PERDA NO. 7 TAHUN 2012

24
PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa sebagai salah satu sumber Pendapatan Daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan Pemerintah Daerah selanjutnya dapat dikenakan Retribusi Jasa Umum sebagaimana diatur dalam Pasal 110 huruf d Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan penyelenggaraan dan Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699), 5. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Dumai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3829); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

Transcript of PERDA NO. 7 TAHUN 2012

Page 1: PERDA NO. 7 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI

NOMOR 7 TAHUN 2012

TENTANG

PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA DUMAI,

Menimbang : a. bahwa sebagai salah satu sumber Pendapatan Daerah yang penting

guna membiayai pelaksanaan Pemerintah Daerah selanjutnya dapat dikenakan Retribusi Jasa Umum sebagaimana diatur dalam Pasal 110 huruf d Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan penyelenggaraan dan Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat dengan Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699),

5. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Dumai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3829);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

Page 2: PERDA NO. 7 TAHUN 2012

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan Dan Penggunaan Tanah Untuk Keperluan Tempat Pemakaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3350);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Daerah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonomi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;

14. Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 16 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Dumai (Lembaran Daerah Kota Dumai Tahun 2008 Nomor 9 Seri D) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Dumai 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 16 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Dumai (Lembaran Daerah Kota Dumai Tahun 2011 Nomor 4 Seri D).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DUMAI

dan

WALIKOTA DUMAI

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang di maksud dengan: 1. Daerah adalah Daerah kota Dumai. 2. Pemerintah Daerah adalah pemerintah kota Dumai. 3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya DPRD adalah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Dumai 4. Walikota adalah Walikota Dumai.

Page 3: PERDA NO. 7 TAHUN 2012

5. Dinas Tata Kota Kebersihan dan Pertamanan adalah Dinas Tata Kota Kebersihan dan Pertamanan Daerah kota Dumai.

6. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kota Dumai. 7. Seksi pemakaman adalah bidang tugas yang khusus

melayani/menangani masalah yang berkaitan dengan pemakaman dan pengabuan mayat.

8. Pejabat yang ditunjuk adalah pejabat di lingkungan pemerintah Daerah kota Dumai yang berwenang di bidang pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat yang ditugaskan oleh Walikota.

9. Tanah Pemakaman Umum Islam adalah tanah lokasi/areal tempat pengkebumian mayat bagi kaum/umat yang beragama islam.

10. Tanah Pemakaman Umum Kristen adalah tanah lokasi/areal tempat penanaman mayat bagi kaum/umat yang beragama Kristen/Katolik.

11. Tanah pemakaman Umum Hindu/Budha adalah tanah lokasi/area tempat penanaman mayat bagi kaum/umat yang beragama Hindu/Budha.

12. Taman pemakaman Umum yang selanjutnya disingkat TPU adalah tempat pemakaman untuk umum yang berada dibawah pengawasan dan pengelolaan pemerintah Daerah kota Dumai.

13. Taman Pemakaman Khusus yang selanjutnya disingkat TPK adalah area tanah yang dipergunakan untuk tempat pemakaman yang karena faktor sejarah dan faktor kebudayaan mempunyai arti khusus.

14. Taman Makam Pahlawan yang selanjutnya disingkat TMP adalah lokasi yang disiapkan untuk tempat pemakaman pejuang.

15. Taman Makam Bahagia yang selanjutnya disingkat TMB adalah lokasi yang disiapkan khusus untuk keluarga para pejuang yang dimakamkan di Taman makam pahlawan meliputi suami/istri dan anak.

16. Blok tanah makam adalah bagian-bagian dari pemakaman umum yang terdiri dari blok-blok makam.

17. Petak tanah makam adalah porsi tanah makam dengan ukuran berada di dalam blok, tanah TPU.

18. Krematorium adalah tempat kremasi (pembakaran pengabuan) mayat yang berada dalam areal pemakaman Hindu/Budha.

19. Mayat adalah jasad orang telah meninggal secara medis. 20. Mayat orang terlantar adalah jasad orang yang telah meninggal

tanpa diketahui ahli warisnya dan identitasnya. 21. Orang tidak mampu adalah orang yang tidak mampu untuk

membayar biaya pemakaman yang menjadi kewajiban yang dinyatakan dengan surat keterangan dari Lurah setempat.

22. Tempat penyimpanan abu mayat adalah tempat yang disediakan oleh pengelola pemakaman yang berada di tempat Krematorium untuk menyimpan abu mayat bagi agama Hindu/Budha.

23. Rumah duka adalah tempat penitipan mayat sementara menunggu pelaksanaan pemakaman dan atau pengabuan (kremasi).

24. Tanah makam adalah tanah untuk makam yang disediakan atas permohonan seseorang untuk dipakai memakamkan ahli waris yang meninggal dunia yang berlaku untuk jangka waktu 5(lima) tahun.

25. Tanah makam tumpangan adalah tanah makam yang sudah ada penghuninya dan dapat dipakai lagi atau di lapis dua mayat yang di lakukan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.

26. Keranda adalah tempat pengaman mayat yang terbuat dari kayu dibawa/ditanam bersama-sama jenazah bagi Agama Islam.

27. Liang lahat adalah lobang tempat menanamkan mayat di areal tanah pemakaman dengan ukuran 1 x 2 m (satu kali dua meter).

