barat yang terus meningkat baik kuantitas dan kualitas maupun kompleksitas maka Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penataan dan pembangunan gedung yang disesuaikan dengan RTRW Kabupaten Kotawaringin Barat.

Peraturan Daerah ini diharapkan dapat menjadi sarana dan pedoman

pembangunan yang jelas dan resmi, baik bagi masyarakat pembangunan dan pemakai maupun bagi aparat terkait dalam mekanisme pembangunan di Kabupaten Kotawaringin Barat, sehingga dapat tercipta iklim pembangunan yang memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat dalam mencapai dan melaksanakan cita-cita dan peran sertanya dibidang pembangunan.

Sesuai dengan skalanya, tertib bangunan adalah merupakan unsur

dan/atau bagian dari tertib lingkungan dimana bangunan merupakan unsur terpenting dalam pembinaan dan pembentukan karakter fisik lingkungan tersebut, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tertib bangunan terdapat aspek tertib lingkungan dan tertib perkotaan.

Disamping aspek tertib bangunan, Peraturan Daerah ini diharapkan

pula menjadi alat kendali bagi laju pertumbuhan fisik kota, pencegahan terhadap bahaya kerusakan dan pencemaran lingkungan, pengurangan nilai-nilai estetika, kenyamanan dan keamanan bangunan, sehingga berbagai investasi fisik dapat mencapai nilai manfaat sebesar-besarnya, terlindung dari berbagai rasa kurang aman serta terhindar dari ancaman bahaya, karenanya dalam mekanisme pembangunan menuju tertib bangunan, sangat diperlukan adanya kriteria dan tata cara pengawasan dan pengendalian yang aplikatif dan aspiratif dalam arti baik bagi pelaku pembangunan maupun aparat pengawas bersama-sama dapat memahami dan menggunakan Peraturan Daerah ini secara berdaya guna dan berhasil guna.

Page 43: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 2 - Berdasarkan maksud dan tujuan tersebut diatas maka Peraturan

Daerah ini disusun dengan mengacu kepada aspek, yaitu aspek hukum, aspek teknis, aspek politik, aspek sosial/ekonomi, dan dengan harapan agar semua aspirasi dan prakarsa membangun masyarakat beserta segala permasalahannya dapat dipecahkan, disalurkan serta dilaksanakan dengan aman, tertib, benar dan bermanfaat.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL.

Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2

Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas Ayat (3)

Dalam menentukan klasifikasi I, II, III dapat didasarkan pada radius terhadap pusat kota, dan atau berdasarkan fungsi wilayah, dsb, yang kesemuanya ditetapkan oleh Bupati Kotawaringin Barat.

Ayat (4)

Cukup jelas Ayat (5)

Cukup jelas Ayat (6)

Cukup jelas Ayat (7)

Cukup jelas Pasal 3

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Rumah tinggal sementara adalah bangunan gedung fungsi

keagamaan untuk bangunan masjid termasuk musholla, dan untuk bangunan gereja termasuk kapel.

Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Lingkup bangunan fungsi usaha adalah :

a. Perkantoran, termasuk kantor yang disewakan; b. Perdagangan, seperti warung, toko, pasar, dan mall; c. Perindustrian, seperti pabrik, laboratorium, dan

perbengkelan; d. Perhotelan, seperti wisma, losmen, hotel, motel, dan hostel;

Page 44: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 3 -

e. Wisata dan Rekreasi, seperti gedung pertemuan, olahraga, anjungan, bioskop, dan gedung pertunjukan;

f. Terminal seperti terminal angkutan darat, stasiun kereta api, bandara, dan pelabuhan laut;

g. Penyimpanan, seperti gudang, tempat pendinginan dan gedung parkir.

Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Bangunan gedung fungsi khusus adalah bangunan yang

fungsinya mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi untuk kepentingan nasional atau yang penyelenggaraannya dapat membahayakan masyarakat di sekitarnya dan/atau mempunyai resiko bahaya tinggi, dan penetapannya dilakukan oleh Menteri yang membidangi bangunan gedung berdasarkan usulan Menteri terkait.

