PERCOBAAN IX PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER.pdf

21
1 PERCOBAAN IX PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER I. Tujuan Percobaan Adapun tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan percobaan ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui prinsip penapisan senyawa metabolit sekunder 2. Mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam sampel tumbuhan 3. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa metabolit dengan berbagai tes yang terkait. II. Landasan Teori Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. (Herbert, 1995) Tujuan utama dari penapisan fitokimia adalah menganalisis tumbuhan untuk mengetahui kandungan bioaktif yang berguna untuk pengobatan. Fitokimia atau kimia tumbuhan merupakan disiplin ilmu yang mempelajari aneka ragam senyawa organik pada tumbuhan, yaitu mengenai struktur kimia, biosintesis, metabolism, penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologisnya. Pendekatan secara penapisan fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah dan biji) terutama kandungan metabolit sekunder yang merupakan senyawa bioaktif seperti alkaloid, flavonoid, glikosida, terpenoid, saponin, tanin dan polifenol. Metode yang dilakukan untuk melakukan penapisan fitokimia harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain: sederhana, cepat, dapat dilakukan

Transcript of PERCOBAAN IX PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER.pdf

Page 1: PERCOBAAN IX PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER.pdf

1

PERCOBAAN IX

PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA

METABOLIT SEKUNDER

I. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan percobaan ini adalah

sebagai berikut:

1. Mengetahui prinsip penapisan senyawa metabolit sekunder

2. Mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam sampel

tumbuhan

3. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa metabolit dengan berbagai tes

yang terkait.

II. Landasan Teori

Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala

jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk

sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki

definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada

senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi

normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau

memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit.

(Herbert, 1995)

Tujuan utama dari penapisan fitokimia adalah menganalisis tumbuhan

untuk mengetahui kandungan bioaktif yang berguna untuk pengobatan. Fitokimia

atau kimia tumbuhan merupakan disiplin ilmu yang mempelajari aneka ragam

senyawa organik pada tumbuhan, yaitu mengenai struktur kimia, biosintesis,

metabolism, penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologisnya. Pendekatan secara

penapisan fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan dalam tumbuhan atau

bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah dan biji) terutama kandungan

metabolit sekunder yang merupakan senyawa bioaktif seperti alkaloid, flavonoid,

glikosida, terpenoid, saponin, tanin dan polifenol.

Metode yang dilakukan untuk melakukan penapisan fitokimia harus

memenuhi beberapa persyaratan antara lain: sederhana, cepat, dapat dilakukan

Page 2: PERCOBAAN IX PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER.pdf

2

dengan peralatan minimal, selektif terhadap golongan senyawa yang dipelajari,

semikualitatif dan dapat memberikan keterangan tambahan ada atau tidaknya

senyawa tertentu dari golongan senyawa yang dipelajari. Uji fitokimia yang dapat

dilakukan adalah uji kualitatif secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan secara

uji kualitatif secara kimiawi.

(Anonim.2012)

Alkaloid merupakan senyawa organik yang mengandung nitrogen dari

tumbuhan murni, berupa senyawa heterolitik yang kopleks struktur dan hampir

semuanya mempunyai kereaktifan farmakologi yang hebat. Setelah diekstraksi

alkaloid bebas dapat diperoleh dengan pengolahan lanjutan dengan basa dalam air.

Berapi cincin lima/enam yang mempunyai atom IV.

(Fessenden, 1999)

Identifikasi alkaloid biasanya dilakukan dengan menggunakan larutan-

larutan pereaksi yang khas yang pada umumnya merupakan pereaksi-pereaksi

yang dapat membentuk endapan dengan alkaloid, misaknya pereaksi Mayer dan

pereaksi Dragendorff.

(Rahway, 1960)

Flavonoid terdapat secara univesal pada tanaman sebagai kelompok

tunggal senyawa cincin oksigen yang terbesar. Terdapat dalam berbagai warna

pada jaringan tanaman dan retenoid misalnya, memiliki sifat insektisidal,

kerangka dasarnya terdapat pada flavon.

Identifikasi dapat dilakukan dengan reaksi sianidin-wistater dimana

freaksi ini terutama akan diberikan oleh senyawa flavon, merah sampai merah tua

oleh flavanol atau flavonon dan warna hijau sampai biru diberikan oleh aglikon

dan glikosida.