28. Peti adalah tempat pengamanan mayat yang terbuat dari kayu yang dibawa/diterima bersama mayat bagi agama non islam.

Page 4: PERDA NO. 7 TAHUN 2012

29. Mobil jenazah adalah kendaraan roda 4 (empat) atau lebih yang khusus dipergunakan untuk membawa mayat.

30. Tanda makam atau plakat batu nisan adalah batu yang dibuat sedemikian/rupa sebagai tanda pengenal pemakam di Taman Pemakam Umum (TPU).

31. Kantor TPU adalah tempat mencatat dan atau tempat pengendalian Taman Pemakam Umum yang berada lokasi TPU.

32. Sarana Umum TPU adalah sarana dan prasarana yang disediakan oleh pengelola Taman Pemakaman Umum dan masyarakat yang memerlukan sesuai ketentuan.

33. Pohon lindung adalah tanaman yang berdaun lebat dan rindang untuk keteduhan, keindahan dan kelestarian alam yang dapat di tanam pada Tanam Pemakaman.

34. Jalan Utama adalah jalan keluar masuk ke area Taman pemakaman dengan lebar 5 (lima) meter atau lebih.

35. Jalan Lingkungan Taman adalah jalan aspal/beton yang dibuat di sekeliling blok Taman pemakam dengan lebar 2 m (dua meter) sampai 3 m (tiga meter).

36. Pagar Taman adalah pagar tembok/besi/kayu atau kawat sebagai tanda batas tanah pemakaman.

37. Pintu Gerbang adalah bangunan permanent yang dibuat dengan bentuk sedemikian rupa yang terdapat di pintu jalan keluar masuk Taman pemakaman.

38. Jalan blok adalah jalan yang berada disela-sela petak tanah makam berupa jalan tanah atau batu susun (paving block).

39. Pelayanan Tanam pemakaman meliputi pelayanan penyediaan tanah makam (kuburan), pembongkaran/pemindahan makam pusara, penyediaan tanah makam cadangan, penyediaan tanah makam tumpangan (gabungan), pemeliharaan kebersihan keamanan lingkungan taman makam penitipan mayat, penataan petak tanah makam penerangan fasilitas jalan dan lingkungan Taman Pemakaman dan tempat pengabuan mayat dan penyediaan mobil jenazah.

40. Izin adalah surat izin sebagai bukti sah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka pengaturan, pembinaan pengendalian dan pengawasan atas kegiatan usaha rumah duka, pengabuan mayat serta pengelolaan tanah makam untuk perorangan/swasta/keluarga.

41. Makam cadangan adalah tanah makam yang disediakan untuk pemohon yang telah berusia 75 (tujuh puluh lima) tahun keatas.

42. Mobil jenazah adalah kendaraan khusus yang dipergunakan untuk membawa mayat.

43. Retribusi adalah pungutan yang dikenakan atas jasa pelayanan di bidang pemakaman dan pengabuan mayat yang dilakukan oleh pemerintah Daerah kota Dumai kepada orang yang menikmati atau memakai jasa pemakaman dan pengabuan mayat.

44. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

45. Kas Daerah adalah kantor Kas Daerah Kota Dumai. 46. Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat

SPTRD adalah surat yang oleh Wajib Retribusi digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran Retribusi objek Retribusi dan/atau bukan objek Retribusi dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

47. Surat Ketetapan Retribusi daerah yang selanjutnya disebut SKRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi kepada pemakai jasa (orang/badan).

Page 5: PERDA NO. 7 TAHUN 2012

48. Surat Tagihan Retribusi Daerah selanjutnya disebut STRD adalah surat untuk melakukan tagihan Retribusi kepada pemakai jasa pemakaman.

49. Ahli waris adalah ahli keluarga si mati yang bertanggung jawab atas pembiayaan pemakaman dan atau selama makam berada di atas tanah taman pemakaman.

50. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan perkumpulan, kongsi, koperasi, firma, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga Adat dan Pensiun atau Yayasan dan bentuk usaha lainnya.

51. Kebersihan adalah nilai pandang yang dapat menimbulkan rasa puas bagi seseorang.

BAB II

TEMPAT PEMAKAMAN

Pasal 2

(1) Setiap orang yang meninggal dunia di wilayah kota Dumai harus, dimakamkan pada tanah/tempat pemakaman, atau diabukan sesuai dengan ketentuan agama dan kepercayaan yang dianut oleh yang bersangkutan.

(2) Tempat pemakaman sebagaimana tersebut pada ayat (1) adalah: a. TPU; b. TPK; c. TMP; dan d. TMB.

Pasal 3

(1) TPU dan TPK dibagi atas: a. bagian umat Islam untuk orang-orang yang pada saat meninggal

dunia beragama Islam; b. bagian umat Kristiani untuk orang-orang yang pada saat

meninggal dunia beragama Kristen; c. bagian umat Hindu untuk orang-orang yang saat meninggal

beragama Hindu; dan d. bagian umat Budha untuk orang-orang yang pada saat

meninggal beragama Budha.

(2) Walikota menunjukkan dan menetapkan bagian dari Taman pemakaman untuk memakamkan orang-orang yang pada saat meninggal dunia menganut kepercayaan selain yang di sebut pada ayat (1).

