Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan...

32
R LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan daerah yang pada hakikatnya adalah pembangunan masyarakat Kota seutuhnya, sehingga perlu dikembangkan Sistem Kesehatan Kota; b. bahwa untuk mempertegas makna pembangunan kesehatan dalam rangka pemenuhan hak asasi manusia dan dalam upaya menghadapi perubahan dan tantangan eksternal dan internal, maka Sistem Kesehatan Kota dapat dipergunakan sebagai landasan arah dan pedoman penyelenggaraan pembangunan kesehatan baik oleh Pemerintah Kota, masyarakat serta pihak- pihak terkait lainnya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf a dan b, perlu dibentuk Sistem Kesehatan Kota Tarakan yang pelaksanaannya ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut (Lembaran- Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 2); 2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1962 tentang Karantina Udara (Lembaran- Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 3); 3. Undang-Undang Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3671); 5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1997 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tarakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3711); 6. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 7. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886); 8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

Transcript of Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan...

Page 1: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

R

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 4

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN

NOMOR 4 TAHUN 2010

TENTANG

SISTEM KESEHATAN KOTA TARAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TARAKAN,

Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya

manusia dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan daerah yang pada

hakikatnya adalah pembangunan masyarakat Kota seutuhnya, sehingga perlu

dikembangkan Sistem Kesehatan Kota;

b. bahwa untuk mempertegas makna pembangunan kesehatan dalam rangka

pemenuhan hak asasi manusia dan dalam upaya menghadapi perubahan dan

tantangan eksternal dan internal, maka Sistem Kesehatan Kota dapat

dipergunakan sebagai landasan arah dan pedoman penyelenggaraan

pembangunan kesehatan baik oleh Pemerintah Kota, masyarakat serta pihak-

pihak terkait lainnya;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf a dan b, perlu

dibentuk Sistem Kesehatan Kota Tarakan yang pelaksanaannya ditetapkan dengan

Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut (Lembaran-

Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 2);

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1962 tentang Karantina Udara (Lembaran-

Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 3);

3. Undang-Undang Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20);

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3671);

5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1997 tentang Pembentukan Kotamadya

Daerah Tingkat II Tarakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3711);

6. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);

7. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3886);

8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

Page 2: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

2

9. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran

Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran

Negara Republik lndonesia Nomor 4431);

10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4437) Sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

11. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran

Negara Republik lndonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran

Negara Republik lndonesia Nomor 5038);

12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2009 Nomor

140, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5059);

13. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara

Republik lndonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara

Republik lndonesia Nomor 5062);

14. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara

Republik lndonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara

Republik lndonesia Nomor 5063);

15. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran

Negara Republik lndonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran

Negara Republik lndonesia Nomor 5072);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1996 Nomor 40, Tambahan

Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3637);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2005

Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4502 );

18. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5044);

20. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 574/MENKES/SK/IV/2000 tentang

Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010;

21. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1239/MENKES/SK/XI/2001 tentan Registrasi dan Praktik Perawat;

22. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 131/MENKES/SK/II/2004 tentang

Sistem Kesehatan Nasional (SKN);

23. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur 20 Nomor Tahun 2008 tentang

Sistem Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur;

24. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pencegahan dan

Penanggulangan HIV/AIDS (Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun 2007

Nomor 06 Seri E-03);

25. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 6 Tahun 2008 tentang Urusan

Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintah Kota Tarakan (Lembaran

Daerah Kota Tarakan Tahun 2008 Nomor 06 Seri D-01);

26. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kota Tarakan (Lembaran Daerah Kota Tarakan

Tahun 2008 Nomor 08 Seri D- 03);

Page 3: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

3

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TARAKAN

dan

WALIKOTA TARAKAN

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG SISTEM KESEHATAN KOTA

TARAKAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah yang merupakan kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas

wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah.

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga

Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

4. Kepala Daerah adalah Walikota Tarakan.

5. Perangkat Daerah adalah organisasi/lembaga pada Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab

kepada Kepala Daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan yang terdiri dari

Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan

dan Kelurahan.

6. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kota Tarakan.

7. Peraturan Kepala Daerah adalah Peraturan Walikota Tarakan.

8. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah instansi kesehatan

daerah yang memberikan fasilitas pelayanan kunjungan rawat jalan dan atau rawat inap serta

memberikan pelayanan komptrehensif di bidang kesehatan baik promotif, preventif, kuratif

maupun rehabilitatif.

9. Rumah Sakit, selanjutnya disingkat RS adalah sarana pelayanan yang memberikan layanan

upaya kesehatan perorangan strata kedua khususnya kuratif dan rehabilitatif.

10. Laboratorium Kesehatan Daerah, selanjutnya disingkat Labkesda adalah sarana kesehatan yang

melaksanakan pelayanan pemeriksaan, pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan

yang berasal dari manusia atau bukan manusia utuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit,

kondisi kesehatan atau faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan

masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

11. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap

orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

12. Swasta adalah setiap komponen penyelenggara upaya kesehatan non-pemerintah di wilayah Kota

Tarakan.

13. Masyarakat adalah setiap orang yang berdomisili di wilayah Kota Tarakan

14. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan

yang ada di wilayah Kota Tarakan.

15. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta

memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang

untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

16. Organisasi Profesi adalah setiap asosiasi jabatan tenaga kesehatan yang ada di Kota Tarakan.

17. Lembaga Swadaya Masyarakat yang selanjutnya disingkat LSM adalah lembaga independen

milik masyarakat non-pemerintah yang ikut berperan aktif dalam mewujudkan pembangunan

kesehatan di Kota Tarakan.

18. Sistem Kesehatan adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya bangsa Indonesia

secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-

Page 4: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

4

tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD

1945.

19. Sistem Kesehatan Kota Tarakan yang selanjutnya disingkat SKK Kota Tarakan adalah

pedoman penyelenggaraan pembangunan kesehatan di wilayah Kota Tarakan, baik oleh

Pemerintah, swasta dan masyarakat.

BAB II

PRINSIP PENYELENGGARAAN

Pasal 2

Sistem Kesehatan Kota dilaksanakan dengan prinsip penyelenggaraan yang berdasarkan:

a. Sistem kesehatan yang demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung

tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural dan ekonomi;

b. Sistem kesehatan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka;

c. Sistem kesehatan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan semua

elemen tanpa terkecuali;

d. Sistem kesehatan diselenggarakan dengan dasar perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

e. Sistem kesehatan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat

melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan kesehatan.

BAB III

AZAS DAN TUJUAN

Pasal 3

(1) Sistem Kesehatan Kota Tarakan dimaksudkan sebagai landasan, arah dan pedoman

penyelenggaraan pembangunan kesehatan di wilayah Kota Tarakan oleh pemerintah, swasta,

dan masyarakat.

(2) Sistem Kesehatan Kota Tarakan bertujuan :

a. Memperjelas penyelenggaraan pembangunan kesehatan sesuai dengan visi dan misi

Pemerintah Kota Tarakan;

b. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Tarakan;

c. Meningkatkan pemerataan upaya kesehatan yang terjangkau dan bermutu;

d. Merespon harapan-harapan atau kebutuhan masyarakat sesuai dengan harga diri/hak asasi

manusia.

(3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi

manusia, adil dan merata, pemberdayaan masyarakat, kemitraan, non diskriminatif,

pengutamaan dan manfaat, serta tata penyelenggaraan yang baik.

BAB IV

RUANG LINGKUP

Pasal 4

Sistem Kesehatan Kota Tarakan meliputi subsistem:

a. Subsistem struktur dan peran kelembagaan;

b. Subsistem upaya kesehatan;

c. Subsistem pembiayaan kesehatan;

d. Subsistem sumber daya manusia kesehatan;

e. Subsistem penunjang kesehatan;

f. Subsistem pemberdayaan masyarakat;

g. Subsistem manajemen kesehatan;

h. Subsistem informasi kesehatan;

i. Subsistem kebijakan dan regulasi kesehatan.

Page 5: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

5

BAB V

SUBSISTEM STRUKTUR DAN PERAN KELEMBAGAAN

Pasal 5

(1) Pelaksanaan Sistem Kesehatan Kota Tarakan menjadi tanggung jawab bersama baik,

Pemerintah, swasta dan masyarakat;

(2) Pelaksanaan Sistem Kesehatan Kota Tarakan dalam bentuk koordinasi teknis dan operasional

di lapangan secara lintas program dan lintas sektoral dibawah koordinator Dinas Kesehatan

Kota Tarakan.

Pasal 6

(1) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lain yang terkait dengan sektor kesehatan berperan

serta dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan;

(2) Hak dan kewenangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam sektor kesehatan akan

diatur dalam Peraturan Walikota.

Pasal 7

(1) Pengelolaan penyelenggaraan pembangunan kesehatan dilaksanakan secara bertahap,

menyeluruh dan terpadu;

(2) Swasta ikut berperan serta dalam pembangunan kesehatan daerah sesuai dengan kapasitasnya.

Pasal 8

(1) Peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan daerah meliputi peran serta perorangan

dan/atau kelompok dan/atau keluarga dan/atau organisasi profesi, pengusaha dan/atau

organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan

kesehatan;

(2) Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber dan pelaksana serta pengguna hasil pelayanan

kesehatan.

Pasal 9

(1) Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, serta kewenangan Dinas Kesehatan akan

dibantu dengan unit pelaksana teknis dan unit teknis fungsional;

(2) Struktur perangkat daerah Dinas Kesehatan beserta unit pelaksana teknisnya disesuaikan

dengan tugas pokok dan fungsi, beban kerja, kewenangan, perkembangan dan kompleksitas

masalah kesehatan yang dihadapi;

(3) Penyesuaian struktur perangkat daerah Dinas Kesehatan beserta unit pelaksana teknisnya

dapat ditinjau setiap 5 (lima tahun) sekali atau adanya perubahan kebijakan sesuai peraturan

perundangan-undangan yang berlaku.

BAB VI

SUBSISTEM UPAYA KESEHATAN

Bagian Kesatu

Upaya Kesehatan

Pasal 10

(1) Subsistem upaya kesehatan merupakan tatanan yang menghimpun berbagai Upaya Kesehatan

Masyarakat (UKM), Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Khusus

(UKK) secara terpadu dan saling mendukung;

(2) Subsistem upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan Promotif, Preventif,

Kuratif dan Rehabilitatif.

Page 6: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

6

Pasal 11

Subsistem Upaya Kesehatan diselenggarakan dengan mengacu kepada prinsip-prinsip:

a. Berdasarkan iman, ketaqwaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. Sesuai dengan norma sosial, moral, dan etika profesi, perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi kesehatan;

c. Memperhatikan fungsi sosial;

d. Menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, terjangkau, berjenjang, profesional dan bermutu;.

e. Melibatkan peran aktif masyarakat dan swasta.