Uji warna flavanon dan dihidroflavonol : uji shinoda (Mg/HCl). Larutkan

sedikit hablur flavonoid dalam ½ tetes EtOH, tambahkan serbuk Mg dan 1 tetes

HCl 5M. Flavonon menjadi warna merah lembayung.

(Markham, 1988)

Saponin merupakan golongan senyawa glikosida. Sifat khas dari saporin

adalah bahwa apabila dikocok maka saponin menimbulkan busa. Saponin dapat

menimbulkan terjadinya hemolisis terhadap butir darah merah binatang berdarah

Page 3: PERCOBAAN IX PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER.pdf

3

dingin. Saponin pada umumnya berasa pahit, larut dalam pelarut organik seperti

kloroform karena senyawa ini merupakan senyawa glikosida maka hidrolisisnya

menghasilkan aglikon dan bagian senyaa gula.

(Rahway, 1960)

Tanin adalah satu kelas substansi polisiklik yang terutama banyak

teradapat dalam daun teh, bayam yang dapat diekstrak dengan air dan larutan

alkalin. Warnanya kuning cokelat. Secara tradisional digunakan dalam menyamak

kulit. Tingginya zat-zat tersebut menghambat penyerapan Fe. Tanin berbentuk

amorf dan tidak dapat dikristalkan, dalam larutan air membentuk larutan

koloiadal, bereaksi dengan asam, dapat membentuk ikatan silangyang stabil

dengan protein dan binpolimer,

Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti

kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang

berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbon-karbon. Warna alami pigmen

kuinon amat beragam, mulai dari kuning pucat sampai hampir hitam, dan struktur

yang telah dikenal jumlahnya lebih dari 450. Walaupun mereka tersebar luas dan

strukturnya sangat beragam sumbangannya terhadap warna tumbuhan tinggi nisbi

kecil.

(Harbone, 1973)

Senyawa yang berbentuk kristal, berwarna kuning, mudah terbakar,

berbau tajam, beracun, dapat menyebabkan iritasi pada kulit, sedikit larut dalam

air dan larut dalam alkali, eter dan alkohol. Sifat kimia kuinon adalah

kecendrungannya untuk menambah nukleofil, kuinon yang terbentuk dalam

jumlah besar oleh mikroorgaanisme tanah.

(Manitto, 1989)

Terpenoid adalah senyawa yang mengandung karbon dan hydrogen, atau

karbon, hydrogen dan aksigen yang tidak bersifat aromatis. Terfenoid merupakan

senyawa-senyawa yang mudah menguap terdiri dari 10 atom C dan merupakan

senyawa penyusun minyak atsiri. Terpenoid dengan titik didih yang lebih tinggi

disususn oleh diterpen (C20), triterpen (C30), dan tertaterpen (C40) dengan

penambahan atom oksigen.

(Anonim.2013)

Page 4: PERCOBAAN IX PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER.pdf

4

III. Prosedur Kerja

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Bahan

1. Bagian dari tumbuhan 11. amilalkohol

2. Metanol 12. Larutan NaOH 1N

3. Larutan H2SO4 2M 13. Larutan FeCl3 1%

4. Kloroform 14. Pereaksi Bouchardat

5. NH4OH 15. Pereaksi Dragendorff

6. H2SO4 pekat 16. Pereaksi Meyer

7. Larutan HCl 2N

8. Serbuk Mg

9. Anhidrida asetat

10. Etanol HCl pekat

3.1.2 Alat

1. Erlenmeyer 250 mL

2. Gelas ukur 50 mL

3. Corong

4. Cawan porselin

5. Corong pisah

6. Tabung reaksi

7. Pipet tetes

8. Lempeng porselin

3.2 Skema Kerja

3.2.1 Pengumpulan Bahan Tumbuhan

Dikumpulkan kira – kira 50 gr

Dicatat nama ilmiah dan nama lokal tumbuhan tersebut.

Sampel Tumbuhan

Hasil

Page 5: PERCOBAAN IX PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER.pdf

5

3.2.2 Penapisan Senyawa Metabolit Sekunder

Ditambahkan 100 mL campuran metanol air 4 : 1

Diaduk dan didiamkan selama 5 – 15 menit

Disaring

Diuapkan sampai 1/10 volume semula pada 40

Diasamkan dengan H2SO4 2M

Diekstraksi dengan 5 – 15 mL CHCl3.

Dilakukan ekstraksi sebanyak 3 kali.