Bangunan instalasi pertahanan misalnya kubu-kubu pangkalan-pangkalan pertahanan (instalasi peluru kendali), pangkalan laut dan pangkalan udara, serta depo amunisi.

Bangunan instalasi keamanan misalnya laboratorium forensik dan depo amunisi.

Pasal 4

Cukup jelas Pasal 5

Cukup jelas Pasal 6 Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2) Yang dimaksud dengan orang atau badan hukum meliputi orang

perorangan atau badan hukum privat. Badan hukum privat antara lain adalah perseroan terbatas,

yayasan, badan usaha yang lain seperti CV, firma dan bentuk usaha lainnya, sedangkan badan hukum publik antara lain terdiri dari instalasi/lembaga pemerintah, perusahaan milik negara, perusahaan milik daerah, perum, perjan, dan persero dapat pula sebagai pemilik bangunan gedung atau bagian gedung.

Ayat (3) Pendataan, termasuk pendaftaran bangunan gedung, dilakukan

pada saat proses perizinan mendirikan bangunan dan secara periodik, yang dimaksud untuk keperluan tertib pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung, memberikan kepastian hukum tentang ststus kepemilikan bangunan gedung dan sistem informasi.

Berdasarkan pendataan pendataan bangunan gedung, sebagai pelaksanaan dari asas pemisahan horizontal, selanjutnya pemilik bangunan gedung memperoleh surat bukti kepemilikan bangunan gedung dari Pemerintah Daerah.

Page 45: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 4 - Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10 Cukup jelas Pasal 11 Cukup jelas Pasal 12 Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17 Cukup jelas Pasal 18 Cukup jelas Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Cukup jelas Pasal 23

Hal ini berlaku untuk bangunan rumah tinggal, rumah susun, pertokoan dan perkantoran deret atau yang sejenis.

Pasal 24

o Yang dimaksud dengan dinding/bidang terbuka ialah yang mengandung bukaan-bukaan jendela, pintu, teras terbuka dan lain-lain.

o Yang dimaksud dengan dinding/bidang tertutup ialah yang mengandung bukaan yang seperti di atas, tapi masih dimungkinkan adanya jendela atas (bovenlight) yang tinggi ambang bawahnya tidak kurang dari 1,80 meter dari lantai ruangannya.

Page 46: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 5 - Pasal 25 Cukup jelas Pasal 26 Cukup jelas Pasal 27 Cukup jelas Pasal 28 Cukup jelas Pasal 29 Cukup jelas Pasal 30 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Ukuran yang dimaksud dalam ayat ini dihitung dari titik

perpotongan kedua GSB. Ayat (3) Cukup jelas Pasal 31 Ayat (1) Persyaratan arsitektur bangunan gedung dimaksudkan untuk

mendorong perwujudan kualitas bangunan gedung dan lingkungan yang mampu mencerminkan jati diri dan menjadi teladan bagi lingkungannya, serta yang dapat secara arif mengakomadasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Ayat (2) Pertimbangan terhadap bentuk dan karakteristik arsitektur

dan lingkungan yang ada di sekitar bangunan gedung dimaksudkan untuk lebih menciptakan kualitas lingkungan, seperti melalui harmonisasi nilai dan gaya arsitektur, penggunaan bahan serta warna bangunan gedung/kontekstual.

Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Ruang luar bangunan gedung diwujudkan untuk sekaligus

mendukung pemenuhan persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan bangunan gedung, di samping untuk mewadahi kegiatan pendukung fungsi bangunan gedung dan daerah hijau di sekitar bangunan.

Ruang terbuka hijau diwujudkan dengan memperhatikan potensi unsur-unsur alami yang ada dalam tapak seperti danau, sungai, pohon-pohon menahun, tanah serta permukaan tanah, dan dapat berfungsi untuk kepentingan ekologis, sosial, ekonomi, serta estetika.

Page 47: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 6 - Pasal 32 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Yang dimaksud dengan ruang penunjang ialah antara lain

ruang musik, ruang senam pribadi, ruang belajar, ruang tidur pelayan, dan lain-lain yang sejenis, sejauh penambahan tersebut tidak mengganggu privacy dan keamanan tetangga.