(3) Untuk kemudahan dan untuk kerukunan antara Umat beragama dalam memakamkan mayat keluarganya, maka di lokasi Tanah Pemakaman Kota Dumai khususnya TPU Margasarana disediakan lahan (tanah) untuk masing-masing Kelompok Agama.

(4) Bagi setiap kelompok agama dapat membuat Tanah pemakaman tersendiri atau terpisah setelah mendapat izin dari Walikota.

(5) Luas lahan untuk masing-masing kelompok agama disesuaikan dengan perbandingan penduduk berdasarkan agama dan kepercayaan.

(6) Walikota menunjukkan dan menetapkan bagian dari TPU bagi orang-orang yang saat meninggalnya menganut kepercayaan lain di luar agama yang resmi dan orang yang tidak dikenal.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembagian kelompok tanah (lahan) TPU menurut agama diatur dengan Keputusan Walikota.

Page 6: PERDA NO. 7 TAHUN 2012

Pasal 4

Walikota menetapkan lokasi untuk pembagian blok dan perpetakan taman makam untuk tiap-tiap taman pemakaman menurut tata letak yang serasi sesuai dengan ketentuan atau aturan agama masing-masing dalam Taman pemakaman yang bersangkutan.

Pasal 5

(1) Walikota menetapkan lokasi untuk TPU, TPK, TMP dan TMB, krematorium, tempat penyimpanan abu mayat dan tempat penyimpanan mayat samentara (rumah duka) sesuai dengan ketentuan tata ruang kota atau menurut keadaan yang memungkinkan di luar ketentuan tata ruang kota.

(2) Walikota dengan persetujuan DPRD dapat menetapkan penutupan dan atau perubahan peruntukkan tanah pemakaman umum, taman pemakaman khusus, krematorium.

(3) Dengan mengingat nilai-nilai sosial agama yang ada pada TPU, maka pemanfaatan perubahan peruntukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan urutan prioritas: a. untuk memenuhi semua kebutuhan akan tanah makam; b. untuk pembangunan sarana dan prasarana tana pemakaman; c. untuk pembangunan sarana dan prasarana agama; d. untuk pembangunan sarana jalan umum dan pembangunan

umum; e. untuk pembangunan umum guna kepentingan Pemerintah

Daerah dan rakyat.

(4) Pembakaran mayat dan atau kerangka mayat sesuai ketentuan agama atau kepercayaan yang dianutnya, dilakukan di krematorium.

(5) Pengelolaan krematorium sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dapat dilakukan oleh yayasan.

(6) Walikota menetapkan lokasi pembakaran mayat dan/atau kerangka mayat serta tempat penyimpanan abu mayat yang di bangun di lingkungan krematorium sesuai dengan rencana tata ruang Pemerintah Kota Dumai, sesuai ketentuan: a. tidak berada dalam wilayah padat penduduk, b. memperhatikan keserasian dan keselarasan lingkungan hidup, c. mencegah pengrusakan tanah dan lingkungan hidup, dan d. mencegah penyalah gunaan tanah

BAB III

PEMAKAMAN MAYAT

Bagian Kesatu Tata Cara Pemakaman

Pasal 6

(1) Setiap orang yang meninggal dunia yang akan dimakamkan atau diabukan (kremasi) dalam wilayah daerah harus dilaporkan kepada RT dan atau Lurah, Pusat Kesehatan Masyarakat setempat kepada Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pertamanan.

(2) Mayat yang akan di bawa ke luar wilayah daerah harus dilaporkan Kepada Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pertamanan.

(3) Mayat yang akan di bawa dari wilayah daerah ke luar Negeri harus dilaporkan kepada Walikota dan instansi terkait.

Page 7: PERDA NO. 7 TAHUN 2012

(4) Laporan atau permohonan sebagaimana yang di maksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), harus disampaikan oleh keluarga atau ahli waris atau pihak yang bertanggung jawab atas mayat yang bersangkutan.

Pasal 7

(1) Petugas Pusat Kesehatan Masyarakat setempat mengadakan pemeriksaan atas mayat yang bersangkutan sehubungan dengan laporan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) dan pemeriksaan oleh petugas Dinas Kesehatan untuk tujuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 Ayat (1), ayat (2) dan ayat (3).

(2) Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikeluarkan Surat Izin oleh Dinas Tata Kota, Keberihan dan Pertamanan untuk tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan oleh Dinas Kesehatan untuk tujuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 Ayat (2).

(3) Mayat yang pengebumiannya ditunda sebagaimana dimaksud ayat (2) harus disimpan atau diamankan pada peti yang didalamnya dilapis seng dan plastik dan tertutup rapi atau dengan cara lain yang persyaratannya ditetapkan oleh Walikota.

Pasal 8

(1) Mayat yang akan dibawa ke tempat pemakaman atau Krematorium dan atau ke rumah duka harus ditempatkan di dalam mobil jenazah atau tempat usungan jenazah.

(2) Pembawaan/pengangkatan mayat dapat dilakukan oleh Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pertamanan dan atau pihak lain yang ditunjuk oleh Walikota.

Pasal 9

(1) Pemerintahan Daerah mengurus dan melaksanakan pemakaman bagi mayat orang terlantar atau tidak dikenal atas beban biaya daerah.

(2) Bagi mayat orang terlantar dan diketahui asal suku bangsanya, maka Walikota dapat meminta bantuan pemakaman mayat tersebut kepada ikatan warga si mayat, sepanjang tidak memberatkan ikatan warga yang dimaksud.