Dilakukan identifikasi untuk senyawa golongan

terpenoid, flavonoid, kuinon, tanin, dan saponin.

Dibasakan sampai pH 10 dengan NH4OH

Diekstraksi dengan campuran CHCl3 – metanol

sebanyak 2 kali

Dilakukan identifikasi untuk senyawa golongan

alkaloid

3.2.3 Identifikasi senyawa golongan terpenoid dengan uji Liebermen-

Burchard

Ditambahkan 2 tetets anhidrida asetat dan diaduk

Diteteskan 1-2 tetes H2SO4 pekat

Diamati warna yang terbentuk

Dicatat warna yang terbentuk pada saat diteteskan dan

setelah dibiarkan

10 gr sampel

Filtrat

Ekstrak CHCl3

Lapisan air - asam

Ekstrak CHCl3 - metanol

HASIL

Ekstrak CHCl3

HASIL

Page 6: PERCOBAAN IX PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER.pdf

6

3.2.4 Identifikasi senyawa golongan saponin

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Dikocok vertikal selama 10 detik

Ditambahkan 1 tetes HCl 2N

3.2.5 Identifikasi senyawa flavonoid

Ditambahkan serbuk Mg, 2 mL etanol – HCl, dan 5 mL

amilalkohol.

Dikocok dan diamati perubahan warnanya

3.2.6 Identifikasi senyawa golongan kuinon

Ditambahkan 2 mL larutan NaOH 1N

Diaduk dan diamati warna yang terbentuk

3.2.7 Identifikasi senyawa golongan tanin

Dimasukkan ke dalam lempeng porselin

Ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1%

Ekstrak CHCl3

HASIL

Ekstrak CHCl3

HASIL

Ekstrak CHCl3

HASIL

Ekstrak CHCl3

HASIL

Page 7: PERCOBAAN IX PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER.pdf

7

3.2.8 Identifikasi senyawa golongan alkaloid

1. Uji dengan pereaksi Bouchardat

Dituangkan pada lempeng porselin

Ditambahkan pereaksi bouchardat

2. Uji dengan pereaksi Meyer

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Diteteskan 1 – 2 tetes pereaksi Meyer

Diamati perubahan yang terbentuk

3. Uji dengan pereaksi Dragendorrff

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan 1 – 2 tetes pereaksi Dragendorff

Diamati perubahan yang terbentuk

Ekstrak CHCl3 - metanol

HASIL

Ekstrak CHCl3 - metanol

HASIL

Ekstrak CHCl3 - metanol

HASIL

Page 8: PERCOBAAN IX PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER.pdf

8

IV. Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil

Penapisan Senyawa Metabolit Sekunder

No Perlakuan Hasil

1 10 gram sampel + 100 mL metanol – air,

didiamkan selama 15 menit

Volume filtrat

sebanyak 87 mL

2 Diasamkan dengan H2SO4 2M pH awal 6

pH akhir 5

3 Diekstraksi sebanyak tiga kali dengan

CHCL3, @ 10 mL CHCl3

- Ektrak polar

pertengahan

sebanyak 78,5 mL

- Volume asam air

sebanyak 25 mL

4 Lapisan asam air dibasakan hingga pH

10 dg NaOH

VNaOH = 5 tetes

CHCl3 = 20 mL

Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder

No Perlakuan Hasil

1 Identifikasi Terpenoid / Steroid

dengan Uji Lieberman –

Burchard

2 mL ekstrak plar pertengahan + 2

tetes anhidrida asetat + 2 tetes

H2SO4

(-) Perubahan warna larutan

hanya lebih pekat

2 Identifikasi Saponin

10 mL ekstrak polra pertengahan

dikocok

(+) Terbentuk busa pada

penetesan HCl pertama,

tetapi langsung hilang,

3 Identifikasi Flavonoid

5 mL ekstrak polar pertengahan +

(+) Larutan menjadi merah

Page 9: PERCOBAAN IX PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER.pdf

9

4.2 Pembahasan

Metabolit sekunder adalah senyawa yang secara khusus terdapat pada jenis

atau spesies tertentu saja (Hanson, 2011). Berbeda dengan senyawa metabolit

primer yang pada umumnya memberi pengaruh biologi terhadap sel atau

organisme tanaman itu sendiri, metabolit sekunder (MS) memberikan pengaruh

biologi terhadap sel atau organisme lain. Menurut Wink (2010) metabolit

sekunder bukanlah produk buangan yang tak berguna, tetapi perangkat yang

penting untuk melawan herbivora dan mikroba. Beberapa metabolit sekunder

berfungsi sebagai molekul isyarat untuk menarik arthropoda penyerbuk, hewan

penyebar benih, dan sebagai senyawa isyarat dalam hubungan tanaman-tanaman,

tanaman-binatang, dan tanaman-mikrobia.