Pasal 33 Cukup jelas Pasal 34 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Bila gedung dan pabrik tersebut terletak dalam suatu komplek

dengan satu pengelolaan, maka fasilitas-fasilitas dimaksud dapat dipusatkan.

Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Pasal 35 Ayat (1) Ruang rongga atap (attic) ialah ruang penggunaan yang

terbentuk oleh bentuk dan struktur atap. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 36 Cukup jelas Pasal 37 Cukup jelas Pasal 38 Cukup jelas Pasal 39 Ayat (1) Yang dimaksud dengan dampak terhadap lingkungan adalah

perubahan yang sangat mendasar pada suatu lingkungan adalah perubahan yang sangat mendasar pada suatu lingkungan yang diakibatkan oleh suatu kegiatan.

Bangunan gedung yang menimbulkan dampak penting lingkungan adalah bangunan gedung yang dapat menyebabkan :

Page 48: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 7 -

a. Perubahan pada sifat-sifat fisik dan atau hayati lingkungan yanga melampaui baku mutu lingkungan menurut peraturan perundang-undangan;

b. Perubahan mendasar pada komponen lingkungan yang melampaui kriteria yanag diakui berdasarkan pertimbangan ilmiah;

c. Terancam dan/atau punahnya spesies-spesies yang langka dan/atau endemik, dan/atau dilindungi menurut peraturan perundang-undangan dan kerusakan habitat alaminya;

d. Kerusakan atau punahnya benda-benda dan bangunan gedung peninggalan sejarah yang bernilai tinggi;

e. Kerusakan atau punahnya benda-benda dan bangunan gedung peninggalan sejarah yang bernilai tinggi;

f. Perubahan areal yang mempunyai nilai keindahan alami yang tinggi;

g. Timbulnya konflik atau kontroversi dengan masyarakat dan/atau pemerintah.

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas Pasal 40 Cukup jelas Pasal 41 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Persyaratan kemampuan mendukung beban muatan selain

beban berat sendiri, beban manusia, dan beban barang juga mendukung beban yang timbul akibat perilaku alam seperti gempa (tektonik/vulkanik) dan angin ribut/badai, menurunnya kekuatan material yang oleh penyusutan, relaksasi kelelahan, dan perbedaan panas, serta kemungkinan tanah longsor, banjir, bahaya kerusakan akibat serangga perusak dan jamur.

Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas

Page 49: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 8 - Ayat (6) Cukup jelas Pasal 42 Ayat (1) Sistem protektif pasif adalah suatu sistem proteksi kebakaran

pada bangunan gedung yang berbasis pada desain struktur dan arsitektur sehingga bangunan gedung itu sendiri secara struktural stabil dalam waktu tertentu dan dapat menghambat penjalaran api serta panas bila terjadi kebakaran.

Sistem proteksi aktif dalam mendeteksi kebakaran adalah sistem deteksi dan alarm kebakaran, sedangkan sistem proteksi aktif dalam memadamkan kebakaran adalah sistem hidran, sistem sprinkler, dan pemadam api ringan.

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 43 Cukup jelas Pasal 44 Cukup jelas Pasal 45 Cukup jelas Pasal 46 Cukup jelas Pasal 47 Cukup jelas Pasal 48 Cukup jelas Pasal 49 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Pencahayaan buatan adalah penyediaan penerangan buatan

melalui instalasi listrik dan/atau sistem energi bangunan gedung agar orang di dalamnya dapat melakukan kegiatannya sesuai fungsi bangunan gedung.

Ayat (5) Sistem pencahayaan juga mempertimbangkan prinsip-prinsip

penghematan energi dalam bangunan gedung.

Page 50: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 9 - Pasal 50 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Yang dimaksud dengan aksesibilitas pada bangunan gedung

meliputi jalan masuk, jalan keluar, hubungan horizontal antar ruang, hubungan vertikal, serta penyediaan akses evakuasi bagi penggunaan bangunan gedung, termasuk kemudahan mencari, menemukan, dan menggunakan alat pertolongan dalam keadaan darurat bagi penghuni dan terutama bagi para penyandang cacat, lanjut usia, dan wanita hamil, terutama untuk bagunan gedung pelayanan umum.