Bagian Kedua

Perizinan

Pasal 10

(1) Untuk mendapatkan/menggunakan tanah pemakaman harus mengajukan permohonan penggunaan tanah makam dari Walikota atau pejabat yang ditunjuk, dengan mengisi formulir yang telah ditetapkan.

(2) Permohonan penggunaan, tanah kuburan (makam) harus diajukan oleh ahli keluarga si mayat kepada Walikota atau pejabat yang ditunjuk.

(3) Walikota atau pejabat yang ditunjuk menetapkan tata cara permohonan penggunaan tanah makam.

(4) Pemohon pengguna tanah makam wajib mentaati dan melaksanakan semua ketentuan dan persyaratan yang tercantum dalam surat izin pemakaian tanah makam.

Page 8: PERDA NO. 7 TAHUN 2012

Pasal 11

Ketentuan lebih lanjut mengenai jangka waktu izin pemakaian/pengguna tanah makam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ditetapkan oleh Walikota.

Pasal 12

(1) Setiap kegiatan atau usaha di bidang pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat (kremasi) harus mendapat izin dari Walikota/Pejabat yang ditunjuk.

(2) Izin usaha berlaku selama usahanya masih berjalan dan diperpanjang atas permohonan pemilik usaha tanah pemakaman tersebut secara tertulis.

(3) Terhadap pengusaha (pemegang izin) usaha pemakaman yanag dimaksud pada ayat (1) dikenakan Retribusi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

(4) Pembinaan dan pengendalian terhadap usaha bidang pelayanan pemakaman di wilayah daerah dilakukan oleh Walikota melalui pejabat yang ditunjuk.

Pasal 13

(1) Penunjukan/penetapan letak perpetakan tanah makam tercantum dalam Surat Izin Pemakaian Tanah Makam.

(2) Setiap petak tanah makam yang sudah terpakai diharuskan memakai atau membuat tanda makam yang terbuat dari bahan yang tahan lama dan tidak mudah pecah atau rusak (terbuat dari batu atau sejenisnya).

(3) Tanda makam harus dilengkapi dengan tulisan, nama si mayat, tanggal meninggal, alamat ahli waris, nomor petak dan lainnya.

(4) Luas petak tanah makam untuk 1 (satu) orang mayat ditetapkan 2 m² (dua meter persegi) atau panjang 2 m (dua meter) dan lebar 1 m (satu meter).

(5) Kedalaman galian lubang makam ditetapkan setinggi 2 m (dua meter).

Bagian Ketiga

Penggunaan Tanah Makam

Pasal 14

(1) Setiap petak tanah makam di Taman Pemakaman harus dipergunakan untuk pemakaman secara beraturan atau berbanjar lurus kesamping secara bersaap di dalam suatu blok pemakaman.

(2) Pemakaman mayat dilakukan secara berurutan sesuai dengan nomor petak tanah makam di taman pemakaman.

(3) Pengaturan petak, blok tanah makam diatur sedemikian rupa, oleh Walikota melalui Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pertamanan.

(4) Di suatu blok tanah makam terdiri dari petak-petak tanah makam secara berjajar dan disejajarkan atau barisan dibuat jalan masuk menuju petak tanah makam.

(5) Setiap blok tanah makam dibuat jalan setapak atau jalan lingkar blok untuk kemudahan menuju blok dan petak taman pemakaman.

(6) Lebar jalan lingkar blok dan jalan masuk petak taman diatur sesuai kebutuhan taman pemakam.

Page 9: PERDA NO. 7 TAHUN 2012

(7) Disamping jalan lingkar blok jalan ke petak tanah makam, dibuat jalan masuk utama di atas tanah makam, untuk kemudahan mobil jenazah dan kendaraan umum masuk ke lokasi tanah pemakaman.

Pasal 15

(1) Setiap petak tanah makam di taman pemakaman di gunakan sepenuhnya untuk pemakaman dan apabila tanah pemakaman telah penuh terpakai oleh makam, maka petak tanah makam yang sudah di pakai dapat digunakan untuk pemakaman tumpang apabila pemakaman pertama (terdahulu) mengizinkan.

(2) Pemakaman tumpang hanya dapat di lakukan bagi mayat anggota keluarga dan jika orang lain harus ada izin tertulis dari ahli waris si mati pertama atau yang bertanggung jawab atas mayat ditumpangi.

(3) Pemakaman tumpangan di lakukan di atas mayat yang telah dimakamkan atau menyatukan dengan makam terdahulu dengan makam atau mayat tumpangan.

(4) Pemakamam tumpangan dapat dilakukan setelah mayat pertama di makamkan selama 2 (dua) tahun keatas.

Pasal 16

Petak tanah pemakaman di dalam taman pemakaman diperuntukan bagi mayat atau kerangka mayat dan tidak di bolehkan untuk pesanan bagi orang-orang yang belum meninggal dunia guna ketertiban dan keteraturan lokasi taman pemakaman.

Pasal 17

Waktu penyelenggaraan pemakaman mayat dilakukan di TPU dan pengabuan mayat dilakukan pada pukul 06.00 sampai pukul 18.00 WIB kecuali terjadi keadaan alam dan keadaan mendesak, dapat dilakukan pada malam hari setelah mendapat izin dari Walikota atau pejabat yang ditunjuk.