Pada percobaan ini dilakukan penapisan terhadap sampel, dimana sampel

yang dipergunakan adalah daun sirih merah. Tujuan utama dari penapisan adalah

menganalisis tumbuhan untuk mengetahui kandungan bioaktif yang berguna

untuk pengobatan. Pendekatan secara penapisan meliputi analisis kualitatif

kandungan dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga,

serbuk Mg + 2 mL etanol-HCl + 5

mL amil alkohol (dikocok)

dan terasa hangat

4 Identifikasi Kuinon

5 mL ekstrak polar pertengahan +

2 mL NaOH (diaduk)

(-) warna larutan kekuningan

dan terdapat endapan

5 Identifikasi Tanin

Ekstrak polar pertengahan +

beberapa tetes FeCl3 1%

(+) larutan menjadi hijau

kehitaman

6 Identifikasi alkaloid

a. Pereaksi Meyer

1 mL ekstrak basa + 2 tetes

pereaksi Meyer

b. Perekasi Dragenddorff

1 mL ekstrak basa + 2 tetes

pereaksi Dragendorff

(+) pada larutan terdapat

endapan kuning muda

(+) terdapat lapisan jingga

Page 10: PERCOBAAN IX PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER.pdf

10

buah dan biji) terutama kandungan metabolit sekunder yang merupakan senyawa

bioaktif seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid, saponin, tanin, dan kuinon.

Sirih merah atau Piper crocatum memiliki banyak manfaatnya. Para ahli

pengobatan tradisional telah banyak menggunakan tanaman sirih merah oleh

karena mempunyai kandungan kimia yang penting untuk menyembuhkan

berbagai penyakit. Dalam daun sirih merah terkandung senyawa fitokimia yakni

alkoloid, saponin, tanin dan flavonoid. Senyawa alko-koloid dan flavonoid

memiliki aktivitas hipoglikemik atau penurun kadar glukosa darah.

Sebelum melakukan identifikasi terhadap kandungan - kandungan dari

sirih merah itu sendiri, terlebih dahulu praktikan meyiapkan ekstrak dari daun

sirih merah itu sendiri menggunakan metode ekstraksi, dimana metode ekstraksi

yang dipergunakan adalah metode maserasi. Maserasi adalah salah satu jenis

metoda ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah

ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini pelarut dan sampel tidak mengalami

pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi merupakan teknik ekstraksi yang

dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan panas.

Namun biasanya maserasi digunakan untuk mengekstrak senyawa yang

tidak tahan panas (termolabil) atau senyawa yang belum diketahui sifatnya.

Karena metoda ini membutuhkan pelarut yang banyak dan waktu yang lama.

Secara sederhana, maserasi dapat kita sebut metoda “perendaman” karena

memang proses ekstraksi dilakukan dengan hanya merendam sample tanpa

mengalami proses lain kecuali pengocokan (bila diperlukan). Prinsip penarikan

(ekstraksi) senyawa dari sample adalah dengan adanya gerak kinetik dari pelarut,

dimana pelarut akan selalu bergerak pada suhu kamar walaupun tanpa

pengocokan.

Pelarut - pelarut tersebut ada yang bersifat “bisa campur air” (contohnya

air sendiri, disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang bersifat “tidak campur air”

(contohnya aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar atau pelarut organik).

Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut non-polar.

Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam pelarut yang

dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus dinding sel dan

masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada pertemuan antara

Page 11: PERCOBAAN IX PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER.pdf

11

zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya larut dalam penyari)

sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan mengandung

zat aktif, katakan 100%, sementara penyari yang berada di luar sel belum terisi zat

aktif (nol%) akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel

ini akan muncul gaya difusi, larutan yang terpekat akan didesak menuju keluar

berusaha mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar

sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah terjadi keseimbangan

konsentrasi (istilahnya “jenuh”). Pada percobaan ini, digunakan metano-air (4:1).