Aksesibilitas harus memenuhi fungsi dan persyaratan kierja, ketentuan tentang jarak, dimensi, pengelompokan, jumlah daya tampung, serta ketentuan tentang konstruksinya.

Yang dimaksud dengan : - Mudah, antara lain kejelasan dalam akses vertikal maupun

horisontal mencapai ke lokasi, diberi keterangan dan menghindari resiko terjebak;

- Nyaman, antara lain melalui ukuran dan syarat yang memadai;

- Aman, antara lain terpisah dengan jalan keluar untuk kebakaran, kemiringan permukaan lantai, serta tangga dan bordes yang mempunyai pegangan atau pengaman.

Ayat (3) Kelengkapan prasarana dan sarana bangunan gedung, yaitu

jenis, jumlah/volume/kapasitas, disesuaikan dengan fungsi bangunan gedung dan persyaratan lingkungan lokasi bangunan gedung sesuai ketentuan yang berlaku.

Fasilitas komunikasi dan informasi sepertti sistem komunikasi, rambu penuntun, petunjuk, dan media informasi lainnya.

Pasal 51 Cukup jelas Pasal 52 Cukup jelas Pasal 53 Cukup jelas Pasal 54 Ayat (1) Rumah tinggal tunggal, khususnya rumah inti tumbuh dan

rumah sederhana sehat, tidak diwajibkan dilengkapi dengan fasillitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia.

Bangunan gedung fungsi hunian serta apartemen, flat atau sejenisnya tetap diharuskan menyediakan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia.

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas

Page 51: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 10 - Pasal 55 Cukup jelas Pasal 56 Ayat (1) Yang dimaksud dengan standar, normalisasi teknik dan

peraturan lain yang berlaku antara lain Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL).

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Yang dimaksud dengan bangunan umum ini antara lain

Rumah Sakit, RRI, Telkom. Ayat (7) Cukup jelas Ayat (8) Cukup jelas Ayat (9) Cukup jelas Pasal 57 Ayat (1) Bangunan yang dimaksud ialah antara bangunan tinggi,

bangunan yang tertinggi di lingkungannya, bangunan yang menyimpan bahan mudah terbakar.

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas Pasal 58 Ayat (1) Cukup jelas

Page 52: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 11 - Ayat (2) Pada bangunan gedung yang karena fungsinya

mempersyaratkan tingkat kenyamanan tertentu, untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban udara di dalam ruangan dapat dilakukan dengan pengkondisian udara.

Kenyamanan pandangan dapat diwujudkan melalui gubahan massa bangunan, rancangan bukaan, tata ruang dalam dan ruang luar bangunan, serta dengan memanfaatkan potensi ruang luar bangunan, ruang terbuka hijau alami atau buatan, termasuk pencegahan terhadap gangguan silau dan pantulan sinar.

Kenyamanan terhadap getaran adalah suatu keadaan dengan tingkat getaran yang tidak menimbulkan gangguan bagi kesehatan dan kenyamanan seseorang dalam melakukan kegiatannya. Getaran dapat berupa getaran kejut, getaran mekanik atau seismik baik yang berasal dari dalam bangunan maupun dari luar bangunan. Kenyamanan terhadap kebisingan adalah keadaan dengan tingkat kebisingan yang tidak menimbulkan gangguan pendengaran, kesehatan dan kenyamanan bagi seseorang dalam melakukan kegiatan.

Kenyamanan terhadap para penyandang cacat dan lanjut usia dengan memberikan fasilitas aksesibiliti pada bangunan.

Ayat (3) Cukup jelas Pasal 59 Ayat (1) Kegiatan pengawasan bersifat melekat pada setiap kegiatan

penyelenggaran bangunan gedung. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Ketentuan mengenai penyedia jasa konstruksi mengikuti

peraturan perundang-undangan tentang jasa konstruksi Ayat (4) Pelaksanaan penahapan pemenuhan ketentuan ini akan diatur

lebih lanjut oleh Bupati . Pasal 60 Ayat (1) Perencanaan pembangunan bangunan gedung adalah kegiatan

penyusunan rencana teknis bangunan gedung sesuai dengan fungsi dan persyaratan teknis yang ditetapkan, sebagai pedoman dalam pelaksanaan dan pengawasan pembangunan.