BAB IV

PEMINDAHAN PENGGALIAN MAYAT

Pasal 18

(1) Penggalian makam lama dan pemindahan kerangka mayat atas permintaan ahli waris dapat dilakukan setelah pihak pertama (ahli waris) membuat permohonan dan pernyataan tertulis kepada Walikota atau pejabat yang di tunjuk.

(2) Pemindahan kerangka mayat dari petak tanah makam, ke tanah makam lain di luar taman pemakaman serta untuk kepentingan umum dapat di lakukan setelah mendapat izin Walikota.

Pasal 19

(1) Penggalian tanah makam untuk kepentingan pemeriksaan mayat penyidikan (visum), dilakukan atas permintaan pejabat yang berwenang dengan persetujuan Walikota dan kesepakatan ahli waris atau keluarga si mayat dengan membuat berita acara pembongkaran.

(2) Penggalian tanah di tanah makam sebagaimana di maksud pada ayat (1) dapat dilakukan sebelum mayat berumur 6 (enam) bulan setelah dimakamkan dan dilarang dihadiri oleh orang lain selain petugas yang berwewenang dan ahli keluarga.

Page 10: PERDA NO. 7 TAHUN 2012

(3) Penggalian dilakukan dengan menutup areal tanah petak makam dengan kain atau alat yang dapat menutup pandangan umum yang bersifat sementara.

(4) Setelah selesai penggalian dan pemeriksaan mayat, lubang makam harus di tutup kembali sesuai dengan bentuk semula.

BAB V

PEMELIHARAAN

Pasal 20

(1) Pengendalian, pemeliharaan dan pengaturan tata tertib pemakaman di lakukan oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pertamanan.

(2) Pengendalian dan pengaturan tata cara pemakaian tanah di taman pemakaman yang ada di Wilayah Kota Dumai menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.

(3) Taman pemakaman harus terpelihara dengan baik di beri tanda batas/pagar tembok/kayu/kawat agar aman dari gangguan

(4) Setiap Taman Pemakaman di buat pos atau rumah jaga dan perlengkapan lainnya baik dari segi administrasi maupun peralatan lainnya, guna kemudahan dalam pelayanan pemakaman.

\

(5) Di atas areal taman pemakaman dapat di lakukan penataan sedemikian rupa guna untuk keindahan dan keserasian ketertiban dan kenyamanan area taman pemakaman.

BAB VI

LARANGAN

Pasal 21

Setiap orang dilarang : a. mendirikan bangunan di atas taman pemakaman; b. menempatkan atau menggantung benda apapun di atas atau di

dalam area taman pemakaman; c. membuang hajat, kotoran, sampah, benda lain di atas taman

pemakaman; d. menggunakan mengambil tanah/pasir, kayu batu dan lain di atas

taman pemakaman; e. mendirikan bangunan makam di atas petak taman pemakaman; f. menggali atau membongkar makam sebelum mendapat izin

Walikota dan ahli warisnya; g. dilarang masuk ke lokasi makam pada waktu malam kecuali dapat

izin Walikota atau pejabat ditunjuk; h. memakamkan (menanam) jenazah selain dari pada Tempat

pemakam; i. menanam pohon di atas petak makam pada Taman pemakam

Umum, kecuali tanaman hias dan sejenisnya setelah mendapat izin Walikota atau pejabat yang ditunjuk;

j. menggunakan keranda (peti jenazah) yang terbuat dari bahan yang tidak mudah hancur (lapuk) seperti plastik/viberglas, batu coor;

k. mengganti batu nisan, merubah bentuk makam (memakai batu), kecuali dapat izin dari Walikota atau pejabat yang ditunjuk;

l. menanamkan jenazah di atas Tanah pemakam sebelum mendapat izin dari Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pertamanan dan/atau dari pengurus taman pemakaman;

m. pacaran, bermain-main, melakukan tindakan amoral di atas areal Taman pemakaman;

n. menggunakan kendaraan mesin di atas jalan setapak di taman pemakam;

Page 11: PERDA NO. 7 TAHUN 2012

o. membakar benda apapun di atas taman pemakaman kecuali dapat izin Walikota atau pejabat yang ditunjuk; dan

p. merusak sarana dan prasarana umum taman pemakaman.

BAB VII SOPAN SANTUN DI TAMAN PEMAKAMAN UMUM

Pasal 22

(1) Setiap orang yang berada di atas taman pemakaman harus berkelakuan baik, tertib sopan dan santun.

(2) Setiap orang harus mematuhi segala ketentuan yang berlaku tentang tata tertib di taman pemakaman.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur oleh Walikota.

BAB VIII

PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN DIBIDANG PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT

Pasal 23

(1) Setiap orang yang memiliki tanah makam perorang/keluarga/kelompok dan yayasan di daerah Kota Dumai wajib mendaftarkan kegiatannya kepada Walikota.

(2) Setiap kali pemakaman mayat pada Taman Pemakaman Milik Daerah diwajibkan membayar Retribusi pemakaian tanah makam.

(3) Semua tanah makam yang berada dalam pengelolaan perorangan/keluarga/yayasan dan Badan Hukum lainnya dinyatakan berada di bawah pengawasan Pemerintah Daerah.

(4) Pemerintah Daerah atas persetujuan DPRD dan masyarakat/alim ulama dapat memindahkan atau menutup penggunaan taman pemakaman.