Pasal 12

Unsur-unsur utama subsistem upaya kesehatan terdiri dari :

a. Upaya Kesehatan Strata Pertama;

b. Upaya Kesehatan Strata Kedua;

c. Upaya Kesehatan Strata Ketiga.

Bagian Kedua

Upaya Kesehatan Strata Pertama

Pasal 13

Upaya Kesehatan Strata Pertama merupakan :

1. Upaya kesehatan mendasar yang secara umum mudah dijangkau oleh perorangan, keluarga

dan masyarakat;

2. Upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi upaya kesehatan masyarakat,

upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan khusus berupa promosi kesehatan, kesehatan

ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, kesehatan lingkungan, pemberantasan

penyakit menular, pengobatan dasar, pengobatan tradisional dan kegawatdaruratan;

3. Upaya kesehatan strata pertama diselengggarakan selain oleh Puskesmas juga dilaksanakan

oleh dokter praktik swasta, praktik bidan, praktik perawat, balai pengobatan, pengobat

tradisioanal, rumah bersalin, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Usaha Kesehatan Sekolah

(UKS)/Madrasah/Pesantren, Desa Siaga, Pondok Bersalin Desa (Polindes), dan Pos Usaha

Kesehatan Kerja (UKK) dan Pos Obat Desa (POD);

4. Upaya Kesehatan Perorangan pada strata pertama dimungkinkan adanya pelayanan penunjang

seperti apotik, laboratorium, optikal dan sarana penunjang lainnya;

5. Puskesmas dapat melaksanakan pelayanan spesialistik tertentu berdasarkan kebutuhan

masyarakat yang ditentukan oleh Dinas Kesehatan;

6. Pada perkembangannya Puskesmas tertentu dapat dioperasikan menjadi Puskesmas 24 Jam

dengan atau tanpa rawat inap;

7. Puskesmas dapat dikembangkan menjadi Badan Layanan Umum (BLU) jika kondisi

memungkinkan;

8. UKM strata satu tertentu menjadi tanggung jawab kelurahan dan kecamatan yang akan diatur

dalam Peraturan Walikota.

Bagian Ketiga

Upaya Kesehatan Strata Kedua

Pasal 14

(1) Upaya kesehatan strata kedua merupakan upaya kesehatan yang disediakan untuk memberikan

pelayanan rujukan tingkat pertama bagi masalah-masalah kesehatan yang tidak dapat ditangani

dipelayanan kesehatan strata pertama;

(2) Upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi upaya kesehatan masyarakat,

upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan khusus;

(3) Upaya kesehatan sebagimana tersebut diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan, rumah sakit,

praktik dokter spesialis, praktek dokter gigi spesialis, dan sarana rujukan lainnya;

(4) Dinas Kesehatan dalam upaya kesehatan strata kedua tersebut menyelenggarakan kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian termasuk regulasi, pengawasan dan evaluasi

upaya kesehatan masyarakat yang meliputi :

Page 7: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

7

a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit;

b. Promosi kesehatan;

c. Pelayanan kefarmasian;

d. Kesehatan lingkungan;

e. Perbaikan gizi;

f. Kesehatan ibu anak dan keluarga berencana;

g. Penanganan masalah khusus termasuk kegawatdaruratan, bakti sosial, bantuan medis

lainnya.

(5) Rumah sakit tipe C dan tipe B Non Pendidikan, rumah sakit TNI/Polri, Rumah Sakit Swasta,

praktik dokter spesialis, praktek dokter gigi spesialis dan sarana rujukan lainnya melaksanakan

tindakan medik, pelayanan kefarmasian, kegiatan promosi dan pencegahan penyakit terbatas,

dan kegawatdaruratan. Disamping itu, selain berfungsi sebagai sarana rujukan medik juga

rujukan spesimen dan ilmu pengetahuan;

(6) Dalam mengoptimalkan pelaksanaan upaya kesehatan strata kedua dapat dibentuk unit

pelaksana teknis sesuai kebutuhan, serta sarana penunjang seperti apotik, laboratorium dan

sarana penunjang lainnya.

Bagian Keempat

Upaya Kesehatan Strata Ketiga

Pasal 15

(1) Upaya kesehatan strata ketiga merupakan upaya kesehatan yang disediakan untuk memberikan

pelayanan kesehatan yang tidak bisa ditangani di strata kedua;

(2) Upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi upaya kesehatan masyarakat,

upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan khusus;

(3) Upaya kesehatan sebagaimana tersebut diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Propinsi, rumah

sakit kelas B pendidikan dan kelas A, rumah sakit khusus, rumah sakit swasta, praktik dokter

Subspesialis, praktek dokter gigi spesialis konsultan, dan sarana rujukan lainnya yang

setingkat;

(4) Dinas Kesehatan Propinsi dalam upaya kesehatan strata ketiga tersebut menyelenggarakan

fungsi manajerial dan teknis fungsional bidang kesehatan dimana fungsi manajerial meliputi

kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian termasuk regulasi, pengawasan dan

evaluasi. Sedang teknis fungsional bidang kesehatan meliputi kegiatan terpadu penanganan

masalah khusus termasuk kegawatdaruratan;

(5) Rumah sakit kelas B pendidikan dan kelas A, rumah sakit khusus, rumah sakit swasta, praktik

dokter sub spesialis, praktek dokter gigi spesialis konsultan, dan sarana rujukan lainnya yang

setingkat disamping memberikan pelayanan kesehatan langsung juga sarana rujukan medik,

rujukan spesimen, kegawatdaruratan dan rujukan ilmu pengetahuan upaya kesehatan

perorangan.

Bagian Kelima

Sistem Rujukan

Pasal 16

(1) Untuk efesiensi dan efektifitas penanganan dan pelayanan kesehatan dilaksanakan sistem

rujukan secara berjenjang yaitu strata pertama ke strata kedua dan strata kedua ke strata ketiga;

(2) Setiap institusi atau perorangan yang mendapatkan rujukan wajib melakukan penanganan

kasus dan memberikan jawaban rujukan kepada institusi atau perorangan pengirim.

Bagian Keenam

Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan

Pasal 17

(1) Pemerintah Kota Tarakan berkewajiban menjamin mutu dan akses pelayanan kesehatan secara

adil, berkelanjutan, efektif dan efisien bagi masyarakat;

(2) Pelayanan kesehatan dasar merupakan tanggung jawab Pemerintah Kota yang secara

operasional dilaksanakan oleh Puskesmas;

Page 8: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

8

(3) Puskesmas wajib melaksanakan pelayanan kesehatan dasar dan puskesmas dapat

melaksanakan pelayanan spesialistik tertentu berdasarkan kebutuhan masyarakat yang

ditentukan oleh Dinas Kesehatan.

(4) Puskesmas tertentu dalam perkembangannya dapat menjadi Puskesmas 24 Jam dengan atau

tanpa rawat inap bahkan Puskesmas dapat menjadi Badan Layanan Umum (BLU).

(5) Puskesmas melaksanakan UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) dan UKP (Upaya Kesehatan

Perorangan) sesuai kewenangannya dengan memperhatikan standar mutu pelayanan yang

ditetapkan oleh Dinas Kesehatan dengan memperhatikan standar provinsi dan nasional;

(6) Puskesmas dengan pelayanan spesialistik dibina oleh rumah sakit umum daerah dan atau

rumah sakit umum provinsi dalam hal teknis medis;

(7) Pelayanan transportasi rujukan gawat darurat dilaksanakan oleh unit gawat darurat;

(8) Rumah Sakit melaksanakan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan) dan menerima rujukan dari

sarana pelayanan kesehatan lain baik dari Puskesmas maupun dari sarana pelayanan kesehatan

swasta;

(9) Rumah Sakit melaksanakan UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) melalui kegiatan Promosi

Kesehatan Masyarakat – Rumah Sakit (PKM-RS) dan perawatan rumah (Home Care).

Bagian Ketujuh

Surveilans Epidemilogi

Pasal 18

(1) Dinas kesehatan melaksanakan kegiatan surveillans dan penyelidikan Kejadian Luar Biasa

(KLB) bersama puskesmas difasilitasi oleh Pemerintah Kecamatan/Kelurahan;

(2) RS dan sarana pelayanan kesehatan lainnya serta SKPD terkait wajib memberikan informasi

tentang masalah kesehatan kepada Dinas Kesehatan;

(3) Labkesda menerima rujukan spesimen farmasi, makanan, minuman, dan narkoba dari semua

sarana pelayanan;

(4) BPOM dalam melakukan pembinaan di wilayah Kota Tarakan saling bekerjasama dengan

Dinas Kesehatan.

Bagian Kedelapan

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Pasal 19

(1) Pemerintah Kota Tarakan menyelenggarakan upaya pengendalian penyakit menular atau

penyakit tidak menular;

(2) Pemerintah Kota Tarakan menyediakan logistik untuk mendukung upaya pengendalian

penyakit menular dan penyakit tidak menular;

(3) Dinas Kesehatan mengembangkan sistem Surveilens Epidemiologi penyakit;

(4) Dinas Kesehatan menyelenggarakan Program Imunisasi dalam rangka memberikan kekebalan

terhadap penyakit menular;

(5) Dinas Kesehatan sebagai koordinator dalam upaya penanggulangan Kejadian Luar Biasa

(KLB)

Bagian Kesembilan

Kesehatan Lingkungan

Pasal 20

(1) Dinas Kesehatan melakukan pengawasan kualitas air bersih;

(2) Dinas Kesehatan melakukan pengawasn tempat-tempat umum dalam rangka pencegahan

penyebaran penyakit;

(3) Dinas Kesehatan melakukan pengawasn Hygiene dan Sanitasi pengelolaan makanan dan

minuman;

(4) Dinas Kesehatan melaukan pengawasan dalam rangka pencegahan terjadinya pencemaran air,

tanah dan udara;

Page 9: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

9

(5) Dinas Kesehatan melakukan uapay penyuluhan dalam rangka meningkatkan pemanfaatan

sarana air bersih, jamban keluarga dan sarana sanitasi lain;

(6) Dinas Kesehatan melakukan pengawasan penggunaan pestisida dan bahan berbahaya lainnya.

Bagian Kesepuluh

Penanggulangan Gizi Buruk

Pasal 21

(1) Tim Pangan dan Gizi Kota Tarakan membentuk sistem kewaspadaan pangan dan gizi yang

bertujuan untuk menetapkan kebijakan dan melaksanakan kebijakan dalam penanggulangan

gizi buruk;

(2) Dinas Kesehatan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan gizi buruk

dalam bentuk kegiatan penyelidikan (surveilans) dan pemberian makanan tambahan dan

penanganan medis lainnya;

(3) Sarana pelayanan kesehatan baik badan atau perorangan wajib melaporkan kejadian gizi buruk

dalam selambat-lambatnya 1 x 24 jam;

(4) Tim pangan dan gizi Kota Tarakan bertanggung jawab atas perbaikan gizi keluarga dan

masyarakat melalui partisipasi aktif masyarakat dan swasta;

(5) Penyelenggaraan dan penanggulangan gizi buruk secara medis dilakukan secara berjenjang

dari strata satu ke strata dua dan strata tiga;

(6) Upaya perbaikan gizi keluarga dan masyarakat dilakukan oleh puskesmas, RS, sarana

kesehatan, swasta dan LSM.