Pelaksanaan pembangunan bangunan gedung adalah kegiatan pendirian, penambahan, perubahan, atau pemugaran konstruksi bangunan gedung dan /atau instalasi dan/atau perlengkapan bangunan gedung sesuai dengan rencana teknis yang telah disusun.

Pengawasan pembangunan bangunan gedung adalah kegiatan pengawasan pelaksanaan konstruksi mulai dan penyiapan lapangan sampai dengan penyerahan hasil akhir pekerjaan atau kegiatan manajemen konstruksi pembangunan gedung.

Page 53: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 12 - Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Yang dimaksud dengan perjanjian tertulis adalah akta otentik

yang memuat ketentuan mengenai hak dan kewajiban setiap pihak, jangka waktu berlakunya perjanjian, dan ketentuan lain yang dibuat di hadapan pejabat yang berwenang.

Kesepakatan perjanjian sebagaimana dimaksud di atas harus memperhatikan fungsi bangunan gedung dan bentuk pemanfaatannya baik keseluruhan maupun sebagian.

Ayat (4) Rencana teknis bangunan gedung dapat terdiri atas rencana-

rencana teknis arsitektur, struktur, dan konstruksi, mekanikal dan elektrikal, pertamanan, tata ruang dalam, dan disiapkan oleh penyedia jasa perencanaan yang memiliki sertifikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dalam bentuk gambar rencana, gambar detail pelaksanaan, rencana kerja dan syarat-syarat administratif, syarat umum dan syarat teknis rencana angggaran biaya pembangunandan laporan perencanaan.

Persetujuan perencanaan teknis bangunan gedung dalam bentuk izin mendirikan bangunan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan asas kelayakan adminstrasi dan teknis, prinsip pelayanan prima, serta tata laksana pemerintahan yang baik.

Perubahan rencana teknis bangunan gedung yang terjadi pada tahap pelaksanaan harus dilakukan oleh dan/atau atas persetujuan perencana teknis bangunan gedung, dan diajukan teerlebih dahulu kepada instansi yang berwenang untuk mendapatkan pengesahan.

Untuk bangunan gedung fungsi khusus izin mendirikan bangunannya ditetapkan oleh Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah.

Pasal 61 Cukup jelas Pasal 62 Cukup jelas Pasal 63 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Yang dimaksud dengan konstruksi pengaman ialah konstruksi

di atas trotoar yang fungsinya untuk melindungi/mengamankan pejalan kaki dari kemungkinan jatuhnya benda/puing.

Pasal 64 Cukup jelas Pasal 65 Cukup jelas

Page 54: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 13 - Pasal 66 Ayat (1) Yang dimaksud laik fungsi ialah berfungsinya seluruh atau

sebagian dari bangunan gedung yang dapat menjamin dipenuhinya persyaratan tata bangunan, serta persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan.

Ayat (2) Suatu bangunan gedung dinyatakan laik fungsi apabila telah

dilakukan pengkajian teknis terhadap pemenuhan seluruh persyaratan teknis bangunan gedung, dan Pemerintah Daerah mengesahkannya dalam bentuk sertifikat laik fungsi bangunan gedung.

Ayat (3) Pemeriksaan secara berkala dilakukan pemilik bangunan

gedung melalui pengkaji teknis sebagai persyaratan untuk mendapatkan atau perpanjangan sertifikat laik fungsi bangunan gedung.

Pasal 67 Ayat (1) Peraturan perundang-undangan yang terkait adalah Undang-

undang tentang Cagar Budaya. Bangunan gedung dan lingkungan yang dilindungi dan

dilestarikan dapat berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang berumur paling sedikit 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta mempunyai nilai penting sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, termasuk nilai arsitektur dan teknologinya.

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Yang dimaksud mengubah, yaitu kegiatan yang dapat merusak

nilai cagar budaya bangunan gedung dan/atau lingkungan yang harus dilindungi dan dilestarikan.