(5) Bilamana lokasi Taman pemakaman dimaksud tidak mungkin untuk dilanjutkan atau dioperasikan dan atau dipertahankan, dengan memperhatikan pengembangan wilayah daerah yang memaksa, maka tanah tersebut dapat ditutup dan/atau dapat dipindahkan ke lokasi lain setelah mendapat izin dari Walikota.

(6) Setiap orang yang memiliki taman pemakaman keluarga, masyarakat, yayasan, pribadi dan Badan Hukum lainnya di dalam mengoperasionalkan taman pemakaman harus dapat mengikuti petunjuk ketentuan yang di tetapkan oleh pemerintah Daerah dalam hal pemetakan makam, bentuk makam dan pengendalian pemakaman.

(7) Setiap kali memakamkan mayat pada Taman Pemakaman Swasta, melaporkan kegiatannya pada Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pertamanan.

BAB IX

NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI

Pasal 24

Dengan nama Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas jasa penyediaan petak tanah makam, penggalian liang lahat/pemakaman, penyediaan mobil jenazah, pemeliharaan kebersihan lingkungan taman pemakaman, penitipan mayat di rumah duka, tempat pengabuan mayat dan tempat penyimpanan abu mayat.

Page 12: PERDA NO. 7 TAHUN 2012

Pasal 25

Objek Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat adalah pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat yang meliputi: a. pelayanan penguburan/pemakaman termasuk penggalian dan

pengurukan, pembakaran/pengabuan mayat; dan b. sewa tempat pemakaman atau pembakaran/pengabuan mayat yang

dimiliki atau dikelola Pemerintah Daerah.

Pasal 26

Subjek Retribusi adalah orang atau Badan Hukum yang mendapat jasa pelayanan di bidang pelayanan pemakaian sarana dan prasarana pemakaman dan pengabuan mayat.

BAB X

GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 27

Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.

BAB XI

CARA MENGUKUR BESAR PENGGUNAAN JASA

Pasal 28

Tingkat penggunaan jasa pelayanan pemakam dan pengabuan mayat ditetapkan berdasarkan jenis atau macam/jenis pelayanan.

BAB XII

PRINSIP YANG DIANUT DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 29

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Jasa Umum ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.

(3) Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian biaya.

BAB XIII

BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 30

Besarnya tarif Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Daerah ini.

BAB XIV WILAYAH PUNGUTAN

Pasal 31

Wilayah pemungutan Retribusi adalah wilayah daerah.

Page 13: PERDA NO. 7 TAHUN 2012

BAB XV PEMUNGUTAN RETRIBUSI

Pasal 32

(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon dan kartu langganan.

Pasal 33

(1) Pembayaran dilakukan oleh Wajib Retribusi di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk Walikota sesuai waktu yang ditentukan.

(2) Apabila pembayaran Retribusi dilakukan ditempat lain yang ditunjuk maka hasil penerimaan Retribusi harus disetor ke Kas Daerah paling lambat 1x 24 (satu kali dua puluh empat) jam.

(3) Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus dilakukan sekaligus atau lunas dengan mempergunakan Surat Setoran Retribusi Daerah (SSRD).

(4) Walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan izin kepada wajib retribusi untuk mengangsur atau menunda retribusi terutang dalam jangka waktu tertentu dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran Retribusi diatur dengan Peraturan Walikota.

Pasal 34

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pembetulan SKRD dan STRD yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam penerapan peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah.

(2) Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengurangan atau penghapusan saksi administrasi berupa bunga dan denda kenaikan retribusi yang terutang dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan wajib retribusi atau bukan karena kesalahannya.

(3) Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan retribusi yang tidak benar.

(4) Permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud ayat (1), pengurangan ketetapan, penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud ayat (2) dan disampaikan secara tertulis oleh Wajib Retribusi kepada Walikota atau pejabat yang ditunjukkan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterimanya SKRD dan STRD dengan memberikan alasan yang jelas dan meyakinkan untuk mendukung permohonannya.

(5) Keputusan atau permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikeluarkan oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk paling lama 3 (tiga) bulan sebagaimana diterima.

(6) Apabila sudah lewat 3 (tiga) bulan sebagaimana pada ayat (1), (2) dan (5), Walikota atau pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan maka permohonan pembetulan, pengurangan ketetapan, penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi dan pembatalan dianggap dikabulkan.

Page 14: PERDA NO. 7 TAHUN 2012

BAB XVI PENAGIHAN

Pasal 35

(1) Penyampaian surat teguran/peringatan/surat pemberitahuan lainnya sebagaimana awal dari tindakan pelaksanaan penagihan Retribusi dikeluarkan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak tempo pembayaran Retribusi.

(2) Dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kalender setelah surat teguran/peringatan/panggilan dan surat lain sejenisnya, Wajib Retribusi harus melunasi pembayaran Retribusi yang terhutang.

(3) Surat teguran sebagaimana tersebut pada ayat (1) dibuat dan dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.

BAB XVII

PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KEDALUWARSA

Pasal 36

(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi.

(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika : a. diterbitkan Surat Teguran; atau b. ada pengakuan utang Retribusi dan Wajib Retribusi, baik

langsung maupun tidak langsung.

(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud ayat 2 huruf a kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.

(4) Pengakuan utang Retribusi secata langsung sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

(5) Pengakuan utang retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b dapat diketahui dan pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran keberatan oleh Wajib Retribusi.