Bagian Kesebelas

Pelayanan Kesehatan Perorangan dan Masyarakat

Pasal 22

(1) Pemerintah Kota Tarakan menyusun kebijakan jangka panjang kesehatan Kota dengan tujuan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan mendengar masukan-masukan dari

masyarakat;

(2) Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Kantor Kementerian Agama Tarakan melakukan upaya

promotif preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam rangka penyelenggaraan kesehatan haji;

(3) Dinas Kesehatan melakukan bimbingan teknis dan monitoring evaluasi terhadap

penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan strata dua;

(4) Puskesmas, klinik dan praktek mandiri menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara

terpadu dan menyeluruh;

(5) RS pemerintah dan swasta menyelenggarakan pelayanan kesehatan rujukan strata dua dan tiga;

(6) Dokter keluarga berperan dalam upaya kesehatan perorangan strata satu.

Bagian Keduabelas

Gawat Darurat dan Bencana

Pasal 23

(1) Dinas Kesehatan bertanggungjawab melakukan rencana kontijensi (contigency plan) bidang

kesehatan;

(2) Dinas Kesehatan bertanggungjawab melakukan mitigasi bidang kesehatan pada tahap pra

bencana;

(3) Dinas Kesehatan bertanggungjawab melakukan Rapid Health Asassement dan Need

Asassement bidang kesehatan pada tahap tanggap darurat;

(4) Dinas Kesehatan bertanggungjawab melakukan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa

(SKD-KLB) melalui surveilans penyakit menular pasca bencana dan tahap rehabilitasi;

(5) Dinas Kesehatan dalam penanggulangan bencana agar mengupayakan dapat memobilisasi

sumber daya dari istansi terkait, sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat

setempat;

Page 10: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

10

(6) Segala bantuan yang berbentuk bahan makanan harus disertai label/petunjuk komposisi

kandungan/cara pemakaian dan tanggal kadaluarsa, khusus bantuan obat dan perbekalan

kesehatan;

(7) Pada masa tanggap darurat pelayanan kesehatan dijamin oleh Pemerintah Kota Tarakan sesuai

dengan peraturan yang berlaku pelayanan kesehatan pasca tanggap darurat disesuiakn dengan

kebijakan Pemerintah Kota setempat.

Bagian Ketigabelas

Kejadian Luar Biasa (KLB)

Pasal 24

(1) Semua biaya yang berhubungan dengan upaya penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)

penyakit dibebankan kepada Pemerintah Kota Tarakan dikoordinasikan oleh Dinas

Kesehatan bekerjasama dengan lintas sektor terkait;

(2) Pemerintah Kota Tarakan melalui Dinas Kesehatan Wajib melaporkan kejadian luar biasa

(KLB) penyakit menular maupun keracunan makanan/bahan kimia dalam waktu kurang dari

24 jam.

BAB VII

SUB SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN

Pasal 25

(1) Subsistem pembiayaan kesehatan merupakan tatanan yang menghimpun berbagai sumber

biaya (upaya penggalian dan mobilisasi biaya), distribusi dan pengalokasian biaya kesehatan,

pemanfaatan dan pembelanjaan sumber daya keuangan, serta cara pembayaran upaya

kesehatan, saling mendukung, diarahkan untuk mencapai tujuan utama berupa peningkatan

dan pemeliharaan kesehatan yang optimal;

(2) Tujuan dari subsistem pembiayaan kesehatan adalah tertatanya sistem pembiayaan kesehatan

yang terstandarisasi dan berkeadilan dalam rangka meningkatkan pemanfaatan upaya

kesehatan secara efektif dan efesien demi menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan

dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Bagian Kesatu

Prinsip Pembiayaan Kesehatan

Pasal 26

Sub sistem pembiayaan kesehatan diselenggarakan dengan mengacu kepada prinsip-prinsip :

a. Ketersediaan;

b. Prioritas pada masyarakat rentan dan keluarga miskin;

c. Daya guna dan berhasil guna;

d. Pemberdayaan masyarakat;

e. Pemerataan dan perimbangan

f. Transparan dan akuntabel

Bagian Kedua

Sumber Pembiayaan

Pasal 27

(1) Pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah

kota,masyarakat, swasta, dan atau sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat;

(2) Untuk kegiatan yang bersifat barang publik (public goods) atau upaya kesehatan masyarakat,

strategis, keluarga miskin dan rentan, gawat darurat dan kejadian luar biasa pembiayaan utama

dari pemerintah dan pemerintah daerah, disertai dukungan dari swasta dan masyarakat;

(3) Pembiayaan keluarga miskin merupakan tanggung jawab Pemerintah baik Pusat dan daerah

yang disertai dukungan dari swasta dan masyarakat yang pengelolaannya dapat melalui asuransi

keluarga miskin atau bantuan langsung kepada keluarga miskin sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Page 11: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

11

(4) Untuk kegiatan yang bersifat barang swasta (private goods) atau upaya kesehatan perorangan

pembiayaan utama dari masyarakat disertai dukungan dari pemerintah dan pemerintah daerah,

serta swasta;

(5) Pemerintah Kota Tarakan mengalokasikan anggaran pembiayaan kesehatan sekurang-

kurangnya 10% (sepuluh persen) dari anggaran pendapatan dan belanja daerah secara bertahap

sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.

Bagian Ketiga

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Pasal 28

(1) Dalam rangka memberikan jaminan pelayanan kesehatan yang optimal, seluruh penduduk

Kota Tarakan wajib ikut dalam jaminan pemeliharaan kesehatan baik yang diselenggarakan

oleh Pemerintah maupun swasta dengan minimal premi dasar yang biayanya berasal dari

sebagian oleh masyarakat dan Pemerintah dan atau semua dana berasal dari Pemerintah atau

masyarakat;

(2) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah mengikuti

mekanisme asuransi kesehatan;

(3) Tata cara penarikan premi dan bentuk unit pelaksana jaminan pemeliharaan kesehatan tersebut

akan diatur melalui Peraturan Walikota.

BAB VIII

SUB SISTEM SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

Pasal 29

(1) Sub sistem sumber daya manusia kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya

perencanaan pendidikan dan pelatihan, pemberdayaan, serta pendayagunaan tenaga kesehatan

yang secara terkoordinasi, terpadu, sistematik, dan saling mendukung yang diarahkan untuk

terlaksananya pembangunan kesehatan secara optimal dalam upaya mencapai tujuan utama

peningkatan dan pemeliharaan kesehatan masyarakat yang optimal;

(2) Tujuan sub sistem sumber daya manusia kesehatan adalah tertatanya sumber daya manusia

(SDM) kesehatan yang bermutu, mencukupi kebutuhan, terdistribusi secara adil,

termanfaatkan, terintegrasi, tersertifikasi, dan terakreditasi secara efektif dan efisien, untuk

menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan yang bermutu dan merata guna

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Bagian Kesatu

Prinsip Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan

Pasal 30

Sub sistem pengelolaan sumber daya manusia kesehatan diselenggarakan dengan mengacu kepada

prinsip-prinsip:

a. Pengadaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kesehatan serta

dinamika pasar di dalam dan di luar negeri;

b. Pendidikan dan pelatihan diarahkan pada penguasaan ilmu dan teknologi serta etika profesi

dengan melibatkan organisasi profesi;

c. Memperhatikan asas pemerataan mutu pelayanan kesehatan serta kesejahteraan dan keadilan

tenaga kesehatan;

d. Pengembangan karier dilaksanakan secara obyektif, transparan berdasarkan prestasi kerja;

e. Pembiayaan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), swasta atau masyarakat.

Bagian Kedua

Perencanaan dan Rekruitmen Tenaga Kesehatan

Pasal 31

(1) Standar rekruitmen sumber daya manusia kesehatan didasarkan pada beban kerja, rasio jumlah

penduduk dan kebutuhan masyarakat;

Page 12: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

12

(2) Dinas Kesehatan melakukan analisis kebutuhan tenaga berdasarkan usulan puskesmas dan unit

pelaksana teknis serta sarana kesehatan pemerintah lainnya dan selanjutnya mengusulkan

kepada Badan Kepegawaian Daerah Kota Tarakan;

(3) Pemenuhan tenaga kesehatan strategis dapat dilakukan rekruitmen tenaga kesehatan melalui

sistem kontrak kerja;

(4) Standar kinerja sumber daya manusia kesehatan ditetapkan oleh Dinas Kesehatan.

Bagian Ketiga

Pendayagunaan Tenaga Kesehatan

Pasal 32

(1) Penempatan tenaga kesehatan dalam wilayah kerjanya dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan

dengan memperhatikan usulan dari tim perencanaan dan penempatan tenaga kesehatan stategis

yang dibentuk oleh Pemerintah Kota Tarakan;

(2) Penempatan sumber daya manusia kesehatan harus mempertimbangkan besaran sarana

pelayanan yang ada, pengembangan program, program spesifik lokal, dan kesesuain latar

belakang pendidikan, dan/atau profesi, dan/atau kompetensi, dan/atau pengalaman kerja

sumber daya manusia yang bersangkutan.

Bagian Keempat

Pendidikan dan Pelatihan

Pasal 33

(1) Pendidikan dan pelatihan meliputi tenaga fungsional, manajemen dan teknis kesehatan

mengacu pada standar kebutuhan tenaga melalui kajian Training Need Assesment (TNA) dan

pengembangan SDM Kesehatan;

(2) Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Badan Kepegawaian Daerah Kota Tarakan dalam

perencanaan dan pemenuhan kompetensi untuk pendidikan formal sesuai dengan ketentuan

yang berlaku;

(3) Dinas kesehatan bekerjasama dengan Badan Diklat Kota Tarakan dan Badan Kepegawaian

Daerah dalam pelatihan tenaga kesehatan untuk pelatihan non teknis;

(4) Dinas kesehatan Kota Tarakan Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan Bapelkes

Provinsi Kaltim dalam hal pelatihan tenaga kesehatan untuk pelatihan teknis fungsional;

(5) Fasilitator pelatihan dapat dari berbagai profesi dan institusi sesuai kebutuhan;

(6) Untuk melaksanakan Training Need Asssessment (TNA), merencanakan, melaksanakan,

monitoring dan evaluasi pelatihan akan dibentuk Unit Fungsional Pendidikan dan Pelatihan

Kesehatan;

(7) Pembentukan Unit Fungsional Diklat akan diatur melalui Peraturan Walikota.