Percobaan ini diawali dengan mengekstrak daun sirih merah yang telah

kering dengan cara merendamnya didalam pelarut metanol – air (4:1), dimana

sampel ini didiamkan selama kurang lebih 15 menit, tujuan pendiaman ini agar

pada sampel tumbuhan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat

perbedaan tekanan antara didalam dan diluar sel sehingga metabolit sekunder

yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi

senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan.

Pemilihan pelarut untuk akan memberikan efektifitas yang tinggi dengan

memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut tersebut. Secara

umum pelarut metanol merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dalam

proses isolasi senyawa organik bahan alam, karena dapat melarutkan seluruh

golongan metabolit sekunder. Setelah diperoleh ekstrak, kemudian diupkan

sampai 1/10 volume, tujuan penguapan itu sendiri adalah untuk menguapkan

pelarut yang digunakan yaitu metanol dan juga untuk mempekatkan larutan.

Sehingga yang tersisa larutan yang mengandung zat aktif dari sampel. Setelah

proses penguapan, larutan sampel diasamkan dengan H2SO4, dimana pH awal dari

larutan ini 6, tujuan dari pengasaman ini yaitu untuk mengasamkan larutan ini

yang awalnya bersifat basa sehingga setelah pengasaman ini diperoleh larutan

dengan pH 5 selain itu penambahan asam sulfat ini mengakibatkan larutan

terbentuk menjadi 2 fase karena adanya perbedaan tingkat kepolaran antara fase

aquades yang polar dan kloroform yang relatif kurang polar. Larutan yang sudah

bersifat asam ini kemudian di ekstarksi dengan CHCl3 sebanyak 3 kali

pengulangan menggunakan corong pisah, proses ini bertujuan untuk memperoleh

ekstrak polar pertengahan dan air asam. Akan tetapi setelah proses ektraksi

Page 12: PERCOBAAN IX PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER.pdf

12

dengan CHCl3, tidak terlihat adanya dua lapisan, hanya saja terlihat perbedaan

warna. Proses dilanjutkan dengan memisahkan antara lapisan ekstrak polar

pertengahan dan lapisan air asam. Lapisan air asam ini kemudian dibasakan

hingga diperoleh pH 10 dengan menggunakan larutan NH4OH, dan dilanjutkan

dengan mengekstraksi kembali menggunkan CHCl3-metanol dan didiamkan

sampai terbentuk dua lapisan. Dua lapisan itu adalah ekstrak basa (CHCl3-

metanol) dan lapisan air-basa. Akan tetapi, proses pendiaman ini hanya kami

lakukan sebentar saja, sehingga tidak banyak ekstrak yang diperoleh dan

kemungkinan ekstrak yang didapat masih mengandung zat lain, sehingga dapat

mempengaruhi hasil pengujian berikutnya. Ekstrak basa inilah yang digunakan

untuk mengidentifikasi alkaloid, sedangkan ekstrak CHCl3 digunakan untuk

identifikasi steroid, saponin, flavonoid, kuinon, dan tanin.

4.2.1 Identifikasi Terpenoid / Steroid dengan Uji Liebermen - Burchard

Identifikasi pertama yang dilakukan yaitu identifikasi senyawa terpenoid

atau steroid dengan uji Lieberman – Buchard. Reagen ini biasa digunakan untuk

mengidentifikasi secara kualitatif suatu kolesterol. Terpenoid merupakan

komponen - komponen tumbuhan yang mempunyai bau dan dapat diisolasi dari

bahan nabati dengan penyulingan disebut sebagai minyak atsiri. Minyak atsiri

yang berasal dari bunga pada awalnya dikenal dari penentuan struktur secara

sederhana, yaitu dengan perbandingan aton hidrogen dan atom karbon dari suatu

senyawa terpenoid yaitu 8 : 5 dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan

bahwa senyawa tersebut adalah golongan terpenoid. Minyak atsiri bukanlah

senyawa murni akan tetapi merupakan campuran senyawa organik yang

kadangkala terdiri dari lebih dari 25 senyawa atau komponen yang berlainan.

Sedangkan steroid dalam tumbuhan berfungsi sebagai penolak serangga.

Biasanya reagen Lieberman Burchard digunakan untuk menguji kolesterol

Apabila mengandung Triterpenoid, maka akan memberikan warna merah

sedangkan apabila mengandung Steroid, akan memberikan warna biru dan hijau.