Pasal 37

(1) Piutang Retribusi Daerah yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.

(2) Walikota menetapkan keputusan penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan piutang retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Walikota.

BAB XVIII

MASA RETRIBUSI

Pasal 38

Masa Retribusi ditetapkan selama 1 (satu) tahun, atau ditetapkan oleh Walikota.

Page 15: PERDA NO. 7 TAHUN 2012

BAB XIX KEBERATAN

Pasal 39

(1) Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan hanya kepada Walikota atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

(4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan Wajib Retribusi.

(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 40

(1) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Retribusi bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh Walikota.

(3) Keputusan Walikota atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya Retribusi yang terutang.

(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Walikota tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

Pasal 41

(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran Retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan.

(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.

BAB XX

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN RETRIBUSI

Pasal 42

(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian secara tertulis kepada Walikota.

(2) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.

Page 16: PERDA NO. 7 TAHUN 2012

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Walikota tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran Retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi atau lainnya, kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi dimaksud.

Pasal 43

(1) Dalam hal kelebihan pembayaran Retribusi yang masih tersisa setelah dilakukan perhitungan, diterbitkan SKRDLB paling lambat 2 (dua) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi.

(2) Kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembalikan kepada Wajib Retribusi paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkan SKRDLB.

(3) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB, Walikota memberikan imbalan bunga 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan Retribusi.

Pasal 44

(1) Pengembalian dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi (SPMKR).

(2) Atas perhitungan sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 ayat (1) diterbitkan bukti pemindahbukuan yang berlaku juga sebagai bukti pembayaran.

BAB XXI

PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN

Pasal 45

(1) Walikota berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi dalam rangka melaksanakan Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan Daerah dan Retribusi Daerah.

(2) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib : a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan,

dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek Retribusi yang terutang;

b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau

c. memberikan keterangan yang diperlukan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan Retribusi diatur dengan Peraturan Walikota.

BAB XXII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 46

Pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan Peraturan Daerah ini selain dilakukan oleh Dinas Tata Kota juga dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan danatau Instansi yang ditunjuk.

Page 17: PERDA NO. 7 TAHUN 2012

BAB XXIII INSTANSI PEMUNGUT

Pasal 47

Instansi pemungut adalah Instansi yang ditunjuk sebagai pengelola Pelayanan Pemakaman dan pihak lain yang membantu Instansi pelaksana pemungut Retribusi Daerah.

BAB XXIV INSENTIF PEMUNGUTAN

Pasal 48

(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi Daerah dapat diberi insentif atas dasar kinerja tertentu.

(2) Instansi yang melaksanakan pemungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Dinas/Badan/Lembaga yang tugas pokok dan fungsinya melaksanakan pemungutan Retribusi.

(3) Besarnya insentif ditetapkan 5% (lima persen) dari rencana penerimaan Retribusi dalam Tahun Anggaran yang berkenaan.

(4) Besaran insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran berkenaan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota.

BAB XXV

PENYIDIKAN

Pasal 49

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk dilakukan penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan

atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pindak dibidang Retribusi Daerah;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

Page 18: PERDA NO. 7 TAHUN 2012

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyelidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

i. memanggil orang untuk mendengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran

penyelidikan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negera Republik Indonesia, Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-Undang Hukum Acara Pidana.

BAB XXVI

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 50

(1) Dalam hal ini wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

(2) Penagihan Retribusi terutang didahului dengan Surat Teguran.

BAB XXVII KETENTUAN PIDANA

Pasal 51

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang tidak atau kurang bayar.

(2) Tindakan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XXVIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 52

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pengabuan Umum dan Pengabuan Mayat (Lembaran Daerah Kota Dumai Tahun 2003 Nomor 5 Seri B) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Page 19: PERDA NO. 7 TAHUN 2012

Pasal 53

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kota Dumai.

Ditetapkan di Dumai pada tanggal 10 Oktober 2012

WALIKOTA DUMAI,

dto

KHAIRUL ANWAR

Diundangkan di Dumai pada tanggal 7 Desember 2012 SEKRETARIS DAERAH KOTA DUMAI, dto SAID MUSTAFA LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI TAHUN 2012 NOMOR 2 SERI C

Page 20: PERDA NO. 7 TAHUN 2012

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAEARAH KOTA DUMAI

NOMOR 7 TAHUN 2012

TENTANG

PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT

I. UMUM

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan

Penggunaan Tanah Untuk Keperluan Tempat Pemakam, serta dalam rangka melaksanakan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 1999 tentang Pemerintah Daerah dirasakan perlu peraturan Daerah yang mengatur berbagai kegiatan di daerah yang dapat meningkatkan pelayanan di bidang pemakaman kepada masyarakat. Kondisi tempat pemakaman saat ini sudah tidak layak lagi untuk dipertahankan, disamping bentuknya tidak teratur dan efisien dalam penggunaan lahan, sehingga mengakibatkan lokasi tanah pemakaman menjadi kumuh.

Sehubungan dengan ini, maka dirancang peraturan Daerah Kota Dumai tentang

Pelayanan dan Retribusi Pemakaman dan Pengabuan Mayat untuk kemudahan dalam mengatur pengelolaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pelayanan di biadang pemakaman di Daerah Kota Dumai yang meliputi pengurusan, perawatat mayat dan penyimpanan mayat. Sementara di dalam angkutan mayat, penyimpanan abu mayat, pengabuan mayat dan hal-hal lain yang menyangkut pelaksanaan pemakaman mayatdiserahkan oleh pemerintah Kota Dumai kepada masyarakat banyak.