Bagian Kelima

Pengembangan Karier

Pasal 34

(1) Pengembangan karier sumber daya manusia kesehatan melalui pengangkatan dalam jabatan

struktural, fungsional, serta peningkatan pendidikan dan pelatihan sesuai kebutuhan organisasi

kesehatan;

(2) Penempatan sumber daya manusia dalam jabatan struktural eselon IV ke bawah dalam suatu

bidang, yang bersangkutan pernah menjadi staf di bidang tersebut atau menduduki jabatan

eselon IV pada unit kesehatan lain.

(3) Penempatan sumber daya manusia dalam struktural eselon III ke atas mengikuti ketentuan

perundang-undangan yang berlaku;

(4) Masing-masing institusi dan/atau instansi sarana kesehatan wajib membuat pola

pengembangan karir sesuai dengan kompetensi, kebutuhan dan pembangunan kesehatan.

Bagian Keenam

Kinerja Sumber Daya Manusia

Page 13: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

13

Pasal 35

(1) Standar kinerja sumber daya manusia kesehatan ditetapkan oleh Dinas Kesehatan bagi

institusi-institusi kesehatan yang berada dalam kewenangannya,

(2) Penilaian kinerja sebagaimana tersebut dalam ayat (1) akan dilakukan setiap bulan sekali

berdasarkan indikator standar kinerja sumber daya manusia;

(3) Bagi pegawai dengan kinerja terbaik akan diberikan penghargaan berupa percepatan kenaikan

pangkat, dan/atau pendidikan lanjutan, dan/atau insentif, dan/atau piagam, dan/atau

penghargaan dalam bentuk lainnya.

Bagian Ketujuh

Mutu Sumber Daya Manusia

Pasal 36

(1) Dalam rangka peningkatan mutu sumber daya manusia kesehatan, maka setiap tenaga

kesehatan wajib melalui registrasi, dan/atau sertifikasi, dan/atau uji kompetensi dan/atau

pemberian lisensi.;

(2) Sertifikasi, lisensi, uji kompetensi, dan/atau registasi sebagaimana tersebut ayat (1) di atas

melalui lembaga-lembaga yang telah dibentuk sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku;

(3) Untuk sertifikasi/lisensi/uji kompetensi/registasi profesi sumber daya manusia kesehatan yang

belum diatur dengan peraturam perundang-undangan atau peraturan khusus akan dilaksanakan

oleh komite tenaga kesehatan yang akan dibentuk melalui Keputusan Walikota.

BAB IX

SUBSISTEM PENUNJANG KESEHATAN

Pasal 37

(1) Subsistem Penunjang Kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya yang

menjamin ketersediaan, pemerataan, serta mutu obat dan perbekalan kesehatan, ketersedian

dan kesiapan pakai sarana prasarana kesehatan (gedung, rumah sakit tenda, ambulans, fasilitas

medis), keamanan serta mutu makanan dan minuman, yang terkoordinasikan dan saling

mendukung, yang diarahkan untuk mencapai tujuan utama berupa pemeliharaan kesehatan

yang optimal.

(2) Tujuan Subsistem Penunjang Kesehatan adalah tersedianya obat dan perbekalan kesehatan

yang merata, aman, bermutu dan bermanfaat serta terjangkau oleh masyarakat;

terselenggaranya pengelolaan sarana dan prasarana kesehatan yang layak, merata, siap pakai,

siap mobilisasi dan terjangkau untuk menunjang pelaksanaan upaya kesehatan; serta

terjaminnya keamanan dan mutu makanan minuman serta bahan bakunya yang beredar di

Kota Tarakan dari bahaya makanan dan minuman yang tidak memenuhi syarat.

Pasal 38

Subsistem Penunjang Kesehatan diselenggarakan dengan mengacu kepada prinsip-prinsip sebagai

berikut :

a. Fungsi sosial;

b. Luas wilayah;

c. Ketersediaan dan keterjangkauan;

d. Pola penyakit;

e. Pemanfaatannya;

f. Kemampuan dalam pemanfaatan teknologi;

g. Rencana Tata Ruang Wilayah;

h. Optimalisasi penggunaan obat generik;

i. Optimalisasi industri nasional dan daerah;

j. Rasional;

k. Sesuai peraturan perundang-undangan;

l. Standar persyaratan.

Page 14: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

14

Pasal 39

Sarana pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Tarakan atau Swasta.

Pasal 40

Sarana pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Tarakan meliputi :

a. Puskesmas;

b. Laboratorium Kesehatan Daerah;

c. Rumah Sakit;

d. Sarana kesehatan lainnya.

Pasal 41

(1) Terhadap pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tarakan dapat dikenakan

retribusi;

(2) Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur dengan Peraturan Daerah tentang Retribusi.

Bagian Pertama

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Pasal 42

(1) Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas

Kesehatan dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan

kesehatan;

(2) Puskesmas bertujuan mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang

bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya;

(3) Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat

pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Pasal 43

(1) Untuk mendukung pelaksanaan tugas teknis operasional puskemsas dibentuk puskesmas

Pembantu dan/atau puskesmas keliling;

(2) Di wilayah kerja puskemas dapat dibentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat.

Pasal 44

(1) Upaya kesehatan yang diselenggarakan puskemas meliputi :

a. Upaya promosi kesehatan;

b. Upaya kesehatan lingkungan;

e. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana;

f. Upaya perbaikan gizi masyarakat;

g. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular;

h. Upaya pengobatan;

i. Upaya kesehatan sekolah;

j. Upaya kesehatan olah raga;

k. Upaya perawatan kesehatan masyarakat;

l. Upaya kesehatan kerja;

m. Upaya kesehatan gigi dan mulut;

n. Upaya kesehatan jiwa;

o. Upaya kesehatan mata;

p. Upaya kesehatan usia lanjut;

q. Upaya pembinaan pengobatan tradisional.

Page 15: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

15

Bagian Kedua

Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda)

Pasal 45

(1) Labkesda dibentuk untuk menunjang program pelayanan kesehatan seperti pencegahan dan

pemberantasan penyakit, penyediaan dan pengelolaan air bersih, serta penyehatan lingkungan.

(2) Labkesda melakukan pemeriksaan laboratorium kimia lingkungan, toksikologi, mikrobiologi

serta pemeriksaan laboratorium klinik untuk penunjang diagnosa penyakit dalam upaya

peningkatan kesehatan masyarakat.

(3) Terhadap Pelayanan di Labkesda dapat dikenakan retribusi.

Bagian Ketiga

Rumah Sakit

Pasal 46

Untuk pelayanan kesehatan masyarakat tingkat lanjut, Pemerintah Kota Tarakan dapat

menyelenggarakan rumah sakit daerah.

Bagian Keempat

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Swasta

Pasal 47

(1) Pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan oleh perorangan atau badan hukum.

(2) Sarana pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :

a. Laboratorium kesehatan;

b. Praktik tenaga Kesehatan antar lain terdiri atas dokter (umum, gigi & spesialis), bidan,

perawat termasuk perawat gigi, psikolog, nutrisionist, Radiografi, Okupasi terapis,

Fisiotherapis, Refraktionist Optisien, Terapis Wicara, Apoteker, Asisten Apoteker dan

tenaga Kesehatan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-udangan yang berlaku;.

c. Balai pengobatan atau klinik;

d. Rumah bersalin;

e. Pelayanan radiologi;

f. Apotek;

g. Pedagang Eceran Toko Obat

h. Optikal;

i. Sarana pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan narkotuika, psikotropika

dan zat adiktif lanilla (nafza);

j. Pengobatan tradisional (batra);

k. Sehat pakai air (spa);

l. Salon kecantikan;

m. Rumah sakit.

Pasal 48

Pelayanan kesehatan sebagimana dimaksud pada pasal 47 ayat (2) wajib memiliki izin dari Kepala

Daerah;

Pasal 49

(1) Perizinan pelayanan kesehatan diselenggarakan dengan memperhatikan :

a. Pengelolaan lingkungan hidup;

b. Syarat-syarat ketenagakerjaan, administrasi, peralatan, ruangan dan penunjang lainnya

c. Rencana tata ruang wilayah;

d. Pemerataan pelayanan kesehatan.

(2) Mekanisme, syarat, tata cara dan ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan pelayanan

kesehatan diatur melalui Peraturan Walikota.

Page 16: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

16

Bagian Kelima

Fungsi Sosial Pelayanan Kesehatan

Pasal 50

(1) Upaya pelayanan kesehatan swasta diselenggarakan berdasarkan fungsi sosial dengan

memperhatikan prinsip kelayakan;

(2) Ketentuan tarif pelayanan kesehatan swasta di bidang medik yang dilengkapi sarana rawat inap

ditetapkan berdasarkan pada komponen biaya pelayanan serta kemampuan membayar

masyarakat;

(3) Penetapan besaran tarif untuk kelas III di Rumah Sakit berpedoman pada stándar tarif yang

ditetapkan oleh Walikota.

(4) Penyelenggaraan pembinaan upaya kesehatan dan pelaksanaan fungsi sosial pelayanan

kesehatan merupakan salah satu unsur penilaian evaluasi dan pembinaan sarana pelayanan

kesehatan swasta dalam pemberian izin penyelenggaraan

Bagian Keenam

Kewajiban dan Larangan Penyelenggara Pelayanan Kesehatan

Pasal 51

(1) Setiap penyelenggara sarana pelayanan kesehatan swasta wajib :

a. Mematuhi setiap ketentuan yang ditetapkan Walikota sesuai dengan jenis pelayanan

masing-masing.

b. Memberikan pertolongan pertama kepada penderita gawat darurat tanpa memungut uang

muka terlebih dahulu;

c. Menyediakan minimal 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah tempat tidur yang tersedia

untuk orang yang kurang mampu dan atau keluarga miskin, bagi pelayanan kesehatan yang

dilengkapi dengan sarana rawat inap;

d. Menetapkan pengaturan mengenai pemberian keringanan atau pembebasan biaya

pelayanan bagi pasien kurang mampu atau tidak mampu;

e. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan sesuai ketentuan yang berlaku.

f. Membantu program pemerintah di bidang pelayanan kesehatan kepada masyarakat,

program kependudukan dan keluarga berencana;

g. Memenuhi stándar pasien dan menghormati hak pasien;

h. Bekerjasama dengan upaya kesehatan pemerintah dalam rangka rujukan medik,

pendayagunaan tenaga medis dan pendayagunaan peralatan medik canggih.

(2) Setiap penyelenggara sarana pelayanan kesehatan swasta wajib melakukan upaya kesehatan

terhadap masyarakat yang berada di wilayah kerjanya.

(3) Pelaksanaan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan sesuai

kebutuhan Pemerintah Kota .