Perbaikan, pemugaran, dan pemeliharaan bangunan gedung dan lingkungan yang harus dilindungi dan dilestarikan harus dilakukan dengan memperhatikan nilai sejarah dan keaslian bentuk serta pengamanannya sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya semula, atau dapat dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya semula, atau dapat dimanfaatkan sesuai dengan potensi pengembangan lain yang tepat berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan/atau Pemerintah.

Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Pasal 68 Cukup jelas

Page 55: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 14 - Pasal 69 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Yang dimaksud atap yang menyilaukan ialah seng, aluminium

dan sejenisnya. Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Pasal 70

Yang dimaksud dengan bangunan tertentu antara lain : - Bangunan terletak pada jalur lalu lintas penerbangan. - Bentuk ketinggian yang tidak teratur sehingga dapat

membahayakan penerbangan malam hari. - Ketinggian bangunan yang penggunaannya membahayakan seperti

misalnya bangunan tangki minyak, silo dan sebagainya, harus dilengkapi dengan peralatan pengamanan antara lain lampu.

Pasal 71 Ayat (1) Huruf a Bangunan yang tidak laik fungsi dan tidak dapat

diperbaiki lagi berarti akan membahayakan keselamatan pemilik dan/atau pengguna apabila bangunan gedung tersebut terus digunakan.

Dalam hal bangunan gedung dinyatakan tidak laik fungsi tetapi masih dapat diperbaiki, pemilik dan/atau pengguna diberikan kesempatan untuk memperbaikinya sampai dengan dinyatakan laik fungsi.

Dalam hal pemilik tidak mampu, untuk rumah tinggal apabila tidak laik fungsi dan tidak dapat diperbaiki serta membahayakan keselamatan penghuni atau lingkungan, bangunan tersebut harus dikosongkan. Apabila bangunan tersebut membahayakan kepentingan umum, pelaksanaan pembongkarannya dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

Huruf b Yang dimaksud dapat menimbulkan bahaya adalah

ketika dalam pemanfaatan bangunan gedung dan/atau lingkungannya dapat membahayakan keselamatan masyarakat dan lingkungan.

Huruf c Termasuk dalam pengertian bangunan gedung yang tidak

sesuai peruntukannya berdasarkan tata ruang wilayah kabupaten, sehingga tidak dapat diproses izin mendirikan bangunannya.

Ayat (2) Pemerintah Daerah menetapkan status bangunan gedung

dapat dibongkar setelah mendapat kajian teknis bangunan yang dilaksanakan secara profesional, independen dan objektif.

Page 56: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 15 - Ayat (3) Dikecualikan bagi rumah tempat tinggal tunggal, khususnya

rumah inti tumbuh dan rumah sederhana sehat. Kedalaman dan keluasan tingkatan pengkajian teknis sangat

tergantung pada kompleksitas dan fungsi bangunan gedung. Ayat (4) Rencana teknis pembongkaran bangunan gedung termasuk

gambar-gambar rencana, gambar detail, rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan pembongkaran, jadwal pelaksanaan, serta rencana pengamanan lingkungan.

Pelaksanaan pembongkaran yang memakai peralatan berat dan/atau bahan peledak harus dilaksanakan oleh penyedia jasa pembongkaran bangunan gedung yang telah mendapat sertifikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Ayat (5) Cukup jelas Pasal 72 Ayat (1) Yang dimaksud dengan izin kelayakan menggunakan bangunan

adalah izin yang dikeluarkan untuk menggunakan, setelah terhadap bangunan tersebut dilakukan pengkajian teknis dalam kelayakan fisiknya.

Ayat (2) Cukup jelas Pasal 73 Cukup jelas Pasal 74 Cukup jelas Pasal 75 Cukup jelas Pasal 76 Cukup jelas Pasal 77 Cukup jelas Pasal 78 Cukup jelas Pasal 79 Cukup Jelas Pasal 80 Cukup jelas Pasal 81 Cukup jelas Pasal 82 Cukup jelas

Page 57: Perda No. 9 Tahun 2014 ttg Bangunan Gedung 1 BARAT_9... · 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; 23. ... untuk kepentingan umum dan bangunan gedung

- 16 - Pasal 83 Cukup jelas Pasal 84 Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 48.