Dengan maksud di atas maka Pemerintah Kota dengan persetujuan DPRD

menetapkan Peraturan Daerah yang mengatur pelayanan dan Retribusi Pemakaman dan Pengabuan Mayat dengan tujuan agar pengelolaan pemakaman umum dan pengabuan mayat di masa yang akan datang diharapkan dapat difungsikan sebagi makam sekaligus sebagai daerah hijau atau taman kota. II. PASAL DEMI PASAL.

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2 Cukup jelas

Pasal 3 Ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d

Masing-masing pemeluk agama memiliki areal/lokasi Taman pemakaman dan dapat berada dalam satu kawasan yang ditetapkan atau diluas kawasan secara terpisah.

Ayat (2) Cukup jelas

Ayat (3) Cukup jelas

Ayat (4) Cukup jelas

Ayat (5) Luas tanah area pemakaman yang disediakan untuk masaing-masing kelompok agama tidak sama, tergantung jumlah jiwa masing-masing.

Page 21: PERDA NO. 7 TAHUN 2012

Ayat (6) Walikota akan menetapkan pemakaman khusus yang menganut bukan agama resmi di Negara Republik Indonesia.

Ayat (7) Cukup jelas

Pasal 4 Cukup jelas

Pasal 5 Cukup jelas

Pasal 6 Cukup jelas

Pasal 7 Cukup jelas

Pasal 8 Cukup jelas

Pasal 9 Cukup jelas

Pasal 10 Cukup jelas

Pasal 11 Jangka waktu pemakaian tanah makam oleh pemohonan dapat untuk selamanya dengan ketentuan pemakai tanah (ahli waris) melapor ulang dikehendaki kepada Pemerintah Daerah.

Pasal 12 Cukup jelas

Pasal 13 Cukup jelas

Pasal 14 Cukup jelas

Pasal 15 Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2) Cukup jelas

Ayat (3) Cukup jelas

Ayat (4) Penanaman mayat tumpangan pada satu makam hanya dapat dilakukan setelah mayat pertama tertanam selama 24 (dua puluh empat) bulan, karena sebelum mencapai masa 24 (dua puluh empat) bulan jasad mayat pertama belum hancur sempurna.

Pasal 16 Cukup jelas

Pasal 17 Cukup jelas

Pasal 18 Cukup jelas

Pasal 19 Ayat (1)

Cukup jelas

Page 22: PERDA NO. 7 TAHUN 2012

Ayat (2) Pengalian/pembongkaran makam untuk keperluan visium/pemeriksan hanya boleh dilakukan sebelum mayat tertanam selama 6 (enam) bulan, karena pada umumnya mayat yang tertanam lebih dari 6 (enam) bulan mayatnya sudah hancur (pecah).

Ayat (3) Cukup jelas

Ayat (4) Cukup jelas

Pasal 20 Cukup jelas

Pasal 21 Cukup jelas

Pasal 22 Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2) Cukup jelas

Ayat (3) Cukup jelas

Pasal 23 Cukup jelas

Pasal 24 Cukup jelas

Pasal 25 Cukup jelas

Pasal 26 Cukup jelas

Pasal 27 Cukup jelas

Pasal 28 Besar pengenaan tarif pelayanan didasarkan pada kelompok jenis jasa pelayanan.

Pasal 29 Cukup jelas

Pasal 30 Cukup jelas

Pasal 31 Cukup jelas

Pasal 32 Cukup jelas

Pasal 33 Cukup jelas

Pasal 34 Cukup jelas

Pasal 35 Cukup jelas

Pasal 36 Cukup jelas

Page 23: PERDA NO. 7 TAHUN 2012

Pasal 37 Cukup jelas

Pasal 38 Cukup jelas

Pasal 40 Cukup jelas

Pasal 41 Cukup jelas

Pasal 42 Cukup jelas

Pasal 43 Cukup jelas

Pasal 44 Cukup jelas

Pasal 45 Cukup jelas

Pasal 46 Cukup jelas

Pasal 47 Cukup jelas

Pasal 48 Cukup jelas

Pasal 49 Cukup jelas

Pasal 50 Cukup jelas

Pasal 51 Cukup jelas

Pasal 52 Cukup jelas

Pasal 53 Cukup jelas

Page 24: PERDA NO. 7 TAHUN 2012

LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 7 TAHUN 2012 TANGGAL : 2012

TARIF RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT

NO

JENIS

TARIF (Rp)

1

2

3

1.

Penyediaan tanah makam/penguburan mayat: a. untuk dewasa b. untuk anak-anak

50.000,- 35.000,-

2.

Pembawaan mayat memakai kendaraan jenazah: a. dalam kota b. luar kota per-km, dihitung mulai dari 20 km ke atas

75.000,- 3.500,-

3.

Penggalian liang makam/penguburan mayat: a. untuk dewasa b. untuk anak-anak

50.000,- 35.000,-

4.

Penitipan mayat di rumah duka per hari

100.000,-

5.

Makam tumpangan

50.000,-

WALIKOTA DUMAI,

dto

KHAIRUL ANWAR