(4) Tenaga kesehatan dalam menjalankan profesinya wajib memiliki surat tanda registrasi.

(5) Surat tanda registrasi sebagimana dimaksud pada ayat (4) dikeluarkan oleh instansi yang

berwenang sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasal 52

Setiap penyelenggara pelayanan kesehatan dilarang melakukan tindakan di luar fungsi, kewenangan,

dan keahliannya.

Pasal 53

(1) Pemerintah Kota wajib menyediakan dan mengelola cadangan penyangga (buffer stock) obat

pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, alat kesehatan, reagensia dan vaksin;

(2) Pemerintah Kota wajib memenuhi ketersediaan obat di puskesmas dan melakukan pengawasan

terhadap penggunaannya;

(3) RS swasta dan pemerintah wajib memberikan obat generik bagi keluarga miskin yang

dilayaninya, kecuali dalam keadaan tertentu;

Page 17: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

17

(4) Dinas Kesehatan bersama Balai Pengawasan Obat Dan Makanan serta Dinas Perindustrian,

Perdagangan dan UMKM, berperan aktif dalam menyebarluaskan dan mengawasi peredaran

dan perdagangan obat berlabel generik;

(5) Dinas Kesehatan bersama Balai Pengawasan Obat Dan Makanan serta Dinas Perindustrian,

Perdagangan dan UMKM berperan aktif dalam pengawasan Harga Eceran Tertinggi (HET)

obat-obatan;

(6) Dinas Kesehatan melakukan pengawasan terhadap kesesuaian jenis pelayanan dengan obat

yang diberikan dengan memperhatikan kesehatan konsumen (rasionalisasi obat);

(7) Dinas kesehatan melakukan pengambilan sampling dan/atau contoh sediaan farmasi di

lapangan, pemeriksaan setempat sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi, pengawasan

dan regristasi makanan dan minuman, produksi rumah tangga, sertifikasi alat kesehatan dan

Produksi Industri Rumah Tangga Pangan;

(8) Dinas Kesehatan melakukan pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap sarana

pelayanan kesehatan yang ada di wilayah hukum Pemerintah Kota Tarakan;

(9) BPOM bersama Dinas Kesehatan dan Majelis Ulama melakukan pengawasan pengelolaan

farmasi, makanan, dan minuman di wilayah Kota Tarakan;

(10) BPOM dan Majelis Ulama wajib memberikan informasi tentang farmasi, makanan, minuman

yang bermasalah kepada Dinas Kesehatan Kota;

(11) Dinas Kesehatan bersama BPOM dan Majelis Ulama melakukan pengawasan terhadap

pemakaian farmasi, makanan, minuman, kosmetika dan alat kesehatan yang digunakan di

sarana yang menggunakan peralatan kesehatan baik tradisional maupun modern;

(12) Dinas Kesehatan membuat standar dan mengawasi obat-obat dasar minimal yang harus

tersedia di balai pengobatan, rumah bersalin dan sarana kesehatan swasta lainnya;

(13) Alat kesehatan modern, tradisional dan inovasi perorangan harus mendapatkan rekomendasi

dari badan yang berkompeten dalam pengamanan dan uji khasiat alat kesehatan tersebut

sebelum dinyatakan layak pakai oleh Dinas Kesehatan.

Pasal 54

(1) Pemerintah Kota berkewajiban mengembangkan obat tradisional sebagai salah satu potensi

daerah;

(2) Untuk pengembangan tanaman obat tradisional bekerjasama dengan dinas terkait;

(3) Pembinaan pembuatan dan khasiat obat tradisional dilakukan oleh Dinas Kesehatan

bekerjasama dengan BPOM .

BAB X

SUBSISTEM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pasal 55

(1) Subsistem Pemberdayaan Masyarakat adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya di

bidang kesehatan yang bersifat perorangan, keluarga, kelompok serta masyarakat umum secara

bersama-sama, terpadu dan kesetaraan.

(2) Tujuan Subsistem Pemberdayaan Masyarakat adalah meningkatnya partisipasi dan

keberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dalam bentuk akses, kesempatan berpartisipasi,

kegiatan di bidang pembangunan kesehatan yang menunjang atau menjamin terselenggaranya

pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.

Pasal 56

Subsistem pemberdayaan masyarakat diselenggarakan dengan mengacu kepada prinsip-prinsip

sebagai berikut :

a. Berbasis tata nilai perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai tata sosial budaya,

kebutuhan dan potensi daerah;

b. Meningkatkan akses untuk memperoleh informasi dan kesempatan untuk mengemukakan

pendapat serta keterlibatan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kesehatan

diri, keluarga dan masyarakat serta lingkungannya;

c. Pendekatan advokasi, fasilitasi dan edukatif;

d. Terbuka, bertanggung jawab dan tanggap terhadap aspirasi masyarakat;

Page 18: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

18

e. Membangun kemitraan;

f. Penghargaan;

g. Non diskriminatif.

Pasal 57

(1) Masyarakat dapat berperan aktif serta baik secara perorangan maupun terorganisasi dalam

menentukan kebijakan pemerintah pada penyelenggaraan kesehatan.

(2) Masyarakat mempunyai hak untuk mengetahui, memberi masukan dalam proses pengambilan

keputusan, serta mengawasi penyelenggaraan kesehatan;

Bagian Kesatu

Pemberdayaan Perorangan dan Keluarga

Pasal 58

(1) Pemberdayaan perorangan dan keluarga dilakukan atas prakarsa perorangan, keluarga, dan

kelompok masyarakat;

(2) Wujudnya berupa pembentukan kader kesehatan yang menjadi pelopor, perintis, aktif dalam

berbagai upaya kesehatan di masyarakat, teladan dalam penerapan pola hidup bersih dan sehat;

(3) Meningkatkan peran individu sebagai pemrakarsa bidang kesehatan;

(4) Meningkatkan kemampuan tokoh masyarakat, tokoh politik, tokoh adat, tokoh agama dalam

bentuk pelatihan, sarasehan, lokarkarya, serta prinsip kemitraan dan kesetaraan.

Bagian Kedua

Pemberdayaan Kelompok

Pasal 59

(1) Pemberdayaan Kelompok dilakukan atas prakarsa perorangan, keluarga dan kelompok

masyarakat;

(2) Wujud pemberdayaan kelompok sebagaimana yang dimaksud ayat (1) melalui pembentukan

kelompok peduli kesehatan yaitu kelompok yang aktif dan peduli terhadap masalah kesehatan ;

(3) Kelompok tersebut melaksanakan fungsi advokasi kebijakan kesehatan, pengawasan sosial

terhadap upaya kesehatan, dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang berbasis masyarakat

termasuk pembiayaannya;

(4) Bentuknya dapat berupa yayasan, paguyuban maupun lembaga non formal seperti majelis

taklim;

(5) Pemerintah berkewajiban untuk memberikan pendampingan melalui lokakarya, sarasehan, dan

lain-lain;

(6) Pemberdayaan kelompok masyarakat dan swasta melalui pembentukan kelompok peduli

kesehatan atau kelembagaan masyarakat yang sudah ada;

Bagian Ketiga

Pemberdayaan Masyarakat Umum

Pasal 60

(1) Pemberdayaan masyarakat umum dilakukan atas prakarsa perorangan dan keluarga, kelompok

masyarakat termasuk swasta dan pemerintah dalam bentuk gerakan masyarakat untuk berperan

mendukung pembangunan kesehatan;

(2) Pemberdayaan masyarakat umum dilakukan melalui wadah perwakilan masyarakat;

(3) Pemerintah berkewajiban untuk memberikan pendampingan melalui lokakarya, sarasehan,

penyuluhan dan lain-lain;

(4) Potensi pemberdayaan masyarakat dapat berupa:

a. Kepemimpinan masyarakat berwawasan kesehatan (Community Leaders);

b. Pengorganisasian masyarakat di bidang kesehatan (Community Organizations);

c. Pendanaan masyarakat untuk upaya Kesehatan masyarakat (Community Financing);

d. Sarana dan alat (Community Materials);

e. Pengetahuan masyarakat (Community Knowledge);

Page 19: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

19

f. Teknologi tepat guna upaya kesehatan yang diterapkan di masyarakat (Community

Technology);

g. Pengambilan keputusan untuk upaya kesehatan (Community Desicion Making).

BAB XI

SUBSISTEM MANAJEMEN KESEHATAN

Pasal 61

(1) Subsistem Manajemen Kesehatan merupakan tatanan yang menghimpun berbagai upaya

pengelolaan dan pelaksananaan administrasi kesehatan, penerapan dan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, serta hukum kesehatan yang secara terpadu dan saling mendukung,

diarahkan untuk mencapai tujuan utama tertib administrasi, termanfaatkannya teknologi, serta

tertib hukum kesehatan untuk peningkatan dan pemeliharaan kesehatan yang optimal;

(2) Tujuan subsistem manajemen kesehatan adalah terselenggaranya administrasi kesehatan,

adanya dukungan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan hukum kesehatan yang

efektif dan efesien;

(3) Unsur utama subsistem manajemen kesehatan yaitu administrasi kesehatan, ilmu pengetahuan

dan teknologi kesehatan serta hukum kesehatan.

Bagian Kesatu

Administrasi Kesehatan

Pasal 62

(1) Administrasi kesehatan diselenggarakan dengan berpedoman pada asas otonomi daerah;

(2) Administrasi kesehatan diselenggarakan dengan dukungan kejelasan hubungan, sistem

koordinasi dan evaluasi administasi dengan berbagai sektor pembangunan lain serta antar unit

kesehatan dalam satu jenjang administrasi pemerintahan;

(3) Penanggung jawab adminsitrasi kesehatan di Kota Tarakan adalah Kepala Daerah yang

mendelegasikannya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Tarakan;

(4) Hubungan antara Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dinas Kesehatan Propinsi dan

Dinas Kesehatan Kota Tarakan atau sebaliknya adalah hubungan teknis fungsional;

(5) Perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan kesehatan di daerah

diselenggarakan dengan mengacu pada kebijakan dan program pembangunan nasional di

bidang kesehatan;

(6) Pengawasan dan pertanggungjawaban pembangunan kesehatan Kota Tarakan diselenggarakan

dengan mengacu pada pedoman, standar dan indikator nasional serta pedoman, standar,

indikator lokal yang dikembangkan Pemerintah Kota;

(7) Seluruh pelaksana upaya kesehatan wajib membuat dan mengirimkan laporan pelaksanaan dan

hasil pembangunan kesehatan Kota Tarakan kepada Dinas Kesehatan ;

(8) Dinas Kesehatan melaksanakan kewenangan desentralisasi di bidang kesehatan;

(9) Perencanaan kesehatan di Kota Tarakan diselenggarakan dengan menetapkan kebijakan

pembangunan kesehatan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek mengacu pada

kesepakatan global, regional, nasional, dan memperhatikan kondisi spesifik daerah,

kewenangan wajib, SPM bidang kesehatan melalui sinkronisasi dan koordinasi dengan lintas

sektor dan unit terkait;

(10) Pengawasan pembangunan kesehatan dilakukan dengan mengoptimalkan pengawasan melekat,

koordinasi dengan aparatur pengawasan fungsional dan memanfaatkan pengawasan oleh

masyarakat;

(11) Dinas Kesehatan wajib melakukan evaluasi, membuat dan mengirimkan laporan pelaksanaan

dan hasil pembangunan kesehatan kepada Walikota.