Reagen Lieberman - Burchard dibuat dari Asam sulfat pekat dan Anhidrida Asetat

Alasan digunakannya asam asetat anhidrat adalah untuk membentuk turunan asetil

dari steroid yang akan membentuk turunan asetil didalam kloroform. Reaksi

pereaksi LB dengan steroid akan membentuk warna hijau, sedangkan triterpen

Page 13: PERCOBAAN IX PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER.pdf

13

akan membentuk warna biru yang didahului dengan terbentuknya warna

lembayung.

Reaksi Liebermen - Burchard

Daun sirih merah tidak mengandung steroid ataupun terpenoid, sehingga

pada pengujian ini hasil yang ditunjukan negatif, dimana tidak terjadi perubahan

warna yang menunjukan adanya kandungan steroid ataupun terpenoid, hanya saja

setelah penambahan reagen LB warna larutan menjadi lebih pekat. Sehingga dapat

diketahui bahwa daun sirih merah tidak mengandung kolesterol.

4.2.2 Identifikasi senyawa golongan Saponin

Saponin adalah suatu glikosida alamiah yang terikat dengan steroid atau

triterpena. Saponin mempunyai aktifitas farmakologi yang cukup luas diantaranya

meliputi: immunomodulator, anti tumor, anti inflamasi, antivirus, anti jamur,

dapat membunuh kerang-kerangan, hipoglikemik, dan efek hypokholesterol.

Saponin juga mempunyai sifat bermacam-macam, misalnya: terasa manis, ada

yang pahit, dapat berbentuk buih, dapat menstabilkan emulsi, dapat menyebabkan

hemolisis. Dalam pemakaiannya saponin bisa dipakai untuk banyak keperluan,

misalnya dipakai untuk membuat minuman beralkohol, dalam industri pakaian,

kosmetik, membuat obat-obatan, dan dipakai sebagai obat tradisional. Saponin

terbagi atas dua, sebagai berikut

Page 14: PERCOBAAN IX PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER.pdf

14

Identifikasi saponin dilakukan dengan mengkocok ektrak secara vertikal. Saponin

merupakan senyawa aktif permukaan dan memiliki sifat seperti sabun, sehingga

dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa. Pembentukan busa

yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau pada pemekatan ekstrak

merupakan bukti adanya saponin dalam ekstrak. Dari percobaan yang dilakukan,

setelah proses pengkocokan, pada larutan terbentuk busa, kemudian dilakukan

penambahan larutan HCl 2N, pada penetesan pertama terbentuk busa, tetapi busa

tersebut langsung hilang, dari pengamatan ini, kemungkinan kandungan saponin

dalam daun sirih merah sedikit, yang ditunjukan dengan munculnya busa dalam

waktu yang relatif singkat.

Page 15: PERCOBAAN IX PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER.pdf

15

4.2.3 Identifikasi senyawa Flavonoid

Senyawa flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar

yang ditemukan dialam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu

dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemuykan dalam tumbuh-

tumbuhan. Bagi tumbuhan, senyawa flavonoid berperan dalam pertahanan diri

terhadap hama, penyakit, herbivori, kompetisi, interaksi dengan mikrobia,

dormansi biji, pelindung terhadap radiasi sinar UV, molekul sinyal pada berbagai

jalur transduksi, serta molekul sinyal pada polinasi dan fertilitas jantan.

Flavonoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia senyawa

fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa

polihidroksi (gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut dalan

pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida,

dimetil formamida. Disamping itu dengan adanya gugus glikosida yang terikat

pada gugus flavonoid sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut

dalam air. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan

sebagai zat berwarna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.

Flavonoid dibagi menjadi 3 macam, yaitu:

1. Flavonoid yang memiliki cincin ketiga berupa gugus piran. Flavonoid ini

disebut flavan atau fenilbenzopiran. Turunan flavan banyak digunakan

sebagai astringen (turunan tanin).

Page 16: PERCOBAAN IX PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER.pdf

16

2. Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus piron. Flavonoid ini

disebut flavon atau fenilbenzopiron. Turunan flavon adalah jenis flavonoid

yang paling banyak memiliki aktivitas farmakologi.

3. Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus pirilium. Flavonoid ini

disebut flavilium atau antosian. Turunan pirilium biasa digunakan sebagai

pewarna alami.