Bagian Kedua

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Kesehatan

Pasal 63

(1) Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan adalah untuk

kepentingan masyarakat yang sebesar-besarnya serta tidak boleh bertentangan dengan standar

profesi, etika, moral dan agama;

Page 20: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

20

(2) IPTEK Kesehatan dihasilkan melalui pengembangan rangkaian jaringan penelitian dan

pengembangan kesehatan Kota Tarakan, perguruan tinggi dan sektor terkait

(3) Substansi pokok penelitian dan pengembangan kesehatan mencakup IPTEK tentang derajat

kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, obat dan

perbekalan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan serta manajemen

kesehatan;

(4) Pemanfaatan IPTEK Kesehatan didahului oleh penapisan yang diselenggarakan oleh lembaga

khusus yang berwenang;

(5) Pengembangan dan penyelenggaraan tatanan penelitian dan pengembangan kesehatan

dilakukan dengan penyusunan peta kebutuhan penelitian, prioritas isu ruang lingkup penelitian

dan peta kegiatan penelitian masalah kesehatan;

(6) Dinas Kesehatan mengatur sistem koordinasi pengawasan dampak perencanaan tata ruang dan

pembangunan terhadap kesehatan dengan instansi lain;

(7) Dinas Kesehatan mengkoordinir kegiatan penelitian dan pengembangan bidang kesehatan

berlandaskan IPTEK;

(8) Penyebarluasan dalam rangka pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan

dilakukan melalui pembentukan jaringan informasi dan dokumentasi ilmu pengetahuan

kesehatan;

(9) Penelitian dan pengembangan bidang kesehatan oleh pemerintah dapat dilakukan atas

permintaan Dinas Kesehatan;

(10) Dinas Kesehatan memberikan rekomendasi bagi institusi lain di luar Dinas Kesehatan atau

individu yang akan melakukan penelitian kesehatan di wilayah Kota Tarakan.

(11) Hasil penelitian kesehatan yang dilakukan di Kota Tarakan harus dilaporkan ke Dinas

Kesehatan dan disosialisasikan kepada pihak terkait.

Bagian Ketiga

Hukum Kesehatan

Pasal 64

(1) Pengembangan peraturan dan perundang-undangan kesehatan diarahkan untuk terwujudnya

sistem hukum kesehatan yang mencakup substansi hukum, pengembangan kultur dan budaya

hukum, serta pengembangan dan peningkatan SDM aparatur hukum kesehatan;

(2) Tujuan pengembangan peraturan dan perundang-undangan kesehatan adalah untuk menjamin

terwujudnya kepastian hukum, keadilan hukum dan manfaat hukum;

(3) Pengembangan dan pemanfaatan hukum kesehatan harus menjunjung tinggi etika, moral dan

agama;

(4) Substansi penyusunan peraturan perundangan kesehatan berbasis keselamatan pasien (patient

safety )dan pelayanan prima;

(5) Hukum kesehatan nasional dipakai sebagai acuan dalam mengembangkan peraturan dan

perundangan kesehatan di tingkat kota;

(6) Ruang lingkup peraturan dan perundangan kesehatan mencakup penyusunan Peraturan Daerah,

Peraturan Walikota dan Keputusan Walikota di bidang kesehatan berdasarkan peraturan

perundang-undangan.;

(7) Advokasi penyusunan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan mengacu pada

pengembangan hukum kesehatan secara nasional dan kebutuhan pembangunan kesehatan di

Kota Tarakan;

(8) Semua petugas kesehatan yang bekerja di institusi kesehatan milik pemerintah dalam

menjalankan profesinya berhak mendapatkan perlindungan dan bantuan hukum;

(9) Inventarisasi peraturan perundangan di bidang kesehatan dikembangkan melalui jaringan

informasi dan dokumentasi hukum kesehatan;

(10) Penegakan hukum kesehatan didukung suatu unit kerja yang siap untuk membantu pelaksanaan

regulasi dan perlindungan hukum, baik bagi tenaga kesehatan maupun masyarakat pengguna

pelayanan kesehatan.

BAB XII

SUBSISTEM INFORMASI MANAJEMEN KESEHATAN

Pasal 65

Page 21: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

21

(1) Subsistem informasi manajemen kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya

pengumpulan, pengolahan, penyampaian, pemanfaatan, dan penentuan substansi data dan

informasi secara terpadu dan akurat.

(2) Tujuan subsistem informasi manajemen kesehatan adalah terselenggaranya sistem informasi

manajemen kesehatan yang optimal sehingga dapat mendukung subsistem lain terutama

subsistem upaya kesehatan dan manajemen kesehatan.

(3) Unsur utama subsistem informasi manajemen kesehatan meliputi :

a. Upaya Pengumpulan Informasi Kesehatan;

b. Upaya Pengolahan Informasi Kesehatan;

c. Upaya Pemanfaatan Informasi Kesehatan;

d. Substansi Informasi Kesehatan.

(4) Subsistem informasi manajemen kesehatan dilaksanakan dengan prinsip:

a. Bersumber dari sektor kesehatan maupun non sektor kesehatan;

b. Mendukung pengambilan keputusan (decision making based on data);

c. Berdasarkan fakta;

d. Akurat;

e. Cepat dan tepat waktu;

f. Sumber data dapat dipercaya dan terorganisir;

g. Pengumpulan dengan cara rutin dan non rutin;

h. Dapat diakses oleh umum dengan tetap memperhatikan kode etik profesi.

Bagian Kesatu

Pengumpulan Informasi Kesehatan

Pasal 66

(1) Pengumpulan data dan informasi dilakukan secara berkala;

(2) Pengumpulan data dan informasi meliputi upaya kesehatan, sistem pembiayaan kesehatan,

pengelolaan sumber daya manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, pengembangan

progran kesehatan, sumber daya kesehatan, dan manajemen kesehatan;

(3) Dinas Kesehatan mengelola dan mengembangkan sistem informasi kesehatan yang terpadu

meliputi pelayanan swasta dan pemerintah termasuk lintas batas;

(4) Seluruh institusi penyelenggara upaya kesehatan swasta maupun pemerintah dan unit lainnya

wajib melaporkan hasil pelayanannya baik insidentil maupun rutin kepada Dinas Kesehatan.

Bagian Kedua

Pengolahan Informasi Kesehatan

Pasal 67

(1) Dinas Kesehatan melakukan Pengolahan data dilakukan secara ilmiah dan disajikan

menggunakan teknologi informasi dan komunikasi;

(2) Penyampaian informasi untuk hal-hal rahasia melalui prosedur khusus;

(3) Sumber data kesehatan diperoleh dari pencatatan dan pelaporan unit pelaksana teknis, RS,

klinik, praktek swasta, survey/penelitian, dan sumber lainnya;

(4) Pengolahan dan analisa data dilakukan secara berjenjang, terpadu, multi disipliner, dan

komprehensif;

(5) Penyajian informasi dapat melalui berbagai media;

Bagian Ketiga

Pemanfaatan Informasi Kesehatan

Pasal 68

(1) Informasi kesehatan menjadi dasar pengambilan kebijakan bidang kesehatan di Kota Tarakan;

(2) Untuk data yang bersifat rahasia harus dibuatkan prosedur khusus pemanfaatannya.

Bagian Keempat

Substansi Informasi Kesehatan

Page 22: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

22

Pasal 69

(1) Setiap data dan informasi yang diperoleh harus dilakukan peninjauan sebelum dipublikasikan.

(2) Sistem Informasi Manajemen Kesehatan di Kota Tarakan dikembangkan sesuai indikator

kesehatan yang telah ditetapkan dengan memadukan dengan sistem informasi lain terkait serta

memanfaatkan teknologi informasi.

(3) Substansi informasi kesehatan harus mencakup seluruh keadaan yang terkait dengan masalah

kesehatan, pengembangan program kesehatan dan sumber daya kesehatan untuk mendukung

suatu pengambilan kebijakan.

(4) Dinas Kesehatan bekerjasama dengan instansi dan/atau institusi terkait dalam mengembangka

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) termasuk lintas batas.

BAB XIII

SUBSISTEM KEBIJAKAN DAN REGULASI KESEHATAN

Bagian Kesatu

Regulasi Tenaga Kesehatan

Pasal 70

(1) Dinas Kesehatan melakukan pengaturan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap

tenaga kesehatan;

(2) Dinas Kesehatan menerbitkan surat ijin/terdaftar tenaga kesehatan berdasarkan rekomendasi

dari organisasi profesi;

(3) Dinas Kesehatan berwenang mencabut surat ijin/terdaftar tenaga kesehatan dengan

mempertimbangkan masukan dari organisasi profesi;

(4) Dinas Kesehatan bekerja sama dengan organisasi profesi melakukan pembinaan dan

pengawasan terhadap tenaga kesehatan;

(5) Tenaga kesehatan asal luar daerah yang akan berpraktik di Kota Tarakan wajib membawa surat

rekomendasi dari Dinas Kesehatan dari daerah asal;

(6) Tenaga kesehatan wajib mengirimkan laporan bulanan hasil kegiatan pelayanan kesehatan

kepada pemerintah Kota melalui Dinas Kesehatan;

(7) Dinas Kesehatan menyediakan media pelaporan bagi tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud

ayat (6) dan memberikan umpan balik kepada tenaga kesehatan;

(8) Sarana kesehatan yang mempekerjakan tenaga asing wajib memiliki ijin dari kementerian

Kesehatan dan Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia;

(9) Sarana kesehatan sebagaimana dimaksud ayat (8) harus mampu berbahasa Indonesia dan wajib

melakukan proses adaptasi kompetensi melalui organisasi profesi dan pusat pendidikan yang

ditentukan Pemerintah;

(10) Seluruh tenaga kesehatan tenaga asing, baik pengobat tradisional, modern ataupun bentuk

lainnya harus tercatat di dinas kesehatan Kota Tarakan;

(11) Pengobat tradisional, tenaga salon, tenaga Sehat Pakai Air (SPA) harus memiliki sertifikasi

kompetensi;

(12) Penempatan dokter spesialis tertentu yang jumlahnya sangat terbatas diatur dengan Peraturan

Walikota melalui kajian oleh Dinas Kesehatan dan organisasi profesi;

Bagian Kedua

Regulasi Sarana Pelayanan Kesehatan

Pasal 71

(1) Pemerintah Kota dan masyarakat bertanggung jawab atas penyelenggaraan dan penyediaan

sarana pelayanan kesehatan;

(2) Kepala Daerah menentukan jumlah dan jenis sarana pelayanan kesehatan serta lokasi

penyebarannya;

(3) Penentuan jumlah dan jenis sarana pelayanan kesehatan sebagimana dimaksud pada ayat (2)

dilakukan berdasarkan:

a. Luas wilayah

b. Kebutuhan pelayanan

c. Jumlah dan persebaran penduduk

d. Pola penyakit;

Page 23: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

23

e. Pemanfaatannya

f. Kemampuan dalam memanfaatkan teknologi;

g. Rencana Tata Ruang Wilayah

(4) Sarana pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan oleh Pemerintah Kota dan swasta.

(5) Dinas Kesehatan melaksanakan pengaturan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian

terhadap sarana pelayanan kesehatan baik yang dimiliki pemerintah ataupun swasta;

(6) Dinas Kesehatan memberikan izin sarana kesehatan meliputi RS Pemerintah Kelas C, Kelas D,

RS swasta yang setara, praktek berkelompok, klinik umum/ spesialis, rumah sakit bersalin,

klinik dokter keluarga/ dokter gigi keluarga, kedokteran komplementer dan pengobatan

tradisional serta sarana penunjang pelayanan kesehatan yang setara;

(7) Dinas Kesehatan menerbitkan surat ijin/terdaftar sarana pelayanan kesehatan berdasarkan

rekomendasi dari organisasi profesi;

(8) Dinas Kesehatan berwenang mencabut surat ijin/sarana pelayanan kesehatan dengan

mempertimbangkan masukan dari organisasi profesi;

(9) Dinas Kesehatan bekerja sama dengan organisasi profesi melakukan pembinaan dan

pengawasan terhadap sarana pelayanan kesehatan;

(10) Sarana kesehatan wajib mengirimkan laporan bulanan hasil kegiatan pelayanan kesehatan

kepada Pemerintah Kota melalui Dinas Kesehatan;

(11) Dinas Kesehatan menyediakan media pelaporan bagi Sarana Kesehatan sebagaimana dimaksud

ayat (10) dan memberikan umpan balik kepada sarana kesehatan;

(12) Semua sarana pelayanan kesehatan meliputi RS dan Puskesmas harus terakredetasi, dan

akreditasi sarana pelayanan kesehatan dilakukan oleh badan independen yang ditentukan oleh

Pemerintah Kota;

(13) Dinas Kesehatan mengeluarkan sertifikasi dan melakukan pengawasan kondisi laik sehat

semua sarana layanan umum dan mengawasi kondisi laik sehat sarana tersebut.

Bagian Ketiga

Regulasi Sarana Kesehatan Penunjang dan

Sarana Kesehatan Lainnya

Pasal 72

(1) Dinas Kesehatan melaksanakan pengaturan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian

terhadap sarana kesehatan penunjang dan sarana kesehatan lainnya baik yang dimiliki

pemerintah ataupun swasta;

(2) Dinas Kesehatan menerbitkan surat ijin/terdaftar sarana kesehatan penunjang dan sarana

kesehatan lainnya berdasarkan rekomendasi dari organisasi profesi;

(3) Dinas Kesehatan berwenang mencabut surat ijin/terdaftar sarana kesehatan penunjang dan

sarana kesehatan lainnya dengan mempertimbangkan masukan dari organisasi profesi;

(4) Dinas Kesehatan bekerja sama dengan organisasi profesi melakukan pembinaan dan

pengawasan terhadap sarana kesehatan penunjang dan sarana kesehatan lainnya;

(5) Sarana kesehatan penunjang dan sarana kesehatan lainnya wajib mengirimkan laporan bulanan

hasil kegiatan pelayanan kesehatan kepada pemerintah kota melalui Dinas Kesehatan;

(6) Dinas Kesehatan menyediakan media pelaporan bagi sarana kesehatan penunjang dan sarana

kesehatan lainnya sebagaimana dimaksud ayat (5) dan memberikan umpan balik kepada sarana

kesehatan penunjang dan sarana kesehatan lainnya ;

(7) Dinas Kesehatan bekerja sama dengan Dinas Pariwisata pemuda dan olahraga memberikan

sertifikasi laik sehat bagi hotel dan restoran, panti pijat serta kolam renang;

(8) Dinas Kesehatan memberikan rekomendasi pada pembukaan baru terhadap Tempat

Pengolahan Makanan/Tempat-Tempat Umum (TPM/TTU).

Bagian Keempat

Regulasi Obat dan Perbekalan Kefarmasian

Pasal 73

(1) BPOM bersama-sama Dinas Kesehatan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap

penjualan obat-obatan;

Page 24: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

24

(2) Dinas Kesehatan bersama-sama dengan Dinas Penindutriaan dan Koperasi (UMKM)

memantau pelaksanaan Keputusan Menteri tentang Harga Eceran Tertinggi (HET) obat di

Kota Tarakan;

(3) BPOM dan atau Dinas Kesehatan bersama-sama dengan Dinas Perindustrian dan Koperasi

(UMKM) melakukan penyidikan terhadap pelanggaran untuk laik obat, kosmetik makanan,

dan minuman;

(4) BPOM memberikan sertifikasi produk yang berhubungan dengan kesehatan;

(5) BPOM memberikan sertifikasi kompetensi petugas pengawas farmasi, makanan, minuman dan

kosmetika.

Bagian Kelima

Regulasi Tarif

Pasal 74

(1) Walikota meregulasi tarif pelayanan kesehatan dalam bentuk penetapan harga dasar;

(2) Walikota menetapkan tarif bagi pasien Asuransi Kesehatan;

(3) Untuk pelayanan kesehatan keluarga miskin, selisih tarif di Rumah Sakit ditanggung bersama

oleh Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kota Tarakan

BAB XIV

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Bagian Kesatu

Pembinaan

Pasal 75

(1) Pemerintah Kota bertanggung jawab atas pembinaan dan penyelenggaraan pembangunan

kesehatan yang menjamin diperolehnya hak untuk mengakses pelayanan kesehatan untuk

semua lapisan masyarakat.

(2) Pembinaan oleh Pemerintah Kota atas penyelenggaraan pembangunan kesehatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan dan/atau Pejabat yang ditunjuk.

(3) Dinas Kesehatan dan/atau Pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

melakukan koordinasi atas penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

(4) Pembinaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

meliputi upaya untuk:

a. Terciptanya pembangunan kesehatan yang menyeluruh;

b. Berkembangnya peran serta swasta, masyarakat dan LSM;

c. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan dan kesadaran untuk berprilaku hidup sehat

secara bertanggung jawab.

Bagian Kedua

Pengawasan

Pasal 76

(1) Pengawasan terhadap penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta penerapan ketentuan

peraturan perundang-undangannya diselenggarakan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat.

(2) Pengawasan oleh Pemerintah Kota sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan oleh Dinas

Kesehatan berkoordinasi dengan instansi terkait;

(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud ayat 2 dilakukan terhadap mutu sarana dan tenaga

kesehatan;

(4) Apabila hasil pengawasan oleh Dinas Kesehatan berkoordinasi dengan instansi terkait

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditemukan penyimpangan dari peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan merugikan kepentingan umum dan/atau masyarakat, Dinas

Kesehatan dan/atau Pejabat yang ditunjuk mengambil tindakan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

(5) Ketentuan pelaksanaan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan

ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

Page 25: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

25

BAB XVI

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 77

(1) Pemerintah Daerah berwenang mengambil tindakan administratif terhadap semua komponen

penyelenggara pelayanan kesehatan dan/atau sarana kesehatan yang melakukan pelanggaran

terhadap ketentuan pelaksanaan Peraturan Daerah ini;

(2) Sanksi adminstrasi sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat berupa :

a. Pemberian teguran tertulis pertama

b. Pemberian teguran tertulis kedua disertai pemanggilan

c. Pemberian teguran tertulis ketiga

d. Penindakan atau pelaksanaan sanksi polisional dan atau pencabutan izin.

BAB XVII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 78

(1) Setiap orang yang melanggar Pasal 23 ayat (3) Pasal 48, Pasal 51 ayat (1),(2),(4) dan Pasal 70

ayat (8) diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling tinggi

sebesar Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

(3) Selain tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) baik berupa tindak pidana kejahatan

dan atau tindakan yang mengakibatkan kerugian bagi pemerintah daerah, orang pribadi, badan

atau pihak lain diancam dengan hukuman pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

BAB XVIII

PENYIDIKAN

Pasal 79

(1) Selain penyidik POLRI, penyidikan atas tindak pidana pelanggaran dalam Peraturan Daerah

ini dilaksanakan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dilingkungan Pemerintah Kota

yang pengangkatannya berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah :

a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan

dengan tindak pidana dan/atau tindakan administratif di bidang kesehatan;

b. Meneliti, mencari, mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang

kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dan/atau tindakan

administratif di bidang kesehatan;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan

tindak pidana dan/atau tindakan administratif di bidang tenaga kesehatan;

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenan dengan

tindak pidana dan/atau tindakan administratif di bidang kesehatan;

e. Melakukan penggeladahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan

dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan di bidang

kesehatan;

g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat

pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dokumen yang sedang

dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf (e) di atas;

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dan/atau tindakan administratif

di bidang kesehatan;

i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau

saksi;

j. Menghentikan penyidikan;

Page 26: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

26

k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dan/atau

tindakan administratif di bidang kesehatan menurut hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan.

BAB XIX

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 80

Peraturan Daerah ini menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan di Kota

Tarakan.

BAB XVIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 81

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai peraturan pelaksanaannya

diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah.

Pasal 82

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Tarakan.

Ditetapkan di : Tarakan

Pada Tanggal : 31 Maret 2010

WALIKOTA TARAKAN,

Ttd

H. UDIN HIANGGIO

Diundangkan di Tarakan

Pada tanggal 31 Maret 2010

SEKRETARIS DAERAH KOTA TARAKAN,

Ttd

H. BADRUN

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 4

Diundangkan di Tarakan

pada tanggal 31 Maret 2010

SEKRETARIS DAERAH KOTA TARAKAN,

Drs.H. BADRUN,M.Si

NIP 19600617198501001EMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 4

Page 27: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

27

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN

NOMOR 4 TAHUN 2010

TENTANG

SISTEM KESEHATAN KOTA TARAKAN

I. PENJELASAN UMUM :

Kebijakan pemerintah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah, mempengaruhi reformasi kebutuhan pembangunan daerah secara umum,

dan pembangunan kesehatan secara khusus. Salah satunya adalah perlunya penyusunan visi,

misi, strategi pembangunan dengan menerapkan paradigma baru yakni paradigma sehat.