Percobaan ini dilakukan dengan cara mereaksikan sampel dengan serbuk

Mg, etanol-HCl dan amil alkohol, dimana reaksi Mg dan HCl merupakan reaksi

dari reagen Wilstater. Jika pada lapisan alkohol timbul warna merah, kuning, atau

jingga, maka sampel terbukti mengandung flavonoid. Dari percobaan ini,

terbentuk lapisan berwarna jingga pada lapisan teratas, adanya warna jingga

dikarenakan terbentuknya garam flavilium, dan flavonoid yang terbentuk ini

merupakan flavon atau fenilbenzopiron yang merupakan flavonoid yang

memiiliki cincin ketiga berupa gugus piron.

4.2.4 Identifikasi golongan Kuinon

Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti

kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang

berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbon – karbon. Kuinon ini

digunakan tumbuhan sebagai pencegah dari gangguan serangga.

Identifikasi kuinon dilakukan dengan mereaksikan sampel dengan larutan

NaOH, jika sampel mengandung kuinon, hasil positif ditunjukan dengan

terbentuknya larutan berwarna merah. Pada percobaan ini, larutan yang telah

Page 17: PERCOBAAN IX PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER.pdf

17

ditambahkan NaOH menjadi kuning dan terbentuk endapan, sehingga dipastikan

daun sirih merah tidak mengandung kuinon.

Cara lain untuk menguji kandungan kuinon dalam sampel tumbuhan dapat

dilakukan dengan reaksi warna. Reaksi yang khas adalah reduksi bolak-balik yang

mengubah kuinon menjadi senyawa tanpa warna, kemudian warna kembali lagi

bila terjadi oksidasi oleh udara. Reaksi dapat digunakan dengan menggunakan

natrium borohidrida dan oksidasi ulang dapat dilakukan dengan mengocok larutan

itu diudara. Untuk kebanyakan kuinon, hasil uji reduksi dalam larutan yang agak

basa lebih mencolok dan oksidasi ulang di udara lebih cepat. Kuinon

menuknjukan geseran batokrom yang kuat dalam basa, tetapi ini bukan ciri

khasnya.

4.2.5 identifikasi senyawa Tanin

Tanin merupakan suatu senyawa golongan yang terbesar dari senyawa

kompleks yang tersebar luas pada dunia tumbuhan. Tanin dianggap senyawa

kompleks yang dibentuk dari campuran polifenol yang sangat sukar dipisahkan

karena tidak dapat dikristalkan. Tanin umumnya terdapat dalam organdaun, buah,

kulit batang, dan kayu. Didalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan

enzim sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak, misalnya bila hewan memakannya

maka reaksi penyamakan dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih

sukar dicapai oleh cairan pencernaan hewan. Fungsi tanin dalam tumbuhan adalah

untuk menghalau hewan pemakan tumbuhan karena berasa sepat.

Identifikasi tanin dilakukan dengan cara mereaksikan sampel dengan

larutan FeCl3 1%, hasil positif ditunjukan dengan terjadinya perubahan warna

menjadi hijau ungu atau hitam. Dari pengamatan yang dilakukan, sampel positif

mengandung tanin, karena terjadi perubahan warna menjadi hijau kehitaman.

Page 18: PERCOBAAN IX PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER.pdf

18

4.2.6 Identifikasi senyawa alkaloid

Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau

alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam

molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan

dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan.

Selain itu ada beberapa pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi

atom N (Nitrogen)nya terdapat di dalam rantai lurus atau alifatis. Petunjuk paling

mudah adanya alkaloid adalah rasa pahit pada simplisia. Kloroform digunakan

dapat menarik senyawa alkaloid, karena alkaloid mempunyai kelarutan yang baik

dalam kloroform, alkohol, tetapi tidak larut dalam air meskpun dapat larut dalam

air panas.

Kebanyakan alkaloida berupa padatan Kristal dengan titik lebur yang

tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisinya. Dapat juga berbentuk amorf

dan beberapa seperti nikotin dan konini berupa cairan. Kebanyakan alkaloida tak

berwarna, tetapi beberapa senyawa kompleks spesies aromatik berwarna. Pada

umumnya basa bebas alkaloida hanya larut dalam pelarut organik meskipun

beberapa pseudoalakaloid dan protoalkaloida larut dalam air. Garam alkaloida dan

alkaloida quaterner sangat larut dalam air. Alkaloida bersifat basa yang tergantung

pada pasangan electron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan

dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron maka ketersediaan electron pada

nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat menarik elektron maka ketersediaan

pasangan electron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloida dapat

bersifat netral atau bahkan bersifat sedikit asam.

Page 19: PERCOBAAN IX PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER.pdf

19

Kebasaan alkaloida menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah

mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen.