Dalam mendukung keberhasilan pembaharuan kebijakan pembangunan kesehatan,

pemerintah telah menyusun dan menetapkan SKN (Sistem Kesehatan Nasional) tahun 2004.

SKN diharapkan mampu menjawab dan merespon berbagai tantangan dalam penyelenggaraan

pembangunan Kesehatan. Untuk mendukung penyelenggaraan SKN, maka pembangunan

Kesehatan di daerah perlu dikembangkan Sistem Kesehatan Daerah, yang terdiri dari Sistem

Kesehatan Provinsi (SKP) dan Sistem Kesehatan Kota (SKK).

Sistem kesehatan daerah adalah tatanan yang dipergunakan sebagai alat dan acuan untuk

melaksanakan pembangunan Kesehatan pada suatu wilayah administrasi pemerintahan. SKK

merupakan payung bagi peraturan kesehatan yang akan berlaku di daerah serta merupakan

kendaraan yang digunakan untuk mencapai hasil pembangunan kesehatan.

Dengan adanya sistem kesehatan daerah ini akan mempertegas makna pembangunan

kesehatan dalam rangka pemenuhan hak asasi manusia, memperjelas penyelenggaraan

pembangunan Kesehatan sesuai dengan visi dan misinya, memantapkan kemitraan dan

kepemimpinan yang transpormatif, meningkatkan pemerataan upaya Kesehatan yang terjangkau

dan bermutu, serta meningkatkan investasi kesehatan untuk keberhasilan pembangunan

nasional.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2

Cukup jelas

Pasal 3

Cukup jelas

Pasal 4

Cukup jelas

Pasal 5

Cukup jelas

Pasal 6

Ayat (1) : Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lainnya adalah SKPD di luar

Kesehatan yang memiliki kontribusi dalam penyelenggaraan

pembangunan Kesehatan sesuai dengan peran dan fungsinya masing-

masing.

Ayat (2) : Cukup Jelas

Pasal 7

Page 28: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

28

Cukup jelas

Pasal 8

Cukup Jelas

Pasal 9

Ayat 1 : Unit pelaksana teknis adalah unit-unit yang berada di dalam struktur

organisasi Dinas Kesehatan.

Unit teknis fungsional adalah unit-unit yang berada di bawah Dinas

Kesehatan yang lebih dikenal dengan Unit Pelaksana Teknis Dinas terdiri

atas Puskesmas, Instalasi Farmasi, Labkesda dan Puskesmas Pembantu

termasuk Pos Bersalin Desa (Polindes).

Ayat 2 : Cukup Jelas

Ayat 3 : Cukup Jelas

Pasal 10

Ayat (1) : Yang dimaksud dengan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) meliputi

peningkatan dan pemeliharaan Kesehatan, pencegahan penyakit,

pengobatan dan pembatasan serta pencegahan kecacatan melalui

pendekatan perorangan. Pelayanan kesehatan perorangan dapat berbentuk

pelayanan Kesehatan modern ataupun tradisional.

Yang dimaksud dengan Upaya Kesehatan Masyarakat ( UKM) meliputi

upaya peningkatan/pemeliharaan Kesehatan serta kualitas hidup,

pencegahan penyakit dan masalah Kesehatan di masyarakat melalui

pendekatan kelompok masyarakat.

Yang dimaksud dengan Upaya Kesehatan Khusus (UKK) meliputi upaya

peningkatan dan pemeliharaan Kesehatan serta kualitas hidup,

pencegahan penyakit, pengobatan yang membutuhkan penanganan khusus

seperti kegiatan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), Gawat

Darurat oleh bencana.

Ayat (2) : Promotif meliputi upaya peningkatan pengetahuan, kesadaran, kemauan,

dan kemampuan individu atau masyarakat dalam menjaga kesehatan diri

dan lingkungannya serta berperilaku sehat.

Preventif meliputi upaya pencegahan penyakit atau gangguan kesehatan,

baik sebelum terkena penyakit, deteksi dini terhadap adanya penyakit,

maupun pencegahan terjadinya komplikasi buruk suatu penyakit.

Kuratif meliputi mencakup upaya penyembuhan, pengurangan

penderitaan, akibat penyakit, mengendalikan penyakit, atau pengendalian

kecacatan aga kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin;

Rehabilitatif meliputi mencakup upaya pemulihan seseorang agar dapat

kembali ke masyarakat dan mampu hidup produktif secara sosial dan

ekonomi.

Pasal 11

Cukup Jelas

Pasal 12

Cukup Jelas

Pasal 13

Cukup Jelas

Pasal 14

Cukup Jelas

Pasal 15

Cukup Jelas

Pasal 16

Ayat (1) : Sistem rujukan sebagai suatu sistem penyelenggaraan pelayanan

kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik

terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari

unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit

yang setingkat kemampuannya). Sederhananya, sistem rujukan mengatur

darimana dan harus kemana seseorang dengan gangguan kesehatan

tertentu memeriksakan keadaan sakitnya.

Page 29: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

29

Ayat (2)

Cukup Jelas

Pasal 17

Cukup Jelas

Pasal 18

Cukup Jelas

Pasal 19

Cukup Jelas

Pasal 20

Cukup Jelas

Pasal 21

Cukup Jelas

Pasal 22

Cukup Jelas

Pasal 23

Cukup Jelas

Pasal 24

Cukup Jelas

Pasal 25

Cukup Jelas

Pasal 26

Cukup Jelas

Pasal 27

Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2) : Keluarga Miskin adalah keluarga yang dinyatakan masuk dalam kategori

miskin oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tarakan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Ayat (3)

Cukup Jelas

Ayat (4)

Cukup Jelas

Ayat (5)

Cukup Jelas

Pasal 28

Cukup Jelas

Pasal 29

Cukup Jelas

Pasal 30

Cukup Jelas

Pasal 31

Cukup Jelas

Pasal 32

Cukup Jelas

Pasal 33

Ayat (1) : Training Need Assesment (TNA) adalah langkah awal dalam melakukan

suatu perencanaan pelatihan dengan melakukan pengkajian tentang ada

tidaknya kesenjangan dalam penampilan kerja, yaitu kesenjangan antara

apa yang seharusnya dilakukan merupakan ketentuan penampilan kerja

(standar), sedangkan apa yang sebenarnya dilakukan merupakan tingkat

penampilan kerja yang dicapai atau yang dimiliki.

Ayat (2)

Cukup Jelas

Ayat (3)

Cukup Jelas

Ayat (4)

Page 30: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

30

Cukup Jelas

Ayat (5)

Cukup Jelas

Ayat (6) : Unit Fungsional Diklat adalah unit yang dibentuk untuk mengelolah dan

menyelenggarakan pelatihan dalam rangka meningkatkan kualitas

Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan di wilayahnya.

Pasal 34

Cukup Jelas

Pasal 35

Cukup Jelas

Pasal 36

Cukup Jelas

Pasal 37

Cukup Jelas

Pasal 38

Cukup Jelas

Pasal 39

Cukup Jelas

Pasal 40

Cukup Jelas

Pasal 41

Cukup Jelas

Pasal 42

Cukup Jelas

Pasal 43

Cukup Jelas

Pasal 44

Cukup Jelas

Pasal 46

Cukup Jelas

Pasal 47

Cukup Jelas

Pasal 48

Cukup Jelas

Pasal 49

Cukup Jelas

Pasal 50

Cukup Jelas

Pasal 51

Cukup Jelas

Pasal 52

Cukup Jelas

Pasal 53

Cukup Jelas

Pasal 54

Cukup Jelas

Pasal 55

Cukup Jelas

Pasal 56

Cukup Jelas

Pasal 57

Cukup Jelas

Pasal 58

Cukup Jelas

Pasal 59

Cukup Jelas

Cukup Jelas

Page 31: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

31

Pasal 59

Cukup Jelas

Pasal 60 :

Ayat (1) : Cukup Jelas

Ayat (2) : Wadah perwakilan masyarakat antara lain badan penyantun, Konsil

atau Komite Kesehatan yang beranggotakan tokoh masyarakat dan

para pakar yang diharapkan berperan di bidang kesehatan.

Ayat (3) : Cukup Jelas

Ayat (4) : Cukup Jelas

Pasal 61 : Cukup Jelas

Pasal 62

Ayat (1) : Cukup Jelas

Ayat (2) : Cukup Jelas

Ayat (3) : Cukup Jelas

Ayat (4) : Cukup Jelas

Ayat (5) : Kebijakan dan program pembangunan nasional di bidang kesehatan

berdasarkan Kewenangan Wajib Standar Pelayanan Minimal Bidang

Kesehatan (KW-SPM), visi, misi dan kebijakan Pemerintah Kota

Tarakan.

Ayat (6) : Cukup Jelas

Ayat (7) : Cukup Jelas

Ayat (8) : Kewenangan desentralisasi Kesehatan adalah dengan melaksanakan

kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah

Propinsi yang dirumuskan dalam kebijakan Pemerintah Kota,

pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan, serta

pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

kesehatan.

Ayat (9) : Cukup Jelas

Ayat (10) : Cukup Jelas

Ayat (11) : Cukup Jelas

Pasal 63

Cukup Jelas

Pasal 64

Cukup Jelas

Pasal 65

Cukup Jelas

Pasal 66

Ayat (1) : Cukup Jelas

Ayat (2) : Cukup Jelas

Ayat (3) : Lintas batas adalah antar wilayah dan antar negara.

Ayat (4) : Cukup Jelas

Pasal 67

Cukup Jelas

Pasal 68

Cukup Jelas

Pasal 69

Cukup Jelas

Pasal 70

Cukup Jelas

Pasal 71

Cukup Jelas

Pasal 72

Ayat (1) : Cukup Jelas

Ayat (2) : Cukup Jelas

Ayat (3) : Cukup Jelas

Ayat (4) : Cukup Jelas

Ayat (5) : Cukup Jelas

Page 32: Perda 4 Tahun 2010 ttg SKK TRK - jdih.setjen.kemendagri.go.id · (3) Sistem Kesehatan Kota Tarakan tersebut dilaksanakan berdasarkan azas kepedulian, hak azasi manusia, adil dan merata,

32

Ayat (6) : Cukup Jelas

Ayat (7) : Cukup Jelas

Ayat (8) : Cukup Jelas

Pasal 73

Cukup Jelas

Pasal 74

Ayat (1) : Cukup Jelas

Ayat (2) : Cukup Jelas

Ayat (3) : Rumah sakit adalah rumah sakit swasta dan pemerintah.

.

Pasal 75

Cukup Jelas

Pasal 76

Cukup Jelas

Pasal 77

Cukup Jelas

Pasal 78

Cukup Jelas

Pasal 79

Cukup Jelas

Pasal 80

Cukup Jelas

Pasal 81

Cukup Jelas

Pasal 82

Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 4