Hasil reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi olakloida selama atau

setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan

berlangsung dalam waktu lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik

atau anorganik sering mencegah dekomposisi.

Pada pengujain kandungan alkaloid, digunakan tiga pereaksi diantaranya

pereaksi mayer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida. Dragendorff

mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair. Pereaksi

Buchardat mengandung kalium iodida dan iod. Adanya kandungan alkaloid

ditandai dengan adanya endapan. Hal ini terjadi karena senyawa alkaloid

mengandung atom nitrogen yang memiliki pasangan elektron bebas. Elektron

bebas ini akan disumbangkan pada atom logam berat membentuk senyawa

kompleks dengan gugus yang mengandung atom nitrogen sebagai ligannya.

Senyawa kompleks ini tidak larut (mengendap) dan memberikan warna sesuai

dengan pereaksi yang digunakan.

Pada percobaan ini, identifikasi denga pereaksi Buchardat tidak

dilaksanakan, karena tidak tersedianyan pereaksi Buchardat. Hasil positif dengan

pereaksi Buchardat adalah terbentuknya endapan.

Untuk identifikasi dengan pereakasi Mayer, sampel ditambahkan dengan

perekasi Mayer, pereaksi mayer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida,

jika hasil positif maka pada larutan akan terbentuk endapan berwarna kuning

muda. Dari hasil pengamatan, dalam larutan sampel terbentuk endapan kuning

muda, sehingga dapat diketahui sirih merah mengandung alkaloid. Pereaksi meyer

bertujuan untuk mendeteksi alkaloid, dimana pereaksi ini berikatan dengan

alkaloid melalui ikatan koordinasi antara atom N alkaloid dan Hg pereaksi meyer

sehingga menghasilkan senyawa kompleks merkuri yang nonpolar.

Reaksi yang terjadi

HgCl2 + 2KI HgI2 + 2KCl

HgI2 + 2KI K2[HgI4] (Kalium tetraiodomerkurat(II)

Page 20: PERCOBAAN IX PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER.pdf

20

+ K2[HgI4] + K[HgI4]-

Kalium-alkaloid endapan

Untuk identifikasi dengan pereaksi Dragendorff, sampel direaksikan

dengan pereaksi Dragendorff, pereaksi Dragendorff mengandung bismut nitrat

dan merkuri klorida dalam nitrit berair , dimana jika sampel mengandung alkaloid

maka akan terbentuk endapan berwarna jingga. Pada pengamatan, tidak terbentuk

endapan jingga, hanya terbentuk lapisan berwarna jingga.

Reaksi yang terjadi

Bi (NO3)3 + 3KI BiI3 + 3KNO3

Cokelat

BiI3 + KI K[BiI4] (kaliumtetraiodobismutat)

+ K2[BiI4] + K[BiI4]- (orange)

V. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan pengujian kandungan senyawa metabolit sekunder

terhadap ekstrak sampel daun sirih merah, dapat disimpulkan bahwa daun sirih

merah mengandung saponin, flavonoid, tanin, dan alkaloid dimana hasil positif

ditunjukan dengan reaksi anatar sampel dan pereaksi atau reagen yang dugunakan.

5.2 Saran

Untuk kelancaran dalam praktikum yang dilakukan, disarankan untuk

melengkapi alat dan bahan yang akan dipergunkana selama praktikum sehingga

tidak menghambat kelancaran berjalannnya praktikum dan praktikan diharapkan

menjalani praktikum sesuai dengan prosedur yang sesungguhnya sehingga hasil

dari percobaan sesuai dengan yang sebenarnya. Selain itu untuk setiap kelompok,

digunakan variasai bagian tumbuhan lain seperti akar, batang dan buah sehingga

Page 21: PERCOBAAN IX PENAPISAN DAN ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER.pdf

21

diperoleh hasil yang bervariasi serta dapat membandingkan hasil dari setiap

bagian tumbuhan.

VI. Daftar Pustaka

Anonim. 2012. LAPORAN-SKRINING-FITOKIMIA. Diakses Pada 15 Mei 2014

http://id.scribd.com/doc/189172269/147093658-LAPORAN-SKRINING-

FITOKIMIA

Fessenden, Ralp J. 1999. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa

Tumbuhan, Terbitan II. Bandung : ITB Bandung.

Herbert. R.B. 1995. Biosintesis Metabolit Sekunder, Edisi ke-2. Semarang : IKIP

Press semarang